Untitled - JURNAL STIKES RS Baptis Kediri

advertisement
Jurnal STIKES
Vol. 8, No.1, Juli 2015
POLA ASUH ORANG TUA MENDUKUNG PERKEMBANGAN FISIK DAN
EMOSI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
PARENT’S PARENTING SUPPORTS PHYSICAL AND EMOTIONAL
DEVELOPMENT TO PRESCHOOL CHILDREN
Maria Anita Yusiana, Septilina Maria Glorioani
STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjed. Panjaitan no. 3B Kediri (0354) 683470
([email protected])
Perkembangan merupakan perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari
proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik anak, ditunjang oleh faktor lingkungan
dan proses belajar dalam fase waktu tertentu menuju kedewasaan. Pola asuh orang tua
yang dapat mempengaruhi perkembangan anak yaitu pola asuh Authoritarian, Permissive,
Authoritative. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan
perkembangan fisik dan emosi pada anak usia pra-sekolah di TK Baptis Setia Bakti
Kediri. Desain dalam penelitian ini adalah penelitian Corelasional. Populasinya adalah
anak prasekolah 4-5 tahun beserta orang tuanya, dengan subyek sebesar 40 responden.
Pengambilan data menggunakan tehnik Porposive Sampling. Pengumpulan data
menggunakan observasi dan kuesioner. Analisa menggunakan uji statistik Spearman’s
Rho, α = 0,05. Hasil menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang
tua dengan perkembangan fisik anak serta pola asuh orang tua dengn perkembangan
emosi.. Kesimpulan pola asuh orang tua mendukung perkembangan fisik dan
perkembangan emosi anak usia pra-sekolah.
Kata Kunci: Pola Asuh, Perkembangan Fisik, Perkembangan Emosi
ABSTRACT
Development is physical and emotional changes because of maturation process
towards children’s psychological and physical functions, supported by enviroment and
learning process in a certain time to bring adulthood. Parent’s parenting that can
influence children’s development are Authoritarian, Permissive, Authoritative parenting.
The research objective is to study the correlation between parent’s parenting and
physical and emotional development to preschool children at Kindergarten Setia Bakti
Baptist Kediri. The research design was correlation. The population was preschool
children aged 4-5 years and their parents. The subjects were 40 respondents using
purposive sampling technique. The data ware collected using observation and structured
interviews, and then analyzed using Spearman’s Rho test with α = 0.05. The results
showed that there was significant correlation between parent’s parenting and children
physical development and significantcorrelation between parent’s parenting and
emotional development. In conclusion, parent’s parenting supports physical and
emotional developement to preschool children.
Keywords: parent’s parenting, physical development, emotion development
95
Pola Asuh Orang Tua Mendukung Perkembangan Fisik dan Emosi pada Anak Usia Pra Sekolah
Maria Anita Yusiana, Septilina Maria Glorioani
Pendahuluan
Masa kanak-kanak adalah masa
yang sangat menakjubkan. Segala potensi
pada masa ini berkembang sangat pesat,
karena itulah orang lebih sering
menyebutnya dengan golden age (usia
emas). Pertumbuhan dan perkembangan
dapat berjalan dengan baik memerlukan
asuhan dan bimbingan oleh orang dewasa,
terutama dalam lingkungan kehidupan
keluarga (Septiari, 2012). Pola pengasuhan
orang tua pada anak pra sekolah sangat
membantu untuk perkembangan anak
terutama untuk masalah perkembangan fisik
dan emosi anak tersebut (Sulisyani, 2006).
Perkembangan adalah perubahan dan
kompleksitas fungsi fisik dan psikis, selain
itu perkembangan juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang pertama faktor dalam
dan faktor lingkungan dimana faktor
lingkungan terdapat faktor pengasuhan,
interaksi ibu dan anak sangat mempengaruhi
proses pertumbuhan dan perkembangan
anak. Seorang anak yang tidak di asuh oleh
kedua orang tua pasti mengalami proses
pertumbuhan yang berbeda dari pada anak
yang diasuh oleh mereka (Fida dan Maya,
2012). Perkembangan anak pada usia pra
sekolah meliputi aspek perkembangan
jasmani, kognitif, sosial dan emosi. Emosi
pada usia anak-anak perlu mendapat
perhatian dari orang tua. Suasana
emosional orang tua dirumah dapat
merangsang perkembangan otak anak
yang sedang mengalami pertumbuhan
dan pengembangan kemampuan mental.
Perkembangan emosi meliputi pengendalian
emosi, sikap positif, kepercayaan diri,
ekspresi perasaan, dan membina konsep diri.
Perkembangan emosi dimulai sejak anak
lahir sampai bertumbuh menjadi anak besar.
Anak mengembangkan emosinya melalui
pemahaman yang didapat dari berinteraksi
dengan orang disekitar dan lingkungan.
Perhatian dan asuhan yang berkualitas dari
orang tua terhadap anak dapat berdampak
terhadap perkembangan sosial, emosional,
dan moral anak. Perasaan emosi yang
dihadapi anak meliputi perasaan takut,
cemas, marah, cemburu kegembiraan, kasih
sayang, fobia, ingin tahu (Mansyur, 2009).
96
Perhatian dan asuhan yang berkualitas dari
orang tua terhadap anak dapat berdampak
terhadap perkembangan sosial, emosional,
dan moral anak. Ada anak yang diasuh oleh
nenek, kakek dan kakak hal ini sangat
berpengaruh pada perkembangan anak.
Anak dengan gangguan emosi memiliki
karakteristik yang komplek seringkali
ciri-ciri perilakunya juga dilakukan oleh
anak-anak sebaya lain, seperti banyak
bergerak, mengganggu teman, perilaku
melawan, dan perilaku menyendiri. Anak
dengan gangguan emosi dapat ditemukan
di berbagai komunitas anak-anak, seperti
play group, Sekolah Dasar (SD), dan
lingkungan bermain.
Masa anak usia dini merupakan
masa keemasan atau sering disebut masa
Golden Age, biasanya ditandai oleh
perubahan cepat dalam perkembangan
fisik, kognitif, sosial dan emosional.
Agar masa ini dapat dilalui dengan baik
oleh setiap anak maka perlu diupayakan
pendidikan yang tepat bagi anak sejak
usia dini. Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti di TK Baptis
Setia Bakti Kediri didapatkan data bahwa
hasil perkembangan emosi: 50% anak
memiliki (perasaan takut, perasaan marah,
perasaan cemburu) dan 50% anak memiliki
(perasaan cemas, perasaan, perasaan fobia,
dan ingin tahu).
Perkembangan merupakan perubahan
dan bertambah kompleknya fungsi-fungsi
fisik dan psikis. Pertumbuhan lebih
menekankan
pada
pertumbuhan
perkembangan
fisik
sedangkan
perkembangan menekankan pada perubahan
kemajuan aspek psikis seperti kecerdasan,
bahasa, dan emosi (Saam dan Wahyuni,
2013). Pola pengasuhan yang diberikan oleh
orang-orang dewasa, hendaknya sedemikian
rupa, sehingga menimbulkan perasaan
aman, tetapi tidak membatasi kebebasan
atau membangkitkan respon emosional yang
dalam pada diri anak tersebut. Orang tua
merupakan hal pokok bagi hubungan yang
terbaik antara orang tua dan anak (Sobur,
2011). Pengasuhan oleh orang tua tetap
memegang peranan yang signifikan dalam
membantu anak mengatur emosi mereka.
Cara berinteraksi dengan orang lain melalui
mencontoh, berbagi, dan menjadi teman
Jurnal STIKES
Vol. 8, No.1, Juli 2015
baik (Septiari, 2012). Pengasuhan pada
anak dirumah sangat penting untuk
membentuk
pribadi
anak
tersebut.
Kebutuhan anak yang terpenuhi akan
menjadikan
rasa
aman,
sehingga
membentuk rasa percaya diri. Teori empiris
berpendapat bahwa perkembangan anak
ditentukan oleh pengaruh pengalaman dan
pendidikan (Saam, 2013). Pola pengasuhan
anak akan mempengaruhi perilaku anak.
Dampak perkembangan anak optimal: anak
dapat memiliki banyak variasi kecerdasan
(multiple intelegensia) (Fida dan Maya,
2012). Dampak Perkembangan anak tidak
optimal: gangguan dalam komunikasi
verbal maupun non verbal, gangguan dalam
interaksi sosial, ganggun dalam bermain,
gangguan perilaku, gangguan perasaan dan
emosi, gangguan dalam persepsi sensori
(Fida dan Maya, 2012). Suasana emosional
yang diterima dan dialami individu semasa
kecilnya akan berpengaruh sikapnya
dikemudian hari, baik terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap orang lain.
Gangguan emosional yang paling lazim di
diagnosis dalam masa kanak-kanak adalah
gangguan perilaku distruptif (menunjukkan
agresi, penyimpangan, atau perilaku
antisosial (distruptive behavior disorder)
dan gangguan kecemasan atau mood
(perasaan sedih, tidak dicintai, gugup, takut,
dan kesepian).
Pendidikan Taman Kanak-Kanak
(TK) pada hakikatnya adalah pendidikan
yang diselenggarakan dengan tujuan
untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh
yang menekankan pada pengembangan
seluruh aspek kepribadiananak. Menurut
Anderson dalam (Masithoh, 2005)
Pendidikan anak di Taman Kanak-kanak
perlu menyediakan berbagai kegiatan
yang dapat mengembangkan berbagai
aspek perkembangan yang meliputi
perkembangan kognitif, bahasa, sosial,
emosional, fisik, dan motorik. Sehingga
orang tua harus paham bawasannya anak
yang sudah memasuki usia prasekolah
memiliki masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Sekolah
tempat
anak
bersekolah
maupun
informasi yang diperoleh orang tua harus
dapat Pemberian pengetahuan tentang pola
asuh yang sesuai, sehingga anak dapat
mencapai perkembangan fisik dan
memahami emosi (Santrok, 2011). Seorang
guru juga sangat berperan dalam
perkembangan anak sehingga dapat
membantu dalam perkembangan anak.
Orang tua dapat memahami pola asuh yang
benar, sehingga pola asuh sebaiknya
diberikan oleh orang tua (ayah/ibu) kepada
anak. Kemampuan mengekspresikan emosi
dengan baik akan berdampak positif pada
kesehatan fisik dan mental anak.
Berdasarkan latar belakang tersebut
mendorong peneliti untuk mempelajari
hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Perkembangan Fisik dan Perkembangan
Emosi Anak Usia Pra sekolah di TK
Baptis Setia Bakti Kediri. Tujuan dari
penelitian
ini
adalah
untuk
mengidentifikasi pola asuh orang tua
mendukung perkembangan fisik dan
emosi pada anak usia prasekolah.
Metedologi Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian,
desain
yang
digunakan
adalah
Korelasional, di mana peneliti mengkaji
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu
Pola Asuh dan Perkembangan Fisik dan
Emosional. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua Orang tua dan anak pra
sekolah usia 4-5 tahun di TK Baptis Setia
Bakti Kediri yang berjumlah masingmasing 40 orang. Subyek yang diambil
dari populasi yaitu orang tua murid di TK
Baptis Setia Bakti Kediri. Subjek dalam
penelitian ini sebesar 40 orang orang tua.
Pengambilan data dalam penelitian
menggunakan
Purposive
sampling.
Penelitian ini menggunakan observasi
dan kuesioner selanjutnya melakukan
pengolahan data yaitu menganalisis
antara hasil skoring pola asuh dengan
perkembangan emosi dan fisik anak
dengan menggunakan spearman rho’s
dengan tingkat yang didasarkan taraf
kemaknaan yang ditetapkan α = 0,05.
97
Pola Asuh Orang Tua Mendukung Perkembangan Fisik dan Emosi pada Anak Usia Pra Sekolah
Maria Anita Yusiana, Septilina Maria Glorioani
Hasil Penelitian
Tabel 1
Pola Asuh Orang Tua Di Taman Kanak-Kanak Baptis Setia Bakti Kediri
pada tanggal 2-14 Juni 2014 (n=40).
Pola Asuh Orang Tua
Authotarian
Permisif
Authoritative
Total
Pola Asuh Orang tua menunjukkan
bahwa mayoritas orang tua di TK Baptis
Setia Bakti Kediri memiliki pola asuh
Tabel 2
Sesuai hasil penelitian yang
didapatkan Perkembangan Fisik anak
menunjukkan
bahwa
mayoritas
Sesuai hasil penelitian yang
didapatkan Perkembangan emosi anak di
Frekuensi
0
2
37
1
40
%
0
5,0
92,5
2,5
100,0
perkembangan fisik anak usia normal
yaitu sebanyak 37 responden (92,5%).
Frekuensi
27
13
0
40
%
67,5
32,5
0
100,0
TK Baptis Setia Bakti Kediri adalah baik
yaitu sebanyak 27 responden (67,5%).
Tabulasi Silang Pola Asuh dengan Perkembangan Fisik Anak Usia
Prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri pada tanggal 2-14 Juni 2014
(n=40).
Pola Asuh Orang Tua
Authotarian
Permisif
Authoritative
Jumlah
98
authoritative sebanyak 36 responden
(90,0%).
Perkembangan Emosi Anak Usia Prasekolah di TK Baptis Setia Bakti
Kediri pada tanggal 2-14 Juni 2014 (n=40).
Perkembangan Emosi
Baik
Cukup
Kurang
Total
Tabel 4
%
10,0
0
90,0
100,0
Perkembangan Fisik Anak Usia Prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri
pada tanggal 2-14 Juni 2014 (n=40).
Perkembangan Fisik
Kurus Sekali
Kurus
Normal
Gemuk
Total
Tabel 3
Frekuensi
4
0
36
40
Kurus Sekali
∑
%
0
0
0
0
0
0
0
0
Perkembangan Fisik
Kurus
Normal
Gemuk
∑
%
∑
%
∑
%
1
25
2
50
1
25
0
0
0
0
0
0
1
2,8 35 97,2 0
0
2
5,0 37 92,5 1
2,5
Total
∑
%
4 100
0
0
36 100
40 100
Jurnal STIKES
Vol. 8, No.1, Juli 2015
Berdasarkan tabulasi silang dari
hasil penelitian dari variabel pola asuh
dan perkembangan fisik menunjukkan
bahwa mayoritas pola asuh orang tua
yang di terapkan adalah Authoritative,
yaitu 35 responden (97,2%) dengan
perkembangan fisik normal.
Uji Statistik Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Fisik
pada Anak Usia Prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri pada tanggal 214 Juni 2014 (n=40).
Tabel 5
Spearman's
rho
Pola Asuh
Orang tua
Pola Asuh Orang
tua
Perkembangan Fisik
Anak
1.000
.545**
Sig. (2-tailed)
.
.000
N
40
Correlation Coefficient
Perkembangan Correlation Coefficient
Fisik Anak
Sig. (2-tailed)
.545
N
40
**
1.000
.000
.
40
40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
hubungan antara variabel berbanding
searah dengan nilai correlation .545**
yang berarti memiliki tingkat korelasi
atau hubungan yang sedang. Angka
koefisien korelasi mempunyai nilai
positif yang berarti bahwa kedua variabel
menunjukkan arah hubungan sejajar,
yaitu semakin pola asuh ke arah
authoritative yang diberikan oleh orang
tua, maka tingkat perkembangan fisik
anak usia prasekolah tercapai.
Berdasarkan data uji satistik
“Spearnan’s Rho” yang didasarkan taraf
kemaknaan yang ditetapkan α=0,05
didapatkan p = 0.000, dimana p<α yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi
ada hubungan yang signifikan antar pola
asuh orang tua dengan perkembangan
fisik pada anak usia prasekolah di TK
Baptis Setia Bakti Kediri. Pada hasil uji
statistik pada penelitian ini didapatkan
correlation coefficient menunjukkan
Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Perkembangan Emosi Pada Anak Usia
Prasekolah
Tabel 6
Tabulasi Silang Hubungan Pola Orang Tua dengan Perkembangan Emosi
pada anak usia prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri pada tanggal 214 Juni 2014 (n=40).
Pola Asuh Orang Tua
Authotarian
Permisif
Authoritative
Jumlah
Sesuai hasil penelitian yang
didapatkan bahwa sebagain besar pola
asuh orang tua yang di terapkan orang tua
Baik
∑
0
0
27
27
%
0
0
75
75
Perkembangan Emosi
Cukup
Kurang
∑
%
∑
%
4
10,0
0
0
0
0
0
0
9
22,5
0
0
13 32,5
0
0
Total
∑
%
4 100
0
0
36 100
40 100
adalah Authoritative, yaitu 27 responden
(75%) dengan perkembangan emosi baik.
99
Pola Asuh Orang Tua Mendukung Perkembangan Fisik dan Emosi pada Anak Usia Pra Sekolah
Maria Anita Yusiana, Septilina Maria Glorioani
Tabel 7 Uji Statistik Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Emosi
Anak Usia Prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri pada tanggal 2-14 Juni
2014 (n=40).
Spearman's
rho
Pola Asuh Orang
tua
Perkembangan
Emosi
Pola Asuh Orang tua
Perkembangan Emosi
Correlation
Coefficient
1.000
.480**
Sig. (2-tailed)
.
.002
N
40
40
Correlation
Coefficient
.480**
1.000
Sig. (2-tailed)
.002
.
N
40
40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan data uji statistik
“Spearman’s Rho” yang didasarkan taraf
kemaknaan yang ditetapkan α = 0,05
didapatkan p = 0.002, dimana p<α yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi
ada hubungan signifikan antara pola asuh
orang tua dengan perkembangan Emosi
anak usia prasekolah di Taman KanakKanak Baptis Setia Bakti Kediri. Pada
hasil uji statistik pada penelitian
didapatkan
correlation
coefficient
menunjukkan hubungan antar variabel
berbanding
searah
dengan
nilai
correlation .480** yang berarti memiliki
tingkat korelasi atau hubungan yang
sedang. Angka koefesien korelasi
mempunyai nilai positif yang berarti
bahwa kedua variabel menunjukkan arah
hubungan sejajar, yaitu semakin pola
asuh ke arah authoritative yang diberikan
oleh
orang
tua,
maka
tingkat
perkembangan
emosi
anak
usia
prasekolah semakin baik.
Pembahasan
Pola Asuh Orang tua
Ada tiga jenis Pola asuh yaitu
authotarian, Pola asuh permisif, dan Pola
asuh authoritative (Soetjiningsih, 2012).
Mayoritas pola asuh orang tua
dalam penelitian ini authoritative. Hal ini
disebabkan orang tua mempunyai
100
pengetahuan dan pemahaman yang sering
kali berbeda. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu:
pendidikan, jenis kelamin, usia, dan
pekerjaan. Pola asuh authoritative pada
orang tua dalam penelitian memiliki
karakteristik pendidikan orang tua paling
banyak adalah tamat SMA dan tamat PT,
orang tua yang mempunyai latarbelakang
pendidikan yang tinggi akan lebih
memperhatikan segala perubahan, dan
setiap perkembangan yang terjadi pada
anaknya. Orang tua yang berpendidikan
tinggi cenderung memiliki wawasan yang
luas tidak hanya dari pengetahuan tetapi
juga pengalaman. Orang tua lebih dapat
memberikan waktu kepada anak ketika
anak ingin membicarakan apa yang
diharapkan dari orang tuanya, sehingga
anak cenderung memiliki kepercayaan
diri yang kuat dan dapat berinteraksi
dengan teman sebayanya.
Selain pola asuh authoritative
didapatkan juga pola asuh orang tua
dengan
authotarian.
Pola
asuh
authotarian merupakan Merupakan gaya
pengasuhan
yang
ditandai
oleh
pembatasan, menghukum, memaksa anak
mengikuti aturan dan control yang ketat.
Orang tua menuntut anak mengikuti
perintah-perintahnya, sering memukul
anak,
memaksakan
anak
tanpa
penjelasan, dan menunjukkan amarah.
Selain orang tua otoriter menetapkan
batas-batas yang tegas dan tidak memberi
peluang kepada anak untuk berkompromi
(Soetjiningsih
(2012).
Pola
asuh
Jurnal STIKES
Vol. 8, No.1, Juli 2015
authotarian merupakan pola asuh yang
otoriter, dimana anak harus menuruti
semua kemauan dari orang tua mareka,
sehingga pola asuh ini berdampak yang
kurang baik untuk anak. Orang tua yang
memiliki pendidikan SMA masih ada
yang menerapkan pola asuh authotarian,
hal ini disebabkan sebagian orang tua
dengan pendidikan SMA memiliki pola
pikir yang masih labil dan membatasi
anak dalam hal tertentu sehingga
menggakibatkan anak menjadi kurang
percaya diri. Orang tua di TK Baptis
Setia Bakti Kediri memiliki waktu yang
cukup banyak dalam mengasuh anak
ditunjukkan dengan orang tua atau ibu
yang tinggal satu rumah dengan anak
yang diasuh dan ibu yang mempunyai
waktu terbanyak dalam mengasuh anak,
karena itulah orang tua akan lebih dekat
dan selalu memantau anak.
Perkembangan Fisik Anak Usia Pra
Sekolah
Mayoritas anak usia Pra sekolah di
TK Baptis Setia Bakti Kediri memiliki
perkembangan fisik normal.
Perkembangan adalah perubahan
dan bertambah kompleknya fungsi-fungsi
fisik dan psikis. Pertumbuhan lebih
menekankan pada pertumbuhan fisik
sedangkan perkembangan menekankan
pada perubahan kemajuan aspek psikis
seperti yaitu perkembangan kecerdasan,
bahasa, dan emosi (Saam dan Wahyuni,
2012). Perkembangan fisik merupakan
dasar bagi kemajuan perkembangan
berikutnya
dengan
meningkatnya
pertumbuhan
tubuh,
baik
yang
menyangkut ukuran berat badan dan
tinggi badan, maupun kekuatannya
memungkinkan anak untuk dapat lebih
mengembangkan keterampilan fisiknya
(Mansur, 2009). Masalah yang sering
timbul
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangan anak meliputi gangguan
fisik, perkembangan motorik, bahasa,
emosi, dan perilaku (Andriana, 2011).
Gangguan Pertumbuhan Fisik dapat
dilihat melalui Kartu Menuju Sehat
(KMS) yang dapat dilakukan secara
mudah
untuk
mengetahui
pola
pertumbuhan anak, apabila grafik berat
badan anak mengalami obesitas atau
kelainan hormonal, sementara itu apabila
grafik berat badan di bawah normal
kemungkinan anak mengalami kurang
gizi, menderita penyakit kronis, atau
kelainan hormonal.
Anak-anak di TK Baptis Setia Bakti
memiliki perkembangan yang normal sesuai
dengan tingkat proporsinya, perkembangan
fisik anak dilihat dari berat badan dan tinggi
badan anak memiliki rentang yang sesuai
dengan pengukuran di usia mereka, hal ini
dapat menunjukkan bahwa perkembangan
fisik oleh anak dipengaruhi oleh asupan
nitrisi. Hal ini dapat didukung dengan teori
Saam dan Wahyuni tahun 2013 bahwa
proporsi tubuh anak berubah secara
dramatis, seperti pada usia tiga tahun, ratarata tinggi anak sekitar 80-90 cm dan
beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada
usia lima tahun tingginya mencapai 100-110
cm. Perkembangan fisik anak adalah normal
pada anak usia Pra sekolah TK Baptis Setia
Bakti Kediri yaitu dengan karakteristik jenis
kelamin perempuan. Hal ini disebabkan
karena pola makan anak perempuan
seimbang dengan aktivitas yang dilakukan
anak. Hal ini di dukung dengan teori
Septiari tahun 2012 asupan gizi yang
seimbang pada anak misalnya pemberian
makanan dengan gizi seimbang, fortikulasi
atau suplementasi zat gizi makro sampai
usia 5 tahun, stimulasi dini, dan
penimbangan balita setiap bulan sampai usia
5 tahun.
Perkembangan Emosi Anak Usia Pra
Sekolah
Perkembangan emosi anak usia Pra
sekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri
adalah baik yaitu sebanyak 27 responden
(67,5%).
Emosi adalah suatu pengalaman
psikologikal yang komplek yang
dirasakan individu yang berinteraksi
dengan pengaruh biokimia (internal) dan
lingkungan (eksternal) (Myers dalam
101
Pola Asuh Orang Tua Mendukung Perkembangan Fisik dan Emosi pada Anak Usia Pra Sekolah
Maria Anita Yusiana, Septilina Maria Glorioani
Saam dan Wahyuni, 2013). Emosi dasar
manusia adalah perwujudan dalam
bentuk fisiologis, perilaku ekspresif, dan
pengalaman. Emosi cukup luas meliputi
pengalaman psiko-fisik yang berinteraksi
dengan biologis-kimia seseorang dan
pengaruh eksternal yang bersangkutan.
Pengaruh emosi terhadap perilaku
individu adalah Memperkuat semangat,
apabila individu merasa senang atau puas
atas hasil yang telah dicapai (Yusuf,
2011). Timbul rasa kecewa karena
kegagalan dan sebagai puncak dari
keadaan ini adalah timbulnya rasa putus
asa. Menghambat atau mengganggu
konsentrasi belajar, apabila sedang
mengalami ketegangan emosi dan bisa
juga menimbulkan sikap gugup dan
gagap dalam berbicara. Terganggu
penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa
cemburu dan iri hati. Salah satu faktor
yang mempengaruhi perkembangan
emosi anak adalah keluarga yaitu pada
bagaimana pola asuh orang tuanya
(Soetjiningsih, 2012). Hal ini disebabkan
perkembangan emosi yang dialami anak
sangat berpengaruh terhadap lingkungan
sekitar dimana orang tua yang sangat
berperan penting dalam perkembangan
emosi anak tersebut, sehingga di
didapatkan hasil bahwa perkembangan
fisik anak baik karena orang tua di TK
Baptis Setia Bakti Kediri sangat
memperhatikan perkembangan setiap
jenjang anak-anak mereka.
Karakteristik usia anak dengan
perkembangan emosi anak di TK Baptis
Setia Bakti Kediri bahwa lebih dari 50%
responden berusia 5 tahun (64,5%),
sedangkan sebagian besar anak yang
berusia 4 tahun (77,8%) memiliki
perkembangan emosi baik. Usia sekitar 2
tahun, umumnya perbendaharaan emosi
yang dimiliki anak sama seperti emosi
yang ada pada orang dewasa. Pada
intinya, anak membutuhkan proses
belajar untuk mengenal emosi yang
berbeda-beda (Fikriyati, 2013). Anak
mengembangkan
emosinya
melalui
pengalaman
yang
didapat
dari
berinteraksi dengan orang di sekitar dan
lingkungannya. Pada usia 4 tahun anak
sudah mulai menyadari “Aku -nya”,
102
“bahwa” “akunya” (dirinya) berbeda
dengan bukan aku (orang lain) (Masyur,
2009). Kesadaran ini dimulai dari
pengalamannya, bahwa tidak setiap
keinginannya dipenuhi oleh orang lain,
sehingga orang lain tidak selamanya
memenuhi
keinginannya,
jika
lingkungannya (terutama orang tua) tidak
mengakui harga diri anak, seperti
memperlakukan anak secara keras, atau
kurang menyayanginya, maka pada diri
anak akan berkembang sikap-sikap keras
kepala atau menentang atau menyerah
menjadi penurut yang meliputi rasa harga
diri yang kurang dengan sikap pemalu.
Anak usia 4-5 tahun mereka mulai
mengenal lingkungan sekitar, dan mulai
mandiri, selain itu juga mereka mampu
mengendalikan emosi, hal ini dibuktikan
lebih dari 50% responden menjawab
jarang atau tidak pernah pada pertanyaan
kuesioner perkembangan emosi “Apakah
anak anda sering berkata-kata kasar ?”
lebih dari 50% ibu menjawab jarang atau
tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa
anak usia pra sekolah mampu
mengendalikan emosi mereka. Anakanak di TK Baptis Setia Bakti Kediri juga
memiliki rasa ingin tahu yang yang besar
hal ini dibuktikan dari pertanyaan
kuesioner perkembangan emosi anak
sebagian besar orang tua menjawab
sering. Berdasarkan teori anak usia
prasekolah memiliki perasaan ingin tahu
yaitu
perasaan
ingin
mengenal,
mengetahui segala sesuatu atau objekobjek, baik yang bersifat fisik maupun
non fisik Mansur tahun 2009. Perasaan
ini
ditandai
dengan
pertanyaanpertanyaan yang diajukan anak, seperti
anak bertanya tentang dari mana dia
berasal, siapa Tuhan, dan di mana Tuhan
berada. Masa bertanya (“haus nama”) ini
dimulai pada saat anak usia 3 tahun dan
mencapai puncaknya pada usia sekitar 6
tahun.
Jurnal STIKES
Vol. 8, No.1, Juli 2015
Pola Asuh Orang tua dengan
Perkembangan Fisik Anak Usia Pra
sekolah
Penelitian Pola Asuh Orang tua
dengan perkembangan fisik anak usia
prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri
dari 40 responden didapatkan hasil p=0,000
yang menggambarkan ada hubungan antara
pola asuh orang tua dengan perkembangan
fisik di TK Baptis Setia Bakti Kediri.
Pola pengasuhan adalah yang
diberikan ibu atau pengasuhan lain berupa
sikap, dan perilaku dalam hal kedekatannya
dengan anak, memberikan makan, merawat,
menjaga kebersihan, memberi kasih sayang,
dan sebagainya (Septiari, 2012). Hal ini
berhubungan dengan keadan ibu dalam hal
kesehatan fisik, dan mental, status gizi,
pendidikan umum, pengetahuan tentang
pengasuhan anak yang baik, peran dalam
keluarga, dan masyarakat, dan lain
sebagainya (Santrock (2007). Masalah
spesifik yang dihadapi orang tua berubah
ketika anak tumbuh besar, pada setiap
tingkatan usia, orang tua menghadapi
berbagai pilihan tentang seberapa besar
mereka harus merespon kebutuhan anak,
seberapa besar kendali yang harus
diteruskan, dan bagaimana menerapkannya.
Pola asuh orang tua meliputi: Authitarian,
permisif, Authoritative (Septiari, 2012). Pola
asuh Authotarian menggunakan pendekatan
yang memaksakan kehendak orang tua
kepada anak. Anak harus menurut kepada
orang tua. Keinginan orang tua harus
dituruti, anak tidak boleh mengeluarkan
pendapat.
Pola
asuh
ini
dapat
mengakibatkan anak menjadi penakut,
pencemas, menarik diri dari pergaulan,
kurang adaptif, kurang tajam, kurang tujuan,
curiga kepada orang lain. Pola asuh Permisif
orang tua serba memperbolehkan anak
berbuat apa saja. Orang tua memiliki
kehangatan, dan menerima apa adanya.
Kehangatan cenderung memanjakan, ingin
dituruti keinginannya. Sedangkan menerima
apa adanya cenderung memberikan
kebebasan kepada anak untuk berbuat apa
saja. Pola asuh ini dapat menyebabkan anak
agresif, tidak patuh pada orang tua, merasa
paling berkuasa, kurang mampu mengontrol
diri. Pola asuh Autoritative orang tua sangat
memperhatikan kebutuhan anak, dan
mencukupinya dengan pertimbangan faktor
kepentingan dan kebutuhan. Pola asuh ini
dapat mengakibatkan anak mandiri,
mempunyai kontrol diri, mempunyai
kepercayaan diri yang kuat, dapat
berinteraksi dengan teman sebayanya
dengan baik, mampu menghadapi stres,
mempunyai minat terhadap hal-hal baru,
kooperatif dengan orang dewasa, penuntut,
patuh, dan berorientasi pada prestasi. Pola
pengasuhan yang tepat adalah authoritative
atau demokratisyang merupakan pola
pengasuhan orang tua untuk mendorong
anak untuk menjadi mandiri, tetapi tetap
memberikan batasan-batasan atau aturan
serta mengontrol perilaku anak. Orang tua
bersikap hangat, mengasuh dengan penuh
kasih sayang serta penuh perhatian. Orang
tua juga memberikan ruang kepada anak
untuk membicarakan apa yang mereka
inginkan atau harapkan dari orang tuanya.
Pengasuhan authoritative tetap harus
ditegakkan aturan mengenai apa boleh, dan
tidak boleh dilakukan anak.
Perkembangan ialah perubahanperubahan psiko-fisik sebagai hasil dari
proses pematangan fungsi-fungsi spikis dan
fisik dan anak, ditunjang oleh faktor
lingkungan dan proses belajar dalam waktu
tertentu menuju kedewasaan (Kartono,
2007). Orang tua harus lebih memahami
proses pertumbuhan dan perkembangan
anak pada awal hidupnya, terkait dengan
perubahan-perubahan yang terjadi, baik
perubahan fisik maupun mental (Fida dan
Maya, 2012). Perubahan fisik meliputi
tinggi badan, berat badan, komposisi
penyusun tubuh peningkatan masa tulang,
dan jaringan otot, faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan terdapat 2
faktor yaitu faktor dari luar dan dalam.
Faktor dari dalam ialah keluarga, umur,
jenis kelamin, genetik, kalainan kromosom.
Faktor dari luar yaitu nitrisi, budaya
keluarga, status ekonomi keluarga, iklim
atau cuaca, olahraga atau latuhan fisih,
posisi anak dalam keluarga, status
kesehatan, hormonal, faktor persalinan,
faktor pascapersalinan, psikologis, stimilasi,
obat-obatan dan Lingkungan pengasuhan
dimana interaksi ibu dan anak sangat
103
Pola Asuh Orang Tua Mendukung Perkembangan Fisik dan Emosi pada Anak Usia Pra Sekolah
Maria Anita Yusiana, Septilina Maria Glorioani
mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Pada penelitian pola asuh orang tua
dengan perkembangan fisik anak pada usia
prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri
menunjukkan hubungan yang sedang
dengan nilai correlation .545**, hal ini
disebabkan pada saat penelitian ditemukan
adanya orang tua yang menunggui anak saat
sekolah serta menyiapkan bekal untuk putarputri mereka, hal ini menyebabkan waktu
luang orang tua untuk anak lebih banyak,
dengan hasil cerralation coefficient
menunjukkan hubungan antara variabel
berbanding searah. Hal ini menunjukkan
orang tua harus lebih memahami proses
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Faktor yang mempengaruhi adalah
lingkungan pengasuhan orang tua. Kedua
variabel menunjukkan arah hubungan
sejajar, yaitu semakin baik pola asuh orang
tua yang diberikan, maka semakin normal
perkembangan fisik anak usia prasekolah.
Penerapan pola asuh orang tua yang kurang
tepat pada anak usia prasekolah dapat
dipengaruhi oleh faktor lain seperti usia
anak yang masih terlalu kecil, tingkat
pendidikan orang tua yang rendah,
kurangnya komunikasi dengan anak, sikap
orang tua terhadap anak, dan kurangnya
penggunaan waktu luang orang tua untuk
anak.
Pola Asuh Orang tua dengan
Perkembangan Emosi Anak Usia Pra
sekolah
Pola asuh orang tua dengan
perkembangan emosi anak usia pra sekolah
di TK Baptis Setia Bakti Kediri dari 40
responden didapatkan p=0,002 yang
menggambarkan pada penelitian ini ada
hubungan antara pola asuh orang tua dengan
perkembangan emosi di Taman KanakKanak Baptis Setia Bakti Kediri.
Pola pengasuhan (parenting) atau
perawatan anak sangat bergantung pada
nilai-nilai yang dimiliki keluarga (Sunaryo,
2004). Tujuan utama pengasuhan orang tua
adalah mempertahankan kehidupan fisik
anak dan meningkatkan kesehatannya,
104
memfasilitasi anak untuk mengembangkan
kemampuan sejalan dengan tahapan
perkembangannya dengan mendorong
peningkatan kemampuan berperilaku sesuai
dengan nilai agama dan budaya yang
diyakininya (Santrock, 2007). Orang tua
harus mempunyai rasa percaya diri yang
besar dalam menjalankan peran pengasuhan,
terutama dalam pemahaman tentang
perkembangan anak. Pola asuh orang tua
yang Authoritarian mengakibatkan anak
menjadi penakut, pencemas, menarik diri
dari pergaulan, kurang adaptif, kurang
tajam, kurang tujuan, curiga kepada orang
lain dan mudah stres (Septiari, 2012). Pola
asuh Permisif menyebabkan anak agresif,
tidak patuh pada orang tua, merasa paling
berkuasa, kurang mampu mengontrol diri,
sedangkan pola asuh Authoritative
mengakibatkan anak mandiri, mempunyai
kontrol diri, mempunyai kepercayaan diri
yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman
sebayanya
dengan
baik,
mampu
menghadapi stres, mempunyai minat
terhadap hal-hal baru, kooperatif dengan
orang dewasa, penuntut, patuh, dan
berorientasi pada prestasi. Pola asuh yang
tepat dapat menimbulkan perkembangan
emosi yang baik, dengan kenyataan anak
usia prasekolah di TK Baptis Setia Bakti
Kediri mampu menahan emosi mereka,
mampu mengontrol diri, dan mampu
bergaul dengan teman sebaya.
Usia 4 tahun anak sudah mulai
menyadari “Aku”-nya, bahwa akunya
(dirinya) berbeda dengan bukan aku (orang
lain) (Mansur, 2009). Kesadaran ini dimulai
dari pengalamannya, bahwa tidak setiap
keinginannya dipenuhi oleh orang lain,
sehingga orang lain tidak selamanya
memenuhi keinginannya. Lingkungan
(terutama orang tua) tidak mengakui harga
diri anak, seperti memperlakukan anak,
seperti memperlakukan anak secara keras,
atau kurang menyayanginya, maka pada diri
anak akan berkembang sikap-sikap keras
kepala atau menentang atau menyerah
menjadi penurut yang meliputi rasa harga
diri yang kurang dengan sikap pemalu.
Perkembangan emosi yang dialami anak
usia prasekolah diantaranya adalah takut,
cemas, marah, cemburu, kegembiraan, kasih
sayang, fobia, ingin tahu. Faktor keluarga
Jurnal STIKES
Vol. 8, No.1, Juli 2015
yang mempengaruhi perkembangan emosi
dan sosial anak adalah pola asuh orang
tuanya (Soetjiningsih, 2012).
Dari hasil penelitian menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara pola
asuh orang tua dengan perkembangan emosi
anak pada usia prasekolah di TK Baptis
Setia Bakti Kediri. Hasil penelitian ini
menunjukkan hubungan yang sedang, hal
ini disebabkan pada saat penelitian
ditemukan adanya orang tua yang
menunggui anak saat sekolah serta
menyiapkan bekal untuk putra-putri mereka,
hal ini menyebabkan waktu luang orang tua
untuk anak lebih banyak, dengan hasil
cerralation
coefficient
menunjukkan
hubungan antara variabel berbanding searah
dengan
nilain
correlation
.480**.
Perkembangan emosi tidak terlepas dari
keluarga tentang bagaimana pola asuh orang
tuanya. Kedua variabel menunjukkan arah
hubungan sejajar, yaitu semakin baik pola
asuh orang tua yang diberikan, maka
semakin baik perkembangan emosi anak
usia prasekolah. Penerapan pola asuh orang
tua yang kurang tepat pada anak usia
prasekolah dapat dipengaruhi oleh faktor
lain seperti usia anak yang masih terlalu
kecil, tingkat pendidikan orang tua yang
rendah, kurangnya komunikasi dengan
anak, sikap orang tua terhadap anak, dan
kurangnya penggunaan waktu luang orang
tua untuk anak.
Pada penelitian pola asuh orang tua
dengan perkembangan fisik anak pada usia
prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri
menunjukkan hubungan yang sedang, hal
ini disebabkan pada saat penelitian
ditemukan adanya orang tua yang sibuk
dengan pekerjaannya, sehingga terkadang
anak diasuh oleh keluarga atau pembantu,
hal ini menyebabkan waktu luang orang tua
untuk anak akan berkurang, dengan hasil
cerralation
coefficient
menunjukkan
hubungan antara variabel berbabding searah
dengan nilain correlation .545**. Kedua
variabel menunjukkan arah hubungan
sejajar, yaitu semakin baik pola asuh orang
tua yang diberikan, maka semakin baik
perkembangan fisik anak usia prasekolah.
Penerapan pola asuh orang tua yang kurang
tepat pada anak usia prasekolah dapat
dipengaruhi oleh faktor lain seperti usia
anak yang masih terlalu kecil, tingkat
pendidikan orang tua yang rendah,
kurangnya komunikasi dengan anak, sikap
orang tua terhadap anak, dan kurangnya
penggunaan waktu luang orang tua untuk
anak. Hal ini disebabkan pada saat
penelitian ditemukan adanya anak usia
prasekolah
sudah
mulai
mengenal
lingkungan sekitar mereka sehingga dari
hasil pengasuhan yang diberikan orang tua
maka anak sudah mulai bisa mengenal dan
mengendalikan emosi mereka, orang tua
yang sibuk dengan pekerjaannya, hal ini
menyebabkan waktu luang orang tua untuk
anak akan berkurang. Anak cenderung
meniru apa yang dilakukan orang tua
kepadanya sehingga anak tersebut akan
menerapkan hal yang sama kepada temantemannya.
Kesimpulan
Pola Asuh orang tua di TK Baptis
Setia Bakti Kediri didaptkan bahwa pola
asuh orang tua mayoritas authoritative,
dengan perkembangan fisik pada anak
mayoritas normal dan perkembangan emosi
lebih dari 50% baik. Pola asuh orang tua
yang authoritative berhubungan dengan
dengan perkembangan fisik ( p = 0,000) dan
berhubungan perkembangan emosi anak (p
= 0,002).
Saran
Perkembangan anak usia dini sangat
perpengaruh saat anak bertambah dewasa,
sehingga konsep pola asuh dapat dijadikan
sarana konseling bagi orang tua, pasangan
baru sesuai dengan hasil penelitian bahwa
pola asuh authoritative dapat mendukung
perkembangan fisik maupun perkembangan
emosi anak dalam hal yang positif.
105
Pola Asuh Orang Tua Mendukung Perkembangan Fisik dan Emosi pada Anak Usia Pra Sekolah
Maria Anita Yusiana, Septilina Maria Glorioani
Daftar Pustaka
Fida dan Maya, (2012). Pengantar Ilmu
Kesehatan Anak. Jogjakarta: DMedika.
Fikriyati, Miroh, (2013). Perkembangan
Anak Usia Emas (Golden Age).
Yogyakarta: Laras Media Prima.
Kartono, Kartini, ( 2007). Psikologi
Anak. Bandung: CV Mandar Maju.
Mansur, Herawati, (2009). Psikologi
Kebidanan Untuk Ibu Dan Anak.
Jakarta: Salemba Medika.
Saam, Zulfan dan Sri, Wayuni (2013).
Psikologi Keperawatan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Santrock,
John
W,
(2007).
Perkembangan Anak, Jilid 2, Edisi
11. Jakarta: Penerbit Elangga.
Santrock, John W, (2011). Masa
Perkembangan Anak, Buku 2,
Edisi 11. Jakarta: Salemba
Humanika.
Septiari, Beo B, (2012). Mencetak Balita
Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sobur, Alex, (2011). Psikologi Umum.
Bandung: Pustaka Setia.
Soetjiningsih, Chistiana H, (2012).
Perkembangan
Anak
Sejak
Pembuahan
Sampai
dengan
Kanak-Kanak
Akhir.
Jakarta:
Prenada Media Group.
106
Download