DAKWAH dan KIAI (Studi Analisis tentang Strategi Dakwah KH. Achmad Muzakki Syah pada Jama’ah Pengajian Dzikir Manakib di PP. Al Qodiri Jember) Wisri Fakultas Dakwah IAI Ibrahimy Sukorejo Situbondo Abstract:Da’wah can also be called the Islamic communication. In practice preaching rather as the delivery of the teachings of Islam by a muballig. Sometimes this kind of propaganda, more bernuansan entertainment only, so that thereafter no positive effect on the object of propaganda. This is very different from the propaganda conducted by KH. Ahmad Shah Muzakki the congregation recitation recitation sheikh Abdul Qadir Jilani manakib in PP. Al - Qodiri Jember. Where propaganda he can give you peace, accepted and practiced by the object. So that’s an interesting phenomenon the authors to conduct research on propagation strategy KH. Muzakki Ahmad Shah at the congregation recitation recitation sheikh Abdul Qadir Jilani manakib in PP. Al - Qodiri Jember. To find new theories and answer anxiety researchers terhadapa theme above, first researchers to collect data through observation, interviews and documentation of the object associated with the research. From these data, the researchers classified in the form of categories and units. Once these data are considered, then the researchers analyzed the data obtained by using the theories contained in chapter II or the compound with the object of research and then conclude.The findings, the authors obtained and also the conclusions of this study are ; First, propaganda strategy KH. Muzakki Ahmad Shah, the congregation recitation recitation sheikh Abdul Qadir Jilani manakib in PP. Al - Qodiri Jember is terapiotik propaganda, using the method of bi al - Hikmah, namely the constancy praying for Muslims around the world, fond of charity, and akhlakul karimah, methods bil case, an tahadduts bi - ni’mah, utilizing family competence , and forming manakib coordinator. Second, the factors supporting propaganda strategy. KH. Muzakki Ahmad Shah is the family support, patient and forgiving personality, kabul high power and strange events. While inhibiting factor propaganda strategy KH. Muzakki Ahmad Shah, was a slander that he wears pellets science, assistance genie and religious engineering Keyword: Strategy, Da’wah , Sheikh Abdul Qadir Manakib Recitation Gilani and KH . Muzakki Ahmad Shah . Pendahuluan Islam adalah agama yang berisi tentang petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab, berkualitas, dan selalu berbuat baik, sehingga mampu membangun peradaban yang maju, suatu tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil. Islam juga meyakinkan umat manusia tentang kebenaran dan menyeru agar menjadi penganutnya. Untuk mencapai keinginan tersebut diperlukan apa yang dinamakan Volume 6, Nomor 2, Desember 2014 | 59 ي ِ َْولْتَ ُك ْن ِمنْ ُك ْم أُ َّم ٌة يَ ْد ُعو َن إِ ىَل خْالَ ر ِ َويَأْ ُم ُرو َن بِ مْالَ ْع ُر وف َويَنْ َه ْو َن َع ِن َ المُْنْ َك ِر َوأُولَئ ِحو َن ُ ِك ُه ُم المُْ ْفل sebagai dakwah. Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maju mundurnya umat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilaukukan.1 Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut umatnya agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apa pun bentuk dan coraknya.2 Dakwah Islam juga merupakan komunikasi islami, apabila ditelusuri sejarahnya telah lahir seumur kelahiran manusia. Karenanya usia dakwah (dalam arti praktek dakwah) termasuk aktivitas tua, kalau tidak dikatakan sebagai fitrah manusia. 3 Selain itu, dakwah mengandung arti upaya pembangunan manusia seutuhnya, lahir dan batin, sehingga manusia akan memperoleh kebahagiaan hidup. Menyampaikan kebenaran ajaran-ajaran agama Islam pada umat manusia merupakan tanggung jawab setiap umat Islam. Tanggung jawab bagi umat Islam dan pujian bagi yang mau melaksanakannya dituturkan dalam ayat al-Qur’an, yang berbunyi; ”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru pada ke­ bajikan, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. AlyImran: 104)4 Ali Mahfuzh dalam bukunya Hidayat al-Mursyidin, memberikan defenisi dakwah sebagai berikut: “Mendorong (memotivasi) ummat manusia melaksanakan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah mereka berbuat makruf dan mencegahnya dari perbuatan mungkar agar mereka memperoleh kebahagia­an dunia dan akhirat”. (Syekh Ali Mahfudz, 1975: 7). Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa dakwah merupakan serangkaian upaya guna dapat mewujudkan kesejahtraan masyarakat baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dakwah seharusnya dipahami sebagai suatu aktivitas yang melibatkan proses tahawwul wa at-taghayyur (transformasi dan perubahan), yang berarti sangat terkait Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2010), hal 63. Dalam hal ini, Ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan diri kita pada Allah SWT. Sedangkan Mungkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari Allah SWT. Baca Muhammad bin Muhammad Al-Husaini AlMurtadla Az-Zabidy, Ithaf as-Sadah al-Muttaqin bi Syarhi Ihya’ ‘Ulumiddin, (Beirut: Dar al-Fikr), jilid 7, h. 3. 4 M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006), h.4. 2 Ibid. h.5. 3 Acep Aripudin, Dakwah Antar Budaya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), cet.ke-1, h. 124. 1 60 | Komunitas Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam dengan taghyirul ijtima’iyah (rekayasa sosial). Sasaran utama dakwah adalah terciptanya suatu tatanan sosial yang di dalamnya hidup sekelompok manusia yang penuh dengan kedamaian, keadilan, keharmonisan diantara keragamaan yang ada, yang mencerminkan sisi Islam sebagai rahmatan li al-‘alamin. Dakwah sangat terkait dengan perubahan sosial. Upaya dakwah seharusnya merupakan suatu aktivitas yang membawa konsekuensi perubahan sosial yang terencana, bukannya perubahan sosial yang terjadi begitu saja.5 Secara teoritis, terdapat beberapa pendapat yang menyatakan sebabsebab terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Salah satunya berpendapat bahwa yang mempengaruhi perubahan sosial dalam sejarah manusia itu sebenarnya adalah great individuals (tokoh-tokoh besar) yang sering juga disebut hero (pahlawan). Salah satu pengikut teori ini adalah Thomas Carlyle. Oleh karena itu, menurut pemikirpemikir semacam Carlile perubahan sosial terjadi karena munculnya seorang tokoh atau pahlawan yang dapat menarik simpati pada pengikut setianya.6 KH. Achmad Muzakki Syah pengasuh PP. Al-Qodiri Jember, Jawa Timur, adalah sosok kiai yang kharismatik dan memiliki gaya tarik yang kuat dalam menarik simpati kaum muslimin, khususnya masyarakat Jember. Beliau merupakan tokoh besar yang dapat mempengaruhi perubahan sosial masyarakat. Hal itu terbukti banyaknya jama’ah yang hadir dalam acara zikir manakib yang diadakan Moh. Ali Aziz, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, (Pustaka Pesantren: kelompok penerbit LKiS Yogyakarta, 2005),ctk. ke-1, h. 26. 6 Ibid, h. 27. 5 setiap malam jum’at di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember, Jawa Timur, mulai dari kalangan atas, menengah, dan bawah. Jama’ah yang hadir dalam acara tersebut tidak hanya datang dari daerah Jember, ada juga sebagian Jama’ah yang datang dari Banyuwangi, Situbondo, Lumajang, dan daerah-daerah lain, bahkan dari luar jawa, seperti Lampung, dan Palembang. Padahal ritual acara yang dilakukan dalam pengajian zikir manakib tersebut tidak secanggih dan tersistem, sebagaimana dakwah yang profesional. Pada acara tersebut hanya diisi zikir tertentu dan shalat hajat, yang intinya adalah membawa jama’ah untuk bertawasul pada Syekh Abdul Qodir Jailani, agar hajatnya dikabulkan oleh Allah swt. Penelitian ini menekankan pada dua hal persoalan, yaitu : 1. Bagaimana strategi dakwah KH. Achmad Muzakki Syah, pada jama’ah pengajian zikir manakib syekh Abdul Qodir Jailani di PP. Al-Qodiri Jember? 2. Apakah faktor pendukung dan penghambat dakwah KH. Achmad Muzakki Syah, pada jama’ah pengajian zikir manakib syekh Abdul Qodir Jailani di PP. al-Qodiri Jember? Strategi mengandung arti antara lain; sebuah rencana yang cermat mengenai kegiatan, untuk mencapai sasaran khusus. Sementara dalam ranah komunikasi strategi diartikan dengan sesuatu yang patut dikerjakan demi kelancaran komunikasi.7 Sementara kata “dakwah” secara etimologi berarti panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk 7 1.1. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), versi Volume 6, Nomor 2, Desember 2014 | 61 perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il) nya adalah berarti: memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a, Yad’u, Da’watan). Orang yang berdakwah biasa disebut dengan Da’i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan Mad’u.8 Sebagaimana dakwah secara terminologi adalah penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat, atau seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama. Dalam hal ini selaras dengan definisi yang dikemukakan Prof. Toha Yahya Oemar, menyatakan bahwa dakwah Islam adalah upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.9 Dengan demikian strategi dakwah adalah tata cara dan usaha untuk menguasai dan mendayagunakan segala sumber daya untuk mencapai tujuan. Dalam arti lain, segala cara yang ditempuh oleh para juru dakwah untuk mengajak manusia ke-jalan Allah SWT, dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki.10 Zikir adalah puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang. Manakib adalah kisah kekeramatan para wali.11 Dalam penelitian ini, yang peneliti maksud adalah manakib syekh Abdul Qodir Jailani. Kiai Ahmad Warson Munawir. Kamus AlMunawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 406-407. 9 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. ke-1,h.1. 10 Didin Shafwan, Wasid dan Mundiri, Islamisasi di Jawa, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2000), h. 257. 11 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), versi 1, h. 1. 8 62 | Komunitas adalah sebutan bagi alim ulama.12 Dalam konteks sosial kiai merupakan sebutan dari hasil konstruksi sosial masyarakat mengenai peran yang dimainkannya ditengah kehidupan sosial masyarakat.13 Berdasarkan keinginan kuat dalam memahami realitas pelaksanaan dakwah yang kemudian disesuaikan dengan teori-teori yang ada, peneliti berharap menemukan teori baru yang sekiranya dapat membantu merumuskan aplikasi dakwah kedepan. Memperhatikan harapan-harapan di atas, akhirnya cara yang dipakai guna mendapatkan data yang cocok di sini adalah metode penelitian lapangan atau juga disebut dengan metode kualitatif. Metode ini di masa sekarang, merupakan metode yang sering digunakan oleh para peneliti, sebab metode ini sangat membantu dalam penelitian yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan. Alasan mengapa peneliti memilih metode ini dalam penelitian yang peneliti lakukan, karena konteks dan objek penelitian berkaitan dengan realitas sosial kemasyarakatan. Dengan anggapan bahwa metode dapat membantu memahami fakta yang sangat dicita-citakan peneliti. Dalam literatur penelitian, metode ini dideskripsikan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi.14 Karena itu, metode kualitatif berperan penting dalam menyelami informasi seputar Ibid. Moh. Ali Aziz, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, (Pustaka Pesantren: kelompok penerbit LKiS Yogyakarta, 2005),cet.ke-1, h.123. 14 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, DanR&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), cet.ke-13, h. 9. 12 13 Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam pelaksanaan dakwah yang sejak lama telah dilakukan. Proses pengumpulan data ini sangat determian dalam penelitian. Proses ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang relevan, akurat dan reliabel. Oleh karena itu data yang dikumpulkan merupakan data yang terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan. Teknik pengumpulan data yang digunakan Observasi, Interview dan Dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung sejak penelitian dilakukan hingga usai, sehingga analisis yang diamaksudkan disini adalah proses menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan fokus penelitian ini, yang kemudian peneliti melakukan perampingan, sebab tidak semua data dianggap layak. Teknik analisis ini sesuai dengan pandangan Bogdan dan Biklen yang telah diutarakan oleh Lexsi J. Moleong, bahwa analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan, dan mimilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.15 Sedangkan langkah-langkah yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis data hasil penelitian adalah dengan menggunakan Lexsi J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet.ke-30, h. 248. 15 model analisis Miles dan Huberman yang diantaranya:16 Reduksi Data, Display Data danVerifikasi Strategi Dakwah (Proses Penyampaian Ajaran Islam) Kata strategi berasal dari bahasa Yunani “Strategos”, kata ini diambil dari stratos yang berarti militer dan ‘ag’ yang mengandung arti memimpin. Strategi dalam konteks awalnya diartikan sebagai generalship, yang memiliki arti sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang.17 Istilah strategi pada umumnya dikenal dikalangan militer karena berkaitan dengan strategi oprasi dalam berperang. Strategi dalam pengertian ini, berarti ilmu tentang perencanaan dan pengerahan oprasi militer secara besar-besaran, atau berarti pula kemampuan yang terampil dalam menangani dan merencanakan sesuatu.18 Pengertian lain strategi adalah konsep atau upaya untuk mengerahkan potensi dan sumber daya kedalam rangkain kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Husein Umar menyatakan bahwa strategi merupakan tindakan yang terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh orang lain untuk masa depan. Strategi biasa Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, DanR&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), cet.ke-13, h. 246. 17 Setiawan Hari Purnomo, Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Fakultas Ekonoomi Universitas Indonesia, 1996), h.8. 18 Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. ke-1, h. 115. 16 Volume 6, Nomor 2, Desember 2014 | 63 dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Jadi bisa dikatakan strategi merupakan rancangan atau rencana yang cukup matang dan benarbenar terperinci untuk mencapai tujuan, dan strategi itu dibentuk sebelum ada kejadian. Perbedaan antara strategi dan taktik terletak pada segi oprasionalnya, strategi mengarah pada persoalan makro, sementara taktik persoalan mikro. Strategi adalah pikiran matang (thoghtfull), sedangkan taktik adalah gesit dalam bertindak (actionfull). Strategi adalah suatu rancangan atau rencana sebelum melaksanakan sebuah kegiatan, sedangkan taktik adalah salah satu bentuk rencana tersebut. Strategi dalam segala hal digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi. Strategi yang disusun, dikonsentrasikan, dan dikonsepsikan dengan baik dapat membuahkan pelaksanaan yang disebut strategis. Dengan demikian strategi dakwah Islam adalah perencanaan dan penyerahan kegiatan dan operasi dakwah Islam yang dibuat secara rasional untuk mencapai tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan. Lebih lanjut Muhammad Muhdi Syamsuddin bahwa tujuan pokok yang hendak dicapai oleh Islam adalah restorasi dan rekonstruksi kemanusiaan secara individu dan kolektif untuk membawanya ke tingkat kualitas yang tertinggi.19 Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. ke-1, h. 115.. 19 64 | Komunitas Menurut H. Hisyam Alie, untuk mencapai strategi yang strategis harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:20 1. Strength (kekuatan), yakni memper­ hitungkan kekuatan yang dimiliki yang biasanya menyangkut manusia, dana, dan beberapa piranti yang dimilikinya. 2. Weakness (kelemahan), yakni memper­ hitungkan kelemahan-kelemahan yang dimilikinya, yang menyangkut aspekaspek sebagaimana dimiliki kekuatan. 3. Opportunity (peluang), yakni seberapa besar peluang yang mungkin tersedia di luar, hingga peluang yang sangat kecil sekalipun dapat diterobos. 4. Threats (ancaman), yakni memper­ hitungkan kemungkinan adanya ancaman dari luar. Disamping itu, dalam usaha dakwah haruslah memperhatikan beberapa asas dakwah, agar proses dakwah dapat mengena sasaran dan mudah diterima oleh masyarakat objek dakwah. Beberapa asas dakwah yang perlu diperhatikan diantaranya; 1. Asas filosofis. Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yag hendak dicapai dalam proses atau dalam aktivitas dakwah. 2. Asas kemampuan dan keahlian da’i (achievement and profesionalis). Asas ini menyangkut pembahasan mengenai kemampuan dan profesional da’i sebagai subyek dakwah. http://aziz-firmans.blogspot.com/2011/04/ pengertian-strategi-dan-dakwah.html, diakses pada hari: Minggu, 18 Agustus 2013. 20 Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 3. Asas sosiologis. Asas ini masalah-masalah yang berkaitan situasi dan kondisi sasaran dakwah. 4. Asas psikologis. Asas yang membahas masalah yang erat hubngannya dengan kejiwaan manusia. 5. Asas efektivitas dan efisiensi. Maksud dari asas ini adalah harus memperhatikan keseimbangan antara biaya, waktu, maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya. Dengan mempertimbangkan asas-asas di atas, seorang da’i tinggal memformulasikan dan menerapkan strategi dawah yang sesuai dengan kondisi mad’u sebagai obyek dakwah. Strategi yang dipersiapkan dengan matang dan pelaksanaan program yang akurat akan mewujudkan aktivitas dakwah yang berorientasi jelas dimana cita-cita dan tujuan yang diharapkan akan tercapai. Demikian juga, untuk menjalankan sebuah strategi diperlukan adanya unsur-unsur yang kegunaannya adalah saling melengkapi satu sama lain. Unsur-unsur strategi itu antara lain; analisis, penentuan tujuan, persiapan rencana, implementasi (pelaksanaan), dan evaluasi.21 1. Analisis 2. Penentuan Tujuan 3. Persiapan Rencana 4. Implementasi (pelaksanaan) 5. Evaluasi.22 Oemar Hamalik, Pengembangan kurikulum dan pembelajaran: Dasar dan Strategi Pelaksanaan di Perguruan Tinggi, (Bandung: Tri Genda Karya, 1994), h.54. 22 Ibid. h.55. 21 Dakwah Secara etimologis kata “dakwah” berarti panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il) nya adalah berarti: memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a, Yad’u, Da’watan). Orang yang berdakwah biasa disebut dengan da’i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan mad’u.23 dalam pengertian tersebut dapat dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain dalam surat Yunus 25: َّلله الس اَل ِم َويَ ْهدِي َّ َوا ُ يَ ْد ُعو إِ ىَل َدا ِر ِيم ٍ اء إِ ىَل ِص َر ُ َم ْن يَ َش ٍ اط ُم ْستَق “Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).” (Q.S. Yunus: 25)24 Dari definisi di atas, bahwa dakwah dipahami sebagai seruan, ajakan, dan panggilan dalam rangka membangun masyarakat islami berdasarkan kebenaran ajaran Islam yang hakiki. Sebagaimana Wahidin Saputra, memberikan tiga kesimpulan terhadap definisi-definisi tersebut, yaitu: Pertama dakwah menjadikan perilaku muslim dalam menjalankan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin yang harus didakwahkan kepada seluruh umat, yang dalam prosesnya melibatkan unsur; da’i (subjek), maddah (materi), thariqah (metode), wasilah (media), Ahmad Warson Munawir. Kamus AlMunawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 406-407. 24 Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2010), h. 211. 23 Volume 6, Nomor 2, Desember 2014 | 65 dan mad’u (objek) dalam mencapai maqashid (tujuan) dakwah yang melekat dengan tujuan Islam yaitu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kedua dakwah juga dapat dipahami dengan proses internalisasi, transformasi, transmisi, dan difusi ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat. Ke-tiga dakwah mengandung arti panggilan dari Allah SWT, dan Rasulullah SAW, untuk umat manusia agar percaya pada ajaran Islam dan mewujudkan ajaran yang dipercayainya dalam segala segi kehidupan.25 Secara konseptual, dakwah diarahkan pada usaha merubah sikap beragama dari masyarakat penerima dakwah dan dalam pelaksanaannya dakwah dilakukan dengan jiwa tulus serta ikhlas. Sebagaimana dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menggambarkan idealisme dakwah yang bertujuan agar manusia mengikuti jalan lurus yang telah digariskan oleh Allah SWT, sehingga mereka selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat. Hal ini juga berarti ajakan untuk mengubah keadaan manusia kepada yang lebih baik, secara fisik maupun mental (min azh-zhulumat ila an-nur), sesuai dengan yang dirumuskan Al-Qur’an. Di antara ayat-ayat tersebut, adalah surat Yusuf: 108, ْق ُل َه ِذ ِه َسبِيلِي أَ ْد ُعو إِ ىَل اللهَِّ َعلَى بَ ِصريَ ٍة أَنَا َو َم ِن اتَّبَ َع يِن َو ُسبْ َحا َن ني َ ِن المُْ ْش ِر ِك َ اللهَِّ َو َما أَنَا م “Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Q.S. Yusuf: 108)26 Sedangkan secara teknis operasional, rumusan dakwah diarahkan kepada subjek atau juru dakwah. Pemahaman ini dapat diperoleh dari ayat-ayat yang menjelaskan tentang bagaimana sikap, tindakan, atau perilaku yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah dalam menjalankan misi dakwahnya. Pengertian dakwah yang dirumuskan AlQur’an lebih ditekankan pada aspek teknis penyampaian dakwah itu sendiri, yakni berupa sikap, tindakan, maupun perilaku dalam berdakwah. Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung pengertian teknis operasional dakwah, antara lain: َ َإِنَّا أَ ْر َسلْن اك َشا ِه ًدا َو ُمبَ ِّش ًرا ِيرا ً َونَذ “Sesungguhnya kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.” (Q.S. al-Fath: 8)27 Dari keterangan diatas dapat ditarik benang merahnya, bahwa dakwah memiliki dua hakikat, sebagai perwujudan bahwa dakwah bermuara pada kemaslahatan umum Al-Qur’an dan Terjemahnya, Diponegoro, 2010), h. 248. 27 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Diponegoro, 2010), h. 511. 26 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. ke-1, h. 2-3. 25 66 | Komunitas Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam (Bandung: (Bandung: masyarakat, adil makmur yang diridhai Allah SWT; a) Amar ma’ruf yaitu, mengajak orang kepada kebenaran, mengerjakan perintah dan menjauhi larangan supaya memperoleh kebahagiaan di masa sekarang maupun masa yang akan datang b) Islah yaitu, upaya untuk memperbaiki keadaan orang atau masyarakat dari keadan negatif menjadi positif. Dengan demikian dakwah mempunyai pengertian yang dinamis karena sasaran kualitasnya yang terus bergerak, memperbaiki masyarakat pada keadaan yang selalu lebih baik. Kajian Tentang Dakwah Pada Jama’ah Pengajian Komunikasi efektif adalah sesuatu yang esensial bagi keberhasilan penyuluhan. Sehingga kekuatan komunikasi dalam dakwah ada dalam seni berkomunikasi yang menampilkan sesuatu yang “live” performance every day. Seni berkomunikasi antara komunikator dan komunikan dikenal dengan teori retorika. Orang yang pertama kali mengemukakan teori ini adalah Aristoteles, yang mengatakan bahwa; “Komunikasi dapat dilakukan di pelbagai tempat yang berbedabeda, misalnya dalam pertemuan politik, dalam acara-acara formal seperti pengajian, maupun di depan pengadilan.” Agar komunikasi sukses maka komuni­ kator perlu memperhatikan tiga kemampuan untuk mempengaruhi komunkan, yaitu; good sense, good moral character, dan good will.28 Kegiatan dakwah yang formal, dalam arti lain pidato di depan publik di suatu pengajian harus menggunakan retorika yang baik agar dakwah yang dilakukan efektif. Menurut Aristoteles, retorika harus mempunyai dampak pada perubahan pada komunikan, dan ini kembali lagi sangat tergantung dari kemampuan sumber komunikasi yang melakukan retorika atau dakwah. Kata dia ada tiga jenis kemampuan yang harus dimiliki oleh komunikator atau seorang da’i dalam menyampaikan pesanpesan agama pada publik atau jama’ah pengajian, yaitu; ethos, pathos, dan logos. 1. Ethos, yaitu intelligensi (cakap atau pandai), character (mempunyai karakter tertentu, dan good will (kemauan baik, berfikir positif), adalah reputasi yang dibawa oleh da’i sehingga mengesankan bahwa dia adalah pribadi yang jujur, mampu mengantar pembicaraan, terlatih, mempunyai keahlian, dan berpengalaman. Dan bagaimana seorang da’i menunjukkan reputasinya itu pada saat ia membagi pesan. 2. Pathos, yaitu berkaitan dengan emosi, jadi bagaimana seorang komunikator/ da’i mampu menampilkan daya tarik untuk membangkitkan perasaan komunikan. Kemampuan itu ditunjukkan oleh manipulasi; Making and calming-anger, mampu membuat komunikan merasa sejuk dan marah. Love/ hate, mampu membuat komunikan mencintai atau membenci. Fear/ confidence, mampu Alo Liliweri, Strategi Komunikasi Masyarakat, (Yogyakarta: LkiS Group, 2010), cet. ke-1, h. 113. 28 Volume 6, Nomor 2, Desember 2014 | 67 membuat komunikan merasa takut atau membangkitkan kepercayaan diri. Shame/ shamelessness, mampu membuat komunikan merasa malu atau membangkitkan keberanian. 3. Logos, yaitu kemampuan seorang komunikator/ da’i yang secara intelek (cerdik atau pandai) mengatakan sesuatu secara rasional dan argumentatif, misalnya menyampaikan informasi dengan dukungan data statistik, memberikan contoh-contoh, atau kesaksian-kesaksian. Keberhasilan sebuah komunikasi dapat dilihat dari efek setelahnya. Atsar/ efek yang juga sering disebut fead back (umpan balik), dari proses dakwah sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. Padahal efek sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah berikutnya. Dalam hal ini, Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa ada tiga efek yang perlu diperhatikan komunikator atau seorang da’i, yaitu; 1) Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahamai, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan tranmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, dan 29 informasi. 2) Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, desenangi, dan dibenci khalayak, yang meliputi segala Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. ke27, h.221. yang berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai.30 3) Efek behavioral merujuk pada perilaku yang dapat diamati, yang meliputi polapola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. 31 Dalam setiap aktivitas dakwah seorang da’i harus memperhatikan faktor-faktor pendukung dan penghambat dakwah. Sebab keberhasilan sebuah aktivitas dakwah tergantung pada cara da’i dalam memanfaatkan faktor pendukung dan mengatasi faktor penghambat. Baik faktor yang bersifat internal (dalam) maupun eksternal (luar). Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri seorang da’i, baik fisik maupun mental. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan lain sebagainya. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri da’i yang berasal dari lingkungan mereka. Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap efektivitas dakwah. 1. Faktor pendukung Da’i sebagai komunikator sudah barang tentu usahanya tidak hanya terbatas pada usaha menyampaikan pesan (statement of fact) semata-mata tetapi dia harus juga concern terhadap kelanjutan efek komunikasinya terhadap komunikan, apakah pesan-pesan dakwah tersebut sudah cukup membangkitkan rangsangan bagi komunikan tertentu sesuai dengan apa yang diharapakan, ataukah komunikan tetap pasif (mendengarkan tapi tidak mau melaksanakan) atau bahkan menolak. Kekuatan kata atau tulisan dalam 29 68 | Komunitas 30 31 Ibid. h.229. Ibid. h.237. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam kaitanya dakwah persuasif, yakni kata-kata yang dapat menjadi stimulir yang merangsang respon psikologis mad’u terletak pada jenisjenis kekuatan sebagai berikut : Pertama, karena keindahan bahasa seperti bait-bait syair atau puisi. Kedua, karena jelasnya informasi. Ke-tiga, karena intonasi yang berwibawa. Keempat, karena logikanya yang sangat kuat. Kelima, karena memberikan harapan/optimism (Basyiran). Ke-enam, karena memberikan peringatan yang mencekam (Nadziron). Ketujuh, karena ungkapan yang penuh ibarat.32 2. Faktor Penghambat Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, maka otomatis kegiatan dakwah akan mengalami berbagai macam hambatan. Hambatan-hambatan dakwah terdiri dari dua unsur yaitu : Pertama, hambatan dari dalam. Dakwah selain mendapat tantangan dari luar juga akan mengalami hambatan dari dalam berupa: a. Kurangnya pelaksana dakwah yang terampil dan profesional, karena dakwah yang dilaksanakan masih merupakan pekerjaan sambilan karena belum adanya organisasi yang khusus menangani kegiatan dakwah yang merumuskan kegiatan-kegiatan dakwah, seperti memperjelas secara gamblang sasaran dakwah, dan merumuskan masalah pokok umat Islam. b. Belum disadarinya oleh umat Islam secara keseluruhan bahwa dakwah adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006), cet.ke-2, hal.159-160. 32 umat Islam secara keseluruhan sesuai dengan kemampuannya masing-masing. c. Kurangnya dana untuk membiayai kegiatan dakwah khususnya yang jauh dari kota-kota besar dan juga kurangnya sarana dan prasarana sebagai alat pendukung proses kegiatan dakwah. Kedua, hambatan dari luar. Sejak awal diutusnya Rasulullah SAW, membawa agama Islam sampai sekarang, kegiatan dakwah tidak pernah luput dari berbagai tantangan dan hambatan terutama dari luar Islam. Ketika Rasulullah memulai dakwahnya beliau mendapat tantangan dari orang-orang kafir Quraisy yang menganggap Rasulullah akan menjatuhkan serta menghilangkan agama nenek moyang mereka yang telah berakar dan mendarah daging pada diri mereka. Dalam perkembangan Islam setelah wafatnya Rasulullah yang kemudian dilanjutkan oleh para sahabatnya juga tidak terlepas dari berbagai tantangan dan hambatan dari kaum kafir baik yang dilakukan secara sembunyisembunyi maupun yang dilakukan secara terang terangan diberbagai belahan bumi seperti Spanyol, yang berbentuk perang salib. Gambaran Obyek Penelitian Penelitian ini di lakukan di Pondok Pesantren Al-Qodiri, Jalan Manggar, Kelurahan Gebang, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. Pondok Pesantren AlQodiri Jember didirikan pada hari Kamis (malam Jum’at) tanggal 06 Juni 1974 oleh KH. Achmad Muzakki Syah yang sekaligus bertindak sebagai pengasuh. Volume 6, Nomor 2, Desember 2014 | 69 KH. Achmad Muzakki Syah, lahir di Desa Kedawung Kecamatan Patrang Kabupaten Jember pada hari minggu tanggal 09 Agustus 1948 dari pasangan keluarga sakinah KH. Achmad Syaha dengan Nyai Hj. Fatimah az-Zahra binti KH Syażali. Sebagai anak yang bertugas menjaga adiknya (bernama Moh. Mahsun), Muzakki kecil secara alami telah terdidik menjadi seorang pemimpin, paling tidak dalam mengayomi, sabar mengalah, dan menyayangi adiknya yang lebih kecil, maka tidak heran bila dalam diri Muzakki telah tertanam karakter kepemimpinan yang kelak dapat menjadi modal dasar untuk memimpin umat. KH Achmad Syaha sendiri diakui banyak orang sebagai salah seorang ulama’ yang wara’, tawadlu’, ‘allamah, dan zuhud dizaman-Nya. Beliau pernah nyantri dan berguru pada KH. Ali Wafa, di pondok pesantren “Al-Wafa” Tempurejo Jember selama 23 tahun. Kendati KH. Achmad Syaha termasuk tokoh “wa ar-rosikhuna fi al-‘ilmi”, namun beliau memilih mengubur eksistensi dirinya di dalam bumi “khumul” (ketidak terkenalan), konon semua kebesarannya sengaja dirahasiakan demi kemuliaan putra-putranya di masa yang akan datang.33 Seperti diketahui bahwa semasa bujang, kiai Muzakki sudah sering melakukan kelana spiritual, banyak waktunya yang dihabiskan untuk tabarukan di beberapa pesantren, padepokan dan pesarean para masyâyikh dan auliya’ khususnya di Jawa Timur. Dari data yang terkumpul, terdapat keterangan bahwa para masyâyikh, auliya’, dan ahlil karomah (baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat) yang sempat didatangi kiai Muzakki antara lain :34 a. Untuk kawasan Jember dan sekitarnya adalah : Kiai Moh. Siddiq, Kiai Halim Siddiq, Kiai Mahfudz Siddiq, Kiai Abdulloh Siddiq, Kiai Ahmad Siddiq, Kiai Dhafir Salam, Kiai Faruq Muhammad Talangsari, Kiai Muhyiddin bin Sonhaji Paga, Kiai Abd Aziz, Kiai Ali, Kiai Ahmad, Kiai Muqid, Kiai Mun’im, Kiai Busthomi, Nyai Maryam Tempurejo, Kiai Hafidz Nogosari, Kiai Chotip Klompangan, Mbah Nur Kemuning Pakis, Kiai Senadin Jerreng, Kiai Umar, Kiai Syukri Sumber Bringin, Kiai Sholeh Suger, Kiai Misrai Ledok Ombo, Habib Sholeh al-Hamid Tanggul, Kiai Hannan Tanggul, Kiai Abdulloh Yaqin Melokorejo, Kiai Jauhari Kencong, Kiai Zuhri, Kiai Tayyib dan Kiai Sonhaji Banyu Putih. b. Untuk kawasan Bondowoso, Situbondo dan Banyuangi antara lain: Kiai Hosnan Bringin, Habib Muhdhar Al-Habsy, Habib Alwi Al- Habsy, Kiai Ronggo, Kiai Asy’ari dan Kiai Togo, Maulana Ishaq Pacarron, Kiai Syamsul Arifin dan Kiai As’ad Syamsul Arifin Sukorejo, Datuk Abd Rahman, Kiai Muhtar Syafaat Blok Agung dan Kiai Ahmad Qusyairi Glimor. c. Untuk kawasan Probolinggo, Pasuruan dan Jombang antara lain : Kiai Hasan Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah, (Elkaf, 2007), cet.ke-1, h.18-19. 34 Wawancara dengan KH. Achmad Muzakki Syah, Pengasuh PP. Al-Qodiri Jember. 33 70 | Komunitas Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Seppo, Kiai Hasan Syaifur Rijal Genggong, Nun Muhlas Bedaduh, Kiai Zaini Mun’im Paiton, Kiai Mino Probolinggo, KH Abd Hamid, Kiai Abu Ammar pasuruan, Kiai As’ad Bendungan, Kiai Mustofa Lekok, Kiai Abd Jalil, Kiai Holil dan Kiai Nawawi Sidogiri, Kiai Mustain Romli Paterongan dan Kiai Hasyim Asy’ary Jombang. Juga sumua wali songo di Pulau Jawa. Di tahun 1971 berawal dari pertemuannya dengan KH. Masyhurat (seorang ulama’ fenomenal dari Madura) keinginan kiai Muzakki untuk terus menuntut ilmu dan menambah pengalaman baru kembali berkobar, maka setelah mendapat restu dan ridho dari berbagai pihak, terutama istri dan kedua orang tuanya, kendati harus meninggalkan istri yang baru satu tahun dinikahinya dan putra sulungnya yang masih berumur tujuh bulan, demi kecintaannya kepada Allah dan demi masa depan yang lebih gemilang, berangkatlah kiai Muzakki mengikuti KH. Masyhurat melakukan kelana spiritual untuk yang kesekian kalinya. Kali ini atas saran guru-gurunya, beliau bertolak menuju pulau yang paling agamis dan memiliki “bujuk” paling banyak di Indonesia, Madura namanya, konon para ulama besar dan waliyullah yang bertebaran malang melintang di pelbagai wilayah di tanah air pasca wali songo adalah berasal atau lebih tepatnya jebolan dari pulau ini. Seperti petualangan spiritual sebelumnya, yang dilakukan kiai Muzakki di pulau ini adalah hanyalah sowan untuk tabarukan di beberapa ulama’ dan pesarean para masyâyikh dan auliya’. Beberapa nama yang sempat dihirup barokahnya oleh kiai Muzakki di pulau ini antara lain: Syaikhana Kholil bin Abdul Latif Bangkalan, Bujuk Maulana, Bujuk Muhammad, Bujuk Bagandan Sido Bulangan Pakong, Bujuk Candana Kuanyar Bangkalan, Bujuk Katandur, Bujuk Lattong, Bujuk Tompeng, Bujuk Kasambi Sumenep, Kiai Abu Syamsuddin Batu Ampar, Kiai Abd Majid Bata-bata, Kiai Baidhowi, Kiai Abd Hamid, Kiai Bakir Banyu Anyar, Kiai Ilyas Guluk-guluk, Kiai Abdul Alam Prajjan, ulama’ulama’ Kembang Kuning dan Panyeppen Pamekasan, Kiai Jazuli Tattangoh, Bujuk Rabah Sampang, Bujuk Tongket Pamekasan, Kiai Imam, Kiai Ahmad Dahlan Karay, Agung Usman Lenteng Barat, Sayyid Yusuf Talangoh dan Bindarah Saot Sumenep. Setelah malang melintang menelusuri berbagai lorong kampung ilmu dan menyerap berbagai barokah dari para pendekar hikmah di hamparan dan sudut-sudut bumi Madura, puncaknya sampailah kiai Muzakki pada salah seorang maha guru dibidang spiritual dan hikmah, yang tak lain adalah guru dari Abahnya sendiri, yakni Sulthan Abdur Rahman Rijal al-Ghaib cucu bindara Saut yang menghilang sejak bayi. Diakui sendiri oleh kiai Muzakki bahwa tempaan dari Sulthan Abdur Rahman yang kelak paling banyak mewarnai peta nurani, struktur kognisi dan langgam spiritual dirinya, bahkan dibawah asuhan beliau, kiai Muzakki untuk pertama kalinya mendapatkan banyak pengalaman batin dan syahadah spiritual yang dahsyat, yang tak ada kata representatif untuk menggambarkannya, maka boleh dikatakan selain orang tuanya sendiri dan tanpa bermaksud mengecilkan peran guru gurunya yang lain Sulthan Abdur Rahman yang paling berpengaruh, berjasa Volume 6, Nomor 2, Desember 2014 | 71 dan signifikan mengantarkan dirinya pada makam dan eksistensinya seperti sekarang ini.35 Ali bin Abi Thalib karrama Al-lahu wajhah menyebutkan “Pemuda yang handal adalah mereka yang berani mengatakan ini lah aku, bukan yang mengatakan aku anak fulan cucu si fulan”. Karena itu kepada anak cucunya, para santrinya dan para jamaahnya, kiai Muzakki sering memberikan tausiah bahwa; “Kemuliaan seseorang itu bukan karena nasabnya, tetapi karena jerih payah usahanya sendiri”, maka jangan andalkan nasab dan silsilah tapi andalkanlah dirinya sendiri. Namun demikian, bagaimanapun silsilah tetap memiliki makna penting bukan pada pengertiannya yang menunjuk pada “aku anak siapa”, melainkan pada esensi dari “aku” yang memancarkan sebuah peran dan manfaat dalam kehidupan nyata, maka istilah “buah itu tidak akan jatuh jauh dari pohonnya” harus dipahami sebagai motivasi yang dapat memacu dirinya untuk berprestasi lebih baik dari nenek moyang mereka sebelumnya.”36 Penelitian silsilah kiai Muzakki disini dimaksudkan untuk melihat bagaimana para luluhurnya memberikan nuansa lingkungan pada beliau sejak dalam kandungan, masa kanak kanak, masa remaja hingga pada masa dewasa, termasuk juga untuk melihat berbagai i’tibar positif yang dapat diteladani oleh generasi berikutnya. Sekali lagi penelitian silsilah kiai muzakki ini hanya dimaksudkan untuk melihat dimensi-dimensi seperti di Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah, (Elkaf, 2007), cet.ke-1, h.19-21. 36 Wawancara dengan KH. Achmad Muzakki Syah. 35 72 | Komunitas atas, bahwa kemudian dalam penelusuran silsilah kiai Muzakki ditemukan memiliki titik ordinat dengan masyâyikh dan habâib yang terus bersambung pada Rasulullah SAW, sesungguhnya hanyalah sebuah kebetulan belaka, yang pasti kiai Muzakki terbukti nyata memiliki talenta spiritual yang dapat dijadikan acuan oleh banyak orang untuk berkaca diri. Dari berbagai data yang ada, ditemukan bahwa kiai Muzakki mempunyai silsilah yang bersambung hingga kepada Rasulullah SAW, rinciannya adalah sebagai berikut: Achmad Muzakki Syah adalah putra dari Juma’ati (Hj. Fatinmah az-Zahra) binti KH. Syażali, bin KH. Moh. Arief bin K. Durrin bin K. Moh. Toyyib bin K. Abd Latief bin KH Asy’ary bin KH. Moh Adzro’i bin KH. Yusuf bin Sayyid Abd Rahman (Mbah Sambu) bin Sayyid Moh Hasyim, bin Sayyid Abd Rahman Basyaiban bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Umar bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ahmad bin Sayyid Abu Bakar Basyaiban bin Sayyid Muhammad Asadullah bin Sayyid Hasan At-Turabi bin Sayyid Ali bin Sayyid Muhammad al-Faqih al-Muqaddam bin Sayyid Ali bin Sayyid Muhammad shahibul marbat bin Sayyid Ali qoli qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad al-Muhajir bin Sayyid Isa an-Naqib bin Sayyid Muhammad anNaqib bin Sayyid Ali al-Uraidi bin Sayyid Ja’far Shodiq bin Sayyid Muhammad al baqir bin Sayyid Zainal Abidin bin Husien asy-Syahid putra Sayyidah Fatimah az- Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Zahra al-Batul binti baginda nabi besar Muhammad SAW.37 Seperti disinggung sebelumnya, bahwa sejak kiai Muzakki masih dalam kandungan, KH. Syaha telah meng-istiqamah-kan amalan manakib Syekh Abdul Qodir Jailani RA, setiap setelah shalat subuh. Maka sejarah amalan manakib Syekh Abdul Qodir Jailani RA, yang diamalkan oleh kiai Muzakki sesungguhnya berasal dari Abahnya sendiri, yakni KH Achmad Syaha. Pada zikirmanakib kiai Muzakki ucapan seperti di atas tidak pernah digunakan, sebab bagi kiai Muzakki, Syekh Abdul Qodir Jailani RA, hanyalah sebuah wasilah bukan pemegang otoritas pengabul doa, yang punya kewenangan mengabulkan doa hanyalah Allah SWT, karena itu memohon atau berdoa harus kepada Allah semata, bukan kepada selain-Nya. Maka sebagai hasil syamratul fikr beliau sekaligus merupakan karakteristik yang membedakan zikir beliau dengan yang lain adalah pada ucapan “bi al-barakah wa al-karamah syeh Abdul Qodir waliyullah bi syafaat Nabi Muhammad bi idznillah wa ridha Al-lah, ya Allah 3x.. innaka ‘ala kulli syaiin qadir.. taqdi hajatina…al-fatihah. Perbedaan dua ucapan di atas walaupun terkesan sederhana dan sangat teknis, tetapi sungguh mempunyai implikasi yang luar biasa dalam tataran keimanan dan aqidah seseorang. Zikir manakib syekh Abdul Qodir Jailani yang dikembangkan kiai Muzakki bukanlah tarekat, melainkan lebih berbentuk amalan zikir atau majelis zikir. Menurut pengakuan Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah, (Elkaf, 2007), cet.ke-1, h.11-14. 37 KH. Achmad Muzakki Syah, kendati dirinya sangat respek terhadap semua tarekat yang ada di tanah air tetapi dirinya tidak mengikuti tarekat-tarekat itu, Beliau mengaku hanya mengikuti tarekat Rasululloh, “La tariqoh illa bi thoriqah Muhammad Rasulillah SAW”. Tarekat Rasulullah dalam pandangan kiai Muzakki adalah segala sesuatu yang dicontohkan baginda Rasulillah SAW, baik menyangkut akhlak, keyakinan, cara beribadah, maupun menyangkut karakteristik, sifat-sifat dan prinsip hidup yang diterapkan beliau dalam kehidupan sehari hari. Dalam pandangan Kiai Muzakki, terdapat beberapa persyaratan yang harus diperhatikan sebelum seseorang mengamalkan zikir manakib Syekh Abdul Qodir Jailani, antara lain: Pertama harus dilandasi niat yang ikhlas lillah, billah, lirrosul, birrasul, semata-mata untuk beribadah dan mencari rido Allah. Kedua, dalam berdoa tidak dibenarkan meminta kepada syekh Abdul Qodir Jailani, melainkan meminta langsung kepada Allah SWT semata. Ketiga sebelum menyampaikan permohonan kepada Allah, sebaiknya diawali dengan bertaubat atas dosa-dosanya kemudian mohon dikuatkan imannya, lalu berdoa kepada Allah dengan khusyu’ dan penuh keyakinan bahwa Allah kuasa mengabulkan semua doa yang disampaikan. Keempat, dalam melakukan wirid di atas harus dalam keadaan suci, menghadap kiblat dan dilakukan secara istiqomah dengan etos tak kenal menyerah.38 Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah, (Elkaf, 2007), cet.ke-1, h.31-34. Wawancara dengan KH. Taufiqur Rahman, putra pertama kiai Achmad Muzakk Syah. 38 Volume 6, Nomor 2, Desember 2014 | 73 Strategi Dakwah KH. Achmad Muzakki Syah Kiai Achmad Muzakki Syah menyadari, karena dalam kehidupan yang kian global, lembaga dan praktisi dakwah akan dihadapkan pada tantangan dan problematika umat yang kian kompleks, maka tuntutan kreativitas, pembenahan diri, pengembangan metode dan pemilihan pola dakwah yang akurat menjadi suatu yang niscaya dan merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditunda. Pola dakwah yang dimaksud disini adalah model, konsrtuk, style, steriotype, atau gaya yang dikembangkan oleh juru dakwah untuk memberikan karakteristik atau ciri khas tersendiri yang berbeda satu sama lainnya. Karena itu pola dakwah yang dikembangkan para da’i beragam dan tergantung pada konstruk dan gaya yang dipilih sesuai dengan karakteristik masingmasing. Kiai Achmad Muzakki syah tidak mengambil segmentasi tertentu secara persial melainkan bersifat universal dan rahmatan lil alamin, inilah keunikan pola dakwah beliau. Dalam hal ini Ach. Hefni Zain, dan Moch. Holili, dalam bukunya Mutiara di Tengah Samudra, menyebutkan: “Totalitas kemanusiaan terletak pada hati, sehingga wajar upaya dakwah yang beliau utamakan adalah memperbaiki hati dan diri. Hal itu terlihat dari keistiqamahan beliau mengajak umat untuk rutin malakukan zikir manakib di PP. Al-Qodiri Jember. Sebagai perantara untuk memperbaiki diri, menuju Allah SWT. Melalui zikir manakib ini beliau mengajak jama’ah, masyarakat menuju Allah, memenuhi kebutuhan praktis manusia, dan menyelesaikan problematika mereka, karena itu siapa pun dan di manapun yang membutuhkan kesembuhan dan penyelesaian atas semua 74 | Komunitas persoalannya boleh masuk dalam bahtra dakwah terapiotik beliau. Menurut cerita KH. Achmad Muzakki Syah, karena awalnya yang datang adalah mayoritas kaum ibu, maka beliau mengajak mereka untuk shalat, zikir, dan melakukan doa bersama di mushalla agar usaha para suaminya dapat berjalan dengan sukses, yang maling, semoga hasil, yang judi semoga menang, dan yang melacur semoga tambah laris. Ternyata sejak doa bersama di mushalla bersama kiai Muzakki, usaha atau pekerjaan mereka dan suami mereka berkembang dengan pesat. Tak hayal mereka pun setelah itu (kali ini kaum prianya juga ikut) berbondong-bondong mendatangi mushalla kiai Muzakki untuk kembali melakukan doa besama. Pada momentum kedua ini kiai Muzakki mulai memasukkan misi dakwahnya, bahwa sesunguhnya Allah maha kuasa menentukan segalanya, karena itu bila ingin sukses dalam hidup, tidak ada jalan lain kecuali terus merapat kepadaNya dengan cara gemar mendirikan shalat dan banyak berzikir.39 Menurut pengamatan peneliti selama penelitian, sosok kiai Muzakki adalah juru dakwah yang tidak hanya pandai berbicara di depan publik, tapi beliau juga termasuk orang yang selalu membuktikan dan menampakkan apa yang telah dikatakan memang benar dan harus diamalkan. Sebagaimana ust. Drs. Moh. Rifa’i Ikhsan, menjelaskan; “Mendoakan umat Islam sedunia merupakan kebiasaan kiai Muzakki sejak kecil hingga saat ini. Bagi beliau aktivitas semacam itu merupakan kewajiban yang tidak dapat ditinggal setiap setelah shalat maktubah, setiap selesai pengajian, dan majlis-majlis lainnya, hampir tidak Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah, (Elkaf, 2007), cet.ke-1, h.31-34. 39 Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam pernah absen doa beliau untuk umat Islam diseluruh dunia. Dalam setiap momen zikir manakib, beliau mewajibkan dirinya dan jama’ah yang hadir untuk membaca surat al-Fatihah sebanyak 33 kali, guna disedekahkan pada seluruh umat Islam di seluruh dunia. Sebagaimana yang selalu kiai Muzakki tekankan kepada para jama’ahnya, pada waktu membaca zikir manakib; “Mari kita semua belajar menjadi dermawan, sebab salah satu indikator muttaqin itu adalah dermawan baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Karena itu mari kita dengan ikhlas membaca surah al-Fatihah sebanyak 33 kali untuk disedekahkan, pertama kepada seluruh umat Islam diseluruh dunia, semoga mereka selalu ditinggikan derajatnya oleh Allah sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah, “Al-Islam ya’lu wala yu’la ‘alaih”, dan diampuni segala dosanya. Kedua, kita hadiahkan kepada negara kesatuan republik indonesia (NKRI) dari sabang sampai Merauke, mudah-mudahan tetap utuh bersatu dan diselamatkan oleh Allah dari malapetaka seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, ombak tsunami, penyakit tha’un, kebakaran dan cekcok perang saudara. Ketiga, kita hadiahkan kepada seluruh ulama dan umara’ Indonesia mulai jajaran yang paling atas sampai yang paling baawah, yang tidak benar semoga mendapat hidayah dari Allah sehingga menjadi baik dan benar semua. Ulama yang baik semoga dipersatukan oleh Allah SWT, untuk beersama-sama membangun agama, bangsa dan negara menuju bangsa yang makmur sejahtera, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Keempat, kita hadiahkan kepada seluruh santri, jama’ah, alumni, khususnya yang ikut zikir manakib, semoga selalu dilindungi, diayomi, dan dibantu oleh Allah, semoga dikuatkan iman, Islam, dan istiqamahnya, semua yang punya hajat semoga dikabulkan leh Allah, semua yang kaku dan panas hatinya semoga dilembutkan dan didinginkan, yang bingung supaya ditentramkan, yang punya hutang supaya cepat lunas, yang sakit semoga cepat sembuh, semua yang punya masalah semoga cepat dicabut oleh Allah SWT, Amin.” Disamping itu kiai Muzakki adalah orang yang gemar bersedekah, sebagaimana beliau mengatakan; “Kedermawanan merupakan faktor utama yang dapat mempercepat seseorang wushul ilallah, karena itu karakteristik dari waliyyullah salah satunya adalah dermawan (al-sakha’), yakni yang mengutamakan orang lain lebih dari dirinya sendiri walaupun dirinya sendiri dalam kesulitan.40 Sejauh pengamatan peneliti PP. AlQodiri, kiai Muzakki adalah seorang yang mengedepankan akhlakul karimah daripada ilmu yang dimiliki. Sebagaimana Kepribadian kiai Muzakki tidak jauh beda dengan abahnya, beliau mewarisi sifat-sifat abahnya dalam hal kesabaran, keistiqamahan, pemaaf, penyayang kepada siapa pun, dan tutur kata serta budi pekerti yang baik. Sebagaimana dalam kesehariannya beliau adalah sosok yang tegas, bertatakrama, dan lemah lembut. Siapa pun yang datang, beliau sambut dengan penuh kegembiraan. Disamping itu kiai Muzakki adalah orang yang memiliki semangat dan cita-cita yang kuat untuk menyediakan fasilitas yang memadai untuk Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah, (Elkaf, 2007), cet.ke-1, h. 87. Dan Wawancara kepada Ust. Rifa’i, salah satu guru PP. Al-Qodiri, dan skretaris KH. Achmad Muzakki Syah. 40 Volume 6, Nomor 2, Desember 2014 | 75 para santri, tamu, dan jama’ah yang hadir di PP. Al-Qodiri Jember. Salah satu upaya kiai Muzakki dalam mengembangkan jama’ah manakib adalah membentuk zikir manakib cabang yang dipimpin oleh orang-orang yang memang beliau tunjuk. Jama’ah manakib untuk sekarang pada malam jum’at legi mencapai 250.000 orang lebih, ini menurut alat suting yang dibawa mantan Menkes (ibu Siti Fadhilah Supari). Dengan berbagai macam kompetensi yang dimiliki oleh kiai Muzakki menarik simpati berbagai kalangan untuk mengikuti pengajian zikir manakib yang beliau pimpin di PP. Al-Qodiri, Jember pada setiap malam jum’at. Mulai dari kalangan kiai sampai santri, pejabat sampai rakyat, dan berbagai macam manusia yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Sehingga beliau dapat membentuk jama’ah zikir manakib cabang, yang dipimpin oleh orang-orang yang beliau tunjuk ataupun yang sudah mendapat izin dari beliau. Kordinator atau imam manakib yang telah memiliki ribuan jama’ah ini sangat membantu dan mendukung keberhasilan dakwah kiai Muzakki melalui zikir manakib. Karena tentunya kordinator-kordinator zikir manakib sangat mempengaruhi jama’ahnya untuk menghadiri pengajian zikir manakib yang dipimpin oleh kiai Muzakki di PP. AlQodiri Jember. Kendati belum terdapat kartu anggota dan data base resmi mengenai jumlah jama’ah zikir manakib dibawah pimipinan kiai Muzakki yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia dan luar negri. Namun yang sempat tercatat di dokumen ust. Drs. Moh. Rifa’i Ikhsan 76 | Komunitas (sekretaris kiai Muzakki), sebagaimana beliau memberikan catatan yang ada di dalam bukunya Ach. Hefni Zain, dan Moch. Holili, Mutiara di Tengah Samudra, menunjukkan bahwa para murid dan pengikut kiai Muzakki yang menjadi imam atau kordinator zikir manakib dengan ribuan jama’ahnya, antara lain sebagai berikut; Jabotabek dan sekitarnya di bawah pimpinan kiai Junaidi al-Baghdadi, kiai Miswan, dan kiai Sofwan. Di Jogjakarta di bawah imam kiai Sja’i, Cirebon dan Majalengka di bawah imam KH. Supriadi, Lampung di bawah imam KH. Maulana Syahada’, Kalimantan di bawah imam KH. Ahsan Saifur Rijal, Sulawesi di bawah imam KH. Sulaiman Dawud, Maluku di bawah imam Kh. Alimin, Irian Jaya di bawah imam kiai Bashori Idris, Jawa Timur di bawah pimpinan KH. Ir. Sartono, M. Pd., Jawa Tengah di bawah Imam KH. Abd Aziz, Jawa Barat di bawah imam KH. Ali Mukmin, Bali di bawah imam KH. Romli, KH. Hamzah Hosnan, dan Ust. Puryono, Malaysia di bawah imam Tuan Datuk Athoillah, Brunai Darussalam di bawah Imam Abd Rahman Bafaqih. Australia di bawah imam Ust. Dr. Sujarwo, Mesir di bawah imam Ust. Cholid Ichsan Lc, Arab Saudi di bawah imam KH. Rosyid dan Syekh Maksum, Madura di bawah imam KH. Ibnu Ali Zain, Malang di bawah Imam KH. Khairul Anwar, Pasuruan di bawah imam kiai Suripto, Lumajang di bawah imam KH. Jauhari dan KH. Baihaqi, Banyuwangi di bawah imam KH. Suhaini Efendi Dan kiai Sulthon Sulaiman, Situbondo di bawah imam kiai Nur Afandi, Bondowoso di bawah imam KH. Zainal Abidin dan KH. sunaryo, Blitar Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam di bawah imam KH. Ali Mukmin, Kediri di bawah imam KH. Ali Mukmin, Trenggalek di bawah imam KH. Ali Mukmin, Jember di bawah imam KH. Ainul Yaqin, KH. Nurul Yaqin, KH. Fathur Rahman, kiai Ma’ruf, dll. 41 Faktor Pendukung Dakwah KH. Achmad Muzakki Syah Faktor dalam atau intern yang mendukung kegiatan dakwah kiai Muzakki adalah daya kabul yang tinggi. Ketekunan dan kesungguhan kiai Muzakki dalam dunia sepritual mengantarkan beliau kepada posisi seperti sekarang dan dipandang banyak orang. Hal itu terbukti do’a-do’a yang beliau panjatkan dikabulkan Allah SWT. Oleh karena itu tidak sedikit tamu yang berbondongbondong mendatangi rumah beliau. Setiap orang yang datang kepada beliau memiliki latar belakang yang berbeda, mayoritas mereka datang karena faktor ekonomi, dililit hutang, karena penyakit, dan ada juga yang memang ingin taubat dan mendapatkan ketenangan jiwa. Sehingga banyak tamu yang datang mengharap barakah do’a beliau agar penyakit yang diderita disembuhkan oleh Allah SWT. Sebagaimana seorang laki-laki yang mengantarkan saudaranya kepada beliau, karena penyakit tumor yang ada di matanya. Sebab menurut dokter tidak ada jalan lain kecuali melakukan oprasi, sementara untuk oprasi penderita tumor itu tidak berani, sehingga hal ini yang mendorong untuk datang kepada kia Muzakki. Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah, (Elkaf, 2007), cet.ke-1, h. 87. Wawancara kepada Ust. Rifa’i, salah satu guru PP. Al-Qodiri, dan skretaris KH. Achmad Muzakki Syah. 41 KH. Achmad Muzakki Syah memang sosok kiai yang kharismatik, berkepribadian yang luhur, dan memiliki daya kabul yang tinggi. Sebagaimana banyak peristiwaperistiwa aneh atau di luar kemampuan akal manusia yang terjadi di dalam diri kiai Muzakki dan yang dialami orang lain. Pada waktu peneliti menghadiri acara pengajian zikir manakib beliau menceritakan bahwa terjadi peristiwa aneh di madura, dimana peristiwa ini dialami oleh salah satu jama’ah beliau. Dalam pengajian tersebut kiai Muzakki hadir padahal posisi kiai sedang mengayomi santri di PP. Al-Qodiri, bahkan jama’ah yang mengalami peristiwa ini membawakan bukti surban yang dibawa kiai tersebut, dan ternyata persis dengan surban yang sering dipakai kiai Muzakki ketika mengisi pengajian. Begitu juga yang disampaikian H. Jamah, salah seorang warga setempat; “Kejadian aneh pernah dialami oleh orang Malaisia yang terkena penyakit setruk dan sedang dirawat di rumah sakit, sementara orang ini tidak kenal dan belum pernah melihat sosok kiai Muzakki. Di tempat di mana ia dirawat, orang asal Malaisia ini pun tidur, di dalam tidurnya ia bermimpi bertemu seorang laki yang memakai gamis dan surban putih, dan orang yang ada dimimpinya itu memegang anggota yang terkena setruk, seketka itu ia terbangun dari tidurnya. Dan anehnya tubuh yang asalnya tidak dapat digerakkan sekarang sudah bisa digerakkan. Sepontan ia bahagia dan bingung memikirkan orang yang datang di mimpinya. Kemudian setelah ia kenal kiai Muzakki dari temannya di indonesia ia pun menjadi jama’ah manakib Syekh Abdul Qodir Jailani.”42 Wawancara kepada H. Jamah, salah satu warga Kelurahan Gebang. 42 Volume 6, Nomor 2, Desember 2014 | 77 Peristiwa-peristiwa seperti di atas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kiai Muzakki menjadi orang yang dicintai dan dimuliakan umat. Bahkan Presiden SBY, sebelum menjadi presiden diwanti-wanti kiai Muzakki bahwa ini yang akan memimpin masyarakat Indonesia, disebuah pertemuan di Jakarta. Sehingga tidak heran jika masa pemilu tiba beliau banyak didatangi caleg-caleg. Dan semua caleg yang datang kepada beliau diterima semua karena kiai Muzakki merupakan kiai yang anti dengan politik, sehingga siapa pun yang datang tidak segan kepada beliau. Dengan demikian, daya kabul yang tinggi dan peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi, beliau manfaatkan untuk menarik simpati para jama’ah agar istiqamah menghadiri pengajian zikir manakib. Hal itu terbukti ketika beliau meyampaikan mau’izah hasanah ditengahtengah prosesi pembacaan zikir manakib beliau menceritakan kejadian-kejadian aneh tersebut dan kesuksesan para jama’ah manakib. Pada biasanya jama’ah yang hajatnya sudah dikabulkan oleh Allah SWT, mengirim surat kepada beliau dan surat tersebut beliau bacakan di depan para jama’ah manakib.43 Dalam mengembangkan dakwah Islam melalui zikir manakib, dukungan keluarga (anak dan istri) tidak bisa dipandang sebelah mata. Dimana dukungan eksternal ini sangat berperan dalam dunia dakwah kiai Muzakki. Orang terdekat yang sangat mendukung perjuangan beliau adalah istrinya, Nyai Hj. Siti Halimah. Eksistensi dan posisi Nyai Hj. Wawancara kepada Ust. Rifa’i Ikhsan, salah satu guru PP. Al-Qodiri, dan skretaris KH. Achmad Muzakki Syah. 43 78 | Komunitas Siti Halimah bagi kiai Muzakki bukan saja sebagai istri tempat beliau berkeluh kesah, berbagi rasa suka dan duka, atau sosok yang selalu menghiburnya dikala kepenatan mulai datang, tetapi lebih dari itu, dia berperan sebagai stabilizer bagi letupan-letupan emosi kemanusiaannya, dia ibarat stavolt yang mengatur tinggi rendahnya tegangan pada listrik. Sebaliknya bagi Nyai Hj. Siti Halimah, kecintaan dirinya kepada kiai Muzakki tidak sekedar kecintaan istri kepada suaminya, tapi juga kecintaan murid kepada gurunya.44 Sebagaimana kiai Muzakki menyampaikan; Keberadaan Nyai bukan saja berperan besar dalam pembentukan warna dan corak kepribadiannya, tetapi juga merupakan faktor fundamental yang mengantarkan saya pada posisi saat ini. Sejak bersama Nyai mulai tahun 1986, dakwah saya melalui zikir manakib ini mengalami perkembangan yang luar biasa.” Keluarga kiai muzakki adalah sebuah keluarga yang sangat tunduk dan patuh terhadap kepemimpinan beliau, mencintai, dan mendukung apa yang beliau perjuangkan terutama pengajian zikir manakib yang beliau laksanakan setiap malam jum’at. Hal itu terbukti dalam berbagai pengajian yang diisi oleh anak, menantu, dan istri beliau tidak terlepas dari membaca zikir manakib bersama jama’ah yang dikembangkan oleh kiai Muzakki. Begitu kordinator membantu dakwahnya. juga dengan terbentuknya dan imam manakib sangat beliau dalam merealisasikan Memang tak bisa dipungkiri Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah, (Elkaf, 2007), cet.ke-1, h. 73. 44 Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam peran kordinator dan imam manakib ini sangat mempengaruhi perkembangan jama’ah zikir manakib di PP. Al-Qodiri Jember. Sebagaimana KH. Saifuddin Umar mengatakan; “Bagi para jama’ah yang sudah aktif dianjurkan oleh beliau untuk membuka rutinan-rutinan istighatsah zikir manakib syekh Abdul Qodir Jailani. Bahkan ada santri beliau yang dikirim ke-suatu daerah untuk mengembangkan zikir manakib, sehingga zikir manakib cabang ini membantu dalam perkembangan zikir manakib di pondok ini. Karena pasti jama’ah zikir manakib cabang tertarik untuk menghadiri pengajian zikir manakib yang dipimpin oleh kiai Muzakki sendiri.”45 Faktor Penghambat Dakwah Achmad Muzakki Syah KH. Di tahun 1984, ketika kiai Muzakki dan pesantren Al-Qodiri menapaki perkembangan prestasinya yang sepektakuler, dimana santri yang mondok terus mengalami peningkatan mencolok dan jama’ah yang ikut pengajian zikir manakib kian menjamur dan brtebaran diberbagai propinsi, rombongan tamu-tamu yang datang ke Al-Qodiri baik dari dalam maupun luar kota untuk mengambil berkah terus mengalir silih berganti, juga undangan pengajian untuk berceramah dari berbagai daerah mulai padat, sehingga memicu munculnya apa yang kiai Muzakki sebut alfitnah al-kubra, yakni gencarnya berbagai isu dan propaganda dari pihak-pihak tertentu di masyarakat yang menyebutkan bahwa prestasi yang dicapai oleh kiai Muzakki adalah karena menggunakan bantuan jin, ilmu pelet, dan rekayasa agama, dan sampai sekarang isu-isu seperti ini juga masih terdengar di sebagian masyarakat. Upaya pihak-pihak tersebut melakukan negative campaign atau character assasination terhadap kiai Muzakki tidak berhenti sampai disitu, tidak jarang diberbagai panggung dan podium beliau juga disindir, dibidas dan difitnah mulai dari yang halus sampai yang paling kasar, bahkan ditahun 1985 ada salah seorang kiai di Jember yang sesumbar mengajak taruhan, kalau Al-Qodiri dan kiai Muzakki bisa bertahan sampai tiga tahun, dirinya bersedia dipotong lidahnya. Karena memang sebagian besar elemen masyarakat masih bertipe agraris tradisional, dimana budaya lisan atau rasan-rasan (membicarakan aib orang lain) menempati posisi dominan dalam pola hidup kesehariannya, maka tidak sedikit dari masyarakat yang termakan oleh propaganda tersebut.46 Menurut KH. Umar Saifudin, menantu kiai Muzakki, bahwa; “Berkembangnya isu-isu tersebut di kalangan masyarakat disebabkan oleh dua faktor, yaitu; Pertama adalah faktor iri atau tidak senang dari orang-orang yang merasa tersaingi oleh beliau, terhadap prestasi yang diraih oleh kiai Muzakki atas dakwahnya melalui zikir manakib dan perkembangan PP. Al-Qodiri. Kedua adalah faktor tidak tahu terhadap apa yang dilakukan oleh kiai Muzakki bersama jama’ahnya. Hal ini banyak terjadi pada kalangan orang awam yang gampang termakan oleh propaganda tersebut. Terkadang mereka tidak mau tahu dengan apa yang terjadi sebenarnya. Ach. Hefni Zain, Moch. Holili, Mutiara di Tengah Samudra, Biografi KH Ach. Muzakki Syah, (Elkaf, 2007), cet.ke-1, h. 63. 46 Wawancara KH. Saifuddin Umar menantu KH. Achmad Muzakki Syah. 45 Volume 6, Nomor 2, Desember 2014 | 79 Temuan Penelitian Dari paparan data di atas secara keseluruhan, aktivitas dakwah yang menjadi asas transenden untuk menyokong kehidupan agama dan memperbaiki masyarakat memerlukan langkah dan strategi agar pelaksanaannya berhasil dan efektif. Sebagaimana dakwah yang dilakukan oleh KH. Muzakki Syah pada jama’ah pengajian zikir manakib syekh Abdul Qodir Jailani di PP. Al-Qodiri Jember. Dalam hal ini peneliti menemukan, sebuah strategi atau langkah-langkah yang beliau gunakan ketika berdakwah, yaitu: pembenahan hati, menggunakan metode bil hikmah, dengan istiqamah mendoakan umat Islam sedunia, gemar bersedekah, dan akhlakul karimah, tidak berhenti membangun, metode tahadduts bi an-ni’mah, dan membentuk imam manakib cabang. Sementara faktor pendukung dakwah KH. Achmad Muzakki Syah adalah terbentuknya imam manakib cabang, dukungan keluarga, dan daya kabul yang tinggi. Demikian sebaliknya, setiap perjuangan apalagi kegiatan dakwah tentunya ada rintangan dan hambatan, dari paparan di atas peneliti menyimpulkan bahwa faktor penghambat dakwah beliau adalah munculnya fitnah dari oknum yang tidak senang dengan beliau. Lebih jelasnya lihat tebel konsep temuan penelitian di bawah ini, sebagai berikut; Tabel (1) Temuan konsep penelitian NO 1. 2. 3. 80 DATA a. Pembenahan hati/ pemantapan keyakinan b. Metode bil hikmah yaitu; Istiqamah mendoakan umat islam, Gemar bersedekah, dan Akhlakul karimah. c. Metode bil hal yaitu; menyediakan fasilitas yang memadai a. Metode tahadduts bi an-ni’mah b. Memanfaatkan kompetensi anak dan istri a. Membentuk kordinator dan imam manakib cabang b. Dukungan keluarga c. Daya kabul yang tinggi dan peristiwaperistiwa aneh a. Kepribadian Gelombang fitnah | Komunitas TEMUAN KONSEP Strategi dakwah KH. Achmad Muzakki Syah. Faktor pendukung KH. Achmad Muzakki Syah dalam menerapkan strategi dakwah Faktor penghambat KH. Achmad Muzakki Syah dalam menerapkan strategi dakwah Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Kesimpulan Dari pembahasan penelitian yang telah peneliti paparkan, simpulan yang bisa peneliti tulis dalam karya ilmiah ini, sebagai berikut: 1. Strategi dakwah KH. Achmad Muzakki Syah, pada jama’ah pengajian zikir manakib syekh Abdul Qodir Jailani di PP. Al-Qodiri Jember, yaitu; dakwah terapiotik (pembenahan hati dan pemantapan keyakinan), menggunakan metode bi al-hikmah, yang diaplikasikan beliau dengan akhlakul karimah, istiqamah mendoakan umat Islam sedunia, dan gemar bersedekah. Metode bil hal Daftar Pustaka Al-Husaini Al-Murtadla Az-Zabidy, Muhammad bin Muhammad, Ithaf as-Sadah al-Muttaqin bi Syarhi Ihya’ ‘Ulumiddin, Beirut: Dar al-Fikr. yaitu, menyediakan fasilitas yang memadai. Metode tahadduts bi anni’mah, memanfaatkan kompetensi anak dan istri, dan membentuk kordinator manakib. 2. Faktor pendukung strategi dakwah KH. Achmad Muzakki Syah adalah kepribadian yang sabar dan pemaaf, dukungan keluarga, daya kabul yang tinggi, dan peristiwa-peristiwa aneh. Sementara faktor penghambat strategi dakwah KH. Achmad Muzakki Syah, adalah munculnya isu-isu atau fitnah bahwa beliau memakai ilmu pellet, bantuan jin, dan melakukan rekayasa agama. Munawir, Ahmad Warson. 1997, Kamus Al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progressif. Munir, M. 2006, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana. Ali Aziz, Moh. 2005, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pesantren kelompok penerbit LKIS Yogyakarta. Rakhmat, Jalaluddin. 2011, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Aripudin, Acep. 2012, Dakwah Antar Budaya, Bandung: Remaja Rosdakarya. Saputra, Wahidin, M.A. 2011, Pengantar Ilmu dakwah, Jakarta: Rajawali Pers. Depag RI. 2010, Al-Qur’an Terjemah, Diponegoro Bandung. Shafwan, Didin, Wasid dan Mundiri. 2000, Islamisasi di Jawa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hari Purnomo, Setiawan. 1996, Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar, Jakarta: Fakultas Ekonoomi Universitas Indonesia. Liliweri, Alo. 2010, Strategi Komunikasi Masyarakat, Yogyakarta: LkiS Group. Tuntunan Dzikir untuk jamaah dzikir manaqib Syekh Abdul Qodir Jailani, 2000. Yusuf, Yunan, Dakwah bil Hal, Jarnal Kajian dakwah dan Kemayarakatan, Vol.3.No. 2.2001. Volume 6, Nomor 2, Desember 2014 | 81