OPTIMALISASI UNIVERSAL CERVICE OBLIGATION DAN PERAN PENDAMPINGAN DALAM MEMPERLUAS JARINGAN INTERNET TELEPHONE DAN COMPUTER DI TINGKAT KECAMATAN MELALUI PENDEKATAN SNOWBALL SYSTEM DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI REGIONAL SUMATERA Dr. Abubakar Iskandar, Drs, M.Si (Alumni S3 Program Studi KMP – IPB) ABSTRAK Tujuan dari pada penelitian ini adalah memperoleh bentuk konsep program pendampingan dalam pemberdayaan layanan jasa akses telekomunikasi USO, memberikan pendampingan dalam penerapan konsep yang telah terseleksi, merancang modul pelatihan ITC kepada pendamping, mengetahui peran, pengelola ITC, dan mengetahui masalah dan Hambatan yang terjadi pada program ITC. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan “Snowball System”, yaitu pendekatan terhadap orang-orang yang dipandang mengetahui masalah ITC dengan cara mendatangi key person, kemudian key person akan memberitahukan person lain yang mengetahui ITC di tingkat Kecamatan.Hasil wawancara menunjukan bahwa segmen sosial yang paling banyak mengunjungi ITC adalah siswa SLP dan SLA. Siswi dan siswi sebagian besar bermain game dan facebook, sedangkan sebagian kecil mengakses pengetahuan dan mengetik tugas yang diberikan dari sekolah. Sementara itu, segmen orang dewasa lebih banyak mengetik keperluan pribadi dan mengakes infoirmasi penting seperti informasi bisnis, informasi produk harga penjualan misalnya harga sepeda motor, dan lain-lain. Hasil wawancara juga menunjukan bahwa ada hal-hal negatif dan positif muncul di lapangan atau pengelola. Yaitu terjadinya penyimpangan yaitu korupsi di tingkat kecamatan, dimana ada pengelola ITC yang ditagih secara ilegal oleh Jasindo dengan berbagai variasi harga mulai dari 5 juta sampai 20 juta dengan pembicaraan bahwa uang disetor baru alat di drop. Celakanya uang ditransfer ke rekening bukan atas nama yang meminta secara ilegal tadi tetapi atas nama orang lain, sementara pengelola yang bersangkutan memegang surat perjanjian yang isinya bahwa peralatan tersebut adalah gratis. Selain wawancara juga dilakukan observasi terutama memahami realitas ITC. Hasil observasi menunjukan bahwa sejumlah lokasi ITC ternyata ada yang menggunakan program “LINUX” dan ada pula yang menggunakan program “WINDOWS” karena masyarakat berpendapat bahwa program “LINUX” lebih sulit jika dibandingkan dengan program “WINDOWS”. Di lokasi observasi ternyata sebagian besar unit komputer dalam keadaan aktif, sedangkan sebagian kecil tidak aktif. Key Words: USO, Pendampingan, ITC, Pemberdayaan 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan adalah “upaya untuk meningkatkan kapasitas mereka yang tergolong “powerless” menjadi “powerfull”, yang salah satu cara adalah strategi pengembangan Universal Service Obligation (USO) dalam memperluas jaringan ITC untuk kepentingan bisnis dan komersial masyarakat melalui internet. Regional Sumtera adalah wilayah yang memiliki keunggulan geografis sebagai salah satu pintu gerbang di bagian barat Indonesia ke kawasan internasional (aksesibilitas pasar global), yang memiliki ribuan pulau, disamping keunggulan agronomis dengan adanya beberapa komoditas agrobisnis, sehingga dipandang penting optimalisasi Universal Service Obligation (USO) dalam memperluas jaringan ITC ke berbagai pelosok dan pulau-pulau di regional Sumetara. Secara konstitusi, USO merupakan kewenangan Kementerian Komunikasi dan Informatika, telah memproduk Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, yang merupakan landasan hukum pengembangan telekomunikasi dalam rangka E-Community Services,yang inti pemikirannya adalah pengembangan dan pemanfaatan kearah konsep E-Community Services dengan maksud untuk memberikan pelayanan publik yang lebih cepat dan lebih baik. Untuk itu, perlu ada kesiapan (Readiness) melalui pemenuhan tiga aspek sbb:: a. Pemanfaatan ITC.jaringan ITC (Internet, Telepon dan Computer) harus tersedia secara luas dan dengan harga yang terjangkau. b. Pemanfaatan Program ITC. Dengan adanya ITC dapat menggunakan program LINUX atau WINDOWS. c. Human Capital: sumberdaya manusia sudah harus mampu mengaplikasikan ECommunity Services E- Community Services ini dapat diimplementasikan dalam berbagai cara, misalnya penyediaan sumber informasi, khususnya informasi yang sering dicari oleh masyarakat melalui kios info (info kiosk). Adapun Sistem Aplikasi yang menjadi prioritas adalah: a. Sistem Aplikasi E-Procurement dan E-Auction Pelaksanaan pengadaan barang/jasa, produksi agrobisnis, informasi pasar, dan lain-lain menggunakan sarana elektronik, bertujuan untuk mempercepat proses komersial agrobisnis dengan efektif dan efisien. b. Sistem Aplikasi E-Learning E-Learning didefinisikan sebagai suatu bentuk teknologi informasi yang diterapkan pada agrobisnis dalam bentuk sekolah maya, dan merupakan suatu jenis proses pembelajaran yang memungkinkan penyampaian bahan pembelajaran secara cepat dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media electronik lain. E–Learning dalam proses ini melibatkan berbagai keuntungan dari media–media teknologi terutama teknologi digital (internet, intranet atau media jaringan komputer/electronik lain). c. Sistem Aplikasi E-Service Sistem Aplikasi E-Service, terkait dengan pelayanan Informasi agrobisnis dan pelatihan SDM baik di tingkat pendamping, pengelola dan pengguna. B. Tujuan Adapun tujuan dari pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh bentuk konsep program pendampingan dalam pemberdayaan layanan jasa akses telekomunikasi KPU/ USO 2 2. 3. 4. 5. Memberikan pendampingan dalam penerapan konsep yang telah terseleksi Merancang modul pelatihan ITC kepada pendamping Mengetahui peran, pengelola ITC Masalah dan Hambatan yang Terjadi pada Program ITC METODOLOGI A.. Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan “Snowball System”, yaitu pendekatan terhadap orang-orang yang dipandang mengetahui masalah ITC dengan cara mendatangi key person, kemudian key person akan memberitahukan person lain yang mengetahui ITC di tingkat Kecamatan, sedangkan lokasi penelitian di Regional Sumatera yang terdiri dari 10 (sepuluh) Provinsi yaitu NAD, Sumut, Sumbar, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Palembang, BABEL, dan Lampung.. Penelitian dilakukan bulan Juli 2012. B. Penarikan Sampel Penarikan contoh dalam penelitian ini dengan langkah-langkah menurut Palte (1978) digambarkan sbb: Populasi I = 10 Provinsi Sampel I= 40 Kabupaten/Kota Populasi II = 40 Kabupaten/Kota Sampel II= 120 Kecamatan Populasi III = 120 Kecamatan Sampel III= 120 Kecamatan Populasi IV = 120 Kecamatan Sampel IV= 120 Pengelola yang akan diteliti C. Jenis Data dan Cara Pengumpulannya Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden,sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui berbagai sumber terkait seperti dari Dinas Infokom, Perusahaan Pengadaan ITC, Perguruan Tinggi setempat, dan lain-lain. Sementara itu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut C.1. Observasi Observasi yaitu pengamatan terhadap lokasi PLIK.Ritzer (1992) mengatakan bahwa observasi yang dilakukan adalah terutama untuk melihat ITC yang ada di kecamatan. Teknik yang dilakukan adalah observasi yang berrsifat eksplorasi.Teknik observasi dipergunakan terutama untuk mengamati ITC yang masih ON maupun yang masih OFF, pengunjung, pengguna, dan tarif akses ITC. C.2. Wawancara Wawancara yaitu pengumpulan data berupa pertanyaan-pertanyaan lisan kepada pengelola, baik menyangkut kondisi ITC, pengadaan ITC, tarif pengguna ITC, dan program yang digunakan (LINUX atau WINDOWS), dan lain- lain. 3 C.3. FGD FGD yaitu sejumlah pertanyaan kunci yang akan ditanyakan kepada peserta FGD untuk memperoleh masukan tentang pentingnya ITC D. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: D.1. Editing, yaitu meneliti jawaban yang telah diberikan oleh responden D.2.Tabulasi, yaitu memberikan skor terhadap jawaban (frekuensi maupun persentase). D.3. Entri data ke program exel, dan dinarasikan melalui MW. Analisis data dalam penelitian adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif ditempuh dengan menerapkan teknik analisis isi (content analysis) melalui langkah-langkah sebagai berikut: reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi secara bersamaan (Miles dan Huberman, 1992). Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Selanjutnya penyajian data sebagai sekumpulan informasi tentang data yang telah direduksi untuk memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang digunakan adalah dalam bentuk teks naratif yang di dukung dengan penyajian-penyajian dalam bentuk: tabel, matriks, grafik, dan bagan. Cara analisis ini pada dasarnya akan dilakukan sejak peneliti berada di lapangan dan mengadakan klasifikasi atas kecenderungan data dari catatan lapangan tersebut. terutama bila didapatkan dari kajian teori tertentu berhubungan dengan temuan tematik tertentu, maka peneliti membuat kemungkinan elaborasi konseptual atas kecenderungan data yang ada tersebut. Kasus-kasus temuan tematik digabungkan satu dengan yang lain, kemudian dibuat dalam bentuk ringkasan data, yaitu usaha membuat sintesis atas apa yang diketahui dari data sebagai cara menarik kesimpulan yang di teliti secara kualitatif. E. Kurikulum Pengembangan kurikulum menyangkut: pendekatan, metode dan teknik, media pembelajaran, fasilitator, dan penyelenggara . E.1. Learning Approaches E.1.1.Pendekatan Ages, meliputi pedagogy dan andragogy E.1.2.Pendekatan Proceses, meliputi introduction, contens dan conclusion E.1.3.Pendekatan Objects, meliputi problems, life task, dan sub matters E.1.4.Pendekatan Activities, meliputi participants dan facilitator E.1.5.Pendekatan Streesing, meliputi cognitive, affective, dan psychomotor E.1.6.Dan seterusnya. E.2. Learning Media Media pembelajaran yang disiapkan dalam pelatihan ICT adalah: kelas, Infocus, komputer, website, email, catting dan lain-lain E.3. Operator Dalam proses pembelajaran ITC, harus melibatkan pihak lain sehingga semuanya menjadi lancar seperti melibatkan Pemda, Tokoh Masyarakat, Ahli ITC dan lain-lain seperti pada Gambar 1 Pendekatan Penyelnggara Metodologi Fasilitator Metode Pembelajaran Gambar 1: Metodologi Pembelajaran 4 E.4. Learning in Theory and Practice Agar Peserta mudah memahami dan mengingat materi ITC maka: E.4.1.. Beri pandangan sepintas tentang materi yang akan disajikan. E.4.2. Gunakan contoh yang akrab bagi peserta. E.4.3. Organisasikan bahan, sehingga logis dan mempunyai makna. E.4.4. Gunakan istilah dan konsep yang sudah familier. E.4.5. Gunakan sebanyak mungkin bantuan visual. E.5. Permudah Transfer Materi Baru dari Praktikum ke Kerja E.5.1. Maksimalkan kemiripan situasi praktikum dengang situasi kerja. E.5.2. Berikan praktek yang memadai. E.5.3. Berikan label pada setiap hal. E.6. Memotivasi Peserta Praktikum E.6.1. Peserta diberi kesempatan yang maksimal untuk melakukannya. E.6.2. Pemberian penguatan dengan segera. E.6.3. Upayakan belajar menurut gaya peserta sendiri. F. Evaluasi Kurikulum Evaluasi terhadap proses pembelaran ITC berdasarkan pada materi yang dijelaskan di atas seperti discussion, praktikum dan lain-lain. Evaluasi dilakukan baik sebelum pembelajaran, proses pembelajaran dan sesudah pembelajaran. F.1. Learning Before Faktor yang perlu diperhatikan adalah kemampuan peserta baik secara intelektual, ekonomi, psikologi, dan lain-lain. Selain itu motivasi belajar peserta, apakah tinggi atau rendah, sedangkan kesiapan peserta adalah peserta dalam keadaan sehat, sakit,aktif atau tidak aktif, ijin atau tidak ijin, dan lain sebagainya F.2. Learning Process Faktor yang perlu diperhatikan adalah reaksi peserta dalam arti memahami, menanya, menanggapi, dan menginterpretasikan. Reaksi tersebut dapat dilihat dari hasil belajar apakah excellence (A), baik (B), cukup (C), buruk (D) atau gagal (E). Dalam proses pembelajaran tersebut apakah terjadi perubahan perilaku dari yang semula malas reading, writing, and listening menjadi rajin belajar, menulis dan mendengar dalam berbagai kesempatan. Dengan demikian tentunya akibat yang diharapkan adalah intelektual sumberdaya manusia. F.3. Learning After Yang diharapkan sesudah pembelajaran adalah apakah semua pihak “terdedah” oleh adanya pembelajaran lalu muncul kepuasan, karena kepuasan menjadi tolok ukur kesuksesan atau dalam dunia bisnis sering kita dengar ungkapan “your satisfaction is our success”. Kepuasan dalam arti yang luas baik kepuasan individu, kepuasan organiosasi user output atau organisasi pencipta output (PLIK), kepuasan klien atau kepuasan pelanggan, konsumen atau kepuasan masyarakat umum.Evaluasi pembelajaran juga dilakukan baik melalui tes maupun non tes. F.4. Test Tes dapat bersifat classroom. Perlu diingat bahwa pemberian sejumlah soal dalam tes, harus memberikan bobot yang berbeda karena kualitas berpikir untuk semua soal tidak sama. Misalnya empat soal yang diberikan kepada peserta dengan bobot 25, 15, 10, dan 5. Maksudnya adalah di satu pihak peserta diajak berpikir analitik, sedangkan di lain pihak peserta disuruh berpikir fotografis. Contoh: Jelaskan secara paradigmatik USO (25) Jelaskan apa itu perangkat lunak (15) Sebutkan unsur-unsur penting Komputer (10) Apa yang dimaksudkan dengan ITC (5) Sementara itu, evaluasi bersifat non tes dapat berupa makalah, praktikum, dan lain-lain 5 F.5. Participant Evaluasi dilakukan terhadap tim work, baik tim evaluasi program ITC, tim penyusunan kurikulum. Evaluasi juga dilakukan terhadap fasilitator, apakah fasilitas betulbetul berperan dan fungsional dalam membimbing, dan memimpin suatu kegiatan atau tidak. Disamping itu, evaluasi juga dilakukan terhadap peserta didik, apakah aktif atau tidak, kreatif atau tidak kreatif, dan lain-lain. maupun terhadap panitia penyelenggara suatu kegiatan misalnya pengelola, pendamping dan lain-lain F.6. Stakeholders Selanjutnya evaluasi juga dilakukan terhadap klien, apakah puas atau tidak puas terhadap output kita. Atasan juga harus dinilai apakah sangat terikat dan ditentukan oleh rumusan kurikulum yang telah disusun,yang merupakan kesepakatan kolektif, atau menyimpang, apakah selalu disiplin menjaga rumusan yang tertera dalam pedoman atau keluar dari pedoman dan sebagainya. Jika menemui hambatan dan kegagalan, maka segera melakukan “learning to the people” or “learning from the people” seperti pada Gambar 2 Sebelum Proses Sesudah Kemampuan Reaksi Pribadi Motivasi Hsl belajar Organisasi Kesiapan Per.perilaku Klien Akibat Evaluasi Masyarakat Non Tes Tes Fasilitator Tim Klien Peserta Atasan Pengelola Masyarakat Gambar 2: Evaluasi Pembelajaran HASIL DAN PEMBAHASAN A. Optimalisasi Program Universal Service Obligation (USO) Kemajuan di bidang ITC membuka isolasi daerah melalui aliran informasi dan pengetahuan dengan jaringan internet, telepon dan komputer, maka masyarakat dapat melakukan komunikasi tanpa harus melakukan perjalanan. Demikian juga dengan internet, masyarakat dapat mengakses informasi dan pengetahuan dari berbagai sumber di seluruh belahan dunia. Pada tahap yang lebih maju, internet dapat menjadi “penutup” jurang bagi para profesional, masyarakat desa dan produsen pertanian untuk memulai interaksi dan dialog. Hal ini akan menumbuhkan aliansi baru dan jejaring antar personal bersamaan dengan organisasi formal lainnya. Lebih dari itu, sarana komunikasi akan menumbuhkan mekanisme yang memungkinkan terjadinya artikulasi bottom-up dan berbagi informasi tentang kebutuhan dan pengetahuan lokal. Kemanfaatan primer yang diperoleh adalah peningkatan efisiensi sumberdaya pembangunan, mengurangi duplikasi kegiatan, mengurangi biaya komunikasi/transportasi, dan akses global terhadap informasi dan sumberdaya manusia. Pemerintah Indonesia melalui pemenuhan Universal Service Obligation (USO) di sektor telekomunikasi telah membangun fasilitas pelayanan 6 telekomunikasi dan informasi perdesaan. Universal Service Obligation (USO) dituangkan didalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 32/PER/M.KOMINFO/10/2008 tentang Penyediaan Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi dalam bentuk antara lain: Fasilitas yang telah dan akan terus dibangun menuju terwujudnya akses dan layanan telepon secara nasional di 31.824 desa pada tahun 2009, internet di 4.218 kecamatan pada tahun 2010, dan akses internet di 31.824 desa pada tahun 2013. Sementara itu, fasilitas ITC di regional Pulau Sumatera dan sekitarnya telah dibangun diseluruh Kabupaten/Kota dan Kecamatan. Keberadaan fasilitas internet secara maya telah dapat memasukkan masyarakat dalam jaringan informasi global. Masyarakat mempunyai fasilitas untuk dapat mengakses dan memperoleh berbagai informasi, data, pengetahuan dan jejaring yang tak terbatas melalui komunikasi telepon dan internet. Operasional fasilitas internet diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut sangat diperlukan program pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan layanan jasa akses telekomunikasi USO ini dari segala aspek dengan melibatkan berbagai unsur yaitu: pemerintah, masyarakat, lembaga perguruan tinggi dan pihak swasta. Salah satu bentuk kegiatan dalam rangka peningkatan operasional dan layanan fasilitas internet adalah adanya kegiatan optimalisasi dan pemberdayaan layanan jasa akses telekomunikasi USO melalui pengembangan konsep pendampingan yang telah dilaksanakan pada tahun 2011 dengan menghasilkan usulan program pendampingan dan selanjutnya program tersebut akan diimplentasikan pada tahun 2012 kepada beberapa lokasi ITC yang menjadi obyek pendampingan. Oleh karena itu, masih diperlukan usulan program pendampingan yang belum tertangani pada tahun 2012 untuk diimplementasikan pada tahun 2013. Dalam pelaksanaan implementasi program pendampingan ini diperlukan jasa konsultan untuk melakukan pendampingan kepada perguruan tinggi dengan tujuan untuk lebih memastikan pelaksanaan program pendampingan berjalan sesuai dengan yang diusulkan. B. Pendampingan dalam Operasionalisasi ITC Pendamping sebanyak 80 orang untuk 10 Provinsi dengan perincian 1 provinsi sebanyak 8 orang. Adapun perincian masing-masing Kabupaten/Kota sebagai berikut: B.1.Koordinator Provinsi = 1 orang B.2.Pendamping Tingkat Kabupaten/Kota= 4 orang B.3.Pendamping Tingkat Kecamatan = 3 orang Pendamping masing-masing Provinsi dilatih oleh instruktur dari Kementerian Informasi dan Komuniksi RI di Ibukota Provinsi yang bersangkutan.Mereka ini akan melatih pengelola ITC di masing-masing Kecamatan, dan pengelola akan memberitahukan kepada pengguna ITC jika pengguna mengalami kesulitan dalam mengoperasikan ITC di lokasi yang bersangkutan. Tujuan pendampingan adalah meningkatkan kapasitas pengelola ITC dalam mengoperasionalkan perangkat ITC dan memanfaatkan ITC untuk melayani kebutuhan dan penyebaran informasi dalam peningkatan ekonomi, pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat, meningkatkan kapasitas pengelola ITC dalam mengelola administrasi dan keuangan secara sederhana, meningkatkan kapasitas pengelola ITC dalam mengatasi permasalahan teknis jaringan internet (hardware dan software), penelusuran sumbersumber informasi, pelaksanaan internet sehat, komunikasi dan surat menyurat dengan email, dll, meningkatkan kapasitas pengelola ITC dalam mempromosikan manfaat penggunaan internet untuk kemajuan dan kemakmuran kehidupan masyarakat, dan menghubungkan pengelola ITC dengan stakeholder lainnya (perguruan tinggi, lembaga pemerintah, dunia usaha, komunitas internet,dll.). 7 Karena itulah strategi yang ditempuh adalah, mengintensifkan upaya-upaya pemberdayaan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat, menjalin kemitraan yang seluas-luasnya dengan berbagai pihak untuk bersama-sama mewujudkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat, mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya secara sinergis, mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dipercaya, mengakar, dan akuntabel, dan meningkatkan kemampuan pembelajaran di masyarakat dalam memahami kebutuhan dan potensinya serta memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.Obyek yang didampingi adalah Pengelola unit ITC yang potensial dengan kriteria ITC yang masih operasional atau berfungsi dengan kejelasan siapa pengelola dilokasi terpilih. Tugas pendamping adalah koordinasi dan sosialisasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan program pemberdayaan dan pendampingan, melakukan diskusi terarah di tingkat kecamatan dalam rangka menentukan desa-desa terpilih sebagai target dalam mendukung pelaksanaan program pemberdayaan dan pendampingan, bersama pemerintah daerah dan perguruan tinggi menyusun rencana kerja pelaksanaan program pemberdayaan dan pendampingan,melaksanakan pelatihan teknis dan pendampingan pengelolaan, administrasi dan keuangan dan pelatihan keberlanjutan layanan bagi pengelola ITC yang telah ditentukan, melaksanakan pembekalan teknis kepada masayarakat dalam rangka mendukung penerapan layanan ITC, dan menyusun laporan kerja (laporan mingguan, laporan bulanan, lapoan akhir). Dengan demikian metode yang diperlukan adalah Lokakarya (diskusi kelompok terarah) di awal pendampingan dan di akhir pendampingan, pertemuan berbagi pengalaman atau diskusi dengan para pengelola ITC di tingkat kecamatan, bimbingan perorangan (pengelola) ITC, praktek membuat laporan keuangan, pemeliharaan komputer, promosi dengan didampingi pendamping . C. Materi Pelatihan ITC kepada Pendamping Materi pelatihan ITC kepada pendamping meliputi: C.1. Pemeliharaan ICT Pemeliharaan ICT meliputi perlindungan terhadap ICT, langkah-langkah pemeliharaan ICT, dan langkah-langkah untuk membersihkan komputer. C.2. Pengembangan ICT Pengembangan ICT meliputi pengunjung baik untuk kepentingan mengetik, facebook, maupun intenet dan lain-lain. Jasa pengetikan, facebook maupun internet dan lain-lain merupakan suatu langkah untuk mengantisipasi apabila ICT dalam kondisi cukup ramai pengunjung. Jasa pengetikan dinilai adalah usaha yang mempunyai pasar lumayan besar. Apalagi bila posisi atau letak keberadaan ICT itu sendiri berada disekitar sekolah, kampus atau perkantoran C.3. Modul Administrasi Keuangan Modul administrasi keuangan berisikan: (a) materi bagan akun yang terdiri dari definisi operasional bagan akun dalam pusat layanan ICT, ruang lingkup bagan akun di pusat layanan ICT, identifikasi jenis-jenis transaksi bisnis di pusat layanan ICT, (b) materi buku kas harian yang terdiri dari: definisi operasional buku kas harian di pusat layanan ICT, ruang lingkup, pembutan format buku kas harian di pusat layanan ICT,pengisian 8 buku kas harian di pusat layanan ICT, (c) laporan keuangan yang terdiri dari:definisi operasional, dan ruang lingkup, format laporan keuangan,posting akun riil (neraca), posting akun nominal (laba rugi), penyusunan laporan keuangan, (d) inventarisasi aset yang terdiri dari definisi operasional, ruang lingkup, pembuatan kode nomor aset pusat layanan ICT, pengisian buku inventarisasi aset di pusat layanan ICT. C.4. Modul Administrasi Pendataan Pengguna ICT Modul ini berisikan data pengguna ICT, data yang diperlukan mencakup: nama, jenis kelamin, pekerjaan, usia dan tujuan pengguna di pusat layanan ICT, bidang yang dicari, serta jam mulai dan selesai. C.5. Modul SOP Pusat layanan ICT Modul ini terdiri dari (a) standar pelayanan dan pelayanan, (b) persyaratan pencahayaan ruang komputer, (c) letak ruang komputer, (d) persyaratan teknis ruang komputer, (e) posisi duduk, (f) jarak pandang pengguna dengan komputer, (g) standar operasi yang meliputi: operasional ICT,pengoperasian komputer Server, pengoperasian komputer Client, perawatan perangkat dan lain-lain. C.6. Modul Teknis Hardware Komputer Modul ini terdiri dari: (a) pengenalan komputer yang meliputi: CPU (Central Processing Unit)/Processor, (b) Memory (RAM dan ROM), (c) Input/output, (c) Pre test and Evaluation test yang meliputi: hardware komputer, jaringan komputer, instalasi sistem ooperasi LINUX dan WINDOWS, Instalasi program aplikasi, trouble shooting dan perawatan komputer. C.7. Modul Jaringan Komputer Modul ini meliputi materi: (a) tujuan yang terdiri dari pemahaman konsep dasar Local Area Network (LAN), mampu melakukan setting konfigurasi LAN dan WAN (wide area network, dan mampu melakukan setting konfigurasi kabel jaringan, (b) dasar teori yang membahas tentang: konsep dasar LAN, tipologi jaringan, tipe jaringan, dan lain-lain. C.8. Evaluasi Evaluasi berupa ujian kelas dengan distribusi materi 13 soal yang melingkupi enam dimensi yang telah diberikan dalam jangka waktu 15 menit.. Tabel 1: Distribusi Materi Ujian Kelas No Jenis Materi 1 Hardware Komputer 2 3 4 5 6 Pertanyaan 1.apa yang disebut komputer? 2.peralatan apa yang digunakan dlm komputer? 3.apa yang disebut hardware, software dan brainware? Jaringan Komputer 1.apa yg dimaksud dengan jaringan komputer? 2.sebutkan jenis-jenis jaringan komouter! 3.apa yang dimaksud dengan TCP/IP jelaskan! 4.bagaimana cara pemasangan kabel UTP pada konektor RJ 45 (cross dan straight) Instalasi Sistem 1.apa perbedaan SO Linux dengan Windows,jelaskan! Operasi LINUX 2.perintah-perintah Linux apa saja yang anda ketahui! 3.bagaimana cara penginstalan SO Linux Ubuntu! Instalasi Program 1.apa yang disebut dengan program aplikasi dan Aplikasi bagaimana hubungannya dengan system operasi? Truble Shooting 1.masalah apa yang anda alami pada saat menggunakan SO Linux dan bagaimana pemecahan masalahnya? Perawatan Komputer 1.bagaimana cara perawatan computer yang baik? 9 D. Peran Pengelola ITC Setelah mengikuti serangkaian kegiatan Peningkatan Kapasitas ITC oleh pendamping diharapkan pengelola memahami hal-hal sebagai berikut: pengelolaan sebagai kegiatan yang bertujuan, terencana dan sistematis, Istilah-istilah dalam komputer dan jaringan komputer, promosi, masalah keuangan, konsep-konsep evaluasi keuangan, dan promosi ITC.Dengan pembekalan ini pengelola menjadi terampil dalam hal membuat pembukuan sederhana, memelihara komputer dan jaringan komputer, mempromosikan ITC kepada masyarakat luas. Pengelola memiliki sikap positif dalam mengelola ITC yakni mengelola ITC merupakan tanggungjawab sosial untuk mencerdaskan masyarakat sekitar, mengelola ITC merupakan kegiatan ekonomi yang sehat, mengelola ITC memerlukan dedikasi dalam pengelolaannya, dan mengelola ITC merupakan kegiatan yang terencana. Dengan demikian output yang diharapkan adalah membuat pembukuan sederhana, membuat daftar pengunjung dan laporan kunjungan perbulan beserta penggunaannya, rencana promosi dalam setahun dan terbangunnya sistem pengelolaan ITC yang sehat E. Masalah dan Hambatan yang Terjadi pada Program ITC . Untuk memperoleh informasi tentang masalah, hambatan dan perkembangan lainnjya tentang ITC secara holistik di 10 (sepuluh) provinsi maka dilakukan hal-hal sebagai berikut E.1. Studi Explorasi Terhadap Pengelola ITC E.1.1. Wawancara Hasil wawancara terhadap pengelola ITC menunjukan bahwa segmen yang paling banyak mengunjungi ITC adalah siswa SLP dan SLA. Siswi dan siswi sebagian besar bermain game dan facebook, sedangkan sebagian kecil mengakses pengetahuan dan mengetik tugas yang diberikan dari sekolah. Sementara itu, segmen orang dewasa lebih banyak mengetik keperluan pribadi dan mengakes infoirmasi penting seperti informasi bisnis, informasi produk harga penjualan misalnya harga sepeda motor, dan lain-lain. Hasil wawancara juga menunjukan bahwa ada hal-hal negatif dan positif muncul di lapangan atau pengelola. Misalnya, terjadinya penyimpangan (korupsi ditingkat Kecamatan), sebagai konsekuensi dari pengabaian problem sosialisasi, komunikasi, dan evaluasi. Kasus yang terjadi misalnya ada pengelola ITC yang ditagih secara ilegal oleh Jasindo dengan berbagai variasi harga mulai dari 5 juta sampai 20 juta dengan pembicaraan bahwa uang disetor baru alat di drop. Celakanya uang ditransfer ke rekening bukan atas nama yang meminta secara ilegal tadi tetapi atas nama orang lain, sementara pengelola yang bersangkutan memegang surat perjanjian yang isinya bahwa peralatan tersebut adalah gratis, namun dapat dipahami bahwa karena kurangnya sosialisasi, komunikasi dan evaluasi sehingga keadaan ini bisa terjadi. Karena itu, sampai saat ini, pengelola tidak memenuhi kewajibannya karena ia berasumsi bahwa alat tersebut ia telah beli dan seolah-olah miliknya. E.1.2. Observasi Observasi yang dilakukan adalah terutama untuk memahami realitas ITC. Teknik yang paling ringan adalah observasi yang bersifat eksplorasi. Teknik observasi dipergunakan terutama untuk mengamati peralatan ITC (software, hardware dan lainlain). Setelah diamati sejumlah lokasi ITC ternyata bahwa ada yang menggunakan program “LINUX” dan ada pula yang menggunakan program “WINDOWS” karena masyarakat berpendapat bahwa program “LINUX” lebih sulit jika dibandingkan dengan program “WINDOWS”. Di lokasi observasi ini, ternyata bahwa sebagian besar unit komputer dalam keadaan aktif, sedangkan sebagian kecil tidak aktif. Selain melihat peralatan, juga diamati pengguna atau pengunjung, ternyata yang ada pada saat itu adalah para siswa dan siswi, serta orang dewasa. Ini artinya bahwa pendekatan bottomup dan top down menjadi penting dalam program ini. 10 E.2. FGD Untuk melengkap wawancara dengan pengelola dan observasi terhadap ITC yang ada dibuka pula ruang FGD di tiap Provinsi untuk mengetahui aspirasi, masalah dan hambatan yang dihadapi serta jalan keluar mengatasi masalah dan hambatan yaitu: 1. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Bahwa harus ada koordinasi yang baik di lintas sektoral baik tingkat Provinsi dan Kab/Kota, perlu diadakan pelatihan terhadap kepala desa agar melek internet, pihak Perguruan Tinggi harus dilibatkan dalam pemberdayaan ITC, perlu sharing informasi terkait dengan pendidikan,kesehatan, dan ekonomi di lintas sektoral baik di tingkat Provinsi maupun Kab/Kota, segera diperbaiki jaringan/koneksi yang masih lemah di beberapa lokasi/daerah penempatan ITC, pihak provider harus lebih bertanggung jawab dalam masalah teknis seperti mengganti alat-alat yang rusak, dan pihak BP3TI dapat membantu menyelesakan masalah ini. 2. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Sumatera Utara Untuk lebih mengikat agar lintas aras lebih kuat maka diperlukan MoU antara Kementerian Kominfo dengan pihak yang relevan dan urgen dalam kegiatan ini misalnya dengan pihak Perguruan Tinggi, dan instansi terkait, sehingga ITC ini benar-benar terpenetrasi ke berbagai tingkat masyarakat. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa, jika ITC ini betul-betul merakyat dan kelihatannya ramai maka segmen masyarakat utama yang perlu dilatih adalah siswa/siswi SLTP dan SLTA serta tokoh-tokoh masyarakat dan elit-elit lokal lainnya, dan mereka inilah yang akan mempengaruhi segmen sosial lain untuk mengakses ITC 3. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Sumatera Barat Berdasarkan saran dan kritik dari peserta, isu-isu strategis yang dibahas menyangkut masalah pendistribusian peralatan ICT yang tidak melibatkan Dinas Kominfo di daerah Sumatera Barat baik pada aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, yang kemudian menimbulkan banyak masalah-masalah yang muncul. Masalah yang terungkap dalam diskusi menyangkut aspek kelembagaan dari pengelola ICT yang hingga kini tidak begitu jelas, juga tidak adanya pembinaan SDM pengelola ICT dan promosi ICT yang sangat terbatas. Begitu pun jejaringan sosial ICT untuk pengembangan komunitas masyarakat di Kecamatan yang belum ada arahan dan pembinan, dan bahkan penggunaan perangkat ICT masih didominasi untuk permainan anak-anak (game), ketimbang layanan internet untuk kepentingan pendidikan (pelajaran sekolah). Kondisi ini terjadi dilingkungan masyarakat perdesaan tanpa adanya pengawasan dan aturan main (code of conduct) penggunaan ITC. 4. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Riau Saran dan kritik menyangkut soal pendistribusian paket ITC yang kurang tepat dan tidak melibatkan Kominfo daerah Riau baik pada aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, sehingga cukup komplek masalah-masalah yang terjadi yang menyangkut aspek kelembagaan dari pengelola ITC yang tidak begitu jelas, manajemen dan pembinaan SDM PLIK dan promosi ICT belum ada, serta jejaringan sosial ITC untuk pengembangan komunitas masyarakat di Kecamatan yang belum terarah, dan bahkan permainan anak-anak (game) dan layanan internet oleh masyarakat belum diatur dan tanpa pengawasan. Agar pemanfaatan ITC untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat sudah seharusmya ada Kode Etik Pemanfaatan ITC yang ditaati oleh para pengelola dan pengguna. 5. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Kepulauan Riau Argumen yang berkembang adalah bahwa ITC perlu disosialisasikan ke berbagai segmen sosial, sehingga masyarakat mengetahui bahwa ITC adalah program gratis dari pemerintah, namun tidak dilupakan bahwa pengguna atau konsumen tetap bayar dengan tarif yang telah ditentukan. Setelah sosialisasi maka koordinasi secara vertikal (Kementerian Infokom ke Dinas Infokom Propinsi, dan dari Dinas Infokom Propinsi ke Dinas Infokom Kabupaten sampai ke jenjang paling bawah atau pengelola ITC) maupun koordinasi horisontal (Dinas Infokom, Dinas Perhubungan, Dinas Pendidikan, Dinas 11 Kesehatan, dan lain-lain) sehingga program ITC tetap berjalan sesuai koridor. Karena itu perlu pelibatan jenjang dinas dibawahnya. Namun demikian, tidak cukup hanya dengan koordinasi kalau tidak diikuti dengan evaluasi dan monitoring. Evaluasi dan monitoring yang dimaksud adalah mengetahui sampai sejauh mana kemajuan ITC dan apa hambatan dan masalah yang dihadapi, dengan mengetahui hambatan dan masalah maka segera diatasi masalah atau hambatan tersebut.Untuk lebih mengikat agar lintas aras lebih kuat maka diperlukan semacam surat keputusan atau surat perintah dari Kementerian Kominfo dengan pihak yang dipandang relevan misalnya Dinas Kominfo Provinsi/Kabupaten, Perguruan Tinggi, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan lain-lain, sehingga ITC benar-benar terpenetrasi ke berbagai tingkat masyarakat. Agar ITC dapat diterima secara umum maka pendekatan bottom-up dan top down perlu diciptakan, dengan asumsi bahwa apa yang direncanakan oleh pihak atas belum tentu sesuai keinginan masyarakat, sebaliknya apa yang diinginkan pihak masyarakat belum tentu diikuti oleh pihak atas, sehingga perlu membangun collaboration antara kedua kubu tersebut. 6. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Jambi BP3TI dan PT Jastrindo Dinamika segera dihadirkan dan berkoordinasi dinasdinas terkait di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Perlu dilaksanakan workshop untuk melibatkan stakeholder/dinas-dinas terkait tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan segera dibereskan ITC yang tidak berfungsi (dalam keadaan off) yaitu rusak dan koneksi/jaringan yang lemah.Pihak Perguruan Tinggi berkomitmen akan membantu dalam pemberdayaan optimalisasi ITC sesuai kapasitasnya.Pihak-pihak yang di undang dalam acara koordinasi optimalisasi ITC mendukung dan membantu terlaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat sesuai kapasitasnya.Pihak Dinas meminta kepada tim koordinator provinsi untuk berkoordinasi dan memberikan laporan selama kegiatan dalam pendampingan. 7. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Bengkulu ITC perlu disosialisasikan ke berbagai strata sosial maupun berbagai segmen sosial sehingga, masyarakat mengetahui bahwa ITC adalah program gratis dari pemerintah, namun tidak dilupakan bahwa pengguna atau konsumen tetap bayar dengan tarif yang telah ditentukan.Setelah sosialisasi maka koordinasi secara vertikal (Kementerian Infokom ke Dinas Infokom Propinsi, dan dari dinas Infokom Propinsi ke Dinas Infokom Kabupaten sampai ke jenjang paling bawah atau pengelola ITC) maupun koordinasi horisontal (Bappeda, Dinas Infokom, Dinas Perhubungan, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan lain-lain) sehingga program ITC tetap berjalan sesuai koridor. Karena itu perlu pelibatan jenjang dinas dibawahnya. Namun demikian, tidak cukup hanya dengan koordinasi kalau tidak diikuti dengan evaluasi. Evaluasi dimaksud adalah mengetahui sampai sejauhmana kemajuan ITC dan hambatan dan masalah apa yang dihadapi, dengan mengetahui hambatan dan masalah maka segera diatasi masalah atau hambatan tersebut.Agar ITC ini dapat diterima secara umum maka pendekatan bottomup dan top down perlu diciptakan, dengan asumsi bahwa apa yang direncanakan oleh pihak atas belum tentu sesuai keinginan masyarakat, sebaliknya apa yang diinginkan pihak masyarakat belum tentu diikuti oleh pihak atas, sehingga perlu membangun solidaritas organic antara kedua kubu tersebut, sehingga keberadaan ITC menjadi perhatian besar baik pihak pemerintah daerah maupun pihak masyarakat. 8. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Sumatera Selatan Keberadaan ITC di Provinsi Sumsel kurang bergitu dikenal oleh pejabat Dinas Perhubungan-Kominfo dan tokoh masyarakat di daerah, akibat tidak adanya koordinasi dan sosialisasi program ITC pada awal dimulainya program (tahun 2010). Hal ini menyulitkan proses pembinaan dan pemantauan peleksanaan program ITC di kecamatan, sehingga pihak Dinas Perhubungan-Kominfo Provinsi Sumsel tidak memiliki data tentang keragaan ITC (alamatnya dimana,siapa pengelolanya, kondisi peralatannya, bagaimana penggunaannya, dll). Oleh karena itu untuk mengoptimalkan peranan ITC dalam pengembangan masyarakat, pihak BP3TI Kominfo bekerjasama dan berkoordinasi 12 dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) di daerah, yang dilakukan secara berjenjang birokrasi pemerintahan (Provinsi, Kab/Kota dan kecamatan, serta Kelurahan/Desa),sehingga kebijakan dan program Kominfo RI dapat dipahami berbagai pihak, yang kemudian diharapkan akan membantu memperlancar pelaksanaan dan pengawasan di lapangan atau di daerah.Berdasarkan hasil pantauan Dinas Perhubungan-Kominfo Provinsi Sumsel ditemukan banyak yang tidak jelas spesifikasi dan tidak sesuai dengan spesifikasi peralatan awal, pengelolanya kurang dikenal, ada alamat tapi tidak ada aktivitas ITC, ada peralatan ITC telah berpindah pengelola, dan ada juga ITC yang berpindah alamat lokasi ITC, ada ITC tapi tidak berfungsi (off), dan ada ITC berjalan tapi kurang berfungsi untuk mendidik masyarakat setempat seperti sarana permain game bagi anak-anak.Oleh karena itu, adanya proses pendampingan optimalisasi pemberdayaan ITC di Sumsel menjadi sangat penting untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.Guna mengoptimalkan fungsi ITC diperlukan adanya keterlibatan lintas sektoral dan perguruan Tinggi dalam mendukung program pemberdayaan ITC. Untuk itu peran-serta masyarakat pengelola dan pengguna ITC dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan keberadaan ITC sangat diperlukan,sehingga memerlukan adanya panduan atau pedoman umum atau standar prosedur (buku pintar, juklak dan Juknis) dalam pemberdayaan PLIK agar sejalan dengan misi pembangunan mencerdaskan dan memakmurkan kehidupan masyarakat.Untuk pengembangan ITC ke depan perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan secara berkelanjutan. Untuk itu, perlu dibangun kerjasama antara Dinas Perhubungan Kominfo Provinsi Sumsel melibatkan dunia pendidikan seperti Diknas dan PT (Universitas, Sekolah Tinggi dan akademi) untuk penguatan kapasitas kelembagaan ITC. Dengan melibatkan jajaran birokrasi Dinas Pendidikan/Agama Provinsi dan Kabupaten/Kota se Sumsel, yang akan dapat memfasilitasi SMA/SMK, SMP, Madrasayah dan Pondok Pesantren sebagai masyarakat pengguna ITC yang ada di lingkungannya. Akan tetapi untuk memperlancar operasionalisasi ITC di lapangan pada tingkat kabupaten dan kecamatan perlu adanya koordinasi dan sosialisasi /promosi program ITC.Lokasi ITC di kecamatan, sebaiknya berada dekat dengan pusat pelayanan masyarakat seperti lingkungan sekolah, lingkungan pasar dan lingkungan pelayanan pemerintahan di daerah kecamatan, dimana masyarakat pengguna ITC akan mudah mengaksesnya. Dengan demikian penggunaan sarana dan prasarana ITC akan lebih optimal; dan untuk keberhasilan program pemberdayaan ITC pihak Pemerintahan provinsi Sumsel mendukung pembangunan teknologi komunikasi dan informasi (ICT) melalui penyediaan Wi-fi area pada 58 titik, dengan dukungan dana APBD), dan dipihak lain BP3TI juga memiliki program yang sejenis. Oleh karena itu, agar tidak terjadi tumpang tindih program kominfo dari pusat (APBN) dengan daerah, sehingga menuntut adanya koordinasi dan sosialisasi program Kominfo ke daerah-daerah. Pihak BP3TI Kominfo harus menugaskan pihak mitra penyediaITC (vendor, PT. Jastrindo Dinamika) harus berkoordinasi dengan pihak Dishub Kominfo Provinsi Sumsel); dan disamping itu pihak Dishub-Kominfo Sumsel siap dan bersedia memberikan masukan dan data/informasi mengenai kegiatan USO di daerahnya ke BP3TI Kemenkominfo RI 9. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Pihak-pihak yang di undang dalam acara koordinasi optimalisasi PLIK mendukung dan membantu terlaksananya kegiatan pemberdayaan masyarakat sesuai kapasitasnya.Pihak Perguruan Tinggi berkomitmen membantu dalam pemberdayaan optimalisasi ITC sesuai kapasitasnya. Perlu kontrol terhadap jalannya ITC yang sudah tersebar di berbagai wilayah, dan segera dibereskan ITC-ITC yang tidak berfungsi (dalam keadaan off), yaitu rusak dan koneksi/jaringan yang lemah. Pihak Dinas Kominfo meminta kepada tim koordinator provinsi untuk berkoordinasi dan memberikan laporan selama kegiatan dalam pendampingan.Dinas terkait meminta informasi ITC yang tersebar di berbagai wilayah, seperti ITC ditempatkan di daerah mana-mana saja dan ITC yang masih on/off.Diperlukan pelatihan untuk meningkatkan SDM terhadap pengelola ITC. 13 10. Koordinasi dan Sosialisasi di Provinsi Lampung Sejumlah tanggapan dan pendapat dalam diskusi terarah ditemukan bahwa SDM pengelola masih rendah tingkat pengetahuan dan pendidikannya, kemudahan internet untuk mengakses informasi dan pengetahuan secara cepat cenderung mempengaruhi perilaku anak untuk berkreasi secara mandiri (non copy paste). Untuk meningkatkan pengetahuan penmgelola, perlu diberikan pelatihan secara komprehensif tentang pengelolaan ITC. Matari yang akan diberikan mencakup: administrasi keuangan dan pendataan pengguna, teknis operasi, keberlanjutan sarana, pengenalan internet dasar dan internet sehat, iInternet sebagai sarana, pemanfaatannya sangat bergantung pada tujuan penggunaan, artinya bisa berdampak positif dan negatif. Untuk itu, di lingkungan pendidikan anak, sebaiknya tetap harus ada pendampingan dari orangtua dan guru. Selain itu, tuntutan ketuntasan minimum pendidikan juga semakin tinggi. Dengan demikian, internet sangat dibutuhkan untuk sarana agar proses pendidikan menjadi optimal.Pada intinya ITC ditujukan untuk mendukung kegiatan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Berdasarkan ketentuan, operating system harus tetap menggunakan open sourch, jaringan yang telah diubah ke speedy, harap dikoordinasikan dengan penyedia jasa, Menurut Universitas Bandar Lampung,ITC yang mati, sebaiknya jangan dipindah ke pengelola lain, tapi dioptimalkan saja, kegiatan optimalisasi supaya efektif hendaknya melibatkan pihak kecamatan KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah 1. Layanan jasa akses telekomunikasi USO di tingkat kecamatan telah berada di seluruh regional Sumatera 2. Keberadaan ITC di tingkat Kecamatan telah didampingi pendamping dalam mengawal operasionalisasi ITC 3. Telah dirancang modul pelatihan ITC kepada pendamping 4. Pengelola ITC telah memainkan perannya secara effektif dan efisien 5. Masih ada masalah dan hambatan yang terjadi pada program ITC B.Saran Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah 1. Perlu pelibatan pejabat dinas Infokom Propinsi dalam optimalisasi Program USO dalam memperluas jaringan ITC di tingkat kecamatan 2. Perlu adanya “MoU” antara pihak Kementerian Infokom dengan pihak Perguruan Tinggi di Daerah. 3. Perlu ditindak secara tegas oknum yang menhyalahgunakan program ITC di daerah dengan memberikan hukuman sesuai undang-undang KPK yang berlaku 4. Perlu sosialisasi dan komunikasi serta koordinasi secara vertikal maupun horisontal sebelum sarana dan prasarana ITC di drop di tingkat kecamatan 14 DAFTAR PUSTAKA Huberman AM and Miles HB, 1992. Analisa Data Kualitatif. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Palte, JGL. 1978. Metode Penelitian Sosial Ekonomi (terutama survey). Catatan Kuliah Stensilan Penyediaan KPU/USO, 2011. Balai Penyediaan dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) Permen Kominfo Nomor 48 Tahun 2009 tentang Universal Service Obligation (USO) Ritzer, G. 1992. Sociology: A Multiple Paradigm Science (revised edition), Boston: Aliyn and Bacon, Inc 15