BBLR - Akademi Kebidanan Audi Husada Medan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR) di dunia masih reklatif tinggi.
WHO (2012) mengatakan prevalensi kelahiran BBLR secara umum adalah sekitar
20 juta bayi baru lahir BBLR (15,5%) setiap tahunnya, diantaranya sekitar 96,5%
terjadi di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang
dimana kelahiran BBLR juga masih tinggi. Data Departemen Kesehatan (2004)
ditemukan angka kelahiran BBLR diperkirakan mencapai 350.000 bayi setiap
tahunnya. Jumlah kelahiran BBLR secara nasional adalah 11,5% (Riskesdas,
2007).
Berdasarkan perkiraan organisasi kesehatan dunia World Health
Organization (WHO) pada tahun 2007, di negara berkembang hampir 70% dari 5
juta kematian neonatal dan 17 dari 25 juta persalinan per tahun melahirkan bayi
dengan BBLR (kurang dari 2500 gr). Setiap tahun, diperkirakan sekitar 20 juta
bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Penyebab utamanya dapat karena
lahir sebelum waktunya (prematur) atau gangguan pertumbuhan selama masih
dalam kandungan atau Intra Uterine Growth Retardation (Uhudiyah, 2003).
Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia) dalam seminar orientasi
metode kanguru yang diselenggarakan pada Forum Promosi Kesehatan Indonesia,
bayi premature maupun BBLR terutama dibawah 2000 gr terancam kematian
yang diakibatkan hipotermi (suhu badan dibawah 36,5°C), di samping asfiksia
(kesulitan bernafas) dan infeksi. Diperkirakan kejadian prematur dan BBLR di
1
Indonesia memang makin menurun tetapi masih cukup tinggi yaitu 52% per 100
kelahiran hidup (Uhudiyah, 2003). Angka Kematian Bayi (AKB) di Sumatera
Utara tahun 2014 adalah 5/1000 atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara sejak 2011-2014.
BBLR berkontribusi terhadap kejadian kematian neonatus. Secara statistik
angka kesakitan dan kematian pada masa neonatus di neraga berkembang cukup
tinggi, dengan peneyabab utama kerkaitan dengan BBLR. Survei ekonomi
nasional (SUSENAS) tahun 2005, menunjukkan bahwa BBLR merupakan
penyebab tingginya angka kematian neonatus yaitu sekitar 38,85%. BBLR sangat
banyak mengahadapi masalah-masalah. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
mengatasi berbagai permasalahan pada bayi dengan BBLR yaitu menggunakan
perawatan metode kanguru (PMK) (Merenstein & Garner, 2002).
Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK)
merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan
melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin
contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi.
Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI sehingga
meningkatkan lama dan pemberian AS.
Perawatan Metode Kangguru (PMK) pertama kali diperkenalkan oleh Rey
dan Martinez di Bogota, Columbia, Amerika Latin dan dari penemuan tersebut
akhirnya diketahui bahwa cara skin to skin contact (kontak kulit bayi lansung
kepada ibu/ pengganti ibu) dapat meningkatkan kelansungan hidup bayi terutama
2
yang mengalami BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) atau premature (Uhudiyah,
2003 ).
Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti
incubator dalam perawatan BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain:
merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling
mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan
menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan kehangatan
(menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahkan pemberian ASI,
perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. PMK dapat
menurunkan
kejadian
infeksi,
penyakit
berat,
masalah
menyusui
dan
ketidakpuasan ibu serta meningkatnya hubungan antara ibu dan bayi serta
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Sentuhan kulit ke kulit antara ibu dan bayi akan membuat bayi merasa
hangat seperti di rahim ibu sehingga bayi bisa beradaptasi dengan dunia luar.
Perawatan tersebut terbukti meningkatkan ketahanan hidup bayi, menurunkan
risiko infeksi di rumah sakit, serta infeksi saluran pernapasan bawah. Metode
Kanguru ini sangat berguna untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir
dengan berat badan rendah dan juga menurunkan penggunaan inkubator. Yang
paling penting hubungan kasih sayang ibu dan bayi lebih terjamin.
Pada awalnya, PMK terdiri dari 3 komponen, yaitu : kontak kulit ke kulit
(skin-to-skin contact), pemberian ASI atau breastfeeding, dan dukungan terhadap
ibu (support). Literatur terbaru menambahkan satu komponen lagi sehingga
menjadi terdiri dari 4 komponen, yaitu: kangaroo position, kangaroo nutrition,
3
kangaroo support and kangaroo discharge. Posisi kanguru adalah menempatkan
bayi pada posisi tegakdi dada ibunya, di antara kedua payudara ibu, tanpa busana.
Bayi dibiarkan telanjang hanya mengenakan popok, kaus kaki dan topi sehingga
terjadi kontak kulit bayi dan kulit ibu seluas mungkin. Posisi bayi diamankan
dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan
atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Ujung pengikat tepat berada
di bawah kuping bayi.
Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas
tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan
bayi. Kanguru nutrisi merupakan salah satu manfaat PMK, yaitu meningkatkan
pemberian ASI secara langsung maupun dengan pemberian ASI perah. Kangaroo
support merupakan bentuk bantuan secara fisik maupun emosi, baik dari
tenaga kesehatan maupun keluarganya, agar ibu dapat melakukan PMK untuk
bayinya. Sedangkan kangaroo discharge adalah membiasakan ibu melakukan
PMK sehingga pada saat ibu pulang dengan bayi, ibu tetap dapat melakukan
PMK bahkan melanjutkannya di rumah. Metode ini merupakan salah satu
teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan dapat digunakan apabila fasilitas
untuk perawatan BBLR sangat terbatas. Namun pelaksanaan perawatan metode
kanguru pada BBLR tidak dilakukan, hal ini berhubungan dengan pendidikan ibu
yang kurang dan kurangnya sumber informasi yang didapatkan oleh ibu tentang
perawatan
metode
kanguru
yang
dapat
perkembangan anak yang mengalami BBLR.
4
membantu
pertumbuhan
dan
Mengingat
pentingnya
PMK
terhadap
BBLR,
maka
dibutuhkan
pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan pendidikan konseling
kepada keluarga, agar keluarga mampu melakukan PMK terhadap bayi mereka.
Dari survei awal yang dilakukan oleh peneliti di Desa Hatoguan,
kurangnya pengetahuan tentang penerapan perawatan metode kanguru dilakukan
pada BBLR, hal ini terjadi karena ibu tidak memiliki pendidikan yang tinggi yang
akan berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu dan kurangnya informasi
tentang PMK yang harus dilakukan pada anak dengan BBLR. Dan berdasarkan
wawancara kepada 5 orang ibu yang memiliki anak BBLR diperolah hanya 2
orang (40%) yang mengetahui menerapkan perawatan metode kanguru pada
anaknya dan sebanyak 3 orang (60%) tidak melakukan perawatan metedo
kanguru. Keadaan ini terkait dengan tingkat pendidikan ibu yang bervariasi dan
sumber informasi tang kurang tentang perawatan metode kanguru.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul hubungan pendidikan dan sumber informasi dengan
pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagimana hubungan pendidikan dan sumber informasi
dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan.
5
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pendidikan dan sumber informasi dengan
pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Desa Hatoguan.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pengetahuan tentang
perawatan metode kanguru di Desa Desa Hatoguan.
2. Untuk mengetahui hubungan sumber informasi dengan pengetahuan tentang
perawatan metode kanguru di Desa Desa Hatoguan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang perawatan metode kanguru
dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan selama mengikuti
perkuliahan.
1.4.2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan informasi mengenai pentingnya perawatan metode
kanguru di Desa Hatoguan.
1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi mahasiswa yang akan
melakukan penelitian selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendidikan
2.1.1. Pengertian Pendidikan
Pengertian
Pendidikan
Menurut
Soekidjo
menjelaskan bahwa pendidikan secara umum adalah
Notoatmodjo
(2003),
segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan.
Pengertian Pendidikan menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional (2002), menjelaskan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap
dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik.
Pengertian Pendidikan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 1. menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
2.1.2. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu
7
memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu
yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sedangkan menurut
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berikut adalah Empat Pilar
Pendidikan yaitu:
1. Belajar untuk mengetahui (learning to know)
Semakin luas pengetahuan seseorang, semakin baik ia dapat memahami
berbagai aspek dari lingkungannya. Studi tersebut mendorong rasa ingin tahu
yang lebih besar secara intelektual, mempertajam kemampuan kritis dan
memungkinkan orang mengembangkan penilaian mereka secara independen
pada diri sendiri dan pada dunia di sekitar mereka.
2. Belajar untuk melakukan (learning to do)
Hal utama yang dimainkan oleh pengetahuan dan informasi dalam industri
manufaktur telah menyusul tuntutan akan keterampilan khusus bagi tenaga
kerja. Konsep utama sekarang adalah “kompetensi pribadi”. Kompetensi
Pribadi ini dinilai dengan melihat campuran keterampilan dan bakat,
menggabungkan keahlian bersertifikat yang diperoleh melalui pelatihan tenis
dan kejuruan, perilaku social, inisiatif pribadi, dan kemauan untuk mengambil
resiko. Jika kita menambahkan permintaan untuk komitmen pribadi pada
pihak karyawan dalam peran mereka sebagai agen perubahan, jelas bahwa
8
jenis kompetensi pribadi melibatkan bawaan sangat subjektif atau diperoleh
kualitas yang sering disebut sebagai “ keahlian interpersonal” dikombinasikan
dengan pengetahuan dan keterampilan pekerjaan lain. Dari kualitas,
komunikasi, dan keterampilan tim pemecahan masalah yang lebih penting
adalah asumsi.
3. Belajar untuk menjadi (learning to be)
Pendidikan harus berkontribusi untuk menyelesaikan pengembangan setiap
orang. Semua orang di masa kecil dan remaja harus menerima pendidikan
yang melengkapi mereka untuk mengembangkan independensinya sendiri,
cara berpikir kritis, dan penilaian, sehingga mereka dapat mengambil
keputusan untuk memilih kursus terbaik dalam hidup mereka
4. Belajar untuk hidup bersama (learning to life together)
Tugas pendidikan, baik dalam rangka pembelajaran bagi siswa dan mahasiswa
tentang keragaman manusia maupun untuk menanamkan kesadaran diri
mereka tentang persamaan dan saling ketergantungan semua orang esensinya
adalah bagaimana mereka mampu hidup bersama dengan orang lain secara
bersahabat dan menyenangkan. Sejak dari anak usia dini, proses dan substansi
pembelajaran harus merebut setiap kesempatan untuk mengejar aneka cabang
ilmu yang mengarah pada tujuan ini. Ketika orang bekerja sama dalam
proyek-proyek yang menarik dengan melibatkan mereka dalam aneka bentuk
tindakan yang tidak biasa, perbedaan dan bahkan konflik antara individu
cenderung melemah dan kadang-kadang hilang.
9
2.1.3. Unsur-Unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik).
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung
menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi
yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
2. Orang yang membimbing (pendidik)
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami
pendidikannya dalam tiga lingkunga yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran,
latihan, dan masyarakat.
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif) Interaksi
edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik
dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan
10
pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif
dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
a. Alat dan metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun
diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara
khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan
efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan
yang kuratif.
b. Tempat peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat.
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
2.2. Sumber Informasi
2.2.1. Pengertian Sumber Informasi
Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang
terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari
pesan atau kumpulan pesan. Informasi dapat direkam atau ditransmisikan.
11
2.2.2. Macam Sumber Informasi
Berdasarkan penciptaanya, terdapat tiga jenis sumber informasi, yaitu
1. Sumber primer (primary sources)
Sumber informasi primer merupakan informasi yang berasal dari penemuan
baru atau ilmu pengetahuan baru. Sumber primer disebut juga informasi yang
berasal dari asalnya, yang dihasilkan penulis atau peneliti. Sumber primer, ada
yang diterbitkan dan ada yang tidak diterbitkan.
Contoh sumber primer yang diterbitkan adalah :
a. Laporan penelitian
b. Paten
c. Prosiding
d. Skripsi, Tesis, Disertasi (jika diterbitkan sebagai artikel atau buku)
Contoh sumber primer yang tidak diterbitkan adalah :
a. Berkas pribadi
b. Berkaslembaga
c. Buku harian, memo
d. Lukisan
e. Skripsi, tesis, disertasi
2. Sumber sekunder (secondary sources)
Sumber sekuender merupakan penilaian, ringkasan atau kritikan terhadap
suatu karya atau penelitian seseorang. Informasi tentang sumber primer yang
disusun secara sistematis supaya mudah diakses.
12
Contoh sumber sekunder adalah :
a. Buku
b. Jurnal
c. Majalah
d. Ulasan (reviews)
e. Essay
f. Antologi
3. Sumber tersier (tertiary sources)
Sumber tersier merupakan memuat informasi berupa saringan, rangkuman
atau kumpulan dari sumber primer dan sekunder.
Contoh sumber tersier adalah:
a. Indeks
b. Abstrak
c. Almanac
d. Ensiklopedia
e. Bibliografi
2.3. Pengetahuan
2.3.1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telingan. Dalam wikipedia dijelaskan; pengetahuan adalah informasi atau
13
maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi
pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur (Notoatmodjo,
2010).
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara
orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan
yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi
karena adanya pemahaman-pemahaman baru.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui
dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika
seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut
2.3.2. Kategori Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh
petanyaan
b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh
pertanyaan
c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari seluruh
pertanyaan
14
2.3.3. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengatahuan yang paling rendah
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
15
e. Sintesis
Menunjukkan
pada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,
dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek
2.4. Perawatan Metode Kanguru
2.4.1. Pengetian Perawatan Metode Kanguru
Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK)
merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur
dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skinto-skin contact dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan
bayi. Perawatan Metode Kanguru (PMK) mempermudah pemberian ASI,
sehingga meningkatkan lama dan jumlah pemberian ASI (IDAI, 2013).
Metode Kanguru adalah sebuah metode perawatan bayi yang baru lahir
dengan cara meletakan bayi di dada ibu (skin to skin) untuk menyalurkan
kehangatan pada bayi. Tujuannya kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi dapat
menurunkan hilangnya panas melalui konduksi dan radiasi serta bertujuan untuk
mempertahankan neutral
thermal
environment/NTE,
yaitu
kisaran
suhu
lingkungan sehingga bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya tetap normal
dengan metabolisme basal minimum dan kebutuhan oksigen terkecil. Metoda ini
16
dapat juga dilakukan untuk bayi sehat. Sehingga dengan kontak langsung kulit ibu
bayi ini kebutuhan dasar dari bayi berupa kehangatan, ASI, kasih sayang dan
perlindungan bisa dipenuhi.
2.4.2. Metode Perawatan Kanguru
Perawatan Metode Kanguru dapat dilakukan dengan dua cara:
1. PMK intermiten
Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan perawatan
intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi, bahkan mungkin memerlukan
bantuan alat. Bayi dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan sepanjang waktu
tetapi hanya dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada
dalam perawatan di inkubator. PMK dilakukan dengan durasi minimal satu
jam, secara terus-menerus per hari. Setelah bayi lebih stabil, bayi dengan
PMK intermiten dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani PMK
kontinu.
2. PMK kontinu
Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil, dan bayi harus
dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan untuk
minum (seperti menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama,
karena PMK sudah dapat dimulai meskipun pemberian minumnya dengan
menggunakan pipa lambung. Dengan melakukancPMK, pemberian ASI dapat
lebih mudah prosesnya sehingga meningkatkan asupan ASI.
17
2.4.3. Manfaat Perawatan Metode Kanguru
1. Manfaat PMK dalam menurunkan angka kematian neonatal (AKN)
Terdapat tiga penelitian dengan metodologi pengujian terkontrol secara acak
yang membandingkan PMK dengan perawatan konvensional (menggunakan
inkubator). Data Cochrane menunjukkan bahwa jumlah kematian bayi yang
dilakukan PMK lebih sedikit dibandingkan bayi yang dirawat dalam
inkubator. Penelitian di Addis Abeba memperlihatkan jumlah bayi yang
meninggal pada kelompok PMK sebesar 22,5 % sedangkan pada kelompok
non PMK sebesar 38% (p<0,05). Dari kepustakaan di atas jelaslah terlihat
bahwa PMK bermanfaat dalam mencegah kematian neonatal. Hal ini dapat
dijelaskan lebih lanjut dalam beberapa manfaat PMK lain di bawah ini.
Manfaat PMK dalam menstabilkan suhu, pernafasan dan denyut jantung bayi
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa PMK dapat menstabilkan suhu, laju
pernapasan, dan laju denyut jantung bayi lebih cepat dari bayi yang dirawat
dalam inkubator. Bayi pada PMK merasa nyaman dan hangat dalam dekapan
ibu sehingga tanda vital dapat lebih cepat stabil. Penelitian oleh Yanuarso di
RSCM memperlihatkan bahwa dengan menggunakan metode kanguru, BBLR
akan lebih cepat mencapai kestabilan suhu tubuh dibanding BBLR tanpa PMK
(120 menit vs. 180 menit).
2. Manfaat PMK dalam mengurangi infeksi
Berbagai penelitian juga telah memperlihatkan manfaat PMK dalam
mengurangi kejadian infeksi pada BBLR selama perawatan. Pada PMK, bayi
terpapar oleh kuman komensal yang ada pada tubuh ibunya sehingga ia
18
memiliki kekebalan tubuh untuk kuman tersebut. Rao dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa jumlah BBLR yang mengalami sepsis sebesar 3,9% pada
kelompok PMK dan 14,8% pada kelompok kontrol (p=0,008). Sedangkan
Agudelo dalam tulisannya menyebutkan manfaat PMK dalam menurunkan
infeksi nosokomial pada usia koreksi 41 minggu (RR 0,49, 95% CI 0,250,93). Manfaat lainnya dengan berkurangnya infeksi pada bayi adalah bayi
dapat dipulangkan lebih cepat sehingga masa perawatan lebih singkat, dan
biaya yang dikeluarkan lebih sedikit.
3. Manfaat PMK dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi
Manfaat PMK lainnya adalah meningkatkan berat badan, panjang badan dan
lingkar kepala bayi. Penelitian menunjukkan bahwa kenaikkan berat badan,
panjang badan dan lingkar kepala BBLR yang menjalani PMK lebih tinggi
secara bermakna dibandingkan BBLR yang mendapat perawatan dengan
metode konvensional. Subedi memperlihatkan bahwa kenaikan berat badan
BBLR dapat mencapai 30 g/hari, sedangkan Gupta menunjukkan kenaikan
berat badan yang mirip yaitu 29 g/hari. Feldman dalam penelitiannya
memperlihatkan bahwa BBLR yang dilakukan PMK memiliki nilai
perkembangan yang lebih baik secara bermakna dibandingkan BBLR dengan
metode konvensional.
4. Manfaat PMK dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI
Pada berbagai penelitian terlihat bahwa PMK sangat erat kaitannya dengan
pemberian ASI. Pada PMK, ASI dapat selalu tersedia dan sangat mudah
diperoleh. Hal ini dapat dijelaskan karena bayi dengan PMK, terlebih pada
19
PMK kontinu, selalu berada di dekat payudara ibu, menempel dan terjadi
kontak kulit ke kulit, sehingga bayi dapat menyusu setiap kali ia inginkan.
Selain itu, ibu dapat dengan mudah merasakan tanda-tanda bahwa bayinya
mulai lapar seperti adanya gerakan-gerakan pada mulut bayi, munculnya
hisapan-hisapan kecil serta adanya gerakan bayi untuk mencari puting susu
ibunya. Ibu dapat menilai kesiapan menyusu bayinya dengan memasukkan jari
bersih ke dalam mulut bayi dan menilai isapan mulut bayi. Berikan ASI saat
bayi sudah terjaga dari tidurnya. Bila telah terbiasa melakukan PMK, ibu
dapat dengan mudah memberikan ASI tanpa harus mengeluarkan bayi dari
baju kangurunya. Bayi yang mendapat PMK memperoleh ASI lebih lama
dibandingkan bayi yang mendapat perawatan dengan metode konvensional.
Perawatan metode kanguru juga meningkatkan ikatan (bonding) ibu dan bayi
serta ayah dan bayi secara bermakna. Posisi bayi yang mendapat PMK
memudahkan ibu untuk memberikan ASI secara langsung kepada bayinya.
Selain itu, rangsangan dari sang bayi dapat meningkatkan produksi ASI ibu,
sehingga ibu akan lebih sering memberikan air susunya sesuai dengan
kebutuhan bayi. Pada PMK, pemberian ASI dapat dilakukan dengan menyusui
bayi langsung ke payudara ibu, atau dapat pula dengan memberikan ASI perah
menggunakan cangkir (cup feeding) dan dengan selang (orogastric tube).
Pemberian ASI pada bayi yang dilakukan PMK umumnya akan diteruskan di
rumah saat dipulangkan, dan lama pemberian ASI lebih panjang. PMK juga
meningkatkan volume ASI yang dihasilkan oleh ibu.
20
2.4.4. Kriteria Bayi yang Dapat Melakukan Perawatan Metode Kanguru
Metode kanguru dapat dilakukan dua minggu setelah kelahiran, dan
berikut kriteria bayi yang dapat melakukan perawatan metode kanguru :
1.
Umumnya bayi dengan berat badan lebih-kurang 2000 gram
2.
Bayi yang tidak mengalami kelainan atau penyakit yang menyertai, serta
refleks dan kordinasi isap serta menelan yang baik juga dapat menjalani
metode ini.
3.
Bayi harus memiliki perkembangan baik selama berada di inkubator.
4.
Kesiapan serta keikutsertaan orangtua, akan sangat mendukung dalam
keberhasilan metode kangguru.
2.4.5. Keuntungan Perawatan Bayi Menggunakan Metode Kanguru
Adapun beberapa keuntungan dari perawatan bayi dengan menggunakan
metode kanguru, di antaranya :
1.
Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, dan pernapasan bayi
2.
Meningkatkan hubungan emosi ibu-anak
3.
Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi lebih baik lagi
4.
Bayi menjadi tidak berlama-lama menangis
5.
Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi
6.
Meningkatkan produksi ASI
7.
Menurunkan resiko infeksi selama dalam perawatan di rumah sakit
8.
Mempersingkat masa rawat di rumah sakit
21
2.4.6. Langkah-Langkah dalam Melakukan Metode Kanguru
Dalam melakukan metode kanguru persiapannya adalah ibu mandi yang
bersih, dan bersedia melakukan perawatan metode kanguru. Berikut ini ada
beberapa langkah dalam melakukan metode kanguru adalah sebagai berikut :
1.
Berikan bayi anda pakaian, topi, popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan
terlebih dahulu.
2.
Letakkan bayi di dada Anda, dengan posisi tegak dan bersentuhan langsung
dengan kulit Anda. Pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada Anda.
Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi
terletak di dada Anda dengan kepala agak sedikit mendongak. Anda juga
dapat mengenakan baju dengan ukuran besar sehingga posisi bayi bisa
diletakkan di antara payudara lalu baju ditangkupkan. Kenakan selendang
yang dililitkan di perut Anda agar bayi tidak terjatuh.
3.
Jika baju tidak dapat menyokong bayi, Anda dapat menggunakan handuk
atau kain lebar yang elastis atau kantong yang khusus dibuat untuk menjaga
tubuh bayi.
4.
Selama melakukan metode kanguru ini, Anda masih dapat beraktivitas
dengan bebas, dapat bergerak bebas walaupun berdiri, duduk, berjalan,
makan dan mengobrol. Namun pastikan, saat tidur, posisi Anda setengah
duduk atau meletakkan beberapa bantal di belakang punggung.
5.
Jika Anda lelah, metode ini dapat dilakukan juga oleh ayah atau orang lain.
6.
Perhatikan persiapan sang ibu, bayi, posisi bayi, pemantauan bayi, cara
pemberian ASI, dan kebersihan ibu juga bayinya.
22
2.5. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pendidikan
Pengetahuan Tentang
Perawatan Metode Kanguru
Sumber Informasi
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
2.6. Hipotesa Penelitian
1.
Ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan tentang perawatan metode
kanguru di Desa Hatoguan.
2.
Ada hubungan sumber informasi dengan pengetahuan tentang perawatan
metode kanguru di Desa Hatoguan.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei
analitik dengan desain cross sectional, yaitu variabel independen dan variabel
dependen diteliti secara bersamaan dan dalam satu waktu yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan yang terdapat antara kedua variabel tersebut.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Hatoguan dengan alasan :
1. Pelaksanaan perawatan metode kanguru masih sangat rendah.
2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang perawatan metode kanguru.
3. Desa tersebut memiliki jumlah populasi yang cukup untuk diteliti.
3.2.2 . Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan Juni 2015.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang memiliki bayi 0-12 bulan
dan batita usia 1-2 tahun di Desa Hatoguan dari bulan Januari sampai dengan
bulan Juni 2015 sebanyak 45 orang.
24
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi
sampel yaitu sebesar 45 orang.
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diambil
langsung menggunakan kuesioner.
3.4.2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara meminta kesediaan responden di
Desa Hatoguan sampai batas sampel terpenuhi. Peneliti terlebih dahulu
menjelaskan cara pengisian kuesioner, menayakan apakah ada hal-hal yang tidak
dimengerti oleh responden. Apabila ada maka harus dijelaskan kembali setelah itu
hasil kuesioner dikumpulkan kembali.
3.5. Definisi Operasional
Tabel 3.1.
Definisi, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur
Definisi Operasional
1. Pendidikan adalah jenjang
pendidikan formal tertinggi
yang pernah ditempuh dan
diselesaikan oleh responden
dengan memperoleh ijazah.
2. Sumber Informasi adalah
ada
tidaknya
ibu
memperoleh
informasi
tentang perawatan metode
kanguru.
Cara dan
Alat Ukur
Wawancara
Skala
Ukur
Ordinal
Wawancara
Ordinal
25
Hasil Ukur
0.
1.
2.
3.
SD
SMP
SMA
PT
0. Ada
1. Tidak Ada
Tabel 3.1 (Lanjutan)
3. Pengetahuan
tentang
perawatan metode kanguru
adalah segala sesuatu yang
diketahui oleh responden
tentang perawatan metode
kanguru yang dinilai dari
jawaban
responden
terhadap pertanyaan yang
diberikan melalui kuesioner
Wawancara
Ordinal
0. Baik
1. Cukup
2. Kurang
3.6. Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1. Pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan langkah–langkah
sebagai berikut :
a.
Pengeditan (Editing)
Pada tahap pengeditan data dilakukan dengan memeriksa kelengkapan dari
data rekam medik yang bertujuan agar data yang diperoleh dapat diolah benar
sehingga pengolahan data memberikan hasil yang menggambarkan masalah
yang diteliti.
b.
Pengkodean (Coding)
Setelah data diperoleh, penulis melakukan pengkodean untuk mempermudah
analisis data
c.
Pemasukan data (Entering)
Pemasukan data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah selesai di
coding dari dummy tabel ke dalam program komputer.
26
d.
Pembersihan (Cleaning)
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukan ke dalam komputer apakah ada kesalahan atau tidak. Apabila ada
data yang salah maka dilakukan editing data.
3.6.2. Analisis data
Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah analisa data
univariat dan bivariat. Analisis univariat untuk bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian dan digunakan untuk
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel sedangkan
analisis bivariat ini digunakan untuk melihat hubungan pendidikan dan sumber
informasi dengan pengetahuan ibu hamil tentang perawatan metode kanguru
(PMK) di Desa Hatoguan dengan menggunakan uji statistik Chi-square. Adapun
rumus Chi-square yang digunakan adalah sebagai berikut :
Dimana :  ² = Chi-square
O = Nilai hasil observasi
E = Nilai yang diharapkan
Untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen maka dilakukan uji statistik chi-square dengan α = 0,05. Jika hasil
perhitungan statistic dengan bantuan perangkat lunak komputer nilai ρ < 0,05
maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Hatoguan terletak di Kabupaten Samosir. Desa ini merupakan salah
satu desa yang terletak di daerah dataran tinggi. Secara geografis Desa Hatoguan
mempunyai luas wilayah 12.112 km2.
4.2. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari
variabel independen (pendidikan dan sumber informasi) dan variabel independen
(pengetahuan tentang perawatan metode kanguru) seperti dibawah ini :
4.2.1. Pemberian Pendidikan
Untuk melihat distribusi frekuensi pendidikan responden di Desa
Hatoguan Kabupaten Samosir dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Desa Hatoguan
Kabupaten Samosir
No
1
2
3
Pendidikan
Jumlah
21
12
12
45
SD
SMP
SMA
Jumlah
Persentase
46,7
26,7
26,7
100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pendidikan responden di
Desa Hatoguan lebih banyak dengan pendidikan SD sebanyak 21 orang (46,7%)
dan lebih sedikit dengan pendidikan SMP dan SMA masing-masing sebanyak 12
orang (26,7%).
28
4.2.2. Sumber Informasi
Untuk melihat distribusi frekuensi sumber informasi di Desa Hatoguan
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi di Hatoguan Kabupaten
Samosir
No
1
2
Sumber Informasi
Tidak Mendapat Informasi
Mendapat Informasi
Jumlah
Jumlah
24
21
45
Persentase
53,3
46,7
100,0
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa responden lebih banyak
dengan tidak mendapatkan informasi tentang metode kanguru sebanyak 24 orang
(53,3%) dan lebih sedikit dengan mendapat informasi sebanyak 21 orang (46,7%).
4.2.3. Pengetahuan
Untuk melihat pengetahuan responden di Desa Hatoguan disusun
sebanyak 10 pertanyaan dan dapat dijabarkan pada dibawah ini :
Tabel 4.3. Distribusi Pengetahuan Responden di Desa Hatoguan Kabupaten
Samosir
No
Jawaban
Benar
Salah
f
%
f
%
22 48,9 23 51,1
Pengetahuan
1
2
3
4
Metode Kanguru merupakan perawatan
untuk bayi berat lahir rendah atau
kelahiran prematur dengan melakukan
kontak langsung antara kulit bayi
dengan kulit ibu.
Metode
kanguru
mempermudah 23
pemberian ASI, sehingga meningkatkan
lama dan jumlah pemberian ASI.
Tujuannya kontak kulit ke kulit antara 17
ibu dan bayi dapat mempertahankan
suhu tubuh bayi tetap normal.
Metode kanguru bermanfaat dalam 22
menstabilkan suhu, pernafasan dan
denyut jantung bayi.
29
Total
N
45
%
100
51,1
22
48,9
45
100
37,8
28
62,2
45
100
48,9
23
51,1
45
100
Tabel 4.3 (Lanjutan)
5
6
7
8
9
10
Metode kanguru bermanfaat dalam
mengurangi kejadian infeksi pada
BBLR selama perawatan.
Metode kanguru bermanfaat dalam
meningkatkan
pertumbuhan
dan
perkembangan bayi
Metode kanguru bermanfaat dalam
meningkatkan keberhasilan pemberian
ASI
Metode kanguru dapat dilakukan dua
minggu setelah kelahiran
Kriteria bayi yang dapat melakukan
perawatan metode kanguru pada
umumnya bayi dengan berat badan
lebih-kurang 2000 gram
Metode
kanguru
bermanfaat
meningkatkan hubungan emosi ibu-anak
21
46,7
24
53,3
45
100
19
42,2
26
57,8
45
100
23
51,1
22
48,9
45
100
21
46,7
24
53,3
45
100
16
35,6
29
64,4
45
100
19
42,2
26
57,8
45
100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa responden menjawab
benar metode kanguru merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau
kelahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan
kulit ibu sebanyak 22 orang (48,9%, metode kanguru mempermudah pemberian
ASI, sehingga meningkatkan lama dan jumlah pemberian ASI sebanyak 23 orang
(51,1%, tujuannya kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi dapat
mempertahankan suhu tubuh bayi tetap normal sebanyak 17 orang (37,8%),
metode kanguru bermanfaat dalam menstabilkan suhu, pernafasan dan denyut
jantung bayi sebanyak 22 orang (48,9%), metode kanguru bermanfaat dalam
mengurangi kejadian infeksi pada BBLR selama perawatan sebanyak 21 orang
(46,7%), metode kanguru bermanfaat dalam meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi sebanyak 19 orang (42,2%), metode kanguru bermanfaat
dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI sebanyak 23 orang (51,1%),
metode kanguru dapat dilakukan dua minggu setelah kelahiran sebanyak 21 orang
30
(46,7%), kriteria bayi yang dapat melakukan perawatan metode kanguru pada
umumnya bayi dengan berat badan lebih-kurang 2000 gram sebanyak 16 orang
(35,6%) dan metode kanguru bermanfaat meningkatkan hubungan emosi ibu-anak
sebanyak 19 orang (42,2%).
Hasil pengukuran pengetahuan responden tentang perawatan metode
kanguru di Desa Hatoguan kemudian dikategorikan seperti pada Tabel 4.4 :
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden tentang
Perawatan Metode Kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten
Samosir
No
1
2
Kategori Pengetahuan
Baik
Buruk
Total
f
20
25
45
%
44,4
55,6
100,0
Dari tabel 4.4 diatas terlihat bahwa kategori pengetahuan responden
tentang perawatan metode kanguru lebih banyak dengan pengetahuan buruk
sebanyak 25 orang (55,6%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan baik sebanyak
20 orang (44,4%).
4.3. Analisa Data Bivariat
Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan variabel pendidikan dan
sumber informasi dengan perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
4.3.1. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan tentang Perawatan
Metode Kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir
Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pengetahuan tentang
perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan dapat dilihat pada tabel berikut:
31
Tabel 4.6. Hubungan Pengetahuan dengan Pengetahuan tentang Perawatan
Metode Kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir
Pendidikan
n
2
8
10
SD
SMP
SMA
Pengetahuan
Baik
Buruk
%
n
%
9,5
19
90,5
66,7
4
33,3
83,3
2
16,7
Total
ρ
N
21
12
12
%
100 0,001
100
100
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan
antara pendidikan dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di
Desa Hatoguan diperoleh bahwa ada sebanyak 2 dari 21 orang (9,5%) dengan
pendidikan SD berpengetahuan baik tentang perawatan metode kanguru dan
berpengetahuan buruk sebanyak 19 orang (90,5%). Kemudian ada sebanyak 8 dari
12 orang (66,7%) dengan pendidikan SMP berpengetahuan baik tentang
perawatan metode kanguru dan berpengetahuan buruk sebanyak 4 orang (33,3%).
Sedangkan diantara pendidikan SMA ada 10 dari 12 orang (83,3%)
berpengetahuan berpengetahuan baik tentang perawatan metode kanguru dan
berpengetahuan buruk sebanyak 2 orang (16,7%). Hasil uji statistik chi square
diperoleh nilai ρ=0.001< α (0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan
pendidikan dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa
Hatoguan.
4.3.2. Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan tentang Perawatan
Metode Kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir
Untuk mengetahui hubungan sumber informasi dengan pengetahuan
tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir dapat
dilihat pada tabel berikut:
32
Tabel 4.7. Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan tentang
Perawatan Metode Kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten
Samosir
Sumber Informasi
Tidak Mendapat
Mendapat
Pengetahuan
Baik
Buruk
n
%
n
%
3
12,5
21
87,5
17
81,0
4
19,0
Total
ρ
n
24
21
%
100
100
0,001
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan
antara sumber informasi dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru
di Desa Hatoguan diperoleh bahwa ada sebanyak 3 dari 24 orang (12,5%) tidak
mendapat sumber informasi dengan pengetahuan baik dan sebanyak 21 orang
(87,5%) berpengetahuan buruk. Kemudian ada sebanyak 17 dari 21 orang (81,%)
yang mendapat sumber informasi dengan pengetahuan baik dan sebanyak 4 orang
(19,0%) berpengetahuan buruk.
Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai
ρ=0.001< α (0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan sumber informasi
dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan
Kabupaten Samosir.
33
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan tentang Perawatan Metode
Kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir
Hasil penelitian tentang variabel pendidikan ibu ditemukan dengan
pendidikan tinggi dengan proporsi pengetahuan buruk tentang perawatan metode
kanguru 90,5%. Uji statistik chi square menunjukkan variabel pendidikan nilai p <
0,05 berhubungan dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru
(PMK). Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi tingkat
pendidikan akan meningkat pengetahuan ibu tentang perawatan metode kanguru.
Pendidikan penting karena merupakan dasar dari mengertinya orang dalam hal
menerima informasi dapat lebih mudah diterima dan diadopsi pada orang yang
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan rendah.
Pendidikan yang dimiliki oleh ibu berhubungan dengan pengetahuan yang
dimilikinya, akan berusaha untuk lebih mengetahui tentang perawatan metode
kanguru dan lebih berupaya mencari informasi tentang perawatan metode
kanguru. Pendidikan akan membuat seseorang ingin lebih mengetahui lebih
banyak hal yang diperlukan dan lebih tanggap terhadap informasi serta peka
melihat perubahan-perubahan yang terjadi.
Hal ini sesuai Gerungan (1986) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
akan jelas memengaruhi seorang pribadi dalam berpendapat, berpikir, bersikap,
lebih mandiri dan rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan dengan nilai
p value < 0,05 dengan RP 34,2 (95% CI = 11,081-12,362). Hal ini juga akan
memengaruhi secara langsung seseorang dalam hal pengetahuannya akan orientasi
34
hidupnya termasuk dalam merencanakan keluarganya. Dari tabulasi silang dapat
dilihat bahwa peningkatan pendidikan diikuti dengan peningkatan pengetahuan
perawatan metode kanguru atau dengan kata lain makin tinggi tingkat pendidikan,
pengetahuan perawatan metode kanguru semakin meningkat. Demikian juga
sebaliknya makin rendah pendidikan ibu, responden dengan pengetahuan baik
makin menurun.
Pernyataan tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Magadi (2003), menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi secara
signifikan berpeluang lebih tinggi mengetahui peraawatan metode kanguru dan
dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah. Sedangkan
responden dengan pendidikan tinggi mempunyai peluang yang sangat besar untuk
mengetahui perawatan metode kanguru. Sebaliknya penelitian tersebut berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sigit (2000), yang menyebutkan bahwa
tingkat pendidikan tidak akan memengaruhi peraawatan metode kanguru.
5.2. Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan tentang Perawatan
Metode Kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir
Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan ibu tentang perawatan
metode kanguru berdasarkan hasil penelitian yaitu di temukan bahwa dari 24
responden yang tidak mendapat informasi pada umumnya berpengetahuan buruk
sebanyak 21 orang (87,5 %). Sedangkan dari 21 responden yang mendapat
sumber informasi pada umumnya berpengetahuan baik sebanyak 17 orang (81,0
%). Setelah di uji statistik dengan chi square menunjukkan variabel sumber
informasi nilai p < 0,05 berhubungan dengan pengetahuan tentang perawatan
35
metode kanguru (PMK).
Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan
semakin banyak mendapatkan informasi akan meningkat pengetahuan ibu tentang
perawatan metode kanguru.
Jadi sumber informasi begitu berpengaruh terhadap pengetahuan ibu
tentang perawatan metode kanguru. Karena pengetahuan ibu akan baik apabila
mereka pernah mendapatkan informasi mengenai perawatan metode kanguru
(PMK) serta manfaatnya dengan memandang dari mana sumber informasi yang
mereka dapatkan. Hal ini sesuai dengan teori Uhudiyah (2003) yang menyatakan
bahwa kebijakan pemerintah dalam menyebarluaskan informasi mengenai
berbagai manfaat PMK juga akan membantu penerapan PMK di masyarakat.
Penyebaran informasi secara terus menerus akan mampu mempopulerkan metode
ini.
Demikian juga menurut pendapat Sari (2008) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik adalah responden
yang sebelumnya telah mendapatkan informasi serta penyuluhan tentang
perawatan metode kanguru. Oleh sebab itu perlu KIE (komunikasi, informasi dan
edukasi) dan motivasi yang terus menerus sehingga ibu yang mempunyai BBLR
dapat menerapkan perawatan metode kanguru dengan benar dan angka kematian
akibat BBLR terutama hipotermi dapat diturunkan.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rahmanidar (2012)
tentang hubungan pendidikan dan sumber informasi dengan pengetahuan ibu
hamil tentang perawatan metode kanguru di wilayah kerja puskesmas jeulingke
kota Banda Aceh
36
Menurut asumsi peneliti setelah melakukan penelitian ini adalah ibu yang
pernah mendapatkan informasi tentang perawatan metode kanguru
maka
cenderung memiliki pengetahuan yang baik. Dan informasi mengenai perawatan
metode kanguru tersebut bisa diperoleh secara langsung maupun tidak langsung.
Baik dari petugas kesahatan, teman, kerabat, keluarga serta dari media cetak dan
media elektronik (majalah, Koran, TV, rado, dan sebainya).
37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1.
Hubungan pendidikan dengan pengetahuan tentang perawatan metode
kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir
2.
Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan tentang perawatan metode
kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir
6.2. Saran
1.
Kepada ibu di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir untuk mencari sumber
informasi yang lebih banyak tentang perawatan metode kanguru Kabupaten
Samosir.
2.
Kepada petugas kesehatan di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir untuk
mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang perawatan metode
kanguru.
38
DAFTAR PUSTAKA
IDAI, 2013, Perawatan Metode Kanguru (PMK) Meningkatkan Pemberian ASI,
meningkatkan-pemberian-asi.html.
Anggraini, Y., 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka
Rihama
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumut, 2012. Cakupan ASI Esklusif.
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/0
2_Profil_Kes_Prov.SumateraUtara_2012.pdf. Diakses 28 Desember
2013
Danuatmaja, B. dan Meiliasari, M., 2009. 40 Hari Pasca Persalinan Masalah dan
Solusinya. Jakarta : Puspa Swara
Desfi, dkk, 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI dan Pekerjaan
Ibu dengan Pemberian ASI Esklusif di Kelurahan Fajar Bulan. Tesis.
Universitas Lampung. Diakses 28 Desember 2013
Harnowo,P.A.,2012.http://health.detik.com/read/2012/09/19/132344/2025874/764
/1/hanya-336-bayi-di-indonesia-yang-dapat-asi-eksklusif. Diakses 27
Desember 2013
Hasibuan, Y., 2011. Diktat Biostatistika. Medan : Politeknik Kesehatan Medan
Hevira,S.,2012.BentukBentukDukunganKeluargahttp://digilib.unimus.ac.id/files/d
isk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira-5136-3-bab2.pdf.Diakses 25 April
2013
Hidayat, A.A., 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta
: Salemba Medika
Machfoedz, I., 2011. Metodologi Penelitian ( Kuantitatif & Kualitatif ) Bidang
Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta :
Fitramaya
Maryunani, A., 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. Jakarta : TIM
Minarto,2011.www.http///MATERI%20ASI%20ESKLUSIF/Pentingnya%20ASI
%20Eksklusif%20%20Februari%202011.htm. Diakses 30 Desember
2013
Mursyida, 2013. Hubungan Umur Ibu dan Paritas dengan Pemberian ASI Esklusif
pada Bayi Berusia 0-6 bulan Di Puskesmas Pembina Palembang Tahun
39
2013.
2013
Tesis. Poltekkes Kemenkes Palembang. Diakses 29 Desember
Notoatmojo, S., 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Penelitian
Ilmu
Peraturan Pemerintah RI, 2012. Pemberian ASI Esklusif. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Prasetyono, D.S., 2012. Buku Pintar ASI Esklusif. Yogyakarta: DIVA Press
Proverawati dan Rahmawati, 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui.
Yogyakarta : Nuha Medika
Purwanti, H., 2012. Konsep Penerapan ASI Esklusif Buku Saku untuk Bidan.
Jakarta : EGC
Rahmadhanny, R., 2012. Faktor Penyebab Putusnya ASI Esklusif pada Ibu
Menyusui Di Puskesmas Rumbai Kecamatan Rumbai Pesisir Tahun
2011. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Depok. Diakses 28 Desember 2013
Riwidikdo, H., 2010. Statistik untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka
Rihama
Roesli, U., 2012. Panduan Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Esklusif. Jakarta :
Pustaka Bunda
Saleha, S., 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
SDKI 2012, Angka Kematian Bayi. laporan%3Fdownload%3D45%3Alaporanpendahuluan-sdki
2012&ei=FsldU7nZJsmErAfmyYCwBw&usg=AFQjCNGch2PmxIhHV7
fDSs-q_3mt5dyBng&bvm=bv.65397613,d.bmk. Diakses 30 Desember
2013
Suhardjo. 2010. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Kanisius
Sunyonto, D., 2012. Biostatistik untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Suradi, R. dan Roesli, U., 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta : FKUI
40
TimGizi,2013.www.http///MATERI%20ASI%20ESKLUSIF/PEKAN%20ASI%2
0SEDUNIA%202013%20_%20Kementerian%20Kesehatan%20Republik
%20Indonesia.htm. Diakses 30 Desember 2013
Utami, H.S., 2012. Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam
Praktek Pemberian ASI Esklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2012. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. Diakses
27 Desember 2013
Wawan, A. dan Dewi, M., 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, sikap, dan
perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika
Widuri, H., 2013. Cara Mengelola ASI Esklusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta :
Pustaka Baru
Wiji, R.N., 2013. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika
41
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN SUMBER INFORMASI DENGAN
PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN METODE
KANGURU DI DESA HATOGUAN
IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden
:
1.
Nama
:
2.
Alamat
:
3.
Umur
:
4.
Pendidikan
:
SUMBER INFORMASI
1.
Apakah saudara mendapatkan informasi tentang perawatan metode kanguru?
a. Ya
b. Tidak
Apabila ya, dari mana sumbernya? ………………….
42
PENGETAHUAN
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Metode Kanguru merupakan perawatan untuk bayi berat
lahir rendah atau kelahiran prematur dengan melakukan
kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu.
Metode kanguru mempermudah pemberian ASI,
sehingga meningkatkan lama dan jumlah pemberian
ASI.
Tujuannya kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi
dapat mempertahankan suhu tubuh bayi tetap normal.
Metode kanguru bermanfaat dalam menstabilkan suhu,
pernafasan dan denyut jantung bayi.
Metode kanguru bermanfaat dalam mengurangi kejadian
infeksi pada BBLR selama perawatan.
Metode kanguru bermanfaat dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi
Metode kanguru bermanfaat dalam meningkatkan
keberhasilan pemberian ASI
Metode kanguru dapat dilakukan dua minggu setelah
kelahiran
Kriteria bayi yang dapat melakukan perawatan metode
kanguru pada umumnya bayi dengan berat badan lebihkurang 2000 gram
Metode kanguru bermanfaat meningkatkan hubungan
emosi ibu-anak
43
Ya
Tidak
Frequencies
umur responden
Valid
< 20 tahun
20-35 tahun
> 35 tahun
Total
Frequency
2
35
8
45
Percent
Valid Percent
4.4
4.4
77.8
77.8
17.8
17.8
100.0
100.0
Cumulative
Percent
4.4
82.2
100.0
Pendidikan
Valid
SD
SMP
SMU
Total
Frequency
21
12
12
45
Percent
46.7
26.7
26.7
100.0
Valid Percent
46.7
26.7
26.7
100.0
Cumulative
Percent
46.7
73.3
100.0
Sumber Informasi
Valid
Tidak
Dapat
Total
Frequency
24
21
45
Percent
53.3
46.7
100.0
Valid Percent
53.3
46.7
100.0
Cumulative
Percent
53.3
100.0
P1
Valid
1
2
Total
Frequency
23
22
45
Percent
51.1
48.9
100.0
Valid Percent
51.1
48.9
100.0
Cumulative
Percent
51.1
100.0
P2
Valid
1
2
Total
Frequency
22
23
45
Percent
48.9
51.1
100.0
Valid Percent
48.9
51.1
100.0
Cumulative
Percent
48.9
100.0
P3
Frequency
Percent
44
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
1
2
Total
28
17
45
62.2
37.8
100.0
62.2
37.8
100.0
62.2
100.0
P4
Valid
1
2
Total
Frequency
23
22
45
Percent
51.1
48.9
100.0
Valid Percent
51.1
48.9
100.0
Cumulative
Percent
51.1
100.0
P5
Valid
1
2
Total
Frequency
24
21
45
Percent
53.3
46.7
100.0
Valid Percent
53.3
46.7
100.0
Cumulative
Percent
53.3
100.0
P6
Valid
1
2
Total
Frequency
26
19
45
Percent
57.8
42.2
100.0
Valid Percent
57.8
42.2
100.0
Cumulative
Percent
57.8
100.0
P7
Valid
1
2
Total
Frequency
22
23
45
Percent
48.9
51.1
100.0
Valid Percent
48.9
51.1
100.0
Cumulative
Percent
48.9
100.0
P8
Valid
1
2
Frequency
24
21
Percent
53.3
46.7
45
Valid Percent
53.3
46.7
Cumulative
Percent
53.3
100.0
P8
Valid
1
2
Total
Frequency
24
21
45
Percent
53.3
46.7
100.0
Valid Percent
53.3
46.7
100.0
Cumulative
Percent
53.3
100.0
P9
Valid
1
2
Total
Frequency
29
16
45
Percent
64.4
35.6
100.0
Valid Percent
64.4
35.6
100.0
Cumulative
Percent
64.4
100.0
P10
Valid
1
2
Total
Frequency
26
19
45
Percent
57.8
42.2
100.0
Valid Percent
57.8
42.2
100.0
Cumulative
Percent
57.8
100.0
Pengetahuan
Valid
Baik
Buruk
Total
Frequency
20
25
45
Percent
44.4
55.6
100.0
46
Valid Percent
44.4
55.6
100.0
Cumulative
Percent
44.4
100.0
Crosstabs
Pendidikan * Pengetahuan
Crosstab
Pendidikan
SD
SMP
SMU
Total
Count
Expected Count
% within Pendidikan
Count
Expected Count
% within Pendidikan
Count
Expected Count
% within Pendidikan
Count
Expected Count
% within Pendidikan
Pengetahuan
Baik
Buruk
2
19
9.3
11.7
9.5%
90.5%
8
4
5.3
6.7
66.7%
33.3%
10
2
5.3
6.7
83.3%
16.7%
20
25
20.0
25.0
44.4%
55.6%
Total
21
21.0
100.0%
12
12.0
100.0%
12
12.0
100.0%
45
45.0
100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
Pearson Chi-Square
20.121
2
.000
Likelihood Ratio
22.528
2
.000
Linear-by-Linear Association
18.277
1
.000
N of Valid Cases
45
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5.33.
47
Sumber Informasi * Pengetahuan
Crosstab
Sumber
Informasi
Total
Tidak Count
Expected Count
% within Sumber
Informasi
Dapat Count
Expected Count
% within Sumber
Informasi
Count
Expected Count
% within Sumber
Informasi
Pengetahuan
Baik
Buruk
3
21
10.7
13.3
12.5%
87.5%
Total
24
24.0
100.0%
17
9.3
81.0%
4
11.7
19.0%
21
21.0
100.0%
20
20.0
44.4%
25
25.0
55.6%
45
45.0
100.0%
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2Exact Sig.
Value
df
sided)
(2-sided)
a
21.254
1
.000
18.573
1
.000
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
23.291
1
.000
Fisher's Exact Test
.000
.000
Linear-by-Linear
20.782
1
.000
Association
N of Valid Cases
45
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
9.33.
b. Computed only for a 2x2 table
48
Download