PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN KUALITAS DAN MANUFAKTUR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI Disusun oleh : Pram Eliyah Yuliana 2508 201 006 DOSEN PEMBIMBING : Maria Anityasari, S.T., M.E., Ph.D. Mokh. Suef, Ir., M.Sc. PENDAHULUAN METODOLOGI PENGEMBANGAN MODEL KONSEPTUAL MODEL SURVEI INDUSTRI INTEPRETASI HASIL KESIMPULAN & SARAN DAFTAR PUSTAKA LATAR BELAKANG Sumber: Disperindag Prop Jatim (2005) Peraturan di Prop. Jawa Timur PT. SIER SK Gubernur Jawa Timur No. 45 tahun 2002 BLH Prop. JaTim tentang baku mutu limbah cair, padat dan gas Pergub Jawa Timur No. 10 tahun 2009 BLH PemKot Surabaya tentang standarisasi cerobong untuk limbah gas/udara Pencemaran lingkungan tetap terjadi DEFINISI INDUSTRI Sumaatmadja, 1981 Suatu sistem yang merupakan perpaduan subsistem fisis (komponen-komponen lahan, bahan mentah atau bahan baku, sumber daya energi, iklim dengan segala proses alamiahnya) dan subsistem manusia tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi, keadaan politik, keadaan pemerintahan, transportasi dan komunikasi, konsumen dan pasar) Industri Sandy, 1985 Takta et al., 2004 Industri bukan lagi sekedar mengarah pada bagaimana cara menghasilkan produk seefisien mungkin, melainkan juga pada bagaimana cara memberi fungsi yang diminta konsumen serta meminimalkan konsumsi energi dan material Industri juga dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk memproduksi barang jadi, bahan baku, atau barang mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin Hillson (1997) Tingkat Istilah Keterangan 1 AdHoc Unaware 2 Initial Experiment 3 Repeatable Implement 4 Managed Proactive approach 5 Optimized Maintained (Doss & Kamery, 2006) Bagi dunia industri, bisa dikatakan bahwa CMM merupakan daya ungkit evolusioner untuk memfasilitasi capaian proses yang matang (Bamberger, 1997) (Chrissis et al., 2003) Apa yang ada di dalamnya adalah elemen esensial dari proses efektif dengan mendeskripsikan jalur pengembangan evolusioner mulai dari kondisi ad hoc atau proses tak matang menuju proses yang berdisiplin dan matang dengan efektivitas dan kualitas yang lebih baik Perusahaan tidak harus berada di level tertentu terlebih dahulu untuk membuat pihak lain menjalankan aktivitas bisnis (Mary Beth et al., 2003) (Entinex, 2009) Apa yang ada di dalam CMMI dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh standar, proses dan prosedur yang telah ada, dan bukannya untuk mendefinisikan yang baru CMMI dimaksudkan untuk membantu organisasi meningkatkan kapabilitasnya agar mampu secara konsisten menghantarkan produk dan jasa kepada pelanggan sebagaimana mereka menginginkannya, pada waktu yang mereka minta, dan harga yang mereka perkenan untuk bayarkan (Susan, 2008) Level tertinggi dari maturity tidaklah harus diraih oleh organisasi. Jikapun pelevelan tidak/belum bisa dilakukan, yang penting adalah adanya pengelompokan atas dasar kesamaan atribut tertentu PERUMUSAN MASALAH Bagaimana merancang suatu model kematangan pengelolaan lingkungan untuk industri MakMin (Makanan dan Minuman) di wilayah Surabaya TUJUAN • • • Merancang indikator dan level kematangan di bidang pengelolaan lingkungan yang bisa diterapkan oleh industri. Merancang instrumen self assesment yang bisa digunakan oleh perusahaan. Mengaplikasikan instrumen model kematangan di beberapa industri MakMin. MANFAAT PENELITIAN Tersusunnya suatu model kematangan pengelolaan lingkungan BATASAN Fokus penelitian hanya pada masalah pengelolaan lingkungan dan survei hanya dilakukan pada 8 (delapan) Industri MakMin yang terdiri dari 4 Industri Besar dan 4 Industri Kecil Menengah di Surabaya, Jawa Timur. ASUMSI • • Semua informasi yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan oleh industri telah diketahui. Sektor industri MakMin yang menjadi obyek penelitian, dianggap telah mengetahui tentang peraturan pemerintah yang berlaku terkait dengan perlindungan terhadap lingkungan. FLOWCHART PENELITIAN Studi Literatur Studi tentang Undang-undang & Peraturan Pemerintah terkait pengelolaan lingkungan Studi tentang Sustainable Manufacturing Perumusan Masalah Metodologi Pengembangan Model : -Identifikasi indikator pengelolaan lingkungan -Perancangan level kematangan pengelolaan lingkungan Validasi Ahli Perlu? Direvisi Ok Penyusunan Kuesioner Survei Industri -Prosedur Pengumpulan Data -Pengolahan dan Analisa Data Intepretasi Data Kesimpulan & Saran PENERAPAN INDIKATOR LINGKUNGAN Azapagic dan Perdan, 2000 Labuschagne, 2003 Kaebernick dan Kara, 2006 Zeng et al, 2007 Yuliana, 2011 Azapagic dan Perdan (2000) Labuschagne (2003) Indikator Karakteristik Indikator Karakteristik Dampak Lingkungan Mengkaji beberapa dampak yang memiliki efek lokal pada lingkungan (misalnya asap fotokimia dan eurotofikasi) dan juga dampak global (pemanasan global dan penipisan ozon) Sumber daya udara Menilai kontribusi perusahaan terhadap efek kualitas udara regional (misalnya racun, pengasaman, dll.) serta efek global seperti pemanasan global dan penipisan ozon Efisiensi Lingkungan Menilai pemanfaatan sumber daya yang terbaharukan juga menentukan jumlah total bahan dan energi untuk memproduksi suatu produk Sumber daya air Mengkaji ketersediaan air bersih dan aman dengan fokus pada dampak yang ditimbulkan perusahaan terhadap kuantitas dan kualitas air yaitu penggunaan air dan pelepasan limbah serta polutan Aksi Lingkungan Mengukur kontribusi perusahaan terhadap lingkungan, menciptakan citra eksternal perusahaan dan mendapatkan keuntungan kompetitif Sumber daya tanah Menilai dampak yang diakibatkan perusahaan pada kuantitas dan kualitas tanah termasuk penggunaan lahan dan transformasi serta dampak langsung maupun tak langsung terhadap keanekaragaman hayati Sumber daya mineral dan energi Mengkaji kontribusi perusahaan terhadap menipisnya sumber energi dan mineral yang ada Kaebernick dan Kara (2006) Indikator Karakteristik Zeng et al (2007) Indikator Karakteristik Strategi Lingkungan Mengindikasi bagaimana perusahaan menempatkan strategi lingkungan dibandingkan tujuan bisnis yang lain Cleaner production Menilai metode cleaner production yang telah diterapkan oleh industri yang menjadi obyek penelitian Desain Lingkungan Menilai proses pengembangan produk yang ramah lingkungan oleh perusahaan dan tools yang digunakan Minimalisasi limbah Menilai jumlah limbah yang dihasilkan oleh industri Cleaner Production Menilai metode cleaner production yang telah diterapkan oleh industri yang menjadi obyek penelitian Penilaian lingkungan Mengkaji kinerja lingkungan yang dilakukan oleh industri Recycle Menilai proses recycle yang dilakukan oleh perusahaan sebagai self-driven activity Product Recovery Menilai perlindungan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap penggunaan produk untuk tujuan recycle dan reuse GAP Maturity Model bidang pengelolaan lingkungan belum terbentuk FRAMEWORK PENELITIAN (Yuliana, 2011) Mempelajari beberapa literature terkait pengelolaan lingkungan : 1. Jurnal internasional 2. Peraturan internasional 3. Undang-undang 4. Peraturan pemerintah baik yang bersifat nasional maupun lokal Induksi Membentuk indikator : 1. Membentuk indikator 2. Merancang tingkat kematangan pengelolaan yang sesuai Validasi Sustainable Manufacturing Maturity Model Pilot Studi CocokAnalisa atau Tidak? SISTEM INDUSTRI External Sistem Manajemen/Internal Input T T Proses T Output Consumer Sistem Penilaian (Semi Delphi) 1. 2. 3. 4. 5. Para expert (profesor) diberi kuesioner Para expert mengisi kuesioner tersebut dengan nilai sebagai berikut ; - Pada kuesioner tentang kriteria, para expert cukup dengan memberi nilai 0 dan 1. - Pada kuesioner tentang indikator, para expert cukup dengan memberi nilai 1 hingga 5. Setelah nilai diperoleh, jika ada jawaban 0 atau tidak setuju pada “kriteria” dan jawaban 1 dan 2 pada “indikator”, maka akan dilakukan penyebaran kuesioner kembali dengan menghilangkan kriteria maupun indikator yang tidak diinginkan tersebut (round 2). Penilaian pada tahap validasi untuk indikator ternyata mengalami perubahan. Penilaian 1 hingga 5 berpotensi menghasilkan hasil yang ambigu. Nilai yang diusulkan adalah -2 hingga +2. Dari penilaian ini dapat dilihat secara pasti ketika ada nilai “–“ berarti indikator tersebut langsung dihilangkan saja. Setelah semua indikator divalidasi oleh para expert, maka peneliti melakukan rekapitulasi hasil penilaian dan merancang level kematangan. HASIL VALIDASI Nama Prof. Sarwoko Jurusan Teknik Lingkungan ITS Hasil Validasi 1. Merubah Sub Kriteria "Sistem Evaluasi" menjadi "Sistem Monitoring" 2. Merubah Sub Kriteria "Desain Produk" dari Kriteria "Input" menjadi Kriteria "Internal" dan dimasukkan menjadi Indikator pada Sub Kriteria "Pelaksanaan Sistem Manajemen" 3. Menambah Indikator "Continuous Improvement" pada Sub Kriteria "Teknologi Proses" 4. Menghilangkan Indikator "Persentase produk yang bisa di remanufacturing" dari Sub Kriteria "End of Life Produk dan Pengemasan" 5. Menambah Indikator "Penanganan Sampah / Packaging" pada Sub Kriteria "Compliance" 6. Merubah Sub Kriteria "Sistem Transportasi" menjadi "Sistem Transfer" 7. Menambah Indikator "Upaya Pemilihan Rute Minimum, Speed Rate dan Safety untuk Pengangkutan dan Penurunan Barang" pada Sub Kriteria "Sistem Transfer" Prof. Wahyono Teknik Lingkungan ITS Menambah Indikator "Tingkat Pengetahuan Tentang Peraturan Lingkungan yang Bersifat Nasional" pada Sub Kriteria "Knowledge" INDIKATOR PENGELOLAAN LINGKUNGAN RANCANGAN MATURITY MODEL BIDANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN Prosedur Pengumpulan Data Menyusun Kuesioner Industri MakMin Sedang berkembang pesat, produk yang Pilihmasyarakat, 8 Industri dihasilkan sangat dibutuhkan oleh mendapat dukungan penuh dari pemerintah Industri dan merupakan penghasil limbah (padat, cair dan gas) yang cukup besar di wilayah penelitian. (Bapedalda Propinsi Dati I dan Kanwil Perindag Propinsi Jawa Timur, 1999) Menyebar 8 (delapan) industri MakMin yang menjadi responden dianggap oleh peneliti telah mewakili Kuesioner industri manufaktur di Indonesia nantinya (skala besar dan kecil), telah dikenal baik oleh peneliti dan Lokasi industri MakMin yang menjadi responden dekat dengan peneliti sehingga Pengolahan memudahkan dalam penyebaran kuesioner. Data KUESIONER PENELITIAN Kuesioner bagian I Kuesioner bagian II Demografi Perusahaan Tingkat pengelolaan lingkungan KODE INDUSTRI • • • • IBM = Industri besar minuman IBMk = Industri besar makanan IKMM = Industri kecil menengah minuman IKMMk = Industri kecil menengah makanan DATA INDUSTRI No. Nama Industri Kode Industri Alamat 1 PT. Orang Tua Group IBM Panjang Jiwo 48 - 50 2 PT. Bamboe Indonesia IBMk Kedinding Tengah II / 8 3 PT. Ramayana IBMk Dinoyo no. 80 - 82 4 PT. Jili Food Lestari IBMk Kedungsari no. 44 A 5 Jasmine Ice Cream IKMM Dharmahusada Indah Tengah II / 10C-24 6 PT. Carrefour Indonesia IKMMk Bubutan no. 1 – 7 7 Roti Handayani IKMMk Tenggilis Kauman IIA / 10 8 Bon Amy Bakery IKMMk Manyar Kertoarjo VIII / 2 JUMLAH KARYAWAN & JUMLAH PRODUK No. Responden Kode Industri Jumlah Karyawan Jumlah Produk 1 IBM 150 4 2 IBMk 160 1 3 IBMk 120 2 4 IBMk 110 3 5 IKMM 16 1 6 IKMMk 31 4 7 IKMMk 29 1 8 IKMMk 22 2 KUESIONER BAGIAN 2 Kode Indk1 Indk2 Indk3 Indk4 Indk5 Indk6 Indk7 Indk8 Indk9 Indk10 IBM 5 4 5 4 3 4 4 6 4 3 IBMk 5 4 4 4 4 3 4 5 4 3 IBMk 5 4 5 4 3 5 3 4 4 2 IBMK 5 4 4 4 3 3 3 5 4 2 IKMM 4 4 3 4 2 3 2 4 4 2 IKMMk 5 4 6 5 5 3 4 4 4 3 IKMMk 4 4 3 4 2 3 2 4 4 2 IKMMk 4 4 3 4 1 3 2 4 4 2 Tingkat Kematangan Beberapa Indikator (1) Count Indikator 1 level 3 level 4 Kode Industri IBM 1 IBMk 3 IKMM 1 Seluruh responden atau 8 (delapan) IKMMk 2 industri 1 yang menjadi obyek penelitian berada pada level Totaltelah mengetahui dan menerapkan 3 5 3 karena teknologi proses yang ramah lingkungan serta memberikan pendidikan ramah lingkungan kepada seluruh karyawan. Berdasarkan jawaban responden, maka sebanyak 1 (satu) IBM, 3 (tiga) IBMk dan 1 (satu) IKMMk berada pada level 4 karena telah mematuhi peraturan yang bersifat lokal dan nasional serta mengetahui peraturan yang bersifat global. Sedangkan 1 (satu) IKMM dan 2 (dua) IKMMk berada pada level 3 karena telah mematuhi peraturan yang bersifat lokal dan mengetahui peraturan yang bersifat nasional. Total 1 3 1 3 8 Count Kode Industri Total IBM IBMk IKMM IKMMk Indikator 2 level 3 1 3 1 3 8 Total 1 3 1 3 8 Tingkat Kematangan Beberapa Indikator (2) Semua industri yang menjadi obyek penelitian berada pada level 3 karena menerapkan model transfer yang dipilih. Count Indikator 38 level 3 Total Kode IBM 1 1 Sebanyak 1 (satu) IBM, IKMMk dan 2 (dua) IBMk berada pada level 5 karena mengevaluasi dan Industri 3 speed rate dan safety mereview serta melakukan perbaikan terus IBMk menerus terhadap3rute minimum, IKMM 1 IBMk berada 1 pada level 4 karena untuk pengangkutan dan penurunan barang. Sebanyak 1 (satu) telah mengukur efektivitas dari pemilihan rute minimum, speed untuk IKMMk 3 rate dan safety 3 pengangkutan dan penurunan barang. Sebanyak 2 (dua) IKMMk berada pada level 3 karena telah Total 8 8 menggunakan rute minimum terpilih, speed rate dan safety dalam mengangkut dan menurunkan barang. Sebanyak 1 (satu) IKMM berada pada level 2 karena hanya mempersiapkan untuk memilih Count rute minimum dalam mengangkut dan menurunkan barang dan diterapkan secepatnya. Indikator 39 level 3 level 4 level 2 Kode Industri Total IBM IBMk IKMM IKMMk level 5 Total 1 1 2 1 1 4 1 1 2 2 1 3 1 3 8 Indikator yang sangat kuat • • • • • Indikator 8 (Penerapan 5S atau 5R). Indikator 11 (Adanya upaya inspeksi dalam pengelolaan lingkungan). Indikator 15 (Penerapan bahan baku yang ramah lingkungan). Indikator 16 (Persentase material yang digunakan). Indikator 32 (Persentase penurunan kualitas udara). Indikator yang sangat lemah • • • Indikator 5 (Adanya satu departmen atau divisi khusus di bidang pengelolaan lingkungan). Indikator 10 (Penerapan ISO 14000). Indikator 20 (Persentase air yang bisa direcycle dan reuse). Level Kematangan Industri Secara Keseluruhan Kode Indk1 Indk2 Indk3 Indk… Indk39 Mean Level IBM 5 4 5 …. 6 4.615385 4 IBMk 5 4 4 …. 6 4.384615 4 IBMk 5 4 5 …. 5 4.102564 4 IBMK 5 4 4 …. 6 4.128205 4 IKMM 4 4 3 …. 3 3.333333 3 IKMMk 5 4 6 …. 6 4.179487 4 IKMMk 4 4 3 …. 4 3.358974 3 IKMMk 4 4 3 …. 4 3.333333 3 Sebanyak 1 (satu) IBM, 3 (tiga) IBMk dan 1 (satu) IKMMk berada pada level 4 yaitu melakukan pengukuran kinerja terhadap pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan (Managed). Sebanyak 1 (satu) IKMM dan 2 (dua) IKMMk berada pada level 3 yaitu telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan dalam perusahaan (Repeatable). KESIMPULAN (1) 1. 2. 3. Indikator pengelolaan lingkungan yang terbentuk adalah pada kriteria internal perusahaan terdapat 4 (empat) sub kriteria dan 14 (empat belas) indikator. Kriteria input terdapat 3 (tiga) sub kriteria dengan 10 (sepuluh) indikator. kriteria proses terdapat 1 (satu) sub kriteria dengan 1 (satu) indikator. Kriteria output terdapat 3 (tiga) sub kriteria dengan 8 (delapan) indikator. Kriteria externalities terdapat 3 (tiga) sub kriteria dengan 4 (empat) indikator. Dan kriteria sistem transfer terdapat 1 (satu) sub kriteria dengan 2 (dua) indikator. Sehingga total indikator yang terbentuk adalah 39 (tiga puluh sembilan) indikator. Perancangan instrumen self-assesment perusahaan pada model level kematangan mengadopsi pada Risk Management Maturity model milik Hillson yang kemudian digunakan oleh Indrajit dalam penelitiannya dengan parameter berikut ; level 0 adalah Ignore, level 1 adalah AdHoc atau Aware, level 2 adalah Initial atau Plan, level 3 adalah Repeatable atau Execute , level 4 adalah Managed atau Measure, level 5 adalah Optimized atau Excel. Aplikasi rancangan model kematangan pengelolaan lingkungan pada 8 (delapan) industri MakMin di Surabaya ternyata tidak ada kesulitan yang dialami. Bahkan rancangan model kematangan tersebut dapat dipahami oleh responden walaupun untuk membuktikan kesesuaian antara upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan dengan jawaban yang diberikan masih sulit. SARAN Responden penelitian harus lebih besar dan terdiri dari berbagai macam sektor industri sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih detail. DAFTAR PUSTAKA (1) • Azapagiz, A. and Perdan, S., 2000, Indicators of Sustainable Development for Industry, A General Framework, University of Surrey, Guildford, Surrey, UK. • Azar, C., Holmberg, J. and Lindgren, K., 1996, Methodological and Ideological Options Socio-ecological indicators for sustainability, Ecological Economics 18 (1996) 89-112. • Baldwina, J.S., Allenb, P.M., Windera, B. and Ridgwaya, K., 2004, Modelling manufacturing evolution: thoughts on sustainable industrial development, United Kingdom. • Bamberger, J., 1997. Essence of the Capability Maturity Mode. Software Realitie, IEEE Computer Society, p.112. • Bapedalda Propinsi Dati 1 dan Kanwil Perindag Propinsi Jawa timur, 1999, Data Pencemaran oleh Industri. • Brady, K., 2005, WBCSD- Eco Eficiency Modul, Five Winds International. • Brooks N. Climate change, growth and sustainability : the ideological context. Tyndall briefing note no. 8; 2003 October. • Brown, D., J. Dillard and R.S. Marshall, 2006, Triple Bottom Line: A business metaphor for a social construct, Portland State University, School of Business Administration. Retrieved on: 2007-07-18 • Brundtland Report, 1987, Our Common Future. Oxford University Press, Oxford. DAFTAR PUSTAKA (2) • Chrissis, M.B., Konrad, M. & Shrum, S., 2003. CMMI®: Guidelines for Process Integration and Product Improvement. Boston: Addison Wesley. • Cowell, S.J., Wehrmeyer, W. and Argust, P.W., 1999, Sustainability and The Primary Extraction Industries: Theory and Practice, Resources Policy 25 (1999) 277–286. • Crosby, P. B., Quality is free : the art of making quality certain, New York : McGraw-Hill, 1979. • Crysantina, Aprisa, 2009, 9 Langkah Metode Delphi, aprisacrysantina.wordpress.com [akses 12 Januari 2010]. • Curtis, B., Hefley, W. & Miller, S., 2009. People Capability Maturity model version 2.0. Software Engineering Process Management. • Didiek, K., 2010, Wawancara secara Langsung dengan Peneliti, BLH Propinsi Jawa Timur. • Disperindag Propinsi Jawa Timur, 2005, Data Pertumbuhan Industri di Wilayah Jawa Timur. • Donnelly, A., Jones, M. Mahony, T. and Byrne, G., 2007, Selecting Environmental Indicator for Use in Strategic Environmental Assessment, Environmental Impact Assessment Review 27 (2007) 161–175.Global Reporting Initiatif, 2006, GRI Sustainability Reporting Guidelines 2006, Netherland.