BAB II SISTEM DISTRIBUSI 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik sangatlah besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, transformator, beban dan alat-alat pengaman dan pengaturan yang saling dihubungkan membentuk suatu sistem yang digunakan untuk membangkitkan, menyalurkan, dan menggunakan energi listrik [1]. Namun secara mendasar sistem tenaga listrik dapat dikelompokkan atas 3 bagian utama yaitu : 1. Sistem Pembangkitan Merupakan tempat dimana energi listrik dbangkitkan, dapat berupa PLTU, PLTGU, PLTA, PLTP dan PLTD. 2. Sistem Transmisi Merupakan sistem yang menyalurkan energi listrik dari pembankit melalui kawat-kawat atau saluran transmisi menuju gardu induk (GI). 3. Sistem Distribusi Merupakan sistem yang menyalurkan energi listrik dari gardu induk menuju ke konsumen. Ketiga bagian utama (pembangkitan, transmisi, dan distribusi) tersebut menjadi bagian penting dan harus saling mendukung untuk mencapai 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6 tujuan utama sistem tenaga listrik yaitu penyaluran energi listrik kepada konsumen. Gambar 2.1 Sistem Ketenagalistrikan Dari gambar 2.1 di atas dapat dilihat alur pendistribusian Tenaga Listrik dari mulai Pembangkitan sampai dengan Pelanggan [2], Tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik seperti PLTA, PLTU, PLTP, PLTD dan PLTG. Kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan ( step up transformator) yang ada pada pusat listrik. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga listrik ke Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan ( step down transformator) menjadi tegangan menengah yang merupakan sistem distribusi tenaga listrik [3]. 2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 7 tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke pelanggan. Secara umum fungsi sistem distribusi tenaga listrik adalah : 1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan ). 2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi. Jaringan setelah keluar dari Gardu Induk disebut sebagai jaringan distribusi. Tenaga listrik yang disalurkan melalui saluran transmisi akan diturunkan tegangannya menjadi tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kV. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer maka tegangannya akan diturunkan dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah 380 / 220 Volt untuk kemudian disalurkan ke rumah-rumah pelanggan (konsumen). Gambar 2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 Dari gambar 2.2 dapat dilihat Jaringan distribusi berdasarkan letak jaringan terhadap posisi gardu distribusi, dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : Jaringan distribusi primer (jaringan distribusi tegangan menengah) yaitu Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20 kV. Jaringan distribusi sekunder (jaringan distribusi tegangan rendah) yaitu Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban Jaringan distribusi primer (JDTM) merupakan suatu jaringan yang letaknya sebelum gardu ditribusi berfungsi menyalurkan tenaga listrik bertegangan menengah (misalnya 20 kV).hantaran dapat berupa kabel dalam tanah atau saluran/kawat udara yang menghubungkan gardu induk (sekunder trafo) dengan gardu distribusi atau gardu hubung (sisi primer trafo didtribusi). Jaringan distribusi sekunder (JDTR) merupakan suatu jaringan yang letaknya setelah gardu distribusi berfungsi menyalurkan tenaga listrik bertagangan rendah (misalnya 220 V/380 V). Hantaran berupa kabel tanah atau kawat udara yang menghubungkan dari gardu distribusi (sisi sekunder trafo distribusi) ke tempat konsumen atau pemakai (misalnya industri atau rumah – rumah) [3]. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 2.3 Macam – Macam Sistem Jaringan Distribusi Tegangan Menengah Berdasarkan konfigurasi jaringan, sistem jaringan distribusi dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu sistem distribusi radial, loop dan spindel. 2.3.1 Sistem Jaringan Distribusi Radial Bentuk jaringan ini merupakan bentuk yang paling sederhana, banyak digunakan dan murah.Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber dari jaringan itu dan dicabang-cabangkan ke titik-titik yang dilayani, seperti terlihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Sistem Jaringan Distribusi Radial Jaringan distribusi radial yaitu catu daya berasal dari satu titik sumber dan karena adanya percabangan-percabangan tersebut maka arus beban yang mengalir sepanjang saluran menjadi tidak sama sehingga luas penampang konduktor pada jaringan bentuk radial ini ukurannya tidak sama. Arus yang paling besar mengalir pada jaringan yang paling dekat dengan garsu induk.Sehingga saluran yang paling http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 dekat dengan gardu induk ini ukuran penampang konduktornya relative besar.Arus beban yang ada di ujung percabangan lebih kecil dan mengakibatkan ukuran konduktornya pun lebih kecil . Spesifikasi dari jaringan bentuk radial ini adalah : a. Bentuknya sederhana b. Biaya investasi murah c. Kualitas pelayanan daya relative jelek, karena rugi tegangan dan rugi daya yang terjadi pada saluran relative besar. d. Jika jalur utama mengalami gangguan maka seluruh gardu akan padam. Untuk melokalisir gangguan pada bentuk radial ini biasanya dilengkapi dengan peralatan pengaman, fungsinya utnuk membatasi daerah yang mengalami pemadaman total. 2.3.2 Sistem Jaringan Distribusi Loop Jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk jaringan ring.Susunan rangkaian memungkinkan titik beban terlayani dari dua saluran, sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin serta kualitas dayanya lebih baik karena drop tegangan dan rugi daya saluran menjadi lebih kecil. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Gambar 2.4 Sistem Jaringan Distribusi Loop Dari gambar 2.4 dapat dilihat alur dari bentuk sistem jaringan distribusi loop ini ada 2 macam, yaitu bentuk open loop yangdilengkapi normally open switch dan bentuk close loop yang dilengkapi normally close loop. Pada umumnya penghantar dari struktur ini mempuyai ukuran yang sama di semua jaringan. Jaringan distribusi loop mempunyai kualitas dan kontinuitas pelayanan daya yang lebih baik, tetapi biaya investasi lebih mahal dan cocok digunakan pada daerah yang padat dan memerlukan keandalan tinggi . 2.3.3 Sistem Jaringan Distribusi Spindel Jaringan spindel adalah suatu pola kombinasi jaringan dari pola Radial dan Loop seperti terlihat pada Gambar 2.5.Jaringan distribusi spindel mini berupa saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM) yang penerapannya sangat cocok di kota-kota besar.Sistem spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH). Sistem jaringan distribusi yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 digunakan di PLN Area Cengkareng adalah sistem jaringan ditsribusi spindel. Gambar 2.5 Sistem Jaringan Distribusi Spindel 2.4 Struktur Jaringan Distribusi Sistem distribusi tenaga listrik terdiri dari beberapa bagian, yaitu : 2.4.1 Jaringan Distribusi Primer Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik ke konsumen untuk sistem pendistribusian langsung. Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak langsung merupakan tahap berikutnya dari jaringan transmisi dalam upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen. Jaringan distribusi primer atau jaringan distribusi tegangan tinggi (JDTT) memiliki tegangan sistem sebesar 20 kV. Untuk wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak diperkenankan, mengingat pada tegangan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 kV akan terjadi 13 gejala-gejala korona yang dapat mengganggu frekuensi radio, TV, telekomunikasi, dan telepon. Gambar 2.6 Jaringan distribusi primer 20 kv Sifat pelayanan sistem distribusi sangat luas dan komplek, karena konsumen yang harus dilayani mempunyai lokasi dan karaktristik yang berbeda. Sistem distribusi harus dapat melayani konsumen yang terkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan konsumen di daerah terpencil. Sedangkan dari karaktristiknya ada konsumen perumahan dan konsumen dunia industri. Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran bawah tanah. Pemilihan konstruksi tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis, alasan ekonomis, alasan estetika dan alasan pelayanan yaitu kontinuitas pelayanan sesuai jenis konsumen [3]. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 2.4.2 Gardu Distribusi Berfungsi merubah tegangan listrik dari jaringan distribusi primer menjadi tegangan terpakai yang digunakan untuk konsumen dan disebutsebagai jaringan distribusi skunder. Kapasitas transformator yang digunakan pada Gardu Pembagi ini tergantung pada jumlah beban yangakan dilayani dan luas daerah pelayanan beban. Bisa berupa transformator satu fasa dan bisa juga berupa transformator tiga fasa. Gambar 2.7 Gardu distribusi jenis tiang Adapun perhitungan pembebanan untuk kebutuhan tiap gardu berdasarkan kapasitas trafo yang digunakan pada gardu tersebut sehingga kita bisa mengetahui beban maksimal yang harus diperhatikan pada saat pengoprasian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 gardu sehingga gardutersebut tidak overload ada persamaan perhitungan beban sesuai kapasitas trafo dapat dilihat sebagai berikut : Perhitungan untuk sisi tegangan menengah (TM) : √ …………………………………………………………...(2.1) Perhitungan untuk sisi tegangan rendah (TR) : √ 2.4.3 …………………………………………………………...(2.2) Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi tegangan rendah (JDTR) merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan konsumen [3], pasokan listrik yang langsung dengan pemakaian konsumen pelanggan denan daya 450 VA sampai dengan 197 kVA jaringan ini mempergunakan kabel lilit (twisted cable) berisolasi yang mempunyai tegangan isolasi maksimum 1000 volt, jadi dalam hal ini kabel lilit TR tidak bolehdi pergunakan untuk penghantar yang mempergunakan tegangan 20 kV [4]. Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini 230/130 V dan 400/130 V untuk sistem lama, atau 380/220 V untuk sistem baru. Tegangan 130 V dan 230 V merupakan tegangan antara fasa dengan netral, sedangkan tegangan 400 V merupakan tegangan fasa dengan fasa. Pemakaian kabel TR berisolasi, disebabkan banyaknya lintasan pohon yang dilalui oleh kabel tersebut, jadi dalam hal ini sangat merugikan bagi yang mempunyai pepohonan [4]. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Gambar 2.8 Jaringan distribusi sekunder 380/220 volt 2.5 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) Saluran udara tegangan menengah adalah jaringan distribusi yang tergelar di alam bebas, di mana banyak terjadi gangguan internal dan eksternal. Gangguan internal biasanya di sebabkan karena adanya gangguan pada komponen listrik di gardu distribusi seperti trafo, rak TR, kabel dan sebagainya, sedangkan gangguan eksternal biasanya di sebabkan karena gangguan petir, pohon, atau binatang [1]. Untuk itu perlu di perhatikan hal berikut : a. Sistem pentanahan/pembumian yang terpasang pada tiang SUTM. Hal ini perlu di perhatikan untuk daerah-daerah di mana tiang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 SUTM paling tinggi dari lingkungannya , agar bila jaringan terkena gelombang petir akan tersalur ke tanah melalui pentanahan tersebut b. Batas jaringan dengan pohon atau bangunan (>1m) c. Arrester dan pentanahannya (tahanan tanah <3ohm) 2.6 Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) Jaringan bawah tanah direncanakan untuk kawasan dengan padat beban lebih tinggi, misalnya kota metropolitan atau kota kota besar. Untuk kawasan dengan padat beban sedang atau tidak seragam biasanya menggunakan jaringan campuran. Bagian bagaian kabel untuk melayani daerah industri, perdagangan dan kantor kantor. Penanaman kabel dapat dilakukan secara langsung atau memakai pipa pelindung. Pemakaian kabel tanah dengan pipa pelindung dilakukan untuk keperluan setempat, misalnya jaringan menyebrang sungai, instalasi didalam gedung dan lain lain. Selain itu penanaman dan perentangan kabel tanah didalam lubang yang telah digali perlu penanganan khusus, karena hal ini akan mempengaruhi umur maupun kemampuan kabel dalam penyaluran tenaga [1]. Beberapa pertimbangan untuk kabel tanah dapat disebut seperti berikut. Keuntunganatau kelebihan berupa : a) Kabel tanah tidak terlihat, maka tidak mengganggu pemandangan atau lingkungan. Hal ini penting untuk kota yang padat penduduknya seta padat lalu1lintas kendaraan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 b) Pengoperasiannya lebih mudah karena tidak terpengaruh oleh hujan, petir, atau angin. 2.7 Jatuh Tegangan Penurunan persamaan jatuh tegangan dapat ditentukan dari gambar diagram fasor distribusi daya pada gambar 2.9 : Gambar 2.9 Diagram Fasor Distribusi Daya ke Beban Seri Umumnya beban yang terdapat pada sistem tenaga listrik bersifat resistifinduktif. Beban tersebut akan menyerap daya aktif dan daya reaktif yang dihasilkan oleh generator. Penyerapan daya reaktif yang diakibatkan oleh beban induktif akan menyebabkan timbulnya jatuh tegangan pada tegangan yang disuplai generator. Akibatnya nilai tegangan di sisi penerima akan berbeda dengan nilai tegangan di sisi pengirim. Persamaan jatuh tegangan dapat dilihat pada persamaan berikut [5]. ( Keterangan: ) ( ) ………………………………………...(2.3) = tegangan di sisi pengirim = tegangan di sisi penerima http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 = jatuh tegangan Dimana: ……………………………………..……... (2.4) Dan ……………………………………………. (2.5) Sehingga persamaan tegangan di sisi pengirim (Vs) menjadi [4]: ( ) Karena nilai ) …………(2.6) sangat kecil, maka nilai tersebut dapat diabaikan. Sehingga persamaan ( ( menjadi: ) ……………………………………………………….(2.7) ……………………………………………...(2.8) ……………………………………………………..(2.9) Keterangan: R = Resistansi saluran X = Reaktansi saluran P = Daya aktif yang dikirim ke beban Q = Daya reaktif yang dikirim ke beban Z = L x (R + (j XL– j Xc)) …………………………………………………..(2.10) Dimana : Z adalah nilai Impedansi saluran (Ω) L adalah panjang saluran (KM) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 R adalah nilai resistansi saluran (Ω) XL adalah nilai reaktansi induktif saluran (Ω) Dari persamaan (2.4) terlihat, nilai jatuh tegangan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu daya aktif (P), resistansi dan reaktansi saluran (R dan X) serta daya reaktif (Q). Pengaturan daya aktif erat kaitannya dengan pengaturan frekuensi sistem. Sedangkan pengaturan daya reaktif akan mempengaruhi nilai tegangan. Oleh karena itu dengan melakukan pengaturan nilai daya reaktif kita dapat mengatur nilai tegangan. 2.8 Faktor Daya Faktor daya (Cos ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (Watt) dan daya semu (VA) yang digunakan dalam listrik arus bolak balik (AC) atau beda sudut fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam cos φ . 2.8.1 Faktor Daya Terbelakang (Lagging) Faktor daya terbelakang (lagging) adalah keadaan faktor daya saat memiliki kondisi-kondisi sebagai berikut : 1. Beban / peralatan listrik memerlukan daya reaktif dari sistem atau beban bersifat induktif 2. Arus (I) terbelakang dari tegangan (V), V mendahului I dengan sudut φ http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Gambar 2.10 Arus tertinggal dari tegangan sebesar sudut 2.8.2 Faktor Daya Mendahului (Leading) Faktor daya mendahului (leading) adalah keadaan faktor daya saat memiliki kondisi-kondisi sebagai berikut : 1. Beban/ peralatan listrik memberikan daya reaktif dari sistem atau beban bersifat kapasitif 2. Arus mendahului tegangan, V terbelakang dari I dengan sudut φ Gambar 2.11 Arus Mendahului Tegangan Sebesar Sudutφ http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan dapat juga dinyatakan dalam persen. Faktor daya yang bagus apabila bernilai mendekati satu. Karena komponen daya aktif umumnya konstan (komponen kVA dan kVAR berubah sesuai dengan faktor daya), dapat juga di tulis sebagai berikut: Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) x Tan φ Sebuah contoh, rating kapasitor yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor daya sebagai berikut : Daya reaktif pada pf awal = Daya Aktif (P) x Tan φ1 Daya reaktif pada pf diperbaiki = Daya Aktif (P) x Tan φ2 Sehingga rating kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor daya adalah : Daya reaktif (kVAR) = Daya Aktif (kW) x (Tan φ1 - Tan φ2) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 2.9 Rugi-Rugi Daya Dalam proses transmisi dan distribusi tenaga listrik seringkali dialami rugi-rugi daya yang cukup besar yang diakibatkan oleh rugi-rugi pada saluran dan juga rugi-rugi pada trafo yang digunakan. Kedua jenis rugi-rugi daya tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap kualitas daya serta tegangan yang dikirimkan ke sisi pelanggan. Nilai tegangan yang melebihi batas toleransi akan dapat menyebabkan tidak optimalnya kerja dari peralatan listrik di sisi konsumen. Selain itu rugi-rugi daya yang besar akan menimbulkan kerugian finansial di sisi perusahaan pengelola listrik. Berikut adalah penjelasan mengenai rugi-rugi yang terjadi pada jaringan distribusi [4]. Nilai rugi daya : 2.9.1 Rugi-rugi Saluran Pemilihan jenis kabel yang akan digunakan pada jaringan distribusi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan dari suatu sistem tenaga listrik. Jenis kabel dengan nilai resistansi yang kecil akan dapat memperkecil rugi-rugi daya. Besar rugirugi daya pada jaringan distribusi dapat ditulis sebagai berikut: …….………………………………………………(2.11) Dimana, Loss = rugi-rugi pada saluran (Watt) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 R = resistansi saluran per fasa (Ohm) I = arus yang mengalir per fasa (Ampere) Nilai resistansi dari suatu penghantar merupakan penyebab utama rugi-rugidaya yang terjadi pada jaringan distribusi. Nilai resistansi dari suatu penghantar dipengaruhi oleh beberapa parameter. Berikut adalah persamaan resistansi penghantar: ……………………………………………………………...(2.12) Dimana, R = resistansi saluran (ohm) = resistivitas bahan penghantar (ohm-meter) l = panjang penghantar (meter) A = luas penampang ( ) Dari persamaan di atas terlihat terdapat tiga parameter yang mempengaruhi nilai resistansi suatu penghantar, yaitu panjang penghantar, bahan penghantar dan luas permukaan penghantar. Panjang dari suatu penghantar tergantung dari jarak distribusi ke pelanggan.Sehingga nilai tersebut tidak dapat diubah secara bebas. Sedangkan resistivitas bahan tergantung dari bahan penghantar yang digunakan. Parameter ini dapat diubah-ubah tergantung dari pemilihan bahan penghantar yang digunakan. Selain itu parameter yang dapat diubah-ubah secara bebas adalah luas penampang dari penghantar. Dimana semakin besar penampang dari suatu penghantar akan mengurangi nilai resistansi saluran. Akan tetapi dalam pengubahan luas penampang penghantar harus memperhatikan faktor efisiensinya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Dengan demikian untuk mengurangi resistansi saluran pada jaringan distribusi, kita dapat mengganti jenis bahan penghantar yang digunakan dengan bahan yang nilai resistivitasnya rendah serta memperbesar luas permukaan penghantar. Rugi-rugi Transformator 2.9.2 Dalam unjuk kerjanya, trafo memiliki rugi-rugi yang harus diperhatikan. Rugi-rugi tersebut adalah : a. Rugi-rugi Tembaga ( ) Rugi-rugi tembaga merupakan rugi-rugi yang diakibatkan oleh adanya tahanan resistif yang dimiliki oleh tembaga yang digunakan pada bagian lilitan trafo, baik pada bagian primer maupun sekunder. b. Eddy Current (Arus Eddy) Rugi-rugi arus eddy merupakan rugi-rugi panas yang terjadi pada bagian inti trafo. Perubahan fluks menyebabkan induksi tegangan pada bagian inti besi trafo dengan cara yang sama seperti pada kawat yang mengelilinginya. Tegangan tersebut menyebabkan arus berputar pada bagian inti trafo. Arus eddy akan mengalir pada bagian inti trafo yang bersifat resistif. Arus eddy akan mendisipasikan energi ke dalam inti besi trafo yang kemudian akan menimbulkan panas. c. Rugi-rugi Hysteresis Rugi-rugi hysteresis merupakan rugi-rugi yang berhubungan dengan pengaturan daerah magnetik pada bagian inti trafo. Dalam pengaturan daerah magnetik tersebut dibutuhkan energi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Akibatnya akan 26 menimbulkan rugi-rugi terhadap daya yang melalui trafo. Rugi-rugi tersebut menimbulkan panas pada bagian inti trafo. d. Fluks Bocor Fluks bocor merupakan fluks yang terdapat pada bagian primer maupun sekunder trafo yang lepas dari bagian inti dan kemudian begerak melalui salah satu lilitan trafo. Fluks lepas tersebut akan menimbulkan selfinductance pada lilitan primer dan sekunder trafo. 2.10 Persyaratan Sistem Distriusi Tenaga Listrik Dalam usaha meningkatkan kualitas, keterandalan, dan pelayanan tenagalistrik ke konsumen, maka diperlukan persyaratan sistem distribusi tenagalistrik yang memenuhi alasan-alasan teknis, ekonomis, dan sosial sehingga dapat memenuhi standar kualitas dari sistem pendistribusian tenaga listrik tersebut. Adapun syarat-syarat sistem distribusi tenaga listrik tersebut adalah : 2.10.1 Faktor Keandalan Sistem Kontinuitas penyaluran tenaga listrik kepada konsumen harus terjamin selama 24 jam terus-menerus. Persyaratan ini cukup berat, selain harus tersedia tenaga listrik pada Pusat Pembangkit TenagaListrik dengan jumlah yang cukup besar, juga kualitas sistem distribusi tenaga listrik harus dapat diandalkan, karena digunakan secara terus-menerus. Untuk hal tersebut diperlukan beberapa cadangan, yaitu cadangan siap, cadangan panas, dan cadangan diam. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 1). Cadangan siap adalah suatu cadangan yang didapat dari suatu pembangkit yang tidak dibebani secara penuh dan dioperasikan sinkron dengan pembangkit lain guna menanggulangi kekurangan daya listrik. 2). Cadangan panas adalah cadangan yang disesuaikan dari pusat pembangkit tenaga termis dengan ketel-ketel yang selalu dipanasi atau dari PLTA yang memiliki kapasitas air yangsetiap saat mampu untuk menggerakkannya. 3). Cadangan diam adalah cadangan dari pusat-pusat pembangkit tenaga listrik yang tidak dioperasikan tetapi disediakan untuk setiap saat guna menanggulangi kekurangan daya listrik. Setiap gangguan yang terjadi dengan mudah dilacak dan diisolir sehingga pemadaman tidak perlu terjadi. Untuk itu diperlukan alat-alat pengaman dan alat pemutus tegangan (air break switch) padasetiap wilayah beban. Sistem proteksi dan pengaman jaringan harus tetap dapat bekerja dengan baik dan cepat. 2.10.2 Faktor Kualitas Sistem a. Kualitas tegangan listrik yang sampai ke titik beban harus memenuhi persyaratan minimal untuk setiap kondisi dan sifat-sifat beban. Oleh karena itu diperlukan stabilitas tegangan (voltage regulator) yang bekerja secara otomatis untuk menjamin kualitas tegangan sampai ke konsumen stabil. b. Tegangan jatuh atau tegangan drop dibatasi pada harga 10% dari tegangan nominal sistem untuk setiap wilayah beban. (Lihat IEC http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Publication 38/1967). Untuk itu untuk daerah beban yang terlalu padat diberikan beberapa voltage regulator untuk menstabilkan tegangan. c. Kualitas peralatan listrik yang terpasang pada jaringan dapat menahan tegangan lebih (over voltage) dalam waktu singkat. 2.10.3 Faktor Keselamatan Sistem dan Publik a. Keselamatan penduduk dengan adanya jaringan tenaga listrik harus terjamin dengan baik. Artinya, untuk daerah padat penduduknya diperlukan rambu-rambu pengaman dan peringatan agar penduduk dapat mengetahui bahaya listrik. Selain itu untuk daerah yang sering mengalami gangguan perlu dipasang alat pengaman untuk dapat meredam gangguan tersebut secara cepat dan terpadu. b. Keselamatan alat dan perlengkapan jaringan yang dipakai hendaknya memiliki kualitas yang baik dan dapat meredam secaracepat bila terjadi gangguan pada sistem jaringan. Untuk itu diperlukan jadwal pengontrolan alat dan perlengkapan jaringan distribusi secara terjadwal dengan baik dan berkesinambungan. 2.10.4 Faktor Pemeliharaan Sistem a. Kontinuitas pemeliharaan sistem perlu dijadwalkan secara berkesinam-bungan sesuai dengan perencanaan awal yang telahditetapkan, agar kualitas sistem tetap terjaga dengan baik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 b. Pengadaan material listrik yang dibutuhkan hendaknya sesuai dengan jenis/ spesifikasi material yang dipakai, sehingga bisa dihasilkan kualitas sistem yang lebih baik. 2.10.5 Faktor Perencanaan Sistem Perencanaan jaringan distribusi harus dirancang semaksimal mungkin, untuk perkembangan dikemudian hari. Persyaratan sistem distribusi seperti diatas hanya bisa dipenuhi bilatersedia modal (investasi) yang cukup besar, sehingga sistem bisa dilengkapi dengan peralatanperalatan yang mempunyai kualits tinggi. Selain pemeliharaan sistem yang berkesinambungan sesuai jadwal yang ditentukan, seringkali berakibat fatal pada sistem jaringan justru karena kelalaian dalam cara pemeliharaan yang sebenarnya, disamping perencanaan awal yang kurang memenuhi syarat. Untuk sistem tenaga listrik yang besar (power utility) biaya untuk sistem distribusi bisa mencapai 50% -60 % investasi keseluruhan yang diperlukan untuk sistem tenaga listrik. Apalagi sistem distribusi merupakan bagian yang paling banyak mengalami gangguan-gangguan sehingga bisa mengganggu kontinuitas aliran tenaga listrik pada konsumen. http://digilib.mercubuana.ac.id/