Deteksi Kematian Sel Kanker Payudara T47D Oleh Fraksi DCM Kulit

advertisement
P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
DETEKSI KEMATIAN SEL KANKER PAYUDARA T47D OLEH FRAKSI
DCM KULIT BATANG ASAM KANDIS (Garcinia Cowa Roxb.)
DENGAN METODE DOUBLE STAINING
Elidahanum Husni*, Fatma Sri Wahyuni, Rizka Yunadia
Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang
ABSTRAK
Breast cancer is a common malignancy in women and the highest cause of death from cancer
among women in the world. It has been known that stem bark of asam kandis (Garcinia cowa Roxb.)
contain on xanthone which has potential as anticancer. On previous study, DCM stem bark fraction of
Garcinia cowa Roxb. showed cytotoxic effect in T47D cells with 4 µg/mL of IC50. This study aims to
determine the effect of DCM stem bark fraction of Garcinia cowa Roxb. in cell death induction (apoptosis)
of breast cancer cells T47D using double staining method. Double staining method based on the DNA
fluorescence differentiation of viable and death cells after binding two DNA fluorochrome, propidium
iodide (PI) and acridine orange (AO). The result of this study shows that viable cells are green
fluorescence, the cell undergoes apoptosis in green mixed yellow, and the cell undergoing necrosis is
colored orange mix red. The average percentage of apoptotic cells in variable DCM stem bark fraction of
Garcinia cowa Roxb. induction is higher than the average percentage of apoptotic cells in variable control
(induction = 29,9233 ± 3,23117 and control = 3,4333 ± 3,28221). The result of statistics analysis by
Independent Sample Test shows apoptosis significance value (2-tailed) = 0,005 (< 0,025).
Kata Kunci: Steam bark of asam kandis (Garcinia cowa Roxb.), T47D cells, apotosis
PENDAHULUAN
payudara dapat terjadi pada pria maupun
Kanker merupakan suatu penyakit yang terjadi
wanita, hanya saja prevalensi pada wanita jauh
melalui proses transformasi. Proses ini akan
lebih tinggi (CCRC, 2009).
berlangsung apabila sel mengalami perubahan
Data terbaru dari American Cancer Society telah
genetik dan mendapat kemampuan untuk
menghitung bahwa di tahun 2013, ada 2.240
melepaskan diri dari mekanisme regulator.
kasus baru kanker payudara pada pria dengan
Kanker dapat mengenai seluruh jaringan tubuh
angka kematian sebesar 410 kasus. Sementara
manusia termasuk payudara (Baratawidjaja,
sekitar 39.620 wanita meninggal dunia setiap
2010). Kanker payudara merupakan salah satu
tahunnya
kanker penyebab kematian tertinggi pada
perkirakan jumlah kasus kanker payudara akan
wanita di berbagai belahan dunia. Dua pertiga
meningkat 1.050.346 kasus per tahun (Rasjidi,
dari penderita kanker payudara di dunia berada
2010).
di negara-negara yang sedang berkembang
Perkembangan payudara normal dikontrol oleh
termasuk Indonesia (Amalina, 2008). Kanker
keseimbangan antara proliferasi dan apoptosis
karena
kanker
payudara.
Di
110
P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
sel payudara. Pertumbuhan tumor dapat terjadi
(aktivitas
karena proliferasi yang tak terkontrol dan
tetrapreniltoluquinon
berkurangnya apoptosis (Parton et al., 2001).
dari kulit batang G. cowa.
Apoptosis merupakan program bunuh diri dari
Dari penelitian sebelumnya telah diketahui
sebuah sel. Program ini memiliki peran yang
bahwa ekstrak etanol kulit batang asam kandis
penting
homeostatis
(Garcinia cowa Roxb.) memiliki efek sitotoksik
perkembangbiakan sel dan dengan adanya
terhadap sel kanker payudara T47D dengan
disregulasi
berakibat
nilai IC50 5,1 µg/ml (Faras, 2013). Uji efek
timbulnya bermacam-macam penyakit (Evan
sitotoksik dari hasil fraksinasi kulit batang asam
and Litlewood,1998).
kandis juga telah dilakukan dan memperoleh
Modalitas terapi kanker payudara secara umum
hasil fraksi DCM sebagai fraksi paling aktif
meliputi operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi
terhadap sel kanker payudara T47D denga nilai
hormonal, dan terapi target (Suyatno, 2010).
IC50 4 µg/mL.
Kemoterapi merupakan pengobatan kanker
Metode
dengan
yang
mendeteksi kematian selnya adalah dengan
mempunyai efek menghambat atau mematikan
metode double staining. Metode double staining
sel kanker. Namun karena biaya yang tinggi,
berdasarkan pada perbedaan fluoresensi DNA
hasil yang tidak memuaskan, dan multi drugs
pada sel yang hidup dan mati karena pengikatan
resistance
tentang
dua fluorokrom, yaitu propidium iodida -
antikanker sangat diperlukan (Suyatno, 2010).
akridin oranye. Dengan melihat perbedaan
Selain itu, terapi tersebut seringkali tidak
warna di bawah mikroskop fluorescence, dapat
terjangkau oleh masyarakat, maka dicari obat
dibedakan sel yang hidup dan sel yang
tradisional untuk pengobatan kanker. Ada
mengalami kematian secara apoptosis dan
beberapa
nekrosis (CCRC, 2009).
untuk
menjaga
apoptosis
menggunakan
maka
ini
bisa
bahan
penelitian
kelebihan
kimia
baru
penggunaan
obat
antioksidan)
pengujian
(aktivitas
yang
dan
antikanker)
digunakan
untuk
tradisional, harganya lebih murah karena dapat
dibudidayakan, mudah didapat dan diharapkan
METODE PENELITIAN
efek samping lebih minimal dibanding obat
Alat
antikanker sintetik (Rosmarilin, 2006).
Alat-alat yang digunakan untuk uji apoptosis
Garcinia cowa Roxb. atau yang dikenal dengan
berupa sarung tangan karet, botol semprot, labu
nama
lama
Erlenmeyer (Iwaki®), flask T-25 (Iwaki®), botol
digunakan masyarakat terutama untuk manisan
Duran, tabung Appendorf (Iwaki®), pipet mikro
atau penyedap masakan atau rempah-rempah
(Ecopipette®),
(Heyne, 1987).
analitik,
spesies
daerah
asam
kandis
sudah
Berdasarkan hasil penelitian,
ini mengandung golongan santon,
hemasitometer,
autoklaf
(Nasional®),
(Hirayama®),
inkubator
370
timbangan
lemari
es
C/5% CO2 (Thermo
benzofenon dan flavonoid. Golongan senyawa
Scientific®), microbiological safety cabinet air
ini diketahui memiliki berbagai aktivitas seperti
flow kelas II (Thermo Scientific®), vortex
antimikroba,
(Etech®), penangas air (Memert®), sentrifus
antiimflamasi,
antimalaria,
antitumor,
antioksidan,
dan
antikanker
(Thermo
Scientific®),
tabung
sentrifugal,
inverted
(Zeiss®),
mikroskop
(Komguem et al., 2005). Wahyuni et al. (2004)
mikroskop
telah berhasil mengisolasi senyawa rubrasanton
Imager.A2 (Zeiss®), 24 well plate, dan cover slip.
111
P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Bahan
untuk melihat apakah sel melekat di dasar flask
Bahan yang digunakan untuk deteksi
dan membentuk lapisan monolayer. Medium
kematian sel adalah fraksi DCM dari kulit batang
pertumbuhan diganti sekali dalam dua hari dan
asam kandis (Garcinia cowa Roxb). Bahan-bahan
bila jumlah sel di dalam flask mencapai 70-85%,
yang digunakan untuk deteksi mekanisme
lakukan sub kultur sel.
kematian sel yaitu sel kanker payudara manusia
T47D, dimetil sulfoksida (DMSO), etanol 70%,
air
ultrapurifikasi,
Komplit
Penghitungan Sel
(MK)
Tambahkan 2 ml tripsin-EDTA ke dalam flask
Roswell Park Memorial Institute (RPMI) 1640,
yang berisi kultur sel, kemudian inkubasi 5-10
Tripsin-EDTA, Phosphate Buffer Saline (PBS),
menit. Kemudian larutan tripsin-EDTA yang
reagen Propidium Iodida - Akridin Oranye.
berisi sel disentrifus dengan kecepatan 3000
Ibuprofen 200 mg dari PT Pharos (No.
rpm selama 5 menit. Buang supernatan, lalu
Batch BN C4G580B), metanol p.a (Emsure®),
pelet disuspensikan dalam 1 ml medium RPMI.
kloroform p.a
a.
Medium
c.
(Emsure®),
aseton p.a
(Emsure®)
Ambil 10 µl suspensi sel, letakkan pada masing-
dan etil asetat p.a (Emsure®) dari PT Merck.
masing kotak penghitungan sel hemasitometer.
Kultur Sel
Lakukan penghitungan di bawah mikroskop dan
Penyiapan Alat
rata-rata jumlah sel ditentukan untuk membuat
Alat–alat yang digunakan untuk pengujian harus
suspensi sel. 50.000 ribu sel dalam setiap sumur
dalam keadaan bersih dan steril. Wadah plastik
24 well plate dilakukan untuk analisis deteksi
dipersiapkan hanya untuk satu kali pemakaian,
kematian sel.
dan sterilitasnya terjamin selama kemasan tidak
rusak. Untuk alat-alat berbahan gelas, wadah
dicuci
bersih
dan
dikeringkan.
d.
Peletakan Sel
Kemudian
Suspensi sel dalam medium dibuat jumlah dan
1210C
volume terukur. Siapkan 24 well plate dan cover
tekanan 15 lbs selama 15 menit. Sedangkan
slip. Masukkan cover slip ke dalam sumuran
microbiological safety cabinet air flow kelas II
menggunakan pinset dengan hati-hati. Transfer
disterilkan dengan cara disemprot dengan
1000 µl suspensi sel ke atas cover slip. Setiap
etanol 70%.
akan mengisi sumuran, resuspensi sel kembali.
disterilkan dengan autoklaf pada suhu
Kolom pertama merupakan kontrol yang berisi
b.
Penyiapan Sel
suspensi sel dalam medium, sedangkan kolom
Sel kanker payudara yang digunakan yaitu sel
kedua berisi suspensi sel diperlakukan dengan
T47D
merupakan
dari
Cancer
fraksi DCM kulit batang asam kandis. Amati
Center
(CCRC)
keadaan sel di bawah mikroskop untuk melihat
Universitas Gajah Mada (UGM). Sel kanker
distribusi sel. Inkubasi pada suhu 370 C, 5% CO2
dikeluarkan dari freezer (-800C), dihangatkan
selama 24 jam.
Chemoprevention
koleksi
Research
dalam penangas air pada suhu 370C selama 2-3
menit. Setelah mencair, sel dipindahkan ke
dalam flask yang telah berisi 15 ml media,
diinkubasi selama 3-4 jam pada suhu
370
Pembuatan Larutan Uji
a.
Larutan Stok
C, 5%
Timbang fraksi DCM kulit batang asam kandis
CO2, kemudian diamati di bawah mikroskop
sebanyak 100 mg. Larutkan dalam 1 ml pelarut
112
P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
DMSO untuk mendapatkan konsentrasi larutan
mikroskop fluorescence. Jika pewarnaan belum
100 mg/ml. Fraksi ini
optimal, tunggu beberapa menit dan amati
harus dapat larut
sempurna dalam pelarut yang digunakan.
kembali. Dokumentasikan. Set kamera dengan
setting khusus untuk fluorescence. Setelah
b.
Larutan Uji Untuk Deteksi Kematian Sel
selesai, buang cover slip dan cuci kembali object
Satu tabung appendorf disiapkan untuk masing-
glass. Lakukan sanitasi laboratorium.
masing sampel, diberi label sesuai dengan
konsentrasi yang akan dibuat. Pengenceran
Analisa Data
dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi yang
Masing-masing sel yang viabel, apoptosis atau
akan diuji dalam media RPMI-1640.
nekrosis dihitung jumlahnya secara manual.
Dengan menggunakan data jumlah sel dari hasil
Uji Deteksi Kematian Sel
penghitungan
tersebut,
dapat
ditentukan
Viabilitas, nekrosis, dan apoptosis sel dihitung
persentase sel yang mengalami apoptosis atau
menggunakan 2 jenis intercalating agents yaitu
nekrosis.
Propidium Iodida (PI) dan Akridin Oranye (AO).
Ambil 24 well plate yang telah berisi sel dari
inkubator. Buang semua medium komplit dari
sumuran dengan pipet Pasteur secara perlahanlahan. Cuci sel dalam sumuran dengan PBS
masing-masing 500 μL. Buang PBS dari sumuran
dengan pipet Pasteur secara perlahan-lahan.
Masukkan sampel dengan konsentrasi tertentu
Dari hasil pengamatan, data diuji dengan uji
sebanyak 1000 μL ke dalam sumuran. Masukkan
parametrik analisis variansi Independent Sample
media ke dalam sumuran untuk kontrol sel.
T-test. Uji Independent Sample T-test dilakukan
Inkubasi plate di dalam inkubator. Amati kondisi
untuk
sel setelah inkubasi 24 jam, dokumentasikan.
perlakuan terhadap setiap parameter yang
Konsultasikan untuk menentukan akhir waktu
diamati
inkubasi. Setelah inkubasi selesai, keluarkan
variabel kontrol dan perlakuan.
plate dari inkubator. Buang semua media dari
sumuran dengan pipet Pasteur secara perlahan.
Cuci sel dalam sumuran dengan PBS masingmasing 500 mL. Buang PBS dari sumuran
dengan pipet Pasteur secara perlahan. Ambil
cover slip menggunakan pinset dengan bantuan
ujung jarum dengan hati-hati. Letakkan cover
slip di atas object glass (kaca obyek). Beri label
pada object glass. Teteskan masing-masing 10
μL reagen propidium iodida dan akridin oranye
di atas cover slip. Ratakan dengan cara
menggoyang secara perlahan. Amati di bawah
mengetahui
dan
apakah
perbedaan
ada
pengaruh
bermakna
antara
HASIL DAN DISKUSI
Setelah dilakukan penelitian mengenai
deteksi kematian sel fraksi DCM kulit batang
asam kandis (Garcinia cowa Roxb.) dengan IC50
sebesar 4 µg/mL terhadap sel kanker payudara
T47D menggunakan metode double staining,
maka didapatkan hasil terjadinya perbedaan
fluoresensi warna antara sel yang hidup (viabel)
dengan sel yang mengalami kematian sel secara
apoptosis dan nekrosis. Perbedaan warna ini
dapat dilihat dibawah mikroskop fluorescence
113
P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
menggunakan dua jenis intercalating agents
antara sel kontrol (tanpa perlakuan) dan sel
yaitu propidium iodida dan akridin oranye.
yang diberi perlakuan dengan fraksi DCM kulit
Pengamatan kematian sel dilakukan dengan
batang asam kandis (Gambar 1).
membandingkan gambaran fluoresensi warna
Gambar 1. (a) Fluoresensi warna sel kontrol (tidak diberikan perlakuan dengan fraksi DCM kulit batang asam
kandis) pada inkubasi setelah 24 jam,
sel viabel berfluoresensi hijau seragam. (b) Fluoresensi warna dari
efek perlakuan fraksi DCM kulit batang asam kandis dengan IC50 4 µg/ml terhadap sel viabel, apoptosis dan
nekrosis sel kanker payudara T47D pada inkubasi 24 jam (
sel viabel berflouresensi hijau seragam,
sedangkan
sel yang mengalami kematian sel secara apoptosis yang berflouresensi hijau kekuningan,
dan
sel yang mengalami kematian sel secara nekrosis berflouresensi oranye sampai kemerahan).
Pada pengamatan kematian sel juga
dilakukan perhitungan jumlah dan rata-rata
persentase sel yang hidup (viabel), apoptosis,
dan nekrosis (Tabel 1, Gambar 2).
Tabel 1. Rata-rata persentase sel yang hidup (viabel), apoptosis, dan nekrosis
Persentase ( % )
Kelompok
Cover slip
Viabel
Apoptosis
Nekrosis
Kontrol
1
100
0
0
2
90,46
6,54
2,99
3
95,69
3,76
0,53
Rata-rata
95,38
3,43
1,17
Perlakuan
1
61,05
32,84
6,10
2
60,11
30,48
9,40
3
67,77
26,45
5,78
Rata-rata
62,97
29,92
7,09
Gambar 2. Grafik Persentase Sel Viabel, Apoptosis, dan Nekrosis pada variabel kontrol dan perlakuan
dengan fraksi DCM kulit batang asam kandis
114
P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Pengolahan data hasil penelitian diuji secara
fraksi paling aktif efek sitotoksiknya terhadap
statistik menggunakan uji Independent Sample
sel
T-test sebagai berikut :
menggunakan metode double staining. Pada
kanker
payudara
T47D
dengan
penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa
1. Rata-rata persentase sel viabel ± SD (kontrol
=
ekstrak etanol kulit batang asam kandis
95,3833 ± 4,77739 dan perlakuan =
(Garcinia cowa Roxb.) memiliki efek sitotoksik
62,9767 ± 4,17767), rata-rata persentase sel
terhadap sel kanker payudara T47D dengan
apoptosis ± SD (kontrol = 3,4333 ± 3,28221
nilai IC50 5,1 µg/ml (Faras, 2013). Selanjutnya
dan perlakuan = 29,9233 ± 3,23117), dan
juga telah dilakukan uji efek sitotoksik terhadap
rata-rata persentase sel nekrosis ± SD
sel kanker payudara T47D dari empat jenis hasil
(kontrol = 1,1733 ± 1,59544 dan perlakuan =
fraksinasi, yaitu fraksi DCM, etil asetat, heksan
7,0933 ± 2,00403).
dan etanol sehingga diperoleh fraksi DCM
sebagai fraksi paling aktif yang berpotensi
2. Dari
uji
homogenitas
dengan
sitotoksik terhadap sel kanker payudara T47D
Levene’s Test for Equality of Variances
dengan IC50 4 µg/ml. Maka dari itu, penelitian ini
diperoleh nilai sel viabel dengan Sig. =
merupakan penelitian lanjutan yang bertujuan
0,962 (P > 0,05), sel apoptosis dengan Sig. =
untuk mendeteksi jenis kematian sel yang
0,985 (P > 0,05), dan sel nekrosis dengan Sig.
terjadi pada sel kanker payudara T47D oleh
= 0,565 (P > 0,05) yang berarti bahwa
induksi fraksi DCM kulit batang asam kandis
masing-masing variansi dari persentase sel
(Garcinia cowa Roxb.).
viabel,
antara
Pada penelitian ini terdapat dua variabel uji,
variabel kontrol dan perlakuan adalah sama,
yaitu variabel kontrol dan variabel yang diberi
maka
rata-rata
perlakuan dengan fraksi DCM kulit batang asam
persentase sel viabel, apoptosis, dan nekrosis
kandis pada konsentrasi IC50 4 mg/mL. Pada sel
digunakan data Equal Variance Assumed.
kontrol,
apoptosis,
untuk
dan
variansi
nekrosis
membandingkan
umumnya
terdapat
sel
yang
berfluoresensi hijau terang seragam dan sedikit
3. Hasil uji T-test menunjukkan sel viabel
oranye. Fluoresensi hijau terang yang seragam
dengan Sig. (2-tailed) = 0,005 (< 0,025), sel
pada nukleus dimiliki oleh sel hidup yang masih
apoptosis dengan Sig. (2-tailed) = 0,005 (<
memiliki membran sel yang utuh (McGahon et
0,025), dan nekrosis dengan Sig. (2-tailed) =
al., 1995). Sel berfluoresensi hijau menandakan
0,008 (< 0,025). Ini berarti bahwa terjadi
bahwa
perbedaan yang bermakna dari masing-
berfluoresensi oranye merupakan sel yang mati
masing persentase sel viabel, apoptosis, dan
akibat nekrosis. Nekrosis dapat terjadi pada
nekrosis
kontrol karena faktor lingkungan. Mungkin
antara
variabel
kontrol
dan
perlakuan.
sel
masih
hidup.
Sedangkan
sel
selama preparasi sel dengan double staining
terjadi
stres
yang
menyebabkan
sel-sel
Penelitian ini mendeteksi kematian sel kanker
kemudian mati (Meiyanto dan Septisetyani,
payudara T47D oleh fraksi DCM kulit batang
2005).
asam kandis (Garcinia cowa Roxb.) sebagai
115
P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Pada kelompok perlakuan, hampir semua sel
jumlah apoptosis dan nekrosis. Berbeda dengan
menunjukkan fluoresensi warna yang tidak
variabel kontrol, setelah diinkubasi selama 24
seragam yaitu fluoresensi hijau bercampur
jam tanpa diberi perlakuan viabilitas sel jauh
kuning
lebih tinggi dan hanya sedikit sel yang
yang
mengindikasikan
terjadinya
apoptosis dan fluoresensi oranye kemerahan
mengalami
yang
menandakan bahwa fraksi DCM kulit batang
menandakan
bahwa
sel
mengalami
apoptosis
nekrosis. Hal tersebut terjadi karena sel mulai
asam
mengalami
menginduksi apoptosis.
membran
blebbing,
sehingga
propidium iodida mulai masuk ke dalam sel
(Sekti et al., 2010). Perubahan morfologi pada
sel yang mengalami apoptosis ditandai dengan
terjadinya
kromatin,
kondensasi
fragmentasi
dan
fragmentasi
DNA,
menyusutnya
volume sel, karioreksis, dan pembentukan
badan-badan apoptosis (Kerr et al., 1970).
Seperti yang terlihat pada gambar fluoresensi
kelompok
perlakuan,
sel
yang
apoptosis
memiliki bentuk bulat yang tidak utuh dan
terdapat
fragmen-fragmen
seperti
badan
kandis
dan
memiliki
nekrosis.
potensi
Ini
dalam
Dari hasil analisa uji statistik menggunakan
Independent Sample T-test menunjukkan nilai
Sig. (2-tailed) dari sel viabel = 0,005 (< 0,025),
sel apoptosis dengan Sig. (2-tailed) = 0,005 (<
0,025), dan nekrosis dengan Sig. (2-tailed) =
0,008 (< 0,025). Hal ini berarti bahwa terjadi
perbedaan yang bermakna dari masing-masing
persentase sel viabel, apoptosis, dan nekrosis
antara variabel kontrol dan perlakuan.
Kulit batang asam kandis (Garcinia cowa Roxb.)
apoptosis. Sementara nekrosis yang terjadi di
mengandung
sekitar sel ditandai dengan pembengkakan sel,
senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin,
rusaknya organel, dan pecahnya membran sel,
dan fenolik. Salah satu senyawa golongan
sehingga seluruh kandungan sel keluar ke cairan
fenolik adalah xanthone dengan beberapa
ekstraseluler, sehingga kerusakan jaringan yang
turunannya
seperti
meluas pada nekrosis ini dapat menyebabkan
mangostin,
cowanin,
inflamasi
tetrapreniltolouquinon,
(Guimaraes
dan
Linden,
2004).
metabolit
sekunder,
seperti
rubraxanthone,
cowanol,
alfa
cowasanton,
β-mangostin
dan
Berdasarkan hasil fluoresensi warna diatas,
xanthone terprenilasi (Likhitwitayawuid et al.,
secara kualitatif dapat dilihat bahwa terjadi
1997; Wahyuni, et al., 2004). Senyawa-senyawa
perbedaan warna antara variabel kontrol dan
ini diketahui memiliki berbagai aktivitas seperti
perlakuan yang menandakan telah terjadinya
antimikroba,
apoptosis.
antiimflamasi, antitumor, dan antikanker.
Dari hasil penghitungan diperoleh persentase
Salah satu turunan xanthone, α-mangostin,
rata-rata sel pada variabel kontrol (viabel =
diketahui
95,38 %, apoptosis = 3,43 %, nekrosis = 1,17 %)
melalui jalur intrinsik (mitokondria) dengan
dan pada variabel perlakuan (viabel = 62,97 %,
cara mengaktivasi caspase 9 dan caspase 3 pada
apoptosis = 29,92 %, nekrosis = 7,09 %). Hal ini
sel HL60. Hal ini ditandai dengan terjadinya
menunjukkan
diberi
disfungsi mitokondria seperti pembengkakan
perlakuan dan diinkubasi selama 24 jam terjadi
sel, hilangnya potensial membran, penurunan
bahwa
setelah
sel
antimalaria,
mampu
menginduksi
antioksidan,
apoptosis
pengurangan viabilitas sel dan peningkatan
116
111
P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
ATP, akumulasi ROS, dan pelepasan sitokrom C
KESIMPULAN
menuju sitosol (Matsumoto et al., 2004).
Dari penelitian yang dilakukan, dapat diambil
Berdasarkan data hasil penelitian ini, fraksi DCM
kulit batang asam kandis memiliki aktivitas
dalam memacu kematian sel kanker payudara
T47D melalui mekanisme apoptosis, sehingga
berpotensi
untuk
dikembangkan
sebagai
chemopreventif dan antikanker dengan target
aksi spesifik. Namun, masih perlu dilakukan
penelitian
lebih
lanjut
guna
mengetahui
senyawa aktif dalam fraksi DCM kulit batang
asam kandis yang bertanggung jawab terhadap
kesimpulan bahwa fraksi DCM kulit batang asam
kandis dapat memicu kematian sel kanker
payudara T47D melalui mekanisme kematian
sel secara apoptosis. Terjadinya perbedaan nilai
rata-rata persentase yang signifikan antara sel
viabel, apoptosis, dan nekrosis pada variabel
kontrol dengan variabel yang diberi perlakuan
fraksi DCM kulit batang asam kandis. Dari hasil
perhitungan
Independent
Sample
T-test
didapatkan nilai signifikansi 2-tailed < 0,025.
mekanisme pemacuan apoptosis sel kanker
payudara T47D.
DAFTAR PUSTAKA
Amalina N. 2008. Uji sitotoksik ekstrak etanol 70% buah
merica hitam (piper nigrum L.) terhadap sel HeLa.
Surakarta:
Fakultas
Farmasi
Universitas
Muhammadaiyah Surakarta.
American Cancer Society. 2014. Cancer Facts and
Figures 2014. Atlanta: American Cancer Society.
Baratawidjaja KG, Rengganis I. 2010. Imunologi Dasar
edisi 9. Jakarta: FK UI.
Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC).
2009. Mekanisme dan Regulasi Apoptosis.
Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada Press.
Evan G, Littlewood TD. 1998. A Matter of Life and Cell
Death. Science 281: 1317 -1322.
Guimaraes CA, Linden R. 2004. Programmed Cell
Death: Apoptosis and Alternative Deathstyles. Eur j
Biochem 271: 1638-50.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III.
Jakarta : Yayasan SaranaWana Jaya.
Komguem J, AL Meli, RN Manfouo, David Lontsi, FN
Ngounou, V Kuete, Hippolyte W. Kamdem, Pirre
Tane, Bonaventure T. Ngadjui, Beiben L.
Sondengam and Joseph D. Connolly. 2005.
Xanthones from Garcinia smeathmannii (Oliver) and
their antimicrobial activity. Phytochemistry 66: 17171773.
Kerr JFR, Wyllie AH, and Currie AR. 1972. Apoptosis: a
basic biological phenomenon with wide-ranging
implication in tissue kinetics. BJ C. 26: 239-57.
Likhitwitayawuid K, Phadungcharoen T, Mahidol C,
Ruchirawat S. 1997. 7-O-Methylgarcinone E from
Garcinia cowa. Phytochemistry 45: 1299 –1301.
Matsumoto K, Akao Y, Yi H, Ohguchi K, Ito T, Tanaka T,
Kobayashi E, Iinuma M, and Nozawa Y. 2004.
Preferential target is mitochondria in α-mangostininduced apoptosis in human leukemia HL60 cells.
Bioorg. Med. Chem 12: 5799-5806.
McGowan CH. 2003. Regulation of the eukaryotic cell
cycle. Progress in Cell Cycle Research 5: 1-4.
Meiyanto, Edi dan Endah P. Septisetyani. 2005. Efek
Antiproliferatif dan Apoptosis Fraksi Fenolik Ekstrak
Etanolik Daun Gynura Procumbens (Lour.) Merr.
terhadap Sel Hela. Majalah Artocarpus (5) 2: 74-80.
Nahari, Faras. 2013. Uji Efek Sitotoksik Ekstrak Etanol
Kulit Batang Asam Kandis (Garcinia cowa Roxb.)
Terhadap Sel Kanker Payudara T47D Dengan
Metoda MTT. (Skripsi). Padang : F.Farmasi,
UNAND.
Parton M, Dowsett M, and Smith I. 2001. Studies of
apoptosis in breast cancer. BMJ 322: 1528-32.
Rasjidi, Imam. 2010. Epidemiologi Kanker pada Wanita.
Jakarta: Sagung Seto.
Rosmarilin H. 2006. Anti-cancer activity of local alpinia
galangal L(SW) rhizome extracts on cancer cell
linee of human and mice transplanted with primary
tumor cell. USU reporitary 2006 (cited 2007 feb 14).
Available
from:
http://library.usu.ac.id/download/fp/D0300608.pdf
Sekti DA, Muhammad Fithrul Mubarok, Inna Armandani,
Sendy Junedy dan Edy Meiyanto. 2010. Ekstrak
Etanolik Daun Awar–Awar (Ficus Septicaburm F.)
Memacu Apoptosis Sel Kanker Payudara Mcf-7
Melalui Penekanan Ekspresi Bcl-2. Majalah Obat
Tradisional 15(3).
117
112
P ro sid ing Sem i na r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Suyatno, Pasaribu ET. 2010. Bedah Onkologi Diagnosis
dan Terapi Edisi I. Jakarta: CV Sagung Seto.
Wahyuni FS, Lajis NH, Stanslas J, Ali DAI, Shaari K, and
Dachriyanus. 2004. Isolation of bioactive
compounds from Garcinia cowa Roxb. 14th
Indonesian National Symposium on Natural
Products Chemistry. Bandung. 16-17th December
2004
118
113
Download