P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 DETEKSI KEMATIAN SEL KANKER PAYUDARA T47D OLEH FRAKSI DCM KULIT BATANG ASAM KANDIS (Garcinia Cowa Roxb.) DENGAN METODE DOUBLE STAINING Elidahanum Husni*, Fatma Sri Wahyuni, Rizka Yunadia Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Breast cancer is a common malignancy in women and the highest cause of death from cancer among women in the world. It has been known that stem bark of asam kandis (Garcinia cowa Roxb.) contain on xanthone which has potential as anticancer. On previous study, DCM stem bark fraction of Garcinia cowa Roxb. showed cytotoxic effect in T47D cells with 4 µg/mL of IC50. This study aims to determine the effect of DCM stem bark fraction of Garcinia cowa Roxb. in cell death induction (apoptosis) of breast cancer cells T47D using double staining method. Double staining method based on the DNA fluorescence differentiation of viable and death cells after binding two DNA fluorochrome, propidium iodide (PI) and acridine orange (AO). The result of this study shows that viable cells are green fluorescence, the cell undergoes apoptosis in green mixed yellow, and the cell undergoing necrosis is colored orange mix red. The average percentage of apoptotic cells in variable DCM stem bark fraction of Garcinia cowa Roxb. induction is higher than the average percentage of apoptotic cells in variable control (induction = 29,9233 ± 3,23117 and control = 3,4333 ± 3,28221). The result of statistics analysis by Independent Sample Test shows apoptosis significance value (2-tailed) = 0,005 (< 0,025). Kata Kunci: Steam bark of asam kandis (Garcinia cowa Roxb.), T47D cells, apotosis PENDAHULUAN payudara dapat terjadi pada pria maupun Kanker merupakan suatu penyakit yang terjadi wanita, hanya saja prevalensi pada wanita jauh melalui proses transformasi. Proses ini akan lebih tinggi (CCRC, 2009). berlangsung apabila sel mengalami perubahan Data terbaru dari American Cancer Society telah genetik dan mendapat kemampuan untuk menghitung bahwa di tahun 2013, ada 2.240 melepaskan diri dari mekanisme regulator. kasus baru kanker payudara pada pria dengan Kanker dapat mengenai seluruh jaringan tubuh angka kematian sebesar 410 kasus. Sementara manusia termasuk payudara (Baratawidjaja, sekitar 39.620 wanita meninggal dunia setiap 2010). Kanker payudara merupakan salah satu tahunnya kanker penyebab kematian tertinggi pada perkirakan jumlah kasus kanker payudara akan wanita di berbagai belahan dunia. Dua pertiga meningkat 1.050.346 kasus per tahun (Rasjidi, dari penderita kanker payudara di dunia berada 2010). di negara-negara yang sedang berkembang Perkembangan payudara normal dikontrol oleh termasuk Indonesia (Amalina, 2008). Kanker keseimbangan antara proliferasi dan apoptosis karena kanker payudara. Di 110 P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 sel payudara. Pertumbuhan tumor dapat terjadi (aktivitas karena proliferasi yang tak terkontrol dan tetrapreniltoluquinon berkurangnya apoptosis (Parton et al., 2001). dari kulit batang G. cowa. Apoptosis merupakan program bunuh diri dari Dari penelitian sebelumnya telah diketahui sebuah sel. Program ini memiliki peran yang bahwa ekstrak etanol kulit batang asam kandis penting homeostatis (Garcinia cowa Roxb.) memiliki efek sitotoksik perkembangbiakan sel dan dengan adanya terhadap sel kanker payudara T47D dengan disregulasi berakibat nilai IC50 5,1 µg/ml (Faras, 2013). Uji efek timbulnya bermacam-macam penyakit (Evan sitotoksik dari hasil fraksinasi kulit batang asam and Litlewood,1998). kandis juga telah dilakukan dan memperoleh Modalitas terapi kanker payudara secara umum hasil fraksi DCM sebagai fraksi paling aktif meliputi operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi terhadap sel kanker payudara T47D denga nilai hormonal, dan terapi target (Suyatno, 2010). IC50 4 µg/mL. Kemoterapi merupakan pengobatan kanker Metode dengan yang mendeteksi kematian selnya adalah dengan mempunyai efek menghambat atau mematikan metode double staining. Metode double staining sel kanker. Namun karena biaya yang tinggi, berdasarkan pada perbedaan fluoresensi DNA hasil yang tidak memuaskan, dan multi drugs pada sel yang hidup dan mati karena pengikatan resistance tentang dua fluorokrom, yaitu propidium iodida - antikanker sangat diperlukan (Suyatno, 2010). akridin oranye. Dengan melihat perbedaan Selain itu, terapi tersebut seringkali tidak warna di bawah mikroskop fluorescence, dapat terjangkau oleh masyarakat, maka dicari obat dibedakan sel yang hidup dan sel yang tradisional untuk pengobatan kanker. Ada mengalami kematian secara apoptosis dan beberapa nekrosis (CCRC, 2009). untuk menjaga apoptosis menggunakan maka ini bisa bahan penelitian kelebihan kimia baru penggunaan obat antioksidan) pengujian (aktivitas yang dan antikanker) digunakan untuk tradisional, harganya lebih murah karena dapat dibudidayakan, mudah didapat dan diharapkan METODE PENELITIAN efek samping lebih minimal dibanding obat Alat antikanker sintetik (Rosmarilin, 2006). Alat-alat yang digunakan untuk uji apoptosis Garcinia cowa Roxb. atau yang dikenal dengan berupa sarung tangan karet, botol semprot, labu nama lama Erlenmeyer (Iwaki®), flask T-25 (Iwaki®), botol digunakan masyarakat terutama untuk manisan Duran, tabung Appendorf (Iwaki®), pipet mikro atau penyedap masakan atau rempah-rempah (Ecopipette®), (Heyne, 1987). analitik, spesies daerah asam kandis sudah Berdasarkan hasil penelitian, ini mengandung golongan santon, hemasitometer, autoklaf (Nasional®), (Hirayama®), inkubator 370 timbangan lemari es C/5% CO2 (Thermo benzofenon dan flavonoid. Golongan senyawa Scientific®), microbiological safety cabinet air ini diketahui memiliki berbagai aktivitas seperti flow kelas II (Thermo Scientific®), vortex antimikroba, (Etech®), penangas air (Memert®), sentrifus antiimflamasi, antimalaria, antitumor, antioksidan, dan antikanker (Thermo Scientific®), tabung sentrifugal, inverted (Zeiss®), mikroskop (Komguem et al., 2005). Wahyuni et al. (2004) mikroskop telah berhasil mengisolasi senyawa rubrasanton Imager.A2 (Zeiss®), 24 well plate, dan cover slip. 111 P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Bahan untuk melihat apakah sel melekat di dasar flask Bahan yang digunakan untuk deteksi dan membentuk lapisan monolayer. Medium kematian sel adalah fraksi DCM dari kulit batang pertumbuhan diganti sekali dalam dua hari dan asam kandis (Garcinia cowa Roxb). Bahan-bahan bila jumlah sel di dalam flask mencapai 70-85%, yang digunakan untuk deteksi mekanisme lakukan sub kultur sel. kematian sel yaitu sel kanker payudara manusia T47D, dimetil sulfoksida (DMSO), etanol 70%, air ultrapurifikasi, Komplit Penghitungan Sel (MK) Tambahkan 2 ml tripsin-EDTA ke dalam flask Roswell Park Memorial Institute (RPMI) 1640, yang berisi kultur sel, kemudian inkubasi 5-10 Tripsin-EDTA, Phosphate Buffer Saline (PBS), menit. Kemudian larutan tripsin-EDTA yang reagen Propidium Iodida - Akridin Oranye. berisi sel disentrifus dengan kecepatan 3000 Ibuprofen 200 mg dari PT Pharos (No. rpm selama 5 menit. Buang supernatan, lalu Batch BN C4G580B), metanol p.a (Emsure®), pelet disuspensikan dalam 1 ml medium RPMI. kloroform p.a a. Medium c. (Emsure®), aseton p.a (Emsure®) Ambil 10 µl suspensi sel, letakkan pada masing- dan etil asetat p.a (Emsure®) dari PT Merck. masing kotak penghitungan sel hemasitometer. Kultur Sel Lakukan penghitungan di bawah mikroskop dan Penyiapan Alat rata-rata jumlah sel ditentukan untuk membuat Alat–alat yang digunakan untuk pengujian harus suspensi sel. 50.000 ribu sel dalam setiap sumur dalam keadaan bersih dan steril. Wadah plastik 24 well plate dilakukan untuk analisis deteksi dipersiapkan hanya untuk satu kali pemakaian, kematian sel. dan sterilitasnya terjamin selama kemasan tidak rusak. Untuk alat-alat berbahan gelas, wadah dicuci bersih dan dikeringkan. d. Peletakan Sel Kemudian Suspensi sel dalam medium dibuat jumlah dan 1210C volume terukur. Siapkan 24 well plate dan cover tekanan 15 lbs selama 15 menit. Sedangkan slip. Masukkan cover slip ke dalam sumuran microbiological safety cabinet air flow kelas II menggunakan pinset dengan hati-hati. Transfer disterilkan dengan cara disemprot dengan 1000 µl suspensi sel ke atas cover slip. Setiap etanol 70%. akan mengisi sumuran, resuspensi sel kembali. disterilkan dengan autoklaf pada suhu Kolom pertama merupakan kontrol yang berisi b. Penyiapan Sel suspensi sel dalam medium, sedangkan kolom Sel kanker payudara yang digunakan yaitu sel kedua berisi suspensi sel diperlakukan dengan T47D merupakan dari Cancer fraksi DCM kulit batang asam kandis. Amati Center (CCRC) keadaan sel di bawah mikroskop untuk melihat Universitas Gajah Mada (UGM). Sel kanker distribusi sel. Inkubasi pada suhu 370 C, 5% CO2 dikeluarkan dari freezer (-800C), dihangatkan selama 24 jam. Chemoprevention koleksi Research dalam penangas air pada suhu 370C selama 2-3 menit. Setelah mencair, sel dipindahkan ke dalam flask yang telah berisi 15 ml media, diinkubasi selama 3-4 jam pada suhu 370 Pembuatan Larutan Uji a. Larutan Stok C, 5% Timbang fraksi DCM kulit batang asam kandis CO2, kemudian diamati di bawah mikroskop sebanyak 100 mg. Larutkan dalam 1 ml pelarut 112 P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 DMSO untuk mendapatkan konsentrasi larutan mikroskop fluorescence. Jika pewarnaan belum 100 mg/ml. Fraksi ini optimal, tunggu beberapa menit dan amati harus dapat larut sempurna dalam pelarut yang digunakan. kembali. Dokumentasikan. Set kamera dengan setting khusus untuk fluorescence. Setelah b. Larutan Uji Untuk Deteksi Kematian Sel selesai, buang cover slip dan cuci kembali object Satu tabung appendorf disiapkan untuk masing- glass. Lakukan sanitasi laboratorium. masing sampel, diberi label sesuai dengan konsentrasi yang akan dibuat. Pengenceran Analisa Data dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi yang Masing-masing sel yang viabel, apoptosis atau akan diuji dalam media RPMI-1640. nekrosis dihitung jumlahnya secara manual. Dengan menggunakan data jumlah sel dari hasil Uji Deteksi Kematian Sel penghitungan tersebut, dapat ditentukan Viabilitas, nekrosis, dan apoptosis sel dihitung persentase sel yang mengalami apoptosis atau menggunakan 2 jenis intercalating agents yaitu nekrosis. Propidium Iodida (PI) dan Akridin Oranye (AO). Ambil 24 well plate yang telah berisi sel dari inkubator. Buang semua medium komplit dari sumuran dengan pipet Pasteur secara perlahanlahan. Cuci sel dalam sumuran dengan PBS masing-masing 500 μL. Buang PBS dari sumuran dengan pipet Pasteur secara perlahan-lahan. Masukkan sampel dengan konsentrasi tertentu Dari hasil pengamatan, data diuji dengan uji sebanyak 1000 μL ke dalam sumuran. Masukkan parametrik analisis variansi Independent Sample media ke dalam sumuran untuk kontrol sel. T-test. Uji Independent Sample T-test dilakukan Inkubasi plate di dalam inkubator. Amati kondisi untuk sel setelah inkubasi 24 jam, dokumentasikan. perlakuan terhadap setiap parameter yang Konsultasikan untuk menentukan akhir waktu diamati inkubasi. Setelah inkubasi selesai, keluarkan variabel kontrol dan perlakuan. plate dari inkubator. Buang semua media dari sumuran dengan pipet Pasteur secara perlahan. Cuci sel dalam sumuran dengan PBS masingmasing 500 mL. Buang PBS dari sumuran dengan pipet Pasteur secara perlahan. Ambil cover slip menggunakan pinset dengan bantuan ujung jarum dengan hati-hati. Letakkan cover slip di atas object glass (kaca obyek). Beri label pada object glass. Teteskan masing-masing 10 μL reagen propidium iodida dan akridin oranye di atas cover slip. Ratakan dengan cara menggoyang secara perlahan. Amati di bawah mengetahui dan apakah perbedaan ada pengaruh bermakna antara HASIL DAN DISKUSI Setelah dilakukan penelitian mengenai deteksi kematian sel fraksi DCM kulit batang asam kandis (Garcinia cowa Roxb.) dengan IC50 sebesar 4 µg/mL terhadap sel kanker payudara T47D menggunakan metode double staining, maka didapatkan hasil terjadinya perbedaan fluoresensi warna antara sel yang hidup (viabel) dengan sel yang mengalami kematian sel secara apoptosis dan nekrosis. Perbedaan warna ini dapat dilihat dibawah mikroskop fluorescence 113 P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 menggunakan dua jenis intercalating agents antara sel kontrol (tanpa perlakuan) dan sel yaitu propidium iodida dan akridin oranye. yang diberi perlakuan dengan fraksi DCM kulit Pengamatan kematian sel dilakukan dengan batang asam kandis (Gambar 1). membandingkan gambaran fluoresensi warna Gambar 1. (a) Fluoresensi warna sel kontrol (tidak diberikan perlakuan dengan fraksi DCM kulit batang asam kandis) pada inkubasi setelah 24 jam, sel viabel berfluoresensi hijau seragam. (b) Fluoresensi warna dari efek perlakuan fraksi DCM kulit batang asam kandis dengan IC50 4 µg/ml terhadap sel viabel, apoptosis dan nekrosis sel kanker payudara T47D pada inkubasi 24 jam ( sel viabel berflouresensi hijau seragam, sedangkan sel yang mengalami kematian sel secara apoptosis yang berflouresensi hijau kekuningan, dan sel yang mengalami kematian sel secara nekrosis berflouresensi oranye sampai kemerahan). Pada pengamatan kematian sel juga dilakukan perhitungan jumlah dan rata-rata persentase sel yang hidup (viabel), apoptosis, dan nekrosis (Tabel 1, Gambar 2). Tabel 1. Rata-rata persentase sel yang hidup (viabel), apoptosis, dan nekrosis Persentase ( % ) Kelompok Cover slip Viabel Apoptosis Nekrosis Kontrol 1 100 0 0 2 90,46 6,54 2,99 3 95,69 3,76 0,53 Rata-rata 95,38 3,43 1,17 Perlakuan 1 61,05 32,84 6,10 2 60,11 30,48 9,40 3 67,77 26,45 5,78 Rata-rata 62,97 29,92 7,09 Gambar 2. Grafik Persentase Sel Viabel, Apoptosis, dan Nekrosis pada variabel kontrol dan perlakuan dengan fraksi DCM kulit batang asam kandis 114 P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Pengolahan data hasil penelitian diuji secara fraksi paling aktif efek sitotoksiknya terhadap statistik menggunakan uji Independent Sample sel T-test sebagai berikut : menggunakan metode double staining. Pada kanker payudara T47D dengan penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa 1. Rata-rata persentase sel viabel ± SD (kontrol = ekstrak etanol kulit batang asam kandis 95,3833 ± 4,77739 dan perlakuan = (Garcinia cowa Roxb.) memiliki efek sitotoksik 62,9767 ± 4,17767), rata-rata persentase sel terhadap sel kanker payudara T47D dengan apoptosis ± SD (kontrol = 3,4333 ± 3,28221 nilai IC50 5,1 µg/ml (Faras, 2013). Selanjutnya dan perlakuan = 29,9233 ± 3,23117), dan juga telah dilakukan uji efek sitotoksik terhadap rata-rata persentase sel nekrosis ± SD sel kanker payudara T47D dari empat jenis hasil (kontrol = 1,1733 ± 1,59544 dan perlakuan = fraksinasi, yaitu fraksi DCM, etil asetat, heksan 7,0933 ± 2,00403). dan etanol sehingga diperoleh fraksi DCM sebagai fraksi paling aktif yang berpotensi 2. Dari uji homogenitas dengan sitotoksik terhadap sel kanker payudara T47D Levene’s Test for Equality of Variances dengan IC50 4 µg/ml. Maka dari itu, penelitian ini diperoleh nilai sel viabel dengan Sig. = merupakan penelitian lanjutan yang bertujuan 0,962 (P > 0,05), sel apoptosis dengan Sig. = untuk mendeteksi jenis kematian sel yang 0,985 (P > 0,05), dan sel nekrosis dengan Sig. terjadi pada sel kanker payudara T47D oleh = 0,565 (P > 0,05) yang berarti bahwa induksi fraksi DCM kulit batang asam kandis masing-masing variansi dari persentase sel (Garcinia cowa Roxb.). viabel, antara Pada penelitian ini terdapat dua variabel uji, variabel kontrol dan perlakuan adalah sama, yaitu variabel kontrol dan variabel yang diberi maka rata-rata perlakuan dengan fraksi DCM kulit batang asam persentase sel viabel, apoptosis, dan nekrosis kandis pada konsentrasi IC50 4 mg/mL. Pada sel digunakan data Equal Variance Assumed. kontrol, apoptosis, untuk dan variansi nekrosis membandingkan umumnya terdapat sel yang berfluoresensi hijau terang seragam dan sedikit 3. Hasil uji T-test menunjukkan sel viabel oranye. Fluoresensi hijau terang yang seragam dengan Sig. (2-tailed) = 0,005 (< 0,025), sel pada nukleus dimiliki oleh sel hidup yang masih apoptosis dengan Sig. (2-tailed) = 0,005 (< memiliki membran sel yang utuh (McGahon et 0,025), dan nekrosis dengan Sig. (2-tailed) = al., 1995). Sel berfluoresensi hijau menandakan 0,008 (< 0,025). Ini berarti bahwa terjadi bahwa perbedaan yang bermakna dari masing- berfluoresensi oranye merupakan sel yang mati masing persentase sel viabel, apoptosis, dan akibat nekrosis. Nekrosis dapat terjadi pada nekrosis kontrol karena faktor lingkungan. Mungkin antara variabel kontrol dan perlakuan. sel masih hidup. Sedangkan sel selama preparasi sel dengan double staining terjadi stres yang menyebabkan sel-sel Penelitian ini mendeteksi kematian sel kanker kemudian mati (Meiyanto dan Septisetyani, payudara T47D oleh fraksi DCM kulit batang 2005). asam kandis (Garcinia cowa Roxb.) sebagai 115 P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Pada kelompok perlakuan, hampir semua sel jumlah apoptosis dan nekrosis. Berbeda dengan menunjukkan fluoresensi warna yang tidak variabel kontrol, setelah diinkubasi selama 24 seragam yaitu fluoresensi hijau bercampur jam tanpa diberi perlakuan viabilitas sel jauh kuning lebih tinggi dan hanya sedikit sel yang yang mengindikasikan terjadinya apoptosis dan fluoresensi oranye kemerahan mengalami yang menandakan bahwa fraksi DCM kulit batang menandakan bahwa sel mengalami apoptosis nekrosis. Hal tersebut terjadi karena sel mulai asam mengalami menginduksi apoptosis. membran blebbing, sehingga propidium iodida mulai masuk ke dalam sel (Sekti et al., 2010). Perubahan morfologi pada sel yang mengalami apoptosis ditandai dengan terjadinya kromatin, kondensasi fragmentasi dan fragmentasi DNA, menyusutnya volume sel, karioreksis, dan pembentukan badan-badan apoptosis (Kerr et al., 1970). Seperti yang terlihat pada gambar fluoresensi kelompok perlakuan, sel yang apoptosis memiliki bentuk bulat yang tidak utuh dan terdapat fragmen-fragmen seperti badan kandis dan memiliki nekrosis. potensi Ini dalam Dari hasil analisa uji statistik menggunakan Independent Sample T-test menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) dari sel viabel = 0,005 (< 0,025), sel apoptosis dengan Sig. (2-tailed) = 0,005 (< 0,025), dan nekrosis dengan Sig. (2-tailed) = 0,008 (< 0,025). Hal ini berarti bahwa terjadi perbedaan yang bermakna dari masing-masing persentase sel viabel, apoptosis, dan nekrosis antara variabel kontrol dan perlakuan. Kulit batang asam kandis (Garcinia cowa Roxb.) apoptosis. Sementara nekrosis yang terjadi di mengandung sekitar sel ditandai dengan pembengkakan sel, senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, rusaknya organel, dan pecahnya membran sel, dan fenolik. Salah satu senyawa golongan sehingga seluruh kandungan sel keluar ke cairan fenolik adalah xanthone dengan beberapa ekstraseluler, sehingga kerusakan jaringan yang turunannya seperti meluas pada nekrosis ini dapat menyebabkan mangostin, cowanin, inflamasi tetrapreniltolouquinon, (Guimaraes dan Linden, 2004). metabolit sekunder, seperti rubraxanthone, cowanol, alfa cowasanton, β-mangostin dan Berdasarkan hasil fluoresensi warna diatas, xanthone terprenilasi (Likhitwitayawuid et al., secara kualitatif dapat dilihat bahwa terjadi 1997; Wahyuni, et al., 2004). Senyawa-senyawa perbedaan warna antara variabel kontrol dan ini diketahui memiliki berbagai aktivitas seperti perlakuan yang menandakan telah terjadinya antimikroba, apoptosis. antiimflamasi, antitumor, dan antikanker. Dari hasil penghitungan diperoleh persentase Salah satu turunan xanthone, α-mangostin, rata-rata sel pada variabel kontrol (viabel = diketahui 95,38 %, apoptosis = 3,43 %, nekrosis = 1,17 %) melalui jalur intrinsik (mitokondria) dengan dan pada variabel perlakuan (viabel = 62,97 %, cara mengaktivasi caspase 9 dan caspase 3 pada apoptosis = 29,92 %, nekrosis = 7,09 %). Hal ini sel HL60. Hal ini ditandai dengan terjadinya menunjukkan diberi disfungsi mitokondria seperti pembengkakan perlakuan dan diinkubasi selama 24 jam terjadi sel, hilangnya potensial membran, penurunan bahwa setelah sel antimalaria, mampu menginduksi antioksidan, apoptosis pengurangan viabilitas sel dan peningkatan 116 111 P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 ATP, akumulasi ROS, dan pelepasan sitokrom C KESIMPULAN menuju sitosol (Matsumoto et al., 2004). Dari penelitian yang dilakukan, dapat diambil Berdasarkan data hasil penelitian ini, fraksi DCM kulit batang asam kandis memiliki aktivitas dalam memacu kematian sel kanker payudara T47D melalui mekanisme apoptosis, sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai chemopreventif dan antikanker dengan target aksi spesifik. Namun, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui senyawa aktif dalam fraksi DCM kulit batang asam kandis yang bertanggung jawab terhadap kesimpulan bahwa fraksi DCM kulit batang asam kandis dapat memicu kematian sel kanker payudara T47D melalui mekanisme kematian sel secara apoptosis. Terjadinya perbedaan nilai rata-rata persentase yang signifikan antara sel viabel, apoptosis, dan nekrosis pada variabel kontrol dengan variabel yang diberi perlakuan fraksi DCM kulit batang asam kandis. Dari hasil perhitungan Independent Sample T-test didapatkan nilai signifikansi 2-tailed < 0,025. mekanisme pemacuan apoptosis sel kanker payudara T47D. DAFTAR PUSTAKA Amalina N. 2008. Uji sitotoksik ekstrak etanol 70% buah merica hitam (piper nigrum L.) terhadap sel HeLa. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadaiyah Surakarta. American Cancer Society. 2014. Cancer Facts and Figures 2014. Atlanta: American Cancer Society. Baratawidjaja KG, Rengganis I. 2010. Imunologi Dasar edisi 9. Jakarta: FK UI. Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC). 2009. Mekanisme dan Regulasi Apoptosis. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Press. Evan G, Littlewood TD. 1998. A Matter of Life and Cell Death. Science 281: 1317 -1322. Guimaraes CA, Linden R. 2004. Programmed Cell Death: Apoptosis and Alternative Deathstyles. Eur j Biochem 271: 1638-50. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Jakarta : Yayasan SaranaWana Jaya. Komguem J, AL Meli, RN Manfouo, David Lontsi, FN Ngounou, V Kuete, Hippolyte W. Kamdem, Pirre Tane, Bonaventure T. Ngadjui, Beiben L. Sondengam and Joseph D. Connolly. 2005. Xanthones from Garcinia smeathmannii (Oliver) and their antimicrobial activity. Phytochemistry 66: 17171773. Kerr JFR, Wyllie AH, and Currie AR. 1972. Apoptosis: a basic biological phenomenon with wide-ranging implication in tissue kinetics. BJ C. 26: 239-57. Likhitwitayawuid K, Phadungcharoen T, Mahidol C, Ruchirawat S. 1997. 7-O-Methylgarcinone E from Garcinia cowa. Phytochemistry 45: 1299 –1301. Matsumoto K, Akao Y, Yi H, Ohguchi K, Ito T, Tanaka T, Kobayashi E, Iinuma M, and Nozawa Y. 2004. Preferential target is mitochondria in α-mangostininduced apoptosis in human leukemia HL60 cells. Bioorg. Med. Chem 12: 5799-5806. McGowan CH. 2003. Regulation of the eukaryotic cell cycle. Progress in Cell Cycle Research 5: 1-4. Meiyanto, Edi dan Endah P. Septisetyani. 2005. Efek Antiproliferatif dan Apoptosis Fraksi Fenolik Ekstrak Etanolik Daun Gynura Procumbens (Lour.) Merr. terhadap Sel Hela. Majalah Artocarpus (5) 2: 74-80. Nahari, Faras. 2013. Uji Efek Sitotoksik Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Kandis (Garcinia cowa Roxb.) Terhadap Sel Kanker Payudara T47D Dengan Metoda MTT. (Skripsi). Padang : F.Farmasi, UNAND. Parton M, Dowsett M, and Smith I. 2001. Studies of apoptosis in breast cancer. BMJ 322: 1528-32. Rasjidi, Imam. 2010. Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto. Rosmarilin H. 2006. Anti-cancer activity of local alpinia galangal L(SW) rhizome extracts on cancer cell linee of human and mice transplanted with primary tumor cell. USU reporitary 2006 (cited 2007 feb 14). Available from: http://library.usu.ac.id/download/fp/D0300608.pdf Sekti DA, Muhammad Fithrul Mubarok, Inna Armandani, Sendy Junedy dan Edy Meiyanto. 2010. Ekstrak Etanolik Daun Awar–Awar (Ficus Septicaburm F.) Memacu Apoptosis Sel Kanker Payudara Mcf-7 Melalui Penekanan Ekspresi Bcl-2. Majalah Obat Tradisional 15(3). 117 112 P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Suyatno, Pasaribu ET. 2010. Bedah Onkologi Diagnosis dan Terapi Edisi I. Jakarta: CV Sagung Seto. Wahyuni FS, Lajis NH, Stanslas J, Ali DAI, Shaari K, and Dachriyanus. 2004. Isolation of bioactive compounds from Garcinia cowa Roxb. 14th Indonesian National Symposium on Natural Products Chemistry. Bandung. 16-17th December 2004 118 113