INFORMASI SINGKAT BENIH No. 74 Desember 2007 Dipterocarpus hasseltii Blume Taksonomi dan tata nama Famili: Dipterocarpaceae Nama sinonim : D. balsamiferus Blume, D. lapongus R. Scheffer, D. pentagonus A.DC, D. quinquegonus Blume, D. subalpinus Foxw, D. tampurau Korth, D. trinervis auct. non Blume. Nama lokal: Keruing bunga (nama perdagangan), Pale (Bali), Lagan (Langsa, Sum-Sel), Simalur (Aceh), Keruwing bunga (Tapah), Pahalar (Sunda), Klalar, Plalar, Jempinang (Jawa), Tampurau, Keruing tampudan (Kalimantan). Penyebaran dan habitat Penyebarannya meliputi Bali, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Semenanjung Malaysia, Sabah, Thailand, Philipina, Vietnam. Tumbuh di hutan hujan tropis dengan curah hujan tipe A dan B pada tanah daratan kering dengan drainase baik, sering tumbuh pada punggung bukit, tanah berpasir, tanah berbatu, tanah liat, latosol atau podsolik merahkuning dengan ketinggian tempat bisa lebih dari 900 m. Pemanfaatan Kayunya termasuk kelas awet III dan kelas kuat II. Banyak digunakan untuk kayu bangunan, kayu perkakas, karoseri truk, bahan lantai, papan, bantalan rel, kayu perkapalan dan jembatan. Di sekitar hutan Sangeh, masyarakat memanfaatkan buahnya sebagai campuran pembuatan dupa. Getah kayu sering digunakan untuk oleoresin, mendempul perahu, menambal keranjang, vernis dan dicampur dengan kulit Melaleuca sp untuk penerangan oleh masyarakat sekitar hutan. Deskripsi botani Tinggi tanaman dapat mencapai lebih dari 45 m, diameter batang dapat mencapai lebih dari 150 cm, tinggi bebas cabang 15-30 m, banir dapat mencapai 4 m, tajuk biasanya menyempit, tidak teratur dan percabangan berbelit. Bentuk batang silindris dan lurus. Pepagan luar berlentisel seperti kutil, kulit luar tipis, berwarna kehijauan, berwarna abu-abu bila terkena cahaya, kulit dalam berwarna merah muda sampai merah kecoklatan, kayu teras merah kecoklatan, kayu gubal pucat dengan sedikit warna abu-abu, dan terdapat getah kayu berwarna kuning. Daun tunggal, bersusun melingkar pada batang tetapi berseling pada ranting. Pada daun pertama selalu berhadapan membentuk satu atau dua pasang daun. Daun muda berbentuk arit atau lanset. Daun dewasa berbentuk jorong, dasar daun runcing hingga 1 cm dan tangkai daun 2,5-4 cm. Tulang daun sekunder menyambung satu sama lain dekat tepi daun dan berselang-seling 10-15 pasang. Batang, ranting, tangkai dan helaian daun gundul, kecuali pada tulang daun primer kadang-kadang berbulu jarang. Bunga berupa tandan sederhana, pendek, kokoh, berseling, jumlah bunga sedikit, daun pelindung seperti stipula tetapi lebih kecil dan cepat luruh. Ukuran bunga besar, bentuk beraturan, menunduk, berkelamin ganda, berbau harum dan umumnya diserbuki oleh serangga. Kelopak bunga berjumlah 5, menyatu dan tetap melekat di sekeliling bakal buah tetapi tidak berpadu dengannya, berbentuk seperti cuping, 2 panjang dan 3 lainnya pendek. Daun mahkota besar, lonjong, sangat terpilih, jika jatuh agak saling melekat di bagian pangkal, berwarna putih kecoklatan dengan garis berwarna merah jambu, merah atau lembayung ke arah pusat. Benang sari berjumlah 15-40, melekat pada lingkaran di sekeliling bakal buah. Kepala putik kecil dan tunggal. Bakal buah mampunyai 3 lokus dengan 1-2 bakal biji di setiap lokus, tetapi hanya 1 bakal biji yang berkembang. Deskripsi buah dan benih Termasuk tipe buah Nut, mempunyai 1 benih di dalamnya, tidak mempunyai endosperm, berbentuk bulat telur, berukuran 3x3,5 cm, kulit buah berkayu, terdapat bulu kempa dengan bekas ujung tangkai putik yang pendek dan lancip, permukaan kulit buah licin dan terdapat benjolan kecil. Kelopak buah berkembang menjadi 2 sayap panjang berukuran hingga 22x3 cm dan 3 sayap pendek berukuran hingga 15x13mm, mempunyai 3 urat daun jelas dan 2 urat daun pendek. Gambar Bunga dan Buah Dipterocarpus hasseltii Blume Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan Pembungaan dan pembuahan Di wilayah BPTH Bali dan Nusa Tenggara, sumber benih D. hasseltii Blume terdapat di dalam kawasan hutan Sangeh. Berbuah sepanjang tahun dengan puncak periode pembungaan pada bulan Nopember-Desember dan puncak periode pembuahan pada bulan Januari-Maret. Produksi benih 2.080 kg/tahun. Penanganan dan pemrosesan buah dan benih Ciri buah baik adalah berukuran besar, karena semakin besar ukuran buah semakin besar pula daya berkecambahnya dan bebas hama dan penyakit. Buah masak fisiologis dicirikan dengan sayap melengkung keluar dan berwarna kecoklatan. Buah-buah yang telah dikumpulkan kemudian dibersihkan dengan cara melepas atau memotong sayapnya. Metode yang digunakan untuk pengangkutan adalah mencampurkan seresah atau serbuk gergaji secukupnya pada buah untuk mempertahankan kelembaban. Selanjutnya buah dimasukkan ke dalam karung goni. Penyimpanan dan viabilitas Benih D. hasseltii termasuk benih rekalsitran yang sangat mudah turun daya berkecambahnya, sehingga tidak dapat disimpan lebih dari 2-3 minggu di tempat teduh dan kering. Penaburan benih sesegera mungkin lebih disarankan. Selama penyimpanan dan pengangkutan hindari dari sinar matahari langsung. Penaburan dan perkecambahan Benih ditabur dalam bak kecambah dan telah diberi lubang di bawahnya. Bak kecambah diletakkan di bawah naungan sungkup plastik atau dalam rumah kaca. Media yang digunakan untuk penaburan adalah tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1 dan telah disterilkan lebih dahulu dengan disangrai. Penaburan dilakukan dengan membenamkan 2/3 bagian benih ke dalam media tabur. Untuk menghindari kerusakan semai atau benih terangkat, penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprayer halus. Tipe perkecambahan termasuk ke dalam tipe durian, yaitu tipe perkecambahan yang kotiledonnya tetap terbungkus oleh kulit buah dan hipokotil memanjang. Penyapihan dilakukan setelah benih berkecambah dan muncul sepasang daun yang sudah cukup mengeras, tetapi kotiledonnya belum lepas. Umumnya diperlukan waktu 3 minggu sejak benih disemai hingga siap disapih. Masalah kesehatan Buah banyak diserang ulat. Penyakit di persemaian disebabkan oleh faktor biotik (seperti jamur, bakteri Agrobacterium tumefaciens penyebab penyakit tumor pada ketiak daun dan alga Cepphaleuros virescens penyebab penyakit daun) dan faktor abiotik (kekurangan unsur hara, kelebihan intensitas cahaya, kekurangan air dan kekurangan mikorhiza pada akar anakan). Untuk menanggulangi terjadinya penyakit lodoh sebaiknya menggunakan benih yang sehat dan baik. Sebelum penaburan, bak dan media kecambah disterilkan dengan fungisida. Apabila ditemukan kecambah dan semai yang terserang penyakit, segera dilakukan pemusnahan/pembakaran pada kecambah/semai, media bekas perkecambahan disemprot dengan fungsida dan intensitas penyiraman dikurangi. Penyakit mati pucuk pada semai dapat ditanggulangi dengan pemberian fungisida Thiram dosis 5 gr/liter atau Benomyl dosis 10 gr/liter. Sedangkan penyakit bercak pada daun dapat disemprot fungisida jenis lainnya. Daftar pustaka Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta. http://www.dnp.go.th/Botany/pubication%20online/RP_t hesis/Dipterocarpaceae in thailand : Taxonomic and Biogeographical analysis. [02/12/2007]. Lemmens, RHMJ dan I. Soerianegara (editor).1994. Plant Resources of South-East Asia 5(1) Timber trees : Major Commercial Timbers. Prosea. Bogor. Tantra, IGM. 1982. Identifikasi Flora Cagar Alam Sangeh, Bali. Balai Penelitian Hutan. Bogor. Sutrisna, U dkk. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia. Prosea. Bogor. Yasman, I dan Hernawan (Editor) 2002. Manual Persemaian Dipterocarpaceae. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta. Gambar Tegakan Sumber Benih D. hasseltii di kawasan hutan Sangeh – Bali. DISIAPKAN OLEH BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN BALI DAN NUSA TENGGARA Penulis : Manis Ismanto. BPTH Bali dan Nusa Tenggara Jalan By Pass Ngurah Rai KM 23,5 Tuban Kotak Pos No. 1041/DPR.AP. Denpasar 80361 Telepon: (0361) 751815 Faximile: (0361) 750195 E-mail: [email protected] Website: www.bpthbalinusra.com Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan