7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Definisi Masa nifas (puerperium) di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti ke keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Sarwono, 2008, h : 122) Masa nifas (puerperium) di mulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2006, h : N-23) Periode pasca partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. ( Bobak, 2005, h : 492) Kesimpulan dari teori di atas yaitu masa nifas adalah di mulai setelah kelahiran plasenta sampai pemulihan alat-alat kandungan berlangsung selama 6 minggu B. Klasifikai Masa Nifas Menurut (Kumaira marsya,2012 h;305). Masa nifas di bagi menjadi 3 periode yaitu : 1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan 2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu 7 Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 8 3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat dan sempurna bisa berminggu-minggu atau bulan atau tahun. C. Tahapan Masa Nifas Menurut (Saleha, 2009, h: 5) tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut : 1. Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena Antonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochia, tekanan darah, dan suhu. 2. Periode early postpartum (24 jam- 1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal tidak ada perdarahan, lochia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. 3. Periode last partum (1minggu- 5 minggu) Pada periode ini, bidan tetap melakukan perawatan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. D. Perubahan Fisiologi Masa Nifas Perubahan –perubahan dari alat reproduksi yaitu : 1. Involusi uteri Uterus yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500g satu minggu setelah melahirkan dan 350 g (11-12 ons) 2 minggu setelah lahir. Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 9 Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50 sampai 60g. (Bobak, 20005, h :439) Tabel 1.1 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi No Involusi 1. 2. 3. 4. Bayi Lahir 1 Minggu 2 Minggu 6 Minggu 8 Minggu 5. TFU Berat Uterus Setinggi pusat Pertengahan Pusat Sympisis Tidak Teraba diatas Sympisis Normal Normal tapi sebelum hamil 1.000gr 750gr 500gr 50gr 30gr Sumber : (Cuningham, 2010, h: 200) 2. Lochia Lokia adalah secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas (Sarwono, 2002, h: 241) a. Pada hari pertama dan kedua lokia rubra atau lokia kruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium b. Hari berikutnya darah bercampur lendir dan disebut lokia sanguinolenta. c. Setelah satu minggu lokia cair, tidak berdarah lagi warnanya agak kuning, disebut lokia serosa. d. Setelah dua minggu lokia hanya merupakan cairan putih disebut sebagai lokia alba. 3. Servik . Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas jam pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali seperti semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis dan rapuh selama Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 10 beberapa hari setelah ibu melahirkan. Muara serviks yang berdilatasi 10cm sewaktu melahirkan, menutup secara bertahap. Dua jari mungkin masih dapat di masukkan kedalam muara serviks pada hari ke-4 sampai ke-6 pascapartum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada hari ke-2. Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan, tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah, sering disebut seperti mulut ikan. (Bobak, 2005, h : 495) 4. Vagina Esterogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat tegang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, enam sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu ke empat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofik pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. ( Bobak, 2005, h:495) 5. Mamae (fisiologi laktasi) Selama kehamilan, ukuran payudara meningkat dan beratnya juga meningkat dari sekitar 200g menjadi 400-600g. pada kehamilan trisemester pertama, payudara wanita berespon terhadap perubahan kadar hormon sirkulasi dengan pertumbuhan duktus-lobus-alveoli. Selama bulan ketiga kehamilan, materi sekresi yang dikenal sebagai kolostrum mulai tampak dibawah pengaruh prolaktin, dan pada trisemester akhir alveoli diisi dengan kolostrum. Pada minggu keenam belas kehamilan, payudara Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 11 benar-benar dipersiapkan untuk laktasi, penyempurnaan fisiologis siklus reproduksi. (Varney, 2008, h: 985) A. Ada dua reflex yang masing-masing berperan dalam pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu : 1. Refleks Prolaktin Putting susu banyak terdapat ujung syaraf sensoris. Bila di rangsang oleh hisapan bayi maka akan timbul implus yang menuju hipotalamus selanjutnya ke hipofisis bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormone inilah yang berperan dalam produksi ASI ditingkat Alveolli. Dengan demikian mudah di pahami bahwa makin sering rangsangan penyusuan makin banyak pula Produksi ASI. 2. Reflek Oksitosin Rangsangan susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang, yang mengeluarkan hormone oksitosin. Hormone ini yang berfungsi memacu kontraksi otot polos yang berada di dinding alveolus dan dinding saluran sehingga ASI dipompa keluar. Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim makin cepat dan baik sehingga tidak jarang ibu merasa perutnya mulas pada hari pertama menyusui dan ini adalah mekanisme alamiah untuk kembalinya rahim kebentuk semula. B. Beberapa refleks yang memungkinkan bayi baru lahir untuk memperoleh ASI adalah sebagai berikut. 1. Refleks Rooting Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 12 Refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan putting susu apabila ia di letakkan di payudara. 2. Refleks Menghisap Yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan putting susu atau pengganti putting susu sampai ke langit keras dan punggung lidah. Refleks ini melibatkan rahang, lidah, dan pipi. 3. Refleks Menelan Yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menekan areola, sehingga refleks ini merangsang pembentukan rahang bayi.(Saleha, 2009, h: 16) C. ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu : 1. Kolostrum Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan. Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur. Selain itu, kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada kolostrum adalah immunoglobulin, yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur, dan parasit. Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 13 payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/ 24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang. 2. Asi Transisi / Peralihan ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke4 sampai hari ke- 10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat. 3. ASI Matur ASI matur di sekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relative konstan, tidak menggumpal jika di panaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremik. Foremik lebih encer. Foremik mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremik maupun hindmilk. (Dewi maritalia, 2012, h:81) D. Cara Menyusui Yang Benar 1. Mencuci tangan dengan sabun Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 14 2. Mengajari ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting susu dan areola 3. Mengajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada pada lekung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu 4. Mengajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan, kepala bayi menghadap payudara 5. Mengajari ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus 6. Mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan areola 7. Mengajarkan ibu untuk merangsang membuka mulut bayi dengan menyentuh pipi dengan puting susu atau anjurkan ibu untuk menyentuh sudut mulut bayi. 8. Setelah bayi membuka mulut, mendekatkan dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian measukkan puting susu serta sebagian besar areola ke mulut bayi. 9. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang atau menyangga payudara lagi 10. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui 11. Mengajari ibu cara melepaskan hisapan bayi yaitu dengan menekan dagu bayi ke bawah Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 15 12. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit asi pada puting susu dan areola, dan biarkan kering dengan sendirinya 13. Mengajarkan ibu cara menyendawakan bayi 14. Mengajari ibu untuk selalu menyusukan kedua payudara secara bergantian. 15. Menganjurkan ibu untuk menyusui setiap bayi meminta E. Cara memerah ASI 1. Mencuci tangan 2. Duduk dengan nyaman, pegang wadah ASI dekat payudara 3. Topang payudara dengan satu tangan 4. Gunakakn ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah tangan yang lain dan tempatkan menyilang terhadap satu sama lain pada sisi yang berlawanan dari putting di batas luar areola 5. Dengan menggunakan gerakan memerah, tekan ke belakang (menjauh dari areola), kemudian kedalam, kemudian kea rah depan dan kemudian lepas tekankan. Beri tekanan perlahan tapi mantap. Tekanan yang tidak perlu dapat menyebabkan trauma jaringan, tetapi tekanan harus cukup kuat untuk benar-benar mengkompres sinus 6. Amati untuk melihat butiran kolostrum atau susu pada permukaan putting, yaitu tempat muara duktus berada. 7. Dengan perlahan seka atau serap kolostrum atau susu dari putting dengan kain bersih Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 16 8. Sesuai metode, gerakkan ibu jari dan jari mengelilingi areola, ulangi langkah 4 sampai 7 untuk masing-masing lokasi. Ada 15 sampai 20 sinus laktiferus semua ini harus dikosngkan. 9. Ketika pertama kali memerah ASI, lakukan gerakan memerah tidak lebih dari dua kali untuk masing-masing payudara agar tidak membuat trauma jaringan ketika tekhnik ini di pelajari. Setelah semua duktus dapat mengalirkan susu dengan bebas dan wanita telah menguasai tekhnik, memerah ASI dapat di lakukan sampai aliran kolostrum atau susu berhenti. (Varney, 2008, h: 1122) F. Penyimpanan ASI Air susu yang dikeluarkan harus diperlakukan dengan hati-hati, seperti makanan segar lainnya. Air susu harus di dinginkan, baik dalam lemari es atau dalam pendingin dengan es batu, segera setelah di keluarkan, asi dapat di simpan dengan : 1. Suhu kamar maksimum 250C selama 4 jam 2. Dalam lemari es pada 40C (390F) selama 72 jam. 3. Dalam pembeku pada -200C (-40F) selama 3 sampai 6 bulan (Varney, 2008, h: 998) G. Tanda Bayi Cukup Asi 1. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda 2. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji” Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 17 3. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup. Bayi yang selalu tidur bukan pertanda baik. 4. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam. 5. Payudara ibu merasa terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui 6. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap bayi mulai menyusu 7. Bayi bertambah berat badannya (Saifuddin, 2006, h : N-26) H. Manfaat ASI Menurut (Siti Saleha, 2009, h: 31-34) manfaat dari ASI adalah 1. Manfaat bagi bayi a. Komposisi sesuai kebutuhan b. Kalori ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan c. ASI mengandung zat pelindung d. ASI menunjang perkembangan kognitif bayi e. Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak f. Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri 2. Manfaat Bagi Ibu a. Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya rahim kebentuk semula b. Mempercepat ibu kembali ke berat sebelum hamil c. Menunda kesuburan d. Menimbulkan perasaan dibutuhkan e. Mengurangi kanker payudara dan ovarium Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 18 3. Manfaat bagi keluarga a. Mudah dalam proses pemberiannya b. Mengurangi biaya rumah tangga c. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat. 4. Manfaat bagi Negara a. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan. b. Penghemat devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan menyusui c. Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. 6. Perubahan Tanda-Tanda Vital Menurut (Varney, 2008, h: 961) pada masa nifas terjadi perubahan tanda-tandaa vital yaitu : a. Tekanan Darah Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolic, yang kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari. b. Suhu Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 80C. sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38oC, mungkin terjadi infeksi. Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 19 c. Nadi Nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemorargi, demam selama persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemorargi pascapartum. d. Pernafasan Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan,asma, dan embolus paru. 7. Sistem Muskulosketetal Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisai sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke-8 setelah wanita melahirkan. (Bobak,2005, h : 500) 8. Sistem Urinarius Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan dungsi Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 20 ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua sampai delapan minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasai traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan (Bobak, 2005, h: 497) 9. Sistem Pencernaan Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi karenya nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomy, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal ( Bobak, 2005 h: 498) 10. Sistem Hematologi Leukosit adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sampai sebanyak 15.000 selama masa persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa postpartum. Jumlah sel-sel darah putih tersebut masih Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 21 bisa lebih tinggi lagi hingga 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit sangat bervariasi dalam puerperium awal sebagai akibat fluktuasi volume darah, volume plasenta , dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut (Varney, 2008, h: 962) 11. Perubahan psikologis pada ibu nifas Menurut (Saleha, 2009, h: 64), ada tiga tahap perubahan psikologi masa nifas yaitu : a. Taking in period Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, focus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan pada persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat. b. Taking hold period Berlangsung berkonsentrasi 3-4 hari dalam postpartum, menerima ibu tanggung lebih jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitive, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialamli ibu. c. Letting go period Dialami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 22 “seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya. E. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas Menurut (Saleha, 2009, h: 71) kebutuhan dasar pada ibu nifas yaitu : 1. Nutrisi dan Cairan Ibu nifas harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut : a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. c. Minum sedikitnya 3 gelas air setiap hari. d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pascapersalinan. e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitam A kepada bayi melalui ASI. 2. Ambulasi Ambulasi dini ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secapt mungkin untuk berjalan. Keuntungan ambulasi dini adalah sebagai berikut : a. Ibu merasa lebih sehat dengan ambulasi dini b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik c. Ambulasi dini memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis). 3. Eliminasi Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 23 a. Buang Air kecil Ibu diminta untuk buang air kecil 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi. b. Buang Air Besar Ibu post partum diharapkan buang air besar setelah hari kedua post partum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per rectar atau peroral. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan huknah. 4. Personal Hygne Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu post partum: a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum. b. Mengajarkan ibu bagaimana cara membersihkan alat kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar. c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 24 telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika. d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari atau menyentuh daerah tersebut. f. Perawatan Luka Perineum 1. Kompres Es Tempatkan bungkusan Es, dari bagian depan ke belakang, yang dilakukan pada waktu a. Selama dua jam pertama untuk mengurangi rasa bengkak dan meningkatkan rasa nyaman b. Setelah dua jam pertama, setelah melahirkan untuk mengurangi rasa nyeri 2. Dengan Betadin a. Siapkan alat-alat seperti : Air hangat ,washlap,handuk dan pembalut b. Cuci tangan c. Lepas pembalut yang kotor dari depan kebelakang d. Keringkan dengan washlap atau handuk dari depan kebelakang secara perlahan e. Olesi kasa, dengan betadin lalu di deepkan betadin tadi ke luka perineum, dan buang kasa. f. Pasang pembalut dari depan kebelakang g. Rapikan alat-alat pada tempatnya h. Cuci tangan dengan sabun (Danuatmaja, 2003, h: 176) Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 25 5. Istirahat dan Tidur Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah : b. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan c. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. 6. Aktivitas Seksual Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami isteri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami isteri kapan saja ibu siap. b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami isteri sampai waktu tertentu, misal setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pasangan yang bersangkutan. 7. Latihan Senam Nifas Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita. Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas. Untuk itu beri penjelasan pada ibu tentang hal berikut ini : a. Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali normal, karena hal ini akan membuat ibu merasa lebih Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 26 kuat dan ini juga menjadikan otot perutnya menjadi kuat, sehingga mengurangi rasa sakit punggung. b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat pembantu. a. Dengan tidur terlentang dan lengan disamping, tarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas dalam, angkat dagu ke dada, tahan mulai hitungan 1 sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali. b. Untuk memperkuat otot tonus jalan lahir dan dasar panggul lakukanlah keagel. c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan panggul, tahan sampai 5 hitungan. Relaksasi otot ulangi latihan sebanyak 5 kali. d. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali. 8. Perawatan Payudara Bagi sebagian ibu, aktivitas menyusui kerap dihubungkan dengan keindahan payudara. Alas an inilah yang membuat mereka enggan berlama-lama menyusui. Berikut ini kiat masase payudara yang dapat di praktekan sejak hari ke- 2 usai persalinan, sebanyak 2 kali sehari. a. Cucilah tangan sebelum masase b. Lalu tuangkan minyak ke kedua belah tangan secukupnya. Pengurutan dimulai dengan ujung jari. Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 27 c. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah putting susu. d. Selanjutnya buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada putting susu di seluruh bagian payudara. Lakukan gerakan memutar pada payudara kanan e. Gerakan selanjutnya letakkan kedua telapak tangan di antara dua payudara. Urutlah dari tengah keatas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali. Variasi lainnya adalah gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari diatas dan empat jari lainnya dibawah. Peras dangan lembut payudara sambil meluncurkan kedua tangan kedepan kearah putting susu. Lakukan hal yang sama pada payudara kanan. Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 28 f. Lalu cobalah posisi paralel. Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara kearah putting susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu, letakkan satu tangan disebelah atas dan satu lagi dibawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan kearah putting susu dengan cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan. F. Komplikasi 1. Infeksi Nifas Infeksi nifas adalah peradangan yang terjadi pada organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau virus kedalam organ reproduksi tersebut selama proses persalinan dan masa nifas ( Maritalia, 2012, h: 57). Macam-macam infeksi nifas yaitu : a. Endometriosis Endometriosis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada endometrium. Pada endometriosis yang tidak terlalu Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 29 parah, dihari pertama penderita akan merasa kuarang sehat dan mengalami nyeri perut. Mulai hari ke-3 terjadi peningkatan suhu tubuh, frekwensi nadi dan pernafasan cepat. Namun, dalam kurun waktu 1 minggu biasanya keadaan ini akan kembali normal bila tubuh mampu melawan mikroorganisme penyebab infeksi tersebut. b. Peritonitis Peritonitis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada peritoneum (selaput dinding perut). Pada masa nifas peritonitis terjadi akibat menyebarnya atau meluasnya infeksi yang terjadi pada uterus melalui pembuluh limfe. Peritonitis ini ditandai dengan peningkatan suhu tubuh dan nyeri perut bagian bawah. c. Trombophlebitis Trombophlebitis adalah penjalaran infeksi melalui vena. Hal ini terjadi pada masa nifas karena terbukanya vena-vena selama proses persalinan sehingga memudahkan masuknya mikroorganisme pathogen. d. Infeksi Luka Perineum Infeksi luka perineum adalah infeksi yang terjadi akibat masuknya mikroorganisme kedalam luka perineum. Luka perineum yang mengalami infeksi akan terasa lebih nyeri, merah dan bengkak. 2. Perdarahan Post Partum Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi pada jalan lahir yang volumenya lebih daari 500ml dan berlangsung dalam 24 jam setelah bayi lahir. Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 30 Perdarahan postpartum dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya : c. Atonia Uteri Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan. Penyebab atonia uteri adalah: a. Umur ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua ( lebih dari 40 tahun) b. Status paritas (multipara atau grande multipara) c. Partus lama atau partus tak maju d. Uterus terlalu tegang atau besar (pada kehamilan kembar atau bayi besar) e. Kelainan uterus d. Retensio Plasenta Retensio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Retensio plasenta terjadi karena kontraksi uterus tidak adekuat selama proses persalinan sehingga plasenta tidak dapat lepas dari dinding uterus atau implantasi plasenta terlalu dalam pada dinding uterus. c. Inversion Uteri Inversion uteri adalah suatu keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seutuhnya kedalam kavum uteri. Penyebab inversion uteri adalah : 1. Uterus lembek dan lemah 2. Grandemultipara 3. Kelemahan pada organ reproduksi Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 31 4. Meningkatnya tekakan intra abdominal. d. Robekan jalan lahir Robekan jalan lahir merupakan laserasi atau luka yang terjadi disepanjang jalan lahir (perineum) akibat proses persalinan. Tanda-tanda ibu yang mengalami robekan jalan lahir adalah perdarahan segar yang mengalir dan terjadi segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik, kadang ibu terlihat pucat, lemah, dan menggigil akibat kurangnya hemoglobin. 3. Kelainan Pada Payudara Menurut (sulistyawati, 2009, h : 190) kelainan pada payudara adalah : a. Pembendungan air susu Pada permulaan nifas, apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu. Payudara panas, keras, dan nyeri pada perabaan, serta suhu badan tidak naik. b. Mastitis Pada masa nifas dapat terjadi infeksi pada payudara, terutama pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Tanda-tanda mastitis adalah rasa panas- dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu, tidak ada nafsu makan. c. Abses Payudara Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 32 Abses payudara merupakan kelanjutan / komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut. Gejala yang dirasakan ibu adalah ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah dan mengkilap, benjolan lebih lunak karena berisi nanah, sehingga perlu di insisi untuk mengeluarkan nanah tersebut. G. Tanda Bahaya Ibu Nifas Tanda bahaya yang terjadi ketika nifas adalah : 1. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan ganti pembalut 2 kali dalam setengah jam) 2. Pengeluaran pervagina yang berbau menyengat 3. Rasa sakit dibagian baeah perut atau punggung. 4. Rasa sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan 5. Pembengkakan diwajah atau ditangan 6. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau jika merasa tidak enak badan. 7. Payudara yang berubah menjadi memerah, panas, dan sakit. 8. Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama. 9. Rasa sakit, warna merah, pembengkakan dikaki. H. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir Menurut (Ari sulityawati, 2009, h 59), respon orangtua terhadap bayi baru lahir adalah sebagai berikut : 1. Bounding Attachment Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 33 Yang dimaksud dengan bounding attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan bayi pada menitmenit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. 2. Respon ayah dan keluarga Pria yang menjalani masa transisi untuk menjadi orangtua dapat mengalami gejala-gejala somatic dan lebih banyak meminta nasihat medis. Selain ayah yang mempunyai bentuk respon sendiri dengan kelahiran anaknya, keluarga yang lain juga mempunyai reaksi yang bermacam-macam, biasanya, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi keluarga pada waktu itu. Kelahiran anak atau cucu dalam lingkungan keluarga besar akan sangat berbeda dengan kelahiran anak berikutnya. 3. Slibing Rivally Kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga dapat menimbulkan suatu krisis situasional yang sebaiknya perlu di persiapkan pada anak usia toddler (1-3 tahun) terutama pada anak pertama dimana ia mempunyai pengalaman dengan posisi yang menyenangkan menjadi nomer satu). Respon yang dapat ditunjukkan oleh anak, antara lain : 1. Memukul bayi 2. Mendorong bayi dari pangkuan ibu 3. Menjauhkan putting susu dari mulut bayi 4. Secara verbal menginginkan bayi masuk kembali kedalam perut ibu 5. Ngompol lagi 6. Kembali tergantung pada susu botol Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 34 7. Bertingkah agresif. I. Perencaan Pemilihan KB Meskipun pemakaian alat kontasepsi masih lama, namun tidak ada salahnya jika mengkajinya lebih awal, agar pasien mendapatkan banyak informasi mengenai pilihan beberapa alat kontasepsi. Bidan juga dapat memberikan penjelasan mengenai alat kontrasepsi tertentu yang sesuai dengan kondisi dan keinginan pasien. J. Kunjungan Masa Nifas Menurut (Saifuddin, 2008 h: 122), paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Tabel J.1 Kunjungan Masa Nifas Kunjungan 1. 2. Waktu 6-8 jam setelah persalinan 6 hari setelah persalinan Tujuan 1. Mencegah perdarahan persalinan masa nifas karena atonia uteri. 2. Mendeteksi dan merawat penye bab lain perdarahan 3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 4. Pemberian asi awal 5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6. menjaga bayi agar tetap sehat de ngan cara mencegah hipotermia Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal deng an ibu dan bayi baru lahir untuk dua jam pertama setelah kelahi ran, atau sampai ibu dan bayi da lam keadaan stabil. 1. Memastikan involusi uterus berja lan normal : uterus berkontraksi, Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 35 2. 3. 4. 5. 3. 4. 2 minggu setelah persalinan 6 minggu setelah persalinan fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak berbau. Menilai adanya tanda-tanda infek si, demam, atau perdarahan abnor mal. Memastikan ibu mendapatkan cu kup cairan , makanan dan istirahat Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tak memperlihatkan tan da-tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap ha ngat, dan merawat bayi seharihari Sama seperti diatas ( 6 hari setel ah persalinan) 1. Menanyakan ibu tentang penyulit - penyulit yang ia atau bayi alami 2. Memberikan konseling untuk KB secara dini. B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan 1. Tinjauan Manajemen 7 langkah Varney Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Langkah 1 : Pengumpulan data dasar Pada langkah mengumpulkan ini semua dilakukan data yang pengkajian diperlukan dengan untuk mengevaluasi kepada klient secars lengkap. Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klient. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klient mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 36 dengan dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. ( Mufdilah, 2009, h: 115) 2. Langkah 2 : Interpretasi data dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klient berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. ( Mufdilah, 2009, h: 115) 3. Langkah 3 : mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis / masalah potensial ini benar-benar terjadi.( Mufdilah, 2009, h: 116) 4. Langkah 4 : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klient. Langkah keempat mencerminkan sikap kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dokter. ( Mufdilah, 2009, h: 117) Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 37 5. Langkah 5 : Merencanakan asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah-langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini haruslah rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up tu date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien. ( Mufdilah, 2009, h: 117) 6. Langkah 6 : Melakukan Perencanaan Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus dilakukan secara efisien dan aman. Perencanan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagiannya lagi dilakukan oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. ( Mufdilah, 2009, h: 118) 7. Langkah 7 : Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evalusai keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. ( Mufdilah, 2009, h: 119) 2. Metode Pendokumentasihan Asuhan Kebidanan Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 38 Menurut (Mudilah,2009 h: 90) dalam metode SOAP, merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan. Subyektif : Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Obyektif : Data obyektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan diagnostic lain. Catatan medic dapat dimasukkan ke dalam data ini sebagai data penunjang. Assessment : Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi dari data subyektif dan obyektif. Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subyektif maupun data obyektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Planning : adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. 3. Tinjauan asuhan kebidanan dengan nifas normal. 1. Pengkajian Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 39 Pengkajian adalah bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klient (Mufdilah,2009, h:120) A. Data Subyektif 1. Biodata yang mencakup identitas klient a. Nama Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan lengkap, nama depan, nama tengah, nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya. (Matondang,2009,h;5) b. Umur Umur perlu diketahui, karena untuk mencegah perdarahan postpartum. Wanita yang melahirkan pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun memiliki faktor resiko terjadinya perdarahan post partum. Wanita yang dibawah umur 20 tahun fungsi reproduksi belum berkembang secara sempurna, sedangkan pada wanita usia 35 tahun keatas sudah mengalami penurunan, dibandingkan dengan fungsi reproduksi normal.(Marsha khumaira,2012,h; 286) c. Agama Di kaji untuk mengetahui Disamping itu juga melakukan pendekatan keyakinan pasien. untuk mempermudah dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan agama yang dianut (Matondang,2009,h;6) Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 40 d. Alamat Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah, dan mengetahui apakah tempat tinggal ibu mempunyai resiko tinggi terjangkit penyakit tertentu. Agar terhindar dari infeksi masa nifas (Varney,2007,h;31) e. Suku bangsa Dikaji untuk mengetahui adat istiadat ibu dan kebiasan yang dapat membahayakan untuk masa nifasnya contohnya: tidak makan telur selama masa nifas, dan hanya memakan nasi dan garam saja (Bobak,2005,h;541) f. Pendidikan Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektual ibu, agar bidan mudah untuk memberikan konseling kepada ibu, sesuai dengan tingkat pendidikannya (Saleha,2009,h;78) g. Pekerjaan Dikaji untuk mengetahui tingkat sosial ekonominya, dan untuk mencegah kekurangan gizi pada ibu nifas. (Varney,2007,h;31) 2. Keluhan Utama Dikaji untuk mengetahui keluhan apa yang sedang ibu rasakan saat ini, seperti mulas pada perut, nyeri pada perineum (Saleha,2009,h:135) 3. Riwayat penyakit dahulu Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 41 Dikaji karena untuk mengetahui penyakit terdahulu ibu yang kronik atau akut yang dapat menurun pada riwayat kesehatan sekarang. a. Hipertensi Hipertensi akan menyebabkan nyeri kepala, yang merupakan salah satu tanda bahaya nifas (Bobak,2005,h’501) b. Diabetes Dikaji karenamemiliki banyak resiko untuk menurun pada bayinya, dan juga dapat terjadi anomali pada bayi, dan makrosomia. (Bobak,2005,h;704) c. HIV Perlu dikaji untuk mencegah penularan terhadap bayinya (Bobak,2005,h; 675) d. Hepatitis B Perlu dikaji untuk mencegah penularan terhadap bayinya (Bobak,2005,h;677) e. Jantung Perlu dikaji karena dapat menyebabkan ibu tibatiba mengalami syok hipovolemik, karena dengan lahirnya plasenta anastomosis arteria-vena hilang dan darah yang seharusnya masuk ke dalam ruang intervilus sekarang masuk kedalam sirkulasi besar.. (Sarwono,2002,h;430) 4. Riwayat kesehatan sekarang Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 42 Data ini diperlukan untuk mengetahui adanya penyakit bawaan yang dapat timbul saat masa nifas. (Varney,2007,H; 32) a. Hipertensi Hipertensi akan menyebabkan nyeri kepala, yang merupakan salah satu tanda bahaya nifas. (Bobak,2005,h;501) b. Diabetes Dikaji karena diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas penyembuhan perineum dan sepsis, luka jalan maupun dan lahir, menghambat baik luka ruptura episiotomi (Sarwono,2002,h;521) c. HIV Perlu dikaji karena untuk mencegah terjadinya penularan terhadap bayi dan penolong (Sarwono,2002,h;558) d. Anemia Anemia dalam masa nifas dapat menyebabkan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri (Sarwono,2002,h;450) e. Hepatitis B Dikaji karena untuk mencegah terjadinya penularan terhadap bayinya (Varney,2007,h;165) 5. Riwayat penyakit keluarga Untuk mengetahui adanya penyakit turunan dari keluarga, seperti hipertensi, jantung, diabetes, asma, Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 43 keturunan kembar, dan penyakit jiwa (Varney,2007,h;32) 6. Riwayat obstetric a. Riwayat Haid Riwayat haid perlu dikaji karena untuk mengetahui apakah wanita tersebut mengalami kelainan dalam siklus haidnya seperti amenore, disminore, menorargi, metrorargi, menometrorargi, polimenore, atau oligomenore, yang dapat menggangu masa nifasnya (Varney,2007,h;339) b. Riwayat kehamilan,persalinan,nifas yang lalu. Dikaji untuk mengetahui ini kehamilan yang keberapa, apakah ibu melahirkan dengan umur kandungan cukup bulan atau tidak, untuk mengetahui siapa penolong ibu, ibu melahirkan dengan spontan atau Caesar, berapa berat badan bayi pertamanya, apakah ada komplikasi pada saat nifas (Mufdilah,2009,h;175) c. Riwayat kehamilan sekarang Dikaji untuk mengetahui jumlah paritas ibu, kapan perkiraan menstruasi, lahir rajin kehamilannya, imunisasi bayinya, dan TT kapan tidaknya ibu sudahkah selama terakhir ibu memeriksakan ibu melakukan kehamilannya. (Saleha,2009,h;121) d. Riwayat persalian sekarang Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 44 Untuk mengetahui kapan ibu mulai kontraksi dan mengeluarkan lendir darah, mengetahui posisi janin, pembukaan, bagian terbawah janin,detak jantung janin, kekuatan HIS, adakah komplikasi dalam persalinan, berapa lama kala 1 sampai kala 4, adakah plasenta, perdarahan, dan bagaimana bagaimana keadaan keadaan bayi ( Saleha,2009,h;122) 7. Riwayat perkawinan Untuk mengetahui suasana atau gambaran rumah tangga klient, dan untuk mengetahui apakah pasangan ini pasangan fertile atau infertil. (Sulistiawati,2009,h;114) 8. Riwayat KB Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang pernah dipakai, berapa lama penggunaanya, kapan berhenti menggunakan KB tersebut, dan rencana KB selanjutnya ingin menggunakan KB apa. Hal ini penting di tanyakan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dan mengontrol jumlah anak, dan juga mengontrol jarak kehamilan yang pertama dan kedua (Saifuddin,2008,h;5) 9. Pola kebutuhan sehari-hari a. Pola makan Di kaji untuk mengetahui bagaimana pasien mencukupi asuhan gizinya selama hamil, gizi yang Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 45 baik saat nifas akan mencegah dari atonia uterin (Sulistyawati,2009,h;114) b. Pola minum Dikaji untuk mengetahui kebiasaan pasien dalam pemenuhan kebutuhan cairannya. Karena pada masa nifas sangat dibutuhkan cairan yang cukup. (Sulistyawati,2009,h;115) c. Pola istirahat Dikaji untuk mengetahui bagaimana pola istirahat ibu. Karena kegembiraan yang dialami setelah melahirkan seorang bayi bisa membuat ibu sulit beristirahat (Bobak,2005,h;531) d. Aktifitas sehari-hari Dikaji untuk mengetahui aktifitas apa yang dilakukan ibu sehari-hari. Karena ambulasi dini terbukti bermanfaat untuk mengurangi insiden tromboembolisme dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu ( Bobak,2005,h;531) e. Pola personal hygne Dat ini perlu dikaji karena hal tersebut akan mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya. Jika pasien memiliki kebiasaan kurang baik terhadap kebersihan dirinya, makan akan sangat berbahaya karena kuman dapat mudah masuk, dan akhirnya ibu mendapatkan infeksi pada masa nifasnya (Sulistyawati,2009,h;116) f. Aktifitas seksual Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 46 Di kaji untuk mengetahui apakah ada masalah terhadap aktifitas seksualnya, dan apakah ada keluhan dalam aktifitas seksualnya (Vareny,2007,h;33) 10. Data psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya yaitu meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladaptif. Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan presepsi realities orangtua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon sosial yang tidak matur, dan ketidak berdayaanya. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orangtua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka teralu mengharapkan bayi dapat memberi respon yang belum mampu dilakukannya. (Bobak,2005,h;537) B. Data Obyektif Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klient, seorang bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klient dalam keadaan stabil yang termasuk dalam komponen pengkajian data obyektif ini adalah : 1. Keadaan umum Dikaji untuk mengetahui dan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Keadaan umum pasien nifas normal adalah baik. (Sulistyawati,2009,h;121) 2. Tingkat kesadaran Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 47 Dikaji untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien. Ada beberapa tingkat kesadaran pasien yaitu dari keadaan composmentis sampai dengan koma. (Sulistyawati,2009,h;121) 3. Vital sign a. Temperature/ suhu Dikaji untuk mengetahui suhu ibu post partum. Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu tubuh, tetapi tidak lebih dari 380C (Manuaba,2010,h;201) b. Nadi Untuk denyut nadi ibu post partum normal adalah 60-80 kali/menit. Apabial denyut nadi diatas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukan adanya infeksi nifas (Varney,2008,h; 961) c. Pernafasan Fungsi pernafasan akan sedikit meningkat setelah kelahiran, tetapi setelah itu akan kembali normal (Varney,2008,h;961) d. Tekanan darah Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolic, yang kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari. (Varney,2008,h;961) 4. Pemeriksaan fisik Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 48 a. Kepala Kepala dikaji untuk mengetahui rambut berminyak atau tidak, rontok atau tidak, ada ketombe atau tidak, ada infeksi kulit kepala atau tidak (Varney,2007,h:35) b. Muka, mata, telinga, mulut, gigi Muka dikaji untuk mengetahui adakah edema wajah, cloasma gravidarum, sclera putih atau tidak, konjungtiva merah muda atau pucat, adapak ada polip dan secret dihidung, apakah telinga bersih, tidak ada secret, apakah keadaan mulut bersih, keadaan gigi tidak ada yang karies dan bolong. (Mufdilah,2009,h;137) c. Leher Dikaji untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada kelenjar getah pembesaran bening kelenjar atau tyroid tidak, atau adakah tidak (Varney,2007,h;37) d. Ketiak dan dada Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembengkakak kelenjar limfe, dan tidak ada retraksi dinding dada (Mufdilah,2009,h;137) e. Abdomen Dikaji untuk mengetahui adanya bekas operasi, linea gravidarum dan strie gravidarum atau tidak, bentuk abdomen, (Mufdilah,2009,h;137) f. Pemeriksaan genetalia Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 49 Dikaji untuk mengetahui apakah ada odema, tandatanda trauma, pengeluaran lochea, apakah ada bekas jahitan pada perineum, apakah ada ruam,(Varney,2007,h;39) g. Pemeriksaan ekstermitas Di kaji untuk mengetahui apakah ada varises di kaki, apakah betis lemah dan panas, dan untuk mengukur reflek patela (Mufdilah,2009,h;170) 5. Pemeriksaan obstetric a. Inspeksi Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat. Dibagi menjadi dea yaitu inspeksi umum dan local (Matondang,2009,h;19) 1. Muka Di kaji untuk mengetahui adanya cloasma gravidarum pada wajah, (Mufdilah,2009,h;137) 2. Payudara Di kaji untuk mengetahui adanya pembesaran mamae, areola berhiper pigmentasi (Varney,2007,h;38) 3. Abdomen Di kaji untuk mengetahui bentuk abdomen, adanya strie gravidarum dan linea nigra, adanya beska operasi atau tidak (Mufdilah,2007,h;137) b. Palpasi Palpasi adalah pemeriksaan dengan meraba, mempergunakan telapak tangan dan memanfaatkan Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 50 alat peraba yang terdapat pada jari tangan (Matondang,2009,h;19) 1. Mamae Untuk mengetahui kolostrum sudah keluar atau belum, apakah ibu merasa nyeri, apakah asi keluar dengan lancar, apakah putting susu lecet (Varney,2007,h;38) 2. Abdomen Dikaji untuk mengetahui konsistensi uterus setelah persalinan (Varney,2008,h;837) No 1. 2. 3. 4. 5. Tabel 1.3 Tinggi Fundus Uteri Involusi Bayi Lahir 1 Minggu 2 Minggu 6 Minggu 8 Minggu TFU Berat Uterus Setinggi pusat 1.000gr Pertengahan Pusat Sympisis 750gr Tidak Teraba diatas Sympisis 500gr Normal 50gr Normal tapi sebelum hamil 30gr Sumber : (Cuningham, 2010, h: 200) 3. Genetalia Di kaji untuk mengetahui adanya pengeluaran pervaginam seperti lochia. Jenis lochia a. Lochia rubra yaitu berisi darah segar dan sisasisa selaput ketuban. Sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selama dua hari selama masa persalinan. b. Lochia sanguinolenta yaitu berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, keluar pada hari ke 3 – 7 pasca persalina. Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 51 c. Lochia sarosa yaitu berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 -14 pasca persalinan. d. Lochia alba yaitu cairan putih, keluar setelah dua minggu. e. Lochia purulenta yaitu terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.(Kumaira marsha,2012,h;310) Selain itu juga untuk mengetahui terjadinya infeksi pasca partum, dan melihat kebersihan luka perineum (Bobak,2006,h;683) 6. Data penunjang Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan laboraturium dalam arti luas adalah setipa pemeriksaan yang dilakukan diluar pemeriksaan fisik (Matondang,2009,h;166) Data penunjang perlu dilakukan untuk mengetahui kadar Hb dalam darah, jika anemia akan menyebabkan perdarahan porspartem (Sarwono,2002,h;447) 2. Interpretasi Data A. Diagnosa Mengidentifikasi diagnoa kebidanan dan masalah bedasarkan interpretasi data yang benar atas dasar datadata yang telah dikumpulkan.(Mufdlilah,2009,h;155) 1. Data subyektif Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 52 Data subyektif diperoleh dari anamesa pada pasien dan keluarga yang dibutuhkan untuk mendukung diagnose yang dibuat 2. Data obyektif Data obyektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien. B. Masalah Permasalahan yang muncul bedasarkan pernyataan pasien, meliputi data yang didapat dari hasil anamnesa dan data yang didapat dari hasil pemeriksaan. 3. Diagnosa potensial dan antisipasi Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensilal lain bedasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah di indentifkasi misalnya seorang wanita dengan pemuaian uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut. Misalnya polihidramnion, kehamilan gemelli dan diabetes (Mufdillah,2009,h;116) 4. Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien (Mufdilah,2009,h;117) 5. Perencanaan Dalam melakukan perencaanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pada saat kunjungaan masa nifas tersebut. Kunjungan masa nifas paling sedikit empat kali kunjungan, kunjungan ini Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 53 dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah dan mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Dalam perencanaan yang tepat yang dilakukan oleh bidan untuk ibu 2 jam post partum adalah 1. Observasi tanda-tanda vital,keadaan umum, tinggi fundus uteri, kontraksi, keadaan payudara ibu, dan pengeluaran asi 2. Observasi perdarahan yang keluar 3. Ajarkan ibu cara mamassage fundus uteri 4. Cek apakah ada perdarahan yang keluar bukan karena atonia uteri 5. Ajarkan ibu cara menyusui yang benar 6. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dengan ASI 6. Pelaksanaan Langkah Ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klient dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman (Mufidilah,2009,h;172) Pelaksanaan yang tepat yang dilakukan oleh bidan untuk ibu 6 jam postpartum adalah a. Mengobservasi keadaan umum Meliput kesadaran, tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, keadaan payudara ibu, pengeluaran asi, anjurkan ibu untuk segera bekemih, observasi mobilisasi dini. b. Mencegah perdarahan masa nifas karena atoniauteri Pada kala tiga setelah pelepasan plasenta, segera di lakukan massage fundus uteri selama 15 detik, untuk merangsang kontraksi uterus, sehingga dapat mencegah terjadinya atonia uteri. Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 54 c. Mendeteksi dan merawat penyebab lain dari perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut. Cek apakah ada laserasi jalan lahir yang belum terdeteksi, jiak ada segera lakukan penjahitan. d. Memberikan konseling pada ibu atah salah satu anggota keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Mengajari ibu dan salah satu anggota keluarganya cara melakukan massage fundus uteri sehingga uterus mampu berkontraksi dengan baik. Cara memassage fundus uteri yaitu telapak tangan diletakkan pada fundus uteri, lalu dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar searah jarum jam selama sepoluh menit. (Soekarmi,dkk. 2008,h;103) e. Pemberian ASI awal Anjurkan ibu untuk segera meneteki bayinya, setelah kelahiran. f. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir g. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. 7. Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diitentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. (Mufdilah,2009,h;119) 3. Aspek Hukum A. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002. BAB V Praktik Bidan Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 55 Pasal 16 1) Pelayanan Kebidanan kepada ibu meliputi : a. Penyulihan dan konseling b. Pemeriksaan fisik c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat , preeklamsi ringan dan anemia ringan e. Pertolongan persalinan normal f. Pertolongan persalinan normal, yang mencakup letak sunsang, partus macet kepala dasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, perdarahan postpartum , leserasi jalan lahir,distosia karena inersia uteri primer, posterm dan preterm g. Pelayanan ibu nifas normal h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta, dan infeksi ringan i. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid. 2) Pelayan kebidanan kepada anak meliputi: a. Pemeriksaan bayi baru lahir b. Perawatan tali pusar c. Perawatan bayi d. Resusitasi pada bayi baru lahir e. Pemantauan tubuh kembang anak f. Pemberan imunisasi g. Pemberian penyuluhan Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013 56 B. KOPETENSI BIDAN PADA ASUHAN IBU NIFAS DAN MENYUSUI Kopetensi ke 5 : bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. a. Pengetahuan dasar 1). fisiologi nifas 2). Proses infolusi dan penyembuhan sesudah persalinan atau abortus 3). Proses laktasi atau menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara , abses,mastitis,putting susu lecet, putting susu masuk. 4). Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan fisiologis lainya seperti pengosngan kandung kemih. 5). Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. 6). Adaptasi pisikologis ibu sesudah bersalin dan abortus. 7). Bonding & attachement 8). Indikator subinfolusi 9). Indicator masalah – masalah laktasi 10). Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, shok, dan pre eklamsia postpartum. 11). Indicator pada komplikasi tertentu dalam periode postpartum seperti anemia kronis, hetoma vulva, retensi urin. 12). Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus. 13). Tanda dan gejala abortus. Asuhan Kebidanan Ibu..., Esa Ratnasari, Kebidanan DIII UMP, 2013