cover dakwa - Kementerian Agama

advertisement
Seri Publikasi Kemitraan Universitas-Masyarakat
Publikasi ini dapat diunduh dari laman Pusat Data Penelitian, Publikasi Ilmiah dan
Pengabdian Masyarakat, Kementerian Agama: http://litapdimas.kemenag.go.id/home
Buku ini dapat diperbanyak sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan pendidikan dan
non komersial lainnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan penerbit awal.
DAKWAH INKLUSIF
PENDIDIKAN MUBALIG UNTUK TATA KELOLA DEMOKRATIS
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
DIDUKUNG
SUPPORTING ISLAMIC LEADERSHIP IN INDONESIA (SILE)
DAKWAH INKLUSIF
Pendidikan Mubalig Untuk Tata Kelola Demokratis
ISBN: 978-602-7774-44-5
Penerbit:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia
Jl. Lapangan Banteng No 4 – 5, Jakarta Pusat
Email: [email protected]
Edisi 1: Oktober 2015
Edisi 2: Mei 2016
DAKWAH INKLUSIF
PENDIDIKAN MUBALIG UNTUK TATA KELOLA DEMOKRATIS
Penulis:
1. Prof. Dr. H. Samiang Katu, M.Ag.
2. Prof. Dr. H. Aswadi, M.Ag.
3. Dr. H. Usman Jasad, S.Ag., M.Pd.
4. Hasmirati, S.Ag., M.Ag.
5. Abdul Quddus Salam,M.IP.
6. M. Helmi Umam, M.Hum.
7. Dr. Sri Mastuti, S.Pd., M.Hum.
8. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin
Peninjau:
1. Dr.Hj. Noer Huda Noor, M.Ag.
2. Dr. Abdillah Mustari, M.Ag.
3. Dr. H. Darmawan, M.HI.
4. Dr.dr. Hj. Siti Nur Asiyah, M.Ag.
5. Muhsin Mahfudz, M.Th.I.
6. Dr. Mahmuddin, M.Ag.
7. Dra. St. Hj.Aisyah Kara, M.A. Ph.D
8. Drs. Arifuddin Tike, M.Sos.I.
9. Drs. Achmad Yasin, M.Ag.
10.Dra.Hj.Suqiyah Musafa’ah, M.Ag.
11.Muh. Sholihuddin, M.HI.
12.Aisyah Rahman, ST., MT.
Penyunting:
1. Dr. Sri Mastuti, S.Pd., M.Hum
2. Drs. Arifuddin Tike, M.Sos.
KATA PENGANTAR
Kementerian Agama Republik Indonesia
Alhamdulillah, dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah Swt, Buku Dakwah Inklusif
Pendidikan Mubalig Untuk Tata Kelola Demokratis berhasil diterbitkan. Buku ini merupakan
hasil kerjasama antara Kementerian Agama Republik Indonesia dan Proyek SILE/LLD.
Kami menyambut baik kehadiran buku ini sebagai panduan bagi para mubalig untuk menjadi
motivator perdamaian dan mensiarkan nilai-nilai Islam yang cinta damai, adil, menghargai
kesetaraan, dan menghormati perbedaan. Panduan ini bermanfaat bagi Perguruan Tinggi,
lembaga-lembaga dakwah, dan organisasi sosial keagamaan yang akan memberikan pelatihan
tingkat lanjutan bagi mubalig untuk memperluas kompetensi dakwah mereka.
Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi dengan keragaman budaya dan kearifan
lokal yang kaya. Di sinilah dibutuhkan upaya untuk membangun suatu gerakan penyebaran nilainilai Islam yang luhur sebagai aset untuk membangun kesadaran umat Islam untuk berperan
aktif sebagai warga negara yang baik. Hal ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengatasi
permasalahan sosial yang selama ini dihadapi di Indonesia khususnya di lingkungan umat
Islam. Sebagai motivator, mubalig diharapkan mampu mendorong umat melaksanakan ajaran
Islam yang baik dan benar, serta mengubah cara pandang umat Islam dari segi pemahaman
keagamaan.
Oleh karenanya, sekali lagi, kami menyambut baik kehadiran “Buku Dakwah Inklusif Pendidikan
Mubalig Untuk Tata Kelola Demokratis” ini.
Akhirnya, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras memberikan
kontribusi terhadap Panduan ini sehingga dapat disajikan dalam Panduan yang mudah dibaca
ini. Secara khusus, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Kanada yang
telah membantu Kementerian Agama selama ini dalam mengenalkan paradigma dan model
baru kemitraan universitas-masyarakat melalui skema proyek Supporting Islamic Leadership
in Indonesia/Local Leadership for Development bekerja sama dengan Kementerian Agama RI,
dan universitas mitra: UIN Alauddin Makassar dan UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kepada para pembaca, selamat menikmati karya ini dan memberikan masukan untuk perbaikan
untuk edisi berikutnya. Dengan niat tulus, kami luncurkan buku ini untuk masyarakat Indonesia,
semoga bermanfaat.
Jakarta, Juli 2015
Hormat kami,
Prof. Dr. H. Amsal Bakhtiar, MA
iv
DAFTAR ISI
Sambutan
Direktur DIKTIS Kementerian Agama RI Mukadimah ....................................................v
Daftar Isi.................................................................................................................................................................... vi
..............................................................................................................................................................3
Pendahuluan
Pokok Bahasan
1 : Islam dan Good Democratic Governance ................................................................11
1 - Islam dan Good Governance .................................................................................................11
Sesi
2 - Islam dan Democratic Governance. ...................................................................................24
Sesi
Pokok Bahasan
2 : Islam dan Perdamaian ...................................................................................................35
1 - Ikhtilaf dalam Islam .................................................................................................................35
Sesi
.
2 - Amar Ma’ruf Nahi Munkar.....................................................................................................41
Sesi
3 - Konsep Tasamuh dalam Islam .............................................................................................52
Sesi
4 - Konsep Islah dalam Islam ......................................................................................................59
Sesi
5 - Sikap Tabayyun dalam Menerima Informasi ...............................................................66
Sesi
Pokok Bahasan
3 : Islam dan Solidaritas Sosial .........................................................................................75
1 - Ta’awun .........................................................................................................................................75
Sesi
2 - Islam dan Kesalehan Sosial ..................................................................................................88
Sesi
3 - Fungsionalisasi Zakat, Infak, dan Sedekah ....................................................................94
Sesi
Pokok Bahasan
4 : Islam dan Lingkungan Hidup .....................................................................................107
1 - Manusia sebagai Khalifah di Bumi Allah SWT ..............................................................107
Sesi
2 - Manusia dan Lingkungan Hidup dalam Perspektif Islam.......................................113
Sesi
Pokok Bahasan
5 : Islam dan Kesetaraan Gender .....................................................................................127
1 - Kesetaraan Gender ...................................................................................................................127
Sesi
2 - Islam dan Kesetaraan Gender ..............................................................................................136
Sesi
Pokok Bahasan
6 : Rangkuman dan Refleksi ...............................................................................................155
1 - Hubungan Antara Pokok Bahasan dengan Tata Kelola Demokratis ...................155
Sesi
2 - Refleksi ..........................................................................................................................................159
Sesi
Lampiran: Metodologi Evaluasi Pembelajaran, Penerapan dan Dampak........................................ 161
.......................................................................................................................................................... 168
Daftar Pustaka
v
vi
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia1.
Menurut hasil sensus tahun 2010, jumlah penganut agama Islam di Indonesia adalah 87,18
persen dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 237.641.326 jiwa, yang mana sebagian
besar merupakan penduduk miskin2. Dalam satu dasawarsa terakhir, Indonesia dihadapkan
pada realitas tingginya konflik horisontal berbasis keagamaan. Bahkan konflik tersebut sudah
sampai mengarah pada kekerasan dan terorisme, dimana sebagian pelakunya adalah penganut
agama Islam. Kondisi ini menunjukan fenomena baru tentang terjadinya suatu paradok antara
ajaran Islam dengan realitas praksis yang terjadi di masyarakat Indonesia.
Islam memiliki mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan guna mengurangi kesenjangan
sosial melalui zakat, infaq dan sedekah. Ini merupakan salah satu aset keagamaan yang dapat
dimobilisir untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia. Lalu mengapa angka
kemiskinan dikalangan umat Islam di Indonesia masih tinggi? Di sinilah perlu dibangun
suatu gerakan untuk mengaplikasikan dan mengoptimalisasikan zakat, infaq dan sedekah
untuk mengatasi permasalahan kemiskinan. Hal ini bukan saja untuk mengatasi kesenjangan
pendapatan tetapi juga membangun solidaritas sosial dan rasa persaudaraan sesama umat.
Dengan demikian akan mengurangi terjadinya konflik antar golongan.
Islam merupakan agama yang cinta damai sehingga semestinya konflik yang diwarnai dengan
kekerasan dapat diredam dan dihindari jika nilai tasamuh (toleransi, menghargai perbedaan)
dan musawa (kesetaraan) yang diajarkan dalam Islam dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Di sinilah dibutuhkan upaya untuk membangun suatu gerakan penyebaran nilainilai Islam yang luhur sebagain aset untuk membangun kesadaran umat Islam untuk berperan
aktif sebagai warga negara yang baik. Hal ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengatasi
permasalahan sosial yang selama ini dihadapi di Indonesia khususnya di lingkungan umat
Islam.
Indonesia membutuhkan motivator sebagai solusi untuk memecahkan masalah di atas.
Motivator yang dimaksud disini adalah seorang mubalig3. Sebagai motivator, mubalig diharapkan
mampu mendorong umat melaksanakan ajaran Islam yang baik dan benar, serta mengubah
cara pandang umat Islam dari segi pemahaman keagamaan. Hal ini bisa dicapai salah satunya
dengan cara merubah pandangan keagamaan yang eksklusif menjadi inklusif, yang tidak
memisahkan antara kesalehan individual dengan kesalehan sosial. Kesalehan individual
biasanya dilakukan dengan ibadah ritual, sedangkan kesalehan sosial diwujudkan dengan
menerapkan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat.
Berkaitan dengan hal di atas, untuk memaksimalkan peran mubaligh sebagai motivator perlu
diadakan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk memperluas fokus tema atau substansi
ceramah/dakwah yang biasa mereka lakukan.Dakwah Inklusif, seperti judul panduan ini,
mengandung pesan bahwa dakwah untuk semua golongan dan tema-tema yang dikemukakan
1
2
3
The Pew Forum on Religion and Pubic Life sebagaimana yang dikutip oleh m.republika.co.id/berita/dun dengan judul
tulisan “Inilah 10 Negara dengan Populasi Muslim Terbesar di Dunia. Lihat Juga www.kemenag.go.id/index.p
Jumlah penduduk miskin di Indonesia yang beragama Islam mencapai 11,37 persen pada tahun 2013.
Mubalig adalah orang yg menyiarkan (menyampaikan) ajaran agama Islam (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
PENDAHULUAN
3
adalah isu-isu Islam yang mengajak pada sikap terbuka dan moderat.Ceramah yang selama
ini berfokus pada fiqih dan ibadah ritual diperluas dengan menambahkan substansi yang
terkait dengan upaya mewujudkan masyarakat yang menghargai martabat kemanusiaan, anti
kekerasan, menghormati perbedaan dan kesetaraan gender. Dengan demikian para mubalig
akan semakin mampu berperan sebagai motivator perdamaian dan kesalehan sosial.
Tujuan Penyusunan Panduan
Panduan ini disusun dengan tujuan:
1. Menjadi bahan pegangan bagi fasilitator yang akan melatih para mubalig menjadi
motivator perdamaian dan kesalehan sosial;
2. Menjadi bahan bacaan yang berisi nilai-nilai yang terkait dengan Islam dan perdamaian,
Islam dan solidaritas sosial, Islam dan kesetaraan gender, Islam dan lingkungan hidup, serta
Islam dan Good Democratic Governance (Tata kelola demokrasi yang baik);
3.Menjadi pedoman bagi Perguruan Tinggi, lembaga-lembaga dakwah, dan organisasi
sosial keagamaan yang akan memberikan pelatihan tingkat lanjutan bagi mubalig untuk
memperluas kompetensi dakwah.
Kelompok Sasaran
Kelompok sasaran yang diharapkan dapat menggunakan panduan ini adalah:
1. Fakultas Dakwah dan Komunikasi (Ilmu Komunikasi);
2. Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri dan Swasta;
3. Lembaga-lembaga dakwah;
4. Para fasilitator pelatihan mubalig/dai;
5. Organisasi sosial kemasyarakatan;
6. Para mubalig/da’i.
Proses Pengembangan Panduan
Panduan ini disusun oleh tim yang terdiri atas rekan-rekan perwakilan dari Fakultas Dakwah
UIN Alauddin dan UIN Sunan Ampel, perwakilan dari Organisasi Masyarakat Sipil yang bergerak
di bidang dakwah dan kegiatan sosial seperti Lakpesdam NU Jawa Timur dan Muslimat NU
Sulawesi Selatan, serta Democratic Governance Advisor dan Gender Advisor Proyek Supporting
Islamic Leadership in Indonesia (SILE). SILE merupakan sebuah proyek kerjasama antara
Pemerintah Kanada dan Pemerintah Indonesia untuk mendorong terwujudnya tata kelola
demokratis melalui peningkatan kapasitas Kementerian Agama, Perguruan Tinggi Islam,
Organisasi Masyaraakt Sipil dan komunitas. Oleh karenanya SILE mendukung penulisan dan
pencetakan panduan yang tersaji di pangkuan pembaca ini.
Dalam prosesnya, draft panduan ini terlebih dahulu telah didiskusikan dalam diskusi kelompok
terfokus yang mengundang para ahli dibidangnya. Setelah itu, panduan ini diujicobakan untuk
4
PENDAHULUAN
melatih para mubalig dari desa dampingan UIN Alauddin dan UIN Sunan Ampel maupun mubalig
disekitar kampus kedua UIN tersebut. Uji coba dilakukan sebanyak empat kali (di masing-masing
UIN dilakukan dua kali uji coba) dan hasil pembelajaran dari proses ujicoba tersebut kemudian
digunakan untuk memperbaiki draft panduan yang telah dibuat. Setiap pelatihan ini melibatkan
35 peserta dan mereka merespon pelatihan dengan sangat baik dan terlihat sangat antusias.
Beberapa diantaranya telah menerapkan dan menggunakan pengetahuan serta keterampilan
yang didapatkan untuk berdakwah. Bahkan, Muslimat NU Sulawesi Selatan menerapkan modul
ini untuk melatih para kader mubalighoh (mubalig perempuan). Sebagai tambahan, Fakultas
Dakwah UIN Alauddin juga telah melakukan ujicoba secara mandiri ke komunitas dampingan
mahasiswa KKNnya.
Setelah semua proses diatas selesai, selanjutnya panduan ini diedit dengan bantuan dari
beberapa ahli knowledge managemet Proyek SILE dan Kementerian Agama. Terakhir adalah
pencetakan dan pendistribusian panduan setelah memperoleh persetujuan dari Direktur
Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama Republik Indonesia.
Ruang Lingkup Panduan
Modul ini terdiri atas enam pokok bahasan utama, seperti yang tergambar dalam tabel berikut
ini.
Pokok Bahasan
Pokok Bahasan 1
Deskripsi
Di sini akan dijelaskan tentang hubungan antara
Islam dan good governance serta Islam dan democratic governance.
Pokok Bahasan 2
Pokok bahasan ini akan mengulas tentang ikhtilaaf
dalam Islam, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Konsep
Tasamuh dalam Islam, Konsep Islah dalam Islam,
dan Sikap Tabayyun dalam menerima informasi.
Islam dan Good Democratic Governance
Islam dan Perdamaian
Pokok Bahasan 3
Islam dan Solidaritas Sosial
Pokok Bahasan 4
Manusia dan Lingkungan Hidup
Pokok Bahasan 5
Islam dan Gender
Pada bagian ini akan ditelaah tentang Ta’awun, Islam dan Kesalehan Sosial, serta Fungsionalisasi zakat, infak dan sedekah.
Pokok bahasan ini mengulas tentang manusia sebagai khalifah di bumi. Selain itu juga manusia dan
lingkungan hidup dalam perspektif Islam.
Pokok bahasan ini menguraikan tentang kesetaraan dan keadilan gender. Disamping itu juga mengulas tentang kesetaraan dan keadilan gender dalam
perspektif Islam.
PENDAHULUAN
5
Pokok Bahasan 6
Rangkuman dan Refleksi
Pokok bahasan ini akan merangkum dan menyajikan benang merah antar pokok bahasan dan benang
merah dengan tata kelola demokratis. Kemudian
juga ada sesi refleksi
Metode Pelatihan (Fasilitasi Pembelajaran)
Pelatihan yang dirancang dalam panduan ini akan menggunakan pendekatan pelatihan orang
dewasa4 dengan menggunakan metode pembelajaran partisipasif, yaitu pembelajaran yang
mengikutsertakan warga belajar secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran. Metode
pembelajaran ini memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Fasilitator menempatkan diri pada posisi yang tidak serba mengetahui terhadap semua
bahan belajar. Memandang warga belajar sebagai sumber yang mempunyai nilai dan manfaat
dalam kegiatan belajar;
2. Fasilitator memainkan peranan membantu warga belajar dalam kegiatan belajar. Kegiatan
belajar ini didasarkan atas kebutuhan belajar warga belajar;
3. Fasilitator memotivasi warga belajar agar berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan dalam mengevaluasi program pembelajaran yang dijalaninya;
4. Fasilitator berperan membantu warga belajar dalam menciptakan situasi pembelajaran
yang kondusif, sehingga warga belajar dapat melibatkan diri secara aktif dan bertanggung
jawab dalam proses kegiatan pembelajaran.
Panduan pelatihan ini dapat digunakan secara efektif jika fasilitator memenuhi beberapa
prasyarat sebagai berikut:
1. Menguasai materi dari pokok bahasan;
2. Mampu menyampaikan pesan secara efektif;
3. Mampu menerima, mengelola dan menganalisis pesan yang dikemukakan oleh peserta;
4. Terbuka dan toleran terhadap kritik maupun perbedaan pendapat;
5.Mengedepankan kesetaraan, jika dibutuhkan dapat bersikap asertif tanpa harus
mendominasi;
6. Mampu memanfaatkan dan menggunakan berbagai media pembelajaran.
Agenda Pelatihan
Pelatihan ini diagendakan dilaksanakan selama tiga setangah hari, dimana dalam satu hari itu
terdiri dari 8 sesi pelatihan, kecuali hari ke-empat, dan setiap sesi berdurasi selama 45 menit.
Pelatihan ini dapat dilakukan satu paket selama tiga setengah hari secara berturut-turut atau
dapat dilakukan sesuai kebutuhan pokok bahasan yang akan dilatihkan Berikut adalah table
4
Pendekatan pelatihan orang dewasa atau sering juga disebut pendidikan orang dewasa atau andragogi. Andragogi cenderung diartikan sebagai seni dan pengetahuan membelajarkan orang dewasa. Pembelajaran yang diberikan kepada orang
dewasa dapat efektif (lebih cepat dan melekat pada ingatannya), bilamana pembimbing (pelatih, pengajar, penatar, instruktur, dan sejenisnya) tidak teralu mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan
agar individu orang dewasa itu mampu menemukan alternatif-alternatif untuk mengembangkan kepribadian mereka.
Lihat “Konsep dan Metode Pembelajaran Untuk Orang Dewasa” http://nasacenter.blogspot.com/2009/11/konsep-danmetode-pembelajaran-untuk.html
6
PENDAHULUAN
agenda pelatihan dalam satu paket penuh. Agenda ini merupakan contoh dan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.
Contoh Agenda Pelatihan
Waktu
08.00 - 08. 35
08.35 – 10.00
Hari 1
10.00 – 10.15
10.15 – 11.15
11.15 – 12.45
12.45 – 13.45
13.45 -15.15
15.15 – 15.30
15.30 – 17.00
08.00 – 08.35
08.35 – 10.05
Hari 2
10.05 -10.20
10.20 – 11.50
11.50 – 13.20
13.20 -14.20
14.20 – 16.00
16.00- 16.15
16.15 – 17.00
Hari 3
08.00 – 08.35
08.35 – 10.00
10.00 – 10.15
10.15 – 11.45
11.45 – 13.15
13.15 – 14.15
14.15 -15.30
15.30 -15.45
15.45 – 17.00
Pokok Bahasan
Pengenalan Pelatihan
Pokok Bahasan 1 Sesi 1
Coffee Break
Lanjutan Pokok Bahasan 1 sesi 1
Pokok Bahasan 1 sesi 1
Sholat, istirahat, dan makan siang
Pokok Bahasan 2 sesi 1
Coffee Break
Pokok Bahasan 2 sesi 2
Review Hari 1
Pokok Bahasan 2 sesi 3
Coffee Break
Pokok Bahasan 2 sesi 4
Pokok Bahasan 2 sesi 5
Sholat, istirahat dan makan
Pokok Bahasan 3 sesi 1
Coffee Break
Lanjutan Pokok Bahasan 3 sesi 1
Review Hari 2
Pokok Bahasan 3 sesi 2
Coffee Break
Pokok Bahasan 3 sesi 3
Pokok Bahasan 4 sesi 1
Sholat, Istirahat dan makan
Pokok Bahasan 4 sesi 2
Coffeee break Pokok Bahasan 5 sesi 1
Pokok Bahasan 5 sesi 1
PENDAHULUAN
7
Hari 4
08.00 -08.35
08.35 – 09.35
09.35 -09.50
09.50 – 11.20
11.20 – 12 50
12.50 – 13.20
Evaluasi Pelatihan
Review Hari 3
Pokok Bahasan 5 sesi 2
Coffee break
Pokok Bahasan 6 sesi 1
Pokok Bahasan 6 sesi 2
Penutupan
Evaluasi dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu: evaluasi pembelajaran, evaluasi penerapan hasil
pembelajaran dan evaluasi dampak. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
pre test dan post test. Evaluasi penerapan hasil pembelajaran dilakukan dengan melakukan
observasi terhadap alumni pelatihan ketika berceramah di mesjid atau menggunakan materi
ini dalam berbagai kesempatan lainnya. Dalam hal ini evaluasi bisa dilakukan tim evaluator
universitas yang menjadi fasilitator dalam pelatihan yang bekerjasama dengan organisasi Islam
seperti IMMIM di Sulawesi Selatan ataupun MUI di Jawa Timur. Sedangkan evaluasi dampak
dilakukan dengan melihat perubahan yang terjadi terhadap kelompok masyarakat yang menjadi
konsumen dari ceramah yang diberikan oleh Mubalig yang menjadi alumni pelatihan. Evaluasi
ini antara lain dapat dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara random
maupun observasi terhadap perubahan sikap atau perilaku masyarakat.
Lihat Lampiran: Metodologi Evaluasi Pembelajaran, Penerapan dan Dampak untuk informasi
lebih lanjut tentang proses and alat pelaksanaan berbagai tingkatan evaluasi.
8
PENDAHULUAN
POKOK BAHASAN 1
ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC
GOVERNANCE
POKOK BAHASAN 1
ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
Islam merupakan agama yang senantiasa mengamanahkan kepada umatnya agar menjalankan
hidup dengan seimbang dan sebaik mungkin. Umat Islam selain diwajibkan untuk beribadah
kepada Allah, juga diamanahkan untuk melaksanakan hubungan baik dengan sesama makhlukNya. Islam memastikan pentingnya seorang umat untuk memiliki hubungan yang seimbang
antara dunia dan akhirat. Oleh karenanya Allah membekali manusia tidak hanya tentang tata
cara ibadah ritual yang benar tetapi juga tata cara hidup yang benar di dunia. Islam tidak saja
mengatur tentang bagaimana tata kelola dalam rumah tangga tetapi juga bagaimana tata kelola
pemerintahan sampai tata kelola masyarakat. Islam mengajarkan kepada umatnya tentang
prinsip menghargai harkat martabat kemanusiaan, kesetaraan, perdamaian, dan toleransi
menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Di samping itu para pemimpin negara dan
umat juga dituntut untuk berlaku adil, transparan, akuntabel (bertanggung jawab), efisien dan
efektif dalam menjalankan roda pemerintahan maupun organisasi. Prinsip-prinsip tersebut
dalam dunia modern sekarang inilah diperkenalkan sebagai konsep Good Democratic Governance.
Good Democratic Governance merupakan penggabungan antara konsep Good Governance dan
Democratic Governance. Bagaimana sebenarnya konsep Islam tentang kedua hal tersebut akan
diulas secara terpisah dalam sesi good governance dan sesi democratic governance dalam pokok
bahasan 1 ini.
SESI 1 ISLAM DAN GOOD GOVERNANCE
Tujuan
Materi
Metode
1. Peserta memahami prinsip-prinsip Good Governance (tata kelola
yang baik).
2. Peserta memahami prinsip-prinsip Islam yang sesuai dengan Good
Governance.
3. Peserta memahami konteks Good Governance dalam pelaksanaannya
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Peserta diharapkan dapat menyusun dan menyampaikan materi
dakwah tentang Good Governance.
1.Prinsip Good Governance dalam Islam
-Presentasi
- Studi kasus
Alat dan Bahan
-Diskusi
- Simulasi ceramah
-LCD projector dan laptop
- File film
- Kertas/kartu metapan
- Kertas plano flip-chart, papan tulis, spidol
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
11
SESI 1 ISLAM DAN GOOD GOVERNANCE
Waktu
Proses
135 Menit’ (3 sesi @ 45 Menit’)
Alternatif 1
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit).
Fasilitator menjelaskan pokok bahasan, tujuan, dan proses
pembelajaran serta membagi peserta menjadi 4 kelompok.
2.Fasilitator meminta peserta bekerja dalam kelompok sesuai
petunjuk yang tertera dalam lembar kerja pokok bahasan 1 sesi 1
3.Setiap kelompok menggali pesan dalam Kisah Keteladanan
yang didiskusikan menyangkut prinsip Good Governance dan
menuliskannya dalam kertas plano (selama 20 menit)
4.Kemudian setiap kelompok mempersiapkan naskah ceramah
berdurasi 7 menit tentang nilai-nilai Good Governance yang telah
teridentifikasi sesuai petunjuk dalam lembar kerja. (30 Menit)
5. Fasilitator meminta masing-masing wakil dari 2 kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya dan masing-masing wakil 2
kelompok lainnya sebagai pemberi tanggapan. (20 menit)Fasilitator
memandu pleno, mengelaborasi dan menyelaraskan pemahaman
antar kelompok melalui prinsip belajar bersama.(15 menit)
6. Fasilitator meminta 2 orang sukarelawan dari peserta yang berasal
dari kelompok yang berbeda untuk melakukan simulasi ceramah
tentang topik Good Governance yang telah disiapkan dalam kerja
kelompok. (15 menit)
7. Fasilitator .membuka kepada semua peserta untuk memberikan
masukan tentang ceramah yang disampaikan oleh wakil dari
masing-masing kelompok. (10 menit) Fasilitator bersama peserta
mengelaborasi dan menggaris bawahi tentang prinsip-prinsip Good
Governance. Fasilitator menutup sesi dengan membacakan hasil
diskusi.
Alternatif 2
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit).
Fasilitator menjelaskan pokok bahasan, tujuan, dan proses
pembelajaran .
2. Fasilitator meminta peserta untuk memperhatikan film yang akan
diputar.
3. Fasilitator melakukan memandu curah pendapat dengan bantuan
pertanyaan kunci sebagaimana yang tertera dalam lembar lampiran.
4. Fasilitator bersama peserta menyimpulkan prinsip-prinsip Good
Governance yang harus dikedepankan dalam melaksanakan
pemerintahan dan pemberantasan korupsi.
12
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
LEMBAR INFORMASI KUNCI
Khasanah intelektualitas Islam menegaskan bahwa prinsip Good Governance adalah semangat
tata-kelola yang baik sangat kuat. Selain karena secara filosofis semua agama punya seruan
yang sama menyangkut kebaikan, prinsip-prinsip keadilan, partisipasi, transparansi dan akuntabilitas secara internal sudah ada dalam Al-Qur’an. Istilah kunci seperti al-‘adālah (keadilan),
al-shūrā (musyawarah), al-amānah (keteladanan) dan seterusnya merupakan leksikal pokok
dalam al-Qur’an.
Berikut dikemukakan prinsip-prinsip good governance yang bisa ditemukan dalam khasanah
Islama tersebut:
1.Keadilan
Keadilan bisa dimaknai sebagai proses pembuatan kebijakan yang mempertimbangkan
asas kesetaraan. Artinya, kesetaraan atas keterlibatan semua elemen dalam arus kekuasaan,
responsif terhadap kelompok lemah dan kelompok rentan lainnya. Di dalam Islam, keadilan
secara jelas digambarkan dalam ayat berikut tentang berbuat adil, ihsan dan kepedulian sosial.
Ayat lain yang menjelaskan tentang membuat keputusan yang adil, al-Nisā’: 58:
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
13
Dalam pelaksanaannya, pengambilan kebijakan harus didasarkan pada keadilan dan
menghindari sikap emosional, hal ini dijelaskan dalam al-Mā’idah: 8:
Lalu agaimana dengan pengambilan keputusan atau kebijakan yang adil, sedangkan situasi
di Indonesia saat ini masih terdapat banyak persoalan sosial, ekonomi, maupun perbedaan
pendapat? Dalam hal ini Islam mengharuskan kita untuk bersikap adil dalam berbagai situasi
dan keadaan sebagaimana disebutkan dalam al-Nisā’: 135:
Konsep keadilan Islam soal alokasi dan peruntukan, penyelenggaraan atau realisasi kelola
program atau kegiatan secara proporsional juga sangat jelas sebagaimana disinggung dalam
al-Anʿām: 152:
14
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
2.Partisipasi
Setiap warga negara mempunyai hak untuk berpartisipasi pada pembuatan keputusan yang
dilakukan oleh pemerintah. Seperti dalam proses pembangunan negara, warga negara harus
secara aktif terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Disebutkan dalam alShūrā: 38
Imam Aḥmad riwayat dari Abū Said al-Khudhri mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda:
“Jihad yang paling utama adalah mengatakan kebenaran dihadapan pengusa yang dzalim”.
Ini menegaskan bahwa Islam benar-benar mewajibkan bentuk partisipasi, bahkan ditegaskan
bahwa mengatakan kebenaran kepada penguasa merupakan salah satu jihad. Namun, partisipasi
dalam masyarakat ini tidak semata-mata atas dasar hawa nafsu manusia belaka, ini harus
disesuaikandengan koridor yang ditetapkan dalam al-Qur’an dan Hadis.
3.Transparansi
Transparansi dibangun atas dasar kejelasan informasi. Pemerintah harus menyediakan
akses yang mudah dan memadai agar informasi dapat dimengerti dan diawasi langsung oleh
masyarakat. Dengan begitu, trasparasi harus ditunjukan di setiap kebijakan dan keputusan di
lingkungan pemerintah atau institusi maupun organisasi.
Informasi adalah suatu kebutuhan penting bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan daerah. Pemerintah daerah dituntut untuk bertindak proaktif memberikan
informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang sudah dicanangkan untuk masyarakat.
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
15
Dengan begitu, masyarakat dapat melakukan kontrol terhadap pemerintah.
Dalil al-Qur’an, al-Nisā’: 83
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka
lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara
mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya
dari mereka (Rasul dan Penyelenggara Pemerintahan).”
4.Akuntabilitas
Penyelenggaran atau pelaksanaan kebijakan baik pemerintah atau institusi yang melaksanakan
pemerintahan atau program-program terkait dengan kepentingan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan. Para pengambil keputusan di pemerintahan, sektor swasta dan
organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada
lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu
dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.
Tata kelola yang baik yang bertujuan menciptakan iklim keadilan dan anti penindasan harus
diselenggarakan melalui cara-cara bersih dan dapat dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas
adalah prinsip adanya penjelasan yang baik dari pengelola kepada pihak yang memandatkan
kekuasaan atasnya. Pengelola yang akuntabel adalah yang bisa menjelaskan dengan baik
distribusi kewenangan yang ia kelola.
Akuntabilitas publik adalah sesuatu yang sangat penting dan sangat berharga. Hal ini karena
prinsip-prinsip akuntabilitas akan menentukan kebersihan sebuah tata kelola kelembagaan.
Lembaga yang memenuhi standar akuntabilitas yang memadai akan bersih dan jauh dari
praktek-praktek penyelewengan seperti korupsi dan kolusi. Sebaliknya, lembaga yang dikelola
tidak dengan menggunakan prinsip akuntabilitas yang pakem, biasanya akan mudah terjatuh
pada pengelolaan yang sembrono, tidak terarah dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
moral dan managerial. Prinsip akuntabilitas adalah katalisator penentu yang akan membuat
organisasi, lembaga, bahkan sebuah bangsa menjadi bangsa yang bersih atau bangsa yang
korup.1
Prinsip akuntabilitas menuntut hasil kerja lembaga untuk dilaporkan tidak hanya ke atas atau
kepada pimpinan yang menjadi penanggungjawabnya. Lebih dari itu, tata kelola yang baik harus
juga dilaporkan secara horisontal ke publik yang punya hak yang sama atasnya. Prinsipnya,
akuntabilitas adalah ikhtiar untuk menciptakan situasi kondusif di dalam tata kelola yang tidak
hanya jujur dan adil, tetapi juga efektif, efisien dan cerdas.
Akuntabilitas bisa dibangun melalui tiga pondasi yakni transparansi, standar kerja dan
1
Indra Bastian, Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. Vi.
16
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
penciptaan suasana kondusif.2Pertama, pondasi transparansi adalah terbuka atas segala hak
pengetahuan publik. Hal itu berarti, ketika publik atau masyarakat menginginkan informasi yang
menyangkut pengelolaan, maka pengelola wajib memenuhinya secara terbuka atau trasparan.
Transparansi juga berarti bersama-sama dalam setiap pembahasan mulai dari perencanaan
program, prinsip partsipasi dalam proses hingga evaluasi akhir.
Kedua, pondasi standar kinerja adalah ukuran untuk menilai berjalan tidaknya sebuah program.
Jika transparansi adalah terbukanya akses informasi, maka yang kedua ini adalah apresiasi
atas prestasi. Lembaga dinilai akuntabel tidak hanya karena jujur dan terbuka tetapi juga
karena mampu membuat pekerjaan berhasil. Standar kinerja adalah bagian dari akuntabilitas
pengelolaan yang dibutuhkan untuk menciptakan ukuran yang pasti. Pengelolaan dinilai
baik atau tidak tergantung tidak hanya pada aspek moral seperti kejujuran saja tetapi juga
menyangkut efektifitas dan efisiensi. Paduan dari beberapa hal di antara itu disebut sebagai
akuntabel.
Ketiga, penciptaan suasana kondusif berarti bahwa lembaga ada dalam situasi yang mudah
sekaligus mampu membuat pemenuhan hajat publik semakin mudah. Situasi kondusif
diperlukan sebagai prasyarat untuk mewujudkan pengelolaan secara baik. Ketika tata kelola
dianggap sudah sangat baik, maka salah satu indikator keberhasilannya adalah ia mampu
membuat lingkungan sekitarnya, dalam hal ini adalah publik, merasa mudah dengannya.
Keberhasilan tata kelola ini diukur dari perasaan nyaman bagi pemakai jasa, bahwa lembaga
yang sudah dikelola punya manfaat yang secara nyata dapat dirasakan bersama-sama.
Akuntabilitas merupakan asas yang menjamin para pemangku wewenang untuk menjelaskan
kewenangannya sebagaimana diamanatkan. Amanat merupakan kata kunci operasional untuk
menjadi seseorang dengan kepribadian yang diharapkan dalam Islam. Amanat bertujuan selalu
mencermati setiap pertanggungjawaban, baik secara individual di hadapan Allah maupun
secara organisasional di hadapan hamba Allah.
Di dalam teori hubungan Islam dengan negara, pola yang dipakai untuk menggambarkan prinsip
akuntabilitas ini tentu saja adalah pola jalan tengah. Berbeda dengan kelompok sekularis yang
membuat pemisahan antara negara dan agama maupun kelompok formalis yang menganut
paham integrasi antara negara dan agama, kelompok jalan tengah ini melihat Islam sebagai
seruan moral atau landasan nilai-nilai untuk perikehidupan bernegara.3 Islam dan negara adalah
hal yang tidak perlu disatukan dalam kelembagaan formal, tetapi saling memanfaatkan. Islam
membutuhkan negara sebagai tangan, kaki dan tubuh. Negara membutuhkan Islam sebagai ruh.
Demikian juga, ketika prinsip akuntabilitas dipertanyakan konteksnya dalam Islam. Apakah
nilai-nilai yang dipaparkan dalam ajaran Islam mengenal prinsip ini? Apakah prinsip ini bisa
dipacu dengan mendapatkan dukungan dari ruh Islam? Apakah Islam justru bertentangan
dengannya? Pertanyaan ini bisa diteruskan dan dikembangkan lebih jauh lagi sebagai alat untuk
mengobati masalah kebangsaan, terutama di dalam hal tata kelola yang baik.
Di dalam Islam, akuntabilitas memiliki pengertian yang beragam. Ini bisa diartikan al-amānah,
al-tablīgh, al-‘adālah atau seterusnya. Namun demikian konsep al-amānah mungkin bisa jadi
padanan konsep yang paling sesuai. Al-amānah berarti keterpercayaan. Konsep ini akan semakin
mudah ketika dirujukkan kepada pertimbangan historis kenabian Nabi yang memiliki sifat kuat
dalam hal keterpercayaan. Nabi Muhammad adalah orang yang sangat terkenal dengan kualitas
amanah. Kualitas amanah merupakan kualitas di mana orang lain merasa aman ketika bersama
dengan orang yang punya kualitas seperti ini. Aman inilah yang akhirnya menimbulkan perasaan
percaya kepada yang bersangkutan.
2
3
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm. 147.
Endang Turmudi, Ed., Islam dan Radikalisme di Indonesia (Jakarta: LIPI Press, 2005), hlm. 267.
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
17
Amanah tidak hanya menjadikan seseorang dipercayai karena alasan kejujuran dan pandai
menjaga hak milik orang lain akan tetapi juga berarti dapat dipercaya karena bisa membawa
hak milik orang lain jadi lebih efektif dan efisien. Praktisnya, amanah tidak hanya sekedar soal
kejujuran, tetapi juga kecerdasan mengembangkan hak-hak orang lain untuk kembali menjadi
kepentingan orang lain.
Berikut adalah beberapa ayat yang menjelaskan tentang amanat.
al-Mu’minūn: 8:
Artinya:
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”
al-Fatḥ: 10:
Artinya:
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia
kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya
niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati
janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.”
5. Efektifitas dan Efisiensi
Proses-proses dalam pemerintahan dan lembaga-lembaga diharapkan dapat memberikan hasil
yang sesuai kebutuhan masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang ada seoptimal
mungkin. Artinya, penyelenggaraan pemerintahan harus didasarkan pada permasalahan yang
dihadapi, kebutuhan yang segera dan didasarkan pada kemampuan sumber daya yang dimiliki.
Tindakan ini disebut juga sebagai efektifitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Dalam mencapai efektifitas dan efisiensi seperti di atas, penyelenggaraan pemerintahan
harus didasarkan pada perencanaan pembangunan yang baik. Menjamin terselenggaranya
pelayanan kepada masyarakat dengan mengunakan sumber daya yang tersedia secara optimal
dan bertanggung jawab.
18
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
Pelayanan harus mengutamakan kepuasan masyarakat dan didukung mekanisme penganggaran
serta pengawasan yang rasional dan transparan. Lembaga-lembaga yang bergerak di bidang
jasa pelayanan umum harus menginformasikan tentang biaya dan jenis pelayanannya. Efisiensi
bisa dicapai dengan menggunakan teknik manajemen modern untuk administrasi kecamatan,
dan perlu ada desentralisasi kewenangan layanan masyarakat sampai tingkat keluruhan/desa.
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
19
20
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
LEMBAR KERJA
A. Alternatif proses 1
Tugas Kelompok:
1. Bacalah Kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Identifikasikanlah keteladanan apa yang
diberikan oleh Beliau sehubungan dengan prinsip-prinsip yang ditegakkannya dalam tata
kelola pemerintahan!
2. Susunlah naskah ceramah pendek (7 menit) perihal nilai-nilai tata kelola pemerintahan
yang baik berdasarkan kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang akan anda sampaikan jika
Anda diundang berceramah di kantor pemerintahan.
3. Satu orang wakil dari kelompok mempresentasikan hasil naskah ceramah yang dibuat dalam
bentuk praktek berceramah.
B. Alternatif Proses 2
Pertanyaan-pertanyaan kunci untuk curah pendapat:
Setelah menonton film tentang “Transparansi Anggaran” fasilitator melakukan curah pendapat
dengan panduan pertanyaan –pertanyaan kunci sebagai berikut:
1. Mengapa transparansi anggaran diperlukan?
2. Apa pendapat pengamat tentang model transparansi anggaran yang berusaha dikembangkan
dalam film tersebut?
3. Apa kritik dari anggota DPRD terhadap kebijakan Pemda DKI?
4. Apa sarana yang bisa digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan prinsip-prinsip Good
Governance?
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
21
Lampiran
MEMELIHARA UANG RAKYAT
(Sumber: 30 Kisah Teladan 1, K.H. Abdurrahman Arroisi)
Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Ia
sangat jujur karena kekuasaan di tangannya berarti kemakmuran untuk rakyatnya, bukan
untuk dirinya atau keluarganya. Ia sangat hati-hati menggunakan uang negara, agar tidak
sampai bocor serta jatuh kepada yang bukan haknya. Rakyat hidup dalam suasana kerukunan
yang aman, tanpa kebimbangan buat menyampaikan keluhan atau kesulitan hidup mereka,
terutama terhadap tindak tanduk punggawa pemerintah yang sering melakukan perbuatan
tanpa mempertimbangkan baik-buruknya bagi rakyat dan wibawa pemerintah.
Ia tidak ingin melihat rakyat berbuat tidak senonoh karena diawali tindakan semacam itu
oleh para pemimpinnya. Karena itu, ia tidak segan-segan menghukum siapa pun yang berbuat
salah, termasuk orang-orang kepercayaannya.
Pada suatu malam, tatkala Khalifah Umar bin Abdul Aziz sedang berada di dalam bilik
kerjanya, memeriksa pembukuan dan keluar masuknya dana Baitul Mal, terdengar ketukan di
pintu.
Bilik itu diterangi lampu minyak sekadarnya, yang cukup terang untuk membaca, tetapi
tidak terlalu terang untuk bercermin di kaca, lantaran Umar tidak pernah bercermin kecuali
kepada keteladanan Rasulullah dan para sahabat Nabi.
“Khalifah bertanya tanpa membuka pintu, “Siapa di luar?”
“Saya Ayah,” terdengar suara seorang pemuda, putranya sendiri.
“Ada urusan apa?” tanya Khalifah.
“Saya disuruh Ibu, Ayah, untuk berbicara tentang beberapa masalah.”
“Masalah apa?”
“Buka pintu dulu, Ayah. Izinkan saya masuk,” jawab anaknya mendesak.
“Terangkan dulu, masalah apa? Soal keluarga, soal kemasyarakatan, atau soal negara?”
tanya Khalifah. Tetap tidak dibukanya pintu untuk anaknya.
“Tentu saja urusan keluarga kita, Ayah,” jawab anaknya heran.
“Kalau begitu tunggu sebentar,” sahut Khalifah Umar dari dalam. Lantas, ia bangkit
mendekati satu-satunya lampu di kamar itu, dan ditiupnya hingga padam. Kamar itu pun
berubah menjadi gelap gulita. Kemudian, pintu dibuka dan anaknya disuruh masuk.
Pemuda itu makin heran. Masakan berbicara di dalam bilik yang pekat hitam? Apakah
ayahnyya sudah linglung atau berubah ingata? Apakah Khalifah, karena terlalu keras bekerja,
tindakannya menjadi aneh-aneh, di luar kebiasaan orang yang waras?
Agar ia puas dan tidak was-was, meskipun agak takut-takut, terpaksa anak itu bertanya
ingin tahu.
“Ayah, di kamar ini cuma ada satu lampu. Mengapa Ayah padamkan? Apakah kita akan
berbincang-bincang di tengah kegelapan?”
“Betul. Kita akan berbicara di kamar ini,” jawab Khalifah tanpa ragu-ragu.
“Mengapa, Ayah?”
“Apakah kau tahu kamar apa ini?”
“Kamar kerja, Ayah.”
22
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
“Siapakah ayahmu?”
“Pemimpin negara, Khalifah, Amirul Mukminin,” jawab si anak makin tidak mengerti.
Bahkan makin curiga, jangan-jangan ayahnya menjadi mabuk kekuasaan, sampai kehilangan
akal sehat.
“Itulah dia jawabannya. Karena ayahmu pemimpin, maka kita harus berbicara tanpa lampu
penerang di kamar ini.”
“Mengapa?”
Khalifah lantas memberi penjelasan,” Yang akan kita perbincangkan adalah urusan keluarga,
sedangkan lampu itu diminyaki dengan uang negara, uang rakyat. Aku tidak mau lantaran
urusan keluarga sampai merugikan kepunyaan rakyat, kepunyaan negara. Kamar ini adalah
kamar kerja untuk kepentingan rakyat dan negara. Tidakkah kau tahu bahwa kekuasaan adalah
amanat yang akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah kelak di Hari Pembalasan?”.
Lampiran
POKOK BAHASAN1: PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
23
SESI 2 ISLAM DAN DEMOCRATIC GOVERNANCE
Tujuan
Materi
Metode
Alat dan Bahan
Peserta mengetahui prinsip-prinsip tata kelola demokratis dan bisa menyebarluaskan melalui ceramah agar masyarakat dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Democratic Governance Menurut Islam
Good Democratic Governance
-Diskusi
-Paparan
- Lembar tugas
- Lembar Informasi Kunci
Waktu
Proses
- Kertas plano flip-chart, papan tulis, spidol
- LCD projector
90 Menit (2 sesi @ 45 Menit)
Alternatif 1
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit)
Menjelaskan materi, tujuan, dan proses pembelajaran yang akan
dilakukan pada sesi ini
2. Diskusi (50 menit)
a. Bagikanlah lembar tugas kepada setiap peserta. Jelaskan perintah
dan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam lembar tugas
b. Berikanlah waktu sekitar 10 menit kepada setiap peserta untuk
memberikan jawaban yang ada dalam lembar tugas.
c. Selanjutnya, bukalah sesi pertama diskusi dengan meminta 3
(tiga) peserta untuk menyampaikan jawabannya. Catatlah inti
gagasan yang disampaikan peserta dalam kertas plano.
d. Diskusikanlah gagasan-gagasan yang telah disampaikan peserta.
Undanglah peserta yang lain untuk memberi tanggapan terhadap
gagasan-gagasan tersebut dengan menyampaikan gagasannya
sendiri. Lalu, simpulkanlah hasil diskusi pada putaran pertama
tersebut.
e. Selanjutnya, bukalah sesi kedua dengan meminta 3 (tiga) peserta
yang lain untuk menyampaikan contoh praktek penerapan tata
kelola demokratis dalam kehidupan sehari-hari.
f. Selanjutnya, lakukan proses yang sama seperti pada diskusi sesi
pertama.
24
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
g. Setelah diskusi sesi kedua selesai, tanyakanlah kepada peserta
apa hubungan antara Good Governance dan Democratic
Governance. Kemudian diskusikan dengan peserta apa inti sari
dari Good - Democratic Governance.
3. Paparan (30 menit)
Setelah selesai diskusi, sampaikan paparan tentang Democratic
Governance:
a. Prinsip – prinsip Democratic Governance.
b. Tujuan dari Democratic Governance.
c. Isu dalam Democratic Governance
d.Hubungan Good Governance dan Democratic Governance
e. Contoh praktek Good Democratic Governance dalam kehidupan
sehari-hari
f. Pada saat paparan, refleksikan Materi yang disampaikan dengan
hasil-hasil diskusi sebelumnya.
g. Setelah paparan selesai, berikan kesempatan kepada peserta
untuk menyampaikan tanggapan terhadap paparan yang
disampaikan.
4. Fasilitator menutup sesi (5 menit)
Tutuplah sesi ini dengan kesimpulan tentang Tata Kelola Demokratis.
Berikan penekanan tentang apa yang menjadi ciri khas dari Tata
Kelola Demokratis. Selanjutnya berikan apresiasi kepada semua
peserta yang telah mengikuti proses pembelajaran secara aktif.
Alternatif 2
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit)
Menjelaskan Materi, tujuan, dan proses pembelajaran yang akan
dilakukan pada sesi ini serta meminta peserta bekerja dalam
kelompok seperti pada sesi 1
2.Fasilitator meminta peserta membaca lembar informasi kunci
selama 15 menit.
3. Fasilitator memutarkan film yang tersedia dalam CD.
4.Fasilitator meminta peserta untuk mengerjakan lembar kerja
alternatif proses 2
5. Kemudian fasilitator meminta wakil masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya.
6. Fasilitator selanjutnya memandu peserta untuk mengelaborasi
hasil keseluruhan presentasi kelompok dan mengambil kesimpulan
bersama dengan menekankan pada urgensi prinsip-prinsip tata
kelola demokratis dalam ajaran Islam.
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
25
LEMBAR INFORMASI KUNCI
Rasulullah menyatakan, “Jika sesuatu pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya
maka tunggulah kehancurannya.”
Ali bin Abī Ṭālib menyatakan, “Kejahatan yang terorganisir akan dapat mengalahkan kebaikan
yang tidak terorganisir.”
Pernyataan di atas sesungguhnya merupakan anjuran agar segala sesuatunya dikelola dengan
baik dan demokratis. Umat yang mengedepankan tata kelola demokratis hendaknya menegakan
empat prinsip:
1. Penghargaan martabat kemanusiaan.
Hal ini dicapai melalui kebebasan menyampaikan pendapat, mengambil keputusan-keputusan
penting mengenai pemanfaatan sumberdaya, berasosiasi, berpikir dan kebebasan beragama
dan memperoleh kehidupan yang bertanggung jawab.
Penghargaan terhadap martabat kemanusiaan ada dalam al-Isra’: 70
Artinya:
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Penghargaan terhadap martabat kemanusiaan ini diamanahkan dalam al-Shūra: 38.
Artinya:
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”
26
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
2. Kesetaraan (Musāwah)
Kesetaraan dapat dicapai dengan kesamaan akses, partisipasi, kontrol terhadap pengambilan
keputusan dan keterjangkauan manfaat. Baik laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya,
hitam, putih dalam Islam memiliki posisi yang sama. Dalam tataran praksis para pemimpin
harus membuka ruang partisipatif, menegakkan transparansi dan akuntabilitas sebagai sarana
untuk memastikan agar semua pihak mempunyai kesempatan yang sama untuk memperbaiki
kondisi hidupnya.
Ayat yang mengatur tentang kesetaraan diantaranya disebutkan dalam al-ʿImrān: 64.
Artinya:
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak
ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian
yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka,
“Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah”.
3. Antikekerasan
Islam merupakan agama yang cinta damai dan anti-kekerasan. Islam sangat menentang berbagai
bentuk kekerasan baik kekerasan fisik, psikis, maupun kekerasan verbal. Setiap perselisihan
yang ada dianjurkan untuk diselesaikan secara musyawarah.
Ayat yang mengamanahkan tentang antikekerasan dapat dibaca pada Ali ʿImrān: 159
Artinya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya”.
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
27
4. Penghargaan terhadap perbedaan (tasāmuh)
Perbedaan merupakan sesuatu yang kodrati. Oleh karenanya harus dihormati dan tidak
memaksakan semua orang harus sama. Karena jika itu dilakukan, maka berarti kita telah
menentang kodrat ilahi.
Ayat yang mengatur tentang penghargaan terhadap perbedaan dapat dibaca pada Al-Ḥujarat:
13
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Penerapan Democratic Governance bertujuan untuk mengurangi kesenjangan,
menghapuskan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mewujudkan
ketertiban dan perdamaian, dan tercapainya tujuan negara.
Bagaimana untuk mengetahui apakah tata kelola demokratis sudah terlaksana? Indikator
Democratic Governance sudah tercapai jika:
üTerwujud perdamaian di masyarakat.
üForum publik (forum musyawarah) bersifat efektif dan deliberatif.
üWarga lebih aktif dalam pembangunan, toleran, menghargai satu sama lain,
inklusif dan lebih responsif.
üWarga mampu memberi masukan yang membangun kepada pemerintah.
Good Governance dan Democratic Governance keduanya fokus pada cara atau tata
kelola. Keduanya bertujuan untuk mewujudkan tata kelola yang lebih baik agar umat
dapat hidup berdampingan secara damai, harmonis, dan sejahtera. Good Governance
lebih fokus pada tata kelola organisasi atau pun pemerintahan yang baik, sedangkan
Democratic Governance cakupannya jauh lebih luas.
Democratic Governance melibatkan semua unsur mulai dari para pengambil kebijakan
dalam organisasi pemerintahan, perusahaan atau bisnis sektor, organisasi masyarakat
sipil, maupun masyarakat di tingkat komunitas. GoodDemocratic Governance
merupakan tata kelola kelembagaan, organisasi/kemasyarakatan yang dijalankan
dengan mengedepankan transparansi, partisipasi, responsif, adil, akuntabilitas, non
diskriminasi, kesetaraan gender, antikorupsi dan pluralisme.
28
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
LEMBAR KERJA
Alternatif Proses 1
i
Jawablah setiap pertanyaan 1. Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar istilah
pada kartu metaplan dengan
Tata Kelola Demokratis (Democratic Governance)?
huruf yang jelas!
Tuliskan dalam satu kalimat!
Berikan jawaban untuk setiap 2. Berikan contoh penerapan Tata Kelola Demokratis
pertanyaan pada 1 (satu) kartu
di komunitas Bapak/Ibu!
metaplan!
Waktu : 10 menit
Alternatif Proses 2
Perhatikanlah film “Provokator Damai” tentang kasus konflik di Maluku. Kemudian jawablah
pertanyaan berikut ini:
1. Apa penyebab terjadinya konflik horisontal di Ambon pada tahun 1999 -2002?
2. Apa kerugian yang dialami oleh kedua belah pihak yang berkonflik?
3. Bagaimana upaya untuk mewujudkan perdamaian dilakukan?
4.Bagaimana nilai-nilai democratic governance dikembangkan untuk melakukan
manajemen konflik ?
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
29
Lampiran 1
Film Provokator –Provokator Damai (lihat di CD) Produksi Eagle Institute
Lampiran 2
30
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
31
32
POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE
POKOK BAHASAN 2
ISLAM DAN PERDAMAIAN
POKOK BAHASAN 2
ISLAM DAN PERDAMAIAN
Islam merupakan agama yang sangat cinta damai dan menghargai keragaman. Hanya saja dalam
kehidupan sehari-hari, persoalan yang kemudian timbul adalah adanya perbedaan paham
politik, kepentingan, perebutan sumber daya ekonomi dan keyakinan. Hal ini kerap menyulut
konflik antar umat, baik secara vertikal maupun horisontal yang tidak jarang juga diwarnai
oleh kekerasan. Padahal Islam telah memberi tuntunan kepada umatnya bagaimana caranya
menghadapi perbedaan (ikhtilaf), menganjurkan mengedepankan amar ma’ruf nahi munkar
dalam menyelesaikan persoalan, mengedepankan toleransi (tasamuh), menganjurkan Islah
(perdamaian), dan selalu tabayyun (melakukan klarifikasi) dalam menerima informasi. Ajaranajaran tersebut membuktikan bahwa Islam tidak menyukai umatnya yang mudah terhasut dan
menggunakan cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan masalah akibat adanya perbedaan.
Bagaimana sebenarnya konsep ikhtilaf, amar ma’ruf nahi munkar, tasamuh, Islah dan tabayyun
dalam Islam? Ini akan ditelaah dalam sesi 1-5 dalam pokok bahasan ini.
Tujuan
Materi
Metode
Alat dan Bahan
Waktu
Proses
SESI 1: IKHTILAF DALAM ISLAM
1. Peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang makna dan bentukbentuk ikhtilaf dalam Islam
2. Peserta diharapkan mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab
munculnya ikhtilaf dalam Islam
3. Peserta diharapkan mampu mengaplikasikan etika ikhtilaf dalam
Islam
1. Makna dan bentuk-bentuk ikhtilaf dalam Islam
2. Faktor-faktor penyebab munculnya ikhtilaf
3. Etika berbeda pendapat dalam Islam
-Ceramah
-Presentase
- Studi Kasus
- LCD Projector
-Laptop
- Kertas plano flip-chart dan spidol
90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’)
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit)
Jelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses
pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini (slide nomor 1-2).
2. Kerja Kelompok studi kasus Ikhtilaf dalam Islam (45 menit)
a. Fasilitator membagi peserta menjadi tiga kelompok.
b. Bagikan lembar tugas 1, 2, dan 3 yang berisi studi kasus tentang
ikhtilaf dalam Islam kepada setiap kelompok. Setiap kelompok
mendiskusikan kasus yang berbeda.
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
35
3.
4.
5.
6.
36
c. Jelaskan dengan singkat petunjuk untuk mendiskusikan kasus
ikhtilaf dalam Islam yang efektif dalam lembar tugas. Berikan
penjelasan tambahan, jika ada peserta yang memerlukan
penjelasan tentang tugasnya. Berikan batasan waktu maksimal
15 menit kepada setiap kelompok untuk menyelesaikan tugasnya.
Presentasi kelompok (60 menit)
a. Setelah waktu kerja kelompok habis, mintalah peserta untuk
menyampaikan presentasi hasil studi kasusnya.
b. Setelah semua kelompok menyampaikan presentasi hasil studi
kasusnya, ajak peserta untuk mensintesakan dan menyimpulkan
secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas
penyelesaian ikhtilaf dalam Islam
dengan mengajukan
pertanyaan, “Jadi, kesimpulannya apa saja faktor yang
mempengaruhi penyelesaian ikhtilaf dalam Islam?”
Catatlah point-point kesimpulan tersebut dalam kertas plano
flip-chart.
Bagikan Lembar Informasi Kunci kepada peserta (5 menit)
Selanjutnya, bagikan kepada peserta Lembar Informasi Kunci-1
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ikhtilaf dalam Islam dan
Lembar Informasi Kunci-2 tentang strategi penyelesaian ikhtilaf
dalam Islam
Presentasi singkat (15 menit)
a. Fasilitator menyampaikan presentasi singkat tentang: (ikhtilaf
dalam Islam- lihat slide ppt modul 2 dalam CD atau lihat lampiran)
- Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ikhtilaf dalam
Islam.
- Etika ikhtilaf dalam Islam.
b. Setelah menyampaikan presentasi, berikan kesempatan kepada
peserta untuk memberikan tanggapan terhadap presentasi yang
disampaikan.
Fasilitator menutup sesi (5 menit)
Setelah presentasi dan tanggapan selesai, tutup sesi ini dengan
penjelasan tentang ikhtilaf dalam Islam. Berikan apresiasi kepada
semua peserta yang telah mengikuti proses pembelajaran secara
aktif dan antusias dengan tepuk tangan bersama.
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
LEMBAR INFORMASI KUNCI
Umat Islam sekarang ini bukan saja menghadapi serangan berbentuk fisik, tetapi yang paling
membimbangkan adalah pertempuran bersifat perdebatan. Hal ini tidak hanya membinasakan
kefahaman umat Islam terhadap agamanya sendiri, tetapi pemikiran dan ritual ibadah mereka
juga turut menjadi sasaran. Kita tidak dapat mengingkari bahwa ikhtilaf (perbedaan pandangan)
pasti akan berlaku di kalangan ulama. Fenomena ini cenderung memicu terjadinya perselisihan
pandangan di kalangan masyarakat Islam, yang pada akhirnya menimbulkan kesan sebagai
berikut:
1. Sibuk meributkan masalah-masalah kecil yang bersifat ijtihadiyah1 dan melupakan masalahmasalah besar.
2. Berdebat dengan melakukan pendekatan yang emosional dan tidak mengakui kebenaran
yang dikemukakan oleh orang lain. Hal ini menyebabkan kelompok perdebatan yang terlibat
semakin ghuluww (melampau) dan permusuhan yang berlaku semakin parah.
3. Cenderung untuk memilih pendekatan yang keras bukan pada tempatnya, memberatkan
diri dan mempersulitkan kaedah-kaedah Islam dalam menentukan hukum.
4. Sikap ta’assub (fanatik) terhadap pegangan tertentu sehingga mereka banyak disibukkan
dengan perdebatan sesama sendiri dan melupakan musuhnya yang sebenar. Hal ini
menyebabkan lahirnya sikap sangka buruk sesama saudara dan merasakan pendapatnya
saja yang paling benar.
5. Banyak terjebak dengan masalah-masalah yang berbentuk terminologi, masalah-masalah
pengistilahan sehingga menyebabkan bahayanya pemikiran umat. Sedangkan yang lebih
utama adalah memerangi kesesatan yang terkandung di dalamnya, bukan sibuk berbincang
tanpa tindakan.
Syariat Islam telah menggariskan prinsip-prinsip muzakarah, berdialog dan berbincang dalam
sesuatu perkara. Manakala perbincangan tersebut haruslah berteraskan kepada akal yang
sehat, berpaksikan kepada sumber Islam yang autentik dan bukannya diselesaikan mengikut
agak-agakan, sentimen kepartaian, fanatik kekabilahan (wild tribalism), taqlid buta, apalagi
ledakan emosi.
Etika Berbeda Pendapat
Islam telah meletakkan sendi-sendi adab yang tinggi bagi seorang muslim yang berjalan di atas
manhaj Sunnah, dalam pergaulannya bersama saudara-saudaranya ketika berselisih faham
dengan mereka dalam masalah-masalah ijtihadiyah. Di antara adab-adab itu ialah :
1. Lapang dada menerima kritik yang sampai kepada anda untuk membetulkan kesalahan, dan
hendaklah anda ketahui bahwa ini adalah nasehat yang dihadiahkan oleh saudara seiman
anda. Ketahuilah ! Bahwa penolakan anda terhadap kebenaran dan kemarahan anda karena
pembelaan terhadap diri adalah kesombongan -A’aadzanallah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
1
Ijtihadiyah merupakan perkara baru yang belum dikenal pada masa turunnya wahyu dan masa Khulafaur Rsyidun.Lihat
Asy Syaikh Abu Nashr Muhammad bin Adillah Al Iman, “Menggugat Demokrasi – Pemilu Adalah Perkara Ijtihadiyah?”
dalam https://ulamasunnah.w
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
37
sallam telah bersabda: “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”.
(Hadits Riwayat Muslim)
2. Hendaklah memilih ucapan yang terbaik dan terbagus dalam berdiskusi dengan sesama
Saudara Muslim.
Dari Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada sesuatupun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat
dibanding akhlaq yang baik, dan sesungguhnya Allah murka kepada orang yang keji dan jelek
(akhlaqnya)”. (HR. Tirmidzi).
Sabda Rasulullah Salallahualaihi Wasalam:
Artinya:
“Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad salallahualaihi wasalam) diutuskan untuk
menyempurnakan akhlak yang baik”
3. Hendaklah diskusi yang dilakukan terhadap saudara Sesama Muslim, dengan cara-cara yang
bagus untuk menuju suatu yang lebih lurus.
Motif dalam berdiskusi hendaklah kebenaran, bukan untuk membela hawa nafsu yang sering
memerintahkan pada kejelekan. Akhlak anda ketika berbicara terletak pada keikhlasan anda.
Jika diskusi (tukar fikiran) sampai ketingkat adu mulut, maka katakanlah : “salaam/selamat
berpisah !” dan bacakanlah kepadanya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Artinya :
Saya adalah pemimpin di sebuah rumah di pelataran sorga bagi orang yang meninggalkan
adu mulut meskipun ia benar” [Hadits Riwayat Abu Daud dari Abu Umamah al-Bahily]
Al-Hafizh Ibnu Abdil Bar menyebutkan dari Zakaria bin Yahya yang berkata : “Saya telah
mendengar Al-Ashma’i berkata: “Abdullah bin Hasan berkata: Adu mulut akan merusak
persahabatan yang lama dan mencerai beraikan ikatan (persaudaraan) yang kuat, minimal
(adu mulut) akan menjadikan mughalabah (keinginan untuk saling mengalahkan) dan
mughalabah adalah sebab terkuat putusnya ikatan persaudaraan. [Mukhtasyar Jaami’ Bayan
al-Ilmi wa Fadlihi hal. 278]
Dari Ja’far bin Auf, dia berkata : saya mendengar Mis’ar berkata kepada Kidam, anaknya:
kuhadiahkan buatmu wahai Kidam nasihatku, dengarlah perkataan bapak yang
menyayangimu, adapun senda gurau dan adu mulut, tinggalkanlah keduanya. Dia adalah
dua akhlak yang tak kusuka dimiliki teman Ku pernah tertimpa keduanya lalu akupun tak
menyukainya Untuk tetangga dekat ataupun buat teman
Perhatikanlah adab mulia yang dimiliki pewaris ilmunya Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu
ini, ia tidak memaki Hushain bin Abdurrahman (orang yang berselisih dengannya), bahkan
menganggapnya baik karena Hushain mengamalkan dalil yang ia ketahui. Kemudian baru
setelah itu, Sa’id bin Jubair menjelaskan hal yang lebih utama (untuk dilakukan) dengan
cara yang lembut dan dikuatkan dengan dalil.
Akhirnya melalui hadits ini kita dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Ikhtilaf, meskipun ia sudah menjadi perkara yang ditakdirkan oleh Allah akan tetapi wajib
bagi kita untuk menjauhinya dan tidak punya keinginan untuk berikhtilaf pada suatu yag
boleh selama kita masih ada jalan untuk menghindarinya.
b.Perkara-perkara yang diperbolehkan ijtihad padanya, memiliki beberapa syarat dan
38
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
ketentuan-ketentuan yang diatur oleh ilmu dan keikhlasan bukan diatur oleh perkiraan dan
kemauan hawa nafsu.
c. Ahlu Sunnah memiliki manhaj dalam memahami ikhtilaf yang diambil dari Al-Qur’an dan
Sunnah. Diantara adab-adabnya adalah mengikuti akhlak para salaf shalih dalam pergaulan
dengan sesama mereka ketika terjadi ikhtilaf.
d. Tidak boleh bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menuduh
saudaranya memisahkan diri dari manhaj Ahlus Sunnah kecuali berdasarkan ilmu dan
keadilan, bukan berdasarkan kebodohan dan kezhaliman.
e. Tidak mencampur adukkan antara masalah-masalah ijtihadiyah dengan masalah iftiraq
(perpecahan) demikian juga tidak boleh mencampur-adukkan antara orang yang membuat
bid’ah juz’iyah dengan orang yang meninggalkan sunnah dengan bid’ah kulliyah.2
2 Artinya dari majalah al-Ashalah ini dapat memberikan tambahan pemahaman kepada pembaca sekalian tentang Fiqh
Ikhtilaf atau perbedaan pendapat.Disadur dari Majalah Al-Ashalah tgl.15 Dzul Hijjah 1416H, edisi 17/Th III hal. 78-89,
karya Salim bin Shalih Al-Marfadi, dan dimuat di Majalah As-Sunnah edisi 06/Tahun V/1422H/2001M, hal. 30-32 AdabAdaB Ikhtilaf merupakan bagian ketiga dari tiga bagian, diterjemahkan oleh Ahmad Nusadi.
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
39
Lampiran
40
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
Tujuan
SESI 2 : AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR
1. Peserta diharapkan memiliki pengetahuan tentang amar ma’ruf nahi
munkar
2. Peserta diharapkan dapat mengaplikasikan nilai-nilai amar ma’ruf
nahi munkar dalam kehidupan bermasyarakat
Materi
Metode
Alat dan Bahan
Waktu
Proses
3. Peserta diharapkan memiliki keterampilan dalam menyampaikan
dakwah tentang amar ma’ruf nahi munkar.
1. Definisi amar ma’ruf nahi munkar
2. Hukum amar ma’ruf nahi munkar
3. Amar ma’ruf nahi munkar dalam realitas sosial
-Presentase
-Simulasi
- Curah Pendapat
- LCD Projector
-Laptop
- Kertas plano flip-chart dan spidol
90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’)
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit)
Jelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses
pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini (Slide No. 1-2).
2. Curah pendapat tentang Amar Ma’ruf Nahi Mngkar (75 menit)
a. Bagikan 4 lembar kertas metaplan yang berbeda warna kepada
setiap peserta.
b. Selanjutnya lakukan curah gagasan tentang Amar Ma’ruf Nahi
Munkar
c. Tahap 1 (Objective). Pada lembar kertas pertama, minta setiap
peserta untuk menuliskan satu kalimat tentang fakta atau
informasi yang mereka ketahui atau mereka dengar tentang
amar ma’ruf Nahi Munkar. Mintalah penjelasan atau klarifikasi
jika ada pernyataan yang tidak jelas. Kelompokkan pernyataanpernyataan yang relatif sama.
d. Tahap 2 (Reflective). Mintalah peserta mencermati semua fakta
dan informasi yang sudah dikumpulkan. Kemudian pada lembar
kertas kedua, mintalah setiap peserta menuliskan satu kalimat
tentang bagaimana perasaan (emosi) setiap peserta terhadap
fakta-fakta atau informasi tersebut. Lalu kumpulkan dan
tempelkan pada papan tulis. Mintalah penjelasan atau klarifikasi
jika ada pernyataan yang tidak jelas. Kelompokkan pernyataanpernyataan emosi yang relatif sama. Kemudian simpulkan
bersama-sama bagaiman pola umum perasaan peserta.
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
41
Proses
e. Tahap 3 (Interpretive). Setelah mereka mengetahui fakta dan
perasaan mereka terkait amar ma’ruf Nahi Mngkar, pada lembar
kertas ketiga, minta peserta menuliskan bagaimana penilaian
mereka atau apa arti penting amar ma’ruf Nahi Munkar bagi
diri mereka sendiri. Kumpulkan dan tempelkan jawaban peserta
pada papan tulis. Mintalah penjelasan atau klarifikasi jika ada
jawaban yang tidak jelas. Kelompokkan jawaban-jawaban yang
relatif sama. Selanjutnya ambilah kesimpulan bersama tentang
pola umum penilaian peserta terhadap amar ma’ruf nahi munkar.
f. Tahap 4 (Decisional). Setelah peserta mengetahui, merasakan,
dan menilai arti penting amar ma’ruf nahi munkar, selanjutnya
pada lembar kertas keempat, mintalah peserta menuliskan satu
gagasan mereka tentang apa yang perlu dilakukan ke depan
terkait amar ma’ruf nahi munkar. Kumpulkan dan tempelkan
jawaban peserta pada papan tulis. Mintalah penjelasan atau
klarifikasi jika ada jawaban yang tidak jelas. Kelompokkan
jawaban-jawaban yang relatif sama.
g.Setelah peserta mengikuti seluruh tahapan curah gagasan,
ajaklah mereka untuk membuat beberapa pernyataan bersama
tentang sikap dan hal yang harus dilakukan ke depan terkait
dengan amar ma’ruf nahi munkar. Tulislah pernyataan tersebut
dalam kertas plano dan tempelkan di dinding ruangan selama
pelatihan berlangsung.
3. Fasilitator menutup sesi (5 menit)
Fasilitator menutup sesi dengan membacakan kembali pernyataan
bersama yang sudah dibuat peserta. Berikan apresiasi atas partisipasi
aktif peserta. Bagikan juga Lembar Informasi Kunci kepada peserta
sebagai bahan bacaan untuk pengayaan pengetahuan peserta.
42
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
LEMBAR INFORMASI KUNCI
Amar Maʿrūf Nahi Munkaradalah perintah yang penting dalam agama. Allah menurunkan kitabkitab-Nya dan mengutus para Nabi dimuka bumi tugasnya tidak lain adalah untuk menjalankan
misi ini. Andaikan tugas ini ditiadakan, maka akan muncul kerusakan di mana-mana dan dunia
akan hancur. Sebagaimana firman Allah dalam al-ʿAʿrāf: 157
Artinya:
“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan
yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang
dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang
yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang
yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Kemudian Allah menciptakan manusia sebagai pewaris tugas utama Rasulullah bahkan
memerintahkan umat untuk menegakkannya. Dalam Ali-ʿImrān: 104, Allah berfirman:
Artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang
yang beruntung,”
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
43
Tugas penting ini sangat luas jangkauannya, baik dari segi zaman ataupun tempat yang meliputi
seluruh umat dan bangsa, dan terus bergerak dengan jihad dan penyampaian ke seluruh
belahan dunia. Tugas ini telah diemban umat Islam sejak masa Rasulullah sampai sekarang
hingga hari kiamat nanti. Amanah untuk menyeru kepada kebajikan dan menghilangkan
kemunkaran memiliki makna yang sangat dalam dan luas. Di sini berarti umat Islam tidak
diperkenankan melakukan kerusakan, menyebar fitnah maupun memecah belah antar umat
maupun berperilaku munkar kepada umat beragama lainnya. Sebagai umat Islam kita harus
melakukan kebajikan kepada siapa pun tanpa terkecuali termasuk dengan mereka yang tidak
sepaham, bahkan dengan musuh sekalipun. Umat Islam dilarang berperilaku keji yang akan
mendorong lahirnya dendam maupun konflik destruktif dan perilaku kekerasan.
Definisi Amar Maʿrūf Nahi Munkar
1. Definisi al-Maʿrūf
Definisi al-maʿrūf adalah:
“Nama yang mencakup semua hal yang diketahui dari ketaatan kepada Allah, pendekatan diri
kepada-Nya, perbuatan baik kepada manusia, dan semua hal yang dianjurkan dan dilarang
syari’at dari berbagai macam kebaikan dan kejelekan.”3. Al-Rāghib al-Asfahāni (w. 425)
menyatakan al-maʿrūf adalah satu nama bagi setiap perbuatan yang diketahui kebaikannya oleh
akal atau syari’at, sedangkan al-munkar adalah apa yang diingkari oleh keduanya. Secara umum,
lalu al-ma’ʿūf adalah segala hal yang dianggap baik oleh syari’at, diperintah untuk melakukannya
dan orang yang melakukannya dipuji pula. Segala bentuk ketaatan kepada Allah masuk dalam
pengertian ini. Al-maʿrūf yang paling utama adalah mensatukan Allah dan beriman kepada-Nya.
2. Definisi al-Munkar
Definisi al-munkar adalah segala hal yang dipandang buruk secara syari’at dan secara aka
sehat. Ketika menerangkan sifat umat Islam, Imam al-Shawkāni mengatakan, “sesungguhnya
mereka menyuruh kepada (perbuatan) yang maʿrūf dalam syari’at ini dan melarang dari yang
munkar. Dan yang dijadikan tolok ukur bahwa sesuatu itu maʿrūf atau munkar adalah al-Kitāb
(al-Qur;an) dan Sunnah.”
Dari penjelasan ini, jelas bahwa menentukan suatu keyakinan, perkataan atau perbuatan
itu maʿrūf atau munkar bukanlah hak pelaku Amar Maʿrūf Nahi Munkar. Namun semua itu
dikembalikan kepada penjelasan al-Qur’ân dan Sunnah menurut pemahaman kaum salaf ṣāliḥ.
3
[Ibn al-Āthīr, al-Nihāyah fī Gharīb al-Ḥadīth, h. 607.
44
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
KedudukanHukum Menjalankan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Sebagaimana ditegaskan dalam dalil al-Qur’an dan Sunnah serta Ijmaʿ(kesepakatan) para
Ulama, perintah kebaikan dan larangan keburukan merupakan kewajiban yang dibebankan
Allah kepada umat Islam sesuai kemampuannya. Ada beberapa pendapat berkaitan dengan
derajat kewajiban ini:
a. Kewajiban setiap orang
Memerintahkan kebaikan dan melarangan keburukan dipandang sebagai kewajiban setiap
orang (farḍ ‘ayn). Demikian ini merupakan pendapat sejumlah ulama, diantaranya adalah Ibn
Kathīr,4 al-Zujāj, dan Ibn Ḥazm.5 Mereka berhujjah dengan dalil-dalil syariah seperti di bawah
ini:
1. Ali Imran: 104,
Artinya:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang maʿrūf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang
beruntung”.
Mereka mengatakan bahwa minkum untuk penjelas dan bukan untuk menunjukkan
sebagian. Sehingga makna ayat, jadilah kalian semua umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruhkepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Demikian juga akhir tersebut
menegaskan bahwa keberuntungan khusus bagi mereka yang melakukan amalan tersebut.
Sedangkan mencapai keberuntungan tersebut hukumnya kewajiban setiap Muslim. Oleh karena
itu memiliki sifat-sifat tersebut hukumnya wajib.
Dalam kaedah disebutkan:
Artinya:
“Satu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya wajib”.
4
5
Ibn Kathīr, Tafsīr al-Quran al-‘Aẓīm, J. 1, h. 390
Ibn Ḥazm, al-Muḥallā, J. 10, h. 505.
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
45
2. Ali Imran: 110,
Artinya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik”.
Dalam ayat ini, Allah menjadikan syarat bergabung dengan umat Islam yang terbaik, yaitu
dengan amar ma’ruf nahi munkar dan iman. Padahal bergabung kepada umat ini, hukumnya
adalah wajib individual sebagaimana firman-Nya dalam Fuṣsilat: 33:
Artinya:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan
amal yang shaleh dan berkata,”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”
Umar bin al-Khaṭṭāb setelah membaca surat Ali ʿImrān:110menyatakan, ”Wahai sekalian
manusia, barang siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah menunaikan syarat Allah
darinya.”
b. Kewajiban kolektif
Kelompok ini memandang memerintahkan kebaikan dan melarang keburukansebagai
kewajiban kolektif. Ini merupakan pendapat jumhur ulama. Diantara mereka yang menyatakan
secara tegas adalah Abū Bakr al-Jaṣāṣ6, al-Māwardī, Abū Yaʿla al-Ḥambalī, al-Ghazālī, Ibn ʿArabī,
al-Qurtubī,7, Ibn Qudamah8,al-Nawawī,9 Ibn Taymiyyah,10 al-Shāṭibī,11 dan al-Shawkānī (Fatḥ
al-Qadīr, 1, h. 450).
Mereka semua di atas berargumentasi dengan dalil-dalil berikut ini:
6
Abū Bakr al-Jaṣāṣ, Aḥkām al-Qur’ān, J. 2, h. 29
7
al-Qurṭūbī, Tafsīr al-Qurtubī, J. 4, h. 165
10
Ibn Taymiyyah, al-Amr bi al-Maʿrūf wa al-Nahy ‘An al-Munkar, h. 37
8
9
Ibn Qudamah, Mukhtaṣar Minhāj al-Qāṣidīn, h.156)
al-Nawawī, Sharḥ Ṣaḥīḥ Muslim, J. 2, h. 23
11 al-Shātibī, al-Muwāfaqāt fī Uṣūl al-Sharīʿah, J. 1, h. 126
46
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
Artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan Umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang
yang beruntung.” (Ali ʿImrān:104)
Mereka mengatakan bahwa kata min dalam ayat minkum untuk menunjukkan sebagian.
Sehingga menunjukkan hukum memerintahkan kebaikan dan melarang keburukan adalah
kewajiban individual.
Imam al-Jaṣṣāṣ menyatakan kalau ayat ini mengandung dua makna: Pertama, kewajiban
memerintahkan hal yang baik dan melarang yang buruk.Kedua, hukum tindakan tersebut
adalah kewajiban yang bersifat kolektif. Jika telah dilaksanakan oleh sebagian, maka yang lain
tidak terkena kewajiban”.12
Ibnu Qudamah berkata,”Dalam ayat ini terdapat penjelasan hukum amar maʿrūf nahi munkar
yaitu farḍ kifāyah, bukan farḍu ‘ayn.”13
Artinya:
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (al-Tawbah: 122)
Hukum tafaqquh fī al-dīn (memperdalam ilmu agama) adalah kewajiban kolektif karena
perintahAllah adalah untuk sebagian kaum mukminin dan tidak semua umat Islam ilmu. Oleh
karena itu orang yang belajar dan menuntut ilmu tersebut yang bertanggung jawab memberi
peringatan, bukan seluruh kaum muslimin. Demikian juga hukum jihad yang juga merupakan
kewajiban kolektif.
Abdurrahman al-Sādī14 menyatakan: ”Sepatutnya kaum muslimin mempersiapkan orang yang
menegakkan setiap kemaslahatan umum mereka. Orang yang meluangkan seluruh waktunya dan
bersungguh-sungguh serta tidak bercabang, untuk mewujudkan kemaslahatan dan kemanfatan
mereka. Hendaklah arah dan tujuan mereka semuanya satu,yaitu menegakkan kemaslahatan
agama dan dunianya.”
12 Al-Jaṣṣāṣ, Aḥkām al-Qur’ān, J. 2, h. 29.
13 (Ibnu Qudamah, Mukhtashar Minhajul Qashidiin, hal 156).
14 As Sa’diy, Taisir Karimir Rahman, 3/315, lihat Hakikat Amar Ma’ruf Nahi Munkar, hal. 43
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
47
Al-Qurṭūbī berkata: “Tidak semua orang diteguhkan kedudukannya dimuka bumi, sehingga hal
tersebut diwajibkan secara kifayah kepada mereka yang diberi kemampuan untuknya.”15
Ibnu Taymiyyah16 menyatakan kewajiban memerintahkan hal yang baik dan melarang hal yang
buruk yang sifatnya individual (setiap orang).
Dalam konteks ini, berdakwah kebaikan tetap menjadi kewajiban. Logikanya adalah kewajiban
kolektif itu harus dilaksanakan melalui kesempurnaan kewajiban individual. Orang yang
memerintahkan kebaikan dan melarang keburukan adalah orang yang menunaikan dan
melaksanakan kewajiban kolektif. Mereka memiliki keistimewaan lebih dari orang yang
melaksanakan kewajiban individual, karena arena pelaku kewajiban individual hanya
menghilangkan dosa dari dirinya sendiri, sedangkan pelaku kewajiban kolektif menghilangkan
dosa dari dirinya dan kaum muslimin seluruhnya. Dengan Demikian, jika kewajiban individual
ditinggalkan , maka hanya satu saja yang berdosa, sedangkan kewajiban kolektif ditinggalkan
seluruhnya akan berdosa.
Hukum Memerintahkan Kebaikan dan Melarang Keburukan Menjadi
Kewajiban Perseorangan
Perubahan hukum di atas bisa terjadi jika:
1. Ditugaskan oleh pemerintah.
Al-Māwardī menyatakan sesungguhnya hukum amar makruf nahi munkar dengan perintah
penguasa.17 Ini terjadi jika hanya dia yang mengetahui kemakrufan dan kemunkaran yang
terjadi. Al- Nawawī menyatakan amar makruf nahi munkar adalah kewajiban kolektif dan
akan menjadi kewajiban kolektif jika dia berada di tempat yang tidak mengetahuinya kecuali
dia.18
2.Kemampuan amar maʿrūf nahi munkar hanya dimiliki orang tertentu.
Jika kemampuan menegakkan memerintahkan kebaikan dan mencegah keburukan terbatas
pada sejumlah orang tertentu saja, maka amar makruf nahi munkar menjadi keharusan
mereka saja.An-Nawawī berkata: “Terkadang amar makruf nahi munkar menjadi keharusan
individual jika seseorang berada di tempat yang tidak mungkin menghilangkannya kecuali
dia. Seperti seorang yang melihat istri atau anak atau budaknya berbuat kemunkaran atau
tidak berbuat kemakrufan.”19
3. Perubahan keadaan dan kondisi.
Abd al-ʿAzīz bin Bāz memandang amar maʿrūf nahi munkar menjadi farḍ ‘ayn dengan sebab
perubahan kondisi dan keadaan. Dia menyatakan: “Ketika para da’i sedikit dan kemunkaran
15 al-Qurṭūbī, Tafsīr al-Qurtubī, J. 4, h. 165
16 Ibnu Taymiyyah, al- Amr b al-Maʿrūf wa Nahy ʿAn al-Munkar, h. 37
17 al-Māwardī, al-Aḥkām al-Sulṭāniyyah, h. 391
18 al-Nawawī, Sharḥ ṢaḥīḥMuslim, J. 2, h. 23
19Ibid.
48
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
dan kebodohan yang merata, seperti keadaan kita sekarang ini, maka dakwah menjadi wajib
individual atas setiap orang sesuai dengan kemampuannya.”20
Amar Maʿrūf Nahi Munkar Pada Realitas Kekinian
Melihat realitas umat Islam sekarang maka nampaknya amar maʿrūf nahi munkarmenjadi
kewajiban atas setiap orang. Hal ini tentunya membutuhkan pengorbanan dalam menegakkannya.
Apalagi Islam ditetapkan Allah untuk kemaslahatan makhlukNya dan menghilangkan semua
jenis kemudharatan. Oleh karenanya dalam amar maʿrūf nahi munkar tidak mungkin lepas dari
permasalahan maslahat dan mafsadat, yang tentunya didasarkan dengan timbangan syari’at
bukan sekedar prasangka dan dugaan semata.
Akan tetapi, fenomena yang ada sekarang ini banyak amar maʿrūf nahi munkar yang dilakukan
tidak dengan prosedur syari’at, sehingga terjadi fitnah dan kemunkaran yang besar menimpa
kaum muslimin. Lebih celaka lagi orang lemah dan tidak berdosapun ikut menanggung
akibatnya. Demikianlah sunnatullah, jika timbul fitnah maka akan menimpa orang yang zhalim
dan yang sholih, sebagaimana firman Allah dalam al-Anfal:25
Artinya:
“Dan peliharalah dirimu dari pada fitnah yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim
saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”
Tentunya hal ini tidak kita harapkan terjadi terus menerus. Namun kitapun tidak boleh pesimis
dan merasa tidak bertanggung jawab untuk beramar maʿrūf nahi munkar, lantas berdalih
dengan kenyataan diatas untuk meninggalkan kewajiban yang mulia ini.
Amar maʿrūf nahi munkar disyariatkan semata untuk kemaslahatan manusia, kemaslahatan
bagi yang berbuat kemunkaran (untuk berhenti dari kemunkarannya), kemaslahatan bagi
pelaku amar maʿrūf nahi munkar dan kemaslahatan bagi yang belum melakukannya. Rasulullah
bersabda dalam Hadis riwayat al-Nuʿmān bin Bashīr:
20 ʿAbd al-ʿAzīz bin Abd llāh bin Bāz, al-Daʿwah Ilā llāh wa Akhlaq al- Duʿāt, h. 16).
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
49
Artinya:
“Perumpamaan orang yang teguh menjalankan hukum Allah dan orang yang terjerumus
didalamnya bagaikan satu kaum yang membagi tempat diatas perahu, sebagian mendapat
tempat di bawah dan sebagian di atas. Orang yang di bawah memerlukan air melalui orang yang
di atas, lalu hal itu mengganggu mereka. Kemudian (orang yang di bawah) mengambil kampak
dan mulai melobangi perahu. Datanglah orang-orang yang di atas dan berkata:” kenapa berbuat
demikian?” dia menjawab:”kalian terganggu oleh saya, padahal saya mesti mengambil air” jika
mereka menahannya, maka mereka menyelamatkannya dan menyelamatkan diri mereka sendiri;
dan jika membiarkannya maka mereka membinasakannya dan membinasakan diri mereka
semua.”(H.R. al-Bukhārī)
Untuk itulah para ulama mengerahkan segala kemampuannya untuk menggariskan kaidah
amar makruf nahi munkar. Garis besar penerapan yang dapat digunakan oleh kaum muslimin
disetiap tempat dan waktu, sehingga amar ma’ruf nahi munkar menjadi rahmat bagi manusia.
Dengan amar ma’ruf nahi munkar umat Islam akan menjadi agen-agen penyebar perdamaian
dan peredam terjadinya konflik yang berbasis pada kekerasan.
50
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
Lampiran
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
51
SESI 3 : KONSEP TASAMUH DALAM ISLAM
Tujuan
1.Peserta diharapkan dapat memahami sikap tasamuh dalam
bermasyarakat
2.Peserta diharapkan mampu mengaplikasikan kiat-kiat tasamuh
dalam bermasyarakat
Materi
3. Peserta diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
menyampaikan dakwah tentang konsep tasamuh dalam Islam.
1. Pengertian toleransi dalam bermasyarakat
2.Konsep tasamuh dalam perspektif Islam
Metode
3. Bentuk-bentuk sikap tasamuh dalam bermasyarakat
4.Kiat-kiat tasamuh dalam bermasyarakat
-Presentase
-Simulasi
Alat dan Bahan
Waktu
Proses
-Diskusi
- Studi Kasus
- LCD Projector
-Laptop
- Kertas plano flip-chart dan spidol
90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’)
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit)
Menjelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses
pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini.
2. Diskusi Kelompok (25 menit)
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 (tiga) kelompok.
b.Fasilitator menjelaskan dengan singkat topik-topik diskusi:
pengertian tasamuh dalam Islam, manfaat sikap tasamuh
dalam bermasyarakat, dan bentuk-bentuk sikap tasamuh dalam
bermasyarakat.
c. Peserta melakukan diskusi kelompok dan menuliskan hasil
disikusi pada kertas plano flip-chart.
52
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
Proses
3. Presentase (50 menit)
a.Setelah waktu diskusi kelompok habis, fasilitator meminta
peserta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Berikan waktu maksimal 15 menit kepada setiap kelompok
termasuk tanya jawab dengan peserta dari kelompok lain.
b.Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompok, ajaklah mereka untuk membuat beberapa rumusan
tentang pengertian tasamuh dalam perspektif Islam, manfaat
sikap tasamuh dalam bermasyarakat, dan bentuk-bentuk sikap
tasamuh dalam bermasyarakat.
4. Fasilitator menutup sesi (5 menit)
Fasilitator menutup sesi dengan membacakan kembali beberapa
rumusan hasil diskusi dan memberikan apresiasi atas partisipasi
aktif para peserta.
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
53
LEMBAR INFORMASI KUNCI
Toleransi (tasamuh) artinya memberikan kesempatan kepada setiap manusia untuk menjalankan
keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama dalam
pelaksanaan keyakinan itu tidak mengganggu ketertiban umum. Toleransi menunjukkan adanya
rights for self determination (hak menentukan nasib sendiri/pribadi) yang merupakan salah
satu prinsip dari hak asasi manusia. Sikap toleransi ini amat dibutuhkan untuk mewujudkan
masyarakat yang marhamah dan harmonis.
Toleransi menunjukkan adanya interaksi dialogis secara seimbang. Suasana dialogis
menggambarkan adanya pergaulan antara pribadi-pribadi yang saling berusaha mengenal
pihak lain sebagaimana adanya.21 Interaksi dialogis ini diperlukan karena adanya keragaman
suku, agama, dan ras. Dalam kaitan ini, dialog antar umat beragama menunjukkan bahwa setiap
penganut agama bersedia mengemukakan pengalaman-pengalamana keagamaaan mereka
yang berakar pada tradisi agama masing-masing.22 Untuk melakukan dialog demi terwujudnya
toleransi diperlukan sikap dasar, seperti: keterbukaan (inklusif), kesediaan bertukar fikiran
dengan orang atau kelompok yang jelas-jelas berbeda, saling mempercayai, dan keinginan untuk
membangun kehidupan yang membawa rahmat. Kejujuran dalam mengemukakan ide atau
fakta akan sangat membantu bagi semua pihak untuk mengambil keputusan yang bertanggung
jawab bagi kepentingan bersama.
Sesungguhnya sikap toleransi ini sudah sejak lama dipraktekkan dalam dalam tradisi Islam. Islam
menghargai kemerdekaan setiap orang untuk memeluk dan mengamalkan suatu agama. Islam
mengajarkan bahwa setiap orang yang dilahirkan tidak untuk dirampas kemerdekaannya, yang
mana telah diberikan oleh Allah. Mandat yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
hanyalah terbatas pada menyampaian ajaran Islam dan bukan untuk memaksa orang lain untuk
memeluk Islam, sebab mandat untuk memberikan hidayah hanya dimiliki oleh Allah sematamata23.
Pada masa Rasulullah Saw., dakwah Islam yang dijalankan telah menggambarkan sikap toleransi.
Di Madinah orang-orang nasrani dan yahudi mendapat perlindungan dan perlakuan yang adil.
Mereka oleh nabi disebut sebagai golongan dzimmi24. Perlindungan dan perlakuan yang adil ini
menunjukkan bahwa umat Islam mempunyai sikap toleransi25
Seluruh nabi dan rasul yang diutus oleh Allah memiliki misi yang sama yaitu menyerukan pada
umat manusia untuk mentauhidkan Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Anbiyā:
25
21 D. Hendropuspito, sosiologi Agama, Cet. II, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), h. 172.
22 Seri Dialog Antar-Imaan (Dian), Dialog : Kritik dan Identitas Agama, (Yogyakarta : Dian/Interfidei, tahun I), h. xix.
23 Yunus Ali al-Muhdhar, Toleransi Kaum Muslimin dan Sikap Musuh-musuhnya, Cet. I, (Surabaya : Bungkul Indah, 1994), h.
11-12.
24 Yang dimaksud dengan golongan dzimmi adalah orang-orang yang mendapat jaminan dan perlindungan dalam
masyarakat Islam. Kata dzimmi itu sendiri berarti perjanjian yang disetujui dan dihormati. Golongan dzimmi ini telah
terikat suatu perjanjian dengan orang-orang Islam, sehingga mereka memperoleh jaminan keselamatan jiwa dan harta.
Orang-orang Islam tidak diperbolehkan melakukan penganiayaan terhadap mereka.
25 Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar
Agama : Sejarah Toleransi dan Intoleransi Agama dan Kepercayaan Sejak Jaman Yunani, (Surabaya : Bina Ilmu, t.th.), h.
257.
54
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
Artinya:
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu
sekalian akan aku.”
Pengakuan al-Quran terhadap pluralitas kelompok sosial dan perlunya toleransi tercermin
dalam konsep li taʿārafū (untuk saling kenal) sebagaimana tersebut dalam firman Allah. Dalam
al-Ḥujurāt: 3
Ajaran toleransi dalam Al-Quran bukan saja menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup antar
kelompok manusia, tetapi juga menyangkut kehidupan keberagamaan. Hal ini dapat ditemukan
dalam al-Baqarah: 139
Artinya:
“Katakanlah: ‘Apakah kamu memperdebatkan dengan Kami tentang Allah, Padahal Dia adalah
Tuhan Kami dan Tuhan kamu; bagi Kami amalan Kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya
kepada-Nya Kami mengikhlaskan hati’.
Firman Allah dalam al-Shūrā: 15,
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
55
Artinya:
“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan
kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: “Aku beriman kepada
semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu.
Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal
kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan
kepada-Nyalah kembali (kita).”
Firman Allah dalam al-Kāfirūn: 6,
Artinya:
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
Ayat-ayat ini mengakui pluralisme kelompok sosial berdasarkan bahasa, suku bangsa, dan
agama. Dalam kaitannya dengan agama, al-Quran memberikan ketentuan yang jelas bahwa
dalam hal pengamalan ajaran agama masing-masing harus diarahkan kepada penganut masingmasing agama itu sendiri.26
Oleh sebab itu, Islam mewajibkan umatnya untuk mengimani kitab-kitab yang diturunkan
sebelum al-Quran dan rasul-rasul Allah yang datang sebelum Nabi Muhammad mengingkari
kewajiban ini berarti mengingkari kebenaran ajaran Islam itu sendiri. Hal ini berarti bahwa
sikap toleran terhadap penganut agama lain merupakan konsekuensi teologis dari keyakinan
akan kebenaran Islam. Ajaran agama lain pun sesungguhnya mengajarkan perlunya menjalin
cinta kasih dan persaudaraan antara sesama manusia.
Toleransi seperti inilah yang dipraktekkan oleh Rasulullah sebagaimana terungkap pada salah
satu diktum yang ada dalam Piagam Madinah:
“Dan orang-orang Yahudi bekerja sama dengan orang-orang beriman (kaum muslimin) selama
mereka tidak memerangi. Dan sesungguhnya Yahudi Banu Auf adalah merupakan satu umat
dengan orang-orang mukmin. Bagi orang-orang Yahudi agama mereka, dan bagi orang-orang
muslim juga adalah agama mereka. Demikian pula halnya dengan sekutu dan diri masing-masing
mereka. Bila di antara mereka (dilindungi untuk) ada yang melakukan aniaya dan berbuat dosa,
maka akibatnya akan ditanggung oleh diri dan keluarganya.”27
Sikap toleran ini juga telah dicontohkan oleh kaum salaf28 yang meliputi berbagai bidang,
seperti: fiqh, tauhid, dan akhlak yang didalamnya banyak berbicara tentang persoalan-persoalan
kemanusiaan sebagai cerminan Islam yang penuh dengan semangat toleransi. Berbagai data
historis telah mengabsahkan pendirian normatif ini terutama dalam praktek pemerintahan
Islam yang penuh dengan semangat toleransi.
Dalam praktek pemerintahan Islam diakui adanya kemajemukan sehingga pemerintahan
Islam juga memberi manfaat yang besar bagi kelompok non-muslim. Dalam beberapa episode
26 Muhammad Amin Suma, Pluralisme Agama Menurut Al-Qur’an: Telaah Aqidah dan Syari’ah, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2001), h. 132-133.
27 Ibn Katsir, al-Sirah al-Nabawiyyah, (Beirut-Lubnan: Dar al-Fikr, 1411 H./1990 M.), h. 322.
28 Kaum salaf merupakan kelompok para sahabat yang terdekat dengan masa kehidupan Nabi Muhammad saw. Perilaku
keberagamaan mereka diyakini sesuai benar dengan praktek kehidupan nabi dalam menjalankan ajaran Islam, sebab
mereka mendengar dan melihat langsung praktek-praktek kehidupan nabi.
56
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
pemerintahan Islam terdapat lima jaminan dasar yang diberikan kepada masyarakat umum,
yakni: pertama, keselamatan fisik warga masyarakat dari tindakan badani di luar ketentuan
hukum; kedua, keselamatan keyakinan ajaran masing-masing tanpa ada paksaan untuk
berpindah agama; ketiga, keselamatan keluarga dan keturunan; keempat, keselamatan harta
benda dan milik pribadi di luar prosedur hukum; dan kelima, keselamatan profesi29.
Ada tiga faktor yang dapat menjadi sumber konflik sosial, yaitu: kompetisi yang tidak sehat,
ketidakpercayaan kepada pihak lain, dan arogansi. Tiga faktor inilah yang menyebabkan manusia
hidup dalam suasana berhadap-hadapan dalam keadaan siaga. Untuk membangun masyarakat
yang harmonis dan damai diperlukan interkasi antarkelompok yang pluralis-dialogis,yaitu
menghargai dan menempatkan orang lain dalam perspektif saya dan menempatkan saya dalam
kehadiran orang lain.
Setiap anggota masyarakat perlu memiliki sikap toleran dalam bentuk: pertama, menghilangkan
sikap saling curiga dan benih-benih permusuhan; kedua, tidak melakukan generalisasi dalam
melihat suatu fenomena keagamaan, yakni tindakan atau ucapan seseorang atau kelompok
penganut agama tertentu lalu digeneralisasikan sebagai sikap menyeluruh dari penganut
agama yang bersangkutan; ketiga, mengembangkan suasana positive thinking (berpikir positif)
dengan berusaha memahamai dan menghargai keyakinan orang lain.
Dalam proses dakwah, para dai harus menghindari penafsiran yang keliru terhadap ajaranajaran Islam dan ajaran agama non-Islam. Kesalahan dalam menginterpretasikan ajaran
Islam akan melahirkan tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Begitu juga
kesalahan dalam menafsirkan agama lain akan menjadi batu sandungan dalam mewujudkan
kehidupan yang harmonis. Karenanya, kompetensi dai dalam hal memahami ajaran agama nonIslam amat dibutuhkan sebab seorang dai harus menyumbangkan pemahamannya terhadap
kepercayaannya sendiri dan sekaligus mengapresiasi secara positif kepercayaan-kepercayaan
lainnya.30
Frithjof Schuon menyebutkan bahwa secara esoteris (hakikat) pada dasarnya setiap agama
sama, bedanya hanya dalam aspek eksoteris (bentuk).31 Dalam perjalanan sejarah dakwah
Islam, Thomas W. Arnold menggambarkan orang-orang yang masuk Islam itu adalah sematamata atas keinsafan sendiri tanpa suatu paksaan.32Terjadinya peperangan dalam sejarah Islam
lebih bersifat defensif daripada ofensif. Ketika alternatif lain sudah tertutup, maka satu-satunya
jalan untuk membela kebenaran adalah berperang. Peperangan itu sendiri masih memegang
teguh etika Islam untuk tidak melakukan kesewenang-wenangan kepada mereka yang sudah
tidak berdaya.
29 Budi Munawar Rachman (ed.), Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Cet. I, (Jakarta : Paramadina, 1994), h. 546.
30 W. Montgomery Watt, Islam and Christianity Today: A Contribution to Dialoque, diterjemahkan oleh Eno Syafruddin dengan
judul ‘Islam dan Kristen Dewasa Ini: Suatu Sumbangan Pemikiran Untuk Dialog’, Cetakan Pertama, (Jakarta: Gaya Gramedia
Pratama, 1991), h. 214.
31 Frithjof Schuon, The Trancendent Unity of Religion, diterjemahkan oleh Safroedin Bahar dengan judul ‘Mencari Titik Temu
Agama-agama’, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), h. x.
32 Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam, diterjemahkan oleh A. Nawawi Rambe dengan judul ‘Sejarah Dakwah Islam’,
Cetakan Kedua, (Jakarta: Widjaya, 1981), h. 128.
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
57
Lampiran
58
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
SESI 4 : KONSEP ISLAH DALAM ISLAM
Tujuan
1. Peserta diharapkan memiliki pengetahuan tentang Islah dalam Islam
serta dapat menerapkan sikap islah dalam kehidupan bermasyarakat
2. Peserta diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam menyampaikan dakwah tentang konsep Islah Dalam Islam
Materi
Metode
3. Peserta diharapkan memiliki keterampilan dalam menyampaikan
dakwah tentangIslah dalam Islam.
1. Pengertian Islah dalam bermasyarakat
2.Konsep Islah dalam persfektif Islam
3. Bentuk-bentuk sikap Islah dalam bermasyarakat
-Presentase
-Simulasi
Alat dan Bahan
-Diskusi
- Pemutaran Film
- LCD Projector
-Laptop
Waktu
Proses
-Film
- Kertas plano flip-chart dan spidol
90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’)
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit)
a.Jelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses
pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini (Slide No. 1-2).
b. Selanjutnya, kondisikan peserta untuk menyaksikan tayangan
film.
2. Tayangkan film (15 menit)
Jelaskan bahwa film ini hanya sebuah ilustrasi untuk memberikan
gambaran yang lebih konkrit tentang forum publik. Peserta tidak
perlu memberikan penilaian terhadap substansi maupun kualitas
film tersebut.
3. Tugaskan peserta untuk menjawab pertanyaan pada Lembar Tugas
(15 menit)
a. Setelah tayangan film selesai, bagikan Lembar Tugas kepada
setiap peserta.
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
59
Proses
b.Jelaskan dengan singkat petunjuk untuk menjawab setiap
pertanyaan dalam Lembar Tugas (Slide No. 3). Berikan penjelasan
tambahan, jika ada peserta yang memerlukan penjelasan
tentang tugasnya. Berikan batasan waktu kepada peserta untuk
menyelesaikan tugasnya.
4. Diskusikan jawaban peserta (30 menit)
a. Setelah waktunya habis, minta peserta maksimal 15 menit
mengumpulkan jawabannya. Kelompokkan jawaban peserta
berdasarkan nomor pertanyaan.
b. Bacakan setiap jawaban peserta berdasarkan urutan pertanyaan.
Mintalah penjelasan kepada peserta jika jawabannya dinilai
kurang jelas. Jawaban yang sama tidak perlu dibacakan, langsung
saja dikumpulkan dengan kartu jawaban yang sama.
c. Berdasarkan jawaban peserta atas semua pertanyaan, ajak
peserta untuk menyimpulkan pemahaman peserta tentang Islah
dalam Islam dengan mengajukan pertanyaan, “Apa yang dapat
kita simpulkan tentang islah yang baru didiskusikan ”
d. Catatlah point-point kesimpulan tersebut dalam kertas plano
flip-chart.
5. Bagikan Lembar Informasi Kunci kepada peserta (5 menit)
Jelas bahwa lembar informasi tersebut memuat konsep tentang
Islah dalam Islam yang akan dikembangkan. Untuk mendapatkan
informasi lebih dalam, peserta dapat membaca sumber-sumber
referensi yang daftarnya tersedia dalam lembar informasi tersebut.
6. Berikan presentasi singkat tentang Islah dalam Islam (10 menit)
Pada saat memberikan paparan, berikan penekanan pada konsep
Islah dalam Islam (slide 5,6)
7. Fasilitator menutup sesi (5 menit)
Tutup sesi ini dengan kesimpulan tentang Islah dalam Islam dan
pentingnya Islah dalam mewujudkan Democratic Governance.
Berikan apresiasi kepada semua peserta yang telah mengikuti
proses pembelajaran secara aktif dan antusias dengan tepuk tangan
bersama.
60
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
LEMBAR INFORMASI KUNCI
Konflik sosial dalam berbagai bentuknya merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan
bermasyarakat. Dalam hal ini, konsep Islah kemudian ditawarkan sebagai solusi yang tepat,
selain dipergunakan untuk mengolah perbedaan-perbedaan menjadi sumber energi sosial dan
juga sebagai pola manajemen konflik untuk mengatasi konflik sosial tersebut.
Pengertian Iṣlāḥ
Iṣlāḥ (perdamaian) adalah usaha untuk memperbaiki hubungan diantara manusia yang
bersengketa Menurut Prof. T.M. Hasbi as Shiddiqy (1995), pengertian iṣlāḥ yaitumengulurkan
tali yang kuat dan kukuh antara manusia, teristimewa antara mereka yang timbul diantaranya
persengketaan, baik mengenai urusan darah (jiwa) maupun urusan harta, dan kehormatan
ataupun urusan politik dan taktik perjuangan. Allah memberikan petunjuk pelaksanaan islah
melalui firmannya dalam al-Hujurāt: 9
Artinya:
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan
antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah
yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau
dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku
adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
Macam-Macam Iṣlāḥ
Para ulama membagi perdamaian yang terjadi antara dua golongan yang bersengketa, yaitu:
1. Perdamaian yang dilaksanakan antara orang muslim dengan orang kafir
Perdamaian semacam dicontohkan oleh rasulullah pada tahun 6 H. Beliau beserta sahabat
bermaksud melaksanakan umrah, namun sesampainya di Hudaybiyyah beliau mendengar
bahwa orang-orang kafir Quraish bermaksud menghalangi niat umrah tersebut. Maka
diutuslah ʿUthmān bin ʿAffān untuk melakukan perundingan dengan para pemuka Quraish.
Namun, setelah ditunggu beberapa lama Usman tidak juga muncul, bahkan terbetik berita
bahwa Usman dibunuh. Maka para sahabat menyertai melakukan sumpah setia untuk
mempertahankan Islam hingga titik darah penghabisan yang dikenal dengan “Baitur
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
61
Ridwan”. Mendengar berita tersebut para pemimpin Quraish khawatir akan keberanian
tentara muslim itu maka buru-buru mereka mengutus Suhail bin Amar mengadakan
perjanjian damai yang dikenal dengan “Perjanjian Hudaybiyyah”.
Isi perjanjian itu:
1. Pasukan Islam saat itu harus kembali ke Madinah, dan pada tahun berikutnya baru boleh
melakukan umrah. Pelaksanaan umrah tersebut tidak boleh lebih dari tiga hari.
2. Bersedia untuk tidak saling menyerang selama 10 tahun.
3. Bila ada orang Madinah berpihak kepada penduduk Mekkah supaya diizinkan, sebaliknya
jika penduduk Makkah condong ke Madinah hendaknya ditolak.
Sahabat Umar dan lain-lain merasa keberatan dengan isi perjanjian tersebut karena terkesan
meremehkan Islam, tetapi dengan keyakinan mantap akan pertolongan Allah ditandatangi
juga perjanjian itu oleh Rasulullah Saw. Dampak dari perjanjian itu adalah bagi penduduk
Mekkah yang selama bertahun-tahun hanya mendengar kabar buruk kehidupan umat Islam,
saat itu dapat dilihat bagaimana keindahan pergaulan penduduk madinah dibawah naungan
Islam. Akibatnya banyak penduduk Mekkah yang ingin masuk ke Madinah, tetapi karena
terhalang perjanjian hudaibiyah mereka akhirnya berkumpul di wilayah yang tak bertuan
diantara Mekkah dan Madinah. Keberadaan mereka mengganggu penduduk Mekkah. Dan
lebih kurang setahun para pemimpin Quraisy meminta perjanjian itu ditinjau kembali, maka
benarlah pilihan nabi.
2. Perdamaian antara penguasa dengan pemberontak
Jika suatu negara terjadi pemberontakan, hendakalah segera dipadamkan agar negara dapat
melanjutkan pembangunan. Namun sering terjadi bahwa pemberontak kekuatannya cukup
handal, maka untuk tidak berlarut-larut dalam suasana perang perlu ditempuh jalan damai
antara kedua belah pihak demi kesejahteraan masyarakat dan warga negara itu, secara adil
dan bijaksana.
3. Perdamaian antara suami dan istri
Hubungan antara suami dan istri kadang-kadang diwarnai silang pendapat antara
keduanya. Masing-masing pihak merasa paling benar, tidak ada yang mau mengalah,
akibatnya sering terjadi suami membiarkan istrinya terkatung-katung nasibnya, demikian
juga tentang nafkah. Maka dalam rangka menjaga keutuhan rumah tangganya seorang istri
boleh membuat perdamaiansehingga keduanya dapat rukun kembali. Dan perdamaian itu
hendaklah melibatkan juru damai dari kedua belah pihak (seorang dari pihak suami dan
seorang dari pihak istri) agar dikemudian hari peristiwa itu tidak terjadi lagi.
4. Perdamaian antara dua orang yang terlibat piutang
Bila dua orang yang terlibat utang piutang cenderung terjadi saling gugat menggugat,
hendaklah kita beusaha mendamaikan, sebagaimana Rasulullah pernah mendamaikan
Kaʿab bin Mālik yang berhutang kepada Ibnu Abī Hadrad dengan cara membayar separoh
dulu dari hutangnya. Kekurangannya dirundingkan kemudian. Karena apabila masalah
62
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
hutang-piutang harus berakhir harus berakhir di ruang pengadilan bukan tidak mungkin
justru yang menang bagai arang yang kalah jadi abu karena masing-masing menginginkan
perkara itu, sehingga tambah pengeluaran belanja.
5. Perdamaian antara pembunuh dengan wali yang terbunuh, agar bersedia menerima diyat33
Seseorang yang membunuh orang lain tanpa sebab syar’i, wajib dikenai hukumqiṣāṣ,34
yaitu dia harus ganti dibunuh. Namun jika mungkin wali dari si terbunuh diminta berdamai
dengan imbalan ganti rugi (diyat) lebih banyak dari yang semestinya agar si pembunuh tidak
dikenai hukum qiṣāṣ tersebut.
Cara-Cara Melakukan Iṣlāḥ
Segala cara dan usaha boleh dilakukan untuk mewujudkan perdamaian, sepanjang langkah
yang ditempuh itu tidak dimaksudkan untuk menghalalkan yang haram dan mengharamkan
yang halal. Rasulullah Saw.bersabda, “Perdamaian itu dilaksanakan antara para kaum muslimin
untuk menghasilkan perdamaian, kecuali perdamaian yang menghalalkan yang Allah haramkan
dan mengharamkan yang Allah halalkan.” (H.R. al-Turmudhī)
Hikmah Iṣlāḥ
Hikmah yang terkandung di dalam Iṣlāḥ (perdamaian) adalah sebagai berikut:
1. Akan mengembalikan kerukunan antara dua pihak yang semula bersengketa;
2. Tercabutnya akar permusuhan dan perselisihan dari pihak-pihak yang bersengketa; berganti
dengan tumbuh suburnya tali ukhuwah (persaudaraan);
3. Menghindarkan terjadinya pertumpahan darah;
4. Menghemat angaran belanja;
5. Menjauhkan kedua belah pihak dari pengingkaran terhadap kebenaran;
6. Menjauhkan rasa permusuhan dan dendam diantara sesama manusia;
7. Menyalurkan pikiran-pikiran positif dari kedua pihak kearah usaha-usaha yang bermanfaat
bagi masing-masing pihak maupun manusia secara keseluruhan;
8. Mendekatkan rahmat dan ampunan dari Allah.
33 Diyat adalah sejumlah harta yang wajib di berikan kepada pihak yang terbunuh. Diyat berlaku atas perbuatan pembunuhan
atau melukai atau menghilangkan manfaat anggota badan, Diyat di syari’atkan dengan maksud mencegah perampasan jiwa
atau penganiayaan terhadap manusia yang harus di pelihara keselamatan jiwanya.
ُ yang berarti mencari jejak seperti al-Qashâsh. Sedangkan dalam istilah
34 Qiṣāṣ berasal dari bahasa Arab dari kata ‫صِق‬
َ ‫صا‬
hukum Islamberarti pelaku kejahatan dibalas seperti perbuatannya, apabila membunuh maka dibalas dengan dibunuh dan
bila memotong anggota tubuh maka dipotong juga anggota tubuhnya.
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
63
LEMBAR TUGAS
Setelah menonton pemutaran film “Pembakaran Rumah Penangut Syiah di Madura”, jawablah
pertanyaan di bawah ini !
1. Apa peristiwa yang terekam dalam film singkat yang telah ditayangkan?
2. Mengapa peristiwa tersebut terjadi?
3. Apa yang akan Anda lakukan jika menjadi salah satu tokoh dari kelompok yang bertikai?
Dan bagaimana Anda melakukannya?
4. Apa dampaknya jika kedua kelompok yang bertikai tidak melakukan Islah?
5. Apa hubungan Islah dengan upaya melaksanakan prinsip dan mewujudkan tujuan dari
Democratic Governance?
64
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
Lampiran
- CD Film Pembakaran Rumah Penganut Syiah di Madura
- Power Point Presentasi
Lampiran
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
65
SESI 5: SIKAP TABAYYUN DALAM MENERIMA INFORMASI
Tujuan
1.Peserta diharapkan mampu memahami arti tabayyun dalam
menerima informasi.
2. Peserta diharapkan mampu mengaplikasikan sikap tabayyun dalam
menerima informasi.
Materi
Metode
Alat dan Bahan
Waktu
Proses
3. Peserta diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
menyampaikan dakwah tentang sikap tabayyun dalam menerima
informasi.
1.Pengertian tabayyun dalam menerima informasi
2. Manfaat sikap tabayyun dalam bermasyarakat
3. Implementasi sikap tabayyun dalam bermasyarakat
-Ceramah
-Presentase
-Diskusi
- LCD Projector
-Laptop
- Kertas plano flip-chart dan spidol
90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’)
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit)
Menjelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses
pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini.
2. Diskusi Kelompok (25 menit)
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 (tiga) kelompok.
b.Fasilitator menjelaskan dengan singkat topik-topik diskusi:
pengertian tabayyun dalam menerima informasi, manfaat sikap
tabayyun dalam bermasyarakat, dan implementasi sikap tasamuh
dalam bermasyarakat.
c. Peserta melakukan diskusi kelompok dan menuliskan hasil
disikusi pada kertas Plano flip-chart.
3. Presentase (45 menit)
a.Setelah waktu diskusi kelompok habis, fasilitator meminta
peserta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Berikan waktu maksimal 10 menit kepada setiap kelompok
termasuk tanya jawab dengan peserta dari kelompok lain.
66
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
Proses
b.Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompok, ajaklah mereka untuk membuat beberapa rumusan
tentang pengertian tabayyun dalam menerima informasi,
manfaat sikap tabayyun dalam bermasyarakat, dan implementasi
sikap tabayyun dalam bermasyarakat.
4. Fasilitator menutup sesi (15 menit)
Fasilitator melontarkan pertanyaan kepada peserta tentang
“Bagaimana keterkaitan antara Ikhtilaf, Ammar Ma’ruf Nahi Munkar,
Tasamuh, Islah dan Tabayyun dalam upaya mewujudkan perdamaian
dan menegakkan prinsip-prinsip Democratic Governance?”
Kemudian fasilitator menuliskan point-point pendapat peserta
di papan tulis. Lalu fasilitator menutup sesi dengan membacakan
kembali beberapa rumusan hasil diskusi dan memberikan apresiasi
atas partisipasi aktif para peserta.
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
67
LEMBAR INFORMASI KUNCI
Dinamika sosial-kemasyarakatan selalu ditandai dengan arus informasi. Tersedianya informasi
mengenai berbagai hal memungkinkan suatu komunitas untuk melakukan aktivitas baik
untuk kepentingan internal maupun eksternal. Persoalannya adalah tidak semua informasi
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Karena itu diperlukan selektifitas setiap anggota
masyarakat dalam menerima informasi tertentu sehingga dapat terhindar dari dampak negatif
tersebut.
Problematika sosial seringkali dipicu oleh adanya sikap generalisasi yang didasarkan
pada informasi yang tidak utuh. Menjadikan informasi yang tidak utuh sebagai alat untuk
membenarkan sikap dan perilaku tertentu dapat menyebabkan masyarakat berada dalam
kondisi yang tidak stabil. Dalam masyarakat selalu ada tarik-menarik kepentingan antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya. Situasi ini sangat berpotensi untuk melahirkan konflik,
terlebih lagi jika tidak ada filter informasi. Oleh karena itu, setiap anggota masyarakat harus
memiliki sikap tabayyun.
Tabayyun artinya melakukan klarifikasi, konfirmasi atau pemeriksaan secara teliti terhadap
informasi atau berita yang diterima. Dalam sebuah riwayat dari Qatādah disebutkan: “altabayyun min llāh wa al-‘ajala mina al-shayṭān” (sikap konfirmasi merupakan perintah Allah,
sementara sikap terburu-buru merupakan arahan syaitan).
Sikap tabayyun ini diperlukan untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam menanggapi
atau mengambil kesimpulan terhadap suatu informasi.
Dalam al-Ḥujurāt: 6 Allah SWT berfirman,
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Ayat ini, seperti yang dikemukakan oleh Ibn Kathīr, mengandung sebuah pelajaran yang penting
agar umat tidak mudah terpancing atau mudah menerima begitu saja berita yang tidak jelas
sumbernya, atau berita yang jelas sumbernya tetapi sumber itu dikenal sebagai media penyebar
berita palsu atau berita yang menebar fitnah. Apalagi perintah Allah ini berada di dalam surah
al-Ḥujurāt:, surah yang sarat dengan pesan etika, moralitas dan prinsip-prinsip mu’amalah.
Sayyid Quthb mengkategorikannya sebagai surah yang sangat agung lagi padat karena memang
komitmen seorang Muslim dengan adab dan etika agama dalam kehidupannya menunjukkan
kualitas akalnya (adab al abdi unwānu ʿaqlihi).
68
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
Peringatan dan pesan Allah dalam ayat ini tentu bukan tanpa sebab atau peristiwa yang
melatarbelakangi. Terdapat beberapa riwayat tentang sebab turunnya ayat ini. Dapat
disimpulkan, ayat ini turun karena peristiwa berita bohong yang harus diteliti kebenarannya
dari seorang al-Walīd bin ʿUqbah bin Abī Muʿīiṭ tatkala dia diutus oleh Rasulullah untuk
mengambil dana zakat dari Suku Bani al-Musṭaliq yang dipimpin waktu itu oleh al-Ḥārith bin
Ḍirār seperti dalam riwayat Imam Ahmad. Al-Walīd malah menyampaikan laporan kepada
Rasulullah bahwa mereka enggan membayar zakat, bahkan berniat membunuhnya, padahal
ia tidak pernah sampai ke perkampungan Bani al-Musṭaliq. Kontan Rasulullah murka dengan
berita tersebut dan mengutus Khalid untuk mengklarifikasi kebenarannya, sehingga turunlah
ayat ini untuk mengingatkan bahaya berita palsu yang disebarkan oleh orang fasik yang hampir
berakibat terjadinya permusuhan antar sesama umat Islam saat itu.
Yang menjadi catatan disini adalah peristiwa ini terjadi di zaman Rasulullah yang masih sangat
kental dan dominan dengan nilai-nilai kebaikan dan kejujuran. Oleh karena itu, bagaiamana
dengan zaman sekarang dimana semakin sukar untuk mencari orang yang senantiasa jujur dan
beri’tikad baik dalam menyampaikan informasi?
Secara bahasa, kata fāsiq dan naba’ yang menjadi kata kunci dalam ayat di atas disebut dalam
bentuk nakirah (indifinitive), ini menunjukkan seseorang yang dikenal dengan kefasikannya
serta menunjukkan segala bentuk berita dan informasi secara umum, baik berita yang besar atau
kecil, yang terkait dengan masalah pribadi atau sosial, dan berita yang besar yang melibatkan
segolongan kaum, atau komunitas tertentu yang berdampak sosial yang buruk.
Sayyid Ṭanṭāwī, seorang syaikh al-Azhar mengemukakan analisa redaksional bahwa kata
“in” yang berarti “jika” dalam ayat “jika datang kepadamu orang fasik membawa berita”,
menunjukkan suatu keraguan yang mengajarkan prinsip pada seorang Mu’min untuk bersikap
ragu dan berhati-hati terlebih dahulu terhadap segala informasi dari seorang yang fasik, untuk
kemudian melakukan pengecekan akan kebenaran berita tersebut sehingga tidak menerima
berita itu begitu saja atas dasar kebodohan (jahalah) yang akan berujung kepada kerugian
dan penyesalan. Mengacu pada ayat ini, sebagian ulama hadis melarang untuk tidak menerima
berita dari seseorang yang majhūl (tidak diketahui kepribadiannya, terlebih bagi yang memiliki
kepribadian yang buruk). Hal ini dikarenakan kemungkinan fasiknya sangat jelas.
As-Saʿdī membagi sumber (media) untuk mengklarifikasi kebenaran suatu berita menjadi
tiga, yaitu: pertama, berita dari seorang yang jujur yang secara hukum harus diterima; kedua,
berita dari seorang pendusta yang harus ditolak; dan ketiga, berita dari seorang yang fasik yang
membutuhkan klarifikasi akan kebenarannya.Yang harus diwaspadai adalah berita yang berasal
dari orang fasik. Kita juga dilarang untuk mudah percaya begitu saja terhadap sebuah informasi
yang datang dari seorang fasik.
Allah juga mengingatkan agar tidak menyebarkan berita yang tidak jelas sumbernya tersebut
seperti tertulis dalam Qāf: 18:
Artinya:
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas
yang selalu hadir.”
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
69
Sebagai contoh yang mencerminkan ayat diatas adalah sikap terbaik dari seorang mukmin, para
sahabat yang dipelihara oleh Allah saat tersebarnya isu pemberontakanyang mencemarkan
nama baik Aisyah. Mereka tetap berbaik sangka terhadap sesama Mu’min dan senantiasa
berwaspada terhadap orang yang fasik. Ini juga berlaku terhadap musuh Allah yang jelas
memang menginginkan perpecahan dan perselisihan di tubuh umat Islam.
Dalam al-Nūr: 16
Artinya:
“Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah
pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang
besar.”
70
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
Lampiran
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
71
72
POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN
POKOK BAHASAN 3
ISLAM DAN SOLIDARITAS
SOSIAL
POKOK BAHASAN 3
ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
Islam dan solidaritas sosial adalah istilah baru yang dipakai oleh kelompok pemaham Islam
moderat untuk mengeksplorasi nilai Islam agar lebih dekat dan berperan dalam penyelesaian
isu-isu sosial. Emile Durkheim dalam bukunya TheDivision of Labour in Societymenyebutkan
dua istilah tentang solidaritas, yaitu solidaritas mekanik1 dan solidaritas organik.2
Sejak saat itu, istilah solidaritas sosial mulai populer. Solidaritas sosial menurut Emile Durkheim
adalah kohesi sosial (daya tarik-menarik) antara individu-individu yang saling bergantung yang
menghasilkan interaksi sosial lain yang lebih kompleks.
Di dalam Islam, solidaritas sepadan dengan konsep al-taʿāwun. Di dalam al-taʿāwun terdapat
konsep al-ukhuwwah atau prinsip-prinsip persaudaraan. Prinsip persaudaraan bisa beroperasi
di dalam ikatan komunal Muslim saja (al-ukhuwwah al-Islāmiyyah), di dalam kemanusiaan
universal (al-ukhuwwah al-insāniyyah), di dalam semua penciptaan (al-ukhuwwah alʿubūdiyyah) atau di dalam berbangsa dan bernegara (al-ukhuwwah al-waṭaniyyah).
SESI 1 TA’AWUN
Tujuan
1. Peserta mampu menemukan kontekstualisasi konsep ta’awun dalam
pelaksanaan hidup di tengah masyarakat, organisasi dan institusi
yang ada.
2. Peserta diharapkan memahami dan mengaplikasikan fungsionalisasi
zakat, infaq, dan sedekah dalam kehidupan masyarakat.
3. Peserta diharapkan memahami dan mengaplikasikan kemandirian
dan kesalehan sosial dalam kehidupan masyarakat.
Materi
Metode
4. Peserta diharapkan memiliki keterampilan untuk menyampaikan
dakwah tentang Islam dan solidaritas sosial.
1.Ta’awun.
2. Fungsionalisasi zakat, infak dan sedekah.
3. Kemandirian dan kesalehan sosial.
-Presentasi
- Studi kasus
-Diskusi
- Simulasi ceramah
1Solidaritas mekanik adalah masyarakat/suatu kelompok sosial yang didasarkan pada kesadaran kolektif, kebersamaan,
dan hukum yang berlaku bersifat menekan.
2
Solidaritas organik adalah masyarakat/suatu kelompok social yang didasarkan pada saling ketergantungan antar anggota
dan spesialisasi pembagian kerja dengan hukum yang berlaku bersifat restitutive/memulihkan.
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
75
Alat dan Bahan
-LCD projector dan laptop.
- File film.
- Kertas/kartu metapan.
Waktu
Proses
- Kertas plano flip-chart, papan tulis, spidol.
180 Menit’ (4 sesi @ 45 Menit’)
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit).
Fasilitator menjelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan
proses pembelajaran serta membagi peserta menjadi 4 kelompok.
2. Setiap kelompok mendiskusikan tentang studi kasus yang ada di
masyarakat (30 menit).
3. Setiap kelompok menggali pesan dalam kasus yang didiskusikan
menyangkut prinsip solidaritas sosial, menuliskannya dalam kertas
plano.
4. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi secara
pleno bergilir.
5.Fasilitator memandu pleno, mengelaborasi dan menyelaraskan
pemahaman antar kelompok melalui prinsip belajar bersama.
Fasilitator menutup sesi (5 menit).
Fasilitator menutup sesi dengan membacakan hasil diskusi.
76
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
LEMBAR INFORMASI KUNCI
Solidaritas berbeda dengan karitas3. Solidaritas adalah penguatan mandiri secara horisontal
sedangkan karitas terjadi secara vertikal melalui relasi ketergantungan. Kekuatan solidaritas
merata di semua kapasitas yang dimiliki oleh individu dan komunitas. Komunitas yang kuat
adalah komunitas yang berhasil bertahan dari kerentanan melalui inisiatif masif dengan cara
bersatu dan bekerjasama. Persatuan dan kerjasama adalah istilah pertama yang bisa dihasilkan
dari solidaritas.
Islam adalah agama yang merupakan rahmat bagi alam semesta, Islam raḥmatan li al-‘ālamīn.
Konsep al-‘ālamīn atau alam semesta mengandung makna kesatuan yang utuh. Kesatuan ini bisa
juga berarti kesamaan di hadapan hukum alam. Bahwa alam semesta adalah satu penciptaan
yang utuh. Sebelum dikenal istilah perbedaan, spesialisasi dan keunikan, semua penciptaan ada
dalam ikatan bersama.
Taʿāwun
Berikut ini adalah prinsip-prinsip Islam yang berkaitan dengan tolong menolong:
Artinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.
3
Pengertian karitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah uang atau barang yang disumbangkan untuk menolong
orang miskin atau orang yang tertimpa bencana. Karitas juga merujuk pada organisasi kemanusiaan yang mengumpulkan
uang untuk keperluan kemanusiaan (Lihat http://kbbi.web.id/karitas)
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
77
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Yaḥyā bin Yaḥyā al-Tamīmī dan Abū Bakr bin Abū Shaybah dan
Muhammad bin Al ‘Ala Al Hamdani -dan lafadh ini milik Yahya- dia berkata: telah mengabarkan
kepada kami, dan berkata yang lainnya, telah menceritakan kepada kami Abū Muʿāwiyah dari alAʿmasī dari Abū Ṣāliḥ dari Abū Hurayrah dia berkata: Rasulullah telah bersabda: “Barang siapa
membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya
dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang
berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang
siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah
akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim.”
(H.R. Muslim).
Solidaritas dan Anti Kekerasan
Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.” (Ali ʿImrān: 159)
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami
Abdurrazaq berkata, telah memberitakan kepada kami Maʿmar dari Jābir al-Juʿfī dari ʿIkrimah
dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah bersabda: “Tidak boleh berbuat madlarat (kepada diri
sendiri) dan hal yang menimbulkan kesulitan (kepada orang lain).” (H.R. Ibn Mājah).
78
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
Artinya:
“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan
antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”(Fussilāt: 34)
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (al-Hujurāt: 10)
Artinya:
“Dan jika seorang wanita khawatir akan nushūz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak
mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu
lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir, Dan jika kamu bergaul
dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nushūz dan sikap tak acuh), maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Nisā’: 128)
Artinya:
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (al-Mumtahanah: 8)
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
79
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah telah menceritakan kepadaku ayahku. Telah
menceritakan kepada kami Yaḥyā bin Ghaylān telah menceritakan kepada kami Rishdin dari
Zabbān dari Sahal dari ayahnya dari Muʿādh, ia bertanya kepada Nabi tentang keimanan yang
paling utama, beliau menjawab: “Engkau mencintai karena Allah, menggunakan lidahmu untuk
menyebut Allah.” Muʿādh bin Jabal bertanya: Apa lagi wahai Rasulullah? Beliau bersabda; “Engkau
mencintai untuk orang seperti yang kau cintai untuk dirimu sendiri, membenci untuk mereka
seperti kau benci untuk dirimu sendiri.” (H.R. Aḥmad)
Solidaritas dan Anti Korupsi
Suap gratifikasi (suḥt) atau menyembunyikan sesuatu yang bukan haknya (al-ghul).
1. Rishwah; Larangan menyuap
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ibnu Abū
Dhiʿb dari al-Ḥārith bin ʿAbd al-Rahmān dari Abū Salamah dari Abd l-lāh bin ‘Amru ia berkata,
“Rasulullah melaknat orang yang memberi uang sogokan dan orang yang menerimanya.”(H.R.
Abū Dawd).
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Abu Musa Muhammad bin Al Mutsanna, telah menceritakan
kepada kami Abu Amir Al ‘Aqadi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari bibinya
Al Harits bin Abdurrahman dari Abu Salamah dari Abdullah bin Umar ia berkata; Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam melaknati penyuap dan yang disuap. Abu Isa berkata; Hadis ini hasan
shahih.”(H.R. al-Tirmidhī).
80
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami ʿAffān telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah berkata;
telah menceritakan kepada kami Umar bin Abu Salamah dari bapaknya dari Abu Hurairah
berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah melaknat orang yang menyuap
dan yang disuap dalam hukum.”(H.R. Aḥmad).
2. Al-suht, larangan gratifikasi atau memberi sesutu agar memperoleh sesuatu di luar
haknya
Artinya:
“Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat
dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah
kerjakan itu. (al-Māʿidah: 62).
Artinya:
“Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
81
mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram?. Sesungguhnya amat buruk apa
yang telah mereka kerjakan itu.”(al-Māʿidah: 63)
3. Al-ghul, larangan menyembunyikan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang bukan
haknya.
Artinya:
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu
mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (al-Isrā’: 29).
82
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
LEMBAR KERJA
Tugas diskusi dalam Kelompok
A. Kelompok 1 dan 2 membaca studi kasus 1. Kemudian jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Apa permasalahan sosial yang terkandung dalam studi kasus 1?
2. Mengapa permasalahan tersebut bisa terjadi?
3. Bagaimana seharusnya tindakan dan sikap umat Islam untuk mencegah terjadinya
pengulangan fenomena peristiwa tersebut dimasa mendatang?
4. Bagaimana relevansi Ta’awun dengan pencegahan terjadinya kasus serupa di masa
mendatang?
B. Kelompok 2 dan 3 membaca studi kasus 2. Kemudian jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Apa pesan moral dari studi kasus 2 ?
2. Mengapa permasalahan tersebut terjadi?
3. Apa yang bisa dilakukan umat Islam untuk mencegah terjadinya kasus pada studi kasus
2?
4. Bagaimana relevansi dari Ta’awun menurut Islam dengan upaya mengatasi permasalahan
dalam kasus 2?
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
83
Lampiran Alternatif Proses 1
Studi Kasus 1
Reporter:
• Lenasari Aristianti
• Johan Taruna
• Iwan Kurniawan
Juru Kamera:
• Warsam Aji Sukmana
• Medi Kuswadi
Indosiar.com, Depok - Anda tentu sudah tidak asing lagi mendengar nama Sumanti. Ya,
nama yang diberikan pada seorang wanita tanpa identitas. Sumanti jadi terkenal karena ia
diduga telah memanggang dan memakan bayi yang baru saja dilahirkan.
Rumah kosong yang terletak di Jalan Akses UI Cimanggis, Depok, Jawa Barat ini sekarang
menyedot perhatian banyak orang. Karena disinilah beberapa waktu lalu seorang perempuan
yang dikenal warga setempat gila, diduga membunuh dan memanggang bayi yang baru ia
lahirkan. Bahkan kemungkinan besar, ia pun memakannya.
Terbongkarnya peristiwa pembunuhan itu berawal dari rasa penasaran sejumlah warga
yang lama tidak melihat perempuan tunas wisma yang mereka ketahui tengah hamil itu.
Tahu-tahu ketika sang perempuan tersebut muncul, perut hamilnya sudah tak terlihat lagi.
Bahkan ada noda darah di kaki perempuan tersebut.
Merasa curiga, polisi dari Polsek Cimanggis pun segera dipanggil. Betapa terkejutnya ketika
mereka melihat apa yang ada dalam rumah kosong tempat korban biasa bermalam.
Awalnya pun mereka tidak bisa melihat apa yang terjadi. Karena ruangan tempat sang ibu
tidur gelap gulita. Polisi dan warga kemudian menjebol dinding menggunakan martil. Ibu
muda itu akhirnya harus dibius ketika akan ditangkap karena ia sempat melawan. Hingga ia
dibawa tak ada identitas jelas siapa sesungguhnya perempuan itu.
Warga sekitar sering melihat perempuan yang diduga gila itu mondar mandir disekitar
kawasan tersebut. Beberapa warga yang merasa kasihan bahkan pernah memberikan
baju dan uang kepadanya. Tapi karena sering telanjang, warga akhirnya mengusir wanita
tersebut, namun toh ia balik lagi.
Kini perempuan itu dirawat di Rumah Sakit Jiwa Dokter Haji Marzoeki Mahdi Bogor untuk
84
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
pemeriksaan lebih lanjut. Untuk mengungkap kematian bayi yang pernah ia kandung.
Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan pelaku memang terganggu kewarasannya.
Ada kecenderungan berhalusinasi. Apakah itu termasuk perilaku tak
berprikemanusiaan yang diduga dilakukan olehnya.
Rumah Sakit Jiwa Dokter Haji Marzoeki Mahdi Bogor Jawa Barat ketempat inilah perempuan
yang diduga memakan bayinya itu dibawa. Karena identitasnya masih belum diketahui, ia
pun diberi nama oleh pihak rumah sakit. Hal ini untuk mencegah data medisnya tertukar
dengan pasien lain.
Sumanti, demikianlah nama yang diberikan. Diambil dari tokoh kanibal asal Purbalingga
yang menonjol di tanah air yakni Sumanto. Setelah beberapa hari dirawat, kondisi Sumanti
yang baru melahirkan itu kian membaik. Ia sudah mampu makan dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
Setelah diperiksa secara mental tim dokter di rumah sakit jiwa ini sementara menyimpulkan
Sumanti menderita sakit jiwa yang biasa dialami gelandangan. Banyak hal memang yang
bisa jadi latar belakang penyebab kegilaan Sumanti yang kini masih diperiksa dokter yang
menanganinya.
Sementara itu kehamilan yang dialami Sumanti menurut sang dokter lazim dialami para
perempuan yang mengelandang dan gila seperti Sumanti. Namun demikian, sikap Sumanti
tidak agresif.
Kesendirian yang dialami Sumanti ini adalah hal lumrah bagi para gelandangan yang sakit
jiwa. Tapi bukan berarti putus pula harapan sembuh untuk mereka termasuk Sumanti. Apa
yang terjadi pada Sumanti dan bayi yang dikandungnya, bukan tak mungkin berulang pada
perempuan lain yang terganggu kewarasannya dan mengelandang di jalanan.
Sangat mungkin terjadi kembali bila tak ada yang peduli dengan nasib malang si penderita
halusinasi pendengaran seperti Sumanti.
Usman yang membuka rumah makan disekitar lokasi kejadian ingat benar saat itu. Hari
Selasa pagi sekitar jam setengah 8. Karena kondisi perutnya sudah tak lagi membuncit,
Usman dan beberapa warga kemudian mengikuti Sumanti.
Bahkan karena iba, Sumanti sempat mereka bersihkan. Kami pun menemui Harnowo di
rumahnya. Harnowolah yang tanpa segan mengangkat Sumanti dari ruangan rumah kosong
itu ke ruang lain, sehingga warga dapat mencari sang bayi.
Terungkapnya kisah Sumanti ini memang bisa dibilang berkat kepedulian warga. Merekalah
yang berinisiatif mencari tahu apa yang terjadi. Awalnya tidak ada yang menyangka soal
terpanggangnya sang bayi.
Bau anyir bahkan masih tercium saat Kami disana. Padahal sudah beberapa hari berlalu.
Peristiwa ini pun pastilah sulit dilupakan warga sekitar. Ibu Sukirno misalnya, masih ingat
saat warga berusaha mencari bayi yang diduga sudah dilahirkan Sumanti.
Walaupun aroma di tempat itu sangat busuk, mereka tetap mencari. Hingga akhirnya
terlihatlah hal yang mengejutkan itu. Sang bayi sudah tak utuh lagi. Sumanti pun marahmarah ketika mereka mencoba mengambil sisa-sisa tubuh bayi malang tersebut.
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
85
Dokter yang kemudian datang pun lalu membius Sumanti agar tak melawan saat dibawa.
Umumnya warga merasa kasihan dengan Sumanti.
Walaupun Sumanti sering marah kalau ditegur, tapi mereka paham benar kalau Sumanti
tidak waras. Selama ini kehadirannya tidak membahayakan. Karena itu mereka tidak
mengira walaupun ini baru sebatas dugaan Sumanti mampu berbuat seperti itu.
Kasus Sumanti sebetulnya bisa dicegah bila sedari awal ia tak dibiarkan berjalan
mengelandang terutama dalam kondisi fisik dan mental seperti ini. Inilah saatnya warga
dan instansi terkait aktif dalam menangani masalah sosial seperti ini. Jangan sampai ada lagi
kasus seperti ini. (Suprie)
Sumber : http://www.indosiar.com/ragam/sumanti-siapa-dirimu_56739.htm
Studi Kasus 2
Tebus Ijazah Anak Rp17 Juta, Ayah Nekat Jual Ginjal
VIVAnews - Meski bercucuran keringat, Sugiyanto (45) tetap semangat melakukan orasi di
bawah terik matahari kawasan Bundaran HI, Jakarta, Rabu 26 Juni 2013.
Ditemani oleh anaknya, Sarah Melanda Ayu (19), Sugiyanto membawa poster bertuliskan
bersedia menjual ginjal demi memperjuangkan nasib anaknya itu.
Sugiyanto nekat menjual organ tubuhnya untuk menebus ijazah anaknya yang ditahan oleh
pondok pesantren tempat anaknya menimba ilmu.
Ijazah tersebut ditahan oleh pihak sekolah yakni Ponpes Al-Ashiriyyah Nurul Iman, di Desa
Waru Jaya, Parung, Bogor.
“Anak saya selama 7 tahun mendapat pendidikan di sana. Tahun lalu lulus SMA, sempat kuliah
di sana beberapa bulan. Namun karena ada masalah di ponpes itu, anak saya keluar,” ujarnya.
Sugiyanto menambahkan, putrinya masuk ke ponpes sejak tahun 2005 dan lulus pada tahun
2012.
Dia diminta uang untuk menebus ijazah SMP dan SMA anaknya selama bersekolah di sana.
Awalnya Sugiyanto dijanjikan bahwa ijazah tersebut gratis, namun ketika pemimpin ponpes
meninggal dan digantikan oleh yang baru, dia diminta biaya tebusan, yakni Rp7 Juta untuk
jjazah SMP dan Rp10 Juta untuk ijazah SMA.
Sugiyanto yang hanya berprofesi sebagai penjahit mengaku bingung diminta uang sebesar
Rp17 Juta. “saya mohon ke pondok dengan mengajukan surat miskin namun ditolak,” kata
warga Tegal Alur, Jakarta Barat. Dia juga sempat mendatangi Komnas HAM, Kementerian
Pendidikan Nasional dan Kementrian Agama. Namun nasib ijazah anaknya masih tidak jelas.
“Saya sudah usaha ke sana kemari tapi tetap tidak ada kejelasan,” lanjutnya.
Karena masih tidak ada jalan keluar, akhirnya Sugiyanto berniat menjual ginjalnya. Dia
mengaku bersyukur jika ada orang yang mau memberikan bantuan kepada dirinya. Namun
Sugiyanto juga siap jika memang harus kehilangan organ tubuhnya.
86
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
“Kalau bukan karena ijazah anak saya, ditawar Rp1 miliar pun tidak mau saya jual. Kalau
memang diperlukan dan ada yang mau saya mau, demi anak saya, jantung pun saya jual.
Mati pun tidak apa-apa,” kata dia. (sj)
Sumber:
http://metro.news.viva.co.id/news/read/423879-tebus-ijazah-anak-rp17juta--ayah-nekat-jual-ginjal.
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
87
SESI 2 ISLAM DAN KESALEHAN SOSIAL
Tujuan
Materi
Metode
Alat dan Bahan
Waktu
Proses
Setelah menyelesaikan modul ini peserta diharapkan dapat memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan dakwah
tentang kemandirian dan kesalehan sosial.
- Kemandirian dan kesalehan sosial dalam persfektif Islam
- Manfaat kemandirian dan kesalehan sosial dalam bermasyarakat
- Kiat-kiat membangun kemandirian dan kesalehan sosial
-Presentase
- Simulasi ceramah
- LCD Projector
-Laptop
- Kertas plano flip-chart dan spidol
90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’)
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit)
Menjelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses
pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini.
2. Fasilitator meminta peserta membaca lembar informasi kunci pokok
bahasan 3 sesi 2 selama 15 menit.
3. Kemudian fasilitator meminta 3 orang peserta untuk mempraktekan
berceramah tentang topik Islam dan Kesalehan Sosial . Fasilitator
mengingatkan peserta agar dalam ceramahnya memasukan prinsip
Democratic Governance yang relevan (misalnya prinsip kesetaraan
dan keadilan). Masing-masing selama 7 menit. Minimal 1 dari 3
peserta yang diminta berceramah adalah perempuan.
4. Setelah peserta melakukan simulasi praktek ceramah fasilitator
mengundang peserta lain untuk memberikan masukan terhadap
peserta yang melakukan praktek berceramah. Fasilitator kembali
mengingatkan peserta dan menggali dari peserta hubungan
kesalehan sosial dengan Democratic Governance. Masukan yang
diharapkan disampaikan seputar retorika dakwah dan substansi.
88
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
LEMBAR INFORMASI KUNCI
Islam sebagai way of lifeatau jalan hidup, bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga
untuk kepentingan umum. Umat Islam sejatinya memiliki kesalehan pribadi dan kesalehan
sosial. Keduanya harus bersinerji dalam membentuk kehidupan yang religius dan humanis.
Dalam realitas, kerapkali kesalehan personal lebih dominan daripada kesalehan sosial. Akibatnya,
ritualitas berjalan semarak di satu sisi, namun di sisi lain terdapat berbagai ketimpangan
sosial. Fenomena sosial seperti: kemiskinan, keterbelakangan pendidikan, dan lingkungan yang
tidak tertib merupakan indikator minimnya kesalehan sosial. Lemahnya kemandirian juga
merupakan salah satu faktor munculnya kesenjangan sosial.Untuk itu diperlukan usaha terusmenerus untuk membangun kemandirian dan membentuk kesalehan sosial demi terwujudnya
kehidupan yang seimbang.
1. Kemandirian
Kemandirian adalah keadaan di mana seseorang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada
orang lain. Tapi, pada dasarnya tidak ada manusia yang mampu hidup berdiri sendiri tanpa
bergantung kepada orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak lepas dari kehidupan
bermasyarakat, mereka saling berhubungan, saling memberi dan menerima sehingga meskipun
ukurannya sedikit tetap saja memerlukan bantuan orang lain. Dalam perjalanan hidup manusia,
apa yang dimakan bukan hasil tanamannya sendiri, pakaian yang dikenakan juga bukan dari
kapas tanamannya sendiri, bukan memintal dan menjahit sendiri. Ketika sakit juga memerlukan
bantuan orang lain, terlebih ketika meninggal dunia juga tidak mampu masuk kuburan sendiri.
Dalam bermasyarakat kemandirian dapat diartikan sebagai kemampuan diri seseorang untuk
mengahasilkan “sesuatu” sebagai imbalan atau nilai tukar terhadap apa yang dibutuhkan, yang
dikonsumsi, dimiliki dan dinikmati. Mereka yang memiliki penghasilan sendiri untuk mencukupi
keperluan hidupnya dapat dipandang sebagai orang–orang yang telah mandiri.
2. Kesalehan sosial
Allah memiliki sifat “Qiyāmuhu bi nafsihi” artinya berdiri sendiri, kemandirian
Tuhan mutlak dan tidak dipengaruhi apalagi tergantung oleh hal-hal diluar diri-Nya.
Allah mustahil atau tidak mungkin mengambil manfaat dari semua bentuk dan hasil peribadatan
manusia kepada-Nya. Bahkan Tuhan juga mustahil mengambil manfaat dari keislaman dan
peribadatan manusia dalam arti yang seluas-luasnya.
Dengan demikian muncul pertanyaan serius, siapakah yang seharusnya mendapatkan manfaat
dari peribadatan manusia? atau siapa yang akan mendapat manfaat dan kebaikan dari buah
keimanan manusia? Buah dari keimanan manusia seharusnya dipetik atau dipersembahkan
kepada sesama manusia secara pribadi, keluarga atau masyarakatnya. Bahkan karena manusia
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
89
beriman harus menjalin persaudaraan antar makhluk maka keimanannya kepada Tuhan baru
punya arti apabila buahnya sudah bisa dinikmati oleh alam seisinya.
Dengan demikian bentuk ibadah yang mengandaikan Tuhan mempunyai kepentingan
mengambil manfaat dari ibadah kita, sepertinya harus dibenahi dan masuk
kategori melecehkan Tuhan. Ini bertentangan dengan sifat Qiyāmuhu bi nafsihi.
Rasulullah ersabda: “Sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikan manfaat kepada
sesama/orang lain.” (Hadis)
Fazlur Rahman seorang intelektual Muslim pernah menyatakan, seandainya Nabi Muhammad
seorang mistikus tentu beliau tidak akan kembali lagi ke bumi pada peristiwa Isrā’ Miʿrāj karena
pada saat itu beliau bertemu langsung dengan Allah. Dan pertemuan dengan Allah itulah puncak
spiritualitas dalam Islam.
Allah berfirman:
Artinya:
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
“Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan peristiwa yang sangat monumental bagi kehidupan
umat Islam. Sebagaimana kita ketahui perintah shalat 5 waktu di perintahkan kepada umat
Islam pada peristiwa ini. Shalat merupakan satu aktivitas sebagai wujud keimanan pada Allah.
Maka dikatakan bahwa shalat adalah tiang agama, barang siapa menegakkan solat maka dia
menegakkan agama dan barang siapa tidak menegakkannya berarti merubuhkan agama.
Tidak hanya itu shalat merupakan satu ibadah yang pertama kali akan dihisab di akhirat
kelak. Jika shalat kita baik maka amal ibadah yang lain juga akan baik. Maka dari sini kita bisa
menarik satu kesimpulan bahwa kualitas kesalehan pribadi seorang muslim bisa diukur dari
sejauh mana kualitas shalatnya. Sehingga demikian penting bagi kita untuk selalu menjaga
dan memperbaharui agar shalat kita semakin baik dan semakin khusuk. Shalat yang baik
secara umum bisa kita nilai dari banyak aspek antara lain memenuhi syarat dan rukun shalat,
dikerjakan dengan penuh keikhlasan dan istiqamah.
Dari aspek kualitatif Nabi, menyatakan dalam Hadis yang cukup panjang yang intinya dalam
beribadah kita harus bersikap ihsān (kesatuan ibadah dan penghayatan), yaitu sikap dalam
beribadah seolah-olah kita melihat Allah dan kalau tidak bisa seperti itu maka kita yakin bahwa
Allah melihat kita. Jika tahapan seperti ini sudah bisa kita lalui maka bisa dikatakan secara
pribadi kita sudah memiliki kualifikasi kesalehan.
Islam adalah agama yang ditujukan untuk memberikan rahmat bagi semesta alam. Tentunya
kesalehan yang bersifat pribadi seperti di atas belum cukup. Maka ada kualifikasi lain dari
90
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
aktivitas shalat yang baik yaitu shalat yang berimbas pada kemampuan mushalli (pelaku shalat)
dapat mencegah perbuatan keji dan munkar (al-Ankabūt: 45). Shalat melatih manusia untuk
selalu merasa dalam pengawasan Allah (muroqobah) sehingga dalam kehidupan sehari-hari
juga akan merasa diawasi oleh Allah sehingga akan takut untuk melakukan perbuatan kejahatan.
Shalat menjadikan manusia merasa bahwa Allah selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari,
tidak ada ketakutan selain ketakutan pada Allah, merasa kuat karena merasa Allah melindungi
kita. Bahkan Allah sendiri mengecam orang yang melakukan shalat tetapi lupa akan hakekat
shalat itu sendiri. “Celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang yang lalai dalam shalatnya
dan mereka yang riya (dalam shalatnya) dan enggan menolong dengan barang berguna” (alMāun:5-7). Maka dengan demikian semakin baik shalat seseorang semakin baik pula amal
sosialnya, semakin peka terhadap persoalan-persoalan dalam masyarakat. Dengan demikian
terdapat keseimbangan antara kesalehan pribadi dan kesalehan sosialnya. Islam bukanlah
agama mistik tetapi agama yang juga menekankan kerja sosial untuk rahmat dan kesejahteraan
alam semesta.
Masyarakat yang memiliki kesalehan sosial memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Masyarakat yang memiliki kesalehan sosial yang tinggi akan mengedepankan etika beragama
dan keberagamaan.
b. Masyarakat yang memiliki kesalehan sosial itu adalah mereka yang konsistenmenegakkan
hukum dan hukum menjadi aturan main.
c.Memiliki kepedulian sosial yang salah satu perwujudannya ditandai dengan
kesanggupanberbagi terhadap golongan yang lemah.Memiliki sikap toleran sebagai salah
satu perwujudan dari keimanan terhadap adanya pengikut kitab−kitab suci selain kitab
sucinya sendiri.
d. Masyarakat yang memiliki dimensi kesalehan sosial itu adalah mereka yang berorientasike
depan, sehingga akan selalu mementingkan “kerja keras” untuk membangun hari esok yang
lebih baik.
Dalam Islam, ibadah-ibadah ritual selalu memiliki pesan-pesan moral yang harus
diimplementasikan dalam praktek kehidupan. Puasa melahirkan kepekaan sosial. Pada saat
berpuasa, kita merasakan lapar dan dahaga. Sadarkah kita bahwa lapar dan dahaga yang
dirasakan itu adalah penderiataan yang sering dialami oleh orang-orang miskin. Karenanya,
orang yang telah melaksanakan puasa akan memiliki kepekaan sosial yang tinggi.Kepada orang
yang kikir, Allah SWT. telah memberikan peringatan dalam surah al-Humazah: 1-4,
Artinya:
”Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitunghitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak!
Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Ḥuṭamah.”
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
91
Ibadah qurban juga diharapkan dapat melahirkan kesalehan sosial. Setelah Nabi Ibrahim
menyembelih binatang sebagai pengganti anaknya, dagingnya dibagi-bagikan kepada fakir
miskin. Tindakan ini mengandung makna pemerataan. Pemerataan ini sangat kita butuhkan
untuk mengobati ‘luka-luka sosial’ berupa kesenjangan ekonomi yang dapat menjadi faktor
pendorong munculnya berbagai konflik sosial.
Dewasa ini kesenjangan ekonomi masih tampak dalam kehidupan kita. Ada orang kaya
mengeluarkan uang mengeluarkan uang Rp. 100.000,- per hari hanya untuk membeli makanan
anjing sebagai penjaga rumahnya, sementara ada orang miskin yang pendapatannya tidak
sampai Rp. 100.000,- perhari. Kalau kesenjangan sosial ini kita biarkan, maka yang kaya akan
semakin kaya, yang miskin akan semakin miskin. Jangan heran kalau ada orang sakit perut
karena kelaparan, sementara ada orang sakit perut karena kekenyangan.
Membagi-bagikan daging qurban kepada fakir miskin merupakan wujud kepedulian terhadap
sesama. Kepedulian seperti inilah yang dapat dijadikan sebagai pondasi untuk membangun
persaudaraan antara si miskin dan si kaya.
92
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
Lampiran
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
93
SESI 3 FUNGSIONALISASI ZAKAT, INFAK, DAN SEDEKAH
Tujuan
Materi
Setelah menyelesaikan modul ini peserta diharapkan dapat memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan dakwah tentang
fungsionalisasi zakat, infak, dan sedekah.
- Defenisi zakat, infak, dan sedekah
- Hukum zakat, infak, dan sedekah
Metode
Alat dan Bahan
Waktu
Proses
- Fadhilah zakat, infak, dan sedekah
- Fungsionalisasi zakat, infak, dan sedekah
- Curhat pendapat
-Diskusi
- LCD dan Laptop
- Kartu/kertas metapan
- Kertas plano flip-chart, papan tulis dan spidol
90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’)
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (15 menit)
Menjelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses
pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini.
2. Curah pendapat (60 menit)
Bagikan 4 lembar kertas metaplan yang berbeda warna kepada
setiap peserta.
Selanjutnya lakukan curah gagasan tentang Fungsionalisasi zakat,
infaq dan sedekah
Tahap 1. Pada lembar kertas pertama, minta setiap peserta untuk
menuliskan satu kalimat tentang fakta atau informasi yang mereka
ketahui atau mereka dengar tentang Zakat, infaq dan sedekah. Lalu
kumpulkan dan tempelkan pada papan tulis. Mintalah penjelasan
atau klarifikasi jika ada pernyataan yang tidak jelas. Kelompokkan
pernyataan-pernyataan yang relatif sama.
Tahap 2. Mintalah peserta mencermati semua fakta dan informasi
yang sudah dikumpulkan. Kemudian pada lembar kertas kedua,
mintalah setiap peserta menuliskan satu kalimat tentang bagaimana
perasaan (emosi) setiap peserta terhadap fakta-fakta atau informasi
tersebut. Lalu kumpulkan dan tempelkan pada papan tulis.
Mintalah penjelasan atau klarifikasi jika ada pernyataan yang tidak
jelas. Kelompokkan pernyataan-pernyataan emosi yang relatif
sama. Kemudian simpulkan bersama-sama bagaimana pola umum
perasaan peserta.
94
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
Proses
Tahap 3.Setelah mereka mengetahui fakta, perasaan mereka
terkait dengan zakat, infaq dan sedekah, pada lembar kertas ketiga,
mintalah peserta menuliskan bagaimana penilaian mereka terhadap
pelaksanaan fungsionalisasi zakat,infaq dan sedekah di Indonesia.
Kumpulkan dan tempelkan jawaban peserta pada papan tulis.
Mintalah penjelasan atau klarifikasi jika ada jawaban yang tidak
jelas. Kelompokkan jawaban-jawaban yang relatif sama. Selanjutnya
ambillah kesimpulan bersama tentang pola umum penilaian peserta
terhadap pelaksanaan fungsionalisasi zakat,infaq dan sedekah.
Tahap 4. Setelah peserta mengetahui, merasakan, dan menilai arti
penting fungsionalisasi zakat,infaq dan sedekah. Selanjutnya pada
lembar kertas keempat, mintalah peserta menuliskan satu gagasan
mereka tentang apa yang perlu dilakukan ke depan terkait zakat,
infaq, sedekah. Kumpulkan dan tempelkan jawaban peserta pada
papan tulis. Mintalah penjelasan atau klarifikasi jika ada jawaban
yang tidak jelas. Kelompokkan jawaban-jawaban yang relatif sama.
Setelah peserta mengikuti seluruh tahapan curah gagasan, ajaklah
mereka untuk membuat beberapa pernyataan bersama tentang sikap
dan hal yang harus dilakukan ke depan terkait dengan zakat,infaq
dan sedekah yang sesuai dengan syariat islam. Tulislah pernyataan
tersebut dalam kertas plano dan tempelkan di dinding ruangan
selama pelatihan berlangsung.
3. Fasilitator menutup sesi (15 menit)
Fasilitator menutup sesi dengan membacakan kembali beberapa
rumusan hasil diskusi dan memberikan apresiasi atas partisipasi
aktif para peserta.
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
95
LEMBAR INFORMASI KUNCI
Zakat adalah salah satu rukun Islam dan merupakan kewajiban umat Islam dalam rangka
pelaksanaan dua kalimat syahadat. Selain zakat, Al-Qur’an juga memperkenalkan istilah
shadaqah untuk perbuatan-perbuatan yang berkenaan dengan harta kekayaan yang dimiliki
seseorang. Zakat, infaq dan shadaqah adalah salah satu topik yang menarik untuk dikaji dan di
diskusikan. Jika dimaksimalkan perananya, zakat, infaq dan shadaqahbisa berkontribusi secara
signifikan dalam pengentasan kemiskinan.
Zakat, infaq dan shadaqah bisa diolah menjadi potensi ekonomi masyarakat. Menurut ilmu
psikologi, zakat infaq dan shadaqah lebih pada penjalinan hubungan antar manusia dalam
keluarga, hubungan pertetanggaan dan pembinaan masyarakat secara lebih luas. Oleh
karena itu dalam agama ditetapkan tiga perioritas penerima zakat dan shadaqah, yaitu orang
miskin, tetangga dekat dan kerabat.Dengan demikian zakat merupakan konsep dasar dari
pembangunan kesejahteraan sosial yang harus dikembangkan secara cerdas, sejalan dengan
tradisi masyarakat.
Definisi zakat, infaq dan sedekah
1. Pengertian Zakat
Zakat dalam syari’at Islam, diartikan sebagai harta yang wajib diberikan kepada orang-orang
yang tertentu, dengan syarat-syarat yang tertentu pula.Sebagaiman firman Allah : “Dan
dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukunlah beserta orang-orang yang ruku (al-Baqarah:
43). Jika ditinjau dari istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah
untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Kemudian menurut mazhab Shāfiʿī, zakat
adalah sebuah ungkapan keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan secara khusus. Sedangkan
menurut mazhab Imam Hanbalī, zakat adalah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang
khusus untuk kelompok yang khusus pula, yaitu kelompok yang disyaratkan dalam Al-Qur›an.
Zakat merupakan suatu ibadah yang penting. Kerap kali dalam Al-Qur›an menerangkan zakat
beriringan dengan menerangkan sembahyang. Tuhan menyebutkan zakat beriringan dengan
urusan shalat. Ini menunjukkan bahwa antara zakat dengan shalat mempunyai perhubungan
yang erat sekali dalam hal keutamaannya. Sembahyang dipandang seutama-utama ibadah
badaniah dan zakat dipandang seutama-utama ibadah Maaliyah. Zakat itu wajib untuk semua
umat islam, sama dengan wajibnya sholat. Allah telah mewajibkan zakat atas hamba-hambanya.
2. Shadaqah
Pengertian shadaqah secara bahasa berasal dari kata “shadaqa” yang artinya “benar”, tersurat
dari kata ini bahwa yang bersedekah adalah orang yang benar imannya.Sedekah adalah
pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama kepada orangorang miskin, setiap kesempatan terbuka yang tidak ditentukan baik jenis, jumlah maupun
waktunya.
96
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
Adapun secara terminologi syariat,shadaqah adalah pemberian sukarela yang dilakukan oleh
seseorang kepada orang lain, terutama kepada orang-orang miskin disetiap kesempatan
terbuka dan tidak di tentukan baik jenis, jumlah maupun waktunya. Shadaqah tidak terbatas
pada pemberian yang bersifat material saja tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi
orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan hati orang lain
termasuk kategori sedekah. Sedekah mempunyai cakupan yang sangat luas dan digunakan alQur’an untuk mencakup segala jenis sumbangan.
Shadaqah berarti memberi derma, termasuk memberikan derma untuk mematuhi hukum
dimana kata zakat digunakan didalam al-Qur’an dan sunah. Zakat telah disebut pula sedekah
karena zakat merupakan sejenis derma yang diwajibkan, sedangkan sedekah adalah sukarela.
Zakat dikumpulkan oleh pemerintah sebagai suatu pengutan wajib, sedangkan sedekah lainnya
dibayarkan secara sukarela. Jumlah dan nisab zakat di tentukan, sedangkan jumlah sedekah
yang lainya sepenuhnya tergantung keinginan yang menyumbang.
3. Infaq
Infaq adalah pengeluaran sukarela yang di lakukan seseorang. Bisa setiap kali dia memperoleh
rizki dan sebanyak yang dia kehendaki. Menurut bahasa, infaq berasal dari kata anfaqa yang
berarti mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut islilah syari’at,
infaq adalah mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan dalam Islam.
Infaq berbeda dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan
secara hukum. Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada
siapapun, misalnya: orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orong-orang yang sedang
dalam perjalanan. Dalil naqli yang mendasadri infaq sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an
(Ali-ʿImrān:4 ).
Perbedaan antara zakat dan infaq adalah zakat hukumnya wajib sedangkan infaq hukumnya
sunnah, zakat ditentukan nisab (hitungan)nya sedangkan infaq tidak memiliki batas, zakat
ditentukan siapa saja yang berhak menerimanya sedangkan infaq boleh diberikan kepada siapa
saja. Infaq ada yang wajib ada juga yang sunah. Infaq yang wajib diantaranya zakat, kafarat,
nazar, dan lain-lain. Infaq yang sunah diantaranya, infaq kepada para fakir miskin, sesama
muslim, infaq kepada korban bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain-lain.
Terkait dengan infaq, Rasulullah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhārī dan
Muslim, ada malaikat yang senantiasa berdoa setiap pagi dan sore: “Ya Allah berilah orang yang
berinfaq, gantinya. Dan berkata yang lain: “Ya Allah yang menahan infaq, kehancuran”.
Beberapa Hukum Zakat
1. Zakat itu diwajibkan atas muslim yang merdeka, tidak disyaratkan sampai umur dan berakal.
2. Zakat itu wajib pada permintaan sebagaiman wajib pada unta, sapi, kambing, dan pada tiaptiap tumbuh-tumbuhan dan zakat itu ditunaikan pada tiap-tiap pada tahun sekali.
Islam telah memperhatikan soal zakat ini, waktunya kadarnya, nisabnya, orang yang wajib
atasnya dan orang-orang yang berhak menerimanya.
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
97
Fadhilah Zakat, Infaq dan Shadaqah
Zakat, infaq dan shadaqah memiliki keutamaan dan faedah yang sangat banyak, bahkan sebagian
ulama telah menyebutkan lebih dari duapuluh faedah, diantaranya:
1. Ia bisa meredam kemurkaan Allah, Rasulullah, bersabda: “Sesunggunhnya sedekah secara
sembunyi-sembunyi bisa memadamkan kemurkaan rabb.” (Ṣaḥīḥ al-Targhīb)
2. Menghapuskan kesalahan seorang hamba, beliau bersabda: “Dan sedekah bisa menghapuskan
kesalahan sebagaimana air memadamkan api.” (Ṣaḥīḥ al-Targhīb)
3. Orang yang bersedekah dengan ikhlas akan mendapatkan perlindungan dan naungan Arsy
di hari kiamat. Rasulullah saw bersabda: “Tujuh kelompok yang akan mendapatkan naungan
dari Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya diantaranya yaitu:
“Seseorang yang menyedekahkan hartanya dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.” (H.R. Muttafaq ʿAlayh)
4.Sebagai obat bagi berbagai macam penyakit baik penyakit jasmani maupun rohani.
Rasulullah, bersabda: “Obatilah orang-orang yang sakit diantaramu dengan shadaqah.”
(Ṣaḥīḥ al-Targhīb). Beliau juga bersabda kepada orang yang mengeluhkan tentang kekerasan
hatinya: “Jika engkau ingin melunakkan hatimu maka berilah makan pada orang miskin dan
usaplah kepala anak yatim.” (H.R. Aḥmad).
5. Sebagai penolak berbagai macam bencana dan musibah.
6.Orang yang berinfaq akan didoakan oleh malaikat setiap hari sebagaimana sabda
Rasulullah saw: “Tidaklah datang suatu hari kecuali akan turun dua malaikat yang salah
satunya mengatakan, “Ya, Allah berilah orang-orang yang berinfaq itu balasan, dan yang
lain mengatakan, “Ya, Allah berilah pada orang yang bakhil kebinasaan (hartanya).” (H.R.
Muttafaq ʿAlayh).
7. Orang yang membayar zakat akan Allah berkahi hartanya, Rasulullah bersabda: “Tidaklah
sedekah itu mengurangi harta.” (H.R. Muslim).
8. Allah akan melipatgandakan pahala orang yang ber shadaqah, (QS. Al-Baqarah: 245)
9. Shadaqah merupakan indikasi kebenaran iman seseorang, Rasulullah bersabda, “Sedekah
merupakan bukti (keimanan).” (H.R.Muslim)
10.Sedekah merupakan pembersih harta dan mensucikannya dari kotoran, sebagaimana wasiat
beliau kepada para pedagang, “Wahai para pedagang sesungguhnya jual beli ini dicampuri
dengan perbuatan sia-sia dan sumpah oleh karena bersihkanlah ia dengan shadaqah.” (H.R.
Aḥmad, Nasā’ī dan Ibnu Mājah juga disebutkan dalam Ṣaḥīḥ al-Jāmiʿ.
Dari Abū Hurayrah, dia berkata : “Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda : “Siapa yg
bersedekah dengan sebiji korma yang berasal dari usahanya yg halal lagi baik (Allah tdk menerima
kecuali dari yg halal lagi baik), maka sesungguhnya Allah menerima sedekah tersebut dengan
tangan kanan-Nya kemudian Allah menjaga & memeliharnya utk pemiliknya seperti seseorang
di antara kalian yang menjaga & memelihara anak kudanya. Hingga sedekah tersebut menjadi
sebesar gunung.” (Muttafaq ʿAlayh).
98
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
Dalil-dalil Al-Qur’an maupun as-sunnah sahihah yang menjelaskan tentang keutamaan zakat,
infaq dan sedekah. Sebagaimana firman Allah:
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (al-Baqarah : 277 ).
Juga firman-Nya:
Artinya:
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia,
maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orangorang yang melipat gandakan (pahalanya)”. (al-Rūm : 39 ) .
Artinya:
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan
terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (al-Baqarah: 274).
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
99
Dalam ayat lain Allah berfirman:
Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (al-Tawbah: 103 ).
Adapun hadis-hadis Nabi yang menjelaskan akan keutamaannya antara lain :
Artinya:
Dari Abu Hurayrah bahwa seorang Arab Badui mendatangi Nabi seraya berkata: “Wahai
Rasulullah! beritahu aku suatu amalan, bila aku mengerjakannya, aku masuk surga?,” Beliau
bersabda: “Beribadahlah kepada Allah dan jangan berbuat syirik kepada-Nya, dirikan shalat,
bayarkan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadhan,” ia berkata, “Aku tidak akan
menambah amalan selain di atas,” tatkala orang tersebut beranjak keluar, Nabi bersabda: “Siapa
yang ingin melihat seorang lelaki dari penghuni surga maka lihatlah orang ini.”(Muttafaq ʿAlayh).
Allah, adalah Dzat yang Maha Suci dan tidak akan menerima kecuali hal-hal yang suci dan baik,
demikian juga shadaqah kecuali dari harta yang suci dan halal.
Rasulullah bersabda:
Artinya:
“Dari Abu Hurayrah, ia berkata: “Rasulullah bersabda, “Siapa yang bersedekah dengan sebiji
100
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
korma yang berasal dari usahanya yang halal lagi baik (Allah tidak menerima kecuali dari yang
halal lagi baik), maka sesungguhnya Allah menerima sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya
kemudian Allah menjaga dan memeliharnya untuk pemiliknya seperti seseorang di antara kalian
yang menjaga dan memelihara anak kudanya.”
Fungsionalisasi Zakat, Infaq dan Shadaqah
Seperti yang sudah dijelaskan pada awal pembahasan, pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah
berpotensi untuk membantu ekonomi masyarakat. Tiga prioritas penerima zakat dan sedekah,
yaitu orang miskin, tetangga dekat dan kerabat. Jika jumlah yang disedekahkan sedikit, maka
utamakan untuk orang miskin yang masih ada hubungan kerabat dekat dan orang miskin yang
menjadi tetangga dekat. Nabi bahkan menganjurkan agar jika di rumah memotong ayam (atau
yang lain), perbanyak kuahnya agar bisa berbagi dengan tetangga. Nabi bahkan menekankan agar
tidak malu memberi tetangga meski hanya ‘ceker ayam’. Ini merupakan tradisi saling memberi
makanan antar tetangga, meski hanya makanan sederhana tapi sangat besar peranannya dalam
mengeratkan hubungan sosial. Sebaliknya, pemberian bergengsi mungkin justru memberatkan
kepada yang menerima karena ia dibebani perasaan harus membalas dengan pemberian yang
gengsinya setara.
Jadi zakat merupakan konsep dasar dari pembangunan kesejahteraan sosial yang harus
dikembangkan secara cerdas, sejalan dengan tradisi masyarakat. Dalam ajaran Islam disebutkan
bahwa zakatnya rumah adalah menjamu tamu. Ajaran ini bisa dikembangkan, misalnya:
zakatnya mobil pribadi adalah pada sekali-sekali mengantarkan tetangga yang membutuhkan
angkutan. Begitulah seterusnya sehingga pada setiap harta, disadari bahwa di dalamnya ada
hak orang lain.
Kemampuan memberi tidak mesti berhubungan dengan banyaknya kepemilikan. Ada orang
yang hanya memiliki sedikit tetapi mampu memberi banyak, sementara ada orang yang
banyak memiliki tetapi tidak mampu memberi walau sedikit. Kemampuan memberi berkaitan
erat dengan cara berfikir. Ada orang memiliki kambing 99 ekor, ketika sedang menggembala
berjumpa dengan seseorang yang sedang menggembalakan kambingnya satu ekor, itulah satusatunya kambing yang ia miliki. Dalam pikiran pemilik 99 ekor kambing, “tanggung amat kau,
kambing hanya satu, saya punya 99”, maka yang ia pikirkan adalah bagaimana memindahkan
yang satu ekor itu untuk menggenapkan kambingnya menjadi seratus. Seandainya ia berfikir
untuk memberi maka akan ada rumus, biar kambingku genap, ini yang sembilan aku berikan
padamu, aku punya 90 dan engkau punya 10.
Hasan al-Banna (w. 1949), pendiri Ikhwan al-Muslimin Mesir pernah memberi tiga nasehat yang
sangat baik. Katanya: (a) berfikirlah untuk memberi agar orang lain memperoleh faedahnya,
(b) berfikirlah untuk selalu menanam agar orang lain bisa memetiknya, dan (c) bersusah
payahlah untuk memberi kesempatan orang lain beristirahat.Nasehat ini sesungguhnya sangat
mendalam, karena dibalik nasehat itu ada logika-logika yang bisa dijelaskan4:
1. Hendaknya semua orang dalam kapasitasnya masing-masing, sebagai pemimpin, anak buah,
suami, isteri, orang tua, anak dan seterusnya berfikirlah untuk dapat memberi sesuai dengan
posisinya, jangan hanya berfikir apa yang dapat saya peroleh. Bayangkan seandainya semua
karyawan dalam suatu kantor selalu bertanya apa yang dapat saya ambil dari kantor ini,
maka pasti tak lama kemudian kantor itu bangkrut. Begitupun negara kita akan bangkrut
jika setiap aparat negara selalu berfikir apa yang dapat saya ambil dari negeri ini.
4
“Makna Shodaqoh dan Zakat”, oleh Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA. (http://mubarok-institute.blogspot.co.id/)
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
101
2. Hendaknya semua orang berfikir untuk menanam agar orang lain bisa memetiknya. Jika
semua orang berfikir menanam untuk memetik sendiri, maka tidak ada orang tua yang mau
menanam kelapa, karena tanaman kelapa biasanya baru bisa dipetik oleh generasi anaknya.
Jika orang menanam hanya untuk dapat segera memetik buahnya maka orang lebih suka
menanam bayam, tidak mau menanam pohon jati. Nasehat ini menjadi sangat mengena
karena sesungguhnya semua yang kita petik (di pasar), seperti: buah-buahan, sayuran, dan
beras adalah tanaman orang lain di tempat lain.
Yang paling berbahaya adalah jika orang hanya berfikir memetik dan tidak mau menanam,
seperti orang yang dengan rakus membabat hutan tanpa berusaha menanam kembali. Apa
yang bisa ditanam? Pohon-pohonan, ilmu pengetahuan dan jasa. Orang bijak berkata, barang
siapa menanam pasti memetik, man zaro`a hashada, meski yang dipetik mungkin tanaman
orang lain, di tempat lain dan di kurun waktu yang lain.
3. Hendaknya semua orang memusatkan perhatian untuk bekerja keras untuk memberi
kesempatan orang lain beristirahat. Kenapa? karena sesungguhnya orang bisa istirahat juga
jika ada orang lain yang susah payah bekerja.
102
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
Lampiran
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
103
104
POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL
POKOK BAHASAN 4
ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
POKOK BAHASAN 4
ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk memelihara kelestarian lingkungan hidup sebagai
salah satu wujud syukur terhadap nikmat Allah. Manusia sebagai khalifah Allah di bumi
diberikan amanah tidak saja untuk memanfaatkan lingkungan hidup tetapi juga menjaganya.
Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan dan melampaui batas.
Apakah makna sebenarnya dari posisi manusia sebagai khalifah bumi Allah? Dan bagaimana
hubungan antara manusia dan lingkungan hidup dalam perspektif Islam? Kedua pertanyaan
tersebut akan dibahas dalam sesi 1 dan 2 Pokok bahasan 4 ini.
SESI 1 MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI BUMI ALLAH SWT
Tujuan
1. Peserta memahami tentang hakekat peran dan fungsi manusia sebagai
khalifah di bumi.
2. Peserta diharapkan mampu menjelaskan kembali melalui dakwahnya
tentang tugas dan fungsi manusia sebagai khalifah di bumi.
1. Tugas Manusia sebagai Makhluk Allah SWT
Materi
2. Peran Manusia sebagai Khalifah Allah SWT di bumi
Metode
Alat dan bahan
3. Fungsi Khalifah di bumi Allah SWT
- Curah Pendapat
- Praktek ceramah
- LCD Projector
-Laptop
- Kertas plano flip-chart dan spidol
-Microphone
-Podium
Waktu
- Pertanyaan kunci untuk curah pendapat
- Lembar Informasi kunci
90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’)
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
107
Proses
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit)
Jelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses
pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini.
2. Curah Pendapat (30 menit)
a.Fasilitator dengan bantuan pertanyaan kunci mengajukan
pertanyaan curah pendapat kepada peserta. (Pertanyaan kunci
dapat dilihat setelah point bahan bacaan.
b. Fasilitator/co-fasilitator mencatat jawaban peserta pada lembar
plano flipcart.
c.Fasilitator mengemukakan point-point penting hasil curah
pendapat
3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca
bahan bacaan dari pokok bahasan “Manusia sebagai Khalifah di
Bumi” selama (10 menit)
4. Kemudian Fasilitator meminta satu orang peserta secara sukarela
untuk melakukan praktek ceramah tentang Manusia sebagai khalifah
di bumi. (15 Menit)
5. Fasilitator meminta peserta lainnya untuk memberikan tanggapan
terhadap atau masukan terhadap rekannya yang melakukan praktek
ceramah. (15 menit)
6. Terakhir fasilitator mengemukakan kembali point- point penting dari
sesi baik dari sisi substansi maupun dalam teknik penyampaiannya
kepada umat ketika memberikan ceramah. Setelah itu menutup sesi.
(10 menit)
108
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
LEMBAR INFORMASI KUNCI
Tugas Manusia sebagai Makhluk Allah
Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yaitu: jasmani dan rohani. Jasmani
manusia bersifat materi yang berasal dari unsur-unsur sari pati tanah. Sedangkan roh manusia
merupakan substansi imateri, yang keberadaannya di alam baqadan merupakan rahasia Allah.
Manusiamerupakan makhluk Allah yang diciptakan paling sempurna dibandingkan makhluk
ciptaaan-Nya yang lain. Allah mengamanahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Dalam kedudukannya sebagai khalifah di muka bumi, manusia bukan hanya menjadi pemimpin
tetapi juga bertanggung jawab untuk memakmurkan bumi. Tugas ini diberikan kepada manusia
sesungguhnya untuk kebaikan manusia itu sendiri, sebab hasilnya akan kembali kepada
manusia.
Manusia diciptakan oleh Allah agar menyembah kepadanya. Kata menyembah merupakan
terjemahan dari lafal ʿabida-yaʿbudu-ʿibadatan. Beribadah berarti menyadari dan mengaku
bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus tunduk mengikuti kehendaknya, baik
secara sukarela maupun terpaksa. Ada dua jenis ibadah, yaitu:
1.Ibadah mahḍah (murni) yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata caranya, dan
syarat-syarat pelaksanaannya oleh dalil tekstual baik al-Qur’an maupun Hadis yang tidak
boleh diubah, ditambah atau dikurangi. Misalnya shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya.
2.Ibadah ʿāmmah (umum) yaitu pengabdian yang dilakukan oleh manusia yang diwujudkan
dalam bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan dalam konteks mencari
keridhaan Allah. Salah satu contoh ibadah jenis ini adalah menjaga kelestarian lingkungan
hidup.
Jadi, tujuan hidup setiap insan adalah untuk mencari keridhaan Allah karena jiwa yang
memperoleh keridhaan adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, terjauhkan dari
kegelisahan dan kesengsaraan batin. Sedangkan di akhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan
surga dan dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba Allah yang istimewa.
Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya, “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan
masuklah ke dalam surgaku.” (al-Fajr: 27-30)
Peran Manusia sebagai Khalifah Allah di Bumi
Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk-Nya untuk dijadikan pemimpin atau khalifah
di muka bumi. Berikut firman Allah dalam surat al-Baqarah: 30 perihal keberadaan manusia
sebagai khalifah di bumi:
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
109
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “ Aku hendak menjadikan
khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “ Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan
namaMu.” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui.”
Pengangkatan manusia sebagai khalifah di bumi Allah berarti manusia diciptakan untuk
menjadi penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhan, hewan, air,
sungai, gunung, laut, ikan, dan sebagainya dengan catatan harus memanfaatkannya untuk
kemaslahatan dan tidak menimbulkan kerusakan di muka bumi. Oleh karenanya, manusia
yang beriman kepada Allah harus menjalankan sunnatullah dengan menjalankan amanah yang
diberikanNya.
Hakekat sebagai khalifah di bumi Allah tidak semata-mata bermakna memiliki kekuasaan untuk
memimpin dan memanfaatkan alam beserta isinya tetapi juga dituntut untuk memelihara,
mengamankan, menyelamatkan dan melestarikannya.
Manusia yang beriman dituntut untuk mengfungsikan imannya dengan meyakini bahwa
pemeliharaan (penyelamatan dan pelestarian) lingkungan hidup adalah bagian dari tanggung
jawabnya sebagai khalifah di bumi, sebagaimana firman Allah:
Artinya:
“Sesungguhnya kami telah menempatkan kamu di muka bumi dan Kami jadikan bagi kalian di
dalamnya (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah (diantara) kamu yang bersyukur.”(al–Aʿrāf:10).
Fungsi Manusia sebagai Khalifah
Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi memiliki dua fungsi, yaitu:
1. Memakmurkan bumi (al-‘imārah), maksudnya manusia sebagai khalifah bumi memiliki
kewajiban untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk
sebesar-besarnya kemakmuran manusia. Pemanfaatan itu harus dilakukan secara adil dan
merata, namun juga harus tetap menjaga kekayaan alam agar tidak punah. Pengelolaan
kekayaan alam harus dilakukan secara bijaksana dan tidak semena-mena karena merupakan
pinjaman kita dari generasi mendatang.
2. Memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar-riʿāyah).
Memelihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya
sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan
menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan
sangat potensial merusak alam. Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan
manusia mempunyai tujuan yang jelas yakni untuk dijadikan sebagai khalifah atau penguasa
(pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di
bumi sesuai dengan petunjuk-Nya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam).
110
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad untuk memelihara bumi dari kerusakan?
Karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang dibanding yang benar-benar
berbuat saleh, ini yang membuat manusia akan cenderung untuk berbuat kerusakan. Hal ini
juga sudah terjadi pada masa nabi – nabi sebelum nabi Muhammad, dimana umat para nabi
tersebut lebih senang berbuat kerusakan dari pada berbuat kebaikan.
Misalnya saja kaum Bani Israil, seperti yang Allah sebutkan dalam firmannya dalam surat alIsrā’: 4 yang berbunyi :
Artinya :
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan
kesombongan yang besar.“
Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi sebagai
khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang diciptakan
oleh Allah, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Seperti firmannya dalam surat al-Qaṣṣāṣ: 77 yang artinya:
Artinya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.”
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
111
Lampiran
112
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
SESI 2 MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Tujuan
1. Peserta mengetahui hubungan antara manusia dan lingkungan
menurut Islam.
2.Peserta diharapkan mampu menjelaskan kembali melalui
dakwahnya tentang pentingnya manusia
melestarikan
lingkungan.
3.Peserta mampu menjelaskan hubungan Good Democratic
Governance dengan kelestarin lingkungan hidup.
1. Manusia dan Lingkungan Hidup
Materi
Metode
Alat dan bahan
2. Memelihara lingkungan hidup dari perspektif Islam
-Ceramah
- Diskusi Kelompok
- LCD Projector
-Laptop
- Kertas plano flip-chart dan spidol
Waktu
Proses
- Lembar informasi kunci
- Lembar kerja kelompok
90 Menit (2 sesi @45 Menit)
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit)
Jelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses
pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini.
2.Fasilitator memberikan pengantar tentang manusia dan
lingkungan hidup dari perspektif Islam dengan mengacu pada
bahan bacaan yang tersedia. (15 menit).
3. Fasilitator membagi peserta ke dalam 5 kelompok untuk bekerja
dalam kelompok mengerjakan lembar kerja pokok bahasan 4 sesi
2. (30 menit)
4.Fasilitator memberikan kesempatan kepada wakil kelompok
untuk mempresentasikan hasil kerjanya (masing-masing 5 menit:
total 25 menit).
5. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk memberikan
masukan atau feed back terhadap hasil kerja kelompok presenter.
(10 menit)
6. Terakhir fasilitator menekankan kembali point penting dari sesi.
(5 menit)
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
113
LEMBAR INFORMASI KUNCI
Manusia sebagai khalifah (wakil atau pengganti) Allah, salah satu kewajiban atau tugasnya
adalah membuat bumi makmur. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan alam berada
di tangan manusia. Dalam Islam (al-Qur’an), hak mengelola alam tidak dapat dipisahkan dari
kewajiban untuk memelihara kelestariannya (sinergi keduanya). Di sini prinsip-prinsip Good
Democratic Governance terutama seperti transparansi, partisipasi, akuntabel, kesetaraan dan
keadilan perlu ditegakakan agar pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan oleh manusia
terkontrol dan tidak semena-mena.
Mengelola alam harus diiringi dengan usaha-usaha untuk melestarikannya. Dengan demikian
sumber daya alam yang telah diamanahkan oleh Allah kepada manusia sebagai khalifah di
muka bumi dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan bagi kesejahteraan umat manusia. Islam
berbicara mengenai hidup dan kehidupan secara umum dan mendasar yang meliputi alam
semesta dan hari akhir, atau hari depan yang berkepanjangan bagi alam raya tersebut. Untuk itu
pemahaman masalah lingkungan hidup (fiqh al-bīʿah) dan penanganannya (penyelamatan dan
pelestarian) perlu diletakkan diatas suatu fondasi moral untuk mendukung segala upaya yang
sudah dilakukan dan dibina. Karena menjaga, melestarikan alam dan lingkungan merupakan
sebuah kewajiban dan bernilai ibadah.Karena itu semua bertujuan untuk kelangsungan hidup
dan untuk kemakmuran manusia itu sendiri.
Manusia dan Lingkungan Hidup
Manusia yang beriman dituntut untuk memfungsikan imannya dengan meyakini bahwa
pemeliharaan (penyelamatan dan pelestarian) lingkungan hidup adalah bagian dari iman.
Itulah wujud nyata dari statusnya sebagai khalifah di bumi yang mengemban amanah dan
bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan lingkungan hidup. Berikut firman Allah
tentang Islam dan Lingkungan Hidup:
Al-Hijr: 19-22
Artinya:
“Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukurannya. Dan kami telah menjadikan untukmu
keperluan-keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekalisekali bukan pemberian rezki kepadanya. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan kepada sisi Kamilah Khazanahnya; Dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.
Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan
114
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang
menyimpannya.”
Al-Baqarah: 22
Artinya:
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rizki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,
padahal kamu mengetahui.”
Persoalan lingkungan hidup adalah salah satu persoalan yang harus mendapat perhatian cukup
serius dari seluruh umat manusia, sebab umat manusia mengeban tugas sebagai Khlifah Allah
di muka bumi dan sekaligus sebagai pemegang Amanah Allah di muka bumi, seperti tertuang
dalam Al-Qur’an, sebagai berikut :
Al-Aḥzāb: 72
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,
dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.”
Kelestarian Lingkungan dari Perspektif Islam
Sebagai khalifah, umat manusia bertanggung jawab atas pengelolaan dan pemeliharaan bumi.
Bumi bagi umat manusia adalah rahmat yang harus disyukuri dengan sepenuh hati. Bentuk
syukur atas alam raya ini dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Memelihara lingkungan hidup agar tetap lestari. Manusia sebagai khalifah di bumi harus
menyadari dan menanamkan tanggungjawab pada dirinya bahwa sumber daya alam yang
ada di lingkungan sekitarnya merupakan amanah yang harus dijaga untuk diwariskan
kepada generasi penerus.
2. Menikmati sebagai bekal dalam hidup dan kehidupan. Manusia diberikan kewenangan untuk
mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di lingkungannya, namun secara
bertanggung jawab. Meskipun manusia diberi kebebasan untuk mengeksplorasi sumber
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
115
daya alam di lingkungan namun tetap bertanggung jawab untuk menjaga kelestariannya.
Oleh karenanya, tindakan eksplorasi yang dilakukan haruslah bijaksana, tidak dilakukan
secara berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan saja.
3. Mengembangkandalam bentuk budidaya, penanaman ulang dan pendaurulangan. Agar
pengelolaan sumberdaya alam tetap dapat dilakukan dan kelestarian lingkungan juga tetap
dapat dipertahankan perlu dilakukan tindakan-tindakan budiddaya, penanaman ulang
dan juga pendaurulangan. Berbagai sisa produk organik yang tidak terpakai dari sampah
dapur rumah tangga misalnya, dapat dikelola menjadi kompos yang bisa digunakan untuk
pupuk tanaman. Sedangkan produk-produk non-organik seperti plastik, botol kaca dan lain
sebagainya bisa didaur ulang untuk dijadikan barang-barang produktif lainnya.
Bila kita memperhatikan ayat suci Al-Qur’an, wahyu pertama yang diturunkan Allah adalah
ayat yang memperkenalkan Tuhan sekaligus memperkenalkan manusia sebagai makhluk yang
hidup dengan kebergantungan, yaitu dalam al-ʿAlaq: 1-5 : “Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (sesuatu
yang bergantung atau yang memiliki sifat kebergantungan). 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Seluruh alam raya diciptakan untuk digunakan umat manusia dalam rangka melanjutkan hidup
dan kehidupannya. Ini sebagai bekal mereka untuk mencapai tujuan penciptaannya, sebab
semua ciptaan Tuhan pasti ada tujuannya dan tidak satupun di antara ciptaannya itu yang siasia, sesuai firmanNya dalam al-Ṣād: 27
Artinya :
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah.
yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu
karena mereka akan masuk neraka.”
Oleh karena itu, maka dapat dipahami apabila Allah memperingatkan umat manusia agar jangan
membuat kerusakan di muka bumi, sebab kerusakan di bumi pada dasarnya adalah merupakan
akibat dari ulah manusia sendiri. Hal ini sesuai dengan firmanNya dalam al-
Qaṣṣāṣ: 77 : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berbuat kerusakan.”
Dan juga firman Allah dalam al-Rūm: 41,
116
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
Artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi,
supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)”.
Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan kita agar senantiasa memelihara dan melestarikan
lingkungan hidup, sebab kehidupan makhluk-makhluk tuhan dimuka bumi adalah saling
terkait dan ketergantungan. Apabila terjadi gangguan yang luar biasa terhadap salah satunya,
maka makhluk yang berada dalam lingkungan hidup tersebut akan ikut terganggu, keserasian
dan keseimbangannyapun akan rusak. Apabila ini yang terjadi maka akan mengakibatkan
kehancuran dan malapetaka.
Seperti yang dikemukakan pada awal tulisan ini, Allah menciptakan manusia sebagai Khalifah
Allah di muka bumi, sesuai dengan firmannya dalam al-Baqarah: 30
Artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi. mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal
Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman:
Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
M. Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Qur’an1 menyatakan bahwa kekhalifahan
mempunyai tiga unsur yang saling berkaitan, kemudian ditambah unsur keempat yang berada
di luar, namun amat sangat menentukan arti kekhalifahan itu sendiri, sesuai konsep Al-Quran,
yaitu :
1. Manusia yang dalam hal ini dinamai khalifah.
2. Alam raya, yang ditunjuk Allah dalam surat al- Baqarah ayat 22 sebagai bumi.
3. Hubungan antara manusia dengan alam dan segala isinya, termasuk dengan manusia sebagai
tugas kekhalifahan.
4. Yang memberi penugasan yaitu Allah. Dalam hal ini yang ditugasi harus memperhatikan
kehendak yang menugasinya.
Hubungan antara manusia dengan alam, atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan
merupakan hubungan antara penakluk dengan yang ditaklukkan atau antara tuan dengan
hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah. Karena kemampuan
manusia dalam mengelola bumi bukanlah akibat kekuatan yang dimilikinya, tetapi adalah
akibat anugerah Allah. Hal ini tergambar dari firman Allahdalam surat Ibrāhīm: 32, “Allah-lah
yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia
1
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: Mizan, 1992)
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
117
mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan
Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.”
Di ayat lain dalam al-Zukhrūf: 13 disebutkan, “Supaya kamu duduk di atas punggungnya
kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu
mengucapkan: “Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi Kami Padahal Kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya.”
Salah seorang filsuf Muslim terkenal yang bernama Ibnu Ṭufayl merumuskan etika lingkungan
hidup yang sangat khas. Dia menyatakan, segala sesuatu yang ada di alam ini seperti tumbuhan,
hewan dan sebagainya memiliki tujuan tertentu. Buah misalnya, dia keluar dari bunga, lantas
menjadi masak dan ranum. Bijinya jatuh di tanah kemudian tumbuh lagi menjadi pohon.
Apabila ada orang yang memetik buah itu sebelum mencapai pertumbuhannya patutlah dicela
dan tidak terpuji. Karena merintangi pertumbuhan buah tadi dalam mencapai tujuannya yang
alami, sehingga berakibat adanya kelompok tumbuhan yang akan punah.
Ibn Ṭufayl juga menyatakan bahwa, orang yang memakan buah yang sudah masak lantas
membuang bijinya ke laut, ke atas bebatuan atau ke tempat-tempat lain yang tidak memungkinkan
biji tersebut tumbuh, yang bersangkutan telah melakukan perbuatan yang tidak terpuji, sebab
telah merintangi pertumbuhan biji. Dengan demikian, ia telah mengurangi peluang bagi jenis
tumbuhan itu untuk dapat mengembangkan keturunannya secara lestari dan alami.Menurut
Ṭufayl juga, orang tidak boleh memakan habis tumbuhan dan hewan langka karena itu berarti
memusnahkan jenis makhluk hidup itu selama lamanya.
Di dalam sebuah hadis, Rasulullah menjelaskan, orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh
Tuhan. Barang siapa yang mengasihi makhluk yang berada di bumi maka ia akan dikasihi oleh
yang ada di langit. Pada hadis lain Nabi berkata seorang wanita alim masuk neraka karena ia
menggantung seekor kucing hingga mati dan seorang wanita tunasusila masuk surga hanya
karena ia memberi minum seekor anjing yang kehausan.
Suatu ketika Nabi Muhammad menerangkan,tidak seorang Muslim pun yang menanam
tanaman atau menyemaikan tumbuh-tumbuhan, kecuali buah itu hasilnya dimakan burung
atau manusia. Yang demikian itu adalah shodaqah baginya. Nabi pun senantiasa menyuruh
umatnya,“Tanamlah tanam-tanaman hari ini, sekalipun besok dunia akan kiamat.”2
2
Kementerian Lingkungan Hidup dan Nahdatul Ulama, Panduan Praktis Manusia dan Lingkungan Hidup, (Jakarta: 2011)
118
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
LEMBAR KERJA
Lihatlah gambar yang diberikan kepada masing-masing kelompok, kemudian jawablah
pertanyaan sebagai merikut:
1. Apa peristiwa yang digambarkan dalam foto tersebut?
2. Apa kerusakan yang telah dilakukan manusia yang menyebabkan terjadinya bencana
tersebut?
3. Dengan menggunakan perspektif hubungan manusia dan lingkungan menurut Islam serta
Prinsip-Prinsip Good Democratic Governance, uraikan apa yang semestinya dilakukan
umat Islam untuk mencegah terjadinya kerusakan dan apa yang harus dilakukan untuk
memperbaiki kerusakan tersebut?
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
119
Lampiran
Banjir Bandang di Manado
Sumber: beritakawanua.com
Kebakaran Hutan
Sumber: becana2.blogspot.com
120
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
Lumpur Lapindo
Sumber: dinar-ramboys.blogspot.com
Bencana Tsunami Aceh
Sumber: maymoen.wordpress.com
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
121
Banjir di Jakarta
Sumber : leasap.blogspot.com
122
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
Lampiran
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
123
124
POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
POKOK BAHASAN 5
ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
POKOK BAHASAN 5
ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
Kesetaraan gender merupakan salah satu bentuk pelaksanaan Hak Asasi Manusia. Kesetaraan
gender telah menjadi bagian dari kebijakan pemerintah Indonesia dalam melaksanakan
dan mencapai keadilan sosial berdasarkan Inpres no. 9/ 2000 yang disahkan oleh Presiden
Abdurahman Wahid. Inpres tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 sebagai konstitusi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menjamin keadilan dan kesetaraan seluruh
warga negara Indonesia tanpa memandang agama, ras, etnis, jenis kelamin dan kelompok
sosial lainnya. Dengan kata lain, keadilan merupakan keterjangkauan manfaat pembangunan
dan aspek kebangsaan lainnya dalam rangka mewujudkan kesetaraan warga negara Indonesia.
Keadilan tersebut mencakup aspek kesempatan, partisipasi dan pengambilan keputusan pada
hak-hak dasar, seperti: keamanan, kesehatan, pendidikan, ekonomi, politik dan sosial budaya.
Kesetaraan gender ini merupakan mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui deklarasi dan
konvensi internasional serta menjadi prinsip Deklarasi Islam tentang Hak Asasi Manusia yang
ditetapkan oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Kairo tahun 1990 pasal 6 yang menyatakan
bahwa: “ Perempuan setara dengan laki-laki dalam hal kehormatan manusia serta hak-hak dan
kewajiban, termasuk hak sipil, kemandirian ekonomi dan hak mempertahankan nama dan
nasabnya.” Bagaimana pandangan Islam tentang kesetaraan gender akan diuraikan dalam sesisesi berikut ini.
SESI 1 KESETARAAN GENDER
1. Peserta dapat memahami perbedaan dan persamaan jenis kelamin
dan gender.
Tujuan
2. Peserta dapat memahami gender sebagai konstruksi sosial dan
budaya.
3. Peserta dapat menganalisis kesetaraan gender.
1. Gender sebagai konstruksi sosial budaya
Materi
2. Keadilan dan Kesetaraan Gender
- Curah pendapat
Metode
Alat dan bahan
- Tugas berpasangan
- Diskusi kelompok
- LCD Projector
-Laptop
- Kertas plano flip-chart dan spidol
-Microphone
- Pertanyaan kunci untuk curah pendapat
- Bahan bacaan
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
127
Waktu
Proses
60 Menit (1,5 Sesi @45 Menit)
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit)
Jelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses
pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini.
2. Tugas berpasangan (10 menit):
Peserta diminta bekerja bersama rekan disebelahnya secara
berpasangan mengisi lembar kerja Tabel 1. Fasilitator membagikan
hand-out tabel 1. Perwakilan peserta mempresentasikan hasil dan
fasilitator mencatat. Fasilitator mengajukan pertanyaan mengapa
terjadi perbedaan prosentase tersebut.
3. Fasilitator memberi penguatan (5 menit):
Perbedaan prosentasi Peluang, Partisipasi dan Pengambilan
Keputusan disebabkan oleh pandangan masyarakat terhadap lakilaki dan perempuan
4. Tugas kelompok (25 menit):
a. Peserta bekerja dalam kelompok dengan satu kertas plano dan
spidol untuk mengidentifikasi: aspek biologis, sifat, peran dan
posisi laki-laki dan perempuan (lihat tabel 2).
b. Peserta mempresentasikan hasilnya.
c. Fasilitator mengidentifikasi: aspek-aspek manakah yang ‘khas’
dan menetap pada laki-laki dan perempuan dan aspek mana
yang dapat ditemukan pada perempuan dan laki-laki?
d. Fasilitator memberikan penguatan tentang jenis kelamin dan
gender.
e. Tanya jawab
5. Tugas individu: Penguatan 2 (15 menit)
a. Peserta membaca bahan bacaan sebagai penguatan tentang
keadilan dan kesetaraan gender
b. Peserta menjawab pertanyaan kunci yang telah disediakan.
6. Fasilitator merangkum (5 menit)
128
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
LEMBAR INFORMASI KUNCI
Penguatan 1: Jenis kelamin dan gendersebagai kontruksi sosial budaya
Jenis kelamin adalah suatu identitas dan kondisi laki-laki dan perempuan yang bersifat ‘khas’
atau khusus sebagai kelebihan yang diberikan Allah, bersifat kodrati dan berlaku universal.
Dalam hal jenis kelamin, laki-laki dan perempuan berbeda dan tidak dapat disamakan. Perbedaan
ini harus dipahami sebagai keistimewaan dari masing-masing bukan sebagai kelemahan dan
kekurangan.
Sedangkan gender merupakan sifat, peran dan posisi yang diperuntukkan bagi perempuan dan
laki-laki yang merupakan konstruksi sosial dan budaya. Karena konstruksi sosial dan budaya
berubah maka gender juga berubah. Di masa lalu, kesempatan bersekolah lebih ditekankan
sebagai hak anak laki-laki, tetapi saat ini perempuan sudah dapat mencapai tingkat pendidikan
yang sama tinggi. Contoh lain pergeseran peran gender, naik sepeda pernah diharamkan
bagi perempuan karena dapat mendatangkan madlorot di masa lalu. Pada masa sekarang,
perempuan tidak hanya naik sepeda tetapi dapat mengemudikan pesawat terbang. Dahulu, lakilaki pantang dan dianggap tidak pantas ke dapur dan memasak tetapi saat ini laki-laki menjadi
chef yang handal di berbagai siaran televisi, restoran dan hotel-hotel. Ini merupakan contoh
perubahan peran gender.
Gender merupakan istilah akademis untuk membedakan jenis kelamin yang tidak terdapat
dalam bahasa Indonesia. Gender merupakan istilah serapan dari bahasa Inggris yang digunakan
dalam analisis sosial, budaya dan politik tentang relasi laki-laki dan perempuan. Sebagai istilah
serapan, istilah gender tidak mudah ditemukan padanannya dalam bahasa Indonesia. Misalnya,
sampai saat ini, masih ada kesalahpahaman pengertian gender yang seringkali disamakan
dengan perempuan. Kesalahpahaman tersebut disebabkan karena masalah gender atau
masalah kesenjangan gender masih banyak dihadapi perempuan sebagai pihak yang tertinggal,
bahkan sampai saat ini. Hal tersebut terjadi karena adanya anggapan-anggapan yang mencap
bahwa perempuan lebih rendah dari laki-laki, emosional, lemah, pasif dan ungkapan senada
yang mendukung ketidaksetaraan.
Dalam kenyataan di masyarakat, tidak semua perempuan demikian. Banyak perempuan yang
rasional, pintar, cerdas, terampil dan gesit namun ada juga laki-laki yang emosional, lemah dan
pasif. Karena sifat tersebut, perempuan dipandang lebih rendah posisi sosialnya. Misalnya, kepala
keluarga dianggap lebih tinggi daripada ibu rumah tangga. Bias gender diatas mengakibatkan
peminggiran kedudukan perempuan di sektor publik dan politik, misalnya, banyak kalangan
yang enggan dipimpin perempuan.
Bias gender juga dapat memberikan beban berlebihan, misalnya, karena pekerjaan rumah
tangga dianggap sebagai pekerjaan perempuan maka pasangan suami-isteri yang sama-sama
bekerja memiliki beban yang berbeda. Para perempuan atau isteri yang bekerja seringkali
berperan ganda yang berarti beban pekerjaan ganda, terutama bagi kalangan miskin yang tidak
dapat menggaji Pekerja Rumah Tangga. Karena dianggap lebih rendah posisinya, perempuan
“lebih banyak” menjadi sasaran dan korban kekerasan dibandingkan dengan lak-laki.
Seharusnya pada masa modern dan di negara demokratis seperti Indonesia, tidak seorangpun,
baik laki-laki dan perempuan dibiarkan mendapatkan perlakuan tidak adil, beban berlebihan
dan kekerasan. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam “Setiap hamba memiliki derajat yang sama
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
129
di mata Allah.” Di lain sisi Allah juga menjanjikan bahwa setiap hambanya dapat memperoleh
derajat yang tinggi di sisinya bila mereka bertaqwa. Orang yang paling bertaqwa ini bisa siapa
saja, bisa laki-laki, bisa perempuan, budak, berkulit hitam atau berkulit putih, penguasa atau
pun orang miskin. Itu tergantung pada ikhtiarnya. Semangat inilah yang diterjemahkan dalam
konsep kesetaraan gender dalam pembangunan.
Setiap laki-laki dan perempuan harus mendapatkan manfaat dari pembangunan dan
kesejahteraan agar dapat meningkatkan harkatnya sebagai manusia. Oleh sebab itu, menjadi
tanggung jawab negara, masyarakat dan negara untuk menegakkan hak orang lain (laki-laki
dan perempuan, suami dan isteri) sehingga masyarakat yang adil dan makmur dapat terwujud.
Penguatan 2: Keadilan dan Kesetaraan Gender
Pada tahun 1984, Indonesia sebagai anggota PBB meratifikasi Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuanmelalui Undang-Undang No. 8 Tahun 1984 sebagai
respon terhadap kesenjangan perempuan dan laki-laki dalam memperoleh hak-hak dasar.
Guna menghilangkan kesenjangan, dirumuskan beberapa kebijakan pemerintah, diantaranya
pencanangan 25 tahun dekade perempuan (tahun 1975-2000) dan membuat tindakan afirmasi
dengan memberikan perlakuan khusus pada perempuan terhadap peran-peran reproduksi yang
bersifat kodrati, seperti pemberian cuti menstruasi, cuti hamil dan cuti melahirkan. Afirmasi
ini merupakan penghargaan terhadap keistimewaan organ-organ dan peran reproduksi
perempuan yang diciptakan Allah yang sampai saat ini belum tergantikan oleh teknologi
canggih apapun. Namun patut disesalkan bahwa peran ini dianggap sebagai kelemahan dan
kendala bagi perempuan untuk berkarya dan berprestasi.
Untuk menindaklanjuti UU No. 8 Tahun 1984, pemerintah membentuk Kementerian
Pemberdayaan Perempuan sebagai ganti dari Menteri Peranan Wanita dan membuka Pusat Studi
Wanita (PSW) di berbagai universitas negeri yang diharapkan dapat melakukan penelitian dan
kajian terhadap kesenjangan laki-laki dan perempuan, serta melakukan pemberdayaan terhadap
perempuan untuk mencapai posisi yang setara. Meski demikian tindakan afirmasi, pemberian
nomenklatur baru bagi kementerian pemberdayaan perempuan dan PSW belum sepenuhnya
dapat menghilangkan kesenjangan antara partisipasi laki-laki dan perempuan dalam bidang
pendidikan, politik dan ekonomi yang menjadi indikator keberhasilan pembangunan.
Pada tahun 2009, hanya sekitar 18 % perempuan dari jumlah keseluruhan anggota parlemen
di tingkat pusat, kurang dari 10% perempuan menduduki jabatan hakim di Mahkamah Agung
dan Mahkamah Konstitusi. Kesenjangan tersebut juga terjadi di berbagai sektor kehidupan.
Saat ini ada fenomena terjadinya kesenjangan dalam bidang pendidikan antara anak laki-laki
dan perempuan. Di tingkat SMP dan SMA angka putus sekolah anak laki-laki cenderung lebih
tinggi dibandingkan angka putus sekolah anak perempuan. Hal ini terjadi antara lain karena
laki-laki terlanjur merekatkan didirinya stereotipe sebagai orang yang kuat dan pencari nafkah
keluarga, sehingga mereka sering berhenti bersekolah untuk membantu orang tuanya mencari
nafkah. Fenomena ini banyak terjadi di daerah-daerah pesisir maupun di daerah yang berbasis
pada pertanian.
Pada konferensi perempuan se dunia di Beijing pada tahun 1995, sebagai tahapan terakhir
dari Dekade Perempuan pada tahun 2000, seluruh negara anggota PBB menyatakan masih
menghadapi kendala dalam menyeimbangkan partisipasi laki-laki dan perempuan dalam
menjangkau manfaat pembangunan. Semua negara menyatakan bahwa masalah terbesar yang
dihadapi oleh negara adalah menghilangkan pandangan budaya yang bias gender karena masih
kuatnya budaya patriarkhi yang lebih mengutamakan laki-laki. Pandangan budaya tersebut
130
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
juga mempengaruhi pemahaman dari ajaran-ajaran agama yang emansipatif dan apresiatif
memberikan penghargaan terhadap perempuan. Konferensi tersebut berhasil merumuskan
suatu rencana aksi yang salah satunya adalah perlunya setiap negara melakukan pengarusutaman
kesetaraan gender dalam kebijakan negara, aktifitas ekonomi, sosial kemasyarakatan dan
keluarga.
Pengarusutamaan gender ini diwujudkan dalam Inpres No. 9 Tahun 2000 sebagai kebijakan
pembangunan nasional di Indonesia. Tujuan dari Inpres ini adalah keadilan dan kesetaraan
gender. Keadilan gender dicapai dengan membuka peluang yang sama, partisipasi seimbang,
keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam pengambilan keputusan negara, sosial dan keluarga,
bahkan pada taraf internasional serta keterjangkauan manfaaat pembangunan. Sedangkan
kesetaraan gender adalah posisi yang sama antara laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari
tercapainya keadilan gender.
Lingkup dari pengarusutamaan gender adalah kewajiban negara, masyarakat dan individu
untuk mendorong tercapainya keadilan dan kesetaraan gender melalui kemitraan laki-laki
dan perempuan, dalam artian bukan persaingan dan saling mengalahkan yang merugikan.
Pemerintah harus mengupayakan, sekurang-kurangnya 30% posisi politik dan publik bagi
perempuan dengan memberikan tindakan afirmasi bagi peran-peran yang bersifat kodrati
seperti cuti haid, melahirkan dan menyediaan tempat penitipan anak (TPA) di setiap instansi
dan perkantoran sehingga ibu yang bekerja dapat menjalankan fungsi ASI dan berdekatan
dengan anak-anak.
Pemerintah berkewajiban mendorong tercapainya relasi yang bermitrakesetaraan antara
suami dan istri, terutama bagi mereka yang bekerja dengan berbagi tugas dan kewajiban rumah
tangga. Ini merupakan peran gender yang dapat berubah dan dilakukan secara bergantian.
Karena bukan merupakan peran kodrati, pekerjaan rumah tangga dapat dilakukan secara
bergantian dan bersama-sama antara suami dan isteri dan anggota keluarga lainnya. Norma
budaya pun dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan kondisi masyarakat selama
dimaksudkan untuk mencapai kebaikan. Bermitrakesetaraan dalam nuansa saling berbagi rasa
dan peran akan dapat meningkatkan kondisi kesehatan jiwa dan raga laki-laki dan perempuan
serta meninggikan harkat manusia sebagai kholifah di bumi.
__________________________________________________________________________
Pertanyaan Kunci:
1.
Mengapa gender sering disalahartikan dengan perempuan?
3.
Bagaimana cara menghilangkan hambatan-hambatan tersebut?
2.
Apa yang menjadi kendala mencapai keadilan dan kesetaraan gender?
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
131
LEMBAR KERJA
Tugas 1
Petunjuk Kerja:
Sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan
memiliki hak yang sama atas jaminan keamanan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan,
hak berpolitik, hak ekonomi dan sosial/budaya. Konstitusi NKRI telah mejamin bahwa setiap
warga negara memiliki posisi dan hak yang setara. Tabel 1 berupaya memotret secara cepat
gambaran realitas pelaksanaan pemenuhan hak warga negara dari persepsi peserta pelatihan.
Di sini peserta tidak dituntut untuk memberi jawaban yang akurat dengan fakta dilapangan
dengan mengacu pada suatu hasil penelitian atau pun data statistik yang tersedia. Peserta
cukup menjawab berdasarkan persepsinya berdasarkan pengalaman dan pengamatannya
selama ini. Kemudian isilah kolom-kolom yang masih kosong dalam tabel di bawah ini. Kolom
1 merupakan listing hak warga negara. Kolom 2 diisi dengan persepsi peluang atau akses bagi
laki-laki dan perempuan untuk memperoleh hak kemanan, kesehatan, pendidikan, politik,
ekonomi dan sosial/budaya. Di sini peserta diharapkan mengisi kolom dengan persentase
peluang laki-laki untuk kolom % lk dan persentase peluang perempuan di kolom % PR menurut
UU/Peraturan. Kolom 3 diisi dengan persentase partisipasi laki-laki dan partisipasi permepuan
dalam pemenuhan hak warga negara. Kolom 4 diisi dengan persepsi peserta perihal persentase
peran laki-laki dan perempuan dalam memperoleh keputusan. Setelah semua kolom terisi
analisalah dimana terdapat kesenjangan pemenuhan hak warga negara dan pada tingkatan
apa? Apakah pada tingkatan peluang, partisipasi, atau pengambilan keputusan? Mengapa hal
tersebut bisa terjadi?
Tabel 1
Hak Warga Negara dan Presentase Laki-laki dan Perempuan
Hak Warga Negara
(1)
Keamanan
Kesehatan
Pendidikan
Politik
Ekonomi
Sosial/budaya
132
Peluang UU/Peraturan
% LK
(2)
% PR
Partisipasi
% LK
(3)
% PR
Pengambilan Keputusan
(4)
% LK
% PR
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
Tugas 2
Petunjuk Kerja
Dengan bekerja di dalam kelompok, isilah titik – titik yang masih kosong dalam tabel 2 dengan
mengacu pada contoh di atasnya.
Tabel 2
Aspek biologis, sifat, peran dan posisi laki-laki dan perempuan
Perempuan
Biologis:
Alat kelamin perempuan
.............................
----------------------.............................
.........................
Sifat
Emosional
.............................
----------------------.............................
.............................
..........................
Peran
Laki-laki
Biologis
Alat kelamin laki-laki
----------------------------------------------.............................
........................
Sifat
Rasional
....................................
..................................
..................................
.................................
..............................
Peran
Pelaksanan rumah tangga
Dipimpin
Perawat
Pekerja
.............................
----------------------.............................
.............................
..........................
Kepala keluarga
Pemimpin
Dokter
Direktur
.............................
----------------------.............................
.............................
..........................
Ibu
Memasak
Mencuci
Bersih bersih rumah
.............................
----------------------.............................
.............................
..........................
Posisi
Ayah
Bekerja
Mencari nafkah
.........................
.............................
----------------------.............................
.............................
..........................
Posisi
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
133
LEMBAR JAWABAN KUNCI
Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender
Jenis Kelamin
Perbedaan biologis laki-laki & perempuan
beserta peran reproduksinya
Ciptaan Allah
Bersifat Kodrati
Tidak dapat dipertukarkan fungsinya
Gender
Sifat, peran dan posisi perempuan & laki-laki
yang dikonstruksi/dibentuk oleh budaya dan
sosial
• Bentukan masyarakat
• Bersifat sosial
• Dapat berubah
• Dapat dilakukan laki-laki & perempuan
sesuai dengan kebutuhan, kesempatan &
komitmen
• Tergantung waktu & kepatutan budaya
• Setempat
• Perempuan:
Alat kelamin perempuan, rahim. ovum,
menstruasi, mengandung, melahirkan
dan laktasi (ASI)
• Laki-laki
Alat kelamin laki-laki, sperma.
134
• Berkarier: Direktur, polisi, dll
• Politik: Presiden, Menteri,dll
• Mengurus rumah tangga, dll
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
Lampiran
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
135
SESI 2 ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
Tujuan
Materi
1. Peserta dapat memahami berbagai bentuk pendekatan studi Islam
terkait dengan gender
2. Peserta dapat menganalisis persamaan dan perbedaan gender dalam
Islam
3. Peserta dapat meyampaikan ceramah yang sensitif gender
1. Pendekatan Studi Islam terkait dengan gender
2. Analisis persamaan dan perbedaan peran dan posisi gender dalam
Islam
Catatan
Metode
Alat dan bahan
3. Materi khutbah/ceramah sensitif gender
Khusus materi ini panitia perlu menyediakan 4 kitab Al-Qur’an untuk
tugas kelompok sebagai bahan diskusi
- Curah Pendapat
- Tugas berpasangan
- Diskusi kelompok
- LCD Projector
-Laptop
- Kertas plano flip-chart dan spidol
-Microphone
Waktu
Proses
- Pertanyaan kunci untuk curah pendapat
- Bahan bacaan
60 menit
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit)
2.Jelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses
pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini.
3. Tugas berpasangan (10 menit):
4. Peserta diminta berpasangan menuliskan beberapa pendekatan
dalam studi Islam. Salah satu kelompok mempresentasikan
sementara kelompok yang lain memberi masukan. Fasilitator
menyimpulkan.
5. Fasilitator memberi penguatan (1) (10 menit)
6. Pendekatan studi Islam terkait kesetaraan gender
136
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
Proses
7. Tugas kelompok (15 menit)
a. Peserta bekerja dalam tiga kelompok dan membaca bahan
bacaan:
• Kelompok 1: ayat-ayat dan hadis yang menunjukkan
kesetaraan laki-laki dan perempuan
• Kelompok 2:
perempuan
Ayat-ayat yang menunjukkan kekhasan
• Kelompok 3: Ayat-ayat yang menunjukkan kekhasan laki-laki
• Maqala yang cenderung mendiskreditkan perempuan.
b. Setiap kelompok mempresentasikan pandangannya
7. Fasilitator memberi penguatan (2): 15 menit
a. Islam mendorong kesetaraan gender
b. Tanya jawab
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
137
LEMBAR INFORMASI KUNCI
Penguatan 1: Pendekatan Studi Islam terkait kesetaraan gender
Sumber Otoritas dalam Islam
Islam merupakan agama yang memandang sumber tekstual yakni al-Qur’an dan hadis Sunnah
Nabi sebagai sumber utama. Keduanya merupakan dua hal pokok dalam seluruh bangunan dan
sumber keilmuan Islam. Sebagai hal yang sentral di kalangan umat Islam adalah wajar dan logis
bila perhatian dan apresiasi terhadapnya melebihi perhatian dan apresiasi terhadap bidang
lainnya. Al-Qur’an dan Sunnah merupakan sumber inspirasi dan ajaran bagi umat Islam.
Al-Qur’an dan Sunnah hadir di tengah-tengah masyarakat yang berbudaya. Kehadirannya sebagai
bentuk rahmat Tuhan untuk membimbing dan mengarahkan manusia agar dapat menjalani
hidup dengan baik tanpa kekerasan, penindasan, monopoli, pengrusakan, diskriminasi dan lainlain. Baik al-Qur’an maupun Sunnah memiliki visi etis (ideal moral) yang sama yang bersifat
universal, meskipun terkadang keduanya merespon peristiwa yang bersifat temporal dan
partikular. Visi etis inilah yang merupakan elan vital kehadiran al-Qur’an dan Sunnah. Termasuk
dalam lingkup tersebut adalah dalam aturan atau tuntunan relasi laki-laki dan perempuan.
Visi etis Al-Qur’an yang bersifat universal:
1. Tauhid, berarti mengesakan Allah.
2. Setara (musāwah/equal)
3. Persaudaraan (ukhuwwah)
4. Keadilan (ʿadālah)
5. Moderat (tawassuṭ)
6. Seimbang (tawāzun)
7. Penghormatan sesama (tahiyyah)
8. Toleran (tasāmuḥ)
9. Anti kekerasan dan pengrusakan (maṣlaḥaḥ)
10.Saling menolong (taʿāwun)
11. Pluralitas/Keragaman (taʿaddud)
12. Anti terhadap penghinaan, pelabelan negatif (taskhīr)
Nilai-nilai dasar ini dapat dijadikan pegangan terutama ketika membaca teks yang cenderung
ketidaksetaraan, baik yang ditemukan dalam al-Qur’an maupun Hadis. Dengan demikian, bila
ada perbedaan terutama sebagaimana terekam dalam kitab-kitab Fiqh, maka harus dipahami
138
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
bahwa teks-teks tersebut bukan ditujukan sebagai legitimasi untuk melakukan kekerasan
terhadap perempuan atau lainnya.
Paradigma Studi Islam
Berikut adalah karakteristik Paradigma Islam:
1. Universal: Berlaku sepanjang masa dan berkesetaraan
2. Rasional: Berbasis analisis rasional dan berorientasi pada masa depan
3. Peduli: Berorientasi menghapus berbagai bentuk kekerasan, termasuk kepada perempuan.
Karena itu dalam al-Qur’an ditemukan ayat yang melarang pembunuhan bayi perempuan dan
anak secara keseluruhan, seperti dalam al-Anʿām: 151, al-Isrā’: 31. Al-Qur’an juga melarang
mengusir istri dari rumahnya seperti dalam At-Thalaq [65]: 1, mempersulit perempuan,
misalnya karena tidak rela mantan istrinya akan menikah lagi, seperti dalam al-Ṭalāq: 6.
Ayat yang dikenal dan sering dikutip oleh para ulama ahli fiqih mengenai nushūz, al-Nisā’:
34, sebenarnya untuk menghapus kekerasan dalam rumah tangga, bukan justru sebagai
legitimasi tindak kekerasan terhadapnya. Sebab turun ayat tersebut, ada seorang perempuan
ditampar oleh suaminya, kemudian lapor kepada Nabi untuk memutuskan agar suaminya
tersebut di qaṣāṣ. Namun keputusan Nabi tersebut diprotes sahabat, dengan alasan bahwa
hal itu urusan domestik. Kalau suami dihukum qiṣāṣ, maka itu artinya mempublikkan sesuatu
yang bersifat domestik dan kalau hal itu diberlakukan, maka masyarakat belum siap. Atas
dasar peristiwa tersebut, maka turunlah al-Nisā’: 34 di atas.
4. Peradaban: Aspek yang tinggi dari kebudayaan yang terdiri dari:
a.Etika/moralitas
b.Seni
c. Ilmu Pengetahuan
d. Olah raga
e. Sistem sosial yang kompleks
Dari paradigma di atas, maka ditemukan beberapa prinsip kesetaran gender dalam Islam:
1. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba Allah, sebagaimana ditegaskan dalam
al-Dhāriyāt: 56
2. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah Allah sebagaimana ditegaskan alAnʿām: 165 dan al-Baqarah: 30.
3.Laki-laki dan perempuan sama-sama menerima perjanjian primordial sebagaimana
ditegaskan dalam al-Aʿrāf: 172.
4. Laki-laki (Adam) dan perempuan (Hawa) sama-sama terlibat aktif dalam peristiwa drama
kosmis, sebagaimana terekam dalam banyak ayat seperti al-Baqarah: 35, al-Aʿrāf: 20 dan 22,
serta 23 dan Al-Baqarah: 187.
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
139
5. Laki-laki dan perempuan berpotensi yang sama dalam meraih prestasi sebagaimana terdapat
dalam Ali ʿImrān: 195, al-Nisā’: 124, al-Naḥl [16]: 97 dan Ghāfir: 40.
Karena itu dalam al-Qur’an, suami-istri disebut dengan zawj yang berarti pasangan. Pasangan
yang ideal bukan pasangan yang sub-ordinatif, tapi pasangan yang saling melengkapi.
Dari paradigma Al-Qur’an menegaskan peran perempuan yang seimbang dengan laki- laki,
yaitu:
1. Memiliki kemandirian politik (al-istiqlāl as-siyāsī) seperti dalam al-Mumtahanah: 12 dan
al-Naml: 23, yang menjelaskan tentang penguasa Saba’, Ratu Bilqis sebagai pemimpin
perempuan.
2. Memiliki kemandirian ekonomi (al-istiqlal al-iqtisādī) seperti dalam al-Naḥl: 97) yang
menggambarkan sosok gadis peternak yang gigih bekerja sebagaimana disaksikan Musa di
Madyan (al-Qāṣāṣ: 23).
3. Memiliki kepribadian dalam menentukan pilihan-pilihan pribadi (al-istiqlāl al-shakhsī)
yang diyakini kebenarannya, sungguhpun harus menghadapi suami seperti terekam dalam
al-Taḥrīm: 11-12. Perempuan dibenarkan menyuarakan kebenaran dan melakukan gerakan
oposisi terhadap kebobrokan institusi negara (al-Tawbah: 21). Bahkan al-Qur’an menyerukan
‘perang’ terhadap negeri yang menindas kaum perempuan (al-Nisā’: 5). Sebab laki-laki dan
perempuan memiliki peran yang sama untuk menjadi khalifah (Al-Naḥl: 97).
Pendekatan Studi Islam
1. Bayānī: Memahami teks secara dogmatis dan tekstual tanpa mengkaitkan dengan
perkembangan zaman. Penggunaan sumber-sumber klasik tafsir Al-Qur’an dan Hadis, Fiqh
secara tekstual akan memunculkan kesenjangan dengan realitas.
2. Burhānī: Memahami teks dengan logika (akal) dengan pendekatan fungsional dan maslahah
serta analogis sesuai dengan pandangan penafsirnya. Misalnya, pandangan Muhammad
Abduh (pembaharu Islam dari Mesir) tentang kepemimpinan pada laki-laki didasarkan pada
pandangan pribadinya bahwa laki-laki lebih rasional dari perempuan. Padahal Al-Qur’an
menarasikan kepemimpinan Ratu Balqis yang semboyannya sampai saat ini masih diguna:
“Baldatun Ṭayyibatun wa Rabbun Ghafūr”. Penggunaan tafsir ini pada masa sekarang dapat
menimbulkan kesenjangan karena secara realitas rasional dan emosional dapat ditemukan
pada diri laki-laki dan perempuan sesuai dengan bagaimana cara mereka dididik dan
dibesarkan dalam lingkunag keluraga dan amsyarakat.
3. Waqiʿī: Memahami teks berdasarkan pada pengalaman dan fakta empiris dan kontekstual.
Dalam hal ini ada tiga model:
a) Teoritis: Memahami teks berdasarkan pada perkembangan makna bahasa seperti yang
dilakukan oleh ‘Aisyah Abdurrahman Bintu alShātīʿ dalam tafsirnya: al-Tafsīr al-Bayānī li
al- Qur’ān.
b) Ilmu Pengetahuan: Memahami teks berdasarkan perkembangan ilmu atau yang dikenal
dengan tafsīr ʿilmī. Pendekatan sumber-sumber al-Qur’an berdasarkan ilmu pengetahuan.
140
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
Misalnya Morris Buqaiyyile menulis pendekatan al-Qur’an secara saintifik. Riffat Hasan
menemukan fakta bahawa penciptaan Adam dan pasangannya (Ḥawa) dari dzat yang sama
dan didukung oleh fakta-fakta saintifik tidak adanya tulang rusuk laki-laki yang hilang. Studi
ini meruntuhkan pandangan lama bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam.
c) Kontekstual, baik kontekstual secara historis yaitu memahami al-Qur’an sebagaimana
ketika al-Qur’an diturunkan untuk menemukan makna otentik sebuah teks maupun
kontekstual secara sosiologis, yaitu konteks ketika al-Qur’an akan diterapkan dalam
masyarakat, sehingga ditemukan makna relevansinya. Pendekatan yang dirumuskan
oleh para intelektual Islam masa kini seperti: Fazlurrahman, al-Jābirī, Yasser Audah,
Shaḥrūr, dlsb.
4. ʿIrfānī: Memahami teks berdasarkan ‘dhawq’ (pengalaman langsung).
Keempat sistem interpretasi tersebut menghadapi tantangan yang sama yakni bagaimana
mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil’alamin, sebagaimana ditegaskan dalam al-Anbiyā’:
187. Islam sebagai raḥmatan li al-ʿālamīn itulah yang merupakan paradigam Islam.
Penguatan 2: Islam mendorong kesetaraan sosial dan kesetaraan gender
Para sarajana kontemporer, baik di Timur Tengah seperti al-Jābirī, Muḥamamd Shaḥrūr, Layla
Yūsuf Qarḍawī, Yasser Audah maupun sarjana Islam di Barat seperti Fazlurrahman, Ismail
al-Faruqi, Asma Barlas, Amina Wadud dan Riffat Hasan serta sarjana Islam di Indonesia
seperti Quraish Shihab, Nazaruddin Umar, Husein Muhammad dan yang lainnya mendorong
pemahaman khazanah Islam (al-Qur’an, Hadis dan Fiqh) dengan pendekatan waqiʿī dengan
mendasarkan pemahaman ajaran Islam dengan fakta-fakta empiris-kontektual sehingga dapat
mencerminkan suatu pemahaman yang akurat sehingga tidak terjadi kesenjangan antara
teks dan konteks. Misalnya, prinsip keadilan dalam Islam berlaku pasti (qātʿī al-dilālah) dan
universal namun indikator atau ukuran keadilan itu dapat berubah dan sesuai dengan tuntutan
zaman seperti pada masalah pendidikan, ekonomi dan partisipasi sosial budaya.
Bahan Bacaan Tugas Kelompok : Islam mendorong Kesetaraan Gender
Ada beberapa masalah gender dalam Islam yang perlu didiskusikan secara serius dan
mendalam, diantaranya mengenai kepemimpinan, wali, mahram, waris, kompetensi laki-laki
dan perempuan dan lain-lain. Berikut ini disajikan beberapa ungkapan, baik dari Al-Qur’an,
Hadis, ataupun ungkapan Arab lainnya yang perlu ditelaah lebih jauh.
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
141
1. Ayat-ayat dan Hadis yang mengisyaratkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan
1.1 Ayat-ayat Al-Qur’an.
al-Naḥl : 97
Artinya:
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.”
Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang
sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
al-Nisā’: 124
Artinya:
“Barang siapa mengerjakan amal sholeh yang baik, baik laki-laki dan perempuan sedang ia orang
beriman, maka mereka itu masuk ke dalam syurga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”
al-Nisā’: 1
Artinya:
“Hai sekalian amnusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari suatu
dzat, dan dari dzat itu Allah menciptakan isterinya. Dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak”.
142
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
al-Hujurat: 13
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal Sesungguhnya
orang yang paling mulia dihadapan Allah adalah adalah orang yang paling taqwa”.
Ali ‘Imrān [3]: 195
Artinya:
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya
Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau
perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orangorang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku,
yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka
dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya,
sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.”
Maksudnya sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, maka demikian pula
halnya perempuan berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama manusia,
tak ada kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya.
al-Tawbah: 71
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
143
Artinya:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagaian mereka adalah menjadi
penolong bagi sebagaian yang lain”.
al-Baqarah: 187
Artinya:
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu;
mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui
bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan
memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi)
janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikafdalam mesjid. Itulah larangan Allah,
maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
manusia, supaya mereka bertakwa”.
1.2 Sunnah
“Dari Abi Sa’id berkata, Nabi bersabda: Tiada pagi hari melainkan ada dua malaikat yang
memanggil-manggil; celakalah kaum laki-laki yang tidak memberikan hak terhadap perempuan
dan celakalah kaum perempuan yang tidak memberikan hak terhadap laki-laki.”(HR. Ibnu Mājah).
“Dari ‘Aishah, ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw: sesungguhnya orang mu’min yang lebih
sempurna keimanannya adalah yang terbaik akhlaknya dan sebaik-baik kamu adalah yang
terbaik terhadap istrinya.” (HR. Turmudhī).
“Dari Ibnu ʿUmar bahwa Nabi bersabda: berilah izin kaum perempuan itu untuk pergi ke masjid
di malam hari.”(HR. Bukhari).
Dari Hisyam, dari ayahnya berkata, ditanyakan kepada ‘Aisyah tentang apa yang dilakukan Nabi
saw ketika beliau di rumah? ‘Aisyah menjawab; beliau melakukan pekerjaan seperti apa yang
kalian lakukan; menyemir sepatunya dan merapikan bajunya. (H.R. Ahmad).
144
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
2. Ayat-ayat al-Qur’an tentang keistimewaan perempuan
al-Qaṣṣās: 7
Artinya:
“Dan Kami wahyukan pada Ibu Musa: Susuilah dia dan apabila kami khawatir maka jatuhkanlah
(hayutkanlah) ia ke Sungai.”
al-Naml: 23
Artinya:
“Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memimpin mereka dan dia dianugerahi
segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar”.
al-Qaṣṣās: 23
Artinya:
“Kedua wanita (penggembala) itu berkata: “kami tidak dapat memberi minum ternak kami
sebelum pengembala-pengembala itu (laki-laki) pulang”.
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
145
3. Ayat-ayat yang mengisyaratkan keistimewaan laki-laki
al-Nisā’ 34
Artinya:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka
mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya
Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”.
al-Baqarah: 228
Artinya:
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali qurū’. tidak boleh
mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu,
jika mereka (para suami) menghendaki ishlahdan Para wanita mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang makrufakan tetapi para suami, mempunyai satu
tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
146
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
Catatan:
Sangat penting memberi catatan tentang ayat kedua ayat ini mengingat keduanya yang paling
sering digunakan untuk melegitimasi keunggulan harkat kemanusiaan laki-laki daripada
perempuan.
a. Qawwām dalam surat al-Nisa’: 34: ada perbedaan pemaknaan dalam terjemah al-Qur’an.
Dalam Terjemah bahasa Inggris yang resmi dikeluarkan Pemerintah Saudi Arabia,
Qawwam dimaknai maintainer (menjaga). Terjemahan resmi Iran menyatakan: maintainer
andprotector (menjaga dan pelindung). Muhamamda Asad dari Pakistan mengartikan to take
a full care (menjaga dengan sepenuhnya). Yusuf Ali mengartikan sama dengan Pemerintah
Saudi Arabia. Artinya Kementerian Agama yang menuliskan qowwam sebagai pemimpin.
Namun dalam cetakan terbaru sudah diubah menjadi pelindung.
b.Kalimat ‘derajat’ dalam al-Baqarah: 228 dimaknai berbeda pada ulama klasik dan
kontemporer. Contoh perbedaan penafsiran ‘derajat, Yusuf Ali mengatakan “laki-laki
memiliki derajat (keunggulan) diatas perempuan. Muhsin Khan menyatakan: “laki-laki
memiliki satu derajat (tanggung jawab) diatas isterinya. Perbedaan antara (keunggulan)
dan (tanggung jawab) memiliki konsekuensi yang sangat jauh. Karena ayat ini berbicara
masalah talak maka menurut sarjana Islam kontemporer seperti Mashood Baderin (2000),
Nazruddin Umar (1998) kelebihan tersebut pada masalah pemberian nafkah anak yang
harus diberikan laki-laki sebagai ayah pada anaknya.
1. Ayat-ayat yang secara eksplisit menguraikan perbedaan laki-laki dan perempuan
al-Baqarah: 282, Tentang Kesaksian
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
147
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah [179] tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana
Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang
lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua orang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki
dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka
yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai
batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan
persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu
itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang
demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”
al-Baqarah: 228
Artinya:
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. tidak boleh
mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti
itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai
satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
al-Nisā’ : 7
148
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
Artinya:
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi
orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik
sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”.
al-Nisā’ : 11
Artinya:
“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian
seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu
semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan;
jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang
ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal
itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibubapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa
saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah
dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu
dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana”.
Maqalah-maqalah yang tidak memihak perempuan:
Maqālah adalah riwayat diragukan rujukannya pada Rasulullah dan ulama-ulama masa lalu:
“Perempuan itu ibarat setan yang diciptakan untuk kaum laki-laki. Kami berlindung kepada Allah
dari seburuk-buruk setan yang menggoda.”1
1
Masdar F. Mas’udi, Islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan, (Bandung: Mizan, 2000), 44
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
149
“Aku tidak meninggalkan untukmu (laki-laki) fitnah yang lebih berbahaya daripada perempuan.”2
Rasulullah bersabda:
”Mentaati perempuan itu suatu kerugian, karena itu nasehatilah dia dengan suatu kebaikan
sebelum mereka memerintah kamu sekalian berbuat munkar.”
‘Aishah berkata:
“Sesungguhnya Nabi saw bersabda: jangan biarkan perempuan keluar dari rumah dan jangan
diajari tulis-menulis.”
Nabi bersabda:
“Perempuan itu aurat, maka apabila ia keluar dari rumahnya, setan-setan akan merasa senang.
Dalam riwayat lain (dikemukakan): perempuan itu aurat, maka tahanlah ia dalam rumahnya.
Sesungguhnya kalau perempuan itu keluar dari rumahnya, maka akan menyenangkan hati setan
karena bisa menggodanya.”
2
Muhammad bin Umar an-Nawawi al-Bantani, ʿUqūd al-lijayn fī Bayāni Ḥuqūq al-Zawjayni.
150
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
LEMBAR KERJA
Jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana memahami perbedaaan laki-laki dan perempuan dalam kerangka kesetaraan
gender?
2. Bagaimana memahami keistimewaan laki-laki dalam kerangka kesetaraan gender?
3. Bagaimana memahami keistimewaan perempuan dalam kerangka kesetaraan gender?
Kunci Jawaban
Laki-laki dan perempuan diciptakan dengan persamaan dan keistimewaan yang harus dipahami
dalam relasi komplementer dan saling melengkapi dan bukan saling merendahkan. Aspek-aspek
istimewa yang selama ini digunakan untuk merendahkan salah satu jenis kelamin perlu di reinterpretasi dalam konteks peran fungsional dan tidak dipahami secara esensial. Karena secara
esensial laki-laki dan perempuan sama dihadapan Allah meski dalam fungsi yang berbeda.
Karena fungsi terkait sosial budaya maka dapat berubah dan bersesuaian dengan tuntutan
zaman. Peran-peran fungsional ini harus dilakukan dalam visi Islam yang telah dijelaskan dalam
sesi ini.
Sumber: Modul Islam dan Gender, Pusat Studi Wanita, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
151
Lampiran
152
POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER
POKOK BAHASAN 6
RANGKUMAN DAN REFLEKSI
POKOK BAHASAN 6
RANGKUMAN DAN REFLEKSI
Fenomena kemiskinan, kerusakan lingkungan, ketidakadilan sosial berbasis gender, maupun
maraknya konflik yang bersifat destruktif telah menjadi isu keseharian yang harus dihadapi
oleh umat Islam di Indonesia khususnya, dan dunia pada umumnya. Jika ditelaah lebih dalam,
berbagai isu dan permasalahan tersebut muncul karena buruknya tata kelola, baik tata kelola
pemerintahan atau organisasi maupun tata kelola demokratis. Tata kelola pemerintahan
yang buruk berdampak pada munculnya inefisiensi penggunaan sumber daya, indisipliner,
bahkan korupsi yang berujung pada pemiskinan umat. Sedangkan buruknya penerapan tata
kelola demokratis menghilangkan penghargaan terhadap perbedaan pendapat dan perbedaan
pandangan, menghilangkan rasa saling percaya, dan mengakibatkan munculnya berbagai
konflik mulai konflik sosial, konflik berbasis agama, konflik sumber daya yang tak jarang
bersifat destruktif. Oleh karenanya para mubalig sebagai tokoh umat Islam dan agent perubahan
idealnya mensiarkan nilai-nilai dari tata kelola demokratis yang didalamnya juga terkandung
prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.
6.1. Ringkasan dan Refleksi
Tujuan
1. Peserta mampu menjelaskan benang merah atau keterkaitan
antar pokok bahasan yang satu dengan pokok bahasan
lainnya.
Materi
Metode
Alat dan Bahan
2. Peserta dapat menyimpulkan hubungan antara pokok
bahasan dengan upaya mendorong terwujudnya tata kelola
demokratis.
- Materi pokok bahasan 1 sampai pokok bahasan 5 seperti
yang dimuat dalam lembar informasi kunci masing-masing
Sesi dari Pokok Bahasan
- Curah pendapat
- Diskusi kelas
- Flip chart
- Kertas plano
- Kartu metaplan
- Spidol
Waktu
- Solatip
- Pertanyaan kunci
90 Menit (2 sesi)
POKOK BAHASAN 6: RANGKUMAN DAN REFLEKSI
155
Proses
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit).
Fasilitator menjelaskan pokok bahasan, tujuan, dan proses
pembelajaran.
2. Fasilitator membagikan kertas metaplan, spidol dan solitipe
serta menjelaskan kepada peserta untuk apa dan kapan alatalat tersebut digunakan. (5 menit)
3. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan
pertanyaan – pertanyaan kunci yang terdapat pada lembar
lampiran dan meminta peserta menuliskan jawabannya di
metaplan. ( 30 menit)
4. Fasilitator meminta peserta maju ke depan untuk menempelkan
metaplan di kertas plano.Kemudian fasilitator melakukan
pengelompokan metaplan sesuai dengan jawaban peserta.
(5 menit)
5. Selanjutnya fasilitator membacakan ulang hasil jawaban
peserta dan membuka diskusi kelas dengan meminta
tanggapan dari peserta. (10 menit)
6. Setelah diskusi kelas kemudian fasilitator meminta 3
orang peserta sebagai sukarelawan untuk menyampaikan
kesimpulan dari hasil diskusi sehubungan keterkaitan
antara pokok bahasan yang satu sama yang lain serta
hubungannya dengan upaya mendorong terwujudnya
tatakelola demokratis.(30 menit)
156
POKOK BAHASAN 6: RANGKUMAN DAN REFLEKSI
DAFTAR PERTANYAAN KUNCI
Berikut sejumlah pertanyaan kunci yang bisa digunakan oleh fasilitator untuk memandu proses
curah pendapat:
1. Bagaimana pandangan Islam tentang Good Democratic Governance?
2. Apa hubungan Good Democratic Governance dengan Perdamaian, Solidaritas Sosial,
Kelestarian lingkungan dan kesetaraan gender?
3. Bagaimana pandangan Islam tentang isu perdamaian, solidaritas sosial, kelestarian
lingkungan dan kesetaraan gender?
4. Apa kesimpulan yang dapat diambil mengenai keterkaitan antara isu perdamaian, solidaritas
sosial, kelestarian lingkungan dan kesetaraan gender serta democratic governance dalam
perspektif Islam?
POKOK BAHASAN 6: RANGKUMAN DAN REFLEKSI
157
Lampiran
158
POKOK BAHASAN 6: RANGKUMAN DAN REFLEKSI
SESI 2
REFLEKSI
Tujuan
1. Peserta mampu melakukan self evaluation terhadap pendekatan dan
materi dakwah yang selama ini disampaikan
2. Peserta mampu menyusun agenda aksi individual yang akan dilakukan
untuk mensiarkan tatakelola demokratis.
- Mengisi angket self evaluation (Post Test)
Materi
Metode
- Game/permainan
Alat dan Bahan
- Kerja individu menyusun rencana aksi
- Presentasi di depan kelas
- Bola kasti 1 buah
- Musik
- Laptop/tape dan speaker
- Lembar informasi kunci
Waktu
Proses
- Lembar Post test
- Format rencana aksi
90 Menit (2 Sesi)
1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit).
Fasilitator menjelaskan pokok bahasan, tujuan, dan proses
pembelajaran.
2. Fasilitator membagikan lembar post test dan meminta peserta untuk
mengisinya. (20 menit)
3. Fasilitator meminta semua peserta berdiri di depan kelas dalam bentuk
lingkaran. Kemudian fasilitator menjelaskan aturan permainan
dimana jika musik berbunyi maka bola kasti harus diputarkan secara
estafet searah dengan jarum jam. Dan ketika musik berhenti maka
orang yang memegang bola tersebut harus menyampaikan satu buah
refleksi sebagai bentuk self evaluation terhadap pendekatan maupun
substansi materi dakwah yang selama ini disampaikan sebagai
seorang mubalig. Setelah waktu habis peserta diminta kembali duduk
di tempatnya masing-masing (25 menit)
4. Fasilitator membagikan lembar kerja kepada semua peserta dan
meminta peserta menyusun rencana aksi individu setelah selesai
mengikuti pelatihan.
POKOK BAHASAN 6: RANGKUMAN DAN REFLEKSI
159
LEMBAR KERJA
Susunlah Rencana Aksi individu tentang apa yang akan dilakukan dalam mensiarkan tatakelola
demokratis setelah selesai mengikuti pelatihan mubalig ini dengan menggunakan format
sebagai berikut:
Nama
:
Nomor kontak
:
Alamat
:
Asal Organisasi :
Visi Dakwah
Tujuan Dakwah
Kelompok sasaran
Metode Dakwah
Substansi Dakwah
Kegiatan dan waktu
160
POKOK BAHASAN 6: RANGKUMAN DAN REFLEKSI
LAMPIRAN METODOLOGI EVALUASI
PEMBELAJARAN, PENERAPAN DAN DAMPAK
Pengantar
Pre Test/Post Test
Menurut Web Center for Social Research, evaluasi adalah sebuah upaya pengumpulan informasi
yang bertujuan untuk memberikan masukan atau umpan balik terhadap audiens spesifik1. Ada
banyak jenis evaluasi, namun secara umum evaluasi dapat dibagi atas dua tipe, yaitu: evaluasi
formatif
dan evaluasi
sumatif.
Evaluasi
formatif
biasanya
ketika program
masihpada
sedang
Dalam waktu
20 menit
jawablah
pertanyaan
berikut
ini dilakukan
dengan memberi
tanda lingkar
berjalan.
Termasuk
dalam
kategori
ini
adalah
needs
asessment,
konseptualisasi
stuktur,
evaluasi
jawaban atau pernyataan yang anda anggap paling benar!
pelaksanaan dan evaluasi proses. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai.
Fokus evaluasi ini untuk melihat hasil, dampak, efektivitas biaya, dan analisa cost-benefit.
1. Tata kelola demokratis sangat sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Mana diantara
Dakwah
Inklusif:
Pendidikan
Mubalig
untuk Tata
Kelola Demokratis
merupakan
salah satu program
pernyataan
berikut
ini yang
merupakan
prinsip-prinsip
dari tata
kelola demokratis
yang
peningkatan
kapasitas
para
mubalig.
Dalam
rangka
memberikan
umpan
balik
kepada perencana,
benar!
penyelenggara pendidikan, sponsor, fasilitator maupun para peserta pendidikan, maka perlu
a. Transparansi,
partisipasi,
akuntabilitas,
dan
keadilan
dilakukan
evaluasi. Evaluasi
pendidikan
mubalig
dapat
menggunakan Model Evaluasi Kirkpatrick,
sebagaimana
diuraikan
di
bawah
ini.
b. Penghargaan martabat kemanusiaan, kesetaraan, anti kekerasan, dan menghargai
perbedaan.
Metode
c. Transparansi, responsif, partisipasi, dan akuntabilitas
Menurut
Model
Evaluasi Kirkpatrick,
evaluasi dan
pendidikan/pelatihan
terdiri atas empat tingkatan
d. Cinta
perdamaian,
keadilan, partisipasi
antikorupsi
2
evaluasi , yaitu:
e. Semua benar.
Tingkat Pertama: Reaksi. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengukur tingkat kepuasan
peserta program. Reaksi dapat berupa bagaimana perasaan mereka atau apa pendapat mereka
2.
Tata proses
kelola pendidikan/pelatihan,
yang baik merupakanmateri-materi
prinsip-prinsip
yang
harus dipegang
dalam
mengelola
tentang
yang
disampaikan
dan para
fasilitator.
Hal ini
organisasi.
Prinsip-prinsip
tata
kelola
yang
baik
adalah
sebagai
berikut:
dapat langsung ditanyakan segera setelah diklat selesai dan skala Likert dapat digunakan untuk
melakukan ini.
a. Transparansi, partisipasi, akuntabilitas, responsif, dan berkeadilan
b. Antikorupsi,
kontrol dan pengawasan,
responsif
Tingkat
Kedua: Pembelajaran.
Tujuan daritransparansi,
evaluasi di dan
tingkat
ini adalah untuk mengukur
peningkatan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta. Salah satu metode yang biasa digunakan
c. Perdamaian, kesetaraan, transparansi, toleransi
adalah metode pre test dan post test terkait dengan materi yang digunakan. Hal ini juga dapat
dilakukan
melalui observasi
ketika
simulasi dan latihan dilakukan
di dalam kelas.
d. Penghargaan
martabat
kemanusiaan,kesetaraan,
anti kekerasan,
dan menghargai
perbedaan.
Tingkat Ketiga : Tingkah Laku/Tindakan. Evaluasi ditingkat ini dilakukan untuk mengukur
e. Semua
pernyataan salah
bagaimana
pengetahuan
dan keterampilan yang mereka peroleh dari diklat digunakan dalam
pekerjaannya. Metode yang bisa dilakukan dengan melakukan survei atau wawancara terhadap
alumni, rekan kerja atau pimpinannya atau yang mempekerjakan mereka.
3. Berikut ini merupakan etika menghadapi perbedaan atau ikhtilaf dalam Islam, kecuali
pernyataan
a. Lapang dada menerima kritik
1.http://www.socialresearchmethods.net/intreval.htm
b. Berdiskusi dengan memilih ucapan yang terbaik
2.Coady International Institute, Facilitation and Training Approaches for Community Change, Manual of Reference Materials, Antigonish: Coady
International Institute, 2012, hal.31. Lihat juga http: //www. bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/20275c. Berdiskusi untuk memenangkan perdebatan
penerapan-model-evaluai-kirpatrick.
PRE
TEST/POST TEST
Lampiran
161
d. Berdiskusi dengan tujuan yang lurus
Tingkat Keempat. Tujuan evaluasi pada tingkatan ini adalah untuk mengukur hasil dan dampak
e. Berdiskusi
niat menemukan
kebenaran
dari program
diklat.dengan
Hasil yang
ingin dicapai
didalam Kerangka Acuan untuk kegiatan diklat
menjadi panduan dalam melakukan evaluasi. Apa yang telah berubah dan dicapai setelah program
diklat? Metode yang digunakan adalah wawancara dan pengecekan ke lapangan. Dalam kontek
4. Toleransi
merupakan
salah
satu mubalig
sikap yang
sangat dibutuhkan
evaluasi
yang akan
dilakukan
untuk
termasuk
antara laindalam
adalahmemelihara
wawancarakehidupan
terhadap
bermasyarakat
yang
harmonis
dan
damai.
Mana
pernyataan
di
bawah
ini
yang
merupakan
alumni.
sikap toleransi.
Evaluasi
pertama
dan tingkat
keduaagama
masuklain
dalam kategori evaluasi formatif, sedangkan
a. tingkat
Turut serta
merayakan
hari besar
evaluasi tingkat ketiga dan evaluasi tingkat keempat masuk dalam evaluasi sumatif.
b. Memakan semua makanan yang diberikan
Alat Evaluasi
c. Mendengarkan “ceramah” dari pendeta atau pun pastor
d. instrumen
Menjadikanevaluasi
tetangga
nondigunakan
muslim sebagai
asuh evaluasi berbeda-beda sesuai
Alat atau
yang
untuk orang
setiap tua
tingkatan
dengan
atau peruntukannya.
Berikut
ini merupakan
e. tujuan
Tidak mengganggu
umat agama
lain dalam
beribadahcontoh masing-masing instrumen
evaluasi yang dapat digunakan untuk masing-masing tingkatan. Instrumen ini dapat lebih
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
5. Peran zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah ...
Tentu saja pihak yang menggunakan alat evaluasi ini, setelah dimodifikasi dan dielaborasi, perlu
a. Sebagai
alat
untuk mewujudkan
menghimpun
serta
menyajikan
data yangsolidaritas
terkumpul,sosial
membuat analisanya, menarik kesimpulan
serta b.
mengidentifikasi
rekomendasi
yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan efektifitas
Sebagai alat untuk
pamer kekayaan
paket pendidikan ini.
c. Alat untuk mendistribusikan kekayaan
Alat Evaluasi
Tingkat
Pertama
d. Pernyataan
a,b, dan
c salah
e. tanda
Pernyataan
dan yang
c benar
Berilah
X padaa,b,
huruf
mewakili pendapat Anda tentang tingkat kepuasan terhadap
Dakwah Inklusif: Pendidikan Mubalig untuk Tata Kelola Demokratis.
6. Mengapapendapat
zakat danAnda
sedekah
di Indonesia
belumpelatihan
dikelola dengan
baik untuk kemaslahatan
1. Bagaimana
tentang
mutu materi
yang disampaikan
dalam diklat
umat?Inklusif ?
Dakwah
a. Sangat kurang
a. Kurangnya sumber daya manusia yang terampil
b. Kurang
c. Cukup
baik
b. Kurangnya
transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
d. Baik
c. Tata kelola zakat dan sedekah yang buruk tidak transparan dan akuntabel
e. Sangat baik
2. Bagaimana
pendapat
metode pelatihan yang digunakan?
d. Pernyataan
a,b,Anda
dan ctentang
semua salah
a. Sangat tidak menarik
e. Pernyataan
b. Tidak
menarik a,b, dan c semua benar
c. Cukup menarik
d. Menarik
Tugas menarik
manusia sebgai khalifah di bumi memiliki makna ...
7.
e. Sangat
3. Bagaimana
pendapat
Andaberkewajiban
tentang tingkat
penguasaan
materi
dari fasilitator?
a. Manusia
tidak saja
sebagai
pemimpin
di bumi
tetapi juga memakmurkan
a. Sangat
tidak
menguasai
bumi.
b. Tidak menguasai
b. Manusia
berkewajiban mengeskplorasi hasil bumi untuk pemenuhan kebutuhannya
c. Cukup
menguasai
yang tidka terbatas
d. Menguasai
e. Sangat
menguasai
c. Manusia
harus memanfaatkan kekayaan alam seoptimal mungkin
162
PRE TEST/POST
TEST
Lampiran
d. Berdiskusi dengan tujuan yang lurus
4. Bagaimana pendapat Anda tentang fasilitas yang disediakan?
Berdiskusi
a.e.Sangat
tidakdengan
puas niat menemukan kebenaran
b. Tidak puas
c. Cukup puas
Toleransi
4. d.
Puas merupakan salah satu sikap yang sangat dibutuhkan dalam memelihara kehidupan
e.bermasyarakat
Sangat puas yang harmonis dan damai. Mana pernyataan di bawah ini yang merupakan
sikap
toleransi.
5. Bagaimana
tingkat kepuasan Anda terhadap proses diklat secara keseluruhan?
a.a.Sangat
tidak
Turut sertapuas
merayakan hari besar agama lain
b. Tidak puas
Memakan
c.b.Cukup
puas semua makanan yang diberikan
d.
c. Puas
Mendengarkan “ceramah” dari pendeta atau pun pastor
e. Sangat puas
d. Menjadikan
tetangga
non muslim
sebagai orang tua
asuh mengikuti setiap proses diklat?
6. Apakah
panitia diklat
membantu
dan mempermudah
peserta
a.e. Sangat
membantu
Tidak tidak
mengganggu
umat agama lain dalam beribadah
b. Tidak membantu
c. Cukup membantu
d. Membantu dengan baik
5. Peran zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah ...
e. Sangat membantu
7. Tulislah
masukan
Andamewujudkan
untuk perbaikan
kualitas
diklat Dakwah Inklusif ke depan dalam satu
a. Sebagai
alat untuk
solidaritas
sosial
paragraf!
b. Sebagai alat untuk pamer kekayaan
c. Alat
untuk mendistribusikan
kekayaan
B. Alat
Evaluasi
Tingkat Kedua
d. Pernyataan a,b, dan c salah
Evaluasi tingkat kedua ditujukan untuk mengetahui perubahan pengetahuan, keterampilan dan
sikap
sebelum
dancsesudah
e. peserta
Pernyataan
a,b, dan
benar mengikuti diklat. Oleh karenanya intrumen yang digunakan
adalah pre test dan post test. Adapun contoh pre test dan post test yang dapat digunakan dapat
dilihat di bawah ini.
6. Mengapa zakat dan sedekah di Indonesia belum dikelola dengan baik untuk kemaslahatan
umat?
a. Kurangnya sumber daya manusia yang terampil
Pre Test / Post Test
b. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
Dalam waktu 20 menit jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda lingkar pada
c. Tata kelola zakat dan sedekah yang buruk tidak transparan dan akuntabel
jawaban atau pernyataan yang anda anggap paling benar!
d. Pernyataan a,b, dan c semua salah
Tata kelola demokratis sangat sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Mana diantara pernyataan
e. Pernyataan
a,b, dan c semua
benar dari tata kelola demokratis yang benar?
berikut
ini yang merupakan
prinsip-prinsip
Transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan
7. Tugas manusia sebgai khalifah di bumi memiliki makna ...
Penghargaan
martabat
kemanusiaan,
kesetaraan,
anti kekerasan,
dan
menghargai
perbedaan.
a. Manusia
tidak saja
berkewajiban
sebagai pemimpin
di bumi
tetapi
juga memakmurkan
bumi.
Transparansi, responsif, partisipasi, dan akuntabilitas
b. Manusia berkewajiban mengeskplorasi hasil bumi untuk pemenuhan kebutuhannya
yang tidka terbatas
Cinta perdamaian,
keadilan, partisipasi dan antikorupsi
c. Manusia harus memanfaatkan kekayaan alam seoptimal mungkin
Semua benar.
162
Lampiran
PRE TEST/POST TEST
163
d. Berdiskusi dengan tujuan yang lurus
Tata kelola yang baik merupakan prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam mengelola organisasi.
e. Berdiskusi dengan niat menemukan kebenaran
Prinsip-prinsip tata kelola yang baik adalah sebagai berikut:
Transparansi, partisipasi, akuntabilitas, responsif, dan berkeadilan
4. Toleransi merupakan salah satu sikap yang sangat dibutuhkan dalam memelihara kehidupan
bermasyarakat
yang
harmonis dan
damai. Mana
Antikorupsi,
kontrol dan
pengawasan,
transparansi,
danpernyataan
responsif di bawah ini yang merupakan
sikap toleransi.
Perdamaian,
kesetaraan,
transparansi,
toleransi
a. Turut
serta merayakan
hari besar
agama lain
b. Memakan
semua
makanan yang diberikan
Penghargaan
martabat
kemanusiaan,kesetaraan,
anti kekerasan, dan menghargai perbedaan.
c. Mendengarkan “ceramah” dari pendeta atau pun pastor
Semua pernyataan salah
d. Menjadikan tetangga non muslim sebagai orang tua asuh
Berikut
merupakan
etika menghadapi
ikhtilaf dalam Islam, kecuali pernyataan
e. iniTidak
mengganggu
umat agama perbedaan
lain dalam atau
beribadah
a. Lapang dada menerima kritik
b. Berdiskusi dengan memilih ucapan yang terbaik
c. Berdiskusi untuk memenangkan perdebatan
5. Peran zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah ...
d. Berdiskusi dengan tujuan yang lurus
a. Sebagaidengan
alat untuk
solidaritas sosial
e. Berdiskusi
niatmewujudkan
menemukan kebenaran
4. Toleransi merupakan salah satu sikap yang sangat dibutuhkan dalam memelihara kehidupan
b. Sebagai alat untuk pamer kekayaan
bermasyarakat yang harmonis dan damai. Mana pernyataan di bawah ini yang merupakan sikap
toleransi.
c. Alat untuk mendistribusikan kekayaan
a. Turut serta merayakan hari besar agama lain
d. Pernyataan
dan c salah
b. Memakan
semuaa,b,
makanan
yang diberikan
c. Mendengarkan
“ceramah”
dari
e. Pernyataan a,b, dan c benarpendeta atau pun pastor
d. Menjadikan tetangga non muslim sebagai orang tua asuh
e. Tidak mengganggu umat agama lain dalam beribadah
5. 6.
Peran
zakat dan
sedekah
dalam kehidupan
sosial
adalah
... dengan baik untuk kemaslahatan
Mengapa
zakat
dan sedekah
di Indonesia
belum
dikelola
a. Sebagai
umat? alat untuk mewujudkan solidaritas sosial
b. Sebagai alat untuk pamer kekayaan
a. untuk
Kurangnya
sumber daya kekayaan
manusia yang terampil
c. Alat
mendistribusikan
d. Pernyataan
a,b, transparansi
dan c salah dan akuntabilitas dalam pengelolaan
b. Kurangnya
e. Pernyataan a,b, dan c benar
c. Tatazakat
keloladan
zakat
dan sedekah
yang buruk
tidak
transparan
dan
akuntabel
6.Mengapa
sedekah
di Indonesia
belum
dikelola
dengan
baik
untuk kemaslahatan
umat?
d. Pernyataan a,b, dan c semua salah
a. Kurangnya sumber daya manusia yang terampil
e. Pernyataan
a,b, dan cdan
semua
benar dalam pengelolaan
b. Kurangnya
transparansi
akuntabilitas
c. Tata kelola zakat dan sedekah yang buruk tidak transparan dan akuntabel
d. Pernyataan a,b, dan c semua salah
e. Pernyataan
a,b, dan
c semua
benar
7.
Tugas manusia
sebgai
khalifah
di bumi memiliki makna ...
a. Manusia tidak saja berkewajiban sebagai pemimpin di bumi tetapi juga memakmurkan
bumi.
b. Manusia berkewajiban mengeskplorasi hasil bumi untuk pemenuhan kebutuhannya
yang tidka terbatas
c. Manusia harus memanfaatkan kekayaan alam seoptimal mungkin
162
164
PRE TEST/POST
TEST
Lampiran
d. Berdiskusi dengan tujuan yang lurus
7. Tugas manusia sebagai khalifah di bumi memiliki makna
e. Berdiskusi dengan niat menemukan kebenaran
a. Manusia tidak saja berkewajiban sebagai pemimpin di bumi tetapi juga memakmurkan bumi.
b.Manusia berkewajiban mengeskplorasi hasil bumi untuk pemenuhan kebutuhannya yang
tidka terbatas
4. c.
Toleransi
merupakan
salah satu sikap
yang sangat
dibutuhkan
dalam memelihara kehidupan
Manusia
harus memanfaatkan
kekayaan
alam seoptimal
mungkin
bermasyarakat
yang
harmonis
d.
Pernyataan a,b,c
semua
benardan damai. Mana pernyataan di bawah ini yang merupakan
sikap toleransi.
e. Pernyataan a,b,c, semua salah
8. Mana
diantara
pernyataanhari
berikut
yanglain
merupakan cerminan dari upaya menjalankan
a. Turut
serta merayakan
besarini
agama
amanah sebagai khalifah Allah di bumi?
b. Tidak
Memakan
semua makanan
a.
menggunakan
sumberyang
dayadiberikan
alam yang ada agar tidak merusak lingkungan
b.
sumber daya
alam
untukatau
memenuhi
kebutuhan hidup manusia
c. Mengeksploitasi
Mendengarkan “ceramah”
dari
pendeta
pun pastor
c. Mengelola sumber daya alam yang tersedia dengan tetap menjaga kelestariannya
d. Pernyataan
Menjadikana,b,c
tetangga
muslim sebagai orang tua asuh
d.
semuanon
benar
e.
a,b,c, semua
salah
e. Pernyataan
Tidak mengganggu
umat
agama lain dalam beribadah
9. Mana pernyataan di bawah ini yang menurut anda paling benar!
a. Kesetaraan gender merupakan salah satu bentuk dari penerapan prinsip kesetaraan dalam
tata kelola demokratis.
5. Peran zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah ...
b. Kesetaraan gender merupakan tujuan dari pengarusutamaan gender dalam pembangunan
a. Kesetaraan
Sebagai alat
untukberarti
mewujudkan
solidaritas
sosial
c.
gender
melakukan
gerakan
pemberdayaan perempuan
d. Pernyataan a,b,c semua benar
b. Sebagai alat untuk pamer kekayaan
e. Pernyataan a,b,c, semua salah
10.c.Pernyataan
yang mencerminkan
Alat untukmana
mendistribusikan
kekayaanhubungan antara Islam dan Perdamaian, Islam dan
Kesalehan Sosial, Islam dan lingkunga hidup, serta Islam dan kesetaraan gender dengan tata
d.kelola
Pernyataan
a,b, dan c salah
demokratis?
kelolaa,b,
yang
e.a.Tata
Pernyataan
dan cbaik
benardan demokratis merupakan instrumen untuk mewujudkan
perdamaian, kesalehan sosial, kelestaruan lingkungan hidup dan kesetaraan gender.
b. Konflik, kerusakan lingkungan, kemiskinan dan ketidakadilan dapat dikurangi jika tata
kelolazakat
yang baik
dan demokratis
diterapkan
kehidupan
sehari-hari.
6. Mengapa
dan sedekah
di Indonesia
belumdalam
dikelola
dengan baik
untuk kemaslahatan
c.
Prinsip-prinsip
tata
kelola
yang
baik
dan
demokratis
wajib
diterapakan
oleh pemerintah,
umat?
masyarakat sipil, perusahaan , parlemen, dan sebagainya.
a.d.Kurangnya
daya benar
manusia yang terampil
Pernyataansumber
a,b,c semua
Pernyataantransparansi
a,b,c, semua dan
salah
b.e.Kurangnya
akuntabilitas dalam pengelolaan
c. Evaluasi
Tata kelolaTingkat
zakat danKetiga
sedekah yang buruk tidak transparan dan akuntabel
Alat
d. Pernyataan a,b, dan c semua salah
Evaluasi pada tingkat ini akan menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik
e. Pernyataan
dan c semua
benar
wawancara
dengana,b,
wahana
FGD. Pesertanya
adalah alumni diklat Dakwah Inklusif dan para
penerima dakwah inklusif atau beneficiaries dari para mubalig alumni. Berikut ini merupakan
contoh instrumen evaluasi dalam bentuk beberapa pertanyaan kunci.
7. Tugas manusia sebgai khalifah di bumi memiliki makna ...
a. Manusia tidak saja berkewajiban sebagai pemimpin di bumi tetapi juga memakmurkan
bumi.
b. Manusia berkewajiban mengeskplorasi hasil bumi untuk pemenuhan kebutuhannya
yang tidka terbatas
c. Manusia harus memanfaatkan kekayaan alam seoptimal mungkin
162
Lampiran
PRE TEST/POST TEST
165
d. Berdiskusi dengan tujuan yang lurus
I. Pertanyaan kunci bagi para alumni
e. Berdiskusi dengan niat menemukan kebenaran
Apa saja yang telah Bapak/Ibu lakukan setelah mengikuti pendidikan Dakwah Inklusif atau
pelatihan mubalig untuk menyebarkan semangat tata kelola demokratis (toleransi, perdamaian,
4. Toleransi
merupakan
salah satu anti-korupsi)?
sikap yang sangat dibutuhkan dalam memelihara kehidupan
kesetaraan,
keadilan,
anti-kekerasan,
bermasyarakat yang harmonis dan damai. Mana pernyataan di bawah ini yang merupakan
sikap toleransi.
Apakah Bapak/Ibu telah menerapkan prinsip – prinsip tata kelola demokratis dalam kehidupan
sehari-hari?
Jikaserta
iya bagaimana
itu lain
Bapak/Ibu laksanakan?
a. Turut
merayakanprinsip-prinsip
hari besar agama
b. dalam
Memakan
semua dakwah
makanan
yang diberikan
Apakah
melakukan
Bapak/Ibu
telah mempromosikan tentang prinsip-prinsip tata
kelola c.demokratis
(toleransi,
perdamaian,
kesetaraan,
keadilan,
Mendengarkan
“ceramah”
dari pendeta
atau pun
pastor anti-kekerasan, anti-korupsi)?
Jika ya pada kesempatan apa, kepada siapa, dan dimana?
d. Menjadikan tetangga non muslim sebagai orang tua asuh
Apakah
tata kelola
telah diterapkan
e. prinsip-prinsip
Tidak mengganggu
umat demokratis
agama lain dalam
beribadah dilembaga atau organisasi Bapak/
Ibu? Jika ya sejak kapan? Apakah ada peran Bapak/Ibu dalam mendorong penerapannya di
organisasi/lembaga dimana Ibu/Bapak tergabung atau bekerja?
5. Peran zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah ...
Apakah Bapak/Ibu menemui kendala atau tantangan dalam menerapkan prinsip-prinsip tata
Sebagai alat
untukdijelaskan.
mewujudkan
solidaritas
sosial
kelola a.demokratis?
Tolong
Apakah
dan bagaimanakah
Bapak/Ibu berhasil menangani
kendala/tantangan tersebut? Apakah ada kiat-kiat yang dapat dishare dengan orang-orang lain?
b. Sebagai alat untuk pamer kekayaan
II . Pertanyaan
kunci
bagi masyarakat
penerima manfaat
c. Alat untuk
mendistribusikan
kekayaan
d. Pernyataan
dan c salah
Bagaimana
pendapata,b,
Ibu/Bapak
terhadap pendekatan dakwah/ceramah yang dilakukan oleh
mubalig
yang
pernah
mengikuti
pendidikan
Dakwah Inklusif? (NB: sebaiknya menyebut nama
e. Pernyataan a,b, dan c benar
mubalig yang dimaksud).
Bagaimana
pendapat
terhadap
materibelum
atau isidikelola
ceramah
yang disampaikan
oleh mubalig
6. Mengapa
zakat Ibu/Bapak
dan sedekah
di Indonesia
dengan
baik untuk kemaslahatan
itu? Apa
ada perbedaan materi/penyampaian mubalig itu dengan sebelum mengikuti pendidikan?
umat?
Jelaskan perbedaannya jika ada!
a. Kurangnya sumber daya manusia yang terampil
Mana yang
lebih Ibu/Bapak
sukai: pendekatan
lama atau
pendekatan
yang baru? Jelaskan mengapa!
b. Kurangnya
transparansi
dan akuntabilitas
dalam
pengelolaan
c. Tata kelola zakat dan sedekah yang buruk tidak transparan dan akuntabel
d. Pernyataan a,b, dan c semua salah
e. Pernyataan a,b, dan c semua benar
7. Tugas manusia sebgai khalifah di bumi memiliki makna ...
a. Manusia tidak saja berkewajiban sebagai pemimpin di bumi tetapi juga memakmurkan
bumi.
b. Manusia berkewajiban mengeskplorasi hasil bumi untuk pemenuhan kebutuhannya
yang tidka terbatas
c. Manusia harus memanfaatkan kekayaan alam seoptimal mungkin
162
166
PRE TEST/POST
TEST
Lampiran
d. Berdiskusi dengan tujuan yang lurus
D. Alat
Evaluasi Tingkat Keempat
e. Berdiskusi dengan niat menemukan kebenaran
Pada evaluasi tingkat keempat teknik yang bisa digunakan selain diskusi terfokus dan wawancara
sebenarnya juga dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan atau observasi. Khusus untuk
4. Toleransi merupakan salah satu sikap yang sangat dibutuhkan dalam memelihara kehidupan
wawancara, dibawah ini disajikan beberapa pertanyaan yang dapat diajukan.
bermasyarakat yang harmonis dan damai. Mana pernyataan di bawah ini yang merupakan
sikap toleransi.
I. Pertanyaan kunci untuk alumni pendidikan
a. Turut serta merayakan hari besar agama lain
Apa perubahan yang Bapak/Ibu rasakan setelah memberikan dakwah dengan muatan tata kelola
b. Memakan semua makanan yang diberikan
demokratis dibandingkan dengan sebelumnya? Mengapa perubahan itu terjadi?
c. Mendengarkan “ceramah” dari pendeta atau pun pastor
Apa hasil yang Bapak/Ibu rasakan bagi diri sendiri dan organisasi Bapak/Ibu setelah mengikuti
d. Menjadikan
muslim
sebagai
orang tua asuh
pendidikan
mubaligtetangga
dengan non
paket
Dakwah
Inklusif?
e. Tidak mengganggu umat agama lain dalam beribadah
Apa dampak dari penerapan tata kelola demokratis baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
melakukan dakwah yang Bapak/ibu rasakan?
5. Peran zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah ...
II. Pertanyaan kunci bagi masyarakat penerima manfaat
a. Sebagai alat untuk mewujudkan solidaritas sosial
Berapa
kali Bapak/Ibu
mendengarkan
ceramah/dakwah dari mubalig alumni pendidikan Dakwah
b. Sebagai
alat untuk
pamer kekayaan
Inklusif (sebut nama mubalig itu)? Bisakah dijelaskan dimana, kapan dan dalam forum apa?
c. Alat untuk mendistribusikan kekayaan
Apakah ada hal-hal yang telah Bapak/Ibu lakukan dalam rangka mempraktekkan prinsipd. Pernyataan a,b, dan c salah
prinsip tata kelola demokratis setelah mendengarkan ceramah atau pun dakwah dari mubalig itu
(menghargai
harkat
kemanusiaan
e. Pernyataan
a,b,
dan c benar / HAM, toleransi, anti-kekerasan, kesetaraan, anti-korupsi dan
perdamaian)? Tolong dijelaskan.
ApaMengapa
perubahan
yang
terjadi
di rumah
tangga dan
di masyarakat
sekitar
Ibu/Bapak
setelah Bapak/
6.
zakat
dan
sedekah
di Indonesia
belum
dikelola dengan
baik
untuk kemaslahatan
Ibuumat?
mempraktekkan prinsip-prinsip tata kelola demokratis dalam kehidupan sehari –hari?
a. Kurangnya sumber daya manusia yang terampil
b. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
c. Tata kelola zakat dan sedekah yang buruk tidak transparan dan akuntabel
d. Pernyataan a,b, dan c semua salah
e. Pernyataan a,b, dan c semua benar
7. Tugas manusia sebgai khalifah di bumi memiliki makna ...
a. Manusia tidak saja berkewajiban sebagai pemimpin di bumi tetapi juga memakmurkan
bumi.
b. Manusia berkewajiban mengeskplorasi hasil bumi untuk pemenuhan kebutuhannya
yang tidka terbatas
c. Manusia harus memanfaatkan kekayaan alam seoptimal mungkin
162
Lampiran
PRE TEST/POST TEST
167
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nuruddin Muhammad, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006.
Ali, Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press, 2006
Bastian, Indra, Akutansi untuk LSM dan Partai Politik, Jakarta: Erlangga, 2007.
Bevir, Mark, Democratic Governance, Princeton dan Oxford: Princenton University Press, 2010.
Haris, Syamsuddin, Ed, Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Jakarta: LIPI Press, 2005
Ibn Katsir, al-Sirah al-Nabawiyyah, Beirut-Lubnan: Dar al-Fikr, 1990
Modul Islam dan Gender, Pusat Studi Wanita, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Mastuti, Sri, Panduan Kerja Pokja SILE , Jakarta: SILE, 2012 .
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: Grasindo, 2003.
Naeem siddiqui, muashhi na. Hamwarion-ka-islami, Economic Inequalities and their Islamic
Solution.
Panduan Praktis Manusia dan Lingkungan Hidup , Kementerian Lingkungan Hidup dan Nahdatul
Ulama, 2011.
Qardhawi, Yusuf, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Jakarta: Gema Insani Press, 1995
Rachman, Budi Munawar, (ed), Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Cet. I, Jakarta:
Paramadina, 1994.
Rai, I Gusti Agung, Audit Kinerja Pada Sektor Publik, Jakarta: Penerbit Salemba, 2008.
Shiddieqy, Hasbi Ash, Kuliah Ibadah, Jakarta: PT.Bulan Bintang, 1995.
Soesastro, Hadi,Ed, Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad
Terakhir, Yogyakarta: Kanisius, 2005.
Turmudi, Endang, Ed. Islam dan Radikalisme di Indonesia, Jakarta: LIPI Press, 2005.
168
DAFTAR PUSTAKA
Supporting Islamic Leadership in Indonesia/Local Leadership
for Development (SILE/LLD) bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dalam
melaksanakan
program
Kemitraan
UniversitasMasyarakat (KUM) dengan menggunakan pendekatan
Asset-based Community-driven Development (ABCD).
SILE/LLD (2011 – 2016) merupakan program Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama, dengan
dukungan finansial dan bantuan teknis dari pemerintah
Kanada cq Global Affairs Canada (GAC). Dukungan
pemerintah Kanada disediakan melalui Cowater
International Inc. kerjasama dengan World University Service
of Canada (WUSC).
Download