Seri Publikasi Kemitraan Universitas-Masyarakat Publikasi ini dapat diunduh dari laman Pusat Data Penelitian, Publikasi Ilmiah dan Pengabdian Masyarakat, Kementerian Agama: http://litapdimas.kemenag.go.id/home Buku ini dapat diperbanyak sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan pendidikan dan non komersial lainnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan penerbit awal. DAKWAH INKLUSIF PENDIDIKAN MUBALIG UNTUK TATA KELOLA DEMOKRATIS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA DIDUKUNG SUPPORTING ISLAMIC LEADERSHIP IN INDONESIA (SILE) DAKWAH INKLUSIF Pendidikan Mubalig Untuk Tata Kelola Demokratis ISBN: 978-602-7774-44-5 Penerbit: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia Jl. Lapangan Banteng No 4 – 5, Jakarta Pusat Email: [email protected] Edisi 1: Oktober 2015 Edisi 2: Mei 2016 DAKWAH INKLUSIF PENDIDIKAN MUBALIG UNTUK TATA KELOLA DEMOKRATIS Penulis: 1. Prof. Dr. H. Samiang Katu, M.Ag. 2. Prof. Dr. H. Aswadi, M.Ag. 3. Dr. H. Usman Jasad, S.Ag., M.Pd. 4. Hasmirati, S.Ag., M.Ag. 5. Abdul Quddus Salam,M.IP. 6. M. Helmi Umam, M.Hum. 7. Dr. Sri Mastuti, S.Pd., M.Hum. 8. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin Peninjau: 1. Dr.Hj. Noer Huda Noor, M.Ag. 2. Dr. Abdillah Mustari, M.Ag. 3. Dr. H. Darmawan, M.HI. 4. Dr.dr. Hj. Siti Nur Asiyah, M.Ag. 5. Muhsin Mahfudz, M.Th.I. 6. Dr. Mahmuddin, M.Ag. 7. Dra. St. Hj.Aisyah Kara, M.A. Ph.D 8. Drs. Arifuddin Tike, M.Sos.I. 9. Drs. Achmad Yasin, M.Ag. 10.Dra.Hj.Suqiyah Musafa’ah, M.Ag. 11.Muh. Sholihuddin, M.HI. 12.Aisyah Rahman, ST., MT. Penyunting: 1. Dr. Sri Mastuti, S.Pd., M.Hum 2. Drs. Arifuddin Tike, M.Sos. KATA PENGANTAR Kementerian Agama Republik Indonesia Alhamdulillah, dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah Swt, Buku Dakwah Inklusif Pendidikan Mubalig Untuk Tata Kelola Demokratis berhasil diterbitkan. Buku ini merupakan hasil kerjasama antara Kementerian Agama Republik Indonesia dan Proyek SILE/LLD. Kami menyambut baik kehadiran buku ini sebagai panduan bagi para mubalig untuk menjadi motivator perdamaian dan mensiarkan nilai-nilai Islam yang cinta damai, adil, menghargai kesetaraan, dan menghormati perbedaan. Panduan ini bermanfaat bagi Perguruan Tinggi, lembaga-lembaga dakwah, dan organisasi sosial keagamaan yang akan memberikan pelatihan tingkat lanjutan bagi mubalig untuk memperluas kompetensi dakwah mereka. Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi dengan keragaman budaya dan kearifan lokal yang kaya. Di sinilah dibutuhkan upaya untuk membangun suatu gerakan penyebaran nilainilai Islam yang luhur sebagai aset untuk membangun kesadaran umat Islam untuk berperan aktif sebagai warga negara yang baik. Hal ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengatasi permasalahan sosial yang selama ini dihadapi di Indonesia khususnya di lingkungan umat Islam. Sebagai motivator, mubalig diharapkan mampu mendorong umat melaksanakan ajaran Islam yang baik dan benar, serta mengubah cara pandang umat Islam dari segi pemahaman keagamaan. Oleh karenanya, sekali lagi, kami menyambut baik kehadiran “Buku Dakwah Inklusif Pendidikan Mubalig Untuk Tata Kelola Demokratis” ini. Akhirnya, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras memberikan kontribusi terhadap Panduan ini sehingga dapat disajikan dalam Panduan yang mudah dibaca ini. Secara khusus, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Kanada yang telah membantu Kementerian Agama selama ini dalam mengenalkan paradigma dan model baru kemitraan universitas-masyarakat melalui skema proyek Supporting Islamic Leadership in Indonesia/Local Leadership for Development bekerja sama dengan Kementerian Agama RI, dan universitas mitra: UIN Alauddin Makassar dan UIN Sunan Ampel Surabaya. Kepada para pembaca, selamat menikmati karya ini dan memberikan masukan untuk perbaikan untuk edisi berikutnya. Dengan niat tulus, kami luncurkan buku ini untuk masyarakat Indonesia, semoga bermanfaat. Jakarta, Juli 2015 Hormat kami, Prof. Dr. H. Amsal Bakhtiar, MA iv DAFTAR ISI Sambutan Direktur DIKTIS Kementerian Agama RI Mukadimah ....................................................v Daftar Isi.................................................................................................................................................................... vi ..............................................................................................................................................................3 Pendahuluan Pokok Bahasan 1 : Islam dan Good Democratic Governance ................................................................11 1 - Islam dan Good Governance .................................................................................................11 Sesi 2 - Islam dan Democratic Governance. ...................................................................................24 Sesi Pokok Bahasan 2 : Islam dan Perdamaian ...................................................................................................35 1 - Ikhtilaf dalam Islam .................................................................................................................35 Sesi . 2 - Amar Ma’ruf Nahi Munkar.....................................................................................................41 Sesi 3 - Konsep Tasamuh dalam Islam .............................................................................................52 Sesi 4 - Konsep Islah dalam Islam ......................................................................................................59 Sesi 5 - Sikap Tabayyun dalam Menerima Informasi ...............................................................66 Sesi Pokok Bahasan 3 : Islam dan Solidaritas Sosial .........................................................................................75 1 - Ta’awun .........................................................................................................................................75 Sesi 2 - Islam dan Kesalehan Sosial ..................................................................................................88 Sesi 3 - Fungsionalisasi Zakat, Infak, dan Sedekah ....................................................................94 Sesi Pokok Bahasan 4 : Islam dan Lingkungan Hidup .....................................................................................107 1 - Manusia sebagai Khalifah di Bumi Allah SWT ..............................................................107 Sesi 2 - Manusia dan Lingkungan Hidup dalam Perspektif Islam.......................................113 Sesi Pokok Bahasan 5 : Islam dan Kesetaraan Gender .....................................................................................127 1 - Kesetaraan Gender ...................................................................................................................127 Sesi 2 - Islam dan Kesetaraan Gender ..............................................................................................136 Sesi Pokok Bahasan 6 : Rangkuman dan Refleksi ...............................................................................................155 1 - Hubungan Antara Pokok Bahasan dengan Tata Kelola Demokratis ...................155 Sesi 2 - Refleksi ..........................................................................................................................................159 Sesi Lampiran: Metodologi Evaluasi Pembelajaran, Penerapan dan Dampak........................................ 161 .......................................................................................................................................................... 168 Daftar Pustaka v vi PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia1. Menurut hasil sensus tahun 2010, jumlah penganut agama Islam di Indonesia adalah 87,18 persen dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 237.641.326 jiwa, yang mana sebagian besar merupakan penduduk miskin2. Dalam satu dasawarsa terakhir, Indonesia dihadapkan pada realitas tingginya konflik horisontal berbasis keagamaan. Bahkan konflik tersebut sudah sampai mengarah pada kekerasan dan terorisme, dimana sebagian pelakunya adalah penganut agama Islam. Kondisi ini menunjukan fenomena baru tentang terjadinya suatu paradok antara ajaran Islam dengan realitas praksis yang terjadi di masyarakat Indonesia. Islam memiliki mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan guna mengurangi kesenjangan sosial melalui zakat, infaq dan sedekah. Ini merupakan salah satu aset keagamaan yang dapat dimobilisir untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia. Lalu mengapa angka kemiskinan dikalangan umat Islam di Indonesia masih tinggi? Di sinilah perlu dibangun suatu gerakan untuk mengaplikasikan dan mengoptimalisasikan zakat, infaq dan sedekah untuk mengatasi permasalahan kemiskinan. Hal ini bukan saja untuk mengatasi kesenjangan pendapatan tetapi juga membangun solidaritas sosial dan rasa persaudaraan sesama umat. Dengan demikian akan mengurangi terjadinya konflik antar golongan. Islam merupakan agama yang cinta damai sehingga semestinya konflik yang diwarnai dengan kekerasan dapat diredam dan dihindari jika nilai tasamuh (toleransi, menghargai perbedaan) dan musawa (kesetaraan) yang diajarkan dalam Islam dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di sinilah dibutuhkan upaya untuk membangun suatu gerakan penyebaran nilainilai Islam yang luhur sebagain aset untuk membangun kesadaran umat Islam untuk berperan aktif sebagai warga negara yang baik. Hal ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengatasi permasalahan sosial yang selama ini dihadapi di Indonesia khususnya di lingkungan umat Islam. Indonesia membutuhkan motivator sebagai solusi untuk memecahkan masalah di atas. Motivator yang dimaksud disini adalah seorang mubalig3. Sebagai motivator, mubalig diharapkan mampu mendorong umat melaksanakan ajaran Islam yang baik dan benar, serta mengubah cara pandang umat Islam dari segi pemahaman keagamaan. Hal ini bisa dicapai salah satunya dengan cara merubah pandangan keagamaan yang eksklusif menjadi inklusif, yang tidak memisahkan antara kesalehan individual dengan kesalehan sosial. Kesalehan individual biasanya dilakukan dengan ibadah ritual, sedangkan kesalehan sosial diwujudkan dengan menerapkan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Berkaitan dengan hal di atas, untuk memaksimalkan peran mubaligh sebagai motivator perlu diadakan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk memperluas fokus tema atau substansi ceramah/dakwah yang biasa mereka lakukan.Dakwah Inklusif, seperti judul panduan ini, mengandung pesan bahwa dakwah untuk semua golongan dan tema-tema yang dikemukakan 1 2 3 The Pew Forum on Religion and Pubic Life sebagaimana yang dikutip oleh m.republika.co.id/berita/dun dengan judul tulisan “Inilah 10 Negara dengan Populasi Muslim Terbesar di Dunia. Lihat Juga www.kemenag.go.id/index.p Jumlah penduduk miskin di Indonesia yang beragama Islam mencapai 11,37 persen pada tahun 2013. Mubalig adalah orang yg menyiarkan (menyampaikan) ajaran agama Islam (Kamus Besar Bahasa Indonesia). PENDAHULUAN 3 adalah isu-isu Islam yang mengajak pada sikap terbuka dan moderat.Ceramah yang selama ini berfokus pada fiqih dan ibadah ritual diperluas dengan menambahkan substansi yang terkait dengan upaya mewujudkan masyarakat yang menghargai martabat kemanusiaan, anti kekerasan, menghormati perbedaan dan kesetaraan gender. Dengan demikian para mubalig akan semakin mampu berperan sebagai motivator perdamaian dan kesalehan sosial. Tujuan Penyusunan Panduan Panduan ini disusun dengan tujuan: 1. Menjadi bahan pegangan bagi fasilitator yang akan melatih para mubalig menjadi motivator perdamaian dan kesalehan sosial; 2. Menjadi bahan bacaan yang berisi nilai-nilai yang terkait dengan Islam dan perdamaian, Islam dan solidaritas sosial, Islam dan kesetaraan gender, Islam dan lingkungan hidup, serta Islam dan Good Democratic Governance (Tata kelola demokrasi yang baik); 3.Menjadi pedoman bagi Perguruan Tinggi, lembaga-lembaga dakwah, dan organisasi sosial keagamaan yang akan memberikan pelatihan tingkat lanjutan bagi mubalig untuk memperluas kompetensi dakwah. Kelompok Sasaran Kelompok sasaran yang diharapkan dapat menggunakan panduan ini adalah: 1. Fakultas Dakwah dan Komunikasi (Ilmu Komunikasi); 2. Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri dan Swasta; 3. Lembaga-lembaga dakwah; 4. Para fasilitator pelatihan mubalig/dai; 5. Organisasi sosial kemasyarakatan; 6. Para mubalig/da’i. Proses Pengembangan Panduan Panduan ini disusun oleh tim yang terdiri atas rekan-rekan perwakilan dari Fakultas Dakwah UIN Alauddin dan UIN Sunan Ampel, perwakilan dari Organisasi Masyarakat Sipil yang bergerak di bidang dakwah dan kegiatan sosial seperti Lakpesdam NU Jawa Timur dan Muslimat NU Sulawesi Selatan, serta Democratic Governance Advisor dan Gender Advisor Proyek Supporting Islamic Leadership in Indonesia (SILE). SILE merupakan sebuah proyek kerjasama antara Pemerintah Kanada dan Pemerintah Indonesia untuk mendorong terwujudnya tata kelola demokratis melalui peningkatan kapasitas Kementerian Agama, Perguruan Tinggi Islam, Organisasi Masyaraakt Sipil dan komunitas. Oleh karenanya SILE mendukung penulisan dan pencetakan panduan yang tersaji di pangkuan pembaca ini. Dalam prosesnya, draft panduan ini terlebih dahulu telah didiskusikan dalam diskusi kelompok terfokus yang mengundang para ahli dibidangnya. Setelah itu, panduan ini diujicobakan untuk 4 PENDAHULUAN melatih para mubalig dari desa dampingan UIN Alauddin dan UIN Sunan Ampel maupun mubalig disekitar kampus kedua UIN tersebut. Uji coba dilakukan sebanyak empat kali (di masing-masing UIN dilakukan dua kali uji coba) dan hasil pembelajaran dari proses ujicoba tersebut kemudian digunakan untuk memperbaiki draft panduan yang telah dibuat. Setiap pelatihan ini melibatkan 35 peserta dan mereka merespon pelatihan dengan sangat baik dan terlihat sangat antusias. Beberapa diantaranya telah menerapkan dan menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang didapatkan untuk berdakwah. Bahkan, Muslimat NU Sulawesi Selatan menerapkan modul ini untuk melatih para kader mubalighoh (mubalig perempuan). Sebagai tambahan, Fakultas Dakwah UIN Alauddin juga telah melakukan ujicoba secara mandiri ke komunitas dampingan mahasiswa KKNnya. Setelah semua proses diatas selesai, selanjutnya panduan ini diedit dengan bantuan dari beberapa ahli knowledge managemet Proyek SILE dan Kementerian Agama. Terakhir adalah pencetakan dan pendistribusian panduan setelah memperoleh persetujuan dari Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama Republik Indonesia. Ruang Lingkup Panduan Modul ini terdiri atas enam pokok bahasan utama, seperti yang tergambar dalam tabel berikut ini. Pokok Bahasan Pokok Bahasan 1 Deskripsi Di sini akan dijelaskan tentang hubungan antara Islam dan good governance serta Islam dan democratic governance. Pokok Bahasan 2 Pokok bahasan ini akan mengulas tentang ikhtilaaf dalam Islam, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Konsep Tasamuh dalam Islam, Konsep Islah dalam Islam, dan Sikap Tabayyun dalam menerima informasi. Islam dan Good Democratic Governance Islam dan Perdamaian Pokok Bahasan 3 Islam dan Solidaritas Sosial Pokok Bahasan 4 Manusia dan Lingkungan Hidup Pokok Bahasan 5 Islam dan Gender Pada bagian ini akan ditelaah tentang Ta’awun, Islam dan Kesalehan Sosial, serta Fungsionalisasi zakat, infak dan sedekah. Pokok bahasan ini mengulas tentang manusia sebagai khalifah di bumi. Selain itu juga manusia dan lingkungan hidup dalam perspektif Islam. Pokok bahasan ini menguraikan tentang kesetaraan dan keadilan gender. Disamping itu juga mengulas tentang kesetaraan dan keadilan gender dalam perspektif Islam. PENDAHULUAN 5 Pokok Bahasan 6 Rangkuman dan Refleksi Pokok bahasan ini akan merangkum dan menyajikan benang merah antar pokok bahasan dan benang merah dengan tata kelola demokratis. Kemudian juga ada sesi refleksi Metode Pelatihan (Fasilitasi Pembelajaran) Pelatihan yang dirancang dalam panduan ini akan menggunakan pendekatan pelatihan orang dewasa4 dengan menggunakan metode pembelajaran partisipasif, yaitu pembelajaran yang mengikutsertakan warga belajar secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran. Metode pembelajaran ini memiliki ciri-ciri antara lain: 1. Fasilitator menempatkan diri pada posisi yang tidak serba mengetahui terhadap semua bahan belajar. Memandang warga belajar sebagai sumber yang mempunyai nilai dan manfaat dalam kegiatan belajar; 2. Fasilitator memainkan peranan membantu warga belajar dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar ini didasarkan atas kebutuhan belajar warga belajar; 3. Fasilitator memotivasi warga belajar agar berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan dalam mengevaluasi program pembelajaran yang dijalaninya; 4. Fasilitator berperan membantu warga belajar dalam menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif, sehingga warga belajar dapat melibatkan diri secara aktif dan bertanggung jawab dalam proses kegiatan pembelajaran. Panduan pelatihan ini dapat digunakan secara efektif jika fasilitator memenuhi beberapa prasyarat sebagai berikut: 1. Menguasai materi dari pokok bahasan; 2. Mampu menyampaikan pesan secara efektif; 3. Mampu menerima, mengelola dan menganalisis pesan yang dikemukakan oleh peserta; 4. Terbuka dan toleran terhadap kritik maupun perbedaan pendapat; 5.Mengedepankan kesetaraan, jika dibutuhkan dapat bersikap asertif tanpa harus mendominasi; 6. Mampu memanfaatkan dan menggunakan berbagai media pembelajaran. Agenda Pelatihan Pelatihan ini diagendakan dilaksanakan selama tiga setangah hari, dimana dalam satu hari itu terdiri dari 8 sesi pelatihan, kecuali hari ke-empat, dan setiap sesi berdurasi selama 45 menit. Pelatihan ini dapat dilakukan satu paket selama tiga setengah hari secara berturut-turut atau dapat dilakukan sesuai kebutuhan pokok bahasan yang akan dilatihkan Berikut adalah table 4 Pendekatan pelatihan orang dewasa atau sering juga disebut pendidikan orang dewasa atau andragogi. Andragogi cenderung diartikan sebagai seni dan pengetahuan membelajarkan orang dewasa. Pembelajaran yang diberikan kepada orang dewasa dapat efektif (lebih cepat dan melekat pada ingatannya), bilamana pembimbing (pelatih, pengajar, penatar, instruktur, dan sejenisnya) tidak teralu mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan agar individu orang dewasa itu mampu menemukan alternatif-alternatif untuk mengembangkan kepribadian mereka. Lihat “Konsep dan Metode Pembelajaran Untuk Orang Dewasa” http://nasacenter.blogspot.com/2009/11/konsep-danmetode-pembelajaran-untuk.html 6 PENDAHULUAN agenda pelatihan dalam satu paket penuh. Agenda ini merupakan contoh dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Contoh Agenda Pelatihan Waktu 08.00 - 08. 35 08.35 – 10.00 Hari 1 10.00 – 10.15 10.15 – 11.15 11.15 – 12.45 12.45 – 13.45 13.45 -15.15 15.15 – 15.30 15.30 – 17.00 08.00 – 08.35 08.35 – 10.05 Hari 2 10.05 -10.20 10.20 – 11.50 11.50 – 13.20 13.20 -14.20 14.20 – 16.00 16.00- 16.15 16.15 – 17.00 Hari 3 08.00 – 08.35 08.35 – 10.00 10.00 – 10.15 10.15 – 11.45 11.45 – 13.15 13.15 – 14.15 14.15 -15.30 15.30 -15.45 15.45 – 17.00 Pokok Bahasan Pengenalan Pelatihan Pokok Bahasan 1 Sesi 1 Coffee Break Lanjutan Pokok Bahasan 1 sesi 1 Pokok Bahasan 1 sesi 1 Sholat, istirahat, dan makan siang Pokok Bahasan 2 sesi 1 Coffee Break Pokok Bahasan 2 sesi 2 Review Hari 1 Pokok Bahasan 2 sesi 3 Coffee Break Pokok Bahasan 2 sesi 4 Pokok Bahasan 2 sesi 5 Sholat, istirahat dan makan Pokok Bahasan 3 sesi 1 Coffee Break Lanjutan Pokok Bahasan 3 sesi 1 Review Hari 2 Pokok Bahasan 3 sesi 2 Coffee Break Pokok Bahasan 3 sesi 3 Pokok Bahasan 4 sesi 1 Sholat, Istirahat dan makan Pokok Bahasan 4 sesi 2 Coffeee break Pokok Bahasan 5 sesi 1 Pokok Bahasan 5 sesi 1 PENDAHULUAN 7 Hari 4 08.00 -08.35 08.35 – 09.35 09.35 -09.50 09.50 – 11.20 11.20 – 12 50 12.50 – 13.20 Evaluasi Pelatihan Review Hari 3 Pokok Bahasan 5 sesi 2 Coffee break Pokok Bahasan 6 sesi 1 Pokok Bahasan 6 sesi 2 Penutupan Evaluasi dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu: evaluasi pembelajaran, evaluasi penerapan hasil pembelajaran dan evaluasi dampak. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pre test dan post test. Evaluasi penerapan hasil pembelajaran dilakukan dengan melakukan observasi terhadap alumni pelatihan ketika berceramah di mesjid atau menggunakan materi ini dalam berbagai kesempatan lainnya. Dalam hal ini evaluasi bisa dilakukan tim evaluator universitas yang menjadi fasilitator dalam pelatihan yang bekerjasama dengan organisasi Islam seperti IMMIM di Sulawesi Selatan ataupun MUI di Jawa Timur. Sedangkan evaluasi dampak dilakukan dengan melihat perubahan yang terjadi terhadap kelompok masyarakat yang menjadi konsumen dari ceramah yang diberikan oleh Mubalig yang menjadi alumni pelatihan. Evaluasi ini antara lain dapat dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara random maupun observasi terhadap perubahan sikap atau perilaku masyarakat. Lihat Lampiran: Metodologi Evaluasi Pembelajaran, Penerapan dan Dampak untuk informasi lebih lanjut tentang proses and alat pelaksanaan berbagai tingkatan evaluasi. 8 PENDAHULUAN POKOK BAHASAN 1 ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE POKOK BAHASAN 1 ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE Islam merupakan agama yang senantiasa mengamanahkan kepada umatnya agar menjalankan hidup dengan seimbang dan sebaik mungkin. Umat Islam selain diwajibkan untuk beribadah kepada Allah, juga diamanahkan untuk melaksanakan hubungan baik dengan sesama makhlukNya. Islam memastikan pentingnya seorang umat untuk memiliki hubungan yang seimbang antara dunia dan akhirat. Oleh karenanya Allah membekali manusia tidak hanya tentang tata cara ibadah ritual yang benar tetapi juga tata cara hidup yang benar di dunia. Islam tidak saja mengatur tentang bagaimana tata kelola dalam rumah tangga tetapi juga bagaimana tata kelola pemerintahan sampai tata kelola masyarakat. Islam mengajarkan kepada umatnya tentang prinsip menghargai harkat martabat kemanusiaan, kesetaraan, perdamaian, dan toleransi menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Di samping itu para pemimpin negara dan umat juga dituntut untuk berlaku adil, transparan, akuntabel (bertanggung jawab), efisien dan efektif dalam menjalankan roda pemerintahan maupun organisasi. Prinsip-prinsip tersebut dalam dunia modern sekarang inilah diperkenalkan sebagai konsep Good Democratic Governance. Good Democratic Governance merupakan penggabungan antara konsep Good Governance dan Democratic Governance. Bagaimana sebenarnya konsep Islam tentang kedua hal tersebut akan diulas secara terpisah dalam sesi good governance dan sesi democratic governance dalam pokok bahasan 1 ini. SESI 1 ISLAM DAN GOOD GOVERNANCE Tujuan Materi Metode 1. Peserta memahami prinsip-prinsip Good Governance (tata kelola yang baik). 2. Peserta memahami prinsip-prinsip Islam yang sesuai dengan Good Governance. 3. Peserta memahami konteks Good Governance dalam pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Peserta diharapkan dapat menyusun dan menyampaikan materi dakwah tentang Good Governance. 1.Prinsip Good Governance dalam Islam -Presentasi - Studi kasus Alat dan Bahan -Diskusi - Simulasi ceramah -LCD projector dan laptop - File film - Kertas/kartu metapan - Kertas plano flip-chart, papan tulis, spidol POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE 11 SESI 1 ISLAM DAN GOOD GOVERNANCE Waktu Proses 135 Menit’ (3 sesi @ 45 Menit’) Alternatif 1 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit). Fasilitator menjelaskan pokok bahasan, tujuan, dan proses pembelajaran serta membagi peserta menjadi 4 kelompok. 2.Fasilitator meminta peserta bekerja dalam kelompok sesuai petunjuk yang tertera dalam lembar kerja pokok bahasan 1 sesi 1 3.Setiap kelompok menggali pesan dalam Kisah Keteladanan yang didiskusikan menyangkut prinsip Good Governance dan menuliskannya dalam kertas plano (selama 20 menit) 4.Kemudian setiap kelompok mempersiapkan naskah ceramah berdurasi 7 menit tentang nilai-nilai Good Governance yang telah teridentifikasi sesuai petunjuk dalam lembar kerja. (30 Menit) 5. Fasilitator meminta masing-masing wakil dari 2 kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan masing-masing wakil 2 kelompok lainnya sebagai pemberi tanggapan. (20 menit)Fasilitator memandu pleno, mengelaborasi dan menyelaraskan pemahaman antar kelompok melalui prinsip belajar bersama.(15 menit) 6. Fasilitator meminta 2 orang sukarelawan dari peserta yang berasal dari kelompok yang berbeda untuk melakukan simulasi ceramah tentang topik Good Governance yang telah disiapkan dalam kerja kelompok. (15 menit) 7. Fasilitator .membuka kepada semua peserta untuk memberikan masukan tentang ceramah yang disampaikan oleh wakil dari masing-masing kelompok. (10 menit) Fasilitator bersama peserta mengelaborasi dan menggaris bawahi tentang prinsip-prinsip Good Governance. Fasilitator menutup sesi dengan membacakan hasil diskusi. Alternatif 2 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit). Fasilitator menjelaskan pokok bahasan, tujuan, dan proses pembelajaran . 2. Fasilitator meminta peserta untuk memperhatikan film yang akan diputar. 3. Fasilitator melakukan memandu curah pendapat dengan bantuan pertanyaan kunci sebagaimana yang tertera dalam lembar lampiran. 4. Fasilitator bersama peserta menyimpulkan prinsip-prinsip Good Governance yang harus dikedepankan dalam melaksanakan pemerintahan dan pemberantasan korupsi. 12 POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE LEMBAR INFORMASI KUNCI Khasanah intelektualitas Islam menegaskan bahwa prinsip Good Governance adalah semangat tata-kelola yang baik sangat kuat. Selain karena secara filosofis semua agama punya seruan yang sama menyangkut kebaikan, prinsip-prinsip keadilan, partisipasi, transparansi dan akuntabilitas secara internal sudah ada dalam Al-Qur’an. Istilah kunci seperti al-‘adālah (keadilan), al-shūrā (musyawarah), al-amānah (keteladanan) dan seterusnya merupakan leksikal pokok dalam al-Qur’an. Berikut dikemukakan prinsip-prinsip good governance yang bisa ditemukan dalam khasanah Islama tersebut: 1.Keadilan Keadilan bisa dimaknai sebagai proses pembuatan kebijakan yang mempertimbangkan asas kesetaraan. Artinya, kesetaraan atas keterlibatan semua elemen dalam arus kekuasaan, responsif terhadap kelompok lemah dan kelompok rentan lainnya. Di dalam Islam, keadilan secara jelas digambarkan dalam ayat berikut tentang berbuat adil, ihsan dan kepedulian sosial. Ayat lain yang menjelaskan tentang membuat keputusan yang adil, al-Nisā’: 58: POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE 13 Dalam pelaksanaannya, pengambilan kebijakan harus didasarkan pada keadilan dan menghindari sikap emosional, hal ini dijelaskan dalam al-Mā’idah: 8: Lalu agaimana dengan pengambilan keputusan atau kebijakan yang adil, sedangkan situasi di Indonesia saat ini masih terdapat banyak persoalan sosial, ekonomi, maupun perbedaan pendapat? Dalam hal ini Islam mengharuskan kita untuk bersikap adil dalam berbagai situasi dan keadaan sebagaimana disebutkan dalam al-Nisā’: 135: Konsep keadilan Islam soal alokasi dan peruntukan, penyelenggaraan atau realisasi kelola program atau kegiatan secara proporsional juga sangat jelas sebagaimana disinggung dalam al-Anʿām: 152: 14 POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE 2.Partisipasi Setiap warga negara mempunyai hak untuk berpartisipasi pada pembuatan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah. Seperti dalam proses pembangunan negara, warga negara harus secara aktif terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Disebutkan dalam alShūrā: 38 Imam Aḥmad riwayat dari Abū Said al-Khudhri mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Jihad yang paling utama adalah mengatakan kebenaran dihadapan pengusa yang dzalim”. Ini menegaskan bahwa Islam benar-benar mewajibkan bentuk partisipasi, bahkan ditegaskan bahwa mengatakan kebenaran kepada penguasa merupakan salah satu jihad. Namun, partisipasi dalam masyarakat ini tidak semata-mata atas dasar hawa nafsu manusia belaka, ini harus disesuaikandengan koridor yang ditetapkan dalam al-Qur’an dan Hadis. 3.Transparansi Transparansi dibangun atas dasar kejelasan informasi. Pemerintah harus menyediakan akses yang mudah dan memadai agar informasi dapat dimengerti dan diawasi langsung oleh masyarakat. Dengan begitu, trasparasi harus ditunjukan di setiap kebijakan dan keputusan di lingkungan pemerintah atau institusi maupun organisasi. Informasi adalah suatu kebutuhan penting bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Pemerintah daerah dituntut untuk bertindak proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang sudah dicanangkan untuk masyarakat. POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE 15 Dengan begitu, masyarakat dapat melakukan kontrol terhadap pemerintah. Dalil al-Qur’an, al-Nisā’: 83 “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Penyelenggara Pemerintahan).” 4.Akuntabilitas Penyelenggaran atau pelaksanaan kebijakan baik pemerintah atau institusi yang melaksanakan pemerintahan atau program-program terkait dengan kepentingan publik harus dapat dipertanggungjawabkan. Para pengambil keputusan di pemerintahan, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan. Tata kelola yang baik yang bertujuan menciptakan iklim keadilan dan anti penindasan harus diselenggarakan melalui cara-cara bersih dan dapat dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas adalah prinsip adanya penjelasan yang baik dari pengelola kepada pihak yang memandatkan kekuasaan atasnya. Pengelola yang akuntabel adalah yang bisa menjelaskan dengan baik distribusi kewenangan yang ia kelola. Akuntabilitas publik adalah sesuatu yang sangat penting dan sangat berharga. Hal ini karena prinsip-prinsip akuntabilitas akan menentukan kebersihan sebuah tata kelola kelembagaan. Lembaga yang memenuhi standar akuntabilitas yang memadai akan bersih dan jauh dari praktek-praktek penyelewengan seperti korupsi dan kolusi. Sebaliknya, lembaga yang dikelola tidak dengan menggunakan prinsip akuntabilitas yang pakem, biasanya akan mudah terjatuh pada pengelolaan yang sembrono, tidak terarah dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan managerial. Prinsip akuntabilitas adalah katalisator penentu yang akan membuat organisasi, lembaga, bahkan sebuah bangsa menjadi bangsa yang bersih atau bangsa yang korup.1 Prinsip akuntabilitas menuntut hasil kerja lembaga untuk dilaporkan tidak hanya ke atas atau kepada pimpinan yang menjadi penanggungjawabnya. Lebih dari itu, tata kelola yang baik harus juga dilaporkan secara horisontal ke publik yang punya hak yang sama atasnya. Prinsipnya, akuntabilitas adalah ikhtiar untuk menciptakan situasi kondusif di dalam tata kelola yang tidak hanya jujur dan adil, tetapi juga efektif, efisien dan cerdas. Akuntabilitas bisa dibangun melalui tiga pondasi yakni transparansi, standar kerja dan 1 Indra Bastian, Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. Vi. 16 POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE penciptaan suasana kondusif.2Pertama, pondasi transparansi adalah terbuka atas segala hak pengetahuan publik. Hal itu berarti, ketika publik atau masyarakat menginginkan informasi yang menyangkut pengelolaan, maka pengelola wajib memenuhinya secara terbuka atau trasparan. Transparansi juga berarti bersama-sama dalam setiap pembahasan mulai dari perencanaan program, prinsip partsipasi dalam proses hingga evaluasi akhir. Kedua, pondasi standar kinerja adalah ukuran untuk menilai berjalan tidaknya sebuah program. Jika transparansi adalah terbukanya akses informasi, maka yang kedua ini adalah apresiasi atas prestasi. Lembaga dinilai akuntabel tidak hanya karena jujur dan terbuka tetapi juga karena mampu membuat pekerjaan berhasil. Standar kinerja adalah bagian dari akuntabilitas pengelolaan yang dibutuhkan untuk menciptakan ukuran yang pasti. Pengelolaan dinilai baik atau tidak tergantung tidak hanya pada aspek moral seperti kejujuran saja tetapi juga menyangkut efektifitas dan efisiensi. Paduan dari beberapa hal di antara itu disebut sebagai akuntabel. Ketiga, penciptaan suasana kondusif berarti bahwa lembaga ada dalam situasi yang mudah sekaligus mampu membuat pemenuhan hajat publik semakin mudah. Situasi kondusif diperlukan sebagai prasyarat untuk mewujudkan pengelolaan secara baik. Ketika tata kelola dianggap sudah sangat baik, maka salah satu indikator keberhasilannya adalah ia mampu membuat lingkungan sekitarnya, dalam hal ini adalah publik, merasa mudah dengannya. Keberhasilan tata kelola ini diukur dari perasaan nyaman bagi pemakai jasa, bahwa lembaga yang sudah dikelola punya manfaat yang secara nyata dapat dirasakan bersama-sama. Akuntabilitas merupakan asas yang menjamin para pemangku wewenang untuk menjelaskan kewenangannya sebagaimana diamanatkan. Amanat merupakan kata kunci operasional untuk menjadi seseorang dengan kepribadian yang diharapkan dalam Islam. Amanat bertujuan selalu mencermati setiap pertanggungjawaban, baik secara individual di hadapan Allah maupun secara organisasional di hadapan hamba Allah. Di dalam teori hubungan Islam dengan negara, pola yang dipakai untuk menggambarkan prinsip akuntabilitas ini tentu saja adalah pola jalan tengah. Berbeda dengan kelompok sekularis yang membuat pemisahan antara negara dan agama maupun kelompok formalis yang menganut paham integrasi antara negara dan agama, kelompok jalan tengah ini melihat Islam sebagai seruan moral atau landasan nilai-nilai untuk perikehidupan bernegara.3 Islam dan negara adalah hal yang tidak perlu disatukan dalam kelembagaan formal, tetapi saling memanfaatkan. Islam membutuhkan negara sebagai tangan, kaki dan tubuh. Negara membutuhkan Islam sebagai ruh. Demikian juga, ketika prinsip akuntabilitas dipertanyakan konteksnya dalam Islam. Apakah nilai-nilai yang dipaparkan dalam ajaran Islam mengenal prinsip ini? Apakah prinsip ini bisa dipacu dengan mendapatkan dukungan dari ruh Islam? Apakah Islam justru bertentangan dengannya? Pertanyaan ini bisa diteruskan dan dikembangkan lebih jauh lagi sebagai alat untuk mengobati masalah kebangsaan, terutama di dalam hal tata kelola yang baik. Di dalam Islam, akuntabilitas memiliki pengertian yang beragam. Ini bisa diartikan al-amānah, al-tablīgh, al-‘adālah atau seterusnya. Namun demikian konsep al-amānah mungkin bisa jadi padanan konsep yang paling sesuai. Al-amānah berarti keterpercayaan. Konsep ini akan semakin mudah ketika dirujukkan kepada pertimbangan historis kenabian Nabi yang memiliki sifat kuat dalam hal keterpercayaan. Nabi Muhammad adalah orang yang sangat terkenal dengan kualitas amanah. Kualitas amanah merupakan kualitas di mana orang lain merasa aman ketika bersama dengan orang yang punya kualitas seperti ini. Aman inilah yang akhirnya menimbulkan perasaan percaya kepada yang bersangkutan. 2 3 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm. 147. Endang Turmudi, Ed., Islam dan Radikalisme di Indonesia (Jakarta: LIPI Press, 2005), hlm. 267. POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE 17 Amanah tidak hanya menjadikan seseorang dipercayai karena alasan kejujuran dan pandai menjaga hak milik orang lain akan tetapi juga berarti dapat dipercaya karena bisa membawa hak milik orang lain jadi lebih efektif dan efisien. Praktisnya, amanah tidak hanya sekedar soal kejujuran, tetapi juga kecerdasan mengembangkan hak-hak orang lain untuk kembali menjadi kepentingan orang lain. Berikut adalah beberapa ayat yang menjelaskan tentang amanat. al-Mu’minūn: 8: Artinya: “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya” al-Fatḥ: 10: Artinya: “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” 5. Efektifitas dan Efisiensi Proses-proses dalam pemerintahan dan lembaga-lembaga diharapkan dapat memberikan hasil yang sesuai kebutuhan masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang ada seoptimal mungkin. Artinya, penyelenggaraan pemerintahan harus didasarkan pada permasalahan yang dihadapi, kebutuhan yang segera dan didasarkan pada kemampuan sumber daya yang dimiliki. Tindakan ini disebut juga sebagai efektifitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam mencapai efektifitas dan efisiensi seperti di atas, penyelenggaraan pemerintahan harus didasarkan pada perencanaan pembangunan yang baik. Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan mengunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab. 18 POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE Pelayanan harus mengutamakan kepuasan masyarakat dan didukung mekanisme penganggaran serta pengawasan yang rasional dan transparan. Lembaga-lembaga yang bergerak di bidang jasa pelayanan umum harus menginformasikan tentang biaya dan jenis pelayanannya. Efisiensi bisa dicapai dengan menggunakan teknik manajemen modern untuk administrasi kecamatan, dan perlu ada desentralisasi kewenangan layanan masyarakat sampai tingkat keluruhan/desa. POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE 19 20 POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE LEMBAR KERJA A. Alternatif proses 1 Tugas Kelompok: 1. Bacalah Kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Identifikasikanlah keteladanan apa yang diberikan oleh Beliau sehubungan dengan prinsip-prinsip yang ditegakkannya dalam tata kelola pemerintahan! 2. Susunlah naskah ceramah pendek (7 menit) perihal nilai-nilai tata kelola pemerintahan yang baik berdasarkan kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang akan anda sampaikan jika Anda diundang berceramah di kantor pemerintahan. 3. Satu orang wakil dari kelompok mempresentasikan hasil naskah ceramah yang dibuat dalam bentuk praktek berceramah. B. Alternatif Proses 2 Pertanyaan-pertanyaan kunci untuk curah pendapat: Setelah menonton film tentang “Transparansi Anggaran” fasilitator melakukan curah pendapat dengan panduan pertanyaan –pertanyaan kunci sebagai berikut: 1. Mengapa transparansi anggaran diperlukan? 2. Apa pendapat pengamat tentang model transparansi anggaran yang berusaha dikembangkan dalam film tersebut? 3. Apa kritik dari anggota DPRD terhadap kebijakan Pemda DKI? 4. Apa sarana yang bisa digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan prinsip-prinsip Good Governance? POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE 21 Lampiran MEMELIHARA UANG RAKYAT (Sumber: 30 Kisah Teladan 1, K.H. Abdurrahman Arroisi) Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Ia sangat jujur karena kekuasaan di tangannya berarti kemakmuran untuk rakyatnya, bukan untuk dirinya atau keluarganya. Ia sangat hati-hati menggunakan uang negara, agar tidak sampai bocor serta jatuh kepada yang bukan haknya. Rakyat hidup dalam suasana kerukunan yang aman, tanpa kebimbangan buat menyampaikan keluhan atau kesulitan hidup mereka, terutama terhadap tindak tanduk punggawa pemerintah yang sering melakukan perbuatan tanpa mempertimbangkan baik-buruknya bagi rakyat dan wibawa pemerintah. Ia tidak ingin melihat rakyat berbuat tidak senonoh karena diawali tindakan semacam itu oleh para pemimpinnya. Karena itu, ia tidak segan-segan menghukum siapa pun yang berbuat salah, termasuk orang-orang kepercayaannya. Pada suatu malam, tatkala Khalifah Umar bin Abdul Aziz sedang berada di dalam bilik kerjanya, memeriksa pembukuan dan keluar masuknya dana Baitul Mal, terdengar ketukan di pintu. Bilik itu diterangi lampu minyak sekadarnya, yang cukup terang untuk membaca, tetapi tidak terlalu terang untuk bercermin di kaca, lantaran Umar tidak pernah bercermin kecuali kepada keteladanan Rasulullah dan para sahabat Nabi. “Khalifah bertanya tanpa membuka pintu, “Siapa di luar?” “Saya Ayah,” terdengar suara seorang pemuda, putranya sendiri. “Ada urusan apa?” tanya Khalifah. “Saya disuruh Ibu, Ayah, untuk berbicara tentang beberapa masalah.” “Masalah apa?” “Buka pintu dulu, Ayah. Izinkan saya masuk,” jawab anaknya mendesak. “Terangkan dulu, masalah apa? Soal keluarga, soal kemasyarakatan, atau soal negara?” tanya Khalifah. Tetap tidak dibukanya pintu untuk anaknya. “Tentu saja urusan keluarga kita, Ayah,” jawab anaknya heran. “Kalau begitu tunggu sebentar,” sahut Khalifah Umar dari dalam. Lantas, ia bangkit mendekati satu-satunya lampu di kamar itu, dan ditiupnya hingga padam. Kamar itu pun berubah menjadi gelap gulita. Kemudian, pintu dibuka dan anaknya disuruh masuk. Pemuda itu makin heran. Masakan berbicara di dalam bilik yang pekat hitam? Apakah ayahnyya sudah linglung atau berubah ingata? Apakah Khalifah, karena terlalu keras bekerja, tindakannya menjadi aneh-aneh, di luar kebiasaan orang yang waras? Agar ia puas dan tidak was-was, meskipun agak takut-takut, terpaksa anak itu bertanya ingin tahu. “Ayah, di kamar ini cuma ada satu lampu. Mengapa Ayah padamkan? Apakah kita akan berbincang-bincang di tengah kegelapan?” “Betul. Kita akan berbicara di kamar ini,” jawab Khalifah tanpa ragu-ragu. “Mengapa, Ayah?” “Apakah kau tahu kamar apa ini?” “Kamar kerja, Ayah.” 22 POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE “Siapakah ayahmu?” “Pemimpin negara, Khalifah, Amirul Mukminin,” jawab si anak makin tidak mengerti. Bahkan makin curiga, jangan-jangan ayahnya menjadi mabuk kekuasaan, sampai kehilangan akal sehat. “Itulah dia jawabannya. Karena ayahmu pemimpin, maka kita harus berbicara tanpa lampu penerang di kamar ini.” “Mengapa?” Khalifah lantas memberi penjelasan,” Yang akan kita perbincangkan adalah urusan keluarga, sedangkan lampu itu diminyaki dengan uang negara, uang rakyat. Aku tidak mau lantaran urusan keluarga sampai merugikan kepunyaan rakyat, kepunyaan negara. Kamar ini adalah kamar kerja untuk kepentingan rakyat dan negara. Tidakkah kau tahu bahwa kekuasaan adalah amanat yang akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah kelak di Hari Pembalasan?”. Lampiran POKOK BAHASAN1: PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 23 SESI 2 ISLAM DAN DEMOCRATIC GOVERNANCE Tujuan Materi Metode Alat dan Bahan Peserta mengetahui prinsip-prinsip tata kelola demokratis dan bisa menyebarluaskan melalui ceramah agar masyarakat dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Democratic Governance Menurut Islam Good Democratic Governance -Diskusi -Paparan - Lembar tugas - Lembar Informasi Kunci Waktu Proses - Kertas plano flip-chart, papan tulis, spidol - LCD projector 90 Menit (2 sesi @ 45 Menit) Alternatif 1 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit) Menjelaskan materi, tujuan, dan proses pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini 2. Diskusi (50 menit) a. Bagikanlah lembar tugas kepada setiap peserta. Jelaskan perintah dan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam lembar tugas b. Berikanlah waktu sekitar 10 menit kepada setiap peserta untuk memberikan jawaban yang ada dalam lembar tugas. c. Selanjutnya, bukalah sesi pertama diskusi dengan meminta 3 (tiga) peserta untuk menyampaikan jawabannya. Catatlah inti gagasan yang disampaikan peserta dalam kertas plano. d. Diskusikanlah gagasan-gagasan yang telah disampaikan peserta. Undanglah peserta yang lain untuk memberi tanggapan terhadap gagasan-gagasan tersebut dengan menyampaikan gagasannya sendiri. Lalu, simpulkanlah hasil diskusi pada putaran pertama tersebut. e. Selanjutnya, bukalah sesi kedua dengan meminta 3 (tiga) peserta yang lain untuk menyampaikan contoh praktek penerapan tata kelola demokratis dalam kehidupan sehari-hari. f. Selanjutnya, lakukan proses yang sama seperti pada diskusi sesi pertama. 24 POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE g. Setelah diskusi sesi kedua selesai, tanyakanlah kepada peserta apa hubungan antara Good Governance dan Democratic Governance. Kemudian diskusikan dengan peserta apa inti sari dari Good - Democratic Governance. 3. Paparan (30 menit) Setelah selesai diskusi, sampaikan paparan tentang Democratic Governance: a. Prinsip – prinsip Democratic Governance. b. Tujuan dari Democratic Governance. c. Isu dalam Democratic Governance d.Hubungan Good Governance dan Democratic Governance e. Contoh praktek Good Democratic Governance dalam kehidupan sehari-hari f. Pada saat paparan, refleksikan Materi yang disampaikan dengan hasil-hasil diskusi sebelumnya. g. Setelah paparan selesai, berikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan tanggapan terhadap paparan yang disampaikan. 4. Fasilitator menutup sesi (5 menit) Tutuplah sesi ini dengan kesimpulan tentang Tata Kelola Demokratis. Berikan penekanan tentang apa yang menjadi ciri khas dari Tata Kelola Demokratis. Selanjutnya berikan apresiasi kepada semua peserta yang telah mengikuti proses pembelajaran secara aktif. Alternatif 2 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit) Menjelaskan Materi, tujuan, dan proses pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini serta meminta peserta bekerja dalam kelompok seperti pada sesi 1 2.Fasilitator meminta peserta membaca lembar informasi kunci selama 15 menit. 3. Fasilitator memutarkan film yang tersedia dalam CD. 4.Fasilitator meminta peserta untuk mengerjakan lembar kerja alternatif proses 2 5. Kemudian fasilitator meminta wakil masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. 6. Fasilitator selanjutnya memandu peserta untuk mengelaborasi hasil keseluruhan presentasi kelompok dan mengambil kesimpulan bersama dengan menekankan pada urgensi prinsip-prinsip tata kelola demokratis dalam ajaran Islam. POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE 25 LEMBAR INFORMASI KUNCI Rasulullah menyatakan, “Jika sesuatu pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya.” Ali bin Abī Ṭālib menyatakan, “Kejahatan yang terorganisir akan dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.” Pernyataan di atas sesungguhnya merupakan anjuran agar segala sesuatunya dikelola dengan baik dan demokratis. Umat yang mengedepankan tata kelola demokratis hendaknya menegakan empat prinsip: 1. Penghargaan martabat kemanusiaan. Hal ini dicapai melalui kebebasan menyampaikan pendapat, mengambil keputusan-keputusan penting mengenai pemanfaatan sumberdaya, berasosiasi, berpikir dan kebebasan beragama dan memperoleh kehidupan yang bertanggung jawab. Penghargaan terhadap martabat kemanusiaan ada dalam al-Isra’: 70 Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” Penghargaan terhadap martabat kemanusiaan ini diamanahkan dalam al-Shūra: 38. Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” 26 POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE 2. Kesetaraan (Musāwah) Kesetaraan dapat dicapai dengan kesamaan akses, partisipasi, kontrol terhadap pengambilan keputusan dan keterjangkauan manfaat. Baik laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, hitam, putih dalam Islam memiliki posisi yang sama. Dalam tataran praksis para pemimpin harus membuka ruang partisipatif, menegakkan transparansi dan akuntabilitas sebagai sarana untuk memastikan agar semua pihak mempunyai kesempatan yang sama untuk memperbaiki kondisi hidupnya. Ayat yang mengatur tentang kesetaraan diantaranya disebutkan dalam al-ʿImrān: 64. Artinya: Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah”. 3. Antikekerasan Islam merupakan agama yang cinta damai dan anti-kekerasan. Islam sangat menentang berbagai bentuk kekerasan baik kekerasan fisik, psikis, maupun kekerasan verbal. Setiap perselisihan yang ada dianjurkan untuk diselesaikan secara musyawarah. Ayat yang mengamanahkan tentang antikekerasan dapat dibaca pada Ali ʿImrān: 159 Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE 27 4. Penghargaan terhadap perbedaan (tasāmuh) Perbedaan merupakan sesuatu yang kodrati. Oleh karenanya harus dihormati dan tidak memaksakan semua orang harus sama. Karena jika itu dilakukan, maka berarti kita telah menentang kodrat ilahi. Ayat yang mengatur tentang penghargaan terhadap perbedaan dapat dibaca pada Al-Ḥujarat: 13 Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Penerapan Democratic Governance bertujuan untuk mengurangi kesenjangan, menghapuskan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mewujudkan ketertiban dan perdamaian, dan tercapainya tujuan negara. Bagaimana untuk mengetahui apakah tata kelola demokratis sudah terlaksana? Indikator Democratic Governance sudah tercapai jika: üTerwujud perdamaian di masyarakat. üForum publik (forum musyawarah) bersifat efektif dan deliberatif. üWarga lebih aktif dalam pembangunan, toleran, menghargai satu sama lain, inklusif dan lebih responsif. üWarga mampu memberi masukan yang membangun kepada pemerintah. Good Governance dan Democratic Governance keduanya fokus pada cara atau tata kelola. Keduanya bertujuan untuk mewujudkan tata kelola yang lebih baik agar umat dapat hidup berdampingan secara damai, harmonis, dan sejahtera. Good Governance lebih fokus pada tata kelola organisasi atau pun pemerintahan yang baik, sedangkan Democratic Governance cakupannya jauh lebih luas. Democratic Governance melibatkan semua unsur mulai dari para pengambil kebijakan dalam organisasi pemerintahan, perusahaan atau bisnis sektor, organisasi masyarakat sipil, maupun masyarakat di tingkat komunitas. GoodDemocratic Governance merupakan tata kelola kelembagaan, organisasi/kemasyarakatan yang dijalankan dengan mengedepankan transparansi, partisipasi, responsif, adil, akuntabilitas, non diskriminasi, kesetaraan gender, antikorupsi dan pluralisme. 28 POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE LEMBAR KERJA Alternatif Proses 1 i Jawablah setiap pertanyaan 1. Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar istilah pada kartu metaplan dengan Tata Kelola Demokratis (Democratic Governance)? huruf yang jelas! Tuliskan dalam satu kalimat! Berikan jawaban untuk setiap 2. Berikan contoh penerapan Tata Kelola Demokratis pertanyaan pada 1 (satu) kartu di komunitas Bapak/Ibu! metaplan! Waktu : 10 menit Alternatif Proses 2 Perhatikanlah film “Provokator Damai” tentang kasus konflik di Maluku. Kemudian jawablah pertanyaan berikut ini: 1. Apa penyebab terjadinya konflik horisontal di Ambon pada tahun 1999 -2002? 2. Apa kerugian yang dialami oleh kedua belah pihak yang berkonflik? 3. Bagaimana upaya untuk mewujudkan perdamaian dilakukan? 4.Bagaimana nilai-nilai democratic governance dikembangkan untuk melakukan manajemen konflik ? POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE 29 Lampiran 1 Film Provokator –Provokator Damai (lihat di CD) Produksi Eagle Institute Lampiran 2 30 POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE 31 32 POKOK BAHASAN1: ISLAM DAN GOOD DEMOCRATIC GOVERNANCE POKOK BAHASAN 2 ISLAM DAN PERDAMAIAN POKOK BAHASAN 2 ISLAM DAN PERDAMAIAN Islam merupakan agama yang sangat cinta damai dan menghargai keragaman. Hanya saja dalam kehidupan sehari-hari, persoalan yang kemudian timbul adalah adanya perbedaan paham politik, kepentingan, perebutan sumber daya ekonomi dan keyakinan. Hal ini kerap menyulut konflik antar umat, baik secara vertikal maupun horisontal yang tidak jarang juga diwarnai oleh kekerasan. Padahal Islam telah memberi tuntunan kepada umatnya bagaimana caranya menghadapi perbedaan (ikhtilaf), menganjurkan mengedepankan amar ma’ruf nahi munkar dalam menyelesaikan persoalan, mengedepankan toleransi (tasamuh), menganjurkan Islah (perdamaian), dan selalu tabayyun (melakukan klarifikasi) dalam menerima informasi. Ajaranajaran tersebut membuktikan bahwa Islam tidak menyukai umatnya yang mudah terhasut dan menggunakan cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan masalah akibat adanya perbedaan. Bagaimana sebenarnya konsep ikhtilaf, amar ma’ruf nahi munkar, tasamuh, Islah dan tabayyun dalam Islam? Ini akan ditelaah dalam sesi 1-5 dalam pokok bahasan ini. Tujuan Materi Metode Alat dan Bahan Waktu Proses SESI 1: IKHTILAF DALAM ISLAM 1. Peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang makna dan bentukbentuk ikhtilaf dalam Islam 2. Peserta diharapkan mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab munculnya ikhtilaf dalam Islam 3. Peserta diharapkan mampu mengaplikasikan etika ikhtilaf dalam Islam 1. Makna dan bentuk-bentuk ikhtilaf dalam Islam 2. Faktor-faktor penyebab munculnya ikhtilaf 3. Etika berbeda pendapat dalam Islam -Ceramah -Presentase - Studi Kasus - LCD Projector -Laptop - Kertas plano flip-chart dan spidol 90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’) 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit) Jelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini (slide nomor 1-2). 2. Kerja Kelompok studi kasus Ikhtilaf dalam Islam (45 menit) a. Fasilitator membagi peserta menjadi tiga kelompok. b. Bagikan lembar tugas 1, 2, dan 3 yang berisi studi kasus tentang ikhtilaf dalam Islam kepada setiap kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan kasus yang berbeda. POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 35 3. 4. 5. 6. 36 c. Jelaskan dengan singkat petunjuk untuk mendiskusikan kasus ikhtilaf dalam Islam yang efektif dalam lembar tugas. Berikan penjelasan tambahan, jika ada peserta yang memerlukan penjelasan tentang tugasnya. Berikan batasan waktu maksimal 15 menit kepada setiap kelompok untuk menyelesaikan tugasnya. Presentasi kelompok (60 menit) a. Setelah waktu kerja kelompok habis, mintalah peserta untuk menyampaikan presentasi hasil studi kasusnya. b. Setelah semua kelompok menyampaikan presentasi hasil studi kasusnya, ajak peserta untuk mensintesakan dan menyimpulkan secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas penyelesaian ikhtilaf dalam Islam dengan mengajukan pertanyaan, “Jadi, kesimpulannya apa saja faktor yang mempengaruhi penyelesaian ikhtilaf dalam Islam?” Catatlah point-point kesimpulan tersebut dalam kertas plano flip-chart. Bagikan Lembar Informasi Kunci kepada peserta (5 menit) Selanjutnya, bagikan kepada peserta Lembar Informasi Kunci-1 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ikhtilaf dalam Islam dan Lembar Informasi Kunci-2 tentang strategi penyelesaian ikhtilaf dalam Islam Presentasi singkat (15 menit) a. Fasilitator menyampaikan presentasi singkat tentang: (ikhtilaf dalam Islam- lihat slide ppt modul 2 dalam CD atau lihat lampiran) - Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ikhtilaf dalam Islam. - Etika ikhtilaf dalam Islam. b. Setelah menyampaikan presentasi, berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan terhadap presentasi yang disampaikan. Fasilitator menutup sesi (5 menit) Setelah presentasi dan tanggapan selesai, tutup sesi ini dengan penjelasan tentang ikhtilaf dalam Islam. Berikan apresiasi kepada semua peserta yang telah mengikuti proses pembelajaran secara aktif dan antusias dengan tepuk tangan bersama. POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN LEMBAR INFORMASI KUNCI Umat Islam sekarang ini bukan saja menghadapi serangan berbentuk fisik, tetapi yang paling membimbangkan adalah pertempuran bersifat perdebatan. Hal ini tidak hanya membinasakan kefahaman umat Islam terhadap agamanya sendiri, tetapi pemikiran dan ritual ibadah mereka juga turut menjadi sasaran. Kita tidak dapat mengingkari bahwa ikhtilaf (perbedaan pandangan) pasti akan berlaku di kalangan ulama. Fenomena ini cenderung memicu terjadinya perselisihan pandangan di kalangan masyarakat Islam, yang pada akhirnya menimbulkan kesan sebagai berikut: 1. Sibuk meributkan masalah-masalah kecil yang bersifat ijtihadiyah1 dan melupakan masalahmasalah besar. 2. Berdebat dengan melakukan pendekatan yang emosional dan tidak mengakui kebenaran yang dikemukakan oleh orang lain. Hal ini menyebabkan kelompok perdebatan yang terlibat semakin ghuluww (melampau) dan permusuhan yang berlaku semakin parah. 3. Cenderung untuk memilih pendekatan yang keras bukan pada tempatnya, memberatkan diri dan mempersulitkan kaedah-kaedah Islam dalam menentukan hukum. 4. Sikap ta’assub (fanatik) terhadap pegangan tertentu sehingga mereka banyak disibukkan dengan perdebatan sesama sendiri dan melupakan musuhnya yang sebenar. Hal ini menyebabkan lahirnya sikap sangka buruk sesama saudara dan merasakan pendapatnya saja yang paling benar. 5. Banyak terjebak dengan masalah-masalah yang berbentuk terminologi, masalah-masalah pengistilahan sehingga menyebabkan bahayanya pemikiran umat. Sedangkan yang lebih utama adalah memerangi kesesatan yang terkandung di dalamnya, bukan sibuk berbincang tanpa tindakan. Syariat Islam telah menggariskan prinsip-prinsip muzakarah, berdialog dan berbincang dalam sesuatu perkara. Manakala perbincangan tersebut haruslah berteraskan kepada akal yang sehat, berpaksikan kepada sumber Islam yang autentik dan bukannya diselesaikan mengikut agak-agakan, sentimen kepartaian, fanatik kekabilahan (wild tribalism), taqlid buta, apalagi ledakan emosi. Etika Berbeda Pendapat Islam telah meletakkan sendi-sendi adab yang tinggi bagi seorang muslim yang berjalan di atas manhaj Sunnah, dalam pergaulannya bersama saudara-saudaranya ketika berselisih faham dengan mereka dalam masalah-masalah ijtihadiyah. Di antara adab-adab itu ialah : 1. Lapang dada menerima kritik yang sampai kepada anda untuk membetulkan kesalahan, dan hendaklah anda ketahui bahwa ini adalah nasehat yang dihadiahkan oleh saudara seiman anda. Ketahuilah ! Bahwa penolakan anda terhadap kebenaran dan kemarahan anda karena pembelaan terhadap diri adalah kesombongan -A’aadzanallah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa 1 Ijtihadiyah merupakan perkara baru yang belum dikenal pada masa turunnya wahyu dan masa Khulafaur Rsyidun.Lihat Asy Syaikh Abu Nashr Muhammad bin Adillah Al Iman, “Menggugat Demokrasi – Pemilu Adalah Perkara Ijtihadiyah?” dalam https://ulamasunnah.w POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 37 sallam telah bersabda: “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”. (Hadits Riwayat Muslim) 2. Hendaklah memilih ucapan yang terbaik dan terbagus dalam berdiskusi dengan sesama Saudara Muslim. Dari Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada sesuatupun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat dibanding akhlaq yang baik, dan sesungguhnya Allah murka kepada orang yang keji dan jelek (akhlaqnya)”. (HR. Tirmidzi). Sabda Rasulullah Salallahualaihi Wasalam: Artinya: “Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad salallahualaihi wasalam) diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang baik” 3. Hendaklah diskusi yang dilakukan terhadap saudara Sesama Muslim, dengan cara-cara yang bagus untuk menuju suatu yang lebih lurus. Motif dalam berdiskusi hendaklah kebenaran, bukan untuk membela hawa nafsu yang sering memerintahkan pada kejelekan. Akhlak anda ketika berbicara terletak pada keikhlasan anda. Jika diskusi (tukar fikiran) sampai ketingkat adu mulut, maka katakanlah : “salaam/selamat berpisah !” dan bacakanlah kepadanya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Artinya : Saya adalah pemimpin di sebuah rumah di pelataran sorga bagi orang yang meninggalkan adu mulut meskipun ia benar” [Hadits Riwayat Abu Daud dari Abu Umamah al-Bahily] Al-Hafizh Ibnu Abdil Bar menyebutkan dari Zakaria bin Yahya yang berkata : “Saya telah mendengar Al-Ashma’i berkata: “Abdullah bin Hasan berkata: Adu mulut akan merusak persahabatan yang lama dan mencerai beraikan ikatan (persaudaraan) yang kuat, minimal (adu mulut) akan menjadikan mughalabah (keinginan untuk saling mengalahkan) dan mughalabah adalah sebab terkuat putusnya ikatan persaudaraan. [Mukhtasyar Jaami’ Bayan al-Ilmi wa Fadlihi hal. 278] Dari Ja’far bin Auf, dia berkata : saya mendengar Mis’ar berkata kepada Kidam, anaknya: kuhadiahkan buatmu wahai Kidam nasihatku, dengarlah perkataan bapak yang menyayangimu, adapun senda gurau dan adu mulut, tinggalkanlah keduanya. Dia adalah dua akhlak yang tak kusuka dimiliki teman Ku pernah tertimpa keduanya lalu akupun tak menyukainya Untuk tetangga dekat ataupun buat teman Perhatikanlah adab mulia yang dimiliki pewaris ilmunya Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu ini, ia tidak memaki Hushain bin Abdurrahman (orang yang berselisih dengannya), bahkan menganggapnya baik karena Hushain mengamalkan dalil yang ia ketahui. Kemudian baru setelah itu, Sa’id bin Jubair menjelaskan hal yang lebih utama (untuk dilakukan) dengan cara yang lembut dan dikuatkan dengan dalil. Akhirnya melalui hadits ini kita dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Ikhtilaf, meskipun ia sudah menjadi perkara yang ditakdirkan oleh Allah akan tetapi wajib bagi kita untuk menjauhinya dan tidak punya keinginan untuk berikhtilaf pada suatu yag boleh selama kita masih ada jalan untuk menghindarinya. b.Perkara-perkara yang diperbolehkan ijtihad padanya, memiliki beberapa syarat dan 38 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN ketentuan-ketentuan yang diatur oleh ilmu dan keikhlasan bukan diatur oleh perkiraan dan kemauan hawa nafsu. c. Ahlu Sunnah memiliki manhaj dalam memahami ikhtilaf yang diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah. Diantara adab-adabnya adalah mengikuti akhlak para salaf shalih dalam pergaulan dengan sesama mereka ketika terjadi ikhtilaf. d. Tidak boleh bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menuduh saudaranya memisahkan diri dari manhaj Ahlus Sunnah kecuali berdasarkan ilmu dan keadilan, bukan berdasarkan kebodohan dan kezhaliman. e. Tidak mencampur adukkan antara masalah-masalah ijtihadiyah dengan masalah iftiraq (perpecahan) demikian juga tidak boleh mencampur-adukkan antara orang yang membuat bid’ah juz’iyah dengan orang yang meninggalkan sunnah dengan bid’ah kulliyah.2 2 Artinya dari majalah al-Ashalah ini dapat memberikan tambahan pemahaman kepada pembaca sekalian tentang Fiqh Ikhtilaf atau perbedaan pendapat.Disadur dari Majalah Al-Ashalah tgl.15 Dzul Hijjah 1416H, edisi 17/Th III hal. 78-89, karya Salim bin Shalih Al-Marfadi, dan dimuat di Majalah As-Sunnah edisi 06/Tahun V/1422H/2001M, hal. 30-32 AdabAdaB Ikhtilaf merupakan bagian ketiga dari tiga bagian, diterjemahkan oleh Ahmad Nusadi. POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 39 Lampiran 40 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN Tujuan SESI 2 : AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR 1. Peserta diharapkan memiliki pengetahuan tentang amar ma’ruf nahi munkar 2. Peserta diharapkan dapat mengaplikasikan nilai-nilai amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan bermasyarakat Materi Metode Alat dan Bahan Waktu Proses 3. Peserta diharapkan memiliki keterampilan dalam menyampaikan dakwah tentang amar ma’ruf nahi munkar. 1. Definisi amar ma’ruf nahi munkar 2. Hukum amar ma’ruf nahi munkar 3. Amar ma’ruf nahi munkar dalam realitas sosial -Presentase -Simulasi - Curah Pendapat - LCD Projector -Laptop - Kertas plano flip-chart dan spidol 90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’) 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit) Jelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini (Slide No. 1-2). 2. Curah pendapat tentang Amar Ma’ruf Nahi Mngkar (75 menit) a. Bagikan 4 lembar kertas metaplan yang berbeda warna kepada setiap peserta. b. Selanjutnya lakukan curah gagasan tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar c. Tahap 1 (Objective). Pada lembar kertas pertama, minta setiap peserta untuk menuliskan satu kalimat tentang fakta atau informasi yang mereka ketahui atau mereka dengar tentang amar ma’ruf Nahi Munkar. Mintalah penjelasan atau klarifikasi jika ada pernyataan yang tidak jelas. Kelompokkan pernyataanpernyataan yang relatif sama. d. Tahap 2 (Reflective). Mintalah peserta mencermati semua fakta dan informasi yang sudah dikumpulkan. Kemudian pada lembar kertas kedua, mintalah setiap peserta menuliskan satu kalimat tentang bagaimana perasaan (emosi) setiap peserta terhadap fakta-fakta atau informasi tersebut. Lalu kumpulkan dan tempelkan pada papan tulis. Mintalah penjelasan atau klarifikasi jika ada pernyataan yang tidak jelas. Kelompokkan pernyataanpernyataan emosi yang relatif sama. Kemudian simpulkan bersama-sama bagaiman pola umum perasaan peserta. POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 41 Proses e. Tahap 3 (Interpretive). Setelah mereka mengetahui fakta dan perasaan mereka terkait amar ma’ruf Nahi Mngkar, pada lembar kertas ketiga, minta peserta menuliskan bagaimana penilaian mereka atau apa arti penting amar ma’ruf Nahi Munkar bagi diri mereka sendiri. Kumpulkan dan tempelkan jawaban peserta pada papan tulis. Mintalah penjelasan atau klarifikasi jika ada jawaban yang tidak jelas. Kelompokkan jawaban-jawaban yang relatif sama. Selanjutnya ambilah kesimpulan bersama tentang pola umum penilaian peserta terhadap amar ma’ruf nahi munkar. f. Tahap 4 (Decisional). Setelah peserta mengetahui, merasakan, dan menilai arti penting amar ma’ruf nahi munkar, selanjutnya pada lembar kertas keempat, mintalah peserta menuliskan satu gagasan mereka tentang apa yang perlu dilakukan ke depan terkait amar ma’ruf nahi munkar. Kumpulkan dan tempelkan jawaban peserta pada papan tulis. Mintalah penjelasan atau klarifikasi jika ada jawaban yang tidak jelas. Kelompokkan jawaban-jawaban yang relatif sama. g.Setelah peserta mengikuti seluruh tahapan curah gagasan, ajaklah mereka untuk membuat beberapa pernyataan bersama tentang sikap dan hal yang harus dilakukan ke depan terkait dengan amar ma’ruf nahi munkar. Tulislah pernyataan tersebut dalam kertas plano dan tempelkan di dinding ruangan selama pelatihan berlangsung. 3. Fasilitator menutup sesi (5 menit) Fasilitator menutup sesi dengan membacakan kembali pernyataan bersama yang sudah dibuat peserta. Berikan apresiasi atas partisipasi aktif peserta. Bagikan juga Lembar Informasi Kunci kepada peserta sebagai bahan bacaan untuk pengayaan pengetahuan peserta. 42 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN LEMBAR INFORMASI KUNCI Amar Maʿrūf Nahi Munkaradalah perintah yang penting dalam agama. Allah menurunkan kitabkitab-Nya dan mengutus para Nabi dimuka bumi tugasnya tidak lain adalah untuk menjalankan misi ini. Andaikan tugas ini ditiadakan, maka akan muncul kerusakan di mana-mana dan dunia akan hancur. Sebagaimana firman Allah dalam al-ʿAʿrāf: 157 Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Kemudian Allah menciptakan manusia sebagai pewaris tugas utama Rasulullah bahkan memerintahkan umat untuk menegakkannya. Dalam Ali-ʿImrān: 104, Allah berfirman: Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung,” POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 43 Tugas penting ini sangat luas jangkauannya, baik dari segi zaman ataupun tempat yang meliputi seluruh umat dan bangsa, dan terus bergerak dengan jihad dan penyampaian ke seluruh belahan dunia. Tugas ini telah diemban umat Islam sejak masa Rasulullah sampai sekarang hingga hari kiamat nanti. Amanah untuk menyeru kepada kebajikan dan menghilangkan kemunkaran memiliki makna yang sangat dalam dan luas. Di sini berarti umat Islam tidak diperkenankan melakukan kerusakan, menyebar fitnah maupun memecah belah antar umat maupun berperilaku munkar kepada umat beragama lainnya. Sebagai umat Islam kita harus melakukan kebajikan kepada siapa pun tanpa terkecuali termasuk dengan mereka yang tidak sepaham, bahkan dengan musuh sekalipun. Umat Islam dilarang berperilaku keji yang akan mendorong lahirnya dendam maupun konflik destruktif dan perilaku kekerasan. Definisi Amar Maʿrūf Nahi Munkar 1. Definisi al-Maʿrūf Definisi al-maʿrūf adalah: “Nama yang mencakup semua hal yang diketahui dari ketaatan kepada Allah, pendekatan diri kepada-Nya, perbuatan baik kepada manusia, dan semua hal yang dianjurkan dan dilarang syari’at dari berbagai macam kebaikan dan kejelekan.”3. Al-Rāghib al-Asfahāni (w. 425) menyatakan al-maʿrūf adalah satu nama bagi setiap perbuatan yang diketahui kebaikannya oleh akal atau syari’at, sedangkan al-munkar adalah apa yang diingkari oleh keduanya. Secara umum, lalu al-ma’ʿūf adalah segala hal yang dianggap baik oleh syari’at, diperintah untuk melakukannya dan orang yang melakukannya dipuji pula. Segala bentuk ketaatan kepada Allah masuk dalam pengertian ini. Al-maʿrūf yang paling utama adalah mensatukan Allah dan beriman kepada-Nya. 2. Definisi al-Munkar Definisi al-munkar adalah segala hal yang dipandang buruk secara syari’at dan secara aka sehat. Ketika menerangkan sifat umat Islam, Imam al-Shawkāni mengatakan, “sesungguhnya mereka menyuruh kepada (perbuatan) yang maʿrūf dalam syari’at ini dan melarang dari yang munkar. Dan yang dijadikan tolok ukur bahwa sesuatu itu maʿrūf atau munkar adalah al-Kitāb (al-Qur;an) dan Sunnah.” Dari penjelasan ini, jelas bahwa menentukan suatu keyakinan, perkataan atau perbuatan itu maʿrūf atau munkar bukanlah hak pelaku Amar Maʿrūf Nahi Munkar. Namun semua itu dikembalikan kepada penjelasan al-Qur’ân dan Sunnah menurut pemahaman kaum salaf ṣāliḥ. 3 [Ibn al-Āthīr, al-Nihāyah fī Gharīb al-Ḥadīth, h. 607. 44 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN KedudukanHukum Menjalankan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Sebagaimana ditegaskan dalam dalil al-Qur’an dan Sunnah serta Ijmaʿ(kesepakatan) para Ulama, perintah kebaikan dan larangan keburukan merupakan kewajiban yang dibebankan Allah kepada umat Islam sesuai kemampuannya. Ada beberapa pendapat berkaitan dengan derajat kewajiban ini: a. Kewajiban setiap orang Memerintahkan kebaikan dan melarangan keburukan dipandang sebagai kewajiban setiap orang (farḍ ‘ayn). Demikian ini merupakan pendapat sejumlah ulama, diantaranya adalah Ibn Kathīr,4 al-Zujāj, dan Ibn Ḥazm.5 Mereka berhujjah dengan dalil-dalil syariah seperti di bawah ini: 1. Ali Imran: 104, Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maʿrūf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”. Mereka mengatakan bahwa minkum untuk penjelas dan bukan untuk menunjukkan sebagian. Sehingga makna ayat, jadilah kalian semua umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruhkepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Demikian juga akhir tersebut menegaskan bahwa keberuntungan khusus bagi mereka yang melakukan amalan tersebut. Sedangkan mencapai keberuntungan tersebut hukumnya kewajiban setiap Muslim. Oleh karena itu memiliki sifat-sifat tersebut hukumnya wajib. Dalam kaedah disebutkan: Artinya: “Satu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya wajib”. 4 5 Ibn Kathīr, Tafsīr al-Quran al-‘Aẓīm, J. 1, h. 390 Ibn Ḥazm, al-Muḥallā, J. 10, h. 505. POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 45 2. Ali Imran: 110, Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. Dalam ayat ini, Allah menjadikan syarat bergabung dengan umat Islam yang terbaik, yaitu dengan amar ma’ruf nahi munkar dan iman. Padahal bergabung kepada umat ini, hukumnya adalah wajib individual sebagaimana firman-Nya dalam Fuṣsilat: 33: Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata,”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” Umar bin al-Khaṭṭāb setelah membaca surat Ali ʿImrān:110menyatakan, ”Wahai sekalian manusia, barang siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah menunaikan syarat Allah darinya.” b. Kewajiban kolektif Kelompok ini memandang memerintahkan kebaikan dan melarang keburukansebagai kewajiban kolektif. Ini merupakan pendapat jumhur ulama. Diantara mereka yang menyatakan secara tegas adalah Abū Bakr al-Jaṣāṣ6, al-Māwardī, Abū Yaʿla al-Ḥambalī, al-Ghazālī, Ibn ʿArabī, al-Qurtubī,7, Ibn Qudamah8,al-Nawawī,9 Ibn Taymiyyah,10 al-Shāṭibī,11 dan al-Shawkānī (Fatḥ al-Qadīr, 1, h. 450). Mereka semua di atas berargumentasi dengan dalil-dalil berikut ini: 6 Abū Bakr al-Jaṣāṣ, Aḥkām al-Qur’ān, J. 2, h. 29 7 al-Qurṭūbī, Tafsīr al-Qurtubī, J. 4, h. 165 10 Ibn Taymiyyah, al-Amr bi al-Maʿrūf wa al-Nahy ‘An al-Munkar, h. 37 8 9 Ibn Qudamah, Mukhtaṣar Minhāj al-Qāṣidīn, h.156) al-Nawawī, Sharḥ Ṣaḥīḥ Muslim, J. 2, h. 23 11 al-Shātibī, al-Muwāfaqāt fī Uṣūl al-Sharīʿah, J. 1, h. 126 46 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan Umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.” (Ali ʿImrān:104) Mereka mengatakan bahwa kata min dalam ayat minkum untuk menunjukkan sebagian. Sehingga menunjukkan hukum memerintahkan kebaikan dan melarang keburukan adalah kewajiban individual. Imam al-Jaṣṣāṣ menyatakan kalau ayat ini mengandung dua makna: Pertama, kewajiban memerintahkan hal yang baik dan melarang yang buruk.Kedua, hukum tindakan tersebut adalah kewajiban yang bersifat kolektif. Jika telah dilaksanakan oleh sebagian, maka yang lain tidak terkena kewajiban”.12 Ibnu Qudamah berkata,”Dalam ayat ini terdapat penjelasan hukum amar maʿrūf nahi munkar yaitu farḍ kifāyah, bukan farḍu ‘ayn.”13 Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (al-Tawbah: 122) Hukum tafaqquh fī al-dīn (memperdalam ilmu agama) adalah kewajiban kolektif karena perintahAllah adalah untuk sebagian kaum mukminin dan tidak semua umat Islam ilmu. Oleh karena itu orang yang belajar dan menuntut ilmu tersebut yang bertanggung jawab memberi peringatan, bukan seluruh kaum muslimin. Demikian juga hukum jihad yang juga merupakan kewajiban kolektif. Abdurrahman al-Sādī14 menyatakan: ”Sepatutnya kaum muslimin mempersiapkan orang yang menegakkan setiap kemaslahatan umum mereka. Orang yang meluangkan seluruh waktunya dan bersungguh-sungguh serta tidak bercabang, untuk mewujudkan kemaslahatan dan kemanfatan mereka. Hendaklah arah dan tujuan mereka semuanya satu,yaitu menegakkan kemaslahatan agama dan dunianya.” 12 Al-Jaṣṣāṣ, Aḥkām al-Qur’ān, J. 2, h. 29. 13 (Ibnu Qudamah, Mukhtashar Minhajul Qashidiin, hal 156). 14 As Sa’diy, Taisir Karimir Rahman, 3/315, lihat Hakikat Amar Ma’ruf Nahi Munkar, hal. 43 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 47 Al-Qurṭūbī berkata: “Tidak semua orang diteguhkan kedudukannya dimuka bumi, sehingga hal tersebut diwajibkan secara kifayah kepada mereka yang diberi kemampuan untuknya.”15 Ibnu Taymiyyah16 menyatakan kewajiban memerintahkan hal yang baik dan melarang hal yang buruk yang sifatnya individual (setiap orang). Dalam konteks ini, berdakwah kebaikan tetap menjadi kewajiban. Logikanya adalah kewajiban kolektif itu harus dilaksanakan melalui kesempurnaan kewajiban individual. Orang yang memerintahkan kebaikan dan melarang keburukan adalah orang yang menunaikan dan melaksanakan kewajiban kolektif. Mereka memiliki keistimewaan lebih dari orang yang melaksanakan kewajiban individual, karena arena pelaku kewajiban individual hanya menghilangkan dosa dari dirinya sendiri, sedangkan pelaku kewajiban kolektif menghilangkan dosa dari dirinya dan kaum muslimin seluruhnya. Dengan Demikian, jika kewajiban individual ditinggalkan , maka hanya satu saja yang berdosa, sedangkan kewajiban kolektif ditinggalkan seluruhnya akan berdosa. Hukum Memerintahkan Kebaikan dan Melarang Keburukan Menjadi Kewajiban Perseorangan Perubahan hukum di atas bisa terjadi jika: 1. Ditugaskan oleh pemerintah. Al-Māwardī menyatakan sesungguhnya hukum amar makruf nahi munkar dengan perintah penguasa.17 Ini terjadi jika hanya dia yang mengetahui kemakrufan dan kemunkaran yang terjadi. Al- Nawawī menyatakan amar makruf nahi munkar adalah kewajiban kolektif dan akan menjadi kewajiban kolektif jika dia berada di tempat yang tidak mengetahuinya kecuali dia.18 2.Kemampuan amar maʿrūf nahi munkar hanya dimiliki orang tertentu. Jika kemampuan menegakkan memerintahkan kebaikan dan mencegah keburukan terbatas pada sejumlah orang tertentu saja, maka amar makruf nahi munkar menjadi keharusan mereka saja.An-Nawawī berkata: “Terkadang amar makruf nahi munkar menjadi keharusan individual jika seseorang berada di tempat yang tidak mungkin menghilangkannya kecuali dia. Seperti seorang yang melihat istri atau anak atau budaknya berbuat kemunkaran atau tidak berbuat kemakrufan.”19 3. Perubahan keadaan dan kondisi. Abd al-ʿAzīz bin Bāz memandang amar maʿrūf nahi munkar menjadi farḍ ‘ayn dengan sebab perubahan kondisi dan keadaan. Dia menyatakan: “Ketika para da’i sedikit dan kemunkaran 15 al-Qurṭūbī, Tafsīr al-Qurtubī, J. 4, h. 165 16 Ibnu Taymiyyah, al- Amr b al-Maʿrūf wa Nahy ʿAn al-Munkar, h. 37 17 al-Māwardī, al-Aḥkām al-Sulṭāniyyah, h. 391 18 al-Nawawī, Sharḥ ṢaḥīḥMuslim, J. 2, h. 23 19Ibid. 48 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN dan kebodohan yang merata, seperti keadaan kita sekarang ini, maka dakwah menjadi wajib individual atas setiap orang sesuai dengan kemampuannya.”20 Amar Maʿrūf Nahi Munkar Pada Realitas Kekinian Melihat realitas umat Islam sekarang maka nampaknya amar maʿrūf nahi munkarmenjadi kewajiban atas setiap orang. Hal ini tentunya membutuhkan pengorbanan dalam menegakkannya. Apalagi Islam ditetapkan Allah untuk kemaslahatan makhlukNya dan menghilangkan semua jenis kemudharatan. Oleh karenanya dalam amar maʿrūf nahi munkar tidak mungkin lepas dari permasalahan maslahat dan mafsadat, yang tentunya didasarkan dengan timbangan syari’at bukan sekedar prasangka dan dugaan semata. Akan tetapi, fenomena yang ada sekarang ini banyak amar maʿrūf nahi munkar yang dilakukan tidak dengan prosedur syari’at, sehingga terjadi fitnah dan kemunkaran yang besar menimpa kaum muslimin. Lebih celaka lagi orang lemah dan tidak berdosapun ikut menanggung akibatnya. Demikianlah sunnatullah, jika timbul fitnah maka akan menimpa orang yang zhalim dan yang sholih, sebagaimana firman Allah dalam al-Anfal:25 Artinya: “Dan peliharalah dirimu dari pada fitnah yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” Tentunya hal ini tidak kita harapkan terjadi terus menerus. Namun kitapun tidak boleh pesimis dan merasa tidak bertanggung jawab untuk beramar maʿrūf nahi munkar, lantas berdalih dengan kenyataan diatas untuk meninggalkan kewajiban yang mulia ini. Amar maʿrūf nahi munkar disyariatkan semata untuk kemaslahatan manusia, kemaslahatan bagi yang berbuat kemunkaran (untuk berhenti dari kemunkarannya), kemaslahatan bagi pelaku amar maʿrūf nahi munkar dan kemaslahatan bagi yang belum melakukannya. Rasulullah bersabda dalam Hadis riwayat al-Nuʿmān bin Bashīr: 20 ʿAbd al-ʿAzīz bin Abd llāh bin Bāz, al-Daʿwah Ilā llāh wa Akhlaq al- Duʿāt, h. 16). POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 49 Artinya: “Perumpamaan orang yang teguh menjalankan hukum Allah dan orang yang terjerumus didalamnya bagaikan satu kaum yang membagi tempat diatas perahu, sebagian mendapat tempat di bawah dan sebagian di atas. Orang yang di bawah memerlukan air melalui orang yang di atas, lalu hal itu mengganggu mereka. Kemudian (orang yang di bawah) mengambil kampak dan mulai melobangi perahu. Datanglah orang-orang yang di atas dan berkata:” kenapa berbuat demikian?” dia menjawab:”kalian terganggu oleh saya, padahal saya mesti mengambil air” jika mereka menahannya, maka mereka menyelamatkannya dan menyelamatkan diri mereka sendiri; dan jika membiarkannya maka mereka membinasakannya dan membinasakan diri mereka semua.”(H.R. al-Bukhārī) Untuk itulah para ulama mengerahkan segala kemampuannya untuk menggariskan kaidah amar makruf nahi munkar. Garis besar penerapan yang dapat digunakan oleh kaum muslimin disetiap tempat dan waktu, sehingga amar ma’ruf nahi munkar menjadi rahmat bagi manusia. Dengan amar ma’ruf nahi munkar umat Islam akan menjadi agen-agen penyebar perdamaian dan peredam terjadinya konflik yang berbasis pada kekerasan. 50 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN Lampiran POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 51 SESI 3 : KONSEP TASAMUH DALAM ISLAM Tujuan 1.Peserta diharapkan dapat memahami sikap tasamuh dalam bermasyarakat 2.Peserta diharapkan mampu mengaplikasikan kiat-kiat tasamuh dalam bermasyarakat Materi 3. Peserta diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan dakwah tentang konsep tasamuh dalam Islam. 1. Pengertian toleransi dalam bermasyarakat 2.Konsep tasamuh dalam perspektif Islam Metode 3. Bentuk-bentuk sikap tasamuh dalam bermasyarakat 4.Kiat-kiat tasamuh dalam bermasyarakat -Presentase -Simulasi Alat dan Bahan Waktu Proses -Diskusi - Studi Kasus - LCD Projector -Laptop - Kertas plano flip-chart dan spidol 90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’) 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit) Menjelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini. 2. Diskusi Kelompok (25 menit) a. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 (tiga) kelompok. b.Fasilitator menjelaskan dengan singkat topik-topik diskusi: pengertian tasamuh dalam Islam, manfaat sikap tasamuh dalam bermasyarakat, dan bentuk-bentuk sikap tasamuh dalam bermasyarakat. c. Peserta melakukan diskusi kelompok dan menuliskan hasil disikusi pada kertas plano flip-chart. 52 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN Proses 3. Presentase (50 menit) a.Setelah waktu diskusi kelompok habis, fasilitator meminta peserta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Berikan waktu maksimal 15 menit kepada setiap kelompok termasuk tanya jawab dengan peserta dari kelompok lain. b.Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok, ajaklah mereka untuk membuat beberapa rumusan tentang pengertian tasamuh dalam perspektif Islam, manfaat sikap tasamuh dalam bermasyarakat, dan bentuk-bentuk sikap tasamuh dalam bermasyarakat. 4. Fasilitator menutup sesi (5 menit) Fasilitator menutup sesi dengan membacakan kembali beberapa rumusan hasil diskusi dan memberikan apresiasi atas partisipasi aktif para peserta. POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 53 LEMBAR INFORMASI KUNCI Toleransi (tasamuh) artinya memberikan kesempatan kepada setiap manusia untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama dalam pelaksanaan keyakinan itu tidak mengganggu ketertiban umum. Toleransi menunjukkan adanya rights for self determination (hak menentukan nasib sendiri/pribadi) yang merupakan salah satu prinsip dari hak asasi manusia. Sikap toleransi ini amat dibutuhkan untuk mewujudkan masyarakat yang marhamah dan harmonis. Toleransi menunjukkan adanya interaksi dialogis secara seimbang. Suasana dialogis menggambarkan adanya pergaulan antara pribadi-pribadi yang saling berusaha mengenal pihak lain sebagaimana adanya.21 Interaksi dialogis ini diperlukan karena adanya keragaman suku, agama, dan ras. Dalam kaitan ini, dialog antar umat beragama menunjukkan bahwa setiap penganut agama bersedia mengemukakan pengalaman-pengalamana keagamaaan mereka yang berakar pada tradisi agama masing-masing.22 Untuk melakukan dialog demi terwujudnya toleransi diperlukan sikap dasar, seperti: keterbukaan (inklusif), kesediaan bertukar fikiran dengan orang atau kelompok yang jelas-jelas berbeda, saling mempercayai, dan keinginan untuk membangun kehidupan yang membawa rahmat. Kejujuran dalam mengemukakan ide atau fakta akan sangat membantu bagi semua pihak untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab bagi kepentingan bersama. Sesungguhnya sikap toleransi ini sudah sejak lama dipraktekkan dalam dalam tradisi Islam. Islam menghargai kemerdekaan setiap orang untuk memeluk dan mengamalkan suatu agama. Islam mengajarkan bahwa setiap orang yang dilahirkan tidak untuk dirampas kemerdekaannya, yang mana telah diberikan oleh Allah. Mandat yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad hanyalah terbatas pada menyampaian ajaran Islam dan bukan untuk memaksa orang lain untuk memeluk Islam, sebab mandat untuk memberikan hidayah hanya dimiliki oleh Allah sematamata23. Pada masa Rasulullah Saw., dakwah Islam yang dijalankan telah menggambarkan sikap toleransi. Di Madinah orang-orang nasrani dan yahudi mendapat perlindungan dan perlakuan yang adil. Mereka oleh nabi disebut sebagai golongan dzimmi24. Perlindungan dan perlakuan yang adil ini menunjukkan bahwa umat Islam mempunyai sikap toleransi25 Seluruh nabi dan rasul yang diutus oleh Allah memiliki misi yang sama yaitu menyerukan pada umat manusia untuk mentauhidkan Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Anbiyā: 25 21 D. Hendropuspito, sosiologi Agama, Cet. II, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), h. 172. 22 Seri Dialog Antar-Imaan (Dian), Dialog : Kritik dan Identitas Agama, (Yogyakarta : Dian/Interfidei, tahun I), h. xix. 23 Yunus Ali al-Muhdhar, Toleransi Kaum Muslimin dan Sikap Musuh-musuhnya, Cet. I, (Surabaya : Bungkul Indah, 1994), h. 11-12. 24 Yang dimaksud dengan golongan dzimmi adalah orang-orang yang mendapat jaminan dan perlindungan dalam masyarakat Islam. Kata dzimmi itu sendiri berarti perjanjian yang disetujui dan dihormati. Golongan dzimmi ini telah terikat suatu perjanjian dengan orang-orang Islam, sehingga mereka memperoleh jaminan keselamatan jiwa dan harta. Orang-orang Islam tidak diperbolehkan melakukan penganiayaan terhadap mereka. 25 Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama : Sejarah Toleransi dan Intoleransi Agama dan Kepercayaan Sejak Jaman Yunani, (Surabaya : Bina Ilmu, t.th.), h. 257. 54 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku.” Pengakuan al-Quran terhadap pluralitas kelompok sosial dan perlunya toleransi tercermin dalam konsep li taʿārafū (untuk saling kenal) sebagaimana tersebut dalam firman Allah. Dalam al-Ḥujurāt: 3 Ajaran toleransi dalam Al-Quran bukan saja menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup antar kelompok manusia, tetapi juga menyangkut kehidupan keberagamaan. Hal ini dapat ditemukan dalam al-Baqarah: 139 Artinya: “Katakanlah: ‘Apakah kamu memperdebatkan dengan Kami tentang Allah, Padahal Dia adalah Tuhan Kami dan Tuhan kamu; bagi Kami amalan Kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya Kami mengikhlaskan hati’. Firman Allah dalam al-Shūrā: 15, POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 55 Artinya: “Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita).” Firman Allah dalam al-Kāfirūn: 6, Artinya: “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” Ayat-ayat ini mengakui pluralisme kelompok sosial berdasarkan bahasa, suku bangsa, dan agama. Dalam kaitannya dengan agama, al-Quran memberikan ketentuan yang jelas bahwa dalam hal pengamalan ajaran agama masing-masing harus diarahkan kepada penganut masingmasing agama itu sendiri.26 Oleh sebab itu, Islam mewajibkan umatnya untuk mengimani kitab-kitab yang diturunkan sebelum al-Quran dan rasul-rasul Allah yang datang sebelum Nabi Muhammad mengingkari kewajiban ini berarti mengingkari kebenaran ajaran Islam itu sendiri. Hal ini berarti bahwa sikap toleran terhadap penganut agama lain merupakan konsekuensi teologis dari keyakinan akan kebenaran Islam. Ajaran agama lain pun sesungguhnya mengajarkan perlunya menjalin cinta kasih dan persaudaraan antara sesama manusia. Toleransi seperti inilah yang dipraktekkan oleh Rasulullah sebagaimana terungkap pada salah satu diktum yang ada dalam Piagam Madinah: “Dan orang-orang Yahudi bekerja sama dengan orang-orang beriman (kaum muslimin) selama mereka tidak memerangi. Dan sesungguhnya Yahudi Banu Auf adalah merupakan satu umat dengan orang-orang mukmin. Bagi orang-orang Yahudi agama mereka, dan bagi orang-orang muslim juga adalah agama mereka. Demikian pula halnya dengan sekutu dan diri masing-masing mereka. Bila di antara mereka (dilindungi untuk) ada yang melakukan aniaya dan berbuat dosa, maka akibatnya akan ditanggung oleh diri dan keluarganya.”27 Sikap toleran ini juga telah dicontohkan oleh kaum salaf28 yang meliputi berbagai bidang, seperti: fiqh, tauhid, dan akhlak yang didalamnya banyak berbicara tentang persoalan-persoalan kemanusiaan sebagai cerminan Islam yang penuh dengan semangat toleransi. Berbagai data historis telah mengabsahkan pendirian normatif ini terutama dalam praktek pemerintahan Islam yang penuh dengan semangat toleransi. Dalam praktek pemerintahan Islam diakui adanya kemajemukan sehingga pemerintahan Islam juga memberi manfaat yang besar bagi kelompok non-muslim. Dalam beberapa episode 26 Muhammad Amin Suma, Pluralisme Agama Menurut Al-Qur’an: Telaah Aqidah dan Syari’ah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 132-133. 27 Ibn Katsir, al-Sirah al-Nabawiyyah, (Beirut-Lubnan: Dar al-Fikr, 1411 H./1990 M.), h. 322. 28 Kaum salaf merupakan kelompok para sahabat yang terdekat dengan masa kehidupan Nabi Muhammad saw. Perilaku keberagamaan mereka diyakini sesuai benar dengan praktek kehidupan nabi dalam menjalankan ajaran Islam, sebab mereka mendengar dan melihat langsung praktek-praktek kehidupan nabi. 56 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN pemerintahan Islam terdapat lima jaminan dasar yang diberikan kepada masyarakat umum, yakni: pertama, keselamatan fisik warga masyarakat dari tindakan badani di luar ketentuan hukum; kedua, keselamatan keyakinan ajaran masing-masing tanpa ada paksaan untuk berpindah agama; ketiga, keselamatan keluarga dan keturunan; keempat, keselamatan harta benda dan milik pribadi di luar prosedur hukum; dan kelima, keselamatan profesi29. Ada tiga faktor yang dapat menjadi sumber konflik sosial, yaitu: kompetisi yang tidak sehat, ketidakpercayaan kepada pihak lain, dan arogansi. Tiga faktor inilah yang menyebabkan manusia hidup dalam suasana berhadap-hadapan dalam keadaan siaga. Untuk membangun masyarakat yang harmonis dan damai diperlukan interkasi antarkelompok yang pluralis-dialogis,yaitu menghargai dan menempatkan orang lain dalam perspektif saya dan menempatkan saya dalam kehadiran orang lain. Setiap anggota masyarakat perlu memiliki sikap toleran dalam bentuk: pertama, menghilangkan sikap saling curiga dan benih-benih permusuhan; kedua, tidak melakukan generalisasi dalam melihat suatu fenomena keagamaan, yakni tindakan atau ucapan seseorang atau kelompok penganut agama tertentu lalu digeneralisasikan sebagai sikap menyeluruh dari penganut agama yang bersangkutan; ketiga, mengembangkan suasana positive thinking (berpikir positif) dengan berusaha memahamai dan menghargai keyakinan orang lain. Dalam proses dakwah, para dai harus menghindari penafsiran yang keliru terhadap ajaranajaran Islam dan ajaran agama non-Islam. Kesalahan dalam menginterpretasikan ajaran Islam akan melahirkan tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Begitu juga kesalahan dalam menafsirkan agama lain akan menjadi batu sandungan dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis. Karenanya, kompetensi dai dalam hal memahami ajaran agama nonIslam amat dibutuhkan sebab seorang dai harus menyumbangkan pemahamannya terhadap kepercayaannya sendiri dan sekaligus mengapresiasi secara positif kepercayaan-kepercayaan lainnya.30 Frithjof Schuon menyebutkan bahwa secara esoteris (hakikat) pada dasarnya setiap agama sama, bedanya hanya dalam aspek eksoteris (bentuk).31 Dalam perjalanan sejarah dakwah Islam, Thomas W. Arnold menggambarkan orang-orang yang masuk Islam itu adalah sematamata atas keinsafan sendiri tanpa suatu paksaan.32Terjadinya peperangan dalam sejarah Islam lebih bersifat defensif daripada ofensif. Ketika alternatif lain sudah tertutup, maka satu-satunya jalan untuk membela kebenaran adalah berperang. Peperangan itu sendiri masih memegang teguh etika Islam untuk tidak melakukan kesewenang-wenangan kepada mereka yang sudah tidak berdaya. 29 Budi Munawar Rachman (ed.), Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Cet. I, (Jakarta : Paramadina, 1994), h. 546. 30 W. Montgomery Watt, Islam and Christianity Today: A Contribution to Dialoque, diterjemahkan oleh Eno Syafruddin dengan judul ‘Islam dan Kristen Dewasa Ini: Suatu Sumbangan Pemikiran Untuk Dialog’, Cetakan Pertama, (Jakarta: Gaya Gramedia Pratama, 1991), h. 214. 31 Frithjof Schuon, The Trancendent Unity of Religion, diterjemahkan oleh Safroedin Bahar dengan judul ‘Mencari Titik Temu Agama-agama’, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), h. x. 32 Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam, diterjemahkan oleh A. Nawawi Rambe dengan judul ‘Sejarah Dakwah Islam’, Cetakan Kedua, (Jakarta: Widjaya, 1981), h. 128. POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 57 Lampiran 58 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN SESI 4 : KONSEP ISLAH DALAM ISLAM Tujuan 1. Peserta diharapkan memiliki pengetahuan tentang Islah dalam Islam serta dapat menerapkan sikap islah dalam kehidupan bermasyarakat 2. Peserta diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan dakwah tentang konsep Islah Dalam Islam Materi Metode 3. Peserta diharapkan memiliki keterampilan dalam menyampaikan dakwah tentangIslah dalam Islam. 1. Pengertian Islah dalam bermasyarakat 2.Konsep Islah dalam persfektif Islam 3. Bentuk-bentuk sikap Islah dalam bermasyarakat -Presentase -Simulasi Alat dan Bahan -Diskusi - Pemutaran Film - LCD Projector -Laptop Waktu Proses -Film - Kertas plano flip-chart dan spidol 90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’) 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit) a.Jelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini (Slide No. 1-2). b. Selanjutnya, kondisikan peserta untuk menyaksikan tayangan film. 2. Tayangkan film (15 menit) Jelaskan bahwa film ini hanya sebuah ilustrasi untuk memberikan gambaran yang lebih konkrit tentang forum publik. Peserta tidak perlu memberikan penilaian terhadap substansi maupun kualitas film tersebut. 3. Tugaskan peserta untuk menjawab pertanyaan pada Lembar Tugas (15 menit) a. Setelah tayangan film selesai, bagikan Lembar Tugas kepada setiap peserta. POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 59 Proses b.Jelaskan dengan singkat petunjuk untuk menjawab setiap pertanyaan dalam Lembar Tugas (Slide No. 3). Berikan penjelasan tambahan, jika ada peserta yang memerlukan penjelasan tentang tugasnya. Berikan batasan waktu kepada peserta untuk menyelesaikan tugasnya. 4. Diskusikan jawaban peserta (30 menit) a. Setelah waktunya habis, minta peserta maksimal 15 menit mengumpulkan jawabannya. Kelompokkan jawaban peserta berdasarkan nomor pertanyaan. b. Bacakan setiap jawaban peserta berdasarkan urutan pertanyaan. Mintalah penjelasan kepada peserta jika jawabannya dinilai kurang jelas. Jawaban yang sama tidak perlu dibacakan, langsung saja dikumpulkan dengan kartu jawaban yang sama. c. Berdasarkan jawaban peserta atas semua pertanyaan, ajak peserta untuk menyimpulkan pemahaman peserta tentang Islah dalam Islam dengan mengajukan pertanyaan, “Apa yang dapat kita simpulkan tentang islah yang baru didiskusikan ” d. Catatlah point-point kesimpulan tersebut dalam kertas plano flip-chart. 5. Bagikan Lembar Informasi Kunci kepada peserta (5 menit) Jelas bahwa lembar informasi tersebut memuat konsep tentang Islah dalam Islam yang akan dikembangkan. Untuk mendapatkan informasi lebih dalam, peserta dapat membaca sumber-sumber referensi yang daftarnya tersedia dalam lembar informasi tersebut. 6. Berikan presentasi singkat tentang Islah dalam Islam (10 menit) Pada saat memberikan paparan, berikan penekanan pada konsep Islah dalam Islam (slide 5,6) 7. Fasilitator menutup sesi (5 menit) Tutup sesi ini dengan kesimpulan tentang Islah dalam Islam dan pentingnya Islah dalam mewujudkan Democratic Governance. Berikan apresiasi kepada semua peserta yang telah mengikuti proses pembelajaran secara aktif dan antusias dengan tepuk tangan bersama. 60 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN LEMBAR INFORMASI KUNCI Konflik sosial dalam berbagai bentuknya merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini, konsep Islah kemudian ditawarkan sebagai solusi yang tepat, selain dipergunakan untuk mengolah perbedaan-perbedaan menjadi sumber energi sosial dan juga sebagai pola manajemen konflik untuk mengatasi konflik sosial tersebut. Pengertian Iṣlāḥ Iṣlāḥ (perdamaian) adalah usaha untuk memperbaiki hubungan diantara manusia yang bersengketa Menurut Prof. T.M. Hasbi as Shiddiqy (1995), pengertian iṣlāḥ yaitumengulurkan tali yang kuat dan kukuh antara manusia, teristimewa antara mereka yang timbul diantaranya persengketaan, baik mengenai urusan darah (jiwa) maupun urusan harta, dan kehormatan ataupun urusan politik dan taktik perjuangan. Allah memberikan petunjuk pelaksanaan islah melalui firmannya dalam al-Hujurāt: 9 Artinya: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” Macam-Macam Iṣlāḥ Para ulama membagi perdamaian yang terjadi antara dua golongan yang bersengketa, yaitu: 1. Perdamaian yang dilaksanakan antara orang muslim dengan orang kafir Perdamaian semacam dicontohkan oleh rasulullah pada tahun 6 H. Beliau beserta sahabat bermaksud melaksanakan umrah, namun sesampainya di Hudaybiyyah beliau mendengar bahwa orang-orang kafir Quraish bermaksud menghalangi niat umrah tersebut. Maka diutuslah ʿUthmān bin ʿAffān untuk melakukan perundingan dengan para pemuka Quraish. Namun, setelah ditunggu beberapa lama Usman tidak juga muncul, bahkan terbetik berita bahwa Usman dibunuh. Maka para sahabat menyertai melakukan sumpah setia untuk mempertahankan Islam hingga titik darah penghabisan yang dikenal dengan “Baitur POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 61 Ridwan”. Mendengar berita tersebut para pemimpin Quraish khawatir akan keberanian tentara muslim itu maka buru-buru mereka mengutus Suhail bin Amar mengadakan perjanjian damai yang dikenal dengan “Perjanjian Hudaybiyyah”. Isi perjanjian itu: 1. Pasukan Islam saat itu harus kembali ke Madinah, dan pada tahun berikutnya baru boleh melakukan umrah. Pelaksanaan umrah tersebut tidak boleh lebih dari tiga hari. 2. Bersedia untuk tidak saling menyerang selama 10 tahun. 3. Bila ada orang Madinah berpihak kepada penduduk Mekkah supaya diizinkan, sebaliknya jika penduduk Makkah condong ke Madinah hendaknya ditolak. Sahabat Umar dan lain-lain merasa keberatan dengan isi perjanjian tersebut karena terkesan meremehkan Islam, tetapi dengan keyakinan mantap akan pertolongan Allah ditandatangi juga perjanjian itu oleh Rasulullah Saw. Dampak dari perjanjian itu adalah bagi penduduk Mekkah yang selama bertahun-tahun hanya mendengar kabar buruk kehidupan umat Islam, saat itu dapat dilihat bagaimana keindahan pergaulan penduduk madinah dibawah naungan Islam. Akibatnya banyak penduduk Mekkah yang ingin masuk ke Madinah, tetapi karena terhalang perjanjian hudaibiyah mereka akhirnya berkumpul di wilayah yang tak bertuan diantara Mekkah dan Madinah. Keberadaan mereka mengganggu penduduk Mekkah. Dan lebih kurang setahun para pemimpin Quraisy meminta perjanjian itu ditinjau kembali, maka benarlah pilihan nabi. 2. Perdamaian antara penguasa dengan pemberontak Jika suatu negara terjadi pemberontakan, hendakalah segera dipadamkan agar negara dapat melanjutkan pembangunan. Namun sering terjadi bahwa pemberontak kekuatannya cukup handal, maka untuk tidak berlarut-larut dalam suasana perang perlu ditempuh jalan damai antara kedua belah pihak demi kesejahteraan masyarakat dan warga negara itu, secara adil dan bijaksana. 3. Perdamaian antara suami dan istri Hubungan antara suami dan istri kadang-kadang diwarnai silang pendapat antara keduanya. Masing-masing pihak merasa paling benar, tidak ada yang mau mengalah, akibatnya sering terjadi suami membiarkan istrinya terkatung-katung nasibnya, demikian juga tentang nafkah. Maka dalam rangka menjaga keutuhan rumah tangganya seorang istri boleh membuat perdamaiansehingga keduanya dapat rukun kembali. Dan perdamaian itu hendaklah melibatkan juru damai dari kedua belah pihak (seorang dari pihak suami dan seorang dari pihak istri) agar dikemudian hari peristiwa itu tidak terjadi lagi. 4. Perdamaian antara dua orang yang terlibat piutang Bila dua orang yang terlibat utang piutang cenderung terjadi saling gugat menggugat, hendaklah kita beusaha mendamaikan, sebagaimana Rasulullah pernah mendamaikan Kaʿab bin Mālik yang berhutang kepada Ibnu Abī Hadrad dengan cara membayar separoh dulu dari hutangnya. Kekurangannya dirundingkan kemudian. Karena apabila masalah 62 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN hutang-piutang harus berakhir harus berakhir di ruang pengadilan bukan tidak mungkin justru yang menang bagai arang yang kalah jadi abu karena masing-masing menginginkan perkara itu, sehingga tambah pengeluaran belanja. 5. Perdamaian antara pembunuh dengan wali yang terbunuh, agar bersedia menerima diyat33 Seseorang yang membunuh orang lain tanpa sebab syar’i, wajib dikenai hukumqiṣāṣ,34 yaitu dia harus ganti dibunuh. Namun jika mungkin wali dari si terbunuh diminta berdamai dengan imbalan ganti rugi (diyat) lebih banyak dari yang semestinya agar si pembunuh tidak dikenai hukum qiṣāṣ tersebut. Cara-Cara Melakukan Iṣlāḥ Segala cara dan usaha boleh dilakukan untuk mewujudkan perdamaian, sepanjang langkah yang ditempuh itu tidak dimaksudkan untuk menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Rasulullah Saw.bersabda, “Perdamaian itu dilaksanakan antara para kaum muslimin untuk menghasilkan perdamaian, kecuali perdamaian yang menghalalkan yang Allah haramkan dan mengharamkan yang Allah halalkan.” (H.R. al-Turmudhī) Hikmah Iṣlāḥ Hikmah yang terkandung di dalam Iṣlāḥ (perdamaian) adalah sebagai berikut: 1. Akan mengembalikan kerukunan antara dua pihak yang semula bersengketa; 2. Tercabutnya akar permusuhan dan perselisihan dari pihak-pihak yang bersengketa; berganti dengan tumbuh suburnya tali ukhuwah (persaudaraan); 3. Menghindarkan terjadinya pertumpahan darah; 4. Menghemat angaran belanja; 5. Menjauhkan kedua belah pihak dari pengingkaran terhadap kebenaran; 6. Menjauhkan rasa permusuhan dan dendam diantara sesama manusia; 7. Menyalurkan pikiran-pikiran positif dari kedua pihak kearah usaha-usaha yang bermanfaat bagi masing-masing pihak maupun manusia secara keseluruhan; 8. Mendekatkan rahmat dan ampunan dari Allah. 33 Diyat adalah sejumlah harta yang wajib di berikan kepada pihak yang terbunuh. Diyat berlaku atas perbuatan pembunuhan atau melukai atau menghilangkan manfaat anggota badan, Diyat di syari’atkan dengan maksud mencegah perampasan jiwa atau penganiayaan terhadap manusia yang harus di pelihara keselamatan jiwanya. ُ yang berarti mencari jejak seperti al-Qashâsh. Sedangkan dalam istilah 34 Qiṣāṣ berasal dari bahasa Arab dari kata صِق َ صا hukum Islamberarti pelaku kejahatan dibalas seperti perbuatannya, apabila membunuh maka dibalas dengan dibunuh dan bila memotong anggota tubuh maka dipotong juga anggota tubuhnya. POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 63 LEMBAR TUGAS Setelah menonton pemutaran film “Pembakaran Rumah Penangut Syiah di Madura”, jawablah pertanyaan di bawah ini ! 1. Apa peristiwa yang terekam dalam film singkat yang telah ditayangkan? 2. Mengapa peristiwa tersebut terjadi? 3. Apa yang akan Anda lakukan jika menjadi salah satu tokoh dari kelompok yang bertikai? Dan bagaimana Anda melakukannya? 4. Apa dampaknya jika kedua kelompok yang bertikai tidak melakukan Islah? 5. Apa hubungan Islah dengan upaya melaksanakan prinsip dan mewujudkan tujuan dari Democratic Governance? 64 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN Lampiran - CD Film Pembakaran Rumah Penganut Syiah di Madura - Power Point Presentasi Lampiran POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 65 SESI 5: SIKAP TABAYYUN DALAM MENERIMA INFORMASI Tujuan 1.Peserta diharapkan mampu memahami arti tabayyun dalam menerima informasi. 2. Peserta diharapkan mampu mengaplikasikan sikap tabayyun dalam menerima informasi. Materi Metode Alat dan Bahan Waktu Proses 3. Peserta diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan dakwah tentang sikap tabayyun dalam menerima informasi. 1.Pengertian tabayyun dalam menerima informasi 2. Manfaat sikap tabayyun dalam bermasyarakat 3. Implementasi sikap tabayyun dalam bermasyarakat -Ceramah -Presentase -Diskusi - LCD Projector -Laptop - Kertas plano flip-chart dan spidol 90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’) 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit) Menjelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini. 2. Diskusi Kelompok (25 menit) a. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 (tiga) kelompok. b.Fasilitator menjelaskan dengan singkat topik-topik diskusi: pengertian tabayyun dalam menerima informasi, manfaat sikap tabayyun dalam bermasyarakat, dan implementasi sikap tasamuh dalam bermasyarakat. c. Peserta melakukan diskusi kelompok dan menuliskan hasil disikusi pada kertas Plano flip-chart. 3. Presentase (45 menit) a.Setelah waktu diskusi kelompok habis, fasilitator meminta peserta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Berikan waktu maksimal 10 menit kepada setiap kelompok termasuk tanya jawab dengan peserta dari kelompok lain. 66 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN Proses b.Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok, ajaklah mereka untuk membuat beberapa rumusan tentang pengertian tabayyun dalam menerima informasi, manfaat sikap tabayyun dalam bermasyarakat, dan implementasi sikap tabayyun dalam bermasyarakat. 4. Fasilitator menutup sesi (15 menit) Fasilitator melontarkan pertanyaan kepada peserta tentang “Bagaimana keterkaitan antara Ikhtilaf, Ammar Ma’ruf Nahi Munkar, Tasamuh, Islah dan Tabayyun dalam upaya mewujudkan perdamaian dan menegakkan prinsip-prinsip Democratic Governance?” Kemudian fasilitator menuliskan point-point pendapat peserta di papan tulis. Lalu fasilitator menutup sesi dengan membacakan kembali beberapa rumusan hasil diskusi dan memberikan apresiasi atas partisipasi aktif para peserta. POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 67 LEMBAR INFORMASI KUNCI Dinamika sosial-kemasyarakatan selalu ditandai dengan arus informasi. Tersedianya informasi mengenai berbagai hal memungkinkan suatu komunitas untuk melakukan aktivitas baik untuk kepentingan internal maupun eksternal. Persoalannya adalah tidak semua informasi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Karena itu diperlukan selektifitas setiap anggota masyarakat dalam menerima informasi tertentu sehingga dapat terhindar dari dampak negatif tersebut. Problematika sosial seringkali dipicu oleh adanya sikap generalisasi yang didasarkan pada informasi yang tidak utuh. Menjadikan informasi yang tidak utuh sebagai alat untuk membenarkan sikap dan perilaku tertentu dapat menyebabkan masyarakat berada dalam kondisi yang tidak stabil. Dalam masyarakat selalu ada tarik-menarik kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Situasi ini sangat berpotensi untuk melahirkan konflik, terlebih lagi jika tidak ada filter informasi. Oleh karena itu, setiap anggota masyarakat harus memiliki sikap tabayyun. Tabayyun artinya melakukan klarifikasi, konfirmasi atau pemeriksaan secara teliti terhadap informasi atau berita yang diterima. Dalam sebuah riwayat dari Qatādah disebutkan: “altabayyun min llāh wa al-‘ajala mina al-shayṭān” (sikap konfirmasi merupakan perintah Allah, sementara sikap terburu-buru merupakan arahan syaitan). Sikap tabayyun ini diperlukan untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam menanggapi atau mengambil kesimpulan terhadap suatu informasi. Dalam al-Ḥujurāt: 6 Allah SWT berfirman, Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” Ayat ini, seperti yang dikemukakan oleh Ibn Kathīr, mengandung sebuah pelajaran yang penting agar umat tidak mudah terpancing atau mudah menerima begitu saja berita yang tidak jelas sumbernya, atau berita yang jelas sumbernya tetapi sumber itu dikenal sebagai media penyebar berita palsu atau berita yang menebar fitnah. Apalagi perintah Allah ini berada di dalam surah al-Ḥujurāt:, surah yang sarat dengan pesan etika, moralitas dan prinsip-prinsip mu’amalah. Sayyid Quthb mengkategorikannya sebagai surah yang sangat agung lagi padat karena memang komitmen seorang Muslim dengan adab dan etika agama dalam kehidupannya menunjukkan kualitas akalnya (adab al abdi unwānu ʿaqlihi). 68 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN Peringatan dan pesan Allah dalam ayat ini tentu bukan tanpa sebab atau peristiwa yang melatarbelakangi. Terdapat beberapa riwayat tentang sebab turunnya ayat ini. Dapat disimpulkan, ayat ini turun karena peristiwa berita bohong yang harus diteliti kebenarannya dari seorang al-Walīd bin ʿUqbah bin Abī Muʿīiṭ tatkala dia diutus oleh Rasulullah untuk mengambil dana zakat dari Suku Bani al-Musṭaliq yang dipimpin waktu itu oleh al-Ḥārith bin Ḍirār seperti dalam riwayat Imam Ahmad. Al-Walīd malah menyampaikan laporan kepada Rasulullah bahwa mereka enggan membayar zakat, bahkan berniat membunuhnya, padahal ia tidak pernah sampai ke perkampungan Bani al-Musṭaliq. Kontan Rasulullah murka dengan berita tersebut dan mengutus Khalid untuk mengklarifikasi kebenarannya, sehingga turunlah ayat ini untuk mengingatkan bahaya berita palsu yang disebarkan oleh orang fasik yang hampir berakibat terjadinya permusuhan antar sesama umat Islam saat itu. Yang menjadi catatan disini adalah peristiwa ini terjadi di zaman Rasulullah yang masih sangat kental dan dominan dengan nilai-nilai kebaikan dan kejujuran. Oleh karena itu, bagaiamana dengan zaman sekarang dimana semakin sukar untuk mencari orang yang senantiasa jujur dan beri’tikad baik dalam menyampaikan informasi? Secara bahasa, kata fāsiq dan naba’ yang menjadi kata kunci dalam ayat di atas disebut dalam bentuk nakirah (indifinitive), ini menunjukkan seseorang yang dikenal dengan kefasikannya serta menunjukkan segala bentuk berita dan informasi secara umum, baik berita yang besar atau kecil, yang terkait dengan masalah pribadi atau sosial, dan berita yang besar yang melibatkan segolongan kaum, atau komunitas tertentu yang berdampak sosial yang buruk. Sayyid Ṭanṭāwī, seorang syaikh al-Azhar mengemukakan analisa redaksional bahwa kata “in” yang berarti “jika” dalam ayat “jika datang kepadamu orang fasik membawa berita”, menunjukkan suatu keraguan yang mengajarkan prinsip pada seorang Mu’min untuk bersikap ragu dan berhati-hati terlebih dahulu terhadap segala informasi dari seorang yang fasik, untuk kemudian melakukan pengecekan akan kebenaran berita tersebut sehingga tidak menerima berita itu begitu saja atas dasar kebodohan (jahalah) yang akan berujung kepada kerugian dan penyesalan. Mengacu pada ayat ini, sebagian ulama hadis melarang untuk tidak menerima berita dari seseorang yang majhūl (tidak diketahui kepribadiannya, terlebih bagi yang memiliki kepribadian yang buruk). Hal ini dikarenakan kemungkinan fasiknya sangat jelas. As-Saʿdī membagi sumber (media) untuk mengklarifikasi kebenaran suatu berita menjadi tiga, yaitu: pertama, berita dari seorang yang jujur yang secara hukum harus diterima; kedua, berita dari seorang pendusta yang harus ditolak; dan ketiga, berita dari seorang yang fasik yang membutuhkan klarifikasi akan kebenarannya.Yang harus diwaspadai adalah berita yang berasal dari orang fasik. Kita juga dilarang untuk mudah percaya begitu saja terhadap sebuah informasi yang datang dari seorang fasik. Allah juga mengingatkan agar tidak menyebarkan berita yang tidak jelas sumbernya tersebut seperti tertulis dalam Qāf: 18: Artinya: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 69 Sebagai contoh yang mencerminkan ayat diatas adalah sikap terbaik dari seorang mukmin, para sahabat yang dipelihara oleh Allah saat tersebarnya isu pemberontakanyang mencemarkan nama baik Aisyah. Mereka tetap berbaik sangka terhadap sesama Mu’min dan senantiasa berwaspada terhadap orang yang fasik. Ini juga berlaku terhadap musuh Allah yang jelas memang menginginkan perpecahan dan perselisihan di tubuh umat Islam. Dalam al-Nūr: 16 Artinya: “Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.” 70 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN Lampiran POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN 71 72 POKOK BAHASAN 2: ISLAM DAN PERDAMAIAN POKOK BAHASAN 3 ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL POKOK BAHASAN 3 ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL Islam dan solidaritas sosial adalah istilah baru yang dipakai oleh kelompok pemaham Islam moderat untuk mengeksplorasi nilai Islam agar lebih dekat dan berperan dalam penyelesaian isu-isu sosial. Emile Durkheim dalam bukunya TheDivision of Labour in Societymenyebutkan dua istilah tentang solidaritas, yaitu solidaritas mekanik1 dan solidaritas organik.2 Sejak saat itu, istilah solidaritas sosial mulai populer. Solidaritas sosial menurut Emile Durkheim adalah kohesi sosial (daya tarik-menarik) antara individu-individu yang saling bergantung yang menghasilkan interaksi sosial lain yang lebih kompleks. Di dalam Islam, solidaritas sepadan dengan konsep al-taʿāwun. Di dalam al-taʿāwun terdapat konsep al-ukhuwwah atau prinsip-prinsip persaudaraan. Prinsip persaudaraan bisa beroperasi di dalam ikatan komunal Muslim saja (al-ukhuwwah al-Islāmiyyah), di dalam kemanusiaan universal (al-ukhuwwah al-insāniyyah), di dalam semua penciptaan (al-ukhuwwah alʿubūdiyyah) atau di dalam berbangsa dan bernegara (al-ukhuwwah al-waṭaniyyah). SESI 1 TA’AWUN Tujuan 1. Peserta mampu menemukan kontekstualisasi konsep ta’awun dalam pelaksanaan hidup di tengah masyarakat, organisasi dan institusi yang ada. 2. Peserta diharapkan memahami dan mengaplikasikan fungsionalisasi zakat, infaq, dan sedekah dalam kehidupan masyarakat. 3. Peserta diharapkan memahami dan mengaplikasikan kemandirian dan kesalehan sosial dalam kehidupan masyarakat. Materi Metode 4. Peserta diharapkan memiliki keterampilan untuk menyampaikan dakwah tentang Islam dan solidaritas sosial. 1.Ta’awun. 2. Fungsionalisasi zakat, infak dan sedekah. 3. Kemandirian dan kesalehan sosial. -Presentasi - Studi kasus -Diskusi - Simulasi ceramah 1Solidaritas mekanik adalah masyarakat/suatu kelompok sosial yang didasarkan pada kesadaran kolektif, kebersamaan, dan hukum yang berlaku bersifat menekan. 2 Solidaritas organik adalah masyarakat/suatu kelompok social yang didasarkan pada saling ketergantungan antar anggota dan spesialisasi pembagian kerja dengan hukum yang berlaku bersifat restitutive/memulihkan. POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 75 Alat dan Bahan -LCD projector dan laptop. - File film. - Kertas/kartu metapan. Waktu Proses - Kertas plano flip-chart, papan tulis, spidol. 180 Menit’ (4 sesi @ 45 Menit’) 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit). Fasilitator menjelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran serta membagi peserta menjadi 4 kelompok. 2. Setiap kelompok mendiskusikan tentang studi kasus yang ada di masyarakat (30 menit). 3. Setiap kelompok menggali pesan dalam kasus yang didiskusikan menyangkut prinsip solidaritas sosial, menuliskannya dalam kertas plano. 4. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi secara pleno bergilir. 5.Fasilitator memandu pleno, mengelaborasi dan menyelaraskan pemahaman antar kelompok melalui prinsip belajar bersama. Fasilitator menutup sesi (5 menit). Fasilitator menutup sesi dengan membacakan hasil diskusi. 76 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL LEMBAR INFORMASI KUNCI Solidaritas berbeda dengan karitas3. Solidaritas adalah penguatan mandiri secara horisontal sedangkan karitas terjadi secara vertikal melalui relasi ketergantungan. Kekuatan solidaritas merata di semua kapasitas yang dimiliki oleh individu dan komunitas. Komunitas yang kuat adalah komunitas yang berhasil bertahan dari kerentanan melalui inisiatif masif dengan cara bersatu dan bekerjasama. Persatuan dan kerjasama adalah istilah pertama yang bisa dihasilkan dari solidaritas. Islam adalah agama yang merupakan rahmat bagi alam semesta, Islam raḥmatan li al-‘ālamīn. Konsep al-‘ālamīn atau alam semesta mengandung makna kesatuan yang utuh. Kesatuan ini bisa juga berarti kesamaan di hadapan hukum alam. Bahwa alam semesta adalah satu penciptaan yang utuh. Sebelum dikenal istilah perbedaan, spesialisasi dan keunikan, semua penciptaan ada dalam ikatan bersama. Taʿāwun Berikut ini adalah prinsip-prinsip Islam yang berkaitan dengan tolong menolong: Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. 3 Pengertian karitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah uang atau barang yang disumbangkan untuk menolong orang miskin atau orang yang tertimpa bencana. Karitas juga merujuk pada organisasi kemanusiaan yang mengumpulkan uang untuk keperluan kemanusiaan (Lihat http://kbbi.web.id/karitas) POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 77 Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Yaḥyā bin Yaḥyā al-Tamīmī dan Abū Bakr bin Abū Shaybah dan Muhammad bin Al ‘Ala Al Hamdani -dan lafadh ini milik Yahya- dia berkata: telah mengabarkan kepada kami, dan berkata yang lainnya, telah menceritakan kepada kami Abū Muʿāwiyah dari alAʿmasī dari Abū Ṣāliḥ dari Abū Hurayrah dia berkata: Rasulullah telah bersabda: “Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim.” (H.R. Muslim). Solidaritas dan Anti Kekerasan Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Ali ʿImrān: 159) Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq berkata, telah memberitakan kepada kami Maʿmar dari Jābir al-Juʿfī dari ʿIkrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah bersabda: “Tidak boleh berbuat madlarat (kepada diri sendiri) dan hal yang menimbulkan kesulitan (kepada orang lain).” (H.R. Ibn Mājah). 78 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL Artinya: “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”(Fussilāt: 34) Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (al-Hujurāt: 10) Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nushūz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir, Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nushūz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Nisā’: 128) Artinya: “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (al-Mumtahanah: 8) POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 79 Artinya: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah telah menceritakan kepadaku ayahku. Telah menceritakan kepada kami Yaḥyā bin Ghaylān telah menceritakan kepada kami Rishdin dari Zabbān dari Sahal dari ayahnya dari Muʿādh, ia bertanya kepada Nabi tentang keimanan yang paling utama, beliau menjawab: “Engkau mencintai karena Allah, menggunakan lidahmu untuk menyebut Allah.” Muʿādh bin Jabal bertanya: Apa lagi wahai Rasulullah? Beliau bersabda; “Engkau mencintai untuk orang seperti yang kau cintai untuk dirimu sendiri, membenci untuk mereka seperti kau benci untuk dirimu sendiri.” (H.R. Aḥmad) Solidaritas dan Anti Korupsi Suap gratifikasi (suḥt) atau menyembunyikan sesuatu yang bukan haknya (al-ghul). 1. Rishwah; Larangan menyuap Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ibnu Abū Dhiʿb dari al-Ḥārith bin ʿAbd al-Rahmān dari Abū Salamah dari Abd l-lāh bin ‘Amru ia berkata, “Rasulullah melaknat orang yang memberi uang sogokan dan orang yang menerimanya.”(H.R. Abū Dawd). Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Musa Muhammad bin Al Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al ‘Aqadi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari bibinya Al Harits bin Abdurrahman dari Abu Salamah dari Abdullah bin Umar ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknati penyuap dan yang disuap. Abu Isa berkata; Hadis ini hasan shahih.”(H.R. al-Tirmidhī). 80 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL Artinya: Telah menceritakan kepada kami ʿAffān telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah berkata; telah menceritakan kepada kami Umar bin Abu Salamah dari bapaknya dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah melaknat orang yang menyuap dan yang disuap dalam hukum.”(H.R. Aḥmad). 2. Al-suht, larangan gratifikasi atau memberi sesutu agar memperoleh sesuatu di luar haknya Artinya: “Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. (al-Māʿidah: 62). Artinya: “Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 81 mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram?. Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.”(al-Māʿidah: 63) 3. Al-ghul, larangan menyembunyikan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang bukan haknya. Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (al-Isrā’: 29). 82 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL LEMBAR KERJA Tugas diskusi dalam Kelompok A. Kelompok 1 dan 2 membaca studi kasus 1. Kemudian jawablah pertanyaan berikut ini: 1. Apa permasalahan sosial yang terkandung dalam studi kasus 1? 2. Mengapa permasalahan tersebut bisa terjadi? 3. Bagaimana seharusnya tindakan dan sikap umat Islam untuk mencegah terjadinya pengulangan fenomena peristiwa tersebut dimasa mendatang? 4. Bagaimana relevansi Ta’awun dengan pencegahan terjadinya kasus serupa di masa mendatang? B. Kelompok 2 dan 3 membaca studi kasus 2. Kemudian jawablah pertanyaan berikut ini: 1. Apa pesan moral dari studi kasus 2 ? 2. Mengapa permasalahan tersebut terjadi? 3. Apa yang bisa dilakukan umat Islam untuk mencegah terjadinya kasus pada studi kasus 2? 4. Bagaimana relevansi dari Ta’awun menurut Islam dengan upaya mengatasi permasalahan dalam kasus 2? POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 83 Lampiran Alternatif Proses 1 Studi Kasus 1 Reporter: • Lenasari Aristianti • Johan Taruna • Iwan Kurniawan Juru Kamera: • Warsam Aji Sukmana • Medi Kuswadi Indosiar.com, Depok - Anda tentu sudah tidak asing lagi mendengar nama Sumanti. Ya, nama yang diberikan pada seorang wanita tanpa identitas. Sumanti jadi terkenal karena ia diduga telah memanggang dan memakan bayi yang baru saja dilahirkan. Rumah kosong yang terletak di Jalan Akses UI Cimanggis, Depok, Jawa Barat ini sekarang menyedot perhatian banyak orang. Karena disinilah beberapa waktu lalu seorang perempuan yang dikenal warga setempat gila, diduga membunuh dan memanggang bayi yang baru ia lahirkan. Bahkan kemungkinan besar, ia pun memakannya. Terbongkarnya peristiwa pembunuhan itu berawal dari rasa penasaran sejumlah warga yang lama tidak melihat perempuan tunas wisma yang mereka ketahui tengah hamil itu. Tahu-tahu ketika sang perempuan tersebut muncul, perut hamilnya sudah tak terlihat lagi. Bahkan ada noda darah di kaki perempuan tersebut. Merasa curiga, polisi dari Polsek Cimanggis pun segera dipanggil. Betapa terkejutnya ketika mereka melihat apa yang ada dalam rumah kosong tempat korban biasa bermalam. Awalnya pun mereka tidak bisa melihat apa yang terjadi. Karena ruangan tempat sang ibu tidur gelap gulita. Polisi dan warga kemudian menjebol dinding menggunakan martil. Ibu muda itu akhirnya harus dibius ketika akan ditangkap karena ia sempat melawan. Hingga ia dibawa tak ada identitas jelas siapa sesungguhnya perempuan itu. Warga sekitar sering melihat perempuan yang diduga gila itu mondar mandir disekitar kawasan tersebut. Beberapa warga yang merasa kasihan bahkan pernah memberikan baju dan uang kepadanya. Tapi karena sering telanjang, warga akhirnya mengusir wanita tersebut, namun toh ia balik lagi. Kini perempuan itu dirawat di Rumah Sakit Jiwa Dokter Haji Marzoeki Mahdi Bogor untuk 84 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL pemeriksaan lebih lanjut. Untuk mengungkap kematian bayi yang pernah ia kandung. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan pelaku memang terganggu kewarasannya. Ada kecenderungan berhalusinasi. Apakah itu termasuk perilaku tak berprikemanusiaan yang diduga dilakukan olehnya. Rumah Sakit Jiwa Dokter Haji Marzoeki Mahdi Bogor Jawa Barat ketempat inilah perempuan yang diduga memakan bayinya itu dibawa. Karena identitasnya masih belum diketahui, ia pun diberi nama oleh pihak rumah sakit. Hal ini untuk mencegah data medisnya tertukar dengan pasien lain. Sumanti, demikianlah nama yang diberikan. Diambil dari tokoh kanibal asal Purbalingga yang menonjol di tanah air yakni Sumanto. Setelah beberapa hari dirawat, kondisi Sumanti yang baru melahirkan itu kian membaik. Ia sudah mampu makan dan berinteraksi dengan lingkungannya. Setelah diperiksa secara mental tim dokter di rumah sakit jiwa ini sementara menyimpulkan Sumanti menderita sakit jiwa yang biasa dialami gelandangan. Banyak hal memang yang bisa jadi latar belakang penyebab kegilaan Sumanti yang kini masih diperiksa dokter yang menanganinya. Sementara itu kehamilan yang dialami Sumanti menurut sang dokter lazim dialami para perempuan yang mengelandang dan gila seperti Sumanti. Namun demikian, sikap Sumanti tidak agresif. Kesendirian yang dialami Sumanti ini adalah hal lumrah bagi para gelandangan yang sakit jiwa. Tapi bukan berarti putus pula harapan sembuh untuk mereka termasuk Sumanti. Apa yang terjadi pada Sumanti dan bayi yang dikandungnya, bukan tak mungkin berulang pada perempuan lain yang terganggu kewarasannya dan mengelandang di jalanan. Sangat mungkin terjadi kembali bila tak ada yang peduli dengan nasib malang si penderita halusinasi pendengaran seperti Sumanti. Usman yang membuka rumah makan disekitar lokasi kejadian ingat benar saat itu. Hari Selasa pagi sekitar jam setengah 8. Karena kondisi perutnya sudah tak lagi membuncit, Usman dan beberapa warga kemudian mengikuti Sumanti. Bahkan karena iba, Sumanti sempat mereka bersihkan. Kami pun menemui Harnowo di rumahnya. Harnowolah yang tanpa segan mengangkat Sumanti dari ruangan rumah kosong itu ke ruang lain, sehingga warga dapat mencari sang bayi. Terungkapnya kisah Sumanti ini memang bisa dibilang berkat kepedulian warga. Merekalah yang berinisiatif mencari tahu apa yang terjadi. Awalnya tidak ada yang menyangka soal terpanggangnya sang bayi. Bau anyir bahkan masih tercium saat Kami disana. Padahal sudah beberapa hari berlalu. Peristiwa ini pun pastilah sulit dilupakan warga sekitar. Ibu Sukirno misalnya, masih ingat saat warga berusaha mencari bayi yang diduga sudah dilahirkan Sumanti. Walaupun aroma di tempat itu sangat busuk, mereka tetap mencari. Hingga akhirnya terlihatlah hal yang mengejutkan itu. Sang bayi sudah tak utuh lagi. Sumanti pun marahmarah ketika mereka mencoba mengambil sisa-sisa tubuh bayi malang tersebut. POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 85 Dokter yang kemudian datang pun lalu membius Sumanti agar tak melawan saat dibawa. Umumnya warga merasa kasihan dengan Sumanti. Walaupun Sumanti sering marah kalau ditegur, tapi mereka paham benar kalau Sumanti tidak waras. Selama ini kehadirannya tidak membahayakan. Karena itu mereka tidak mengira walaupun ini baru sebatas dugaan Sumanti mampu berbuat seperti itu. Kasus Sumanti sebetulnya bisa dicegah bila sedari awal ia tak dibiarkan berjalan mengelandang terutama dalam kondisi fisik dan mental seperti ini. Inilah saatnya warga dan instansi terkait aktif dalam menangani masalah sosial seperti ini. Jangan sampai ada lagi kasus seperti ini. (Suprie) Sumber : http://www.indosiar.com/ragam/sumanti-siapa-dirimu_56739.htm Studi Kasus 2 Tebus Ijazah Anak Rp17 Juta, Ayah Nekat Jual Ginjal VIVAnews - Meski bercucuran keringat, Sugiyanto (45) tetap semangat melakukan orasi di bawah terik matahari kawasan Bundaran HI, Jakarta, Rabu 26 Juni 2013. Ditemani oleh anaknya, Sarah Melanda Ayu (19), Sugiyanto membawa poster bertuliskan bersedia menjual ginjal demi memperjuangkan nasib anaknya itu. Sugiyanto nekat menjual organ tubuhnya untuk menebus ijazah anaknya yang ditahan oleh pondok pesantren tempat anaknya menimba ilmu. Ijazah tersebut ditahan oleh pihak sekolah yakni Ponpes Al-Ashiriyyah Nurul Iman, di Desa Waru Jaya, Parung, Bogor. “Anak saya selama 7 tahun mendapat pendidikan di sana. Tahun lalu lulus SMA, sempat kuliah di sana beberapa bulan. Namun karena ada masalah di ponpes itu, anak saya keluar,” ujarnya. Sugiyanto menambahkan, putrinya masuk ke ponpes sejak tahun 2005 dan lulus pada tahun 2012. Dia diminta uang untuk menebus ijazah SMP dan SMA anaknya selama bersekolah di sana. Awalnya Sugiyanto dijanjikan bahwa ijazah tersebut gratis, namun ketika pemimpin ponpes meninggal dan digantikan oleh yang baru, dia diminta biaya tebusan, yakni Rp7 Juta untuk jjazah SMP dan Rp10 Juta untuk ijazah SMA. Sugiyanto yang hanya berprofesi sebagai penjahit mengaku bingung diminta uang sebesar Rp17 Juta. “saya mohon ke pondok dengan mengajukan surat miskin namun ditolak,” kata warga Tegal Alur, Jakarta Barat. Dia juga sempat mendatangi Komnas HAM, Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementrian Agama. Namun nasib ijazah anaknya masih tidak jelas. “Saya sudah usaha ke sana kemari tapi tetap tidak ada kejelasan,” lanjutnya. Karena masih tidak ada jalan keluar, akhirnya Sugiyanto berniat menjual ginjalnya. Dia mengaku bersyukur jika ada orang yang mau memberikan bantuan kepada dirinya. Namun Sugiyanto juga siap jika memang harus kehilangan organ tubuhnya. 86 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL “Kalau bukan karena ijazah anak saya, ditawar Rp1 miliar pun tidak mau saya jual. Kalau memang diperlukan dan ada yang mau saya mau, demi anak saya, jantung pun saya jual. Mati pun tidak apa-apa,” kata dia. (sj) Sumber: http://metro.news.viva.co.id/news/read/423879-tebus-ijazah-anak-rp17juta--ayah-nekat-jual-ginjal. POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 87 SESI 2 ISLAM DAN KESALEHAN SOSIAL Tujuan Materi Metode Alat dan Bahan Waktu Proses Setelah menyelesaikan modul ini peserta diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan dakwah tentang kemandirian dan kesalehan sosial. - Kemandirian dan kesalehan sosial dalam persfektif Islam - Manfaat kemandirian dan kesalehan sosial dalam bermasyarakat - Kiat-kiat membangun kemandirian dan kesalehan sosial -Presentase - Simulasi ceramah - LCD Projector -Laptop - Kertas plano flip-chart dan spidol 90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’) 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit) Menjelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini. 2. Fasilitator meminta peserta membaca lembar informasi kunci pokok bahasan 3 sesi 2 selama 15 menit. 3. Kemudian fasilitator meminta 3 orang peserta untuk mempraktekan berceramah tentang topik Islam dan Kesalehan Sosial . Fasilitator mengingatkan peserta agar dalam ceramahnya memasukan prinsip Democratic Governance yang relevan (misalnya prinsip kesetaraan dan keadilan). Masing-masing selama 7 menit. Minimal 1 dari 3 peserta yang diminta berceramah adalah perempuan. 4. Setelah peserta melakukan simulasi praktek ceramah fasilitator mengundang peserta lain untuk memberikan masukan terhadap peserta yang melakukan praktek berceramah. Fasilitator kembali mengingatkan peserta dan menggali dari peserta hubungan kesalehan sosial dengan Democratic Governance. Masukan yang diharapkan disampaikan seputar retorika dakwah dan substansi. 88 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL LEMBAR INFORMASI KUNCI Islam sebagai way of lifeatau jalan hidup, bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kepentingan umum. Umat Islam sejatinya memiliki kesalehan pribadi dan kesalehan sosial. Keduanya harus bersinerji dalam membentuk kehidupan yang religius dan humanis. Dalam realitas, kerapkali kesalehan personal lebih dominan daripada kesalehan sosial. Akibatnya, ritualitas berjalan semarak di satu sisi, namun di sisi lain terdapat berbagai ketimpangan sosial. Fenomena sosial seperti: kemiskinan, keterbelakangan pendidikan, dan lingkungan yang tidak tertib merupakan indikator minimnya kesalehan sosial. Lemahnya kemandirian juga merupakan salah satu faktor munculnya kesenjangan sosial.Untuk itu diperlukan usaha terusmenerus untuk membangun kemandirian dan membentuk kesalehan sosial demi terwujudnya kehidupan yang seimbang. 1. Kemandirian Kemandirian adalah keadaan di mana seseorang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Tapi, pada dasarnya tidak ada manusia yang mampu hidup berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak lepas dari kehidupan bermasyarakat, mereka saling berhubungan, saling memberi dan menerima sehingga meskipun ukurannya sedikit tetap saja memerlukan bantuan orang lain. Dalam perjalanan hidup manusia, apa yang dimakan bukan hasil tanamannya sendiri, pakaian yang dikenakan juga bukan dari kapas tanamannya sendiri, bukan memintal dan menjahit sendiri. Ketika sakit juga memerlukan bantuan orang lain, terlebih ketika meninggal dunia juga tidak mampu masuk kuburan sendiri. Dalam bermasyarakat kemandirian dapat diartikan sebagai kemampuan diri seseorang untuk mengahasilkan “sesuatu” sebagai imbalan atau nilai tukar terhadap apa yang dibutuhkan, yang dikonsumsi, dimiliki dan dinikmati. Mereka yang memiliki penghasilan sendiri untuk mencukupi keperluan hidupnya dapat dipandang sebagai orang–orang yang telah mandiri. 2. Kesalehan sosial Allah memiliki sifat “Qiyāmuhu bi nafsihi” artinya berdiri sendiri, kemandirian Tuhan mutlak dan tidak dipengaruhi apalagi tergantung oleh hal-hal diluar diri-Nya. Allah mustahil atau tidak mungkin mengambil manfaat dari semua bentuk dan hasil peribadatan manusia kepada-Nya. Bahkan Tuhan juga mustahil mengambil manfaat dari keislaman dan peribadatan manusia dalam arti yang seluas-luasnya. Dengan demikian muncul pertanyaan serius, siapakah yang seharusnya mendapatkan manfaat dari peribadatan manusia? atau siapa yang akan mendapat manfaat dan kebaikan dari buah keimanan manusia? Buah dari keimanan manusia seharusnya dipetik atau dipersembahkan kepada sesama manusia secara pribadi, keluarga atau masyarakatnya. Bahkan karena manusia POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 89 beriman harus menjalin persaudaraan antar makhluk maka keimanannya kepada Tuhan baru punya arti apabila buahnya sudah bisa dinikmati oleh alam seisinya. Dengan demikian bentuk ibadah yang mengandaikan Tuhan mempunyai kepentingan mengambil manfaat dari ibadah kita, sepertinya harus dibenahi dan masuk kategori melecehkan Tuhan. Ini bertentangan dengan sifat Qiyāmuhu bi nafsihi. Rasulullah ersabda: “Sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikan manfaat kepada sesama/orang lain.” (Hadis) Fazlur Rahman seorang intelektual Muslim pernah menyatakan, seandainya Nabi Muhammad seorang mistikus tentu beliau tidak akan kembali lagi ke bumi pada peristiwa Isrā’ Miʿrāj karena pada saat itu beliau bertemu langsung dengan Allah. Dan pertemuan dengan Allah itulah puncak spiritualitas dalam Islam. Allah berfirman: Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” Peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan peristiwa yang sangat monumental bagi kehidupan umat Islam. Sebagaimana kita ketahui perintah shalat 5 waktu di perintahkan kepada umat Islam pada peristiwa ini. Shalat merupakan satu aktivitas sebagai wujud keimanan pada Allah. Maka dikatakan bahwa shalat adalah tiang agama, barang siapa menegakkan solat maka dia menegakkan agama dan barang siapa tidak menegakkannya berarti merubuhkan agama. Tidak hanya itu shalat merupakan satu ibadah yang pertama kali akan dihisab di akhirat kelak. Jika shalat kita baik maka amal ibadah yang lain juga akan baik. Maka dari sini kita bisa menarik satu kesimpulan bahwa kualitas kesalehan pribadi seorang muslim bisa diukur dari sejauh mana kualitas shalatnya. Sehingga demikian penting bagi kita untuk selalu menjaga dan memperbaharui agar shalat kita semakin baik dan semakin khusuk. Shalat yang baik secara umum bisa kita nilai dari banyak aspek antara lain memenuhi syarat dan rukun shalat, dikerjakan dengan penuh keikhlasan dan istiqamah. Dari aspek kualitatif Nabi, menyatakan dalam Hadis yang cukup panjang yang intinya dalam beribadah kita harus bersikap ihsān (kesatuan ibadah dan penghayatan), yaitu sikap dalam beribadah seolah-olah kita melihat Allah dan kalau tidak bisa seperti itu maka kita yakin bahwa Allah melihat kita. Jika tahapan seperti ini sudah bisa kita lalui maka bisa dikatakan secara pribadi kita sudah memiliki kualifikasi kesalehan. Islam adalah agama yang ditujukan untuk memberikan rahmat bagi semesta alam. Tentunya kesalehan yang bersifat pribadi seperti di atas belum cukup. Maka ada kualifikasi lain dari 90 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL aktivitas shalat yang baik yaitu shalat yang berimbas pada kemampuan mushalli (pelaku shalat) dapat mencegah perbuatan keji dan munkar (al-Ankabūt: 45). Shalat melatih manusia untuk selalu merasa dalam pengawasan Allah (muroqobah) sehingga dalam kehidupan sehari-hari juga akan merasa diawasi oleh Allah sehingga akan takut untuk melakukan perbuatan kejahatan. Shalat menjadikan manusia merasa bahwa Allah selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada ketakutan selain ketakutan pada Allah, merasa kuat karena merasa Allah melindungi kita. Bahkan Allah sendiri mengecam orang yang melakukan shalat tetapi lupa akan hakekat shalat itu sendiri. “Celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang yang lalai dalam shalatnya dan mereka yang riya (dalam shalatnya) dan enggan menolong dengan barang berguna” (alMāun:5-7). Maka dengan demikian semakin baik shalat seseorang semakin baik pula amal sosialnya, semakin peka terhadap persoalan-persoalan dalam masyarakat. Dengan demikian terdapat keseimbangan antara kesalehan pribadi dan kesalehan sosialnya. Islam bukanlah agama mistik tetapi agama yang juga menekankan kerja sosial untuk rahmat dan kesejahteraan alam semesta. Masyarakat yang memiliki kesalehan sosial memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Masyarakat yang memiliki kesalehan sosial yang tinggi akan mengedepankan etika beragama dan keberagamaan. b. Masyarakat yang memiliki kesalehan sosial itu adalah mereka yang konsistenmenegakkan hukum dan hukum menjadi aturan main. c.Memiliki kepedulian sosial yang salah satu perwujudannya ditandai dengan kesanggupanberbagi terhadap golongan yang lemah.Memiliki sikap toleran sebagai salah satu perwujudan dari keimanan terhadap adanya pengikut kitab−kitab suci selain kitab sucinya sendiri. d. Masyarakat yang memiliki dimensi kesalehan sosial itu adalah mereka yang berorientasike depan, sehingga akan selalu mementingkan “kerja keras” untuk membangun hari esok yang lebih baik. Dalam Islam, ibadah-ibadah ritual selalu memiliki pesan-pesan moral yang harus diimplementasikan dalam praktek kehidupan. Puasa melahirkan kepekaan sosial. Pada saat berpuasa, kita merasakan lapar dan dahaga. Sadarkah kita bahwa lapar dan dahaga yang dirasakan itu adalah penderiataan yang sering dialami oleh orang-orang miskin. Karenanya, orang yang telah melaksanakan puasa akan memiliki kepekaan sosial yang tinggi.Kepada orang yang kikir, Allah SWT. telah memberikan peringatan dalam surah al-Humazah: 1-4, Artinya: ”Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitunghitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Ḥuṭamah.” POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 91 Ibadah qurban juga diharapkan dapat melahirkan kesalehan sosial. Setelah Nabi Ibrahim menyembelih binatang sebagai pengganti anaknya, dagingnya dibagi-bagikan kepada fakir miskin. Tindakan ini mengandung makna pemerataan. Pemerataan ini sangat kita butuhkan untuk mengobati ‘luka-luka sosial’ berupa kesenjangan ekonomi yang dapat menjadi faktor pendorong munculnya berbagai konflik sosial. Dewasa ini kesenjangan ekonomi masih tampak dalam kehidupan kita. Ada orang kaya mengeluarkan uang mengeluarkan uang Rp. 100.000,- per hari hanya untuk membeli makanan anjing sebagai penjaga rumahnya, sementara ada orang miskin yang pendapatannya tidak sampai Rp. 100.000,- perhari. Kalau kesenjangan sosial ini kita biarkan, maka yang kaya akan semakin kaya, yang miskin akan semakin miskin. Jangan heran kalau ada orang sakit perut karena kelaparan, sementara ada orang sakit perut karena kekenyangan. Membagi-bagikan daging qurban kepada fakir miskin merupakan wujud kepedulian terhadap sesama. Kepedulian seperti inilah yang dapat dijadikan sebagai pondasi untuk membangun persaudaraan antara si miskin dan si kaya. 92 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL Lampiran POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 93 SESI 3 FUNGSIONALISASI ZAKAT, INFAK, DAN SEDEKAH Tujuan Materi Setelah menyelesaikan modul ini peserta diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan dakwah tentang fungsionalisasi zakat, infak, dan sedekah. - Defenisi zakat, infak, dan sedekah - Hukum zakat, infak, dan sedekah Metode Alat dan Bahan Waktu Proses - Fadhilah zakat, infak, dan sedekah - Fungsionalisasi zakat, infak, dan sedekah - Curhat pendapat -Diskusi - LCD dan Laptop - Kartu/kertas metapan - Kertas plano flip-chart, papan tulis dan spidol 90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’) 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (15 menit) Menjelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini. 2. Curah pendapat (60 menit) Bagikan 4 lembar kertas metaplan yang berbeda warna kepada setiap peserta. Selanjutnya lakukan curah gagasan tentang Fungsionalisasi zakat, infaq dan sedekah Tahap 1. Pada lembar kertas pertama, minta setiap peserta untuk menuliskan satu kalimat tentang fakta atau informasi yang mereka ketahui atau mereka dengar tentang Zakat, infaq dan sedekah. Lalu kumpulkan dan tempelkan pada papan tulis. Mintalah penjelasan atau klarifikasi jika ada pernyataan yang tidak jelas. Kelompokkan pernyataan-pernyataan yang relatif sama. Tahap 2. Mintalah peserta mencermati semua fakta dan informasi yang sudah dikumpulkan. Kemudian pada lembar kertas kedua, mintalah setiap peserta menuliskan satu kalimat tentang bagaimana perasaan (emosi) setiap peserta terhadap fakta-fakta atau informasi tersebut. Lalu kumpulkan dan tempelkan pada papan tulis. Mintalah penjelasan atau klarifikasi jika ada pernyataan yang tidak jelas. Kelompokkan pernyataan-pernyataan emosi yang relatif sama. Kemudian simpulkan bersama-sama bagaimana pola umum perasaan peserta. 94 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL Proses Tahap 3.Setelah mereka mengetahui fakta, perasaan mereka terkait dengan zakat, infaq dan sedekah, pada lembar kertas ketiga, mintalah peserta menuliskan bagaimana penilaian mereka terhadap pelaksanaan fungsionalisasi zakat,infaq dan sedekah di Indonesia. Kumpulkan dan tempelkan jawaban peserta pada papan tulis. Mintalah penjelasan atau klarifikasi jika ada jawaban yang tidak jelas. Kelompokkan jawaban-jawaban yang relatif sama. Selanjutnya ambillah kesimpulan bersama tentang pola umum penilaian peserta terhadap pelaksanaan fungsionalisasi zakat,infaq dan sedekah. Tahap 4. Setelah peserta mengetahui, merasakan, dan menilai arti penting fungsionalisasi zakat,infaq dan sedekah. Selanjutnya pada lembar kertas keempat, mintalah peserta menuliskan satu gagasan mereka tentang apa yang perlu dilakukan ke depan terkait zakat, infaq, sedekah. Kumpulkan dan tempelkan jawaban peserta pada papan tulis. Mintalah penjelasan atau klarifikasi jika ada jawaban yang tidak jelas. Kelompokkan jawaban-jawaban yang relatif sama. Setelah peserta mengikuti seluruh tahapan curah gagasan, ajaklah mereka untuk membuat beberapa pernyataan bersama tentang sikap dan hal yang harus dilakukan ke depan terkait dengan zakat,infaq dan sedekah yang sesuai dengan syariat islam. Tulislah pernyataan tersebut dalam kertas plano dan tempelkan di dinding ruangan selama pelatihan berlangsung. 3. Fasilitator menutup sesi (15 menit) Fasilitator menutup sesi dengan membacakan kembali beberapa rumusan hasil diskusi dan memberikan apresiasi atas partisipasi aktif para peserta. POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 95 LEMBAR INFORMASI KUNCI Zakat adalah salah satu rukun Islam dan merupakan kewajiban umat Islam dalam rangka pelaksanaan dua kalimat syahadat. Selain zakat, Al-Qur’an juga memperkenalkan istilah shadaqah untuk perbuatan-perbuatan yang berkenaan dengan harta kekayaan yang dimiliki seseorang. Zakat, infaq dan shadaqah adalah salah satu topik yang menarik untuk dikaji dan di diskusikan. Jika dimaksimalkan perananya, zakat, infaq dan shadaqahbisa berkontribusi secara signifikan dalam pengentasan kemiskinan. Zakat, infaq dan shadaqah bisa diolah menjadi potensi ekonomi masyarakat. Menurut ilmu psikologi, zakat infaq dan shadaqah lebih pada penjalinan hubungan antar manusia dalam keluarga, hubungan pertetanggaan dan pembinaan masyarakat secara lebih luas. Oleh karena itu dalam agama ditetapkan tiga perioritas penerima zakat dan shadaqah, yaitu orang miskin, tetangga dekat dan kerabat.Dengan demikian zakat merupakan konsep dasar dari pembangunan kesejahteraan sosial yang harus dikembangkan secara cerdas, sejalan dengan tradisi masyarakat. Definisi zakat, infaq dan sedekah 1. Pengertian Zakat Zakat dalam syari’at Islam, diartikan sebagai harta yang wajib diberikan kepada orang-orang yang tertentu, dengan syarat-syarat yang tertentu pula.Sebagaiman firman Allah : “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukunlah beserta orang-orang yang ruku (al-Baqarah: 43). Jika ditinjau dari istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Kemudian menurut mazhab Shāfiʿī, zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan secara khusus. Sedangkan menurut mazhab Imam Hanbalī, zakat adalah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula, yaitu kelompok yang disyaratkan dalam Al-Qur›an. Zakat merupakan suatu ibadah yang penting. Kerap kali dalam Al-Qur›an menerangkan zakat beriringan dengan menerangkan sembahyang. Tuhan menyebutkan zakat beriringan dengan urusan shalat. Ini menunjukkan bahwa antara zakat dengan shalat mempunyai perhubungan yang erat sekali dalam hal keutamaannya. Sembahyang dipandang seutama-utama ibadah badaniah dan zakat dipandang seutama-utama ibadah Maaliyah. Zakat itu wajib untuk semua umat islam, sama dengan wajibnya sholat. Allah telah mewajibkan zakat atas hamba-hambanya. 2. Shadaqah Pengertian shadaqah secara bahasa berasal dari kata “shadaqa” yang artinya “benar”, tersurat dari kata ini bahwa yang bersedekah adalah orang yang benar imannya.Sedekah adalah pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama kepada orangorang miskin, setiap kesempatan terbuka yang tidak ditentukan baik jenis, jumlah maupun waktunya. 96 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL Adapun secara terminologi syariat,shadaqah adalah pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama kepada orang-orang miskin disetiap kesempatan terbuka dan tidak di tentukan baik jenis, jumlah maupun waktunya. Shadaqah tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material saja tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan hati orang lain termasuk kategori sedekah. Sedekah mempunyai cakupan yang sangat luas dan digunakan alQur’an untuk mencakup segala jenis sumbangan. Shadaqah berarti memberi derma, termasuk memberikan derma untuk mematuhi hukum dimana kata zakat digunakan didalam al-Qur’an dan sunah. Zakat telah disebut pula sedekah karena zakat merupakan sejenis derma yang diwajibkan, sedangkan sedekah adalah sukarela. Zakat dikumpulkan oleh pemerintah sebagai suatu pengutan wajib, sedangkan sedekah lainnya dibayarkan secara sukarela. Jumlah dan nisab zakat di tentukan, sedangkan jumlah sedekah yang lainya sepenuhnya tergantung keinginan yang menyumbang. 3. Infaq Infaq adalah pengeluaran sukarela yang di lakukan seseorang. Bisa setiap kali dia memperoleh rizki dan sebanyak yang dia kehendaki. Menurut bahasa, infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut islilah syari’at, infaq adalah mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan dalam Islam. Infaq berbeda dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum. Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun, misalnya: orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orong-orang yang sedang dalam perjalanan. Dalil naqli yang mendasadri infaq sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an (Ali-ʿImrān:4 ). Perbedaan antara zakat dan infaq adalah zakat hukumnya wajib sedangkan infaq hukumnya sunnah, zakat ditentukan nisab (hitungan)nya sedangkan infaq tidak memiliki batas, zakat ditentukan siapa saja yang berhak menerimanya sedangkan infaq boleh diberikan kepada siapa saja. Infaq ada yang wajib ada juga yang sunah. Infaq yang wajib diantaranya zakat, kafarat, nazar, dan lain-lain. Infaq yang sunah diantaranya, infaq kepada para fakir miskin, sesama muslim, infaq kepada korban bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain-lain. Terkait dengan infaq, Rasulullah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhārī dan Muslim, ada malaikat yang senantiasa berdoa setiap pagi dan sore: “Ya Allah berilah orang yang berinfaq, gantinya. Dan berkata yang lain: “Ya Allah yang menahan infaq, kehancuran”. Beberapa Hukum Zakat 1. Zakat itu diwajibkan atas muslim yang merdeka, tidak disyaratkan sampai umur dan berakal. 2. Zakat itu wajib pada permintaan sebagaiman wajib pada unta, sapi, kambing, dan pada tiaptiap tumbuh-tumbuhan dan zakat itu ditunaikan pada tiap-tiap pada tahun sekali. Islam telah memperhatikan soal zakat ini, waktunya kadarnya, nisabnya, orang yang wajib atasnya dan orang-orang yang berhak menerimanya. POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 97 Fadhilah Zakat, Infaq dan Shadaqah Zakat, infaq dan shadaqah memiliki keutamaan dan faedah yang sangat banyak, bahkan sebagian ulama telah menyebutkan lebih dari duapuluh faedah, diantaranya: 1. Ia bisa meredam kemurkaan Allah, Rasulullah, bersabda: “Sesunggunhnya sedekah secara sembunyi-sembunyi bisa memadamkan kemurkaan rabb.” (Ṣaḥīḥ al-Targhīb) 2. Menghapuskan kesalahan seorang hamba, beliau bersabda: “Dan sedekah bisa menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api.” (Ṣaḥīḥ al-Targhīb) 3. Orang yang bersedekah dengan ikhlas akan mendapatkan perlindungan dan naungan Arsy di hari kiamat. Rasulullah saw bersabda: “Tujuh kelompok yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya diantaranya yaitu: “Seseorang yang menyedekahkan hartanya dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.” (H.R. Muttafaq ʿAlayh) 4.Sebagai obat bagi berbagai macam penyakit baik penyakit jasmani maupun rohani. Rasulullah, bersabda: “Obatilah orang-orang yang sakit diantaramu dengan shadaqah.” (Ṣaḥīḥ al-Targhīb). Beliau juga bersabda kepada orang yang mengeluhkan tentang kekerasan hatinya: “Jika engkau ingin melunakkan hatimu maka berilah makan pada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (H.R. Aḥmad). 5. Sebagai penolak berbagai macam bencana dan musibah. 6.Orang yang berinfaq akan didoakan oleh malaikat setiap hari sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Tidaklah datang suatu hari kecuali akan turun dua malaikat yang salah satunya mengatakan, “Ya, Allah berilah orang-orang yang berinfaq itu balasan, dan yang lain mengatakan, “Ya, Allah berilah pada orang yang bakhil kebinasaan (hartanya).” (H.R. Muttafaq ʿAlayh). 7. Orang yang membayar zakat akan Allah berkahi hartanya, Rasulullah bersabda: “Tidaklah sedekah itu mengurangi harta.” (H.R. Muslim). 8. Allah akan melipatgandakan pahala orang yang ber shadaqah, (QS. Al-Baqarah: 245) 9. Shadaqah merupakan indikasi kebenaran iman seseorang, Rasulullah bersabda, “Sedekah merupakan bukti (keimanan).” (H.R.Muslim) 10.Sedekah merupakan pembersih harta dan mensucikannya dari kotoran, sebagaimana wasiat beliau kepada para pedagang, “Wahai para pedagang sesungguhnya jual beli ini dicampuri dengan perbuatan sia-sia dan sumpah oleh karena bersihkanlah ia dengan shadaqah.” (H.R. Aḥmad, Nasā’ī dan Ibnu Mājah juga disebutkan dalam Ṣaḥīḥ al-Jāmiʿ. Dari Abū Hurayrah, dia berkata : “Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda : “Siapa yg bersedekah dengan sebiji korma yang berasal dari usahanya yg halal lagi baik (Allah tdk menerima kecuali dari yg halal lagi baik), maka sesungguhnya Allah menerima sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya kemudian Allah menjaga & memeliharnya utk pemiliknya seperti seseorang di antara kalian yang menjaga & memelihara anak kudanya. Hingga sedekah tersebut menjadi sebesar gunung.” (Muttafaq ʿAlayh). 98 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL Dalil-dalil Al-Qur’an maupun as-sunnah sahihah yang menjelaskan tentang keutamaan zakat, infaq dan sedekah. Sebagaimana firman Allah: Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (al-Baqarah : 277 ). Juga firman-Nya: Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orangorang yang melipat gandakan (pahalanya)”. (al-Rūm : 39 ) . Artinya: “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (al-Baqarah: 274). POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 99 Dalam ayat lain Allah berfirman: Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (al-Tawbah: 103 ). Adapun hadis-hadis Nabi yang menjelaskan akan keutamaannya antara lain : Artinya: Dari Abu Hurayrah bahwa seorang Arab Badui mendatangi Nabi seraya berkata: “Wahai Rasulullah! beritahu aku suatu amalan, bila aku mengerjakannya, aku masuk surga?,” Beliau bersabda: “Beribadahlah kepada Allah dan jangan berbuat syirik kepada-Nya, dirikan shalat, bayarkan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadhan,” ia berkata, “Aku tidak akan menambah amalan selain di atas,” tatkala orang tersebut beranjak keluar, Nabi bersabda: “Siapa yang ingin melihat seorang lelaki dari penghuni surga maka lihatlah orang ini.”(Muttafaq ʿAlayh). Allah, adalah Dzat yang Maha Suci dan tidak akan menerima kecuali hal-hal yang suci dan baik, demikian juga shadaqah kecuali dari harta yang suci dan halal. Rasulullah bersabda: Artinya: “Dari Abu Hurayrah, ia berkata: “Rasulullah bersabda, “Siapa yang bersedekah dengan sebiji 100 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL korma yang berasal dari usahanya yang halal lagi baik (Allah tidak menerima kecuali dari yang halal lagi baik), maka sesungguhnya Allah menerima sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya kemudian Allah menjaga dan memeliharnya untuk pemiliknya seperti seseorang di antara kalian yang menjaga dan memelihara anak kudanya.” Fungsionalisasi Zakat, Infaq dan Shadaqah Seperti yang sudah dijelaskan pada awal pembahasan, pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah berpotensi untuk membantu ekonomi masyarakat. Tiga prioritas penerima zakat dan sedekah, yaitu orang miskin, tetangga dekat dan kerabat. Jika jumlah yang disedekahkan sedikit, maka utamakan untuk orang miskin yang masih ada hubungan kerabat dekat dan orang miskin yang menjadi tetangga dekat. Nabi bahkan menganjurkan agar jika di rumah memotong ayam (atau yang lain), perbanyak kuahnya agar bisa berbagi dengan tetangga. Nabi bahkan menekankan agar tidak malu memberi tetangga meski hanya ‘ceker ayam’. Ini merupakan tradisi saling memberi makanan antar tetangga, meski hanya makanan sederhana tapi sangat besar peranannya dalam mengeratkan hubungan sosial. Sebaliknya, pemberian bergengsi mungkin justru memberatkan kepada yang menerima karena ia dibebani perasaan harus membalas dengan pemberian yang gengsinya setara. Jadi zakat merupakan konsep dasar dari pembangunan kesejahteraan sosial yang harus dikembangkan secara cerdas, sejalan dengan tradisi masyarakat. Dalam ajaran Islam disebutkan bahwa zakatnya rumah adalah menjamu tamu. Ajaran ini bisa dikembangkan, misalnya: zakatnya mobil pribadi adalah pada sekali-sekali mengantarkan tetangga yang membutuhkan angkutan. Begitulah seterusnya sehingga pada setiap harta, disadari bahwa di dalamnya ada hak orang lain. Kemampuan memberi tidak mesti berhubungan dengan banyaknya kepemilikan. Ada orang yang hanya memiliki sedikit tetapi mampu memberi banyak, sementara ada orang yang banyak memiliki tetapi tidak mampu memberi walau sedikit. Kemampuan memberi berkaitan erat dengan cara berfikir. Ada orang memiliki kambing 99 ekor, ketika sedang menggembala berjumpa dengan seseorang yang sedang menggembalakan kambingnya satu ekor, itulah satusatunya kambing yang ia miliki. Dalam pikiran pemilik 99 ekor kambing, “tanggung amat kau, kambing hanya satu, saya punya 99”, maka yang ia pikirkan adalah bagaimana memindahkan yang satu ekor itu untuk menggenapkan kambingnya menjadi seratus. Seandainya ia berfikir untuk memberi maka akan ada rumus, biar kambingku genap, ini yang sembilan aku berikan padamu, aku punya 90 dan engkau punya 10. Hasan al-Banna (w. 1949), pendiri Ikhwan al-Muslimin Mesir pernah memberi tiga nasehat yang sangat baik. Katanya: (a) berfikirlah untuk memberi agar orang lain memperoleh faedahnya, (b) berfikirlah untuk selalu menanam agar orang lain bisa memetiknya, dan (c) bersusah payahlah untuk memberi kesempatan orang lain beristirahat.Nasehat ini sesungguhnya sangat mendalam, karena dibalik nasehat itu ada logika-logika yang bisa dijelaskan4: 1. Hendaknya semua orang dalam kapasitasnya masing-masing, sebagai pemimpin, anak buah, suami, isteri, orang tua, anak dan seterusnya berfikirlah untuk dapat memberi sesuai dengan posisinya, jangan hanya berfikir apa yang dapat saya peroleh. Bayangkan seandainya semua karyawan dalam suatu kantor selalu bertanya apa yang dapat saya ambil dari kantor ini, maka pasti tak lama kemudian kantor itu bangkrut. Begitupun negara kita akan bangkrut jika setiap aparat negara selalu berfikir apa yang dapat saya ambil dari negeri ini. 4 “Makna Shodaqoh dan Zakat”, oleh Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA. (http://mubarok-institute.blogspot.co.id/) POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 101 2. Hendaknya semua orang berfikir untuk menanam agar orang lain bisa memetiknya. Jika semua orang berfikir menanam untuk memetik sendiri, maka tidak ada orang tua yang mau menanam kelapa, karena tanaman kelapa biasanya baru bisa dipetik oleh generasi anaknya. Jika orang menanam hanya untuk dapat segera memetik buahnya maka orang lebih suka menanam bayam, tidak mau menanam pohon jati. Nasehat ini menjadi sangat mengena karena sesungguhnya semua yang kita petik (di pasar), seperti: buah-buahan, sayuran, dan beras adalah tanaman orang lain di tempat lain. Yang paling berbahaya adalah jika orang hanya berfikir memetik dan tidak mau menanam, seperti orang yang dengan rakus membabat hutan tanpa berusaha menanam kembali. Apa yang bisa ditanam? Pohon-pohonan, ilmu pengetahuan dan jasa. Orang bijak berkata, barang siapa menanam pasti memetik, man zaro`a hashada, meski yang dipetik mungkin tanaman orang lain, di tempat lain dan di kurun waktu yang lain. 3. Hendaknya semua orang memusatkan perhatian untuk bekerja keras untuk memberi kesempatan orang lain beristirahat. Kenapa? karena sesungguhnya orang bisa istirahat juga jika ada orang lain yang susah payah bekerja. 102 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL Lampiran POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL 103 104 POKOK BAHASAN 3: ISLAM DAN SOLIDARITAS SOSIAL POKOK BAHASAN 4 ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP POKOK BAHASAN 4 ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Islam mengajarkan kepada umatnya untuk memelihara kelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu wujud syukur terhadap nikmat Allah. Manusia sebagai khalifah Allah di bumi diberikan amanah tidak saja untuk memanfaatkan lingkungan hidup tetapi juga menjaganya. Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan dan melampaui batas. Apakah makna sebenarnya dari posisi manusia sebagai khalifah bumi Allah? Dan bagaimana hubungan antara manusia dan lingkungan hidup dalam perspektif Islam? Kedua pertanyaan tersebut akan dibahas dalam sesi 1 dan 2 Pokok bahasan 4 ini. SESI 1 MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI BUMI ALLAH SWT Tujuan 1. Peserta memahami tentang hakekat peran dan fungsi manusia sebagai khalifah di bumi. 2. Peserta diharapkan mampu menjelaskan kembali melalui dakwahnya tentang tugas dan fungsi manusia sebagai khalifah di bumi. 1. Tugas Manusia sebagai Makhluk Allah SWT Materi 2. Peran Manusia sebagai Khalifah Allah SWT di bumi Metode Alat dan bahan 3. Fungsi Khalifah di bumi Allah SWT - Curah Pendapat - Praktek ceramah - LCD Projector -Laptop - Kertas plano flip-chart dan spidol -Microphone -Podium Waktu - Pertanyaan kunci untuk curah pendapat - Lembar Informasi kunci 90 Menit’ (2 sesi @ 45 Menit’) POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP 107 Proses 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit) Jelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini. 2. Curah Pendapat (30 menit) a.Fasilitator dengan bantuan pertanyaan kunci mengajukan pertanyaan curah pendapat kepada peserta. (Pertanyaan kunci dapat dilihat setelah point bahan bacaan. b. Fasilitator/co-fasilitator mencatat jawaban peserta pada lembar plano flipcart. c.Fasilitator mengemukakan point-point penting hasil curah pendapat 3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca bahan bacaan dari pokok bahasan “Manusia sebagai Khalifah di Bumi” selama (10 menit) 4. Kemudian Fasilitator meminta satu orang peserta secara sukarela untuk melakukan praktek ceramah tentang Manusia sebagai khalifah di bumi. (15 Menit) 5. Fasilitator meminta peserta lainnya untuk memberikan tanggapan terhadap atau masukan terhadap rekannya yang melakukan praktek ceramah. (15 menit) 6. Terakhir fasilitator mengemukakan kembali point- point penting dari sesi baik dari sisi substansi maupun dalam teknik penyampaiannya kepada umat ketika memberikan ceramah. Setelah itu menutup sesi. (10 menit) 108 POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP LEMBAR INFORMASI KUNCI Tugas Manusia sebagai Makhluk Allah Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yaitu: jasmani dan rohani. Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur-unsur sari pati tanah. Sedangkan roh manusia merupakan substansi imateri, yang keberadaannya di alam baqadan merupakan rahasia Allah. Manusiamerupakan makhluk Allah yang diciptakan paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaaan-Nya yang lain. Allah mengamanahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi. Dalam kedudukannya sebagai khalifah di muka bumi, manusia bukan hanya menjadi pemimpin tetapi juga bertanggung jawab untuk memakmurkan bumi. Tugas ini diberikan kepada manusia sesungguhnya untuk kebaikan manusia itu sendiri, sebab hasilnya akan kembali kepada manusia. Manusia diciptakan oleh Allah agar menyembah kepadanya. Kata menyembah merupakan terjemahan dari lafal ʿabida-yaʿbudu-ʿibadatan. Beribadah berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus tunduk mengikuti kehendaknya, baik secara sukarela maupun terpaksa. Ada dua jenis ibadah, yaitu: 1.Ibadah mahḍah (murni) yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata caranya, dan syarat-syarat pelaksanaannya oleh dalil tekstual baik al-Qur’an maupun Hadis yang tidak boleh diubah, ditambah atau dikurangi. Misalnya shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. 2.Ibadah ʿāmmah (umum) yaitu pengabdian yang dilakukan oleh manusia yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan dalam konteks mencari keridhaan Allah. Salah satu contoh ibadah jenis ini adalah menjaga kelestarian lingkungan hidup. Jadi, tujuan hidup setiap insan adalah untuk mencari keridhaan Allah karena jiwa yang memperoleh keridhaan adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan batin. Sedangkan di akhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba Allah yang istimewa. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya, “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku.” (al-Fajr: 27-30) Peran Manusia sebagai Khalifah Allah di Bumi Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk-Nya untuk dijadikan pemimpin atau khalifah di muka bumi. Berikut firman Allah dalam surat al-Baqarah: 30 perihal keberadaan manusia sebagai khalifah di bumi: POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP 109 Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “ Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “ Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan namaMu.” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui.” Pengangkatan manusia sebagai khalifah di bumi Allah berarti manusia diciptakan untuk menjadi penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhan, hewan, air, sungai, gunung, laut, ikan, dan sebagainya dengan catatan harus memanfaatkannya untuk kemaslahatan dan tidak menimbulkan kerusakan di muka bumi. Oleh karenanya, manusia yang beriman kepada Allah harus menjalankan sunnatullah dengan menjalankan amanah yang diberikanNya. Hakekat sebagai khalifah di bumi Allah tidak semata-mata bermakna memiliki kekuasaan untuk memimpin dan memanfaatkan alam beserta isinya tetapi juga dituntut untuk memelihara, mengamankan, menyelamatkan dan melestarikannya. Manusia yang beriman dituntut untuk mengfungsikan imannya dengan meyakini bahwa pemeliharaan (penyelamatan dan pelestarian) lingkungan hidup adalah bagian dari tanggung jawabnya sebagai khalifah di bumi, sebagaimana firman Allah: Artinya: “Sesungguhnya kami telah menempatkan kamu di muka bumi dan Kami jadikan bagi kalian di dalamnya (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah (diantara) kamu yang bersyukur.”(al–Aʿrāf:10). Fungsi Manusia sebagai Khalifah Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi memiliki dua fungsi, yaitu: 1. Memakmurkan bumi (al-‘imārah), maksudnya manusia sebagai khalifah bumi memiliki kewajiban untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk sebesar-besarnya kemakmuran manusia. Pemanfaatan itu harus dilakukan secara adil dan merata, namun juga harus tetap menjaga kekayaan alam agar tidak punah. Pengelolaan kekayaan alam harus dilakukan secara bijaksana dan tidak semena-mena karena merupakan pinjaman kita dari generasi mendatang. 2. Memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar-riʿāyah). Memelihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangat potensial merusak alam. Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan yang jelas yakni untuk dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan petunjuk-Nya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam). 110 POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad untuk memelihara bumi dari kerusakan? Karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang dibanding yang benar-benar berbuat saleh, ini yang membuat manusia akan cenderung untuk berbuat kerusakan. Hal ini juga sudah terjadi pada masa nabi – nabi sebelum nabi Muhammad, dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat kerusakan dari pada berbuat kebaikan. Misalnya saja kaum Bani Israil, seperti yang Allah sebutkan dalam firmannya dalam surat alIsrā’: 4 yang berbunyi : Artinya : Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.“ Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang diciptakan oleh Allah, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Seperti firmannya dalam surat al-Qaṣṣāṣ: 77 yang artinya: Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP 111 Lampiran 112 POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SESI 2 MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PERSPEKTIF ISLAM Tujuan 1. Peserta mengetahui hubungan antara manusia dan lingkungan menurut Islam. 2.Peserta diharapkan mampu menjelaskan kembali melalui dakwahnya tentang pentingnya manusia melestarikan lingkungan. 3.Peserta mampu menjelaskan hubungan Good Democratic Governance dengan kelestarin lingkungan hidup. 1. Manusia dan Lingkungan Hidup Materi Metode Alat dan bahan 2. Memelihara lingkungan hidup dari perspektif Islam -Ceramah - Diskusi Kelompok - LCD Projector -Laptop - Kertas plano flip-chart dan spidol Waktu Proses - Lembar informasi kunci - Lembar kerja kelompok 90 Menit (2 sesi @45 Menit) 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit) Jelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini. 2.Fasilitator memberikan pengantar tentang manusia dan lingkungan hidup dari perspektif Islam dengan mengacu pada bahan bacaan yang tersedia. (15 menit). 3. Fasilitator membagi peserta ke dalam 5 kelompok untuk bekerja dalam kelompok mengerjakan lembar kerja pokok bahasan 4 sesi 2. (30 menit) 4.Fasilitator memberikan kesempatan kepada wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya (masing-masing 5 menit: total 25 menit). 5. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk memberikan masukan atau feed back terhadap hasil kerja kelompok presenter. (10 menit) 6. Terakhir fasilitator menekankan kembali point penting dari sesi. (5 menit) POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP 113 LEMBAR INFORMASI KUNCI Manusia sebagai khalifah (wakil atau pengganti) Allah, salah satu kewajiban atau tugasnya adalah membuat bumi makmur. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan alam berada di tangan manusia. Dalam Islam (al-Qur’an), hak mengelola alam tidak dapat dipisahkan dari kewajiban untuk memelihara kelestariannya (sinergi keduanya). Di sini prinsip-prinsip Good Democratic Governance terutama seperti transparansi, partisipasi, akuntabel, kesetaraan dan keadilan perlu ditegakakan agar pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan oleh manusia terkontrol dan tidak semena-mena. Mengelola alam harus diiringi dengan usaha-usaha untuk melestarikannya. Dengan demikian sumber daya alam yang telah diamanahkan oleh Allah kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan bagi kesejahteraan umat manusia. Islam berbicara mengenai hidup dan kehidupan secara umum dan mendasar yang meliputi alam semesta dan hari akhir, atau hari depan yang berkepanjangan bagi alam raya tersebut. Untuk itu pemahaman masalah lingkungan hidup (fiqh al-bīʿah) dan penanganannya (penyelamatan dan pelestarian) perlu diletakkan diatas suatu fondasi moral untuk mendukung segala upaya yang sudah dilakukan dan dibina. Karena menjaga, melestarikan alam dan lingkungan merupakan sebuah kewajiban dan bernilai ibadah.Karena itu semua bertujuan untuk kelangsungan hidup dan untuk kemakmuran manusia itu sendiri. Manusia dan Lingkungan Hidup Manusia yang beriman dituntut untuk memfungsikan imannya dengan meyakini bahwa pemeliharaan (penyelamatan dan pelestarian) lingkungan hidup adalah bagian dari iman. Itulah wujud nyata dari statusnya sebagai khalifah di bumi yang mengemban amanah dan bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan lingkungan hidup. Berikut firman Allah tentang Islam dan Lingkungan Hidup: Al-Hijr: 19-22 Artinya: “Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukurannya. Dan kami telah menjadikan untukmu keperluan-keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekalisekali bukan pemberian rezki kepadanya. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan kepada sisi Kamilah Khazanahnya; Dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan 114 POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” Al-Baqarah: 22 Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” Persoalan lingkungan hidup adalah salah satu persoalan yang harus mendapat perhatian cukup serius dari seluruh umat manusia, sebab umat manusia mengeban tugas sebagai Khlifah Allah di muka bumi dan sekaligus sebagai pemegang Amanah Allah di muka bumi, seperti tertuang dalam Al-Qur’an, sebagai berikut : Al-Aḥzāb: 72 Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.” Kelestarian Lingkungan dari Perspektif Islam Sebagai khalifah, umat manusia bertanggung jawab atas pengelolaan dan pemeliharaan bumi. Bumi bagi umat manusia adalah rahmat yang harus disyukuri dengan sepenuh hati. Bentuk syukur atas alam raya ini dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu: 1. Memelihara lingkungan hidup agar tetap lestari. Manusia sebagai khalifah di bumi harus menyadari dan menanamkan tanggungjawab pada dirinya bahwa sumber daya alam yang ada di lingkungan sekitarnya merupakan amanah yang harus dijaga untuk diwariskan kepada generasi penerus. 2. Menikmati sebagai bekal dalam hidup dan kehidupan. Manusia diberikan kewenangan untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di lingkungannya, namun secara bertanggung jawab. Meskipun manusia diberi kebebasan untuk mengeksplorasi sumber POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP 115 daya alam di lingkungan namun tetap bertanggung jawab untuk menjaga kelestariannya. Oleh karenanya, tindakan eksplorasi yang dilakukan haruslah bijaksana, tidak dilakukan secara berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan saja. 3. Mengembangkandalam bentuk budidaya, penanaman ulang dan pendaurulangan. Agar pengelolaan sumberdaya alam tetap dapat dilakukan dan kelestarian lingkungan juga tetap dapat dipertahankan perlu dilakukan tindakan-tindakan budiddaya, penanaman ulang dan juga pendaurulangan. Berbagai sisa produk organik yang tidak terpakai dari sampah dapur rumah tangga misalnya, dapat dikelola menjadi kompos yang bisa digunakan untuk pupuk tanaman. Sedangkan produk-produk non-organik seperti plastik, botol kaca dan lain sebagainya bisa didaur ulang untuk dijadikan barang-barang produktif lainnya. Bila kita memperhatikan ayat suci Al-Qur’an, wahyu pertama yang diturunkan Allah adalah ayat yang memperkenalkan Tuhan sekaligus memperkenalkan manusia sebagai makhluk yang hidup dengan kebergantungan, yaitu dalam al-ʿAlaq: 1-5 : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (sesuatu yang bergantung atau yang memiliki sifat kebergantungan). 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Seluruh alam raya diciptakan untuk digunakan umat manusia dalam rangka melanjutkan hidup dan kehidupannya. Ini sebagai bekal mereka untuk mencapai tujuan penciptaannya, sebab semua ciptaan Tuhan pasti ada tujuannya dan tidak satupun di antara ciptaannya itu yang siasia, sesuai firmanNya dalam al-Ṣād: 27 Artinya : “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” Oleh karena itu, maka dapat dipahami apabila Allah memperingatkan umat manusia agar jangan membuat kerusakan di muka bumi, sebab kerusakan di bumi pada dasarnya adalah merupakan akibat dari ulah manusia sendiri. Hal ini sesuai dengan firmanNya dalam al- Qaṣṣāṣ: 77 : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berbuat kerusakan.” Dan juga firman Allah dalam al-Rūm: 41, 116 POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan kita agar senantiasa memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, sebab kehidupan makhluk-makhluk tuhan dimuka bumi adalah saling terkait dan ketergantungan. Apabila terjadi gangguan yang luar biasa terhadap salah satunya, maka makhluk yang berada dalam lingkungan hidup tersebut akan ikut terganggu, keserasian dan keseimbangannyapun akan rusak. Apabila ini yang terjadi maka akan mengakibatkan kehancuran dan malapetaka. Seperti yang dikemukakan pada awal tulisan ini, Allah menciptakan manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi, sesuai dengan firmannya dalam al-Baqarah: 30 Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. M. Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Qur’an1 menyatakan bahwa kekhalifahan mempunyai tiga unsur yang saling berkaitan, kemudian ditambah unsur keempat yang berada di luar, namun amat sangat menentukan arti kekhalifahan itu sendiri, sesuai konsep Al-Quran, yaitu : 1. Manusia yang dalam hal ini dinamai khalifah. 2. Alam raya, yang ditunjuk Allah dalam surat al- Baqarah ayat 22 sebagai bumi. 3. Hubungan antara manusia dengan alam dan segala isinya, termasuk dengan manusia sebagai tugas kekhalifahan. 4. Yang memberi penugasan yaitu Allah. Dalam hal ini yang ditugasi harus memperhatikan kehendak yang menugasinya. Hubungan antara manusia dengan alam, atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan merupakan hubungan antara penakluk dengan yang ditaklukkan atau antara tuan dengan hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah. Karena kemampuan manusia dalam mengelola bumi bukanlah akibat kekuatan yang dimilikinya, tetapi adalah akibat anugerah Allah. Hal ini tergambar dari firman Allahdalam surat Ibrāhīm: 32, “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia 1 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: Mizan, 1992) POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP 117 mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.” Di ayat lain dalam al-Zukhrūf: 13 disebutkan, “Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: “Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi Kami Padahal Kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.” Salah seorang filsuf Muslim terkenal yang bernama Ibnu Ṭufayl merumuskan etika lingkungan hidup yang sangat khas. Dia menyatakan, segala sesuatu yang ada di alam ini seperti tumbuhan, hewan dan sebagainya memiliki tujuan tertentu. Buah misalnya, dia keluar dari bunga, lantas menjadi masak dan ranum. Bijinya jatuh di tanah kemudian tumbuh lagi menjadi pohon. Apabila ada orang yang memetik buah itu sebelum mencapai pertumbuhannya patutlah dicela dan tidak terpuji. Karena merintangi pertumbuhan buah tadi dalam mencapai tujuannya yang alami, sehingga berakibat adanya kelompok tumbuhan yang akan punah. Ibn Ṭufayl juga menyatakan bahwa, orang yang memakan buah yang sudah masak lantas membuang bijinya ke laut, ke atas bebatuan atau ke tempat-tempat lain yang tidak memungkinkan biji tersebut tumbuh, yang bersangkutan telah melakukan perbuatan yang tidak terpuji, sebab telah merintangi pertumbuhan biji. Dengan demikian, ia telah mengurangi peluang bagi jenis tumbuhan itu untuk dapat mengembangkan keturunannya secara lestari dan alami.Menurut Ṭufayl juga, orang tidak boleh memakan habis tumbuhan dan hewan langka karena itu berarti memusnahkan jenis makhluk hidup itu selama lamanya. Di dalam sebuah hadis, Rasulullah menjelaskan, orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Tuhan. Barang siapa yang mengasihi makhluk yang berada di bumi maka ia akan dikasihi oleh yang ada di langit. Pada hadis lain Nabi berkata seorang wanita alim masuk neraka karena ia menggantung seekor kucing hingga mati dan seorang wanita tunasusila masuk surga hanya karena ia memberi minum seekor anjing yang kehausan. Suatu ketika Nabi Muhammad menerangkan,tidak seorang Muslim pun yang menanam tanaman atau menyemaikan tumbuh-tumbuhan, kecuali buah itu hasilnya dimakan burung atau manusia. Yang demikian itu adalah shodaqah baginya. Nabi pun senantiasa menyuruh umatnya,“Tanamlah tanam-tanaman hari ini, sekalipun besok dunia akan kiamat.”2 2 Kementerian Lingkungan Hidup dan Nahdatul Ulama, Panduan Praktis Manusia dan Lingkungan Hidup, (Jakarta: 2011) 118 POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP LEMBAR KERJA Lihatlah gambar yang diberikan kepada masing-masing kelompok, kemudian jawablah pertanyaan sebagai merikut: 1. Apa peristiwa yang digambarkan dalam foto tersebut? 2. Apa kerusakan yang telah dilakukan manusia yang menyebabkan terjadinya bencana tersebut? 3. Dengan menggunakan perspektif hubungan manusia dan lingkungan menurut Islam serta Prinsip-Prinsip Good Democratic Governance, uraikan apa yang semestinya dilakukan umat Islam untuk mencegah terjadinya kerusakan dan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kerusakan tersebut? POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP 119 Lampiran Banjir Bandang di Manado Sumber: beritakawanua.com Kebakaran Hutan Sumber: becana2.blogspot.com 120 POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Lumpur Lapindo Sumber: dinar-ramboys.blogspot.com Bencana Tsunami Aceh Sumber: maymoen.wordpress.com POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP 121 Banjir di Jakarta Sumber : leasap.blogspot.com 122 POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Lampiran POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP 123 124 POKOK BAHASAN 4: ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP POKOK BAHASAN 5 ISLAM DAN KESETARAAN GENDER POKOK BAHASAN 5 ISLAM DAN KESETARAAN GENDER Kesetaraan gender merupakan salah satu bentuk pelaksanaan Hak Asasi Manusia. Kesetaraan gender telah menjadi bagian dari kebijakan pemerintah Indonesia dalam melaksanakan dan mencapai keadilan sosial berdasarkan Inpres no. 9/ 2000 yang disahkan oleh Presiden Abdurahman Wahid. Inpres tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menjamin keadilan dan kesetaraan seluruh warga negara Indonesia tanpa memandang agama, ras, etnis, jenis kelamin dan kelompok sosial lainnya. Dengan kata lain, keadilan merupakan keterjangkauan manfaat pembangunan dan aspek kebangsaan lainnya dalam rangka mewujudkan kesetaraan warga negara Indonesia. Keadilan tersebut mencakup aspek kesempatan, partisipasi dan pengambilan keputusan pada hak-hak dasar, seperti: keamanan, kesehatan, pendidikan, ekonomi, politik dan sosial budaya. Kesetaraan gender ini merupakan mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui deklarasi dan konvensi internasional serta menjadi prinsip Deklarasi Islam tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Kairo tahun 1990 pasal 6 yang menyatakan bahwa: “ Perempuan setara dengan laki-laki dalam hal kehormatan manusia serta hak-hak dan kewajiban, termasuk hak sipil, kemandirian ekonomi dan hak mempertahankan nama dan nasabnya.” Bagaimana pandangan Islam tentang kesetaraan gender akan diuraikan dalam sesisesi berikut ini. SESI 1 KESETARAAN GENDER 1. Peserta dapat memahami perbedaan dan persamaan jenis kelamin dan gender. Tujuan 2. Peserta dapat memahami gender sebagai konstruksi sosial dan budaya. 3. Peserta dapat menganalisis kesetaraan gender. 1. Gender sebagai konstruksi sosial budaya Materi 2. Keadilan dan Kesetaraan Gender - Curah pendapat Metode Alat dan bahan - Tugas berpasangan - Diskusi kelompok - LCD Projector -Laptop - Kertas plano flip-chart dan spidol -Microphone - Pertanyaan kunci untuk curah pendapat - Bahan bacaan POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER 127 Waktu Proses 60 Menit (1,5 Sesi @45 Menit) 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit) Jelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini. 2. Tugas berpasangan (10 menit): Peserta diminta bekerja bersama rekan disebelahnya secara berpasangan mengisi lembar kerja Tabel 1. Fasilitator membagikan hand-out tabel 1. Perwakilan peserta mempresentasikan hasil dan fasilitator mencatat. Fasilitator mengajukan pertanyaan mengapa terjadi perbedaan prosentase tersebut. 3. Fasilitator memberi penguatan (5 menit): Perbedaan prosentasi Peluang, Partisipasi dan Pengambilan Keputusan disebabkan oleh pandangan masyarakat terhadap lakilaki dan perempuan 4. Tugas kelompok (25 menit): a. Peserta bekerja dalam kelompok dengan satu kertas plano dan spidol untuk mengidentifikasi: aspek biologis, sifat, peran dan posisi laki-laki dan perempuan (lihat tabel 2). b. Peserta mempresentasikan hasilnya. c. Fasilitator mengidentifikasi: aspek-aspek manakah yang ‘khas’ dan menetap pada laki-laki dan perempuan dan aspek mana yang dapat ditemukan pada perempuan dan laki-laki? d. Fasilitator memberikan penguatan tentang jenis kelamin dan gender. e. Tanya jawab 5. Tugas individu: Penguatan 2 (15 menit) a. Peserta membaca bahan bacaan sebagai penguatan tentang keadilan dan kesetaraan gender b. Peserta menjawab pertanyaan kunci yang telah disediakan. 6. Fasilitator merangkum (5 menit) 128 POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER LEMBAR INFORMASI KUNCI Penguatan 1: Jenis kelamin dan gendersebagai kontruksi sosial budaya Jenis kelamin adalah suatu identitas dan kondisi laki-laki dan perempuan yang bersifat ‘khas’ atau khusus sebagai kelebihan yang diberikan Allah, bersifat kodrati dan berlaku universal. Dalam hal jenis kelamin, laki-laki dan perempuan berbeda dan tidak dapat disamakan. Perbedaan ini harus dipahami sebagai keistimewaan dari masing-masing bukan sebagai kelemahan dan kekurangan. Sedangkan gender merupakan sifat, peran dan posisi yang diperuntukkan bagi perempuan dan laki-laki yang merupakan konstruksi sosial dan budaya. Karena konstruksi sosial dan budaya berubah maka gender juga berubah. Di masa lalu, kesempatan bersekolah lebih ditekankan sebagai hak anak laki-laki, tetapi saat ini perempuan sudah dapat mencapai tingkat pendidikan yang sama tinggi. Contoh lain pergeseran peran gender, naik sepeda pernah diharamkan bagi perempuan karena dapat mendatangkan madlorot di masa lalu. Pada masa sekarang, perempuan tidak hanya naik sepeda tetapi dapat mengemudikan pesawat terbang. Dahulu, lakilaki pantang dan dianggap tidak pantas ke dapur dan memasak tetapi saat ini laki-laki menjadi chef yang handal di berbagai siaran televisi, restoran dan hotel-hotel. Ini merupakan contoh perubahan peran gender. Gender merupakan istilah akademis untuk membedakan jenis kelamin yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Gender merupakan istilah serapan dari bahasa Inggris yang digunakan dalam analisis sosial, budaya dan politik tentang relasi laki-laki dan perempuan. Sebagai istilah serapan, istilah gender tidak mudah ditemukan padanannya dalam bahasa Indonesia. Misalnya, sampai saat ini, masih ada kesalahpahaman pengertian gender yang seringkali disamakan dengan perempuan. Kesalahpahaman tersebut disebabkan karena masalah gender atau masalah kesenjangan gender masih banyak dihadapi perempuan sebagai pihak yang tertinggal, bahkan sampai saat ini. Hal tersebut terjadi karena adanya anggapan-anggapan yang mencap bahwa perempuan lebih rendah dari laki-laki, emosional, lemah, pasif dan ungkapan senada yang mendukung ketidaksetaraan. Dalam kenyataan di masyarakat, tidak semua perempuan demikian. Banyak perempuan yang rasional, pintar, cerdas, terampil dan gesit namun ada juga laki-laki yang emosional, lemah dan pasif. Karena sifat tersebut, perempuan dipandang lebih rendah posisi sosialnya. Misalnya, kepala keluarga dianggap lebih tinggi daripada ibu rumah tangga. Bias gender diatas mengakibatkan peminggiran kedudukan perempuan di sektor publik dan politik, misalnya, banyak kalangan yang enggan dipimpin perempuan. Bias gender juga dapat memberikan beban berlebihan, misalnya, karena pekerjaan rumah tangga dianggap sebagai pekerjaan perempuan maka pasangan suami-isteri yang sama-sama bekerja memiliki beban yang berbeda. Para perempuan atau isteri yang bekerja seringkali berperan ganda yang berarti beban pekerjaan ganda, terutama bagi kalangan miskin yang tidak dapat menggaji Pekerja Rumah Tangga. Karena dianggap lebih rendah posisinya, perempuan “lebih banyak” menjadi sasaran dan korban kekerasan dibandingkan dengan lak-laki. Seharusnya pada masa modern dan di negara demokratis seperti Indonesia, tidak seorangpun, baik laki-laki dan perempuan dibiarkan mendapatkan perlakuan tidak adil, beban berlebihan dan kekerasan. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam “Setiap hamba memiliki derajat yang sama POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER 129 di mata Allah.” Di lain sisi Allah juga menjanjikan bahwa setiap hambanya dapat memperoleh derajat yang tinggi di sisinya bila mereka bertaqwa. Orang yang paling bertaqwa ini bisa siapa saja, bisa laki-laki, bisa perempuan, budak, berkulit hitam atau berkulit putih, penguasa atau pun orang miskin. Itu tergantung pada ikhtiarnya. Semangat inilah yang diterjemahkan dalam konsep kesetaraan gender dalam pembangunan. Setiap laki-laki dan perempuan harus mendapatkan manfaat dari pembangunan dan kesejahteraan agar dapat meningkatkan harkatnya sebagai manusia. Oleh sebab itu, menjadi tanggung jawab negara, masyarakat dan negara untuk menegakkan hak orang lain (laki-laki dan perempuan, suami dan isteri) sehingga masyarakat yang adil dan makmur dapat terwujud. Penguatan 2: Keadilan dan Kesetaraan Gender Pada tahun 1984, Indonesia sebagai anggota PBB meratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuanmelalui Undang-Undang No. 8 Tahun 1984 sebagai respon terhadap kesenjangan perempuan dan laki-laki dalam memperoleh hak-hak dasar. Guna menghilangkan kesenjangan, dirumuskan beberapa kebijakan pemerintah, diantaranya pencanangan 25 tahun dekade perempuan (tahun 1975-2000) dan membuat tindakan afirmasi dengan memberikan perlakuan khusus pada perempuan terhadap peran-peran reproduksi yang bersifat kodrati, seperti pemberian cuti menstruasi, cuti hamil dan cuti melahirkan. Afirmasi ini merupakan penghargaan terhadap keistimewaan organ-organ dan peran reproduksi perempuan yang diciptakan Allah yang sampai saat ini belum tergantikan oleh teknologi canggih apapun. Namun patut disesalkan bahwa peran ini dianggap sebagai kelemahan dan kendala bagi perempuan untuk berkarya dan berprestasi. Untuk menindaklanjuti UU No. 8 Tahun 1984, pemerintah membentuk Kementerian Pemberdayaan Perempuan sebagai ganti dari Menteri Peranan Wanita dan membuka Pusat Studi Wanita (PSW) di berbagai universitas negeri yang diharapkan dapat melakukan penelitian dan kajian terhadap kesenjangan laki-laki dan perempuan, serta melakukan pemberdayaan terhadap perempuan untuk mencapai posisi yang setara. Meski demikian tindakan afirmasi, pemberian nomenklatur baru bagi kementerian pemberdayaan perempuan dan PSW belum sepenuhnya dapat menghilangkan kesenjangan antara partisipasi laki-laki dan perempuan dalam bidang pendidikan, politik dan ekonomi yang menjadi indikator keberhasilan pembangunan. Pada tahun 2009, hanya sekitar 18 % perempuan dari jumlah keseluruhan anggota parlemen di tingkat pusat, kurang dari 10% perempuan menduduki jabatan hakim di Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Kesenjangan tersebut juga terjadi di berbagai sektor kehidupan. Saat ini ada fenomena terjadinya kesenjangan dalam bidang pendidikan antara anak laki-laki dan perempuan. Di tingkat SMP dan SMA angka putus sekolah anak laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan angka putus sekolah anak perempuan. Hal ini terjadi antara lain karena laki-laki terlanjur merekatkan didirinya stereotipe sebagai orang yang kuat dan pencari nafkah keluarga, sehingga mereka sering berhenti bersekolah untuk membantu orang tuanya mencari nafkah. Fenomena ini banyak terjadi di daerah-daerah pesisir maupun di daerah yang berbasis pada pertanian. Pada konferensi perempuan se dunia di Beijing pada tahun 1995, sebagai tahapan terakhir dari Dekade Perempuan pada tahun 2000, seluruh negara anggota PBB menyatakan masih menghadapi kendala dalam menyeimbangkan partisipasi laki-laki dan perempuan dalam menjangkau manfaat pembangunan. Semua negara menyatakan bahwa masalah terbesar yang dihadapi oleh negara adalah menghilangkan pandangan budaya yang bias gender karena masih kuatnya budaya patriarkhi yang lebih mengutamakan laki-laki. Pandangan budaya tersebut 130 POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER juga mempengaruhi pemahaman dari ajaran-ajaran agama yang emansipatif dan apresiatif memberikan penghargaan terhadap perempuan. Konferensi tersebut berhasil merumuskan suatu rencana aksi yang salah satunya adalah perlunya setiap negara melakukan pengarusutaman kesetaraan gender dalam kebijakan negara, aktifitas ekonomi, sosial kemasyarakatan dan keluarga. Pengarusutamaan gender ini diwujudkan dalam Inpres No. 9 Tahun 2000 sebagai kebijakan pembangunan nasional di Indonesia. Tujuan dari Inpres ini adalah keadilan dan kesetaraan gender. Keadilan gender dicapai dengan membuka peluang yang sama, partisipasi seimbang, keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam pengambilan keputusan negara, sosial dan keluarga, bahkan pada taraf internasional serta keterjangkauan manfaaat pembangunan. Sedangkan kesetaraan gender adalah posisi yang sama antara laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari tercapainya keadilan gender. Lingkup dari pengarusutamaan gender adalah kewajiban negara, masyarakat dan individu untuk mendorong tercapainya keadilan dan kesetaraan gender melalui kemitraan laki-laki dan perempuan, dalam artian bukan persaingan dan saling mengalahkan yang merugikan. Pemerintah harus mengupayakan, sekurang-kurangnya 30% posisi politik dan publik bagi perempuan dengan memberikan tindakan afirmasi bagi peran-peran yang bersifat kodrati seperti cuti haid, melahirkan dan menyediaan tempat penitipan anak (TPA) di setiap instansi dan perkantoran sehingga ibu yang bekerja dapat menjalankan fungsi ASI dan berdekatan dengan anak-anak. Pemerintah berkewajiban mendorong tercapainya relasi yang bermitrakesetaraan antara suami dan istri, terutama bagi mereka yang bekerja dengan berbagi tugas dan kewajiban rumah tangga. Ini merupakan peran gender yang dapat berubah dan dilakukan secara bergantian. Karena bukan merupakan peran kodrati, pekerjaan rumah tangga dapat dilakukan secara bergantian dan bersama-sama antara suami dan isteri dan anggota keluarga lainnya. Norma budaya pun dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan kondisi masyarakat selama dimaksudkan untuk mencapai kebaikan. Bermitrakesetaraan dalam nuansa saling berbagi rasa dan peran akan dapat meningkatkan kondisi kesehatan jiwa dan raga laki-laki dan perempuan serta meninggikan harkat manusia sebagai kholifah di bumi. __________________________________________________________________________ Pertanyaan Kunci: 1. Mengapa gender sering disalahartikan dengan perempuan? 3. Bagaimana cara menghilangkan hambatan-hambatan tersebut? 2. Apa yang menjadi kendala mencapai keadilan dan kesetaraan gender? POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER 131 LEMBAR KERJA Tugas 1 Petunjuk Kerja: Sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama atas jaminan keamanan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, hak berpolitik, hak ekonomi dan sosial/budaya. Konstitusi NKRI telah mejamin bahwa setiap warga negara memiliki posisi dan hak yang setara. Tabel 1 berupaya memotret secara cepat gambaran realitas pelaksanaan pemenuhan hak warga negara dari persepsi peserta pelatihan. Di sini peserta tidak dituntut untuk memberi jawaban yang akurat dengan fakta dilapangan dengan mengacu pada suatu hasil penelitian atau pun data statistik yang tersedia. Peserta cukup menjawab berdasarkan persepsinya berdasarkan pengalaman dan pengamatannya selama ini. Kemudian isilah kolom-kolom yang masih kosong dalam tabel di bawah ini. Kolom 1 merupakan listing hak warga negara. Kolom 2 diisi dengan persepsi peluang atau akses bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh hak kemanan, kesehatan, pendidikan, politik, ekonomi dan sosial/budaya. Di sini peserta diharapkan mengisi kolom dengan persentase peluang laki-laki untuk kolom % lk dan persentase peluang perempuan di kolom % PR menurut UU/Peraturan. Kolom 3 diisi dengan persentase partisipasi laki-laki dan partisipasi permepuan dalam pemenuhan hak warga negara. Kolom 4 diisi dengan persepsi peserta perihal persentase peran laki-laki dan perempuan dalam memperoleh keputusan. Setelah semua kolom terisi analisalah dimana terdapat kesenjangan pemenuhan hak warga negara dan pada tingkatan apa? Apakah pada tingkatan peluang, partisipasi, atau pengambilan keputusan? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Tabel 1 Hak Warga Negara dan Presentase Laki-laki dan Perempuan Hak Warga Negara (1) Keamanan Kesehatan Pendidikan Politik Ekonomi Sosial/budaya 132 Peluang UU/Peraturan % LK (2) % PR Partisipasi % LK (3) % PR Pengambilan Keputusan (4) % LK % PR POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER Tugas 2 Petunjuk Kerja Dengan bekerja di dalam kelompok, isilah titik – titik yang masih kosong dalam tabel 2 dengan mengacu pada contoh di atasnya. Tabel 2 Aspek biologis, sifat, peran dan posisi laki-laki dan perempuan Perempuan Biologis: Alat kelamin perempuan ............................. ----------------------............................. ......................... Sifat Emosional ............................. ----------------------............................. ............................. .......................... Peran Laki-laki Biologis Alat kelamin laki-laki ----------------------------------------------............................. ........................ Sifat Rasional .................................... .................................. .................................. ................................. .............................. Peran Pelaksanan rumah tangga Dipimpin Perawat Pekerja ............................. ----------------------............................. ............................. .......................... Kepala keluarga Pemimpin Dokter Direktur ............................. ----------------------............................. ............................. .......................... Ibu Memasak Mencuci Bersih bersih rumah ............................. ----------------------............................. ............................. .......................... Posisi Ayah Bekerja Mencari nafkah ......................... ............................. ----------------------............................. ............................. .......................... Posisi POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER 133 LEMBAR JAWABAN KUNCI Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender Jenis Kelamin Perbedaan biologis laki-laki & perempuan beserta peran reproduksinya Ciptaan Allah Bersifat Kodrati Tidak dapat dipertukarkan fungsinya Gender Sifat, peran dan posisi perempuan & laki-laki yang dikonstruksi/dibentuk oleh budaya dan sosial • Bentukan masyarakat • Bersifat sosial • Dapat berubah • Dapat dilakukan laki-laki & perempuan sesuai dengan kebutuhan, kesempatan & komitmen • Tergantung waktu & kepatutan budaya • Setempat • Perempuan: Alat kelamin perempuan, rahim. ovum, menstruasi, mengandung, melahirkan dan laktasi (ASI) • Laki-laki Alat kelamin laki-laki, sperma. 134 • Berkarier: Direktur, polisi, dll • Politik: Presiden, Menteri,dll • Mengurus rumah tangga, dll POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER Lampiran POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER 135 SESI 2 ISLAM DAN KESETARAAN GENDER Tujuan Materi 1. Peserta dapat memahami berbagai bentuk pendekatan studi Islam terkait dengan gender 2. Peserta dapat menganalisis persamaan dan perbedaan gender dalam Islam 3. Peserta dapat meyampaikan ceramah yang sensitif gender 1. Pendekatan Studi Islam terkait dengan gender 2. Analisis persamaan dan perbedaan peran dan posisi gender dalam Islam Catatan Metode Alat dan bahan 3. Materi khutbah/ceramah sensitif gender Khusus materi ini panitia perlu menyediakan 4 kitab Al-Qur’an untuk tugas kelompok sebagai bahan diskusi - Curah Pendapat - Tugas berpasangan - Diskusi kelompok - LCD Projector -Laptop - Kertas plano flip-chart dan spidol -Microphone Waktu Proses - Pertanyaan kunci untuk curah pendapat - Bahan bacaan 60 menit 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (5 menit) 2.Jelaskan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi ini. 3. Tugas berpasangan (10 menit): 4. Peserta diminta berpasangan menuliskan beberapa pendekatan dalam studi Islam. Salah satu kelompok mempresentasikan sementara kelompok yang lain memberi masukan. Fasilitator menyimpulkan. 5. Fasilitator memberi penguatan (1) (10 menit) 6. Pendekatan studi Islam terkait kesetaraan gender 136 POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER Proses 7. Tugas kelompok (15 menit) a. Peserta bekerja dalam tiga kelompok dan membaca bahan bacaan: • Kelompok 1: ayat-ayat dan hadis yang menunjukkan kesetaraan laki-laki dan perempuan • Kelompok 2: perempuan Ayat-ayat yang menunjukkan kekhasan • Kelompok 3: Ayat-ayat yang menunjukkan kekhasan laki-laki • Maqala yang cenderung mendiskreditkan perempuan. b. Setiap kelompok mempresentasikan pandangannya 7. Fasilitator memberi penguatan (2): 15 menit a. Islam mendorong kesetaraan gender b. Tanya jawab POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER 137 LEMBAR INFORMASI KUNCI Penguatan 1: Pendekatan Studi Islam terkait kesetaraan gender Sumber Otoritas dalam Islam Islam merupakan agama yang memandang sumber tekstual yakni al-Qur’an dan hadis Sunnah Nabi sebagai sumber utama. Keduanya merupakan dua hal pokok dalam seluruh bangunan dan sumber keilmuan Islam. Sebagai hal yang sentral di kalangan umat Islam adalah wajar dan logis bila perhatian dan apresiasi terhadapnya melebihi perhatian dan apresiasi terhadap bidang lainnya. Al-Qur’an dan Sunnah merupakan sumber inspirasi dan ajaran bagi umat Islam. Al-Qur’an dan Sunnah hadir di tengah-tengah masyarakat yang berbudaya. Kehadirannya sebagai bentuk rahmat Tuhan untuk membimbing dan mengarahkan manusia agar dapat menjalani hidup dengan baik tanpa kekerasan, penindasan, monopoli, pengrusakan, diskriminasi dan lainlain. Baik al-Qur’an maupun Sunnah memiliki visi etis (ideal moral) yang sama yang bersifat universal, meskipun terkadang keduanya merespon peristiwa yang bersifat temporal dan partikular. Visi etis inilah yang merupakan elan vital kehadiran al-Qur’an dan Sunnah. Termasuk dalam lingkup tersebut adalah dalam aturan atau tuntunan relasi laki-laki dan perempuan. Visi etis Al-Qur’an yang bersifat universal: 1. Tauhid, berarti mengesakan Allah. 2. Setara (musāwah/equal) 3. Persaudaraan (ukhuwwah) 4. Keadilan (ʿadālah) 5. Moderat (tawassuṭ) 6. Seimbang (tawāzun) 7. Penghormatan sesama (tahiyyah) 8. Toleran (tasāmuḥ) 9. Anti kekerasan dan pengrusakan (maṣlaḥaḥ) 10.Saling menolong (taʿāwun) 11. Pluralitas/Keragaman (taʿaddud) 12. Anti terhadap penghinaan, pelabelan negatif (taskhīr) Nilai-nilai dasar ini dapat dijadikan pegangan terutama ketika membaca teks yang cenderung ketidaksetaraan, baik yang ditemukan dalam al-Qur’an maupun Hadis. Dengan demikian, bila ada perbedaan terutama sebagaimana terekam dalam kitab-kitab Fiqh, maka harus dipahami 138 POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER bahwa teks-teks tersebut bukan ditujukan sebagai legitimasi untuk melakukan kekerasan terhadap perempuan atau lainnya. Paradigma Studi Islam Berikut adalah karakteristik Paradigma Islam: 1. Universal: Berlaku sepanjang masa dan berkesetaraan 2. Rasional: Berbasis analisis rasional dan berorientasi pada masa depan 3. Peduli: Berorientasi menghapus berbagai bentuk kekerasan, termasuk kepada perempuan. Karena itu dalam al-Qur’an ditemukan ayat yang melarang pembunuhan bayi perempuan dan anak secara keseluruhan, seperti dalam al-Anʿām: 151, al-Isrā’: 31. Al-Qur’an juga melarang mengusir istri dari rumahnya seperti dalam At-Thalaq [65]: 1, mempersulit perempuan, misalnya karena tidak rela mantan istrinya akan menikah lagi, seperti dalam al-Ṭalāq: 6. Ayat yang dikenal dan sering dikutip oleh para ulama ahli fiqih mengenai nushūz, al-Nisā’: 34, sebenarnya untuk menghapus kekerasan dalam rumah tangga, bukan justru sebagai legitimasi tindak kekerasan terhadapnya. Sebab turun ayat tersebut, ada seorang perempuan ditampar oleh suaminya, kemudian lapor kepada Nabi untuk memutuskan agar suaminya tersebut di qaṣāṣ. Namun keputusan Nabi tersebut diprotes sahabat, dengan alasan bahwa hal itu urusan domestik. Kalau suami dihukum qiṣāṣ, maka itu artinya mempublikkan sesuatu yang bersifat domestik dan kalau hal itu diberlakukan, maka masyarakat belum siap. Atas dasar peristiwa tersebut, maka turunlah al-Nisā’: 34 di atas. 4. Peradaban: Aspek yang tinggi dari kebudayaan yang terdiri dari: a.Etika/moralitas b.Seni c. Ilmu Pengetahuan d. Olah raga e. Sistem sosial yang kompleks Dari paradigma di atas, maka ditemukan beberapa prinsip kesetaran gender dalam Islam: 1. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba Allah, sebagaimana ditegaskan dalam al-Dhāriyāt: 56 2. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah Allah sebagaimana ditegaskan alAnʿām: 165 dan al-Baqarah: 30. 3.Laki-laki dan perempuan sama-sama menerima perjanjian primordial sebagaimana ditegaskan dalam al-Aʿrāf: 172. 4. Laki-laki (Adam) dan perempuan (Hawa) sama-sama terlibat aktif dalam peristiwa drama kosmis, sebagaimana terekam dalam banyak ayat seperti al-Baqarah: 35, al-Aʿrāf: 20 dan 22, serta 23 dan Al-Baqarah: 187. POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER 139 5. Laki-laki dan perempuan berpotensi yang sama dalam meraih prestasi sebagaimana terdapat dalam Ali ʿImrān: 195, al-Nisā’: 124, al-Naḥl [16]: 97 dan Ghāfir: 40. Karena itu dalam al-Qur’an, suami-istri disebut dengan zawj yang berarti pasangan. Pasangan yang ideal bukan pasangan yang sub-ordinatif, tapi pasangan yang saling melengkapi. Dari paradigma Al-Qur’an menegaskan peran perempuan yang seimbang dengan laki- laki, yaitu: 1. Memiliki kemandirian politik (al-istiqlāl as-siyāsī) seperti dalam al-Mumtahanah: 12 dan al-Naml: 23, yang menjelaskan tentang penguasa Saba’, Ratu Bilqis sebagai pemimpin perempuan. 2. Memiliki kemandirian ekonomi (al-istiqlal al-iqtisādī) seperti dalam al-Naḥl: 97) yang menggambarkan sosok gadis peternak yang gigih bekerja sebagaimana disaksikan Musa di Madyan (al-Qāṣāṣ: 23). 3. Memiliki kepribadian dalam menentukan pilihan-pilihan pribadi (al-istiqlāl al-shakhsī) yang diyakini kebenarannya, sungguhpun harus menghadapi suami seperti terekam dalam al-Taḥrīm: 11-12. Perempuan dibenarkan menyuarakan kebenaran dan melakukan gerakan oposisi terhadap kebobrokan institusi negara (al-Tawbah: 21). Bahkan al-Qur’an menyerukan ‘perang’ terhadap negeri yang menindas kaum perempuan (al-Nisā’: 5). Sebab laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama untuk menjadi khalifah (Al-Naḥl: 97). Pendekatan Studi Islam 1. Bayānī: Memahami teks secara dogmatis dan tekstual tanpa mengkaitkan dengan perkembangan zaman. Penggunaan sumber-sumber klasik tafsir Al-Qur’an dan Hadis, Fiqh secara tekstual akan memunculkan kesenjangan dengan realitas. 2. Burhānī: Memahami teks dengan logika (akal) dengan pendekatan fungsional dan maslahah serta analogis sesuai dengan pandangan penafsirnya. Misalnya, pandangan Muhammad Abduh (pembaharu Islam dari Mesir) tentang kepemimpinan pada laki-laki didasarkan pada pandangan pribadinya bahwa laki-laki lebih rasional dari perempuan. Padahal Al-Qur’an menarasikan kepemimpinan Ratu Balqis yang semboyannya sampai saat ini masih diguna: “Baldatun Ṭayyibatun wa Rabbun Ghafūr”. Penggunaan tafsir ini pada masa sekarang dapat menimbulkan kesenjangan karena secara realitas rasional dan emosional dapat ditemukan pada diri laki-laki dan perempuan sesuai dengan bagaimana cara mereka dididik dan dibesarkan dalam lingkunag keluraga dan amsyarakat. 3. Waqiʿī: Memahami teks berdasarkan pada pengalaman dan fakta empiris dan kontekstual. Dalam hal ini ada tiga model: a) Teoritis: Memahami teks berdasarkan pada perkembangan makna bahasa seperti yang dilakukan oleh ‘Aisyah Abdurrahman Bintu alShātīʿ dalam tafsirnya: al-Tafsīr al-Bayānī li al- Qur’ān. b) Ilmu Pengetahuan: Memahami teks berdasarkan perkembangan ilmu atau yang dikenal dengan tafsīr ʿilmī. Pendekatan sumber-sumber al-Qur’an berdasarkan ilmu pengetahuan. 140 POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER Misalnya Morris Buqaiyyile menulis pendekatan al-Qur’an secara saintifik. Riffat Hasan menemukan fakta bahawa penciptaan Adam dan pasangannya (Ḥawa) dari dzat yang sama dan didukung oleh fakta-fakta saintifik tidak adanya tulang rusuk laki-laki yang hilang. Studi ini meruntuhkan pandangan lama bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. c) Kontekstual, baik kontekstual secara historis yaitu memahami al-Qur’an sebagaimana ketika al-Qur’an diturunkan untuk menemukan makna otentik sebuah teks maupun kontekstual secara sosiologis, yaitu konteks ketika al-Qur’an akan diterapkan dalam masyarakat, sehingga ditemukan makna relevansinya. Pendekatan yang dirumuskan oleh para intelektual Islam masa kini seperti: Fazlurrahman, al-Jābirī, Yasser Audah, Shaḥrūr, dlsb. 4. ʿIrfānī: Memahami teks berdasarkan ‘dhawq’ (pengalaman langsung). Keempat sistem interpretasi tersebut menghadapi tantangan yang sama yakni bagaimana mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil’alamin, sebagaimana ditegaskan dalam al-Anbiyā’: 187. Islam sebagai raḥmatan li al-ʿālamīn itulah yang merupakan paradigam Islam. Penguatan 2: Islam mendorong kesetaraan sosial dan kesetaraan gender Para sarajana kontemporer, baik di Timur Tengah seperti al-Jābirī, Muḥamamd Shaḥrūr, Layla Yūsuf Qarḍawī, Yasser Audah maupun sarjana Islam di Barat seperti Fazlurrahman, Ismail al-Faruqi, Asma Barlas, Amina Wadud dan Riffat Hasan serta sarjana Islam di Indonesia seperti Quraish Shihab, Nazaruddin Umar, Husein Muhammad dan yang lainnya mendorong pemahaman khazanah Islam (al-Qur’an, Hadis dan Fiqh) dengan pendekatan waqiʿī dengan mendasarkan pemahaman ajaran Islam dengan fakta-fakta empiris-kontektual sehingga dapat mencerminkan suatu pemahaman yang akurat sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teks dan konteks. Misalnya, prinsip keadilan dalam Islam berlaku pasti (qātʿī al-dilālah) dan universal namun indikator atau ukuran keadilan itu dapat berubah dan sesuai dengan tuntutan zaman seperti pada masalah pendidikan, ekonomi dan partisipasi sosial budaya. Bahan Bacaan Tugas Kelompok : Islam mendorong Kesetaraan Gender Ada beberapa masalah gender dalam Islam yang perlu didiskusikan secara serius dan mendalam, diantaranya mengenai kepemimpinan, wali, mahram, waris, kompetensi laki-laki dan perempuan dan lain-lain. Berikut ini disajikan beberapa ungkapan, baik dari Al-Qur’an, Hadis, ataupun ungkapan Arab lainnya yang perlu ditelaah lebih jauh. POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER 141 1. Ayat-ayat dan Hadis yang mengisyaratkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan 1.1 Ayat-ayat Al-Qur’an. al-Naḥl : 97 Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman. al-Nisā’: 124 Artinya: “Barang siapa mengerjakan amal sholeh yang baik, baik laki-laki dan perempuan sedang ia orang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam syurga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” al-Nisā’: 1 Artinya: “Hai sekalian amnusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari suatu dzat, dan dari dzat itu Allah menciptakan isterinya. Dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak”. 142 POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER al-Hujurat: 13 Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal Sesungguhnya orang yang paling mulia dihadapan Allah adalah adalah orang yang paling taqwa”. Ali ‘Imrān [3]: 195 Artinya: “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orangorang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.” Maksudnya sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, maka demikian pula halnya perempuan berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama manusia, tak ada kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya. al-Tawbah: 71 POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER 143 Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagaian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagaian yang lain”. al-Baqarah: 187 Artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikafdalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa”. 1.2 Sunnah “Dari Abi Sa’id berkata, Nabi bersabda: Tiada pagi hari melainkan ada dua malaikat yang memanggil-manggil; celakalah kaum laki-laki yang tidak memberikan hak terhadap perempuan dan celakalah kaum perempuan yang tidak memberikan hak terhadap laki-laki.”(HR. Ibnu Mājah). “Dari ‘Aishah, ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw: sesungguhnya orang mu’min yang lebih sempurna keimanannya adalah yang terbaik akhlaknya dan sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap istrinya.” (HR. Turmudhī). “Dari Ibnu ʿUmar bahwa Nabi bersabda: berilah izin kaum perempuan itu untuk pergi ke masjid di malam hari.”(HR. Bukhari). Dari Hisyam, dari ayahnya berkata, ditanyakan kepada ‘Aisyah tentang apa yang dilakukan Nabi saw ketika beliau di rumah? ‘Aisyah menjawab; beliau melakukan pekerjaan seperti apa yang kalian lakukan; menyemir sepatunya dan merapikan bajunya. (H.R. Ahmad). 144 POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER 2. Ayat-ayat al-Qur’an tentang keistimewaan perempuan al-Qaṣṣās: 7 Artinya: “Dan Kami wahyukan pada Ibu Musa: Susuilah dia dan apabila kami khawatir maka jatuhkanlah (hayutkanlah) ia ke Sungai.” al-Naml: 23 Artinya: “Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memimpin mereka dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar”. al-Qaṣṣās: 23 Artinya: “Kedua wanita (penggembala) itu berkata: “kami tidak dapat memberi minum ternak kami sebelum pengembala-pengembala itu (laki-laki) pulang”. POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER 145 3. Ayat-ayat yang mengisyaratkan keistimewaan laki-laki al-Nisā’ 34 Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”. al-Baqarah: 228 Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali qurū’. tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlahdan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makrufakan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” 146 POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER Catatan: Sangat penting memberi catatan tentang ayat kedua ayat ini mengingat keduanya yang paling sering digunakan untuk melegitimasi keunggulan harkat kemanusiaan laki-laki daripada perempuan. a. Qawwām dalam surat al-Nisa’: 34: ada perbedaan pemaknaan dalam terjemah al-Qur’an. Dalam Terjemah bahasa Inggris yang resmi dikeluarkan Pemerintah Saudi Arabia, Qawwam dimaknai maintainer (menjaga). Terjemahan resmi Iran menyatakan: maintainer andprotector (menjaga dan pelindung). Muhamamda Asad dari Pakistan mengartikan to take a full care (menjaga dengan sepenuhnya). Yusuf Ali mengartikan sama dengan Pemerintah Saudi Arabia. Artinya Kementerian Agama yang menuliskan qowwam sebagai pemimpin. Namun dalam cetakan terbaru sudah diubah menjadi pelindung. b.Kalimat ‘derajat’ dalam al-Baqarah: 228 dimaknai berbeda pada ulama klasik dan kontemporer. Contoh perbedaan penafsiran ‘derajat, Yusuf Ali mengatakan “laki-laki memiliki derajat (keunggulan) diatas perempuan. Muhsin Khan menyatakan: “laki-laki memiliki satu derajat (tanggung jawab) diatas isterinya. Perbedaan antara (keunggulan) dan (tanggung jawab) memiliki konsekuensi yang sangat jauh. Karena ayat ini berbicara masalah talak maka menurut sarjana Islam kontemporer seperti Mashood Baderin (2000), Nazruddin Umar (1998) kelebihan tersebut pada masalah pemberian nafkah anak yang harus diberikan laki-laki sebagai ayah pada anaknya. 1. Ayat-ayat yang secara eksplisit menguraikan perbedaan laki-laki dan perempuan al-Baqarah: 282, Tentang Kesaksian POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER 147 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah [179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua orang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” al-Baqarah: 228 Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. al-Nisā’ : 7 148 POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”. al-Nisā’ : 11 Artinya: “Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibubapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Maqalah-maqalah yang tidak memihak perempuan: Maqālah adalah riwayat diragukan rujukannya pada Rasulullah dan ulama-ulama masa lalu: “Perempuan itu ibarat setan yang diciptakan untuk kaum laki-laki. Kami berlindung kepada Allah dari seburuk-buruk setan yang menggoda.”1 1 Masdar F. Mas’udi, Islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan, (Bandung: Mizan, 2000), 44 POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER 149 “Aku tidak meninggalkan untukmu (laki-laki) fitnah yang lebih berbahaya daripada perempuan.”2 Rasulullah bersabda: ”Mentaati perempuan itu suatu kerugian, karena itu nasehatilah dia dengan suatu kebaikan sebelum mereka memerintah kamu sekalian berbuat munkar.” ‘Aishah berkata: “Sesungguhnya Nabi saw bersabda: jangan biarkan perempuan keluar dari rumah dan jangan diajari tulis-menulis.” Nabi bersabda: “Perempuan itu aurat, maka apabila ia keluar dari rumahnya, setan-setan akan merasa senang. Dalam riwayat lain (dikemukakan): perempuan itu aurat, maka tahanlah ia dalam rumahnya. Sesungguhnya kalau perempuan itu keluar dari rumahnya, maka akan menyenangkan hati setan karena bisa menggodanya.” 2 Muhammad bin Umar an-Nawawi al-Bantani, ʿUqūd al-lijayn fī Bayāni Ḥuqūq al-Zawjayni. 150 POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER LEMBAR KERJA Jawablah pertanyaan berikut ini: 1. Bagaimana memahami perbedaaan laki-laki dan perempuan dalam kerangka kesetaraan gender? 2. Bagaimana memahami keistimewaan laki-laki dalam kerangka kesetaraan gender? 3. Bagaimana memahami keistimewaan perempuan dalam kerangka kesetaraan gender? Kunci Jawaban Laki-laki dan perempuan diciptakan dengan persamaan dan keistimewaan yang harus dipahami dalam relasi komplementer dan saling melengkapi dan bukan saling merendahkan. Aspek-aspek istimewa yang selama ini digunakan untuk merendahkan salah satu jenis kelamin perlu di reinterpretasi dalam konteks peran fungsional dan tidak dipahami secara esensial. Karena secara esensial laki-laki dan perempuan sama dihadapan Allah meski dalam fungsi yang berbeda. Karena fungsi terkait sosial budaya maka dapat berubah dan bersesuaian dengan tuntutan zaman. Peran-peran fungsional ini harus dilakukan dalam visi Islam yang telah dijelaskan dalam sesi ini. Sumber: Modul Islam dan Gender, Pusat Studi Wanita, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER 151 Lampiran 152 POKOK BAHASAN 5: ISLAM DAN KESETARAAN GENDER POKOK BAHASAN 6 RANGKUMAN DAN REFLEKSI POKOK BAHASAN 6 RANGKUMAN DAN REFLEKSI Fenomena kemiskinan, kerusakan lingkungan, ketidakadilan sosial berbasis gender, maupun maraknya konflik yang bersifat destruktif telah menjadi isu keseharian yang harus dihadapi oleh umat Islam di Indonesia khususnya, dan dunia pada umumnya. Jika ditelaah lebih dalam, berbagai isu dan permasalahan tersebut muncul karena buruknya tata kelola, baik tata kelola pemerintahan atau organisasi maupun tata kelola demokratis. Tata kelola pemerintahan yang buruk berdampak pada munculnya inefisiensi penggunaan sumber daya, indisipliner, bahkan korupsi yang berujung pada pemiskinan umat. Sedangkan buruknya penerapan tata kelola demokratis menghilangkan penghargaan terhadap perbedaan pendapat dan perbedaan pandangan, menghilangkan rasa saling percaya, dan mengakibatkan munculnya berbagai konflik mulai konflik sosial, konflik berbasis agama, konflik sumber daya yang tak jarang bersifat destruktif. Oleh karenanya para mubalig sebagai tokoh umat Islam dan agent perubahan idealnya mensiarkan nilai-nilai dari tata kelola demokratis yang didalamnya juga terkandung prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. 6.1. Ringkasan dan Refleksi Tujuan 1. Peserta mampu menjelaskan benang merah atau keterkaitan antar pokok bahasan yang satu dengan pokok bahasan lainnya. Materi Metode Alat dan Bahan 2. Peserta dapat menyimpulkan hubungan antara pokok bahasan dengan upaya mendorong terwujudnya tata kelola demokratis. - Materi pokok bahasan 1 sampai pokok bahasan 5 seperti yang dimuat dalam lembar informasi kunci masing-masing Sesi dari Pokok Bahasan - Curah pendapat - Diskusi kelas - Flip chart - Kertas plano - Kartu metaplan - Spidol Waktu - Solatip - Pertanyaan kunci 90 Menit (2 sesi) POKOK BAHASAN 6: RANGKUMAN DAN REFLEKSI 155 Proses 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit). Fasilitator menjelaskan pokok bahasan, tujuan, dan proses pembelajaran. 2. Fasilitator membagikan kertas metaplan, spidol dan solitipe serta menjelaskan kepada peserta untuk apa dan kapan alatalat tersebut digunakan. (5 menit) 3. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan kunci yang terdapat pada lembar lampiran dan meminta peserta menuliskan jawabannya di metaplan. ( 30 menit) 4. Fasilitator meminta peserta maju ke depan untuk menempelkan metaplan di kertas plano.Kemudian fasilitator melakukan pengelompokan metaplan sesuai dengan jawaban peserta. (5 menit) 5. Selanjutnya fasilitator membacakan ulang hasil jawaban peserta dan membuka diskusi kelas dengan meminta tanggapan dari peserta. (10 menit) 6. Setelah diskusi kelas kemudian fasilitator meminta 3 orang peserta sebagai sukarelawan untuk menyampaikan kesimpulan dari hasil diskusi sehubungan keterkaitan antara pokok bahasan yang satu sama yang lain serta hubungannya dengan upaya mendorong terwujudnya tatakelola demokratis.(30 menit) 156 POKOK BAHASAN 6: RANGKUMAN DAN REFLEKSI DAFTAR PERTANYAAN KUNCI Berikut sejumlah pertanyaan kunci yang bisa digunakan oleh fasilitator untuk memandu proses curah pendapat: 1. Bagaimana pandangan Islam tentang Good Democratic Governance? 2. Apa hubungan Good Democratic Governance dengan Perdamaian, Solidaritas Sosial, Kelestarian lingkungan dan kesetaraan gender? 3. Bagaimana pandangan Islam tentang isu perdamaian, solidaritas sosial, kelestarian lingkungan dan kesetaraan gender? 4. Apa kesimpulan yang dapat diambil mengenai keterkaitan antara isu perdamaian, solidaritas sosial, kelestarian lingkungan dan kesetaraan gender serta democratic governance dalam perspektif Islam? POKOK BAHASAN 6: RANGKUMAN DAN REFLEKSI 157 Lampiran 158 POKOK BAHASAN 6: RANGKUMAN DAN REFLEKSI SESI 2 REFLEKSI Tujuan 1. Peserta mampu melakukan self evaluation terhadap pendekatan dan materi dakwah yang selama ini disampaikan 2. Peserta mampu menyusun agenda aksi individual yang akan dilakukan untuk mensiarkan tatakelola demokratis. - Mengisi angket self evaluation (Post Test) Materi Metode - Game/permainan Alat dan Bahan - Kerja individu menyusun rencana aksi - Presentasi di depan kelas - Bola kasti 1 buah - Musik - Laptop/tape dan speaker - Lembar informasi kunci Waktu Proses - Lembar Post test - Format rencana aksi 90 Menit (2 Sesi) 1. Pengantar sesi oleh fasilitator (10 menit). Fasilitator menjelaskan pokok bahasan, tujuan, dan proses pembelajaran. 2. Fasilitator membagikan lembar post test dan meminta peserta untuk mengisinya. (20 menit) 3. Fasilitator meminta semua peserta berdiri di depan kelas dalam bentuk lingkaran. Kemudian fasilitator menjelaskan aturan permainan dimana jika musik berbunyi maka bola kasti harus diputarkan secara estafet searah dengan jarum jam. Dan ketika musik berhenti maka orang yang memegang bola tersebut harus menyampaikan satu buah refleksi sebagai bentuk self evaluation terhadap pendekatan maupun substansi materi dakwah yang selama ini disampaikan sebagai seorang mubalig. Setelah waktu habis peserta diminta kembali duduk di tempatnya masing-masing (25 menit) 4. Fasilitator membagikan lembar kerja kepada semua peserta dan meminta peserta menyusun rencana aksi individu setelah selesai mengikuti pelatihan. POKOK BAHASAN 6: RANGKUMAN DAN REFLEKSI 159 LEMBAR KERJA Susunlah Rencana Aksi individu tentang apa yang akan dilakukan dalam mensiarkan tatakelola demokratis setelah selesai mengikuti pelatihan mubalig ini dengan menggunakan format sebagai berikut: Nama : Nomor kontak : Alamat : Asal Organisasi : Visi Dakwah Tujuan Dakwah Kelompok sasaran Metode Dakwah Substansi Dakwah Kegiatan dan waktu 160 POKOK BAHASAN 6: RANGKUMAN DAN REFLEKSI LAMPIRAN METODOLOGI EVALUASI PEMBELAJARAN, PENERAPAN DAN DAMPAK Pengantar Pre Test/Post Test Menurut Web Center for Social Research, evaluasi adalah sebuah upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk memberikan masukan atau umpan balik terhadap audiens spesifik1. Ada banyak jenis evaluasi, namun secara umum evaluasi dapat dibagi atas dua tipe, yaitu: evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif biasanya ketika program masihpada sedang Dalam waktu 20 menit jawablah pertanyaan berikut ini dilakukan dengan memberi tanda lingkar berjalan. Termasuk dalam kategori ini adalah needs asessment, konseptualisasi stuktur, evaluasi jawaban atau pernyataan yang anda anggap paling benar! pelaksanaan dan evaluasi proses. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai. Fokus evaluasi ini untuk melihat hasil, dampak, efektivitas biaya, dan analisa cost-benefit. 1. Tata kelola demokratis sangat sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Mana diantara Dakwah Inklusif: Pendidikan Mubalig untuk Tata Kelola Demokratis merupakan salah satu program pernyataan berikut ini yang merupakan prinsip-prinsip dari tata kelola demokratis yang peningkatan kapasitas para mubalig. Dalam rangka memberikan umpan balik kepada perencana, benar! penyelenggara pendidikan, sponsor, fasilitator maupun para peserta pendidikan, maka perlu a. Transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan dilakukan evaluasi. Evaluasi pendidikan mubalig dapat menggunakan Model Evaluasi Kirkpatrick, sebagaimana diuraikan di bawah ini. b. Penghargaan martabat kemanusiaan, kesetaraan, anti kekerasan, dan menghargai perbedaan. Metode c. Transparansi, responsif, partisipasi, dan akuntabilitas Menurut Model Evaluasi Kirkpatrick, evaluasi dan pendidikan/pelatihan terdiri atas empat tingkatan d. Cinta perdamaian, keadilan, partisipasi antikorupsi 2 evaluasi , yaitu: e. Semua benar. Tingkat Pertama: Reaksi. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengukur tingkat kepuasan peserta program. Reaksi dapat berupa bagaimana perasaan mereka atau apa pendapat mereka 2. Tata proses kelola pendidikan/pelatihan, yang baik merupakanmateri-materi prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam mengelola tentang yang disampaikan dan para fasilitator. Hal ini organisasi. Prinsip-prinsip tata kelola yang baik adalah sebagai berikut: dapat langsung ditanyakan segera setelah diklat selesai dan skala Likert dapat digunakan untuk melakukan ini. a. Transparansi, partisipasi, akuntabilitas, responsif, dan berkeadilan b. Antikorupsi, kontrol dan pengawasan, responsif Tingkat Kedua: Pembelajaran. Tujuan daritransparansi, evaluasi di dan tingkat ini adalah untuk mengukur peningkatan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta. Salah satu metode yang biasa digunakan c. Perdamaian, kesetaraan, transparansi, toleransi adalah metode pre test dan post test terkait dengan materi yang digunakan. Hal ini juga dapat dilakukan melalui observasi ketika simulasi dan latihan dilakukan di dalam kelas. d. Penghargaan martabat kemanusiaan,kesetaraan, anti kekerasan, dan menghargai perbedaan. Tingkat Ketiga : Tingkah Laku/Tindakan. Evaluasi ditingkat ini dilakukan untuk mengukur e. Semua pernyataan salah bagaimana pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dari diklat digunakan dalam pekerjaannya. Metode yang bisa dilakukan dengan melakukan survei atau wawancara terhadap alumni, rekan kerja atau pimpinannya atau yang mempekerjakan mereka. 3. Berikut ini merupakan etika menghadapi perbedaan atau ikhtilaf dalam Islam, kecuali pernyataan a. Lapang dada menerima kritik 1.http://www.socialresearchmethods.net/intreval.htm b. Berdiskusi dengan memilih ucapan yang terbaik 2.Coady International Institute, Facilitation and Training Approaches for Community Change, Manual of Reference Materials, Antigonish: Coady International Institute, 2012, hal.31. Lihat juga http: //www. bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/20275c. Berdiskusi untuk memenangkan perdebatan penerapan-model-evaluai-kirpatrick. PRE TEST/POST TEST Lampiran 161 d. Berdiskusi dengan tujuan yang lurus Tingkat Keempat. Tujuan evaluasi pada tingkatan ini adalah untuk mengukur hasil dan dampak e. Berdiskusi niat menemukan kebenaran dari program diklat.dengan Hasil yang ingin dicapai didalam Kerangka Acuan untuk kegiatan diklat menjadi panduan dalam melakukan evaluasi. Apa yang telah berubah dan dicapai setelah program diklat? Metode yang digunakan adalah wawancara dan pengecekan ke lapangan. Dalam kontek 4. Toleransi merupakan salah satu mubalig sikap yang sangat dibutuhkan evaluasi yang akan dilakukan untuk termasuk antara laindalam adalahmemelihara wawancarakehidupan terhadap bermasyarakat yang harmonis dan damai. Mana pernyataan di bawah ini yang merupakan alumni. sikap toleransi. Evaluasi pertama dan tingkat keduaagama masuklain dalam kategori evaluasi formatif, sedangkan a. tingkat Turut serta merayakan hari besar evaluasi tingkat ketiga dan evaluasi tingkat keempat masuk dalam evaluasi sumatif. b. Memakan semua makanan yang diberikan Alat Evaluasi c. Mendengarkan “ceramah” dari pendeta atau pun pastor d. instrumen Menjadikanevaluasi tetangga nondigunakan muslim sebagai asuh evaluasi berbeda-beda sesuai Alat atau yang untuk orang setiap tua tingkatan dengan atau peruntukannya. Berikut ini merupakan e. tujuan Tidak mengganggu umat agama lain dalam beribadahcontoh masing-masing instrumen evaluasi yang dapat digunakan untuk masing-masing tingkatan. Instrumen ini dapat lebih dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. 5. Peran zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah ... Tentu saja pihak yang menggunakan alat evaluasi ini, setelah dimodifikasi dan dielaborasi, perlu a. Sebagai alat untuk mewujudkan menghimpun serta menyajikan data yangsolidaritas terkumpul,sosial membuat analisanya, menarik kesimpulan serta b. mengidentifikasi rekomendasi yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan efektifitas Sebagai alat untuk pamer kekayaan paket pendidikan ini. c. Alat untuk mendistribusikan kekayaan Alat Evaluasi Tingkat Pertama d. Pernyataan a,b, dan c salah e. tanda Pernyataan dan yang c benar Berilah X padaa,b, huruf mewakili pendapat Anda tentang tingkat kepuasan terhadap Dakwah Inklusif: Pendidikan Mubalig untuk Tata Kelola Demokratis. 6. Mengapapendapat zakat danAnda sedekah di Indonesia belumpelatihan dikelola dengan baik untuk kemaslahatan 1. Bagaimana tentang mutu materi yang disampaikan dalam diklat umat?Inklusif ? Dakwah a. Sangat kurang a. Kurangnya sumber daya manusia yang terampil b. Kurang c. Cukup baik b. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan d. Baik c. Tata kelola zakat dan sedekah yang buruk tidak transparan dan akuntabel e. Sangat baik 2. Bagaimana pendapat metode pelatihan yang digunakan? d. Pernyataan a,b,Anda dan ctentang semua salah a. Sangat tidak menarik e. Pernyataan b. Tidak menarik a,b, dan c semua benar c. Cukup menarik d. Menarik Tugas menarik manusia sebgai khalifah di bumi memiliki makna ... 7. e. Sangat 3. Bagaimana pendapat Andaberkewajiban tentang tingkat penguasaan materi dari fasilitator? a. Manusia tidak saja sebagai pemimpin di bumi tetapi juga memakmurkan a. Sangat tidak menguasai bumi. b. Tidak menguasai b. Manusia berkewajiban mengeskplorasi hasil bumi untuk pemenuhan kebutuhannya c. Cukup menguasai yang tidka terbatas d. Menguasai e. Sangat menguasai c. Manusia harus memanfaatkan kekayaan alam seoptimal mungkin 162 PRE TEST/POST TEST Lampiran d. Berdiskusi dengan tujuan yang lurus 4. Bagaimana pendapat Anda tentang fasilitas yang disediakan? Berdiskusi a.e.Sangat tidakdengan puas niat menemukan kebenaran b. Tidak puas c. Cukup puas Toleransi 4. d. Puas merupakan salah satu sikap yang sangat dibutuhkan dalam memelihara kehidupan e.bermasyarakat Sangat puas yang harmonis dan damai. Mana pernyataan di bawah ini yang merupakan sikap toleransi. 5. Bagaimana tingkat kepuasan Anda terhadap proses diklat secara keseluruhan? a.a.Sangat tidak Turut sertapuas merayakan hari besar agama lain b. Tidak puas Memakan c.b.Cukup puas semua makanan yang diberikan d. c. Puas Mendengarkan “ceramah” dari pendeta atau pun pastor e. Sangat puas d. Menjadikan tetangga non muslim sebagai orang tua asuh mengikuti setiap proses diklat? 6. Apakah panitia diklat membantu dan mempermudah peserta a.e. Sangat membantu Tidak tidak mengganggu umat agama lain dalam beribadah b. Tidak membantu c. Cukup membantu d. Membantu dengan baik 5. Peran zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah ... e. Sangat membantu 7. Tulislah masukan Andamewujudkan untuk perbaikan kualitas diklat Dakwah Inklusif ke depan dalam satu a. Sebagai alat untuk solidaritas sosial paragraf! b. Sebagai alat untuk pamer kekayaan c. Alat untuk mendistribusikan kekayaan B. Alat Evaluasi Tingkat Kedua d. Pernyataan a,b, dan c salah Evaluasi tingkat kedua ditujukan untuk mengetahui perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap sebelum dancsesudah e. peserta Pernyataan a,b, dan benar mengikuti diklat. Oleh karenanya intrumen yang digunakan adalah pre test dan post test. Adapun contoh pre test dan post test yang dapat digunakan dapat dilihat di bawah ini. 6. Mengapa zakat dan sedekah di Indonesia belum dikelola dengan baik untuk kemaslahatan umat? a. Kurangnya sumber daya manusia yang terampil Pre Test / Post Test b. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan Dalam waktu 20 menit jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda lingkar pada c. Tata kelola zakat dan sedekah yang buruk tidak transparan dan akuntabel jawaban atau pernyataan yang anda anggap paling benar! d. Pernyataan a,b, dan c semua salah Tata kelola demokratis sangat sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Mana diantara pernyataan e. Pernyataan a,b, dan c semua benar dari tata kelola demokratis yang benar? berikut ini yang merupakan prinsip-prinsip Transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan 7. Tugas manusia sebgai khalifah di bumi memiliki makna ... Penghargaan martabat kemanusiaan, kesetaraan, anti kekerasan, dan menghargai perbedaan. a. Manusia tidak saja berkewajiban sebagai pemimpin di bumi tetapi juga memakmurkan bumi. Transparansi, responsif, partisipasi, dan akuntabilitas b. Manusia berkewajiban mengeskplorasi hasil bumi untuk pemenuhan kebutuhannya yang tidka terbatas Cinta perdamaian, keadilan, partisipasi dan antikorupsi c. Manusia harus memanfaatkan kekayaan alam seoptimal mungkin Semua benar. 162 Lampiran PRE TEST/POST TEST 163 d. Berdiskusi dengan tujuan yang lurus Tata kelola yang baik merupakan prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam mengelola organisasi. e. Berdiskusi dengan niat menemukan kebenaran Prinsip-prinsip tata kelola yang baik adalah sebagai berikut: Transparansi, partisipasi, akuntabilitas, responsif, dan berkeadilan 4. Toleransi merupakan salah satu sikap yang sangat dibutuhkan dalam memelihara kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan damai. Mana Antikorupsi, kontrol dan pengawasan, transparansi, danpernyataan responsif di bawah ini yang merupakan sikap toleransi. Perdamaian, kesetaraan, transparansi, toleransi a. Turut serta merayakan hari besar agama lain b. Memakan semua makanan yang diberikan Penghargaan martabat kemanusiaan,kesetaraan, anti kekerasan, dan menghargai perbedaan. c. Mendengarkan “ceramah” dari pendeta atau pun pastor Semua pernyataan salah d. Menjadikan tetangga non muslim sebagai orang tua asuh Berikut merupakan etika menghadapi ikhtilaf dalam Islam, kecuali pernyataan e. iniTidak mengganggu umat agama perbedaan lain dalam atau beribadah a. Lapang dada menerima kritik b. Berdiskusi dengan memilih ucapan yang terbaik c. Berdiskusi untuk memenangkan perdebatan 5. Peran zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah ... d. Berdiskusi dengan tujuan yang lurus a. Sebagaidengan alat untuk solidaritas sosial e. Berdiskusi niatmewujudkan menemukan kebenaran 4. Toleransi merupakan salah satu sikap yang sangat dibutuhkan dalam memelihara kehidupan b. Sebagai alat untuk pamer kekayaan bermasyarakat yang harmonis dan damai. Mana pernyataan di bawah ini yang merupakan sikap toleransi. c. Alat untuk mendistribusikan kekayaan a. Turut serta merayakan hari besar agama lain d. Pernyataan dan c salah b. Memakan semuaa,b, makanan yang diberikan c. Mendengarkan “ceramah” dari e. Pernyataan a,b, dan c benarpendeta atau pun pastor d. Menjadikan tetangga non muslim sebagai orang tua asuh e. Tidak mengganggu umat agama lain dalam beribadah 5. 6. Peran zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah ... dengan baik untuk kemaslahatan Mengapa zakat dan sedekah di Indonesia belum dikelola a. Sebagai umat? alat untuk mewujudkan solidaritas sosial b. Sebagai alat untuk pamer kekayaan a. untuk Kurangnya sumber daya kekayaan manusia yang terampil c. Alat mendistribusikan d. Pernyataan a,b, transparansi dan c salah dan akuntabilitas dalam pengelolaan b. Kurangnya e. Pernyataan a,b, dan c benar c. Tatazakat keloladan zakat dan sedekah yang buruk tidak transparan dan akuntabel 6.Mengapa sedekah di Indonesia belum dikelola dengan baik untuk kemaslahatan umat? d. Pernyataan a,b, dan c semua salah a. Kurangnya sumber daya manusia yang terampil e. Pernyataan a,b, dan cdan semua benar dalam pengelolaan b. Kurangnya transparansi akuntabilitas c. Tata kelola zakat dan sedekah yang buruk tidak transparan dan akuntabel d. Pernyataan a,b, dan c semua salah e. Pernyataan a,b, dan c semua benar 7. Tugas manusia sebgai khalifah di bumi memiliki makna ... a. Manusia tidak saja berkewajiban sebagai pemimpin di bumi tetapi juga memakmurkan bumi. b. Manusia berkewajiban mengeskplorasi hasil bumi untuk pemenuhan kebutuhannya yang tidka terbatas c. Manusia harus memanfaatkan kekayaan alam seoptimal mungkin 162 164 PRE TEST/POST TEST Lampiran d. Berdiskusi dengan tujuan yang lurus 7. Tugas manusia sebagai khalifah di bumi memiliki makna e. Berdiskusi dengan niat menemukan kebenaran a. Manusia tidak saja berkewajiban sebagai pemimpin di bumi tetapi juga memakmurkan bumi. b.Manusia berkewajiban mengeskplorasi hasil bumi untuk pemenuhan kebutuhannya yang tidka terbatas 4. c. Toleransi merupakan salah satu sikap yang sangat dibutuhkan dalam memelihara kehidupan Manusia harus memanfaatkan kekayaan alam seoptimal mungkin bermasyarakat yang harmonis d. Pernyataan a,b,c semua benardan damai. Mana pernyataan di bawah ini yang merupakan sikap toleransi. e. Pernyataan a,b,c, semua salah 8. Mana diantara pernyataanhari berikut yanglain merupakan cerminan dari upaya menjalankan a. Turut serta merayakan besarini agama amanah sebagai khalifah Allah di bumi? b. Tidak Memakan semua makanan a. menggunakan sumberyang dayadiberikan alam yang ada agar tidak merusak lingkungan b. sumber daya alam untukatau memenuhi kebutuhan hidup manusia c. Mengeksploitasi Mendengarkan “ceramah” dari pendeta pun pastor c. Mengelola sumber daya alam yang tersedia dengan tetap menjaga kelestariannya d. Pernyataan Menjadikana,b,c tetangga muslim sebagai orang tua asuh d. semuanon benar e. a,b,c, semua salah e. Pernyataan Tidak mengganggu umat agama lain dalam beribadah 9. Mana pernyataan di bawah ini yang menurut anda paling benar! a. Kesetaraan gender merupakan salah satu bentuk dari penerapan prinsip kesetaraan dalam tata kelola demokratis. 5. Peran zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah ... b. Kesetaraan gender merupakan tujuan dari pengarusutamaan gender dalam pembangunan a. Kesetaraan Sebagai alat untukberarti mewujudkan solidaritas sosial c. gender melakukan gerakan pemberdayaan perempuan d. Pernyataan a,b,c semua benar b. Sebagai alat untuk pamer kekayaan e. Pernyataan a,b,c, semua salah 10.c.Pernyataan yang mencerminkan Alat untukmana mendistribusikan kekayaanhubungan antara Islam dan Perdamaian, Islam dan Kesalehan Sosial, Islam dan lingkunga hidup, serta Islam dan kesetaraan gender dengan tata d.kelola Pernyataan a,b, dan c salah demokratis? kelolaa,b, yang e.a.Tata Pernyataan dan cbaik benardan demokratis merupakan instrumen untuk mewujudkan perdamaian, kesalehan sosial, kelestaruan lingkungan hidup dan kesetaraan gender. b. Konflik, kerusakan lingkungan, kemiskinan dan ketidakadilan dapat dikurangi jika tata kelolazakat yang baik dan demokratis diterapkan kehidupan sehari-hari. 6. Mengapa dan sedekah di Indonesia belumdalam dikelola dengan baik untuk kemaslahatan c. Prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan demokratis wajib diterapakan oleh pemerintah, umat? masyarakat sipil, perusahaan , parlemen, dan sebagainya. a.d.Kurangnya daya benar manusia yang terampil Pernyataansumber a,b,c semua Pernyataantransparansi a,b,c, semua dan salah b.e.Kurangnya akuntabilitas dalam pengelolaan c. Evaluasi Tata kelolaTingkat zakat danKetiga sedekah yang buruk tidak transparan dan akuntabel Alat d. Pernyataan a,b, dan c semua salah Evaluasi pada tingkat ini akan menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik e. Pernyataan dan c semua benar wawancara dengana,b, wahana FGD. Pesertanya adalah alumni diklat Dakwah Inklusif dan para penerima dakwah inklusif atau beneficiaries dari para mubalig alumni. Berikut ini merupakan contoh instrumen evaluasi dalam bentuk beberapa pertanyaan kunci. 7. Tugas manusia sebgai khalifah di bumi memiliki makna ... a. Manusia tidak saja berkewajiban sebagai pemimpin di bumi tetapi juga memakmurkan bumi. b. Manusia berkewajiban mengeskplorasi hasil bumi untuk pemenuhan kebutuhannya yang tidka terbatas c. Manusia harus memanfaatkan kekayaan alam seoptimal mungkin 162 Lampiran PRE TEST/POST TEST 165 d. Berdiskusi dengan tujuan yang lurus I. Pertanyaan kunci bagi para alumni e. Berdiskusi dengan niat menemukan kebenaran Apa saja yang telah Bapak/Ibu lakukan setelah mengikuti pendidikan Dakwah Inklusif atau pelatihan mubalig untuk menyebarkan semangat tata kelola demokratis (toleransi, perdamaian, 4. Toleransi merupakan salah satu anti-korupsi)? sikap yang sangat dibutuhkan dalam memelihara kehidupan kesetaraan, keadilan, anti-kekerasan, bermasyarakat yang harmonis dan damai. Mana pernyataan di bawah ini yang merupakan sikap toleransi. Apakah Bapak/Ibu telah menerapkan prinsip – prinsip tata kelola demokratis dalam kehidupan sehari-hari? Jikaserta iya bagaimana itu lain Bapak/Ibu laksanakan? a. Turut merayakanprinsip-prinsip hari besar agama b. dalam Memakan semua dakwah makanan yang diberikan Apakah melakukan Bapak/Ibu telah mempromosikan tentang prinsip-prinsip tata kelola c.demokratis (toleransi, perdamaian, kesetaraan, keadilan, Mendengarkan “ceramah” dari pendeta atau pun pastor anti-kekerasan, anti-korupsi)? Jika ya pada kesempatan apa, kepada siapa, dan dimana? d. Menjadikan tetangga non muslim sebagai orang tua asuh Apakah tata kelola telah diterapkan e. prinsip-prinsip Tidak mengganggu umat demokratis agama lain dalam beribadah dilembaga atau organisasi Bapak/ Ibu? Jika ya sejak kapan? Apakah ada peran Bapak/Ibu dalam mendorong penerapannya di organisasi/lembaga dimana Ibu/Bapak tergabung atau bekerja? 5. Peran zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah ... Apakah Bapak/Ibu menemui kendala atau tantangan dalam menerapkan prinsip-prinsip tata Sebagai alat untukdijelaskan. mewujudkan solidaritas sosial kelola a.demokratis? Tolong Apakah dan bagaimanakah Bapak/Ibu berhasil menangani kendala/tantangan tersebut? Apakah ada kiat-kiat yang dapat dishare dengan orang-orang lain? b. Sebagai alat untuk pamer kekayaan II . Pertanyaan kunci bagi masyarakat penerima manfaat c. Alat untuk mendistribusikan kekayaan d. Pernyataan dan c salah Bagaimana pendapata,b, Ibu/Bapak terhadap pendekatan dakwah/ceramah yang dilakukan oleh mubalig yang pernah mengikuti pendidikan Dakwah Inklusif? (NB: sebaiknya menyebut nama e. Pernyataan a,b, dan c benar mubalig yang dimaksud). Bagaimana pendapat terhadap materibelum atau isidikelola ceramah yang disampaikan oleh mubalig 6. Mengapa zakat Ibu/Bapak dan sedekah di Indonesia dengan baik untuk kemaslahatan itu? Apa ada perbedaan materi/penyampaian mubalig itu dengan sebelum mengikuti pendidikan? umat? Jelaskan perbedaannya jika ada! a. Kurangnya sumber daya manusia yang terampil Mana yang lebih Ibu/Bapak sukai: pendekatan lama atau pendekatan yang baru? Jelaskan mengapa! b. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan c. Tata kelola zakat dan sedekah yang buruk tidak transparan dan akuntabel d. Pernyataan a,b, dan c semua salah e. Pernyataan a,b, dan c semua benar 7. Tugas manusia sebgai khalifah di bumi memiliki makna ... a. Manusia tidak saja berkewajiban sebagai pemimpin di bumi tetapi juga memakmurkan bumi. b. Manusia berkewajiban mengeskplorasi hasil bumi untuk pemenuhan kebutuhannya yang tidka terbatas c. Manusia harus memanfaatkan kekayaan alam seoptimal mungkin 162 166 PRE TEST/POST TEST Lampiran d. Berdiskusi dengan tujuan yang lurus D. Alat Evaluasi Tingkat Keempat e. Berdiskusi dengan niat menemukan kebenaran Pada evaluasi tingkat keempat teknik yang bisa digunakan selain diskusi terfokus dan wawancara sebenarnya juga dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan atau observasi. Khusus untuk 4. Toleransi merupakan salah satu sikap yang sangat dibutuhkan dalam memelihara kehidupan wawancara, dibawah ini disajikan beberapa pertanyaan yang dapat diajukan. bermasyarakat yang harmonis dan damai. Mana pernyataan di bawah ini yang merupakan sikap toleransi. I. Pertanyaan kunci untuk alumni pendidikan a. Turut serta merayakan hari besar agama lain Apa perubahan yang Bapak/Ibu rasakan setelah memberikan dakwah dengan muatan tata kelola b. Memakan semua makanan yang diberikan demokratis dibandingkan dengan sebelumnya? Mengapa perubahan itu terjadi? c. Mendengarkan “ceramah” dari pendeta atau pun pastor Apa hasil yang Bapak/Ibu rasakan bagi diri sendiri dan organisasi Bapak/Ibu setelah mengikuti d. Menjadikan muslim sebagai orang tua asuh pendidikan mubaligtetangga dengan non paket Dakwah Inklusif? e. Tidak mengganggu umat agama lain dalam beribadah Apa dampak dari penerapan tata kelola demokratis baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam melakukan dakwah yang Bapak/ibu rasakan? 5. Peran zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah ... II. Pertanyaan kunci bagi masyarakat penerima manfaat a. Sebagai alat untuk mewujudkan solidaritas sosial Berapa kali Bapak/Ibu mendengarkan ceramah/dakwah dari mubalig alumni pendidikan Dakwah b. Sebagai alat untuk pamer kekayaan Inklusif (sebut nama mubalig itu)? Bisakah dijelaskan dimana, kapan dan dalam forum apa? c. Alat untuk mendistribusikan kekayaan Apakah ada hal-hal yang telah Bapak/Ibu lakukan dalam rangka mempraktekkan prinsipd. Pernyataan a,b, dan c salah prinsip tata kelola demokratis setelah mendengarkan ceramah atau pun dakwah dari mubalig itu (menghargai harkat kemanusiaan e. Pernyataan a,b, dan c benar / HAM, toleransi, anti-kekerasan, kesetaraan, anti-korupsi dan perdamaian)? Tolong dijelaskan. ApaMengapa perubahan yang terjadi di rumah tangga dan di masyarakat sekitar Ibu/Bapak setelah Bapak/ 6. zakat dan sedekah di Indonesia belum dikelola dengan baik untuk kemaslahatan Ibuumat? mempraktekkan prinsip-prinsip tata kelola demokratis dalam kehidupan sehari –hari? a. Kurangnya sumber daya manusia yang terampil b. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan c. Tata kelola zakat dan sedekah yang buruk tidak transparan dan akuntabel d. Pernyataan a,b, dan c semua salah e. Pernyataan a,b, dan c semua benar 7. Tugas manusia sebgai khalifah di bumi memiliki makna ... a. Manusia tidak saja berkewajiban sebagai pemimpin di bumi tetapi juga memakmurkan bumi. b. Manusia berkewajiban mengeskplorasi hasil bumi untuk pemenuhan kebutuhannya yang tidka terbatas c. Manusia harus memanfaatkan kekayaan alam seoptimal mungkin 162 Lampiran PRE TEST/POST TEST 167 DAFTAR PUSTAKA Ali, Nuruddin Muhammad, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Ali, Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press, 2006 Bastian, Indra, Akutansi untuk LSM dan Partai Politik, Jakarta: Erlangga, 2007. Bevir, Mark, Democratic Governance, Princeton dan Oxford: Princenton University Press, 2010. Haris, Syamsuddin, Ed, Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Jakarta: LIPI Press, 2005 Ibn Katsir, al-Sirah al-Nabawiyyah, Beirut-Lubnan: Dar al-Fikr, 1990 Modul Islam dan Gender, Pusat Studi Wanita, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Mastuti, Sri, Panduan Kerja Pokja SILE , Jakarta: SILE, 2012 . Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: Grasindo, 2003. Naeem siddiqui, muashhi na. Hamwarion-ka-islami, Economic Inequalities and their Islamic Solution. Panduan Praktis Manusia dan Lingkungan Hidup , Kementerian Lingkungan Hidup dan Nahdatul Ulama, 2011. Qardhawi, Yusuf, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Jakarta: Gema Insani Press, 1995 Rachman, Budi Munawar, (ed), Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Cet. I, Jakarta: Paramadina, 1994. Rai, I Gusti Agung, Audit Kinerja Pada Sektor Publik, Jakarta: Penerbit Salemba, 2008. Shiddieqy, Hasbi Ash, Kuliah Ibadah, Jakarta: PT.Bulan Bintang, 1995. Soesastro, Hadi,Ed, Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir, Yogyakarta: Kanisius, 2005. Turmudi, Endang, Ed. Islam dan Radikalisme di Indonesia, Jakarta: LIPI Press, 2005. 168 DAFTAR PUSTAKA Supporting Islamic Leadership in Indonesia/Local Leadership for Development (SILE/LLD) bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dalam melaksanakan program Kemitraan UniversitasMasyarakat (KUM) dengan menggunakan pendekatan Asset-based Community-driven Development (ABCD). SILE/LLD (2011 – 2016) merupakan program Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama, dengan dukungan finansial dan bantuan teknis dari pemerintah Kanada cq Global Affairs Canada (GAC). Dukungan pemerintah Kanada disediakan melalui Cowater International Inc. kerjasama dengan World University Service of Canada (WUSC).