pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan

advertisement
TESIS
PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS DAN
NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
DEWA KADEK OKA KUSUMAJAYA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
1
TESIS
PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS DAN
NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
DEWA KADEK OKA KUSUMAJAYA
NIM: 0990661012
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
2
PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS DAN
NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Manajemen
Program Pascasarjana Universitas Udayana
DEWA KADEK OKA KUSUMAJAYA
NIM: 0990661012
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
3
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL……………
PEMBIMBING I,
PEMBIMBING II.
Dr. I.B Panji Sedana, SE., M.Si
Drs.I Putu Yadnya, MM
NIP. 19590603.198601.1.001
NIP. 19560505.198003.1.005
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister
Direktur
Program Pascasarjana
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Universitas Udayana
Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa, SE., MM
Prof. Dr.dr. A.A Raka Sudewi, Sp S (K)
NIP. 19620922.198702.1.002
NIP. 19590215.198510.2.001
4
PENETAPAN PANITIA PENGUJIAN TESIS
Tesis Ini Telah Diuji Pada
Tanggal 10 Juli 2011
Panitia Pengujian Tesis Berdasarkan SK Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayan No 1026/H14.4/HK/2011 Tanggal 23 Mei 2011
Ketua: Dr. I.B Panji Sedana, SE., M.Si
Anggota:
1.
2.
3.
4.
Drs.I Putu Yadnya, MM
Prof. Dr. Luh Putu Wiagustini, SE., M.Si
Prof. Dr. IG.B. Wiksuana, SE., MS
Drs. Ketut Mustanda, MM
5
PERNYATAAN
ORISINALITAS TESIS
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,
di dalam naskah TESIS dengan judul:
“PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN
TERHADAP PROFITABILITAS DAN NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA”
Tidak terdapat karya ilmiah yang diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau yang diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini
disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah TESIS ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh
(Magister Manajemen) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. (UU NO. 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)
Denpasar,
Mahasiswa
Nama
:
Dewa Kadek Oka Kusumajaya
NIM
:
0990661012
PS
:
Magister Manajemen
PSFEUNUD
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugrahaNya, tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Dr. I.B Panji Sedana, SE., M.Si pembimbing utama yang penuh
perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis
mengikuti program Magister Manajemen, khusus dalam penyelesaian tesis ini.
Terimakasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Drs. I Putu Yadnya, MM
sebagai Pembimbing Pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah
memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima
kasih juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang
dijabat oleh Prof. Dr.dr. A.A Raka Sudewi, Sp S (K) atas kesempatan yang diberikan
kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana
Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Wayan
Ramantha, SE., MM., Ak., CPA Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin
yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program magister. Pada kesempatan ini,
penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada Prof. Dr. Made Wardana, SE, MP,
Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Ucapan terima kasih
7
penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. Luh Putu Wiagustini,
SE., M.Si; Prof. Dr. IG.B. Wiksuana, SE., MS; Drs. Ketut Mustanda, MM yang telah
memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud
seperti ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus serta
penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ajik
dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar
berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk
berkembanganya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada calon istri
dan kakak tercinta yang telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih
berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Mah Esa selalu melimpahkan
rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dan penyelesaian tesis ini serta
kepada penulis sekeluarga.
8
ABSTRAK
PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN
TERHADAP PROFITABILITAS DAN NILAI PERUSAHAAN PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi
membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar
percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek
perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan, diantaranya: keputusan pendanaan, kebijakan deviden,
keputusan investasi, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan. Beberapa faktor
tersebut memiliki hubungan dan pengaruh terhadap nilai perusahaan yang tidak
konsisten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan
pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Populasi penelitian ini adalah industri manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek
Indonesia pada tahun penelitian 2006 sampai dengan 2009. Metode penentuan sampel
dengan metode purposive sampling, dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan maka
jumlah sampel adalah sebanyak 27 perusahaan manufaktur. Data penelitian merupakan
data sekunder diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2006
sampai dengan tahun 2009. Menjawab masalah penelitian dan pengujian hipotesis
penelitian digunakan teknik analsis jalur (path analysis), dengan alat bantu aplikasi SPSS
versi 13.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) struktur modal berpengaruh positif
dan signifikan terhadap profitabilitas, 2) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap profitabilitas, 3) struktur modal berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan, 4) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan dan 5) profitabilitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk tidak meneliti pada sektor
manufaktur saja, melainkan seperti perbangkan, pelayanan transportasi dan
telekomunikasi yang memiliki karakteristik yang baik untuk dijadikan populasi, serta
meneliti variabel keuangan yang lain yang mempengaruhi nilai perusahaan, dan untuk
perusahaan disarankan memperhatikan penentuan struktur modal yang optimal,
pertumbuhan perusahaan yang positif, dan profitabilitas untuk meningkatkan nilai
perusahaan.
Kata Kunci : Debt to Equity Ratio, Pertumbuhan Aset, Return on Equity, dan Price to
Book Value.
9
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF CAPITAL STRUCTURE AND COMPANY’S GROWTH
TOWARDS PROFITABILITY AND COMPANY’S VALUE AT
MANUFACTURE’S COMPANY AT JAKARTA STOCK EXCHANGE
The value of a company is investor’s perception towards the company’s success
level which is often related to the price of the stock. The high price of stock makes the
value of the company high. The high value of the company will make the market believe
in not only the present condition of the company but also the prospect of the company.
Based on the previous studies, there are some factors influencing the value of the
company, among them are: decision of funding, dividend policy, decision of stock,
company’s growth and size of the company. Some of the factors have relationship and
influence towards the inconsistent value of the company. The present study is aimed at
finding out the influence of capital structure and the company’s growth towards the
profitability and value of company at manufacture companies of Jakarta Stock Exchange.
The population of the study was the manufacture industry registered at Indonesia
Stock Exchange which was studied from 2006 up to 2009. The method used to determine
samples was using purposive sampling method with some fixed criteria with the total
number of 27 samples of manufacture companies. The data used was the secondary data
which was obtained from Indonesian Capital Market Directory from 2006 up to 2009. To
answer the problems of the study and to test the research hypothesis, path analysis was
used together with the application of SPSS version 13.0
The result of the study shows that 1) capital structure has a positive and
significant influence towards profitability, 2) company’s growth has a positive and
significant influence towards profitability, 3) capital structure has a positive and
significant influence towards the company’s value, 4) company’s growth has a positive
and significant influence towards the value of the company and 5) profitability has a
positive and significant influence towards the value of the company.
It is recommended that the future researchers study not only the manufacture
sector, but rather as banking, transportation services and telecommunication which have
good characteristics to be used as the research population but also other financial
variables which influence the value of company and for company it is suggested that it
pay attention on determining the optimum capital structure, positive company’s growth
and profitability to improve the value of the company.
Keywords: Debt to Equity Ratio, Asset Growth, Return on Equity and Price to Book
Value.
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN SAMPUL………………………….………...………
i
PRASYARAT GELAR…………………………………………..…………
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………… . iv
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI………………………….. v
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS………………………………… . vi
UCAPAN TERIMAKASIH……………………………………………….. . vii
ABSTRAK…………………………………………………………………. . ix
ABSTRAC…………………………………………………………………. . x
DAFTAR ISI…………………………………………………...…………... . xi
DAFTAR TABEL…………………………………………….…...……….. . xiv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………...…….. . xv
DAFTAR ISTILAH..………………………………………………...…….. . xvi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. . xvii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………... . 1
1.1
Latar Belakang…………………...…………………..………… . 1
1.2
Rumusan Masalah………………….……………...…………… . 10
1.3
Tujuan Penelitian………………….…………...………………. . 10
1.4
Manfaat Penelitian……………………………………………... . 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………. . 12
2.1
Landasan Teori………………………………...………………... 12
2.1.1
Nilai Perusahaan…..……….…………………………….…….. . 12
2.1.2
Struktur Modal…………….…………………………............... . 18
2.1.2.1 Trade Off Theory….……….…………………………............... . 23
11
2.1.3
Pertumbuhan Perusahaan….……….…………...…...…………. . 24
2.1.4
Analisis Rasio………………..……………....………………… . 25
2.1.5
Profitabilitas…………………..………………………….……. . 31
2.1.6
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas...…………… . 35
2.1.7
Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas.......
2.1.8
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan……….… 37
2.1.9
Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan... 40
2.1.10 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan…………….
36
42
BAB III
KRANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
PENELITIAN………………………….………………….…… . 45
3.1.
Kerangka Berpikir…………..……………….……………....... . 45
3.2
Kerangka Konseptual………..……………….……………....... . 50
3.3
Hipotesis Penelitian ………………….…………….………….. . 50
BAB IV
METODE PENELITIAN……………………………………….. . 52
4.1
Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian…..…...………….…. . 52
4.1.1
Rancangan Penelitian……………..…………………...….…….. . 52
4.1.2.
Lingkup Penelitian………….……………..…………...……….. . 52
4.2
Variabel Penelitian…………………………………...…...…….. . 52
4.2.1
Identifikai Variabel………………….………..……………….. . 52
4.2.2
Difinisi Operasioanal Variabel…………..…………….………. . 53
4.3
Prosedur Pengumpulan Data…………………………………… . 55
4.3.1
Jenis Data………………………………...…………………….. . 55
4.3.2
Populasi dan Sampel ……………………..………….………… . 56
4.3.3
Cara Pengumpulan Sampel………….……….……………....... . 57
4.4
Metode Analisis Data…………………………...……..……….. . 57
4.4.1
Analisis Jalur (Path Analysis).……...…………………………. . 58
4.4.2
Langkah-Langkah Analisis Jalur………………………………. . 59
12
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………. . 63
5.1
Statistik Deskriptif…………………..………………………….. . 63
5.2
Hasil Penelitian…………………………………………………... 66
5.2.1
Evaluasi Terhadap Pemenuhan Asumsi Analisis Jalur…………. . 64
5.2.2
Evaluasi Terhadap Validitas Model…………………………….. . 66
5.2.2
Hasil Analisis Regresi…………….…………………………….. . 69
5.2.2
Pengujian Hipotesis……………….…………………………….. . 72
5.3
Pembahasan……………………………………………………... . 74
5.3.1
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas……………… . 74
5.3.2
Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kinerja Kuangan.. . 76
5.3.3
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan………….. . 76
5.3.4
Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan.. . 77
5.3.5
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan………….…. . 79
5.4
Impilkasi Penelitian……………………………………………... . 80
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN…………………………………….. . 83
6.1
Simpulan………………………………………………………… . 83
6.2
Saran…………………………………………………………….. . 82
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………… . 85
LAMPIRAN…………………………………………………….. . 90
13
DAFTAR TABEL
No
1.1
Tabel
Halaman
Rata-Rata Debt to Equity Ratio, Pertumbuhan Perusahaan,
dan Return on Equity, Sampel Perusahaan Manufaktur
Tahun 2005-2009…………………………………….………….
8
4.1
Proses Pengambilan Sampel…………………………………… .
57
4.2
Sampel Penelitian Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2009… .
58
5.1
Statistik Deskriptif Variabel Nilai Perusahaan, Struktur Modal,
Pertumbuhan Perusahaan, dan Profitabilitas Sampel Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009………. .
64
5.2
Ringkasan Model Linier……………………………………….. .
67
5.3
Ringkasan Koefisien Jalur……………………………………... .
69
5.4
Koefisien hubungan langsung, tidak langsung dan total
antar variabel…………………………………………………… .
14
71
DAFTAR GAMBAR
No
Gambar
Halaman
3.1
Krangka Konseptual……………………………………………..
4.1
Diagram Jalur Mengenai Pengaruh Struktur Modal
50
dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kinerja
5.1
Keuangan dan Nilai Perusahaan .……………………………… .
59
Hasil Koefisien Diagram Jalur…………………………………. .
70
15
DAFTAR ISTILAH
DER :
Debt To Equity Ratio
ROE
:
Return On Equity
PBV
:
Price Book Value
16
DAFTAR LAMPIRAN
No
1
Lampiran
Halaman
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER,
Pertumbuhan Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2005-2009……………………………………………… .
2
90
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER,
Pertumbuhan Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2005-2009……………………………………………… .
3
91
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER,
Pertumbuhan Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2005-2009……………………………………………… .
4
92
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER,
Pertumbuhan Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2005-2009……………………………………………… .
5
93
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER,
Pertumbuhan Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2005-2009……………………………………………… .
6
94
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER,
Pertumbuhan Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2005-2009……………………………………………… .
7
95
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER,
Pertumbuhan Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2005-2009……………………………………………… .
8
96
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER,
Pertumbuhan Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2005-2009……………………………………………… .
17
97
9
Tingkat Pertumbuhan Debt to Equity Ratio (DER)
Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-20………………. .
10
Tingkat Pertumbuhan Aset Sampel Perusahaan
Manufaktur Tahun 2005-2009………………………………… .
11
99
Tingkat Pertumbuhan Return on Equity (ROE)
Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009……………. .
12
98
100
Tingkat Pertumbuhan Price Book Value (PBV)
Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-200..……………. .
101
13
Descriptives Statistics………………………………………….. .
102
14
Hasil Uji Curve Fit Pengaruh Struktur Modal Terhadap
Profitabilitas Tahun 2006-2009………………………………... .
15
Hasil Uji Regresi Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan
Terdap Profitabilitas Tahun 2006-2009……..…………………. .
16
107
Hasil Uji Regresi Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Profitabilitas Tahun 2006-2009………... .
20
106
Hasil Uji Curve Fit Pengaruh ProfitabilitasTerhadap
Nilai Perusahaan Tahun 2006-2009…………………………… .
19
105
Hasil Uji Curve Fit Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan Tahun 2006-2009…………………..
18
104
Hasil Uji Curve Fit Pengaruh Struktur Modal Terhadap
Nilai Perusahaan Tahun 2006-2009…………………………… .
17
103
108
Hasil Uji Regresi Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan
Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Nilai perusahaan
Tahun 2006-2009……………………………………………… .
18
109
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian saat ini
telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur.
Persaingan dalam industri manufaktur membuat setiap perusahaan semakin
meningkatkan kinerja agar tujuannya dapat tetap tercapai. Tujuan utama
perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau
para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Salvatore, 2005).
Nilai perusahaan sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan yang
dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan.
Investor dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal memerlukan
informasi tentang penilaian saham. Terdapat tiga jenis penilaian yang
berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market
value) dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham
menurut pembukuan emiten. Nilai pasar merupakan pembukuan nilai saham di
pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham. Investor
perlu mengetahui dan memahami ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting
dalam pengambilan keputusan investasi saham karena dapat membantu investor
untuk mengetahui saham mana yang bertumbuh dan murah. Salah satu
19
pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham adalah price book value
(PBV). PBV atau rasio harga per nilai buku merupakan hubungan antara harga
pasar saham dengan nilai buku per lembar saham.
Nilai perusahaan merupakan nilai pasar dari suatu ekuitas perusahaan
ditambah nilai pasar hutang. Dengan demikan, penambahan dari jumlah ekuitas
perusahaan dengan hutang perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
nilai perusahaan, diantaranya: keputusan pendanaan, kebijakan deviden,
keputusan investasi, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan. Beberapa
faktor tersebut memiliki hubungan dan pengaruh terhadap nilai perusahaan yang
tidak konsisten.
Saat ini dunia usaha sangat tergantung pada masalah pendanaan. Dunia
usaha mengalami kemunduran yang diakibatkan oleh banyaknya lembagalembaga keuangan yang mengalami kesulitan keuangan sebagai akibat adanya
kemacetan kredit pada dunia usaha tanpa memperhitungkan batas maksimum
pemberian kredit dimasa lalu oleh perbangkan dan masalah kelayakan kredit yang
disetujui. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka manajer keuangan perusahaan
harus berhati-hati dalam menetapkan struktur modal yang diharapkan perusahaan
dapat meningkatkan nilai perusahaan dan lebih unggul dalam menghadapi
persaingan
bisnis.
Tujuan
perusahaan
dalam
jangka
panjang
adalah
mengoptimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan biaya modal perusahaan.
Semakin tinggi nilai perusahaaan menggambarkan semakin sejahtera pemilik
perusahaan.
20
Berdasarkan teori struktur modal, apabila posisi struktur modal berada di
atas target struktur modal optimalnya, maka setiap pertambahan hutang akan
menurunkan nilai perusahaan. Penentuan target struktur modal optimal adalah
salah satu dari tugas utama manajemen perusahaan. Struktur modal adalah
proporsi pendanaan dengan hutang (debt financing) perusahaan, yaitu rasio
laverage (pengungkit) perusahaan. Dengan demikian, hutang adalah unsur dari
struktur modal perusahaan. Struktur modal merupakan kunci perbaikan
produktivitas dan kinerja perusahaan. Teori struktur modal menjelaskan bahwa
kebijakan pendanaan (financial policy) perusahaan dalam menentukan struktur
modal (bauran antara hutang dan ekuitas) bertujuan untuk mengoptimalkan nilai
perusahaan (value of the firm).
Penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan memiliki
kuntungan dan kerugian. Keuntungan penggunaan hutang diperoleh dari pajak
(bunga hutang adalah pengurangan pajak) dan disiplin manajer (kewajiban
membayar hutang menyebabkan disiplin manajemen), sedangkan kerugian
penggunaan hutang berhubungan dengan timbulnya biaya keagenan dan biaya
kepailitan.
Teori trade-off memprediksi hubungan positif antara struktur modal
dengan nilai perusahaan dengan asumsi keuntungan pajak masih lebih besar dari
biaya tekanan financial dan biaya keagenen. Teori trade-off juga memprediksi
hubungan positif antara struktur modal dengan tingkat profitabilitas atau kinerja
keuangan perusahaan. Pengurangan bunga hutang pada perhitungan penghasilan
kena pajak akan memperkecil proporsi beban pajak, sehingga proporsi laba bersih
21
(net income) setelah pajak menjadi semakin besar, atau tingkat profitabilitas
semakin tinggi.
Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan struktur modal diantara
adalah Christianti (2006) menemukan bahwa adanya perbedaan kepentingan
outsider dengan insider menyebabkan terjadinya agency cost dimana manajer
cendrung menggunakan hutang yang tinggi bukan atas dasar maksimisasi nilai
perusahaan tetapi utuk kepentingan opportunistic. Sugihen (2003) menemukan
bukti bahwa struktur modal berpengaruh tidak langsung dan negatif terhadap nilai
perusahaan. Para pelaku pasar yakin bahwa apabila pengaruh eksternal ini
kembali normal, maka perusahaan kembali membaik dan nilai pasar ekuitas
ditentukan oleh permintaan dan penawaran.
Pertumbuhan (growth) adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri
dalam sistem ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri
yang sama. Pada umumnya, perusahaan yang tumbuh dengan cepat memperoleh
hasil positif dalam artian pemantapan posisi di era persaingan, menikmati
penjualan yang meningkat secara signifikan dan diiringi oleh adanya peningkatan
pangsa pasar. Perusahaan yang tumbuh cepat juga menikmati keuntungan dari
citra positif yang diperoleh, akan tetapi perusahaan harus ekstra hati-hati, karena
kesuksesan yang diperoleh menyebabkan perusahaan menjadi rentan terhadap
adanya isu negatif. Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian penting
karena dapat menurunkan sumber berita negatif yang menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
mempertahankan,
mengembangkan
dan
membangun kecocokan kualitas dan pelayanan dengan harapan konsumen.
22
Pertumbuhan cepat juga memaksa sumber daya manusia yang dimiliki untuk
secara optimal memberikan kontribusinya. Agar pertumbuhan cepat tidak
memiliki arti pertumbuhan biaya yang kurang terkendali, maka dalam mengelola
pertumbuhan, perusahaan harus memiliki pengendalian operasi dengan penekanan
pada pengendalian biaya.
Growth dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana total aset masa
lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang
akan datang (Taswan, 2003). Pertumbuhan aset menggambarkan pertumbuhan
aktiva perusahaan yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang
menyakini bahwa persentase perubahan total aktiva merupakan indikator yang
lebih baik dalam mengukur growth perusahaan (Putrakrisnanda, 2009).
Ratusan perusahaan saat ini telah menerapkan perencanaan strategis secara
menyeluruh dalam upaya mereka untuk meraih pendapatan laba yang lebih tinggi.
Tujuan jangka panjang menunjukkan hasil yang diharapkan dengan menjalankan
strategi tertentu. Strategi mempresentasikan tindakan yang akan diambil untuk
mencapai tujuan panjang. Tujuan harus kuntitatif, terukur, realistis, dapat
dimengerti, menantang, hirarkis, dapat dicapai dan selaras dengan unit organisasi.
Salah satu tujuan biasanya dinyatakan dalam bentuk pertumbuhan aset. Tujuan
jangka panjang dibutuhkan pada tingkat korporasi, divisi, dan fungsional dalam
organisasi. Tujuan tersebut merupakan ukuran penting dalam tujuan keuangan
perusahaan mencangkup sesuatu yang diasosiasikan dengan pertumbuhan dalam
pendapatan, pertumbuhan dalam laba, tingkat pengembalian investasi yang tinggi,
dan perbaikan arus kas.
23
Penelitian yang dilakukan oleh Sriwardany (2006), Variabel yang diteliti
adalah pertumbuhan perusahaan, perubahan harga saham dan kebijaksanaan
struktur modal, hasil analisis yang didapat adalah pertumbuhan perusahaan
mempunyai pengaruh positif terhadap harga perubahan saham, hal ini berarti
bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan akan direspon secara
positif oleh investor, sehingga meningkatkan harga saham dan pertumbuhan
perusahaan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kebijaksanaan struktur
modal, yang memberi arti bahwa jika perusahaan melakukan pertumbuhan maka
manajer menetapkan struktur modal yang lebih banyak menggunakan ekuitas
daripada hutang.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan sebagai akibat dari proses
pengambilan keputusan manajemen, merupakan persoalan yang kompleks karena
menyangkut efektivitas pemanfaatan modal dan efesiensi dari kegiatan
perusahaan yang menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai tuntutan yang
timbul terhadap perusahaan. Perusahaan perlu melakukan analisis laporan
terhadap laporan keuangan, karena laporan keuangan merupakan salah satu alat
yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Laporan keuangan sebagai
sumber informasi, akan lebih bermanfaat jika dilihat secara konperhensif misalnya
dengan membandingkan suatu periode dengan periode yang lain. Salah satu cara
pengukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari tingkat profitabilitasnya.
Profitabilitas adalah rasio dari efektifitas manajemen berdasarkan hasil
pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio profitabilitas
terdiri atas profit margin, basic earning power, return on assets, dan return on
24
equity. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan return on equity
(ROE)
Return on equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas
pemegang saham. ROE merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur profitabilitas dari ekuitas. Semakin besar hasil ROE maka kinerja
perusahaan semakin baik. Rasio yang meningkat menunjukkan bahwa kinerja
manajemen meningkat dalam mengelola sumber dana pembiayaan operasional
secara efektif untuk menghasilkan laba bersih (profitabilitas meningkat). Jadi
dapat dikatakan bahwa selain memperhatikan efektivitas manjemen dalam
mengelola investasi yang dimiliki perusahaan, investor juga memperhatikan
kinerja manajemen yang mampu mengelola sumber dana pembiayaan secara
efektif untuk menciptakan laba bersih.
ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham.
Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik
karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan sehingga
akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen
perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila terdapat
kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan
menaikkan harga saham tersebut di pasar modal. Penelitian yang dilakukan oleh
Wirawati (2008) menunjukkan bahwa variabel return on equity (ROE),
berpengaruh positif dan signifikan terhadap PBV.
25
Informasi penting dari sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009 yang terkait rata-rata DER, pertumbuhan
aset dan ROE, ditunjukkan dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Rata-Rata Debt to Equity Ratio, Pertumbuhan Perusahaan, dan Return on
Equity, Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009
Tahun
DER (%)
Pertumbuhan Aset (%)
ROE (%)
2005
100
2006
106
13.06
1,420
2007
107
22.96
1,840
2008
127
24.66
1,835
10.93
3,306
2009
Sumber: Lampiran 9, 10, dan 11
Tabel 1.1 Menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan total hutang
perusahaan manufaktur pada Tahun 2005-2008 terus mengalami peningkatan.
Pada Tahun 2005 rasio perbandingan total hutang yang dimiliki dengan total
ekuitas perusahaan sebesar 1.00 atau 100%, dan pada tahun berikutnya yaitu
Tahun 2006, 2007, dan 2008 masing-masing sebesar 1.06 atau 106%, 1.07 atau
107%, dan 1.27 atau 127%. Dilihat dari tinggginya rasio hutang pada Tabel 1.1 di
atas diperkirakan keadaan kesehatan perusahaaan industri manufaktur di
Indonesia, yang tercermin dari perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam
ICMD (Inonesian capital market directory), secara rata-rata diperkirakan telah
berada jauh dia atas target struktur modal optimalnya (30% - 40%). Salah satu
26
cara untuk memperbaiki kondisi ini dengan jalan merencanakan program
rekstrukturisasi kearah struktur modal yang ideal.
Rata-rata pertumbuhan total aset perusahaan manufaktur Tahun 2006-2008
mengalami peningkatan setiap tahun, Tahun 2006 sebesar 13.06 %, Tahun 2007
sebesar 22.96% dan Tahun 2008 sebesar 24.66%. Sedangkan pada Tahun 2009
tingkat pertumbuhan aset perusahaan manufaktur mengalami penurunan yaitu
sebesar 10.93%, hal ini diakibatkan oleh krisis global yang dialami seluruh sektor
industri di Indonesia (Setian & Salamuddin, 2008). Sedangkan peningkatan ROE
yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 Tahun 2006, 2007, dan 2008 masing-masing
sebesar 14.20 atau 1,420%, 18.40 atau 1,840%, 18.35 atau 1,835%, dan Tahun
2009 tingkat pertumbuhan ROE pada sampel perusahaan manufaktur yang
terdaftar di ICMD mengalami peningkatan yang sangat besar dari tahun-tahun
sebelumnya yaitu sebesar 33.06 atau 3,306% . Dengan adanya peningkatan ROE
setiap tahun penelitian menunjukkan kinerja manajemen yang mampu mengelola
sumber dana pembiayaan operasional secara efektif untuk menciptakan laba
bersih.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya di atas maka dalam
penelitian ini digunakan variabel penelitian seperti struktur modal, pertumbuhan
perusahaan, profitabilitas, dan nilai perusahaan. Perbedaan mendasar dengan
penelitian sebelumnya adalah penggunaan profitabilitas sebagai variabel
intervening endogen.
Digunakan variabel profitabilitas sebagai variabel
intervening endogen guna untuk mengetahui apakah profitabilitas dapat
27
memperkuat atau memperlemah pengaruh struktur modal dan pertumbuhan
perusahaan terhadap nilai perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini:
1) Apakah struktur modal berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas?
2) Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas?
3) Apakah struktur modal berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan?
4) Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan?
5) Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan:
1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh struktur modal terhadap
profitabilitas.
2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh pertumbuhan perusahaan
terhadap profitabilitas.
3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh struktur modal terhadap nilai
perusahaan.
4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh pertumbuhan perusahaan
terhadap nilai perusahaan.
28
5) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran dan pemahaman
yang lebih mendalam mengenai
pengaruh struktur modal dan
pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan, serta
sebagai referensi bagi penelitian-penelitian yang serupa di masa yang akan
datang.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para manajer
dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan sebagai tujuan utama
perusahaan.
29
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Nilai Perusahaan
Perusahaan adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan dan
mengorganisasikan berbagai sumber daya dengan tujuan untuk memproduksi
barang dan atau jasa untuk dijual (Salvatore, 2005). Perusahaan ada karena akan
menjadi sangat tidak efisien dan mahal bagi pengusaha untuk masuk dan
membuat kontrak dengan pekerja dan para pemilik modal, tanah dan sumber daya
lain untuk setiap tahap produksi dan distribusi yang terpisah. Sebaliknya,
pengusaha biasanya masuk dalam kontrak yang besar dan berjangka panjang
dengan tenaga kerja untuk mengerjakan berbagai tugas dengan upah tertentu dan
berbagai tunjangan lain. Kontrak yang umum semacam itu jauh lebih murah
ketimbang sejumlah kontrak spesifik dan sangat menguntungkan baik bagi
pengusaha maupun pekerja dan pemilik sumber daya lain. Perusahaan ada karena
untuk menghemat biaya transaksi semacam itu. Dengan menginternalisasi
berbagai transaksi (yaitu dengan menjalankan berbagai fungsi dalam perusahaan),
perusahaan juga menghemat pajak penjualan dan menghindari kontrol harga dan
peraturan pemerintah yang berlaku hanya untuk transaksi antar perusahaan.
Semula teori perusahaan didasarkan pada asumsi bahwa maksud atau
tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba sekarang atau jangka pendek.
30
Akan tetapi, berdasarkan pengamatan perusahaan sering kali mengorbankan laba
jangka pendek untuk meningkatkan laba masa depan atau jangka panjang. Karena
baik keuntungan jangka pendek maupun jangka panjang sangat penting, teori
perusahaan (theory of the firm) sekarang mempostulatkan bahwa maksud atau
tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai
perusahaan (value of the firm). Hal ini dicerminkan dari nilai sekarang atas semua
keuntungan perusahaan yang diharapkan di masa depan.
Nilai dari perusahaan bergantung tidak hanya pada kemampuan
menghasilkan arus kas, tetapi juga bergantung pada karakteristik operasional dan
keuangan dari perusahaan yang diambil alih. Beberapa variabel kuantitatif yang
sering digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan sebagai berikut:
1) Nilai Buku
Nilai buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai
shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung
dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham
yang beredar. Adapun komponen dari shareholders equity yaitu agio
saham (paidup capital in excess of par value) dan laba ditahan (retained
earning).
2) Nilai Appraisal
Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal
independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sangat
beragam, bagaimanapun nilai ini sering dihubungkan dengan biaya
penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan
31
sendirinya karena nilai aktiva individual mempunyai hubungan yang kecil
dengan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam kegunaan
dalam menghasilkan earnings dan kemudian nilai going concern dari
suatu perusahaan. Bagaimanapun nilai appraisal dari suatu perusahaan
akan bermanfaat sewaktu digunakan dalam penghubungan dengan metode
penilaian yang lain. Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi
tertentu seperti dalam perusahaan keuangan, perusahaan sumber daya alam
atau bagi suatu organisasi yang beroperasi dalam keadaan rugi. Kegunaan
dari nilai appraisal akan menghasilkan beberapa keuntungan. Nilai
perusahaan
yang
berdasarkan
appraiser
independent
juga
akan
menghasilkan pengurangan good-will dengan meningkatkan harga aktiva
perusahaan yang telah dikenal. Good-will dihasilkan sewaktu nilai
pembelian suatu perusahaan melebihi nilai buku dari aktivanya.
3) Nilai Pasar Saham
Nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam kuotasi pasar modal
adalah pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis.
Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas
diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai
pasar. Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering
dipergunakan dalam menilai perusahaan besar. Bagaimanapun nilai ini
dapat berubah secara cepat. Faktor analisis berkompetisi dengan pengaruh
spekulatif murni dan berhubungan dengan sentimen masyarakat dan
keputusan pribadi.
32
4) Nilai “Chop-Shop”
Pendekatan “Chop-Shop” untuk valuasi pertama kali diperkenalkan oleh
Dean Lebaron dan Lawrence Speidell of Batterymarch Financial
Management. Secara khusus, ia menekankan untuk mengidentifikasi
perusahaan multi industry yang dibawah nilai akan bernilai lebih apabila
dipisahkan
menjadi
bagian-bagian.
Pendekatan
ini
mengkonseptualisasikan praktik penekanan untuk membeli aktiva di
bawah harga penempatan mereka.
5) Nilai Arus Kas
Pendekatan
arus
kas
untuk
penilaian
dimaksudkan
agar
dapat
mengestimasi arus kas bersih yang tersedia untuk perusahaan yang
menawarkan sebagai hasil merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus
kas ini kemudian akan ditentukan dan akan menjadi jumlah maksimum
yang harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan. Pembayaran awal
kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari
merger. Terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham,
yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik
(intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan
emiten. Nilai pasar merupakan pembukuan nilai saham di pasar saham dan
nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.
Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk
memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore,
2005). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu
33
perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama
perusahaan (Euis dan Taswan, 2002). Menurut Husnan (2000) nilai perusahaan
merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan
tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown (2004) nilai perusahaan merupakan
nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar.
Nilai
perusahaan
merupakan
persepsi
investor
terhadap
tingkat
keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham
yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi
akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun
juga pada prospek perusahaan di masa depan.
Menurut Brigham&Houston (2001) terdapat beberapa pendekatan analisis
rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning ratio
(PER), price book value ratio (PBVR), market book ratio (MBR), deviden yield
ratio, dan deviden payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini nilai perusahaan
diukur dengan PBV.
Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price book value
(PBV), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif
terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan
harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin
tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi
pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya
34
memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang lebih
besar pula (Sartono, 2001), secara sederhana menyatakan bahwa price to book
value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk
mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini dihitung
dengan formula sebagai berikut (Robert, 1997):
PBV =
Ps
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.1)
BVS
Ps merupakan harga pasar saham dan BVS merupakan nilai buku per
lembar saham (book value per share). BVS digunakan untuk mengukur nilai
shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan
cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar. PBV
mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut :
1) Nilai buku mempunyai ukuran intutif yang relatif stabil yang dapat
diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya
dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value
sebagai perbandingan
2) Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua
perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan
yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation
3) Perusahaan-perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai
dengan menggunakan price earning ratio (PER) dapat dievaluasi
menggunakan price book value ratio (PBV)
35
2.1.2 Srtuktur Modal
Teori struktur modal modern dimulai pada tahun 1958, ketika Profesor
Franco Modigliani dan Merton Miller ( selanjutnya disebut MM) menerbitkan apa
yang disebut sebagai salah satu artikel keuangan paling berpengaruh yang pernah
ditulis. MM membuktikan, dengan sekumpulan asumsi yang sangat membatasi,
bahwa nilai sebuah perusahaan tidak terpengaruh oleh struktur modalnya. Atau
dengan kata lain, hasil yang diperoleh MM menunjukkan bahwa bagaimana cara
sebuah perusahaan akan mendanai operasinya tidak akan berarti apa-apa, sehingga
struktur modal adalah suatu hal yang tidak relevan. Akan tetapi, studi MM
didasarkan pada beberapa asumsi yang tidak realistik, termasuk hal-hal berikut: 1)
tidak ada biaya pialang, 2) tidak ada pajak, 3) tidak ada biaya kebangkrutan, 4)
investor dapat meminjam pada tingkat yang sama dengan perusahaan, 5) semua
investor memiliki informasi yang sama dengan menajemen tentang peluangpeluang investasi perusahaan dimasa depan, 6) EBIT tidak terpengaruh oleh
penggunaan hutang.
Meskipun beberapa asumsi di atas jelas-jelas merupakan suatu hal yang
tidak realistis, hasil ketidakrelevanan MM memiliki arti yang sangat penting.
Dengan menunjukkan kondisi-kondisi di mana struktur modal tersebut tidak
relevan, MM juga telah memberikan petunjuk mengenai hal-hal apa yang
dibutuhkan agar membuat struktur modal menjadi relevan yang selanjutnya akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil karya MM menandai awal penelitian
struktur
modal
modern,
dengan
penelitian
36
selanjutnya
berfokus
pada
melonggarkan asumsi-asumsi MM guna mengembangkan sutau teori struktur
modal yang lebih realistis.
1) Pengaruh Perpajakan
MM menerbitkan makalah lanjutan pada tahun 1963 di mana di dalamnya
mereka melonggarkan asumsi tidak adanya pajak perusahaan. Peraturan
perpajakan
memperbolehkan
perusahaan
untuk
mengurangkan
pembayaran bunga sebagai suatu beban, akan tetapi pembayaran deviden
kepada pemegang saham tidak dapat menjadi pengurangan pajak.
Perbedaan perlakuan ini mendorong perusahaan menggunakan hutang
dalam struktur modalnya. Tentu MM mendemontrasikan bahwa jika
seluruh asumsi mereka lain yang tetap berlaku, perlakuan yang berbeda ini
akan mengarah pada terjadinya suatu situasi dimana perusahaan didanai
100 persen oleh hutang.
2) Pengaruh Potensi Terjadinya Kebangkrutan.
Hasil irelevansi MM juga tergantung pada asumsi bahwa perusahaan tidak
akan bangkrut, sehingga tidak akan ada
biaya kebangkrutan. Namun,
kebangkrutan pada praktiknya terjadi, dalam hal ini sangat mahal
biayanya. Perusahaan yang bangkrut akan memiliki beban akuntansi dan
hukum yang sangat tinggi, dan juga mengalami kesulitan untuk
mempertahankan pelanggan, pemasok dan karyawannya. Masalahmasalah yang berhubungan dengan kebangkrutan kemungkinan besar akan
timbul ketika sebuah perusahaan memasukkan lebih banyak hutang dalam
37
struktur modalnya. Karena itu, biaya kebangkrutan menahan perusahaan
mendorong penggunaan hutangnya hingga ke tingkat yang berlebihan.
3) Teori Pertukaran.
Fakta bahwa bunga adalah beban pengurangan pajak menjadikan hutang
lebih murah daripada saham biasa atau saham preferen. Akibatnya, secara
tidak langsung pemeritah akan membayarkan sebagian biaya dari modal
hutang, atau dengan cara lain, hutang memberikan manfaat perlindungan
pajak. Semakin banyak perusahaan menggunakan hutang, maka semakin
tinggi nilai dan harga sahamnya, menurut asumsi tulisan ModdiglianiMiller dengan pajak, harga saham sebuah perusahaan akan mencapai nilai
maksimal jika perusahaan sepenuhnya menggunakan hutang 100 persen.
Dalam dunia nyata, perusahaan jarang menggunakan hutang 100 persen.
Alasan utama perusahaan membatasi penggunaan hutang adalah untuk
menjaga biaya-biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan tetap
rendah.
4) Teori Persinyalan.
MM berasumsi bahwa investor memiliki informasi yang sama tentang
prospek sebuah perusahaan seperti para manajernya, hal ini disebut
informasi simetris (symmetric information). Namun kenyataanya, para
manajer seringkali memiliki informasi yang lebih daripada pihak luar. Hal
ini disebut informasi asimetris (asymmetric information), dan memiliki
pengaruh yang penting pada struktur modal yang optimal.
38
5) Menggunakan Pendanaan Hutang untuk Membatasi Manajer.
Perusahaan dapat mengurangi arus kas yang berlebihan dengan beragam
cara. Salah satunya adalah dengan menyalurkan kembali kepada
pemegang saham melalui deviden yang lebih tinggi atau pembelian
kembali saham. Alternatif yang lain adalah untuk mengubah struktur
modal ke arah hutang dengan harapan adanya persyaratan penutupan
hutang yang lebih tinggi akan memaksa manajer untuk lebih disiplin. Jika
hutang tidak tertutupi seperti yang diharuskan, perusahaan akan terpaksa
dinyatakan bangkrut. Pembelian melalui hutang (laverage buyout-LBO)
adalah satu cara untuk mengurangi kelebihan arus kas. Dalam suatu LBO
hutang digunakan untuk mendanai pembelian saham sebuah perusahaan,
dimana selanjutnya akan dimiliki secara pribadi.
Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai
aktivanya dan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan dari neraca yang terdiri dari
hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal pemegang saham.
Sedangkan struktur modal perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri
dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Jadi,
struktur modal suatu perusahaan hanya merupakan sebagian dari struktur
keuangannya. Sedangkan struktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan
permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukan oleh hutang, ekuitas saham
preferen, dan saham biasa.
Pada dasarnya, keputusan pendanaan (financing) perusahaan berkaitan
dengan penentuan sumber-sumber dana yang digunakan untuk membiayai usulan39
usulan investasi yang telah diputuskan sebelumnya. Pemenuhan kebutuhan dana
tersebut dapat disediakan atau diperoleh dari sumber internal maupun eksternal
perusahaan. Apabila perusahaan memenuhi kebutuhan kebutuhan dananya dari
sumber internal, maka perusahaan tersebut melakukan pendanaan internal
(internal financing) yaitu dalam bentuk laba ditahan Sebaliknya, jika perusahan
memenuhi kebutuhan dananya dari sumber eksternal, maka perusahaan tersebut
melakukan pendanaan eksternal (external financing). Pemenuhan kebutuhan dana
secara eksternal dipisahkan menjadi 2 yaitu pembiayaan hutang (debt financing)
dan pendanaan modal sendiri (equity financing). Pembiayaan hutang diperoleh
melalui pinjaman, sedangkan pendanaan modal sendiri berasal dari emisi atau
penerbitan saham.
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah
hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh karena itu, struktur modal
diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur
tingkat
leverage
(penggunaan
hutang)
terhadap
total
shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Secara matematis DER dapat
dirumuskan sebagai berikut (Robert, 1997):
DER=
Total Hutang
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.2)
Total Ekuitas
Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun
jangka panjang) sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal
sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total
40
pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi
DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka panjang)
semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga berdampak
semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). (Robert, 1997).
2.1.2.1 Trade Off Theory
Selain teori yang telah dikemukakan oleh MM masih terdapat teori struktur
modal yang lain yang membahas hubungan antara struktur modal dengan nilai
perusahaan. Model trade-off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan
merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang
dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut. Esensi
trade-off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan
pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat
lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena
penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak
diperbolehkan. Trade-off theory telah mempertimbangkan berbagai faktor seperti
corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax, dalam menjelaskan mengapa
suatu
perusahaan
memilih
struktur
modal
tertentu
(Husnan,
2000).
Kesimpulannya adalah penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan
tetapi hanya pada sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang
justru menurunkan nilai perusahaan. Walaupun model trade-off theory tidak dapat
menentukan secara tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut
memberikan kontribusi penting yaitu;
41
1) Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi, sebaiknya menggunakan
sedikit hutang.
2) Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak
menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak
rendah.
2.1.3 Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset diamana
pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang
dan pertumbuhan yang datang (Taswan, 2003). Growth adalah perubahan
(penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada saat tertentu
terhadap tahun sebelumnya (Saidi, 2004). Berdasarkan difinisi di atas dapat
dijelaskan Growth merupakan perubahan total aset baik berupa peningkatan
maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan selama satu periode (satu
tahun).
Pertumbuhan aset menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang
akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang menyakini bahwa persentase
perubahan total aktiva merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur
growth perusahaan (Putrakrisnanda, 2009). Ukuran yang digunakan adalah
dengan menghitung proporsi kenaikan atau penurunan aktiva. Pada penelitian ini,
pertumbuhan
perusahaan
diukur
dari
42
proporsi
perubahan
aset,
untuk
membandingkan kenaikan atau penurunan atas total aset yang dimiliki oleh
perusahaan.
Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan akan menunjukkan sampai
seberapa
jauh
perusahaan
akan
menggunakan
hutang
sebagai
sumber
pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber
pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang
saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber
pembiayaan karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut
membayar bunga secara tetatur.
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi memiliki
kecendrungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang
dan kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga memungkinkan perusahaan untuk
memiliki biaya modal rendah, oleh sebab itu, laverage memiliki hubungan negatif
dengan tingkat pertumbuhan sehingga semakin tinggi pertumbuhan, maka
semakin rendah pula rasio hutang terhadap ekuitas, dengan asumsi variabel yang
lain konstan
2.1.4 Analisis Rasio
Kinerja Keuangan perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian
kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu peralatan tertentu, berupa
alat analisis. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Laporan
43
keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada suatu titik tertentu maupun
operasinya selama suatu periode di masa lalu. Akan tetapi, nilai sebenarnya dari
laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan tersebut dapat
digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan deviden di masa depan.
Dari sudut pandang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat dari
analisis laporan keuangan sedangkan sudut pandang manajmen, analisis laporan
keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi konsisi-kondisi
di masa depan maupun yang lebih penting lagi, sebagai titik awal untuk
melakukan perencanaan langkah-langkah akan meningkatkan kinerja perusahaan
di masa mendatang.
1) Rasio Likuiditas
Aktiva likuid adalah akiva yang diperdagangkan dalam suatu pasar
yang akan aktif sehingga akibatnya dapat dengan cepat diubah menjadi kas
dengan menggunakan harga pasar yang berlaku.
Aktiva lancar umumnya meliputi kas, sekuritas, hutang usaha, dan
persediaan. Kewajiban lancar terdiri atas hutang usaha, wesel tagih jangka
pendek, hutang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak, dan
beban-beban akrual lainnya (terutama gaji).
Jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan akan
membayar tagihan-tagihannya (hutang usaha) secara lebih lambat,
meminjam dari bank, dan seterusnya. Jika kewajiban lancar meningkat
44
secara lebih cepat dari aktiva lancar, rasio lancar akan turun, dan hal ini
pertanda adanya masalah. Karena rasio lancar merupakan indikator
tunggal terbaik dari sampai sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek
telah ditutupi oleh aktiva-aktiva yang dirahapkan dapat diubah menjadi
kas dengan cukup tepat, rasio ini merupakan ukuran solvabilitas jangka
pendek yang paling sering digunakan.
2) Rasio Manajemen Aktiva
Rasio manajemen aktiva (asset management ratio), mengukur
seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio-rasio ini
dirancang untuk menjawab pertanyaan sebagi berikut: apakah jumlah total
dari tiap-tiap jenis aktiva seperti yang dilaporkan dalam neraca terlihat
wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat
penjualan yang diproyeksinya?. Rasio perputaran persedian dinyatakan
sebagai penjualan dibagi persediaan.
A. Mengevaluasi hutang (jumlah hari penjualan belum tertagih)
Jumlah hari penjualan belum tertagih (days sale outstanding),
digunakan untuk menilai hutang, dan dihitung dengan membagi hutang
dengan jumlah hari penjualan rata-rata untuk menemukan berapa hari
penjualan masih dicatat dalam hutang. Jadi DSO, mencerminkan ratarata rentang waktu perusahaan harus menunggu untuk menerima kas
setelah melakukan penjualan.
45
B. Mengevaluasi aktiva tetap (rasio perputaran aktiva tetap)
Rasio
perputaran aktiva
tetap
mengukur
seberapa
efektifkah
perusahaan mempergunakan pabrik dan peralatannya. Ini merupakan
rasio dai penjualan aktiva bersih.
3) Rasio Manejemen Hutang
Seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan pendanaan melalui
hutang atau pengungkit keuangan (financial laverage). Memiliki tiga
implikasi yang penting: 1) dengan memperoleh dana melalui hutang, para
pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan
tersebut sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan, 2) kreditor
akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai
satuan batasan keamanan, sehingga mungkin tinggi proporsi dari jumlah
modal yang diberikan oleh pemengang saham, maka semakin kecil risiko
yang harus dihadapi kreditor, 3) jika perusahaan mendapatkan hasil dari
investasi yang didanai dari hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang
dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau
diungkit.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki rasio hutang relatif tinggi
ketika perekonomian berada pada posisi normal, namun memiliki rasio
kerugian ketika ekonomi mengalami resesi. Oleh sebab itu, keputusan
akan penggunaan hutang mengharuskan perusahaan menyeimbangkan
tingkat ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi dengan risiko yang
meningkat. Rasio total hutang terhadap total aktiva,
46
yang umumnya
disebut sebagai rasio hutang, akan mengukur persentase dari dana yang
diberikan kreditor. Total hutang meliputi kewajiban lancar dan hutang
jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio hutang yang lebih rendah
karena semakin rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman
dari kerugian yang dialami kreditor jika terjadi likuidasi. Pemegang
saham, di lain pihak, mungkin menginginkan lebih banyak laverage
karena akan memperbesar ekspektasi kentungan.
A. Kemampuan untuk membayar bunga (rasio kelipatan pembayaran
bunga)
Rasio kelipatan pembayaran bunga mengukur sejauh mana laba
operasi dapat menurun sebelum perusahaan tidak mampu lagi
membayar bunga tahunannya. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban
ini akan dapat mengakibatkan adanya tuntutan hukum oleh kreditor
perusahaan yang kemungkinan akan menyebabkan kebangkrutan.
B. Kemampuan untuk melayani hutang (rasio cakupan EBITDA)
Rasio time interest earned akan berguna dalam menilai kemampuan
sebuah perusahaan memenuhi beban bunga atas hutangnya, akan tetapi
rasio ini memiliki dua kelemahan: 1) Bunga bukanlah satu-satunya
beban keuangan yang bersifat tetap, perusahaan juga harus mengurangi
hutangnya sesuai jadwal, dan banyak perusahaan menyewa aktivanya
dan akibatnya harus melakukan pembayaran sewa. Jika gagal
membayar kembali hutang atau melunasi pembayaran sewanya,
perusahaan terpaksa harus menyatakan bangkrut. 2) EBIT tidaklah
47
mencerminkan seluruh arus kas yang tersedia untuk melayani hutang,
terutama perusahaan yang memiliki beban depresiasi dan amortisasi
yang tinggi. Untuk memasukkan kelemahan-kelemahan ini, para
banker dan pihak lainnya telah mengembangkan rasio kecukupan
EBITDA.
4) Rasio Profitabilitas
Menurut Brigham & Houston (2006), profitabilitas dapat diukur
dengan beberapa rasio keuangan (rasio profitabilitas) yaitu:
A. Margin laba atas penjualan (profit margin on seles), yang dihitung
dengan membagi laba bersih dengan penjualan, akan menunjukkan
laba per nilai penjualan:
B. Kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (basic earning powerBEP), dihitung dengan membagi keuntungan sebelum beban bunga
dan pajak (EBIT) dengan total aktiva.
C. Tingkat pengembalian total aktiva, rasio antara laba bersih terhadap
total aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva (return on
assets-ROA) setelah beban bunga dan pajak.
D. Tingkat pengembalian ekuitas saham biasa, rasio laba bersih terhadap
ekuitas saham biasa, dimana mengukur tingkat pengembalian atas
investasi dari pemegang saham biasa.
48
5) Rasio Nilai Pasar
Rasio nilai pasar akan menghubungkan nilai saham perusahaan
pada laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Rasio-rasio ini dapat
memberikan indikasi kepada menjemen mengenai yang dipikirkan oleh
para investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahaan di masa
mendatang. Jika rasio-rasio likuditas, manajemen aktiva, manjemen
hutang, dan profitabilitas semuanya terlihat baik, maka rasio-rasio nilai
pasarnya juga akan tinggi, dan harga saham kemungkinan juga akan tinggi
sesuai harapan.
A. Rasio
harga/laba
rasio
harga/laba
(price/earing) menunjukkan
seberapa banyak uang yang rela dikeluarkan oleh investor untuk
membawa setiap dollar laba yang dilaporkan.
B. Rasio harga/arus kas. Di beberapa industri, harga saham akan lebih
terikat pada arus kas daripada laba bersih.
C. Rasio nilai pasar/nilai buku. Rasio atas harga pasar saham terhadap
nilai bukunya juga akan memberikan indikasi yang lain tentang
bagaimana investor memandang perusahaan. perusahaan dengan
tingkat pengembalian ekuitas yang relatif tinggi biasanya menjual
dengan perkaliannya rendah.
2.1.5 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam
mengelola perusahaan. Ukuran profitabilitas perusahaan dapat berbagai macam
49
seperti : laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian invetasi/aktiva, dan
tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Robert (1997) mengungkapkan bahwa
rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini dapat dibagi atas enam jenis yaitu :
1) Gross Profit Margin (GPM)
Gross Profit Margin (GPM) berfungsi untuk mengukur tingkat
pengembalian keuntungan kotor terhadap penjualan bersihnya. GPM dapat
diketahui dengan perhitungan sebagai berikut (Robet, 1997).
GPM=
Gross Profit
… … . . … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.3)
Net Sales
Gross profit adalah net sales dikurangi dengan harga pokok penjualan,
sedangkan net sales adalah total penjualan bersih selama satu tahun. Nilai
GPM berada diantara 0 dan 1. Nilai GPM semakin mendekati satu, maka
berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan untuk penjualan dan
semakin besar juga tingkat pengembalian keuntungan.
2) Net Profit Margin (NPM)
NPM berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih
terhadap penjualan bersihnya (Robert, 1997)
NPM=
Net Income After Tax
… … … … … … … … … … … … … … … … … (2.4)
Net Sales
Nilai NPM ini juga berada diantara 0 dan satu. Nilai NPM semakin besar
mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan
juga berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih.
50
3) Operating Return On Assets (OPROA)
OPROA digunakan untuk mengukur tingkat kembalian dari keuntungan
operasional perusahaan terhadap seluruh asset yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan operasional tersebut.
OPROA=
Operating Income
… … … … … . … … … … … … … … … … … (2.5)
Average Total Asset
Operating income merupakan kentungan operasional atau disebut juga
laba usaha. Average total assets merupakan rata-rata dari total asset awal
tahun dan akhir tahun. Jika total asset awal tahun tidak tersedia, maka total
asset akhir tahun dapat digunakan.
4) Return On Assets (ROA)
ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas
yang ada. ROA kadang-kadang disebut juga Return on Investment (ROI)
(Robert, 1997).
ROA =
Net Income After Tax
… … … … … … … … … … … … … … … … (2.6)
Average Total Assets
5) Return on equity (ROE)
Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas
pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih
perusahaan. Return on equity atau return on net worth mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang
saham
perusahaan
(Sartono,
51
2001).
ROE
secara
eksplisit
memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan return
bagi pemegang saham biasa setelah memperhitungkan bunga (biaya
hutang) dan biaya saham preferen. Seperti diketahui, pemegang saham
mempunyai klaim sisa atas keuntungan yang diperoleh perusahaan
pertama akan dipakai untuk membayar bunga hutang kemudian saham
preferen baru kemudian ke pemegang saham biasa (Helfert, 1996). Return
on equity merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan
(the common stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat
kembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan
oleh pemilik perusahaan. Dengan kata lain, ROE menunjukkan
keuntungan
yang
akan dinikmati
oleh pemilik saham.
Adanya
pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik
karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari
perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan
mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam
bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu
perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham
tersebut di pasar modal. Oleh karena itu dalam penelitian ini rasio
profitabilitas yang digunakan adalah return on equity yang dapat
dirumuskan sebagai berikut (Sartono, 2001):
ROE=
Laba Setelah Pajak
… … … … … . … … … … … … … … … … … … … (2.7)
Modal Sendiri
52
6) Earning Power
Earning Power adalah hasil kali net profit margin dengan perputaran
aktiva. Earning Power merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang digunakan. Rasio ini
menunjukkan pula tingkat efisiensi investasi yang nampak pada tingkat
perputaran aktiva. Apabila perputaran aktiva meningkat dan net profit
margin tetap maka earning power juga meningkat. Dua perusahaan
mungkin akan mempunyai earing power yang sama meskipun perputaran
aktiva dan net profir margin keduanya berbeda.
2.1.6 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas
Pemilik sebuah perusahaan mungkin dapat mempergunakan hutang yang
berjumlah relatif besar untuk mambatasi manajernya. Rasio hutang yang tinggi
akan meningkatkan ancaman kebangkrutan untuk menjadi lebih berhati-hati dan
tidak menghambur-hamburkan uang para pemegang saham. Kebanyakan
pengambilalihan perusahaan dan pembelian melalui hutang dirancang untuk
meningkatkan efisiensi dengan mengurangi arus kas bebas yang tersedia bagi para
manajer (Brigham & Houston, 2004). Pembelanjaan yang dilakukan oleh
manajemen
keuangan akan membentuk struktur keuangan
yang dapat
menunjukkan komposisi perbandingan sumber dana perusahaan dalam membiayai
operasioal perusahaan. Bagi setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan
sumber dana merupakan hal penting sebab hal tersebut akan mempengaruhi
struktur keuangan perusahaan, yang akhirnya akan mempengaruhi profitabilitas.
Sumber dana perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan modal sendiri yang
53
diukur dengan debt to equity ratio (DER). Jika DER semakin tinggi, maka
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan profitabilitas akan semakin rendah,
sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan profitabilitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Denise dan Robert (2009), menemukan
bahwa strategi investasi yang berdasarkan kepemilikan modal dari dalam
perusahaan (modal sendiri) memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas
perusahaan, artinya jika perusahaan memperoleh hasil yang lebih besar dari dana
yang dipinjam daripada yang harus dibayar sebagai bunga, maka hasil
pengembalian berupa profit untuk para pemilik akan meningkat. Penelitian yang
dilakukan oleh Kusumasari et al (2009) menemukan bahwa pengaruh struktur
modal berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Safieddine dan Titman (1997) menemukan bahwa
kinerja keuangan perusahaan yang meningkat seiring dengan
rekapitalisasi
peningkatan laverage.
2.1.7 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas
Salah satu cara pengukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari tingkat
profitabilitas.
Profitabilitas adalah kemampuan memperoleh
laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Growth
mempengaruhi profitabilitas, melalui aset yang dimiliki sehingga berpengaruh
terhadap produktivitas dan efesiensi perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh
pada
profitabilitas.
Total
aset
dipilih
sebagi
ukuran
growth
dengan
mempertimbangkan nilai aset relatif stabil dibandingkan nilai market capitalized
54
dan penjualan (Shudarmadji, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Sriwardany
(2006) membuktikan bahwa pertumbuhan aset berpengaruh negatif terhadap
kinerja keuangan dan Kusumasari et al. (2009)
membuktikan bahwa
pertumbuhan aset berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.
2.1.8 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan
Pada tahun 1958 Modigliani dan Miller (MM) menunjukkan bahwa nilai
suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal, bukti tersebut dengan
berdasarkan serangkaian asumsi antara lain, tidak ada biaya broker (pialang),
tidak ada pajak, tidak ada kebangkrutan, para investor dapat meminjam dengan
tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan, semua investor mempunyai
informasi yang sama, EBIT tidak dipengaruhi oleh biaya hutang. Hasil tersebut
menunjukkan kondisi-kondisi dimana struktur modal tidak relevan, MM juga
memberikan petunjuk agar srtuktur modal menjadi relevan sehingga akan
mempengaruhi nilai perusahaan (Brigham dan Houston, 2001).
Pada tahun 1963 MM menerbitkan makalah lanjutan yang melemahkan
asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan memperbolehkan
pengurangan bunga sebagai beban, tetapi pembayaran deviden kepada pemegang
saham tidak dapat dikurangi. Hasil penelitain mendorong perusahaan untuk
menggunakan hutang dalam struktur modal. Kesimpulan ini diubah oleh Miller
ketika memasuki efek dari pajak perseroan. Miller berpendapat bahwa investor
bersedia menerima pengembalian atas saham sebelum pajak yang relatif rendah
55
dibandingkan dengan pengembalian atas obligasi sebelum pajak (Brigham dan
Houston, 2001).
Hasil-hasil MM yang tidak relavan juga tergantung pada asumsi tidak
adanya biaya kebangkrutan. Perusahaan yang bangkrut mempunyai biaya hukum
dan akutansi yang tinggi, dan mereka juga sulit untuk menahan pelanggan,
pemasok dan karyawan. Bahkan kebangkrutan sering memaksa suatu perusahaan
melikuidasi atau menjual hartanya dengan harga dibawah harga seandainya
perusahaan beroprasi. Biaya yang terkait dengan kebangkrutan, yaitu: 1)
profitabilitas terjadinya, 2) biaya-biaya yang timbul bila kesulitan keuangan akan
muncul. Perusahaan yang labanya lebih labil, bila semua hal lain sama,
mengadapi biaya kebangkrutan yang lebih besar sehingga harus lebih sedikit
hutang daripada perusahaan yang stabil (Brigham dan Houston, 2001).
Teori trade-off dari laverage adalah teori yang menjelaskan bahwa
struktur modal yang optimal ditemukan dengan menyeimbangkan manfaat dari
pendanaan dengan hutang (perlakukan pajak perseroan yang menguntungkan)
dengan suku bunga dan kebangkrutan yang lebih tinggi (Brigham dan Houston,
2001). Biaya dari hutang dihasilkan dari 1) peningkatan kemungkinan
kebangkrutan yang disebabkan oleh kewajiban hutang yang tergantung pada
risiko bisnis dan risiko keuangan, 2) biaya agen dan pengendalian tindakan
perusahaan, 3) biaya yang berkaitan dengan manajer yang mempunyai informasi
yang lebih banyak tentang prospek perusahaan daripada investor (Sriwardany,
2006).
56
Jika pendekatan Modigliani dan Miller dalam kodisi ada pajak penghasilan
perusahaan, maka nilai perusahaan akan meningkat terus karena penggunaan
hutang yang semakin besar. Tetapi perlu diingat bahwa bila sekarang dari
financial distress dan nilai sekarang adalah agrncy cost dapat mengakibatkan
menurunnya nilai perusahaan yang memiliki laverage (Sartono, 2001).
Trade-off theory menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada di
bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan nilai
perusahaan. Sebaliknya, setiap jika posisi struktur modal berada di atas titik
optimal maka setiap penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Oleh
karena itu, dengan asumsi titik target struktur modal optimal belum tercapai, maka
berdasarkan trade-off theory memprediksi adanya hubungan yang positif terhadap
nilai perusahaan.
Solihah dan Taswan (2002) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
kebijakan hutang berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan. Driffield et al (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
adanya pengaruh yang signifikan untuk struktur kepemilikan terhadap leverage
(DAR) dan nilai perusahaan (Tobin’Q) di Indonesia, Korea, Malaysia, dan tidak
signifikan di Thailand. Penelitian yang dilakukan Syarif (2007) menemukan
bahwa peningkatan hutang mampu meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan
penelitian dengan hasil yang berbeda dilakukan oleh Arijit (2008) menunjukkan
bahwa penggunaan laverage ternyata berdampak negatif terhadap kesempatan
peningkatan nilai perusahaan di masa yang akan datang.
57
Ekayana (2007) dan Sujoko dan Soebiantoro (2007) yang menemukan
bahwa kebijakan hutang yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) dan
ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset berpengaruh positif dan
signifikan terhadap price book value (PBV). Sedangkan Chen (2002) menemukan
bahwa struktur modal berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan, Chen juga membuktikan bahwa nilai perusahaan akan
meningkat jika perusahaan memilih tidak ada hutang pada struktur modal pada
perusahaan Belanda.
2.1.9 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan.
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungaanya
dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaanya
agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan
manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang
rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena
penggunaan hutang mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara
teratur. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana
untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka
semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang
sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih
baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari
besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya
maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001).
58
Kallapur dan Trombley (1999) Realisasi pertumbuhan perusahaan diukur
dengan nilai pertumbuhan perusahaan yang meliputi pertumbuhan aktiva dan
ekuitas. Aktiva perusahaan menunjukkan keputusan pengunaan dana atau
keputusan investasi pada masa lalu. Aktiva didefinisikan sebagai sumber daya
yang mempunyai potensi memberikan manfaat ekonomis pada perusahaan dimasa
yang akan datang. Sumber daya yang mampu menghasilkan aliran kas masuk
(cash inflow) atau mengurangi kemampuan kas keluar (cash outflow) bisa disebut
sebagai aktiva. Sumber daya tersebut akan diakui sebagai aktiva perusahaan
memperoleh hak penggunaan aktiva tersebut sebagai hasil transaksi atau
pertukaran pada masa lalu dan manfaat ekonomis masa mendatang bisa diukur,
dikuanlifikasikan dengan tingkat ketepatan yang memadai.
Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan
operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha
(Helfert, 1997). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal
maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi
perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu
perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan,
dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari
investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik.
Stulz (1990) menemukan bukti bahwa perusahaan yang menghadapi
kesempatan pertumbuhan yang rendah, maka rasio hutang berhubungan secara
positif dengan nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menghadapi
kesempatan pertumbuhan yang tinggi, maka rasio hutang berhubungan secara
59
negatif dengan nilai perusahaan. Oleh karena itu, pengaruh hutang terhadap nilai
perusahaan sangat tergantung pada keberadaan kesempatan pertumbuhan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sriwardany (2006) membuktikan bahwa
pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap harga perubahan
saham, hal ini berarti bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan
akan direspon positif oleh investor, sehingga akan meningkatkan harga saham.
Sedangkan hasil berbeda ditemukan oleh Safrida (2008) membuktikan bahwa
pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan.
2.1.10 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan.
Dari sudut pandang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat dari
analisis laporan keuangan sedangkan sudut padang manajemen, analisis laporan
keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi konsisi-kondisi
di masa depan maupun, yang lebih penting lagi, sebagai titik awal untuk
melakukan perencanaan langkah-langkah akan meningkatkan kinerja perusahaan
di masa mendatang
Jika manajemen ingin memaksimalkan nilai sebuah perusahaan, maka
harus
mengambil
memperbaiki
melibatkan
keuntungan
dari
kelemahan-kelmahannya.
kekuatan-kekuatan
Analisis
laporan
perusahaan
dan
keuangan
akan
membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja perusahaan-
perusahaan lain dalam industri yang sama dan mengevaluasi tren posisi keuangan
dari
waktu
ke
waktu.
Studi-studi
60
ini
akan
membantu
manajemen
mengidentifikasikan berbagai kekurangan yang mereka miliki dan kemudian
mengambil tindakan untuk meningkatkan kinerjanya (Brigham&Houston, 2004)
Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam
mengelola perusahaan. Robert (1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas
atau rasio rantabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan return on equity
merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common
stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat kembalian yang dihasilkan
oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh pemilik perusahaan. Dengan
kata lain, ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik
saham. Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang
semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang
diperoleh perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari
perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan
mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk
saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka
secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2006)
menemukan bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan return on asset
berpengaruh positif secara statistis terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang lain
yang mendukung adalah Sari (2005) membuktikan bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap nilai perusahaan adalah kepemilikan manajerial, rasio
61
laverage, interaksi laverage dengan investasi dan interaksi profitabilitas dengan
investasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan Caringsih (2008) membuktikan
bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sedangkan ROE
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
62
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Pemilik sebuah perusahaan mungkin dapat mempergunakan hutang yang
berjumlah relatif besar untuk mambatasi manajernya. Rasio hutang yang tinggi
akan meningkatkan ancaman kebangkrutan untuk menjadi lebih berhati-hati dan
tidak menghambur-hamburkan uang para pemegang saham. Kebanyakan
pengambilalihan perusahaan dan pembelian melalui hutang dirancang untuk
meningkatkan efisiensi dengan mengurangi arus kas bebas yang tersedia bagi para
manajer (Brigham & Houston, 2004). Pembelanjaan yang dilakukan oleh
manajemen
keuangan akan membentuk struktur keuangan
yang dapat
menunjukkan kompensasi perbandingan sumber dana perusahaan dalam
membiayayai operasioal perusahaan. Bagi setiap perusahaan, keputusan dalam
pemilihan sumber dana merupakan hal penting sebab hal tersebut akan
mempengaruhi struktur keuangan perusahaan, yang akhirnya akan mempengaruhi
kinerja perusahaan. Sumber dana perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan
modal sendiri yang diukur dengan debt to equity ratio (DER). Jika DER semakin
tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk mendapatkan profitabilitas akan
semakin rendah, sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan
profitabilitas yang diukur dengan return on equity (ROE).
63
Teori struktur modal bertujuan memberikan landasan berpikir untuk
mengetahui struktur modal yang optimal. Suatu struktur modal dikatakan optimal
apabila dengan tingkat risiko tertentu dapat memberikan nilai perusahaan yang
maksimal. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan
melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham. Nilai
perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
perusahaan tersebut dijual. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar
modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai
perusahaan (Husnan,1998).
Keputusan struktur modal dalam perusahaan merupakan hal yang penting.
Pentingnya struktur modal ini karena adanya pilihan kebutuhan antara
memaksimalkan return (meminimalkan biaya modal) dengan kemampuan
perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang kompetitif. Pada
umumnya,
suatu
perusahaan
dapat
memilih
alternatif
struktur
modal.
Persoalannya adalah apakah perusahaan menggunakan hutang yang besar atau
hanya menggunakan hutang yang sangat kecil. Nilai perusahaan adalah sama
dengan nilai pasar saham ditambah pasar hutang. Apabila besarnya nilai saham
akan meningkatkan nilai perusahaan. Apabila hutang berubah, maka srtuktur
modal akan berubah pula. Perubahan dalam struktur modal akan menguntungkan
bagi pemegang saham, jika nilai perusahaan meningkat.
Model trade-off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan
merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang
dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut. Esensi
64
trade-off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan
pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat
lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena
penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak
diperbolehkan.
Berbagai penelitian juga telah dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara struktur modal dengan PBV yaitu penelitian yang dilakukan oleh Masdar
Mas’ud (2008) dan Taswan (2003) dalam hasil penelitiannya mengemukakan
bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap price book
value.
Profitabilitas adalah kemampuan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan
penjualan,
total
aktiva
maupun
modal
sendiri.
Pertumbuhan
mempengaruhi profitabilitas, melalui aset yang dimiliki sehingga berpengaruh
terhadap produktivitas dan efesiensi perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh
pada profitabilitas.
Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan
operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha
(Helfert, 1997). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal
maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi
perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu
perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan,
dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari
65
investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik. Sriwadany
(2006) menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh
langsung dan positif terhadap harga saham perusahaan, yang artinya bahwa
infomasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan direspon positif oleh investor,
sehingga akan meningkatkan harga saham.
Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus banyak mengandalkan modal
eksternal. Biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada
biaya penerbitan surat hutang yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak
menghandalkan hutang. Shin dan Stulz (2000) dalam penelitian menunjukkan
hasil hubungan negatif antara perubahan total equity risk terhadap nilai
perusahaan, yang berarti bahwa dengan adanya kesempatan pertumbuhan pada
perusahaan kecil akan mengurangi dampak yang merugikan dan peningkatan
risiko terhadap nilai perusahaan. Hubungan positif antara total equity risk
terhadap nilai perusahaan, yang berarti bahwa dengan adanya kesempatan
pertumbuhan pada perusahaan besar makan perusahaan tersebut dengan mudah
akses ke pasar modal dan skala ekonomi dari risiko manajemen.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian
kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu peralatan tertentu, berupa
alat analisis. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Laporan
keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada suatu titik tertentu maupun
operasinya selama suatu periode di masa lalu. Akan tetapi, nilai sebenarnya dari
laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan tersebut dapat
digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan deviden di masa depan.
66
Return on equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas dari
ekuitas. Semakin besar hasil ROE maka kinerja perusahaan semakin baik.
Return on equity (ROE) atau yang sering disebut juga return on common
equity sering diterjemahkan sebagai rentabilitas saham sendiri (rentabilitas modal
saham). Investor yang akan membeli saham akan tertarik dengan return on equity
atau bagian dari total profitabilitas yang bisa dialokasikan ke pemegang saham.
Oleh karena itu semakin tinggi ROE maka akan semakin tinggi juga price book
value sebagai ukuran dari nilai perusahaan. Return on equity merupakan rasio
yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common stockholder). Adanya
pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena
berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan
sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah
manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila
terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak
langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal (Irawan, 1996).
Penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2008) menunjukkan bahwa variabel
return on equity (ROE), berpengaruh positif dan signifikan terhadap PBV.
67
3.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Struktur Modal
(X1)
H1
H3
Profitabilitas
(X3)
H2
Nilai Perusahaan
(Y)
H5
H4
Pertumbuhan
Perusahaan (X2)
Gambar 3.1 Kerangkan Konseptual
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian emperik yang telah
dilakukan sebelumnya, maka hipotesis untuk penelitian ini sebagai berikut:
1) Struktur
modal
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
profitabilitas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
2) Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
68
3) Struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
4) Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia?
5) Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
69
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian
4.1.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas dimana terdapat hubungan
antara dua variabel atau lebih. Hubungan dalam penelitian ini merupakan
hubungan kausal yaitu sebab akibat, diamana ada variabel eksogen (bebas) yaitu
variabel yang mempengaruhi variabel endogen (terikat) yaitu variabel yang
dipengaruhi
4.1.2 Lingkup Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan pengambilan
data melalui ICMD (Indonesian capital market directory) Tahun 2006-2009, dan
situs internet : (www.idx.co.id).
4.2 Variabel Penelitian
4.2.1 Identifikasi Variabel
Identifikasi variabel perlu dilakukan untuk memberikan gambaran dan
acuan dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang
diajukan, variabel-variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
70
1) Variabel eksogen
Variabel-variabel eksogen dalam model jalur ialah semua variabel yang
tidak ada penyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam diagram tidak ada
anak-anak panah menuju ke arahnya, selain pada bagian kesalahan
pengukuran, (Sarwono & Suhayati, 2010). Dalam penelitian ini yang
dijadikan variabel eksogen adalah: Struktur Modal (X1) dan Pertumbuhan
Perusahaan (X2) .
2) Variabel endogen
Variabel endogen adalah variabel yang mempunyai anak panah menuju
kearah variabel tersebut. Variabel yang mancangkup di dalamnya adalah
mencangkup variabel perantara dan tergantung/terikat. Variabel perantara
endogen mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya dan dari arah
variabel tersebut dalam suatu model diagram jalur, yang dijadikan variabel
perantara adalah profitabilitas (X3). Sedangkan variabel tergantung/terikat
mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya, yang dijadikan variabel
tergantung/terikat adalah nilai perusahaan (Y).
(Sarwono & Suhayati,
2010).
4.2.2 Difinisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini, operasional variabel didifinisikan sebagi berikut:
1) Nilai Perusahaan (Y)
Nilai perusahaan diukur dengan price book value (PBV) adalah rasio
antara harga perlembar saham dengan nilai buku perlembar saham pada
71
perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009. Rasio ini digunakan
untuk menilai suatu ekuitas berdasarkan nilai bukunya. Satuan pengukuran
PBV adalah dalam persentase.
PBV =
Harga per lembar saham
Nilai buku per lembar saham
X 100% … … … … … … . . … … … (3.1)
2) Struktur Modal (X1)
Struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER) adalah
perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitas
perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009. Satuan
pengukuran DER adalah dalam persentase.
Total Debt
DER = Total Equity X 100%… … … … … … … … … … … … … … … … … (3.2)
3) Pertumbuhan Perusahaan (X2)
Pertumbuhan perusahaan diukur dengan menggunakan perubahan total
aktiva. Pertumbuhan aktiva adalah selisih total aktiva yang dimiliki
perusahaan pada periode sekarang dengan periode sebelumnya terhadap
total aktiva periode sebelumnya pada perusahaan manufaktur di BEI
Tahun 2006-2009. Satuan pengukuran perubahan total aktiva dalam
persentase.
Perubahan total aktiva =
Total aktivat - Total aktiva t-1
X 100%… … … (3.3)
Total aktiva t-1
72
4) Profitabilitas (X3)
Profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE) adalah rasio antara
laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal sendiri pada
perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009. ROE menunjukkan
seberapa banyak perusahaan yang telah memperoleh dana atas dana yang
diinvestasikan oleh pemegang saham. Satuan pengukuran ROE adalah
dalam persentase:
ROE =
Laba setelah pajak (EAT)
X 100% … … … … … … … … … … … … (3.4)
Modal sendiri
4.3 Prosedur Pengumpulan Data
4.3.1 Jenis Data
Data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter) baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Data
sekunder dalam penelitian ini berupa debt to equity ratio (DER), pertumbuhan
aset, return on equity (ROE), dan price book value (PBV), dimana data-data
tersebut bersumber dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang listing di
BEI periode tahun 2006-2009 yang termuat dalam Indonesian Capital Market
Directory (ICMD) tahun 2008 dan 2010.
73
4.3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan semua anggota dari obyek yang diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bura Efek Indonesia sesuai publikasi Indonesian capital market
directory (ICMD). Pemilihan sampel perusahaan manufaktur karena perusahaan
manufaktur merupakan perusahaan terbanyak di Bursa Efek Indonesia. Jumlah
populasi sebanyak 151 perusahaan manufaktur.
Sedangkan sampel adalah sekumpulan sebagian anggota dari obyek yang
diteliti. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling jenis judgement sampling yaitu sampel dipilih dengan menggunakan
pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian atau masalah
penelitian yang dikembangkan (Ferdinand, 2006). Kriteria-kriteria yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan
pengklasifikasian ICMD (Indonesian capital market directory) tahun
2006-2009.
2) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan secara
lengkap dari tahun 2006-2009 berturut-turut.
3) Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai perubahan aktiva yang
positif pada periode penelitian tahun 2005-2009.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka jumlah sampel dari penelitian ini dapat
dijelaskan pada tabel dibawah ini:
74
Tabel 4.1
Proses Pengambilan Sampel
No
Karakteristik Sampel
Ket
1
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
151
dengan pengklasifikasian ICMD (Indonesian capital market
directory) Tahun 2006-2009
2
Perusahaan manufaktur
yang tidak menerbitkan
laporan
37
Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki nilai perubahan
87
keuangan secara lengkap dari Tahun 2006-2009.
3
aktiva yang positif Tahun 2006-2009.
Jumlah Sampel Penelitian (Perusahaan Manufaktur)
27
Sumber : Indonesian Capital Market Directory Tahun 2006-2009
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah sampel dari penelitian ini adalah
sebanyak 27 perusahaan. Adapun nama-nama perusahaan yang menjadi sampel
dari penelitian ini sebanyak 27 perusahaan ditunjukkan dalam Tabel 4.2.
4.3.3 Cara Pengumpulan Sampel
Cara pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu dengan
cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan
keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh BEI melalui
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2008 dan 2010 untuk periode
Tahun 2006-2009.
4.4 Metode Analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian terlihat bahwa
hubungan antara variabel yang menjadi fokus penelitian ini secara keseluruhan
75
menunjukkan hubungan kausal kompleks dan berjenjang. Hubungan ini
melibatkan variabel endogen yaitu profitabilitas dan nilai perusahaan; variabel
eksogen yaitu struktur modal dan pertumbuhan perusahaan. Permasalahan yang
memiliki karakteristik hubungan berjenjang dan jenis variabel semacam tersebut,
maka teknik analisis yang dapat dipergunakan adalah menggunakan persamaan
silmutanus dengan teknik estimasi path analysis (Hair et al., 2006). Program
aplikasi SPSS versi 13.0 digunakan untuk membantu dalam menganalisis data
yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 4.2
Sampel Penelitian Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Emiten
No
15
PT Aqua Goldel Misisipi
16
PT Delta Djakarta
17
PT Fast Food Indonesia
18
PT Indofood Sukses Makmur
19
PT Mayora Indah
20
PT Multi Bintang Indonesia
21
PT SMART
22
PT Tiga Pilar Sejahtera Food
23
PT Hanjaya Mandala Sampoerna
24
PT AKR Corporindo
25
PT Dyanaplast
26
PT Semen Gersik
27
PT Arwana Citramulia
14
Emiten
PT Multipolar
PT Hexindo Adiperkasa
PT Multistrada Arah Sarana
PT Selamat Sempurna
PT United Tractors
PT Darya-Varina Laboratoria
PT Kimia Farma
PT Merck
PT Pyridam Farma
PT Tempo Scan Pacific
PT Mandom Indonesia
PT Mustika Ratu
PT Unilever Indonesia
PT Voksel Electric
Sumber : Indonesian Capital Market Directory Tahun 2006-2009
76
4.4.1 Analisis Jalur (Path Analysis)
Model path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar
variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak
langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat
(endogen). Model path analysis yang dibicarakan adalah pola hubungan sebab
akibat atau “a set of hypothesized asymmetric relation among the variables”,
(Ridwan & Kuncoro, 2008).
4.4.2 Langkah-Langkah Analisis Jalur
Langkah pertama di dalam analisis jalur adalah merancang model
berdasarkan konsep dan teori. Model tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan sehingga membentuk sistem persamaan. Sistem persamaan ini ada
yang menamakan sistem persamaan simultan atau juga ada yang menyebut model
struktural.
Mengingat
model
tersebut
dikembangkan
untuk
menjawab
permasalahan penelitian serta berbasis teori dan konsep, maka dinamakan model
hipotetik.
Berdasarkan Gambar 4.1 dibuat sistem persamaan struktural sebagai
berikut:
Sub Struktur 1: X3 = β1 X1 + β2 X2 + Ɛ1… … … … … … … . . … … … … … … … … (3.5)
Sub Struktur 2: Y = β3 X1 + β4 X2 + β5 X3 + Ɛ2… … … … … … … … … … … … … (3.6)
77
Keterangan:
X1 adalah struktur modal
X2 adalah pertumbuhan perusahaan
X3 adalah profitabilitas
Y adalah nilai perusahaan
β1 adalah koefisien jalur X1 dengan X3
β2 adalah koefisien jalur X2 dengan X3
β3 adalah koefisien jalur X1 dengan Y
β4 adalah koefisien jalur X2 dengan Y
β5 adalah koefisien jalur X3 dengan Y
X1
β3
β1
X3
Ɛ1
Y
β5
β2
β4
X2
Ɛ2
Gambar 4.1 Diagram Jalur Mengenai Pengaruh Struktur Modal dan
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan.
78
Langkah kedua dari analisis jalur adalah pemeriksaan terhadap asumsi
yang melandasi, yaitu sebagai berikut:
1) Di dalam model analisis jalur, hubungan antaravariabel adalah linier dan
aditif. Uji lineritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip
parsimony yaitu bilamana menggunakan curve fit dan menerapkan
parsimony, yaitu bilamana seluruh model signifikan atau nonsignifikan
berarti dapat dikatakan model berbentuk linier.
2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran
kausal ke satu arah, sedangkan pada model yang mengandung kausal
resiprokal tidak dapat dilakukan analisis jalur.
3) Pengamatan diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan
reliabel).
4) Model yang dianalisis dispensifikasikan (diidentifikasi) dengan benar
berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep relevan.
Langkah ketiga di dalam analisis jalur adalah pemeriksaan validitas suatu
kesalahan model. Terdapat indikator validitas model di dalam analisis jalur, yaitu
koefisien determinasi total:
Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan:
R2m = 1 -
….
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3.6)
Dalam hal ini, interprestasi terhadap R2m sama dengan interprestasi koefisien
determinasi (R2) pada analisis regresi.
79
Pei = yang merupakan standard error of estimate dari model regresi dihitung
dengan rumus:
Pei = √1 − R … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … … … … … (3.7)
Langkah keempat dalam analisis jalur adalah pendugaan parameter atau
koefisien path. Perhitungan koefisien pada gambar diagram jalur. Di dalam
analsis jalur disamping ada pengaruh langsung juga terdapat pengaruh tidak
langsung dan pengaruh total. Koefisien beta dinamakan koefisien jalur merupakan
pengaruh langsung, sedangkan pengaruh tidak langsung dilakukan dengan
mengalikan koefisien beta dari variabel yang dilalui. Pengaruh total dihitung
dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung.
Langkah terakhir di dalam analisis jalur adalah dengan melakukan
interperstasi hasil analisis, yaitu menentukan jalur-jalur pengaruh yang signifikan
dan mengidentifikasi jalur yang pengaruhnya lebih kuat, yaitu dengan
membandingkan besarnya koefisien jalur yang terstandar.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran umum tentang objek penelitian
yang dijadikan sampel. Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan
memberikan gambaran awal tentang masalah yang diteliti. Statistik deskriptif
80
difokuskan kepada nilai maximum, minimum, rata-rata (mean) dan standar
deviasi. Statistik deskriptif selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Nilai perusahaan yang diukur dengan price book value merupakan rasio
harga per lembar saham dengan nilai buku perlembar saham. Tabel 5.1 dapat
dilihat bahwa nilai rata-rata nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009 sebesar 1.1976% dan standar deviasi
sebesar 0.97865% dimana nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya.
Kondisi ini menunjukkan tidak adanya fluktuasi nilai perusahaan yang besar pada
perusahaan manufaktur yang menjadi sampel. Dalam Tabel 5.1 juga dapat dilihat
nilai terendah 0.12% dan nilai tertinggi 5.35%. Hal ini menunjukkan sebagian
besar perusahaan manufaktur memiliki nilai perusahaan yang positif yang diukur
dengan price book value.
Struktur modal yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) merupakan
perbandingan antara total utang terhadap modal sendiri. Tabel 5.1 dapat dilihat
rata-rata struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2005-2008 sebesar 19.1669% dan standar deviasi 16.74405%, dimana
standar deviasinya lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Hal ini menunjukkan
fluktuasi struktur modal yang kecil pada perusahaan manufaktur yang menjadi
sampel. Dalam Tabel 5.1 juga dapat diketahui nilai struktur modal terendah
sebesar 0.00% dan nilai tertinggi 82.21%. Hal ini menunjukkan sebagian besar
perusahaan manufaktur menggunakan hutang sebagai sumber pendanaannya.
Tabel 5.1
81
Statistik Deskriptif Variabel Nilai Perusahaan, Struktur Modal,
Pertumbuhan Perusahaan, dan Profitabilitas Sampel Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009.
Std.
N
Struktur Modal
Pertumbuhan
Perusahaan
Profitabilitas
Nilai
Perusahaan
Valid N
(listwise)
Minimum
Maximum
Mean
Deviation
108
.00
82.21
19.1669
16.74405
108
.00
.82
.1796
.16119
108
.01
35.45
4.0028
5.12940
108
.12
5.35
1.1976
.97865
108
Sumber: Lampiran 13
Pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan aset adalah
selisih total aktiva yang dimiliki perusahaan periode sekarang dengan periode
sebelumnya terhadap total aktiva periode sebelumnya. Tabel 5.1 dapat dilihat
bahwa rata-rata pertumbuhan perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2006-2009 sebesar 0.1796% dan standar deviasi sebesar
0.16119%, dimana satandar deviasinya lebih kecil dari rata-ratanya. Hal ini
menunjukkan fluktuasi nilai pertumbuahan perusahaan yang kecil pada
perusahaan manufaktur yang menjadi sampel. Dalam Tabel 5.1 juga dapat
82
diketahui nilai perusahaan terendah sebesar 0.00% dan nilai tertinggi sebesar
0.82%. Hal ini menunjukkan sebagian besar perusahaan manufaktur mengalami
pertumbuhan perusahaan yang positif yang diukur dengan pertumbuhan aset.
Profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE) merupakan hasil
pembagian antara laba bersih dengan modal sendiri. Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa
rata-rata profitabilitas perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia Tahun 20006-2009 sebesar 4.0028% dan standar deviasi sebesar
5.12940% dimana nilai standar deviasinya lebih besar dari nilai rata-ratanya. Hal
ini menunjukkan fluktuasi frofitabilitas yang besar pada perusahaan manufaktur
yang menjadi sampel. Dalam Tabel 5.1 juga dapat diketahui nilai profitabilitas
terendah sebesar 0.01% dan tertinggi sebesar 35.45, kondisi tersebut menunjukkan
sebagian besar perusahaan menufaktur memiliki nilai profitabilitas yang posotof
yang diukur dengan return on equity.
5.2 Hasil Penelitian
Guna memperjelas dan mempermudah dalam memahami hasil penelitian
ini, langkah pertama di dalam analisis jalur adalah merancang model berdasarkan
konsep dan teori. Model tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan.
Selanjutnya mengevaluasi terhadap pemenuhan asumsi analisis jalur:
5) Di dalam model analisis jalur, hubungan antaravariabel adalah linier dan
aditif. Uji lineritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip
83
parsimony yaitu bilamana menggunakan curve fit dan menerapkan
parsimony, yaitu bilamana seluruh model signifikan atau nonsignifikan
berarti dapat dikatakan model berbentuk linier.
6) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran
kausal ke satu arah, sedangkan pada model yang mengandung kausal
resiprokal tidak dapat dilakukan analisis jalur.
7) Pengamatan diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan
reliabel).
8) Model yang dianalisis dispensifikasikan (diidentifikasi) dengan benar
berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep relevan.
5.2.1 Evaluasi Terhadap Pemenuhan Asumsi Analisis Jalur
Pemeriksaan terhadap pemenuhan asumsi yang melandasi analisis jalur
perlu dilakukan agar hasilnya memuaskan. Asumsi yang melandasi analisis jalur
adalah:
1) Di dalam model analisis jalur hubungan antara variabel adalah linier dan
aditif. Uji lineritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip
parsimony¸yaitu bilamana seluruh model signifikan atau nonsignifikan,
berarti dapat ditetapkan seluruh model berbentuk linier. Berdasarkan
olahan data seperti ditampilkan pada Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa
semua hubungan ataravariabel penelitian menunjukkan hubungan linier.
Oleh karena itu, model analisi yang dibuat layak untuk diterapkan.
84
2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, seperti yang disajikan pada
Gambar 4.1 bahwa model yang dibuat hanya sistem aliran kausal ke satu
arah, tidak bolak-balik sehingga analisis jalur layak diterapkan.
Tabel 5.2
Ringkasan Model Linier
Hubungan
R2
F
df1
df2
P.Value
Keterangan
hitung
X1→X3
0.322
50.288
1
106
0.000 signifikan
X2→X3
0.065
7.409
1
106
0.008 signifikan
X1→Y
0.219
29.790
1
106
0.000 signifikan
X2→Y
0.107
12.678
1
106
0.001 signifikan
X3→Y
0.369
61.958
1
106
0.000 signifikan
Sumber: Lampiran 14, 15, 16, 17 dan 18
Keterangan:
X1 adalah struktur modal
X2 adalah pertumbuhan perusahaan
X3 adalah profitabilitas
Y adalah nilai perusahaan
3) Ukuran variabel endogen dan eksogen yang dianalisis berskala rasio. Oleh
karena itu, analisis jalur layak digunakan dalam penelitian ini.
4) Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori-teori
dan konsep-konsep yang relevan (Bab II dan III).
5.2.2
Evaluasi Terhadap Validitas Model
85
Dalam menguji validitas model di dalam analisis jalur digunakan koefisien
determinasi total, diukur dengan:
Pe1 = √1 − R2
= √1 − 0.369
= 0.631
Pe2 = √1 − R2
= √1 − 0.429
= 0.571
R2m = 1 - (
.
)
= 1- (0.631 2 . 0.571 2)
= 0.875
Koefisien determinasi total persamaan struktural dari model penelitian sesuai
dengan perhitungan diperoleh nilai R2 m = 0.875. Koefisien determinasi total
sebesar 0.875 mempunyai arti bahwa sebesar 87.5 persen informasi yang
terkandung dapat dijelaskan oleh model yang dibentuk, sedangkan sisanya, yaitu
12.5 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang dibentuk. Pei
merupakan standard error of estimate dari model regresi, Pe1 sebesar 0.631 dan
Pe2 sebesar 0.571
5.2.3 Hasil Analisis Regresi
86
Berdasarkan hasil olahan data regresi dapat diringkas koefisien jalur yang
ditampilkan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3
Ringkasan Koefisien Jalur
Regresi
Koef. Reg Standar
Standar
t hitung
P. Value
Keterangan
d Erorr
X1→X3
0.552
0.731
7.101
0.000
Signifkan
X2→X3
0.217
2.474
2.790
0.006
Signifikan
X1→Y
0.205
0.005
2.264
0.026
Signifkan
X2→Y
0.200
0.468
2.597
0.011
Signifikan
X3→Y
0.440
0.018
4.718
0.000
Signifikan
Sumber: Lampiran 19 dan 20 Data Diolah
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa struktur modal (X1)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (X3). Sedangkan
pertumbuhan perusahaan (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas (X3).
Variabel struktur modal (X1), pertumbuhan perusahaan (X2), dan
profitabilitas (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
(Y). Berdasarkan ringkasan koefisien jalur pada Tabel 5.2 dapat dibuat diagram
jalur seperti pada Gambar 5.1 berikut:
87
Struktur Modal
(X1)
0.552
Ɛ1
0.205
Profitabilitas
(X3)
0.631
0.217
0.440
Nilai
Perusahaan (Y)
0.200
0.571
Pertumbuahan
Perusahaan (X2)
Ɛ2
Gambar 5.1. Hasil Koefisien Diagram Jalur.
Persamaan struktural untuk model tersebut adalah:
Sub Struktur 1: X3 = 0.552 X1 + 0.217 X2 + Ɛ1………………………………………………(5.1)
Sub Struktur 2: Y = 0.205 X1 + 0.200 X2 + 0.440 X3 + Ɛ2………………………………..(5.2)
Pada Gambar 5.1 merupakan koefisien hubungan langsung antar variabel.
Pengaruh struktur modal (X1) terhadap profitabilitas (X3) positif dan signifikan
sebesar 0.552, sedangkan pengaruh pertumbuhan perusahaan (X2) terhadap
profitabilitas (X3) positif dan signifikan sebesar 0.217. Berdasarkan Gambar 5.1
dapat dihitung hubungan tidak langsung dan total seperti Tabel 5.4.
Tabel 5.4
Koefisien hubungan langsung, tidak langsung dan total antar variabel.
Variabe
l
X1
PL
PTL
X2
PT
PL
88
PTL
X3
PT
PL
PTL
PT
X2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
X3
0.552
-
0.552
0.217
-
0.217
-
-
-
Y
0.205
0.242
0.447
0.200
0.095
0.295
0.440
-
0.440
Sumber: Lampiran 14 dan 15 Data Diolah
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dijelaskan bahwa pengaruh langsung (PL)
variabel struktrur modal (X1) terhadap profitabilitas (X3) adalah 0.552. Tidak ada
pengaruh tidak langsung (PTL) di antara variabel tersebut, sehingga pengaruh
totalnya (PT) tetap sebesar 0.552. Sedangkan pengaruh langsung (PL)
pertumbuhan perusahaan (X2) terhadap profitabilitas (X3) sebesar 0.217 dan
pengaruh totalnya (PT) 0.217.
Pengaruh langsung (PL) struktur modal (X1) terhadap variabel nilai
perusahaan (Y) adalah 0.205. Pengaruh tidak langsung (PTL) struktur modal (X1)
terhadap nilai perusahaan (Y) melalui profitabilitas (X3) diperoleh dari (b1 x b5)
yaitu (0.552 x 0.440) = 0.242. Sehingga pengaruh total (PT) struktur modal (X1)
terhadap nilai perusahaan (Y) adalah (0.205 + 0.242) = 0.447.
Pengaruh langsung (PL) pertumbuhan perusahaan (X2) terhadap nilai
perusahaan (Y) adalah 0.200, pengaruh tidak langsung (PTL) pertumbuhan
perusahaan (X2) terhadap nilai perusahaan (Y) melalui profitabilitas (X3)
diperoleh dari (b2 x b5) yaitu (0.217 x 0.440) = 0.095. Sehingga pengaruh total
(PT) pertumbuhan perusahaan (X2 terhadap nilai perusahaan (Y) adalah (0.200 +
0.095) = 0.295.
89
Pengaruh langsung (PL) profitabilitas (X3) terhadap nilai perusahaan (Y)
adalah 0.440. Tidak adanya pengaruh tidak langsung (PTL) di antara variabel
tersebut, sehingga pengaruh totalnya (PT) tetap sebesar 0.440.
5.2.4 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.
1) Uji Hipotesis Pertama
H1: Struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
profitabilitas.
Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari struktur
modal terhadap profitabilitas adalah sebesar 0.552 dengan taraf
signifikansi 0.000<0.050. Hasil penelitian ini menolak hipotesis pertama
atau struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.
2) Uji Hipotesis Kedua
H2: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas.
Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari
pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas adalah sebesar 0.217
dengan taraf signifikansi 0.006<0.050. Hasil penelitian ini menerima
hipotesis kedua atau pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan
90
signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur di BEI
Tahun 2006-2009.
3) Uji Hipotesis Ketiga
H3: Struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan
Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari struktur
modal terhadap nilai perusahaan adalah sebesar 0.205 dengan taraf
signifikansi 0.026<0.050. Hasil penelitian ini menerima hipotesis ketiga
atau struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.
4) Uji Hipotesis Keempat
H4: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan
Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari
pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan adalah sebesar 0.200
dengan taraf signifikansi 0.011<0.050. Hasil penelitian ini menerima
hipotesis keempat atau pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI
Tahun 2006-2009.
5) Uji Hipotesis Kelima
H5: Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan
91
Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari
profitabilitas terhadap nilai perusahaan adalah sebesar 0.440 dengan taraf
signifikansi 0.000<0.050. Hasil penelitian ini menerima hipotesis kelima
atau profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.
5.3 Pembahasan
5.3.1 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas.
Hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh bahwa struktur modal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan
manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.
Bagi setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan sumber dana
merupakan hal penting sebab hal tersebut akan mempengaruhi struktur keuangan
perusahaan, yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Sumber dana
perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan modal sendiri yang diukur dengan
debt to equity ratio (DER). Jika DER semakin tinggi, maka kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan profitabilitas akan semakin rendah, sehingga DER
mempunyai hubungan negatif dengan profitabilitas.
Struktur modal merupakan kombinasi utang dan ekuitas dalam struktur
keuangan jangka panjang perusahaan. Kombinasi yang tepat antara utang dan
ekuitas diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas. Struktur modal dalam
92
penelitian ini diukur dengan debt to equity ratio, dimana DER merupakan
perbandingan total utang jangka panjang dengan total modal. Hasil penelitian ini
berarti bahwa peningkatan dan penurunan pengambilan utang jangka panjang
dalam struktur modal perusahaan berpengaruh searah terhadap nilai laba bersih.
Peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bagi perusahaan, yang
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya.
Hasil temuan ini didukung oleh Soliha & Taswan (2002), semakin tinggi
proporsi utang maka akan semakin tinggi nilai perusahaan yang dilihat dari laba
yang diperolehnya, namun pada titik tertentu peningkatan utang akan menurunkan
nilai perusahaan kerena manfaat yang diperoleh dari penggunaan utang lebih kecil
dari biaya yang ditimbulkan.
Hasil temuan ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Myers (1984)
yang menemukan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang
tinggi cendrung diakibatkan karena mengambil utang lebih sediki, dan
Kusumasari et al (2009) yang menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh
tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.
93
5.3.2 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas
Hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh bahwa pertumbuhan perusahaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan
manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.
Pertumbuhan aset pada penelitian ini diukur dengan menggunakan
proporsi peningkatan dan penurunan total aset perusahaan. Hasil pengujian yang
memiliki arah positif berarti bahwa peningkatan pertumbuhan perusahaan yang
diukur melalui pertumbuhan aset akan meningkatkan profitabilitas secara
signifikan. Penelitian ini didukung dengan penelitian Haruman (2007) yang
menunjukkan investasi yang tingggi merupakan sinyal pertumbuhan di masa yang
akan datang. Sinyal tersebut dianggap investor sebagai good news yang nantinya
akan mempengaruhi persepsi investor terhadap kinerja keuangan perusahaan yang
akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan.
5.3.3 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan
Hasil pengujian hipotesis ketiga diperoleh bahwa struktur modal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.
Berdasarkan teori trade-off, apabila posisi struktur modal berada di atas
target struktur modal optimalnya, maka setiap pertambahan hutang akan
menurunkan nilai perusahaan. Penentuan target struktur modal optimal adalah
salah satu dari tugas utama manajemen perusahaan. Struktur modal adalah
94
proporsi pendanaan dengan hutang (debt financing) perusahaan, yaitu rasio
laverage (pengungkit) perusahaan. Dengan demikian, hutang adalah unsur dari
struktur modal perusahaan. Struktur modal merupakan kunci perbaikan
produktivitas dan kinerja perusahaan. Teori struktur modal menjelaskan bahwa
kebijakan pendanaan (financial policy) perusahaan dalam menentukan struktur
modal (bauran antara hutang dan ekuitas) bertujuan untuk mengoptimalkan nilai
perusahaan (value of the firm).
Hasil penelitian ini menemukan bahwa adanya pengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan, temuan ini didukung oleh tradeoff theory
yang menyatakan bahwa (dengan asumsi titik target struktur modal yang belum
optimal) peningkatan rasio utang pada stuktur modal akan meningkatkan nilai
perusahaan. Hasil temuan ini juga konsisten dengan Hasnawati (2005), yang
menyatakan secara parsial keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan. Hasil temuan ini berbeda dengan Sriwardany (2006), yang
menyatakan bahwa struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap harga
perubahan saham, yang memberi arti bahwa kebijakan struktur modal perusahaan
yang lebih banyak menggunakan utang maka akan terjadi penurunan harga saham.
5.3.4 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan
Hasil pengujian hipotesis keempat diperoleh bahwa pertumbuhan
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.
95
Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan
operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha.
Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal
perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan
perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan
merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor
pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi yang
dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik. Hasil temuan ini membuktikan
bahwa pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan berpengaruh
positif dan signifikan.
Hasil temuan ini didukung oleh Stulz (1990) menemukan bukti bahwa
perusahaan yang menghadapi kesempatan pertumbuhan yang rendah, maka rasio
utang berhubungan secara positif dengan nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan
yang menghadapi kesempatan pertumbuhan yang tinggi, maka rasio utang
berhubungan secara negatif dengan nilai perusahaan. Oleh karena itu, pengaruh
utang terhadap nilai perusahaan sangat tergantung pada keberadaan kesempatan
pertumbuhan. Sriwardany (2006) yang menemukan bahwa pertumbuhan
perusahaan mempunyai positif terhadap perubahan harga saham pada perusahaan.
Hasil temuan berbeda oleh Safrida (2008) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
perusahaan negatif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
96
5.3.5 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Hasil
pengujian
hipotesis
kelima
diperoleh
bahwa
profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.
Profitabilitas yang diukur dengan return on equity atau sering disebut juga
return on common equity sering diterjemahkan sebagai rentabilitas saham sendiri
(rentabilitas modal saham). Investor akan membeli saham saham dan akan tertarik
dengan return on equity atau bagian dari total profitabilitas ke pemegang saham.
Oleh karena itu semakin tinggi ROE maka semakin tinggi juga price book value
sebagai ukuran dari nilai perusahaan.
Return on equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas
pemegang saham. ROE merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur profitabilitas dari ekuitas. Semakin besar hasil ROE maka kinerja
perusahaan semakin baik. Rasio yang meningkat menunjukkan bahwa kinerja
manajemen meningkat dalam mengelola sumber dana pembiayaan operasional
secara efektif untuk menghasilkan laba bersih (profitabilitas meningkat). Jadi
dapat dikatakan bahwa selain memperhatikan efektivitas manjemen dalam
mengelola investasi yang dimiliki perusahaan, investor juga memperhatikan
kinerja manajemen yang mampu mengelola sumber dana pembiayaan secara
efektif untuk menciptakan laba bersih.
97
Hasil temuan ini menyatakan bahwa return on equity (ROE) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang sekaligus mendukung hasil
temuan dari Hidayanti (2010) yang membuktikan return on equity berpengaruh
positif dan signifikan terhadap price book value perusahaan manufaktur.
5.4 Implikasi Penelitian
Terdapat dua implikasi dalam penelitian ini yaitu:
1) Implikasi teoritis
Hasil penelitian ini mendukung trade-off theory. Esensi trade-off theory
dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang
timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan
hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang
sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Hasil
penelitian ini telah mendukung beberapa penelitian terdahulu antara lain
penelitian penelitian dari Ekayana (2007) yang menyatakan bahwa debt to equity
ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap price book value. Selanjutnya
hasil penelitian ini juga seiring dengan hasil penelitian dari Wirawati (2008) yang
mengemukakan bahwa ROE berhubungan positif dan signifikan terhadap PBV.
Keselarasan temuan penelitian ini dengan pendahulunya, maka model
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan
price book value masih cukup konsisten untuk dapat direplikasi untuk obyek
98
penelitian yang sama pada periode yang berbeda atau obyek yang berbeda pada
periode yang sama.
2) Implikasi praktis
Hasil penelitian yang menemukan bahwa struktur modal berpangaruh
positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hasil ini menunjukkan bahwa
peningkatan utang jangka panjang berarti akan menaikkan laba bersih perusahaan,
kecendrungan peningkatan nilai utang jangka panjang pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia guna meningkatkan
pengembangan bisnis dan dapat meningkatkan laba.
Hasil penelitian yang menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengelolaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, fluktuasi nilai aset berupa peningkatan atau peurunan nilai
current asset dan non current asset, akan berpengaruh terhadap rasio tingkat
pengembalian aset.
Hasil ini juga diartikan bahwa pihak manajemen
mengutamakan strategi pertumbuhan khususnya pertumbuhan aset dalam
meningkatkan profitabilitas.
Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa struktur modal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan
price book value, maka sebaiknya perusahaan dalam menentukan struktur
modalnya sebagian besar dibiayai dengan hutang. Adanya hutang, perusahaan
akan mendapatkan penghematan atas pajak, akan tetapi penggunaan hutang yang
99
terlalu besar juga akan menyebabkan perusahaan akan semakin terbeban dalam
pembayaran beban bunga sehingga akan menimbulkan risiko kebangkrutan yang
semakin tinggi. Sejauh manfaat
lebih besar, tambahan hutang masih
diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih
besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan.
Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pertumbuhan
perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan
memberikan arti bahwa setiap adanya peningkatan aset yang dimiliki oleh suatu
perusahaan merupakan suatu sinyal yang positif bagi investor, pertumbuhan aset
yang positif juga memberikan arti bahwa manajemen telah mampu mengelola
perusahaan dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan sehingga perusahaan
perlu memperhatikan dan terus meningkatkan ROE dengan cara meningkatkan
labanya. Return on equity (ROE) merupakan rasio yang sangat penting bagi
pemilik perusahaan (the common stockholder). Pertumbuhan ROE menunjukkan
prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan
keuntungan yang diperoleh perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan
investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal
dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu
perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di
pasar modal
100
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1) Struktur modal mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
profitabilitas.
2) Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap profitabilitas.
3) Struktur modal mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
4) Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
5) Profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
101
6.2 Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:
1) Bagi Perusahaan
Disarankan kepada perusahaan, penentuan struktur modal dengan
menggunakan hutang pada tingkat tertentu (sejauh manfaat lebih besar,
tambahan hutang masih diperkenankan) sebagai sumber pendanaanya
dapat meningkatkan profitabilitas dan nilai perusahaan. Sedangkan dari
pertumbuhan
perusahaan
yang
positif
menunjukkan
kemampuan
perusahaan dalam peningkatan aset memiliki potensi yang tinggi untuk
menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang.
2) Bagi Peneliti Berikutnya
Kepada peneliti, khususnya yang berminat meneliti pengaruh
struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan
nilai perusahaan, disarankan agar melakukan penelitian lanjutan dengan
memperluas sampel perusahaan yang mencangkup semua jenis perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini hanya menggunakan variabel struktur modal,
pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap nilai perusahaan. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk
meneliti variabel keuangan lainnya yang memiliki pengaruh lebih besar
terhadap nilai perusaha
102
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Baddarruzaman. 2004. Analisi Hubungan Struktur Modal Dengan
Economic Value Added (EVA) Guna Menilai Kinerja Perbangkan (Studi
Kasus Saham Lima Bank Terbesar Berdasarkan Aset dan Modal di BEJ.
Thesis.
Baneda, Nancy L. 2003. Estimating Free Cash Flow and Valuing A Growth
Company, Journal of Asset Management. (online), (www.google.com).
Bhaduri, Saumitra.2002. Determinants of Corporate Borrowing : Some Evidence
from the Indian Corporate Structure. Journal of Economics and Finance.
Summer, Vol. 2, No. 2, pp.200-215.
Brigham, E.F., dan J. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Penerjemah
Hermawan Wibowo. Edisi Kedelapan. Edisi Indonesia. Buku II. Jakarta:
Erlangga
Brigham, E.F., dan J. Houston. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Penerjemah Ali Akbar Yulianto. Edisi Kesepuluh. Edisi Indonesia. Buku
II. Jakarta: Salemba Empat.
Carningsih, 2008. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan
Antara Kinerja Keuangan Dengan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi.
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. (online), (www.google.com).
Chandra, T. 2007. Signifikansi Corporate Strategy Perusahaan-Perusahaan Go
Public d Bursa Efek Jakarta. Thesis. (online), (www.google.com).
Christiawan dan Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang
Kinerja dan Nilai Perusahaan. Thesis. (online), (www.google.com).
Christianti, A. 2006. Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta : Hipotesis Static Trade-off
atau Pecking Order Theory. Seminar Nasional Akuntansi.
Chen, K., 2002, The Influence of Capital Structure on Company Value With
Different Growth Opportunities, Paper for EFMA Annual Meeting,
University of Lausanne. (online), (www.google.com).
Chen, Anlin dan Kao, Lanfeng. 2005. The Conflict Between Agency Theory and
Corporate Control on Managerial Ownership: The Evidance from Taiwan
IPO Perfomace. International Journal Of Business, 10 (1).
Danise, Dickins and Robert, Houmes. 2009. Revisiting The Relationship Between
Insider Ownership And Perfomance, Journal of Business and Economic
Studies. Vol. 15, No. 2. East Carolina Universitas-Jaksonville University.
103
Driffeild, N., V. Mahambare, and S.Pal. 2007. “How Does Ownership Structure
Affect Capital Structure and Firm Value? Recent Evidence From East
Asia”. (online), (www.google.com).
Ekayana, Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang, Profitabilitas
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris
Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
tahun 2001-2005), ASET Vol.9 Nomer 2,Agustus 2007.
Euis dan Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan
Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi.
Haruman, Tendi. 2007. Pengaruh Keputusan Keuangan dan Kepemilikan
Instutisional Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur yang Listing di BEJ). The First PPM National Conference on
Management Reseach. Sekolah Tinggi Manajemen PPM. Universitas
Widyatama Bandung.
Hasnawati, Sri. 2005. Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Deviden
Terhadap Nilai Perusahaan Publik Di Bursa Efek Jakarta. Usahawan:
No.09/Th XXXIX, September 2005.
Hair J.F., R.E. Anderson R.L. Tatham, dan W.C Black, 1995. Multivariat Data
Analysis. Fourt Edition, New Jersey: Prentice Hall.
Helferd, E.A. 1997. Teknik Analsis Keuangan. Penerjemah Hermawan Wibowo.
Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Husnan, 1998, Manajemen Keuangan-Teori dan Penerapan (keputusan jangka
panjang), Buku 1, Edisi 4, BPFE.
Husnan, S., 2000. Manajemen Keuangan-Teori dan Penerapan (Keputusan
Jangka Panjeng, BPFE Yogyakarta, pp.7.
Husnan, S., dan E. Pudjiastuti. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi
Keempat. Yogyakarta: UUP AMP YKPN.
ICMD.2010. Indonesian Capital Market Directory.Jakarta, Indonesia.2010.
ICMD.2008. Indonesian Capital Market Directory.Jakarta, Indonesia.2008.
Jiraporn dan Liu. 2007. Capital Structure, Staggered Boards, and Firm Value.
Avalaible from: http://papers.ssrn.com.
Kallapur, Sanjay, dan Mark A. Trombley, 1999, The Association Between
Investment Opportunity Set Proxies and Realized Growth, Journal of
Business & Accounting 26, April/May, 505519.
104
Keown. 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Edisi 9,
Indeks. Jakarta.
Kusumasari, Artini, dan Nitiyasa. 2010. Pengaruh Risiko Bisnis, Pertumbuhan
Aset, Dan Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan di PT
Telekomunikasi Selular. Jurnal. (online). www.google.com
Masdar Mas’ud. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur
Modal dan Hubungannya Terhadap Nilai Perusahaan, Manajemen Dan
Bisnis Volume 7 Nomor 1 Maret 2008.
Myers, S.C., 1984. The Capital Structure Puzzle, Journal of Finance. Vol. 39, hal:
572-592.
Putrakrisnanda. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Mnufaktur di Indonesia.(online), (www..scribd.com).
Ozkan, Aydin. 2001. Determinants of Capital Structure and Adjusment to Long
Run Target : Evidence from UK Company Panel Data. Journal of Business
Finance & Accounting 28 (1) & (2), January/ March.
Ridwan dan Kuncoro, E.A. 2008. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis
Jalur. Alfabeta, Bandung.
Robert Ang. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia,
Jakarta.
Saurabh dan Arijit. 2008. Do Leverage, Deviden Policy and Perfomance Influence
The Future Value of Firm? Evidence From India. Available at:
hhtp://ssrn.com/abstract=1158251.
Sarwono J dan Suhayati E. 2010. Rizet Akuntasi Menggunakan SPSS, Graha Ilmu,
Bandung.
Saidi, 2004, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan
Manufaktur Go Public di BEJ Tahun 1997-2002, Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, Vo.XI (1).
Salvatore, Dominick. 2005. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global.
Salemba Empat: Jakarta.
Safieddine, A., dan Titman. 1997. Debt and Corporate Perfomance Evidence from
Unsuccessful Takeover, National Bureau of Economic Research Working
Paper 6068, hal 1-34.
Safrida, Eli. 2008. Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek
Jakarta. Thesis. (online), (www.google.com).
105
Sartono, R.A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4.
Yogyakarta: BPFE.
Sari, 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Investasi Sebagai Variabel Moderating. Thesis. (online),
(www.google.com).
Setian B dan Kuncoro D. 2008 Carut-Marut Krisis Global 2008. Institute For
Global Justice (IGJ). (Online), (http://teguhtimur.com/2008/11/03/krisisglobal-2008).
Stulz, R.M. 1990. Managerial Discreation and Optimal Financing Policies.
Journal Of Financial Economic. Vol.26, Hal: 3-27. Or (online),
(www.google.com).
Shin, H.H., dan R.M Stulz. 2002. Firm Value, Risk, and Growth Opportunities.
Bangking and Monetory Economics at The Ohio State University, and
Reseach, hal 1-35. Or (online), (www.google.com).
Syarif F. 2007. Pengaruh Kebijakan Leverage, Kebijakan Deviden dan Earning
Per Share Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi 47. (online), (www.google.com).
Suguhen. 2003. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva dan
Kinerja Keuangan Serta Nilai Perusahaan Industri Manufaktur di
Indonesia.Disertasi. (online), (www.google.com).
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Soliha Dan
Taswan, 2002, Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan
Serta
Beberapa
Faktor
Yang
Mempengaruhinya,
(online),
(www.google.com).
Sudarmadji, Murdoko, dan Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaaan,
Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan terhadap Voluntary
Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Procedding PESAT, vol. 2, 21-22
Agustus 2007. Auditorium Kampus Gunadarma.
Sujoko dan Subiantoro. 2007. Pengaruh Kepemilikan Saham, Laverage, Faktor
Intern dan Faktor Ektern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Emperik Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Nol 9, No.1, hal 41-48.
Sriwardany. 2006. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijaksanaan
Struktur Modal dan Dampaknya Terhadap Perubahan Harga Saham Pada
Perusahaan Manufaktur. Thesis. (online), (www.google.com).
Soliha, E., dan Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai
Perusahaan Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis
dan Ekonomi. September 2002. (online), (www.google.com).
106
Taswan. 2003. Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang Dan
Deviden Terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya, Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, Vol.10 No.2.
Wirawati. 2008. Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Price BooK Value
Dalam Penilaian Saham DI Bursa Efek Jakarta Dalam Kondisi Krisis
Moneter, Buletin Studi Ekonomi Volume 13 No.1.
Yuhasril. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Farmasi Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Jakarta. Thesis.
(online), (www.google.com).
107
Lampiran 1
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER, Pertumbuhan
Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009.
DER
No
Emiten
2005
2006
Pertumbuhan Aset
2007
2008
1.44
2.22
2006
1
Akasha Wira Internasional
2
Aqua Goldel Misisipi
0.78
0.77
0.74
2.87
0.09
3
Cahaya Kalbar
0.83
0.44
1.80
1.58
4
Davomas Abadi
1.24
1.77
2.27
5
Delta Djakarta
0.32
0.32
0.29
6
Fast Food Indonesia
0.66
0.68
7
Indofood Sukses Makmur
2.33
8
Mayora Indah
9
Multi Bintang Indonesia
10
Nippon Indosari Corperindo
11
Pioneerindo Goument Internasional
12
20007
2008
2009
0.03
-0.04
0.12
0.13
0.14
-0.14
0.43
-0.01
-0.06
4.37
0.55
0.43
-0.06
-0.23
0.34
0.06
0.04
0.18
0.09
0.67
0.63
0.28
0.30
0.25
0.33
2.10
2.61
3.08
0.10
0.82
0.33
0.02
0.61
0.58
0.73
1.32
0.06
0.22
0.54
0.11
1.52
2.08
2.14
1.73
0.06
0.02
0.51
0.06
0.92
1.36
0.82
0.12
33.05
832.64
64.47
15.28
-0.01
-0.02
0.10
0.11
Parisidha Aneka Niaga
2.31
1.87
2.14
1.63
0.01
0.01
-0.02
0.23
13
Sekar Laut
4.45
0.79
0.90
1.00
0.71
0.13
0.10
-0.02
14
Sinatar TOP
0.45
0.36
0.44
0.72
-0.02
0.11
0.21
-0.12
15
SMART
1.38
1.06
1.29
1.17
0.16
0.52
0.24
0.02
16
Tiga Pilar Sejahtera Food
2.76
2.82
1.26
1.60
0.02
0.42
0.28
0.33
17
Tunas Baru Lampung
1.83
1.37
1.62
2.15
0.41
0.20
0.14
-0.01
18
Ultra Jaya Milk
0.54
0.53
0.64
0.53
0.00
0.09
0.26
0.01
19
Bentoel Internasional Investama
0.65
0.97
1.50
1.58
0.27
0.64
0.15
-0.03
20
Gudang Garam
0.69
0.65
0.68
0.55
-0.02
0.10
0.01
0.13
Sumber : Indonesia Capital Market Directory Tahun 2005-2009 Data Diolah
108
2
2,1
Lampiran 2
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER, Pertumbuhan
Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009.
DER
No
Emiten
21
Hanjaya Mandala Sampoerna
22
Argo Pantes
23
Century Textile Industry
24
Eratex Djaja
25
Pertumbuhan Aset
2005
2006
2007
2008
2006
20007
2008
2009
20
1.55
1.21
0.94
1.00
0.06
0.24
0.03
0.10
6
5.20
14.33
0.00
-0.05
-0.08
-0.15
-1
4.51
0.16
0.22
-0.31
-1
-2.26
0.03
-0.05
-0.42
-0.42
3
-0.04
-0.09
-0.04
-0.20
2
1.23
21.36
1.99
17.33
3.75
13.93
Panasia Filament
9.06
2.73
3.97
26
Panasia Indosyntec
1.47
0.69
0.88
1.29
0.07
-0.09
0.01
-0.13
27
Roda Vitatex
0.24
0.57
0.56
0.35
0.46
0.09
0.00
0.12
1
28
Sunson Textile Manufacturer
2.75
-0.02
0.02
0.00
-0.03
-
Tifico Fiber Indonesia
5.62
2.98
10.63
2.19
29
2.92
27.44
-4.59
-0.05
-0.01
-0.13
-0.20
-
30
Unitex
-0.06
0.02
-0.06
31
APAC Citra Centertex
32
15.29
8.50
12.98
216.26
-0.07
0.05
-0.07
-0.17
Ever Shine Tex
0.75
0.85
0.99
0.40
-0.10
0.02
-0.02
-0.02
-1
33
Hanson Internasional
1.36
1.96
4.88
-1.01
-0.11
-0.22
-1.00
-0.60
-4
34
Indo Acidatama
1.47
1.06
0.79
1.04
-0.02
0.01
0.18
0.05
1
35
Indorama Synthetics
1.38
-0.03
0.10
0.14
-0.23
Karwell Indonesia
9.89
1.62
15.14
1.50
36
1.51
12.00
-2.68
-0.35
-0.06
-0.50
-0.33
37
Pan Brothers
2.56
3.73
4.85
8.69
0.42
0.50
0.14
-0.14
38
Primarindo Asia Infrastructure
0.20
-0.07
0.11
-0.12
39
Ricky Putra Globalindo
0.63
0.76
0.72
1.00
0.24
0.11
0.12
-0.07
1
40
Sepatu Bata
0.73
0.43
0.60
0.47
-0.11
0.22
0.21
0.04
1
Sumber : Indonesia Capital Market Directory Tahun 2005-2009 Data Diolah
Lampiran 3
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER, Pertumbuhan
Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009.
DER
No
41
Emiten
2005
2006
2007
1.34
2.29
1.97
Surya Intrindo Makmur
109
Pertumbuhan Aset
2008
2006
0.12
20007
-0.19
2008
-0.31
2009
-0.26
200
-24
42
Barito Pacific
1.17
0.64
0.57
1.22
-0.24
8.72
0.02
-0.05
-0
43
Sumalindo Lestari Jaya
4.69
2.61
2.20
5.53
0.22
0.25
0.14
-0.07
-12
44
Tirta Mahakam Resources
3.20
1.88
1.79
3.33
-0.33
-0.03
0.03
0.11
0
45
Fajar Surya Wisesa
1.69
1.91
1.91
1.84
0.19
0.10
-0.01
-0.01
8
46
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
1.57
1.84
1.82
1.78
-0.08
0.09
9
47
Kertas Basuki Rachmat Indonesia
2.77
1.23
48
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia
2.38
2.97
2.81
2.65
-0.08
49
2.26
2.08
1.22
1.36
0.05
50
Suparma
Surabaya Agung Industry Pulps
&Kertas
2.12
1.98
51
Toba Pulps Lestari
1.55
1.33
1.33
1.38
52
AKR Corporindo
0.86
1.09
1.57
1.81
53
Asia Pacific Fiber
54
Budi Acid Jaya
3.76
2.90
1.31
1.70
-0.05
55
Colorpark Indonesia
0.84
1.05
1.29
1.86
0.24
56
Eterindo Wahanatama
0.34
0.43
0.19
0.68
57
Lautan Luas
2.10
2.43
2.42
58
Sorini Agro Asia Corporindo
0.67
0.72
59
Tri Polyta Indonesia
60
Unggul Indah Cahaya
0.54
0.04
0.26
-0.16
-0.01
-0.02
0.07
0.21
-0.11
-11
0.09
0.04
-0.09
5
0.21
-0.05
-0.04
0
-0.01
0.21
-0.18
8
0.47
0.39
0.24
12
-0.10
-0.07
0.60
0.14
-0.06
9
0.26
0.54
-0.15
11
0.10
-0.15
-0.05
0.28
2
3.11
0.14
0.17
0.61
-0.10
5
0.83
0.95
0.08
0.31
0.32
-0.24
7
0.96
0.66
0.68
0.23
-0.09
0.16
16
0.58
1.13
1.29
-0.05
0.18
-0.28
1
0.20
0.02
Sumber : Indonesia Capital Market Directory Tahun 2005-2009 Data Diolah.
Lampiran 4
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER, Pertumbuhan
Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009.
DER
No
Emiten
Pertumbuhan Aset
2005
2006
2007
2008
2006
20007
2008
2009
2006
61
Duta Pertiwi Nusantara
0.20
0.29
0.38
0.34
0.02
0.07
-0.09
0.00
-2.4
62
Ekadharma Internasioanal
0.35
0.29
0.39
1.03
0.00
0.14
0.66
0.17
9.9
63
Intanwijaya Internasional
0.12
0.13
0.15
0.10
-0.04
0.04
-0.02
-0.10
-4.0
64
Resource Alam Indonesia
0.72
0.84
1.09
0.82
-0.14
-0.12
0.30
0.17
-25.0
65
Aneka Kemasindo Utama
0.18
0.48
0.56
0.62
0.24
0.05
-0.20
-0.24
0.3
66
Argha Karya Prima Industry
1.41
1.36
1.32
1.17
0.00
0.06
0.06
-0.03
2.4
67
Asahimas Flat Glass
0.30
0.42
0.37
0.35
0.04
0.08
0.11
-0.01
1.5
68
Asiaplast Industries
1.17
0.98
1.27
1.20
-0.09
0.10
-0.06
0.10
0.0
110
69
Berlina
1.70
1.66
1.34
1.29
0.03
-0.06
0.12
0.17
-3.7
70
Dyanaplast
1.57
1.71
1.63
1.79
0.05
0.00
0.10
0.05
1.7
71
Kageo Igar Jaya
0.42
0.44
0.53
0.38
0.06
0.14
-0.07
0.04
5.6
72
Langgeng Makmur Industri
0.35
0.35
0.36
0.43
0.01
0.05
0.05
-0.04
0.8
73
Layabd Internasional
1.24
1.10
1.38
1.54
0.05
0.15
22.56
0.00
4.3
74
Sekawan Intri Pratama
2.06
0.75
0.48
0.04
75
Siwani Makmur
0.53
0.57
1.19
0.05
0.10
-0.12
-0.19
2.5
76
Titan Kimia Nusantara
3.52
6.62
0.92
36.75
1.48
-0.01
-0.26
13.52
-0.11
-77.2
77
Trias Sentosa
1.20
1.07
1.18
1.08
-0.04
0.06
0.01
-0.11
2.6
78
Yanaprima Hastapersada
6.98
2.00
0.93
0.52
-0.03
-0.09
0.44
0.06
15.6
79
Holcim Indonesia
2.98
2.37
2.19
1.93
-0.04
0.02
0.14
-0.12
8.3
80
Indocement Tunggal Perkasa
0.87
0.59
0.45
0.33
-0.09
0.04
0.12
0.18
9.8
Sumber : Indonesia Capital Market Directory Tahun 2005-2009 Data Diolah.
Lampiran 5
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER, Pertumbuhan
Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009.
DER
No
Emiten
2005
2006
Pertumbuhan Aset
2007
2008
2006
20007
2008
2009
20
81
Semen Gersik
0.62
0.35
0.27
0.30
0.03
0.14
0.25
0.22
2
82
Alumindo Light Metal Industry
1.10
1.74
2.07
2.76
0.55
0.10
0.19
-0.10
1
83
Bentojaya Manunggal
0.12
0.31
0.35
0.28
0.21
0.38
0.52
-0.01
84
Citra Tubindo
0.70
1.13
0.87
1.06
0.49
0.01
0.30
-0.11
85
Gunawan Diajaya Steel
-86.71
11.08
1.47
-0.54
86
Indah Aluminium Industry
6.39
5.39
7.12
-0.13
0.29
-0.42
1
87
Intamaraya
1.44
2.01
2.84
-0.04
-0.06
-0.39
2
88
Jakarta Kyoei Steel Worsk
-0.09
0.10
0.04
-0.10
89
Jaya Pari Steel
0.25
0.06
0.22
0.48
-0.08
0.42
0.49
-0.10
1
90
Lion Metal Works
0.23
0.27
0.26
0.15
0.17
0.05
1
91
Lionmesh Prima
0.99
0.86
1.16
0.64
0.03
0.44
-0.01
0.18
92
Pelangi Indah Canindo
3.50
3.70
2.28
2.90
0.08
0.67
0.30
-0.08
93
Pelat Timah Nusantara
1.41
2.05
0.62
-0.23
10.57
111
0.17
2
-
94
Tembaga Mulia Semanan
8.19
7.28
10.16
14.61
0.14
0.24
-0.01
-0.15
95
Tira Austenite
1.37
2.33
2.14
1.94
0.36
-0.03
-0.04
-0.12
96
Kedaung Indah Can
1.09
1.39
0.28
0.31
-0.13
-0.43
0.07
-0.02
97
Kedawung Setia Industrial
3.58
1.82
1.44
1.13
0.14
0.23
-0.10
0.13
98
Arwana Citramulia
1.10
1.50
1.68
1.58
0.31
0.32
0.17
0.12
99
Intikeramik Alamasri Industri
5.78
2.27
1.27
1.28
-0.03
0.13
0.02
-0.03
100
Keramik Indonesia Asosiasi
0.01
0.04
0.59
5.80
Sumber : Indonesia Capital Market Directory Tahun 2005-2009 Data Diolah.
Lampiran 6
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER, Pertumbuhan
Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009.
DER
No
101
Emiten
2005
2006
Mitra Investindo
Pertumbuhan Aset
2007
5.33
2008
2006
20007
5.50
0.08
2008
2009
0.03
-0.15
0.01
-0.02
-0.13
102
Mulya Industrindo
103
Surya Toto Internasional
2.93
2.24
1.88
1.84
0.07
0.01
0.13
-0.02
104
Jembo Cable Company
4.11
4.70
4.39
6.72
0.12
0.30
0.43
-0.13
105
Kabelindo Murni
0.83
0.80
0.98
1.06
0.07
0.56
0.06
-0.23
106
KMI Wire and Cable
1.74
1.92
0.22
-0.19
107
0.62
0.58
0.34
0.25
108
Sumi Indo Kabel
Supreme Cable Manufacturing
& Commerce
1.51
1.15
2.67
109
Voksel Electric
0.78
0.82
110
Astra Graphia
0.82
111
Metrodata Electronics
112
Multipolar
113
Myoh Technology
114
Sat Nusapersada
115
0.00
0.08
-0.10
2.15
0.08
0.03
0.92
-0.13
-0.08
1.61
2.70
0.14
0.71
0.45
0.06
0.98
0.99
1.53
0.13
0.07
0.35
-0.08
1.46
1.73
2.88
2.74
0.11
0.57
0.11
-0.18
2.39
3.63
3.65
5.35
0.36
0.31
0.16
0.04
1.23
2.85
4.13
0.00
-0.21
-0.08
2.54
2.44
0.52
0.87
0.29
0.12
-0.07
Astra Internasional
1.81
1.41
1.17
1.21
0.08
0.05
0.10
0.27
0.10
116
Astra Otopart
0.71
0.57
0.48
0.45
0.14
0.15
0.17
117
Gajah Tunggal
2.68
2.41
2.54
4.28
0.16
0.03
0.04
118
Goodyear Indonesia
0.66
0.62
0.94
2.45
0.00
0.03
0.01
0.27
0.76
0.10
119
Hexindo Adiperkasa
2.10
2.19
2.68
1.36
0.15
0.43
0.04
120
Indo Kordsa
0.87
0.61
0.52
0.48
0.13
0.11
0.02
0.08
-0.19
Sumber : Indonesia Capital Market Directory Tahun 2005-2009 Data Diolah
112
2
-2
1
Lampiran 7
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER, Pertumbuhan
Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009.
DER
No
Emiten
Pertumbuhan Aset
2005
2006
2007
2008
2006
20007
2008
2009
121
Indomobil Sukses Internasional
21.23
20.90
27.04
17.78
-0.04
0.11
0.14
-0.09
122
Indospring
5.89
6.13
6.61
7.45
0.07
0.22
0.53
-0.32
123
Intraco Penta
1.80
1.69
1.83
2.46
-0.04
0.04
0.32
-0.09
124
Multi Prima Sejahtera
0.88
0.77
0.79
1.21
-0.07
0.28
0.31
-0.25
125
Multistrada Arah Sarana
0.95
0.99
0.40
0.85
0.32
0.26
0.32
0.07
126
Delta Dunia Petroindo
1.61
1.03
2.05
127
Fortune Mate Indonesia
0.56
0.52
0.63
128
Polysindo Indonesia
129
Nipress
1.28
1.48
2.18
1.64
0.16
0.31
0.12
-0.03
130
Polychme Indonesia
1.94
2.19
2.15
2.81
-0.10
0.04
-0.07
-0.04
131
Prima Alloy Steel
3.33
3.68
3.19
3.84
0.06
-0.09
0.02
-0.24
132
Selamat Sempurna
0.55
0.53
0.66
0.63
0.08
0.16
0.12
0.01
133
Tunas Ridean
3.44
4.24
2.91
2.50
-0.05
0.17
0.07
-0.51
134
United Tractors
1.58
1.44
1.26
1.05
0.06
0.16
0.76
0.07
135
Inter Delta
-0.10
-0.14
0.55
-0.07
136
Modern Internasional
5.98
1.85
1.89
1.49
0.02
0.02
-0.13
-0.02
137
Perdana Bangun Pusaka
2.05
2.17
2.24
2.22
0.00
-0.05
-0.15
0.79
138
Darya-Varina Laboratoria
0.41
0.35
0.21
0.26
0.01
0.01
0.14
0.23
139
Indofarma
0.96
0.45
2.46
2.25
0.32
0.47
-0.04
-0.25
140
Kalbe Farma
0.78
0.36
0.33
0.38
0.00
0.11
0.11
0.20
-0.11
0.01
-0.04
Sumber : Indonesia Capital Market Directory Tahun 2005-2009 Data Diolah.
Lampiran 8
Tingkat Populasi Perusahaan Manufaktur Berdasarkan DER, Pertumbuhan
Aset, ROE, dan PBV di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009.
DER
No
Emiten
2005
113
2006
2007
Pertumbuhan Aset
2008
2006
20007
2008
2009
20
141
Kimia Farma
0.39
0.45
0.53
0.53
0.07
0.10
0.04
0.08
142
Merck
0.21
0.20
0.18
0.15
0.30
0.17
0.13
0.16
143
Pyridam Farma
0.21
0.27
0.42
0.42
0.09
0.15
0.04
0.01
144
Schering Plough Indonesia
70.74
22.90
0.34
0.30
0.55
0.03
145
Tasiho Phamaceutical Indonesia
0.43
0.37
0.30
0.08
146
Tempo Scan Pacific
0.26
0.23
0.26
0.29
0.06
0.12
0.07
0.10
1
147
Mandom Indonesia
0.19
0.11
0.08
0.12
0.23
0.08
0.26
0.09
1
148
Mustika Ratu
0.14
0.10
0.13
0.17
0.00
0.08
0.12
0.03
149
Unilever Indonesia
0.76
0.95
0.98
1.10
0.20
0.15
0.22
0.15
150
Ades Water Indonesia
Textile Manufacturing Company
Jaya
151
70.30
0.75
-
Tingkat Debt to Equty Ratio (DER) Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2008
DER
2005
2006
2007
2008
1
Aqua Goldel Misisipi
0.78
0.77
0.74
2.87
2
Delta Djakarta
0.32
0.32
0.29
0.34
3
Fast Food Indonesia
0.66
0.68
0.67
0.63
4
Indofood Sukses Makmur
2.33
2.10
2.61
3.08
5
Mayora Indah
0.61
0.58
0.73
1.32
6
Multi Bintang Indonesia
1.52
2.08
2.14
1.73
7
SMART
1.38
1.06
1.29
1.17
8
Tiga Pilar Sejahtera Food
2.76
2.82
1.26
1.60
9
Hanjaya Mandala
Sampoerna
1.55
1.21
0.94
1.00
10
AKR Corporindo
0.86
1.09
1.57
1.81
114
7
5
Lampiran 9
Emiten
17
0.11
Sumber : Indonesia Capital Market Directory Tahun 2005-2009 Data Diolah.
No
3
11
Dyanaplast
1.57
1.71
1.63
1.79
12
Semen Gersik
0.62
0.35
0.27
0.30
13
Arwana Citramulia
1.10
1.50
1.68
1.58
14
Voksel Electric
0.78
0.82
1.61
2.70
15
Multipolar
2.39
3.63
3.65
5.35
16
Hexindo Adiperkasa
2.10
2.19
2.68
1.36
17
Multistrada Arah Sarana
0.95
0.99
0.40
0.85
18
Selamat Sempurna
0.55
0.53
0.66
0.63
19
United Tractors
1.58
1.44
1.26
1.05
20
Darya-Varina Laboratoria
0.41
0.35
0.21
0.26
21
Kimia Farma
0.39
0.45
0.53
0.53
22
Merck
0.21
0.20
0.18
0.15
23
Pyridam Farma
0.21
0.27
0.42
0.42
24
Tempo Scan Pacific
0.26
0.23
0.26
0.29
25
Mandom Indonesia
0.19
0.11
0.08
0.12
26
Mustika Ratu
0.14
0.10
0.13
0.17
27
Unilever Indonesia
0.76
0.95
0.98
1.10
100
106
107
127
Rata-rata (%)
Sumber : Indonesian Capital Market Directory Tahun 2008 dan 2009 Data Diolah
Lampiran 10
Tingkat Pertumbuhan Aset Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009.
Pertumbuhan Aset
No
1
Emiten
2006
Aqua Goldel Misisipi
0.09
115
2007
0.12
2008
0.13
2009
0.14
2
Delta Djakarta
0.06
0.04
0.18
0.09
3
Fast Food Indonesia
0.28
0.30
0.25
0.33
4
Indofood Sukses Makmur
0.10
0.82
0.33
0.02
5
Mayora Indah
0.06
0.22
0.54
0.11
6
Multi Bintang Indonesia
0.06
0.02
0.51
0.06
7
SMART
0.16
0.52
0.24
0.02
8
Tiga Pilar Sejahtera Food
0.02
0.42
0.28
0.33
9
Hanjaya Mandala
Sampoerna
0.06
0.24
0.03
0.10
10
AKR Corporindo
0.20
0.47
0.39
0.24
11
Dyanaplast
0.05
0.00
0.10
0.05
12
Semen Gersik
0.03
0.14
0.25
0.22
13
Arwana Citramulia
0.31
0.32
0.17
0.12
14
Voksel Electric
0.14
0.71
0.45
0.06
15
Multipolar
0.36
0.31
0.16
0.04
16
Hexindo Adiperkasa
0.13
0.15
0.43
0.04
17
Multistrada Arah Sarana
0.32
0.26
0.32
0.07
18
Selamat Sempurna
0.08
0.16
0.12
0.01
19
United Tractors
0.06
0.16
0.76
0.07
20
Darya-Varina Laboratoria
0.01
0.01
0.14
0.23
21
Kimia Farma
0.07
0.10
0.04
0.08
22
Merck
0.30
0.17
0.13
0.16
23
Pyridam Farma
0.09
0.15
0.04
0.01
24
Tempo Scan Pacific
0.06
0.12
0.07
0.10
25
Mandom Indonesia
0.23
0.08
0.26
0.09
116
26
Mustika Ratu
0.00
0.08
0.12
0.03
27
Unilever Indonesia
0.20
0.15
0.22
0.15
13.06
22.96
24.66
10.93
Rata-rata (%)
Sumber : Indonesian Capital Market Directory Tahun 2008 dan 2009 Data Diolah
Lampiran 11
Tingkat Return on Equity (ROE) Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2009.
ROE
No
Emiten
2006
2007
2008
2009
1
Aqua Goldel Misisipi
10.92
12.99
14.60
14.60
2
Delta Djakarta
10.02
10.32
16.11
21.43
3
Fast Food Indonesia
23.92
27.17
25.96
28.48
4
Indofood Sukses Makmur
13.13
13.63
12.07
20.44
5
Mayora Indah
9.65
13.09
15.76
23.53
6
Multi Bintang Indonesia
2.08
42.68
64.59
323.59
7
SMART
24.37
28.03
22.67
15.61
8
Tiga Pilar Sejahtera Food
0.14
4.50
7.34
8.82
9
Hanjaya Mandala
Sampoerna
62.00
44.94
48.40
48.63
10
AKR Corporindo
12.33
14.97
13.06
15.78
11
Dyanaplast
1.74
0.20
0.00
14.93
12
Semen Gersik
23.56
26.79
31.27
32.62
13
Arwana Citramulia
14.86
18.60
19.17
18.65
14
Voksel Electric
13.70
17.39
1.66
14.27
15
Multipolar
3.31
3.50
12.69
6.98
117
16
Hexindo Adiperkasa
11.41
15.11
8.06
34.30
17
Multistrada Arah Sarana
23.56
2.27
0.23
11.98
18
Selamat Sempurna
14.67
16.66
16.75
26.69
19
United Tractors
20.25
26.04
23.90
27.58
20
Darya-Varina Laboratoria
12.74
10.80
13.94
13.02
21
Kimia Farma
5.05
5.75
5.84
6.28
22
Merck
36.74
31.93
30.13
41.42
23
Pyridam Farma
2.65
2.60
3.33
5.17
24
Tempo Scan Pacific
14.03
13.60
14.34
14.94
25
Mandom Indonesia
16.48
16.51
14.07
14.15
26
Mustika Ratu
3.44
3.98
7.34
6.64
27
Unilever Indonesia
72.69
72.88
77.64
82.21
1,420
1,840
1,835
3,306
Rata-rata (%)
Sumber : Indonesian Capital Market Directory Tahun 2008 dan 2009 Data Diolah
Lampiran 12
Tingkat Pertumbuhan Price Book Value (PBV) Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun
2006-2009.
PBV
No
Emiten
2006
2007
2008
2009
1
PT Aqua Goldel Misisipi
3.24
3.36
2.87
4.90
2
PT Delta Djakarta
0.85
0.56
0.62
1.68
3
Fast Food Indonesia
2.85
2.90
2.87
3.63
4
Indofood Sukses Makmur
2.53
3.38
0.95
3.07
5
Mayora Indah
1.28
1.24
0.70
2.18
118
6
Multi Bintang Indonesia
5.84
5.86
3.03
35.45
7
SMART
4.07
4.88
1.06
1.53
8
Tiga Pilar Sejahtera Food
1.92
2.24
1.81
1.40
9
Hanjaya Mandala
Sampoerna
7.74
4.48
4.41
4.36
10
AKR Corporindo
1.64
3.37
1.40
2.11
11
Dyanaplast
0.66
0.60
0.51
0.57
12
Semen Gersik
3.92
5.01
3.07
4.39
13
Arwana Citramulia
1.16
1.49
1.26
0.80
14
Voksel Electric
1.31
2.18
0.79
0.91
15
Multipolar
0.34
0.30
0.22
0.26
16
Hexindo Adiperkasa
2.19
1.66
2.11
7.38
17
Multistrada Arah Sarana
0.31
0.41
0.24
0.23
18
Selamat Sempurna
1.12
2.02
1.02
2.43
19
United Tractors
4.07
5.42
1.32
3.72
20
Darya-Varina Laboratoria
2.05
1.94
1.06
1.54
21
Kimia Farma
1.05
1.87
0.45
0.71
22
Merck
3.80
4.20
2.43
5.06
23
Pyridam Farma
0.41
0.65
0.39
0.81
24
Tempo Scan Pacific
2.09
1.60
0.81
1.36
25
Mandom Indonesia
2.07
2.26
1.35
1.85
26
Mustika Ratu
0.52
0.45
0.22
0.53
27
Unilever Indonesia
21.26
19.13
19.20
22.77
297
309
208
428
Rata-rata (%)
Sumber : Indonesian Capital Market Directory Tahun 2008 dan 2009 Data Diolah
119
Lampiran 13
Descriptives Statistics
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximu
m
Mean
Std.
Deviation
Struktur Modal
108
.00
82.21
19.1669
16.74405
Pertumbuhan
Perusahaan
108
.00
.82
.1796
.16119
Profitabilitas
108
.01
35.45
4.0028
5.12940
Nilai Perusahaan
108
.12
5.35
1.1976
.97865
Valid N (listwise)
108
120
Lampiran 14
Hasil Uji Curve Fit Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Tahun 2006-2009.
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: Profitabilitas
121
Model Summary
Equation
Linear
R Square
.322
F
50.288
df1
Parameter Estimates
df2
1
The independent variable is Struktur Modal.
122
Sig.
106
.000
Constant
.672
b1
.174
Lampiran 15
Hasil Uji Curve Fit Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas Tahun
2006-2009.
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: Profitabilitas
Model Summary
Equation
Linear
R Square
.065
F
7.409
df1
Parameter Estimates
df2
1
The independent variable is Pertumbuhan Perusahaan.
123
Sig.
106
.008
Constant
2.542
b1
8.134
Lampiran 16
124
Hasil Uji Curve Fit Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Tahun 20062009.
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Model Summary
Equation
Linear
R Square
.219
F
29.790
df1
Parameter Estimates
df2
1
The independent variable is Struktur Modal.
125
Sig.
106
.000
Constant
.673
b1
.027
Lampiran 17
Hasil Uji Curve Fit Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan
Tahun 2006-2009.
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: Nilai Perusahaan
126
Model Summary
Equation
Linear
R Square
.107
F
12.678
df1
Parameter Estimates
df2
1
The independent variable is Pertumbuhan Perusahaan.
127
Sig.
106
.001
Constant
.841
b1
1.984
Lampiran 18
Hasil Uji Curve Fit Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Tahun 20062009.
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Model Summary
Equation
Linear
R Square
.369
F
61.958
df1
Parameter Estimates
df2
1
The independent variable is Profitabilitas.
128
Sig.
106
.000
Constant
.734
b1
.116
Lampiran 19
Hasil Uji Regresi Pengaruh Struktur Modal danPertumbuhan Perusahaan Terhadap
ProfitabilitasTahun 2006-2009.
Model Summary
Model
1
R
.607(a)
R Square
.369
Adjusted R
Square
.357
Std. Error of
the Estimate
4.11457
a Predictors: (Constant), Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Modal
129
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
1037.631
1777.617
2815.248
df
2
105
107
Mean Square
518.815
16.930
F
30.645
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Modal
b. Dependent Variable: Profitabilitas
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Struktur Modal
Pertumbuhan
Perusahaan
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-.478
.731
.169
.024
6.902
2.474
a. Dependent Variable: Profitabilitas
130
Standardized
Coefficients
Beta
.552
t
-.655
7.101
Sig.
.514
.000
.217
2.790
.006
Lampiran 20
Hasil Uji Regresi Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan dan
Profitabilitas Terhadap Nilai perusahaan Tahun 2006-2009.
Model Summary
Model
1
R
.655(a)
R Square
.429
Adjusted R
Square
.412
Std. Error of
the Estimate
.75039
a Predictors: (Constant), Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Modal
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
43.919
58.561
102.479
df
3
104
107
Mean Square
14.640
.563
F
25.999
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Modal
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
131
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Struktur Modal
Pertumbuhan
Perusahaan
Profitabilitas
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.414
.134
.012
.005
Standardized
Coefficients
Beta
.205
t
3.100
2.264
Sig.
.002
.026
1.214
.468
.200
2.597
.011
.084
.018
.440
4.718
.000
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
132
Download