Prosiding Seminar Nasional Sains Antariksa Homepage: http//www.lapan.go.id RANCANGAN STANDARDISASI PENAMAAN FILE UNTUK DATA PENGAMATAN SAINS ANTARIKSA (DESIGN OF NAMING FILE STANDARDIZATION FOR SPACE SCIENCE OBSERVATION DATA) Elyyani dan Siti Maryam Pusat Sains Antariksa, Lembaga Penerbangan Dan Antaariksa Nasional email: [email protected] ABSTRAK Riwayat Artikel: Diterima: 22-11-2016 Direvisi: 13-03-2017 Disetujui: 23-03-2017 Diterbitkan: 22-05-2017 Kata kunci: basis data, kode mnemonic, sains antariksa, standarisasi data Keywords: database, mnemonic code, space science, data standardization. Standarisasi penamaan file diperlukan dalam pengelolaan basis data. Data sains antariksa merupakan data hasil pengamatan yang berbentuk file. Kondisi saat ini, file pengamatan yang dihasilkan belum memiliki standarisasi dalam penulisan struktur kodenya. Hal tersebut akan menyulitkan dalam pembuatan basis data dan akan menyebabkan kerancuan data bahkan menimbulkan inkonsistensi data. Pembangunan sistem basis data sains antariksa harus mampu melakukan operasi pencarian (query) data untuk mempermudah pengguna mengakses data yang diinginkan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan standarisasi penamaan file untuk data pengamatan, melalui perancangan struktur kode dengan menggunakan jenis kode mnemonic (mnemonic code). Format kode tersebut dirancang dengan membuat standarisasi pada setiap item untuk nama lokasi (stasiun) pengamatan, nama alat, waktu perolehan data(tahun, bulan dan tanggal) kemudian dilakukan penggabungan akronim dari item yang akan diwakili. Setiap data pengamatan akan mempunyai file yang sudah terstandarisasi sehingga memiliki format data yang seragam. Tujuan dari adanya standarisasi data tersebut adalah untuk memudahkan sistem aplikasi mengakses file/ data yang tersimpan dalam basis data tersebut. ABSTRACT Standardization of naming file is required in database management. Space Science Data is observation data file type. Current condition, the resulting file observation do not have a standardized in the structure of the code. It will be difficult in creating a database and would cause confusion data even cause data inconsistencies. Development of space science database system should be able to perform search operations (query) of data to facilitate users to access the desired data. To overcome this uniformity necessary file naming form for data observation, through the design of the code structure by using type of mnemonic code (mnemonic code). The code format is designed by standardize on each item to name of the location(station) observations, instrument name, the data acquisition time (year, month and day) and then the acronym merging of the item will be represented. Each observation data will have a file that has been standardized so have uniform naming file. The purpose of naming file standardization is to facilitate the application system access files / data stored in the database. Seminar Nasional Sains Antariksa Bandung, 22 November 2016 c 2017 Pusat Sains Antariksa LAPAN ISBN: 978-602-17420-1-3 270 Elyyani & S. Maryam 1. Pendahuluan Sistem informasi Basis Data Antariksa dibangun untuk mewujudkan layanan data sains antariksa yang berbasis database. Saat ini layanan data tersebut tersimpan dalam sebuah server repositori online dengan alamat https://bimasakti.sains.lapan.go.id. Sistem yang ada saat ini memiliki keterbatasan karena tidak menggunakan pendekatan database dalam pengelolaan datanya sehingga pengembangan sistem aplikasi sulit dilakukan. Untuk menyempurnakannya maka akan dikembangkan sistem aplikasi yang berbasis database agar dalam pengelolaannya mampu memperkecil masalah duplikasi data yang tersimpan pada beberapa tempat selama ini. Selain itu dengan database akan memudahkan pengguna akhir (end user) dalam melakukan proses pencarian (query) data pada aplikasi. Perancangan database akan sulit dilakukan jika format file/data pengamatan tidak memiliki keseragaman. Untuk menghasilkan database yang optimal maka perlu dipersiapkan rancangan database yang benar sebagai landasan yang kuat dalam pengembangan sistem informasi (Mullen, 2005). Rancangan database yang baik adalah efektif pada saat digunakan (Whitten, 2007), hal tersebut akan terlihat ketika data tersebut selalu tersedia setiap saat. Sebelum rancangan itu dibuat maka perlu pembenahan dalam hal keseragaman penamaan file untuk data yang akan digunakan. Pengembang sistem biasanya merancang dan menggunakan kode-kode data dalam rancangan database-nya (Sutanta et al., 2012). Keseragaman penamaan file/data pengamatan ini akan dirancang melalui struktur kode menggunakan jenis kode data mnemonic yaitu kode yang dibentuk berdasarkan akronim atau singkatan dari data yang ingin dikodekan sehingga format data tersebut mudah diingat. Lokasi penyimpanan file/data pengamatan dilakukan melalui hirarki manajemen folder. Manajemen folder merupakan kegiatan yang mengatur dan menjaga lokasi file-file, kegiatan tersebut terdiri dari : pembuatan folder, penempatan file pada folder yang sesuai, pemindahan file ke folder lain dan penghapusan file/folder yang tidak diperlukan. Sistem pencarian atau penyimpanan data pengamatan sains antariksa dilakukan melalui hirarki pada Gambar 1-1. Berikut adalah hasil analisis sistem penyimpanan file data pengamatan antariksa : direktori untuk masing-masing stasiun pengamatan sudah dibuat berdasarkan kategori folder hanya belum sepenuhnya dilakukan secara hirarki berdasarkan alat dan waktu pengamatan ( tahun, bulan dan tanggal). masih terdapat data/file pengamatan yang tersimpan diluar folder. pencatatan data/file pengamatan tercatat pada beberapa tempat (duplikasi data). struktur penempatan data dan kode penamaan file berbeda-beda. Dilihat dari kendala diatas bahwa pengaturan file sangat diperlukan untuk menjaga agar file data pengamatan tetap berada pada lokasi direktori yang sudah disiapkan. Gambar 1-1. Proses pencarian/pengelolaan file melalui manajemen folder. Prosiding SNSA 2016 ISBN: 978-602-17420-1-3 Rancangan Standardisasi Penamaan File . . . Makalah ini membahas bentuk penyimpanan file/data sains antariksa, tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan keseragaman (standarisasi) penyimpanan file/ data yang akan memudahkan dalam pengembangan sistem apalikasi basis data antariksa. 003 Persediaan produk selesai 004 Persediaan produk dalam proses 2. Kode blok disusun sebagai gabungan blok-blok kode yang dinyatakan dengan format tertentu. Contoh: Blok Kelompok 1000 – 1999 Aktiva Lancar 2000 – 2499 Aktiva tetap 2500 – 3000 Hutang lancar 3. Kode mnemonic adalah kode yang dibentuk berdasarkan akronim atau singkatan dari data yang ingin dikodekan. Digunakan untuk tujuan supaya mudah diingat. 2. Landasan Teori Data merupakan fakta tentang suatu objek seperti benda, peristiwa, konsep dan keadaan yang dapat dicatat dan dapat dinyatakan dalam bentuk angka, karakter atau symbol sehingga jika data tersebut dikumpulkan dan saling berhubungan dikenal dengan istilah basis data(database) (Rames, 2000). Untuk menghasilkan rancangan struktur database yang terbaik maka perlu memperhatikan beberapa kriteria berikut diantaranya bersifat data oriented, program aplikasi dapat digunakan oleh pemakai berbedabeda tanpa mengubah database. Data dalam database dapat berkembang dengan mudah baik volume maupun strukturnya, data yang ada dapat memenuhi kebutuhan sistem baru secara mudah, serta mengurangi duplikasi data (Martin, 1975). Database dibentuk dari kumpulan data-data yang berhubungan secara logis dan deskripsikan melalui data-data tersebut untuk memenuhi kebutuhan informasi suatu organisasi (Connolly et al., 2002). Kode data perlu dirancang sekaligus pada saat perancangan database dan didokumentasikan dengan jelas (Sutanta et al., 2012). Penggunaan kode data bertujuan untuk: 1) mewakili sejumlah informasi yang kompleks, 2) mengidentifikasi data secara unik, 3) meringkas atau menyederhanakan data, 4) melakukan klasifikasi data, serta 5) menyampaikan makna tertentu untuk pemrosesan berikutnya (Setiawan, 2003). Jenis kode data dalam database dikelompokan sebagai berikut (Ladjamudin, 2005): 1. Kode sekuensial, dibentuk dengan mengasosikan data dengan kode terurut(bisa berupa bilangan asli atau abjad). Disebut juga kode seri yang merupakan kode yang nilainya urut antara satu kode dengan kode lainnya. Contoh: 001 Kas 002 Piutang Stasiun pengamatan Pusat Sains Antariksa tersebar di beberapa wilayah di Indonesia diantaranya Pameungpeuk, Pontianak, 271 3. Data dan Metode Sumber data yang digunakan adalah bersumber dari layanan data internal Pusat Sains Antariksa, dengan alamat yang dapat diakses https://bimasakti.sains.lapan.go.id. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. pengumpulan data : melakukan pengumpulan data dengan cara mengkaji setiap data pengamatan sains antariksa atau melalui wawancara dengan peneliti terkait dengan data tersebut. 2. menelaah data : dilakukan dengan menganalisis kebutuhan data . 3. perancangan penyimpanan file/data: data pengamatan tersebut akan diidentifikasi format data/filenya berdasarkan lokasi penyimpanan file serta mendefinisikan pola struktur folder. Pembuatan hierarki folder berdasarkan alat dan waktu pengamatan (tahun, bulan dan tanggal). Menetapkan bentuk format data/file dilakukan dengan struktur pengkodean yang akan dibuat, kode dapat berupa angka, huruf maupun karakter khusus. 4. mendokumentasikan format penyimpanan file/data. Menyiapkan sumber data yang sudah disiapkan berdasarkan format yang sudah ditentukan. Data yang sudah berubah kedalam bentuk format standar akan disimpan dalam basis data dan disiapkan format log file akan mudah diintegrasikan. 4. Pembahasan Kototabang, Biak, Watukosek, Yogyakarta dan Tanjungsari termasuk stasiun kerja sama yang berlokasi di Manado dan Kupang. Setiap stasiun Prosiding SNSA 2016 ISBN: 978-602-17420-1-3 272 Elyyani & S. Maryam memiliki alat penerima sesuai dengan kebutuhan penelitian yang sedang dilakukan. Setiap perangkat penerima tersebut menerima sinyal sesuai dengan kapabilitasnya dan memiliki bentuk penamaan file masing-masing. Sedangkan untuk keperluan basis data, perbedaan dari sistem penamaan file tersebut tentunya akan menyulitkan dalam pembuatan query (pencarian data). Oleh karena itu perlu adanya keseragaman dalam sistem penamaan file terhadap data pengamatan. Untuk mewujudkan fleksibilitas data maka diperlukan standarisasi terhadap penamaan file untuk data pengamatan. Standarisasi data perlu dilakukan pada item data master yang akan digunakan pada banyak aplikasi (Sutanta, E., Istiyanto, J.E., 2012). Sebelum melakukan penyeragaman terhadap nama data/ file pengamatan maka terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap seluruh data yang ada disetiap stasiun pengamatan, Tabel 4-1 dan Tabel 4-2 merupakan salah satu contoh hasil identifikasi yang memberikan informasi format file pengamatan dari setiap stasiun. Tabel 4-1 identifikasi dilakukan pada data ALE, sedangkan Tebl 4-2 identifikasi dilakukan pada data Beacon. Format File untuk data yang sama terlihat tidak ada keseragaman demikian pula format file data Beacon. Pada tabel 4-1 dan Tabel 4-2, identifikasi dilakukan dengan cara: memetakan suatu jenis alat pengamatan yang tersimpan pada beberapa stasiun pengamatan tahun perolehan data jenis dan bentuk format file pengamatan dan extention file yang dipakai Hasil dari identifikasi tersebut akan digunakan untuk pembacaan log data dan pengembangan script pada aplikasi sistem basis data antariksa. Selain itu identifikasi ini juga akan digunakan sebagai dasar keseragaman format file data pengamatan. Berikut adalah perincian data tentang tahun perolehan data dan format penyimpanan data selama ini yang dihasilkan dari setiap lokasi/stasiun pengamatan. Beberapa data pengamatan diatas terlihat memiliki bentuk penamaan/ penyimpanan file yang berbeda beda. Jika hal tersebut tidak segera dibenahi maka akan terjadi persoalan kompleks dalam hal pertukaran data dan integrasi antar sistem dikemudian hari. Sistem aplikasi yang didasari oleh format database yang bervariasi akan menyebabkan data tidak terintegrasi (Ewald, T., Wolk, K. Ewald, 2010). Database yang terintegrasi dapat membantu proses penyimpanan data-data penting dengan baik dan aman sehingga menghasilkan laporan yang akurat (Adhitya et al., 2012). Untuk menampung data-data penting yang semakin banyak dibutuhkan alokasi tempat yang besar sehingga kedepannya bisa disimpan menggunakan data warehouse (Warnars, 2010). Tabel 4-1. Data ALE untuk lokasi pengamatan Biak, Kupang, Manado, Pameungpeuk dan Pasuruan. Nama stasiun Tahun perolehan data Format File Biak 2013,2014, 2015, 2016 -14062014BIK160720145.txt - BIK07012016.txt txt Kupang Manado Pameungpeuk Extention (Gif, ZIP, Txt dll) txt 2014,2015,2016 Pasuruan Prosiding SNSA 2016 ISBN: 978-602-17420-1-3 ALEMDO21022016A.txt ALEMDO01052016.txt MDC03042014 Folder ALE01012014 (PMPALE1.Gif ) ALE_WTK08012016-1.txt ALE_WTK08012016-2.txt Folder data grafik(SNR01022016.gif) gif Txt dan gif Keterangan/ kesimpulan -Berdasarkan hasil wawancara dengan peneliti terkait: Data diambil hanya yang berbentuk txt saja. Rancangan Standardisasi Penamaan File . . . 273 Tabel 4-2. Data BEACON untuk lokasi pengamatan Pontianak, Sumedang, Pasuruan, Yogyakarta. Nama stasiun Tahun peroleha n data 2015 (data hanya beberapa bulan saja) 2011 sampai 2014 Format File Extent ion Keterangan/ Kesimpulan 20150325_013728_COSMOS2429_UJI_trajectory.t xt txt penyimpanan data belum disimpan dalam struktur folder tahun dan bulan BDG_20110430.zip (thn 2011) TJS_20120711.zip (tipe thn 2012, 2013, 2014) zip Pasuruan 2011 sampai 2015 WTK_20110507.zip WAKO_20120604.ZIP (thn 2012, 2013, 2014, 2015) zip penyimpanan data sudah terstruktur hanya format belum seragam penyimpanan data sudah terstruktur hanya format belum seragam Yogyakarta 2013 YKT_20130101.zip zip Pontianak Sumedang Pembenahan terhadap format penyimpanan data dimulai dengan melakukan perancangan bentuk penamaan kode data. Penggunaan kode data adalah untuk efisiensi penggunaan memori yang merupakan bagian dari optimalisasi desain database (Istiyanto, J.E., Sutanta. E., 2012). Keseragaman penamaan file/data pengamatan ini dituangkan kedalam struktur kode. Struktur kode tersebut dapat berupa kombinasi karakter (huruf dan angka) yang akan digunakan untuk mengelompokan data. Manfaat dari struktur kode ini adalah untuk memudahkan proses pencarian data sehingga penyajian data lebih akurat. Para perancang sistem biasanya akan menggunakan kode-kode data tersebut dalam merancang databasenya (Sutanta, E., Wardoyo, R., 2012). Hal lain yag harus diperhatikan dalam pembuatan kode data adalah harus mudah diingat,unik, fleksibel serta konsisten terhadap format yang sudah ditetapkan. Jenis kode yang akan digunakan pada makalah ini adalah jenis kode mnemonic (Mnemonic Code), dibuat berdasarkan singkatan atau mengambil sebagian karakter dari item yang akan diwakili. Dalam melakukan penamaan file, huruf besar dan kecil dapat diseragamkan, untuk keseragaman dalam hal ini untuk kode stasiun dan kode alat pengamatan menggunakan huruf besar (kapital) kemudian diikuti tahun, bulan, tanggal, jam, menit, detik. Format penamaan file data observasi yang seragam akan memudahkan dalam melakukan sorting atau melakukan iterasi (looping) dalam coding program yang bertujuan untuk mencari file data observasi yang berkesinambungan. Rancangan untuk standarisasi kode untuk nama tiap stasiun pengamatan (Elyyani, 2014): 1. Pameungpeuk : PMP (3 huruf) 2. Sumedang : SMD 3. Watukosek : WTK 4. Kototabang : KTB 5. Pontianak : PTK 6. Biak : BIK 7. Manado : MND 8. Kupang : KOE 9. Yogyakarta : JGY Berikut adalah rancangan untuk standarisasi kode untuk nama tiap alat pengamatan : 1. Beacon : BCN (3 karakter) 2. MWR : MWR 3. Cadi : CAD 4. Ale : ALE 5. Disdrometer : DIS 6. MAWS : MWS 7. WPR : WPR 8. IPS 51 : P51 9. Meteo : MTO 10. MF Radar 1 : MR1 11. MF Radar 2 : MR2 12. Gistim : GIS 13. GPS 3 Javad : GP3 14. Magdas 9 : MAG 15. Lf_std : STD 16. Ozon : Ozn 17. Ozon Monitor: OzM 18. VLF_B : VLF Prosiding SNSA 2016 ISBN: 978-602-17420-1-3 274 Elyyani & S. Maryam Gambar 4-1. Format Penyimpanan File Pengamatan. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. Winradio : WIN WPR : WPR Co2 : CO2 Aws : AWS Celestron : CEL Campbel-stokes: CAM Fluxgate : FlX Ionogram : ION IPS 71 -Sur : I7S -Dev : I7D -Vis : I7V 28. Proton : PRO 29. Rain-Gauge : RAG 30. SN-400 : S400 31. TEC-meter : TEC 32. SUHU : SHU 33. Kelembaban : KEL 34. Ozon Permukaan: OZP 35. Ozon Vertikal : OZV 36. UV_B : UVB 37. Geomagnet : GEO 38. Matahari : MTH 39. GPS : GPS Hasil dari kegiatan suatu alat pengamatan adalah suatu file/data pengamatan. Data pengamatan tersebut disimpan dalam suatu nama file. Gambar 4-1 menjelaskan standarisasi format penamaan file pengamatan. Untuk alat pengamatan diwakili 3 karakter, stasiun pengamatan diwakili 3 karakter, tahun pengamatan 2 digit, bulan 2 digit dan untuk tanggal pengamatan 2 digit. Sedangkan jam, menit, detik diberikan masing-masing 2 digit. Untuk Data Ale di Pameungpuk pada tahun 2017 bulan Januari tanggal 7 bisa ditulis dengan format PMP_ALE_20140107_074600 (jika tidakada jam menit detik hilangkan).txt. Flexibiltas data merupakan hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan basis data, selain untuk memberi kemudahan terhadap hasil pencarian data juga dapat digunakan untuk keperluan sharing data yang lebih luas pada masa mendatang. Oleh karena itu keseragaman format penyimpanan file merupakan salah satu syarat dalam pengembangan database yang akan digunakan untuk mempermudah proses pencarian data. Data/ file pengamatan tersebut disimpan berdasarkan hirarki manajemen folder, Prosiding SNSA 2016 ISBN: 978-602-17420-1-3 keteraturan penyimpanan file data tersebut akan memperlihatkan saling keterkaitan antar data sehingga dapat digunakan dalam pengelolaan basis data untuk membuat sebuah sistem aplikasi 5. Kesimpulan Standarisasi format data sangat diperlukan untuk membangun flexibilitas data yang dapat digunakan pada sistem integrasi. Untuk memudahkan database melakukan pencarian data pengamatan dibutuhkan keseragaman penyimpanaan file. Struktur kode dirancang menggunakan jenis kode mnemonic (mnemonic code) yaitu kode dirancang dengan mengambil singkatan dari karakter item yang akan diwakili. Manfaat dari struktur kode ini adalah untuk memudahkan proses pencarian data sehingga penyajian data lebih akurat. Oleh karena itu berbagai data penelitian khususnya data sains antariksa yang dihasilkan harus dapat dikelola secara optimal agar bisa mendukung layanan data sains antariksa. Ucapan Terima Kasih Penulis berterimakasih kepada penelaah yang telah memberikan saran perbaikan atas makalah ini. Rujukan Adhitya, M., Irvan, P., & Michael. (2012). Perancangan dan Rencana Penerapan Sistem Basis Data pada PT. Mitsindo Visual Pratama, Skripsi, Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Connolly., Thomas, M., dan Carolyn, E. Begg. (2002). Database Systems : A Practical Approach to Design, Implementation, and Management, Third Edition. Addison-Wesley, Reading, Massachusetts. Ewald, T., Wolk, K. (2010). A Flexible Model for Data Integration. 29th International Conference on Conceptual Modeling Proceedings, November 1-4, 2010. Vancouvert, BC, Canada. Istiyanto, J.E., Sutanta. E. (2012). Model Interoperabilitas Antar Aplikasi E- Rancangan Standardisasi Penamaan File . . . Government, Jurnal Teknologi Technoscientia, 4, 2, ISSN: 1979-8415. Sutanta, E., Istiyanto, J.E. (2012). Kebijakan Standarisasi Data Dan Problem Interoperabilitas Pada Aplikasi EGovernment, Creative Communication And Innovative Technology (CCIT) Journal, 6, 1, ISBN: 1978 -8282. Sutanta, E., Wardoyo, R. (2012). Perbedaan Kode Data Dalam Rancangan Database Dan Strategi Penyelesaian Untuk Sinkronisasi Data, IPTEK-KOM, 14, 2, ISSN: 1410-3346. Elmasri, R., Navathe, B. Shamkant. (2011). Fundamentals of Database System, 6th edition. Addison-Wesley, ISBN: 978-0-136-08620-8. Elyyani. (2015). Rancangan Format Data Pengamatan Antariksa. Laporan Teknis Intern. Pusat Sains Antariksa. Ladjamudin, A. (2005). Analisis dan Desain Sistem Informasi, Graha Ilmu. Yogyakarta Martin, J. (1975). Computer Database Organization, parth I. New Jersey: PrenticeHall. 275 Mullen, B. (2005). The Database and Its Structure, http://www.gowerpub.com/pdf/pidmc2.pdf, diunduh 5 Septembver 2012. Whitten, J. L., Bentley, L.D. (2007). System Analysis and Design Methods, 7th edition, McGraw-Hill., Irwin. Setiawan, A. (2003). Sistem Pemberian Kode Pada Data. Jurnal BINA EKONOMI, Vol. 7, No.2, Agustus 2003. Universitas Katolik Parahyangan Bandung, www.direktorikuliah.com/kamus-data-strukturkode, diunduh tanggal 11 Juli 2016. Pusat Sains Antariksa LAPAN, alamat web untuk mengakses data pengamatan sains antariksa: https://bimasakti.sains.lapan.go.id., diakses 29 Agustus 2016. Elyyani, S.Si, lahir di kota Bandung (Jawa Barat) pada tanggal 15 Juni 1971 bekerja sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), bekerja mulai tahun 1997, menjadi salah seorang Peneliti bidang Sistem Informasi di satuan kerja Pusat Sains Antariksa di Bandung. Menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) di Universitas Padjadajaran (Unpad) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam dengan Program Studi Manajemen Informatika lulus pada tahun 1995. Prosiding SNSA 2016 ISBN: 978-602-17420-1-3