BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Ringkasan Berdasarkan hasil pengujian statistik yang dilakukan, maka dibuatlah ringkasan hasil uji sebagai berikut: 1. Hasil uji wilcoxon signed rank test menunjukkan nilai asymp. Sig 0.00 pada perbandingan nilai COE (biaya ekuitas) tahun 2009-2010 dengan 2011-2012 dan nilai asymp. Sig 0.001 pada perbandingan nilai COE tahun 2010 dengan 2011. Hal ini menunjukkan bahwa Ha1 diterima. 2. Hasil uji t pada variabel CGPI (corporate governance perception index) menunjukkan nilai 0.590 > 0.05 dengan nilai koefisien 0. Hal ini menunjukkan bahwa Ha2 ditolak. 3. Hasil uji t pada variabel kepemilikan manajerial menunjukkan nilai 0.641 > 0.05 dengan koefisien 0.016. Hal ini menunjukkan bahwa Ha3 ditolak. 4. Hasil uji t pada variabel kepemilikan institusional menunjukkan nilai 0.001 dengan koefisien bernilai -0.009. Hal ini menunjukkan bahwa Ha4 diterima. 5. Hasil uji t pada variabel kualitas audit menunjukkan nilai 0.556 dengan koefisien bernilai 0. Hal ini menunjukkan bahwa Ha5 ditolak. 6. Hasil uji F menunjukkan nilai sig. 0 yang berarti bahwa secara keseluruhan mekanisme GCG mempengaruhi biaya ekuitas secara signifikan. 5.2 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris dalam menilai korelasi dari unsur corporate governance yang diwakili oleh variabel Corporate 93 Governance Perception Index (CGPI), kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kualitas audit terhadap biaya ekuitas. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk melihat pengaruh dari dikeluarkannya Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: PER-01/MBU/2011 pada tahun 2011 yang mewajibkan penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan BUMN terhadap biaya ekuitas perusahaan. Sampel yang digunakan adalah 19 perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode analisis selama tahun 2009-2012. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dan dibahas pada bab-bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Terjadi penurunan nilai biaya ekuitas setelah penerapan GCG diwajibkan pada perusahaan BUMN. Hal ini disebabkan karena penerapan GCG dapat meningkatkan kinerja perusahaan, mengurangi informasi asimetri, dan mengurangi masalah keagenan yang dapat menurunkan biaya ekuitas perusahaan. 2. Hasil pengujian pengaruh Corporate Governance Perception Index (CGPI) terhadap biaya ekuitas menunjukkan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap biaya ekuitas. Hal ini disebabkan karena penilaian CGPI yang hanya melihat lingkup manajemen perusahaan saja, seperti komitmen, transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, fairness, kompetensi, kepemimpinan, kemampuan bekerja sama, visi, misi, tata nilai, strategi, kebijakan, etika bisnis dan budaya risiko. Sementara masih ada banyak faktor lain yang mempengaruhi biaya ekuitas secara signifikan, seperti adopsi IFRS, perlindungan hak pemegang saham, dan ukuran perusahaan. 94 3. Pengujian pengaruh kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas menunjukkan hasil pengaruh positif yang tidak signifikan. Pengaruh kepemilikan manajerial yang tidak signifikan terhadap biaya ekuitas disebabkan oleh persentase kepemilikan manajerial di Indonesia yang relatif kecil yaitu rata-rata 3.6% pada sampel yang diuji. Selain itu, karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan BUMN maka jelas bahwa kepemilikan institusional lebih dominan daripada kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial yang dominan dalam perusahaan dengan penerapan GCG yang belum optimal dapat menaikkan biaya ekuitas perusahaan karena manajer merupakan pihak yang paling memahami informasi dalam perusahaan, sehingga kontrol manajemen yang berlebihan dikhawatirkan dapat meningkatkan permasalahan keagenan. Permasalahan keagenan terbukti cukup krusial di Indonesia, sehingga perlu untuk diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Maharani (2009) yang menemukan permasalahan keagenan pada kontrak mudharabah di Bank Syariah, serta penelitian Sanjaya dan Sugiartha (2011) yang membuktikan seriusnya masalah keagenan pada perusahaan manufaktur di Indonesia. 4. Kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif yang signifikan dalam menurunkan biaya ekuitas perusahaan. Kepemilikan institusional dapat menurunkan biaya ekuitas dikarenakan pengawasan yang dilakukan oleh pihak institusional lebih efektif terhadap manajemen, sehingga mengurangi perilaku opportunistic manajemen yang cenderung memanfaatkan peluang sebagai pihak yang lebih memahami kondisi perusahaan untuk melakukan manipulasi informasi keuangan yang menimbulkan asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham. 95 5. Hasil pengujian pengaruh dari kualitas audit terhadap biaya ekuitas menunjukkan pengaruh positif yang tidak signifikan. Kualitas audit dinilai tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas karena investor belum menjadikan jenis KAP sebagai acuan penilaian akurasi informasi keuangan yang tersaji dalam laporan keuangan. Kepercayaan investor atas penyajian laporan keuangan mulai mengalami penurunan disebabkan oleh adanya pengalaman kasus skandal akuntansi, kegagalan audit, perubahan regulasi, dan kasus manipulasi keuangan lainnya yang memberikan kerugian besar bagi investor. 6. Hasil pengujian yang ada membuktikan bahwa secara keseluruhan mekanisme GCG mempengaruhi biaya ekuitas secara signifikan. Mekanisme GCG diwakili oleh variabel independen seperti CGPI, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kualitas audit. Selain itu, adapula variabel kontrol yaitu periode waktu yang menunjukkan pengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas. 5.2 Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Variabel independen yang digunakan untuk mewakili corporate governance dalam penelitian ini hanya terbatas pada CGPI, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kualitas audit. Sehingga variabel-variabel tersebut belum dapat mengukur praktik corporate governance secara komprehensif. 2. Jumlah sampel perusahaan yang digunakan hanya berjumlah 19 sampel perusahaan BUMN yang telah go public atau dengan kata lain, sampel ini hanya mewakili 13.48% dari jumlah seluruh perusahaan BUMN yang ada di Indonesia. 96 3. CGPI yang digunakan dalam penelitian ini hanya diukur dengan variabel dummy yang pengambilan keputusan penilaian skornya ditentukan dengan nilai indeks yang diperoleh dari IICD dan disajikan dalam www.mitrariset.com. 4. Metode yang digunakan untuk mengukur biaya ekuitas dalam penelitian ini adalah CAPM (Capital Asset Pricing Model) yang memiliki kelemahan seperti perhitungan yang berupa tingkat pengembalian harapan yang tidak riil nilainya atau hanya merupakan suatu asumsi. 5.3 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Investor Dalam menentukan pilihan investasi, investor disarankan untuk mempertimbangkan optimalisasi penerapan GCG dalam perusahaan. Hal ini disebabkan karena penerapan GCG terbukti dapat meningkatkan kinerja dalam perusahaan, sehingga dapat menurunkan resiko investasi dan akan memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap hak pemegang saham. 2. Bagi Pemerintah Keberhasilan penerapan GCG dalam memperbaiki kinerja perusahaan BUMN dapat dijadikan acuan bagi dasar pemberlakuan wajibnya penerapan BUMN bagi perusahaan umum lainnya. Sehingga, disarankan agar pemerintah juga menyiapkan rancangan peraturan yang mewajibkan penerapan GCG secara optimal bagi seluruh perusahaan di Indonesia dengan harapan hal ini dapat membantu meningkatkan produk domestik bruto (PDB) negara. 97 3. Bagi Perusahaan Penerapan GCG terbukti dapat menurunkan biaya ekuitas suatu perusahaan, sehingga hal ini tentu akan sangat menguntungkan perusahaan karena dapat menarik minat investor untuk berinvestasi di perusahaan yang telah menerapkan GCG dengan baik. Untuk itu, perusahaan disarankan menerapkan GCG dengan baik sesuai dengan pokok peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah meskipun penerapannya belum diwajibkan untuk seluruh perusahaan yang ada di Indonesia. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat menambah variabel pengukuran GCG dengan menggunakan variabel kepemilikan keluarga, independensi dewan komisaris dan komite audit, ukuran perusahaan, kinerja keuangan, serta jumlah rapat dewan komisaris, untuk lebih memperluas lingkup pengujian efektivitas praktik GCG dalam perusahaan. Peneliti berikutnya juga dapat menggunakan proksi lain untuk menilai biaya ekuitas, seperti penggunaan Gordon Growth Model (Gitman, 2009) dan penggunaan model Ohlson dan Juettner (OJ) yang lebih stabil, dapat mengurangi bias, dan mengurangi risiko perusahaan. OJ model dilakukan dengan persyaratan eps2 > eps1. Selain itu, dapat pula digunakan model PEG dengan persyaratan eps2 > eps1 > 0 (Ohlson dan Juettner, 2005 yang dikutip oleh Azizkhani et al., 2006). 98