BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Komunikasi
2.1.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Melalui komunikasi,
manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan seharihari di rumah tangga, tempat pekerjaan hingga dimanapun berada. Komunikasi
berasal dari bahasa Latin communis yang artinya “sama” atau communicare,
artinya “bercakap-cakap”.
Secara etimologis komunikasi bertujuan menciptakan kesamaan makna
atau pengertian tentang suatu hal. Melalui komunikasi seseorang berusaha
mendefinisikan sesuatu, termasuk istilah “komunikasi itu sendiri”. Melalui
komunikasi pula akan timbul persamaan ide, gagasan serta seluruh kegiatan
manusia harus dilakukan melalui komunikasi. 1
Banyak pula menurut para ahli yang mendefinisikan komunikasi dari
sudut pandang mereka masing-masing seperti Hoveland, Jenis & Kelly,
mendefiniskan komunikasi adalah suatu proses melalui nama seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata)
dengan tujuan mengubah atau memberntuk perilaku orang lainnya
(khalayak).2
Tujuan utama dilakukannya komunikasi adalah terciptanya komunikasi
efektif yaitu yang mampu melahirkan efek dari komunikasi yaitu perubahan
pendapat, sikap dan perilaku. Jadi efektivitas komunikasi tidak diukur hanya dari
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat, tetapi terutama adalah pada
1
2
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. 2014. hal 1-2
Dani Vardiansyah. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Jakarta. 2005. hal 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terjadinya perubahan dalam diri mereka untuk mendorong mereka melakukan
tindakan sesuai dengan yang kita inginkan.
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran
dari seseorang (komunikator) atau Pengkode pesan (Encoder) kepada orang lain
yang menjadi lawan bicara (komunikan) atau penerjemah kode (Decoder) melalui
medium baik udara (komunikasi langsung) ataupun media (komunikasi melalui
media). Pikiran itu bisa merupakan gagasan, informasi, opini yang muncul dalam
benaknya. Proses komunikasi dapat tergambar dalam gambar dibawah ini:
Gambar 1. Proses Komunikasi
Sumber : Modul Pengantar Ilmu Komunikasi, 20103
3
Riyanto, Sutisna. Modul Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi. Diploma Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 2010. hal 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.1.2. Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi terdiri dari berbagai unsur yaitu: 4
1. Pengirim (sender), yaitu pihak yang mengirimkan pesan
2. Pesan (message), yaitu gagasan atau ide yang disampaikan pengirim
kepada penerima untuk tujuan tertentu
3. Penerima (receiver), yaitu pihak yang menerima pesan
4. Media (media), yaitu sarana bagi komunikator untuk menyampaikan
pesan kepada sasaran yang dituju
5. Pengkodean (encoding), yaitu proses untuk menjabarkan pesan ke
dalam simbol. Simbol dapat berupa lisan, tulisan, isyarat atau lainnya
ke dalam media
6. Penerjemah (decoding), yaitu proses yang dilakukan oleh penerima
pesan untuk sender
7. Tanggapan (respone), yaitu reaksi penerima setelah menerima pesan
8. Umpan
balik
(feedback),
yaitu
bagian
dari
reaksi
yang
dikomunikasikan kembali kepada pengirim pesan.
2.2.
Media Komunikasi
Dalam ilmu komunikasi dikenal sejumlah saluran komunikasi untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain. Upaya manusia untuk menyampaikan
pesan ini secara garis besar terbagi atas dua yaitu komunikasi tanpa media yaitu
secara langsung dan komunikasi dengan media. Penyampaian informasi dengan
4
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya. Bandung.
2006. hal 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menggunakan media ini terbagi atas dua, yaitu media massa dan media non
massa. Saluran komunikasi melalui media massa terbagi menjadi dua yaitu:
a) Media massa periodik
Media massa periodik adalah media yang terbit secara teratur pada waktuwaktu yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun media massa periodik
terbagi atas dua jenis, yakni
1) Media cetak, contoh dari media cetak antara
lain surat kabar dan majalah. Surat kabar mempunyai dua fungsi umum.
Pertama, surat kabar merupakan sumber informasi tentang apa yang sedang
terjadi di dunia dan daerah setempat. Fungsi kedua adalah untuk menghibur.
Sedangkan majalah bersifat khusus yaitu majalah yang ditujukan kepada
kelompok khalayak yang khusus dan relatif terbatas. 2) Media elektronik
Media massa elektronik berupa televisi dan radio. Televisi adalah media yang
paling besar dan populer. Televisi memiliki sifat audio visual yaitu dapat
didengar dan dapat dilihat. Televisi merupakan salah satu medium terfavorit
bagi para pemasang iklan.Media televisi merupakan industri yang padat
modal, padat teknologi, dan padat sumber daya manusia. Namun, munculnya
berbagai stasiun televisi di Indonesia tidak diimbangi dengan tersedianya
sumber daya manusia yang memadai.
b) Media Massa Non Periodik
Media massa non periodik dimaksudkan media massa yang bersifat
sementara tergantung pada peristiwa yang diselenggarakan. Media massa non
periodik ini berupa rapat, seminar, dan lain-lain. 5
5
Rahman, Abdul H. Dasar-Dasar Penyiaran. Pekanbaru. Unri Press. 2008. Hal 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Peneliti menitikberatkan penelitian ini kepada komunikasi melalui media
massa radio. Radio sendiri merupakan salah satu jenis media massa, yakni sarana
atau saluran komunikasi massa. Ciri khas utama radio adalah auditif,
yaitudikonsumsi telinga atau pendengaran. Apa yang dilakukan radio adalah
mendengarkan suara manusia untuk mengutarakan sesuatu. Meskipun komunikasi
yang dilakukan tergolong komunikasi massa, namun gaya komunikasi di radio
harus berupa komunikasi personal atau antarpribadi karena pendengar radio harus
dianggap hanya seorang individu layaknya teman dekat.
2.3.
Komunikasi Interpersonal Bermedia
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi
antar orang secara tatap muka yang memungkinkan tiap komunikannya dapat
menangkap langsung respon atau reaksi yang langsung diberikan oleh lawan
bicaranya.6
Namun, perkembangan zaman yang terjadi saat ini jika dilihat dari
berbagai sisi seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
langsung telah
memberikan pengaruh yang cukup kuat bagi perkembangan
kehidupan manusia itu sendiri. Begitu pula dengan perkembangan dibidang
perindustrian media. Perkembangan media di dunia juga turut mempengaruhi
bagaimana cara orang berinteraksi serta berkomunikasi dengan orang lain. Salah
satu contoh perkembangan media yang cukup terlihat jelas pada masa kini adalah
6
Aw, Suranto. Komunikasi Interpersonal. Jakarta. Graha Ilmu. 2011. Hal 2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
makin besarnya kebutuhan manusia akan hadirnya media komunikasi untuk
menunjang keefektifan komunikasi termasuk komunikasi interpersonal bermedia.
Komunikasi interpersonal bermedia adalah komunikasi dimana proses
penyampaian
dan
penerimaan
pesan
dengan
menggunakan
cyberspace/ruang maya yang bersifat interaktif. 7
Salah satu hal yang harus ada di dalam komunikasi interpersonal baik
langsung maupun bermedia adalah kecakapan dari kedua belah pihak. Kecakapan
komunikasi interpersonal bukan hanya keterampilan berbicara. Namun, banyak
kecakapan lain yang harus diperhatikan, misalnya, keterampilan sopan santun,
kecakapan bertanya, memiliki empati, dan kecakapan yang lainnya. Komunikasi
interpersonal juga dapat mempengaruhi perubahan sikap seseorang. Dalam
perubahan sikap ini, komunikasi interpersonal berperan sebagai pengalaman agar
kejadian tersebut tidak terulang untuk kedua kalinya. Di samping itu, kredibilitas
komunikator juga dapat berpengaruh besar dalam perubahan sikap seseorang.
Misalnya dari pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat memotivasi
seseorang untuk melakukan perubahan sikapnya.
Komunikasi interpersonal baik langsung maupun bermedia harus dilandasi
dengan etika yang baik dari kedua belah pihak. Hal ini sangat penting untuk
membentuk hubungan dengan orang lain sehingga komunikasi interpersonal dapat
berjalan dengan baik. Ini juga berlaku untuk komunikasi interpersonal yang
dilakukan melalui media. Presentasi diri saat melakukan komunikasi interpersonal
juga harus diperhatikan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa diri kita memiliki nilai
7
Hidayat, Dasrun. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2012. Hal 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
plus di mata orang lain. Salah satunya dengan cara berpenampilan menarik.
Standar presentasi diri juga dilihat dari kepribadian seseorang.
Semua kegiatan, pemikiran, ideologi, aktivitas, sikap serta perilaku
manusia dapat dipengaruhi oleh kekuatan media. Tidak jarang, jika pada saat ini
manusia mulai terlena dengan kecanggihan dan kelebihan dari media tersebut,
sehingga membentuk ideologi serta persepsi baru didalam pemikiran manusia
bahwa sebuah hubungan komunikasi-pun lebih nyaman jika dilakukan dengan
cara berkomunikasi melalui media. Pandangan bahwa komunikasi face to face
(tatap muka) sudah tidak lagi dipandang sebagai bentuk komunikasi yang paling
efektif untuk dilakukan. Bahkan terdapat anggapan bahwa setiap orang yang tidak
mencoba untuk
melakukan komunikasi interpersonal (baik melalui telepon,
telepon seluler, maupun melalui media internet) dianggap sebagai manusia yang
ketinggalan jaman.8
Fakta tersebut kemudian melahirkan kajian baru yakni Komunikasi
Interpersonal Bermedia yang diartikan sebagai bentuk komunikasi yang dilakukan
menggunakan media, baik berupa telepon, faks, surat, email, chat, dll.
Komunikasi ini berada di tengah-tengah antara komunikasi antar personal dan
komunikasi massa, oleh karena itu keberadaan media massa baik cetak maupun
elektronik seperti televisi, radio pun ikut mempengaruhi perkembangannya. 9
Penemuan internet kemudian ketersediaan fasilitas interaktif dio media
massa elektronik sangat mudah merubah tatanan komunikasi antarmanusia. Yang
pada awalnya masyarakat lebih menekankan komunikasi tatap muka, namun
8
9
Ibid. hal 14
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berubah menjadi menggunakan media, yang lebih sering digunakan adalah
telepon selular dan internet.
Kelebihan dari komunikasi interpersonal tatap muka adalah umpan balik
yang didapat secara langsung, dapat melihat respon non verbal yang diberikan
oleh lawan bicara dan hubungan akan lebih terjalin lebih dekat antara komunikan.
Dan juga kesalahpahaman yang terjadi ketika berkomunikasi bisa dikurangi jika
dilakukan komunikasi tatap muka. Sedangkan kelebihan dari komunikasi
bermedia atau komunikasi yg menggunakan media adalah kita dapat menghemat
waktu dan tenaga. Komunikasi bermedia dapat dilakukan dalam jarak yang jauh
karena disambungkan melalui media, sehingga orang yang ingin berkomunikasi
tidak perlu bertemu teteap dapat berkomunikasi. Apalagi jika orang yang saling
ingin berkomunikasi ini terhalang jarak yang jauh, tentu akan sangat dipermudah
jika melakukan komunikasi menggunakan media, dapat menghemat waktu dan
juga biaya.
Perbedaan dari kedua komunikasi ini adalah sarana yang digunakan dalam
berkomunikasi. Jika komunikasi interpersonal tatap muka tidak menggunakan alat
atau media atau sarana apapun dalam melakukan komunikasi sedangkan kalau
komunikasi bermedia harus menggunakan media seperti telepon atau internet
maupun media massa baik cetak maupun elektronik untuk melakukan komunikasi.
Sehingga jika ingin berkomunikasi, kedua komunikan harus dipastikan memiliki
media yang sama untuk dapat melakukan komunikasi, jika salah satu komunikan
tidak memiliki media tersebut, tentunya komunikasi tidak dapat terjadi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ketersedianya media adalah hambatan yang dimiliki komunikasi
bermedia, apalagi jika ingin melakukan komunikasi dengan orang yang berada di
pedalaman yang jaringan telepon belum sampai disana.Hal itu menjadi hambatan
untuk dilakukannya komunikasi.Namun demikian halnya dalam komunikasi
interpersonal tatap muka pun hambatan tetap terjadi.
Komunikasi interpersonal bermedia juga dapat diartikan secara luas yaitu
komunikasi yang dilakukan oleh dua-tiga individu dengan menggunakan
media yang meliputi sarana faksimili, e-mail , radio, telepon seluler.
Media disini berperan sebagai saluran terciptanya komunikasi
interpersonal tersebut, tanpa adanya media maka komunikasi tidak akan
berjalan. Kelebihan dari komunikasi ini adalah memiliki efisiensi waktu
yang lebih dibandingkan dengan komunikasi interpersonal tatap
muka.Dengan kecanggihan yang dimiliki oleh media komunikasi jarak
serta waktupun dapat ditempuh dengan cepat.
Contohnya saja kita dapat berkomunikasi dengan lawan bicara kita yang
sedang berada di luar kota, luar negri maupun luar benua sekalipun, semua dapat
kita jangkau melalui media komunikasi seperti internet, telepon seluler.
Jangkauan yang dimiliki oleh komunikasi interpersonal bermedio pun lebih luas
dibandingkan dengan komunikasi lainnya.
Kelemahan dari komunikasi interpersonal bermedia sendiri adalah biaya
yang dikeluarkan untuk berkomunikasi relatif mahal bila dibandingkan dengan
komunikasi interpersonal secara tatap muka.Karena tidak dilakukan secara
langsung (tatap muka) maka kedalaman isi pesan pun tidak dapat tersampaikan
dengan
baik
seperti
dengan
menggunakan
komunikasi
tatap
muka.
Ketidakdalaman dalam menyampaikan isi pesan, membuat komunikasi ini tidak
termasuk dalam salah satu cara efektif didalam memberikan sugesti maupun
mempengaruhi, mempersepsi orang lain mengingat bahwa komunikasi bermedio
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ini masuk dalam komunikasi virtual. Media masih dianggap sebagai pilihan kedua
didalam melakukan pendekatan antar individu setelah komunikasi interpersonal
tatap muka
2.4.
Kompetensi Komunikasi
2.4.1. Pengertian Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi (Kemampuan Komunikasi) adalah tingkat
keterampilan penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu dan mengubah sikap, pendapat atau prilaku secara keseluruhan baik
secara langsung dengan lisan maupun tidak langsung.10
Menurut Devito kemampuan komunikasi mengacu pada kemampuan
seseorang untuk berkomunikasi secara efektif. 11
Kemampuan ini mencakup hal-hal seperti pengetahuantentang peran
lingkungang (konteks) dalammempengaruhi hubungan (kontent) dan bentuk pesan
komunikasi. Misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak
dikomunikasikan kepadapendengar tertentu dilingkungan tertentu, tetapi mungkin
tidak layak bagipendengar dilingkungan lain. 12
Menurut Payne, mendefinisikan kompetensi komunikasi yaitu: The set of
abilities henceforth,termed,resources, which a communicator has availables for
use in thecommunication process. Kompetensi Komunikasi diartikan sebagai
“Seperangkat kemampuan seorang komunikator untuk menggunakan berbagai
10
11
12
Purwanto, Djoko. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga. 2006. Hal 20
Devito, Joseph. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan:Karisma Publishing Group. 2011.hal 26
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sumberdaya yang ada di dalam proses komunikasi.”13 Dengan kata lain,
kompetensi komunikasi adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk
berkomunikasi dengan baik dimana menggunakan pesan-pesan yang dianggap
tepat dan efektif.
Kompetensi komunikasi sama dengan kemampuan seseorang dalam
berkomunikasi. Meskipun setiap hari orang berkomunikasi, tetapi jarang orang
yang tahu sejauh mana efektivitas komunikasi kita, baik secara individual, sosial,
maupun secara profesional.
Adapun komponen-komponen kompetensi komunikasi digambarkan
Payne, tergambar dalam skema berikut:14
Knowledge (pengetahuan) + Skills (keterampilan) + Attitude (sikap) +
Motivation (motivasi) = Communication Competency
Payne juga menyebutkan empat ukuran kompetensi komunikasi seseorang, jika
memiliki:
1. Pemahaman terhadap berbagai proses komunikasi dalam berbagai
konteksnya
2. Kemampuan perilaku komunikasi verbal dan non-verbal secara tepat
3. Berorientasi pada sikap positif terhadap komunikasi
4. Memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan komunikasi dengan
baik
13
14
Payne, Adrian. Handbook of CRM. ELSEVIER.2005.hal 375
Ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Payne mengatakan seseorang dikatakan kompeten, bila memenuhi empat
komponen di atas. Bisa disimpulkan, bahwa komunikator yang kompeten harus
memiliki syarat berikut:
1. Mengerti apa yang harus dilakukan dalam berbagai peristiwa komunikasi
2. Mengembangkan perilaku yang dapat menghasilkan pesan yang tepat
3. Peduli pada pentingnya tindakan dan proses komunikasi
4. Memiliki motif yang kuat untuk apa ia berkomunikasi, bagaimana harus
berperilaku dalam mencapai tujuan
Selain Payne, Jablin dan Sias mendefinisikan kompetensi komunikasi
sebagai sejumlah kemampuan yang dimiliki seorang komunikator untuk
digunakan dalam proses komunikasi,yang menekankan pada pengetahuandan
kemampuan. Kompetensi komunikasi juga merupakan suatu fungsi dari
kemampuan seseoranguntuk beradaptasi sesuaidengan situasi sosialnya, yang
meliputikemampuanseorang individu untuk mendemonstrasikan pengetahuannya
tentangperilaku komunikasi yang tepat pada situasi yang ada. 15
Cooley dan Roach menyatakan kompetensi komunikasi dalam makna luas
merupakan demonstrasi dari pengetahuan seseorang tentang komunikasi
yang diwujudkan dengan tepat melalui keterampilan berkomunikasi.
Secara terjabar, kompetensi komunikasi menjadi tolak ukur kemampuan
beradaptasi seseorang dalam setiap situasi komunikasi dengan
menampilkan kemampuan komunikasi berdasarkan pengetahuan yang
tepat untuk setiap konteks dan situasi komunikasi. 16
15
16
Abbas Saleh, Membangun Komunikasi yang Efektif. Jakarta. Simbiosa Rekatama. 2006. Hal 111
Ibid 114
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4.2. Komponen Kompetensi Komunikasi
Payne menyatakan bahwa terdapat empat komponen kompetensi
komunikasi, yaitu: knowledge, skills, attitude and motivation.17
a. Knowledge (Pengetahuan)
Untuk mencapai tujuan dari komunikasi, individu harus memiliki
pengetahuan yang dibutuhkan dalam berkomunikasi secara efektif dan tepat.
Payne mengemukakan bahwa pengetahuan dalam hal ini lebih ditekankan pada “
bagaimana” sebenarnya komunikasi daripada “apa” itu komunikasi.
Pengetahuan-pengetahuan tersebut diantaranya seperti mengetahui apa
yang harus diucapkan, tingkah laku seperti apa yang harus diambil dalam situasi
yang berbeda, bagaimana orang lain akan menanggapi dan berperilaku, siapa yang
diajak berkomunikasi, serta memahami isi pesan yang disampaikan.
Pengetahuan ini dibutuhkan agar komunikasi dapat berjalan secara efektif
dan tepat. Pengetahuan ini akan bertambah seiring tingginya pendidikan dan
pengalaman. Oleh karena itu, semakin seseorang mengetahui bagaimana harus
berkomunikasi dalam situasi yang berbeda maka kompetensi atau kemampuan
berkomunikasinya akan semakin baik.
b. Skills (kemampuan)
Skill meliputi tindakan nyata dari perilaku, yang merupakan kemampuan
seseorang dalam mengolah perilaku yang diperlukan dalam berkomunikasi secara
17
Payne, Ibid. 388
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tepat dan efektif. Kemampuan ini meliputi beberapa hal seperti other-orientation,
social anxiety, expressiveness, dan interaction management.
Other-orientation meliputi tingkah laku yang menunjukkan bahwa
individu tertarik dan memperhatikan orang lain. Dalam hal ini, individu mampu
mendengar, melihat dan merasakan apa yang disampaikan orang lain baik secara
verbal maupun nonverbal. Other-orientation akan berlawanan dengan selfcenteredness dimana individu hanya memperhatikan dirinya sendiri dan kurang
tertarik dengan orang lain dalam berkomunikasi. Social anxiety meliputi
bagaimana kemampuan individu mengatasi kecemasan dalam berbicara dengan
orang lain dan menunjukkan ketenangan dan percaya diri dalam berkomunikasi.
Expressiveness
mengarah pada kemampuan dalam
berkomunikasi yang
menunjukkan kegembiraan, semangat, serta intensitas dan variabilitas dalam
perilaku komunikasi. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan vocal yang beragam,
wajah yang ekspresif, penggunaan vocabulary yang luas, serta gerak tubuh.
Sedangkan interaction management merupakan kemampuan untuk mengelola
interaksi dalam berkomunikasi, seperti pergantian dalam berbicara serta
pemberian feedback atau respon.
c. Attitude (Sikap)
Perilaku
seseorang
dilatarbelakangi
oleh
sikap.
Payne
sendiri
mendefinisikan sikap sebagai suatu keyakinan dari dalam siri seseorang mengenai
objek atau situasi tertentu yang disertai adanya perasaan tertentu, memberikan
dasar kepada oranbg lain untuk memberikan respon berdasarkan cara tertentu
yang dipilihnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Payne mengatakan, komponen sikap meliputi: 1) Komponen kognitif,
yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan dan informasi yang
dimiliki seseorang tentang objek sikapnya atau komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan, atau bagaimana mempersepsi objek. 2)
Komponen efektif, yaitu komponen yang bersifat evaluatif yang berhubungan
dengan rasa senang dan tidak senang. 3) Komponen konatif, yaitu kesiapan
seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnyaa atau
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek.
d. Motivation (motivasi)
Motivasi dalam hal ini merupakan hasrat atau keinginan seseorang untuk
melakukan komunikasi atau menghindari komunikasi dengan orang lain. Motivasi
biasanya berhubungan dengan tujuan-tujuan tertentu seperti untuk menjalin
hubungan baru, mendapatkan informasi yang diinginkan, terlibat dalam
pengambilan keputusan bersama, dan lain sebagainya.
Semakin individu memiliki keinginan untuk berkomunikasi secara efektif
dan meninggalkan kesan yang baik terhadap orang lain, maka akan semakin tinggi
motivasi individu untuk berkomunikasi. Dalam hal ini, tanggapan yang diberikan
orang lain akan mempengaruhi keinginan individu dalam berkomunikasi. Jika
individu terlalu takut untuk mendapat tanggapan yang tidak dinginkan, maka
keinginannya untuk berkomunikasi akan rendah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi
Individu
Berdasarkan hasil penelitian dari Soler dan Jorda mengungkapkan bahwa
terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan atau kompetensi
seorang individu, terutama individu bilingual, di antaranya yaitu:
a. Acquisition Context
Kemampuan komunikasi seorang individu dipengaruhi oleh konteks
acquisition atau perolehan bahasa individu tersebut. Terdapat tiga konteks
perolehan bahasa, yaitu naturalistic context, dimana individu tidak belajar bahasa
di dalam kelas dan hanya berkomunikasi secara natural di luar sekolah; instructed
context, dimana individu belajar bahasa secara formal di kelas; danmixed context,
dimana individu belajar bahasa di dalam kelas dan juga di luar kelas secara
natural.
Soler dan Jorda juga mengungkapkan bahwa individu yang belajar bahasa
pada konteks instructed memiliki kemampuan bahasa dan komunikasi yang lebih
rendah dibandingkan dengan individu yang belajar bahasa dalam konteks
naturalistic dan mixed.
b. Usia saat pertama kali mempelajari bahasa
Usia saat seorang individu pertama kali memepelajari suatu bahasa akan
mempengaruhi kemampuan bahasa dan komunikasi individu tersebut. Seorang
individu yang mempelajari bahasa, terutama bahasa kedua, pada usia yang lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
muda dapat memiliki kemampuan bahasa dan komunikasi yang lebih baik
daripada individu yang mulai mempelajari bahasa lebih lambat.
c. Frekuensi penggunaan bahasa kedua
Frekuensi atau seberapa sering suatu bahasa digunakan dalam kehidupan
sehari-hari akan mempengaruhi kemampuan bahasa dan komunikasi seorang
individu. Semakin sering suatu bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari
maka akan semakin baik kemampuan individu dalam bahasa tersebut.
d. Jenis kelamin
Jenis kelamin seorang individu juga dapat mempengaruhi kemampuann
bahasa dan komunikasinya, namun pengaruh ini tidak terlalu besar dampaknya.
Soler dan Jorda (2007) mengungkapkan bahwa wanita memiliki kemampuan
bahasa dan komunikasi yang sedikit lebih baik daripada laki-laki.
e. Usia
Usia juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi atau
kemampuan komunikasi dan bahasa seseorang. Individu yang lebih tua dikatakan
dapat memiliki kemampuan yang lebih baik dari individu yang lebih muda dalam
berkomunikasi.
f. Level pendidikan
Tingkat atau level pendidikan seorang individu juga dapat mempengaruhi
kemampuannya dalam berkomunikasi. Sebagian besar individu yang memiliki
pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan kemampuan berbahasa dan
komunikasi yang lebih baik dari individu yang memiliki pendidikan lebih rendah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Cooley dan Roach (dalam Salleh, 2006), menambahkan bahwa dalam kompetensi
komunikasi terdapat beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan yaitu kondisi
fisiologis, seperti umur, jenis kelamin dan minat; kondisi psikologis, seperti
kognitif, emosi, kepribadian, dan motivasi ; serta lingkungan social individu yang
membentuk kategori fisiologis dan psikologis yang menjadi syarat minimal agar
individu dapat dikatakan kompeten.
2.5.
Teknik Penyiaran Radio
Sebelum mengudarakan suaranya, seorang penyiar perlu melakukan
persiapan yang seksama agar dalam pengutaraannya nanti tidak terbata-bata.Ia
pun dituntut harus mampu memelihara kualitas gaya dalam menyampaikan pesan
secara lazim dari pada cara membawakan yang agresif. Penyiar harus pula dapat
menggunakan beberapa variasi dalam teknik membacanya termasuk variasi dalam
kecepatan bicaranya, menekankan kata-kata kunci ke dalam sub idea yang
bermakna.Penyiar yang baik menggunakan kata atau kalimat dan pengucapannya
yang tepat, jelas dan selalu mengupayakan hal itu bukan merupakan sesuatu yang
sulit dilakukan.18
Hal apa saja yang akan diudarakan sebaiknya dipelajari dahulu. Pada
umumnya ada dua teknik yang biasa digunakan oleh penyiar dan ini tergantung
dari jenis bahan yang harus diudarakan seperti diuraikan di bawah ini:
a) Teknik Ad libitum
18
Suprapto, Tommy. Berkarir di Bidang Broadcasting. Yogyakarta. CAPS. 2013. hal 102
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ad
libitum
berarti
berbicara
santai
sebagaimana
seseorang
menghendakinya.Penyiar yang berbicara secara ad libitummelakukannya bebas
tanpa naskah.Memang penyiar yang berbicara bebas dan fasih yang disenangi
pendengar, tetapi bebas dan fasih dengan bahasa yang benar tata bahasanya, jelas
dan tegas pengutaraannya. 19
Penyiar yang menggunakan teknik ini harus melakukan hal-hal sebagai
berikut.20Menggunakan bahasa sederhana, yaitu bahasa sehari-hari yangbiasa
digunakan dalam percakapan antarpribadi (bahasa tutur).2)Mencatat terlebih
dahulu pokok-pokok penting yang akan disampaikan selama siaran agar
sistematis dan sesuai waktu yang tersedia. Penyiar berbicara dengan bantuan
catatan tersebut (usingnote).3) Menguasaiinformation behind information, yakni
memahami keseluruhan informasi yang disajikan dan hal-hal lain yang ada
kaitannya dengan informasi yang disampaikan. Dengan begitu, penyiar bisa
berimprovisasi dalam siaran secaran proposional dan tidak melantur (out of
context).4) Menguasai istilah-istilah khusus (jargon) dalam bidang-bidang
tertentu, sehingga pembicaraan tampak berkualitas dan meyakinkan. Dalam
siaran berita sepakbola misalnya, penyiar harus menguasai istilah-istilah seperti
corner, tendangan first time, striker, ball posession, dan sebagainya.5)
Menguasai standarisasi kata, antara lain standar pengucapan slogan atau motto
stasiun radio, sapaan pendengar (station call, listener call), terminologi musik
atau lagu, frekuensi, dan line telepon yang bisa dihubungi pendengar untuk minta
19
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek). Bandung. Remaja Rosdakarya
. 2007. hal 130-131
20
Romli, Asep S.M. Jurnalistik Praktis. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2009. hal 47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lagu, berkomentar, atau berinteraksi dengan penyiar atau narasumber.6)
Mencegah atau menghindari pengucapan kata-kata yang tidak wajar atau
melanggar rasa susila, misalnya kata-kata cabul, menyinggung perasaan, atau
melecehkan suku dan pemeluk agam tertentu (melanggar SARA)
b) Teknik Membaca Naskah (Script Reading)
Teknik lain yang biasanya digunakan oleh penyiar ialah teknikmembaca
naskah (script reading). Naskah yang akan dibawakan olehnya kepada para
pendengar tergantung dari jenis acara yang akan diudarakan. Ada naskah yang
bikin sendiri, dalam arti kata hal-hal yang seharusnya dilakukan secara ad
libitum, atas prakasa sendiri ia susun di atas kertas. Ada juga naskah yang dibuat
oleh orang lain yang harus dibacakan oleh penyiar. Dalam hubungan ini, naskah
apapun yang ia hadapi, ia harus mengutarakan kepada para pendengar dengan
gaya sedemikian rupa, sehingga seolah-olah diucapkan secara ad libitum; tidak
terdapat nada dibaca.21
Untuk
mencapai
hasil
optimal,
seorang
penyiar
harus
mampu
mengutarakan kata demi kata seolah-olah diucapkan tanpa bantuannaskah
(spoken reading). Untuk itu, penyiar harus memperhatikan hal- hal berikut ini:22
i.
Memahami dan menghayati isi naskah secara keseluruhan.
ii.
Jika perlu, menggunakan tanda-tanda khusus dalam naskah untuk
membantu kelancaran penyampaian, misalnya harus miring satu (/)
sebagai pengganti koma, garis miring dua (//) sebagai pengganti titik,
dan strip bawah ( _ ) sebagai tanda pengucapan satu kesatuan.
21
22
Effendy,op.cit. hal 134
Romli, Asep S.M. Jurnalistik Praktis. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2009. Hal 48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Contoh: Tentara yang datang itu / tinggal menunggu perintah tembak
// Ribuan demonstran menggelar unjuk rasa anti-Israel //
iii.
Mengeluarkan suara (bicara) seakan sedang “ngobrol” atau bercerita
kepada seorang teman. Naskah dianggap hanya sebagai contekan
data.
iv.
Menggunakan gerakan tubuh (gesture) dan senyuman untuk
menambah bobot bicara.
v.
Sebelum mengudara, berlatih dengan mengeluarkan suara (bukan
dalam hati), sekaligus melatih intonasi, aksentuasi, artikulasi, dan
speed.
vi.
Meletakkan naskah ditempat yang mudah dijangkau.
vii.
Jangan sampai terpaksa membalik halaman naskah sambil berbicaranaskah tidak boleh bersambung.
viii.
Membayangkan lawan bicara ada di depan meja siaran, seolah-olah
sedang menerangkan sesuatu via telepon, atau sedang berbicara
kepada satu orang ditengah banyak orang.
c) Teknik Budaya Lisan (Linguistik)
Dalam penelitian ini, peneliti juga menambahkan pendapatGeorge A.
Miller mengenai teori budaya lisan. George A. Miller mengatakan ada
seperangkat perilaku yang dapat mengendalikan pikiran dan tindakan orang lain
secara perkasa. Teknik ini dapat mengubah pendapat dan keyakinan, dapat
membuat seseorang gembira dan sedih, dan dapat memasukan gagasan-gagasan
baru.Teknik pengendalian perilaku orang ini lazim disebut bahasa.Definisi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan sebagai
alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan, karena bahasa hanya
dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial
untuk menggunakannya.Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua
kalimat yang terbayangkan yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa.
George A. Miller mengatakan, untuk mampu menggunakan bahasa tertentu kita
harus memiliki pengetahuan konseptual tentang dunia tempat kita tinggal.23
Dalam hal ini, karena radio bersifat lokal dan khalayaknya ada yang
heterogen dan homogen, radio kini menjaring pendengarnya secara segmentatif,
maka kebakuan bahasa radio menjadi luwes sifatnya.Kemampuan berbahasa
seorang penyiar dapat dipelajari dengan selalu membaca untuk menambah
kosakata yang dimiliki. Dengan mempunyai jumlah kosakata yang cukupbanyak,
seorang penyiar tidak akan pernah berhenti di tengah jalan dalam menyampaikan
suatu informasi kepada pendengar. Dalam menyampaikan informasi pendengar,
seorang penyiar akan memadukan objek bahasa dengan improvisasi secara
refleks (spontan) yang akan membentuk nuansa alami (tidak dibuat-buat). Ini
akan menjadi sebuah daya pikat yang luar biasa untuk menarik pendengar.
Bertutur luwes akan terwakili oleh gaya individu karena tema (materi) yang
sederhana sekalipun akan menjadi lebih menarik setelah diolah dengan
kemampuan berbahasa dan air personality yang baik dari seorang penyiar.
23
Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2007. Hal
269
http://digilib.mercubuana.ac.id/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download