BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Pada dasarnya komunikasi sangat sulit untuk didefinisikan , komunikasi memiliki banyak makna sebagai kata yang abstrak. Banyak pakar yang menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Professor Wilbur Schram (1982) mengatakan “komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi”. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui peluang-peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara dan menghindar pada hal-hal yang mengancam alam sekitarnya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui suatu kejadian atau peristiwa. Bahkan melalui komunikasi manusia dapat mengembangkan pengetahuannya, yakni belajar dari pengalamannya, maupun melalui informasi yang diterima dari lingkungan sekitarnya.8 8 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Gafindo Persada, Jakarta, 2000; 1-3 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 2.1.1` Definisi Komunikasi Komunikasi dalam bahasa inggris “ communication “ berasal dari bahasa latin “ communication “, dan bersumber dari kata “ communis “ yang berarti sama.9 Bisa juga diartikan membuat kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar kata communis adalah communico yang artinya berbagi.10 Dalam buku pengantar komunikasi menyebutkan beberapa pengertian komunikasi menurut beberapa ahli : 1. Menurut Everett M.Rogres Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerimaan atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.11 2. D. Laurence Kincaid (1981) Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian mendalam.12 9 Onong Uchiana Effendy, Ilmu, Teori & Filsafat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000 ; 30 Ibid. Hal 18 11 Ibid. Hal 19-20 12 Ibid. Hal 22 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 3. Everett M. Rogers Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah tingkah laku mereka.13 4. Shanon dan Weaver (1949) Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja.14 Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa, jelas sekali jika komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi jika ada seseorang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Dengan kata lain, setiap proses komunikasi selalu mendukung unsur pengiriman ( komunikator ), unsur penerima ( komunikan ), dan unsur pesan ( message ) yang bertujuan untuk mengadakan persamaan dalam mengartikan pesan. Komunikasi akan terus berlangsung selama ada persamaan makna mengenai apa yang dipercakapan. Kesamaan bahasa yang digunakan belum tentu menjadi patokan berhasilnya suatu proses komunikasi dalam suatu percakapan, kesamaan dalam suatu pesan yang disampaikan harus diperhatikan oleh komunikator. Akan tetapi pengertian komunikasi dipaparkan diatas sifatnya 13 14 Ibid. Hal 22 Ibid. Hal 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 disariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antar dua pihak yang terlibat yaitu komunikator ( yang menyampaikan pesan ) dan komunikan ( yang menerima pesan). Dikatakan minimal, karena kegiatan komunikasi bukan hanya komunikatif, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu faham atau keyakinan. 2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi. 1. Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder. 2. Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasannya diterjemahkan dengan kata massage, content atau informasi (Hafied Cangara, 2008;22-24). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 3. Media, Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indra manusia seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima panca indra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud dalam buku ini, ialah media yang digolongan atas empat macam, yakni: Media antarpribadi, untuk hubungan perorang (antarpribadi) media yang tepat digunakan ialah kurir /utusan, surat, dan telpon. Media kelompok, Dalam aktivitas komunikasi yang melibatkan khlayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan adalah media kelompok, misalnya, rapat, seminar, dan konferensi. Rapat biasanya digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh suatu organisasi. Seminar adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri 150 orang. Konferensi adalah media komunikasi yang dihadiri oleh anggota dan pengurus dari organisasi tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi biasanya dalam status peninjau. Media publik, kalau khalayak lebih dari 200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan biasanya disebut media publik. Misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya. Media massa, jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Hafied Cangara, 2008;123-126). 4. Penerima, Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran. 5. Pengaruh atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan (Hafied Cangara, 2008;22-27).15 15 Hafied Cangara,2008: 22-27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 2.2 Komunikasi Verbal dan Nonverbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tertulis.16 Sedangkan Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata.17 Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari hari. 2.2.1 Komunikasi Verbal Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa juga dapat dianggap sistem kode verbal bahasa dapat didefinisikan sebagai perangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Hardjana (2003) mengemukaan bahwa komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tertulis. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.18 16 Agus M. Hardjana, Komunikasi INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL; Yogyakarta; Kanisius ; 2003 : 22 17 Roni Tabroni, Komunikasi Politik Soekarno, Bandung:PT Remaja Rosdakarya hal 263 18 Agus M. Hardjana, Komunikasi INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL; Yogyakarta; Kanisius ; 2003 : 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang menggunakan kata-kata atau dalam kata lain bahasa, bahasa ini bila digunakan dengan baik dapat mempengaruhi orang disekitarnya hanya dengan kata-kata saja. Komunikasi verbal yang menggunakan bahasa dalam penerapan di realitas membuat manusia menciptakan bagaimana memberi label atau simbolisasi pada dunia. 2.2.2 Fungsi Bahasa Bahasa adalah seperangkat kata yang disusun secara berstruktur sehingga menjadi suatu kalimat yang mengandung makna. Setiap orang mempunyai nama untuk identitas sosial dan menamakan objek-objek yang berlainan termasuk menamai perasaan tertentu yang mereka alami.19 Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki 3 fungsi, yaitu : Fungsi penamaan Penamaan atau julukan pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi Fungsi interaksi menekankan pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat menghubungkan antara orang dengan orang lain, atau antara kelompok orang dengan kelompok orang. 19 Riswandi, Ilmu Komunikasi; Yogyakarta; Graha Ilmu ; 2009: 59 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Fungsi transmisi informasi Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain melalui bahasa, karena kita menerima informasi setiap hari dari orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. 2.2.3 Keterbatasan Bahasa Kata-kata adalah kategori-kategori untuk menunjukan pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Dengan demikian kata-kata pada dasarnya berisifat parsial, tidak melukiskan secara eksak.20Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh. Kata-kata bersifat ambigu Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam. Misalnya: tubuh itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat kepada mahasiswanya yang mencontek. Kata-kata yang mengandung bias budaya Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan sub budaya yang berbeda, Tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda 20 Ibid. Hal 63-68 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika mereka menggunakan kata yang sama. Misalkan kata awak untuk orang Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu. Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita mengalami pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masalalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada Isomorfisme total. Percampuradukan fakta, penafsiran, dan penilaian. Dalam berbahasa kita sering mencampuradukan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan kekeliruan persepsi. Contoh : apa yang ada dalam fikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah?....Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 pekerjaannya adalah membaca, menulis, berbicara, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di jam-jam kerjanya.21 2.3 Komunikasi Nonverbal Komunikasi Nonverbal menurut Hardjana (2003: 26), komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam kehidupan nyata, komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan secara spontan.22 Menurut Samovar (1981 ) komunikasi nonverbal memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia, walaupun hal ini sering kali tidak kita sadari. Padahal kebanyakan ahli komunikasi akan sepakat apabila dikatakan bahwa dalam interaksi tatap muka umumnya, hanya 35 persen dari “social context” suatu pesan yang disampaikan dengan kata-kata. Maka ada yang mengatakan bahasa verbal penting, tetapi bahasa nonverbal tidak kalah pentingnya, bahkan mungkin lebih penting, dalam peristiwa komunikasi kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya, bagaimana bahasanya ( halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dan sebagainya ). Namun juga melalui perilaku nonverbalnya. Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat bukan kata-kata. 21 22 Ibid. Hal 68 Roni Tabroni, Komunikasi Politik Soekarno, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, hal 263 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Menurut Larry A.Samovar dan Richard E.Porter, komunikasi nonverbal mancakup semua rangsangan ( kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan pengguna lingkungan individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim dan penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain.23 2.3.1 Fungsi Komunikasi Nonverbal Menurut Paul Ekman menyebutkan lima fungsi nonverbal yakni sebagai berikut : 1. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan, “saya tidak sungguh- sungguh”. 2. Ilustrator. Pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan. 3. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidak sediaan berkomunikasi. 4. Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respon tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan. 23 Riswandi, Ilmu Komunikasi, Graha Ilmu, 2009 : 69 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 5. Affect Display. Pembesaran manik-mata (pupil dilation) menunjukan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya perasaan takut, terkejut, atau senang.24 2.3.2 Klasifikasi Pesan Nonverbal Klasifikasi Samovar dan Porter sejajar dengan klasifikasi John R. Wenburg dan Wiliam W. Wilmot, yakni isyarat-isyarat nonverbal perilaku (behaviorial) dan isyarat-isyarat nonverbal bersifat public seperti ukuran ruangan dan faktor-faktor situasional lainya. Meskipun tidak menggunakan pengkatagorian diatas, kita akan membahas berbagai jenis pesan nonverbal yang kita anggap penting, mulai dari pesan nonverbal yang bersifat perilaku hingga pesan nonverbal yang terdapat dalam lingkungan kita. 2.3.2.1 Sentuhan Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategorikategori tersebut adalah sebagai berikut. 1. Fungsional-profesional. Di sini sentuhan brsifat dingin dan berorientasi bisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian 2. sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan da praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat tangan 24 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hal.349 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 3. persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang saling merangkul setelah mereka lama berpisah. 4. cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orang tua dengan lembut. 5. rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan dengan kategori sebelumnya, hanya motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman.25 Seperti makna pesan verbal, pesan nonverbal, termasuk sentuhan, bukan hanya bergantung pada budaya, tetapi juga pada konteks. Jabatan tangan kepada seorang kawan lama bisa berarti “saya senang bisa berjumpa kamu lagi”; kepada orang yang baru kita kenal pertama kali, ”kita lihat nanti apakah kita cocok untuk bersahabat”; benar kata Birdwhistell bahwa tindakan, seperti kata – kata, hanya mempunyai makna sosial dalam konteks. Kita tidak dapat sekedar bertanya apa makna suatu isyarat, karena kita tidak dapat membuat generalisasi mengenai gerakan tubuh dalam semua situasi. 2.3.2.2 Parabahasa Parabahasa, atau vokalika (vokaliscs) , merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada( tinggi dan 25 rendah), intensitas (volume) suara, intonansi, kualitas vocal (kejelasan), Ibid. Hal 380 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 warna suara, dialek, suara serak, suara sengau, suara terputus-putus, suara yang bergemetar, suitan, siulan, tangis, tawa, erangan, gerutuan, gumaman, desahan, dan sebagainya. marahan, setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan fikiran kita. Suara yang terengah-engah menandakan kelemahan sedangkan ucapan yang terlalu cepat menandakan kemarahan, atau ketakutan. 2.3.2.3 Penampilan Fisik Sekitar 40.000 taun yang lalu orang-orang purba menggunakan tulang untuk dijadikan kalung dan hiasan tubuh lainnya. Bukti-bukti arkeologi menunjukan bahwa pada saat itu orang-orang sangat peduli dengan tubuh mereka mereka mengecatnya, mengikat sesuatu pdanya, dan merajahnya untuk terlihat cantik.26 Mengecat wajah lazim dilakukan dibeberapa bagian Afrika, Amerika Selatan, beberapa suku Indian Amerika dan suku Aborigin Australia, lipstick yang digunakan kaum wanita sebenarnya mempunyai sejarah panjang. Wanita-wanita zaman primitif menghiasi wajahnya dengan coreng moreng lainnya. Kini wanita modern menghiasi wajah mereka, antara lain bedak, eye shadow dan lipstik. Setiap orang mempunyai persepsi mengenai penampilan fisik seseorang baik itu busananya ( model, kualitas bahan, warna), dan juga ornamen. Seperti kaca mata, sepatu, tas, jam tangan, Kalung, gelang, cincin, anting-anting, dan sebagainya. Sering kali orang memberi makna tertentu pada karakteristik fisik orang bersangkutan. Seperti bentuk tubuh, warna kuit, model rambut dan sebagainya. Di amerika orang menghargai wanita yang tinggi dan ramping. Di jepang wanita 26 Ibid. Hal 391-392 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 yang kecil justru paling menarik. Tetapi di cina secara tradisional kecantikan wanita justru diasosiasikan dengan gaya rambut sederhana ( dengan satu atau dua kepang ) yang tidak berusaha menarik perhatian dengan selendang berwarnawarni, perhiasan atau make up. 2.3.2.4 Bau-bauan Bau-bauan, terutama yang menyenangkan ( wewangian, seperti deodorant, eau de toilette, eau de colagne, dan parfum) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang dilakukan hewan. Kebanyakan hewan menggunakan bau-bauan untuk memastikan kehadiran musuh, menandai wilayah mereka, mengidentififikasi keadaan emosional, dan menarik lawan jenis. Suku-suku primitif di pedalaman telah lama menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan wewangian. Pada zaman nabi muhamad, wanita yang ayahnya meninggal dunia, di anjurkan untuk berkabum selama tiga hari. Sebagai tanda berkabung itu, mereka tidak menggunakan wewangian selama masa itu. Namun kaum pria di anjurkan menggunakan wewangian pada saat melaksanan shalat jum‟at. Orang-orang mengoleskan parfum yang tidak beralkohol sebagai tanda persaudaraan.27 2.4 Bahasa Isyarat Isyarat dapat didefinisikan secara sederhana sebagai penggunaan tangan, lengan, dan kadang-kadang kepala untuk membuat tanda, mesikipun terdapat persamaan di pelbagai budaya, perbedaan yang substansial juga ada baik dalam Ibid. Hal 399-400 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 hal sejauh mana isyarat dipergunakan maupun dalam penafsiran yang diberikan pada penggunaan isyarat tertentu. Misalkan, gerakan kepala untuk “ya” atau “tidak” di wilayah Balkan tampak terbalik satu sama lain di mata orang Eropa lainnya. Di tahun 1979, Desmond Morris, bersama dengan beberapa rekannya di Oxford University, meneliti 20 isyarat di 40 area berbeda Eropa. Tim riset menemukan beberapa hal yang menarik. Misalnya, mereka mendapati bahwa banyak isyarat ini memiliki beberapa makna, tertgantung budayanya-mengetuk sisi kepala dapat mengindikasi hal-hal yang sama sekali berlawanan, “bodoh” atau “kecerdasan”, tergantung konteks budaya. Morris juga mendapati bahwa sebagian besar penanda isyarat ini digunakan di banyak negara28. Isyarat mencakup keseluruhan lingkup signifikasi. Menggunakan telunjuk merupakan manifestasi yang lazim dari penunjukan indeksial. Meskipun bagian tubuh manapun yang dapat digerakan untuk menunjukan arah (bibir, hidung, lidah dan seterusnya) juga dapat digunakan untuk menunjukan sumber acuan dalam jarak dekat, untuk mengindikasi arah, dan seterusnya. Isyarat ikonis biasanya digunakan untuk mempresentasikan bentuk benda. Misalnya, untuk mengacu pada benda bundar, orang-orang di seluruh dunia cenderung menggunakan kedua tangan bersama-sama menggerakannya kearah berlawanan-searah jarum jam (tangan kanan) dan berlawanan dengan jarum jam (tangan kiri). Jari juga dapat di pergunakan untuk merepresentasikan simbol (dengan menggambarkan bentuk luar simbol tersebut). Penggunaan paling lazim dari pemberi isyarat semacam ini adalah bahasa isyarat bagi kaum tunarungu. Terakhir, isyarat simbolis sering 28 Marcel Danesi, Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika Dan Teori Komunikasi, Yogyakarta : Jalasutra. 2012 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 digunakan berdasarkan kesepakatan untuk mewakili fungsi sosial atau untuk melakukan protocol interaksi seperti penyebutan, penyangkalan, dan seterusnya. Apa yang disebut “isyarat cabul” juga merupakan isyarat simbolis yang spesifik menurut budaya.29 Hasil karya McNeil memberikan gambaran yang bagus mengenai bagaimana isyarat dan bahasa saling menyiratkan satu sama lain dalam wacana normal. Seperti yang juga telah diamati Frutiger (1989 : 112), isyarat yang mengiri bahasa mengungkapkan keinginan dalam hati untuk mendukung apa yang diucapkan secara lisan: “jika kita ada dipantai, misalnya, kita hamoir tak bisa menolak dorongan untuk menggambari permukaan pasir yang mulus dengan jari kita, sebagai cara untuk mengklarifikasikan apa yang kita sedang bicarakan”. Kategori gestikulan dari umum yang dikenal dengan nama illustrator. Kategori lainnya adalah emblem, sikap menunjukan perhatian, pengatur, dan penyesuai.30 Illustrator: seperti telah dibahas, illustrator secara harfiah mengilustrasikan ucapan vokal. Contohnya adalah gerakan tangan melingkar saat membicarakan sebuah lingkaran : menggerakan tangan menjauh satu sama lain ketika membicarakan sesuatu yang besar; menggerakan kepala dan tangan ke arah atas saat berkata ayo. Emblem: Emblem secara langsung menerjemahkan kata atau frasa. Contohnya adalah tanda Oke, tanda Kemari, tanda untuk meminta turut menumpang mobil, melambai, dan isyarat cabul. 29 30 Ibid. Hal 67 Ibid. Hal 70-71 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Sikap menunjukan perhatian: sikap ini mengkomunikasikan makna emosional. Contohnya adalah gerakan tangan tipikal yang mengiringi keadaan dan ekspresi bahagia, terkejut, takut, marah, menghina, jijik, dan seterusnya. Pengatur : pengatur memantau, mempertahankan, atau mengendalikan ujaran orang lain. Misalnya gerakan tangan untuk teruslah berjalan, kurangi kecepatan, apalagi yang terjadi? Penyesuai : penyesuai digunakan untuk memenuhi sebuah kebutuhan. Misalnya menggaruk kepala saat binggung, menggosok kening saat cemas, dan seterusnya. Isyarat juga dapat digunakan untuk tujuan simbolis sakral yang mengungkapkan kekunoan dan karenanya “simbolisme mistis” yang ada pada tangan. Misalnya, dalam agama Kristen “tanda salib” adalah isyarat yang bertujuan menciptakan ulang ulang peristiwa sentral agama Kristen-penyaliban. Dalam agama Buddha, isyarat yang dikenal dengan nama Mudras, digunakan dalam upacara untuk merepresentasikan meditasi, penalaran, doktrin, perlindungan, dan permintaan, pencerahan, penyatuan. Sebaliknya, “tangan setan”, yang menunjukan telunjuk serta kelingking teracung, berada dalam wilayah takhayul, dan dibeberapa budaya melambangkan sosok bertanduk yang dimaksudkan untuk mengusir mata jahat, dan di budaya lain merupakan tanda “ suami yang istrinya selingkuh”. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 2.5 Komunitas Manusia adalah mahluk sosial yang hidup di dalam masyarakat. Manusia itu tidak bisa hidup sendiri tetapi selalu berada dalam satu lingkungan sosial yang berbeda dangan yang lainnya. Lingkungan sosial adalah suatu bagian dari suatu lingkungan hidup yang terdiri antara individu dan kelompok yang ada dalam masyarakat. Sedangkan lingkungan sosial tersebut bisa terwujud sebagai situasi sosial yang merupakan sebagian dari ruang lingkup suatu kesatuan atau kelompok sosial yang disebut dengan komunitas (community).31 Komunitas merupakan sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme dari berbagai lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumberdaya, preferensi, kebutuhan resiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti “kesamaan” kemudian dapat di turunkan dari communis yang berarti “sama”, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. Komunitas atau community ialah bagian kelompok dari masyarakat (society) dalam lingkup yang lebih kecil, serta mereka lebih terikat oleh tempat. Komunitas juga memiliki beberapa unsur : a. Adanya wilayah atau tempat b. Seperasa : unsur seperasa mereka menganggap dirinya sebagai “kami” ketibang “saya”. 31 Luxy Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung :Rosdakarya, 2005.Hal 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 c. Sepenanggungan : unsur sepenanggungan muncul karena setiap individu sadar akan peranan dalam kelompok tersebut. d. Saling memerlukan unsur saling memerlukan muncul karena setiap individu dari komunitas tidak bisa memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan individu lainnya. 2.5.1 Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuan sosiolog, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok. Kelompok primer dan sekunder Charles Horton Cooley pada tahun 190932 mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggotaanggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan komunikasinya, sebagai berikut: 1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakan dalam 32 Jalaludin Rakhmat, 1994 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. 2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal. 3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan dari pada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya. 4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspersif, sedangkan kelompok sekunder instrumental. 5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan. Thedore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keangotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administrative dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normative, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 saya miliki-kerangka rujukan untuk membingbing perilaku saya, sekaligus menunjukan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu islam, islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi persfektif). Namun islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriftip John F.Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan preskriftif. kategori deskriptif menunjukan klasifikasi kelompok dengan melihat pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok peretemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 menciptakan identitas sosial poloitik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini cukup banyak. Kelompok prespektif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, symposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer. 2.5.2 Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi Ada beberapa pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi, diantaranya: Konformitas Konformitas adalah sebuah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat dari tekanan kelompok-yangreal atau dibayangkan. Bila sejumlah orang mengatakan dan melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi seorang kelompok, aturlah rekan rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekanrekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 Fasilitasi sosial Fasilitasi (dari kata prancis facile, artinya mudah) menunjukan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energipada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertinggi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasi. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang benar; karena itu penelitipeneliti melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu. Polarisasi Polarisasi adalah kecenderungan kearah posisi yang ekstrem. Bila sebelum dikusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 2.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok Anggota-anggota kelompok bekerja samauntuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari kerja kelompok disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Jalaludin Rakhmat meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok yaitu:33 1. Faktor situasional karakteristik kelompok a. Ukuran kelompok Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara terorganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koaktif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota 33 Jalaludin Rakhmat 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:PT Remaja Rosdakarya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal, satu orang bisa memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang. Faktor lain yang mempengaruhi hubungan prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memeluk kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti menghasilkan gagasan berbagai kreatif ), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar. Dalam hubungan kepuasan, Hare dan Slater menunjukan bahwa semakin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggotaanggota kelompok. b. Jaringan komunikasi Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 c. Kohesi Kelompok Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari menyarankan bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut; ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota teratrik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal. Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota devian d. Kepemimpinan kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak kea rah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White dan Lippit. Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; laissez fire. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 Kepemimpinan yang otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pimpinan yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez fire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi pemimpin yang minimal.34 2.6 Fenomenologi dan Fenomena 2.6.1 Fenomenologi Fenomenologi berasal dari bahasa yunani yaitu phainomai yang berarti “menampak”. Phainomenom merujuk pada “yang menampak”. Menurut Husserl dengan fenomenologi kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pangalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung, seolah-olah kita mengalaminya sendiri. Fenomenologi merupakan cara yang di gunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Stanley dalam buku teori komunikasi, mengemukakan tiga prinsip dasar fenomenologi, yaitu:35 1. Pengetahuan adalah kesadaran. Pengetahuan tidak di simpulkan dari pengalaman, namun di temukan secara langsung dari pengalaman sadar. 2. Makna dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu itu pada hidup sesorang. Dengan kata lain, bagaimana anda memandang suatu objek, bergantung pada makna objek bagi anda. 34 35 Riswandi “Teori Komunikasi”; GRAHA ILMU ; JAKARTA 2008 Hal 119-127 Pawito, Ph.D, Penelitian Komunikasi Kualitatf, Yogyakarta, PT.Lkis Pelangi Aksara. Hal 56 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 3. Bahasa adalah “kendaraan makna” (vehicle meaning). Kita mendapatkan pengalaman melalui bahasa yang di gunakan untuk mendefinisikan dan menjelaskan dunia kita. Karena intepretasi yang ada akan terus berubah , bolak-balik, sepanjang hidup antara pengalaman dan makna yang diberikan kepada setiap pengalaman baru. Tradisi fenomenologi terbagi tiga bagian yakni :36 1. Fenomenologi klasik, Edmund Husserls tokoh pendiri fenomenologi modern adalah femikir fenomenologi klasik. Menurutnya orang harus displin dalam menerima pengalaman itu. Dengan kata lain, pengalaman sadar individu adalah jalan yang tepat untuk menemukan realitas. Hanya melalui perhatian sadar kebenaran dapat diketahui. 2. Fenomenologi persepsi, Menurut fenomenologi persepsi pengalaman adalah subjektif, tidak objektif sebagaimana pandangan husserls. Tokoh penting dalam tradisi ini Maurice merleau-ponty, yang pandangannya dianggap mewakili gagasan fenomenologi persepsi yang dinilai sebagai penolakan terhadap pandangan objektif namun sempit dari Husserl. Menurut Ponty , manusia adalah makhluk hidup yang memiliki kesatuan fisik dan mental yang menciptakan makna terhadap dunianya. Kita mengetahui sesuatu hanya pada hubungan pribadi dengan sesuatu itu, sebagai manusia kita depengaruhi dunia luar atau lingkungan kita, namun sebaliknya kita juga mempengaruhi dunia sekitar kita melalui bagaimana kita mengalami dunia. Dengan demikan suatu objek atau peristiwa itu ada 36 Ibid. Hal 42-48 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 dalam suatu proses yang timbal balik (give and take) yaitu hubungan dialogis dimana suatu objek atau peristiwa mempengaruhi objek atau peristiwa lainnya. 3. Fenomenologi hermenetik, Tradisi ini mirip dengan fenomenologi persepsi namun dikembangkan secara lebih luas dengan menerapkannya secara komprehensip dalam komunikasi. Tokoh dibidang ini adalah Martin Heidegger menurutnya hal yang paling penting adalah “pengalaman alami” (natural experience) yang terjadi begitu saja ketika orang hidup didunia. Bagi Heidegger , realitas terhadap sesuatu tidak dapat diketahui hanya melalui analisis yang hati-hati tetapi melalui pengalaman alami yang terbentuk melalui penggunaan bahasa dalam kehidupan setiap hari. Komunikasi adalah kendaraan yang digunakan untuk menunjukan makna dari pengalaman yang diterima atau dirasakan. Pemikiran adalah dari bicara (speech) karena makna itu sendiri tercipta kata-kata. Dengan demikian pandangan ini yang berupaya menghubungkan pengalaman dengan bahasa dan interaksi sosial menjadi relevan dengan disiplin ilmu komunikasi. Proses interpretasi merupakan hal yang sangat penting dan sentral dalam fenomenologi. Interpretasi adalah proses aktif pemberian makna dari suatu pengalaman. Seperti yang di sebutkan dalam buku metodologi penelitian kualitatif yang ditekan kan oleh kaum fenomenologis adalah aspek subjektif dari prilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan- kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Salah satu tokoh fenomenologi yang menonjol adalah Alfred Schutz. Inti pemikiran schiutz adalah bagaimana memahami tindakan social melalui penafsiran. Schutz meletakan hakikat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap terhadap dunia kehidupan sehari-hari.37 Bagian dimana semua ilmuan hermeneutika sepakat adalah bahwa interpretasi merupakan suatu proses yang tidak akan pernah dapat di pisahkan dari bahasa. Bahasa hadir di antara kita dengan makna dan mengungkapkan makna kepada kita. Bahasa bukanlah suatu yang kita gunakan hanya sebagai alat ekspresi, tetapi sesuatu yang pada dasarnya membentuk realita bagi kita. Di sini kita dapat melihat sesuatu kaitan penting antara hermeneutika dan fenomenologi. 1.Unsur Kesadaran Cara seseorang memahami sebuah obyek atau peristiwa melalui pengalaman sadar tentang obyek atau peristiwa tersebut. Setelah memahami pengertian kesadaran, maka akan melihat berbagai situasi dimana kesadaran bisa “terganggu”. Kesadaran dapat juga diartikan sebagai semua ide, perasaan, pendapat dan sebagainya. Yang di miliki sesorang atau sekelompok orang ( all the ideas, feelings, opinions, etc. held by a person or a group of people). Kesadaran 37 Ibid. Hal 49-52 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 akan kepentingan atau keprihatinan bersama akan melahirkan organisasi atau perkumpulan tertentu. sesorang yang menganut kepercayaan atau prinsip tertentu. Seseorang yang menganut kepercayaan atau prinsip tertentu “sadar” akan pilihannya itu. 2. Unsur Pikiran Hasil dari percakapan, ketika sesorang berkomunikasi menggunakan caracara tertentu, untuk melihat dunia ini. Pada saat sama, sesorang harus mengakses keseluruhan pemahaman sebagai bagian dari bahasa atau kata yang di ucapkan , yang tersedia bagi kehidupan sehari-hari. 3.Unsur Tindakan Tindakan menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja di lakukan dengan tujuan tertentu. Di dalam penelitian berbentuk rangakaian siklus kegiatan. Penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang di teliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian di berikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyusaian dengan kondisi dan situasi sehingga di peroleh hasil yang lebih baik. Teori memperkenalkan ide-ide baru dan membantu sesuatu dengan cara yang baru. (Littlejohn,2009:23) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 2.6.2 Fenomena Fenomena adalah rangkain peristiwa serta bentuk keadaan yang dapat di amati dan di nilai lewat kacamata ilmiah atau lewat disiplin ilmu tertentu. Fenomena terjadi di semua tempat yang bias di amati oleh semua.38 Fenomena berasal dari bahas yunani phainomenom, “ apa yang terlihat”, fenomena juga bisadiartikan : a. Gejala, misalkan gejala alam b. Hal – hal yang disarasakan dengan panca indra c. Fakta, kenyataan 2.7 Teori Interaksioma Simbolik Yang menarik dari perspektif ini adalah orang yang didefinisikan sebagai bapak teori interaksioma simbolik, yaitu Georgeo Herbert Mead tak pernah menggunakan term ini. Bagaimanapun, usahanya telah mempengaruhi banyak sarjana yang menekan sebuah pemahaman sosial berdasarkan pentingnya makna yang diproduksi dan diinterpretasikan melalui simbo-simbol dalam interaksi sosial. Para pemikir dalam tradisi teori interaksioma simbolik dibagi menjadi dua aliran : lowa dan Chicago. Meski mengacu pada prinsip-prinsip dasar pemikiran interaksionisme simbolik, kalangan pemikir lowa banyak menganut tradisi epistemology dan metedologi post positivis. Sebaliknya aliran chixago yang banyak melakukan pendekatan interpretip berdasarkan rintisan pemikiran mead. Karya mead yang 38 Luxy Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung :Rosdakarya, 2005.Hal 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 paling terkenal berjudul min, self, and society ( mead:1934) , menggaris bawahi tiga konsep kritis yang dibutuhkan dalam menyusun sebuah diskusi tentang teori interaksioma simbolik. Hal yang pertama yang harus dicatat adalah bahwa tiga konsep ini saling mempengaruhi satu sama lain dalam term interaksionisme simbolik. Dari itu, pikiran manusia (mind) dan interaksi sosial ( diri/self dengan yang lain) digunakan untuk mengintepretasikan dan memeditasi masyarakat ( society ) dimana kita hidup. Makna berasal dari interaksi dan tidak dari cara yang lain. pada saat yang sama, “pikiran” dan “diri” timbul dalam konteks sosial masyarakat. Pengaruh timbal balik antara masyarakat, pengalaman individu, dan interaksi menjadi bahan lagi bagi penelaahan dalam tradisi interaksioma simbolik seperti ringkasan Holstein dan Gubrium berikut ini. : “Teori interaksionisme simbolik simbolik berorientasi pada prinsip bahwa orang-orang merespon makna, yang mereka bangun sejauh mereka berinteraksi satu sama lain. setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia menjadi instrument penting dalam produksi budaya, masyarakat, dan hubungan yang bermakna yang mempengaruhi merekah.39 Mead dan pengikutnya menyempurnakan cara lahirnya makna melalui interaksi dalam sosial. Contoh mead berbicara tentang symbol signifikan ( significant symbols) dengan makna yang sama dalam sebuah hal-hal atas dasar makna yang dimiliki hal-hal tersebut. 39 Elvinaro Ardianto, dan Bambang Q – Anees, Filsafat ilmu komunikasi, Bandung : simbiosa Rekatama Media, 2007:136 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 Kedua, makna itu berkaitan langsung dengan interaksi sosial yang dilakukan seseorang dengan teman-temanya. Ketiga, makna ini diciptakan, dipertahankan, dan diubah melalui proses penafsiran yang dipergunakan oleh orang-orang tersebut dalam berhubungan hal-hal yang dihadapi. Yang paling dasar dari interaksionisme simbolik adalah dua karakteristik yang sangat penting. Perilaku manusia berbeda dengan yang lain, bersifat “sosial” dan terdiri dari “tindakan”. Karena itu, manusia secara inheren adalah organism yang aktif secara sosial. Proses penafsiran, yakni kemampuan simbolisnya membuatnya menjadi makhluk yang unik.40 Sejauh ini mead dan blummer telah menjadi sumber-sumber utama bagi filsafat dasar dalam teori ini, yang melandasi interaksional komunikasi manusia. Secara lebih khusus lagi, arah perkembangan dalam masyarakat ilmiah komunikasi manusia yang memperlakukan komunikasi sebagai dialog adalah adanya indikasi yang terang sekali dari pendekatan interaksional menekankan tindakan yang bersifat proses dalam komunikasi manusia. Barangkali implikasi yang paling penting dari perspektif interaksionisme simbolik bagi studi komunikasi manusia adalah adanya penyempurnaan pemberian penekanan pada penelitian metodelogi implikasi yang pertama mencakup pemahaman yang disempurnakan tentang peran yang dijalankan oleh peneliti. Dari pada hanya gambarkan sebagai seorang pengamat yang sifatnya berat sebelah, tidak biasa, dan tidak tertarik atas fenomena empiris peneliti interaksional menjalankan perannya sebagai pengamat partisipan dalam melaksanan penelitiannya. Ia melibatkan dirinya dalam pengambilan peran agar dapat menemukan sudut pandang subjek 40 Wiryanto, Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Grasindo, 1004:241 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 penelitian. Perpektif interaksional dengan jelas merupakan sumber yang menarik perhatian orang dalam penegertian bahwa ia berada dalam tahap perkembangan yang kontinu. Dalam artian sebagai “ revolusi yang masih belum tuntas”, setiap penemuan penelitian secara relative masih baru mengarahkan ke banyak arah baru. Penelitiaan yang kontemporer mencerminkan jiwa penelitiaan yang sesungguhnya, bahwa peneliti tidak terlalu banyak melibatkan diri dalam pengukuhan atau verifikasi hipotesis, akan tetapi lebih banyak berusaha menemukan bagaimana hipoteisis itu seharusnya. Pada sisi lain, penelitian interaksionalis kurang memiliki arah atau focus dalam upaya-upayanya. Para peneliti harus mengembangkan metodelogi baru yang diperlukan bagi panduan interaksionisme/dialogis. Oleh karenanya para peneliti yang didorong paham interaksionisme harus mengembangkan focus bersama tentang variabel apa yang paling penting, konsep apa yang perlu dikembangkan atau dikaji, dan kearah mana usaha mereka selayaknya diarahkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/