Rancangan Standardisasi Penamaan File

advertisement
Prosiding
Seminar Nasional Sains Antariksa
Homepage: http//www.lapan.go.id
RANCANGAN STANDARDISASI PENAMAAN FILE UNTUK DATA
PENGAMATAN SAINS ANTARIKSA
(DESIGN OF NAMING FILE STANDARDIZATION FOR SPACE SCIENCE
OBSERVATION DATA)
Elyyani dan Siti Maryam
Pusat Sains Antariksa,
Lembaga Penerbangan Dan Antaariksa Nasional
email: [email protected]
ABSTRAK
Riwayat Artikel:
Diterima: 22-11-2016
Direvisi: 13-03-2017
Disetujui: 23-03-2017
Diterbitkan: 22-05-2017
Kata kunci:
basis data, kode
mnemonic, sains
antariksa,
standarisasi data
Keywords:
database, mnemonic
code, space science,
data standardization.
Standarisasi penamaan file diperlukan dalam pengelolaan basis data. Data
sains antariksa merupakan data hasil pengamatan yang berbentuk file.
Kondisi saat ini, file pengamatan yang dihasilkan belum memiliki
standarisasi dalam penulisan struktur kodenya. Hal tersebut akan
menyulitkan dalam pembuatan basis data dan akan menyebabkan
kerancuan data bahkan menimbulkan inkonsistensi data. Pembangunan
sistem basis data sains antariksa harus mampu melakukan operasi
pencarian (query) data untuk mempermudah pengguna mengakses data
yang diinginkan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan
standarisasi penamaan file untuk data pengamatan, melalui perancangan
struktur kode dengan menggunakan jenis kode mnemonic (mnemonic code).
Format kode tersebut dirancang dengan membuat standarisasi pada setiap
item untuk nama lokasi (stasiun) pengamatan, nama alat, waktu perolehan
data(tahun, bulan dan tanggal) kemudian dilakukan penggabungan akronim
dari item yang akan diwakili. Setiap data pengamatan akan mempunyai file
yang sudah terstandarisasi sehingga memiliki format data yang seragam.
Tujuan dari adanya standarisasi data tersebut adalah untuk memudahkan
sistem aplikasi mengakses file/ data yang tersimpan dalam basis data
tersebut.
ABSTRACT
Standardization of naming file is required in database management. Space
Science Data is observation data file type. Current condition, the resulting
file observation do not have a standardized in the structure of the code. It
will be difficult in creating a database and would cause confusion data even
cause data inconsistencies. Development of space science database system
should be able to perform search operations (query) of data to facilitate users
to access the desired data. To overcome this uniformity necessary file naming
form for data observation, through the design of the code structure by using
type of mnemonic code (mnemonic code). The code format is designed by
standardize on each item to name of the location(station) observations,
instrument name, the data acquisition time (year, month and day) and then
the acronym merging of the item will be represented. Each observation data
will have a file that has been standardized so have uniform naming file. The
purpose of naming file standardization is to facilitate the application system
access files / data stored in the database.
Seminar Nasional Sains Antariksa
Bandung, 22 November 2016
c 2017 Pusat Sains Antariksa LAPAN
ISBN: 978-602-17420-1-3
270
Elyyani & S. Maryam
1. Pendahuluan
Sistem informasi Basis Data Antariksa
dibangun untuk mewujudkan layanan data sains
antariksa yang berbasis database. Saat ini
layanan data tersebut tersimpan dalam sebuah
server
repositori
online
dengan
alamat
https://bimasakti.sains.lapan.go.id. Sistem yang
ada saat ini memiliki keterbatasan karena tidak
menggunakan pendekatan database dalam
pengelolaan datanya sehingga pengembangan
sistem
aplikasi
sulit
dilakukan.
Untuk
menyempurnakannya maka akan dikembangkan
sistem aplikasi yang berbasis database agar
dalam pengelolaannya mampu memperkecil
masalah duplikasi data yang tersimpan pada
beberapa tempat selama ini. Selain itu dengan
database akan memudahkan pengguna akhir
(end user) dalam melakukan proses pencarian
(query) data pada aplikasi.
Perancangan database akan sulit dilakukan
jika format file/data pengamatan tidak memiliki
keseragaman. Untuk menghasilkan database
yang
optimal
maka
perlu
dipersiapkan
rancangan database yang benar sebagai
landasan yang kuat dalam pengembangan sistem
informasi (Mullen, 2005). Rancangan database
yang baik adalah efektif pada saat digunakan
(Whitten, 2007), hal tersebut akan terlihat ketika
data tersebut selalu tersedia setiap saat.
Sebelum rancangan itu dibuat maka perlu
pembenahan dalam hal keseragaman penamaan
file untuk data yang akan digunakan.
Pengembang sistem biasanya merancang dan
menggunakan kode-kode data dalam rancangan
database-nya
(Sutanta
et
al.,
2012).
Keseragaman penamaan file/data pengamatan
ini akan dirancang melalui struktur kode
menggunakan jenis kode data mnemonic yaitu
kode yang dibentuk berdasarkan akronim atau
singkatan dari data yang ingin dikodekan
sehingga format data tersebut mudah diingat.
Lokasi penyimpanan file/data pengamatan
dilakukan melalui hirarki manajemen folder.
Manajemen folder merupakan kegiatan yang
mengatur dan menjaga lokasi file-file, kegiatan
tersebut terdiri dari : pembuatan folder,
penempatan file pada folder yang sesuai,
pemindahan file ke folder lain dan penghapusan
file/folder yang tidak diperlukan. Sistem
pencarian atau penyimpanan data pengamatan
sains antariksa dilakukan melalui hirarki pada
Gambar 1-1.
Berikut adalah hasil analisis sistem
penyimpanan file data pengamatan antariksa :
 direktori untuk masing-masing stasiun
pengamatan sudah dibuat berdasarkan
kategori folder hanya belum sepenuhnya
dilakukan secara hirarki berdasarkan alat
dan waktu pengamatan ( tahun, bulan dan
tanggal).
 masih terdapat data/file pengamatan yang
tersimpan diluar folder.
 pencatatan data/file pengamatan tercatat
pada beberapa tempat (duplikasi data).
 struktur penempatan data dan kode
penamaan file berbeda-beda.
Dilihat dari kendala diatas bahwa
pengaturan file sangat diperlukan untuk
menjaga agar file data pengamatan tetap berada
pada lokasi direktori yang sudah disiapkan.
Gambar 1-1. Proses pencarian/pengelolaan file melalui manajemen folder.
Prosiding SNSA 2016
ISBN: 978-602-17420-1-3
Rancangan Standardisasi Penamaan File . . .
Makalah ini membahas bentuk penyimpanan
file/data sains antariksa, tujuan dari penelitian
ini
adalah
mendapatkan
keseragaman
(standarisasi) penyimpanan file/ data yang akan
memudahkan dalam pengembangan sistem
apalikasi basis data antariksa.
003 Persediaan produk selesai
004 Persediaan produk dalam proses
2. Kode blok disusun sebagai gabungan
blok-blok kode yang dinyatakan dengan
format tertentu.
Contoh:
Blok Kelompok
1000 – 1999 Aktiva Lancar
2000 – 2499 Aktiva tetap
2500 – 3000 Hutang lancar
3. Kode mnemonic adalah kode yang
dibentuk berdasarkan akronim atau
singkatan
dari
data
yang
ingin
dikodekan. Digunakan untuk tujuan
supaya mudah diingat.
2. Landasan Teori
Data merupakan fakta tentang suatu objek
seperti benda, peristiwa, konsep dan keadaan
yang dapat dicatat dan dapat dinyatakan dalam
bentuk angka, karakter atau symbol sehingga
jika data tersebut dikumpulkan dan saling
berhubungan dikenal dengan istilah basis
data(database) (Rames, 2000).
Untuk menghasilkan rancangan struktur
database
yang
terbaik
maka
perlu
memperhatikan beberapa kriteria berikut
diantaranya bersifat data oriented, program
aplikasi dapat digunakan oleh pemakai berbedabeda tanpa mengubah database. Data dalam
database dapat berkembang dengan mudah baik
volume maupun strukturnya, data yang ada
dapat memenuhi kebutuhan sistem baru secara
mudah, serta mengurangi duplikasi data
(Martin, 1975). Database
dibentuk dari
kumpulan data-data yang berhubungan secara
logis dan deskripsikan melalui data-data
tersebut untuk memenuhi kebutuhan informasi
suatu organisasi (Connolly et al., 2002).
Kode data perlu dirancang sekaligus pada
saat
perancangan
database
dan
didokumentasikan dengan jelas (Sutanta et al.,
2012). Penggunaan kode data bertujuan untuk:
1) mewakili sejumlah informasi yang kompleks,
2) mengidentifikasi data secara unik, 3)
meringkas atau menyederhanakan data, 4)
melakukan
klasifikasi
data,
serta
5)
menyampaikan
makna
tertentu
untuk
pemrosesan berikutnya (Setiawan, 2003).
Jenis
kode
data
dalam
database
dikelompokan sebagai berikut (Ladjamudin,
2005):
1. Kode sekuensial, dibentuk dengan
mengasosikan
data
dengan
kode
terurut(bisa berupa bilangan asli atau
abjad). Disebut juga kode seri yang
merupakan kode yang nilainya urut
antara satu kode dengan kode lainnya.
Contoh:
001 Kas
002 Piutang
Stasiun pengamatan Pusat Sains Antariksa
tersebar di beberapa wilayah di Indonesia
diantaranya
Pameungpeuk,
Pontianak,
271
3.
Data dan Metode
Sumber data yang digunakan adalah bersumber
dari layanan data internal Pusat Sains
Antariksa, dengan alamat yang dapat diakses
https://bimasakti.sains.lapan.go.id.
Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah :
1. pengumpulan
data
:
melakukan
pengumpulan data dengan cara mengkaji
setiap data pengamatan sains antariksa
atau melalui wawancara dengan peneliti
terkait dengan data tersebut.
2. menelaah data : dilakukan dengan
menganalisis kebutuhan data .
3. perancangan penyimpanan file/data: data
pengamatan tersebut akan diidentifikasi
format data/filenya berdasarkan lokasi
penyimpanan file serta mendefinisikan
pola struktur folder. Pembuatan hierarki
folder berdasarkan alat dan waktu
pengamatan (tahun, bulan dan tanggal).
Menetapkan bentuk format data/file
dilakukan dengan struktur pengkodean
yang akan dibuat, kode dapat berupa
angka, huruf maupun karakter khusus.
4. mendokumentasikan
format
penyimpanan
file/data.
Menyiapkan
sumber data yang sudah disiapkan
berdasarkan
format
yang
sudah
ditentukan. Data yang sudah berubah
kedalam bentuk format standar akan
disimpan dalam basis data dan disiapkan
format
log
file
akan
mudah
diintegrasikan.
4.
Pembahasan
Kototabang, Biak, Watukosek, Yogyakarta dan
Tanjungsari termasuk stasiun kerja sama yang
berlokasi di Manado dan Kupang. Setiap stasiun
Prosiding SNSA 2016
ISBN: 978-602-17420-1-3
272
Elyyani & S. Maryam
memiliki
alat
penerima
sesuai
dengan
kebutuhan penelitian yang sedang dilakukan.
Setiap perangkat penerima tersebut menerima
sinyal sesuai dengan kapabilitasnya dan
memiliki bentuk penamaan file masing-masing.
Sedangkan untuk keperluan basis data,
perbedaan dari sistem penamaan file tersebut
tentunya akan menyulitkan dalam pembuatan
query (pencarian data). Oleh karena itu perlu
adanya keseragaman dalam sistem penamaan
file
terhadap
data
pengamatan.
Untuk
mewujudkan fleksibilitas data maka diperlukan
standarisasi terhadap penamaan file untuk data
pengamatan. Standarisasi data perlu dilakukan
pada item data master yang akan digunakan
pada banyak aplikasi (Sutanta, E., Istiyanto,
J.E., 2012).
Sebelum
melakukan
penyeragaman
terhadap nama data/ file pengamatan maka
terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap
seluruh data yang ada disetiap stasiun
pengamatan, Tabel 4-1 dan Tabel 4-2 merupakan
salah satu contoh hasil identifikasi yang
memberikan informasi format file pengamatan
dari setiap stasiun. Tabel 4-1 identifikasi
dilakukan pada data ALE, sedangkan Tebl 4-2
identifikasi dilakukan pada data Beacon. Format
File untuk data yang sama terlihat tidak ada
keseragaman demikian pula format file data
Beacon. Pada tabel 4-1 dan Tabel 4-2, identifikasi
dilakukan dengan cara:
 memetakan suatu jenis alat pengamatan
yang tersimpan pada beberapa stasiun
pengamatan


tahun perolehan data
jenis dan bentuk format file pengamatan
dan extention file yang dipakai
Hasil dari identifikasi tersebut akan
digunakan untuk pembacaan log data dan
pengembangan script pada aplikasi sistem basis
data antariksa. Selain itu identifikasi ini juga
akan digunakan sebagai dasar keseragaman
format file data pengamatan.
Berikut adalah perincian data tentang
tahun perolehan data dan format penyimpanan
data selama ini yang dihasilkan dari setiap
lokasi/stasiun pengamatan.
Beberapa data pengamatan diatas terlihat
memiliki bentuk penamaan/ penyimpanan file
yang berbeda beda. Jika hal tersebut tidak
segera dibenahi maka akan terjadi persoalan
kompleks dalam hal pertukaran data dan
integrasi antar sistem dikemudian hari. Sistem
aplikasi yang didasari oleh format database yang
bervariasi akan menyebabkan data tidak
terintegrasi (Ewald, T., Wolk, K. Ewald, 2010).
Database yang terintegrasi dapat membantu
proses penyimpanan data-data penting dengan
baik dan aman sehingga menghasilkan laporan
yang akurat (Adhitya et al., 2012). Untuk
menampung data-data penting yang semakin
banyak dibutuhkan alokasi tempat yang besar
sehingga
kedepannya
bisa
disimpan
menggunakan data warehouse (Warnars, 2010).
Tabel 4-1.
Data ALE untuk lokasi pengamatan Biak, Kupang, Manado, Pameungpeuk dan Pasuruan.
Nama stasiun
Tahun perolehan
data
Format File
Biak
2013,2014, 2015,
2016
-14062014BIK160720145.txt
- BIK07012016.txt
txt
Kupang
Manado
Pameungpeuk
Extention
(Gif, ZIP,
Txt dll)
txt
2014,2015,2016
Pasuruan
Prosiding SNSA 2016
ISBN: 978-602-17420-1-3
ALEMDO21022016A.txt
ALEMDO01052016.txt
MDC03042014
Folder ALE01012014
(PMPALE1.Gif )
ALE_WTK08012016-1.txt
ALE_WTK08012016-2.txt
Folder data
grafik(SNR01022016.gif)
gif
Txt dan gif
Keterangan/
kesimpulan
-Berdasarkan
hasil wawancara
dengan peneliti
terkait:
Data diambil
hanya yang
berbentuk txt
saja.
Rancangan Standardisasi Penamaan File . . .
273
Tabel 4-2.
Data BEACON untuk lokasi pengamatan Pontianak, Sumedang, Pasuruan, Yogyakarta.
Nama
stasiun
Tahun
peroleha
n data
2015
(data
hanya
beberapa
bulan
saja)
2011
sampai
2014
Format File
Extent
ion
Keterangan/
Kesimpulan
20150325_013728_COSMOS2429_UJI_trajectory.t
xt
txt
penyimpanan
data belum
disimpan dalam
struktur folder
tahun dan bulan
BDG_20110430.zip (thn 2011)
TJS_20120711.zip (tipe thn 2012, 2013, 2014)
zip
Pasuruan
2011
sampai
2015
WTK_20110507.zip
WAKO_20120604.ZIP (thn 2012, 2013, 2014,
2015)
zip
penyimpanan
data sudah
terstruktur
hanya format
belum seragam
penyimpanan
data sudah
terstruktur
hanya format
belum seragam
Yogyakarta
2013
YKT_20130101.zip
zip
Pontianak
Sumedang
Pembenahan
terhadap
format
penyimpanan data dimulai dengan melakukan
perancangan bentuk penamaan kode data.
Penggunaan kode data adalah untuk efisiensi
penggunaan memori yang merupakan bagian
dari optimalisasi desain database (Istiyanto, J.E.,
Sutanta. E., 2012). Keseragaman penamaan
file/data pengamatan ini dituangkan kedalam
struktur kode. Struktur kode tersebut dapat
berupa kombinasi karakter (huruf dan angka)
yang akan digunakan untuk mengelompokan
data. Manfaat dari struktur kode ini adalah
untuk memudahkan proses pencarian data
sehingga penyajian data lebih akurat. Para
perancang sistem biasanya akan menggunakan
kode-kode data tersebut dalam merancang
databasenya (Sutanta, E., Wardoyo, R., 2012).
Hal lain yag harus diperhatikan dalam
pembuatan kode data adalah harus mudah
diingat,unik, fleksibel serta konsisten terhadap
format yang sudah ditetapkan.
Jenis kode yang akan digunakan pada
makalah ini adalah jenis kode mnemonic
(Mnemonic Code), dibuat berdasarkan singkatan
atau mengambil sebagian karakter dari item
yang
akan
diwakili.
Dalam
melakukan
penamaan file, huruf besar dan kecil dapat
diseragamkan, untuk keseragaman dalam hal ini
untuk kode stasiun dan kode alat pengamatan
menggunakan huruf besar (kapital) kemudian
diikuti tahun, bulan, tanggal, jam, menit, detik.
Format penamaan file data observasi yang
seragam akan memudahkan dalam melakukan
sorting atau melakukan iterasi (looping) dalam
coding program yang bertujuan untuk mencari
file data observasi yang berkesinambungan.
Rancangan untuk standarisasi kode untuk
nama tiap stasiun pengamatan (Elyyani, 2014):
1. Pameungpeuk : PMP (3 huruf)
2. Sumedang
: SMD
3. Watukosek
: WTK
4. Kototabang
: KTB
5. Pontianak
: PTK
6. Biak
: BIK
7. Manado
: MND
8. Kupang
: KOE
9. Yogyakarta
: JGY
Berikut
adalah
rancangan
untuk
standarisasi kode untuk nama tiap alat
pengamatan :
1. Beacon
: BCN (3 karakter)
2. MWR
: MWR
3. Cadi
: CAD
4. Ale
: ALE
5. Disdrometer : DIS
6. MAWS
: MWS
7. WPR
: WPR
8. IPS 51
: P51
9. Meteo
: MTO
10. MF Radar 1
: MR1
11. MF Radar 2
: MR2
12. Gistim
: GIS
13. GPS 3 Javad : GP3
14. Magdas 9
: MAG
15. Lf_std
: STD
16. Ozon
: Ozn
17. Ozon Monitor: OzM
18. VLF_B
: VLF
Prosiding SNSA 2016
ISBN: 978-602-17420-1-3
274
Elyyani & S. Maryam
Gambar 4-1. Format Penyimpanan File Pengamatan.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Winradio
: WIN
WPR
: WPR
Co2
: CO2
Aws
: AWS
Celestron
: CEL
Campbel-stokes: CAM
Fluxgate
: FlX
Ionogram
: ION
IPS 71
-Sur
: I7S
-Dev
: I7D
-Vis
: I7V
28. Proton
: PRO
29. Rain-Gauge
: RAG
30. SN-400
: S400
31. TEC-meter
: TEC
32. SUHU
: SHU
33. Kelembaban
: KEL
34. Ozon Permukaan: OZP
35. Ozon Vertikal : OZV
36. UV_B
: UVB
37. Geomagnet
: GEO
38. Matahari
: MTH
39. GPS
: GPS
Hasil dari kegiatan suatu alat pengamatan
adalah suatu file/data pengamatan. Data
pengamatan tersebut disimpan dalam suatu
nama file. Gambar 4-1 menjelaskan standarisasi
format penamaan file pengamatan. Untuk alat
pengamatan diwakili 3 karakter, stasiun
pengamatan diwakili 3 karakter, tahun
pengamatan 2 digit, bulan 2 digit dan untuk
tanggal pengamatan 2 digit. Sedangkan jam,
menit, detik diberikan masing-masing 2 digit.
Untuk Data Ale di Pameungpuk pada tahun
2017 bulan Januari tanggal 7 bisa ditulis dengan
format
PMP_ALE_20140107_074600
(jika
tidakada jam menit detik hilangkan).txt.
Flexibiltas data merupakan hal yang harus
diperhatikan dalam pengembangan basis data,
selain untuk memberi kemudahan terhadap hasil
pencarian data juga dapat digunakan untuk
keperluan sharing data yang lebih luas pada
masa mendatang. Oleh karena itu keseragaman
format penyimpanan file merupakan salah satu
syarat dalam pengembangan database yang akan
digunakan
untuk
mempermudah
proses
pencarian data. Data/ file pengamatan tersebut
disimpan berdasarkan hirarki manajemen folder,
Prosiding SNSA 2016
ISBN: 978-602-17420-1-3
keteraturan penyimpanan file data tersebut akan
memperlihatkan saling keterkaitan antar data
sehingga dapat digunakan dalam pengelolaan
basis data untuk membuat sebuah sistem
aplikasi
5. Kesimpulan
Standarisasi format data sangat diperlukan
untuk membangun flexibilitas data yang dapat
digunakan pada sistem integrasi. Untuk
memudahkan database melakukan pencarian
data pengamatan dibutuhkan keseragaman
penyimpanaan file. Struktur kode dirancang
menggunakan jenis kode mnemonic (mnemonic
code) yaitu kode dirancang dengan mengambil
singkatan dari karakter item yang akan diwakili.
Manfaat dari struktur kode ini adalah untuk
memudahkan proses pencarian data sehingga
penyajian data lebih akurat. Oleh karena itu
berbagai data penelitian khususnya data sains
antariksa yang dihasilkan harus dapat dikelola
secara optimal agar bisa mendukung layanan
data sains antariksa.
Ucapan Terima Kasih
Penulis berterimakasih kepada penelaah
yang telah memberikan saran perbaikan atas
makalah ini.
Rujukan
Adhitya, M., Irvan, P., & Michael. (2012).
Perancangan dan Rencana Penerapan Sistem
Basis Data pada PT. Mitsindo Visual
Pratama,
Skripsi,
Universitas
Bina
Nusantara, Jakarta.
Connolly., Thomas, M., dan Carolyn, E. Begg.
(2002). Database Systems : A Practical
Approach to Design, Implementation, and
Management, Third Edition. Addison-Wesley,
Reading, Massachusetts.
Ewald, T., Wolk, K. (2010). A Flexible Model for
Data
Integration.
29th
International
Conference
on
Conceptual
Modeling
Proceedings, November 1-4, 2010. Vancouvert,
BC, Canada.
Istiyanto, J.E., Sutanta. E. (2012). Model
Interoperabilitas
Antar
Aplikasi
E-
Rancangan Standardisasi Penamaan File . . .
Government, Jurnal Teknologi Technoscientia,
4, 2, ISSN: 1979-8415.
Sutanta, E., Istiyanto, J.E. (2012). Kebijakan
Standarisasi
Data
Dan
Problem
Interoperabilitas
Pada
Aplikasi
EGovernment, Creative Communication And
Innovative Technology (CCIT) Journal, 6, 1,
ISBN: 1978 -8282.
Sutanta, E., Wardoyo, R. (2012). Perbedaan Kode
Data Dalam Rancangan Database Dan
Strategi Penyelesaian Untuk Sinkronisasi
Data, IPTEK-KOM, 14, 2, ISSN: 1410-3346.
Elmasri, R., Navathe, B. Shamkant. (2011).
Fundamentals of Database System, 6th edition.
Addison-Wesley, ISBN: 978-0-136-08620-8.
Elyyani. (2015). Rancangan Format Data
Pengamatan Antariksa. Laporan Teknis
Intern. Pusat Sains Antariksa.
Ladjamudin, A. (2005). Analisis dan Desain
Sistem Informasi, Graha Ilmu. Yogyakarta
Martin,
J.
(1975).
Computer
Database
Organization, parth I. New Jersey: PrenticeHall.
275
Mullen, B. (2005). The Database and Its
Structure,
http://www.gowerpub.com/pdf/pidmc2.pdf,
diunduh 5 Septembver 2012.
Whitten, J. L., Bentley, L.D. (2007). System
Analysis and Design Methods, 7th edition,
McGraw-Hill., Irwin.
Setiawan, A. (2003). Sistem Pemberian Kode
Pada Data. Jurnal BINA EKONOMI, Vol. 7,
No.2, Agustus 2003. Universitas Katolik
Parahyangan Bandung,
www.direktorikuliah.com/kamus-data-strukturkode, diunduh tanggal 11 Juli 2016.
Pusat Sains Antariksa LAPAN, alamat web
untuk mengakses data pengamatan sains
antariksa: https://bimasakti.sains.lapan.go.id.,
diakses 29 Agustus 2016.
Elyyani, S.Si, lahir di kota Bandung (Jawa Barat) pada tanggal 15 Juni 1971
bekerja sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN), bekerja mulai tahun 1997, menjadi salah seorang
Peneliti bidang Sistem Informasi di satuan kerja Pusat Sains Antariksa di
Bandung. Menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) di Universitas Padjadajaran
(Unpad) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam dengan Program
Studi Manajemen Informatika lulus pada tahun 1995.
Prosiding SNSA 2016
ISBN: 978-602-17420-1-3
Download