ahmad fauzi nim - UIN Repository

advertisement
MEKANISME PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS
PT. UMAT POWER
(Pada: Notaris & PPAT Dradjat Darmadji, S.H., di Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
AHMAD FAUZI
NIM: 1110048000051
KONSENTRASI HUKUM BISNIS
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436H/2015M
ABSTRAK
AHMAD FAUZI, NIM: 1110048000051. MEKANISME PENDIRIAN
PERSEROAN TERBATAS PT. UMAT POWER pada Notaris & PPAT Dradjat
Darmadji, S.H., di Jakarta. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum
Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1436 H/2015 M. xi + 97 halaman + halaman lampiran. Skripsi ini bertujuan
untuk mengetahui pengaturan mekanisme pendirian perseroan terbatas pada notaris.
Latar belakang penelitian ini adalah pesatnya usaha yang diminati dalam bentuk
Perseroan Terbatas di Indonesia. Dengan pendiriannya yang dianggap mudah melalui
notaris, hal ini sering di selewengkan oleh para pendiri yang beritikad tidak baik.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian library research, yang mengkaji berbagai
dokumen yang terkait dengan penelitian. Metode yang digunakan penulis adalah
metode penulisan yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan perundangundangan (statute approach) dan pendekatan data dengan menggunakan akta
pendirian perseroan terbatas. Selanjutnya ada tiga bahan hukum yang digunakan
dalam penelitian ini, yakni bahan hukum primer, bahan hukum skunder, dan bahan
hukum tersier. Hasil analisis penelitian menunjukan bahwa pendirian Perseroan
Terbatas PT. Umat Power sudah sesuai atau tidak ada yang bertentangan dengan
peraturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Meski penulis menganggap adanya
ketidaksesuaian dengan apa yang tersirat dalam Undang-Undang tersebut.
Kata Kunci
: Perseroan Terbatas, Notaris, Akta Notaris
Pembimbing : Prof, Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H.
Daftar Pustaka : 1978 – 2014
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah sang pemilik jagat raya. Tiada daya dan
upaya kecuali dengan pertolongan, bimbingan dan berkah dariNya. Shalawat seta
salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Tiada cipta karya yang
dapat terlaksana melainkan atas petunjuk dariNya. Berkat rahmat dan ridho dariNya,
penulis dapat mengenyam pendidikan sampai jenjang ini, dan akhirnyapun penulis
sampai pada saat yang membahagiakan dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“MEKANISME PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PT. UMAT POWER pada
Notaris&PPAT Dradjat Darmadji, SH., di Jakarta”
Dalam penulisan dan penyelesaian ini tentu tidaklah mudah. Namun, segala
hambatan menjadi ringan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga, kepada:
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak
Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA.
2. Ketua dan Sekertaris Program Studi Ilmu Hukum, Bapak Dr. Djawahir
Hejazziey, S.H., M.A. dan Bapak Arip Purkon, S.H.I., M.A.
3. Pembimbing Skripsi Penulis, Bapak Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H.
terima kasih telah berupaya meluangkan waktu bimbingan dan sarannya,
semoga Pembimbing selalu diberi kesehatan.
4. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., M Yasir SH., MH.
selaku penguji Skripsi penulis, terima kasih atas masukan, saran, koreksi dan
perbaikan guna lebih baik lagi dalam penyempurnaan Skripsi ini.
5. Dosen JM Muslimin, Ph.D., Aliya Sandra Dewi, S.H., M.Kn., yang selalu
bersedia direpotkan oleh penulis, terima kasih banyak masukan dan
bimbingannya. Dr. Alfitra, S.H., M.H., terimakasih ilmu analisis UndangUndangnya, Ibu H. Hafni Muchtar, S.H., M.H.,MM Nurrohim Yunus, LLM,
Ismail Hasani, S.H., M.H., Nahrowi, S.H., M.H. dan seluruh civitas
akademika UIN Jakarta FSH. Tidak lupa pula Ibu Dian, Bpk Sadeli, Bpk
Alex. Dan semua staf juga karyawan yang telah banyak mendukung.
v
6. Orang tua penulis Ayahanda A. Suyono Hasan dan Ibunda Khotimi tercinta,
karena keduannyalah penulis bisa sepaerti saat ini. terima kasih atas Do’ado’a yang selalu dipanjatkan, nasehat dan teladan kejujuran serta semangat
untuk terus menuntut Ilmu. Pesen yang selalu penulis ingat, jangan khawatir
soal uang dalam menuntut Ilmu, Allah pasti akan membukakan jalan bagi
mereka yang menuntut Ilmu. sekali lagi terima kasih, baru ini yang bisa
anakmu persembahkan.
7. Kakak Penulis Ahmad Mustangin, S.H., M.H., (Mustang&Parthner) “My
Inspiration” yang selalu menyuport baik materil maupun moril, dari
kakandalah banyak dipetik pelajaran tentang kehidupan dan tetap survive
dalam menghadapi badai yang menerjang sekalipun. Kiptiyah beserta suami,
terima kasih pengorbanannya, Imam Syafi’i terima kasih atas pengorbanannya
dan kesabarannya semuanya pasti akan terbalaskan, Adinda Masfufah, S.Pd.,
Rayhana, S.Pd. Ahmad Zainuri dan Eni Farhatun, railah cita-cita kalian
setinggi-tingginya, tetap rendah hati dan selalu ingat orang tua, saudara, dan
sekeliling kalian. Nenek tercinta terima kasih Do’a dan semua ceritaceritanya, sehat selalu. Keponakan-keponakan tercinta yang selalu membuat
ceria suasana, Vivi Oktaviani, M. Alif Tamlika, Adnan, tumbuh besar dan
menjadilah orang-orang yang bercita-cita tinggi dan raihlah.
8. Ayu Komariah, S.E.,-Mas Sukarman, S.Sos., terima kasih telah menjembatani
hingga bisa seperti saat ini. terima kasih banyak telah membimbing saat SMA
baik moril lebih-lebih materil. Tanpa dimulai dari kalian mustahil rasanya
penulis bisa seperti saat ini. Maaf selalu membuat salah. Terima kasih juga
Ika Sukmawati, Dias Sukmarini, Tri Ade Madhina yang sedia bertukar pikiran
dan bercanda. Thanks for all
9. Bapak Jajat Bahtiar dan Ibu Yusmawati, S.Pd.I yang sudah seperti orang tua
penulis, terima kasih telah selalu mempersilahkan persinggahan dan santapan
buat penulis, jangan pernah bosan ya... Irfan, Indra terima kasih sudah
membantu mendiktekan saat menulis Skripsi ini, dan terima kasih sudah sedia
dibecandain terus.
10. Sahabat penulis, terutama sahabat sejati yang telah pulang kehadapanNya,
Alm. Ilham Yudiyansyah, S.Kom.I, terima kasih yang tak terhingga telah
menemani penulis dari sejak SMA dan menghantarkan untuk masuk UIN
Jakarta, jasa dan kebaikanmu akan selalu teringat. Terima kasih sahabat,
semoga amal ibadahmu diterima disisi Allah SWT.
11. Teman-teman dalam penulisan Skripsi ini; Faizal, Galuh, Anti, Gerry, Mona,
Sarah, Azhari dan semua sahabat Ilmu Hukum Angkatan 2010 M Caesal
vi
Regia and friends, serta adik angkatan Muhammad Hanafi dan Vazzari
Ahmad Shafa. kenangan selama Mahasiswa bersama kalian tidak akan pernah
terlupakan.
12. Teman-teman organisai HMI Komfaksy Cab. Ciputat tempat dimana penulis
berproses, tempat dimana menjadikan penguat karakter dan perjuangan.
Teman-teman PMII, KAMMI, IMM terima kasih telah menjadi teman dalam
mencerdaskan untuk terus berfikir.
13. Teman-teman di HMJ Ilmu Hukum 2012. Teman-teman BEM FSH 20132014 Nur Mujahiddin, Waldan Mufathir, Sri Andriyani, Fanny Fatwati Putri,
Juliansyah, Hilda, Teguh Trisna Dewa, Abdul Ghofur, Dzikri Ghousul,
Maftuh, Hasbi siraj, Bunga, Suci, Rina, Eko Siswandanu dan tentunya Thanks
for my the best friend Ahmad Zakial Pajri Nas yang selalu bersama-sama
penulis dalam 2 tahun belakangan yang indah ini, yang memberi banyak
manfaat, membuka cakrawala yang luas, dan terima kasih yang tak terhingga
atas kesempatannya menjadikan penulis dalam delegasi acara Pekan Syariah
Nusantara di Makassar. Dan tak lupa juga Mega Andini yang selalu berbagi
kebahagiaan dalam setiap hidangan.
14. Teman-teman Mahasiswa Syariah dari Sabang sampai Merauke yang
tergabung dalam Konferensi Mahasiswa Syariah se-Indonesia, Puput Fitri
Fajrin, Khaidir Hasram, Iin, Ibnu, Syahril Laya, Indah, Husni, Hakim,
Najmuddin, Alawi, Evin, Wawan, Rifqi dan yang lainnya.
15. Teman-teman YSI (Youth Studies Institute) Eddy Najmuddin, yang bersedia
menemani ke-perpustakaan, thanks for saran and spirit, Avicenna, Ghiyats,
dan Risris, terima kasih diskusinya.
16. Teman-teman sejak SMA yang selalu menjaga tali silaturrahim, Naila
Rizkiyah, SP.d., Sita DJ, S.Pd., Syalis Ibni Melati I, S.Kom., R Okky
Maulana, Azwardi, Zainuddin dan semua angkatan 2009 MAN 11 Jakarta.
17. Tak lupa pula untuk Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan Fakultas
Syariah&Hukum, Perpustakaan Utama Universitas Indonesia, Perpustakaan
Freedom Institute, Perpustakaan FH Universitas Lampung. terima kasih tak
terhingga atas buku/referensi yang banyak membantu dalam penulisan ini.
Demikian secercah kata-kata yang menurut penulis tidak bisa terlewatkan
untuk berbagi kebahagian yang penulis rasakan atas kekayaan khazanah selama
Mahasiswa. Kiranya dalam penulisan ini banyak memberi manfaat kepada khalayak
banyak dan mencucurkan pahala untuk kita semua.
vii
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
“Pengorbanan adalah lautan luas yang lahir dari mata
air cinta.
Cinta kepada Allah adalah Sumber mata airnya
Cinta kepada Rasul adalah telaganya
Cinta kepada sesama insan beriman adalah muaranya”
Jakarta 2 April 2015
Ahmad Fauzi
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................
iii
ABSTRAK ......................................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR .....................................................................................................
v
DAFTAR ISI ....................................................................................................................
ix
BAB I
:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 8
BAB II
:
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................
9
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ....................................................
12
E. Kerangka Teoritis dan Konsepsional ....................................................
13
F. Asumsi ..................................................................................................
15
G. Metode Penelitian .................................................................................
16
H. Sistematika Penulisan ...........................................................................
19
PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PADA NOTARIS
A. Pengertian Notaris ...............................................................................
22
B. Tinjauan Dalam Pelaksanaan Jabatan Notaris .....................................
23
1. Notaris Sebagai Pejabat Umum ......................................................
24
ix
BAB III
2. Bentuk dan Jenis Serta Fungsi Akta Notaris ...................................
26
3. Kode Etik Notaris ............................................................................
31
4. Wewenang dan Tanggung Jawab Notaris ........................................
38
5. Pelaksanaan Kewajiban Notaris Dalam Menjalankan Jabatannya ...
45
: MEKANISMEN PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS
BAB IV :
A. Tinjauan Umum Tentang Perseroan Terbatas .....................................
49
1. Perseroan Terbatas ...........................................................................
49
2. Sumber Hukum Perseroan Terbatas .................................................
62
3. Pendirian Perseroan Terbatas ...........................................................
67
4. Legalitas Bentuk dan Kegiatan Usaha ..............................................
70
5. Kewajiban Pengurusan Oleh Direksi Sebagai Organ Perseroan .......
72
B. Prosedur Perizinan Perseroan Terbatas ................................................
74
“ANALISIS MEKANISME PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PT.
UMAT POWER”
A. Peran dan Tanggung Jawab Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas PT.
Umat Power ....................................................................................
79
1. Peran Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas PT. Umat Power.. . 79
2. Tanggung Jawab Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas
PT. Umat Power.................................................................................... 85
x
B. Upaya yang dapat dilakukan oleh Notaris untuk mengatasi hambatan-hambatan
dalam melakukan Peran dan Tanggung Jawab sebagai Notaris dalam pendirian
PT. Umat Power ...........................................................
89
C. Analisis .................................................................................................... 91
BAB V
:
PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................
95
B. Saran .....................................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Struktur Perusahaan PT. Umat Power
2. Lembar Pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
3. Akta Notaris Pendirian PT. Umat Power
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan perekonomian, menimbulkan dampak perkembangan
berbagai jenis usaha yang mulai dijalankan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini
dapat terjadi pada dasarnya masalah ekonomi adalah masalah meningkatkan
kemakmuran rakyat, dengan menambah barang dan jasa yang dihasilkan. Berbagai
perkembangan jenis usaha yang dijalankan oleh masyarakat Indonesia tidak luput
dari adanya campur tangan pemerintah, tujuannya adalah semata-mata untuk
memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat itu sendiri, juga diharapkan
agar terpenuhi kewajiban membayar pajak serta menghindari terjadinya tindakan
kecurangan yang mungkin terjadi.
Perseroan Terbatas merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling
disukai saat ini, karena disamping pertanggung jawabannya yang bersifat terbatas,
Perseroan Terbatas juga memberi kemudahan bagi pemilik (pemegam saham)
untuk mengalihkan perusahaannya (kepada setiap orang) dengan menjual seluruh
saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut, serta keuntungan-keuntungan
lainnya.1
1
Ahmad Yani dan Gunawan Wijaya, Perseroan Terbatas, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), hal. 1
1
2
Perseroan Terbatas sebagai badan hukum didukung dengan adanya berbagai
macam peraturan perundnag-undangan yang juga merupakan indikasi partisipasi
atau keterlibatan pemerintah dalam menunjang dunia perekonomian sebagai
fundamen tumbuh kembangnya suatu negara. Campur tangan pemerintah adalah
mengharuskan adanya wajib daftar bagi suatu jenis usaha yang akan didirikan oleh
setiap orang dimana pendaftaran dapat dilakukan pada kantor ataupun instansi
tempat pendaftaran yang telah disediakan pemerintah agar keberadaan usaha
tersebut dapat diketahui secara umum. Bentuk usaha yang diperlukan dalam
menunjang pembangunan ekonomi nasional adalah badan usaha berbentuk badan
hukum yang disebut juga sebagai perseroan terbatas.2
Undang-undang Perseroan Terbatas secara tegas menyatakan bahwa
perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum, yaitu suatu badan yang dapat
bertindak dalam laulintas hukum sebagai subjek hukum dan memiliki kekayaan
yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pengurusnya. Karena itu, perseroan terbatas
juga merupakan subjek hukum, yaitu subjek hukum mandiri atau personastandi in
judicio.3 Dia bisa mempunyai hak dan kewajiban dalam hubungan hukum sama
seperti manusia biasa atau natural person atau naturliijke persoon, dia bisa
menggugat ataupundigugat, bisa membuat keputusan dan bisa mempunyai hak dan
kewajiban, utang-piutang, mempunyai kekayaan seperti layaknya manusia.
2
Tesis: Devie Lambe, Peran dan Tanggung Jawab Notaris Dihubungkan dengan Kinerja
Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) dalam Pendirian PT. (UI, 2011), hal.1
3
Rachmadi Usman,Dimensi Hukum Perusahan Perseroan Terbatas, (Bandung: Alumni,
2004), hal. 50
3
Nama asli dari PT (Perseroan Terbatas) adalah Naamloze Vennotschap yang
disingkat NV. Istilah NV dahulu digunakan Pasal 36 KUHD yang secara harfiah
bermakna persekutuan tanpa nama dan hal ini merupakan pengecualian dari
ketentuan Pasal 16 KUHD. Dalam pengembangannya, ketentuan larangan
penggunaan nama seperti ditentukan Pasal 36 KUHD itu di Belanda sudah
ditinggalkan. Beberapa istilah PT dalam beberapa negara:4
Pasal 2.64.1 NBW (BW Belanda yang baru) mendefinisikan NV sebagai:
“Badan hukum yang didirikan dengan penyerahan saham yang terbagi dalam
modal dasar dimana pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi
terhadap kerugian yang diderita perseroan, kecuali hanya sebatas modal yang
disetor”.
Di prancis menggunakan istilah Society Anoynyme yang lebih menonjolkan
pada keterikatan badan itu dengan orang-orangnya.
Di Inggris menggunakan istilah Limited Company
- Company: menonjolkan lembaga usaha yang diselenggarakan itu tidak seorang
diri, namun terdiri dari beberapa orang yang tergabung dalam suatu badan.
- Limited: terbatasnya tanggung jawab pemegang saham, dalam arti bertanggung
jawab tidak lebih dari dan semata-mata dengan harta kekayaan yang terhimpun
dalam badan itu.
Dengan kata lain, hukum Inggris lebih menampilkan segi tanggung jawabnya.
4
Handri Raharjo, Hukum Perusahaan: Step by Step Prosedur Pendirian Perusahaan,
Cet ke-1 (Yogyakarta: Penerbit Pusaka Yustisia, 2013), hal. 69
4
Di Jerman menggunakan istilah Aktien Gasellschaft
- Aktien, artinya saham
- Gasellschaft, artinya himpunan
Di Indonesia Menurut Rudy Prasetyo, istilah Perseroan Terbatas sebenarnya
mengawinkan antara sebutan yang digunakan hukum Inggris (menampilkan segi
tanggung jawab) dan Jerman (menonjolkan segi saham)
- Perseroan, artinya modal Perseroan Terbatas yang terdiri dari sero-sero atau
saham-saham. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1 ayat 1 UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut
UUPT).
- Terbatas, artinya tanggung jawab pemegang saham terbatas pada nilai nominal
semua saham yang dimilikinya. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 3
(1) UUPT.
Dari uraian diatas sudah dijelaskan tentang istilah PT dari beberapa negara,
di Indonesia sendiri seperti sudah di singgung di atas Perseroan Terbatas di atur
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, yaitu:5
“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dan modal dasar yang seluruhnya
5
Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 1, (Bandung: PT. Cipta Aditya Bakti,
2007), hal. 174
5
terbagi dalam saham-saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksananya”.
Bagaimana Cara Mendirikan PT.6Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada
baiknya sedikit menengok ke masa lalu pada saat masih berlakunya peraturan lama
mengenai PT yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Buku Kesatu
Bab III Bagian 3, mulai Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 tentang Perseroan
Terbatas (atau sebelum berlakunya UU No.1 Tahun 1995). Seharusnya ada dua
pasal lagi, namun Pasal 57 dan 58 telah dihapuskan dengan staatsblad 1938 No.
276. Berdasarkan undang-undang tersebut, mendirikan suatu perusahaan yang
berbentuk PT, diperlukan suatu proses atau tahapan-tahapan yang harus ditempuh.
Apabila semua tahapan tersebut telah dilalui, artinya telah dipenuhi sesuai
dengan ketentuan persyaratan yang berlaku, maka barulah suatu perusahaan berdiri
dan memperoleh status sebagai badan hukum yang sah. Bila dianalogikan
misalnya seperti bayi yang baru lahir, pada tahap awal, dia dibuatkan akta
kelahiran sebagai bukti tentang keberadaannya. Hal ini penting untuk menentukan
bahwa di kemudian hari setelah berusia tertentu, bisa dinyatakan dewasa dalam
pengertian hukum dan sebagai “subjek hukum” dia dinyatakan “cakap”(bekwaam)
untuk melakukan perbuatan hukum.
Demikian juga dengan Perseroan Terbatas yang baru didirikan atau baru
“lahir”, maka sebagai “artificial persoon” atau “persoon in law” yang merupakan
6
I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan dan Undan-Undang dan Peraturan Pelaksanaan
di Bidang Usaha,cet. 3,(Jakarta: Kesaint Blanc, 2003), hal. 148
6
“orang” dalam pengertian hukum, di perlukan Akta Pendirian yang dibuat oleh
Notaris. Dalam perjanjian pendirian PT diperlukan Akta Notaris karena UUPT
mengharuskan pendirian PT dilakukan dalam bentuk Akta Notaris, selain karena
Akta Notaris adalah Akta Atentik. Dalam hukum pembuktian, akta autentik
dipandang sebagai suatu alat bukti yang mengikat dan sempurna.7 Artinya bahwa
apa yang ditulis didalam akta tersebut harus dipercaya kebenarannya dan tidak
memerlukan tambahan alat bukti lain. Jika yang diajukan bukan akta notaris maka
permohonan pengesahan akta pendirian PT dapat ditolak oleh Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia, sehingga akan berakibat PT tersebut tidak pernah ada.
Hal demikian sebagaimana diuraikan dalam Pasal 1 Peraturan Jabatan
Notaris yang memberikan ketentuan tentang definisi notaris serta apa yang
menjadi tugas notaris, yaitu ;8
“Notaris adalah pejabat umum (oenpenbaar ambtenaar) yang satu-satunya
berwenang untuk membuat akta-akta tentang tindakan, perjanjian dan
keputusan-keputusan yang oleh undang-undang umum diwajibkan, atau para
yang bersangkutan supaya dinyatakan dalam suatu surat autentik,
menetapkan tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan gross (salinan
sah), salinan dan kutipannya, semua itu sepanjang pembuatan akta-akta itu
tidak juga diwajibkan kepada pejabat atau khusus menjadi kewajiban”.
Dalam Pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris disebutkan,
yaitu ;
7
8
R. Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1978), hal. 27
http://www,jimlyschool.com/read/analisis/384/notaris-openbare-amtbtenaren-sofyan-
sofyan/. Diakses 03 Juli 2014 pukul 21.00
7
“Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik
dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undangundang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya”.
Dari ketentuan Peraturan Jabatan Notaris Maupun Undang-Undang Jabatan
Notaris dapat diambil kesimpulan bahwa tugas pokok dari Notaris adalah
membuat akta-akta autentik, dimana akta autentik menurut Pasal 1870 BW
(Burgelijk Wetboek) memberikan kepada pihak-pihak yang membuatnya suatu
perjanjian yang mutlak oleh undang-undang, dalam pengertian bahwa apa yang
tersebut dalam akta otentik itu pada pokoknya dianggap benar. Hal ini sangat
penting bagi pihak-pihak yang membutuhkan alat pembuktian untuk suatu
keperluan, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan suatu usaha
yaitu kegiatan dibidang usaha.9
Kebutuhan akan notaris terutama pada bidang usaha, khususnya dalam
tumbuh kembangnya Perseroan Terbatas sebagai badan hukum, terutama pada
pendiriannya. Oleh masyarakat global saat ini merupakan kebutuhan yang primer,
karena dengan adanya campur tangan Notaris maka perlindungan hukum
dapatdicapai disamping memenuhi ketentuan undang-undang, dalam hal ini
khususnya Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT). Dengan demikian
kehadiran akta autentik yang merupakan sebuah produk hukum yang dilahirkan
9
R. Soegando Notodisoejo, Hukum Notarian di Indonesia Suatu Penjelasan, (Jakarta:
CV. Rajawali), hal. 8
8
oleh notaris adalah terciptanya konsep kepastian hukum yang merupakan cikal
bakal keadilan.
Atas permasalahan-permasalahan tersebutlah penulis membuat karya ilmiah
ini yang berjudul“MEKANISME PENDIRIANPERSEROAN TERBATAS PT.
UMAT POWER Pada Notaris & PPAT Dradjat Darmadji, S.H., di Jakarta”
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Peran dan Tanggung JawabNotaris dalam PendirianPerseroan Terbatas PT.
Umat Power
b. Upaya yang dapat dilakukan oleh Notaris dalam mengatasi hambatanhambatan dalam melakukan Peran dan Tanggung Jawab sebagai Notaris
c. Peraturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
2. Pembatasan Masalah
Pembatasan
mengenai
Perseroan
Terbatassangatlah
luas.
Agar
pembahasan permasalahan karya ilmiah ini tidak melebar dan lebih fokus pada
masalah, maka penulis membatasi masalah karya ilmiah ini hanya kepada Peran
dan Tanggung Jawab Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas, yang akan
ditinjau dari, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
9
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Melihat
banyaknya Notaris di seluruh Indonesia, maka penulis menggunakan objek
penelitian pada Notaris& PPAT Dradjat Darmadji, SH., di Jakarta.
3. Perumusan Masalah
Sesuai dengan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan, maka
pembahasan
Skripsi
ini
akan
membahas
mengenai
“MEKANISME
PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PT. UMAT POWER Pada Notaris &
PPAT Dradjat Darmadji, S.H., di Jakarta” yang pembahasannya akan dibagi
pada:
a. Apa
Perandan
Tanggung
JawabNotaris
dalam
PendirianPerseroan
TerbatasPT. Umat Power ?
b. Apa upaya yang dapat dilakukan oleh Notaris dalam mengatasi hambatanhambatan dalam melakukan Peran dan TanggungJawabnya sebagai Notaris
dalam Pendirian PT. Umat Power ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Pada sub bab ini penulis membagi menjadi dua pembahasan, yaitu tujuan
dan manfaat penelitian, yang penjelasannyasebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan skripsi ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan
penulisan secara umum dan tujuan penulisan secara khusus. Adapun penjabaran
dari tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
10
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah memberikan gambaran umum
mengenai Pendirian Perseroan Terbatas serta aspek hukum yang berkaitan
dengan Peran dan Tanggung Jawab Notaris dalam Pendirian Perseroan
Terbatas.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui Peran dan tanggung jawab Notaris dalam pendirian
Perseroan Terbatas
2) Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan oleh Notaris dalam
mengatasi hambatan-hambatan dalam melakukan Peran dan Tanggung
Jawabnya sebagai Notaris
3) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan Notaris dalam
pendirian Perseroan Terbatas
2. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat,baik secara teoritis
maupun praktis sebagai berikut:
a. Secara praktis :
1) Akademis
Memberikan tambahan pengetahuan mengenai Peran dan Tanggung
Jawab Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas yangterindikasi
bermasalah
melalui
analisa
undang-undang
serta
memberikan
11
pengetahuan tentang akibat yang terjadi
apabila terjadi hambatan-
hambatan kondisi yang demikian.
2) Masyarakat
Memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi masyarakat
mengenai prosedur dan tata cara pendirian Perseroan Terbatas dan
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pendiriannya. Hal ini juga
diharapkan dapat memberikan rasa aman dan mudah sehingga
meningkatkan daya kreatifitas masyarakat untuk lebih mengembangkan
usahanya dalam bentuk Perseroan Terbatas.
3) Pemerintah
Memberikan saran untuk pengembangan dan/atau pembaharuan
peraturan-peraturantentang Pendirian Perseroan Terbatas.
4) Profesional
Sebagai bahan tinjauan bagi Notaris sebagai pejabat yang
berwenang dalam hal ini Pendirian Perseroan Terbatas, sehingga
memperkaya pengetahuannya tentang langkah-langkah yang harus
dilakukan dalm mengatasi hambatan-hambatan yang ada.
b. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi,
sumbangan dan manfaat teoritis bagi perkembangan ilmu hukum mengenai
pendirian Perseroan Terbatas.
12
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Penelitian dengan judul “Mekanisme Pendirian Perseroan Terbatas PT. Umat
Power” yang diketahui berdasarkan penelusuranatas hasil-hasil penelitian hukum,
khususnya di LingkunganFakultas Syariah dan HukumUniversitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, belum pernah dilakukan.Namun demikian terdapat
beberapa judul penelitian yang terkait denganjudul skripsi penulismelalui
penelitian yang dilakukan sebelumnya, yaitu:
1. Devie Lambe, dengan judul Tesis: Peran dan Tanggung Jawab Notaris
Dihubungkan dengan Kinerja Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH)
dalam Pendirian PT.
Akan
tetapi,
variabel-variabel
yang
ada
dalam
penelitian
ini
sepertiperumusanmasalah, metode pendekatan, maupun lokasi penelitian berbeda.
Walaupun ada pendapat melalui kutipan dalam penulisan ini, semata-mata adalah
sebagai faktor pelengkap dalam usaha menyelesaikan penelitian, karenahal
tersebut memang sangat dibutuhkan dalam penulisan.Jadipenelitian ini adalah asli
karena sesuai dengan asas-asas keilmuanyaitu jujur,rasional, objektif dan
terbuka.Sehingga penelitian ini dapatdipertanggungjawabkan kebenarannya secara
ilmiah.
Dalam Tesis diatas dengan Skripsi penulis, perbedaan terhadap karya penulis
saat ini adalah pembahasan serta pendekatannya. Dimana pembahasan yang saat
13
ini penulis fokuskan adalah Mekanisme Pendirian Perseroan Terbatas PT. Umat
Power yang dilakukan Pada Notaris & PPAT Dradjat Darmadji dimana penulis
menjelaskan Peran dan Tanggung dimana penulis menjelaskan apa Jawab Notaris
dalam Pendirian Perseroan Terbatas dan Upaya yang dapat dilakukan Notaris
untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam melakukan peran dan Tanggung
Jawab sebagai Notaris.
E. Kerangka Teoritis dan Konseptual
Untuk memudahkan pemahaman dalam penulisan ini, maka penulis akan
mencantumkan beberapa istilah yang sering digunakan atau dominan digunakan
dalam penelitian ini. Istilah yang dicantumkan dalam tinjauan pustaka ini juga
dapat dijadikan sebagai konsep/atau kerangka berpikir untuk memahami dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah.
1. Kerangka Teoritis
Notaris merupakan profesi di bidang hukum yang terkait erat dengan
pembuatan alat bukti berupa akta. Keberadaannya di nusantara sejak zaman
kolonial Belanda mendasarkan pada Reglement op Het Notaris Ambt in
Indonesia(Stb. 1860 Nomor 3). Peraturan kolonial Belanda ini berlangsung
hingga diundangkannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
14
Jabatan Notaris10 yang saat ini telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.
Notaris mempunyai tugas utama yang berat, karena harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya. Notaris melalui akta-akta
yang dibuat oleh atau dihadapannya, terkandung suatu beban dan tanggung
jawab untuk menjamin kepastian hukum bagi para pihak. Untuk itu dieperlukan
suatu tanggung jawab baik individual maupun sosial, terutama ketaatan
terhadap norma-norma hukum positif dan kesediaan untuk tunduk pada Kode
Etik Profesi, sehingga akan memperkuat norma hukum positif yang sudah ada.
Seorang notaris harus menjunjung tinggi tugasnya serta melaksanakannya
dengan tepat dan jujur, yang berarti bertindak menurut kebenaran sesuai dengan
sumpah jabatan notaris. Seorang notaris dalam memberikan pelayanan, harus
mempertahankan cita-cita luhur profesi sesuai dengan tuntutan kewajiban hati
nurani.11
Dalam Pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas menyebutkan Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut
perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham-saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksananya.
10
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, cet. 2, (Yogyakarta: UII Press,
2010), hal. 101
11
Putri A.R, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris, cet. 1, (Jakarta: Softmedia, 2011), hal. 5
15
2. Kerangka Konseptual
Sesuai dengan Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris yaitu Kewenangan, Kewajiban, dan Larangan Notaris.12
Tentang Pendirian Perseroan Terbatas seperti tertuang dalam Pasal 7,
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.13
F. Asumsi
Asumsi adalah anggapan tentang suatu masalah atau fakta yang sudah
mengandung kebenaran tanpa melakukan pembuktian. Dengan kata lain masalah
yang dipaparkan dalam asumsi tidak perlu lagi diuji kebenarannya, hal ini sesuai
dengan pendapat yang mengatakan “Anggapan dasar adalah suatu yang diyakini
kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal yang dipakai untuk
tempat berpijak dalam melaksanakan penelitiannya”. Anggapan dasar adalah suatu
titik tolak pemikirannya diterima oleh penyelidik. Dalam penelitian yang berjudul
“Mekanisme
Pendirian
Perseroan
Terbatas
PT.
Umat
Power”
penulis
mengemukakan asumsi sebagai berikut:
12
Lihat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
13
Lihat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
16
1. Pendirian Perseroan Terbatas harus sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
2. Dalam Undang-Undang ini Pendiran Perseroan Terbatas harus lebih dari satu
orang (minimal dua orang)
3. Pendirian Perseroan Terbatas harus di buatkan Akta Pendirian, yang dalam hal
ini pejabat yang berhak membuat Akta Pendirian yaitu Notaris
G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan kegiatan guna memperoleh data yang
sebenarnya dan dapat dipertanggung jawabkan dengan cara menguraikan kegiatan
pengumpulan dan analisis data secara rinci.Pada sub bab metode penelitian,
penulis membagi dalam beberapa pembahasan, yaitu tipe penelitian, pengolahan
dan analisa bahan hukum, teknik pengumpulan data, jenis data, sumber data dan
pendekatan masalah, yang penjelasannya sebagai berikut;
1. Tipe Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisis dan kontruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan
konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu;
17
sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak
adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.14
Sedangkan
penelitian
hukum
merupakan
kegiatan ilmiah, yang
didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan
untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan
menganalisanya, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas
permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan. 15
Dalam melekukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
pendekatan yuridis normatif yang mengacu kepada peraturan-peraturan tertulis
atau hukum positif dan Akta Pendirian PT serta bahan-bahan hukum lain, yang
berkaitan dengan permasalahan. Data yang dipergunakan dalam penyusunan
Skripsi ini adalah data skunder yaitu melalui litelatur kepustakaan.
2. Pendekatan masalah
Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis
normatif, yaitu penelitian yang mengunakan peraturan perundang-undangan dan
studi hukum (normative). Dalam studi hukum, pendekatan yang dilakukan
adalah pendekatan perundang-undangan (statue approach). Pendekatan
perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan-aturan yang membahas
mengenai Mekanisme Pendirian Perseroan Terbatas.
14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3, (Jakarta : Universitas
Indonesia Press, 1986) , hal.42
15
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3I, hal. 42.
18
3. Jenis Data
Data primer, yaitu Undang-Undang Dasar, Peraturan PerundangUndangan, dan Putusan-putusan Hakim. Data hukum skunder, yaitu data atau
informasi yang berasal dari kepustakaan dengan membaca dan menganalisa
berbagai buku yang berkaitan dengan permasalahan. Data hukum tersier berupa
bahan-bahan yang bersifat menunjang sumber hukum primer dan hukum
sekunder seperti Kamus dan Ensiklopedia.
4. Sumber data
a. Yang dapat dijadikan sumber data primer dalam penelitian ini adalah:
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
2. Undang-UndangNomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
b. Sumber data skunder dalam penelitian ini adalah:
1. Buku, Skripsi, tesis, Disertasi, Jurnaldan litelatur tentang permasalahan
yang dibahas
2. Tulisan para ahli yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas
dan Kamus Hukum
c. Sumber data tersier dalam penelitian ini adalah:
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Enslikopedia
d. Teknik Pengumpulan data
Didalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
secara library research (studi kepustakaan). Baik bahan hukum primer
19
maupun
bahan
hukum
skunder
dikumpulkan
berdasarkan
topik
permasalahan yang telah diklarifikasi menurut sumber dan hirarkinya untuk
dikaji secara komprehensif.
5. Pengolahan dan analisa bahan hukum
Penelitian dalam menganalisis menggunakan metode secara kualitatif
yaitu melakukan penelitian memahami Akta Notaris Pendirian PT. Umat
Power, melakukan pengumpulan data dengan menggunakan studi dokumen,
menghasilkan data perspektif analitis dari data yang diperoleh.
H. Sistematika Penulisan
Pada penulisan Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Petunjuk Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012”
dengan sistematika yang terbagi dalam 5 (lima) bab.Dimanamasing-masing bab
terdiri atas beberapa sub-bab sesuai pokok-pokok pembahasan dan materi yang di
teliti. Adapun perinciannya sebagai berikut:
Pada penulisan skripsi ini akan disusun keseluruhannya menjadi 5 (lima)
bab, dimana bab-bab tersebut menggambarkan secara sistematis mengenai pokokpokok permasalahan yang diambil, lebih lengkapnya sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penulisan skripsi
yaitu mengenai peranan Notaris dalam pengesahan pendirian
20
Perseroan Terbatas. Kemudian dirumuskan suatu permasalahan, tujuan
penelitian, baik secara praktis maupun teoritis, manfaat penelitian
BAB II
PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PADA NOTARIS
Pada bab ini berisi uraian-uraian dan Tinjauan Umum Tentang
Notaris, Pengertian Notaris, Peran Notaris dan Tanggung Jawab
Notaris
BAB III
MEKANISMEN PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS
Pada bab ini berisi uraian-uraian dan Tinjauan Umum Tentang
Perseroan Terbatas, Persyaratan dan Prosedur Pendirian Perseroan
Terbatas
BAB IV
MEKANISME PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PT.
UMAT POWER Pada Notaris & PPAT Dradjat Darmadji, S.H.,
di Jakarta
Pada bab ini berisi uraian-uraian tentang hasil penelitian dan
pembahasan yang dilakukan penulis sehubungan dengan permasalahan
yang dirumuskan pada bab I, yang meliputi Peran dan Tanggung
Jawab Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas, Tanggung Jawab
Notaris apabila terjadi kesalahan dalam pengesahan pendirian
Perseroan Terbatas dan kaitannya dengan keabsahan akta pendirian
Perseroan Terbatas serta upaya yang dapat dilakukan oleh Notaris
untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dalam melakukan Peran
dan Tanggung Jawab sebagai Notaris
21
BAB V
PENUTUP
Pada bab terakhir ini berisi mengenai kesimpulan secara menyeluruh
berdasarkan permasalahan dan saran-saran untuk melengkapi jawaban
permasalahan yang ada sehingga dapat menghasilkan tulisan yang
berguna bagi siapa saja yang ingin memperoleh pengetahuan
mengenai Peranan Notaris dalam Pendirian Perseronan Terbatas.
22
BAB II
PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS OLEH NOTARIS
A. PENGERTIAN NOTARIS
Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dalam Pasal 1
angka 1 UUJN 2014 berbunyi;
“Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik
dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undangundang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya”.
Notaris adalah sebuah profesi yang dapat dilacak balik ke abad ke 2-3 pada
masa Roma kuno, dimana mereka dikenal sebagai scribae, tabellius atau notarius.
Pada masa itu, mereka adalah golongan orang yang mencatat pidato. Istilah notaris
diambil dari nama pengabdinya, Notarius, yang kemudian menjadi istilah/titel bagi
golongan orang penulis cepat atau stenografer. Notaris adalah salah satu cabang
dari profesi hukum yang tertua di dunia. Jabatan notaris ini tidak ditempatkan di
lembaga eksekutif, legislatif, ataupun yudikatif. Notaris diharapkan memiliki
posisi netral, sehingga apabila ditempatkan di salah satu dari ketiga badan negara
tersebut maka notaris tidak lagi dapat dianggap netral. Dengan posisi netral
tersebut, notaris diharapkan untuk memberikan penyuluhan hukum untuk dan atas
tindakan hukum yang dilakukan notaris atas permintaan kliennya. Dalam hal
23
melakukan tindakan hukum untuk kliennya, notaris juga tidak boleh memihak
kliennya, karena tugas notaris ialah untuk mencegah terjadinya masalah. 16
B. TINJAUAN DALAM PELAKSANAAN JABATAN NOTARIS
Notaris merupakan profesi di bidang hukum yang terkait erat dengan
pembuatan alat bukti berupa akta. Keberadaannya di nusantara sejak zaman
kolonial Belanda mendasarkan pada Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesia
(Stb. 1860 Nomor 3). Peraturan kolonial Belanda ini berlangsung hingga
diundangkannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris17
yang saat ini telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Jabatan Notaris.
Notaris mempunyai tugas utama yang berat, karena harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya. Notaris melalui akta-akta
yang dibuat oleh atau dihadapannya, terkandung suatu beban dan tanggung jawab
untuk menjamin kepastian hukum bagi para pihak. Untuk itu diperlukan suatu
tanggung jawab baik individual maupun sosial, terutama ketaatan terhadap normanorma hukum positif dan kesediaan untuk tunduk pada Kode Etik Profesi,
sehingga akan memperkuat norma hukum positif yang sudah ada. Seorang notaris
harus menjunjung tinggi tugasnya serta melaksanakannya dengan tepat dan jujur,
yang berarti bertindak menurut kebenaran sesuai dengan sumpah jabatan notaris.
16
http://id.wikipedia.org/wiki/Notaris diakses 6 April 2015 pukul 12.49
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, cet. 2, (Yogyakarta: UII Press,
2010), hal. 101
17
24
Seorang notaris dalam memberikan pelayanan, harus mempertahankan cita-cita
luhur profesi sesuai dengan tuntutan kewajiban hati nurani.18
1. Notaris Sebagai Pejabat Umum
Salah satu tugas utama, kewenangan atau kekuasaan dari negara adalah
memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Pelayanan negara kepada
masyarakat itu dibagi menjadi dua bagian secara mendasar dan prinsipil yaitu: 19
1. Pelayanan kepada masyarakat umum dalam bidang publik; dan
2.Pelayanan negara kepada masyarakat umum dalam bidang hukum perdata
Negara didalam menjalankan fungsinya dan tugas utama didalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat umum, mutlak diperlukan adanya
organ negara, organ negara adalah suatu lembaga atau institusi yang
menjalankan fungsi-fungsi negara untuk pelayanan dan kepentingan masyarakat
umum. Organ negara yang mewakili, serta bertindak untuk dan atas nama
negara, didalam memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tadi, maka:
a. Pelayanan kepada masyarakat umum dalam bidang hukum publik, dilakukan
oleh organ negara yang disebut dengan pemerintah atau eksekutif, juga
dikenal dengan istilah Pejabat Tata Usaha Negara atau Pejabat Administrasi
Negara atau dalam arti khusus pegarawai negeri. Organ negara yang disebut
pemerintah atau eksekutif juga dikenal sebagai Pejabat Tata Usaha Negara
yang mempunyai kewenangan, hak dan kewajiban serta kekuasaan untuk
18
Putri A.R, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris, cet. 1, (Jakarta: Softmedia, 2011), hal. 5
Sjaifurrahman,Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, cet. 1,
(Bandung: Mandar Maju, 2011), hal. 53
19
25
memberikan pelayanan kepada dan untuk kepentingan masyarakat umum
akan tetapi terbatas hanya dalam bidang hukum publik saja.
b. Pelayanan kepada masyarakat umum dalam bidang hukum perdata suatu
negara dilakukan oleh organ negara yang disebut pejabat umum, baik
eksekutif atau pemerintah atau Pejabat Tata Usaha Negara maupun pejabat
umum, sama-sama organ negara dan juga keduanya sama-sama menjalankan
tugas publik, akan tetapi Pejabat Tata Usaha Negara mempunyai
kewenangan memberikan pelayanan kepada masyarakat umum hanya dalam
bidang hukum publik saja, sedangkan pejabat umum yang juga organ negara
mempunyai kewenangan memberikan pelayanan kepada masyarakat umum
hanya dalam bidang hukum perdata saja, karena pejabat umum bukan
Pejabat Tata Usaha Negara dan sebaliknya Pejabat Tata Usaha Negara bukan
pejabat umum. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya yurisprudensi dari
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 62/K/TUN/1998
Pasal 1 angka 1 UUJN yang menyebutkan Notaris Pejabat Umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 UUJN. Kedudukan Notaris sebagai pejabat umum
dalam arti kewenangan yang ada pada Notaris tidak pernah diberikan kepada
pejabat-pejabat lain dalam membuat akta autentik dan kewenangan lainnya,
maka kewenangan tersebut menjadikan kewenangan Notaris. 20
20
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UUJN, cet. 3, (Bandung:
Refika Aditama, 2011), (selanjutnya disebut Buku 1), hal. 40
26
Kekuatan akta Notaris sebagai alat bukti terletak kepada kekhasan
karakter pembuatnya, yaitu Notaris sebagai pejabat umum yang secara khusus
diberi wewenang untuk membuat akta. Pada asasnya setiap orang yang diangkat
sebagai Notaris adalah pejabat umum, yang berwenang untuk membuat akta
otentik, tanpa kecuali sepanjang tidak ditunjuk pejabat lain oleh undang-undang
yang secara tegas memberikan kewenangan kepada pejabat lain tersebut.21
2. Bentuk dan Jenis Serta Fungsi Akta Notaris
Hukum pembuktian mengenal adanya alat bukti yang berupa surat
sebagai alat bukti tertulis. Surat ialah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda
bacaan yang dimaksudkan untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan
dipergunakan sebagai pembuktian. Surat sebagai bukti tertulis dibagi menjadi
dua yaitu surat yang merupakan akta dan surat yang bukan akta. Sedangkan
akta dibagi lebih lanjut menjadi akta autentik dan akta di bawah tangan.
Membuat akta autentik inilah pekerjaan pokok sekaligus wewenang Notaris. 22
Syarat-syarat yang harus dipenuhi supaya surat dapat disebut dengan akta
dan memiliki kekuatan pembuktian terhadap adanya perbuatan hukum yang
telah dilakukan oleh para pihak yang berkepentingan, maka akta tersebut harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut.23
1. Surat itu harus ditandatangani;
21
Sjaifurrahman,Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, cet.1,
22
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, cet. 2, hal. 17
Sjaifurrahman,Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, cet. 1, hal. 100
hal. 9
23
27
2. Surat itu harus memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar suatu hak
atau perikatan; dan
3. Surat itu diperuntukan sebagai alat bukti.
Akta Notaris atau akta autentik, yaitu akta yang pembuatannya dari awal
dimulai dari tindakan menghadap sampai pada akhir atau penandatanganan akta
itu semuanya tunduk pada aturan-aturan hukum dalam hal ini tunduk pada
Undang-Undang Jabatan Notaris. Sebagaimana disebutkan oleh ketentuan Pasal
1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Mengenai unsur-unsur dan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pembuatan akta autentik dapat di lihat di dalam ketentuan Pasal 1868 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang dirumuskan sebagai berikut.24
1. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang.
Artinya jika bentuknya tidak ditentukan oleh undang-undang maka salah
satu unsur akta autentik itu tidak terpenuhi dan jika tidak dipenuhi unsur dari
padanya maka tidak pernah ada yang disebut dengan akta autentik.
2. Akta itu harus dibuat oleh seorang pejabat umum.
3. Bahwa akta itu dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang
untuk membuatnya di tempat dimana akta itu dibuat.
Sepanjang mengenai akta para pihak yang dijamin keabsahannya sebagai
akta autentik harus memuat syarat-syarat sebagai berikut.25
24
Sjaifurrahman,Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, cet. 1, hal. 107
28
1. Tanggal dari akta itu
2. Tanda tangan yang ada dalam akta itu
3. Identitas dari orang yang hadir
4. Bahwa yang tercantum dalam akta itu adalah sesuai dengan apa yang
diterangkan oleh para penghadap kepada Notaris untuk dicantumkan dalam
bentuk akta itu, sedangkan kebenaran dari keterangan-keterangan itu sendiri
hanya pasti antara pihak-pihak yang bersangkutan sendiri.
Menurut pendapat yang umum mengenai keabsahan akta autentik,
terdapat dua jenis akta autentik yaitu.26
1. Akta pejabat ambtelijke acte atau akta relaas
Akta pejabat merupakan akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi
wewenang untuk itu dengan mana pejabat menerangkan apa yang dilihat
serta apa yang dilakukannya, jadi inisiatif tidak berasal dari orang yang
namanya diterangkan dalam akta, ciri khas yang tampak pada akta pejabat,
yaitu tidak adanya komparisi dan Notaris bertanggung jawab penuh atas
pembuatan akta ini. Notaris juga dilarang melakukan suatu justifikasi
(penilaian) sepanjang pembuatan akta pejabat, contohnya adalah akta risalah
rapat umum pemegang saham, akta penarikan undian.
Pada akta ini, tanda tangan tidak merupakan keharusan bagi
autentisitas dari akta. Apabila pihak yang hadir menolak untuk mendapatkan
25
G. H. S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, cet. 4, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal.
26
Sjaifurrahman,Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, cet. 1, hal. 109
53
29
akta, maka akta tetap merupakan akta autentik. Misalnya pada pembuatan
akta berita acara rapat para pemegang saham dalam perseroan terbatas, para
pihak yang hadir telah meninggalkan rapat sebelum menandatangani akta
itu, maka yang menandatangani akta tersebut hanya saksi-saksi dan Notaris.
Kebenaran isi dari akta pejabat ini tidak dapat digugat, kecuali dengan
menuduh bahwa akta itu adalah palsu.
2. Akta pihak atau akta penghadap (partic acte)
Akta yang dibuat dihadapan pejabat yang diberi wewenang untuk itu
dan akta itu dibuat atas permintaan pihak-pihak yang berkepentingan. Ciri
khas akta dari akta ini adanya komparisi atas keterangan yang menyebutkan
kewenangan para pihak dalam melakukan perbuatan hukum yang dimuat
dalam akta, contoh akta jual beli, akta sewa menyewa, akta pendirian
perseroan terbatas, akta pengakuan hutang dan lain sebagainya.
Undang-undang mengharuskan bahwa akta partij, dengan diancam
akan kehilangan autentisitasnya atau dikenakan denda, harus ditandatangani
oleh para pihak yang bersangkutan atau setidak-tidaknya didalam akta itu
diterangkan apa yang menjadi alasan tidak ditandatanganinya akta itu oleh
pihak atau para pihak yang bersangkutan.
Dalam kaitan dengan pembuktian sebaliknya terhadap isi akta, pada
akta ini dapat digugat isinya, tanpa menuduh akan kepalsuannya, dengan
jalan menyatakan bahwa keterangan dari para pihak yang bersangkutan ada
diuraikan menurut sesungguhnya dalam akta itu, akan tetapi keterangan itu
30
adalah tidak benar. Artinya terhadap keterangan yang diberikan itu
diperkenankan pembuktian sebaliknya.
Akta yang dibuat oleh Notaris mempunyai peranan penting dalam
menciptakan kepastian hukum didalam setiap hubungan hukum, sebab akta
notaris bersifat autentik, dan merupakan alat bukti terkuat dan terpenuh
dalam setiap perkara yang terkait dengan akta notaris tersebut. Dalam
berbagai macam hubungan bisnis, seperti kegiatan dibidang perbankan,
pertanahan, kegiatan sosial dan lain-lain, baik dalam lingkup lokal, regional
maupun nasional, kebutuhan akan akta autentik sebagai alat pembuktian
semakin meningkat. Akta autentik menentukan secara jelas hak dan
kewajiban, yang menjamin kepastian hukum sekaligus diharapkan dapat
meminimalisasi terjadinya sengketa, walaupun sengketa tersebut pada
akhirnya mungkin tidak dapat dihindari, dalam proses penyelesaian sengketa
tersebut akta autentik yang merupakan alat bukti tertulis terkuat dan
terpenuh memberi sumbangan yang nyata bagi penyelesaian perkara secara
murah dan cepat. Sebagai alat bukti tertulis yang terkuat dan terpenuh apa
yang dinyatakan dalam akta Notaris harus diterima, kecuali pihak yang
berkepentingan dapat membuktikan hal yang sebaliknya secara memuaskan
dihadapan persidangan pengadilan.
Bahan dasar untuk membangun struktur akta Notaris yaitu berasal dari
keterangan atau penjelasan para pihak atau hasil wawancara (tanya jawab)
dengan para pihak dan bukti-bukti yang diberikan kepada Notaris, ataupun
31
berdasarkan hasil penelitian awal serta negoisasi awal untuk kemudian
merumuskan dan dituangkan kedalam bentuk akta Notaris.27
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan dasar untuk membangun
struktur akta Notaris, antara lain:
1. Latar belakang yang akan diperjanjikan
2. Identifikasi para pihak (subjek hukum)
3. Indentifikasi objek yang akan diperjanjikan
4. Membuat kerangka akta
5. Merumuskan substansi akta
Akta otentik sekurang-kurangnya mempunyai tiga fungsi, yaitu:28
1. Sebagai bukti bahwa para pihak yang bersangkutan telah mengadakan
perjanjian tertentu
2. Sebagai bukti kepada para pihak bahwa apa yang tertulis dalam perjanjian
adalah menjadi tujuan dan keinginan para pihak
3. Sebagai bukti kepada pihak ketiga bahwa pada tanggal tertentu kecuali
apabila ditentukan sebaliknya para pihak telah mengadakan perjanjian
dan bahwa isi perjanjian adalah sesuai dengan kehendak para pihak.
3. Kode Etik Notaris
Kode etik sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Sejak dahulu
telah dilakukan usaha-usaha untuk mengatur tingkah laku moral suatu
27
Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, cet. 1, (Bandung: Refika Aditama,
2011), (Selanjutnya disebut Buku II), hal. 37.
28
Sjaifurrahman,Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, cet. 1, hal. 115.
32
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan tertulis sehingga
dapat menjadi pegangan pokok anggota profesi untuk tetap menjalankan
hakikat moralitas profesinya. Dengan posisi yang demikian ini orang yang
menjalin hubungan dengan sebuah profesi memiliki jaminan atas
keperluannya berupa jaminan pelayanan-pelayanan sesuai dengan lingkup
profesi. Kode etik dengan demikian memberikan jaminan dalam perolehan
pelayanan profesi dan menghindarkan dari berbuatan tercela. Selain jaminan
atas mutu profesi, kode etik merupakan sebuah kompas yang akan
memberikan pencerahan moral dalam pelayanan. 29
Kode Etik Notaris merupakan suatu kaidah moral yang ditentukan oleh
perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia berdasarkan Keputusan Kongres
Perkumpulan dan/atau yang ditentukan dan diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi,
serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan semua
orang yang menjalankan tugas dan jabatan Notaris.30
Kode Etik Notaris dilandasi oleh kenyataan bahwa Notaris sebagai
pengemban profesi adalah orang yang memiliki kahlian dan keilmuan dalam
bidang kenotariatan, sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
yang memerlukan pelayanan dalam bidang kenotariatan. Secara pribadi
Notaris bertanggung jawab atas mutu pelayanan jasa yang diberikannya.
29
30
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, cet. 2, hal. 161
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, cet. 2, hal. 162
33
Menurut Munir Fuady kedudukan kode etik bagi Notaris sangatlah
penting. Pertama, bukan hanya karena Notaris merupakan suatu profesi
sehingga perlu diatur dengan suatu kode etik, melainkan juga karena sifat
dan hakikat dari pekerjaan notaris yang sangat berorientasi pada legalisasi,
sehingga dapat menjadi fundamen hukum utama tentang status harta benda,
hak dan kewajiban seseorang klien yang menggunakan jasa Notaris tersebut.
Kedua, agar tidak terjadi ketidak adilan sebagai akibat dari pemberian status
harta benda, hak dan kewajiban yang tidak sesuai dengan kaidah dan
perinsip-prinsip hukum dan keadilan, sehingga dapat mengacaukan
ketertiban umum dan juga mengacaukan hak-hak pribadi dari masyarakat
pencari keadilan, maka bagi dunia Notaris sangat diperlukan juga suatu kode
etik profesi yang baik dan moderen.31
Etika dapat diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, filsafat
moral, dan yang terpenting sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan manusia atau kelompok manusia dalam mengatur
perilakunya.
Kode Etik Notaris dapat diuraikan menjadi beberapa etika yang
meliputi:32
1. Etika Keperibadian Notaris
Sebagai pejabat umum, Notaris:
31
Menurut Fuady, Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa, Advokat, Notaris, Kurator dan
Pengurus, cet. 1, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005), hal. 133.
32
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, cet. 4, hal. 89-92
34
a. Berjiwa Pancasila
b. Taat kepada hukum, sumpah jabatan, Kode Etik Notaris
c. Berbahasa Indonesia yang baik
Sebagai Profesional, Notaris:
a. Memiliki prilaku profesional
b. Ikut serta pembangunan nasioanal di bidang hukum
c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Notaris
Selanjutnya
dijelaskan
bahwa
Notaris
harus
memiliki
perilaku
profesional.
Unsur-unsur prilaku profesional adalah sebagai berikut:
a. Keahlian yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman tinggi
b. Integritas moral artinya menghindari sesuatu yang tidak baik walaupun
imbalan jasanya tinggi, pelaksanaan tugas profesi diselaraskan dengan
nilai-nilai kemasyarakatan, sopan santun, dan agama
c. Jujur tidak saja pada pihak kedua atau pihak ketiga, tetapi juga pada
diri sendiri
d. Tidak semata-mata pertimbangan uang, melainkan juga pengabdian,
tidak membedakan antara orang mampu atau tidak mampu
e. Berpegang teguh kepada kode etik profesi karena didalamnya
ditentukan segala prilaku yang harus dimiliki oleh notaris, termasuk
berbahsa Indonesia yang sempurna.
2. Etika Melakukan Tugas Jabatan
35
Sebagai pejabat umumdalam melakukan tugas jabatannya, Notaris:
a. Menyadari kewajibannya, bekerja sendiri, jujur, tidak berpihak, dan
penuh rasa tanggung jawab
b. Menggunakan satu kantor yang telah ditetapkan sesuai dengan undangundang, tidak mengadakan kantor cabang perwakilan dan tidak
menggunakan perantara
c. Tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi
d. Harus memasang tanda papan nama menurut ukuran yang berlaku
3. Etika Pelayanan Terhadap Klien
Sebagai pejabat umum, Notaris:
a. Memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan
jasanya dengan sebaik-baiknya
b. Menyelesaikan akta sampai tahap pendaftaran pada Pengadilan Negeri
dan pengumumam dalam Berita Negara, apabila klien yang
bersangkutan
dengan
tegas
menyatakan
akan
menyerahkan
kepengurusannya kepada notaris yang bersangkutan dan klien telah
memenuhi syarat-syarat yang diperlukan
c. Memberitahu kepada klien perihal selesainya pendaftaran dan
pengumuman, dan atau mengirim kepada atau menyuruh mengambil
akta yang sudah didaftar atau Berita Negara yang sudah selesai dicetak
tersebut oleh klien yang bersangkutan
36
d. Memberikan penyuluhan hukum agar masyarakat menyadari hak dan
kewajibannya sebagai warga negara dan anggota masyarakat
e. Memberikan jasa kepada anggota msyarakat yang kuarang mampu
dengan cuma-cuma
f. Dilarang menahan berkas seseorang dengan maksud memaksa orang
itu membuat akta pada notaris yang menahan berkas tersebut
g. Dilarang menjadi alat orang atau pihak lain untuk semata-mata
menandatangani akta buatan orang lain sebagai akta buatan Notaris
yang bersangkutan
h. Dilarang mengirim minuta kepada klien atau klien-klien untuk
ditandatangani oleh klien atau klien-klien yang bersangkutan
i. Dilarang membujuk-bujuk atau dengan cara apapun memaksa klien
membuat akta padanya, atau membujuk-bujuk seseorang agar pindah
dari Notaris lainnya
j. Dilarang membentuk kelompok didalam tubuh Ikatan Notaris
Indonesia dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi
atau lembaga secara khusu/eksklusif, apabila menutup kemungkinan
anggota lain untuk berprestasi.
4. Etika Hubungan Sesama Rekan Notaris
Sebagai sesama pejabat umum, Notaris:
a. Saling menghormati dalam suasana kekeluargaan
37
b. Tidak melakukan persaingan yang merugikan sesama rekan Notaris,
baik moral maupun material
c. Harus saling menjaga dan membela kehormatan dan nama baik Korp
Notaris atas dasar rasa solidaritas dan sikap tolong menolong secara
konstruktif.
5. Etika Pengawasan
a. Pengawasan terhadap Notaris melalui pelaksanaan Kode Etik Notaris
dilakukan oleh Majelis Kehormatan Daerah atau Pusat Ikatan Notaris
Indonesia
b. Tata cara pelaksanaan kode etik, sanksi-sanksi dan eksekusi diatur
dalam peraturan tersendiri yang merupakan lampiran dari Kode Etik
Notaris ini.
c. Tanpa mengurangi ketentuan mengenai tata cara maupun pengenaan
tingkatan sanksi-snaksi berupa peringatan dan teguran, maka
pelanggaran-pelanggaran yang oleh Pengurus Pusat secara mutlak
harus dikenakan sanksi pemberhentian sementara sebagai anggota
Ikatan Notaris Indonesia disertai usul Pengurus Pusat kepada Kongres
untuk memecat anggota yang
bersangkutan adalah pelanggaran-
pelanggaran yang disebut dalam Kode Etik Notaris dan Peraturan
Jabatan Notaris, yang berakibat bahwa anggota yang bersangkutan
dinyatakan bersalah berdasarkan keputusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
38
4. Wewenang dan Tanggung Jawab Notaris
Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta autentik
dapat dibebani tanggung jawab atas perbuatannya sehubungan dengan
pekerjaannya dalam membuat akta tersebut. Ruang lingkup pertanggung
jawaban Notaris meliputi kebenaran materil atas akta yang dibuatnya.
Mengenai tanggung jawab Notaris selaku pejabat umum yang berhubungan
dengan kebenaran materil maka:
1. Tanggung jawab notaris secara perdata terhadap kebenaran materil
terhadap akta yang dibuatnya.
Konstruksi yuridis yang digunakan dalam tanggung jawab perdata
terhadap kebenaran materil terhadap akta yang dibuat oleh notaris adalah
konstruksi perbuatan melawan hukum. Konstruksi yuridis mengenai
perbuatan melawan hukum ini memang memiliki jangkauan yang begitu
luas sehingga memungkinkan untuk menjangkau perbuatan apapun
asalkan merugikan pihak lain dan kerugian tersebut memiliki hubungan
kausalitas dengan perbuatan apapun tersebut. Apa yang disebut dengan
perbuatan melawan hukum memiliki sifat aktif maupun pasif. Aktif dalam
arti melakukan suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian pada pihak
lain. Pasif dalam artian tidak melakukan suatu perbuatan namun
sesungguhnya perbuatan tersebut merupakan kewajiban baginya atau
dengan tidak melakukan suatu perbuatan tertentu yang menjadi
keharusan, maka pihak lain dapat menderita suatu kerugian.
39
2. Tanggung jawab Notaris secara pidana terdapat kebenaran materil dalam
akta yang dibuatnya.
Mengenai ketentuan pidana tidak diatur di dalam UUJN, namun tanggung
jawab Notaris secara pidana dikenakan apabila Notaris melakukan
perbuatan pidana. UUJN hanya mengatur sanksi atas pelanggaran yang
dilakukan oleh Notaris terhadap UUJN. Sanksi tersebut dapat berupa akta
yang dibuat oleh Notaris tidak memiliki kekuatan autentik atau hanya
mempunyai kekuatan sebagai akta dibawah tangan. Terhadap Notarisnya
sendiri dapat diberikan sanksi yang berupa teguran hingga pemberhentian
dengan tidak hormat.
3. Tanggung jawab Notaris berdasarkan UUJN terhadap kebenaran materil
dalam akta yang dibuatnya.
Kebutuhan akan jasa Notaris dalam masyarakat moderen tidak mungkin
dihindarkan. Notaris sebagai pejabat umum diangkat oleh pemerintah dan
pemerintah sebagai organ negara mengangkat Notaris bukan semata
untuk kepentingan Notaris itu sendiri, melainkan juga kepentingan
masyarakat luas. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan
persoalan kepercayaan antara para pihak, artinya negara memberikan
kepercayaan yang besar terhadap Notaris dan dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pemberian kepercayaan kepada Notaris berarti Notaris
tersebut mau tidak mau telah dapat dikatakan memikul pula tanggung
40
jawab atasnya. Tanggung jawab ini dapat berupa tanggung jawab secara
hukum maupun moral.
4. Tanggung
jawab
Notaris
dalam
menjalankan
tugas
jabatannya
berdasarkan kode etik notaris.
Profesi Notaris sebagaimana telah diterangkan dapat dilihat dalam
perspektifnya secara integral melalui perspektif terintegrasi ini maka
profesi Notaris merupakan profesi yang berkaitan dengan individu,
organisasi profesi, masyarakat pada umumnya dan negara. Tindakan
Notaris akan berkaitan dengan elemen-elemen tersebut, oleh karenanya
suatu tindakan yang keliru dari Notaris dalam menjalankan pekerjaannya
tidak hanya akan merugikan Notaris itu tersendiri namun dapat juga
merugikan organisasi profesi, masyarakat, dan negara.
Terdapat hubungan antara kode etik dengan UUJN. Hubungan pertama
dalam Pasal 4 mengenai sumpah jabatan. Notaris melalui sumpahnya
berjanji menjaga sikap, tingkah lakunya dan akan menjalankan
kewajibannya sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat dan
tanggung jawabnya sebagai Notaris. Kode etik profesi Notaris ditetapkan
dan ditegakkan oleh organisasi Notaris.
Notaris dalam menjalankan tugas kewenangannya sebagai pejabat
umum memiliki ciri utama, yaitu pada kedudukannya (posisinya) yang
tidak memihak dan mandiri (independen), bahkan dengan tegas dikatakan
“bukan sebagai salah satu pihak” Notaris sebagai pejabat umum hanyalah
41
mengkonstartir kehendak para pihak berdasarkan keterangan yang
diberitahukan para pihak kepada Notaris atau merekam secara tertulis atas
sesuatu yang dilihat, disaksikan dan didengar oleh Notaris. Mengenai
kebenaran perkataan atau keterangan mereka yang disampaikan
dihadapan Notaris seperti yang termuat dalam akta adalah bukan
merupakan tanggung jawab Notaris.
Jabatan Notaris tersebut dapat disebut sebagai profesi jika didalam
melaksanakan sesuatu pekerjaan dilakukan secara terus menerus dan
dilakukan dengan suatu standar bidang ilmu tertentu dengan suatu
keahlian khusus yang mengutamakan kemampuan fisik dan intelektual
yang dilakukan secara bertanggung jawab, profesional, bersifat tetap
dengan tujuan memperoleh pendapatan.
Pekerjaan Notaris sebagai suatu profesi mempunyai kriteria sebagai
berikut:33
1. Meliputi bidang tertentu saja (spesialisasi)
Pekerjaan bidang tertentu adalah spesialisasi yang dikaitkan dengan
bidang keahlian yang dipelajari dan ditekuni. Biasanya tidak ada
rangkapan dengan pekerjaaan lain diluar keahliannya itu.
2. Berdasarkan keahlian dan keterampilan khusus
Pekerjaan bidang tertentu itu berdasarkan keahlian dan keterampilan
khusus, yang diperolehnya melalui pendidikan dan latihan. Pendidikan
33
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, cet. 4, hal. 58-61
42
dan latihan itu ditempuhnya secara resmi pada lembaga pendidikan
dan latihan yang diakui oleh pemerintah berdasarkan undang-undang.
Keahlian dan keterampilan yang diperolehnya itu dibuktikan oleh
sertifikasi yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau lembaga lain
yang diakui oleh pemerintah.
3. Bersifat tetap atau terus menerus
Pekerjaan bidang tertentu itu bersifat tetap atau terus menerus. Tetap
artinya tidak berubah-ubah pekerjaannya. Terus menerus berlangsung
untuk jangka waktu lama sampai pensiun, atau berakhir masa kerja
profesi yang bersangkutan.
4. Lebih mendahulukan pelayanan daripada imbalan (pendapatan)
Pekerjaan bidang tertentu itu lebih mendahulukan pelayanan daripada
imbalan (pendapatan). Artinya mendahulukan apa yang harus
dikerjakan bukan beberapa bayaran yang diterima. Kepuasan
konsumen atau pelanggan lebih diutamakan. Pelayanan itu diperlukan
karena keahlian profesional, bukan amatir. Seorang profesional selalu
bekerja dengan baik, benar, dan adil. Baik artinya teliti, tidak asal
bekerja. Benar artinya diakui oleh profesioanal yang bersangkutan.
Adil artinya tidak melanggar hak pihak lain. Sedangkan imbalan
dengan sendirinya akan dipenuhi secara wajar apabila konsumen atau
pelangggan merasa puas dengan pelayanan yang diperolehnya.
5. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat
43
Dalam memberikan pelayanannya, profesional itu bertanggung jawab
kepada diri sendiri, artinya dia bekerja karena integritas moral,
intelektual dan profesional sebagai bagian dari kehidupannya. Dalam
memberikan pelayanan, seorang profesional selalu mempertahankan
cita-cita luhur profesi sesuai dengan tuntutan kewajiban hati
nuraninya, bukan karena sekedar hobi belaka.
Bertanggung jawab kepada masyarakat artinya kesediaan memberikan
pelayanan
sebaik
mungkin
sesuai
dengan
profesinya,
tanpa
membedakan antar pelayanan bayaran dan pelayanan cuma-cuma serta
menghasilkan layanan yang bermutu, yang berdampak positif bagi
masyarakat. Pelayanan yang diberikan tidak semata-mata bermotif
mencari keuntungan, melainkan juga pengabdian kepada sesama
manusia. Bertanggung jawab juga berarti berani menanggung segala
resiko
yang
timbul
akibat
pelayanan
itu.
Kelalaian
dalam
melaksanakan profesi menimbulkan dampak yang membahayakan atau
merugikan diri sendiri, orang lain dan berdosa kepada Tuhan.
6. Terkelompok dalam suatu organisasi
Para profesional itu terkelompok dalam suatu organisasi, biasanya
organisasi profesi menurut bidang keahlian dari cabang ilmu yang
disukai. Bartens menyatakan, kelompok profesi merupakan masyarakat
44
moral (moral community) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai
bersama. Kelompok profesi memiliki kekuasaan sendiri dan tanggung
jawab khusus. Sebagai profesi, kelompok ini mempunyai acuan yang
disebut kode etik profesi.
Pengakuan terhadap organisasi profesi didasarkan pada nilai moral
yang tercermin pada keahlian dan keterampilan anggota profesi yang
bersangkutan bukan karena ketentuan hukum positif.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dan berdasarkan pengertian Notaris
yang terdapat dalam UUJN, Notaris dalam memangku jabatan dan
melaksanakan tugas atau pekerjaannya berdasarkan pengangkatan oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang
mendapat kewenangan dari negara secara atributif. Artinya, profesi
Notaris merupakan jabatan dan merupakan seorang yang secara
akademik memiliki kapasitas untuk mengemban jabatan Notaris, oleh
karena itu profesi Notaris merupakan jabatan kepercayaan yang
bermartabat. Hal inilah yang membedakan profesi notaris dengan
profesi-profesi lainnya. Oleh karena itu untuk notaris digunakan istilah
profesi jabatan Notaris, karena pada hakekatnya Notaris adalah pejabat
yang diangkat oleh menteri yang membidangi, dalam hal ini adalah
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
45
5. Pelaksanaan Kewajiban Notaris Dalam Menjalankan Jabatannya
Beberapa asas yang harus dijadikan pedoman dalam menjalankan tugas
jabatan Notaris, yaitu sebagai asas-asas pelaksanaan tugas jabatan Notaris
yang baik, dengan substansi dan pengertian untuk kepentingan Notaris, asasasas tersebut adalah sebagai berikut:34
1. Asas Kepastian Hukum
Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya wajib berpedoman secara
normatif kepada aturan hukum yang berkaitan dengan segala tindakan
yang akan diambil untuk kemudian dituangkan dalam akta. Bertindak
berdasarkan aturan hukum yang berlaku tentunya akan memberikan
kepaastian kepada para pihak, bahwa akta yang dibuat dihadapan atau
oleh Notaris telah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, sehingga
jika terjadi permasalahan, akta Notaris dapat dikjadikan oleh para pihak.35
2. Asas Persamaan
Notaris dalam memberikan pelayanann kepada masyarakat tidak
membeda-bedakan satu dengan yang yang lain berdasarkan keadaan
sosial-ekonomi atau alasan lainnya. Bahkan Notaris wajib memberikan
jasa hukum dibidang kenotariatan secara cuma-cuma kepada orang yang
tidak mampu, yang mana hal ini diatur dalam Pasal 37 UUJN. Hanya
34
Putri A.R, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris, cet. 1, hal. 21
Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan tulisan
tentang Notaris dan PPAT), cet. 1, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009), (selanjutnya disebut Buku
III), hal. 185
35
46
alasan hukum yang boleh dijadikan dasar bahwa Notaris tidak dapat
memberikan jasa kepada yang menghadap Notaris.36
3. Asas Kepercayan
Jabatan Notaris merupakan jabatan kepercayaan yang harus selaras
dengan mereka yang menjalankan tugas jabatan Notaris sebagai orang
yang yang dapat di percaya. Notaris sebagai jabatan kepercayaan, wajib
untuk menyimpan rahasia mengenai akta yang dibuatnya dan keterangan
atau pernyataan para pihak yang di peroleh dalam pembuatan akta,
kecuali undang-undang memerintahkannya untuk membuka rahasia dan
memberikan keterangan atau pernyataan tersebut kepada pihak yang
memintanya.37 Kewajiban ingkar dapat dilakukan dengan batasan
sepanjang Notaris di periksa oleh instansi mana saja yang berupaya untuk
meminta pernyataan atau keterangan dari Notaris sehubungan dengan
akta yang telah atau pernah dibuat oleh atau dihadapan Notaris tersebut.
4. Asas Kehati-hatian
Asas ini merupakan peranan dari Pasal 16 ayat (1) huruf a UUJN, antara
lain dalam menjalankan tugas jabatannya Notaris wajib bertindak
seksama. Notaris mempunyai peranan untuk menentukan suatu tindakan
dapat dituangkan dalam bentuk akta atau tidak, Notaris harus
36
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik,
cet. 2, (Bandung: Refika Aditama, 2009), (Selanjutnya disebut Buku IV), hal. 83
37
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik,
cet. 2, hal. 87
47
mempertimbangkan dan melihat semua dokumen yang diperlihatkan
kepada Notaris, meneliti semua bukti yang diperlihatkan kepadanya,
menerangkan keterangan atau pernyataan para pihak. Keputusan tersebut
harus didasarkan kepada alasan hukum yang harus djelaskan kepada para
pihak. Pertimbangan tersebut harus memperhatikan semua aspek hukum
termasuk masalah hukum yang akan timbul di kemudian hari.38 Selain itu,
setiap akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris harus mempunyai
alasan dan fakta yang menndukung akta yang bersangkutan atau ada
pertimbangan hukum yang harus dijelaskan kepada para pihak atau
penghadap.39
5. Asas Profesionalitas
Asas ini merupakan suatu persyaratan yang diperlukan untuk menjabat
suatu
pekerjaan
(profesi)
tertentu,
yang
dalam
pelaksanaannya
memerlukan ilmu pengetahuan, keterampilan, wawasan dan sikap yang
mendukung sehingga pekerjaan profesi tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Dengan demikian dapat
dipahami oleh seseorang dalam menjalankan suatu pekerjaan tertentu
dalam melaksanakan pekerjaan yang diserahkan kepadanya. 40
38
Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan tulisan
tentang Notaris dan PPAT), cet. 1, (Buku III), hal. 188
39
Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan tulisan
tentang Notaris dan PPAT), cet. 1, (Buku III), hal.186
40
Abdul Manan, Aspek-aspek pengubah Hukum, cet. 1, (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2006), hal. 151
48
Profesionalisme dalam profesi Notaris mengutamakan keahlian seseorang
Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan UUJN dan
Kode Etik Jabatan Notaris. Tindakan profesionalitas Notaris dalam
menjalankan tugas jabatannya di wujudkan dalam melayani masyarakat
dan akta yang dibuat di hadapan atau oleh Notaris. Dalam Notaris
tersebut harus didasari atau dilengkapi dengan berbagai ilmu pengetahuan
hukum dan ilmu-ilmu lainnya yang harus dikuasai secara terintegrasi oleh
notaris, sehingga akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris tersebut
mempunyai kedudukan sebagai alat bukti yang sempurna dan kuat.
49
BAB III
MEKANISME PENDIRIAN PERSEROANTERBATAS
A. TINJAUAN UMUM PERSEROAN TERBATAS
1. Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas bukan merupakan bentuk usahan yang secara spontan
terbentuk dan ada, melainkan merupakan hasil perencanaan, kreasi maupun
tindakan pendiri yang sering kali dilanjutkan dengan tindakan untuk mengawasi
dan/atau menjalankan perusahaan setelah Perseroan Terbatas memperoleh
status sebagai badan hukum.41
Menurut Henn dan Alexander, aktifitas pendirian Perseroan Terbatas dapat
dipilih menjadi 3 (tiga) langkah, yaitu penemuan (discovery), penyelidikan
(investigation) dan penyusunan (assembly). Discovery, merupakan langkahlangkah yang meliputi upaya untuk menemukan kesempatan bisnis apa yang
akan dikembangkan, bagaimana prospek bisnis tersebut, apa tantangan yang
dihadapi untuk mengembangkan bisnis tersebut. Investigation, merupakan
analisis terhadap rencana bisnis yang telah dipilih untuk mendapatkan kepastian
apakah suatu aktifitas bisnis tertentu itu memiliki kelayakan ekonomis atau
tidak. Assembly, merupakan langkah terakhir yang mencakup pada tindakan
konkrit sebagai tahapan mewujudkan berdirinya Perseroan Terbatas. Langkah
ini mencakup bagaimana kebutuhan modal baik modal tetap maupun modal
41
Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, cet. 1, (Salatiga: Griya Media, 2011), hal. 35
50
berjalan
diperoleh,
bagaimana
menyediakan
kebutuhan
tenaga
kerja,
perencanaan detail maupun lanjutan dari suatu perusahaan.42
Untuk dapat mencapai pendirian Perseroan Terbatas tersebut, ada kalanya
pendiri memerlukan jasa dari orang-orang yang memiliki keahlian tertentu,
misalnya ahli hukum seperti Notaris dan Konsultan Hukum, Akuntan,
Perbankan, dan lain sebagainya.
a. Definisi
Perseroan Terbatas di definisikan sebagai badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham,
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta
peraturan pelaksananya.
Berdasarkan rumusan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas tersebut, maka dapat dirinci unsur-unsur
konsep Perseroan Terbatas yaitu:
a. Badan Hukum
b. Didirikan Berdasarkan pada Perjanjian
c. Melakukan Kegiatan Usaha
d. Modal Dasar
e. Memenuhi Persyaratan Undang-undang
42
Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, cet. 1, hal. 35-36
51
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut PT adalah badan usaha
yang sudah memiliki status sebagai badan hukum. Dengan setatus badan
hukum tersebut, PT mempunyai harta kekayaan sendiri, dan tanggung jawab
sendiri. Ini berarti setiap kewajiban atau utang PT hanya dilunasi dari harta
kekayaan PT itu sendiri. Harta pemegang saham, Direktur dan /atau
Komisaris PT tidak dapat dipergunakan untuk melunasi kewajiban PT,
kecuali terjadi kesalahan, kelalaian, perbuatan melawan hukum dan/atau
pertentangan kepentingan
yang merugikan pasar dan/atau kreditor
perseroan.43
Sebagai badan hukum, PT memiliki kedudukan sebagai subjek hukum.
Kedudukan ini membawa konsekuensi hukum bahwa PT menjadi
pendukung hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum. Menurut Pasal 1653
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terdapat empat jenis badan hukum,
yaitu.44
a. Badan hukum yang didirikan oleh pemerintah. Yang termasuk dalam
kategori badan hukum ini adalah badan hukum publik seperti provinsi,
kabupaten, kota, dan lain-lain.
b. Badan hukum yang diakui oleh pemerintah, misalnya gereja atau badan
keagamaan lainnya.
c. Badan hukum yang didirikan oleh pihak swasta.
43
Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, cet.2, (Jakarta: Forum
Sahabat, 2008), hal.2-3
44
Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, cet. 1, hal. 60
52
Tiga jenis badan hukum yang terakhir ini, memerlukan pengakuan
pemerintah. Tanpa adanya pengakuan pemerintah, maka kedudukannya
sebagai subjek hukum dalam lalu lintas hukum tidak diakui. Atau, dengan
kata lain tidak memiliki status sebagai subjek hukum.45
b. Personalitas Perseroan
Perorangan manusia baik laki-laki, perempuan, dewasa maupun anakanak adalah subjek hukum yang memiliki personalitas atau keperibadian.
Manusia sebagai person atau peroranagan dan subjek hukum, mempunyai
hak hidup yang dilindungi hukum. Berhak memiliki kekayaan di depan
hukum. Bahkan pada dirinya melekat berbagai hak asasi yang harus
dihormati penguasa dan anggota masyarakat lain. Pada masa sekarang,
secara universal, semua manusia sebagai perorangan tanpa membedakan
jenis kelamin, golongan, kelompok, ras dan agama, dapat menegakkan hakhaknya
didepan pengadilan. Sebaliknya, kepadanya
dapat
diminta
pertanggungjawaban atas pelanggaran kewajiban hukum yang melekat pada
hak tersebut di depan pengadilan. Manusia sebagai perorangan adalah badan
hukum (legal person) dan hal itu melekat pada dirinya sejak lahir, serta
keadaan itu berlangsung selama hidupnya sejak lahir sampai meninggal
dunia. Akan tetapi, bukan manusia perorangan saja yang bisa menjadi subjek
hukum dan badan hukum. Perseroan juga bisa menjadi badan hukum, oleh
45
Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, cet. 1, hal. 60
53
karena itu bisa menjadi subjek hukum. Badan hukum itulah yang disebut
dalam Pasal 1 angka 1 UUPT yaitu Perseroan Terbatas.46
Ciri pokok personalitas perseroan terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, antara lain yaitu:47
a. Perseroan diperlakukan sebagai wujud yang terpisah dan berbeda dari
pemiliknya
Ciri personalitas perseroan sebagai badan hukum yang pertama dan
paling utama:
1. Perseroan merupakan wujud atau entitas (enity) yang “terpisah” dan
“berbeda” dari pemiliknya dalam hal ini dari pemegang saham;
2. Dengan demikian secara umum, eksistensi dan validitasnya, tidak
terancam oleh kematian, kepailitan, penggantian atau pengunduran
individu pemegang saham.
Ciri personalitas yang demikian dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, diatur dalam Pasal 3 (1)
dalam bentuk “pertanggungjawaban terbatas” pemegang saham atas
utang perseroan. Menurut penjelasan Pasal 3 (1) tersebut, ketentuan
tanggung jawab terbatas, merupakan penegasan ciri personalitas
46
Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 1, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007),
47
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal.
hal. 174
57-60
54
perseroan bahwa pemegang saham terpisah tanggung jawabnya sebatas
apa yang di setornya kepada perseroan dengan harta pribadinya.
b. Dapat menggugat dan digugat atas nama perseroan itu sendiri
Ciri personalitas perseroan yang kedua ini, diatur pada Pasal 98 (1)
UUPT.
1. Perseroan dapat tampil didalam maupun diluar Pengadilan
2. Untuk itu, Perseroan diwakili oleh Direksi.
Perseroan dapat menggugat wanprestasi atau perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh pihak ketiga. Begitu juga sebaliknya,
perseroan dapat digugat pihak ketiga terhadap wanprestasi atau perbuatan
melawan hukum yang dilakukan.
c. Perseroan dapat memperoleh, menguasai, dan mengalihkan miliknya atas
namanya sendiri.
Berdasarkan Pasal 32 (1) UUPT, perseroan memiliki kekayaan
berupa modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor.
Dapat memiliki aset dari hasil keuntungan perusahaan. Menguasai
dan memindahkan aset itu sesuai dengan cara yang ditentukan undangundang dan Anggaran Dasar.
Memiliki cadangan wajib dan cadangan khusus sesuai dengan
ketentuan Pasal 70 (1) dan Pasal 73 (1) UUPT.
d. Tanggung jawab pemegang saham, terbatas sebasar nilai sahamnya
55
Sejalan dengan ciri perseroan terpisah dan berbeda dengan
pemiliknya, maka tanggung jawab pemegang saham, hanya terbatas
sebesar nilai sahamnya sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 3 (1)
UUPT:
1. Perseroan tidak bertanggung jawab terhadap utang pemegang saham,
sebaliknya pemegang saham tidak bertanggung jawab atas utang
perseroan
2. Kerugian yang ditanggung pemegang saham hanya sebatas harga
saham yang mereka investasikan
3. Pemegang saham, tidak bertanggung jawab lebih lanjut kepada
kreditor perseroan atas aset pribadinya.
Namun hal itu tidak mengurangi kemungkinan pemegang saham
bertanggung jawab sampai meliputi harta pribadinya, apabila dia
secara itikad buruk memperalat perseroan untuk kepentingan pribadi,
atau pemegang saham bertindak sebagai borgtoch terhadap kreditor
atas uang perseroan.
e. Pemegang saham, tidak mengurus perseroan, kecuali dia dipilih sebagai
angguta Direksi
Ciri lain yang berlaku umum di semua negara, pemegang saham
“tidak mengurus” perseroan, akan tetapi perseroan diurus oleh Direksi
yang ditunjuk dan diangkat melalui RUPS. Pasal 92 (1) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menegaskan, Direksi
56
menjalankan kepengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan.
Selanjutnya Pasal 94 (1) mengatakan, anggota Direksi diangkat oleh
RUPS.
Jadi, karena perseroan sebagai badan hukum bukan makhluk yang
punya badan, tidak punya jiwa untuk dimaki dan tidak punya tangan
untuk bekerja, maka dia bertindak melalui “medium” manusia yang
ditunjuk untuk itu, yang disebut Direksi tidak identik dengan pemegang
saham maupun dengan perseroan.
Personalitas yang demikian tertuang dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas:
1. Pasal 1 angka 5, menegaskan, Direksi adalah organ perseroan yang
diberi wewenang dan bertanggung jawab atas pengurusan perseroan
untuk kepentingan perseroan
2. Dan Direksi sekaligus juga mewakili perseroan didalam maupun diluar
Pengadilan sesuai Anggaran Dasar
Ciri yang diatur pada Pasal 1 angka 5 tersebut, ditegaskan kembali
pada Pasal 92 (1), dan penjelasan pasal ini juga mengatakan
pengurusan perseroan oleh Direksi meliputi pengurusan sehari-hari.
f. Melakukan kegiatan terus menerus sesuai jangka waktu yang ditetapkan
dalam Anggaran Dasar
Jangka waktu perseroan umumnya ditetapkan dalam waktu yang
panjang atau bisa juga tanpa batas.
57
Ciri inipun diatur pada Pasal 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Perseroan dapat didirikan untuk jangka
waktu terbatas atau tidak terbatas, harus ditentukan dalam Anggaran
Dasar. Selama masa berdirinya belum berakhir, perseroan terus menerus
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan maksud dan tujuan yang
ditentukan dalam Anggaran Dasar.
c. Maksud dan Tujuan Perseroan Terbatas
Pasal 2 Undang-Undang Nomer 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas mengatakan bahwa perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan
serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, ketertiban umum dan/atau kesusilaan.
Berdasarkan ketentuan ini, setiap perseroan harus mempunyai maksud
dan tujuan serta kegiatan usaha yang jelas dan tegas. Dalam pengkajian
hukum, disebut “klausul objek”. Perseroan yang tidak mencantumkan
dengan jelas dan tegas apa maksud dan tujuan serta kegiatan usahanya,
dianggap cacat hukum sehingga keberadaannya tidak valid.48
Pencantuman maksud dan tujuan serta kegiatan usaha dalam Anggaran
Dasar bersifat imperatif, dilakukan bersama pada saat pembuatan Akta
Pendirian. Hal itu sesuai dengan ketentuan Pasal 8 (1) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menggariskan, Akta
Pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain yang berhubungan
48
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2, hal. 60-61
58
dengan perseroan. Jadi, penempatan maksud dann tujuan serta kegiatan
usaha dalam Anggaran Dasar, bersifat imperatif. Lebih lanjut sifat imperatif
tersebut, dikemukakan pada Pasal 9 (1) huruf c yang menyatakan, untuk
memperoleh keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum
perseroan, perseroan harus mengajukan permohonan kepada Menteri dan
mengisi formulir isian yang memuat sekurang-kurangnya:
a. Nama dan tempat kedudukan perseroan
b. Jangka waktu berdirinya perseroan
c. Maksud dan Tujuan serta kegiatan usaha perseroan
Dari penjelasan diatas, pencantuman maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha perseroan dalam Anggaran Dasar bersifat hukum memaksa.49
Pencantuman maksud dan tujuan serta kegiatan usaha dalam Anggaran
Dasar Perseroan, memegang peranan fungsi prinsipil. Dikatakan memegang
fungsi prinsipil, karena pencantuman itu dalam Anggaran Dasar, merupakan
landasan hukum bagi pengurus perseroan, dalam hal ini Direksi dalam
melaksanakan pengurusan dan pengelolaan kegiatan usaha perseroan,
sehingga pada setiap transaksi atau kontrak yang mereka lakukan tidak
menyimpang atau keluar maupun melampaui dari maksud dan tujuan, serta
kegiatan yang ditentukan dalam Anggaran dasar. Selain itu tujuan utama dari
49
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2, hal. 61
59
pencantuman maksud dan tujuan serta kegiatan usaha dalam Anggaran
Dasar, antara lain:50
a. Untuk melindungi pemegang saham sebagai investor dalam perseroan
b. Dengan mengetahui maksud dan tujuan serta kegiatan usaha pemegang
saham sebagai investor akan yakin, pengurus perseroan yakni Direksi,
tidak akan melakukan kontrak atau transaksi maupun tindakan yang
bersifat mengadu untung (spekulatif) diluar tujuan yang disebut Anggaran
Dasar.
c. Direksi tidak melakukan transaksi yang berbeda diluar kapasitas maksud
dan tujuan serta kegiatan usaha yang disebut dalam Anggaran Dasar yang
bersifat ultra vires (melampaui kapasitas).
Dengan demikian, maksud dan tujuan itu merupakan landasan bagi
Direksi meengadakan kontrak dan transaksi bisnis. Serta sekaligus menjadi
dasar untuk menentukan batasan kewenangan Direksi dalam melakukan
kegiatan usaha.
Apabila Direksi melakukan tindakan pengurusan diluar batas yang
ditentukan dalam maksud dan tujuan serta kegiatan usaha, dikategoriakan
melakukan ultra vires. Dalam kasus yang demikian memberi hak bagi
pemegang saham untuk mengajukan gugatan terhadap perseroan di
Pengadilan. Hak itu, ditegaskan pada Pasal 61 (1) UUPT yang mengatakan
setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke
50
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2, hal. 61-62
60
Pengadilan Negeri, apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang tidak
adil dan tanpa alasan yang wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi
dan/atau Dewan Komisaris.51
Menurut James D. Cox, antara lain dikatakan, terdapat teori mengenai
perumusan maksud dan tujuan perseroan. Pertama adalah teori konsensi
(concenssion theory). Menurut teori ini, dalam Anggaran Dasar harus
dicantumkan beberapa kegiatan usaha atau garis bisnis yang difinitif (difinitif
enterprise or line of business).52
Dengan demikian, perumusan maksud dan tujuan, disyaratkan bersifat
spesifik untuk satu bidang kegiatan usaha tertentu yang tidak bercorak
implisit. Harus bersifat tujuan terbatas (limit purpose). Hal ini tidak
mengurangi kebolehan mencantumkan maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha yang bersifat multi tujuan (multi purpose), sehingga perseroan dapat
terlibat dalam berbagai kegiatan usaha. Namun hal itu, semuanya harus
bersifat definitif disebut dalam anggaran Dasar.53
Kedua, teori fleksibel (fleksibel theory). Menurut teori ini, Anggaran
Dasar dapat mencantumkan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang
bersifat sederhana, meliputi berbagai bidang usaha tanpa mengelaborasi
51
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2, hal. 61-62
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2, hal. 62
53
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2, hal. 63
52
61
lebih lanjut masing-masing bidang. Akan tetapi meskipun perumusan
bersifat sederhana dan fleksibel, namun bidangnya harus pasti. 54
Pada saat sekarang, banyak Anggaran Dasar Perseroan yang
mencantumkan maksud dan tujuan yang bersifat tujuan berganda.
Pencantuman dan perumusan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang
terlampau luas dan fleksibel, pada dasarnya mengandung untung rugi: 55
a. Keuntungan menurut H.M.N Purwosutjipto SH, apabila dibelakang hari
perseroan hendak merubah objek kegiatan usahanya, tidak perlu
mengubah Anggaran Dasar. Oleh karena itu, beliau berpendapat,
sebaiknya tujuan perseroan dirumuskan secara luas, sehingga tidak perlu
setiap kali mengubah Anggaran Dasar.
b. Tetapi mungkin juga ada kerugiannya sebab pencantuman tujuan dengan
rumusan yang luas, dapat menimbulkan efek. Perumusan tujuan yang luas
memberi kekuasaan diskresi yang luas kepada Direksi atau manajer
melakukan aktifitas bisnis. Akibatnya, sulit mengontrol apakah kegiatan
itu telah mengandung ultra vires. Atau dengan kata lain, perumusan
tujuan yang luas, mengakibatkan dan memberikan kekuasaan direksi yang
luas kepada Direksi, sehingga menimbulkan kesulitan untuk mengawasi
apakah tindakan diskresi itu telah berada diluar batas maksud dan tujuan
serta kegiatan usaha perseroan.
54
55
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2, hal. 63
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2, hal. 63-64
62
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas telah membatasi maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan.
Pembatasn itu dengan sendirinya berisi larangan, sehingga tidak boleh
bertentangan dengannya:
a. Tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang baku
b. Tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum
c. Tidak bertentangan dengan kesusilaan
Sepanjang
mengenai
larangan
pertama,
tidak
menimbulkan
permasalahan. Akan tetapi mengenai ketertiban umum dan kesusilaan
potensi menimbulkan permasalahan. Sulit menentukan apa yang dimaksud
dengan ketertiban umum maupun kesusilaan. Tidak ditemukan batasan
pengertian yang disepakati semua kalangan. Oleh karena itu, bisa terjadi
penilaian yang bersifat subjektif, karena memang nilai ketertiban umum dan
kesusilaan pada dasarnya bersifat relatif.56
2.Sumber Hukum Perseroan Terbatas
Pada awalnya keadaan Perseroan Terbatas diatur dalam Pasal 35-36
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Dalam perkembangannya,
aturan-aturan yang terdapat dalam KUHD tersebut dianggap sudah tidak
dapat menampung perkembangan dalam dunia usaha, sehingga pemerintah
56
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2, hal. 64
63
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas.
Setelah diberlakukan kurang lebih selama 12 (dua belas tahun), UndangUndang Nomor 1 Tahun 1995 dipandang tidak lagi
memenuhi
perkembangan kebutuhan masyarakat dalam dunia usaha. Hal ini disebabkan
karena keadaan ekonomi dan kemajuan ilmu ekonomi dan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi dan informasi yang telah berkembang pesat
khususnya pada era globalisasi. Meningkatnya tuntutan masyarakat akan
layanan yang cepat, kepastian hukum, serta tuntutan akan pengembangan
dunia usaha sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good
corporate governance) menuntut penyempurnaan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Oleh karena itu, Unang-Undang
Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagi pengganti atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
Mengenai ketentuan kuhum yang berlaku bagi perseroan, diatur dalam
Pasal 4 Sumber Hukum Perseroan Terbatas, yang mengatakan bahwa:
“Terhadap perseroan berlaku undang-undang ini, Anggaran Dasar Perseroan,
dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya”.57
Selanjutnya penjelasan Pasal 4 tersebut menyatakan:
a. Selain dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, Anggaran Dasar dan ketentuan peraturan perundang-undangan
57
Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 1, hal. 177
64
lain tidak mengurangi kewajiban setiap perseroan untuk menaati asas
itikad baik, asas kepatuhan, dan prinsip tata kelola perseroan yang baik
dalam menjalankan perseroan.
b. Sedangkan yang demaksud dengan ketentuan peraturan perundangundangan lainnya, meliputi semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan keberadaan dan jalannya perseroan, termasuk peraturan
pelaksanaannya, antara lain peraturan perbankan, peraturan perasuransian,
peraturan lembaga keuangan.
Bertitik dari ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun2007
tentang Perseroan Terbatas dan penjelasannya, dapat dikemukakan hal-hal
berikut:58
1. Ketentuan hukum yang mengikat terhadap perseroan
Apabila ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun2007 tentang
Perseroan Terbatas dihubungkan dengan penjelasan pasal tersebut, dapat
dideskripsikan urutan hukum yang berlaku dan mengikat kepada
perseroan, yang terdiri atas:
a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun2007 tentang Perseroan Terbatas
sebagai ketentuan sekaligus aturan pokok perseroan.
b. Anggaran Dasar Perseroan (AD)
c. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan jalannya
perseroan, meliputi:
58
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2, hal. 84-86
65
1. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan jalannya
perseroan diluar peraturan pelaksanaan
2. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan jalannya
perseroan diluar peraturan pelaksanaan
a. Peraturan Perundang-Undangan Perbankan
b. Peraturan Perundang-Undangan Perasuransian
c. Peraturan Perundang-Undangan Lembaga Keuangan
3. Asas-asas hukum
Menurut penjelasan Pasal 4 selain daripada peraturan
perundang-undangan yang disebut diatas, setiap perseroan harus
menaati asas-asas hukum yang terdiri atas:
a. Asas itikad baik
b. Asas kepantasan
c. Asas kepatutan
d. Perinsip tata kelola perseroan yang baik
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun2007 tentang Perseroan Terbatas lebih
unggul daripada Anggaran Dasar
Pada alinea ketiga penjelasan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 40
Tahun2007 tentang Perseroan Terbatas, dikatakan bahwa: “Dalam hal
terdapat pertentangan antara Anggaran Dasar dengan undang-undang ini,
yang berlaku adalah undang-undang ini”.
66
Berdasarkan penjelasan ini, Undang-Undang Nomor 40 Tahun2007
tentang Perseroan Terbatas lebih unggul daripada Anggaran Dasar
Perseroan. Oleh karena itu, ketentuan Anggaran Dasar, tidak boleh
bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun2007 tentang
Perseroan Terbatas, maka yang berlaku adalah ketentuan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun2007 tentang Perseroan Terbatas.
Apa yang digariskan dalam alinea ketiga penjelasan Pasal 4, bukan
hanya berlaku terhadap UUPT saja. Akan tetapi, berlaku terhadap semua
peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan jalannya
perseroaan, lebih unggul dari Anggaran Dasar Perseroan. Oleh karena itu,
apabila terdapat ketentuan Anggaran Dasar yang bertentangan dengan
salah satu peraturan perundang-undangan maka yang berlaku adalah
ketentuan peraturan perundang-undangan maka yang berlaku adalah
ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Dengan
kata lain, semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
jalannya perseroan lebih unggul dari Anggaran Dasar Perseroan.
Ketentuan Anggaran Dasar yang bertentangan dengan UndangUndang Nomor 40 Tahun2007 tentang Perseroan Terbatas, peraturan
pelaksana UUPT dan peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan
dengan jalannya perseroan, dianggap tidak pernah ada. Oleh karena itu,
sesuai dengan ketentuan Pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, ketentuan itu “batal demi hukum” dan tidak mengikat.
67
3. Tidak semua ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun2007 tentang
Perseroan Terbatas bersifat memaksa
Meskipun Undang-Undang Nomor 40 Tahun2007 tentang Perseroan
Terbatas digolongkan sebagai bagian hukum ekonomi yang khusus
mengatur bidang hukum perseroan, tidak semua ketentuan yang terdapat
didalamnya bersifat hukum memaksa. Banyak diantara substansinya yang
bersifat hukum mengatur.
3. Pendirian Perseroan Terbatas
Di Indonesia, untuk mendirikan suatu Perseroan Terbatas harus memenuhi
syarat–syarat dan prosedur yang telah ditentukan oleh undang undang
Perseroan Terbatas. Proses pendirian Perseroan Terbatas dapat dibagi menjadi
dua tahapan, yaitu masa persiapan dan masa pengurusan status badan hukum.
Pendirian Perseroan diatur dalam BAB II, bagian keasatu Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dimana terdapat beberapa
syarat yang harus dipenuhi supaya pendirian perseroan sah sebagai badan
hukum yang terdriri atas:59
a. Harus didirikan 2 (dua) orang atau lebih
Pengertian pendiri menurut hukum adalah orang–orang yang mengambil
bagian dengan sengaja untuk mendirikan perseroan. Selanjutnya orang–orang
itu dalam rangka pendirian, mengambil langkah–langkah yang penting untuk
mewudjudkan pendirian tersebut, sesuai dengan syarat yang ditentukan
59
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2, hal. 161
68
peraturan perundang–undangan. Jadi syarat pertama, pendiri perseroan paling
sedikit 2 (dua) orang. Kurang dari itu, tidak memenuhi syarat, sehingga tidak
mungkin diberikan “pengesahan” sebagai badan hukum oleh Menteri.
b. Pendirian berbentuk Akta Notaris
Syarat kedua yang juga diatur pada Pasal 7 (1) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatasadalah cara mendirikan perseroan harus
dibuat secara tertulis dalam bentuk akta, yaitu:
1. Berbentuk akta Notaris, tidak boleh berbentuk akta bawah tangan.
2. Keharusan akta pendirian mesti berbentuk akta Notaris, tidak hanya
berfungsi sebagai alat bukti atas perjanjian perseroan, tetapi sekaligus
bersifat dan berfungsi sebagaisolemnitas causa yaitu apabila tidak dibuat
dalam akta Notaris, akta pendirian perseroan itu tidak memenuhi syarat,
sehingga terhadapnya tidak dapat diberikan pengesahan oleh pemerintah
dalam hal ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
c. Dibuat dalam bahasa Indonesia
Hal lain yang harus dipenuhi Akta Pendirian yang digariskan Pasal 7(1)
adalah syarat materil yang mengharuskan dibuat dalam bahasa Indonesia.
Semua hal yang melekatpada Akta Pendirian, termasuk Anggaran Dasar dan
keterangan lainnya,
harus dibuat dalam bahasa indoensia. Ketentuan ini
bersifat memaksa. Oleh karene itu tidak dapat dikesampingkan oleh para
pendiri maupun oleh Menteri.
d. Setiap pendiri wajib mengambil saham
69
Pada saat pendiri menghadap Notaris untuk dibuatkanAkta Pendirian,
setiap pendiri sudah mengambil bagian saham perseroan. Kemudian hal itu
dimuat dalam Akta Pendirian, sesuai ketentuan pasal 8 (2) huruf c yang
mengharuskan memuat dalam Akta Pendiri tentang nama pemegang saham
yang telah mengambil bagian saham dan nilai nominal saham yang telah
ditempatkan dan disetor.
Dengan demikian, agar syart ini sah menurut hukum, pengambilan saham
itu, harus sudah dilakukan setiap pendiri perseroan pada saat pendirian
perseroan itu berlangsung. Tidak sah apabila dilakukan sesudah perseroan
didirikan.
e. Mendapatkan Pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Berdasarkan ketentuan pasal 7 (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, agar suatu perseroan sah berdiri sebagai badan
hukum, harus mendapat pengesahan dari Menteri yang disebut Keputusan
Pengesahan Badan Hukum Perseroan.
Tata cara dan prosedur permohonan untuk memperoleh keputusan
pengesahan badan hukum perseroan dari Menteri diatur lebih lanjut pada Pasal
9 dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, dan BAB II Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor: M-01-HT.01-10 Tahun 2007, tanggal 21 September 2007 yang terdiri
dari Pasal sampai dengan Pasal 7 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan
Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar. Penyampaian
70
Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar, Penyempaian Pemberitahuan
Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan (Selanjutnya disebut
PERMEN Nomor M-01-HT.01-10/2007)60
4. Legalitas Bentuk dan Kegiatan Usaha
Bentuk usaha adalah badan usaha yang berfungsi sebagai organisasi yang
menjalankan kegiatan usaha. Bentuk usaha tersebut harus memenuhi
persyaratan yang diatur oleh undang undang. Setiap bentuk usaha yang
memenuhi persyaratan undang–undang dinyatakan sebagai bentuk usaha yang
sah atau disebut juga mempunyai legalitas bentuk usaha. Bentuk usaha dapat
berupa :
1. persekutuan badan hukum, seperti perseroan terbatas dan koperasi.
2. persekutuan bukan badan hukum, seperti firma persekutuan komanditer.
3. perseorangan, seperti usaha perdagangan, usaha pelayanan dan lain-lain.61
Bentuk usaha tersbut dapat diketahui dengan jelas dalam Akta Pendirian
setiap perusahaan. Akta Pendirian perusahaan memuat Anggaran Dasar
perusahaan yang bersangkutan.
Setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya wajib memenuhi
syarat operasional usaha. Setiap perusahaan yang telah memenuhi syarat
tersebut dinyatakan sebagai perusahaan yang mempunyai bukti legalitas
kegiatan usaha. Legalitas kegiatan usaha yang dimaksud terdiri atas bukti
60
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2, hal. 174
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indoensia, cet. 4, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2010), hal. 329
61
71
Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP) dan Surat Izin Usaha Perdangan
(SIUP). Kedua bukti legalitas kegiatan tersebut diatur dalam Surat Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 408/mpp/kep/10/1997 tentang
Tata Cara Pemberian TDUP dan SIUP.62
Akta Pendirian perusahaan merupakan salah satu bentuk legalitas usaha
yang dibuat dihadapan Notaris. Akta pendirian perusahaan badan hukum perlu
mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tersebut akan
diterbitkan berdasarkan atas pertimbangan bahwa telah dilakukan penelitian
terhadap Format Isian Akta Notaris Model 1 dan dokumen pelengkapnya serta
salinan Akta Pendirian yang bersangkutan dan telah dipenuhinya syarat–syarat
dan ketentuan perundang–undangan yang berlaku.63
Suatu perusahaan dinyatakan sebagai perusahaan yang sah apabila
perusahaan yang bersangkutan tercantum dalam daftar perusahaan, yang
disebut perusahaan terdaftar. Ketentuan yang mengatur adalah ketentuan
Undang–Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.
Undang–undang ini diikuti dengan peraturan pelaksanaannya, yaitu Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 12/mpp/kep/I1988.64
62
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indoensia, cet. 4, hal. 329 –330.
Rudhi Prastya, Teori dan Praktek Perseroan Terbatas, cet. 1, (Jakarta: Sinar Grafika:
2011), hal.110
64
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indoensia, cet. 4, hal. 336.
63
72
Pihak penyelenggara Wajib Daftar Perusahaan adalah Kantor Pendaftaran
Perusahaan. Menteri Perindustrian dan Perdagangan menunjuk Direktur
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri sebagai Pembina teknis dalam
penyelenggaraan dan pelaksanaan Wajib Daftar Perusahaan. Direktorat
Pendaftaran Perusahaan pada Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
ditunjuk selaku peneyelenggara Wajib Daftar Perusahaan ditingkat pusat.65
5. Kewajiban Pengurus Oleh Direksi Sebagai Organ Perusahaan
Direksi sebagai organ yang bertindak mewakili dan melakukan pengurusan
korporasi sehari–hari berkewajiban untuk meningkatkan nilai ekonomis dari
korporasi. Untuk mencapai tujuan tersebut Direksi harus diberi kewenangan–
kewenangan yang mendukung untuk tercapainya hasil yang optimal dalam
pengurusan korporasi, sejalan dengan pemberian kewenangan yang diberikan
tersebut, Direksi juga diembankan tanggung jawan dalam kapasitasnya sebagai
wakil dan pengurus korporasi.66
Kekuasaan dan kewajiban anggota Direksi biasanya ditentukan dalam
Anggaran Dasar Perseroan. Akan tetapi tanpa mengurangi apa yang diatur
dalam Anggaran Dasar, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, telah mengatur pokok–pokok kewajiban dan tanggung
jawab yang harus dilakukan anggota Direksi dalam melaksanakan pengurusan
perseroan, antara lain :
65
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indoensia, cet. 4, hal. 339
Freedy harris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 1, (Bogor: Ghalia
Indoenesia, 2010), hal. 42-43
66
73
1. Wajib dan bertanggung jawab mengurus perseroan
2. Wajib menjalankan pengurusan dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab.
Berdasarkan pengertian Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyetakan bahwa “Direksi adalah
organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perseroan unutk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik dalam maupun diluar
pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar”. Maka Direksi memiliki
dua fungsi utama yaitu Fungsi Pengolahan (manajemen) dan Fungsi
Representasi (perwakilan). Fungsi pertama dan fungsi kedua pada dasarnya
bersifat saling melengkapi.67
Fungsi pertama menempatkan Direksi sebagai pihak yang bertanggung
jawab terhadap maju mundurnya perusahaan. Agar Direksi dapat melakukan
pengelolaan perusahaan, maka pada dirinya harus dilengkapi otoritas untuk
dapat melakukan tindakan–tindakan hukumdengan kata lain, ia harus dapat
bertindak sebagai subjek hukum.
Fungsi kedua , yaitu fungsi representasisejatinya menjadi perwujudan
subjek hukum. Dengan fungsi represntasi ini, Direksi yang melakukan
perbuatan hukum tidak dalam kapasitas sebagai pribadi tetapi bermetamorfose
pada perseroan. Dalam fungsinya yang demikian, seringkali dikatakan bahwa
67
Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, cet. 1, hal. 167
74
Direksi menjadi personifikasi dari Perseroan Terbatas. Hal ini untuk
mempertegas bahwa perseroan sebagai subjek hukum sejatinya hanya
merupakan kontruksi hukum, ia hanya dapat dipahami secara virtual melalui
konstruksi berfikir yang kemudian dikukuhkan dan diakui eksistensinya secara
yuridis.68
Sifat hubungan antara direksi dan perseroan adalah hubungan yang
didasarkan pada kepercayaan. Hubunganini melahirkan kewajiban fidusia bagi
Direksi, yaitu untuk beritindak berdasarkan itikad baik, transparan, dan wajar.
Ketiga kewajiban fisudia ini seringkali disebut sebagai duty of loyalty.69
B. Prosedur Perizinan Perseroan Terbatas
Pada prinsipnya untuk menjalankan usaha di Indonesia diperlukan adanya
izin usaha dari pemerintah. Izin untuk menjalankan usaha inilah biasanya diekanal
sebagai izin usaha. Lembaga izin usaha di Indonesia bermula sejak dikeluarkannya
bedrifireglementerings Ordonnantie 1934. Ordonnantie ini diterbitkan sekitar
tahun 1933–1934, yaitu pada waktu dunia pada masa itu ditimpa oleh suatu
depresi, suatu zaman malaise, suatu keadaan diberbagai negara mengalami
kesukaran–kesuakaran dalam kehidupan perekonomianya, termasuk Hindia
Belanda. Untuk mengatasi keadaan ini, maka pemerintah Belanda merasa perlu
68
69
Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, cet. 1, hal. 168
Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, cet. 1, hal. 169
75
mengadakan pengaturan bagi yang menjalankan kegiatan usaha di wilayah Hindia
Belanda.70
Maksud diadakannya peraturan tersebut adalah sedemikian rupa agar
perusahaan-perusahaan yang telah ada dapat terjamin kelangsungan hidupnya.
Maka sektor–sektor untuk bidang usaha yang dianggap telah mengalami
kejenuhan pemasarannya, dilarang didirikan. Bahkan untuk perusahaan di sektor
yang bersangkutan sudah jenuh pemasarannya, dilarang untuk melakukan
perluasan kecuali dengan izin dari pemerintah. Maksudnya tidak lain agar dapat
dikurangi persaingan diantara perusahaan yang telah ada demi tidak terganggu
kelangsungan hidupnya akibat persaingan yang makin tajam.71
Pejabat yang berwenang memberika izin dimaksud adalah Menteri
Perindustrian yang kemudian perkembangannya ditentukan berwenang oleh
berbagai departemen sesuai dengan sektor kegiatan usaha yang bersangkutan.
Demikian antara lain untuk sektor usaha perdagangan atau perekonomian
termasuk yang bergerak di bidang jasa menjadi wewenang dari Menteri
Perindustrian dan Perdagangan. Untuk sektor–sektor yang berhubungan dengan
pengangkutan dan telekomunikasi oleh departemen perhubungan. Untuk lembaga–
lembaga keuangan oleh Menteri Keuangan.72
Setelah dibuatnya akta pendirian oleh Notarisyang memuat hal–hal
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
70
Rudhi Prastya, Teori dan Praktek Perseroan Terbatas, cet. 1, hal. 68–69.
Rudhi Prastya, Teori dan Praktek Perseroan Terbatas, cet. 1, hal. 69.
72
Rudhi Prastya, Teori dan Praktek Perseroan Terbatas, cet. 1, hal. 70.
71
76
Perseroan Terbatas, maka diajukan permohonan untukmemperoleh keputusan
menteri mengenai pengesahan badan hukum secara elektronik. Adapun tata cara
yang diatur daalm Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas bahwa para pendiri secara bersama–sama atau dengan memberikan kuasa
kepada Notaris mengajukan permohonan tersebut dengan mengisi format isian
secara elektronik yang memuat:
(a). nama dan tempat kedudukan persero;
(b). jangka waktu berdirinya perseroan;
(c). maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;
(d). jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal di setor,
(e). alamat lengkap perseroan, yang terlebih dahulu harus dilakukan pengajuan
nama perseroan.73
Permohonan secara elektronik harus dilengkapi dengan keterangan dokumen
pendukung dalam hal format isisan. Jika keterangan mengenai dokumen
pendukung tersebut telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan,
maka akan dikeluarkan pernyataan tidak keberatan menteri. Dalam jangka waktu
tiga puluh hari terhitung sejak tanggal pernyataan tidak keberatan, pemohon wajib
menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri dokumen
pendukung. Setelah dokumen fisik diserahkan secara lengkap, maka paling lambat
empat belas hari sejak diserahkan, menteri akan menerbitkan keputusan tentang
pengesahan badan hukum perseroan.
73
Freedy harris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 1,hal. 21-22
77
Setelah perseroan disahkan sebagai badan hukum, maka perseroan tersebut
harus memenuhi asas publisitas, yaitu dengan mendaftarkan perseroan ke dalam
daftar perseroan yang diterbitkan dan diselenggaraakn oleh menteri. Ketentuan
daftar perseroan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas ini berhubungan dengan Undang–Undang Nomor 3
Tahun 1982 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indoensia Nomor 12/MPP/kep/1998 tentang Penyelenggaraan Wajib Daftar
Perusahaan. Kegiatan pendaftaran tersebut diadakanoleh Menteri Perindustrian
dan
Perdagangan
(sekarang
Menteri
Perdagangan).
Peraturan
tersebut
mensyaratkan setiap korporasi wajib mendaftarkan korporasinya berdasarkan
akta–akta yang telah diotorisasi oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Otorisasi tersebut meliputi; Akta Pendirian sesuai denganpengesahan menteri
kehakiman, akta perubahan anggaran dasar dan surat persetujuan menteri; atau
akta perubahan anggaran dasar dan laporan kepada menteri.74
Adapun tujuan dari pendaftaran perusahaan yang diatur dalam Undang–
Undang Wajib Daftar Perusahaan ini adalah untuk mencatat bahan–bahan
keterangan yang dibuat secara benar dari suatu korporasi dan merupakan sumber
informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas
korporasi yang tercantum di dalam daftar perusahaan dalam rangka menjamin
kepastian berusahan. Oleh karena itu, setiap korporasi termasuk korporasi asing
74
Freedy harris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 1,hal. 27-28
78
yang berkedudukan dan menjalankan usahanya
di wilayah Negara Republik
Indonesia dan memiliki izin, wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan.75
Sebelum pendaftaran dilakukan, pemilik atau pengurus perusahaan ynag
bersangkutan wajib memenuhi syarat–syarat yang diperlukan menurut undang–
undang.
75
Freedy harris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 1, hal. 28
79
BAB IV
MEKANISME PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS
PT. UMAT POWER
A. Peran dan Tanggung Jawab Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas PT.
Umat Power
1. Peran Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas PT. Umat Power
Sejak lahirnaya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UUPT), mulai saat itu pula tidak berlaku lagi Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang dahulu awal mulanya Indonesia
memiliki
undang-undang
khusus
mengenai
Perseroan
Terbatas
yang
sebelumnya hanya diatur dengan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD), yang tentu saja sedikit banyak sudah tidak relevan dengan kondisi
Indonesia saat ini, terutama mengenai dunia usaha yang telah kian maju.
Undang-Undang Perseroan Terbatas mewajibkan Akta Pendirian suatu
Perseroan Terbatas dengan Akta Notaris. Yang kemudian diajukan permohonan
Pengesahan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia oleh Notaris,
UUPT tersebut secara spesifik mengatur tentang Perseroan Terbatas khususnya
mengenai prosedur pendirian Perseroan Terbatas, pendirian suatu Perseroan
harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu Pendirian, Anggaran
Dasar dan Perubahan Anggaran Dasar, Daftar Perseroan dan Pengumuman.
80
Syarat-syarat Pendirian Perseroan sebagaimana harus dipenuhi diatur
dalam Pasal 7 UUPT:76
(1) Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan Akta Notaris yang
dibuat dalam bahasa Indonesia
Yang dimaksud dengan “orang” adalah orang perseorangan, baik warga
negara Indonesia maupun warga negara Asing atau badan hukum Indonesia
atau Asing.
Ketentuan dalam ayat ini menegaskan prinsip yang berlaku berdasarkan
undang-undang ini bahwa pada dasarnya sebagai badan hukum, perseroan
didirikan berdasarkan perjanjian, karena itu harus mempunyai lebih dari satu
orang pemegang saham. Perjanjian tersebut harus dibuat dengan “Akta
Notaris”, yang berarti bahwa perjanjian pendirian Perseroan tersebut tidak
dapat dibuat dibawah tangan, tetapi harus dibuat oleh pejabat umum yang
ditunjuk untuk membuat Akta Pendirian tersebut, yaitu Notaris dan dibuat
“dalam bahasa Indonesia”, bukan dalam bahasa lainnya. Jika Akta pendirian
tersebut, ingin dibuatkan dalam bahasa lainnya (di luar bahasa Indonesia)
adalah sah saja, tetapi bukan menjadi dasar untuk dapat diajukan dalam
rangka pengesahan Akta pendirian tersebut.
Sedangkan ketentuan 2 (dua) orangpendiri atau lebih ini tidak berlaku bagi:
a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara, atau
76
Lihat jugaUndang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
81
b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjammin,
lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal.
(2) Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat
perseroan didirikan.
Pendiri harus memiliki bukti kepemilikan atas perseroan dari harta perseroan
yang berbentuk saham sehingga pada waktu perseroan didirikan, bagaimana
saham dari pendiri ini wajib diambil oleh pendiri untuk berperan dalam
mengambil keputusan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pada saat pendirian perseroan dalam Anggaran Dasar disebutkan jumlah
modal dasar perseroan, yang kemudian dinyatakan dalam bentuk saham
yang memiliki nilai nominal atas saham tersebut, yang sering disebut sebagai
“harga pari” (per value) yang dinyatakan dalam bentuk rupiah. Setiap
pendiri mendapatkan sejumlah saham yang sesuai dengan modal yang
disertakan dalam perseroan tersebut.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam rangka
peleburan.
Dalam hal peleburan seluruh aktiva dan pasiva perseroan yang meleburkan
diri, masuk menjadi modal perseroan hasil peleburan dan pendiri tidak
mengambil bagian saham sehingga pendiri dari perseroan yang meleburkan
diri dan nama pemegang saham dari perseroan hasil peleburan adalah nama
pemegang saham dari perseroan yang meleburkan diri.
82
(4) Perseroan memperoleh status badan hukum pada tangga diterbitkannya
Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan.
Ketentuan ini menegaskan bahwa perbuatan hukum perseroan sebagai badan
hukum mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya keputusan menteri
mengenai pengesahan badan hukum perseroan. Dengan demikian, semua
tindakan hukum sebelum pengesahan tersebut menjadi tangggung jawab
setiap pendiri perseroan secara tanggung renteng, pengesahan ini dilakukan
melalui jasa teknologi informasi Sistem Administrasi Badan Hukum secara
elektronik oleh Menteri.
Bahwa hal ini sebenarnya telah diatur sebelumnya dalam Surat Edaran
Direktur Jenderal Administrasi Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Indonesia Nomor C-24.HT.01.01 Tahun 2004 Tanggal 12
November 2004 tentang Petunjuk Teknik Sistem Admiinistrasi Hukum
Umum. Sistem Administrasi Hukum Umum (Sisminbakum) merupakan
suatu bentuk pelayanan kepada masyarakat yang diberikan oleh Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, khususnya Direktorat
Administrasi Hukum Umum dalam hal pengesahan atau perseroan yang
dilakukan secara online yang dapat diakses melalui website yang telah
ditentukan oleh departemen tersebut.
(5) Setelah perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang saham
menjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling lama enam
bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham yang bersangkutan
83
wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau perseroan
mengeluarkan saham baru kepada orang lain.
Sesuai dengan dasar pembentukan perseroan dari suatu perjanjian, maka
prinsip utama tidak boleh perusahaan dimiliki oleh 1 (satu) orang sehingga
perseroan yang memiliki 1 (satu) pemegang saham saja dalam waktu 6
(enam) bulan setelah mendapat pengesahan sebagai badan hukum harus
menjual sahamnya kepada orang lain atau paling tidak menerbitkan saham
baru untuk dijual kepada orang lain sehingga perseroan tersebut tidak hanya
dimiliki oleh 1 (satu) orang pemilik saham saja.
Pengertian “orang lain” adalah orang yang tidak merupakan kesatuan harta
atau tidak memiliki harta bersama, yaitu antara pemegang saham. Contoh,
dapatkah suami istri dalam suatu rumah tangga, termasuk dalam pengertian
merupakan satu kesatuan harta, secara umum memang suami istri berada
dalam satu kesatuan harta, tetapi jika pada saat melangsungkan perkawinan,
suami istri tersebut membuat perjanjian kawin atau pisah harta, mereka
bukan lagi disebut dalam kesatuan harta. Dengan demikian, suami istri yang
tidak memiliki perjanjian perkawinan dalam hal pemisahan harta tidak dapat
disebut “sebagai orang lain”.
(6) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah
dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang
saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan
84
kerugian perseroan dan atas permohonan pihak yang berkepentingan,
pengadilan negeri dapat membubarkan perseroan tersebut.
Perikatan dan kerugian perseroan yang menjadi tanggung jawab pribadi
pemegang saham adalah perikatan dan kerugian yang terjadi setelah lewat
waktu enam bulan tersebut.
Yang dimaksud dengan “pihak yang berkepentingan” ialah kejaksaan untuk
kepentingan umum, pemegang saham, direksi, dewan komisaris, karyawan
perseroan, kreditor dan/atau pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya
dapat mengajukan ke pengadilan negeri tempat domisili perseroan berada
untuk dimohonkan pembubaran atas perseroan tersebut.
(7) Ketentuan yang mewajibkan perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau
lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ketentuan pada ayat (5)
serta ayat (6) tidak berlaku bagi.
a. Perseroan yang seluruh dahamnya dimiliki oleh negara; atau
b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjamin,
lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal.
Karena status dan karakteristik yang khusus, persyaratan jumlah pendiri
bagi perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat ini, diatur dalam
peraturan perundang-undangan tersendiri. Yang dimaksud dengan
“persero” adalah Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk perseroan,
85
yang modalnya terbagi dalam saham yang diatur dalam Undang-Undang
tentang Badan Usaha Milik Negara.
Seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 97:
              
     
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya
akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.
[839Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam
mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
Korelasi ayat diatas dengan pendirian usaha adalah niat pendiri usaha yang
baik akan menciptakan kemaslahatan baik bagi dirinya dan juga kepada
khalayak umum. Dalam Islam diajarkan setiap perbuatan harus disertai dengan
niat yang baik terlebih dahulu, agar dapat kesalamatan dunia dan akhirat.
2. Tanggung Jawab Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas PT. Umat
Power
Tanggung jawab Notaris terhadap pendirian Perseroan Terbatas dimulai
sejak adanya ketentuan Perseroan Terbatas dibuat dengan Akta Notaris. Dalam
hal ini terdapat pada Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas menetapkan bahwa perseroan didirikan oleh 2 (dua)
orang atau lebih dengan Akta Notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
86
Dalam Pasal 1868 KUHPerdata ditentukan sebagai berikut:
“Akta autentik adalah Akta yang dibuat dan diresmikan dalam bentuk
menurut hukum, oleh atau dihadapan pejabat-pejabat umum, yang
berwenang berbuat demikian, dimana Akta itu dibuat”
Tentang ketentuan pembuktian sebagai Akta otentik ditentukan dalam Pasal
1870 KUHPerdata:
“Suatu Akta autentik memberikan diantara para pihak beserta ahli
warisnya atau orang-orang yang mendapatkan hak dari pada mereka
atau orang-orang yang mendapatkan hak dari pada mereka, suatu alat
bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya”
Notaris adalah pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat Akta
Autentik. Sesuai bunyi Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris;
“Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang membuat Akta
Autentik dan mewakili kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya”
87
Sangat jelas bunyi Pasal diatas tentang keberadaan Notaris yang dikatakan
Notaris selain berwenang membuat Akta Autentik disitu juga dikatakan Notaris
mewakili kewenangan lainnya. Keberadaan Notaris selaku pejabat umum ini tidak
hanya sekedar untuk melayani masyarakat yang membutuhkan jasanya tetapi juga
atas perintah undang-undang. Peran dan tanggung jawab Notaris ini juga tersirat
dalam Islam bahwa wajib hukumnya melaksanakan amanat yang telah di berikan
kepada seseorang, seperti yang terdapat pada Hadis Riwayat Abu Dawud dan Al Tirmidzi di bawah ini
“ Tunaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi amanat
kepadamu dan jangan kamu mengkhianati orang yang
mengkhianatimu”(HR. Abu Dawud dan Al- Tirmidzi)
Korelasi hadis diatas dengan peran dan tanggung jawab Notaris sangat jelas
dinyatakan bahwa dalam Islam wajib hukumnya menjalankan amanat yang telah
diberikan kepada seseorang, seperti halnya apa yang telah diminta oleh para
penghadap kepada Notaris yang tentunya harus sesuai dengan amanat undangundang.
Notaris merupakan pekerjaan dengan keahlian khusus menuntut pengetahuan
yang luas serta tanggung jawab dalam setiap melayani kepentingan umum dan inti
88
tugas Notaris adalah mengatur secara tertulis dan Autentik setiap hubunganhubungan hukum antara para pihak yang secara mufakat menghadap dan meminta
jasa Notaris.
Tanggung jawab Notaris dalam hal Pendirian Perseroan Terbatas tidak lepas
dari peranan Notaris dalam proses Pendirian Perseroan Terbatas tersebut.
Tanggung jawab Notaris sebagai pejabat pembuat Akta Perseroan Terbatas,
apabila terjadi kesalahan dalam Pendirian Perseroan Terbatas, dapat dilihat dari
dua segi, yaitu kesalahan dalam melakukan prosedur Pendirian Perseroan Terbatas
dan kesalahan akibat adanya kecurangan yang dilakukan oleh pendiri perseroan
yang beritikad tidak baik.
Dalam hal ini maka tanggung jawab tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Tanggung jawab Notaris dalam hal terjadinya kesalahan dalam proses Pendirian
Perseroan Terbatas, dimana dalam hal kesalahan tersebut, dibagi menjadi;
- Kesalahan karena adanya ketidaksesuaian dengan peraturan perundangundangan
- Kesalahan dalam hal kesesuaian data
2. Tanggung jawab Notaris dalam hal adanya kecurangan yang dilakukan oleh
pendiri perseroan yang beritikad tidak baik:
89
B. Upaya Yang Dapat Dilakukan Oleh Notaris untuk Mengatasi Hambatanhambatan Dalam Melakukan Peran dan Tanggung Jawabnya sebagai Notaris
Dalam Pendirian PT. Umat Power
Dalam menjalankan Peran dan Tanggung Jawabnya Notaris sering kali
menghadapi masalah-masalah yang menghambat Peran dan Tanggung Jawabnya,
hal ini dikarenakan Notaris hanya diamanahi oleh undang-undang sebagai pejabat
umum yang berwenang untuk membuat Akta Autentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan Notaris, membuat Akta
Autentik yang di minta oleh para penghadap dan diamanahkan undang-undang
tanpa harus melakukan peninjauan lapangan.
Setiap orang yang datang pada Noataris untuk meminta jasa Notaris tersebut
atau yang dalam hal ini sering disebut klien, maka Notaris sebagai pejabat umum
dalam menjalankan jabatannya, wajib memberikan jasanya sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN), kecuali ada alasan untuk
menolaknya.
Pasal 16 (1) huruf e Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan
Notaris;
“memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam UndangUndang ini, untuk menolaknya”
90
Alasan untuk menolak adalah alasan yang mengakibatkan Notaris tidak
berpihak, seperti adanya hubungan darah atau semenda dengan Notaris sendiri
atau dengan suami/istri, salah satu pihak tidak mempunyai kemampuan bertindak
untuk melakukan perbuatan, atau hal lain yang tidak diperbolehkan oleh undangundang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Notaris, sering kali kewajiban yang
diberikan kepada Notaris tersebut tidak sepenuhnya menghasilkan sesuatu yang
baik, karena rupanya hal tersebut tidak sepenuhnya menghasilkan sesuatu yang
baik, karena rupanya hal tersebut sering kali dimanfaatkan oleh pihak-pihak
tertentu yang beritikat tidak baik untuk kepentingan mereka sendiri dan merugikan
pihak-pihak lain.
Notaris tidak sepenuhnya dapat melihat apakah klien yang datang
menghadap kepadanya pasti memiliki itikad baik atau malah sebaliknya, sehingga
sering kali Notaris terjebak dalam situasi dimana klien yang bersangkutan ternyata
memiliki itikad tidak baik.
Demikian halnya dalam proses Pendirian Perseroan Terbatas, kondisi yang
sering kali terjadi, bahwa para klien yang beritikad tidak baik tersebut memalsukan
data-data yang dibawa kepada Notaris yang bersangkutan, selain itu adanya
perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pendiri yang berkaitan pernyertaan
modal serta susunan saham perseroan sebelum perseroan didirikan yang ternyata
melanggar hukum.
91
C. Analisis
Mekanisme pendirian Perseroan Terbata PT. Umat Power, dari uraian yang
dipaparkan diatas penulis menganalisa data pendirian Perseroan Terbatas PT.
Umat Power yang Aktanya dibuat oleh Notaris Daradjat Darmadji, S.H., dari akta
yang ini dari analisa penulis prosedur dan prosesnya sudah sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas sebagai berikut:
1. Pada hari Jum’at tanggal (9 September 2011)
telah hadir menghadap
kehadapan Notaris Daradjat Darmadji, S.H.;
- Tuan Budiman Ashari Dalimunte, menghadap kepada Notaris yang
bertindak untuk diri sendiri, dan berdasarkan surat kuasa yang dibuat
dibawah tangan, selaku kuasa dari oleh karena itu untuk dan atas nama
a. Tuan Nasyirul Falah
b. Tuan Omar Aram Pudjo Kristianto
c. Tuan Doktor Haji Said Aqil Siraj, dan
d. Tuan Doktorandus Marsudi
Dari uraian diatas sudah jelas PT. Umat Power telah memenuhi Pasal 7
ayat (1) UUPT yang mana perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih
dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
2. Saham, setiap pendiri masing-masing telah mengambil bagian saham. Hal ini
telah memenui syarat sebagaimana dalam Pasal 7 ayat (2) termaktub setiap
92
pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan.
Yang mana rincian saham telah diterangkan dalam akta.
3. Anggaran Dasar, sebagaimana diperintahkan oleh Pasal 8 ayat (1) UUPT, akata
pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan
pendirian perseroan. Di dalam akta PT. Umat Power telah diterapkan Anggaran
Dasar sesuai perintah Pasal dalam Undang-Undang ini.
- Pasal 15 ayat (1) anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(1), memuat sekurang-kurangnya:
a. nama dan tempat kedudukan perseroan
b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan
c. jangka waktu berdirinya perseroan
d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor
Puruf d mengenai modal ditempatkan, dan modal disetor dalam akta ini
tidak disebutkan rincian jumlah modal modal ditempatkan dan modal
disetor, dalam akta ini hanya disebutkan besaran jumlah modal
keseluruhan. Dalam hal ini penulis menganggap perlu rincian modal
ditempatkan dan modal disetor yang seharusnya di terangkan.
e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk
tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai
nominal setiap saham;
f. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
93
Dari uraian huruf f diatas mengenai jumlah anggota Direksi dan Dewan
Komisaris telah dicantumkan dalam akta, dalam posisi ini semua
pemegang saham telah menempati sebagai anggota Diraksi dan Dewan
Komisaris. Yang menurut penulis ini justru akan membuat pemegang
saham seperti tidak terpisahkan dari yang tadinya pemegang saham hanya
bertanggung jawab sebatas sahamnya, tetapi karena semua pemegang
saham menjadi pengurus ini artinya pemegang saham bertanggung jawab
juga sebagai pengurus, ini tentu apabila nantinya ada hal yang tidak
sesuai justru akan merugikan mereka sendiri.
g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan
Dewan Komisaris;
i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.
Dari apa yang telah diatur oleh UUPT khususnya Pasal 15 ayat (1)
huruf a sampai huruf i, telah dipenuhi dan terdapat dalam akta pendirian
Perseroan Terbatas ini. Ada beberapa hal meskipun tidak dilarang oleh
UUPT tetapi menurut penulis ini perlu untuk dirincikan dalam akta pendirian
ini.
4. Keputusan Menteri, sesuai dengan Pasal 10 ayat (1) permohonan untuk
memperoleh keputusan Menteri harus diajukan kepada Menteri paling lambat
60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian di tandatangani,
dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung. Hal ini telah dilakukan
94
permohoan kepada Menteri dan telah mendapat keputusan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
- Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indaonesia
Pada tenggal (07 Oktober 2011)
Yang mana dari saat pendiri menghadap kehadapan Notaris pada tenggal (09
September 2011) sampai tanggal (07 Oktober 2011), tentunya pengesahan
ini berjarak 28 (duapuluh delapan) hari, ini berarti telah sesuai dari apa yang
diamanahkan oleh undang-undang paling lambat 60 (enam puluh) hari.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab yang telah dibahas sebelumnya, maka
penulis dapat menarik kesimpulan diantaranya sebagai berikut:
1. Sebuah pendirian Perseroan Terbatas tidak bisa terlepas pada Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagai payung hukum
Perseroan Terbatas, dalam Undang-Undang ini mengatur syarat-syarat yang
harus dipenuhi dalam Pendiriannya, sebagaimana yang termaktub dalam Pasal
7 ayat (1) UUPT yang menyebutkan “Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang
atau lebih dengan Akta Notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”,
sebagaimana bunyi pasal tersebut harus didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih,
ini artinya perseroan tidak boleh didirikan oleh seorang saja.
Selain yang sudah disebutkan diatas pendirian Perseroan Terbatas tidak bisa
terlepas dari peran Notaris, seperti yang termaktub dalam Pasal 7 ayat (1) diatas
bahwa pendirian PT harus dengan Akta Notaris. Hal ini sesuai dengan Pasal 1
ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang
menyebutkan “Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang membuat Akta
Autentik dan mewakili kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya”.
Dari awal pada saat para pendiri Perseroan Terbatas menghadap kehadapan
Notaris, mulai saat itulah Notaris bertanggung jawab untuk menjalankan apa
95
96
yang di mohonkan penghadap dan diperintahkan undang-undang, dalam hal ini
pembuatan akta Pendirian Perseroan Terbatas dari awal hingga Pengumuman
atau Pengesahan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia menjadi
tanggung jawab Notaris.
2. Dalam menjalankan Peran dan Tanggung Jawabnya memang Notaris sering kali
masih mendapatkan hambatan-hambatan, baik itu hambatan secara teknis
dan/atau non-teknis, hingga hambatan dari pihak yang tidak bertanggung jawab
(para penghadap dengan itikad tidak baik). Notaris masih sering kali disangka
telah berbuat tidak sesuai undang-undang, dan harus mengikuti proses
persidangan untuk memberikan keterangan atas apa yang disangkakan
kepadanya pada saat menjalankan tugasnya. Hal ini tentu membuat Notaris
kehilangan waktu, tenaga dan juga biaya.
Notaris tidak sepenuhnya dapat melihat apakah klien yang datang menghadap
kepadanya pasti memiliki itikad baik atau malah sebaliknya, sehingga sering
kali Notaris terjebak dalam situasi dimana klien yang bersangkutan ternyata
memiliki itikad tidak baik. Memang kewajiban yang diberikan kepada Notaris
tidak sepenuhnya menghasilkan sesuatu yang baik, karena hal tersebut rupanya
sering kali dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang beritikad tidak baik
untuk kepentingan mereka sendiri dan merugikan pihak-pihak lain. Disinilah
sangat diperlukan ketelitian dan kehati-hatian Notaris dalam menjalankan Peran
dan Tanggung Jawabnya pada saat memeriksa dokumen dan memperhatikan
gerak-gerik para penghadap.
97
B. Saran
Dari apa yang penulis bahas tentunya dalam penulisan Skripsi ini ada hal-hal
yang menurut hemat penulis perlu untuk menuangkan apa yang penulis pahami.
1. Dari semua kewenangan yang diberikan kepada Notaris ada perlunya untuk
mencegah hal-hal yang tidak diingankan dari itikad tidak baik penghadap,
selain kewenangan memeriksa berkas para penghadap Notaris diberi
kewenangan untuk meninjau langsung lapangan Perseroan Terbatas yang akan
didirikan.
2. Sebaiknya Para Notaris diberikan pelatihan keahlian dalam membaca gerakgerik seseorang (membaca gestur), demi mencegah hambatan-hambatan yang
akan mengganggu peran Notaris dikemudian hari karena itikad tidak baik para
penghadap.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku :
A.R, Putri. Perlindungan Hukum Terhadap Notaris, cet. 1. Jakarta: Softmedia, 2011.
Adjie, Habbib. Hukum Notaris Indonesia, cet. 2. Bandung: PT Refika Aditama, 2009.
____________. Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan
tulisan tentang Notaris dan PPAT), cet.1. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009.
____________. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat
Publik, cet. 2. Bandung: Refika Aditama, 2009.
____________. Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, cet. 1. Bandung: Refika
Aditama, 2011.
____________. Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UUJN, cet. 3.
Bandung: Refika Aditama, 2011.
Budiyono, Tri. Hukum Perusahaan, cet. 1. Salatiga: Griya Media, 2011.
Fuady, Menurut. Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa, Advokat, Notaris, Kurator
dan Pengurus, cet. 1. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.
Ghofur, Abdul Anshori. Lembaga Kenotariatan Indonesia, cet. 2. Yogyakarta: UII
Press, 2010.
Ginting, Jamin Ginting. Hukum Perseroan Terbatas, cet. 1. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2007.
Harris, Freedy dan Teddy Anggoro. Hukum Perseroan Terbatas, cet. 1. Bogor: Ghalia
Indoenesia, 2010.
Irianto, Sulistyowati Dan Sidharta. Metode Penelitian Hukum Konstelasi Dan Refleksi.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.
Lumban, G. H. S. Tobing. Peraturan Jabatan Notaris, cet. 4. Jakarta: Erlangga, 1996.
Mahmud, Peter Marzuki. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2005.
Manan, Abdul. Aspek-aspek pengubah Hukum, cet. 1. Jakarta: Kencana Prenada Media,
2006.
Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perusahaan Indoensia, cet. 4. Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2010.
Notodisoejo, R. Soegando. Hukum Notarian di Indonesia Suatu Penjelasan. Jakarta:
CV. Rajawali
Prastya, Rudhi. Teori dan Praktek Perseroan Terbatas, cet. 1. Jakarta: Sinar Grafika,
2011.
Raharjo, Handri. Hukum Perusahaan: Step by Step Prosedur Pendirian Perusahaan,
cet. 1. Yogyakarta: Pusaka Yustisia, 2013.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, cet. III. Jakarta: Universitas
Indonesia Press, 1986.
Sjaifurrahman. Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, cet. 1,
Bandung: Mandar Maju, 2011.
Widjaja, Gunawan. 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, cet. 2. Jakarta:
Forum Sahabat, 2008.
Widjaya, I.G. Rai. Hukum Perusahaan dan Undan-Undang dan Peraturan Pelaksanaan
di Bidang Usaha, cet. 3. Jakarta: Kesaint Blanc, 2003.
Yahya, M. Harahap. Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Yani, Ahmad dan Gunawan Wijaya. Perseroan Terbatas. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.
Undang-Undang :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Jabatan Notaris
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Tesis :
Lambe, Devie. Peran dan tanggung Jawab Notaris Dihubungkan dengan Kinerja
Sisitem Administrasi Badan Hukum (SABH) dalam Pendirian PT, Depok:
Universitas Indonesia, 2011.
Internet :
http://www,jimlyschool.com/read/analisis/384/notaris-openbare-amtbtenaren-sofyansofyan/. Diakses 03 Juli 2014 pukul 21.00
http://id.wikipedia.org/wiki/Notaris diakses 6 April 2015 pukul 12.49
Download