Perempuan - PSF Library

advertisement
NASKAH SKENARIO
r
Teate uan
p
m
e
Per
Teater Perempuan
i
Naskah Skenario Teater Perempuan:
Mpok Lela dan Tumirah Potong Upah
Penyusun:
Justice for the Poor Program
Ilustrasi & Disain:
Calipha Creative Studio
[email protected]
Foto Cover:
Poriaman Sitanggang
Kontak Penyusun:
The World Bank
www.worldbank.or.id
JUSTICE FOR THE POOR PROGRAM
The World Bank,
Social Development Office
Jl. Cik Ditiro 68A Menteng
Jakarta Pusat 10310
Tel: +62 21 3107158, 3911908/09
Fax: +62 21 3924640
www.justiceforthepoor.or.id
ii Naskah Skenario
NASKAH SKENARIO
r
e
t
a
Te
n
a
u
p
m
e
r
e
P
Mpok Lela
Tumirah, Potong Upah!
THE WORLD BANK
Justice for the Poor Program
Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga
Royal Netherlands Embassy
Teater Perempuan
iii
Daftar Isi
Pengantar ............................................................................. v
Panduan Umum Naskah (Manuscript Guidance) ...... vii
Mpok Lela ........................................................................ 1
Panduan Pementasan .................................................... 2
Sinopsis ............................................................................ 4
Pemain .............................................................................. 5
Babak I .............................................................................. 6
Babak II .......................................................................... 13
Babak III ......................................................................... 16
Babak IV ......................................................................... 21
Biodata Ratna Fitriani .................................................. 24
Tumirah, Potong Upah! .......................................... 27
Panduan Pementasan .................................................. 28
Sinopsis .......................................................................... 32
Pemain ............................................................................ 33
Pembukaan ....................................................................
Bagian 1 ..........................................................................
Bagian 2 ..........................................................................
Bagian 3 ..........................................................................
Bagian 4 ..........................................................................
Penutup ..........................................................................
34
38
41
44
46
50
Biodata Joned Suryatmoko ......................................... 52
iv Naskah Skenario
Pengantar
Publikasi dalam bentuk kompilasi dua naskah teater
ini merupakan salah satu seri publikasi yang dikeluarkan
oleh Program Women’s Legal Empowerment (WLE). Kedua
naskah ini, yakni “Mpok Lela” - karya Ratna Fitriani (Depok)
merupakan naskah pemenang I dari 86 naskah yang
diterima oleh Dewan Juri yang terdiri dari Faiza Mardzoeki
(Koordinator), Myra Diarsih, Sihar Ramses Simatupang dan
Agung Setiadji Aryadipayana serta Justice for the Poor team
dan organisasi perempuan PEKKA (Perempuan Kepala
Keluarga). Naskah berasal dari berbagai wilayah di Indonesia antara lain: Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Riau,
Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah Jawa Timur,
Bali, NTB, NTT, Sulawesi dan Kalimantan. Sedangkan naskah kedua yang ada di dalam buku kompilasi naskah ini
adalah “Tumirah, Potong Upah!” (Terbaik III)- karya Joned
Suryatmoko (Jogjakarta).
Naskah-naskah yang lain seperti “eR Pe Ka” (Terbaik
II)- karya Mirah, Mario dan Rezza (Jogjakarta), dan tujuh
naskah terpilih yakni: “Perlawanan Kaum Arang” - karya
Puthut EA (Jogjakarta), “Feodal” - karya Prima W Putra
(NTB), “Perkawinan” - karya Ibu Ariani Dimas (dikirimkan
melalui Serikat Perempuan Independen Deli Serdang,
Sumut), “Kokom dan Mimpi Dasimah” - karya Iwan RS
(Jogjakarta), “Keadilan bagi Ibu Sumirah” - karya Vivi Varlina
(Jakarta), “Nyaris” - karya Hendry Zulian (Bengkulu), “Daun
jatuh” - karya Ruth Marini (Lampung) dipublikasikan secara elektronik dan bisa diakses secara online pada Website
Program Justice for the Poor: www.justiceforthepoor.or.id.
Teater Perempuan
v
Pertimbangan untuk memilih hanya 2 naskah yang
ditampilkan dan tidak yang lainnya lebih pada pertimbangan teknis. Sebab, 2 naskah tersebutlah yang dipandang oleh
praktisi teater dan pelaksana Program WLE sebagai naskah
yang paling mudah untuk diadaptasi dan diperankan oleh
ibu-ibu PEKKA sebagai penerima manfaat dari program
WLE dan sekaligus yang akan pertama kali mencoba mementaskan dua naskah tersebut.
Menggunakan teater sebagai media penyadaran
akan hukum dan hak-hak perempuan tentu saja bukanlah
tanpa maksud sama sekali. Teater perempuan merupakan
sebuah media yang mencoba lebih meningkatkan pengetahuan akan hak-hak perempuan lewat bahasa yang lebih
verbal dibandingkan dengan bahasa penyuluhan hukum
konvensional lainnya yang mengandalkan orasi dalam
penyampaian pesannya. Menggunakan teater perempuan
sebagai media penyadaran bukanlah sebuah inisiatif yang
baru sama sekali. Bahkan di Argentina, menggunakan teater
perempuan sebagai media penyadaran akan hak-hak perempuan dan hak-hak asasi manusia pada umumnya sudah dimulai sejak tahun 1914 (Salgado, 2006).1
Dengan demikian maka pilihan untuk meretas jalan
bagi penggunaan teater perempuan sebagai media penyadaran sudah berada di jalur yang tepat. Tinggal siapa yang
akan secara terus menerus tanpa letih untuk mengembangkan dan memperluas media ini.
Akhirnya, naskah teater ini lebih ditujukan kepada
para fasilitator program dan aktivis pekerja seni di tingkat
komunitas untuk mengadaptasi naskah ini bagi upaya penyadaran hak-hak perempuan pada khususnya dan hakhak asasi manusia pada umunya. Selamat mencoba!
______________________________________________________
1
Maria Antonia Salgado, Staging Feminism: Theatre and Women’s Rights
in Argentina (1914-1940).
Lihat: http://dc.lib.unc.edu/cdm4/item_viewer.php?CISOROOT=/etd&CISOPTR=62&REC=9
vi Naskah Skenario
Panduan Umum Naskah
(MANUSCRIPT GUIDANCE)
Naskah-naskah yang dipilih dari seleksi atas puluhan
naskah sebelumnya ini, selain berisikan tentang plot, latar,
perwatakan, dan pemanggungan yang dapat disesuaikan
dengan pementasan yang ada di masyarakat, juga mengandung tema dan pesan sosial yang variatif.
Ada kisah tentang kehidupan kaum perempuan baik
di marjinal di pedesaan atau perkotaan, dari yang mengandung kisah dan konflik hingga berupa adegan-adegan yang
di dalamnya berisi dialog tentang realitas persoalan di kalangan kaum perempuan.
Tokoh yang dihadirkan pun beragam, mulai dari kisah ibu yang anak perempuannya menjadi korban, mandor
yang memperlakukan buruh perempuannya dengan semena-mena, bangsawan desa yang menilai kebahagiaan anaknya dari materi belaka, kisah kawin kontrak, perempuan
istri kedua yang kemudian menjadi aktivis, perempuan yang
ditinggal oleh suaminya hingga penyadaran tentang pentingnya organisasi yang membela kaum perempuan terhadap kekerasan dari kaum lelaki atau sistem yang patriarkhis
terhadap kaum perempuan.
Kisah ini memang umum dan bisa saja ada di tengah
kehidupan bermasyarakat. Karena itu, di balik kisah di dalam naskah, tema semacam dipentaskan dengan harapan
dapat menjadi medium penyadaran buat masyarakat setempat atau pun masyarakat di luar wilayah itu – yang menjadi
penontonnya, hingga buat aktor yang terlibat pada pementasan.
Teater Perempuan
vii
Pemilihan naskah-naskah berdasarkan penilaian juri
selain melihat kualitas struktural dari mulai sisi intrinsik
hingga intrinsik juga melihat kemudahan pementasan itu
untuk dilaksanakan di berbagai tempat dan punya misi yang
sesuai dengan kehidupan kaum perempuan maupun ibuibu di desa yang akan terlibat pada pementasan ini.
Karena itu, panduan yang dibuat dilakukan untuk
menyesuaikan naskah yang telah ada dengan praktek pementasan yang akan dilakukan di tiap tempat mulai dari
tempat pementasan, dialog pemain, kostum pemain, perangkat panggung, vokal dari tembang hingga lagu tradisi masyarakat setempat hingga musik atau bebunyian yang khas
sehingga mempermudah para pemain – yang dominan diperankan oleh para perempuan – ketika akan mementaskan naskah ini.
Beberapa panduan pokok dalam menggunakan naskah yang akan dipentaskan oleh masyarakat di tiap daerah,
antara lain:
1. Naskah ini bisa dipentaskan dimana pun, bisa di pelataran, di tenda-tenda darurat, di pendapa rumah, juga
di panggung.
2. Setting pun bisa diganti tak harus berupa ruanganruangan yang dibuat dari tripleks atau kayu sebagaimana image rumah di panggung pementasan. Bisa diganti dengan kain dan tali, misalnya. Atau menggunakan styrofoam. Juga bahan lain yang ada.
3. Lagu-lagu yang ada pada beberapa naskah pun bisa digantikan dengan lagu-lagu yang ada di daerah tempat
pementasan. Berupa lagu rakyat atau tradisi. Alat musik
yang dipakai dalam lakon ini merupakan alat musik
yang mudah dimainkan dan sesuai dengan konteks di
mana lakon ini digelar. Bisa menggunakan lesung, rebana, atau perkakas dapur yang dapat menghasilkan
bunyi seperti ember, panci, wajan, dan sebagainya.
4. Aktor yang lelaki dan perempuan di dalam naskah bisa
digantikan oleh aktor ibu-ibu yang menjadi sosok lelaki
di dalam naskah ini.
5. Nama tokoh yang ada di dalam naskah bisa diubah sesuai dengan nama tokoh yang idiomnya akrab dengan
nama masyarakat di daerah tempat pementasan.
6. Naskah yang ada sebenarnya tidak harus dihafal tapi
difahami dan dimengerti sehingga spontanitas pengviii Naskah Skenario
7.
8.
9.
10.
11.
12.
ucapan tokoh ketika berdialog dapat terasa ketika berpentas.
Mentor sebaiknya dapat mensosialisasikan gagasan tentang naskah yang akan diangkat ke pementasan dengan
cara menanyakan pada setiap anggota masyarakat yang
berminat ikut dalam pementasan itu. Setelah membaca
dan memahaminya bisa mengajukan dan mengkritisi
tema-tema yang diangkat oleh salah satu naskah.
Diskusi antara mentor dan masyarakat yang terlibat dalam pementasan dapat juga mengarahkan pada naskah
mana yang akan dipilih untuk dipentaskan.
Penonton dapat ikut berpartisipasi dalam pertunjukan,
bersorak atau berkomentar atas kejadian di atas panggung.
Tata cahaya bisa menggunakan lampu listrik, obor maupun lampu petromaks, sesuai kebutuhan dan keadaan.
Kostum dalam pertunjukan ini adalah pakaian seharihari yang biasa dipakai oleh masyarakat setempat.
Selain narasi (cerita) di dalam naskah itu, beberapa ada
yang mengajukan masalah/wacana/problem sosial
yang sebenarnya dapat digubah sesuai dengan kondisi
yang ada di masyarakat tersebut.
Teater Perempuan
ix
x Naskah Skenario
k
o
p
M
a
a
l
l
e
e
L pok L
M
k
o
p
M
a
l
e
L
RATNA FITRIANI
Panduan Pementasan
Kisah ini mengangkat tentang kehidupan seorang
perempuan yang kerap gagal dalam menjalin hubungan
pernikahan di bawah tangan. Dari tiga lelaki pada masa
yang berbeda, dia kerap gagal bahkan mendapatkan seorang anak dari hubungan tiap lelaki itu.
Mpok Lela yang kerap ditinggal pergi oleh para ”suami” nya itu, menjadi beban buat kehidupannya. Kisah
menghadirkan dialog mulai dari Mpok Lela saat bersama
Arman, Jarot – suami kedua Mpok Lela – yang tak mau
mengakui si jabang.
Cerita yang kerap terjadi di tengah masyarakat yang
melanggengkan hubungan pernikahan di bawah tangan itu
memperlihatkan bahwa hubungan semacam itu tidak kuat
menjadi pegangan buat kehidupan kaum perempuan. Perempuan yang berada di dalam posisi itu kerap dirugikan
karena tak mempunyai perlindungan hukum yang kuat
untuk menuntut hak-hak mereka.
Dalam kisah ini, Mpok Lela akhirnya malah bergantung pada belas kasih Nyai Mu’, sang ibu yang justru
memberikan warisan berupa ketrampilan memijat bayi kepada putrinya itu.
Panduan Pemanggungan:
1. Dalam pertunjukan model semacam ini sebaiknya pementasan diadakan dengan penonton yang berada di
sekeliling pemain. Semacam pementasan tradisional
mulai dari ketoprak hingga lenong dimana sutradara,
narator, penonton dapat berdialog langsung dan dekat
2 Naskah Skenario
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
dengan para pemainnya. Ini bisa dipentaskan di manapun, bisa di pelataran, di tenda-tenda darurat, di pendapa rumah, juga di panggung.
Narator kerap muncul beriring musik yang bisa disesuaikan dengan lokasi dan tradisi yang ada di kalangan penduduk setempat.
Karena perjalanan kisah tentang Mpok Lela berlangsung
cepat, narator kerap muncul untuk menjelaskan periode
waktu di dalam kisah.
Peralatan pertunjukan bisa disesuaikan dengan tempat
dan kondisi di mana pertunjuk dilaksanakan.
Alat musik yang dipakai dalam lakon ini merupakan
alat musik yang mudah dimainkan dan sesuai dengan
konteks di mana lakon ini digelar. Bisa menggunakan
lesung, rebana, atau perkakas dapur yang dapat meng
hasilkan bunyi seperti ember, panci, wajan, dan sebagainya.
Lagu-lagu dapat menggunakan khasanah lokal agar lebih akrab di telinga penonton.
Tata cahaya bisa menggunakan lampu listrik, obor maupun lampu petromaks, sesuai kebutuhan dan keadaan.
Kostum dalam pertunjukan ini adalah pakaian seharihari yang biasa dipakai oleh masyarakat setempat.
Teater Perempuan
3
Sinopsis
Mpok Lela
Ketika sebuah perceraian harus terjadi dengan
penuh kesewenang-wenangan
Ketika perempuan tidak mempunyai pilihan
selain menanggung beban penghidupan anak-anak
yang terlanjur terlahir
Segala daya kemudian coba ia lakukan
Bergelut dengan berbagai pekerjaan
untuk dapat memberi makan,
mengirimkan anak-anak ke sekolah,
membeli pakaian dan bisa membawa buah hati
setidaknya ke puskesmas kala sakit mendera
Pada titik itu, seringkali perempuan
tidak lagi mengindahkan kebutuhan dirinya
bahkan kerap terlupakan…
Sampai kapankah ini akan terjadi?
Sampai kita semua terjaga dengan sebuah kesadaran
bahwa seorang janda adalah manusia
yang memiliki kehormatan dan hak asasi yang sama
dengan manusia lainnya
Jakarta, Juni 2006
Ratna Fitriani
4 Naskah Skenario
Pemain
Tokoh utama: MPOK LELA
Anak:
Anak ke-1, UMAR
Anak ke-2, IDA
Anak ke-3, ABI
Ibu: NYAI MU’
Suami:
Suami ke-1, ARMAN
Suami ke-2, JAROT
Pemain pendukung:
laki-laki dewasa:
PAMAN 2 orang
PENGAMEN 1 orang
Perempuan dewasa:
BIBI/TANTE 2 orang
Anak-anak:
3 orang anak perempuan
2 orang anak laki-laki
PEMUSIK:
5 orang pemain musik tradisional
SUTRADARA: 1 orang
Total Pemain: 23 orang
Teater Perempuan
5
Babak I
BERANDA RUMAH DI SORE HARI, MPOK LELA, SUAMI DAN DUA ANAKNYA TENGAH DUDUK-DUDUK DI
TERAS RUMAH. SEMENTARA ITU DI HALAMAN TAMPAK SEJUMLAH ANAK-ANAK KECIL TENGAH BERMAIN DENGAN RIANGNYA. DUA ANAK PEREMPUAN
DAN SATU ANAK LAKI-LAKI TENGAH BERMAIN LOMPAT TALI, DAN SATU ANAK PEREMPUAN BERSAMA
SATU ANAK LAKI-LAKI TENGAH BERMAIN KELERENG.
Mpok Lela : Mar, besok jangan lupa bayar uang sekolahnya langsung ke bu guru begitu Umar sampai
sekolah. Bilang ke Bu Nunung, Ibu minta
maaf, baru bayar untuk 2 bulan dulu. Sisanya
nanti ibu carikan lagi. Mudah-mudahan
minggu depan kita bisa ngelunasin.
Umar
: Iya bu! Tapi sebetulnya Umar malu, soalnya
Ibu Nunung terus-terusan ngumumin nama
anak-anak yang belom bayaran. Kata Bu Guru
kalo kita nggak cepet bayar, Umar nggak bisa
ikut testing.
Mpok Lela : Iya Mar.. Ibu ngerti, kamu udah bilang lebih
lima kali ke Ibu soal ini. Tapi gimana, Bapak
lagi nggak kerja. Ojeknya ditarik sama Bang
Mardi karena kita nggak bisa ngasih uang
setoran seminggu. Ngandelin upah nyuci Ibu
juga nggak cukup. Kamu kan tahu Ida lagi
sakit. Dia kan juga perlu diurus…
6 Naskah Skenario
Ida
: Bu, sakit bu… kepala Ida sakit…
Mpok Lela : Iya.. cep-cep.. cep.. Minum obatnya ya…
nggak pahit kok… Ibu buatin teh manis
nanti…! Bang..! Abang gimana sih… kok diem
aja. Lihat anak badannya panas gini, mana
yang satu belum bayaran udah 4 bulan..! Kok
nggak ada sedih-sedihnya..! Usaha apa kek
Bang..! Lela kan nggak enak ama Nyai..! Udah
kita masih tinggal bareng sama orang tua,
boro-boro bisa ngasih… yang ada malah kita
yang disuapin terus!
Arman
: Iya.. iya..! Gue juga punya mata, punya kuping..! Gue bisa lihat! Bisa denger! Lu nggak
usah tereak-tereak gitu di kuping gue..! Lu
pikir gue budeg apa..!
Mpok Lela : Nah kalo Abang bisa lihat, bisa denger kenapa
diem aja..! Usaha apa kek, yang penting halal!
Biar bisa bawa Ida ke puskesmas dan ngelunasin tunggakan bayaran seolah si Umar..!
Narator
: Tiba-tiba muncul dari dalam rumah, Nyai
Mu’, ibu Mpok Lela yang dikenal sebagai tukang urut di kampung Mampang-Depok.
Keahliannya yang sudah langka membuat
nama Nyai Mu’ lumayan kesohor dan mampu menarik banyak pelanggan. Setiap harinya
tidak kurang 3-5 orang datang ke rumahnya
untuk mendapatkan pertolongan. Mulai dari
keseleo, turun bero’ sampe mbenerin posisi
orok di perut ibunya, Nyai Mu’ emang ahlinya. Dengan keahliannya inilah praktis Nyai
Mu’ menjadi tempat bergantung Mpok Lela.
Dan tampaknya hal ini justru dimanfaatkan
oleh menantunya untuk bermalas-malasan,
karena Arman tahu, Nyai Mu’ akan selalu
membantu anaknya. Nah yang begini nih namanya cowok matre..!
Teater Perempuan
7
Pemusik
: Eh dalang jangan ngasih komentar dong..
melanggar pakem pertunjukan tuhh!
Narator
: Ye.. elu juga..! Mulut lu nyamber aja ngritik
gue..! Denger ya.., dalang kan juga manusia..!
Yang punya pendapat sendiri dengan jalannya cerita…
Pemusik
: Ye… kalau gitu mah jadi pemain aja..! Jangan
jadi dalang..!
Narator
: Nah.., itu dia masalahnya! Menurut sutradara.. gue kurang cocok jadi pemain…! Suara
gue terlalu bagus…, jadi lebih baik jadi dalang..!
Sutradara
: Ya.. sejujurnya sih bukan itu alasannya sebenarnya..! Dia kagak lulus casting jadi pemain… he.. he.. he..
Narator
: Ah.. payah juga nih sutradara…! Udah deh..
kita lanjutin ceritanye..!
Nyai Mu’
: Eh lu pada ngapaian sih..? Berantem mulu..!
malu ama tetangga..! Mendingan juga lu pada
siap-siap ke mushola bentar lagi magrib..,
pada sholat deh lu yang bener, biar Tuhan
kasih jalan supaya rumah tangga lu pada
awet…! Heran gue laki-bini kagak ada akurakurnye.., tapi kok bisa punya anak dua..!
Arman
: Iye.. iye Nyai.., aye pergi dulu deh.. Lagian
anak Nyai tuh yang mula-mulain..! Orang laki
lagi pusing kagak ada motor bakal narik, bukannya bantuin ngademin pikiran malah
nyap-nyap nggak karuan…!
Mpok Lela : Ye Abang sendiri yang bikin pusing. Duit
setoran ojek malah buat judi, jelas aja Bang
Mardi marah dan nggak percaya lagi sama
kita. Makanya tuh motor ditarik..! Abang kirakira dong, udah susah malah begaya pake judi
8 Naskah Skenario
segala! Buat beli beras aja nggak cukup eh ini
malah buat main..!
MENDENGAR KELUARGA MPOK LELA RIBUT-RIBUT,
ANAK-ANAK YANG TENGAH BERMAIN BUBAR. KEMUDIAN TIBA-TIBA DATANG SEORANG PENGAMEN
LENGKAP DENGAN KECREKAN DAN DANDANAN
ALA ARTIS TOP SEPERTI DI TV MEMBAWAKAN LAGU
DANGDUT MABUK DAN JUDI.
Pengamen : Judi lagi… ahh.. judi lagi… Tiap hari… ahh.. pulang pagi.. Kau ajak teman-teman hei pulang ke
rumahmu.. Aku jadi malu pada orang tuaku.. ahh!
Arman
: Eh ini lagi..! Dasar banci sialan..! Lu nyindir
gue..! Nambah-nambah panas kuping ..! Sana
pergi..!
Pengamen : Ye Abang…! Siapa yang nyindir..? Aye tuh
nyanyi minta dikasih duit.., bukannya minta
diomelin gini..! Mana pake ujan lokal lagi..
ih..!
Arman
: Eh.. nantangin gue lu..! Disuruh pergi malah
nyerocos lagi kayak kaleng rombeng..! Mending suara lu bagus..! Dasar perempuan jadijadian…!
Pengamen : Eh Bang.. kalau ngomong ati-ati ye..! Abang
boleh ngatain suara aye jelek tapi jangan pernah pernah bilang aye perempuan jadi-jadian…! Itu melanggar Hak Asasi Manusia…!
Aye laporin ke Komnas Perempuan.. baru
tahu rasa Abang..!
Arman
: Udah-udah..! Gue lagi berantem ama bini
gue..! Lu bikin tambah pusing aje..! Pergi
sana..! Gue jadi lupa deh sampe mana berantemnya..! Oh ya., gue inget sekarang..! Eh Lela
denger ye..! Lu jangan salahin gue kalau gue
kagak pulang-pulang..! Bini apaan lu bisanya
marahin laki doang..! Dasar perempuan sialan…!!
Teater Perempuan
9
PENGAMEN ITU PERGI DENGAN WAJAH GERAM. TAPI
DIA MASIH MENGGERUTU DAN MENGOMEL PANJANG LEBAR KARENA MERASA TERSINGGUNG BERAT
DENGAN JULUKAN PEREMPUAN JADI-JADIAN.
Nyai Mu’
: Eh Man..! Gue sebetulnya nggak mau ikut
campur urusan rumah tangga lu..! Tapi kali
ini lu udah kelewat bates..! Pake ngatain anak
gue perempuan sialan..! Sebenernya siapa
yang sialan..! Lu pikir kita nggak pada tahu
siapa lu sebenarnya..? Kita udah tahu kok
kalau lu sebetulnya udah punya bini dan anak
sebelum nikah ama anak gue..! Cuma kita
masih sabar, karena biar bagaimanapun lu bapak dari cucu-cucu gue..! Gue masih berharap rumah tangga ini bisa adem! Dan gue juga
nggak mau ngeliat anak gue jadi janda! Tapi
kalau begini caranya… terserah dah.., lu mau
pergi kagak balik-balik lagi, gue kagak peduli!
Lu pikir gue seneng ngeliat Lela jadi babu cuci
kesana-kemari..! Untuk ngempanin anak ama
laki yang kagak ada pengertiannya..!
Arman
: Oh jadi Nyai ngusir aye..! Eh denger Lela ye..!
Nyai lu sendiri tuh yang ngusir gue..! Jadi jangan salahin kalau gue pergi sekarang juga..!
ARMAN PERGI BERGEGAS MEMBAWA TAS KECIL
YANG BERISI SEJUMLAH PAKAIAN YANG DIA AMBIL
DARI LEMARI DAN MENYANDANG JAKET JINS BULUK
DI PUNDAKNYA.
Narator
: Lela nggak kuasa lagi nahan air matanya. Sebetulnya keinginan bercerai dengan suaminya
sudah lama dia tahan demi mempertahankan
nama baik keluarga. Dia sadar betul, walaupun orangtuanya bukan orang berkecukupan
di kampungnya, tetapi ibu dan bapaknya termasuk orang-orang yang dituakan dan dijadikan tempat bertanya pertama ketika tetangga-tetangga punya masalah. Tapi kali ini
10 Naskah Skenario
ketika ibunya sendiri sudah secara jelas menyampaikan apa yang ada di pikirannya.. ia
pun menjadi lebih ikhlas menerima nasibnya..
Namun toh biar bagaimanapun juga hati kecilnya berharap masih bisa melanjutkan rumah tangganya bersama Arman, laki-laki
yang mengaku bujang dan berhasil menipu
mentah dirinya hingga kini mereka mempunyai 2 anak.
Lela
: Ya Allah Bang..! Abang jangan nyalahin Nyai
kayak gitu..! Abang sendiri yang ngomong
mau pergi.. Nggak ada Bang di rumah ini
yang mau ngusir Abang..! Biar bagaimanapun
Abang Laki Lela..!
MPOK LELA MASIH BERUSAHA MENAHAN KEPERGIAN SUAMINYA DENGAN MEMEGANGI TANGANNYA.
Arman
: Udah deh..! Anak sama Emak nggak ada bedanya..! Lu nggak usah nahan gue..! Mendingan lu urus aja anak-anak daripada mikirin
gue..!
Mpok Lela : Bang..! Ini kan anak kita berdua.. mana bisa
Abang minta aye aja yang ngurusin mereka..!
Ini amanah Allah Bang.. Kita harus menjaganya bersama..!
Arman
: Ah nggak usah bawa-bawa nama Allah segala.. Gue emang nggak bisa kok nyukupin
kebutuhan lu dan keluarga..! Jadi percuma
juga gue disini, cuma jadi beban aja..!
Mpok Lela : Justru itu Bang, makanya mari kita berusaha
berubah.. sama-sama, aye dan Abang mulai
lagi dari nol.. dari awal supaya keluarga kita
bahagia..
Arman
: Nggak Lela, gue udah nggak tahan.. gue pergi.. gue titip anak-anak.
Teater Perempuan
11
ARMAN MELEPASKAN TANGAN LELA DAN BERANJAK PERGI, SEMENTARA UMAR DAN IDA YANG SEDARI TADI MELIHAT PERTENGKARAN ORANG TUANYA
MENANGIS HISTERIS SEJADI-JADINYA.
Ida
: Pak jangan pergi Pak..! Jangan pergi Ida ikut
Pak..! Hu.. hu.. Bapak… Bapak…. hu.. hu..
Umar
: Umar juga ikut Pak..! Ikut Pak..! Ikut..!
Mpok Lela : Bang..! Abang…! Tunggu Bang..!
Nyai Mu’
: Udah Lela… biarin aja dulu laki loe pergi..
Mungkin dengan begitu dia baru bisa ngerasa
nggak enaknya berjauhan dengan keluarga..
Udah Umar, Ida.. sini sama Nyai.. jangan
nangis ya..
Narator
: Tanpa terasa dua tahun sudah Arman meninggalkan keluarga. Dengan sendirinya mereka menganggap ikatan perkawinan telah
berakhir. Bagi Lela, pernikahannya yang memang dilakukan di bawah tangan pada akhirnya terasa berat karena ia secara hukum, tidak
dapat menuntut apapun dari mantan suaminya. Namun ia berusaha tegar, dan berupaya
bangkit. Mpok Lela kini bekerja di sebuah
salon kecantikan. Kelincahan dan keramahannya dalam bekerja membuat langganan
betah berlama-lama jika tengah ditangani
olehnya. Ia sudah terampil melakukan creambath, lulur, facial dan juga jadi asisten perias
pengantin. Kehidupan ekonominya mulai
membaik. Tetapi seiring dengan itu, godaan
yang menerpanya juga tak dapat dihindarkannya… Nalurinya sebagai perempuan
muda yang jujur saja masih sangat membutuhkan kehadiran laki-laki tak kuasa ia tampik. Ia mulai menjalin hubungan kembali dengan laki-laki, dan salah satunya dapat
meluluhkan hatinya hingga ia memberikan
segalanya…
12 Naskah Skenario
Babak II
SORE HARI DI SEBUAH TAMAN PINGGIRAN KOTA.
MPOK LELA TENGAH BERJALAN-JALAN DENGAN
BANG JAROT KEKASIHNYA DALAM 6 BULAN TERAKHIR INI YANG BEGITU DIPERCAYAINYA.
Lela
: Bang Jarot… gimana nih.. Lela udah telat 1
bulan.., kayaknya Lela hamil.. Bang…
Bang Jarot : Hah…! Apa..! Hamil…? Aduh.. lu gima sih..!
Kan gue udah bilang, lu harus hati-hati jangan
sampe hamil. Lu kan tahu Lel, hubungan kita
nggak mungkin berlanjut ke pernikahan. Gue
punya bini, punya anak.. udah gede-gede
lagi.. bentar lagi mau mantu..! Lu gimana sih..!
Mpok Lela : Abang jangan nyalahin Lela aja dong. Kan
waktu itu Lela udah bilang sama Abang, jangan kita lakukan perbuatan itu lagi, tapi
Abang yang maksa.. terus-terusan sampe Lela
bohong sama Nyai. Bilang ada order ngerias
penganten padahal kita nginep berdua di
puncak.. Abang jangan mau enaknya aja, tapi
nggak mau nanggung resikonya…
Bang Jarot : Ah.. rusak deh semuanya…! Udah enak-enak
gini kita pacaran..! Eh sekarang gue harus
mikiran punya orok lagi…! Kagak deh kagak!
Loe cari dukun aja yang mau bantu ngugurin
tuh anak..!
Teater Perempuan
13
Mpok Lela : Astagfirullah… istigfar Bang istigfar.. Kita nih
udah bergelimang dosa… bukannya tobat,
malah mau nambah lagi…! Lela nggak setuju
Bang..! Lela nggak mau…! Sampai kapan juga
Lela nggak akan ngelakuin itu..!
Bang Jarot : Terus kalau gitu mau lu apa..? Lu mau diketawain orang sekampung karena lu bunting
sementara orang-orang tahu lu tuh janda..!
Terserah lu..! Bukan gue kok yang akan diomongin orang. Lagian gue juga nggak yakin kalau itu anak gue..
Mpok Lela : Apa maksud Abang.. nggak yakin..! Abang
pikir Lela tidur ama laki-laki lain apa..?
Bang Jarot : Lho mana gue tahu…! Langganan salon lu
kan banyak.., yang suka ngobrol lama-lama
ama lu juga banyak, bukan gue doang.. iye
kan..!
Mpok Lela : Ya ampun Bang, langganan salon emang banyak.. tapi yang bener-bener berhubungan
sejauh ini dengan Lela, cuma Abang doang…
Demi Tuhan Bang.. nggak ada laki-laki lain
selain Abang sekarang ini dalam hati Lela..
Walaupun Lela menyesal kenapa segitu gampangnya kita ngelakuin itu semua, tapi Lela
sadar Bang dan siap menanggung resikonya… Bang tolong Bang nikahin Lela Bang…
tolong Bang… jangan bikin malu keluarga
Lela Bang… kasihan Nyai Bang… mau ditaro
dimana muka ibu Lela..
Narator
: Acara jalan-jalan sore itu berubah menjadi
pertengkaran besar. Jarot bersikukuh tidak
mau bertanggung jawab dan pusing tujuh keliling membayangkan dirinya punya bayi lagi.
Namun Mpok Lela terus berusaha dan mengatakan bahwa buat dia, cukuplah sekedar
ada status bagi anak yang tengah tumbuh
14 Naskah Skenario
dalam rahimnya. Sekali lagi Lela menikah, di
bawah tangan, tanpa bulan madu dan mempelai pria yang langsung menghilang beberapa jam begitu akad selesai berlangsung.
Sembilan bulan telah berlalu, kini Mpok Lela
mempunyai 3 anak yang harus ditanggung
dalam hidupnya. Ia kembali menjadi buruh
lepas pencuci pakaian, dan satu-satunya tempat ia bersandar untuk mencurahkan isi hati
adalah ibunya, Nyai Mu’ yang kini telah beranjak tua dan sakit-sakitan.
Teater Perempuan
15
Babak III
MALAM HARI DI KAMAR TIDUR IBUNYA, MPOK LELA
TENGAH MENUNGGUI NYAI MU’ YANG SEDANG
SAKIT KERAS, BERBARING DI RANJANG BESI TUA
BERKELAMBU PUTIH DENGAN CAHAYA LAMPU REMANG-REMANG.
Nyai Mu’
: Lela, rasanya umur gue udah ngak lama lagi.
Gue sebetulnya udah ikhlas untuk pulang
menghadap Allah S.W.T. Tapi gue belum bisa
tenang kalau inget lu.. (NYAI MU’ MULAI
MENANGIS). Kenapa hidup lu susah terus?
Kenapa loe selalu dapet suami laki-laki beristri yang bikin beban lu tambah berat..? Gue
bukan nggak sayang ama Abi, cucu gue yang
paling kecil… Tapi ngeliat bagaimana lu banting tulang untuk bisa ngidupin mereka gue
nggak sanggup... Gue belum bisa tenang pergi kalau inget lu La…
Mpok Lela : Nyai…jangan ngomong begitu.., Nyai pasti
sembuh kok. Nyai nggak pengen emangnya
lihat Umar masuk SMP, Ida masuk SD dan
Abi mulai belajar jalan. Nyai nggak usah pikiran Lela. Sekarang Lela sadar kok, sebagai
perempuan Lela memang harus kuat dan tegas. Lela udah banyak belajar dari pengalaman. Percaya Nyai…, Lela dan anak-anak suatu
hari pasti bisa mandiri dan nggak tergantung
ama orang lain. Biar pun tiap hari Lela harus
nyuci pakaian orang sampe berbak-bak, tapi
16 Naskah Skenario
sekarang hati Lela adem. Anak-anak bisa sekolah, bisa jajan dan bisa nabung dikit-dikit
buat lebaran.
Nyai Mu’
: Bekas laki lu nggak ada yang suka dateng
nengokin anaknya..?
Mpok Lela : Sebetulnya mereka punya juga keinginan datang Nyi.. tapi katanya nggak kuat nahan
malu ama keluarga kita dan tetangga. Kemarin bapaknya Abi ngasih uang 400 ribu. Katanya buat beli susu anaknya. Uangnya Lela
tabung Nyi di Mpok Ati yang ngelola tabungan ibu-ibu. Sekalian Lela juga mau nunjukin
ke orang-orang, walaupun Lela hidup sendiri, cari makan buat anak-anak tapi masih bisa
mikirin masa depan.
Nyai Mu’
: Ah syukur deh kalau gitu.., gue jadi rada tenang… hugs.. hugs.. Nanti kalau emang gue
nggak ada umur, lu yang pada akur ye ama
sodara-sodara lu. Nih rumah boleh loe tempatin bareng adek lu, Midah. Kesian dia juga
belom punya rumah sendiri. Kayaknya rumah ini masih cukup luas untuk 2 keluarga.
Nyai udah bilang sama abang-abang lu, supaya mereka rela rumah ini gue warisin untuk kalian berdua.
Mpok Lela : Tapi Nyi.. apa itu tidak bertentangan dengan
ajaran agama…? Ustad bilang bagian waris
laki-laki 2 kali besarnya dari bagian perempuan..
Nyai Mu’
: Ah Tuhan juga tahu mana yang lebih perlu,
anak laki-laki gue atau anak-anak perempuan gue yang lebih penting mendapatkan dukungan. Gue udah mikir baek-baek. Abangabang lu juga nggak keberatan. Almarhum
bapak lu juga punya pikiran yang sama kayak
gue. Lu, sama keluarga Midah boleh bagi dua
nih rumah dan terserah mau diapain… yang
penting ada tempat tinggal buat anak-anak.
Hugh.. hugh..!
Teater Perempuan
17
NYAI MU’ MULAI BATUK-BATUK LAGI, KALI INI CUKUP PARAH HINGGA MENGELUARKAN DARAH SEGAR
Mpok Lela : Ya Allah Nyai… udah.. Nyai jangan kebanyakan ngomong… Tuh kan jadi batuk lagi…!
Ya Allah banyak betul Nyai darahnya…!
Nyai Mu’
: Nggak apa-apa Lela, gue justru pengen banyak ngomong sebelum gue nggak bisa ngomong lagi selamanya.. Sekarang gue rasanya
lebih tenang dan lega… setelah mendengar
upaya lu untuk mempersiapkan masa depan
anak-anak lu. Gue bangga sama lu La, biarpun
lu cuma tukang cuci, tapi lu penuh tanggung
jawab dan bahagia dengan keadaan lu sekarang. Percaya La, Tuhan nggak mungkin
menguji umatnya di luar batas kemampuannya. Lu yang sabar ya.. yang kuat, karena
kita memang harus cukup kuat untuk mampu menghidupi anak-anak kita…
Mpok Lela : Lela akan berusaha Nyai.. jadi perempuan
kuat kayak Nyai yang terus bisa cari makan
untuk keluarga bahkan sampe tua begini. Lela
juga bangga sama Nyai..! Tangan Nyai ibarat
contoh buat Lela, bahwa kita mampu berusaha sendiri sepanjang kita punya kemauan.
Biarpun Lela sekarang cuma tukang cuci, tapi
mungkin ini yang terbaik. karena dengan begini Lela bisa kerja dengan tenang dan jauh
dari godaan laki-laki..
LELA MENGUSAP RAMBUT IBUNYA, DILETAKKAN
KEPALA IBUNYA DI ATAS PANGKUANNYA, SAMBIL
MEMEGANGI TANGANNYA DENGAN GELISAH. KEMUDIAN UMAR MASUK, DUDUK DIPINGGIR RANJANG DAN MEMIJIT KAKI NENEKNYA.
Nyai Mu’
: La, tolong loe panggilin semua sodara-sodara
lu. Kayaknya waktu gue udah deket. Huk..
uhuk.. uhuk (NYAI MU’ BATUK-BATUK
18 Naskah Skenario
LAGI) Tapi sebelumnya gue mau kasih tahu,
bahwa lu punya bakat untuk jadi tukang urut
kayak gue. Sebetulnya belakangan ini kenapa
gue terus-terusan minta lu yang mijitin, maksudnya supaya gue bisa ngajarin elu.. titiktitik urat dan persendian yang perlu lu tahu
untuk ngobatin orang... hugs.. hugs.. (NYAI
BATUK-BATUK LAGI)
Mpok Lela : Ya Allah Nyai, begitu besarnya perhatian Nyai
ke Lela, sampe sakit-sakit Nyai masih berusaha ngajarin Lela untuk jadi tukang urut..
Mar.. tolong lu panggilin encang dan encing
lu.. juga sodara-sodara lu yang lain.. Nyai pengen ketemu semuanya Mar…
UMAR BERGEGAS KELUAR DAN MEMANGGIL ANGGOTA KELUARGA LAINNYA.
Nyai Mu’
: La, begitulah naluri seorang Ibu. Seorang ibu
akan berusaha sampai batas kemampuannya
untuk ngebantu anaknya yang susah. Terakhir, gue pesen, lu mulai nyoba keahlian mijit
lu ke keluarga sendiri. Percaya La, pelan-pelan
orang akan tahu dan dateng nyari lu untuk
dipijit. Selebihnya lu harus berusaha polos,
berhati bersih dan jangan pamrih kalau ada
yang butuh pertolongan lu. Jangan meminta
imbalan, kalau mereka memberi lu boleh terima. Tapi pantang lu meminta…
Mpok Lela : Iya Nyai… Lela ngerti, sekarang Nyai mau
apa..?
Nyai Mu’
: Nyai nggak pengen apa-apa.., Nyai cuma pengen semua anak-anak kumpul dan Nyai bisa
pergi dengan tenang…
SEMUA ANAK NYAI MU’ BERKUMPUL, MEMBIMBING
IBUNYA MENGUCAPKAN DUA KALIMAT SYAHADAT
DAN NYAI MU’ MENGHEMBUSKAN NAFAS TERAKHIR
DENGAN DAMAI.
Teater Perempuan
19
Narator
: Satu tahun berlalu, kini Mpok Lela telah menata kembali hidupnya. Ia menjalankan pesan
terakhir ibunya. Saat ini warga sekitar lebih
mengenalnya sebagai tukang urut istimewa
dari kampung Mampang. Istimewa karena ia
juga bisa memberikan jasa perawatan muka,
rambut dan badan secara khusus di rumah
pelanggan. Dengan bermodalkan handphone
second yang ia beli di stasiun Depok baru,
Mpok Lela menjalankan usahanya secara
mandiri dengan spesialisasi layanan untuk
perempuan dan bayi. Karena walaupun ia
yakin mampu menjaga dirinya, tapi ia khawatir statusnya yang sendiri justru membuat
laki-laki dan masyarakat berpikir yang tidak
karuan.
Ia merasa jauh lebih berharga. Karena sambil
memberikan layanan biasanya ibu-ibu akan
bercerita banyak hal yang membuat pengetahuannya semakin luas. Penghasilannya bertambah, orang yang dikenalnya bertambah,
dan yang terpenting rasa percaya dirinya telah
bangkit. Ia dapat membayar uang sekolah
Umar tepat pada waktunya, membawa anaknya ke puskesmas ketika sakit dan membelikan baju baru untuk 3 anaknya walaupun
hanya ketika menjelang hari raya.
20 Naskah Skenario
Babak IV
MALAM HARI, DI RUANG TAMU SEDERHANA. MPOK
LELA TENGAH MENUNGGUI UMAR DAN IDA MEMBUAT PR, SAMBIL BERSENANDUNG MENIDURKAN
ABI, ANAKNYA YANG TERKECIL.
Mpok Lela : (BERNYANYI DENGAN IRINGAN MUSIK)
Sebening embun pagi… sinar matamu… bila ku
pandang wajahmu ku sayang padamu…Seindah
mutiara.. seputih salju… bila ku pandang
wajahmu… permata hatiku… setiap malam tiba..
kau.. dalam pelukanku ku belai.. ku sayang dengan
penuh manja… setiap malam tiba… sedang
nyenyaklah.. tidurmu… kupandang wajahmu…
permata hatiku… mmm mmm… mmm…. mmm..
mmm…
Umar
: Eh iya bu, hampir Umar lupa.. Tadi Ustad
Basri bilang kita dapat bagian jatah santunan
dari musholla. Katanya bisa diambil setelah
bedug Isya.. sekalian Pak Ustad juga titip salam buat Ibu. Tapi Umar udah jawab, seperti
yang Ibu pesen ke kita... bahwa
Alhamdulillah keluarga kita dikasih rizki
yang cukup, jadi lebih baik santunannya
diberikan ke orang yang lebih perlu… Betul
kan bu..?
Mpok Lela : Bagus kalau Umar udah jawab begitu. Soalnya emang udah semestinya santunan di kasih ke orang yang membutuhkan. Kebanyak
Teater Perempuan
21
orang emang gitu Mar, nganggep kita nggak
mampu, apalagi seperti ibu yang nggak punya suami. Emang sih maksudnya baek, cuma
caranya keliru… Tapi udahlah.. pelan-pelan
nanti orang-orang juga paham, kalau kita
bukan termasuk orang yang suka minta belas
kasihan…
Umar
: Iya bu, Umar juga ngerasa gitu. Apalagi sekarang Umar udah gede.. Udah bisa ngerti
gimana orang nilai keluarga kita. Yang bikin
Umar sedih bu, Pak Ustad juga bilang begini.. Mar, Umar mau nggak jadi anak Pak
Ustad..? Enak Mar… tiap malam bisa diajarin
ngaji.. lebih lama..
Mpok Lela : Terus Umar jawab apa..? Emang sih.. dia juga
udah berapa kali ngomong ke Encang lu,
katanya mau ngambil ibu untuk jadi istri keempatnya… tapi ibu nggak mau. Encang lu
marah, katanya Ibu bego..! Mau dijadiin istri
orang kaya kok nggak mau… Tapi untuk sekarang.. Ibu emang belom kepikir nikah
lagi… Ibu pengen ngurusin dan memberikan
kasih sayang buat 3 anak ibu biar bisa jadi
orang yang bijaksana.
Umar
: Umar sih udah tahu bu…Pak Ustad emang
sering titip salam buat Ibu. Cuma Umar nggak
mau nyampein.. soalnya Umar nggak mau
jadi anaknya… Lagian Pak Ustad anaknya
udah banyak, Umar itung-itung semua ada
19..! kalau tambah Umar, Ida dan Abi.. jadi
deh 2 kesebelasan sepak bola… he.. he.. he…
Pak RT jadi nggak perlu repot-repot cari pemain buat ngadu bola setiap tujuh belasan…!
Mpok Lela : Betul juga Mar… lu bisa aja… Udahlah kita
nggak usah ngomingin orang! Yang penting
sekarang keluarga kita bahagia, dan kita
nggak kekurangan apapun.. walaupun semuanya serba sederhana… Ibu akan berusa22 Naskah Skenario
ha Mar, mengasihi kalian bertiga hingga akhir
hayat. Hidup kita indah banget kan
Mar…! sini Ida, .. Umar…peluk Ibu…!!!!
UMAR DAN IDA BERLARI KEPELUKAN IBUNYA YANG
TENGAH MENGGENDONG ADIK BUNGSU MEREKA.
Umar, Ida, : Berpelukan… ha.. ha.. ha… ha..!
IBU DAN TIGA ANAKNYA INI TERTAWA BAHAGIA
CERITA BERAKHIR DENGAN DISENANDUNGKANNYA
LAGU BUNDA OLEH UMAR DAN IDA
Ku buka album biru
Penuh debu dan tlah usang
Kupandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda
Pikirku pun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang tentang riwayatku
Kata mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka diriku slalu ditimang
Nada-nada yang indah slalu terurang darinya
Tangisan nakal dari bibirku takkan jadi deritanya
Tangan halus dan suci tlah menentramkan hati ini
Jiwa raga dan seluruh hidup telah dia berikan
Kata mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka diriku slalu ditimang
Oh bunda ada dan tiada dirimu kan slalu ada di dalam hatiku
Selesai
Teater Perempuan
23
BIODATA RATNA FITRIANI (PIPIT)
Menyelesaikan studi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Pipit aktif dalam berbagai organisasi gerakan
perempuan dan terakhir sejak 2005 mengabdikan dirinya
pada Komnas Perempuan sebagai Koordinator Divisi Dokumentasi dan Informasi (2005-2006) serta Koordinator Divisi Partisipasi Publik (2007-sekarang). Sebelumnya, sejak
1999-2004, ia aktif dalam berbagai program dan kegiatan di
bawah organisasi Solidaritas Perempuan bekerja sama dengan
berbagai lembaga donor dan organisasi internasional seperti
UNDP, APWLD dan The Asia Foundation.
Tinggal di Perumahan Puri Depok Mas Blok H No.32 RT01/
RW20, Pancoran Mas, Depok, Pipit yang dilahirkan pada
tanggal 16 Oktober 1974 memang memiliki ketrampilan di
bidang penulisan. Di antara tulisannya adalah:
· Mpok Lela, 1st winner Women Script Theater Competition,
World Bank-PEKKA, Jakarta, August 2006.
· Pundi Perempuan, Buka Mata Buka Hati. Herworld, 158
Edition-2005.
· Domestic Violence Break The Silence, Herworld-December
2005.
· Pentingnya Keterwakilan Perempuan di Badan Perwakilan
Desa, A.P. Murniati & Ratna Fitriani, Solidaritas Perempuan-The Asia Foundation-2004.
Kekayaan dari tulisannya didukung oleh pengalaman dalam berbagai workshop dan pelatihan di antaranya:
· Script Writing Workshop, TV-Lab, Jakarta-March 2007.
· Women’s Leadership Seminar, The National Women’s Education Centre, Tokyo 31 January-11 February 2007.
· Narrative Journalism Course, Yayasan Pantau, JakartaJanuary 2007.
· Capacity Building for Public Campaign Workshop, Komnas
HAM-AusAID, GRM, LDF and Ogilvy, Jakarta-December 2006.
24 Naskah Skenario
Teater Perempuan
25
26 Naskah Skenario
,
h
a
r
umi
T
g
n
o
t
o
P
“Tum, potongan upah itu punyamu!
Kamu harus memintanya! Kamu harus!!
Paling tidak kamu harus berani menanyakannya
pada Mandor Rohmat!!”
!
h
a
p
U rah,
i
r
!
m
u
h
T
a
p
U
g
g
n
o
t
,
Po
h
a
r
i
m
u
T
g
n
o
t
o
P
!
h
a
p
U
JONED SURYATMOKO
Panduan Pementasan
Mandor Rohmat ditampilkan sebagai figur antagonis
yang membayar uang buruh dan memotong upah dengan
seenaknya dan menimbulkan resah buat para buruh di sana.
Isu ini sebenarnya bisa dipindah pada beberapa persoalan
sosial di desa antara kelompok yang mengupah dan kelompok yang diupah, kelompok yang tak menghargai hak-hak
di kalangan buruh perempuan terhadap pabrik, tuan tanah
atau pun pemodal.
Kisah yang terkesan cepat dan dinamis dengan setting tempat pembayaran antara Mandor Rohmat dan kepada semua buruhnya – yang didominasi perempuan sehingga cocok untuk diperankan di kalangan ibu-ibu.
Tumirah adalah simbol di antara para buruh perempuan yang kerap tak mendapatkan haknya. Dalam cerita
ini, perjuangan lewat demonstrasi adalah salah satu pilihan
partisipasi politik yang bisa dia lakukan karena mendapatkan dukungan dari kawan pekerja yang lain.
Naskah ini juga dapat memancing partisipasi aktif
buat para pemain yang juga ikut di dalam sebuah sistem
kerja di dalam sebuah perusahaan atau pabrik sehingga
dapat mengetahui beberapa cara dan bentuk perjuangan dalam kehidupan sosial mereka.
Buat penonton, bahkan pemain, Tumirah memperlihatkan tentang perjuangan dari kelompok lemah pun bisa
dilakukan asalkan dengan kehendak kelompok dan kehendak bersama.
28 Naskah Skenario
Selain itu, tiap orang berhak berpendapat bila dia
didapati dalam situasi tertekan, tekanan yang terjadi pada
kelompok rakyat kecil termasuk kelompok perempuan akan
mampu menghasilkan perubahan kebijakan bahkan pada
seorang mandor dan pemilik pabrik sekali pun.
Naskah yang didominasi dialog ini punya hal yang
positif yaitu tidak terkesan menggurui karena semua ditempatkan dalam dialog yang cair dan luwes. Buat aktor,
ungkapan dari para tokoh tidak panjang-panjang sehingga
kesulitan penghapalan bisa dihindarkan. Hanya, dialog
antar tokoh yang saling merespon ini sangat membutuhkan kekompakan.
Naskah Tumirah juga sangat nyata dalam kehidupan
sehingga tidak membutuhkan pakaian yang aneh-aneh dan
bermacam-macam. Karena sosok mandor, sosok perempuan pekerja pabrik sangat aneh dan dekat dengan kehidupan
sehari-hari.
Di dalam pementasan ini, si sutradara atau aktor juga
tidak sulit mendapatkan alat perlengkapan panggung seperti alat-alat kerja buruh. Sekali pun begitu, tetap perlu
didiskusikan untuk menambah atau mengurangi alat dalam situasi yang memungkinkan.
Ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan dalam
pementasan untuk Tumirah Potong Upah:
1. Semua pemain, kecuali Mandor Rohmat muncul dengan
menyanyikan sebuah lagu gembira sambil berjoget.
Lagunya bisa berupa lagu tradisi maupun lagu populer
yang dikenal di kalangan masyarakat setempat. Selain
itu, sebagai pemain yang membawa peralatan buruh
tani seperti sabit atau cangkul bisa memakainya sebagai
alat musik pukul sambil ikut berjoget. Peralatan pertunjukan bisa disesuaikan dengan tempat dan kondisi
di mana pertunjuk dilaksanakan.
2. Penonton yang tidak membawa alat bisa bertepuk tangan untuk memunculkan suasana ramai dan riang.
Sesekali pemain yang bertepuk tangan ini menyalami
penonton yang duduk menonton dengan mereka.
3. Setelah beberapa saat, pada akhir lagu pembukaan, semua pemain membeku – diam tak bergerak dalam pose
Teater Perempuan
29
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
masing-masing bekerja. Termasuk Tumirah yang mengambil pose agak kelelahan. Akting membeku semacam
ini diminta di dalam naskah bisa juga dibaca sebagai
simbol tentang posisi buruh sekaligus kepatuhannya.
Selain akting Mandor Rohmat yang dominan, akting
beku dari tiap pemain setiap berdialog dengan Mandor
Rohmat dan kembali bergerak pada momen tertentu
terutama ketika uang dibagikan oleh si mandor, dapat
menimbulkan efek jenaka buat penonton.
Adegan ini memungkinkan juga latar imajiner karena
di dalam beberapa adegan, Tumirah yang mengikuti
Marni, juga Warsini dan Asih berjalan berlenggok sambil
bernyanyi lagu gembira diiringi musik bertalu-talu berjalan dan bercanda sambil mengelilingi panggung dan
akhirnya di akhir lagu, Tumirah kembali nampak bersedih dan berkisah tentang masalahnya. Pemain dan
pemusik dapat saling berkomunikasi dalam adeganadegan tertentu , untuk menghasilkan suasana pertunjukan yang akrab.
Lakon ini bisa dipentaskan di manapun, bisa di pelataran, di tenda-tenda darurat, di pendapa rumah, juga di
panggung.
Suasana lebih tegang pada akhir pementasan dimana
semua pemain berteriak-teriak untuk menuntut upah
buruh yang dipotong kepada Mandor Rohmat. Peralatan buruh tani dibawa serta dan mereka membunyikannya, sambil menyanyikan lagu yang memberi semangat. Mereka berjoget menutup pentas.
Beberapa pemain dapat menarik penonton ke panggung
untuk ikut menyanyi dan berjoget.
Penonton dapat ikut berpartisipasi dalam pertunjukan,
bersorak atau berkomentar atas kejadian di atas panggung.
Alat musik yang dipakai dalam lakon ini merupakan
alat musik yang mudah dimainkan dan sesuai dengan
konteks di mana lakon ini digelar. Bisa menggunakan
berbagai peralatan yang biasa dipakai oleh kaum buruh
perempuan di pabrik.
30 Naskah Skenario
11. Lagu-lagu dapat menggunakan khasanah lokal agar lebih akrab di telinga penonton.
12. Tata cahaya bisa menggunakan lampu listrik, obor maupun lampu petromaks, sesuai kebutuhan dan keadaan.
13. Kostum dalam pertunjukan ini adalah pakaian seharihari yang biasa dipakai oleh masyarakat setempat.
Teater Perempuan
31
Sinopsis
Tumirah,
Potong Upah!
Tumirah, seorang buruh tani, tidak pernah mengeluh
setiap kali Mandor Rohmat memotong upahnya.
Hal itu dianggapnya sebagai akibat yang harus
ditanggung kalau ia tidak ke sawah karena sedang datang
bulan. Masalahnya, Tumirah, anak sulung yang harus
menghidupi ibunya (Mak Podang) yang sudah lumpuh
kaki kanannya dan dua adiknya itu (Juminah dan
Rukminah), sudah pernah memaksakan diri seperti itu
tapi malah pingsan saat bekerja.
Warsini, salah seorang teman Tumirah mengajak Tumirah
untuk menanyakan potongan itu pada Mandor Rohmat.
Tapi gadis ini menolak mengingat kerasnya hati Mandor
Rohmat. Perempuan lainnya, meskipun menerima upah
lebih banyak dari Tumirah namun tetap saja kalah banyak
dengan upah para pekerja lelaki.
Masalah semakin parah! Mandor Rohmat malah meminta
Tumirah jadi istri keduanya. Tumirah menjadi paham.
Apa yang dikatakan Warsini benar, paling tidak ia harus
berani menanyakan kenapa upahnya dipotong. Hal ini
akan membuat Mandor Rohmat tidak meremehkan
mereka. Dan yang mereka butuhkan hanya teman. Karena
dua orang lebih baik dari satu. Semua orang, akan jauh
lebih baik untuk memperjuangkan dan mendapatkan
keadilan!
Yogya, Juli 2006
Joned Suryatmoko
32 Naskah Skenario
Pemain
TUMIRAH:
perempuan umur 21 tahun, buruh tani,
anak sulung Mak Podang
ASIH:
perempuan umur 30-an tahun, buruh tani
WARSINI:
perempuan umur 30-an tahun, buruh tani
MARNI:
perempuan umur 40-an tahun, buruh tani
MANDOR ROHMAT:
mandor para buruh tani,
JUMINAH:
adik Tumirah, anak kedua Mak Podang,
18 tahun, masih sekolah
RUKMINAH:
adik Tumirah, anak bungsu Mak Podang,
16 tahun, masih sekolah
MAK PODANG:
ibu Tumirah, belum terlalu tua,
hampir 50-an, lumpuh kaki kanannya
SOLEH:
buruk tani, laki-laki 50 tahun
CORENG:
buruh tani, laki-laki 30 tahun
PEKERJA PEREMPUAN yang lain
PEKERJA LAKI-LAKI yang lain
Total Pemain: 12 orang
Teater Perempuan
33
Pembukaan
SEMUA PEMAIN, KECUALI MANDOR ROHMAT, MUNCUL DENGAN MENYANYIKAN SEBUAH LAGU GEMBIRA SAMBIL BERJOGET. SEBAGIAN PEMAIN MEMBAWA PERALATAN BURUH TANI SEPERTI SABIT DAN
CANGKUL. (Catatan: alat-alat ini bisa dijadikan alat musik
pukul mengiringi lagu sambil berjodet). SEMENTARA SEBAGIAN PEMAIN YANG TIDAK MEMBAWA ALAT MEMAINKAN TEPUK TANGAN HINGGA MENJADI IRAMA
YANG RAMAI DAN RIANG. SESEKALI PEMAIN YANG
BERTEPUK TANGAN INI MENYALAMI PENONTON
YANG DUDUK MENONTON MEREKA.
SETELAH BEBERAPA SAAT, DI AKHIR LAGU PEMBUKAAN INI, SEMUA PEMAIN BEKU. DIAM TIDAK
BERGERAK DALAM POSE MASING-MASING BEKERJA.
TERMASUK TUMIRAH, MENGAMBIL POSE AGAK KELELAHAN.
MANDOR ROHMAT MUNCUL DENGAN BERSIUL-SIUL,
MENGIPAS-NGIPASKAN LEMBARAN UANG YANG
MENJADI UPAH PARA BURUH TANI. DI LIHATNYA SEKELILING, LALU
Mandor
Rohmat
Semua
: (LANTANG)
Kalian pasti senang! Kalian tahu hari apa ini?
: (SAMBIL BERGANTI POSE, LALU BEKU
KEMBALI)
Hari Sabtu!
34 Naskah Skenario
Mandor
Rohmat
Semua
Mandor
Rohmat
Semua
Mandor
Rohmat
: (TERTAWA)
Ha…. ha…. jadi kalian tahu ini hari apa.
Kalian juga tahu maksudnya?
: (SAMBIL BERGANTI POSE, LALU BEKU
KEMBALI)
Tahu!!
: Apa maksudnya?
: (SAMBIL BERGANTI POSE, LALU BEKU
KEMBALI)
Hari ini hari bayaran!!!!
: (TERTAWA)
Ha, hahah….. Aku sudah menduga, kalian
tidak akan melupakan hari bayaran! Baik!
Baiklah! Ini upah kalian minggu ini!!
MANDOR ROHMAT MENGHITUNG UANG KEMBALI
DENGAN CEPAT. SESEKALI JARINYA DIJILATKAN DI
LIDAH SUPAYA BISA LEBIH LANCAR MENGHITUNG
UANG. LALU IA BERSIAP MEMANGGIL SATU PERSATU!!
Mandor
Rohmat
Soleh
Mandor
Rohmat
: Soleh!! Upah penuh!!
: (MENCAIR, DENGAN TERTAWA MENGAMBIL UPAH DARI TANGAN MANDOR
ROHMAT)
Saya!! Hehehe!!!!
(LALU BEKU LAGI DENGAN WAJAH GEMBIRA)
: Coreng! Upah penuh!!!
Teater Perempuan
35
Coreng
Mandor
Rohmat
Warsini
: (MENCAIR, DENGAN TERTAWA MENGAMBIL UPAH DARI TANGAN MANDOR
ROHMAT)
Saya!! Hehehe!!!!
(LALU BEKU LAGI DENGAN WAJAH GEMBIRA)
: Warsini!!!! Upah penuh!!!
: (MENCAIR, DENGAN TERTAWA MENGAMBIL UPAH DARI TANGAN MANDOR
ROHMAT)
Saya!! Hehehe!!!!
TAPI BEGITU DILIHATNYA UPAH YANG DITERIMANYA, IA TIDAK JADI BEKU!! IA MEMBALIK KE ARAH
DENGAN MUKA TIDAK PUAS.
Warsini
Mandor
Rohmat
: Mandor! Katanya upah saya penuh! Kok selalu tidak sama dengan upah yang diterima
Pak Soleh dan Coreng? Upah yang kemarin
juga begini! Bagaimana….
: (MEMBENTAK, MARAH)
Hueh!! Diam!!
WARSINI LANGSUNG BEKU LAGI DALAM POSE YANG
KETAKUTAN! KALIMATNYA TERPOTONG!
Mandor
Rohmat
: Kalau tidak mau ya jangan diterima! Kamu
itu perempuan kerjanya lebih ringan dari lakilaki! Jadi jangan cerewet kalau jumlahnya lebih sedikit!!!
WARSINI TETAP BEKU. HANYA KEPALANYA SAJA
YANG MENGANGGUK-ANGGUK SEPERTI MAINAN
ANAK-ANAK!! MANDOR ROHMAT KELIHATAN MEREDA KEMARAHANYA. IA MENERUSKAN MEMBAGIKAN UPAH!
36 Naskah Skenario
Mandor
Rohmat
: Berikutnya! Tumirah, Potong upah!!
Semua
: Lagi? Upah Tumirah dipotong lagi?
TUMIRAH JATUH TERDUDUK. PEMAIN LAIN, KECUALI MANDOR ROHMAT, BERLARIAN MENGELILINGI
MANDOR ROHMAT DAN TUMIRAH BEBERAPA KALI
SAMBIL MEMBUAT BUNYI-BUNYIAN DARI PERALATAN BURUH TANI YANG DIBAWA SEPERTI TANDA BAHAYA. LALU MEREKA KELUAR. HANYA TINGGAL
TUMIRAH DAN MANDOR ROHMAT. LENGANG!
Teater Perempuan
37
Bagian 1
MANDOR ROHMAT BERDIRI TEGAK. TUMIRAH MASIH TERDUDUK DI TANAH. SELAMA MANDOR
ROHMAT BICARA TUMIRAH PELAN-PELAN BERDIRI
SAMBIL TERUS MENUNDUK.
Mandor
Rohmat
Tumirah
Mandor
Rohmat
: Tum, ini untuk kesekian kalinya upahmu terpotong karena kamu tidak bekerja dua hari
minggu ini. Kamu paham alasannya kan?
Aku sebenarnya juga tidak mau memotong
upahmu, tapi kalo kamu tidak masuk, aku
tidak bisa berbuat apa-apa!! Tum, kamu dengar kata-kataku?
: Saya dengar Mandor!! Saya tidak bisa masuk
karena saya lagi dapat!
: Dapat? Maksudmu datang bulan?
TUMIRAH MENGANGGUK.
Mandor
Rohmat
Tumirah
: Yang bekerja di sini dan datang bulan tidak
hanya kamu, Tum! Banyak buruh perempuan lain? Tapi kenapa kamu sendiri yang selalu tidak masuk kalau datang bulan?
: Saya tidak kuat, Mandor! Saya sudah pernah
mencoba bekerja tapi malah pingsan! Jadi
saya bolos saja!!
38 Naskah Skenario
Mandor
Rohmat
: (MENGHELA NAFAS PANJANG)
Tum, masih untung kamu tidak aku pecat!!
Aku tahu kamu itu kerja buat Mak dan dua
adikmu! Aku tahu! Meskipun sebenarnya
alasanku bukan itu.
MANDOR ROHMAT MELIHAT SEKELILING, MENCARI
AMAN. LALU,
Mandor
Rohmat
: (AGAK GENIT)
Tum, kamu itu masih muda! Masih cantik!!!
Aku tidak memecatmu karena….
TIBA-TIBA ASIH, WARSINI DAN MARNI MUNCUL. MEREKA TIDAK TAHU KALAU MANDOR ROHMAT ADA
DI DEPAN MEREKA. DENGAN BEGITU WARSINI NAMPAK BERAPI-API MENGUMPATI MANDOR ROHMAT.
Warsini
: Kalau minggu depan si Mandor itu tetap potong upah buruh perempuan, pasti aku bakalan potong juga dia.
Asih
: Potong apanya?
Warsini
: Ya, pokoknya tak potong!!
MARNI YANG TIDAK IKUT PEMBICARAN ITU MELIHAT MANDOR ROHMAT. DIA MEMBERI ISYARAT PADA
WARSINI. TAPI TERLAMBAT, MANDOR ROHMAT SUDAH MENDENGAR. WARSINI NAMPAK KETAKUTAN.
Mandor
Rohmat
Warsini
: Siapa yang mau kamu potong?
: (GUGUP..)
Eh…. itu rumput di sekitar parit itu kalau
tidak dipotong bisa mengganggu!
MANDOR ROHMAT MASIH MELOTOT!! WARSINI TAMBAH KETAKUTAN. MARNI SEGARA MENGALIHKAN
PERHATIAN. MEMANGGIL TUMIRAH.
Teater Perempuan
39
Marni
: Eh. .. Tum, kamu di sini! Ayo, pulang! Sudah
sore!!!
TUMIRAH BERSIAP PERGI. TERLEBIH DULU DILIHATNYA MANDOR ROHMAT, LALU IA MENDEKAT PADA
MARNI. MANDOR ROHMAT YANG MASIH SEBAL KELUAR PANGGUNG DENGAN JENGKEL. WARSINI
LANGSUNG MENGUMPAT LAGI,
Warsini
: Kalau tidak ingat aku punya anak, sudah aku
sikat Mandor itu!!
Asih
: Sudah, kamu itu kok masih saja mengumpat.
Marni
: Jangan cari masalah! Kita pulang saja! Ayo
Tum!!
TUMIRAH MENGIKUTI MARNI. JUGA WARSINI DAN
ASIH. MUSIK BERTALU-TALU LAGI, MEREKA MELENGGAK-LENGGOK SAMBIL BERNYANYI LAGU GEMBIRA
SAMBIL BERJALAN DAN BERCANDA MENGELILING
PANGGUNG!!
DI AKHIR LAGU TUMIRAH NAMPAK SEDIH.
40 Naskah Skenario
Bagian 2
SETELAH LAGU SELESAI,
Marni
: Sudah ya Tum! Kami pulang dulu! Kamu
istirahat! Besok kita kerja lagi!
Asih
: Habis maghrib kalau mau nonton TV, datang
saja ke rumahku! Ajak adikmu!
TUMIRAH MENGANGGUK SAMBIL MENGELUARKAN
UPAH YANG BARU SAJA DITERIMANYA. MARNI, ASIH
DAN WARSINI MELIHAT ITU. MEREKA MENUNDA
KEPULANGAN DAN MENDEKATI TUMIRAH.
Marni
: Kamu harus kuat, Tum!
Asih
: Dulu aku juga tidak kuat kerja kalau lagi datang bulan, Tum! Tapi daripada upahku dipotong, lebih baik aku paksakan diri.
Tumirah
: Tapi aku sudah mencoba dan malah pingsan.
Marni
: Tumirah betul! Setiap perempuan lain-lain
kalau lagi dapat! Ada yang kuat kaya kamu
dan Warsini. Tapi ada yang tidak kuat seperti
Tumirah ini!
Warsini
: Iya! Jangan dipaksakan Tum! Aku ingat waktu
kamu pingsan, ya Tuhan, badanmu keringetan semua! Dingin semua!! Aku tahu kamu
pasti kesakitan sekali!
Teater Perempuan
41
Asih
: Tapi kalau Tumirah tidak ke sawah, upahnya
akan selalu dipotong kalau kita bayaran! Tiap
bulan pasti dia bakalan bolos dua atau tiga
hari!
Marni
: Aku tidak bisa bantu ya Tum!
Warsini
: Tum, kamu tahu kalau upah buruh seperti kita
ini kecil. Di banding buruh laki-laki, buruh
perempuan lebih kecil lagi kalau menurut hitungan Mandor Rohmat. Nah, upahmu lebih
kecil lagi karena kamu tidak ke sawah kalau
datang bulan.
Tumirah
: Upahku tidak cukup untuk Mak, Juminah dan
Rukminah. Aku ingin dua adikku itu sekolah
dulu! Kalian tahu Mak tidak bisa kerja lagi
semenjak kakinya ketabrak motor.
Warsini
: Kalau begitu kamu harus minta uang itu.
Tum, potongan upah itu punyamu! Kamu
harus memintanya. Kamu harus! Paling tidak
kamu harus berani menanyakannya pada
Mandor Rohmat!
Marni
: Kamu ini malah menyuruh Tumirah cari perkara! Kalau Mandor Rohmat marah, kamu
mau nanggung akibatnya?
Asih
: Iya, tadi saja kamu ketakutan!!
Warsini
: Aku ketakutan karena aku tidak punya teman! Kalian kalau diajak menanyakan potongan upah itu pada Mandor Rohmat malah memilih diam! Sampai kapan kita mau
begini?
Asih
: Tapi kalau kita menanyakan ini kita mungkin
bisa dipecat.
Warsini
: Kita tidak pernah tahu kalau tidak mencoba!
42 Naskah Skenario
Marni
: Lalu kalau ternyata memang kita dipecat?
Tumirah
: Sudah! Sudah! Aku ikuti saran kalian saja, aku
akan menahan sakit! Lebih baik aku ke sawah
daripada upahku dipotong! Semoga aku kuat!
SEMUA DIAM MENDENGAR KEPUTUSAN TUMIRAH.
Warsini
: Jaga-jaga kalau kamu berubah pikiran, Tum!
Katakan padaku! Aku hanya butuh teman
untuk menemui Mandor Rohmat. Dua orang
lebih kuat dari satu orang. Semua, lebih kuat
lagi!
TUMIRAH MENGANGGUK. MARNI, WARSINI DAN
ASIH KELUAR.
Teater Perempuan
43
Bagian 3
DARI ARAH YANG LAIN MAK PODANG , DAN DUA
ADIK TUMIRAH YAKNI JUMINAH DAN RUKMINAH
MUNCUL. MAK PODANG MENGGUNAKAN PENYANGGA KAKI KARENA KAKI KANANNYA TIDAK
BISA DIGERAKKAN.
Mak Podang : Kok mereka tidak mampir, Tum?
Tumirah
: Mungkin lelah, Mak!
Juminah
: Tum, wajahmu kok pucat? Perutmu masih
sakit?
Rukminah : Mungkin Tumirah kelelahan. Setelah mandi
kita makan sama-sama Tum!
TUMIRAH HANYA DIAM SAJA. IBU DAN KEDUA
ADIKNYA SALING PANDANG.
Mak Podang : Kenapa Tum?
Tumirah
: Upahku dipotong lagi Mak! Karena minggu
ini aku dua hari tidak masuk. Aku tidak yakin apa uang ini cukup buat makan minggu
depan.
TUMIRAH MENYERAHKAN UANG PADA MAK
PODANG.
44 Naskah Skenario
Rukminah : Biar lain kali aku yang gantikan kamu ke
sawah kalau kamu datang bulan, Tum!
Juminah
: Aku juga bisa, Tum!
Tumirah
: Kalian sekolah saja! Jangan sampai putus!
Bulan depan aku sudah putuskan untuk tetap
ke sawah.
Mak Podang : Tapi kamu pernah pingsan kesakitan, Tum!
Tumirah
: Mau bagaimana lagi, Mak!
Mak Podang : Tum, kamu ini perempuan! Kita perempuan!
Semua perempuan diberi halangan seperti ini
setiap bulan oleh Yang Memberi Hidup. Ini
sudah kodrat. Tapi bukan berarti kita harus
menyalahkan kodrat. Ya Tuhan! Tum,apa
mandormu tidak pernah mengenal perempuan? Apa dia tidak punya istri? Apa dia tidak
punya ibu? Tidakkah dia punya anak perempuan? Kenapa dia tidak bisa memahami halangan itu?
Tumirah
: Sudah Mak! Doakan saja aku kuat!!
Juminah
: Nanti aku rebuskan jamu, Tum! Supaya kamu
kuat!
Rukminah : Aku yang petik di kebun! Kamu harus tambah kuat Tum!!
TIBA-TIBA,
Mandor
Rohmat
: Tumirah tidak akan dipotong lagi upahnya!
MAK PODANG, JUMINAH DAN RUKMINAH KELUAR.
Teater Perempuan
45
Bagian 4
MANDOR ROHMAT SUDAH ADA DI DEKAT TUMIRAH.
Mandor
Rohmat
Tumirah
Mandor
Rohmat
Tumirah
: Aku cari kamu kemana-mana! Ternyata kamu
sudah di rumah.
: Ada perlu apa, Mandor?
: Aku tadi belum selesai bicara. Lalu teman-temanmu datang dan kamu pergi!
: Apa yang mau Mandor bicarakan?
MANDOR ROHMAT DIAM SEBENTAR. DIA CELINGUKAN CARI AMAN. LALU
Mandor
Rohmat
Tumirah
Mandor
Rohmat
: (SEDIKIT GENIT)
Aku mau minta maaf Tum! Kamu tahu aku
tidak mau memotong upahmu sebenarnya!
Tapi itu sudah peraturan!
: Saya mengerti kalau itu peraturan! Yang saya
tidak mengerti adalah kenapa kami semua
harus mematuhi peraturan yang tidak pernah
menguntungkan kami?
: Apa maksudmu, Tum? Kamu jangan mencari
gara-gara!
46 Naskah Skenario
Tumirah
Mandor
Rohmat
: Saya tidak mencari gara-gara Mandor! Itu sebabnya saya memilih menahan sakit dan tetap
ke sawah kalau nanti datang bulan berikutnya!
: Maksudku juga tidak begitu! (DIAM SEJENAK, MEMANDANG SEKELILING SEKALI LAGI. LALU MENCOBA MERAYU) Begini Tum, kedatanganku ke sini untuk menolongmu.
Tumirah
: Menolong apa?
Mandor
Rohmat
: Kamu tidak harus kerja lagi kalau….
TIBA-TIBA
Rukminah : Tum, jamunya sudah aku siapkan! Nanti
kamu minum ya?
MANDOR ROHMAT NAMPAK SEBAL KARENA PEMBICARAANNYA TERPOTONG. TAPI RUKMINAH YANG
LUGU TIDAK PAHAM KALAU MANDOR ROHMAT SEDANG GUSAR. RUKMINAH MALAH MENDEKAT.
Rukminah : O…Mandor, belum pulang! Saya kira
Tumirah sendirian.
MANDOR ROHMAT DIAM.
Rukminah : Maaf, saya tidak tahu Mandor!!
MANDOR ROHMAT TETAP DIAM, TAPI TERLIHAT
SEMAKIN SEBAL!!!
Rukminah : Maaf…
Mandor
Rohmat
: Sudah! Sudah! (PADA TUMIRAH) Begini saja
Tum! Aku tidak mau muter-muter lagi! Setiap kali mau omong selalu kepotong! Maksud
kedatanganku adalah….
Teater Perempuan
47
Rukminah : Saya permisi ke belakang Mandor!
Mandor
Rohmat
: (BERTERIAK)
Iya!!!!! Anak kecil! Ini pembicaraan penting!!
RUKMINAH KAGET, KELUAR. MANDOR ROHMAT
LANGSUNG BERBALIK KE TUMIRAH.
Mandor
Rohmat
Tumirah
Mandor
Rohmat
: Tum, aku mau kamu jadi istriku!
: (TERKEJUT)
Tapi Mandor sudah beristri.
: Baru satu! Kamu yang kedua! Kamu tidak
usah kerja, Tum! Aku akan cukupi semua
kebutuhanmu!!
Tumirah
: Saya tidak bisa
Mandor
Rohmat
: Kenapa?
Tumirah
Mandor
Rohmat
Tumirah
Mandor
Rohmat
Tumirah
: Saya tahu saya punya kesulitan karena upah
saya yang terus-terusan kepotong! Saya tidak
tahu bagaimana caranya agar upah saya tidak
lagi kepotong! Tapi saya tahu, saya akan dapat kesulitan baru kalau saya jadi istri kedua.
: Kamu takut dengan istriku?
: Jadi biarlah saya mencoba tetap ke sawah
kalau bulan depan dapat halangan.
: Kamu takut dengan istriku, Tum?
: Mungkin saya akan pingsan lagi! Tapi saya
tidak akan pernah tahu kalau tidak mencoba.
48 Naskah Skenario
Mandor
Rohmat
: (LEBIH TANDAS LAGI)
Tum, kamu takut dengan istriku?
TUMIRAH DIAM, MENGINGAT KATA-KATANYA SENDIRI. MANDOR ROHMAT NAMPAK SEMAKIN PENASARAN.
Mandor
Rohmat
Tumirah
: Kamu takut dengan istriku?
: (DIAM SEJENAK, LALU DENGAN SANGAT TEGAS)
Saya hanya takut kalau adik-adik saya tidak
bisa melanjutkan sekolah!
SUARA PERALATAN BURUH TANI TERDENGAR LAGI!
DIPUKUL MENGHENTAK! TUMIRAH KELUAR!
Mandor
Rohmat
: (BERTERIAK)
Tumirah, tak tahu diuntung! Upahmu akan
selalu kepotong!!
TUMIRAH TIDAK PEDULI. MUSIK MENGHENTAK
LAGI!! MANDOR ROHMAT KELUAR.
Teater Perempuan
49
Penutup
WARSINI KELUAR DENGAN SETENGAH BERLARI MENARIK TANGAN TUMIRAH.
Warsini
: Benar, kamu yakin mau melakukan ini?
Tumirah
: Paling tidak kita harus menanyakan pada
Mandor Rohmat. Kita tidak akan pernah tahu
kalau kita tidak mencobanya!
Warsini
: (TERTAWA SENANG)
Sekarang aku punya teman!
Tumirah
: Kita ajak yang lainnya!!!
LALU TUMIRAH DAN WARSINI MENDEKAT PADA PENONTON.
Tumirah
dan Warsini : Ayo , semua! Kita tanyakan pada Mandor
Rohmat, kenapa upah kita dipotong! Ayo!
Ayo!!!!
LALU SEMUA PEMAIN TERMASUK MANDOR ROHMAT
MUNCUL SAMBIL BERTERIAK-TERIAK.
Semua
: (SERENTAK, BERSAUTAN)
Ayo!! AYO!!!!! Ayo!!!
PERALATAN BURUH TANI DIBAWA SERTA DAN MEREKA MEMBUNYIKANNYA, SAMBIL MEMBERI LAGU
50 Naskah Skenario
YANG MEMBERI SEMANGAT!! MEREKA BERJOGET
MENUTUP PENTAS. BEBERAPA PEMAIN MENARIK PENONTON KE PANGGUNG UNTUK IKUT MENYANYI
DAN BERJOGET!
Selesai
Untuk semua semangat
& kasih sayang
yang telah perempuan berikan
Teater Perempuan
51
BIODATA JONED SURYATMOKO
Tahun 2003 ia menyutradarai pementasan Kebelet Kawin
Lagi?, Produksi Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) di
Yogyakarta sebagai kampanye anti-poligami. Di tahun yang
sama ia juga menjadi Freelance Consultant untuk pengembangan seni pertunjukan (Youth Program) GTZ Promis NT di
Nusa Tenggara Barat.
Februari 2004 ia dikirim British Council Indonesia mengikuti
Performing Arts Management Seminar di London, United
Kingdom.
Oktober 2004 s. d Januari 2005 ia mendapatkan beasiswa
atas dana Ford Foundation lewat program International Residency (Yayasan KELOLA & Asialink Centre) untuk menekuni
teater pengembangan masyarakat (community development)
dan lintas bidang (cross-arts) di Melbourne dan Sydney. Di
sana ia bergabung dengan The Torch Project dan melakukan
pendampingan remaja dan perempuan, baik Aborigin maupun imigran.
Dilahirkan di Solo, 21 Maret 1976. Lulusan Ilmu Hubungan
Internasional UGM (2000) ini lalu menjadi Manager Produksi Artistik Teater Gardanalla Yogyakarta (sutradara &
penulis naskah). Semenjak kuliah aktif di pendampingan
teater rakyat (popular theatre) di berbagai kawasan di Yogya
dan menjadi Koordinator Umum untuk Institut Teater Rakyat
Yogyakarta (ITRY/ 1996 s. d 1999)
Ia menulis buku Ayahku Stroke tapi Nggak Mati, Tiga Naskah
Drama Remaja Teater Gardanalla (2003-2005) (Galang Press,
2005). Ia juga baru saja memenangi lomba penulisan naskah drama Dewan Kesenian Jawa Timur.
52 Naskah Skenario
Download