Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 28 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK DAUN CAIR TERHADAP INTENSITAS SERANGAN Tobacco Mosaic Virus (TMV), PERTUMBUHAN, DAN PRODUKSI TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) Rois Hanadyo1, Tutung Hadiastono2, Mintarto Martosudiro2 1 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl Veteran Malang 65145 2 Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Jl Veteran Malang 65145 ABSTRACT Virginia tobacco (Nicotiana tabacum L.) is an industrial plant with a fairly high economic value in Indonesia. One constraint of t tobacco cultivation is a disorder diseases such as mosaic disease that caused by Tobacco Mosaic Virus that can reduce yields and degrade leaf tobacco (Semangun, 1996). One effort to produce a healthy business is tobacco fertilization. The dose and ratio of NPK fertilizer can squeeze vulnerability and increase the resilience of crops to diseases, especially diseases of TMV in tobacco. Implementation of the research began in JanuaryMay 2012 in the greenhouse and the laboratory of plant pathology, Faculty of Agriculture University of Brawijaya Malang. The research was carried out using a complete randomized design (RAL) are composed of two factors with treatment 4 concentration (0%, 0,3%, 0,5%, 1%), and 3 the number of the application (1x, 2x, 5x). Each treatment was repeated three times. From all leaf fertilizer application and the amount of leaf fertilizer liquid, the concentration ratio of 0.3% with 2x the number of applications on a 7 day time interval indicates the weight of wet leaves on the highest of 95,467 grams of dried leaves with weights of 11,430 grams. Key words : Virginia tobacco, Tobacco Mosaic Virus, Leaf fertilizer liquid ABSTRAK Tembakau Virginia (Nicotiana tabacum L.) ialah tanaman industri dengan nilai perekonomian yang cukup tinggi di Indonesia. Salah satu kendala budidaya tembakau adalah gangguan penyakit mosaik yang disebabkan oleh Tobacco Mosaic Virus yang dapat mengurangi hasil panen tembakau dan menurunkan mutu daun tembakau (Semangun, 1996). Salah satu upaya untuk menghasilkan tembakau yang sehat adalah usaha pemupukan. Dosis dan perbandingan pupuk NPK yang seimbang dapat menekan kerentanan dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit, khususnya penyakit TMV pada tembakau. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Januari - Mei 2012 di Rumah Kaca (Greenhouse) dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang disusun atas 2 faktor dengan perlakuan 4 konsentrasi (0%, 0,3%, ,5%, 1%) dan 3 jumlah aplikasi(1x, 2x, 5x). Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Dari berbagai pemberian konsentrasi dan jumlah aplikasi pupuk daun cair pada konsentrasi 0,3% dengan jumlah aplikasi 2x pada interval waktu 7 hari menunjukkan bobot basah daun sebesar 95,467 gram dengan bobot kering daun sebesar 11,430 gram lebih tinggi dari perlakuan yang lain. Hanadyo et al, Pengaruh Pupuk Daun Terhadap Intensitas Serangan TMV Kata kunci : Tembakau virginia, Tobacco Mosaic Virus, Pupuk daun cair PENDAHULUAN Tembakau Virginia (Nicotiana tabacum L.) ialah tanaman industri dengan nilai perekonomian yang cukup tinggi di Indonesia. Tembakau selain sebagai sumber pendapatan petani, secara tidak langsung juga mampu menunjang penyerapan tenaga kerja dan sumber pemasukan negara melalui cukai produk rokok. Tembakau Virginia merupakan komoditi penting dalam perekonomian Indonesia, karena memberikan pendapatan Negara dari cukai tembakau rata-rata 43 trilyun/tahun. Produksi tembakau Virginia dalam negeri mencapai 59.385 ton/tahun, dengan jumlah impor 20.317 ton/tahun (Kuswanto, 2005). Untuk memenuhi kebutuhan tembakau dalam negeri serta menguntungkan petani diperlukan tembakau yang berkualitas dan produktivitasnya tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam kompas (2009) menyatakan bahwa tahun 2007 luas lahan Indonesia yang dipakai untuk tanaman tembakau seluas 215.000 hektar dengan jumlah produksi mencapai 164.851 ton. Padahal kebutuhan nasional adalah 240 ribu ton. Saat ini produktivitas tertinggi diduduki oleh Cina yang tiap hektarnya mampu menghasilkan 1,2 ton tembakau kering (Skalanews, 2012). Salah satu kendala rendahnya produktivitas tersebut adalah gangguan penyakit seperti penyakit krupuk yang timbul selama penanaman tembakau. Penyakit ini disebabkan oleh virus Marmor tabaci Holmes yang kadangkadang ditemukan pada pertanaman tembakau. Saleh et al.(1990) menyatakan bahwa penyakit yang sering dijumpai pada tembakau adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus adalah partikel nukleoprotein yang berukuran sub mikroskopis, memperbanyak diri dalam jaringan sel hidup, dan mempunyai kemampuan menyebabkan sakit pada tanaman (Agrios, 1996). Hawks dan Collins (1983; dalam Trisusilowati et al., 1990) mengemukakan bahwa penyakit mosaik dijumpai pada tembakau Virginia FC (Flue Cured) sejak tahun 1900. Tobacco mosaic virus (TMV) mudah menular secara kontak dan tidak dapat ditularkan oleh vektor serangga. Gejala penyakit TMV sering tidak diperhatikan oleh petani tembakau, karena tembakau yang terserang TMV tidak mati, namun masih dapat memberikan hasil. Virus TMV dapat mengurangi hasil panen tembakau dan menurunkan mutu daun tembakau (Semangun, 1996). Peningkatan kualitas produksi tembakau dapat dilakukan dengan menghasilkan tembakau yang sehat. Untuk mendapatkan tembakau yang sehat dan produksinya tinggi maka perlu memakai varietas unggul, pemeliharaan yang baik, pemberian air yang cukup, dan pemupukan yang seimbang. Dosis dan perbandingan pupuk NPK yang kurang tepat dapat mempengaruhi ketahanan tanaman. Sebaliknya aplikasi dosis dan perbandingan pupuk NPK yang seimbang justru dapat menekan kerentanan dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit, khususnya penyakit TMV pada tembakau. Pupuk untuk tanaman dikenal ada pupuk alam dan pupuk kimia (buatan). Fungsi utama pupuk adalah menyediakan atau menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Berdasarkan cara penggunaannya pemberian pupuk pada tanaman tidak hanya dapat ke dalam tanah di sekitar 29 Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 akar agar diserap oleh akar tanaman akan tetapi dapat juga melalui daun dengan memakai pupuk daun. Pupuk daun ialah pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan disemprotkan pada permukaan daun. Kelebihan pupuk daun dibanding pupuk akar adalah penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat. Adapun kekurangan pupuk daun adalah bila dosis yang diberikan terlalu besar, maka daun akan rusak (Hardjowigeno, 2003). METODOLOGI Penelitian ini dilaksanaan pada bulan Januari sampai Mei 2012 di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Rumah Kaca (greenhouse), Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah pot ukuran 3 kg, penggaris meteran, gunting, baki pembibitan, timbangan analitik, skop, mortar dan penumbuk, kamera. Bahan yang digunakan adalah inokulum TMV yang berbentuk SAP dari tanaman tembakau yang terserang TMV. Inokulum diperoleh dari tanaman yang sudah diinokulasi TMV sebelumnya. Bibit tembakau dari varietas virginia Coker 179, tanah steril, karborundum 600 mesh, aquadest steril, pestisida (Curacron 500EC), bufer fosfat 0,01 M pH 7, pupuk daun majemuk, baterisida (Agrept 20WP), pupuk kompos, Za, Zk, NPK. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun atas 2 faktor, yakni konsentrasi dan jumlah aplikasi. Faktor 1 adalah konsentrasi pupuk daun yang terdiri atas 4 aras (tingkat), yaitu : 0% (air), 0,3%, 0,5%, 1%. Faktor 2 ialah jumlah Juni 2013 aplikasi yang terdiri atas 3 aras, yaitu : 1x aplikasi pupuk daun, 2x aplikasi pupuk daun dengan interval waktu aplikasi 7 hari, 5x aplikasi pupuk daun dengan interval waktu aplikasi 3 hari. Variabel yang diamati meliputi : (1) Masa inkubasi, (2) Intensitas Serangan Virus, (3) Tinggi Tanaman, (4) Jumlah daun, (5) Bobot Basah Tanaman, (6) Bobot Kering Tanaman, (7) Bobot Basah Daun, (8) Bobot Kering Daun. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan interaksi antara jumlah aplikasi dan konsentrasi pupuk daun tidak berpengaruh pada masa inkubasi TMV. Pada perlakuan jumlah aplikasi 1x memiliki rata-rata masa inkubasi lama sebesar 9,17 hari, namun hasil ini tidak diikuti perbedaan nyata dibandingkan perlakuan jumlah aplikasi lainnya. Pada perlakuan konsentrasi 0,3% dan 0,5% memiliki besar rata-rata masa inkubasi sebesar 9,33 hari, namun hasil ini tidak diikuti beda nyata dibandingkan perlakuan konsentrasi lainnya. Hal tersebut diduga kadar unsur K pada pupuk daun tersebut masih rendah, sehingga pemberian pupuk daun tidak menunjukkan responnya. Fungsi unsur K pada tanaman salah satunya adalah membuat tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Rauf et al., 2000). Kalium secara langsung mempengaruhi berbagai tingkat perkembangan dan keberadaan patogen di dalam inang dan secara tidak langsung mempengaruhi infeksi dengan mendorong penyembuhan luka, dengan meningkatkan ketahanan dan menurunkan infeksi yang biasanya berawal dari jaringan mati (Agrios, 1996). Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan jumlah aplikasi pupuk 30 Hanadyo et al, Pengaruh Pupuk Daun Terhadap Intensitas Serangan TMV daun tidak berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan TMV namun pada konsentrasi pupuk daun yang diberiakn berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan TMV. Pada perlakuan konsentrasi 0,3% menunjukkan perbedaan rata-rata intensitas serangan tidak nyata dibandingkan konsentrasi 0,5% dan 1%, namun berbeda nyata dibandingkan konsentrasi 0% (kontrol). Hal ini diduga pemberian pupuk daun ini mengandung mikroorganisme yang mengakibatkan adanya ketahanan terimbas dari tanaman tembakau. Adapun bahan-bahan pengimbas berupa jasad nonpatogen, patogen avirulen atau berupa bahan kimia (Sumardiyono, 2000). Dalam ketahanan terimbas terjadi pengurangan gejala karena terjadinya perubahan faktor biokimia di dalam tanaman. Pengimbasan ketahanan dalam tanaman didasarkan atas pengaktifan potensi genetik ketahanan (Kalix et al., 1996 dalam Sumardiyono, 2000). Ketahanan terimbas dapat bersifat lokal atau sistemik. Apabila tanaman berinteraksi dengan patogen atau cekaman lingkungan yang tidak menguntungkan, tanaman melindungi diri dengan berbagai penghalang fisik atau kimia dan peningkatan ekspresi gen-gen ketahanan (Kessmann et al., 1994; Koga et al., 1998 dalam Sumardiyono, 2000). Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan pemberian berbagai jumlah aplikasi dan konsentrasi pupuk daun tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Perlakuan jumlah aplikasi 2x memiliki rata-rata masa tinggi tanaman paling tinggi dibandingkan dengan jumlah aplikasi 1x dan 5x, namun hasil ini tidak diikuti perbedaan nyata. Pada perlakuan konsentrasi 0,3% memiliki besar rata-rata tinggi tanaman paling tinggi, namun hasil ini tidak diikuti beda nyata dibandingkan konsentrasi 0,3%, 1% dan tanpa pupuk daun. Hal ini diduga kandungan pada unsur hara N pada pupuk daun terlalu rendah sehingga pada peningkatan unsur N memakai pupuk daun tidak berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Menurut Gadner et al. (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman memerlukan unsur hara N yang merupakan bahan penting untuk pembelahan sel-sel tanaman. Tabel 2. Rata-rata intensitas serangan TMV pada berbagai konsentrasi dan jumlah aplikasi pupuk daun (satuan %) Perlakuan % serangan Jumlah aplikasi 1x 37,50 Jumlah aplikasi 2x 43,33 Jumlah aplikasi 5x 45,83 Konsentrasi pupuk daun 0% (kontrol) 56,67c Konsentrasi pupuk daun 0,3% 33,33a Konsentrasi pupuk daun 0,5% 38,89ab Konsentrasi pupuk daun 1% 40,00ab Keterangan : Angka yang didampingi dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan (α = 5%). 31 Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 Tabel 4. Rata-rata jumlah daun tanaman tembakau pada berbagai konsentrasi dan jumlah aplikasi pupuk daun (satuan helai). Perlakuan Jumlah daun Jumlah aplikasi 1x 15,04 Jumlah aplikasi 2x 15,38 Jumlah aplikasi 5x 15,18 Konsentrasi pupuk daun 0% (kontrol) 14,70a Konsentrasi pupuk daun 0,3% 15,64b Konsentrasi pupuk daun 0,5% 15,39ab Konsentrasi pupuk daun 1% 15,07ab Keterangan : Angka yang didampingi dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan (α = 5%). Pembelahan dan pembesaran sel terdapat di dalam jaringan meristem ujung yang menghasilkan sel-sel baru sehingga tanaman bertambah tinggi, untuk ini tanaman memerlukan unsur N. Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan pemberian konsentrasi pupuk daun berpengaruh terhadap jumlah daun. Perlakuan jumlah aplikasi 2x memiliki rata-rata jumlah daun paling tinggi dibandingkan dengan jumlah aplikasi 1x dan 5x, namun hasil ini tidak diikuti perbedaan nyata. Pada perlakuan konsentrasi 0,3% memiliki besar rata-rata jumlah daun lebih tinggi tidak nyata dibandingkan konsentrasi 0,3% dan 1%, namun berbeda nyata dengan tanpa pupuk daun. Hal itu diduga karena jumlah daun merupakan faktor genetik. Ini sejalan dengan hasil penelitian Rachman dan Murdiyati (1987) yang menyebutkan bahwa peningkatan takaran pupuk N dari 30 kg menjadi 90 kg/ha tidak menunjukkan perbedaan nyata pada jumlah daun dan tinggi tanaman. Selain itu Jumin (1989) mengemukakan hasil fotosintesis digunakan pada sel-sel yang sedang tumbuh atau berkembang. Ketika daun tanaman terserang TMV mengakibatkan hasil fotosintesis berupa fotosintat yang seharusnya diproduksi untuk pembentukan daun muda menjadi terhambat, sehingga disebabkan intensitas TMV pada tanaman berpengaruh juga pada jumlah daun tanaman. Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan pemberian berbagai konsentrasi dan jumlah aplikasi pupuk daun tidak berpengaruh terhadap bobot basah tanaman. Perlakuan jumlah aplikasi 2x memiliki rata-rata bobot basah tanaman paling tinggi dibandingkan dengan jumlah aplikasi 1x dan 5x, namun hasil ini tidak diikuti perbedaan nyata. Pada perlakuan konsentrasi 0,3% memiliki besar ratarata masa bobot basah tanaman paling tinggi, namun hasil ini tidak diikuti beda nyata dibandingkan konsentrasi 0,3%, 1% dan tanpa pupuk daun. Indikator umum yang dapat diamati pada tanaman yang terinfeksi virus adalah penurunan jumlah karbohidrat. TMV yang menginfeksi tanaman cabai dapat menghambat pertumbuhan tinggi tanaman sampai mengakibatkan tanaman kerdil (Semangun 2000). Pada beberapa penyakit virus, terutama pada gejala daun mosaik, mengeriting, dan menguning, akumulasi pati pada daun sering terjadi meskipun tidak mempengaruhi jumlah daun. Hal tersebut terjadi pada tanaman tembakau terinfeksi TMV yang mempengaruhi bentuk daun, yakni terjadi mosaik, 32 Hanadyo et al, Pengaruh Pupuk Daun Terhadap Intensitas Serangan TMV penebalan dan berkerut. Menurut Hadiastono (2010), respirasi tanaman sakit akan meningkat dengan segera setelah terjadi infeksi, keadaan seperti ini akan selalu meningkat. Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan pemberian berbagai konsentrasi dan jumlah aplikasi pupuk daun tidak berpengaruh terhadap bobot kering tanaman. Perlakuan jumlah aplikasi 2x memiliki rata-rata masa bobot kering tanaman paling tinggi dibandingkan dengan jumlah aplikasi 1x dan 5x, namun hasil ini tidak diikuti perbedaan nyata. Pada perlakuan konsentrasi 0,3% memiliki besar ratarata bobot kering tanaman paling tinggi, namun hasil ini tidak diikuti beda nyata dibandingkan konsentrasi 0,3%, 1% dan tanpa pupuk daun. Pemberian pupuk daun konsentrasi 0,3% dengan jumlah aplikasi 2x menunjukkan rata-rata jumlah daun paling tinggi, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lain. Diduga pengaruh serangan TMV yang mengganggu proses fotosintesis pada tanaman. Hasil fotosintesis digunakan pada sel-sel yang sedang tumbuh atau berkembang. Sehingga biomassa yang dihasilkan dari proses fotosintesis bisa optimal. Ketika proses fotosintesis terganggu, maka hasil fotosintesis berupa fotosintat yang seharusnya diproduksi untuk pembentukan daun muda menjadi terhambat (Jumin, 1989). Sedangkan tanaman yang terinfeksi virus akan terjadi penurunan zat pengatur tumbuh (hormon) dan peningkatan kadar senyawa pertumbuhan (Agrios 1997). TMV yang menginfeksi tanaman cabai dapat menghambat pertumbuhan tinggi tanaman sampai mengakibatkan tanaman kerdil (Semangun 2000). Berdasarkan Tabel 7, terjadi interaksi antara pemberian jumlah aplikasi dan konsentrasi pupuk daun pada pengamatan komponen bobot basah daun produksi tanaman tembakau. Pada perlakuan pemberian pupuk daun dengan jumlah aplikasi 2x pada konsentrasi 0,3% menunjukkan perbedaan rata-rata bobot basah daun tidak nyata dengan konsentrasi 0,5%, namun berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya. Selanjutnya perlakuan pemberian konsentrasi 0,3% dengan jumlah aplikasi 1x dan 5x menunjukkan ratarata bobot basah daun tidak berbeda nyata, namun hasil ini berbeda nyata lebih rendah dibandingkan dengan jumlah aplikasi 2x. Tabel 7. Rata-rata bobot basah daun tanaman tembakau pada berbagai konsentrasi dan jumlah aplikasi pupuk daun (satuan gram). Jumlah aplikasi Konsentrasi 1x 2x 5x Konsentrasi pupuk daun 0% (kontrol) 73,500a 73,500a 73,500a Pupuk daun 0,3% 75,720a 95,467c 81,143ab Pupuk daun 0,5% 81,977ab 92,603c 79,657ab Pupuk daun 1% 76,047ab 82,660ab 79,460ab Keterangan : Angka yang didampingi dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan (α = 5%). 33 Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 Tabel 8. Rata-rata bobot kering daun tanaman tembakau pada berbagai konsentrasi dan jumlah aplikasi pupuk daun Jumlah aplikasi Konsentrasi 1x 2x 5x Konsentrasi pupuk daun 0% (kontrol) 8,800a 8,800a 8,800a Pupuk daun 0,3% 8,733a 11,430c 9,717b Pupuk daun 0,5% 9,817b 11,090c 9,513ab Pupuk daun 1% 9,110ab 9,900b 9,517ab Keterangan : Angka yang didampingi dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan (α = 5%). Hal ini diduga unsur P dalam pupuk daun berpengaruh mempercepat akar tanaman dalam penyerapan air dan unsur N sehingga membuat bobot tanaman menjadi lebih berat. Soepardi (1983) dalam Elfianti (2005) mengemukakan peranan P antara lain untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar halus dan rambut akar serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilaporkan oleh Rachman et al. (1991) yang melaporkan bahwa peningkatan dosis pupuk N akan meningkatkan hasil daun basah tembakau virginia. Berdasarkan Tabel 8, terjadi interaksi antara pemberian jumlah aplikasi dan konsentrasi pupuk daun pada pengamatan komponen bobot basah daun produksi tanaman tembakau. Pada perlakuan pemberian pupuk daun dengan jumlah aplikasi 2x pada konsentrasi 0,3% menunjukkan perbedaan rata-rata bobot kering daun tidak nyata dengan konsentrasi 0,5%, namun berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya. Selanjutnya perlakuan pemberian konsentrasi 0,3% dengan jumlah aplikasi 2x menunjukkan rata-rata perbedaan nyata bobot kering daun lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah aplikasi 1x dan 5x. Hal ini diduga pengaruh unsur N pada pupuk daun yang berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman. Kelebihan unsur nitrogen akan menyebabkan fase pertumbuhan vegetatif lebih panjang, tertunda pembungaan dan pemasakan daun, sebagai akibat sintesis protein yang dominan. Sebaliknya kekurangan nitrogen akan menghambat perkembangan kloroplas sehingga jumlah klorofil berkurang dan menjadi klorosis, yang akhirnya menyebabkan menurunkan berat kering daun (Djajadi et al., 2000). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian McKee (1978) dalam Rachman dan Murdiyati (1987) yang mengemukakan bahwa pemberian pupuk N pada takaran tertentu dapat meningkatkan produksi krosok berbagai tipe tembakau. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini : 1. Pada penelitian ini menunjukkan interaksi konsentasi dan jumlah aplikasi pupuk daun berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot kering daun produksi. 2. Pada pemberian pupuk daun konsentrasi 0,3%, 0,5% dan 1% berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan TMV dibandinkan tanpa pupuk daun. Pemberian pupuk daun konsentrasi 0,3% berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dibandingkan dengan konsentrasi tanpa pupuk daun. 34 Hanadyo et al, Pengaruh Pupuk Daun Terhadap Intensitas Serangan TMV 3. Dari berbagai pemberian konsentrasi dan jumlah aplikasi pupuk daun, konsentrasi 0,3% dengan jumlah aplikasi 2x pada interval waktu 7 hari menunjukkan bobot basah daun sebesar 95,467 gram dengan bobot kering daun sebesar 11,430 gram hasil ini lebih dari perlakuan lainnya. DAFTAR PUSTAKA Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan Edisi ketiga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 713 hal. Djajadi, A.S. Murdiyati, T. Yulianti dan H. Istiono. 2000. Efektivitas pupuk hayati dan pupuk nitrogen (ZA) dalam meningkatkan hasil dan mutu tembakau virginia serta populasi bakteri dan kadar N total tanah. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. 6(1) hal: 18-24. Gaedner, F. P., R. B. Peace and R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan oleh Erwaty Susilo. Universitas Indonesia. Jakarta. Gaedner, F. P., R. B. Peace and R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan oleh Erwaty Susilo. Universitas Indonesia. Jakarta. Hadiastono, T. 2010. Virologi Tumbuhan Dasar. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. 84 hal. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal. Jumin, H. B. 1989. Ekologi Tanaman : Suatu Pendekatan Fisiologis. Rajawali Press. Jakarta. Kompas, 2012. Produksi Rokok . http://www.kompas.com/temb akau/grafik3.html Diakses pada 5 November 2012 Kuswanto. 2005 “Roadmap Pengolahan Tembakau Virginia” Universitas Matarm. Mataram. Rachman, A. dan A.S. Murdiyati. 1987. Pengaruh Dosis Pupuk N dan P terhadap Produksi dan Mutu Tembakau Madura pada Tanah Aluvial. Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat 2(1-2) hal: 1-9 Rachman, A., M. Sholeh dan Suwarso. 1991. Respon Tembakau Virginia FC terhadap Pemupukan N pada Tanah Grumusol Lamongan. Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. 6(1) hal: 32-42. Rauf, A.W., T. Syamsuddin, S. R. Sihombing. 2000. Peranan Pupuk NPK pada Tanaman Padi. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian No. 01/LPTP/IRJA/99-00. hal. 211-219 Saleh, N; S. E Susilowati; Soerjono dan B.H Adi. 1990. Pengendalian Penyait Virus Tanaman Tembakau. Makalah Utama pada Distribusi Tembakau Cerutu Besuki. Malang. Seri Pengembangan No.5 hal: 9-14. Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 745 hal. Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Sayur di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Skalanews. 2012. Produktivitas Tembakau di Indonesia Rendah. 35 Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 http://skalanews.com/baca/ne ws/5/12/124495/sektor%20riil /produktivitas-tembakau-diindonesia-rendah.html. Diakses pada 15 Oktober 2012 Sumardiyono, C. Ketahanan Terimbas Kendala dan Prospeknya dalam Pengendalian Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Juni 2013 Trisusilowati, E. B, D. Dewayani dan A. Tjahjani. 1990. Ketahanan Lima Varietas Tembakau Virginia FC. terhadap Penyakit Mosaik Tembakau. Kumpulan Hasil Penelitian Departemen Pertanian, balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. MalangIndonesia. Seri Pengembangan No. 5 hal 152156. 36