Oseana, VolumeXXXIII,Nomor l,Tahun 2008 :25-31 ISSN 0216-1877 PENGARUH LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) TERHADAP METABOLISME DAN FOTOSINTESIS DI LAUT Oleh Triyoni Purbonegoro1) ABSTRACT EFFECTS OF CADMIUM (Cd) ON METABOLISM AND PHOTOSYNTHESIS IN MARINE ENVIRONMENT. Heavy metals have become major environmental contaminants due to rapid expansion of industrialization. Within the group of heavy metals, Cadmium (Cd) is recognized as one of the most toxic metals without clear biological function. Environmental pollution caused by Cadmium has given adverse effects on ecosystems and human life. Marine ecosystem is one the ecosystems that has suffered because of Cadmium pollution. Within the ecosystem, marine diatoms have important roles as primary producer and the base of the food web. Several parameters have been analyzed to study the effects of Cadmium toxicity on marine diatoms, especially on photosynthesis. Some evidences clearly described how high concentration of Cadmium can degrade tylacoid membrane of chloroplast, inhibit ATP and NADPH production, and damages some specific enzymes. Increase of Cadmium concentration on marine diatoms will greatly affect organisms on top level of food web. Eventually, by the process of bioaccumulation, these will pose human health on danger. kekhawatiran yang serius. Kekhawatiran ini disebabkan tingkat toksisitas logam berat yang sangat tinggi bagi makhluk hidup terutama bila terjadi bioakumulasi pada rantai makanan. Kadmium (Cd) merupakan salah satu logam berat yang banyak digunakan dalam berbagai industri, yaitu industri pelapisan logam, industri baterai nikel-kadmium, industri cat, industri PVC atau plastik dan Iain-lain. Tubuh manusia tidak memerlukan kadmium dalam proses pertumbuhan dan metabolismenya, sehingga kadmium sangat beracun bagi manusia (SLAMET, 1996). Pencemaran PENDAHULUAN Telah diketahui bahwa sekitar 70 % wilayah Indonesia adalah perairan laut yang merupakan sumberdaya yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia. Tingkat pertumbuhan industri di negara berkembang, khususnya Indonesia, teras meningkat. Dampak dari pertumbuhan ini tampak pada meningkatnya kandungan logam-logam berat di lingkungan perairan (ARIONO, 1996). Peningkatan konsentrasi logam berat di lingkungan perairan laut menimbulkan _______________________ 1) Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta. Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 25 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Logam esensial yaitu besi (Fe), mangan (Mn), molibdenum (Mo), kobalt (Co) dan seng (Zn) akan berikatan dengan protein sel dan berguna untuk proses pertumbuhan. Logam non esensial antara lain kadmium (Cd) dan merkuri (Hg) yang bersenyawa dengan protein sel dapat menyebabkan efek racun terhadap sel atau organisme (DARMONO, 1995). lingkungan oleh kadmium dari limbah buangan industri telah menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem dan kehidupan manusia. Di Toyama, Jepang, terjadi tragedi yang diakibatkan pencemaran kadmium pada tanah pertanian yang ditanami padi oleh masyarakat setempat. Pencemaran tersebut berakibat beberapa penduduk menderita 'ItaiItai Disease' yaitu penyakit rematik yang aneh (FRIBERG dalam SOEMARWOTO, 2001). Penderita mengalami pelunakan seluruh kerangka tubuh yang diikuti kematian akibat gagalginjal(SLAMET, 1996). Diatom laut merupakan alga mikroskopik yang paling umum dijumpai dan mudah dikenali (DARLEY, 1982). Diatom laut memiliki banyak peran penting bagi lingkungan, yaitu sebagai produsen primer dalam suatu rantai makanan, meningkatkan kesuburan dan produktivitas, serta memelihara kestabilan ekosistem perairan laut tersebut (WIDJAJA, 1996). Peningkatan konsentrasi logam berat kadmium pada diatom laut sangat berpengaruh terhadap organisme pada tingkatan rantai makanan di atasnya. Hal ini pada akhirnya dapat membahayakan kesehatan manusia sebagai konsumen tingkat akhir, karena logam berat kadmium akan terakumulasi dalam konsentrasi tinggi pada tubuh. Penyerapan Logam Berat Penyerapan logam berat oleh mikroorganisme pada sistemkulturterjadi dalam dua tahap. Tahap awal berupa penyerapan pasif yang berlangsung cepat, diikuti oleh penyerapan aktif yang berlangsung lambat (TING et al., 1989). ERNST (1998) menyatakan bahwa pada tingkat selular, penyerapan pasif berawal ketika logam berat berinteraksi dengan dinding sel. Dinding sel mengandung enzim ekstraselular yang berfungsi dalam penyerapan unsur-unsur yang dibutuhkan sel. Pada penyerapan aktif, logam berat tersebut ditransportasikan melalui membran sel menuju sitoplasma (TING etal, 1989). PENGARUH KADMIUM TERHADAP METABOLISME Sebelum logam berat memberikan dampak negatif terhadap organisme tertentu, logam berat tersebut terlebih dahulu mengalami mekanisme penyerapan ke dalam tubuh organisme. Logam berat kadmium (Cd) mengalami mekanisme penyerapan ke dalam sel. Unsur-unsur tersebut kemudian terlibat dalam aktivitas metabolisme sel dan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan diatom laut (RAYMONT, 1980). Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 Gambar 1. Mikrograf elektron dari dinding sel diatom. (SWEETS, 1998). 26 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id disebut permease. Enzim Permease adalah suatu protein membran sel yang berikatan dengan ion logam berat sehingga ion logam berat tersebut dapat melintasi lapisan lipid bilayer membran sel (KIMBALL, 1998). Dalam proses difusi terfasilitasi, ion logam berat bergerak searah dengan gradien konsentrasi (perbedaan konsentrasi), artinya konsentrasi lingkungan di luar sel hams lebih tinggi daripada di dalam sel. Membran sel juga mampu 'memompa' ion logam berat berlawanan dengan gradien konsentrasi. Proses ini disebut transport aktif dengan menggunakan energi berupa ATP yang berasal dari hasil metabolisme sel (DARNELL et al, 1986;KIMBAL, 1998 dan SIMKISS & TAYLOR, 1995). Setelah ion logam berat melewati membran sel, enzim-enzim dan organel sel dalam sitoplasma menjadi tujuan ion logam berat tersebut. Kloroplas merupakan organel paling sensitif terhadap logam berat, di mana logam berat tersebut berpengaruh pada proses fotosintesis (ERNST, 1998). Proses masuknya logam berat melintasi membran sel dapat terjadi kalau logam berat tersebut bersifat lipofilik (mudah larut dalam lipid atau lemak) (LU, 1995). Lapisan membran sel terbentuk dari dua lapisan lipid (lipid bilayer). Logam berat yang bersifat lipofilik tersebut akan larut dalam lipid dan berikatan dengan protein sel (DARMONO, 1995). Membran sel bersifat sukar dilalui (impermeabel) oleh ion-ion yaitu natrium (Na+) dan kalium (K+), serta ion-ion logam berat seperti tembaga (Cu), seng (Zn), dan kadmium (Cd). Untuk dapat melintasi membran sel, ion logam berat tersebut mengalami proses difusi terfasilitasi (facilitated diffusion). Dalam proses tersebut, ion logam berat mendapat bantuan suatu enzim di dalam membran sel yang Gambar 2. Mikrograf kloroplas dan diagram struktur kloroplas (SHUMWAY, 2003). Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 27 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id gradien elektrolit tersebut dengan cara mengganggu aktivitas moleku-molekul yang bertugas sebagai pembawa elektron (electron carriers). Konsentrasi kadmium yang berlebihan berpengaruh terhadap molekul plastoquinone yang terkandung dalam membran tilakoid. Molekul ini merupakan protein periperal (protein pembantu) yang terikat bebas pada permukaan luminal (berhadapan dengan lumen) membran tilakoid. Molekul ini berfungsi sebagai pembawa elektron dalam reaksi kimia pada proses fotosintesis. Logam berat kadmium menyebabkan terganggunya kerja molekul plastoquinone sebagai pembawa elektron yang berperan penting dalam reaksi kimia fotosintesis. Hal tersebut pada akhirnya dapat mengganggu gradien elektrolit yang memiliki peran dalam proses fotosintesis, antara lain dalam menyediakan tenaga untuk pembentukan ATP dan NADPH (KRUPA & BASZYNSKI, 1995). Proses ini terjadi pada reaksi terang yang berperan dalam menyediakan molekul ATP dan NADPH. Logam berat tersebut menyebabkan terganggunya pembentukan ATP dan NADPH, sehingga akhirnya mempengaruhi ketersediaan ATP dan NAPDH bagi aktivitas fotosintesis (GREGER&OEGREN, 1991). Logam berat kadmium juga dapat menghambat kerja enzim yang berperan dalam proses fotosintesis. Efek ini biasanya timbul akibat interaksi antara kadmium dengan gugusSH (sulfhydryl) metalotionein pada enzim tersebut. Metalotionein merupakan jenis protein yang dapat berikatan dengan logam berat. Metalotionein dapat ditemukan di semua golongan makhluk hidup, yaitu mamalia, ikan, moluska, zooplankton dan fitoplankton (LASUT, 2002). Protein ini memiliki berat molekul yang ringan dan sifat utamanya adalah mengandung 26- 33 % sistein serta tidak mempunyai asam amino aromatik atau histidin (RAND & PETROCELLI, 1985). Sebagai konsekuensi dari banyaknya kandungan asam amino sistein, maka Pengaruh Kadmium Terhadap Struktur dan Metabolisme Kloroplas Logam biasanya bertindak sebagai kofaktor yang membantu kerja enzim pada reaksi-reaksi tertentu dalam sel. Sel perlu menyimpan cadangan logam tersebut, tetapi tidak sampai berlebihan atau pada konsentrasi yang bersifat racun. Logam tersebut selanjutnya dibebaskan secara perlahan (LASUT, 2002). Ketika konsentrasi logam mencapai tingkat tertentu atau berlebihan akan berdampak buruk pada proses metabolisme sel (ERNST, 1998). Dalam proses fotosintesis, konsentrasi logam berat kadmium (Cd) yang berlebihan akan berpengaruh terhadap kloroplas. Pengaruh tersebut terjadi pada struktur kloroplas dan proses metabolisme yang terjadi di dalamnya (ERNST, 1998). Di samping itu struktur membran kloroplas dan membran tilakoid yang terdapat dalam sel juga terbentuk oleh lapisan atau lapisan lipid berlapis dua (lipid bilayer). Meningkatnya aktivitas enzim galaktolipase oleh pengaruh logam berat kadmium yang berlebihan memicu hidrolisis molekul monogalaktolipid yang menyusun membran tilakoid, sehingga menyebabkan degradasi membran tilakoid tersebut (KRUPA & BASZYNSKI, 1995). Pengaruh Kadmium Pada Fotosintesis Proses metabolisme yang terjadi dalam fotosintesis melibatkan reaksi-reaksi kimia dengan bantuan bermacam enzim yang berfungsi sebagai katalisator. Reaksi-reaksi kimia tersebut melibatkan aktivitas elektronelektron yang berperan dalam membentuk suatu gradien elektrolit. Gradien elektrolit ini antara lain berfungsi untuk menghasilkan tenaga yang berguna bagi reaksi-reaksi selanjutnya dalam proses fotosintesis (DARNELL, 1986). Logam berat kadmium dapat berpengaruh terhadap Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 28 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Selain berpengaruh pada proses fotosintesis itu sendiri, logam berat kadmium juga dapat menyebabkan klorosis. Klorosis merupakan proses degradasi klorofil oleh pengaruh dari iuar sel yang bersifat ekstrim. Klorosis yang disebabkan oleh logam berat kadmium dapat melalui dua jalur, yaitu penghambatan langsung terhadap enzim 5-asam aminolevulinat dehidratase yang berperan dalam sintesis klorofil, dan melalui penggantian logam besi (Fe) dan magnesium (Mg) yang terlibat dalam sintesis klorofil (STOBART et al, 1985). Terganggunya aktivitas fotosintesis diatom laut menyebabkan kemampuan sel diatom laut tersebut untuk memperbanyak diri menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan pertumbuhan diatom laut yang identik dengan pertambahan jumlah sel menjadi terhambat. Pada diatom laut, Navicula incerta dan Nitzschia closterium, konsentrasi logam berat kadmium yang bertambah menyebabkan pertumbuhan kedua jenis diatom laut tersebut menjadi terhambat (RACHLIN et al, 1982). Pengaruh yang sama terjadi pada diatom laut, Phaeodactylum tricornutum. Konsentrasi logam berat kadmium yang bertambah menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis diatom laut tersebut (OVERNELL, 1976). Pengaruh peningkatan logam berat kadmium terhadap diatom laut kurang lebih akan sama dengan yang pengaruh peningkatan konsentrasi logam berat lain terhadap diatom laut tersebut. Pengaruh ini disebabkan oleh karakteristik logam berat kadmium yang hampir sama dengan logam berat tersebut. Percobaan yang dilakukan oleh CID et al (1995), dengan menggunakan logam berat tembaga (Cu), memperlihatkan bahwa peningkatan konsentrasi logam berat tersebut berpengaruh terhadap diatom laut, Phaeodactylum tricornutum. Pengaruh tersebut ditunjukkan dengan penurunan terhadap proses fotosintesis, konsentrasi ATP, dan kandungan klorofil a dalam sel diatom laut tersebut. protein ini mengandung kelompok thiol (sulfhydryl, - SH) dalam jumlah besar. Kelompok ini memiliki afinitas yang tinggi terhadap kation bivalen sehingga mengikat logam-logam berat dengan sangat kuat, khususnya merkuri (Hg), kadmium (Cd), perak (Ag), seng (Zn), dan stanum (Sn) (LASUT, 2002). Pengaruh logam berat kadmium pada aktivitas enzim antara lain terjadi pada enzim ribulosa bifosfat karboksilase dan Carbonic Anhydrase (CA) yang berperan dalam penyerapan dan fiksasi karbon dioksida (CO2). Pada awal siklus Calvin, logam berat kadmium berpengaruh pada enzim ribulosa bifosfat karboksilase. Substitusi logam magnesium (Mg) yang dibutuhkan enzim tersebut oleh logam berat kadmium (Cd) dapat menghambat proses fiksasi karbon dioksida (ERNST, 1998). Selain enzim ribulosa bifosfat karboksilase, salah satu enzim yang penting bagi proses fotosintesis diatom laut adalah enzim Carbonic Anhydrase (CA). Enzim ini mengandung logam seng (Zn) dan berperan dalam merubah asam karbonat (HCO3) menjadi CO2. Logam seng (Zn) yang terikat enzim ini dapat digantikan oleh logam lain, sehingga aktivitas enzim menjadi terganggu. Aktivitas enzim ini akan berkurang hingga sampai 56 % jika logam seng (Zn) diganti oleh logam kobalt (Co), dan akan berkurang sampai hanya 5 % jika logam seng (Zn) diganti oleh logam kadmium (Cd) (DARMONO, 1995). Pengaruh Kadmium Pada Diatom Laut Pada diatom laut, Thalassiosira weissflogii, logam seng (Zn) digantikan oleh logam berat kadmium (Cd) yang terikat pada enzim Carbonic Anhydrase (CA) dan menggantikan peran logam seng (Zn) tersebut dalam mekanisme penyerapan unsur karbon (C) (LANE & MOREL, 2000). Dengan demikian jika logam yang diikat oleh enzim bukan logam yang semestinya, fungsi enzim tersebut akan terganggu atau rusak (DARMONO, 1995). Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 29 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id KESIMPULAN Dari uraian di atas, maka dapat disim-pulkan sebagai berikut: 1. Logam berat kadmium bersifat lipofilik (dapat larut dalam lipid atau lemak) sehingga dapat diserap ke dalam sel diatom laut dengan bantuan enzim permease dan energi yang berasal dari ATP. 2. Kloroplas merupakan organel dalam sel diatom laut yang paling sensitif terhadap logam berat kadmium. 3. Konsentrasi logam berat kadmium yang berlebihan antara lain dapat menyebabkan degradasi membran tilakoid, menghambat produksi ATP dan NADPH, mengganggu kerja molekul plastoquinone, enzim ribulosa bifosfat karboksilase dan Carbonic Anhydrase (CA), serta menyebabkan klorosis. DAFTAR PUSTAKA ARIONO, D. 1996. Bioremediasi Logam Berat di Lingkungan Perairan dengan Bantuan Mikroorganisme. Biota, Vol. I (2): 23-27. CID, A.; C. HERRERO; E. TORRES and J. ABALDE 1995. Copper toxicity on the marine microalga Phaeodactylum tricornutum : effects on photosynthesis and related parameters. Aquatic Toxicology 31: 165-174. DARNELL, J.; H. LODISH and D. BALTIMORE, 1986. Molecular Cell Biology. Scientific American Books: 231 pp. ERNST, W.H.O 1998. Effects of Heavy Metals in Plants at The Cellular and Organismic Level, In : Ecotoxicology. Gerrit Schuurmann and Bernd Markert (Eds.) John Wiley & Sons, Inc and Spektrum Akedemischer Verlag: 32 pp. FRIBERQ L.I 974. Cadmium in the Environment. CRC Press, Cleveland, Ohio: 248 pp. GREGER, M. and E. OEGREN 1991. Direct and Indirect Effects of Cd2+ on Photosynthesis in Sugar Beet (Beta vulgaris). Physiol. Plant. 83: 129-135. KIMBALL, J.W. 1998. Biologi. Jakarta Erlangga. Edisikelima.Jilidl:89hal. KRUPA, Z. and T. BASZYNSKI 1995. Some Aspect of Heavy Metals Toxicity Towards Photosynthesis Apparatus -Direct and Indirect Effects on Light and Dark Reactions. Acta Physiol. Plant. 17: 177-190. LANE, T.W. and F.M.M. MOREL 2000. A Biological Function For Cadmium In Marine Diatoms. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 97 (9): 4627-4631. LASUT, M.T. 2002. Metallotionein : Suatu Parameter Kunci Yang penting Dalam Penetapan Baku Mutu Air Laut (BMAL) Indonesia. Ekoton. 2 (1): 61-68. DARLEY, W.M. 1982. Algal Biology : A Physiological Approach. Blackwell Scientific Publications: 77 pp. LU, F.C. 1995. ToksikologiDasar. Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Risiko. Jakarta Universitas Indonesia.. Edisi II: 15 hal. DARMONO 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta Universitas Indonesia: 25 hal. OVERNELL, J. 1976. Inhibition of Marine Algal Photosynthesis by Heavy Metals. Marine Biology. Springer-Verlag: 335-342. Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 30 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id SLAMET, J.S. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta: 35 hal. RACHLIN, J.W.; B. WARKENTINE and T.E. JENSEN 1982. The growth responses of Chlorella saccharophila, Navicula incerta and Nitzshia closterium to selected concentrations of cadmium. Bulletin of the Torrey Botanical Club. 109(2): 129-135. SOEMARWOTO, O. 2001. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta: 26 hal. RAND, G.M. and S.R. PETROCELLI 1985. Fundamentals of Aquatic Toxicology. Hemisphere Publishing Co: 49 pp. STOBART, A.K.; W.T. GRIFFITHS; K.A.BUKHARI and R.P. SHERWOOD 1985. The Effects of Cd2+ On the Biosynthesis of Chlorophyll in Leaves of Barley. Physiol. Plant. 63: 293-298. RAYMONT, J.E.G. 1980. Plankton and productivity in the oceans. 2nd Edition. Vol. 1 — phytoplankton. Pergamon Press: 31pp. SWEETS, P.R. 1998. The Mystery Diatoms. http://www.indiana.edu/~diatom /allonone.html. SHUMWAY 2003. Photosynthesis, http: // 138.192.68.68/bio/Courses/biochem2/ Photosyn- thesis. TING, Y.P.; F. LAWSON and I.G PRINCE 1990. The Uptake of Heavy Metal Ions By Algae. Australian Journal Of Biotechnology-.4 (3): 197-200. SIMKISS,K. and M.G TAYLOR, 1995. Transport of metal across membranes. In : Metal speciation and bioavailability in aquatic systems: Andre Tessier and David R. Turner (Eds). John Wiley & Sons, Singapore: 19 pp. Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008 WIDJAJA, 1.1996. Toksisitas Kronik DDT (C14H9Cl5 Terhadap Pertumbuhan Chaetoceros gracilis dan Chaetoceros ceratosporum. Skripsi sarjana perikanan. Program Studi Ilmu kelautan dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan, IPB: 25 hal. 31 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id