ANALISIS POTENSI EKONOMI KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET BIMA) DAN NON KAPET DI PROPINSI NTB MAKALAH Oleh : Angga panca prahara NIM. 201010190511031 Fadli Nafureza NIM. 201010190511039 Santika Meilina NIM .09650006 JURUSAN D3 MANAJEMEN KEUANGAN DAN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kapet merupakan sebuah pendekatan dalam rangka menterpadukan potensi kawasan untuk mempercepat pembangunan ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI) melalui pengembangan sektor unggulan yang menjadi prime mover kawasan yang bertumpu pada prakarsa daerah dan masyarakat , memiliki sumber daya , posisi ke akses pasar, sector unggulan dan memberikan dampak pertumbuhan pada wilayah sekitarnya. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah profil KAPET Bima yang meliputi Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu ? 2. Bagaimanakah potensi ekonomi wilayah KAPET Bima dengan wilayah non KAPET Bima dan apa yang menjadi sector unggulan tiap daerah di propinsi NTB ? 3. Bagaimanakah struktur dan pola pertumbuhan masing-masing Kabupaten/Kota antara wilayah KAPET Bima dan non KAPET Bima di propinsi NTB BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kapet Kapet adalah wilayah geografis dengan batasbatas tertentu yang memiliki potensi untuk cepat tumbuh dan atau mempunyai sector unggulan yang dapat mengerakkan pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya dan atau memerlukan dana investasi yang besar bagi pengembangannya yang penetapannya sebagai KAPET ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Konsep Kawasan Andalan Kawasan yang mempunyai pengaruh utama untuk kegiatan ekonomi yang dapat memacu pertumbuhan wilayah. Karena itu kawasan andalan harus mempunyai sector okonomi unggulan yang mampu mendorong kegiatan sector ekonomi lain dikawasannya sendiri maupun kawasan lain. kawasan yang mempunyai infrastruktuf yang relative lebih baik dan lengkap. Kuarangnya infrastruktur membuat investasi menjadi lebih mahal (high out investment),sehingga akan berpengaruh pada keengganan investor untuk menenamkan modalnya di kawasan tersebut. Konsep Growth Poles dan Growth Centers Konsep pusat pertumbuhan yang diperkenalkan oleh Francois Perroux ini merupakan konsep economic region. Karena itu, suatu pusat pertumbuhan seringkali didefinisikan sebagai suatu konsentrasi industri pada suatu tempat tertentu yang kesemuanya saling berkaitan melaui hubungan input dan output dengan industri utama (leading industry). Teori Basic Ekonomi Teori basik ekonomi berusaha menjelaskan prubahan-perubahan dalam struktur perekonomian regional dengan menekankan saling berhubungan antar sector yang terdapat dalam perekonomian regional dan lainya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini teori basik ekonomi dapat digunakan untuk menentukan sector-sektor mana yang sebaiknya dikembangkan sesuai dengan spesialisasi sector disuatu daerah tertentu BAB III METODE PENELITIAN Teknik Analisis Data Analisis Location Quotion (LQ) Analisis Tipologi Klasen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Profil kapet bima Luas KAPET Bima 15.414,45 Km2 terdiri dari Kabupaten Bima 4.374,65 Km2, Kabupaten Dompu 2.324,55 Km2, Kota Bima 222,25 Km2 dan Kabupaten Sumbawa 8.493,00 Km2 dengan batas-batas sebagai berikut :Utara berbatasan dengan Laut Flores, Selatan dengan Samudera Hindia, Timur dengan Selat Sape, Barat dengan Kabupaten Sumbawa KAPET Bima terdiri dari 3 (tiga) Kabupaten dan 1 (satu) Kota Madya yaitu, Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu yang terdiri 34 Kecamatan, 25 Kelurahan, 186 Desa, dengan total luas daerah KAPet tersebut 6.921,45 Km2 Kabupaten/Kota Kabupaten Bima Jenis Penggunaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tanah Bangunan dan Pekarangan Sawah Tegal/Kebun Ladang/Huma Padang Rumput/penggembalaan Tanaman Kayu-kayuan/Hutan Rakyat Hutan Negara 8. Tanah Sementara Tidak Diusahakan Kota Bima Kabupaten Dompu KAPET Bima 9. Perkebunan 10. Tambak 11. Kolam/Tebat/Empang 12. Lain-lain Jumlah 1. Tanah Bangunan dan Pekarangan 2. Sawah 3. Tegal/Kebun 4. Ladang/Huma 5. Padang Rumput/penggembalaan 6. Tanaman Kayu-kayuan/Hutan Rakyat 7. Hutan Negara 8. Tanah Sementara Tidak Diusahakan 9. Perkebunan 10. Tambak 11. Kolam/Tebat/Empang 12. Lain-lain Jumlah 1. Tanah Bangunan dan Pekarangan 2. Sawah 3. Tegalan/Kebun 4. Ladang/Huma 5. Penggembalaan/Padang Rumput 6. Sementara Tidak Diusahakan 7. Hutan Negara 8. Perkebunan 9. Lain-lain Jumlah Total Luas Ha 3.791 28.570 57.194 4.672 15.331 40.480 237.802 Persentase % 0,825 6,980 13,070 1,585 3,563 9,717 54,360 22.806 5,212 12.085 2.189 8 9.271 437.465 928 1.896 3.572 1.150 1.845 11.359 158 996 83 4 239 22.225 3.160 18.732 15.192 1.854 6.526 3.147 96.272 8.442 53.260 232.455 692.135 2,272 0,496 0,001 4,389 100,00 4,75 8,537 16,073 5,174 8,271 51,109 0,711 4,526 0,373 0,018 1,075 100,00 1,49 9,03 7,79 3,84 3,01 1,68 45,41 3,98 25,09 100,00 2. Potensi Daerah Kapet Bima Potensi unggulan Kota Bima Dari hasil analisis data Produk Dometik Regional Bruto (PDRB), Kota bima memiliki enem(6) sector unggulan yang meliputi : 1. Listrik, gas dan air bersih 2. Bangunan 3) Perdagangan hotel dan restoran 4) Pengangkutan dan komunikasi 5) Keuangan dan jasaa perusahaan 6) Jasa-jasa Potensi unggulan Kabupaten Bima Berdasarkan hasil analisis data Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bimamemiliki tiga (3) sector unggulan yang meliputi: 1) Pertanian 2) Perdagangan hotel dan restoran 3) jasa-jasa Potensi ekonomi Kabupaten Dompu Berdasarkan hasil analisis data Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dompu memiliki lima (5) sector unggulan yang meliputi: 1) Pertanian 2) Listrik, gas, dan air bersih 3) Perdagangan, hotel dan restoran 4) Keuangan, persewaan dan jasaa perusahaan 5) jasa-jasa 3. POTENSI DAERAH NON KAPET BIMA Potensi Ekonomi Kota Mataram Dari hasil analisis data Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) Kota Mtaram memiliki tujuh sector unggulan yaitu : 1) Industri pengolahan 2) Listrik, gas, dan air bersih 3) Bangunan 4) Pedagangan, hotel dan restoran 5) Pengangkutan dan komunikasi 6) Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 7) Jasa-jasa . 4 Struktur Pertumbuhan Ekonomi Antara Daerah Kapet Bima Dan Daerah Non Kapet Bima Bahwa pertumbuhan ekonomi antara Daerah KAPET Bima dengan Daerah Non KAPET Bima berdasarkan pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Propinsi NTB dalam Lima tahun terakhir (2004-2008), bahwa rata-rata pertumbuhan Kabupaten/Kota yang termasuk dalam wilayah KAPET Bima tidak termasuk signifikan dibandingkan dengan beberapa Kabupaten/Kota non KAPET Bima. sebab rata-rata Kabupaten/kota yang termasuk dalam Daerah KAPET yang meliputi; kota Bima, rata-rata pertumbuhannya 0,34%, Kabupaten Dompu -0,53%, dan Kabupaten Bima 2,26%. Jadi hanya Kabupaten Bima yang merupakan daerah KAPET yang memiliki pertumbuhan PDRB yang tinggi dibandingkan dengan Kabupaten/kota yang termasuk daerah kapet Bima. Dan jiaka di bandingkan dengan daerah non KAPET Bma, bahwa terdapat Tiga Kabupaten/Kota yang memiliki rata-rata Pertumbuhan PDRB yang tinggi dari Kabupaten/kota lainnya di Propinsi NTB, yaitu : Kota mataram, memiliki rata-rata pertumbuhan PDRB sebesar 6,27%, Lombok Timur rata-rata pertumbuhan PDRB 2.43%; dan Lombok Tengah rata-rata pertumbuhan PDRBnya 2,07%. Dan dari keseluruhan yang memiliki rata-pertumbuhan yang paling tingi adalah Kota Mataram. Tabel 4.31 Pertumbuhan PDRB Daerah KAPET Bima Dengan Non KAPET Bima Di NTB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004-2008 (%) Kab/Kota 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-Rata 1. Kota Bima -2.24 -2.50 2.76 1.88 1.80 0.34 2. Kab. Bima -0.04 1.03 5.02 2.85 2.43 2.26 3. Dompu -4.37 -1.38 0.31 0.79 2.02 -0.53 1. Kota Mataram 8.08 6.73 7.34 5.09 4.11 6.27 2. L. Tengah 2.22 4.09 2.64 -0.38 1.78 2.07 3. L. Timur 3.21 2.16 2.82 1.77 2.21 2.43 4. L. Barat -7.13 0.62 2.25 -1.02 1.17 -0.82 5. Sumbawa 2.77 -3.33 -0.71 1.68 2.60 0.60 7. S. Barat 5.02 -5.97 -10.38 9.15 0.59 -0.32 DAERAH KAPET DAERAH NON KAPET 1.37 Tabel 4.32 Pola dan Struktur Pertumbuhan Perekonomian Antara Daerah KAPET Bima Dengan Non KAPET Bima di NTB Tahun 2004-2008 Kab/Kota PDRB Kab Growth Klasen DAERAH KAPET 1. Kota Bima RENDAH RENDAH TERBELAKANG 2. Kab. Bima RENDAH TINGGI BERKEMBANG CEPAT 3. Dompu RENDAH RENDAH TERBELAKANG 1. Kota Mataram RENDAH TINGGI BERKEMBANG CEPAT 2. L. Tengah RENDAH TINGGI BERKEMBANG CEPAT 3. L. Timur RENDAH TINGGI BERKEMBANG CEPAT 4. L. Barat RENDAH RENDAH TERBELAKANG 5. Sumbawa RENDAH RENDAH TERBELAKANG 7. S. Barat TINGGI RENDAH MAJU TERTEKAN DAERAH NON KAPET BAB V PENUTUP A. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukan bahwa perbandingan potensi Antara daerah KAPET dengan daerah Non KAPET di Propinsi NTB dilihat dari potensi maupun struktur dan pola pertumbuhannya, memang yang lebih menojol adalah daerah non KAPET. Karena terlihat dari perhitungan yang dilakukan bahwa kesimpulan umumnya menunjukan terdapat beberap Kabupaten/kota yang bukan Daerah KAPET yang memiliki kriteria untuk di jadikan daerah KAPET karena memiliki potensi maupun pertumbuhan yang tinggi dibandingkan daerah KAPET, yaitu : Kota Mataram, Lombok Tengah dan Lombok Timur B. saran Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) hendaknya BP. KAPET BIMA meningkatkan kinerjanya untuk bisa memacu pertumbuhan daerah kawasan tersebut sebaagai tujuan penetapan KAPET untuk mepercepat pembangunan daerah sekitarnya, guna mengurangi ketimpangan antara KTI dan KBI. TERIMA KASIH MOHON MASUKAN DAN SARAN MAUPUN KRITIKAN YANG MEMBANGUN