efektifitas berkumur air garam hangat 2%

advertisement
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 7. No. 2 Juli 2011
EFEKTIFITAS BERKUMUR AIR GARAM HANGAT 2%
TERHADAP GINGIVITIS
Oleh:
Dwi Kurniawati1
ABSTRACT
Background: Gingivitis and periodontitis are most problem in periodontology. Main ethiology
of gingivitis is plaque accumulation. Mouth and theeth health maintance can be done by
mechanically plaque control. Mechanically plaque control by tooth brushing, but it is not
effective enough. By then, an additional chemical therapy is needed by using mouth rinse
which can decrease plaque accumulation. One of them is rinsing with warm salt solution.
Objective: the porpuse of this research are to examine the changing of plaque score, PBI
score and saliva’s pH after rinsing with 2% and 0.9% warm salt solution.
Method: The subject of this research are 40 people with ginggivitis who are divided into 2
groups. The 20 people rinsed with 2% warm warm salt solution and 20 people rinsed with
0.9% warm salt solution. Rinsing is applied twicw a day in 60 seconds each time. Plaque
score, PBI score and saliva’s pH are measured in the 1st day before 4th days after rinsing.
Subjects keep brushing their theeth during that period. Data was analized by General Linier
Model Repeated Measure-Test with 95% reliability.
Result: The statistical result show no significant difference of plaque score, PBI score and
saliva’s pH in groups who taking warm salt solution compare to groups who taking 0.9% warm
salt solution
Key words: gingivitis, warm salt solution, mouth rinse, dental plaque, plaque score, PBI
score and Saliva’s pH
1
Staf Pengajar Stikes Surya Global Yogyakarta
49
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 7. No. 2 Juli 2011
PENDAHULUAN
Gingivitis
dan
periodontitis
merupakan
masalah
jaringan
penyangga gigi yang paling sering
dihadapi di bidang kedokteran gigi. Hal
ini
dibuktikan
dengan
tingginya
prevalensi penyakit tersebut. Menurut
data dari dental health of the US
population dan Nation Health and
Nutrition
Examination
Survey
3rd
(NHANES III) di Amerika pada tahun
1988-1994,
prevalensi
gingivitis
mencapai 54 % pada populasi berumur
13 tahun, sedangkan pada usia 14-17
tahun, prevalensi gingivitis mencapai
61,5 % dan berangsur-angsur menurun
pada kelompok usia 35-45 tahun.
Prevalensi gingivitis meningkat lagi
pada kelompok usia 45-54 tahun, tetapi
konstan pada kelompok usia lanjut
(Carranza, 2002). Menurut Houwink
(1993), etiologi utama gingivitis adalah
adanya akumulasi plak. Plak merupakan
deposit lunak yang membentuk biofilm
yang menempel pada permukaan gigi
atau permukaan keras lainnya di dalam
rongga mulut, termasuk pada gigi tiruan
tetap ataupun lepas (Carranza, 2002).
Penyakit periodontal berhubungan dengan plak gigi, poket periodontal
dan kehilangan gigi. Faktor-faktor
penting dalam pembentukan plak
adalah adanya bakteri oral yang
mengurai makanan dan meningkatkan
pH. Kasus gingivitis, pH saliva
meningkat sampai diatas 7,6. Bakteri
plak mengambil senyawa kalsium dari
lingkungan dan menggunakan mineral
untuk melindunginya dari pH yang
tinggi. pH harus meningkat sampai
diatas 7,6 untuk membentuk kalkulus
SURYA MEDIKA
yang menyebabkan penyakit periodontal
(Genco, et al., 1990).
Pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut dapat dilakukan dengan
melakukan kontrol plak secara mekanis
dan
kimia
(Carranza,
1990).
Pembersihan secara mekanis berupa
penyikatan gigi yang dilakukan setiap
sehabis makan dan sebelum tidur dapat
menghambat
pertumbuhan
dan
perkembangan
mikroorganisme
di
dalam plak sehinggga dapat mencegah
berkembangnya penyakit periodontitis
ke tahap yang lebih lanjut (Carranza,
2002). Pengontrolan plak secara
mekanis akan lebih efektif jika
dikombinasi dengan penggunaan obat
kumur sebagai pengendalian plak
secara kimia.
Garam dapur atau sodium
chloride sudah lama digunakan oleh
masyarakat luas sebagai obat kumur
terutama untuk mengobati gingivitis.
Larutan garam dapur merupakan salah
satu obat kumur yang mudah diperoleh,
ekonomis dan terbukti efektif dalam
menghilangkan debris dan pembersihan
rongga mulut secara kimia. Larutan
garam dapur tidak memiliki efek
samping
terhadap gingiva sehingga
aman bila digunakan dalam jangka
waktu yang lama. Penelitian Anggraini
(2003) tentang efek klinis berkumur air
garam hangat 0,9 % terhadap gingivitis,
terbukti bahwa pemakaian obat kumur
larutan air garam hangat 0,9 % dapat
menurunkan skor plak dan skor PBI
secara klinis. Larutan air garam hangat
2 % juga telah terbukti dapat
menurunkan edema kornea dalam
penggunaannya sebagai obat tetes
mata.
50
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 7. No. 2 Juli 2011
Garam dapur terdiri atas ion
sodium dan chloride. Ion sodium dan ion
chloride secara pasif ditransportasikan
melewati membran sel (Pennington et
al., 1980). Larutan garam pada
konsentrasi tinggi dapat mematikan
pertumbuhan bakteri dengan cara
menarik air dari sel bakteri tersebut dan
menyebabkan lisis. Hal ini berkaitan
dengan tekanan osmosis yang tinggi
dari air garam (Cawson & Spector,
1982).
Larutan
garam
dengan
temperatur hangat dapat meningkatkan
aliran darah lokal pada gingiva
sehingga menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah di gingiva yang
menyebabkan sel-sel untuk pertahanan
tubuh dapat lebih terlokalisir di daerah
radang (Goulding, 1960).
Berdasarkan sifat antiseptik dari
penggunaan air garam hangat sebagai
obat
kumur
dan
efek
yang
ditimbulkannya terhadap peningkatan
aliran darah lokal pada gingiva maka
perlu dilakukan penelitian tentang
efektifitas air garam hangat dengan
kosentrasi 2 % dalam mengurangi
gingivitis dengan melihat perubahan
indeks plak, indeks PBI dan pH saliva.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian eksperimental klinis.
Subyek dalam penelitian ini adalah 40
responden penderita gingivitis (yang
tidak berhubungan dengan wanita
hamil, wanita dengan kontrasepsi
hormonal, penderita epilepsi dengan
keadaan umum baik tidak ada kelainan
dan penyakit sistemik), skor kalkulus 0 –
1, tidak dalam perawatan orthodontic.
Teknik pengambilan sampel adalah
simple random sampling.
Responden dibagi menjadi 2
kelompok. Kelompok I merupakan
kelompok perlakuan sebanyak 20 orang
berkumur dengan air garam hangat 2%
dan kelompok II merupakan kelompok
kontrol sebanyak 20 orang berkumur
dengan air garam hangat 0,9%. Kumur
dilakukan selama 1 menit setiap pagi
dan malam hari selama 4 hari berturutturut.
Penelitian ini derajad gingivitis
diukur sebelum dan sesudah perlakuan,
dengan memeriksa Plaque Index (PI),
Plaque Bleeding Index (PBI) dan pH
saliva. Indeks plak diperoleh dengan
cara memasukkan dan menggerakkan
probe sepanjang sulkus gingiva secara
perlahan-lahan,
tanpa
tekanan.
Penilaian berdasarkan skor plak dengan
kriteria sebagai berikut :
0 : Tidak terdapat plak
1 : Plak tidak terlihat secara klinis
tetapi terambil oleh probe
2 : Plak terlihat secara klinis dan
terambil oleh probe
3 : Plak menyebar pada permukaan
gigi
PBI diperoleh dengan cara
memasukkan dan menggerakkan probe
secara perlahan-lahan dan tanpa
tekanan
kedalam
sulkus
gingiva
sedalam ± 2 mm, dimulai dari
permukaan fasial gigi paling posterior
melewati permukaan mesial dan distal
gigi yang diperiksa. Kemudian, tunggu
30 detik untuk melihat ada tidaknya
perdarahan.
Setelah
dilakukan
pencatatan, ulangi prosedur diatas pada
permukaan lingual atau palatal gigi. Gigi
yang diperiksa :
6
6
4
2
1
1
2
2
1
1
2
4
6
6
51
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 7. No. 2 Juli 2011
Penilaian berdasarkan PBI dengan
kriteria sebagai berikut :
0
:
Tidak ada perdarahan
1
:
Perdarahan berupa titik
2
:
Perdarahan berupa garis
3
:
Perdarahan berupa segitiga
4
:
Perdarahan menyebar
Pengukuran pH saliva dilakukan
dengan menggunakan pH meter
minimal 2 jam setelah makan.
Pembuatan air garam hangat 2 %
dengan melarutkan 4 gram garam dapur
dalam 200 ml air hangat (± 400 C),
sedangkan untuk air garam hangat 0,9
% dengan melarutkan 1,8 gram garam
dapur dalam 200 ml air hangat (± 400
C).
Analisis data dilakukan dengan
mengguanakan uji General Linear
Model (GLM) Repeated Measure
dengan derajat kepercayaan 95% untuk
mencegah
penghitungan
berulang,
karena dengan GLM kesalahan dapat
dikoreksi. Selain itu, pada penelitian ini
diperlukan suatu uji statistik yang pair
dan independent.
HASIL PENELITIAN
Penelitian
dilakukan
di
laboratorium Oral Biologi FKG dengan
mengikutsertakan sejumlah 40 orang
subyek penderita gingivitis selama 4
hari. Derajad gingivitis diukur sebelum
dan
sesudah
perlakuan,
dengan
memeriksa Plaque Index (PI), Plaque
Bleeding Index (PBI) dan pH saliva.
Perubahan rata-rata nilai Plaque Index
(PI) antara sebelum dan setelah
berkumur dengan air garam 2% dan
0,9% dapat dilihat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai rata-rata Indeks Plak
(PI) sebelum dan setelah perlakuan
Konsen
trasi
garam
RATA-RATA PI
2,0%
sebelum
perlakuan
0,58
0,9%
0,52
sesudah
perlakuan
0,31
0,38
Uji
GLM
t=5,972
p<0,0005*
t=5,324
p<0,0005*
*p <0,05
Tabel 1 menunjukkan nilai ratarata indeks plak antara sebelum dan
sesudah berkumur air garam hangat 2%
dan 0,9%. Uji statistik terdapat
perbedaan yang bermakna antara
sebelum dan sesudah berkumur air
garam hangat pada masing-masing
kelompok ( p < 0.05) terhadap
penurunan indeks plak. Hal ini terlihat
dari penurunan rata-rata PI pada setiap
kosentrasi larutan garam.
Konsentrasi air garam hangat
0,9%
yang
bersifat
isotonis
menyebabkan penurunan skor plak
yang bermakna, hal ini karena air garam
hangat 0,9% dapat melarutkan protein
dan zat organik yang ada pada matriks
interseluler plak sehingga proses
pembentukan plak tahap pertama yaitu
pembentukan
pelikel
terganggu.
Kemampuan
air
garam
untuk
melarutkan
protein
menyebabkan
terhambatnya pembentukan glikoprotein
pelikel (Carranza, 2002).
Konsentrasi air garam 2% juga
menyebabkan penurunan PI secara
bermakna. Air garam 2% merupakan
antiseptik yang dapat menghambat
pertumbuhan kuman dengan sifat
hipertonik
ini
dapat
mematikan
pertumbuhan bakteri dengan cara
menarik air dari sel bakteri tersebut dan
menyebabkan lisis (Cawson & Spector,
52
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 7. No. 2 Juli 2011
1982).
Menurut
penelitian
yang
dilakukan oleh Witt (2001) di Amerika
Serikat diketahui bahwa larutan garam
dapat menyembuhkan gingivitis dengan
konsentrasi tidak lebih dari 4 %. Hal ini
dapat dibuktikan pada penelitian ini,
kosentrasi
larutan
garam
yang
digunakan kurang dari 4% dapat
menyebabkan penurunan PI dan PBI
yang bermakna.
Kemungkinan lain penurunan
indeks plak pada air garam hangat
dengan kosentrasi 2% dan 0.9%
disebabkan karena adanya pengaruh
mekanis dari kumur-kumur yang dapat
mengurangi terbentuknya akumulasi
plak. Hal ini esuai dengan penelitian
Ramberg et al.(1994) yang menyatakan
terdapat
penurunan
pembentukan
akumulasi plak terhadap pengaruh
mekanis
dari
berkumur
setelah
pemakaian obat kumur.
Tabel 2 menunjukkan nilai ratarata skor PBI (Plaque Bleeding Index)
antara sebelum dan sesudah berkumur
pada
masing-masing
kelompok
konsentrasi air garam.
Tabel 2 Nilai rata-rata Plak Bleeding
Indeks (PBI) sebelum dan setelah
perlakuan
Konse
ntrasi
garam
RATA-RATA PBI
2,0%
sebelum
perlakuan
0,46
sesudah
perlakuan
0,14
0,9%
0,41
0,17
Uji GLM
t=6,106
p<0,0005*
t=8,924
p<0,0005*
**p <0,05
Uji statistik terdapat perbedaan
yang bermakna di antara masingmasing kelompok ( p < 0.05) terhadap
penurunan skor PBI. Hal ini terlihat dari
penurunan rata-rata PBI pada setiap
kosentrasi larutan garam.
Terjadinya
penurunan
PBI
setelah berkumur air garam hangat 2%
dan 0,9%, kemungkinan karena adanya
penurunan akumulasi plak. Penelitian ini
terdapat
penurunan
PBI
sangat
bermakna pada dua kelompok subyek
penelitian antara sebelum dan sesudah
berkumur selama empat hari. Hal ini
menunjukkan adanya korelasi antara
akumulasi plak dan gingivitis dan sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Brever et al. (1989) yang menyatakan
bahwa
akumulasi
plak
dapat
menyebabkan
semakin
parahnya
gingivitis. Begitu juga dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ramberg, et al.
(1994)
yang
menyatakan
jumlah
gingivitis meningkat disertai dengan
peningkatan akumulasi plak. Selain itu,
terdapat pengaruh temperatur hangat
terhadap vaskularisasi gingiva sehingga
dapat meningkatkan pertahanan lokal.
Penelitian yang dilakukan Soeroso
(1999), penurunan skor PBI juga terjadi
pada
kelompok
yang
hanya
menggunakan
air
hangat
untuk
berkumur.
Tabel 3 Nilai rata-rata pH Saliva
Sebelum dan Setelah Perlakuan
Konse
ntrasi
garam
RATA-RATA pH
2,0%
sebelum
perlakuan
7,35
sesudah
perlakuan
7,38
0,9%
7,51
7,58
Uji GLM
t=-0,255
p>0.25
t=-0,508
p>0,25
*p<0,05
Tabel 3 menunjukkan rata-rata
nilai pH saliva antara sebelum dan
sesudah berkumur pada masing-masing
kelompok konsentrasi air garam. Uji
53
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 7. No. 2 Juli 2011
statistik tidak terdapat perbedaan yang
bermakna di antara masing-masing
kelompok ( p < 0.05) terhadap
penurunan nilai pH.
Tabel 4 : Rata-rata nilai PI, PBI dan
pH Saliva pada Kelompok Konsentrasi
Garam
Rata-rata
perbedaan
penurunan
PI
Rata-rata
perbedaan
penurunan
PBI
Rata-rata
perbedaan
penurunan
pH saliva
Air
garam
hangat
2%
0,27
Air
garam
hangat
0,9%
0,14
Uji GLM
p = 0,153
0,32
0,24
p = 0,621
0,03
0,07
p = 0,756
Tabel 4 menunjukkan rata-rata
nilai PI, PBI dan pH saliva pada masingmasing kelompok konsentrasi air garam.
Uji statistik tidak terdapat perbedaan
efektifitas yang bermakna antara
berkumur air garam hangat 2% dan
0,9% ( p>0.05) terhadap penurunan
keradangan gingiva. Disimpulkan bahwa
tidak ada yang lebih efektif diantara
kedua konsentrasi air garam ( 2% dan
0.9% ) dalam menurunkan skor plak,
PBI dan pH saliva.
Penelitian ini, tidak terlihat
penurunan pH saliva yang bermakna
pada kelompok yang berkumur dengan
air garam hangat 2% maupun 0,9%. Hal
ini mungkin disebabkan sample yang
digunakan tidak difokuskan pada derajat
keparahan gingivitis tertentu. Selain itu,
sebagian besar sample yang digunakan
mempunyai derajat keparahan gingivitis
yang dapat dikategorikan ringan, hal ini
berpengaruh pada deposit kalkulus
yang terdapat di permukaan gigi yang
menyebabkan pH saliva menjadi alkali
(Victor, 2005).
Hasil penelitian pada Profil Plot
menunjukkan
adanya
perbedaan
efektifitas antar kosentrasi larutan
garam, semakin tinggi kosentrasi larutan
garam maka semakin besar penurunan
PI dan PBI, walaupun tidak terdapat
penurunan pH saliva. Kondisi tersebut
tidak terbukti pada uji statistik dengan
General Linear Model pada hasil uji
dengan derajat kepercayaan 95%,
sehingga tidak terdapat perbedaan
keefektifan antar kelompok konsentrasi
garam. Tidak ada perbedaan keefektifan
antar kelompok konsentrasi garam,
sebaiknya digunakan larutan garam
dengan konsentrasi yang lebih rendah.
Hal ini menguntungkan dari segi
ekonomis dan mengurangi resiko pada
penderita hipertensi.
Kepatuhan sample sewaktu
mejalankan penelitian dapat menjadi
faktor
yang
mempengaruhi
hasil
penelitian seperti diet yang dikonsumsi,
kondisi fisik selama menjalankan
penelitian, dan tidak terkontrolnya
kebersihan mulut sample selama empat
hari.
Cara berkumur tiap sample
berbeda
disebabkan
perbedaan
elastisitas otot pipi juga dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Lama
berkumur sample juga berpengaruh
terhadap suhu larutan di dalam rongga
mulut. Air garam hangat dapat
dipertahankan suhunya bila tiap 15 detik
sekali larutan di dalam rongga mulut
diganti, tidak diawasi langsung cara
berkumur
masing-masing
sample,
54
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 7. No. 2 Juli 2011
SURYA MEDIKA
sehingga ada kemungkinan sample
berkumur lebih dari 15 detik tanpa
menggantinya dengan larutan baru, hal
ini dilakukan karena adanya pengaruh
temperatur
hangat
terhadap
vaskularisasi gingiva sehingga dapat
meningkatkan
pertahanan
lokal
jaringan. Faktor lain yang berpengaruh
adalah efek berkumur yang tidak dapat
menjangkau area dengan kelainan yang
lebih dalam seperti pada sample
dengan skor PI 3 dan PBI 4. Menurut
Hine (1950) pertahanan tubuh sample
selama penelitian dapat mempengaruhi
waktu untuk terjadinya gingivitis.
Penelitian ini, tidak dilakukan
pengukuran ke dalam poket, sehingga
tidak diketahui adanya perubahan pada
ukuran gingiva pada penderita gingivitis
dapat terbentuk pseudopoket karena
terjadinya pembesaran gingiva yang
merupakan salah satu tanda dari
keradangan.
Salah satu kelemahan dari
penelitian ini adalah tidak difokuskan
pada derajat keparahan gingivitis
tertentu, sehingga range-nya terlalu
lebar. Selain itu, sulit mengontrol
kepatuhan subyek selama penelitian
baik dalam pembuatan larutan yang
digunakan ataupun dilakukannya hal-hal
lain yang tidak boleh dilakukan selama
penelitian.
perbedaan keefektifan antara air garam
hangat 2% dan 0,9%.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa pemakaian
larutan air garam hangat 2% dan 0,9%
sebagai obat kumur dapat mengurangi
derajad gingivitis (dengan melihat
adanya penurunan skor plak dan skor
PBI secara klinis), tetapi tidak ada
Genco RJ, Gouldman, HM., Cohen
D.W. 1990. Pathogenesis and host
response in periodontal disease.
Dalam Contemporary Periodontics.
Philadelphia : The C.V Mosby
Company. 185-186
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini S. 2003. Efek Klinis Berkumur
air garam hangat 0,9% Terhadap
Gingivitis. Jakarta ; Skripsi Perio
Universitas Indonesia
Brever MM, Cos Grove RS. 1989 The
Relationship between gingivitis and
plaque level. J Periodontal ; 60 ;
122 – 5
Carranza Jr FA. 2002. Epidemiology of
Gingival and Periodontal Disease.
Dalam Carranza Jr FA, Newman
MG, eds. Glickman’s Clinical
Periodontology 9th ed. Philadelphia :
Saunders, 79-82.
Carranza Jr FA. 1990. Gingival
Inflamation. Dalam Carranza Jr FA,
Newman MG, eds. Glickman’s
Clinical Periodontology 9th ed.
Philadelphia : Saunders, 218223,263-267
Cawson., R.A & Spector, R.G. 1982
Clinical Pharmacology in Dentistry,
3ed. Churchill Livingstone. Edinburg
London Melbourne and NewYork ;
72-73
Goulding R. 1960. Handbook of Dental
Pharmacology and Theraputics.
55
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 7. No. 2 Juli 2011
SURYA MEDIKA
London ; William Heinemann
medical books Ltd, 115-130
Hine, M. K. 1950 : The use of the
toothbrush in the treatment of
periodontitis. J.A.D.A. 41 : 158-168
Houwink B, 1993 Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University press. 59
Pennington, W. G, Calvey, T.N, O’ Neil,
T.C.A. 1980. Dental Pharmacology,
4th ed. Oxford London Edinburg,
Boston Melbourne ; Blackwell
Scientific Publications ; 207
Ramberg P, Lindhe J, Dahlen G and
Velpo AR. 1994. The Influence of
Gingival Inflammation on de no vo
Plaque
Formation.
J
Clin
Periodontal ; 21 : 51 – 56
Soeroso Y. 1999. Perbedaan efek air
garam hangat dan H2O2 3%
Sebagai Obat Kumur Terhadap
Keradangan Gingiva. Jakarta ;
Thesis Spesialis Perio Universitas
Indonesia
Victor Zeines, DDS. 2005. Periodontal
Disease.
available
at
:
http://www.natdent.com/info/periodo
ntal.cfm
Witt, Jonathan James ; et al 2001.
available
at
:
http://www.bandwidthmarket.com
56
Download