1 optimalisasi universal cervice obligation dan peran

advertisement
OPTIMALISASI UNIVERSAL CERVICE OBLIGATION DAN PERAN
PENDAMPINGAN DALAM MEMPERLUAS JARINGAN INTERNET
TELEPHONE DAN COMPUTER DI TINGKAT KECAMATAN
MELALUI PENDEKATAN SNOWBALL SYSTEM
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI REGIONAL SUMATERA
Dr. Abubakar Iskandar, Drs, M.Si
(Alumni S3 Program Studi KMP – IPB)
ABSTRAK
Tujuan dari pada penelitian ini adalah memperoleh bentuk konsep program pendampingan
dalam pemberdayaan layanan jasa akses telekomunikasi USO, memberikan pendampingan
dalam penerapan konsep yang telah terseleksi, merancang modul pelatihan ITC kepada
pendamping, mengetahui peran, pengelola ITC, dan mengetahui masalah dan Hambatan
yang terjadi pada program ITC. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dengan menggunakan “Snowball System”, yaitu pendekatan terhadap
orang-orang yang dipandang mengetahui masalah ITC dengan cara mendatangi key
person, kemudian key person akan memberitahukan person lain yang mengetahui ITC di
tingkat Kecamatan.Hasil wawancara menunjukan bahwa segmen sosial yang paling banyak
mengunjungi ITC adalah siswa SLP dan SLA. Siswi dan siswi sebagian besar bermain game
dan facebook, sedangkan sebagian kecil mengakses pengetahuan dan mengetik tugas
yang diberikan dari sekolah. Sementara itu, segmen orang dewasa lebih banyak mengetik
keperluan pribadi dan mengakes infoirmasi penting seperti informasi bisnis, informasi produk
harga penjualan misalnya harga sepeda motor, dan lain-lain. Hasil wawancara juga
menunjukan bahwa ada hal-hal negatif dan positif muncul di lapangan atau pengelola. Yaitu
terjadinya penyimpangan yaitu korupsi di tingkat kecamatan, dimana ada pengelola ITC
yang ditagih secara ilegal oleh Jasindo dengan berbagai variasi harga mulai dari 5 juta
sampai 20 juta dengan pembicaraan bahwa uang disetor baru alat di drop. Celakanya uang
ditransfer ke rekening bukan atas nama yang meminta secara ilegal tadi tetapi atas nama
orang lain, sementara pengelola yang bersangkutan memegang surat perjanjian yang isinya
bahwa peralatan tersebut adalah gratis. Selain wawancara juga dilakukan observasi
terutama memahami realitas ITC. Hasil observasi menunjukan bahwa sejumlah lokasi ITC
ternyata ada yang menggunakan program “LINUX” dan ada pula yang menggunakan
program “WINDOWS” karena masyarakat berpendapat bahwa program “LINUX” lebih sulit
jika dibandingkan dengan program “WINDOWS”. Di lokasi observasi ternyata sebagian
besar unit komputer dalam keadaan aktif, sedangkan sebagian kecil tidak aktif.
Key Words: USO, Pendampingan, ITC, Pemberdayaan
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberdayaan adalah “upaya untuk meningkatkan kapasitas mereka yang tergolong
“powerless” menjadi “powerfull”, yang salah satu cara adalah strategi pengembangan
Universal Service Obligation (USO) dalam memperluas jaringan ITC untuk kepentingan
bisnis dan komersial masyarakat melalui internet. Regional Sumtera adalah wilayah yang
memiliki keunggulan geografis sebagai salah satu pintu gerbang di bagian barat Indonesia
ke kawasan internasional (aksesibilitas pasar global), yang memiliki ribuan pulau, disamping
keunggulan agronomis dengan adanya beberapa komoditas agrobisnis, sehingga
dipandang penting optimalisasi Universal Service Obligation (USO) dalam memperluas
jaringan ITC ke berbagai pelosok dan pulau-pulau di regional Sumetara. Secara konstitusi,
USO merupakan kewenangan Kementerian Komunikasi dan Informatika, telah memproduk
Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, yang merupakan landasan
hukum pengembangan telekomunikasi dalam rangka E-Community Services,yang inti
pemikirannya adalah pengembangan dan pemanfaatan kearah konsep E-Community
Services dengan maksud untuk memberikan pelayanan publik yang lebih cepat dan lebih
baik. Untuk itu, perlu ada kesiapan (Readiness) melalui pemenuhan tiga aspek sbb::
a. Pemanfaatan ITC.jaringan ITC (Internet, Telepon dan Computer) harus tersedia secara
luas dan dengan harga yang terjangkau.
b. Pemanfaatan Program ITC. Dengan adanya ITC dapat menggunakan program LINUX
atau WINDOWS.
c. Human Capital: sumberdaya manusia sudah harus mampu mengaplikasikan ECommunity Services
E- Community Services ini dapat diimplementasikan dalam berbagai cara, misalnya
penyediaan sumber informasi, khususnya informasi yang sering dicari oleh masyarakat
melalui kios info (info kiosk). Adapun Sistem Aplikasi yang menjadi prioritas adalah:
a. Sistem Aplikasi E-Procurement dan E-Auction
Pelaksanaan pengadaan barang/jasa, produksi agrobisnis, informasi pasar, dan
lain-lain menggunakan sarana elektronik, bertujuan untuk mempercepat proses komersial
agrobisnis dengan efektif dan efisien.
b. Sistem Aplikasi E-Learning
E-Learning didefinisikan sebagai suatu bentuk teknologi informasi yang diterapkan
pada agrobisnis dalam bentuk sekolah maya, dan merupakan suatu jenis proses
pembelajaran yang memungkinkan penyampaian bahan pembelajaran secara cepat dengan
menggunakan media Internet, Intranet atau media electronik lain. E–Learning dalam proses
ini melibatkan berbagai keuntungan dari media–media teknologi terutama teknologi digital
(internet, intranet atau media jaringan komputer/electronik lain).
c. Sistem Aplikasi E-Service
Sistem Aplikasi E-Service, terkait dengan pelayanan Informasi agrobisnis dan
pelatihan SDM baik di tingkat pendamping, pengelola dan pengguna.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh bentuk konsep program pendampingan dalam pemberdayaan layanan
jasa akses telekomunikasi KPU/ USO
2
2.
3.
4.
5.
Memberikan pendampingan dalam penerapan konsep yang telah terseleksi
Merancang modul pelatihan ITC kepada pendamping
Mengetahui peran, pengelola ITC
Masalah dan Hambatan yang Terjadi pada Program ITC
METODOLOGI
A.. Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan “Snowball
System”, yaitu pendekatan terhadap orang-orang yang dipandang mengetahui masalah ITC
dengan cara mendatangi key person, kemudian key person akan memberitahukan person
lain yang mengetahui ITC di tingkat Kecamatan, sedangkan lokasi penelitian di Regional
Sumatera yang terdiri dari 10 (sepuluh) Provinsi yaitu NAD, Sumut, Sumbar, Riau,
Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Palembang, BABEL, dan Lampung.. Penelitian dilakukan
bulan Juli 2012.
B. Penarikan Sampel
Penarikan contoh dalam penelitian ini dengan langkah-langkah menurut Palte (1978)
digambarkan sbb:
Populasi I
= 10 Provinsi
Sampel I= 40 Kabupaten/Kota
Populasi II = 40 Kabupaten/Kota
Sampel II= 120 Kecamatan
Populasi III = 120 Kecamatan
Sampel III= 120 Kecamatan
Populasi IV = 120 Kecamatan
Sampel IV= 120 Pengelola yang
akan diteliti
C. Jenis Data dan Cara Pengumpulannya
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu
data yang diperoleh dari responden,sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh
melalui berbagai sumber terkait seperti dari Dinas Infokom, Perusahaan Pengadaan ITC,
Perguruan Tinggi setempat, dan lain-lain. Sementara itu teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut
C.1. Observasi
Observasi yaitu pengamatan terhadap lokasi PLIK.Ritzer (1992) mengatakan bahwa
observasi yang dilakukan adalah terutama untuk melihat ITC yang ada di kecamatan.
Teknik yang dilakukan adalah observasi yang berrsifat eksplorasi.Teknik observasi
dipergunakan terutama untuk mengamati ITC yang masih ON maupun yang masih OFF,
pengunjung, pengguna, dan tarif akses ITC.
C.2. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data berupa pertanyaan-pertanyaan lisan kepada
pengelola, baik menyangkut kondisi ITC, pengadaan ITC, tarif pengguna ITC, dan program
yang digunakan (LINUX atau WINDOWS), dan lain- lain.
3
C.3. FGD
FGD yaitu sejumlah pertanyaan kunci yang akan ditanyakan kepada peserta FGD
untuk memperoleh masukan tentang pentingnya ITC
D. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
D.1. Editing, yaitu meneliti jawaban yang telah diberikan oleh responden
D.2.Tabulasi, yaitu memberikan skor terhadap jawaban (frekuensi maupun persentase).
D.3. Entri data ke program exel, dan dinarasikan melalui MW.
Analisis data dalam penelitian adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif ditempuh
dengan menerapkan teknik analisis isi (content analysis) melalui langkah-langkah sebagai
berikut: reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi secara bersamaan
(Miles dan Huberman, 1992). Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Selanjutnya penyajian data sebagai
sekumpulan informasi tentang data yang telah direduksi untuk memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang digunakan
adalah dalam bentuk teks naratif yang di dukung dengan penyajian-penyajian dalam
bentuk: tabel, matriks, grafik, dan bagan.
Cara analisis ini pada dasarnya akan dilakukan sejak peneliti berada di lapangan
dan mengadakan klasifikasi atas kecenderungan data dari catatan lapangan tersebut.
terutama bila didapatkan dari kajian teori tertentu berhubungan dengan temuan tematik
tertentu, maka peneliti membuat kemungkinan elaborasi konseptual atas kecenderungan
data yang ada tersebut. Kasus-kasus temuan tematik digabungkan satu dengan yang lain,
kemudian dibuat dalam bentuk ringkasan data, yaitu usaha membuat sintesis atas apa yang
diketahui dari data sebagai cara menarik kesimpulan yang di teliti secara kualitatif.
E. Kurikulum
Pengembangan kurikulum menyangkut: pendekatan, metode dan teknik, media
pembelajaran, fasilitator, dan penyelenggara
.
E.1. Learning Approaches
E.1.1.Pendekatan Ages, meliputi pedagogy dan andragogy
E.1.2.Pendekatan Proceses, meliputi introduction, contens dan conclusion
E.1.3.Pendekatan Objects, meliputi problems, life task, dan sub matters
E.1.4.Pendekatan Activities, meliputi participants dan facilitator
E.1.5.Pendekatan Streesing, meliputi cognitive, affective, dan psychomotor
E.1.6.Dan seterusnya.
E.2. Learning Media
Media pembelajaran yang disiapkan dalam pelatihan ICT adalah: kelas, Infocus,
komputer, website, email, catting dan lain-lain
E.3. Operator
Dalam proses pembelajaran ITC, harus melibatkan pihak lain sehingga semuanya
menjadi lancar seperti melibatkan Pemda, Tokoh Masyarakat, Ahli ITC dan lain-lain seperti
pada Gambar 1
Pendekatan
Penyelnggara
Metodologi
Fasilitator
Metode
Pembelajaran
Gambar 1: Metodologi Pembelajaran
4
E.4. Learning in Theory and Practice
Agar Peserta mudah memahami dan mengingat materi ITC maka:
E.4.1.. Beri pandangan sepintas tentang materi yang akan disajikan.
E.4.2. Gunakan contoh yang akrab bagi peserta.
E.4.3. Organisasikan bahan, sehingga logis dan mempunyai makna.
E.4.4. Gunakan istilah dan konsep yang sudah familier.
E.4.5. Gunakan sebanyak mungkin bantuan visual.
E.5. Permudah Transfer Materi Baru dari Praktikum ke Kerja
E.5.1. Maksimalkan kemiripan situasi praktikum dengang situasi kerja.
E.5.2. Berikan praktek yang memadai.
E.5.3. Berikan label pada setiap hal.
E.6. Memotivasi Peserta Praktikum
E.6.1. Peserta diberi kesempatan yang maksimal untuk melakukannya.
E.6.2. Pemberian penguatan dengan segera.
E.6.3. Upayakan belajar menurut gaya peserta sendiri.
F. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi terhadap proses pembelaran ITC berdasarkan pada materi yang dijelaskan
di atas seperti discussion, praktikum dan lain-lain. Evaluasi dilakukan baik sebelum
pembelajaran, proses pembelajaran dan sesudah pembelajaran.
F.1. Learning Before
Faktor yang perlu diperhatikan adalah kemampuan peserta baik secara intelektual,
ekonomi, psikologi, dan lain-lain. Selain itu motivasi belajar peserta, apakah tinggi atau
rendah, sedangkan kesiapan peserta adalah peserta dalam keadaan sehat, sakit,aktif atau
tidak aktif, ijin atau tidak ijin, dan lain sebagainya
F.2. Learning Process
Faktor yang perlu diperhatikan adalah reaksi peserta dalam arti memahami,
menanya, menanggapi, dan menginterpretasikan. Reaksi tersebut dapat dilihat dari hasil
belajar apakah excellence (A), baik (B), cukup (C), buruk (D) atau gagal (E). Dalam proses
pembelajaran tersebut apakah terjadi perubahan perilaku dari yang semula malas reading,
writing, and listening menjadi rajin belajar, menulis dan mendengar dalam berbagai
kesempatan. Dengan demikian tentunya akibat yang diharapkan adalah intelektual
sumberdaya manusia.
F.3. Learning After
Yang diharapkan sesudah pembelajaran adalah apakah semua pihak “terdedah”
oleh adanya pembelajaran lalu muncul kepuasan, karena kepuasan menjadi tolok ukur
kesuksesan atau dalam dunia bisnis sering kita dengar ungkapan “your satisfaction is our
success”. Kepuasan dalam arti yang luas baik kepuasan individu, kepuasan organiosasi
user output atau organisasi pencipta output (PLIK), kepuasan klien atau kepuasan
pelanggan, konsumen atau kepuasan masyarakat umum.Evaluasi pembelajaran juga
dilakukan baik melalui tes maupun non tes.
F.4. Test
Tes dapat bersifat classroom. Perlu diingat bahwa pemberian sejumlah soal dalam
tes, harus memberikan bobot yang berbeda karena kualitas berpikir untuk semua soal tidak
sama. Misalnya empat soal yang diberikan kepada peserta dengan bobot 25, 15, 10, dan 5.
Maksudnya adalah di satu pihak peserta diajak berpikir analitik, sedangkan di lain pihak
peserta disuruh berpikir fotografis. Contoh:
Jelaskan secara paradigmatik USO (25)
Jelaskan apa itu perangkat lunak (15)
Sebutkan unsur-unsur penting Komputer (10)
Apa yang dimaksudkan dengan ITC (5)
Sementara itu, evaluasi bersifat non tes dapat berupa makalah, praktikum, dan lain-lain
5
F.5. Participant
Evaluasi dilakukan terhadap tim work, baik tim evaluasi program ITC, tim
penyusunan kurikulum. Evaluasi juga dilakukan terhadap fasilitator, apakah fasilitas betulbetul berperan dan fungsional dalam membimbing, dan memimpin suatu kegiatan atau tidak.
Disamping itu, evaluasi juga dilakukan terhadap peserta didik, apakah aktif atau tidak, kreatif
atau tidak kreatif, dan lain-lain. maupun terhadap panitia penyelenggara suatu kegiatan
misalnya pengelola, pendamping dan lain-lain
F.6. Stakeholders
Selanjutnya evaluasi juga dilakukan terhadap klien, apakah puas atau tidak puas
terhadap output kita. Atasan juga harus dinilai apakah sangat terikat dan ditentukan oleh
rumusan kurikulum yang telah disusun,yang merupakan kesepakatan kolektif, atau
menyimpang, apakah selalu disiplin menjaga rumusan yang tertera dalam pedoman atau
keluar dari pedoman dan sebagainya. Jika menemui hambatan dan kegagalan, maka
segera melakukan “learning to the people” or “learning from the people” seperti pada
Gambar 2
Sebelum
Proses
Sesudah
Kemampuan
Reaksi
Pribadi
Motivasi
Hsl belajar
Organisasi
Kesiapan
Per.perilaku
Klien
Akibat
Evaluasi
Masyarakat
Non Tes
Tes
Fasilitator
Tim
Klien
Peserta
Atasan
Pengelola
Masyarakat
Gambar 2: Evaluasi Pembelajaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Optimalisasi Program Universal Service Obligation (USO)
Kemajuan di bidang ITC membuka isolasi daerah melalui aliran informasi dan
pengetahuan dengan jaringan internet, telepon dan komputer, maka masyarakat dapat
melakukan komunikasi tanpa harus melakukan perjalanan. Demikian juga dengan
internet, masyarakat dapat mengakses informasi dan pengetahuan dari berbagai sumber
di seluruh belahan dunia. Pada tahap yang lebih maju, internet dapat menjadi “penutup”
jurang bagi para profesional, masyarakat desa dan produsen pertanian untuk memulai
interaksi dan dialog. Hal ini akan menumbuhkan aliansi baru dan jejaring antar personal
bersamaan dengan organisasi formal lainnya. Lebih dari itu, sarana komunikasi akan
menumbuhkan mekanisme yang memungkinkan terjadinya artikulasi bottom-up dan
berbagi informasi tentang kebutuhan dan pengetahuan lokal. Kemanfaatan primer yang
diperoleh adalah peningkatan efisiensi sumberdaya pembangunan, mengurangi duplikasi
kegiatan, mengurangi biaya komunikasi/transportasi, dan akses global terhadap informasi
dan sumberdaya manusia. Pemerintah Indonesia melalui pemenuhan Universal Service
Obligation (USO) di sektor telekomunikasi telah membangun fasilitas pelayanan
6
telekomunikasi dan informasi perdesaan.
Universal Service Obligation (USO) dituangkan didalam Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor 32/PER/M.KOMINFO/10/2008 tentang Penyediaan
Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi dalam bentuk antara lain: Fasilitas yang
telah dan akan terus dibangun menuju terwujudnya akses dan layanan telepon secara
nasional di 31.824 desa pada tahun 2009, internet di 4.218 kecamatan pada tahun 2010,
dan akses internet di 31.824 desa pada tahun 2013. Sementara itu, fasilitas ITC di
regional Pulau Sumatera dan sekitarnya telah dibangun diseluruh Kabupaten/Kota dan
Kecamatan. Keberadaan fasilitas internet secara maya telah dapat memasukkan
masyarakat dalam jaringan informasi global. Masyarakat mempunyai fasilitas untuk dapat
mengakses dan memperoleh berbagai informasi, data, pengetahuan dan jejaring yang
tak terbatas melalui komunikasi telepon dan internet. Operasional fasilitas internet
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut sangat diperlukan program pembinaan, pengembangan
dan pemberdayaan layanan jasa akses telekomunikasi USO ini dari segala aspek
dengan melibatkan berbagai unsur yaitu: pemerintah, masyarakat, lembaga perguruan
tinggi dan pihak swasta. Salah satu bentuk kegiatan dalam rangka peningkatan
operasional dan layanan fasilitas internet adalah adanya kegiatan optimalisasi dan
pemberdayaan layanan jasa akses telekomunikasi USO melalui pengembangan konsep
pendampingan yang telah dilaksanakan pada tahun 2011 dengan menghasilkan usulan
program pendampingan dan selanjutnya program tersebut akan diimplentasikan pada
tahun 2012 kepada beberapa lokasi ITC yang menjadi obyek pendampingan. Oleh
karena itu, masih diperlukan usulan program pendampingan yang belum tertangani pada
tahun 2012 untuk diimplementasikan pada tahun 2013. Dalam pelaksanaan implementasi
program pendampingan ini diperlukan jasa konsultan untuk melakukan pendampingan
kepada perguruan tinggi dengan tujuan untuk lebih memastikan pelaksanaan program
pendampingan berjalan sesuai dengan yang diusulkan.
B. Pendampingan dalam Operasionalisasi ITC
Pendamping sebanyak 80 orang untuk 10 Provinsi dengan perincian 1 provinsi
sebanyak 8 orang. Adapun perincian masing-masing Kabupaten/Kota sebagai berikut:
B.1.Koordinator Provinsi
= 1 orang
B.2.Pendamping Tingkat Kabupaten/Kota= 4 orang
B.3.Pendamping Tingkat Kecamatan
= 3 orang
Pendamping masing-masing Provinsi dilatih oleh instruktur dari Kementerian Informasi
dan Komuniksi RI di Ibukota Provinsi yang bersangkutan.Mereka ini akan melatih
pengelola ITC di masing-masing Kecamatan, dan pengelola akan memberitahukan
kepada pengguna ITC jika pengguna mengalami kesulitan dalam mengoperasikan ITC di
lokasi yang bersangkutan.
Tujuan pendampingan adalah meningkatkan kapasitas pengelola ITC dalam
mengoperasionalkan perangkat ITC dan memanfaatkan ITC untuk melayani kebutuhan
dan penyebaran informasi dalam peningkatan ekonomi, pendidikan dan kesehatan bagi
masyarakat, meningkatkan kapasitas pengelola ITC dalam mengelola administrasi dan
keuangan secara sederhana, meningkatkan kapasitas pengelola ITC dalam mengatasi
permasalahan teknis jaringan internet (hardware dan software), penelusuran sumbersumber informasi, pelaksanaan internet sehat, komunikasi dan surat menyurat dengan email, dll, meningkatkan kapasitas pengelola ITC dalam mempromosikan manfaat
penggunaan internet untuk kemajuan dan kemakmuran kehidupan masyarakat, dan
menghubungkan pengelola ITC dengan stakeholder lainnya (perguruan tinggi, lembaga
pemerintah, dunia usaha, komunitas internet,dll.).
7
Karena itulah strategi yang ditempuh adalah, mengintensifkan upaya-upaya
pemberdayaan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat, menjalin
kemitraan yang seluas-luasnya dengan berbagai pihak untuk bersama-sama
mewujudkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat, mengoptimalkan seluruh
potensi dan sumber daya yang dimiliki masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah
daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi
masyarakat, dan kelompok peduli lainnya secara sinergis, mengembangkan
kelembagaan masyarakat yang dipercaya, mengakar, dan akuntabel, dan meningkatkan
kemampuan pembelajaran di masyarakat dalam memahami kebutuhan dan potensinya
serta memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.Obyek yang didampingi adalah
Pengelola unit ITC yang potensial dengan kriteria ITC yang masih operasional atau
berfungsi dengan kejelasan siapa pengelola dilokasi terpilih.
Tugas pendamping adalah koordinasi dan sosialisasi dengan pemerintah daerah
kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan program pemberdayaan dan pendampingan,
melakukan diskusi terarah di tingkat kecamatan dalam rangka menentukan desa-desa
terpilih sebagai target dalam mendukung pelaksanaan program pemberdayaan dan
pendampingan, bersama pemerintah daerah dan perguruan tinggi menyusun rencana
kerja pelaksanaan program pemberdayaan dan pendampingan,melaksanakan pelatihan
teknis dan pendampingan pengelolaan, administrasi dan keuangan dan pelatihan
keberlanjutan layanan bagi pengelola ITC yang telah ditentukan, melaksanakan
pembekalan teknis kepada masayarakat dalam rangka mendukung penerapan layanan
ITC, dan menyusun laporan kerja (laporan mingguan, laporan bulanan, lapoan akhir).
Dengan demikian metode yang diperlukan adalah Lokakarya (diskusi kelompok terarah)
di awal pendampingan dan di akhir pendampingan, pertemuan berbagi pengalaman atau
diskusi dengan para pengelola ITC di tingkat kecamatan, bimbingan perorangan
(pengelola) ITC, praktek membuat laporan keuangan, pemeliharaan komputer, promosi
dengan didampingi pendamping
.
C. Materi Pelatihan ITC kepada Pendamping
Materi pelatihan ITC kepada pendamping meliputi:
C.1. Pemeliharaan ICT
Pemeliharaan ICT meliputi perlindungan terhadap ICT, langkah-langkah
pemeliharaan ICT, dan langkah-langkah untuk membersihkan komputer.
C.2. Pengembangan ICT
Pengembangan ICT meliputi pengunjung baik untuk kepentingan mengetik,
facebook, maupun intenet dan lain-lain. Jasa pengetikan, facebook maupun internet dan
lain-lain merupakan suatu langkah untuk mengantisipasi apabila ICT dalam kondisi cukup
ramai pengunjung. Jasa pengetikan dinilai adalah usaha yang mempunyai pasar lumayan
besar. Apalagi bila posisi atau letak keberadaan ICT itu sendiri berada disekitar sekolah,
kampus atau perkantoran
C.3. Modul Administrasi Keuangan
Modul administrasi keuangan berisikan: (a) materi bagan akun yang terdiri dari
definisi operasional bagan akun dalam pusat layanan ICT, ruang lingkup bagan akun di
pusat layanan ICT, identifikasi jenis-jenis transaksi bisnis di pusat layanan ICT, (b) materi
buku kas harian yang terdiri dari: definisi operasional buku kas harian di pusat layanan
ICT, ruang lingkup, pembutan format buku kas harian di pusat layanan ICT,pengisian
8
buku kas harian di pusat layanan ICT, (c) laporan keuangan yang terdiri dari:definisi
operasional, dan ruang lingkup, format laporan keuangan,posting akun riil (neraca),
posting akun nominal (laba rugi), penyusunan laporan keuangan, (d) inventarisasi aset
yang terdiri dari definisi operasional, ruang lingkup, pembuatan kode nomor aset pusat
layanan ICT, pengisian buku inventarisasi aset di pusat layanan ICT.
C.4. Modul Administrasi Pendataan Pengguna ICT
Modul ini berisikan data pengguna ICT, data yang diperlukan mencakup: nama,
jenis kelamin, pekerjaan, usia dan tujuan pengguna di pusat layanan ICT, bidang yang
dicari, serta jam mulai dan selesai.
C.5. Modul SOP Pusat layanan ICT
Modul ini terdiri dari (a) standar pelayanan dan pelayanan, (b) persyaratan
pencahayaan ruang komputer, (c) letak ruang komputer, (d) persyaratan teknis ruang
komputer, (e) posisi duduk, (f) jarak pandang pengguna dengan komputer, (g) standar
operasi yang meliputi: operasional ICT,pengoperasian komputer Server, pengoperasian
komputer Client, perawatan perangkat dan lain-lain.
C.6. Modul Teknis Hardware Komputer
Modul ini terdiri dari: (a) pengenalan komputer yang meliputi: CPU (Central
Processing Unit)/Processor, (b) Memory (RAM dan ROM), (c) Input/output, (c) Pre test
and Evaluation test yang meliputi: hardware komputer, jaringan komputer, instalasi
sistem ooperasi LINUX dan WINDOWS, Instalasi program aplikasi, trouble shooting dan
perawatan komputer.
C.7. Modul Jaringan Komputer
Modul ini meliputi materi: (a) tujuan yang terdiri dari pemahaman konsep dasar
Local Area Network (LAN), mampu melakukan setting konfigurasi LAN dan WAN (wide
area network, dan mampu melakukan setting konfigurasi kabel jaringan, (b) dasar teori
yang membahas tentang: konsep dasar LAN, tipologi jaringan, tipe jaringan, dan lain-lain.
C.8. Evaluasi
Evaluasi berupa ujian kelas dengan distribusi materi 13 soal yang melingkupi enam
dimensi yang telah diberikan dalam jangka waktu 15 menit..
Tabel 1: Distribusi Materi Ujian Kelas
No Jenis Materi
1
Hardware Komputer
2
3
4
5
6
Pertanyaan
1.apa yang disebut komputer?
2.peralatan apa yang digunakan dlm komputer?
3.apa yang disebut hardware, software dan brainware?
Jaringan Komputer
1.apa yg dimaksud dengan jaringan komputer?
2.sebutkan jenis-jenis jaringan komouter!
3.apa yang dimaksud dengan TCP/IP jelaskan!
4.bagaimana cara pemasangan kabel UTP pada konektor
RJ 45 (cross dan straight)
Instalasi
Sistem 1.apa perbedaan SO Linux dengan Windows,jelaskan!
Operasi LINUX
2.perintah-perintah Linux apa saja yang anda ketahui!
3.bagaimana cara penginstalan SO Linux Ubuntu!
Instalasi
Program 1.apa yang disebut dengan program aplikasi dan
Aplikasi
bagaimana hubungannya dengan system operasi?
Truble Shooting
1.masalah apa yang anda alami pada saat menggunakan
SO Linux dan bagaimana pemecahan masalahnya?
Perawatan Komputer 1.bagaimana cara perawatan computer yang baik?
9
D. Peran Pengelola ITC
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan Peningkatan Kapasitas ITC oleh
pendamping diharapkan pengelola memahami hal-hal sebagai berikut: pengelolaan
sebagai kegiatan yang bertujuan, terencana dan sistematis, Istilah-istilah dalam komputer
dan jaringan komputer, promosi, masalah keuangan, konsep-konsep evaluasi keuangan,
dan promosi ITC.Dengan pembekalan ini pengelola menjadi terampil dalam hal membuat
pembukuan sederhana, memelihara komputer dan jaringan komputer, mempromosikan
ITC kepada masyarakat luas. Pengelola memiliki sikap positif dalam mengelola ITC yakni
mengelola ITC merupakan tanggungjawab sosial untuk mencerdaskan masyarakat
sekitar, mengelola ITC merupakan kegiatan ekonomi yang sehat, mengelola ITC
memerlukan dedikasi dalam pengelolaannya, dan mengelola ITC merupakan kegiatan
yang terencana. Dengan demikian output yang diharapkan adalah membuat pembukuan
sederhana, membuat daftar pengunjung dan laporan kunjungan perbulan beserta
penggunaannya, rencana promosi dalam setahun dan terbangunnya sistem pengelolaan
ITC yang sehat
E. Masalah dan Hambatan yang Terjadi pada Program ITC
. Untuk memperoleh informasi tentang masalah, hambatan dan perkembangan
lainnjya tentang ITC secara holistik di 10 (sepuluh) provinsi maka dilakukan hal-hal
sebagai berikut
E.1. Studi Explorasi Terhadap Pengelola ITC
E.1.1. Wawancara
Hasil wawancara terhadap pengelola ITC menunjukan bahwa segmen yang
paling banyak mengunjungi ITC adalah siswa SLP dan SLA. Siswi dan siswi sebagian
besar bermain game dan facebook, sedangkan sebagian kecil mengakses pengetahuan
dan mengetik tugas yang diberikan dari sekolah. Sementara itu, segmen orang dewasa
lebih banyak mengetik keperluan pribadi dan mengakes infoirmasi penting seperti
informasi bisnis, informasi produk harga penjualan misalnya harga sepeda motor, dan
lain-lain. Hasil wawancara juga menunjukan bahwa ada hal-hal negatif dan positif muncul
di lapangan atau pengelola. Misalnya, terjadinya penyimpangan (korupsi ditingkat
Kecamatan), sebagai konsekuensi dari pengabaian problem sosialisasi, komunikasi, dan
evaluasi. Kasus yang terjadi misalnya ada pengelola ITC yang ditagih secara ilegal oleh
Jasindo dengan berbagai variasi harga mulai dari 5 juta sampai 20 juta dengan
pembicaraan bahwa uang disetor baru alat di drop. Celakanya uang ditransfer ke
rekening bukan atas nama yang meminta secara ilegal tadi tetapi atas nama orang lain,
sementara pengelola yang bersangkutan memegang surat perjanjian yang isinya bahwa
peralatan tersebut adalah gratis, namun dapat dipahami bahwa karena kurangnya
sosialisasi, komunikasi dan evaluasi sehingga keadaan ini bisa terjadi. Karena itu,
sampai saat ini, pengelola tidak memenuhi kewajibannya karena ia berasumsi bahwa alat
tersebut ia telah beli dan seolah-olah miliknya.
E.1.2. Observasi
Observasi yang dilakukan adalah terutama untuk memahami realitas ITC. Teknik
yang paling ringan adalah observasi yang bersifat eksplorasi. Teknik observasi
dipergunakan terutama untuk mengamati peralatan ITC (software, hardware dan lainlain). Setelah diamati sejumlah lokasi ITC ternyata bahwa ada yang menggunakan
program “LINUX” dan ada pula yang menggunakan program “WINDOWS” karena
masyarakat berpendapat bahwa program “LINUX” lebih sulit jika dibandingkan dengan
program “WINDOWS”. Di lokasi observasi ini, ternyata bahwa sebagian besar unit
komputer dalam keadaan aktif, sedangkan sebagian kecil tidak aktif. Selain melihat
peralatan, juga diamati pengguna atau pengunjung, ternyata yang ada pada saat itu
adalah para siswa dan siswi, serta orang dewasa. Ini artinya bahwa pendekatan bottomup dan top down menjadi penting dalam program ini.
10
E.2. FGD
Untuk melengkap wawancara dengan pengelola dan observasi terhadap ITC yang
ada dibuka pula ruang FGD di tiap Provinsi untuk mengetahui aspirasi, masalah dan
hambatan yang dihadapi serta jalan keluar mengatasi masalah dan hambatan yaitu:
1. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Bahwa harus ada koordinasi yang baik di lintas sektoral baik tingkat Provinsi dan
Kab/Kota, perlu diadakan pelatihan terhadap kepala desa agar melek internet, pihak
Perguruan Tinggi harus dilibatkan dalam pemberdayaan ITC, perlu sharing informasi
terkait dengan pendidikan,kesehatan, dan ekonomi di lintas sektoral baik di tingkat
Provinsi maupun Kab/Kota, segera diperbaiki jaringan/koneksi yang masih lemah di
beberapa lokasi/daerah penempatan ITC, pihak provider harus lebih bertanggung jawab
dalam masalah teknis seperti mengganti alat-alat yang rusak, dan pihak BP3TI dapat
membantu menyelesakan masalah ini.
2. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Sumatera Utara
Untuk lebih mengikat agar lintas aras lebih kuat maka diperlukan MoU antara
Kementerian Kominfo dengan pihak yang relevan dan urgen dalam kegiatan ini misalnya
dengan pihak Perguruan Tinggi, dan instansi terkait, sehingga ITC ini benar-benar
terpenetrasi ke berbagai tingkat masyarakat. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa,
jika ITC ini betul-betul merakyat dan kelihatannya ramai maka segmen masyarakat
utama yang perlu dilatih adalah siswa/siswi SLTP dan SLTA serta tokoh-tokoh
masyarakat dan elit-elit lokal lainnya, dan mereka inilah yang akan mempengaruhi
segmen sosial lain untuk mengakses ITC
3. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Sumatera Barat
Berdasarkan saran dan kritik dari peserta, isu-isu strategis yang dibahas menyangkut
masalah pendistribusian peralatan ICT yang tidak melibatkan Dinas Kominfo di daerah
Sumatera Barat baik pada aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, yang
kemudian menimbulkan banyak masalah-masalah yang muncul. Masalah yang
terungkap dalam diskusi menyangkut aspek kelembagaan dari pengelola ICT yang
hingga kini tidak begitu jelas, juga tidak adanya pembinaan SDM pengelola ICT dan
promosi ICT yang sangat terbatas.
Begitu pun
jejaringan sosial ICT untuk
pengembangan komunitas masyarakat di Kecamatan yang belum ada arahan dan
pembinan, dan bahkan penggunaan perangkat ICT masih didominasi untuk permainan
anak-anak (game), ketimbang layanan internet untuk kepentingan pendidikan (pelajaran
sekolah).
Kondisi ini terjadi dilingkungan masyarakat perdesaan tanpa adanya
pengawasan
dan
aturan
main
(code
of
conduct)
penggunaan
ITC.
4. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Riau
Saran dan kritik menyangkut soal pendistribusian paket ITC yang kurang tepat dan
tidak melibatkan Kominfo daerah Riau baik pada aspek perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan, sehingga cukup komplek masalah-masalah yang terjadi yang menyangkut
aspek kelembagaan dari pengelola ITC yang tidak begitu jelas, manajemen dan
pembinaan SDM PLIK dan promosi ICT belum ada, serta jejaringan sosial ITC untuk
pengembangan komunitas masyarakat di Kecamatan yang belum terarah, dan bahkan
permainan anak-anak (game) dan layanan internet oleh masyarakat belum diatur dan
tanpa pengawasan. Agar pemanfaatan ITC untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat
sudah seharusmya ada Kode Etik Pemanfaatan ITC yang ditaati oleh para pengelola
dan pengguna.
5. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Kepulauan Riau
Argumen yang berkembang adalah bahwa ITC perlu disosialisasikan ke berbagai
segmen sosial, sehingga masyarakat mengetahui bahwa ITC adalah program gratis dari
pemerintah, namun tidak dilupakan bahwa pengguna atau konsumen tetap bayar dengan
tarif yang telah ditentukan.
Setelah sosialisasi maka koordinasi secara vertikal
(Kementerian Infokom ke Dinas Infokom Propinsi, dan dari Dinas Infokom Propinsi ke
Dinas Infokom Kabupaten sampai ke jenjang paling bawah atau pengelola ITC) maupun
koordinasi horisontal (Dinas Infokom, Dinas Perhubungan, Dinas Pendidikan, Dinas
11
Kesehatan, dan lain-lain) sehingga program ITC tetap berjalan sesuai koridor. Karena itu
perlu pelibatan jenjang dinas dibawahnya. Namun demikian, tidak cukup hanya dengan
koordinasi kalau tidak diikuti dengan evaluasi dan monitoring. Evaluasi dan monitoring
yang dimaksud adalah mengetahui sampai sejauh mana kemajuan ITC dan apa
hambatan dan masalah yang dihadapi, dengan mengetahui hambatan dan masalah
maka segera diatasi masalah atau hambatan tersebut.Untuk lebih mengikat agar lintas
aras lebih kuat maka diperlukan semacam surat keputusan atau surat perintah dari
Kementerian Kominfo dengan pihak yang dipandang relevan misalnya Dinas Kominfo
Provinsi/Kabupaten, Perguruan Tinggi, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan lain-lain,
sehingga ITC benar-benar terpenetrasi ke berbagai tingkat masyarakat. Agar ITC dapat
diterima secara umum maka pendekatan bottom-up dan top down perlu diciptakan,
dengan asumsi bahwa apa yang direncanakan oleh pihak atas belum tentu sesuai
keinginan masyarakat, sebaliknya apa yang diinginkan pihak masyarakat belum tentu
diikuti oleh pihak atas, sehingga perlu membangun collaboration antara kedua kubu
tersebut.
6. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Jambi
BP3TI dan PT Jastrindo Dinamika segera dihadirkan dan berkoordinasi dinasdinas terkait di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Perlu dilaksanakan workshop untuk
melibatkan stakeholder/dinas-dinas terkait tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan
segera dibereskan ITC yang tidak berfungsi (dalam keadaan off) yaitu rusak dan
koneksi/jaringan yang lemah.Pihak Perguruan Tinggi berkomitmen akan membantu
dalam pemberdayaan optimalisasi ITC sesuai kapasitasnya.Pihak-pihak yang di undang
dalam acara koordinasi optimalisasi ITC mendukung dan membantu terlaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat sesuai kapasitasnya.Pihak Dinas meminta kepada
tim koordinator provinsi untuk berkoordinasi dan memberikan laporan selama kegiatan
dalam pendampingan.
7. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Bengkulu
ITC perlu disosialisasikan ke berbagai strata sosial maupun berbagai segmen
sosial sehingga, masyarakat mengetahui bahwa ITC adalah program gratis dari
pemerintah, namun tidak dilupakan bahwa pengguna atau konsumen tetap bayar dengan
tarif yang telah ditentukan.Setelah sosialisasi maka koordinasi secara vertikal
(Kementerian Infokom ke Dinas Infokom Propinsi, dan dari dinas Infokom Propinsi ke
Dinas Infokom Kabupaten sampai ke jenjang paling bawah atau pengelola ITC) maupun
koordinasi horisontal (Bappeda, Dinas Infokom, Dinas Perhubungan, Dinas Pendidikan,
Dinas Kesehatan, dan lain-lain) sehingga program ITC tetap berjalan sesuai koridor.
Karena itu perlu pelibatan jenjang dinas dibawahnya. Namun demikian, tidak cukup
hanya dengan koordinasi kalau tidak diikuti dengan evaluasi. Evaluasi dimaksud adalah
mengetahui sampai sejauhmana kemajuan ITC dan hambatan dan masalah apa yang
dihadapi, dengan mengetahui hambatan dan masalah maka segera diatasi masalah atau
hambatan tersebut.Agar ITC ini dapat diterima secara umum maka pendekatan bottomup dan top down perlu diciptakan, dengan asumsi bahwa apa yang direncanakan oleh
pihak atas belum tentu sesuai keinginan masyarakat, sebaliknya apa yang diinginkan
pihak masyarakat belum tentu diikuti oleh pihak atas, sehingga perlu membangun
solidaritas organic antara kedua kubu tersebut, sehingga keberadaan ITC menjadi
perhatian besar baik pihak pemerintah daerah maupun pihak masyarakat.
8. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Sumatera Selatan
Keberadaan ITC di Provinsi Sumsel kurang bergitu dikenal oleh pejabat Dinas
Perhubungan-Kominfo dan tokoh masyarakat di daerah, akibat tidak adanya koordinasi
dan sosialisasi program ITC pada awal dimulainya program (tahun 2010). Hal ini
menyulitkan proses pembinaan dan pemantauan peleksanaan program ITC di
kecamatan, sehingga pihak Dinas Perhubungan-Kominfo Provinsi Sumsel tidak memiliki
data tentang keragaan ITC (alamatnya dimana,siapa pengelolanya, kondisi peralatannya,
bagaimana penggunaannya, dll). Oleh karena itu untuk mengoptimalkan peranan ITC
dalam pengembangan masyarakat, pihak BP3TI Kominfo bekerjasama dan berkoordinasi
12
dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) di daerah, yang dilakukan secara
berjenjang birokrasi pemerintahan (Provinsi, Kab/Kota dan kecamatan, serta
Kelurahan/Desa),sehingga kebijakan dan program Kominfo RI dapat dipahami berbagai
pihak, yang kemudian diharapkan akan membantu memperlancar pelaksanaan dan
pengawasan di lapangan atau
di daerah.Berdasarkan hasil pantauan Dinas
Perhubungan-Kominfo Provinsi Sumsel ditemukan banyak yang tidak jelas spesifikasi
dan tidak sesuai dengan spesifikasi peralatan awal, pengelolanya kurang dikenal, ada
alamat tapi tidak ada aktivitas ITC, ada peralatan ITC telah berpindah pengelola, dan ada
juga ITC yang berpindah alamat lokasi ITC, ada ITC tapi tidak berfungsi (off), dan ada
ITC berjalan tapi kurang berfungsi untuk mendidik masyarakat setempat seperti sarana
permain game bagi anak-anak.Oleh karena itu, adanya proses pendampingan
optimalisasi pemberdayaan ITC di Sumsel menjadi sangat penting untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut.Guna mengoptimalkan fungsi ITC diperlukan adanya
keterlibatan lintas sektoral dan perguruan Tinggi dalam mendukung program
pemberdayaan ITC. Untuk itu peran-serta masyarakat pengelola dan pengguna ITC
dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan keberadaan ITC sangat
diperlukan,sehingga memerlukan adanya panduan atau pedoman umum atau standar
prosedur (buku pintar, juklak dan Juknis) dalam pemberdayaan PLIK agar sejalan
dengan misi pembangunan mencerdaskan dan memakmurkan kehidupan
masyarakat.Untuk pengembangan ITC ke depan perlu dilakukan pembinaan dan
pengawasan secara berkelanjutan. Untuk itu, perlu dibangun kerjasama antara Dinas
Perhubungan Kominfo Provinsi Sumsel melibatkan dunia pendidikan seperti Diknas dan
PT (Universitas, Sekolah Tinggi dan akademi) untuk penguatan kapasitas kelembagaan
ITC. Dengan melibatkan jajaran birokrasi Dinas Pendidikan/Agama Provinsi dan
Kabupaten/Kota se Sumsel, yang akan dapat memfasilitasi
SMA/SMK, SMP,
Madrasayah dan Pondok Pesantren sebagai masyarakat pengguna ITC yang ada di
lingkungannya. Akan tetapi untuk memperlancar operasionalisasi ITC di lapangan pada
tingkat kabupaten dan kecamatan perlu adanya koordinasi dan sosialisasi /promosi
program ITC.Lokasi ITC di kecamatan, sebaiknya berada dekat dengan pusat pelayanan
masyarakat seperti lingkungan sekolah, lingkungan pasar dan lingkungan pelayanan
pemerintahan di daerah kecamatan, dimana masyarakat pengguna ITC akan mudah
mengaksesnya. Dengan demikian penggunaan sarana dan prasarana ITC akan lebih
optimal; dan untuk keberhasilan program pemberdayaan ITC pihak Pemerintahan
provinsi Sumsel mendukung pembangunan teknologi komunikasi dan informasi (ICT)
melalui penyediaan Wi-fi area pada 58 titik, dengan dukungan dana APBD), dan dipihak
lain BP3TI juga memiliki program yang sejenis. Oleh karena itu, agar tidak terjadi
tumpang tindih program kominfo dari pusat (APBN) dengan daerah, sehingga menuntut
adanya koordinasi dan sosialisasi program Kominfo ke daerah-daerah. Pihak BP3TI
Kominfo harus menugaskan pihak mitra penyediaITC (vendor, PT. Jastrindo Dinamika)
harus berkoordinasi dengan pihak Dishub Kominfo Provinsi Sumsel); dan disamping itu
pihak Dishub-Kominfo Sumsel siap dan bersedia memberikan masukan dan
data/informasi mengenai kegiatan USO di daerahnya ke BP3TI Kemenkominfo RI
9. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pihak-pihak yang di undang dalam acara koordinasi optimalisasi PLIK
mendukung dan membantu terlaksananya kegiatan pemberdayaan masyarakat sesuai
kapasitasnya.Pihak Perguruan Tinggi berkomitmen membantu dalam pemberdayaan
optimalisasi ITC sesuai kapasitasnya. Perlu kontrol terhadap jalannya ITC yang sudah
tersebar di berbagai wilayah, dan segera dibereskan ITC-ITC yang tidak berfungsi (dalam
keadaan off), yaitu rusak dan koneksi/jaringan yang lemah. Pihak Dinas Kominfo
meminta kepada tim koordinator provinsi untuk berkoordinasi dan memberikan laporan
selama kegiatan dalam pendampingan.Dinas terkait meminta informasi ITC yang
tersebar di berbagai wilayah, seperti ITC ditempatkan di daerah mana-mana saja dan ITC
yang masih on/off.Diperlukan pelatihan untuk meningkatkan SDM terhadap pengelola
ITC.
13
10. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Lampung
Sejumlah tanggapan dan pendapat dalam diskusi terarah ditemukan bahwa SDM
pengelola masih rendah tingkat pengetahuan dan pendidikannya, kemudahan internet
untuk mengakses informasi dan pengetahuan secara cepat cenderung mempengaruhi
perilaku anak untuk berkreasi secara mandiri (non copy paste). Untuk meningkatkan
pengetahuan penmgelola, perlu diberikan pelatihan secara komprehensif tentang
pengelolaan ITC. Matari yang akan diberikan mencakup: administrasi keuangan dan
pendataan pengguna, teknis operasi, keberlanjutan sarana, pengenalan internet dasar
dan internet sehat, iInternet sebagai sarana, pemanfaatannya sangat bergantung pada
tujuan penggunaan, artinya bisa berdampak positif dan negatif. Untuk itu, di lingkungan
pendidikan anak, sebaiknya tetap harus ada pendampingan dari orangtua dan guru.
Selain itu, tuntutan ketuntasan minimum pendidikan juga semakin tinggi. Dengan
demikian, internet sangat dibutuhkan untuk sarana agar proses pendidikan menjadi
optimal.Pada intinya ITC ditujukan untuk mendukung kegiatan ekonomi, pendidikan, dan
kesehatan. Berdasarkan ketentuan, operating system harus tetap menggunakan open
sourch, jaringan yang telah diubah ke speedy, harap dikoordinasikan dengan penyedia
jasa, Menurut Universitas Bandar Lampung,ITC yang mati, sebaiknya jangan dipindah ke
pengelola lain, tapi dioptimalkan saja, kegiatan optimalisasi supaya efektif hendaknya
melibatkan pihak kecamatan
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah
1. Layanan jasa akses telekomunikasi USO di tingkat kecamatan telah berada di seluruh
regional Sumatera
2. Keberadaan ITC di tingkat Kecamatan telah didampingi pendamping dalam mengawal
operasionalisasi ITC
3. Telah dirancang modul pelatihan ITC kepada pendamping
4. Pengelola ITC telah memainkan perannya secara effektif dan efisien
5. Masih ada masalah dan hambatan yang terjadi pada program ITC
B.Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah
1. Perlu pelibatan pejabat dinas Infokom Propinsi dalam optimalisasi Program USO dalam
memperluas jaringan ITC di tingkat kecamatan
2. Perlu adanya “MoU” antara pihak Kementerian Infokom dengan pihak Perguruan Tinggi di
Daerah.
3. Perlu ditindak secara tegas oknum yang menhyalahgunakan program ITC di daerah
dengan memberikan hukuman sesuai undang-undang KPK yang berlaku
4. Perlu sosialisasi dan komunikasi serta koordinasi secara vertikal maupun horisontal
sebelum sarana dan prasarana ITC di drop di tingkat kecamatan
14
DAFTAR PUSTAKA
Huberman AM and Miles HB, 1992. Analisa Data Kualitatif. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.
Palte, JGL. 1978. Metode Penelitian Sosial Ekonomi (terutama survey). Catatan Kuliah
Stensilan
Penyediaan KPU/USO, 2011. Balai Penyediaan dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi
dan Informatika (BP3TI)
Permen Kominfo Nomor 48 Tahun 2009 tentang Universal Service Obligation (USO)
Ritzer, G. 1992. Sociology: A Multiple Paradigm Science (revised edition), Boston: Aliyn and
Bacon, Inc
15
Download