10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Film

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Film
2.1.1 Pengertian Film
Film merupakan gambar bergerak adalah bentuk dominan dari
komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Sinematografi adalah kata serapan
dari bahasa inggris cinematography yang brasal dari bahasa latin sinema
“gambar” sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang
membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung – gabingkan
gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan
ide (dapat mengembangkan berita). 1
Film merupakan salah satu bentuk media massa elektronik yang sangat
besar pengaruhnya kepada komunikan, dampak yang ditimbulkannya bisa positif
atau negative. Jadi fungsi media massa dan tugas media massa harus benar –
benar diperhatikan oleh komunikator, apalagi komunikator yang menggunakan
media massa elektronik. film misalnya dalam menyampaikan pesan – pesan
komunikasi, sangat berpengaruh terhadap komunikan.2
Film merupakan sarana pengungkapan daya cipta dari beberapa cabang
seni sekaligus dan produksinya bisa diterima dan diminati layaknya karya seni.
1
2
James Monaco. Cara menghayati sebuah film. Yayasan citra 1977 hal 34
Ibid hal 35
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Sebagai sarana baru digunakan untuk menghibur, memberikan informasi,
menyajikan cerita, peristiwa, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum.3
2.1.2 Sejarah Film
Film ditemukan pada akhir abad ke-19. Film mengalami perkembangan
seiring dengan perkembangan teknologi yang mendukung. Pada awalnya hanya
dikenal film hitam – putih tanpa suara. Pada akhir 1920-an, mulai dikenal film
bersuara, dan menyusul film warna pada tahun 1930-an. Peralatan produksi fim
juga mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sehingga sekarang tetap
mampu menjadikan film sebagai tontonan menarik bagi masyarakat luas.
Di masa depan, ada kecenderungan kuat produksi film tidak akan
menggunakan pita seluloid (proses kimiawi) namun akan memanfaatkan proses
video (elektronik) dengan system digital. Perubahan proses produksi ini tentu
mempengaruhi konsep video masa depan. Namun, apa yang terjadi yang akan
dipertontonkan adalah suatu seni audio visual, yaitu kekuatan bahasa gambar yang
dipadukan dengan unsur suara.
Menurut sejarah, film yang kita kenal sekarang ini merupakan
perkembangan lanjut dari fotografi. Seperti diketahui, penemu fotografi adalah
Joseph Nicephore Niepce dari prancis pada 1826. Penyempurnaan fotografi terus
berlanjut yang kemudian mendorong rintisan percetakan film/gambar hidup. Dua
nama penting dalam rintisan penemuan film adalah Thomas Alva Edison (amerika
3
Moekijat. Teori komunikasi. Mandar maju. Bandung. 1977. Hal 150
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Serikat) dan Lumiere bersaudara (Perancis). Edison menciptakan Kinetoskop
(Kinetoscope) yang bentuknya menyerupai sebuah kotak berlubang untuk
mengintip pertunjukkan. Adapun Lumiere bersaudara merancang sinematograf
(cinematoghrape) yang dipatenkan pada 1895. Keunggulan alat ini terletak pada
adanya mekanisme gerakan tersendat (intermittent movement). Gerakan tersendat
ini mirip dengan mesin jahit, yang memungkinkan setiap frame dari film yang
diputar akan berhenti sesaat untuk disinari lampu proyektor. Akibatnya, hasil
proyeksi tidak tampak berkedip – kedip.4
Film pertama kali diperkenalkan dan dipertunjukkan kepada public
secara luas oleh Lumiere bersaudara (Louis dan Auguste) di Grand Café di
Boulevard de Capicines No. 14 Paris, Prancis, tahun 1895. Selanjutnya, tahun itu
dinyatakan sebagai awal mula lahirnya film di dunia. Kegemparan bukan hanya
dirasakan penontonnya pada zaman itu, tapi juga sebagian orang yang
menganggap bahwa film seharusnya sudah dianggap muncul jauh sebelum
pertunjukkan dari Lumiere bersaudara. Thomas Alva Edison mungkin akan
menjadi orang yang paling berang diantaranya. Sebagai seorang penemu
jempolan, antara lain menemukan kinetoskop (sebuah kotak berlubang untuk
mengintip pertunjukkan), sebenarnya film sudah lahir seiring dengan kelahiran
kinetoskop tersebut. Bahkan, dikabarkan Lumiere bersaudara itu adalah
pengagum alat temuan Edison ini. Namun, apa boleh buat. Konsep film sebagai
pertunjukkan itu nyatanya muncul dengan kriteria : ditonton secara massal di
dalam sebuah gedung pertunjukan, menggunakan karcis masuk dan suguhan
4
Rahayu Supanggah, Sejarah kebudayaan Indonesia seni pertunjukkan dan seni media.raja
grafindo persada. 2009.hal 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
pertunjukan “gambar hidup”. Dengan catatan tersebut, film diawali dari kondisi
perunjukan yang bersifat massal, adanya jinsep teknologi film, ekonomi dan
hiburan. Hal – hal inilah yang menggerakan perkembangan film sampai sekarang,
yang umumnya berupa pengelolaan secara industrial semacam industry film di
Hollywood. 5
2.1.3 Perkembangan Film
Film pertama kali diperkenalan dan dipertunjukkan kepada public secara
luas oleh lumiere bersaudara (Louis dan Auguste) di Grand café di Boulevard de
Capucines No. 14 Paris, Prancis tahun 1895. Selanjutnya, tahun itu dinyatkan
sebagai awal mula lahirnya film di dunia. Kegemparan bukan hanya dirasakan
penontonnya pada zaman itu, namun juga sebagian orang yang menganggap
bahwa film seharusnya sudah harus dianggap muncul jauh sebelum pertunjukkan
dari Lumiere bersaudara. Thomas Alva Edison mungkin akan menjadi orang ang
paling berang diantaranya. Sebagai seorang penemu jempolan, antara lain
menemukan kinetoskop (sebuah kotak berlubang untuk mengintip pertunjukkan),
sebenarnya film sudah lahir seiring dengan kelahiran kinetoskop tersebut. Bahkan,
dikabarkan Lumiere bersaudara itu adalah pengagum alat temuan Edison ini.
Namun, apa boleh buat. Konsep film sebagai pertunjukkan itu nyatanya dengan
5
Ibid hal 107 dan 108
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
kriteria : ditonton secara massal di dalam sebuah gedung pertunjukkan,
menggunakan karcis masuk dan suguhan pertunjukkan “gambar hidup”.6
Kriteria inilah yang tidak sepenuhnya dimiliki oleh alat ciptaan Edison.
Meskipun dia juga menjual karcis bagi penontonnya, pertunjukannya hanya bisa
dinikmati orang per orang melalui kotak berlubang.
Jadi, peralatan yang
digunakannya untuk mempertunjukkan film belum sempurna karena tidak
memiliku
mekanisme
Intermittet
movement
(cinematogrhape)
Lumieree
bersaudara yang telah menggunakan mekanisme ini sehingga kesan “gambar
hidup” setidaknya sudah tercapai.
Dengan catatan tersebut, film diawali dari kondisi pertunjukkan yang
bersifat massal, adanya konsep teknologi film, ekonomi dan hiburan. Hal – hal
inilah yang menggerakan perkembangan film sampaai sekarang, yang umumnya
berupa pengelolaan secara industrial semacam industry film di Hollywood. Bicara
tentang
industry
film,
prinsip
kerjanya
adalah
produksi-distribusi-
eksibisi/peredaran. Prinsip kerja industry itu dimulai dari imigran – imigran yang
bekerja sebagai buruh kasar di Amerika Serikat yang di zaman itu jenuh dengan
rutinitas kerja mereka sehari – hari. Untuk menyiasati kejenuhan itu, para imigran
tersebut membeli film – film dari luar Amerika untuk kemudian diputar di
bioskop – bioskop kecil di Amerika yang dikenal dengan sebutan Nickelodeon
(pengertian nickel berkaitan dengan penonton yang harus membayar lima send an
odeon kata lain yang berarti gedung kecil pertunjukkan). Itulah mengapa rintisan
6
Ibid Hal 107 – 108
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
para imigran tersebut di kemudian hari menjadikan amerika (baca ; Hollywood )
sebagai salah satu pusat megabisnis film di dunia.
Evolusi film ternyata bukan semata bisnis pertunjukkan belaka. Jika
Hollywood telah berhasil dengan industry pertunjukkan filmnya, ini hanyalah
satu cabang dari evolusi itu. Kalau karya – karya awal film Lumiere bersaudara
lebih bersifat dokumentasi, orientasi membuat film ini pun kemudian berkembang
luas ke tingkat bisnis pertunjukkan. Charles Pathe dan George Melies termasuk
orang yang memanfaatkan potensi karya – karya dari Lumiere bersaudara. Dengan
strategi pemasarannya, Pathe telah membuat kecenderungan film sebagai potensi
dagang yang besar. Sementara Melies dengan latar belakan teater telah membuat
dasar untuk membuat struktur film yang bercerita. Dari kecenderungan –
kecenderungan pemikiran ini dikemudian hari film sering dipertentangkan, antara
sebagai film hiburan semata atau film sebagai media ekspresi artistic.
Di satu kutub berpendapat, dinyatakan bahwa film itu tidak lebih daru
proyeksi sebuah gambaran realita untuk menghibur penonton dan dibuat dengan
pertimbangan - pertimbangan komersial. Konsep hiburan dalam film itu memang
telah lahir ketika Thomas Alva Edison mempertontonkan The Sneeze (sekitar
tahun 1893), salah satu judul karyanya yang dipertontonkan kepada public melalui
kinetoskopnya tentang seorang yang selalu bersin – bersin.
Kutub berpendapat lainnya menyatakan bahwa film sebuah bentuk seni.
Mereka beragumen bahwa unsur – unsur media seni (drama, metaforsa dan
lambing – lambing yang terdapat dalam puisi, irama dan harmoni dalam music,
gerak ritmis dalam tari, garis, komposisi, bentuk, volume dan massa dalam seni
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
lukis dan seni pahat) telah terangkum dengan baik dalam film. Bahkan film
sebenarnya telah melangkahi keterbatasan rasa yang dimiliki media – media seni
itu karena emmusatkan secara bersamaan indra pendengaran dan penglihatan.
Dewasa ini wacana yang terus dominan adalah bahwa konsep artistic itu
bisa dikawinkan dengan konsep film hiburan. Ajang pertemuan kedua konsep film
ini terjadi terutama di festival – festival film. Yang paling popular adalah festival
film Academy Award yang memberikan hadiah piala Oscar. Cotohnya film – film
pemenang Oscar semacam Platoon, The Godfather I dan II, Forest Gump, Lord
Of The Ring, yang telah berhasil memadukan konsep film sebi dab hiburan.
Dengan kata lain, sebuah festival film bukan hanya sebagai ajang kompetisi film
artistic tapi juga pasar film internasional, tempat para pembuat film dan
actor/aktris bisa bertemu dan sekaligus mempromosikan film – filmnya.
Dengan semakin berkembangnya teknologi perfilman, semakin luas pula
jangkauan pesan yang bisa tersampaikan, melihat keluasan dunia hanya dengan
menjentikan jari saja. Film ternyata telah melintas ruang dan tersebar dari pusat
peradaban film yang pertama kali. Kelahiran film di belahan bumi lainnya bisa
lahir dari kebutuhan yang beragam : hiburan, dagang, artistic, eksperimentasi atau
bahkan hanya sebagai dokumentasi belaka. Apa pun alasannya dan dimana pun
tempatnya, film telah merambah bahkan telah sampai pada wilayah titik – titik
peta dunia yang tak terduga, termasuk di Indonesia (Hindia Belanda) waktu itu.
Tanggal 5 desember 1990 menjadi tanggal yang “bersejarah” bagi sebagian
penduduk Batavia (sekarang Jakarta), karena pertama kalinya masyarakat di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Betawi, tanah Abang Kebonjae menikmati sensasi film ( Gambar Idoep )
sebagaimana disebut pada masa itu. 7
2.1.4
Film Sebagai Media Massa
Film adalah industry yang tidak ada habisnya. Sebagai media massa, film
digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk
realitas. Cerita yang ditayangkan lewat film dapat berbentuk fiksi atau non fiksi.
Lewat film, informasi dapat di konsumsi dengan lebih mendalam karena film
adalah media audio visual. Media ini banyak digemari banyak orang karena dapat
dijadikan sebagai hiburan dan penyalur hobi.
Sebab film itu berupa jarum yang disuntikan dibawah kulit, atau yang
dikenal dengan sebutan teori model jarum hipordemik. ( hypodemic needle theory
) dan film itu berupa peluru yang ditembakkan langsung kepada para penonton,
stimuli – stimuli yang diarahkan kepada penonton langsung mengena ke sasaran
tanpa adanya perlawanan dari penonton. 8
Film pun menjadi media yang sangat unik karena dengan karakter yang
audio – visual film mampu memberikan pengalaman dan perasaan yang special
kepada para penonton / khalayak.
Para penonton dapat merasakan ilusi dimensi parasosial yang lebih ketika
menyaksikan gambar – gambar bergerak, berwarna, dan bersuara. Dengan
karakter audio – visual ini juga film dapat menjadi media yang mampu menembus
7
Ibid hal 107,108,109
Onong U. Effendi, Ilmu Teori, dan Filsafah Komunikasi. Remaja rosdaka Karya, Bandyng, 2003.
Hal – 24
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
batas – batas kultural dan sosial. Film memiliki kekurangan dan kelebihan
tersendiri dari media massa lain, yaitu:
1. Kekurangan dari Film
a. Multitafsir: Diperlukan analisa tersendiri untuk memahami unsur –
unsur semiotic yang ditampilkan dalam film. Kemampuan film
menembus batas – batas kultural di sisi lain justru membuat film – film
yang membawa unsur tradisional susah untuk ditafsirkan bahkan salah
tafsir oleh penonton yang berasal dari kelompok budaya lain
b. Universalitas: turut membentuk apa yang disebut common culture yang
dapat mengikis lokalitas masyarakat tertentu. Film juga sangat
memberikan efek pada orang yang menontonnya terutama anak – anak,
sehingga untuk jenis film – film tertentu seperti horror, kekrasan, dan
pornografi akan memberikan pengaruh negative bagi khalayak. Dari segi
industry, industrialisasi dan komersiliasi film telah menjadikannya
sebagai media yang dikomodofikasi.
Sehingga saat ini banyak film – film yang hanya mngejar pangsa pasar
dan profit semata, kualitas pun tidak dipedulikan. Ideology yang diusung
film pun tidak jelas.
2. Kelebihan dari Film
film lebih kuat dalam menyampaikan pesan kepada khalayak yang
multikultur dan lintass kelas sosial. Perasaan dan pengalaman yang hadir
saat menonton film pun menjadikan film sebagai media yang special karena
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
dapat membuat khalayak terbawa ke dalam film bersama dimensi parasosial
yang dihadirkan. Bagi para pembuat film, film merupakan media yang
sangat represenattif atas ide – ide kreatif mereka. Dan keakraban film
terhadap khalayak menjadikan ide – ide dan pesan para pembuat film lebih
mudah diterima khalayak.
2.1.5
Karakteristik Film
Film merupakan salah satu media massa yang kehadirannya juga tidak
dapat disepelekan film tidak hanya hadir sebagai hiburan semata, lebih dari itu.
Saat seseorang menonton film, umumnya ia akan digiring kepada imajinas sang
sutradara, disinilah film akan merasuk kejiwa si penonton, karena seperti yang
dijelaskan James Monaco dibawah ini, factor – factor yang dapat menunjukan
karakteristik film. 9
1. Layar yang luas atau lebar
Film dan televise sama – sama menggunakan layar, namun kelebihan
media film adalah layarnya yang berukuran luas. Layar film yang
luas memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan –
adegan yang disajikan dalam film. Seiring dengan adanya kemajuan
teknologi, layar film saat ini menjadi tiga dimensi (3D) sehingga
khalayak seolah – olah meliha kejadian nyata dan tidak berjarak.
2. Pengambilan Gambar
9
James Monaco, Cara Menghayati Sebuah Film, Yayasan Citra, Jakarta, 1997. Hal - 145
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau
shot dalam film dengan menggunakan extreme long shoot atau
pamoramic shoot, yaitu pengambilan gambar menyeluru Shoot
tersebut dipakai untuk memberi kesan artistic dan suasana yang
sesungguhnya sehingga film menjadi menarik.
3. Konsentrasi Penuh
Saat menonton film dibisokop, kita akan terbebas dari gangguan
apapun karena semua mata khalayak hanya tertuju pada layar. Dalam
keadaan demikian maka emosi khalayak akan terbawa suasana
sehingga khalayak dapat berkonsentrasi penuh untuk menyaksikan
setiap adegan yang disampaikan dalam film tersebut.
2.1.6
Fungsi Film
Seperti televise siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah
ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi
informative maupun edukatif, bahkan persuasive. Hal ini pun sejalan dengan misi
perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film
dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam
rangka nation and character building. Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
nasional memproduksi film – film sejarah yang objektif, atau film documenter dan
film yang diangkat dari kehidupan sehari – hari secara berimbang. 10
2.2
Jenis - Jenis Film
1. Drama
Tema ini mengangkat aspek – aspek human interest sehingga sasarannya
adalah perasaan penonton untuk meresapi kejadian yang menimpa
tokohnya. Tema ini dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya, seperti
jika kejadian yang ada disekitar keluarga maka disebut drama keluarga
2. Action
jenis ini bisa dikatakan film yang berisi tentang pertarungan fisik antar
tokoh baik dan tokoh jahat.
3. Komedi
Film komedi tidak harus dilakukan atau dimainkan oleh pelawak, tetapi
juga bisa dimainkan oleh pemain film biasa dan selalu membuat orang
tertawa.
4. Horror
Film yang menekankan suasana yang menakutkan dan menyeramkan yang
dapat membuat bulu kuduk penontonnya merinding.
5. Drama Action
10
Elvinaro Ardianto “Komunikasi Massa Suatu Pengantar” Simbiosa Rekatama Media, Bandung
2007, Hal - 145
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Film yang menyuguhkan suasana drama dengan adegan – adegan
pertengkaran fisik. Biasanya film dimulai dengan suasana drama setelah
itu suasana tegang berupa pertengkaran – pertengkaran.
6. Tragedi
Jenis ini menekankan pada nasib manusia, sebuah film dengan akhir cerita
tokoh utama.
7. Musikal
Jenis film ini yang isinya disertai dengan lagu – lagu maupun drama
melodis, sehingga penyutradaraan, acting, penyuntingan, termasuk dialog,
dikospensasi dengan kehadiran lagu – lagu dan irama melodis. 11
8. Komedi Horror
Film ini menampilkan film horror yang berkembang kemudian diplesetkan
menjadi komedi. Unsur ketegangan yang bersifat menakutkan menjadi
lunak karena unsur tersebut dikemas dengan adegan komedi. 12
2.3
Film Sebagai Representasi Realitas Sosial
Film adalah potret dari masyarakat dimana film itu dibuat, film selalu
merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan
memproyeksikannnya ke dalam layar.13
11
Askurifa Baksin, Membuat Film Indie itu Gampang, Bandung: Kata Is.2003. hal 93
Suhandang, Kustadi, Pengantar Jurnalistik, Yayasan Nuansa Cendiki, Jakarta, 2004, hal 188
13
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu PEngantar Untuk Analisis Wacana,Analisis Semiotika
Dan Analisis Framing. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2001. Hal 127
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Film adalah dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas. Film mewakili
realitas kelompok masyarakat pendukungnya itu. baik realitas dalam bentuk
imajinasi maupun realitas dalam arti sebenarnya. Film menunjukkan pada kita
jejak – jejak yang ditinggalkan pada masa lampau, cara menghadapi masa kini dan
keinginan manusia terhadap masa yang akan datang.
Sehingga dalam perkembangannya film bukan lagi sekedar usaha
menampilkan “citra bergerak” (moving image) namun juga telah diikuti oleh
muatan – muatan kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi
manusia atau gaya hidup. Film juga sudah dianggap bisa mewakili citra atau
identitas komunitas tertentu. Bahkan bisa membentuk komunitas sendiri, karena
sifatnya yang universal. Meskipun demikian, film juga bukan tidak menimbulkan
dampak negative.
2.4
Representasi
Istilah representasi merupakan penggambaran ( perwakilan) kelompok
dan institusi sosial. Penggambaran itu tidak hanya berkenan dengan tampilan fisik
dan deskripsi, melainkan juga terkait dengan makna dibalik tampilan fisik.
Tampilan fisik representasi adalah sebuah jubbah yang menyembunyikan bentuk
makna sesungguhnya yang ada dibaliknya. 14
Pierce sendiri menempatkan representasi sebagai suatu bentuk hubungan
elemen – elemen makna, jadi representasi menurut pisau bedah yang
14
Graeme Burton, Membincangkan Televisi, Jalasutra, Yogyakarta dan Bandung. 2007. Hal 41 - 42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
dikemukakan pierce mengacu bagaimana sesuatu ditandakan dan membentuk
interpretant seperti apa lalu bagaimana sesuatu ditandakan dan membentuk
interpreting seperti apa lalu bagaimana segitiga makna itu beruntai menjadi
semiosis tersendiri. 15
Bisa dikatakan bahwa representasi mengharuskan kita berurusan dengan
persoalan bentuk. Cara penggunaan medialah yang menyebabkan khalayak
membangun makna, yang merupakan esensi dari representasi. Sampai pada
tingkatan ini. Representasi juga berkaitan dengan produksi simbolik yaitu
pembuatan tanda – tanda dalam kode – kode dimana kita mencipyaka makna –
makna. Dengan mempelajari representasi, kita mempelajari pembuatan konstruksi
makna. Karenanya, representasi juga berkaitan dengan penghadiran kembali ( re –
presentasi ), bukan gagasan asli atau objek fisika asli, melainkan sebuah
representas atau sebuah versi yang dibangung darinya.
Representasi dalam teks media boleh dikatakan berfungsi secara ideology
sepanjang representasi itu membantu memproduksi hubungan sosial yang
berkenaan dengan dominasi dan eksploitasi. 16
2.5
Mistisme
Bagi sebagian masyarakat yang mengklaim diri sebagai masyarakat
peradaban modern, westernism bahkan sebagian yang mengesankan perilaku
15
Marcel Danesi. Pesan Tanda, dan Makna : Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori
Komunikasi, Terjemahan oleh Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari. Jalasutra. Yogyakarta : 2010. Hal
3-4
16
Graeme Burton, Membincangkan Televisi, Jalasutra, Yogyakarta dan Bandung. 2007. Hal - 285
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
agamis yakni hanya bermain – main sebatas pada symbol – symbol agama saja
tanpa mengerti hakekatnya, dan kesadaraannya masih sangat terkotak oleh dogma
agama – agama tertentu (kesadaran “kulit) manakala mendengar istilah mistik,
akan timbul konotasi negative. Walau bermakna sama, namun perbedaan bahasa
dan istilah yang digunakan, terkadang membuat orang dengan mudah terjerumus
ke dalam pola piker yang sempit dan hipokrit. Itulah piciknya manusia yang tanpa
sadar masih dipelihara hingga akhir hayat. Selama puluhan tahun, kata – kata
mistik mengalami intimidasi dari berbagai kalangan terutama kaum modernism,
westernisme dan agamisme.
Mistisme adalah atau mistik asal kata dari bahasa Yunani (mystikos)
yang berarti (inisiasi) adalah persekutuan mengejar mencapai atau identitas, atau
kesadaran, realitas, yang illahiyah, kebenaran rohani, atau pengalaman ketuhanan,
intuisi, atau wawasan dan keyakinan bahwa pengalaman tersebut merupakan
sumber penting pengetahuan, pemahaman, dan kebijaksanaan.
Tradisi bisa disebut juga mistik karena termasuk kepercayaan tentang
keberadaan tugas empiris di luar pemahaman yang sebenarnya, atau keyakinan
bahwa pemahaman manusia di dunia melampaui penalaran secara logis atau
pemahaman intelektual.
Dalam banyak kasus mistik salah satunya seperti meditasi adalah sebuah
jangkauan keadaan untuk keberadaan ketuhanan dalam diri. Tujuan dari praktek
mistik adalah untuk mencapai pengalaman, untuk mengatasi keadaan yang
terbatas dan mengidentifikasi kembali dengan segala yang ada.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Istilah Mistisme atau mistik sering digunakan untuk merujuk
kepercayaan yang murni atau praktik aspek metafisis dan dimensi internal agama,
sebagai contoh, kabbalah adalah gerakan mistik yang dalam yudaisme, dan
tasawuf adalah gerakan mistik yang signifikan dalam islam.
Mistisme merupakan salah satu sisi dan pokok bahasan dalam psikologi
agama. Mistisme dijumpai dalam semua agama, baik agama teistik (islam,
Kristen, dan yahudi) maupun nonteistik (misalnya penganut agama budha). 17
2.5.1
Karakteristik Mistisme
William james, seorang ahli jiwa amerika, mengatakan bahwa kondisi –
kondisi mistisme selalu ditandai oleh empat karakteristik sebagai berikut:18
1. Ia merupakan suatu kondisi pemahaman (noetic), sebab bagi para
pelakunya ia merupakan kondisi pengetahuan. Dalam kondisi
tersebut tersingkap hakikat realitas yang baginya merupakan ilham
dan bukan pengetahuan demostratif
2. Ia merupakan suatu kondisi yang mustahil dapat dideskripsikan atau
dijabarkan, kondisi tersebut merupakan perasaan (state of thinking)
yang sulit dilakukan pada orang lain dengan detail kata seteliti
apapun.
3. Ia merupakan suatu kondisi yang cepat sirna (transiency). Dengan
kata lain, ia tidak langsung tinggal lama pada sang sufi atau mistikus,
tapi ia menimbulkan kesan – kesan yang sangat kuat dalam ingatan.
17
Bambang Syamsul Arifin, “psikologi Agama”, (bandung Pustaka Setia, 2008) cet I, hal. 207
William James, The Varieties of Religious Experience (New York: The Modern Library. 1932), hal
371 - 372
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
4. Ia merupakan kondisi pasif (passifity). Dengan kata lain, seseorang
tidak mungkin menumbuhkan kondisi tersebut dengan kehendak
sendiri. Sebab, dalam pengalaman mistisnya, justru dia tampak seolah
– olah tunduk di bawah suatu kekuatan supernatural yang begitu
menguasainya.
manusia dan masyarakat hidup dalam dua lingkungan, yaitu lingkungan
alam dan masyarakat. Lingkungan alam meliputi benda organis yang hidup
disekitar manusia dan lingkungan masyarakat, adalah masa manusia yang berada
di sekitarnya.
Dalam kedua macam lingkungan ini manusia mempertahankan dan
mengembangkan hidupnya. Bagi manusia yang kurang pengalaman dan
pengetahuan terpaksa menyerah dalam menghadaapi keadaan lingkungan ini dan
terpaksa menyesuaikan diri dengan kehendak keadaan. Maka timbul dari
keinginan mereka untuk mencari jalan agar pengaruh alam itu tidak merugikan
dan membinasakan mereka. Berdasarkan keadaan sosial budaya yang mereka
miliki dicarilah usaha untuk menguasai alam dengan kekuatan gaib sejalan dengan
kekuatan alam yang bagi mereka merupakan kekuatan gaib.
Diciptakannya mantra – mantra yang dianggap sakti untuk menguasai,
menangkal atau membinasakan kekuatan gaib perkembangan itu melibatkan
masyarakat umum dan individu yang bersifat umum berkembang menjadi kultus
dan individualis berkembang menjadi perdukunan. 19
19
Jalalludin, Psikologi agama, Jakarta: Rajawali Pers, 2010 hal 135 - 236
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
2.5.2
Macam – macam Tayangan Mistik dan Tahayul
Sehubungan dengan penjelasan di atas, komsep tanyangan – tayangan
(film) mistik itu terutama di televise, dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk,
seperti: 20
1. Mistik – semi sains, yaitu film – film mistik yang berhubungan
dengan fiksi yang berhubungan dengan fiksi ilmiah. Tayangan ii
bertutur tentang berbagai macam bentuk misteri yang ada hubungan
dengan ilmiah, walaupun sebenarnyakadang tidak rasional namun
secara
ilmiah
mengandung
kemungkinan
kebenaran.
Contoh
tayangan – tayangan macam ini adalah beberapa film discovery yang
ditayang ulang oleh stasiun – stasiun TV kita, Manimal, Manusia
harimau, tayangan pertunjukkan Deddy Corbuzier, pertunjukkan
David Copperfield.
2. Mistik – Fiksi, yaitu film mistik hiburan yang tidak masuk akal,
bersifat fiksi, atau hanya sebuah fiksi yang difilmkan untuk
menciptakan dan menyajikan misteri, suasana mencekam, kengerian,
kepada pemirsa. Contohnya adalah beberapa film kartun (semacam
Scooby doo, Popeye, dan sebagainya), Batman, Alien, Robocop,
Harry Potter, Misteri Gunung Merapi, Anglingdharma, Nini Pelet,
Saras, Srikandi, dan sebagainya
20
Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi. Surabaya. PT Pernada Media Group, 2007 hal 330 - 331
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
3. Mistik – Horror, yaitu film mistik yang lebih banyak mengeksploitasi
duna lain, seperti hubungannya dengan jun, setan, santetm kekuatan –
kekuatan supranatural seseorang, kematian tidak wajar, balas,
penyiksaan, dan sebagainya.
Tujuan dari tayangan – tayangan film ini untuk menciptakan suasana
mencekam dan horror bagi pemirsa film televise. Seperti Kismis, Misteri Kisah
Nyata, Jadi Pocong, Saksi Misteri, Dunia Lain,dan lainnya. Lebih jauh, bahwa
tayangan mistik dan tahayul apa pun yang disiarkan di media massa, semua adalah
konstruksi sosial media massa yang tujuannya adalah untuk menciptakan
keseraman dan kengerian massa.
2.6
Semiotika
2.6.1
Pengertian Semiotika
Secara epotmologis, semiotic berasal dari bahasa yunanu yaitu semeion
yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar
konvensi sosial yang terbangun sebelumnta dapat dianggap mewakili sesuatu
yang lain. Sedangkan terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari sederetan luas obyek – obyek, peristiwa – peristiwa seluruh
kebudayaan sebagai tanda.21
semiotika adalah ilmu tentang tanda – tanda. Studi tentang tanda dan
segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungan dengan tanda
21
Seti, Indiawan, Semiotika Komunikasi. Mitra Wacana Media. Hal 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
–
tanda
lain,
pengirimannya
dan
penerimaannya
oleh
mereka
yang
menggunakannya. 22
tokoh semiotika yang terkenal ada dua tokoh yakni, Ferdinande Saussure
(1857 – 1913) dan Charles Sanders Pierce (1834 – 1914). Kedua tokoh tersebut
mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu dengan
yang lain. Saussure di Eropa dan Pierce di Amerika Serikat. Latar belakang
keilmuan Saussure adalah linguistic, sedangkan Pierce adalah filsafat. Saussure
menyebut
ilmu
yang
dikembangkannya
semiology,
sedangkan
Pierce
menyebutnya semiotika.23
Menurut Ferdinand de Saussure, mendefinisikan semiotika merupakan
tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tak terpisahkan . artinya, sebuah
tanda mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita (signifier), bidang
penanda atau bentuk dan aspek lainnya (signified) bidang petanda atau konsep
atau makna.
24
Sedangkan menurut Pierce, kata ‘semiotika’, kata yang sudah
digunakan sejak abad kedelapan belas oleh ahli filsafat jerman Lambert,
merupakan sinonim kata logika. Logika harus mempelajari bagaimana orang
bernalar. Penalaran, menurut hipotesis Pierce yang mendasar dilakukan melalui
tanda – tanda.
Tanda – tanda memungkinkan manusia berfikir, berhubungan dengan
orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.
Semiotika bagi pierce adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influence) atau
22
Rachmat Kriyantoso. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta. Kencana Pradana Media Group.
2006. Hal 265
23
Sumbo Tinarko. Semiotika Komunikasi Visual. Jalasutra. 2008. Hal 11
24
Ibid. Hal 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
kerja sama tiga subjek yaitu tanda (sign), objek (object), dan interpretan
(interpretant).
2.6.2
Teori Semiotika Charles Sanders Pierce
Charles Sanders Pierce merupakan salah satu tokoh yang berperan
penting dalam perkembangan semiotika, karena Pierce menurut pandangan Roy J.
Howard sudah sangat erjasa karena telah mengidentifikasi, dari logika ilmu
kedalam kepentingan intelektual, yaitu tindakan komunikatif dan telah
menunjukkan bagaimana ia menggarisbawahi kepentingan teknis ilmu.
Pierce terkenal karena teori tandanya. Didalam lingkup semiotika, Pierce
sebagaimana yang sudah dipaparkan Lechte seringkali mengulang – ulang bahwa
secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Konsekuensi
suatu tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadic,
yakni ground, object dan interpretant. Sesuatu yang digunakan agar tanda dapat
berfungsi, oleh Pierce disebut Ground.
Tanda yang dikaitkan dengan Ground dibagi menjadi 3 yaitu: 25
1. Qualisign
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. Contohnya seperti
kata – kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu.
2. Sinsign
Sinsign adalah eksistensi actual benda atau peristiwa yang ada pada
tanda. Contohnya seperti kata kabur atau keruh yang ada pada
25
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Pt Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, Hal 41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di
hulu sungai.
3. Legisign
Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda. Contohnya
seperti rambu – rambu lalu yang menandakan hal – hal yang boleh
atau tidak boleh dilakukan manusia.
Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas: 26
1. Icon (ikon)
Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya
bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon
adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat
kemiripan, misalnya potret dan peta.
2. Index (indeks)
Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah,
antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab
akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh
yang paling jelas ialah asap yang menjadi tanda adanya api.
3. Symbol (Simbol)
Symbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara
penanda dengan petandanya.
Hubungan diantaranya bersifat
arbitrer atau semena, hubungan antara konfensi (perjanjian)
masyarakat.
26
Ibid Hal 41 – 42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Berdasarkan Interpretant , Pierce membagi tanda menjadi: 27
1. Rheme
Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan
berdasarkan pilihan. Sebagai contoh, orang yag merah matanya
dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis atau
menderita penyakit mata, atau mata dimasuki insekta, atau baru
bangun, atau ingin tidur.
2. Dicent Sign (Dicisign)
Dicent Sign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika pada
suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka ditepi jalan di pasang
rambu lalulintas yang menyatakan bahwa di situ sering terjadi
kecelakaan.
3. Argument
Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang
sesuatu. Pierce juga mengemukakan teori segitiga makna atau
Triangle Meaning yang merupakan sebuah teori yang mengupas
tentang bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda
tersebut
digunakan dalam
berkomunikasi.
Menurut
Pierce,
semiotika itu terdiri dari tiga elemen utama yang disebut teori
segitiga makna atau Triangle of Meaning, yaitu: 28
1. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap
oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk
27
Ibid hal 42
Rahmat Kriyanto. Teknik Praktis Riset Komunukasi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
2007 hal 263
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
(merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda
menurut Pierce terdiri dari symbol (tanda yang muncul dari
kesepakatan), ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan
indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat).
2. Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda
adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau
sesuatu yang dirujuk tanda.
3. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari
orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu
makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang
tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting
dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari
sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.
Gambar 1.1
Sign
Object
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Interpetant
35
Semiotika Charles Sanders Pierce dipilih untuk meneliti film The
Conjuring ini sebab peneliti menganggap bahwa semiotika Charles Sanders Pierce
ini cocok digunakan dalam meneliti film The Conjuring sebab semiotika Charles
Sanders Pierce dengan segitiga maknanya sangatlah tepat jika digunakan dalan
film ini dimana sign yaitu gambar atau adegan yang melukiskan unsur mistisme
ditandakan dengan munculnya penampakan makhluk – makhluk astral dalam film
ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download