BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak (dari bahasa Latin taxo; "rate") adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Menurut Charles E.McLure, pajak adalah kewajiban finansial atau retribusi yang dikenakan terhadap wajib pajak (orang pribadi atau Badan) oleh Negara atau institusi yang fungsinya setara dengan negara yang digunakan untuk membiayai berbagai macam pengeluaran publik. Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Penolakan untuk membayar, penghindaran, atau perlawanan terhadap pajak pada umumnya termasuk pelanggaran hukum. Pajak terdiri dari pajak langsung atau pajak tidak langsung dan dapat dibayarkan dengan uang ataupun kerja yang nilainya setara. Bagi negara – negara di dunia ini khususnya negara berkembang yang saat ini sedang banyak program pembangunan , Pajak merupakan penghasilan atau pendapatan yang sangat penting untuk melaksanakan semua program tersebut selain pendapatan Sumber Daya Alam , maka tak heran jika pajak menjadi salah satu fokus terbesar. Pajak juga merupakan suatu kewajiban warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam rangka membantu pelaksanaan pembangunan. Akan tetapi bagi perusahaan sendiri pajak merupakan suatu beban yang dapat mengurangi keuntungan maka setiap perusahaan akan berusaha untuk melakukan penghindaran pajak ( Tax Avoidance ) sehingga perusahaan dapat membayar lebih sedikit pajak dibanding semestinya. Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal ( lawful ) maupun ilegal (penggelapan pajak). Ada tiga tahapan yang akan dilakukan perusahaan dalam meminimalkan pajak yang dikenakan ( Marihot Pahala Siahaan,2010 dalam Prakosa, 2014). Langkah pertama Perusahaan berusaha untuk menghindari pajak baik secara legal maupun ilegal . Langkah kedua mengurangi beban pajak seminimal mungkin baik melalui ilegal maupun legal , langkah yang ke tiga atau akhir adalah apabila langkah sebelumnya tidak dapat dilakukan maka wajib pajak atau WP akan membayar pajak tersebut. Perencanaan pajak yang masih dalam koridor undang – undang disebut dengan penghindaran pajak (Tax Avoidance). Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal. Tetapi apabila penghindaran pajak melebihi batas atau melanggar hukum dan ketentuan yang berlaku maka aktivitas tersebut termasuk dalam penggelapan pajak. Besarnya aktivitas penghindaran pajak baik secara legal maupun ilegal yang dilakukan perusahaan telah mempengaruhi besarnya penerimaan pajak yang diterima oleh negara, hal ini terbukti dengan tidak tercapainya target penerimaan pajak yang diterima oleh negara dari tahun ke tahun. Dengan demikian pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna meningkatkan pendapatan pajak, salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah dengan menggerakan gerakan tax amesty. Pemerintah berharap dengan tax amesty, pendapatan negara dapat terus meningkat sehingga dapat membantu Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Besarnya peranan penerimaan pajak sesuai dengan data yang dipublikasikan oleh Tirto.id sebagai berikut : Tabel 1. 1 Daftar Penerimaan Pajak Sumber : Tirto.id Dari tabel diatas kita dapat melihat dari tahun 2004 sampai 2015 Misalnya, pada tahun 2010 target penerimaan ajak dipatok sebesar Rp661 triliun, namun realisasinya hanya Rp650 triliun atau hanya 97% dari target. Sementara tahun 2011, penerimaan pajak ditarget sebesar Rp879 triliun dan terealisasi hanya Rp873 triliun. Atau setara dengan 96%dari target. Target tinggi pajak juga terjadi pada 2012 dan 2013, yaitu Rp885 triliun dan Rp995 triliun, padahal yang tercapai hanya Rp835 triliun dan Rp916 triliun atau setara dengan 96% dan 93% dari target, dan ditahun 2014 hanya tercapai 92% dari taget penerimaan negara sebesar Rp. Rp1.243.750.000.000. Sementara pada 2015, pemerintah mematok penerimaan Rp1.294 triliun atau 29 persen dari realisasi 2014. Namun, realisasi penerimaan pajak 2015 hanya Rp1.060 triliun, jauh dari target. bahwa hanya di tahun 2008, pajak dapat melampaui target. Dengan uraian data diatas dan fenomena yang terjadi maka Direktorat Jendral Pajak perlu mengoptimalkan penerimaan pajak agar rencana pembangunan Nasional dapat segera terlaksana. Tax Avoidance yaitu upaya pengindaran pajak yang dilakukan secara legal dan tidak melanggar peraturan perundang – undangan perpajakan yang dilakukan wajib pajak dengan cara berusaha mengurangi jumlah pajak terutangnya dengan memanfaatkan kelemahan peraturan tersebut ( Hutagoal ,2007 dalam karangan Dewi dan Jati,2014 ). Seperti diketahui juga banyak perusahaan besar di Indonesia memilih kantor pusat di Singapura. Padahal, tarif pajak perusahaan di Indonesia sudah diturunkan menjadi 25% pada tahun 2010. Akan tetapi, sebagai sebuah evaluasi, tarif ini relatif masih tinggi apabila dibandingkan negara tetangga di Asean. Hanya Malaysia yang sama 25%. Thailand 20%, Vietnam 22%, sedangkan Singapura hanya mematok tarif 17%. Mengintip keluar lagi, Hongkong 16,5%. Apalagi negara Tax Haven Countries, seperti : Bermuda, Bahamas, Cayman Islands yang mematok corporate Tax 0%. Pajak perusahaan di Singapura patut menjadi perhatian. Sebagai negara kecil, Singapura memainkan peran seperti negara kecil di Eropa yang menyedot penerimaan pajak negara tetangga dengan fasilitas tarif pajak atau skema rumit untuk menurunkan pajak di negara sumber. Tengoklah tarif Corporate tax Swiss 17.92% dan Irlandia 12.5% atau Luxembourg dengan skema rumitnya untuk penghindaran pajak. Singapura memang jor-joran memberikan insentif pajak. Bagi investor asing yang menempatkan kantor pusat/regional usaha disana dan syarat memperkerjakan orang Singapura akan mendapatkan penurunan tarif sebesar 10-15%. Ada juga penurunan tarif untuk perusahaan yang bergerak di bidang shipping dan maritime. Ditambah tidak adanya withholding tax untuk pembayaran bunga dan dividen, makin lengkaplah sudah , maka tidak lah mengherankan jika pengusaha Indonesia lebih memilih memarkir uang mereka di sana. Terbukti juga pada tahun 2013, di Indonesia terdapat 4000 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang ditengarai melakukan efisiensi pembayaran pajak dengan melaporkan rugi selama tujuh tahun berturut-turut dan tidak membayar pajak karena pajaknya nihil. Perusahaan tersebut mayoritas bergerak disektor manufaktur dan industri pengolahan (Dirjen Pajak, 2013). Sedangkan di Amerika paling tidak terdapat seperempat dari jumlah perusahaan telah melakukan efisiensi pembayaran pajak yakni dengan membayar pajak kurang dari 20%, padahal rata–rata pajak yang dibayarkan perusahaan mendekati 30% (Dyreng, dkk., 2008). Good Corporate Governance menurut Komite Nasional Kebijakan (KNKG ) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah untuk semua stockholder ( Desal dan Dharmapala 2007 dalam karangan Prakosa,2014) serta didefinisikan pula sebagai mekanisme yang bertujuan meminumkan konflik keagenan dengan penekanan khusus pada mekanisme legal yang mencegah dilakukankanya ekspropriasi atas pemegang saham minoritas ( Kurniasih & Sari , 2013 dalam karangan Prakosa,2014). Sehingga baik buruknya tata kelola perusahaan tercemin dalam berbagai faktor salah satunya adalah komisaris independen dan Komite audit. Dewan Komisaris adalah organ yang mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi. Dewan ini tidak memiliki otoritas langsung terhadap perusahaan. Fungsi dewan komisaris adalah mengawasi kelengkapan dan kualitas informasi laporan atas kinerja dewan komisaris, karena itu posisi dewan komisaris sangat penting dalam menjebatani kepentingan principal dalam sebuah perusahaan. Semakin banyak anggota dewan komisaris independen maka asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan para stakeholder menurun, karena komisaris independen melakukan pengawasan yang efektif terhadap manajemen perusahaan sehingga manajer cenderung bersifat risk averse dalam pengambilan keputusan. Profitabilitas adalah gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dikenal dengan Return On Assets ( ROA ). ROA berguna untuk mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimilikinya ( Siahan,2004 dalam karangan Prakosa, 2014 ). Dendawijaya (2003 :120 dalam karangan Prakosa,2014) menyatakan bahwa ROA menggambarkan kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. ROA merupakan keuntungan bersih yang yang diperoleh dari penggunaan aktiva sehingga semakin tinggi nilai ROA maka semakin tinggi nilai dari laba bersih perusahaan dan semakin tinggi pula profitabilitasnya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam tax planning yang mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan ( Chen et al, 2010 dalam karangan Prakosa,2014 ). Definisi kepemilikan keluargan (Anderson dan Reeb,2003 dalam karangan Prakosa,2014) yang menyebutkan bahwa perusahaan keluarga adalah setiap perusahaan yang memiliki pemegang saham yang dominan. Sedangkan Morck dan Yeung,(2004)(dalam karangan Prakosa, 2014) mendefinisikan perusahaan keluarga meliputi perusahaan yang dijalankan berdasarkan keturunan atau warisan dari orang – orang yang sudah lebih dahulu menjalankannya atau oleh keluarga yang secara terang – terangan mewariskan. Komite audit bertugas membantu dewan komisaris dalam melakukan pengawasan dan pengendalian internal perusahaan agar tidak terjadi asimetri informasi. Semakin banyak pengawasan terhadap manajemen perusahaan maka manajer perusahaan akan lebih berhati-hati sehingga efisiensi pembayaran pajak perusahaan dapat berkurang. Maharani (2014) dan Dewi (2014) membuktikan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap efisiensi pembayaran pajak. Meningkatnya jumlah komite audit membuat manajer perusahaan cenderung bersifat risk averse yang berdampak pada menurunnya efisiensi pembayaran pajak perusahaan. Semakin besar jumlah komite audit membuat manajer lebih berhatihati dalam mengambil risiko (risk averse) dan enggan melakukan efisiensi pembayaran pajak karena adanya pengawasan dan pengendalian internal yang efektif dari komite audit. Selain dua faktor diatas dapat pula digunakan laverage , leverage merupakan penggunaan asset atau aktiva tetap dan sumber dana (sources of funds) di mana untuk penggunaan aktiva tetap dan dana pinjaman tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap dan beban bunga. Penggunaan aktiva tetap dan modal dari pinjaman (hutang jangka panjang ) tersebut pada akhirnya untuk meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham. Karena adanya beban bunga akan mengurangi beban pajak maka semakin tinggi nilai utang jangka perusahaan maka nilai cash effective tax rates (CETR ) perusahaan akan semakin rendah, artinya leverage berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak ( Richardson dan Lanis , 2007 dalam karangan Prakosa,2014 ). Faktor lainnya adalah ukuran perusahaan adalah skala / pedoman untuk mengukur suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar bearti perusahaan tersebut dapat mengatur arus kas perusahaan yang baik dan dapat dinilai memiliki prospek yang baik. Semakin besar suatu ukuran perusahaan maka akan lebih rendah cash effective tax rate nya karena mampu memaksimalkan sumber daya yang dimiliki untuk membuat perencanaan pajak yang baik. Sebuah perusahaan yang ukuran/skalanya besar dan sahamnya tersebar luas memiliki kekuatan tersendiri dalam menghadapi masalah bisnis dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba lebih tinggi karena usaha tersebut didukung oleh aset yang besar, sehingga kendala perusahaan yang behubungan dengan aset dapat diatasi (Nur Alizna, 2009). Kompensasi kerugian pajak akan diberikan jika Wajib Pajak yang menggunakan pembukuan mengalami kerugian dalam tahun-tahun sebelumnya maka kerugian fiskal dapat dikompensasi selama 5 tahun berturut-turut dimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahun didapatnya kerugian tersebut. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak lebih dari 10 tahun bagi Wajib Pajak yang mendapat fasilitas PPh untuk penanaman modal di bidang usaha / daerah tertentu. Kerugian yang diderita di luar negeri tidak dapat diikutsertakan dalam perhitungan kompensasi kerugian. Peraturan ini diatur dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah NO 46 tahun 2013. Kompensasi kerugian juga tidak berlaku bagi Wajib Pajak yang keseluruhan penghasilannya bersifat final dan/atau bukan objek. Dan faktor terakhir dalam penelitiaan ini adalah sales growth. Sales growth sendiri adalah Pertumbuhan penjualan didefinisikan oleh sebagai perubahan penjualan per tahun. Kesuma (2009) juga menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan (growth of sales) adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai Tax Avoidance diperoleh kesimpulan yang berbeda – beda. Berikut adalah tabel jurnal ilmiah yang disajikan secara ringkas dalam tabel research gap. Tabel 1. 2 Ringkasan Reseach Gap VARIABEL PENELITI NO INDEPENDEN 1 DEPENDEN Kesit Bambang Prakosa (2013) Judi Budiman , Setiyono (2012) Calvin Swingly , I Made Sukarta (2015) - Vivi Adeyani Tandean - Ni Nyoman Kristiana Dewi , I ketut Jati (2014) - Profitabilitas Pengaruh 2 Kepemilikan Keluarga Pengaruh - - - - 3 Komisaris Independen Pengaruh - Tidak Pengaruh - - Tax Avoidance - 4 Komite audit Tidak Pengaruh - Pengaruh positif Tidak Pengaruh pengaruh positif 5 Laverage Tidak pengaruh Pengaruh positif - Pengaruh negatif - 6 Ukuran perusahaan Tidak Pengaruh Pengaruh positif Tidak Pengaruh Pengaruh positif Tidak Pengaruh 7 Kompensasi kerugian pajak Tidak Pengaruh - - - - 8 - Pengaruh positif Pengaruh positif Pengaruh positif 9 Karakteristik Eksekutif ( resiko perusahaan) Sales Growth - Pengaruh positif - Tidak Pengaruh - 10 NOL - Pengaruh positif - - - 11 Multinational Company - - Tidak Pengaruh - - 12 Kepemilikan Intitusional - - Tidak Pengaruh - Tidak Pengaruh 13 Kualitas Audit - - Pengaruh - - 14 Indepensi Auditor - - - - Tidak Pengaruh Sumber Tax Avoidance : Dari Jurnal Pendukung Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, menurut Prakosa (2013 ) dengan penelitiannya yang berjudul pengaruh Profitabilitas , Kepemilikan keluarga dan Corporate Governance terhadap Penghindaran pajak mengatakan bahwa profitabilitas , kepemilikan keluarga dan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak sedangkan komite audit , laverage , ukuran perusahaan dan kompensasi kerugian pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran pajak ( tax avoidance ) yang diteliti oleh Judi Budiman da Setiyono ( 2012 ) menghasilkan kesimpulan variabel Karakteristik Eksekutif ( Resiko Perusahaan ) , Laverage , Sales Growth , NOL dan Size berpengaruh terhadap tax avoidance. Ni Nyoman Kristiana Dewi dan I Ketut Jati dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh Karakter Eksekutif , Karakteristik Perusahaan dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Yang baik Pada Tax Avoidance di Bursa Efek Indonesia ( 2014 ) mengatakan bahwa Variabel resiko perusahaan , kualitas audit , dan komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance sedangkan ukuran perusahaan , multinasional company , kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Calvin Swigly dan I made Sukarta dengan judul penelitian Pengaruh Karakter Eksekutif , Komite Audit , Ukuran Perusahaan , Laverage dan Sales Growth pada Tax Avoidance menyimpulkan bahwa Komite Audit dan Sales Growth tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Sedangkan variabel Laverage berpengaruh negatif dan Ukuran Perusahaan serta Karakteristik Eksekutif ( resiko perusahaan ) berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Vivi Adeyani Tandean (2015) dengan penelitian Pengaruh Good Coporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance mengatakan bahwa hanya komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance sedangkan variabel lainnya ukuran perusahaan , kepemilikan intitusional , dan indepedensi auditor tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Bedasarkan uraian diatas maka peneliti menyusun skripsi dengan judul “FAKTOR – FAKTOR YANG MENPENGARUHI PENGHINDARAN PAJAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG ADA DI BEI PERIODE 2011 – 2015 “ 1.2 Perumusan Masalah Mengacu berdasarkan latar belakang di atas bahwa target negara selalu tidak terpenuhi. Sehingga dari permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian secara khusus yang mengkaji masalah tax avoidance terutama di perusahaan manufaktur. Berdasarkan hal tersebut dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah Komisaris Independen berpengaruh terhadap tax avoidance ? 2. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance ? 3. Apakah Kepemilikan Perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance ? 4. Apakah Komite Audit berpengaruh terhadap tax avoidance ? 5. Apakah Laverage berpengaruh terhadap tax avoidance ? 6. Apakah Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance ? 7. Apakah Kompensasi Kerugian Pajak berpengaruh terhadap tax avoidance? 8. Apakah Sales Growth berpengaruh terhadap tax avoidance ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menemukan bukti dan menganalisis tentang pengaruh Komisaris Independen, Profitabilitas , Kepemilikan Perusahaan , Komite Audit , Laverage , Ukuran perusahaan , Kompensasi Kerugian pajak dan Sales Growth terhadap tax avoidace pada perusahaan manufaktur yang ada di BEI tahun 2011 – 2015. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi pengembangan ilmu ekonomi sebagai sumber bacaan atau referensi yang dapat memberikan informasi pada pihak–pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini. 2. Manfaat praktis a. Bagi Manajemen Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak manajemen perusahaan untuk mengatur tata kelola yang baik sehingga para manajemen dapat mengambil keputusan yang baik dan dapat mengerti tanggung jawab yang wajib dibayarkan sesuai dengan jumlah yang semestinya tanpa memanfaatkan undang – undang. b. Bagi Perusahaan yang ada di BEI Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tata kelola perusahaan yang baik, sehingga penerapan corporate governance di perusahaan dapat berjalan dengan baik dan penghindaran pajak yang diakibatkan kurangnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik dapat dikurangi di Indonesia. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini melibatkan sembilan variabel yang terdiri atas variabel terikat (dependen) dan delapam variabel bebas (independen). Variabel bebas tersebut adalah Komisaris Independen, Profitabilitas, Kepemilikan Perusahaan, Komite Audit, Laverage, Ukuran perusahaan, Kompensasi kerugian pajak, dan Sales Growth sedangkan variabel terikatnya adalah Tax Avoidance. Adapun definisi dari masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut : 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel independen. a. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen disebut juga sebagai variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen bisa dilambangkan dengan Y. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tax Avoidance. Variabel ini diukur dengan rumus: ( Kesit Bambang Prakosa, 2014) CETR = Pembayaran Pajak Laba sebelum pajak b. Variabel Independen (X) Variabel bebas adalah variabel yang diduga secara bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, dalam penelitian ini menggunakan 8 variabel independen, yaitu : 1. Dewan Komisaris Dewan komisaris adalah kesatuan perusahaan yang bertanggung jawab atas pengawasan perusahaan sebagaimana yang diatur dalam pasal 108 ayat (1) yaitu dalam hal melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasehat kepada Direksi. Dalam dewan komisaris ini menggunakan proksi komposisi komisaris independen. Komisaris Independen melaksanakan fungsi monitoring untuk mendukung pengelolaan perusahaan yang baik dan menjadikan laporan keuangan lebih objektif (Kurniasih dan Sari, 2013 dalam Bambang Prakosa, 2014). Proporsi Komisaris Independen diukur dengan menggunakan prosentase jumlah komisaris independen terhadap jumlah total komisaris (Bambang Prakosa, 2014). Dan dalam penelitian ini untuk melihat apakah Komisaris Independen berpengaruh terhadap variabel Tax Avoidance di lihat dari hasil analisis descriptive dari perusahaan manufaktur. 2. Profitabilitas Profitabiltas merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dikenal dengan Return On Asset. ROA berguna untuk mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimilikinya (Siahan, 2004 dalam Bambang Prakosa, 2014). ROA diukur dengan menggunakan rumus : (Bambang Prakosa, 2014) ROA = Laba bersih setelah pajak Total Assets Dan dalam penelitian ini untuk melihat apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap variabel Tax Avoidance di lihat dari hasil analisis descriptive dari perusahaan manufaktur. 3. Kepemilikan Perusahaan Perusahaan keluarga sebagai perusahaan yang dijalankan berdasarkan keturunan atau warisan dari orang – orang yang terlebih dahulu menjalankannya atau oleh keluarga yang secara terang – terangan mewariskan perusahaan kepada keluarganya ( Morck dan Yeung, 2004 dalam Prakosa, 2014) Semua individu dan perusahaan yang kepemilikannya tercatat (kepemilikannya >5% wajib dicatat ) yang bukan perusahaan publik, negara, institusi keuangan dan publik. Kepemilikan keluarga merupakan variable dummy , bernilai 1 jika proporsi kepemilikan keluarga >50% dan 0 jika sebaliknya (Prakosa, 2014) Dan dalam penelitian ini untuk melihat apakah kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap variabel Tax Avoidance di lihat dari hasil analisis descriptive dari perusahaan manufaktur. 4. Komite Audit Pohan (2008) dalam penelitian Prakosa (2014) memaparkan bahwa dewan komisaris wajib membentuk komite audit yang beranggotakan sekurang – kurangnya 3 orang anggota, diangkat dan diberhentikan serta bertanggungjawab kepada dewan komisaris.Variabel komite audit diukur dengan jumlah total anggota komite Dan dalam penelitian ini untuk melihat apakah Komite audit berpengaruh terhadap variabel Tax Avoidance di lihat dari hasil analisis descriptive dari perusahaan manufaktur. Rumus menghitung komite audit (Hanum dan Zulaikha, 2013 dalam Prakosa, 2014) : Komite Audit = Jumlah total komite audit 5. Laverage Adalah Sumber pendanaan eksternal dari utang jangka panjang. Menurut Trump, Kiyosaki, dan Lecther dalam karangan Eko Supriyanto (2010:132) Leverage dapat diartikan kemampuan melakukan lebih banyak dengan sumber daya lebih sedikit. Variabel Laverage diukur dengan menggunakan debt to Equity Ratio (Prakosa, 2014) DER = Total Liabilities Total Ekiutas Dan dalam penelitian ini untuk melihat apakah laverage berpengaruh terhadap variabel Tax Avoidance di lihat dari hasil analisis descriptive dari perusahaan manufaktur. 6. Ukuran Perusahaan Ferry dan Jones (1979) dalam Prakosa (2014) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai gambran besar kecilnya perusahaan. Menurut Sawir (2004:101) Ukuran perusahaan adalah determinan dari struktur keuangan. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Ukuran perusahaan juga dapat diartikan besar atau kecilnya perusahaan yang tercemin dari total assetsnya. Variabel ini diukur dengan menggunakan natural logarithma total assets (giure et all, 2011 dalam Prakosa, 2014). Dan dalam penelitian ini untuk melihat apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap variabel Tax Avoidance di lihat dari hasil analisis descriptive dari perusahaan manufaktur. 7. Kompensasi Kerugian Pajak Berdasarkan pasal 6 ayat (2) UU PPh 2008, apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut- turut sampai dengan lima tahun. Perusahaan yang telah mengalami kerugian pajak dalam satu periode akuntansi diberikan keringanan untuk membayar pajaknya. Kerugian tersebut dapat dikompensasikan selama lima tahun kedepan dan laba perusahaan digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi tersebut Kompensasi kerugian fiskal ini dapat diukur dengan menggunakan variabel dummy, yang akan diberikan nilai 1 jika terdapat kompensasi kerugian fiskal pada awal tahun (Prakosa, 2014). Dan dalam penelitian ini untuk melihat apakah kompensasi kerugian pajak berpengaruh terhadap variabel Tax Avoidance di lihat dari hasil analisis descriptive dari perusahaan manufaktur 8. Sales Growth Pertumbuhan Penjualan menunjukan perkembangan tingkat penjualan dari tahun ke tahun.Pertumbuhan penjualan diukur dengan cara : (Bard Badertscher, 2009 dalam Prakosa, 2014). Sales Growth : Penjualan akhir periode - penjualan awal periode penjualan awal periode Berikut ini adalah tabel definisi operasional variabel: Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel No 1 Variabel Komisaris Independen Definisi melaksanakan fungsi monitoring untuk mendukung pengelolaan perusahaan yang baik dan menjadikan laporan keuangan lebih objektif Pengukuran menggunakan prosentase jumlah komisaris independen terhadap jumlah total komisaris Sumber Bambang Prakosa, 2014 2 Profitabilitas gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dikenal dengan Return On Asset. ROA = Laba Bambang bersih setelah Prakosa, pajak dibagi 2014 total assets 3 Kepemilikan Perusahaan Perusahaan keluarga sebagai perusahaan yang dijalankan berdasarkan keturunan atau warisan dari orang – orang yang terlebih dahulu menjalankannya atau oleh keluarga yang secara terang – terangan mewariskan perusahaan kepada keluarganya Variabel Bambang Dumy, beri Prakosa, angka 1 jika 2014 kepemilikan keluarga > 50 % dan sebaliknya No Variabel Definisi Pengukuran Sumber 4 Komite Audit memaparkan bahwa dewan komisaris wajib membentuk komite audit yang beranggotakan sekurang – kurangnya 3 orang anggota, diangkat dan diberhentikan serta bertanggungjawab kepada dewan komisaris. jumlah total anggota komite audit diluar komisaris independen dibagi dengan jumlah seluruh komite audit dalam perusahaan (Hanum dan Zulaikha, 2013 dalam Bambang Prakosa, 2014) 5 Laverage kemampuan melakukan lebih banyak dengan sumber daya lebih sedikit DER = Total Bambang Liabilitas Prakosa, dibagi dengan 2014 total ekuitas 6 Ukuran Perusahaan gambran perusahaan kecilnya natural logarithm total assets (giure et all, 2011 dalam Bambang Prakosa, 2014) 7 Kompensasi Kerugian pajak apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut- turut sampai dengan lima tahun Varibel Dumy, diberikan nilai 1 jika terdapat kompensasi kerugian fiskal pada awal tahun Bambang Prakosa, 2014 8 Sales Growth Pertumbuhan Penjualan menunjukan perkembangan tingkat penjualan dari tahun ke tahun. penjualan akhir periode dikurangi dengan penjualan awal periode dibagi dengan penjualan awal (Bard Badertscher , 2009 dalam Bambang Prakosa, 2014). besar Sumber : Dibentuk dan diolah berdasarkan penelitian terdahulu 3.2 Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Penetuan Sampel 3.2.1 Objek Penelitian dan Unit Sampel Objek penelitian ini terdiri dari laporan keauangan lengkap dari semua perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2011-2015 dengan Komisaris Independen, Profitabilitas, Kepemilikan Perusahaan, Komite Audit, Laverage, Ukuran Perusahaan, Kompensasi kerugian fiskal dan Sales Growth. BEI dipilih karena perusahaan yang terdaftar di BEI merupakan perusahaan publik yang diwajibkan untuk melakukan audit atas laporan keuangan mereka agar informasi yang disajikan menjadi relevan dan reliable bagi stakeholders 3.2.2 Populasi dan Penentuan Sampel Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan laporan keuangan tahunan dan dipublikasikan selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 sebanyak 39 perusahaan. Sampel merupakan bagian dari populasi. Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel dipilih dengan menggunakan metode penyampelan bersasaran (Purposive sampling). Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011 sampai dengan 2015. 2. Perusahaan Manufaktur tersebut menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara lengkap per 31 Desember dari tahun 2011 hingga tahun 2015. 3. Perusahaan manufaktur tersebut menggunakan nilai mata uang rupiah 4. Perusahaan manufaktur yang memiliki laba positif dari tahun 2011 sampai tahun 2015. 5. Perusahaan manufaktur yang nilai cash effective ratenya kurang dari 1 ( CETR <1). 6. Perusahaan yang dapat memberi data yang lengkap yang dibutuhkan per variabel 3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang dimaksud adalah laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit dan memenuhi kriteria Data sekunder yang digunakan berasal dari sumber eksternal, yaitu data laporan keuangan perusahaan kepada BEI LK periode tahun 2011 hingga tahun 2015. 3.3.2 Sumber Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data base laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI. Website BEI yaitu www.idx.com. 3.4. Teknik Pengambilan Data Data yang telah dikumpulkan dengan mempelajari data – data yang telah diperoleh kemudian mengolah data yang telah terkumpul kemudian dapat memberikan interprestasi pada hasil-hasil tersebut Data yang digunakan adalah menggunakan data sekunder yang diperoleh dari database laporan keuangan yang tersedia di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 sampai tahun 2015.. Kegiatan dalam analisis data meliputi : pengelompokan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan. 3.5. Metode Analisis Sebelum dilakukan uji hipotesis maka model regresi diuji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa model regresi yang dilakukan tidak terdapat masalah multikloritas, autokorelasi, heteroskedisitas dan data terdistribusi normal. 3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif Analisis ini memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata – rata (mean), standar devisiasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2016:19). 3.5.2 Uji Asumsi Klasik 3.5.2.1 Uji Multikolonieritas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel – variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Uji ini dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang sama rendah sama dengan VIF yang tinggi (karena VIF =1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikoloniertas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. (Ghozali,2016:103). 3.5.2.2 Uji Autokolerasi Uji ini berfungsi untuk menguji apakah dalam model linier adakorelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi , maka dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.( Ghozali, 2016:107) 3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut heteroskedasitas. ( Gozhali, 2016:134) Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji gletser. Jika Variabel independen secara statistik memperngaruhi variabel independen, maka ada indikasi terjadi heteroskedasitas (Ghozali, 2011:138) 3.5.2.4 Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti yang diketahui bahwa uji t dan F mengamsumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal (Ghozali, 2016:154). 3.5.3 Uji Hipotesis 3.5.3.1 Uji Simultan ( F test) Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama – sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali 2016:171). Uji ini pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen/ terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau: H0 : b1 = b2 = ...........=bk = 0 Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatif (HA) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau: HA: b1 ≠ b2 ≠........≠bk ≠ 0 Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: - Quick look: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 adapat ditolak pada derajat kepercayaan 5% dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel independen. - Membandingkan nilai F hasil hitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila F hitung lebih besar daripafa F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima (Ghozali, 2012:98). Sehingga jika F hitung < F tabel, variabel independen secara bersama – sama tidak terpengaruh terhadap variabel independen. PV hasil < PV peneliti (α<0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya bila F hitung > F tabel, maka variabel independen secara bersama – sama berpengaruh terhadap Variabel dependen. PV hasil> PV peneliti ( α > 0,05) maka H0 diterima dan Ha ditolak. Ha diterima berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel – variabel independen terhadap variabel dependen. 3.5.2 Uji Signifikan Parameter Individual ( Uji t) Uji t pada dasarnya untuk menunjuk seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apabila satu parameter (bi) sama dengan nol, yaitu: H0 : bi= 0 Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau : HA : bi ≠ 0 Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sbb: - Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak jika nilai t lebih besar dari 2 ( dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi dependen. - Membandingkan nilai statistik t dengan kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2016:97). Jadi Ha akan diterima jika nilai t hitung > t tabel (α > 0,05) maka variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika t hitung < t tabel, maka sebaliknya. 3.5.3 Uji Koefisien Determinasi Koefisien ini pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu bearti variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2016:95) Model Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model regresi Linear berganda. Karena model regresi ini digunakan untuk menganalisis besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua, yang dirumuskan: (Suharyadi dan Purwanto, 2004: 508) Y= b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 ..........+ b8 X8 + e Dimana : Y = Tax Avoidance b1 – b2 = Koefisiens Regresi X1 = Komisaris Independen X2 = Profitabilitas X3 = Kepemilikan Perusahaan X4 = Komite Audit X5 = Laverage X6 = Ukuran Perusahaan X7 = Kompensasi Kerugian Pajak X8 = Sales Growth e = Standart Error