50 BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Persiapan Penelitian 1

advertisement
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi kancah penelitian
Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan adalah
perlunya memahami kancah atau tempat penelitian dan mempersiapkan segala
sesuatu yang berkenaan dengan jalannya penelitian. Sebelum menentukan kancah
penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan observasi pendahuluan dengan
mendasarkan pada ciri-ciri populasi yang diambil, dengan tujuan lebih
menghemat waktu dan memperoleh jumlah sampel penelitian yang cukup banyak
serta dapat dilakukan penelitian secara klasikal.
Awal mula Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta berdiri pada 27 Januari 1933
dengan nama Poliklinik Kesehatan Tsi Sheng Yuan, beralamat di jalan Mesen no.
106, Solo. Pelayanan yang diberikan terbatas pada pengobatan umum dan
pemeriksaan kandungan. Pada awal 1942, pada masa pendudukan Jepang
Poliklinik Kesehatan Tsi Sheng Yuan berfungsi sebagai rumah sakit darurat.
Tahun 1949, Poliklinik Kesehatan Tsi Sheng Yuan pindah ke jalan Warung Pelem
no. 72, pelayanan yang diberikan bertambah dengan Klinik Bersalin. Atas
prakarsa dr. Oen Boen Ing yang telah mengabdi sejak tahun 1935, pada 31
Agustus 1952 terbentuklah Yayasan Kesehatan Tsi Sheng Yuan.
50
51
Visi
Menjadi Institusi pelayanan kesehatan yang unggul, untuk me lanjutkan
cita-cita luhur almarhum Dr. OEN BOEN ING sebagai wujud pengabdian
berbangsa dan bernegara.
Misi
?
Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara profesional
?
Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan yang terjangkau masyarakat
luas, tanpa membedakan suku, bangsa, agama, aliran politik, kedudukan
sosial ekonomi
?
Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan yang bersifat non profit dan
dikelola secara ekonomis
?
Mengembangkan sumber daya manusia
?
Menjunjung tinggi kode etik
2. Penyusunan alat pengumpul data
Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala persepsi terhadap gaya
kepemimpinan demokratik kepala perawat dan skala kedisiplinan kerja.
a. Skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat
Persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat
diungkap dengan skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala
perawat yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan Danim (2004)
yaitu kepercayaan, komunikasi dua arah, penekanan pada tujuan. Sistem skoring
dengan empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai
52
(TS) dan sangat tidak sesuai (STS). Skala ini berjumlah 36 item yang terdiri dari
18 item favourable dan 18 item unfavourable. Skor aitem favourable atau aitem
yang mendukung positif terhadap pernyataan, sebagai berikut.
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
:
:
:
:
4
3
2
1
Aitem yang unfavorable adalah aitem yang mendukung negatif terhadap
satu pernyataan tertentu. Nilai yang diberikan:
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
:
:
:
:
1
2
3
4
Blue print skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala
perawat dapat dilihat pada tabel IV.1:
Tabel IV.1
Blue Print Skala Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik
Kepala Perawat
Nomor item
Aspek
Total
Favourable
Unfavourable
1,3,5,7,9,11
13,15,17,19,21,23
12
Komunikasi dua arah
25,27,29,31,33,35
2,4,6,8,10,12
12
Penekanan pada tujuan
14,16,18,20,22,24
26,28,30,32,34,36
12
18
18
36
Kepercayaan
Jumlah
b. Skala kedisiplinan kerja
Skala kedisiplinan kerja yang digunakan disusun berdasarkan aspek-aspek
yang dikemukan Anoraga (2008) yaitu kehadiran, jam kerja, tanggung jawab.
53
Skala kedisiplinan kerja berjumlah 30 item terdiri dari 15 item favourable dan 15
item unfavourable. Sistem skoring menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).
Adapun skor favourable atau aitem yang mendukung positif terhadap pernyataan,
sebagai berikut.
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
:
:
:
:
4
3
2
1
Unfavorable adalah aitem yang mengandung nilai- nilai mendukung secara
negatif terhadap satu pernyataan tertentu. Nilai yang diberikan:
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
:
:
:
:
1
2
3
4
Blue print skala kedisiplinan kerja dapat dilihat pada tabel IV.2:
Tabel IV.2
Blue Print Skala Kedisiplinan kerja
No
1.
2.
3.
Aspek
Kehadiran
Jam kerja
Tanggung jawab
Jumlah
Nomor Aitem
Favourable
Unfavorable
1,3,5,7,9
11,13,15,17,19
21,23,25,27,29
2,4,6,8,10
12,14,16,18,20
22,24,26,28,30
15
15
Jumlah
10
10
10
30
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan subjek penelitian
Peranan subjek di dalam penelitian sangatlah penting untuk dapat
mengetahui informasi sebagai bahan atau data dalam penelitian. Adapun subjek
penelitian adalah perawat yang bertugas di ruang rawat inap dr. Tjan Khee Swan
54
kelas IIA dan IIB berjumlah 75 perawat. Alasan penelitian di rumah sakit tersebut
antara lain untuk memberikan informasi secara empiris bagaimana keterkaitan
antara persepsi terhadap kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan
kedisiplinan kerja perawat, hal ini penting untuk dilakukan mengingat banyak
rumah sakit yang belum optimal dalam memberikan pelayanan pada pengguna
jasa rumah sakit
2. Pelaksanaan pengumpulan data penelitian
Pelaksanaan pengumpulan data menggunakan penelitian data terpakai (uji
coba terpakai). Hadi (2000) mengemukakan sejumlah penelitian menggunakan
apa yang disebut uji coba terpakai, dibedakan dengan uji coba terpisah. Pada uji
coba terpakai, hasil uji cobanya dari aitem-aitem yang sahih langsung digunakan
untuk menguji hipotesis. Uji coba terpakai mengandung kelemahan dan kelebihan.
Kelemahannya adalah jika banyak aitem atau butir yang gugur dan terlalu sedikit
aitem yang valid, peneliti tidak lagi mempunyai kesempatan untuk merivisi skala
atau instrumennya. Kelebihannya adalah tidak perlu membuang-buang waktu,
tenaga dan biaya untuk keperluan uji coba semata- mata. Sebaliknya uji coba
terpisah memerlukan waktu, tenaga dan biaya tersendiri, tetapi jika banyak aitem
yang gugur peneliti masih bisa merevisi aitem-aitem skalanya dan meningkatkan
kualitas
datanya.
Alasan
digunakan
uji
coba
terpakai
antara
lain
mempertimbangkan efektivitas waktu pengumpulan data agar lebih singkat, selain
itu juga agar tidak terlalu mengganggu aktivitas kerja perawat.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 sampai dengan 11
Februari 2012. Melalui ijin dari pimpinan rumah sakit pembagian skala diberikan
55
ke bagian personalia yang selanjutnya dikoordinasikan dengan perawat jaga
dimasing- masing bangsal untuk dibagikan kepada semua perawat. Pengembalian
skala kurang lebih satu minggu dari penyebaran. Dari 75 skala yang dibagikan
semua kembali dan memenuhi syarat skoring. 3URVHVSHODNVDQDDQVNRULQJ XQW
XN
penelitian data W
HUSDNDLP HO
DOXLGXDW
DKDS
\ DLW
X pHUKLW
XQJDQVNRULQJ XQW
XN
P HQJ XML
YDOLGLW
DV dan VNRULQJ XQW
XNP HQJ XM
LKLSRW
HVLV
3. Pelaksanaan skoring untuk uji validitas dan reliabilitas
Skor item berkisar dari 1 sampai 4. Pemberian skor dilakukan berdasarkan
jawaban subjek dan memperhatikan sifat item yaitu favourable dan unfavourable.
Nilai tertinggi item adalah 4 dan terendah adalah 1. Selanjutnya penulis
menjumlahkan skor dari masing- masing skala, yang nilainya digunakan untuk
analisis data.
4. Perhitungan validitas dan reliabilitas
Parameter indeks daya beda item diperoleh melalui korelasi antara skor
masing- masing item dengan skor total, sehingga dapat ditentukan item- item yang
valid dan yang tidak valid untuk dimasukkan dalam skala penelitian. Seleksi atau
dasar pengambilan keputusan item yang valid dengan cara membandingkan nilai
validitas (r bt ) dengan nilai p pada taraf signifikansi 5%. Jika nilai p < 0,05 maka
item dikatakan valid, sebaliknya jika nilai p > 0,05 maka item dikatakan gugur.
Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas skala persepsi terhadap gaya
kepemimpinan demokratik kepala perawat menghasilkan 6 item yang gugur yaitu
nomor 7,17,23,27,33,34, sehingga dari 36 item yang diujikan terdapat 30 item
56
dinyatakan valid, koefisien validitas (r bt ) berkisar 0,445 sampai 0,865; p < 0,05
dan koefisien reliabilitas (rtt ) = 0,954. Susunan item skala yang valid dan gugur
untuk skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat
disajikan pada tabel IV.3.
Tabel IV.3
Sebaran Item Skala Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik
Kepala Perawat yang Valid dan Gugur
Aspek
Kepercayaan
Nomor Item
Favourable
Unfavourable
Total
Sahih
Gugur
Sahih
Gugur
1,3,5,9,11
7
13,15,19,21 17,23 12
Komunikasi dua arah
25,29,31,35
Penekanan pada tujuan
14,16,18,20,2
27,33
2,24
Total
15
3
18
2,4,6,8,10,12
12
26,28,30,32,
36
34
12
15
3
30
18
Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas skala kedisiplinan kerja
menghasilkan 2 item gugur yaitu nomor 6,20, sehingga dari 30 item yang diujikan
ada 28 item valid, koefisien validitas (rbt ) berkisar antara 0,289 sampai 0,874
dengan p < 0,05 dan koefisien reliabilitas (rtt ) sebesar 0,952. Susunan item skala
yang valid dan gugur skala kedisiplinan kerja disajikan pada tabel IV.4.
57
Tabel IV.4
Sebaran Item Skala Kedisiplinan kerja
yang Valid dan Gugur
Aspek
Kehadiran
Jam kerja
Tanggung jawab
Total
Nomor Item
Favourable
Unfavourable
Total
Sahih
Gugur
Sahih
Gugur
1,3,5,7,9
11,13,15,17,19
10
21,23,25,27,29
2,4,8,10
6
10
12,14,16,18
20
22,24,26,28,30
10
14
1
14
1
30
15
15
Tabel IV.5
Rangkuman Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Variabel
Persepsi terhadap gaya
kepemimpinan
demokratik kepala
perawat
Kedisiplinan kerja
Nilai Koefisien
Validitas
Reliabilitas
(rbt ) = 0,407 – 0,865 (rtt ) = 0,945
p < 0,05
(rbt ) = 0,289 – 0,874
p < 0,05
(rtt ) = 0,952
Jumlah
Item = 36
Gugur = 6
Valid = 30
Item = 30
Gugur = 2
Valid = 28
5. Pelaksanaan skoring untuk uji hipotesis
Setelah perhitungan validitas dan reliabilitas aitem, langkah selanjutnya
melalui program komputer SPS yaitu menjumlahkan skor item valid masingmasing skala. Berdasarkan hasil perhitungan validitas skala persepsi terhadap
gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat terdapat 30 item yang valid dan
skala kedisiplinan kerja terdapat 28 item. Total penjumlahan skor item yang
valid dari skala yang diperoleh subjek ini akan dipakai dalam uji hipotesis atau
analisis data.
58
C. Analisis Data
1. Uji asumsi
a. Uji normalitas sebaran. Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk
mengetahui apakah sebaran data penelitian mengikuti sebaran distribusi normal
atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas pada variabel persepsi terhadap gaya
kepemimpinan demokratik kepala perawat diperoleh nilai kai kuadrat = 6,171;
p =0,290 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaran data variabel
persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat memenuhi
distribusi normal. Hasil uji normalitas variabel kedisiplinan kerja diperoleh nilai
kai kuadrat = 1,212; p = 0,750 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan sebaran
data variabel kedisiplinan kerja memenuhi distribusi normal.
b. Uji linieritas. Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah
variabel bebas (persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat)
dengan variabel tergantung (kedisiplinan kerja) memiliki korelasi yang searah
(linier) atau tidak. Uji linieritas diperoleh nilai Fbeda = 0,117; p=0,733
(p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas (persepsi terhadap
gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat) dengan variabel tergantung
(kedisiplinan kerja ) memiliki korelasi yang searah (linier).
2. Uji hipotesis
Perhitungan untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan
teknik analisis product moment Pearson. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,449; p = 0,000 (p<0,01). Hasil tersebut
menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi
59
terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan
kerja. Semakin tinggi (positif) persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik
kepala perawat maka semakin tinggi kedisiplinan kerja, begitu sebaliknya
semakin rendah (negatif) persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik
kepala perawat maka semakin rendah kedisiplinan kerja. Dari hasil analisis
diketahui koefisien determinan (r2 ) = 0,202. Hal ini berarti sumbangan efektif
persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat terhadap
kedisiplinan kerja sebesar 20,2%, artinya masih terdapat 79,8% faktor- faktor lain
yang mempengaruhi kedisiplinan kerja selain variabel persepsi terhadap gaya
kepemimpinan
demokratik
kepala
perawat,
misalnya
gaji,
lingkungan,
pengalaman, teman sekerja, jenis kelamin dan rasa aman.
Tabel IV.6
Rangkungan Hasil Uji Hipotesis
Uji Asumsi/
Variabel
Analisis
Korelasi
Persepsi terhadap gaya
product
kepemimpinan
moment
demokratik kepala
perawat dengan
kedisiplinan kerja
Sumbangan Persepsi terhadap gaya
efektif
kepemimpinan
demokratik kepala
perawat terhadap
kedisiplinan kerja
Kategorisasi Persepsi terhadap gaya
kepemimpinan
demokratik kepala
perawat
Kedisiplinan kerja
Hasil
Nilai r = 0,449
p = 0,000 (p < 0,01)
R2 = 0,202
Keterangan
(status)
Ada korelasi
positif sangat
signifikan
Sumbangan
efektif = 20,2%
Faktor lain
79,8%
Mean empirik = 88,093
Mean hipotetik = 75
Tinggi
Mean empirik = 70,187
Mean hipotetik = 70
Sedang
60
3. Kategorisasi
Tujuan dari kategorisasi adalah mengetahui kond isi subyek dengan
membuat kelas-kelas interval pengkategorian. Maksud pengukuran adalah sematamata mendudukkan subyek pada posisinya menurut kontinum atribut yang diukur
(Azwar, 2009). Cara pembuatan kelas interval adalah dengan membuat terlebih
dahulu Mean hipotetiknya dan standar deviasi. Nilai Mean hipotetik yang
diperoleh dari uji normalitas sebaran kemudian dimasukkan ke dalam kelas
interval untuk mengetahui kategori yang dimiliki subyek.
Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel persepsi terhadap gaya
kepemimpinan demokratik kepala perawat mempunyai rerata empirik sebesar
88,093 dan rerata hipotetik sebesar 75 yang berarti persepsi terhadap gaya
kepemimpinan demokratik kepala perawat tergolong tinggi. Adapun variabel
kedisiplinan kerja diketahui rerata empirik sebesar 70,187 dan rerata hipotetik
sebesar 70 berarti kedisiplinan kerja subjek penelitian tergolong sedang. Hasil
kategori dapat dilihat pada berikut:
Tabel IV.7
Frekuensi dan Persentase Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan
Demokratik Kepala Perawat
Skor
30 ?
48 ?
66 ?
84 ?
102 ?
Kriteria
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
X < 48
X < 66
X < 84
X < 102
X ? 120
Frekuensi
(? N)
4
16
46
9
75
Prosentase
(%)
5%
21%
61%
12%
100 %
Rerata
Empirik
88,093
61
Berdasarkan tabel IV.7 diketahui dari 75 subjek penelitian, terdapat 4
subjek (5%) memiliki persepsi tergolong rendah, ada 16 subjek (21%) memiliki
persepsi tergolong sedang, 46 subjek (61%) memiliki persepsi tinggi dan 9 subjek
(12,) memiliki terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat tergolong
sangat tinggi.
Tabel IV.8
Frekuensi dan Persentase Kedisiplinan kerja
Skor
28 ?
44,8 ?
61,6 ?
78,4 ?
95,2 ?
Kriteria
Sangat rendah
X < 44,8
Rendah
X < 61,6
Sedang
X < 78,4
Tinggi
X < 95,2
Sangat tinggi
X ? 112
Jumlah
Frekuensi
(? N)
Prosentase
(%)
Rerata
Empirik
18
27
30
24%
36%
40%
70,187
75
100 %
Berdasarkan tabel IV.8 diketahui dari 75 subjek penelitian, terdapat 18
subjek (24) memiliki kedisiplinan kerja rendah, ada 27 subjek (36%) memiliki
kedisiplinan kerja sedang, dan 30 subjek (40%) memiliki kedisiplinan kerja tinggi.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan product moment diperoleh nilai koefisien
korelasi (r) sebesar 0,449; p = 0,000 (p<0,01), artinya ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala
perawat dengan kedisiplinan kerja. Semakin tinggi atau positif persepsi terhadap
gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin tinggi kedisiplinan
kerja, dengan demikian hiotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan positif
antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan
kedisiplinan kerja dapat diterima.
62
Kepemimpinan merupakan salah satu aspek manajerial dalam kehidupan
organisasi yang merupakan posisi kunci (key position), karena seorang pemimpin,
berperan sebagai penyelaras dalam proses kerjasama antar manusia dalam
organisasinya. Pemimpin akan mampu membedakan karakteristik suatu organisasi
dengan organisasi lainnya. Pada umummya gaya kepemimpinan yang efektif,
tepat dan dapat diterima oleh bawahan adalah gaya kepemimpinan yang
demokratik, dimana pemimpin membantu dan mendorong bawahan untuk
membicarakan dan memutuskan semua kebijakan (Jewell dan Siegall, 2010).
Nawawi (2003) menyatakan kepemimpinan demokratik di sebuah
organisasi menunjukan perilaku selalu mampu dan berusaha mengikutsertakan
anggota organisasinya sebagai bawahan secara aktif sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing- masing. Pemimpin yang demokratik akan mendorong
kemampuan mengambil keputusan dari para bawahannya. Pemimpin serius
mendengarkan dan menilai dan menerima pikiran-pikiran bawahannya sejauh
pemikiran tersebut dapat dilaksanakan. Para bawahan juga didorong untuk
meningkatkan kemampuan mengendalian diri dan menerima tanggungjawab lebih
besar.
Para
bawahan
juga
didorong
untuk
meningkatkan
kemampuan
mengendalikan diri dan menerima tanggungjawab lebih besar. Keterlibatan
pimpinan untuk menyertakan karyawan dalam pengambilan keputusan akan
mempunyai dampak pada peningkatan hubungan pimpinan dengan bawahan
peningkatan partisipasi dan kedisiplinan kerja perawat.
Hasibuan (1994) berpendapat bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi
tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi antara lain teladan pimpinan.
63
Teladan pimpinan sangat berperan dalam mene ntukan kedisiplinan karyawan
Kepemimpinan demokratik akan mampu meningkatkan kedisiplinan kerja
perawat,
karena
dalam
gaya
kepemimpinan
demokratik,
pemimpin
mendelegasikan wewenangnya secara luas. keputusan selalu dirundingkan dengan
bawahan, sehingga pimpinan dan bawahan bekerja sebagai satu tim yang saling
mendukung, dan bekerjasama secara efektif.
Daft (2007) mengemukakan faktor yang mempengaruhi kedisiplinan kerja
antara lain pimpinan. Pimpinan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kedisiplinan kerja. Salah satu gaya kepemimpinan yang diasumsikan
efektif meningkatkan kedisiplinan kerja yaitu tipe demokratik. Pernyataan ini
didukung oleh hasil penelitian Arwani (2005) kedisiplinan kerja perawat
dipengaruhi banyak faktor, salah satunya yaitu kepemimpinan kepala perawat.
Kepala perawat sebagai manajer harus dapat menjamin pelayanan yang diberikan
oleh perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan yang aman dan
mementingkan kenyamanan pasien. Kemampuan manajerial yang harus dimiliki
oleh kepala perawat antara lain perencanaan, (planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakan dan pelaksanaan (aktuasi), pengawasan serta
pengendalian (controlling), dan evaluasi. Dari beberapa fungsi manajerial kepala
ruangan tersebut terlihat bahwa salah satu yang harus dijalankan oleh kepala
perawat adalah bagaimana melakukan supervisi untuk meningkatkan kedisiplinan
kerja, kualitas dan mutu pelayanan keperawatan.
Hasil analisis menunjukan sumbangan efektif persepsi terhadap gaya
kepemimpinan demokratik kepala perawat terhadap kedisiplinan kerja sebesar
64
20,2%, artinya masih terdapat 79,8% faktor- faktor lain yang mempengaruhi
kedisiplinan kerja selain variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan
demokratik kepala perawat. Seperti dikemukakan Ranupandojo, (2000) bahwa
faktor- faktor yang mempengaruhi disiplin kerja dapat dibagi dua, yaitu :
a. Faktor dari dalam individu (internal), yaitu moral atau semangat kerja
dan kesadaran dari karyawan akan pentingnya disiplin kerja.
b. Faktor dari luar individu (eksternal), yaitu kepemimpinan, peranan
yang berlaku dari lingkungan kerja.
Hasibuan (1994) berpendapat bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi
tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi adalah sebagai berikut :
a. Tujuan dan kemampuan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan
ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan.
b. Teladan pimpinan. Teladan pimpinan sangat berperan dalam
menentukan kedisiplinan karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan
panutan oleh para bawahan.
c. Balas jasa atau kesejahteraan. Dengan balas jasa atau kesejahteraan akan
memberikan kepuasan dan kecintaan terhadap perusahaan atau pekerjaannya. Jika
kecintaan semakin baik terhadap perusahaan atau pekerjaan, maka kedisiplinan
mereka akan lebih baik pula.
d. Keadilan. Keadilan ikut mendorong terwujudnya disiplin kerja
karyawan lain, ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan
minta diperlakukan sama dengan manusia lain.
65
e. Pengawasan melekat. Pengawasan melekat adalah tindakan nyata yang
paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan dalam perusahaan,
karena dengan pengawasan melekat berarti atasan harus aktif dan langsung
mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya.
f. Sanksi hukum. Dengan adanya sanksi hukuman karyawan akan takut
untuk melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner.
g. Ketegasan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk mengukur
karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang tela h ditetapkan.
h. Hubungan kemanusiaan. Manajer harus berusaha menciptakan suasana
hubungan kemanusiaan yang serasi dan harmonis diantara semua karyawan.
Hasil perhitungan kategorisasi diketahui rerata empirik sebesar 88,093 dan
rerata hipotetik sebesar 75. Statistik deskripsi menunjukkan dari 75 subjek
penelitian, terdapat 4 subjek (5%) memiliki persepsi tergolong rendah, ada 16
subjek (21%) memiliki persepsi tergolong sedang, 46 subjek (61%) memiliki
persepsi tinggi dan 9 subjek (12%) memiliki terhadap gaya kepemimpinan
demokratik kepala perawat tergolong sangat tinggi. Secara umum berarti persepsi
terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat pada subjek penelitian
tergolong tinggi. Persepsi tinggi diartikan karyawan memiliki pandangan atau
penilaian yang positif terhadap gaya kepemimpinan demokratik yang diterapkan
oleh pimpinan, demikian pula sebaliknya semakin rendah persepsi menunjukkan
semakin negatif penilaian dan pandangan karyawan terhadap gaya kepemimpinan
demokratik yang diterapkan pimpinan. Sesuai pendapat Nurachmah (Warsito,
2006) pimpinan perawat di level menengah adalah kepala perawat. Oleh karena
66
itu kepala perawat harus memiliki kompetensi agar pelaksanaan pekerjaannya
dapat berhasil yaitu: kemampuan menerapkan pengetahuan, keterampilan
kepemimpinan, (kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin) dan
kemampuan melaksanakan fungsi manajemen, di mana kelancaran pelayanan
keperawatan di suatu ruang rawat baik juga dipengaruhi oleh beberapa aspek
antara lain adanya : visi, misi dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal
ruang rawat., struktur organisasi lokal, mekanisme kerja (standar-standar) yang
diberlakukan di ruang rawat, sumber daya manusia keperawatan yang memadai
baik kuantitas maupun kualitas, metoda penugasan, tersedianya berbagai sumber
atau fasilitas yang mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang diberikan,
kesadaran dan motivasi dari seluruh tanaga keperawatan yang ada serta komitmen
dan dukungan dari pimpinan Rumah Sakit.
Variabel kedisiplinan kerja diketahui rerata empirik sebesar 70,187 dan
rerata hipotetik sebesar 70. Statistik deskripsi menunjukkan 18 subjek (24)
memiliki kedisiplinan kerja rendah, ada 27 subjek (36%) memiliki kedisiplinan
kerja sedang, dan 30 subjek (40%) memiliki kedisiplinan kerja tinggi. Secara
umum kedispilinan kerja masih tergolong sedang, oleh karena itu perawat perklu
mengoptimalkan aspek-aspek yang terdapat pada variabel kedisiplinan kerja yaitu
kehadiran, jam kerja, dan tanggung jawab. Menurut Suryohadiprojo (Helmi, 2000)
sikap dan perilaku untuk disiplin atau mentaati peraturan perusahaan/organisasi
muncul dari dalam diri karyawan untuk berbuat sesuatu atau kemauan untuk
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan. Sikap dan perilaku dalam disiplin kerja
ditandai oleh berbagai inisiatif, kemauan, dan kehendak untuk mentaati peraturan.
67
Artinya, orang yang dikatakan mempunyai disiplin yang tinggi tidak semata- mata
patuh dan taat terhadap peraturan secara kaku dan mati, tetapi juga mempunyai
kehendak (niat) untuk menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan organisasi.
Oleh karena itu disiplin kerja peril ditegakan sebagai kepatuhan terhadap
komitmen peraturan – peraturan perusahaan, bukan atas dasar perasaan takut.
Pada tingkat ini dilakukan tidak semata – mata untuk mendapatkan reaksi positif
dari pimpinan atau atasan yang memiliki wewenang, namun sebagai bentuk
komitmen yang tinggi terhadap perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala
perawat dengan kedisiplinan kerja, namun ada beberapa keterbatasan pada
penelitian ini, yaitu”
1. Generalisasi dari hasil- hasil penelitian ini terbatas pada populasi tempat
penelitian dilakukan yaitu di Rumah Sakit dr. Oen Solo Baru sehingga penerapan
pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya
perlu dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan atau menambah variabelvariabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan
menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian.
2. Metode pengumpulan data yang digunakan hanya angket atau skala
sehingga kurang dapat mengungkap secara mendalam gejala psikologis yang tidak
nampak dalam diri individu, oleh karena itu peneliti selanjutnya perlu melengkapi
dengan teknik pengumpulan data yang lain, misalnya dengan dokumentasi disiplin
kerja, wawancara, observasi, sehingga akan lebih dapat mengungkap secara
mendalam kondisi psikologis subjek penelitian.
68
3. Metode pengumpulan data yang berupa self report. Meski sah secara
metode, namun evaluasi terhadap sikap dan perilaku oleh subjek sendiri tidak bisa
lepas dari kemungkinan terjadinya bias subyektivitas. Distribusi skala yang
mengandalkan pihak staf berpeluang mendorong munculnya intervensi dan
evaluasi independen dari atasan terhadap bawahan.
Download