ICT Guru - Repository | UNHAS

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Maraknya penggunaan telepon seluler (ponsel) di zaman modern ini
menyebabkan
para
pengusaha
melirik
peluang
bisnis
dalam
bidang
telekomunikasi. Mereka berbondong-bondong untuk mengembangkan sistem
telekomunikasi yang terbaik bagi penggunanya. Dalam kurun waktu sepuluh
tahun terakhir, industri telekomunikasi bergerak cepat. Betapa tidak jika pada
tahun 1999 laju pertumbuhan sektor telekomunikasi masih relatif kecil
dibandingkan pertumbuhan sektor lainnya, misalnya sektor perdagangan dan
manufaktur.
Pada tahun 2008, sektor telekomunikasi yang merupakan bagian dari
teknologi
informasi
dan
komunikasi
(Information,
Communication
and
Technology/ICT) ini mampu memberi satu kontribusi hingga 1,8 persen terhadap
produk domestik bruto (PDB). Perkembangan industri, khususnya industri
telekomunikasi pada dasarnya ditujukan untuk memberikan manfaat bagi
kesejahteraan
masyarakat
baik
melalui
pembukaan lapangan pekerjaan,
tersedianya jaringan berkomunikasi melalui ponsel yang berkualitas baik,
mendatangkan devisa negara, pembayaran pajak, maupun peningkatan kualitas
pendidikan. Namun, pada kenyataannya selain dampak positif di atas,
perkembangan industri menuai berbagai dampak negatif antara lain, kerusakan
lingkungan hidup serta menimbulkan permasalahan sosial, yaitu konflik antara
2
perusahaan dengan penduduk setempat akibat adanya kesenjangan secara sosial
maupun ekonomi antara pelaku usaha (korporat) dengan masyarakat sekitar
perusahaan.
Kenyataan bahwa keberadaan perusahaan di lingkungan masyarakat
hampir pasti membawa dampak negatif, meskipun memiliki kemanfaatan untuk
kesejahteraan dan pembangunan. Beberapa kasus berskala nasional dan
internasional, seperti global warming, pencemaran lingkungan, radiasi serta
munculnya berbagai penyakit mematikan akibat infeksi bahan kimia dari
industrialisasi yang adalah sederetan excess negative externalities industrialisasi.
Oleh karena itu, perusahaan tidak boleh mengembangkan diri sendiri dengan tidak
memperhatikan lingkungan.
Mencermati sisi negatif industrialisasi tersebut, tidak adil manakala
masyarakat harus menanggung beban sosial. Mengingat masyarakat adalah pihak
yang tidak memperoleh kontra prestasi langsung dari industrialisasi, terutama
masyarakat garis bawah yang secara modal dan kesempatan tidak memiliki akses
terhadap hiruk-pikuk industrialisasi. Sementara, justru mereka yang harus
menanggung dampak sosial dan lingkungan.
Perkembangan industri telekomunikasi, khususnya telekomunikasi
seluler di kota Makassar sedang berkembang pesat, apalagi dengan bertambahnya
jumlah operator telepon seluler di kota Makassar. Oleh karena itu, pemerintah
kota Makassar dapat meningkatkan pendapatannya dan terbukanya lapangan
pekerjaan bagi para pengangguran di kota Makassar. Hal ini merupakan sebuah
dampak yang sangat positif bagi masyarakat luas.
3
Adapun peraturan dari pemerintah yang mengatur tentang CSR atau
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang terdapat pada Undang-undang Nomor
40 Tahun 2007 adalah
(1) Perseroan Terbatas yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggsung
Jawab Sosial dan Lingkungan, (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan kewajiban Perseroan yang
dilanggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran,
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan (4) Ketentuan lebih kanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Kemudian ada juga UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal Pasal 15(b) yang berbunyi demikian : setiap penanam modal berkewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam kedua undang-undang
tersebut di atas mengatur seluruh badan usaha (perusahaan) Perseroan Terbatas
(PT) diwajibkan untuk melaksanakan program CSR atau Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan. Hal ini menyebabkan PT Telkomsel merasa terpanggil untuk
senantiasa melaksanakan aktivitas CSR meskipun Telkomsel bukan sebuah
perusahaan yang menggunakan sumber daya alam sebagai sumber utama barang
produksinya.
Dari sekian banyak operator seluler di Indonesia, PT Telkomsel
merupakan salah satu perusahan operator telepon seluler terbesar di Indonesia.
Sebagai pelopor operator telekomunikasi seluler GSM pertama dan terbesar di
Indonesia, Telkomsel terdorong untuk selalu tampil terdepan dengan terus
melakukan inovasi dan membuat terobosan baru agar tercapainya pelayanan yang
terbaik bagi pelanggannya dan tetap menjadi operator telepon seluler terbesar di
4
Indonesia di tengah ketatnya persaingan antar operator telepon seluler pada saat
ini. Melalui visi inilah, Telkomsel tetap menjadi pilihan utama bagi sebagian
besar masyarakat Indonesia.
PT Telkomsel telah memberikan pelayanan yang terbaik bagi para
penggunanya. Telkomsel mengklaim dirinya sebagai operator telekomunikasi
seluler terbesar di Indonesia, dengan 100 juta pelanggan (pada April 2011) dan
menguasai 50%
pengguna ponsel di Indonesia (pada Juni 2010), sedangkan
pelanggan Blackberry Telkomsel Area Pamasuka (Papua, Maluku, Sulawesi,
Kalimantan) naik 255% (pada November 2010).
Total jumlah pelanggan Telkomsel Area Pamasuka adalah 25 juta (pada
April 2011), dengan rincian sebagai berikut : Papua berjumlah 1,05 juta
pelanggan, Maluku berjumlah 2,75 juta pelanggan, Sulawesi berjumlah 11,1 juta
pelanggan dan Kalimantan berjumlah 10,1 juta pelanggan. Sedangkan jumlah
pelanggan Telkomsel untuk wilayah Sulselbar adalah 4,9 juta yang merupakan
setengah dari total jumlah pelanggan di Pulau Sulawesi. Melalui data ini dapat
dilihat bahwa sebagian besar masyarakat Sulawesi Selatan adalah pelanggan
Telkomsel. Penulis melihat bahwa sangat memungkinkan melakukan penelitian
megenai PT Telkomsel di daerah Sulsel, khususnya di kota Makassar yang
merupakan ibukota dimana pusat tempat dilaksanakannya aktivitas CSR
Telkomsel. Selain itu, kantor pusat PT Telkomsel Area Pamasuka terdapat di kota
Makassar sehingga pusat aktivitas CSR juga terlaksana di tempat ini.
Menurut informasi yang penulis dapatkan pada saat melakukan pra
penelitian di kantor Telkomsel Area IV Pamasuka, saat ini Telkomsel sedang
5
berlomba-lomba dengan beberapa kompetitornya dalam hal pelaksanaan program
CSR. Data-data yang penulis dapatkan menunjukkan bahwa operator XL dan
Indosat juga berbondong-bondong melaksanakan aktivitas CSR. Penulis
mengumpulkan data dari kumpulan kliping PT Telkomsel selama tahun 2010
yang memuat berita mengenai CSR. Melalui data ini, dapat dilihat bahwa
perusahaan operator telepon seluler yang paling banyak melaksanakan aktivitas
CSR adalah Telkomsel. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang
aktivitas CSR dari PT Telkomsel, khususnya di Area Pamasuka.
Aktivitas CSR
Telkomsel
Indosat
XL
Flexi
Axis
Esia
Gambar 1.1
Sumber : Kumpulan Kliping PT Telkomsel Area Pamasuka tahun 2010
Telkomsel bekerja pada jaringan 900/1800 MHz, sedangkan di pasar
internasional, jaringan Telkomsel telah mencakup 288 jaringan roaming
internasional di 155 negara pada akhir tahun 2007. Untuk di kota Makassar
sendiri, kartu GSM dari PT Telkomsel sangat diminati oleh masyarakatnya.
Kebanyakan warga kota Makassar menggunakan simPATI dan kartuAS. Semua
6
itu karena Telkomsel menyediakan pelayanan yang sangat memuaskan, tarif
murah dan jaringan kuat.
Dengan adanya jaringan kuat dan berkulitas baik dari Telkomsel, maka
masyarakat kota Makassar yang menggunakan kartu GSM Telkomsel dapat
berkomunikasi melalui ponsel dengan lancar. Kemudian Telkomsel juga banyak
memberikan promosi pada saat hari raya, seperti pada saat bulan Ramadhan, hari
raya Lebaran, Natal dan lain-lain. Selain itu, Telkomsel senantiasa memberikan
pelayanan yang terbaik bagi pelanggan setianya, dengan memberikan beberapa
hadiah yang menarik pada event-event tertentu. Semua itu demi kepuasan para
pelanggan setia Telkomsel dan masyarakat kota Makassar secara keseluruhan.
Namun, dampak positif tersebut belum tentu dirasakan oleh semua pihak
di kota Makassar. Pada saat ini kita tentu tahu bahwa citra (image) Telkomsel
sedang tidak begitu bagus di mata masyarakat dan secara khusus di mata para
pelanggan setianya. Kita melihat bahwa saat ini jaringan GSM Telkomsel sedang
tidak stabil dan kadang buruk. Permasalahan ini tentu membuat persepsi para
pelanggan dan masyarakat kota Makassar menjadi negatif. Belum lagi penulis
melihat bagaimana citra (image) yang terbentuk pada masyarakat yang tinggal di
sekitar BTS (Base Transceiver Station) dari Telkomsel. Mengingat pasti ada
dampak negatif yang mereka peroleh akibat adanya BTS di sekitar pemukiman
mereka.
Penulis kemudian melakukan survey di beberapa lokasi BTS Telkomsel
yang ada di kota Makassar. Ada beberapa jenis lokasi BTS yang penulis dapatkan,
yaitu BTS yang dibangun di atas tanah dan BTS yang dibangun di atas sebuah
7
gedung. BTS yang dibangun di atas tanah itu menggunakan lahan masyarakat
sekitar, sebagai contoh BTS yang terdapat di kecamatan Tamalanrea, kelurahan
Tamalanrea Indah yang dibangun tepat di depan rumah warga tersebut. Sudah
jelas bahwa tanah tempat berdirinya BTS tersebut disewa oleh pihak perusahaan
operator telepon seluler. Menurut warga yang memiliki lahan itu, tidak ada rasa
kuatir sedikit pun akan adanya bahaya dari kehadiran BTS di sekitar
pemukimannya. Kemudian lokasi BTS berikutnya terdapat di Jalan Gunung
Merapi. BTS ini berdiri di atas sebuah rumah toko (ruko) masyarakat. Pendapat
pemilik ruko ini juga sama dengan pendapat pemilik lahan di atas. Mereka
mungkin tidak menganggapnya sebagai sebuah bahaya karena mereka
memperoleh bayaran yang cukup banyak dari biaya penyewaan.
Namun, pendapat para warga yang juga bermukim di daerah tersebut
berbeda. Mereka sebenarnya takut dengan bahaya yang ditimbulkan dari adanya
BTS tersebut. Tidak banyak dari warga tersebut yang mengetahui adanya bahaya
radiasi yang ditimbulkan oleh BTS. Dampak jangka panjang yang ditimbulkan
bisa
memicu
timbulnya
penyakit-penyakit
yang
mungkin
sulit
untuk
disembuhkan. Warga ingin menuntut, tapi mereka tidak tahu-menahu akan
menuntut ke pihak siapa.
Menyikapi masalah tersebut, PT Telkomsel Area Pamasuka senantiasa
berupaya melaksanakan ragam kegiatan yang mungkin bisa bersentuhan dengan
masyarakat di kota Makassar. Oleh karena itu, pihak Telkomsel sendiri harus
merancang
dan
mengembangkan
program-program
Corporate
Social
Responsibility dengan pengertian konsep yang termaksud. Hal tersebut berarti
8
bahwa pihak perusahaan harus menjalin kerjasama dengan masyarakat dalam
durasi yang panjang, yang tidak hanya bertumpu pada pemberian bantuan sosial
yang sifatnya sementara dan pendukung, bahkan dalam jangka panjang untuk
pengembangan masyarakat, maupun untuk pengembangan perusahaan itu sendiri.
Interaksi perusahaan dengan masyarakat ini terwujud dalam sebuah departemen,
yaitu Corporate Communication and Secretary yang sering dikenal dengan
Corporate Social Responsibility (yang selanjutnya disebut CSR).
Corporate Social Responsibility diartikan dalam bahasa Indonesia
sebagai Tanggung jawab Sosial Perusahaan. Kotler dan Lee (2005) dalam Solihin
(2009:5) memberikan rumusan : Corporate Social Responsibility (CSR) is a
commitment to improve community well being through discretionary business
practises and contribution of corporate resources. Dalam definisi tersebut, CSR
merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut meningkatkan
kesejahteraan komunitas dan bukan merupakan aktivitas bisnis yang diwajibkan
oleh hukum dan perundang-undangan seperti kewajiban untuk membayar pajak.
Tanggung jawab bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah kondisi
yang penting bagi perusahaan yang harus dipenuhi untuk mempertahankan
hubungan positif dengan para stakeholder-nya. CSR telah menjadi sebuah alat
penting untuk membangun kepercayaan dengan konstituen perusahaan.
Kesadaran
tentang
pentingnya
penerapan
Corporate
Social
Responsibility (CSR) dalam implementasinya, PT Telkomsel Area Pamasuka
senantiasa merasa sebagai bagian dari komunitas dan bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan hidup masyarakat di kota Makassar. PT Telkomsel sendiri sudah
9
banyak melakukan aktivitas atau kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)
yang sekiranya dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya
pelanggan setia dari kartu GSM Telkomsel, seperti mengadakan Safari Ramadan
bagi anak yatim piatu dan kaum dhuafa, memberikan tiket mudik gratis,
meningkatkan mutu pendidikan bagi anak sekolah dan guru, mengadakan
kegiatan-kegiatan untuk komunitas-komunitas yang berhubungan
dengan
Telkomsel dan lain-lain.
Di
PT
Telkomsel
Area
Pamasuka
sendiri,
Corporate
Communication and Secretary memegang peranan penting dalam menangani
hubungan eksternal perusahaan yang menyangkut tanggung jawab sosial
perusahaan dengan pelanggan setia Telkomsel dan masyarakat luas di kota
Makassar. CSR Telkomsel ini difokuskan kepada program yang sifatnya
berkelanjutan. Namun, apakah program Corporate Social Responsibility (CSR)
dari PT Telkomsel Area Pamasuka sudah meningkatkan citra positif perusahaan,
sedangkan implementasi kemandirian dan kegiatan sosial untuk pelanggan setia
Telkomsel dan masyarakat di kota Makassar baru berjalan selama setahun.
Hasil survei “The Millenium Poll on CSR” (1999) yang dilakukan oleh
Environcis International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of
Wales Business Leader Forum (London) terhadap 25.000 responden di 23 negara,
disurvei terkait social responsibility dalam membentuk opini dan image (citra)
perusahaan, ,menunjukkan 60% dari responden ,menyatakan bahwa etika bisnis,
praktik sehat terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan paling berperan
dalam membentuk reputasi perusahaan. Sementara 40% responden juga
10
berpendapat bahwa citra perusahaan dan brand image paling mempengaruhi
kesan positif mereka. Anehnya, hanya 1/3 opini responden terbentuk dari faktorfaktor bisnis fundamental, seperti faktor finansial, ukuran perusahaan, strategi
perusahaan dan manajemen. Lebih lanjut, sikap dari 40% konsumen terhadap
perusahaan yang dinilai tidak melakukan program CSR dan 50% dari responden
berpendapat tidak akan membeli atau menggunakan produk yang dihasilkan
perusahaan jika tidak berkomitmen terhadap social responsibility, mereka akan
bicara kepada orang lain tentang reputasi jelek perusahaan yang bersangkutan.
Melalui uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
aktivitas atau kegiatan CSR sangat berpengaruh terhadap pembentukan opini yang
kemudian menjadi sebuah citra perusahaan di mata masyarakat. Terlebih lagi,
para kompetitor Telkomsel juga berbondong-bondong melaksanakan kegiatan
CSR. Oleh karena itu, pihak Telkomsel seharusnya lebih banyak melaksanakan
kegiatan yang bersentuhan langsung dengan seluruh lapisan masyarakat di kota
Makassar. Pelaksanaan kegiatan CSR yang baik secara otomatis akan
mendapatkan corporate image (citra perusahaan) yang baik pula. Sudah saatnya
perusahaan meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat sekitar sebagai bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan terhadap publik, sehingga perusahaan dapat
mempertahankan sustainable company.
11
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai CSR di PT Telkomsel Area Pamasuka dengan
judul :
“Aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka
Dalam Upaya Meningkatkan Citra Perusahaan di Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area
Pamasuka dalam upaya meningkatkan citra perusahaan di Makassar?
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat aktivitas
Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka dalam
upaya meningkatkan citra perusahaan di Makassar?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui aktivitas Corporate Social Responsibility PT
Telkomsel
Area
Pamasuka
dalam
upaya
meningkatkan
citra
perusahaan di Makassar.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area
Pamasuka dalam upaya meningkatkan citra perusahaan di Makassar.
12
2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan Teoretis
a. Sebagai
bahan
masukan
terhadap
pengembangan
ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu komunikasi.
b. Menarik serta merangsang peneliti-peneliti baru dalam bidang
pembentukan citra perusahaan (corporate image) melalui aktivitas
Corporate
Social
menyesuaikan
Responsibility,
dengan
sehingga
perkembangan
dan
selalu
dapat
kemajuan
ilmu
pengetahuan.

Kegunaan Praktis
a.
Sebagai sumber tambahan dan masukan bagi PT Telkomsel Area
Pamasuka dalam menjalankan aktivitas Corporate Social
Responsibility untuk ke depannya.
b.
Menjadi bahan kajian bagi perusahaan lain dalam menjalankan
aktivitas
Corporate
Social
Responsibility
dalam
upaya
meningkatkan citra suatu perusahaan.
D. Kerangka Konseptual
Pada zaman sekarang sudah begitu banyak perusahaan yang memiliki
departemen yang menangani kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
masyarakat di sekitar perusahaan maupun masyarakat secara luas. Perusahaan
selalu punya kewajiban kepada masyarakat tempat mereka beroperasi. Pihak yang
13
biasa menangani hubungan dengan masyarakat disebut Public Relations (PR) atau
Hubungan Masyarakat.
Menurut Lattimore dan Baskin (2010:4),
Public Relations adalah sebuah fungsi kepemimpinan dan manajemen yang
membantu pencapaian tujuan sebuah organisasi, membantu mendefinisikan
filosofi serta memfasilitasi perubahan organisasi. Para praktisi Public Relations
berkomunikasi dengan semua masyarakat internal dan eksternal yang relevan
untuk mengembangkan hubungan yang positif serta menciptakan konsistensi
antara tujuan organisasi dengan harapan masyarakat. Mereka juga
mengembangkan, melaksanakan dan mengevaluasi program organisasi yang
mempromosikan pertukaran pengaruh serta pemahaman di antara konstituen
organisasi dan masyarakat.
Pada suatu perusahaan, Public Relations atau Humas bukanlah suatu
jabatan yang mudah, melainkan jabatan yang sangat berat. Sedangkan menurut
Cutlip, Center
dan Broom (2006:6),
Public Relations (PR) adalah fungsi
manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan
bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau
kegagalan organisasi tersebut.
Kedudukan Public Relations dalam sebuah perusahaan ialah sebagai
penghubung antara manajemen perusahaan dengan publik. Dengan kata lain,
secara struktural PR merupakan bagian integral dari suatu lembaga atau
organisasi. Artinya, Public Relations merupakan salah satu fungsi manajemen
modern yang terdapat pada manajemen perusahaan yakni bagaimana melakukan
komunikasi timbal balik (two way communications) yang bertujuan untuk
menciptakan saling pengertian, menghargai, memercayai, menciptakan goodwill,
memperoleh dukungan publik, memberi penjelasan jika terjadi krisis dan
14
sebagainya demi tercapainya citra yang positif bagi suatu lembaga atau
perusahaan.
Pada akhirnya. PR dinilai berdasarkan dampaknya terhadap masyarakat.
Segi positif dari PR yang bertanggung jawab secara sosial, yaitu :
1. PR meningkatkan praktik profesional dengan melakukan kodifikasi dan
menegakkan perilaku etis dan standar kinerja.
2. PR meningkatkan perilaku organisasi dengan menekankan perlunya
persetujuan publik.
3. PR melayani kepentingan publik dengan mengartikulasi semua sudut
pandang dalam forum publik.
4. PR melayani masyarakat yang terpecah-pecah dan berbeda-beda dengan
menggunakan komunikasi dan mediasi untuk menghilangkan misinformasi
dan perselisihan.
5. PR
memenuhi
tanggung
jawab
sosialnya
untuk
meningkatkan
kesejahteraan manusia dengan membantu sistem sosial beradaptasi dengan
perubahan dan lingkungan.
Praktik profesional PR yang etis harus mengutamakan kepentingan publik dan
tanggung jawab sosial di atas keuntungan pribadi.
Melalui uraian di atas, dapat dilihat bahwa salah satu aktivitas atau
kegiatan Public Relations adalah melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan
kepada masyarakat. Perusahaan selalu memiliki kewajiban kepada masyarakat
tempat mereka beroperasi. Dalam hal ini PR melaksanakan aktivitas Corporate
Social Responsibility (CSR). PR yang terdapat pada PT Telkomsel terwujud
15
dalam sebuah departemen yang disebut dengan Corporate Communication and
Secretary.
Public Relations atau Humas merupakan pendahulu dari fungsi
Corporate Communication (Komunikasi Korporat) yang tumbuh karena
kebutuhan. Walaupun perusahaan-perusahaan tidak memiliki strategi spesifik
untuk sistem komunikasi, mereka harus sering merespons kepada stakeholder.
Oleh karena hukum-hukum baru memaksa perusahaan untuk berkomunikasi di
banyak situasi, kebutuhan untuk terus-menerus merespons dan sumber daya yang
berdedikasi dibutuhkan untuk mengatur aliran sistem komunikasi, yaitu PR
sendiri.
Seperti yang sudah dikatakan bahwa salah satu aktivitas PR adalah
melaksanakan program CSR, maka Corporate Communication juga melaksanakan
aktivitas tersebut. Fenomena yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa perusahaan
berlomba dan berkreativitas dalam merancang berbagai kegiatan sosial guna
memikat hati publik. Perusahaan dituntut untuk memberikan kontribusi terhadap
kenaikan kehidupan masyarakat, yang bukan hanya sekedar memproduksi dan
memasok barang dan jasa bagi masyarakat. Sejalan dengan bergulirnya waktu,
kepedulian lingkungan dan kegiatan kedermaan perusahaan terus berkembang
dalam kemasan philanthropy maupun Community Development (CD).
PR memiliki proses manajemen yang dikemukakan oleh Cutlip, Center
dan Broom (2006:320) yang menggambarkan bagaimana proses manajerial yang
biasa dilakukan oleh perusahaan dalam melaksanakan aktivitas program CSR.
Proses ini terdiri dari :
16
1. Defining the Problem atau Pengumpulan Fakta
Tahap ini mencakup kegiatan mengumpulkan fakta, opini, sikap dan
perilaku dari pihak-pihak yang terkait dengan kebijakan perusahaan. PR
diarahkan untuk meneliti masalah atau fakta-fakta yang menyangkut social
responsibility yang timbul di masyarakat.
2. Planning and Programming atau Perencanaan
Tahap ini merupakan tahap membuat keputusan tentang penetapan visi
dan misi, serta tujuan, mempertimbangkan kebijakan, menetapkan target,
penetapan
program
publik,
strategi
tujuan,
struktur
organisasi,
menyediakan sumber daya manusia dan pemetaan wilayah serta penentuan
sumber dana untuk program CSR yang akan dilakukan.
3. Taking Action and Communicating (Tindakan dan Mengkomunikasikan)
Tahap yang ketiga ini merupakan kegiatan yang mengarah pada penerapan
dan mengkomunikasikan program CSR kepada publik secara sistematis,
sehingga persepsi publik dapat terbentuk dengan baik.
4. Evaluating the Program (Mengevaluasi Program)
Pada tahapan yang terakhir ini, kegiatan komunikasi dalam PR difokuskan
pada usaha untuk melakukan penilaian atas persiapan, implementasi dan
hasil dari program CSR yang sudah dilakukan.
Rhenald Kasali (2007) dalam Hadi (2011:vii) menyatakan bahwa
tanggung jawab sosial memiliki muatan strategis dalam mendukung konstruksi
strategi perusahaan guna mewujudkan keunggulan kompetitif (competitive
advantage).
17
Perhatian terhadap praktik social responsibility penting karena memiliki
koherensi dengan pembangunan berkelanjutan dan mengajarkan untuk berperilaku
seimbang, selaras dan serasi, sehingga eksploitasi yang mengarah pada ancaman
kerusakan lingkungan dapat dihindari.
Crowther David (2008) dalam Hadi (2011:59) mengurai prinsip-prinsip
tanggung jawab sosial perusahaan menjadi tiga, yaitu :
Pertama, Sustainability yang berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam
melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan
sumberdaya di masa depan. Kedua, Accountability yang merupakan upaya
perusahaan terbuka dan bertanggung jawab atas aktivitas yang telah
dilakukan. Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan
untuk membangun citra (image) dan network terhadap para pemangku
kepentingan (stakeholders). Ketiga, Transparency yang merupakan prinsip
penting bagi pihak eksternal yang berperan untuk mengurangi asimetri
informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban
berbagai dampak dari lingkungan.
Perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para
pemilik (shareholders), tetapi bergeser menjadi lebih luas, yaitu sampai pada
ranah sosial kemasyarakatan (stakeholders) yang selanjutnya disebut sebagai
CSR. Fenomena seperti itu terjadi karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat
negative externalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi.
Perusahaan hendaknya memerhatikan stakeholders karena mereka adalah pihak
yang memengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung
atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan oleh perusahaan. Jika
perusahaan tidak memerhatikan stakeholders, bukan tidak mungkin akan menuai
protes dan membuat citra perusahaan (corporate image) menjadi negatif.
Berdasarkan asumsi dasar dari Teori Stakeholder tersebut, perusahaan
tidak dapat melepaskan diri dengan lingkungan sosial sekitarnya. Adapun citra
18
(image) negatif yang akan terbentuk jika perusahaan tidak memerhatikan
stakeholders-nya.
Setelah melakukan segala proses manajemen Public Relations untuk
aktivitas program CSR, maka akan terjadi feedback (tanggapan balik) dari publik
yang bersangkutan dengan program CSR yang dilaksanakan. Tanggapan balik
yang diberikan oleh publik akan membentuk citra perusahaan (corporate image).
Image positif dari para pemangku kepentingan (stakeholders) dapat dirasakan,
serta membantu dalam pembangunan berkelanjutan.
Akhirnya kegiatan Corporate Social Responsibilty di perusahaan tersebut
dapat dikelola secara profesional dan transparan sehingga CSR sebagai salah satu
implementasi good corporate governance dapat segera terwujud dan yang terlebih
penting citra (image) positif perusahaan dapat terbentuk.
Dengan mengacu pada berbagai pendapat yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka berdasarkan penerapan kerangka teori pada penelitian ini dapat
disusun sebuah bagan kerangka konseptual sebagai berikut :
19
PT TELKOMSEL Area Pamasuka
Corporate Communication Public Realtions
Proses Manajemen PR :
1.
2.
3.
4.
Defining the Problem
Planning and Programming
Taking Action and Communicating
Evaluating the Program
Prinsip Aktivitas
Corporate Social
Responsibility :
Teori
Stakeholder



Sustainability
Accountability
Transparency
Faktor-faktor
Pendukung dan
Penghambat
Stakeholders
Gambar 1.2
Corporate Image
(Citra Perusahaan)
20
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap konsep-konsep yang
digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan pengertian
sebagai berikut :
1. Aktivitas Corporate Social Responsibility adalah pelaksanaan
kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan PT Telkomsel Area
Pamasuka terhadap masyarakat secara luas guna mempengaruhi opini
publik atau tanggapan balik
sehingga dapat meningkatkan citra
perusahaan di Makassar.
2. PT Telkomsel adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa
telekomunikasi dan merupakan salah satu operator telekomunikasi
seluler GSM terbesar di Indonesia dan sangat berkembang pesat di
kota Makassar.
3. Area Pamasuka adalah area atau wilayah Papua, Maluku, Sulawesi
dan Kalimantan (disingkat Pamasuka). Telkomsel membagi wilayah
pemasaran produknya di Indonesia menjadi empat area dan
Pamasuka merupakan Area IV yang mewakili di daerah timur
Indonesia dan berkantor pusat di kota Makassar.
4. Corporate Communication adalah departemen komunikasi di PT
Telkomsel yang menjalankan aktivitas komunikasi dengan publik
internal dan publik eksternal-nya.
21
5. Defining the Problem adalah tahap awal untuk mengumpulkan faktafakta mengenai masalah social responsibility yang terjadi di
masyarakat yang bersangkutan dengan Telkomsel.
6. Planning and Programming merupakan tahap penetapan semua yang
menyangkut dengan program CSR yang akan dilakukan oleh
perusahaan Telkomsel.
7. Taking Action and Communicating merupakan tahap implementasi
atau pelaksanaan dan penyampaian program CSR kepada masyarakat.
8. Evaluating the Programs merupakan tahap akhir dari proses
manajemen PR dimana dilakukan evaluasi mulai dari tahapan awal
hingga tahapan implementasi program CSR sehingga terbentuk
feedback dari stakeholders.
9. Sustainability adalah prinsip aktivitas CSR yang memperhitungkan
keberlanjutan sumberdaya di masa depan.
10. Accountability adalah prinsip aktivitas CSR yang dijadikan sebagai
media perusahaan membangun citra positif.
11. Transparency adalah pelaporan aktivitas CSR kepada pihak
eksternal.
12. Teori Stakeholder adalah teori tanggung jawab sosial perusahaan
yang digunakan untuk melihat bagaimana aktivitas CSR PT
Telkomsel dalam membentuk citra perusahaannya di Makassar.
13. Stakeholders merupakan publik eksternal yang bersangkutan dengan
PT Telkomsel Area Pamasuka di kota Makassar.
22
14. Corporate Image (Citra Perusahaan) adalah citra positif yang
terbentuk dari aktivitas Corporate Social Responsibility PT
Telkomsel Area Pamasuka yang berasal dari opini publik eksternal.
F. Metode Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kota Makassar dan yang menjadi obyek
penelitian adalah Coporate Communication and Secretary PT Telkomsel
Area IV Pamasuka (Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan)
yang
berkantor di Jl. Jenderal Sudirman no. 38 Makassar. Penelitian ini
berlangsung dari bulan Maret hingga pertengahan Juni 2011.
2. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif yang mana
data digambarkan secara obyektif berdasarkan data atau fakta yang
diperoleh di lokasi penelitian.
3. Tipe Pengumpulan Data
Menurut Strauss dan Corbin (1997) dalam Ruslan (2003:202) penelitian
kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuanpenemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur
statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan penelitian ini, maka peneliti melakukan pengumpulan
data. Data yang digunakan adalah sebagai berikut :
23
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan
melalui :
1) Observasi atau pengamatan secara langsung di lokasi penelitian.
2) Wawancara (interview) secara langsung dengan beberapa informan
yang merupakan sumber data utama dalam penelitian ini.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui kajian beberapa
literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat, dari
rujukan teoritis yang relevan dengan membaca beberapa buku,
majalah, buletin, surat kabar serta internet. Selain itu, beberapa data
yang diperoleh dari PT Telkomsel Area Pamasuka sendiri.
4. Informan
Untuk menentukan informan dalam penelitian ini, peneliti memilih
informan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam aktivitas
Corporate Social Responsibility dan dianggap mengetahui masalah yang
diteliti serta dapat memberikan informasi yang akurat mengenai masalah
yang diteliti. Informan yang relevan dalam penelitian ini adalah :
a. Jowvy Kumala : Manager Corporate Communication and Secretary
PT Telkomsel Area Pamasuka.
b. Ibrahim : Yayasan LAGZIS (yang diberi bantuan CSR oleh
Telkomsel).
24
c. Erman S. : Staf Kepemerintahan Kel. Pa’baeng-baeng, Kec. Tamalate
(yang diberi bantuan CSR oleh Telkomsel).
d. Syahrir Tayang : Ketua RT 001/RW 010 Kel. Pa’baeng-baeng, Kec.
Tamalate (yang diberi bantuan CSR oleh Telkomsel).
5. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian serta pengamatan langsung di lapangan (Field Research), yaitu
di PT Telkomsel Area Pamasuka dan teknik penelitian yang digunakan
dalam memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan adalah
sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan. Peneliti mengamati secara langsung ke tempat yang
dijadikan lokasi penelitian.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Peneliti akan
menggunakan teknik wawancara, dimana peneliti akan bertatap muka
secara langsung dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap
dan akurat. Wawancara ini dilakukan ke beberapa orang yang menjadi
informan yang mempunyai kaitan erat atau berwenang dengan masalah
yang diteliti.
25
c. Studi Pustaka atau Literatur (Library Research)
Teknik pengumpulan data yang diambil dari buku-buku ilmiah,
literatur dan sumber lainnya yang memiliki keterkaitan dan hubungan
dengan permasalahan yang diteliti untuk menambahkan beberapa data
yang perlu diperjelas dan akan digunakan sebagai landasan teori
sebagai pendukung teoritis dalam permasalahan yang peneliti angkat.
6. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data pada penelitian ini, maka peneliti menggunakan
teknik deskriptif kualitatif dengan penekanan utama pada penelitian
sumber,
mengungkapkan
fakta
(menguraikan
data
dengan
mendeskripsikan data yang diperoleh dari penelitian, baik data primer
maupun data sekunder) dengan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti, kemudian data yang diperoleh diuraikan serta dikembangkan
berdasarkan teori yang ada. Maka akan diperoleh gambaran jelas
mengenai aktivitas Corporate Social Responsibility yang dilakukan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam upaya meningkatkan citra
perusahaan PT Telkomsel di Makassar.
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Public Relations
1. Pengertian Public Relations
Pengertian Public Relations (yang selanjutnya disebut PR) itu sendiri
sangat banyak. Para ahli dalam bidang inipun memiliki definisi tersendiri
mengenai PR. Namun, adapula orang-orang yang masih bingung dengan definisi
PR, apalagi ditambah dengan banyaknya rumusan dan deskripsi tentang PR.
Kebanyakan perbedaan rumusan tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.
Selain itu, jenis organisasi atau perusahaan dan taraf PR itu dilaksanakan juga
ikut memengaruhi definisi PR.
Oleh karena itu, penulis mencoba menuangkan beberapa definisi PR
menurut beberapa ahli yang terkenal dalam bidang ini. Penulis mulai dengan
mengupas makna dari kata “Public” dan “Relations” terlebih dahulu. Bila istilah
Public Relations diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, maka istilah itu
mengandung arti “hubungan dengan publik”.
Pengertian “Public” adalah sekelompok orang yang menaruh perhatian
pada sesuatu hal yang sama jenisnya, mempunyai minat dan kepentingan yang
sama. Publik dapat merupakan kelompok kecil, terdiri atas orang-orang yang
berjumlah sedikit, juga dapat merupakan kelompok besar yang terdiri atas orangorang yang jumlahnya besar bahkan bisa sangat besar. Kata publik dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia berarti orang banyak, berbeda dengan pengertian massa
27
secara umum, publik tidak berkumpul dalam suatu tempat tertentu melainkan
tersebar. Publik mempunyai tujuan yang lebih terarah, pandangan terhadap
masalah dan menentukan sikap serta menentukan pilihan.
Istilah “Relations” bagi PR merupakan sebuah prinsip karena
mengandung arti adanya hubungan timbal balik (two way communications). Lalu
dalam praktiknya, selalu dalam pengertian positif, artinya bahwa “relations”
diadakan dalam rangka memperoleh a sound and productive relations, baik
dengan publik tertentu maupun dengan masyarakat pada umumnya.
PR pada dasarnya berfungsi untuk menghubungkan publik-publik atau
pihak-pihak yang berkepentingan di dalam suatu organisasi/instansi/perusahaan.
Tidak hanya sekedar hubungan biasa melainkan hubungan efektif yang antara
pihak-pihak yang berkepentingan demi tercapainya kepentingan dan kepuasan
bersama.
Public Relations atau Hubungan Masyarakat adalah fungsi manajemen
yang
mengevaluasi
sikap
publik,
mengidentifikasikan
kebijaksanaan-
kebijaksanaan dan prosedur-prosedur seorang individu atau sebuah organisasi
berdasarkan kepentingan publik, dan menjalankan pengertian dan penerimaan
publik. Secara spesifik, definisi umum PR disimpulkan sebagai seni (arts) dan
gabungan dari disiplin ilmu manajemen, komunikasi, psikologi, sosial dan
marketing, untuk membentuk agar perusahaan atau lembaga, nama dan
produknya menjadi disukai dan dapat dipercaya oleh publiknya. Dalam
hubungannya dengan target audience atau stakeholder tersebut, dikenal tiga tipe
tentang apa yang disukai dan tidak disukai, yaitu :
28
a. Those who know you and like you (mengenal dan menyukai Anda).
b. Those who know you and don't like you (mengenal dan tidak menyukai
Anda).
c. Those who neither you nor care you (tidak dikenal maka tidak
disukai).
Dimulai dari definisi PR menurut The British Institute of Public
Relations, yaitu an effort to establish and maintain mutual understanding
between organization and its public (suatu upaya untuk membangun dan
mempertahankan saling pengertian antara organisasi dan publiknya).
Onong Uchjana Effendy dalam Kriyantono (2008:4) memberi pengertian
PR sebagai berikut,
Komunikasi dua arah (two way communications) antara organisasi dengan
publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan
manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama dan pemenuhan
kepentingan bersama.
Sedangkan menurut Cutlip dan Center (2006:6), Public Relations (PR)
adalah
Public relations is the management functions that establishes and maintains
mutually beneficial relationshif between an organization and the publics on
whom its success of failure depends (PR adalah fungsi manajemen yang
membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara
organisasi dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan
organisasi tersebut).
Dari semua definisi yang dipaparkan tersebut mempunyai maksud yang
sama, yaitu untuk memperoleh pengertian, kepercayaan, dukungan melalui suatu
kegiatan komunikasi timbal balik (two way communications). Kegiatan
29
komunikasi tersebut, baik itu dilakukan dalam organisasinya, maupun
komunikasi dengan publik-publik di luar organisasi/instansi/perusahaan.
2. Konsep Public Relations
Seringkali terlontar kalimat yang lazim diutarakan oleh kalangan pebisnis
istilah 4P (Price, Product, Place and Promotion). Istilah ini diperdengarkan oleh
seorang pakar pemasaran, yaitu Philip Kotler dan sering dikampanyekan oleh
para pakar pemasaran. Tetapi rupanya guru pemasaran ini melihat bahwa ada hal
lain yang perlu ditambahkan pada konsep 4P di atas yang disarikan menjadi
Mega Marketing (Price, Product, Place, Promotion,
Power and
Public
Relations). Kata terakhir yaitu Public Relations (PR) mungkin bukan hal yang
baru di telinga kita sebab sejak era tahun 2000 istilah ini sering menjadi bagian
dari topik-topik dari talk show baik yang dilakukan lewat media elektronik
maupun di seminar-seminar. Sadarkah kita pada arti kata PR atau yang dibahasaindonesiakan Hubungan Masyarakat sehingga menempati arti yang penting
dalam
kegiatan
operasional
sebuah
organisasi/perusahaan/institusi.
PR
dikarenakan fungsi dan tugas pokok sebagai image builder (pembangun citra)
dari sebuah organisasi/perusahaan/institusi. Organisasi/perusahaan/institusi yang
baik dan menempati hati atau tertanam dalam benak (mindset) para pelanggan
adalah institusi yang mempunyai citra positif, setiap citra positif yang
ditampilkan oleh institusi terhadap publiknya membuat publik (pelanggan)
”meletakkan” keyakinannya pada organisasi/perusahaan/institusi tersebut. PR
juga mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai ”jembatan” antara institusi
dengan publiknya (pelanggannya) kerangka kerja yang positif.
30
Menurut Sukatendel (1990) dalam Ardianto (2004) mendefinisikan PR
sebagai suatu metode komunikasi untuk penciptaan citra positif dari mitra
organisasi/perusahaan/institusi atas dasar kesadaran yang untuk menghormati
kepentingan bersama. Apabila disari ada sejumlah butir penting yaitu :
a. PR adalah sebuah ilmu yang cabang keilmuan dari Ilmu Komunikasi.
Sebagai suatu cabang keilmuan maka PR bukan sekadar menjadi isu semata
tetapi
mempunyai
dasar
berpikir
yang
dapat
dijelaskan
dan
dipertanggungjawabkan melalui metode logika tertentu layaknya pengujian
terhadap cabang keilmuan lainnya.
b. Citra adalah obyek dari PR telah menjadi kebutuhan dari institusi layaknya
sumber daya yang telah ada seperti sumber daya manusia, sumber daya
keuangan, sumber daya peralatan bahkan sumber daya pengetahuan
(knowledge dalam knowledge management).
c. Mitra adalah subyek dari PR disamping organisasi/perusahaan/institusi itu
sendiri. Mitra adalah bagian dari operasi sebuah organisasi, tanpa mitra
sebuah organisasi tidak dapat berjalan.
3. Proses Manajemen Public Relations
Public Relations (PR) terus menjadi salah satu bidang yang sangat
dinamis dalam kehidupan berorganisasi di seluruh dunia. Salah satu alasannya
adalah karena praktisi PR membutuhkan keterampilan dan kapabilitas yang
beragam untuk keberhasilan pekerjaan mereka. Inti dari kegiatan PR adalah
mengetahui apa yang menggerakkan dan mempengaruhi sikap seseorang yang
memungkinkan terbentuknya opini yang menguntungkan atau merugikan
31
terhadap organisasi/perusahaan/instansi. Fungsi sentral PR adalah menunjang
menajamen dalam mencapai tujuan organisasi dengan komunikasi sebagai
kegiatan utamanya.
Perlu dipahami bahwa PR merupakan fungsi manajemen yang memiliki
tanggung jawab manajerial terhadap masyarakat dan khalayak umum (publik)
atau hal-hal yang lebih khusus. PR adalah bagian proses perubahan dan
pemecahan masalah di dalam organisasi/perusahaan/instansi yang dilakukan
secara ilmiah. Proses PR sebagai proses yang berkelanjutan perlu terus berjalan
mengingat lingkungan organisasi/perusahaan/instansi pun bergerak secara
dinamis, sehingga organisasi/perusahaan/instansi perlu menanggapi dinamika
lingkungan tersebut. Relasi organisasi/perusahaan/instansi dengan publiknya
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal
organisasi/perusahaan/instansi. PR terus berusaha menjaga agar relasi antara
organisasi/perusahaan/instansi dengan publiknya tetap berjalan pada jalur yang
benar dan membawa kepuasan bersama bagi semua pihak.
Praktisi PR menggunakan teori dan bukti terbaik yang ada untuk
melakukan proses manajemen PR yang dikemukakan oleh Cutlip, Center dan
Broom (2006:320) yang menggambarkan bagaimana proses manajerial yang
biasa dilakukan oleh perusahaan dalam melaksanakan aktivitas PR. Proses ini
terdiri dari :
a. Defining the Problem (Mendefinisilan Masalah)
Tahap ini mencakup kegiatan mengumpulkan fakta, opini, sikap dan
perilaku dari pihak-pihak yang terkait dengan kebijakan perusahaan. PR
32
diarahkan untuk meneliti masalah atau fakta-fakta yang menyangkut
dengan organisasi/perusahaan/instansi. Pada dasarnya ini adalah fungsi
intelijen organisasi/perusahaan/instansi. Fungsi ini menyediakan dasar
untuk semua langkah dalam proses pemecahan masalah dengan
menentukan “Apa yang sedang terjadi saat ini?”.
b. Planning and Programming (Perencanaan dan Pemrograman)
Tahap ini merupakan tahap membuat keputusan tentang penetapan visi
dan misi, serta tujuan, mempertimbangkan kebijakan, menetapkan target,
penetapan
program
publik,
strategi
tujuan,
struktur
organisasi,
menyediakan sumber daya manusia dan pemetaan wilayah serta penentuan
sumber dana aktivitas PR yang akan dilakukan. Langkah ini akan
mempertimbangkan dari temuan dari langkah dalam membuat kebijakan
dan program organisasi/perusahaan/instansi.
c. Taking
Action
and
Communicating
(Mengambil
Tindakan
dan
Berkomunikasi)
Tahap yang ketiga ini merupakan kegiatan yang mengarah pada penerapan
dan mengkomunikasikan program-program PR kepada publik secara
sistematis, sehingga persepsi publik dapat terbentuk dengan baik. Kegiatan
yang
dilakukan
adalah
mengimplementasikan
program
aksi
dan
komunikasi yang didesain untuk mencapai tujuan dari program.
d. Evaluating the Program (Mengevaluasi Program)
Pada tahapan yang terakhir ini, kegiatan komunikasi dalam PR difokuskan
pada usaha untuk melakukan penilaian atas persiapan, implementasi dan
33
hasil dari program-program PR yang telah dilakukan. Penyesuaian akan
dilakukan pada saat program diimplementasikan dan didasarkan pada
evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana program tersebut berhasil
atau tidak.
Pengumpulan Fakta
Definisi Permasalahan
Perencanaan dan Program
Aksi dan Komunikasi
Evaluasi
Gambar 2.1
4. Fungsi dan Aktivitas Public Relations
Cutlip, Center dan Broom dalam Effective Public Relations (2007:11),
merumuskan bagian-bagian dari fungsi Public Relations (PR) antara lain :
a. Hubungan Internal adalah bagian khusus dari PR yang membangun dan
mempertahankan hubungan yang baik dan saling bermanfaat antara
manajer
dan
karyawan
tempat
organisasi/perusahaan/instansi
menggantungkan kesuksesannya.
b. Publisitas adalah informasi yang disediakan oleh sumber luar yang
digunakan oleh media karena informasi itu memiliki nilai berita. Metode
penempatan pesan di media ini adalah metode yang tak bisa dikontrol
34
(uncontrolled) sebab sumber informasi tidak memberi bayaran kepada
media untuk pemuatan informasi tersebut.
c. Advertising adalah informasi yang ditempatkan di media oleh sponsor
tertentu yang jelas identitasnya yang membayar untuk ruang dan waktu
penempatan informasi tersebut. Ini adalah metode terkontrol dalam
menempatkan pesan di media.
d. Press Agentry adalah penciptaan berita dan peristiwa yang bernilai berita
untuk menarik perhatian media massa dan mendapatkan perhatian publik.
e. Public Affairs adalah bagian khusus dari PR yang membangun dan
mempertahankan hubungan pemerintah dan komunitas lokal dalam rangka
memengaruhi kebijakan publik.
f. Lobbying adalah bagian khusus dari PR yang berfungsi untuk menjalin dan
memelihara hubungan dengan pemerintah terutama dengan tujuan
memengaruhi penyusunan undang-undang dan regulasi.
g. Manajemen
Isu
adalah
proses
proaktif
dalam
mengantisipasi,
mengidentifikasi, mengevaluasi dan merespons isu-isu kebijakan publik
yang memengaruhi hubungan organisasi/perusahaan/institusi dengan publik
mereka.
h. Hubungan Investor adalah bagian dari PR dalam perusahaan korporat yang
membangun dan menjaga hubungan yang bermanfaat dan saling
menguntungkan dengan shareholder dan pihak lain di dalam komunitas
keuangan dalam rangka memaksimalkan nilai pasar.
35
i. Pengembangan adalah bagian khusus dari PR dalam organisasi nirlaba
yang bertugas membangun dan memelihara hubungan dengan donor dan
anggota dengan tujuan mendapatkan dana dan dukungan sukarela.
Sementara
Rosady
Ruslan
(2005)
dalam
Suparmo
(2011:91)
mengemukakan secara garis besar fungsi aktivitas PR adalah sebagai berikut :
a. Communicator
Kemampuan sebagai communicator adalah segala kemampuan yang terkait
secara langsung maupun tidak langsung dengan media cetak, elektronik,
tatap muka, lisan dan lainnya. Selain itu juga kemampuan untuk bertindak
sebagai mediator dan persuader.
b. Relationship
Kemampuan di bidang relationship adalah kemampuan PR membangun
hubungan
yang
positif
antara
organisasi/perusahaan/instansi
yang
diwakilinya dengan publik internal dan publik eksternal. PR juga berupaya
menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan kerja sama dan
toleransi di antara kedua belah pihak tersebut.
c. Back-up Management
Kemampuan sebagai back-up management adalah kemampuan untuk
melaksanakan dukungan manajemen atau menunjang kegiatan lain, seperti
bagian manajemen promosi, pemasaran, operasional dan personalia.
d. Good Image Maker
Kemampuan sebagai good image maker adalah kemampuan menciptakan
citra atau publikasi yang positif. Kemampuan ini merupakan prestasi,
36
reputasi dan sekaligus menjadi tujuan utama manajemen kehumasan
organisasi/perusahaan/instansi.
e. Creator
Kemampuan sebagai creator adalah kemampuan yang terkait dengan
kewajiban
PR
menciptakan
berbagai
macam
program
organisasi/perusahaan/instansi sesuai dengan tujuan dan sasarannya.
f. Conceptor
Kemampuan sebagai conseptor adalah kemampuan yang terkait dengan
tugas PR menyusun dan menuliskan berbagai macam naskah yang
diperlukan organisasi/perusahaan/instansi sesuai dengan writing skill-nya.
g. Problem Solver
Kemampuan sebagai problem solver adalah kemampuan PR sebagai bagian
dari tatanan dan jajaran di dalam organisasi/perusahaan/instansi serta turut
bertanggung jawab memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.
B. Corporate Communication
1. Pengertian Corporate Communication
Public Relations (PR) atau Hubungan Masyarakat (Humas) merupakan
pendahulu dari fungsi Corporate Communication (Komunikasi Korporat) yang
tumbuh karena adanya kebutuhan. Walaupun perusahaan-perusahaan tidak
memiliki strategi spesifik untuk sistem komunikasi, mereka harus sering
merespons kepada publik internal dan eksternal. Oleh karena hukum-hukum
baru memaksa perusahaan untuk berkomunikasi di banyak situasi yang dulunya
37
mereka tidak terbiasa dikonfrontasi dan kebutuhan untuk terus-menerus
merespons menunjukkan bahwa sumber daya yang berdedikasi dibutuhkan
untuk mengatur aliran sistem komunikasi. Menurut penjelasan tersebut,
Corporate Communication memiliki definisi yang sama dengan PR. Corporate
Communication pun menjalankan fungsi-fungsi PR yang sudah kita ketahui.
Corporate Communication adalah pesan yang dikeluarkan oleh sebuah
organisasi atau perusahaan, badan, atau lembaga kepada publik. “Publik”, baik
dari internal yaitu karyawan, stakeholder, dan pemegang saham maupun
eksternal seperti agens-agensi, mitra, media, pemerintah, badan industri dan
institusi-institusi, serta masyarakat intelek dan masyarakat umum. Suatu
organisasi harus mengomunikasikan pesan yang sama ke semua yang
berkepentingan , untuk mengirimkan koherensi , kredibilitas dan etika. Jika salah
satu esensi ini ada yang hilang, maka seluruh organisasi kemungkinan akan
gagal. Corporate Communication membantu organisasi menjelaskan misi
mereka, menggabungkan banyak visi dan nilai-nilai menjadi sebuah pesan
kohesif kepada stakeholder.
Menurut buku Essentials Corporate Communication oleh Cees van Riel
dan Charles Fombrun,
Komunikasi Korporat dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang
termasuk dalam pengelolaan dan pengaturan segala komunikasi internal dan
eksternal yang ditujukan untuk menciptakan titik awal yang menguntungkan
dengan para pemilik kepentingan, tempat di mana perusahaan bergantung.
Komunikasi perusahaan terdiri dari penyebaran informasi oleh sebuah divisi
ahli dalam sebuah organisasi, dengan tujuan umum meningkatkan
kemampuan organisasi untuk mempertahankan lisensi untuk beroperasi.
(http://wikipedia.org)
38
Konsep Corporate Communication dapat dilihat sebagai struktur
komunikasi integratif yang menghubungkan para pemilik kepentingan kepada
organisasi atau perusahaan. Struktur Corporate Communication adalah sebuah
sistem yang memungkinkan perusahaan untuk mengatur segala bentuk dan jenis
komunikasi secara strategis.
2. Corporate Communication dan Public Relations
Oleh karena kata Public Relations sangat umum, tidak heran kalau
organisasi/perusahaan/instansi yang berbeda menamai fungsinya secara berbeda
pula. Kata communication dan Corporate Communication sekarang sering
digunakan
untuk
menyebut
fungsi
Public
Relations
di
banyak
organisasi/perusahaan/instansi.
Corporate Communication menghasilkan dan mempromosikan sebagai
berikut :

Budaya perusahaan yang kuat

Identitas korporat

Filosofi perusahaan

Corporate citizenship

Sebuah hubungan yang sesuai dan profesional terhadap pers, termasuk
respons yang cepat dan bertanggung jawab terutama saat terjadi krisis

Memahami alat komunikasi dan teknologinya

Pendekatan untuk komunikasi global.
Bagaimana organisasi berkomunikasi dengan karyawannya, pers, dan
pelanggan dalam menjaga dan menghidupkan nilai perusahaan itu sendiri.
39
Komunikasi perusahaan merupakan segala hal tentang mengelola persepsi dan
memastikan:

Efektif dan tepat waktu dalam penyebaran informasi

Citra perusahaan yang positif

hubungan yang lancar dan sejalan dengan stakeholder
Baik itu tubuh perusahaan, organisasi, lembaga, organisasi non-
pemerintah atau badan pemerintah, semua memerlukan citra dan reputasi positif.
Dalam kompetisi yang semakin meningkat saat ini, akses mudah terhadap
informasi dan media, manajemen reputasi telah menjadi semakin penting. Oleh
karena itu, Corporate Communication telah menjadi aset yang signifikan untuk
kelangsungan hidup perusahaan. Corporate Communication kini telah muncul
sebagai suatu ilmu dan seni manajemen persepsi.
3. Tugas utama Corporate Communication
Tanggung jawab Corporate Communication adalah:

Untuk menyempurnakan profil dari perusahaan (corporate branding);

Untuk meminimalkan perbedaan antara identitas perusahaan yang
diinginkan dan fitur merek;

Untuk mendelegasikan tugas-tugas dalam komunikasi;

Untuk merumuskan dan melaksanakan prosedur yang efektif untuk
membuat keputusan mengenai urusan komunikasi;

Untuk menggerakkan dukungan internal dan eksternal demi tujuantujuan perusahaan;
40

Untuk
berkoordinasi
dengan
perusahaan-perusahaan
bisnis
internasional. (http://wikipedia.org)
4. Alat Corporate Communication
Komunikasi yang terintegrasi dapat dicapai dalam berbagai cara. Empat
hal yang utama adalah:
a. Penerapan sistem identitas visual (kadang-kadang disebut sebagai "house
style");
b. Penggunaan komunikasi pemasaran terpadu;
c. Ketergantungan pada koordinasi;
d. Adopsi sistem perencanaan terpusat.
Menurut penelitian, lebih dari setengah dari kepala Departement
Corporate Communication mengawasi fungsi komunikasi yang mencakup
komunikasi internal/eksternal, mengelola reputasi perusahaan dan merek,
merekrut dan mempertahankan karyawan berbakat, peluncuran produk,
mengembangkan strategi perusahaan, Corporate Social Responsibility (CSR),
meningkatkan
persepsi
investor/analis,
dan
mengelola
krisis.
(http://wikipedia.org)
C. Corporate Social Responsibility (CSR)
1. Latar Belakang Munculnya Konsep CSR
Berkembang pesatnya dunia usaha saat ini membuat peran dunia usaha
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dan mempertimbangkan
faktor lingkungan hidup tentu saja sangat diperlukan. Corporate Social
41
Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan berkembang
sejalan dengan inter-relasi antara perusahaan dengan masyarakat yang sangat
ditentukan oleh dampak yang timbul dari perkembangan dan peradaban
masyarakat. Semakin tinggi tingkat peradaban masyarakat, khususnya akibat
perkembangan ilmu sehingga meningkatkan kesadaran dan perhatian lingkungan
memunculkan tuntutan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini disebabkan
oleh adanya peningkatan pengetahuan, meningkatkan keterbukaan ekspektasi
masa depan dan sustainabilitas pembangunan.
Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Hadi (2011:48), menyatakan bahwa
pergeseran dampak negatif industrialisasi memicu illegitimasi masyarakat
karena peningkatan pengetahuannya. Perubahan nilai, norma dan peradaban
masyarakat menuntut tanggung jawab sosial perusahaan secara meluas. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa CSR bersifat dinamis, sesuai dengan konteks
yang melingkupinya.
Batasan
konsep
CSR
mengalami
perkembangan
dalam
sejarah
keberadaannya. Mengingat bahwa CSR salah satunya muncul dari tuntutan
stakeholder sebagai akibat bagian dari hak yang dimiliki terganggu oleh
eksistensi perusahaan. Selain ketimpangan ekonomi antara pengusaha dengan
masyarakat sekitar, kegiatan operasional perusahaan umumnya memberikan
dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan
sekitar operasi perushaan. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya konsep
CSR atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
42
Secara umum, CSR akan menjadi hal yang tak terpisahkan dalam usaha
penciptaan kesejahteraan oleh perusahaan yang dalam jangka panjang dapat
meningkatkan dan memperkuat nilai perusahaan di mata masyarakat. Hal ini
akan terasa ketika perushaan tengah berada di masa-masa sulit akibat dilanda
krisis atau pun terpaan publisitas negatif.
Penulis memahami bahwa CSR merupakan kewajiban bagi pelaku bisnis
untuk dapat menyinergikan antara kegiatan bisnis dengan tujuan dan nilai-nilai
yang ada di dalam masyarakat.
2. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) masih sangat banyak
dan hingga saat ini pun dimana CSR semakin populer, masih saja belum
memiliki definisi atau pengertian yang tunggal. Johnson dan Johnson (2006)
dalam Hadi (2011:46) mendefinisikan Corporate Social Responsibility is about
how companies manage the business processes to produce an overall positive
impact on society. Definisi tersebut pada dasarnya berangkat dari filosofi
bagaimana cara mengelola perusahaan, baik sebagian maupun secara
keseluruhan memiliki dampak yang positif bagi perusahaan dan lingkungan.
Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengelola bisnis operasinya dengan
menghasilkan produk yang berorientasi secara positif terhadap masyarakat dan
lingkungan.
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
yang merupakan lembaga internasional yang berdiri tahun 1955 dan
beranggotakan 120 perusahaan multinasional yang berasal dari 30 negara di
43
dunia, lewat publikasinya “Making Good Business Sense” mendefinisikan CSR
yaitu :
Continuing commitment by business to behave ethically and contributed to
economic development while improving the quality of life of the workforce and
their families as well as of the local community and society at large (Tanggung
jawab sosial perusahaan merupakan satu bentuk tindakan yang berangkat dari
pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi,
yang bersama-sama dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan berikut
keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan
masyarakat secara lebih luas).
Di negara kita sendiri Indonesia memiliki Lingkar Studi CSR yang telah
sejak lama menggunakan definisi CSR sebagai berikut :
Upaya sungguh-sungguh darintitas bisnis meminimumkan dampak negatif dan
memaksimumkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku
kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan (http://csrindonesia.com).
Dari pengertian-pengertian di atas, peneliti memahami bahwa CSR
adalah komitmen perusahaan dalam bertindak secara etis dan berkontribusi
untuk peningkatan ekonomi dan sosial kepada seluruh stakeholder-nya serta
memerhatikan lingkungan sekitar perusahaan dengan baik agar tercapai tujuan
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
3. Prinsip Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)
Ranah tanggung jawab sosial (social responsibility) mengandung dimensi
yang sangat luas dan kompleks. Di samping itu, tanggung jawab sosial (social
responsibility) juga mengandung interpretasi yang sangat berbeda, terutama
dikaitkan dengan kepentingan pemangku kepentingan (stakeholder). Untuk itu,
dalam rangka memudahkan pemahaman dan penyederhanaan, banyak ahli
44
mencoba menggarisbawahi prinsip dasar yang terkandung dalam Corporate
Social Responsibility (CSR).
Crowther David (2008) dalam Hadi (2011:59) mengurai prinsip-prinsip
tanggung jawab sosial perusahaan menjadi tiga, yaitu :
Pertama, Sustainability yang berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam
melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan
sumberdaya di masa depan. Kedua, Accountability yang merupakan upaya
perusahaan terbuka dan bertanggung jawab atas aktivitas yang telah
dilakukan. Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan
untuk membangun citra (image) dan network terhadap para pemangku
kepentingan (stakeholders). Ketiga, Transparency yang merupakan prinsip
penting bagi pihak eksternal yang berperan untuk mengurangi asimetri
informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban
berbagai dampak dari lingkungan.
Kemudian Alyson Warhurst dalam Rahman (2009:15-16) mengajukan
prinsip aktivitas CSR sebagai berikut :
a. Prioritas korporat; mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas
tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan.
b. Manajemen terpadu; mengintegrasikan kebijakan, program dan praktik ke
dalam suatu kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen.
c. Proses perbaikan; secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan,
program dan kinerja sosial korporat, berdasar temuan riset mutakhir dan
memahami kebutuhkan sosial.
d. Pendidikan karyawan; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta
motivasi karyawan.
e. Pengkajian; melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan
atau proyek baru, dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan
lokasi pabrik.
45
f. Produk dan jasa; mengembangkan barang dan jasa yang berdampak
positif pada lingkungan sosial.
g. Informasi publik; memberi informasi tentang segala hal yang menyangkut
dengan produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan.
h. Fasilitas dan operasi; mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan
yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial.
i. Penelitian; melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial dari
bahan baku, produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan
kegiatan usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi
dampak negatif.
j. Prinsip pencegahan; segala sesuatu yang mencegah dampak sosial yang
bersifat negatif.
k. Kontraktor dan pemasok; mendorong penggunaan prinsip-prinsip CSR
yang dijalankan kalangan kontraktor dan pemasok.
l. Siaga dalam menghadapi darurat.
m. Transfer best practice; berkontribusi pada pengembangan dan transfer
praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industri
dan sektor publik.
n. Memberi sumbangan akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung
jawab sosial.
o. Keterbukaan; menumbuhkembangkan keterbukaan segala sesuatu yang
terjadi antara pihak korporat dengan publik internal dan publik
eksternalnya.
46
p. Pencapaian dan pelaporan; mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan
audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteris
korporat.
4. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
a. Manfaat Finansial bagi Perusahaan

Menurunkan biaya operasional perusahaan

Meningkatkan volume penjualan dan pangsa pasar

Menarik calon investor

Pertumbuhan nilai saham yang signifikan

Membuat kesejahteraan karyawan lebih baik

Mencegah risiko dari dampak sosial

Mencegah risiko dari dampak alam
b. Manfaat Non Finansial bagi Perusahaan
Manfaat non finansial bertendensi adanya pergerakan CSR dari suatu
perusahaan yang menghasilkan, tidak berbentuk uang tetapi berbentuk
peningkatan kapasitas dan kapabiliti perusahaan tersebut secara kualitatif
dan tentu sangat menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri. Ini manfaat
dari pelaksanaan program CSR yang bersifat non finansial bagi
perusahaan adalah “Memperkuat Reputasi Perusahaan”, yaitu :
1) Kepercayaan
Untuk suatu bangunan kepercayaan yang kokok dibutuhkan prinsipprinsip kode etik, transparansi, keterbukaan, proses bisnis yang
beretika dan mekanisme audit. Kemudian harus ada suplemen agar
47
kepercayaan itu menjadi strategi berbisnis yang berkesinambungan.
Suplemen itu melibatkan proses pembentukan kepercayaan dengan
stakeholders.
2) Kredibilitas
Reputasi perusahaan akan semakin berkembang melalui kerja keras
dalam menjaga serta meningkatkan kredibilitas. Area kredibilitas
tersebut
mencakup
kredibilitas
kredibilitas
lingkungan.
finansial,
Pengetahuan
dan
kredibilitas
kompetensi
sosial,
serta
kepemimpinan. Kunci-kunci ini yang harus dijalani perusahaan
menuju proses masif peningkatan reputasi perusahaan.
3) Tanggung Jawab
Bertanggung jawab dalam mengelola dampak negatif dari operasional
perusahaan adalah bagian sistematis yang harus dilaksanakan
perusahaan tanpa syarat apa pun, karena tanggung jawab akan dilihat
sebagai suatu sikap yang sangat penting dari penilaian dalam
memperkuat reputasi perusahaan.
4) Akuntabilitas
Akuntabilitas berorientasi untuk memperkuat reputasi perusahaan
sebagai skema pelaporan aktivitas CSR kepada stakeholder dan
bersifat dua arah.
5) Mengelola risiko bisnis secara lebih tanggap dan terperinci
Reputasi perusahaan menyangkut stigma bahwa bagaimana risiko
suatu bisnis akan dikelola lebih tanggap, detail dan presisi.
48
5. Jenis-jenis Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)
Kotler dan Lee (2005) dalam Kartini (2009:63-75) menyebutkan enam
kategori aktivitas Corporate Social Responsibility, sebagai berikut :
a. Promosi Kegiatan Sosial (Cause Promotions)
Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan menyediakan dana atau sumber daya
lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap suatu kegiatan sosial atau untuk mendukung
pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau perekrutan tenaga
sukarela untuk suatu kegiatan tertentu.
b. Pemasaran terkait Kegiatan Sosial (Cause Related Marketing)
Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan memiliki komitmen untuk
menyumbangkan presentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu
kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan produk. Kegiatan ini
biasanya didasarkan kepada penjualan produk tertentu, untuk jangka
waktu tertentu serta untuk aktivitas derma tertentu. Contoh kegiatan CSR
ini antara lain : menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap
produk yang terjual.
c. Pemasaran Kemasyarakatan Korporat (Corporate Societal Marketing)
Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan mengembangkan dan melaksanakan
kampanye
untuk
mengubah
perilaku
masyarakat
dengan
tujuan
meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian
lingkungan
hidup
serta
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
Kampanye Corporate Societal Marketing lebih banyak terfokus untuk
49
mendorong perubahan perilaku yang berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut :

Isu-isu kesehatan

Isu-isu perlindungan terhadap kecelakaan atau kerugian

Isu-isu lingkungan

Isu-isu keterlibatan masyarakat
d. Kegiatan Filantropi Perusahaan (Corporate Philanthropy)
Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan memberikan sumbangan langsung
dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan
tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai, bingkisan/paket
bantuan atau pelayan secara cuma-cuma. Contoh kegiatan ini adalah
penyediaan beasiswa, pemberian produk, penggunaan fasilitas yang
dimiliki perusahaan dan lain-lain.
e. Pekerja
Sosial
Kemasyarakatan
secara
Sukarela
(Community
Volunteering)
Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan mendukung serta mendorong para
karyawan, rekan pedagang eceran, atau para pemegang frenchise agar
menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasiorganisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran
program.
50
f. Praktik Bisnis yang Memiliki Tanggung Jawab Sosial (Socially
Responsible Business Practice)
Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis
melampaui
aktivitas
bisnis
yang
diwajibkan
oleh
hukum
serta
melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup.
Yang dimaksud komunitas di sini adalah shareholder, stakeholder dan
publik, baik itu publik internal maupun publik eksternal. Contoh aktivitas
yang dilakukan adalah membuat fasilitas yang memenuhi keamanan
lingkungan dan keselamatan yang ditetapkan, mengembangkan berbagai
program untuk menunjang terciptanya kesejahteraan masyarakat, dan
masih banyak lagi.
D. Stakeholder
Perusahaan merupakan unit bisnis yang keberadaannya tak dapat dilepas
dari lingkungan masyarakat sekitar. Untuk itu, ekesistensi perusahaan harus sesuai
(congrience) dengan harapan masyarakat sekitar. Secara teoretis, cakupan
stakeholder (pemangku kepentingan) dijelaskan dalam teori Stakeholder. Menurut
Hummels (1998) dalam Hadi (2011:103), Stakeholder are individuals and groups
who have legitimate claim on the organization to participate in the decission
making process simply because they are affected by the organization’s practices,
policies and actions.
51
Rhenald Kasali (2005) dalam Hadi (2011:104) membagi stakeholder
menjadi lima bagian, yaitu :
1. Stakeholder Internal adalah stakeholder yang berada di dalam lingkungan
organisasi/perusahaan/instansi, misalnya karyawan, manajer dan pemegang
saham (shareholder). Stakeholder Eksternal adalah stakeholder yang berada
di luar lingkungan orgnisasi/perusahaan/instansi, seperti penyalur atau
pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers,
kelompok investor, licening partner dan lain sebagainya.
2. Stakeholder Primer merupakan stakeholder yang harus diperhatikan oleh
organisasi/perusahaan/instansi
stakeholder
merupakan
yang
kurang
stakeholder
dan
Stakeholder
penting
sedangkan
yang
sering
Sekunder
merupakan
Stakeholder
diabaikan
Marjinal
oleh
organisasi/perushaan/instansi.
3. Stakeholder Tradisional adalah karyawan dan konsumen karena saat ini
sudah berhubungan dengan organisasi/perusahaan/instansi. Sedangkan
Stakeholder Masa Depan adalah stakeholder pada masa yang akan datang
diperkirakan
akan
memberikan
pengaruh
pada
organisasi/perusahaan/instansi, seperti peneliti, konsumen potensial, calon
investor (investor potensial) dan lain-lain.
4. Stakeholder Prononents merupakan stakeholder yang berpihak kepada
perusahaan, stakeholder opponents merupakan stakeholder yang tak
memihak perusahaan, sedang stakeholder uncommited adalah stakeholder
yang tak peduli lagi terhadap perusahaan.
52
5. Silent majority dan vocal minority. Dilihat aktivitas stakeholder dalam
melakukan komplain atau mendukung perusahaan, tentu ada yang
menyatakan penentangan atau dukungannya secara vokal (aktif), namun ada
pula yang menyatakan secara silent (pasif).
E. Teori Stakeholder
Perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para
pemilik atau pemegang saham (shareholder) sebagaimana yang terjadi selama
ini, tetapi bergeser menjadi lebih luas, yaitu sampai pada ranah sosial
kemasyarakatan (stakeholder), selanjutnya disebut tanggung jawab sosial (social
responsibility). Fenomena seperti itu terjadi karena adanya tuntutan dari
masyarakat akibat negative externalities yang timbul serta ketimpangan sosial
yang terjadi. Untuk itu, tanggung jawab perusahaan yang semula hanya diukur
sebatas pada indikator ekonomi (economic focused) dalam laporan keuangan,
kini harus bergeser dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial (social
dimentions) terhadap stakeholder, baik internal maupun eksternal.
Jones, Thomas dan Andrew dalam Hadi (2011:94) menyatakan bahwa
pada hakikatnya stakeholder theory mendasarkan diri pada asumsi, antara lain :
1. The corporation has relationship with many constituenty groups
(stakeholder) that effect and are affacted by its decisions (Freeman,
1984).
2. The theory is concerned with nature of these relationship in terms of both
processes and outcomes for the firm and its stakeholder.
53
3. The interests of all (legitimate) stakeholder have intrinsic value and no
set of interests is assumed to dominate the others (Clakson, 1995;
Donaldson & Preston 1995).
4. The theory focuses on managerial decision making (Donaldson & Preston
1995).
Berdasar pada asumsi dasar stakeholder theory tersebut, perusahaan tidak
dapat melepaskan diri dengan lingkungan sosial (social setting) sekitarnya.
Perusahaan perlu menjaga legitimasi stakeholder serta mendudukkannya dalam
kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat mendukung
dalam pencapaian tujuan perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan jaminan going
concern.
Esensi teori stakeholder tersebut di atas jika ditarik interkoneksi dengan
teori legitimasi yang mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya mengurangi
expectation gap dengan masyarakat (publik) sekitar guna meningkatkan
legitimasi (pengakuan) masyarakat, ternyata terdapat benang merah. Oleh karena
itu, perusahaan hendak menjaga reputasinya, yaitu dengan menggeser pola
orientasi (tujuan) yang semula semata-mata diukur dengan economic
measurement
yang
cenderung
shareholder
orientation,
ke
arah
memperhitungkan faktor sosial (social factors) sebagai wujud kepedulian dan
keberpihakan terhadap masalah sosial kemasyarakatan (stakeholder orientation).
54
F. Citra Perusahaan (Corporate Image)
1.
Pengertian Citra Perusahaan (Corporate Image)
Citra memiliki kesan yang buruk di mata insan pers dalam istilah Public
Relations (PR), tetapi permintaan akan konsultan citra tetap tinggi. Citra adalah
suatu gambaran tentang mental; ide yang dihasilkan oleh imajinasi atau
kepribadian yang ditunjukkan kepada publik oleh seorang, perusahaan,
organisasi dan sebagainya. Bagian dari kesan yang buruk mungkin terletak pada
fakta bahwa citra dapat berupa konsep yang abstrak sehingga hal tersebut dapat
menimbulkan kecurigaan.
Mackiewicz (1993) dalam Oliver (2007:51) percaya bahwa citra
korporasi yang kuat adalah aset yang penting dalam era kompetisi tanpa batas.
Namun, seberapa samar-samarnya sebuah citra, citra merupaka realitas karena
orang hanya dapat bereaksi terhadap apa yang telah mereka alami dan rasakan.
Jadi sifat citra korporasi itu sendiri, tetap merupakan sebuah bidang
pertumbuhan dari produktivitas PR yang dikombinasikan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan mengenai harapan stakeholder, tetap merupakan fokus
perhatian yang populer.
Banyak penulis dan praktisi yang berargumen bahwa keyakinan
membentuk produk serta citra merek dan orang bertindak berdasarkan citra
tersebut. Studi terkini menunjukkan bahwa citra tidak hanya terdiri dari sebuah
realitas tunggal yang dipegang oleh individu, tetapi juga mereka yang
memegang serangkaian gambaran yang saling terhubung yang terdiri dari
55
banyak unsur atau obyek yang menyatu dan yang diinterpretasikan melalui
bahasa.
Kotler (1988) dalam Oliver (2007: 53) menyatakan bahwa citra korporasi
dapat sangat spesifik atau sangat berlebihan dan bahwa beberapa organisasi
mungkin tidak ingin atau tidak memerlukan citra yang spesifik. Beberapa
organisasi lebih memilih citra yang berlebihan sehingga kelompok yang berbeda
dapat memproyeksikan kebutuhan mereka dalam organisasi dan hal ini jelas
terjadi pada cara berpikir orang Inggris.
Citra adalah perusahaan di mata publik. Citra adalah sebuah cerminan
dari identitas sebuah organisasi atau perusahaan. Sebuah organisasi atau
perusahaan dapat memiliki beberapa citra yang berbeda-beda di mata publik
yang berbeda-beda pula.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan, peneliti
memahami bahwa citra merupakan kesan yang timbul dalam diri seseorang
sebagai hasil dari pemahaman yang terbentuk dari pengetahuan dan
pengalamannya dalam memandang atau menilai sebuah organisasi atau
perusahaan. Namun, pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible) dan tidak
dapat diukur secara sistematis, melainkan wujudnya bisa dirasakan dari hasil
pekerjaan, yaitu baik atau buruk, seperti penerimaan dan tanggapan baik positif
maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khakayak sasaran) dan
masyarakat luas pada umumnya.
Image (citra) yang baik dan powerful merupakan harta yang tak ternilai
bagi perusahaan manapun karena citra perusahaan yang handal, kuat dan kokoh
56
akan memberikan banyak sekali manfaat sebagaimana yang dikemukakan oleh
Siswanto Sutojo dalam Arafat (2006 :12) sebagai berikut :
a. Mid and ling term sustainable competition position
Bagi perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan barang maupun
jasa, dengan memiliki corporate image yang positif maka hal ini dapat
melindungi perusahaan dari serangan perusahaan saingan. Citra
perusahaan yang baik dan kuat akan tumbuh menjadi “kepribadian”
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan saingan tidak akan mudah
menjiplak apa yang kita lakukan.
b. An insurance for adverse time
Ketika sebuah perusahaan berada pada masa kritis dan terlilit oleh
masalah dan tercium oleh pihak media massa, maka dalam waktu singkat
masyarakat luas akan mengetahuinya. Oleh karena perusahaan memiliki
image yang baik, maka sebagian besar masyarakat dapat memahami dan
memaafkan kesalahan yang dialami oleh perusahaan tersebut yang
menyebabkan mereka krisis.
c. Attracting the best executives available
Perusahaan yang memiliki citra positif tidak akan pernah mendapat
kesulitan yang berarti dalam merekrut karyawan-karyawan yang handal.
d. Increasing the effectiveness of marketing instrument
Dalam banyak kejadian, image baik perusahaan menunjang efektifitas
strategi
pemasaran
produk.
Pencitraan
positif
akan
membuat
57
konsumennya semakin loyal dan memiliki harapan ketika perusahaan
akan menerjunkan produk atau merek baru.
e. Cost saving
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, perusahaan dengan citra positif
akan mudah dalam merekrut karyawan handal sehingga mengakibatkan
perusahaan tidak perlu mengeluarkan dana ekstra untuk proses
recruitment dan training bagi karyawan tersebut. Tidak hanya itu,
perusahaan hanya membutuhkan usaha dan biaya yang lebih sedikit untuk
mempromosikan produk mereka ke pasar (khalayak).
2.
Jenis-jenis Citra Perusahaan (Corporate Image)
Frank Jefkins menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut adalah
lima jenis citra yang dikemukakan, yakni :
a. Citra Bayangan (Mirror Image)
Citra jenis ini adalah citra yang diyakini oleh perusahaan bersangkutan
terutama pihak manajemen yang tidak percaya “apa dan bagaimana”
kesan pihak luar terhadap institusi yang dipimpinnya, tidak selamanya
dalam posisi yang baik.
b. Citra Kini (Current Image)
Citra yang sekarang dimiliki oleh pihak luar dalam memandang institusi
tersebut. Ada kemungkinan ”citra kini” yang dimiliki oleh sebuah institusi
adalah citra yang buruk atau negatif.
58
c. Citra Harapan (Wish Image)
Citra yang menjadi harapan dan cita-cita dari suatu insitusi yang hendak
ditampilkan kepada publiknya. Idealnya citra sebuah insitusi adalah
positif.
d. Citra Perusahaan (Corporate Image)
Citra adalah citra yang berkaitan dengan sosok insititusi sebagai tujuan
utamanya, bagaimana citra institusi yang positif lebih dikenal serta
diterima oleh publiknya.
e. Citra Serbaneka (Multiple Image)
Citra ini adalah komplimen (pelengkap) dari corporate image sebagai
contoh pihak PR dapat menampilkan citra dari atribut logo, nama produk,
tampilan gedung dan lain sebagainya;
f. Citra Penampilan (Performance Image)
Citra ini lebih ditujukan kepada subyek yang ada pada institusi,
bagaimana kinerja atau penampilan diri dari para profesional pada
institusi yang bersangkutan sebagai contoh citra yang ditampilkan
karyawan dalam menangani keluhan para pelanggan.
59
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat PT Telkomsel
PT Telkomsel merupakan anak perusahaan dari PT Telkom Indonesia
dengan nilai saham sebesar 65 % dan Singapore Telecom (Singtel) dengan nilai
saham 35% yang berdiri pada tanggal 26 Mei tahun 1995. PT Telkomsel adalah
perusahaan yang bergerak di bidang operator jasa telekomunikasi selular dengan
frekuensi jaringan operator 900/1800 GSM. Telkomsel adalah kependekan dari
”Telekomunikasi Selular”, yakni perusahaan jasa telekomunikasi yang berbasis
GSM.
Telkomsel memiliki sejarah yang cukup singkat untuk menjadi operator
GSM terkemuka di Indonesia, yaitu :

Oktober 1993 Menparpostel menugaskan Telkom untuk membuat
sebuah Pilot Project GSM di pulau Batam.

November 1993 diimplementasikan Pilot Project oleh PT Telkom di
pulau Batam dan Bintan.

31 Desember 1993 proyek GSM beroperasi dan merupakan awal
komunikasi pertama antar ponsel di pulau Batam dan Bintan.

24 Agustus 1994 Telkom dan Indosat memperoleh izin prinsip
mengoperasikan sistem GSM.

1 November 1994 pembentukan perusahaan BUMN antara PT Telkom
dan PT Indosat.
60

26 Mei 1995 resmi berdiri PT Telkomsel sekaligus menandai
beroperasinya layanan GSM di Jakarta dan sekitarnya.

11 Maret 1996 status BUMN berubah menjadi PMA dengan
bergabungnya PTT Telecom Netherlands (KPN Belanda) dan PT
Setdco Megacell Asia.

29 Desember 1996 jangkauan Telkomsel seluas 27 propinsi dan
dilebih dari 340 kota kabupaten di seluruh Indonesia.

20 April 2011 Telkomsel meraih 100 juta pelanggan.
PT Telkomsel memposisikan tiga gambaran rumusan strategi untuk
memposisikan layanan mereka dengan produk terbaik, total solusi untuk
pelanggan dan menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan tetap.
PT Telkomsel mulai mengambil keuntungan besar dalam jasa dan produk
ketika jaringan servis datanya mulai mencakup keluar negeri (internasional).
Secara internasional kredibilitas Telkomsel diakui oleh 227 mitra yang mencakup
143 negara, dan sukses menjalin kemitraan dengan SingTel atas komitmen
bersama untuk menjadi salah satu pemegang saham dari Telkomsel. Perluasan
jaringan dan jasa layanan suara (voice service) menjadi fokus kunci Telkomsel,
sebab di Indonesia sendiri Telkomsel baru melakukan 4% penetrasi tahap kedua
dengan pertumbuhan pasar selular yang cepat dan tingkat persaingan operator
telepon selular yang tinggi. Pangsa pasar di Indonesia masih berjalan dengan jasa
layanan suara (Voice Service) ini berlawanan dengan aktivitas diseluruh dunia
yang sedang menuju 3G lisensi dan spektrum. Kebijakan manajemen untuk lebih
61
menguasai kompetensi pasar yang semakin ketat yang diarahkan menembus
pangsa pasar.
Sejak peluncuran produk pada bulan November 1997 Telkomsel menjadi
operator telekomunikasi selular pertama di Asia yang memperkenalkan teknologi
GSM GPRS dan Teknologi TEPI. Dengan total pendapatan PT Telkomsel sudah
tumbuh dari Rp 491 milyar tahun 1997 dan pendapatan terakhir 25,5 trilyun
diperiode yang sama jumlah pelanggan selular Telkomsel meningkat pada tanggal
31 Desember 1997 sampai pada tanggal 31 Desember 2008 menjadi 65 juta
pelanggan.
PT Telkomsel adalah operator telepon selular yang terkemuka dengan
pangsa pasar yang cukup besar, pada akhir Desember 2008 Telkomsel
mempunyai 65 juta pelanggan berdasarkan pada statistik sekitar 52 % pangsa
pasar di Indonesia dan selebihnya sudah terbagi dengan perusahaan jasa
telekomunikasi GSM sejenisnya. Disamping itu, PT Telkomsel sudah membuka
jaringan internasional dengan menjalin kerjasama dengan 143 negara Negara.
PT Telkomsel merupakan operator yang menyediakan akses layanan data
terlengkap melalui implementasi teknologi CSD, GPRS (General Packet Radio
Service), Telkomsel menyediakan beraneka ragam fitur yang memberikan
kenyamanan berkomunikasi, dari yang sifatnya dasar hingga yang tercanggih
seperti Multy Party Call, SMS2e-mail, MMS, Video Streaming, Farida Multi
Number, mobile banking, info on demand, nada sambung pribadi dan lain
sebagainya.
62
Untuk lebih menjangkau pelanggan telepon selular di seluruh Indonesia
dimanapun mereka berada PT Telkomsel telah meluncurkan sistem penjualan
dengan prinsip kepuasan pelanggan adalah kuncinya dengan berprinsip itu PT
Telkomsel dalam melayani pelanggannya mendirikan kantor pelayanan dengan
nama GraPARI Telkomsel atau Graha Pari Sraya Telkomsel yang berasal dari
bahasa Sansekerta yang diberikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai
tanda penghargaan atas diresmikannya kantor pelayanan Telkomsel di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Sejak itulah seluruh kantor pelayanan Telkomsel ditetapkan
dengan nama GraPARI Telkomsel atau Graha Pari Sraya Telkomsel.
Selain sebagai kantor pelayanan yang memfokuskan diri untuk melayani
pelanggannya, Grapari juga menyediakan penjualan produk sendiri seperti kartu
HALO, Simpati, dan Kartu AS. Grapari tidak menjual perangkat telepon selular
kecuali jika ada kebijaksanaan tertentu untuk menjual dalam bentuk paket produk
Telkomsel, hal inipun tidak selalu dilakukan. Sehingga jika ada pelanggan yang
ingin membeli perangkat telepon selular terpisah dari produk Telkomsel, maka
GraPARI akan menyarankan untuk mendapatkannya pada dealer resmi, outlet
eksklusif maupun ritel yang telah bekerjasama dengan Telkomsel.
1. Slogan, Visi, Misi dan Budaya Perusahaan
a. Slogan Telkomsel
”Paling Indonesia”
Menjadikan Telkomsel sebagai perusahaan jasa telekomunikasi seluler
pilihan yang paling banyak jumlah pelanggannya, terbukti dengan jumlah
pelanggan Telkomsel pada tahun 2011 mencapai 100 juta di Indonesia.
63
Telkomsel selalu mengutamakan kualitas dan ketersediaan kapasitas
jaringan serta menyediakan jasa pelayanan yang terbaik kepada
pelanggannya.
b. Visi
“The Best and Leading Mobile Lifestyle and Solutions Provider in The
Region”
Maknanya adalah Telkomsel ingin menyediakan kualitas dan kepuasan di
berbagai segmen pelanggan dan menyediakan berbagai gaya hidup
pelanggan.
c. Misi
“Deliver Mobile Lifestyle Services and Solution in Excelent Way That
Exceed Customer Expectation, Create Value for All Stakeholder and The
Economic Development of The Nation”
Maknanya adalah Telkomsel ingin memberikan solusi mobilitas yang
terbaik bagi pelanggan eksternal, memberikan nilai employer choice bagi
para
pemegang
saham
dan
karyawan
dan
menjadi
penggerak
perekonomian bangsa.
d. Budaya Perusahaan Telkomsel
1) Customer Intimacy : mengutamakan keakraban dan kepedulian untuk
pemenuhan kebutuhan pelanggan.

Pemahaman kebutuhan dan keinginan pelanggan

Pemberian solusi

Mengatasi keluhan
64
2) Profesionalism : mengutamakan keahlian, komitmen, dedikasi,
obyektivitas dan orientasi jangka panjang.

Tanggung jawab terhadap tugas

Tanggung jawab terhadap aset perusahaan

Manajemen waktu dan kualitas

Kontribusi pribadi
3) Teamwork : kemampuan bekerja sama secara sinergis untuk
mencapai tujuan.

Menghormati perbedaan

Komitmen terhadap tujuan tim

Umpan balik yang konstruktif

Keterlibatan dan partisipasi

Kepercayaan
4) Integrity : konsistensi antara moral dan tindakan yang sesuai dengan
standar etika dan praktik yang benar.

Karyawan perusahaan harus bersikap konsisten dalam pemikiran

Perbuatan berdasarkan peraturan dan norma perusahaan.
2. Logo dan Arti
Setiap bagian dan warna dari logo Telkomsel diatas memiliki maksud dan arti
tersendiri yaitu :
65
Gambar 3.2
Gambar 3.1
a. Lingkaran
elips
horizontal
yang
membelah
heksagon
tersebut
melambangkan penyelenggara jasa telekomunikasi domestik.
Lingkaran
elips
vertikal
melambangkan
penyelenggara
jasa
telekomunikasi internasional di Indonesia.
b. Heksagon merah itu sendiri melambangkan seluler (simbol seluler)
sedangkan warna merah memiliki makna bahwa Telkomsel berani dan
siap menyongsong masa depan dengan segala kemungkinannya.
c. Heksagon abu-abu kehitam-hitaman berarti bahwa Telkomsel selalu siap
mengayomi dan terus memenuhi kebutuhan pelanggannya, sedangkan
warna logam adalah warna logam yang berarti juga kesejukan, luwes dan
fleksibel juga melambangkan teknologi.
d. Pertemuan dua lingkaran elips berwarna putih berarti bahwa kedua
lingkaran elips tersebut berpotongan diatas heksagon merah yang
membentuk huruf “T” yang merupakan huruf awal dari Telkomsel. Warna
putih mengandung makna kebersihan, keterbukaan, transparansi dan
kecerahan.
66
67
Struktur organisasi merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu
badan usaha baik pemerintah, maupun non pemerintah karena tanpa struktur
organisasi, maka tidak akan tercapai visi misi yang diinginkan. PT Telkomsel
Area IV Pamasuka di pimpin oleh Agus Mulyadi selaku Vice President. Dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari VP dibantu oleh Manager masing-masing
Departmen dan seorang Corporate Communication. Dalam struktur organisasi
(lampiran 1), PT Telkomsel Area IV Pamasuka membawahi Sales & customer
service Regional Kalimantan dan Regional Sulawesi & Papua.
Corporate Communiacation bertugas untuk mengelola dan memelihara
image, persepsi, reputasi dan opini perusahaan yang baik dan sehat (pada publik
internal dan eksternal), serta ikut menciptakan lingkungan dan suasana bekerja
yang kondusif bagi upaya bersama mencapai tujuan strategis dan target
perusahaan, sebagai jabaran dari strategi dan kebijakan Corporate Secretary,
dalam bentuk kegiatan : publikasi, even organizing, pembangunan/pemeliharaan
hubungan baik (relationship) dengan berbagai stake holders (pers, employer,
customer, opinion markets, share holder dan investor).
B. Produk-produk dari PT Telkomsel
1. Kartu HALO
Kartu HALO adalah kartu GSM pasca bayar dari Telkomsel. Dalam kartu
HALO tertampung data pelanggan, fasilitas/jasa yang dapat dinikmati
pelanggan serta PIN guna menjaga kerahasiaan data yang terdapat
didalamnya. Selain itu kartu HALO juga mampu menampungan 200 nomor
68
telepon beserta nama serta menyimpan 40 pesan singkat yang tidak ingin
dihapus oleh pelanggan.
Tampilan kartu HALO memiliki keunikan yang tidak terdapat pada simcard
lainnya. Dengan menampilkan gambar yang menonjolkan adat istiadat dari
seluruh propinsi di Indonesia, Telkomsel ingin menyampaikan pesan
melalui kartu HALO bahwa Telkomsel adalah operator yang memiliki
cakupan diseluruh tanah air dan semangat jiwa nsionalisme.
2. simPATI
simPATI adalah simcard pra bayar dari Telkomsel. Keunggulankeunggulan dari simPATI yaitu keamanan (bebas dari penyadapan dan
penggandaan), aksebilitas, harga yang terjangkau, mutu prima dan
jangkauannya luas GSM. Keunggulan produk ini adalah daya jelajahnya
yang bisa menjangkau wilayah-wilayah di seluruh Nusantara. Sehingga
dapat dengan mudah dihubungi dan menghubungi dimana saja dan yang
paling penting tidak perlu repot dengan persyaratan administratif.
3. Kartu AS
Kini Paket Perdana (starter pack) Kartu As makin murah karena kini bisa
Anda dapatkan dengan hanya Rp.2000. Dengan Rp 2000, Anda bisa
nikmati murahnya tarif Kartu As dan berkesempatan mendapatkan banyak
tawaran promo yang memenuhi kebutuhan Anda berkomunikasi. Didukung
dengan
berbagai
layanan
berkualitas
dan
jaringan
terluas
dari
TELKOMSEL membuat Anda semakin betah menjadi pelanggan kami.
Semuanya ada di satu paket : Paket Perdana Kartu As Rp 2000.
69
Berikut keunggulan-keunggulan Kartu As yang kami persembahkan untuk
para pelanggan.
4. TELKOMSEL Flash
“High Speed Wireless Broadband”
TELKOMSELFlash adalah layanan internet tanpa kabel (wireless) yang
disediakan oleh TELKOMSEL untuk seluruh pelanggannya (kartuHALO,
simPATI dan Kartu As). Layanan ini didukung dengan teknologi
HSDPA/3G/EDGE/GPRS
TELKOMSEL
yang
dapat
menghasilkan
kecepatan download sampai dengan 7.2 Mbps. TELKOMSELFlash
menawarkan suatu pengalaman baru dalam melakukan koneksi jaringan
internet dengan kecepatan tinggi dan lokasi akses yang dapat dilakukan
dimana saja dalam jaringan HSDPA/3G/EDGE/GPRS TELKOMSEL.
C. Program-program Corporate Social Responsibility (CSR) Telkomsel
1. ICT Guru
ICT Guru adalah suatu program pendidikan bagi para guru di Indonesia
yang telah dilaksanakan tahun 2010 di 18 kota tingkat Propinsi di Indonesia.
Konsep dasar pelaksanaan program berbasis ICT dengan metodologi offline dan
online, target pelaksanaan program untuk menciptakan guru-guru di Indonesia
expertise di bidang matematika.
Program ICT Guru, menjadi kegiatan Corporate Social Responsibility
(CSR) Telkomsel berkelanjutan untuk mencetak pendidik ahli dan profesional di
bidang mata pelajaran matematika. Sepanjang program tersebut digulirkan,
70
Telkomsel telah mendidik 2.300 guru di seluruh Indonesia dengan tingkat
keberhasilan sukses dan terukur, baik bagi para guru maupun anak didik.
Memasuki tahun 2011 Telkomsel akan melebarkan target untuk mendidik
guru bidang Fisika, Kimia dan Matematika di seluruh Indonesia. Sehingga
kemampuan mengajar para guru bidang eksakta di Indonesia memiliki kualitas
sesuai standar pendidikan modern.
Pelaksanaan ICT Guru sendiri sejak tahun 2010 lalu sudah dilakukan pada
18 kota besar di Indonesia mulai dari Padang, Cimahi dan Bandung Barat,
Jakarta, Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya, Cirebon, Malang, Sidoarjo, Semarang,
Denpasar. Dilanjutkan Pontianak, Banjarmasin, Makassar, Medan, Palembang,
Bukit Tinggi hingga Kupang.
Fokus pada guru matematika tingkat Sekolah Menengah Atas serta
merangkul Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) matematika sebagai
sumber informasi terbaru tentang metode, soal hingga penyelesaiannya.
Telkomsel kemudian mengkolaborasikannya dengan para tenaga ahli dari
sejumlah universitas terkemuka di Indonesia, sehingga diharapkan akan
menularkan keahliannya kepada para guru tadi.
Secara offline kemasan program itu dilakukan dalam seminar sehari,
dimana setiap peserta diperkenalkan tentang metode, soal serta tips dan trik
terkini dari sejumlah kajian matematika yang masuk dalam materi ujian
nasional, seperti aljabar, geometri, trigonometri dan kalkulus.
Melengkapi proses offline, program ini pun dilakukan secara online
melalui www.telkomselsahabatguru.com. Selain menciptakan ruang interaksi.
71
Lewat website tersebut para pendidik dapat memperbaharui informasi terkini
tentang lingkup bahan ajar yang disampaikan melalui visual book. Mulai dari
contoh soal hingga penyelesaiannya yang dibuat interaktif, menarik dan mudah
diaplikasikan pada saat mengajar.
2. ICT Murid & Sekolah
Sebuah program untuk memberikan kemampuan murid beradaptasi pada
kemajuan media digital interaktif. ICT Murid dan Sekolah digulirkan Telkomsel
sejak Januari 2010. Memanfaatkan perangkat komputer dan internet hemat
energi, kegiatan utama CSR Telkomsel tersebut telah disebar di 40 sekolah
mulai dari Banda Aceh hingga Papua dan sukses diikuti oleh sekitar 5.000
pelajar di Indonesia.
Bergulir sejak awal tahun 2010, secara simultan kegiatan ini dilakukan
kepada 40 sekolah serta melibatkan sekitar 5000 pelajar Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia, tersebar dari
Banda Aceh hingga Papua. Kepada mereka, program ini memberikan
pemahaman tentang pemanfaatan perangkat ICT untuk meraih prestasi sejak di
bangku sekolah.
Wujud nyata tersebut berupa pemberian perangkat Multiseat EDU, terdiri
atas 1 CPU yang mampu terhubung dengan lima monitor penggunanya.
Ditambah modem TELKOMSEL Flash dan pemberian akses free login 150 per
sekolah selama satu tahun. Kendati diakses secara bersamaan, secara teknis tidak
akan mempengaruhi performansi kecepatan dan kerja dari masing-masing
komputer, sehingga perangkat ini bisa hemat energi sekira 89%.
72
Diletakan pada sebuah meja bundar dengan diameter 1,5 meter dan
kursinya, kegiatan belajar menggunakan perangkat tersebut menjadi lebih
interaktif antara murid dan guru.
Guna mendukung aktivitas di atas, Telkomsel melengkapi program ini
dengan website pendidikan www.telkomselsahabatpintarku.com. Melalui situs
tersebut, siswa dapat melakukan proses e-learning untuk mata pelajaran Fisika,
IPA, Bahasa Inggris dengan penyesuaian jenjang pendidikan sekolah.
Disuguhkan secara atraktif, praktis,menyenangkan dan tentunya sesuai dengan
standar kurikulum Departemen Pendidikan Nasional Indonesia.
Begitu terdaftar jadi
member dan berhasil login, siswa bisa
memanfaatkan portal tersebut sebagai ajang diskusi, mempelajari demo soal
yang dikemas menarik dengan tampilan gambar full colour dan suara. Siswa
juga bisa mandapatkan latihan-latihan soal hingga meng-upload video dan foto
serta nge-link ke Facebook dan Twitter.
3. Pendidikan Non Formal
Sejak tahun 2009 Telkomsel fokus memberikan bekal kepada anak
jalanan, penyandang cacat dan mantan pecandu narkotika melalui pelatihan
kewirausahaan teknisi telepon genggam. Saat ini, tercatat sudah ada ratusan
wirausahaan baru di bidang tersebut.
Telkomsel melalui program pelatihan kewirausahaan teknisi telepon
genggam mewujudkan komitmen tingkatkan kualitas hidup masyarakat kurang
beruntung dari segi ekonomi untuk meraih pendidikan formal. Anak jalanan dan
73
penyandang cacat menjadi fokus kegiatan tersebut sejak digulirkan tahun 2009
silam.
Sebagai program berkelanjutan, pada tahun 2010 pada kwartal ke dua
bersamaan dengan rangkaian TELKOMSEL SIAGA 2010 ada sekira 100 anak
jalanan dan penyandang cacat, tersebar di wilayah Bogor, Malang, Purwokerto,
Yogyakarta dan Medan telah dibekali kemampuan reparasi telepon genggam.
Menitikberatkan pada pembekalan teknik dasar reparasi ponsel dan
strategi bisnisnya selama dua pekan. Materinya merupakan kombinasi dari teori
dan praktik, mulai dari pengenalan komponen ponsel, peralatan reparasi, hingga
simulasi menangani kerusakan ponsel.
Sudah menjadi komitmen Telkomsel untuk membuka cakrawala negeri
terhadap dunia teknologi seluler. Pada program ini pun Telkomsel kembali
melengkapinya dengan website www.telkomselbinamandiri.com. Selain menjadi
sumber informasi kegiatan, peserta pun dipastikan dapat saling bertukar
informasi. Sehingga mampu membentuk sebuah jaringan usaha yang kuat dan
akhirnya mencapai sebuah kemandirian.
4. Pelatihan Teknisi Hand Phone Mantan Pemakai Narkotika
Menindak lanjuti kerjasama yang sudah terjalin antara Telkomsel dengan
Badan Narkotika Nasional (BNN). Telkomsel kembali melakukan komitmen
untuk ikut gerakan Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba (P4GN).
Kesepakatan yang terjadi jelang akhir tahun 2010 lalu itu menaruh harapan
untuk
memberi
kesempatan
re-entery
residence
agar terlepas
dari
74
ketergantungan narkotika. Utamanya yaitu membentuk jiwa kewirausahaan,
sehingga mereka lebih berani menatap masa depan yang lebih baik dan pada
akhirnya dapat hidup mandiri.
Bentuknya adalah memberi pelatihan teknisi telepon seluler kepada
mereka yang telah dinyatakan lulus dari program rehabilitasi narkotika di Pusat
Rehabalitasi Narkotika BNN. Sebanyak 125 orang mengikuti pelatihan yang
dilakukan secara dua fase yaitu, bulan Januari hingga Februari 2011. Dengan
mengambil lokasi di kantor pusat BNN dan Pusat Rehabilitasi Narkotika BNN,
Lido, Sukabumi, Jawa Barat.
Setelah membekali para mantan pemakai narkotika, Telkomsel sebagai
penyedia jasa telekomunikasi seluler kembali mengkolaborasikan gerakan CSR
dengan bidang usaha utama. Bentuknya sudah tentu dalam penyediaan website
portal bersama antara Telkomsel dan BNN.
Mengusung konsep preventif dan edukatif, www.genbenar.com dengan
menyasar kalangan muda. Isinya selain informasi seputar narkoba, musik dan
video. Di dalamnya, pengguna juga bisa berdiskusi yang terkoneksi dengan
jaringan Facebook dan Twitter.
5. Telkomsel Emergency Respons and Recovery Action (TERRA)
Sadar bahwa kualitas komunikasi selular kepada pelanggan ditentukan
oleh kondisi alam. Telkomsel melalui Telkomsel Emergency Respons and
Recovery Activity (TERRA), fokus pada aktivitas manajemen bencana alam.
Jelang akhir tahun 2010, eksistensi TERRA pun telah teruji di wilayah bencana
75
nasional, mulai dari tsunami, Mentawai-Sumatera Barat, erupsi Gunung Merapi
hingga banjir bandang di Wasior, Papua Barat.
Dibentuk pada 21 Januari 2010 dan mengusung konsep Community Based
Disaster Risk Management (CBDRM) sebuah proses dimana masyarakat
dilibatkan secara aktif di dalam proses identifikasi, analisa, penanggulangan,
pemantauan dan evaluasi terhadap risiko bencana.
Kemudian tersebar di seluruh Grapari Telkomsel di Indonesia. Terdiri atas
Telkomsel, Gadamusa Discovery, Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan Koperasi
Telkomsel (Kisel). Lingkup aktivitas tim ini meliputi mengamankan
infrastruktur Telkomsel, tindak tanggap bencana, mobilisasi logistik hingga
pemberian layanan teknis.
Kendati telah diperkuat dari beberapa unsur di atas, kemampuan
beradaptasi dilokasi rawan bencana wajib dimiliki pula oleh karyawan
Telkomsel. Hingga saat ini, Telkomsel rutin memberikan pembekalan tanggap
bencana kepada karyawan di setiap area di Indonesia.
Fokus kegiatan adalah pengamanan asset Perusahaan apabila terjadi
bencana alam. Selain itu, tim TERRA pun dibekali pengetahuan tentang proses
manajemen posko termasuk distribusi logistik, teknik menyelamatkan diri baik
pada medan air, darat maupun tebing hingga membuka sambungan komunikasi
di daerah yang terisolir komunikasi.
Persiapan tadi pada akhirnya menjadikan Telkomsel waspada, siap dan
sigap ketika Indonesia didera bencana secara beruntun tahun 2010 lalu. Misalkan
saja TERRA terjun langsung di lokasi bencana tsunami di kepulauan Mentawai,
76
Sumatera Barat. Sejumlah kegiatan penyelamatan aset perusahaan maupun
kemanusiaan pun seketika digelar dengan situasi maupun kondisi terbatas
mencakup :

Network Recovery : Penambahan perangkat USO sebanyak 4 unit, 2 unit di
Sikakap, 1 unit di Malakopak, dan 1 unit lainnya di Saumanganyak.
Penambahan kapasitas BTS di Sikakap dan Tua Pejat.

Bantuan kepada para korban bencana : Penyediaan fasilitas telepon gratis,
dengan 4 unit HP di Sikakap, dan 3500 unit kartu perdana As. Distribusi/
penyebaran bantuan logistik melalui tim TERRA ke lokasi Muntai, Barubaru dan sekitarnya.
Belum hilang rasa peluh yang tersisa dari Mentawai, gunung Merapi
menunjukan tajinya sebagai gunung teraktif di Negeri ini. Kali ini penangan
yang dilakukan TERRA harus dilakukan secara dua tahap dalam penanganan
bencana yang telah menelan korban sekira 144.660 jiwa itu.
Fase 1 dilakukan pada masa tanggap darurat 26 Oktober hingga 3
November 2010. Konsentrasi lebih dilakukan pada kegiatan manajerial posko
komando serta sejumlah aktivitas lain yang meliputi:

Pendirian posko assessment situasi Gunung Merapi dan pergerakan
pengungsi disamping membantu kegiatan evakuasi pengungsi.Pendirian
posko-posko layanan di 11 lokasi pengungsian maupun Satkorlak yang
tersebar di sekitar wilayah Gunung Merapi. Termasuk distribusi bantuan
logistik di posko pengungsian Umbulharjo.
77

Persiapan dan pelaksanaan posko pelayanan Telkomsel berkaitan dengan
kunjungan
Presiden
Republik
Indonesia
ke
lokasi
pengungsi
Purwobinangun (bekerja sama dengan Telkom), posko utama Pakem di
Sleman dan posko pelayanan di Kemalang Klaten.
Fase 2 dilakukan tatkala terjadinya letusan besar tanggal 6 November 2010
yang menyebabkan kondisi zona bahaya yang lebih luas hingga ke radius 20 km.
Letusan ini menyebabkan terganggunya operasional 31 BTS. Sehingga
diperlukan tindakan recovery yang dilakukan mulai tanggal 6 hingga 19
November 2010 dengan aksi berupa:

Membantu tim network Telkomsel untuk recovery BTS yang terputus
terutama di sekitar ring dua zona dampak merapi. Percepatan recovery BTS
ini selain membantu pemerintah, relawan dan masyarakat, juga merecovery dampak opportunity loss yang lebih besar dan artinya harus
mempertahankan produktivitas BTS.

Koordinasi dengan manajemen area 3 Jawa-Bali untuk berbagai dukungan
yang dibutuhkan baik untuk kepentingan network, evakuasi karyawan
beserta anggota keluarga menuju kota Solo, dukungan pelayanan dan
distribusi bantuan.
78
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah penulis melakukan penelitian selama kurang lebih 3 bulan
dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi secara
langsung, wawancara dengan beberapa informan yang terkait langsung dengan
aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) PT Telkomsel Area Pamasuka
dan melakukan studi pustaka dari beberapa literatur yang berhubungan dengan
CSR, maka penulis berhasil memperoleh data berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
Berdasarkan data yang diperoleh langsung pada lokasi penelitian, maka
dalam bab ini penulis akan memaparkan sejumlah hasil penelitian tentang
Aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka dalam
Upaya Meningkatkan Citra Perusahaan di Makassar, seperti yang penulis uraikan
di bawah ini :
1. Aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka
Dalam Upaya Meningkatkan Citra Perusahaan di Makassar.
Keterlibatan dalam semua segi pengembangan masyarakat merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari komitmen tanggung jawab sosial perusahaan
(Corporate Social Responsibility) PT Telkomsel kepada Indonesia karena PT
Telkomsel tumbuh dan berkembang menjadi sejahtera secara bersama-sama.
Seluruh inisiatif yang ada bertujuan untuk menyokong pengembangan masyarakat
79
yang berkelanjutan. Kegiatan Corporate Social Responsibility (yang selanjutnya
disebut CSR) yang dilakukan oleh PT Telkomsel tidak hanya dilaksanakan sekali
semata tetapi dilaksanakan secara berkelanjutan yang terprogram dengan baik.
Menurut Manager Corporate Communication and Secretary PT
Telkomsel Area Pamasuka, Jowvy Kumala,
Sebenarnya program CSR PT Telkomsel Area Pamasuka merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh seluruh Telkomsel yang ada di Indonesia, tidak hanya di
Area Pamasuka saja. Kegiatan ini merupakan salah satu komitmen PT
Telkomsel dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan wujud kepedulian
terhadap masyarakat dan lingkungannya. Program CSR Telkomsel sendiri
tidak dilakukan secara insidental melainkan sudah terprogram dengan baik dan
tidak bersifat sementara, melainkan dilaksanakan secara berkelanjutan.
Penulis tertarik untuk meneliti aktivitas CSR PT Telkomsel karena pada
zaman sekarang ini perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan yang bergerak
di bidang telekomunikasi seluler sedang berbondong-bondong mengadakan
kegiatan ini. Berikut di bawah ini merupakan aktivitas CSR dari Telkomsel Area
Pamasuka, yaitu :
a. Pendidikan Non Formal
Keterbatasan dapat berpengaruh pada potensi masyarakat untuk
berkembang dan memiliki mutu kehidupan yang lebih baik. Menanggapi
keterbatasan yang ada di tengah masyarakat, Telkomsel berupaya untuk
menstimulasi
kesadaran
diri
masyarakat
yang
berada
di
sekitar
lingkungannya untuk dapat meningkatkan potensi diri dan mampu menjadi
sesuatu yang bermanfaat bagi mutu kehidupannya di kemudian hari.
Kegiatan yang pernah dilakukan adalah “Training IT” bidang Matematika
kepada guru-guru sekolah yang mengajar mata pelajaran Matematika.
80
b. Bersih itu Sehat dan Santun
Di antara sekolah yang ada di Indonesia, tidak semua memiliki
fasilitas sanitasi/urinoir, sarana berolahraga/bermain dan lingkungan yang
asri. Keterbatasan fasilitas atau tidak tersedianya sarana untuk melatih
kebersihan dan kesehatan, merupakan halangan besar bagi lembaga
pendidikan untuk membentuk suasana sekolah yang sehat dan santun. Salah
satu pendekatan yang dilakukan Telkomsel dalam membantu terciptanya
lingkungan sekolah yang kondusif ialah dengan membangun sarana sanitasi
dan berolahraga/bermain di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia untuk
melatih dan membiasakan hidup bersih, sehat dan santun. Pembangunan
sarana ini diharapkan dapat menjadi tempat penyaluran kreativitas dan
energi positif siswa agar terdapat kebiasaan hidup sehat. Sementara itu,
lingkungan sekolah yang asri dapat memberikan inspirasi diri bagi
kehidupan yang sehat dan nyaman.
c. Anti Drugs
Bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), Telkomsel
mencanangkan program “Anti Drugs Campaign Goes To School and
Campus”, yakni kampanye pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan,
dan peredaran gelap narkoba (P4GN) di lingkungan sekolah dan kampus,
yang didukung berbagai pihak terkait, seperti Polri dan Depdiknas.
Dukungan yang dilakukan salah satunya melalui penyerahan bantuan 33
Mobil Suzuki APV yang difungsikan sebagai kendaraan operasional Unit
Cegah Narkoba “Sobat Anti Madat”. Kendaraan yang dilengkapi dengan
81
laptop, LCD dan Screen ini selain digunakan untuk penyuluhan di berbagai
sekolah dan kampus, juga berfungsi sebagai perpustakaan yang berisi bukubuku seputar bahaya narkoba.
d. Pendidikan Kreatif
Telkomsel melakukan berbagai jenis pendekatan guna menggali
potensi diri remaja. Salah satunya melalui pendekatan pemberian
pendidikan yang berorientasi pada kreativitas. “Program Teknologi KamiKamu” merupakan salah satu program pendidikan kreatif yang dilakukan
oleh Telkomsel bekerjasama dengan Yayasan Bagong Kussudiardja yang di
dalamnya terkait pengenalan potensi diri dan teknologi. Program yang
dilakukan kepada 1000 siswa-siswi SMP ini membantu para pelajar dalam
pencarian jati diri, dimana masa ini merupakan saat yang sangat strategis
dan krusial yang ditandai perubahan fisik maupun psikis. Oleh karenanya,
Telkomsel bersama YBK mendesain program ini sedemikian rupa di mana
bermacam karya musik yang ditampilkan (tradisional & modern) dapat
berfungsi dengan optimal sebagai ‘alat’ untuk mempermudah proses
pembelajaran kreatif dan partisipatif.
e. Ketrampilan/Kewirausahaan
Cara nyata dalam meningkatkan mutu kehidupan masyarakat dapat
juga
dilakukan
melalui
pemberian
pendidikan
keterampilan
dan
kewirausahaan. Salah satu hal yang aktif dilakukan Telkomsel di berbagai
daerah ialah dengan melakukan pelatihan teknisi reparasi ponsel disertai
pemberian sarana awal usahanya kepada para pemuda potensial di berbagai
82
kota seperti Banda Aceh, Lhokseumawe, Yogyakarta dan Makassar. Dalam
memberikan pelatihan keterampilan dan kewirausahaan, stimulasi terhadap
obyek kegiatan dilakukan dengan pemberian modal usaha, fasilitas utama,
dan fasilitas pendukung. Tidak sampai disitu saja, pelatihan manajemen
usaha juga dilakukan bagi obyek kegiatan, dengan harapan terbentuknya
insan-insan mandiri yang memiliki jiwa wirausaha yang profesional.
Kegiatan yang baru saja dilakukan adalah Pengembangan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) dengan menggelar prosmiling di Kerungkerung bekerja sama dengan Majelis Taklim Telkomsel dan PKPU
Lembaga Kemanusiaan Nasional.
f. Pendidikan Formal
Salah satu cara yang ditempuh oleh Telkomsel dalam bersama-sama
membangun bangsa ialah melalui perhatian khusus yang diberikan kepada
generasi muda. Para pelajar dan mahasiswa misalnya, membutuhkan
pengayaan
wawasan
(enrichment)
untuk
melengkapi
kepahaman/pemahaman atas berbagai ilmu pengetahuan yang diperoleh di
sekolah/perguruan tinggi. Telkomsel sangat paham akan kebutuhan pangsa
pasar yang dinamis ini dan merasa memiliki tanggung jawab bersama di
dalam upaya peningkatan mutu kehidupan generasi muda. Dengan
sumberdayanya yang memiliki kemampuan, pengetahuan dan pengalaman
praktis (manajemen, teknik, niaga, dsb) di dalam mengelola perusahaan,
Telkomsel aktif melakukan berbagai kegiatan yang mengacu kepada
83
kurikulum, untuk ikut meningkatkan mutu kehidupan generasi muda melalui
proses pendidikan.
g. Student Visit/Goes To Campus
Telkomsel membuka kesempatan kepada pelajar/mahasiswa untuk
secara langsung berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan karyawan
Telkomsel tentang berbagai aspek keilmuan dan kegiatan industri
Telekomunikasi. Melalui program student visit ini, ribuan pelajar dan
mahasiswa secara antusias turut berpartisipasi. Selain dilakukan di
lingkungan
kerja
perusahaan,
Telkomsel
juga
aktif
mengunjungi
sekolah/kampus untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Puluhan
kampus telah dikunjungi oleh pihak manajemen Telkomsel, di dalam
memenuhi permintaan pengisian materi perkuliahan umum dari berbagai
lembaga perguruan tinggi.
h. Cooperative Academic Education Program
Bekerjasama
dengan
Dirjen
Pendidikan
Tinggi,
Telkomsel
menggelar program Cooperative Academic Education Program (COOP),
dimana para mahasiswa diberi kesempatan untuk mengenal lebih jauh dunia
kerja di Telkomsel dalam kegiatan-kegiatan yang hampir mirip dengan
magang. Dengan mendapatkan hak dan kewajiban layaknya karyawan, para
mahasiswa dapat belajar bekerja untuk membekali mereka dengan berbagai
kemampuan. Peserta COOP kemudian diwajibkan untuk membuat anallisa
dan laporan seputar dunia kerja yang dialaminya untuk menjadi dasar
penyusunan maupun pengembangan kurikulum di institusi pendidikan
84
terkait. Program ini merupakan bentuk dukungan Telkomsel pada dunia
pendidikan nasional, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas), untuk menjembatani fenomena yang berkembang saat ini di
dunia usaha, dimana jumlah lulusan yang tidak terserap di pasar kerja akan
semakin meningkat apabila kurikulum perguruan tinggi tidak sesuai dengan
kebutuhan dunia usaha, terlebih lagi jika lulusan perguruan tinggi tidak siap
untuk menciptakan lapangan kerja.
i. Tryout UAN
Partisipasi Telkomsel untuk meningkatkan mutu pendidikan formal
juga dilakukan dengan salah satu fokus kepada ujian akhir nasional (UAN),
yang kerap kali menjadi isu yang dibahas oleh pelajar dan orang tua murid
dengan berbagai latar belakang dan alasan. Telkomsel merasa terpanggil
untuk memberikan solusi secara positif dengan menyelenggarakan tryout
UAN kepada ratusan ribu pelajar di berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan
yang pernah dilakukan adalah Telkomsel Road Show Tryout UN dengan
mengunjungi beberapa sekolah yang ada di kota Makassar untuk
memberikan tryout secara gratis.
j.
Sekolah Berbasis IT
Penggelaran jaringan ke wilayah terpencil yang dilakukan Telkomsel
juga diiringi dengan upaya peningkatan mutu dan proses pendidikan para
pelajar-pelajar di pelosok. Berbagai cara dilakukan Telkomsel, salah
satunya dengan mendukung program Diknas “Sekolah Terpencil Berbasis
IT” melalui pemberian perangkat keras dan lunak guna membuka
85
kesempatan siswa mendapatkan kualitas pendidikan yang setara dengan
kota besar. Kemanfaatan program ini dapat langsung dirasakan oleh para
pelajar melalui fasilitas internet dengan menggunakan Telkomsel Flash.
Kepedulian Telkomsel pada para pelajar di daerah terpencil lebih lanjut lagi
dituangkan di dalam program pemberian aplikasi pendidikan interaktif.
Melalui pemberian bantuan software aplikasi pendidikan, lengkap dengan
perangkat kerasnya, para siswa diharapkan dapat lebih mudah menangkap
esensi dari materi-materi yang sebelumnya menjadi momok bagi siswa,
khususnya Fisika dan Matematika. Proses pembelajaran yang lebih fun
menjadi salah satu kunci bagi siswa untuk dapat menikmati proses belajarmengajar. Selain memberikan daya tarik dan pengenalan teknologi, bantuan
ini juga diharapkan memberikan efek bagi guru di dalam menyampaikan
penalaran dan memudahkan penyerapan materi pelajaran kepada anak didik.
Kegiatan yang pernah dilakukan adalah Pemberian Komputer Hemat
Energi secara gratis di SMA Negeri 5 Makassar. Kegiatan ini
mengkampanyekan hemat energi kepada siswa-siswi sekolah, khususnya
Sekolah Menengah Atas (SMA).
Selain itu, ada beberapa kegiatan yang disebut dengan Corporate
Philanthropy (Filantropi Perusahaan), seperti memberikan bantuan Umroh gratis
ke beberapa pelanggan setia Telkomsel, pembagian hewan kurban pada saat
Perayaan Lebaran Haji, mengadakan acara Safari Ramadhan di daerah yang
masyarakatnya kurang mampu, pembagian tiket mudik gratis kepada pelanggan
Telkomsel, pemeriksaan kesehatan secara gratis di Kampoeng Telkomsel Andi
86
Tonro yang baru saja dilaksanakan dalam rangka merayakan Ulang Tahun
Telkomsel yang ke-16 dan masih banyak lagi. Semua kegiatan tersebut
mencakup kepedulian Telkomsel terhadap masyarakat sekitar, khususnya
masyarakat yang kurang mampu.
a. Peranan Corporate Communication and Secretary
Pada dasarnya keberadaan unit atau departemen Public Relations yang
menjalankan fungsi-fungsinya dalam setiap organisasi/perusahaan/institusi,
baik yang bersifat komersil maupun nonkomersil merupakan kebutuhan
pokok dari setiap organisasi/perusahaan/institusi tersebut. Hal ini disebabkan
oleh besarnya fungsi dan peranan unit/departemen tersebut, utamanya dalam
membantu menjalin hubungan yang harmonis dengan para stakeholder,
membantu mengkomunikasikan segala bentuk kebijakan perusahaan yang
menyangkut hajat hidup masyarakat sekitar, salah satunya adalah
mengkomunikasikan
segala
wujud
komitmen
dalam
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang dikemas dalam sebuah program Corporate
Social Responsibility (CSR).
Kerja Public Relations (PR) dalam hal ini di perusahaan Telkomsel
dikerjakan oleh sebuah departemen yang disebut Corporate Communication
and Secretary. Corporate Communication merupakan salah satu aspek
berkomunikasi sebuah perusahaan/korporasi. PR maupun Corporate
Communication seyogyanya memfasilitasi dan merencanakan penyesuaian
dan adaptasi organisasi dan sosial dengan menggunakan komunikasi yang
efektif. Fungsi Corporate Communication disini adalah membangun
87
hubungan yang efektif antara organisasi/perusahaan/institusi dengan pihakpihak yang dianggap penting oleh perusahaan tersebut, seperti media,
pelanggan, pekerja, investor, prmimpin masyarakat, kelompok aktivis dan
badan pemerintahan. Hubungan ini harus saling menguntungkan bagi kedua
belah pihak. Sehingga dengan terciptanya hubungan yang harmonis serta
keterbukaan perusahaan melalui sosialisasi segala bentuk kebijakan dan
wujud komitmen tersebut, maka akan memudahkan pencapaian tujuan
perusahaan tersebut dan pada akhirnya pencitraan positif perusahaan mampu
diraih.
Hal ini beraku pula untuk Corporate Communication and Secretary
PT
Telkomsel
Area
Pamasuka
dalam
mensosialisasikan
dan
mengkomunikasikan segala bentuk kebijakan perusahaan. Corporate
Communication Telkomsel menjadi media komunikasi antara perusahaan
dengan masyarakat secara luas. Namun, mengkomunikasikan program CSR
tersebut bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah
strategi komunikasi yang dilakukan oleh pihak Corporate Communication
dalam menyampaikan kepada masyarakat program-program CSR yang
dilakukan oleh Telkomsel. Intinya adalah Corporate Communication yang
mengkomunikasi segala bentuk aktivitas CSR yang diprogramkan oleh
Telkomsel.
Sesuai dengan kerangka konseptual yang berhubungan dengan
penelitian sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab I, maka ada dua
88
komponen pokok atau inti yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu
aktivitas Corporate Social Responsibility, yaitu :
1) Proses Manajemen Public Relations, yang meliputi : pengumpulan
fakta, perencanaan program, mengkomunikasikan program dan evaluasi
program.
2) Prinsip aktivitas Corporate Social Responsibility, yang meliputi :
Sustainability, Accountability dan Transparency.
Penulis menggunakan dua komponen ini untuk meneliti segala
aktivitas CSR
yang diperoleh dari lokasi peneltian di departemen
Corporate Communication and Secretary PT Telkomsel Area Pamasuka.
b. Langkah Penyusunan Program CSR Telkomsel
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang Public
Relations (PR) atau pihak yang menjalankan fungsi PR dalam sebuah
perusahaan dalam rangka mensosialisasikan atau mengkomunikasikan
sebuah program kerja adalah menentukan sasaran, yang dimaksudkan
dengan menentukan sasaran di sini adalah mengidentifikasi pihak-pihak
mana saja yang menjadi target sasaran dari program Corporate Social
Responsibility
Telkomsel
atau
yang
mempunyai
hubungan,
serta
kepentingan dengan program tersebut.
Menurut Manager Corporate Communication and Secretary PT
Telkomsel Area Pamasuka, Jowvy Kumala :
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan komunikasi, berarti yang menjadi
sasaran adalah publik dalam hal ini Telkomsel menggunakan mitra media
yang menjadi jembatan antara perusahaan dengan publiknya. Karena
menurut kami, pihak yang paling bisa didengar dan bahkan bisa
89
memengaruhi publik adalah pihak media. Maka dari itu, CSR
membutuhkan divisi Corporate Communication untuk menyampaikan
kepada publik kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Telkomsel. Sasaran
komunikasi tentu saja untuk publik, stakeholder dan shareholder. Jika
kita berbicara mengenai publik, sasaran utamanya adalah otomatis
pelanggan Telkomsel, tetapi yang bukan pelanggan Telkomsel juga harus
mengetahui adanya kegiatan baik yang dilakukan oleh Telkomsel untuk
masyarakat Indonesia. Publik internal Telkomsel pun juga harus
mengetahui bahwa ada aktivitas CSR yang dilakukan oleh Telkomsel dan
itu dilakukan melalui media cetak, yaitu majalah internal perusahaan,
kemudian ada mailing list dan internal website Telkomsel. Selain itu,
Telkomsel dalam rangka pelaksanaan aktivitas CSR selalu bekerja sama
dengan beberapa instansi atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan
juga dengan pemerintah yang bisa turut serta dalam kegiatan CSR dari
PT Telkomsel. Kemudian, ada kegiatan pemberian bantuan komputer di
sekolah-sekolah, berarti Telkomsel juga menetapkan guru-guru dan
pemerintah sebagai sasaran komunikasi dan pelaksanaan aktivitas CSR.
Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa yang menjadi sasaran
dalam mengkomunikasikan dan melaksanakan program CSR Telkomsel
Area Pamasuka terdiri dari :

Pelanggan Telkomsel

Masyarakat secara luas

Media (wartawan atau jurnalis)

Internal PT Telkomsel (karyawan/shareholder)

LSM

Pihak Akademisi

Pemerintah
Namun, tidak menutup kemungkinan masih ada lagi sasaran lain
yang mempunyai kepentingan dalam program CSR Telkomsel ini dan
tentunya tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena intinya semua khalayak
90
tersebut
memiliki
peranan
masing-masing
dalam
menyukseskan
pelaksanaan program CSR Telkomsel.
Setelah melewati tahap pertama, yaitu tahap penentuan sasaran
kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR), maka langkah selanjutnya
adalah menyusun program CSR PT Telkomsel.
PT Telkomsel sendiri mempunyai langkah penyusunan program
CSR tersendiri yang kemudian dijelaskan oleh Jowvy Kumala (Manager
Corporate Communication and Secretary PT Telkomsel Area Pamasuka)
sebagai berikut :
Telkomsel memiliki bagian tersendiri yang mengurusi Corporate Social
Responsibility dan ada lagi bagian tersendiri yang mengurusi Corporate
Communication. Jadi CSR dan Corcomm itu adalah bagian yang terpisah,
tetapi berada di satu divisi, yakni divisi Corporate Secretary. Masalah
penyusunan program CSR itu kadang-kadang dibuat oleh CSR sendiri
yang memiliki program-program tertentu, atau idenya bisa juga dari
Corcomm atau masukan dari divisi-divisi lain, seperti Marketing, Sales
atau divisi Network. Semuanya itu bisa saja ada masukan-masukan dari
dari divisi-divisi lain. Kemudian rencana program CSR yang sudah
disepakati akan dikelola oleh departemen CSR untuk dibuat kemasannya
seperti apa.
Berdasarkan jawaban yang dikemukakan oleh pihak Telkomsel di
atas, maka penulis menyimpulkan bahwa program-program CSR Telkomsel
itu dibuat tergantung dari adanya masukan-masukan atau ide-ide dari divisidivisi lain dan tidak menutup kemungkinan divisi CSR sendiri yang
menyusun program tersebut. Namun, tetap saja setelah adanya rencana
program CSR apa yang akan dilakukan, maka divisi CSR yang akan tetap
mengelola pelaksanaan dari aktivitas CSR tersebut.
91
c. Taking
Action
and
Communicating
Program
Corporate
Social
Responsibility (Pelaksanaan Sosialisasi atau Komunikasi)
Tahap ini dikatakan sebagai tahap sosialisasi atau komunikasi serta
pelaksanaan dan penyampaian program Corporate Social Responsibility
(CSR) dari PT Telkomsel Area Pamasuka. Berdasarkan penjelasan dari
Manager Corporate Communication and Secretary, maka diperoleh
keterangan sebagai berikut :
Setelah program CSR yang disusun itu jadi, divisi CSR akan
berkomunikasi dengan bagian-bagian yang terkait, seperti misalnya
kegiatan Baksos dalam rangka perayaan Ulang Tahun Telkomsel yang
ke-16 beberapa waktu yang lalu. Baksos itu sebenarnya bukan dari divisi
CSR Telkomsel secara langsung, tetapi itu adalah bagian dari kegiatan
CSR Telkomsel yang bekerja sama dengan PKPU (Lembaga
Kemanusiaan Nasional) dan kepedulian sosial yang merupakan bagian
dari Corporate Philanthropy. Pemilik kegiatan CSR akan berkordinasi
dengan pihak-pihak lain yang akan terlibat dengan kegiatan CSR
tersebut, seperti Baksos beberapa waktu lalu ada bagian dari Corporate
Communication, Network dan lain-lain, tapi terutama berkordinasi
dengan Corcomm supaya Corcomm bisa mengkomunikasikan adanya
kegiatan CSR ini kepada publik secara luas.
Berdasarkan keterangan yang penulis peroleh, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan atau ketika proses kegiatan CSR
dilaksanakan, maka yang bertanggung jawab secara penuh adalah pihak
Corporate
Communication
Telkomsel
Area
Pamasuka.
Namun,
perlaksanaannya pun harus berlandaskan rencana yang telah ditetapkan oleh
divisi CSR dan disepakati bersama sebelumnya.
d. Evaluating The Programs (Evaluasi Program CSR Telkomsel)
Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari proses aktivitas CSR yang
dilakukan oleh Corporate Communication and Secretary PT Telkomsel
92
Area Pamasuka. Tentunya dalam tahap ini diharapkan bisa menghasilkan
penilaian serta efek dari penyampaian pesan (dalam hal ini aktivitas CSR).
Namun, dalam rangka pencapaian tersebut dibutuhkan waktu dan tim
khusus untuk mencapai penilaian maksimal. Sehingga divisi Corporate
Communication and Secretary mengevaluasi segala sesuatunya, mulai dari
penentuan sasaran dan langkah penyusunan program CSR hingga
pelaksanaan aktivitas program Corporate Social Responsibility (CSR). Hasil
dari bahan evaluasi inilah yang menjadi bahan acuan dalam menyusun
perencanaaan program CSR selanjutnya, sambil menunggu efek timbal balik
dari para sasaran kegiatan CSR tadi. Keterangan Jowvy Kumala sebagai
Manager Corcomm Telkomsel Area Pamasuka di bawah ini menerangkan
tahapan evaluasi yang dilakukan, yaitu :
Evaluasi itu lebih banyak dilakukan oleh tim Corporate Social
Responsibility (CSR) Telkomsel sendiri tentang efektivitas kegiatan yang
sudah dilakukan dan ada juga masuka-masukan dari orang-orang
lapangan, misalnya pihak dari Branch graPARI. Contohnya, Telkomsel
pernah mengadakan “Training IT” tentang Matematika kepada 100 guru
Matematika yang diadakan oleh divisi CSR langsung dari kantor pusat.
Acaranya dilaksanakan di beberapa tempat di Indonesia, salah satunya di
kota Makassar. Evaluasinya adalah masukan dari pihak Branch dan juga
divisi Corcomm mengenai kegiatan tersebut. Apakah target guru-guru
yang dicari sudat dapat semua, bagaimana pelaksanaannya, apakah
mereka cukup menikmati kegiatan itu dan mendapatkan manfaat, apakah
ada masukan-masukan lain dan kritikan yang harus diperbaiki dari
kegiatan training tersebut dan lain-lain. Nanti divisi CSR dan divisi
Corcomm akan membuat laporan (report) kepada pihak shareholder
(internal) perusahaan. Termasuk usulan dan saran yang diberikan oleh
guru-guru, apa yang mereka harapkan harapkan tentang kegiatan CSR
selanjutnya dan akan langsung diberikan laporan ke kantor pusat.
Berdasarkan penjelasan dari informan tersebut di atas, maka dapat
dikatakan bahwa model evaluasi yang dilakukan mencakup evaluasi internal
93
dalam hal ini pemberian laporan hasil kegiatan CSR ke kantor pusat.
Tentunya masukan dan kritikan membangun sangat dibutuhkan oleh divisi
CSR dan Corcomm sebagai dasar perencanaan program-program aktivitas
CSR ke depannya.
e. Penerapan Prinsip Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab I mengenai prinsip aktivitas
Corporate Social Responsibility (CSR) itu terdiri dari Sustainability,
Accountability dan Transparency.
Sustainability itu berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam
melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber
daya di masa depan. Penjelasan mengenai aktivitas CSR PT Telkomsel Area
Pamasuka ini berhubungan dengan bagian yang membahas mengenai proses
aktivitas CSR, tetapi ada tambahan mengenai perusahaan yang tetap
memperhitungkan keberlanjutan sumber daya di masa yang akan datang,
seperti Telkomsel tetap memerhatikan publik yang terkait aktivitas CSR
untuk di masa yang akan datang agar tetap diberikan bantuan. Penulis dapat
melihat pada saat melakukan observasi, dimana pihak Telkomsel senantiasa
melanjutkan aktivitas CSR kepada publik yang sebelum-sebelumnya mereka
sudah pernah bantu. Melihat bahwa CSR itu merupakan kegiatan yang
berkelanjutan dan tidak insidental karena sudah diprogramkan dengan baik.
Accountability
merupakan
upaya
perusahaan
terbuka
dan
bertanggung jawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dapat
dijadikan sebagai media bagi perusahaan untuk membangun citra (image)
94
dan network terhadap para pemangku kepentingan (stakeholders). Penulis
dapat melihat bahwa Telkomsel senantiasa terbuka dan bertanggung jawab
atas aktivitas yang telah dilakukan dan ini telah membentuk citra yang positif
bagi Telkomsel di mata publik di kota Makassar. Seberapa besar Telkomsel
bertanggung jawab terhadap suatu kegiatan CSR dapat diterangkan oleh
Manager Corporate Communication Telkomsel Area Pamasuka sebagai
berikut :
Tergantung dari jenis kegiatan CSR apa yang dilakukan dan Telkomsel
akan bertanggung jawab sampai kegiatan tersebut selesai. Ketika kita
melihat sebuah peristiwa yang ternyata membutuhkan sebuah bantuan,
misalnya bencana alam. Telkomsel memiliki target akan melakukan
bantuan dalam hal apa, tanggung jawabnya sampai dimana terhadap
sebuah bencana. Telkomsel memiliki core business adalah
telekomunikasi, berarti Telkomsel harus mencari kegiatan yang bersifat
bantuan terhadap sesuatu yang sesuai dengan Telkomsel, yang ada
hubungannya dengan telekomunikasi. Telkomsel akan menyediakan
sarana telekomunikasi di lokasi bencana, seperti menyediakan sarana
telepon gratis, mendirikan posko-posko telepon gratis dan lain
sebagainya, tanggung jawab Telkomsel adalah disitu. Jadi ketika ada
kegiatan yang menuntut perhatian untuk mendapatkan CSR, yang mana
yang menjadi tanggung jawab Telkomsel adalah yang ada hubungannya
dengan fokus perusahaan Telkomsel.
Kemudian prinsip aktivitas CSR yang terakhir adalah Transparency
yang merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal yang berperan untuk
mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan
pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan. Berikut penjelasan
Manager Corcomm Telkomsel Area Pamasuka mengenai ini :
Transparansi pelaporan kegiatan CSR di Telkomsel itu tentu saja ada.
Jadi di company itu ada yang dinamakan audit rutin. Telkomsel akan
melaporkan berapa biaya yang dikeluarkan, siapa yang menjadi audience
(khalayak), pelaksanaan kegiatan CSR itu dilaporkan secara lengkap dan
kantor pusat yang melakukannya. Selain itu, secara internal pada tiap-tiap
area atau regional PT Telkomsel membuat laporan bulanan mengenai
95
kegiatan CSR yang telah dilaksanakan. Pelaporan untuk pihak eksternal
secara terbuka dilakukan oleh kantor pusat PT Telkomsel secara
langsung.
Berdasarkan uraian yang telah penulis jelaskan di atas, maka dapat
disimpulakan bahwa PT Telkomsel sudah menerapkan prinsip-prinsip
aktivitas CSR, walaupun belum sepenuhnya, tetapi pihak Telkomsel telah
berusaha melakukan segala sesuatu yang terbaik bagi masyarakat Indonesia.
f. Pembentukan Citra Positif Perusahaan dari Pelaksanaan Program
CSR Telkomsel
Aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area
Pamasuka diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi para
stakeholder dan publik secara luas. Namun, tidak hanya itu saja yang terjadi,
citra positif dari Telkomsel akan terbentuk di mata masyarakat. Berikut
penjelasan mengenai upaya meingkatkan citra positif perusahaan melalui
aktivitas
CSR
dari
Jowvy
Kumala
sebagai
Manager
Corporate
Communication and Secretary PT Telkomsel Area Pamasuka :
Kegiatan Corporate Social Resposibility (CSR) itu bisa meningkatkan
citra perusahaan karena menunjukkan bahwa sebuah perusahaan itu tidak
hanya berorientasi pada bisnis dan keuntungan. Dengan mengadakan
kegiatan CSR dan kepedualian sosial, maka akan menambah nilai plus
perusahaan di mata masyarakat. Perusahaan harus bertanggung jawab
kepada masyarakat sekitar, makanya Telkomsel membuat kegiatankegiatan CSR atau pun yang menunjukkan kepedulian sosial kepada
pelanggan Telkomsel atau pun publik yang di luar dari pelanggan
Telkomsel. Secara otomatis kegiatan CSR akan meningkatkan citra
positif perusahaan dan bukan hanya Telkomsel, perushaan-perushaan lain
pun memiliki sasaran ke arah tersebut.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa jelas dan benar adanya
aktivitas Corporate Social Responsibility itu dapat meningkatkan citra
96
positif perusahaan. Selain itu, reputasi perusahaan pun akan semakin baik di
mata publik secara luas.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Aktivitas Corporate Social
Responsibility (CSR) PT Telkomsel Area Pamasuka Dalam Upaya
Meningkatkan Citra di kota Makassar
Sebagai upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya,
setiap organisasi atau lembaga terkadang dihadapkan pada beberapa faktor
yang dapat memengaruhi tujuan tersebut. Pada umumnya, faktor yang sering
dijumpai dalam usaha pencapaian tujuan adalah dua faktor, yakni faktor
pendukung dan faktor penghambat.
Adanya faktor pendukung semakin mempermudah pencapaian
tujuan dari suatu organisasi/perusahaan/lembaga. Namun, dengan adanya
faktor penghambat, maka bisa saja mengakibatkan terhambatnya pencapaian
tujuan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh
penulis kepada informan, maka dapat dipaparkan sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)
Telkomsel Area Pamasuka
Faktor pendukung dari aktivitas CSR yang dilakukan oleh Telkomsel
Area Pamasuka kepada seluruh khalayak yang menjadi sasaran aktivitas
CSR dijelaskan oleh Manager Corporate Communication and Secretary
Area Pamasuka sebagai berikut :
Faktor pendukung dari aktivitas CSR di Telkomsel untuk khalayak
itu adalah tergantung dari tema yang diberikan oleh Telkomsel setiap
97
tahunnya. Kebetulan tahun ini merupakan tahun pendidikan oleh
Telkomsel, sehingga khalayak yang hendak mengadakan kerja sama
dengan PT Telkomsel harus memberikan proposal kegiatan CSR
mengenai pendidikan dan itu akan menjadi prioritas utama bagi
Telkomsel untuk diikutkan dalam kegiatan CSR.
Kesimpulan dari penjelasan di atas, yaitu yang menjadi faktor
pendukung dalam pelaksanaan aktivitas CSR Telkomsel adalah untuk
khalayak itu sendiri. Faktor pendukung ini dimaksudkan dalam hal
kerja sama dengan Telkomsel untuk melakukan aktivitas CSR. Oleh
karena itu, jika tahun 2011 meupakan tahun pendidikan bagi Telkomsel,
maka proposal kegiatan CSR mengenai pendidikan yang dimasukkan
oleh khalayak ke Telkomsel akan menjadi prioritas utama dan bahkan
bisa diterima untuk diajak bekerja sama.
b. Faktor Penghambat Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)
Telkomsel Area Pamasuka
Tidak hanya faktor pendukung yang dimiliki oleh CSR dalam
melaksanakan aktivitasnya, terdapat pula faktor penghambat. Hal ini
bisa diketahui dari keterangan berikut, penjelasan dari Manager
Corcomm Telkomsel Area Pamasuka :
Kebalikan dari faktor pendukung tadi. Mungkin bukan faktor
penghambat, tetapi kadang-kadang publik itu melihat sebuah
perusahaan besar layaknya perusahaan pada umumnya dituntut untuk
mempunyai tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Khalayak
atau masyarakat dapat memasukkan proposal ke perusahaan untuk
mendapatkan bantuan. Tahun ini merupakakan tahun pendidikan
bagi Telkomsel sehingga proposal kegiatan CSR yang tidak
mengandung unsur pendidikan, mungkin akan diletakkan di prioritas
berikutnya. Hal inilah yang bisa menjadi faktor penghambat bagi
khalayak yang ingin diberi bantuan.
98
Adanya faktor penghambat tidak berarti menjadi penghalang bagi CSR
Telkomsel untuk mencapai tujuan. Sehingga upaya dari mencari solusi
yang kongkret, efektif dan efisien senantiasa dilakukan. Penjelasan
yang dilontarkan di atas dari informan cukup memberi gambaran sedikit
mengenai faktor penghambat pelaksanaan aktivitas CSR. Di sinilah
mungkin letak kelemahan dari Telkomsel karena memberikan semacam
persyaratan untuk menerima proposal kegiatan yang menyangkut CSR.
c. Opini Publik yang Merasakan Program CSR dari Telkomsel Area
Pamasuka
Selain
wawancara
langsung
dengan
Manager
Corporate
Communication and Secretary PT Telkomsel Area Pamasuka, penulis
juga mewawancarai langsung beberapa publik yang bersangkutan
langsung dengan aktivitas CSR Telkomsel Area Pamasuka. Berikut hasil
wawancaranya :
1) Bapak Ibrahim dari Yayasan LAGZIS
Bantuan yang pernah diberikan oleh Telkomsel Area Pamasuka
adalah Penyuluhan Kesehatan mengenai Kanker Serviks dan
Kanker Payudara kepada 50 ibu rumah tangga di Kec. Tallo yang
merupakan daerah miskin, kemudian ada pembagian paket yang
berhubungan dengan penyuluhan tersebut. Kegiatan ini sangat
bermanfaat karena adanya pembagian pengetahuan untuk
masyarakat di daerah miskin. Kami dari Yayasan LAGZIS
mengharapkan untuk ke depannya agar Telkomsel melakukan
pelatihan teknisi telepon seluler kepada remaja se-kota Makassar
yang merupakan program pemberdayaan masyarakat. Dari
aktivitas CSR yang dilakukan Telkomsel Area Pamasuka ini dapat
membentuk citra yang positif di hadapan publik.
99
2) Bapak Erman S. : Staf Kepemerintahan Kel. Pa’baeng-baeng,
Kec. Tamalate
Bantuan dari Telkomsel Area Pamasuka bekerja sama dengan
PKPU (Lembaga Kemanusiaan Nasional) dalam kegiatan Baksos
kemarin adalah penyuluhan kesehatan gratis dan pembagian obatobatan secara gratis. Kegiatan ini dilaksanakan di Kampoeng
Telkomsel di Pa’baeng-baeng dan Sudiang. Kegiatan ini sangat
bermanfaat dan kalau bisa Telkomsel dan PKPU mengadakannnya
tiga bulan sekali. Masyarakat Pa’baeng-baeng mengharapkan
adanya kegiatan Kredit Usaha Mandiri, bimbingan atau training
kepada remaja setempat, penyuluhan dan pengolahan limbah
untuk ke depannya. Citra Telkomsel yang terbentuk sangat bagus
atau positif karena kegiatan Baksos ini merupakan kegiatan yang
sangat membantu masyarakat yang kurang mampu.
3) Bapak Syahrir Tayang : Ketua RT 001/RW10 Kel. Pa’baengbaeng, Kec. Tamalate
Bantuan yang pernah diberikan oleh Telkomsel adalah
pembangunan gapura di jalan Andi Tonro 2, mengecat dindingdinding dan pagar-pagar rumah warga dan penyuluhan kesehatan
gratis. Menurut saya, kegiatan ini sangat bermanfaat dan saya
sangat mendukung dan otomatis juga masyarakat di sekitar
Pa’baeng-baeng juga sangat mendukung. Alangkah baiknya
membuat daerah Andi Tonro ini indah. Selaku ketua RT, saya
selalu siap membantu untuk mendata demi keperluan Telkomsel
untuk di daerah ini. Saya sangat mendukung program CSR dari
Telkomsel Area Pamasuka ini. Harapan saya ke depannya agar
lorong di daerah ini bisa diperindah lagi, memberikan pelayanan
publik secara gratis, penghijauan daerah, pengairan yang baik dan
penyuluhan dan pengembangan motivasi untuk masyarakat di
sekitar Pa’baeng-baeng. Saya melihat citra yang terbentuk sangat
positif, Telkomsel ini sangat bagus. Telkomsel sudah
membuktikan kepada masyarakat tentang kebaikannya.
B. Pembahasan
1. Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) Telkomsel
Dalam setiap kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang
atau organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapainya. Demikian juga
100
dengan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) PT Telkomsel Area
Pamasuka yang bertujuan untuk peningkatan citra perusahaan di kota
Makassar.
Berikut ini segala aktivitas Corporate Social Responsibility yang
penulis kategorikan menjadi empat bagian yang dilakukan oleh PT
Telkomsel Area Pamasuka dalam upaya meningkatkan citra perusahaan di
kota Makassar, yaitu :
a. Pendidikan Non Formal
Telkomsel melihat potensi masyarakat yang sangat kurang dalam
bidang pendidikan formal, maka diadakanlah kegiatan Pendidikan Non
Formal. Dengan adanya kegiatan ini dapat mengembangkan kualitas
masyarakat Indonesia, khususnya di kota Makassar. Kegiatan ini sangat
berguna karena akan memberika manfaat bagi masyarakat di kemudian hari
dalam rangka peningkatang kualitas kehidupan yang lebih layak bagi
manusia. Kegiatan yang pernah dilakukan adalah “Training IT” bidang
Matematika kepada guru-guru sekolah yang mengajar mata pelajaran
Matematika.
Kegiatan training IT ini termasuk kegiatan Filantropi Perusahaan
(Corporate Philanthropy) seperti yang dijelaskan oleh Kotler dan Lee
(2005) dalam Kartini (2009:63-75). Kegiatan Filantropi Perusahaan ini
merupakan kegiatan dengan memberikan pelayanan secara cuma-Cuma
kepada masyarakat yang membutuhkan.
101
b. Bersih itu Sehat dan Santun
Sekolah-sekolah yang ada di Indonesia belum tentu memiliki
fasilitas WC yang bersih, sarana olahraga yang baik dan lingkungan yang
bersih dan sehat bagi anak-anak. Salah satu pendekatan yang dilakukan
Telkomsel dalam membantu terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif
ialah dengan membangun sarana sanitasi dan berolahraga/bermain di
sekolah-sekolah di seluruh Indonesia khususnya di kota Makassar untuk
melatih dan membiasakan hidup bersih, sehat dan santun.
Kegiatan ini sangat berkaitan dengan isu-isu kesehatan dan
lingkungan
yang
mana
termasuk
dalam
kegiatan
Pemasaran
Kemasyarakatan Korporat (Corporate Societal Marketing). Kegiatan ini
senantiasa bertujuan untuk membantu masyarakat agar tercipta kehidupan
dan lingkungan sehat.
c. Anti Drugs
Telkomsel bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN)
mencanangkan program “Anti Drugs Campaign Goes To School and
Campus”, yakni kampanye pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan,
dan peredaran gelap narkoba (P4GN) di lingkungan sekolah dan kampus,
yang didukung berbagai pihak terkait, seperti Polri dan Depdiknas
(Departemen Pendidikan Nasional). Kegiatan ini sangat dibutuhkan oleh
generasi muda bangsa Indonesia agar mereka dapat mengetahui seberapa
besar bahaya narkoba yang ditumbulkan jika mengonsumsinya. Pemerintah
sangat mendukung kegiatan ini sehingga mempermudah Telkomsel agar
102
dapat melaksanakan kegiatan ini ke berbagai pelosok di Indonesia,
khususnya di kota Makassar.
Kegiatan ini juga termasuk kegiatan yang berhubungan isu-isu
kesehatan dimana Telkomsel mengadakan penyuluhan tentang bahaya
narkoba kepada masyarakat Indonesia. Kegiatan ini sangat berhubungan
dengan kegiatan CSR dalam Pemasaran Kemasyarakatan Korporat.
d. Pendidikan Kreatif
Telkomsel melakukan berbagai jenis pendekatan guna menggali
potensi diri remaja. Salah satunya melalui pendekatan pemberian
pendidikan yang berorientasi pada kreativitas. Program yang dilakukan
kepada 1000 siswa-siswi SMP ini membantu para pelajar dalam pencarian
jati diri, dimana masa ini merupakan saat yang sangat strategis dan krusial
yang ditandai perubahan fisik maupun psikis. Salah satu kegiatan ini adalah
membuat karya musik yang bisa ditampilkan sebagai alat untuk
mempermudah proses pembelajaran kreatif kepada anak-anak muda
Indonesia.
Kegitan ini termasuk dalam kegiatan Filantropi Perusahaan. Jadi
perusahaan memerhatikan masyarakatnya dengan mengembangkan berbagai
program yang menunjang pengembangan diri masyarakat demi peningkatan
kualitas hidup masyarakatnya di kemudian hari.
e. Ketrampilan/Kewirausahaan
Telkomsel mencanangkan aktivitas CSR yang senantiasa dapat
menciptakan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik. Dalam
103
meningkatkan mutu kehidupan masyarakat dapat juga dilakukan melalui
pemberian pendidikan keterampilan dan kewirausahaan. Salah satu hal yang
aktif dilakukan Telkomsel di berbagai daerah ialah dengan melakukan
pelatihan teknisi reparasi ponsel disertai pemberian sarana awal usahanya
kepada para pemuda potensial di berbagai kota seperti Banda Aceh,
Lhokseumawe, Yogyakarta dan Makassar. Dalam memberikan pelatihan
keterampilan dan kewirausahaan, stimulasi terhadap objek kegiatan
dilakukan dengan pemberian modal usaha, fasilitas utama dan fasilitas
pendukung dari Telkomsel sendiri. Sejak tahun 2009 Telkomsel fokus
memberikan bekal kepada anak jalanan, penyandang cacat dan mantan
pecandu narkotika melalui pelatihan kewirausahaan teknisi telepon
genggam. Saat ini, tercatat sudah ada ratusan wirausahaan baru di bidang
tersebut.
Kegiatan yang baru saja dilakukan adalah Pengembangan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan menggelar prosmiling di
Kerung-kerung bekerja sama dengan Majelis Taklim Telkomsel dan PKPU
Lembaga Kemanusiaan Nasional. Melihat bentuk program yang diberikan
oleh Telkomsel, kegiatan CSR ini juga termasuk kegiatan Filantropi
Perusahaan.
f. Pendidikan Formal
Salah satu cara yang ditempuh oleh Telkomsel di dalam bersamasama membangun bangsa dengan senantiasa memerhatikan generasi muda
bangsa
Indonesia,
sebagai
contoh
pelajar
dan
mahasiswa
yang
104
membutuhkan pengayaan wawasan (enrichment) Dengan sumberdayanya
yang memiliki kemampuan, pengetahuan dan pengalaman praktis
(manajemen, teknik, niaga, dsb) di dalam mengelola perusahaan, Telkomsel
aktif melakukan berbagai kegiatan yang mengacu kepada kurikulum, untuk
ikut meningkatkan mutu kehidupan generasi muda melalui proses
pendidikan.
Sejauh ini Telkomsel sudah sangat banyak melakukan kegiatan
Filantropi Perusahaan dalam mengembangkan keterampilan generasi muda
Indonesia dengan memberikan berbagai pelatihan yang sangat bermanfaat
bagi mereka.
g. Student Visit/Goes To Campus
Telkomsel membuka kesempatan kepada pelajar/mahasiswa untuk
secara langsung berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan karyawan
Telkomsel tentang berbagai aspek keilmuan dan kegiatan industri
Telekomunikasi. Melalui program student visit ini, ribuan pelajar dan
mahasiswa secara antusias berpartisipasi. Telkomsel juga aktif mengunjungi
kampus-kampus dan sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, baik itu
memberikan bantuan berupa barang yang berguna bagi pendidikan, maupun
berupa pelatihan yang diberikan bagi pelajar atau mahasiswa
h. Cooperative Academic Education Program
Telkomsel menggelar program Cooperative Academic Education
Program (COOP) bekerjasama dengan Dirjen Pendidikan Tinggi dimana
para mahasiswa diberi kesempatan untuk mengenal lebih jauh dunia kerja di
105
Telkomsel dalam kegiatan-kegiatan yang hampir mirip dengan magang.
Program ini merupakan bentuk dukungan Telkomsel pada dunia pendidikan
nasional, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas),
untuk menjembatani fenomena yang berkembang saat ini di dunia usaha,
dimana jumlah lulusan yang tidak terserap di pasar kerja akan semakin
meningkat apabila kurikulum perguruan tinggi tidak sesuai dengan
kebutuhan dunia usaha.
i. Tryout UAN
Telkomsel senantiasa memberikan solusi bagi peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia. Salah satunya, Telkomsel terpanggil untuk
memberikan solusi secara positif dengan menyelenggarakan try-out UAN
kepada ratusan ribu pelajar di berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan yang
pernah dilakukan adalah Telkomsel Road Show Tryout UN dengan
mengunjungi beberapa sekolah yang ada di kota Makassar untuk memberika
tryout secara gratis.
Sekali lagi program CSR Telkomsel kali ini berhubungan dengan
kegaiatan Filantropi Perusahaan dengan pemberian pelatihan soal ujian bagi
siswa-siswi SMA yang akan menghadapi Ujian Nasional.
j. Sekolah Berbasis IT
Penyebarluasan jaringan ke wilayah terpencil yang dilakukan
Telkomsel juga diiringi dengan upaya peningkatan mutu dan proses
pendidikan para pelajar-pelajar di pelosok. Berbagai cara dilakukan
Telkomsel, salah satunya dengan mendukung program Diknas “Sekolah
106
Terpencil Berbasis IT” melalui pemberian perangkat keras dan lunak guna
membuka kesempatan siswa mendapatkan kualitas pendidikan yang setara
dengan kota besar. Kepedulian Telkomsel pada para pelajar di daerah
terpencil lebih lanjut lagi dituangkan di dalam program pemberian aplikasi
pendidikan interaktif.
Kegiatan yang pernah dilakukan adalah Pemberian Komputer Hemat
Energi secara gratis di SMA Negeri 5 Makassar. Kegiatan ini
mengkampanyekan hemat energi kepada siswa-siswi sekolah, khususnya
Sekolah Menengah Atas (SMA). Kegiatan mengkampanyekan hemat energi
ini berkaitan dengan isu-isu lingkungan yang dibahas di dalam jenis-jenis
kegiatan CSR dalam Pemasaran Kemasyarakatan Korporat.
Selain itu, ada beberapa kegiatan yang disebut dengan Corporate
Philanthropy (Filantropi Perusahaan), seperti memberikan bantuan Umroh gratis
ke beberapa pelanggan setia Telkomsel, pembagian hewan kurban pada saat
Perayaan Lebaran Haji, mengadakan acara Safari Ramadhan di daerah yang
masyarakatnya kurang mampu, pembagian tiket mudik gratis kepada pelanggan
Telkomsel, pemeriksaan kesehatan secara gratis di Kampoeng Telkomsel Andi
Tonro yang baru saja dilaksanakan dalam rangka merayakan Ulang Tahun
Telkomsel yang ke-16 dan masih banyak lagi. Kegiatan di Kampoeng Telkomsel
tersebut meruapakan bagian dari kegiatan Praktik Bisnis yang memiliki
Tanggung Jawab Sosial (Socially Responsible Business Practice).
Setiap aktivitas CSR yang telah dilaksanakan oleh Telkomsel, khususnya
Telkomsel Area Pamasuka sudah hampir mencakup seluruh jenis-jenis aktivitas
107
CSR yang dikemukakan oleh Kotler dan Lee (2005). Aktivitas CSR Pemasaran
terkait kegiatan sosial belum dilaksanakan oleh Telkomsel, sedangkan aktivitas
CSR pekerja sosial kemasyarakatan sosial secara sukarela sudah pernah
dilakukan dengan melakukan kegiatan Telkomsel Emergency Respons and
Recovery Action (TERRA) yang terfokus pada aktivitas manajemen bencana
alam. Telkomsel mendukung karyawannya untuk membantu masyarakat yang
sedang terkena bencana alam.
Corporate Communication PT Telkomsel Area Pamasuka dalam
menjalankan aktivitas CSR tidak terlepas dari aktivitas Public Relations
(PR) secara umum. Meskipun memiliki bentuk yang berbeda dalam
aktivitasnya, aktivitas PR secara umum termaktub dalam proses manajemen
PR sebagai berikut :
a. Defining the Problem (Mendefinisikan Masalah)
Tahap ini mencakup kegiatan mengumpulkan fakta, opini, sikap dan
perilaku dari pihak-pihak yang terkait dengan kebijakan perusahaan. PR
diarahkan untuk meneliti masalah atau fakta-fakta yang menyangkut
dengan organisasi/perusahaan/instansi. Pada dasarnya ini adalah fungsi
intelijen organisasi/perusahaan/instansi. Fungsi ini menyediakan dasar
untuk semua langkah dalam proses pemecahan masalah dengan
menentukan “Apa yang sedang terjadi saat ini?”.
Dalam aktivitas Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area
Pamasuka, tahap ini dilakukan pada saat pihak Corporate Communication
(yang selanjutnya disebut sebagai Corcomm) diarahkan untuk meneliti
108
masalah atau fakta-fakta yang menyangkut social responsibility yang
timbul di masyarakat.
Fakta-fakta yang sudah ditemukan akan memudahkan Corcomm
untuk menyusun program CSR apa yang akan dilaksanakan untuk
masyarakat secara luas.
b. Planning and Programming (Perencanaan dan Pemrograman)
Tahap ini merupakan tahap dimana pihak Corcomm akan membuat
keputusan
tentang
penetapan
visi
dan
misi,
serta
tujuan,
mempertimbangkan kebijakan, menetapkan target, penetapan program
publik, strategi tujuan, struktur organisasi, menyediakan sumber daya
manusia dan Pemetaan wilayah serta penentuan sumber dana untuk
program CSR akan dilakukan.
Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan pada tahap pertama, maka
diperoleh bahan-bahan untuk menyusun program aktivitas CSR. Atas
dasar fakta dan persoalan-persoalan yang dijumpai pada tahap pencarian
fakta, maka disusunlah suatu rencana kerja. Rencana kerja tidak disusun
berdasarkan pada keinginan yang dipaksakan dan irrasional. Perencanaan
yang baik adalah perencanaan yang bersifat rasional, lentur (fleksibel) dan
berkelanjutan.
Corcomm PT Telkomsel Area Pamasuka menerapkan proses
perencanaan kegiatan dengan profesional. Langkah penyusunan aktivitas
program CSR di Telkomsel dilakukan oleh divisi CSR sendiri yang berada
di bawah departemen Corporate Coomunication and Secretary PT
109
Telkomsel. Divisi CSR dan divisi Corcomm merupakan bagian yang
terpisah, tetapi Corcomm tetap membantu divisi CSR dalam hal
mengkomunikasikan aktivitas CSR kepada publik internal dan eksternal
perusahaan.
Penulis mengambil contoh pada kegiatan pembangunan Kampoeng
Telkomsel di jalan Andi Tonro 2 menunjukkan adanya perencanaan
aktivitas CSR yang tidak berasal dari pusat melainkan ide program CSR dari
pihak graPARI Telkomsel Makassar. Dalam rangka membangun lingkungan
yang asri dan rapih, maka Telkomsel membantu kelurahan Pa’baeng-baeng
dalam mengembangkan lingkungan tempat tinggal warga di daerah tersebut.
Tetapi secara keseluruhan hampir semua aktivitas CSR Telkomsel yang
dilakukan di kota Makassar itu berasal dari program CSR yang dibuat dan
disusun oleh pihak divisi CSR dari pusat.
c. Taking Action and Communicating (Mengambil Tindakan dan
Berkomunikasi)
Tahap yang ketiga ini merupakan kegiatan yang mengarah pada
penerapan dan mengkomunikasikan program-program CSR kepada publik
secara sistematis, sehingga persepsi publik dapat terbentuk dengan baik.
Kegiatan yang dilakukan adalah mengimplementasikan program aksi dan
komunikasi yang didesain untuk mencapai tujuan dari program.
Pengkomunikasian program CSR kepada stakeholder bertujuan
sebagai
bentuk
pertanggungjawaban
perusahaan
kepada
seluruh
stakeholder yang terkait dalam pelaksanaan program CSR. Melalui
110
aktivitas komunikasi yang dilakukan, akan membuka kanal interaksi yang
memberi kesempatan stakeholder untuk mengritisi, memberi saran,
menyampaikan ide dan harapan ataupun bentuk pastisipasi serta respon
yang lain demi peningkatan efektivitas dan kreativitas penyelenggaran
program CSR. Dalam hal ini Corcomm Telkomsel yang bertugas untuk
mengkomunikasikan segala bentuk aktivitas CSR yang dilakukan kepada
seluruh publik, stakeholder dan shareholder.
Dampak dari aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan akan
berdampak pada pembentukan citra perusahaan (corporate image) itu
sendiri. Aktivitas CSR Telkomsel dapat meningkatkan citra perusahaan
karena menunjukkan bahwa Telkomsel tidak hanya berorientasi pada
bisnis dan keuntungan, tetapi juga berorientasi pada tanggung jawab sosial
kepada masyarakat secara luas. Aktivitas CSR yang dilakukan akan
menambah nilai plus perusahaan di mata publiknya.
Dengan adanya komunikasi aktivitas CSR, publik tidak hanya tahu
tetapi perusahaan lain pun bisa tahu dan akan berniat untuk melakukan
aktivitas yang sama.
d. Evaluating the Program (Mengevaluasi Program)
Pada tahapan yang terakhir ini, kegiatan komunikasi dalam PR
difokuskan pada usaha untuk melakukan penilaian atas persiapan,
implementasi dan hasil dari program-program CSR yang telah dilakukan.
Penyesuaian akan dilakukan pada saat program diimplementasikan dan
111
didasarkan pada evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana program
tersebut berhasil atau tidak.
Dalam tahap ini diadakan pengukuran dan penilaian mengenai
apakah hasil kerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, apakah
segala sesuatunya dilaksanakan sesuai dengan instruksi serta pedoman
yang telah diberikan, apakah ada kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam
menyelesaikan program CSR tersebut dan apakah ada efisiensi yang
dilakukan dalam aktivitas tersebut.
Evaluasi aktivitas CSR yang sudah dilakukan oleh Telkomsel
dilakukan oleh divisi CSR sendiri di kantor pusat. Kemudian akan dibuat
laporan (report) secara lengkap untuk pihak internal dan tentu saja ada
laporan juga untuk pihak eksternal.
Dalam setiap aktivitas yang dilakuakn oleh CSR PT Telkomsel,
evaluasi atau penilaian terhadap hasil kerja yang telah dilaksanakan
biasanya dilakukan secara periodik untuk aktivitas-aktivitas tertentu.
Seperti pada penerbitan media internal perushaan Telkomsel, evaluasi
dilaksanakan setiap bulannya. Dalam evaluasi inilah diberikan koreksikoreksi seperlunya kepada pengelola dalam hal ini divisi CSR dan akan
menjadi masukan untuk aktivitas CSR ke depannya.
Tahap evaluasi sebenarnya bukanlah tahap akhir dari pelaksanaan
aktivitas PR, tahap ini lebih kepada kontrol atau merupakan barometer
terhadap pelaksanaan kerja yang telah dilakukan. Proses kerja seluruhnya
akan terus berlanjut dan berjalan dalam perputaran tahap demi tahap dari
112
keempat tahapan aktivitas atau proses kerja sampai target yang ditetapkan
oleh PR dapat tercapai.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Aktivitas Corporate Social
Responsibility (CSR) PT Telkomsel Area Pamasuka Dalam Upaya
Meningkatkan Citra Perusahaan di Makassar
Sebagai upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya,
setiap organisasi atau lembaga terkadang dihadapkan pada beberapa faktor
yang dapat memengaruhi tujuan tersebut. Pada umumnya, faktor yang sering
dijumpai dalam usaha pencapaian tujuan adalah dua faktor, yakni faktor
pendukung dan faktor penghambat.
Adanya faktor pendukung semakin mempermudah pencapaian
tujuan dari suatu organisasi/perusahaan/lembaga. Namun, dengan adanya
faktor penghambat, maka bisa saja mengakibatkan terhambatnya pencapaian
tujuan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh
penulis kepada informan, maka dapat dipaparkan sebagi berikut :
a. Faktor Pendukung Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) PT
Telkomsel Area Pamasuka
Faktor pendukung dari aktivitas CSR Telkomsel adalah untuk khalayak
itu sendiri. Faktor pendukung ini dimaksudkan dalam hal kerja sama
dengan Telkomsel untuk melakukan aktivitas CSR. Oleh karena itu, jika
tahun 2011 merupakan tahun pendidikan bagi Telkomsel, maka proposal
kegiatan CSR mengenai pendidikan yang dimasukkan oleh khalayak ke
113
Telkomsel akan menjadi prioritas utama dan bahkan bisa diterima untuk
diajak bekerja sama.
b. Faktor Penghambat Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) PT
Telkomsel Area Pamasuka
Tidak hanya faktor pendukung yang dimiliki oleh CSR dalam
melaksanakan aktivitasnya, terdapat pula faktor penghambat. Adanya
faktor penghambat tidak berarti menjadi penghalang bagi CSR
Telkomsel untuk mencapai tujuan. Sehingga upaya dari mencari solusi
yang kongkret, efektif dan efisien senantiasa dilakukan. Di sinilah
mungkin letak kelemahan dari Telkomsel karena memberikan semacam
persyaratan untuk menerima proposal kegiatan yang menyangkut CSR.
c. Opini Publik yang Merasakan Program CSR dari Telkomsel Area
Pamasuka
Sejauh ini masyarakat di kota Makassar masih sangat membutuhkan
program-program Corporate Social Responsibility (CSR). Belum
adanya penyebaran aktivitas ini sehingga menyebabkan adanya
ketidakseimbangan. Sebagian publik mengharapkan lebih banyak
bantuan lagi. Publik juga sangat senang dengan bantuan-bantuan yang
telah diberikan oleh Telkomsel Area Pamasuka sehingga citra
perusahaan (corporate image) terbentuk positif. Demikian manfaat baik
yang didapatkan oleh perusahaan dengan diadakannya aktivitas CSR.
114
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mengisi kesimpulan pada bab ini, tentunya kita harus kembali
kepada rumusan masalah yang terdapat di dalam Bab I, yaitu bagaimana aktivitas
Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Area Pamasuka dalam upaya
meningkatkan citra perusahaan di kota Makassar.
Setelah melewati serangkaian penelitian dan interview, ternyata aktivitas
CSR yang dilaksanakan oleh PT Telkomsel itu sudah cukup banyak. Serangkaian
aktivitas CSR yang dilaksanakan oleh Telkomsel sudah terbagi menjadi beberapa
sub-tema yang sudah diprogramkan dari kantor pusat di Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,
maka penulis dapat menarik kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan
masalah penelitian, sebagai berikut :
1. Corporate Communication (Corcomm) merupakan ujung tombak PT
Telkomsel
Area
Pamasuka
dalam
mensosialisasikan
dan
mengkomunikasikan segala bentuk kebijakan perusahaan. Menjaga
keharmonisan dengan pihak-pihak yang terkait merupakan hal yang
mendasar
yang
menunkkan
bahwa
aktivitas
Corporate
Social
Responsibility (CSR) Telkomsel menjadi salah satu upaya yang dilakukan
oleh Corcomm untuk meningkatkan citra perusahaan di kota Makassar.
Berikut program CSR Telkomsel sebagai berikut : Pendidikan Non
115
Formal, Bersih itu Sehat dan Santun, Anti Drugs, Pendidikan Kreatif,
Keterampilan/Kewirausahaan, Pendidikan Formal, Student Visit/Goes To
Campus, Cooperative Academic Education Program, Tryout UAN dan
Sekolah Berbasis IT. Selain itu, ada beberapa kegiatan yang disebut
dengan
Corporate
Philanthropy
(Filantropi
Perusahaan),
seperti
memberikan bantuan Umroh gratis ke beberapa pelanggan setia
Telkomsel, pembagian hewan kurban pada saat Perayaan Lebaran Haji,
mengadakan acara Safari Ramadhan di daerah yang masyarakatnya
kurang mampu, pembagian tiket mudik gratis kepada pelanggan
Telkomsel, pemeriksaan kesehatan secara gratis di Kampoeng Telkomsel
Andi Tonro yang baru saja dilaksanakan dalam rangka merayakan Ulang
Tahun Telkomsel yang ke-16 dan masih banyak lagi. Program CSR
Telkomsel disusun dan dibuat oleh divisi CSR, kemudian Corcomm
menjadi media untuk mengkomunikasikan aktivitas tersebut kepada
publik internal maupun eksternal. Khalayak sasaran aktivitas CSR
Telkomsel adalah Pelanggan Telkomsel, Masyarakat secara luas, Media
(wartawan atau jurnalis), Internal PT Telkomsel (karyawan/shareholder),
LSM, Pihak Akademisi dan Pemerintah. Berbicara tentang penyusunan
program CSR, program ini disusun oleh divisi CSR kemudian dibantu
oleh Corcomm untuk dikomunikasikan ke publik secara luas. Setelah
program CSR jadi, CSR akan berkordinasi dengan pihak-pihak lain di
perusahaan yang akan terlibat dalam aktivitas CSR, dalam hal ini pihak
Corcomm yang akan membantu mengkomunikasikan adanya sebuah
116
aktivitas CSR kepada publik. Tahap treakhir, yaitu evaluasi juga
dilakukan baik secara internal maupun melibatkan pihak-pihak luar
(eksternal) guna memperoleh masukan serta kritikan membangun dari
pelaksanaan aktivitas CSR yang sudah dilakukan oleh Telkomsel.
Telkomsel juga menerapkan aktivitas prinsip CSR dalam melaksanakan
program CSR-nya, seperti Sustainability berkaitan dengan bagaimana
perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan
keberlanjutan sumber daya di masa depan, kemudian Accountability dapat
dijadikan sebagai media bagi perusahaan untuk membangun citra (image)
dan network terhadap para pemangku kepentingan (stakeholders),
sedangkan Transparency adanya pelaporan aktivitas CSR yang dilakukan
kepada pihak internal dan juga eksterbal perusahaan Telkomsel. Aktivitas
Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh Telkomsel Area
Pamasuka itu dapat meningkatkan citra positif perusahaan karena dapat
menunjukkan bahwa Telkomsel tidak hanya berorientasi pada bisnis dan
keuntungan. Terbentuk nilai plus di mata publik secara luas terhadap PT
Telkomsel sebab adanya aktivitas CSR yang dilakukan.
2. Faktor pendukung dan penghambat dari aktivitas CSR PT Telkomsel
Area Pamasuka dalam upaya meningkatkan citra perusahaan di kota
Makassar ini berkaitan. Faktor-faktor ini tergantung dari Telkomsel
sendiri. Faktor ini terbentuk karena adanya keinginan masyarakat untuk
bekerja sama dan meminta bantuan kepada perusahaan besar seperti
Telkomsel dengan memberikan proposal kegiatan CSR. Telkomsel akan
117
memprioritaskan proposal kegiatan yang tema kegiatan CSR-nya
mengenai tema yang diangkat Telkomsel setiap tahun dan ini adalah
faktor pendukung bagi publik. Uraian di atas dapat menjadi faktor
penghambat bagi publik jika proposal kegiatan CSR yang dimasukkan ke
Telkomsel tidak sesuai dengan tema program CSR untuk setiap tahunnya.
Hal ini akan menjadi faktor penghambat bagi publik karena Telkomsel
akan meletakkan proposal kegiatan tersebut untuk prioritas berikutnya.
Tahun 2011 merupakan tahun pendidikan bagi Telkomsel sehingga
proposal kegiatan CSR yang akan diterima adalah proposal kegiatan CSR
yang menyangkut dengan bidang pendidikan.
B. Saran-saran
Untuk lebih menyukseskan aktivitas Corporate Social Responsibility
(CSR) yang dilaksanakan oleh Telkomsel Area Pamasuka sebagai upaya untuk
meningkatkan citra perusahaan di kota Makassar, maka penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan tugas-tugas dalam Corporate
Communication di Telkomsel Area Pamasuka, maka sebaiknya para
karyawan lainnya dibekali pendidikan dan pengetahuan lebih di dalam
bidang Corporate Social Responsibility (CSR). Sehingga tidak hanya satu
orang yang menjadi kunci dalam pelaksanaan aktivitas CSR di Telkomsel
Area Pamasuka. Meningat kemajuan ilmu pengetahuan terjadi terusmenerus sehingga perlu untuk dilakukan penyesesuaian. Hal ini juga akan
118
semakin menunjang pekerjaan itu sendiri serta menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan seperti yang biasa terjadi, misalnya miss communication
antar pimpinan dengan karyawan serta karyawan dengan karyawan dalam
penyampaian kebijakan-kebijakan perusahaan., mengingat khalayak
internal maupun eksternal sangat heterogen.
2. Memaksimalkan tahap evaluasi sehingga dalam penyusunan program
aktivitas CSR yang akan datang, permasalahan yang sama tidak akan
timbul. Selain itu, mempertahankan bentuk kepercayaan dan dukungan
pihak manajemen kepada Coroprate Communication, karena hal ini
sangat berarti, apalagi melihat ketidakseimbangan antara jumlah
karyawan dengan tugas yang akan diemban selaku ujung tombak
perusahaan Telkomsel Area Pamasuka.
3. Sebaiknya PT Telkomsel Area Pamasuka lebih menyebarluaskan aktvitas
CSR-nya supaya setiap masyarakat, khususnya di kota Makassar bisa
merasakan bantuan dari Telkomsel.
Download