HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS DENGAN PENERIMAAN TERHADAP PENYAKIT PENDERITA KANKER PAYUDARA DI BANDUNG ARNOVELLA ABSTRAK Penelitian mengenai kanker payudara menunjukkan bahwa penerimaan terhadap penyakit merupakan hal yang penting bagi pasien dalam menghadapi masalah psikologis yang muncul sepanjang perjalanan penyakitnya. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa Penerimaan terhadap penyakit dapat membantu pasien untuk patuh akan proses pengobatan serta membantu pasien dalam beradaptasi dengan akibat dari memburuknya kondisi kesehatannya. Penelitian diluar maupun di indonesia menunjukkan bahwa spiritualitas memainkan peranan penting bagi pasien penyakit kronis dalam menghadapi penyakitnya. Penelitian ini dilakukan di Bandung, dengan total responden penelitian 21 orang penderita kanker payudara. Responden mengisi kuesioner Spiritual Attitude and Involvement List (SAIL) dan Acceptance of Illness Scale (AIS). Jawaban responden dihitung korelasinya menggunakan korelasi Pearson. Hasil menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara Spiritualitas dengan penerimaan terhadap penyakit pada penderita kanker payudara di Bandung (r=0,6, pvalue < 0,01). Semakin tinggi spiritualitas penderita kanker maka akan semakin tinggi penerimaan terhadap penyakit pasien. Dari penelitian ini didapatkan bahwa terdapat 4 dimensi pada spiritualitas yang dikaitkan dengan penerimaan terhadap penyakit yaitu meaningfullness, caring for others, connectedness with nature, dan spiritual Activity. Kata Kunci: Kanker Payudara, Penerimaan terhadap penyakit, Spiritualitas. PENDAHULUAN Kanker adalah salah satu penyakit kronis dan sering mengakibatkan kematian (Iskandarsyah et al., 2013).Menurut National Cancer Institute(2009), kanker adalah suatu istilahuntuk penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya. Proses dimana sel menyerang jaringan di sekitarnya ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker(WHO, 2009).Berdasarkan data yang dirilis International Agency for Research on Cancer, penderita kanker dunia mencapai 12,7 juta orang pada tahun 2008 dan mengakibatkan kematian 7,6 juta penderita (Kompas.com). Jumlah penderita dan kematian akibat kanker di Indonesiapun jumlahnya terus meningkat. Menurut World Health Organization (WHO) dan International Union Against Cancer (IUAC) pada tahun 2030 akan terjadi lonjakan penderita kanker sampai tujuh kali lipat. Dimana peningkatan tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia (IUAC, 2012). Di indonesia, kanker yang paling banyak di derita adalah kanker payudara. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (Globocan, 2012), pada tahun 2015 diperkirakan terjadi lonjakan sebesar 2.367 kasus kanker payudara pada usia di usia bawah 65 tahun. Peningkatan bukan hanya diprediksi terjadi pada jumlah penderita kanker payudara, namun juga kematian akibat kanker ini. Berdasarkan data ini, maka diagnosis kanker payudara merupakan sesuatu yang dapat memicu distress psikologis, terutama bagi penderita kanker payudara sendiri, begitu juga dengan keluarga maupun orang terdekat pasien. Distress psikologis merupakan keadaan subjektif yang tidak menyenangkan (Myrosky & Ross, 2003) . Distress psikologis bukan hanya disebabkan oleh diagnosis dan tingginya tingkat kematian akibat kanker payudara, namun juga berkaitan dengan proses pengobatan yang akan dijalani pasien (Iskandarsyah et al., 2013). Suatu studi mengatakan bahwa sepertiga dari 45% penderita kanker payudara mengalami distress psikologis yang signifikan (Carlson, & Bultz, 2003). Disamping distress psikologis pasien kanker juga dikatakan mengalami masalah psikologis lainnya yaitu, takut kambuh, perubahan pada tubuh dan seksualitas, pikiran yang mengganggu mengenai penyakit dan kematian (Iskandarsyah et al., 2013). Berbagai masalah psikologis yang muncul pada pasien dapat membuat pasien tidak patuh dalam proses pengobatan medis yang harus dijalaninya. Sammuel (2011) mengatakan bahwa masalah biaya, ingin mencoba pengobatan alternatif serta tidak tahan terhadap efek samping seperti seperti kerontokan rambut, daya tahan tubuh yang menurun, sariawan, mual, muntah seringkali membuat pasien tidak patuh terhadap pengobatan. Sebuah literatur mengatakan bahwa kemampuan pasien untuk menerima dan menjalani prosedur medis dan proses pengobatan terkait penyakitnya tergantung kepada tingkat penerimaan seseorang akan prosedur pengobatan, dan tingkat pemahaman pasien akan penyakitnya (Adongo, Kirkwood, Kendall C, 2005). Sebuah studi yang dilakukan pada penderita diabetes juga mengatakan bahwa penerimaan terhadap penyakit mempunyai dampak langsung pada kepatuhan akan diagnosis dan proses pengobatan yang di anjurkan begitu juga dengan menghadapi hambatan selama mengatasi penyakit (Lickiewicz et al., 2010).Penerimaan terhadap penyakit dianggap sebagai masalah yang cukup besar pada pasien dengan penyakit kronis.Kurangnya penerimaan dapat menyebabkan kepatuhan yang lebih rendah untuk perawatan medis dan penundaan pengobatan. (Zalewska, Miniszewka, Chodkiewicz, &Narbutt, 2006).Semakin tinggi penerimaan akan penyakit, maka akan semakin rendah tingkat reaksi negatif dan emosi yang dirasakan pasien karena penyakitnya dan proses pengobatan yang dijalani (Lewandowska et al., 2006; Niedzielski et al., 2007). Suatu studi mengatakan bahwa sumber daya pribadi memainkan peran penting dalam penerimaan penyakit kronis. Peningkatan optimisme, dan meminimalkan keyakinan seseorang bahwa kesehatan seseorang tergantung dari orang lain bisa menyebabkan penerimaan yang lebih tinggi dari penyakit(Zalewska, Miniszewka, Chodkiewicz, &Narbutt, 2006). Dari studi ini dapat diartikan bahwa peningkatan optimisme dan meminimalkan keyakinan seseorang bahwa kesehatannya tergantung dari orang lain menjadi sumber daya pribadi pasien dalam mengatasi penyakitnya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada 3 orang penderita kanker payudara di Bandung yang langsung menjalani proses pengobatan sesuai standar medis, dan patuh terhadap proses pengobatan yang kontinu mengatakan bahwa salah satu hal penting yang membuat mereka dapat menerima penyakit mereka adalah adanya keyakinan akan kesembuhan yang diberikan oleh Tuhan. Ada yang berkeyakinan bahwa Tuhan akan memberikan mukjizatnya sehingga dia akan sembuh, ada yang mengatakan bahwa Allah kasih penyakit, maka Allah juga pasti akan memberikan obatnya yang penting kita usaha, dan selalu berdoa agar diberi kesembuhan karena Allah yang memberikan ujian, maka juga akan memberikan kesembuhan. Dari data terlihat bahwa optimisme sebagai sumber daya pribadi pasien meningkat salah satunya dipengaruhi oleh adanya kesadaran akan dimensi transenden (Allah SWT, Tuhan) dalam hidupnya.Hal ini menunjukkan bahwa adanya keterhubungan yang dirasakan pasien dengan sesuatu yang bersifat transenden (Allah, Tuhan, dan kekuatan yang lebih tinggi) atau yang oleh Meezenbroekdkk. (2010) disebut sebagai spiritualitas. Sebuah literatur mengatakan bahwa keyakinan spiritual sering menjadi pusat dalam mengatasi penyakit dan membuat keputusan akan treatment yang dilakukan pada pasien dengan penyakit serius (Tarakewshwar N, dkk, 2006; Pargament KI, dkk,2004).Sebuah studi juga mengatakan bahwa menurut pengalaman beberapa orang dengan penyakit kronis, spiritualitas merupakan bentuk dukungan yang penting bagi mereka saat mengatasi penyakitnya (Stefanek et al. 2005).Di indonesia, spiritualitas merupakan sesuatu yang sudah menjadi budaya dalam masyarakat.Masyarakat Indonesia umumnya menyandarkan sesuatu pada nilai-nilai spiritualitas(French, Eisenberg, Vaughan, Purwono, &Suryanti, .2008). Begitu juga dengan penderita kanker payudara, yang cenderung akan dipengaruhi oleh nilai spiritualitas dalam menghadapi penyakit kankernya serta bertahan dalam menghadapi proses pengobatan hingga sembuh. Namun, spiritualitas yang dimiliki oleh tiap orang berbeda-beda. Hal ini membuat perbedaan dalam cara individu bersangkutan dalam menghadapi apa yang datang kepadanya. Ketika menjalani proses pengobatan yang berat dan membosankan, efek pengobatan serta berbagai distress psikologis yang terjadi sepanjang perjalanan penyakitnya, berbagai reaksi berbeda diperlihatkan oleh pasien.Perbedaan cara pasien menghadapi penyakitnya menandakan adanya perbedaan tingkat spiritualitas yang ada dalam diri pasien yang mempengaruhi sumber daya pribadi pasien dalam menghadapi penyakitnya, sehingga menimbulkan perbedaan tingkat penerimaan terhadap penyakit pasien. Berdasarkan apa yang telah dipaparkan peneliti di atas, maka peneliti berasumsi bahwa terdapat korelasi positif antara spiritualitas dengan penerimaan terhadap penyakit penderita kanker payudara di Bandung. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dengan metode korelasional. Penelitian kuantitatif non eksperimental adalah penelitian deskriptif yang mengumpulkan data secara kuantitatif dan bertujuan memberikan gambaran mengenai situasi atau fenomena tertentu, mengindikasikan variabel yang terdapat di dalam suatu fenomena dan menggambarkan hubungan yang terjadi antara variabel-variabel tersebut (Christensen,2007). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasional. korelasional adalah suatu penelitian untuk melihat gambaran derajat hubungan yang ada diantara dua variabel yang diukur (Christensen,2007). Partisipan Subjek penelitian adalah penderita kanker payudara di Bandung yang masih dalam proses pengobatan medis. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 21 orang. Pengukuran Setiap variabel penelitian diukur dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran penerimaan terhadap penyakit dilakukan dengan Acceptance of Illness Scale (AIS) berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Felton et al. (1984), kemudian dilakukan Forward translation oleh peneliti lalu hasilnya direview oleh expert. Kuesioner ini telah diuji reliabilitasnya terhadap 50 orang penderita penyakit kronis di Bandung. Acceptance of Illness Scale (AIS) terdiri atas 8 item pertanyaan terkait dengan konsekuensi dari kondisi kesehatan seseorang yang buruk. Alat ukur Spiritualitas adalah Spiritual Attitude and Involvement List (SAIL) yang dikembangkan oleh Meezenbroek et.al., (2010) dan diadaptasi dan digunakan pada pasien Coronary Heart Desease (CHD) oleh Henndy Ginting et. al., (2014), yang terdiri atas 26 pernyataan yang mengukur spiritualitas seseorang melalui 7 dimensi spiritualitas yaitu meaningfulness, trust, acceptance, caring for others, connectedness with nature, transcendent experiences, dan spiritual activities. HASIL Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat korelasi positif yang tergolong sedang antara spiritualitas dengan penerimaan terhadap penyakit pada pasien kanker payudara di Bandung. Artinya semakin tinggi tingkat spiritualitas penderita kanker payudara maka akan semakin tinggi penerimaan terhadap penyakitnya. 2. Sebagian besar pasien kanker payudara yaitu sebanyak 71% dari responden mempunyai tingkat spiritualitas yang tergolong tinggi. 3. Pada umumnya pasien kanker payudara di Bandung mempunyai skor tinggi pada dimensi Trust dari spiritualitas dan umumnya mempunyai skor yang tergolong rendah untuk dimensi Transcendent Experience. 4. Sebagian besar pasien kanker payudara yaitu sebanyak 86% dari responden mempunyai tingkat penerimaan terhadap penyakit yang tergolong tinggi. 5. Tingkat penerimaan terhadap penyakit pasien tidak terkait dengan tingkat pendidikan dan tingkat keparahan penyakit pasien kanker payudara di Bandung. 6. Dimensi spiritualitas yang memiliki koefisien korelasi yang tinggi dengan penerimaan terhadap penyakit adalah dimensi Meaningfullness, Caring for Others, Connectedness with Nature, dan Spiritual Activity. Dapat diartikan bahwa pengembangan dalam 4 dimensi spiritualitas ini dapat meningkatkan penerimaan terhadap penyakit pasien kanker payudara. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Farizah; Binti Muhammad, Mazanah; Abdullah, Amini Amir. Religion and Spirituality in Coping with Advanced Breast Cancer: Perspectives from Malaysian Muslim Women.Journal of Religion and Health 50.1 (Mar 2011): 36-45. Ayers, Susan dan Richard de Visser. 2011. Psychology for Medicine. India; Sage. Christensen, Larry B. 2007. Experimental Methodology. 10th ed. Boston : Pearson. Christensen, Larry B., R. Burke Johnson, dan Lisa A. Turner. 2011. Research Methods, Design, and Analysis. 11th ed. Boston : Pearson Education, Inc. Delgado, C. (2005). A discussion of the concept of spirituality. Nursing Science Quarterly, 18(2), 157-162. Donata Kurpas, Bozena Mroczek, Helena Knap-Czechowska, Dorota Bielska, Aneta NitschOsuch, Krzysztof Kassolik, Waldemar Andrzejewski, Anna Gryko and Andrzej Steciwko. Quality of Life and Acceptance of Illness among Patients with Chronic Respiratory Diseases. Respiratory Physiology & Neurobiology 187 (2013) 114– 117. Donata Kurpas, B. Mroczek , D. Bielska. The correlation between quality of life, acceptance of illness and health behaviors of advanced age patients. Archives of Gerontology and Geriatrics 56 (2013) 448–456. Dilek Buyukkaya Besen, dan aynur esen. Acceptance of illness and related factors in Turkish Patients with diabetes. Social Behavior and Personality, 2012, 40(10), 1597-1610. http://dx.doi.org/10.2224/sbp.2012.40.10.1597 Dixon, Michael dan Robert Leonard. 2002. Kelainan Payudara. Jakarta; Dian Rakyat. Felton, BJ dan Tracey A Revenson. Journal of Consulting and Clinical Psychology 1984, Vol. 52, No. 3, 343-353. Coping With Chronic Illness: A Study of Illness Controllability and the Influence of Coping Strategies on Psychological Adjustment. Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. Massachusetts : Allyn & Bacon. Ginting, Henndy, dkk. Spirituality and Negative Emotions in Individuals With Coronary Heart Disease. Journal of Cardiovascular Nursing, Vol. 00, No. 0, pp 00Y00 x Copyright B 2014 Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins. Globocan. 2012. Estimated Cancer Incidence, Mortality,Prevalence and Disability-adjusted life years (DALYs) Worldwide in 2012. Diakses di http://globocan.iarc.frpada 20 Maret 2015 pukul 18.03 WIB. https://www.deherba.com/statistik-penderita-kanker-di-indonesia.html. Diunduh pada 20 Maret 2015 pukul 17.43 WIB http://properti.kompas.com/read/2010/08/31/08170228/Kanker.Semakin.Mengancam. Diunduh pada 20 Maret 2015 pukul 18.01 WIB http://lifestyle.okezone.com/read/2014/12/22/481/1082646/kanker-payudara-penyakitmematikan-di-2015. Diunduh pada tanggal 20 Maret 2015 Pukul 18.12 WIB. Handoyo. 1998. Kanker Payudara. Di unduh di http://pdfbooks.2fh.co/pdf/Tanda_Gejala_Kanker_Payudara/BAB_II_TINJAUAN_PU STAKA_A_Kanker_Payudara/5_pdf pada tanggal 20 Maret 2015 pukul 08.43 WIB. Hanna, Henrietta H.The influence of self-efficacy and spirituality on self-care behaviors and glycemic control in older African Americans with type 2 diabetes.Barry University School of Nursing, ProQuest, UMI Dissertations Publishing, 2006. 3292159. Iskandarsyah, aulia. 2013. Non-Adherence in Indonesian Woman with Breast Cancer and Its Determinants. Bandung: OASE Publishing House. Kang, Kyung-Ah, Miller, Jean R, Won-Hee Lee. Psychological Response to Terminal Illness and Eventual Death in Koreans With Cancer. Research and Theory fo Nursing Practice 20.1. Spring; 2006: 29-47. Katarzyna Van Damme-Ostapowicz, Elżbieta Krajewska-Kułak, Paul JC Nwosu, Wojciech Kułak,Marek Sobolewski and Romuald Olszański. Acceptance of illness and satisfaction with life among malaria patients in rivers state, Nigeria. Van DammeOstapowicz et al. BMC Health Services Research 2014, 14:202. http://www.biomedcentral.com/1472-6963/14/202. Kimberly S. Johnson, MD, MHS, James A. Tulsky, MD, Judith C. Hays, PhD, RN,Robert M. Arnold, MD, Maren K. Olsen, PhD, Jennifer H. Lindquist, MS, and Karen E.Steinhauser, PhD. Which Domains of Spirituality are Associated with Anxietyand Depression in Patients with Advanced Illness?. J Gen Intern Med 26(7):751–8, DOI: 10.1007/s11606-011-1656-2. Society of General Internal Medicine 2011. K. Mystakidou, E. Tsilika, E. Parpa, E. Katsouda, A. Galanos & L. Vlahos. 2005. Assessment of anxiety and depression in advanced cancer patients and their relationship with quality of life. Quality of Life Research (2005) 14: 1825–1833 _ Springer 2005. DOI 10.1007/s11136-005-4324-3. Mansjoer, arif dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III jilid 2. FK UI; Media Aesculapis. Meezenbroek ,dkk. 2010. Measuring Spirituality as a Universal Human Experience: A Review of Spirituality Questionnaires. Journal Relig Health (2012) 51:336–354 DOI 10.1007/s10943-010-9376-1. Panduan nasional penanganan kanker payudara oleh kementrian kesehatan RI . 2015. Diakses di http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKPayudara.pdf pada20 Maret 2015 pukul 16.43 WIB. Rachel C. McCoubrie dan Andrew N. Davies. 2005. Is There a correlation between Spirituality and Anxiety and Depression in Patients with advanced cancer?. SpringerVerlag 2005. Support Care Cancer (2006) 14: 379–385. DOI 10.1007/s00520-0050892-6. Sarafino, Edward dan Timothy W. Smith. 2012. Health Psychology seventh edition. New Jersey ;John Wiley & Sons. Sjamsuhidajat, R. dan De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. Urszula Religioni, Aleksandra czerw, Andrzej deptala. Acceptance of Cancer in Patients Diagnosed with Lung, Breast, Colorectal and Prostate Carcinoma. Iran J Public Health, Vol. 44, No.8, Aug 2015, pp.1135-1142. www.cancer.org. Diunduh pada Diunduh pada 22 Maret 2015 pukul 19.43 WIB. Wibisono, nancy. 2009. Melawan Kanker Payudara. Jakarta; Restu Agung. Zalewska, Miniszewska, Chodkiewicz, dan Narbutt.2006. Acceptance of chronic illness in psoriasis vulgaris patients. Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology. JEADV ISSN 1468-3083.