59 - Portal Garuda

advertisement
DAKWAH dan KIAI
(Studi Analisis tentang Strategi Dakwah KH. Achmad Muzakki Syah
pada Jama’ah Pengajian Dzikir Manakib di PP. Al Qodiri Jember)
Wisri
Fakultas Dakwah IAI Ibrahimy Sukorejo Situbondo
Abstract:Da’wah can also be called the Islamic communication. In practice preaching
rather as the delivery of the teachings of Islam by a muballig. Sometimes this kind of
propaganda, more bernuansan entertainment only, so that thereafter no positive effect
on the object of propaganda. This is very different from the propaganda conducted
by KH. Ahmad Shah Muzakki the congregation recitation recitation sheikh Abdul
Qadir Jilani manakib in PP. Al - Qodiri Jember. Where propaganda he can give you
peace, accepted and practiced by the object. So that’s an interesting phenomenon the
authors to conduct research on propagation strategy KH. Muzakki Ahmad Shah at the
congregation recitation recitation sheikh Abdul Qadir Jilani manakib in PP. Al - Qodiri
Jember. To find new theories and answer anxiety researchers terhadapa theme above,
first researchers to collect data through observation, interviews and documentation of
the object associated with the research. From these data, the researchers classified in
the form of categories and units. Once these data are considered, then the researchers
analyzed the data obtained by using the theories contained in chapter II or the compound
with the object of research and then conclude.The findings, the authors obtained and
also the conclusions of this study are ; First, propaganda strategy KH. Muzakki Ahmad
Shah, the congregation recitation recitation sheikh Abdul Qadir Jilani manakib in PP.
Al - Qodiri Jember is terapiotik propaganda, using the method of bi al - Hikmah, namely
the constancy praying for Muslims around the world, fond of charity, and akhlakul
karimah, methods bil case, an tahadduts bi - ni’mah, utilizing family competence , and
forming manakib coordinator. Second, the factors supporting propaganda strategy. KH.
Muzakki Ahmad Shah is the family support, patient and forgiving personality, kabul high
power and strange events. While inhibiting factor propaganda strategy KH. Muzakki
Ahmad Shah, was a slander that he wears pellets science, assistance genie and religious
engineering
Keyword: Strategy, Da’wah , Sheikh Abdul Qadir Manakib Recitation Gilani and KH
. Muzakki Ahmad Shah .
Pendahuluan
Islam adalah agama yang berisi tentang
petunjuk-petunjuk agar manusia secara
individual menjadi manusia yang baik,
beradab, berkualitas, dan selalu berbuat baik,
sehingga mampu membangun peradaban
yang maju, suatu tatanan kehidupan yang
manusiawi dalam arti kehidupan yang
adil. Islam juga meyakinkan umat manusia
tentang kebenaran dan menyeru agar menjadi
penganutnya. Untuk mencapai keinginan
tersebut diperlukan apa yang dinamakan
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
59
‫ي‬
ِ ْ‫َولْتَ ُك ْن ِمنْ ُك ْم أُ َّم ٌة يَ ْد ُعو َن إِ ىَل خْالَ ر‬
ِ ‫َويَأْ ُم ُرو َن بِ مْالَ ْع ُر‬
‫وف َويَنْ َه ْو َن َع ِن‬
َ ‫المُْنْ َك ِر َوأُولَئ‬
‫ِحو َن‬
ُ ‫ِك ُه ُم المُْ ْفل‬
sebagai dakwah. Islam adalah agama dakwah
artinya agama yang selalu mendorong
pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan
kegiatan dakwah. Maju mundurnya umat
Islam sangat bergantung dan berkaitan erat
dengan kegiatan dakwah yang dilaukukan.1
Implikasi dari pernyataan Islam sebagai
agama dakwah menuntut umatnya agar selalu
menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini
merupakan aktivitas yang tidak pernah usai
selama kehidupan dunia masih berlangsung
dan akan terus melekat dalam situasi dan
kondisi apa pun bentuk dan coraknya.2
Dakwah Islam juga merupakan
komunikasi islami, apabila ditelusuri
sejarahnya telah lahir seumur kelahiran
manusia. Karenanya usia dakwah (dalam
arti praktek dakwah) termasuk aktivitas tua,
kalau tidak dikatakan sebagai fitrah manusia.
3
Selain itu, dakwah mengandung arti upaya
pembangunan manusia seutuhnya, lahir dan
batin, sehingga manusia akan memperoleh
kebahagiaan hidup.
Menyampaikan kebenaran ajaran-ajaran
agama Islam pada umat manusia merupakan
tanggung jawab setiap umat Islam. Tanggung
jawab bagi umat Islam dan pujian bagi yang
mau melaksanakannya dituturkan dalam ayat
al-Qur’an, yang berbunyi;
”Dan hendaklah ada diantara kamu
segolongan umat yang menyeru pada ke­
bajikan, menyuruh pada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar, merekalah
orang-orang yang beruntung.” (QS. AlyImran: 104)4
Ali Mahfuzh dalam bukunya Hidayat
al-Mursyidin, memberikan defenisi dakwah
sebagai berikut:
“Mendorong (memotivasi) ummat
manusia melaksanakan kebaikan dan
mengikuti petunjuk serta memerintah
mereka berbuat makruf dan mencegahnya
dari perbuatan mungkar agar mereka
memperoleh kebahagia­an dunia dan
akhirat”. (Syekh Ali Mahfudz, 1975: 7).
Dari definisi di atas dapat dipahami
bahwa dakwah merupakan serangkaian
upaya guna dapat mewujudkan kesejahtraan
masyarakat baik di dunia maupun di akhirat
kelak. Dakwah seharusnya dipahami sebagai
suatu aktivitas yang melibatkan proses
tahawwul wa at-taghayyur (transformasi
dan perubahan), yang berarti sangat terkait
Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:
Diponegoro, 2010), hal 63. Dalam hal ini, Ma’ruf
adalah segala perbuatan yang mendekatkan diri kita
pada Allah SWT. Sedangkan Mungkar adalah segala
perbuatan yang menjauhkan kita dari Allah SWT.
Baca Muhammad bin Muhammad Al-Husaini AlMurtadla Az-Zabidy, Ithaf as-Sadah al-Muttaqin bi
Syarhi Ihya’ ‘Ulumiddin, (Beirut: Dar al-Fikr), jilid
7, h. 3.
4
M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana,
2006), h.4.
2
Ibid. h.5.
3
Acep Aripudin, Dakwah Antar Budaya,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), cet.ke-1, h.
124.
1
60
|
Komunitas
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
dengan taghyirul ijtima’iyah (rekayasa sosial).
Sasaran utama dakwah adalah terciptanya
suatu tatanan sosial yang di dalamnya hidup
sekelompok manusia yang penuh dengan
kedamaian, keadilan, keharmonisan diantara
keragamaan yang ada, yang mencerminkan
sisi Islam sebagai rahmatan li al-‘alamin.
Dakwah sangat terkait dengan perubahan
sosial. Upaya dakwah seharusnya merupakan
suatu aktivitas yang membawa konsekuensi
perubahan sosial yang terencana, bukannya
perubahan sosial yang terjadi begitu saja.5
Secara teoritis, terdapat beberapa
pendapat
yang
menyatakan
sebabsebab terjadinya perubahan sosial dalam
masyarakat. Salah satunya berpendapat
bahwa yang mempengaruhi perubahan
sosial dalam sejarah manusia itu sebenarnya
adalah great individuals (tokoh-tokoh besar)
yang sering juga disebut hero (pahlawan).
Salah satu pengikut teori ini adalah Thomas
Carlyle. Oleh karena itu, menurut pemikirpemikir semacam Carlile perubahan sosial
terjadi karena munculnya seorang tokoh atau
pahlawan yang dapat menarik simpati pada
pengikut setianya.6
KH. Achmad Muzakki Syah pengasuh
PP. Al-Qodiri Jember, Jawa Timur, adalah
sosok kiai yang kharismatik dan memiliki gaya
tarik yang kuat dalam menarik simpati kaum
muslimin, khususnya masyarakat Jember.
Beliau merupakan tokoh besar yang dapat
mempengaruhi perubahan sosial masyarakat.
Hal itu terbukti banyaknya jama’ah yang hadir
dalam acara zikir manakib yang diadakan
Moh. Ali Aziz, Dakwah Pemberdayaan
Masyarakat, (Pustaka Pesantren: kelompok penerbit
LKiS Yogyakarta, 2005),ctk. ke-1, h. 26.
6
Ibid, h. 27.
5
setiap malam jum’at di Pondok Pesantren
Al-Qodiri Jember, Jawa Timur, mulai dari
kalangan atas, menengah, dan bawah. Jama’ah
yang hadir dalam acara tersebut tidak hanya
datang dari daerah Jember, ada juga sebagian
Jama’ah yang datang dari Banyuwangi,
Situbondo, Lumajang, dan daerah-daerah
lain, bahkan dari luar jawa, seperti Lampung,
dan Palembang. Padahal ritual acara yang
dilakukan dalam pengajian zikir manakib
tersebut tidak secanggih dan tersistem,
sebagaimana dakwah yang profesional. Pada
acara tersebut hanya diisi zikir tertentu dan
shalat hajat, yang intinya adalah membawa
jama’ah untuk bertawasul pada Syekh Abdul
Qodir Jailani, agar hajatnya dikabulkan oleh
Allah swt.
Penelitian ini menekankan pada dua hal
persoalan, yaitu :
1. Bagaimana strategi dakwah KH. Achmad
Muzakki Syah, pada jama’ah pengajian
zikir manakib syekh Abdul Qodir Jailani
di PP. Al-Qodiri Jember?
2. Apakah faktor pendukung dan
penghambat dakwah KH. Achmad
Muzakki Syah, pada jama’ah pengajian
zikir manakib syekh Abdul Qodir Jailani
di PP. al-Qodiri Jember?
Strategi mengandung arti antara lain;
sebuah rencana yang cermat mengenai
kegiatan, untuk mencapai sasaran khusus.
Sementara dalam ranah komunikasi strategi
diartikan dengan sesuatu yang patut
dikerjakan demi kelancaran komunikasi.7
Sementara kata “dakwah” secara etimologi
berarti panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk
7
1.1.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), versi
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
61
perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut
mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)
nya adalah berarti: memanggil, menyeru
atau mengajak (Da’a, Yad’u, Da’watan).
Orang yang berdakwah biasa disebut
dengan Da’i dan orang yang menerima
dakwah atau orang yang didakwahi disebut
dengan Mad’u.8 Sebagaimana dakwah secara
terminologi adalah penyiaran agama dan
pengembangannya di kalangan masyarakat,
atau seruan untuk memeluk, mempelajari,
dan mengamalkan ajaran agama. Dalam hal
ini selaras dengan definisi yang dikemukakan
Prof. Toha Yahya Oemar, menyatakan
bahwa dakwah Islam adalah upaya mengajak
umat dengan cara bijaksana kepada jalan
yang benar sesuai dengan perintah Tuhan
untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.9
Dengan demikian strategi dakwah adalah
tata cara dan usaha untuk menguasai dan
mendayagunakan segala sumber daya untuk
mencapai tujuan. Dalam arti lain, segala cara
yang ditempuh oleh para juru dakwah untuk
mengajak manusia ke-jalan Allah SWT,
dengan memanfaatkan segala sumber daya
yang dimiliki.10
Zikir adalah puji-pujian kepada Allah
yang diucapkan berulang-ulang. Manakib
adalah kisah kekeramatan para wali.11 Dalam
penelitian ini, yang peneliti maksud adalah
manakib syekh Abdul Qodir Jailani. Kiai
Ahmad Warson Munawir. Kamus AlMunawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.
406-407.
9
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu dakwah,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. ke-1,h.1.
10
Didin Shafwan, Wasid dan Mundiri, Islamisasi
di Jawa, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2000), h.
257.
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), versi
1, h. 1.
8
62
|
Komunitas
adalah sebutan bagi alim ulama.12 Dalam
konteks sosial kiai merupakan sebutan dari
hasil konstruksi sosial masyarakat mengenai
peran yang dimainkannya ditengah kehidupan
sosial masyarakat.13
Berdasarkan keinginan kuat dalam
memahami realitas pelaksanaan dakwah yang
kemudian disesuaikan dengan teori-teori yang
ada, peneliti berharap menemukan teori baru
yang sekiranya dapat membantu merumuskan
aplikasi dakwah kedepan. Memperhatikan
harapan-harapan di atas, akhirnya cara yang
dipakai guna mendapatkan data yang cocok
di sini adalah metode penelitian lapangan
atau juga disebut dengan metode kualitatif.
Metode ini di masa sekarang, merupakan
metode yang sering digunakan oleh para
peneliti, sebab metode ini sangat membantu
dalam penelitian yang berkaitan dengan sosial
kemasyarakatan. Alasan mengapa peneliti
memilih metode ini dalam penelitian yang
peneliti lakukan, karena konteks dan objek
penelitian berkaitan dengan realitas sosial
kemasyarakatan. Dengan anggapan bahwa
metode dapat membantu memahami fakta
yang sangat dicita-citakan peneliti. Dalam
literatur penelitian, metode ini dideskripsikan
secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.14
Karena itu, metode kualitatif berperan
penting dalam menyelami informasi seputar
Ibid.
Moh. Ali Aziz, Dakwah Pemberdayaan
Masyarakat, (Pustaka Pesantren: kelompok penerbit
LKiS Yogyakarta, 2005),cet.ke-1, h.123.
14
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, DanR&D, (Bandung: Alfabeta, 2011),
cet.ke-13, h. 9.
12
13
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
pelaksanaan dakwah yang sejak lama telah
dilakukan.
Proses pengumpulan data ini sangat
determian dalam penelitian. Proses ini
bertujuan untuk mengumpulkan data-data
yang relevan, akurat dan reliabel. Oleh karena
itu data yang dikumpulkan merupakan data
yang terkait dengan permasalahan yang telah
dirumuskan. Teknik pengumpulan data
yang digunakan Observasi, Interview dan
Dokumentasi.
Analisis data dalam penelitian kualitatif
berlangsung sejak penelitian dilakukan hingga
usai, sehingga analisis yang diamaksudkan
disini adalah proses menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari observasi,
wawancara, dan dokumen-dokumen penting
yang berkaitan dengan fokus penelitian
ini, yang kemudian peneliti melakukan
perampingan, sebab tidak semua data
dianggap layak.
Teknik analisis ini sesuai dengan
pandangan Bogdan dan Biklen yang telah
diutarakan oleh Lexsi J. Moleong, bahwa
analisis data kualitatif merupakan upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan, dan mimilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceriterakan kepada orang lain.15
Sedangkan langkah-langkah yang digunakan
oleh peneliti dalam menganalisis data hasil
penelitian adalah dengan menggunakan
Lexsi J. Moleong, Metodologi Penelitian
kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),
cet.ke-30, h. 248.
15
model analisis Miles dan Huberman yang
diantaranya:16 Reduksi Data, Display Data
danVerifikasi
Strategi Dakwah (Proses Penyampaian
Ajaran Islam)
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani
“Strategos”, kata ini diambil dari stratos yang
berarti militer dan ‘ag’ yang mengandung arti
memimpin. Strategi dalam konteks awalnya
diartikan sebagai generalship, yang memiliki
arti sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral
dalam membuat rencana untuk menaklukkan
musuh dan memenangkan perang.17
Istilah strategi pada umumnya dikenal
dikalangan militer karena berkaitan dengan
strategi oprasi dalam berperang. Strategi
dalam pengertian ini, berarti ilmu tentang
perencanaan dan pengerahan oprasi militer
secara besar-besaran, atau berarti pula
kemampuan yang terampil dalam menangani
dan merencanakan sesuatu.18
Pengertian lain strategi adalah konsep
atau upaya untuk mengerahkan potensi dan
sumber daya kedalam rangkain kegiatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Husein Umar menyatakan bahwa
strategi merupakan tindakan yang terus
menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh
orang lain untuk masa depan. Strategi biasa
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, DanR&D, (Bandung: Alfabeta, 2011),
cet.ke-13, h. 246.
17
Setiawan Hari Purnomo, Manajemen Strategi:
Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Fakultas
Ekonoomi Universitas Indonesia, 1996), h.8.
18
Acep Aripudin, Pengembangan Metode
Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. ke-1,
h. 115.
16
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
63
dimulai dari apa yang dapat terjadi dan
bukan dimulai dari apa yang terjadi. Jadi bisa
dikatakan strategi merupakan rancangan
atau rencana yang cukup matang dan benarbenar terperinci untuk mencapai tujuan, dan
strategi itu dibentuk sebelum ada kejadian.
Perbedaan antara strategi dan taktik
terletak pada segi oprasionalnya, strategi
mengarah pada persoalan makro, sementara
taktik persoalan mikro. Strategi adalah
pikiran matang (thoghtfull), sedangkan taktik
adalah gesit dalam bertindak (actionfull).
Strategi adalah suatu rancangan atau rencana
sebelum melaksanakan sebuah kegiatan,
sedangkan taktik adalah salah satu bentuk
rencana tersebut. Strategi dalam segala hal
digunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Tujuan tidak akan mudah
dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya
segala tindakan atau perbuatan itu tidak
terlepas dari strategi. Strategi yang disusun,
dikonsentrasikan, dan dikonsepsikan dengan
baik dapat membuahkan pelaksanaan yang
disebut strategis.
Dengan demikian strategi dakwah Islam
adalah perencanaan dan penyerahan kegiatan
dan operasi dakwah Islam yang dibuat secara
rasional untuk mencapai tujuan-tujuan Islam
yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.
Lebih lanjut Muhammad Muhdi Syamsuddin
bahwa tujuan pokok yang hendak dicapai
oleh Islam adalah restorasi dan rekonstruksi
kemanusiaan secara individu dan kolektif
untuk membawanya ke tingkat kualitas yang
tertinggi.19
Acep Aripudin, Pengembangan Metode
Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. ke-1,
h. 115..
19
64
|
Komunitas
Menurut H. Hisyam Alie, untuk mencapai
strategi yang strategis harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:20
1. Strength (kekuatan), yakni memper­
hitungkan kekuatan yang dimiliki yang
biasanya menyangkut manusia, dana,
dan beberapa piranti yang dimilikinya.
2. Weakness (kelemahan), yakni memper­
hitungkan kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya, yang menyangkut aspekaspek sebagaimana dimiliki kekuatan.
3. Opportunity (peluang), yakni seberapa
besar peluang yang mungkin tersedia di
luar, hingga peluang yang sangat kecil
sekalipun dapat diterobos.
4. Threats (ancaman), yakni memper­
hitungkan kemungkinan adanya ancaman
dari luar.
Disamping itu, dalam usaha dakwah
haruslah memperhatikan beberapa asas
dakwah, agar proses dakwah dapat mengena
sasaran dan mudah diterima oleh masyarakat
objek dakwah. Beberapa asas dakwah yang
perlu diperhatikan diantaranya;
1. Asas filosofis. Asas ini membicarakan
masalah yang erat hubungannya dengan
tujuan-tujuan yag hendak dicapai dalam
proses atau dalam aktivitas dakwah.
2. Asas kemampuan dan keahlian da’i
(achievement and profesionalis). Asas
ini menyangkut pembahasan mengenai
kemampuan dan profesional da’i sebagai
subyek dakwah.
http://aziz-firmans.blogspot.com/2011/04/
pengertian-strategi-dan-dakwah.html, diakses pada
hari: Minggu, 18 Agustus 2013.
20
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
3. Asas sosiologis. Asas ini masalah-masalah
yang berkaitan situasi dan kondisi sasaran
dakwah.
4. Asas psikologis. Asas yang membahas
masalah yang erat hubngannya dengan
kejiwaan manusia.
5. Asas efektivitas dan efisiensi. Maksud
dari asas ini adalah harus memperhatikan
keseimbangan antara biaya, waktu,
maupun tenaga yang dikeluarkan dengan
pencapaian hasilnya.
Dengan mempertimbangkan asas-asas di
atas, seorang da’i tinggal memformulasikan
dan menerapkan strategi dawah yang
sesuai dengan kondisi mad’u sebagai obyek
dakwah. Strategi yang dipersiapkan dengan
matang dan pelaksanaan program yang
akurat akan mewujudkan aktivitas dakwah
yang berorientasi jelas dimana cita-cita
dan tujuan yang diharapkan akan tercapai.
Demikian juga, untuk menjalankan sebuah
strategi diperlukan adanya unsur-unsur yang
kegunaannya adalah saling melengkapi satu
sama lain.
Unsur-unsur strategi itu antara lain;
analisis, penentuan tujuan, persiapan rencana,
implementasi (pelaksanaan), dan evaluasi.21
1. Analisis
2. Penentuan Tujuan
3. Persiapan Rencana
4. Implementasi (pelaksanaan)
5. Evaluasi.22
Oemar Hamalik, Pengembangan kurikulum
dan pembelajaran: Dasar dan Strategi Pelaksanaan
di Perguruan Tinggi, (Bandung: Tri Genda Karya,
1994), h.54.
22
Ibid. h.55.
21
Dakwah Secara etimologis kata “dakwah”
berarti panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk
perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut
mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)
nya adalah berarti: memanggil, menyeru atau
mengajak (Da’a, Yad’u, Da’watan). Orang
yang berdakwah biasa disebut dengan da’i
dan orang yang menerima dakwah atau orang
yang didakwahi disebut dengan mad’u.23
dalam pengertian tersebut dapat dijumpai
dalam ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain dalam
surat Yunus 25:
َّ‫لله‬
‫الس اَل ِم َويَ ْهدِي‬
َّ ‫َوا ُ يَ ْد ُعو إِ ىَل َدا ِر‬
‫ِيم‬
ٍ ‫اء إِ ىَل ِص َر‬
ُ ‫َم ْن يَ َش‬
ٍ ‫اط ُم ْستَق‬
“Allah menyeru (manusia) ke Darussalam
(surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus
(Islam).” (Q.S. Yunus: 25)24
Dari definisi di atas, bahwa dakwah
dipahami sebagai seruan, ajakan, dan panggilan
dalam rangka membangun masyarakat
islami berdasarkan kebenaran ajaran Islam
yang hakiki. Sebagaimana Wahidin Saputra,
memberikan tiga kesimpulan terhadap
definisi-definisi tersebut, yaitu: Pertama
dakwah menjadikan perilaku muslim dalam
menjalankan Islam sebagai agama rahmatan
lil ‘alamin yang harus didakwahkan kepada
seluruh umat, yang dalam prosesnya
melibatkan unsur; da’i (subjek), maddah
(materi), thariqah (metode), wasilah (media),
Ahmad Warson Munawir. Kamus AlMunawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.
406-407.
24
Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:
Diponegoro, 2010), h. 211.
23
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
65
dan mad’u (objek) dalam mencapai maqashid
(tujuan) dakwah yang melekat dengan tujuan
Islam yaitu mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat. Kedua dakwah juga
dapat dipahami dengan proses internalisasi,
transformasi, transmisi, dan difusi ajaran
Islam dalam kehidupan masyarakat. Ke-tiga
dakwah mengandung arti panggilan dari
Allah SWT, dan Rasulullah SAW, untuk umat
manusia agar percaya pada ajaran Islam dan
mewujudkan ajaran yang dipercayainya dalam
segala segi kehidupan.25 Secara konseptual,
dakwah diarahkan pada usaha merubah sikap
beragama dari masyarakat penerima dakwah
dan dalam pelaksanaannya dakwah dilakukan
dengan jiwa tulus serta ikhlas.
Sebagaimana
dalam
Al-Qur’an
terdapat ayat-ayat yang menggambarkan
idealisme dakwah yang bertujuan agar
manusia mengikuti jalan lurus yang telah
digariskan oleh Allah SWT, sehingga
mereka selamat dalam kehidupan dunia
dan akhirat. Hal ini juga berarti ajakan
untuk mengubah keadaan manusia
kepada yang lebih baik, secara fisik
maupun mental (min azh-zhulumat ila
an-nur), sesuai dengan yang dirumuskan
Al-Qur’an. Di antara ayat-ayat tersebut,
adalah surat Yusuf: 108,
ْ‫ق‬
‫ُل َه ِذ ِه َسبِيلِي أَ ْد ُعو إِ ىَل اللهَِّ َعلَى‬
‫بَ ِصريَ ٍة أَنَا َو َم ِن اتَّبَ َع يِن َو ُسبْ َحا َن‬
‫ني‬
َ ‫ِن المُْ ْش ِر ِك‬
َ ‫اللهَِّ َو َما أَنَا م‬
“Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku,
aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan
hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan
aku tiada termasuk orang-orang yang
musyrik”. (Q.S. Yusuf: 108)26
Sedangkan secara teknis operasional,
rumusan dakwah diarahkan kepada subjek
atau juru dakwah. Pemahaman ini dapat
diperoleh dari ayat-ayat yang menjelaskan
tentang bagaimana sikap, tindakan, atau
perilaku yang harus dimiliki oleh seorang juru
dakwah dalam menjalankan misi dakwahnya.
Pengertian dakwah yang dirumuskan AlQur’an lebih ditekankan pada aspek teknis
penyampaian dakwah itu sendiri, yakni
berupa sikap, tindakan, maupun perilaku
dalam berdakwah.
Di antara ayat-ayat Al-Qur’an
yang mengandung pengertian teknis
operasional dakwah, antara lain:
َ َ‫إِنَّا أَ ْر َسلْن‬
‫اك َشا ِه ًدا َو ُمبَ ِّش ًرا‬
‫ِيرا‬
ً ‫َونَذ‬
“Sesungguhnya kami mengutus kamu
sebagai saksi, pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan.” (Q.S. al-Fath:
8)27
Dari keterangan diatas dapat ditarik
benang merahnya, bahwa dakwah memiliki
dua hakikat, sebagai perwujudan bahwa
dakwah bermuara pada kemaslahatan umum
Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Diponegoro, 2010), h. 248.
27
Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Diponegoro, 2010), h. 511.
26
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu dakwah,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. ke-1, h. 2-3.
25
66
|
Komunitas
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
(Bandung:
(Bandung:
masyarakat, adil makmur yang diridhai Allah
SWT;
a) Amar ma’ruf yaitu, mengajak orang kepada
kebenaran, mengerjakan perintah dan
menjauhi larangan supaya memperoleh
kebahagiaan di masa sekarang maupun
masa yang akan datang
b) Islah yaitu, upaya untuk memperbaiki
keadaan orang atau masyarakat dari
keadan negatif menjadi positif. Dengan
demikian dakwah mempunyai pengertian
yang dinamis karena sasaran kualitasnya
yang terus bergerak, memperbaiki
masyarakat pada keadaan yang selalu
lebih baik.
Kajian Tentang Dakwah Pada Jama’ah
Pengajian
Komunikasi efektif adalah sesuatu yang
esensial bagi keberhasilan penyuluhan.
Sehingga kekuatan komunikasi dalam
dakwah ada dalam seni berkomunikasi yang
menampilkan sesuatu yang “live” performance
every day. Seni berkomunikasi antara
komunikator dan komunikan dikenal dengan
teori retorika. Orang yang pertama kali
mengemukakan teori ini adalah Aristoteles,
yang mengatakan bahwa; “Komunikasi dapat
dilakukan di pelbagai tempat yang berbedabeda, misalnya dalam pertemuan politik,
dalam acara-acara formal seperti pengajian,
maupun di depan pengadilan.”
Agar komunikasi sukses maka komuni­
kator perlu memperhatikan tiga kemampuan
untuk mempengaruhi komunkan, yaitu; good
sense, good moral character, dan good will.28
Kegiatan dakwah yang formal, dalam arti lain
pidato di depan publik di suatu pengajian
harus menggunakan retorika yang baik agar
dakwah yang dilakukan efektif.
Menurut Aristoteles, retorika harus
mempunyai dampak pada perubahan pada
komunikan, dan ini kembali lagi sangat
tergantung dari kemampuan sumber
komunikasi yang melakukan retorika atau
dakwah. Kata dia ada tiga jenis kemampuan
yang harus dimiliki oleh komunikator atau
seorang da’i dalam menyampaikan pesanpesan agama pada publik atau jama’ah
pengajian, yaitu; ethos, pathos, dan logos.
1. Ethos, yaitu intelligensi (cakap atau
pandai), character (mempunyai karakter
tertentu, dan good will (kemauan baik,
berfikir positif), adalah reputasi yang
dibawa oleh da’i sehingga mengesankan
bahwa dia adalah pribadi yang jujur,
mampu
mengantar
pembicaraan,
terlatih, mempunyai keahlian, dan
berpengalaman. Dan bagaimana seorang
da’i menunjukkan reputasinya itu pada
saat ia membagi pesan.
2. Pathos, yaitu berkaitan dengan emosi, jadi
bagaimana seorang komunikator/ da’i
mampu menampilkan daya tarik untuk
membangkitkan perasaan komunikan.
Kemampuan itu ditunjukkan oleh
manipulasi; Making and calming-anger,
mampu membuat komunikan merasa
sejuk dan marah. Love/ hate, mampu
membuat komunikan mencintai atau
membenci. Fear/ confidence, mampu
Alo Liliweri, Strategi Komunikasi Masyarakat,
(Yogyakarta: LkiS Group, 2010), cet. ke-1, h. 113.
28
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
67
membuat komunikan merasa takut
atau membangkitkan kepercayaan
diri. Shame/ shamelessness, mampu
membuat komunikan merasa malu atau
membangkitkan keberanian.
3. Logos, yaitu kemampuan seorang
komunikator/ da’i yang secara intelek
(cerdik atau pandai) mengatakan
sesuatu secara rasional dan argumentatif,
misalnya menyampaikan informasi
dengan dukungan data statistik,
memberikan
contoh-contoh,
atau
kesaksian-kesaksian.
Keberhasilan sebuah komunikasi dapat
dilihat dari efek setelahnya. Atsar/ efek
yang juga sering disebut fead back (umpan
balik), dari proses dakwah sering dilupakan
atau tidak banyak menjadi perhatian para
da’i. Padahal efek sangat besar artinya dalam
penentuan langkah-langkah berikutnya.
Dalam hal ini, Jalaluddin Rakhmat
mengatakan bahwa ada tiga efek yang perlu
diperhatikan komunikator atau seorang da’i,
yaitu;
1) Efek kognitif terjadi bila ada perubahan
pada apa yang diketahui, dipahamai,
atau dipersepsi khalayak. Efek ini
berkaitan dengan tranmisi pengetahuan,
keterampilan,
kepercayaan,
dan
29
informasi.
2) Efek afektif timbul bila ada perubahan
pada apa yang dirasakan, desenangi, dan
dibenci khalayak, yang meliputi segala
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. ke27, h.221.
yang berhubungan dengan emosi, sikap
serta nilai.30
3) Efek behavioral merujuk pada perilaku
yang dapat diamati, yang meliputi polapola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan
berperilaku. 31
Dalam setiap aktivitas dakwah seorang
da’i harus memperhatikan faktor-faktor
pendukung dan penghambat dakwah.
Sebab keberhasilan sebuah aktivitas
dakwah tergantung pada cara da’i dalam
memanfaatkan faktor pendukung dan
mengatasi faktor penghambat. Baik faktor
yang bersifat internal (dalam) maupun
eksternal (luar). Faktor internal adalah faktor
yang timbul dari dalam diri seorang da’i, baik
fisik maupun mental. Seperti kesehatan, rasa
aman, kemampuan, minat dan lain sebagainya.
Faktor eksternal adalah faktor yang datang
dari luar diri da’i yang berasal dari lingkungan
mereka. Lingkungan mempunyai pengaruh
yang cukup signifikan terhadap efektivitas
dakwah.
1. Faktor pendukung
Da’i sebagai komunikator sudah barang
tentu usahanya tidak hanya terbatas pada
usaha menyampaikan pesan (statement of fact)
semata-mata tetapi dia harus juga concern
terhadap kelanjutan efek komunikasinya
terhadap komunikan, apakah pesan-pesan
dakwah tersebut sudah cukup membangkitkan
rangsangan bagi komunikan tertentu sesuai
dengan apa yang diharapakan, ataukah
komunikan tetap pasif (mendengarkan
tapi tidak mau melaksanakan) atau bahkan
menolak. Kekuatan kata atau tulisan dalam
29
68
|
Komunitas
30
31
Ibid. h.229.
Ibid. h.237.
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
kaitanya dakwah persuasif, yakni kata-kata
yang dapat menjadi stimulir yang merangsang
respon psikologis mad’u terletak pada jenisjenis kekuatan sebagai berikut : Pertama,
karena keindahan bahasa seperti bait-bait syair
atau puisi. Kedua, karena jelasnya informasi.
Ke-tiga, karena intonasi yang berwibawa. Keempat, karena logikanya yang sangat kuat. Kelima, karena memberikan harapan/optimism
(Basyiran). Ke-enam, karena memberikan
peringatan yang mencekam (Nadziron). Ketujuh, karena ungkapan yang penuh ibarat.32
2. Faktor Penghambat
Seiring dengan perkembangan zaman
dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi, maka otomatis kegiatan dakwah
akan mengalami berbagai macam hambatan.
Hambatan-hambatan dakwah terdiri dari dua
unsur yaitu :
Pertama, hambatan dari dalam. Dakwah
selain mendapat tantangan dari luar juga akan
mengalami hambatan dari dalam berupa:
a. Kurangnya pelaksana dakwah yang
terampil dan profesional, karena dakwah
yang dilaksanakan masih merupakan
pekerjaan sambilan karena belum adanya
organisasi yang khusus menangani
kegiatan dakwah yang merumuskan
kegiatan-kegiatan
dakwah,
seperti
memperjelas secara gamblang sasaran
dakwah, dan merumuskan masalah
pokok umat Islam.
b. Belum disadarinya oleh umat Islam secara
keseluruhan bahwa dakwah adalah suatu
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta :
Kencana, 2006), cet.ke-2, hal.159-160.
32
umat Islam secara keseluruhan sesuai
dengan kemampuannya masing-masing.
c. Kurangnya dana untuk membiayai
kegiatan dakwah khususnya yang jauh
dari kota-kota besar dan juga kurangnya
sarana dan prasarana sebagai alat
pendukung proses kegiatan dakwah.
Kedua, hambatan dari luar. Sejak awal
diutusnya Rasulullah SAW, membawa agama
Islam sampai sekarang, kegiatan dakwah
tidak pernah luput dari berbagai tantangan
dan hambatan terutama dari luar Islam.
Ketika Rasulullah memulai dakwahnya beliau
mendapat tantangan dari orang-orang kafir
Quraisy yang menganggap Rasulullah akan
menjatuhkan serta menghilangkan agama
nenek moyang mereka yang telah berakar
dan mendarah daging pada diri mereka.
Dalam perkembangan Islam setelah wafatnya
Rasulullah yang kemudian dilanjutkan oleh
para sahabatnya juga tidak terlepas dari
berbagai tantangan dan hambatan dari kaum
kafir baik yang dilakukan secara sembunyisembunyi maupun yang dilakukan secara
terang terangan diberbagai belahan bumi
seperti Spanyol, yang berbentuk perang
salib.
Gambaran Obyek Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Pondok
Pesantren Al-Qodiri, Jalan Manggar,
Kelurahan Gebang, Kecamatan Patrang,
Kabupaten Jember. Pondok Pesantren AlQodiri Jember didirikan pada hari Kamis
(malam Jum’at) tanggal 06 Juni 1974
oleh KH. Achmad Muzakki Syah yang
sekaligus bertindak sebagai pengasuh.
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
69
KH. Achmad Muzakki Syah, lahir
di Desa Kedawung Kecamatan Patrang
Kabupaten Jember pada hari minggu
tanggal 09 Agustus 1948 dari pasangan
keluarga sakinah KH. Achmad Syaha
dengan Nyai Hj. Fatimah az-Zahra binti
KH Syażali. Sebagai anak yang bertugas
menjaga adiknya (bernama Moh. Mahsun),
Muzakki kecil secara alami telah terdidik
menjadi seorang pemimpin, paling tidak
dalam mengayomi, sabar mengalah, dan
menyayangi adiknya yang lebih kecil,
maka tidak heran bila dalam diri Muzakki
telah tertanam karakter kepemimpinan
yang kelak dapat menjadi modal dasar
untuk memimpin umat.
KH Achmad Syaha sendiri diakui
banyak orang sebagai salah seorang ulama’
yang wara’, tawadlu’, ‘allamah, dan zuhud
dizaman-Nya. Beliau pernah nyantri dan
berguru pada KH. Ali Wafa, di pondok
pesantren “Al-Wafa” Tempurejo Jember
selama 23 tahun. Kendati KH. Achmad
Syaha termasuk tokoh “wa ar-rosikhuna fi
al-‘ilmi”, namun beliau memilih mengubur
eksistensi dirinya di dalam bumi “khumul”
(ketidak terkenalan), konon semua
kebesarannya sengaja dirahasiakan demi
kemuliaan putra-putranya di masa yang
akan datang.33
Seperti diketahui bahwa semasa bujang,
kiai Muzakki sudah sering melakukan
kelana spiritual, banyak waktunya yang
dihabiskan untuk tabarukan di beberapa
pesantren, padepokan dan pesarean para
masyâyikh dan auliya’ khususnya di Jawa
Timur. Dari data yang terkumpul, terdapat
keterangan bahwa para masyâyikh, auliya’,
dan ahlil karomah (baik yang masih hidup
maupun yang sudah wafat) yang sempat
didatangi kiai Muzakki antara lain :34
a. Untuk kawasan Jember dan sekitarnya
adalah : Kiai Moh. Siddiq, Kiai Halim
Siddiq, Kiai Mahfudz Siddiq, Kiai
Abdulloh Siddiq, Kiai Ahmad Siddiq,
Kiai Dhafir Salam, Kiai Faruq Muhammad
Talangsari, Kiai Muhyiddin bin Sonhaji
Paga, Kiai Abd Aziz, Kiai Ali, Kiai Ahmad,
Kiai Muqid, Kiai Mun’im, Kiai Busthomi,
Nyai Maryam Tempurejo, Kiai Hafidz
Nogosari, Kiai Chotip Klompangan,
Mbah Nur Kemuning Pakis, Kiai Senadin
Jerreng, Kiai Umar, Kiai Syukri Sumber
Bringin, Kiai Sholeh Suger, Kiai Misrai
Ledok Ombo, Habib Sholeh al-Hamid
Tanggul, Kiai Hannan Tanggul, Kiai
Abdulloh Yaqin Melokorejo, Kiai Jauhari
Kencong, Kiai Zuhri, Kiai Tayyib dan
Kiai Sonhaji Banyu Putih.
b. Untuk kawasan Bondowoso, Situbondo
dan Banyuangi antara lain: Kiai Hosnan
Bringin, Habib Muhdhar Al-Habsy,
Habib Alwi Al- Habsy, Kiai Ronggo, Kiai
Asy’ari dan Kiai Togo, Maulana Ishaq
Pacarron, Kiai Syamsul Arifin dan Kiai
As’ad Syamsul Arifin Sukorejo, Datuk
Abd Rahman, Kiai Muhtar Syafaat
Blok Agung dan Kiai Ahmad Qusyairi
Glimor.
c. Untuk kawasan Probolinggo, Pasuruan
dan Jombang antara lain : Kiai Hasan
Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di
Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah,
(Elkaf, 2007), cet.ke-1, h.18-19.
34
Wawancara dengan KH. Achmad Muzakki
Syah, Pengasuh PP. Al-Qodiri Jember.
33
70
|
Komunitas
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
Seppo, Kiai Hasan Syaifur Rijal Genggong,
Nun Muhlas Bedaduh, Kiai Zaini Mun’im
Paiton, Kiai Mino Probolinggo, KH Abd
Hamid, Kiai Abu Ammar pasuruan, Kiai
As’ad Bendungan, Kiai Mustofa Lekok,
Kiai Abd Jalil, Kiai Holil dan Kiai Nawawi
Sidogiri, Kiai Mustain Romli Paterongan
dan Kiai Hasyim Asy’ary Jombang. Juga
sumua wali songo di Pulau Jawa.
Di tahun 1971 berawal dari pertemuannya
dengan KH. Masyhurat (seorang ulama’
fenomenal dari Madura) keinginan kiai
Muzakki untuk terus menuntut ilmu dan
menambah pengalaman baru kembali
berkobar, maka setelah mendapat restu
dan ridho dari berbagai pihak, terutama
istri dan kedua orang tuanya, kendati harus
meninggalkan istri yang baru satu tahun
dinikahinya dan putra sulungnya yang masih
berumur tujuh bulan, demi kecintaannya
kepada Allah dan demi masa depan yang
lebih gemilang, berangkatlah kiai Muzakki
mengikuti KH. Masyhurat melakukan kelana
spiritual untuk yang kesekian kalinya.
Kali ini atas saran guru-gurunya, beliau
bertolak menuju pulau yang paling agamis
dan memiliki “bujuk” paling banyak di
Indonesia, Madura namanya, konon para
ulama besar dan waliyullah yang bertebaran
malang melintang di pelbagai wilayah di
tanah air pasca wali songo adalah berasal
atau lebih tepatnya jebolan dari pulau ini.
Seperti petualangan spiritual sebelumnya,
yang dilakukan kiai Muzakki di pulau ini
adalah hanyalah sowan untuk tabarukan di
beberapa ulama’ dan pesarean para masyâyikh
dan auliya’. Beberapa nama yang sempat
dihirup barokahnya oleh kiai Muzakki di
pulau ini antara lain: Syaikhana Kholil bin
Abdul Latif Bangkalan, Bujuk Maulana,
Bujuk Muhammad, Bujuk Bagandan Sido
Bulangan Pakong, Bujuk Candana Kuanyar
Bangkalan, Bujuk Katandur, Bujuk Lattong,
Bujuk Tompeng, Bujuk Kasambi Sumenep,
Kiai Abu Syamsuddin Batu Ampar, Kiai Abd
Majid Bata-bata, Kiai Baidhowi, Kiai Abd
Hamid, Kiai Bakir Banyu Anyar, Kiai Ilyas
Guluk-guluk, Kiai Abdul Alam Prajjan, ulama’ulama’ Kembang Kuning dan Panyeppen
Pamekasan, Kiai Jazuli Tattangoh, Bujuk
Rabah Sampang, Bujuk Tongket Pamekasan,
Kiai Imam, Kiai Ahmad Dahlan Karay, Agung
Usman Lenteng Barat, Sayyid Yusuf Talangoh
dan Bindarah Saot Sumenep.
Setelah malang melintang menelusuri
berbagai lorong kampung ilmu dan menyerap
berbagai barokah dari para pendekar hikmah
di hamparan dan sudut-sudut bumi Madura,
puncaknya sampailah kiai Muzakki pada
salah seorang maha guru dibidang spiritual
dan hikmah, yang tak lain adalah guru dari
Abahnya sendiri, yakni Sulthan Abdur
Rahman Rijal al-Ghaib cucu bindara Saut yang
menghilang sejak bayi. Diakui sendiri oleh kiai
Muzakki bahwa tempaan dari Sulthan Abdur
Rahman yang kelak paling banyak mewarnai
peta nurani, struktur kognisi dan langgam
spiritual dirinya, bahkan dibawah asuhan
beliau, kiai Muzakki untuk pertama kalinya
mendapatkan banyak pengalaman batin dan
syahadah spiritual yang dahsyat, yang tak ada
kata representatif untuk menggambarkannya,
maka boleh dikatakan selain orang tuanya
sendiri dan tanpa bermaksud mengecilkan
peran guru gurunya yang lain Sulthan Abdur
Rahman yang paling berpengaruh, berjasa
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
71
dan signifikan mengantarkan dirinya pada
makam dan eksistensinya seperti sekarang
ini.35
Ali bin Abi Thalib karrama Al-lahu
wajhah menyebutkan “Pemuda yang handal
adalah mereka yang berani mengatakan ini
lah aku, bukan yang mengatakan aku anak
fulan cucu si fulan”. Karena itu kepada anak
cucunya, para santrinya dan para jamaahnya,
kiai Muzakki sering memberikan tausiah
bahwa;
“Kemuliaan seseorang itu bukan karena
nasabnya, tetapi karena jerih payah
usahanya sendiri”, maka jangan andalkan
nasab dan silsilah tapi andalkanlah dirinya
sendiri. Namun demikian, bagaimanapun
silsilah tetap memiliki makna penting
bukan pada pengertiannya yang menunjuk
pada “aku anak siapa”, melainkan pada
esensi dari “aku” yang memancarkan sebuah
peran dan manfaat dalam kehidupan nyata,
maka istilah “buah itu tidak akan jatuh jauh
dari pohonnya” harus dipahami sebagai
motivasi yang dapat memacu dirinya untuk
berprestasi lebih baik dari nenek moyang
mereka sebelumnya.”36
Penelitian silsilah kiai Muzakki disini
dimaksudkan untuk melihat bagaimana para
luluhurnya memberikan nuansa lingkungan
pada beliau sejak dalam kandungan, masa
kanak kanak, masa remaja hingga pada masa
dewasa, termasuk juga untuk melihat berbagai
i’tibar positif yang dapat diteladani oleh
generasi berikutnya. Sekali lagi penelitian
silsilah kiai muzakki ini hanya dimaksudkan
untuk melihat dimensi-dimensi seperti di
Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di
Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah,
(Elkaf, 2007), cet.ke-1, h.19-21.
36
Wawancara dengan KH. Achmad Muzakki
Syah.
35
72
|
Komunitas
atas, bahwa kemudian dalam penelusuran
silsilah kiai Muzakki ditemukan memiliki
titik ordinat dengan masyâyikh dan habâib
yang terus bersambung pada Rasulullah SAW,
sesungguhnya hanyalah sebuah kebetulan
belaka, yang pasti kiai Muzakki terbukti
nyata memiliki talenta spiritual yang dapat
dijadikan acuan oleh banyak orang untuk
berkaca diri.
Dari berbagai data yang ada, ditemukan
bahwa kiai Muzakki mempunyai silsilah yang
bersambung hingga kepada Rasulullah SAW,
rinciannya adalah sebagai berikut: Achmad
Muzakki Syah adalah putra dari Juma’ati (Hj.
Fatinmah az-Zahra) binti KH. Syażali, bin
KH. Moh. Arief bin K. Durrin bin K. Moh.
Toyyib bin K. Abd Latief bin KH Asy’ary bin
KH. Moh Adzro’i bin KH. Yusuf bin Sayyid
Abd Rahman (Mbah Sambu) bin Sayyid Moh
Hasyim, bin Sayyid Abd Rahman Basyaiban
bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Umar bin
Sayyid Muhammad bin Sayyid Ahmad bin
Sayyid Abu Bakar Basyaiban bin Sayyid
Muhammad Asadullah bin Sayyid Hasan
At-Turabi bin Sayyid Ali bin Sayyid
Muhammad
al-Faqih
al-Muqaddam
bin Sayyid Ali bin Sayyid Muhammad
shahibul marbat bin Sayyid Ali qoli qasam
bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad
bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah
bin Sayyid Ahmad al-Muhajir bin Sayyid
Isa an-Naqib bin Sayyid Muhammad anNaqib bin Sayyid Ali al-Uraidi bin Sayyid
Ja’far Shodiq bin Sayyid Muhammad al
baqir bin Sayyid Zainal Abidin bin Husien
asy-Syahid putra Sayyidah Fatimah az-
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
Zahra al-Batul binti baginda nabi besar
Muhammad SAW.37
Seperti disinggung sebelumnya, bahwa
sejak kiai Muzakki masih dalam kandungan,
KH. Syaha telah meng-istiqamah-kan amalan
manakib Syekh Abdul Qodir Jailani RA, setiap
setelah shalat subuh. Maka sejarah amalan
manakib Syekh Abdul Qodir Jailani RA, yang
diamalkan oleh kiai Muzakki sesungguhnya
berasal dari Abahnya sendiri, yakni KH
Achmad Syaha.
Pada zikirmanakib kiai Muzakki ucapan
seperti di atas tidak pernah digunakan,
sebab bagi kiai Muzakki, Syekh Abdul Qodir
Jailani RA, hanyalah sebuah wasilah bukan
pemegang otoritas pengabul doa, yang punya
kewenangan mengabulkan doa hanyalah
Allah SWT, karena itu memohon atau berdoa
harus kepada Allah semata, bukan kepada
selain-Nya. Maka sebagai hasil syamratul
fikr beliau sekaligus merupakan karakteristik
yang membedakan zikir beliau dengan yang
lain adalah pada ucapan “bi al-barakah wa
al-karamah syeh Abdul Qodir waliyullah bi
syafaat Nabi Muhammad bi idznillah wa ridha
Al-lah, ya Allah 3x.. innaka ‘ala kulli syaiin
qadir.. taqdi hajatina…al-fatihah. Perbedaan
dua ucapan di atas walaupun terkesan
sederhana dan sangat teknis, tetapi sungguh
mempunyai implikasi yang luar biasa dalam
tataran keimanan dan aqidah seseorang.
Zikir manakib syekh Abdul Qodir Jailani
yang dikembangkan kiai Muzakki bukanlah
tarekat, melainkan lebih berbentuk amalan
zikir atau majelis zikir. Menurut pengakuan
Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di
Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah,
(Elkaf, 2007), cet.ke-1, h.11-14.
37
KH. Achmad Muzakki Syah, kendati dirinya
sangat respek terhadap semua tarekat yang
ada di tanah air tetapi dirinya tidak mengikuti
tarekat-tarekat itu, Beliau mengaku hanya
mengikuti tarekat Rasululloh, “La tariqoh
illa bi thoriqah Muhammad Rasulillah
SAW”. Tarekat Rasulullah dalam pandangan
kiai Muzakki adalah segala sesuatu yang
dicontohkan baginda Rasulillah SAW,
baik menyangkut akhlak, keyakinan, cara
beribadah, maupun menyangkut karakteristik,
sifat-sifat dan prinsip hidup yang diterapkan
beliau dalam kehidupan sehari hari.
Dalam pandangan Kiai Muzakki, terdapat
beberapa persyaratan yang harus diperhatikan
sebelum seseorang mengamalkan zikir
manakib Syekh Abdul Qodir Jailani, antara
lain: Pertama harus dilandasi niat yang ikhlas
lillah, billah, lirrosul, birrasul, semata-mata
untuk beribadah dan mencari rido Allah.
Kedua, dalam berdoa tidak dibenarkan
meminta kepada syekh Abdul Qodir Jailani,
melainkan meminta langsung kepada Allah
SWT semata. Ketiga sebelum menyampaikan
permohonan kepada Allah, sebaiknya
diawali dengan bertaubat atas dosa-dosanya
kemudian mohon dikuatkan imannya,
lalu berdoa kepada Allah dengan khusyu’
dan penuh keyakinan bahwa Allah kuasa
mengabulkan semua doa yang disampaikan.
Keempat, dalam melakukan wirid di atas
harus dalam keadaan suci, menghadap kiblat
dan dilakukan secara istiqomah dengan etos
tak kenal menyerah.38
Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di
Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah,
(Elkaf, 2007), cet.ke-1, h.31-34. Wawancara dengan
KH. Taufiqur Rahman, putra pertama kiai Achmad
Muzakk Syah.
38
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
73
Strategi Dakwah KH. Achmad Muzakki
Syah
Kiai Achmad Muzakki Syah menyadari,
karena dalam kehidupan yang kian global,
lembaga dan praktisi dakwah akan dihadapkan
pada tantangan dan problematika umat yang
kian kompleks, maka tuntutan kreativitas,
pembenahan diri, pengembangan metode dan
pemilihan pola dakwah yang akurat menjadi
suatu yang niscaya dan merupakan kebutuhan
yang tidak dapat ditunda. Pola dakwah yang
dimaksud disini adalah model, konsrtuk, style,
steriotype, atau gaya yang dikembangkan oleh
juru dakwah untuk memberikan karakteristik
atau ciri khas tersendiri yang berbeda satu
sama lainnya. Karena itu pola dakwah
yang dikembangkan para da’i beragam dan
tergantung pada konstruk dan gaya yang
dipilih sesuai dengan karakteristik masingmasing. Kiai Achmad Muzakki syah tidak
mengambil segmentasi tertentu secara persial
melainkan bersifat universal dan rahmatan lil
alamin, inilah keunikan pola dakwah beliau.
Dalam hal ini Ach. Hefni Zain, dan Moch.
Holili, dalam bukunya Mutiara di Tengah
Samudra, menyebutkan:
“Totalitas kemanusiaan terletak pada hati,
sehingga wajar upaya dakwah yang beliau
utamakan adalah memperbaiki hati dan diri.
Hal itu terlihat dari keistiqamahan beliau
mengajak umat untuk rutin malakukan
zikir manakib di PP. Al-Qodiri Jember.
Sebagai perantara untuk memperbaiki diri,
menuju Allah SWT. Melalui zikir manakib
ini beliau mengajak jama’ah, masyarakat
menuju Allah, memenuhi kebutuhan
praktis manusia, dan menyelesaikan
problematika mereka, karena itu siapa
pun dan di manapun yang membutuhkan
kesembuhan dan penyelesaian atas semua
74
|
Komunitas
persoalannya boleh masuk dalam bahtra
dakwah terapiotik beliau. Menurut cerita
KH. Achmad Muzakki Syah, karena awalnya
yang datang adalah mayoritas kaum ibu,
maka beliau mengajak mereka untuk
shalat, zikir, dan melakukan doa bersama
di mushalla agar usaha para suaminya
dapat berjalan dengan sukses, yang maling,
semoga hasil, yang judi semoga menang,
dan yang melacur semoga tambah laris.
Ternyata sejak doa bersama di mushalla
bersama kiai Muzakki, usaha atau pekerjaan
mereka dan suami mereka berkembang
dengan pesat. Tak hayal mereka pun
setelah itu (kali ini kaum prianya juga
ikut) berbondong-bondong mendatangi
mushalla kiai Muzakki untuk kembali
melakukan doa besama. Pada momentum
kedua ini kiai Muzakki mulai memasukkan
misi dakwahnya, bahwa sesunguhnya Allah
maha kuasa menentukan segalanya, karena
itu bila ingin sukses dalam hidup, tidak ada
jalan lain kecuali terus merapat kepadaNya dengan cara gemar mendirikan shalat
dan banyak berzikir.39
Menurut pengamatan peneliti selama
penelitian, sosok kiai Muzakki adalah juru
dakwah yang tidak hanya pandai berbicara di
depan publik, tapi beliau juga termasuk orang
yang selalu membuktikan dan menampakkan
apa yang telah dikatakan memang benar dan
harus diamalkan. Sebagaimana ust. Drs. Moh.
Rifa’i Ikhsan, menjelaskan;
“Mendoakan umat Islam sedunia
merupakan kebiasaan kiai Muzakki sejak
kecil hingga saat ini. Bagi beliau aktivitas
semacam itu merupakan kewajiban
yang tidak dapat ditinggal setiap setelah
shalat maktubah, setiap selesai pengajian,
dan majlis-majlis lainnya, hampir tidak
Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di
Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah,
(Elkaf, 2007), cet.ke-1, h.31-34.
39
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
pernah absen doa beliau untuk umat Islam
diseluruh dunia. Dalam setiap momen
zikir manakib, beliau mewajibkan dirinya
dan jama’ah yang hadir untuk membaca
surat al-Fatihah sebanyak 33 kali, guna
disedekahkan pada seluruh umat Islam di
seluruh dunia.
Sebagaimana yang selalu kiai Muzakki
tekankan kepada para jama’ahnya, pada waktu
membaca zikir manakib;
“Mari kita semua belajar menjadi
dermawan, sebab salah satu indikator
muttaqin itu adalah dermawan baik dalam
kondisi lapang maupun sempit. Karena
itu mari kita dengan ikhlas membaca
surah al-Fatihah sebanyak 33 kali untuk
disedekahkan, pertama kepada seluruh
umat Islam diseluruh dunia, semoga
mereka selalu ditinggikan derajatnya
oleh Allah sebagaimana yang disabdakan
oleh Rasulullah, “Al-Islam ya’lu wala yu’la
‘alaih”, dan diampuni segala dosanya.
Kedua, kita hadiahkan kepada negara
kesatuan republik indonesia (NKRI) dari
sabang sampai Merauke, mudah-mudahan
tetap utuh bersatu dan diselamatkan oleh
Allah dari malapetaka seperti banjir, tanah
longsor, gempa bumi, ombak tsunami,
penyakit tha’un, kebakaran dan cekcok
perang saudara. Ketiga, kita hadiahkan
kepada seluruh ulama dan umara’ Indonesia
mulai jajaran yang paling atas sampai yang
paling baawah, yang tidak benar semoga
mendapat hidayah dari Allah sehingga
menjadi baik dan benar semua. Ulama yang
baik semoga dipersatukan oleh Allah SWT,
untuk beersama-sama membangun agama,
bangsa dan negara menuju bangsa yang
makmur sejahtera, baldatun thayyibatun
wa rabbun ghafur. Keempat, kita hadiahkan
kepada seluruh santri, jama’ah, alumni,
khususnya yang ikut zikir manakib,
semoga selalu dilindungi, diayomi, dan
dibantu oleh Allah, semoga dikuatkan
iman, Islam, dan istiqamahnya, semua
yang punya hajat semoga dikabulkan leh
Allah, semua yang kaku dan panas hatinya
semoga dilembutkan dan didinginkan,
yang bingung supaya ditentramkan, yang
punya hutang supaya cepat lunas, yang
sakit semoga cepat sembuh, semua yang
punya masalah semoga cepat dicabut oleh
Allah SWT, Amin.”
Disamping itu kiai Muzakki adalah orang
yang gemar bersedekah, sebagaimana beliau
mengatakan;
“Kedermawanan merupakan faktor utama
yang dapat mempercepat seseorang
wushul ilallah, karena itu karakteristik dari
waliyyullah salah satunya adalah dermawan
(al-sakha’), yakni yang mengutamakan
orang lain lebih dari dirinya sendiri
walaupun dirinya sendiri dalam kesulitan.40
Sejauh pengamatan peneliti PP. AlQodiri, kiai Muzakki adalah seorang yang
mengedepankan akhlakul karimah daripada
ilmu yang dimiliki. Sebagaimana Kepribadian
kiai Muzakki tidak jauh beda dengan
abahnya, beliau mewarisi sifat-sifat abahnya
dalam hal kesabaran, keistiqamahan, pemaaf,
penyayang kepada siapa pun, dan tutur kata
serta budi pekerti yang baik. Sebagaimana
dalam kesehariannya beliau adalah sosok
yang tegas, bertatakrama, dan lemah lembut.
Siapa pun yang datang, beliau sambut
dengan penuh kegembiraan. Disamping itu
kiai Muzakki adalah orang yang memiliki
semangat dan cita-cita yang kuat untuk
menyediakan fasilitas yang memadai untuk
Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di
Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah,
(Elkaf, 2007), cet.ke-1, h. 87. Dan Wawancara
kepada Ust. Rifa’i, salah satu guru PP. Al-Qodiri,
dan skretaris KH. Achmad Muzakki Syah.
40
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
75
para santri, tamu, dan jama’ah yang hadir di
PP. Al-Qodiri Jember.
Salah satu upaya kiai Muzakki dalam
mengembangkan jama’ah manakib adalah
membentuk zikir manakib cabang yang
dipimpin oleh orang-orang yang memang
beliau tunjuk. Jama’ah manakib untuk
sekarang pada malam jum’at legi mencapai
250.000 orang lebih, ini menurut alat suting
yang dibawa mantan Menkes (ibu Siti
Fadhilah Supari). Dengan berbagai macam
kompetensi yang dimiliki oleh kiai Muzakki
menarik simpati berbagai kalangan untuk
mengikuti pengajian zikir manakib yang
beliau pimpin di PP. Al-Qodiri, Jember pada
setiap malam jum’at. Mulai dari kalangan kiai
sampai santri, pejabat sampai rakyat, dan
berbagai macam manusia yang memiliki latar
belakang yang berbeda-beda. Sehingga beliau
dapat membentuk jama’ah zikir manakib
cabang, yang dipimpin oleh orang-orang yang
beliau tunjuk ataupun yang sudah mendapat
izin dari beliau.
Kordinator atau imam manakib yang
telah memiliki ribuan jama’ah ini sangat
membantu dan mendukung keberhasilan
dakwah kiai Muzakki melalui zikir manakib.
Karena tentunya kordinator-kordinator zikir
manakib sangat mempengaruhi jama’ahnya
untuk menghadiri pengajian zikir manakib
yang dipimpin oleh kiai Muzakki di PP. AlQodiri Jember.
Kendati belum terdapat kartu anggota dan
data base resmi mengenai jumlah jama’ah zikir
manakib dibawah pimipinan kiai Muzakki
yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia
dan luar negri. Namun yang sempat tercatat
di dokumen ust. Drs. Moh. Rifa’i Ikhsan
76
|
Komunitas
(sekretaris kiai Muzakki), sebagaimana
beliau memberikan catatan yang ada di dalam
bukunya Ach. Hefni Zain, dan Moch. Holili,
Mutiara di Tengah Samudra, menunjukkan
bahwa para murid dan pengikut kiai Muzakki
yang menjadi imam atau kordinator zikir
manakib dengan ribuan jama’ahnya, antara
lain sebagai berikut;
Jabotabek dan sekitarnya di bawah
pimpinan kiai Junaidi al-Baghdadi, kiai
Miswan, dan kiai Sofwan. Di Jogjakarta
di bawah imam kiai Sja’i, Cirebon dan
Majalengka di bawah imam KH. Supriadi,
Lampung di bawah imam KH. Maulana
Syahada’, Kalimantan di bawah imam KH.
Ahsan Saifur Rijal, Sulawesi di bawah imam
KH. Sulaiman Dawud, Maluku di bawah imam
Kh. Alimin, Irian Jaya di bawah imam kiai
Bashori Idris, Jawa Timur di bawah pimpinan
KH. Ir. Sartono, M. Pd., Jawa Tengah di
bawah Imam KH. Abd Aziz, Jawa Barat di
bawah imam KH. Ali Mukmin, Bali di bawah
imam KH. Romli, KH. Hamzah Hosnan,
dan Ust. Puryono, Malaysia di bawah imam
Tuan Datuk Athoillah, Brunai Darussalam di
bawah Imam Abd Rahman Bafaqih.
Australia di bawah imam Ust. Dr. Sujarwo,
Mesir di bawah imam Ust. Cholid Ichsan Lc,
Arab Saudi di bawah imam KH. Rosyid dan
Syekh Maksum, Madura di bawah imam KH.
Ibnu Ali Zain, Malang di bawah Imam KH.
Khairul Anwar, Pasuruan di bawah imam
kiai Suripto, Lumajang di bawah imam KH.
Jauhari dan KH. Baihaqi, Banyuwangi di
bawah imam KH. Suhaini Efendi Dan kiai
Sulthon Sulaiman, Situbondo di bawah imam
kiai Nur Afandi, Bondowoso di bawah imam
KH. Zainal Abidin dan KH. sunaryo, Blitar
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
di bawah imam KH. Ali Mukmin, Kediri di
bawah imam KH. Ali Mukmin, Trenggalek
di bawah imam KH. Ali Mukmin, Jember di
bawah imam KH. Ainul Yaqin, KH. Nurul
Yaqin, KH. Fathur Rahman, kiai Ma’ruf, dll. 41
Faktor Pendukung Dakwah KH. Achmad
Muzakki Syah
Faktor dalam atau intern yang
mendukung kegiatan dakwah kiai Muzakki
adalah daya kabul yang tinggi. Ketekunan
dan kesungguhan kiai Muzakki dalam dunia
sepritual mengantarkan beliau kepada posisi
seperti sekarang dan dipandang banyak
orang. Hal itu terbukti do’a-do’a yang beliau
panjatkan dikabulkan Allah SWT. Oleh karena
itu tidak sedikit tamu yang berbondongbondong mendatangi rumah beliau. Setiap
orang yang datang kepada beliau memiliki
latar belakang yang berbeda, mayoritas
mereka datang karena faktor ekonomi, dililit
hutang, karena penyakit, dan ada juga yang
memang ingin taubat dan mendapatkan
ketenangan jiwa. Sehingga banyak tamu yang
datang mengharap barakah do’a beliau agar
penyakit yang diderita disembuhkan oleh
Allah SWT. Sebagaimana seorang laki-laki
yang mengantarkan saudaranya kepada beliau,
karena penyakit tumor yang ada di matanya.
Sebab menurut dokter tidak ada jalan lain
kecuali melakukan oprasi, sementara untuk
oprasi penderita tumor itu tidak berani,
sehingga hal ini yang mendorong untuk
datang kepada kia Muzakki.
Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di
Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah,
(Elkaf, 2007), cet.ke-1, h. 87. Wawancara kepada
Ust. Rifa’i, salah satu guru PP. Al-Qodiri, dan
skretaris KH. Achmad Muzakki Syah.
41
KH. Achmad Muzakki Syah memang
sosok kiai yang kharismatik, berkepribadian
yang luhur, dan memiliki daya kabul yang
tinggi. Sebagaimana banyak peristiwaperistiwa aneh atau di luar kemampuan
akal manusia yang terjadi di dalam diri kiai
Muzakki dan yang dialami orang lain. Pada
waktu peneliti menghadiri acara pengajian
zikir manakib beliau menceritakan bahwa
terjadi peristiwa aneh di madura, dimana
peristiwa ini dialami oleh salah satu jama’ah
beliau. Dalam pengajian tersebut kiai Muzakki
hadir padahal posisi kiai sedang mengayomi
santri di PP. Al-Qodiri, bahkan jama’ah yang
mengalami peristiwa ini membawakan bukti
surban yang dibawa kiai tersebut, dan ternyata
persis dengan surban yang sering dipakai kiai
Muzakki ketika mengisi pengajian. Begitu
juga yang disampaikian H. Jamah, salah
seorang warga setempat;
“Kejadian aneh pernah dialami oleh orang
Malaisia yang terkena penyakit setruk dan
sedang dirawat di rumah sakit, sementara
orang ini tidak kenal dan belum pernah
melihat sosok kiai Muzakki. Di tempat di
mana ia dirawat, orang asal Malaisia ini
pun tidur, di dalam tidurnya ia bermimpi
bertemu seorang laki yang memakai gamis
dan surban putih, dan orang yang ada
dimimpinya itu memegang anggota yang
terkena setruk, seketka itu ia terbangun dari
tidurnya. Dan anehnya tubuh yang asalnya
tidak dapat digerakkan sekarang sudah
bisa digerakkan. Sepontan ia bahagia dan
bingung memikirkan orang yang datang
di mimpinya. Kemudian setelah ia kenal
kiai Muzakki dari temannya di indonesia
ia pun menjadi jama’ah manakib Syekh
Abdul Qodir Jailani.”42
Wawancara kepada H. Jamah, salah satu warga
Kelurahan Gebang.
42
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
77
Peristiwa-peristiwa seperti di atas
merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan kiai Muzakki menjadi orang
yang dicintai dan dimuliakan umat. Bahkan
Presiden SBY, sebelum menjadi presiden
diwanti-wanti kiai Muzakki bahwa ini yang
akan memimpin masyarakat Indonesia,
disebuah pertemuan di Jakarta. Sehingga
tidak heran jika masa pemilu tiba beliau
banyak didatangi caleg-caleg. Dan semua
caleg yang datang kepada beliau diterima
semua karena kiai Muzakki merupakan kiai
yang anti dengan politik, sehingga siapa pun
yang datang tidak segan kepada beliau.
Dengan demikian, daya kabul yang tinggi
dan peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi,
beliau manfaatkan untuk menarik simpati para
jama’ah agar istiqamah menghadiri pengajian
zikir manakib. Hal itu terbukti ketika beliau
meyampaikan mau’izah hasanah ditengahtengah prosesi pembacaan zikir manakib
beliau menceritakan kejadian-kejadian
aneh tersebut dan kesuksesan para jama’ah
manakib. Pada biasanya jama’ah yang hajatnya
sudah dikabulkan oleh Allah SWT, mengirim
surat kepada beliau dan surat tersebut beliau
bacakan di depan para jama’ah manakib.43
Dalam mengembangkan dakwah Islam
melalui zikir manakib, dukungan keluarga
(anak dan istri) tidak bisa dipandang sebelah
mata. Dimana dukungan eksternal ini sangat
berperan dalam dunia dakwah kiai Muzakki.
Orang terdekat yang sangat mendukung
perjuangan beliau adalah istrinya, Nyai Hj.
Siti Halimah. Eksistensi dan posisi Nyai Hj.
Wawancara kepada Ust. Rifa’i Ikhsan, salah
satu guru PP. Al-Qodiri, dan skretaris KH. Achmad
Muzakki Syah.
43
78
|
Komunitas
Siti Halimah bagi kiai Muzakki bukan saja
sebagai istri tempat beliau berkeluh kesah,
berbagi rasa suka dan duka, atau sosok yang
selalu menghiburnya dikala kepenatan mulai
datang, tetapi lebih dari itu, dia berperan
sebagai stabilizer bagi letupan-letupan emosi
kemanusiaannya, dia ibarat stavolt yang
mengatur tinggi rendahnya tegangan pada
listrik. Sebaliknya bagi Nyai Hj. Siti Halimah,
kecintaan dirinya kepada kiai Muzakki tidak
sekedar kecintaan istri kepada suaminya,
tapi juga kecintaan murid kepada gurunya.44
Sebagaimana kiai Muzakki menyampaikan;
Keberadaan Nyai bukan saja berperan
besar dalam pembentukan warna dan corak
kepribadiannya, tetapi juga merupakan
faktor fundamental yang mengantarkan
saya pada posisi saat ini. Sejak bersama
Nyai mulai tahun 1986, dakwah saya
melalui zikir manakib ini mengalami
perkembangan yang luar biasa.”
Keluarga kiai muzakki adalah sebuah
keluarga yang sangat tunduk dan patuh
terhadap kepemimpinan beliau, mencintai,
dan mendukung apa yang beliau perjuangkan
terutama pengajian zikir manakib yang
beliau laksanakan setiap malam jum’at. Hal
itu terbukti dalam berbagai pengajian yang
diisi oleh anak, menantu, dan istri beliau
tidak terlepas dari membaca zikir manakib
bersama jama’ah yang dikembangkan oleh
kiai Muzakki.
Begitu
kordinator
membantu
dakwahnya.
juga dengan terbentuknya
dan imam manakib sangat
beliau dalam merealisasikan
Memang tak bisa dipungkiri
Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di
Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah,
(Elkaf, 2007), cet.ke-1, h. 73.
44
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
peran kordinator dan imam manakib ini
sangat
mempengaruhi
perkembangan
jama’ah zikir manakib di PP. Al-Qodiri
Jember. Sebagaimana KH. Saifuddin Umar
mengatakan;
“Bagi para jama’ah yang sudah aktif
dianjurkan oleh beliau untuk membuka
rutinan-rutinan istighatsah zikir manakib
syekh Abdul Qodir Jailani. Bahkan
ada santri beliau yang dikirim ke-suatu
daerah untuk mengembangkan zikir
manakib, sehingga zikir manakib cabang
ini membantu dalam perkembangan zikir
manakib di pondok ini. Karena pasti
jama’ah zikir manakib cabang tertarik
untuk menghadiri pengajian zikir manakib
yang dipimpin oleh kiai Muzakki sendiri.”45
Faktor Penghambat Dakwah
Achmad Muzakki Syah
KH.
Di tahun 1984, ketika kiai Muzakki dan
pesantren Al-Qodiri menapaki perkembangan
prestasinya yang sepektakuler, dimana santri
yang mondok terus mengalami peningkatan
mencolok dan jama’ah yang ikut pengajian
zikir manakib kian menjamur dan brtebaran
diberbagai propinsi, rombongan tamu-tamu
yang datang ke Al-Qodiri baik dari dalam
maupun luar kota untuk mengambil berkah
terus mengalir silih berganti, juga undangan
pengajian untuk berceramah dari berbagai
daerah mulai padat, sehingga memicu
munculnya apa yang kiai Muzakki sebut alfitnah al-kubra, yakni gencarnya berbagai isu
dan propaganda dari pihak-pihak tertentu di
masyarakat yang menyebutkan bahwa prestasi
yang dicapai oleh kiai Muzakki adalah karena
menggunakan bantuan jin, ilmu pelet, dan
rekayasa agama, dan sampai sekarang isu-isu
seperti ini juga masih terdengar di sebagian
masyarakat.
Upaya pihak-pihak tersebut melakukan
negative campaign atau character assasination
terhadap kiai Muzakki tidak berhenti sampai
disitu, tidak jarang diberbagai panggung
dan podium beliau juga disindir, dibidas
dan difitnah mulai dari yang halus sampai
yang paling kasar, bahkan ditahun 1985 ada
salah seorang kiai di Jember yang sesumbar
mengajak taruhan, kalau Al-Qodiri dan kiai
Muzakki bisa bertahan sampai tiga tahun,
dirinya bersedia dipotong lidahnya. Karena
memang sebagian besar elemen masyarakat
masih bertipe agraris tradisional, dimana
budaya lisan atau rasan-rasan (membicarakan
aib orang lain) menempati posisi dominan
dalam pola hidup kesehariannya, maka tidak
sedikit dari masyarakat yang termakan oleh
propaganda tersebut.46 Menurut KH. Umar
Saifudin, menantu kiai Muzakki, bahwa;
“Berkembangnya isu-isu tersebut di
kalangan masyarakat disebabkan oleh dua
faktor, yaitu; Pertama adalah faktor iri atau
tidak senang dari orang-orang yang merasa
tersaingi oleh beliau, terhadap prestasi yang
diraih oleh kiai Muzakki atas dakwahnya
melalui zikir manakib dan perkembangan
PP. Al-Qodiri. Kedua adalah faktor tidak
tahu terhadap apa yang dilakukan oleh
kiai Muzakki bersama jama’ahnya. Hal ini
banyak terjadi pada kalangan orang awam
yang gampang termakan oleh propaganda
tersebut. Terkadang mereka tidak mau
tahu dengan apa yang terjadi sebenarnya.
Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di
Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah,
(Elkaf, 2007), cet.ke-1, h. 63.
46
Wawancara KH. Saifuddin Umar menantu
KH. Achmad Muzakki Syah.
45
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
79
Temuan Penelitian
Dari paparan data di atas secara
keseluruhan, aktivitas dakwah yang menjadi
asas transenden untuk menyokong kehidupan
agama dan memperbaiki masyarakat
memerlukan langkah dan strategi agar
pelaksanaannya berhasil dan efektif.
Sebagaimana dakwah yang dilakukan
oleh KH. Muzakki Syah pada jama’ah
pengajian zikir manakib syekh Abdul Qodir
Jailani di PP. Al-Qodiri Jember. Dalam hal
ini peneliti menemukan, sebuah strategi
atau langkah-langkah yang beliau gunakan
ketika berdakwah, yaitu: pembenahan hati,
menggunakan metode bil hikmah, dengan
istiqamah mendoakan umat Islam sedunia,
gemar bersedekah, dan akhlakul karimah,
tidak berhenti membangun, metode tahadduts
bi an-ni’mah, dan membentuk imam manakib
cabang.
Sementara faktor pendukung dakwah KH.
Achmad Muzakki Syah adalah terbentuknya
imam manakib cabang, dukungan keluarga,
dan daya kabul yang tinggi. Demikian
sebaliknya, setiap perjuangan apalagi
kegiatan dakwah tentunya ada rintangan
dan hambatan, dari paparan di atas peneliti
menyimpulkan bahwa faktor penghambat
dakwah beliau adalah munculnya fitnah dari
oknum yang tidak senang dengan beliau.
Lebih jelasnya lihat tebel konsep temuan
penelitian di bawah ini, sebagai berikut;
Tabel (1)
Temuan konsep penelitian
NO
1.
2.
3.
80
DATA
a. Pembenahan hati/ pemantapan
keyakinan
b. Metode bil hikmah yaitu; Istiqamah
mendoakan umat islam, Gemar
bersedekah, dan Akhlakul karimah.
c. Metode bil hal yaitu; menyediakan
fasilitas yang memadai
a. Metode tahadduts bi an-ni’mah
b. Memanfaatkan kompetensi anak dan
istri
a. Membentuk kordinator dan imam
manakib cabang
b. Dukungan keluarga
c. Daya kabul yang tinggi dan peristiwaperistiwa aneh
a. Kepribadian
Gelombang fitnah
|
Komunitas
TEMUAN KONSEP
Strategi dakwah KH. Achmad
Muzakki Syah.
Faktor pendukung KH. Achmad
Muzakki Syah dalam menerapkan
strategi dakwah
Faktor penghambat KH. Achmad
Muzakki Syah dalam menerapkan
strategi dakwah
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
Kesimpulan
Dari pembahasan penelitian yang telah
peneliti paparkan, simpulan yang bisa peneliti
tulis dalam karya ilmiah ini, sebagai berikut:
1. Strategi dakwah KH. Achmad
Muzakki Syah, pada jama’ah
pengajian zikir manakib syekh
Abdul Qodir Jailani di PP. Al-Qodiri
Jember, yaitu; dakwah terapiotik
(pembenahan hati dan pemantapan
keyakinan), menggunakan metode bi
al-hikmah, yang diaplikasikan beliau
dengan akhlakul karimah, istiqamah
mendoakan umat Islam sedunia, dan
gemar bersedekah. Metode bil hal
Daftar Pustaka
Al-Husaini
Al-Murtadla
Az-Zabidy,
Muhammad bin Muhammad, Ithaf
as-Sadah al-Muttaqin bi Syarhi Ihya’
‘Ulumiddin, Beirut: Dar al-Fikr.
yaitu, menyediakan fasilitas yang
memadai. Metode tahadduts bi anni’mah, memanfaatkan kompetensi
anak dan istri, dan membentuk
kordinator manakib.
2. Faktor pendukung strategi dakwah
KH. Achmad Muzakki Syah adalah
kepribadian yang sabar dan pemaaf,
dukungan keluarga, daya kabul yang
tinggi, dan peristiwa-peristiwa aneh.
Sementara faktor penghambat strategi
dakwah KH. Achmad Muzakki Syah,
adalah munculnya isu-isu atau fitnah
bahwa beliau memakai ilmu pellet,
bantuan jin, dan melakukan rekayasa
agama.
Munawir, Ahmad Warson. 1997, Kamus
Al-Munawwir, Surabaya: Pustaka
Progressif.
Munir, M. 2006, Metode Dakwah, Jakarta:
Kencana.
Ali Aziz, Moh. 2005, Dakwah Pemberdayaan
Masyarakat.
Pustaka
Pesantren
kelompok penerbit LKIS Yogyakarta.
Rakhmat, Jalaluddin. 2011, Psikologi
Komunikasi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Aripudin, Acep. 2012, Dakwah Antar Budaya,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Saputra, Wahidin, M.A. 2011, Pengantar Ilmu
dakwah, Jakarta: Rajawali Pers.
Depag RI. 2010, Al-Qur’an Terjemah,
Diponegoro Bandung.
Shafwan, Didin, Wasid dan Mundiri. 2000,
Islamisasi di Jawa, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hari Purnomo, Setiawan. 1996, Manajemen
Strategi: Sebuah Konsep Pengantar,
Jakarta: Fakultas Ekonoomi Universitas
Indonesia.
Liliweri, Alo. 2010, Strategi Komunikasi
Masyarakat, Yogyakarta: LkiS Group.
Tuntunan Dzikir untuk jamaah dzikir manaqib
Syekh Abdul Qodir Jailani, 2000.
Yusuf, Yunan, Dakwah bil Hal, Jarnal Kajian
dakwah dan Kemayarakatan, Vol.3.No.
2.2001.
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
81
Download