10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Pada dasarnya

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
Pada dasarnya komunikasi sangat sulit untuk didefinisikan , komunikasi
memiliki banyak makna sebagai kata yang abstrak. Banyak pakar yang menilai
bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi
seseorang dalam hidup bermasyarakat. Professor Wilbur Schram (1982)
mengatakan “komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lainya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin
masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin
dapat mengembangkan komunikasi”. Melalui komunikasi manusia dapat
mengetahui peluang-peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara dan
menghindar pada hal-hal yang mengancam alam sekitarnya. Melalui komunikasi
manusia dapat mengetahui suatu kejadian atau peristiwa. Bahkan melalui
komunikasi manusia dapat mengembangkan pengetahuannya, yakni belajar dari
pengalamannya, maupun melalui informasi yang diterima dari lingkungan
sekitarnya.8
8
Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Gafindo Persada, Jakarta, 2000; 1-3
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
2.1.1` Definisi Komunikasi
Komunikasi dalam bahasa inggris “ communication “ berasal dari bahasa
latin “ communication “, dan bersumber dari kata “ communis “ yang berarti
sama.9 Bisa juga diartikan membuat kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Akar kata communis adalah communico yang artinya berbagi.10
Dalam buku pengantar komunikasi menyebutkan beberapa pengertian
komunikasi menurut beberapa ahli :
1. Menurut Everett M.Rogres
Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerimaan atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka.11
2. D. Laurence Kincaid (1981)
Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian
mendalam.12
9
Onong Uchiana Effendy, Ilmu, Teori & Filsafat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000 ; 30
Ibid. Hal 18
11
Ibid. Hal 19-20
12
Ibid. Hal 22
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
3. Everett M. Rogers
Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah tingkah laku
mereka.13
4. Shanon dan Weaver (1949)
Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja.14
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa, jelas sekali jika komunikasi antar manusia hanya bisa
terjadi jika ada seseorang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan
tertentu. Dengan kata lain, setiap proses komunikasi selalu mendukung unsur
pengiriman (
komunikator ), unsur penerima ( komunikan ), dan unsur pesan (
message ) yang bertujuan untuk mengadakan persamaan dalam mengartikan
pesan.
Komunikasi akan terus berlangsung selama ada persamaan makna
mengenai apa yang dipercakapan. Kesamaan bahasa yang digunakan belum tentu
menjadi patokan berhasilnya suatu proses komunikasi dalam suatu percakapan,
kesamaan dalam suatu pesan yang disampaikan harus diperhatikan oleh
komunikator. Akan tetapi pengertian komunikasi dipaparkan diatas sifatnya
13
14
Ibid. Hal 22
Ibid. Hal 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
disariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung
kesamaan makna antar dua pihak yang terlibat yaitu komunikator ( yang
menyampaikan pesan ) dan komunikan ( yang menerima pesan). Dikatakan
minimal, karena kegiatan komunikasi bukan hanya komunikatif, yakni agar orang
lain bersedia menerima suatu faham atau keyakinan.
2.1.2
Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya
bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek
unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.
1. Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai
pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa
terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai,
organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau
dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.
2. Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan
biasannya diterjemahkan dengan kata massage, content atau informasi (Hafied
Cangara, 2008;22-24).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
3. Media, Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang
bahwa dalam komunikasi antar manusia, media yang paling dominan dalam
berkomunikasi adalah panca indra manusia seperti mata dan telinga. Pesan-pesan
yang diterima panca indra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk
mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan
dalam tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud dalam buku ini, ialah media
yang digolongan atas empat macam, yakni: Media antarpribadi, untuk hubungan
perorang (antarpribadi) media yang tepat digunakan ialah kurir /utusan, surat,
dan telpon. Media kelompok, Dalam aktivitas komunikasi yang melibatkan
khlayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan
adalah media kelompok, misalnya, rapat, seminar, dan konferensi. Rapat
biasanya digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh
suatu organisasi. Seminar adalah media komunikasi kelompok yang biasa
dihadiri 150 orang. Konferensi adalah media komunikasi yang dihadiri oleh
anggota dan pengurus dari organisasi tertentu. Ada juga orang dari luar
organisasi, tapi biasanya dalam status peninjau. Media publik, kalau khalayak
lebih dari 200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan biasanya
disebut
media
publik.
Misalnya
rapat
akbar,
rapat
raksasa
dan
semacamnya. Media massa, jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana
mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media massa adalah
alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
(penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat
kabar, film, radio, dan televisi (Hafied Cangara, 2008;123-126).
4. Penerima, Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam
istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris
disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa
keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak adanya
penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses
komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu
pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah
yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
5. Pengaruh atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah
laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau
pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan
(Hafied Cangara, 2008;22-27).15
15
Hafied Cangara,2008: 22-27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
2.2 Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah
lisan maupun tertulis.16 Sedangkan Komunikasi nonverbal adalah komunikasi
yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata.17 Istilah
nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi
diluar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan
komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis
komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang
kita lakukan sehari hari.
2.2.1 Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih. Bahasa juga dapat dianggap sistem kode verbal bahasa dapat
didefinisikan sebagai perangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan
simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Hardjana (2003) mengemukaan bahwa komunikasi verbal adalah
komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tertulis. Simbol
atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau
lebih.18
16
Agus M. Hardjana, Komunikasi INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL; Yogyakarta;
Kanisius ; 2003 : 22
17
Roni Tabroni, Komunikasi Politik Soekarno, Bandung:PT Remaja Rosdakarya hal 263
18
Agus M. Hardjana, Komunikasi INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL; Yogyakarta;
Kanisius ; 2003 : 22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang menggunakan kata-kata
atau dalam kata lain bahasa, bahasa ini bila digunakan dengan baik dapat
mempengaruhi orang disekitarnya hanya dengan kata-kata saja. Komunikasi
verbal yang menggunakan bahasa dalam penerapan di realitas membuat manusia
menciptakan bagaimana memberi label atau simbolisasi pada dunia.
2.2.2 Fungsi Bahasa
Bahasa adalah seperangkat kata yang disusun secara berstruktur sehingga
menjadi suatu kalimat yang mengandung makna. Setiap orang mempunyai nama
untuk identitas sosial dan menamakan objek-objek yang berlainan termasuk
menamai perasaan tertentu yang mereka alami.19
Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki 3 fungsi, yaitu :

Fungsi penamaan
Penamaan atau julukan pada usaha mengidentifikasi objek,
tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk
dalam komunikasi.

Fungsi interaksi
Fungsi interaksi menekankan pada berbagai gagasan dan emosi
yang dapat menghubungkan antara orang dengan orang lain, atau antara
kelompok orang dengan kelompok orang.
19
Riswandi, Ilmu Komunikasi; Yogyakarta; Graha Ilmu ; 2009: 59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18

Fungsi transmisi informasi
Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain
melalui bahasa, karena kita menerima informasi setiap hari dari orang lain,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.2.3 Keterbatasan Bahasa
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk menunjukan pada objek tertentu:
orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata
tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi
bukan realitas itu sendiri. Dengan demikian kata-kata pada dasarnya berisifat
parsial, tidak melukiskan secara eksak.20Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung
bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh.

Kata-kata bersifat ambigu
Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan
persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar
belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, mempunyai makna
yang nuansanya beraneka ragam. Misalnya: tubuh itu berat; kepala saya
berat; ujian itu berat kepada mahasiswanya yang mencontek.

Kata-kata yang mengandung bias budaya
Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia terdapat
berbagai kelompok manusia dengan budaya dan sub budaya yang berbeda,
Tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau
hampir sama tapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda
20
Ibid. Hal 63-68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal
dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika
mereka menggunakan kata yang sama. Misalkan kata awak untuk orang
Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa melayu (di
Palembang dan Malaysia) berarti kamu. Komunikasi sering dihubungkan
dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi
bila kita memiliki makna sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya
terbentuk bila kita mengalami pengalaman yang sama. Kesamaan makna
karena kesamaan pengalaman masalalu atau kesamaan struktur kognitif
disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan
berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang
sama, ideologi yang sama pendeknya mempunyai sejumlah maksimal
pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada Isomorfisme total.

Percampuradukan fakta, penafsiran, dan penilaian.
Dalam berbahasa kita sering mencampuradukan fakta (uraian),
penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan
kekeliruan persepsi. Contoh : apa yang ada dalam fikiran kita ketika
melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul
10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang
bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari
nafkah?....Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap
untuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan
tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
pekerjaannya adalah membaca, menulis, berbicara, maka membelah kayu
bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di jam-jam
kerjanya.21
2.3 Komunikasi Nonverbal
Komunikasi Nonverbal menurut Hardjana (2003: 26), komunikasi
nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal,
tanpa kata-kata. Dalam kehidupan nyata, komunikasi nonverbal jauh lebih banyak
dipakai daripada komunikasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara
otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi nonverbal
bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan
hal yang mau diungkapkan secara spontan.22
Menurut Samovar (1981 ) komunikasi nonverbal memainkan peranan
penting dalam kehidupan manusia, walaupun hal ini sering kali tidak kita sadari.
Padahal kebanyakan ahli komunikasi akan sepakat apabila dikatakan bahwa dalam
interaksi tatap muka umumnya, hanya 35 persen dari “social context” suatu pesan
yang disampaikan dengan kata-kata. Maka ada yang mengatakan bahasa verbal
penting, tetapi bahasa nonverbal tidak kalah pentingnya, bahkan mungkin lebih
penting, dalam peristiwa komunikasi kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat
bahasa verbalnya, bagaimana bahasanya ( halus, kasar, intelektual, mampu
berbahasa asing, dan sebagainya ). Namun juga melalui perilaku nonverbalnya.
Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat bukan kata-kata.
21
22
Ibid. Hal 68
Roni Tabroni, Komunikasi Politik Soekarno, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, hal 263
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Menurut Larry A.Samovar dan Richard E.Porter, komunikasi nonverbal
mancakup semua rangsangan ( kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting
komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan pengguna lingkungan individu,
yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim dan penerima; jadi definisi
ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari
peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita mengirim banyak pesan nonverbal
tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain.23
2.3.1 Fungsi Komunikasi Nonverbal
Menurut Paul Ekman menyebutkan lima fungsi nonverbal yakni sebagai
berikut :
1. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki
kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan,
“saya tidak sungguh- sungguh”.
2. Ilustrator. Pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau
kesedihan.
3. Regulator.
Kontak
mata
berarti
saluran
percakapan
terbuka.
Memalingkan muka menandakan ketidak sediaan berkomunikasi.
4. Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada
dalam tekanan. Itu merupakan respon tidak disadari yang merupakan
upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
23
Riswandi, Ilmu Komunikasi, Graha Ilmu, 2009 : 69
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
5. Affect Display. Pembesaran manik-mata (pupil dilation) menunjukan
peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya perasaan takut, terkejut, atau
senang.24
2.3.2 Klasifikasi Pesan Nonverbal
Klasifikasi Samovar dan Porter sejajar dengan klasifikasi John R.
Wenburg dan Wiliam W. Wilmot, yakni isyarat-isyarat nonverbal perilaku
(behaviorial) dan isyarat-isyarat nonverbal bersifat public seperti ukuran ruangan
dan faktor-faktor situasional lainya. Meskipun tidak menggunakan pengkatagorian
diatas, kita akan membahas berbagai jenis pesan nonverbal yang kita anggap
penting, mulai dari pesan nonverbal yang bersifat perilaku hingga pesan nonverbal
yang terdapat dalam lingkungan kita.
2.3.2.1 Sentuhan
Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu
rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategorikategori tersebut adalah sebagai berikut.
1. Fungsional-profesional. Di sini sentuhan brsifat dingin dan berorientasi
bisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian
2. sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh
pengharapan, aturan da praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat
tangan
24
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001,
hal.349
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
3. persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang
menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang
yang saling merangkul setelah mereka lama berpisah.
4. cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan
keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orang
tua dengan lembut.
5. rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan dengan kategori
sebelumnya, hanya motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual
tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman.25
Seperti makna pesan verbal, pesan nonverbal, termasuk sentuhan, bukan
hanya bergantung pada budaya, tetapi juga pada konteks. Jabatan tangan kepada
seorang kawan lama bisa berarti “saya senang bisa berjumpa kamu lagi”; kepada
orang yang baru kita kenal pertama kali, ”kita lihat nanti apakah kita cocok untuk
bersahabat”; benar kata Birdwhistell bahwa tindakan, seperti kata – kata, hanya
mempunyai makna sosial dalam konteks. Kita tidak dapat sekedar bertanya apa
makna suatu isyarat, karena kita tidak dapat membuat generalisasi mengenai
gerakan tubuh dalam semua situasi.
2.3.2.2 Parabahasa
Parabahasa, atau vokalika (vokaliscs) , merujuk pada aspek-aspek suara
selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada( tinggi
dan
25
rendah), intensitas (volume) suara, intonansi, kualitas vocal (kejelasan),
Ibid. Hal 380
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
warna suara, dialek, suara serak, suara sengau, suara terputus-putus, suara yang
bergemetar, suitan, siulan, tangis, tawa, erangan, gerutuan, gumaman, desahan,
dan sebagainya. marahan, setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi
dan fikiran kita. Suara yang terengah-engah menandakan kelemahan sedangkan
ucapan yang terlalu cepat menandakan kemarahan, atau ketakutan.
2.3.2.3 Penampilan Fisik
Sekitar 40.000 taun yang lalu orang-orang purba menggunakan tulang
untuk dijadikan kalung dan hiasan tubuh lainnya. Bukti-bukti arkeologi
menunjukan bahwa pada saat itu orang-orang sangat peduli dengan tubuh mereka
mereka mengecatnya, mengikat sesuatu pdanya, dan merajahnya untuk terlihat
cantik.26
Mengecat wajah lazim dilakukan
dibeberapa bagian Afrika, Amerika
Selatan, beberapa suku Indian Amerika dan suku Aborigin Australia, lipstick yang
digunakan kaum wanita sebenarnya mempunyai sejarah panjang. Wanita-wanita
zaman primitif menghiasi wajahnya dengan coreng moreng lainnya. Kini wanita
modern menghiasi wajah mereka, antara lain bedak, eye shadow dan lipstik.
Setiap orang mempunyai persepsi mengenai penampilan fisik seseorang baik itu
busananya ( model, kualitas bahan, warna), dan juga ornamen. Seperti kaca mata,
sepatu, tas, jam tangan, Kalung, gelang, cincin, anting-anting, dan sebagainya.
Sering kali orang memberi makna tertentu pada karakteristik
fisik orang
bersangkutan. Seperti bentuk tubuh, warna kuit, model rambut dan sebagainya. Di
amerika orang menghargai wanita yang tinggi dan ramping. Di jepang wanita
26
Ibid. Hal 391-392
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
yang kecil justru paling menarik. Tetapi di cina secara tradisional kecantikan
wanita justru diasosiasikan dengan gaya rambut sederhana ( dengan satu atau dua
kepang ) yang tidak berusaha menarik perhatian dengan selendang berwarnawarni, perhiasan atau make up.
2.3.2.4 Bau-bauan
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan ( wewangian, seperti deodorant,
eau de toilette, eau de colagne, dan parfum) telah berabad-abad digunakan orang,
juga untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang dilakukan hewan.
Kebanyakan hewan menggunakan bau-bauan untuk memastikan kehadiran
musuh, menandai wilayah mereka, mengidentififikasi keadaan emosional, dan
menarik lawan jenis. Suku-suku primitif di pedalaman telah lama menggunakan
tumbuh-tumbuhan sebagai bahan wewangian. Pada zaman nabi muhamad, wanita
yang ayahnya meninggal dunia, di anjurkan untuk berkabum selama tiga hari.
Sebagai tanda berkabung itu, mereka tidak menggunakan wewangian selama masa
itu. Namun kaum pria di anjurkan menggunakan wewangian pada saat
melaksanan shalat jum‟at. Orang-orang mengoleskan parfum yang tidak
beralkohol sebagai tanda persaudaraan.27
2.4 Bahasa Isyarat
Isyarat dapat didefinisikan secara sederhana sebagai penggunaan tangan,
lengan, dan kadang-kadang kepala untuk membuat tanda, mesikipun terdapat
persamaan di pelbagai budaya, perbedaan yang substansial juga ada baik dalam
Ibid. Hal 399-400
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
hal sejauh mana isyarat dipergunakan maupun dalam penafsiran yang diberikan
pada penggunaan isyarat tertentu. Misalkan, gerakan kepala untuk “ya” atau
“tidak” di wilayah Balkan tampak terbalik satu sama lain di mata orang Eropa
lainnya. Di tahun 1979, Desmond Morris, bersama dengan beberapa rekannya di
Oxford University, meneliti 20 isyarat di 40 area berbeda Eropa. Tim riset
menemukan beberapa hal yang menarik. Misalnya, mereka mendapati bahwa
banyak isyarat ini memiliki beberapa makna, tertgantung budayanya-mengetuk
sisi kepala dapat mengindikasi hal-hal yang sama sekali berlawanan, “bodoh” atau
“kecerdasan”, tergantung konteks budaya. Morris juga mendapati bahwa sebagian
besar penanda isyarat ini digunakan di banyak negara28.
Isyarat mencakup keseluruhan lingkup signifikasi. Menggunakan telunjuk
merupakan manifestasi yang lazim dari penunjukan indeksial. Meskipun bagian
tubuh manapun yang dapat digerakan untuk menunjukan arah (bibir, hidung, lidah
dan seterusnya) juga dapat digunakan untuk menunjukan sumber acuan dalam
jarak dekat, untuk mengindikasi arah, dan seterusnya. Isyarat ikonis biasanya
digunakan untuk mempresentasikan bentuk benda. Misalnya, untuk mengacu pada
benda bundar, orang-orang di seluruh dunia cenderung menggunakan kedua
tangan bersama-sama menggerakannya kearah berlawanan-searah jarum jam
(tangan kanan) dan berlawanan dengan jarum jam (tangan kiri). Jari juga dapat di
pergunakan untuk merepresentasikan simbol (dengan menggambarkan bentuk luar
simbol tersebut). Penggunaan paling lazim dari pemberi isyarat semacam ini
adalah bahasa isyarat bagi kaum tunarungu. Terakhir, isyarat simbolis sering
28
Marcel Danesi, Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika Dan Teori Komunikasi, Yogyakarta :
Jalasutra. 2012
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
digunakan berdasarkan kesepakatan untuk mewakili fungsi sosial atau untuk
melakukan protocol interaksi seperti penyebutan, penyangkalan, dan seterusnya.
Apa yang disebut “isyarat cabul” juga merupakan isyarat simbolis yang spesifik
menurut budaya.29
Hasil karya McNeil memberikan gambaran yang bagus mengenai
bagaimana isyarat dan bahasa saling menyiratkan satu sama lain dalam wacana
normal. Seperti yang juga telah diamati Frutiger (1989 : 112), isyarat yang
mengiri bahasa mengungkapkan keinginan dalam hati untuk mendukung apa
yang diucapkan secara lisan: “jika kita ada dipantai, misalnya, kita hamoir tak bisa
menolak dorongan untuk menggambari permukaan pasir yang mulus dengan jari
kita, sebagai cara untuk mengklarifikasikan apa yang kita sedang bicarakan”.
Kategori gestikulan dari umum yang dikenal dengan nama illustrator. Kategori
lainnya adalah emblem, sikap menunjukan perhatian, pengatur, dan penyesuai.30

Illustrator:
seperti
telah
dibahas,
illustrator
secara
harfiah
mengilustrasikan ucapan vokal. Contohnya adalah gerakan tangan
melingkar saat membicarakan sebuah lingkaran : menggerakan tangan
menjauh satu sama lain ketika membicarakan sesuatu yang besar;
menggerakan kepala dan tangan ke arah atas saat berkata ayo.

Emblem: Emblem secara langsung menerjemahkan kata atau frasa.
Contohnya adalah tanda Oke, tanda Kemari, tanda untuk meminta turut
menumpang mobil, melambai, dan isyarat cabul.
29
30
Ibid. Hal 67
Ibid. Hal 70-71
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28

Sikap menunjukan perhatian: sikap ini mengkomunikasikan makna
emosional. Contohnya adalah gerakan tangan tipikal yang mengiringi
keadaan dan ekspresi bahagia, terkejut, takut, marah, menghina, jijik, dan
seterusnya.

Pengatur : pengatur memantau, mempertahankan, atau mengendalikan
ujaran orang lain. Misalnya gerakan tangan untuk teruslah berjalan,
kurangi kecepatan, apalagi yang terjadi?

Penyesuai : penyesuai digunakan untuk memenuhi sebuah kebutuhan.
Misalnya menggaruk kepala saat binggung, menggosok kening saat cemas,
dan seterusnya.
Isyarat juga dapat digunakan untuk tujuan simbolis sakral yang
mengungkapkan kekunoan dan karenanya “simbolisme mistis” yang ada pada
tangan. Misalnya, dalam agama Kristen “tanda salib” adalah isyarat yang
bertujuan menciptakan ulang ulang peristiwa sentral agama Kristen-penyaliban.
Dalam agama Buddha, isyarat yang dikenal dengan nama Mudras, digunakan
dalam
upacara
untuk
merepresentasikan
meditasi,
penalaran,
doktrin,
perlindungan, dan permintaan, pencerahan, penyatuan. Sebaliknya, “tangan
setan”, yang menunjukan telunjuk serta kelingking teracung, berada dalam
wilayah takhayul, dan dibeberapa budaya melambangkan sosok bertanduk yang
dimaksudkan untuk mengusir mata jahat, dan di budaya lain merupakan tanda “
suami yang istrinya selingkuh”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
2.5 Komunitas
Manusia adalah mahluk sosial yang hidup di dalam masyarakat. Manusia
itu tidak bisa hidup sendiri tetapi selalu berada dalam satu lingkungan sosial yang
berbeda dangan yang lainnya. Lingkungan sosial adalah suatu bagian dari suatu
lingkungan hidup yang terdiri antara individu dan kelompok yang ada dalam
masyarakat. Sedangkan lingkungan sosial tersebut bisa terwujud sebagai situasi
sosial yang merupakan sebagian dari ruang lingkup suatu kesatuan atau kelompok
sosial yang disebut dengan komunitas (community).31
Komunitas merupakan sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme
dari berbagai lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam
komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud,
kepercayaan, sumberdaya, preferensi, kebutuhan resiko dan sejumlah kondisi lain
yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti
“kesamaan” kemudian dapat di turunkan dari communis yang berarti “sama”,
publik, dibagi oleh semua atau banyak”. Komunitas atau community ialah bagian
kelompok dari masyarakat (society) dalam lingkup yang lebih kecil, serta mereka
lebih terikat oleh tempat.
Komunitas juga memiliki beberapa unsur :
a. Adanya wilayah atau tempat
b. Seperasa : unsur seperasa mereka menganggap dirinya sebagai “kami”
ketibang “saya”.
31
Luxy Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung :Rosdakarya, 2005.Hal 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
c. Sepenanggungan : unsur sepenanggungan muncul karena setiap individu
sadar akan peranan dalam kelompok tersebut.
d. Saling memerlukan unsur saling memerlukan muncul karena setiap
individu dari komunitas tidak bisa memenuhi kebutuhannya tanpa
bantuan individu lainnya.
2.5.1 Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuan
sosiolog, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi
kelompok.

Kelompok primer dan sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 190932 mengatakan bahwa
kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya
berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja
sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggotaanggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh
hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan
komunikasinya, sebagai berikut:
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakan dalam
32
Jalaludin Rakhmat, 1994
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder
komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok
sekunder nonpersonal.
3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan dari
pada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspersif, sedangkan kelompok
sekunder instrumental.
5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok
sekunder formal.

Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Thedore
Newcomb
(1930)
melahirkan
istilah
kelompok
keangotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group).
Kelompok keanggotaan adalah
kelompok yang anggota-anggotanya
secara administrative dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan
kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur
(standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi
komparatif, fungsi normative, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan
islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai
keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga
memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
saya miliki-kerangka rujukan untuk membingbing perilaku saya, sekaligus
menunjukan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu islam,
islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara
mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan
makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi
persfektif). Namun
islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya.
Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah
kelompok rujukan saya, di samping menjadi keanggotaan saya. Apapun
kelompok rujukan itu, perilaku sangat dipengaruhi, termasuk perilaku
saya dalam berkomunikasi.

Kelompok deskriptif dan kelompok preskriftip
John F.Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok
menjadi dua: deskriptif dan preskriftif. kategori deskriptif menunjukan
klasifikasi kelompok dengan melihat pembentukannya secara alamiah.
Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif
dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan
c. kelompok penyadar.
Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya
transplantasi jantung atau merancang kampanye politik. Kelompok
pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai
acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak
tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh
kelompok peretemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
menciptakan identitas sosial poloitik yang baru. Kelompok revolusioner
radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini cukup
banyak.
Kelompok prespektif, mengacu pada langkah-langkah yang harus
ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan
dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu:
diskusi meja bundar, symposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan
prosedur parlementer.
2.5.2 Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi
Ada beberapa pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi, diantaranya:

Konformitas
Konformitas adalah sebuah perubahan perilaku atau kepercayaan
menuju (norma) kelompok sebagai akibat dari tekanan kelompok-yangreal
atau dibayangkan. Bila sejumlah orang mengatakan dan melakukan
sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan
melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi
seorang kelompok, aturlah rekan rekan anda untuk menyebar dalam
kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekanrekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh
anggota kelompok setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya
untuk setuju juga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34

Fasilitasi sosial
Fasilitasi (dari kata prancis facile, artinya mudah) menunjukan
kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok.
Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi mudah. Robert
Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain dianggap
menimbulkan efek pembangkit energipada perilaku individu. Efek ini
terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang
menggairahkan kita. Energi
yang meningkat akan mempertinggi
kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan
adalah perilaku yang kita kuasi. Bila respon yang dominan itu adalah
yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah
yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah,
respon yang dominan adalah respon yang benar; karena itu penelitipeneliti melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.

Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan kearah posisi yang ekstrem. Bila
sebelum dikusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak
mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat
lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para
anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi
mereka akan menentang lebih keras.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
2.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja samauntuk mencapai dua tujuan: a.
melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya.
Tujuan
pertama diukur dari kerja kelompok disebut prestasi (performance)
tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok
dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka
keefektifannya dapat dilihat dari banyak informasi yang diperoleh anggota
kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam
kegiatan kelompok.
Jalaludin Rakhmat meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok
dapat dilacak pada karakteristik kelompok yaitu:33
1. Faktor situasional karakteristik kelompok
a. Ukuran kelompok
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok
bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas
kelompok dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif.
Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain,
tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok
berinteraksi secara terorganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan,
atau
penilaian
tunggal. Pada
kelompok tugas koaktif, jumlah anggota
berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota
33
Jalaludin Rakhmat 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal, satu orang bisa
memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang
dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah
mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan prestasi dan ukuran kelompok
adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memeluk kegiatan konvergen
(mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil
supaya produktif, terutama bila tugas dilakukan hanya membutuhkan sumber,
keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan
yang divergen (seperti menghasilkan gagasan berbagai kreatif ), diperlukan
jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
Dalam hubungan kepuasan, Hare dan Slater menunjukan bahwa semakin
besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater
menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah
hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap
kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggotaanggota kelompok.
b. Jaringan komunikasi
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai
berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi
kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
c. Kohesi Kelompok
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota
kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan
kelompok. McDavid dan Harari menyarankan bahwa kohesi diukur dari beberapa
faktor sebagai berikut; ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama
lain; ketertarikan
anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana
anggota teratrik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personal.
Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok,
makin kohesif
kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok.
Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga
komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang
kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka
mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin
mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak
toleran pada anggota devian
d. Kepemimpinan
kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi
kelompok untuk bergerak kea rah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor
yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya
kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White dan Lippit. Mereka
mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; laissez fire.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Kepemimpinan yang otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang
seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan
pimpinan
yang
mendorong
dan
membantu
anggota
kelompok
untuk
membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez fire
memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan
individual dengan partisipasi pemimpin yang minimal.34
2.6 Fenomenologi dan Fenomena
2.6.1 Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari bahasa yunani yaitu phainomai yang berarti
“menampak”. Phainomenom merujuk pada “yang menampak”. Menurut Husserl
dengan fenomenologi kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pangalaman dari
sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung, seolah-olah kita
mengalaminya sendiri. Fenomenologi merupakan cara yang di gunakan manusia
untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Stanley dalam buku teori
komunikasi, mengemukakan tiga prinsip dasar fenomenologi, yaitu:35
1. Pengetahuan adalah kesadaran. Pengetahuan tidak di simpulkan dari
pengalaman, namun di temukan secara langsung dari pengalaman sadar.
2. Makna dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu itu pada hidup sesorang.
Dengan kata lain, bagaimana anda memandang suatu objek, bergantung
pada makna objek bagi anda.
34
35
Riswandi “Teori Komunikasi”; GRAHA ILMU ; JAKARTA 2008 Hal 119-127
Pawito, Ph.D, Penelitian Komunikasi Kualitatf, Yogyakarta, PT.Lkis Pelangi Aksara. Hal 56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
3. Bahasa adalah “kendaraan makna” (vehicle meaning). Kita mendapatkan
pengalaman melalui bahasa yang di gunakan untuk mendefinisikan dan
menjelaskan dunia kita.
Karena intepretasi yang ada akan terus berubah , bolak-balik, sepanjang
hidup antara pengalaman dan makna yang diberikan kepada setiap pengalaman
baru. Tradisi fenomenologi terbagi tiga bagian yakni :36
1. Fenomenologi klasik, Edmund Husserls tokoh pendiri fenomenologi
modern adalah femikir fenomenologi klasik. Menurutnya orang harus
displin dalam menerima pengalaman itu. Dengan kata lain, pengalaman
sadar individu adalah jalan yang tepat untuk menemukan realitas. Hanya
melalui perhatian sadar kebenaran dapat diketahui.
2. Fenomenologi persepsi, Menurut fenomenologi persepsi pengalaman
adalah subjektif, tidak objektif sebagaimana pandangan husserls. Tokoh
penting dalam tradisi ini Maurice merleau-ponty, yang pandangannya
dianggap mewakili gagasan fenomenologi persepsi yang dinilai sebagai
penolakan terhadap pandangan objektif namun sempit dari Husserl.
Menurut Ponty , manusia adalah makhluk hidup yang memiliki kesatuan
fisik dan mental yang menciptakan makna terhadap dunianya. Kita
mengetahui sesuatu hanya pada hubungan pribadi dengan sesuatu itu,
sebagai manusia kita depengaruhi dunia luar atau lingkungan kita, namun
sebaliknya kita juga mempengaruhi dunia sekitar kita melalui bagaimana
kita mengalami dunia. Dengan demikan suatu objek atau peristiwa itu ada
36
Ibid. Hal 42-48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
dalam suatu proses yang timbal balik (give and take) yaitu hubungan
dialogis dimana suatu objek atau peristiwa mempengaruhi objek atau
peristiwa lainnya.
3. Fenomenologi hermenetik, Tradisi ini mirip dengan fenomenologi persepsi
namun dikembangkan secara lebih luas dengan menerapkannya secara
komprehensip dalam komunikasi. Tokoh dibidang ini adalah Martin
Heidegger menurutnya hal yang paling penting adalah “pengalaman
alami” (natural experience) yang terjadi begitu saja ketika orang hidup
didunia. Bagi Heidegger , realitas terhadap sesuatu tidak dapat diketahui
hanya melalui analisis yang hati-hati tetapi melalui pengalaman alami
yang terbentuk melalui penggunaan bahasa dalam kehidupan setiap hari.
Komunikasi adalah kendaraan yang digunakan untuk menunjukan makna
dari pengalaman yang diterima atau dirasakan. Pemikiran adalah dari
bicara (speech) karena makna itu sendiri tercipta kata-kata. Dengan
demikian pandangan ini yang berupaya menghubungkan pengalaman
dengan bahasa dan interaksi sosial menjadi relevan dengan disiplin ilmu
komunikasi.
Proses interpretasi merupakan hal yang sangat penting dan sentral dalam
fenomenologi. Interpretasi adalah proses aktif pemberian makna dari suatu
pengalaman. Seperti yang di sebutkan dalam buku metodologi penelitian kualitatif
yang ditekan kan oleh kaum fenomenologis adalah aspek subjektif dari prilaku
orang. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang
ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupan
sehari-hari. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti
peristiwa dan kaitan- kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu.
Salah satu tokoh fenomenologi yang menonjol adalah Alfred Schutz. Inti
pemikiran schiutz adalah bagaimana memahami tindakan social melalui
penafsiran. Schutz meletakan hakikat manusia dalam pengalaman
subjektif,
terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap terhadap dunia
kehidupan sehari-hari.37
Bagian dimana semua ilmuan hermeneutika sepakat adalah bahwa
interpretasi merupakan suatu proses yang tidak akan pernah dapat di pisahkan dari
bahasa. Bahasa hadir di antara kita dengan makna dan mengungkapkan makna
kepada kita. Bahasa bukanlah suatu yang kita gunakan hanya sebagai alat
ekspresi, tetapi sesuatu yang pada dasarnya membentuk realita bagi kita. Di sini
kita dapat melihat sesuatu kaitan penting antara hermeneutika dan fenomenologi.
1.Unsur Kesadaran
Cara seseorang memahami sebuah obyek atau peristiwa melalui
pengalaman sadar tentang obyek atau peristiwa tersebut. Setelah memahami
pengertian kesadaran, maka akan melihat berbagai situasi dimana kesadaran bisa
“terganggu”. Kesadaran dapat juga diartikan sebagai semua ide, perasaan,
pendapat dan sebagainya. Yang di miliki sesorang atau sekelompok orang ( all the
ideas, feelings, opinions, etc. held by a person or a group of people). Kesadaran
37
Ibid. Hal 49-52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
akan kepentingan atau keprihatinan bersama akan melahirkan organisasi atau
perkumpulan tertentu. sesorang yang menganut kepercayaan atau prinsip tertentu.
Seseorang yang menganut kepercayaan atau prinsip tertentu “sadar” akan
pilihannya itu.
2. Unsur Pikiran
Hasil dari percakapan, ketika sesorang berkomunikasi menggunakan caracara tertentu, untuk melihat dunia ini. Pada saat sama, sesorang harus mengakses
keseluruhan pemahaman sebagai bagian dari bahasa atau kata yang di ucapkan ,
yang tersedia bagi kehidupan sehari-hari.
3.Unsur Tindakan
Tindakan menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja di lakukan
dengan tujuan tertentu. Di dalam penelitian berbentuk rangakaian siklus kegiatan.
Penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan
mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang di teliti dan
mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian di
berikan tindakan
lanjutan
yang bersifat penyempurnaan tindakan atau
penyusaian dengan kondisi dan situasi sehingga di peroleh hasil yang lebih baik.
Teori memperkenalkan ide-ide baru dan membantu sesuatu dengan cara
yang baru. (Littlejohn,2009:23)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
2.6.2 Fenomena
Fenomena adalah rangkain peristiwa serta bentuk keadaan yang dapat di
amati dan di nilai lewat kacamata ilmiah atau lewat disiplin ilmu tertentu.
Fenomena terjadi di semua tempat yang bias di amati oleh semua.38 Fenomena
berasal dari bahas yunani phainomenom, “ apa yang terlihat”, fenomena juga
bisadiartikan :
a. Gejala, misalkan gejala alam
b. Hal – hal yang disarasakan dengan panca indra
c. Fakta, kenyataan
2.7 Teori Interaksioma Simbolik
Yang menarik dari perspektif ini adalah orang yang didefinisikan sebagai
bapak teori interaksioma simbolik, yaitu Georgeo Herbert Mead tak pernah
menggunakan term ini. Bagaimanapun, usahanya telah mempengaruhi banyak
sarjana yang menekan sebuah pemahaman sosial berdasarkan pentingnya makna
yang diproduksi dan diinterpretasikan melalui simbo-simbol dalam interaksi
sosial. Para pemikir dalam tradisi teori interaksioma simbolik dibagi menjadi dua
aliran : lowa dan Chicago.
Meski mengacu pada prinsip-prinsip dasar pemikiran interaksionisme
simbolik, kalangan pemikir lowa banyak menganut tradisi epistemology dan
metedologi post positivis. Sebaliknya aliran chixago yang banyak melakukan
pendekatan interpretip berdasarkan rintisan pemikiran mead. Karya mead yang
38
Luxy Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung :Rosdakarya, 2005.Hal 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
paling terkenal berjudul min, self, and society ( mead:1934) , menggaris bawahi
tiga konsep kritis yang dibutuhkan dalam menyusun sebuah diskusi tentang teori
interaksioma simbolik. Hal yang pertama yang harus dicatat adalah bahwa tiga
konsep ini saling mempengaruhi satu sama lain dalam term interaksionisme
simbolik. Dari itu, pikiran manusia (mind) dan interaksi sosial ( diri/self dengan
yang lain) digunakan untuk mengintepretasikan dan memeditasi masyarakat (
society ) dimana kita hidup. Makna berasal dari interaksi dan tidak dari cara yang
lain. pada saat yang sama, “pikiran” dan “diri” timbul dalam konteks sosial
masyarakat. Pengaruh timbal balik antara masyarakat, pengalaman individu, dan
interaksi menjadi bahan lagi bagi penelaahan dalam tradisi interaksioma simbolik
seperti ringkasan Holstein dan Gubrium berikut ini. :
“Teori interaksionisme simbolik simbolik berorientasi pada prinsip bahwa
orang-orang merespon makna, yang mereka bangun sejauh mereka berinteraksi
satu sama lain. setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang
tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia menjadi
instrument penting dalam produksi budaya, masyarakat, dan hubungan yang
bermakna
yang
mempengaruhi
merekah.39
Mead
dan
pengikutnya
menyempurnakan cara lahirnya makna melalui interaksi dalam sosial. Contoh
mead berbicara tentang symbol signifikan ( significant symbols) dengan makna
yang sama dalam sebuah hal-hal atas dasar makna yang dimiliki hal-hal tersebut.
39
Elvinaro Ardianto, dan Bambang Q – Anees, Filsafat ilmu komunikasi, Bandung : simbiosa
Rekatama Media, 2007:136
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Kedua, makna itu berkaitan langsung dengan interaksi sosial yang
dilakukan seseorang dengan teman-temanya. Ketiga, makna ini diciptakan,
dipertahankan, dan diubah melalui proses penafsiran yang dipergunakan oleh
orang-orang tersebut dalam berhubungan hal-hal yang dihadapi. Yang paling
dasar dari interaksionisme simbolik adalah dua karakteristik yang sangat penting.
Perilaku manusia berbeda dengan yang lain, bersifat “sosial” dan terdiri dari
“tindakan”. Karena itu, manusia secara inheren adalah organism yang aktif secara
sosial. Proses penafsiran, yakni kemampuan simbolisnya membuatnya menjadi
makhluk yang unik.40 Sejauh ini mead dan blummer telah menjadi sumber-sumber
utama bagi filsafat dasar dalam teori ini, yang melandasi interaksional komunikasi
manusia. Secara lebih khusus lagi, arah perkembangan dalam masyarakat ilmiah
komunikasi manusia yang memperlakukan komunikasi sebagai dialog adalah
adanya indikasi yang terang sekali dari pendekatan interaksional menekankan
tindakan yang bersifat proses dalam komunikasi manusia. Barangkali implikasi
yang paling penting dari perspektif interaksionisme simbolik bagi studi
komunikasi manusia adalah adanya penyempurnaan pemberian penekanan pada
penelitian metodelogi implikasi yang pertama mencakup pemahaman yang
disempurnakan tentang peran yang dijalankan oleh peneliti. Dari pada hanya
gambarkan sebagai seorang pengamat yang sifatnya berat sebelah, tidak biasa, dan
tidak tertarik atas fenomena empiris peneliti interaksional menjalankan perannya
sebagai pengamat partisipan dalam melaksanan penelitiannya. Ia melibatkan
dirinya dalam pengambilan peran agar dapat menemukan sudut pandang subjek
40
Wiryanto, Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Grasindo, 1004:241
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
penelitian. Perpektif interaksional dengan jelas merupakan sumber yang menarik
perhatian orang dalam penegertian bahwa ia berada dalam tahap perkembangan
yang kontinu. Dalam artian sebagai “ revolusi yang masih belum tuntas”, setiap
penemuan penelitian secara relative masih baru mengarahkan ke banyak arah
baru. Penelitiaan yang kontemporer mencerminkan jiwa penelitiaan yang
sesungguhnya, bahwa peneliti tidak terlalu banyak melibatkan diri dalam
pengukuhan atau verifikasi hipotesis, akan tetapi lebih banyak berusaha
menemukan bagaimana hipoteisis itu seharusnya. Pada sisi lain, penelitian
interaksionalis kurang memiliki arah atau focus dalam upaya-upayanya. Para
peneliti harus mengembangkan metodelogi baru yang diperlukan bagi panduan
interaksionisme/dialogis. Oleh karenanya para peneliti yang didorong paham
interaksionisme harus mengembangkan focus bersama tentang variabel apa yang
paling penting, konsep apa yang perlu dikembangkan atau dikaji, dan kearah mana
usaha mereka selayaknya diarahkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download