NUR CHOLIFAH-FITK - Repository UIN Jakarta

advertisement
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
PERTEMUAN KE-1
Sekolah
: SMAN 3 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/ Semester
: XI/ I
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Pokok Bahasan
: Laju Reaksi
Alokasi Waktu
: 90 menit
Standar Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia,
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar
: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan
melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
: 1. Menentukan konsentrasi larutan.
2. Memahami pengertian laju reaksi.
3. Menentukan laju reaksi berdasarkan persamaan
reaksi.
I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menentukan konsentrasi larutan.
2. Siswa dapat memahami pengertian laju reaksi.
3. Siswa dapat menentukan laju reaksi berdasarkan persamaan reaksi.
II. Materi Ajar
1. Kemolaran (M)
Untuk menyatakan kadar zat terlarut dalam larutan dinyatakan dengan konsentrasi
larutan.
a. Pengertian Kemolaran
Kemolaran adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah
mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Kemolaran sama dengan jumlah mol (n)
zat terlarut dibagi dengan volume (v) larutan.
M=
n
g
1000
atau M 
x
v
Mr mL
Keterangan:
M = molaritas (mol⁄L
mmol⁄ )
mL
n = mol zat terlarut (mol atau mmol)
V = volume larutan (L atau mL)
g = massa zat terlarut (gram)
b. Pengenceran
Pengenceran adalah menurunkan atau memperkecil konsentrasi
larutan dengan menambahkan pelarut. Dalam hal ini konsentrasi yang
digunakan adalah molaritas (M). Pada proses pengenceran volume dan
molaritas berubah, sedangkan jumlah molnya tetap.
V1M1 = V2M2
Keterangan:
V1 = volume larutan sebelum diencerkan (L atau mL)
M1 = molaritas larutan sebelum diencerkan
V2 = volume larutan setelah diencerkan (L atau mL)
M2 = molaritas larutan setelah diencerkan
c. Pencampuran
Pencampuran adalah campuran dari dua atau lebih zat yang jenisnya
sama, tetapi konsentrasi berbeda. Dalam hal ini konsentrasi yang digunakan
adalah molaritas (M).
Pada proses pencampuran beberapa zat yang sejenis berlaku rumus:
M
M
M
Untuk pencampuran 2 jenis zat yang sejenis berlaku rumus:
M
M
Keterangan:
Mc = molaritas larutan setelah dicampurkan
V1 = volume larutan pertama yang dicampurkan (L atau mL)
M1 = molaritas larutan pertama
V2 = volume larutan kedua yang dicampurkan (L atau mL)
M2 = molaritas larutan kedua
2. Laju reaksi
Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung
lambat. Ledakan bom berlangsung cepat, sedangkan proses besi berkarat
berlangsung lambat. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai laju
reaksi. Apakah laju reaksi itu?
Laju reaksi menyatakan laju perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam
reaksi setiap satuan waktu. Perhatikan grafik berikut.
Konsentrasi
Hasil reaksi (C + D)
Pereaksi (A + B)
Waktu
Grafik hubungan antara perubahan konsentrasi dan waktu
Pada grafik di atas menunjukkan bahwa konsentrasi pereaksi dalam suatu
reaksi kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin
lama akan semakin bertambah.
N2(g) + 3 H2(g)  2 NH3(g)
Pada reaksi diatas dapat dinyatakan:
- Laju penambahan konsentrasi NH3
- Laju pengurangan konsentrasi N2 dan H2
Dengan demikian, laju reaksi dapat dinyatakan sebagai pengurangan
konsentrasi pereaksi per satuan waktu, atau penambahan konsentrasi hasil reaksi
per satuan waktu.
Laju Reaksi (v) =
Perubahan konsentrasi (C)
Perubahan waktu (t)
Laju reaksi memiliki satuan Ms-1 (M = molar dan s = sekon = detik)
III. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Konsep
IV. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok, tanya jawab
V. Langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Awal
(Apersepsi
Aktivitas Guru
 Menciptakan lingkungan belajar,
seperti berdoa dan salam.
dan
 Menyiapkan sumber belajar.
Motivasi)
 Menjelaskan tujuan pembelajaran
15 menit
Aktivitas Siswa
 Berdoa dan menyiapkan alat dan
bahan pelajaran.
 Menyimak penjelasan guru.
yang akan dicapai dari materi yang
akan dibahas.
 Memotivasi dan menggali
pengetahuan siswa dengan
memberikan pertanyaan.
Suatu reaksi kimia ada yang
berlangsung cepat, ada pula yang
berlangsung lambat. Ledakan bom
berlangsung cepat, sedangkan
proses besi berkarat berlangsung
lambat. Cepat lambatnya suatu
reaksi kimia dinyatakan sebagai
suatu laju reaksi. Apakah laju reaksi
itu?
 Siswa menyimak pertanyaan guru
dan menjawab.
 Mengajak siswa untuk membentuk  Secara
Inti
berkelompok
siswa
60 menit
4
(eksplorasi
membagikan lembar kegiatan siswa
Siswa (LKS) dan bahan bacaan
diskusi,
sebagai bahan diskusi.
untuk
kelompok.
Kemudian
guru
penjelasan
mempelajari
Lembar
berdiskusi
Kegiatan
memahami
kemolaran dan konsep laju reaksi.
 Meminta siswa mengadakan diskusi  Berperan aktif dalam diskusi dan
konsep)
kelompok untuk memahami tentang
menjawab soal-soal yang terdapat
konsep kemolaran dan laju reaksi.
dalam lembar kegiatan siswa.
 Membimbing siswa pada tiap-tiap
kelompok dalam mengerjakan soalsoal pada lembar kegiatan siswa.
 Mengajak siswa membahas hasil  Perwakilan
siswa
dari
diskusi dengan meminta perwakilan
kelompok
siswa dari tiap kelompok untuk
diskusi tentang kemolaran dan
membacakan
laju reaksi.
Kelompok
hasil
lainnya
diskusi.
menjelaskan
tiap
hasil
memberikan
pendapat/ komentar/ saran.
 Membahas
menjelaskan
hasil
diskusi
kembali
dan  Menyimak penjelasan guru dan
tentang
kemolaran dan konsep laju reaksi.
memahami
pembahasan
hasil
diskusi
 Bertanya sesuai konsep yang
dijelaskan.
 Meminta siswa maju ke depan  Maju ke depan untuk menuliskan
untuk mengerjakan soal latihan
jawabannya di papan tulis dan
pada lembar kegiatan siswa.
menjelaskan
langkah-langkah
pengerjaan soalnya kepada temanteman yang lain.
 Membimbing siswa menyimpulkan  Salah
Akhir
seorang
15 menit
materi yang telah dipelajari dan
menyimpulkan
(Pengemban
melakukan tanya jawab tentang
kemolaran dan laju reaksi.
gan
materi yang belum dipahami.
aplikasi)
dan
tentang
siswa
konsep
 Memberikan tugas individu yang
terdapat pada buku pelajaran kimia
SMA Kelas XI
VI. Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran
1. Sumber
 Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)
 Buku kimia SMA kelas XI (Yrama widya)
 Buku kimia SMA kelas XI (Grafindo)
 Lembar Kegiatan Siswa
2. Alat/media
Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis dan spidol.
VII. Penilaian
Penilaian pada soal-soal uraian yang terdapat pada lembar kegiatan siswa dan
Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat siswa melakukan
kegiatan pembelajaran.
Guru Kimia
Peneliti
Dra. Wara Gawatiningsiah
Nur Cholifah
NIP: 19651111 200701 2 017
NIM: 106016200624
Mengetahui,
Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan
Drs. H. Sujana, M.Pd
NIP. 19580601 198101 1 006
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Kelas Eksperimen
Kelompok
:
Nama
: 1.
2.
3.
4.
5.
A. Materi
1. Kemolaran (M)
Untuk menyatakan kadar zat terlarut dalam larutan dinyatakan dengan konsentrasi
larutan.
a.
Pengertian Kemolaran
Kemolaran adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah
mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Kemolaran sama dengan jumlah mol (n)
zat terlarut dibagi dengan volume (v) larutan.
M
n
M
g
M
mL
Keterangan:
M = molaritas (mol⁄L
mmol⁄ )
mL
n = mol zat terlarut (mol atau mmol)
V = volume larutan (L atau mL)
g = massa zat terlarut (gram)
Contoh soal:
10 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan ke dalam air sehingga volume larutan 2
liter. Tentukanlah molaritas larutan NaOH tersebut!
Jawab:
Zat terlarut NaOH 10 gram =
10
mol = 0,25
40
volume larutan = 2 liter
[NaOH] =
b.
n
0,25
=
M = 0,125 M
v
2
Pengenceran
Pengenceran adalah menurunkan atau memperkecil konsentrasi
larutan dengan menambahkan pelarut. Dalam hal ini konsentrasi yang
digunakan adalah molaritas (M). Pada proses pengenceran volume dan
molaritas berubah, sedangkan jumlah molnya tetap.
V1M1 = V2M2
Keterangan:
V1 = volume larutan sebelum diencerkan (L atau mL)
M1 = molaritas larutan sebelum diencerkan
V2 = volume larutan setelah diencerkan (L atau mL)
M2 = molaritas larutan setelah diencerkan
Contoh Soal:
250 mL larutan CaCl2 0,15 M diencerkansampai memperoleh konsentrasi ion
Cl- 0,1 M. Berapakah volume larutan CaCl2 sekarang?
Jawab:
V1M1n
=
V2M2n
250 x 0,15 x 2
=
V2 x 0,1 x 1
V2
=
750 mL
c. Pencampuran
Pencampuran adalah campuran dari dua atau lebih zat yang jenisnya
sama, tetapi konsentrasi berbeda. Dalam hal ini konsentrasi yang digunakan
adalah molaritas (M).
Pada proses pencampuran beberapa zat yang sejenis berlaku rumus:
Mc =
V1 M1  V2 M 2  V3 M 3  ...
V1  V2  V3
Untuk pencampuran 2 jenis zat yang sejenis berlaku rumus:
Mc =
V1 M1  V2 M 2  ...
V1  V2
Keterangan:
Mc = molaritas larutan setelah dicampurkan
V1 = volume larutan pertama yang dicampurkan (L atau mL)
M1 = molaritas larutan pertama
V2 = volume larutan kedua yang dicampurkan (L atau mL)
M2 = molaritas larutan kedua
Contoh soal:
100 mL larutan HCl 0,1 M dicampurkan dengan 150 mL larutan HCl 0,2 M.
Hitunglah konsentrasi larutan setelah dicampurkan!
Jawab:
Rumus percampuran
Mc =
V1 M1  V2 M 2  ...
V1  V2
=
(10 x 0,1)  (150 x 0,2)
100  150
=
40
= 0,16
250
2. Laju reaksi
Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung
lambat. Ledakan bom berlangsung cepat, sedangkan proses besi berkarat berlangsung
lambat. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai laju reaksi. Apakah
laju reaksi itu?
Laju reaksi menyatakan laju perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam
reaksi setiap satuan waktu. Perhatikan grafik berikut.
Konsentrasi
Hasil reaksi (C + D)
Pereaksi (A + B)
Waktu
Grafik hubungan antara perubahan konsentrasi dan waktu
Pada grafik di atas menunjukkan bahwa konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi
kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin lama akan
semakin bertambah.
N2(g) + 3 H2(g)  2 NH3(g)
Pada reaksi diatas dapat dinyatakan:
-
Laju penambahan konsentrasi NH3
-
Laju pengurangan konsentrasi N2 dan H2
Dengan demikian, laju reaksi dapat dinyatakan sebagai pengurangan konsentrasi
pereaksi per satuan waktu, atau penambahan konsentrasi hasil reaksi per satuan
waktu.
Laju Reaksi (v) =
Perubahan konsentrasi (C)
Perubahan waktu (t)
Laju reaksi memiliki satuan Ms-1 (M = molar dan s = sekon = detik)
B. Soal
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Sejumlah asam sulfat dilarutkan ke dalam air sehingga volume larutan 500 mL
dan konsentrasinya 0,1 M. Tentukanlah berapa gram asam sulfat yang dilarutkan
(Mr H2SO4 = 98) ?
J w b:
..
..
2. Sebanyak 2 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan ke dalam air hingga volume larutan
200 mL. Tentukanlah molaritas larutan NaOH tersebut!
J w b:
..
..
3. Diketahui 500 mL larutan HCl 0,1 M. Tentukan berapa mol dan berapa gram HCl
terdapat dalam larutan tersebut! Ar H = 1; Cl = 35,5
J w b:
..
..
4. 100 mL larutan H2SO4 0,1 M diencerkan sehingga konsentrasinya menjadi 0,01
M. Hitunglah volume larutan setelah pengenceran dan volume pelarut yang
ditambahkan!
J w b:
..
..
5. Jika 100 mL larutan HBr 0,8 M dicampurkan dengan 100 mL larutan HBr 0,2 M,
tentukanlah molaritas larutan setelah percampuran!
J w b:
..
..
6. Tentukan reaksi pembentukan gas ammonia sesuai reaksi,
N2(g) + 3H2(g) → NH3(g)
a. Tentukan laju reaksi masing-masing zat!
b. Bagaimanakah hubungan antara
,
?
J w b:
..
..
7. Jelaskan yang dimaksud dengan laju reaksi!
..
Jawab:
..
8. Zat X bereaksi dengan zat Y menurut persamaan kimia:
X
Y → Z. Jik konsen
si w l Y
,5 M d n se el h be e ksi deng n z
X
selama satu menit konsentrasinya menjadi 0,2 M; maka tentukan laju reaksi
tersebut terhadap Y!
J w b:
..
..
9. Ke dalam suatu ruangan 1 liter dicampurkan x mol gas P dan y mol gas Q. Selang
waktu t detik sebagian dari gas-gas tersebut telah membentuk a mol gas R sesuai
persamaan reaksi: 2P(g) + 3Q(g) → R(g). Nyatakan laju reaksi gas P, Q, dan R
tersebut.
J w b:
..
..
10. Laju reaksi dapat diartikan sebagai perubahan konsentrasi tiap satuan waktu.
Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi?
J w b:
..
..
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
PERTEMUAN KE-2
Sekolah
: SMAN 3 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/ Semester
: XI/ I
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Pokok Bahasan
: Laju Reaksi
Alokasi Waktu
: 90 menit
Standar Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar
: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan
melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
: Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi dengan melakukan percobaan.
I. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan
melakukan percobaan.
II. Materi Ajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung (kecepatan reaksi
makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi berarti jarak
antarmolekul rapat/padat, sehingga semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang
menghasilkan reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat.
2. Pengaruh luas permukaan
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya
tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat padat
bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar daripada bentuk kepingan,
sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan.
3. Pengaruh suhu
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak
partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga
banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi
pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat.
4. Pengaruh katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi
terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan
jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar
reaksi dapat berlangsung.
III. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Konsep
IV. Metode Pembelajaran
Eksperimen, diskusi kelompok, dan tanya jawab.
V. Langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Awal
(Apersepsi
dan
Aktivitas Guru
 Menciptakan lingkungan belajar,
seperti berdoa dan salam.
Aktivitas Siswa
 Berdoa dan menyiapkan alat dan
bahan pelajaran
 Menyiapkan sumber belajar dan alat
Motivasi)
dan bahan untuk melakukan
15 menit
percobaan.
 Menjelaskan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai dari materi yang
akan dibahas.
 Menyimak penjelasan guru
 Memotivasi dan menggali
 Siswa menyimak pertanyaan guru
pengetahuan siswa dengan
dan menjawab?
memberikan pertanyaan
Mengapa wortel yang dipotong
kecil-kecil jika direbus lebih cepat
matang dari pada wortel yang tidak
dipotong-potong ?
 Mengajak siswa untuk membentuk 4  Secara
Inti
berkelompok
siswa
60 menit
kelompok (kelompok yang telah
menyiapkan alat dan bahan untuk
(eksplorasi
dibentuk pada pertemuan pertama).
melakukan percobaan.
diskusi,
Kemudian guru membagikan alat  Secara
penjelasan
dan bahan percobaan serta Lembar
konsep)
Kerja Siswa (LKS).
berkelompok
siswa
melakukan
percobaan
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi laju reaksi.
 Memperhatikan cara
tiap-tiap
kerja pada
kelompok
melakukan
percobaan
mengetahui
faktor-faktor
dalam
untuk
yang
mempengaruhi laju reaksi.
 Meminta siswa mendiskusikan hasil  Menemukan konsep atau prinsip
percobaan dan menghubungkannya
berdasarkan
dengan teori laju reaksi berdasarkan
diperoleh dari hasil percobaan
fakta-fakta yang mereka temukan
serta mendiskusikannya.
dari hasil percobaan.
yang
 Berperan aktif dalam diskusi.
 Membimbing siswa menyimpulkan  Salah
Akhir
data-data
seorang
siswa
15 menit
materi yang telah dipelajari dan
menyimpulkan
(Pengemban
melakukan tanya jawab tentang
faktor yang mempengaruhi laju
gan
materi yang belum dipahami.
reaksi.
aplikasi)
dan
tentang
faktor-
VI. Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran
1. Sumber
 Buku kimia SMA kelas XI (Grafindo)
 Buku kimia SMA kelas XI (Yrama Widya)
 Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)
 Lembar Kerja Siswa
2. Alat/media
Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol, alat dan bahan
percobaan.
VII. Penilaian
Penilaian pada soal-soal uraian yang terdapat pada lembar kerja siswa dan Penilaian
performance dilakukan melalui pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan
pembelajaran.
Guru Kimia
Peneliti
Dra. Wara Gawatiningsiah
Nur Cholifah
NIP: 19651111 200701 2 017
NIM: 106016200624
Mengetahui,
Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan
Drs. H. Sujana, M.Pd
NIP. 19580601 198101 1 006
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Kelas Eksperimen
Kelompok
: 1.
2.
3.
4.
5.
A. Molaritas larutan
Tujuan: Untuk menentukan molaritas dari suatu larutan
Alat dan Bahan:
- Gelas kimia 100 mL
- - 5 gram NaCl (Ar: Na=23, Cl=35,5)
- Spatula
- - aquades
Langkah Kerja:
1. Siapkan satu buah gelas kimia.
2. Masukkan 100 mL aquades ke dalam gelas kimia.
3. Masukkan 5 gram NaCl, aduk hingga larut.
Pertanyaan:
Hitung molaritas dari larutan NaCl tersebut?
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
................................................................................................................................
B. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Alat dan Bahan:
1. Gelas kimia 100 mL
2. Gelas ukur
3. Labu ukur 50 mL
4. Ke
s p ih k
n 5
5 cm y ng dibe i nd “X” hi m
5. Stopwatch
6. Larutan HCl 2 M
7. Larutan Na2S2O3 1 M
Langkah kerja:
1. Encerkan larutan Na2S2O3 1 M menjadi Na2S2O3 0,5 M; 0,15 M; 0,10 M; 0,05 M
masing-masing 50 mL.
2. Masukkan 5 mL larutan HCl 2 M ke dalam gelas kimia.
3. Simp n gel s kimi di
s ke
s p ih be
nd ”X”.
4. Tambahkan 25 mL larutan Na2S2O3 0,05 M ke dalam gelas kimia.
5. Catat waktu yang diperlukan sejak penambahan Na2S2O3 s mp i
nd ”X” id k
terlihat lagi.
6. Ulangi langkah 1–5 dengan konsentrasi Na2S2O3 0,10 M; 0,50 M
Data Pengamatan
V Na2S2O3 1 M
M Na2S2O3
yang dipipet
Sebelum Pengenceran
mL
1M
mL
1M
mL
1M
Gelas
1
2
3
[HCl]
2M
2M
2M
[Na2S2O3]
0,05 M
0,10 M
0,50 M
V Na2S2O3
Setelah Pengenceran
50 mL
50 mL
50 mL
Waktu (s)
M Na2S2O3
Setelah Pengenceran
0,05 M
0,10 M
0,50 M
Laju Reaksi (s-1)
Pertanyaan:
1. Gelas manakah yang lebih cep menghil ngk n nd “X”?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap
laju reaksi?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
C. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
Alat dan bahan:
1. Gelas kimia 100 mL
5. Stopwatch
2. Termometer
6. Logam seng
3. Penangas air
7. Larutan HCl 1 M
4. Es batu
Langkah kerja
1. Siapkan gelas kimia sebanyak tiga buah yang telah diberi label 1, 2 dan 3.
2. Tuangkan sekitar 50 mL HCl 1 M ke dalam setiap gelas kimia.
3. Simpan gelas 1 di atas es batu, ukurlah suhunya.
4. Simpan gelas 2 pada suhu kamar.
5. Panaskan gelas 3 pada penangas air. Ukur sampai suhu konstan.
6. Masukkan ke dalam setiap gelas, logam seng dalam berat yang sama (1 g).
7. Catat hasil pengamatan hingga semua logam seng bereaksi.
Data Pengamatan
Gelas
1
2
3
Waktu (s)
Laju Reaksi (s-1)
Pertanyaan:
1. Gelas manakah yang lebih cepat membuat logam seng bereaksi?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh suhu terhadap laju
reaksi?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
D. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.
(Percobaan I)
(Percobaan II)
(Percobaan III)
Alat dan Bahan:
- Gelas kimia
- garam halus
- Spatula
- garam kristal
- Stopwatch
- garam balok
- Aquades
Langkah kerja:
1. Siapkan gelas kimia sebanyak tiga buah dan diberi label 1, 2 dan 3.
2. Tuangkan sekitar 100 mL air ke dalam setiap gelas kimia.
3. Masukkan sekitar 3 gram garam halus ke dalam gelas kimia 1.
4. Masukkan sekitar 3 gram garam kristal ke dalam gelas kimia 2.
5. Masukkan sekitar 3 gram garam balok ke dalam gelas kimia 3.
6. Catat hasil pengamatan hingga garam pada masing-masing gelas larut.
Data Pengamatan
Gelas
1
2
3
Bentuk Garam
Garam halus
Garam kristal
Garam balok
Waktu (s)
Pertanyaan:
1. Manakah garam yang memiliki luas permukaan yang paling besar?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh luas permukaan
terhadap laju reaksi?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
E. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
(Percobaan I)
(Percobaan II)
Alat dan Bahan:
- Alas logam
- gula
- Korek api
- abu rokok
Langkah kerja:
1. Siapkan alas yang terbuat dari logam.
2. Letakkan satu sendok gula diatas alas logam, lalu bakar.
3. Letakkan abu rokok di salah satu sisi gula, lalu bakar.
4. Catat hasil pengamatan, apa yang akan terjadi pada gula.
Data Pengamatan
Bahan yang digunakan
Pengamatan
Percobaan I
Percobaan II
Pertanyaan:
1. Pada percobaan I, apa yang terjadi pada saat gula dibakar?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
2. Pada percobaan II, apa yang terjadi pada gula yang telah diberikan abu rokok di
salah satu sudutnya pada saat dibakar?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
3. Pada percobaan II, apakah yang akan terjadi pada abu rokok setelah proses
pembakaran selesai?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
4. Apakah fungsi abu rokok pada proses pembakaran tersebut?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
5. Bagaimana pengaruh katalis terhadap laju reaksi?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
Kesimpulan:
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, jelaskan kembali apa yang dimaksud dengan
molaritas, laju reaksi serta faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi laju reaksi
dan bagaimana hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
berdasarkan teori tumbukan!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
.................................................................................................................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
PERTEMUAN KE-3
Sekolah
: SMAN 3 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/ Semester
: XI/ I
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Pokok Bahasan
: Laju Reaksi
Alokasi Waktu
: 90 menit
Standar Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar
: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan
melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
: Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu
dan katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori
tumbukan.
I. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis
terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
II. Materi Ajar
Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi
Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang
bereaksi. Namun tidak semua tumbukan antarmolekul pereaksi akan menghasilkan
zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan zat hasil reaksi.
Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang
dimilikinya.
Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan) yaitu
energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar
tumbukan antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi.
Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat dengan cara
memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga energi aktivasi.
1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung (kecepatan reaksi
makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi berarti jarak
antarmolekul rapat/padat, sehingga semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang
menghasilkan reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat.
2. Pengaruh luas permukaan
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya
tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat padat
bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar daripada bentuk kepingan,
sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan.
3. Pengaruh suhu
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak
partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga
banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi
pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat.
4. Pengaruh katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi
terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan
jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar
reaksi dapat berlangsung.
III.
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Konsep
IV.
Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok, tanya jawab
V.
Langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Awal
(Apersepsi
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
 Menciptakan lingkungan belajar,
seperti berdoa dan salam.
bahan pelajaran
dan
 Menyiapkan sumber belajar.
Motivasi)
 Menjelaskan tujuan pembelajaran
15 menit
 Berdoa dan menyiapkan alat dan
 Menyimak penjelasan guru
yang akan dicapai dari materi yang
akan dibahas.
 Siswa menyimak pertanyaan guru
 Memotivasi dan menggali
dan menjawab.
pengetahuan siswa dengan
memberikan pertanyaan
Mengapa ketika kertas dibakar,
dalam beberapa saat kertas tersebut
akan berubah menjadi abu, tetapi
lain halnya ketika sebatang kayu
dibakar. Batang kayu akan terbakar
lebih lambat dibandingkan kertas
yang dibakar. Mengapa demikian?
Inti
 Mengajak siswa untuk membentuk 4  Secara
berkelompok
siswa
60 menit
kelompok (kelompok yang telah
mempelajari
(eksplorasi
dibentuk pada pertemuan pertama).
Siswa (LKS) dan bahan bacaan
diskusi,
Kemudian guru membagikan lembar
untuk
penjelasan
kegiatan
faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep)
diskusi.
siswa
sebagai
bahan
laju
Lembar
berdiskusi
reaksi
Kegiatan
memahami
berdasarkan
teori
tumbukan.
 Membimbing siswa pada tiap-tiap  Berperan aktif dalam diskusi dan
kelompok dalam mengerjakan soal-
menjawab soal-soal yang terdapat
soal pada lembar kegiatan siswa.
dalam lembar kegiatan siswa.
 Mengajak siswa membahas hasil  Secara
berkelompok
siswa
diskusi dengan meminta siswa dari
mempresentasikan
faktor-faktor
tiap kelompok untuk menjelaskan
yang mempengaruhi laju reaksi
hasil diskusi yang diperoleh dari
berdasarkan data percobaan dan
hasil percobaan yang dilakukan pada
menjelaskan
pertemuan
dan
konsentrasi, luas permukaan, suhu
untuk
dan katalis terhadap laju reaksi
sebelumnya
membimbing
siswa
merumuskan
dan
menemukan
pengaruh
berdasarkan teori tumbukan.
sendiri teori berdasarkan fakta-fakta
yang mereka temukan dari hasil
percobaan.
Kelompok
lainnya
memberikan pendapat/ komentar/
saran.
 Membahas
hasil
dan  Menyimak penjelasan guru dan
diskusi
menjelaskan kembali tentang faktor-
memahami
faktor
diskusi
yang
mempengaruhi
laju
reaksi berdasarkan teori tumbukan.
pembahasan
hasil
 Bertanya sesuai konsep yang
dijelaskan.
 Memperlihatkan media flash dan  Siswa memperhatikan media flash
memberikan
dijalan
raya
penjelasan
bahwa
yang
ramai
yang
diperlihatkan
guru
dan
menyimak penjelasan guru.
kemungkinan terjadi tabrakan akan
lebih besar dibandingkan di jalan
yang sepi.
 Meminta siswa maju ke depan  Maju ke depan untuk menuliskan
untuk mengerjakan soal latihan
jawabannya di papan tulis dan
pada lembar kegiatan siswa.
menjelaskannya kepada temanteman yang lain.
 Membimbing siswa menyimpulkan  Salah
Akhir
seorang
siswa
15 menit
materi yang telah dipelajari dan
menyimpulkan
(Pengemban
melakukan tanya jawab tentang
faktor yang mempengaruhi laju
gan
materi yang belum dipahami.
reaksi.
aplikasi)
dan
 Meminta siswa belajar di rumah
tentang materi orde reaksi untuk
pertemuan selanjutnya.
tentang
faktor-
VI.
Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran
1. Sumber
 Buku kimia SMA kelas XI (Bumi Aksara)
 Buku kimia SMA kelas XI (Yrama Widya)
 Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)
 Lembar Kegiatan Siswa
2. Alat/media
Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol, dan media
flash.
VII. Penilaian
Penilaian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes uraian yang terdapat pada
lembar kegiatan siswa dan Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada
saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.
Guru Kimia
Peneliti
Dra. Wara Gawatiningsiah
Nur Cholifah
NIP: 19651111 200701 2 017
NIM: 106016200624
Mengetahui,
Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan
Drs. H. Sujana, M.Pd
NIP. 19580601 198101 1 006
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Kelas Eksperimen
Kelompok
:
Nama
: 1.
2.
3.
4.
5.
A. Materi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsentrasi pereaksi,
luas permukaan, suhu, katalis. Hal ini diterangkan dengan teori tumbukan.
Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang bereaksi.
Namun tidak semua tumbukan antarmolekul pereaksi akan menghasilkan zat hasil
reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan
suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang dimilikinya.
Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan) yaitu
energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar tumbukan
antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi.
Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat dengan cara
memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga energi aktivasi.
1.
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung (kecepatan
reaksi makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi berarti jarak
antarmolekul rapat/padat, sehingga semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang
menghasilkan reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat.
2.
Pengaruh luas permukaan
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya
tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat padat
bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar daripada bentuk kepingan,
sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan.
3.
Pengaruh suhu
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat
gerak partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga
banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi
pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat. Menaikkan suhu berarti menambahkan
energi, sehingga energi kinetik molekul-molekul bertambah akibatnya molekulmolekul lebih aktif bergerak sehingga lebih banyak terjadi tumbukan dan
menghasilkan reaksi, akibatnya reaksi menjadi lebih cepat. Pada umumnya setiap
kenaikkan suhu 10⁰C reaksi menjadi 2 kali lebih cepat, sehingga dapat
dirumuskan:
vt = 2n x v0 dengan n =
t  t0
10
Contoh soal:
Setiap kenaikkan suhu 10⁰C laju reaksi menjadi 2 kali lebih cepat. Suatu
reaksi yang berlangsung pada suhu 30⁰C lajunya adalah x, tentukanlah laju reaksi
pada suhu 100⁰C!
Jawab:
Suhu acuan t0 = 30⁰C mempunyai v0 = x. Setiap kenaikkan suhu 10⁰C, laju
reaksi menjadi 2 kali lebih cepat. Rumus: vt = 2n x v0, di mana n =
v100 → n
100 - 30
10
n = 7, maka v100 = 27 x x
= 128x
t  t0
10
4.
Pengaruh katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi
terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan
jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar
reaksi dapat berlangsung. Katalis yang dapat mempercepat reaksi disebut
katalisator, sedangkan katalis yang dapat memperlambat laju reaksi disebut
inhibitor.
Penentuan Laju Reaksi dari Mekanisme Reaksi
Telah dijelaskan bahwa reaksi terjadi akibat tumbukan antarpartikel atom unsur
atau partikel molekul senyawa zat yang bereaksi. Banyak reaksi yang terjadi melalui
tahapan reaksi (mekanisme reaksi). Misalnya jika kita mereaksikan zat A dan zat B
mengh silk n z
C seb g i be ik : A
B → C. Re ksi y ng be l ngs ng b kan 2
mol zat A bereaksi langsung dengan 1 nol zat B, melainkan berlangsung melalui dua
tahap, yaitu sebagai berikut:
T h p
:A
B → C (be l ngs ng l mb )
T h p
:A
AB → C (be l ngs ng cep )
Dari kedua tahap reaksi tersebut dapat dilihat bahwa reaksi tahap-1 berlangsung lebih
lambat dibandingkan dengan reaksi tahap-2. Untuk menentukan laju reaksi dari
tahapan reaksi tersebut, ditentukan dari tahap reaksi paling lambat. dari reaksi di atas,
tahap reaksi yang paling lambat adalah
A
B → AB
Persamaan laju reaksinya adalah v = k[A][B]
B. Soal
Jawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi?
J w b:
2. Jelaskan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi dengan teori tumbukan!
J w b:
3. Apakah yang dimaksud dengan energi pengaktifan? Jelaskan dengan singkat
hubungan energi pengaktifan dengan laju reaksi!
J w b:
4. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10ºC. Pada suhu
kamar (25ºC) reaksi kamar dapat berlangsung dengan laju 0,01 M/det. Berapa laju
reaksinya bila dilakukan pada suhu 65ºC?
J w b:
5. Jelaskan fungsi katalisator dalam laju reaksi?
J w b:
6. Perhatikan data berikut.
No.
Zn
Larutan HCl
Suhu
1
Serbuk
0,2 M
30 ºC
2
Keping
0,2 M
30 ºC
3
Serbuk
0,5 M
50 ºC
4
Keping
0,2 M
50 ºC
5
Serbuk
0,2 M
50 ºC
Reaksi nomor berapakah yang diharapkan berlangsung paling cepat? Jelaskan dengan
singkat!
J w b:
7. Perhatikanlah diagram perubahan energi dari reaksi berikut!
E (kJ)
100
2HI
75
50
H2 + I2
25
Tentukanlah energi aktivasi dari diagram perubahan energi reaksi tersebut! Termasuk
reaksi eksoterm atau endotermkah reaksi tersebut?
J w b:
8. Diketahui reaksi: 2NO + Br2 → NOB memp ny i h p e ksi seb g i be ik .
NO + Br2 → NOB 2 (lambat)
NOBr2 NO → NOB (cep )
Tentukan persamaan laju reaksinya!
J w b:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
PERTEMUAN KE-4
Sekolah
: SMAN 3 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/ Semester
: XI/ I
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Pokok Bahasan
: Laju Reaksi
Alokasi Waktu
: 90 menit
Standar Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar
: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan
melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
I.
: Menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi
Tujuan Pembelajaran
1.
Siswa dapat menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi
2.
Siswa dapat menghitung laju reaksi
II. Materi Ajar
Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi zat-zat yang bereaksi
dipangkatkan orde reaksi (tingkat reaksi). Secara umum pada reaksi Aa + bB → cC
dD. Laju reaksi dirumuskan dengan:
v = k[A]m[B]n
Ket:
v = laju reaksi
m
= orde reaksi terhadap A
[A] = konsentrasi A (M)
n
= orde reaksi terhadap B
[B] = konsentrasi B (M)
m + n = orde reaksi
k = ketetapan laju reaksi
III.
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Konsep
IV.
Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok, tanya jawab
V.
Langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Awal
(Apersepsi
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
 Menciptakan lingkungan belajar,
seperti berdoa dan salam.
bahan pelajaran.
dan
 Menyiapkan sumber belajar.
Motivasi)
 Menjelaskan tujuan pembelajaran
15 menit
 Berdoa dan menyiapkan alat dan
 Menyimak penjelasan guru.
yang akan dicapai dari materi yang
akan dibahas.
 Siswa menyimak pertanyaan guru
 Memotivasi dan menggali
Inti
pengetahuan siswa dengan
dan menjawab.
memberikan pertanyaan untuk
Faktor-faktor yang mempengaruhi
mengingat kembali materi tentang
laju reaksi
laju reaksi dan faktor-faktor yang
1. Konsentrasi
mempengaruhi laju reaksi.
2. Luas permukaan
Sebutkan faktor-faktor yang
3. Suhu
mempengaruhi laju reaksi?
4. Katalis
 Mengajak siswa untuk membentuk  Secara
berkelompok
siswa
60 menit
4 kelompok (Kelompok yang telah
mempelajari
(eksplorasi
dibentuk pada pertemuan pertama).
Siswa (LKS) dan bahan bacaan
diskusi,
Kemudian
untuk
penjelasan
lembar
konsep)
bahan diskusi.
guru
kegiatan
membagikan
siswa
sebagai
Lembar
Kegiatan
memahami
cara
menentukan persamaan laju reaksi
dan orde reaksi.
 Meminta siswa untuk mengadakan  Berperan aktif dalam diskusi dan
diskusi kelompok untuk memahami
menjawab soal-soal yang terdapat
tentang cara menentukan persamaan
dalam lembar kegiatan siswa.
laju reaksi dan orde reaksi.
 Membimbing siswa pada tiap-tiap
kelompok dalam mengerjakan soal
pada lembar kegiatan siswa.
 Mengajak siswa membahas hasil  Perwakilan
siswa
dari
diskusi dengan meminta perwakilan
kelompok
salah satu siswa pada tiap kelompok
diskusi tentang persamaan laju
untuk membacakan hasil diskusi.
reaksi dan orde reaksi
Kelompok
lainnya
menjelaskan
tiap
hasil
memberikan
pendapat/ komentar/ saran.
 Membahas
hasil
menjelaskan
diskusi
kembali
dan  Menyimak penjelasan guru dan
tentang
persamaan laju reaksi dan orde
reaksi.
memahami
pembahasan
hasil
diskusi
 Bertanya sesuai konsep yang
dijelaskan.
 Meminta siswa maju ke depan  Maju ke depan untuk menuliskan
untuk mengerjakan soal latihan
jawabannya di papan tulis dan
pada lembar kegiatan siswa.
menjelaskan
langkah-langkah
pengerjaan soalnya kepada temanteman yang lain.
 Membimbing siswa menyimpulkan  Salah
Akhir
seorang
siswa
15 menit
materi yang telah dipelajari dan
menyimpulkan tentang persamaan
(Pengemban
melakukan tanya jawab tentang
laju reaksi dan orde reaksi.
gan
materi yang belum dipahami.
dan
aplikasi)
 Memberikan tugas individu yang
terdapat pada buku pelajaran kimia
SMA Kelas XI
VI. Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran
1.
Sumber
 Buku kimia SMA kelas XI (Bumi Aksara)
 Buku kimia SMA kelas XI (Yrama Widya)
 Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)
 Lembar Kegiatan Siswa
2.
Alat/media
Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis dan spidol.
VII. Penilaian
Penilaian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes uraian yang terdapat
pada lembar kerja siswa dan Penilaian performance dilakukan melalui
pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.
Guru Kimia
Peneliti
Dra. Wara Gawatiningsiah
Nur Cholifah
NIP: 19651111 200701 2 017
NIM: 106016200624
Mengetahui,
Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan
Drs. H. Sujana, M.Pd
NIP. 19580601 198101 1 006
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Kelas Eksperimen
Kelompok
:
Nama
: 1.
2.
3.
4.
5.
Menentukan Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi
Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi zat-zat yang bereaksi
dip ngk k n o de e ksi ( ingk
e ksi). Sec
m mp d
e ksi A
bB → cC
dD.
Laju reaksi dirumuskan dengan:
Ket:
v = k[A]m[B]n
v
[A]
[B]
k
= laju reaksi
= konsentrasi A (M)
= konsentrasi B (M)
= ketetapan laju reaksi
m
= orde reaksi terhadap A
n
= orde reaksi terhadap B
m + n = orde reaksi
Jawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Data percobaan suatu reaksi 2A + B2 → AB d l h seb g i be ik .
No
[A] M
[B2] M
V (M/s)
1
0,50
0,50
1,6x10-4
2
0,50
1,00
3,2x10-4
3
1,00
1,00
3,2x10-4
Tentukan:
a. Orde reaksi terhadap A
c. Orde reaksi total
b. Orde reaksi terhadap B2
d. Persamaan laju reaksi
J w b:
2.
Diketahui reaksi:
2NO + 2H2 → N2 + 2H2O
Berlangsung melalui tahap-tahap yang teramati sebagai berikut:
2NO + H2 → N2O + H2O (lambat)
N2O + H2 → N2 + H2O (cepat)
Tentukan:
a. Orde reaksi terhadap NO
c. Orde reaksi total
b. Orde reaksi terhadap H2
d. Persamaan laju reaksi
J w b:
3. Dalam suatu percobaan untuk mengamati reaksi A(g) + B(g) → C(g) diperoleh data
sebagai berikut.
No
[A] M
[B] M
V (M/s)
1
0,1
0,1
2
2
0,1
0,2
8
3
0,2
0,2
16
Tentukan:
a. Orde reaksi terhadap A
c. Orde reaksi total
b. Orde reaksi terhadap B
d. Persamaan Laju Reaksi
J w b:
4. Dari suatu reaksi : 2H2 + 2NO → H2O + N2 diperoleh data sebagai berikut:
No [H2] M
1
0,1
2
0,5
3
0,1
Tentukan:
[NO] M
0,1
0,1
0,3
V (M/s)
0,03
0,15
0,27
a. Orde reaksi terhadap H2 dan NO
b. Persamaan laju reaksi
c. Harga k
d. Laju reaksi jika [H2] = 0,2 M dan [NO] = 0,2 M
J w b:
5.
Dari suatu reaksi : A B → C diperoleh data sebagai berikut:
No
[A] M
1
0,1
2
0,2
3
0,2
Tentukan:
[B] M
0,1
0,1
0,2
a. Orde reaksi terhadap A dan B
b. Persamaan laju reaksi
c. Orde reaksi total
J w b:
t (det)
80
40
10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
PERTEMUAN KE-1
Sekolah
: SMAN 3 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/ Semester
: XI/ I
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Pokok Bahasan
: Laju Reaksi
Alokasi Waktu
: 90 menit
Standar Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar
: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan
melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
: 1. Menentukan konsentrasi larutan.
4. Memahami pengertian laju reaksi.
5. Menentukan laju reaksi berdasarkan persamaan
reaksi.
I.
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menentukan konsentrasi larutan.
2. Siswa dapat memahami pengertian laju reaksi.
3. Siswa dapat menentukan laju reaksi berdasarkan persamaan reaksi.
II. Materi Ajar
1.
Kemolaran (M)
Untuk menyatakan kadar zat terlarut dalam larutan dinyatakan dengan konsentrasi
larutan.
a.
Pengertian Kemolaran
Kemolaran adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah
mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Kemolaran sama dengan jumlah mol (n)
zat terlarut dibagi dengan volume (v) larutan.
M=
n
g
1000
atau M 
x
v
Mr mL
Keterangan:
M = molaritas (mol⁄L
mmol⁄ )
mL
n = mol zat terlarut (mol atau mmol)
V = volume larutan (L atau mL)
g = massa zat terlarut (gram)
b.
Pengenceran
Pengenceran adalah menurunkan atau memperkecil konsentrasi
larutan dengan menambahkan pelarut. Dalam hal ini konsentrasi yang
digunakan adalah molaritas (M). Pada proses pengenceran volume dan
molaritas berubah, sedangkan jumlah molnya tetap.
V1M1 = V2M2
Keterangan:
V1 = volume larutan sebelum diencerkan (L atau mL)
M1 = molaritas larutan sebelum diencerkan
V2 = volume larutan setelah diencerkan (L atau mL)
M2 = molaritas larutan setelah diencerkan
c.
Pencampuran
Pencampuran adalah campuran dari dua atau lebih zat yang jenisnya
sama, tetapi konsentrasi berbeda. Dalam hal ini konsentrasi yang digunakan
adalah molaritas (M).
Pada proses pencampuran beberapa zat yang sejenis berlaku rumus:
M
M
M
Untuk pencampuran 2 jenis zat yang sejenis berlaku rumus:
M
M
Keterangan:
Mc = molaritas larutan setelah dicampurkan
V1 = volume larutan pertama yang dicampurkan (L atau mL)
M1 = molaritas larutan pertama
V2 = volume larutan kedua yang dicampurkan (L atau mL)
M2 = molaritas larutan kedua
2.
Laju reaksi
Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung
lambat. Ledakan bom berlangsung cepat, sedangkan proses besi berkarat
berlangsung lambat. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai laju
reaksi. Apakah laju reaksi itu?
Laju reaksi menyatakan laju perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam
reaksi setiap satuan waktu. Perhatikan grafik berikut.
Konsentrasi
Hasil reaksi (C + D)
Pereaksi (A + B)
Waktu
Grafik hubungan antara perubahan konsentrasi dan waktu
Pada grafik di atas menunjukkan bahwa konsentrasi pereaksi dalam suatu
reaksi kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin
lama akan semakin bertambah.
N2(g) + 3 H2(g)  2 NH3(g)
Pada reaksi diatas dapat dinyatakan:
- Laju penambahan konsentrasi NH3
- Laju pengurangan konsentrasi N2 dan H2
Dengan demikian, laju reaksi dapat dinyatakan sebagai pengurangan
konsentrasi pereaksi per satuan waktu, atau penambahan konsentrasi hasil reaksi
per satuan waktu.
Laju Reaksi (v) =
Perubahan konsentrasi (C)
Perubahan waktu (t)
Laju reaksi memiliki satuan Ms-1 (M = molar dan s = sekon = detik)
III. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Konsep
IV. Metode Pembelajaran
Demonstrasi, ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
V. Langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Awal
(Apersepsi
dan
Aktivitas Guru
 Menciptakan lingkungan belajar,
seperti berdoa dan salam.
 Menjelaskan tujuan pembelajaran
Motivasi)
yang akan dicapai dari materi yang
15 menit
akan dibahas.
 Memotivasi dan menggali
pengetahuan siswa dengan
memberikan pertanyaan.
Suatu reaksi kimia ada yang
berlangsung cepat, ada pula yang
berlangsung lambat. Ledakan bom
berlangsung cepat, sedangkan
proses besi berkarat berlangsung
lambat. Cepat lambatnya suatu
reaksi kimia dinyatakan sebagai
suatu laju reaksi. Apakah laju reaksi
itu?
Aktivitas Siswa
 Berdoa dan menyiapkan alat dan
bahan pelajaran.
 Menyimak penjelasan guru.
 Siswa menyimak pertanyaan guru
dan menjawab.
Inti
60 menit
 Menjelaskan pengertian kemolaran  Menyimak
dan laju reaksi.
penjelasan
guru
tentang pengertian kemolaran dan
(eksplorasi
laju reaksi.
diskusi,
penjelasan
konsep)
 Melakukan
untuk  Mengamati
demonstrasi
demonstrasi
yang
menentukan molaritas dalam suatu
dilakukan guru untuk menentukan
larutan.
molaritas dalam suatu larutan.
 Mengajak siswa untuk membentuk  Secara
4
kelompok.
Kemudian
guru
berkelompok
mempelajari
Lembar
siswa
Kegiatan
membagikan lembar kegiatan siswa
Siswa (LKS) dan bahan bacaan
sebagai bahan diskusi.
untuk
 Meminta siswa untuk mengadakan
berdiskusi
memahami
kemolaran dan konsep laju reaksi
diskusi kelompok untuk memahami  Berperan aktif dalam diskusi dan
tentang konsep kemolaran dan laju
menjawab soal-soal yang terdapat
reaksi.
pada lembar kerja siswa.
 Membimbing siswa pada tiap-tiap
kelompok dalam mengerjakan soal
pada lembar kegiatan siswa.
 Mengajak siswa membahas hasil  Perwakilan
siswa
dari
diskusi dengan meminta perwakilan
kelompok
siswa dari tiap kelompok untuk
diskusi tentang kemolaran dan
membacakan
laju reaksi.
Kelompok
hasil
lainnya
diskusi.
menjelaskan
tiap
hasil
memberikan
pendapat/ komentar/ saran.
 Membahas
menjelaskan
hasil
diskusi
kembali
dan  Menyimak penjelasan guru dan
tentang
kemolaran dan konsep laju reaksi.
memahami
pembahasan
hasil
diskusi
 Bertanya sesuai konsep yang
dijelaskan.
 Meminta siswa maju ke depan  Maju ke depan untuk menuliskan
untuk mengerjakan soal latihan
jawabannya di papan tulis dan
pada lembar kegiatan siswa.
menjelaskan
langkah-langkah
pengerjaan soalnya.
 Membimbing siswa menyimpulkan  Salah
Akhir
seorang
15 menit
materi yang telah dipelajari dan
menyimpulkan
(Pengemban
melakukan tanya jawab tentang
kemolaran dan laju reaksi.
gan
materi yang belum dipahami.
dan
aplikasi)
tentang
 Memberikan tugas individu yang
terdapat pada buku pelajaran kimia
SMA Kelas XI
VI.
Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran
1. Sumber
 Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)
 Buku kimia SMA kelas XI (Yrama Widya) dan Lembar kegiatan siswa
2. Alat/media
Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol, alat dan bahan
percobaan.
VII.
Penilaian
Penilaian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes uraian yang terdapat
pada lembar kegiatan siswa dan Penilaian performance dilakukan melalui
pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.
Guru Kimia
Peneliti
Dra. Wara Gawatiningsiah
Nur Cholifah
NIP: 19651111 200701 2 017
NIM: 106016200624
Mengetahui,
Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan
Drs. H. Sujana, M.Pd.
NIP. 19580601 198101 1 006
siswa
konsep
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Kelas Kontrol
Kelompok
:
Nama
: 1.
2.
3.
4.
5.
A. Materi
a. Kemolaran (M)
Untuk menyatakan kadar zat terlarut dalam larutan dinyatakan dengan konsentrasi
larutan.
1.
Pengertian Kemolaran
Kemolaran adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah
mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Kemolaran sama dengan jumlah mol (n)
zat terlarut dibagi dengan volume (v) larutan.
M
n
M
g
M
mL
Keterangan:
M = molaritas (mol⁄L
mmol⁄ )
mL
n = mol zat terlarut (mol atau mmol)
V = volume larutan (L atau mL)
g = massa zat terlarut (gram)
Contoh soal:
10 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan ke dalam air sehingga volume larutan 2
liter. Tentukanlah molaritas larutan NaOH tersebut!
Jawab:
Zat terlarut NaOH 10 gram =
10
mol = 0,25
40
volume larutan = 2 liter
n
0,25
[NaOH] =
=
M = 0,125 M
v
2
2.
Pengenceran
Pengenceran adalah menurunkan atau memperkecil konsentrasi
larutan dengan menambahkan pelarut. Dalam hal ini konsentrasi yang
digunakan adalah molaritas (M). Pada proses pengenceran volume dan
molaritas berubah, sedangkan jumlah molnya tetap.
V1M1 = V2M2
Keterangan:
V1 = volume larutan sebelum diencerkan (L atau mL)
M1 = molaritas larutan sebelum diencerkan
V2 = volume larutan setelah diencerkan (L atau mL)
M2 = molaritas larutan setelah diencerkan
Contoh Soal:
250 mL larutan CaCl2 0,15 M diencerkansampai memperoleh konsentrasi ion
Cl- 0,1 M. Berapakah volume larutan CaCl2 sekarang?
Jawab:
V1M1n
=
V2M2n
250 x 0,15 x 2
=
V2 x 0,1 x 1
V2
=
750 mL
3. Pencampuran
Pencampuran adalah campuran dari dua atau lebih zat yang jenisnya
sama, tetapi konsentrasi berbeda. Dalam hal ini konsentrasi yang digunakan
adalah molaritas (M).
Pada proses pencampuran beberapa zat yang sejenis berlaku rumus:
Mc =
V1 M1  V2 M 2  V3 M 3  ...
V1  V2  V3
Untuk pencampuran 2 jenis zat yang sejenis berlaku rumus:
Mc =
V1 M1  V2 M 2  ...
V1  V2
Keterangan:
Mc = molaritas larutan setelah dicampurkan
V1 = volume larutan pertama yang dicampurkan (L atau mL)
M1 = molaritas larutan pertama
V2 = volume larutan kedua yang dicampurkan (L atau mL)
M2 = molaritas larutan kedua
Contoh soal:
100 mL larutan HCl 0,1 M dicampurkan dengan 150 mL larutan HCl 0,2 M.
Hitunglah konsentrasi larutan setelah dicampurkan!
Jawab:
Rumus percampuran
Mc =
V1 M1  V2 M 2  ...
V1  V2
=
(10 x 0,1)  (150 x 0,2)
100  150
=
40
= 0,16
250
b. Laju reaksi
Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung
lambat. Ledakan bom berlangsung cepat, sedangkan proses besi berkarat berlangsung
lambat. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai laju reaksi. Apakah
laju reaksi itu?
Laju reaksi menyatakan laju perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam
reaksi setiap satuan waktu. Perhatikan grafik berikut.
Konsentrasi
Hasil reaksi (C + D)
Pereaksi (A + B)
Waktu
Grafik hubungan antara perubahan konsentrasi dan waktu
Pada grafik di atas menunjukkan bahwa konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi
kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin lama akan
semakin bertambah.
N2(g) + 3 H2(g)  2 NH3(g)
Pada reaksi diatas dapat dinyatakan:
-
Laju penambahan konsentrasi NH3
-
Laju pengurangan konsentrasi N2 dan H2
Dengan demikian, laju reaksi dapat dinyatakan sebagai pengurangan konsentrasi
pereaksi per satuan waktu, atau penambahan konsentrasi hasil reaksi per satuan
waktu.
Laju Reaksi (v) =
Perubahan konsentrasi (C)
Perubahan waktu (t)
Laju reaksi memiliki satuan Ms-1 (M = molar dan s = sekon = detik)
Molaritas larutan
Tujuan: Untuk menentukan molaritas dari suatu larutan
Alat dan Bahan:
- Gelas kimia 100 mL
- 5 gram NaCl (Ar: Na=23, Cl=35,5)
- Spatula
- aquades
Langkah Kerja:
1. Siapkan satu buah gelas kimia.
2. Masukkan 100 mL aquades ke dalam gelas kimia.
3. Masukkan 5 gram NaCl, aduk hingga larut.
Pertanyaan:
Hitung molaritas dari larutan NaCl tersebut?
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
................................................................................................................................
B. Soal
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Sejumlah asam sulfat dilarutkan ke dalam air sehingga volume larutan 500 mL
dan konsentrasinya 0,1 M. Tentukanlah berapa gram asam sulfat yang dilarutkan
(Mr H2SO4 = 98) ?
J w b:
..
..
2. Sebanyak 2 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan ke dalam air hingga volume larutan
200 mL. Tentukanlah molaritas larutan NaOH tersebut!
J w b:
..
..
3. Diketahui 500 mL larutan HCl 0,1 M. Tentukan berapa mol dan berapa gram HCl
terdapat dalam larutan tersebut! Ar H = 1; Cl = 35,5
J w b:
..
..
4. 100 mL larutan H2SO4 0,1 M diencerkan sehingga konsentrasinya menjadi 0,01
M. Hitunglah volume larutan setelah pengenceran dan volume pelarut yang
ditambahkan!
J w b:
..
..
5. Jika 100 mL larutan HBr 0,8 M dicampurkan dengan 100 mL larutan HBr 0,2 M,
tentukanlah molaritas larutan setelah percampuran!
..
Jawab:
..
6. Tentukan reaksi pembentukan gas ammonia sesuai reaksi,
N2(g) + 3H2(g) → NH3(g)
c. Tentukan laju reaksi masing-masing zat!
d. Bagaimanakah hubungan antara
?
,
J w b:
..
..
7. Jelaskan yang dimaksud dengan laju reaksi!
..
Jawab:
..
8. Zat X bereaksi dengan zat Y menurut persamaan kimia:
X
Y → Z. Jik konsen
si w l Y
,5 M d n se el h be e ksi deng n z
X
selama satu menit konsentrasinya menjadi 0,2 M; maka tentukan laju reaksi
tersebut terhadap Y!
J w b:
..
..
9. Ke dalam suatu ruangan 1 liter dicampurkan x mol gas P dan y mol gas Q. Selang
waktu t detik sebagian dari gas-gas tersebut telah membentuk a mol gas R sesuai
persamaan reaksi: 2P(g) + 3Q(g) → R(g). Nyatakan laju reaksi gas P, Q, dan R
tersebut.
J w b:
..
..
10. Laju reaksi dapat diartikan sebagai perubahan konsentrasi tiap satuan waktu.
Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi?
J w b:
..
..
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
PERTEMUAN KE-2
Sekolah
: SMAN 3 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/ Semester
: XI/ I
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Pokok Bahasan
: Laju Reaksi
Alokasi Waktu
: 90 menit
Standar Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar
: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan
melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
: Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi dengan melakukan percobaan.
I.
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan
melakukan percobaan.
II.
Materi Ajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
a.
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung (kecepatan reaksi
makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi berarti jarak
antarmolekul rapat/padat, sehingga semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang
menghasilkan reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat.
b.
Pengaruh luas permukaan
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya
tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat padat
bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar daripada bentuk kepingan,
sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan.
c.
Pengaruh suhu
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak
partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga
banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi
pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat.
d.
Pengaruh katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi
terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan
jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar
reaksi dapat berlangsung.
III.
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Konsep
IV.
Metode Pembelajaran
Ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab
V.
Langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Awal
(Apersepsi
dan
Aktivitas Guru
 Menciptakan lingkungan belajar,
seperti berdoa dan salam.
 Menyiapkan sumber belajar, alat
Motivasi)
dan bahan untuk melakukan
15 menit
demonstrasi tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi.
 Menjelaskan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai dari materi yang
akan dibahas.
Aktivitas Siswa
 Berdoa dan menyiapkan alat dan
bahan pelajaran
 Menyimak penjelasan guru
 Memotivasi dan menggali
 Siswa menyimak pertanyaan guru
pengetahuan siswa dengan
dan menjawab.
memberikan pertanyaan
Mengapa wortel yang dipotong
kecil-kecil jika direbus lebih cepat
matang dari pada wortel yang tidak
dipotong-potong ?
 Menjelaskan tentang faktor-faktor  Menyimak penjelasan guru.
Inti
60 menit
yang mempengaruhi laju reaksi.
(eksplorasi
 Mengajak siswa untuk membentuk 4  Secara
berkelompok
siswa
diskusi,
kelompok (kelompok yang telah
mempelajari Lembar Kerja Siswa
penjelasan
dibentuk pada pertemuan pertama).
(LKS)
konsep)
Kemudian guru membagikan lembar
demonstrasi yang dilakukan guru
kerja siswa.
sebagai
 Melakukan
menjelaskan
demonstrasi
faktor-faktor
untuk
yang
dan
bahan
memahami
mengamati
diskusi
untuk
faktor-faktor
yang
mempengaruhi laju reaksi.
mempengaruhi laju reaksi.
berkelompok
siswa
 Meminta siswa mendiskusikan hasil  Secara
mendiskusikan faktor-faktor yang
pengamatan dari demonstrasi dan
menghubungkannya
dengan
teori
laju reaksi berdasarkan fakta-fakta
mempengaruhi
laju
reaksi
berdasarkan data percobaan.
yang mereka temukan dari hasil
pengamatan.
 Membimbing siswa menyimpulkan  Salah
Akhir
seorang
siswa
15 menit
materi yang telah dipelajari dan
menyimpulkan
(Pengemban
melakukan tanya jawab tentang
faktor yang mempengaruhi laju
gan
materi yang belum dipahami.
reaksi.
aplikasi)
dan
tentang
faktor-
VI.
Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran
1. Sumber
 Buku kimia SMA kelas XI (Yrama Widya)
 Buku kimia SMA kelas XI (Grafindo)
 Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)
 Lembar kerja siswa
2. Alat/media
Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol, alat dan bahan
percobaan.
VII.
Penilaian
Penilaian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes uraian yang terdapat pada
lembar kerja siswa dan Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada
saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.
Guru Kimia
Peneliti
Dra. Wara Gawatiningsiah
Nur Cholifah
NIP: 19651111 200701 2 017
NIM: 106016200624
Mengetahui,
Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan
Drs. H. Sujana, M.Pd
NIP. 19580601 198101 1 006
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Kelas Kontrol
Kelompok
: 1.
2.
3.
4.
5.
A. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Alat dan Bahan:
1.
Gelas kimia 100 mL
2.
Gelas ukur
3.
Labu ukur 50 mL
4.
Ke
5.
Stopwatch
6.
Larutan HCl 2 M
7.
Larutan Na2S2O3 1 M
s p ih k
n 5
5 cm y ng dibe i nd “X” hi m
Langkah kerja:
1. Encerkan larutan Na2S2O3 1 M menjadi Na2S2O3 0,5 M; 0,15 M; 0,10 M; 0,05 M
masing-masing 50 mL.
2. Masukkan 5 mL larutan HCl 2 M ke dalam gelas kimia.
3. Simp n gel s kimi di
s ke
s p ih be
nd ”X”.
4. Tambahkan 25 mL larutan Na2S2O3 0,05 M ke dalam gelas kimia.
5. Catat waktu yang diperlukan sejak penambahan Na2S2O3 s mp i
terlihat lagi.
6. Ulangi langkah 1–5 dengan konsentrasi Na2S2O3 0,10 M; 0,50 M;
nd ”X” id k
Data Pengamatan
V Na2S2O3 1 M
M Na2S2O3
yang dipipet
Sebelum Pengenceran
mL
1M
mL
1M
mL
1M
Gelas
1
2
3
[HCl]
2M
2M
2M
[Na2S2O3]
0,05 M
0,10 M
0,50 M
V Na2S2O3
Setelah Pengenceran
50 mL
50 mL
50 mL
Waktu (s)
M Na2S2O3
Setelah Pengenceran
0,05 M
0,10 M
0,50 M
Laju Reaksi (s-1)
Pertanyaan:
1. Gel s m n k h y ng lebih cep menghil ngk n nd “X”?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap
laju reaksi?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................
B. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
Alat dan bahan:
1. Gelas kimia 100 mL
5. Stopwatch
2. Termometer
6. Logam seng
3. Penangas air
7. Larutan HCl 1 M
4. Es batu
Langkah kerja
1. Siapkan gelas kimia sebanyak tiga buah yang telah diberi label 1, 2 dan 3.
2. Tuangkan sekitar 50 mL HCl 1 M ke dalam setiap gelas kimia.
3. Simpan gelas 1 di atas es batu, ukurlah suhunya.
4. Simpan gelas 2 pada suhu kamar.
5. Panaskan gelas 3 pada penangas air. Ukur sampai suhu konstan.
6. Masukkan ke dalam setiap gelas, logam seng dalam berat yang sama (1 g).
7. Catat hasil pengamatan hingga semua logam seng bereaksi.
Data Pengamatan
Gelas
1
2
3
Laju Reaksi (s-1)
Waktu (s)
Pertanyaan:
1. Gelas manakah yang lebih cepat membuat logam seng bereaksi?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh suhu terhadap laju
reaksi?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
C. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.
(Percobaan I)
(Percobaan II)
Alat dan Bahan:
- Gelas kimia
- garam halus
- Spatula
- garam kristal
- Stopwatch
- garam balok
- Aquades
(Percobaan III)
Langkah kerja:
1. Siapkan gelas kimia sebanyak tiga buah dan diberi label 1, 2 dan 3.
2. Tuangkan sekitar 100 mL air ke dalam setiap gelas kimia.
3. Masukkan sekitar 3 gram garam halus ke dalam gelas kimia 1.
4. Masukkan sekitar 3 gram garam kristal ke dalam gelas kimia 2.
5. Masukkan sekitar 3 gram garam balok ke dalam gelas kimia 3.
6. Catat hasil pengamatan hingga garam pada masing-masing gelas larut.
Data Pengamatan
Gelas
1
2
3
Bentuk Garam
Garam halus
Garam kristal
Garam balok
Waktu (s)
Pertanyaan:
1. Manakah garam yang memiliki luas permukaan yang paling besar?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh luas permukaan
terhadap laju reaksi?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
D. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
(Percobaan I)
(Percobaan II)
Alat dan Bahan:
- Alas logam
- gula
- Korek api
- abu rokok
Langkah kerja:
1. Siapkan alas yang terbuat dari logam.
2. Letakkan satu sendok gula diatas alas logam, lalu bakar.
3. Letakkan abu rokok di salah satu sisi gula, lalu bakar.
4. Catat hasil pengamatan, apa yang akan terjadi pada gula.
Data Pengamatan
Bahan yang digunakan
Pengamatan
Percobaan I
Percobaan II
Pertanyaan:
1. Pada percobaan I, apa yang terjadi pada saat gula dibakar?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
2. Pada percobaan II, apa yang terjadi pada gula yang telah diberikan abu rokok di
salah satu sudutnya pada saat dibakar?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
3. Pada percobaan II, apakah yang akan terjadi pada abu rokok setelah proses
pembakaran selesai?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
4. Apakah fungsi abu rokok pada proses pembakaran tersebut?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
5. Bagaimana pengaruh katalis terhadap laju reaksi?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
............................................................................................................................... .
Kesimpulan:
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, jelaskan kembali apa yang dimaksud dengan
molaritas, laju reaksi serta faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi laju reaksi
dan bagaimana hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
berdasarkan teori tumbukan!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
.................................................................................................................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
PERTEMUAN KE-3
Sekolah
: SMAN 3 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/ Semester
: XI/ I
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Pokok Bahasan
: Laju Reaksi
Alokasi Waktu
: 90 menit
Standar Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar
: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan
melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
: Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu
dan katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori
tumbukan.
I.
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis
terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
II.
Materi Ajar
Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi
Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang
bereaksi. Namun tidak semua tumbukan antarmolekul pereaksi akan menghasilkan zat
hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan zat hasil reaksi.
Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang
dimilikinya.
Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan) yaitu
energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar tumbukan
antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi.
Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat dengan cara
memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga energi aktivasi.
1.
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung (kecepatan reaksi
makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi berarti jarak
antarmolekul rapat/padat, sehingga semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang
menghasilkan reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat.
2. Pengaruh luas permukaan
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya
tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat padat
bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar daripada bentuk kepingan,
sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan.
3. Pengaruh suhu
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak
partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga
banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi
pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat.
4. Pengaruh katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi
terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan
jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar
reaksi dapat berlangsung.
III. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Konsep
IV. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok, ceramah, dan tanya jawab
V. Langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Awal
(Apersepsi
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
 Menciptakan lingkungan belajar,
seperti berdoa dan salam.
bahan pelajaran
dan
 Menyiapkan sumber belajar
Motivasi)
 Menjelaskan tujuan pembelajaran
15 menit
 Berdoa dan menyiapkan alat dan
 Menyimak penjelasan guru
yang akan dicapai dari materi yang
akan dibahas.
 Siswa menyimak pertanyaan guru
 Memotivasi dan menggali
dan menjawab.
pengetahuan siswa dengan
memberikan pertanyaan
Mengapa ketika kertas dibakar,
dalam beberapa saat kertas tersebut
akan berubah menjadi abu, tetapi
lain halnya ketika sebatang kayu
dibakar. Batang kayu akan terbakar
lebih lambat dibandingkan kertas
yang dibakar. Mengapa demikian?
Inti
 Menjelaskan
tentang
pengaruh  Menyimak
penjelasan
guru
60 menit
konsentrasi, luas permukaan, suhu
tentang pengaruh konsentrasi, luas
(eksplorasi
dan katalis terhadap laju reaksi
permukaan,
diskusi,
berdasarkan teori tumbukan.
terhadap laju reaksi berdasarkan
penjelasan
suhu
dan
katalis
teori tumbukan.
 Bertanya
konsep)
sesuai
konsep
yang
dijelaskan
 Mengajak siswa untuk membentuk 4  Secara
berkelompok
siswa
kelompok (kelompok yang telah
mempelajari
dibentuk pada pertemuan pertama).
Siswa (LKS) dan bahan bacaan
Kemudian guru membagikan lembar
untuk
kegiatan siswa.
faktor-faktor yang mempengaruhi
laju
Lembar
berdiskusi
reaksi
Kegiatan
memahami
berdasarkan
teori
tumbukan.
 Membimbing siswa pada tiap-tiap  Berperan aktif dalam diskusi dan
kelompok dalam mengerjakan soal-
menjawab soal-soal yang terdapat
soal pada lembar kegiatan siswa.
dalam lembar kegiatan siswa.
 Meminta siswa maju ke depan  Maju ke depan untuk menuliskan
untuk mengerjakan soal latihan pada
jawabannya di papan tulis dan
lembar kegiatan siswa.
menjelaskannya kepada temanteman yang lain.
 Membimbing siswa menyimpulkan  Salah
Akhir
seorang
siswa
15 menit
materi yang telah dipelajari dan
menyimpulkan
(Pengemban
melakukan tanya jawab tentang
faktor yang mempengaruhi laju
gan
materi yang belum dipahami.
reaksi.
dan
aplikasi)
tentang
 Meminta siswa belajar di rumah
tentang materi orde reaksi untuk
pertemuan selanjutnya.
VI. Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran
1. Sumber
 Buku kimia SMA kelas XI (Bumi Aksara)
 Buku kimia SMA kelas XI (Yrama Widya)
 Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)
 Lembar Kegiatan Siswa
2. Alat/media
Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis dan spidol.
VII. Penilaian
Penilaian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes uraian yang terdapat pada
lembar kegiatan siswa dan Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada
saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.
faktor-
Guru Kimia
Peneliti
Dra. Wara Gawatiningsiah
Nur Cholifah
NIP: 19651111 200701 2 017
NIM: 106016200624
Mengetahui,
Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan
Drs. H. Sujana, M.Pd
NIP. 19580601 198101 1 006
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Kelas Kontrol
Kelompok
:
Nama
: 1.
2.
3.
4.
5.
A. Materi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsentrasi pereaksi,
luas permukaan, suhu, katalis. Hal ini diterangkan dengan teori tumbukan.
Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang bereaksi.
Namun tidak semua tumbukan antarmolekul pereaksi akan menghasilkan zat hasil
reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan
suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang dimilikinya.
Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan) yaitu
energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar tumbukan
antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi.
Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat dengan cara
memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga energi aktivasi.
1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung (kecepatan
reaksi makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi berarti jarak
antarmolekul rapat/padat, sehingga semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang
menghasilkan reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat.
2. Pengaruh luas permukaan
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya
tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat padat
bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar daripada bentuk kepingan,
sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan.
3.
Pengaruh suhu
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat
gerak partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga
banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi
pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat. Menaikkan suhu berarti menambahkan
energi, sehingga energi kinetik molekul-molekul bertambah akibatnya molekulmolekul lebih aktif bergerak sehingga lebih banyak terjadi tumbukan dan
menghasilkan reaksi, akibatnya reaksi menjadi lebih cepat. Pada umumnya setiap
kenaikkan suhu 10⁰C reaksi menjadi 2 kali lebih cepat, sehingga dapat
dirumuskan:
vt = 2n x v0 dengan n =
t  t0
10
Contoh soal:
Setiap kenaikkan suhu 10⁰C laju reaksi menjadi 2 kali lebih cepat. Suatu
reaksi yang berlangsung pada suhu 30⁰C lajunya adalah x, tentukanlah laju reaksi
pada suhu 100⁰C!
Jawab:
Suhu acuan t0 = 30⁰C mempunyai v0 = x. Setiap kenaikkan suhu 10⁰C, laju
reaksi menjadi 2 kali lebih cepat. Rumus: vt = 2n x v0, di mana n =
v100 → n
t  t0
10
100 - 30
10
n = 7, maka v100 = 27 x x
= 128x
4.
Pengaruh katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi
terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan
jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar
reaksi dapat berlangsung. Katalis yang dapat mempercepat reaksi disebut
katalisator, sedangkan katalis yang dapat memperlambat laju reaksi disebut
inhibitor.
Penentuan Laju Reaksi dari Mekanisme Reaksi
Telah dijelaskan bahwa reaksi terjadi akibat tumbukan antarpartikel atom unsur
atau partikel molekul senyawa zat yang bereaksi. Banyak reaksi yang terjadi melalui
tahapan reaksi (mekanisme reaksi). Misalnya jika kita mereaksikan zat A dan zat B
menghasilkan zat C sebagai berikut: 2A + B → C. Re ksi y ng be l ngs ng b k n
mol zat A bereaksi langsung dengan 1 nol zat B, melainkan berlangsung melalui dua
tahap, yaitu sebagai berikut:
T h p
:A
B → C (be l ngs ng l mb )
T h p
:A
AB → C (be l ngs ng cep )
Dari kedua tahap reaksi tersebut dapat dilihat bahwa reaksi tahap-1 berlangsung lebih
lambat dibandingkan dengan reaksi tahap-2. Untuk menentukan laju reaksi dari
tahapan reaksi tersebut, ditentukan dari tahap reaksi paling lambat. dari reaksi di atas,
tahap reaksi yang paling lambat adalah
A + B → AB
Persamaan laju reaksinya adalah v = k[A][B]
B. Soal
Jawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi?
J w b:
2. Jelaskan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi dengan teori tumbukan!
J w b:
3. Apakah yang dimaksud dengan energi pengaktifan? Jelaskan dengan singkat
hubungan energi pengaktifan dengan laju reaksi!
J w b:
4. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10ºC. Pada suhu
kamar (25ºC) reaksi kamar dapat berlangsung dengan laju 0,01 M/det. Berapa laju
reaksinya bila dilakukan pada suhu 65ºC?
J w b:
5. Jelaskan fungsi katalisator dalam laju reaksi?
J w b:
6. Perhatikan data berikut.
No.
Zn
Larutan HCl
Suhu
1
Serbuk
0,2 M
30 ºC
2
Keping
0,2 M
30 ºC
3
Serbuk
0,5 M
50 ºC
4
Keping
0,2 M
50 ºC
5
Serbuk
0,2 M
50 ºC
Reaksi nomor berapakah yang diharapkan berlangsung paling cepat? Jelaskan dengan
singkat!
J w b:
7. Perhatikanlah diagram perubahan energi dari reaksi berikut!
E (kJ)
100
2HI
75
50
H2 + I2
25
Tentukanlah energi aktivasi dari diagram perubahan energi reaksi tersebut! Termasuk
reaksi eksoterm atau endotermkah reaksi tersebut?
J w b:
8. Diketahui reaksi: 2NO + Br2 → NOB memp ny i h p e ksi seb g i be ik .
NO + Br2 → NOB 2 (lambat)
NOBr2 NO → NOB (cep )
Tentukan persamaan laju reaksinya!
J w b:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
PERTEMUAN KE-4
Sekolah
: SMAN 3 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/ Semester
: XI/ I
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Pokok Bahasan
: Laju Reaksi
Alokasi Waktu
: 90 menit
Standar Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar
: 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan
melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
: Menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi
I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi
2. Siswa dapat menghitung laju reaksi
II. Materi Ajar
Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi zat-zat yang bereaksi
dipangkatkan orde reaksi (tingkat reaksi). Secara umum pada reaksi Aa + bB → cC
dD. Laju reaksi dirumuskan dengan:
v = k[A]m[B]n
Ket:
v = laju reaksi
m
= orde reaksi terhadap A
[A] = konsentrasi A (M)
n
= orde reaksi terhadap B
[B] = konsentrasi B (M)
m + n = orde reaksi
k = ketetapan laju reaksi
III. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Konsep
IV. Metode Pembelajaran
Ceramah, tanya jawab
V. Langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Awal
(Apersepsi
dan
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
 Menciptakan lingkungan belajar,
seperti berdoa dan salam.
bahan pelajaran.
 Menjelaskan tujuan pembelajaran
Motivasi)
yang akan dicapai dari materi yang
15 menit
akan dibahas.
 Memotivasi dan menggali
Inti
60 menit
(eksplorasi
 Berdoa dan menyiapkan alat dan
 Menyimak penjelasan guru.
 Siswa antusias menyimak
pengetahuan siswa dengan
pertanyaan guru dan menjawab.
memberikan pertanyaan untuk
Faktor-faktor yang mempengaruhi
mengingat kembali materi tentang
laju reaksi
laju reaksi dan faktor-faktor yang
1. Konsentrasi
mempengaruhi laju reaksi.
2. Luas permukaan
Sebutkan faktor-faktor yang
3. Suhu
mempengaruhi laju reaksi?
4. Katalis
 Membagikan
lembar
kegiatan  Mempelajari
siswa.
 Menjelaskan
lembar
kegiatan
siswa.
tentang
persamaan  Menyimak
dan
memahami
diskusi,
laju reaksi dan cara menentukan
penjelasan
penjelasan
orde reaksi.
persamaan laju reaksi dan cara
konsep)
guru
tentang
menentukan laju reaksi.
 Bertanya
sesuai
konsep
yang
dijelaskan
 Meminta siswa untuk mengerjakan  Mengerjakan
soal-soal
tentang
soal-soal tentang persamaan laju
persamaan laju reaksi dan orde
reaksi dan orde reaksi yang terdapat
reaksi yang terdapat pada lembar
pada lembar kegiatan siswa.
kegiatan siswa.
 Membimbing siswa mengerjakan
soal-soal yang terdapat pada lembar
kegiatan siswa.
 Meminta siswa maju ke depan  Maju ke depan untuk menuliskan
untuk mengerjakan soal latihan
jawabannya di papan tulis dan
pada lembar kegiatan siswa.
menjelaskan
langkah-langkah
pengerjaan soalnya kepada temanteman yang lain.
 Membimbing siswa menyimpulkan  Salah
Akhir
seorang
siswa
15 menit
materi yang telah dipelajari dan
menyimpulkan tentang persamaan
(Pengemban
melakukan tanya jawab tentang
laju reaksi dan orde reaksi.
gan
materi yang belum dipahami.
dan
aplikasi)
 Memberikan tugas individu yang
terdapat pada buku pelajaran kimia
SMA Kelas XI
VI. Sumber dan Alat/ Media Pembelajaran
1. Sumber
 Buku kimia SMA kelas XI (Grafindo)
 Buku kimia SMA kelas XI (Yrama Widya)
 Buku kimia SMA kelas XI (Yudhistira)
 Lembar kegiatan siswa
2. Alat/media
Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis dan spidol.
VII. Penilaian
Penilaian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes uraian yang terdapat pada
lembar kegiatan siswa dan Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada
saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.
Guru Kimia
Peneliti
Dra. Wara Gawatiningsiah
Nur Cholifah
NIP: 19651111 200701 2 017
NIM: 106016200624
Mengetahui,
Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan
Drs. H. Sujana, M.Pd
NIP. 19580601 198101 1 006
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Kelas Kontrol
Kelompok
:
Nama
: 1.
2.
3.
4.
5.
Menentukan Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi
Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi zat-zat yang bereaksi
dip ngk k n o de e ksi ( ingk
e ksi). Sec
m mp d
e ksi A
bB → cC
dD.
Laju reaksi dirumuskan dengan:
Ket:
v = k[A]m[B]n
v
[A]
[B]
k
= laju reaksi
= konsentrasi A (M)
= konsentrasi B (M)
= ketetapan laju reaksi
m
= orde reaksi terhadap A
n
= orde reaksi terhadap B
m + n = orde reaksi
Jawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1.
Data percobaan suatu reaksi 2A + B2 → AB d l h seb g i be ik .
No
[A] M
[B] M
V (M/s)
1
0,50
0,50
1,6x10-4
2
0,50
1,00
3,2x10-4
3
1,00
1,00
3,2x10-4
Tentukan:
a. Orde reaksi terhadap A
c. Orde reaksi total
b. Orde reaksi terhadap B2
d. Persamaan laju reaksi
J w b:
2. Diketahui reaksi:
2NO + 2H2 → N2 + 2H2O
Berlangsung melalui tahap-tahap yang teramati sebagai berikut:
2NO + H2 → N2O + H2O (lambat)
N2O + H2 → N2 + H2O (cepat)
Tentukan:
a. Orde reaksi terhadap NO
c. Orde reaksi total
b. Orde reaksi terhadap H2
d. Persamaan laju reaksi
J w b:
3. Dalam suatu percobaan untuk mengamati reaksi A(g) + B(g) → C(g) diperoleh data
sebagai berikut.
No
[A] M
[B] M
V (M/s)
1
0,1
0,1
2
2
0,1
0,2
8
3
0,2
0,2
16
Tentukan:
a. Orde reaksi terhadap A
c. Orde reaksi total
b. Orde reaksi terhadap B
d. Persamaan Laju Reaksi
J w b:
4. Dari suatu reaksi : 2H2 + 2NO → H2O + N2 diperoleh data sebagai berikut:
No [H2] M
1
0,1
2
0,5
3
0,1
Tentukan:
[NO] M
0,1
0,1
0,3
V (M/s)
0,03
0,15
0,27
a. Orde reaksi terhadap H2 dan NO
b. Persamaan laju reaksi
c. Harga k
d. Laju reaksi jika [H2] = 0,2 M dan [NO] = 0,2 M
J w b:
5. Dari suatu reaksi : A B → C diperoleh data sebagai berikut:
No
[A] M
1
0,1
2
0,2
3
0,2
Tentukan:
[B] M
0,1
0,1
0,2
a. Orde reaksi terhadap A dan B
b. Persamaan laju reaksi
c. Orde reaksi total
J w b:
t (det)
80
40
10
KISI-KISI INSTRUMENT
TEST URAIAN
Satuan pendidikan : SMAN 3 Tangerang Selatan
Kelas/ Semester
: XI/I
Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar
3.1 Mendeskripsikan
Materi
Indikator
Kemolaran
Menentukan
pengertian laju reaksi
konsentrasi
dengan melakukan
larutan
Soal
1. Konsentrasi 100cm3 larutan yang mengandung 585 mg NaCl
(M
faktor-faktor yang
mempengaruhi laju
larutan HCl 0,2 M. Tentukanlah konsentrasi larutan setelah
reaksi.
dic mp k n
reaksi
laju Memahami
4. Jel sk n y ng dim ks d deng n l j
e ksi
pengertian laju 5. Diketahui reaksi pembentukan gas ammonia sesuai reaksi,
reaksi
Soal
Maksimal
C3
4
C3
4
C3
4
C1
4
C2
4
n N OH ,5 M d l h
3. 100 mL larutan HCl 0,1 M dicampurkan dengan 150 mL
Konsep
Skor
.
2. Massa NaOH (Mr = 40) yang terkandung dalam 150 mL
l
percobaan tentang
58,5) d l h
Ranah
N2(g) + 3H2(g) → NH3(g)
a. Tuliskan laju reaksi masing-masing zat!
b. Bagaimanakah hubungan antara
,
, V NH3
6. Diagram suatu reaksi ditunjukkan sebagai berikut
C2
4
C1
4
C2
4
C3
4
[P]
t
Jika reaksi kimia dari diagram tersebut:
P(g) + Q(g) → R(g) + S(g)
Tuliskan laju reaksi masing-masing zat!
Faktor-faktor
Menentukan
7. Sebutkan faktor-f k o y ng mempeng
yang
faktor-faktor
8. D
mempengaruhi
yang
laju reaksi
mempengaruhi
laju reaksi
h sil pe cob n n k e ksi, A
Percobaan
1
2
3
4
5
Massa Bentuk
zat A
5g
5g
5g
5g
5g
Serbuk
Larutan
Butiran
Larutan
Larutan
[B]
0,1 M
0,1 M
0,1 M
0,2 M
0,1 M
hi l j
e ksi
B→C
Waktu Suhu
2s
3s
5s
1,5 s
1,5 s
25⁰C
25⁰C
25⁰C
25⁰C
25⁰C
Pada percobaan (1) dan (3), laju reaksi dipengaruhi
oleh faktor? Jelaskan!
9. Setiap kenaikan suhu 10⁰C laju reaksi menjadi 2 kali lebih
cepat. Suatu reaksi yang berlangsung pada suhu 30⁰C lajunya
adalah x. Tentukanlah laju reaksi pada suhu 100⁰C!
10. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25⁰C sangat sukar
C4
4
C1
4
C1
4
C1
4
C3
4
C1
4
terjadi meskipun dilakukan dengan cara pemanasan, bahkan
sampai mencair dan mendidih. Tetapi bila dicampur sedikit
serbuk MnO2 penguraian berlangsung lebih cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh? Jelaskan!
3.2 Memahami teori
tumbukan (tabrakan)
Teori
Menentukan
Tumbukan
faktor-faktor
untuk menjelaskan
yang
faktor-faktor penentu
mempengaruhi
laju dan orde reaksi
laju
serta terapannya
berdasarkan
dalam kehidupan
teori tumbukan
sehari-hari.
11. Jelaskanlah secara singkat dan jelas pengaruh suhu terhadap
laju reaksi berdasarkan teori tumbukan?
12. Jelaskan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
berdasarkan teori tumbukan?
reaksi 13. Apakah yang dimaksud dengan energi pengaktifan?
14. Perhatikanlah diagram perubahan energi dari reaksi berikut!
E (kJ)
100
75
2HI
50
25
H2 + I2
Tentukanlah besarnya energi pengaktifan dan perubahan
entalpi (𝛥H) dari reaksi tersebut!
15. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang katalis?
16. Gas buangan mesin merupakan sumber polusi udara yang
C5
8
C6
8
paling besar. Polutan yang berbahaya itu, antara lain karbon
monoksida (CO), NO, dan NO2). Salah satu upaya
penanggulangan yang dikembangkan adalah penggunaan
katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang
tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas. Katalis
jenis apakah yang digunakan untuk menanggulangi polusi
udara pada gas buangan mesin dan Bagaimanakah prinsip
kerja katalis tersebut dalam menanggulangi polusi udara pada
gas buangan mesin tersebut?
17. Gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber utama
polusi udara yang mengandung gas berbahaya yaitu gas CO,
NO, NO2 dan Pb. Berbagai cara telah dilakukan untuk
mencegah
polusi
tersebut.
Salah
satu
cara
untuk
menghilangkan polusi timbal dilakukan dengan mengganti
bensin bebas timbal. Salah satu penelitian yang dilakukan
yaitu dengan mengkondisikan gas CO dan hidrokarbon dapat
bereaksi dengan gas NO. Persamaan reaksi:
CO + NO  CO2 + N2
CH4 + 2NO2 CO2 + N2+H2O
Reaksi tersebut hanya dapat berlangsung pada suhu yang
tinggi. Tetapi pada suhu yang sangat tinggi mesin bekerja
tidak efektif. dari penelitian tersebut ditentukan suatu katalis
yang terbuat dari campuran logam platina dan rhodium (PtRh) untuk mengatasi masalah tersebut. Bagaimanakah
penggunaan katalis Pt-Rh ditinjau dari segi teknis, ekonomis,
dan dampak lingkungan?
Orde Reaksi
Menentukan
18. Diketahui reaksi: 2NO + 2H2 → N2 + 2H2O mempunyai tahap
persamaan
reaksi sebagai berikut.
Laju reaksi dan
2NO + H2 → N2O + H2O (lambat)
orde reaksi.
N2O + H2 → N2 + H2O (cepat)
C3
4
C3
4
a. Orde reaksi terhadap NO
b. Orde reaksi terhadap H2
c. Orde reaksi total
d. Persamaan laju reaksi
19. Dari reaksi N2(g) + 3H2(g) → NH3(g) diperoleh data sebagai
berikut:
No
1
2
3
[N2]
0,1 M
0,2 M
0,2 M
[H2]
0,1 M
0,1 M
0,2 M
V (M/det)
0,01
0,02
0,04
Tentukan: a. Orde reaksi terhadap N2
b. Orde reaksi terhadap H2
c. Persamaan laju reaksi
20. Dari suatu reaksi 2H2 + 2NO → H2O + N2 diperoleh data
sebagai berikut:
No
[H2]
[NO] V (M/det)
1
0,1 M 0,1 M
0,03
2
0,5 M 0,1 M
0,15
3
0,1 M 0,5 M
0,27
Tentukan:
a. Orde reaksi terhadap H2 dan NO
b. Persamaan laju reaksi
c. Harga k
d. Laju reaksi jika [H2] = 0,2 M dan [NO] = 0,2 M
C3
4
Jawaban dan Pedoman Penilaian
No.
Instrumen
1.
Konsentrasi 100cm3 larutan yang mengandung 585 mg
NaCl (Mr = 58,5) adalah
2.
Jawaban
0
Diketahui: V
= 100 cm3 = 0,1 L
Massa = 585 mg = 0,585 g
Mr
= 58,5
Di ny : Mol i s ?
Jawab:
g
1000
M=
x
Mr
mL
g
1000
M=
x
Mr
mL
0,585 1000
=
x
100
58,5
(Rumus benar, perhitungan salah)
g
1000
M=
x
Mr
mL
0,585 1000
=
x
100
58,5
= 0,1 M
Massa NaOH (Mr = 40) yang terkandung dalam 150 mL
l
n N OH ,5 M d l h
Skor
1
2
3
4
0
Diketahui: V = 150 mL Mr = 40
M = 0,5
Di ny : M ss N OH ?
1
Jawab: M =
x
2
1000
mL
g
1000
x
Mr
mL
g
1000
0,5 =
x
40
150
(Rumus benar, perhitungan salah)
g
1000
M=
x
Mr
mL
g
1000
0,5 =
x
40
150
g = 3,00
M=
3.
100 mL larutan HCl 0,1 M dicampurkan dengan 150 mL
3
4
0
larutan HCl 0,2 M. Tentukanlah konsentrasi larutan Diketahui: M1 = 0,1 M
V1 = 100 mL
se el h dic mp k n
Ditanya: Mc ?
Jawab:
M V  M 2 V2
Mc = 1 1
V1  V2
M2 = 0,2 M
V2 = 150 mL
M1 V1  M 2 V2
V1  V2
0,1.100  0,2.150
=
100  150
(Rumus benar, perhitungan salah)
M V  M 2 V2
Mc = 1 1
V1  V2
Mc =
1
2
3
4
0,1.100  0,2.150
100  150
= 0,16 M
=
4.
5.
Jel sk n y ng dim ks d deng n l j
e ksi
0
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi.
1
Laju reaksi adalah laju berkurangnya konsentrasi zat reaktan.
2
Laju reaksi adalah laju berkurangnya konsentrasi zat reaktan atau laju
bertambahnya konsentrasi suatu produk.
Laju reaksi adalah laju berkurangnya konsentrasi zat reaktan atau laju
bertambahnya konsentrasi suatu produk tiap satuan waktu.
3
Diketahui reaksi pembentukan gas ammonia sesuai reaksi,
N2(g) + 3H2(g) → NH3(g)
d. Bagaimanakah hubungan antara
0
Reaksi: N2(g) + 3H2(g) → NH3(g)
c. Tuliskan laju reaksi masing-masing zat!
,
,
4
1
VN 2 = -
Δ[N 2 ]
Δt
VN 2 = -
Δ[N 2 ]
Δ[H 2 ]
, VH 2 = ,
Δt
Δt
2
VN 2 = -
Δ[NH3 ]
Δ[N 2 ]
Δ[H 2 ]
, VH 2 = , VNH 3 = +
Δt
Δt
Δt
3
VN 2 = -
Δ[NH3 ]
Δ[N 2 ]
Δ[H 2 ]
, VH 2 = , VNH 3 = +
Δt
Δt
Δt
4
Hubungan VN 2 : VH 2 : VNH 3 = 1 : 3 : 2
6.
Diagram suatu reaksi ditunjukkan sebagai berikut
[P]
0
Δ[P]
Δt
Δ[P]
Δ[Q]
Vp = VQ = Δt
Δt
Δ[P]
Δ[Q]
Vp = VQ = VR = +
Δt
Δt
Laju reaksi masing-masing zat adalah
Δ[P]
Δ[Q]
Vp = VQ = VR = +
Δt
Δt
1
Vp = -
T
Jika reaksi kimia dari diagram tersebut,
P(g) + Q(g) → R(g) + S(g). Tuliskan laju reaksi masingmasing zat!
7.
8.
Sebutkan faktor-f k o y ng mempeng
hi l j
2
Δ[R]
Δt
3
4
Δ[R]
Δt
VS = +
Δ[S]
Δt
e ksi
Konsentrasi (atau salah satunya)
0
1
Konsentrasi dan luas permukaan (atau menyebutkan dua faktor)
2
Konsentrasi, luas permukaan, dan suhu (atau menyebutkan lebih dari dua)
3
Konsentrasi, luas permukaan, suhu, dan katalis
4
Data hasil percobaan untuk reaksi, A + B → C
Percobaan
1
2
3
4
5
Massa Bentuk
zat A
5g
5g
5g
5g
5g
Serbuk
Larutan
Butiran
Larutan
Larutan
[B]
0,1 M
0,1 M
0,1 M
0,2 M
0,1 M
0
Waktu Suhu
2s
3s
5s
1,5 s
1,5 s
25⁰C
25⁰C
25⁰C
25⁰C
25⁰C
Laju reaksi pada percobaan tersebut dipengaruhi oleh luas permukaan.
1
Laju reaksi pada percobaan tersebut dipengaruhi oleh luas permukaan.
2
Karena laju reaksi pada percobaan (1) lebih besar dibandingkan dengan
laju reaksi pada percobaan (3).
Laju reaksi pada percobaan tersebut dipengaruhi oleh luas permukaan.
Karena laju reaksi pada percobaan (1) lebih besar dibandingkan dengan
3
Pada percobaan (1) dan (3), laju reaksi dipengaruhi oleh laju reaksi pada percobaan (3). Makin luas permukaan sentuhan semakin
faktor? Jelaskan!
banyak kemungkinan terjadinya tumbukan.
Laju reaksi pada percobaan tersebut dipengaruhi oleh luas permukaan.
4
Karena laju reaksi pada percobaan (1) lebih besar dibandingkan dengan
laju reaksi pada percobaan (3). Makin luas permukaan sentuhan semakin
banyak kemungkinan terjadinya tumbukan antar partikel pereaksi
sehingga makin cepat reaksinya.
9.
Setiap kenaikan suhu 10⁰C laju reaksi menjadi 2 kali
0
v0 = x
lebih cepat. Suatu reaksi yang berlangsung pada suhu Diketahui: t0 = 30⁰C
t = 100⁰C
30⁰C lajunya adalah x. Tentukanlah laju reaksi pada suhu
Ditanya: v100...?
100⁰C!
t  t0
Jawab: vt = 2n x v0 dengan n =
10
t  t0
vt = 2n x v0 dengan n =
10
t  t 0 100  30
n=
=
= 7 Jadi, v100 = 2n x v0 = 27 x x
10
10
(Rumus benar, perhitungan salah)
t  t0
vt = 2n x v0 dengan n =
10
t  t 0 100  30
n=
=
= 7 Jadi, v100 = 2n x v0 = 27 x x = 128x
10
10
1
2
3
4
10.
0
Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25⁰C sangat
sukar
terjadi
meskipun
dilakukan
dengan
cara Hal tersebut dipengaruhi oleh katalis.
1
pemanasan, bahkan sampai mencair dan mendidih. Tetapi Karena katalis merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi.
2
bila
3
dicampur
sedikit
serbuk
MnO2
penguraian Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi dimana pada akhir
berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa laju reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap.
reaksi dipengaruhi oleh? Jelaskan!
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi dimana pada akhir
4
reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat
reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi.
11.
Jelaskanlah secara singkat dan jelas pengaruh suhu
terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan?
0
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan.
1
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi suhu
2
makin cepat gerak partikel-partikel pereaksi.
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi suhu
3
makin cepat gerak partikel-patikel pereaksi dan makin besar pula energi
kinetiknya.
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi suhu
makin cepat gerak partikel-patikel pereaksi dan makin besar pula energi
kinetiknya sehingga banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki
energi yang mencapai energi pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat.
4
12.
Jelaskan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
berdasarkan teori tumbukan?
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya
0
1
tumbukan.
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya
2
tumbukan antar partikel pereaksi.
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya
3
tumbukan antar partikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya.
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya
4
tumbukan antar partikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya. Zat
padat bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih besar dari pada
bentuk kepingan, sehingga zat padat bentuk serbuk bereaksi lebih cepat
daripada bentuk kepingan.
13.
Energi pengaktifan adalah energi kinetik minimum.
0
1
Energi pengaktifan adalah energi minimum yang harus dimiliki oleh
2
Apakah yang dimaksud dengan energi pengaktifan?
partikel-partikel pereaksi.
Energi pengaktifan adalah energi minimum yang harus dimiliki oleh
3
partikel-partikel pereaksi agar menghasilkan reaksi
Energi pengaktifan adalah energi kinetik minimum yang harus dimiliki
oleh partikel-partikel pereaksi agar menghasilkan reaksi bila saling
bertumbukan.
4
14.
Perhatikanlah diagram perubahan energi dari reaksi
berikut!
Dari diagram perubahan energi pada soal diperoleh:
E (kJ)
100
75
50
25 H2 + I2
0
2HI
Tentukanlah besarnya
a. Zat reaktan adalah gas H2 dan gas I2
energi pengaktifan dan
b. Zat produk adalah gas HI
perubahan entalpi (𝛥H) Dari diagram perubahan energi pada soal diperoleh:
tersebut!
1
2
a. Zat reaktan adalah gas H2 dan gas I2
b. Zat produk adalah gas HI
Reaksi: H2 + I2 → HI
Kedudukan energi produk lebih tinggi dari kedudukan energi reaktan
berarti reaksi ini adalah reaksi endoterm.
Dari diagram perubahan energi pada soal diperoleh:
3
a. Zat reaktan adalah gas H2 dan gas I2
b. Zat produk adalah gas HI
Kedudukan energi produk lebih tinggi dari kedudukan energi reaktan
berarti reaksi ini adalah reaksi endoterm.
Energi pengaktifan (Ea) = (100 - 25) kJ = 75 kJ
Dari diagram perubahan energi pada soal diperoleh:
c. Zat reaktan adalah gas H2 dan gas I2
d. Zat produk adalah gas HI
Kedudukan energi produk lebih tinggi dari kedudukan energi reaktan
4
berarti reaksi ini adalah reaksi endoterm.
Energi pengaktifan (Ea) = (100 - 25) kJ = 75 kJ
𝛥H reaksi = (75 – 25) kJ = 50 kJ
15.
Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang katalis?
0
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi.
1
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi dimana pada akhir
2
reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap.
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi dimana pada akhir
3
reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat
reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi.
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi dimana pada akhir
4
reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat
reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum
yang harus dimiliki agar reaksi dapat berlangsung.
16.
Gas buangan mesin merupakan sumber polusi udara yang
0
paling besar. Polutan yang berbahaya itu, antara lain Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah dengan
1
karbon monoksida (CO), NO, dan NO2). Salah satu menggunakan katalis.
upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah dengan
penggunaan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menggunakan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang
menjadi gas yang tidak berbahaya sebelum dibuang ke tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas.
2
udara bebas. Katalis jenis apakah yang digunakan untuk Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah dengan
3
menanggulangi polusi udara pada gas buangan mesin dan menggunakan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang
Bagaimanakah prinsip kerja katalis tersebut dalam tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas. Katalis yang digunakan
menanggulangi polusi udara pada gas buangan mesin?
adalah oksida logam transisi dan logam mulia seperti platina.
Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah dengan
4
menggunakan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang
tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas. Katalis yang digunakan
adalah oksida logam transisi dan logam mulia seperti platina. Katalis
tersebut dipasang pada saluran pembuangan mesin (knalpot) sehingga
dilewati oleh gas buang.
Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah dengan
5
menggunakan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang
tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas. Katalis yang digunakan
adalah oksida logam transisi dan logam mulia seperti platina. Katalis
tersebut dipasang pada saluran pembuangan mesin (knalpot) sehingga
dilewati oleh gas buang. Katalis tersebut mengatalisis reaksi berikut.
CxHy(g) + O2(g) →CO2(g) + H2O(g)
Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah dengan
menggunakan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang
tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas. Katalis yang digunakan
6
adalah oksida logam transisi dan logam mulia seperti platina. Katalis
tersebut dipasang pada saluran pembuangan mesin (knalpot) sehingga
dilewati oleh gas buang. Katalis tersebut mengatalisis beberapa reaksi
berikut.
CxHy(g) + O2(g) →CO2(g) + H2O(g)
2CO(g) + O2(g)  2CO2(g)
Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah dengan
7
menggunakan katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang
tidak berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas. Katalis yang digunakan
adalah oksida logam transisi dan logam mulia seperti platina. Katalis
tersebut dipasang pada saluran pembuangan mesin (knalpot) sehingga
dilewati oleh gas buang. Katalis tersebut mengatalisis beberapa reaksi
berikut.
CxHy(g) + O2(g) →CO2(g) + H2O(g)
2CO(g) + O2(g)  2CO2(g)
2NO(g) N2(g) + O2(g)
Salah satu upaya penanggulangan yang dikembangkan adalah penggunaan
katalis untuk mengubah gas-gas tersebut menjadi gas yang tidak
berbahaya sebelum dibuang ke udara bebas. Katalis yang digunakan
adalah oksida logam transisi dan logam mulia seperti platina. katalis
8
tersebut dipasang pada saluran pembuangan mesin (knalpot) sehingga
dilewati oleh gas buang.
katalis tersebut mengatalisis beberapa reaksi berikut.
CxHy(g) + O2(g) →CO2(g) + H2O(g)
2CO(g) + O2(g)  2CO2(g)
2NO(g) N2(g) + O2(g)
Gas CO2, H2O dan N2 merupakan senyawa yang tidak beracun sehingga
gas buang mesin menjadi lebih bersih dan ramah lingkungan.
17.
Gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber utama
0
polusi udara yang mengandung gas berbahaya yaitu gas Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium
1
CO, NO, NO2 dan Pb. Berbagai cara telah dilakukan pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil.
untuk mencegah polusi tersebut. Salah satu cara untuk Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium
menghilangkan
polusi
timbal
dengan pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil dan lebih ekonomis.
mengganti bensin bebas timbal. Salah satu penelitian Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium
2
dilakukan
3
yang dilakukan yaitu dengan mengkondisikan gas CO pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil dan lebih ekonomis
dan hidrokarbon dapat bereaksi dengan gas NO. selain itu juga ramah lingkungan.
Persamaan reaksi:
Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium
CO + NO  CO2 + N2
pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil dan dipilih karena
CH4 + 2NO2 CO2 + N2+H2O
Reaksi tersebut hanya dapat berlangsung pada suhu yang
memiliki selektifitas dan konversi yang tinggi dan lebih ekonomis selain
itu juga ramah lingkungan.
4
tinggi. Tetapi pada suhu yang sangat tinggi mesin bekerja Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium
5
tidak efektif. Dari penelitian tersebut ditemukan suatu pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil dan dipilih karena
katalis yang terbuat dari campuran logam platina dan memiliki selektifitas dan konversi yang tinggi pada CO, oksidasi senyawa
rhodium (Pt-Rh) untuk mengatasi masalah tersebut. hidrokarbon dan reduksi NOx dan mampu mereduksi O2 langsung menjadi
Bagaimanakah penggunaan katalis Pt-Rh ditinjau dari H2O, dan lebih ekonomis selain itu juga ramah lingkungan.
segi teknis, ekonomis, dan dampak lingkungan?
Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium
6
pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil dan dipilih karena
memiliki selektifitas dan konversi yang tinggi pada CO, oksidasi senyawa
hidrokarbon dan reduksi NOx dan mampu mereduksi O2 langsung menjadi
H2O, sehingga meningkatkan efisiensi fuel cell dan lebih ekonomis selain
itu juga ramah lingkungan.
Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium
7
pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil dan dipilih karena
memiliki selektifitas dan konversi yang tinggi pada CO, oksidasi senyawa
hidrokarbon dan reduksi NOx dan mampu mereduksi O2 langsung menjadi
H2O, sehingga meningkatkan efisiensi fuel cell. Pengembangan energi
alternatif fuel cell sangat berpotensi sebagai pembangkit energi
(generator) mini dan lebih ekonomis selain itu juga ramah lingkungan.
Dari segi teknis penggunaan katalis logam mulia Platinum dan Rhodium
pada suhu 400⁰C dapat bertahan selama 80000 mil dan dipilih karena
8
memiliki selektifitas dan konversi yang tinggi pada CO, oksidasi senyawa
hidrokarbon dan reduksi NOx dan mampu mereduksi O2 langsung menjadi
H2O, sehingga meningkatkan efisiensi fuel cell. Pengembangan energi
alternatif fuel cell sangat berpotensi sebagai pembangkit energi
(generator) mini dan lebih ekonomis selain itu juga ramah lingkungan
karena polusi yang ditimbulkannya hampir tidak ada dan memiliki
kemampuan mudah panas sehingga tidak harus menunggu lama ketika
akan digunakan.
18.
Diketahui reaksi: 2NO + 2H2 → N2 + 2H2O mempunyai
tahap reaksi sebagai berikut.
2NO + H2 → N2O + H2O (lambat)
N2O + H2 → N2 + H2O (cepat)
e. Orde reaksi terhadap NO
f. Orde reaksi terhadap H2
g. Orde reaksi total
h. Persamaan laju reaksi
0
a. Orde reaksi NO = koefisien NO pada tahap reaksi yang paling lambat
1
=2
a. Orde reaksi NO = koefisien NO pada tahap reaksi yang paling lambat
=2
b. Orde reaksi terhadap H2 = koefisien H2 pada tahap reaksi yang paling
lambat = 1
a. Orde reaksi NO = koefisien NO pada tahap reaksi yang paling lambat
=2
b. Orde reaksi terhadap H2 = koefisien H2 pada tahap reaksi yang paling
lambat = 1
c. Orde reaksi total = 2 + 1 = 3
a. Orde reaksi NO = koefisien NO pada tahap reaksi yang paling lambat
=2
2
3
4
b. Orde reaksi terhadap H2 = koefisien H2 pada tahap reaksi yang paling
lambat = 1
c. Orde reaksi total = 2 + 1 = 3
d. Persamaan laju reaksi ditentukan dari tahap reaksi yang paling lambat,
yaitu 2NO + H2 → N2O + H2O
Persamaan laju reaksinya adalah v = k [NO]m[H2]n
v = k [NO]2[H2]
19.
Dari reaksi N2(g) + 3H2(g) → NH3(g) diperoleh data sebagai
berikut:
No
1
2
3
[N2]
0,1 M
0,2 M
0,2 M
[H2]
0,1 M
0,1 M
0,2 M
V (M/det)
0,01
0,02
0,04
Tentukan: a. Orde reaksi terhadap N2
b. Orde reaksi terhadap H2
c. Persamaan laju reaksi
0
v1 k[N 2 ]m [H 2 ]n

v 2 k[N 2 ]m [H 2 ]n
1
a. Orde reaksi terhadap N2 (diambil dari data [H2] tetap 1 dan 2)
2
v1 k[N 2 ]m [H 2 ]n

v 2 k[N 2 ]m [H 2 ]n
m
0,01  0,1 


0,02  0,2 
m=1
a. Orde reaksi terhadap N2 (diambil dari data [H2] tetap 1 dan 2)
v1 k[N 2 ]m [H 2 ]n

v 2 k[N 2 ]m [H 2 ]n
0,01  0,1 


0,02  0,2 
m=1
m
3
b. Orde reaksi terhadap H2 (diambil dari data [N2] tetap 2 dan 3)
v1 k[N 2 ]m [H 2 ]n

v 2 k[N 2 ]m [H 2 ]n
n
0,02  0,1 


0,04  0,2 
n=1
a. Orde reaksi terhadap N2 (diambil dari data [H2] tetap 1 dan 2)
4
v1 k[N 2 ]m [H 2 ]n

v 2 k[N 2 ]m [H 2 ]n
m
0,01  0,1 


0,02  0,2 
m=1
b. Orde reaksi terhadap H2 (diambil dari data [N2] tetap 2 dan 3)
v1 k[N 2 ]m [H 2 ]n

v 2 k[N 2 ]m [H 2 ]n
n
0,02  0,1 


0,04  0,2 
n=1
c. Persamaan laju reaksi v = k[N2][H2]
20.
Dari suatu reaksi 2H2
sebagai berikut:
NO → H2O + N2 diperoleh data
0
a. Orde reaksi terhadap H2 (diambil dari data [NO] tetap 1 dan 2)
v1 k[H 2 ]m [NO]n

v 2 k[H 2 ]m [NO]n
1
m
No
1
2
3
[H2]
0,1 M
0,5 M
0,1 M
[NO]
0,1 M
0,1 M
0,3 M
V /det)
0,03
0,15
0,27
Tentukan:
a. Orde reaksi terhadap H2 dan NO
b. Persamaan laju reaksi
c. Harga k
d. Laju reaksi jika [H2] = 0,2 M dan [NO] = 0,2 M
0,03  0,1 


0,15  0,5 
m=1
Orde reaksi terhadap NO (diambil dari data [H2] tetap 1 dan 3)
v1 k[H 2 ]m [NO]n

v 2 k[H 2 ]m [NO]n
n
0,03  0,1 


0,27  0,3 
n=2
a. Orde reaksi terhadap H2 (diambil dari data [NO] tetap 1 dan 2)
v1 k[H 2 ]m [NO]n

v 2 k[H 2 ]m [NO]n
0,03  0,1 


0,15  0,5 
m
m=1
Orde reaksi terhadap NO (diambil dari data [H2] tetap 1 dan 3)
v1 k[H 2 ]m [NO]n

v 2 k[H 2 ]m [NO]n
n
0,03  0,1 


0,27  0,3 
n=2
b. Persamaan laju reaksi v = k[H2][NO]2
2
a. Orde reaksi terhadap H2 (diambil dari data [NO] tetap 1 dan 2)
3
v1 k[H 2 ]m [NO]n

v 2 k[H 2 ]m [NO]n
0,03  0,1 


0,15  0,5 
m
m=1
Orde reaksi terhadap NO (diambil dari data [H2] tetap 1 dan 3)
v1 k[H 2 ]m [NO]n

v 2 k[H 2 ]m [NO]n
n
0,03  0,1 


0,27  0,3 
n=2
b. Persamaan laju reaksi v = k[H2][NO]2
c. Harga k (dari data 1 atau yang lain)
v = k[H2][NO]2
0,03 = k [0,1][0,1]2
k =
0,03
 30 M-1det-1
0,001
a. Orde reaksi terhadap H2 (diambil dari data [NO] tetap 1 dan 2)
v1 k[H 2 ]m [NO]n

v 2 k[H 2 ]m [NO]n
4
0,03  0,1 


0,15  0,5 
m
m=1
Orde reaksi terhadap NO (diambil dari data [H2] tetap 1 dan 3)
v1 k[H 2 ]m [NO]n

v 2 k[H 2 ]m [NO]n
n
0,03  0,1 


0,27  0,3 
n=2
b. Persamaan laju reaksi v = k[H2][NO]2
c. Harga k (dari data 1 atau yang lain)
v = k[H2][NO]2
0,03 = k [0,1][0,1]2
k =
0,03
 30 M-1det-1
0,001
d. v = k[H2][NO]2 = 30[0,2][0,2]2 = 0,24 M
det
REKAP ANALISIS BUTIR
=====================
Rata2= 37.95
Simpang Baku= 12.38
KorelasiXY= 0.77
Reliabilitas Tes= 0.87
Butir Soal= 20
Jumlah Subyek= 21
Nama berkas: C:\USERS\USER\DOCUMENTS\BELUM_ADA_NAMA.AUR
No
No Btr Asli
T
DP(%)
T. Kesukaran
Korelasi
Sign. Korelasi
1
1
1.59
29.17
Mudah
0.419
-
2
2
2.30
25.00
Sukar
0.599
Sangat Signifikan
3
3
1.28
29.17
Mudah
0.422
-
4
4
2.61
45.83
Mudah
0.411
-
5
5
1.39
20.83
Sukar
0.548
Signifikan
6
6
1.86
37.50
Sukar
0.530
Signifikan
7
7
0.62
4.17
Sangat Mudah
0.105
-
8
8
2.58
37.50
Sedang
0.553
Sangat Signifikan
9
9
2.98
58.33
Sedang
0.571
Sangat Signifikan
10
10
4.44
62.50
Sedang
0.760
Sangat Signifikan
11
11
4.57
45.83
Sedang
0.610
Sangat Signifikan
12
12
2.36
45.83
Sedang
0.541
Signifikan
13
13
5.22
70.83
Sedang
0.695
Sangat Signifikan
14
14
1...
75.00
Sedang
0.833
Sangat Signifikan
15
15
0.19
4.17
Sedang
0.124
-
16
16
0.43
6.25
Sukar
0.253
-
17
17
1.57
18.75
Sangat Sukar
0.463
Signifikan
18
18
1.58
25.00
Sangat Sukar
0.383
-
19
19
1.00
12.50
Sangat Mudah
0.335
-
20
20
3.16
41.67
Sedang
0.512
Signifikan
RELIABILITAS TES
================
Rata2= 37.95
Simpang Baku= 12.38
KorelasiXY= 0.77
Reliabilitas Tes= 0.87
Nama berkas: C:\USERS\USER\DOCUMENTS\BELUM_ADA_NAMA.AUR
No.Urut
No. Subyek
Kode/Nama Subyek
Skor Ganjil
Skor Genap
Skor Total
1
2
Ahmad Arif Sakti
36
28
64
2
19
Tesa Lonika
34
23
57
3
17
Risma Latifa
29
23
52
4
4
Asri Lestari
30
20
50
5
11
Maria Adriatn...
27
22
49
6
21
Windy Wiryo S..
24
25
49
7
6
Dimas Ramadha...
28
18
46
8
9
Juwita Wijayanti
26
20
46
9
14
Nublah Permat...
24
14
38
10
12
Meula Puspita...
21
16
37
11
10
Kemas Abdul R...
24
11
35
12
5
Dhani Febriya...
22
12
34
13
16
Perinsi Meiditya
26
8
34
14
8
Febbyola Ramanda
19
11
30
15
7
Dita Mustika ...
19
9
28
16
13
Mochammad Ind...
23
5
28
17
18
Risnawati Dwi...
22
6
28
18
3
Annisa Nur Ad...
16
9
25
19
1
Aditya Febria...
17
7
24
20
20
Vanessa Ointu
13
9
22
21
15
Qatrin Nada R...
14
7
21
DAYA PEMBEDA
============
Jumlah Subyek= 21
Klp atas/bawah(n)= 6
Butir Soal= 20
Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku
Nama berkas: C:\USERS\USER\DOCUMENTS\BELUM_ADA_NAMA.AUR
No No Btr Asli
Rata2Un
Rata2As
Beda
SB Un
SB As SB Gab
t
DP(%)
1
1
3.83
2.67
1.17
0.41
1.75
0.73
1.59
29.17
2
2
1.17
0.17
1.00
0.98
0.41
0.43
2.30
25.00
3
3
3.50
2.33
1.17
1.22
1.86
0.91
1.28
29.17
4
4
4.00
2.17
1.83
0.00
1.72
0.70
2.61
45.83
5
5
1.33
0.50
0.83
1.37
0.55
0.60
1.39
20.83
6
6
1.50
0.00
1.50
1.97
0.00
0.81
1.86
37.50
7
7
3.83
3.67
0.17
0.41
0.52
0.27
0.62
4.17
8
8
2.67
1.17
1.50
1.03
0.98
0.58
2.58
37.50
9
9
3.50
1.17
2.33
1.22
1.47
0.78
2.98
58.33
10
10
3.00
0.50
2.50
1.26
0.55
0.56
4.44
62.50
11
11
2.33
0.50
1.83
0.52
0.84
0.40
4.57
45.83
12
12
2.67
0.83
1.83
1.37
1.33
0.78
2.36
45.83
13
13
3.50
0.67
2.83
0.55
1.21
0.54
5.22
70.83
14
14
3.33
0.33
3.00
0.52
0.52
0.30
1...
75.00
15
15
2.67
2.50
0.17
1.51
1.52
0.87
0.19
4.17
16
16
1.67
1.17
0.50
1.97
2.04
1.16
0.43
6.25
17
17
1.50
0.00
1.50
2.35
0.00
0.96
1.57
18.75
18
18
1.00
0.00
1.00
1.55
0.00
0.63
1.58
25.00
19
19
4.00
3.50
0.50
0.00
1.22
0.50
1.00
12.50
20
20
2.50
0.83
1.67
1.22
0.41
0.53
3.16
41.67
TINGKAT KESUKARAN
=================
Jumlah Subyek= 21
Butir Soal= 20
Nama berkas: C:\USERS\USER\DOCUMENTS\BELUM_ADA_NAMA.AUR
No Butir Baru
No Butir Asli
Tkt. Kesukaran(%)
Tafsiran
1
1
81.25
Mudah
2
2
16.67
Sukar
3
3
72.92
Mudah
4
4
77.08
Mudah
5
5
22.92
Sukar
6
6
18.75
Sukar
7
7
93.75
Sangat Mudah
8
8
47.92
Sedang
9
9
58.33
Sedang
10
10
43.75
Sedang
11
11
35.42
Sedang
12
12
43.75
Sedang
13
13
52.08
Sedang
14
14
45.83
Sedang
15
15
64.58
Sedang
16
16
17.71
Sukar
17
17
9.38
Sangat Sukar
18
18
12.50
Sangat Sukar
19
19
93.75
Sangat Mudah
20
20
41.67
Sedang
Rekapitulasi Nilai Posttest
Kelompok Eksperimen
No.
Nama
Butir Soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Skor Nilai
1.
Siswa 1
4
4
4
3
4
3
3
4
1
4
1
4
39
75,00
2.
Siswa 2
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
1
4
44
84,61
3.
Siswa 3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
4
45
86,53
4.
Siswa 4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
1
4
43
82,69
5.
Siswa 5
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
1
4
44
84,61
6.
Siswa 6
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
4
45
86,53
7.
Siswa 7
4
2
3
1
3
4
0
4
1
4
0
3
29
56,00
8.
Siswa 8
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
47
90,00
9.
Siswa 9
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
1
4
44
84,61
10.
Siswa 10
4
3
2
3
4
4
3
3
4
4
3
4
41
78,84
11.
Siswa 11
4
4
4
0
2
4
3
4
2
4
1
4
36
69,23
12.
Siswa 12
4
4
4
1
4
2
2
2
2
4
2
4
35
67,30
13.
Siswa 13
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
2
4
45
86,53
14.
Siswa 14
4
2
4
4
4
4
3
3
4
4
1
3
40
76,92
15.
Siswa 15
4
4
4
1
4
2
1
1
1
4
1
4
34
59,61
16.
Siswa 16
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
1
4
42
80,76
17.
Siswa 17
4
4
4
4
4
4
3
3
1
4
1
4
39
75,00
18.
Siswa 18
4
4
4
4
4
4
2
2
3
4
1
4
40
76,92
19.
Siswa 19
4
4
4
3
4
3
3
4
2
4
1
4
40
76,92
20.
Siswa 20
4
4
4
4
4
0
3
4
3
4
1
4
39
75,00
21.
Siswa 21
4
4
4
3
4
3
3
3
2
4
0
3
37
71,15
Ket: *Posstest: 12 butir soal uraian
Skor maksimal per butir C1-C4 = 4, C5 = 8
Skor maksimal = 52
*Rumus Nilai = (nilai yang diperoleh/52) x 100
Perhitungan data statistik awal
kelompok eksperimen
1. Sebaran data nilai posttest
56,00
59,61
67,30
69,23
71,15
75,00
75,00
75,00
76,92
76,92
76,92
78,84
80,76
82,69
84,61
84,61
84,61
86,53
86,53
86,53
90,00
2. Tabel Distribusi Frekuensi
Berdasarkan sebaran data di atas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi dapat
diterapkan langkah-langkah berikut:
a. Menentukan jangkauan data/ range (R)
Nilai maksimum
= 90,00
Nilai minimum
= 56,00
R = Nilai maksimum – nilai minimum
= 90,00 – 56,00
= 34,00
b. Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n --- n = banyaknya data
K = 1 + 3,3 log 21
K = 1 + 3,3 (1,32)
K = 5,36 = 5
Jadi, banyaknya kelas adalah 5
c. Menentukan panjang kelas/interval (i)
i=
R 34

 6,8 ≈ 7
K 5
d. Menentukan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas
berikutnya. Sehingga diperoleh,
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Frekuensi
Nilai
Absolut
Relatif (%)
56 – 62
2
9,52 %
63 – 69
2
9,52 %
70 – 76
4
19,05 %
77 – 83
6
28,57 %
84 – 90
7
33,33 %
Jumlah
21
100 %
Tabel 2. Perhitungan Mean, Simpangan Baku, dan Varians
Nilai
F
xi
xi2
fixi
fixi2
56 – 62
2
59
3481
118
6962
63 – 69
2
66
4356
132
8712
70 – 76
4
73
5329
292
21316
77 – 83
6
80
6400
480
38400
84 – 90
7
87
7569
609
52983
Jumlah (∑)
21
365
27135
1631
128373
3. Perhitungan Rata-rata/Mean ( X )
X=
 fixi = 1631 = 77,67
n
21
n = Jumlah data
4. Perhitungan Median (Me)
Untuk menghitung median data digunakan rumus:
 1 n  F

Me = b + p  2

f


Keterangan:
b
= batas bawah median
p
= panjang kelas median
n
= banyaknya data
F
= Jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median
f
= frekuensi kelas median
Jadi,
 1 n  F

Me = b + p  2


f


 1 21  8 

Me = 76,5 + 7  2

6


Me = 76,5 + 7 0,417 
Me = 76,5 + 2,917
Me = 79,417
5. Perhitungan Modus (Mo)
Untuk menghitung modus data digunakan rumus:
 b1
Mo = b + p 
 b1  b 2
Keterangan:



b
= batas bawah kelas modus
p
= panjang kelas modus
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas berikutnya
Jadi,
 b1
Mo = b + p 
 b1  b 2



 1 

Mo = 83,5 + 7 
1

7


Mo = 83,5 + 7 0,125
Mo = 84,375
6. Perhitungan Simpangan Baku (s)
Untuk menghitung simpangan baku digunakan rumus:
( fixi) 2
n
n 1
 fixi 2 
s=
2660161
21
21  1
128373 
s=
s=
128373  126674,33
20
s=
84,9
s = 9,22
7. Perhitungan Varians (s2)
Untuk menghitung varians digunakan rumus:
n  fixi 2  ( fixi) 2
s =
n (n  1)
2
s2 =
21 (128373)  2660161
21 (21  1)
s2 =
2695833  2660161
420
s2 = 84,9
Rekapitulasi Nilai Posttest
Kelompok Kontrol
No.
Nama
Butir Soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Skor Nilai
1.
Siswa 1
4
1
4
2
4
0
4
1
4
4
2
4
34
65,38
2.
Siswa 2
1
0
0
0
4
4
4
4
1
4
1
4
27
51,92
3.
Siswa 3
4
0
0
0
4
0
4
2
1
1
2
4
22
42,30
4.
Siswa 4
4
0
0
0
0
0
4
0
0
0
1
4
13
25,00
5.
Siswa 5
3
3
3
4
4
0
4
4
0
4
0
4
33
63,46
6.
Siswa 6
4
0
4
0
4
4
4
4
1
4
1
4
34
65,38
7.
Siswa 7
4
3
4
3
4
1
4
4
1
4
1
4
37
71,15
8.
Siswa 8
0
2
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
40
76,92
9.
Siswa 9
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
1
4
42
80,76
10.
Siswa 10
1
4
4
3
4
4
4
1
1
3
1
4
34
65,38
11.
Siswa 11
1
0
3
0
4
4
3
4
1
4
1
4
29
55,76
12.
Siswa 12
4
2
3
4
4
1
4
4
1
4
1
4
36
69,23
13.
Siswa 13
3
0
0
1
4
3
4
4
4
0
0
4
27
51,92
14.
Siswa 14
4
0
0
1
4
0
4
4
4
4
0
3
28
53,84
15.
Siswa 15
1
4
4
2
4
4
4
2
1
2
1
4
33
63,46
16.
Siswa 16
4
3
4
4
4
1
4
4
1
4
1
4
38
73,07
17.
Siswa 17
4
2
4
1
4
4
4
4
4
4
2
3
40
76,92
18.
Siswa 18
3
0
0
1
4
4
4
4
4
0
1
4
29
55,76
19.
Siswa 19
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
1
4
43
82,69
20.
Siswa 20
4
1
4
4
4
4
4
4
1
4
1
4
39
75,00
21.
Siswa 21
4
2
4
1
4
4
4
4
4
2
1
2
36
69,23
22.
Siswa 22
4
1
4
4
4
1
4
1
4
4
1
4
36
69,23
Ket: *Posstest: 12 butir soal uraian
Skor maksimal per butir C1-C4 = 4, C5 = 8
Skor maksimal = 52
*Rumus Nilai = (nilai yang diperoleh/52) x 100
Perhitungan data statistik awal
kelompok kontrol
1. Sebaran data nilai posttest
25,00
42,30
51,92
51,92
53,84
55,76
55,76
63,46
63,46
65,38
65,38
65,38
69,23
69,23
69,23
71,15
73,07
75,00
76,92
76,92
80,76
82,69
2. Tabel Distribusi Frekuensi
Berdasarkan sebaran data di atas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi dapat
diterapkan langkah-langkah berikut:
a. Menentukan jangkauan data/ range (R)
Nilai maksimum
= 82,69
Nilai minimum
= 25,00
R = Nilai maksimum – nilai minimum
= 82,69 – 25,00
= 57,69
b. Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n --- n = banyaknya data
K = 1 + 3,3 log 22
K = 1 + 3,3 (1,34)
K = 5,42 = 5
Jadi, banyaknya kelas adalah 5
c. Menentukan panjang kelas/interval (i)
i=
d.
R 57,69


K
5
,54 ≈
Menentukan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas
berikutnya. Sehingga diperoleh,
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Frekuensi
Nilai
Absolut
Relatif (%)
25 – 36
1
4,54 %
37 – 48
1
4,54 %
49 – 60
5
22,73 %
61 – 72
9
40,91 %
73 – 84
6
27,27 %
Jumlah
22
100 %
Tabel 2. Perhitungan Mean, Simpangan Baku, dan Varians
Nilai
F
xi
xi2
fixi
fixi2
25 – 36
1
30,5
930,25
30,5
930,25
37 – 48
1
42,5
1806,25
42,5
1806,25
49 – 60
5
54,5
2970,25
272,5
14851,25
61 – 72
9
66,5
4422,25
598,5
39800,25
73 – 84
6
78,5
6162,25
471
36973,5
Jumlah (∑)
22
365
16291,25
1415
94361,5
3. Perhitungan Rata-rata/Mean ( X )
X=
 fixi = 1415 = 64,32
n
22
n = Jumlah data
4. Perhitungan Median (Me)
Untuk menghitung median data digunakan rumus:
 1 n  F

Me = b + p  2

f


Keterangan:
b
= batas bawah median
p
= panjang kelas median
n
= banyaknya data
F
= Jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median
f
= frekuensi kelas median
Jadi,
 1 n  F

Me = b + p  2


f


 1 22  7 

Me = 60,5 + 12  2

9


Me = 60,5 + 12 0,44
Me = 60,5 + 5,28
Me = 65,78
5. Perhitungan Modus (Mo)
Untuk menghitung modus data digunakan rumus:
 b1 

Mo = b + p 
 b1  b 2 
Keterangan:
b = batas bawah kelas modus
p
= panjang kelas modus
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas berikutnya
Jadi,
 b1
Mo = b + p 
 b1  b 2



 4 

Mo = 60,5 + 12 
 4  3
Mo = 60,5 + 12 0,57 
Mo = 67,34
6. Perhitungan Simpangan Baku (s)
Untuk menghitung simpangan baku digunakan rumus:
( fixi) 2
n
n 1
 fixi 2 
s=
2002225
22
22  1
94361,5 
s=
s=
94361,5  91010,23
21
s = 159,6
s = 12,6
7. Perhitungan Varians (s2)
Untuk menghitung varians digunakan rumus:
n  fixi 2  ( fixi) 2
s =
n (n  1)
2
s2 =
22 (94361,5)  2002225
22 (22  1)
s2 =
2075953  2002225
462
s2 = 159,6
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS EKSPERIMEN
No.
Xi
F
zn
zi
zt
F(zi)
S(zi)
F(zi )  S(z i )
1.
56,00
1
1
-2,35
0,4906
0,0094
0,0476
0,0382
2.
59,61
1
2
-1,96
0,4750
0,025
0,0952
0,0702
3.
67,30
1
3
-1,12
0,3686
0,1314
0,1428
0,0114
4.
69,23
1
4
-0,92
0,3212
0,1788
0,1905
0,0117
5.
71,15
1
5
-0,71
0,2612
0,2388
0,2381
0,0007
6.
75,00
3
8
-0,29
0,1141
0,3859
0,3809
0,005
7.
76,92
3
11
-0,08
0,0319
0,4681
0,5238
0,0557
8.
78,84
1
12
0,13
0,0517
0,5517
0,5714
0,0197
9.
80,76
1
13
0,34
0,1331
0,6331
0,6190
0,0141
10.
82,69
1
14
0,54
0,2054
0,7054
0,6667
0,0387
11.
84,61
3
17
0,75
0,2734
0,7734
0,8095
0,0361
12.
86,53
3
20
0,96
0,3315
0,8315
0,9523
0,1208
13.
90,00
1
21
1,34
0,4096
0,9096
1
0,0904
Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab, (0,1208 <
, 9 ) deng n de j signifik n 95% (α
, 5). D p disimp lk n b hw d
e seb
berdistribusi normal.
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS KONTROL
No.
Xi
F
zn
zi
zt
F(zi)
S(zi)
F(zi )  S(z i )
1.
25,00
1
1
-3,12
0,4991
0,0009
0,0455
0,0446
2.
42,30
1
2
-1,75
0,4599
0,0401
0,0909
0,0508
3.
51,92
2
4
-0,98
0,3365
0,1635
0,1818
0,0183
4.
53,84
1
5
-0,83
0,2967
0,2033
0,2273
0,0240
5.
55,76
2
7
-0,68
0,2518
0,2482
0,3182
0,0700
6.
63,46
2
9
-0,07
0,0279
0,4721
0,4091
0,0630
7.
65,38
3
12
0,08
0,0319
0,5319
0,5455
0,0136
8.
69,23
3
15
0,39
0,1517
0,6517
0,6818
0,0301
9.
71,15
1
16
0,54
0,2054
0,6808
0,7054
0,0246
10.
73,07
1
17
0,70
0,2580
0,7580
0,7727
0,0147
11.
75,00
1
18
0,85
0,3023
0,8023
0,8182
0,0159
12.
76,92
2
20
1,24
0,3925
0,8925
0,9091
0,0166
13.
80,76
1
21
1,30
0,4032
0,9032
0,9545
0,0513
14.
82,69
1
22
1,46
0,4279
0,9279
1
0,0721
Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab, (0,0721 <
0,190) dengan derajat signifikan 95% (α
, 5). D p disimp lk n b hw d
e seb
berdistribusi normal.
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS
F=
S1
2
S2
2
n  fixi 2  ( fixi) 2
dimana S =
n (n  1)
2
Keterangan:
F : Nilai uji F
S12 : Varians terbesar
S22 : Varians terkecil
Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:
Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho ditolak
jika Fh > Ft, dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen.
Jadi,
F=
S1
2
S2
2
=
159,6
= 1,88
84,9
Dengan, S12 = Varians kelas kontrol
S22 = Varians kelas eksperimen
Didapat Ft dengan pembilang df = 22 – 1 = 21 dan penyebut df = 21 – 1 = 20
didapat Ft = 2,08 (dengan derajat signifikan 95%). Fh < Ft (1,88 < 2,08). Dapat
disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
- Interpolarisasi
Pembilang
= 22 – 1 = 21
Penyebut
= 21 – 1 = 20
F(20, 20) = 2,12
F(24, 20) = 2,08
F(21, 20) = 0 (2,12) + 4 (2,08) =2,08
4
PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS
thit =
thit =
XE  XK
2
1
1
S gab.

nE nK
77,67  64,32
11,1.
1
1

21 22
thit =
13,35
11,1. 0,305
thit =
13,35
3,3855
thit = 3,94
dengan S =
S2 =
S2 =
nE
 1S E  n K  1S K
nE  nK  2
2
2
21  1 84,9  22  1159,6
21  22  2
1698  3351,6
41
S = 123,16
S = 11,1
Kriteria pengujian a. Terima Ho jika thitung < ttabel
b. Tolak Ho jika thitung > ttabel
Perhitungan interpolarisasi uji-t:
t(40,95%) = 2,021
t(60, 95%) = 2,000
Selisih antara ttab (40) dengan df adalah 1, jadi t untuk df 41, adalah:
t(41, 95%) = 1 –
1
(2,021 – 2,000) = 0,99
41
Dari uji-t menunjukkan bahwa thit > ttab (3,94 > 0,99) dengan df =(21 + 22) – 2 =
41 (melalui interpolarisasi), pada derajat signifikan 95%. Maka dapat disimpulkan bahwa
kedua kelas berbeda nyata (Ho ditolak dan Ha diterima), yaitu terdapat pengaruh yang
signifikan penerapan pembelajaran dengan pendekatan konsep terhadap hasil belajar
kimia siswa pada konsep laju reaksi.
PENGARUH PENDEKATAN KONSEP TERHADAP
HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA
KONSEP LAJU REAKSI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
NUR CHOLIFAH
106016200624
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
ABSTRAK
Nur Cholifah, “Pengaruh Pendekatan Konsep terhadap Hasil Belajar Kimia
Siswa pada Konsep Laju Reaksi.” Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia,
Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan konsep terhadap
hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. Penelitian ini dilakukan di SMA
Negeri 3 Tangerang Selatan tahun ajaran 2010/2011. Metode penelitian yang
digunakan adalah quasi eksperimen dan pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 21 siswa kelas XI IPA 2 sebagai
kelas eksperimen dan 22 siswa kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah instrument hasil belajar dan hasilnya diuji
dengan menggunakan uji “t”. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung
sebesar 9,34 ternyata lebih besar dari t tabel sebesar 0,99 Ini berarti Ho ditolak
pada taraf signifikansi α = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang
menyatakan terdapat pengaruh pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia
siswa diterima. Hal ini menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar kimia siswa.
Kata kunci: Pendekatan Konsep, Hasil Belajar Kimia, Konsep Laju Reaksi.
ABSTRACS
Nur Cholifah, The Influence of Concept Learning Approach to the Result of
Students Chemistry For Reaction Rate Concept. Skripsi, Chemistry Program,
Natural Science Department, Faculty of Tarbiyah Teaching Syarif Hidayatullah
Islamic State University Jakarta.
This research aim to know the influence of concept learning approach to
the result of students chemistry for reaction rate concept. The research has done
in SMAN 3 Tangerang Selatan, on 2010-2011, on quasi experimental research
methods, used purposive sampling technical. The first class 21 students XI IPA 2
as experimental group and 22 students XI IPA 4 as control group. The instrument
of research is instrument of learning achievement test, and result tested using ttest. The research shows the result from the calculation of “t” test (α = 0,05),
obtained that score (9,34) > ttable (1,9). It’s means Ho rejected. Finally, It can be
concluded that Ha have the effect of the concept learning approach to the result of
students chemistry acceptable. This research shows there are significant influence
for the result of student chemistry.
Keyword: Concept Learning Approach, The Result of Student Chemistry,
Reaction Rate Concept
KATA PENGANTAR
   
Assalamu’alaikum. Wr.Wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “Pengaruh Pendekatan Konsep
terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Laju Reaksi.” Skripsi ini
ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata I (S1)
pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Salawat serta salam teriring kepada Baginda Rasulullah SAW, sebagai pembawa
peradaban yang membawa manusia keluar dari masa kegelapan dan kebodohan
menuju masa yang penuh cahaya dan semoga salam tetap tercurah pada keluarga
dan para sahabatnya.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian
skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat, cinta dan
terima kasih kepada ayah dan ibu tercinta yang telah melimpahkan segenap kasih
sayang yang tak terhingga dan tak henti-hentinya memberikan doa yang tulus,
kepada kakak-kakakku (Istiqomah dan Fitri Yuni A), dan yang teristimewa Trisno
Utomo serta seluruh keluarga besarku terima kasih atas dukungan moral, doa,
bimbingan, serta kasih dan sayangnya kepada penulis selama ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada:
1.
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Etty Sofyatiningrum, M.Ed. selaku pembimbing I yang dengan sabar, tulus,
dan ikhlas telah memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam
mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Munasprianto Ramli, M.A. selaku pembimbing II yang dengan sabar, tulus,
dan ikhlas telah memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam
mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini
6.
Drs. H. Sujana, M.Pd. selaku Kepala SMAN 3 Kota Tangerang Selatan.
7.
Dra. Wara Gawatiningsiah selaku guru kimia SMAN 3 Kota Tangerang
Selatan.
8.
Teman-teman kimia 2006 (Dede, Novi, Eva, Evi, Lia, Ntoh, Dyah) atas
segala kekompakan dan semangatnya, serta semua teman-teman yang tidak
dapat ditulis satu-persatu oleh penulis.
9.
Teman-teman kosan Tia, Putri, Seli, Lia, Mareta, Syifa, dan Yuli terima kasih
atas doa, motivasi, semangat, dan kebersamaan kita.
10. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas doa
dan dukungannya.
Dalam penulisan ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dan kesalahan yang disebabkan masih kurangnya pengetahuan, pengalaman, dan
kemampuan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran serta
bimbingan dari semua pihak yang sifatnya membangun dimana sangat diharapkan
oleh penulis sebagai bahan masukan yang sangat berharga dan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat dan diterima bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb
Jakarta, Maret 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
.....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
6
C. Pembatasan Masalah ..................................................................
6
D. Perumusan Masalah ....................................................................
7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran dengan Pendekatan Konsep ..................................
8
1. Pengertian Pendekatan Konsep .............................................
8
2. Ciri-ciri Konsep ..................................................................... 11
3. Jenis-jenis Konsep................................................................. 12
B. Hakikat Hasil Belajar .................................................................. 26
1. Pengertian Belajar ................................................................. 26
2. Pengertian Hasil Belajar ........................................................ 30
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar 35
C. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 38
D. Kerangka Berpikir ....................................................................... 39
E. Pengajuan Hipotesis ............................................................................. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 41
B. Metode dan Desain Penelitian ..................................................... 41
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................... 42
D. Instrumen Penelitian .................................................................... 43
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 47
F. Hipotesis Statistik ........................................................................ 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 51
B. Pengujian Prasyarat Analisis ....................................................... 52
C. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 55
D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 61
B. Saran
....................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar....................................... 36
Tabel 3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 42
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes .................................................................... 43
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ........................................................................... 51
Tabel 4.2 Deskripsi Data Rata-rata Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ........................................................................... 52
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ........................................................................... 53
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ........................................................................... 54
Tabel 4.5 Uji t Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ............................................................................................. 55
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ............. 64
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ................... 103
Lampiran 3
Kisi-kisi Instrumen ..................................................................... 142
Lampiran 4
Pedoman Penilaian ..................................................................... 148
Lampiran 5
Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran Butir Soal
dan Uji daya Pembeda Soal Melalui Perhitungan ANATES ...... 166
Lampiran 6
Rekapitulasi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ........................... 170
Lampiran 7
Rekapitulasi Nilai Posttest Kelas Kontrol .................................. 175
Lampiran 8
Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol.............................................................................. 180
Lampiran 9
Perhitungan Uji Homogenitas .................................................... 182
Lampiran 10 Perhitungan Uji Hipotesis ........................................................... 183
Lampiran 11 Tabel Perhitungan ....................................................................... 184
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bidang pendidikan merupakan masalah yang sangat mendasar bagi
pembangunan suatu bangsa. Dalam kehidupan suatu bangsa dan negara
pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana
untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Oleh karena itu, bidang pendidikan ini harus dikembangkan secara terus
menerus sesuai dengan kemajuan zaman.
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan dan
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan
pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai
antisipasi kepentingan masa depan.1 Usaha-usaha perbaikan di dalam bidang
pendidikan tentu tidak terlepas dari peran seorang guru, sebab dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah seorang guru memegang posisi
sangat strategis. Pendidikan bagaimanapun dipolakan, kelangsungan dan
keberhasilannya sebagian besar ditentukan oleh peran guru.
Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat dominan dalam
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan karena guru adalah orang
yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Agar proses
pembelajaran berkualitas maka guru-gurunya juga harus berkualitas dan
profesional. Guru yang profesional adalah orang yang memiliki kemampuan
dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Di samping
itu, guru sangat erat kaitannya dengan mutu lulusan sekolah. Implikasi dari
1
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada
Group, 2009), h. 1
profesionalitas guru, adalah adanya usaha dengan sungguh-sungguh dalam hal
mendidik, mengajar, melakukan pembimbingan, serta mengarahkan dan
melatih anak didik demi tercapainya Standar Nasional Pendidikan Indonesia.
Guru dalam kegiatan belajar mengajar memiliki posisi penting dalam
menentukan keberhasilan pembelajaran. Faktor yang menyebabkan guru
menjadi penting dalam kegiatan belajar mengajar yaitu dikarenakan guru
adalah sebagai perancang, pengelola, dan pengevaluasi pembelajaran. Guru
mempunyai kedudukan yang sangat strategis dan menentukan dalam kegiatan
belajar mengajar. Kedudukannya yang strategis karena guru menentukan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan
karena gurulah yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan
disajikan kepada peserta didik.
Salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam memperluas dan
memperdalam materi pelajaran adalah rancangan pembelajaran yang dibuat
atau dipilihnya. Melalui fungsi ini, proses pembelajaran yang efektif, efisien,
menarik, dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi akan dapat tercapai.
Bahkan melalui pendidikan diharapkan dapat melahirkan manusia yang pintar,
berperasaan, terampil, dan berperilaku baik serta mampu mengaplikasikan
suatu ilmu dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku kearah
yang lebih baik.2 Kegiatan proses pembelajaran merupakan kegiatan paling
pokok dalam keseluruhan pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil
atau tidaknya pencapaian pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana
proses pembelajaran yang dialami peserta didik.
Masalah utama dalam bidang pendidikan adalah masih rendahnya
daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari rata-rata hasil belajar peserta
didik yang rendah. Proses pembelajaran disekolah pada umumnya belum
menampakkan sistem belajar mengajar yang mengajak siswa untuk aktif
2
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003), Cet. 3, h. 100
berpikir dan bertindak melakukan penggalian potensi yang ada padanya. Sikap
yang demikian mungkin disebabkan karena pendekatan dan metode
pembelajaran yang kurang bervariasi, serta materi pelajaran yang relatif lebih
sukar. Hal ini tidak langsung sangat mempengaruhi rendahnya hasil belajar
siswa.
Pada jenjang pendidikan menengah terdapat mata pelajaran kimia,
konsep-konsep kimia merupakan konsep-konsep yang cukup sulit dipelajari
dan dipahami oleh siswa karena bersifat abstrak, banyak rumus dan
perhitungannya serta tidak mungkin divisualisasikan melalui praktikum. Oleh
karena itu mata pelajaran kimia termasuk mata pelajaran yang membutuhkan
variasi
model
pembelajaran
pada
saat
penyampaiannya.
Rendahnya
penguasaan konsep-konsep kimia tidak terlepas dari peranan guru dalam
proses belajar mengajar.
Pada umumnya, dalam mengajarkan konsep-konsep kimia, guru masih
menganut teori tabula rasa, yaitu memindahkan pengetahuan dari pikiran guru
ke dalam pikiran siswa secara utuh. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru
pada umumnya dengan cara menceramahkan konsep-konsep, prinsip-prinsip
dan hukum-hukum dalam bentuk yang sudah jadi kepada siswa melalui
transfer informasi, tanya jawab dan pemberian contoh-contoh yang cenderung
dihapal siswa. Guru menganggap pembelajaran dengan cara ini sudah berhasil,
namun sesungguhnya siswa belum belajar secara aktif karena dalam pikiran
siswa tidak terjadi perkembangan struktur kognitif. Pembelajaran dengan cara
ini terbukti gagal membawa siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih
baik. Dalam banyak hal, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuan yang telah dimilikinya.3
Rendahnya penguasaan konsep-konsep kimia tidak terlepas dari
model pembelajaran yang dikembangkan. Guru kurang menerapkan model
yang berorientasi pada “belajar aktif”, yaitu suatu model pembelajaran yang
3
I Nyoman Selamat, Pengembangan Pembelajaran Kooperatif melalui Metode Bermain
untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep-konsep Kimia SMU, jurnal
pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI, April 2003, h. 36.
merangsang siswa untuk berpikir secara aktif membangun gagasan-gagasan
dalam pikirannya sehingga menjadi konsep-konsep ilmiah. Sampai saat ini
masih banyak ditemui kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep
kimia.
Akibatnya,
siswa
kesulitan
untuk
memahami
konsep-konsep
selanjutnya. Sehingga siswa akan menganggap bahwa kimia adalah pelajaran
yang sulit, menakutkan dan tidak menyenangkan. Banyak faktor yang
menyebabkan hal ini terjadi diantaranya kecerdasan siswa, bakat siswa,
kemampuan belajar, minat siswa, motivasi belajar siswa, model penyajian
materi, dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, serta kondisi
masyarakat luas.
Ketidakberhasilan belajar mengajar juga dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor yang dimaksud mungkin saja kurangnya minat anak terhadap
ilmu kimia, pendekatan yang dipilih guru kurang tepat, media dan buku
penunjang kurang memadai serta pelaksanaan evaluasi yang kurang tepat.
Berbagai faktor yang telah disebutkan tersebut mungkin saja menjadi
penyebab
tidak
tercapainya
tujuan
pembelajaran
sebagaimana
yang
diharapkan. Faktor aktivitas, minat, motivasi, dan hasil belajar siswa yang
masih rendah seperti yang diuraikan di atas merupakan faktor yang penting
yang harus diperhatikan dalam merancang suatu model pembelajaran yang
lebih berkualitas.
Menanggapi hal-hal tersebut, guru sebagai pelaku utama proses
pembelajaran di sekolah harus mampu menyelenggarakan suatu pembelajaran
yang lebih inovatif dan kondusif agar dapat lebih melibatkan siswa secara
aktif dalam belajar, sehingga siswa dengan sendirinya dapat menerima dan
memahami materi dan konsepnya. Proses pembelajaran lebih ditekankan pada
pengalaman belajar apa yang akan dimiliki siswa dari proses pembelajaran,
baik kognitif, afektif, psikomotor, serta life skill-nya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu pendekatan
pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang pada
akhirnya dapat menstimulasi minat dan motivasi belajar serta mendapatkan
hasil belajar yang optimal pada proses belajar mengajar maka pemilihan suatu
metode, pendekatan, strategi, dan model pembelajaran harus sesuai dengan
materi atau konsep yang akan diajarkan. Saat ini telah dikenal berbagai model
pembelajaran dan sesuai atau tidaknya sangatlah bergantung pada tujuan
pengajaran itu sendiri.
Sebagai salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran kimia
adalah dengan mencoba menggunakan pendekatan konsep. Pendekatan konsep
adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep
tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana
konsep
itu
diperoleh.
Pendekatan
konsep
adalah
pendekatan
yang
mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar
tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep merupakan pikiran
seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga
menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui
generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan
disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep
adalah menjelaskan dan meramalkan.4 Brunner menyarankan agar siswa dapat
berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip dan melakukan
eksperimen-eksperimen
yang
memberikan
kesempatan
siswa
untuk
menemukan prinsip-prinsip sendiri. Oleh karena itu melalui pendekatan ini
diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia.
Berdasarkan fenomena yang terjadi seperti yang telah diungkapkan di
atas, penulis mencoba melakukan pengkajian ilmiah yang berdasarkan
penelitian terhadap efektivitas pendekatan konsep dan peranannya dalam
mempengaruhi hasil belajar kimia siswa. Sehingga dengan demikian penulis
memilih judul : “Pengaruh Pendekatan Konsep Terhadap Hasil Belajar
Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi.”
4
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar. (Bandung: Alfabeta, 2010). h. 71
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah
yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Penerapan model dan sistem pembelajaran masih terpusat pada aktivitas
guru.
2. Guru lebih banyak menceramahkan konsep-konsep materi pembelajaran
melalui transfer informasi, tanya jawab dan pemberian contoh-contoh yang
cenderung dihapal siswa.
3. Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep awal kimia masih rendah.
4. Persepsi dan minat siswa pada pelajaran kimia kurang.
5. Siswa beranggapan bahwa kimia adalah pelajaran yang sulit, menakutkan,
tidak menyenangkan, dan bersifat abstrak.
6. Rendahnya hasil belajar kimia siswa.
C. Pembatasan Masalah
Agar memudahkan dalam penelitian ini dan tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda, maka pada penelitian ini hanya akan dibahas
masalah rendahnya hasil belajar kimia siswa.
Untuk mengoptimalkan hasil penelitian, maka penelitian ini dibatasi
dalam ruang lingkup sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI IPA 2 SMAN 3 Tangerang
Selatan tahun ajaran 2010/2011 pada konsep laju reaksi yang diajarkan
pada semester 1.
2. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan yaitu pendekatan konsep
dengan variasi metode. Pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan
konsep dengan metode eksperimen, ceramah, diskusi dan tanya jawab,
sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pendekatan konsep dengan
metode demonstrasi, ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
3. Konsep yang disampaikan adalah tentang kemolaran, pengertian laju
reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
4. Pengaruh pembelajaran mengacu pada hasil belajar dari aspek kognitif
yaitu dari hasil belajar kimia sesudah penerapan pendekatan konsep
(Posttest).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah
sebagai
berikut:
“Apakah
penggunaan
pendekatan
konsep
berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan
konsep terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.
Dengan mengadakan penelitian tentang pengaruh pendekatan konsep
terhadap hasil belajar kimia siswa, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat
memberi manfaat, sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini dapat menjadi wahana ilmiah dalam
mengaplikasikan
kemampuan
yang
diperoleh
selama
menjalani
perkuliahan dan dapat memberi gambaran yang jelas mengenai
pembelajaran dengan pendekatan konsep dalam upaya meningkatkan hasil
belajar kimia siswa.
2. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pendidikan
dan sebagai masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendekatan Konsep
1. Pengertian Pendekatan Konsep
Pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh oleh
guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan
instruksional tertentu.5 Pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru
untuk menjelaskan konsep pelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya dengan berorientasi pada pengalaman-pengalaman
yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip, atau teori yang
baru tentang suatu bidang ilmu.
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang
secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada
siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.6 Pendekatan
konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai
konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi). Konsep menyatakan suatu hubungan antar konsep-konsep
yang lebih sederhana sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang bersifat asasi tentang mengapa suatu
gejala itu bisa terjadi. Konsep merupakan pikiran seseorang atau
sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi
produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui
generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan
disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan
konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.7 Brunner menyarankan agar
siswa dapat berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip
5
6
7
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…, h. 68
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…, h. 71
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…., h. 71
dan melakukan eksperimen-eksperimen yang memberikan kesempatan
siswa untuk menemukan prinsip-prinsip sendiri.
Para ahli psikologi menyadari akan pentingnya konsep-konsep, dan
suatu definisi yang tepat mengenai konsep sebelum diberikan. Oleh karena
itu konsep-konsep itu merupakan penyajian-penyajian internal dari
sekelompok stimulus-stimulus. Konsep itu tidak dapat diamati, konsepkonsep harus disimpulkan dalam perilaku. Walaupun kita dapat
memberikan suatu definisi verbal dari suatu konsep, suatu definisi tidak
mengungkapkan semua hubungan-hubungan antara konsep itu dengan
konsep-konsep yang lain.
Dalam
pendekatan
konsep
ini
Syamsudin
Makmun
mengemukakan bahwa dengan diperolehnya kemahiran mengadakan
diskriminasi atas pola-pola stimulus respons (S-R) itu, siswa belajar
mengidentifikasi persamaan-persamaan karakteristik dari sejumlah polapola S-R tersebut. Selanjutnya berdasarkan persamaan ciri-ciri dari
sekumpulan stimulus dan juga objek-objeknya ia membentuk suatu
pengertian atau konsep-konsep.8 Secara eksternal adanya persamaanpersamaan ciri tertentu dari sejumlah perangsang objek-objek yang
dihadapkan pada individu. Flavell dalam Syaiful Sagala menyarankan,
bahwa pemahaman terhadap konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuh
dimensi yaitu:9
a.
Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, contohcontoh konsep harus mempunyai atribut-atribut yang relevan;
termasuk juga atribut-atribut yang tidak relevan.
b.
Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut
itu.
c.
Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret, atau
konsep-konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain. Suatu segitiga
dapat dilihat, keinginan adalah lebih abstrak.
8
Syamsudin Makmun, A. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul.
Bandung: Rosdakarya. 2003. h. 228
9
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…., h. 72
d.
Keinklusifan (Inclisiveness), yaitu ditunjukkan pada jumlah contohcontoh yang terlibat dalam konsep itu.
e.
Generalitas atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan, konsepkonsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinat.
Konsep
wortel
adalah
subordinat
terhadap
konsep
sayuran,
selanjutnya konsep sayuran subordinat dari konsep tanaman yang
dapat dimakan. Makin umum suatu konsep, makin banyak asosiasi
yang dapat dibuang dengan konsep-konsep yang lainnya.
f.
Ketepatan, yaitu suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan
aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh dari noncontohnoncontoh
suatu
mengemukakan
konsep.
empat
Klausmeier
tingkat
dalam
pencapaian
Syaiful
konsep
Sagala
(concept
attainment), mulai dari tingkat konflik ketingkat formal. Konsepkonsep pada tingkat ini atribut-atribut yang dibutuhkan konsep dapat
didefinisikan.10
g.
Kekuatan (power), yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana
orang setuju bahwa konsep itu penting.
Konsep seperti tersebut di atas, memberi gambaran bahwa sulit
rasanya untuk sampai pada suatu definisi konsep. Rosser dalam Dahar
menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu
kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubunganhubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama.11 Orang mengalami
stimulus-stimulus dengan cara tertentu. Konsep-konsep itu adalah
abstraksi-abstraksi berdasarkan pengalaman, dan karena tidak ada dua
orang yang mempunyai pengalaman yang persis sama, maka konsepkonsep yang dibentuk orang mungkin berbeda. Konsep-konsep diperoleh
dengan cara formasi konsep (concept formation) merupakan bentuk
10
11
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…., h. 73
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar,( Jakarta: Erlangga, 1996). h. 80
perolehan konsep-konsep sebelum anak-anak masuk sekolah.12 Menurut
Gagne dalam Dahar formasi konsep dapat disamakan dengan belajar
konsep-konsep konkret, dan asimilasi konsep (concept assimilation)
merupakan cara utama memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah
sekolah.13
Pendekatan konsep ini dikembangkan berdasarkan pada pola
pengorganisasian bahan ajar, yang meliputi pengajaran linier dan
pengajaran komulatif. Pengajaran linier materi bidang studi terbagi atas
urutan linier dengan kedalaman yang sama, pendekatan linier ini seringkali
membuat murid cepat bosan dan sukar mengingat fakta atau konsep yang
diajarkan. Pada pendekatan komulatif ini diorganisasikan menurut urutan
tertentu dengan jenjang kesulitan yang berbeda, yaitu meningkat. 14 Jumlah
unit yang diajarkan tidak sebanyak pendekatan linier, bahan ajar yang
berupa konsep dan fakta menjadi banyak berkurang dibandingkan pada
pendekatan dengan pengajaran linier. Pada pendekatan komulatif,
pemahaman konsep atau fakta lebih ditekankan sebagai suatu pengertian
konsep secara mendalam dan menyeluruh.
2. Ciri-ciri Konsep15
a. Atribut konsep adalah suatu sikap yang membedakan antara konsep
satu dengan konsep lainnya. Jadi, adanya keragaman antara konsepkonsep sebenarnya ditandai oleh adanya atribut yang berbeda.
b. Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu
atribut. Jika atribut konsep sangat luas, maka konsep tersebut dapat saja
diidentifikasikan berdasarkan atribut-atribut lainnya.
c. Jumlah atribut juga bermacam-macam antara suatu konsep dengan
konsep lainnya. Jadi, semakin kompleks suatu konsep semakin banyak
12
13
14
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar,.., h. 81
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar…, h. 81
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: UIN.
2009. h. 92
15
Oemar Malik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta:
Bumi Aksara. 2010. h. 162
jumlah atributnya dan semakin sulit untuk mempelajarinya. Untuk
kemudahan jumlah atribut itu hendaknya diperkecil dengan cara
kombinasi atau mengurangi perhatian terhadap sejumlah atribut yang
dinilai tak begitu penting.
d. Kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa
atribut lebih dominan (obvious) dari pada yang lainnya. Jika atributnya
nyata, maka lebih mudah menguasai konsep dan jika atributnya tidak
nyata maka sulit untuk menguasai konsep.
3. Jenis-jenis Konsep
Atribut-atribut berkombinasi dengan tiga cara untuk menghasilkan
tiga jenis/ tipe konsep, yaitu conjunctive concepts, disjunctive concepts,
dan relational concepts.16
a. Konsep Konjungtif, nilai-nilai tertentu dari berbagai atribut disajikan
bersama-sama. Nilai-nilai dan atribut ditambahkan bersama untuk
menghasilkan suatu konsep konjungtif. Konsep konjungtif sangat
mudah dipelajari dan diajarkan, sebab hanya menambah (kualitas
adaptif) antara atribut dan nilai-nilai.
b. Konsep Disjungtif, Sesuatu yang dapat dirumuskan dalam sejumlah
cara
yang berbeda-beda. Antara atribut dan nilai-nilai dapat
disubstitusikan antara yang satu dengan yang lainnya. Konsep ini sulit
diajarkan dan dipelajari karena terdapat arbitrary equivalence antara
atribut-atribut tersebut, sedangkan siswa harus belajar menerapkannya
ke situasi stimulus yang equivalence padahal situasi-situasi itu tidak
sama/ equivalence.
c. Konsep hubungan, yakni suatu konsep yang mempunyai hubunganhubungan khusus antaratribut konsep.
16
Oemar Malik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan … h. 163
Konsep-konsep merupakan dasar-dasar untuk berpikir, untuk belajar
aturan-aturan, dan untuk memecahkan masalah. Tanpa konsep-konsep tak
mungkin kita mengajar. Pendekatan-pendekatan belajar konsep menurut
Ausubel, Carroll, Gagne dalam Dahar menerangkan berbagai cara untuk
perolehan konsep, melalui formasi konsep dan asimilasi konsep.17
Dari
beberapa
pendapat
mengenai
pendekatan
konsep
dapat
disimpulkan bahwa pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan
peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi
kesalahan konsep. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya menentukan
konsep-konsep yang akan diajarkannya pada peserta didik, tingkat-tingkat
pencapaian konsep yang diharapkan dari para siswa dan metode mengajar
yang akan digunakan. Pengetahuan tentang perkembangan kognitif dan
perkembangan bahasa akan menolong dalam membuat keputusan-keputusan.
Analisis konsep dapat digunakan untuk merencanakan pengajaran, dan untuk
menentukan apakah peserta didik telah mencapai konsep-konsep pada tingkat
yang sesuai.
Berbagai metode yang dapat digunakan dalam pendekatan konsep:
a. Metode Eksperimen
Metode
eksperimen
adalah
metode
mengajar
dengan
cara
mempraktekkan langsung untuk menguji atau membuktikan suatu konsep
yang sedang dipelajari. Metode ini, diyakini sebagai metode yang paling
tepat dalam mengajarkan konsep-konsep sains, karena sains berasal dari
hal-hal yang bersifat fakta. Metode eksperimen dalam prakteknya juga
memerlukan alat dan bahan.18
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode
percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu.
17
18
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar,… h. 96
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 101
Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari
kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik
kesimpulan atau proses yang dialaminya itu. 19
Sebagai suatu metode pembelajaran metode eksperimen memiliki
beberapa kelebihan, di antaranya:20
1) Siswa dirangsang berpikir kritis, tekun, jujur, mau bekerja sama,
terbuka, dan objektif.
2) Siswa dirangsang untuk memiliki keterampilan proses sains, seperti
mengamati,
menginterpretasi,
mengelompokkan,
mengajukan
pertanyaan, merencanakan pertanyaan, merencanakan percobaan,
menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan, dan melakukan
eksperimen.
3) Siswa belajar secara konstruktif tidak bersifat hafalan, sehingga
pemahamannya terhadap suatu konsep bersifat mendalam dan
bertahan lama.
4) Siswa ditempatkan pada situasi belajar yang penuh tantangan,
sehingga tidak mudah bosan.
5) Siswa konsentrasinya terarahkan pada kegiatan pembelajaran.
6) Siswa lebih mudah memahami suatu konsep yang bersifat abstrak.
7) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan atas
percobaannya.
8) Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru
dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
9) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia.
19
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Edisi Revisi, Cet. III, hal. 84
20
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 101
Di samping beberapa kelebihan, metode eksperimen juga memiliki
beberapa kelemahan, di antaranya:21
1) Memerlukan waktu yang relatif lama.
2) Memerlukan alat dan bahan yang cukup dan terkadang sulit
ditemukan atau mahal harganya.
3) Guru harus membuat perencanaan kegiatan eksperimen yang matang,
hal ini menuntut guru menguasai konsep yang akan diuji atau
dibuktikan dalam kegiatan eksperimen.
4) Siswa dituntut terlebih dahulu memiliki landasan berpikir, sehingga
mengetahui secara jelas tujuannya melakukan eksperimen dan
kesimpulan yang diambilnya relevan dengan konsep yang sedang
diuji.
5) Cenderung memerlukan ruang khusus (laboratorium), untuk lebih
leluasa melakukan eksperimen.
6) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
7) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar
jangkauan kemampuan atau pengendalian.
Dari beberapa pendapat mengenai metode eksperimen dapat
disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu metode pembelajaran
di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam prakteknya metode eksperimen
memerlukan alat dan bahan sehingga membuat proses pembelajaran lebih
menarik dan siswa terfokus perhatiannya dan termotivasi untuk
mengetahui lebih jauh konsep yang sedang dipelajarinya. Dalam metode
eksperimen siswa dirangsang untuk memiliki keterampilan proses sains,
seperti
mengamati,
merencanakan
mengelompokkan,
percobaan,
mengajukan
menggunakan
alat
pertanyaan,
dan
bahan,
mengkomunikasikan, dan melakukan eksperimen.
21
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 101
b. Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi
adalah
metode
mengajar
dengan
cara
mendemokan/memperlihatkan suatu proses. Metode ini, biasanya cocok
digunakan untuk mengajarkan suatu pembentukan suatu konsep atau
proses suatu percobaan dalam suatu materi yang diajarkan. Metode
demonstrasi dalam prakteknya memerlukan sejumlah alat peraga.22
Metode
demonstrasi
adalah
metode
penyajian
pelajaran
dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,
situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.23
Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan
secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa
hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan
bahan pelajaran lebih konkret. Dengan metode demonstrasi, proses
penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara
mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses
mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses mengerjakan atau
menggunakannya,
komponen-komponen
yang
membentuk
sesuatu,
membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau
melihat kebenaran sesuatu.24
Sebagai suatu metode pembelajaran metode demonstrasi memiliki
beberapa kelebihan, di antaranya:25
1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat
dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan
pelajaran yang dijelaskan.
22
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 103
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2009). h. 150
24
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar …, h. 90
25
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses…, h. 150
23
2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya
mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi
pembelajaran.
4) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan konkret.
5) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
6) Siswa akan terpusat perhatiannya terhadap kegiatan demonstrasi yang
dilakukan.
7) Suasana belajar tidak pasif, tetapi terjadi interaksi yang dinamis antara
guru dan siswa.
8) Siswa terangsang untuk berpikir kritis.
9) Memberikan pengalaman yang bersifat praktis, sehingga siswa lebih
mudah memahami suatu konsep.
10) Siswa lebih mudah mengambil kesimpulan, karena ia mengetahui
prosesnya.
11) Siswa bisa langsung mendapat jawaban dari guru terhadap
pertanyaan-pertanyaannya yang kemungkinan besar menjadi faktor
penghambat siswa memahami suatu konsep.
Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki
beberapa kelemahan, di antaranya:26
1) Memerlukan waktu yang relatif lama.
2) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab
tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat
menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi
untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus
beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan
waktu yang banyak.
26
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses…, h. 151
3) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang
memadai
yang
berarti
penggunaan
metode
ini
memerlukan
pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
4) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional. Di
samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru
yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
5) Metode ini sulit digunakan apabila siswa sebelumnya tidak memahami
dasar teorinya.
6) Metode ini, menyulitkan guru dalam mengontrol siswa yang acuh atau
pasif karena guru sibuk memperagakan alat peraga.
7) Metode ini, menuntut guru memiliki keterampilan mendemonstrasikan
alat-alat peraga dan menguasai materi yang mendalam.
Dari beberapa pendapat mengenai metode demonstrasi dapat
disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan
cara mendemokan/memperlihatkan suatu proses. Dalam prakteknya
metode demonstrasi memerlukan sejumlah alat peraga sehingga proses
penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara
mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar
memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran
lebih konkret.
c. Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran
melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada
sekelompok siswa.27 Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan
metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan
sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses
27
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses…, h. 145
belajar mengajar. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru
daripada anak didik, tetapi metode ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja
dalam kegiatan pengajaran. Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran
tradisional, seperti di pedesaan, yang kekurangan fasilitas.
Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik
kuliah,
merupakan
suatu
cara
mengajar
yang digunakan
untuk
menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok
persoalan serta masalah secara lisan. Dengan demikian, dapat dipahami
bahwa metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan
guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap
siswa.28
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering
digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh
beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari
guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam
proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian
juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang
memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang
berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru, berarti tidak ada
belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.
Ada beberapa alasan mengapa ceramah sering digunakan. Alasan ini
sekaligus merupakan keunggulan metode ini.29
1) Ceramah merupakan metode yang „murah‟ dan „mudah‟ untuk
dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak
memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan
metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan
mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan
demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
28
29
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar …, h. 97
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses…, h. 146
2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang jelas. Artinya,
materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokokpokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu
ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang
mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang
ingin dicapai.
4) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena
sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru memberikan
ceramah.
5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi
lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang
beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal
siswa dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru,
maka ceramah sudah dapat dilakukan.
6) Bersifat fleksibel, karena sewaktu-waktu pembelajaran dapat diakhiri
tanpa harus mengurangi cakupan bahan ajar.
7) Jika guru memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, dapat
membangkitkan semangat belajar siswa.
8) Dapat mengembangkan kemampuan siswa mendengar.
Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki
beberapa kelemahan, di antaranya:30
1) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan
terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang
kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru
adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun
akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.
2) Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan
terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah “penyakit” yang sangat
30
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses…, h. 146
mungkin disebabkan oleh proses ceramah. Oleh karena itu, dalam
proses penyajiannya guru hanya mengandalkan bahasa verbal dan
siswa hanya mengandalkan kemampuan auditifnya. Sedangkan,
disadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama,
termasuk dalam ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui
pendengarannya.
3) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah
sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi,
walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental
siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran;
pikirannya melayang ke mana-mana atau siswa mengantuk, oleh
karena gaya bertutur guru tidak menarik.
4) Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa
sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika
siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun
yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah
paham.
5) Guru sulit untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa sejauh mana.
6) Seringkali siswa dijejali materi, yang seharusnya diberikan dalam
waktu yang banyak tetapi disekaliguskan dalam satu waktu. Hal ini,
membuat siswa jenuh.
Dari
beberapa
pendapat
mengenai
metode
ceramah
dapat
disimpulkan bahwa metode ceramah adalah metode mengajar yang
menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan. Pembelajaran dengan
metode ceramah, bersifat teacher center, karena hampir semua informasi
tentang bahan ajar berasal dari penjelasan guru. Sementara siswa
cenderung pasif. Namun, sebenarnya metode ini masih tetap bisa efektif
digunakan jika memang seorang guru bisa menggunakannya dalam situasi
dan kondisi yang tepat.
d. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar dengan cara bertukar
pendapat antara siswa satu dengan siswa lainnya tentang materi yang
dipelajari. Diskusi antar siswa ini bisa dilakukan secara perorangan atau
secara kelompok. Pembelajaran dengan metode diskusi akan hidup,
apabila siswa sebelumnya telah mempelajari materi yang akan dibahas.31
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa
dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau
pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan
bersama.32
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang
dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses belajar
mengajar terjadi, di mana interaksi antara dua atau lebih individu yang
terlibat saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan
masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai
pendengar saja.
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk
memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah, dan
memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.33
Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi.
Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan
tertentu secara bersama-sama.
Sebagai suatu metode pembelajaran metode diskusi memiliki
beberapa kelebihan, di antaranya:34
1) Siswa dilatih untuk melakukan proses berpikir.
2) Siswa dilatih untuk mengungkapkan pendapat.
31
32
33
34
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 100
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar…, h. 87
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses…, h. 152
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 100
3) Siswa dilatih untuk berpikir kritis, berpikir sistematis, bersikap
terbuka, dan belajar menghargai pendapat orang lain.
4) Dengan metode ini, kemungkinan semua siswa aktif berpartisipasi
dalam kegiatan pembelajaran lebih tinggi.
5) Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasanprakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
6) Memperluas wawasan.
7) Membina untuk terbiasa musyawarah mufakat dalam memecahkan
suatu masalah.
8) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan.
Di samping beberapa kelebihan di atas, metode diskusi juga
memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:35
1) Memakan waktu yang relatif lama.
2) Siswa yang pemalu atau tidak memiliki kemampuan berbicara di
depan orang banyak akan dirugikan.
3) Siswa terkadang tidak fokus pada masalah yang didiskusikan, asal
mengemukakan pendapat.
4) Sering terjadi perdebatan yang menimbulkan emosi yang negatif yang
terkadang menimbulkan permusuhan antar siswa.
5) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang
siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
6) Kadang-kadang
pembahasan
dalam
diskusi
meluas,
sehingga
kesimpulan menjadi kabur.
7) Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
8) Peserta mendapat informasi yang terbatas.
9) Pembicaraan kadang-kadang menyimpang, sehingga memerlukan
waktu yang panjang.
35
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 100
Dari beberapa pendapat mengenai metode diskusi dapat disimpulkan
bahwa metode diskusi adalah metode mengajar dengan cara bertukar
pendapat antara siswa satu dengan siswa lainnya tentang materi yang
dipelajari. Dalam metode diskusi siswa dilatih untuk bekerja sama dan
belajar bersama dalam kelompok, hal ini bertujuan agar siswa saling
bertukar pikiran, bertukar pengalaman, dan berbagi ilmu pengetahuan
dengan temannya. Selain itu siswa juga dilatih untuk berpikir kritis,
berpikir sistematis, bersikap terbuka, dan belajar menghargai pendapat
orang lain.
e. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang menyajikan
bahan ajar dengan cara tanya jawab dengan memposisikan guru sebagai
penanya dan siswa yang menjawab. Menurut Costa dalam Zulfiani,
pertanyaan merupakan alat intelektual yang sering digunakan oleh guru
untuk menimbulkan perilaku keingintahuan siswanya, sehingga dapat
digunakan
untuk
memperoleh
tujuan
kognitif
atau
memperoleh
keterampilan-keterampilan berpikir tertentu.36 Metode tanya jawab adalah
cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab,
terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada
guru.37
Metode tanya jawab dapat digunakan:38
1) Pembelajaran merupakan pengulangan pelajaran sebelumnya atau
siswa telah mempelajari bahan ajar yang akan diberikan.
2) Untuk merangsang siswa berpikir.
3) Untuk merangsang siswa aktif berbicara.
4) Untuk membuat siswa terfokus perhatiannya.
36
37
38
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 100
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar …, h. 94
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 101
Sebagai suatu metode pembelajaran metode tanya jawab memiliki
beberapa kelebihan, di antaranya:39
1) Melatih siswa berpikir kritis.
2) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab
dan mengemukakan pendapat.
3) Melatih siswa mengemukakan pendapat dalam menjawab pertanyaan.
4) Melatih siswa menghargai pendapat orang lain dan bersifat terbuka.
5) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun
ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan
hilang kantuknya.
6) Merangsang siswa untuk melatih dan merangsang daya pikir,
termasuk daya ingatan.
Di samping beberapa kelebihan di atas, metode tanya jawab juga
memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:40
1) Ada kalanya pertanyaan yang diajukan hanya bertujuan untuk
menjatuhkan temannya.
2) Sulit diterapkan jika siswa belum memahami materi yang dibahas.
3) Dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat antar siswa.
4) Memerlukan waktu yang relatif lama.
5) Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa
untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang,
melainkan akrab.
6) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat
berpikir dan mudah dipahami siswa.
7) Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat
menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
8) Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.
39
40
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 101
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 101
Dari beberapa pendapat mengenai metode tanya jawab dapat
disimpulkan bahwa metode tanya jawab adalah metode mengajar dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa,
tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Dalam metode tanya jawab siswa
dilatih untuk berpikir kritis, mengembangkan keberanian dan keterampilan
siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat. Selain itu juga dapat
merangsang siswa untuk melatih dan merangsang daya pikir, termasuk
daya ingatan.
B. Hakikat Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Manusia belajar karena ingin tahu dan ingin mengembangkan
tingkah laku yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Hal ini
berarti bahwa dengan belajar, seseorang dapat merubah tingkah lakunya.
Dengan
belajar
seseorang
memperoleh
kecakapan,
pengertian,
keterampilan, kegemaran, sikap, dan kepuasan.
Banyak definisi tentang belajar. Menurut Hilgard dan Bower dalam
Faried Wadjdi, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku
yang relatif permanen, dan tidak disebabkan oleh adanya proses
kedewasaan. Sedangkan menurut Bell Gredler mengatakan bahwa belajar
adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan
sikap.41
Menurut Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di
mana suatu organisma berubah perilakunya akibat pengalaman. Dengan
demikian bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah
pengetahuan melainkan dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap,
41
Faried Wadjdi, Pengaruh Pemberian Bahan Belajar Terhadap Hasil Belajar pada
Matakuliah Rangkaian Dasar Listrik (Jurnal No. 5/VIII/Teknodik/Desember/2004), h. 108
pengertian, penghargaan minat, peyesuaian diri, pendeknya mengenai
segala aspek organisme atau pribadi seseorang.
Hinzman dalam Muhibbin Syah, berpendapat bahwa belajar adalah
suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme tersebut. Jadi, dalam pandangan Hinzman perubahan yang
ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila
mempengaruhi organisme.42
Skinner, seperti dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational
Psychology: Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar
adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif.43
Demikian pula, Wittig dalam bukunya Psychology of Learning
mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an
organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience.
Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan
tingkah
laku
suatu
organisme
sebagai
hasil
pengalaman.44
Menurut Muhibbin Syah, belajar adalah tahapan perubahan tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Pengertian belajar
secara kuantitatif (dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian
atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyakbanyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak
materi yang dikuasai siswa. Adapun pengertian belajar secara kualitatif
(tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahamanpemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.45
42
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2009), cet.3,h. 65
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 88
44
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, h. 89
45
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan… , h. 90
43
Setelah kita memahami pengertian belajar. Kita juga harus
mengetahui prinsip-prinsip dalam belajar. Prinsip-prinsip belajar yaitu:46
a.
Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai
hasil belajar memiliki ciri-ciri:
1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
disadari.
2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
4) Positif atau berakumulasi.
5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
6) Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar
sebagai any relatively permanent change in an organism’s
behavioral reperoire that occurs as a result of experience.
7) Bertujuan dan terarah.
8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
b.
Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan
dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang
dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan
fungsional dari berbagai komponen belajar.
c.
Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya
adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam
mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuankemampuan
yang
dimiliki
siswa
setelah
menerima
pengalaman
belajarnya47. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan
perubahan perilaku kognitif, afektif dan pikomotor yang terjadi dalam diri
siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah
yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.
46
Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Surabaya:
Pustaka Pelajar, 2009), h. 4
47
Nana Sudjana, Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya,2001), cet. Ke-7, h.22.
Proses Belajar sangat berpengaruh kepada hasil belajar seorang
siswa, maka dari itu proses belajar harus benar-benar diperhatikan, seperti
di bawah ini:48
a. Belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksi
pengetahuan di jiwa mereka.
b. Anak belajar dari mengalami dan praktik. Anak mencatat kembali polapola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh
guru.
c. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki siswa itu
terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang
sesuatu persoalan.
d. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau
proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan.
e. Tiap siswa mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi
baru.
f. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
g. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak
itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan
dan keterampilan siswa
Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu
di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahanperubahan tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan
lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Jerome S.
Bruner dalam Muhibbin Syah, dalam proses belajar, siswa menempuh tiga
fase, yakni:49
48
Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam
Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h. 22
49
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, h. 111
1) Fase Informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh
sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara
informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri
sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperluas dan
memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
2) Fase Transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis,
diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau
konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan pada halhal yang lebih luas.
3) Fase evaluasi (tahap penilaian materi)
Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh
mana pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan) dapat
dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan
masalah yang dihadapi.
2. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Djamarah dan Zain, hasil belajar tercermin dalam
perubahan perilaku, baik secara materi-substansial, struktural-fungsional,
maupun secara behavior.50 Hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian
tujuan pengajaran. Pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan
mental siswa.51
Menurut Nana Sudjana, ada empat unsur utama proses belajarmengajar, yakni tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Tujuan
50
51
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar…, h. 11
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran…, hal 3-4
sebagai arah dari proses belajar-mengajar pada hakikatnya adalah rumusan
tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima
atau menempuh pengalaman belajarnya.52 Bahan adalah seperangkat
pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan
atau dibahas dalam proses belajar-mengajar agar sampai kepada tujuan
yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik yang
digunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau
tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu
tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat
untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.
Secara umum, hasil belajar didefinisikan sebagai suatu bentuk
pertumbuhan dan perubahan tingkah laku seseorang yang dinyatakan
dengan cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,
timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan sikap dan kebiasaankebiasaan serta keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan
sifat-sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmaniah.
Menurut Slameto perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
banyak sekali sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap
perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dalam pengertian merupakan
hasil belajar memiliki ciri-ciri: (1) Perubahan terjadi secara sadar. (2)
Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. (3) Perubahan
dalam belajar bersifat positif dan aktif. (4) Perubahan dalam belajar bukan
bersifat sementara. (5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. (6)
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.53
52
Nana Sudjana, Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar…, h. 22
Joko Sumarno, Optimalisasi Hasil Belajar Matematika Melalui Permainan “Ludo”
Bagi Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Bobotsari pada Semester Genap Tahun Pelajaran
2005/2006, Widya Tama Vol. 3 No. 2, Juni 2006. h. 4
53
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran
Gagne dalam Agus Suprijono, hasil belajar berupa:54
a.
Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon
secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut
tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun
penerapan aturan.
b.
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
c.
Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d.
Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
e.
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom yang dikutip oleh Agus, hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.55 Ketiga ranah kejiwaan
tersebut saling terkait dan bahkan tidak boleh diabaikan dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena muara ketiga kompetensi tersebut
mengarah kepada kecakapan hidup siswa (life skill).56
54
Agus Suprijono, Cooperative Learning…, h. 5-6
Agus Suprijono, Cooperative Learning…, h. 6
56
Ahmad Sofyan, Tonih feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi (Jakarta press, 2006), cet. 1, h. 13
55
a.
Hasil Belajar Penguasaan Materi (Kognitif)
Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi (kognitif)
bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar
keilmuan berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan
prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut
harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam
bentuk hafalan. Ranah kognitif merupakan ranah yang lebih banyak
melibatkan kegiatan mental/otak. Pada ranah kognitif terdapat enam
jenjang proses berpikir yang dikategorikan oleh Bloom dkk secara
hierarkis. Enam jenjang kemampuan tersebut yakni:
1) Hafalan (C1)
Jenjang hafalan (ingatan) meliputi kemampuan menyatakan
kembali fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah
dipelajarinya.
2) Pemahaman (C2)
Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari
informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan,
diagram, atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke
dalam rumusan matematis atau sebaliknya.
3) Penerapan (C3)
Yang termasuk jenjang penerapan ialah kemampuan menggunakan
prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau
pada situasi konkrit.
4) Analisis (C4)
Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi
yang dihadapi menjadi komponen-komponenya sehingga struktur
informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut
menjadi jelas.
5) Sintesis (C5)
Yang
termasuk
jenjang
sintesis
ialah
kemampuan
untuk
mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu
keseluruhan yang terpadu. Termasuk ke dalamnya kemampuan
merencanakan
eksperimen,
menyusun
karangan
(laporan
praktikum, artikel, rangkuman), menyusun cara baru untuk
mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa, dan informasi lainnya.
6) Evaluasi (C6)
Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk
mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan,
berdasarkan kriteria yang ditetapkan.
b.
Hasil Belajar Proses (Afektif)
Hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai,
berorientasi pada penguasaan dan pemilihan kecakapan proses atau
metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik
dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran,
kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan
sebagainya. Hasil belajar afektif juga termasuk watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap emosi, atau nilai.
Ranah afektif ini dirinci oleh David Kratwohl dkk, menjadi
lima jenjang, yakni:
1) Perhatian/penerimaan (Receiving)
2) Tanggapan (Responding)
3) Penilaian/penghargaan (Valuing)
4) Pengorganisasian (Organizing)
5) Karakteristik terhadap suatu atau beberapa nilai (Characterization
by a value or vale compex)
c.
Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotorik)
Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, hasil
belajar ini akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua
ranah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:57
a. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa) yang meliputi dua aspek,
yakni aspek fisiologis dan aspek psiklogis, yang terdiri dari lima faktor,
yaitu:
1. Intelegensi siswa, yaitu kemampuan psiko-fisik untuk mereaksikan
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
yang tepat.
2. Sikap siswa, yaitu sikap adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan
cara yang relatif tepat terhadap objek orang, barang, dan sebagainya,
baik secara positif maupun negatif.
3. Bakat siswa, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
4. Minat siswa, yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
5. Motivasi
siswa,
yaitu
keadaan
internal
organisme
yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu pemasok daya (energizer)
untuk bertingkah laku secara terarah.
b. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa) yang terdiri dari dua
macam, yakni lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial (sarana dan
prasarana), termasuk di dalamnya media pembelajaran.
c. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
57
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, h. 144
Tabel 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Ragam Faktor dan Unsur-Unsurnya
Internal Siswa
Eksternal Siswa
Pendekatan
1. Aspek Fisiologis:
1. Lingkungan Sosial:
1. Pendekatan
- tonus jasmani
- keluarga
Tinggi
- mata dan telinga
- guru dan staf
- speculative
- masyarakat
- achieving
- teman
-
2. Aspek Psikologis:
intelegensi
sikap
minat
bakat
motivasi
2. Lingkungan Nonsosial:
- rumah
- sekolah
- peralatan
- alam
2. Pendekatan
Menengah
- analytical
- deep
3. Pendekatan
Rendah
- reproductive
- surface
Sedangkan menurut Kenneth Dunn ada beberapa faktor yang
mempengaruhi cara belajar seseorang, yaitu:58
a. Faktor Lingkungan, Lingkungan belajar yang ideal berbeda menurut setiap
orang. Beberapa orang senang bekerja dalam kondisi udara yang hangat,
cat, ruangan yang terang, desain meja yang bagus dan sebagainya.
b. Faktor Emosi
Ada kelompok siswa yang dalam melaksanakan tugas dapat bekerja
dengan baik dari permulaan sampai selesai, tetapi banyak siswa yang dapat
melaksanakan
tugas
setiap
tahap
memerlukan
dorongan
untuk
menyelesaikan.
c. Faktor Sosial
Ada kelompok siswa yang tidak berminat belajar sesuatu dari
kelompoknya. Ada yang lebih senang belajar dari diri sendiri, ada juga
kelompok orang yang mau belajar dari orang lebih tua karena faktor
tradisi.
58
Mulyati Arifin, Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia, (Surabaya:
Airlangga University Press, 1995), h. 205
d. Faktor Personal
Ada sekelompok siswa yang senang belajar jika melihat sesuatu, ada yang
lebih senang belajar jika mendengar sesuatu. Ada yang senang belajar
duduk di depan meja tulis, ada yang sambil jalan sekeliling ruangan.
Faktor-faktor tersebut di atas sangat mempengaruhi hasil belajar
siswa, karena dalam proses pembelajaran siswalah yang menentukan terjadi
atau tidaknya suatu proses belajar. Dalam belajar, masalah-masalah baik
internal maupun eksternal, jika siswa tidak dapat mengatasi masalah tersebut,
maka dia tidak belajar dengan baik.
Selain beberapa faktor di atas ada beberapa hal yang juga perlu
diperhatikan di antaranya adalah konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar
merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian
tersebut
tertuju
pada
isi
bahan
belajar
maupun
proses
memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu
menggunakan bermacam-macam pendekatan belajar. Selain konsentrasi
belajar, kebiasaan belajar juga dapat mempengaruhi hasil belajar. Dalam
kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik.
Kebiasaan tersebut antara lain, belajar pada akhir semester, belajar tidak
teratur, menyianyiakan kesempatan belajar dan lain-lain.
Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat dijumpai di berbagai
sekolah yang ada, baik di kota besar, kota kecil ataupun di pelosok desa.
Kemungkinan yang menjadi penyebab kebiasaan yang kurang baik ini, karena
ketidakmengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat
diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
hasil
belajar
adalah
perubahan
perilaku
secara
keseluruhan
yang
dikelompokan menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor yang
diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan. Hasil belajar tersebut dapat
diketahui dari proses penilaian baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Dalam penelitian ini, hasil belajar diambil dari aspek kognitif siswa.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Maimunah, Program Studi Pendidikan
Kimia Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2010 dengan judul “Pendekatan Konsep dengan Gaya Belajar
Visual Auditori Kinestetik (VAK) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia
Siswa” hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pendekatan konsep
dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada konsep ikatan kimia.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatimah Azzahra, Program Studi
Pendidikan Kimia Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2010 dengan judul “Pengaruh Metode
Eksperimen terhadap Hasil Belajar pada Konsep Laju Reaksi” hasil dari
penelitian
tersebut
menyatakan
bahwa
metode
eksperimen
dapat
meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Asep Hidayatullah, Program Studi
Pendidikan Fisika Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2008 dengan judul “Pengaruh Metode
Demonstrasi terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa” hasil dari penelitian
tersebut menyatakan bahwa metode demonstrasi dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Habibah, Program Studi Pendidikan
Fisika Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2009 dengan judul “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Fisika Bernuansa
Nilai pada Konsep Cahaya” hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa
Metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Menurut Ruli Meliawati dalam jurnalnya ”Pengaruh Pelaksanaan
Demonstrasi terhadap Pengetahuan Siswa SMU tentang Konsep Perubahan
Materi dan Hukum Kekekalan Massa,” hasil dari penelitian tersebut
menyatakan bahwa metode demonstrasi tidak hanya efektif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa tetapi juga dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar.
Dari beberapa hasil penelitian di atas, terlihat bahwa pendekatan
konsep mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pendekatan konsep terhadap
hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.
E. Kerangka Berpikir
Mata pelajaran kimia termasuk mata pelajaran yang membutuhkan
variasi model pembelajaran pada saat penyampaiannya. Beberapa materi atau
konsep pada mata pelajaran kimia terkadang bersifat sangat abstrak dan tidak
mungkin divisualisasikan melalui praktikum. Keadaan demikian sering
menyebabkan beberapa konsep pada mata pelajaran kimia kurang berhasil.
Sampai saat ini masih banyak ditemui kesulitan siswa dalam
memahami
konsep-konsep
kimia.
Akibatnya,
siswa
kesulitan
untuk
memahami konsep-konsep selanjutnya. Sehingga siswa akan menganggap
bahwa kimia adalah pelajaran yang sulit dan tidak menyenangkan. Banyak
faktor yang menyebabkan hal ini terjadi di antaranya kecerdasan siswa, bakat
siswa, kemampuan belajar, minat siswa, model penyajian materi, pribadi, dan
sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, serta kondisi masyarakat luas.
Menanggapi hal-hal tersebut, guru sebagai pelaku utama proses
pembelajaran di sekolah harus mampu menyelenggarakan suatu pembelajaran
yang lebih inovatif dan kondusif agar dapat lebih melibatkan siswa secara
aktif dalam belajar, sehingga siswa dengan sendirinya dapat menerima dan
memahami materi dan konsepnya. Proses pembelajaran lebih ditekankan pada
pengalaman belajar apa yang akan dimilliki siswa dari proses pembelajaran,
baik kognitif, afektif, psikomotor, serta life skill-nya.
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara
langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Pendekatan konsep adalah
pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar
dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep
menyatakan suatu hubungan antar konsep-konsep yang lebih sederhana
sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat asasi tentang mengapa suatu gejala itu bisa terjadi. Konsep
merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam
definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip,
hukum, dan teori.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui
generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan
disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep
adalah menjelaskan dan meramalkan. Brunner menyarankan agar siswa dapat
berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip dan melakukan
eksperimen-eksperimen
yang
memberikan
kesempatan
siswa
untuk
menemukan prinsip-prinsip sendiri.
Dengan demikian, penyelenggaraan pembelajaran dengan pendekatan
konsep diduga dapat mempengaruhi hasil belajar kimia siswa.
F. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan
dan sekaligus diputuskan untuk dijadikan hipotesis penelitian yaitu “terdapat
pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan pendekatan konsep terhadap
hasil belajar kimia siswa.”
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011,
yaitu pada tanggal 01 November sampai 20 November 2010.
2.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan yang
beralamat di Jl. Benda Timur XI Komp. Pamulang Permai 2 Tangerang
Selatan.
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperimen yaitu metode penelitian yang belum memenuhi persyaratan dari
suatu eksperimen.59 Dalam penelitian quasi eksperimen, tidak dilakukan
randomisasi untuk memasukkan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, melainkan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada
sebelumnya.
Penelitian ini menerapkan pembelajaran dengan pendekatan konsep.
Pembelajaran dengan pendekatan konsep ini diduga dapat mempengaruhi hasil
belajar kimia siswa, sehingga adanya hubungan sebab akibat antara penerapan
pembelajaran dengan pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa.
Penelitian ini merupakan studi quasi eksperimen dengan dua kelompok
sampel sebagai berikut:
a. Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan
pembelajaran menggunakan pendekatan konsep dengan variasi metode
pembelajaran yaitu metode eksperimen, diskusi, tanya jawab, dan
ceramah.
59
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 84
b. Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran
menggunakan pendekatan konsep dengan variasi metode pembelajaran
yaitu metode demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan ceramah.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol dan
eksperimen dengan Desain Static Group Comparison. Untuk lebih jelasnya
desain penelitian digambarkan dalam tabel berikut:60
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok
Perlakuan
Posttest
Eksperimen
X
O
Kontrol
O
Keterangan:
O = Posttest pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
X = Perlakuan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan konsep
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.61 Adapun penelitian
ini dilakukan terhadap siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 3 Tangerang
Selatan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.62 Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara
purposive sampling, yaitu mengambil sampel pada kelas yang tersedia
tanpa melakukan random sampling. Penelitian ini dipilih dua kelas, yaitu
kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 4 sebagai kelas
kontrol.
60
Yanti Herlanti, Science Education Research, (Bogor, 2006). h. 24
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan... , h.130
62
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2008), hal. 81
61
D. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat ketercapaian kompetensi.63 Untuk memperoleh data yang diperlukan,
instrumen penelitian yang digunakan adalah tes uraian. Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok.64
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes akhir (posttest)
yang diberikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes akhir (posttest) berupa
tes tulis untuk mengukur aspek kognitif dalam bentuk soal-soal pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi untuk mengukur hasil
belajar kimia siswa, yang terdiri dari 20 soal uraian.
Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Tes
No.
1.
Indikator
C1
C2
Menentukan
C3
C4
C5
C6
1,2,3
Jumlah
3
konsentrasi larutan
2.
Memahami
4
5,6
7
8
3
pengertian laju reaksi
3.
Menentukan faktorfaktor
mempengaruhi
9
10
4
yang
laju
reaksi
4.
Menentukan faktor-
11,12,
faktor yang
13,15
14
16
17
7
mempengaruhi laju
reaksi berdasarkan
teori tumbukan
63
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), hal. 93
64
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan... , h.150
5.
Menentukan
18,19,
persamaan Laju
3
20
reaksi dan orde
reaksi.
Jumlah
6
3
8
1
1
1
20
Tes dilakukan setelah pembelajaran dilakukan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui pemahaman awal siswa terhadap suatu konsep
setelah pembelajaran dilakukan. Kisi-kisi untuk soal disesuaikan dengan
konsep yang diajarkan, yaitu laju reaksi.
Tes ini terlebih dahulu diujikan untuk diketahui validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam pengolahan data uji coba soal, sebagai berikut:
a) Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang tidak valid
berarti memiliki validitas rendah.
Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi (content
validity). Maksudnya butir-butir soal disusun sesuai dengan materi dan
indikator pembelajaran. Rumus yang dapat digunakan untuk menguji
validitas soal:65
rxy 
 xy
( x ) ( y
2
2
)
Keterangan:
rxy
= Koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total
 xy
= Jumlah perkalian x dengan y
x2
= Kuadrat dari x
y2
= Kuadrat dari y
65
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
cet. 9, h. 70
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rxy
dibandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikansi (α=0,05). Jika rxy ≥
rtabel maka soal tersebut valid dan jika rxy < rtabel maka soal tersebut tidak
valid. Jadi, apabila valid berarti soal tersebut dapat digunakan untuk
mengukur hasil belajar. Untuk mengetahui validitas dari butir soal peneliti
menggunakan program ANATES (Lampiran 5). Dari 20 soal yang
diujicobakan, 12 soal yang dinyatakan valid.
b) Uji Reliabilitas
Mengenai konsep reliabilitas atau reliable dapat diartikan sebagai
kepercayaan bahwa suatu soal dapat dengan ajeg atau tetap memberikan
data yang sesuai dengan kenyataan. Rumus yang digunakan untuk
mengukur reliabilitas suatu tes yang berbentuk uraian adalah dengan
menggunakan rumus Alpha, yaitu:66
2
 n   σi 
r11  
1



σ 2t 
 n  1 
Keterangan:
r11
= Reliabilitas tes secara keseluruhan
σ i2
= Jumlah varians skor tiap-tiap item
σ 2t
= Varians total
Untuk mengetahui reliabilitas dari butir soal peneliti menggunakan
program ANATES (lampiran 5). Dari hasil ANATES, diperoleh nilai
reliabilitas sebesar 0,87.
c) Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal
Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot
soal yang sesuai dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan untuk
mengukur tingkat kesukaran. Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap
butir soal dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
66
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi…, h. 109
P=
B
JS
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi Indeks Kesukaran:
IK : 0,70 - 1,00 = Mudah
0,30 – 0,70 = Sedang
0,00 – 0,30 = Sukar67
Untuk mengetahui tingkat kesukaran dari butir soal peneliti
menggunakan program ANATES (lampiran 5). Dari hasil ANATES, dapat
dilihat bahwa tiga soal dinyatakan sukar, delapan soal dinyatakan sedang,
dan satu soal dinyatakan sangat sukar.
d) Uji Daya Pembeda
Uji daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan
soal dalam membedakan kemampuan siswa. Untuk mengetahui daya
pembeda tiap butir soal dapat menggunakan rumus berikut:68
D=
BA BB

JA
JB
Keterangan :
D
: Koefisien daya pembeda soal.
BA
: Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar.
BB
: Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar.
JA
: Banyaknya siswa kelompok atas.
JB
: Banyaknya siswa kelompok bawah.
67
68
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi…, h. 208
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi…, h. 213-214
Untuk mengetahui daya pembeda dari butir soal peneliti
menggunakan program ANATES (lampiran 5). Adapun klasifikasi daya
pembeda yang digunakan sebagai berikut.
Klasifikasi Daya Pembeda:
DP
: 0,70 – 1,00 = Baik sekali (excellent)
: 0,40 – 0,70 = Baik (good)
: 0,20 – 0,40 = Cukup (Satisfactory)
: 0,00 – 0,20 = Jelek (poor)69
Seiring perkembangan tekhnologi, dalam penelitian ini untuk
menganalisis hasil uji coba tiap butir soal instrumen tes menggunakan
bantuan program ANATES Ver.4 yang dikembangkan oleh Prof. Dr.
Karno To M.Pd. dan Yudi Wibisono, ST. Program ini mampu
menganalisis butir soal pilihan ganda dan uraian dengan mudah dan cepat.
Kelebihan lainnya adalah program ANATES sepenuhnya menggunakan
bahasa Indonesia. ANATES dirancang agar mudah dipelajari dan mudah
digunakan. Dengan menggunakan ANATES, proses analisis tes akan
menjadi lebih mudah, cepat dan akurat.
ANATES memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.
Menghitung skor asli (asli maupun dibobot).
2.
Menghitung reliabilitas tes.
3.
Mengelompokkan subjek ke dalam kelompok unggul/asor.
4.
Menghitung daya pembeda dan tingkat kesukaran.
5.
Menghitung korelasi skor butir dengan skor total.
6.
Menentukan kualitas pengecoh.
E. Teknik Analisis Data
Untuk penganalisaan data dalam penelitian ini digunakan uji statistik
dengan menggunakan uji-t. Tetapi sebelumnya dilakukan uji normalitas dan
uji homogenitas sebagai syarat dapat dilaksanakannya analisis data.
69
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar…, h.218
a. Pengujian Prasyarat Analisis Data
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang
digunakan adalah Uji Liliefors.
Langkah-langkah uji Liliefors adalah sebagai berikut:
a. Urutkan data sampel dari yang terkecil sampai yang paling
terbesar.
b. Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus:
Zi =
Xi  X
S
Keterangan:
Zi = Skor baku
X = Nilai rata-rata
Xi = Skor data ke- i
S = Simpangan baku
c. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan
tabel Z, dan sebut dengan F (Zi).
Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel
Zi < 0, maka F (Zi) = 1 – (0,5 + nilai tabel)
d. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2,…, Zn yang lebih atau sama
dengan Zi jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka:
S (Zi) =
Banyaknya Z1, Z 2, ...Z n
n
yang  Zi
e. Hitung selisih F (Zi) - S (Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya
F (Z i )  S (Z i )
f. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut,
nilai ini disebut Lo.
Lo = max F (Z i )  S (Z i )
g. Interpretasikan dengan membandingkannya pada tabel L.
h. Kesimpulan:
Jika Lo < Lt
: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal
Lo > Lt
: Sampel tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal70
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
sampel berasal dari populasi yang variansnya sama. Uji homogenitas
yang digunakan adalah uji Fisher dengan rumus:
F=
S1
2
S2
2
dimana S2 =
n  fixi 2  ( fixi) 2
n (n  1)
Keterangan:
F : Nilai uji F
S12 : Varians terbesar
S22 : Varians terkecil71
Adapun kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:
Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen
dan Ho ditolak jika Fh > Ft, dimana Ho memiliki varian yang tidak
homogen.
b. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh yang
signifikan hasil belajar kimia siswa antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol.
Untuk menguji hipotesis, jika pada uji normalitas diperoleh bahwa
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, maka digunakan uji “t” dengan taraf signifikansi 
= 0,05. Rumus uji “t” yang digunakan yaitu:
70
71
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung : Tarsito, 2005), h. 466
Sudjana, Metode Statistik, …, h.249
1) Jika varian populasi heterogen72
thit =
XE  XK
2
2
SE
S
 K
nE
nK
2) Jika varian populasi homogen73
XE  XK
thit =
S gab.
1
1

nE nK
dengan S2 =
nE
 1S E  n K  1S K
nE  nK  2
2
Keterangan:
XE : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
XK : Nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
nE : Jumlah sampel kelompok eksperimen
nK : Jumlah sampel kelompok kontrol
SE2 : Varians kelompok eksperimen
SK2 : Varians kelompok kontrol
Kriteria pengujian a. Terima Ho jika thitung < ttabel
b. Tolak Ho jika thitung > ttabel
F. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang akan diuji pada penelitian ini adalah:
Ho
:
μE = μK
Ha
:
μE > μK
Keterangan:
μE
= Nilai rata-rata hasil belajar kimia siswa kelompok eksperimen
μK
= Nilai rata-rata hasil belajar kimia siswa kelompok kontrol
72
73
Sudjana, Metode Statistik, …, h.240-241
Sudjana, Metode Statistik, …, h.239
2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan data penelitian, setelah mengalami perlakuan terhadap
masing-masing kelompok, dilakukan tes akhir (posttest). Hal ini dilakukan
untuk melihat kemampuan dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan,
dan didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Kelas Eksperimen
No.
Nama
Nilai Posttest
Kelas Kontrol
Nama
Nilai Posttest
1.
Siswa 1
75,00
Siswa 1
65,38
2.
Siswa 2
84,61
Siswa 2
51,92
3.
Siswa 3
86,53
Siswa 3
42,30
4.
Siswa 4
82,69
Siswa 4
25,00
5.
Siswa 5
84,61
Siswa 5
63,46
6.
Siswa 6
86,53
Siswa 6
65,38
7.
Siswa 7
56,00
Siswa 7
71,15
8.
Siswa 8
90,00
Siswa 8
76,92
9.
Siswa 9
84,61
Siswa 9
80,76
10.
Siswa 10
78,84
Siswa 10
65,38
11.
Siswa 11
69,23
Siswa 11
55,76
12.
Siswa 12
67,30
Siswa 12
69,23
13.
Siswa 13
86,53
Siswa 13
51,92
14.
Siswa 14
76,92
Siswa 14
53,84
15.
Siswa 15
59,61
Siswa 15
63,46
16.
Siswa 16
80,76
Siswa 16
73,07
17.
Siswa 17
75,00
Siswa 17
76,92
18.
Siswa 18
76,92
Siswa 18
55,76
19.
Siswa 19
76,92
Siswa 19
82,69
20.
Siswa 20
75,00
Siswa 20
75,00
21.
Siswa 21
71,15
Siswa 21
69,23
-
Siswa 22
69,23
22.
Rata-rata
77,67
64,32
Tabel 4.2 Deskripsi Data Rata-rata Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
No.
Data
1. N
2. Rata-rata
3. SD
Kelompok Eksperimen
21
77,67
9,22
Kelompok Kontrol
22
64,32
12,6
Berdasarkan hasil tes akhir (posttest) pengolahan data penelitian
mengenai hasil belajar siswa pada konsep laju reaksi untuk kelas eksperimen
(n=21) didapatkan perolehan nilai rata-rata siswa 77,67, dengan nilai tertinggi
90,00, nilai terendah 56,00 dan standar deviasi 9,22 (lampiran 6). Sedangkan
untuk kelas kontrol (n=22) didapatkan perolehan nilai rata-rata siswa 64,32,
dengan nilai tertinggi 82,69, nilai terendah 25,00 dan standar deviasi 12,6
(lampiran 7). Dalam tes akhir (posttest) ini didapatkan kesimpulan bahwa
perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
perolehan nilai rata-rata kelas kontrol.
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t untuk
melihat adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan, maka diperlukan
pengujian persyaratan analisis dengan menggunakan analisis parametrik,
sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas
yang digunakan adalah uji liliefors. Adapun kriteria penerimaan bahwa
suatu data berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan sebagai berikut:
Jika Lhitung < Ltabel berarti data berdistribusi normal
Jika Lhitung > Ltabel berarti data tidak berdistribusi normal
Hasil uji normalitas skor posttest pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
No.
Statistik
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
1.
N
21
22
2.
X
77,67
64,32
3.
SD
9,22
12,6
4.
Lhitung
0,1208
0,0721
5.
Ltabel
0,190
0,190
Lhitung < Ltabel
Lhitung < Ltabel
Berdistribusi normal
Berdistribusi normal
Kesimpulan
Berdasarkan data tabel 4,2 didapat Lhitung skor posttest siswa
kelompok eksperimen adalah sebesar 0,1208 dan Ltabel (n=21) adalah
sebesar
0,190
menunjukkan
bahwa
data
kelompok
eksperimen
berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,1208 <
0,190). Sedangkan untuk kelompok kontrol didapatkan Lhitung sebesar
0,0721 dan Ltabel (n=22) adalah sebesar 0,190 menunjukkan bahwa data
kelompok kontrol juga berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria
Lhitung < Ltabel (0,0721 < 0,190). Dengan demikian, kedua sampel penelitian
pada skor posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
memenuhi kriteria hipotesis nol diterima, yang artinya data berdistribusi
normal. Hasil perhitungan uji normalitas kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol disajikan dalam lampiran 8.
2. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan menggunakan uji
Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti kedua data tersebut adalah
homogen
Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti kedua data tersebut adalah tidak
homogen
Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh uji homogenitas
posttest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Data Statistik
S12 (kontrol)
159,6
S22 (eksperimen)
84,9
Fhitung
1,88
Ftabel
2,08
Kesimpulan
Fhitung < Ftabel (varians kedua
kelompok homogen)
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan Fhitung sebesar 1,88 dengan n = 43
pada taraf signifikan 95% (α = 0,05) diperoleh Ftabel sebesar 2,08. Maka
kedua kelompok penelitian dinyatakan bersifat homogen, karena
memenuhi kriteria Fhitung < Ftabel (1,88 < 2,08). Hasil perhitungan uji
homogenitas skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
disajikan dalam lampiran 9.
C. Pengujian Hipotesis
Pengolahan data selanjutnya adalah uji t, yaitu pengujian hipotesis ini
dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas yang
menunjukkan hasil kedua sampel penelitian adalah berdistribusi normal dan
bersifat homogen. Uji hipotesis ini menggunakan uji t (“t” test) untuk
menguji hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep terhadap hasil belajar
kimia siswa pada konsep laju reaksi. Kriteria hasil kesimpulan uji t adalah
sebagai berikut:
thitung < ttabel maka Ho diterima
thitung > ttabel maka Ho ditolak
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Uji t Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Variabel
Jumlah sampel
Hasil Belajar
Neksperimen = 21
Kimia Siswa
Nkontrol
= 22
Thitung
Ttabel
Kesimpulan Data
3,94
0,99
Menerima Ha
Berdasarkan data tabel 4.4 diperoleh thitung = 3,94 dengan taraf
signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (df/db = 21+22–2 = 41), maka
diperoleh ttabel sebesar 0,99. Maka thitung > ttabel (3,94 > 0,99) adalah menolak
hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (Ha). Hasil perhitungan
uji hipotesis dapat disajikan dalam lampiran 10.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rata-rata posttest hasil belajar
kimia siswa kelompok eksperimen sebesar 77,67 dan rata-rata posttest hasil
belajar kimia siswa kelompok kontrol sebesar 64,32.
Setelah dilakukan pengolahan data secara statistik yaitu dengan
menggunakan uji t diperoleh hasil thitung = 3,94, sedangkan nilai ttabel = 0,99.
maka diperoleh hasil thitung > ttabel, maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh signifikan penerapan pembelajaran dengan
pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dapat dikatakan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan konsep yang diterapkan di kelas XI IPA 2
SMAN 3 Tangerang Selatan pada konsep laju reaksi menunjukkan bahwa
pendekatan ini mampu mempengaruhi hasil belajar kimia siswa.
Dalam melihat pengaruh hasil belajar siswa terhadap konsep-konsep
sains maka penyajian materi ajar sains oleh guru di sekolah hendaknya dapat
mengaitkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan materi yang akan
diajarkan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu guru
dalam proses pembelajaran kimia adalah pembelajaran dengan pendekatan
konsep.
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara
langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Pendekatan konsep adalah
pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar
dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep
menyatakan suatu hubungan antar konsep-konsep yang lebih sederhana
sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaanpertanyaan yang bersifat asasi tentang mengapa suatu gejala itu bisa terjadi.
Konsep merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang yang
dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang
meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui
generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan
disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep
adalah menjelaskan dan meramalkan.74 Bruner menyarankan agar siswa dapat
berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip dan melakukan
74
Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran…, h. 71
eksperimen-eksperimen
yang
memberikan
kesempatan
siswa
untuk
menemukan prinsip-prinsip sendiri.
Dalam pelaksanaan program pembelajaran, siswa dibagi dalam
beberapa kelompok kecil dan selama proses pembelajaran siswa diberikan
Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS ini tidak hanya berisi latihan soal,
melainkan disusun secara sistematik agar dapat membantu siswa memahami
konsep secara mandiri dan dapat menyelesaikan soal-soal yang terdapat
dalam LKS yang bertujuan untuk melatih kemampuan berpikir siswa dan
menambah pemahaman serta penguasaan siswa terhadap suatu konsep. Hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan Melanie menyatakan bahwa belajar dari
berbagai sumber memperkaya pengetahuan, menambah pemahaman serta
penguasaan siswa terhadap suatu konsep.75 Siswa mempelajari LKS secara
berkelompok dan dengan bimbingan guru siswa turut serta menemukan
konsep.
Pembelajaran dengan pendekatan konsep memiliki hasil belajar yang
lebih tinggi, hal ini dikarenakan dalam belajar siswa berdiskusi kelompok.
Guru melatih siswa untuk bekerja sama dan belajar bersama dalam kelompok,
hal ini bertujuan supaya siswa saling bertukar pikiran, bertukar pengalaman,
dan berbagi ilmu pengetahuan dengan temannya, karena dalam tahap ini
seluruh anggota kelompok dituntut untuk memahami materi sehingga dapat
menjawab soal-soal yang diberikan. Oleh karena itu, bagi siswa yang paham
tentang materi, diarahkan untuk mengajarkan siswa yang kurang paham
tentang materi yang dipelajari. Dalam berdiskusi kelompok, selain siswa
saling membantu dalam memahami materi pembelajaran, siswa juga dapat
memanfaatkan fungsi kelompok dalam kegiatan belajar untuk saling belajar,
berani mengajukan pendapat, pertanyaan dan jawaban serta siswa juga dapat
meningkatkan keterampilan sosial mereka. Interaksi yang baik akan
berpengaruh terhadap
pemahaman individu mereka tentang konsep
pembelajaran.
75
Melanie D. Murmanto, Pembentukan Konsep Diri Siswa melalui Pembelajaran
Partisipatif (Sebuah Alternatif Pendekatan Pembelajaran di Sekolah Dasar), Jurnal Pendidikan
Penabur No. 08/Th.VI/Juni 2007, h. 70
Selain berdiskusi kelompok siswa juga diberikan kesempatan untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka. Siswa pada masing-masing
kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya, mengemukakan
berbagai macam alasan yang mendukung hasil diskusi mereka dan membahas
topik untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh gurunya dalam LKS.
Kemudian siswa pada masing-masing kelompok menuliskan jawaban soalsoal yang terdapat pada LKS di papan tulis dan menjelaskan langkah-langkah
pengerjaannya pada siswa yang lain. Jika masih ada siswa yang belum
mengerti selama pembelajaran berlangsung, siswa yang lain diminta untuk
membantunya, sedangkan guru hanya membantu ketika tidak ada siswa lain
yang dapat meneruskannya. Hal ini bertujuan membantu siswa untuk
mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara kompleks,
dimana guru menyampaikan penjelasan secara singkat tentang teori dan
konsep serta mengoreksi jika terdapat kesalahpahaman siswa.
Dalam penelitian ini, pada pembelajaran dengan pendekatan konsep
guru menggunakan metode eksperimen yang dapat membuat proses
pembelajaran lebih menarik sehingga siswa terfokus perhatiannya dan
termotivasi untuk mengetahui lebih jauh konsep yang sedang dipelajarinya
sehingga hasil belajar menjadi lebih baik. Kegiatan eksperimen sangat
diperlukan dalam pembelajaran kimia karena dapat membantu siswa dalam
memahami konsep yang dipelajari maupun meningkatkan proses kegiatan
pembelajaran. Penggunaan alat eksperimen dalam kegiatan pembelajaran
bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep kimia
yang dipelajari agar siswa behadapan dengan konsep nyata bukan hanya
sekedar teori.76
Sedangkan pada kelas kontrol, guru lebih menekankan pada upaya
bagaimana siswa dapat menguasai konsep yang dipelajari. Penyampaian
materi yang hanya menggunakan metode demonstrasi dan dipadukan dengan
sistem ceramah membuat siswa menjadi kurang tertarik dan tidak terfokus
76
Wasis Sucipto, Eksperimentasi Pembelajaran Konsep Kalor Menggunakan Peralatan
Sederhana, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol. 3. No. 2. Juli 2005. h. 103
perhatiannya. Mereka tidak terlalu fokus pada apa yang disampaikan oleh
guru. Siswa hanya memperoleh informasi berdasarkan penjelasan guru, guru
lebih berperan sebagai instruktur yang melakukan proses pembelajaran
daripada sebagai fasilitator. Siswa cenderung pasif dan tidak memperoleh
pengalamannya sendiri. Hal tersebut berakibat pada pemahaman konsep yang
didapat. Konsep yang disampaikan oleh guru yang kurang maksimal
mengakibatkan tahap diskusi kurang berjalan maksimal. Banyak siswa yang
masih belum paham tentang konsep yang telah disampaikan, hanya terdapat
satu atau dua siswa saja yang paham dari tiap kelompok dan mereka hanya
fokus mengerjakan LKS bukan menjelaskan pada anggota lainnya yang
belum mengerti tentang konsep yang sedang dipelajarinya.
Dari tahap-tahap yang telah dilakukan pada pembelajaran dengan
pendekatan konsep, siswa dilatih untuk aktif melakukan kegiatan, aktif
berpikir, dan aktif dalam mengungkapkan suatu ide, sehingga tidak ada siswa
yang mendominasi dan tidak ada siswa yang diam saja. Sedangkan guru
hanya membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan siswa berjalan
lancar. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep adalah
pembelajaran yang menekankan agar siswa dapat berpikir sehingga
memahami konsep pelajaran, bukan sekedar menerima, mendengar, dan
mengingat.
Pada pembelajaran dengan pendekatan konsep, siswa dituntut terlibat
aktif dalam proses belajar dan mengajar dalam upaya menemukan
pengetahuan, konsep, dan kesimpulan tentang konsep yang sedang dipelajari.
Guru di sini tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimiliki guru
melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Di
dalam kelas, guru menciptakan persoalan, membimbing siswa dan
membiarkan siswa mengungkapkan gagasan dan konsepnya. Guru sebagai
seorang fasilitator harus mampu untuk menggabungkan semua unsur
pembelajaran agar siswa menjadi tertarik terhadap pembelajaran sehingga
dapat mempengaruhi hasil belajarnya.
Dari data dan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode yang sesuai dengan pendekatan konsep telah
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar yang dicapai
oleh siswa. Hal ini membuktikan bahwa kesesuaian antara metode
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan karakteristik belajar siswa
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi
daripada rata-rata hasil posttest kelas kontrol, yaitu 77,67 untuk kelas
eksperimen dan 64,32 untuk kelas kontrol dan pada uji hipotesis dengan
menggunakan uji “t” didapat nilai thitung sebesar 3,94, sehingga nilai thitung
lebih besar dari nilai ttabel yaitu sebesar 0,99. Maka dapat dikatakan bahwa
thitung > ttabel berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho)
ditolak.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran dalam penelitian ini adalah:
1. Guru
diharapkan
mempunyai
kemampuan
dalam
memilih
model/metode/pendekatan yang sesuai dengan materi yang diajarkan
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Guru hendaknya menggunakan pendekatan konsep sebagai salah satu
pendekatan dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil
belajar siswa karena pendekatan konsep berpengaruh positif terhadap
hasil belajar siswa.
3. Guru hendaknya lebih memahami dan mengenal siswa secara mendalam,
sehingga dapat menggunakan pendekatan konsep ini lebih efektif.
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah
pembelajaran dengan pendekatan konsep dapat memberikan hasil belajar
yang lebih baik pada materi pelajaran kimia pada konsep yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan
Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka
Arifin, Mulyati. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia,
(Surabaya: Airlangga University Press, 1995), h. 205
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
_________________. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Herlanti, Yanti. 2006. Science Education Research. Bogor
Makmun, Syamsudin. 2003. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem
Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya.
Malik, Oemar. 2010. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
Jakarta: Bumi Aksara
Mulyasa, E. 2005. Implementasi 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung:
Remaja Rosdakarya
_________. 2003.
Rosdakarya
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja
Murmanto, M D. Pembentukan Konsep Diri Siswa melalui Pembelajaran
Partisipatif (Sebuah Alternatif Pendekatan Pembelajaran di Sekolah
Dasar), Jurnal Pendidikan Penabur No. 08/Th.VI/Juni 2007.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Selamat, N. I. Pengembangan Pembelajaran Kooperatif melalui Metode Bermain
untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep-konsep
Kimia SMU, jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No.
2 TH. XXXVI, April 2003, h. 36.
Sofyan, Ahmad, Tonih feronika, dan Burhanudin Milama. 2006. Evaluasi
Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta press
Sucipto, Wasis. Eksperimentasi Pembelajaran Konsep Kalor Menggunakan
Peralatan Sederhana, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol. 3. No. 2.
Juli 2005. h. 103
Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung : Tarsito
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D
Bandung: Alfabeta
Sumarno, Joko. Optimalisasi Hasil Belajar Matematika Melalui Permainan
“Ludo” Bagi Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Bobotsari pada Semester
Genap Tahun Pelajaran 2005/2006, Widya Tama Vol. 3 No. 2, Juni 2006.
h. 4
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM).
Surabaya: Pustaka Pelajar
Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
_____________. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka
_______.
2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Group
Wadjdi, Faried, Pengaruh Pemberian Bahan Belajar Terhadap Hasil Belajar
pada
Matakuliah
Rangkaian
Dasar
Listrik
(Jurnal
No.
5/VIII/Teknodik/Desember/2004).
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. 2009. Strategi Pembelajaran Sains.
Jakarta: UIN
Download