Gambaran darah kucing kampung, Felis domestica

advertisement
i
GAMBARAN DARAH KUCING KAMPUNG (Felis domestica)
DI DAERAH BOGOR
FINA NOER TRIASTUTY
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
ii
ABSTRAK
FINA NOER TRIASTUTY. Gambaran Darah Kucing Kampung (Felis
domestica) di Daerah Bogor. Dibimbing oleh GUNANTI dan ENDANG
RACHMAN.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perbedaan pada gambaran darah
tiap individu adalah perbedaan umur, lingkungan bahkan perbedaan jenis kelamin.
Penelitian ini dilakukan untuk untuk mengetahui gambaran hematologi kucing
kampung (Felis domestica) secara deskriptif di wilayah Bogor, meliputi eritrosit
(RBC, hemoglobin, hematokrit, MCV, MCHC), leukosit (WBC, neutrofil,
limfosit, eosinofil, dan basofil) dan trombosit. Hewan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 14 ekor kucing kampung sehat secara klinis, berumur di atas
1 tahun yang masing-masing diambil darahnya secara intravena. Nilai-nilai sel
darah dihitung dengan menggunakan mesin penghitung elektronik (Hemavet).
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah total eritrosit, total leukosit,
diffrensiasi leukosit, hemoglobin, hematokrit, MCV (Mean Corpuscular Volume),
MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin), MCHC (Mean Corpuscular Hemaglobin
Concentration), RDW (Red Cell Distribution Width) dan trombosit. Hasil
penelitian yang dilakukan terhadap 14 sampel darah kucing lokal adalah sebagai
berikut RBC : 6,12 ± 2.03 x106/μl ), hemoglobin : 9.69 ± 4.09 g/dl PCV : 26.08
± 10.32 %), MCV : 42.21 ± 9.94 fl, MCH : 15.51 ± 4.20 pg, MCHC : 36.74 ±
4.21 g/dl, RDW: 6.12 ±2.03 %, WBC : 11.59 ± 6.21 x103/μl, neutrofil : 0.68 ±
0.56 x103/μl, lymphosit : 10.95 ± 5.98 x103/μl , eosinofil : 0.06 ± 0.06 x103/μl.
Trombosit : 283.84 ± 194.61 x103/μl
iii
GAMBARAN DARAH KUCING KAMPUNG (Felis domestica)
DI DAERAH BOGOR
FINA NOER TRIASTUTY
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
iv
Judul
: Gambaran Darah Kucing Kampung (Felis domestica) di
Daerah Bogor
Nama Mahasiswa
: Fina Noer Triastuty
Nomor Pokok
: B04101009
Program Studi
: Kedokteran Hewan
Disetujui :
Dr. drh. Hj. Gunanti, MS
drh.Endang Rachman S, MS
Pembimbing I
Pembimbing II
Diketahui :
Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS
Wakil Dekan
Tanggal lulus :
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Gambaran Darah Kucing Kampung (Felis domestica) di Daerah Bogor”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. drh. Gunanti, MS dan drh
Endang Rachman S, MS atas segala perhatian dan bimbingannya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Kepada penguji Dr. Drh Susd Derthi
Widyari, MS penulis ucapkan terimakasih. Terimakasih pula penulis ucapkan
kepada drh. Muhamad Kusdiantoro MS selaku pembimbing akademik penulis.
Kepada keluarga tercinta (Bapak, Ibu, Ka Erwin, Teh Iyut, Teh Weni, Ka Ikram,
dan para keponakan yang lucu), Teman sepenelitian (Mba Helni, Wira, Dwi) atas
kerjasama, bantuan, pengertian dan kekompakannya. Arie yang selalu sabar dan
terus menyemangati “Thanks 4 all honey”. Kepada teman-temanku ( Ka2, Piet,
Ory, Wini, Ning, Achiet, Indah) yang telah mewarnai ”perjalanan” selama ini.
Gastro 38 yang telah memberikan pengalaman hidup bagi penulis. Dan tak lupa
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitan dan pembuatan skripsi
ini.
Penulis mengaharapkan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Bogor, Februari 2006
Fina Noer Triastuty
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wamena pada tanggal 11 Februari 1983 dari ayah
Wawan Hendrawan dan ibu Wike Noerwiyatun. Penulis menyelesaikan
pendidikan di SD Negeri Ibu Jenab 1 Cianjur Jawa Barat pada tahun 1995 dan
SLTP Negeri 1 kalianda Lampung Selatan pada tahun 1998. Pada tahun 2001
penulis menyelesaikan pendidikan di SMU Negeri 1 Sukabumi Jawa Barat dan
pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur undangan seleksi
masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Kedokteran Hewan di Fakultas
Kedokteran Hewan IPB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten di
laboratorium Fisiologi Reproduksi dan di laboratorium Ilmu Bedah Khusus
Veteriner 1. penulis juga menjadi anggota Himpunan Minat Profesi Satwa Liar
Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
vii
DAFTAR ISI
Bab
Hal
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...
viii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….......
ix
PENDAHULUAN………………………………………………………………
1
Latar Belakang……………………………………………………………..
1
Tujuan...........................................................................................................
2
Manfaat….....................................................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….......
3
Klasifikasi kucing kampung.........................................................................
3
Darah ............................................................................................................
3
Hematopoiesis ..........................................................................................
5
Eritropoiesis..............................................................................................
5
Leukopoiesis.......................................................................................…..
6
Thrombositopoiesis……………………………………………………...
7
Eritrosit......................................................................................................
8
Hemoglobin ........................................................................................
8
Leukosit ...................................................................................................
9
Neutrofil................................................................................................ 9
Eosinofil................................................................................................ 10
Basofil................................................................................................... 10
Limfosit................................................................................................. 11
Monosit................................................................................................
11
Trombosit…………………………………………………………. …...
12
Plasma darah......................................................................................…...
12
Hematokrit................................................................................................
13
Indeks eritrosit ........................................................................................
13
BAHAN DAN METODE ………………………………………........................
15
Waktu dan tempat penelitian ........................................................................
15
Bahan dan Alat .............................................................................................
15
Hewan yang digunakan .................................................................................
15
viii
Metode Penelitian ..........................................................................................
15
Parameter yang diamati...................................................................................
16
HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................
17
Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit ................................
17
Leukosit ..........................................................................................................
19
Trombosit .......................................................................................................
21
SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………........
23
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
24
LAMPIRAN..……………………………………………………………………. 26
ix
DAFTAR TABEL
Hal
4
1
Gambaran normal darah kucing ...............................................................
2
Perbandingan rata-rata parameter eritrosit hasil dengan literatur Jain (1993) 18
3
Nilai eritrosit dan indeks eritrosit berdasarkan perbedaan jenis kelamin....... 19
4
Perbandingan rata-rata leukosit hasil penelitian dengan rata-rata leukosit
pada literatur (Jain 1993) .............................................................................. 20
5
Nilai leukosit berdasarkan perbedaan jenis kelamin......................................
6
Perbandingan rata-rata trombosit hasil penelitian dengan literatur Jain
(1993).............................................................................................................
7
21
22
Nilai trombosit berdasarkan perbedaan jenis kelamin.................................... 22
x
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1 Data kucing penelitian ..............................................................................
26
2 Parameter normal status kesehatan kucing................................................
27
3 Data nilai gambaran darah kucing yang digunakan sebagai sampel..........
28
4 Kisaran normal parameter darah menurut hemavet...................................
29
xi
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kucing kampung (Felis domestica) merupakan salah satu contoh hewan
kesayangan yang digemari dan dipelihara banyak orang. Selain penampilan dan
perilaku yang menarik, kucing kampung merupakan hewan kesayangan yang
memiliki kemampuan beradaptasi cukup baik, sehingga dapat mempertahankan
diri di lingkungannya. Selain itu alasan lain memilih kucing kampung sebagai
hewan kesayangan adalah biaya pemeliharaan yang cukup murah.
Bagi pemilik hewan, kesehatan hewan kesayangan merupakan hal yang
sangat penting. Begitu pula sama halnya dengan pemilik kucing kampung.
Beberapa tindakan yang dilakukan oleh pemilik hewan, dapat berupa pencegahan
maupun pengobatan. Tindakan pencegahan merupakan suatu upaya untuk
mencegah terjadinya serangan penyakit. Beberapa usaha yang termasuk dalam
tindakan pencegahan antara lain melalui pemberian pakan yang berkualitas,
pemberian vaksin, pemeliharaan kesehatan dan sanitasi kandang serta mengontrol
kesehatan hewan kesayangan secara periodik kepada dokter hewan. Tetapi
terkadang usaha pencegahan tidak dapat melindungi hewan terhindar dari
penyakit, untuk itu diperlukan tindakan pengobatan .
Salah satu cara yang sering dilakukan dalam tindakan pengobatan maupun
pencegahan adalah pemeriksaan terhadap status kesehatan hewan. Untuk
mengetahui status kesehatan hewan, diperlukan data status fisiologis yang tepat
dan akurat. Dalam penegakan diagnosis diperlukan beberapa data yang dapat
diperoleh baik melalui pemeriksaan secara klinis maupun laboratoris.
Pemeriksaan secara subklinis dapat dilakukan dengan berbagai macam
pemeriksaan. Baik pemeriksaan terhadap urine, darah, feces dan lainnya.
Pemeriksaan darah merupakan salah satu pemeriksaan laboratoris yang sangat
penting. Gambaran darah mudah diperoleh dan merupakan cerminan status
kesehatan bagi setiap individu. Menurut Jain (1993) pengujian darah dilakukan
untuk pemeriksaan kesehatan secara umum, penunjang diagnosis terhadap pasien,
pemeriksaan
kemampuan
tubuh
melawan
perkembangan dari status penyakit tertentu.
infeksi
dan
mengevaluasi
2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran darah kucing kampung yang
sehat secara klinis dan laboratoris di wilayah Bogor.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi gambaran
darah kucing kampung yang sehat secara klinis di daerah Bogor serta diharapkan
dapat digunakan dalam membantu menegakan diagnosa, terutama pada
pemeriksaan darah di laboratorium.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Kucing Kampung
Kucing kampung (Felis domestica) merupakan salah satu jenis hewan
kesayangan yang dimiliki banyak orang. Hewan ini dimasukan dalam ordo
karnivora (pemakan daging). Populasi kucing kampung banyak terdapat di
Indonesia.
Fowler (1993) mengklasifikasikan kucing kampung (Felis domestica)
sebagai berikut :
kingdom
: Animalia
phylum
: Chordata
subphylum
: Vertebrata
kelas
: Mamalia
ordo
: Carnivora
subordo
: Conoidea
famili
: Felidae
subfamily
: Felinae
genus
: Felis
spesies
: Felis domestica
Darah
Darah merupakan jaringan yang mengalir dan bersirkulasi melalui saluran
vascular. Darah membawa berbagai kebutuhan hidup bagi semua sel-sel tubuh dan
menerima produk buangan hasil metabolisme untuk diekskresikan melalui organ
ekskresi (Jain 1993).
Darah juga merupakan komponen esensial bagi berbagai fungsi tubuh.
Hal tersebut dapat dibuktikan karena darah bekerja melindungi sel terhadap
oksigen toksik (katalase dan perioksidase), berperan dalam transport oksigen
(hemoglobin dan myoglobin), transfer elektron dan sintesis ATP (microsomal
cytochromes) (Schalm 1975).
4
Volume darah umumnya mencapai 6-8 % berat badan, jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan dengan volume plasma. Volume darah kucing berkisar
antara 4.7 % - 9.6% berat badan (Mitruka and Rawnsley 1977). Darah terdiri dari
kumpulan elemen dalam bentuk suspensi atau kumpulan sel yang terendam dalam
plasma darah (William 1987).
Warna merah pada darah segar disebabkan oleh adanya hemoglobin dalam
eritrosit (Dellman and Brown 1989). Cairan plasma darah bewarna kuning sampai
tidak bewarna tergantung kuantitas, spesies dan makanan. Beberapa spesies
seperti anjing, kucing, kambing dan domba cairan plasmanya tidak bewarna
(Swenson 1984).
Darah terdiri dari sel-sel darah (eritrosit, platelet dan lima tipe besar
leukosit) dan plasma (Stockham and Scott 2002). Adapun nilai darah kucing
kampung normal terdapat dalam tabel 1. Pembentukan darah disebut
hematopoiesis mencakup eritropoiesis, leukopoiesis, dan trombopoiesis.
Tabel 1 Gambaran normal darah kucing
Parameter
Eritrosit
(x106/μl)
Range
Rata-rata
5.0-10.0
7.5
Hemoglobin (g/dl)
8.0-15.0
12.0
Hematokrit (%)
24.0-45.0
37.0
MCV (fl )
39.0-55.0
45.0
MCH ( pg )
13.5-17.5
15.5
MCHC (%)
30.0-36.0
33.2
Leukosit (x103/μl)
5.50-19.50
12.50
Neutrofil (x103/μl)
2.50-12.50
7.50
Lymfosit(x103/μl)
1.50-7.00
4.00
Monosit(/μl)
0-850
350
Eosinofil(/μl)
0-1,500
650
Basofil(/μl)
Rare
0
Trombosit ( x105/ μl)
(Jain 1993)
3-8
4.5
5
Hematopoiesis
Hematopoiesis
perkembangan
sel-sel
atau
darah
haemopoiesis
(Dorland
merupakan
1995).
Secara
pembentukan
umum
dan
aktivitas
hematopoeisis pada kucing dapat dideteksi pada minggu ketiga kehidupan
prenatal. Selama kehidupan postnatal, hematopoiesis pada hampir semua mamalia
terikat pada sumsum tulang. Hati dan limpa biasanya tidak aktif tetapi potensial
terjadi hematopoiesis (Jain 1993). Hematopoiesis terjadi di jaringan seluruh tubuh
dan melibatkan beberapa organ yang memiliki fungsi dalam sirkulasi darah
(Schalm 1975). Menurut Jain (1993) sumsum tulang memiliki fungsi
hematopoiesis yaitu memproduksi eritrosit, granulosit, monosit, platelet dan
limposit B serta menyimpan stem cell untuk produksi limfosit di lain tempat.
Pada sumsum tulang terdapat sel-sel yang disebut Pluripoten Hemapoeitik
Stem Cell (PHSC), yang merupakan awal dari seluruh sel-sel dalam sirkulasi
darah. PHSC tersebut mengalami beberapa pembelahan untuk membentuk
bermacam-macam sel tepi. Sebagian besar dari beberapa stem cell yang
direproduksi akan berdeferensiasi membentuk sel-sel lain. Sel yang pada mulanya
tidak dikenali asalnya merupakan sel yang berbeda dengan sel stem pluripoten,
sel-sel tersebut telah membentuk jalur khusus yang disebut stem cell commited.
Berbagai stem cell commited, tumbuh dan menghasilkan koloni tipe sel darah
yang spesifik. Suatu sel stem committed yang menghasilkan eritrosit disebut unit
pembentuk koloni eritrosit (CFU-E) demikian pula unit yang membentuk
granulosit dan monosit disebut CFU-GM dan seterusnya. Pertumbuhan dan
reproduksi berbagai stem cell diatur oleh beberapa macam protein yang disebut
penginduksi pertumbuhan. Sedangkan penginduksi diferensiasi merupakan
penginduksi yang membedakan sel-sel. Pembentukan penginduksi pertumbuhan
dan penginduksi diferensiasi dikendalikan oleh faktor-faktor di luar sumsum
tulang (Guyton and Hall 1992).
Eritropoiesis
Eritropoiesis merupakan pembentukan eritrosit (Dorland 1995). Faktor
utama yang dapat merangsang produksi sel darah merah adalah hormon
6
glikoprotein dalam sirkulasi yaitu eritropoeitin atau disebut juga EPO (Guyton
and Hall 1992).
Eritropoeitin merupakan glikoprotein yang diproduksi secara primer oleh
ginjal sebagai hasil rangsangan dari hipoksia jaringan renal. Beberapa eritropoetin
juga disintesis oleh hati (Jain 1993).
Sel pertama yang dapat dikenali dari rangkaian sel darah merah adalah
proeritroblast, dengan rangsangan dari eritropoeitin maka dari sel-sel stem CFUE dapat dibentuk banyak sekali sel ini. Sekali proeritroblast terbentuk maka sel
tersebut akan membelah terus sampai banyak sel darah yang matur. Generasi
pertama sel-sel ini disebut basofil eritroblast karena keberadaan ribosom menjadi
lebih basofilik. Pada tahap ini, sedikit sekali sel mengumpulkan hemoglobin.
Untuk generasi berikutnya, setelah mengumpulkan banyak hemoglobin maka
nukleus akan memadat dan mengecil dan sisa akhirnya terdorong dari sel, pada
saat yang sama retikulum endoplasma diabsorbsi, tahap ini disebut juga tahap
retikulosit karena mengandung sedikit bahan basofilik, yaitu terdiri dari sisa-sisa
aparatus golgi, mitokondria dan sedikit organel sitoplasmik lainnya. Selama tahap
retikulosit sel-sel berjalan dari sumsum tulang masuk ke kapiler darah dengan cara
diapedesis. Bahan basofilik yang tersisa dalam retikulosit normal akan
menghilang dalam waktu 1-2 hari dan sel kemudian menjadi eritrosit matur.
Karena waktu hidup eritrosit ini pendek, maka konsentrasinya di antara seluruh
sel darah merah dalam keadaan normal kurang dari satu persen (Guyton and Hall
1992).
Hematopoiesis
memerlukan
banyak
nutrisi
seperti
vitamin
B12
(cyanocobalamin) dan asam folat (pteroyglutamic acid). Kedua vitamin tersebut
berperan sebagai koenzim dalam sintesis asam nukleat dan unsur-unsurnya yaitu
basa purine dan pyrimidine (Swenson 1984).
Leukopoiesis
Leukopoiesis merupakan pembentukan sel darah putih (Dorlan 1995).
Leukopoiesis merupakan bagian dari hematopoiesis yang melibatkan stem cell
dapat beregenerasi atau berdiferensiasi menjadi lymfoid stem cell dan myeloid
stem cell ( Stockham and Scott 2002 ).
7
Selain sel-sel commited membentuk sel darah merah, terbentuk pula dua
silsilah utama dari sel darah putih. Dua silsilah tersebut adalah mielositik yang
dimulai dengan mieloblas dan limfositik yang dimulai dengan limfoblast (Guyton
and Hall 1992). Sel darah putih terutama granulosit dan monosit dibentuk dan
disimpan di sumsum tulang (Schalm 1975). Hormon yang mengatur dan
merangsang pembentukan sel darah merah dan sel darah putih disebut Colony
Stimulatinf Faktor (CSF). Proses
pembentukan sel granulosit dipengaruh
interleukin-3 (IL-3) dan Granulosit Coloni Stimulating Factor (G-CSF).
Sedangkan pembentukan monosit dipengaruhi oleh Granulocyte/Monocyte
Colony Stimulating Factor (GM-CSF) (Jain 1993). Sel darah putih yang dibentuk
dalam sumsum tulang terutama granulosit, disimpan dalam sumsum sampai
diperlukan dalam sistem sirkulasi. Bila kebutuhannya meningkat maka akan
menyebabkan granulosit tersebut dilepaskan.(Guyton and Hall1992)
Proses pembentukan limfosit (lymphopoiesis), ditemukan pada jaringan
yang berbeda seperti sumsum tulang, thymus, limpa dan limfonoduli (Jain 1993).
Limfosit dan sel plasma diproduksi oleh berbagai organ limfogen, termasuk
kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil dan berbagai jaringan limfoid yang terdapat di
berbagai di dalam tubuh. Proses pembentukan limfosit dirangsang oleh timus dan
paparan antigen (Guyton and Hall 1992).
Thrombositopoiesis
Thrombositopoiesis merupakan pembentukan trombosit (Dorland 1995).
Dalam tahap mielositik, mieloblast berdeferensiasi menjadi promielosit.
Kemudian promielosit tersebut berdeferensiasi menjadi megakariosit, setelah itu
megakariosit pecah dan kemudian menjadi fragmen kecil yang dikenal sebagai
platelets atau trombosit yang selanjutnya masuk dalam darah. Tahap tersebut
terjadi dalam sumsum tulang (Guyton and Hall 1992). Menurut Jain (1993)
megakariosit diatur oleh IL-3, GM-CSFM, microenvirontment local dan
thrombopoietin.
8
Eritrosit
Menurut Jain (1993) secara biokimia membran eritrosit terdiri dari protein
(48%), lemak (44%) dan karbohidrat (8%). Membran sel darah merah bersifat
flexible tetapi tidak elastis. Beberapa materi esensial yang mempengaruhi
produktivitas eritrosit adalah protein, mineral dan vitamin. Masing-masing dari
materi tersebut memiliki peranan tersendiri yang menentukan produktivitas
eritrosit (Schalm 1975). Eritrosit dihasilkan dalam sumsum tulang merah dari
hemositoblast (Craigmyle 1994).
Fungsi utama dari sel darah merah (eritrosit) adalah mengangkut
hemoglobin dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Selain itu
beberapa fungsi lainnya adalah eritosit ini memiliki banyak sekali karbonik
anhidrase yang mengkatalis antara karbon dioksida dan air, sehingga
meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik. Kecepatan reaksi tersebut akan
membuat air dalam darah bereaksi dengan karbondioksida dalam jumlah yang
cukup banyak, maka hal tersebut akan mengakibatkan terangkutnya ion
bikarbonat (HCO3-) dari jaringan menuju paru-paru (Guyton and Hall1992).
Eritrosit kucing lokal berbentuk cakram bikonkaf tanpa inti dan ada dalam
sirkulasi sekitar 120 hari (Craigmyle 1994). Menurut Mitruka and Ranswley
(1977) jumlah eritrosit pada kucing adalah 7.3 juta per mm3 dan berkisar antara 59 juta per mm3.
Hemoglobin
Hemoglobin merupakan pembawa oksigen dalam darah dan merupakan
salah satu molekul protein yang dikenal oleh banyak orang (Dickerson and Geis
1983). Hemoglobin adalah komponen yang penting dalam eritrosit yang
menyebabkan warna merah pada eritrosit. Jumlah Hemoglobin darah sebagian
besar mamalia adalah diantara 13-15 g/dl darah (Swenson 1984).
Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai subunit hemoglobin yang
berbeda, hal tersebut tergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptida.
Tipe-tipe rantai itu disebut rantai alfa, rantai beta, rantai gamma dan rantai delta.
Bentuk hemoglobin yang paling umum dalah bentuk hemoglobin dewasa yaitu
9
hemoglobin A, yang merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai beta
(Guyton and Hall 1992).
Leukosit
Leukosit merupakan unit yang aktif dalam sistem pertahanan tubuh.
Leukosit sebagian dibentuk dalam sumsum tulang dan sebagian lagi dibentuk di
jaringan limfe (Guyton and Hall 1992). Dellman and Brown (1989) membagi
leukosit menjadi dua golongan, yaitu : granulosit (neutrofil, eosinofil dan basofil)
dan agranulosit (limfosit dan monosit). Fungsi dari sel darah putih (leukosit) yaitu
menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius
yang mungkin ada. (Guyton and Hall 1992).
Granulosit
Neutrofil
Neutrofil atau yang disebut juga microphages, memiliki aktivitas terhadap
tahap inflamasi dan menghancurkan materi yang bersifat phagosit (Schalm 1975).
Menurut Jain (1993) neutrofil merupakan garis depan dalam pertahanan seluler
terhadap infeksi mikrobial. Peradangan akut akan meningkatkan jumlah dan
migrasi neutrofil ke dalam jaringan (Meyer et al 1992).
Fungsi yang terpenting dari neutrofil adalah fagositosis, yaitu proses
pencernaan seluler terhadap zat yang mengganggu (Guyton and Hall 1992). Sel
neutrofil memiliki kemampuan membunuh bakteri dan mencernakan reruntuhan
jaringan. (Meyer et al 1992). Sebagian besar efek tersebut adalah hasil dari
beberapa bahan pengoksidasi kuat yang dibentuk oleh enzim fagosom atau oleh
organel lainnya seperti perioksisom (Guyton and Hall 1992).
Neutrofil pada kucing memiliki sel inti yang relatif lebih besar, yang agak
tidak teratur dan biasanya kurang menunjukan lobulasi yang nyata dibanding
dengan anjing. Sitoplasma sel ini beraspek kelabu pucat dan mengandung butir
halus bewarna ungu (Dellman and Brown 1989). Neutrofil menempati 35 – 75 %
dari volume total leukosit yang bersirkulasi. Neutrofil pada kucing dewasa
memiliki bentuk inti ”U” dengan kromatin retikuler yang menunjukan adanya
daerah kondensasi yang tidak begitu terlihat (Chandler et al. 1985).
10
Eosinofil
Eosinofil merupakan sel darah putih yang memiliki fungsi detoksifikasi
dan berperan dalam reaksi antigen antibody. Eosinofil ditemukan pada saat
material asing masuk ke dalam tubuh di bagian subkutis dan sepanjang traktus
respiratorius. (Schalm 1975).
Menurut Guyton and Hall (1992) dalam keadaan normal eosinofil
merupakan 2 % dari leukosit darah. Eosinofil seringkali diproduksi dalam jumlah
besar pada penderita infeksi parasit. Eosinofil bermigrasi ke jaringan yang
menderita infeksi parasit lalu melekatkan diri pada parasit bentuk muda dan
membunuh banyak parasit dengan berbagai cara yaitu: (1) dengan melepaskan
enzim hidrolitik dan granulanya, yang dimodifikasi lisosom; (2) dengan
melepaskan bentuk oksigen yang sangat reaktif yang khususnya mematikan; (3)
dengan melepaskan suatu polipeptida yang sangat
larvasidal. Stockham and
Scott (2002) menyatakan bahwa eosinofil memiliki kemampuan fagosit dan
bakterisidal dan juga merupakan mediator inaktif dari sel mast. Selain itu eosinofil
juga menyerang beberapa larva dan parasit dewasa.
Jumlah eosinofil rata-rata pada kucing berkisar 2-12 % dari total leukosit
(Rukmono 1996). Dellman and Brown (1989) menyatakan bahwa eosinofil
memiliki inti bilobus dan sitoplasma penuh dengan butir asidofil yang besar,
eosinofil juga memiliki ukuran diameter berkisar antara 10-12 mikron.
Basofil
Basofil berasal dari sumsum tulang. Produksi dan diferensiasinya
dikendalikan oleh IL-3 dan sitokenes lain. Waktu transit dalam sumsum
setidaknya 2,5 hari dan basofil dapat bertahan hidup selama dua minggu dalam
jaringan (Stockham and Scott 2002).
Sel mast dan basofil melepaskan heparin ke dalam darah, yaitu suatu
bahan yang dapat mencegah pembekuan darah dan dapat mempercepat
perpindahan partikel lemak dari darah. Selain itu sel mast dan basofil juga
melepaskan histamin dan sedikit bradikinin dan serotonin (Guyton and Hall
1992).
11
Basofil dapat bermigrasi menuju tempat terjadinya perlukaan, dengan
menembus endotel kapiler untuk berkumpul pada jaringan yang rusak. Kemudian
basofil melepaskan respon inflamasi pada lokasi perlukaan (Martini et al 1992).
Diameter basofil 10-12μm dengan inti dua gelambir atau tidak teratur.
Butirnya bewarna biru tua sampai ungu sering menutupi inti yang bewarna agak
cerah. Butir-butir tersebut mengandung heparin, histamin, asam hialuron,
kondroitin sulfat, serotonin dan beberapa faktor kemotaktik (Dellman and Brown
1989). Pada kucing butir basofil berjumlah sedikit, berbentuk lonjong dan
bewarna biru ungu kotor dan dalam sitoplasmanya tampak vakuola, yang diduga
sebagian butir bersifat mudah larut dalam air (Hartono 1989).
Agranulosit
Limfosit
Limfosit terletak secara tersebar dalam nodus limfe, namun dapat juga
dijumpai dalam jaringan limfoid khusus, seperti limpa, daerah submukosa dari
traktus gastrointestinal dan sumsum tulang (Guyton and Hall 1992). Sel limfosit
memiliki dua bentuk, yaitu limfosit besar yang merupakan bentuk belum dewasa
dan limfosit kecil yang merupakan bentuk limfosit dewasa. Pada limfosit dewasa
ditemukan lebih banyak sitoplasma, nukleus lebih besar dan sedikit pucat dari
limfosit kecil. Sedangkan limfosit kecil nukleus besar dan kuat mengambil zat
warna, dikitari sitoplasma bewarna biru pucat (Dellman and Brown 1989). Pada
kucing limfosit yang paling banyak ditemukan adalah limfosit kecil (Jain 1993).
Limfosit sebagai pertahanan terdiri dari 2 sel yaitu : limfosit T bertindak
sebagai pertahanan seluler sedangkan limfosit B sebagai pertahanan humoral
(Martini at al 1992). Menurut Guyton and Hall (1992) limfosit T bertanggung
jawab dalam pembentukan limfosit teraktivasi yang dapat membentuk imunitas
diperantai sel. Sedangkan limfosit B bertanggung jawab dalam pembentukan
imunitas humoral.
Monosit
Monosit merupakan makrofag yang memiliki sistem enzim yang dapat
menangani
hal patogen,
khususnya
yang
disebabkan respon
inflamasi
12
granulomatosa. Respon tersebut disebabkan oleh fungi, protozoa dan bakteri
(Schalm 1975).
Diameter monosit 15-20 μm, inti berbentuk tapal kuda atau oval (Dellman
and Brown 1989). Dalam sirkulasi darah kucing, jumlah monosit berkisar 1-4 %
dari total leukosit (Jain 1993). Monosit mempunyai siklus hidup 2.5- 3 hari dan
dibentuk dalam sumsum tulang (Breazile 1971).
Trombosit
Trombosit atau keping darah (platelets) adalah benda darah yang paling
kecil, berukuran 2 sampai 4 μm, berasal dari bagian sitoplasma sel besar dalam
sumsum tulang yang disebut megakariosit (Dellman and Brown 1989).
Ukuran trombosit bervariasi, memiliki bentuk yang besar menyerupai
eritrosit sampai dengan berukuran eritrosit. Terkadang mereka tampak seperti
tabung yang berdampingan dan terdapat kecenderungan untuk membentuk massa
amorphus (Schalm 1975).
Fungsi utama trombosis adalah mencegah pendarahan ketika terjadi
kerusakan pembuluh darah (Swenson 1984). Membran sel trombosit juga
memiliki fungsi yang cukup penting. Membran trombosit mengandung banyak
fosfolipid yang berperan dalam mengaktifkan berbagai hal dalam proses
pembekuan darah (Guyton and Hall 1992).
Plasma darah
Plasma adalah campuran protein anion kation yang sangat kompleks.
Plasma protein terdiri dari beberapa kelompok. Kelompok pertama yaitu
kelompok protein yang dapat menyediakan nutrisi sel-sel, kelompok kedua yaitu
kelompok protein yang terlibat dalam transpor bahan kimia lainnya termasuk
hormon, mineral dan intermediet dan yang terakhir adalah kelompok protein yang
berkaitan dengan pertahanan terhadap penyakit. Plasma didapat dengan
mencampurkan darah segar dengan antikoagulan dan disentrifugasi, maka
supernatannya adalah plasma (Williams 1987).
Protein plasma tidak ditujukan untuk kebutuhan nutrisi tetapi tetap
dipertahankan keberadaannya dalam plasma. Secara eksperimental kandungan
13
protein bisa diturunkan kemudian beberapa hari akan normal kembali
(Copenhaver et.al 1978). Protein plasma yang telah diidentifikasi adalah albumin,
globulin dan fibrinogen (Swenson 1984) . Jumlah plasma darah yaitu 55-70 %
total darah Hati mensintesa dan melepaskan lebih dari 90% protein plasma
(Martini et al 1992).
Selain terdapat protein, dalam plasma juga terdapat air. Interaksi antara
protein yang ada dalam plasma dan molekul protein yang mengelilinginya
membuat plasma relatif lengket, kohesif dan tetap mengalir. Sifat ini menentukan
viskositas cairan (Martini et al 1992).
Hematokrit
Hematokrit atau Packed Corpuscular Volume (PCV) adalah suatu ukuran
yang mewakili volume eritrosit di dalam 100 ml darah (Duncan and Prase 1977).
Dalam pengukuran nilai hematokrit, darah dibagi menjadi tiga bagian yaitu : (1)
masa eritrosit bagian bawah atau yang disebut PCV (Packed Call Volume), (2)
lapisan leukosit dan trombosit yang bewarna putih atau abu-abu, yang muncul di
atas sel darah merah, (3) plasma darah pada bagian paling atas (Schalm 1975).
Pada saat pendarahan jumlah eritrosit yang hilang berbanding lurus dengan
plasma darah sehingga nilai hematokrit tidak berubah. Namun anemia
menyebabkan nilai hematokrit turun (Duncan and Prase 1977).
Indeks Eritrosit
Menurut Nordenson (2002) indeks sel darah merah digunakan untuk
mndefinisikan ukuran dan kandungan hemoglobin dari sel darah merah yang
terdiri dari Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemaglobin
(MCH), Mean Corpuscular Hemaglobin Concentration (MCHC) dan Red Cell
distribution Width (RDW).
MCV (Mean Corpuscular Volume )
Nilai MCV mengindikasi volume rata-rata sel darah merah. Bila nilai MCV
berada di bawah kisaran normal disebut mikrositik, sedangkan bila nilai MCV
berada di atas kisaran normal disebut makrositik (Brown 1980).
14
MCV (dalam satuan femtoliter/fl)= (PCV/RBC) x 10
MCH ( Mean Corpuscular Hemoglobin )
MCH merupakan perhitungan massa hemoglobin dalam eritrosit (Schalm
1975). Menurut Raphael (1987) MCH adalah jumlah perbandingan antara kadar
Hemoglobin dengan jumlah Eritrosit dengan satuan pg ( pica gram ).
MCH (dalam satuan pica gram/pg) = (Hb/RBC) X 10
MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration)
MCHC
merupakan
perhitungan
yang
menjelaskan
persen
volume
hemoglobin dalam eritrosit (Schalm 1975). Sedangkan menurut Brown (1980)
MCHC merupakan nilai konsentrasi hemoglobin di dalam sebuah sel darah
merah. Bila nilai MCHC berada di atas kisaran normal maka disebut hiperkromik,
sedangkan bila nilai MCHC berada di bawah kisaran normal disebut hipokromik
(Nordenson 2002)
MCHC (%) = (Hb / PCV) X 100
RDW (Red Cell Distribution Width)
RDW merupakan nilai yang mendeskripsikan variasi ukuran eritrosit dalam
suatu populasi eritrosit (Nordenson 2002).
RDW (dalam persen) = standar deviasi volume eritrosit x 100
rata-rata volume sel
15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mendatangi
rumah pemilik kucing kampung di daerah sekitar Cimanggu-Darmaga dan dari
hewan percobaan praktikum Imu Bedah Khusus Veteriner I. Pemeriksaan sample
dilakukan di laboratorium Patologi klinik bagian klinik veteriner
Fakultas
Kedokteran Hewan IPB dan Lab Rumah Sakit Hewan Darmaga. Penelitian ini
berlangsung dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2004.
Bahan dan Alat
Bahan dan peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan
darah adalah
alkohol 70%, Heparin, Kassa, Tissue, dysposable syringue 3 ml dan alat
pemeriksa darah Hemavet.
Hewan yang digunakan
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 ekor kucing
kampung sehat secara klinis, berumur lebih dari sama dengan 1 tahun. Data
hewan yang dipakai dilampirkan pada lampiran 1.
Metode Penelitian
Pengambilan darah dilakukan dengan mengunakan dysposable syringue
berkapasitas 3 ml sebanyak 1 cc dari Vena Cephalica Antibrachii. Sebelum
dilakukan pengambilan darah dilakukan pemeriksaan terhadap status kesehatan
kucing. Parameter normal status kesehatan kucing dapat dilihat pada lampiran 2.
Teknik pengendalian hewan dapat mempengaruhi frekuensi nafas dan denyut
jantung. Teknik pengendalian yang kurang benar akan mengakibatkan kucing
tersebut stress hingga mempengaruhi frekuensi nafas dan denyut jantung. Sampel
darah yang diperoleh diperiksa dengan menggunakan hemavet.
16
Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah nilai eritrosit,
hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit, leukosit dan trombosit.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit
Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus,
perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi dan laktasi,
pengaruh tekanan udara dan peranan limpa (Jain 1993). Schalm (1975)
berpendapat bahwa jumlah eritrosit dipengaruhi oleh nutrisi dan temperatur
lingkungan. Selain itu jumlah eritrosit dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
(Swenson 1984). Hasil penelitian yang didapat jika dibandingkan dengan
parameter nilai rata-rata yang terdapat di dalam Jain (1993) dapat dilihat pada
tabel 2.
Perbedaan umur hewan percobaan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi jumlah eritrosit dalam darah. Secara umum pada saat fetus, jumlah
RBC, hemoglobin dan hematokrit meningkat secara progresif dan paling tinggi
pada saat kelahiran, tetapi menurun secara cepat pada waktu berikutnya. MCV
dan MCH menurun secara bertahap. Namun jumlah eritrosit tersebut mengalami
peningkatan seiring pertambahan umur dan relatif stabil pada umur satu tahun (
Jain 1993). Menurut Schalm (1975) pada saat kelahiran sel darah merah hampir
berjumlah 12 kali lipat dari dewasa. Pada saat fetus, jumlah hemoglobin lebih
kecil dari pada saat dewasa. Pada saat periode menyusui, MCHC dapat menurun
karena kekurangan asupan Fe.
Perbedaan jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi jumlah eritrosit dalam darah. Schlam (1975) menyatakan pada
jantan jumlah eritrosit sedikit lebih tinggi daripada betina. Pembentukan eritrosit
dipengaruhi juga oleh hormon kelamin. Androgen atau hormon kelamin jantan
diketahui meningkatkan produksi eritropoietin, namun mekanismenya pada
eritropoiesis belum diketahui secara pasti (Navarro 1993). Sementara estrogen
cenderung menekan produksi eritropoietin (Spence and Mason 1987). Dari hasil
penelitian jika dikelompokan berdasarkan perbedaan jenis kelamin, dapat dilihat
pada tabel 3.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah eritrosit adalah faktor
nutrisi. Defisiensi vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan kegagalan
18
pematangan dalam proses eritropoiesis, hal tersebut mengakibatkan jumlah
eritrosit dalam darah rendah (Guyton and Hall 1992).
Menurut Guyton and Hall (1992) pada suatu daerah dengan ketinggian
yang sangat tinggi, jumlah oksigen dalam udara sangat rendah sehingga jumlah
oksigen yang diangkut ke dalam jaringan tidak cukup dan produksi sel darah
merah meningkat. Jadi, bukan konsentrasi sel darah merah yang mengatur
kecepatan produksi sel, melainkan kemampuan fungsional sel untuk mengangkut
oksigen ke jaringan sehubungan dengan kebutuhannya akan oksigen. Jain (1993)
berpendapat bahwa tekanan oksigen yang dikurangi dapat mengakibatkan
peningkatan produksi dan pelepasan eritrophoietin.
RDW merupakan status keseragaman ukuran eritrosit. Nilai RDW
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya variasi ukuran
eritrosit diantaranya: defisiensi zat besi, vitamin B12, asam folat dan fragmenfragmen hasil hemolisis (Nordenson 2002). Nilai RDW yang dihasilkan dari hasil
penelitian berdasarkan kisaran normal hemavet yang terdapat pada lampiran 3
menunjukan bahwa nilai RDW hasil penelitian berada di atas rata-rata kisaran
normal. Hal ini menunjukan keadaan anisocytosis yaitu adanya eritrosit dalam
darah yang menunjukan variasi ukuran yang besar. Hal tersebut kemungkinan
diakibatkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya variasi ukuran
eritrosit seperti yang telah dijelaskan pada pernyataan di atas.
Tabel 2 Perbandingan rata-rata parameter eritrosit hasil dengan literatur Jain
(1993)
Parameter
Hasil penelitian
Jain 1993
6
RBC (10 / ±µl)
6.12
7.5
HB (g/dl)
9.69
12.0
Hematokrit (%)
26.08
37.0
MCV (fl)
42.21
45.0
MCH (pg)
15.51
15.0
MCHC (g/dl)
36.74
33.2
RDW (%)
20.66
-
Tabel 3 Nilai eritrosit dan indeks eritrosit berdasarkan perbedaan jenis kelamin
19
Parameter
Jantan
Betina
(rata-rata±standar
(rata-rata±standar
deviasi)
deviasi)
Jumlah kucing
5
9
RBC( 106/μl )
6.324 ± 1.906
6.013 ± 2.197
9.74 ± 4.28
9.67 ± 4.24
Hematokrit(%)
26.50 ± 10.55
25.84 ± 10.83
MCV (fl)
41.42 ± 8.34
42.64 ± 11.19
MCH (pg)
14.94 ± 2.64
15.82 ± 4.98
MCHC (g/dl)
36.37 ± 3.65
36.95 ± 4.68
RDW
21.28 ± 1.08
20.22 ± 1.39
Hb(g/dl)
Leukosit
Jumlah leukosit dalam darah dipengaruhi oleh umur, perbandingan
neutrofil dan limfosit dipengaruhi oleh keadaan leukositosis fisiologis. Sedangkan
perbedaan jenis kelamin antara kelamin jantan dan kelamin betina tidak terlalu
mempengaruhi jumlah leukosit (Jain 1993). Menurut Schalm (1975) jumlah
leukosit dalam darah dipengaruhi oleh umur dan pelepasan ephineprin. Jumlah
leukosit pada umumnya dipengaruhi oleh jumlah sel neutrofil ataupun limfosit di
dalam sirkulasi darah, karena kedua tipe sel darah putih tersebut jumlahnya lebih
banyak dibandingkan dengan leukosit tipe lainnya (Kelly 1984). Hasil penelitian
yang didapat jika dibandingkan dengan parameter nilai rata-rata yang terdapat di
dalam Jain (1993) dapat dilihat pada tabel 4.
Perbedaan umur merupakan faktor yang dapat mempengaruhi jumlah
leukosit dalam darah. Pada umumnya jumlah leukosit pada tahap awal fetus
rendah kemudian meningkat lagi hingga stabil pada umur kurang lebih satu tahun
(Jain 1993).
Menurut Jain (1993) perbedaan jenis kelamin antara kelamin jantan dan
kelamin betina tidak terlalu mempengaruhi jumlah leukosit dalam darah. Hasil
penelitian tersebut jika dikelompokan berdasarkan perbedaan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 5.
20
Jumlah leukosit pada kucing dapat meningkat sebagai hasil dari reaksi
stres emosional. Oleh karena itu, salah satu hal yang harus diperhatikan ketika
pengambilan darah dilakukan adalah mengetahui apakah kucing tersebut dalam
keadaan stres atau takut. Hal tersebut dapat menyebabkan jumlah total leukosit
menjadi sedikit lebih tinggi dari keadaan normalnya (Schalm 1975).
Leukositosis fisiologis sering terjadi pada hewan yang mengalami stres
akut. Stres tersebut dapat berupa fisik, emosional atau dipicu oleh penyakit.
Perubahan WBC pada kondisi seperti stres tersebut dikarenakan oleh pelepasan
ephineprin dan kortikosteroid. Ephineprin bekerja dengan meningkatkan sirkulasi
darah dan limfe serta menyebabkan demarginasi neutrofil sehingga meningkatkan
jumlah sel dalam sirkulasi (Jain 1993). Sedangkan kortikosteroid menyebabkan
peningkatan pelepasan
neutrofil dari dalam sumsum tulang, menurunkan
kemampuan diapedesis, dan meningkatkan jumlah neutrofil dalam sirkulasi yang
bersumber dari marginal pool (Stockham dan Scott 2002).
Tabel 4 Perbandingan rata-rata leukosit hasil penelitian dengan rata-rata leukosit
pada literatur (Jain 1993)
Parameter
Hasil penelitian
Jain 1993
Leukosit (10 /µl)*
11.59
12.5
Neutrofil (103/µl)
0.68
7.5
Limfosit (103/µl)
10.85
4.0
0.06
0.65
3
Monosit (103/µl)
Eosinofil (103/µl)
Basofil (103/µl)
(*)belum termasuk nilai monosit dan basofil
Tabel 5 Nilai leukosit berdasarkan perbedaan jenis kelamin
Parameter
Jumlah kucing
Jantan
Betina
(rata-rata±standar
(rata-rata±standar
deviasi)
deviasi)
5
9
21
WBC (103/μl)*
10.13 ± 4.24
10.27 ± 3.79
Neutrofil (103/μl)
0.49 ± 0.22
0.63 ± 0.34
Lymfosit (103/μl)
9.60 ± 4.01
9.57 ± 3.48
0.05 ± 0.04
0.06 ± 0.06
Monosit (103/μl)
Eosinofil (103/μl)
Basofil (103/µl)
(*)belum termasuk nilai monosit dan basofil
Trombosit
Jumlah trombosit dalam sirkulasi darah hewan normal selalu dalam
keadaan dinamis. Hal tersebut terjadi karena adanya mekanisme positif dan
negative feedback. Peningkatan jumlah trombosit disebabkan oleh adanya
gangguan-gangguan seperti neoplasia, gangguan gastrointestinal dan hormonal
(Jain 1993). Pada saat terjadi penurunan jumlah trombosit yang beredar dalam
sirkulasi, maka tubuh akan berespon dengan menghasilkan trombopoietin (Jain
1993). Menurut Harrison (2005) penurunan jumlah trombosit dapat disebabkan
oleh adanya gangguan pada pembentukan trombosit dan juga dikarenakan adanya
distribusi trombosit yang abnormal. Menurut Kelly (1984) jumlah trombosit
dalam sirkulasi darah pada hewan normal selalu berfluktuasi beberapa waktu
setiap hari karena adanya pengaruh kelelahan, exercise dan temperatur
lingkungan. Hasil penelitian yang didapat jika dibandingkan dengan parameter
nilai rata-rata yang terdapat di dalam Jain (1993) dapat dilihat pada tabel 6.
Perbedaan jenis kelamin pada kucing kampung tidak mempengaruhi jumlah
trombosit dalam darah. Hasil penelitian terhadap nilai trombosit berdasarkan
perbedaan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 7.
Perbedaan nilai yang diperoleh kemungkinan disebabkan adanya kondisi
fisiologis ataupun patologis tertentu yang tidak menunjukan gejala klinis, namun
sangat mempengaruhi gambaran nilai trombosit dalam sirkulasi darah, misalnya
pelepasan ephineprin oleh tubuh, hipoplasia sumsum tulang, serta proses
imunologis dan non immunologis (Stockham and Scott 2002).
22
Tabel 6 Perbandingan rata-rata trombosit hasil penelitian dengan literatur (Jain
1993)
Parameter
Hasil penelitian
Jain 1993
Trombosit (103/µl)
283.84 ±194.61
450
Tabel 7 Nilai trombosit berdasarkan perbedaan jenis kelamin
Parameter
Jumlah kucing
Trombosit (103/µl)
Jantan
Betina
(rata-rata±standar
(rata-rata±standar
deviasi)
deviasi)
5
9
214.20 ± 150.71
263.11 ± 207.01
23
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Gambaran darah kucing kampung yang sehat secara klinis didapat kisaran
sebagai berikut : RBC: 6.12 ± 2.03 x106/μl, hemoglobin: 9.69
± 4.09 g/dl,
hematokrit: 26.08 ± 10.32 %), MCV: 42.21 ± 9.94 fl, MCH: 15.51 ± 4.20 pg,
MCHC: 36.74 ± 4.21 g/dl, RDW: 6.12 ±2.03 %, WBC: 11.59 ± 6.21 x103/μl,
neutrofil: 0.68 ± 0.56 x103/μl, limfosit: 10.95 ± 5.98 x103/μl, eosinofil: 0.06 ±
0.06 x103/μl. Trombosit : 283.84 ± 194.61 x103/μl
Saran

Perlu diadakan penelitian dengan pemeriksaan paramater darah yang lebih
lengkap seperti parameter terhadap laju endap darah, fibrinogen, atau
lainnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2006. What Is Normal In Cat. [terhubung berkala]. http://www.
petplace.com/cats/what-is-normal-in-cats/page1.aspx. [7 Februari 2006].
Breazile JE. 1971. Textbook of Veterinary Physiology, Philadelphia : Lea and
Febiger.
Brown BA. 1980. Hematology : principles and procedures. Ed ke-3. Philadelphia
: Lea and Febiger
Craigmyle S. 1994. A color atlas of histology. New York : Harper Collins Collage
Publishers.
Delmann HD and Brown EM. 1989. Histologi Veteriner. Ed ke-3. Jakarta : UIPress.
Dickerson and Geis. 1983. Hemoglobin. California : The Benjamin/Cummings
Publishing Company Inc.
Duncan JR and Prase KW.1977. Veterinary Laboratory Medicine. Ame. Lowa
Clinical Pathology. The Lowa State University press.
Dorland. 1995. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed ke-25. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran EGC.
Fowler ME. 1993. Wild Life Medicine Caurse. USA : Directorate General of
Livestock Services.
Guyton and Hall. 1992. Fisiologi kedokteran. Ed Ke-9. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC.
Harisson C. 2005. Thrombocytopenia (Reduced Platelet Count) [terhubung
berkala]. http:// www.netdoctor.co.uk/disaese/facts/thrombocytopenia.htm.
[20 Desember 2005].
Jain NC. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Philadelphia : Lea &
Febiger.
Kelly WR. 1974. Veterinary Clinical Diagnosis. Ed ke-3. London : Bailliere
Tindal.
Martini FH, Ober WC, Garrison C and Weleh K.. 1992. Fundamentals of
Anatomy and Physiology. Ed ke-2. New Jersey : Prentice Hall,
Englewood Cliffs.
Meyer DJ, Cole EH and Rich LJ. 1992. Veterinary Laboratory Medicine
Interpretation and Diagnosis. Philadelphia : Saunders Company.
25
Mitruka BM and Rawnsley HM.1977. Clinical Biochemical and Haematological
Refference Value in Normal Experimental Animals. USA : Mason
Publishing.
Nordenson JN. 2002. Gale Encyclopedia of Medicine. Red Blood Cell Indices.
[terhubung berkala]. http://www.healthatoz.com/healthatoz/Atoz/ency/red
blood_cell_indices. jsp. [29 Mei 2005]
Raphael SS. 1987. Medical Laboratory technology. Ed ke-4. W.B. London :
Saunders Company.
Rukmono. 1996 . Patologi. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Schalm OW.1975. Veterinary Hematology.
Febiger.
Ed ke-2. Philadelphia : Lea &
Spence AP and Mason EB. 1987. Human Anatomy and Physiology. Ed ke-3.
California : the Benjamin/Cummings Publishing Company.inc
Stockham SL and Scott MA. 2002. Fundamental of Veterinary Clinical
Pathology. Ed ke-1. USA : Iowa state press.
Swenson MJ. 1984. Dukes Physiology of Domestic Animals. Ed ke-10. Ithaca and
London : Cornell University Press.
Williams DF. 1987. Blood Compability. Ed ke-1. Florida : CRC. Press Inc.
Bocarotan.
26
Lampiran 1 Data kucing penelitian
no
Nama
sex
Berat
umur
badan
Suhu
Ferkuensi
Frekuensi
(oC)
nafas
nadi
Mukosa
limfonodus
1
Obit
♂
4 kg
2 tahun
38.4
30x/menit
87x/menit
rose
(Taks)
2
Belang
♀
2kg
2 tahun
38.1
64x/menit
120x/menit
rose
(Taks)
3
Coklat
♀
2 kg
1.5
37.8
32x/menit
120x/menit
rose
(Taks)
38.6
36x/menit
120x/menit
rose
(Taks)
tahun
4
Karkun
♂
1,6 kg
1.5
tahun
5
Kuro
♀
2 kg
2 tahun
38.1
32x/menit
132x/menit
rose
(Taks)
6
Gina
♀
2 kg
1 tahun
38.5
44x/menit
132x/menit
rose
(Taks)
7
Uprit
♂
4,5 kg
2 tahun
38.0
68x/menit
120x/menit
rose
(Taks)
8
Miu
♀
3 kg
1,5
39.3
84x/menit
120x/menit
rose
(Taks)
37.7
56x/menit
168x/menit
rose
(Taks)
38.6
52x/menit
116x/menit
rose
(Taks)
tahun
9
Mau
♂
2 kg
1.5
tahun
10
Anta
♀
2 kg
1.5
tahun
11
Belang2
♂
2 kg
1 tahun
38.5
80x/menit
100x/menit
rose
(Taks)
12
cemong
♀
2 kg
1 tahun
37.2
70x/menit
100x/menit
rose
(Taks)
13
Ibil
♀
2.5 kg
1.5
37.0
112x/menit
108x/menit
rose
(Taks)
38.0
56x/menit
112/menit
rose
(Taks)
tahun
14
unyil
♀
1.5 kg
1tahun
Keterangan : Taks = Tidak ada kelainan khusus
27
Lampiran 2 Parameter normal status kesehatan kucing
Parameter
Keadaan normal
Suhu (oC)
37.0 - 39.1
Frekuensi nafas (x/menit)
20 - 30
Frekuensi nadi (x/menit)
140 - 220
Mukosa
rose
Limfonodus
Tidak ada kelainan khusus seperti
adanya kebengkakan, atau lainnya.
(anonimus 2006)
28
Lampiran 3 Data nilai gambaran darah kucing yang digunakan sebagai sampel
No
Leukosit
(K/µl)
Neutrofil
(K/µl)
Limfosit
(K/µl)
Eosinofil
(K/µl)
RBC
(M/μl)
Hb
(g/dl)
Hct
(%)
MCV
(fl)
MCH
(pg)
MCHC
(g/dl)
RDW
(%)
Trombosit
(K/µl)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
9.06
8.52
11.6
5.04
19.25
12.74
11.44
8.38
13.12
16.52
8.6
14.75
3.52
6.26
0.63
0.69
0.96
0.28
0.95
1.01
0.35
0.2
0.78
0.81
0.39
0.67
0.08
0.35
8.4
7.82
10.63
4.76
13.54
11.7
11.0
8.0
12.26
15.62
8.19
12.99
3.42
5.9
0.03
0.01
0.01
0
0.14
0.03
0.09
0.18
0.08
0.1
0.02
0.06
0.01
0.01
4.32
8.27
7.87
8.84
5.52
2.9
7.31
4.33
6.68
6.6
4.55
7.32
2.89
8.34
6.8
15.8
12.3
15.9
8.0
10.91
11.8
11.8
10.7
9.2
5.0
10.0
10.89
12.1
21.7
39.7
39.0
41.1
25.2
44.02
33.0
29.0
24.0
22.5
14.2
25.8
44.02
30.9
50.3
48.0
49.5
46.5
45.6
32.75
45.14
66.97
35.9
34.1
31.1
35.2
32.9
37.0
15.7
19.1
15.6
18.0
14.5
11.03
16.14
27.25
16.0
13.9
11.0
13.7
10.7
14.5
31.3
39.8
31.5
38.7
31.7
33.68
35.75
40.68
44.6
40.9
35.2
38.8
32.6
39.2
21.5
22.8
20.0
20.9
19.9
17.5
19.8
20.1
20.7
21.4
22.8
21.2
20.0
19.8
579.8
192.0
118.0
144.0
94.0
115.0
145.0
140.0
708.0
319.0
418.0
481.0
207.0
313.0
29
Lampiran 4 Kisaran normal parameter darah menurut hemavet
Parameter
Kisaran normal
RBC (M/μl)
5.0-11.0
Hemoglobin (g/dl)
8.0-15.0
Hematokrit (%)
24.0-45.0
MCV (fL)
39.0-52.0
MCH ( pg )
12.5-17.5
MCHC (%)
30.0-37.0
RDW (%)
12.0-19.0
Leukosit (K/μl)
5.5-19.5
Neutrofil (K/μl)
2.5-13.9
Limfosit (K/μl)
1.5-7.0
Monosit (K/μl)
0.0-1.4
Eosinofil (K/μl)
0.0-1.5
Basofil (K/μl)
0.0-0.5
Trombosit (K/μl)
150.0-500.0
Download