BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Melalui komunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan seharihari di rumah tangga, tempat pekerjaan hingga dimanapun berada. Komunikasi berasal dari bahasa Latin communis yang artinya “sama” atau communicare, artinya “bercakap-cakap”. Secara etimologis komunikasi bertujuan menciptakan kesamaan makna atau pengertian tentang suatu hal. Melalui komunikasi seseorang berusaha mendefinisikan sesuatu, termasuk istilah “komunikasi itu sendiri”. Melalui komunikasi pula akan timbul persamaan ide, gagasan serta seluruh kegiatan manusia harus dilakukan melalui komunikasi. 1 Banyak pula menurut para ahli yang mendefinisikan komunikasi dari sudut pandang mereka masing-masing seperti Hoveland, Jenis & Kelly, mendefiniskan komunikasi adalah suatu proses melalui nama seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau memberntuk perilaku orang lainnya (khalayak).2 Tujuan utama dilakukannya komunikasi adalah terciptanya komunikasi efektif yaitu yang mampu melahirkan efek dari komunikasi yaitu perubahan pendapat, sikap dan perilaku. Jadi efektivitas komunikasi tidak diukur hanya dari pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat, tetapi terutama adalah pada 1 2 Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. 2014. hal 1-2 Dani Vardiansyah. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. 2005. hal 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ terjadinya perubahan dalam diri mereka untuk mendorong mereka melakukan tindakan sesuai dengan yang kita inginkan. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran dari seseorang (komunikator) atau Pengkode pesan (Encoder) kepada orang lain yang menjadi lawan bicara (komunikan) atau penerjemah kode (Decoder) melalui medium baik udara (komunikasi langsung) ataupun media (komunikasi melalui media). Pikiran itu bisa merupakan gagasan, informasi, opini yang muncul dalam benaknya. Proses komunikasi dapat tergambar dalam gambar dibawah ini: Gambar 1. Proses Komunikasi Sumber : Modul Pengantar Ilmu Komunikasi, 20103 3 Riyanto, Sutisna. Modul Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi. Diploma Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010. hal 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.1.2. Unsur-Unsur Komunikasi Komunikasi terdiri dari berbagai unsur yaitu: 4 1. Pengirim (sender), yaitu pihak yang mengirimkan pesan 2. Pesan (message), yaitu gagasan atau ide yang disampaikan pengirim kepada penerima untuk tujuan tertentu 3. Penerima (receiver), yaitu pihak yang menerima pesan 4. Media (media), yaitu sarana bagi komunikator untuk menyampaikan pesan kepada sasaran yang dituju 5. Pengkodean (encoding), yaitu proses untuk menjabarkan pesan ke dalam simbol. Simbol dapat berupa lisan, tulisan, isyarat atau lainnya ke dalam media 6. Penerjemah (decoding), yaitu proses yang dilakukan oleh penerima pesan untuk sender 7. Tanggapan (respone), yaitu reaksi penerima setelah menerima pesan 8. Umpan balik (feedback), yaitu bagian dari reaksi yang dikomunikasikan kembali kepada pengirim pesan. 2.2. Media Komunikasi Dalam ilmu komunikasi dikenal sejumlah saluran komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Upaya manusia untuk menyampaikan pesan ini secara garis besar terbagi atas dua yaitu komunikasi tanpa media yaitu secara langsung dan komunikasi dengan media. Penyampaian informasi dengan 4 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2006. hal 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ menggunakan media ini terbagi atas dua, yaitu media massa dan media non massa. Saluran komunikasi melalui media massa terbagi menjadi dua yaitu: a) Media massa periodik Media massa periodik adalah media yang terbit secara teratur pada waktuwaktu yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun media massa periodik terbagi atas dua jenis, yakni 1) Media cetak, contoh dari media cetak antara lain surat kabar dan majalah. Surat kabar mempunyai dua fungsi umum. Pertama, surat kabar merupakan sumber informasi tentang apa yang sedang terjadi di dunia dan daerah setempat. Fungsi kedua adalah untuk menghibur. Sedangkan majalah bersifat khusus yaitu majalah yang ditujukan kepada kelompok khalayak yang khusus dan relatif terbatas. 2) Media elektronik Media massa elektronik berupa televisi dan radio. Televisi adalah media yang paling besar dan populer. Televisi memiliki sifat audio visual yaitu dapat didengar dan dapat dilihat. Televisi merupakan salah satu medium terfavorit bagi para pemasang iklan.Media televisi merupakan industri yang padat modal, padat teknologi, dan padat sumber daya manusia. Namun, munculnya berbagai stasiun televisi di Indonesia tidak diimbangi dengan tersedianya sumber daya manusia yang memadai. b) Media Massa Non Periodik Media massa non periodik dimaksudkan media massa yang bersifat sementara tergantung pada peristiwa yang diselenggarakan. Media massa non periodik ini berupa rapat, seminar, dan lain-lain. 5 5 Rahman, Abdul H. Dasar-Dasar Penyiaran. Pekanbaru. Unri Press. 2008. Hal 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Peneliti menitikberatkan penelitian ini kepada komunikasi melalui media massa radio. Radio sendiri merupakan salah satu jenis media massa, yakni sarana atau saluran komunikasi massa. Ciri khas utama radio adalah auditif, yaitudikonsumsi telinga atau pendengaran. Apa yang dilakukan radio adalah mendengarkan suara manusia untuk mengutarakan sesuatu. Meskipun komunikasi yang dilakukan tergolong komunikasi massa, namun gaya komunikasi di radio harus berupa komunikasi personal atau antarpribadi karena pendengar radio harus dianggap hanya seorang individu layaknya teman dekat. 2.3. Komunikasi Interpersonal Bermedia Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar orang secara tatap muka yang memungkinkan tiap komunikannya dapat menangkap langsung respon atau reaksi yang langsung diberikan oleh lawan bicaranya.6 Namun, perkembangan zaman yang terjadi saat ini jika dilihat dari berbagai sisi seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung telah memberikan pengaruh yang cukup kuat bagi perkembangan kehidupan manusia itu sendiri. Begitu pula dengan perkembangan dibidang perindustrian media. Perkembangan media di dunia juga turut mempengaruhi bagaimana cara orang berinteraksi serta berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu contoh perkembangan media yang cukup terlihat jelas pada masa kini adalah 6 Aw, Suranto. Komunikasi Interpersonal. Jakarta. Graha Ilmu. 2011. Hal 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ makin besarnya kebutuhan manusia akan hadirnya media komunikasi untuk menunjang keefektifan komunikasi termasuk komunikasi interpersonal bermedia. Komunikasi interpersonal bermedia adalah komunikasi dimana proses penyampaian dan penerimaan pesan dengan menggunakan cyberspace/ruang maya yang bersifat interaktif. 7 Salah satu hal yang harus ada di dalam komunikasi interpersonal baik langsung maupun bermedia adalah kecakapan dari kedua belah pihak. Kecakapan komunikasi interpersonal bukan hanya keterampilan berbicara. Namun, banyak kecakapan lain yang harus diperhatikan, misalnya, keterampilan sopan santun, kecakapan bertanya, memiliki empati, dan kecakapan yang lainnya. Komunikasi interpersonal juga dapat mempengaruhi perubahan sikap seseorang. Dalam perubahan sikap ini, komunikasi interpersonal berperan sebagai pengalaman agar kejadian tersebut tidak terulang untuk kedua kalinya. Di samping itu, kredibilitas komunikator juga dapat berpengaruh besar dalam perubahan sikap seseorang. Misalnya dari pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat memotivasi seseorang untuk melakukan perubahan sikapnya. Komunikasi interpersonal baik langsung maupun bermedia harus dilandasi dengan etika yang baik dari kedua belah pihak. Hal ini sangat penting untuk membentuk hubungan dengan orang lain sehingga komunikasi interpersonal dapat berjalan dengan baik. Ini juga berlaku untuk komunikasi interpersonal yang dilakukan melalui media. Presentasi diri saat melakukan komunikasi interpersonal juga harus diperhatikan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa diri kita memiliki nilai 7 Hidayat, Dasrun. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2012. Hal 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ plus di mata orang lain. Salah satunya dengan cara berpenampilan menarik. Standar presentasi diri juga dilihat dari kepribadian seseorang. Semua kegiatan, pemikiran, ideologi, aktivitas, sikap serta perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh kekuatan media. Tidak jarang, jika pada saat ini manusia mulai terlena dengan kecanggihan dan kelebihan dari media tersebut, sehingga membentuk ideologi serta persepsi baru didalam pemikiran manusia bahwa sebuah hubungan komunikasi-pun lebih nyaman jika dilakukan dengan cara berkomunikasi melalui media. Pandangan bahwa komunikasi face to face (tatap muka) sudah tidak lagi dipandang sebagai bentuk komunikasi yang paling efektif untuk dilakukan. Bahkan terdapat anggapan bahwa setiap orang yang tidak mencoba untuk melakukan komunikasi interpersonal (baik melalui telepon, telepon seluler, maupun melalui media internet) dianggap sebagai manusia yang ketinggalan jaman.8 Fakta tersebut kemudian melahirkan kajian baru yakni Komunikasi Interpersonal Bermedia yang diartikan sebagai bentuk komunikasi yang dilakukan menggunakan media, baik berupa telepon, faks, surat, email, chat, dll. Komunikasi ini berada di tengah-tengah antara komunikasi antar personal dan komunikasi massa, oleh karena itu keberadaan media massa baik cetak maupun elektronik seperti televisi, radio pun ikut mempengaruhi perkembangannya. 9 Penemuan internet kemudian ketersediaan fasilitas interaktif dio media massa elektronik sangat mudah merubah tatanan komunikasi antarmanusia. Yang pada awalnya masyarakat lebih menekankan komunikasi tatap muka, namun 8 9 Ibid. hal 14 Ibid. http://digilib.mercubuana.ac.id/ berubah menjadi menggunakan media, yang lebih sering digunakan adalah telepon selular dan internet. Kelebihan dari komunikasi interpersonal tatap muka adalah umpan balik yang didapat secara langsung, dapat melihat respon non verbal yang diberikan oleh lawan bicara dan hubungan akan lebih terjalin lebih dekat antara komunikan. Dan juga kesalahpahaman yang terjadi ketika berkomunikasi bisa dikurangi jika dilakukan komunikasi tatap muka. Sedangkan kelebihan dari komunikasi bermedia atau komunikasi yg menggunakan media adalah kita dapat menghemat waktu dan tenaga. Komunikasi bermedia dapat dilakukan dalam jarak yang jauh karena disambungkan melalui media, sehingga orang yang ingin berkomunikasi tidak perlu bertemu teteap dapat berkomunikasi. Apalagi jika orang yang saling ingin berkomunikasi ini terhalang jarak yang jauh, tentu akan sangat dipermudah jika melakukan komunikasi menggunakan media, dapat menghemat waktu dan juga biaya. Perbedaan dari kedua komunikasi ini adalah sarana yang digunakan dalam berkomunikasi. Jika komunikasi interpersonal tatap muka tidak menggunakan alat atau media atau sarana apapun dalam melakukan komunikasi sedangkan kalau komunikasi bermedia harus menggunakan media seperti telepon atau internet maupun media massa baik cetak maupun elektronik untuk melakukan komunikasi. Sehingga jika ingin berkomunikasi, kedua komunikan harus dipastikan memiliki media yang sama untuk dapat melakukan komunikasi, jika salah satu komunikan tidak memiliki media tersebut, tentunya komunikasi tidak dapat terjadi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Ketersedianya media adalah hambatan yang dimiliki komunikasi bermedia, apalagi jika ingin melakukan komunikasi dengan orang yang berada di pedalaman yang jaringan telepon belum sampai disana.Hal itu menjadi hambatan untuk dilakukannya komunikasi.Namun demikian halnya dalam komunikasi interpersonal tatap muka pun hambatan tetap terjadi. Komunikasi interpersonal bermedia juga dapat diartikan secara luas yaitu komunikasi yang dilakukan oleh dua-tiga individu dengan menggunakan media yang meliputi sarana faksimili, e-mail , radio, telepon seluler. Media disini berperan sebagai saluran terciptanya komunikasi interpersonal tersebut, tanpa adanya media maka komunikasi tidak akan berjalan. Kelebihan dari komunikasi ini adalah memiliki efisiensi waktu yang lebih dibandingkan dengan komunikasi interpersonal tatap muka.Dengan kecanggihan yang dimiliki oleh media komunikasi jarak serta waktupun dapat ditempuh dengan cepat. Contohnya saja kita dapat berkomunikasi dengan lawan bicara kita yang sedang berada di luar kota, luar negri maupun luar benua sekalipun, semua dapat kita jangkau melalui media komunikasi seperti internet, telepon seluler. Jangkauan yang dimiliki oleh komunikasi interpersonal bermedio pun lebih luas dibandingkan dengan komunikasi lainnya. Kelemahan dari komunikasi interpersonal bermedia sendiri adalah biaya yang dikeluarkan untuk berkomunikasi relatif mahal bila dibandingkan dengan komunikasi interpersonal secara tatap muka.Karena tidak dilakukan secara langsung (tatap muka) maka kedalaman isi pesan pun tidak dapat tersampaikan dengan baik seperti dengan menggunakan komunikasi tatap muka. Ketidakdalaman dalam menyampaikan isi pesan, membuat komunikasi ini tidak termasuk dalam salah satu cara efektif didalam memberikan sugesti maupun mempengaruhi, mempersepsi orang lain mengingat bahwa komunikasi bermedio http://digilib.mercubuana.ac.id/ ini masuk dalam komunikasi virtual. Media masih dianggap sebagai pilihan kedua didalam melakukan pendekatan antar individu setelah komunikasi interpersonal tatap muka 2.4. Kompetensi Komunikasi 2.4.1. Pengertian Kompetensi Komunikasi Kompetensi komunikasi (Kemampuan Komunikasi) adalah tingkat keterampilan penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan mengubah sikap, pendapat atau prilaku secara keseluruhan baik secara langsung dengan lisan maupun tidak langsung.10 Menurut Devito kemampuan komunikasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif. 11 Kemampuan ini mencakup hal-hal seperti pengetahuantentang peran lingkungang (konteks) dalammempengaruhi hubungan (kontent) dan bentuk pesan komunikasi. Misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepadapendengar tertentu dilingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagipendengar dilingkungan lain. 12 Menurut Payne, mendefinisikan kompetensi komunikasi yaitu: The set of abilities henceforth,termed,resources, which a communicator has availables for use in thecommunication process. Kompetensi Komunikasi diartikan sebagai “Seperangkat kemampuan seorang komunikator untuk menggunakan berbagai 10 11 12 Purwanto, Djoko. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga. 2006. Hal 20 Devito, Joseph. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan:Karisma Publishing Group. 2011.hal 26 Ibid. http://digilib.mercubuana.ac.id/ sumberdaya yang ada di dalam proses komunikasi.”13 Dengan kata lain, kompetensi komunikasi adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk berkomunikasi dengan baik dimana menggunakan pesan-pesan yang dianggap tepat dan efektif. Kompetensi komunikasi sama dengan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi. Meskipun setiap hari orang berkomunikasi, tetapi jarang orang yang tahu sejauh mana efektivitas komunikasi kita, baik secara individual, sosial, maupun secara profesional. Adapun komponen-komponen kompetensi komunikasi digambarkan Payne, tergambar dalam skema berikut:14 Knowledge (pengetahuan) + Skills (keterampilan) + Attitude (sikap) + Motivation (motivasi) = Communication Competency Payne juga menyebutkan empat ukuran kompetensi komunikasi seseorang, jika memiliki: 1. Pemahaman terhadap berbagai proses komunikasi dalam berbagai konteksnya 2. Kemampuan perilaku komunikasi verbal dan non-verbal secara tepat 3. Berorientasi pada sikap positif terhadap komunikasi 4. Memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan komunikasi dengan baik 13 14 Payne, Adrian. Handbook of CRM. ELSEVIER.2005.hal 375 Ibid http://digilib.mercubuana.ac.id/ Payne mengatakan seseorang dikatakan kompeten, bila memenuhi empat komponen di atas. Bisa disimpulkan, bahwa komunikator yang kompeten harus memiliki syarat berikut: 1. Mengerti apa yang harus dilakukan dalam berbagai peristiwa komunikasi 2. Mengembangkan perilaku yang dapat menghasilkan pesan yang tepat 3. Peduli pada pentingnya tindakan dan proses komunikasi 4. Memiliki motif yang kuat untuk apa ia berkomunikasi, bagaimana harus berperilaku dalam mencapai tujuan Selain Payne, Jablin dan Sias mendefinisikan kompetensi komunikasi sebagai sejumlah kemampuan yang dimiliki seorang komunikator untuk digunakan dalam proses komunikasi,yang menekankan pada pengetahuandan kemampuan. Kompetensi komunikasi juga merupakan suatu fungsi dari kemampuan seseoranguntuk beradaptasi sesuaidengan situasi sosialnya, yang meliputikemampuanseorang individu untuk mendemonstrasikan pengetahuannya tentangperilaku komunikasi yang tepat pada situasi yang ada. 15 Cooley dan Roach menyatakan kompetensi komunikasi dalam makna luas merupakan demonstrasi dari pengetahuan seseorang tentang komunikasi yang diwujudkan dengan tepat melalui keterampilan berkomunikasi. Secara terjabar, kompetensi komunikasi menjadi tolak ukur kemampuan beradaptasi seseorang dalam setiap situasi komunikasi dengan menampilkan kemampuan komunikasi berdasarkan pengetahuan yang tepat untuk setiap konteks dan situasi komunikasi. 16 15 16 Abbas Saleh, Membangun Komunikasi yang Efektif. Jakarta. Simbiosa Rekatama. 2006. Hal 111 Ibid 114 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.4.2. Komponen Kompetensi Komunikasi Payne menyatakan bahwa terdapat empat komponen kompetensi komunikasi, yaitu: knowledge, skills, attitude and motivation.17 a. Knowledge (Pengetahuan) Untuk mencapai tujuan dari komunikasi, individu harus memiliki pengetahuan yang dibutuhkan dalam berkomunikasi secara efektif dan tepat. Payne mengemukakan bahwa pengetahuan dalam hal ini lebih ditekankan pada “ bagaimana” sebenarnya komunikasi daripada “apa” itu komunikasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut diantaranya seperti mengetahui apa yang harus diucapkan, tingkah laku seperti apa yang harus diambil dalam situasi yang berbeda, bagaimana orang lain akan menanggapi dan berperilaku, siapa yang diajak berkomunikasi, serta memahami isi pesan yang disampaikan. Pengetahuan ini dibutuhkan agar komunikasi dapat berjalan secara efektif dan tepat. Pengetahuan ini akan bertambah seiring tingginya pendidikan dan pengalaman. Oleh karena itu, semakin seseorang mengetahui bagaimana harus berkomunikasi dalam situasi yang berbeda maka kompetensi atau kemampuan berkomunikasinya akan semakin baik. b. Skills (kemampuan) Skill meliputi tindakan nyata dari perilaku, yang merupakan kemampuan seseorang dalam mengolah perilaku yang diperlukan dalam berkomunikasi secara 17 Payne, Ibid. 388 http://digilib.mercubuana.ac.id/ tepat dan efektif. Kemampuan ini meliputi beberapa hal seperti other-orientation, social anxiety, expressiveness, dan interaction management. Other-orientation meliputi tingkah laku yang menunjukkan bahwa individu tertarik dan memperhatikan orang lain. Dalam hal ini, individu mampu mendengar, melihat dan merasakan apa yang disampaikan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Other-orientation akan berlawanan dengan selfcenteredness dimana individu hanya memperhatikan dirinya sendiri dan kurang tertarik dengan orang lain dalam berkomunikasi. Social anxiety meliputi bagaimana kemampuan individu mengatasi kecemasan dalam berbicara dengan orang lain dan menunjukkan ketenangan dan percaya diri dalam berkomunikasi. Expressiveness mengarah pada kemampuan dalam berkomunikasi yang menunjukkan kegembiraan, semangat, serta intensitas dan variabilitas dalam perilaku komunikasi. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan vocal yang beragam, wajah yang ekspresif, penggunaan vocabulary yang luas, serta gerak tubuh. Sedangkan interaction management merupakan kemampuan untuk mengelola interaksi dalam berkomunikasi, seperti pergantian dalam berbicara serta pemberian feedback atau respon. c. Attitude (Sikap) Perilaku seseorang dilatarbelakangi oleh sikap. Payne sendiri mendefinisikan sikap sebagai suatu keyakinan dari dalam siri seseorang mengenai objek atau situasi tertentu yang disertai adanya perasaan tertentu, memberikan dasar kepada oranbg lain untuk memberikan respon berdasarkan cara tertentu yang dipilihnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Payne mengatakan, komponen sikap meliputi: 1) Komponen kognitif, yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan dan informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya atau komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, atau bagaimana mempersepsi objek. 2) Komponen efektif, yaitu komponen yang bersifat evaluatif yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. 3) Komponen konatif, yaitu kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnyaa atau komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek. d. Motivation (motivasi) Motivasi dalam hal ini merupakan hasrat atau keinginan seseorang untuk melakukan komunikasi atau menghindari komunikasi dengan orang lain. Motivasi biasanya berhubungan dengan tujuan-tujuan tertentu seperti untuk menjalin hubungan baru, mendapatkan informasi yang diinginkan, terlibat dalam pengambilan keputusan bersama, dan lain sebagainya. Semakin individu memiliki keinginan untuk berkomunikasi secara efektif dan meninggalkan kesan yang baik terhadap orang lain, maka akan semakin tinggi motivasi individu untuk berkomunikasi. Dalam hal ini, tanggapan yang diberikan orang lain akan mempengaruhi keinginan individu dalam berkomunikasi. Jika individu terlalu takut untuk mendapat tanggapan yang tidak dinginkan, maka keinginannya untuk berkomunikasi akan rendah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Individu Berdasarkan hasil penelitian dari Soler dan Jorda mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan atau kompetensi seorang individu, terutama individu bilingual, di antaranya yaitu: a. Acquisition Context Kemampuan komunikasi seorang individu dipengaruhi oleh konteks acquisition atau perolehan bahasa individu tersebut. Terdapat tiga konteks perolehan bahasa, yaitu naturalistic context, dimana individu tidak belajar bahasa di dalam kelas dan hanya berkomunikasi secara natural di luar sekolah; instructed context, dimana individu belajar bahasa secara formal di kelas; danmixed context, dimana individu belajar bahasa di dalam kelas dan juga di luar kelas secara natural. Soler dan Jorda juga mengungkapkan bahwa individu yang belajar bahasa pada konteks instructed memiliki kemampuan bahasa dan komunikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan individu yang belajar bahasa dalam konteks naturalistic dan mixed. b. Usia saat pertama kali mempelajari bahasa Usia saat seorang individu pertama kali memepelajari suatu bahasa akan mempengaruhi kemampuan bahasa dan komunikasi individu tersebut. Seorang individu yang mempelajari bahasa, terutama bahasa kedua, pada usia yang lebih http://digilib.mercubuana.ac.id/ muda dapat memiliki kemampuan bahasa dan komunikasi yang lebih baik daripada individu yang mulai mempelajari bahasa lebih lambat. c. Frekuensi penggunaan bahasa kedua Frekuensi atau seberapa sering suatu bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari akan mempengaruhi kemampuan bahasa dan komunikasi seorang individu. Semakin sering suatu bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari maka akan semakin baik kemampuan individu dalam bahasa tersebut. d. Jenis kelamin Jenis kelamin seorang individu juga dapat mempengaruhi kemampuann bahasa dan komunikasinya, namun pengaruh ini tidak terlalu besar dampaknya. Soler dan Jorda (2007) mengungkapkan bahwa wanita memiliki kemampuan bahasa dan komunikasi yang sedikit lebih baik daripada laki-laki. e. Usia Usia juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi atau kemampuan komunikasi dan bahasa seseorang. Individu yang lebih tua dikatakan dapat memiliki kemampuan yang lebih baik dari individu yang lebih muda dalam berkomunikasi. f. Level pendidikan Tingkat atau level pendidikan seorang individu juga dapat mempengaruhi kemampuannya dalam berkomunikasi. Sebagian besar individu yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan kemampuan berbahasa dan komunikasi yang lebih baik dari individu yang memiliki pendidikan lebih rendah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Cooley dan Roach (dalam Salleh, 2006), menambahkan bahwa dalam kompetensi komunikasi terdapat beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan yaitu kondisi fisiologis, seperti umur, jenis kelamin dan minat; kondisi psikologis, seperti kognitif, emosi, kepribadian, dan motivasi ; serta lingkungan social individu yang membentuk kategori fisiologis dan psikologis yang menjadi syarat minimal agar individu dapat dikatakan kompeten. 2.5. Teknik Penyiaran Radio Sebelum mengudarakan suaranya, seorang penyiar perlu melakukan persiapan yang seksama agar dalam pengutaraannya nanti tidak terbata-bata.Ia pun dituntut harus mampu memelihara kualitas gaya dalam menyampaikan pesan secara lazim dari pada cara membawakan yang agresif. Penyiar harus pula dapat menggunakan beberapa variasi dalam teknik membacanya termasuk variasi dalam kecepatan bicaranya, menekankan kata-kata kunci ke dalam sub idea yang bermakna.Penyiar yang baik menggunakan kata atau kalimat dan pengucapannya yang tepat, jelas dan selalu mengupayakan hal itu bukan merupakan sesuatu yang sulit dilakukan.18 Hal apa saja yang akan diudarakan sebaiknya dipelajari dahulu. Pada umumnya ada dua teknik yang biasa digunakan oleh penyiar dan ini tergantung dari jenis bahan yang harus diudarakan seperti diuraikan di bawah ini: a) Teknik Ad libitum 18 Suprapto, Tommy. Berkarir di Bidang Broadcasting. Yogyakarta. CAPS. 2013. hal 102 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Ad libitum berarti berbicara santai sebagaimana seseorang menghendakinya.Penyiar yang berbicara secara ad libitummelakukannya bebas tanpa naskah.Memang penyiar yang berbicara bebas dan fasih yang disenangi pendengar, tetapi bebas dan fasih dengan bahasa yang benar tata bahasanya, jelas dan tegas pengutaraannya. 19 Penyiar yang menggunakan teknik ini harus melakukan hal-hal sebagai berikut.20Menggunakan bahasa sederhana, yaitu bahasa sehari-hari yangbiasa digunakan dalam percakapan antarpribadi (bahasa tutur).2)Mencatat terlebih dahulu pokok-pokok penting yang akan disampaikan selama siaran agar sistematis dan sesuai waktu yang tersedia. Penyiar berbicara dengan bantuan catatan tersebut (usingnote).3) Menguasaiinformation behind information, yakni memahami keseluruhan informasi yang disajikan dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan informasi yang disampaikan. Dengan begitu, penyiar bisa berimprovisasi dalam siaran secaran proposional dan tidak melantur (out of context).4) Menguasai istilah-istilah khusus (jargon) dalam bidang-bidang tertentu, sehingga pembicaraan tampak berkualitas dan meyakinkan. Dalam siaran berita sepakbola misalnya, penyiar harus menguasai istilah-istilah seperti corner, tendangan first time, striker, ball posession, dan sebagainya.5) Menguasai standarisasi kata, antara lain standar pengucapan slogan atau motto stasiun radio, sapaan pendengar (station call, listener call), terminologi musik atau lagu, frekuensi, dan line telepon yang bisa dihubungi pendengar untuk minta 19 Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek). Bandung. Remaja Rosdakarya . 2007. hal 130-131 20 Romli, Asep S.M. Jurnalistik Praktis. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2009. hal 47 http://digilib.mercubuana.ac.id/ lagu, berkomentar, atau berinteraksi dengan penyiar atau narasumber.6) Mencegah atau menghindari pengucapan kata-kata yang tidak wajar atau melanggar rasa susila, misalnya kata-kata cabul, menyinggung perasaan, atau melecehkan suku dan pemeluk agam tertentu (melanggar SARA) b) Teknik Membaca Naskah (Script Reading) Teknik lain yang biasanya digunakan oleh penyiar ialah teknikmembaca naskah (script reading). Naskah yang akan dibawakan olehnya kepada para pendengar tergantung dari jenis acara yang akan diudarakan. Ada naskah yang bikin sendiri, dalam arti kata hal-hal yang seharusnya dilakukan secara ad libitum, atas prakasa sendiri ia susun di atas kertas. Ada juga naskah yang dibuat oleh orang lain yang harus dibacakan oleh penyiar. Dalam hubungan ini, naskah apapun yang ia hadapi, ia harus mengutarakan kepada para pendengar dengan gaya sedemikian rupa, sehingga seolah-olah diucapkan secara ad libitum; tidak terdapat nada dibaca.21 Untuk mencapai hasil optimal, seorang penyiar harus mampu mengutarakan kata demi kata seolah-olah diucapkan tanpa bantuannaskah (spoken reading). Untuk itu, penyiar harus memperhatikan hal- hal berikut ini:22 i. Memahami dan menghayati isi naskah secara keseluruhan. ii. Jika perlu, menggunakan tanda-tanda khusus dalam naskah untuk membantu kelancaran penyampaian, misalnya harus miring satu (/) sebagai pengganti koma, garis miring dua (//) sebagai pengganti titik, dan strip bawah ( _ ) sebagai tanda pengucapan satu kesatuan. 21 22 Effendy,op.cit. hal 134 Romli, Asep S.M. Jurnalistik Praktis. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2009. Hal 48 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Contoh: Tentara yang datang itu / tinggal menunggu perintah tembak // Ribuan demonstran menggelar unjuk rasa anti-Israel // iii. Mengeluarkan suara (bicara) seakan sedang “ngobrol” atau bercerita kepada seorang teman. Naskah dianggap hanya sebagai contekan data. iv. Menggunakan gerakan tubuh (gesture) dan senyuman untuk menambah bobot bicara. v. Sebelum mengudara, berlatih dengan mengeluarkan suara (bukan dalam hati), sekaligus melatih intonasi, aksentuasi, artikulasi, dan speed. vi. Meletakkan naskah ditempat yang mudah dijangkau. vii. Jangan sampai terpaksa membalik halaman naskah sambil berbicaranaskah tidak boleh bersambung. viii. Membayangkan lawan bicara ada di depan meja siaran, seolah-olah sedang menerangkan sesuatu via telepon, atau sedang berbicara kepada satu orang ditengah banyak orang. c) Teknik Budaya Lisan (Linguistik) Dalam penelitian ini, peneliti juga menambahkan pendapatGeorge A. Miller mengenai teori budaya lisan. George A. Miller mengatakan ada seperangkat perilaku yang dapat mengendalikan pikiran dan tindakan orang lain secara perkasa. Teknik ini dapat mengubah pendapat dan keyakinan, dapat membuat seseorang gembira dan sedih, dan dapat memasukan gagasan-gagasan baru.Teknik pengendalian perilaku orang ini lazim disebut bahasa.Definisi http://digilib.mercubuana.ac.id/ fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya.Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa. George A. Miller mengatakan, untuk mampu menggunakan bahasa tertentu kita harus memiliki pengetahuan konseptual tentang dunia tempat kita tinggal.23 Dalam hal ini, karena radio bersifat lokal dan khalayaknya ada yang heterogen dan homogen, radio kini menjaring pendengarnya secara segmentatif, maka kebakuan bahasa radio menjadi luwes sifatnya.Kemampuan berbahasa seorang penyiar dapat dipelajari dengan selalu membaca untuk menambah kosakata yang dimiliki. Dengan mempunyai jumlah kosakata yang cukupbanyak, seorang penyiar tidak akan pernah berhenti di tengah jalan dalam menyampaikan suatu informasi kepada pendengar. Dalam menyampaikan informasi pendengar, seorang penyiar akan memadukan objek bahasa dengan improvisasi secara refleks (spontan) yang akan membentuk nuansa alami (tidak dibuat-buat). Ini akan menjadi sebuah daya pikat yang luar biasa untuk menarik pendengar. Bertutur luwes akan terwakili oleh gaya individu karena tema (materi) yang sederhana sekalipun akan menjadi lebih menarik setelah diolah dengan kemampuan berbahasa dan air personality yang baik dari seorang penyiar. 23 Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2007. Hal 269 http://digilib.mercubuana.ac.id/ http://digilib.mercubuana.ac.id/