PSIKODIMENSIA | ISSN : 1411-6073 | Vol. 14 / 2 2015 | ( 27 - 40 ) KONSEP DIRI PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL Drs. D.P. Budi Susetyo, Msi dan Drs. Y. Sudiantara, MS Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui dan memahami konsep diri PSK (Pekerja Seks Komersial). Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan tes grafis. Subjek penelitian adalah tiga (3) PSK di Resosialisasi Argorejo Semarang. Berdasarkan pemahaman pada konsep diri ketiga subjek yang mencakup diri pribadi, sosial, moral dan masa depan, dapat disimpulkan konsep diri PSK merupakan konstruksi dari jati diri sebelum menjadi PSK dan pemaknaan diri subjektif sebagai PSK. Hal yang kuat berpengaruh pada konsep dirinya adalah pemaknaan pada tahap dilematis terkait pertentangan moral yang dialami atas kenyataan dirinya menjadi PSK. Konsep diri PSK diwarnai oleh konsep diri semu karena sifat suka berbohong untuk menutupi aibnya dengan memakai topeng dalam bentuk topeng sosial dan topeng moral. Kata Kunci: Konsep Diri, Pekerja Seks Komersial PENDAHULUAN Christie dan Purwandari, 2008), faktor tersebut adalah kegagalan dalam rumah Fenomena pelacuran atau sering tangga, kekecewaan karena percintaan yang disebut sebagai PSK (Pekerja Seks gagal, kurangnya kesempatan kerja, serta Komersial) ditengarai telah ada sejak lama adanya kebutuhan yang mendesak untuk seiring dengan peradaban manusia. memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri Keberadaannya seringkali menimbulkan maupun keluarga. Penelitian dari Christie situasi dilematis. Di satu sisi menjadi PSK dan Purwandari (2008) menunjukkan ada merupakan pilihan hidup yang tak dapat empat hal yang melatarbelakangi orang jadi dihindari untuk mengatasi kesulitan hidup PSK yaitu terdesak kebutuhan ekonomi, karena kemiskinan. Di sisi lain profesi PSK latarbelakang pendidikan yang rendah, sakit merupakan bentuk patologi sosial yang hati dengan kehidupan masa lalu dan adanya bertentangan dengan nilai-nilai agama dan pihak ketiga yang menawarkan solusi. aturan sosial. Upaya penanganan PSK pada tingkat Alasan menjadi PSK ditentukan kota dan kabupaten dilakukan dengan sistem beragam faktor. Menurut Jones et al (dalam 27 PSIKODIMENSIA | ISSN : 1411-6073 | Vol. 14 / 2 2015 | ( 27 - 40 ) Resosialisasi. Sistem ini memudahkan untuk bahwa persoalan warga masyarakat marginal mengontrol dan melokalisir mobilitas PSK dapat dipahami dengan pendekat an sehingga lebih mudah dibina. Hal tersebut humanistik, yaitu dengan menjunjung nilai- seperti yang terjadi di Resosialisasi Argorejo nilai kemanusiaan, menghormati potensi dan Semarang. Berdasarkan informasi dari perbedaannya dengan yang lain. Pendekatan pengurus Resos, pada periode tahun 2014 humanistik dapat mendorong mereka lebih dihuni oleh sekitar 540 PSK. Mereka setiap menyadari perasaan dan pengalaman yang harinya terjadwal untuk mengikuti sejumlah sebenarnya, sehingga pada akhirnya mereka kegiatan dari pagi sampai siang hari, dapat menjadi manusia yang berfungsi sebelum mereka bekerja kembali di sore dan penuh. Salah satu konstruksi psikologis malam hari. Selain pemeriksaan kesehatan untuk mendapatkan deskripsi kondisi meliputi skrining kebersihan dan kesehatan psikologis adalah konsep diri. alat kelamin, mereka juga diantaranya Dengan latarbelakang permasalahan di dibekali pembinaan mental dan moral, atas, peneliti menekankan pada pendekatan manajemen keuangan dengan kewajiban personal untuk memahami PSK dengan menabung, ketrampilan menjahit, tata boga melakukan penelitian pada konsep diri PSK. dan salon agar pada saat keluar dari Resos Penelitian ini mempertanyakan bagaimana dapat bekerja mandiri di sektor informal. gambaran konsep diri pada pekerja seks Namun menurut Siahaan (dalam komersial ? Adapun tujuan penelitian adalah Harahap, 2015), pendekatan resosialisasi mendapatkan gambaran konsep diri pekerja memiliki sisi kekurangan karena menjadikan seks komersial. PSK sebagai objek. Dengan menempatkan Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam memahami sisi psikologis perilaku PSK khususnya melalui konsep diri. Manfaat praktis dari penelitian ini dapat memberi masukan ataupun solusi dalam PSK sebagai objek maka mereka hanya dapat menerima dan menjalankan saja program pembinaan yang dicanangkan meskipun kurang sesuai dengan keinginan rangka ataupun permasalahan yang dihadapi. program pembinaan dan pendampingan PSK dengan pendekatan Akibatnya program resosialisasi kurang humanistik. memberikan solusi efektif. Dalam penelitian terhadap perempuan marginal, Purwanti dkk (2000) mengatakan 28 PSIKODIMENSIA | ISSN : 1411-6073 | Vol. 14 / 2 2015 | ( 27 - 40 ) TINJAUAN TEORI diri kita sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan dan Pada bab ini dijelaskan tentang teori lainnya. Kita bekerja sangat keras untuk tentang konsep diri sebagai dasar melindungi citra diri kita dari informasi yang pemahaman peneliti untuk mendalami mengancam, unt uk mempertahankan gambaran konsep diri pada PSK. Dalam konsistensi diri dan untuk menemukan upaya memahami apa itu konsep diri, alasan pada setiap inkonsistensi. terdapat berbagai pendapat ataupun definisi tentang konsep diri. Menurut Sargent & Sedikides dan Skowronski (dalam Williamson (dalam Sarwono, 1999) konsep Baron dan Byrne, 2004) mengatakan konsep diri adalah segala sesuatu yang dapat diri berevolusi sebagai sebuah karakteristik dikatakan orang tentang dirinya sendiri, adaptif yang meliputi 1) kesadaran diri bukan hanya tentang tubuh dan keadaan subjektif, yang melibatkan kemampuan psikisnya sendiri, melainkan tentang anak individu untuk membedakan dirinya dengan ist rinya, rumahnya, pekerjaan, nenek lingkungan fisik dan sosialnya, 2) kesadaran moyang, teman-teman dan lain-lain. Kalau diri objektif berupa kapasitas individu untuk semuanya semuanya bagus ia merasa senang menjadi objek perhatiannya sendiri, 3) dan bangga dengan dirinya. Kalau ada yang kesadaran diri simbolik, yaitu kemampuan kurang baik, rusak, hilang dan sebagainya, untuk membentuk representasi diri yang ia merasa putus asa, kecewa dengan dirinya abstrak melalui bahasa. Representasi diri ini sendiri. Mengacu pada pandangan Cooley pada gilirannya menciptakan kemungkinan dan Mead (dalam Sarwono, 1999), konsep bagi kita untuk berkomunikasi, menjalin diri juga ditangkap melalui masukan orang hubungan, lain, orang memperoleh kesan tentang mengevaluasi diri, membangun sikap yang atribusi (sifat-sifat) dirinya sendiri dari orang berhubungan dengan diri, dan membela diri lain. terhadap komunikasi yang mengancam. menentukan t ujuan, Menurut Baron dan Byrne (2004 ) Menurut Purwanti dkk (2000), konsep konsep diri didefinisikan sebagai kumpulan diri adalah sebuah struktur mental yang keyakinan dan persepsi terhadap diri sendiri merupakan suatu totalitas dari persepsi yang terorganisir. Konsep diri memberikan realistik, pengharapan dan penilaian kerangka berpikir yang menentukan seseorang terhadap fisik, kemampuan bagaimana kita mengolah informasi tentang kognisi, emosi, moral etika, keluarga, sosial, 29 PSIKODIMENSIA | ISSN : 1411-6073 | Vol. 14 / 2 2015 | ( 27 - 40 ) seksualitas dan dirinya sendiri secara kualitatif. Subjek dalam penelitian ini keseluruhan. Struktur tersebut terbentuk adalah 3 orang PSK di Resosialisasi berdasarkan proses belajar tentang nilai, Argorejo Semarang. Prosedur pemilihan sikap, peran dan identitas dalam hubungan subjek penelitian adalah dengan interaksi simbolis antara dirinya dengan menggunakan teknik snowball atau berbagai konteks lingkungan kehidupannya. berantai. Metode pengumpulan data Mengacu pada Roger (dalam Purwanti dengan wawancara mendalam, ditunjang dkk, 2000), sebagai suatu kesatuan konsep metode observasi, tes grafis sebagai diri mempunyai komponen yang terdiri dari metode tambahan. Hasil pengumpulan diri nyata (actual self), yaitu persepsi data ditulis dalam bentuk verbatim, individu tentang dirinya atau persepsi diri sebagaimana individu kemudian dilakukan penulisan kembali tersebut untuk mendapatkan gambaran yang lebih mengalaminya, dan diri ideal (ideal self) runtut dan sistematis, kemudian dianalisa yaitu persepsi individu tentang dirinya sebagaimana individu berdasarkan teori yang digunakan. tersebut menginginkannya. HASIL PENELITIAN Dari telaah teoritis singkat di atas, dapat dipahami bahwa konsep diri merupakan totalitas keyakinan dan persepsi terhadap diri sendiri yang terorganisir yang menentukan perilaku, terbentuk berdasarkan Penelitian dilakukan terhadap 3 subjek PSK di Resos Argorejo Semarang. Gambaran identitas subjek sebagai berikut: penilaian sendiri dan orang lain. Konstruksi konsep diri lebih banyak Tabel 1 ditentukan melalui proses persepsi Identitas Subjek sehingga konsep diri lebih kuat pada pemaknaan subjektif atas jati diri individu. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 30 Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Nama P H S Umur 21 th 23 th 26 th Asal Kalimantan Barat Pati Purwodadi Pendidikan Mahasiswa SMP SMP Status perkawinan Tidak menikah Tidak menikah Janda, anak 1 PSIKODIMENSIA | ISSN : 1411-6073 | Vol. 14 / 2 2015 | ( 27 - 40 ) a. Konsep Diri Subjek 1 1) Diri pribadinya menganggap bahwa menjadi PSK sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai cita-citanya. Subjek P merupakan PSK masih 1) berstatus mahasiswa. Ia awalnya datang Diri sosial ke Semarang untuk kuliah. Namun Subjek berasal dari keluarga dengan karena kesulitan biaya, akhirnya latarbelakang ekonomi pas-pasan. terjerumus menjadi PSK untuk Ayahnya meninggal saat P masih sekolah membiayai kuliah. Hal tersebut dilakukan SMP, ibunya menghidupi keluarga demi cita-citanya untuk menjadi sarjana dengan membuka usaha warung serta dan hidup yang lebih sukses. mengandalkan bantuan keluarga besar. Sebagai anak dari keluarga kurang Ia menggambarkan dirinya sebagai mampu ia sebenarnya merasa bersyukur pribadi yang supel dalam membawa diri, bisa sekolah sampai SMA. Namun ketika namun dengan pembawaan cenderung ada tawaran beasiswa untuk kuliah di pendiam dan tertutup. Ia berbicara Semarang membuatnya menaruh harapan seperlunya dan lebih suka menyimpan tinggi melanjutkan kuliah. Banyak orang perasaannya ketika bergaul. Ia juga di lingkungan keluarga dan tempat menggambarkan dirinya saat masih tinggalnya tinggal dengan orangtua sebagai orang tidak mendukung keinginannya tersebut, karena mereka yang polos dan lugu, tidak nakal, tidak berpandangan kuliah bagi seorang neko-neko dan anak sulung yang penurut. perempuan tidaklah penting. Terkait dengan kenyataan hidupnya sekarang menjadi PSK merupakan hal diluar kemauannya. Ia sempat merasa terpukul pada awal-awal mulai bekerja. Ia merasa berdosa dan takut. Namun merupakan orang terpenting sebagai karena pendampingan mami di wisma, ia memikirkan dan bekerja untuk keperluan pelan-pelan bisa menerima kenyataan. mereka. Ia memang tidak pernah pulang Ia memiliki pandangan baru sebagai cara sejak mulai kuliah di Semarang. Hal untuk menerima kenyataan, yaitu tersebut membuatnya masih bisa menjaga Saat ini Ibu dan adik satu-satunya keluarga, 31 karena subjek selalu PSIKODIMENSIA | ISSN : 1411-6073 | Vol. 14 / 2 2015 | ( 27 - 40 ) rahasia di mata keluarga. Ia sengaja menenangkan pikiran dan hatinya ketika mengirim uang tidak berlebih agar ibunya mengalami gejolak dalam hidupnya. tidak curiga. Ia lebih banyak menutup diri Dalam sholatnya ia sering menangis dalam pergaulan sosial di Semarang. karena merasa sangat berdosa di hadapan Dalam keseharian di kampus saat kuliah, Tuhan. di kos-kosan ia menutup rapat-rapat agar 3) Masa depan kedoknya tidak terbongkar. Ia sangat membatasi pergaulan, termasuk tidak Setelah lulus sebagai sarjana berpacaran selama masih di Semarang akuntansi akan segera berhenti menjadi agar rahasianya tetap terjaga. PSK dan pulang ke Kalimantan. Ia akan bekerja di sana dan ingin membuktikan 2) Diri moral pada orang-orang bahwa kuliah itu Ia menggambarkan dirinya sebagai penting dan ia mampu menjadi seorang pribadi yang taat beragama. Orangtuanya sarjana. Ia juga ingin membuat usaha mendidik menjadi orang Islam yang taat. yang mempekerjakan orang lain, mencari Ketika masih di daerah asal, ia suami orang dari Kalimantan. menggunakan jilbab. Pengaruh ibu yang a. Konsep Diri Subjek 2 tersendiri. Ia sangat takut jika ibunya 1) Diri pribadi kecewa dan sedih karena tahu ia menjadi H pribadi dengan pembawaan terbuka, ramah, komunikatif, mudah bergaul dan menyesuaikan dengan supel. Hanya saja segi emosinya terlihat mudah labil dan sensitif. Ia menggambarkan dirinya sebagai pribadi bertanggungjawab terhadap keluarga. Salah satu yang mendorongnya untuk bekerja sebagai PSK adalah untuk membantu kesulitan ekonomi orangtua yang terlilit hutang. Sejak awal ia ingin berbakti dengan membantu orangtua. terlihat kuat menjadi pegangan moral PSK. Menjadi PSK membuat dirinya merasa berdosa karena menyadari yang dilakukan ini sebagai bentuk salah langkah, meskipun hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Itulah sebabnya ia merasa tak pantas mengenakan jilbab lagi. Namun ia masih tetap berusaha sholat sebagai cara untuk 32 PSIKODIMENSIA | ISSN : 1411-6073 | Vol. 14 / 2 2015 | ( 27 - 40 ) Setelah lulus SMP, ia bekerja apa saja seperti menjual gorengan, menjadi buruh cuci setrika dan yang paling lama menjadi pembantu rumah tangga di Jakarta. H juga menggambarkan dirinya orang yang yang tidak memiliki kesempatan melanjutkan sekolah lebih tinggi. Ia juga tidak punya pilihan lain dalam bekerja, yaitu pekerjaan rendah seperti pembantu. Orangtua dan adiknya menjadi orang taat beragama karena didikan yang penting dalam hidupnya, sehingga orangtua. H juga sosok kakak yang ia rela melakukan apa saja untuk mereka. sangat menyayangi adiknya. Dalam Ia tidak ingin orangtuanya mendapat relasi dengan orangtua, H memiliki malu di mata masyarakat akibat persoalan relasi yang dekat dengan orangtua piutangnya. khususnya ibu. 2) Diri moral Mengawali menjadi PSK ia didera rasa bersalah dan berdosa. Ia merasa hina, Jati dirinya adalah sosok pribadi tidak memiliki martabat dan merasa yang taat beragama sesuai ajaran sangat kotor. Namun kemudian seiring orangtuanya. Namun ketaatan dalam waktu ketika uangnya semakin banyak beragama mulai luntur dan goyah akibat dan ia mampu membantu piutang pengaruh pergaulan bebas di Jakarta. orangtuanya, ia menemukan makna baru Untuk pertama kalinya ia melakukan bahwa ia memang harus berkorban untuk hubungan seksual dengan pacarnya di membantu kesulitan orangtua. Untuk Jakarta. Pemikiranya juga mudah menutupi aibnya, ia menjadi pribadi yang terpengaruh oleh pendapat orang lain suka berbohong kepada orangtua dan tentang bagaimana mendapat uang orang-orang yang mengenalnya dengan sebanyak mungkin. Salah satunya adalah mengaku bekerja sebagai sekretaris di pengaruh teman sesama pembantu di Jakarta. Jakarta yang menjadi cewek panggilan. 1) Ketika memutuskan menjadi PSK Diri sosial ia mengaku bukanlah keputusan yang H menyadari bahwa dirinya mudah karena terjadi pertentangan batin hanyalah anak seorang petani miskin, tentang dosa dan haram. Ia juga sangat 33 PSIKODIMENSIA | ISSN : 1411-6073 | Vol. 14 / 2 2015 | ( 27 - 40 ) takut menjadi aib bagi keluarga. Namun Subjek S merupakan anak tunggal ia juga prihatin dengan masalah hutang dan janda beranak satu, menggambarkan keluarga yang juga harus dicarikan solusi. dirinya sebagai pribadi yang memiliki Akhirnya ia memiliki pandangan bahwa watak keras, susah diatur oleh orangtua untuk urusan aib keluarga ditutupi dan suka semaunya sendiri. Pembawaan dengan berbohong. Untuk urusan agama, tersebut terkait dengan karakter ia memiliki pandangan bahwa dosa dan kepribadian manja, kurang mandiri, tidak dosa, surga atau neraka akan kurang percaya diri dan emosinya dialami setelah mati. Baginya, dosa dan impulsif dan mudah marah dalam tidak dosa bukan manusia yang menyikapi menentukan, melainkan Allah. Ia yakin mempertahankan rumah tangganya Allah melihat bahwa yang ia lakukan karena cara berpikir kekanak-kanakan. semata-mata bentuk Bahkan setelah menjanda dengan satu tanggungjawab dan bakti pada keluarga. anak tidak segera muncul inisiatif untuk Ia yakin Allah Maha Adil akan mencari nafkah untuk kehidupan menimbang pahalanya nanti. pribadinya. Ia tetap membebani dan 3) sebagai persoalan. Ia gagal menggantungkan hidupnya pada Masa depan orangtua yang kehidupan ekonominya Ia punya mimpi untuk kembali pas-pasan. Pertimbangannya juga reaktif menjadi wanita normal suatu saat kelak, dan kurang disertai pemikiran matang. memiliki suami dan anak yang sholeh. Itulah sebabnya ketika ia bingung Mimpi itu memang masih jauh dari memikirkan realitas sekarang ini, namun ia yakin dan keluarganya ia mudah terpengaruh percaya suatu saat mimpin tersebut akan tawaran temannya menjadi PSK. kesulitan ekonomi terwujud. Awal a. Konsep Diri Subjek 3 1) Diri Pribadi menjadi PSK bukan pengalaman yang nyaman karena ia terganggu harga dirinya karena perkataan dan perlakuan kasar pelanggannya. Ia merasa terhina dan harga dirinya hancur. 34 PSIKODIMENSIA | ISSN : 1411-6073 | Vol. 14 / 2 2015 | ( 27 - 40 ) Meskipun ia mendapat banyak uang solidaritas sesama PSK yang saling namun hal tersebut tidak sepadan dengan menguatkan. dengan perasaan terhina yang diterima. 3) Diri Moral Sampai akhirnya ia mampu menyadari Dilema yang terkait dengan bahwa hal tersebut merupakan resiko yang harus diterima karena pekerjaannya. persoalan moral juga dialami meskipun Akhirnya ia merasa senang dan bangga ia melewatinya dengan relatif mudah. Ia karena mampu mengatasi kesulitan menyadari bahwa pekerjaan sebagai PSK piutang orangtua dan membiayai adalah perbuatan dosa. Namun ternyata keperluan sekolah anak. Juga mulai yang lebih membenani pikirannya adalah muncul kesadaran untuk lebih mandiri dalam mengatasi kehidupan pribadinya. ketakutan jika sampai orangtuanya tahu 2) Diri Sosial pekerjaan yang dijalankan. Tetapi karena Yang terlihat berperan penting alasan hutang yang menumpuk, biaya secara sosial adalah kedua orangtua dan sekolah dan kehidupan anaknya anak. Meskipun hal tersebut terbungkus membuatnya bersikeras untuk menjadi dalam relasi kurang harmonis akibat seringnya terjadi pertengkaran diantara PSK namun tetap menutupi dari mereka. Ketika pemikirannya mulai orangtua. berubah, ia akhirnya menyadari untuk bisa melakukan sesuatu membantu Namun demikian ia juga berusaha kesulitan orangtua. Anak satu-satunya mendekatkan diri pada Tuhan untuk akhirnya juga menjadi perhatiannya menghadapi kehidupannya yang keras. Ia untuk dipikirkan dan dibiayai kehidupan berdoa agar Tuhan mengerti bahwa dan sekolahnya. Ia juga merasa bahwa pekerjaannya ini dilakukan semata-mata lingkungan Resos Argorejo memberi untuk membantu meringankan beban dampak positif pada kesadaran dirinya orangtua dan membiayai anak satu- untuk lebih mandiri karena adanya satunya. Ia mengaku tabah jika harus 35 PSIKODIMENSIA | ISSN : 1411-6073 | Vol. 14 / 2 2015 | ( 27 - 40 ) masuk neraka asal orangtua dan anaknya memberikan gambaran dirinya memiliki bisa hidup lebih baik. nilai moral yang diterima dari ajaran 1) orangtua ataupun melalui pendidikan Masa Depan agama. Tentang kehidupan masa Ketiganya juga menggambarkan depannya, ia masih belum bisa diri mereka berasal dari latarbelakang menggambarkan dengan jelas tentang keluarga langkah yang akan dilakukan. Ia hanya miskin. Kemiskinan memunculkan cara pandang tertentu ingin ingin hidup tentram, damai, jauh ketika subjek menggambarkan konsep dari beban hutang. dirinya. Subjek P menyikapi kemiskinan PEMBAHASAN sebagai motivasi bahkan ambisi untuk merubah kehidupan menjadi lebih baik Berdasarkan hasil penelitian pada dengan tetap menjadi sarjana. Subjek H ketiga subjek, konsep diri PSK dapat menggambarkan kemiskinan sebagai dipahami terkait dengan konsep diri hambatan untuk melanjutkan pendidikan sebelum menjadi PSK dan konsep diri yang lebih tinggi. Ia menyerah pada nasib setelah menjadi PSK. Ketiga subjek dan tidak punya pilihan lain dengan menggambarkan dirinya masing-masing bekerja seadanya. Kemiskinan membuat sebagai pribadi yang unik. Mereka subjek S lebih memilih untuk menikah mengkonstruksi konsep dirinya terkait dini. dengan sifat-sifat pribadi yang telah dimiliki, seperti subjek P yang Bagi ketiga subjek, keputusan menggambarkan dirinya sebagai pribadi menjadi PSK bukanlah keputusan yang yang polos dan lugu, penurut, supel mudah. Itulah sebabnya ketika awal dalam bergaul, subjek H sebagai pribadi bekerja, ketiganya mengalami perubahan yang terbuka, ramah dan mudah penilaian tentang diri pribadinya secara berkomunikasi, atau juga S sebagai negatif. Ketiganya merasa sangat pribadi dengan watak keras, susah diatur terpukul dengan keputusannya dan dan suka semaunya sendiri. Mereka juga menilai dirinya sebagai orang yang sangat 36 PSIKODIMENSIA | ISSN : 1411-6073 | Vol. 14 / 2 2015 | ( 27 - 40 ) berdosa, didera rasa takut, merasa membantu mengatasi kesulitan ekonomi bersalah, hina, kotor dan tidak memiliki orangtua dan membiayai keperluan anak martabat. Situasi buruk tersebut membuat semata wayangnya. ketiganya sempat berpikir untuk berhenti. Bagaimanapun juga menjadi PSK Namun kemudian adanya dukungan merupakan pekerjaan yang memalukan lingkungan Resos seperti pendampingan dan aib. Ketiga subjek sangat melindungi mami dan pengurus Resos, solidaritas privasinya agar keluarga dan orang-orang sesama PSK yang saling menguatkan, yang sistem pembinaan di Resos yang mereka mengenalnya tidak tahu pekerjaannya sekarang. Untuk itu nilai baik seperti skrining kesehatan, ketiganya selalu berbohong kepada sistem tabungan, membuat mereka dapat keluarga. P tidak mengirim uang berlebih menerima kenyataan. Apalagi juga kepada ibunya agar tidak curiga. H didukung oleh kenyataan penghasilan mengaku bekerja di Jakarta sebagai yang diterima sungguh-sungguh mampu sekretaris serta selalu berjilban ketika mengatasi persoalan ekonomi yang pulang kampung agar orangtuanya tidak mereka hadapi. curiga. Ketiganya mampu menemukan Yang menarik adalah bagaimana kembali penilaian positif atas dirinya ketiganya melewati situasi dilematis yang dengan cara masing-masing. P memiliki terkait dengan moral ataupun agama. pandangan baru bahwa pekerjaan Dalam parameter moral dan agama sekarang memang satu-satunya jalan menjadi PSK menempatkan mereka untuk mencapai cita-cita menjadi sarjana. sebagai pihak terhukum, sehingga Subjek H menemukan makna baru bahwa menerima berbagai label negatif seperti ia memang harus berkorban untuk aib, dosa, hina, amoral dan sebagainya. membantu kesulitan ekonomi dan ia tidak Namun disisi lain, ketiganya juga menyesali keputusannya tersebut. Subjek berlindung dibalik agama (Tuhan) untuk S mengalami penyadaran diri setelah mencari pembenaran dan perlindungan menjadi PSK. Ia menemukan makna atas tindakannya karena melihat Tuhan hidupnya secara positif setelah mampu 37 PSIKODIMENSIA | ISSN : 1411-6073 | Vol. 14 / 2 2015 | ( 27 - 40 ) sebagai Maha Pengampun dan bisa memiliki peran penting yaitu tentang memahami pekerjaannya. Seperti P, bagaimana mereka menafsirkan dan meskipun ia mengaku tak pantas dan memaknai pengalaman hidupnya. Hal buruk dihadapan Allah, namun ia tetap tersebut sesuai dengan pandangan Baron berusaha menjalankan sholat karena dan Byrne (2004) bahwa konsep diri menenangkan pikiran dan perasaannya. merupakan kumpulan keyakinan dan H justru merasa lebih berdosa jika tidak persepsi yang terorganisir tentang diri melakukan apapun untuk membantu sendiri. Mengacu pada prinsip teori orangtuanya. Baginya dosa itu urusan disonansi kognitif yang dikemukan oleh Allah, karenanya ia yakin Allah yang Leon Festinger (dalam Sarwono, 1999), Maha Adil akan menimbang pahalanya bahwa kondisi dilematis akibat nanti. S juga mendekatkan diri pada munculnya berbagai pertentangan moral Tuhan dengan berdoa agar Tuhan dan agama misalnya menciptakan mengerti bahwa pekerjaannya ini disonan menimbulkan kondisi psikologi dilakukan sebagai tidak nyaman, tertekan dan dilematis. tanggungjawab untuk membantu Pola yang terlihat dari ketiga subjek meringankan beban orangtua dan untuk mengatasi situasi disonan menjadi membiayani anaknya. Ia bahkan konsonan adalah dengan mencari mengaku pasrah jika harus masuk neraka pembenaran, memunculkan fakta-fakta asal orangtua dan anaknya bisa hidup yang semakin menguatkan keyakinannya lebih baik. bahwa pilihan menjadi PSK adalah semata-mata sebagai hal yang dapat dibenarkan karena Dari paparan diatas dapat mereka mampu mengatasi kesulitan dipahami bahwa konsep diri seorang PSK ekonomi dan membantu keluarga. memiliki dinamika khas. Hal tersebut Penafsiran secara religius juga dilakukan terutama pada titik balik penemuan oleh subjek dengan meyakini bahwa kembali makna positif atas diri dan Tuhan akan mengampuni bahkan justru pekerjaan pasca terpuruk akibat memberi pahala karena tindakan yang keputusannya menjadi PSK. Dalam dilakukan adalah untuk kebaikan bagi pencarian makna tersebut proses persepsi keluarga dan masa depannya. 38 PSIKODIMENSIA | ISSN : 1411-6073 | Vol. 14 / 2 2015 | ( 27 - 40 ) Juga nampak karakter yang khas dengan menggunakan topeng moral, dari konsep diri PSK adalah sifat dimana ia tetap menampilkan diri sebagai pembohong dalam rangka menutupi orang yang baik ketika bersama dengan privasi agar pekerjaannya tidak diketahui orang-orang dekat seperti keluarga orang lain terutama orang-orang dekat ataupun orang-orang yang dikenalnya. seperti keluarga. Dalam konteks KESIMPULAN DAN SARAN demikian, seorang PSK lebih sering menampilkan dirinya secara semu yaitu Berdasarkan penelitian terhadap memakai topeng untuk menutupi aib tiga orang Subjek PSK, maka dapat yang Sebagaimana dipahami bahwa konsep diri PSK dikemukakan oleh Martin (2003), bahwa merupakan konstruksi dari jati diri dalam kehidupan sehari-hari banyak kita sebelum menjadi PSK dan pemaknaan temukan beragam topeng untuk menutupi diri subjektif dirinya sebagai PSK. Hal berbagai dan yang kuat berpengaruh pada konsep ketidakberdayaan, bahkan untuk dirinya adalah pada pengalaman menutup identitas diri yang gelap. melewati situasi dilematis terkait Sebenarnya orang pertentangan moral yang dialami serta menggunakan topeng dalam batas-batas kemampuan menemukan makna atas wajar. Namun jika terus menerus kenyataan dirinya menjadi PSK. Konsep dikenakan menjadi diri PSK diwarnai oleh konsep diri semu abormalitas, karena merusak mental di karena sifat suka berbohong untuk pemakai serta merusak keotentikan menutupi aibnya dengan memakai topeng hubungan dengan orang lain. Dalam baik dalam bentuk topeng sosial maupun konteks yang dikemukakan Martin topeng moral. dilakukan. kekurangan wajar maka saja akan tersebut para PSK sering mengenakan Dari penelitian ini peneliti topeng sosial yaitu ketika ia dihargai menyarankan adanya pendekatan orang karena kemampuan ekonomi yang humanistik dalam pembinaan seorang dimiliki, namun ia menutupi tentang PSK di Resos. Dengan pendekatan bagaimana cara uang diperoleh. Juga humanistik PSK lebih dihargai sebagai 39 PSIKODIMENSIA | ISSN : 1411-6073 | Vol. 14 / 2 2015 | ( 27 - 40 ) Harahap, S. W. 2015. Menyingkap Kegagalan Resosialisasi dan Rehabilitasi Pelacuran. download dari www.aidsindonesia.com 12 Desember 2015. manusia atau diuwongke (bhs Jawa), merasa dihargai potensi dan perbedaan individu sehingga mampu mendorong seorang PSK menyadari perasaan dan pengalamannya sendiri (jati diri). Pendekatan ini merupakan langkah Martin, A.D. 2003. Emotional Quality Management. Refleksi, Revisi dan Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan Emosi. Jakarta: Penerbit Arga. menuju pada konstruksi konsep diri positif. Dengan menemukan konsep diri positif, seorang PSK akan memiliki arah menuju ke kehidupan masa depan yang Purwati, Y.D; Koentjoro; Purnamaningsih, E.H. 2000. Konsep Diri Perempuan Marginal. Jurnal Psikologi. No. 1, hal. 48-59. lebih baik. Terkait dengan pembinaan yang dilakukan Resosialisasi Argorejo Semarang, penelitian ini menyarankan perlunya diperkuat lagi pendampingan dengan pendekatan humanistik ini dalam Sarwono, S.W. 1999. Psikologi Sosial. Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka. upaya membantu PSK menemukan dan mengkonstruksi konsep diri positif. DAFTAR PUSTAKA Baron, R. A. dan Byrne, D. 2004. Psikologi Sosial (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga. Christie dan Poerwandari, K. 2008. Kebahagiaan Pada Pekerja Seks Komersial Kelas Bawah di Jakarta. Jurnal Psikologi Sosial, Vol. 14. No. 03, hal. 219-230. 40