SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN: 2058-4218 Optimisasi Teknologi Proses Geothermal Sistem Flash Steam pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Indonesia Daril Ridho Zuchrillah1, Renanto Handogo1,*, Juwari1 1 Teknik Kimia ITS Surabaya, Jalan Teknik Kimia Surabaya * E-mail : [email protected] Abstrak. Saat ini, pembangkit listrik tenaga panas bumi memproduksi beban dasar listrik yang lebih murah, handal dan ramah lingkungan. Namun efisiensi konversi yang terdapat pada pembangkit listrik tenaga panas bumi sangatlah kecil daripada pembangkit listrik tenaga fosil lainnya. Sebuah optimiasasi teknologi proses single flash steam dilakukan dengan mengembangkan model matematis yang diaplikasikan pada PLTP PT Geo Dipa Energi unit Dieng, Jawa Tengah. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan software Engineering Equation Solver (EES) dengan berdasarkan pada hukum termodinamika yang berlaku. Pada single flash steam, kondisi operasi separator pada suhu 179,9⁰C dan 1000 kPa dapat dihasilkan daya listrik sebesar 23.030,28 kWe dengan besarnya efisiensi 38,71%. Selanjutnya dilakukan simulasi dan analisa pada modifikasi teknologi double flash steam didapatkan didapatkan kondisi operasi separator pada di suhu 179,9 ⁰C tekanan 1000 kPa dan kondisi operasi flasher pada suhu 109,3 ⁰C dan 140 kPa dengan menghasilkan daya listrik sebesar 27.396,39 kWe dengan besarnya efisiensi 46,05 %. Hal tersebut menunjukkan terjadi peningkatan daya sebesar 18,96 % dari teknologi single flash steam. Design double flash steam merupakan sistem yang menarik untuk diaplikasikan pada single-flash steam PLTP PT Geo Dipa Energi unit Dieng, Jawa Tengah. Kata Kunci: Efisiensi, Flash Steam, Geothermal, Optimisasi, Pembangkit Listrik 1. Pendahuluan Energi geothermal telah diidentifikasi sebagai sumber energi yang sustainable dan memproduksi emisi gas yang rendah [1]. Dengan besarnya potensial yang dimiliki oleh energi geothermal, Indonesia sedang merencanakan untuk meningkatkan produksi tenaga listrik dengan basis energi geothemal dari 1.196 menjadi 9.500 MW pada tahun 2.025. Untuk mecapai target tersebut, sebuah kebijakan publik dibutuhkan untuk mendorong industri geothermal berkembang. Sekarang, total kapasitas PLTP di Indonesia sebesar 1.196 MW dari 7 PLTP di Indonesia [2]. PT Geo Dipa Energi unit Dieng, Jawa Tengah adalah PLTP yang sedang berkembang dengan teknologi proses sistem single flash steam. Tipe tersebut digunakan hampir seluruh pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia. Suhu sumber sumur dan entalpi geo fluidanya sekitar 306⁰ C dan 1379,7 kJ/kg [3]. Proses produksi listrik pada sistem single flash steam di Dieng ditandai dengan banyaknya jumlah brine yang terdapat pada sumber sumur geothermal. Brine tersebut akan kembali diinjeksikan ke dalam bumi setelah proses ekspansi dan pemisahan. Selama proses injeksi brine menghasilkan panas. Tekanan dan suhu juga akan menurun. Untuk memanfaatkan brine tersebut, sebuah pengembangan sistem konversi energi dilakukan dengan hasil daya listrik yang lebih besar dan meningkatkan efisiensi pada sistem yang telah ada. Double flash steam terlihat sebuah sistem yang menarik. Dipippo 2008 melaporkan bahwa double flash steam dapat meningkatkan hasil daya listrik 15-25% dibanding dengan teknologi single flash steam pada kondisi geo fluida yang sama [4]. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa energi dan eksergi pada teknologi proses single flash steam pada pembangkit listrik tenaga panas bumi di PT. Geo Dipa Energi unit Dieng menggunakan hukum termodinamika. Hasil dari penelitian digunakan untuk mengoptimisasi kondisi operasi flasher untuk meningkatkan efisiensi konversi pada teknologi proses double flash steam dengan memanfaakan brine keluaran dari separator. SENIATI 2016| Institut Teknologi Nasional Malang B. 1 SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN: 2058-4218 2. Tinjauan Pustaka Teknologi proses pembangkit listrik tenaga panas bumi yang paling banyak diterapkan di dunia termasuk di Indonesia adalah teknologi flash steam. Pembangkit jenis memanfaatkan geofluid dengan kisaran suhu 180-300⁰C. Geofluida tersebut akan dipisahkan ke tangki yang suhu dan tekanannya lebih rendah untuk kemudian dengan cepat membentuk 2 fasa yaitu uap dan cair. Uap ini akan menggerakkan turbin yang selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan daya listrik. Faktor kapasitasnya dapat mencapai 93% dan modalnya per kWe mencapai 1.250 hingga 1.300 dolar amerika [5]. 2.1 Single Flash Steam Gambar 1. Skema Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dengan Teknologi Single Flash Steam Campuran fluida panas bumi dari sumur produksi mengalir untuk dipisahkan dengan separator bertekanan tinggi dengan harga entalpi yang konstan. Liquid dari hasil pemisahan di separator (poin 4) dan hasil steam akan mengalir menuju ke turbin (poin 3). Dalam sebuah turbin ideal, ekspansi steam adalah kondisi isentropik. Namun dalam kenyataannya, akan terjadi ekspansi dengan dipengaruhi oleh efisiensi turbin. Hasil keluaran turbin berupa expanded steam akan dikondensasi menjadi sebuah liquid dengan tekanan yang konstan pada sebuah kondensor. Kebutuhan air pendingin untuk expanded steam tersebut dapat dihitung dengan pendekatan hukum termodinamika dari suhu lingkungan dan spesifik panasnya sebasar 4,2 kJ/kg.K. 2.2 Double Flash Steam Dalam teknologi proses double flash steam ini dibutuhkan modifikasi dari single flash steam dengan penambahan separator bertekanan rendah (flasher). Pada teknologi yang telah ada, brine mengalir dari separator bertekanan tinggi ke flasher. Dalam designya, brine akan mengalir menuju flasher untuk diekspansi kali keduanya. Steam akan menuju ke turbin bertekanan rendah dan steam keluarannya menuju kondensor. Karena kondensor menerima steam lebih bayak, sehingga ukuran kondesor akan menjadi pertimbangan dalam design teknologi ini. Pilihan dua turbin tersedia untuk rancangan teknologi ini. Steam yang dihasilkan dari separator bertekanan tinggi akan mengalir menuju turbin bertekanan tinggi, selanjutnya expanded steam tersebut bersama steam dari flasher akan menuju turbin bertekanan rendah, yang nantinya akan menggerakkan generator menghasilkan daya listrik. Sistem dua turbin tersebut lazim disebut bottoming turbine. 2.3 Analisa Eksergetik dan Efisiensi Termal Analisa eksergi bisa diterapkan di banyak bidang, terkhusus pada industri yang bekerja dengan pemanfatan energi termal. Analisis eksergi terbukti sangat bermanfaat dalam menilai kinerja suatu sistem [6]. Bentuk eksergi yang digunakan yaitu eksergi fisik, juga dikenal sebagai thermomechanical exergy adalah kerja yang diperolah dari kondisi awal (T,P) menuju kondisi lingkungan (T0,P0). Eksergi fisik spesifik dapat ditulis sebagai berikut : B. 2 Institut Teknologi Nasional Malang | SENIATI 2016 SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN: 2058-4218 & t [(hi - h0 ) - T0 (si - s0 )] (1) E& t = m & t adalah mass flow rate, h adalah entalpi, h0 adalah entalpi pada suhu dan Dimana E& t adalah eksergi, m tekanan ambient, t 0 adalah suhu ambien, s adalah entropi kondisi operasi dan s 0 adalah entropi pada suhu dan tekanan ambien [7]. Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara eksergi masuk sebagai eksergi yang digunakan dengan eksergi keluar sebagai eksergi yang termanfaatkan. Efisiensi eksergi dapat ditulis. E& h ex = &out Ein (2) Dapat juga ditulis harga efisiensi eksergi sebagai efisiensi hukum kedua termodinamika sebagai berikut W& h II = &net Ein (3) Dimana h II adalah efisiensi eksergetik, W& net adalah daya listrik netto dan E& in adalah eksergi total yang masuk ke plant. 3. Metodologi Penelitian Penelitian ini telah melakukan pengumpulan data Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di PT. Geo Dipa Energi unit Dieng dari refrensi data jurnal. Dari tempat tersebut mengambil data kapasitas reservoir geothermal, kondisi operasi dan hasil data produksi. Setalah pengumpulan data yang dibutuhkan, telah melakukan pemodelan teknologi geotermal sistem flash steam dengan menggunakan data-data refrensi di pembangkit listrik tersebut. Nantinya akan dilakukan simulasi melalui pendekatan persamaan matematis dengan menggunakan software Engineering Equation Solver (EES). Setelah dilakukan simulasi menggunakan software Engineering Equation Solver (EES), akan dapat diketahui seberapa besar energi yang dibutuhkan dalam operasi dan efisiensi konversi yang telah dilakukan. Optimasi telah dilakukan dengan dasar prinsip-prinsip termodinamika yang akan memperhitungkan kondisi operasi dan spesifikasi alat yang telah digunakan. Dari sini, akan menjadi dasar tahap selanjutnya yaitu modifikasi teknologi geotermal pada sistem flash steam. Dengan variabel yang diberikan untuk sistem double flash steam adalah tekanan pada flasher yaitu 110, 120, 130, 140, 150, 160, 170, 180, 190 dan 200 kPa. Gambar 2. Diagram Alir Proses Optimisasi Teknologi Double Flash Steam SENIATI 2016| Institut Teknologi Nasional Malang B. 3 SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN: 2058-4218 4. Hasil dan Pembahasan Pemodelan siklus kerja pembangkit listrik tenaga panas bumi teknologi flash steam dilakukan dengan pendekatan matematis berdasarkan hukum termodinamika. Dalam hal ini perhitungan dilakukan dengan menggunakan software Engineering Equation Solver (EES). Pemodelan pertama yaitu untuk mendapatkan hasil kondisi operasi separator dengan menghasilkan daya listrik yang paling banyak. Simulasi telah dilakukan pada teknologi single flash steam dengan kondisi operasi separator yaitu tekanan operasi sebesar 1000 kPa dengan mendapatkan daya listrik terbesar yaitu sebesar 23.030,28 kWe dengan besarnya efisiensi hukum kedua termodinamika adalah 38,71 %. Hal tersebut berbeda pada penelitian yang telah dilakukan dan didapatkan daya listrik sebesar 21.730 kWe dengan harga efisiensi sebesar 36,48 %, karena terjadi perbedaan dalam pendekatan konfigurasi permodelan dalam teknologi prosesnya. Dalam kondisi operasi separator tersebut fraksi uap yang dihasilkan sebesar 0,3167 dari massa geofluida sebesar 138,9 kg/s (500.040 kg/jam) dengan massa uap yang dihasilkan sebesar 44,2 kg/s (159.120 kg/jam) yang akan diekspansi dalam turbin dan massa air yang akan diinjeksikan kembali ke dalam bumi sebesar 94,7 kg/s (340.920 kg/jam). Tabel 1. Kondisi Operasi Sistem Single Flash pada PLTP di PT. Geo Dipa Energi unit Dieng Entalpi Entropy Laju Massa Exergy State P [kPa] T [ͼC] [kJ/kg] [kJ/kg K] [kg/s] [kW] 0 75,6162 0,267819 0 18 78,063 0 1 1.379,7 3,311 138,9 306 9333 58.068,76 2 1.401 3,349 138,9 179,9 1.000 59.490,59 3 2.777 6,593 44,2 179,9 1.000 38.003,48 4 758,7 2,13 94,7 179,9 1.000 13.344,16 5 2.204 7,218 44,2 35,5 7 4.633,87 6 143,7 0,4954 2.986 33,6 5,413 5.445,25 7 143,7 0,4954 2.986 33,6 5,413 5.445,25 8 113,1 0,3949 2.942 22,04 3,567 1.424,42 Analisa eksergi telah dilakukan untuk menghitung laju eksergi dan eksergi yang hilang pada sistem single flash steam tersebut. Tujuan dari analisa eksergi ini kita dapat melihat seberapa besar energi yang dimanfaatkan dari geo fluida yang diubah dalam bentuk daya listrik. Didapatkan kehilangan eksergi terbesar terjadi pada turbin yaitu sebesar 14.973,2 kW. Besarnya kehilangan eksergi ini erat kaitannya dengan performa PLTP tersebut. Efisiensi hukum kedua termodinamika dapat didefinisikan sebagai brute-force dengan pendekatan fungsi [8]. Pendekatan brute-force dihitung dengan perbandingan antara penjumlahan eksergi output terhadapat eksergi yang dibutuhkan. Gambar 3. Skema Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dengan Teknologi Double Flash Steam B. 4 Institut Teknologi Nasional Malang | SENIATI 2016 SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN: 2058-4218 Penelitian selanjutnya yaitu menerapkan modifikasi teknologi berupa double flash steam dengan data lapangan yang sama di PT Geo Dipa Energi unit Dieng, Jawa Tengah. Proses ekspansi pada turbin diasumsikan dalam keadaan actual dan proses flash diasumsikan dalam kondisi isenthalpi. Kondisi operasi separator bertekanan tinggi yaitu 179,9 ͼC dan tekanan 1000 kPa, lalu untuk kondisi operasi flasher berikutnya akan dilakukan sebuah pemodelan untuk mendapatkan kondisi operasi flasher yang paling optimum sehingga didapatkan daya listrik yang paling maksimum. Dalam hal ini perhitungan dilakukan dengan menggunakan software Engineering Equation Solver (EES). Gambar 4. Kurva Daya Listrik sebagai Fungsi Tekanan Flasher pada Double Flash Steam Optimisasi dilakukan pada kondisi operasi flasher yaitu tekanan operasi (kPa) untuk mendapatkan daya listrik yang paling maksimum dengan menetapkan kondisi operasi separator bertekanan tinggi dengan suhu 179,9ͼC dan tekanan 1000 kPa. Sesuai dengan gambar 4 diatas menunjukkan bahwa pada tekanan 140 kPa dengan suhu 109,3 ͼC mendapatkan daya listrik terbesar yaitu sebesar 27.396,39 kWe dengan besarnya efisiensi 46,05 %. Hal tersebut dilakukan dengan asumsi efisiensi generator yang digunakan sebesar yaitu 91 %. Tabel 2. Kondisi Operasi Sistem Double Flash Steam pada PLTP di PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng State 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Entalpi (kJ/kg) 75,62 1379,7 1401 2777 758,7 758,7 2690 458,4 2503 2690 2187 94,15 140,782 Entropy (kJ/kg K) 0,267819 3,311 3,349 6,593 2,13 2,13 7,247 1,411 6,756 7,247 7,039 0,331 0,486 Laju Massa (kg/s) 0 138,9 138,9 44,2 94,7 94,7 12,74 81,96 44,2 56,94 56,94 2373 2373 T (ͼC) P (kPa) 291,15 306 179,9 179,9 179,9 109,3 109,3 109,3 109,3 109,3 39,01 22,04 33,6 78,063 9333 1000 1000 1000 140 140 140 140 140 7 2,7 5,2 Exergy (kW) 0 58068,76 59490,59 38003,48 13344,16 13344,16 7419,72 4093,63 23795,07 33161,59 7969,01 329,02 3897,42 SENIATI 2016| Institut Teknologi Nasional Malang B. 5 SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN: 2058-4218 Kondisi operasi pada flasher pada tekanan 140 kPa memberikan efek pada fraksi uap yang dihasilkan sebesar 0,1346. Dihitung pula kebutuhan air pendingin untuk mendinginkan expended steam bersuhu 39,01 ͼC yaitu sebesar 2.373 kg/s air pendingin. Suhu air pendingin dari cooling tower bersuhu 22,04 ͼC dan kembali ke cooling tower sebesar 33,6 ͼC. Geofluid berupa steam yang telah didinginkan di kondensor akan dilanjutkan ke penginjeksian ke dalam sumur geothermal. Setelah mendapatkan kondisi operasi flasher yaitu suhu 109,3 ͼC dan tekanan 140 kPa, akan dilakukan analisa eksergi untuk menghitung laju eksergi dan eksergi yang hilang pada sistem double flash steam tersebut. Didapatkan kehilangan eksergi terbesar terjadi pada turbin bertekanan tinggi yaitu sebesar 25.892,685 kW. Perhitungan eksergi menggunakan data suhu dan tekanan ambien sebesar 18⁰C dan 78,063 kPa [9]. Seperti yang telah diketahui pada turbin terjadi kehilangan eksergi karena ketika steam yang masuk ke dalam turbin akan mengalami degradasi termodinamika. Ini karena suhu ketika turbin masuk akan jauh berbeda dengan suhu ketika suhu keluar dari turbin, karena perubahan nilai suhu pada turbin yang keluar tersebut akan mempengaruhi nilai entropinya. 5. Kesimpulan Penelitian ini telah menginvestigasi peningkatan efisiensi untuk teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi dengan proses single flash steam di Dieng dengan memodifikasi sistem double flash steam berdasarkan pengembangan model matematis berprinsip hukum termodinamika. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan software Engineering Equation Solver (EES). Daya listrik yang dihasilkan dengan teknologi double flash steam sebesar 27.396,39 kWe, sedangkan pada kondisi yang sama pada teknologi single flash steam yaitu sebesar 23.030,28 kWe. Hal tersebut menunjukkan terjadi peningkatan daya sebesar 18,96 % dari teknologi single flash steam, dimana sesuai dengan teknologi double flash steam dapat memproduksi 15-25% lebih daya listrik daripada teknologi single flash pada kondisi yang sama [10]. Modifikasi teknologi proses dengan double flash steam terus diupayakan. Kendala yang terjadi pada lapangan yaitu pada sistem pengendapan impuritis untuk mencegah pembentukan silika pada tiap-tiap komponen menjadi masalah besar. Selain itu, brine keluaran dari separator bertekanan tinggi memiliki karakteristik mudah menjadi kondensat. Sehingga dengan demikian, biaya produksi yang dikeluarkanpun juga semakin besar. 6. Daftar Referensi [1] Aneke M, Agnew b, Underwood C. Performance analysis of the Chena binary geothermal power plan. Appl Therm Eng, 2011, 31 : 1825-32. [2] Armannsson H, Fridriksson T, Kristjansson BR. CO2 emissions from geothermal power plants and natural geothermal activity in Iceland. Geothermics, 2005;34:286-96. [3] Pambudi NA, Itoi R, Jalilinasrabady S, Khasani J. Performance improvement of a single-flash geothermal power plant in Dieng, Indonesia, upon conversion to a double-flash system using thermodynamic analysis. Renewable Energy 80 2015; 424-231. [4] Zarrouk, S.J.; Geothermal Energy Technology. In: Lecture. University of Auckland, 2011. [5] Dickson, M.H., Fanelli, M., “Geothermal Energy: Utilization and Technology” Routledge, ISBN10:1844071847, IBN-13: 978-1844071845. 2003. [6] Jorgensen SE, Mejer H. “Ecological buffer capacity. Ecol Model”,3:39-45.47,49,51,53-61, 1977. [7] Sugiyono, Agus,”Studi Pendahuluan untuk Analisis Energi-Eksergi Kota Jakarta”, Direktorat Teknologi Konversi dan Konversi Energi, BPPT, Jakarta, 2000. [8] DiPippo R. “Geothermal Power Plants : principles, applications, case studies and enviromental impact”. 2nd ed.Walthan, MA, USA: Elsevier, Ltd; 2008. [9] Junaldi K Indriawati; “Geothermal power plant electricity prediction based on weighted moving average methos in PT. Gep Dipa Energy, Dieng unit”. JurusanTeknik Fisika POMITS, 2012. [10] DiPippo, R. “Geothermal double-flash plant with interstate reheating: An updated and expanded thermal and exergetic analysis and optimization”: Journal of Geothermic 48,121-131, 2013. B. 6 Institut Teknologi Nasional Malang | SENIATI 2016