MEMBANGUN KOTA BERCIRI BUDAYA LOKAL MEMBANGUN KOTA BERCIRI BUDAYA LOKAL Mempertahankan kota berciri budaya lokal tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja. Perlu dukungan dari seluruh stakeholder (Pemerintah, masyarakat, dan LSM-red) untuk turut menjaga warisan budaya lokal. Interaksi antara ketiganya dibutuhkan untuk menjembatani kepentingan ekonomi, sosial, dan budaya. Demikian diungkapkan oleh Pemerhati Perkotaan Emil Listyanto Dardak dalam Obrolan Tata Ruang Bersama Kementerian Pekerjaan Umum di Radio Trijaya Jakarta (19/5). Emil menambahkan, istilah budaya lokal memiliki dimensi yang cukup luas. Bukan hanya sekedar mempertahankan fisik bangunannya namun juga kehidupan masyarakat. Karena manfaat yang ingin dicapai dari terbentuknya budaya lokal adalah menumbuhkan spirit dari masyarakat. Selain itu, nilai komersial dari sebuah kota harus tetap dijaga walaupun arah pengembangannya mempertahankan nilai budaya lokal. “Intinya yakni memadukan budaya masa kini dengan unsur heritage untuk memupuk awareness masyarakat sekaligus mempertahankan nilai dari sebuah kota,” imbuhnya. Sementera itu, Dewan Pakar Badan Pelestarian Pusaka Indonesia Suhadi Hadiwinoto mengatakan, ada tiga kebijakan dan strategi yang diterapkan Pemerintah. Yakni, mengajak masyarakat untuk berapresiasi dalam pelestarian budaya lokal, memberikan insentif dan disinsentif terkait pelestarian budaya lokal, dan memberikan sanksi bagi yang melakukan pelanggaran. Suhadi mencontohkan, untuk mendukung kebijakan tersebut saat ini telah dilakukan pemberian pendidikan heritage bagi siswa sekolah dasar (SD). Kegiatan yang dilakukan adalah penyiapan kurikulum bagi 13 SD di Yogjakarta agar selanjutnya dapat menjadi salah satu program nasional. Yogjakarta dipilih sebagai pilot project karena kota ini syarat akan peninggalan sejarah dan masyarakatnya masih solid. Selain itu, bentuk nyata dalam pemberian insentif-disinsentif terlihat dari kebijakan Pemerintah untuk memberikan keringanan membayar Pajak Bumi dan Bangunan bagi kawasan bersejarah. “Sebagai bentuk konsistensi Pemerintah terhadap pelestarian budaya, page 1 / 2 saat ini telah dibentuk jaringan kota pusaka yang beranggotakan 35 Pemda di seluruh Indonesia,” tegasnya. Dosen Arsitektur Universitas Tarumanegara Danang Priatmojo menjelaskan, langkah awal yang dilakukan untuk membangun sebuah kota adalah dengan menetapkan identitas. Identitas ini penting untuk memberikan ciri khas sekaligus membedakan antara kota yang satu dengan lainnya. Salah satu contoh, yaitu Jakarta dimana kota ini menciptakan identitas melalui budaya lokal seperti yang terlihat di kawasan kota tua. Sebagai kawasan yang ditetapkan sebagai identitas kota Jakarta sudah selayaknya harus terjaga nilai sejarahnya. Namun, kondisi yang terjadi saat ini kegiatan ekonomi yang berkembang di kawasan tersebut telah mati. Hal ini disebabkan tidak adanya dukungan dari Pemerintah untuk menyediakan sarana prasarana. “Diperlukan peran dari Pemerintah dalam bentuk policy untuk memadukan unsur ekonomi dan budaya terkait mempertahankan kota berciri budaya lokal,” imbuhnya. Emil menekankan, entingnya wadah antara Pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan budaya lokal. Pemerintah harus mampu berperan dan bertindak sebagai masyarakat. “Kita optimis upaya ini dapat terealisasi bila Pemerintah yang memiliki program mendapat dukungan penuh dan respon dari masyarakat,” tandasnya. (hms Taru) Pusat Komunikasi Publik 200510 page 2 / 2 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)