Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika 104 Pengaruh

advertisement
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
104
Pengaruh Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika terhadap
Hasil Belajar Siswa dengan Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME)
Oleh :
Noviana Kusumawati
Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Pekalongan
Abstract
The objectives of this research are to investigate: whether the communication and
problem solving skills have a positive influence on student learning outcomes,
especially in solving math problems and if there is how much of influence. The
variables of this research are communication skills (X1), problem solving skills
(X2) and student learning outcomes (Y). The research process was conducted in 3
stages, first to investigate the influence of communication and problem solving
skills againts on student learning outcomes, both to investigate the influence of
communication skills on learning outcomes and three to investigate the influence
of problem-solving skills of students’ learning outcomes. The results of this
research are as follows: from the calculation of data obtained regression equations
are
, dual correlation coefficients X1 and X2 of Y is
0,567 with a coefficient of determination 0,322. Parsil correlation coefficient
between Y and X1 with regard X2 to the rates fixed are 0,324 with a coefficient of
determination 0,104 and parsil correlation coefficient between Y and X1 with
regard X2 to the rates fixed are 0,166 with a coefficient of determination 0,028.
Conclusions is that there are influence of communication and problem solving
skills simultaneously against student learning outcomes is equal to 32.2%, while
the influence of the communication skills of student learning outcomes are 10,4%
and the influence of problem-solving skiils of the student learning outcomes at
2,8%. Therefore, in learning mathematics material fractions, teachers are advised
to use RME learning to improve students’ activeness in solving math problems so
can improve communication and problem-solving skills, which in turn can
improve student learning outcomes.
Key words: Communication and Problem Solving Skills, RME Learning,
Learning Outcomes, Fraction.
Berhitung,
PENDAHULUAN
atau
tepatnya
aritmetika
Selama ini masih banyak orang yang
dengan keempat operasi dasarnya (yakni
menganggap bahwa matematika tidaklah
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
lebih dari sekadar berhitung dan bermain
pembagian), memang lazim diajarkan
dengan
kepada siswa di sekolah dasar sebelum
rumus
dan
angka-angka.
Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
mereka mempelajari matematika lebih
kelas.
jauh di sekolah menengah dan perguruan
matematika tidak disukai para siswa
tinggi kelak. Namun, sebagaimana halnya
sehingga
musik
matematika. Menurut Yansen Marpaung
bukan
sekadar
bernyanyi,
Hal
tersebut
105
mereka
malas
(anggota
berkutat dengan rumus-rumus dan angka-
Realistik Indonesia atau PMRI), sekolah
angka.
kemampuan
berfikir
Pendidikan
belajar
matematika bukan sekadar berhitung atau
Matematika
tim
mengakibatkan
Matematika
menuntut
pula
masih menerapkan metode dan strategi
eksploratif
dan
pengajaran matematika yang tradisional.
kreatif.
Siswa lebih banyak pasif dan tidak pernah
Pada dasarnya, matematika adalah
belajar
menyelesaikan
soal
terbuka
pemecahan masalah (problem solving).
sehingga mereka hanya bisa mengungkap
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran
apa yang mereka terima dari guru.
matematika hendaknya dimulai dengan
Kelemahan pembelajaran matematika di
pengenalan masalah yang sesuai dengan
sekolah terlihat dari banyaknya siswa yang
situasi di sekitar kita (contextual problem).
kesulitan mengerjakan soal berbentuk
Dengan mengajukan masalah kontekstual,
cerita. Mereka tidak dapat menerjemahkan
siswa secara bertahap dibimbing untuk
soal cerita ke dalam bentuk model
menguasai
tentu
matematika dan menggunakan rumus yang
dan
selama ini telah dipelajari. Siswa dituntut
pengalaman yang mungkin dimiliki oleh
mengaitkan beberapa hal yang membuat
siswa.
logika berjalan ketika mengerjakan soal
dengan
konsep
matematika,
memperhatikan
Adanya
mengakibatkan
usia
tuntutan
kurikulum
pelajaran
matematika
cerita.
Tidak
jarang
dari
menganggap
bahwa
masih terfokus pada teori sehingga siswa
matematika
sebagai
menjadi kurang kreatif, terlalu formal dan
menakutkan, sehingga perlu adanya suatu
masih terpaku dengan rumusan baku.
pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi di SMP N 15
merangsang siswa agar dapat termotivasi
Semarang khususnya pada kelas VII,
dan lebih kreatif dalam belajar matematika
diperoleh
seperti
kesimpulan
bahwa
siswa
yang
mata
mereka
pelajaran
momok
relevan
yang
untuk
halnya pembelajaran Realistic
cenderung kesulitan dalam mengerjakan
Mathematic
soal terbuka berbentuk cerita. Mereka juga
pembelajaran ini, siswa dituntut agar lebih
tidak
aktif dan kreatif dalam menyelesaikan soal
terbiasa
mempresentasikan
Education
penyelesaian soal matematika di depan
Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983
(RME).
Pada
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
106
matematika terutama soal yang berbentuk
antara lain melalui kegiatan pemecahan
cerita.
masalah soal cerita tersebut. Dalam proses
Salah
satu
kemampuan
yang
pembelajaran aktivitas siswa tidak cukup
dibutuhkan untuk menyelesaikan soal
hanya mendengarkan dan mencatat seperti
berbentuk cerita adalah komunikasi dan
yang lazim terdapat di sekolah-sekolah
pemecahan masalah, karena untuk dapat
saat ini, namun aktivitas yang dapat
menyelesaikan soal cerita tersebut siswa
menghasilkan
harus mampu mengkomunikasikan dan
tingkah
mengubah
pembelajaran. Aktivitas belajar mencakup
ide
ke
dalam
model
perubahan
laku
siswa
dalam
matematika. Disamping itu, tujuan utama
aktivitas yang bersifat
dalam belajar matematika adalah untuk
mental.
mengembangkan kemampuan pemecahan
Selain
sikap
aktivitas
atau
proses
fisik maupun
siswa,
masalah matematika yang kompleks dan
pembelajaran
luas sehingga kemampuan pemecahan
awal (kemampuan awal)
masalah mempunyai arti penting dalam
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
studi matematika untuk menghasilkan
pembelajaran. Karena materi matematika
hasil belajar yang lebih baik.
pada umumnya tersusun secara hirarkis,
Kemampuan
komunikasi
pemecahan
masalah
merupakan
kompetensi
matematika
dalam
pengetahuan
siswa
juga
dan
materi yang satu merupakan prasyarat
matematika
untuk materi berikutnya. Apabila siswa
hasil
belajar
tidak
menguasai
materi
prasyarat
matematika yang dituntut oleh kurikulum
(pengetahuan awal) maka siswa akan
2006.
mengalami kesulitan dalam menguasai
Kedua
merupakan
kemampuan
bagian
dari
tersebut
kemampuan
materi yang memerlukan materi tersebut.
berfikir matematika tingkat tinggi. Agar
Kemampuan awal siswa merupakan
kemampuan berfikir matematika tingkat
prestasi
tinggi berkembang, maka pembelajaran
sebelumnya, sehingga dalam satu kelas
harus menjadi lingkungan dimana siswa
siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga
dapat terlibat langsung secara aktif dalam
kelompok
banyak
yang
awalnya yaitu kelompok atas, tengah dan
bermanfaat. Guru dituntut untuk memberi
bawah. Dengan demikian siswa dengan
kesempatan pada siswa agar mereka
kemampuan awal berada di kelompok atas
mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang
tidak
dipelajari
memahami
kegiatan
melalui
matematika
aktivitas-aktivitas,
belajar
siswa
pada
berdasarkan
mengalami
materi
Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983
kemampuan
kesulitan
yang
materi
ada
dalam
dan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
107
melakukan pemecahan soal cerita, jika
dengan suatu materi, diharapkan dapat
dibandingkan
yang
mempertinggi tingkat penguasaan siswa
berkemampuan awal berada di kelompok
terhadap materi tersebut dan melakukan
lain (tengah dan bawah).
pemecahan
dengan
Kondisi
siswa
tersebut
akan
dapat
masalah
terhadap
setiap
masalah yang diajukan.
diminimalisasi jika model pembelajaran
yang digunakan dapat mendorong siswa
METODE PENELITIAN
baik dari kelompok atas, tengah maupun
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
bawah untuk belajar lebih giat dalam
N 15 Semarang. Populasi yang digunakan
menguasai materi yang diberikan sehingga
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII
harapan agar siswa dapat menyelesaikan
yang terdiri dari 8 kelas yaitu kelas
soal cerita dengan baik dan benar dapat
VII(A), VII(B), VII(C), VII(D), VII(E),
terwujud. Dengan demikian pembelajaran
VII(F), VII(G), VII(H). Sampel dalam
dengan bentuk diskusi kelompok menjadi
penelitian ini adalah siswa kelas VII (C)
alternatif yang cukup memadai. Salah satu
yang ditentukan dengan teknik simple
pembelajaran yang dapat digunakan untuk
random
sampling.
menyelesaikan
adalah
kemampuan
pembelajaran
soal
cerita
bebasnya
komunikasi
dan
Mathematic
pemecahan masalah matematika siswa
Education (RME). Pembelajaran tersebut
dalam pembelajaran RME yang masing-
dipilih karena kegiatan pokoknya adalah
masing sebagai X1 dan X2. Pengukurannya
memecahkan soal matematika berbentuk
berdasarkan
cerita melalui rangkaian kegiatan bersama
komunikasi
atau kelompok, sehingga siswa dapat
matematika siswa. Sedangkan variabel
terlibat langsung secara aktif dalam proses
terikatnya adalah hasil belajar siswa yaitu
pembelajaran.
dengan melihat hasil tes evaluasi pada
kelompok,
Realistic
adalah
Variabel
Pada
siswa
aktivitas
seperti
berbagai
informasi
kegiatan
dapat
orang
lain
atau
serta
melakukan
menginventarisasi
yang
mengkomunikasikan
menimbang
diskusi
diperlukan,
pendapat,
menerima
dapat
pendapat
akhir
skor
dan
tes
kemampuan
pemecahan
pembelajaran.
masalah
Pembelajaran
Realistic Mathematic Education (RME)
sebagai variabel perantaranya.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 4
tahap,
pertama
perencanaan
awal,
mengambil
merancang kelas yang akan dijadikan
kesimpulan atau saran. Semakin tinggi
sampel dan membuat instrumen yang akan
aktivitas yang dilakukan siswa terkait
digunakan untuk penelitian. Tahap kedua
Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
108
yaitu implementasi tindakan, dilaksanakan
yang menunjukkan pengaruh variabel X1
proses
dan X2 terhadap Y.
pembelajaran
selanjutnya
yaitu
RME.
Tahap
observasi
dan
interpretasi melalui pengamatan terhadap
HASIL DAN PEMBAHASAN
tingkat aktivitas siswa selama mengikuti
Sebelum melakukan analisis regresi
proses pembelajaran di kelas. Tahap yang
dengan dua variabel atau lebih, terlebih
terakhir adalah analisis dan refleksi, pada
dahulu
tahap
kegiatan
normalitasnya. Berdasarkan uji normalitas
menganalisis dan mengolah data yang
yang telah dilakukan terhadap hasil belajar
diperoleh dari hasil penelitian. Data yang
siswa
diperoleh
ini
dilaksanakan
data
yang
menggunakan
diperoleh
uji
diuji
chi-kuadrat
dikumpulkan
kemudian
dengan rumusan hipotesis H0 adalah data
bagaimana
pengaruh
berdistribusi normal dan H1 adalah data
kemampuan komunikasi dan pemecahan
tidak berdistribusi normal dengan kriteria
masalah siswa dalam menyelesaikan soal
tolak H0 jika χ2hitung ≥ χ2tabel, diperoleh
cerita matematika dengan pembelajaran
χ2hitung = 3,7493 sedangkan χ2tabel = 7,81.
RME terhadap hasil belajar siswa. Skor tes
Jadi χ2hitung < χ2tabel, maka H0 diterima
kemampuan komunikasi dan pemecahan
artinya
masalah yang diregresikan dengan skor tes
berdistribusi normal.
disimpulkan
hasil
belajar
adalah
skor
tes
yang
data
Analisis
hasil
regresi
belajar
siswa
yang dilakukan
diperoleh dari rata-rata jumlah skor tes
dalam penelitian ini terbagi dalam 6 tahap.
kemampuan komunikasi dan pemecahan
Tahap pertama dilakukan perhitungan
masalah dari masing-masing siswa.
untuk mencari persamaan regresi dari data
Metode pengumpulan data dalam
tersebut sehingga diperoleh persamaan
penelitian ini yaitu metode tes, angket dan
.
Setelah
dokumentasi. Teknik analisis datanya
persamaan regresi diperoleh maka langkah
menggunakan regresi ganda dengan 2
selanjutnya adalah menguji keberartian
variabel independen. Besarnya pengaruh
regresi linier ganda, yaitu menguji apakah
antara variabel bebas dengan variabel
model linear yang telah diambil benar-
terikat
dengan
benar cocok dengan keadaan atau tidak.
koefisien
Rumusan hipotesis untuk uji keberartian
determinasi dirumuskan sebagai harga dari
ini adalah H0 : regresi tidak berarti dan H1
dapat
determinasi.
2
ditunjukkan
Besarnya
koefisien R adalah koefisien determinasi
: regresi berarti dengan kriteria H1
diterima
jika
Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983
Fhitung
≥
F(k,(n–k–1)).
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan
Kriteria
diperoleh Fhitung = 8,773 dan Ftabel = 4,105,
diterima jika thitung ≥ t(n–k–1). Berdasarkan
maka Fhitung > Ftabel sehingga H1 diterima
perhitungan diperoleh t1 = 2,083 dan t2 =
artinya
1,024, sedangkan ttabel = t37 = 1,686.
regresi
berarti.
Jadi
regresi
berarti dapat
yang
Tahap
digunakan
terakhir
adalah
109
adalah
H1
menguji
digunakan untuk memprediksi rata-rata Y
hipotesis penelitian untuk mengetahui ada
jika X1 dan X2 diketahui.
tidaknya pengaruh antara 2 variabel atau
adalah
lebih, dalam hal ini adalah pengaruh
menghitung koefisien korelasi ganda dan
kemampuan komunikasi dan pemecahan
determinasi
mengetahui
masalah terhadap hasil belajar siswa.
besarnya pengaruh antara variabel X1 dan
Hipotesis yang digunakan adalah H0 : ρ =
X2 terhadap variabel Y. Dari hasil
0 menunjukkan tidak adanya hubungan
perhitungan diperoleh koefisien korelasi
(nol = tidak ada pengaruh) dan H1 : ρ ≠ 0
ganda X1 dan X2 terhadap Y adalah 0,567
menunjukkan ada hubungan (tidak sama
dan koefisien determinasi sebesar 0,322.
dengan nol, mungkin lebih besar dari 0
Setelah diketahui koefisien korelasi ganda
atau lebih kecil 0 yang berarti ada
dan
kemudian
pengaruh) dengan kriteria H0 ditolak jika
menghitung koefisien korelasi parsil dan
Fhitung ≥ F(k,(n–k–1)) dan hasil perhitungan
determinasi untuk mengetahui besarnya
diperoleh Fhitung = 8,7861 sedangkan Ftabel
pengaruh
= F(2,37) = 4,105.
Tahap
berikutnya
ganda
determinasi
untuk
ganda
masing-masing
variabel
X1
terhadap variabel Y dan variabel X2
Berdasarkan data hasil penelitian
terhadap variabel Y. Hasil perhitungan
yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata
koefisien korelasi parsil antara Y dengan
hasil pencapaian skor tes kemampuan
X1 dengan menganggap X2 tetap adalah
komunikasi dan pemecahan masalah dari
0,324 dengan harga koefisien determinasi
masing-masing
0,104 dan koefisien korelasi parsil antara
adalah 65 dan 59, ini menunjukkan bahwa
Y dengan X2 dengan menganggap X1 tetap
kemampuan komunikasi dan pemecahan
adalah 0,166 dengan harga koefisien
masalah matematika siswa belum optimal
determinasi
dan masih perlu bimbingan dari guru agar
0,028.
Setelah
diperoleh
siswa
mencapai
hasil
secara
individu
koefisien korelasi parsil kemudian diuji
dapat
keberartiannya, dengan rumusan hipotesis
maksimal.
H0 adalah koefisien korelasi tidak berarti
menyatakan hubungan pengaruh antara
dan H1 adalah koefisien korelasi berarti.
kemampuan komunikasi dan pemecahan
Persamaan
Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983
belajar
yang
regresi
yang
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
110
masalah terhadap hasil belajar siswa,
sebaliknya bila nilai salah satu variabel
yaitu:
diturunkan,
(1),
maka
akan
menurunkan
dengan ketentuan X1 dan X2 adalah
variabel yang lain (Sugiyono, 1999:194).
bilangan bulat positif karena kemampuan
Dari keterangan tersebut dapat diketahui
komunikasi dan pemecahan masalah yang
bahwa
dimiliki oleh siswa tidak mungkin bernilai
pemecahan masalah dalam pembelajaran
negatif. ̂ pada persamaan diatas adalah
matematika RME berpengaruh positif
variabel hasil belajar, X1 adalah variabel
terhadap hasil belajar siswa dan besarnya
kemampuan komunikasi dan X2 adalah
pengaruh atau kontribusi kemampuan
variabel kemampuan pemecahan masalah.
komunikasi
Harga 42,095 merupakan nilai konstanta
terhadap hasil belajar siswa sebesar 0,322
yang menunjukkan bahwa jika seorang
atau 32,2%.
siswa
tidak
komunikasi
mempunyai
dan
masalah,
dan
komunikasi
pemecahan
Berdasarkan analisis
kemampuan
pemecahan
kemampuan
dan
masalah
yang telah
dilakukan, diketahui bahwa kemampuan
maka hasil belajarnya bernilai 42,095.
komunikasi
Sedangkan
merupakan
matematika RME berpengaruh positif
menunjukkan
terhadap hasil belajar siswa. Besarnya
bahwa setiap kenaikan skor kemampuan
pengaruh atau kontribusi kemampuan
komunikasi sebesar 1, maka akan diiringi
komunikasi terhadap hasil belajar siswa
kenaikan skor hasil belajar sebesar 1
sebesar 0,104 atau 10,4%, sedangkan
dengan menganggap skor kemampuan
hubungan pengaruh antara kemampuan
pemecahan
komunikasi
koefisien
harga
regresi
0,316
yang
masalah
adalah
tetap.
dalam
dan
pembelajaran
pemecahan
masalah
Demikian juga halnya dengan harga 0,107
terhadap hasil belajar siswa dinyatakan
merupakan
oleh persamaan regresi:
koefisien
regresi
yang
menunjukkan bahwa setiap kenaikan skor
(2).
Persamaan
kemampuan pemecahan masalah sebesar
persamaan regresi parsil dari persamaan
1, maka akan diiringi kenaikan skor hasil
regresi (1) dengan menganggap X2 tetap
belajar sebesar 1 dengan menganggap skor
dengan ̂ adalah variabel hasil belajar dan
kemampuan komunikasi adalah tetap.
X1
adalah
tersebut
variabel
merupakan
kemampuan
Hubungan dua variabel atau lebih
komunikasi. Harga 42,095 merupakan
dinyatakan positif, bila nilai salah satu
nilai konstanta yang menunjukkan bahwa
variabel
jika seorang siswa tidak mempunyai
ditingkatkan,
maka
akan
meningkatkan variabel yang lain, dan
kemampuan
komunikasi,
Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983
maka
hasil
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
111
belajarnya bernilai 42,095. Sedangkan
akan diiringi kenaikan skor hasil belajar
harga 0,316 merupakan koefisien regresi
sebesar 1.
yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan
Diperolehnya keempat hal di atas
skor kemampuan komunikasi sebesar 1,
menunjukkan
maka akan diiringi kenaikan skor hasil
komunikasi dan pemecahan masalah siswa
belajar sebesar 1.
khususnya dalam
Berdasarkan analisis
bahwa
kemampuan
menyelesaikan
soal
yang telah
cerita matematika berpengaruh positif
dilakukan, diketahui bahwa kemampuan
terhadap hasil belajar siswa, kemampuan
pemecahan masalah dalam pembelajaran
komunikasi
matematika RME berpengaruh positif
tersebut berbanding lurus dengan hasil
meskipun tidak begitu besar terhadap hasil
belajar
belajar siswa. Besarnya pengaruh atau
kemampuan komunikasi dan pemecahan
kontribusi
masalah yang dimiliki oleh siswa, maka
kemampuan
pemecahan
dan
siswa.
masalah terhadap hasil belajar siswa
hasil
sebesar 0,028 atau 2,8%, sedangkan
semakin tinggi.
hubungan pengaruh antara kemampuan
belajar
Seorang
pemecahan
Jadi
masalah
semakin
tinggi
yang
didapatpun
akan
siswa
dikatakan
telah
pemecahan masalah terhadap hasil belajar
memiliki kemampuan komunikasi dan
siswa dinyatakan oleh persamaan regresi:
pemecahan masalah yang tinggi apabila ia
(3). Persamaan tersebut
dapat memenuhi indikator-indikator yang
merupakan persamaan regresi parsil dari
mewakili
persamaan regresi (1) dengan menganggap
maupun pemecahan masalah. Melalui
X1 tetap dengan ̂ adalah variabel hasil
pembelajaran
belajar dan X2 adalah variabel kemampuan
mengembangkan kemampuan komunikasi
pemecahan
42,095
dan pemecahan masalah yang dimilikinya,
yang
karena dalam pembelajaran RME siswa
menunjukkan bahwa jika seorang siswa
dituntut agar dapat berperan aktif dalam
tidak mempunyai kemampuan pemecahan
diskusi kelompok dan secara kreatif
masalah, maka hasil belajarnya bernilai
menemukan solusi dari permasalahan yang
42,095.
0,107
diajukan, saling berinteraksi dengan teman
yang
maupun guru dan saling bertukar pikiran
menunjukkan bahwa setiap kenaikan skor
sehingga wawasan dan daya pikir mereka
kemampuan komunikasi sebesar 1, maka
berkembang.
merupakan
merupakan
masalah.
nilai
Sedangkan
koefisien
Harga
konstanta
harga
regresi
kemampuan
RME,
Hal
ini
komunikasi
siswa
akan
dapat
banyak
membantu siswa dalam meningkatkan
Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
kemampuan komunikasi dan pemecahan
minat
masalah,
pembelajaran secara keseluruhan, akan
sehingga
ketika
mereka
siswa
yang
positif
112
dihadapkan dengan suatu pertanyaan yang
banyak
menuntut
meningkatkan hasil belajarnya.
pemecahan,
melakukan
mereka
keterampilan
masalah
dan
dapat
tanpa
siswa
dalam
memecahkan
mengembangkan
SIMPULAN dan SARAN
tanggapannya, tidak hanya dengan cara
menghafal
membantu
terhadap
memperdalam
dan
memperluas pemikirannya.
Berdasarkan
landasan
teori
dan
didukung adanya analisis serta mengacu
pada perumusan masalah yang diuraikan
Dalam pembelajaran RME, siswa
di depan, maka dapat disimpulkan hal-hal
juga tidak hanya sekedar mendengarkan
sebagai berikut.
dan menerima secara pasif informasi yang
1.
Ada
pengaruh
kemampuan
ditransfer oleh guru, namun siswa juga
komunikasi dan pemecahan masalah
berperan aktif dalam menggali informasi
dalam
yang dibutuhkan sesuai dengan indikator
Realistic
kemampuan komunikasi dan pemecahan
(RME) terhadap hasil belajar siswa
masalah. Aktivitas-aktivitas siswa yang
pada materi pokok pecahan dengan
muncul selama berlangsungnya proses
besarnya pengaruh adalah 0,322 atau
pembelajaran
32,2%.
memberikan
kontribusi
positif pada meningkatnya kemampuan
2.
pembelajaran
matematika
Mathematic
Ada
Education
pengaruh
kemampuan
komunikasi dan pemecahan masalah siswa
komunikasi
dalam
pembelajaran
yang pada akhirnya juga meningkatkan
matematika
Realistic
Mathematic
hasil belajar mereka.
Education
Di
sisi
pembelajaran
lain
RME
(RME)
terhadap
hasil
dengan
adanya
belajar siswa pada materi pokok
ini
dapat
pecahan dengan besarnya pengaruh
meningkatkan minat siswa dan membantu
siswa dalam pemahaman materi, hal ini
adalah 0,104 atau 10,4%.
3.
Ada
pengaruh
kemampuan
dapat dilihat dari hasil pengisian angket
pemecahan
yang menunjukkan bahwa sebagian besar
pembelajaran matematika Realistic
siswa merasa senang dengan pembelajaran
Mathematic
yang dilakukan praktikan karena dapat
terhadap hasil belajar siswa pada
melatih mereka bekerjasama dan berani
materi
pokok
mengungkapkan pendapat. Respon dan
Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983
masalah
Education
pecahan
dalam
(RME)
dengan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
besarnya pengaruh adalah 0,028 atau
2,8%.
Kontribusi Matematika dalam
Pengembangan Potensi daerah:
Pendidikan, Industri dan Sistem di
Universitas Jenderal Soedirman
Tanggal
6
Maret
2004.
Purwokerto: Universitas Jenderal
Soedirman
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina T. 2004. Psikologi
Belajar. Semarang: UPT MKK
UNNES
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
As’ari,
AR.
2001.
Representasi:
Pentingnya dalam Pembelajaran
Matematika.
Jurnal
MIPA,
FMIPA,
Universitas
Negeri
Malang
Depdiknas. 2003. Draft Kurikulum 2004.
Jakarta: Balitbang Depdiknas
Helmaheri.
2005.
Mengembangkan
Kemampuan Komunikasi dan
Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SLTP melalui Belajar
dalam Kelompok Kecil dengan
Strategi
Think-Talk-Write.
http://pagesyourfavorite.com/ppsupi/abstrakm
at2005.html
Negoro,
ST.
2004.
Ensiklopedia
Matematika. PT. Ghalia Indonesia
Rochmad. 2004. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Masalah
Matematika. Makalah disajikan
dalam
seminar
Nasional
113
Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan Masalah,
Penalaran
dan
Komunakasi.
http://p3gmatyo.go.id
Sugandi,
Achmad.
2004.
Teori
Pembelajaran. Semarang: UNNES
PRESS
Sugiyono.
1999. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sutawidjaja,
Akbar
dkk.
1993.
Pendidikan
Matematika
3.
Jakarta: Departemen Pendidikan
dan
Kebudayaan
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Tinggi
Proyek
Pembinaan
Tenaga
Kependidikan
Tim
Instruktur Matematika. 2002.
Mengenal Model Pembelajaran
Kooperatif. Semarang: Depdiknas
Tim Penyusun Kamus. 2003. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai
Pustaka
Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983
Download