BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Penganggaran
modal
(capital
budgeting)
meliputi
keseluruhan
proses
perencanaan pengeluaran uang, dimana hasil pengembaliannya diharapkan terjadi dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun (Keown, Martin, Petty, Scott: 2002). Pemilihan
jangka waktu satu tahun tidaklah mutlak, akan tetapi lebih merupakan penggal waktu
yang mudah untuk membedakan berbagai jenis pengeluaran.
2.1 Pentingnya Penganggaran Modal
Dalam mengambil keputusan yang menyangkut capital budgeting, seorang
manajer dihadapkan pada sejumlah faktor yang saling terkait satu sama lain. Salah satu
faktor yang cukup penting ialah bersangkut paut dengan jangka waktu capital budgeting
yang relative lama sehingga pengambilan keputusan akan menjadi kurang fleksibel.
Sebagai contoh, pembelian aktiva dengan umur ekonomis 10 tahun akan memerlukan
periode yang lebih lama sebelum hasil akhir dari tindakan tersebut dapat diketahui.
Lebih jauh lagi, karena penambahan aktiva terkait erat dengan perkiraan penjualan di
masa mendatang, maka keputusan untuk membeli aktiva yang diharapkan akan terpakai
selama 10 tahun memerlukan adanya perkiraan penjualan untuk masa 10 tahun
mendatang. Capital budgeting yang efektif akan membantu untuk menetapkan saat yang
tepat untuk memperoleh aktiva dan meningkatkan mutu aktiva yang dibeli. Perusahaan
yang telah memperkirakan kebutuhan aktiva tetapnya jauh hari akan mempunyai cukup
12
waktu luang untuk membeli dan memasang peralatannya sebelum penjualan mencapai
kapasitas penuh.
Pada akhirnya, capital budgeting juga penting karena penambahan aktiva tetap
lazimnya memerlukan pengeluaran yang besar, dan sebelum perusahaan membelanjakan
uang dalam jumlah besar, diperlukan penyusunan rencana yang matang dan tepat.
2.2. Pengumpulan Ide mengenai Proyek
Pertumbuhan dan kemajuan perusahaan, bahkan kemampuannya untuk tetap
berdaya saing dan bertahan hidup, tergantung pada mengalirnya gagasan secara terus
menerus untuk menciptakan produk baru dan meningkatkan mutu produk yang ada, atau
memproduksinya dengan biaya yang lebih murah (Higgins: 2001).
Karena Itu,
perusahaan yang dikelola dengan baik akan mencurahkan banyak waktu dan sumber daya
untuk mengembangkan usulan capital budgeting yang lebih baik.
Rencana bisnis strategis (strategic business plan) adalah rencana jangka panjang
yang menyajikan garis besar dari strategi dasar perusahaan untuk 5 sampai 10 tahun
mendatang. Dalam pengembangan bisnis, perusahaan menetapkan target-target bisnis
yang dituangkan dalam rencana bisnis strategis perusahaan yang menjadi pedoman umum
bagi para eksekutif operasi yang harus mencapainya. Para eksekutif ini selanjutnya akan
13
mengupayakan produk-produk baru, menggariskan rencana ekspansi untuk memperkecil
biaya produksi dan distribusi.
2.3. Klasifikasi Proyek
Untuk jenis proyek tertentu harus dilakukan analisis yang cukup terinci,
sementara bagi proyek lainnya prosedur yang lebih sederhana harus dilakukan mengingat
pertimbangan biaya dan manfaat.
Oleh sebab itu, perusahaan pada umumnya
mengelompokkan dan menganalisis proyek-proyek yang ada ke dalam kategori-kategori
berikut (Higgins: 2001):
!
Penggantian: kelanggengan usaha.
Kategori ini meliputi pengeluaran yang
diperlukan untuk menggantikan peralatan yang aus atau rusak yang digunakan untuk
menghasilkan produk yang menguntungkan.
Proyek ini diperlukan agar
kelanggengan usaha dapat dipertimbangkan.
!
Penggantian: penurunan biaya.
Dalam kategori ini dicakup pengeluaran untuk
menggantikan peralatan yang masih bisa diperbaiki tetapi peralatan tersebut dinilai
sudah usang. Tujuannya adalah untuk menurunkan biaya pekerja, bahan, dan biaya
lainnya seperti listrik. Keputusan ini lebih membutuhkan kehati-hatian sehingga
perlu didukung dengan analisis yang lebih rinci.
!
Ekspansi atas produk atau pasar yang ada saat ini.
Kategori ini mencakup
pengeluaran untuk meningkatkan jumlah produk yang ada, atau untuk menambah kios
penjualan serta fasilitas distribusi pada pasar yang sudah ditekuni saat ini. Keputusan
14
ini lebih kompleks karena permintaan atas produk bersangkutan di masa mendatang
harus benar-benar dipertimbangkan. Dalam hal ini kemungkinan terjadi kesalahan
lebih besar sehingga diperlukan analisis terinci, dan keputusan akhir dilakukan pada
tingkat manajemen yang lebih tinggi.
!
Ekspansi ke produk atau pasar yang baru.
Dalam kategori ini, pengeluaran
dimaksudkan untuk memproduksi produk baru atau untuk memperluas pasar ke
wilayah yang belum terjamah oleh perusahaan. Proyek ini bersangkut paut dengan
keputusan strategis yang dapat mengakibatkan perubahan berdasaaarkan pada sifat
usaha perusahaan, dan pada umumnya pengeluaran tersebut berjumlah besar serta
berjangka pangjang.
Proyek ini memerlukan analisis yang sangat rinci, dan
keputusan akhir atas produk atau pasar yang baru biasanya diambil oleh dewan
direksi sebagai bagian dari rencana strategis.
!
Proyek pengamanan dan/atau lingkungan.
Pengeluaran yang diperlukan untuk
mengikuti peraturan pemerintah, ketentuan serikat pekerja atau persyaratann dalam
polis asuransi termasuk dalam kategori ini. Pengeluaran ini sering disebut sebagai
“investasi wajib” (mandatory investments), atau proyekk yang tidak menghasilkan
pendapatan. Cara penganggarannya tergantung pada jumlahnya, dimana pengeluaran
kecil kurang lebih akan diperlakukan sebagai kategori 1 diatas.
!
Lainnya. Dalam kategori ini termasuk bangunan kantor, lapangan parker bagi para
eksekutif, dan sebagainya. Cara penanganannya juga tergantung pada jumlahnya.
Pada umumnya, untuk kategori penggantian, khususnya yang ditujukan untuk
mempertahankan
kelanggengan
usaha
yang
menguntungkan
(kategori
1),
perhitungannya sederhana saja dan dokumen pendukung yang dibutuhkan tidak
15
terlalu banyak. Analisis yang lebih rinci diperlukan untuk penggantian aktiva yang
akan menurunkan biaya, untuk penambahan lini ragam produk, dan terutama untuk
investasi pada produkk atau pasar baru. Setiap kategori juga bisa dibagi-bagikan lagi
berdasarkan nilai investasi yang diperlukan, dan makin tinggi tingkatan manajemen
yang berwenang untuk hal tersebut.
Untuk keputusan mengenai produk baru pada umumnya tidak tersedia data
statistik yang memadai, karena itu penilaian atau judgement-lah yang menjadi elemen
kunci dalam pengambilan keputusan ini, bukan data biaya yang terinci.
2.4. Langkah-langkah dalam Capital Budgeting
Secara konseptual, capital budgeting mencakup enam langkah yang digunakan
dalam analisis sekuritas:
1.
Biaya proyek harus ditentukan. Hal ini mirip dengan penentuan harga yang harus
dibayar untuk saham obligasi.
2.
Manajemen mengestimasi arus kas yang diharapkan dari proyek tersebut, termasuk
nilai jual aktiva setelah masa penggunaanya berakhir.
Hal ini sama dengan
mengestimasi dividen atau bunga yang akan diterima saham atau obligasi.
3.
Tingkat risiko dari proyeksi arus kas harus diestimasi. Untuk hal ini manajemen
memerlukan informasi mengenai distribusi probabilitas dari arus kas.
16
4.
Selanjutnya setelah tingkat risiko dari proyeksi arus kas dan itngkat bunga yang
bebas resiko atau krf ditentukan, manajemen menentukan tingkat diskonto, atau
biaya modal yang tepat untuk proyek bersangkutan. Arus kas dari proyek akan
didiskontokan terhadap biaya modal tersebut. Hal ini sama dengan menentukan
tingkat pengembalian yang dipersyaratkan atas saham.
5.
Kemudian, arus kas yang diharapkan dinyatakan dalam nilai sekarang sehingga
estimasi nilai aktiva tersebut bagi perusahaan dapat diketahui. Hal ini sama dengan
mencari nilai sekarang dari dividen yang diharapkan di masa mendatang.
6.
Akhirnya, nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dibandingkan dengan
jumlah pengeluaran, atau biaya, dari proyek tersebut; jika nilai sekarang dari arus
kas tersebut melebihi biaya proyek, maka proyek tersebut dapat diterima. Jika
tidak, maka proyek harus ditolak.
(Cara lainnya adalah menghitung tingkat
pengembalian atau laba yang diharapkan atas proyek tersebut melebihi tingkat
pengembalianyang dipersyaratkan, maka proyek dapat disetujui).
Jika investor perorangan mempelajari dan melakukan investasi pada saham dan
obligasi yang harga pasarnya lebih kecil daripada nilainya yang sebenarnya, maka nilai
dari portfolio investor tersebut akan meningkat.
Begitu juga jika perusahaan
menciptakan peluang investasi dengan nilai sekarang yang lebih besar daripada biayanya,
nilai perusahaan akan naik.
Dengan demikian, ada keterkaitan langsung antara
penganggaran modal dan nilai saham.
Makin efektif prosedur penganggaran modal
perusahaan, maka makin tinggi pula harga sahamnya.
17
2.5. Kriteria Penetapan Peringkat atas Penganggaran Modal
Ada delapan (8) metode utama untuk menetapkan peringkat proyek dan untuk
memutuskan apakah proyek bersangkutan dinilai layak untuk dimasukkan dalam
anggaran modal (Brealey & Myers: 1991). Metode pemeringkatan (rangking methods)
adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi usulan pengeluaran untuk pengadaan
modal. Delapan metode tersebut adalah:
1. Periode pengembalian atau pelunasan (Payback Period )
2. Periode pengembalian yang didiskontokan (Discounted Payback Period)
3. Tingkat pengembalian akuntansi (Accounting Rate of Return)
4. Nilai tunai netto (Net Present Value)
5. Tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return)
6. Tingkat pengembalian internal termodifikasi (Modified Internal Rate of
Return)
7. Indeks Profitabilitas (Profitability Index)
8. Tingkat pengembalian perpetuitas (Perpetuity Rate of Return)
Metode rangking yang dipakai dalam penelitian ini adalah discounted payback
period, Net Present Value, Internal Rate of Return, dan Profitability Index.
2.5.1. Periode Pengembalian Yang Didiskontokan (Discounted
Payback Period)
18
Discounted Payback Period adalah jumlah tahun yang diperlukan agar jumlah
arus kas yang didiskontokan dengan k, biaya modal, sama dengan nilai sekarang
pengeluaran awal.
Metode pengembalian kas yang didskontokan memang memperhitungkan nilai
waktu dari uang.
Akan tetapi, metode ini tetap mempunyai kelemahan yaitu tidak
mempertimbangkan seluruh arus kas.
2.5.2. Nilai Tunai Netto (Net Present Value)
Mengingat adanya kelemahan-kelemahan dalam metode periode pengembalian,
metode-metode baru dikembangkan untuk memperbaiki evaluasi proyek.
Upaya
pengembangan ini mengarah pada apa yang disebut teknik arus kas yang didiskontokan
(DCF techniques), dimana nilai waktu dari uang ikut dipertimbangkan. DCF techniques
adalah metode yang digunakan untuk menyusun peringkat dari usulan investasi dengan
menerapkan konsep nilai waktu dari uang; dua diantaranya adalah metode nilai sekarang
dan metode internal rate of return. Salah satu dari metode DCF adalah metode nilai
tunai netto (NPV method) adalah metode untuk menetapkan peringkat dari usulan
investasi dengan menggunakan NPV, yaitu nilai sekarang dari arus kas bersih dimasa
mendatang dengan didiskontokan terhadap biaya modal marjinal.
Langkah-langkah
sebagai berikut:
penerapan dan criteria penerimaan dari metode ini adalah
19
1. Hitung nilai sekarang dari setiap arus kas, baik arus kas masuk maupun keluar,
dengan faktor diskonto sebesar biaya modal proyek.
2. Jumlahkan arus kas yang telah didiskontokan tersebut; hasil penjumlahan inilah
yang disebut NPV proyek.
3. Jika NPV positif, proyek dapat disetujui; jika NPV negatif, proyek sebaiknya
ditolak; dan jika proyek-proyek yang dikaji bersifat mutuallyexclusive, maka
proyek yang menghasilkan NPV terbesar harus dipilih.
NPV dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
CFt
NPV =
- IO
(1-k)t
NPV =
CFt (PVIFk,t) – IO
Dimana :
CFt
=
the annual free cash flow in time period t ; arus kas tahunan
dalam jangka waktu proyek
K
=
The appropriate discount rate; the required rate of return or cost
of capital; tingkat biaya modal yang diseduaikan
IO
=
the initial cash outlay; pengeluaran investasi pertama kali
N
=
the project’s expected life; umur proyek yang diharapkan
2.5.3. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return)
Metode internal rate of return (IRR) adalah metode pemeringkatan usulan
investasi dengan berpatokan pada IRR dari aktiva bersangkutan, dimana IRR dihitung
20
dengan menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk masa mendatang dengan nilai
sekarang dari biaya investasi.
IRR adalah tingkat diskonto yang menyamakan PV (present value) dari arus kas
masuk proyek dengan PV dari biaya proyek tersebut.
PV arus kas masuk = PV biaya investasi
#
PV arus kas masuk – PV biaya investasi = 0
Jika dinyatakan dengan rumus adalah sebagai berikut:
CFt
= IO
(1+ IRR)t
#
CFt (PVIFIRR,t) = IO
Kriteria Penerimaan
Kriteria penerimaan dalam IRR adalah membandingkan IRR sesungguhnya
dengan IRR yang diminta, hal ini dikenal dengan tingkat batas (hurdle rate). Selanjutnya
diasumsikan tingkat pengembalian yang diminta sudah diketahui. Jika IRR melebihi
tingkat pengembalian yang diminta maka proyek akan diterima, jika tidak maka proyek
akan ditolak.
2.5.4. Indeks Profitabilitas (Profitability Index)
Indeks profitabilitas atau rassio manfaat biaya dari suatu proyek adalah rasio dari
nilai sekarang arus kas bersih dimasa depan terhadap arus keluar kas awal.
21
2.6. Estimasi Arus Kas
Langkah terpenting dan tersulit dalam analisis proyek adalah mengestimasi arus
kas. Arus kas adalah pengeluaran untuk investasi dan arus kas masuk bersih setiap tahun
setelah proyek beroperasi. Banyak variabel terkait dengan estimasi arus kas, dan banyak
perorangan serta departemen berperan serta dalam proses tersebut. Misalnya, prakiraan
jumlah unit yang terjual dan harga jual pada umumnya dilakukan oleh kelompok
pemasaran berdasarkan pengetahuan mereka atas elastisitas harga, pengaruh iklan,
keadaan perekonomian, reaksi para pesaing dan kecenderungan selera pelanggan. Begitu
juga, dengan taksiran jumlah pengeluaran untuk pengenggaran ,odal yang ditujukan
untuk menghasilkan produk baru pada umumnya diperoleh dari staf rekayasa dan
pengembangan produk, sedangkan biaya-biaya operasi diestimasi oleh akuntan biaya, staf
produksi, staf personalia, staf pembelian, dan sebagainya.
2.7. Mengidentifikasi Arus Kas yang Relevan
Salah satu elemen penting dalam estimasi arus kas adalah mengidentifikasi arus
kas yang relevan, yaitu arus kas tertentu yang harus dipertimbangkan dalam mengambil
22
keputusan. Disini sering kali ditemukan kesalahan, tetapi ada dua kaidah penting yang
dapat membantu untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada
analisis keuangan, antara lain:
1. Keputusan penganggaran barang modal harus didasarkan pada arus kas, bukan
pada laba akuntansi.
2. Hanya pertambahan arus kas yang relevan untuk memutuskan apakah proyek
akan disetujui atau ditolak.
2.7.1. Arus Kas vs Laba Akuntansi
Dalam analisis penganggaran modal, yang digunakan adalah arus kas tahunan,
bukan laba akuntansi. Arus kas bersih didefinisikan sebagai:
Arus kas bersih
=
laba bersih setelah pajak + penyusutan
=
“laba” atas modal + “pemulihan” modal
“laba” atas modal
=
return on the invested capital
“pemulihan” modal
=
return of part of invested capital
Keterangan:
2.7.2. Arus Kas Inkremental
Dalam mengevaluasi pengenggaran modal, kita hanya perlu memperhatikan arus
kas yang dihasilkan langsung oleh proyek tersebut. Arus kas ini, yang disebut arus kas
23
incremental (incremental cash flow) adalah perubahan jumlah arus kas total perusahaan
sebagai akibat langsung dari pelaksanaan atau penolakan atas suatu proyek. Empat
masalah khusus dalam penentuan arus kas inkremental akan dibahas pada uraian berikut
ini:
1. Biaya tertanam (sunk cost).
Biaya terpendam tidak sama dengan biaya
incremental, dan biaya tersebut tidak dipertimbangkan dalam melakukan analisis.
Biaya tertanam adalah pengeluaran yang telah ditetapkan sebelumnya (committed)
atau yang telah terjadi, sehingga hal itu tidak dipengaruhi oleh keputusan yang
diambil saat ini.
2. Biaya oportunitas (opportunity cost) adalah hasil terbaik dari alternative
penggunaan aktiva, yaitu hasil terbaik yang tidak diperoleh jika dana yang ada
diinvestasikan pada proyek tertentu.
3. Eksternalitas adalah pengaruh suatu proyek terhadap arus kas pada bagian lain
perusahaan tersebut.
4. Biaya pengiriman dan pemasangan.
Apabila perusahaan membeli peralatan,
sering kali perusahaan tersebut harus menanggung biaya pengiriman dan
pemasangan dalam jumlah besar atas aktiva tersebut. Biaya-biaya ini kemudian
ditambahkan ke harga faktur dari peralatan tersebut guna menentukan biaya
proyek.
2.8. Perubahan Modal Kerja Bersih
Lazimnya, operasi yang baru memerlukan tambahan persediaan, dan peningkatan
penjualan juga akan menyebabkan naiknya piutang usaha. Kenaikan dari kedua jenis
24
aktiva ini tentunya harus dibiayai. Tetapi dipihak lain, utang usaha dan pos-pos akrual
juga akan bertambah secara spontan dengan adanya perluasan usaha, dan hal ini akan
mengurangi kas bersih yang diperlukan untuk membiayai persediaan dan piutang.
Perubahan modal kerja bersih (change in net working capital) adalah kenaikan aktiva
lancar yang diakibatkan oleh proyek baru dikurangi dengan kenaikan kewajiban lancar
yang terjadi secara spontan. Jika perubahan ini positif, sebagaimana umumnya untuk
proyek perluasan, maka selain pendanaan untuk aktiva tetap, masih diperlukan tambahan
dana lainnya untuk membiayai kenaikan aktiva lancar.
Menjelang berakhirnya proyek, persediaan dijual dan tidak diganti lagi, dan
piutang juga dikonversi menjadi kas. Pada saat terjadinya perubahan ini, perusahaan
menerima arus kas “akhir proyek” yang sama dengan kebutuhan modal kerja bersih yang
timbul ketika proyek dilaksanakan.
2.9. Evaluasi atas Proyek Penganggaran Modal
Analisis arus kas dapat mempengaruhi keputusan dalam penganggaran modal.
Dalam bahasan ini akan dijelaskan mengenai pengaruh analisis arus kas dengan
menyimak dua jenis keputusan penganggaran modal, yaitu analisis proyek perluasan dan
analisis proyek penggantian.
2.9.1. Analisis Proyek Perluasan
25
Analisis proyek perluasan (expansion project analysis) adalah analisis proyek
yang membutuhkan investasi dalam fasilitas baru guna menaikkan penjualan.
2.9.2. Analisis Proyek Penggantian
Analisis proyek penggantian (replacement project analysis) adalah analisis dalam
mengkaji keputusan sehubungan dengan akan diganti tidaknya peralatan yang masih
produktif saat ini dengan peralatan baru.
2.10. Penilaian Risiko
Analisis risiko penting untuk semua keputusan keuangan, khususnya yang
berkaitan dengan penganggaran modal. Dalam bagian ini akan dibicarakan prosedur:
1. Untuk mengukur risiko dari proyek penganggaran modal yang potensial
2. Untuk memadukan informasi tentang risiko tersebut ke dalam keputusan
penganggaran modal.
Ada 3 jenis risiko proyek yang terpisah dan berbeda satu sama lain:
1. Stand alone risk adalah risiko khusus dari suatu proyek atas aktiva tanpa
dikaitkan sama sekali dengan proyek aktiva lain yang mungkin dimiliki
26
perusahaan; risiko ini diukur dari variabilitas tingkat pengembalian yang
diharapkan atas aktiva atau proyek bersangkutan.
2. Within firm risk yaitu risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan
diversifikasi portfolio dari pemegang saham; risiko ini diukur dari variabilitas
laba perusahaan yang diakibatkan oleh suatu proyek tertentu.
3. Market or beta risk yaitu bagian dari risiko proyek yang tidak dapat
dieliminasi melalui drisiko ini diukur dengan koefisien beta proyek.
2.11. Teknik Mengukur Stand Alone Risk
Titik awal untuk menganalisis stand alone risk dari suatu proyek adalah penentuan
ketidakpastian yang terkandung dalam arus kas proyek. Analisis ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara, mulai dari pertimbangan informal samapai dengan analisis
ekonomi dan statistic yang rumit, yang melibatkan model-model komputer yang berskala
besar.
Keadaan dari distribusi masing-masing arus kas, dan korelasinya satu sama lain,
menentukan distribusi NPV dan, karena itu juga mempengaruhi stand alone risk proyek.
Teknik untuk memperkirakan stand alone risk proyek terbagi dalam 3 jenis analisis:
1. Analisis Sensitivitas
27
Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menganalisis risiko dengan
mengubah-ubah variabel kunci dan mengamati pengaruhnya terhadap NPV
dan tingkat pengembalian (laba).
2. Analisis Skenario
Analisis scenario (scenario analysis) adalah reknik untuk menganalisis risiko
dengan membandingkan situasi yang paling memungkinkan atas scenario
dasar (semacam situasi normal) dengan keadaan yang “baik” dan “buruk”.
! Skenario terburuk (worst case scenario) adala keadaan dimana untuk
semua variabel masukan diberikan nilai terburuk berdasarkan perkiraan
yang wajar.
! Skenario terbaik (best case scenario) adala keadaan dimana untuk semua
variabel masukan diberikan nilai terbaik berdasarkan perkiraan yang
wajar.
! Skenario dasar (base case scenario) adalah keadaan dimana untuk semua
variabel diberikan nilai yang paling memungkinkan.
3. Simulasi Monte Carlo
Simulasi Monte Carlo adalah teknik analisis risiko dimana kejadian yang
cukup memungkinkan akan terjadi di masa mendatang disimulasikan dalam
computer sehingga menghasilkan estimasi tingkat pengembalian dan indeks
risiko.
28
2.12. Analisis Risiko Keuangan
Analisis ini banyak dgunakan oleh para decision maker dalam perusahaan untuk
mengukur kinerja perusahaan tersebut.
2.12.1. Standar Rasio Keuangan
Untuk mengambil manfaat dari rasio-rasio keuangan diperlukan standar-standar
untuk perbandingan.
Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio
perusahaan dengan pola untuk industri atau lini usaha di mana perusahaan secara
dominan beroperasi. Pendekatan ini didasarkan pada premis bahwa beberapa kekuatan
ekonomi dan bisnis yang mendasar memaksa seluruh perusaaan dalam suatu industri
untuk berperilaku serupa . Walaupun juka ini benar, tetap mungkin rasio keuangan
perusahaan kecil berbeda dengan rasio perusahaan besar. Misalnya, suatu perusahaan
besar lebih mungkin terintegrasi vertical atau bersifat lebih intensif modal.
2.12.2. Tinjauan Atas Hubungan Keuangan
Suatu tinjauann atas hubungan analisis keuangan disajikan dalam table 2.4.
Pertam-tama yang dilakukan dibagi dalam tiga kelompok besar: Ukuran Kinerja
(Performance Measures), Ukuran Efisiensi Operasi (Operating Efficiency Measures), dan
29
Ukuran Kebijjakan Keuangan (Financial Policy Measures). Logika urutan ini adalah
memulai dengan hasil keseluruhan kemudian menganalisis determinan-determinannya.
Ukuran kinerja dianalisis dalam tiga kelompok (Keown, Martin, Petty, & Scott: 2002):
!
Rasio profitabilitas (profitability ratio) mengukur efektivitas manajemen
berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.
!
Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur kemampuan perusahaan untuk
mempetahankan posisi ekonomisnya dalam pertumbuhan perekonomian dan
dalam industri atau pasar produk tempatnya beroperasi.
!
Ukuran penilaian (valuation measures) mengukur kemampuan manajemen
untuk mencapai nilai-nilai pasar yang melebihi pengeluaran kas.
Ukuran-ukuran kinerja mencerkimkan keputusan-keputusan strategis, operasi,
dam pembiayaan.
Strategi meliputi bidang-bidang keputusan penting seperti
pemilihan daerah-daerah pemasaran produk tempat perusahaan menjalankan
operasinya, apakah akan menekan penurunan biaya atau diferensiasi produk,
apakah akan memfokuskan pada area produk terpili atau mencoba mencakup
sekelompok besar pembeli potensial dan sebagainya. Karakteristik strategi tidak
secara langsung bertanggung jawab atas ukuran-ukuran keuangan tetapi
mempunyai dampak yang mengesampingkan asil-hasil kinerja.
Disini dua
perangkat rasio terlibat:
•
Manajemen aktiva dan investasi (asset and investment management)
mengukur efektivitas keputusan-keputusan investasi perusahaan dan
pemanfaatan sumber dayanya.
30
•
Manajemen biaya (cost management) mengukur bagaimana masingmasing elemen biaya dikendalikan.
Kelompok ketiga dalam hubungan keuangan merupalam keputusan kebijakan
keuangan.
Ini tentu saja harus berhubungan dengan keputusan strategis dan
dengan manajemen investasi serta manajemen biaya. Ukuran kebijakan keuangan
terdiri dari dua jenis utama:
$ Rasio leverage (Leverage Ratio) mengukur tingkat sejauh mana aktiva
perusahaan tela dibiayai oleh penggunaan hutang.
$ Rasio likuiditas (Liquidity ratio) mengukur kemampuan perusaaan untuk
memenui kewajibannya yang jatu tempo.
2.13. Ukuran-ukuran Kinerja (Performance Measures)
Dalam ukuran kuantitatif, peningkatan nilai organisasi meliputi estimasi aliran
arus kas yang akan datang dan mendiskontokannya dengan faktor kapitalisasi yang
sesuai. Secara tradisional, analisis aliran arus kas yang akan datang yang diarapkan ini
dimulai dengan analisis profitabilitas, kategori pertama dalam ukuran kinerja.
2.13.1. Rasio Likuiditas
31
Dalam rasio likuiditas terdapat rasio lancer (current ratio) dan rasio cair (quick
ratio).
•
Rasio Lancar.
Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan
kewajiban lancar. Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dan
persediaan; sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, utang bank jangka
pendek, hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pajak yang
harus dibayar dan biaya-biaya lain yangmasih harus dibayar (terutama gaji dan upah).
Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umumdigunakan untuk mengetahui
kesanggupan memenuhi kewajiban angka pendek, oleh karena rasio tersebut
menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dipenui oleh aktiva
yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo
hutang.
Perhitungan rasio lancar sebagai berikut:
Aktiva Lancar
Rasio Lancar =
Kewajiban Lancar
•
Rasio Cair (quick ratio acid test). Rasio cair dihitung dengan mengurangkan
persediaan dari aktiva lancer dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancer. Persediaan
merupakan unsur aktiva lancer yang paling tidak likuid dan unsure aktiva tersebut
seringkali merupakan kerugian jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, rasio cair
merupakan ukuran pentinguntuk mengetahui kemampuan operusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknys tsnps memperhitungkan penjualan persediaan.
Perhitungan rasio cair sebagai berikut:
Aktiva Lancar – Persediaan
32
Rasio Cair = ------------------------------------Kewajiban Lancar
2.13.2. Rasio Leverage
Rasio leverage terdiri atas total debt to equity ratio, total debt to total asset ratio,
dan time interest earned ratio.
Rasio-rasio leverage memiliki sejumlah implikasi sebagai berikut:
a. Para kreditur memandang ekuitas atau dana yang dipasok pemilik sebagai
suatu pelindung atau basis penggunaan hutang.
Jika pemilik hanya
menyediakan sebagian kecil dari pembiayaan total, risiko perusahaan
sebagian besar ditanggung olej kreditur.
b. Dengan mengumpulkan dana melalui hutang, pemilik memperoleh
manfaat dari memegang kendali atas perusahaan dengan komitmen yang
terbatas.
c. Penggunaan hutang dengan tingkat bunga yang tetap memperbesar baik
keuntungan maupun kerugian bagi pemilik.
d. Penggunaan hutang dengan biaya bunga yang tetap dan dengan jatuh
tempo yang tertentu memperbesar risiko bahwa perusahaan mungkin tidak
dapa tmemnuhi kewajiban-kewajibannya.
Dalam praktek, leverage dicapai dengan dua cara:
33
-
Meneliti rasio-rasio neraca dan menentukan sejauh mana dana pinjaman
telah digunakan untuk membiayai perusahaan.
-
Mengukur risiko hutang dengan rasio perhitungan rugi laba yang
dirancang untuk menentukan berapa kali biaya tetap tertutupi oleh laba
operasi.
Total Debt to Equity Ratio
Rasio ini sebenarnya merupakan angka yang menunjukkan bagaimana
performance dari pihak management dalam mengatur jumlah utang mereka dibandingkan
dengan jumlah ekuitas yang mereka miliki, atau dapat dikatakan sebagai balance antara
total debt dan total ekuitas.
Formulasi dari total debt to equity ratio adalah sebagai berikut:
Total Debt
Total Debt to Equity Ratio = ---------------------Total Equity
Total Debt to Total Asset Ratio
Rasio ini sebenarnya menunjukkan sejauh mana pinjaman kredit digunakan unutk
membiayai investasi yang ada. Jika sebuah perusahaan mempunyai rasio yang lebih
tinggi dibandingkan dengan rasio rata-rata dari industri yang bersangkutan, maka
perusahaan akan kesulitan dalam melakukan pinjaman tambahan.
Formulasi dari total debt to total asset ratio adalah sebagai berikut:
Total Debt
Total Debt to Total Asset Ratio = ---------------------Total Asset
34
Time Interest Earned Ratio
Rasio ini menunjukkan sejauh mana gross profit atau EBIT (earnings before
interest and taxes) perusahaan dapat digunakan untuk membayar annual interestrs
payument dari pinjaman kredit.
Formulasi dari time interest earned ratio adalah sebagai berikut:
EBIT
Time Interest Earned Ratio = --------------------------------Annual Interests Payment
2.13.3. Rasio Aktifitas
Rasio aktifitas atau operational ratio yang menggunakan ukuran perputaran untuk
menunjukkan tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam operasinya untuk menunjukkan
tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam operasinya dan penggunaan dari total asset yang
ada. Rasio aktifitas biasanya terdiri dari total asset turnover ratio, receivables turnover
ratio, collection period turnover ratio, dan inventory turnover ratio.
Total Asset Turnover Ratio
Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi dari suatu perusahaan dalam
menghasilkan penjualan/sales dengan asset yang ada.
Formulasi dari total asset turnover ratio adalah sebagai berikut:
Sales
35
Total Assets Turnover Ratio = --------------------Total Assets
Receivables Turnover Ratio
Rasio ini menunjukkan jumlah perputaran yang dapat dihasilkan oleh piutang
dagang selama 1 tahun operasi. Semakin tinggi perputaran maka semakin pendek waktu
yang dibutuhkan antara penjualan dan penagihan uang cash dari piutang dagang.
Formulasi dari receivables turnover ratio adalah sebagai berikut:
Net Sales
Receivables Turnover Ratio = ----------------------------------------Average Accounts Receivables
Collection Period Turnover Ratio
Rasio ini menunjukkan jumlah hari rata-rata yang dibutuhkan untuk menagih
accounts receivables (number of days sales in receivables).
Formulasi dari collection period turnover ratio adalah sebagai berikut:
Average Accounts Receivables
Time Interest Earned Ratio = ----------------------------------------- x 360 days
Sales
Inventory Turnover Ratio
Rasio ini menunjukkan berapa kali perputaran dari inventory dalam 1 tahun
operasi. Pada umumnya inventory turnover yang tinggi merupakan sebuah indicator
inventory management yang baik, namun rasio yang tinggi juga dapat menunjukkan
36
kekurangan inventory. Sedangkan turnover yang rendah menunjukkan overstocking atau
inventory yang pasif.
Formulasi inventory turnover ratio adalah sebagai berikut:
Cost of Good Sold
Inventory Turnover Ratio = --------------------------------Average Inventory
2.13.4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas pada intinya menunjukkan dan mengukur kemampuan sebuah
perusahaan dalam menghasilkan profit. Rasio ini menggunakan margin analysis dan
menunjukkan return on sales dan capital yang terpakai. Rasio profitabilitas biasanya
terdiri atas gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, return on asset,
dan return on equity.
Gross Profit Margin
Rasio ini merupakan indicator berapa jumlah profit yang didapat dari produk
tanpa mempertimbangkan beban administrasi dan beban penjualan.
Formulasi dari gross profit margin adalah sebagai berikut:
Total Sales – Cost of Good Sold
Gross Profit Margin = -----------------------------------------Total Sales
Operating Profit Margin
37
Rasio ini menunjukkan efektifitas dari management dalam mengatur income
statement dari suatu perusahaan dengan mengukur operating profit relative terhadap
sales.
Formulasi operating profit margin adalah sebagai berikut:
Operating Income
Operating Profit Margin = ----------------------Total sales
Total Sales – COGS – G&A Expenses – Marketing Expenses
= --------------------------------------------------------------------------Total Sales
Net Profit Margin
Rasio ini mengukur berapa profit yang diperoleh dari penjualan setelah dikurangi
oleh biaya-biaya yang ada.
Foemulasi dari net profit margin adalah senagai berikut:
Net Profit
Net Profit Margin = ------------------Total sales
Return on Asset
Rasio ini mengukur berapa persentase profit yang dihasilkan oleh perusahaan
dibandingkan dengan jumlah investasi yang ditempatkan.
Formulasi dari return on asset adalah sebagai berikut:
Net Profit
Return on Asset = -----------------Total Asset
38
Return On Equity
Rasio ini mengukur berapa return yang dapat diterima ole stockholder dengan
cara membandingkan net profit dengan common equity.
Formulasi dari return on equity adalah sebagai berikut:
Net Profit
Return On Equity = ----------------------Common Equity
Download