POLA KOMUNIKASI MAJELIS TAKLIM MUSLIMAT NU DAN AL-BARKAH DALAM KEGIATAN PEMBINAAN IBADAH KAUM IBU DI KECAMATAN PANCORAN MAS DEPOK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I ) Oleh: Hilyatul Aulia NIM: 1110051000162 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahim. Alhamdulillahirabbil’aalamin, dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah swt tiada kalimat yang lebih pantas terucap selain rasa syukur yang maha dahsyat. Segala nikmat masih terus mengalir di alam semesta. Terima kasih atas segala nikmat Mu, atas segala kesempatan untuk mengecap bangku perkuliahan sehingga sampai terselesaikannya perkuliahan ini Tak lupa terima kasih yang tiada taranya untuk Tercinta Siti Marniah (ibunda) dan yang tersayang Asep Muniruddin S.Pd (ayahanda) selalu mencurahkan seluruh jiwa raganya untuk ku, baik material maupun doa di setiap malamnya terima kasih telah menjadikan ku manusia yang lebih baik. Serta ketiga adik kecil ku Hilwatul Uzmah, Hafidz Kamil, dan Faqih Zaufan kalian yang selalu menjadi penyemangat dalam kehidupan, selalu menjadi penghibur kala gundah menerpa. Semoga tugas kita membanggakan orang tua menjadi nyata. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada kekasihku, kekasih orang-orang beriman dan penerang alam semesta. Nabi Muhammad saw beserta keluarganya para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman. Semoga kami yang tiada berhenti bershalawat hingga mendarah daging dan terus mengalir dalam darah dan denyut nadi kami mendapat syafaat di Yaumul Qiyamah. Amiin. Lembar akhir di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta saya sampaikan terima kasih yang se besar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. Arief Subhan, MA. Wakil Dekan Bid. Akademik, Wakil Dekan Bid. Adminstrasi Umum, dan Wakil Dekan Bid. Kemahasiswaan dan kerja sama. 2. Rachmat Baihaky, MA selaku ketua Jurusan dan Fita Fathurokmah MSi selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, 3. Bapak Drs. S. Hamdani MA selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya di tengah kesibukan dan tidak bosan memberi masukan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu yang tak ternilai, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Segenap Staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Segenap Staf Akademik dan Staf Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Ibu Hj. Dewi Syarifah MSi, selaku ketua majelis taklim Muslimat NU. Yang telah banyak meluangkan waktunya di tengah jadwal kesibukannya yang sangat padat. Terimaksih atas semua data lengkap yang diberikan kepada penulis sehingga dapat mempermudah penulis menyelesaikan skripsi ini 8. Ibu Su’inah, selaku ketua Majelis taklim Al-Barkah yang banyak meluangkan waktu nya untuk memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan dalam bentuk wawancara sehingga dapat teselesaikan skripsi ini. 9. Ustadzah Hj. Umi Qomariah dan Ustdz Dede Wahyudin selaku Ustadz dan Ustadzah di Majelis Taklim Al Barkah 10. KH. Burhanudin Marzuki dan Ustadzah Yuliyana selaku Ustadz dan Ustadzah di Majelis taklim Muslimat NU. 11. Kekasih tercinta Nadzirul Fata Maftuh, yang tiada bosannya memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, yang setia menemani selama 2 tahun sampai pada waktu yang indah untuk kita melangkah bersama dalam Ridho Allah Swt. 12. Seluruh teman-teman seperjuangan KPI E angkatan 2010, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Khusus nya kepada Astuti, Naziah, Siti Sudusiah, Firda Apriyani, ZahraTunisa, Zaidatul Khoironi, Namun tidak mengurangi rasa terima kasih dan cinta untuk kalian semua, persahabatan kita sangatlah indah akan menjadi sebuah album kehidupan yang tidak akan pernah usang termakan zaman, terima kasih atas kerjasamanya, terimakasih atas segala kebahagiaan yang tertanam subur di ladang kecintaan. Penulis akan sangat merindukan masa-masa terindah bersama kalian. 13. Tineke Saras Wati, Fera Fariha, Putri Ramadhanti dan Lusiana Arifin selaku sahabat terbaik yang setia menemani di saat senang maupun susah. Janji ku akan menulis nama mu di skripsi ku telah tercapai. Terimakasih telah siaga selalu membantu sampai terpontang panting melawan hujan untuk menemani penulis menyelesaikan skripsi ini. Tiada yang dapat kuberikan hanya sebuah doa agar kita bisa sukses bersama. Amiin Harapan penulis semoga kebaikan yang diberikan dilipat gandakan oleh Allah SWT serta diberikan kemudahan dalam setiap urusan dan senantiasa semakin berkembang dalam meniti kehidupan untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan pengetahuan, referensi dan biaya serta pengalaman dan kemampuan penulis dalam menyusun skripsi ini. Penulis berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat sebagai bekal menambah ilmu pengetahuan, serta kontribusi pada kemajuan perkembangan mata kuliah pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam khususnya. Jakarta, September 2014 DAFTAR ISI ABSTRAK ...........................................................................................................i KATA PENGANTAR .........................................................................................ii DAFTAR ISI ........................................................................................................iv A. B. C. D. E. F. G. A. 1. 2. 3. 4. 5. B. 1. a. b. C. 1. 2. 3. BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. Latar Belakang Masalah ........................................................................................1 Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................................................6 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................................7 Metodologi penelitian ...........................................................................................9 Tinjauan Pustaka .......13 Kerangka Teori......................................................................................................15 Sistematika Penulisan............................................................................................16 ............................................................................................................................... BAB II TINJAUAN TEORITIS Pola Komunikasi ...................................................................................................17 Pengertian Pola Komunikasi .................................................................................17 Macam-Macam Pola Komunikasi .........................................................................21 Komunikasi Antarpribadi ......................................................................................24 Komunikasi Kelompok .........................................................................................27 Bentuk-Bentuk Komunikasi........... ................. .....................................................34 Pembinaan Ibadah Dan Ruang Lingkupnya ..........................................................37 Pengertian Pembinaan Ibadah ...............................................................................37 Ruang Lingkup Ibadah ..........................................................................................39 Macam-Macam Ibadah..........................................................................................40 Majelis Taklim ......................................................................................................41 Pengertian, Fungsi dan Tujuan Majelis Taklim ...................................................41 Macam-Macam majelis taklim ..............................................................................46 Sejarah Majelis Taklim .........................................................................................47 BAB III: GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM MUSLIMAT NU DAN ALBARKAH A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Majelis Taklim Muslimat NU Sejarah Berdirinya Majelis Taklim Muslimat NU ................................................52 Visi dan Misi Majelis Taklim Muslimat NU ........................................................56 Profil Majelis Taklim Muslimat NU .....................................................................56 Jadwal Pengajian Majelis Taklim Muslimat NU ..................................................60 Struktur Organisasi Majelis Taklim Muslimat NU ...............................................60 Program Pembinaan Ibadah Majelis Taklim Muslimat NU..................................61 B. Majelis Taklim Al-Barkah 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sejarah Berdirinya Majelis Taklim Al-Barkah .....................................................62 Visi dan Misi Majelis Taklim Al- Barkah.............................................................63 Profil Majelis Taklim Al-Barkah .........................................................................64 Jadwal Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah .......................................................65 Struktur Organisasi Majelis Taklim Al-Barkah ....................................................65 Program Pembinaan Ibadah Majelis Taklim Al-Barkah .......................................66 BAB IV: TEMUAN dan ANALISIS DATA A. 1. 2. B. 1. 2. Komunikasi Antarpribadi dalam Pembinaan Ibadah ............................................68 Majelis Taklim NU.................................................................................... ...........68 Majelis Taklim Al-Barkah......................................................................... ...........71 komunikasi Kelompok dalam Pembinaan Ibadah............................................ .....73 Majelis Taklim Muslimat NU.................................................................... ...........73 Majelis Taklim Al-Barkah…...................................................................... ..........76 BAB V: PENUTUP ............................................................................................. A. Kesimpulan ...........................................................................................................84 B. Saran-Saran ...........................................................................................................86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majelis taklim merupakan lembaga pengajaran yang bergerak dalam bidang pengajian dan ilmu agama, tidak dapat dipungkiri bahwa di dalamnya terdapat unsur-unsur komunikasi dan pasti melakukan kegiatan atau proses komunikasi secara kelompok atau antarpribadi. Adapun Majelis Taklim Muslimat NU yang berada di Jl. Margonda kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas kota Depok No 54. Terkenal sebagai majelis taklim ibu-ibu, terbesar di kota Depok memiliki 500 jamaah. Di dalam Majelis Taklim Muslimat NU ini menjadi pengajian kaum ibu dari berbagai kecamatan yang mayoritas termasuk dalam organisasi NU. Kegiatan pengajian yang ada di majelis taklim Muslimat NU ini mengajarkan banyak materi-materi agama, baik ilmu fikih, tasawuf, akhlak, membaca Al-Qur’an, salah satunya istigasah dan pembinaan ibadah seperti membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an bersama seperti surah yasin, tahlil dan ratib Al-Athos setelah itu dilanjutkan ceramah agama oleh KH. Burhanudin Marzuki dan jika KH. Burhanudin Marzuki berhalangan hadir yang menggantikannya ustazah Yuliyana selaku ketua penerangan dan Dakwah. Pengajian Majelis Taklim Muslimat NU dilaksanakan satu bulan sekali di masjid Baitul Kamal tepatnya di Balai kota Depok. Dari data yang didapat dari kantor kecamatan yang diberikan oleh ibu ketua PKK kecamatan Pancoran Mas Majelis Taklim Al Barkahlah yang terkecil atau paling sedikit jamaahnya, memiliki 15 jamaah bertempat di Jl. Cagar Alam Kampung Rawa Geni No.23 Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas Depok yang diketuai oleh ibu Suinah. Kegiatan di dalam majelis taklim Al Barkah ini tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang ada di Majelis Taklim Al-Barkah membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an seperti yasin, tahlil dan Ratib Al-Athos dan Aqidah Mujmalah setelah itu dilanjutkan ceramah agama oleh ustdazah Hj. Umi Qomariah, dan jika ustazah Hj. Umi Qomariah berhalangan yang menggantikannya ustaz Dede Wahyudin, kegiatan pengajian dilakukan seminggu sekali di hari Minggu pagi. Proses komunikasi Dai (ustazah) dengan Mad’u (para jamaah) berlangsung efektif dan intensitas komunikasinya ketika kegiatan pembinaan ibadah dilakukan bersama atau berjamaah, sehingga terjalin komunikasi yang baik di antara keduanya. Pola komunikasi ikut menentukan berlangsungnya keberhasilan dalam kegiatan pembinaan ibadah yang mana karena di dalam kegiatan pembinaan ibadah terdapat pola komunikasi, maksudnya jika pola komunikasi terkemas dengan baik maka pesan yang akan didapat oleh jamaah akan baik juga, dan sebaliknya jika pola komunikasi kurang terkemas dengan baik, maka komunikan yaitu jamaah akan menerima pesan dengan kurang baik. Dai (ustazah) juga merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan berdakwah1 Di sebuah Majelis Taklim. Dan dai (ustazah) menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan atau 1 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, (Jakarta: PT. Penamadani, 2008), cet ke-2,hal.311 kegagalan dakwah. Dai (ustadzah) dituntut untuk menjadi teladan dan panutan yang baik di tengah-tengah masyarakat terlebih kepada para jamaahnya selaku pendengar atau penerima pesan (komunikan). Sebagai penyeru ke Jalan Allah, pengibar panji-panji Islam dan perjuangan (Mujahid) yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat manusia. Dai (ustazah) harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran Islam kepada Mad’u (jamaah) selain itu Dai (ustazah) harus memiliki retorika bahasa dan tata cara berkomunikasi yang baik, agar para jamaah dapat menerima pesan dengan baik, dan tidak ada kesalahpahaman terhadap apa yang disampaikan dari dai (ustazah) kepada mad’u (jamaah) Adapun kelebihan dari akibat adanya proses komunikasi yang berlangsung di Majelis Taklim Muslimat NU yang terbesar dan Majelis Taklim Al-Barkah yang terkecil dalam kegiatan pembinaan ibadah, dai (ustazah) dapat membentuk mad’u (jamaah) yaitu kaum ibu, menjadi insan yang taat dan fasih membaca ayatayat suci Al-Qur’an dan mendapat ilmu agama dari ceramah dai tersebut, dan memang sudah seyogyanya hakikat ibadah sesungguhnya adalah kewajiban bagi setiap individu yang harus dilakukan sebagai umat Islam. Dengan menyadari bahwa ibadah pada hakikatnya merupakan bentuk dari wujud penghambaan seorang hamba yang lemah dan di Al-Qur’an sendiri telah menjadi kajian para jamaah yaitu kaum ibu dan memang sesungguhnya kita diciptakan oleh Allah di muka bumi ini semata mata adalah hanya untuk beribadah kepada-Nya. Komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang berupa pikiran atau perasaan oleh seorang komunikator untuk memberitahu merubah sikap pendapat dan prilaku baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun pola komunikasi yang berarti bentuk, rancangan atau gambaran suatu komunikasi yang dapat dilihat dari jumlah komunikannya. Pada pembahasan ini, makna pola dapat diartikan sebagai bentuk, karena memiliki keterkaitan dengan kata yang disandingnya (komunikasi). Berhasil atau tidaknya komunikasi ditentukan dari bentuk, atau cara seseorang berkomunikasi pada saat menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Kegiatan pembinaan ibadah juga sangatlah memiliki keterkaitan yang erat, di dalam kegiatan pembinaan ibadah dibutuhkan komunikator, atau dai (ustazah) yang memiliki pola atau bentuk komunikasi yang baik, dengan tujuan agar komunikan atau mad’u (jamaah) dapat memahami dan mengerti pesan yang disampaikan. Dipandang dalam perspektif agama, bahwa komunikasi memiliki peran yang sangat penting di dalam kehidupan yaitu sebagai hubungan antara manusia dengan yang lain. Manusia dilahirkan ke dunia sebagai khalifah di bumi ini. Jadi dengan manusia pandai berkomunikasi maka manusia dapat menyampaikan amanah melalui berdakwah dengan tujuan untuk merubah atau mempengaruhi seseorang menuju jalan yang benar sesuai dengan aturan agama. Di dalam proses pengajaran itulah terjadi komunikasi, baik dalam sekolah, majelis taklim atau tempat-tempat belajar lainnya. Pengajian termasuk ke dalam proses berkomunikasi karena seorang ustazah yang menyampaikan pesan yang berupa materi-materi agama kepada para jamaah agar pesan yang disampaikan ustazah dapat diterima dengan baik oleh para jamaah maka seorang ustazah dituntut untuk melakukan komunikasi dengan baik. Pengajaran yang diajarkan dan diteladani oleh para dai (ustazah) dalam kegiatan pembinaan ibadah melalui penyampaian pesan dengan cara berkomunikasi yang baik yaitu dengan komunikasi antarpribadi intensitasnya terealisasikan dan saling melengkapi dan dapat berjalan secara efektif dalam pelaksanaanya sehingga kegiatan pembinaan ibadah berhasil. Sudah dapat diketahui bahwa fungsi umum komunikasi adalah informatif, edukatif, persuasif, dan rekreatif. Komunikasi memiliki fungsi pertukaran informasi, pesan dan sebagai kegiatan individu dan antarpribadi, kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide2. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dasar dari kehidupan itu sendiri, karena kita sebagai makhluk sosial melakukan komunikasi di setiap kehidupan. Di manapun, kapanpun, komunikasi sangat urgen dalam kehidupan bermasyarakat hal ini dapat dibuktikan dari sebuah penelitian bahwa mulai dari waktu bangun tidur 70% digunakan untuk berkomunikasi. Dengan demikian sama halnya di majelis taklim juga kerap terjadi sehingga menimbulkan pertanyaan kembali bahwa pola komunikasi yang seperti apa yang dibangun oleh komunikator yaitu ustazah dan komunikannya adalah para jamaah majelis taklim yang dapat sama makna dalam hal ini adalah kegiatan 2 h.23. Onong Uchjana Effendi, Dinamika komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), pembinaan ibadah sehingga dapat berhasil dilihat dari intensitasnya dan afektifnya komunikasi oleh dai (ustazah) dan mad’u (jamaah) Ditinjau dari segi komunikasi, pengajaran pengajian juga termasuk didalamnya terdapat komunikasi yaitu komunikator (dai/ustazah), pesan, (materi pengajian yang disampaikan) dan komunikan (mad’u/jamaah majelis taklim). Karena di sana terdapat pengiriman pesan yaitu ilmu pengetahuan khususnya agama, informasi atau lainnya. Dan memang tujuan dari lembaga majelis taklim adalah membina para mad’u (jamaah) agar mengetahui dan mempraktekkan ibadah secara kafah atau menyeluruh. Oleh karena itu, maka muncullah konsep berupa pola komunikasi yang dibangun dalam kegiatan pembinaan ibadah melalui komunikasi antarpribadi dan kelompok pada majelis taklim terbesar dan majelis taklim terkecil di Kecamatan Pancoran Mas Depok Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul” Pola Komunikasi Majelis Taklim Muslimat NU dan Al-Barkah Dalam Kegiatan Pembinaan Ibadah Kaum Ibu di Kecamatan Pancoran Mas Depok.” B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah Berdasarkan judul di atas, maka pola komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk komunikasi. Bentuk komunikasinya berkaitan dengan komunikasi Antarpribadi dan komunikasi kelompok. Adapun ibadah dalam penelitian ini meliputi: a). Membaca Yasiin, Tahlil, Ratib Al-Athos, istigasah, Aqidah Mujmalah dan Ceramah agama. b). kedua bentuk komunikasi tersebut berkaitan antara ustaz dan ustazah dengan jamaah. Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana komunikasi antarpribadi ustaz dan ustazah dengan jamaah dalam pembinaan ibadah di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim AlBarkah di Kecamatan Pancoran Mas Depok? 2. Bagaimana komunikasi kelompok ustaz dan ustazah dengan jamaah dalam pembinaan ibadah di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim AlBarkah di kecamatan Pancoran Mas Depok? Dengan terjawabnya pertanyaan dari perumusan masalah maka akan mempermudah untuk mengetahui pola komunikasi Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah dalam kegiatan pembinaan ibadah kaum ibu. C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian ini meliputi Tujuan penelitian ini secara umum sebagai berikut: a. Ingin mengetahui bagaimana komunikasi Antarpribadi Ustaz dan Ustazah dengan Jamaah di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah dalam kegiatan pembinaan ibadah di Kecamatan Pancoran Mas Depok b. Ingin mengetahui bagaimana komunikasi kelompok ustaz dan ustazah dengan jamaah di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al Barkah dalam kegiatan pembinaan ibadah di Kecamatan Pancoran Mas Depok 2. Manfaat penelitian ini meliputi: a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber informasi, literatur, referensi dan dokumentasi ilmiah atau perbandingan bagi studi dalam usaha untuk mengembangkan khazanah keilmuan yang sesuai. Pengajaran ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru tentang intensitas dan afektifitas dai dalam menjalani hubungan antarpribadi dan kelompok terhadap mad’u (jamaah) yaitu kaum ibu dalam kegiatan pembinaan ibadah. Adapun mengenai manfaat dari penelitian ini, secara teoritis yaitu untuk memperkaya khazanah keilmuan dakwah dan komunikasi khususnya di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun lingkungan akademisi lain dan masyarakat pada umumnya. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan dan sumbangsi keilmuan komunikasi dan dakwah bagi para praktisi pengajar, komunikasi dan dakwah yakni sebagai salah satu upaya membentuk komunikasi yang efektif dan secara intensitas. Secara praktis penelitian ini manfaatnya adalah sebagai kontribusi pemikiran dalam kegiatan pembinaan ibadah di majelis taklim khususnya di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah di Kecamatan Pancoran Mas Depok, dan masyarakat pada umumnya. D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat atas fenomena yang diteliti kemudian dianalisa, diinterpretasikan dan ditafsirkan dengan data-data lainnya untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian yaitu pola komunikasi pembinaan ibadah kaum ibu pada Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah di Kecamatan Pancoran Mas Depok Penelitian deskriptif juga dapat dikatakan sebagai penelitian yang diarahkan pada pengukuran yang cermat terhadap suatu fenomena sosial tertentu. Penelitian harus menggunakan diri sebagai instrument maksudnya mengikuti asumsi kultural sekaligus mengikuti data3. Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah berupa kata kata, gambar dan bukan angka-angka 4. Hal ini dikarenakan pola komunikasi pembinaan ibadah kaum ibu menggunakan metode kualitatif yang menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat atas 3 Julia Brannen, Memandu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), cet. Ke-4, h. 11. 4 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif.(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke-23, hal.9 fenomena yang diteliti kemudian dianalisa, diinterpretasikan dan ditafsirkan dengan data-data lainnya untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian. Adapun “deskriptif analisis adalah penelitian yang dikerjakan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable variable lainnya”5. Dalam penelitian ini digambarkan bentuk atau pola komunikasi pembinaan ibadah yang ada di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah 2. Subjek dan Objek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah guru (penceramah) yaitu, KH. Burhanudin Marzuki dan Ustazah Yuliyana selaku guru atau penceramah di Majelis Taklim Muslimat NU. Dan Ustazah Umi Qomariah dan Ustaz Dede Wahyudin selaku penceramah di Majelis Taklim Al-Barkah. Sedangkan objek penelitian ini adalah proses komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok yang dilakukan oleh Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah 3. Tempat dan waktu penelitian Adapun tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah Majelis Taklim Muslimat NU di Kecamatan Pancoran Mas Depok yang bertempat di Jl. Margonda Raya Pancoranmas No 54 Depok. Dan Majelis 5 h. 11 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, ( Bandung: CV Afabeta, 2005), Cet. Ke- 12, Taklim Al Barkah di Jl. Raya Cagar Alam kelurahan Pancoranmas Depok sedangkan waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 01 April sampai 08 juni 2014 4. Teknik Pengumpulan Data Yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah: a. Observasi Observasi yaitu pengamatan secara sistematis dan analisa yang memegang peranan penting untuk memperkirakan tingkah laku sosial, sehingga hubungan antara satu peristiwa dengan yang lainnya menjadi lebih jelas6. Observasi atau pengamatan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dalam hal ini yang diamati adalah bagaimana proses pola komunikasi dalam pembinaan ibadah yang dilakukan oleh Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah? b. Wawancara Wawancara ini dilakukan dalam rangka untuk memperoleh data dari sumber masalah yang akan diteliti dengan mengajukan pertanyaan secara langsung dicatat dengan menggunakan wawancara bebas terpimpin7. Adapun yang diwawancarai dalam skripsi ini adalah ustaz dan ustazah di Majelis Taklim Muslimat NU yaitu KH. Burhanudin 6 Syamsir salam. Metodelogi penelitian social, (Jakarta: UIN Perss, 2006), h. 31 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif.(Bandung: PT. Remaja ROsdakanya, 2007), cet ke-26, hal. 186 7 Marzuki dan ustazah Yuliyana dan jamaahnya sebanyak 4 orang. ustaz dan ustazah di Majelis Taklim Al-Barkah yaitu ustaz Dede Wahyudin dan ustazah Hj. Umi Qomariah adapun jamaah yang diwawancarai sebanyak 3 orang. c. Dokumentasi Pengambilan data berupa catatan-catatan, buku, dokumentasi foto, arsip-arsip dan literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian. 5. Pengolahan Data Setelah memperoleh data dari hasil observasi dan wawancara yang ditunjukan kepada Ustazah dan jamaah tersebut dikumpulkan, kemudian disusun melalui proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca. Berdasarkan rumusan yang telah disusun. 6. Analisa Data. Setelah mengumpulkan data-data penelitian yang dianalisis dengan cara diinterpretasikan dengan menggunakan sumber data sudah terkumpul dan data-data kemudian dijabarkan dengan memberikan analisa-analisa dan penafsiran untuk kemudian menghasilkan kesimpulan akhir 8 , agar mengetahui komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok pembinaan ibadah yang dilakukan oleh kedua Majelis Taklim terbesar dan terkecil yang ada di kecamatan Pancoran Mas kota Depok 8 Rachmat Kriyantono, Tekhnik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group 2010) cet ke.5 hal. 86 7. Pedoman Penulisan Penulisan Skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang di terbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagaimana dimuat pada buku Akademik Program Strata I Tahun 2010/2011 . E. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan skripsi ini, telah dilakukan tinjaun pustaka terlebih dahulu yakni kelapangan dalam rangka memperoleh studi pendahuluan terhadap karya ilmiah terdahulu atau sebelumnya yang mempunyai kaitan judul atau objek dan subjek penelitian yang sejenis ataupun yang sama dengan yang diteliti. Tinjauan pustaka ini bermaksud agar terlihat dan dapat diketahui perbedaannya bahwa penelitian ini tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. Adapun buku yang digunakan untuk menjadi penelitian ini di antaranya yang berjudul ilmu komunikasi teori dan praktek oleh Onong Uchjana Effendi, pengantar ilmu komunikasi oleh Hafied Cangara, ilmu komunikasi sebuah pengantar ringkas oleh Prof. Dr. H. Anwar Arifin, Psikologi komunikasi oleh Jalaludin Rahmat, Komunikasi kelompok: ProsesProses Diskusi dan Penerapannya oleh Alvin A. Goldberg, carl E. Larson. Komunikasi Antarpribadi oleh Liliweri, Alo. Pembinaan Arti dan Metodenya oleh Hardjana Mangun. Setelah dilakukannya tinjauan kepustakaan baik di Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ditemukan judul yang sejenis: 1. “Pola Komunikasi KH. Mahmudin dalam pembinaan santri di pondok di pondok pesantren Al-Mubarok Serang Banten” karya Muhammad Fathullah tahun 2008. Ia menggunakan metode penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif. Skripsinya cenderung menggabungkan dua menggunakan komunikasi komunikasi yaitu pola komunikasi roda serta persuasif dan instrukstif/koersif, yang di terapkan di pondok Al-Mubarok terhadap santri 2. “ Pola Komunikasi dalam pembinaan akhlak siswa MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan” tahun 2008. Karya Agus Ratina dengan menggunakan metodelogi penelitian pendekatan kualitatif deskriptif. Skripsi ini membahas pola komunikasi dan metode guru dalam proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran akhlak di MAN 4 Model. 3. “Pola Komunikasi Guru Agama Terhadap Siswa Dalam Pembinaan Ibadah di SMP Islam Alsyukro Ciputat”karya Eka Irmawati tahun 2011. Ia menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Skripsinya cenderung kepada pola komunikasi pribadi dan pola komunikasi kelompok , antara sekelompok guru agama dengan para siswa dalam pembinaan ibadah di SMP Islam Alsyukro ciputat. Adapun perbedaan skripsi yang diteliti ini pertama penelitian ini menggunakan komunikasi antarpribadi dan kelompok yang lebih kepada pola komunikasi pembinaan ibadah yang dilakukan oleh kedua Majelis Taklim terbesar dan terkecil yang meliputi: a). Membaca ayat-ayat Al-Qur’an berjamaah (Surah Yasin, Tahlil dan Ratib Al Athos dan Ceramah agama b).kedua bentuk komunikasi Antarpribadi dan komunikasi Kelompok berkaitan antara ustaz dan ustazah dengan jamaah di Majelis Taklim Muslimat NU dan Al-Barkah. F. Kerangka Teori Teori pola komunikasi menurut Joseph A. Devito mengelompokan pola komunikasi menjadi empat macam yaitu meliputi komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan komunikasi massa9. Dan teori Steward L.Tubbs dan Silvia yaitu ciri-ciri komunikasi yang efektif ada lima: Pengertian, kesenangan, mempengaruhi sikap, hubungan sosial yang baik, dan tindakan.10 Teori yang digunakan adalah teori pola komunikasi kelompok. Menurut Robert F. Bales mengenai analisis proses interaksi yang dikutip oleh Raudhonah, bahwa kelompok kecil adalah Sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, di mana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai perorangan11. 9 Nurudin, sistem komunikasi Indonesia (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2007), h. 26. Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007) cet. I, h. 60. 11 Ibid., h. 128. 10 Dan teori komunikasi antarpribadi menurut Joseph A. Devito dalam bukunya ”The Interpersonal Communication Book”. yang mengemukakan bahwa, komunikasi antarpribadi adalah “pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik yang langsung” 12 G. Sitematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab pertama membahas: Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi penelitian, tinjuan Pustaka, kerangka teori, sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORITIS Bab kedua membahas: pengertian pola komunikasi, unsur-unsur komunikasi, macam-macam pola komunikasi, pengertian komunikasi antarpribadi, pengertian komunikasi kelompok, pengertian pembinaan, pengertian ibadah, dan pengertian pembinaan ibadah, pengertian, fungsi dan tujuan majelis taklim, macam-macam majelis taklim dan sejarah majelis taklim BAB III : GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM MUSLIMAT NU DAN MAJELIS AL-BARKAH Bab ketiga membahas Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah di Kecamatan Pancoran Mas Depok: sejarah berdirinya, Visi Misi dan profil kedua Majelis Taklim, Program 12 Ibid., h. 107. atau Jadwal Pengajian di kedua Majelis Taklim tersebut. Program Pembinaan ibadah (pembiasaan). BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA Bab ke empat membahas: Pola komunikasi pembinaan ibadah yang dilakukan oleh Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah; komunikasi antarpribadi dan kelompok dalam kegiatan pembinaan ibadah. BAB V : PENUTUP Bab kelima ini berisi: Kesimpulan dan Saran-Saran BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pola Komunikasi 1. Pengertian Pola Komunikasi Sebelum membahas mengenai pola komunikasi perlu diketahui yang dimaksud dengan pola. Kata “pola” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti bentuk atau sistem, cara atau struktur yang tetap, dimana pola dapat dikatakan contoh atau cetakan13. Pola dapat dikatakan juga sebagai model, yaitu cara untuk menunjukan sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses di dalamnya dan hubungan antara unsur-unsur pendukungnya14. Pola dalam komunikasi ini dapat dimaknai atau diartikan sebagai bentuk, gambaran, rancangan suatu komunikasi yang dapat dilihat dari jumlah komunikannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia komunikasi secara etimologi memiliki arti ”sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita”15. Makna komunikasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, dari sudut bahasa (etimologi) yaitu kata komunikasi berasal dari bahasa latin communication dengan kata dasar komunis yang berarti sama. Maksud “sama” di sini adalah orang yang menyampaikan dan orang 13 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996). h. 778 14 Di kutip dari Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasavina: 2004). h. 9 15 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, h. 454 yang menerima mempunyai persepsi yang sama tentang apa yang disampaikan16. Adapun sudut pandang yang kedua yaitu secara istilah atau terminologi. Menurut Onong Uchjana Effendy, “komunikasi berasal dari bahasa inggris yaitu communication yang bersumber dari bahasa latin communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran”17. Terdapat banyak pendapat tentang pengertian komunikasi dari para ahli komunikasi, di antaranya: 1. Menurut Roger dan D. Lawrence Kincaid yang dikutip Hafied cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih saling melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada nantinya akan menimbulkan sikap saling mengerti18. 2. Nurudin dalam buku Sistem Komunikasi Indonesia menjelaskan bahwa pada dasarnya komunikasi adalah sebuah pemprosesan ide, gagasan, dan lambang tersebut, sehingga terdapat pola-pola tertentu sebagai wujud prilaku manusia dalam berkomunikasi19. 16 Irham, Kamus Ilmiah Populer, Jakarta: Pustaka Kausar, 2001. Cet Ke-3, h. 605 Onong Uchajana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bina Cipta, 1998) 18 Cangara hafied, pengantar komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, 2008, hal 20 19 Nurudin, system komunikasi Indonesia (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2007), h. 26. 17 3. Menurut James, komunikasi adalah perbuatan, penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain20. 4. Adapun menurut Widjaja komunikasi adalah “hubungan kontak antar antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu komunikasi diartikan sebagai hubungan atau dapat diartikan bahwa komunikasi adalah saling tukar menukar pikiran atau pendapat”21. 5. Steward L. Tubbs dan Silvia Mess, yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi ia menguraikan ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif paling tidak dapat menimbulkan lima hal: a. Pengertian: komunikator dapat memahami, mengenai pesan-pesan yang disampaikan kepada komunikan. b. Kesenangan: menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan. c. Mempengaruhi sikap: dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa. d. Hubungan sosial yang baik: menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi. e. Tindakan: membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan pesan yang diinginkan22. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan hidup manusia melalui komunikasi 20 James G. Robbins, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Imu Jaya, 1995). Cet. Ke-4, h. 1. 21 Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000). h. 26. Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000). Cet ke -15, h. 13-16 22 seseorang akan dapat dengan mudah memahami maksud dari lawan bicara atau komunikan. Berdasarkan pengertian pola dan komunikasi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pola dan komunikasi memiliki keterkaitan satu sama lain, serangkaian dua kata yang memiliki keterkaitan makna yang mana dari keduanya saling mendukung. Pola komunikasi yaitu bentuk, rancangan atau gambaran dari proses komunikasi antara satu orang dengan orang lainnya agar dapat berjalan lancar dan efektif dengan tujuan mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikan atau seseorang yang diajak berkomunikasi. Baik secara langsung (face to face) atau melalui media, atau antar individu maupun kelompok. 2. Macam-Macam Pola Komunikasi Pada dasarnya ada beberapa macam pola komunikasi, yaitu di antaranya komunikasi intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri), komunikasi interpersonal (komunikasi antarpribadi) dan komunikasi kelompok. Adapun komunikasi intrapersonal ini adalah komunikasi yang dilakukan dalam diri sendiri, maksudnya proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem saraf23. 23 39 Sasa Djuarsa Sendjaja, pengantar komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998),h. Komunikasi ini akan berhasil jika pikiran yang disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan gagal ketika sewaktu menyampaikan pikiran tidak terkontrol. Yang kedua komunikasi interpersonal, yaitu proses paduan penyampaian pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti, dan melakukan kegiatan tertentu24. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, prilaku, pendapat atau prilaku seseorang. Adapun hubungan interpersonal ini adalah hubungan yang berlangsung. Keuntungan dari padanya ialah bahwa reaksi atau arus baliknya dapat diperoleh secara langsung. Dalam hubungan interpersonal, proses komunikasi semakin jelas dan terarah pada satu tujuan. Yang ketiga, pola komunikasi kelompok, yaitu komunikasi antara seseorang komunikator berkomunikasi dan berkumpul dengan sejumlah bersama-sama orang dalam yang bentuk kelompok25. Komunikasi kelompok ini dibagi atas dua bagian yaitu kelompok kecil dan kelompok besar, kelompok kecil menurut Bales adalah “sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lainnya alam satu pertemuan yang bersifat tatap muka, di mana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan dengan yang lainnya sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudah 24 Onong Uchjana effendi, ilmu komunikasi teori dan praktek, ( bandung: Mandar Maju, 1992). Cet. Ke-1, h. 4 25 Onong Uchjana Effendi, Dimensi Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1986), cet. Ke2 h.5 memberikan tanggapan kepada masing masing individu komunikan”26. Dalam komunikasi kelompok kecil ini komunikator menunjukan pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, contoh. Diskusi, ceramah, seminar, rapat, dan lain lain. Dan komunikan dapat bertanya jika pesan yang disampaikan komunikator kurang jelas dipahami oleh komunikannya. Terdapat lima pola aliran komunikasi yang dapat dijumpai pada pola komunikasi kelompok dan organisasi yaitu sebagai berikut : 1. Pola lingkaran, tidak memiliki pemimpin. semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain disisinya. 2. Pola Roda, pola roda memiliki pemimpin yang jelas yaitu yang posisinya di pusat. Orang ini merupakan satu satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya 3. Pola Y Pola Y relatif kurang tersentralisasikan dibanding dengan pola roda, tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan pola 26 Shochibul Hujjah, Pola Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarifhidayatullah Jakarta, 2011), h.27 yang lain. Pola Y juga terdapat pemimpin yang jelas anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasi terbatas hanya dengan satu orang lainnya. 4. Pola rantai Pola rantai sama dengan pola lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat di sini. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin dari pada mereka yang berada di posisi lain. 5. Pola semua saluran atau bintang Pola semua saluran atau bintang hampir sama dengan pola lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran, memungkinkan setiap anggota lainnya. adanya partisipasi antarpribadi adalah Pola anggota ini secara optimum27. 3. Komunikasi Antarpribadi Komunikasi komunikasi antara komunikator dengan komunikan yang berlangsung secara private. 27 Abdullah Masmuh, komunikasi organisasi dalam perspektif teori dan praktek, h. 57-58 Atau dapat pula diartikan komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan, bisa juga melalui medium/telpon28. “Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung secara berhadapan muka (face to face) dengan harapan umpan balik yang secara langsung” 29. Menurut Effendy, yang dikutip oleh Alo Liliweri, bahwa komunikasi antarpribadi hakikatnya yaitu komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau prilaku manusia berhubungan prosesnya yang dialogis 30. Komunikasi antarpribadi menurut Devito adalah “pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik secara langsung”31. Komunikasi antarpribadi melibatkan komunikasi yang bebas. Artinya setiap tingkah laku komunikasi mengandung sebab dan akibat tertentu yang langsung diterima pada saat itu juga, dengan demikian setiap pesan sebagai aksi selalu mendapat reaksi dari yang menerimanya. Peristiwa berlangsungnya komunikasi antarpribadi 28 Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2005).Cet Ke-9. h. 125 29 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1997). Cet.Ke-2, h. 72 30 Ibid., h. 12 31 Onong Uchana Effendy, ILmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 62-63 terjadi tidak berstruktur, bersifat tidak formal, tidak kaku, dan sangat luwes32. Sedangkan Sasa Djuarsa menerangkan definisi komunikasi antarpribadi ini dalam tiga perspektif, yaitu: 1. Perspektif komponensial, yaitu melihat komunikasi antarpribadi dari komponen-komponennya. Maksudnya di mana proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua orang dengan berbagai efek dan umpan balik. 2. Prespektif pengembangan yaitu melihat komunikasi antarpribadi dari proses pengembangannya. Dari yang bersifat impersonal meningkat menjadi interpersonal atau intim. 3. Prespektif relasional, yaitu melihat komunikasi antarpribadi dari hubungannya. Maksudnya komunikasi yang terjadi di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas diantara mereka33. Onong menjelaskan bahwa karakteristik komunikasi antarpribadi adalah dua arah atau timbal balik, masing-masing bisa saling menggantikan posisi, suatu ketika komunikator bisa menjadi komunikan dan sebaliknya 34 . Menurut Judy C. Pierson yang telah dikutip oleh Sasa Djuarsa terdapat enam karakteristik komunikasi antarpribadi yaitu: a. komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri sendiri 32 Weri, Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi, h. 122-123 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta:UIN Press, cet. Ke-1, h. 107-109 34 Weri, Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi, h. 48 33 b. bersifat transaksional c. mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi d. mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. e. melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu sama lain dalam proses komunikasi f. komunikasi antarpribadi tidak dapat diulang atau diubah35. dari beberapa definisi dan karakteristik komunikasi antarpribadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara individu dan efek yang dihasilkan sangat efektif untuk memberi pengaruh lawan bicara, karena tanggapan yang disampaikan bersifat langsung hingga komunikator dapat secara langsung mengembangkan pesan selanjutnya untuk semakin memperlancar tujuan dan harapan yang diinginkan oleh komunikan. 4. Komunikasi Kelompok Sebelum membahas komunikasi kelompok, perlu dipahami terlebih dahulu definisi dari kelompok. sekumpulan orang yang mempunyai Kelompok adalah tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, 35 Devito Komunikasi Antar Manusia, h.232 mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil (small group communication)”36 Menurut Homans kelompok adalah “sejumlah orang yang berkomunikasi satu sama lainnya, seringkali melewati jangka waktu dan dengan jumlah orang yang cukup kecil sehingga setiap orang dapat berkomunikasi tanpa melewati orang ketiga, melainkan secara tatap muka”37. Bales berteori bahwa pembagian kerja, perbedaan peranan dan perbedaan wewenang yang ada jika suatu kelompok berorientasi pada tugas menciptakan banyak kesulitan antarpribadi yang dapat mempengaruhi solidaritas kelompok. Kesulitan-kesulitan ini menimbulkan tekanan untuk memuaskan kebutuhan antarpribadi para anggota kelompok38. Menurut Shaw (1976) komunikasi kelompok adalah sekumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk 36 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet Ke-10, h. 82 37 Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi, Editor Penerjemah Dedy Mulyana, (Bandung: Rosdakarya, 2001), Cet ke-3, h.69 38 Alvin A. Goldberg, carl E. Larson, Komunikasi Kelompok: proses-proses diskusi dan penerapannya (Jakarta:UI-PRESS, 1985), cet. Ke -1, h.57-59 beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka39. Menurut Alvin A. Goldberg-Carl E.Larson komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada saat individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil dan bukan deskripsi mengenai bagaimana seharusnya komunikasi terjadi, serta bukan pula sejumlah nasehat tentang cara-cara bagaimana yang harus ditempuh40. Sedang menurut Michel Burgon dan Michael Ruffiner seperti yang dikutip oleh Sasa Djuarsa, komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari tiga individu atau lebih, guna memperoleh maksud atau tujuan yang diinginkan seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat41. Komunikasi Kelompok dapat diklasifikasikan kedalam dua macam, yaitu : 1. Kelompok Kecil, yang kadang-kadang disebut micro group .Kelompok kecil ( micro group ) adalah kelompok komunikasi yang dalam situasi terdapat kesempatan untuk memberi tanggapan secara verbal atau dalam komunikasi kelompok komunikator dapat melakukan komunikasi antarpribadi dengan 39 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 182 Alvin A. Goldberg-Carl E.Larson, Komunikasi Kelompok Proses Diskusi dan Penerapannya, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2006), h. 8 41 Sasa Djuarsa Sendjaja, et al, Modul Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), Cet Ke-8, h.3.3 40 salah seorang anggota kelompok, seperti yang terjadi pada acara diskusi, kelompok belajar, seminar dan lain-lain. Umpan balik yang diterima dalam komunikasi kelompok kecil ini biasanya bersifat rasional, serta diantara anggota yang terkait dapat menjaga perasaan masing-masing dan norma- norma yang ada. Dengan perkataan lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog atau Tanya jawab. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti dan dapat menyanggal jika tidak setuju dan lain sebagainya. Menurut Robert F. Bales, bahwa kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, di mana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai perorangan. 2. Komunikasi kelompok besar ( macro group ) yaitu yang terjadi dengan sekumpulan orang yang sangat banyak dan komunikasi antarpribadi ( kontak pribadi) jauh lebih kurang atau susah untuk dilaksanakan, karena terlalu banyaknya orang yang berkumpul seperti halnya terjadi pada acara tabligh akbar, kampanye dan lain-lain. Anggota kelompok besar apabila memberitakan tanggapan kepada komunikator, biasanya bersifat emosional, yang tidak dapat mengontrol emosinya. Lebih-lebih jika komunikan heterogen, beragam dalam usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, agama, pengalaman, dan sebagainya. 42 Seperti halnya jika di antara kerumunan itu seorang yang tidak suka pada komunikator, maka dia berusaha mencari kesempatan untuk melempar dengan sandal dan yang lainnya tanpa tahu permasalahan akan mengikuti tindakan tersebut. Adapun Karakteristik komunikasi kelompok. Beberapa karakteristik komunikasi kelompok yaitu: Komunikasi Kelompok bersifat formal, dalam arti pelaksanaannya direncanakan terlebih dahulu, sesuai dengan komponen-komponennya. Komunikasi kelompok terorganisir, yaitu orang-orang yang tergabung dalam kelompok mempunyai peranan dan tanggung jawab masing-masing dalam mencapai tujuan . Komunikator kelompok terlembagakan, dalam arti ada aturan mainnya. Komunikator dalam kelompok ini harus mencoba mengisolir beberapa proses yang sederhana dan 42 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 128. mudah dimengerti dari sekian banyak proses-proses yang timbul secara simultan. Menggunakan beberapa istilah yang akan memudahkan untuk mengorganisir pengamatan43. Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja, karakteristik yang melekat pada suatu kelompok yaitu: norma dan peran. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orangorang dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan yang lainnya. Kadang-kadang norma oleh para sosiolog disebut juga dengan hukum (Law) ataupun aturan (rule), yaitu perilaku– perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu kelompok. Ada tiga kategori norma kelompok yaitu pertama, norma sosial, yang mengatur hubungan di antara para anggota kelompok. Kedua norma prosedural, yaitu yang menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan apakah melalui suara mayoritas ataukah pembicaraan sampai tercapai kesepakatan. Jika diberi batasan sebagai ukuran kelompok yang akan dapat diterima, maka peran (role) merupakan pola-pola perilaku yang diharapkan dari setiap anggota kelompok. Ada 43 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h.125 dua fungsi peran dalam suatu kelompok, yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan. Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi komunikasi kelompok sebagai berikut : a. Fungsi hubungan sosial, yaitu bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial diantara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberi kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai dan menghibur. b. Fungsi pendidikan, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan. c. Fungsi persuasi, yaitu seorang anggota kelompok berupaya mempersuasi anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakuakan sesuatu. d. Fungsi pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, yaitu berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya, sedangkan pembuatan keputusan; berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan. e. Fungsi terapi, yaitu membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya, Tentu individu tersebut berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini adalah: kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkoba dan lain lain44. 5. Bentuk-Bentuk Komunikasi Bentuk bentuk komunikasi terdapat tiga macam yakni komunikasi interpersonal antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Adapun proses komunikasi yang melibatkan ustaz atau ustazah selaku komunikator dan jamaah sebagai komunikan penyampaian pesannya pun berlangsung secara lisan dan melalui tatap muka, maka dalam proses komunikasi tatap muka ini dapat dibagi dua bentuk komunikasi, yakni bentuk komunikasi kelompok kecil dan bentuk komunikasi antarpribadi. Dengan uraian sebagai berikut: a. komunikasi kelompok kecil Menurut Robert F. Bales mengenai analisis proses interaksi yang dikutip oleh Raudhonah, bahwa kelompok kecil adalah 44 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 130 Sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, di mana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai perorangan45. Jamaah yang berada di dalam majelis taklim dikatakan sebagai kelompok kecil berbeda dengan kelompok besar, individu-individu dalam kelompok kecil ini bersifat rasional sehingga setiap pesan yang sampai kepadanya akan ditanggapi secara kritis. Dalam situasi kelompok kecil ini seorang ustaz atau ustazaah bisa mengubahnya menjadi komunikasi secara pribadi. Dalam situasi kelompok kecil ini seorang ustaz sebagai komunikator haruslah memperhatikan umpan balik komunikan sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya di kala ia mengetahui bahwa umpan balik dari komunikan bersifat negatif karena situasi kelompok kecuali berlangsung secara tatap muka maka tanggapan komunikan dapat segera diketahui, sehingga dinamakan umpan balik seketika. Umpan balik yang diperlukan ustaz bersifat verbal karena komunikasinya ditunjukan kepada kognisi jamaah. 45 Ibid., h. 128. Keuntungan bagi seorang komunikator atau ustaz dalam kelompok kecil ini terdapatnya komunikasi antapribadi, umpan balik secara langsung, suasana lingkungan komunikasi dapat diketahui. Sehingga ia dapat mengetahui tanggapan dan reaksi komunikan pada saat menyampaiakan pesan sehingga, bila komunikasinya tidak berhasil saat itu juga ia dapat merespon atau merubah sikapnya secara langsung. b. Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi menurut Devito adalah “pengiriman pesan pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik secara langsung”46. Komunikasi antarpribadi melibatkan komunikasi yang bebas. Artinya setiap tingkah laku komunikasi mengandung sebab dan akibat tertentu yang langsung diterima pada saat itu juga, dengan demikian setiap pesan sebagai aksi selalu mendapat reaksi dari yang menerimanya. Peristiwa berlangsungnya komunikasi antarpribadi terjadi tidak berstruktur, bersifat tidak formal, tidak kaku, dan sangat luwes47. Menurut Judy C. Pierson yang telah dikutip oleh Sasa Djuarsa terdapat enam karakteristik komunikasi antarpribadi yaitu: 46 47 Onong Uchana Effendy, ILmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 62-63 Weri, Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi, h. 122-123 a.komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri sendiri b. bersifat transaksional c. mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi d. mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. e. melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu sama lain dalam proses komunikasi g. komunikasi antarpribadi tidak dapat diulang atau diubah48. dengan karakteristik tersebut komunikasi antarpribadi dinilai ampuh untuk mengubah sikap opini atau prilaku komunikan dan hubungan ini juga menggunakan teknik komunikasi persuasif yang mempunyai pengaruh dan pengikut banyak. Sehingga dapat merubah prilaku opini atau tingkah komunikan kedua jenis bentuk komunikasi tersebut memiliki situasi yang sama yakni tatap muka dan umpan balik yang berlangsung seketika. Adapun komunikasi antarpribadi lebih efekitif dalam mengubah sikap opini dan prilaku komunikan , karena diri komunikan tidak mungkin dikuasai seperti halnya pada komunikasi antapribadi. 48 Devito Komunikasi Antar Manusia, h.232 B. Pembinaan Ibadah Dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembinaan Ibadah Pembinaan asal kata dari “bina” yang memiliki arti membangun, mendirikan. kata “pembinaan” yaitu kata “bina” yang mendapat awalan – pem dan akhiran–an yang memiliki arti proses, cara, pembuatan membina, pembaharuan, penyempurnaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “pembinaan” memiliki arti usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik49. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata “Pembinaan” mengandung arti penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan yang dilakukan secara berdayaguna untuk memperoleh hasil yang baik 50. Adapun arti kata pembinaan dari segi terminologi yaitu upaya, usaha kegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan sasaran pembinaan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial dalam masyarakat51. Dari beberapa definisi mengenai pembinaan maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah sebuah bentuk usaha dalam mengembangkan kemampuan diri yang dilakukan oleh seseorang 49 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003). h. 152 50 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979). h. 23 51 Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Islam Pada Dharmawati, (Jakarta:Penerbit Depag, 1984). h. 126 kepada orang lain agar apa yang diinginkan atau yang menjadi tujuan dari keduanya dapat tercapai. Pembinaan ibadah adalah sebuah bentuk usaha dalam mengembangkan kemampuan diri yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain yaitu seorang dai kepada mad’u dalam beribadah atau mengerjakan apa-apa yang diperintahkan Allah Swt, baik dalam ibadah yang wajib atau yang sunnah agar menjadi hamba yang lebih baik dan mendapat keridhoan Allah SWT. a. Ruang Lingkup Ibadah “Secara Etimologi “kata ibadah” diambil dari bahasa arab abada-yaidu-ibad-ibadatun yang artinya beribadah atau menyembah”52. Menurut Abu Al-A’ la Al-Maududi, kata abada secara bahasa pada mulanya memiliki pengertian kedudukan seseorang kepada orang lain dan orang tersebut menguasainya oleh karena itu, ketika disebut kata alabidi dan alabidatu yang cepat tertangkap dalam pikiran orang yaitu ketundukan dia, kehinaan budak di hadapan majikan dan mengikuti segala macam perintahnya 53. Yusuf Al-Qardhawi juga menjelaskan bahwa: kata ibadah diambil dari bahasa Arab yang secara etimologi berasal dari kata 52 Atabik Ali dan Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Indonesia Arab, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, Cet. 5 h. 1268 53 Yusuf Al-Qardhawi, Ibadah dalam Islam Terj. Umar Fanami, (Surabaya: PT Biru Ilmu, 1988). h. 37 abada, yaidu, yang berarti tunduk, taat, patuh, merendahkan diri. Adapun sesorang yang tunduk, patuh dan merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut Abid ( yang beribadah)54. Pengertian ibadah secara termologi adalah nama yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhoi oleh Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Secara sembunyisembunyi atau terang-terangan dalam rangka mengagungkan Allah dan mengharap ridho dan pahalanya. Dari beberapa pengertian ibadah di atas maka dapat disimpulkan bahwa ibadah yaitu segala sesuatu yang dilakukan seseorang dengan tujuan mengharap ridho Allah dan melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah atas dirinya agar mendapat pahala dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. b. Macam-Macam Ibadah Ibadah ditinjau dari ruang lingkupnya terbagi atas dua macam: a. Ibadah Khashah, adalah dimana ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash, seperti sholat, zakat, puasa, haji, dan lain sebagainya. b. Ibadah Ammah, adalah semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik dan semata-mata karena Allah SWT (ikhlas), seperti makan, minum, bekerja, amar makruf nahi 54 Yusuf Al-Qardhawi, Ibadah dalam Islam Terj. Umar Fanami, (Surabaya: PT Biru Ilmu, 1988). h. 40 munkar, berlaku adil berbuat baik kepada orang lain dan sebagainya55. Adapun yang disunatkan dalam ibadah khususnya ibadah sholat, seperti adzan, menjawab adzan, iqomat, sholat sunanat rawatib dan berdzikir seperti tasbih dan doa56. Pembinaan ibadah adalah sebuah bentuk usaha dalam mengembangkan kemampuan diri yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain yaitu seorang dai kepada mad’u dalam beribadah atau mengerjakan apa-apa yang diperintahkan Allah Swt, baik dalam ibadah yang wajib atau yang sunnah agar menjadi hamba yang lebih baik dan mendapat keridhoan Allah SWT. C. Majelis Taklim 1. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Majelis Taklim Pengertian majelis taklim dalam kamus Munjid yang dikutip oleh Luis Ma’luf , kata majelis berasal dari bahasa arab yang berarti majlis tempat duduk, berasal dari kata jalasa, majlisi, yajlisu jadi kata majelisun merupakan isim makan (kata keterangan tempat) dari kata jalasa yang berarti suatu tempat duduk, yang mana di dalamnya berkumpul orang orang. Zukairin berkumpulnya 55 mengomentari sekelompok bahwa orang untuk majelis yaitu melakukan tempat kegiatan, Rahman Ritongga dan Zainuddin, fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), Cet. Ke-1, h. 10 56 Fikih Sunnah dan Pendapat Empat Madzhab (Singapore: Darul Sunah, 1996), h. 223 tempatnya dapat berupa masjid, rumah atau juga tempat khusus yang dibangun untuk suatu kegiatan. Sehingga dikenal sebagai majelis syuro: majelis taklim dan sebagainya. Bila diperhatikan kata majelis taklim ini berasal dari dua kata , yaitu majelis dan taklim. Ada beberapa arti dari kata majelis ini di antaranya: a. Dalam Ensiklopedia Islam dikatakan bahwa majelis adalah suatu tempat yang di dalamnya berkumpul sekelompok orang untuk melakukan aktivitas atau perbuatan57. b. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia majelis adalah pertemuan dan perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul58 Dan kata taklim berasal dari kata alama-yu’limu-ta’liman yang artinya mengajarkan59. Dan dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian taklim adalah melatih manusia60. Dari beberapa definisi taklim di atas maka dapat ditarik garis besarnya bahwa taklim adalah suatu bentuk aktif yang dilakukan oleh orang yang ahli dengan memberikan atau mengajarkan ilmu kepada orang lain. Dan bila kata majelis dan taklim dijadikan satu yaitu 57 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. (ed), Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994). h. 121 58 Depdikbud, Kamus Indonesia- Arab, (Jakarta: Bulan Bintan, 1987), cet, ke-1, h. 2 59 Asad. M. Kalah, Kamus Indonesia-Arab, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), cet, ke-2 h. 8 60 Depdikbud, h. 30 majelis taklim maka dapat diartikan dengan tempat pengajaran atau tempat memberikan dan mengajarkan ilmu agama 61. Adapun Fungsi majelis taklim Menurut Prof. H. M. Arifin, M. Ed. Mejelis taklim sebagai pengokoh landasan hidup manusia Indonesia, khususnya dalam bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan bathiniyah, duniawi atau ukhrawi, secara simultan (kebersamaan), sesuai tuntunan agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandaskan kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya 62. Menurut Nurul Huda fungsi majelis taklim sebagai lembaga pendidikan non formal adalah: a. Membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah b. Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggarannya yang santai. c. Sebagai tempat berlangsungnya silaturahmi, misal yang dapat menghidup suburkan dakwah dan ukhuwah Islamiyah. d.Sebagai media sarana dialog berkesinambungan antara ulama dan umat. 61 Nurul Huda, Pedoman Majelis Ta’lim, (Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990), Cet, ke-2, h. 5. 62 M. Arifin, Kapita selekta Pendidikan (Islam dan umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet, ke- 3, h. 120 e. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa pada umumnya63. f. Adapun Dra. Hj. Tutty Alawiyah AS, dalam bukunya Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, merumuskan tujuan dari segi fungsinya, yaitu: Pertama, berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuan majelis taklim adalah menambah ilmu dan keyakinan agama, yang akan mendorong pengalaman ajaran agama. Kedua, berfungsi sebagai tempat kontak sosial, maka tujuannya silaturahmi. Ketiga, berfungsi mewujudkan minat sosial maka tujuannya meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya64. Muhsin MK pun dalam bukunya tidak memisahkan antara tujuan dan fungsi majelis taklim. Paparnya dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Majelis Takilm”. apabila dilihat dari makna dan sejarah berdirinya majelis taklim dalam masyarakat, bisa diketahui dan dimungkinkan lembaga dakwah ini berfungsi dan bertujuan sebagai berikut: a. Tempat Belajar-Mengajar 63 Nurul Huda, pedoman Majelis taklim, h. 9 Tuty Alawiyah AS, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim. (Bandung: Mirzan, 1997 h.5 64 Majelis taklim dapat berfungsi sebagai tempat kegiatan belajar mengajar umat Islam, khususnya bagi kaum perempuan dalam rangka meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman ajaran Islam. b. Lembaga Pendidikan dan Keterampilan Majelis taklim juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan keterampilan bagi kaum perempuan dalam masyarakat yang berhubungan, antara lain dengan masalah pengembangan kepribadian serta pembinaan keluarga dan rumah tangga sakinah mawaddah warohmah. Melalui Majelis taklim inilah, diharapkan mereka menjaga kemuliaan dan kehormatan keluarga dan rumah tangganya. c. Wadah Berkegiatan dan Berkreativitas Majelis taklim juga berfungsi sebagai wadah berkegiatan dan berkreativitas bagi kaum perempuan. Antara lain dalam berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Negara dan bangsa kita sangat membutuhkan kehadiran perempuan yang sholihah dengan keahlian dan keterampilan sehingga dengan kesalehan dan kemampuan tersebut dia dapat membimbing dan mengarahkan masyarakat ke arah yang baik. d. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Majelis taklim juga berfungsi sebagai pusat pembinaan dan pengembangan kemampuan dan kualitas sumber daya manusia kaum perempuan dalam berbagai bidang seperti dakwah, pendidikan sosial, dan politik yang sesuai dengan kodratnya. e. Jaringan Komunikasi, Ukhuwah dan Silaturahim Majelis taklim juga diharapkan menjadi jaringan komunikasi, ukhuwah, dan silaturahim antar sesama kaum perempuan, antara lain dalam membangun masyarakat dan tatanan kehidupan yang Islami65 Jika kita perhatikan dengan teliti, penjelasan Muhsin MK di atas mengkhususkan majelis taklim yang pesertanya adalah dari kaum wanita. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa kaum lelaki pun dapat mengadakan majelis taklim. Hanya saja di Jakarta dan sekitarnya mungkin lebih banyak dikenal majelis taklim yang banyak dari kaum wanita pesertanya. 2. Macam-Macam Majelis Taklim Majelis taklim yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia jika dikelompok-kelompokkan ada berbagai macam, antara lain dilihat dari jamaahnya, yaitu: 65 http://uchinfamiliar.blogspot.com/2009/02/pengertian-majelis-taklim- dasar-hukum.html Majelis taklim kaum ibu/muslimah/perempuan, majelis taklim kaum bapak/muslimin/laki-laki, majelis taklim kaum remaja, majelis taklim anak-anak, majelis taklim campuran laki-laki dan perempuan/kaum bapak dan ibu a. Dilihat dari organisasinya, majelis taklim ada beberapa macam, yaitu: Majelis taklim biasa, dibentuk oleh masyarakat setempat tanpa memiliki legalitas formal kecuali hanya memberi tahu kepada lembaga pemerintahan setempat, majelis taklim berbentuk yayasan, biasanya telah terdaftar dan memiliki akte notaris, majelis taklim berbentuk ormas, majelis taklim di bawah ormas. b. Dilihat dari tempatnya, majelis taklim terdiri dari: Majelis taklim masjid atau mushola, majelis taklim perkantoran, majelis taklim perhotelan, majelis taklim pabrik atau industri, majelis taklim perumahan66 3. Sejarah Majelis Taklim Dilihat dari segi historis Islami, majelis taklim dengan dimensi yang berbeda-beda telah berkembang sejak zaman Rasululah saw. Pada zaman itu muncul berbagai jenis kelompok pengajian sukarela, tanpa bayaran, biasa disebut Halaqah, yaitu kelompok pengajian di Masjid Nabawi atau Masjid AlHaram. Ditandai dengan salah satu pilar masjid untuk dapat berkumpulnya 66 http://uchinfamiliar.blogspot.com/2009/02/pengertian-majelis-taklim-dasar-hukum.html peserta kelompok masing-masing dengan seorang sahabat yaitu ulama terpilih67. Dari sejarah kelahirannya, majelis taklim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam Islam, sebab sudah dilaksanakan sejak zaman Rasulullah saw. sekalipun tidak disebut dengan majelis taklim. Rasulullah saw menyelenggarakan sistem taklim secara priodik di rumah sahabat Arqam di Mekkah dimana pesertanya tidak dibatasi oleh usia dan jenis kelamin. Di kalangan anak-anak pada zaman Nabi juga dikembangkan kelompok pengajian khusus yang disebut Al-Kuttab, mengajarkan baca AlQuran, yang pada masa selanjutnya menjadi semacam pendidikan formal untuk anak-anak, karena di samping baca Al-Quran juga diajarkan ilmu agama seperti fikih, tauhid, dan sebagainya68. Pada priode Madinah, ketika Islam telah menjadi kekuatan nyata dalam masyarakat, penyelengaraan pengajian lebih pesat. Rasulullah saw duduk di Masjid Nabawi memberikan pengajian kepada sahabat dan kaum muslimin ketika itu. Dengan cara tersebut Nabi saw telah berhasil menyiarkan Islam, dan sekaligus berhasil membentuk karakter dan ketaatan umat. Nabi saw juga berhasil membina para pejuang Islam yang tidak saja gagah perkasa di medan 67 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet Ke- 1, h. 203. 68 Ibid., h. 206 perjuangan bersenjata membela dan menegakkan Islam, tetapi juga terampil dalam mengatur pemerintahan dan membina kehidupan masyarakat 69. Pengajian yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw. tersebut dilanjutkan oleh para sahabat, Tabi’ Al-tabi’in dan sampai sekarang berkembang dengan nama majelis taklim, yaitu pengajian yang diasuh dan dibina oleh tokoh agama/ulama. Pada masa puncak kejayaan Islam, terutama disaat Bani Abbas berkuasa, majelis taklim di samping dipergunakan sebagai tempat menimba ilmu, juga menjadi tempat para ulama dan pemikir menyebarluaskan hasil penemuan atau ijtihadnya. Barangkali tidak salah bila dikatakan bahwa para ilmuan Islam dalam berbagai disiplin ilmu ketika itu merupakan produk dari majelis taklim. Sementara di Indonesia, terutama disaat-saat penyiaran Islam oleh para Wali dahulu, juga mempergunakan majelis taklim untuk menyampaikan dakwah. Dengan pendidikan demikian, tertua di majelis Indonesia. taklim Barulah juga merupakan kemudian seiring lembaga dengan perkembangan ilmu dan pemikiran dalam mengatur pendidikan, di samping Majelis Taklim yang bersifat non-formal, tumbuh lembaga pendidikan yang formal, seperti Pesantren, Madrasah, dan Sekolah. 69 1, h. 209. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet Ke- KH. Abdullah Syafi’ie (1910-1985) adalah orang pertama yang memperkenalkan istilah majlis ta’lim (sering ditulis ; majelis taklim). Beliau mengembangkan pengajian di masjid Al-Barkah yang beliau sebut dengan majelis taklim, baik untuk bapak-bapak maupun yang dikhususkan untuk ibuibu. Akhirnya istilah majelis taklim menjadi trade mark dari pengajianpengajian KH. Abdullah Syafi’ie. Sebelum itu orang jika ingin menghadiri pengajian tidak pernah menyebutnya pergi ke majlis taklim, tetapi lebih suka menyebutnya mau pergi ke pengajian70. Penamaan majlis taklim akhirnya melahirkan identitas tersendiri yang membedakan dengan pengajian umum biasa, yaitu sifatnya yang tetap dan berkesinambungan. Akhirnya terbukti bahwa kegiatan yang bersifat majlis taklim itu menjadi kebutuhan masyarakat Islam, baik di kota-kota yang sibuk maupun di desa-desa yang terpencil. Jadi, menurut pengalaman historis, sistem majelis taklim telah berlangsung sejak awal penyebaran Islam di Saudi Arabia, kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia Islam di Asia, Afrika, dan Indonesia pada khususnya sampai sekarang. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa mejelis taklim memiliki fungsi dan tujuan sebagai lembaga pendidikan non formal keagamaan khususnya agama Islam, yang berupaya menjadi sarana bagi terwujudnya 70 http://bintuahmad.wordpress.com/2012/04/09/majelis-talim-seputar- pengertian-kedudukan-fungsi-dan-tujuan/ orang -orang muslim yang ingin memperoleh pengetahuan agama atau ajaran Islam lebih dalam, agar menjadi manusia yang memahami agama Islam secara kaffah. Untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM MUSLIMAT NU DAN AL- BARKAH A. Majelis Taklim Muslimat NU 1. Sejarah Berdirinya Majelis Taklim Muslimat NU 71. a. Internal:perkembangan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi kegamaan membutuhkan peran perempuan dalam mentradisikan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah. b. Dari segi eksternal: sejak 1917 telah muncul oragnisasi perempuan seperti Aisyiyah, Persistri (wanita Persis), Wanita Syarikat Islam Indonesia (PSII) maupun wanita Al-Irsyad. c. Dinamika perlunya membentuk organisasi perempuan NU ke-13 di menes Banten tahun 1938 (masih menjadi perdebatan diantara ulama) d. Rumusan berdirinya Muslimat NU dibahas pada Muktamar ke-14 di Magelang tahun 1939. Komisi bidang perempuan dipimpin Ny Djuaesih. Dihadiri perwakilan Muntilan, Sukoharjo, Kroya, Wonosobo, Surakarta, Magelang, Parakan, Purworejo dan Bandung. Rumusan lengkap AD/ART dibahas pada muktamar ke 15 tahun 1940 di Surabaya namun belum disetujui peserta Muktamar. 71 Sumber: Arsip Majelis Taklim Muslimat NU e. Mukatamar NU ke-16 di Purwokerto pada 29 Maret 1946 mensahkan berdirinya organisasi Muslimat NU yang waktu itu bernama Oelama Muslimat (NOM). Ulama yang Muslimat antara lain KH Moh Dahlan, Saifuddin Zuhri, sebagai ketua Umum, Ibu Nyai Chodijah Dahlan dari Pasuruan. f. Masa Pra kemerdekaan Bergabung dalam perjuangan revolusi dalam kegiatan seperti menjadi kurir, mengelola dapur umum, mengumpulkan bahan makanan, pakaian, obat-obatan bahkan mengangkat senjata dalam barisan Hizbullah, Sabillah, Palang Merah Indonesia dll. g. Kiprah Masa Orde Lama Muktamar NU ke 19 di Palembang pada tahun 1952, Muslimat NU menjadi Badan otonom. Pada Kongres Muslimat NU tahun 1954, Muslimat NU minta kepada PBNU untuk dapat dicalonkan sebagai anggota legislatif. Kongres juga menetapkan pemilihan pimpinan Muslimat NU secara demokratis. Dalam pemilu 1955, Muslimat berhasil menempatkan 5 wakilnya dalam Fraksi partai NU, Ibu Mahmudah Mawardi, dan Ibu Maryam Kantasumpena dari Jawa Tengah, Ibu Maryam Djunaidi dan Ibu Hadiniyah Hadi dari Jawa Timur dan Ibu Asmah Syahruni dari Kalimantan Selatan. Berperan serta dalam Program pemberdayaan perempuan Nasional dengan masuknya Muslimat NU sebagai salah satu ketu jajaran KOWANI (ny Mahmudah Mawardi 1956-1965, Ny HAS Wahid Hasyim, 1966-1968, Ny. Asmah Syachruni, 19681973, Farida Purnama. h. Kiprah Masa Orde Baru Setelah G30S/PKI berlalu dan Negara kembali normal, pemerintah sangat phobia terhadap parpol Ormas Pesantren. Dalam kehidupan politik dilakukan pengelompokan masyarakat ke dalam: kekaryaan, Nasoinalis dan Agama. Hanya ada parpol: Golongan karya, PDI (Fusi PNI, Partai Katolik, Partai Kristen dsb) dan Partai Persatuan Pembangunan (Fusi Partai NU, Masyumi dsb). Dilingkungan Ormas, Keagamaan Pemerintah juga terlihat. Pokoknya pembatasan-pembatasan diberlakukan Guru, PNS, Istriistri yang suaminya tergabung di BUMN, BUMD dsb dilarang ikut Ormas apakah itu ORmas perempuan maupun Ormas umum. Untuk menyiasati itu maka pada tahun 1963, tokoh-tokoh Muslimat, mula-mula tanpa NU, kemudian setelah keadaan kondusif ditambahkan kata NU. Hubungan Muslimat NU dengan pemerintah tidak mesra seperti sekarang namun kucing-kucingan. Kepengurusan NU dan seluruh Banom mengalami kekosongan guru, PNS dsb. Kepengurusan NU sejak 1967 hingga 1979 vakum. Baru setelah melalui perjuangan panjang dan melelahkan dapat melaksanakan kongres NU dan Kongres Muslimat serta Fatayat NU tahun 1979 di Semarang. Terpilih sebagai ketua umum Ibu Asmah Syahruni menggantikan Ibu Mahmudah Mawardi i. Kiprah Era Reformasi Dalam masa reformasi, keterbukaan menjadi keuntungan bagi Muslimat NU. Tokoh-tokoh muslimat NU bermunculan ke permukaan dan memainkan perannya dengan baik di pemerintah legislatif maupun lembaga formal lainnya Muslimat NU dapat mengambil peran secara optimal. Hubungna dengan PBNU makin baik dan hubungan berbagai pihak berdatangan. Keberhasilan Muslimat NU sekarang ini tidak terlepas dari perjuangan dan keberhasilan tokoh-tokoh Muslimat NU yang terdahulu. Adapun Muslimat NU yang ada berdiri pada tanggal 29 Maret 1946 secara Nasional di Depok sendiri pada tahun 1998. Pada periode 1998-2011 Muslimat NU Depok diketuai oleh: Dra Hj Dedeh Rosyidah dan periode 2011-2016 : diketuai oleh Hj Dewi Syarifah, MSi. 2. Visi dan Misi Majelis Taklim Muslimat NU 72 a) Visi Muslimat NU Terwujudnya wanita Indonesia yang sadar beragama, berbangsa dan bernegara serta berkualitas, mandiri dan sadar akan hak dan kewajibannya menurut ajaran Islam Ahlus Sunnah Wal Jamaah. b) Misi Muslimat NU a. Mempersatukan gerak langkah wanita Ahlu sunnah wal jamaah. b. Menanamkan dan melaksanakan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari hari c. Meningkatkan kualitas SDM wanita muslimah, sehingga menjadi mar’atus shalihah untuk memperkuat rasa tanggung jawab terhadap Agama, Bangsa dan Negara 73. 3. Profil Majelis Taklim Muslimat NU 74 Majelis Taklim muslimat NU ini berdiri pada tanggal 29 Maret 1946 dan di Depok sendiri berdiri pada Tahun 1998 di dalam Majelis Taklim ini tidak hanya bernaung pada dakwah saja, namun begitu banyak kegiatan lain yang terdapat dalam Majelis Taklim Muslimat NU, di antaranya Muslimat NU ini bergerak dalam bidang sosial kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan dan pengkaderan , penerangan dan dakwah, ekonomi dan koperasi, tenaga kerja, hukum dan advokasi, membina kerja sama dengan bandan-badan organisasi lain. 72 Sumber: Arsip Majelis Taklim Muslimat NU Sumber: Arsip Majelis Taklim Muslimat NU 74 Ibid., 73 Muslimat NU memiliki banyak cabang dan di Jakarta sendiri Muslimat NU berpusat di Masjid Istiqlal, dan di kota Depok Majelis Taklim Muslimat NU letakknya di Balaikota Depok atau kantor Walikota Depok. Majelis Taklim yang memiliki lebih dari 500 jamaah ini banyak mengadakan kegiatan-kegiatan gabungan dengan Majelis Taklim NU lain yang ada di kota yang berbeda, seperti contoh pada tanggal 14 januari 2014 Majelis Taklim ini mengadakan pengajian bulanan yang diadakan di Masjid Kubah Emas Depok, jamaah yang hadir lebih kurangnya 13000 orang jamaah dari berbagai kota. Kesimpulan dari profil majelis taklim NU ini, memiliki tujuan yang sangat jelas yaitu menyatukan wanita Indonesia agar berpegang teguh dalam agama dan menurut ajaran Islam yang Ahlussunnah Wal Jamaah. Struktur profil Pimpinan Cabang Muslimat NU Kota Depok 75. 1. Nama Lembaga: Pimpinan Cabang Muslimat NU Kota Depok Alamat Lembaga: 2. Pendirian: 75 JL. Nusantara Raya No. 5-7 Depok Kelurahan: Depok jaya Kecamatan: Pancoran Mas Kota: Depok Provinsi: Jawa Barat 29 Maret 1946 ( Nasional) Sumber: Arsip Majelis Taklim Muslimat NU Di Depok berdiri 9 mei 2011 3. Nama Pengasuh: KH. Burhanudin Marzuki. 4. Alamat Pengasuh: Pesantren Qotrun Nada Cipayung Depok 5. Ketua Pengurus: Hj. Dewi Syarifah, MSi 6. Alamat Pengurus: Beji Rt 04 RW 16 Kota Depok Periode 1998-2011: Dra Hj Dedeh Rosyidah Periode 2011-2016: Hj Dewi Syarifah, MSi 7. Jumlah Ustaz/Ustazah: 10 orang A. KH. Burhanudin Marzuki B. KH. Yusuf Hidayat, MA C. Prof DR KH Manarul Hidayat D. KH. Syihabuddin E. Ustazah Dedeh Rosyidah F. Ustazah Yuyun Yuliyana G. Ustazah Titiek Aisyah H. Ustazah Rumini I. Ustazah Hj Suharti J. Ustazah Hj Siti Hasanah 8. SK Pengurus: SK ketua PP Muslimat NU, Hj KHofifah Indra Parwansa. 9. Jumlah Struktur dan perangkat a. Jumlah pengurus pimpinan Cabang b. Jumlah pimpinan Anak Cabang Muslimat NU : 11 AC Kecamatan c. Jumlah Pimpinan Ranting Muslimat NU: 63 Pimpinan Ranting Kelurahan. d. Jumlah Perangkat: -Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU ( YKM) -Yayasan Pendidikan Muslimat NU ( YPMO) -Yayasan Haji Muslimat NU (YHM) -Himpunan Daiyah dan Majelis Taklim Muslimat NU -Koperasi Annisa 10. Jumlah kegiatan: - Majelis taklim PC MNU 1 Buah - Majelis taklim binaan PAC dan PR 500 buah - PAUD binaan 5 - Posyandu binaan 33 - Posbindu binaan 33 - BKB binaan 1 buah 11. Kegiatan: - Berdasarkan hasil Kongres Muslimat NU - Berdasarkan AD/ ART - Berdasarkan kebutuhan dan kemampuan PC - Berdasarkan rekomendasi 12. Rekening organisasi dan NPWP organisasi - Rekening Bank Jabar Banten cabang Depok nomor: 0026681091100 - Rekening Bank Rakyat Indonesia cabang Nusantara nomor: 091101038567534 - NPWP Nomor: 01. 935.266.5-412.001 4. Jadwal Pengajian Majelis Taklim Muslimat NU ï‚· Mingguan dilaksanakan tiap hari Jum-at di gedung MUI Jalan Nusantara 5-7 Depok ï‚· Bulanan dilaksanakan tiap Kamis Minggu pertama di Masjid Baitul Kamal Pemkot Depok Jalan Margonda Raya No 54 Depok. ï‚· Tiap hari besar Islam bertempat di masjid Kubah Mas Kecamatan Limo Kota Depok. 5. Struktur Organisasi Majelis Taklim Muslimat NU 76 76 Ketua Umum: Ustazah. Dra. H. Dewi hulaena Ketua 1: ustazah. Hj. Yulianah ZA Ketua 2: Ustazah. Hj. Enung Sumiati Sekretaris Jenderal: Ustazah. Ine Hardiyati, S.Pd. I Sekretaris Umum: Ustazah. Aliyah, S.Ag Sekretaris 1: Rini lestiawati, BSC Sekretaris 2: Hj. Yuni Diah Sumber: Arsip Majelis Taklim Muslimat NU Bendahara Umum: Ustazah. Hj. Elia Masykur Bendahara 1: Ustazah. Hj. Maemunah Bendahara 2: Hj. Trie Sudarwati 6. Program Pembinaan Majelis Taklim Muslimat NU Seperti kebanyakan majelis taklim yang ada di kota Depok, Program pembinaan yang ada di Majelis Taklim Muslimat NU sama saja dengan majelis Taklim biasanya Seperti: 1. Membaca Surah Yasin dan Tahlil Yang di lakukan oleh seluruh ibu-ibu jamaah pengajian yang dipimpin oleh bergiliran oran. Di dalam pembacaan surah yasin dan tahlil ini sebagai pembuka pengajian, yaitu mengirim hadiah fatihah untuk orang orang yang sudah wafat. 2. Membaca Istigosah Istigosah ini adalah pembacaan sholawat dan puji pujian kepada nabi Muhammad, istigosah ini dilakukan ketika seseorang memiliki keinginan yang besar dan memohon kepada Allah agar cepat diterima doanya, singkatnya istigosah ini adalah tawasul kepada orang orang sholeh sebelum kita. 3. Membaca Ratib Al-Athos. Setelah membaca yasin dan tahlil dilanjutkan membaca ratib Al-Athos, Ratib Al-Athos ini adalah kumpulan bacaan bacaan dzikir yang di karang oleh Al Habib Umar bin Abdurahman Al Athos, Ratib Al Athos ini dibaca bersama sama ibu-ibu pengajian. 4. Ceramah Agama Ceramah agama disampaikan oleh KH. Burhanudin Marzuki atau ustazah Yuliayana, dalam pembiasaan ini atau pembinaan ini dengan maksud agar setiap jamaah yang mendengarkan dapat menerima ilmu-ilmu agama yang baru dan memahami hakikat ibadah Ahlussunah Wal Jamaah77. Adapun materi pembelajaran di dalam majelis taklim Muslimat NU di antaranya: kajian kitab, syariat, Aqidah, Ubudiyah, Tarikh, Tafsir, Seni Islam78. B. Majelis Taklim Al-Barkah 1. Sejarah Berdirinya Majelis Taklim Al-Barkah Sebagai majelis taklim terkecil yang ada di kecamatan Pancoran Mas depok. Sejarah Majelis Taklim Al-Barkah ini sudah berdiri sejak tahun 1977 Majelis Taklim yang berada di perkampungan kecil sangat jauh dari perkotaan. Majelis Taklim Al-Barkah pertama kali berdiri dan dimulai tidak langsung di Masjid Al-Barkah, sebelum berdirinya masjid yang diwakafkan oleh bapak Kasirun selaku kaka dari ibu Suinah ketua majelis taklim Al-Barkah, majelis taklim ini diadakan di rumah ibu 77 Wawancara Pribadi dengan Ustdazah Yuliyana Selaku Ustadzah Atau Guru di Majelis Taklim Muslimat Nu Depok, 20 April 2014 78 Sumber: Arsip Majelis Taklim Muslimat NU Suinah, jamaahnya masih terbilang sangat banyak yaitu 50 jamaah. “karena saking kelamaannya jadi pada bubar deh ujar bu Suinah. Majelis taklim Al-Barkah pada tahun 80an masih begitu banyak, namun dengan perkembangan zaman yang semakin banyak pendatang, akhirnya Majelis Taklim Al-Barkah terpecah pecah menjadi 10 majelis taklim di perkampungan Rawa Geni. Sekarang si yang ikut ngaji Cuma ibu-ibu sini aja ga ada yang jauh jauh kaya dulu” ujar bu Suinah. Majelis taklim Al Barkah sekarang ini hanya tidak lebih dari 15 orang79. 2. Visi dan Misi Majelis Taklim Al-Barkah a. Visi Majelis Taklim Al-Barkah Menjadikan para ibu-ibu agar dapat membaca ayat ayat suci Al-Qur’an dan mengamalkannya sekaligus mengerti hak dan kewajiban sebagai seorang wanita dan istri yang sholehah, dan dapat menghidupkan agama bagi lingkungan sekitarnya.” b. Misi Majelis Taklim Al-Barkah ï‚· Menjadikan para ibu ibu yang memahami agama secara menyeluruh ï‚· Menanamkan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan memahami maknanya 79 mei 2014 Wawancara Pribadi Dengan Ibu Suinah Selaku Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, 01 ï‚· Meningkatkan semangat untuk terus mengingat Allah SWT dalam setiap dzikir dan sholawat atas Nabi Muhammad saw ï‚· Memperkokoh akhlak kepada Allah dan kepada manusia80 3. Profile Majelis Taklim Al-Barkah Majelis Taklim Al-Barkah sebagai majelis taklim Terkecil di Kecamatan Pancoran Mas Depok adalah Majelis Taklim ibu-ibu. Di dalamnya mengadakan pembinaan ibadah seperti membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dan mendengarkan ceramah agama yang disampaikan oleh ustazah Hj. Umi Qomariah dan jika ustazah Hj Umi Qomariah berhalangan hadir digantikan oleh ustaz Dede Wahyudin. Majelis Taklim ini diadakan di masjid yang bernama Masjid Al-Barkah, di pojok perkampungan yang jauh dari suasana perkotaan. Majelis taklim Al-Barkah tidak hanya dimiliki ibu-ibu saja, di dalam majelis taklim Al Barkah terdapat pula majelis taklim bapakbapak yang di laksanakan pada malam Minggu jumlah jamaahnya lebih banyak dibanding dengan ibu-ibu berjumlah 28 orang. Dan Majelis Taklim remaja yang dilaksanakan pada malam Sabtu jumlah jamaahnya 12 orang. 80 Wawancara Pribadi Dengan Ustadzah Umi Qomariah Selaku Ketua Majelis Taklim AlBarkah, 03 mei 2014 Di dalam Masjid ini dalam satu minggu memiliki tiga kegiatan yaitu Majelis Taklim ibu-ibu, Majelis Taklim bapak-bapak dan Majelis Taklim remaja81 4. Jadwal Pengajian Majelis Taklim Al Barkah Sebagai Majelis Taklim terkecil. Majelis Taklim Al-Barkah memiliki jadwal pengajian kaum ibu pada hari Minggu jam 09:00-11.30 satu Minggu sekali dan Majelis Taklim ini mengadakan pengajian bulanan yaitu satu bulan sekali di akhir bulan pada hari Minggu. Pengajian bulanan ini menjadi pengajian gabungan satu Rw 19 adapun tempat dilaksanakannya bergiliran dari satu majelis ke majelis lain 5. Struktur Organisasi Majelis Taklim Al Barkah Karena Majelis Taklim ini Majelis Taklim terkecil dan berada di perkampungan maka struktur organisasi dalam Majelis ini tidak begitu jelas seperti Majelis Taklim muslimat NU sebagai Majelis Taklim terbesar. Ketua : Ibu Suinah Sekertaris : ibu Sri Bendahara : ibu Sri 82 81 Wawancara Pribadi Dengan Ibu Suinah Selaku Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, 01 mei 2014 82 Ibid., 6. Program Pembinaan Ibadah Majelis Taklim Al-Barkah83 1. Membaca surah yasin dan tahlil Yang dilakukan oleh seluruh ibu ibu jamaah pengajian yang dipimpin oleh ibu Suinah selaku ketua majelis taklim, di dalam pembacaan surah yasin dan tahlil ini sebagai pembuka pengajian, yaitu mengirim hadiah fatihah untuk orang orang yang sudah wafat. 2. Membaca Ratib Al Athos. Setelah membaca yasin dan tahlil dilanjutkan membaca Ratib Al-Athos, Ratib Al-Athos ini adalah kumpulan bacaan bacaan dzikir yang dikarang oleh Al Habib Umar bin Abdurahman Al Athos, Ratib Al-Athos ini dibaca bersama sama ibu-ibu pengajian. 3. Membaca Aqidah Mujmalah Setelah membaca Ratib Al-Athos lalu terakhir membaca Aqidah Mujmalah, bacaan ini sebagai bacaan penutup, setelah selesai membaca Aqidah Mujmalah lalu ditutup dengan doa. 4. Ceramah Agama Ceramah agama disampaikan oleh ustazah Hj Umi Qomariah. Adapun tujuan dari pembacaan-pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan dzikir ini dalam pembinaan ibadah para ibu-ibu jamaah adalah agar para ibu-ibu dapat terlatih dalam melafadzkan dan fasih dalam membaca 83 Ibid., Al-Qur an dan dzikir, selain itu, dari kegiatan pembinaan ibadah ini akan lebih memudah kan para jamaah menghafal karena dibaca bersama sama 84. Adapun tujuan dari ceramah agama ini yang dilakukan oleh ustazah agar para ibu-ibu jamaah dapat mengetahui dan memahami tentang syariat Islam, baik dalam masalah Fikih, Akhlak maupun Akidah. Selain itu ustazah ini selalu menerangkan tentang kewajiban kewajiban seorang istri kepada suaminya agar menjadi istri yang sholehah dan menjadi muslimah yang dapat membentuk karakter pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT85. 84 Wawancara Pribadi Dengan Ibu Suinah Selaku Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, 01 Mei 2014 85 Ibid., BAB IV TEMUAN dan ANALISIS DATA A. Komunikasi Antarpribadi dalam Pembinaan Ibadah 1. Mejelis Taklim Muslimat NU Komunikasi antarpribadi dalam Majelis Taklim Muslimat ini antara ustazah dengan jamaah dalam kegiatan pembinaan ibadah kurang terlihat, hanya ada beberapa jamaah yang melakukan komunikasi antarpribadi kepada ustzah dalam kegiatan pembinaan ibadah, itu pun dilakukan di luar Majelis Taklim, seperti seorang jamaah yang datang sendiri setelah ditutup doa untuk menanyakan perihal pembinaan ibadah, atau masalah-masalah yang berkaitan dengan agama dan yang lainnya. Berdasarkan observasi yang dilakukan terlihat ibu (Maemunah) mendatangi ustadzah untuk menanyakan materi wasiat yang tadi di sampaikan oleh ustadzah. “saya bingung ustadzah waktu bapak saya meninggal dia berwasiat sama saya kalau meninggal ga mau diadakan di rumah 7 hari dan tahlil, tapi keluarga besarnya ga percaya sama saya, akhirnya wasiat itu ga dijalanin dan saya malah jadi dimusuhin keluarga dari bapak saya, kira-kira saya dosa ga ya ustazah karna tidak menunaikan wasiat dari bapak saya?” ujar ibu maemunah. Lalu ustazah Yuliyana menjawab “ yang namanya wasiat harus pake saksi, begini dah kalau wasiat hanya di sampaikan kepada satu orang. Jawabannya ga dosa bu karena ibu sudah menyampaikan, memang apa alasannya orang tua ibu bertanya seperti itu? Tanya ustzah Yuliyana “ kata bapak saya ga usah buang-buang duit untuk mengadakan tahlilan , lebih baik duitnya di kasih anak yatim”. Dari percakapan singkat yang dijabarkan, ibu Maemunah ini mendapatkan jawaban yang sangat luas dan ada timbal balik secara langsung sampai sangat jelas jawabannya. Ini adalah salah satu contoh komunikasi antarpribadi yang dijelaskan oleh Devito yaitu pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik secara langsung” 86 Ini seperti teori dari Devito yang mengatakan bahwa pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik secara langsung 87 . Terbukti bahwa komunikasi antarpribadi yang terjadi antara jamaah dengan ustazah pada Majelis Taklim Muslimat NU yang adanya setelah selesai ditutup doa dan seorang jamaah yang datang sendiri-sendiri untuk menanyakan perihal masalah-masalah agama maka akan mendapatkan efek atau tanggapan dan umpan balik dari seorang ustazah secara langsung. Onong juga menjelaskan bahwa karakteristik komunikasi antarpribadi adalah dua arah atau timbal balik, masing-masing bisa 86 87 Onong Uchana Effendy, ILmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 62-63 Onong UChana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 62-63 saling menggantikan posisi, suatu ketika komunikator bisa menjadi komunikan dan sebaliknya 88 , ini juga terlihat saat seorang ustazah sedang menjawab pertanyaan jamaah dan tiba-tiba ustazah juga bertanya balik sampai ditemukan jawaban yang cukup jelas dari keduanya atau maksud dari keduanya tercapai. Di bawah naungan Majelis Taklim Muslimat NU ada Majelis Taklim Jaamiatul Ummahat, di dalam Majelis Taklim ini salah satu yang diadakannya pelatihan pembacaan Al-Qur’an. Yang dikaji seperti makhorijul huruf, ragam bacaan dan tajwid ini ada di minggu pertama hari Jum-at. Ini salah satu contoh komunikasi antarpribadi yang ada di bawah Majelis Taklim Muslimat NU, karena dalam pelatihan ini maju satu per satu untuk membaca ayat-Ayat Al-Qur’an. Sebagaimana teori dari Devito yang mengatakan bahwa pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik secara langsung89. Ini berkaitan dengan penjelasan bahwa di bawah naungan majelis taklim Muslimat NU ada majelis taklim Jamiatul Ummahat yang menyediakan komunikasi antarpribadi seperti pelatihan maju satu per satu untuk membaca ayat suci al-Quran yang mengkaji tentang makhroj huruf ragam bacaan dan tajwid, dapat dilihat bahwa adanya feed back langsung antara satu jamaah dengan ustazah yang mengajarkan. 88 89 Weri, Perpektif Teoritis Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, Cet. Ke-1, h. 107-109 Onong UChana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 62-63 Di dalam Majelis taklim Muslimat NU. Pola komunikasi antara Ustaz/Ustazah dengan jamaah di dalam majelis taklim lebih cenderung pada pola komunikasi kelompok tetapi, di luar dari Majelis Taklim pola komunikasi antara ustazah dengan jamaah melakukan komunikasi antarpribadi yang sangat dekat. Komunikasi antara ustaz/ustazah tidak hanya terjadi di saat pembinaan ibadah berlangsung saja melainkan juga di luar majelis taklim “Seperti ziarah bareng, kondangan bareng dan hadir undangan- undangan yang lain”90. 2. Majelis Taklim Al-Barkah Dalam komunikasi antarpribadi seorang ustazah dengan jamaahnya dalam Majelis Taklim Al-Barkah dapat ditemukan dalam teori yang digunakan yakni komunikasi yang efektif itu menimbulkan: “pengertian yang lebih, karena hanya antara ustazah dan satu jamaah dan ini dilaksanakan di rumah Ustazah Hj.Umi Qomariah dengan demikian ustdazah ini bisa menjelaskan apa yang tidak dipahami dari jamaahnya secara jelas, lebih mendalam, dan mempengaruhi sikap, maksudnya mempengaruhi sikap atau kedekatan yang terjadi antara ustadzah dan jamaah serta Hubungan sosial yang baik dan tindakan” 91 yang baik dari permasalahan yang ditanya oleh jamaah kepada ustazah. 90 Wawancara Pribadi dengan Ustdazah Yuliyana Selaku Ustadzah Atau Guru di Majelis Taklim Muslimat Nu Depok, 15.Mei.2014 91 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000). Cet.15, h. 13-16 Sebagaimana penjelasan diatas bahwa komunikasi antarpribadi, yaitu “komunikasi yang terjadi antara seorang komunikator (ustazah) dengan seorang komunikan (jamaah) karena dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis”92. Maka komunikasi antarpribadi ustazah dan jamaah dapat berjalan efektif bilamana terdapat komunikasi atau penyampaian pesan secara intens yang dilakukan antarpersonal yang dapat menambah pemahaman, merubah sikap, dan bertambah giat ibadah dalam kehidupan sehari hari. Dalam teori devito juga menerangkan bahwa “pengiriman pesan pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik secara langsung” 93 . Jelas digunakan pada Majelis Taklim Al-Barkah yang mana jamaah ibu-ibu Majelis Taklim Al-Barkah berkomunikasi secara langsung dengan ustazah dan jamaah secara langsung atau face to face namun disini bedanya komunikasi antarpribadi dalam kegiatan pembinaan ibadah berlangsung di rumah Ustazah Hj.Umi Qomariah tidak di dalam Majelis Taklim ketika materi sedang berlangsung. Kedekatan jamaah dengan ustaz/ustazah pada majelis taklim Al-Barkah secara antarpribadi tidak sedekat Majelis Taklim Muslimat 92 Alo Liliwer, Komunikasi AntarPribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997). Cet. Ke-2, h. 12 93 Onong Uchana Effendy, ILmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 62-63 NU yang banyak menggunakan komunikasi antarpribadi yang tidak hanya di dalam majelis taklim tapi juga di luar majelis taklim. Komunikasi antarpribadi seorang jamaah dengan ustazah hanya terjadi sewaktu-waktu saja, dan tidak semua jamaah yang ada di majelis taklim Al-Barkah melakukan komunikasi antarpribadi. Hanya memang ustazah Umi Qomariah memberikan satu waktu untuk pembinaan ibadah secara antarpribadi itu pun hanya dalam pembinaan ibadah seperti membaca Ayat-ayat suci Al-Qur’an dan mengajarkan tajwid dan makhroj hurufnya, bukan pada penanganan masalah agama atau menanggapi masalah atau pertanyaan dari jamaah di saat majelis taklim sedang berlangsung B. Komunikasi Kelompok dalam Pembinaan Ibadah 1. Majelis Taklim Muslimat NU Dalam pembacaan Yasin Tahlil, Ratib Al-Athos, dan Istigosah tidak menggunakan komunikasi antarpribadi, berdasarkan observasi lapangan bahwa pembinaan ibadah seperti yang disebutkan di atas tidak menggunakan komunikasi antarpribadi, melainkan metode pembinaan ibadahnya dibaca bersama sama atau secara kelompok dan dipimpin oleh satu orang. Seperti teori pola komunikasi kelompok kecil yang di kemukakan oleh Robert F. Bales yaitu sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberi tanggapan kepada masing-masing sesuai perorangan94. Inilah yang dilakukan dalam kegiatan pembinaan ibadah yaitu dibaca bersama-sama dan dipimpin oleh satu orang begitu juga dengan ceramah agama yang disampaikan oleh Ustaz/ustazah yaitu KH. Burhanudin Marzuki atau ustazah Yuliyana. Adapun ceramah agama yang disampaikan oleh KH. Burhanudin Marzuki terjadi satu arah jika ada pertanyaan dari jamaah beliau tampung dahulu baru bulan depan akan dijawab. Seperti dari hasil wawancara bahwa beliau mengatakan “biasanya kalau ada yang bertanya saya akan tampung dulu pertanyaannya baru bulan depan saya akan jawab, ini dikarenakan untuk menghindari kesalahan jawaban”95. Dan ceramah agama yang disampaikan ustazah Yuliyana juga terjadi satu arah tidak ada tanya jawab. Dari seluruh penjabaran di atas maka ditemukan juga teori dari Steward L. Tubbs dan Silvia Mees yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya Psikologi komunikasi yakni komunikasi yang efektif itu menimbulkan: “pengertian yang lebih, karena hanya antara ustazah dan satu jamaah. ustazah ini bisa menjelaskan apa yang tidak dipahami dari jamaahnya secara jelas dan lebih mendalam, dan mempengaruhi sikap, maksudnya mempengaruhi sikap atau kedekatan yang terjadi 94 H.A. W Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 127 Wawancara Pribadi dengan KH.H.Burhanuddin Marzuki Selaku Ustadz Atau Guru di Majelis Taklim Muslimat Nu Depok, 05. Juni.2014 95 antara ustazah dan jamaah. Hubungan sosial yang baik dan tindakan” 96 yang baik dari permasalahan yang ditanya oleh jamaah kepada ustazah. Jadi, pola komunikasi kelompok yang ada di Majelis Taklim Muslimat NU sebagai Majelis taklim terbesar hanya menggunakan pola komunikasi kelompok satu arah di dalamnya. Tidak ada Tanya jawab setelah pembinaan ibadah. Tanya jawab tidak dilakukan di dalam kelompok jamaah majelis taklim, namun Tanya jawab antara ustazah dan jamaah berlangsung setelah selesai dari pengajian yang ada di Majelis Taklim Muslimat NU setelah ditutup dengan doa. Berdasarkan penjelasan di atas terkait dengan pola komunikasi kelompok sesuai dengan teori yang ada. Menurut Robert F. Bales yang dikutip oleh Widjaja, Bahwa kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai perorangan97. Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi kelompok yang tejadi dalam kegiatan pembinaan ibadah di Majelis Taklim Muslimat 96 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000). Cet.15, h. 13-16 97 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 128. NU sebagai majelis taklim terbesar berlangsung secara Intens yang melahirkan efesiensi dalam pembinaan ibadah. 2. Majelis Taklim Al-Barkah Adapun komunikasi kelompok dalam pembinaan ibadah kaum ibu di Majelis Taklim Al-Barkah sebagai majelis Taklim terkecil tidak jauh berbeda dengan Majelis Taklim Muslimat NU sebagai majelis taklim terbesar. Majelis Taklim Al-Barkah dalam kegiatan pembinaan ibadahnya seperti membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, Yasin Tahlil, Ratib Al-Athos dan Aqidah Mujmalah dibaca secara kelompok atau bersama-sama dan dipimpin oleh satu orang dan bergiliran memimpinya Seperti teori pola komunikasi kelompok yang dikemukakan oleh Robert F. Bales yaitu “komunikasi kelompok dalam teori analisis proses interaksi bahwa semua unsur-unsur berada dalam keadaan seimbang. Terdapat jumlah yang sama kategori tugas dan kategori sosio-emosional, dan kedua kategori tersebut dibagi sama dalam unsur positif dan unsur negatifnya, Bales berteori bahwa pembagian kerja, perbedaan peranan dan perbedaan wewenang yang ada jika suatu kelompok berorientasi pada tugas menciptakan banyak kesulitan antarpribadi yang dapat mempengaruhi solidaritas kelompok. Kesulitan-kesulitan ini menimbulkan tekanan untuk memuaskan kebutuhan antarpribadi para anggota kelompok.98”. Dari teori di atas dijelaskan terdapat jumlah yang sama kategori tugas dan kategori sosio-emosional dan keduanya dibagi sama dalam unsur positif dan negatif ini terjadi di Majelis Taklim AlBarkah yang mana semua dari jamaahnya mendapatkan tugas yang sama. Tidak ada perbedaan baik wewenang maupun peranan di dalamnya Bales juga mengatakan pembagian kerja perbedaan peranan dan perbedaan dan wewenang yang ada pada tugas menciptakan banyak kesulitan antarpribadi yang dapat mempengaruhi solidaritas kelompok. Begitu juga dengan Majelis Taklim Al-Barkah, oleh karena itu di dalam Majelis Taklim Al- Barkah tidak ada perbedaan tugas untuk menghindari ketidakadilan agar semua jamaah yang bisa memimpin boleh memimpin dan bergantian siapa saja yang mau memimpin pembacaan dalam pembinaan ibadah yang berlangsung. Pembinaan ibadah di Majelis Taklim Al-Barkah yang menggunakan pola komunikasi kelompok kecil dalam pembacaan Ayat-ayat suci Al-Qur’an, Yasin Tahlil, Ratib Al-Athos, dan Aqidah Mujmalah saling mendukung satu sama lain antara satu orang jamaah dengan kelompok Jamaah kaum ibu lainnya, dengan membaca bersama-sama ini mempermudah para jamaah untuk menghafal dan membiasakan dalam membacanya. 98 Alvin A. Goldberg, carl E. Larson, Komunikasi Kelompok: proses-proses diskusi dan penerapannya (Jakarta:UI-PRESS, 1985), cet. Ke -1, h.57-59 Perbedaan dari Majelis Taklim Muslimat NU sebagai majelis Taklim terbesar , Majelis Taklim Muslimat NU dalam kegiatan Pembinaan ibadah seperti membaca Yasin Tahlil, Ratib dan Aqidah ustazah atau guru ikut dalam pembacaannya. Tetapi di Majelis Taklim Al-Barkah ini dalam kegiatan pembinaan ibadahnya Ustazah belum hadir. Di dalam Majelis Taklim Al-Barkah Ustazah Hadir setelah pembacaan Yasin tahlil, Ratib Al-Athos dan Aqidah Mujmalah selesai yang mengatur acara pengajian di Majelis Taklim Al-Barkah sebagai majelis taklim terkecil ini selain pembawa Acara yaitu ketua dari Majelis Taklim Al-Barkah (Ibu Suinah). Dalam arti ustadzah di Majelis Taklim Al-Barkah hanya menyampaikan tausih atau ilmu Agama. Ini seperti teori pola aliran komunikasi yang dijumpai dalam pola komunikasi kelompok dan organisasi yaitu pola lingkaran yaitu tidak memiliki pemimpin semua anggota posisinya sama dalam kegiatan pembinaan ibadah. Adapun ceramah agama yang disampaikan oleh ustazah Hj. Umi Qomariah, pola komunikasinya sama dengan Majelis Taklim Muslimat NU berlangsung satu arah yang mengikuti model Pola roda, pola roda memiliki pemimpin yang jelas yaitu yang posisinya di pusat. Orang ini merupakan satu satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. berbeda dengan ceramah Agama yang disampaikan oleh Ustaz Dede Wahyudin. Ustaz Dede Wahyudin ini adalah Ustaz pengganti di Majelis Taklim Al-Barkah jika Ustazah Umi Qomariah berhalangan untuk hadir. Ustaz Dede Wahyudin dalam menyampaikan ceramah atau ilmu agama menggunakan pola komunikasi kelompok kecil seperti yang di kemukakan oleh Robert F. Bales yang dikutip oleh Widjaja, Bahwa kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai perorangan99. Ini jelas terlihat oleh pola komunikasi kelompok yang dilakukan oleh Ustaz Dede Wahyudin yang mana ustaz Dede ini menyampaikan materi atau ceramah yang bersifat tatap muka dimana setiap jamaah mendapat tanggapan langsung dari pesan-pesan yang disampaikan. Dan menggunakan komunikasi dua arah atau Tanya jawab, ketika selesai dari ceramah nya ustaz Dede Wahyudin membuka sesi pertanyaan untuk para jamaah kaum ibu yang kurang paham dari apa yang disampaikan. 99 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 128. Adapun ceramah agama yang disampaikan oleh ustazah Hj.Umi Qomariah terjadi satu sarah tidak ada Tanya jawab. komunikasi kelompok dalam kegiatan pembinaan ibadah di Al-Barkah Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa kegiatan pembinaan ibadah seperti membaca ayat suci Al-Qur’an Yasin, Tahlil Ratib Al-Athos dan Aqidah Mujmalah dibaca bersama-sama dan dipimpin oleh satu orang. Hal ini berdasarkan hasil observasi, seluruh jamaah ibu-ibu yang ada di Majelis Taklim Al-Barkah membaca bersama-sama ayat-ayat suci Al-Qur’an, Yasiin tahlil, Ratib Al-Athos dan Aqidah Mujmalah, lalu dilanjutkan ceramah agama oleh Ustazah Hj. Umi Qomariah dan diakhiri dengan doa. Alasan membaca ayat suci Al-Quran, Yasin, Tahlil Ratib dan Aqidah Mujmalah secara bersama-sama atau kelompok ini tidak jauh berbeda dengan Majelis Taklim Muslimat NU yaitu untuk mempermudah para jamaah, bedanya dalam Majelis Taklim AlBarkah ini lebih banyak ibu-ibu lansia yang matanya sudah kurang melihat huruf-huruf Arab atau bacaan dari surah tersebut, oleh karena itu surah-surah ini dibaca bersama sama agar semua jamaah dapat mengikuti kegiatan pembinaan ibadah dalam pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Yasin tahlil, Ratib Al Athos dan Aqidah Mujmalah. “kebanyakan juga di sini ibu-ibu nya kurang fasih, ga tau tajwid dan makhroj yang bener.makanya dibaca bareng-bareng aja, jadi lama- lama juga pada hafal” ujar ibu Sri salah satu jamaah Majelis Taklim Al-Barkah. Di dalam majelis taklim Al-Barkah sebagai majelis Taklim terkecil juga menggunakan pola komunikasi kelompok yang mana dalam kegiatan pembinaan ibadahnya dilakukan bersama-sama dan ceramah agama yang disampaikan oleh ustazah Hj.Umi Qomariah melakukan pola komunikasi kelompok satu arah. Bentuknya hanya penyampaian materi selesai dari itu tidak ada Tanya jawab langsung ditutup doa. Jadi, pola komunikasi kelompok yang ada di Majelis Taklim Al-Barkah sebagai majelis taklim terkecil. Menggunakan pola komunikasi kelompok satu arah jika Pengajarnya Ustazah Hj. Umi Qomariah Tidak ada tanya jawab setelah pembinaan ibadah. Tetapi, jika yang menyampaikan ceramah agama ustaz Dede Wahyudin melakukan komunikasi dua arah ada tanya jawab setelah selesai materi sebelum ditutup dengan doa. Dalam observasi yang dilakukan di Majelis Taklim Al-Barkah ketika penyampaian ceramah oleh ustazah Hj. Umi Qomariah, di tengah ceramahnya, ada seorang yang bertanya satu masalah yang masih membingungkan bagi jamaah yang bertanya, dan ustazah menjawab dengan singkat lalu meneruskan kembali ceramahnya, dan tidak lama dari itu ada yang bertanya lagi lalu di jawab lagi oleh jamaah. Jadi dari observasi yang didapat komunikasi yang terjadi ketika penyampaian ceramah oleh ustadzah banyak terhambat oleh pertanyaan pertanyaan singkat. Dan membuat ustazah ini tidak fokus dalam penyampaian isi ceramah. Terkait dengan pola komunikasi kelompok sesuai dengan teori yang ada teori Menurut Robert F. Bales yang dikutip oleh Widjaja, Bahwa kelompok kecil adalah “sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai perorangan”100. Tidak berbeda dengan Majelis Taklim Muslimat NU sebagai majelis taklim terbesar. Majelis Taklim Al-Barkah sebagai majelis taklim terkecil juga menggunakan pola komunikasi kelompok kecil yang mana sifat penyampaian pesan dan penerimaan pesannya bersifat tatap muka dan setiap jamaah mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup dekat sehingga pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai perorangan. Di sini hanya bedanya di Majelis Taklim Muslimat NU pertanyaan dan tanggapan terjadi setelah ditutup doa dan jika ada yang 100 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 128. bertanya kepada KH. Burhanudin Marzuki akan ditampung pertanyaannya lalu dijawab bulan depan, jika jamaah bertanya kepada ustazah Yuliyana itu terjadi setelah ditutup doa. Dan di Majelis Taklim Al-Barkah sebagai majelis taklim terkecil pertanyaan dan tanggapan terjadi di tengah-tengah proses komunikasi jika yang mengajar atau ceramah ustazah Hj. Umi Qomariah dan jika yang mengajar Ustaz Dede Wahyudin ada sesi pertanyaan tidak satu arah, setelah selesai ceramah sebelum ditutup doa ustaz Dede membuka sesi pertanyaan. Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi kelompok yang tejadi dalam kegiatan pembinaan ibadah yang ada di majelis taklim Muslimat NU sebagai majelis taklim terbesar dan di Majelis Taklim Al-Barkah sebagai majelis taklim terkecil berlangsung intens yang melahirkan efesiensi dalam pembinaan ibadah. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang terdapat dalam skripsi ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Komunikasi antarpribadi dalam pembinaan ibadah di Majelis Taklim Muslimat NU sebagai Majelis Taklim terbesar berjalan dengan efektif dan intensif. Komunikasi antarpribadi di dalam Majelis Taklim Muslimat NU ini dilaksanakan setelah ceramah agama disampaikan oleh ustazah Yuliyana dan ditutup dengan doa. Jamaah yang ingin bertanya tentang materi yang kurang paham dapat menghampiri ustazah Yuliyana untuk bertanya. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh ustazah Yuliyana (komunikator) dengan salah seorang jamaah (komunikan) secara individu dan dari selesainya pengajian. Akan menghasilkan feedback langsung. Agar terwujud kesamaan makna dari sebuah tujuan yang diharapkan. Sehingga menghasilkan pemahaman mendalam dan ketidakraguan dalam kegiatan pembinaan ibadah. Adapun pola komunikasi antarpribadi di dalam Majelis Taklim Al-Barkah dilaksanakan di rumah Ustazah Hj. Umi Qomariah dan komunikasi antarpribadi ini tidak langsung terjadi di majelis taklim, setelah ceramah selesai ustazah Umi Qomariah langsung pulang. Namun demikian jika salah seorang jamaah tidak paham dengan materi atau ingin bertanya yang lain, itu harus datang ke rumah ustadzah Umi Qomariah. Jadi komunikasi antarpribadi di majelis taklim Al-Barkah tidak secara langsung pada waktu itu juga. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh ustazah Hj.Umi Qomariah (komunikator) dengan salah seorang jamaah (komunikan) secara individu yang dilakukan di rumah Ustazah Umi Qomariah Akan menghasilkan feedback langsung. Agar terwujud kesamaan makna dari sebuah tujuan yang diharapkan. Sehingga menghasilkan pemahaman mendalam dan ketidakraguan dalam kegiatan pembinaan ibadah. 2. Adapun komunikasi kelompok yang terjadi di kedua majelis taklim yaitu Majelis Taklim Muslimat NU sebagai majelis taklim terbesar dan Majelis Taklim Al-Barkah sebagai majelis taklim terkecil kegiatan pembinaan ibadah berlangsung pada saat pembacaan Yasin, Tahlil, Ratib Al-Athos, Istigosah dan Aqidah mujmalah. Majelis Taklim Muslimat NU dan Al-Barkah juga menggunakan pola komunikasi kelompok kecil yang mana sifat penyampaian pesan dan penerimaan pesannya bersifat tatap muka dan setiap jamaah mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup dekat sehingga pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masingmasing sesuai perorangan. Di sini hanya bedanya di Majelis Taklim Muslimat NU pertanyaan dan tanggapan terjadi setelah ditutup doa dan jika ada yang bertanya kepada KH. Burhanudin Marzuki akan ditampung pertanyaannya lalu dijawab bulan depan, jika jamaah bertanya kepada ustazah Yuliyana itu terjadi setelah ditutup doa. Dan di Majelis Taklim Al-Barkah sebagai majelis taklim terkecil pertanyaan dan tanggapan terjadi di tengah-tengah proses komunikasi jika yang mengajar atau ceramah ustazah Hj. Umi Qomariah dan jika yang mengajar Ustaz Dede Wahyudin ada sesi pertanyaan tidak satu arah, setelah selesai ceramah sebelum ditutup doa ustaz Dede membuka sesi pertanyaan. B. Saran-Saran Dari hasil penelitian ini disarankan kepada Pengurus dan Pembina agar ke depan pembinaan ibadah yang ada di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al Barkah dapat lebih baik lagi. 1. Kepada Ustazah yang ada di majelis taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah Mengenai komunikasi antarpribadi jamaah dengan ustazah di Majelis taklim Muslimat NU dan Majelis taklim Al-Barkah sepertinya jamaah memerlukan waktu diskusi tentang perihal pembinaan ibadah dan materi materi agama kiranya ustazah ini dapat meluangkan waktu untuk para jamaah secara antarpribadi lebih lama di waktu yang berbeda. 2. Kepada ustazah dan ustaz di Majelis Taklim Muslimat NU dan ustazah Hj. Umi Qomariah. komunikasi kelompok yang terjadi di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al Barkah sepertinya lebih enak dan nyaman seperti yang diterapkan oleh ustaz Dede Wahyudin. Ini khusus untuk para ustazah, yang mana perlu mengosongkan waktu setelah penyampaian ceramah. Memberikan waktu untuk para jamaah yang ingin bertanya. Dan semua pertanyaan ditampung setelah ceramah selesai sebelum ditutup dengan doa. Ini dengan maksud agar para jamaah kaum ibu pulang dengan membawa penjelasan yang sejelas-jelasnya tanpa harus ada yang diduga-duga dalam fikirannya. DAFTAR PUSTAKA Agus, M. Hardjana. Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta, Kanisius, 2003 Alawiyah, Tutty. Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim. Bandung: Mizan, 1997 Aw, suranto. Komunikasi Interpersonal, PT. Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011. Bud Yatna, Muhammad. Teori Komunikasi Antar Pribadi, PT. Kencana Prenada Group, Jakarta 2011. Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka, 1996 Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. ----------------------------------. Rosdakarya, 1992. Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja ----------------------------------. Kepemimpinan dan Komunikasi, Yogyakarta: AlAmin Press, 1996 Ismail, A. Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, PT. Penamadani, Jakarta, 2008. Liliweri, Alo, Komunikasi Antarpribadi, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1997 Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, Yogyakarta, Kanisius, 1986 Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, Rosdakarya, 2007 Moeleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakanya, Bandung 2007 Nurudin, sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta, Raja Garfindo Persada, 2005 Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005 Rahim, Abdur. ”Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa MTS sunan Ampel Pasuruan,” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Pasuruan , 2007. Rahman, Ritongga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007 Robbins, James G, Komunikasi yang Efektif, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995. Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya. 1996 Sendjaja, Djuarsa, Sasa, Pengantar Komunikas. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993. Susanto, Astrid Phil. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bandung, Mandar Maju, 1992. Suprapto, Tommy. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo, 2006. Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasavina: 2004). Al-Qardhawi, Yusuf, Ibadah dalam Islam, Terjemah. Umar Fanani, Surabaya: PT Biru Ilmu, 1988. Widjaja, H. A. W Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta, Bumi Aksara, 1997 Yunus, Mahmud, Kamus Arab; Indonesia, Jakarta: Yayasan Penafsiran AlQur’an, 1973. Zaini, Syahmina, Problematika Ibadah Dalam Kehidupan Manusia, Jakarta: Kalam Mulia, 1989. Sumber Lain: http://uchinfamiliar.blogspot.com/2009/02/pengertian-majelis-taklim-dasarhukum.html http://bintuahmad.wordpress.com/2012/04/09/majelis-talim-seputarpengertian-kedudukan-fungsi-dan-tujuan/ Hasil Wawancara Nama: KH.H Burhanudin Marzuki Jabatan: Pengasuh Majelis Taklim Muslimat NU Waktu: 05 juni 2014 Tempat: Masjid Baitul Kamal Pola Komunikasi dalam Kegiatan Pembinaan Ibadah, komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok a. Bagaimana pola komunikasi dalam kegiatan pembinaan yang ada di majelis taklim Muslimat NU, seperti membaca ayat-ayat suci Al-Qur an, Yasin Tahlil, Ratib Al-Athos dan Istighosah? Dibaca bersama sama saja dan dipimpin oleh satu orang. Yang memimpin pun bergiliran per orangnya begitu. b. Pola komunikasi apa yang digunakan oleh Ustadz kepada para jamaah dalam penyampaian materi ceramah agama dan bagaimana pelaksanaannya? Ya komunikasinya selama ini interaktif aja, saya ngajar ibu-ibu mendengarkan, berkomunikasi secara kelompok, saya menyampaikan materi dan ibu-ibu mendengarkan dan dicatat kalau memang ingin mencatat begitu saja c. Apakah pola komunikasi antarpribadi diterapkan dalam pembinaan ibadah? Seperti apa pelaksanaannya? Ya ada, pada selesai pengajian. Ada aja, yang punya permasalahan menanyakan solusi menurut agama baik nya gimana, yaa terjadi setelah selesai pengajian saja satu persatu ada yang datang untuk bertanya. d. Dalam mengarahkan jamaah secara pribadi untuk taat beribadah, metode komunikasi apa yang di gunakan dalam pembinaan ibadah? Dan seperti apa pelaksanaannya? Yaa paling menasehati saja, tidak lebih dari itu dan memang hanya jika ada yang bertanya saja yah. e. apakah ustadz suka menanggapi masalah masalah atau dalam pembinaan ibadah yang terjadi pada jamaah ketika ada seorang jamaah yang bertanya dan berkeluh kesah tentang kehidupannya, secara pribadi? Ya seperti tadi yang saya katakan, itu sudah pasti membantu solusinya menurut agama begini begini dan begitu dan memang sudah menjadi kewajiban seorang guru untuk memberi nasehat kepada jamaahnya dan member penerangan tentang agama f. Bagaimana kedekatan ustadz dengan jamaah ? apakah hanya berkomunikasi dalam majelis taklim atau di luar majelis taklim juga di lakukan? Oohh gak gak.. kita gak dekat hanya di majelis taklim aja, di luar majelis taklim juga antara saya dengan jamaah sangat dekat, semisal saya punya hajat saya undang jamaah dan begitu sebaliknya, atau para jamaah bisa datang ke rumah saya untuk bersilaturrahim, ya jika ada moment-moment tertentu juga begitu, yaa kekeluargaan aja. g. Apakah dalam menyampaikan materi ceramah agama atau tausiah ustadz menggunakan komunikasi kelompok? Dan bagaimana bentuknya, Tanya jawabkah atau satu arah saja ? O iya pasti secara kelompok bentuknya satu arah kadang-kadang ada Tanya jawab juga, tapi tidak setiap saya ceramah, dan memang kalau ada pertanyaan tidak saya langsung jawab secara spontan itu dikarenakan untuk menghindari kesalahan jawaban. Saya yang memiliki pertanyaan saya tamping dan bulan depan nya akan saya jawab. Seperti itu. Pewawancara Narasumber ( Hilyatul Aulia ) ( KH. H. Burhanudin Marzuki ) Hasil Wawancara Nama: Ustadzah Yuliyana Jabatan: Ustadzah/ Ketua Penerangan Dakwah Muslimat NU Waktu: 15. Mei 2014 Tempat: Rumah Ustadzah Yuliyana Pola Komunikasi dalam Kegiatan Pembinaan Ibadah, komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok h. Bagaimana pola komunikasi dalam kegiatan pembinaan yang ada di majelis taklim Muslimat NU, seperti membaca ayat-ayat suci Al-Qur an, Yasin Tahlil, Ratib Al-Athos dan Istighosah? Iya baik, pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an Yasin Tahlil, Ratib AlAthos dan Istighosah menjadi bacaan wajib yang ada di majelis taklim Muslimat NU sebagai salah satu pembalajaran Nahdliyin (keluarga besar Nahdlatul ulama). Cara komunikasinya dibaca bareng bareng neng. Yang mimpin satu orang dan semua jamaahnya mengikuti bareng-bareng. Yang mimpin juga tiap bulannya gantigantian orangnya. Jadi, ga satu per satu bacanya tapi serentak semuanya baca. i. Pola komunikasi apa yang digunakan oleh ustadzah kepada para jamaah dalam penyampaian materi ceramah agama dan bagaimana pelaksanaannya? Komunikasi yang dipake disana (Majelis Taklim Muslimat NU) ya..secara kelompok, umi ceramah ibu-ibu jamaah mendengarkan pada mencatat materi yang umi terangkan selesai dari umi ceramah langsung ditutup doa, umi ga ada Tanya jawab neng, kalau emang ada ibu-ibu jamaah yang belum paham umi bilang”setelah di tutup doa ibuibu boleh Tanya ke saya”. Ini dengan maksud biar cepet selesai pengajiannya karena waktu juga kan terbatas. Nah..Di majelis taklim muslimat NU materi yang umi berikan di antaranya ya.. fikih, tasawuf, akhlak, praktek sholat dan yang paling penting. Umi slalu ngebahas tentang keluarga Nahdliyin, keluarga nahdliyin itu keluarga Nahdhatul ulama, kan banyak tuh sekarang perbedaan perbedaan ya neng, ada yang ga boleh kirim hadiah fatihah nah umi selalu mantek ibu ibu biar ga pada kebawa. j. Apakah pola komunikasi antarpribadi diterapkan dalam pembinaan ibadah? Seperti apa pelaksanaannya? Kalau secara pribadi antara umi dengan jamaah si adanya setelah di tutup doa, kalau pas pembinaan ibadah seperti baca ayat-ayat suci AlQur’an, Yasin Tahlil, Ratib Al-Athos dan istigosah itu di bacanya bareng-bareng, jadi ga antarpribadi umi dengan jamaah dan yang kaya tadi umi bilang dipimpin satu orang dan yang lainnya mengikuti. Nah kalau yang antarpribadi itu juga ada tapi bukan di majelis taklim Muslimat NU yang sebulan sekali. Nama majelis taklim nya majelis taklim Jamiiatul Ummahat, ini majelis taklim di bawah naungan majelis Taklim Muslimat, adanya tiap hari Jum’at nah di majelis taklim ini baru neng ibu-ibu jamaahnya baca satu satu maju seperti nanti kalau salah di benerin , pelajarannya ya…baca Al-Qur’an, trus dilihat makhroj hurufnya, ragam bacanya, dan tajwidnya. Jadi ada waktu tertentu pembinaan ibadah yang antarpribadi umi dengan jamaah yaitu di majelis taklim Jamiatul Ummahat. k. Dalam mengarahkan jamaah secara pribadi untuk taat beribadah, metode komunikasi apa yang di gunakan dalam pembinaan ibadah? Dan seperti apa pelaksanaannya? Kalau di dalam majelis taklim seperti yang umi bilang itu ga pake komunikasi pribadi, tapi kalau di luar majelis taklim antara umi dengan jamaah tidak ada pembatasnya. Umi selalu sms untuk ngajak yuu bu tahajud, yuu bu puasa , dan sebagainya, tak lupa umi juga selalu tiap malam jum’at sms ibu ibu jamaah yang memang baru atau masih sangat butuh bimbingan untuk ngaji ya kita ajak ngaji bersama dirumah umi. Nah di sini komunikasi umi dengan para jamaah itu sangat dekat. Jadi sekarang mah udah ada telpon , bisa bbm, bisa sms jadi enak kita kan harus saling mengingatkan, tanggung jawab umi ga Cuma di dalam majelis taklim aja tapi di luar itu umi selalu pantau. Terutama karena bidang umi juga kan dalam penerangan dakwah begitu neng geulis.. l. apakah ustdazah suka menanggapi masalah masalah atau dalam pembinaan ibadah yang terjadi pada jamaah ketika ada seorang jamaah yang bertanya dan berkeluh kesah tentang kehidupannya, secara pribadi? O iyaa,. Sudah pasti itu. semua jamaah umi rangkul bahkan ga Cuma satu dua oranglah, ga Cuma di majelis taklim di rumah kadang kadang ya banyak yang datang, kalau ada yang mau belajar ngaji ya hayuu dan kalau mau curhat dan minta solusi umi selalu siap kalau memang waktu umi nya juga lagi luang gitu neng. m. Bagaimana kedekatan ustadzah dengan jamaah ? apakah hanya berkomunikasi dalam majelis taklim atau di luar majelis taklim juga di lakukan? Di luar juga masih terus deket dan komunikasi, ga selesai ceramah terus pulang dan udah ga ada hubungan lagi. Umi selalu menjaga kedekatan dengan jamaah dengan tujuan agar ibu ibu ini merasa saling memiliki, ya contohnya kaya jalan jalan sekalian ziarah ke guci, ada acara kondangan, datang pelatihan pelatihan bareng, ya pokoknya umi di sini sangat dekat dengan jamaah . hampir semuanya. Kan emang kita harus begitu ya neng.. n. Apakah dalam menyampaikan materi ceramah agama atau tausiah ustadzah menggunakan komunikasi kelompok. Dan bagaimana bentuknya, Tanya jawabkah atau satu arah saja ? Iya ceramah agama pasti secara kelompok umi ceramah dan di dengarkan ibu ibu jamaah. Di majelis taklim Muslimat NU umi ceramahnya satu arah, ga ada Tanya jawabnya kalau ada yang mau nanya itu selesai doa karena kalau ada Tanya jawab waktunya terbatas jadi mending langsung di tutup doa. Baru dah kalau sudah selesai dari semuanya ada satu per satu ibu-ibu nyamperin umi untuk nanya, dan emang lebih enak kaya begitu karena jadi umi bisa menjelaskan ke akar-akarnya. Pewawancara Narasumber ( Hilyatul Aulia ) ( Ustadzah Yuliyana) Hasil wawancara Nama: Ibu Asti Jabatan: Jamaah Majelis Taklim Waktu: 05. juni. 2014 Tempat: Masjid Baitul Kamal Pola Komunikasi dalam Kegiatan Pembinaan Ibadah, komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok a. Bagaimana pola komunikasi dalam kegiatan pembinaan ibadah yang ada di majelis taklim ini, seperti membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, Yasiin Tahlil Ratib Al-Athos dan Istigosah? Ya dibaca bareng-bareng aja kita ibu-ibu baca sama-sama dan dipimpin sama ustadzahnya ganti-gantian juga yang mimpin kan masing-masing pimpinan anak cabang dapat tugas giliran tiap bulannya, kayanya emang enakan kaya gitu ya jadi semuanya bisa ngikutin, termasuk saya juga jadi enak begitu kali ya. b. Apakah pola komunikasi antarpribadi diterapkan dalam pembinaan ibadah? Kalau di Muslimat NU di sini dalam pembacaan Yasin Tahlil dan Istigosah ya kelompok aja kalau mau yang pribadi dari kemauan kita sendiri di luar majelis taklim paling, kan kita punya ustadzah yang deket nah di situ baru kita bisa antarpribadinya c. Apakah ibu jamaah pernah diarahkan dalam pembinaan ibadah secara antarpribadi oleh ustdzah? Pernah, tapi yaa ga pas di majelis taklim, paling di luar atau setelahnya aja d. Dalam pembinaan ibadah yang dilakukan di majelis taklim adakah yang ibu jamaah belum paham atau hafal dari bacaan bacaannya? Pernahkah bertanya secara antarpribadi? Ya semuanya juga kaga hafal kalau say amah, tapi kalau ngikutin saya bisa dan kaya hafal, kayanya semua ibu-ibu juga pada begitu ya jarang yang hafal kalau secara sendiri e. Bagaimana pembinaan ibadah di dalam majelis taklim secara kelompok? Saat melaksanakan pembinaan ibadah ada yang memimpin atau dengan cara mebacanya bersama sama? Ya dipimpin satu orang dan ibu-ibu lain mengikuti dapat kitabnya juga buat panduan nya Jadi bisa dibaca di rumah Apakah ibu jamaah berkomunikasi antarpribadi dengan ustdzah di luar majelis taklim untuk menanyakan masalah masalah agama atau dalam pembinaan ibadah? Iya kadang kadang nanya juga, kalau saya lagi ada masalah atau lagi pengen memperdalam materi agama, saya datang ke rumah Ustadzah Yuliyana sekalian silaturrahmi. f. Bagaimana cara penyampaian ustadzah kepada para jamaah dalam menyampaikan materi agama ? satu arah kah atau Tanya jawab? Kalau ceramahnya satu arah aja, karena waktunya terbatas, paling langsung ditutup doa tapi ada aja si yang nanya nah ga langsung dijawab sama kiayi Burhan, paling bulan depannya baru di jawab. Pewawancara Narasumber ( Hilyatul Aulia ) ( Asti) Hasil wawancara Nama: Ibu Hj. Aisyah Jabatan: Jamaah Majelis Taklim Waktu: 05. Juni . 2014 Tempat: Masjid Baitul Kamal Pola Komunikasi dalam Kegiatan Pembinaan Ibadah, komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok g. Bagaimana pola komunikasi dalam kegiatan pembinaan yang ada di majelis taklim ini, seperti membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, Yasiin Tahlil Ratib Al-Athos dan Istigosah? Seperti biasa dan sama dengan majelis taklim yang lain yaitu dibaca bersama sama dan dipimpin oleh satu orang , biasanya bergiliran yang memimpinnya dan hampir semuanya bisa merasakan untuk memimpin pembacaan, ini dengan maksud agar ibu ibu jamaah bisa mengikutinya kan kalau di baca bersama sama jadi terbiasa dan mudah juga untuk di ikuti karena keseringannya h. Apakah pola komunikasi antarpribadi diterapkan dalam pembinaan ibadah? Kalau pembacaan seperti Yasiin tahlil dan yang lain ya ga pernah ya kalau sendiri sendiri. bareng-bareng aja kita bacanya, mungkin kalau masalah antara jamaah dengan ustadzah yang berdua doank ada di luar majelis taklim tapi memang ada Cuma ga di saat di sini. i. Apakah ibu jamaah pernah diarahkan dalam pembinaan ibadah secara antarpribadi oleh ustdzah? Pernah, tapi ya ga pas sebulan sekali di muslimat NU paling saya ke rumah ustadzah atau hadir di majelis taklim yang dipimpin ustadzah di tempat lain, kan kalau di sini waktunya juga terbatas banget, paling selesai jam setengah 12 jadi ga bisa kalau untuk satu orang satu orang. j. Dalam pembinaan ibadah yang dilakukan di majelis taklim adakah yang ibu jamaah belum paham atau hafal dari bacaan bacaannya? Pernahkah bertanya secara antarpribadi? Ya kalau sendiri ga hafal semua, tapi kalau dibacanya bareng-bareng jadi kaya hafal gitu, gimana ya makanya enak dibaca bersama samanya gitu jadi semua bisa ngikutin k. Bagaimana pembinaan ibadah di dalam majelis taklim secara kelompok? Saat melaksanakan pembinaan ibadah ada yang memimpin atau dengan cara mebacanya bersama sama? Yaa dipimpin satu orang dan di ikutin semua ibu ibu, ganti-gantian juga yang mimpinnya saya sendiri juga pernah untuk memimpin nah bulan besoknya siapa ya jadi ganti-gantian aja dah l. Apakah ibu jamaah berkomunikasi antarpribadi dengan ustdzah di luar majelis taklim untuk menanyakan masalah masalah agama atau dalam pembinaan ibadah? O iya pasti kalau di luar, biasanya juga setelah selesai doa ada aja yang saya tanyakan ke ustadzah, atau saya ke rumah ustadzah untuk menanyakan masalah masalah agama kan biar lebih enak dan jelas kalau sendiri nanyanya sekalian silaturahmi juga ke rumah guru m. Bagaimana cara penyampaian ustadzah kepada para jamaah dalam menyampaikan materi agama ? satu arah kah atau Tanya jawab? Yaa kalau abuya Burhan kadang ada Tanya jawabnyam itu juga ga langsung di jawab, dijawabnya nanti bulan depannya, jadi kalau ada pertanyaan di tamping dulu sama buya. Nah kalau Umi Yuyun Cuma satu arah aja ga ada Tanya jawabnya, paling kalau mau nanya setelah ditutup doa itu juga kita yang nyamperin jadi satu satu, jawabannya juga jadi enak panjang lebar, kalau belum puas atau masih pengen jelas, paling kita diajak maen ke rumahnya. Pewawancara Narasumber ( Hilyatul Aulia ) ( Hj. Aisyah ) Hasil wawancara Nama: Hj. Neni Jabatan: Jamaah Majelis Taklim/sekertaris Muslimat NU Waktu: 05. juni. 2014 Tempat: Masjid Baitul Kamal Pola Komunikasi dalam Kegiatan Pembinaan Ibadah, komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok n. Bagaimana pola komunikasi dalam kegiatan pembinaan yang ada di majelis taklim ini, seperti membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, Yasiin Tahlil Ratib Al-Athos dan Aqidah Mujmalah? Kalau di Muslimat NU tuh menjadi contoh keteladanan jadi biasanya ustadzah nya memimpin jamaahnya mengikuti jadi kalau terbiasa begitu terus menerus dengan Ustadzah nya insya Allah bisa semua gitu. Biasanya kalau di sini kami bergiliran dengan anak cabang misalnya bulan ini pimpinan cabang kan ini yang sekarang atau keseluruhan pengurus dan biasanya kita jadwalkan. Nah dari per ppac atau perpimpinan anak cabang menjadwalkan lagi peranting namanya jadi misalnya beji untuk bulan ini nah Beji ini menugaskan kepada kekelurahan Beji atau kelurahan Pondok cina. Begitu bergilirannya. Tidak hanya dia-dia aja yang mimpin gitu. o. Apakah pola komunikasi antarpribadi diterapkan dalam pembinaan ibadah? Biasanya kalau mereka ingin melakukan pendalaman biasanya mereka dengan sendiri sendiri akan ngaji ke tempat gurunya menambah semacam, kan kita ini kan punya ini yah guru masing masing yang dekat gitu ya, misalnya seperti saya yang pengen belajar sama Kiayi Burhan yaa saya datang ke Qotrun Nada ke pondok pesantren beliau atau kemaein kita datang ke Al-Awwabin menemui Abuya Abdurrahman Nawi itu antar pribadi jadi yang kita mau mendalami agama ya kita diberi kesempatan waktu untuk belajar juga di luar majelis taklim p. Apakah ibu jamaah pernah diarahkan dalam pembinaan ibadah secara antarpribadi oleh ustdzah? Kalau di tempat ini kita kurang ya karena memang disini waktunya sangat terbatas jadi sistemnya kelompok saja gitu ya mengikuti bersama sama nah tapi kan disampaikan tapi dikasih semacam kitab, atau bukunya untuk panduan kita Sulam Taufiq atau apa gitu nah nanti didalami di rumah masing masing untuk dibaca bersama sama di majelis taklim q. Dalam pembinaan ibadah yang dilakukan di majelis taklim adakah yang ibu jamaah belum paham atau hafal dari bacaan bacaannya? Pernahkah bertanya secara antarpribadi? Ya kalau sendiri semua tidak hafal yah, makanya dibacanya barsama sama dengan maksud agar semua jamaah bisa mengikutinya dan terbiasa dengan bacaan bacaannya begitu. r. Bagaimana pembinaan ibadah di dalam majelis taklim secara kelompok? Saat melaksanakan pembinaan ibadah ada yang memimpin atau dengan cara mebacanya bersama sama? Ya dibaca bersama sama dengan para jamaah dan yang memipin satu orangnya jadi satu orang di depan megang speaker dan ibu-ibu semua mengikutinya sampai selesai s. Apakah ibu jamaah berkomunikasi antarpribadi dengan ustdzah di luar majelis taklim untuk menanyakan masalah masalah agama atau dalam pembinaan ibadah? Iya sudah pasti karena Muslimat NU sangat memiliki kekeluargaan yang dekat jadi hubungan jamaah dengan guru tidak hanya terjadi setelah pengajian, ya kalau ada undangan kita suka bersama sama datang dan memang suka ada kegiatan yang menuntut kita untuk saling berkomunikasi yang tidak hanya di majelis taklim saja. t. Bagaimana cara penyampaian ustadzah kepada para jamaah dalam menyampaikan materi agama ? satu arah kah atau Tanya jawab? Ga si ya karna waktu kan terbatas dan KH Burhan biasanya kalau kita mau nanya itu setelah ditutup doa, pernah si ada yang nanya tapi dijawabnya bulan besok karena katanya untuk menghindari keslahan jawaban gitu. Pewawancara ( Hilyatul Aulia ) Narasumber ( Hj. Neni ) Hasil Wawancara Nama: Ustadzah Hj. Umi Qomariah Jabatan: Ustadzah Waktu: 26. Mei. 2014 Tempat: Majelis taklim Al Barkah Pola Komunikasi dalam Kegiatan Pembinaan Ibadah, komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok o. Bagaimana pola komunikasi dalam kegiatan pembinaan yang ada di majelis taklim Al-Barkah, seperti membaca ayat-ayat suci Al-Qur an, Yasin Tahlil, Ratib Al-Athos dan Aqidah Mujmalah? Dibaca bareng-bareng neng serempak gitu bacanya dan ada satu orang mimpin paling kalau doa baru dibaca sama satu orang yang lainnya mengamini. Yang mimpin juga ganti gantian ga dia dia juga orangnya kadang ketua majelis taklimnya. Pokoknya bergiliran aja tiap minggunya p. Pola komunikasi apa yang digunakan oleh ustadzah kepada para jamaah dalam penyampaian materi ceramah agama dan bagaimana pelaksanaannya? Ya Umi secara kelompok aja menyampaikannya neng, umi memberikan ceramah agama dan ibu ibu jamaah nulis apa yang umi sampaikan emang itu yang umi anjurkan. Jangan pada ngaji kuping harus di catet biar di rumah bisa dbaca lagi. q. Apakah pola komunikasi antarpribadi diterapkan dalam pembinaan ibadah? Seperti apa pelaksanaannya? Kalau pembinaan ibadah seperti membaca ayat Al-Qur’an ya pernah satu-satu ibu-ibu jamaah pada baca umi yang bimbing dan ibu ibu satu orang satu orang baca tapi jarang paling sebulan sekali neng kalau sendiri-sendiri begitu. r. Dalam mengarahkan jamaah secara pribadi untuk taat beribadah, metode komunikasi apa yang di gunakan dalam pembinaan ibadah? Dan seperti apa pelaksanaannya? Ga ada si ya neng paling kalau ya ada ibu jamaah yang lg kena masalah terus datang ke rumah umi, ya di situ dah umi kasih tambahan nasehat biar sabar, biar nerimain paling umi suruh baca ini ini ini biar hati tenang. Gitu neng s. apakah ustdazah suka menanggapi masalah masalah atau dalam pembinaan ibadah yang terjadi pada jamaah ketika ada seorang jamaah yang bertanya dan berkeluh kesah tentang kehidupannya, secara pribadi? Iya itu mah pasti atuh selalu ditanggapi tapi ga di majelis taklim neng, karena kalau di majelis taklim biar fokus ngaji dan nuntut ilmu, kalau ada yang mau ditanyain ya paling ibu jamaahnya ada yang ke rumah umi aja neng. t. Bagaimana kedekatan ustadzah dengan jamaah ? apakah hanya berkomunikasi dalam majelis taklim atau di luar majelis taklim juga di lakukan? Ya sangat dekat ga Cuma di majelis taklim aja tapi juga di luar umi dan jamaah dekat para jamaah suka datang ke rumah Umi tapi ya ga semua nya neng u. Apakah dalam menyampaikan materi ceramah agama atau tausiah ustadzah menggunakan komunikasi kelompok. Dan bagaimana bentuknya, Tanya jawabkah atau satu arah saja ? Iya secara kelompok, satu arah saja tapi yang namanya ibu-ibu ya neng kalau umi lagi ceramah ada aja yang nanya di tengah umi ceramah tapi umi sendiri emang abis selesai ceramah langsung umi tutup doa neng. Pewawancara Narasumber ( Hilyatul Aulia ) ( Ustadzah Hj. Umi Qomariah) Hasil Wawancara Nama: Ustdz Dede Wahyudin Jabatan: Ustadz Waktu: 26. Mei. 2014 Tempat: Kediaman rumah Ustdz Dede Wahyudin Pola Komunikasi dalam Kegiatan Pembinaan Ibadah, komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok v. Bagaimana pola komunikasi dalam kegiatan pembinaan yang ada di majelis taklim Al-Barkah, seperti membaca ayat-ayat suci Al-Qur an, Yasin Tahlil, Ratib Al-Athos dan Aqidah Mujmalah? Bentuk komunikasi dalam kegiatan tersebut tidak jauh berbeda dengan majelis taklim yang lainnya. ya secara bersama sama saja dibacanya dan dipimpin oleh satu orang itupun bergiliran tidak terpaku pada satu orang saja dengan tujuan agar ibu ibu jamaah terbiasa dan belajar latihan agar semua bisa merasakan. w. Pola komunikasi apa yang digunakan oleh ustadz kepada para jamaah dalam penyampaian materi ceramah agama dan bagaimana pelaksanaannya? Bentuk komunikasinya secara kelompok, saya memberikan materi dan semua ibu ibu mendengarkan ada juga yang mencatat materi dan ada juga yang tidak x. Apakah pola komunikasi antarpribadi diterapkan dalam pembinaan ibadah? Seperti apa pelaksanaannya? Kalau saya pribadi hanya menggunakan pola komunikasi kelompok, tidak dengan sendiri-sendiri biasanya kalau yang sendiri-sendiri itu dilakukan oleh Ustadzah Hj Umi Qomariah. Saya tugasnya hanya menyampaikan materi saja. y. Dalam mengarahkan jamaah secara pribadi untuk taat beribadah, metode komunikasi apa yang di gunakan dalam pembinaan ibadah? Dan seperti apa pelaksanaannya? Dalam hal ini saya juga tidak menggunakan metode komunikasi yang secara antarpribadi. z. apakah ustdaz suka menanggapi masalah masalah atau dalam pembinaan ibadah yang terjadi pada jamaah ketika ada seorang jamaah yang bertanya dan berkeluh kesah tentang kehidupannya, secara pribadi? Ini biasa dilakukan hanya dengan ustadzah Umi Qomariah saja, kalau saya hanya menyampaikan materi di dalam majelis taklim Al-Barkah. aa. Bagaimana kedekatan ustadz dengan jamaah ? apakah hanya berkomunikasi dalam majelis taklim atau di luar majelis taklim juga di lakukan? Saya hanya berkomunikasi di dalam majelis taklim saja. Di luar dari itu saya jarang ketemu dengan ibu-ibu jamaah bb. Apakah dalam menyampaikan materi ceramah agama atau tausiah ustadzah menggunakan komunikasi kelompok. Dan bagaimana bentuknya, Tanya jawabkah atau satu arah saja ? Iya saya menggunakan komunikasi kelompok bentuknya selesai saya ceramah dan memberikan materi saya buka sesi Tanya jawab kurang lebih sepuluh menit. Pewawancara Narasumber ( Hilyatul Aulia ) ( Ustadz Dede Wahyudin) Hasil wawancara Nama: Ibu Suinah Jabatan: Ketua/Jamaah Majelis Taklim Waktu: 24. Mei. 2014 Tempat: Majelis Taklim Al-Barkah Pola Komunikasi dalam Kegiatan Pembinaan Ibadah, komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok u. Bagaimana pola komunikasi dalam kegiatan pembinaan yang ada di majelis taklim ini, seperti membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, Yasiin Tahlil Ratib Al-Athos dan Aqidah Mujmalah? Cara bacanya ya.. bareng bareng ada yang mimpin satu orang, jadi satu orang yang kirim hadiah Fatihah, di teruskan yasin dibaca bareng bareng Ratib juga dibaca bareng sampai Aqidah Mujmalah juga dibacanya bareng bareng biar pada bisa ngikutin kan yang namanya juga nene-nene ya , kalau di baca sendiri sendiri ada yang belum hafal apa gimana gitu. v. Apakah pola komunikasi antarpribadi diterapkan dalam pembinaan ibadah? Engga dsini mah kalau pembacaannya ga ada yang sendiri sendiri dibaca sama sama aja gitu, sampai selesai juga sama sama, kalau udah slesai Aqidah mujmalah Umi baru datang dah. w. Apakah ibu jamaah pernah diarahkan dalam pembinaan ibadah secara antarpribadi oleh ustdzah? Pernah itu mah pernah kadang Ustadzah Umi suka pembukaan Terus ngajarin satu-satu baca ayat ayat Al-Qur’an, ayo bu baca? Kaya saya pernah di suruh baca sendiri-sendiri, sampai bener banget pokoknya, kalau belum bener ya masih di ulang terusm kadang juga suka ngajarin praktek wudhu, tar praktek sholat, bener-bener umi sampai meraktekin kita disuruh dah satu satu ngikutin. x. Dalam pembinaan ibadah yang dilakukan di majelis taklim adakah yang ibu jamaah belum paham atau hafal dari bacaan bacaannya? Pernahkah bertanya secara antarpribadi? Kalau saya sih Alhamdulillah sudah hafal, ya namanya udah lama banget ya ngaji, kan Cuma itu itu doank yang dibaca jadi hafal, kalau nanya sama umi berdua ya pernah datang ke rumah umi, ada masalah keluarga apa-apa gitu? Minta solusi, paling gt kan umi udah kaya orang tua juga ya.. y. Apakah ibu jamaah berkomunikasi antarpribadi dengan ustdzah di luar majelis taklim untuk menanyakan masalah masalah agama atau dalam pembinaan ibadah? Ya yang tadi saya bilang saya suka ke rumah umi untuk nanya-nanya, minta solusi curhat apa aja dah. Kadang minta doanya, biasanya sekalian ngundang kalau ada acara apa gitu. z. Bagaimana pembinaan ibadah di dalam majelis taklim secara kelompok? Saat melaksanakan pembinaan ibadah ada yang memimpin atau dengan cara membacanya bersama sama? Ya secara kelompok, kalau baca Yasin Tahlil Ratib dan Aqidah Mujmalah di baca bareng bareng ada yang mimpin satu orang dan bareng bareng dah semua ngikutin baca nya. aa. Bagaimana cara penyampaian ustadzah kepada para jamaah dalam menyampaikan materi agama ? satu arah kah atau Tanya jawab? Kebanyakan Umi yang ngajar jadi kebanyakan satu arah paling ustd Dede jarang-jarang datangnya. Ustad Dede si enak pake ada Tanya jawabnya, jadi langsung boleh nanya di kasih kesempatan buat kita nanya nanya yang ga kita tau bb. Adakah perbedaan penyampaiaan tausiah antara ustdzah Umi Qomariah dengan ustadz Dede Wahyudin? apa saja perbedaan komunikasinya? Ya banyak perbedaannya dari segi penyampaiannya juga beda, ustadzah Umi ceramahnya kan satu arah langsung di tutup doa kalau Ustdz Dede ada di kasih kesempatan Tanya jawab, kalau Umi biasanya pada nanya di pertengahan ceramah soalnya langsung di tutup doa gitu, ga ada kesempatan nanya nanya.. Pewawancara Narasumber ( Hilyatul Aulia ) ( Suinah ) Hasil wawancara Nama: Ibu Kartini Jabatan: Jamaah Majelis Taklim Waktu: 24. Mei. 2014 Tempat: Majelis Taklim Al-Barkah Pola Komunikasi dalam Kegiatan Pembinaan Ibadah, komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok cc. Bagaimana pola komunikasi dalam kegiatan pembinaan yang ada di majelis taklim ini, seperti membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, Yasiin Tahlil Ratib Al-Athos dan Aqidah Mujmalah? Ya caranya dibaca bareng-bareng dan ada yang mimpin satu orang, nah kalau bacaan hadiah fatihah yang baca satu orang kita Cuma ngikutin fatihahnya aja, pas yasiin nya baru baca bareng-bareng, Ratib Al-Athos dan Aqidah mujmalah juga di baca bareng bareng. dd. Apakah pola komunikasi antarpribadi diterapkan dalam pembinaan ibadah? Engga, disini kalau pembinaan ibadah kaya baca Yasiin Tahlil Ratib dan Aqidah baca nya bareng bareng ustadzah datangnya pas sudah selesai pembacaan aqidah aja. ee. Apakah ibu jamaah pernah diarahkan dalam pembinaan ibadah secara antarpribadi oleh ustdzah? Ya pernah kalau lagi misalnya materinya tentang tajwid, nah kit abaca ayat ayat Al-Qur’an nah ustadzah Umi Qomar Baca duluan nanti kita disuruh satu-satu ngikutin, ayo neng baca sendiri, ntar kalau salah di ulang lagi sampai bener banget. Itu satu-satu disuruhnya. ff. Dalam pembinaan ibadah yang dilakukan di majelis taklim adakah yang ibu jamaah belum paham atau hafal dari bacaan bacaannya? Pernahkah bertanya secara antarpribadi? Ya kalau hafal mah ya belum, paham juga sekedar baca aja, kalau sendiri baca yasin mah kaga hafal tapi kalau bareng bareng ngikutin bisa kaya hafal jadi kaga keder gt neng. Kalau nanya sama umi secara langsung berdua si kaga pernah, paling Cuma di majelis taklim aja bareng bareng bacanya. Kalau nanya nanya sama umi yang di Tanya bukan bacaan yasin dan lain lainnya, paling nanya nanya masalah apa bae dah gitu.ini dosa apa ga? Ini boleh ga? Atau gimana ya yang bae? Paling Cuma begitu neng nanya nanya nya. gg. Apakah ibu jamaah berkomunikasi antarpribadi dengan ustdzah di luar majelis taklim untuk menanyakan masalah masalah agama atau dalam pembinaan ibadah? Ya kadang kadang si pernah juga, tapi kaga sering, paling kalau yang pasti mah kalau lebaran doank, kalau umi Sakit ya dijenguk , terus kalau mau ngundang missal mau ada maulid apa isra mi’raj gt doank, kalau nanya masalah masalah agama paling yang di waktu pengajian aja. hh. Bagaimana pembinaan ibadah di dalam majelis taklim secara kelompok? Saat melaksanakan pembinaan ibadah ada yang memimpin atau dengan cara mebacanya bersama sama? Ya dipimpin satu orang dan semua jamaah ngikutin pembacaannya kecuali hadiah fatihah sebelum yassin , itu dibaca sendiri dan kita Cuma baca fatihah aja yang bareng bareng tapi selebihnya ya semua di baca bareng dan satu memimpin. ii. Bagaimana cara penyampaian ustadzah kepada para jamaah dalam menyampaikan materi agama ? satu arah kah atau Tanya jawab? Ustadzah Umi Qomariah satu arah langsung di tutup doa aja tapi ada juga jamaah yang nanya di pertengahan Umi Qomar lagi ceramah, ya pasti di jawab, Cuma jadi kadang umi ngejelasinnya dari ulang yang pertama lagi, ustadz Dede wahyudin kalau ceramah ngasih kesempatan buat nanya jadi dua arah sebelum di tutup doa ustdz dede bilang ada yang mau nanya ga bu? Baru dah kalau udah selesai pada nanya baru ditutup doa, tapi yang sering dan emang guru tetepnya Umi Qomar jadi lebih banyak satu arah aja langsung di tutup doa. jj. Adakah perbedaan penyampaiaan tausiah antara ustdzah Umi Qomariah dengan ustadz Dede Wahyudin? apa saja perbedaan komunikasinya? Ya banyak bedanya, kalau umi yang tadi saya bilang ceramahnya ga pake Tanya jawab, kalau Ustadz Dede di kasih kesempatan untuk nanya, jadi enak kalau ada yang ga ngerti langsung ditanyain aja gitu, tapi ya kalau umi paling pada nyeletuk di tengah tengah Umi ceramah itu juga soalnya umi ga ngasih kesempatan bertanya, setelah selesai ceramah langsung tutup doa dan langsung pulang. Pewawancara Narasumber ( Hilyatul Aulia ) ( Kartini ) Hasil wawancara Nama: Ibu Erni Jabatan: Jamaah Majelis Taklim Waktu: 24. Mei. 2014 Tempat: Majelis Taklim Al-Barkah Pola Komunikasi dalam Kegiatan Pembinaan Ibadah, komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok kk. Bagaimana pola komunikasi dalam kegiatan pembinaan ibadah yang ada di majelis taklim ini, seperti membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, Yasiin Tahlil Ratib Al-Athos dan Aqidah Mujmalah? Ya dibaca bareng bareng ada yang mimpin satu orang yang mimpin juga ga dia dia juga gantian tiap minggunya. Misalnya saya hari ini baca, minggu besok siapa lagi ya ganti gantian gitu yang mimpinnya biar adil dan biar pada bisa semua. ll. Apakah pola komunikasi antarpribadi diterapkan dalam pembinaan ibadah? Untuk pembacaan ayat ayat suci Al-Qur’an ga kayanya, ga secara pribadi ya dibaca sama sama aja, kan ustadzahnya juga datangnya kalau udah selesai pembacaan aqidah. Jadi ustadzah disini kalau kita udah baca semua baru pada datang. mm. Apakah ibu jamaah pernah diarahkan dalam pembinaan ibadah secara antarpribadi oleh ustdzah? Oh iya itu mah suka, kadang pembukaan materinya baca satu satu, yaudah Umi baca duluan baru kita satu satu disuruh baca, kalau salah ya di ulangulang sampai bener. Tergantung lagi mau ngajarin apa ni, kalau lagi baca sendiri sendiri antara kita sama ustadzah ya suka ada juga. nn. Dalam pembinaan ibadah yang dilakukan di majelis taklim adakah yang ibu jamaah belum paham atau hafal dari bacaan bacaannya? Pernahkah bertanya secara antarpribadi? Yaa kalau yasiin mah kaga hafal, ratib juga kaga hafal, karena biasa dibaca sama sama-sama aja jadi hafal maka dari itu enaknya baca bareng-bareng biar semua bisa ngikutin oo. Apakah ibu jamaah berkomunikasi antarpribadi dengan ustdzah di luar majelis taklim untuk menanyakan masalah masalah agama atau dalam pembinaan ibadah? Kalau saya pribadi si belum pernah ya, paling ke rumah uminya lebaran doank, kalau ngundang ada acara, tapi kalau masalah agama ya saya nyeletuk aja gitu, kalau ada yang saya kurang paham kadang langsung nanya aja pp. Bagaimana pembinaan ibadah di dalam majelis taklim secara kelompok? Saat melaksanakan pembinaan ibadah ada yang memimpin atau dengan cara mebacanya bersama sama? Ya ada yang mimpin dan baca sama sama, Cuma satu orang megang speker dan yang ibu ibu lain pada ngikutin itu dah biar pada bisa ngikutin bacaannya kalau yang mimpiin mah ganti-gantian siapa aja gitu yang mau. qq. Bagaimana cara penyampaian ustadzah kepada para jamaah dalam menyampaikan materi agama ? satu arah kah atau Tanya jawab? Ustadzah Umi Qomar mah ceramah nyampein Ilmu Agama doank ga ada kesempatan Tanya jawab, jadi Cuma satu arah aja. yang kalau Ustadz Dede pake kesempatan nanya. rr. Adakah perbedaan penyampaiaan tausiah antara ustdzah Umi Qomariah dengan ustadz Dede Wahyudin? apa saja perbedaan komunikasinya? Ya kalau ustad Dede pake Tanya jawab kalau umi ga pake, umi ceramahnya lama ustad Dede sebentar. yang kalau Ustadz Dede pake kesempatan nanya. Masalah materi juga banyak bedanya kalau ustadz Dede kan masih muda jadi ada becanda-becandanya kalau Umi Qomar ga pake becanda harus serius. Pewawancara Narasumber ( Hilyatul Aulia ) ( Erni ) (Saat Penulis mewawancari Ibu Hj. Neni Jamaah Majelis Taklim Muslimat NU) (Saat penulis mewawancari ibu Asti dan Ibu Ela Jamaah Majelis Taklim Muslimat NU) (Saat penulis mewawancari KH. Burhanuddin Marzuki selaku ustdz di Majelis Taklim Muslimat NU ) (penulis bersama Ibu Hj Neni selaku Jamaah sekaligus skertaris Majelis Taklim Muslimat NU) (Penulis Fhto bersama Jamaah Majelis Taklim Muslimat NU) (Penulis Fhoto Bersama Ibu Hj. Aisyah selaku jamaah Majelis taklim Muslimat NU) (Penulis Fhoto Bersama Ibu Asti selaku Jamaah Majelis taklim Muslimat NU) (Penulis Bersama Ibu Ela selaku Jamaah Majelis taklim Muslimat NU ) KEGIATAN PENGAJIAN MAJELIS TAKLIM MUSLIMAT NU (Ceramah Agama yang disampaikan oleh KH. BUrhanuddin Marzuki) KEGIATAN PENGAJIAN MAJELIS TAKLIM MUSLIMAT NU (Penulis Fhto bersama KH. BUrhanuddin Marzuki dan Jamaah Muslimat NU) (Penulis Fhoto Bersama Ustadzah Yuliyana) ( Ustadzah Yuliyana Saat memimpin Pengajian di Majelis taklim Jamiatul Umahat selaku Anak cabang dari Majelis Taklim Muslimat NU) (Jamaah Majelis Taklim Jamiatul Umahat selaku Anak cabang dari Majelis Taklim Muslimat NU)