1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Islam sebagai

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Islam sebagai agama yang universal memiliki kitab suci Al-Qur’an
sebagai sumber nilai utama. Secara Ringkas nilai-nilai dalam Al-Qur’an
seperti telah dibahas sebelumnya dapat dikelompokkan menjadi nilai-nilai
aqidah, syariah, dan akhlaq. Untuk menterjemahkan aya-ayat Al-Qur’an
kedalam perilaku riil manusia telah dicontohkan pada kehidupan
Rasulullah SAW melalui lisan dan tindakannya. Lisan dan tindakan beliau
telah dikumpulkan oleh para sahabat nabi yang kemudian disebut dengan
Al Hadist /as Sunnah. Fungsi hadist disini diantaranya adalah untuk
menjelaskan dan mempertegas ayat-ayat Al-Quran, sehingga umat dalam
menjalankan ajaran agama tersebut benar sesuai dengan ayat-Nya. Allah
SWT telah menegaskan tentang keadaan manusia bahwa manusia tidak
akan tersesat hidupnya sepanjang manusia berpegang pada dua hal yaitu
kitabullah (Al-Quran) dan sunnah Rasul (Al-Hadist), dimana Al-Quran
diturunkan dari Allah dan Hadist merupakan ucapan dan perbuatan
Rasulullah untuk memperjelas Al-Quran dengan contoh-contoh. Hal ini
dapat dijelaskan pada surat Al Anfal:20 yang terjemahnya,”Hai orangorang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan Rasul dan janganlah
kamu berpaling dari pada-Nya” Dengan demikian, Sumber nilai-nilai
Islam utama adalah ada pada Al-Quran dan Hadist.
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Isu ekonomi dan perbankan syariah sebenarnya bukan isu yang
benar-benar baru di dunia, namun karena Indonesia sebagai negara dengan
jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia termasuk terlambat dalam
implementasi sistem perbankan syariah, maka baru dalam tahun-tahun
belakangan ini isu ekonomi dan perbankan syariah ramai dibicarakan.
Perkembangan yang pesat dalam perbankan syariah di Indonesia memicu
orang untuk mulai melihat seperti apa sebenarnya perbankan syariah itu.
Target pertumbuhan dan berbagai prediksi optimis dilontarkan baik oleh
para pengamat ekonomi, pelaku perbankan dan regulator. Jika memang
perbankan syariah lahir untuk sebuah kebaikan, maka kita berharap
kebaikan tersebut segera cepat terasa seiring dengan perkembangan
perbankan syariah.
Hal yang paling menarik dari Sistem Ekonomi Syariah adalah
dikedepankannya prinsip return goes along with risk (untung selalu
beriringan dengan risiko) yang merupakan kritisi terhadap praktik
perbankan konvensional. Prinsip ini juga mengandung pesan bahwa uang
tidak boleh menghasilkan uang. Uang hanya boleh berkembang bila
diinvestasikan dalam tangible economic activity. Bank tidak boleh hanya
berfungsi sebagai tempat dimana uang itu berkembang tanpa peduli
bagaimana uang itu mampu menggerakkan perekonomian nasabahnya.
Bank Syariah wajib ikut aktif dalam kegiatan untuk memajukan bisnis
para nasabahnya, karena tidak ada Bank Syariah yang untung jika
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
nasabahnya merugi. Besar dan tumbuh bersama dalam kemitraan adalah
misi dari perekonomian syariah.
Prinsip syariah Islam dalam pengelolaan harta menekankan pada
keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat. Harta harus
dimanfaatkan untuk hal-hal yang produktif terutama kegiatan investasi
yang merupakan landasan bagi aktivitas ekonomi dalam masyarakat.
Namun tidak setiap orang mampu secara langsung menginvestasikan
hartanya untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu diperlukan
suatu lembaga perantara yang menghubungakan masyarakat yang
memiliki dana dan memerlukan dana. Salah satu bentuk lembaga perantara
tersebut adalah bank yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
Dengan diterbitkannya Undang-undang nomor 10 tahun 1998
tentang perubahan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan, maka secara tegas Sistem Perbankan Syariah ditempatkan
sebagai bagian dari sistem perbankan nasional. Undang-undang tersebut
telah diikuti dengan ketentuan pelaksanaan dalam beberapa Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia tanggal 12 Mei 1999, yaitu tentang
Bank Umum, Bank Umum berdasarkan prinsip syariah, Bank Perkreditan
Rakyat, Bank perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah. Perangkat
hukum itu diharapkan telah memberikan dasar hukum yang lebih kokoh
dan peluang yang lebih besar dalam pengembangan Perbankan Syariah di
Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Ketika krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1997, sistem
syariah telah memberikan manfaat bagi banyak kalangan. Pada saat itu,
suku bunga pinjaman melambung tinggi hingga puluhan persen.
Akibatnya, banyak dari kalangan usaha yang tidak mampu membayar.
Fenomena ini tidak berlaku bagi pelaku usaha yang menggunakan dana
dari bank syariah. Para pengusaha tersebut tidak perlu membayar bunga
sampai puluhan persen, mereka cukup berbagi hasil dengan bank syariah.
Penentuan persentasi bagi hasil dilakukan di awal pengambilan pinjaman.
Bank syariah banyak dijadikan tumpuan bagi pengembangan usaha
kecil di tingkat bawah dan merupakan posisi yang dekat dengan
masyarakat bawah. Selain itu Bank Syariah dijalankan dengan prinsip
keadilan, karena keuntungan yang diberikan kepada nasabah penyimpan
adalah benar-benar berasal dari keuntungan penggunaan dana oleh
nasabah pembiayaan, sehingga bank syariah terhindar dari kemungkinan
negative spread.
Sistem keuangan dan perbankan modern telah berusaha memenuhi
kebutuhan manusia untuk mendanai kegiatannya, bukan dengan dananya
sendiri, melainkan dengan dana orang lain, baik dengan menggunakan
prinsip penyertaan dalam rangka pemenuhan permodalan maupun dengan
prinsip pinjaman dalam rangka kebutuhan pembiayaan. Islam mempunyai
hukum sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yaitu melaui akad
bagi hasil sebagai metode pemenuhan kebutuhan permodalan (equity
financing), dan akad jual beli untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
(debt financing). Bank Islam tidak menggunakan metode pinjammeminjam uang dalam rangka kegiatan komersial, karena setiap pinjam
meminjam uang yang dilakukan dengan persyaratan atau janji pemberian
imbalan adalah termasuk riba.
Bank syariah di dalam memberikan modal kepada nasabah tidak
memakai kata pinjam meminjam karena disebabkan dua hal. Pertama,
pinjaman merupakan salah satu metode hubungan finansial dalam Islam.
Masih banyak metode yang diajarkan syariah selain pinjaman. Seperti
jual-beli, bagi hasil, sewa dan sebagainya. Kedua, dalam Islam pinjam
meminjam adalah akad sosial bukan komersial, artinya bila seseorang
meminjam sesuatu, ia tidak boleh diisyaratkan untuk memberikan
tambahan atas pokok pinjamannya. Oleh sebab itu, dalam bank syariah
pinjaman tidak disebut kredit, tetapi pembiayaan.
Perbankan Islam harus dijalankan berdasarkan prinsip berbagi hasil
dan berbagi risiko (profit and loss sharing). Islam tidak menolak usaha
menghasilkan laba. Oleh karenanya tidak ada alasan bagi bank untuk tidak
masuk dalam suatu kemitraan dengan pengusaha dan meminjamkan dana,
tanpa memungut bunga, tetapi memperoleh bagi hasil. Melalui peranannya
sebagai partner, bank berbagi risiko dengan para pengusaha. Hal ini jelas
sah dalam Islam, karena bank dapat merugi dan bank tidak mendapatkan
hasil tetap dan pasti, tidak sebagaimana pada bank berbasis bunga.
Pengusaha juga dapat memperoleh manfaat, karena mereka bisa merasa
yakin bahwa mereka tidak akan dipaksa untuk membayar sesuatu jumlah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
yang pasti, yang tidak mungkin mereka miliki, manakala perusahaan
mereka tidak berhasil sebagaimana seharusnya. Depositor dan bank juga
akan berbagi risiko dan memperoleh bagi hasil. Jadi mereka dapat merasa
bahwa mereka tidak melanggar hukum Islam karena menerima bunga.
Semua pihak memperoleh manfaat dan memenuhi kriteria keadilan yang
diinginkan oleh Islam.
Perbankan syariah tidak memakai sistem bunga akan tetapi
memakai sistem bagi hasil dan bagi risiko (profit and loss sharing). Kredit
konvensional dilakukan melalui pemberian pinjaman uang kepada nasabah
sebagai peminjam, dimana pemberi pinjaman memperoleh imbalan berupa
bunga yang harus dibayar oleh peminjam. Untuk menghindari penerimaan
dan pembayaran bunga maka perbankan syariah menempuh cara
memberikan pembiayaan berdasarkan prinsip kemitraan yaitu prinsip bagi
hasil (mudharabah), prinsip penyertaan (musyarakah), prinsip jual beli
serta sewa.
Bank Islam dengan sistem bagi hasilnya sebagai alternatif
pengganti dari penerapan sistem bunga ternyata dinilai telah berhasil
menghindarkan
dampak
negatif
dari
penerapan
bunga,
seperti:
pembebanan pada nasabah berlebih-lebihan dengan beban bunga berbunga
(compound interest) bagi nasabah yang tidak mampu membayar pada saat
jatuh temponya, terjadinya konsentrasi kekuatan ekonomi ditangan
kelompok elite para bankir dan pemilik modal, kurangnya peluang bagi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
kekuatan ekonomi lemah untuk mengembangkan potensi usahanya
(Sumitro, 1996:50).
Konsep bagi hasil berbeda berbeda sekali dengan konsep bunga
yang diterapkan pada bank konvensional. Dalam bank syariah, konsep
bagi hasil, sebagai berikut (IBI, 2003:265).
1. Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan
bank yang bertindak sebagai pengelola dana.
2. Pengelola/bank syariah mengelola dana tersebut di atas sistem pool of
fund, selanjutnya bank akan menginvestasikan dana tersebut ke dalam
proyek/usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek
syariah.
3. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup
kerja sama nominal, nisbah, dan jangka waktu berlakunya kesepakatan
tersebut.
Pinsip bagi hasil menurut syariah adalah profit sharing, secara
akuntansi profit ini akan muncul dari revenue yang diperoleh dikurangi
(COGS) atau harga pokok penjualan yang kemudian kita kenal dengan
gross profit. Apabila gross profit ini dikurangi lagi dengan beban-beban
administasi dan marketing maka diperoleh Net Profit sebelum pajak.
Secara awam tentunya kita memahami bahwa prinsip bagi hasil dihitung
dari Net Profit sebelum pajak atau minimal dari gross profit. Ternyata
fenomena yang terjadi pada kebanyakan bank syariah di Indonesia adalah
perhitungan bagi hasil diukur dari Revenue (penjualan/omset) suatu usaha.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Revenue dalam suatu usaha selalu ada selama usaha itu bergerak, Cuma
apakah sudah menggambarkan suatu hasil, yang kemudian layak dibagi.
Hal ini ternyata didukung oleh fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN) NO: 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha
Dalam Lembaga Keuangan Syari'ah yang membolehkan revenue sharing,
dengan pertimbangan persaingan dengan Bank Konvensional dan belum
memasyarakatnya bagi hasil di masyarakat.
Terdapat beberapa pembiayaan yang ditawarkan oleh bank syariah.
Salah satu produk yang ditawarkan oleh bank syariah adalah pembiayaan
mudharabah. Pembiayaan ini menggunakan sistem bagi hasil antara
nasabah dengan bank dalam pembagian keuntungannya sesuai dengan
nisbah yang disepakati pada saat akad. Pembiayaan mudharabah berbeda
dengan produk pembiayaan yang ditawarkan oleh bank konvensional.
Pada pembiayaan mudharabah diterapkan keadilan, kejujuran dan
transparansi dari kedua belah pihak. Hubungan antara bank dan nasabah
tidak hanya sebagai debitor dengan kreditor saja, tetapi hubungan
keduanya diakui sebagai mitra kerja yang lebih dekat dan lebih humanis.
Nilai tambah itulah yang mengakibatkan Bank Syariah semakin
diminati oleh masyarakat. Pada saat akad peyaluran pembiayaan
mudharabah harus terdapat kepastian mengenai porsentase perolehan hasil
dari keuntungan usaha yang dibiayai. Bank harus menetapkan mekanisme
perhitungan yang jelas tentang persentase bagi hasil keuntungan usaha
yang kesemuanya lebih merupakan kebijakan bisnis bank yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
bersangkutan sehingga dalam pelaksanaannya dapat berbeda dari tiap-tiap
bank syariah. Besarnya keuntungan yang dibagikan kepada masing-masing
pihak tergantung dari kesepakatan pada saat transaksi atau akad
dilaksanakan.
Jika bank Konvensional menawarkan bunga yang cukup tinggi,
bank Syariah juga akan menawarkan nisbah bagi hasil yang tinggi pula
demi mendapatkan nasabah. Para nasabah bank syariah seringkali
mempertimbangkan
seberapa
besar
nisbah
bagi
hasil
sebelum
memutuskan untuk menabung atau memohon pembiayaan dan mereka
juga membandingkannya dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia.
Fenomena inilah yang seolah-olah menunjukkan bahwa Bank-bank
Syariah di Indonesia ikut mempertimbangkan besar nisbah bagi hasilnya
dengan melihat tingkat suku bunga Bank Indonesia yang berlaku. Jika
anggapan tersebut terus berkembang maka akan dapat menurunkan
kredibilitas Bank Syariah sebagai salah satu lembaga keuangan yang halal
dan bebas riba.
Atas dasar uraian diatas oleh karena itu penulis mengangkat
permasalahan diatas ke dalam judul penelitian skripsi yaitu :
” Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga BI Terhadap Penentuan
Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah “ (Studi kasus pada PT.
Bank Syariah Bukopin Cab. Bekasi dan PT. BRI Syariah Cab.
Bekasi)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
B. Perumusan Masalah Penelitian
Dari uraian masalah sebelumnya, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu bagaimana
pengaruh suku bunga BI terhadap penentuan nisbah bagi hasil produk
pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Syariah Bukopin dan PT. Bank
BRI Syariah.
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat suku bunga BI
terhadap penentuan nisbah bagi hasil produk pembiayaan
mudharabah pada bank syariah bukopin dan bri syariah.
b. Untuk mengetahui bagaimana praktik serta skema penentuan bagi
hasil pada produk-produk pembiayaan Perbankan Syariah terutama
pada produk mudharabah dari bank syariah bukopin dan bank BRI
syariah.
2. Kontribusi Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terutama
bagi peneliti sendiri serta bagi pihak lain yaitu bank syariah. Adapun
manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Didapatkan gambaran yang jelas mengenai praktik bagi hasil
dalam sebuah perbankan syariah dan pengaruh suku bunga BI
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
dalam penentuan nisbah bagi hasil
terutama pada pembiayaan
mudharabah.
b. Dapat dijadikan sebagai acuan atau masukan untuk mengambil
suatu kebijakan bagi manajemen bank syariah.
c. Bagi penulis sendiri penelitian ini dapat memberikan pengalaman
belajar dan pengetahuan yang lebih mendalam terutama dalam
bidang yang dikaji.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download