93 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Ringkasan Berdasarkan

advertisement
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Ringkasan
Berdasarkan hasil pengujian statistik yang dilakukan, maka dibuatlah
ringkasan hasil uji sebagai berikut:
1. Hasil uji wilcoxon signed rank test menunjukkan nilai asymp. Sig 0.00 pada
perbandingan nilai COE (biaya ekuitas) tahun 2009-2010 dengan 2011-2012
dan nilai asymp. Sig 0.001 pada perbandingan nilai COE tahun 2010 dengan
2011. Hal ini menunjukkan bahwa Ha1 diterima.
2. Hasil uji t pada variabel CGPI (corporate governance perception index)
menunjukkan nilai 0.590 > 0.05 dengan nilai koefisien 0. Hal ini
menunjukkan bahwa Ha2 ditolak.
3. Hasil uji t pada variabel kepemilikan manajerial menunjukkan nilai 0.641 >
0.05 dengan koefisien 0.016. Hal ini menunjukkan bahwa Ha3 ditolak.
4. Hasil uji t pada variabel kepemilikan institusional menunjukkan nilai 0.001
dengan koefisien bernilai -0.009. Hal ini menunjukkan bahwa Ha4 diterima.
5. Hasil uji t pada variabel kualitas audit menunjukkan nilai 0.556 dengan
koefisien bernilai 0. Hal ini menunjukkan bahwa Ha5 ditolak.
6. Hasil uji F menunjukkan nilai sig. 0 yang berarti bahwa secara keseluruhan
mekanisme GCG mempengaruhi biaya ekuitas secara signifikan.
5.2
Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris dalam menilai
korelasi dari unsur corporate governance yang diwakili oleh variabel Corporate
93
Governance Perception Index (CGPI), kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dan kualitas audit terhadap biaya ekuitas. Selain itu, penelitian ini juga
dilakukan untuk melihat pengaruh dari dikeluarkannya Peraturan Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: PER-01/MBU/2011 pada tahun 2011
yang mewajibkan penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan
BUMN terhadap biaya ekuitas perusahaan. Sampel yang digunakan adalah 19
perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode
analisis selama tahun 2009-2012.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dan dibahas pada bab-bab
sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terjadi penurunan nilai biaya ekuitas setelah penerapan GCG diwajibkan pada
perusahaan BUMN. Hal ini disebabkan karena penerapan GCG dapat
meningkatkan
kinerja perusahaan,
mengurangi
informasi asimetri,
dan
mengurangi masalah keagenan yang dapat menurunkan biaya ekuitas perusahaan.
2.
Hasil pengujian pengaruh Corporate Governance Perception Index (CGPI)
terhadap biaya ekuitas menunjukkan pengaruh positif yang tidak signifikan
terhadap biaya ekuitas. Hal ini disebabkan karena penilaian CGPI yang hanya
melihat lingkup manajemen perusahaan saja, seperti komitmen, transparansi,
akuntabilitas,
responsibilitas,
independensi,
fairness,
kompetensi,
kepemimpinan, kemampuan bekerja sama, visi, misi, tata nilai, strategi,
kebijakan, etika bisnis dan budaya risiko. Sementara masih ada banyak faktor
lain yang mempengaruhi biaya ekuitas secara signifikan, seperti adopsi IFRS,
perlindungan hak pemegang saham, dan ukuran perusahaan.
94
3. Pengujian pengaruh kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas menunjukkan
hasil pengaruh positif yang tidak signifikan. Pengaruh kepemilikan manajerial
yang tidak signifikan terhadap biaya ekuitas disebabkan oleh persentase
kepemilikan manajerial di Indonesia yang relatif kecil yaitu rata-rata 3.6% pada
sampel yang diuji. Selain itu, karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perusahaan BUMN maka jelas bahwa kepemilikan institusional lebih
dominan daripada kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial yang
dominan dalam perusahaan dengan penerapan GCG yang belum optimal dapat
menaikkan biaya ekuitas perusahaan karena manajer merupakan pihak yang
paling memahami informasi dalam perusahaan, sehingga kontrol manajemen
yang berlebihan dikhawatirkan dapat meningkatkan permasalahan keagenan.
Permasalahan keagenan terbukti cukup krusial di Indonesia, sehingga perlu untuk
diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Maharani (2009)
yang menemukan permasalahan keagenan pada kontrak mudharabah di Bank
Syariah, serta penelitian Sanjaya dan Sugiartha (2011) yang membuktikan
seriusnya masalah keagenan pada perusahaan manufaktur di Indonesia.
4. Kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif yang signifikan dalam
menurunkan biaya ekuitas perusahaan. Kepemilikan institusional dapat
menurunkan biaya ekuitas dikarenakan pengawasan yang dilakukan oleh pihak
institusional lebih efektif terhadap manajemen, sehingga mengurangi perilaku
opportunistic manajemen yang cenderung memanfaatkan peluang sebagai pihak
yang lebih memahami kondisi perusahaan untuk melakukan manipulasi informasi
keuangan yang menimbulkan asimetri informasi antara manajemen dengan
pemegang saham.
95
5. Hasil pengujian pengaruh dari kualitas audit terhadap biaya ekuitas menunjukkan
pengaruh positif yang tidak signifikan. Kualitas audit dinilai tidak berpengaruh
signifikan terhadap biaya ekuitas karena investor belum menjadikan jenis KAP
sebagai acuan penilaian akurasi informasi keuangan yang tersaji dalam laporan
keuangan. Kepercayaan investor atas penyajian laporan keuangan mulai
mengalami penurunan disebabkan oleh adanya pengalaman kasus skandal
akuntansi, kegagalan audit, perubahan regulasi, dan kasus manipulasi keuangan
lainnya yang memberikan kerugian besar bagi investor.
6. Hasil pengujian yang ada membuktikan bahwa secara keseluruhan mekanisme
GCG mempengaruhi biaya ekuitas secara signifikan. Mekanisme GCG diwakili
oleh variabel independen seperti CGPI, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dan kualitas audit. Selain itu, adapula variabel kontrol yaitu periode
waktu yang menunjukkan pengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas.
5.2
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Variabel independen yang digunakan untuk mewakili corporate governance
dalam penelitian ini hanya terbatas pada CGPI, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dan kualitas audit. Sehingga variabel-variabel tersebut
belum dapat mengukur praktik corporate governance secara komprehensif.
2. Jumlah sampel perusahaan yang digunakan hanya berjumlah 19 sampel
perusahaan BUMN yang telah go public atau dengan kata lain, sampel ini hanya
mewakili 13.48% dari jumlah seluruh perusahaan BUMN yang ada di Indonesia.
96
3. CGPI yang digunakan dalam penelitian ini hanya diukur dengan variabel dummy
yang pengambilan keputusan penilaian skornya ditentukan dengan nilai indeks
yang diperoleh dari IICD dan disajikan dalam www.mitrariset.com.
4. Metode yang digunakan untuk mengukur biaya ekuitas dalam penelitian ini
adalah CAPM (Capital Asset Pricing Model) yang memiliki kelemahan seperti
perhitungan yang berupa tingkat pengembalian harapan yang tidak riil nilainya
atau hanya merupakan suatu asumsi.
5.3
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan
saran sebagai berikut:
1. Bagi Investor
Dalam
menentukan
pilihan
investasi,
investor
disarankan
untuk
mempertimbangkan optimalisasi penerapan GCG dalam perusahaan. Hal ini
disebabkan karena penerapan GCG terbukti dapat meningkatkan kinerja dalam
perusahaan, sehingga dapat menurunkan resiko investasi dan akan memberikan
perlindungan yang lebih baik terhadap hak pemegang saham.
2. Bagi Pemerintah
Keberhasilan penerapan GCG dalam memperbaiki kinerja perusahaan BUMN
dapat dijadikan acuan bagi dasar pemberlakuan wajibnya penerapan BUMN bagi
perusahaan umum lainnya. Sehingga, disarankan agar pemerintah juga
menyiapkan rancangan peraturan yang mewajibkan penerapan GCG secara
optimal bagi seluruh perusahaan di Indonesia dengan harapan hal ini dapat
membantu meningkatkan produk domestik bruto (PDB) negara.
97
3. Bagi Perusahaan
Penerapan GCG terbukti dapat menurunkan biaya ekuitas suatu perusahaan,
sehingga hal ini tentu akan sangat menguntungkan perusahaan karena dapat
menarik minat investor untuk berinvestasi di perusahaan yang telah menerapkan
GCG dengan baik. Untuk itu, perusahaan disarankan menerapkan GCG dengan
baik sesuai dengan pokok peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah
meskipun penerapannya belum diwajibkan untuk seluruh perusahaan yang ada di
Indonesia.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat menambah variabel pengukuran GCG dengan
menggunakan variabel kepemilikan keluarga, independensi dewan komisaris dan
komite audit, ukuran perusahaan, kinerja keuangan, serta jumlah rapat dewan
komisaris, untuk lebih memperluas lingkup pengujian efektivitas praktik GCG
dalam perusahaan. Peneliti berikutnya juga dapat menggunakan proksi lain untuk
menilai biaya ekuitas, seperti penggunaan Gordon Growth Model (Gitman, 2009)
dan penggunaan model Ohlson dan Juettner (OJ) yang lebih stabil, dapat
mengurangi bias, dan mengurangi risiko perusahaan. OJ model dilakukan dengan
persyaratan eps2 > eps1. Selain itu, dapat pula digunakan model PEG dengan
persyaratan eps2 > eps1 > 0 (Ohlson dan Juettner, 2005 yang dikutip oleh
Azizkhani et al., 2006).
98
Download