1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya penggunaan telepon seluler (ponsel) di zaman modern ini menyebabkan para pengusaha melirik peluang bisnis dalam bidang telekomunikasi. Mereka berbondong-bondong untuk mengembangkan sistem telekomunikasi yang terbaik bagi penggunanya. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, industri telekomunikasi bergerak cepat. Betapa tidak jika pada tahun 1999 laju pertumbuhan sektor telekomunikasi masih relatif kecil dibandingkan pertumbuhan sektor lainnya, misalnya sektor perdagangan dan manufaktur. Pada tahun 2008, sektor telekomunikasi yang merupakan bagian dari teknologi informasi dan komunikasi (Information, Communication and Technology/ICT) ini mampu memberi satu kontribusi hingga 1,8 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Perkembangan industri, khususnya industri telekomunikasi pada dasarnya ditujukan untuk memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat baik melalui pembukaan lapangan pekerjaan, tersedianya jaringan berkomunikasi melalui ponsel yang berkualitas baik, mendatangkan devisa negara, pembayaran pajak, maupun peningkatan kualitas pendidikan. Namun, pada kenyataannya selain dampak positif di atas, perkembangan industri menuai berbagai dampak negatif antara lain, kerusakan lingkungan hidup serta menimbulkan permasalahan sosial, yaitu konflik antara 2 perusahaan dengan penduduk setempat akibat adanya kesenjangan secara sosial maupun ekonomi antara pelaku usaha (korporat) dengan masyarakat sekitar perusahaan. Kenyataan bahwa keberadaan perusahaan di lingkungan masyarakat hampir pasti membawa dampak negatif, meskipun memiliki kemanfaatan untuk kesejahteraan dan pembangunan. Beberapa kasus berskala nasional dan internasional, seperti global warming, pencemaran lingkungan, radiasi serta munculnya berbagai penyakit mematikan akibat infeksi bahan kimia dari industrialisasi yang adalah sederetan excess negative externalities industrialisasi. Oleh karena itu, perusahaan tidak boleh mengembangkan diri sendiri dengan tidak memperhatikan lingkungan. Mencermati sisi negatif industrialisasi tersebut, tidak adil manakala masyarakat harus menanggung beban sosial. Mengingat masyarakat adalah pihak yang tidak memperoleh kontra prestasi langsung dari industrialisasi, terutama masyarakat garis bawah yang secara modal dan kesempatan tidak memiliki akses terhadap hiruk-pikuk industrialisasi. Sementara, justru mereka yang harus menanggung dampak sosial dan lingkungan. Perkembangan industri telekomunikasi, khususnya telekomunikasi seluler di kota Makassar sedang berkembang pesat, apalagi dengan bertambahnya jumlah operator telepon seluler di kota Makassar. Oleh karena itu, pemerintah kota Makassar dapat meningkatkan pendapatannya dan terbukanya lapangan pekerjaan bagi para pengangguran di kota Makassar. Hal ini merupakan sebuah dampak yang sangat positif bagi masyarakat luas. 3 Adapun peraturan dari pemerintah yang mengatur tentang CSR atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang terdapat pada Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 adalah (1) Perseroan Terbatas yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggsung Jawab Sosial dan Lingkungan, (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan kewajiban Perseroan yang dilanggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran, (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan (4) Ketentuan lebih kanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Kemudian ada juga UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 15(b) yang berbunyi demikian : setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam kedua undang-undang tersebut di atas mengatur seluruh badan usaha (perusahaan) Perseroan Terbatas (PT) diwajibkan untuk melaksanakan program CSR atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Hal ini menyebabkan PT Telkomsel merasa terpanggil untuk senantiasa melaksanakan aktivitas CSR meskipun Telkomsel bukan sebuah perusahaan yang menggunakan sumber daya alam sebagai sumber utama barang produksinya. Dari sekian banyak operator seluler di Indonesia, PT Telkomsel merupakan salah satu perusahan operator telepon seluler terbesar di Indonesia. Sebagai pelopor operator telekomunikasi seluler GSM pertama dan terbesar di Indonesia, Telkomsel terdorong untuk selalu tampil terdepan dengan terus melakukan inovasi dan membuat terobosan baru agar tercapainya pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya dan tetap menjadi operator telepon seluler terbesar di 4 Indonesia di tengah ketatnya persaingan antar operator telepon seluler pada saat ini. Melalui visi inilah, Telkomsel tetap menjadi pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. PT Telkomsel telah memberikan pelayanan yang terbaik bagi para penggunanya. Telkomsel mengklaim dirinya sebagai operator telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia, dengan 100 juta pelanggan (pada April 2011) dan menguasai 50% pengguna ponsel di Indonesia (pada Juni 2010), sedangkan pelanggan Blackberry Telkomsel Area Pamasuka (Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan) naik 255% (pada November 2010). Total jumlah pelanggan Telkomsel Area Pamasuka adalah 25 juta (pada April 2011), dengan rincian sebagai berikut : Papua berjumlah 1,05 juta pelanggan, Maluku berjumlah 2,75 juta pelanggan, Sulawesi berjumlah 11,1 juta pelanggan dan Kalimantan berjumlah 10,1 juta pelanggan. Sedangkan jumlah pelanggan Telkomsel untuk wilayah Sulselbar adalah 4,9 juta yang merupakan setengah dari total jumlah pelanggan di Pulau Sulawesi. Melalui data ini dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat Sulawesi Selatan adalah pelanggan Telkomsel. Penulis melihat bahwa sangat memungkinkan melakukan penelitian megenai PT Telkomsel di daerah Sulsel, khususnya di kota Makassar yang merupakan ibukota dimana pusat tempat dilaksanakannya aktivitas CSR Telkomsel. Selain itu, kantor pusat PT Telkomsel Area Pamasuka terdapat di kota Makassar sehingga pusat aktivitas CSR juga terlaksana di tempat ini. Menurut informasi yang penulis dapatkan pada saat melakukan pra penelitian di kantor Telkomsel Area IV Pamasuka, saat ini Telkomsel sedang 5 berlomba-lomba dengan beberapa kompetitornya dalam hal pelaksanaan program CSR. Data-data yang penulis dapatkan menunjukkan bahwa operator XL dan Indosat juga berbondong-bondong melaksanakan aktivitas CSR. Penulis mengumpulkan data dari kumpulan kliping PT Telkomsel selama tahun 2010 yang memuat berita mengenai CSR. Melalui data ini, dapat dilihat bahwa perusahaan operator telepon seluler yang paling banyak melaksanakan aktivitas CSR adalah Telkomsel. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang aktivitas CSR dari PT Telkomsel, khususnya di Area Pamasuka. Aktivitas CSR Telkomsel Indosat XL Flexi Axis Esia Gambar 1.1 Sumber : Kumpulan Kliping PT Telkomsel Area Pamasuka tahun 2010 Telkomsel bekerja pada jaringan 900/1800 MHz, sedangkan di pasar internasional, jaringan Telkomsel telah mencakup 288 jaringan roaming internasional di 155 negara pada akhir tahun 2007. Untuk di kota Makassar sendiri, kartu GSM dari PT Telkomsel sangat diminati oleh masyarakatnya. Kebanyakan warga kota Makassar menggunakan simPATI dan kartuAS. Semua 6 itu karena Telkomsel menyediakan pelayanan yang sangat memuaskan, tarif murah dan jaringan kuat. Dengan adanya jaringan kuat dan berkulitas baik dari Telkomsel, maka masyarakat kota Makassar yang menggunakan kartu GSM Telkomsel dapat berkomunikasi melalui ponsel dengan lancar. Kemudian Telkomsel juga banyak memberikan promosi pada saat hari raya, seperti pada saat bulan Ramadhan, hari raya Lebaran, Natal dan lain-lain. Selain itu, Telkomsel senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan setianya, dengan memberikan beberapa hadiah yang menarik pada event-event tertentu. Semua itu demi kepuasan para pelanggan setia Telkomsel dan masyarakat kota Makassar secara keseluruhan. Namun, dampak positif tersebut belum tentu dirasakan oleh semua pihak di kota Makassar. Pada saat ini kita tentu tahu bahwa citra (image) Telkomsel sedang tidak begitu bagus di mata masyarakat dan secara khusus di mata para pelanggan setianya. Kita melihat bahwa saat ini jaringan GSM Telkomsel sedang tidak stabil dan kadang buruk. Permasalahan ini tentu membuat persepsi para pelanggan dan masyarakat kota Makassar menjadi negatif. Belum lagi penulis melihat bagaimana citra (image) yang terbentuk pada masyarakat yang tinggal di sekitar BTS (Base Transceiver Station) dari Telkomsel. Mengingat pasti ada dampak negatif yang mereka peroleh akibat adanya BTS di sekitar pemukiman mereka. Penulis kemudian melakukan survey di beberapa lokasi BTS Telkomsel yang ada di kota Makassar. Ada beberapa jenis lokasi BTS yang penulis dapatkan, yaitu BTS yang dibangun di atas tanah dan BTS yang dibangun di atas sebuah 7 gedung. BTS yang dibangun di atas tanah itu menggunakan lahan masyarakat sekitar, sebagai contoh BTS yang terdapat di kecamatan Tamalanrea, kelurahan Tamalanrea Indah yang dibangun tepat di depan rumah warga tersebut. Sudah jelas bahwa tanah tempat berdirinya BTS tersebut disewa oleh pihak perusahaan operator telepon seluler. Menurut warga yang memiliki lahan itu, tidak ada rasa kuatir sedikit pun akan adanya bahaya dari kehadiran BTS di sekitar pemukimannya. Kemudian lokasi BTS berikutnya terdapat di Jalan Gunung Merapi. BTS ini berdiri di atas sebuah rumah toko (ruko) masyarakat. Pendapat pemilik ruko ini juga sama dengan pendapat pemilik lahan di atas. Mereka mungkin tidak menganggapnya sebagai sebuah bahaya karena mereka memperoleh bayaran yang cukup banyak dari biaya penyewaan. Namun, pendapat para warga yang juga bermukim di daerah tersebut berbeda. Mereka sebenarnya takut dengan bahaya yang ditimbulkan dari adanya BTS tersebut. Tidak banyak dari warga tersebut yang mengetahui adanya bahaya radiasi yang ditimbulkan oleh BTS. Dampak jangka panjang yang ditimbulkan bisa memicu timbulnya penyakit-penyakit yang mungkin sulit untuk disembuhkan. Warga ingin menuntut, tapi mereka tidak tahu-menahu akan menuntut ke pihak siapa. Menyikapi masalah tersebut, PT Telkomsel Area Pamasuka senantiasa berupaya melaksanakan ragam kegiatan yang mungkin bisa bersentuhan dengan masyarakat di kota Makassar. Oleh karena itu, pihak Telkomsel sendiri harus merancang dan mengembangkan program-program Corporate Social Responsibility dengan pengertian konsep yang termaksud. Hal tersebut berarti 8 bahwa pihak perusahaan harus menjalin kerjasama dengan masyarakat dalam durasi yang panjang, yang tidak hanya bertumpu pada pemberian bantuan sosial yang sifatnya sementara dan pendukung, bahkan dalam jangka panjang untuk pengembangan masyarakat, maupun untuk pengembangan perusahaan itu sendiri. Interaksi perusahaan dengan masyarakat ini terwujud dalam sebuah departemen, yaitu Corporate Communication and Secretary yang sering dikenal dengan Corporate Social Responsibility (yang selanjutnya disebut CSR). Corporate Social Responsibility diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Tanggung jawab Sosial Perusahaan. Kotler dan Lee (2005) dalam Solihin (2009:5) memberikan rumusan : Corporate Social Responsibility (CSR) is a commitment to improve community well being through discretionary business practises and contribution of corporate resources. Dalam definisi tersebut, CSR merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan merupakan aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum dan perundang-undangan seperti kewajiban untuk membayar pajak. Tanggung jawab bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah kondisi yang penting bagi perusahaan yang harus dipenuhi untuk mempertahankan hubungan positif dengan para stakeholder-nya. CSR telah menjadi sebuah alat penting untuk membangun kepercayaan dengan konstituen perusahaan. Kesadaran tentang pentingnya penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam implementasinya, PT Telkomsel Area Pamasuka senantiasa merasa sebagai bagian dari komunitas dan bertanggung jawab terhadap keberlangsungan hidup masyarakat di kota Makassar. PT Telkomsel sendiri sudah 9 banyak melakukan aktivitas atau kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang sekiranya dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya pelanggan setia dari kartu GSM Telkomsel, seperti mengadakan Safari Ramadan bagi anak yatim piatu dan kaum dhuafa, memberikan tiket mudik gratis, meningkatkan mutu pendidikan bagi anak sekolah dan guru, mengadakan kegiatan-kegiatan untuk komunitas-komunitas yang berhubungan dengan Telkomsel dan lain-lain. Di PT Telkomsel Area Pamasuka sendiri, Corporate Communication and Secretary memegang peranan penting dalam menangani hubungan eksternal perusahaan yang menyangkut tanggung jawab sosial perusahaan dengan pelanggan setia Telkomsel dan masyarakat luas di kota Makassar. CSR Telkomsel ini difokuskan kepada program yang sifatnya berkelanjutan. Namun, apakah program Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Telkomsel Area Pamasuka sudah meningkatkan citra positif perusahaan, sedangkan implementasi kemandirian dan kegiatan sosial untuk pelanggan setia Telkomsel dan masyarakat di kota Makassar baru berjalan selama setahun. Hasil survei “The Millenium Poll on CSR” (1999) yang dilakukan oleh Environcis International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader Forum (London) terhadap 25.000 responden di 23 negara, disurvei terkait social responsibility dalam membentuk opini dan image (citra) perusahaan, ,menunjukkan 60% dari responden ,menyatakan bahwa etika bisnis, praktik sehat terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan paling berperan dalam membentuk reputasi perusahaan. Sementara 40% responden juga 10 berpendapat bahwa citra perusahaan dan brand image paling mempengaruhi kesan positif mereka. Anehnya, hanya 1/3 opini responden terbentuk dari faktorfaktor bisnis fundamental, seperti faktor finansial, ukuran perusahaan, strategi perusahaan dan manajemen. Lebih lanjut, sikap dari 40% konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan program CSR dan 50% dari responden berpendapat tidak akan membeli atau menggunakan produk yang dihasilkan perusahaan jika tidak berkomitmen terhadap social responsibility, mereka akan bicara kepada orang lain tentang reputasi jelek perusahaan yang bersangkutan. Melalui uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas atau kegiatan CSR sangat berpengaruh terhadap pembentukan opini yang kemudian menjadi sebuah citra perusahaan di mata masyarakat. Terlebih lagi, para kompetitor Telkomsel juga berbondong-bondong melaksanakan kegiatan CSR. Oleh karena itu, pihak Telkomsel seharusnya lebih banyak melaksanakan kegiatan yang bersentuhan langsung dengan seluruh lapisan masyarakat di kota Makassar. Pelaksanaan kegiatan CSR yang baik secara otomatis akan mendapatkan corporate image (citra perusahaan) yang baik pula. Sudah saatnya perusahaan meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat sekitar sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap publik, sehingga perusahaan dapat mempertahankan sustainable company. 11 Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai CSR di PT Telkomsel Area Pamasuka dengan judul : “Aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka Dalam Upaya Meningkatkan Citra Perusahaan di Makassar” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka dalam upaya meningkatkan citra perusahaan di Makassar? 2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka dalam upaya meningkatkan citra perusahaan di Makassar? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka dalam upaya meningkatkan citra perusahaan di Makassar. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka dalam upaya meningkatkan citra perusahaan di Makassar. 12 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoretis a. Sebagai bahan masukan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu komunikasi. b. Menarik serta merangsang peneliti-peneliti baru dalam bidang pembentukan citra perusahaan (corporate image) melalui aktivitas Corporate Social menyesuaikan Responsibility, dengan sehingga perkembangan dan selalu dapat kemajuan ilmu pengetahuan. Kegunaan Praktis a. Sebagai sumber tambahan dan masukan bagi PT Telkomsel Area Pamasuka dalam menjalankan aktivitas Corporate Social Responsibility untuk ke depannya. b. Menjadi bahan kajian bagi perusahaan lain dalam menjalankan aktivitas Corporate Social Responsibility dalam upaya meningkatkan citra suatu perusahaan. D. Kerangka Konseptual Pada zaman sekarang sudah begitu banyak perusahaan yang memiliki departemen yang menangani kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat di sekitar perusahaan maupun masyarakat secara luas. Perusahaan selalu punya kewajiban kepada masyarakat tempat mereka beroperasi. Pihak yang 13 biasa menangani hubungan dengan masyarakat disebut Public Relations (PR) atau Hubungan Masyarakat. Menurut Lattimore dan Baskin (2010:4), Public Relations adalah sebuah fungsi kepemimpinan dan manajemen yang membantu pencapaian tujuan sebuah organisasi, membantu mendefinisikan filosofi serta memfasilitasi perubahan organisasi. Para praktisi Public Relations berkomunikasi dengan semua masyarakat internal dan eksternal yang relevan untuk mengembangkan hubungan yang positif serta menciptakan konsistensi antara tujuan organisasi dengan harapan masyarakat. Mereka juga mengembangkan, melaksanakan dan mengevaluasi program organisasi yang mempromosikan pertukaran pengaruh serta pemahaman di antara konstituen organisasi dan masyarakat. Pada suatu perusahaan, Public Relations atau Humas bukanlah suatu jabatan yang mudah, melainkan jabatan yang sangat berat. Sedangkan menurut Cutlip, Center dan Broom (2006:6), Public Relations (PR) adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. Kedudukan Public Relations dalam sebuah perusahaan ialah sebagai penghubung antara manajemen perusahaan dengan publik. Dengan kata lain, secara struktural PR merupakan bagian integral dari suatu lembaga atau organisasi. Artinya, Public Relations merupakan salah satu fungsi manajemen modern yang terdapat pada manajemen perusahaan yakni bagaimana melakukan komunikasi timbal balik (two way communications) yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian, menghargai, memercayai, menciptakan goodwill, memperoleh dukungan publik, memberi penjelasan jika terjadi krisis dan 14 sebagainya demi tercapainya citra yang positif bagi suatu lembaga atau perusahaan. Pada akhirnya. PR dinilai berdasarkan dampaknya terhadap masyarakat. Segi positif dari PR yang bertanggung jawab secara sosial, yaitu : 1. PR meningkatkan praktik profesional dengan melakukan kodifikasi dan menegakkan perilaku etis dan standar kinerja. 2. PR meningkatkan perilaku organisasi dengan menekankan perlunya persetujuan publik. 3. PR melayani kepentingan publik dengan mengartikulasi semua sudut pandang dalam forum publik. 4. PR melayani masyarakat yang terpecah-pecah dan berbeda-beda dengan menggunakan komunikasi dan mediasi untuk menghilangkan misinformasi dan perselisihan. 5. PR memenuhi tanggung jawab sosialnya untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dengan membantu sistem sosial beradaptasi dengan perubahan dan lingkungan. Praktik profesional PR yang etis harus mengutamakan kepentingan publik dan tanggung jawab sosial di atas keuntungan pribadi. Melalui uraian di atas, dapat dilihat bahwa salah satu aktivitas atau kegiatan Public Relations adalah melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Perusahaan selalu memiliki kewajiban kepada masyarakat tempat mereka beroperasi. Dalam hal ini PR melaksanakan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR). PR yang terdapat pada PT Telkomsel terwujud 15 dalam sebuah departemen yang disebut dengan Corporate Communication and Secretary. Public Relations atau Humas merupakan pendahulu dari fungsi Corporate Communication (Komunikasi Korporat) yang tumbuh karena kebutuhan. Walaupun perusahaan-perusahaan tidak memiliki strategi spesifik untuk sistem komunikasi, mereka harus sering merespons kepada stakeholder. Oleh karena hukum-hukum baru memaksa perusahaan untuk berkomunikasi di banyak situasi, kebutuhan untuk terus-menerus merespons dan sumber daya yang berdedikasi dibutuhkan untuk mengatur aliran sistem komunikasi, yaitu PR sendiri. Seperti yang sudah dikatakan bahwa salah satu aktivitas PR adalah melaksanakan program CSR, maka Corporate Communication juga melaksanakan aktivitas tersebut. Fenomena yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa perusahaan berlomba dan berkreativitas dalam merancang berbagai kegiatan sosial guna memikat hati publik. Perusahaan dituntut untuk memberikan kontribusi terhadap kenaikan kehidupan masyarakat, yang bukan hanya sekedar memproduksi dan memasok barang dan jasa bagi masyarakat. Sejalan dengan bergulirnya waktu, kepedulian lingkungan dan kegiatan kedermaan perusahaan terus berkembang dalam kemasan philanthropy maupun Community Development (CD). PR memiliki proses manajemen yang dikemukakan oleh Cutlip, Center dan Broom (2006:320) yang menggambarkan bagaimana proses manajerial yang biasa dilakukan oleh perusahaan dalam melaksanakan aktivitas program CSR. Proses ini terdiri dari : 16 1. Defining the Problem atau Pengumpulan Fakta Tahap ini mencakup kegiatan mengumpulkan fakta, opini, sikap dan perilaku dari pihak-pihak yang terkait dengan kebijakan perusahaan. PR diarahkan untuk meneliti masalah atau fakta-fakta yang menyangkut social responsibility yang timbul di masyarakat. 2. Planning and Programming atau Perencanaan Tahap ini merupakan tahap membuat keputusan tentang penetapan visi dan misi, serta tujuan, mempertimbangkan kebijakan, menetapkan target, penetapan program publik, strategi tujuan, struktur organisasi, menyediakan sumber daya manusia dan pemetaan wilayah serta penentuan sumber dana untuk program CSR yang akan dilakukan. 3. Taking Action and Communicating (Tindakan dan Mengkomunikasikan) Tahap yang ketiga ini merupakan kegiatan yang mengarah pada penerapan dan mengkomunikasikan program CSR kepada publik secara sistematis, sehingga persepsi publik dapat terbentuk dengan baik. 4. Evaluating the Program (Mengevaluasi Program) Pada tahapan yang terakhir ini, kegiatan komunikasi dalam PR difokuskan pada usaha untuk melakukan penilaian atas persiapan, implementasi dan hasil dari program CSR yang sudah dilakukan. Rhenald Kasali (2007) dalam Hadi (2011:vii) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial memiliki muatan strategis dalam mendukung konstruksi strategi perusahaan guna mewujudkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). 17 Perhatian terhadap praktik social responsibility penting karena memiliki koherensi dengan pembangunan berkelanjutan dan mengajarkan untuk berperilaku seimbang, selaras dan serasi, sehingga eksploitasi yang mengarah pada ancaman kerusakan lingkungan dapat dihindari. Crowther David (2008) dalam Hadi (2011:59) mengurai prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan menjadi tiga, yaitu : Pertama, Sustainability yang berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Kedua, Accountability yang merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggung jawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan untuk membangun citra (image) dan network terhadap para pemangku kepentingan (stakeholders). Ketiga, Transparency yang merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal yang berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan. Perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik (shareholders), tetapi bergeser menjadi lebih luas, yaitu sampai pada ranah sosial kemasyarakatan (stakeholders) yang selanjutnya disebut sebagai CSR. Fenomena seperti itu terjadi karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negative externalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi. Perusahaan hendaknya memerhatikan stakeholders karena mereka adalah pihak yang memengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan oleh perusahaan. Jika perusahaan tidak memerhatikan stakeholders, bukan tidak mungkin akan menuai protes dan membuat citra perusahaan (corporate image) menjadi negatif. Berdasarkan asumsi dasar dari Teori Stakeholder tersebut, perusahaan tidak dapat melepaskan diri dengan lingkungan sosial sekitarnya. Adapun citra 18 (image) negatif yang akan terbentuk jika perusahaan tidak memerhatikan stakeholders-nya. Setelah melakukan segala proses manajemen Public Relations untuk aktivitas program CSR, maka akan terjadi feedback (tanggapan balik) dari publik yang bersangkutan dengan program CSR yang dilaksanakan. Tanggapan balik yang diberikan oleh publik akan membentuk citra perusahaan (corporate image). Image positif dari para pemangku kepentingan (stakeholders) dapat dirasakan, serta membantu dalam pembangunan berkelanjutan. Akhirnya kegiatan Corporate Social Responsibilty di perusahaan tersebut dapat dikelola secara profesional dan transparan sehingga CSR sebagai salah satu implementasi good corporate governance dapat segera terwujud dan yang terlebih penting citra (image) positif perusahaan dapat terbentuk. Dengan mengacu pada berbagai pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya, maka berdasarkan penerapan kerangka teori pada penelitian ini dapat disusun sebuah bagan kerangka konseptual sebagai berikut : 19 PT TELKOMSEL Area Pamasuka Corporate Communication Public Realtions Proses Manajemen PR : 1. 2. 3. 4. Defining the Problem Planning and Programming Taking Action and Communicating Evaluating the Program Prinsip Aktivitas Corporate Social Responsibility : Teori Stakeholder Sustainability Accountability Transparency Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Stakeholders Gambar 1.2 Corporate Image (Citra Perusahaan) 20 E. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan pengertian sebagai berikut : 1. Aktivitas Corporate Social Responsibility adalah pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan PT Telkomsel Area Pamasuka terhadap masyarakat secara luas guna mempengaruhi opini publik atau tanggapan balik sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan di Makassar. 2. PT Telkomsel adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi dan merupakan salah satu operator telekomunikasi seluler GSM terbesar di Indonesia dan sangat berkembang pesat di kota Makassar. 3. Area Pamasuka adalah area atau wilayah Papua, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan (disingkat Pamasuka). Telkomsel membagi wilayah pemasaran produknya di Indonesia menjadi empat area dan Pamasuka merupakan Area IV yang mewakili di daerah timur Indonesia dan berkantor pusat di kota Makassar. 4. Corporate Communication adalah departemen komunikasi di PT Telkomsel yang menjalankan aktivitas komunikasi dengan publik internal dan publik eksternal-nya. 21 5. Defining the Problem adalah tahap awal untuk mengumpulkan faktafakta mengenai masalah social responsibility yang terjadi di masyarakat yang bersangkutan dengan Telkomsel. 6. Planning and Programming merupakan tahap penetapan semua yang menyangkut dengan program CSR yang akan dilakukan oleh perusahaan Telkomsel. 7. Taking Action and Communicating merupakan tahap implementasi atau pelaksanaan dan penyampaian program CSR kepada masyarakat. 8. Evaluating the Programs merupakan tahap akhir dari proses manajemen PR dimana dilakukan evaluasi mulai dari tahapan awal hingga tahapan implementasi program CSR sehingga terbentuk feedback dari stakeholders. 9. Sustainability adalah prinsip aktivitas CSR yang memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. 10. Accountability adalah prinsip aktivitas CSR yang dijadikan sebagai media perusahaan membangun citra positif. 11. Transparency adalah pelaporan aktivitas CSR kepada pihak eksternal. 12. Teori Stakeholder adalah teori tanggung jawab sosial perusahaan yang digunakan untuk melihat bagaimana aktivitas CSR PT Telkomsel dalam membentuk citra perusahaannya di Makassar. 13. Stakeholders merupakan publik eksternal yang bersangkutan dengan PT Telkomsel Area Pamasuka di kota Makassar. 22 14. Corporate Image (Citra Perusahaan) adalah citra positif yang terbentuk dari aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka yang berasal dari opini publik eksternal. F. Metode Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Makassar dan yang menjadi obyek penelitian adalah Coporate Communication and Secretary PT Telkomsel Area IV Pamasuka (Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan) yang berkantor di Jl. Jenderal Sudirman no. 38 Makassar. Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret hingga pertengahan Juni 2011. 2. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif yang mana data digambarkan secara obyektif berdasarkan data atau fakta yang diperoleh di lokasi penelitian. 3. Tipe Pengumpulan Data Menurut Strauss dan Corbin (1997) dalam Ruslan (2003:202) penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuanpenemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini, maka peneliti melakukan pengumpulan data. Data yang digunakan adalah sebagai berikut : 23 a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui : 1) Observasi atau pengamatan secara langsung di lokasi penelitian. 2) Wawancara (interview) secara langsung dengan beberapa informan yang merupakan sumber data utama dalam penelitian ini. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui kajian beberapa literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat, dari rujukan teoritis yang relevan dengan membaca beberapa buku, majalah, buletin, surat kabar serta internet. Selain itu, beberapa data yang diperoleh dari PT Telkomsel Area Pamasuka sendiri. 4. Informan Untuk menentukan informan dalam penelitian ini, peneliti memilih informan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam aktivitas Corporate Social Responsibility dan dianggap mengetahui masalah yang diteliti serta dapat memberikan informasi yang akurat mengenai masalah yang diteliti. Informan yang relevan dalam penelitian ini adalah : a. Jowvy Kumala : Manager Corporate Communication and Secretary PT Telkomsel Area Pamasuka. b. Ibrahim : Yayasan LAGZIS (yang diberi bantuan CSR oleh Telkomsel). 24 c. Erman S. : Staf Kepemerintahan Kel. Pa’baeng-baeng, Kec. Tamalate (yang diberi bantuan CSR oleh Telkomsel). d. Syahrir Tayang : Ketua RT 001/RW 010 Kel. Pa’baeng-baeng, Kec. Tamalate (yang diberi bantuan CSR oleh Telkomsel). 5. Teknik Pengumpulan Data Penelitian serta pengamatan langsung di lapangan (Field Research), yaitu di PT Telkomsel Area Pamasuka dan teknik penelitian yang digunakan dalam memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan adalah sebagai berikut : a. Observasi Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Peneliti mengamati secara langsung ke tempat yang dijadikan lokasi penelitian. b. Wawancara (Interview) Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Peneliti akan menggunakan teknik wawancara, dimana peneliti akan bertatap muka secara langsung dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap dan akurat. Wawancara ini dilakukan ke beberapa orang yang menjadi informan yang mempunyai kaitan erat atau berwenang dengan masalah yang diteliti. 25 c. Studi Pustaka atau Literatur (Library Research) Teknik pengumpulan data yang diambil dari buku-buku ilmiah, literatur dan sumber lainnya yang memiliki keterkaitan dan hubungan dengan permasalahan yang diteliti untuk menambahkan beberapa data yang perlu diperjelas dan akan digunakan sebagai landasan teori sebagai pendukung teoritis dalam permasalahan yang peneliti angkat. 6. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data pada penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan penekanan utama pada penelitian sumber, mengungkapkan fakta (menguraikan data dengan mendeskripsikan data yang diperoleh dari penelitian, baik data primer maupun data sekunder) dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, kemudian data yang diperoleh diuraikan serta dikembangkan berdasarkan teori yang ada. Maka akan diperoleh gambaran jelas mengenai aktivitas Corporate Social Responsibility yang dilakukan dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam upaya meningkatkan citra perusahaan PT Telkomsel di Makassar. 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Public Relations 1. Pengertian Public Relations Pengertian Public Relations (yang selanjutnya disebut PR) itu sendiri sangat banyak. Para ahli dalam bidang inipun memiliki definisi tersendiri mengenai PR. Namun, adapula orang-orang yang masih bingung dengan definisi PR, apalagi ditambah dengan banyaknya rumusan dan deskripsi tentang PR. Kebanyakan perbedaan rumusan tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, jenis organisasi atau perusahaan dan taraf PR itu dilaksanakan juga ikut memengaruhi definisi PR. Oleh karena itu, penulis mencoba menuangkan beberapa definisi PR menurut beberapa ahli yang terkenal dalam bidang ini. Penulis mulai dengan mengupas makna dari kata “Public” dan “Relations” terlebih dahulu. Bila istilah Public Relations diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, maka istilah itu mengandung arti “hubungan dengan publik”. Pengertian “Public” adalah sekelompok orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama jenisnya, mempunyai minat dan kepentingan yang sama. Publik dapat merupakan kelompok kecil, terdiri atas orang-orang yang berjumlah sedikit, juga dapat merupakan kelompok besar yang terdiri atas orangorang yang jumlahnya besar bahkan bisa sangat besar. Kata publik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang banyak, berbeda dengan pengertian massa 27 secara umum, publik tidak berkumpul dalam suatu tempat tertentu melainkan tersebar. Publik mempunyai tujuan yang lebih terarah, pandangan terhadap masalah dan menentukan sikap serta menentukan pilihan. Istilah “Relations” bagi PR merupakan sebuah prinsip karena mengandung arti adanya hubungan timbal balik (two way communications). Lalu dalam praktiknya, selalu dalam pengertian positif, artinya bahwa “relations” diadakan dalam rangka memperoleh a sound and productive relations, baik dengan publik tertentu maupun dengan masyarakat pada umumnya. PR pada dasarnya berfungsi untuk menghubungkan publik-publik atau pihak-pihak yang berkepentingan di dalam suatu organisasi/instansi/perusahaan. Tidak hanya sekedar hubungan biasa melainkan hubungan efektif yang antara pihak-pihak yang berkepentingan demi tercapainya kepentingan dan kepuasan bersama. Public Relations atau Hubungan Masyarakat adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan- kebijaksanaan dan prosedur-prosedur seorang individu atau sebuah organisasi berdasarkan kepentingan publik, dan menjalankan pengertian dan penerimaan publik. Secara spesifik, definisi umum PR disimpulkan sebagai seni (arts) dan gabungan dari disiplin ilmu manajemen, komunikasi, psikologi, sosial dan marketing, untuk membentuk agar perusahaan atau lembaga, nama dan produknya menjadi disukai dan dapat dipercaya oleh publiknya. Dalam hubungannya dengan target audience atau stakeholder tersebut, dikenal tiga tipe tentang apa yang disukai dan tidak disukai, yaitu : 28 a. Those who know you and like you (mengenal dan menyukai Anda). b. Those who know you and don't like you (mengenal dan tidak menyukai Anda). c. Those who neither you nor care you (tidak dikenal maka tidak disukai). Dimulai dari definisi PR menurut The British Institute of Public Relations, yaitu an effort to establish and maintain mutual understanding between organization and its public (suatu upaya untuk membangun dan mempertahankan saling pengertian antara organisasi dan publiknya). Onong Uchjana Effendy dalam Kriyantono (2008:4) memberi pengertian PR sebagai berikut, Komunikasi dua arah (two way communications) antara organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama dan pemenuhan kepentingan bersama. Sedangkan menurut Cutlip dan Center (2006:6), Public Relations (PR) adalah Public relations is the management functions that establishes and maintains mutually beneficial relationshif between an organization and the publics on whom its success of failure depends (PR adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut). Dari semua definisi yang dipaparkan tersebut mempunyai maksud yang sama, yaitu untuk memperoleh pengertian, kepercayaan, dukungan melalui suatu kegiatan komunikasi timbal balik (two way communications). Kegiatan 29 komunikasi tersebut, baik itu dilakukan dalam organisasinya, maupun komunikasi dengan publik-publik di luar organisasi/instansi/perusahaan. 2. Konsep Public Relations Seringkali terlontar kalimat yang lazim diutarakan oleh kalangan pebisnis istilah 4P (Price, Product, Place and Promotion). Istilah ini diperdengarkan oleh seorang pakar pemasaran, yaitu Philip Kotler dan sering dikampanyekan oleh para pakar pemasaran. Tetapi rupanya guru pemasaran ini melihat bahwa ada hal lain yang perlu ditambahkan pada konsep 4P di atas yang disarikan menjadi Mega Marketing (Price, Product, Place, Promotion, Power and Public Relations). Kata terakhir yaitu Public Relations (PR) mungkin bukan hal yang baru di telinga kita sebab sejak era tahun 2000 istilah ini sering menjadi bagian dari topik-topik dari talk show baik yang dilakukan lewat media elektronik maupun di seminar-seminar. Sadarkah kita pada arti kata PR atau yang dibahasaindonesiakan Hubungan Masyarakat sehingga menempati arti yang penting dalam kegiatan operasional sebuah organisasi/perusahaan/institusi. PR dikarenakan fungsi dan tugas pokok sebagai image builder (pembangun citra) dari sebuah organisasi/perusahaan/institusi. Organisasi/perusahaan/institusi yang baik dan menempati hati atau tertanam dalam benak (mindset) para pelanggan adalah institusi yang mempunyai citra positif, setiap citra positif yang ditampilkan oleh institusi terhadap publiknya membuat publik (pelanggan) ”meletakkan” keyakinannya pada organisasi/perusahaan/institusi tersebut. PR juga mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai ”jembatan” antara institusi dengan publiknya (pelanggannya) kerangka kerja yang positif. 30 Menurut Sukatendel (1990) dalam Ardianto (2004) mendefinisikan PR sebagai suatu metode komunikasi untuk penciptaan citra positif dari mitra organisasi/perusahaan/institusi atas dasar kesadaran yang untuk menghormati kepentingan bersama. Apabila disari ada sejumlah butir penting yaitu : a. PR adalah sebuah ilmu yang cabang keilmuan dari Ilmu Komunikasi. Sebagai suatu cabang keilmuan maka PR bukan sekadar menjadi isu semata tetapi mempunyai dasar berpikir yang dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan melalui metode logika tertentu layaknya pengujian terhadap cabang keilmuan lainnya. b. Citra adalah obyek dari PR telah menjadi kebutuhan dari institusi layaknya sumber daya yang telah ada seperti sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sumber daya peralatan bahkan sumber daya pengetahuan (knowledge dalam knowledge management). c. Mitra adalah subyek dari PR disamping organisasi/perusahaan/institusi itu sendiri. Mitra adalah bagian dari operasi sebuah organisasi, tanpa mitra sebuah organisasi tidak dapat berjalan. 3. Proses Manajemen Public Relations Public Relations (PR) terus menjadi salah satu bidang yang sangat dinamis dalam kehidupan berorganisasi di seluruh dunia. Salah satu alasannya adalah karena praktisi PR membutuhkan keterampilan dan kapabilitas yang beragam untuk keberhasilan pekerjaan mereka. Inti dari kegiatan PR adalah mengetahui apa yang menggerakkan dan mempengaruhi sikap seseorang yang memungkinkan terbentuknya opini yang menguntungkan atau merugikan 31 terhadap organisasi/perusahaan/instansi. Fungsi sentral PR adalah menunjang menajamen dalam mencapai tujuan organisasi dengan komunikasi sebagai kegiatan utamanya. Perlu dipahami bahwa PR merupakan fungsi manajemen yang memiliki tanggung jawab manajerial terhadap masyarakat dan khalayak umum (publik) atau hal-hal yang lebih khusus. PR adalah bagian proses perubahan dan pemecahan masalah di dalam organisasi/perusahaan/instansi yang dilakukan secara ilmiah. Proses PR sebagai proses yang berkelanjutan perlu terus berjalan mengingat lingkungan organisasi/perusahaan/instansi pun bergerak secara dinamis, sehingga organisasi/perusahaan/instansi perlu menanggapi dinamika lingkungan tersebut. Relasi organisasi/perusahaan/instansi dengan publiknya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal organisasi/perusahaan/instansi. PR terus berusaha menjaga agar relasi antara organisasi/perusahaan/instansi dengan publiknya tetap berjalan pada jalur yang benar dan membawa kepuasan bersama bagi semua pihak. Praktisi PR menggunakan teori dan bukti terbaik yang ada untuk melakukan proses manajemen PR yang dikemukakan oleh Cutlip, Center dan Broom (2006:320) yang menggambarkan bagaimana proses manajerial yang biasa dilakukan oleh perusahaan dalam melaksanakan aktivitas PR. Proses ini terdiri dari : a. Defining the Problem (Mendefinisilan Masalah) Tahap ini mencakup kegiatan mengumpulkan fakta, opini, sikap dan perilaku dari pihak-pihak yang terkait dengan kebijakan perusahaan. PR 32 diarahkan untuk meneliti masalah atau fakta-fakta yang menyangkut dengan organisasi/perusahaan/instansi. Pada dasarnya ini adalah fungsi intelijen organisasi/perusahaan/instansi. Fungsi ini menyediakan dasar untuk semua langkah dalam proses pemecahan masalah dengan menentukan “Apa yang sedang terjadi saat ini?”. b. Planning and Programming (Perencanaan dan Pemrograman) Tahap ini merupakan tahap membuat keputusan tentang penetapan visi dan misi, serta tujuan, mempertimbangkan kebijakan, menetapkan target, penetapan program publik, strategi tujuan, struktur organisasi, menyediakan sumber daya manusia dan pemetaan wilayah serta penentuan sumber dana aktivitas PR yang akan dilakukan. Langkah ini akan mempertimbangkan dari temuan dari langkah dalam membuat kebijakan dan program organisasi/perusahaan/instansi. c. Taking Action and Communicating (Mengambil Tindakan dan Berkomunikasi) Tahap yang ketiga ini merupakan kegiatan yang mengarah pada penerapan dan mengkomunikasikan program-program PR kepada publik secara sistematis, sehingga persepsi publik dapat terbentuk dengan baik. Kegiatan yang dilakukan adalah mengimplementasikan program aksi dan komunikasi yang didesain untuk mencapai tujuan dari program. d. Evaluating the Program (Mengevaluasi Program) Pada tahapan yang terakhir ini, kegiatan komunikasi dalam PR difokuskan pada usaha untuk melakukan penilaian atas persiapan, implementasi dan 33 hasil dari program-program PR yang telah dilakukan. Penyesuaian akan dilakukan pada saat program diimplementasikan dan didasarkan pada evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana program tersebut berhasil atau tidak. Pengumpulan Fakta Definisi Permasalahan Perencanaan dan Program Aksi dan Komunikasi Evaluasi Gambar 2.1 4. Fungsi dan Aktivitas Public Relations Cutlip, Center dan Broom dalam Effective Public Relations (2007:11), merumuskan bagian-bagian dari fungsi Public Relations (PR) antara lain : a. Hubungan Internal adalah bagian khusus dari PR yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan saling bermanfaat antara manajer dan karyawan tempat organisasi/perusahaan/instansi menggantungkan kesuksesannya. b. Publisitas adalah informasi yang disediakan oleh sumber luar yang digunakan oleh media karena informasi itu memiliki nilai berita. Metode penempatan pesan di media ini adalah metode yang tak bisa dikontrol 34 (uncontrolled) sebab sumber informasi tidak memberi bayaran kepada media untuk pemuatan informasi tersebut. c. Advertising adalah informasi yang ditempatkan di media oleh sponsor tertentu yang jelas identitasnya yang membayar untuk ruang dan waktu penempatan informasi tersebut. Ini adalah metode terkontrol dalam menempatkan pesan di media. d. Press Agentry adalah penciptaan berita dan peristiwa yang bernilai berita untuk menarik perhatian media massa dan mendapatkan perhatian publik. e. Public Affairs adalah bagian khusus dari PR yang membangun dan mempertahankan hubungan pemerintah dan komunitas lokal dalam rangka memengaruhi kebijakan publik. f. Lobbying adalah bagian khusus dari PR yang berfungsi untuk menjalin dan memelihara hubungan dengan pemerintah terutama dengan tujuan memengaruhi penyusunan undang-undang dan regulasi. g. Manajemen Isu adalah proses proaktif dalam mengantisipasi, mengidentifikasi, mengevaluasi dan merespons isu-isu kebijakan publik yang memengaruhi hubungan organisasi/perusahaan/institusi dengan publik mereka. h. Hubungan Investor adalah bagian dari PR dalam perusahaan korporat yang membangun dan menjaga hubungan yang bermanfaat dan saling menguntungkan dengan shareholder dan pihak lain di dalam komunitas keuangan dalam rangka memaksimalkan nilai pasar. 35 i. Pengembangan adalah bagian khusus dari PR dalam organisasi nirlaba yang bertugas membangun dan memelihara hubungan dengan donor dan anggota dengan tujuan mendapatkan dana dan dukungan sukarela. Sementara Rosady Ruslan (2005) dalam Suparmo (2011:91) mengemukakan secara garis besar fungsi aktivitas PR adalah sebagai berikut : a. Communicator Kemampuan sebagai communicator adalah segala kemampuan yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan media cetak, elektronik, tatap muka, lisan dan lainnya. Selain itu juga kemampuan untuk bertindak sebagai mediator dan persuader. b. Relationship Kemampuan di bidang relationship adalah kemampuan PR membangun hubungan yang positif antara organisasi/perusahaan/instansi yang diwakilinya dengan publik internal dan publik eksternal. PR juga berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan kerja sama dan toleransi di antara kedua belah pihak tersebut. c. Back-up Management Kemampuan sebagai back-up management adalah kemampuan untuk melaksanakan dukungan manajemen atau menunjang kegiatan lain, seperti bagian manajemen promosi, pemasaran, operasional dan personalia. d. Good Image Maker Kemampuan sebagai good image maker adalah kemampuan menciptakan citra atau publikasi yang positif. Kemampuan ini merupakan prestasi, 36 reputasi dan sekaligus menjadi tujuan utama manajemen kehumasan organisasi/perusahaan/instansi. e. Creator Kemampuan sebagai creator adalah kemampuan yang terkait dengan kewajiban PR menciptakan berbagai macam program organisasi/perusahaan/instansi sesuai dengan tujuan dan sasarannya. f. Conceptor Kemampuan sebagai conseptor adalah kemampuan yang terkait dengan tugas PR menyusun dan menuliskan berbagai macam naskah yang diperlukan organisasi/perusahaan/instansi sesuai dengan writing skill-nya. g. Problem Solver Kemampuan sebagai problem solver adalah kemampuan PR sebagai bagian dari tatanan dan jajaran di dalam organisasi/perusahaan/instansi serta turut bertanggung jawab memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. B. Corporate Communication 1. Pengertian Corporate Communication Public Relations (PR) atau Hubungan Masyarakat (Humas) merupakan pendahulu dari fungsi Corporate Communication (Komunikasi Korporat) yang tumbuh karena adanya kebutuhan. Walaupun perusahaan-perusahaan tidak memiliki strategi spesifik untuk sistem komunikasi, mereka harus sering merespons kepada publik internal dan eksternal. Oleh karena hukum-hukum baru memaksa perusahaan untuk berkomunikasi di banyak situasi yang dulunya 37 mereka tidak terbiasa dikonfrontasi dan kebutuhan untuk terus-menerus merespons menunjukkan bahwa sumber daya yang berdedikasi dibutuhkan untuk mengatur aliran sistem komunikasi. Menurut penjelasan tersebut, Corporate Communication memiliki definisi yang sama dengan PR. Corporate Communication pun menjalankan fungsi-fungsi PR yang sudah kita ketahui. Corporate Communication adalah pesan yang dikeluarkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan, badan, atau lembaga kepada publik. “Publik”, baik dari internal yaitu karyawan, stakeholder, dan pemegang saham maupun eksternal seperti agens-agensi, mitra, media, pemerintah, badan industri dan institusi-institusi, serta masyarakat intelek dan masyarakat umum. Suatu organisasi harus mengomunikasikan pesan yang sama ke semua yang berkepentingan , untuk mengirimkan koherensi , kredibilitas dan etika. Jika salah satu esensi ini ada yang hilang, maka seluruh organisasi kemungkinan akan gagal. Corporate Communication membantu organisasi menjelaskan misi mereka, menggabungkan banyak visi dan nilai-nilai menjadi sebuah pesan kohesif kepada stakeholder. Menurut buku Essentials Corporate Communication oleh Cees van Riel dan Charles Fombrun, Komunikasi Korporat dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang termasuk dalam pengelolaan dan pengaturan segala komunikasi internal dan eksternal yang ditujukan untuk menciptakan titik awal yang menguntungkan dengan para pemilik kepentingan, tempat di mana perusahaan bergantung. Komunikasi perusahaan terdiri dari penyebaran informasi oleh sebuah divisi ahli dalam sebuah organisasi, dengan tujuan umum meningkatkan kemampuan organisasi untuk mempertahankan lisensi untuk beroperasi. (http://wikipedia.org) 38 Konsep Corporate Communication dapat dilihat sebagai struktur komunikasi integratif yang menghubungkan para pemilik kepentingan kepada organisasi atau perusahaan. Struktur Corporate Communication adalah sebuah sistem yang memungkinkan perusahaan untuk mengatur segala bentuk dan jenis komunikasi secara strategis. 2. Corporate Communication dan Public Relations Oleh karena kata Public Relations sangat umum, tidak heran kalau organisasi/perusahaan/instansi yang berbeda menamai fungsinya secara berbeda pula. Kata communication dan Corporate Communication sekarang sering digunakan untuk menyebut fungsi Public Relations di banyak organisasi/perusahaan/instansi. Corporate Communication menghasilkan dan mempromosikan sebagai berikut : Budaya perusahaan yang kuat Identitas korporat Filosofi perusahaan Corporate citizenship Sebuah hubungan yang sesuai dan profesional terhadap pers, termasuk respons yang cepat dan bertanggung jawab terutama saat terjadi krisis Memahami alat komunikasi dan teknologinya Pendekatan untuk komunikasi global. Bagaimana organisasi berkomunikasi dengan karyawannya, pers, dan pelanggan dalam menjaga dan menghidupkan nilai perusahaan itu sendiri. 39 Komunikasi perusahaan merupakan segala hal tentang mengelola persepsi dan memastikan: Efektif dan tepat waktu dalam penyebaran informasi Citra perusahaan yang positif hubungan yang lancar dan sejalan dengan stakeholder Baik itu tubuh perusahaan, organisasi, lembaga, organisasi non- pemerintah atau badan pemerintah, semua memerlukan citra dan reputasi positif. Dalam kompetisi yang semakin meningkat saat ini, akses mudah terhadap informasi dan media, manajemen reputasi telah menjadi semakin penting. Oleh karena itu, Corporate Communication telah menjadi aset yang signifikan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Corporate Communication kini telah muncul sebagai suatu ilmu dan seni manajemen persepsi. 3. Tugas utama Corporate Communication Tanggung jawab Corporate Communication adalah: Untuk menyempurnakan profil dari perusahaan (corporate branding); Untuk meminimalkan perbedaan antara identitas perusahaan yang diinginkan dan fitur merek; Untuk mendelegasikan tugas-tugas dalam komunikasi; Untuk merumuskan dan melaksanakan prosedur yang efektif untuk membuat keputusan mengenai urusan komunikasi; Untuk menggerakkan dukungan internal dan eksternal demi tujuantujuan perusahaan; 40 Untuk berkoordinasi dengan perusahaan-perusahaan bisnis internasional. (http://wikipedia.org) 4. Alat Corporate Communication Komunikasi yang terintegrasi dapat dicapai dalam berbagai cara. Empat hal yang utama adalah: a. Penerapan sistem identitas visual (kadang-kadang disebut sebagai "house style"); b. Penggunaan komunikasi pemasaran terpadu; c. Ketergantungan pada koordinasi; d. Adopsi sistem perencanaan terpusat. Menurut penelitian, lebih dari setengah dari kepala Departement Corporate Communication mengawasi fungsi komunikasi yang mencakup komunikasi internal/eksternal, mengelola reputasi perusahaan dan merek, merekrut dan mempertahankan karyawan berbakat, peluncuran produk, mengembangkan strategi perusahaan, Corporate Social Responsibility (CSR), meningkatkan persepsi investor/analis, dan mengelola krisis. (http://wikipedia.org) C. Corporate Social Responsibility (CSR) 1. Latar Belakang Munculnya Konsep CSR Berkembang pesatnya dunia usaha saat ini membuat peran dunia usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dan mempertimbangkan faktor lingkungan hidup tentu saja sangat diperlukan. Corporate Social 41 Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan berkembang sejalan dengan inter-relasi antara perusahaan dengan masyarakat yang sangat ditentukan oleh dampak yang timbul dari perkembangan dan peradaban masyarakat. Semakin tinggi tingkat peradaban masyarakat, khususnya akibat perkembangan ilmu sehingga meningkatkan kesadaran dan perhatian lingkungan memunculkan tuntutan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan pengetahuan, meningkatkan keterbukaan ekspektasi masa depan dan sustainabilitas pembangunan. Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Hadi (2011:48), menyatakan bahwa pergeseran dampak negatif industrialisasi memicu illegitimasi masyarakat karena peningkatan pengetahuannya. Perubahan nilai, norma dan peradaban masyarakat menuntut tanggung jawab sosial perusahaan secara meluas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa CSR bersifat dinamis, sesuai dengan konteks yang melingkupinya. Batasan konsep CSR mengalami perkembangan dalam sejarah keberadaannya. Mengingat bahwa CSR salah satunya muncul dari tuntutan stakeholder sebagai akibat bagian dari hak yang dimiliki terganggu oleh eksistensi perusahaan. Selain ketimpangan ekonomi antara pengusaha dengan masyarakat sekitar, kegiatan operasional perusahaan umumnya memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan sekitar operasi perushaan. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya konsep CSR atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. 42 Secara umum, CSR akan menjadi hal yang tak terpisahkan dalam usaha penciptaan kesejahteraan oleh perusahaan yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan dan memperkuat nilai perusahaan di mata masyarakat. Hal ini akan terasa ketika perushaan tengah berada di masa-masa sulit akibat dilanda krisis atau pun terpaan publisitas negatif. Penulis memahami bahwa CSR merupakan kewajiban bagi pelaku bisnis untuk dapat menyinergikan antara kegiatan bisnis dengan tujuan dan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. 2. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) masih sangat banyak dan hingga saat ini pun dimana CSR semakin populer, masih saja belum memiliki definisi atau pengertian yang tunggal. Johnson dan Johnson (2006) dalam Hadi (2011:46) mendefinisikan Corporate Social Responsibility is about how companies manage the business processes to produce an overall positive impact on society. Definisi tersebut pada dasarnya berangkat dari filosofi bagaimana cara mengelola perusahaan, baik sebagian maupun secara keseluruhan memiliki dampak yang positif bagi perusahaan dan lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengelola bisnis operasinya dengan menghasilkan produk yang berorientasi secara positif terhadap masyarakat dan lingkungan. The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yang merupakan lembaga internasional yang berdiri tahun 1955 dan beranggotakan 120 perusahaan multinasional yang berasal dari 30 negara di 43 dunia, lewat publikasinya “Making Good Business Sense” mendefinisikan CSR yaitu : Continuing commitment by business to behave ethically and contributed to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large (Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan satu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang bersama-sama dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan berikut keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas). Di negara kita sendiri Indonesia memiliki Lingkar Studi CSR yang telah sejak lama menggunakan definisi CSR sebagai berikut : Upaya sungguh-sungguh darintitas bisnis meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (http://csrindonesia.com). Dari pengertian-pengertian di atas, peneliti memahami bahwa CSR adalah komitmen perusahaan dalam bertindak secara etis dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi dan sosial kepada seluruh stakeholder-nya serta memerhatikan lingkungan sekitar perusahaan dengan baik agar tercapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). 3. Prinsip Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) Ranah tanggung jawab sosial (social responsibility) mengandung dimensi yang sangat luas dan kompleks. Di samping itu, tanggung jawab sosial (social responsibility) juga mengandung interpretasi yang sangat berbeda, terutama dikaitkan dengan kepentingan pemangku kepentingan (stakeholder). Untuk itu, dalam rangka memudahkan pemahaman dan penyederhanaan, banyak ahli 44 mencoba menggarisbawahi prinsip dasar yang terkandung dalam Corporate Social Responsibility (CSR). Crowther David (2008) dalam Hadi (2011:59) mengurai prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan menjadi tiga, yaitu : Pertama, Sustainability yang berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Kedua, Accountability yang merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggung jawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan untuk membangun citra (image) dan network terhadap para pemangku kepentingan (stakeholders). Ketiga, Transparency yang merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal yang berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan. Kemudian Alyson Warhurst dalam Rahman (2009:15-16) mengajukan prinsip aktivitas CSR sebagai berikut : a. Prioritas korporat; mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan. b. Manajemen terpadu; mengintegrasikan kebijakan, program dan praktik ke dalam suatu kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen. c. Proses perbaikan; secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan, program dan kinerja sosial korporat, berdasar temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhkan sosial. d. Pendidikan karyawan; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta motivasi karyawan. e. Pengkajian; melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek baru, dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik. 45 f. Produk dan jasa; mengembangkan barang dan jasa yang berdampak positif pada lingkungan sosial. g. Informasi publik; memberi informasi tentang segala hal yang menyangkut dengan produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan. h. Fasilitas dan operasi; mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial. i. Penelitian; melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial dari bahan baku, produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif. j. Prinsip pencegahan; segala sesuatu yang mencegah dampak sosial yang bersifat negatif. k. Kontraktor dan pemasok; mendorong penggunaan prinsip-prinsip CSR yang dijalankan kalangan kontraktor dan pemasok. l. Siaga dalam menghadapi darurat. m. Transfer best practice; berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik. n. Memberi sumbangan akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial. o. Keterbukaan; menumbuhkembangkan keterbukaan segala sesuatu yang terjadi antara pihak korporat dengan publik internal dan publik eksternalnya. 46 p. Pencapaian dan pelaporan; mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteris korporat. 4. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) a. Manfaat Finansial bagi Perusahaan Menurunkan biaya operasional perusahaan Meningkatkan volume penjualan dan pangsa pasar Menarik calon investor Pertumbuhan nilai saham yang signifikan Membuat kesejahteraan karyawan lebih baik Mencegah risiko dari dampak sosial Mencegah risiko dari dampak alam b. Manfaat Non Finansial bagi Perusahaan Manfaat non finansial bertendensi adanya pergerakan CSR dari suatu perusahaan yang menghasilkan, tidak berbentuk uang tetapi berbentuk peningkatan kapasitas dan kapabiliti perusahaan tersebut secara kualitatif dan tentu sangat menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri. Ini manfaat dari pelaksanaan program CSR yang bersifat non finansial bagi perusahaan adalah “Memperkuat Reputasi Perusahaan”, yaitu : 1) Kepercayaan Untuk suatu bangunan kepercayaan yang kokok dibutuhkan prinsipprinsip kode etik, transparansi, keterbukaan, proses bisnis yang beretika dan mekanisme audit. Kemudian harus ada suplemen agar 47 kepercayaan itu menjadi strategi berbisnis yang berkesinambungan. Suplemen itu melibatkan proses pembentukan kepercayaan dengan stakeholders. 2) Kredibilitas Reputasi perusahaan akan semakin berkembang melalui kerja keras dalam menjaga serta meningkatkan kredibilitas. Area kredibilitas tersebut mencakup kredibilitas kredibilitas lingkungan. finansial, Pengetahuan dan kredibilitas kompetensi sosial, serta kepemimpinan. Kunci-kunci ini yang harus dijalani perusahaan menuju proses masif peningkatan reputasi perusahaan. 3) Tanggung Jawab Bertanggung jawab dalam mengelola dampak negatif dari operasional perusahaan adalah bagian sistematis yang harus dilaksanakan perusahaan tanpa syarat apa pun, karena tanggung jawab akan dilihat sebagai suatu sikap yang sangat penting dari penilaian dalam memperkuat reputasi perusahaan. 4) Akuntabilitas Akuntabilitas berorientasi untuk memperkuat reputasi perusahaan sebagai skema pelaporan aktivitas CSR kepada stakeholder dan bersifat dua arah. 5) Mengelola risiko bisnis secara lebih tanggap dan terperinci Reputasi perusahaan menyangkut stigma bahwa bagaimana risiko suatu bisnis akan dikelola lebih tanggap, detail dan presisi. 48 5. Jenis-jenis Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) Kotler dan Lee (2005) dalam Kartini (2009:63-75) menyebutkan enam kategori aktivitas Corporate Social Responsibility, sebagai berikut : a. Promosi Kegiatan Sosial (Cause Promotions) Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu. b. Pemasaran terkait Kegiatan Sosial (Cause Related Marketing) Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan presentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan produk. Kegiatan ini biasanya didasarkan kepada penjualan produk tertentu, untuk jangka waktu tertentu serta untuk aktivitas derma tertentu. Contoh kegiatan CSR ini antara lain : menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap produk yang terjual. c. Pemasaran Kemasyarakatan Korporat (Corporate Societal Marketing) Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kampanye Corporate Societal Marketing lebih banyak terfokus untuk 49 mendorong perubahan perilaku yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut : Isu-isu kesehatan Isu-isu perlindungan terhadap kecelakaan atau kerugian Isu-isu lingkungan Isu-isu keterlibatan masyarakat d. Kegiatan Filantropi Perusahaan (Corporate Philanthropy) Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai, bingkisan/paket bantuan atau pelayan secara cuma-cuma. Contoh kegiatan ini adalah penyediaan beasiswa, pemberian produk, penggunaan fasilitas yang dimiliki perusahaan dan lain-lain. e. Pekerja Sosial Kemasyarakatan secara Sukarela (Community Volunteering) Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan mendukung serta mendorong para karyawan, rekan pedagang eceran, atau para pemegang frenchise agar menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasiorganisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program. 50 f. Praktik Bisnis yang Memiliki Tanggung Jawab Sosial (Socially Responsible Business Practice) Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup. Yang dimaksud komunitas di sini adalah shareholder, stakeholder dan publik, baik itu publik internal maupun publik eksternal. Contoh aktivitas yang dilakukan adalah membuat fasilitas yang memenuhi keamanan lingkungan dan keselamatan yang ditetapkan, mengembangkan berbagai program untuk menunjang terciptanya kesejahteraan masyarakat, dan masih banyak lagi. D. Stakeholder Perusahaan merupakan unit bisnis yang keberadaannya tak dapat dilepas dari lingkungan masyarakat sekitar. Untuk itu, ekesistensi perusahaan harus sesuai (congrience) dengan harapan masyarakat sekitar. Secara teoretis, cakupan stakeholder (pemangku kepentingan) dijelaskan dalam teori Stakeholder. Menurut Hummels (1998) dalam Hadi (2011:103), Stakeholder are individuals and groups who have legitimate claim on the organization to participate in the decission making process simply because they are affected by the organization’s practices, policies and actions. 51 Rhenald Kasali (2005) dalam Hadi (2011:104) membagi stakeholder menjadi lima bagian, yaitu : 1. Stakeholder Internal adalah stakeholder yang berada di dalam lingkungan organisasi/perusahaan/instansi, misalnya karyawan, manajer dan pemegang saham (shareholder). Stakeholder Eksternal adalah stakeholder yang berada di luar lingkungan orgnisasi/perusahaan/instansi, seperti penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers, kelompok investor, licening partner dan lain sebagainya. 2. Stakeholder Primer merupakan stakeholder yang harus diperhatikan oleh organisasi/perusahaan/instansi stakeholder merupakan yang kurang stakeholder dan Stakeholder penting sedangkan yang sering Sekunder merupakan Stakeholder diabaikan Marjinal oleh organisasi/perushaan/instansi. 3. Stakeholder Tradisional adalah karyawan dan konsumen karena saat ini sudah berhubungan dengan organisasi/perusahaan/instansi. Sedangkan Stakeholder Masa Depan adalah stakeholder pada masa yang akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruh pada organisasi/perusahaan/instansi, seperti peneliti, konsumen potensial, calon investor (investor potensial) dan lain-lain. 4. Stakeholder Prononents merupakan stakeholder yang berpihak kepada perusahaan, stakeholder opponents merupakan stakeholder yang tak memihak perusahaan, sedang stakeholder uncommited adalah stakeholder yang tak peduli lagi terhadap perusahaan. 52 5. Silent majority dan vocal minority. Dilihat aktivitas stakeholder dalam melakukan komplain atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan penentangan atau dukungannya secara vokal (aktif), namun ada pula yang menyatakan secara silent (pasif). E. Teori Stakeholder Perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik atau pemegang saham (shareholder) sebagaimana yang terjadi selama ini, tetapi bergeser menjadi lebih luas, yaitu sampai pada ranah sosial kemasyarakatan (stakeholder), selanjutnya disebut tanggung jawab sosial (social responsibility). Fenomena seperti itu terjadi karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negative externalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi. Untuk itu, tanggung jawab perusahaan yang semula hanya diukur sebatas pada indikator ekonomi (economic focused) dalam laporan keuangan, kini harus bergeser dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimentions) terhadap stakeholder, baik internal maupun eksternal. Jones, Thomas dan Andrew dalam Hadi (2011:94) menyatakan bahwa pada hakikatnya stakeholder theory mendasarkan diri pada asumsi, antara lain : 1. The corporation has relationship with many constituenty groups (stakeholder) that effect and are affacted by its decisions (Freeman, 1984). 2. The theory is concerned with nature of these relationship in terms of both processes and outcomes for the firm and its stakeholder. 53 3. The interests of all (legitimate) stakeholder have intrinsic value and no set of interests is assumed to dominate the others (Clakson, 1995; Donaldson & Preston 1995). 4. The theory focuses on managerial decision making (Donaldson & Preston 1995). Berdasar pada asumsi dasar stakeholder theory tersebut, perusahaan tidak dapat melepaskan diri dengan lingkungan sosial (social setting) sekitarnya. Perusahaan perlu menjaga legitimasi stakeholder serta mendudukkannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat mendukung dalam pencapaian tujuan perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan jaminan going concern. Esensi teori stakeholder tersebut di atas jika ditarik interkoneksi dengan teori legitimasi yang mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya mengurangi expectation gap dengan masyarakat (publik) sekitar guna meningkatkan legitimasi (pengakuan) masyarakat, ternyata terdapat benang merah. Oleh karena itu, perusahaan hendak menjaga reputasinya, yaitu dengan menggeser pola orientasi (tujuan) yang semula semata-mata diukur dengan economic measurement yang cenderung shareholder orientation, ke arah memperhitungkan faktor sosial (social factors) sebagai wujud kepedulian dan keberpihakan terhadap masalah sosial kemasyarakatan (stakeholder orientation). 54 F. Citra Perusahaan (Corporate Image) 1. Pengertian Citra Perusahaan (Corporate Image) Citra memiliki kesan yang buruk di mata insan pers dalam istilah Public Relations (PR), tetapi permintaan akan konsultan citra tetap tinggi. Citra adalah suatu gambaran tentang mental; ide yang dihasilkan oleh imajinasi atau kepribadian yang ditunjukkan kepada publik oleh seorang, perusahaan, organisasi dan sebagainya. Bagian dari kesan yang buruk mungkin terletak pada fakta bahwa citra dapat berupa konsep yang abstrak sehingga hal tersebut dapat menimbulkan kecurigaan. Mackiewicz (1993) dalam Oliver (2007:51) percaya bahwa citra korporasi yang kuat adalah aset yang penting dalam era kompetisi tanpa batas. Namun, seberapa samar-samarnya sebuah citra, citra merupaka realitas karena orang hanya dapat bereaksi terhadap apa yang telah mereka alami dan rasakan. Jadi sifat citra korporasi itu sendiri, tetap merupakan sebuah bidang pertumbuhan dari produktivitas PR yang dikombinasikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan mengenai harapan stakeholder, tetap merupakan fokus perhatian yang populer. Banyak penulis dan praktisi yang berargumen bahwa keyakinan membentuk produk serta citra merek dan orang bertindak berdasarkan citra tersebut. Studi terkini menunjukkan bahwa citra tidak hanya terdiri dari sebuah realitas tunggal yang dipegang oleh individu, tetapi juga mereka yang memegang serangkaian gambaran yang saling terhubung yang terdiri dari 55 banyak unsur atau obyek yang menyatu dan yang diinterpretasikan melalui bahasa. Kotler (1988) dalam Oliver (2007: 53) menyatakan bahwa citra korporasi dapat sangat spesifik atau sangat berlebihan dan bahwa beberapa organisasi mungkin tidak ingin atau tidak memerlukan citra yang spesifik. Beberapa organisasi lebih memilih citra yang berlebihan sehingga kelompok yang berbeda dapat memproyeksikan kebutuhan mereka dalam organisasi dan hal ini jelas terjadi pada cara berpikir orang Inggris. Citra adalah perusahaan di mata publik. Citra adalah sebuah cerminan dari identitas sebuah organisasi atau perusahaan. Sebuah organisasi atau perusahaan dapat memiliki beberapa citra yang berbeda-beda di mata publik yang berbeda-beda pula. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan, peneliti memahami bahwa citra merupakan kesan yang timbul dalam diri seseorang sebagai hasil dari pemahaman yang terbentuk dari pengetahuan dan pengalamannya dalam memandang atau menilai sebuah organisasi atau perusahaan. Namun, pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara sistematis, melainkan wujudnya bisa dirasakan dari hasil pekerjaan, yaitu baik atau buruk, seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khakayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya. Image (citra) yang baik dan powerful merupakan harta yang tak ternilai bagi perusahaan manapun karena citra perusahaan yang handal, kuat dan kokoh 56 akan memberikan banyak sekali manfaat sebagaimana yang dikemukakan oleh Siswanto Sutojo dalam Arafat (2006 :12) sebagai berikut : a. Mid and ling term sustainable competition position Bagi perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan barang maupun jasa, dengan memiliki corporate image yang positif maka hal ini dapat melindungi perusahaan dari serangan perusahaan saingan. Citra perusahaan yang baik dan kuat akan tumbuh menjadi “kepribadian” perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan saingan tidak akan mudah menjiplak apa yang kita lakukan. b. An insurance for adverse time Ketika sebuah perusahaan berada pada masa kritis dan terlilit oleh masalah dan tercium oleh pihak media massa, maka dalam waktu singkat masyarakat luas akan mengetahuinya. Oleh karena perusahaan memiliki image yang baik, maka sebagian besar masyarakat dapat memahami dan memaafkan kesalahan yang dialami oleh perusahaan tersebut yang menyebabkan mereka krisis. c. Attracting the best executives available Perusahaan yang memiliki citra positif tidak akan pernah mendapat kesulitan yang berarti dalam merekrut karyawan-karyawan yang handal. d. Increasing the effectiveness of marketing instrument Dalam banyak kejadian, image baik perusahaan menunjang efektifitas strategi pemasaran produk. Pencitraan positif akan membuat 57 konsumennya semakin loyal dan memiliki harapan ketika perusahaan akan menerjunkan produk atau merek baru. e. Cost saving Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, perusahaan dengan citra positif akan mudah dalam merekrut karyawan handal sehingga mengakibatkan perusahaan tidak perlu mengeluarkan dana ekstra untuk proses recruitment dan training bagi karyawan tersebut. Tidak hanya itu, perusahaan hanya membutuhkan usaha dan biaya yang lebih sedikit untuk mempromosikan produk mereka ke pasar (khalayak). 2. Jenis-jenis Citra Perusahaan (Corporate Image) Frank Jefkins menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut adalah lima jenis citra yang dikemukakan, yakni : a. Citra Bayangan (Mirror Image) Citra jenis ini adalah citra yang diyakini oleh perusahaan bersangkutan terutama pihak manajemen yang tidak percaya “apa dan bagaimana” kesan pihak luar terhadap institusi yang dipimpinnya, tidak selamanya dalam posisi yang baik. b. Citra Kini (Current Image) Citra yang sekarang dimiliki oleh pihak luar dalam memandang institusi tersebut. Ada kemungkinan ”citra kini” yang dimiliki oleh sebuah institusi adalah citra yang buruk atau negatif. 58 c. Citra Harapan (Wish Image) Citra yang menjadi harapan dan cita-cita dari suatu insitusi yang hendak ditampilkan kepada publiknya. Idealnya citra sebuah insitusi adalah positif. d. Citra Perusahaan (Corporate Image) Citra adalah citra yang berkaitan dengan sosok insititusi sebagai tujuan utamanya, bagaimana citra institusi yang positif lebih dikenal serta diterima oleh publiknya. e. Citra Serbaneka (Multiple Image) Citra ini adalah komplimen (pelengkap) dari corporate image sebagai contoh pihak PR dapat menampilkan citra dari atribut logo, nama produk, tampilan gedung dan lain sebagainya; f. Citra Penampilan (Performance Image) Citra ini lebih ditujukan kepada subyek yang ada pada institusi, bagaimana kinerja atau penampilan diri dari para profesional pada institusi yang bersangkutan sebagai contoh citra yang ditampilkan karyawan dalam menangani keluhan para pelanggan. 59 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT Telkomsel PT Telkomsel merupakan anak perusahaan dari PT Telkom Indonesia dengan nilai saham sebesar 65 % dan Singapore Telecom (Singtel) dengan nilai saham 35% yang berdiri pada tanggal 26 Mei tahun 1995. PT Telkomsel adalah perusahaan yang bergerak di bidang operator jasa telekomunikasi selular dengan frekuensi jaringan operator 900/1800 GSM. Telkomsel adalah kependekan dari ”Telekomunikasi Selular”, yakni perusahaan jasa telekomunikasi yang berbasis GSM. Telkomsel memiliki sejarah yang cukup singkat untuk menjadi operator GSM terkemuka di Indonesia, yaitu : Oktober 1993 Menparpostel menugaskan Telkom untuk membuat sebuah Pilot Project GSM di pulau Batam. November 1993 diimplementasikan Pilot Project oleh PT Telkom di pulau Batam dan Bintan. 31 Desember 1993 proyek GSM beroperasi dan merupakan awal komunikasi pertama antar ponsel di pulau Batam dan Bintan. 24 Agustus 1994 Telkom dan Indosat memperoleh izin prinsip mengoperasikan sistem GSM. 1 November 1994 pembentukan perusahaan BUMN antara PT Telkom dan PT Indosat. 60 26 Mei 1995 resmi berdiri PT Telkomsel sekaligus menandai beroperasinya layanan GSM di Jakarta dan sekitarnya. 11 Maret 1996 status BUMN berubah menjadi PMA dengan bergabungnya PTT Telecom Netherlands (KPN Belanda) dan PT Setdco Megacell Asia. 29 Desember 1996 jangkauan Telkomsel seluas 27 propinsi dan dilebih dari 340 kota kabupaten di seluruh Indonesia. 20 April 2011 Telkomsel meraih 100 juta pelanggan. PT Telkomsel memposisikan tiga gambaran rumusan strategi untuk memposisikan layanan mereka dengan produk terbaik, total solusi untuk pelanggan dan menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan tetap. PT Telkomsel mulai mengambil keuntungan besar dalam jasa dan produk ketika jaringan servis datanya mulai mencakup keluar negeri (internasional). Secara internasional kredibilitas Telkomsel diakui oleh 227 mitra yang mencakup 143 negara, dan sukses menjalin kemitraan dengan SingTel atas komitmen bersama untuk menjadi salah satu pemegang saham dari Telkomsel. Perluasan jaringan dan jasa layanan suara (voice service) menjadi fokus kunci Telkomsel, sebab di Indonesia sendiri Telkomsel baru melakukan 4% penetrasi tahap kedua dengan pertumbuhan pasar selular yang cepat dan tingkat persaingan operator telepon selular yang tinggi. Pangsa pasar di Indonesia masih berjalan dengan jasa layanan suara (Voice Service) ini berlawanan dengan aktivitas diseluruh dunia yang sedang menuju 3G lisensi dan spektrum. Kebijakan manajemen untuk lebih 61 menguasai kompetensi pasar yang semakin ketat yang diarahkan menembus pangsa pasar. Sejak peluncuran produk pada bulan November 1997 Telkomsel menjadi operator telekomunikasi selular pertama di Asia yang memperkenalkan teknologi GSM GPRS dan Teknologi TEPI. Dengan total pendapatan PT Telkomsel sudah tumbuh dari Rp 491 milyar tahun 1997 dan pendapatan terakhir 25,5 trilyun diperiode yang sama jumlah pelanggan selular Telkomsel meningkat pada tanggal 31 Desember 1997 sampai pada tanggal 31 Desember 2008 menjadi 65 juta pelanggan. PT Telkomsel adalah operator telepon selular yang terkemuka dengan pangsa pasar yang cukup besar, pada akhir Desember 2008 Telkomsel mempunyai 65 juta pelanggan berdasarkan pada statistik sekitar 52 % pangsa pasar di Indonesia dan selebihnya sudah terbagi dengan perusahaan jasa telekomunikasi GSM sejenisnya. Disamping itu, PT Telkomsel sudah membuka jaringan internasional dengan menjalin kerjasama dengan 143 negara Negara. PT Telkomsel merupakan operator yang menyediakan akses layanan data terlengkap melalui implementasi teknologi CSD, GPRS (General Packet Radio Service), Telkomsel menyediakan beraneka ragam fitur yang memberikan kenyamanan berkomunikasi, dari yang sifatnya dasar hingga yang tercanggih seperti Multy Party Call, SMS2e-mail, MMS, Video Streaming, Farida Multi Number, mobile banking, info on demand, nada sambung pribadi dan lain sebagainya. 62 Untuk lebih menjangkau pelanggan telepon selular di seluruh Indonesia dimanapun mereka berada PT Telkomsel telah meluncurkan sistem penjualan dengan prinsip kepuasan pelanggan adalah kuncinya dengan berprinsip itu PT Telkomsel dalam melayani pelanggannya mendirikan kantor pelayanan dengan nama GraPARI Telkomsel atau Graha Pari Sraya Telkomsel yang berasal dari bahasa Sansekerta yang diberikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai tanda penghargaan atas diresmikannya kantor pelayanan Telkomsel di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak itulah seluruh kantor pelayanan Telkomsel ditetapkan dengan nama GraPARI Telkomsel atau Graha Pari Sraya Telkomsel. Selain sebagai kantor pelayanan yang memfokuskan diri untuk melayani pelanggannya, Grapari juga menyediakan penjualan produk sendiri seperti kartu HALO, Simpati, dan Kartu AS. Grapari tidak menjual perangkat telepon selular kecuali jika ada kebijaksanaan tertentu untuk menjual dalam bentuk paket produk Telkomsel, hal inipun tidak selalu dilakukan. Sehingga jika ada pelanggan yang ingin membeli perangkat telepon selular terpisah dari produk Telkomsel, maka GraPARI akan menyarankan untuk mendapatkannya pada dealer resmi, outlet eksklusif maupun ritel yang telah bekerjasama dengan Telkomsel. 1. Slogan, Visi, Misi dan Budaya Perusahaan a. Slogan Telkomsel ”Paling Indonesia” Menjadikan Telkomsel sebagai perusahaan jasa telekomunikasi seluler pilihan yang paling banyak jumlah pelanggannya, terbukti dengan jumlah pelanggan Telkomsel pada tahun 2011 mencapai 100 juta di Indonesia. 63 Telkomsel selalu mengutamakan kualitas dan ketersediaan kapasitas jaringan serta menyediakan jasa pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya. b. Visi “The Best and Leading Mobile Lifestyle and Solutions Provider in The Region” Maknanya adalah Telkomsel ingin menyediakan kualitas dan kepuasan di berbagai segmen pelanggan dan menyediakan berbagai gaya hidup pelanggan. c. Misi “Deliver Mobile Lifestyle Services and Solution in Excelent Way That Exceed Customer Expectation, Create Value for All Stakeholder and The Economic Development of The Nation” Maknanya adalah Telkomsel ingin memberikan solusi mobilitas yang terbaik bagi pelanggan eksternal, memberikan nilai employer choice bagi para pemegang saham dan karyawan dan menjadi penggerak perekonomian bangsa. d. Budaya Perusahaan Telkomsel 1) Customer Intimacy : mengutamakan keakraban dan kepedulian untuk pemenuhan kebutuhan pelanggan. Pemahaman kebutuhan dan keinginan pelanggan Pemberian solusi Mengatasi keluhan 64 2) Profesionalism : mengutamakan keahlian, komitmen, dedikasi, obyektivitas dan orientasi jangka panjang. Tanggung jawab terhadap tugas Tanggung jawab terhadap aset perusahaan Manajemen waktu dan kualitas Kontribusi pribadi 3) Teamwork : kemampuan bekerja sama secara sinergis untuk mencapai tujuan. Menghormati perbedaan Komitmen terhadap tujuan tim Umpan balik yang konstruktif Keterlibatan dan partisipasi Kepercayaan 4) Integrity : konsistensi antara moral dan tindakan yang sesuai dengan standar etika dan praktik yang benar. Karyawan perusahaan harus bersikap konsisten dalam pemikiran Perbuatan berdasarkan peraturan dan norma perusahaan. 2. Logo dan Arti Setiap bagian dan warna dari logo Telkomsel diatas memiliki maksud dan arti tersendiri yaitu : 65 Gambar 3.2 Gambar 3.1 a. Lingkaran elips horizontal yang membelah heksagon tersebut melambangkan penyelenggara jasa telekomunikasi domestik. Lingkaran elips vertikal melambangkan penyelenggara jasa telekomunikasi internasional di Indonesia. b. Heksagon merah itu sendiri melambangkan seluler (simbol seluler) sedangkan warna merah memiliki makna bahwa Telkomsel berani dan siap menyongsong masa depan dengan segala kemungkinannya. c. Heksagon abu-abu kehitam-hitaman berarti bahwa Telkomsel selalu siap mengayomi dan terus memenuhi kebutuhan pelanggannya, sedangkan warna logam adalah warna logam yang berarti juga kesejukan, luwes dan fleksibel juga melambangkan teknologi. d. Pertemuan dua lingkaran elips berwarna putih berarti bahwa kedua lingkaran elips tersebut berpotongan diatas heksagon merah yang membentuk huruf “T” yang merupakan huruf awal dari Telkomsel. Warna putih mengandung makna kebersihan, keterbukaan, transparansi dan kecerahan. 66 67 Struktur organisasi merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu badan usaha baik pemerintah, maupun non pemerintah karena tanpa struktur organisasi, maka tidak akan tercapai visi misi yang diinginkan. PT Telkomsel Area IV Pamasuka di pimpin oleh Agus Mulyadi selaku Vice President. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari VP dibantu oleh Manager masing-masing Departmen dan seorang Corporate Communication. Dalam struktur organisasi (lampiran 1), PT Telkomsel Area IV Pamasuka membawahi Sales & customer service Regional Kalimantan dan Regional Sulawesi & Papua. Corporate Communiacation bertugas untuk mengelola dan memelihara image, persepsi, reputasi dan opini perusahaan yang baik dan sehat (pada publik internal dan eksternal), serta ikut menciptakan lingkungan dan suasana bekerja yang kondusif bagi upaya bersama mencapai tujuan strategis dan target perusahaan, sebagai jabaran dari strategi dan kebijakan Corporate Secretary, dalam bentuk kegiatan : publikasi, even organizing, pembangunan/pemeliharaan hubungan baik (relationship) dengan berbagai stake holders (pers, employer, customer, opinion markets, share holder dan investor). B. Produk-produk dari PT Telkomsel 1. Kartu HALO Kartu HALO adalah kartu GSM pasca bayar dari Telkomsel. Dalam kartu HALO tertampung data pelanggan, fasilitas/jasa yang dapat dinikmati pelanggan serta PIN guna menjaga kerahasiaan data yang terdapat didalamnya. Selain itu kartu HALO juga mampu menampungan 200 nomor 68 telepon beserta nama serta menyimpan 40 pesan singkat yang tidak ingin dihapus oleh pelanggan. Tampilan kartu HALO memiliki keunikan yang tidak terdapat pada simcard lainnya. Dengan menampilkan gambar yang menonjolkan adat istiadat dari seluruh propinsi di Indonesia, Telkomsel ingin menyampaikan pesan melalui kartu HALO bahwa Telkomsel adalah operator yang memiliki cakupan diseluruh tanah air dan semangat jiwa nsionalisme. 2. simPATI simPATI adalah simcard pra bayar dari Telkomsel. Keunggulankeunggulan dari simPATI yaitu keamanan (bebas dari penyadapan dan penggandaan), aksebilitas, harga yang terjangkau, mutu prima dan jangkauannya luas GSM. Keunggulan produk ini adalah daya jelajahnya yang bisa menjangkau wilayah-wilayah di seluruh Nusantara. Sehingga dapat dengan mudah dihubungi dan menghubungi dimana saja dan yang paling penting tidak perlu repot dengan persyaratan administratif. 3. Kartu AS Kini Paket Perdana (starter pack) Kartu As makin murah karena kini bisa Anda dapatkan dengan hanya Rp.2000. Dengan Rp 2000, Anda bisa nikmati murahnya tarif Kartu As dan berkesempatan mendapatkan banyak tawaran promo yang memenuhi kebutuhan Anda berkomunikasi. Didukung dengan berbagai layanan berkualitas dan jaringan terluas dari TELKOMSEL membuat Anda semakin betah menjadi pelanggan kami. Semuanya ada di satu paket : Paket Perdana Kartu As Rp 2000. 69 Berikut keunggulan-keunggulan Kartu As yang kami persembahkan untuk para pelanggan. 4. TELKOMSEL Flash “High Speed Wireless Broadband” TELKOMSELFlash adalah layanan internet tanpa kabel (wireless) yang disediakan oleh TELKOMSEL untuk seluruh pelanggannya (kartuHALO, simPATI dan Kartu As). Layanan ini didukung dengan teknologi HSDPA/3G/EDGE/GPRS TELKOMSEL yang dapat menghasilkan kecepatan download sampai dengan 7.2 Mbps. TELKOMSELFlash menawarkan suatu pengalaman baru dalam melakukan koneksi jaringan internet dengan kecepatan tinggi dan lokasi akses yang dapat dilakukan dimana saja dalam jaringan HSDPA/3G/EDGE/GPRS TELKOMSEL. C. Program-program Corporate Social Responsibility (CSR) Telkomsel 1. ICT Guru ICT Guru adalah suatu program pendidikan bagi para guru di Indonesia yang telah dilaksanakan tahun 2010 di 18 kota tingkat Propinsi di Indonesia. Konsep dasar pelaksanaan program berbasis ICT dengan metodologi offline dan online, target pelaksanaan program untuk menciptakan guru-guru di Indonesia expertise di bidang matematika. Program ICT Guru, menjadi kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) Telkomsel berkelanjutan untuk mencetak pendidik ahli dan profesional di bidang mata pelajaran matematika. Sepanjang program tersebut digulirkan, 70 Telkomsel telah mendidik 2.300 guru di seluruh Indonesia dengan tingkat keberhasilan sukses dan terukur, baik bagi para guru maupun anak didik. Memasuki tahun 2011 Telkomsel akan melebarkan target untuk mendidik guru bidang Fisika, Kimia dan Matematika di seluruh Indonesia. Sehingga kemampuan mengajar para guru bidang eksakta di Indonesia memiliki kualitas sesuai standar pendidikan modern. Pelaksanaan ICT Guru sendiri sejak tahun 2010 lalu sudah dilakukan pada 18 kota besar di Indonesia mulai dari Padang, Cimahi dan Bandung Barat, Jakarta, Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya, Cirebon, Malang, Sidoarjo, Semarang, Denpasar. Dilanjutkan Pontianak, Banjarmasin, Makassar, Medan, Palembang, Bukit Tinggi hingga Kupang. Fokus pada guru matematika tingkat Sekolah Menengah Atas serta merangkul Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) matematika sebagai sumber informasi terbaru tentang metode, soal hingga penyelesaiannya. Telkomsel kemudian mengkolaborasikannya dengan para tenaga ahli dari sejumlah universitas terkemuka di Indonesia, sehingga diharapkan akan menularkan keahliannya kepada para guru tadi. Secara offline kemasan program itu dilakukan dalam seminar sehari, dimana setiap peserta diperkenalkan tentang metode, soal serta tips dan trik terkini dari sejumlah kajian matematika yang masuk dalam materi ujian nasional, seperti aljabar, geometri, trigonometri dan kalkulus. Melengkapi proses offline, program ini pun dilakukan secara online melalui www.telkomselsahabatguru.com. Selain menciptakan ruang interaksi. 71 Lewat website tersebut para pendidik dapat memperbaharui informasi terkini tentang lingkup bahan ajar yang disampaikan melalui visual book. Mulai dari contoh soal hingga penyelesaiannya yang dibuat interaktif, menarik dan mudah diaplikasikan pada saat mengajar. 2. ICT Murid & Sekolah Sebuah program untuk memberikan kemampuan murid beradaptasi pada kemajuan media digital interaktif. ICT Murid dan Sekolah digulirkan Telkomsel sejak Januari 2010. Memanfaatkan perangkat komputer dan internet hemat energi, kegiatan utama CSR Telkomsel tersebut telah disebar di 40 sekolah mulai dari Banda Aceh hingga Papua dan sukses diikuti oleh sekitar 5.000 pelajar di Indonesia. Bergulir sejak awal tahun 2010, secara simultan kegiatan ini dilakukan kepada 40 sekolah serta melibatkan sekitar 5000 pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia, tersebar dari Banda Aceh hingga Papua. Kepada mereka, program ini memberikan pemahaman tentang pemanfaatan perangkat ICT untuk meraih prestasi sejak di bangku sekolah. Wujud nyata tersebut berupa pemberian perangkat Multiseat EDU, terdiri atas 1 CPU yang mampu terhubung dengan lima monitor penggunanya. Ditambah modem TELKOMSEL Flash dan pemberian akses free login 150 per sekolah selama satu tahun. Kendati diakses secara bersamaan, secara teknis tidak akan mempengaruhi performansi kecepatan dan kerja dari masing-masing komputer, sehingga perangkat ini bisa hemat energi sekira 89%. 72 Diletakan pada sebuah meja bundar dengan diameter 1,5 meter dan kursinya, kegiatan belajar menggunakan perangkat tersebut menjadi lebih interaktif antara murid dan guru. Guna mendukung aktivitas di atas, Telkomsel melengkapi program ini dengan website pendidikan www.telkomselsahabatpintarku.com. Melalui situs tersebut, siswa dapat melakukan proses e-learning untuk mata pelajaran Fisika, IPA, Bahasa Inggris dengan penyesuaian jenjang pendidikan sekolah. Disuguhkan secara atraktif, praktis,menyenangkan dan tentunya sesuai dengan standar kurikulum Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. Begitu terdaftar jadi member dan berhasil login, siswa bisa memanfaatkan portal tersebut sebagai ajang diskusi, mempelajari demo soal yang dikemas menarik dengan tampilan gambar full colour dan suara. Siswa juga bisa mandapatkan latihan-latihan soal hingga meng-upload video dan foto serta nge-link ke Facebook dan Twitter. 3. Pendidikan Non Formal Sejak tahun 2009 Telkomsel fokus memberikan bekal kepada anak jalanan, penyandang cacat dan mantan pecandu narkotika melalui pelatihan kewirausahaan teknisi telepon genggam. Saat ini, tercatat sudah ada ratusan wirausahaan baru di bidang tersebut. Telkomsel melalui program pelatihan kewirausahaan teknisi telepon genggam mewujudkan komitmen tingkatkan kualitas hidup masyarakat kurang beruntung dari segi ekonomi untuk meraih pendidikan formal. Anak jalanan dan 73 penyandang cacat menjadi fokus kegiatan tersebut sejak digulirkan tahun 2009 silam. Sebagai program berkelanjutan, pada tahun 2010 pada kwartal ke dua bersamaan dengan rangkaian TELKOMSEL SIAGA 2010 ada sekira 100 anak jalanan dan penyandang cacat, tersebar di wilayah Bogor, Malang, Purwokerto, Yogyakarta dan Medan telah dibekali kemampuan reparasi telepon genggam. Menitikberatkan pada pembekalan teknik dasar reparasi ponsel dan strategi bisnisnya selama dua pekan. Materinya merupakan kombinasi dari teori dan praktik, mulai dari pengenalan komponen ponsel, peralatan reparasi, hingga simulasi menangani kerusakan ponsel. Sudah menjadi komitmen Telkomsel untuk membuka cakrawala negeri terhadap dunia teknologi seluler. Pada program ini pun Telkomsel kembali melengkapinya dengan website www.telkomselbinamandiri.com. Selain menjadi sumber informasi kegiatan, peserta pun dipastikan dapat saling bertukar informasi. Sehingga mampu membentuk sebuah jaringan usaha yang kuat dan akhirnya mencapai sebuah kemandirian. 4. Pelatihan Teknisi Hand Phone Mantan Pemakai Narkotika Menindak lanjuti kerjasama yang sudah terjalin antara Telkomsel dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). Telkomsel kembali melakukan komitmen untuk ikut gerakan Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Kesepakatan yang terjadi jelang akhir tahun 2010 lalu itu menaruh harapan untuk memberi kesempatan re-entery residence agar terlepas dari 74 ketergantungan narkotika. Utamanya yaitu membentuk jiwa kewirausahaan, sehingga mereka lebih berani menatap masa depan yang lebih baik dan pada akhirnya dapat hidup mandiri. Bentuknya adalah memberi pelatihan teknisi telepon seluler kepada mereka yang telah dinyatakan lulus dari program rehabilitasi narkotika di Pusat Rehabalitasi Narkotika BNN. Sebanyak 125 orang mengikuti pelatihan yang dilakukan secara dua fase yaitu, bulan Januari hingga Februari 2011. Dengan mengambil lokasi di kantor pusat BNN dan Pusat Rehabilitasi Narkotika BNN, Lido, Sukabumi, Jawa Barat. Setelah membekali para mantan pemakai narkotika, Telkomsel sebagai penyedia jasa telekomunikasi seluler kembali mengkolaborasikan gerakan CSR dengan bidang usaha utama. Bentuknya sudah tentu dalam penyediaan website portal bersama antara Telkomsel dan BNN. Mengusung konsep preventif dan edukatif, www.genbenar.com dengan menyasar kalangan muda. Isinya selain informasi seputar narkoba, musik dan video. Di dalamnya, pengguna juga bisa berdiskusi yang terkoneksi dengan jaringan Facebook dan Twitter. 5. Telkomsel Emergency Respons and Recovery Action (TERRA) Sadar bahwa kualitas komunikasi selular kepada pelanggan ditentukan oleh kondisi alam. Telkomsel melalui Telkomsel Emergency Respons and Recovery Activity (TERRA), fokus pada aktivitas manajemen bencana alam. Jelang akhir tahun 2010, eksistensi TERRA pun telah teruji di wilayah bencana 75 nasional, mulai dari tsunami, Mentawai-Sumatera Barat, erupsi Gunung Merapi hingga banjir bandang di Wasior, Papua Barat. Dibentuk pada 21 Januari 2010 dan mengusung konsep Community Based Disaster Risk Management (CBDRM) sebuah proses dimana masyarakat dilibatkan secara aktif di dalam proses identifikasi, analisa, penanggulangan, pemantauan dan evaluasi terhadap risiko bencana. Kemudian tersebar di seluruh Grapari Telkomsel di Indonesia. Terdiri atas Telkomsel, Gadamusa Discovery, Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan Koperasi Telkomsel (Kisel). Lingkup aktivitas tim ini meliputi mengamankan infrastruktur Telkomsel, tindak tanggap bencana, mobilisasi logistik hingga pemberian layanan teknis. Kendati telah diperkuat dari beberapa unsur di atas, kemampuan beradaptasi dilokasi rawan bencana wajib dimiliki pula oleh karyawan Telkomsel. Hingga saat ini, Telkomsel rutin memberikan pembekalan tanggap bencana kepada karyawan di setiap area di Indonesia. Fokus kegiatan adalah pengamanan asset Perusahaan apabila terjadi bencana alam. Selain itu, tim TERRA pun dibekali pengetahuan tentang proses manajemen posko termasuk distribusi logistik, teknik menyelamatkan diri baik pada medan air, darat maupun tebing hingga membuka sambungan komunikasi di daerah yang terisolir komunikasi. Persiapan tadi pada akhirnya menjadikan Telkomsel waspada, siap dan sigap ketika Indonesia didera bencana secara beruntun tahun 2010 lalu. Misalkan saja TERRA terjun langsung di lokasi bencana tsunami di kepulauan Mentawai, 76 Sumatera Barat. Sejumlah kegiatan penyelamatan aset perusahaan maupun kemanusiaan pun seketika digelar dengan situasi maupun kondisi terbatas mencakup : Network Recovery : Penambahan perangkat USO sebanyak 4 unit, 2 unit di Sikakap, 1 unit di Malakopak, dan 1 unit lainnya di Saumanganyak. Penambahan kapasitas BTS di Sikakap dan Tua Pejat. Bantuan kepada para korban bencana : Penyediaan fasilitas telepon gratis, dengan 4 unit HP di Sikakap, dan 3500 unit kartu perdana As. Distribusi/ penyebaran bantuan logistik melalui tim TERRA ke lokasi Muntai, Barubaru dan sekitarnya. Belum hilang rasa peluh yang tersisa dari Mentawai, gunung Merapi menunjukan tajinya sebagai gunung teraktif di Negeri ini. Kali ini penangan yang dilakukan TERRA harus dilakukan secara dua tahap dalam penanganan bencana yang telah menelan korban sekira 144.660 jiwa itu. Fase 1 dilakukan pada masa tanggap darurat 26 Oktober hingga 3 November 2010. Konsentrasi lebih dilakukan pada kegiatan manajerial posko komando serta sejumlah aktivitas lain yang meliputi: Pendirian posko assessment situasi Gunung Merapi dan pergerakan pengungsi disamping membantu kegiatan evakuasi pengungsi.Pendirian posko-posko layanan di 11 lokasi pengungsian maupun Satkorlak yang tersebar di sekitar wilayah Gunung Merapi. Termasuk distribusi bantuan logistik di posko pengungsian Umbulharjo. 77 Persiapan dan pelaksanaan posko pelayanan Telkomsel berkaitan dengan kunjungan Presiden Republik Indonesia ke lokasi pengungsi Purwobinangun (bekerja sama dengan Telkom), posko utama Pakem di Sleman dan posko pelayanan di Kemalang Klaten. Fase 2 dilakukan tatkala terjadinya letusan besar tanggal 6 November 2010 yang menyebabkan kondisi zona bahaya yang lebih luas hingga ke radius 20 km. Letusan ini menyebabkan terganggunya operasional 31 BTS. Sehingga diperlukan tindakan recovery yang dilakukan mulai tanggal 6 hingga 19 November 2010 dengan aksi berupa: Membantu tim network Telkomsel untuk recovery BTS yang terputus terutama di sekitar ring dua zona dampak merapi. Percepatan recovery BTS ini selain membantu pemerintah, relawan dan masyarakat, juga merecovery dampak opportunity loss yang lebih besar dan artinya harus mempertahankan produktivitas BTS. Koordinasi dengan manajemen area 3 Jawa-Bali untuk berbagai dukungan yang dibutuhkan baik untuk kepentingan network, evakuasi karyawan beserta anggota keluarga menuju kota Solo, dukungan pelayanan dan distribusi bantuan. 78 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah penulis melakukan penelitian selama kurang lebih 3 bulan dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi secara langsung, wawancara dengan beberapa informan yang terkait langsung dengan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) PT Telkomsel Area Pamasuka dan melakukan studi pustaka dari beberapa literatur yang berhubungan dengan CSR, maka penulis berhasil memperoleh data berhubungan dengan masalah yang diteliti. Berdasarkan data yang diperoleh langsung pada lokasi penelitian, maka dalam bab ini penulis akan memaparkan sejumlah hasil penelitian tentang Aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka dalam Upaya Meningkatkan Citra Perusahaan di Makassar, seperti yang penulis uraikan di bawah ini : 1. Aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka Dalam Upaya Meningkatkan Citra Perusahaan di Makassar. Keterlibatan dalam semua segi pengembangan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari komitmen tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) PT Telkomsel kepada Indonesia karena PT Telkomsel tumbuh dan berkembang menjadi sejahtera secara bersama-sama. Seluruh inisiatif yang ada bertujuan untuk menyokong pengembangan masyarakat 79 yang berkelanjutan. Kegiatan Corporate Social Responsibility (yang selanjutnya disebut CSR) yang dilakukan oleh PT Telkomsel tidak hanya dilaksanakan sekali semata tetapi dilaksanakan secara berkelanjutan yang terprogram dengan baik. Menurut Manager Corporate Communication and Secretary PT Telkomsel Area Pamasuka, Jowvy Kumala, Sebenarnya program CSR PT Telkomsel Area Pamasuka merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seluruh Telkomsel yang ada di Indonesia, tidak hanya di Area Pamasuka saja. Kegiatan ini merupakan salah satu komitmen PT Telkomsel dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan wujud kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya. Program CSR Telkomsel sendiri tidak dilakukan secara insidental melainkan sudah terprogram dengan baik dan tidak bersifat sementara, melainkan dilaksanakan secara berkelanjutan. Penulis tertarik untuk meneliti aktivitas CSR PT Telkomsel karena pada zaman sekarang ini perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi seluler sedang berbondong-bondong mengadakan kegiatan ini. Berikut di bawah ini merupakan aktivitas CSR dari Telkomsel Area Pamasuka, yaitu : a. Pendidikan Non Formal Keterbatasan dapat berpengaruh pada potensi masyarakat untuk berkembang dan memiliki mutu kehidupan yang lebih baik. Menanggapi keterbatasan yang ada di tengah masyarakat, Telkomsel berupaya untuk menstimulasi kesadaran diri masyarakat yang berada di sekitar lingkungannya untuk dapat meningkatkan potensi diri dan mampu menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi mutu kehidupannya di kemudian hari. Kegiatan yang pernah dilakukan adalah “Training IT” bidang Matematika kepada guru-guru sekolah yang mengajar mata pelajaran Matematika. 80 b. Bersih itu Sehat dan Santun Di antara sekolah yang ada di Indonesia, tidak semua memiliki fasilitas sanitasi/urinoir, sarana berolahraga/bermain dan lingkungan yang asri. Keterbatasan fasilitas atau tidak tersedianya sarana untuk melatih kebersihan dan kesehatan, merupakan halangan besar bagi lembaga pendidikan untuk membentuk suasana sekolah yang sehat dan santun. Salah satu pendekatan yang dilakukan Telkomsel dalam membantu terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif ialah dengan membangun sarana sanitasi dan berolahraga/bermain di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia untuk melatih dan membiasakan hidup bersih, sehat dan santun. Pembangunan sarana ini diharapkan dapat menjadi tempat penyaluran kreativitas dan energi positif siswa agar terdapat kebiasaan hidup sehat. Sementara itu, lingkungan sekolah yang asri dapat memberikan inspirasi diri bagi kehidupan yang sehat dan nyaman. c. Anti Drugs Bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), Telkomsel mencanangkan program “Anti Drugs Campaign Goes To School and Campus”, yakni kampanye pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan, dan peredaran gelap narkoba (P4GN) di lingkungan sekolah dan kampus, yang didukung berbagai pihak terkait, seperti Polri dan Depdiknas. Dukungan yang dilakukan salah satunya melalui penyerahan bantuan 33 Mobil Suzuki APV yang difungsikan sebagai kendaraan operasional Unit Cegah Narkoba “Sobat Anti Madat”. Kendaraan yang dilengkapi dengan 81 laptop, LCD dan Screen ini selain digunakan untuk penyuluhan di berbagai sekolah dan kampus, juga berfungsi sebagai perpustakaan yang berisi bukubuku seputar bahaya narkoba. d. Pendidikan Kreatif Telkomsel melakukan berbagai jenis pendekatan guna menggali potensi diri remaja. Salah satunya melalui pendekatan pemberian pendidikan yang berorientasi pada kreativitas. “Program Teknologi KamiKamu” merupakan salah satu program pendidikan kreatif yang dilakukan oleh Telkomsel bekerjasama dengan Yayasan Bagong Kussudiardja yang di dalamnya terkait pengenalan potensi diri dan teknologi. Program yang dilakukan kepada 1000 siswa-siswi SMP ini membantu para pelajar dalam pencarian jati diri, dimana masa ini merupakan saat yang sangat strategis dan krusial yang ditandai perubahan fisik maupun psikis. Oleh karenanya, Telkomsel bersama YBK mendesain program ini sedemikian rupa di mana bermacam karya musik yang ditampilkan (tradisional & modern) dapat berfungsi dengan optimal sebagai ‘alat’ untuk mempermudah proses pembelajaran kreatif dan partisipatif. e. Ketrampilan/Kewirausahaan Cara nyata dalam meningkatkan mutu kehidupan masyarakat dapat juga dilakukan melalui pemberian pendidikan keterampilan dan kewirausahaan. Salah satu hal yang aktif dilakukan Telkomsel di berbagai daerah ialah dengan melakukan pelatihan teknisi reparasi ponsel disertai pemberian sarana awal usahanya kepada para pemuda potensial di berbagai 82 kota seperti Banda Aceh, Lhokseumawe, Yogyakarta dan Makassar. Dalam memberikan pelatihan keterampilan dan kewirausahaan, stimulasi terhadap obyek kegiatan dilakukan dengan pemberian modal usaha, fasilitas utama, dan fasilitas pendukung. Tidak sampai disitu saja, pelatihan manajemen usaha juga dilakukan bagi obyek kegiatan, dengan harapan terbentuknya insan-insan mandiri yang memiliki jiwa wirausaha yang profesional. Kegiatan yang baru saja dilakukan adalah Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan menggelar prosmiling di Kerungkerung bekerja sama dengan Majelis Taklim Telkomsel dan PKPU Lembaga Kemanusiaan Nasional. f. Pendidikan Formal Salah satu cara yang ditempuh oleh Telkomsel dalam bersama-sama membangun bangsa ialah melalui perhatian khusus yang diberikan kepada generasi muda. Para pelajar dan mahasiswa misalnya, membutuhkan pengayaan wawasan (enrichment) untuk melengkapi kepahaman/pemahaman atas berbagai ilmu pengetahuan yang diperoleh di sekolah/perguruan tinggi. Telkomsel sangat paham akan kebutuhan pangsa pasar yang dinamis ini dan merasa memiliki tanggung jawab bersama di dalam upaya peningkatan mutu kehidupan generasi muda. Dengan sumberdayanya yang memiliki kemampuan, pengetahuan dan pengalaman praktis (manajemen, teknik, niaga, dsb) di dalam mengelola perusahaan, Telkomsel aktif melakukan berbagai kegiatan yang mengacu kepada 83 kurikulum, untuk ikut meningkatkan mutu kehidupan generasi muda melalui proses pendidikan. g. Student Visit/Goes To Campus Telkomsel membuka kesempatan kepada pelajar/mahasiswa untuk secara langsung berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan karyawan Telkomsel tentang berbagai aspek keilmuan dan kegiatan industri Telekomunikasi. Melalui program student visit ini, ribuan pelajar dan mahasiswa secara antusias turut berpartisipasi. Selain dilakukan di lingkungan kerja perusahaan, Telkomsel juga aktif mengunjungi sekolah/kampus untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Puluhan kampus telah dikunjungi oleh pihak manajemen Telkomsel, di dalam memenuhi permintaan pengisian materi perkuliahan umum dari berbagai lembaga perguruan tinggi. h. Cooperative Academic Education Program Bekerjasama dengan Dirjen Pendidikan Tinggi, Telkomsel menggelar program Cooperative Academic Education Program (COOP), dimana para mahasiswa diberi kesempatan untuk mengenal lebih jauh dunia kerja di Telkomsel dalam kegiatan-kegiatan yang hampir mirip dengan magang. Dengan mendapatkan hak dan kewajiban layaknya karyawan, para mahasiswa dapat belajar bekerja untuk membekali mereka dengan berbagai kemampuan. Peserta COOP kemudian diwajibkan untuk membuat anallisa dan laporan seputar dunia kerja yang dialaminya untuk menjadi dasar penyusunan maupun pengembangan kurikulum di institusi pendidikan 84 terkait. Program ini merupakan bentuk dukungan Telkomsel pada dunia pendidikan nasional, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), untuk menjembatani fenomena yang berkembang saat ini di dunia usaha, dimana jumlah lulusan yang tidak terserap di pasar kerja akan semakin meningkat apabila kurikulum perguruan tinggi tidak sesuai dengan kebutuhan dunia usaha, terlebih lagi jika lulusan perguruan tinggi tidak siap untuk menciptakan lapangan kerja. i. Tryout UAN Partisipasi Telkomsel untuk meningkatkan mutu pendidikan formal juga dilakukan dengan salah satu fokus kepada ujian akhir nasional (UAN), yang kerap kali menjadi isu yang dibahas oleh pelajar dan orang tua murid dengan berbagai latar belakang dan alasan. Telkomsel merasa terpanggil untuk memberikan solusi secara positif dengan menyelenggarakan tryout UAN kepada ratusan ribu pelajar di berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan yang pernah dilakukan adalah Telkomsel Road Show Tryout UN dengan mengunjungi beberapa sekolah yang ada di kota Makassar untuk memberikan tryout secara gratis. j. Sekolah Berbasis IT Penggelaran jaringan ke wilayah terpencil yang dilakukan Telkomsel juga diiringi dengan upaya peningkatan mutu dan proses pendidikan para pelajar-pelajar di pelosok. Berbagai cara dilakukan Telkomsel, salah satunya dengan mendukung program Diknas “Sekolah Terpencil Berbasis IT” melalui pemberian perangkat keras dan lunak guna membuka 85 kesempatan siswa mendapatkan kualitas pendidikan yang setara dengan kota besar. Kemanfaatan program ini dapat langsung dirasakan oleh para pelajar melalui fasilitas internet dengan menggunakan Telkomsel Flash. Kepedulian Telkomsel pada para pelajar di daerah terpencil lebih lanjut lagi dituangkan di dalam program pemberian aplikasi pendidikan interaktif. Melalui pemberian bantuan software aplikasi pendidikan, lengkap dengan perangkat kerasnya, para siswa diharapkan dapat lebih mudah menangkap esensi dari materi-materi yang sebelumnya menjadi momok bagi siswa, khususnya Fisika dan Matematika. Proses pembelajaran yang lebih fun menjadi salah satu kunci bagi siswa untuk dapat menikmati proses belajarmengajar. Selain memberikan daya tarik dan pengenalan teknologi, bantuan ini juga diharapkan memberikan efek bagi guru di dalam menyampaikan penalaran dan memudahkan penyerapan materi pelajaran kepada anak didik. Kegiatan yang pernah dilakukan adalah Pemberian Komputer Hemat Energi secara gratis di SMA Negeri 5 Makassar. Kegiatan ini mengkampanyekan hemat energi kepada siswa-siswi sekolah, khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA). Selain itu, ada beberapa kegiatan yang disebut dengan Corporate Philanthropy (Filantropi Perusahaan), seperti memberikan bantuan Umroh gratis ke beberapa pelanggan setia Telkomsel, pembagian hewan kurban pada saat Perayaan Lebaran Haji, mengadakan acara Safari Ramadhan di daerah yang masyarakatnya kurang mampu, pembagian tiket mudik gratis kepada pelanggan Telkomsel, pemeriksaan kesehatan secara gratis di Kampoeng Telkomsel Andi 86 Tonro yang baru saja dilaksanakan dalam rangka merayakan Ulang Tahun Telkomsel yang ke-16 dan masih banyak lagi. Semua kegiatan tersebut mencakup kepedulian Telkomsel terhadap masyarakat sekitar, khususnya masyarakat yang kurang mampu. a. Peranan Corporate Communication and Secretary Pada dasarnya keberadaan unit atau departemen Public Relations yang menjalankan fungsi-fungsinya dalam setiap organisasi/perusahaan/institusi, baik yang bersifat komersil maupun nonkomersil merupakan kebutuhan pokok dari setiap organisasi/perusahaan/institusi tersebut. Hal ini disebabkan oleh besarnya fungsi dan peranan unit/departemen tersebut, utamanya dalam membantu menjalin hubungan yang harmonis dengan para stakeholder, membantu mengkomunikasikan segala bentuk kebijakan perusahaan yang menyangkut hajat hidup masyarakat sekitar, salah satunya adalah mengkomunikasikan segala wujud komitmen dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dikemas dalam sebuah program Corporate Social Responsibility (CSR). Kerja Public Relations (PR) dalam hal ini di perusahaan Telkomsel dikerjakan oleh sebuah departemen yang disebut Corporate Communication and Secretary. Corporate Communication merupakan salah satu aspek berkomunikasi sebuah perusahaan/korporasi. PR maupun Corporate Communication seyogyanya memfasilitasi dan merencanakan penyesuaian dan adaptasi organisasi dan sosial dengan menggunakan komunikasi yang efektif. Fungsi Corporate Communication disini adalah membangun 87 hubungan yang efektif antara organisasi/perusahaan/institusi dengan pihakpihak yang dianggap penting oleh perusahaan tersebut, seperti media, pelanggan, pekerja, investor, prmimpin masyarakat, kelompok aktivis dan badan pemerintahan. Hubungan ini harus saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Sehingga dengan terciptanya hubungan yang harmonis serta keterbukaan perusahaan melalui sosialisasi segala bentuk kebijakan dan wujud komitmen tersebut, maka akan memudahkan pencapaian tujuan perusahaan tersebut dan pada akhirnya pencitraan positif perusahaan mampu diraih. Hal ini beraku pula untuk Corporate Communication and Secretary PT Telkomsel Area Pamasuka dalam mensosialisasikan dan mengkomunikasikan segala bentuk kebijakan perusahaan. Corporate Communication Telkomsel menjadi media komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat secara luas. Namun, mengkomunikasikan program CSR tersebut bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah strategi komunikasi yang dilakukan oleh pihak Corporate Communication dalam menyampaikan kepada masyarakat program-program CSR yang dilakukan oleh Telkomsel. Intinya adalah Corporate Communication yang mengkomunikasi segala bentuk aktivitas CSR yang diprogramkan oleh Telkomsel. Sesuai dengan kerangka konseptual yang berhubungan dengan penelitian sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab I, maka ada dua 88 komponen pokok atau inti yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu aktivitas Corporate Social Responsibility, yaitu : 1) Proses Manajemen Public Relations, yang meliputi : pengumpulan fakta, perencanaan program, mengkomunikasikan program dan evaluasi program. 2) Prinsip aktivitas Corporate Social Responsibility, yang meliputi : Sustainability, Accountability dan Transparency. Penulis menggunakan dua komponen ini untuk meneliti segala aktivitas CSR yang diperoleh dari lokasi peneltian di departemen Corporate Communication and Secretary PT Telkomsel Area Pamasuka. b. Langkah Penyusunan Program CSR Telkomsel Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang Public Relations (PR) atau pihak yang menjalankan fungsi PR dalam sebuah perusahaan dalam rangka mensosialisasikan atau mengkomunikasikan sebuah program kerja adalah menentukan sasaran, yang dimaksudkan dengan menentukan sasaran di sini adalah mengidentifikasi pihak-pihak mana saja yang menjadi target sasaran dari program Corporate Social Responsibility Telkomsel atau yang mempunyai hubungan, serta kepentingan dengan program tersebut. Menurut Manager Corporate Communication and Secretary PT Telkomsel Area Pamasuka, Jowvy Kumala : Dalam rangka pelaksanaan kegiatan komunikasi, berarti yang menjadi sasaran adalah publik dalam hal ini Telkomsel menggunakan mitra media yang menjadi jembatan antara perusahaan dengan publiknya. Karena menurut kami, pihak yang paling bisa didengar dan bahkan bisa 89 memengaruhi publik adalah pihak media. Maka dari itu, CSR membutuhkan divisi Corporate Communication untuk menyampaikan kepada publik kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Telkomsel. Sasaran komunikasi tentu saja untuk publik, stakeholder dan shareholder. Jika kita berbicara mengenai publik, sasaran utamanya adalah otomatis pelanggan Telkomsel, tetapi yang bukan pelanggan Telkomsel juga harus mengetahui adanya kegiatan baik yang dilakukan oleh Telkomsel untuk masyarakat Indonesia. Publik internal Telkomsel pun juga harus mengetahui bahwa ada aktivitas CSR yang dilakukan oleh Telkomsel dan itu dilakukan melalui media cetak, yaitu majalah internal perusahaan, kemudian ada mailing list dan internal website Telkomsel. Selain itu, Telkomsel dalam rangka pelaksanaan aktivitas CSR selalu bekerja sama dengan beberapa instansi atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan juga dengan pemerintah yang bisa turut serta dalam kegiatan CSR dari PT Telkomsel. Kemudian, ada kegiatan pemberian bantuan komputer di sekolah-sekolah, berarti Telkomsel juga menetapkan guru-guru dan pemerintah sebagai sasaran komunikasi dan pelaksanaan aktivitas CSR. Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa yang menjadi sasaran dalam mengkomunikasikan dan melaksanakan program CSR Telkomsel Area Pamasuka terdiri dari : Pelanggan Telkomsel Masyarakat secara luas Media (wartawan atau jurnalis) Internal PT Telkomsel (karyawan/shareholder) LSM Pihak Akademisi Pemerintah Namun, tidak menutup kemungkinan masih ada lagi sasaran lain yang mempunyai kepentingan dalam program CSR Telkomsel ini dan tentunya tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena intinya semua khalayak 90 tersebut memiliki peranan masing-masing dalam menyukseskan pelaksanaan program CSR Telkomsel. Setelah melewati tahap pertama, yaitu tahap penentuan sasaran kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR), maka langkah selanjutnya adalah menyusun program CSR PT Telkomsel. PT Telkomsel sendiri mempunyai langkah penyusunan program CSR tersendiri yang kemudian dijelaskan oleh Jowvy Kumala (Manager Corporate Communication and Secretary PT Telkomsel Area Pamasuka) sebagai berikut : Telkomsel memiliki bagian tersendiri yang mengurusi Corporate Social Responsibility dan ada lagi bagian tersendiri yang mengurusi Corporate Communication. Jadi CSR dan Corcomm itu adalah bagian yang terpisah, tetapi berada di satu divisi, yakni divisi Corporate Secretary. Masalah penyusunan program CSR itu kadang-kadang dibuat oleh CSR sendiri yang memiliki program-program tertentu, atau idenya bisa juga dari Corcomm atau masukan dari divisi-divisi lain, seperti Marketing, Sales atau divisi Network. Semuanya itu bisa saja ada masukan-masukan dari dari divisi-divisi lain. Kemudian rencana program CSR yang sudah disepakati akan dikelola oleh departemen CSR untuk dibuat kemasannya seperti apa. Berdasarkan jawaban yang dikemukakan oleh pihak Telkomsel di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa program-program CSR Telkomsel itu dibuat tergantung dari adanya masukan-masukan atau ide-ide dari divisidivisi lain dan tidak menutup kemungkinan divisi CSR sendiri yang menyusun program tersebut. Namun, tetap saja setelah adanya rencana program CSR apa yang akan dilakukan, maka divisi CSR yang akan tetap mengelola pelaksanaan dari aktivitas CSR tersebut. 91 c. Taking Action and Communicating Program Corporate Social Responsibility (Pelaksanaan Sosialisasi atau Komunikasi) Tahap ini dikatakan sebagai tahap sosialisasi atau komunikasi serta pelaksanaan dan penyampaian program Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Telkomsel Area Pamasuka. Berdasarkan penjelasan dari Manager Corporate Communication and Secretary, maka diperoleh keterangan sebagai berikut : Setelah program CSR yang disusun itu jadi, divisi CSR akan berkomunikasi dengan bagian-bagian yang terkait, seperti misalnya kegiatan Baksos dalam rangka perayaan Ulang Tahun Telkomsel yang ke-16 beberapa waktu yang lalu. Baksos itu sebenarnya bukan dari divisi CSR Telkomsel secara langsung, tetapi itu adalah bagian dari kegiatan CSR Telkomsel yang bekerja sama dengan PKPU (Lembaga Kemanusiaan Nasional) dan kepedulian sosial yang merupakan bagian dari Corporate Philanthropy. Pemilik kegiatan CSR akan berkordinasi dengan pihak-pihak lain yang akan terlibat dengan kegiatan CSR tersebut, seperti Baksos beberapa waktu lalu ada bagian dari Corporate Communication, Network dan lain-lain, tapi terutama berkordinasi dengan Corcomm supaya Corcomm bisa mengkomunikasikan adanya kegiatan CSR ini kepada publik secara luas. Berdasarkan keterangan yang penulis peroleh, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan atau ketika proses kegiatan CSR dilaksanakan, maka yang bertanggung jawab secara penuh adalah pihak Corporate Communication Telkomsel Area Pamasuka. Namun, perlaksanaannya pun harus berlandaskan rencana yang telah ditetapkan oleh divisi CSR dan disepakati bersama sebelumnya. d. Evaluating The Programs (Evaluasi Program CSR Telkomsel) Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari proses aktivitas CSR yang dilakukan oleh Corporate Communication and Secretary PT Telkomsel 92 Area Pamasuka. Tentunya dalam tahap ini diharapkan bisa menghasilkan penilaian serta efek dari penyampaian pesan (dalam hal ini aktivitas CSR). Namun, dalam rangka pencapaian tersebut dibutuhkan waktu dan tim khusus untuk mencapai penilaian maksimal. Sehingga divisi Corporate Communication and Secretary mengevaluasi segala sesuatunya, mulai dari penentuan sasaran dan langkah penyusunan program CSR hingga pelaksanaan aktivitas program Corporate Social Responsibility (CSR). Hasil dari bahan evaluasi inilah yang menjadi bahan acuan dalam menyusun perencanaaan program CSR selanjutnya, sambil menunggu efek timbal balik dari para sasaran kegiatan CSR tadi. Keterangan Jowvy Kumala sebagai Manager Corcomm Telkomsel Area Pamasuka di bawah ini menerangkan tahapan evaluasi yang dilakukan, yaitu : Evaluasi itu lebih banyak dilakukan oleh tim Corporate Social Responsibility (CSR) Telkomsel sendiri tentang efektivitas kegiatan yang sudah dilakukan dan ada juga masuka-masukan dari orang-orang lapangan, misalnya pihak dari Branch graPARI. Contohnya, Telkomsel pernah mengadakan “Training IT” tentang Matematika kepada 100 guru Matematika yang diadakan oleh divisi CSR langsung dari kantor pusat. Acaranya dilaksanakan di beberapa tempat di Indonesia, salah satunya di kota Makassar. Evaluasinya adalah masukan dari pihak Branch dan juga divisi Corcomm mengenai kegiatan tersebut. Apakah target guru-guru yang dicari sudat dapat semua, bagaimana pelaksanaannya, apakah mereka cukup menikmati kegiatan itu dan mendapatkan manfaat, apakah ada masukan-masukan lain dan kritikan yang harus diperbaiki dari kegiatan training tersebut dan lain-lain. Nanti divisi CSR dan divisi Corcomm akan membuat laporan (report) kepada pihak shareholder (internal) perusahaan. Termasuk usulan dan saran yang diberikan oleh guru-guru, apa yang mereka harapkan harapkan tentang kegiatan CSR selanjutnya dan akan langsung diberikan laporan ke kantor pusat. Berdasarkan penjelasan dari informan tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa model evaluasi yang dilakukan mencakup evaluasi internal 93 dalam hal ini pemberian laporan hasil kegiatan CSR ke kantor pusat. Tentunya masukan dan kritikan membangun sangat dibutuhkan oleh divisi CSR dan Corcomm sebagai dasar perencanaan program-program aktivitas CSR ke depannya. e. Penerapan Prinsip Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) Seperti yang telah dijelaskan pada Bab I mengenai prinsip aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) itu terdiri dari Sustainability, Accountability dan Transparency. Sustainability itu berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber daya di masa depan. Penjelasan mengenai aktivitas CSR PT Telkomsel Area Pamasuka ini berhubungan dengan bagian yang membahas mengenai proses aktivitas CSR, tetapi ada tambahan mengenai perusahaan yang tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber daya di masa yang akan datang, seperti Telkomsel tetap memerhatikan publik yang terkait aktivitas CSR untuk di masa yang akan datang agar tetap diberikan bantuan. Penulis dapat melihat pada saat melakukan observasi, dimana pihak Telkomsel senantiasa melanjutkan aktivitas CSR kepada publik yang sebelum-sebelumnya mereka sudah pernah bantu. Melihat bahwa CSR itu merupakan kegiatan yang berkelanjutan dan tidak insidental karena sudah diprogramkan dengan baik. Accountability merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggung jawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan untuk membangun citra (image) 94 dan network terhadap para pemangku kepentingan (stakeholders). Penulis dapat melihat bahwa Telkomsel senantiasa terbuka dan bertanggung jawab atas aktivitas yang telah dilakukan dan ini telah membentuk citra yang positif bagi Telkomsel di mata publik di kota Makassar. Seberapa besar Telkomsel bertanggung jawab terhadap suatu kegiatan CSR dapat diterangkan oleh Manager Corporate Communication Telkomsel Area Pamasuka sebagai berikut : Tergantung dari jenis kegiatan CSR apa yang dilakukan dan Telkomsel akan bertanggung jawab sampai kegiatan tersebut selesai. Ketika kita melihat sebuah peristiwa yang ternyata membutuhkan sebuah bantuan, misalnya bencana alam. Telkomsel memiliki target akan melakukan bantuan dalam hal apa, tanggung jawabnya sampai dimana terhadap sebuah bencana. Telkomsel memiliki core business adalah telekomunikasi, berarti Telkomsel harus mencari kegiatan yang bersifat bantuan terhadap sesuatu yang sesuai dengan Telkomsel, yang ada hubungannya dengan telekomunikasi. Telkomsel akan menyediakan sarana telekomunikasi di lokasi bencana, seperti menyediakan sarana telepon gratis, mendirikan posko-posko telepon gratis dan lain sebagainya, tanggung jawab Telkomsel adalah disitu. Jadi ketika ada kegiatan yang menuntut perhatian untuk mendapatkan CSR, yang mana yang menjadi tanggung jawab Telkomsel adalah yang ada hubungannya dengan fokus perusahaan Telkomsel. Kemudian prinsip aktivitas CSR yang terakhir adalah Transparency yang merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal yang berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan. Berikut penjelasan Manager Corcomm Telkomsel Area Pamasuka mengenai ini : Transparansi pelaporan kegiatan CSR di Telkomsel itu tentu saja ada. Jadi di company itu ada yang dinamakan audit rutin. Telkomsel akan melaporkan berapa biaya yang dikeluarkan, siapa yang menjadi audience (khalayak), pelaksanaan kegiatan CSR itu dilaporkan secara lengkap dan kantor pusat yang melakukannya. Selain itu, secara internal pada tiap-tiap area atau regional PT Telkomsel membuat laporan bulanan mengenai 95 kegiatan CSR yang telah dilaksanakan. Pelaporan untuk pihak eksternal secara terbuka dilakukan oleh kantor pusat PT Telkomsel secara langsung. Berdasarkan uraian yang telah penulis jelaskan di atas, maka dapat disimpulakan bahwa PT Telkomsel sudah menerapkan prinsip-prinsip aktivitas CSR, walaupun belum sepenuhnya, tetapi pihak Telkomsel telah berusaha melakukan segala sesuatu yang terbaik bagi masyarakat Indonesia. f. Pembentukan Citra Positif Perusahaan dari Pelaksanaan Program CSR Telkomsel Aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi para stakeholder dan publik secara luas. Namun, tidak hanya itu saja yang terjadi, citra positif dari Telkomsel akan terbentuk di mata masyarakat. Berikut penjelasan mengenai upaya meingkatkan citra positif perusahaan melalui aktivitas CSR dari Jowvy Kumala sebagai Manager Corporate Communication and Secretary PT Telkomsel Area Pamasuka : Kegiatan Corporate Social Resposibility (CSR) itu bisa meningkatkan citra perusahaan karena menunjukkan bahwa sebuah perusahaan itu tidak hanya berorientasi pada bisnis dan keuntungan. Dengan mengadakan kegiatan CSR dan kepedualian sosial, maka akan menambah nilai plus perusahaan di mata masyarakat. Perusahaan harus bertanggung jawab kepada masyarakat sekitar, makanya Telkomsel membuat kegiatankegiatan CSR atau pun yang menunjukkan kepedulian sosial kepada pelanggan Telkomsel atau pun publik yang di luar dari pelanggan Telkomsel. Secara otomatis kegiatan CSR akan meningkatkan citra positif perusahaan dan bukan hanya Telkomsel, perushaan-perushaan lain pun memiliki sasaran ke arah tersebut. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa jelas dan benar adanya aktivitas Corporate Social Responsibility itu dapat meningkatkan citra 96 positif perusahaan. Selain itu, reputasi perusahaan pun akan semakin baik di mata publik secara luas. 2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) PT Telkomsel Area Pamasuka Dalam Upaya Meningkatkan Citra di kota Makassar Sebagai upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, setiap organisasi atau lembaga terkadang dihadapkan pada beberapa faktor yang dapat memengaruhi tujuan tersebut. Pada umumnya, faktor yang sering dijumpai dalam usaha pencapaian tujuan adalah dua faktor, yakni faktor pendukung dan faktor penghambat. Adanya faktor pendukung semakin mempermudah pencapaian tujuan dari suatu organisasi/perusahaan/lembaga. Namun, dengan adanya faktor penghambat, maka bisa saja mengakibatkan terhambatnya pencapaian tujuan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada informan, maka dapat dipaparkan sebagai berikut : a. Faktor Pendukung Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) Telkomsel Area Pamasuka Faktor pendukung dari aktivitas CSR yang dilakukan oleh Telkomsel Area Pamasuka kepada seluruh khalayak yang menjadi sasaran aktivitas CSR dijelaskan oleh Manager Corporate Communication and Secretary Area Pamasuka sebagai berikut : Faktor pendukung dari aktivitas CSR di Telkomsel untuk khalayak itu adalah tergantung dari tema yang diberikan oleh Telkomsel setiap 97 tahunnya. Kebetulan tahun ini merupakan tahun pendidikan oleh Telkomsel, sehingga khalayak yang hendak mengadakan kerja sama dengan PT Telkomsel harus memberikan proposal kegiatan CSR mengenai pendidikan dan itu akan menjadi prioritas utama bagi Telkomsel untuk diikutkan dalam kegiatan CSR. Kesimpulan dari penjelasan di atas, yaitu yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan aktivitas CSR Telkomsel adalah untuk khalayak itu sendiri. Faktor pendukung ini dimaksudkan dalam hal kerja sama dengan Telkomsel untuk melakukan aktivitas CSR. Oleh karena itu, jika tahun 2011 meupakan tahun pendidikan bagi Telkomsel, maka proposal kegiatan CSR mengenai pendidikan yang dimasukkan oleh khalayak ke Telkomsel akan menjadi prioritas utama dan bahkan bisa diterima untuk diajak bekerja sama. b. Faktor Penghambat Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) Telkomsel Area Pamasuka Tidak hanya faktor pendukung yang dimiliki oleh CSR dalam melaksanakan aktivitasnya, terdapat pula faktor penghambat. Hal ini bisa diketahui dari keterangan berikut, penjelasan dari Manager Corcomm Telkomsel Area Pamasuka : Kebalikan dari faktor pendukung tadi. Mungkin bukan faktor penghambat, tetapi kadang-kadang publik itu melihat sebuah perusahaan besar layaknya perusahaan pada umumnya dituntut untuk mempunyai tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Khalayak atau masyarakat dapat memasukkan proposal ke perusahaan untuk mendapatkan bantuan. Tahun ini merupakakan tahun pendidikan bagi Telkomsel sehingga proposal kegiatan CSR yang tidak mengandung unsur pendidikan, mungkin akan diletakkan di prioritas berikutnya. Hal inilah yang bisa menjadi faktor penghambat bagi khalayak yang ingin diberi bantuan. 98 Adanya faktor penghambat tidak berarti menjadi penghalang bagi CSR Telkomsel untuk mencapai tujuan. Sehingga upaya dari mencari solusi yang kongkret, efektif dan efisien senantiasa dilakukan. Penjelasan yang dilontarkan di atas dari informan cukup memberi gambaran sedikit mengenai faktor penghambat pelaksanaan aktivitas CSR. Di sinilah mungkin letak kelemahan dari Telkomsel karena memberikan semacam persyaratan untuk menerima proposal kegiatan yang menyangkut CSR. c. Opini Publik yang Merasakan Program CSR dari Telkomsel Area Pamasuka Selain wawancara langsung dengan Manager Corporate Communication and Secretary PT Telkomsel Area Pamasuka, penulis juga mewawancarai langsung beberapa publik yang bersangkutan langsung dengan aktivitas CSR Telkomsel Area Pamasuka. Berikut hasil wawancaranya : 1) Bapak Ibrahim dari Yayasan LAGZIS Bantuan yang pernah diberikan oleh Telkomsel Area Pamasuka adalah Penyuluhan Kesehatan mengenai Kanker Serviks dan Kanker Payudara kepada 50 ibu rumah tangga di Kec. Tallo yang merupakan daerah miskin, kemudian ada pembagian paket yang berhubungan dengan penyuluhan tersebut. Kegiatan ini sangat bermanfaat karena adanya pembagian pengetahuan untuk masyarakat di daerah miskin. Kami dari Yayasan LAGZIS mengharapkan untuk ke depannya agar Telkomsel melakukan pelatihan teknisi telepon seluler kepada remaja se-kota Makassar yang merupakan program pemberdayaan masyarakat. Dari aktivitas CSR yang dilakukan Telkomsel Area Pamasuka ini dapat membentuk citra yang positif di hadapan publik. 99 2) Bapak Erman S. : Staf Kepemerintahan Kel. Pa’baeng-baeng, Kec. Tamalate Bantuan dari Telkomsel Area Pamasuka bekerja sama dengan PKPU (Lembaga Kemanusiaan Nasional) dalam kegiatan Baksos kemarin adalah penyuluhan kesehatan gratis dan pembagian obatobatan secara gratis. Kegiatan ini dilaksanakan di Kampoeng Telkomsel di Pa’baeng-baeng dan Sudiang. Kegiatan ini sangat bermanfaat dan kalau bisa Telkomsel dan PKPU mengadakannnya tiga bulan sekali. Masyarakat Pa’baeng-baeng mengharapkan adanya kegiatan Kredit Usaha Mandiri, bimbingan atau training kepada remaja setempat, penyuluhan dan pengolahan limbah untuk ke depannya. Citra Telkomsel yang terbentuk sangat bagus atau positif karena kegiatan Baksos ini merupakan kegiatan yang sangat membantu masyarakat yang kurang mampu. 3) Bapak Syahrir Tayang : Ketua RT 001/RW10 Kel. Pa’baengbaeng, Kec. Tamalate Bantuan yang pernah diberikan oleh Telkomsel adalah pembangunan gapura di jalan Andi Tonro 2, mengecat dindingdinding dan pagar-pagar rumah warga dan penyuluhan kesehatan gratis. Menurut saya, kegiatan ini sangat bermanfaat dan saya sangat mendukung dan otomatis juga masyarakat di sekitar Pa’baeng-baeng juga sangat mendukung. Alangkah baiknya membuat daerah Andi Tonro ini indah. Selaku ketua RT, saya selalu siap membantu untuk mendata demi keperluan Telkomsel untuk di daerah ini. Saya sangat mendukung program CSR dari Telkomsel Area Pamasuka ini. Harapan saya ke depannya agar lorong di daerah ini bisa diperindah lagi, memberikan pelayanan publik secara gratis, penghijauan daerah, pengairan yang baik dan penyuluhan dan pengembangan motivasi untuk masyarakat di sekitar Pa’baeng-baeng. Saya melihat citra yang terbentuk sangat positif, Telkomsel ini sangat bagus. Telkomsel sudah membuktikan kepada masyarakat tentang kebaikannya. B. Pembahasan 1. Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) Telkomsel Dalam setiap kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang atau organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapainya. Demikian juga 100 dengan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) PT Telkomsel Area Pamasuka yang bertujuan untuk peningkatan citra perusahaan di kota Makassar. Berikut ini segala aktivitas Corporate Social Responsibility yang penulis kategorikan menjadi empat bagian yang dilakukan oleh PT Telkomsel Area Pamasuka dalam upaya meningkatkan citra perusahaan di kota Makassar, yaitu : a. Pendidikan Non Formal Telkomsel melihat potensi masyarakat yang sangat kurang dalam bidang pendidikan formal, maka diadakanlah kegiatan Pendidikan Non Formal. Dengan adanya kegiatan ini dapat mengembangkan kualitas masyarakat Indonesia, khususnya di kota Makassar. Kegiatan ini sangat berguna karena akan memberika manfaat bagi masyarakat di kemudian hari dalam rangka peningkatang kualitas kehidupan yang lebih layak bagi manusia. Kegiatan yang pernah dilakukan adalah “Training IT” bidang Matematika kepada guru-guru sekolah yang mengajar mata pelajaran Matematika. Kegiatan training IT ini termasuk kegiatan Filantropi Perusahaan (Corporate Philanthropy) seperti yang dijelaskan oleh Kotler dan Lee (2005) dalam Kartini (2009:63-75). Kegiatan Filantropi Perusahaan ini merupakan kegiatan dengan memberikan pelayanan secara cuma-Cuma kepada masyarakat yang membutuhkan. 101 b. Bersih itu Sehat dan Santun Sekolah-sekolah yang ada di Indonesia belum tentu memiliki fasilitas WC yang bersih, sarana olahraga yang baik dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi anak-anak. Salah satu pendekatan yang dilakukan Telkomsel dalam membantu terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif ialah dengan membangun sarana sanitasi dan berolahraga/bermain di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia khususnya di kota Makassar untuk melatih dan membiasakan hidup bersih, sehat dan santun. Kegiatan ini sangat berkaitan dengan isu-isu kesehatan dan lingkungan yang mana termasuk dalam kegiatan Pemasaran Kemasyarakatan Korporat (Corporate Societal Marketing). Kegiatan ini senantiasa bertujuan untuk membantu masyarakat agar tercipta kehidupan dan lingkungan sehat. c. Anti Drugs Telkomsel bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) mencanangkan program “Anti Drugs Campaign Goes To School and Campus”, yakni kampanye pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan, dan peredaran gelap narkoba (P4GN) di lingkungan sekolah dan kampus, yang didukung berbagai pihak terkait, seperti Polri dan Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional). Kegiatan ini sangat dibutuhkan oleh generasi muda bangsa Indonesia agar mereka dapat mengetahui seberapa besar bahaya narkoba yang ditumbulkan jika mengonsumsinya. Pemerintah sangat mendukung kegiatan ini sehingga mempermudah Telkomsel agar 102 dapat melaksanakan kegiatan ini ke berbagai pelosok di Indonesia, khususnya di kota Makassar. Kegiatan ini juga termasuk kegiatan yang berhubungan isu-isu kesehatan dimana Telkomsel mengadakan penyuluhan tentang bahaya narkoba kepada masyarakat Indonesia. Kegiatan ini sangat berhubungan dengan kegiatan CSR dalam Pemasaran Kemasyarakatan Korporat. d. Pendidikan Kreatif Telkomsel melakukan berbagai jenis pendekatan guna menggali potensi diri remaja. Salah satunya melalui pendekatan pemberian pendidikan yang berorientasi pada kreativitas. Program yang dilakukan kepada 1000 siswa-siswi SMP ini membantu para pelajar dalam pencarian jati diri, dimana masa ini merupakan saat yang sangat strategis dan krusial yang ditandai perubahan fisik maupun psikis. Salah satu kegiatan ini adalah membuat karya musik yang bisa ditampilkan sebagai alat untuk mempermudah proses pembelajaran kreatif kepada anak-anak muda Indonesia. Kegitan ini termasuk dalam kegiatan Filantropi Perusahaan. Jadi perusahaan memerhatikan masyarakatnya dengan mengembangkan berbagai program yang menunjang pengembangan diri masyarakat demi peningkatan kualitas hidup masyarakatnya di kemudian hari. e. Ketrampilan/Kewirausahaan Telkomsel mencanangkan aktivitas CSR yang senantiasa dapat menciptakan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik. Dalam 103 meningkatkan mutu kehidupan masyarakat dapat juga dilakukan melalui pemberian pendidikan keterampilan dan kewirausahaan. Salah satu hal yang aktif dilakukan Telkomsel di berbagai daerah ialah dengan melakukan pelatihan teknisi reparasi ponsel disertai pemberian sarana awal usahanya kepada para pemuda potensial di berbagai kota seperti Banda Aceh, Lhokseumawe, Yogyakarta dan Makassar. Dalam memberikan pelatihan keterampilan dan kewirausahaan, stimulasi terhadap objek kegiatan dilakukan dengan pemberian modal usaha, fasilitas utama dan fasilitas pendukung dari Telkomsel sendiri. Sejak tahun 2009 Telkomsel fokus memberikan bekal kepada anak jalanan, penyandang cacat dan mantan pecandu narkotika melalui pelatihan kewirausahaan teknisi telepon genggam. Saat ini, tercatat sudah ada ratusan wirausahaan baru di bidang tersebut. Kegiatan yang baru saja dilakukan adalah Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan menggelar prosmiling di Kerung-kerung bekerja sama dengan Majelis Taklim Telkomsel dan PKPU Lembaga Kemanusiaan Nasional. Melihat bentuk program yang diberikan oleh Telkomsel, kegiatan CSR ini juga termasuk kegiatan Filantropi Perusahaan. f. Pendidikan Formal Salah satu cara yang ditempuh oleh Telkomsel di dalam bersamasama membangun bangsa dengan senantiasa memerhatikan generasi muda bangsa Indonesia, sebagai contoh pelajar dan mahasiswa yang 104 membutuhkan pengayaan wawasan (enrichment) Dengan sumberdayanya yang memiliki kemampuan, pengetahuan dan pengalaman praktis (manajemen, teknik, niaga, dsb) di dalam mengelola perusahaan, Telkomsel aktif melakukan berbagai kegiatan yang mengacu kepada kurikulum, untuk ikut meningkatkan mutu kehidupan generasi muda melalui proses pendidikan. Sejauh ini Telkomsel sudah sangat banyak melakukan kegiatan Filantropi Perusahaan dalam mengembangkan keterampilan generasi muda Indonesia dengan memberikan berbagai pelatihan yang sangat bermanfaat bagi mereka. g. Student Visit/Goes To Campus Telkomsel membuka kesempatan kepada pelajar/mahasiswa untuk secara langsung berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan karyawan Telkomsel tentang berbagai aspek keilmuan dan kegiatan industri Telekomunikasi. Melalui program student visit ini, ribuan pelajar dan mahasiswa secara antusias berpartisipasi. Telkomsel juga aktif mengunjungi kampus-kampus dan sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, baik itu memberikan bantuan berupa barang yang berguna bagi pendidikan, maupun berupa pelatihan yang diberikan bagi pelajar atau mahasiswa h. Cooperative Academic Education Program Telkomsel menggelar program Cooperative Academic Education Program (COOP) bekerjasama dengan Dirjen Pendidikan Tinggi dimana para mahasiswa diberi kesempatan untuk mengenal lebih jauh dunia kerja di 105 Telkomsel dalam kegiatan-kegiatan yang hampir mirip dengan magang. Program ini merupakan bentuk dukungan Telkomsel pada dunia pendidikan nasional, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), untuk menjembatani fenomena yang berkembang saat ini di dunia usaha, dimana jumlah lulusan yang tidak terserap di pasar kerja akan semakin meningkat apabila kurikulum perguruan tinggi tidak sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. i. Tryout UAN Telkomsel senantiasa memberikan solusi bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satunya, Telkomsel terpanggil untuk memberikan solusi secara positif dengan menyelenggarakan try-out UAN kepada ratusan ribu pelajar di berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan yang pernah dilakukan adalah Telkomsel Road Show Tryout UN dengan mengunjungi beberapa sekolah yang ada di kota Makassar untuk memberika tryout secara gratis. Sekali lagi program CSR Telkomsel kali ini berhubungan dengan kegaiatan Filantropi Perusahaan dengan pemberian pelatihan soal ujian bagi siswa-siswi SMA yang akan menghadapi Ujian Nasional. j. Sekolah Berbasis IT Penyebarluasan jaringan ke wilayah terpencil yang dilakukan Telkomsel juga diiringi dengan upaya peningkatan mutu dan proses pendidikan para pelajar-pelajar di pelosok. Berbagai cara dilakukan Telkomsel, salah satunya dengan mendukung program Diknas “Sekolah 106 Terpencil Berbasis IT” melalui pemberian perangkat keras dan lunak guna membuka kesempatan siswa mendapatkan kualitas pendidikan yang setara dengan kota besar. Kepedulian Telkomsel pada para pelajar di daerah terpencil lebih lanjut lagi dituangkan di dalam program pemberian aplikasi pendidikan interaktif. Kegiatan yang pernah dilakukan adalah Pemberian Komputer Hemat Energi secara gratis di SMA Negeri 5 Makassar. Kegiatan ini mengkampanyekan hemat energi kepada siswa-siswi sekolah, khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA). Kegiatan mengkampanyekan hemat energi ini berkaitan dengan isu-isu lingkungan yang dibahas di dalam jenis-jenis kegiatan CSR dalam Pemasaran Kemasyarakatan Korporat. Selain itu, ada beberapa kegiatan yang disebut dengan Corporate Philanthropy (Filantropi Perusahaan), seperti memberikan bantuan Umroh gratis ke beberapa pelanggan setia Telkomsel, pembagian hewan kurban pada saat Perayaan Lebaran Haji, mengadakan acara Safari Ramadhan di daerah yang masyarakatnya kurang mampu, pembagian tiket mudik gratis kepada pelanggan Telkomsel, pemeriksaan kesehatan secara gratis di Kampoeng Telkomsel Andi Tonro yang baru saja dilaksanakan dalam rangka merayakan Ulang Tahun Telkomsel yang ke-16 dan masih banyak lagi. Kegiatan di Kampoeng Telkomsel tersebut meruapakan bagian dari kegiatan Praktik Bisnis yang memiliki Tanggung Jawab Sosial (Socially Responsible Business Practice). Setiap aktivitas CSR yang telah dilaksanakan oleh Telkomsel, khususnya Telkomsel Area Pamasuka sudah hampir mencakup seluruh jenis-jenis aktivitas 107 CSR yang dikemukakan oleh Kotler dan Lee (2005). Aktivitas CSR Pemasaran terkait kegiatan sosial belum dilaksanakan oleh Telkomsel, sedangkan aktivitas CSR pekerja sosial kemasyarakatan sosial secara sukarela sudah pernah dilakukan dengan melakukan kegiatan Telkomsel Emergency Respons and Recovery Action (TERRA) yang terfokus pada aktivitas manajemen bencana alam. Telkomsel mendukung karyawannya untuk membantu masyarakat yang sedang terkena bencana alam. Corporate Communication PT Telkomsel Area Pamasuka dalam menjalankan aktivitas CSR tidak terlepas dari aktivitas Public Relations (PR) secara umum. Meskipun memiliki bentuk yang berbeda dalam aktivitasnya, aktivitas PR secara umum termaktub dalam proses manajemen PR sebagai berikut : a. Defining the Problem (Mendefinisikan Masalah) Tahap ini mencakup kegiatan mengumpulkan fakta, opini, sikap dan perilaku dari pihak-pihak yang terkait dengan kebijakan perusahaan. PR diarahkan untuk meneliti masalah atau fakta-fakta yang menyangkut dengan organisasi/perusahaan/instansi. Pada dasarnya ini adalah fungsi intelijen organisasi/perusahaan/instansi. Fungsi ini menyediakan dasar untuk semua langkah dalam proses pemecahan masalah dengan menentukan “Apa yang sedang terjadi saat ini?”. Dalam aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka, tahap ini dilakukan pada saat pihak Corporate Communication (yang selanjutnya disebut sebagai Corcomm) diarahkan untuk meneliti 108 masalah atau fakta-fakta yang menyangkut social responsibility yang timbul di masyarakat. Fakta-fakta yang sudah ditemukan akan memudahkan Corcomm untuk menyusun program CSR apa yang akan dilaksanakan untuk masyarakat secara luas. b. Planning and Programming (Perencanaan dan Pemrograman) Tahap ini merupakan tahap dimana pihak Corcomm akan membuat keputusan tentang penetapan visi dan misi, serta tujuan, mempertimbangkan kebijakan, menetapkan target, penetapan program publik, strategi tujuan, struktur organisasi, menyediakan sumber daya manusia dan Pemetaan wilayah serta penentuan sumber dana untuk program CSR akan dilakukan. Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan pada tahap pertama, maka diperoleh bahan-bahan untuk menyusun program aktivitas CSR. Atas dasar fakta dan persoalan-persoalan yang dijumpai pada tahap pencarian fakta, maka disusunlah suatu rencana kerja. Rencana kerja tidak disusun berdasarkan pada keinginan yang dipaksakan dan irrasional. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang bersifat rasional, lentur (fleksibel) dan berkelanjutan. Corcomm PT Telkomsel Area Pamasuka menerapkan proses perencanaan kegiatan dengan profesional. Langkah penyusunan aktivitas program CSR di Telkomsel dilakukan oleh divisi CSR sendiri yang berada di bawah departemen Corporate Coomunication and Secretary PT 109 Telkomsel. Divisi CSR dan divisi Corcomm merupakan bagian yang terpisah, tetapi Corcomm tetap membantu divisi CSR dalam hal mengkomunikasikan aktivitas CSR kepada publik internal dan eksternal perusahaan. Penulis mengambil contoh pada kegiatan pembangunan Kampoeng Telkomsel di jalan Andi Tonro 2 menunjukkan adanya perencanaan aktivitas CSR yang tidak berasal dari pusat melainkan ide program CSR dari pihak graPARI Telkomsel Makassar. Dalam rangka membangun lingkungan yang asri dan rapih, maka Telkomsel membantu kelurahan Pa’baeng-baeng dalam mengembangkan lingkungan tempat tinggal warga di daerah tersebut. Tetapi secara keseluruhan hampir semua aktivitas CSR Telkomsel yang dilakukan di kota Makassar itu berasal dari program CSR yang dibuat dan disusun oleh pihak divisi CSR dari pusat. c. Taking Action and Communicating (Mengambil Tindakan dan Berkomunikasi) Tahap yang ketiga ini merupakan kegiatan yang mengarah pada penerapan dan mengkomunikasikan program-program CSR kepada publik secara sistematis, sehingga persepsi publik dapat terbentuk dengan baik. Kegiatan yang dilakukan adalah mengimplementasikan program aksi dan komunikasi yang didesain untuk mencapai tujuan dari program. Pengkomunikasian program CSR kepada stakeholder bertujuan sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada seluruh stakeholder yang terkait dalam pelaksanaan program CSR. Melalui 110 aktivitas komunikasi yang dilakukan, akan membuka kanal interaksi yang memberi kesempatan stakeholder untuk mengritisi, memberi saran, menyampaikan ide dan harapan ataupun bentuk pastisipasi serta respon yang lain demi peningkatan efektivitas dan kreativitas penyelenggaran program CSR. Dalam hal ini Corcomm Telkomsel yang bertugas untuk mengkomunikasikan segala bentuk aktivitas CSR yang dilakukan kepada seluruh publik, stakeholder dan shareholder. Dampak dari aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan akan berdampak pada pembentukan citra perusahaan (corporate image) itu sendiri. Aktivitas CSR Telkomsel dapat meningkatkan citra perusahaan karena menunjukkan bahwa Telkomsel tidak hanya berorientasi pada bisnis dan keuntungan, tetapi juga berorientasi pada tanggung jawab sosial kepada masyarakat secara luas. Aktivitas CSR yang dilakukan akan menambah nilai plus perusahaan di mata publiknya. Dengan adanya komunikasi aktivitas CSR, publik tidak hanya tahu tetapi perusahaan lain pun bisa tahu dan akan berniat untuk melakukan aktivitas yang sama. d. Evaluating the Program (Mengevaluasi Program) Pada tahapan yang terakhir ini, kegiatan komunikasi dalam PR difokuskan pada usaha untuk melakukan penilaian atas persiapan, implementasi dan hasil dari program-program CSR yang telah dilakukan. Penyesuaian akan dilakukan pada saat program diimplementasikan dan 111 didasarkan pada evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana program tersebut berhasil atau tidak. Dalam tahap ini diadakan pengukuran dan penilaian mengenai apakah hasil kerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, apakah segala sesuatunya dilaksanakan sesuai dengan instruksi serta pedoman yang telah diberikan, apakah ada kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam menyelesaikan program CSR tersebut dan apakah ada efisiensi yang dilakukan dalam aktivitas tersebut. Evaluasi aktivitas CSR yang sudah dilakukan oleh Telkomsel dilakukan oleh divisi CSR sendiri di kantor pusat. Kemudian akan dibuat laporan (report) secara lengkap untuk pihak internal dan tentu saja ada laporan juga untuk pihak eksternal. Dalam setiap aktivitas yang dilakuakn oleh CSR PT Telkomsel, evaluasi atau penilaian terhadap hasil kerja yang telah dilaksanakan biasanya dilakukan secara periodik untuk aktivitas-aktivitas tertentu. Seperti pada penerbitan media internal perushaan Telkomsel, evaluasi dilaksanakan setiap bulannya. Dalam evaluasi inilah diberikan koreksikoreksi seperlunya kepada pengelola dalam hal ini divisi CSR dan akan menjadi masukan untuk aktivitas CSR ke depannya. Tahap evaluasi sebenarnya bukanlah tahap akhir dari pelaksanaan aktivitas PR, tahap ini lebih kepada kontrol atau merupakan barometer terhadap pelaksanaan kerja yang telah dilakukan. Proses kerja seluruhnya akan terus berlanjut dan berjalan dalam perputaran tahap demi tahap dari 112 keempat tahapan aktivitas atau proses kerja sampai target yang ditetapkan oleh PR dapat tercapai. 2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) PT Telkomsel Area Pamasuka Dalam Upaya Meningkatkan Citra Perusahaan di Makassar Sebagai upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, setiap organisasi atau lembaga terkadang dihadapkan pada beberapa faktor yang dapat memengaruhi tujuan tersebut. Pada umumnya, faktor yang sering dijumpai dalam usaha pencapaian tujuan adalah dua faktor, yakni faktor pendukung dan faktor penghambat. Adanya faktor pendukung semakin mempermudah pencapaian tujuan dari suatu organisasi/perusahaan/lembaga. Namun, dengan adanya faktor penghambat, maka bisa saja mengakibatkan terhambatnya pencapaian tujuan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada informan, maka dapat dipaparkan sebagi berikut : a. Faktor Pendukung Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) PT Telkomsel Area Pamasuka Faktor pendukung dari aktivitas CSR Telkomsel adalah untuk khalayak itu sendiri. Faktor pendukung ini dimaksudkan dalam hal kerja sama dengan Telkomsel untuk melakukan aktivitas CSR. Oleh karena itu, jika tahun 2011 merupakan tahun pendidikan bagi Telkomsel, maka proposal kegiatan CSR mengenai pendidikan yang dimasukkan oleh khalayak ke 113 Telkomsel akan menjadi prioritas utama dan bahkan bisa diterima untuk diajak bekerja sama. b. Faktor Penghambat Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) PT Telkomsel Area Pamasuka Tidak hanya faktor pendukung yang dimiliki oleh CSR dalam melaksanakan aktivitasnya, terdapat pula faktor penghambat. Adanya faktor penghambat tidak berarti menjadi penghalang bagi CSR Telkomsel untuk mencapai tujuan. Sehingga upaya dari mencari solusi yang kongkret, efektif dan efisien senantiasa dilakukan. Di sinilah mungkin letak kelemahan dari Telkomsel karena memberikan semacam persyaratan untuk menerima proposal kegiatan yang menyangkut CSR. c. Opini Publik yang Merasakan Program CSR dari Telkomsel Area Pamasuka Sejauh ini masyarakat di kota Makassar masih sangat membutuhkan program-program Corporate Social Responsibility (CSR). Belum adanya penyebaran aktivitas ini sehingga menyebabkan adanya ketidakseimbangan. Sebagian publik mengharapkan lebih banyak bantuan lagi. Publik juga sangat senang dengan bantuan-bantuan yang telah diberikan oleh Telkomsel Area Pamasuka sehingga citra perusahaan (corporate image) terbentuk positif. Demikian manfaat baik yang didapatkan oleh perusahaan dengan diadakannya aktivitas CSR. 114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Untuk mengisi kesimpulan pada bab ini, tentunya kita harus kembali kepada rumusan masalah yang terdapat di dalam Bab I, yaitu bagaimana aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka dalam upaya meningkatkan citra perusahaan di kota Makassar. Setelah melewati serangkaian penelitian dan interview, ternyata aktivitas CSR yang dilaksanakan oleh PT Telkomsel itu sudah cukup banyak. Serangkaian aktivitas CSR yang dilaksanakan oleh Telkomsel sudah terbagi menjadi beberapa sub-tema yang sudah diprogramkan dari kantor pusat di Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian, sebagai berikut : 1. Corporate Communication (Corcomm) merupakan ujung tombak PT Telkomsel Area Pamasuka dalam mensosialisasikan dan mengkomunikasikan segala bentuk kebijakan perusahaan. Menjaga keharmonisan dengan pihak-pihak yang terkait merupakan hal yang mendasar yang menunkkan bahwa aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) Telkomsel menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh Corcomm untuk meningkatkan citra perusahaan di kota Makassar. Berikut program CSR Telkomsel sebagai berikut : Pendidikan Non 115 Formal, Bersih itu Sehat dan Santun, Anti Drugs, Pendidikan Kreatif, Keterampilan/Kewirausahaan, Pendidikan Formal, Student Visit/Goes To Campus, Cooperative Academic Education Program, Tryout UAN dan Sekolah Berbasis IT. Selain itu, ada beberapa kegiatan yang disebut dengan Corporate Philanthropy (Filantropi Perusahaan), seperti memberikan bantuan Umroh gratis ke beberapa pelanggan setia Telkomsel, pembagian hewan kurban pada saat Perayaan Lebaran Haji, mengadakan acara Safari Ramadhan di daerah yang masyarakatnya kurang mampu, pembagian tiket mudik gratis kepada pelanggan Telkomsel, pemeriksaan kesehatan secara gratis di Kampoeng Telkomsel Andi Tonro yang baru saja dilaksanakan dalam rangka merayakan Ulang Tahun Telkomsel yang ke-16 dan masih banyak lagi. Program CSR Telkomsel disusun dan dibuat oleh divisi CSR, kemudian Corcomm menjadi media untuk mengkomunikasikan aktivitas tersebut kepada publik internal maupun eksternal. Khalayak sasaran aktivitas CSR Telkomsel adalah Pelanggan Telkomsel, Masyarakat secara luas, Media (wartawan atau jurnalis), Internal PT Telkomsel (karyawan/shareholder), LSM, Pihak Akademisi dan Pemerintah. Berbicara tentang penyusunan program CSR, program ini disusun oleh divisi CSR kemudian dibantu oleh Corcomm untuk dikomunikasikan ke publik secara luas. Setelah program CSR jadi, CSR akan berkordinasi dengan pihak-pihak lain di perusahaan yang akan terlibat dalam aktivitas CSR, dalam hal ini pihak Corcomm yang akan membantu mengkomunikasikan adanya sebuah 116 aktivitas CSR kepada publik. Tahap treakhir, yaitu evaluasi juga dilakukan baik secara internal maupun melibatkan pihak-pihak luar (eksternal) guna memperoleh masukan serta kritikan membangun dari pelaksanaan aktivitas CSR yang sudah dilakukan oleh Telkomsel. Telkomsel juga menerapkan aktivitas prinsip CSR dalam melaksanakan program CSR-nya, seperti Sustainability berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber daya di masa depan, kemudian Accountability dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan untuk membangun citra (image) dan network terhadap para pemangku kepentingan (stakeholders), sedangkan Transparency adanya pelaporan aktivitas CSR yang dilakukan kepada pihak internal dan juga eksterbal perusahaan Telkomsel. Aktivitas Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh Telkomsel Area Pamasuka itu dapat meningkatkan citra positif perusahaan karena dapat menunjukkan bahwa Telkomsel tidak hanya berorientasi pada bisnis dan keuntungan. Terbentuk nilai plus di mata publik secara luas terhadap PT Telkomsel sebab adanya aktivitas CSR yang dilakukan. 2. Faktor pendukung dan penghambat dari aktivitas CSR PT Telkomsel Area Pamasuka dalam upaya meningkatkan citra perusahaan di kota Makassar ini berkaitan. Faktor-faktor ini tergantung dari Telkomsel sendiri. Faktor ini terbentuk karena adanya keinginan masyarakat untuk bekerja sama dan meminta bantuan kepada perusahaan besar seperti Telkomsel dengan memberikan proposal kegiatan CSR. Telkomsel akan 117 memprioritaskan proposal kegiatan yang tema kegiatan CSR-nya mengenai tema yang diangkat Telkomsel setiap tahun dan ini adalah faktor pendukung bagi publik. Uraian di atas dapat menjadi faktor penghambat bagi publik jika proposal kegiatan CSR yang dimasukkan ke Telkomsel tidak sesuai dengan tema program CSR untuk setiap tahunnya. Hal ini akan menjadi faktor penghambat bagi publik karena Telkomsel akan meletakkan proposal kegiatan tersebut untuk prioritas berikutnya. Tahun 2011 merupakan tahun pendidikan bagi Telkomsel sehingga proposal kegiatan CSR yang akan diterima adalah proposal kegiatan CSR yang menyangkut dengan bidang pendidikan. B. Saran-saran Untuk lebih menyukseskan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan oleh Telkomsel Area Pamasuka sebagai upaya untuk meningkatkan citra perusahaan di kota Makassar, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan tugas-tugas dalam Corporate Communication di Telkomsel Area Pamasuka, maka sebaiknya para karyawan lainnya dibekali pendidikan dan pengetahuan lebih di dalam bidang Corporate Social Responsibility (CSR). Sehingga tidak hanya satu orang yang menjadi kunci dalam pelaksanaan aktivitas CSR di Telkomsel Area Pamasuka. Meningat kemajuan ilmu pengetahuan terjadi terusmenerus sehingga perlu untuk dilakukan penyesesuaian. Hal ini juga akan 118 semakin menunjang pekerjaan itu sendiri serta menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang biasa terjadi, misalnya miss communication antar pimpinan dengan karyawan serta karyawan dengan karyawan dalam penyampaian kebijakan-kebijakan perusahaan., mengingat khalayak internal maupun eksternal sangat heterogen. 2. Memaksimalkan tahap evaluasi sehingga dalam penyusunan program aktivitas CSR yang akan datang, permasalahan yang sama tidak akan timbul. Selain itu, mempertahankan bentuk kepercayaan dan dukungan pihak manajemen kepada Coroprate Communication, karena hal ini sangat berarti, apalagi melihat ketidakseimbangan antara jumlah karyawan dengan tugas yang akan diemban selaku ujung tombak perusahaan Telkomsel Area Pamasuka. 3. Sebaiknya PT Telkomsel Area Pamasuka lebih menyebarluaskan aktvitas CSR-nya supaya setiap masyarakat, khususnya di kota Makassar bisa merasakan bantuan dari Telkomsel.