Jurnal STIKES Vol. 8, No.1, Juli 2015 POLA ASUH ORANG TUA MENDUKUNG PERKEMBANGAN FISIK DAN EMOSI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH PARENT’S PARENTING SUPPORTS PHYSICAL AND EMOTIONAL DEVELOPMENT TO PRESCHOOL CHILDREN Maria Anita Yusiana, Septilina Maria Glorioani STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjed. Panjaitan no. 3B Kediri (0354) 683470 ([email protected]) Perkembangan merupakan perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam fase waktu tertentu menuju kedewasaan. Pola asuh orang tua yang dapat mempengaruhi perkembangan anak yaitu pola asuh Authoritarian, Permissive, Authoritative. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan fisik dan emosi pada anak usia pra-sekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri. Desain dalam penelitian ini adalah penelitian Corelasional. Populasinya adalah anak prasekolah 4-5 tahun beserta orang tuanya, dengan subyek sebesar 40 responden. Pengambilan data menggunakan tehnik Porposive Sampling. Pengumpulan data menggunakan observasi dan kuesioner. Analisa menggunakan uji statistik Spearman’s Rho, α = 0,05. Hasil menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan fisik anak serta pola asuh orang tua dengn perkembangan emosi.. Kesimpulan pola asuh orang tua mendukung perkembangan fisik dan perkembangan emosi anak usia pra-sekolah. Kata Kunci: Pola Asuh, Perkembangan Fisik, Perkembangan Emosi ABSTRACT Development is physical and emotional changes because of maturation process towards children’s psychological and physical functions, supported by enviroment and learning process in a certain time to bring adulthood. Parent’s parenting that can influence children’s development are Authoritarian, Permissive, Authoritative parenting. The research objective is to study the correlation between parent’s parenting and physical and emotional development to preschool children at Kindergarten Setia Bakti Baptist Kediri. The research design was correlation. The population was preschool children aged 4-5 years and their parents. The subjects were 40 respondents using purposive sampling technique. The data ware collected using observation and structured interviews, and then analyzed using Spearman’s Rho test with α = 0.05. The results showed that there was significant correlation between parent’s parenting and children physical development and significantcorrelation between parent’s parenting and emotional development. In conclusion, parent’s parenting supports physical and emotional developement to preschool children. Keywords: parent’s parenting, physical development, emotion development 95 Pola Asuh Orang Tua Mendukung Perkembangan Fisik dan Emosi pada Anak Usia Pra Sekolah Maria Anita Yusiana, Septilina Maria Glorioani Pendahuluan Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat menakjubkan. Segala potensi pada masa ini berkembang sangat pesat, karena itulah orang lebih sering menyebutnya dengan golden age (usia emas). Pertumbuhan dan perkembangan dapat berjalan dengan baik memerlukan asuhan dan bimbingan oleh orang dewasa, terutama dalam lingkungan kehidupan keluarga (Septiari, 2012). Pola pengasuhan orang tua pada anak pra sekolah sangat membantu untuk perkembangan anak terutama untuk masalah perkembangan fisik dan emosi anak tersebut (Sulisyani, 2006). Perkembangan adalah perubahan dan kompleksitas fungsi fisik dan psikis, selain itu perkembangan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang pertama faktor dalam dan faktor lingkungan dimana faktor lingkungan terdapat faktor pengasuhan, interaksi ibu dan anak sangat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Seorang anak yang tidak di asuh oleh kedua orang tua pasti mengalami proses pertumbuhan yang berbeda dari pada anak yang diasuh oleh mereka (Fida dan Maya, 2012). Perkembangan anak pada usia pra sekolah meliputi aspek perkembangan jasmani, kognitif, sosial dan emosi. Emosi pada usia anak-anak perlu mendapat perhatian dari orang tua. Suasana emosional orang tua dirumah dapat merangsang perkembangan otak anak yang sedang mengalami pertumbuhan dan pengembangan kemampuan mental. Perkembangan emosi meliputi pengendalian emosi, sikap positif, kepercayaan diri, ekspresi perasaan, dan membina konsep diri. Perkembangan emosi dimulai sejak anak lahir sampai bertumbuh menjadi anak besar. Anak mengembangkan emosinya melalui pemahaman yang didapat dari berinteraksi dengan orang disekitar dan lingkungan. Perhatian dan asuhan yang berkualitas dari orang tua terhadap anak dapat berdampak terhadap perkembangan sosial, emosional, dan moral anak. Perasaan emosi yang dihadapi anak meliputi perasaan takut, cemas, marah, cemburu kegembiraan, kasih sayang, fobia, ingin tahu (Mansyur, 2009). 96 Perhatian dan asuhan yang berkualitas dari orang tua terhadap anak dapat berdampak terhadap perkembangan sosial, emosional, dan moral anak. Ada anak yang diasuh oleh nenek, kakek dan kakak hal ini sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Anak dengan gangguan emosi memiliki karakteristik yang komplek seringkali ciri-ciri perilakunya juga dilakukan oleh anak-anak sebaya lain, seperti banyak bergerak, mengganggu teman, perilaku melawan, dan perilaku menyendiri. Anak dengan gangguan emosi dapat ditemukan di berbagai komunitas anak-anak, seperti play group, Sekolah Dasar (SD), dan lingkungan bermain. Masa anak usia dini merupakan masa keemasan atau sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh perubahan cepat dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial dan emosional. Agar masa ini dapat dilalui dengan baik oleh setiap anak maka perlu diupayakan pendidikan yang tepat bagi anak sejak usia dini. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di TK Baptis Setia Bakti Kediri didapatkan data bahwa hasil perkembangan emosi: 50% anak memiliki (perasaan takut, perasaan marah, perasaan cemburu) dan 50% anak memiliki (perasaan cemas, perasaan, perasaan fobia, dan ingin tahu). Perkembangan merupakan perubahan dan bertambah kompleknya fungsi-fungsi fisik dan psikis. Pertumbuhan lebih menekankan pada pertumbuhan perkembangan fisik sedangkan perkembangan menekankan pada perubahan kemajuan aspek psikis seperti kecerdasan, bahasa, dan emosi (Saam dan Wahyuni, 2013). Pola pengasuhan yang diberikan oleh orang-orang dewasa, hendaknya sedemikian rupa, sehingga menimbulkan perasaan aman, tetapi tidak membatasi kebebasan atau membangkitkan respon emosional yang dalam pada diri anak tersebut. Orang tua merupakan hal pokok bagi hubungan yang terbaik antara orang tua dan anak (Sobur, 2011). Pengasuhan oleh orang tua tetap memegang peranan yang signifikan dalam membantu anak mengatur emosi mereka. Cara berinteraksi dengan orang lain melalui mencontoh, berbagi, dan menjadi teman Jurnal STIKES Vol. 8, No.1, Juli 2015 baik (Septiari, 2012). Pengasuhan pada anak dirumah sangat penting untuk membentuk pribadi anak tersebut. Kebutuhan anak yang terpenuhi akan menjadikan rasa aman, sehingga membentuk rasa percaya diri. Teori empiris berpendapat bahwa perkembangan anak ditentukan oleh pengaruh pengalaman dan pendidikan (Saam, 2013). Pola pengasuhan anak akan mempengaruhi perilaku anak. Dampak perkembangan anak optimal: anak dapat memiliki banyak variasi kecerdasan (multiple intelegensia) (Fida dan Maya, 2012). Dampak Perkembangan anak tidak optimal: gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal, gangguan dalam interaksi sosial, ganggun dalam bermain, gangguan perilaku, gangguan perasaan dan emosi, gangguan dalam persepsi sensori (Fida dan Maya, 2012). Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan berpengaruh sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Gangguan emosional yang paling lazim di diagnosis dalam masa kanak-kanak adalah gangguan perilaku distruptif (menunjukkan agresi, penyimpangan, atau perilaku antisosial (distruptive behavior disorder) dan gangguan kecemasan atau mood (perasaan sedih, tidak dicintai, gugup, takut, dan kesepian). Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh yang menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadiananak. Menurut Anderson dalam (Masithoh, 2005) Pendidikan anak di Taman Kanak-kanak perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosional, fisik, dan motorik. Sehingga orang tua harus paham bawasannya anak yang sudah memasuki usia prasekolah memiliki masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Sekolah tempat anak bersekolah maupun informasi yang diperoleh orang tua harus dapat Pemberian pengetahuan tentang pola asuh yang sesuai, sehingga anak dapat mencapai perkembangan fisik dan memahami emosi (Santrok, 2011). Seorang guru juga sangat berperan dalam perkembangan anak sehingga dapat membantu dalam perkembangan anak. Orang tua dapat memahami pola asuh yang benar, sehingga pola asuh sebaiknya diberikan oleh orang tua (ayah/ibu) kepada anak. Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik akan berdampak positif pada kesehatan fisik dan mental anak. Berdasarkan latar belakang tersebut mendorong peneliti untuk mempelajari hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Fisik dan Perkembangan Emosi Anak Usia Pra sekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola asuh orang tua mendukung perkembangan fisik dan emosi pada anak usia prasekolah. Metedologi Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, desain yang digunakan adalah Korelasional, di mana peneliti mengkaji hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu Pola Asuh dan Perkembangan Fisik dan Emosional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua Orang tua dan anak pra sekolah usia 4-5 tahun di TK Baptis Setia Bakti Kediri yang berjumlah masingmasing 40 orang. Subyek yang diambil dari populasi yaitu orang tua murid di TK Baptis Setia Bakti Kediri. Subjek dalam penelitian ini sebesar 40 orang orang tua. Pengambilan data dalam penelitian menggunakan Purposive sampling. Penelitian ini menggunakan observasi dan kuesioner selanjutnya melakukan pengolahan data yaitu menganalisis antara hasil skoring pola asuh dengan perkembangan emosi dan fisik anak dengan menggunakan spearman rho’s dengan tingkat yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan α = 0,05. 97 Pola Asuh Orang Tua Mendukung Perkembangan Fisik dan Emosi pada Anak Usia Pra Sekolah Maria Anita Yusiana, Septilina Maria Glorioani Hasil Penelitian Tabel 1 Pola Asuh Orang Tua Di Taman Kanak-Kanak Baptis Setia Bakti Kediri pada tanggal 2-14 Juni 2014 (n=40). Pola Asuh Orang Tua Authotarian Permisif Authoritative Total Pola Asuh Orang tua menunjukkan bahwa mayoritas orang tua di TK Baptis Setia Bakti Kediri memiliki pola asuh Tabel 2 Sesuai hasil penelitian yang didapatkan Perkembangan Fisik anak menunjukkan bahwa mayoritas Sesuai hasil penelitian yang didapatkan Perkembangan emosi anak di Frekuensi 0 2 37 1 40 % 0 5,0 92,5 2,5 100,0 perkembangan fisik anak usia normal yaitu sebanyak 37 responden (92,5%). Frekuensi 27 13 0 40 % 67,5 32,5 0 100,0 TK Baptis Setia Bakti Kediri adalah baik yaitu sebanyak 27 responden (67,5%). Tabulasi Silang Pola Asuh dengan Perkembangan Fisik Anak Usia Prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri pada tanggal 2-14 Juni 2014 (n=40). Pola Asuh Orang Tua Authotarian Permisif Authoritative Jumlah 98 authoritative sebanyak 36 responden (90,0%). Perkembangan Emosi Anak Usia Prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri pada tanggal 2-14 Juni 2014 (n=40). Perkembangan Emosi Baik Cukup Kurang Total Tabel 4 % 10,0 0 90,0 100,0 Perkembangan Fisik Anak Usia Prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri pada tanggal 2-14 Juni 2014 (n=40). Perkembangan Fisik Kurus Sekali Kurus Normal Gemuk Total Tabel 3 Frekuensi 4 0 36 40 Kurus Sekali ∑ % 0 0 0 0 0 0 0 0 Perkembangan Fisik Kurus Normal Gemuk ∑ % ∑ % ∑ % 1 25 2 50 1 25 0 0 0 0 0 0 1 2,8 35 97,2 0 0 2 5,0 37 92,5 1 2,5 Total ∑ % 4 100 0 0 36 100 40 100 Jurnal STIKES Vol. 8, No.1, Juli 2015 Berdasarkan tabulasi silang dari hasil penelitian dari variabel pola asuh dan perkembangan fisik menunjukkan bahwa mayoritas pola asuh orang tua yang di terapkan adalah Authoritative, yaitu 35 responden (97,2%) dengan perkembangan fisik normal. Uji Statistik Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Fisik pada Anak Usia Prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri pada tanggal 214 Juni 2014 (n=40). Tabel 5 Spearman's rho Pola Asuh Orang tua Pola Asuh Orang tua Perkembangan Fisik Anak 1.000 .545** Sig. (2-tailed) . .000 N 40 Correlation Coefficient Perkembangan Correlation Coefficient Fisik Anak Sig. (2-tailed) .545 N 40 ** 1.000 .000 . 40 40 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). hubungan antara variabel berbanding searah dengan nilai correlation .545** yang berarti memiliki tingkat korelasi atau hubungan yang sedang. Angka koefisien korelasi mempunyai nilai positif yang berarti bahwa kedua variabel menunjukkan arah hubungan sejajar, yaitu semakin pola asuh ke arah authoritative yang diberikan oleh orang tua, maka tingkat perkembangan fisik anak usia prasekolah tercapai. Berdasarkan data uji satistik “Spearnan’s Rho” yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan α=0,05 didapatkan p = 0.000, dimana p<α yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada hubungan yang signifikan antar pola asuh orang tua dengan perkembangan fisik pada anak usia prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri. Pada hasil uji statistik pada penelitian ini didapatkan correlation coefficient menunjukkan Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Perkembangan Emosi Pada Anak Usia Prasekolah Tabel 6 Tabulasi Silang Hubungan Pola Orang Tua dengan Perkembangan Emosi pada anak usia prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri pada tanggal 214 Juni 2014 (n=40). Pola Asuh Orang Tua Authotarian Permisif Authoritative Jumlah Sesuai hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebagain besar pola asuh orang tua yang di terapkan orang tua Baik ∑ 0 0 27 27 % 0 0 75 75 Perkembangan Emosi Cukup Kurang ∑ % ∑ % 4 10,0 0 0 0 0 0 0 9 22,5 0 0 13 32,5 0 0 Total ∑ % 4 100 0 0 36 100 40 100 adalah Authoritative, yaitu 27 responden (75%) dengan perkembangan emosi baik. 99 Pola Asuh Orang Tua Mendukung Perkembangan Fisik dan Emosi pada Anak Usia Pra Sekolah Maria Anita Yusiana, Septilina Maria Glorioani Tabel 7 Uji Statistik Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Emosi Anak Usia Prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri pada tanggal 2-14 Juni 2014 (n=40). Spearman's rho Pola Asuh Orang tua Perkembangan Emosi Pola Asuh Orang tua Perkembangan Emosi Correlation Coefficient 1.000 .480** Sig. (2-tailed) . .002 N 40 40 Correlation Coefficient .480** 1.000 Sig. (2-tailed) .002 . N 40 40 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan data uji statistik “Spearman’s Rho” yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan α = 0,05 didapatkan p = 0.002, dimana p<α yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada hubungan signifikan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan Emosi anak usia prasekolah di Taman KanakKanak Baptis Setia Bakti Kediri. Pada hasil uji statistik pada penelitian didapatkan correlation coefficient menunjukkan hubungan antar variabel berbanding searah dengan nilai correlation .480** yang berarti memiliki tingkat korelasi atau hubungan yang sedang. Angka koefesien korelasi mempunyai nilai positif yang berarti bahwa kedua variabel menunjukkan arah hubungan sejajar, yaitu semakin pola asuh ke arah authoritative yang diberikan oleh orang tua, maka tingkat perkembangan emosi anak usia prasekolah semakin baik. Pembahasan Pola Asuh Orang tua Ada tiga jenis Pola asuh yaitu authotarian, Pola asuh permisif, dan Pola asuh authoritative (Soetjiningsih, 2012). Mayoritas pola asuh orang tua dalam penelitian ini authoritative. Hal ini disebabkan orang tua mempunyai 100 pengetahuan dan pemahaman yang sering kali berbeda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu: pendidikan, jenis kelamin, usia, dan pekerjaan. Pola asuh authoritative pada orang tua dalam penelitian memiliki karakteristik pendidikan orang tua paling banyak adalah tamat SMA dan tamat PT, orang tua yang mempunyai latarbelakang pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan segala perubahan, dan setiap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung memiliki wawasan yang luas tidak hanya dari pengetahuan tetapi juga pengalaman. Orang tua lebih dapat memberikan waktu kepada anak ketika anak ingin membicarakan apa yang diharapkan dari orang tuanya, sehingga anak cenderung memiliki kepercayaan diri yang kuat dan dapat berinteraksi dengan teman sebayanya. Selain pola asuh authoritative didapatkan juga pola asuh orang tua dengan authotarian. Pola asuh authotarian merupakan Merupakan gaya pengasuhan yang ditandai oleh pembatasan, menghukum, memaksa anak mengikuti aturan dan control yang ketat. Orang tua menuntut anak mengikuti perintah-perintahnya, sering memukul anak, memaksakan anak tanpa penjelasan, dan menunjukkan amarah. Selain orang tua otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang kepada anak untuk berkompromi (Soetjiningsih (2012). Pola asuh Jurnal STIKES Vol. 8, No.1, Juli 2015 authotarian merupakan pola asuh yang otoriter, dimana anak harus menuruti semua kemauan dari orang tua mareka, sehingga pola asuh ini berdampak yang kurang baik untuk anak. Orang tua yang memiliki pendidikan SMA masih ada yang menerapkan pola asuh authotarian, hal ini disebabkan sebagian orang tua dengan pendidikan SMA memiliki pola pikir yang masih labil dan membatasi anak dalam hal tertentu sehingga menggakibatkan anak menjadi kurang percaya diri. Orang tua di TK Baptis Setia Bakti Kediri memiliki waktu yang cukup banyak dalam mengasuh anak ditunjukkan dengan orang tua atau ibu yang tinggal satu rumah dengan anak yang diasuh dan ibu yang mempunyai waktu terbanyak dalam mengasuh anak, karena itulah orang tua akan lebih dekat dan selalu memantau anak. Perkembangan Fisik Anak Usia Pra Sekolah Mayoritas anak usia Pra sekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri memiliki perkembangan fisik normal. Perkembangan adalah perubahan dan bertambah kompleknya fungsi-fungsi fisik dan psikis. Pertumbuhan lebih menekankan pada pertumbuhan fisik sedangkan perkembangan menekankan pada perubahan kemajuan aspek psikis seperti yaitu perkembangan kecerdasan, bahasa, dan emosi (Saam dan Wahyuni, 2012). Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik yang menyangkut ukuran berat badan dan tinggi badan, maupun kekuatannya memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya (Mansur, 2009). Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi gangguan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan perilaku (Andriana, 2011). Gangguan Pertumbuhan Fisik dapat dilihat melalui Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak, apabila grafik berat badan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal, sementara itu apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Anak-anak di TK Baptis Setia Bakti memiliki perkembangan yang normal sesuai dengan tingkat proporsinya, perkembangan fisik anak dilihat dari berat badan dan tinggi badan anak memiliki rentang yang sesuai dengan pengukuran di usia mereka, hal ini dapat menunjukkan bahwa perkembangan fisik oleh anak dipengaruhi oleh asupan nitrisi. Hal ini dapat didukung dengan teori Saam dan Wahyuni tahun 2013 bahwa proporsi tubuh anak berubah secara dramatis, seperti pada usia tiga tahun, ratarata tinggi anak sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia lima tahun tingginya mencapai 100-110 cm. Perkembangan fisik anak adalah normal pada anak usia Pra sekolah TK Baptis Setia Bakti Kediri yaitu dengan karakteristik jenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan karena pola makan anak perempuan seimbang dengan aktivitas yang dilakukan anak. Hal ini di dukung dengan teori Septiari tahun 2012 asupan gizi yang seimbang pada anak misalnya pemberian makanan dengan gizi seimbang, fortikulasi atau suplementasi zat gizi makro sampai usia 5 tahun, stimulasi dini, dan penimbangan balita setiap bulan sampai usia 5 tahun. Perkembangan Emosi Anak Usia Pra Sekolah Perkembangan emosi anak usia Pra sekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri adalah baik yaitu sebanyak 27 responden (67,5%). Emosi adalah suatu pengalaman psikologikal yang komplek yang dirasakan individu yang berinteraksi dengan pengaruh biokimia (internal) dan lingkungan (eksternal) (Myers dalam 101 Pola Asuh Orang Tua Mendukung Perkembangan Fisik dan Emosi pada Anak Usia Pra Sekolah Maria Anita Yusiana, Septilina Maria Glorioani Saam dan Wahyuni, 2013). Emosi dasar manusia adalah perwujudan dalam bentuk fisiologis, perilaku ekspresif, dan pengalaman. Emosi cukup luas meliputi pengalaman psiko-fisik yang berinteraksi dengan biologis-kimia seseorang dan pengaruh eksternal yang bersangkutan. Pengaruh emosi terhadap perilaku individu adalah Memperkuat semangat, apabila individu merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai (Yusuf, 2011). Timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini adalah timbulnya rasa putus asa. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup dan gagap dalam berbicara. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak adalah keluarga yaitu pada bagaimana pola asuh orang tuanya (Soetjiningsih, 2012). Hal ini disebabkan perkembangan emosi yang dialami anak sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar dimana orang tua yang sangat berperan penting dalam perkembangan emosi anak tersebut, sehingga di didapatkan hasil bahwa perkembangan fisik anak baik karena orang tua di TK Baptis Setia Bakti Kediri sangat memperhatikan perkembangan setiap jenjang anak-anak mereka. Karakteristik usia anak dengan perkembangan emosi anak di TK Baptis Setia Bakti Kediri bahwa lebih dari 50% responden berusia 5 tahun (64,5%), sedangkan sebagian besar anak yang berusia 4 tahun (77,8%) memiliki perkembangan emosi baik. Usia sekitar 2 tahun, umumnya perbendaharaan emosi yang dimiliki anak sama seperti emosi yang ada pada orang dewasa. Pada intinya, anak membutuhkan proses belajar untuk mengenal emosi yang berbeda-beda (Fikriyati, 2013). Anak mengembangkan emosinya melalui pengalaman yang didapat dari berinteraksi dengan orang di sekitar dan lingkungannya. Pada usia 4 tahun anak sudah mulai menyadari “Aku -nya”, 102 “bahwa” “akunya” (dirinya) berbeda dengan bukan aku (orang lain) (Masyur, 2009). Kesadaran ini dimulai dari pengalamannya, bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain, sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi keinginannya, jika lingkungannya (terutama orang tua) tidak mengakui harga diri anak, seperti memperlakukan anak secara keras, atau kurang menyayanginya, maka pada diri anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala atau menentang atau menyerah menjadi penurut yang meliputi rasa harga diri yang kurang dengan sikap pemalu. Anak usia 4-5 tahun mereka mulai mengenal lingkungan sekitar, dan mulai mandiri, selain itu juga mereka mampu mengendalikan emosi, hal ini dibuktikan lebih dari 50% responden menjawab jarang atau tidak pernah pada pertanyaan kuesioner perkembangan emosi “Apakah anak anda sering berkata-kata kasar ?” lebih dari 50% ibu menjawab jarang atau tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa anak usia pra sekolah mampu mengendalikan emosi mereka. Anakanak di TK Baptis Setia Bakti Kediri juga memiliki rasa ingin tahu yang yang besar hal ini dibuktikan dari pertanyaan kuesioner perkembangan emosi anak sebagian besar orang tua menjawab sering. Berdasarkan teori anak usia prasekolah memiliki perasaan ingin tahu yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objekobjek, baik yang bersifat fisik maupun non fisik Mansur tahun 2009. Perasaan ini ditandai dengan pertanyaanpertanyaan yang diajukan anak, seperti anak bertanya tentang dari mana dia berasal, siapa Tuhan, dan di mana Tuhan berada. Masa bertanya (“haus nama”) ini dimulai pada saat anak usia 3 tahun dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 6 tahun. Jurnal STIKES Vol. 8, No.1, Juli 2015 Pola Asuh Orang tua dengan Perkembangan Fisik Anak Usia Pra sekolah Penelitian Pola Asuh Orang tua dengan perkembangan fisik anak usia prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri dari 40 responden didapatkan hasil p=0,000 yang menggambarkan ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan fisik di TK Baptis Setia Bakti Kediri. Pola pengasuhan adalah yang diberikan ibu atau pengasuhan lain berupa sikap, dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya (Septiari, 2012). Hal ini berhubungan dengan keadan ibu dalam hal kesehatan fisik, dan mental, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga, dan masyarakat, dan lain sebagainya (Santrock (2007). Masalah spesifik yang dihadapi orang tua berubah ketika anak tumbuh besar, pada setiap tingkatan usia, orang tua menghadapi berbagai pilihan tentang seberapa besar mereka harus merespon kebutuhan anak, seberapa besar kendali yang harus diteruskan, dan bagaimana menerapkannya. Pola asuh orang tua meliputi: Authitarian, permisif, Authoritative (Septiari, 2012). Pola asuh Authotarian menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak orang tua kepada anak. Anak harus menurut kepada orang tua. Keinginan orang tua harus dituruti, anak tidak boleh mengeluarkan pendapat. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak menjadi penakut, pencemas, menarik diri dari pergaulan, kurang adaptif, kurang tajam, kurang tujuan, curiga kepada orang lain. Pola asuh Permisif orang tua serba memperbolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan, dan menerima apa adanya. Kehangatan cenderung memanjakan, ingin dituruti keinginannya. Sedangkan menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat menyebabkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, merasa paling berkuasa, kurang mampu mengontrol diri. Pola asuh Autoritative orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak, dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak mandiri, mempunyai kontrol diri, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, kooperatif dengan orang dewasa, penuntut, patuh, dan berorientasi pada prestasi. Pola pengasuhan yang tepat adalah authoritative atau demokratisyang merupakan pola pengasuhan orang tua untuk mendorong anak untuk menjadi mandiri, tetapi tetap memberikan batasan-batasan atau aturan serta mengontrol perilaku anak. Orang tua bersikap hangat, mengasuh dengan penuh kasih sayang serta penuh perhatian. Orang tua juga memberikan ruang kepada anak untuk membicarakan apa yang mereka inginkan atau harapkan dari orang tuanya. Pengasuhan authoritative tetap harus ditegakkan aturan mengenai apa boleh, dan tidak boleh dilakukan anak. Perkembangan ialah perubahanperubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi spikis dan fisik dan anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam waktu tertentu menuju kedewasaan (Kartono, 2007). Orang tua harus lebih memahami proses pertumbuhan dan perkembangan anak pada awal hidupnya, terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi, baik perubahan fisik maupun mental (Fida dan Maya, 2012). Perubahan fisik meliputi tinggi badan, berat badan, komposisi penyusun tubuh peningkatan masa tulang, dan jaringan otot, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan terdapat 2 faktor yaitu faktor dari luar dan dalam. Faktor dari dalam ialah keluarga, umur, jenis kelamin, genetik, kalainan kromosom. Faktor dari luar yaitu nitrisi, budaya keluarga, status ekonomi keluarga, iklim atau cuaca, olahraga atau latuhan fisih, posisi anak dalam keluarga, status kesehatan, hormonal, faktor persalinan, faktor pascapersalinan, psikologis, stimilasi, obat-obatan dan Lingkungan pengasuhan dimana interaksi ibu dan anak sangat 103 Pola Asuh Orang Tua Mendukung Perkembangan Fisik dan Emosi pada Anak Usia Pra Sekolah Maria Anita Yusiana, Septilina Maria Glorioani mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada penelitian pola asuh orang tua dengan perkembangan fisik anak pada usia prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri menunjukkan hubungan yang sedang dengan nilai correlation .545**, hal ini disebabkan pada saat penelitian ditemukan adanya orang tua yang menunggui anak saat sekolah serta menyiapkan bekal untuk putarputri mereka, hal ini menyebabkan waktu luang orang tua untuk anak lebih banyak, dengan hasil cerralation coefficient menunjukkan hubungan antara variabel berbanding searah. Hal ini menunjukkan orang tua harus lebih memahami proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor yang mempengaruhi adalah lingkungan pengasuhan orang tua. Kedua variabel menunjukkan arah hubungan sejajar, yaitu semakin baik pola asuh orang tua yang diberikan, maka semakin normal perkembangan fisik anak usia prasekolah. Penerapan pola asuh orang tua yang kurang tepat pada anak usia prasekolah dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti usia anak yang masih terlalu kecil, tingkat pendidikan orang tua yang rendah, kurangnya komunikasi dengan anak, sikap orang tua terhadap anak, dan kurangnya penggunaan waktu luang orang tua untuk anak. Pola Asuh Orang tua dengan Perkembangan Emosi Anak Usia Pra sekolah Pola asuh orang tua dengan perkembangan emosi anak usia pra sekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri dari 40 responden didapatkan p=0,002 yang menggambarkan pada penelitian ini ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan emosi di Taman KanakKanak Baptis Setia Bakti Kediri. Pola pengasuhan (parenting) atau perawatan anak sangat bergantung pada nilai-nilai yang dimiliki keluarga (Sunaryo, 2004). Tujuan utama pengasuhan orang tua adalah mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, 104 memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya dengan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakininya (Santrock, 2007). Orang tua harus mempunyai rasa percaya diri yang besar dalam menjalankan peran pengasuhan, terutama dalam pemahaman tentang perkembangan anak. Pola asuh orang tua yang Authoritarian mengakibatkan anak menjadi penakut, pencemas, menarik diri dari pergaulan, kurang adaptif, kurang tajam, kurang tujuan, curiga kepada orang lain dan mudah stres (Septiari, 2012). Pola asuh Permisif menyebabkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, merasa paling berkuasa, kurang mampu mengontrol diri, sedangkan pola asuh Authoritative mengakibatkan anak mandiri, mempunyai kontrol diri, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, kooperatif dengan orang dewasa, penuntut, patuh, dan berorientasi pada prestasi. Pola asuh yang tepat dapat menimbulkan perkembangan emosi yang baik, dengan kenyataan anak usia prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri mampu menahan emosi mereka, mampu mengontrol diri, dan mampu bergaul dengan teman sebaya. Usia 4 tahun anak sudah mulai menyadari “Aku”-nya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan bukan aku (orang lain) (Mansur, 2009). Kesadaran ini dimulai dari pengalamannya, bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain, sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi keinginannya. Lingkungan (terutama orang tua) tidak mengakui harga diri anak, seperti memperlakukan anak, seperti memperlakukan anak secara keras, atau kurang menyayanginya, maka pada diri anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala atau menentang atau menyerah menjadi penurut yang meliputi rasa harga diri yang kurang dengan sikap pemalu. Perkembangan emosi yang dialami anak usia prasekolah diantaranya adalah takut, cemas, marah, cemburu, kegembiraan, kasih sayang, fobia, ingin tahu. Faktor keluarga Jurnal STIKES Vol. 8, No.1, Juli 2015 yang mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak adalah pola asuh orang tuanya (Soetjiningsih, 2012). Dari hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan emosi anak pada usia prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang sedang, hal ini disebabkan pada saat penelitian ditemukan adanya orang tua yang menunggui anak saat sekolah serta menyiapkan bekal untuk putra-putri mereka, hal ini menyebabkan waktu luang orang tua untuk anak lebih banyak, dengan hasil cerralation coefficient menunjukkan hubungan antara variabel berbanding searah dengan nilain correlation .480**. Perkembangan emosi tidak terlepas dari keluarga tentang bagaimana pola asuh orang tuanya. Kedua variabel menunjukkan arah hubungan sejajar, yaitu semakin baik pola asuh orang tua yang diberikan, maka semakin baik perkembangan emosi anak usia prasekolah. Penerapan pola asuh orang tua yang kurang tepat pada anak usia prasekolah dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti usia anak yang masih terlalu kecil, tingkat pendidikan orang tua yang rendah, kurangnya komunikasi dengan anak, sikap orang tua terhadap anak, dan kurangnya penggunaan waktu luang orang tua untuk anak. Pada penelitian pola asuh orang tua dengan perkembangan fisik anak pada usia prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri menunjukkan hubungan yang sedang, hal ini disebabkan pada saat penelitian ditemukan adanya orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya, sehingga terkadang anak diasuh oleh keluarga atau pembantu, hal ini menyebabkan waktu luang orang tua untuk anak akan berkurang, dengan hasil cerralation coefficient menunjukkan hubungan antara variabel berbabding searah dengan nilain correlation .545**. Kedua variabel menunjukkan arah hubungan sejajar, yaitu semakin baik pola asuh orang tua yang diberikan, maka semakin baik perkembangan fisik anak usia prasekolah. Penerapan pola asuh orang tua yang kurang tepat pada anak usia prasekolah dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti usia anak yang masih terlalu kecil, tingkat pendidikan orang tua yang rendah, kurangnya komunikasi dengan anak, sikap orang tua terhadap anak, dan kurangnya penggunaan waktu luang orang tua untuk anak. Hal ini disebabkan pada saat penelitian ditemukan adanya anak usia prasekolah sudah mulai mengenal lingkungan sekitar mereka sehingga dari hasil pengasuhan yang diberikan orang tua maka anak sudah mulai bisa mengenal dan mengendalikan emosi mereka, orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya, hal ini menyebabkan waktu luang orang tua untuk anak akan berkurang. Anak cenderung meniru apa yang dilakukan orang tua kepadanya sehingga anak tersebut akan menerapkan hal yang sama kepada temantemannya. Kesimpulan Pola Asuh orang tua di TK Baptis Setia Bakti Kediri didaptkan bahwa pola asuh orang tua mayoritas authoritative, dengan perkembangan fisik pada anak mayoritas normal dan perkembangan emosi lebih dari 50% baik. Pola asuh orang tua yang authoritative berhubungan dengan dengan perkembangan fisik ( p = 0,000) dan berhubungan perkembangan emosi anak (p = 0,002). Saran Perkembangan anak usia dini sangat perpengaruh saat anak bertambah dewasa, sehingga konsep pola asuh dapat dijadikan sarana konseling bagi orang tua, pasangan baru sesuai dengan hasil penelitian bahwa pola asuh authoritative dapat mendukung perkembangan fisik maupun perkembangan emosi anak dalam hal yang positif. 105 Pola Asuh Orang Tua Mendukung Perkembangan Fisik dan Emosi pada Anak Usia Pra Sekolah Maria Anita Yusiana, Septilina Maria Glorioani Daftar Pustaka Fida dan Maya, (2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta: DMedika. Fikriyati, Miroh, (2013). Perkembangan Anak Usia Emas (Golden Age). Yogyakarta: Laras Media Prima. Kartono, Kartini, ( 2007). Psikologi Anak. Bandung: CV Mandar Maju. Mansur, Herawati, (2009). Psikologi Kebidanan Untuk Ibu Dan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Saam, Zulfan dan Sri, Wayuni (2013). Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Santrock, John W, (2007). Perkembangan Anak, Jilid 2, Edisi 11. Jakarta: Penerbit Elangga. Santrock, John W, (2011). Masa Perkembangan Anak, Buku 2, Edisi 11. Jakarta: Salemba Humanika. Septiari, Beo B, (2012). Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika. Sobur, Alex, (2011). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Soetjiningsih, Chistiana H, (2012). Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-Kanak Akhir. Jakarta: Prenada Media Group. 106