47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Penelitian 1.1. Jenis-Jenis Konflik Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo Jenis-jenis konflik yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6 Gorontalo berdasarkan data hasil penelitian dilapangan meliputi: 1). Konflik Intrapersonal, 2). Konflik Interpersonal, 3). Konflik antar individu dengan kelompok (Intragroup). a. Konflik Intrapersonal Konflik intrapersonal yaitu konflik yang terjadi dalam diri seseorang. Konflik intrapersonal dapat dijelaskan berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intrapersonal yaitu disebabkan karena seseorang yang tidak mampu mengatasi konflik yang terjadi pada dirinya, atau tidak mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya, sehingga dalam diri seseorang menjadi tertekan”. (/1.1/W/KS/4.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intrapersonal yaitu memilih antara dua pilihan, antara kepentingan pribadi dengan kepentingan sekolah. Misalnya seorang guru tersebut dibebankan tugas sekolah yang harus dikerjakan. Melainkan guru itu harus mengurusi seorang anaknya yang sakit dirumah. sementara kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sama-sama pentingnya harus diselesaikan”. (/1.1/W/WKSKU/5.6.13) 48 Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intrapersonal yaitu kemampuan seseorang yang tidak mampu dalam mengatasi masalah-masalah yang dimiliki, misalnya seorang siswa membuat masalah disekolah kemudian guru BK meminta kepada siswa agar mengundang orang tuanya ke sekolah, karena siswa tersebut takut mengatakan kepada orang tuanya, sehingga menimbulkan masalah dalam dirinya”. (/1.1/W/WKSKE/15.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intrapersonal yaitu individu yang tidak mampu atau tidak dapat menyelesaikan konflik pribadi sehingga bertentangan antara kepentingan disekolah dengan kepentingan pribadi”. (/1.1/W/WKSHU/17.6.13) Informasi ini didukung oleh Koordinator Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intrapersonal yaitu karena ketidak adanya kepuasan manusia itu sendiri, artinya hanya melihat kemampuan yang dimiliki dalam diri sendiri, merasa cemburu dan merasa lebih mampu dengan membandingkan kemampuan yang dimiliki oleh orang lain”. (/1.1/W/KOBK/18.6.13) Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa: “Penyebab konflik intrapersonal yaitu ketidakmampunya seseorang siswa dalam menangani masalah yang dimiliki, jika dikaitkan dengan rutinitas kegiatan siswa,misalnya akan dilaksanakan ujian semester disekolah, kemudian seorang siswa tidak mempunyai biaya untuk pergi ke sekolah”. (/1.1/W/KO/.24.6.13) 49 Berdasarkan temuan penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo, melalui wawancara dengan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis konflik menyangkut penyebab terjadinya konflik intrapersonal disebabkan karena seseorang yang tidak mampu mengatasi konflik yang terjadi pada dirinya, memilih antara dua pilihan antara kepentingan tugas dan kepentingan pribadi yang kedua kepentingan tersebut sama-sama harus diselesaikan, seseorang yang tidak memiliki kepuasan dalam diri dengan apa yang telah dimiliki. b. Konflik Interpersonal Konflik interpersonal yaitu konflik yang terjadi antara satu individu dengan individu yang lain. Berhubungan dengan data tentang jenis-jenis konflik terkait dengan konflik interpersonal dilakukan wawancara dengan Kepala Sekolah menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik interpersonal antara kepala sekolah dengan guru yaitu perbedaan pandangan dalam menilai suatu masalah. Penyebab terjadinya konflik antar guru dengan siswa yaitu perbedaan keinginan yang tidak searah, guru menekankan agar siswa mampu dalam bidang akademiknya tetapi siswa kadang tidak peduli dengan apa yang menjadi tujuan seorang guru”. (/1.2/W/KS/4.6.13) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum diperoleh informasi bahwa: “Penyebab terjadinya konflik interpersonal antara kepala sekolah dengan guru yaitu perbedaan keinginan antara satu orang dengan lainnya dalam pencapaian tujuan. Misalnya keinginan kepala sekolah untuk kepentingan orang banyak sementara guru berkeinginan untuk dirinya sendiri. Penyebab terjadinya konflik antar guru dengan siswa yaitu ketidakmampuan siswa dalam kemampuan kognitif dan afektif dalam proses pembelajaran akibatnya siswa yang tidak mampu menerima pelajaran dengan baik disaat guru memberi pelajaran”. (/1.2/W/WKSKU/5.6.13) 50 Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intrapersonal antara kepala sekolah dengan guru adalah terjadi perbedaan pandangan yang tidak searah. Penyebab terjadinya konflik intrapersonal antara guru dengan siswa yaitu masalah sikap dan perilaku siswa yang kurang baik, disaat guru memberikan pengarahan. misalnya masalah disiplin berpakaian, disiplin menggunakan atribut contohnya pada hari upacara yaitu hari senin siswa tersebut tidak memakai topi maka siswa tersebut di berikan sangsi guru”. (/1.2/W/WKSKE/15.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intrapersonal antara kepala sekolah dengan guru adalah terjadi perbedaan tujuan dalam memandang sesuatu masalah. Menyangkut penyebab terjadinya konflik intrapersonal antara guru dengan siswa adalah keterbatasan kemampuan siswa didalam proses kegiatan belajar-mengajar, sehingga guru memaksakan untuk melakukan pembelajaran yang lebih baik lagi”. (/1.2/W/WKSHU/17.6.13) Informasi ini didukung oleh Koordinator Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intrapersonal antara kepala sekolah dengan guru adalah perbedaan keinginan serta tujuan. misalnya menyangkut kenaikan kelas siswa disini terjadi perbedaan pendapat-pendapat. Kepala sekolah mempertahankan siswa dan guru tidak menaikan siswa atau bahkan sebaliknya. penyebab terjadinya konflik intrapersonal antara guru dengan siswa adalah masalah ketidakkemampuan akademik siswa. Misalnya pada saat ujian siswa tidak mengikuti ujian itu, maka peran sebagai guru BK memberi bimbingan terhadap siswa dengan menyarankan agar siswa itu mengikuti ujian mata pelajaran yang ditinggalkan”. (/1.2/W/KOBK/18.6.13) 51 Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intrapersonal antara kepala sekolah dengan guru adalah terjadi perbedaan pendapat dari masing-masing kedua belah pihak. penyebab terjadinya konflik intrapersonal antara guru dengan siswa. Sikap siswa yang tidak peduli atas aturan yang berlaku disekolah. misalnya pada hari senin jika siswa tidak menggunakan topi maka akan diberi hukuman”. (/1.2/W/KO/.24.6.13) Berdasarkan temuan penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo, melalui wawancara dengan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis konflik menyangkut penyebab terjadinya konflik interpersonal antara kepala sekolah dengan guru adalah terjadi perbedaan pandangan dalam menilai suatu masalah, perbedaan keinginan, perbedaan pendapat, tujuan yang tidak searah. Penyebab terjadinya konflik intrapersonal antara guru dengan siswa adalah guru menekankan agar siswa mampu dalam bidang akademiknya, tetapi kadang siswa tidak peduli atas ketidak mampuan pengetahuan yang dimilikinya, kemampua kognitif, sikap dan perlaku siswa didalam proses kegiatan belajar-megajar (KBM) yang tidak bisa menerima dengan baik, siswa yang kurang disiplin dengan aturan yang berlaku. 52 c. Konflik Intragroup Konflik intragroup yaitu konflik yang terjadi antara individu dengan sekelompok orang. Berhubungan dengan data tentang jenis-jenis konflik terkait dengan konflik intragroup dilakukan wawancara dengan Kepala Sekolah menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intragroup adalah terjadi kesalahpahaman yaitu perbedaan pendapat dalam menilai suatu masalah. Salah satu orang berbeda keinginan, sementara sekelompok orang berbeda keinginan pula”. (/1.3/W/KS/4.6.13) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum diperoleh informasi bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intragroup adalah merasa diri sendiri berkemampuan lebih dari pada orang lain, membanding-bandingkan atas kemampuan yang dimiliiki dengan kemampuan orang lain, perbedaan presepsi atau perbedaan pandangan antara stakeholders, misalnya pada pelaksanaan rapat kenaikan kelas disini kepala sekolah dengan guru saling berdebat untuk menaikkan siswa”. (/1.3/W/WKSKU/5.6.13) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intragroup adalah perbedaan pendapat, presepsi, dan perbedaan tujuan dalam menyelesaikan suatu masalah dan masalah tersebut ditekankan untuk dikerjakan dan diselesaikan. Perbedaan pendapat inilah yang mengakibatkan konflik antara salah seorang individu dengan sekelompok orang”. (/1.3/W/WKSKE/15.6.13) 53 Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intragroup adalah perbedaan pendapat antara kepala sekolah dengan sekelompok guru yaitu perbedaan keinginan antara individu dengan sekelompok orang. Misalnya pada pembagian tugas yang tidak sesuai dengan kemampuan guru padahal itu sudah menjadi tanggung jawab seorang guru”.(/1.3/W/WKSHU/17.6.13) Informasi ini didukung oleh Koordinator Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intragroup adalah terjadinya perbedaan pandangan, perbedaan pendapat, antara kepala sekolah dengan guru. Kepala sekolah mementingkan kepentingan umum dibandingkan dengan kepentingan pribadinya”. (/1.3/W/KOBK/18.6.13) Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya konflik intragroup adalah terjadinya perbedaan berbagai pendapat. Misalnya pada pelaksanaan rapat umum, yang menimbulkan kesalahpahaman”. (/1.3/W/KO/.24.6.13) Berdasarkan temuan penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo, melalui wawancara dengan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis konflik menyangkut penyebab terjadinya konflik intragroup adalah perbedaan pendapat, perbedaan pandangan/presepsi, perbedaan tujuan. 54 1.2. Sumber-Sumber Konflik Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo Sumber-sumber konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6 Gorontalo berdasarkan data hasil penelitian dilapangan meliputi: 1). Adanya kesalah pahaman antara kepala sekolah dengan guru, 2). Perbedaan status , 3).Kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi, 4). Perbedaan pandangan, dan 5). Adanya kompetisi (Persaingan). a. Adanya Kesalah pahaman Antara Kepala Sekolah Dengan Guru Berhubungan dengan data tentang sumber-sumber konflik terkait dengan adanya kesalah pahaman antara kepala sekolah dengan guru, dilakukan wawancara dengan Kepala Sekolah menjelaskan bahwa: “Kesalah pahaman antara kepala sekolah dengan guru adalah terjadi kesalah pahaman dalam berpendapat. biasanya perbedaan pendapat terjadi pada proses rapat kenaikan kelas, disini terjadi berbagai perbedaan pandangan antara kepala sekolah dengan guru”. (/2.1/W/KS/4.6.13) Informasi ini dikonfirmasikan kembali salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menjelaskan bahwa: “Kesalahpahaman antara kepala sekolah dengan guru adalah terjadi yaitu perbedaan pendapat, perbedaan pandangan antara kepala sekolah dengan guru”. (/2.1/W/WKSKU/5.6.13) 55 Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menjelaskan bahwa: “Adanya kesalah pahaman antara kepala sekolah dengan guru adalah komunikasi yang kurang efektif dan efisien, terjadi kesalahan komunikasi artinya informasi yang ada yang tidak diketahui secara menyeluruh”. (/2.1/W/WKSKE/15.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadi adanya kesalah pahaman antara kepala sekolah dan guru adalah terjadi perbedaan pendapat dalam menilai suatu masalah, kepala sekolah berpendapat lain, sedangkan guru bahkan berpendapat lain. jadi, tujuan tidak semakin terarah”. (/2.1/W/WKSHU/17.6.13) Informasi ini didukung oleh Koordinator Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa: “Kesalahpahaman antara kepala sekolah dengan guru adalah penggunaan bahasa yang kurang baik dalam berkomunikasi, perbedaan pendapat antara kepala sekolah dan guru, misalnya masalah tugas, kepala sekolah beranggapan bawahannya tidak melakukan pekerjaan dengan baik karena tidak melihat langsung kinerja bawahannya”. (/1.3/W/KOBK/18.6.13) Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa: “Penyebab terjadinya kesalah pahaman antara kepala sekolah dengan guru yaitu karena menilai suatu masalah dengan berbeda-beda pendapat. Yang mengakibatkan pandangan dalam melihat suatu masalah akan berbeda tujuan yang diinginkan. (/2.1/W/KO/.24.6.13) 56 Berdasarkan temuan penelitan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo, melalui wawancara dengan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya kesalah pahaman antara kepala sekolah dengan guru terjadi karena perbedaan pendapat, perbedaabn pandangan antara kepela sekolah dengan guru, komunikasi yang kurang efektif, penggunaan bahasa yang kurang baik. b. Perbedaan Status Berhubungan dengan data tentang sumber-sumber konflik menyangkut perbedaan status, dilakukan wawancara dengan Kepala Sekolah menjelaskan bahwa: “Perbedaan status terjadi karena seseorang yang meyamaratakan status sosial dengan orang lain, seseorang yang ingin kedudukan statusnya lebih tinggi dibandingkan orang lain”. (/2.2/W/KS/4.6.13) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menjelaskan bahwa: “Perbedaan status terjadi karena rasa ingin memiliki suatu kedudukan, seseorang yang merasa lebih berkemampuan lebih tinggi dan membandingkan dengan kemampuan dari pada orang lain”. (/2.2/W/WKSKU/5.6.13) 57 Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menjelaskan bahwa: “Terjadinya perbedaan status disebabkan keinginan untuk menduduki suatu kedudukan, dengan jabatan yang telah dimiliki, seseorang merasa tidak puas dengan apa yang telah dimilikinya”.(/2.2/W/WKSKE/15.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) menjelaskan bahwa: “Perbedaan status disebabkan adanya ketidakpuasan seseorang dengan apa yang telah dimilkinya, menyamaratakan kemampuan yang dimilki dengan kemampuan yang dimilki oleh orang lain”. (/2.2/W/WKSHU/17.6.13) Informasi ini didukung oleh Koordinator Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa: “Perbedaan status terjadi karena adanya perbedaan status sosial, menyamaratakan kemampuan yang dimiliki lebih baik dibandingkan dengan orang lain, padahal orang tersebut harus menyesuaikan dimana status sosial ia berada”. (/2.2/W/KOBK/18.6.13) Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa: “Perbedaan status terjadi karena jabatan dan posisi orang tersebut tidak sesuai yang diharapakan”. (/2.2/W/KO/.24.6.13) Berdasarkan temuan penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo, dengan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber konflik menyangkut perbedaan status diakibatkan seseorang yang menyamaratakan status sosial dengan orang lain, seseorang yang merasa lebih berkemampuan lebih dari pada orang lain, keinginan untuk menduduki jabatan yang di inginkan. 58 c. Kurangnya Kemampuan Dalam Berkomunikasi Berhubungan dengan data tentang sumber-sumber konflik menyangkut kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi, dilakukan wawancara Kepala Sekolah menjelaskan bahwa: “Kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi disebabkan penggunaan bahasa yang kurang baik sehingga hubungan komunikasi menjadi kurang efektif”. (/2.3/W/KS/4.6.13) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menjelaskan bahwa: “Kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi disebabkan adanya informasi yang tidak diharapkan dalam artian cara penyampaian informasi menjadi lebih atau informasi itu kurang dari apa yang yang diharapkan”. (/2.3/W/WKSKU/5.6.13) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menjelaskan bahwa: “Kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi dikarenakan informasi yang tidak diketahui oleh sebagian orang, sehingga pada pelaksanaan suatu kegiatannya orang tersebut tidak mengetahui apa-apa yang harus dilakukan itulah yang membuat kesalahpahaman dalam berkomunikasi sehingga salah satu pihak merasa tidak dirugikan karena mendapatkan informasi, sedangkan satu pihak merasa dirugikan, dan akan mengakibatkan konflik antara mereka”. (/2.3/W/WKSKE/15.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) menjelaskan bahwa: “Kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi dikarenakan kesalahan dalam menyampaikan informasi entah itu kesalahan komunikator (pembuat pesan) ataupun kesalahan komunikan (penerima pesan), sehingga feedback dari komunikan tidak memberikan respon baik terhadap komunikator (pembuat pesan)”. (/2.3/W/WKSHU/17.6.13) 59 Informasi ini didukung oleh Koordinator Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa: “Kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi dikarenakan terjadi kesalahan dalam berkomunikasi, penggunaan bahasa yang kurang baik. Memotong pembicaraan orang lain ketika berbicara, penyampaian Informasi yang disampaikan terjadi kesalahan”. (2.3/W/KOBK/18.6.13) Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa: “Kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi dikarenakan informasi yang diberikan salah informasi entah itu kesalahan dari pembuat pesan ataupun orang yang menyampaikan pesan yang sudah memberi imformasi itu lebih atau informasi itu kurang”. (/2.3/W/KO/.24.6.13) Berdasarkan temuan penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo, dengan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber konflik menyangkut kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi dikarenakan oleh beberapa alternatif penyebabnya yakni penggunaan bahasa yang kurang baik, kesalahan cara dalam menyampaikan informasi tersebut, memotong pembicaraan orang lain ketika sedang lagi berbicara dengan orang lain, Pemberitahuan informasi hanya diketahui oleh sebagian orang. 60 d. Perbedaan Pandangan Berhubungan dengan data tentang sumber-sumber konflik terkait dengan adanya perbedaan pandangan, dilakukan wawancara dengan Kepala Sekolah menjelaskan bahwa: “Perbedaan pandangan disebabkan menilai suatu masalah terjadi perbedaan pendapat antara kedua belah pihak sehingga tujuan yag diinginkan juga berbeda”. (2.4/W/KS/4.6.13) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menjelaskan bahwa: “Perbedaan pandangan disebabkan terjadi perbedaan pendapat antara kedua belah pihak, sering terjadi dalam proses kegiatan rapat yang disebabkan oleh masing-masing perorangan saling mempertahankan pendapat masing-masing”. (/2.4/W/WKSKU/5.6.13) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menjelaskan bahwa: “Perbedaan pandangan disebabkan perbedaan tujuan yang menyimpang dan bertentangan dalam memandang suatu masalah. merasa pendapat sendiri lebih baik dari pada pendapat orang lain”. (/2.4/W/WKSKE/15.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) menjelaskan bahwa: “Perbedaan pandangan terjadi karena perbedaan pendapat sehingga mengakibatkn kesalah pahaman antara kedua belah pihak. Misalnya pada pelaksanaan rapat terjadi perbedaan pendapat”.(/2.4/W/WKSHU/17.6.13) 61 Informasi ini didukung oleh Koordinator Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa: “Perbedaan pandangan terjadi karena perbedaan pendapat antara kedua belah pihak terkait dalam pelaksanaan rapat umum, ada pendapat yang disetujui dan ada pendapat yang tidak disetujui, mengakibatkan terjadi kesalah pahaman antar mereka”. (/2.4/W/KOBK/18.6.13) Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa: “Perbedaan pandangan dalam kehidupan disekolah berkaitan dengan aturan dan kedisiplinan di sekolah, siswa memandang sebelah mata terhadap aturan disiplin yang di terapkan. misalnya masalah disiplin atribut. Apabila siswa tidak menggunakan atribut dengan baik maka akan dibeikan sangsi, mungkin pandangan guru apabila menggunakan atribut dengan baik pada hari senin akan terlihat rapi dalam berpakaian, sedangkan pandangan siswa terhadap aturan disiplin bersikap tidak peduli dengan aturan disiplin yang ditetapkan disekolah tersebut. (/2.4/W/KO/.24.6.13) Berdasarkan temuan penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo, dengan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber konflik menyangkut perbedaan pandangan disebabkan oleh terjadinya perbedaan pendapat dan berbeda pandangan dalam melihat suatu masalah, perbedaan pandangan , perbedaan tujuan yang menyimpang. 62 e. Adanya Kompetisi (Persaingan). Berhubungan dengan data tentang sumber-sumber konflik menyangkut terjadi adanya kompetisi (persaingan), dilakukan wawancara dengan Kepala Sekolah menjelaska bahwa: “Adanya kompetisi (persaingan) dikarenakan seseorang yang memaksakan kehendak dan ketidak adanya kepuasan apa yang telah dimilikinya, ingin memiliki kemampuan yang dimiliki oleh orang lain”. (/2.5/W/KS/4.6.13) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menjelaskan bahwa: “Adanya kompetisi (persaingan) dikarenakan ketidakmampuan seseorang dalam memiliki keahlian yang dimiliki oleh orang lain, sehingga timbul rasa iri hati untuk menyamaratakan kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang lain”. (/2.5/W/WKSKU/5.6.13) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menjelaskan bahwa: “Adanya kompetisi (persaingan) dikarenakan perbedaan status seseorang seseorang yang memaksakan untuk berkemampuan lebih dari pada orang lain”. (/2.5W/WKSKE/15.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) menjelaskan bahwa: “Adanya kompetisi (persaingan) dalam sekolah, misalnya pada kenaikan kelas anak ini bermasalah, ada guru yang tidak ingin menaikkan anak tersebut karena dia adalah guru mata pelajaran atau guru wali kelas yang sudah mengetahui kemampuan akademik, sikap dan perilaku anak itu. Sedangkan guru yang ingin menaikkan karaena ada perorangan yang diuntungkan. Atau ada hubungan keluarga. Perbedaan pendapat tersebut mengakibatkan kompetisi (persaingan). (/2.5/W/WKSHU/17.6.13) 63 Informasi ini didukung oleh Koordinator Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa: “Adanya kompetisi (persaingan) disebabkan karena ketidakmampuan seseorang untuk memiliki apa yang telah dimiliki oleh orang lain”. (/2.5/W/KOBK/18.6.13) Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa: “Adanya kompetisi (persaingan) karena seseorang merasa dirinya mampu dalam segala hal, misalnya dalam perlombaan antara si A dan si B. Karena kedua belah pihak merasa bahwa mereka paling mampu sehingga kedua belah pihak terjadi persaingan. bersaing untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan”. (/2.5/W/KO/.24.6.13) Berdasarkan temuan penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo, dengan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber konflik menyangkut adanya kompetisi (persaingan) disebabkan oleh seseorang yang memaksakan kehendak diri sendiri, ketidak mampuan seseorang untuk berkeinginan memiliki kemampuan orang lain 64 1.3. Strategi Penanganan Konflik Yang Dilakukan Oleh Kepala Sekolah Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo. Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6 Negeri Gorontalo berdasarkan data hasil penelitian dilapangan meliputi: 1). Melalui pemecahan masalah, 2). Melakukan pembinaan, 3). Menghindari konflik. a. Melalui Pemecahan Masalah Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut strategi penanganan konflik melalui pemecahan masalah yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat dijelaskan berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui strategi pemecahan masalah yaitu sebagai kepala sekolah tindakan awal yaitu terlebih dahulu mengetahui apa latar belakang maslah yang terjadi, setelah itu barulah memilih strategi pemecahan masalah untuk mengatasi konflik”. (/3.1/W/KS/4.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui strategi pemecahan masalah yaitu kepala sekolah melakukan pendekatan terhadap bawahannya yang memilki masalah, dan memahami apa yang menjadi latar belakang permasalahan yang dihadapi oleh bawahhanbawahannya tersebut”. (/3.1/W/WKSKU/5.6.13) 65 Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui strategi pemecahan masalah yaitu apabila terjadi suatu konflik di sekolah atau bawahannya mengalami konflik, upaya kepala sekolah yaitu memecahkan masalah tersebut melalui pendekatan dengan mengetahui apa yang menjadi inti permasalahannya”. (/3.1/W/WKSKE/15.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui strategi pemecahan masalah yaitu kepala sekolah mengetahui terlebih dahulu apa konflik itu, kemudian kepala sekolah melakukan strategi pemecahan masalah yang terjadi”. (/3.1/W/WKSHU/17.6.13) Informasi ini didukung oleh Koordinator Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui strategi pemecahan masalah yaitu tindakan langkah awal yang dilakukan kepala sekolah yakni melakukan pendekatan terlebih dahulu artinya kepala sekolah melihat latar belakang persoalan konflik tersebut, memahami dari mana timbulnya permasalahan konflik, mengetahui dampak-dampak konflik, sehingga dalam pelakasanaan penanganan konflik, kedua belah pihak tidak saling menyakiti dan tidak merasa di rugikan (Kepala sekolah terlhat adil) dalam pemecahan masalah konflik. (/3.1/W/KOBK/18.6.13) Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui strategi pemecahan masalah yaitu kepala sekolah langsung bertindak apabila mendengar atau terjadi konflik di dalam sekolah, dimana kepala sekolah melakukan strategi pemecahan masalah untuk tujuan dan kepentingan sekolah dan orang banyak . (/3.1/W/KO/.24.6.13) 66 Berdasarkan temuan penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo, dengan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui strategi pemecahan masalah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6 Gorontalo yaitu tindakan langkah awal, kepala sekolah melakukan pendekatan untuk mengetahui latar belakang masalah persoalan, memahami dari mana timbulnya konflik, memahami dampak-dampak konflik, kemudian melakukan penanganan konflik melalui pemecahan konflik baik dalam rapat umum atau pemecahan secara individu sehingga kedua belah pihak tidak saling menyakiti dan tidak merasa dirugikan, dikucilkan. b. Melakukan Pembinaan Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut strategi melakukan pembinaan kepada bawahannya yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat dijelaskan berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui strategi melakukan pembinaan yakni dalam melakukan pembinaan disekolah ini dilakukan dua pembinaan yaitu pembinaan dalam berkelompok dan pembinaan khusus”. (/3.2/W/KS/4.6.13) 67 Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui strategi melakukan pembinaan terhadap bawahannya yaitu apabila guru bermasalah dalam intrapersonal maupun interpersonal, tindakan kepala sekolah mendapatkan informasi tentang latar belakang masalahnya maka diberikan solusi pemecahan konflik, apabila guru tersebut tidak mampu menangani konflik tersebut, maka diberikan kepada kepala sekolah langsung untuk melakukan pembinaan kepada guru yang bermasalah”. (/3.2/W/WKSKU/5.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui strategi melakukan pembinaan terhadap bawahannya yaitu kalau strategi melakukan pembinaan misalnya apabila menghadapi siswa yang bermasalah maka siswa itu dibawa ke ruang BK dan di lakukan pembinaan secara khusus atau berkelompok, siswa itu dibina oleh guru BK dan diberikan solusi bagaimana mengatasi kasus pribadi siswa itu, ataupun kasus dalam berkelompok. (/3.2/W/WKSKE/15.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui strategi melakukan pembinaan terhadap bawahannya yaitu. Bagi yang bermasalah baik itu guru, staf ataupun siswa. Apabila terjadi konflik kepala sekolah membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, tentunya juga dilakukannya pembinaan. Kebetulan disisni ada dua cara pembinaan ada pembinaan khusus ada juga pembinaan kelompok. Dalam pembinaan kepala sekolah bersikap peduli dan melakukan pendekatan terhadap darimana timbulnya masalah yang dihadapi dan siapa yang mengalami masalah itu”. (/3.2/W/WKSHU/17.6.13) 68 Informasi ini didukung oleh Koordinator Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui strategi melakukan pembinaan terhadap bawahannya yaitu selama ini kalau dikaitkan dengan siswa yang bermasalah apabila terjadi konflik maka strategi penanganan konflik melakukan pembinaan secara umun dan pembinaan khusus”. (/3.2/W/KOBK/18.6.13) Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui strategi melakukan pembinaan terhadap bawahannya yaitu upaya kepala sekolah menerpakan pembinaan khusus dan pembinaan kelompok. strategi penanganan konflik melalui pembinaan bagi siswa yang bermasalah langsung dibawa ke ruang BK, disitu ada pembinaan khusus bagi siswa yang bermasalah dari individu siswa misalnya masalah kehadiran, kalau pembinaan kelompok bagi siswa yang suka berkelahi”. (/3.2/W/KO/.24.6.13) Berdasarkan temuan penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo, dengan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui strategi melakukan pembinaan terhadap bawahannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6 Gorontalo, yaitu pembinaan yang dilakukan ada sistematika. Selain itu dilakukan pembinaan secara khusus dimana pembinaan dilakukan secara tatap muka antara individu dengan individu , pembinaan kelompok dilakukan secara kelompok. 69 c. Menghindari Konflik Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut strategi menghindari konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat dijelaskan berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah menyangkut strategi menghindari konflik yaitu pendekatan terhadap latar belakang masalah dilakukan terlebih dahulu, kemudian penanganan konflik dilakukan, apa bila konflik yang dihindari tidak memberikan dampak negatif maka penanganan konflik akan diberhentikan”. (/3.3/W/KS/4.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah menyangkut strategi menghindari konflik yaitu selama ini apabila terjadi suatu konflik kepala sekolah tidak menghindari konflik tersebut, bahkan kepala sekolah melakukan pendekatan terhadap konflik yang dihadapi oleh bawahannya. Kalau memang konflik itu dihindari tidak memberikan dampak bagi sekolah, mungkin kepala sekolah tidak perlu lagi melakukan penanganan konflik lagi, tapi apabila konflik itu dihindari tetapi memberikan dampak bagi sekolah, maka tindakan kepala sekolah perlu mengadakan pemecahan konflik”. (/3.3/W/WKSKU/5.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah menyangkut strategi menghindari konflik yaitu kepala sekolah memberikan pengarahan terhadap guru sehingga apabila individu guru mengalami masalah mampu memecahkan masalah itu”. (/3.3/W/WKSKE/15.6.13) 70 Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah menyangkut strategi menghindari konflik yaitu apabila terjadi suatu konflik, upaya dalam melakukan pendekatan sebelum pemecahan suatu masalah diputuskan itu biasanya dilakukan sosialisasi awal, tujuannya : untuk memberikan pemahaman dasar kepada orang lain dan juga melihat tanggapan dari orang lain, sebelum kepada pelaksanaan pemecahan konflik dan memberikan informasi lebih awal kalau ada tanggapan dilakukan sosialisasi kembali”. (/3.3/W/WKSHU/17.6.13) Informasi ini didukung oleh Koordinator Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah menyangkut strategi menghindari konflik yaitu upaya untuk menghindari konflik yakni mengetahui latar belakang masalah, bersikap peduli kepada orang yang mengalami konflik dan melakukan komunikasi yang baik sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain ketika berbicara yang mengakibatkan konflik”. (/3.3/W/KOBK/18.6.13) Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa: “Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah menyangkut strategi menghindari konflik didalam kehidupan sehari-hari sebagai siswa yaitu bersikap baik kepada orang lain tidak meyinggung perasaan orang lain dalam berbicara, tidak memotong pembicaraan orang lain ketika berbicara”. (/3.3/W/KO/.24.6.13) 71 Berdasarkan temuan penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo, dengan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut strategi menghindari konflik yaitu melekukan pendekatan terhadap masalah yang terjadi, memberikan pengarahan kepada guru-guru agar setiap individu guru apabila meghadapi konflik dapat memecahkan masalahnya, sehingga pengalaman yang ada dapat diaplikasikan kepada siswa apabila siswa bermasalah. Jika memang konflik itu dihindari tidak memberikan dampak bagi sekolah, mungkin kepala sekolah tidak perlu lagi melakukan penanganan konflik lagi, tapi apabila konflik itu dihindari tetapi memberikan dampak bagi sekolah, maka tindakan kepala sekolah perlu mengatasi konflik. 72 1.4. Hambatan-Hambatan Dalam Pengelolaan Konflik Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo. Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6 Gorontalo berdasarkan data hasil penelitian dilapangan meliputi: 1). Komunikasi yang tidak terjalin, 2). Perbedaan tujuan, dan: 3). Adanya saling ketergantungan dalam bekerja. a. Komunikasi Yang Tidak Terjalin Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut hambatan komunikasi yang tidak terjalin, dapat dijelaskan berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan komunikasi yang tidak terjalin yaitu cara dalam menyampaikan informasi yang tidak sesuai, penggunaan bahasa yang kurang baik”. (/4.1/W/KS/4.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan komunikasi yang tidak terjalin yaitu karena kesalahan dalam menerima pesan yang diberikan. Atau tidak mengetahui informasi yang ada. Contohnya dalam pembelajaran, bagi siswa yang hadir pada saat guru memberikan tugas siswa yang hadir mengerjakan tugas yang diberikan, dan bagi siswa yang tidak hadir pada hari itu tentunya tidak dapat mengerjakan tugas yang telah diberikan”. (/4.1/W/WKSKU/5.6.13) 73 Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan komunikasi yang tidak terjalin yaitu biasanya kesalahan dalam menyampaikan informasi, informasi yang disampaikan mungkin kurang atau lebih, sehingga menimbulkan konflik. Dan jika siswa mengalami komunikasi yang tidak terjalin akan diberikan wewenang kepada guru BK untuk mengurus masalah itu”. (/4.1/W/WKSKE/15.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan komunikasi yang tidak terjalin yaitu disebabkan oleh perbedaan pendapat, perpedaan presepsi dalam memandang suatu masalah, kesalahan informasi (Misscommunication). Sehinngga menimbulkan komunikasi ynag tidak terjalin”. (/4.1/W/WKSHU/17.6.13) Informasi ini didukung oleh Koordinator Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut hambatan komunikasi yang tidak terjalin yaitu cara menyampaikan informasi yang salah, menyinggung perasaan orang lain misalnya siswa yang berkelahi karena sesama teman tidak saling menegur, disini selaku koordinator BK/BP menangani siswa tersebut”. (/4.1/W/KOBK/18.6.13) Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan komunikasi yang tidak terjalin yaitu dalam keseharian siswa disekolah biasanya tidak ada komunikasi yang terjalin disebabkan karena ada persaingan antara sesama teman sehingga menimbulkan perkelahian yang mengakibatkan tidak saling berbicara sehingga komunikasi tidak terjalin secara efektif”. (/4.1/W/KO/.24.6.13) 74 Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut hambatan komunikasi yang tidak terjalin yaitu cara dalam menyampaikan informasi yang tidak sesuai, kesalahan dalam menyampaikan/menerima informasi, erbedaan presepsi, penggunaaan bahasa yang kurang baik, persaingan dalam tim, kurang atau lebihnya informasi yang didapatkan. b. Perbedaan Tujuan Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut hambatan perbedaan tujuan, dapat dijelaskan berdasarkan wawancara dengan Kepala sekolah menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan perbedaan tujuan yaitu kesalah pahaman antar kedua belah pihak yang mengakibatkan perbedaan pendapat” (/4.2/W/KS/4.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan perbedaan tujuan yaitu dikarenakan karena adanya perbedaan pendapat misalnya dalam proses pelaksanaan rapat, tiap-tiap orang berbeda-beda pendapat tentunya menghasilkan perbedaan tujuan yang berbeda pula”. (/4.2/W/WKSKU/5.6.13) 75 Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan perbedaan tujuan yaitu misalnya antara siswa saling konflik disebabkan terjadi kesalah pahamam antar sesama sehingga hidup selalu bersaing dan akan menimbulkan komunikasi yang tidak terjalin dan menyebabkan perbedaan tujuan”. (/4.2/W/WKSKE/15.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut hambatan perbedaan tujuan yaitu misalnya dalam rapat dengan orang tua murid dalam membahas kenaikan kelas, perbedaan pendapat sering terjadi, guru mengatakan siswa tersebut tidak naik kelas karena ada alasan mungkin guru tersebut guru mata pelajaran atau wali kelas yang mengetahui sikap dan perilaku siswa tersebut sehari-hari”. (/4.2/W/WKSHU/17.6.13) Informasi ini didukung oleh Koordinator Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan perbedaan tujuan yaitu sebagai koordinator BK/BP yang merupakan keseharian mengurus siswa yang bermasalah, perbedaan tujuan dalam memandang dan menilai sesuatu. Itu akan terjadi apabila perbedaan pendapat antar sesama, komunikasi yang kurang efisien. Penyebab lainnya perbedaan tujuan akan berbeda apabila tidak ada kerja sama team. Mengerjakan suatu tugas tidak membutuhkan bantuan team walaupun orang itu sangat membutuhkan bantuan team. Sehingga menyebabkan perbedaan tujuan”. (/4.2/W/KOBK/18.6.13) 76 Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan perbedaan tujuan yaitu misalnya dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari disekolah perbedaan tujuan akan terjadi apabila terjadi kesalahpahaman antar sesama teman sehingga menimbulkan perbedaan tujuan”. (/4.2/W/KO/.24.6.13) Berdasarkan temuan penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo, melalui wawancara dengan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut hambatan perbedaan tujuan yaitu disebabkan terjadi kesalah pahaman antar sesama, yang menimbulkan persaingan dan memberikan dampak negatif , terjadi perbedaan tujuan dan perbedaan pendapat, kesalah pahaman antar sesama. c. Adanya Saling Ketergantungan Dalam Bekerja Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut hambatan adanya saling ketergantungan dalam bekerja, dapat dijelaskan berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut adanya saling ketergantungan dalam bekerja yaitu seseorang yang mengharapkan kemampuan orang lain karena seseorang tidak berkemapuan seperti yang dimiliki kemampuan orang lain”. (/4.3/W/KS/4.6.13) 77 Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan adanya saling ketergantungan dalam bekerja yaitu terjadi pada pelaksanaan kegiatan, selalu mengharapkan bantuan orang lain padahal tugas dan tanggung jawab yang diberikan untuk dikerjakan sendiri”. (/4.3/W/WKSKU/5.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan adanya saling ketergantungan dalam bekerja yaitu sikap seseorang yang mengharapkan kemampuan orang lain”. (/4.3/W/WKSKE/15.6.13) Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan adanya saling ketergantungan dalam bekerja yaitu misalnya dalam kepanitian. Orang yang diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan tersebut, kemudian orang itu memberikan tanggung jawab tersebut kepada orang lain. Karena orang tersebut tidak mampu melakukan dengan sendiri sehingga mengandalkan lain untuk melakukan tanggung jawabnya”. (/4.3/W/WKSHU/17.6.13) Informasi ini didukung oleh Koordinator Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa: Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan adanya saling ketergantungan dalam bekerja yaitu disebabkan karena adanya rasa saling ketergantungan terhadap orang lain artinya mengharapkan kemampuan orang lain dan apabila dia mengharapkan kemampuan itu ia akan memberikan pengharapan penuh kepada orang lain. (/4.3/W/KOBK/18.6.13) 78 Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa: “Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan adanya saling ketergantungan dalam bekerja. Misalnya jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari contohnya pemberian tugas kelompok siswa disitu diberikan tugas dan tanggung jawab masing-masing siswa tujuannya agar siswa bisa belajar kerjasama dengan teman, karena teman lain beranggapan salah satu orang memilki pengetahuan tinggi sehingga melimpahkan seluruh tugas kelompok itu kepada temannya, adanya saling ketergantungan dalam bekerja dapat mengakibatkan konflik”. (/4.3/W/KO/.24.6.13) Berdasarkan temuan penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo, melalui wawancara dengan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik menyangkut hambatan perbedaan tujuan yaitu hambatanhambatan dalam pengelolaan konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut hambatan adanya saling ketergantungan dalam bekerja yaitu disebabkan karena adanya rasa saling harap terhadap orang lain artinya mengharapkan kemampuan orang lain dan apabila dia mengharapkan kemampuan itu ia akan memberikan penghapan penuh kepada orang lain. misalnya terjadi pada pelaksanaan kegiatan, selalu mengharapkan bantuan orang lain padahal tugas dan tanggung jawab yang diberikan untuk dikerjakan sendiri. Hal itu dikarenakan tidak memilki rasa ingin tahu dan rasa inisiatif, kemampuan apa yang dimiliki oleh orang lain. Tidak memikirkan ketidakmampuan yang dimiliki akan memberikan dampak negatif kedepannya. Ia bahkan berlarut-larut dalam ketidak rasa ingin tahu. 79 B. Temuan Dalam Penelitian 2.1. Jenis-Jenis Konflik Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo 2.1.1. Konflik Intrapersonal Temuan penyebab terjadinya konflik intrapersonal meliputi: karena seseorang yang tidak mampu mengatasi konflik yang terjadi pada dirinya, memilih antara dua pilihan antara kepentingan tugas dan kepentingan pribadi yang kedua kepentingan tersebut sama-sama harus diselesaikan, seseorang yang tidak memiliki kepuasan dalam diri dengan apa yang telah dimiliki. 2.1.2. Konflik Interpersonal Temuan penyebab terjadinya konflik interpersonal meliputi: konflik antara kepala sekolah dengan guru adalah terjadi perbedaan pandangan dalam menilai suatu masalah, perbedaan keinginan, perbedaan pendapat, tujuan yang tidak searah. Penyebab terjadinya konflik intrapersonal antara guru dengan siswa adalah guru menekankan agar siswa mampu dalam bidang akademiknya, tetapi kadang siswa tidak peduli atas ketidak mampuan pengetahuan yang dimilikinya, kemampua kognitif, sikap dan perlaku siswa didalam proses kegiatan belajarmegajar (KBM) yang tidak bisa menerima dengan baik, siswa yang kurang disiplin dengan aturan yang berlaku. 80 2.1.3. Konflik Intragroup Temuan penyebab terjadinya konflik intragroup meliputi: perbedaan pendapat, perbedaan pandangan/presepsi, perbedaan tujuan, merasa diri sendiri berkemampuan lebih dari pada orang lain, misalnya pada pelaksanaan rapat kenaikan kelas disini kepala sekolah dengan guru saling berdebat untuk menaikkan siswa. terjadinya perbedaan pendapat, perbedaan pandangan, perbedaan presepsi. Temuan diatas diperjelas dengan diagram berikut ini: Jenis-Jenis Konflik Konflik Intrapersonal Konflik Interpersonal Konflik Intragroup Meningkatkan Kemampuan Dalam Mengatasi Jenis-Jenis Konflik Gambar 4.1. Diagram Konteks Jenis-Jenis Konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo. 81 2.2. Sumber-Sumber Konflik Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo 2.2.1. Adanya Guru Kesalah pahaman Antara Kepala Sekolah Dengan Temuan adanya kesalah pahaman antara kepala sekolah dengan guru meliputi: adanya kesalah pahaman antara kepala sekolah dengan guru terjadi karena perbedaan pendapat, perbedaabn pandangan antara kepela sekolah dengan guru, komunikasi yang kurang efektif, penggunaan bahasa yang kurang baik. 2.2.2. Perbedaan Status Temuan penyebab terjadi perbedaan status meliputi: rasa ingin memiliki suatu kedudukan/jabatan yang dimiliki oleh orang lain. adanya perbedaan status sosial (atas-menengah-bawah) serta ketidakmampuan seseorang dalam melakukan sesuatu bahkan orang tersebut merasa lebih mampu melakukan sesuatunya. Penyebab lainnya juga dikarenakan jabatan dan posisi seseorang yang tidak sesuai dengan apa yang seseorang itu harapakan. 2.2.3. Kurangnya Kemampuan Dalam Berkomunikasi Temuan penyebab terjadi kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi meliputi: seseorang yang menyamaratakan status sosial dengan orang lain, seseorang yang merasa lebih berkemampuan lebih dari pada orang lain, keinginan untuk menduduki jabatan yang di inginkan. 82 2.2.4. Perbedaan Pandangan Temuan penyebab terjadi perbedaan pandangan meliputi: berbeda pendapat dan berbeda pandangan dalam melihat suatu masalah, misalnya terjadinya perbedaan pendapat dan berbeda pandangan dalam melihat suatu masalah, perbedaan pandangan , perbedaan tujuan yang menyimpang. 2.2.5. Adanya Kompetisi (Persaingan) Temuan penyebab terjadi adanya kompetisi atau persaingan meliputi: seseorang yang memaksakan kehendak diri sendiri, ketidak mampuan seseorang untuk berkeinginan memiliki kemampuan orang lain ketidakmampuan seseorang dalam memiliki keahlian yang dimiliki oleh orang lain. 83 Temuan diatas diperjelas dengan diagram berikut ini: Adanya Kesalah pahaman Antara Kepala Sekolah Dengan Guru Perbedaan Status SumberSumber Konflik Kurangnya Kemampuan Dalam Berkomunikasi Meningkatkan Kemampuan Dalam Mengatasi Sumber-Sumber Konflik Perbedaan Pandangan Adanya Kompetisi Gambar 4.2. Diagram Konteks Sumber-Sumber Konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo. 84 2.3. Strategi Penanganan Konflik Yang Dilakukan Oleh Kepala Sekolah Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo 2.3.1. Strategi Melalui Pemecahan Masalah Temuan strategi melalui pemecahan masalah meliputi: tindakan langkah awal, kepala sekolah melakukan pendekatan untuk mengetahui latar belakang masalah persoalan, memahami dari mana timbulnya konflik, memahami dampakdampak konflik, kemudian melakukan penanganan konflik melalui pemecahan konflik baik dalam rapat umum sehingga kedua belah pihak tidak saling menyakiti dan tidak merasa dirugikan, dikucilkan. 2.3.2. Strategi Melakukan Pembinaan Temuan strategi melakukan pembinaan meliputi: pembinaan secara khusus dimana pembinaan dilakukan secara tatap muka (Face to face) antara individu dengan individu, pembinaan kelompok dilakukan secara kelompok. 2.3.3. Strategi Menghindari Konflik Temuan strategi menghindari konflik meliputi: apabila terjadi suatu konflik kepala sekolah tidak menghindari konflik tersebut, bahkan kepala sekolah melakukan pendekatan terhadap konflik yang dihadapi oleh bawahannya. Kalau memang konflik itu dihindari tidak memberikan dampak bagi sekolah, mungkin kepala sekolah tidak perlu lagi melakukan penanganan konflik lagi, tapi apabila konflik itu dihindari tetapi memberikan dampak bagi sekolah, maka tindakan kepala sekolah perlu mengadakan pemecahan konflik. 85 Temuan diatas diperjelas dengan diagram berikut ini. Melalui Pemecahan Masalah Konflik Strategi Penanganan Konflik Yang Dilalukan Oleh Kepala Sekolah Melakukan Pembinaan Meningkatkan Kemampuan Menangani Konflik Strategi Menghindari (Avoidance) Konflik Gambar 4.3. Diagram Konteks Strategi Penanganan Konflik Yang Dilakukan Oleh Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo. 86 2.4. Hambatan-Hambatan Dalam Pengelolaan Konflik Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo 2.4.1. Komunikasi Yang Tidak Terjalin Temuan penyebab terjadinya komunikasi yang tidak terjalin meliputi: disebabkan oleh persaingan antar sesama teman, kesalahan informasi, kurang atau lebihnya informasi yang didapatkan, kesalahan cara menyampaikan informasi, menyingung perasaan orang lain ketika dalam berbicara dengan orang lain. 2.4.2. Perbedaan Tujuan Temuan penyebab terjadinya perbedaan tujuan meliputi: disebabkan terjadi kesalah pahaman antar sesama, tidak adanya saling bekerjasama sehingga menimbulkan persaingan dan memberikan dampak negatif yang mengakibatkan terjadinya perbedaan tujuan dalam tim. 2.4.3. Adanya Saling Ketergantungan Dalam Bekerja Temuan penyebab terjadi adanya saling ketergantungan dalam bekerja meliputi: karena adanya rasa saling harap terhadap orang lain artinya mengharapkan kemampuan orang lain dan apabila dia mengharapkan kemampuan itu ia akan memberikan penghapan penuh kepada orang lain. misalnya terjadi pada pelaksanaan kegiatan, selalu mengharapkan bantuan orang lain padahal tugas dan tanggung jawab yang diberikan untuk dikerjakan sendiri. Hal itu dikarenakan tidak memilki rasa ingin tahu dan rasa inisiatif, kemampuan apa yang dimiliki oleh orang lain. Tidak memikirkan ketidakmampuan yang dimiliki akan 87 memberikan dampak negatif kedepannya. Ia bahkan berlarut-larut dalam ketidak rasa ingin tahu. Temuan diatas diperjelas dengan diagram berikut ini. HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN KONFLIK Komunikasi Yang Tidak Terjalin Perbedaan Tujuan Adanya Saling Ketergantungan Dalam Bekerja Meningkatkan Kemampuan Dalam Mengatasi HambatanHambatan Pengelolaan Konflik Gambar 4.4. Diagram Hambatan-Hambatan Dalam Pengelolaan Konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo. 88 C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Jenis-Jenis Konflik Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo Jenis-jenis konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 gorontalo meliputi: 1). Konflik intrapersonal: ketidakmampuan dalam menanggulangi konflik yang terjadi dalam diri sendiri, ketidakadanya kepuasan manusia itu sendiri, artinya hanya melihat kemampuan yang dimiliki diri sendiri, merasa cemburu dan merasa lebih mampu dengan melihat kemampuan yang dimiliki oleh orang lain, sehingga menimbulkan konflik batin, 2). Konflik interpersonal meliputi: penyebab terjadinya konflik intrapersonal antara kepala sekolah dengan guru yakni disebabkan perbedaan pendapat, perbedaan pandangan/presepsi. penyebab terjadinya konflik intrapersonal antara guru dengan siswa adalah ketidakmampuan pengetahuan, sikap dan perlaku siswa didalam proses kegiatan belajar-mengajar, 3). Konflik intragroup meliputi: merasa diri sendiri berkemampuan lebih dari pada orang lain, perbedaan presepsi atau perbedaan pandangan antara stakeholders, perbedaan pendapat, perbedaan pandangan, perbedaan presepsi. Hal ini didukung oleh pendapat Kambey (2007: 47), bahwa jenis-jenis konflik dilihat dari segi situasi pertetangan terbagi atas tujuh jenis konflik yaitu meliputi: (1). Konflik dalam diri individu (Intrapersonal conflict). (2). Konflik antar individu (Interpersonal conflict), (3). Konflik antar individu dengan kelompok (Intragroup conflict) (4). Konflik antar kelompok pada organisasi yang sama (Intergroup conflict), (5). Konflik antar organisasi (Interorganizational 89 conflict), (6) Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (Interpersonal conflict in different organization),dan; (7). Konflik antara kelompok pada organisasi yang berbeda ( Intergroup conflict in differrent organization). Terjadinya konflik sangat tidak diinginkan oleh setiap insan manusia, karena dengan alasan setiap insan ingin hidup dengan rasa aman dan nyaman. Terjadinya konflik ada unsur kesengajaan dan unsur ketidaksengajaan oleh manusia itu sendiri. Dapat ditarik suatu contoh terjadinya konflik ada unsur kesengajaan yaitu mungkin ada orang lain yang sengaja agar orang itu mendapatkan suatu konflik. Sedangkan terjadinya konflik atas dasar ketidaksengajaan yaitu konflik biasanya datang dengan sendirinya. Penyebab terjadinya konflik disebabkan karena didalam organisasi terjadi perbedaan pendapat, perbedaan pandangan/presepsi, perbedaan tujuan, adanya kesalahpahamnan antar sesama dalam suatu organisasi, adanya persaingan, tidak ada lagi kerjasama antar tim, komunikasi yang tidak terjalin, penggunaan bahasa yang kurang baik, adanya pertentangan atas kepentingan-kepentingan, saling ketergantungan tugas dalam bekerja, perbedaan status, perebutan kekuasaan/ jabatan. Sebesar atau sekecil apapun konflik yang terjadi tergantung diri sendiri atau organisasi itu menangani dan menyelesaikan konflik itu dengan baik, dengan menggunakan strategi-strategi penanganan konflik yaitu, pemecahan masalah (problem solving) sehingga tujuan yang diinginkan oleh sesorang atau tujuan bersama dalam organisasi dapat tercapai sesuai apa yang telah diharapakan. 90 a. Konflik Intrapersonal Konflik intrapersonal merupakan konflik yang sulit dihadapi ketika terjadi konflik kemudian bertentangan dalam diri sendiri, dalam penyebab terjadinya konflik intrapersonal di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo rasa ambigu dan bingung ketika menghadapi konflik yang terjadi dalam diri sendiri, contohnya dipertemukannya kepentingan dalam tugas dan kepentingan keluarga, tentunya terjadi konflik intrapersonal yang mengakibatkan kedua kepentingan itu bertentangan dan harus dilaksanakan pada saat itu. Berdasarkan temuan peneliti dalam penyebab konflik intrapersonal meliputi: diri sendiri tidak mampu dalam menangani konflik yang terjadi, ketidak adanya kepuasan manusia itu sendiri dalam memiliki kemampuan yang dimilikinya, memilih antara kepentingan pribadi atau tugas yang dibebankan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Pickering (2000: 78), konflik diri adalah gangguan emosi yang terjadi dalam diri seseorang karena dia dituntut menyelesaikan suatu pekerjaan atau memenuhi suatu harapan, sementara tata nilainya tidak sanggup memenuhi tuntutan sehingga hal ini menjadi beban baginya. konflik ini terjadi apabila pengalaman, minat, tujuan, atau tata nilai pribadi seseorang bertentangan satu sama lain. Hal ini dipertegas oleh pendapat Kambey (2007: 52), bahwa konflik dalam diri individu terjafi bila ketegangan meliputi seseorang karena tak dapat mengambil keputusan sehingga tak dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh organisasi (role expectation) maka ia sedang mengalami “intrapersonal conflict”. 91 b. Konflik Interpersonal Konflik interpersonal merupakan konflik yang sering terjadi disetiap organisasi, dalam penyebab terjadinya konflik intrapersonal di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo terjadi perbedan pendapat, perbedaan status dan tujuan dalam organisasi, ada yang mementingkan kepentingan umum, ada juga yang mementingkan kepentingan pribadinya. Berdasarkan temuan peneliti dalam penyebab konflik interpersonal meliputi: karena perbedaan pendapat, misalnya kepala sekolah mementingkan kepentingan orang banyak sedangkan guru mementingkan kepentingan pribadinya (orang per orang), artinya bukan untuk kepentingan dirinya tetapi mungkin ada yang diuntungkan guru itu bertahan. penyebab terjadinya konflik intrapersonal antara guru dengan siswa adalah ketidak mampuan pengetahuan, sikap dan perlaku siswa didalam proses kegiatan belajar-mengajar. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mulyasa (2006: 35), bahwa konflik Interpersonal adalah terjadi ketika adanya perbedaan tentang ide tertentu, tindakan dan tujuan dimana hasil bersama sangat menentukan, pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik ini timbul akibat tekanan yang berhubungan dengan kedudukan atau perbedaan-perbedaan kepribadian. 92 Hal ini dipertegas oleh Kambey (2007: 57), bahwa yaitu bila dua orang atau tidak mencapai kesepakatan tentang suatu persoalan, tindakan, atau tujuan maka munculah konflik antar individu. Konflik jenis ini sering muncul oleh karena perbedaan presepsi, orientasi, atau status. d. Konflik Intragroup Konflik intragroup merupakan konflik yang terjadi karena ada kesalahpahaman antara individu dengan kelompok, dalam penyebab terjadinya konflik intrapersonal di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo yaitu terjadi karena latar belakang yang berbeda, ide dan pendapat yang berbeda, Berdasarkan temuan peneliti dalam penyebab konflik intragroup meliputi: merasa diri sendiri berkemampuan lebih dari pada orang lain, perbedaan presepsi atau perbedaan pandangan antara stakeholders, misalnya pada pelaksanaan rapat kenaikan kelas disini kepala sekolah dengan guru saling berdebat untuk menaikkan siswa. terjadinya perbedaan pendapat, perbedaan pandangan, perbedaan presepsi, menyamaratakan kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang lain. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mulyasa (2006: 42), terjadi karena adanya latar belakang keahlian yang berbeda, ketika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama. Sedangkan konflik efektif terjadi karena tanggapan emosional terhadap suatu situasi tertentu. Hal ini dipertegas oleh pendapat Kambey (2007: 61), bahwa konflik intragroup terjadi berkaitan dengan cara seseorang menghadapi tekanan 93 keseragaman yang dipaksakan kelompok kerja padanya. Dapat saja seorang dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak memenuhi kriteria atau standar produktivitas kelompok tersebut. 2. Sumber-Sumber Konflik Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo Sumber-sumber konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 gorontalo meliputi: 1). Adanya kesalahpahaman antara kepala sekolah dengan guru meliputi: perbedaan pendapat dari kedua belah pihak, kesalahan dalam berkomunikasi , penggunaan bahasa yang kurang baik, sehingga menimbulkan konflik dari kedua belah pihak. 2). Perbedaan status meliputi: rasa ingin memiliki suatu kedudukan/jabatan, perilaku dan sikap seseorang yang rasa cemburu dan iri hati (penyakit hati) yang besar sehingga memandang orang lain tidak mampu dalam melakukan sesuatu pekerjaan, adanya perbedaan status sosial (atasmenengah-bawah) serta ketidakmampuan seseorang dalam melakukan sesuatu bahkan orang tersebut merasa lebih mampu melakukan sesuatunya. Penyebab lainnya juga dikarenakan jabatan dan posisi seseorang yang tidak sesuai dengan apa yang seseorang itu harapakan, 3). Kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi meliputi: penggunaan bahasa yang kurang baik, kesalahan cara dalam menyampaikan informasi tersebut, tidak sampainya informasi kepada penerima pesan entah kesalahan dari pembuat pesan, atau kesalahan pengantar pesan, maupun kesalahan penerima pesan yang mengabaikan pesan tersebut, serta memotong pembicaraan orang lain ketika sedang lagi berbicara dengan orang lain, 4). Perbedaan pandangan meliputi: , berbeda pendapat dan berbeda pandangan 94 dalam melihat suatu masalah, misalnya penyimpangan pandanagan dalam aturan disiplin, aturan-aturan sekolah, displin atribut. Perbedaan pandangan merupakan hal yang biasa terjadi dalam lingkungan organisasi, 5). Adanya kompetisi (persaingan) meliputi: ketidakmampuan seseorang dalam memiliki keahlian yang dimiliki oleh orang lain, sehingga timbul rasa iri hati untuk menyamaratakan kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang lain, dan ada sikap antusias dan sikap tidak antusias dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, karena perbedaan pendapat yang berbeda-beda sehingga menimbulkan persaingan diantara mereka. Hal ini didukung oleh pendapat Arikunto (1988: 57) bahwa sumbersumber konflik antara lain: (1). Adanya kesalahpahamnan. (2). Perbedaan, status, nilai, pandangan dan tujuan, (3).Hal-hal yang menyangkut pertanggungjawaban, (4). Kurangnya kemampuan dalam unsur-unsur berkomunikasi, (5). Hal-hal yang berkenan dengan kekuasaan, (6). Adanya kompetisi karena memperebutkan sumber yang terbatas, dan (7). Tidak menyetujui butir-butir dalam peraturan dan kebijakan. Terjadinya konflik bersumber berdasarkan faktor manusia dan faktor organisasi, faktor manusia dapat disebabkan sikap dan perilaku seseorang yang sudah tidak bisa ditanggulangi sehingga menimbulkan konflik baik itu ada unsur kesengajaan atau tidak disengaja. Sumber konflik berdasarkan faktor organisasi disebabkan karena tidak adanya kerjasama antar team, tujuan organisasi yang tidak jelas, aturan-aturan yang menyimpang. 95 a. Adanya Kesalahpahaman Antara Kepala Sekolah Dengan Guru Sumber-sumber konflik dapat dilihat dari faktor manusia itu sendiri dan berdasarkan faktor organisasi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut adanya kesalahpahaman antar kepala sekolah dengan guru disebabkan karena berbeda pendapat, tujuan dan kepentingan yang lebih didahulukan yakni kepentingan umum dan kepentingan pribadi, kesalahan dalam berkomunikasi, kesalahan dalam mendapatkan informasi. Berdasarkan temuan peneliti dalam sumber-sumber konflik menyangkut adanya kesalahpahaman antara kepala sekolah dengan guru meliputi: karena perbedaan pendapat dari kedua belah pihak, kesalahan dalam berkomunikasi maksudnya informasi tidak diketahui secara menyeluruh oleh semua staf, penggunaan bahasa yang kurang baik, sehingga menimbulkan konflik dari kedua belah pihak.contohnya dalam musyawarah perbedaan pendapat adalah suatu hal yang biasa terjadi dalam rapat. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Stevenin (2000: 42), bahwa sumber-sumber konflik dapat disebabkan oleh perbedaan pendapat, status dan nilai dalam satu organisasi atat kelompok , komunuikasi yang kurang lancar, tidak jelasnya tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) dalam struktur organisasi. 96 b. Perbedaan Status Sumber-sumber konflik dapat dilihat dari faktor manusia itu sendiri dan berdasarkan faktor organisasi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut penyebab terjadi perbedaan status yakni rasa ingin memiliki apa yang orang lain miliki, tidak adanya rasa kepuasan atas kemampuan yang dimiliki. Berdasarkan temuan peneliti menyangkut penyebab terjadi perbedaan status meliputi: rasa ingin memiliki suatu kedudukan/jabatan, perilaku dan sikap seseorang yang rasa cemburu dan iri hati yang besar sehingga memandang orang lain tidak mampu dalam melakukan sesuatu pekerjaan, adanya perbedaan status sosial (atas-menengah-bawah) serta ketidakmampuan seseorang dalam melakukan sesuatu bahkan orang tersebut merasa lebih mampu melakukan sesuatunya. Penyebab lainnya juga dikarenakan jabatan dan posisi seseorang yang tidak sesuai dengan apa yang seseorang itu harapakan. Hal ini dipertegas oleh pendapat Kambey (2007: 69), bahwa perbedaan kekuasaan/status terjadi apabila ada anggapan kepentingan yang satu lebih penting dari kepentingan lainnya karena kontribusinya lebih besar dari kepentingan yang lain dalam mencapai tujuan organisasi. c. Kurangnya Kemampuan Dalam Berkomunikasi Sumber-sumber konflik dapat dilihat dari faktor manusia itu sendiri dan berdasarkan faktor organisasi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut penyebab terjadi kurangnya kemampuan dalam 97 berkomunikasi kesalahan dalam mendapatkan suatu informasi, penyampaian informasi yang salah, penggunaan bahasa yang kurang baik. Berdasarkan temuan peneliti menyangkut penyebab terjadi kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi meliputi: penggunaan bahasa yang kurang baik, kesalahan cara dalam menyampaikan informasi tersebut, tidak sampainya informasi kepada penerima pesan entah kesalahan dari pembuat pesan, atau kesalahan pengantar pesan, maupun kesalahan penerima pesan yang mengabaikan pesan tersebut, serta memotong pembicaraan orang lain ketika sedang lagi berbicara dengan orang lain. Hal ini dipertegas oleh pendapat Kambey (2007: 77), bahwa penyebab terjadi kurangnya kemampuan dalam berkomunikasiterjadi apabila sistem komunikasi dan informasi tidak pada sasarannya, sering muncul kesalahpahaman (misunderstandding) diantara pelaku organisasi.bisa saja informasi yang diterima kurang jelas atau bertentangan dengan tujuan yang sebenarnya. d. Perbedaan Pandangan Sumber-sumber konflik dapat dilihat dari faktor manusia itu sendiri dan berdasarkan faktor organisasi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut penyebab terjadi perbedaan pandangan yakni penyimpangan pandangan dalam aturan disiplin, aturan-aturan sekolah, disitu biasanya terjadi perbedaan pandangan dalam menilai atau memandang sesuatu. 98 Berdasarkan temuan peneliti menyangkut penyebab terjadi perbedaan pandangan meliputi: berbeda pendapat dan berbeda pandangan dalam melihat suatu masalah, misalnya penyimpangan pandangan dalam aturan disiplin, aturanaturan sekolah, displin atribut. e. Adanya Kompetisi (Persaingan) Sumber-sumber konflik dapat dilihat dari faktor manusia itu sendiri dan berdasarkan faktor organisasi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut penyebab terjadi adanya kompetisi atau persaingan yakni menyamaratakan atas kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan yang dimilki oleh orang lain. Berdasarkan temuan peneliti menyangkut penyebab terjadi adanya kompetisi atau persaingan meliputi: ketidakmampuan seseorang dalam memiliki keahlian yang dimiliki oleh orang lain, sehingga timbul rasa iri hati untuk menyamaratakan kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang lain, dan ada sikap antusias dan sikap tidak antusias dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, karena perbedaan pendapat yang berbeda-beda sehingga menimbulkan persaingan diantara mereka. 99 C. Strategi Penanganan Konflik Yang Dilakukan Oleh Kepala Sekolah Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 gorontalo meliputi: 1). Strategi melalui pemecahan masalah meliputi: melakukan pendekatan untuk mengetahui latar belakang masalah persoalan, 2). Strategi melakukan pembinaan meliputi: pembinaan khusus secara tatap muka (Face to face) anatara individu dengan individu dan pembinaan secara khusus atau berkelompok, 3). Strategi menghindari konflik meliputi: kepala sekolah melakukan pendekatan terhadap konflik dengan mengetahui latar belakang konflik itu berasal, 4). Strategi melakukan pelatihan antar kepala sekolah meliputi: Kepala sekolah melakukan pelatihan terhadap dirinya kemudian dapat diaplikasikan kepada guru-guru disekolah. Hal ini didukung oleh pendapat Kambey (2007: 72), bahwa strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah meliputi : (1). Problem solving (pemecahan masalah), (2). Superordinate goal (penggunaan tujuan yang lebih tinggi). (3). Expansion of resources (ekspansi sumber daya), (4). Avoidance (penghindaran), (5). Smoothing (pelancaran/tindakan meratakan), (6). Compromise (kompromi), (7). Authoritative command (penggunaan kekuasaan), (8). Intergroup training (pelatihan antar kelompok), (9). Third party mediation (mediasi pihak ketiga). Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah yaitu dengan tujuan: agar kepala sekolah mempunyai pedoman dalam mempelajari 100 tentang bagaimana cara menangani suatu konflik apabila terjadi pada bawahannya atau terjadi disekolah yang membuat dampak negatif bagi sekolah terutama pencapaian tujuan bersama. a. Strategi Melalui Pemecahan Masalah Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut strategi pemecahan masalah (Problem solving) yakni tindakan kepala sekolah dalam memecahkan suatu masalah atau mencari solusi terbaik. Dengan melalui mengetahui latar belaknag masalah, siapa yang mengahadapi masalah, dan bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan temuan peneliti menyangkut strategi melalui pemecahan masalah meliputi: tindakan langkah awal, kepala sekolah melakukan pendekatan untuk mengetahui latar belakang masalah persoalan, memahami dari mana timbulnya konflik, memahami dampak-dampak konflik, kemudian melakukan penanganan konflik melalui pemecahan konflik baik dalam rapat umum atau pemecahan secara individu tatap muka (Face to face) sehingga kedua belah pihak tidak saling menyakiti dan tidak merasa dirugikan, dikucilkan. Hal ini dipertegas oleh pendapat Kambey (2007: 73), bahwa strategi pemecahan masalah (Problem solving) yaitu Pendekatan ini sering disebut winwin solution. Yaitu pada pendekatan ini para pelaku bertemu untuk mendiskusikan permasalahan-permasalahan dan isu-isu yang berkaitan dengan konflik-konflik yang terjadi. 101 b. Strategi Melakukan Pembinaan Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut strategi melakukan pembinaan yakni: pembinaan harus menghasilkan pemecahan maslah yang positif, sehingga tidak merasa dirugikan dalam menghadapi konflik yang terjadi.tujuan pembinaan agar bagi kedua belah pihak tidak akan ada lagi perselisihan dan pertentangan antar mereka. Berdasarkan temuan peneliti menyangkut strategi melakukan pembinaan meliputi: pembinaan secara khusus dimana pembinaan dilakukan secara tatap muka (Face to face) antara individu dengan individu , pembinaan kelompok dilakukan secara kelompok. misalnya apabila menghadapi siswa yang bermasalah maka siswa itu dibawa ke ruang BK dan di lakukan pembinaan secara khusus atau berkelompok, siswa itu dibina oleh guru BK dan diberikan solusi bagaimana mengatasi kasus pribadi siswa itu, ataupun kasus dalam berkelompok. Apabila siswa tersebut masih melakukan kasus lagi maka guru BK membawa ke saya selaku Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan untuk dilakukan pembinaan kembali, dan apabila siswa itu masih melakukan kasus lagi maka di hadapkan kepada kepala sekolah untuk dilakukannya pembinaan lagi. . 102 c. Strategi Menghindari Konflik Strategi penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut strategi menghindari konflik yakni tergantung pada konflik yang terjadi maksudnya apabial konflik dihindari tidak berdampak apa-apa maka tidak perlu dilakukan pemecahan masalah, apabila konflik itu dihindari akan memberikan dampak negatif maka perlu diadakan pemecahan masalah. Berdasarkan temuan peneliti menyangkut strategi menghindari konflik meliputi: apabila terjadi suatu konflik kepala sekolah tidak menghindari konflik tersebut, bahkan kepala sekolah melakukan pendekatan terhadap konflik yang dihadapi oleh bawahannya. Kalau memang konflik itu dihindari tidak memberikan dampak bagi sekolah, mungkin kepala sekolah tidak perlu lagi melakukan penanganan konflik lagi, tapi apabila konflik itu dihindari tetapi memberikan dampak bagi sekolah, maka tindakan kepala sekolah perlu mengadakan pemecahan konflik. Pendapat yang sama Nelson dan Quick (1997: 45) menghindar merupakan salah satu reaksi terhadap konflik. Ketika menghadapi konflik seorang atu kelompok memilih menarik diri dari konflik karena mungkin pengalaman yang menyakitkan pada waktu yang lalu ketika mereka melibatkan diri, mungkin mereka melihat lebih besar dampak negatifnya daripada dampak positifnya bila melibatkan diri. Bisa saja mereka menghindar yang dihadapi tidak relevan atau 103 kecil artinya, ataupun sebaliknya mereka merasa lawan terlalu tangguh untuk dihadapi. Hal ini dipertegas oleh pendapat Kambey (2007: 74), bahwa strategi menghindari konflik (Avoidance) yaitu Dalam beberapa situasi manajer menghindar untuk menyelesaikan konflik yaitu bersikap seolah-olah konflik tidak terjadi. Seringkali metode ini adalah cara yang tercepat dan termudah mengurangi konflik. D. Hambatan-Hambatan Dalam Pengelolaan Konflik Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik yakni gangguan dan hambatan ketika melakukan pengelolaan konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 gorontalo yaitu : 1). Komunikasi yang tidak terjalin meliputi: komunikasi dan informasi tidak menemui sasaran dan tujuannya, 2). Perbedaan tujuan meliputi: dalam organisasi rasa keegoisan setiap masing-masing individu yang mempunyai tujuan yang berbeda-beda, 3). Adanya saling ketergantungan dalam bekerja meliputi: orang yang mengandalkan kemampuan orang lain karena kemampuan yang dimiliki tidak begiti baik. Hal ini di dukung oleh Wijono (1993: 54) bahwa hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik adalah sebagai berikut: (1). Komunikasi yang tidak terjalin ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya. (2). Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku. (3). Timbul karena ciri-ciri kepribadian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, 104 sikap fanatik, dan sikap otoriter. (4). Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi. (5). Kekaburan yurisdiksional, menyebabkan konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih. (6). Interdependensi tugas, karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, sehingga kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya. (7). Persaingan dalam menggunakan sumberdaya. Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas dalampenggunaannya. Ini atau dibatasi, merupakan maka potensi dapat timbul terjadinya persaingan konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi. Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik sangat mempengaruhi pelaksanaannya pengelolaan konflik/pemecahan masalah dikarenakan ada sebabsebab yang terjadi baik disengaja oleh manusia ataupun tidak disengaja oleh manusia. a. Komunikasi Yang Tidak Terjalin Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik yakni gangguan dan hambatan ketika melakukan pengelolaan konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 gorontalo menyangkut komunikasi yang tidak terjalin yakni cera menyampaikan informasi yang tidak jelas atau kesalahan manusia dalam berkomunikasi. Berdasarkan temuan peneliti menyangkut penyebab terjadinya komunikasi yang tidak terjalin meliputi: disebabkan oleh persaingan antar sesama 105 teman, kesalahan informasi, kurang atau lebihnya informasi yang didapatkan, kesalahan cara menyampaikan informasi, menyingung perasaan orang lainketika dalam berbicara dengan orang lain. Hal ini dipertegas oleh pendapat Kambey (2007: 85), bahwa penyebab terjadi perbedaan pandangan meliputi: sistem komunikasi dan informasi tidak menemui sasarannya, sering muncul kesalahpahaman (Missunderstanding) diantara pelaku organisasi. Bisa saja informasi yang diterima kurang jelas atau bertentangan dengan tujuan yang sebenarnya. b. Perbedaan Tujuan Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik yakni gangguan dan hambatan ketika melakukan pengelolaan konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut perbedaan tujuan yaitu karena adanya kesalahpahaman dalam organisasi, adanya persaingan, perebutan kekuasaan, sehingga tujuan yang dimilki oleh masing-masing individu berbeda-beda. Berdasarkan temuan peneliti menyangkut penyebab terjadinya perbedaan tujuan meliputi: disebabkan terjadi kesalahpahaman antar sesama, tidak adanya saling bekerjasama sehingga menimbulkan persaingan dan memberikan dampak negatif yang mengakibatkan terjadinya perbedaan tujuan dalam team. Hal ini dipertegas oleh pendapat pendapat Kambey (200: 86), bahwa penyebab terjadi perbedaan tujuan yang merupakan sumber paling sering menjadi penyebab konflik dalam organisasi. Setiap sub-unit dalam organisasi mempunyai tujuan khusus yang berkaitan dengan tugas pokok dan jenis kegiatan mereka. 106 Setiap tujuan unit harus dicapai untuk memenuhi tujuan umun yang telah dicanangkan oleh organisasi. c. Adanya Saling Ketergantungan Dalam Bekerja Hambatan-hambatan dalam pengelolaan konflik yakni gangguan dan hambatan ketika melakukan pengelolaan konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo menyangkut penyebab terjadi adanya saling ketergantungan dalam bekerja yakni mengharapkan kemampuan orang lain dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan padanya. Berdasarkan temuan peneliti menyangkut penyebab terjadi adanya saling ketergantungan dalam bekerja meliputi: karena adanya rasa saling harap terhadap orang lain artinya mengharapkan kemampuan orang lain dan apabila dia mengharapkan kemampuan itu ia akan memberikan penghapan penuh kepada orang lain. misalnya terjadi pada pelaksanaan kegiatan, selalu mengharapkan bantuan orang lain padahal tugas dan tanggung jawab yang diberikan untuk dikerjakan sendiri. Hal itu dikarenakan tidak memilki rasa ingin tahu dan rasa inisiatif, kemampuan apa yang dimiliki oleh orang lain. Tidak memikirkan ketidakmampuan yang dimiliki akan memberikan dampak negatif kedepannya. Ia bahkan berlarut-larut dalam ketidak rasa ingin tahu. Hal ini dipertegas oleh pendapat pendapat Kambey (200: 87), bahwa penyebab terjadi perbedaan pandangan yaitu ketergantungan tugas terjadi jika dua atau lebih sub unit dalm melaksanakan tugasnya saling tergantung satu sama lain. semakin tinggi satu ketergantungan antar kelompok dengan kelompok yang lain, semakin besar kemungkinan munculnya konflik. seringkali satu sub unit 107 membutuhkan material, sumber daya, informasi atau layanan dari sub unit yang lain untuk bisa melaksanakan tugasnya mereka dengan efisien. Pembahasan diatas secara keseluruhan diperjelas dengan diagram berikut ini: Pengelolaan Konflik Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo Jenis-jenis Konflik: Strategi Penanganan Konflik Yang Dilakukan Oleh Kepala Sekolah Sumbersumber konflik HambatanHambatan Dalam Pengelolaan Konflik Kemampuan Dalam Mengelolah Konflik Gambar 4.5. Diagram Konteks Pengelolaan Konflik Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Gorontalo