11 BAB II LANDASAN TEORI Penganggaran modal (capital budgeting) meliputi keseluruhan proses perencanaan pengeluaran uang, dimana hasil pengembaliannya diharapkan terjadi dalam jangka waktu lebih dari satu tahun (Keown, Martin, Petty, Scott: 2002). Pemilihan jangka waktu satu tahun tidaklah mutlak, akan tetapi lebih merupakan penggal waktu yang mudah untuk membedakan berbagai jenis pengeluaran. 2.1 Pentingnya Penganggaran Modal Dalam mengambil keputusan yang menyangkut capital budgeting, seorang manajer dihadapkan pada sejumlah faktor yang saling terkait satu sama lain. Salah satu faktor yang cukup penting ialah bersangkut paut dengan jangka waktu capital budgeting yang relative lama sehingga pengambilan keputusan akan menjadi kurang fleksibel. Sebagai contoh, pembelian aktiva dengan umur ekonomis 10 tahun akan memerlukan periode yang lebih lama sebelum hasil akhir dari tindakan tersebut dapat diketahui. Lebih jauh lagi, karena penambahan aktiva terkait erat dengan perkiraan penjualan di masa mendatang, maka keputusan untuk membeli aktiva yang diharapkan akan terpakai selama 10 tahun memerlukan adanya perkiraan penjualan untuk masa 10 tahun mendatang. Capital budgeting yang efektif akan membantu untuk menetapkan saat yang tepat untuk memperoleh aktiva dan meningkatkan mutu aktiva yang dibeli. Perusahaan yang telah memperkirakan kebutuhan aktiva tetapnya jauh hari akan mempunyai cukup 12 waktu luang untuk membeli dan memasang peralatannya sebelum penjualan mencapai kapasitas penuh. Pada akhirnya, capital budgeting juga penting karena penambahan aktiva tetap lazimnya memerlukan pengeluaran yang besar, dan sebelum perusahaan membelanjakan uang dalam jumlah besar, diperlukan penyusunan rencana yang matang dan tepat. 2.2. Pengumpulan Ide mengenai Proyek Pertumbuhan dan kemajuan perusahaan, bahkan kemampuannya untuk tetap berdaya saing dan bertahan hidup, tergantung pada mengalirnya gagasan secara terus menerus untuk menciptakan produk baru dan meningkatkan mutu produk yang ada, atau memproduksinya dengan biaya yang lebih murah (Higgins: 2001). Karena Itu, perusahaan yang dikelola dengan baik akan mencurahkan banyak waktu dan sumber daya untuk mengembangkan usulan capital budgeting yang lebih baik. Rencana bisnis strategis (strategic business plan) adalah rencana jangka panjang yang menyajikan garis besar dari strategi dasar perusahaan untuk 5 sampai 10 tahun mendatang. Dalam pengembangan bisnis, perusahaan menetapkan target-target bisnis yang dituangkan dalam rencana bisnis strategis perusahaan yang menjadi pedoman umum bagi para eksekutif operasi yang harus mencapainya. Para eksekutif ini selanjutnya akan 13 mengupayakan produk-produk baru, menggariskan rencana ekspansi untuk memperkecil biaya produksi dan distribusi. 2.3. Klasifikasi Proyek Untuk jenis proyek tertentu harus dilakukan analisis yang cukup terinci, sementara bagi proyek lainnya prosedur yang lebih sederhana harus dilakukan mengingat pertimbangan biaya dan manfaat. Oleh sebab itu, perusahaan pada umumnya mengelompokkan dan menganalisis proyek-proyek yang ada ke dalam kategori-kategori berikut (Higgins: 2001): ! Penggantian: kelanggengan usaha. Kategori ini meliputi pengeluaran yang diperlukan untuk menggantikan peralatan yang aus atau rusak yang digunakan untuk menghasilkan produk yang menguntungkan. Proyek ini diperlukan agar kelanggengan usaha dapat dipertimbangkan. ! Penggantian: penurunan biaya. Dalam kategori ini dicakup pengeluaran untuk menggantikan peralatan yang masih bisa diperbaiki tetapi peralatan tersebut dinilai sudah usang. Tujuannya adalah untuk menurunkan biaya pekerja, bahan, dan biaya lainnya seperti listrik. Keputusan ini lebih membutuhkan kehati-hatian sehingga perlu didukung dengan analisis yang lebih rinci. ! Ekspansi atas produk atau pasar yang ada saat ini. Kategori ini mencakup pengeluaran untuk meningkatkan jumlah produk yang ada, atau untuk menambah kios penjualan serta fasilitas distribusi pada pasar yang sudah ditekuni saat ini. Keputusan 14 ini lebih kompleks karena permintaan atas produk bersangkutan di masa mendatang harus benar-benar dipertimbangkan. Dalam hal ini kemungkinan terjadi kesalahan lebih besar sehingga diperlukan analisis terinci, dan keputusan akhir dilakukan pada tingkat manajemen yang lebih tinggi. ! Ekspansi ke produk atau pasar yang baru. Dalam kategori ini, pengeluaran dimaksudkan untuk memproduksi produk baru atau untuk memperluas pasar ke wilayah yang belum terjamah oleh perusahaan. Proyek ini bersangkut paut dengan keputusan strategis yang dapat mengakibatkan perubahan berdasaaarkan pada sifat usaha perusahaan, dan pada umumnya pengeluaran tersebut berjumlah besar serta berjangka pangjang. Proyek ini memerlukan analisis yang sangat rinci, dan keputusan akhir atas produk atau pasar yang baru biasanya diambil oleh dewan direksi sebagai bagian dari rencana strategis. ! Proyek pengamanan dan/atau lingkungan. Pengeluaran yang diperlukan untuk mengikuti peraturan pemerintah, ketentuan serikat pekerja atau persyaratann dalam polis asuransi termasuk dalam kategori ini. Pengeluaran ini sering disebut sebagai “investasi wajib” (mandatory investments), atau proyekk yang tidak menghasilkan pendapatan. Cara penganggarannya tergantung pada jumlahnya, dimana pengeluaran kecil kurang lebih akan diperlakukan sebagai kategori 1 diatas. ! Lainnya. Dalam kategori ini termasuk bangunan kantor, lapangan parker bagi para eksekutif, dan sebagainya. Cara penanganannya juga tergantung pada jumlahnya. Pada umumnya, untuk kategori penggantian, khususnya yang ditujukan untuk mempertahankan kelanggengan usaha yang menguntungkan (kategori 1), perhitungannya sederhana saja dan dokumen pendukung yang dibutuhkan tidak 15 terlalu banyak. Analisis yang lebih rinci diperlukan untuk penggantian aktiva yang akan menurunkan biaya, untuk penambahan lini ragam produk, dan terutama untuk investasi pada produkk atau pasar baru. Setiap kategori juga bisa dibagi-bagikan lagi berdasarkan nilai investasi yang diperlukan, dan makin tinggi tingkatan manajemen yang berwenang untuk hal tersebut. Untuk keputusan mengenai produk baru pada umumnya tidak tersedia data statistik yang memadai, karena itu penilaian atau judgement-lah yang menjadi elemen kunci dalam pengambilan keputusan ini, bukan data biaya yang terinci. 2.4. Langkah-langkah dalam Capital Budgeting Secara konseptual, capital budgeting mencakup enam langkah yang digunakan dalam analisis sekuritas: 1. Biaya proyek harus ditentukan. Hal ini mirip dengan penentuan harga yang harus dibayar untuk saham obligasi. 2. Manajemen mengestimasi arus kas yang diharapkan dari proyek tersebut, termasuk nilai jual aktiva setelah masa penggunaanya berakhir. Hal ini sama dengan mengestimasi dividen atau bunga yang akan diterima saham atau obligasi. 3. Tingkat risiko dari proyeksi arus kas harus diestimasi. Untuk hal ini manajemen memerlukan informasi mengenai distribusi probabilitas dari arus kas. 16 4. Selanjutnya setelah tingkat risiko dari proyeksi arus kas dan itngkat bunga yang bebas resiko atau krf ditentukan, manajemen menentukan tingkat diskonto, atau biaya modal yang tepat untuk proyek bersangkutan. Arus kas dari proyek akan didiskontokan terhadap biaya modal tersebut. Hal ini sama dengan menentukan tingkat pengembalian yang dipersyaratkan atas saham. 5. Kemudian, arus kas yang diharapkan dinyatakan dalam nilai sekarang sehingga estimasi nilai aktiva tersebut bagi perusahaan dapat diketahui. Hal ini sama dengan mencari nilai sekarang dari dividen yang diharapkan di masa mendatang. 6. Akhirnya, nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dibandingkan dengan jumlah pengeluaran, atau biaya, dari proyek tersebut; jika nilai sekarang dari arus kas tersebut melebihi biaya proyek, maka proyek tersebut dapat diterima. Jika tidak, maka proyek harus ditolak. (Cara lainnya adalah menghitung tingkat pengembalian atau laba yang diharapkan atas proyek tersebut melebihi tingkat pengembalianyang dipersyaratkan, maka proyek dapat disetujui). Jika investor perorangan mempelajari dan melakukan investasi pada saham dan obligasi yang harga pasarnya lebih kecil daripada nilainya yang sebenarnya, maka nilai dari portfolio investor tersebut akan meningkat. Begitu juga jika perusahaan menciptakan peluang investasi dengan nilai sekarang yang lebih besar daripada biayanya, nilai perusahaan akan naik. Dengan demikian, ada keterkaitan langsung antara penganggaran modal dan nilai saham. Makin efektif prosedur penganggaran modal perusahaan, maka makin tinggi pula harga sahamnya. 17 2.5. Kriteria Penetapan Peringkat atas Penganggaran Modal Ada delapan (8) metode utama untuk menetapkan peringkat proyek dan untuk memutuskan apakah proyek bersangkutan dinilai layak untuk dimasukkan dalam anggaran modal (Brealey & Myers: 1991). Metode pemeringkatan (rangking methods) adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi usulan pengeluaran untuk pengadaan modal. Delapan metode tersebut adalah: 1. Periode pengembalian atau pelunasan (Payback Period ) 2. Periode pengembalian yang didiskontokan (Discounted Payback Period) 3. Tingkat pengembalian akuntansi (Accounting Rate of Return) 4. Nilai tunai netto (Net Present Value) 5. Tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return) 6. Tingkat pengembalian internal termodifikasi (Modified Internal Rate of Return) 7. Indeks Profitabilitas (Profitability Index) 8. Tingkat pengembalian perpetuitas (Perpetuity Rate of Return) Metode rangking yang dipakai dalam penelitian ini adalah discounted payback period, Net Present Value, Internal Rate of Return, dan Profitability Index. 2.5.1. Periode Pengembalian Yang Didiskontokan (Discounted Payback Period) 18 Discounted Payback Period adalah jumlah tahun yang diperlukan agar jumlah arus kas yang didiskontokan dengan k, biaya modal, sama dengan nilai sekarang pengeluaran awal. Metode pengembalian kas yang didskontokan memang memperhitungkan nilai waktu dari uang. Akan tetapi, metode ini tetap mempunyai kelemahan yaitu tidak mempertimbangkan seluruh arus kas. 2.5.2. Nilai Tunai Netto (Net Present Value) Mengingat adanya kelemahan-kelemahan dalam metode periode pengembalian, metode-metode baru dikembangkan untuk memperbaiki evaluasi proyek. Upaya pengembangan ini mengarah pada apa yang disebut teknik arus kas yang didiskontokan (DCF techniques), dimana nilai waktu dari uang ikut dipertimbangkan. DCF techniques adalah metode yang digunakan untuk menyusun peringkat dari usulan investasi dengan menerapkan konsep nilai waktu dari uang; dua diantaranya adalah metode nilai sekarang dan metode internal rate of return. Salah satu dari metode DCF adalah metode nilai tunai netto (NPV method) adalah metode untuk menetapkan peringkat dari usulan investasi dengan menggunakan NPV, yaitu nilai sekarang dari arus kas bersih dimasa mendatang dengan didiskontokan terhadap biaya modal marjinal. Langkah-langkah sebagai berikut: penerapan dan criteria penerimaan dari metode ini adalah 19 1. Hitung nilai sekarang dari setiap arus kas, baik arus kas masuk maupun keluar, dengan faktor diskonto sebesar biaya modal proyek. 2. Jumlahkan arus kas yang telah didiskontokan tersebut; hasil penjumlahan inilah yang disebut NPV proyek. 3. Jika NPV positif, proyek dapat disetujui; jika NPV negatif, proyek sebaiknya ditolak; dan jika proyek-proyek yang dikaji bersifat mutuallyexclusive, maka proyek yang menghasilkan NPV terbesar harus dipilih. NPV dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: CFt NPV = - IO (1-k)t NPV = CFt (PVIFk,t) – IO Dimana : CFt = the annual free cash flow in time period t ; arus kas tahunan dalam jangka waktu proyek K = The appropriate discount rate; the required rate of return or cost of capital; tingkat biaya modal yang diseduaikan IO = the initial cash outlay; pengeluaran investasi pertama kali N = the project’s expected life; umur proyek yang diharapkan 2.5.3. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return) Metode internal rate of return (IRR) adalah metode pemeringkatan usulan investasi dengan berpatokan pada IRR dari aktiva bersangkutan, dimana IRR dihitung 20 dengan menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk masa mendatang dengan nilai sekarang dari biaya investasi. IRR adalah tingkat diskonto yang menyamakan PV (present value) dari arus kas masuk proyek dengan PV dari biaya proyek tersebut. PV arus kas masuk = PV biaya investasi # PV arus kas masuk – PV biaya investasi = 0 Jika dinyatakan dengan rumus adalah sebagai berikut: CFt = IO (1+ IRR)t # CFt (PVIFIRR,t) = IO Kriteria Penerimaan Kriteria penerimaan dalam IRR adalah membandingkan IRR sesungguhnya dengan IRR yang diminta, hal ini dikenal dengan tingkat batas (hurdle rate). Selanjutnya diasumsikan tingkat pengembalian yang diminta sudah diketahui. Jika IRR melebihi tingkat pengembalian yang diminta maka proyek akan diterima, jika tidak maka proyek akan ditolak. 2.5.4. Indeks Profitabilitas (Profitability Index) Indeks profitabilitas atau rassio manfaat biaya dari suatu proyek adalah rasio dari nilai sekarang arus kas bersih dimasa depan terhadap arus keluar kas awal. 21 2.6. Estimasi Arus Kas Langkah terpenting dan tersulit dalam analisis proyek adalah mengestimasi arus kas. Arus kas adalah pengeluaran untuk investasi dan arus kas masuk bersih setiap tahun setelah proyek beroperasi. Banyak variabel terkait dengan estimasi arus kas, dan banyak perorangan serta departemen berperan serta dalam proses tersebut. Misalnya, prakiraan jumlah unit yang terjual dan harga jual pada umumnya dilakukan oleh kelompok pemasaran berdasarkan pengetahuan mereka atas elastisitas harga, pengaruh iklan, keadaan perekonomian, reaksi para pesaing dan kecenderungan selera pelanggan. Begitu juga, dengan taksiran jumlah pengeluaran untuk pengenggaran ,odal yang ditujukan untuk menghasilkan produk baru pada umumnya diperoleh dari staf rekayasa dan pengembangan produk, sedangkan biaya-biaya operasi diestimasi oleh akuntan biaya, staf produksi, staf personalia, staf pembelian, dan sebagainya. 2.7. Mengidentifikasi Arus Kas yang Relevan Salah satu elemen penting dalam estimasi arus kas adalah mengidentifikasi arus kas yang relevan, yaitu arus kas tertentu yang harus dipertimbangkan dalam mengambil 22 keputusan. Disini sering kali ditemukan kesalahan, tetapi ada dua kaidah penting yang dapat membantu untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada analisis keuangan, antara lain: 1. Keputusan penganggaran barang modal harus didasarkan pada arus kas, bukan pada laba akuntansi. 2. Hanya pertambahan arus kas yang relevan untuk memutuskan apakah proyek akan disetujui atau ditolak. 2.7.1. Arus Kas vs Laba Akuntansi Dalam analisis penganggaran modal, yang digunakan adalah arus kas tahunan, bukan laba akuntansi. Arus kas bersih didefinisikan sebagai: Arus kas bersih = laba bersih setelah pajak + penyusutan = “laba” atas modal + “pemulihan” modal “laba” atas modal = return on the invested capital “pemulihan” modal = return of part of invested capital Keterangan: 2.7.2. Arus Kas Inkremental Dalam mengevaluasi pengenggaran modal, kita hanya perlu memperhatikan arus kas yang dihasilkan langsung oleh proyek tersebut. Arus kas ini, yang disebut arus kas 23 incremental (incremental cash flow) adalah perubahan jumlah arus kas total perusahaan sebagai akibat langsung dari pelaksanaan atau penolakan atas suatu proyek. Empat masalah khusus dalam penentuan arus kas inkremental akan dibahas pada uraian berikut ini: 1. Biaya tertanam (sunk cost). Biaya terpendam tidak sama dengan biaya incremental, dan biaya tersebut tidak dipertimbangkan dalam melakukan analisis. Biaya tertanam adalah pengeluaran yang telah ditetapkan sebelumnya (committed) atau yang telah terjadi, sehingga hal itu tidak dipengaruhi oleh keputusan yang diambil saat ini. 2. Biaya oportunitas (opportunity cost) adalah hasil terbaik dari alternative penggunaan aktiva, yaitu hasil terbaik yang tidak diperoleh jika dana yang ada diinvestasikan pada proyek tertentu. 3. Eksternalitas adalah pengaruh suatu proyek terhadap arus kas pada bagian lain perusahaan tersebut. 4. Biaya pengiriman dan pemasangan. Apabila perusahaan membeli peralatan, sering kali perusahaan tersebut harus menanggung biaya pengiriman dan pemasangan dalam jumlah besar atas aktiva tersebut. Biaya-biaya ini kemudian ditambahkan ke harga faktur dari peralatan tersebut guna menentukan biaya proyek. 2.8. Perubahan Modal Kerja Bersih Lazimnya, operasi yang baru memerlukan tambahan persediaan, dan peningkatan penjualan juga akan menyebabkan naiknya piutang usaha. Kenaikan dari kedua jenis 24 aktiva ini tentunya harus dibiayai. Tetapi dipihak lain, utang usaha dan pos-pos akrual juga akan bertambah secara spontan dengan adanya perluasan usaha, dan hal ini akan mengurangi kas bersih yang diperlukan untuk membiayai persediaan dan piutang. Perubahan modal kerja bersih (change in net working capital) adalah kenaikan aktiva lancar yang diakibatkan oleh proyek baru dikurangi dengan kenaikan kewajiban lancar yang terjadi secara spontan. Jika perubahan ini positif, sebagaimana umumnya untuk proyek perluasan, maka selain pendanaan untuk aktiva tetap, masih diperlukan tambahan dana lainnya untuk membiayai kenaikan aktiva lancar. Menjelang berakhirnya proyek, persediaan dijual dan tidak diganti lagi, dan piutang juga dikonversi menjadi kas. Pada saat terjadinya perubahan ini, perusahaan menerima arus kas “akhir proyek” yang sama dengan kebutuhan modal kerja bersih yang timbul ketika proyek dilaksanakan. 2.9. Evaluasi atas Proyek Penganggaran Modal Analisis arus kas dapat mempengaruhi keputusan dalam penganggaran modal. Dalam bahasan ini akan dijelaskan mengenai pengaruh analisis arus kas dengan menyimak dua jenis keputusan penganggaran modal, yaitu analisis proyek perluasan dan analisis proyek penggantian. 2.9.1. Analisis Proyek Perluasan 25 Analisis proyek perluasan (expansion project analysis) adalah analisis proyek yang membutuhkan investasi dalam fasilitas baru guna menaikkan penjualan. 2.9.2. Analisis Proyek Penggantian Analisis proyek penggantian (replacement project analysis) adalah analisis dalam mengkaji keputusan sehubungan dengan akan diganti tidaknya peralatan yang masih produktif saat ini dengan peralatan baru. 2.10. Penilaian Risiko Analisis risiko penting untuk semua keputusan keuangan, khususnya yang berkaitan dengan penganggaran modal. Dalam bagian ini akan dibicarakan prosedur: 1. Untuk mengukur risiko dari proyek penganggaran modal yang potensial 2. Untuk memadukan informasi tentang risiko tersebut ke dalam keputusan penganggaran modal. Ada 3 jenis risiko proyek yang terpisah dan berbeda satu sama lain: 1. Stand alone risk adalah risiko khusus dari suatu proyek atas aktiva tanpa dikaitkan sama sekali dengan proyek aktiva lain yang mungkin dimiliki 26 perusahaan; risiko ini diukur dari variabilitas tingkat pengembalian yang diharapkan atas aktiva atau proyek bersangkutan. 2. Within firm risk yaitu risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan diversifikasi portfolio dari pemegang saham; risiko ini diukur dari variabilitas laba perusahaan yang diakibatkan oleh suatu proyek tertentu. 3. Market or beta risk yaitu bagian dari risiko proyek yang tidak dapat dieliminasi melalui drisiko ini diukur dengan koefisien beta proyek. 2.11. Teknik Mengukur Stand Alone Risk Titik awal untuk menganalisis stand alone risk dari suatu proyek adalah penentuan ketidakpastian yang terkandung dalam arus kas proyek. Analisis ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, mulai dari pertimbangan informal samapai dengan analisis ekonomi dan statistic yang rumit, yang melibatkan model-model komputer yang berskala besar. Keadaan dari distribusi masing-masing arus kas, dan korelasinya satu sama lain, menentukan distribusi NPV dan, karena itu juga mempengaruhi stand alone risk proyek. Teknik untuk memperkirakan stand alone risk proyek terbagi dalam 3 jenis analisis: 1. Analisis Sensitivitas 27 Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menganalisis risiko dengan mengubah-ubah variabel kunci dan mengamati pengaruhnya terhadap NPV dan tingkat pengembalian (laba). 2. Analisis Skenario Analisis scenario (scenario analysis) adalah reknik untuk menganalisis risiko dengan membandingkan situasi yang paling memungkinkan atas scenario dasar (semacam situasi normal) dengan keadaan yang “baik” dan “buruk”. ! Skenario terburuk (worst case scenario) adala keadaan dimana untuk semua variabel masukan diberikan nilai terburuk berdasarkan perkiraan yang wajar. ! Skenario terbaik (best case scenario) adala keadaan dimana untuk semua variabel masukan diberikan nilai terbaik berdasarkan perkiraan yang wajar. ! Skenario dasar (base case scenario) adalah keadaan dimana untuk semua variabel diberikan nilai yang paling memungkinkan. 3. Simulasi Monte Carlo Simulasi Monte Carlo adalah teknik analisis risiko dimana kejadian yang cukup memungkinkan akan terjadi di masa mendatang disimulasikan dalam computer sehingga menghasilkan estimasi tingkat pengembalian dan indeks risiko. 28 2.12. Analisis Risiko Keuangan Analisis ini banyak dgunakan oleh para decision maker dalam perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan tersebut. 2.12.1. Standar Rasio Keuangan Untuk mengambil manfaat dari rasio-rasio keuangan diperlukan standar-standar untuk perbandingan. Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan pola untuk industri atau lini usaha di mana perusahaan secara dominan beroperasi. Pendekatan ini didasarkan pada premis bahwa beberapa kekuatan ekonomi dan bisnis yang mendasar memaksa seluruh perusaaan dalam suatu industri untuk berperilaku serupa . Walaupun juka ini benar, tetap mungkin rasio keuangan perusahaan kecil berbeda dengan rasio perusahaan besar. Misalnya, suatu perusahaan besar lebih mungkin terintegrasi vertical atau bersifat lebih intensif modal. 2.12.2. Tinjauan Atas Hubungan Keuangan Suatu tinjauann atas hubungan analisis keuangan disajikan dalam table 2.4. Pertam-tama yang dilakukan dibagi dalam tiga kelompok besar: Ukuran Kinerja (Performance Measures), Ukuran Efisiensi Operasi (Operating Efficiency Measures), dan 29 Ukuran Kebijjakan Keuangan (Financial Policy Measures). Logika urutan ini adalah memulai dengan hasil keseluruhan kemudian menganalisis determinan-determinannya. Ukuran kinerja dianalisis dalam tiga kelompok (Keown, Martin, Petty, & Scott: 2002): ! Rasio profitabilitas (profitability ratio) mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. ! Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur kemampuan perusahaan untuk mempetahankan posisi ekonomisnya dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industri atau pasar produk tempatnya beroperasi. ! Ukuran penilaian (valuation measures) mengukur kemampuan manajemen untuk mencapai nilai-nilai pasar yang melebihi pengeluaran kas. Ukuran-ukuran kinerja mencerkimkan keputusan-keputusan strategis, operasi, dam pembiayaan. Strategi meliputi bidang-bidang keputusan penting seperti pemilihan daerah-daerah pemasaran produk tempat perusahaan menjalankan operasinya, apakah akan menekan penurunan biaya atau diferensiasi produk, apakah akan memfokuskan pada area produk terpili atau mencoba mencakup sekelompok besar pembeli potensial dan sebagainya. Karakteristik strategi tidak secara langsung bertanggung jawab atas ukuran-ukuran keuangan tetapi mempunyai dampak yang mengesampingkan asil-hasil kinerja. Disini dua perangkat rasio terlibat: • Manajemen aktiva dan investasi (asset and investment management) mengukur efektivitas keputusan-keputusan investasi perusahaan dan pemanfaatan sumber dayanya. 30 • Manajemen biaya (cost management) mengukur bagaimana masingmasing elemen biaya dikendalikan. Kelompok ketiga dalam hubungan keuangan merupalam keputusan kebijakan keuangan. Ini tentu saja harus berhubungan dengan keputusan strategis dan dengan manajemen investasi serta manajemen biaya. Ukuran kebijakan keuangan terdiri dari dua jenis utama: $ Rasio leverage (Leverage Ratio) mengukur tingkat sejauh mana aktiva perusahaan tela dibiayai oleh penggunaan hutang. $ Rasio likuiditas (Liquidity ratio) mengukur kemampuan perusaaan untuk memenui kewajibannya yang jatu tempo. 2.13. Ukuran-ukuran Kinerja (Performance Measures) Dalam ukuran kuantitatif, peningkatan nilai organisasi meliputi estimasi aliran arus kas yang akan datang dan mendiskontokannya dengan faktor kapitalisasi yang sesuai. Secara tradisional, analisis aliran arus kas yang akan datang yang diarapkan ini dimulai dengan analisis profitabilitas, kategori pertama dalam ukuran kinerja. 2.13.1. Rasio Likuiditas 31 Dalam rasio likuiditas terdapat rasio lancer (current ratio) dan rasio cair (quick ratio). • Rasio Lancar. Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dan persediaan; sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, utang bank jangka pendek, hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pajak yang harus dibayar dan biaya-biaya lain yangmasih harus dibayar (terutama gaji dan upah). Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umumdigunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban angka pendek, oleh karena rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dipenui oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang. Perhitungan rasio lancar sebagai berikut: Aktiva Lancar Rasio Lancar = Kewajiban Lancar • Rasio Cair (quick ratio acid test). Rasio cair dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancer dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancer. Persediaan merupakan unsur aktiva lancer yang paling tidak likuid dan unsure aktiva tersebut seringkali merupakan kerugian jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, rasio cair merupakan ukuran pentinguntuk mengetahui kemampuan operusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknys tsnps memperhitungkan penjualan persediaan. Perhitungan rasio cair sebagai berikut: Aktiva Lancar – Persediaan 32 Rasio Cair = ------------------------------------Kewajiban Lancar 2.13.2. Rasio Leverage Rasio leverage terdiri atas total debt to equity ratio, total debt to total asset ratio, dan time interest earned ratio. Rasio-rasio leverage memiliki sejumlah implikasi sebagai berikut: a. Para kreditur memandang ekuitas atau dana yang dipasok pemilik sebagai suatu pelindung atau basis penggunaan hutang. Jika pemilik hanya menyediakan sebagian kecil dari pembiayaan total, risiko perusahaan sebagian besar ditanggung olej kreditur. b. Dengan mengumpulkan dana melalui hutang, pemilik memperoleh manfaat dari memegang kendali atas perusahaan dengan komitmen yang terbatas. c. Penggunaan hutang dengan tingkat bunga yang tetap memperbesar baik keuntungan maupun kerugian bagi pemilik. d. Penggunaan hutang dengan biaya bunga yang tetap dan dengan jatuh tempo yang tertentu memperbesar risiko bahwa perusahaan mungkin tidak dapa tmemnuhi kewajiban-kewajibannya. Dalam praktek, leverage dicapai dengan dua cara: 33 - Meneliti rasio-rasio neraca dan menentukan sejauh mana dana pinjaman telah digunakan untuk membiayai perusahaan. - Mengukur risiko hutang dengan rasio perhitungan rugi laba yang dirancang untuk menentukan berapa kali biaya tetap tertutupi oleh laba operasi. Total Debt to Equity Ratio Rasio ini sebenarnya merupakan angka yang menunjukkan bagaimana performance dari pihak management dalam mengatur jumlah utang mereka dibandingkan dengan jumlah ekuitas yang mereka miliki, atau dapat dikatakan sebagai balance antara total debt dan total ekuitas. Formulasi dari total debt to equity ratio adalah sebagai berikut: Total Debt Total Debt to Equity Ratio = ---------------------Total Equity Total Debt to Total Asset Ratio Rasio ini sebenarnya menunjukkan sejauh mana pinjaman kredit digunakan unutk membiayai investasi yang ada. Jika sebuah perusahaan mempunyai rasio yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasio rata-rata dari industri yang bersangkutan, maka perusahaan akan kesulitan dalam melakukan pinjaman tambahan. Formulasi dari total debt to total asset ratio adalah sebagai berikut: Total Debt Total Debt to Total Asset Ratio = ---------------------Total Asset 34 Time Interest Earned Ratio Rasio ini menunjukkan sejauh mana gross profit atau EBIT (earnings before interest and taxes) perusahaan dapat digunakan untuk membayar annual interestrs payument dari pinjaman kredit. Formulasi dari time interest earned ratio adalah sebagai berikut: EBIT Time Interest Earned Ratio = --------------------------------Annual Interests Payment 2.13.3. Rasio Aktifitas Rasio aktifitas atau operational ratio yang menggunakan ukuran perputaran untuk menunjukkan tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam operasinya untuk menunjukkan tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam operasinya dan penggunaan dari total asset yang ada. Rasio aktifitas biasanya terdiri dari total asset turnover ratio, receivables turnover ratio, collection period turnover ratio, dan inventory turnover ratio. Total Asset Turnover Ratio Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi dari suatu perusahaan dalam menghasilkan penjualan/sales dengan asset yang ada. Formulasi dari total asset turnover ratio adalah sebagai berikut: Sales 35 Total Assets Turnover Ratio = --------------------Total Assets Receivables Turnover Ratio Rasio ini menunjukkan jumlah perputaran yang dapat dihasilkan oleh piutang dagang selama 1 tahun operasi. Semakin tinggi perputaran maka semakin pendek waktu yang dibutuhkan antara penjualan dan penagihan uang cash dari piutang dagang. Formulasi dari receivables turnover ratio adalah sebagai berikut: Net Sales Receivables Turnover Ratio = ----------------------------------------Average Accounts Receivables Collection Period Turnover Ratio Rasio ini menunjukkan jumlah hari rata-rata yang dibutuhkan untuk menagih accounts receivables (number of days sales in receivables). Formulasi dari collection period turnover ratio adalah sebagai berikut: Average Accounts Receivables Time Interest Earned Ratio = ----------------------------------------- x 360 days Sales Inventory Turnover Ratio Rasio ini menunjukkan berapa kali perputaran dari inventory dalam 1 tahun operasi. Pada umumnya inventory turnover yang tinggi merupakan sebuah indicator inventory management yang baik, namun rasio yang tinggi juga dapat menunjukkan 36 kekurangan inventory. Sedangkan turnover yang rendah menunjukkan overstocking atau inventory yang pasif. Formulasi inventory turnover ratio adalah sebagai berikut: Cost of Good Sold Inventory Turnover Ratio = --------------------------------Average Inventory 2.13.4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas pada intinya menunjukkan dan mengukur kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan profit. Rasio ini menggunakan margin analysis dan menunjukkan return on sales dan capital yang terpakai. Rasio profitabilitas biasanya terdiri atas gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, return on asset, dan return on equity. Gross Profit Margin Rasio ini merupakan indicator berapa jumlah profit yang didapat dari produk tanpa mempertimbangkan beban administrasi dan beban penjualan. Formulasi dari gross profit margin adalah sebagai berikut: Total Sales – Cost of Good Sold Gross Profit Margin = -----------------------------------------Total Sales Operating Profit Margin 37 Rasio ini menunjukkan efektifitas dari management dalam mengatur income statement dari suatu perusahaan dengan mengukur operating profit relative terhadap sales. Formulasi operating profit margin adalah sebagai berikut: Operating Income Operating Profit Margin = ----------------------Total sales Total Sales – COGS – G&A Expenses – Marketing Expenses = --------------------------------------------------------------------------Total Sales Net Profit Margin Rasio ini mengukur berapa profit yang diperoleh dari penjualan setelah dikurangi oleh biaya-biaya yang ada. Foemulasi dari net profit margin adalah senagai berikut: Net Profit Net Profit Margin = ------------------Total sales Return on Asset Rasio ini mengukur berapa persentase profit yang dihasilkan oleh perusahaan dibandingkan dengan jumlah investasi yang ditempatkan. Formulasi dari return on asset adalah sebagai berikut: Net Profit Return on Asset = -----------------Total Asset 38 Return On Equity Rasio ini mengukur berapa return yang dapat diterima ole stockholder dengan cara membandingkan net profit dengan common equity. Formulasi dari return on equity adalah sebagai berikut: Net Profit Return On Equity = ----------------------Common Equity