Penerapan Sistem Manajemen Proyek PUPR Akan Didorong Menjadi Regulasi Jakarta – Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Yusid Toyib menyampaikan bahwa penerapan sistem manajemen proyek pada pembangunan infrastruktur menjadi konsen Kementerian PUPR secara khusus karena hasil akhirnya dapat mewujudkan infrastruktur yang lebih berkualitas dan yang lebih efisien dalam pengelolaan. Untuk itu penerapan sistem manajemen proyek pada pembangunan infrastruktur PUPR di Indonesia akan didorong menjadi sebuah Peraturan Menteri PUPR. “Kementerian PUPR melalui Ditjen Bina Konstruksi saat ini telah menghasilkan konsep penerapan manajemen proyek dan standarisasi sistem manajemen proyek yang akan didorong menjadi sebuah Peraturan Menteri PUPR,” kata Yusid dalam Seminar ‘Penerapan Portofolio, Program dan Project Management Dalam Meningkatkan Perekonomian Nasional (Studi Kasus Pada Pengembangan Infrastruktur di Indonesia)’, di Jakarta, Rabu (27/7). Ia mengatakan, dalam konteks membangun infrastruktur, pemahaman atas rasionalisasi “what to build”, lalu “how to build” dan “who to build” menjamin bahwa pembangunan infrastruktur harus bermanfaat (benefit), memenuhi anggaran (budget), memenuhi standar kualitas (quality), selesai tepat waktu (time) dan memberi perlindungan atas keselamatan (safety) komponen yang terlibat. Menurut Yusid, masih ada kerancuan tentang penerapan manajemen proyek di Indonesia baik dalam arti metoda penyelenggaraan proyek (project delivery method) atau teori dan metodologi mengelola proyek konstruksi. Selain itu terdapat pemahaman praktek manajemen proyek yang tidak sesuai dengan praktek dari project delivery methods dan ada istilah construction management (CM) atau konsultan manajemen proyek konstruksi. Istilah konsultan manajemen konstruksi (MK) sering disamakan dengan fungsi konsultan supervisi yang ditunjuk saat setelah desain sudah ditetapkan. Padahal konsultan manajemen proyek ditunjuk sejak gagasan hingga proyek selesai. “Penerapan sistem manajemen proyek bisa menjadi metodologi untuk mengubah stigma fragmentasi menjadi tersistematisasi dalam industri konstruksi,” ucap Yusid. (dn) page 1 / 1 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)