BAB III PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIF A. Pengertian dan Strategi Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik, disebut juga metode penelitian etnografi. Penelitian ini disebut penelitian naturalistik disebabkan penelitian dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting), disebut penelitian etnografi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Penelitian ini juga disebut metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Faisal, 1990; Sugiyono, 2008). Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah yaitu objek yang apa adanya, tidak ada manipulasi dari peneliti. Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri (human instrument). Oleh karena itu, untuk menjadi instrumen, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Namun demikian, dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Konsekuensinya, analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti menyusun proposal, melaksanakan pengumpulan data di lapangan, sampai peneliti mendapatkan seluruh data. Penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability, artinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan di tempat lain manakala tempat tersebut memliliki karakteristik yang tidak jauh berbeda. Strategi penelitian merupakan jenis rancangan penelitian yang menetapkan prosedurprosedur khusus dalam penelitian. Strategi penelitian sering juga diistilahkan dengan pendekatan penelitian atau metodologi penelitian (Creswell, 2009). Lebih lanjut Creswel 2009) menyebutkan strategi-strategi penelitian kualitatif seperti berikut. a) Etnografi merupakan strategi penelitian. Peneliti, di dalamnya menyelidiki suatu kelompok kebudayaan di lingkungan alamiah dalam periode waktu yang cukup lama dalam pengumpulan data utama, data observasi, dan data wawancara. Proses penelitiannya fleksibel dan biasanya berkembang sesuai kondisi dalam merespon kenyataan-kenyataan hidup yang dijumpai di lapangan. b) Grounded theory merupakan strategi penelitian. Peneliti, di dalamnya diharapkan menghasilkan teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi tertentu yang berasal dari pandangan-pandangan partisipan. Rancangan ini mengharuskan peneliti untuk menjalani sejumlah tahap pengumpulan data dan penyaringan kategori-kategori atas informasi yang diperoleh. Rancangan ini memiliki dua karakteristik utama, yaitu: (1) perbandingan yang konstan antara data dan kategori-kategori yang muncul dan (2) pengambilan contoh secara teoretis atas kelompok-kelompok yang berbeda untuk memaksimalkan kesamaan dan perbedaan informasi. c) Studi kasus merupakan strategi penelitian. Peneliti, di dalamnya menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasuskasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan. d) Fenomenologi adalah strategi penelitian. Peneliti di dalamnya mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Memahami pengalamanpengalaman hidup manusia menjadikan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti untuk mengkaji sejumlah subjek dengan terlibat secara langsung dan relatif lama di dalamnya untuk mengembangkan pola-pola dan relasi-relasi makna. Dalam proses ini peneliti mengesampingkan terlebih dahulu pengalaman-pengalaman pribadinya agar ia dapat memahami pengalaman-pengalaman partisipan yang ia teliti. e) Naratif merupakan strategi penelitian. Peneliti, di dalamnya menyelidiki keghidupan individu-individu dan meminta seseorang atau sekelompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka. Informasi ini kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam kronologi naratif. Di akhir tahap penelitian, peneliti harus menggabungkan dengan gaya naratif pandangan-pandangannya tentang kehidupan partisipan dengan pandanganpandangan tentang kehidupan peneliti sendiri. B. Proses Penelitian Sebagai sebuah proses, penelitian kualitatif memiliki beberapa tahapan. Tahap pertama adalah tahap orientasi atau deskripsi. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan. Berdasarkan tahap ini, peneliti baru mengenal serba sepintas data yang diperoleh cukup banyak, bervariasi dan belum tersusun secara jelas karena masih berserakan. Tahap kedua adalah tahap reduksi/fokus. Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama. Peneliti menyortir data dengan cara memilih mana data yang menarik, penting, berguna, dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan, sementara data yang menjadi fokus dikelompokkan menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian. Tahap ke tiga adalah tahap seleksi. Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci. Pada tahap ini pula peneliti dapat menemukan tema dengan cara mengkonstruksikan data yang diperoleh menjadi sebuah bangunan pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru. Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan data atau informasi yang sulit dicari, tetapi juga harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia. Proses memperoleh data atau informasi pada setiap tahapan (deskripsi, reduksi, seleksi) tersebut dilakukan secara sirkuler, berulang-ulang dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber. Setelah peneliti memasuki objek penelitian atau sering disebut sebagai konteks sosial (yang terdiri atas tempat, aktor/pelaku/orang-orang, dan aktivitas) peneliti berpikir apa yang ditanyakan. Setelah menemukan apa yang ditanyakan, maka peneliti telah menemukan pertanyaan sehingga selanjutnya bertanya pada orang-orang yang dijumpai pada tempat tersebut. Setelah pertanyaan diberi jawaban, peneliti akan menganalisis apakah jawaban itu betul atau tidak. Kalau jawaban atas pertanyaan dirasa betul, maka dibuatlah kesimpulan. Pada tahap berikutnya, peneliti mencandra kembali terhadap kesimpulan yang telah dibuat. Untuk memastikan kesimpulan yang telah dibuat itu kredibel atau tidak, peneliti masuk lapangan lagi, mengulangi pertanyaan dengan cara dan sumber yang berbeda, tetapi tujuan sama. Kalau kesimpulan telah diyakini memiliki kredibilitas yang tinggi, maka pengumpulan data dinyatakan selesai. C. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian kualitatif dapat digunakan pada lingkup yang paling kecil, yaitu satu situasi sosial sampai masyarakat yang luas yang kompleks. Spradley dalam Sugiyono (2008) mengemukakan lingkup penelitian kualitatif seperti pada tabel 3.1. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa metode penelitian kualitatif dapat digunakan untuk meneliti suatu situasi yang sangat mikro yaitu satu situasional (single social situation), sampai yang makro masyarakat luas yang kompleks (complex society). Satu situasi sosial dapat terdiri atas orang, dengan aktivitas tertentu pada tempat tertentu. Situasi sosial dapat digambarkan pada Gambar 3.1. Tabel 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Scope of Research Macro Micro Social Units Studies Complex society (masyarakat yang kompleks Multiple communities (beberapa kelompok masyarakat) A single community study (sekelompok masyarakat) Multiple social institutions (beberapa lembaga sosial) A single social institution (satu lembaga sosial) Multiple social situation (beberapa situasi sosial) Single social situation (satu situasi sosial) Place/tempat Social Situation Actor/orang Activity/aktivitas Gambar 3.1 Situasi Sosial (Social Situation) Berdasarkan ruang lingkup dan situasi yang sosial yang sempit sampai ke luas maka temuan dalam penelitian bisa yang sederhana sampai yang kompleks juga terjadi pada peristiwa tunggal maupun majemuk, kecil dan besar. Kemudian bila dilihat dari level of explanation, penelitian bisa menghasilkan informasi yang deskriptif yaitu memberikan gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap situasi sosial yang diteliti, komparatif berbagai peristiwa dari situasi sosial satu dengan situasi sosial yang lain atau waktu tertentu dengan waktu yang lain; atau dapat menemukan pola-pola hubungan antara aspek tertentu dan aspek yang lain, dan dapat menemukan hipotesis dan teori. Hasil penelitian kualitatif yang tertinggi kalau sudah dapat menemukan teori, atau hukum-hukum, dan paling rendah adalah kalau masih bersifat deskriptif Mengacu pada ruang lingkup dan situasi sosial, oleh karena itu pendekatan penelitian kualitatif akan cocok digunakan untuk meneliti hal-hal berikut: 1) Masalah penelitian belum jelas 2) Memahami makna di balik data yang tampak 3) Memahami interaksi sosial 4) Memahami perasaan orang 5) Mengembangkan teori 6) Memastikan kebenaran data 7) Meneliti sejarah perkembangan D. Kekutan dan Kelemahan Penggunaan Pendekatan Penelitian Kualitatif Kehati-hatian peneliti dalam memilih pendekatan penelitian sangat diperlukan, sebab setiap pendekatan memiliki kekuatan dan kelemahan. Pengetahuan akan kekuatan dan kelemahan berbagai pendekatan, memungkinkan peneliti dapat meningkatan kecermatannya dalam pemilihan pendekatan penelitian dimaksud. Berikut ini, dikemukakan kekuatan dan kelemahan pendekatan penelitian kualitataif, sebagaimana dikemukakan oleh Sarwono (2011). Kekuatan-kekuatan penggunaan pendekatan penelitian kualitatif, diantaranya. 1) Data didasarkan pada kategori-kategori makna yang dimiliki oleh orang-orang yang diteliti. 2) Bermanfaat untuk melakukan kajian secara mendalam dengan hanya menggunakan sedikit orang yang dijadikan sebagai sasaran penelitian. 3) Bermanfaat untuk menggambarkan fenomena yang kompleks. 4) Menyediakan informasi kasus individual. 5) Dapat dilakukan komparasi dan analisis silang dengan kasus lain. 6) Memberikan pemahaman dan deskripsi pengalaman-pengalaman pribadi orang-orang yang dikajinya. 7) Dapat menggambarkan fenomena secara detil ketika fenomena tersebut berasal dari dan tertanam pada konteks setempat. 8) Peneliti mengidentifikasi faktor-faktor kontekstual dan latar sebagaimana faktor dan latar tersebut berhubungan dengan kepentingan penelitian. 9) Peneliti dapat mengkaji proses-proses dinamis, yaitu pola-pola dan perubahan uruturutan dokumentasi. 10) Peneliti dapat menggunakan metode kualitatif “grounded theory” untuk secara induktif menghasilkan teori tentatif tetapi dapat menerangkan suatu gejala tertentu. 11) Peneliti dapat menentukan bagaimana partisipan menginterpretasi konstruk-konstruk yang diteliti. 12) Data biasanya dikumpulkan dalam latar alamiah. 13) Pendekatan-pendekatan kualitatif bersifat responsif terhadap situasi-situasi dan kondisi lokal serta kebutuhan-kebutuhan stakeholder. 14) Peneliti kualitatif bersifat responsif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi selama melakukan studi, teristimewa selama studi lapangan yang diperluas dan dapat berubah fokus kajian sebagai hasilnya. 15) Data kualitatif dalam bentuk kata-kata dan kategori yang berasal dari partisipan (sampel) untuk digunakan dalam melakukan eksplorasi bagaimana dan mengapa fenomena terjadi. 16) Seseoarng dapat menggunakan satu kasus penting untuk mendemonstrasikan secara hidup sesuatu gejala terhadap para pembaca suatu laporan hasil penelitian. 17) Dapat digunakan untuk menentukan penyebab idiographic atau penyebab-penyebab terjadinya suatu kejadian. Kelemahan penggunaan pendekatan penelitian kualitatif, diantaranya 1) Temuan hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk orang atau latar yang berbeda, karena temuan bersifat unik hanya berlaku bagi orang-orang yang berpartisipasi dalam penelitian tersebut. 2) Tidak memungkinkan untuk dibuat prediksi-prediksi kuantitatif. 3) Pengujian hipotesis dan teori akan menjadi lebih sulit dilakukan. 4) Hasil penelitian akan mempunyai kredibilitas yang lebih rendah 5) Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data akan menjadi lebih lama dibanding dengan penelitian kuantitatif. 6) Analisis data lebih banyak makan waktu. 7) Hasil penelitian akan lebih mudah dipengaruhi oleh subjektifitas dan karaketristik peneliti. E. Fokus dan Masalah Penelitian Terdapat tiga kemungkinan berkaitan dengan masalah penelitian setelah peneliti memasuki lapangan yaitu tetap, berkembang, berubah/berganti. Mengingat masalah itu luas maka perlu ada pembatasan masalah atau fokus. Penentuan fokus dapat didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan). Kebaruan informasi itu bisa berupaya untuk memahami secara lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial, tetapi juga ada keinginan untuk menghasilkan hipotesis atau ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti. Fokus yang sebenarnya dalam penelitian diperoleh setelah peneliti melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang disebut penjelajahan umum (Faisal, 1990; Sugiyono, 2008). Spradley dalam Sugiyono (2008); Faisal (1990) mengemukakan empat alternatif untuk menetapkan fokus penelitian yaitu: 1) menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan 2) menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu/organizing domain 3) menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek, dan 4) menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada. Penelitian bermaksud untuk memecahkan masalah yang dihadapi atau diangkat oleh peneliti. Masalah adalah penyimpangan antara yang seharusnya dan yang terjadi, sedangkan rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Berdasarkan level of explanation suatu gejala, secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif (Faisal, 1990; Sugiyono, 2008). Rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan. Oleh karena itu, rumusan masalahnya tidak dirumuskan atas dasar definisi operasional dari suatu variabel penelitian, melainkan dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context). Creswell (2009) mengemukakan bahwa dalam merumuskan masalah yaitu dengan cara mengandaikan dua bentuk: satu rumusan masalah utama dan beberapa sub-rumusan masalah spesifik. Rumusan masalah utama merupakan pertanyaan umum tentang konsep atau fenomena yang diteliti. Peneliti mengajukan pertanyaan ini sebagai masalah umum yang tidak dimaksukan untuk membatasi penelitian. Untuk membuat pertanyaan seperti ini, cobalah bertanya “Apa pertanyaan terluas yang bisa saya ajukan terkait dengan penelitian ini?” Berikut ini Creswell (2009) mengusulkan petunjuk cara menulis rumusan masalah atau pertanyaan umum sebagai berikut. 1) Ajukan satu atau dua pertanyaan utama (rumusan masalah) yang diikuti oleh lima hingga tujuh sub-pertanyaan. Subpertanyaan-subpertanyaan ini harus sesuai dengan rumusan masalah dan mempersempit fokus penelitian, tetapi tetap membuka diri akan kemungkinan-kemungkinan subpertanyaan lain. 2) Kaitkan pertanyaan utama (rumusan masalah) dengan strategi penelitian kualitatif tertentu. 3) Awalilah rumusan masalah penelitian dengan kata-kata “apa” atau “bagaimana” untuk menunjukkan keterbukaan penelitian. Kata bagaimana sering kali menyiratkan bahwa penelitian tengah berusaha menjelaskan mengapa sesuatu muncul. 4) Fokuslah pada satu fenomena atau konsep utama. Penelitian memang bisa berkembang dari waktu ke waktu, sehingga ada kemungkinan banyak faktor lain yang muncul dan memengaruhi fenomena tersebut. 5) Gunakanlah verba-verba eksploratif sesuai dengan jenis strategi kualitatif yang akan diterapkan. Verba-verba ini seyogianya mengajak pembaca untuk memahami bahwa penelitian untuk: menemukan (grounded theory); berusaha memahami (etnografi); mengeksplorasi suatu proses (studi kasus); mendeskripsikan pengalaman-pengalaman (fenomenologi); dan menyajikan cerita-cerita (penelitian naratif). 6) Gunakanlah rumusan pertanyaan masalah yang open-ended (terbuka), tanpa perlu merujuk pada literatur atau teori tertentu, kecuali jika ada strategi penelitian kualitatif yang menganjurkan hal itu. 7) Rincilah para partisipan dan lokasi penelitian, itu pun jika sebelumnya informasi mengenai keduanya belum dijelaskan. Berikut ini adalah contoh rumusan masalah atau pertanyaan umum yang dapat diangkat dalam penelitian pendekatan kualitataif. 1) Model-model penanaman moral yang bagaimanakah yang tepat dilakukan kepada anakanak jalanan? 2) Mengapa orang tua perlu mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak-anak mereka? 3) Mengapa mengajarkan penalaran moral perlu memperthatikan perkembangan moral anak? 4) Mengapa dewasa ini terjadi peningkatan kekerasan di kalangan remaja? 5) Bagaimana cara mengurangi penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk dikalangan remaja? 6) Apakah benar pengaruh peer group yang kuat akan mempengaruhi tindak kekerasan? 7) Mengapa terjadi peningkatan perilaku merusak diri (seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas) di kalangan remaja? 8) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, serta menurunnya etos kerja di kalangan remaja? 9) Mengapa semakin rendah rasa hormat kepada orang tua dan guru di kalngan para siswa? 10) Bagaimana cara mengurangi rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara? 11) Bagaimana cara meneladankan budaya kejujuran di kalangan peserta didik? Berikut ini adalah contoh rumusan masalah, dikutif Finders dan Padula & Miller dalam Creswell (2009): 1) Bagaimana para remaja putri mambaca buku-buku yang menyajikan realisme fiksi? 2) Bagaimana para mahasiswa program doktoral psikologi mendeskripsikan keputusan mereka untuk kembali bersekolah? 3) Bagaimana para mahasiswa program doktoral psikologi mendeskripsikan pengalaman mereka ketika sudah mulai bersekolah kembali? 4) Bagaimana sekembalinya mereka dari sekolah ini mengubah kehidupan mereka? Sedangkan, Sugiyono (2008) memberikan contoh cara mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apakah peristiwa yang terjadi dalam situasi sosial atau latar tertentu? (deskriptif) 2) Apakah makna peristiwa itu bagi orang-orang yang ada pada latar itu? (deskriptif) 3) Apakah peristiwa itu diorganisasikan dalam pola-pola organisasi sosial tertentu? (asosiatif/hubungan) 4) Apakah peristiwa itu berhubungan dengan peristiwa lain dalam situasi sosial yang sama atau situasi sosial yang lain? (asosiatif) 5) Apakah peristiwa itu sama atau berbeda dengan peristiwa lain? (komparatif) 6) Bagaimanakh gambaran rakyat miskin di situasi sosial atau latar tertentu? (deskriptif) 7) Apakah makna miskin bagi mereka yang berada dalam situasi sosial tersebut? (deskriptif) 8) Bagaimana upaya masyarakat tersebut dalam mengatasi kebutuhan sehari-hari? (deskriptif) 9) Bagaimana pola terbentuknya mereka menjadi miskin? (asosiatif resiprokal) 10) Apakah pola terbentuknya kemiskinan antara satu keluarga dan keluarga lain itu berbeda? (komparatif) 11) Apakah pemahaman orang-orang yang ada dalam organisasi itu tentang arti dan makna manajemen? (deskriptif) 12) Bagaimana iklim kerja atau suasana kerja pada organisasai tersebut? (deskriptif) 13) Bagaimana pola perencanaan yang digunakan dalam organisasi itu, baik perencanaan strategis maupun taktis/tahunan? (deskriptif) 14) Bagaimanan model penempatan orang-orang untuk menduduki posisi dalam organisasi itu? (deskriptif) 15) Bagaimana model koordinasi, kepemimpinan, dan supervisi yang dijalankan dalam organisasi itu? (asosiatiff) 16) Bagaimana pola penyusunan anggaran pendapatan dan belanja organisasi itu? (asosiatif) 17) Bagaimanan pola pengawasan dan pengendalian yang dilakukan dalam organisasi tersebut? (deskeriptif) 18) Apakah kinerja organisasi tersebut berbeda dengan organisasi lain yang sejenis? (komparatif) F. Judul Penelitian Judul penelitian kualitatif, karena masalah yang dibawa oleh peneliti bersifat sementara dan holistik, yang dirumuskan dalam proposal masih bersifat sementara. Judul tersebut akan berkembang setelah memasuki lapangan. Judul pada laporan penelitian yang baik justru berubah, atau mungkin diganti. Hal ini menunjukkan bahwa peneliti mampu menjelajah secara mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti, sehingga dapat mengembangkan pemahaman yang luas dan mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti. Berikut ini kemungkinan tema/judul penelitian kualitatif dalam pendidikan moral. 1) Pola pembinaan ketahanan mental para narapidana lembaga pemasyarakatan wanita Bulu Semarang. 2) Model pembangun karakter bangsa pada komunitas masyarakat nelayan pesisir utara Kota Semarang. 3) Strategi pondok pesantern dalam pembentukan karakter generasi muda muslim di Pondok Pesantren Darut Toyibin Talang Betutung 4) Peranan orang tua sebagai pendidik utama keluarga dalam pembentukan karakter anak bangsa G. Landasan Teoretis Setiap peneliti selalu menggunakan teori. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena (Kerlinger, 1978). Sementara itu Wiersma (1986) menyatakan bahwa teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasai yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. Sedangkan Cooper dan Schindler (2003) menyatakan bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Teori dapat dibedakan ke dalam tiga jenis yaitu pertama teori yang deduktif yaitu teori yang memberi keterangan yang dimulai dari suasana perkiraan atau pikiran spekulatif ke arah data yang diterangkan; kedua teori yang induktif yaitu data yang menerangkan ke arah teori; ketiga teori yang fungsional yaitu teori memberi gambaran interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoretis -- data mempengaruhi pembentak teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai poin penelitian. Dengan menjadikan teori sebagai poin akhir penelitian, berarti peneliti menerapkan proses penelitiannya secara induktif yang berlangsung mulai dari data, lalu ke tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model tertentu (Creswell, 2009). Lebih lanjut Creswell (2009) menyatakan bahwa logika pendekatan induktif ini dapat dilihat pada gambar 3.2. Peneliti memulai dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari para partisipan, lalu membentuk informasi ini menjadi kategori-kategori atau tema-tema tertentu. Tema-tema ini kemudian dikembangkan menjadi pola-pola, teori-teori atau generalisasigeneralisasi untuk nantinya diperbandingkan dengan pengalaman-pengalaman pribadi atau dengan literatur-literatur yang ada. Berdasarkan penjelasan ini dapat disimpulkan: ketimbang bentuk deduktif yang banyak terdapat dalam penelitian kuantitatif, generalisasi atau pattern theory dalam penelitian kualitatif ini justru merepresentasikan pemikiran-pemikiran yang saling berhubungan atau bagian-bagian yang terhubung dengan keseluruhan (Creswell, 2009). Peneliti mengemukakan generalisasi-generalisasi atau teoriteori dari literatur-literatur dan pengalaman-pengalaman pribadinya Peneliti mencari pola-pola umum, generalisasi-generalisasi, atau teori-teori dari tema-tema atau kategori-kategori yang dibuat Peneliti menganalisis data berdasarkan tema-tema dan kategori-kategori Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada partisipan dan merekam catatan-catatan lapangan Peneliti mengumpulkan informasi (misalnya, dari wawancara atau observasi) Gambar 3.2 Logika Induktif dalam Penelitian Kualitatif Hoy & Miskel (2001) mengemukakan bahwa teori itu berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis, berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang memiliki keteraturan, sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan. Konsep merupakan istilah yang bersifat abstrak dan bermakna generalisasi. Contoh konsep: kepempimpinan, kepuasan, organisasai informal. Sedangkan asumsi merupakan pernyataan diterima kebenarannya tanpa pembuktian, contoh administrasi merupakan generalisasi tentang perilaku semua manusia dalam organisasai. Situasi sosial (social situation) terdiri atas tiga elemen yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat di rumah berikut keluarga dan aktivitasnya atau orang-orang di sudut-sudut jalan yang sedang ngobrol, di tempat keja, di kota, desa atau wilayah suatu negara. Pada situasi sosial atau objek penelitian tersebut peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas, orang-orang yang ada pada tempat tertentu. Selain itu, objek penelitian dapat juga berupa peristiwa alam, tumbuh- tumbuhan, binatang kendaraan dan sejenisnya dengan cara mengamati secara mendalam perkembangan tumbuh-tumbuhan, kinerja mesin, menelusuri rusaknya alam, dan sebagainya. Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu, hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransfer ke tempat lain yang situasi sosialnya memiliki kesamaan dengan situasi sosial yang dipelajari. Sampel dalam penelitian bukan dinamakan responden tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam penelitian. Sampelnya disebut sampel teoretis bukan sampel statistik. Sementara itu, teknik sampling dalam penelitian yang sering digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Adapun ciri-ciri khusus sampel purposive adalah sementara, menggelinding seperti bola salju, disesuaikan dengan kebutuhan, dan dipilih sampai jenuh (Lincoln dan Guba, 1985). H. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Kualitas penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen dan kualitas pengumpulan data. Instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi. Validasi tersebut mencakup pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian. Pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis, karena tujuan utama penelitian adalah mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Observasi, lazimnya dikenakan pada situasi sosial tertentu. Setiap situasi sosial setidak-tidaknya mempunyai tiga elemen yaitu, lokasi/fisik tempat suatu situasi sosial itu berlangsung, manusia-manusia pelaku atau aktor yang menduduki status/posisi tertentu dan memainkan peranan-peranan tertentu, dan kegiatan atau aktivitas para pelaku pada lokasi/tempat berlangsungnya sesuatu situasi sosial. Observasi dapat dilakukan dalam bentuk observasi partisipatif, terus terang dan tersamar, serta tak tersruktur. Sementara itu, observasi partisipatif dapat dilakukan dalam bentuk observasi yang pasif, yang moderat, yang aktif, dan yang lengkap. Observasi dapat dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu observasi deskriptif, observasi terfokus, dan observasi terseleksi (Faisal, 1990; Sugiyono, 2008). Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna suatu topik tertentu. Spradley menyebutkan tiga jenis pertanyaan wawancara yaitu (1) pertanyaan deskriptif, terdiri atas grand tour questions (typical grand tour questions, specific grand tour questions, guided grand tour questions, task-related grand tour questions); mini tour questions (typical mini tour questions, specific mini tour questions, guided mini tour questions, task-related mini tour questions); example question; experience questions; native-language questions (direct language questions, hyphothetical interaction questions, typical sentence questions. (2) pertanyaan struktural, terdiri atas verification questions (domain verification questions included term verification questions, semantic relationship verification questions, native language verification questions; cover term questions; included term questions; substitution frame questions; card sorting structural questions. (3) pertanyaan kontras, terdiri atas contrast verification questions, directed contrast questions, dyadic contrast questions, triadic contrast questions, contrast set sorting questions, twenty questions game, rating questions. Faisal (1990) memberikan contoh pertanyaan-pertanyaan jenis tersebut sebagai berikut. Deskriptif: Dapatkah Anda kemukakan, seperti apakah upacara peringatan Hari Kemerdekaan yang Anda hadiri kemarin? Telah berapa lamakah Anda bekerja sebagai pegawai negeri? Proyek apakah yang sedang Anda tangani? Grand tour questions: Apakah yang Anda lakukan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga? Apakah pekerjaan atau mata pencaharaian utama Anda? Apakah anda membaca surat kabar yang terbit hari kemarin? Typical grand tour questions Apakah yang lazimnya Anda kerjakan pada hari Minggu? Typical mini tour questions Tadi anda jelaskan bahwa pada hari Minggu biasanya Anda gunakan untuk santai bersama keluarga di rumah. Dapakah anda ceritakan, lazimnya Anda sekeluarga mengisi dengan acara apa kegiatan santai tersebut? Specific grand tour questions Apakah yang Anda lakukan pada hari Minggu kemarin? Specific mini tour questions Kegiatan santai bersama keluarga di hari Minggu kemarin, Anda sekeluarga mengisinya dengan acara apa? Guided grand tour questions Dapatkah Anda tunjukkan kepada saya ruangan tempat kegiatan belajar keterampilan pada lembaga yang Anda pimpin ini? Guided mini tour questions Dapatkah Anda tunjukkan kepada saya nama/jenis alat yang ada di ruang keterampilan ini beserta untuk apa masing-masingnya? Task-related grand tour questions Dapatkah Anda membuatkan gambar bagan tentang struktur organisasi pada lembaga yang Anda pimpin ini? Ttask-related mini tour questions Dapatkah Anda buatkan gambar bagan struktur yang lebih rinci lagi untuk masing-masing bagian yang terdapat pada lembaga Anda ini? Example questions Dapatkah Anda menyebutkan satu atau beberapa contoh kegiatan gotong royong yang terdapat di desa ini? Dapatkah Anda memberikan beberapa contoh konkret dari praktik manipulasi pada pelaksanaan proyek tersebut? Experience questions Dapatkah Anda uraikan suka-duka yang Anda alami selama mengikuti KKN di desa ini? Dapatkah Anda ceritakan secara kronologis kegiatan yang Anda lakukan sebagai petani tebu mulai dari kegiatan menanam hingga penebangannya? Native-language questions: Pertanyaan yang dimaksudkan untuk meminimalkan usaha terjemahan atau pengemasan oleh informan dalam memberikan informasi tentang sesuatu. Pada jenis pertanyaan ini informan mengemukakan kata atau ungkapan yang umum dipergunakan menurut bahasa lokal setempat, sehingga terminologi setempat tetap dapat terekam oleh peneliti sebagaimana aslinya. Contohnya seperti pada direct language question, hyphothetical interaction questions, dan typical sentence question. Direct language questions Tadi Anda menjelaskan bahwa masyarakat di sini mempunyai sifat show atau suka pamer, dapatkah Anda menyebutkan istilah atau ungkapan sehari-hari yang dipakai untuk menanamakn sifat/kebiasaan pamer tersebut? Tadi Anda bercerita bahwa di masyarakat desa ini terdapat orang-orang yang taat menjalankan perintah agamanya, dan terdapat juga yang kurang menaati ajaran agamanya. Adakah kata atau istilah yang dipakai oleh masyarakat desa ini untuk menamakan mereka yang tergolong penganut agama yangtaat dan untuk mereka yang tergolong penganut agama yang kurang taat? Hyphothetical interaction questions Seandainya berbicara dengan orang yang mempunyai kedudukan sosial lebih tinggi, apakah istilah-istilah yang Anda pergunakan tadi seperti X, Y, Z juga akan Anda pergunakan? Seandainya berada di hadapan murid-murid Anda, apakah juga akan berkelakar dengan menggunakan kata-kata “menyerempet cabul” seperti tadi? Typical sentence questions Dapatkah Anda kemukakan satu atau beberapa contoh kalimat sederhana yang di dalamnya terdapat atau memakai kata swasembada? Anda sering sekali menyebut istilah gali lubang tutup lubang. Dapatkah Anda membuat sebuah atau beberapa kalimat sederhana yang di dalamnya mengandung pengertian gali lubang tutup lubang tersebut? Verification questions Apakah kandang sapi termasuk bagian dari rumah keluarga tani miskin di masyarakat ini? Domain verification questions Adakah berbagai jenis makanan pokok penduduk di sini? Included term verification questions Adakah luru merupakan salah satu jenis kegiatan mencari sisa panen yang tercecer di tegal/sawah? Semantic relationship verification questions Apakah petani yang bekerja bergantung pada musim itu disebut sebagai karakteristik/ciri jenis pekerjaan pertanian ataukah sebagai waktu pekerjaan pertanian? Apakah aktivitas menumbuk padi itu sebagai jenis pekerjaan wanita ataukah sebagai fungsi wanita? Native language verification questions Pada jenis bangunan rumah, ada rumah yang dindingnya dari tembok seluruhnya ada juga yang setengah tembok, setengah anyaman bambu, dan ada juga yang seluruhnya anyaman bambu. Apakah istilah asli di sini untuk ketiga jenis bangunan tersebut? Jenis makanan pokok masyarakat di sini ada yang makan nasi beras, ada yang makan nasi beras dicampur jagung, ada yang makan jagung tanpa dicampur beras, dan ada pula yang memakan jenis makanan gaplek. Apakah namanya masing-masing makanan pokok tersebut dalam istilah/bahasa mayarakat di sini? Cover term questions Apakah jenis-jenis makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat di sini? Apa saja keseluruhan tahap pengolahan tanah pertanian secara berurutan? Included term questions Adakah kesemua istilah tersebut menunjukkan pada jenis pekerjaan pengolahan tanah? Sekiranya ada yang tidak termasuk, lalu termasuk jenis apakah mereka itu? Substitution frame questions Yang masuk kegiatan mencari sisa panen yang tercecer/tertinggal di sawah/tegal adalah ... Card sorting structural questions Adakah keseluruhan yang tertulis pada kartu tersebut merupakan warga suatu domain tertentu? Contrast verification questions Apakah perbedaan yang saya kemukakan antara A dan B seperti berikut, sudah benar? Directed contrast questions Apakah ada perbedaan dimensi lain, selain yang saya kemukakan tentang A dan B itu? Dyadic contrast questions Apakah dua kategori kontras antara A dan B yang saya kemukakan itu sudah benar? Triadic contrast questions Apakah tiga kategori kontras antara A dan B sudah benar? Contrast set sorting questions (Peneliti menyiapkan sebuah beberan yang berisi perangkat kategori yang hendak dikontraskan dan kotak-kotak yang menunjukkan dimensi kontras. Pada kotak itulah informan diminta meletakkan kartu-kartu yang sesuai. Dengan mengisikan kartu yang vsesuai pada kotak-kotak kontras tersebut, peneliti memperoleh informasi tentang kontras dari kategori-kategori yang diajukannya. Di samping itu, terdapat enam jenis pertanyaan wawancara yaitu pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman, berkaitan dengan pendapat, berkaitan dengan perasaan, berkaitan dengan pengetahuan, berkenaan dengan indera, berkaitan dengan latar belakang atau demografi. Langkah-langkah yang perlu dilakukakan dalam wawancara adalah penetapan siapa yang akan diwawancarai, penyiapan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan, mengawali dan membuka alur wawancara, melangsungkan alur wawancara, mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya, menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik dan peneliti memiliki bukti wawancara, diperlukan bantuan alat seperti buku catatan, tape recorder, dan camera. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Domuken yang berbentuk gambar, misal foto, gambar hidup, sketsa. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, patung, film, dan lain-lain. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama, misal observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbedabeda dengan teknik yang sama, seperti wawancara mendalam kepada ayah, ibu, atau anak. Tujuan triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan sehingga posisi data lebih kuat bila dibanding dengan hanya satu pendekatan. I. Sampling Penelitian kualitataif tidak bermaksud menggambarkan karakteristik populasi atau menarik generalisasi kesimpulan yang berlaku bagi suatu populasi, melainkasn lebih terfokus kepada representasi terhadap fenomena sosial. Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Berkenaan dengan tujuan penelitian kualitatif, maka prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key infoman) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Untuk memilih informan kunci atau situasi sosial lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya bilamana dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi informasi, maka peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru. Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak mempersoalkan jumlah sampel, melainkan tergantung dari tepat tidaknya pemIlihan informan kunci dan kompleksitas serta keragaman fenomena sosial yang diteliti. Sampai dengan berakhirnya pengumpulan informasi umumnya terdapat tiga tahap pemilihan sampel dalam penelitian kualitatif, yakni (1) pemilihan sampel awal, (2) pemilihan sampel lanjutan, (3) menghentikan pemilihan sampel lanjutan. Selanjutnya dalam menempuh tiga tahapan tersebut prosedur pemilihan sampel yang lazim digunakan adalah melalui teknik snowball sampling. Pada pemilihan sampel awal, hal yang perlu diperhatikan adalah ketepatan pemilihan informan kunci. Hal ini akan mempengaruhi keberhasilan sampling dan kelancaran pengumpulan informasi yang pada gilirannya akan menentukan efisiensi dan keefektifan penelitian. Spradley (1980) mengusulkan kriteria untuk pemilihan sampel informan awal, sebagai berikut. 1) Subjek yang sudah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas, selain menghayati secara sungguh-sungguh lingkungan atau kegiatan yang bersangkutan. Subjek seprti ini, biasanya ditandai oleh kemampuan dalam memerikan informasi tentang sesuatu yang ditanyakan. 2) Subjek yang masih terlibat secara penuh/aktif dalam lingkung atau kegiatan yang menjadi perhatian peneliti 3) Subjek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk diwawancarai. 4) Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau disiapkan terlebih dahulu, dengan demikian subjek akan menyampaikan informasi apa adanya. 5) Subjek yang sebelumnya tergolong masih asing dengan penelitian, seolah subjek tersebut sebagai guru baru bagi peneliti. Terlepas dari itu semua, subjek baik yang dipilih sebagai sampel informan awal atau informan berikutnya, harus benar-benar memiliki predikat sebagai key informan yang sarat oleh informasi yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian. Sementara itu, kriteria untuk sampel situasi sosial awal adalah sebagai berikut: (1) situasi sosial yang relatif banyak merangkum informasi terkait dengan penelitian, (2) situasi sosial yang cukup sederhana untuk diteliti, (3) situasi sosial relatif mudah dimasuki (accessibility), (4) situasi sosial yang diperkenankan untuk diamati (permissiveness), (5) situasi sosial yang tidak menimbulkan gangguan apabila diobservasi (unobstrusiveness), (6) situasi sosial yang berlangsung relatif berulang (frequently recurring activities), (7) situasi sosial yang memudahkan peneliti berpartisipasi (easy of participation). Khusus untuk pengamatan situasi sosial, bilamana menggunakan teknik snowball sampling, maka pengamatan untuk situasi sosial lanjutan, penyebarannya dapat diarahkan kepada (1) situasi sosial yang tergolong sehimpunan dengan sampel situasi sosial awal, (2) situasi sosial yang secara struktural tidak terjalin, malah mungkin berada di bawah elemen lain, akan tetapi secara material memilikik jalinan fungsional dengan situasi sosial yang diteliti, (3) situasi sosial yang kebgiatannya memiliki kemiripan dengan sampel situiasi sosial awal. Bergulirnya pemilihan sampel melalui teknik snowball sampling tersebut, baik untuk sampel informan maupun situasi sosial, pada akhirnya akan sampai pada suatu batas dimana tidak dijumpai lagi variasi informasi (terjadi kejenuhan informasi). Pada saat seperti itu, pemilihan sampel baru tidak diperlukan lagi, dengan perkataan lain, kegiatan pengumpulan data atau informasi di lapangan dianggap selesai. J. Validitas Data Sebagai suatu disciplined inquiry, penelitian kualitatif harus memiliki kriteria atau standar validitas kualitatif dan reliabilitas kualitatif. Validitas kualitatif menunjuk kepada temuan atau data yang tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Namun, kebenaran realitas data tidak bersifat tunggal, melainkan jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Realitas bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten dan berulang seperti semula karena tidak ada sesuatu data yang tetap/konsisten/stabil. Dengan kata lain validitas kulitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu. Sementara itu, reliabilitas kualitatif mengidentifikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain (dan) untuk proyek-proyek yang berbeda (Gibbs dalam Creswell, 2010). Paling sedikit ada empat standar atau kriteria utama guna menjamin keabsahan hasil penelitian kualitatif, yaitu standar kredibilitas, standar transferabilitas, standar dependabilitas, dan standar konfirmabilitas (Lincoln dan Guba, 1984; Sugiyono, 2008; Creswell, 2009; Bungin, 2010). Standar kredibilitas (identik dengan validitas internal dalam penelitian kuantitatif) merupakan upaya agar penelitian memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai dengan fakta dilapangan maka upaya yang dapat dilakukan dengan cara: (1) memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam peroses pengumpulan data di lapangan, (2) melakukan observasi secara terus menerus dan sungguh-sungguh, sehingga peneliti semakin mendalami fenomena sosial yang diteliti seperti apa adanya, (3) melakukan triangulasi, baik triangulasi metode, triangulasi sumber data, triangulasi pengumpul data, (4) melibatkan teman sejawat (yang tidak ikut melakukan penelitian) untuk berdiskusi, memberikan masukan, bahkan kritik, (5) melakukan analisis atau kajian kasus negatif yang dapat dimanfaatkan sebagai kasus pembanding atau sanggahan terhadap hasil penelitian, (6) melacak kesesuaian dan kelengkapan hasil analisis data, (7) mengecek bersama-sama dengan anggota penelitian yang terlibat dalam proses pengumpulan data, (8) membuat deskripsi yang kaya dan padat (rich and thick description) tentang hasil penelitian, dan (9) mengklarifikasi bias yang mungkin dibawa peneliti ke dalam penelitian. Standar transferabilitas adalah modifikasi validitas eksternal. Prinsip yang terkandung pada standar ini adalah pertanyaan empirik yang tidak dapat dijawab oleh peneliti itu sendiri, tetapi dijawab dan dinilai oleh pembaca laporan penelitian. Hasil penelitian memiliki standar transferabilitas yang tinggi bilamana para pembaca laporam penelitian memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian. Standar dependabilitas adalah standar yang mirip dengan standar reliabilitas. Standar ini menunjukkan adanya pengecekan atau penilaian akan ketepatan peneliti dalam mengkonseptualisasikan apa yang diteliti. Standar ini merupakan cerminan dari kemantapan dan ketepatan menurut standar reliabilitas penelitian. Makin konsisten peneliti dalam keseluruhan proses penelitian, baik dalam kegiatan pengumpulan data, interpretasi temuan maupun dalam melaporkan hasil penelitian akan semakin memenuhi strandar dependabilitas. Salah satu upaya untuk menilai dependabilitas adalah dengan melakukan audit (pemeriksaan) dependabilitas itu sendiri. Ini dapat dilakukan oleh auditor independen, dengan melakukan review terhadap seluruh hasil penelitian. Standar konfirmabilitas adalah standar yang lebih memfokuskan pada audit (pemeriksaan) kualitas dan kepastian hasil penelitian, seperti apakah benar hasil penelitian ini berasal dari pemngumpulan data di lapngan. Audit konfirmabilitas ini biasanya dilakukan bersamaan dengan audit dependabilitas. Berkaitan dengan reliabilitas, Gibbs dalam Cerswell (2010) merinci sejumlah prosedur relibilitas sebagai berikut. 1) Mengecek hasil transkripsi untuk memastikan tidak adanya kesalahan-kesalahan yang dibuat selama proses transkripsi. 2) Pastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai kode-kode selama proses coding. Hal ini dapat dilakukan dengan terus membandingkan data dengan kodekode atau dengan menulis catatan-catatan tentang kode-kode dan definisi-definisinya. 3) Untuk penelitian yang berbentuk tim, diskusikanlah kode-kode bersama partner satu tim dalam pertemuan-pertemuan rutin atau sharing analisis. 4) Lakukan cross-check dan bandingkan kode-kode yang dibuat oleh peneliti lain dengan kode-kode yang telah dibuat sendiri K. Teknik Analisis Data Penelitian kualitatif mengenal dua strategi analisis data yang sering digunakan bersama-sama atau secara terpisah. Dua model strategi analisis yaitu analisis deskriptif dan analisis verifikatif kualitatif. Pada analisis data kualitatif, peneliti tidak harus menutup diri terhadap kemungkinan penggunaan data kuantitatif, karena data ini sebenarnya bermanfaat bagi pengembangan analisis data kualitatif itu sendiri. Data kuantitatif dapat dimanfaatkan pada analisis kualitatif sampai batas-batas tertentu dengan memberi makna sebagaimana yang diinginkan dalam kaidah-kaidah penelitian kualitatif. Data kuantitatif yang dimanfaatkan dalam analisis data kualitatif, dimaksudkan untuk mempertajam dan sekaligus memperkaya analisis kualitatif itu sendiri. Data kuantitatif tersebut dapat berupa: jumlah penduduk, komposisi jumlah penduduk, komposisi mata pencaharian penduduk, komposisi tingkat pendidikan masyarakat, jumlah anak-anak terlantar, jumlah sarana umum, tempat-tempat ibadah, sumberdaya alam, tingkat curah hujan dan sebagainya (Bungin, ed. 2010) Berkait dengan analisis data, penelitian kualitatif mengajak seseorang untuk mempelajari sesuatu masalah yang ingin diteliti secara mendasar dan mendalam sampai ke akar-akarnya. Masalah dilihat dari berbagai segi. Data yang dikumpulkan bukanlah secara random atau mekanik, tetapi dikuasai oleh pengembangan hipotesis. Apa yang ditemukan pada suatu saat adalah satu pedoman yang langsung terdapat pada apa yang akan dikumpulkan berikutnya dan di mana akan dicari. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Bogdan,1982). Cara menginformasikan temuan yaitu dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2008). Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan dari data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga akhirnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasar data yang terkumpoul tadi. Bila berdasar data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori. Proses analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dari lapangan. Analisis data dilakukan mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian (Nasution, 1988). Namun, dalam kenyataannya analisis data banyak berkangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data (Sugiyono, 2008). Analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan dilakukan terhadap data pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Fokus penelitian tersebut masih bersifat sementara, ia akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Analisis data, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, misalnya peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarakan. Bila jawaban dari responden yang diwawancarai dirasa belum memuaskan, maka peneliti akan melajutkan melakukan wawancara lagi sampai tahap tertentu, sehingga diperoleh data yang kredibel. Aktivitas dalam analisis dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Miles dan Huberman, 1984). Secara bagan aktivitas dalam analisis data dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.3. Periode pengumpulan data Reduksi data Selama Setelah Display data Analisis Selama Kesimpulan/verifikasi Selama Setelah Gambar 3.3 Komponen dalam Analisis Data Mengacu pada Gambar 3.3 terlihat bahwa setelah peneliti melakukan pengumpulan data, peneliti melakukan antisipatory sebelum melakukan reduksi data. Selanjutnya model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada Gambar 3.4. Data collection Data display Data reduction Conclusions: drawing/verifying Gambar 3.4 Model Interaktif Analisis Data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Diskusi dengan tim, para ahli, wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan. Sugiyono (2008/2010) seperti pada Gambar 3.5 mengilusrasikan bagaimana mereduksi hasil catatan lapangan yang kompleks, rumit dan belum bermakna menjadi lebih bermakna. Data yang pokok dan penting dibuat dalam berbagai kategorisasi seperti diilustrasikan dalam huruf besar, huruf kecil, dan angka. Sementara data yang diilustrasikan dalam bentuk simbol-simbol seperti %, #, @ dsb dibuang karena dianggap tidak penting bagi peneliti. Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, bagan alur,dan sejenisnya. Miles dan Huberman (1984) menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitiatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Akhirnya melalui sajian data tersebut, data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami. Disarankan, menyajikan data selain dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik, matriks, jejaring kerja, dan chart. Praktiknya, tidak semudah ilustrasi yang dicontohkan karena fenomena sosial bersifat kompleks dan dinamis sehingga apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung lama di lapangan akan mengalami perkembangan. Untuk itu, peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang bersifat hipotesis itu berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung oleh data pada saat dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori yang grounded. Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif berdasarkan data yang ditemukan di lapangan dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus menerus. Catatan Lapangan !@1as?d*^AVH^@9+=2(“:3BK5}4*5>6 *7D8@9=@3$K)$=62A%b)c=2d*e&fM gSh%i@j{kAl%m^n*o!p”q;rMs#t^u”A @B3C)D+E=F!G6H+I&J%K#L7M!N(O=P 7Q@R=S8T#U”Q!2Af%_9#Yx*:3?d2! Reduksi Data Memilih yang penting, membuat kategori (huruf besar, huruf kecil, angka) membuang yang tidak digunakan YDBWIKNASQWETYUKJ LMCAQWERTYUIOPAD GHJKLMBCXZASDFGHJK LZXCVBNMQWERTYUIO PASDFGHJKLZXCVBNM qwertyuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiopasdfgh jklzxcvbnmpoiuytrewqa sdfghjklmnbvcxzasdfghj kloiuytrewqasdfghjklzc 0981367890342567890 1086431246789097532 1864320997654432178 6542785431097689014 8976532108653578964 Data display: menyajikan ke dalam pola 123456789 ABCDEFGHIJKLMN OPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopq rstuvwqyz Conclusion/Verification Memilih yang penting, membuat kategori (huruf besar, huruf kecil, angka), membuang yang tidak digunakan Sumber: Sugiyono, 2010 Gambar 3.5 Ilustrasi: Reduksi Data, Display Data dan Verifikasi Langkah berikutnya dalam analisis data adalah penarikan simpulan dan verifikasi. Simpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung. Sebaliknya bila didukung oleh buktibukti yang kuat dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Simpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remangremang atau yang masih gelap dan setelah dilakukan penelitian menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. L. Teknik Analisis Data Model Spradley dan Teknis Analisis Lain Tahapan penelitian (selama di lapangan) model Spradley (1980) adalah: 1) memilih situasi sosial (place, actor, activity), 2) melaksanakan observasi partisipan, 3) mencatat hasil observasi dan wawancara, 4) melakukan observasi deskriptif, 5) melakukan analisis domain, 6) melakukan observasi terfokus, 7) melaksanakan analisis taksonomi, 8) melakukan observasi terseleksi, 9) melakukan analisis komponensial, 10) melakukan analisis tema, 11) temuan budaya, 12) menulis laporan penelitian. Dengan demikian, proses analisis model Spradley berangkat dari yang luas kemudian memfokus dan meluas lagi. Tahapan analisis data yang dilakukan yaitu analisis domain, taksonomi, dan komponensial, analisis tema kultural, serta analisis lain (analisi wacana, analisis). a. Analisis Domain (Domain Analysis) Analisis domain adalah analisis yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau objek penelitian. Data diperooleh dari grand tour dan minitour question. Hasilnya berupa gambaran umum tentang objek yang diteliti, yang sebelumnya belum pernah diketahui. Dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum mendalam masih dipermukaan, namun sudah ditemukan domaindomain atau kategori dari situasi sosial yang diteliti. Situasi sosial memberikan gambaran tentang terdapatnya ratusan atau ribuan kategori. Suatu domain merupakan kategori budaya, terdiri atas tiga elemen yaitu cover term, included terms, dan semantic relationship (Spradley, 1984; Faisal, 1990; Sugiyono, 2008). Cover term adalah nama suatu domain budaya, included term nama-nama yang lebih rinci yang ada dalam suatu kategori. Elemen ketiga dari seluruh domain budaya adalah hubungan semantik antar kategori. Kedudukan cover term, included terms dan semantic relationship dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.6. Cover term, nama domain Orang Adalah jenis dari Semantic relationship (hubungan semantik), antar kategori Perawat,pasien, dokter, pengunjung rumah sakit Included term, rincian domain Gambar 3.6 Elemen dalam Domain Untuk menemukan domian dari konteks sosial/objek yang diteliti dilakukan dengan analisis hubungan semantik antar kategori yang meliputi sembilan tipe (Spradley, 1984 Sugiyono, 2004). Kesembilan hubungan semantik tersebut adalah strict inclusion (jenis), spatial (ruang), cause effect (sebab akibat), rational (rational), location for action (lokasi untuk melakukan sesuatu), function (fungsi), means-end (cara mencapai tujuan), sequence (urutan), dan attribution (atribut). Pada tabel 3.2 terdapat contoh analisis hubungan semantik untuk jenjang dan jenis pendidikan. Untuk memudahkan dalam melakukan analisis domain terhadap data yang telah terkumpul dari observasi, pengamatan dan komunikasi, sebaiknya digunakan lembaran kerja analisis domian (domian analysis worksheeet), seperti pada contoh Tabel 3.2 (diadaptasi dari Sugiyono, 2010; Bungin (ed), 2010). Tabel 3.2 Contoh Analisis Hubungan Semantik Pendidikan Kejuruan No 1 Hubungan Semantik Jenis Bentuk Hubungan X adalah jenis dari Y 2 Ruang X adalah tempat Y 3 Sebab akibat X adalah akibat dari Y 4 Rasional X adalah alasan dari Y 5 Lokasi untuk melakukan sesuatu X merupakan tempat berlangsungnya Y 6 Cara mencapai tujuan X merupakan cara untuk mencapai atau melakukan Y 7 Fungsi X digunakan untuk fungsi Y 8 Urutan/Tahap X merupakan tahap dala/setelah Y 9 Atibut/karakt eristik X merupakan karakteristik Y Contoh SMK adalah jenis pendidikasn kejuruan; Tukang batu adalah sejenis tenaga kasar Bengkel adalah tempat praktik siswa SMK; Komputer adalah bagian dari ruang komputer Masuk sekolah kejuruan karena ingin segera dapat bekerja; Menangis sebagai akibat dari perasaan yang sedih Kemiskinan merupakan alasan seorang mencuri Laboratorium merupakan tempat untuk pengujian bahan; Kampus merupakan tempat berlangsungnya perkuliahan Belajar rajin dan tekun merupakan cara untuk mencapai sukses; Bekerja merupakan cara untuk memperoleh uang LCD digunakan guru sebagai media pembelajaran teknik; Komputer digunakan untuk menyimpabn file Belajar praktik dengan mesin konvensional dulu, sebelum belajar dengan mesin yang dikendalikan komputer; Pernikahan merupakan tahap kehidupan berumah tangga Karakteristik sekolah kejuruan adalah adanya bengkel untuk tempat praktik Mobil mewah merupakan atribut dari kekayaan seseorang Dalam hubungan bagaimana peneliti menggunakan teknik analisis domain, Spradley dalam Bungin (ed), (2010) mengemukakan langkah-langkah yang saling berhubungan, sebagai berikut. 1) memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar informasi atau fakta yang tersedia dalam catatan harian peneliti di lapangan, 2) menyiapkan kerja analisis domain, 3) memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian peneliti di lapangan, 4) mencari konsep-konsep insduk dan ketegori-kategori simbolis dari domain tertentu yang sesuai dengan suatu pola hubungan semantik, 5) setiap pertanyaan-pertanyaan struktural diperuntukkan untuk setiap domain, 6) membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang ada. Tabel 3.3 Contoh Lembaran Analisis Domain Pendidikan No Included term/rincian domain 1 Pendidikan Penelitian Pengabdian Masyarakat 2 Ruang kantor Ruang kelas teori Ruang bengkel Ruang laboratorium 3 Mahasiswa mengeluh Para dosen protes Mahasiswa demontrasi 4 Dosen memiliki sertifikat kompetensi Alat-alat pembelajaran lengkap Sistem evaluasi belajar diperbaiki 5 6 7 8 9 Di kelas Di industri Di laboratorium Di Bengkel Mengikuti kursus Belajar tekun Jarang membolos kuliah Komputer Printer Flash disk Membayar SPP Perwalian Melaksanakan kuliah Ujian akhir Sarjana Pendidikan Sarjana Teknik Sarjana Sosial Sarjana Hukum Hubungan semantik Cover term/domain adalah jenis dari Tugas perguruan tinggi adalah tempat Jenis ruang yang ada pada institusi pendidikan teknik adalah sebab dari Kepemimpinan yang otoriter lokasi melakukan pekerjaan Universitas melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) Tempat belajar mahasiswa Fakultas Teknik adalah cara Mencapai prestasi belajar digunakan untuk Mengerjakan tugastugas kuliah rasional/alasan merupakan urutan dalam adalah atribut Administrasi perkuliahan Atribut/gelar dari lulusan Perguruan Tinggi jenjang S1 b. Analisis Taksonomik (Taxonomic Analysis) Analisis taksonomik merupakan analisis terhadap keseluruhan data yang terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan. Domain yang telah ditetapkan menjadi cover term yang oleh peneliti dapat diurai secara lebih rinci dan mendalam melalui analisis taksonomi ini. Dengan demikian, analisis taksonomik terfokus pada domain-domain tertentu, kemudian memilih domain tersebut menjadi su-sub domain serta bagian-bagian yang lebih khusus dan rinci yang umumnya merupakan rumpun yang memiliki kesamaan. Dibanding dengan analisis domain, analisis taksonomik akan menghasilkan hasil analisis yang terbatas pada satu domain tersebut pula. Pada setiap penelitian, domain yang muncul akan memiliki dua sifat, yaitu domain superior dan domain inferior. Domain superior adalah domian yang amat penting sekaligus mendominasi hampir keseluruhan deskripsi tujuan penelitian. Selain itu, domain ini adalah domain yang subur yang dapat menghasilkan pilahan-pilahan sub-domain yang banyak dan dari pilahan-pilahan akan dapat dikembangkan pilahan baru yang subur pula. Sedangkan domain inferior adalah domain yang tidak terlalu penting, tidak subur sekaligus kurang dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan analisis-analisis berikutnya. Pemilihan domain yang akan menjadi fokus analisis, ditentukan oleh seberapa besar peranan domain tersebut dapat menjelaskan lebih banyak tentang penelitian yang sedang dilakukan. Dominasi sebuah domain terhadap deskripsi penelitian tertentu menjadi pertimbangan peneliti. Bungin (ed), (2010) memberikan contoh dalam menganalisis kehidupan prostitusi di Surabaya yaitu dengan mendasarkan pada domain yang muncul, kemudian memfokuskan perhatian pada beberapa domain yang dipandang berguna, penting dan subur untuk mendeskripsikan sasaran penelitian. Fokus pada dua domain (tempat dan klasifikasi prostitusi) kemudian akan bermunculan sub-sub domain yang banyak dan terfokus pada pilahan analisis yang spesifik dan mendalam. Tabel 3.4 menunjukkan perbedaan wilayah analisis domian dan analisis taksonomik. Tabel 3.4 Penelitian Dunia Pelacuran di Surabaya Analisis Domain Analisis Taksonomik Bebas (panggilan) Tempat prostitusi disediakan Tempat pendidikan Kelas sosial reseptionis makelar telepon teman tukang becak sopir taxi penjual obat/rokok hotel restoran night club panti pijat salon kecantikan warung kopi kaki lima jalanan di lokasi Perguruan tinggi SMA/SMK SMP SD/tidak sekolah Mahal Sedang Murah Penyimpangan seksual Biologis Hyper seksual Emosional Balas dendam Pelampiasan Mencari perlindan Pemuasan Motivasi Kebutuhan ekonomi Domain berikutnya Taksomi berikutnya Sumber : Bungin (ed) 2010 Hasil analisis taksonomik dapat disajikan dalam bentuk diagram. Terdapat beberapa model diagram yang umum dipakai, seperti diagram kotak, diagram garis dan simpul, garisgaris dan simpul, dan sebagainya. Contoh tipe/bentuknya seperti pada Tabale 3.5 berikut. Tabel 3.5 Diagram Kotak Cover Term B C A 1 a 2 3 D 1 2 3 4 b Sebagai contoh kalau domain yang menjadi fokus penelitian adalah jenjang pendidikan formal, maka melalui analisis taksonomi untuk pendidikan dasar akan terdiri atas sekolah dasar (SD/MI) dan Sekolah Lanjutan Pertama (SMP/MTs), selanjutnya untuk jenjang pendidikan menengah terdiri atas SMA/MA dan SMK/MAK. Sedangkan pendidikan tinggi terdiri atas Akademi, Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas. c. Analisis Komponensial (Componential Analysis) Tenik analisis komponensial secara keseluruhan memiliki kesamaan kerja dengan teknik analisis taksonomik. Pada analisis komponensial, yang dicari untuk diorganisasikan dalam domain bukanlah keserupaan dalam domain, tetapi justru yang memiliki perbedaan atau kontras. Data ini dicari melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang terseleksi. Dengan teknik pengumpulan data yang bersifat triangulasi tersebut, sejumlah dimensi yang spesifik dan berbeda pada setiap elemen akan dapat ditemukan. Konsekuensinya, bahwa analisis komponensial baru layak dilakukan kalau seluruh kegiatan observasi, wawancara dan dokumentasi yang berulang-ulang telah memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan yang diterapkan dalam penelitian. Kegiatan analisis seperti yang dikemukakan Bungin (ed), (2010) dapat dimulai dengan menggunakan beberapa tahap berikut ini. 1) Tahap penggelaran hasil observasi dan wawancara yaitu menggelar hasil observasi dan wawancara yang dilakukan berkali-kali dalam lembaran-lembaran yang mudah dibaca. Pada tahap ini peneliti telah dapat melakukan editing terbatas pada data tersebut. 2) Tahap pemilahan hasil obervasi dan wawancara, yaitu kegiatan pemilahan terhadap hasil penjaringan data. Artinya hasil wawancara dan obervasi tersebut dipilah menurut domain dan atau sub-domain tanpa harus mempersoalkan dari elemen mana sub-sub domain itu berasal. 3) Tahap menemukan elemen-elemen kontras, yaitu peneliti membuat tabel tertentu yang dipakai untuk mencari dan menempatkan pilahan sub-domian yang telah ditenukan ekemen kontras Sebagai contoh, dalam analisis taksonomik telah ditemukan berbagai jenjang dan jenis pendidikan. Berdasarkan jenjang dan jenis pendidikan tersebut, selanjutnya dicari elemen yang spesifik dan kontras pada tujuan sekolah, kurikulum, peserta didik, tenaga kependidikasn dan sistem manajemennya. d. Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themes) Para peneliti, pada umumnya menyepakati bahwa analisis domain, taksonomik, dan komponensial, serta tema kultural adalah teknik-teknik analisis yang apabila dihubunghubungkan akan menjadi cerobong asap dengan bagian dan sifat kegunaan masing-masing. Artinya, analisis domain berada di puncak cerobong, analisis taksonomik dan komponensial berada di bagian tengah, dan analisis tema kultural berada di dasar cerobong (Bungin, 2010). Analisis tema merupakan upaya mencari benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada (Faisal, 1990). Dengan ditemukan benang merah dari hasil analisis domain, taksonomi, dan komponensial tersebut, maka selanjutnya akan dapat tersusun suatu konstruksi bangunan situasi sosial/objek penelitian yang sebelumnya masih gelap atau remang-remang dan setelah dilakukan penelitian, maka menjadi lebih terang dan jelas. Analisis data kualitatif pada dasarnya adalah ingin memahami situasi sosial (objek penelitian dalam penelitian kuantitatif) menjadi bagian-bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannnya dengan keseluruhan. Ibaratnya seorang peneliti archeologi, menemukan batubatu pondasi, tiang-tiang, pintu, kerangka atap, genting dan akhirnya dapat dikonstruksi menjadi rumah jenis tertentu, sehingga rumah tersebut dapat diberi nama. Inti analisis tema kultural adalah bagaimana peneliti mampu mengkonstruksi barang yang berserakan menjadi rumah, dan rumah itu jenis rumah apa. Misalnya, itu adalah jenis rumah pedagang lembu. Dengan demikian, tema budayanya adalah: Rumah Pedagang Lembu. Berdasarkan contoh-contoh analisis data, peneliti kualitatif pada umumnya menggunakan prosedur yang umum dan langkah-langkah khusus dalam analisis data tersebut. Cara yang ideal adalah dengan mencampurkan prosedur umum tersebut dengan langkahlangkah khusus. Ringkasan proses analisis data dapat digambarkan oleh Creswell (2009) seperti terlihat pada Gambar 3.7. Gambar 3.7 mengilustrasikan pendekatan linier dan hierarkis yang dibangun dari bawah ke atas, yang lebih detail rincian langkah-langkah analisis itu sebagaimana dirinci oleh Creswell (2009) adalah sebagai berikut. Langkah pertama yaitu mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini melibatkan transkripsi wawancara, men-scanning materi, mengetik data lapangan, atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi. Langkah kedua yaitu membaca keseluruhan data, dengan cara membangun general sense atas informasi yang diperoleh dan merefleksikan maknanya secara keseluruhn. Gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan partisipan, bagaimana nada gagasan-gagasan tersebut, bagaimana kesan dari kedalaman, kredibilitas, dan penuturan informasi itu? Dengan demikian, pada tahap ini peneliti dapat saja menulis catatan-catatan khusus atau gagasangagasan umum tentang data yang diperolah. Langkah ketiga yaitu menganalisis lebih detail dengan meng-coding data. Coding merupakan proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya. Peneliti dalam langkah ini melibatkan beberapa tahap yaitu mengambil data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses pengumpulan, mensegmentasi kalimat-kalimat (paragraf-paragraf) atau gambar-gambar tersebut ke dalam kategori-kategori, kemudian melabeli kategori-kategori ini dengan istilah-istilah khusus yang seringkali didasarkan pada istilah/bahasa yang benar-benara berasal dari partisipan (disebut istilah in vivo). Langkah keempat yaitu menerapkan proses coding dengan maksud untuk mendeskripsikan latar, orang-orang, kategori-kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis. Deskripsi ini melibatkan usaha peyampaian informasi secara lebih rinci mengenai orangorang, lokasi-lokasi, atau peristiwa-peristiwa dalam latar tertentu. Peneliti dapat membuat kode-kode untuk mendeskripsikan semua informasi ini, lalu menganalisisnya untuk proyek studi kasus, etnografi, atau penelitian naratif. Setelah itu, terapkanlah proses coding untuk membuat sejumlah kecil tema atau kategori. Tema-tema inilah yang biasanya menjadi hasil utama penelitian, dan seringkali tema-tema ini digunakan untuk membuat judul dalam hasil penelitian. Langkah kelima yaitu menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali dalam narasi/laporan kualitatif. Pendekatan yang paling populer adalah dengan menerapkan pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil analisis. Pendekatan ini bisa mencakupi pembahasan tentang kronologi peristiwa, tema-tema tertentu (lengkap dengan subtema-subtema, ilustrasi-ilustrasi khusus, perspektif-perspektif, dan kutipan-kutipan), atau tentang keterhubungan antartema. Para peneliti juga dapat menggunakan visual-visual, gambar-gambar, atau label-label untuk membantu menyajikan pembahasan ini. Para peneliti juga dapat menyajikan suatu proses (sebagaimana dalam grounded theory), menggambarkan secara spesifik lokasi penelitian (sebagaimana dalam etnografi), atau memberikan informasi deskriptif tentang partisipan dalam sebuah tabel (sebagaimana dalam studi kasus dan etnografi). Langkah keenam yaitu menginterpretasi atau memaknai data, mengungkap esensi dari suatu gagasan. Langkah ini berupa interpretasi pribadi peneliti, dengan berpijak pada kenyataan bahwa peneliti membawa kebudayaan, sejarah, dan pengalaman pribadinya ke dalam penelitian. Interpretasi juga dapat berupa makna yang berasal dari literatur atau teori. Dalam hal ini peneliti menegaskan apakah hasil penelitiannya membenarkan atau justru menyangkal informasi sebelumnya. Interpretasi/pemaknaan ini juga dapat berupa pertanyaanpertanyaan baru dari data dan analisis yang perlu dijawab selanjutnya. Menginterpretasi tema-tema/ deskripsi-deskripsi Menghubungkan tema-tema/ deskripsi-deskripsi (seperti, grounded theory, studi kasus) Tema-tema Menvalidasi keakuratan informasi Deskripsi Men-coding data (tangan atau komputer) Membaca keseluruhan data Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis Data mentah (transkripsi, data lapangan, gambar, dan sebagainya) Sumber: Creswell (2009: 185) Gambar 3.7 Langkah-langkah Analisis Data e. Analisis Wacana Analisis wacana merupakan salah satu cara mempelajari makna pesan sebagai alternatif lain akibat dari keterbatasan analisis isi (Bungin, ed. 2010). Keterbatasan dimaksud adalah bahwa pertama, analisis konvensional pada umumnya hanya dapat digunakan untuk mengurai muatan teks komunikasi yang bersifat nyata (manifest), sedangkan analisis wacana memiliki tekanan untuk memfokuskan pada pesan yang tersembunyi (laten). Oleh karena itu yang menjadi perhatian bukan pesan melainkan juga makna. Fokus pada analisis wacana yaitu pada muatan, nuansa, dan konstruksi makna yang laten dalam teks komunikasi (Eriyanto, 2000). Kedua, analisis isi hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan seseorang (what)” tetapi tidak dapat menyelidiki “bagaimana seseotang mengatakannya (how)”. Analisis wacana memandang teks sebagai suatu kesatuan isi. Dalam kenyataannya yang penting bukan apa yang dikatakan oleh seseorang tetapi bagainana dan dengan cara apa yang diucapkan atau dianggap penting oleh komunikator, tetapi juga bagaimana cara komunikator mengungkapnya. Dalam rumusan yang hampir sama, Berger dalam Irawanto (1999) menyebut adanya sejumlah kelemahan dalam metode analisis isi konvensional. Pertama, sulit menentukan bahwa sampel yang diteliti benar-benar reprensentatif. Kedua, kadangkala sulit untuk mendapatkan definisi yang operasional dari topik yang diteliti. Ketiga, tidak mudah menemukan unit pengukuran bagi semacam frame dalam artikel surat kabar/majalah. Analisis wacana dapat dikategorikan sebagai kelompok metode beraliran kritis dalam penelitian komunikasi. Hal ini bercirikan, pertama karena menekankan pada unsur-unsur filosofis komunikasi. Pertanyaan-pertanyaan yang sering dikemukakan oleh kaum kritis adalah siapa yang mengontrol arus komunikasi; ideologi apa yang ada dibalik media? Kedua, aliran kritis melihat struktur sosial sebagai konteks yang sangat menentukan realitas, proses, dan dinamika komunikasi manusia. Ketiga, aliran kritis lebih memusatkan perhatiannya pada siapa yang mengendalikan komunikasi. Aliran ini beranggapan bahwa komunikasi hanya dimanfaatkan oleh kelas yang berkuasa, baik untuk mempertahankan kekuasaannya maupun untuk merepresi pihak-pihak yang menentangnya. Keempat, aliran kritis sangat yakin dengan anggapan bahwa teori komunikasi manusia, khususnya teori-teori komunikasi massa, tidak mungkin akan dapat menjelaskan realitas secara utuh dan kritis apabila ia mengabaikan teoriteori tentang masyarakat. Oleh karena itu, teori komunikasi massa harus selalu berdampingan dengan teori-teori sosial. Analisis wacana juga termasuk dalam pendekatan konstruksionisme. Fokus pendekatan ini adalah bagaimana pesan politik dibuat/diciptakan oleh komunikator dan bagaimana pesan itu secara aktif ditafsirkan oleh individu sebagai penerima. Karakteristik pendekatan konstruksionis, pertama pendekatan ini menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas politik. Kedua, pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang terus menerus dan dinamis. Pendekatan ini tidak melihat media sebagai faktor penting, karena media itu sendiri bukanlah sesuatu yang netral. Dari sisi sumber (komunikator), pendekatan konstruksionis memeriksa pembentukan bagaimana pesan ditampilkan dan dalam sisi penerima (komunikan) ia memeriksa bagaimana kontruksi makna individu ketika menerima pesan. Analisis wacana secara teoretis tidak dapat dipisahkan dengan pendekatan interaksi simbolis, karena prinsip yang melandasi filsafatnya dan pendekatan metodologisnya sama. Konsep interaksi simbolik bertolak dari tujuh proposisi dasar yaitu bahwa (1) perilaku manusia itu mempunyai makna di balik yang menggejala, sehingga diperlukan metode untuk mengungkap perilaku terselubung, (2) pemaknaan kemanusiaan perlu dicari sumbernya pada interaksi sosial manusia, (3) masyarakat manusia itu merupakan proses yang berkembang holistik, tak terpisah, tidak linier, dan tidak terduga, (4) prilaku manusia itu berlaku berdasar penafsiran phenomenologik, berlangsung atas maksud, pemaknaan dan tujuan, bukan berdasar atas proses mekanik dan otomatik, (5) konsep mental manusia berkembang dialektik, mengakui ada tesis, antitesis, dan sintesis, (6) perilaku manusia itu wajar dan konstruktif kreatif, bukan elementar-reaktif, dan (7) metode introspeksi simphatetik dengan menekankan pada pendekatan intuitif perlu digunakan untuk menangkap makna (Muhadjir, 1998). Sekali lagi, analisis wacana merupakan salah satu cara mempelajari makna pesan, oleh karena itu agar dapat mengungkap makna pesan perlu dibedakan beberapa pengertian antara terjemah atau translation, tafsir atau interpretasi, ekstrapolasi, dan pemaknaan atau meaning. Terjemah merupakan upaya mengemukakan materi atau substansi yang sama dengan media yang berbeda. Pada penafsiran, dengan tetap berpegang pada metri yang ada, dicari latar belakangnya, konteksnya agar dapat dikemukakan konsep atau gagasan lebih jelas. Ekstrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir manusia untuk menangkap hal di balik yang tersajikan. Sedang memberikan makna merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih menuntut kemampuan integratif manusia: indra, daya pikir, dan akal budi. Nimmo dalam Bungin (ed), (2010) menjelaskan bahwa dalam kegiatan simbolik orang menginterpretasikan objek-objek dengan cara-cara yang bermakna, dan dengan demikian membentuk citra mental tentang objek-objek itu. Terdapat tiga unsur primer dalam pembicaraan yaitu lambang, hal yang dilambangkan/rujukan, interpretasi yang menciptakan lambang yang bermakna. Hubungan ketiganya seperti terlukiskan pada Gambar 3.8. Kedua garis dalam Gambar 3.8 segi tiga itu menunjukkan bahwa ada hubungan langsung di antara, pikiran atau interpretasi dengan suatu rujukan dan di antara interpretasi dan lambang. Namun di antara lambang dan rujukan hubungan itu tidak langsung, Hal ini mengingatkan bahwa lambang bukanlah representasi langsung dari objek; tanpa pikiran aktif manusia, lambang itu sama sekali tidak bermakna. Interpretasi Melambangkan Mengacu kepada (hubunggan langsung) (hubungan langsung yang lain) Lambang Rujukan Mewakili (hubungan tak langsung yang dipertalikan) Sumber diadaptasi Ogdan dan Richard dalam Bungin, 2010 Gambar 3.8 Hubungan Lambang, Rujukan dan Interpretasi Analisis wacana adalah jalan keluar untuk mengetahui makna yang tersembunyi dalam lambang-lambang metode. Adapun salah satu analisis wacana yang dapat dipakai adalah model yang dikembangkan oleh Teun A. Van Dijk dalam Eriyanto (2000). Digambarkan oleh van Dijk, bahwa suatu wacana terdiri atas berbagai struktur/tingkatan, yang masing-masing bagian saling mendukung. Struktur yang ada dalam analisis wacana terdiri atas tiga tingkatan yaitu (1) struktur makro yang merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik dari suatu teks, (2) superstruktur adalah kerangka suatu teks, bagaimana struktur teks dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh, dan (3) struktur mikro adalah makna yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai, dan sebagainya. Struktur wacana adalah cara yang efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seseorang menyampaikan pesan. Struktur wacana juga berguna untuk mengetahui strategi komunikasi dalam mencapai tujuan politiknya. Dengan demikian, wacana di sini dipahami sebagai politik berkomunikasi, sehingga perlu diselidiki makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari suatu pernyataan. Komunikator sangat sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Dalam hal ini, komunikator memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana, termasuk maksud yang tidak transparan dan memerlukan interpretasi. Bahasa dan wacana diatur dan dihidupkan oleh pengucapan-pengucapan yang bertujuan, setiap pertanyaan adalah tindakan penciptaan makna (Eriyanto, 2000). Setiap elemen struktur wacana dapat digunakan untuk menganalisis segala bentuk teks. Walaupun struktur wacana terdiri atas beberapa elemen, tetapi semua elemen itu merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mendukung antara elemen satu dengan elemen lainnya. Tetapi untuk kepentingan penelitian tertentu, tidak perlu semua elemen struktur wacana diamati, satu elemen saja dari struktutr wacana sudah dapat digunakan untuk menganalisis sebuah teks, misalnya mengamati bidang semantik. Semantik merupakan studi tentang makna yang dimiliki objek bagi orang berpikir dan menanggapi, dan bukan pencarian definisi kata yang intrinsik dan universal (Nimmo, 1993), seperti studi linguistik konvensional, makna kata dihubungkan dengan arti yang terdapat dalam kamus. Semantik dalam skema van Dijk dikategorikan makna lokal (local meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antara kalimat, hubungan antara proposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Tetapi semantik tidak hanya mendefinisikan bagian kalimat mana yang penting dari struktur wacana, lebih dari itu mengiring ke arah sisi tertentu dari suatu peristiwa (Eriyanto, 2000). Semua strategi semantik selalau dimaksudkan untuk menggambarkan diri sendiri atau kelompok sendiri secara positif, sebaliknya menggambarkan kelompok lain secara buruk sehingga menghasilkan makna yang berlainan. Kebaikan atau hala-hal positif mengenai diri sendiri digambarkan dengan detail, eksplisit, langsung dan jelas. Sebaliknya ketika menggambarkan kebaikan kelompok lain disajikan dengan detail pendek, implisit dan samarsamar. Untuk lebih jelasnya, maka masing-masing elemen wacana semantik, seperti latar, detail, ilustrasi, maksud, pengandaian, dan penalatan, Eriyanto (2000) menjelaskan sebagai berikut. (1) Latar merupakan elemen wacana yang dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Misal dalam perselisihan politik, seseorang berusaha mempertahankan pendapat kelompok dan menyerang argumentasi pihak lawan. (2) Detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (komunikator). Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit kalau hal itu merugikan argumentasinya. (3) Ilustrasi dan maksud, sebenarnya hampir mirip dengan detail, perbedaan terletak pada penyertaan contoh untuk ilustrasi. Sedangkan elemen maksud melihat apakah teks itu disampaikan secara eksplisit atau tidak, apakah fakta disajikan secara telanjang atau tidak. Tujuan akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator. (4) Pengandaian dan penalaran adalah strategi yang dapat memberi citra tertentu ketika diterima khalayak. Pengandaian hadir dengan memberi pernyataan yang dipandang terpercaya dan karenanya tidak perlu dipertanyakan. Dalam hal ini elemen pengandaian hampir mirip dengan penalar, yang digunakan untuk memberi dasar rasional, sehingga teks yang disajikan komunikator tampak benar dan meyakinkan. M. Penyusunan Proposal Penelitian Proposal penelitian dalam penelitian kualitatif diibaratkan seseorang akan merencanakan piknik, yang direncanakan baru tempat-tempat yang akan dikunjungi, dan apa yang ingin diketahui lebih dalam dari tempat tersebut akan tergantung pada situasi setelah seseorang berada di tempat piknik tersebut. Hal ini menunjuk bahwa proposal penelitian kualitatif berisi garis-garis besar, bersifat umum dan sementara tentang rencana yang mungkin akan dilakukan. Komponen dan sistematika penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Setelah di lapangan mungkin masalah, fokus, teori, teknik pengumpulan data, analisis data, bahkan judul penelitian bisa berubah. Komponen dalam proposal tersebut secara garis besar terdiri atas pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, jadwal penelitian, organisasi penelitian, dan biaya penelitian. Secara keseluruhan, sebuah proposal penelitian dibentuk oleh beberapa argumentasi utama. Maxwell dalam Creswell (2009) mengemukakan sembilan argumentasi yang perlu diperhatikan peneliti untuk menulis proposal penelitian. Kesembilan pertanyaan tersebut, jika disajikan secara tepat dalam satu bagian proposal, akan membentuk fondasi penelitian yang baik dan sangat membantu proses penyusunan proposal secara keseluruhan. Kesembilan pertanyaan adalah sebagai berikut. 1) Apa yang dibutuhkan pembaca untuk memahami topik Anda dengan lebih mudah? 2) Apa yang sudah sedikit-banyak diketahui pembaca mengenai topik Anda? 3) Apa yang Anda harapkan dari penelitian Anda? 4) Rancangan seperti apa dan siapa saja orang-orang yang ingin Anda teliti? 5) Metode-metode apa yang ingin Anda gunakan untuk menyajikan data? 6) Bagaimana Anda akan menganalisis data? 7) Bagaimana Anda akan memvalidasi penemuan-penemuan Anda? 8) Masalah-masalah etis apa saja yang akan anda sajikan? 9) Apa hasil-hasil sementara sudah mnunjukkan bahwa penelitian yang Anda ajukan ini bermanfaat dan bisa diterapkan? Creswell (2009: 74-76) menawarkan dua model alternatif format proposal yaitu (1) format yang didasarkan pada perspektif kontruktivis/interpretivis, (2) format yang didasarkan pada perspektif advokasi/partisipatoris. Format Konstruktivis/Interpretivis Pendahuluan Latar belakang masalah (mencakup literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah tersebut dan pentingnya penelitian) Tujuan penelitian dan batasan masalah Rumusan masalah Prosedur-Prosedur Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitataif Strategi penelitian kualitatif Peran peneliti Prosedur-prosedur pengumpulan data Strategi-strategi memvalidasi hasil penelitian Susunan naratif penelitian Masalah-masalah etis yang mungkin muncul Hasil-hasil sementara (jika ada) Keluaran yang diharapkan Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan anggaran yang diajukan Berdasarkan contoh tersebut, peneliti hanya menyertakan dua bagian utama dalam proposal penelitian yang diajukan, yaitu pendahuluan dan prosedur-prosedur penelitian. Tinjuan pustaka atau landasan teoretis dapat saja dikemukakan, tetapi bersifat opsional, sebab tinjauan pustaka dapat dimasukkan pada akhir penelitian atau bagian outcomes yang diharapkan. Walaupun demikian, jika diperhatikan dengan saksama, bahwa format yang ditawarkan, baik format konstruktivis/interpretivis kualitatif maupun format advokasi/partisipatoris kualitatif sudah terlihat secara jelas masalah yang akan diteliti, tujuan dan masalah penelitian, serta literatur yang terkait dengan masalah penelitian tersebut. Demikina juga arah penelitian, langkah-langkah apa dan bagaimana penelitian itu akan dilakukan sudah sangat operasional. Dengan proposal seperti itu, peneliti sudah memiliki arah yang jelas ketika akan terjun ke lapangan. Format Advokasi/Partisipatoris Pendahuluan Latar belakang masalah (meliputi isu-isu advokasi/partisipatoris yang akan dieksplorasi, literatur-literatur yang berhubungan dengan isu tersebut, dan pentingnya penelitian) Tujuan penelitian dan batasan masalah Rumusan masalah Prosedur-Prosedur Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif Strategi penelitian kualitatif Peran peneliti Prosedur-prosedur pengumpulan data (meliputi pendekatan-pendekatan pengumpulan data secara kolaboratif bersama para partisipan) Prosedur pencatatan/perekaman data Prosedur analisis data Strategi-strategi memvalidasi hasil penelitian Susunan Naratif Masalah-masalah etis yang mungkin muncul Pentingnya penelitian Hasil-hasil sementara (jika ada) Perubahan-perubahan advokasi/partisipatoris yang diharapkan Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan anggaran yang diajukan Memperhatikan dua contoh tersebut, pengalaman peneliti maupun contoh-contoh proposal penelitian kualitatif baik untuk tugas akhir, tesis maupun disertasi, komponen dalam proposal penelitian kualitataif dapat disusun ke dalam sistematika proposal sebagai berikut. SISTEMATIKA PROPOSAL PENELITIAN I. PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (latar belakang dan alasan) B. Fokus Penelitian C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian II. LANDASAN TEORETIK DAN KERANGKA BERPIKIR A. ................................................. B. .................................................. C. ................................................. III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Tempat Penelitian C. Sumber Data Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data E. Teknik Analisis Data F. Rencana Pengujian Keabsahan Data IV. JADWAL PENELITIAN V. ORGANISASI PELAKSANA PENELITIAN VI. BIAYA PENELITIAN N. Menyusun Laporan Penelitian Menyusun laporan merupakan tugas akhir dari proses penelitian. Dalam hal ini, ketika menuyusun laporan, peneliti sebaiknya berperan sebagai pembaca, sehingga laporan penelitian yang dibaca dapat dinilai, apakah sudah baik atau belum. Laporan penelitian sebaiknya dibuat bertahap, tahap pertama berupa lapotan pendahuluan dan tahap kedua berupa laporan akhir. Laporan pendahuluan ini sifatnya adalah draf yang masih perlu disempurnakan. Penyempurnaan dilakukan dengan cara menyeminarkan hasil penelitian, atau mengkonsultasikan pada ahli/pembimbing. Dengan cara tersebut, maka kekurangankekurangan yang terdapat pada pola laporasn penelitian akan dapat diperbaiki. Laporan penelitian adalah laporan ilmiah, untuk hal ini maka laporan dibuat secara sistematis dan logis pada setiap bagian, sehingga pembaca mudah memahami langkahlangkah yang telah ditempuh selama proses penelitian. Oleh karena itu, laporan penelitian harus dibuat jelas dan rinci, supaya mudah diuji dependability (reliabilitas) dengan audit trail dan memiliki nilai transferability (dipakai oleh pihak lain, karena jelas dan mudah dipahami). Laporan penelitian berkenaan dengan semua aktivitas yang dilakukasn dalam penelitian, pada saat sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan sampai tercapainya hasil penelitian yang telah diuji kredibilitas dan dependabilitasnya. Terdapat banyak versi tentang format penulisan laporan (begitu juga penulisan proposal penelitian). Bagian ini tidak bermaksud menyajikan seluruh atau satu persatu versi yang ada, tetapi hanya mencoba menawarkan sebuah model format saja yang lebih merupakan modifikasi dari berbagai versi yang dikemukakan oleh para ahli dan penulis metodologi penelitian. Berikut ini adalah format penulisan laporan penelitian (sebuah alternatif) yang ditawarkan dalam buku ini. JUDUL ABSTRAK PRAKATA UCAPAN-UCAPAN PENGHARGAAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (latar belakang dan alasan) B. Fokus Penelitian C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Landasan Teoretis/Kajian Pustaka dan Kerangka Berpikir G. Metode Penelitian BAB II GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN (misalnya historis, geografis, sosial budaya, dan sebagainya) BAB III BAB IV BAB V, dst berisi temuan penelitian dan pembahasan, judul bab menyesuaikan dengan temuan penelitian BAB (terakhir) SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN Judul, seperti yang tertulis pada sampul depan dan halaman awal laporan penelitian hendaknya ditulis singkat dan jelas yang menggambarkan fenomena dan fokus kajian penelitian. Penulisan judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran yang bermacammacam, tidak bias makna. Judul boleh saja mengalami perubahan format (dari apa yang tertulis pada proposal) sebagai pilihan akhir setelah mempertimbangkan temuan-temuan penelitian, Abstrak, ditulis sesingkat mungkin (cukup satu halaman dengan satu spasi) tetapi mencakup keseluruhan apa yang tertulis di dalam laporan penelitian. Komponen yang perlu ada yaitu latar belakang, masalah/tujuan, metode, hasil/simpulan, dan saran. Latar Belakang Latar belakang masalah merupakan pintu masuk bagi peneliti untuk menyingkap kesenjangan yang terjadi antara kebenaran teoretik dengan realitas di lapangan. Latar belakang mencakup isu-isu mendasar yang menunjukkan bahwa tema/topik/judul penelitian tersebut penting dan menarik untuk diteliti. Pada bagian ini dipaparkan discourse theoretic tentang isu-isu penting dan menarik yang menjadi titik perhatian peneliti. Selain itu, diungkap pula isu-isu yang sedang berkembang di dalam realitas yang terkait dengan discourse theoretic tersebut. Pada akhirnya peneliti menemukan peluang untuk melakukan kajian lebih mendalam tentang persoalan tersebut. Discourse theoretic dan realitas di lapangan dilakukan oleh peneliti didasarkan pada hal-hal sebagai berikut. 1. Hasil kajian pustaka, yang berupa kajian dari jurnal, buku, dokumen ilmiah, terbitan berkala, laporan hasil penelitian, abstrak tesis dan disertasi, internet, dan sumber-sumber lain yang relevan. 2. Hasil diskusi dengan pakar, sejawat atau kolegial yang seprofesi. Berdasarkan diskusi yang bersifat formal maupun informal akan membantu peneliti menemukan masalah penelitian. Diskusi bisa dalam bentuk seminar, simposium, diskusi panel, konferensi, lokakarya, dan lainnya. 3. Survei awal atau kajian awal dalam bentuk kajian dokumenter maupun kajian lapangan. 4. Surat kabar, majalah, media elektronik dapat membantu memunculkan ide-ide penelitian. Fokus Penelitian Fokus penelitian meliputi objek/sasaran penelitian, lingkup spasial dan temporal penelitian. Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah persoalan yang perlu dipecahkan atau pertanyaan yang perlu dijawab dengan penelitian. Persoalan itu dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah pernyataan yang menjelaskan keinginan peneliti untuk mendapat jawaban atas pertanyaan yang konsisten dengan perumusan masalah. Pada dasarnya tujuan penelitian memberikan penjelasan tentang sesuatu yang akan diperoleh jika penelitian selesai. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dituliskan. Tujuan penelitian dinyatakan dengan kalimat deklaratif. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah pernyataan tentang tujuan umum penelitian yang konsisten dengan latar belakang masalah. Pernyataan tentang manfaat harus mengandung dua hal yaitu manfaat teoretis dan praktis bagi pihak-pihak yang terkait dengan upaya pemecahan masalah penelitian. Manfaat teoretis (akademis) adalah keguanaan hasil penelitian terhadap pengembangan keilmuan. Manfaat praktis adalah kegunaan hasil penelitian untuk kepentingan masyarakat penggunanya. Landasan Teoretis dan Kerangka Berpikir 1. Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi uraian state of the art penelitian yang didasarkan pada kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian tesis/disertasi yang akan dilakukan. Hasil penelitian terdahulu dapat dirujuk dari jurnal ilmiah (nasional dan internasional), laporan penelitian sebelumnya termasuk tesis/disertasi, buku-buku yang relevan, dan makalah baik cetak maupun elektronik. 2. Landasan Teoretis dan Kajian Pustaka Landasan teoretis berisi discourse theoretic tentang teori-teori yang digunakan sebagai dasar membahas masalah penelitian. Teori menjelaskan hubungan antar variabel. Kristalisasi teori dapat berupa definisi atau proposisi yang menyajikan pandangan tentang hubungan antarvariabel yang disusun secara sistematis dengan tujuan untuk memberikan eksplanasi dan prediksi mengenai suatu fenomena. Teori dalam penelitian kualitatif berfungsi sebagai pisau analisis data. Sementara itu, kajian pustaka menyajikan tentang studi-studi terdahulu dalam konteks fenomena dan masalah yang sama atau serupa. Peneliti perlu meninjau secara kritis data yang sudah ditemukan, analisis-analisis yang sudah ditemukan, faktor-faktor yang belum diperhatikan, kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan logika yang ada, persetujuan atau ketidaksetujuan di antara penelitian-penelitian dan peneliti-peneliti sebelumnya. 3. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan kumpulan konsep-konsep relevan yang terintegrasi dalam satu sistem penjelasan yang berfungsi sebagai hipotesis kerja. Kerangka berpikir digunakan sejak penyusunan metode, pelaksanaan di lapangan, dan pembahasan hasil penelitian. Kerangka berpikir disajikan dalam bentuk uraian dan dapat diperjelas dengan bagan. Metode Penelitian Penyajian metode (bukan metodologi) penelitian haruslah betul-betul menjelaskan teknik yang secara operasional dan riil dipakai sepanjang proses penelitian. Penyajiannya berbeda dengan penyajian dalam rancangan serta berbeda pula dengan apa yang tertulis pada bukubuku teks metode penelitian. 1. Ancangan Penelitian Ancangan penelitian berisi penjelasan mengenai pendekatan penelitian yang digunakan. Peneliti perlu menjelaskan alasan menggunakan pendekatan tersebut. 2. Latar Penelitian Latar penelitian berisi penjelasan tentang lokasi, rentang waktu, dan atau subjek penelitian. Peneliti perlu menjelaskan alasan memilih lokasi, rentang waktu, dan atau subjek penelitian. 3. Data dan Sumber Data Penelitian Data penelitian kualitatif terdiri atas data primer dan data sekunder. Wujud data berupa informasi lisan, tulis, aktivitas, dan kebendaan. Data dapat bersumber dari informan, arsip, dokumen, kenyataan yang berproses, dan artefak. Peneliti perlu menjelaskan alasan menggunakan data dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data berisi tentang cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya wawancara, observasi, studi dokumen. Peneliti perlu menjelaskan alasan menggunakan teknik pengumpulan data penelitian. 5. Keabsahan Data Keabsahan data berisi penjelasan tentang cara peneliti memvalidasi data atau melakukan triangulasi data, misalnya triangulasi metode, sumber, teori, dan peneliti. Peneliti perlu menjelaskan alasan menggunakan teknik triangulasi data penelitian. 6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data berisi tahapan analisis penelitian, misalnya dalam teknik analisis interaktif terdiri atas sajian data, reduksi data, dan penarikan simpulan. Peneliti perlu menjelaskan alasan menggunakan teknik analisis data. GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN Bagian ini berisi uraian tentang situasi latar penelitian berdasarkan karakter subjek penelitian. Karakter subjek misalnya deskripsi lingkungan geografi, realitas sejarah, konstelasi nilai budaya, kondisi ekonomi, politik, dan pemerintahan. Gambaran umum latar ini menjadi pijakan awal dalam uraian bagian inti berikutnya. BAB III, IV, V, dan seterusnya Bagian ini berisi uraian tentang temuan penelitian dan pembahasan. Temuan memuat deskripsi data. Pembahasan berisi dialog antara data dengan konsep dan teori yang dikembangkan. Deskripsi data dan pembahasan dapat ditulis dalam satu bab ataupun dipisah. Judul bab menyesuaikan dengan temuan penelitian. BAB (terakhir) SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Simpulan Bagian ini merupakan jawaban dari permasalahan penelitian. Simpulan menyajikan aspek inti dari temuan penelitian serta pemaknaannya. Simpulan disajikan dalam paragraf secara padat sesuai urutan fokus kajian dan temuan penelitian atau dengan mengikuti logika piramida terbalik. Artinya dari atas ke bawah mengerucut semakin tajam. Simpulan dalam laporan penelitisan harus jelas dan tegas sosok tubuhnya. Implikasi Implikasi berisi konsekuensi logis dari simpulan penelitian. Saran Saran diajukan berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian, yang muncul dari temuan penelitian. Saran harus operasional dan jelas siapa yang menjadi sasarannya. DAFTAR PUSTAKA Bahan pustaka berisi semua sumber rujukan (buku, jurnal, majalah, surat kabar, dokumen) yang diacu sebagai referensi dalam penelitian. Artinya bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar pustaka. Sebaliknya semua pustaka yang disebutkan dalam teks harus dicantumkan dalam daftar pustaka.