ALTRUISME DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA KARYAWAN PERPUSTAKAAN “X” NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Disusun oleh : NOVIAN FAJAR PRASETYO F 100 100 179 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 i ALTRUISME DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA KARYAWAN PERPUSTAKAAN “X” NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Disusun oleh : NOVIAN FAJAR PRSETYO F 100 100 179 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 ii ALTRUISME DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA KARYAWAN PERPUSTAKAAN “X” Novian Fajar Prasetyo Susatyo Yuwono [email protected] Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai yang melandasi altruisme dalam perspektif Islam pada karyawan perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif dengan alat pengumpulan data interview. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjumlah 7 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif naratif. Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa ketika memberikan pertolongan dapat dilakukan dengan memberikan sebagian harta maupun benda kepada orang yang membutuhkan, begitu juga dalam bekerja, memberikan pertolongan dapat dilakukan dengan tenaga, harta, benda dan terutama ilmu pengetahuan demi terselesaikan permasalahan. Hal tersebut dalam Islam dapat disebut dengan bersedekah (shodaqoh), shodaqoh dapat dilakukan dengan memebrikan harta benda, tenaga dan ilmu yang dimiliki. Kemudian islam mengajarkan tentang perbuatan baik kepada sesama untuk menjaga hubungan baik diantaranya. Perbuatan baik tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tangan, hal inilah yang dilakukan karyawan dalam memberikan bantuan dalam menyelesaikan permasalahan dilakukan dengan terjun langsung atau turun tangan menyelesaikan kesulitan dalam bekerja. Disamping itu perbuatan baik dapat dilakukan dengan ucapan, perbuatan dengan ucapan ini dilakukan dalam pekerjaan dengan mengatakan dan berbuat sesuai dengan kebenaran tanpa ada yang ditutuptutupi. Selain itu perbuatan baik yang selanjutnya dapat dilakukan dengan hati yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dalam bekerja merasakan dengan hati mampu menghasilkan hubungan baik antar karyawan, sehingga tujuan dalam bekerja dapat dicapai bersama. Hal lain dari perilaku altruisme dalam Islam adalah mencegah keburukan yaitu mengingatkan kesalahan yang dilakukan karyawan dan menutupi setiap kekurangan agar tidak berdampak buruk antara lain adalah sanksi atau teguran dari pimpinan. Islam mengajarkan kebaikan dalam setiap kehidupan yang salah satunya adalah saling tolong-menolong sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Kata kunci : Altruisme, menolong, shodaqoh, berbuat baik, mencegah keburukan v tempat bagi pemustaka dalam mencari acuan referensi buku untuk memperlancar proses pencarian informasi, sebuah perpusatakaan tentunya memiliki suatu struktur organisasi yang digunakan sebagai sebuah sistem untuk menjalankan tugas demi mempermudah pelayanan yang diberikan kepada para pencari informasi yaitu peserta didik. Menurut pendapat Suwarno (2009) bahwa perpustakaan merupakan suatu unit kerja yang substansinya merupakan sumber informasi yang setiap saat dapat digunakan oleh pemustaka jasa lainnya. Hal senada juga di sampaikan oleh Rifa’i (2013) yang menyatakan bahwa perpustakaan sebagai unit kerja atau kantor dan tugas-tugas perpustakaan dimana pustakawan adalah orang-orang yang melaksanakan tugas-tugas perpustakaan. Oleh karena itu, seseorang yang bekerja dalam organisasi diperpustakaan harus bisa bekerja secara disiplin agar sistem bisa berjalan dengan lancar dan pelayanan yang diberikan dapat dterima dengan baik oleh pencari informasi. Tapi dengan dasar manusia sebagai makhluk sosial, sistem dalam organisasi perpustakaan akan dapat berjalan lancar dengan adanya perilaku saling tolong-menolong. Pada kenyataannya sebuah organisasi memiliki aturan dan standar umum yang diberlakukan pada karyawan dalam bekerja. Begitu juga dengan karyawan yang ada dalam PENDAHULUAN Altruisme merupakan perilaku positif yang harus ada dalam setiap diri individu untuk dapat hidup bermasyarakat. Altruisme dapat diterapkan juga dalam suatu instansi atau organisasi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Menurut Campbell (2006) menyatakan bahwa altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Altruisme menurut Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa altruisme adalah tingkah laku yang merefleksikan pertimbangan untuk tidak mementingkan diri sendiri demi kebaikan orang lain. Menggunakan pengertian yang lebih sederhana altruisme dapat disamakan dengan menolong orang lain. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak mampu hidup sendiri, manusia membutuhkan orang lain demi mempertahankan kelangsungan hidupnya. Cara manusia untuk mempertahankan hidupnya adalah dengan saling bekerjasama dan tolong menolong. Perilaku menolong adalah perilaku yang tidak dapat terlepas dari kehidupan sehari-hari, baik kehidupan dalam rumah tangga maupun dalam organisasi yang identik dengan sistem dan aturan yang ada di dalamnya untuk tujuan yang diinginkan. Salah satu organisasi yang ada dalam bidang pendidikan adalah perpustakaan, yang merupakan suatu 1 perpustakaan, mereka dituntut untuk bisa bekerja sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan diperpustakaan, misalnya tetang kedisipinan, ketertiban dan aturan lain yang diberlakukan dalam organisasi tersebut. Sebuah sistem dan aturan yang ada dalam organisasi dapat berjalan dengan lancar disebabkan oleh perilaku saling menolong dan bekerjasama antara karyawan satu dengan yang lainnya guna menegakkan aturan yang telah disepakati dalam organisasi tersebut. Dalam hal ini altruisme atau perilaku menolong terjadi pada karyawan yang berada dilingkungan perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang pada dasarnya lingkungan perpustakaan yang berbasis muhammadiyah itu memiliki landasan agama yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang mengatur tentang perilaku menolong dalam bekerja. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan wawancara pada pimpinan perpustakaan dapat dikatakan bahwa para karyawan sudah melakukan pekerjaan sesuai aturan yang telah ditetapkan dengan saling menolong untuk menghasilkan kerjasama antar unit dalam mencapai tujuan bersama. Hal ini menunjukkan bahwa dalam bekerja dan menyelesaikan pekerjaan, perilaku menolong sangat dibutuhkan agar pekerjaan yang dilakukan dapat terselesaikan. Perilaku menolong dilakukan dengan tujuan untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Menurut Afianto (2010) bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksudkan tentunya manfaat yang baik, sehingga dimanapun dia berada orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Menurut pendapat dari Wahyuddin, dkk (2009) agama Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah kepada manusia melalui Rosul-Nya, yang berisi hukuman yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Pada dasarnya altruisme atau perilaku menolong yaitu melakukan suatu tindakan yang bermanfaat bagi orang lain dan meringankan beban orang lain. Apabila perilaku menolong ini dikaitkan dalam sebuah pekerjaan dalam suatu organisasi maka perilaku menolong ini berperan dalam mengisi kekosongan tugas dan memberikan pertolongan bagi kelancaran pekerjaan bagi rekan kerja. Agama Islam memandang perilaku menolong dan meringankan beban orang lain sebagai sesuatu yang tinggi di sisi Allah. Sesuai dengan penjelasan isi AlQur’an dalam surat Al-Maa’idah ayat 2, Allah berfirman yang artinya: 2 “...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...” (al-Maa’idah:2). kemanusiaan. Memberi pelayanan dan pertolongan merupakan investasi yang kelak akan dipetik keuntungannya, tidak hanya di akhirat melainkan di dunia pun mereka sudah merasakannya. Agama Islam mengajarkan banyak hal tentang menolong salah satunya dapat dilakukan dengan menafkahkan harta, dan menolong memiliki posisi penting di sisi-Nya. Allah berfirman dalam QS. Al-Imran:92 yang artinya, Altruisme atau Altruism adalah tindakan sukarela yang dilakukan untuk oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun (kecuali mungkin perasaan telah melakukan kebaikan) (Sears, 1994). Menurut Penner & Finkelstein (dalam Hetty van emmerik, dkk , 2005) Altruisme merupakan salah satu sumber daya individu yang paling konsisten yang berkaitan dengan keterlibatan perilaku membantu. Menurut Hoffman dalam (Debbie & Leventhal, 2009) Altruisme merupakan perilaku seperti membantu atau berbagi yang mempromosikan kesejahteraan orang lain tanpa sadar akan kepentingan diri sendiri. Menurut Shaffer (dalam Darmadji, 2011) perilaku menolong adalah segala tindakan yang menguntungkan orang lain, seperti berbagi dengan seseorang yang kurang beruntung dari dirinya, menghibur, menyelamatkan orang yang tertekan, bekerjasama dengan seseorang atau membantu mencapai objektif, atau bahkan hanya membuat orang merasa senang dengan memujinya pada keahliannya. Menurut Tasmara (2002) melayani atau menolong seseorang merupakan bentuk kesadaran dan kepeduliannya terhadap nilai “Kamu sekali-kali tidak akan sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya (QS. Al-Imran:92) Hal ini juga dijelaskan dalam HR Muslim, Rasulullah bersabda : “Setiap muslim itu bersedekah, jika tidak mampu maka berbuat sesuatu dengan tangannya dan bermanfaat untuknya dan mensedekahkanny, jika tidak mampu maka membantu orang yang membutuhkan dan yang kesusahan, jika tidak mampu maka berbuat baik, jika tidak mampu maka mencegah kejelekan, semua itu termasuk sedekah.” (HR Muslim) Hadist tersebut memberikan pengertian bahwa sedekah bukan hanya berupa harta, tetapi membantu rekan kerja menyelesaikan tugas juga termasuk dalam sedekah. Sikap dan perilaku karyawan yang menguntungkan organisasi yang 3 tidak bisa ditumbuhkan dengan basis kewajiban peran formal saja tetapi perilaku tambahan di luar kewajiban formalnya akan mendukung kepentingan organisasi sangat diperlukan (Pratiningtyas, 2013). Altruisme pada hakekatnya tidak mengandung unsur pamrih kecuali kebaikan bagi orang yang dikenai perilaku.Menurut Mussen (dalam Asih & Pratiwi, 2010) beberapa aspek dalam altruisme sebagai berikut: a. Kesediaan Kerjasama, melakukan suatu pekerjaan dengan baik dan bersama-sama dengan tujuan sama. b. Perilaku Menolong, suatu perilaku untuk menolong orang lain yang sedang kesulitan dan untuk berbuat baik terhadap orang lain. c. Membagi Perasaan, berbagi perasaan dengan orang lain baik dalam suasana suka maupun duka, yang dinampakkan karena ada sama-sama saling memiliki. d. Berderma, memberi secara sukarela sebagian barang miliknya kepada orang lain yang membutuhkan. e. Kejujuran, tidak berbuat curang terhadap orang lain, melakukan atau mengatakan sesuatu kepada orang lain dengan tulus hati dan mengandung kebenaran. Menurut Sarwono (2009), faktor yang mempengaruhi perilaku altruisme adalah sebagai barikut: a. Faktor Situasional 1) Bystander 2) Daya tarik 3) Atribusi terhadap korban 4) Ada model 5) Desakan waktu 6) Sifat kebutuhan korban b. Faktor dari Dalam Diri 1) Suasana hati (Mood) 2) Sifat 3) Jenis kelamin 4) Tempat tinggal 5) Pola asuh Menurut al-Hasyimi (2009) bahwa pahala orang yang mau menolong saudaranya yang sedang ditimpa musibah atau kesusahan, menyinggung juga pertolongan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang bergaris lurus dengan kesudian seorang hamba memberi pertolongan kepada saudaranya. Dalam mengarungi hidup ini, setiap Muslim pasti menemui kesulitan, kesusahan, dan kegelisahan. Oleh karena itu, ajaran Islam menetapkan bahwa setiap Muslim harus siap menolong saudaranya supaya terlepas dari segala kesusahan ini. Sahabat Abu Musa alAsy’ari r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Berilah makanan yang lapar, jenguklah orang yang sakit dan ringankanlah beban orang yang menderita” (HR. al-Bukhari) Memberikan pertolongan dalam Islam juga dijelaskan dalam Hadist Riwayat Bukhari yaitu: “Mudahkanlah (urusan) dan jangan dipersulit. Berilah kabar 4 gembira dan jangan membuat orang lari (tidak tertarik) dan bekerjasamalah kalian berdua dan jangan berselisih”. (H.R.Bukhari). Muhammadiyah Surakarta? Dari rumusan masalah tersebut, muncul pertanyaan penelitian: “Nilai-nilai apa saja yang mendasari altruisme dalam perspektif Islam pada karyawan perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta?”. Perilaku menolong dalam perspektif Islam adalah suatu ibadah yang berasal dari dalam diri sendiri. Ibadah yang dilakukan oleh seseorang dengan rasa ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun kecuali pahala dan ridha dari Allah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari alHasyimi (2009) menurut pandangan Allah menolong orang lain adalah perbuatan yang mulia. Ia termasuk ibadah, pahalanya tidak kalah dengan pahala shalat, puasa, sedekah dan sebagainya, bahkan bisa jadi lebih banyak. Menurut al- Hasyimi (2009), Islam mengaplikasikan akhlak baik dalam tolong menolong sesuai dengan sabda Rasulullah dengan berbagai cara antara lain: a. Shodaqoh b. Berbuat baik dengan tangan (action) c. Mencegah kejelekan. Setiap sudut tentang ilmu agama yang telah dipelajari dan ditanamkan dalam hati oleh seseorang diwujudkan dalam bentuk perilaku untuk dapat memberikan manfaat kepada orang lain demi menggapai pahala dan ridha dari Allah. Berdasarkan uraian di atas muncul rumusan masalah, bagaimana nilai-nilai yang mendasari altruisme dalam perspektif Islam pada karyawan perpustakaan Universitas METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunkan metode pendekatan Kualitatif deskriptif, menurt Bogdan & Biklen (dalam Rahmat, 2009) metode penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan interview dalam proses pengumpulan data. Pada saat melakukan interview menggunakan panduan guide interview yang telah di uji validitas dan realibilitasnya. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan perpustakaan berjumlah 7 orang yang memiliki sikap disiplin kerja dengan baik. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif naratif kualitatif. Pengolahan data dilakukan dengan cara membuat transkip wawancara, mengidentifikasi tematema yang muncul dari data yang telah diperoleh peneliti, membuat kategori berdasarkan tema-tema yang sama, analisis data atau interpretasi. HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa Tujuan dari penelitian ini dalah untuk mengetahui nilai-nilai yang mendasari altruisme dalam perspektif Islam pada karyawan perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Altruisme adalah perilaku menolong yang tidak mementingkan diri sendiri dan dimotivasi oleh keinginan untuk bermanfaat bagi orang lain (Mercer dan Elyton, 2014). Pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai nilai yang mendasari altruisme dalam perspektif Islam pada karyawan perpustakaan universitas Muhammadiyah Surakarta. Altruisme dalam Islam merupakan perilaku membantu orang lain terutama sesama muslim untuk menyelesaikan pekerjaannya tanpa pamrih dari orang yang diberi bantuan. Selain itu Islam juga mengajarkan bahwa dalam memberikan bantuan dilakukan dengan ikhlas mengharap pahala Allah, maka dilihat dari pernyataan informan (KRY),(G),(MK) dan (BBH), saat memberikan pertolongan dalam menyelesaikan pekerjaan tanpa mengharapkan balasan, tidak melihat latarbelakang dan penilaian orang lain serta berasal dari diri sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rahman (2013) bahwa altruisme merupakan perilaku menolong disaat lapang maupun sempit, atau perilaku menolong terhadap musuh sekalipun menunjukkan bahwa perilaku menolong bukan sekedar karena faktor personal atau interpersonal belaka. Perilaku menolong harus di dasari keimanan dan keikhlasan. Dalam Islam diajarkan bahwa setiap musllim hendaknya dapat saling membantu dan meringankan permasalahan muslim yang lainnya karena segala sesuatu yang diberikan akan kembali pada diri sendiri dan Allah, sesuai dengan pernyataan informan (MK) dan (SP), sebagai makhluk sosial ketika orang lain membutuhkan pertolongan segera memberikan pertolongan, dan hal yang diberikan untuk menolong akan di balas oleh Allah dengan lebih baik. Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa memberikan jalan keluar atas kesusahan dunia yang dihadapi oleh seorang mukmin, maka Allah akan memberinya jalan keluar atas kesusahan yang dihadapinya di hari kiamat kelak. Barangsiapa memudahkan kesulitan seseorang, maka Allah akan memudahkan kesulitannya baik di dunia maupun di akhirat. Allah akan selalu membantu hamba-Nya selama hambanya tersebut membantu saudaranya. Dan barangsiapa melewati jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Setiap kali suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid), kemudian membaca Kitab Allah dan mempelajarinya bersama, maka ketenangan akan turun pada (hati) mereka, kasih sayang akan meliputi 6 (hati) mereka, malaikat akan menyambut mereka dengan ramah dan Allah akan menyambut (membanggakan) kaum tersebut di hadapan makhluk-makhluk yang ada di hadapan-Nya. Barangsiapa amalnya kurang maka (kehormatan) nasabnya tidak akan menyebabkan amalnya bertambah.” (HR Muslim). Hadist tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang memudahkan dan memberikan pertolongan kepada orang lain maka akan dimudahkan segala urusannya oleh Allah baik di dunia maupun di akhirat. Sebagai seorang muslim perilaku menolong sangat dianjurkan untuk meringankan beban orang lain dalam kebaikan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. AlMaa’idah:2) “...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...” (al-Maa’idah:2) tali Allah untuk mencapai tujuan. Hal ini menjelaskan bahwa manusia menunjukkan ketaqwaan pada Allah dengan saling menolong dan mempermudah urusan orang lain dalam hal kebaikan dan Allah akan memberikan peringatan yang berat bagi orang yang membantu dalam hal perbuatan dosa (Diana, 2012). Agama Islam menganjurkan setiap umat muslim untuk saling menolong memberikan kemudahan bagi umat muslim lainnya. Selain itu umat Islam juga dituntut untuk dapat merasakan apa yang dirasakan oleh umat muslim satu dengan yang lainnya. Berdasarkan ketujuh informan menyatakan bahwa untuk dapat memberikan kelancaran dalam melakukan pekerjaan dapat dilakukan dengan saling bertukar pikiran. Sesuai dengan pernyataan informan (BBH) dan (SP) yang menyatakan bahwa mendengarkan, dan bercerita menjadi cara untuk memberikan pertolongan, kemudian di dukung dengan pendapat (KRY) dan (MK) yang menyatakan bahwa dapat menceritakan hal dan percaya dengan orang lain dapat memahami karakter dari rekan kerja untuk menempatkan diri dalam memberikan pertolongan, sedangkan menurut (SN) setiap manusia memiliki tujuan hidup antara lain adalah habluminallah dan habluminannas. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyuddin,dkk (2009) yang menyatakan bahwa Agama Islam merupakan agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui Rasul- Kemudian di dukung dengan pernyataan informan (SN) dan (KRY), yang mengatakan bahwa agama menjadi dasar terbentuknya niat dalam hati untuk memberikan pertolongan. Selain itu dari informan (G), (BM), dan (BBH) yang mengatakan bahwa agama mengajarkan untuk saling membantu dan tolong menolong untuk kebaikan, sedangkan menurut informan (MK) mengatakan bahwa tolong-menolong dilakukan dalam kebaikan dan berpegang teguh pada 7 Nya, yang berisi hukuman yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Dalam bekerja dan menyelesaikan pekerjaan banyak sekali cara memberikan bantuan maupun pertolongan. Perilaku meringanka beban orang lain tanpa mengharapkan imbalan tidak hanya dilakukan oleh sebelah pihak kepada belah pihak lainnya, tapi menolong dapat dilakukan dengan saling berkolaborasi antara dua orang atau lebih dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi, sesuai dengan pernyataan informan (G) menyelesaikan pertolongan dengan bersama-sama mengerjakannya, kemudian menurut informan (BM) menolong dapat dilakukan dengan bersama-sama mencapai tujuan yang di inginkan, dilanjutkan dengan pendapat (BBH) bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang melarang kita untuk mempersulit orang yang membutuhkan pertolongan kita. Rasulullah bersabda : “ Mudahkanlah (urusan) dan jangan dipersulit. Berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari (tidak tertarik) dan bekerjasamalah kalian berdua dan jangan berselisih” (HR.Bukhari-2811) Kemudian pendapat lain dari informan (SN) dan (MK) yang menyatakan bahwa umat muslim layaknya saling membantu dan bekerjasama dalam menyelesaikan permasalahan dengan bahu-membahu mencapai tujuan bagaikan sebuah bangunan yang saling menopang. Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, Rasulullah bersabda: “Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya adalah bagaikan bangunan yang (komponen-komponennya) saling menopang antara satu dengan yang lainnya.” (HR al-Bukhari Muslim) Bekerja dalam suatu organisasi diperlukan sebuah kerjasama antara beberapa orang atau beberapa unit untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Bekerjasama dapat dilakukan dengan memudahkan urusan orang lain dan membantu menutupi kekurangan orang lain demi kelancaran suatu pekerjaan, sesuai dengan pernyataan informan (KRY) dan (BM) yang menyatakan akan memberikan teguran kepada rekan kerja yang melakukan kesalahan, sedangkan menurut informan (BBH) dan (SP) akan menutupi kesalahan yang dilakukan untuk menjelaskan dengan lebih baik tanpa di ketahui orang lain. Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, Rasulullah bersabda, “Tolonglah saudaramu yang melakukan kezaliman dan yang 8 dizalimi”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasul. Kami paham menolong saudara yang zalim, tapi bagaimana kami menolong saudara kami yang melakukan kezaliman?” Rasulullah SAW menjawab, “ Cegahlah dia dari melakukan kezaliman itu. Dengan cara itu berarti kamu telah menolongnya.” (HR al Bukhari Muslim) Berdasarkan hadist tersebut dapat diartikan bahwa memberikan pertolongan kepada orang lain dapat dilakukan dengan mencegah kezaliman yaitu menutupi aib saudara dan mengingatkan untuk kebaikan selanjutnya. Perilaku menolong juga dapat dilakukan dengan memberikan sebagian harta, benda, serta kemampuan yang dimiliki untuk meringankan beban yang dihadapi oleh orang lain, sesuai dengan pernyataan informan (BBH) yaitu solidaritas mengajak rekan kerja untuk bersedekah menjenguk keluarga rekan kerja lain yang sedang sakit. Informan lain juga yaitu (SN) dan (G) yang menyatakan bahwa menolong dapat dilakukan dengan berbagi makanan dalam pekerjaan, pendapat tersebut juga disetujui oleh (SP) yang menyatakan bahwa memberikan sebagian harta yang dimiliki disebut dengan sodaqoh. Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah bersabda, “ Berilah makanan, orang yang lapar, jenguklah orang yang sakit dan ringankanlag beban orang menderita.” (HR al-Bukhari) yang Sedangkan menurut informan (KRY) memberikan pertolongan dengan tindakan langsung untuk menyelesaikan persoalan juga dapat disebut dengan bersedekah, begitu juga menurut (MK) bahwa bersedekah dapat dilakukan dengan berbagi ilmu pengetahuan dan menurut (BM) bersedekah adalah menggunakan harta di jalan Allah. Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan Muslim dan QS Al Imran: 17, “Setiap muslim itu bersedekah, jika tidak mampu maka berbuat sesuatu dengan tangannya dan bermanfaat untuknya dan mensedekahkanny, jika tidak mampu maka membantu orang yang membutuhkan dan yang kesusahan, jika tidak mampu maka berbuat baik, jika tidak mampu maka mencegah kejelekan, semua itu termasuk sedekah.” (HR Muslim) Allah berfirman dalam QS Al Imran: 17 “(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah). Dan yang memohon ampun di waktu sahur.”(QS.Al-Imran”17) Bekerja dalam sebuah unit perilaku menolong menjadi sesuatu yang lazim dilakukan untuk menyelesaikan setiap pekerjaan yang dihadapi. Kejujuran menjadi bagian 9 dalam perilaku menolong untuk kelancaran pekerjaan dalam sebuah unit, sesuai dengan pernyataan informan (G) yang menyatakan bahwa keutamaan dalam Islam selain iman juga termasuk kejujuran, menurut (SP) seorang muslim yang baik hendaknya menjaga kejujuran. Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah bersabda, “Tatapilah kejujuran sesungguhnya jujur itu menunjukkan pada perbuatan baik dan sesungguhnya perbuatan baik itu menunjukkan pada surga dan tidak henti-hentinya seseorang berbuat jujur dan sesungg-sungguh berbuat jujur sehingga ditulis disisi Allah orang yang ahli jujur, dan jauhilah dusta sesungguhnya dusta itu menunjukkan pada kedurhakaan dan sesungguhnya kedurhakaan itu menunjukkan pada neraka tidak henti-hentinya seseorang berdusta dan bersungguh-sungguh dusta sehingga di tulis disisi Allah sebagai ahli dusta.” (HR Muslim). menurut (SN) kejujuran itu tidak bermain kotor, menghasut untuk mendapatkan jabatan dan alami apa adanya, menurut (KRY) dan (BM) kejujuran adalah mengatakan yang sebenarnya terjadi tanpa ada yang ditutupi. Hal ini sesuai dengan pendapat Al-Hasyimi, (2009), yang menyatakan perkataan dan perbuatan jujur adalah perilaku yang dianjurkan agama, terutama bila terjun dalam medan dakwah. Kejujuran adalah selarasnya perilaku lahiriyah dangan keyakinan batiniah. Dengan kata lain, kejujuran adalah sesuainya amal perbuatan dengan tuntunan syariat. Agama Islam mengajarkan tentang perilaku menolong kepada setiap umat manusia dengan berbagai cara memudahkan dan meringankan beban orang lain. Nilai yang diajarkan agama akan selalu berkesinambungan dalam kehidupan baik di dalam rumah maupun dalam bermasyarakat dan juga dalam pendidikan serta pekerjaan KESIMPULAN& SARAN Berdasarkan dari hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa nilainilai yang mendasari altruisme dalam perspektif Islam dapat dilihat dari : Karyawan dalam memberikan pertolongan dilakukan dengan menyisihkan sebagian harta benda dan ilmu untuk kelancaran dalam pekerjaan sesuai ajaran Islam. Perbuatan baik sesuai ajaran Islam yang di aplikasikan oleh karyawan dalam pekerjaan Kemudian menurut pernyataan dari informan (MK) dan (BBH) kejujuran merupakan sesuatu yang akan di pertanggung jawabkan di hadapan Allah. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Al-Hasyimi (2009) bahwa kejujuran dan kebenaran mempunyai derajat tinggi di sisi Allah SWT. Hingga dalam firman-Nya, Allah SWT mengistilahkan janji yang akan diberikan kepada orang-orang yang melakukan kebajikan dengan istilah ‘janji yang besar’. Sedangkan 10 diwujudkan dengan beberapa cara antara lain: Karyawan dalam memberikan pertolongan atau bantuan dilakukan dengan cara terjun langsung atau turun tangan untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang sedang terjadi dalam pekerjaan. Karyawan dalam memberikan bantuan dilakukan dengan menggunakan ucapan dan tutur kata yang baik dalam mennyelesaikan pekerjaan. Perbuatan baik dengan hati dan perasaan dengan merasakan apa yang dirasakan rekan kerja dan bertukar pikiran, berdiskusi serta bercerita menjadi cara karyawan untuk dapat saling memahami dan berhubungan baik sesama karyawan. Karyawan dalam bekerja saling menjaga dan menutupi kekuarangan dan aib yang dimiliki karyawan lain agar tidak terjadi keburukan yang menimpa kepada karyawan yang melakukan kesalahan yang salah satunya dapat berupa teguran atau sanksi dari pimpinan. Berdasarkan hasil analisis penelitian yang diperoleh dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas, serta dari kesimpulan yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian, maka penulis memberikan sumbangan saran yang diharapkan dapat bermanfaat, Karyawan diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan perilaku dalam memberikan pertolongan kepada sesama rekan kerja, bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama, saling mengingatkan dan menjaga setiap kesalahan satu dengan yang lainnya, menjaga kepercayaan dan kejujuran dalam menjalankan setiap aktivitas pekerjaan, menyisihkan sebagian pendapatan dan menjaga perasaan satu dengan yang lainnya. Instansi atau organisasi supaya dapat memeperhatikan karyawan dalam berlangsungnya aktivitas pekerjaan, memberikan penghargaan bagi karyawan yang mampu memberikan contoh dalam kebaikan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi para peneliti selanjutnya. Peneliti menyarankan pada peneliti selanjutnya untuk dapat memilih waktu yang lebih tepat dalam melakukan wawancara agar waktu tidak terbatas serta peneliti hendaklah bisa membuat instrumen penelitian untuk mengungkap data secara lebih mendalam. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, A.G.K.,Ngang, T.K., & Ismail A. (2007). Keadilan Organisasi, Kepercayaan dan Altruisme. Jurnal pendidik dan Pendidikan, Jil. 22, 75-92, 2007 Afianto, D.,& Suwinarno. (2010). BerIslam Menuju Kesalehan Individu dan Sosial. Surakarta: Mentoring Al-Islam & Kemuhammadiyahan 11 Al-hasyimi, A.M. (2009). Akhlak Rasul Menurut BukhariMuslim.Jakarta: Gema Insani Stress, January-March 2005; 19 (1):93-100 Haski, Debbie & Leventhal. (2009). Altruism and Volunteerism: The perceptions of altruism in four disciplines and their impact on the study of volunteerism. Journal for the Theory of Social Behaviour 39:3, hal. 271-299 Alquran. Alquran dan Terjemaah. Asih, G.Y.,& Pratiwi, M.M.S. (2010). Perilaku Prososial ditinjau dari Empati dan Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus. Vol.I, No.1, Desember 2010 Kau, M. A. (2010). Empati dan Perilaku Prosiosial pada Anak. Jurnal Inovasi Vol. 7, No.3, September 2010 Baron, R.A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga Basti. (2007). Perilaku Prososial Etnis Jawa dan Etnis Cina. Jurnal Psikologika 23/12 Januari, hal 57-68 Mercer & Elyton. (2014). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga Pratiningtyas, Risandi. (2013). Faktorfaktor Organizational Citizenship Behavior: Studi Indigenous pada Karyawan Bersuku Jawa. Journal of Social and Industrial Psychology.JSIP 2 (2) (2013) hal. 52-59 Campbell, Robert. L. (2006). Altruism in Auguste Comte and Ayn Rand. The Journal of Ayn Rand Studies 7, no.2 (Spring 2006) 357-69 Darmadji, A. (2011). Perilaku Prososial vs Kekerasan Sosial: Sebuah Tinjauan Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam No. 1, Vol. IV. 2011 Rahmat,P.S. (2009). Penelitian Kualitatif.Equilibrium. Vol. 5 (9): 1-8. Rifa’i, Agus. (2013). Perpustakaan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Diana, Ilfi Nur. (2012). Organizational Citizenship Behavior (OCB) dalam Islam. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 1, Nomor 2, November 2012, hal. 141-148 Sarwono, Sarlito W. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Emmerik, IJ.H.V.,Jawahar, I.M., & Stone, T.H. (2005). Associations among altruism, burnout, and organizational citizenship behavior. Work & Sears, David O., Freedman, Jonathan L. & Peplau, L. Anne. (1994). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. 12 Suwarno, Wiji. (2009). Psikologi Perpustakaan. Jakarta: CV. Agung Seto Tasmara, T. (2002). Membudayakan Etos Kerja Islam. Jakarta: Gema Insani Wahyuddin, Achmad, Ilyas, M., Saifulloh, M. dan Muhibbin, M. (2009). Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi.Jakarta: Grasindo 13