formulasi kosmetik untuk mendapatkan efek yang

advertisement
FORMULASI KOSMETIK
UNTUK MENDAPATKAN EFEK
YANG MAKSIMAL
PHARM.DR.JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD
Seminar Perkembangan Mutakhir di bidang
Ilmu dan Teknologi Kosmetika
PT Dwipar Loka Ayu dan PT Dwi Pardi
Hotel Menara Peninsula, Jakarta 14-15 Maret
2005
LATAR BELAKANG



SEDIAAN KOSMETIK AKHIR-AKHIR INI
BANYAK YANG SUDAH MENGANDUNG BAHAN
AKTIF, COSMECEUTICALS…..?
PENEMUAN BARU TERUS BERKEMBANG DAN
DIPASARKAN, BAIK YANG SUDAH
DILENGKAPI DENGAN DATA EFIKASI SECARA
IN VITRO/IN VIVO ATAUPUN BELUM
PERLU DILAKUKAN PEMASTIAN APAKAH
FORMULASI KOSMETIK YANG MENGANDUNG
BAHAN AKTIF TERSEBUT SUDAH OPTIMAL
MENYAMPAIKAN BAHAN AKTIFNYA KE DALAM
KULIT
PENYIAPAN FORMULASI SEDIAAN OBAT
SECARA KONVENSIONAL(Cairan heterogen
dan semisolid)





Karakteristik fisik bahan aktif (struktur kristalisomorfisme-polimorfisme, ukuran dan distribusi
ukuran partikel, densiti, warna-bau-rasa,
viskositas)
Karakteristik fisiko-kimia bahan aktif (kelarutan,
titik leleh, wettability, pK)
Data analitik bahan aktif(purity, data kualitatif dan
kuantitatif)
Uji compatibility
Uji kestabilan dalam komposisi optimum (fisika,
kimia, mikrobiologi, toksikologi, terapi)
LANJUTAN

Petunjuk pengerjaan formula (komposisi,
deskripsi-karakteristik kualitas dan eksipien,
instruksi teknis:mixing,pemanasan,pendinginan dan
parameter lain)



Data biofarmasi (disolusi, absorpsi (permeasi),
eliminasi, waktu paruh biologis, bioavailability,
metabolisme)
Petunjuk penyimpanan dan pengemasan
Petunjuk kesehatan dan keselamatan kerja
PENYAMPAIAN BAHAN AKTIF
KOSMETIK MELALUI KULIT



Harus mempunyai sifat fisikokimia yang memudahkan
penyerapan bahan aktif oleh stratum corneum, penetrasi
bahan aktif melalui viable epidermis, pengambilan bahan
aktif melalui mikrosirkulasi dalam dermal papillary layer
Prosesnya secara praktis adalah: 1)bahan obat berdifusi dalam
formula menuju kulit,2)kemudian berpartisi ke dalam kulit,
berdifusi melalui stratum corneum,3)berpartisi ke dalam viable
epidermis, berdifusi melalui viable epidermis,4)berpartisi ke
dalam dermis dan berdifusi melalui dermis,5)berpartisi ke
dalam lemak dan atau diredistribusi melalui kapiler darah pada
batas epidermis/dermis
Yang memegang peran dalam proses ini
adalah:partisi dan difusi
ANATOMI & STRUKTUR KULIT
•Dua Lapisan Utama
Penyusun Kulit :
1.Epidermis (Kulit Ari),
Lapisan Paling Luar
2.Dermis (Kulit Jangat,
Kutis)
•Dibawah Dermis terdapat
subkutis atau jaringan lemak
bawah kulit
MEKANISME PENYAMPAIAN

dQ/dT = Ps(Cd – Cr)
dQ/dT = laju permeasi atau jumlah penetrasi per
satuan luas dan waktu; Ps = koefisien permeabilitas
keseluruhan dari jaringan kulit terhadap bahan aktif;
Cd = konsentrasi bahan aktif dalam stratum corneum;
Cr = konsentrasi bahan aktif dalam sirkulasi sistemik

Ps = Ks/d.Dss / hs
Ks/d = koefisien partisi
Dss = koefisien difusi
hss = tebal jaringan kulit untuk penetrasi molekul

Ks/d = Cd/Cform
KESIMPULAN
1.
Untuk meningkatkan dQ/dT adalah:
Menaikkan Ps
2.
Menaikkan Ks/d

4.
Menaikkan D
Menaikkan Cd , menurunkan Cform
5.
Menaikkan (Cd – Cr)
3.
PENGARUH FORMULASI PADA
PENYAMPAIAN BAHAN AKTIF MELALUI
KULIT



Jumlah bahan aktif yang larut dalam formulasi
untuk penetrasi kulit: Semakin banyak
jumlahnya semakin banyak yang berpenetrasi
hingga tercapai konsentrasi jenuh dalam kulit
Polaritas formulasi relatif terhadap stratum
corneum: jika bahan aktif lebih larut dalam
stratum corneum dp dalam formulasi, maka
bahan aktif akan lebih banyak berada dalam
stratum corneum, ini yang diharapkan
Mengharapkan keduanya dipenuhi sekaligus
agak sulit.Gunakan konsep RPI (Relative
Polarity Index)
RELATIVE POLARITY INDEX





Suatu konsep baru untuk membandingkan polaritas
bahan aktif dengan stratum corneum dan
komponen emolient suatu formulasi kosmetik
RPI digambarkan sebagai suatu garis vertikal
dengan polaritas tinggi di bagian atas dan lipofilitas
tinggi di bagian bawah
Polaritas ditunjukkan dengan Koktanol/air
Dibutuhkan (dalam skala log10):
1. Polaritas stratum corneum diset pada 0,8
2. Polaritas bahan aktif
3. Polaritas formulasi
3 SKENARIO DAPAT DIBEDAKAN



Polaritas bahan aktif sama dengan
stratum corneum
Polaritas bahan aktif lebih kecil dari
stratum corneum
Polaritas bahan aktif lebih besar dari
stratum corneum
POLARITAS BAHAN AKTIF SAMA
DENGAN STRATUM CORNEUM



Kelarutan bahan aktif dalam formulasi dan
stratum corneum sama (log Koct/air=0,79)
Tidak ada daya dorong dari bahan aktif untuk
meninggalkan formulasi menuju kulit
Ubah polaritas formulasi sehingga daya
dorong untuk partisi bahan aktif ke dalam
stratum corneum meningkat, tapi
kelarutannya dalam formulasi turun
POLARITAS BAHAN AKTIF LEBIH
BESAR (LEBIH POLAR) DARI
STRATUM CORNEUM


hydro
Arbu 0,01
Strcorn 0,80


lipoph

Arbutin sebagai contoh(logKoct/air=0,01)
Penetrant polarity gap=polarity penetrant-polarity
stratum corneum=0,8-0,01=0,79
Polaritas formulasi dimana bahan aktif larut harus
0,79> atau 0,79< bahan aktif yaitu bisa diperoleh
>0,8(0,01+0,79) atau <–0,78(0,01-0,79)
Untuk formulasi yang lebih lipofilik dp stratcorn
maka arbutin akan lebih larut dalam stratcorneum
menghasilkan daya dorong untuk berpartisi dalam
stratum corneum
Semakin besar perbedaan polaritas antara
formulasi dan bahan aktif, semakin besar daya
dorong untuk berpartisi ke dalam stratum
corneum
POLARITAS BAHAN AKTIF LEBIH
KECIL(LEBIH LIPOFILIK) DARI
STRATUM CORNEUM


hydro

Stracorn
=0,80

Dioic acid
=5,80
lipoph

Contoh dioic acid log Koct/air=5,80
Penetrant polarity gap=polarity stratum corneum-polarity
active ingredients= 5,8-0,8=5
Polaritas formulasi dimana bahan aktif terlarut harus >5
dari bahan aktif yaitu diatas 10,8 (5,8+5)atau di bawah
0,8(5,8-5)
Untuk formulasi yang kurang lipofilik dp stratum corneum,
dioic acid harus lebih larut dalam stratum corneum dp
dalam formulasi shg akan terletak dalam stratum
corneum menghasilkan daya dorong untuk berpartisi
dalam stratum corneum
Semakin besar perbedaan polaritas antara formulasi dan
bahan aktif, semakin besar daya dorong untuk berpartisi
ke dalam stratum corneum
PENGGUNAAN RPI DALAM
PRAKTEK


Polaritas formulasi harus sejauh mungkin dari
polaritas bahan aktif untuk meningkatkan
daya dorong bahan aktif ke dalam kulit
Polaritas formulasi harus sedekat mungkin
dari polaritas polaritas bahan aktif untuk
memastikan bahwa konsentrasi tinggi akan
menjamin penetrasi kulit lebih banyak
sehingga tercapai konsentrasi jaringan yang
efektif dalam kulit
LANGKAH2 YANG DILAKUKAN





Mengoptimasikan kelarutan dengan memilih
emolient/pelarut primer (RPI±bahan aktif)
Mengoptimasikan daya dorong dengan memilih
emolient/pelarut sekunder dimana bahan aktif jauh
kurang larut didalamnya tetapi masih dapat
bercampur dengan pelarut/emolient asal)
Membuat formulasi yang penghantarannya dioptimasi
dan efikasinya diuji secara in vitro dengan
menggunakan alat sel difusi Franz
Membuat formulasi yang tidak dioptimasi
penghantarannya dan efikasinya diuji secara in vitro
dengan menggunakan alat sel difusi Franz
Menentukan kadar bahan aktif secara
spektrofotometri
Download