BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR) di dunia masih reklatif tinggi. WHO (2012) mengatakan prevalensi kelahiran BBLR secara umum adalah sekitar 20 juta bayi baru lahir BBLR (15,5%) setiap tahunnya, diantaranya sekitar 96,5% terjadi di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dimana kelahiran BBLR juga masih tinggi. Data Departemen Kesehatan (2004) ditemukan angka kelahiran BBLR diperkirakan mencapai 350.000 bayi setiap tahunnya. Jumlah kelahiran BBLR secara nasional adalah 11,5% (Riskesdas, 2007). Berdasarkan perkiraan organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, di negara berkembang hampir 70% dari 5 juta kematian neonatal dan 17 dari 25 juta persalinan per tahun melahirkan bayi dengan BBLR (kurang dari 2500 gr). Setiap tahun, diperkirakan sekitar 20 juta bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Penyebab utamanya dapat karena lahir sebelum waktunya (prematur) atau gangguan pertumbuhan selama masih dalam kandungan atau Intra Uterine Growth Retardation (Uhudiyah, 2003). Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia) dalam seminar orientasi metode kanguru yang diselenggarakan pada Forum Promosi Kesehatan Indonesia, bayi premature maupun BBLR terutama dibawah 2000 gr terancam kematian yang diakibatkan hipotermi (suhu badan dibawah 36,5°C), di samping asfiksia (kesulitan bernafas) dan infeksi. Diperkirakan kejadian prematur dan BBLR di 1 Indonesia memang makin menurun tetapi masih cukup tinggi yaitu 52% per 100 kelahiran hidup (Uhudiyah, 2003). Angka Kematian Bayi (AKB) di Sumatera Utara tahun 2014 adalah 5/1000 atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara sejak 2011-2014. BBLR berkontribusi terhadap kejadian kematian neonatus. Secara statistik angka kesakitan dan kematian pada masa neonatus di neraga berkembang cukup tinggi, dengan peneyabab utama kerkaitan dengan BBLR. Survei ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 2005, menunjukkan bahwa BBLR merupakan penyebab tingginya angka kematian neonatus yaitu sekitar 38,85%. BBLR sangat banyak mengahadapi masalah-masalah. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan pada bayi dengan BBLR yaitu menggunakan perawatan metode kanguru (PMK) (Merenstein & Garner, 2002). Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI sehingga meningkatkan lama dan pemberian AS. Perawatan Metode Kangguru (PMK) pertama kali diperkenalkan oleh Rey dan Martinez di Bogota, Columbia, Amerika Latin dan dari penemuan tersebut akhirnya diketahui bahwa cara skin to skin contact (kontak kulit bayi lansung kepada ibu/ pengganti ibu) dapat meningkatkan kelansungan hidup bayi terutama 2 yang mengalami BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) atau premature (Uhudiyah, 2003 ). Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti incubator dalam perawatan BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain: merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahkan pemberian ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. PMK dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta meningkatnya hubungan antara ibu dan bayi serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sentuhan kulit ke kulit antara ibu dan bayi akan membuat bayi merasa hangat seperti di rahim ibu sehingga bayi bisa beradaptasi dengan dunia luar. Perawatan tersebut terbukti meningkatkan ketahanan hidup bayi, menurunkan risiko infeksi di rumah sakit, serta infeksi saluran pernapasan bawah. Metode Kanguru ini sangat berguna untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir dengan berat badan rendah dan juga menurunkan penggunaan inkubator. Yang paling penting hubungan kasih sayang ibu dan bayi lebih terjamin. Pada awalnya, PMK terdiri dari 3 komponen, yaitu : kontak kulit ke kulit (skin-to-skin contact), pemberian ASI atau breastfeeding, dan dukungan terhadap ibu (support). Literatur terbaru menambahkan satu komponen lagi sehingga menjadi terdiri dari 4 komponen, yaitu: kangaroo position, kangaroo nutrition, 3 kangaroo support and kangaroo discharge. Posisi kanguru adalah menempatkan bayi pada posisi tegakdi dada ibunya, di antara kedua payudara ibu, tanpa busana. Bayi dibiarkan telanjang hanya mengenakan popok, kaus kaki dan topi sehingga terjadi kontak kulit bayi dan kulit ibu seluas mungkin. Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Ujung pengikat tepat berada di bawah kuping bayi. Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Kanguru nutrisi merupakan salah satu manfaat PMK, yaitu meningkatkan pemberian ASI secara langsung maupun dengan pemberian ASI perah. Kangaroo support merupakan bentuk bantuan secara fisik maupun emosi, baik dari tenaga kesehatan maupun keluarganya, agar ibu dapat melakukan PMK untuk bayinya. Sedangkan kangaroo discharge adalah membiasakan ibu melakukan PMK sehingga pada saat ibu pulang dengan bayi, ibu tetap dapat melakukan PMK bahkan melanjutkannya di rumah. Metode ini merupakan salah satu teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan dapat digunakan apabila fasilitas untuk perawatan BBLR sangat terbatas. Namun pelaksanaan perawatan metode kanguru pada BBLR tidak dilakukan, hal ini berhubungan dengan pendidikan ibu yang kurang dan kurangnya sumber informasi yang didapatkan oleh ibu tentang perawatan metode kanguru yang dapat perkembangan anak yang mengalami BBLR. 4 membantu pertumbuhan dan Mengingat pentingnya PMK terhadap BBLR, maka dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan pendidikan konseling kepada keluarga, agar keluarga mampu melakukan PMK terhadap bayi mereka. Dari survei awal yang dilakukan oleh peneliti di Desa Hatoguan, kurangnya pengetahuan tentang penerapan perawatan metode kanguru dilakukan pada BBLR, hal ini terjadi karena ibu tidak memiliki pendidikan yang tinggi yang akan berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu dan kurangnya informasi tentang PMK yang harus dilakukan pada anak dengan BBLR. Dan berdasarkan wawancara kepada 5 orang ibu yang memiliki anak BBLR diperolah hanya 2 orang (40%) yang mengetahui menerapkan perawatan metode kanguru pada anaknya dan sebanyak 3 orang (60%) tidak melakukan perawatan metedo kanguru. Keadaan ini terkait dengan tingkat pendidikan ibu yang bervariasi dan sumber informasi tang kurang tentang perawatan metode kanguru. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan pendidikan dan sumber informasi dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagimana hubungan pendidikan dan sumber informasi dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan. 5 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pendidikan dan sumber informasi dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Desa Hatoguan. 1.3.2.Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Desa Hatoguan. 2. Untuk mengetahui hubungan sumber informasi dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Desa Hatoguan. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang perawatan metode kanguru dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan selama mengikuti perkuliahan. 1.4.2. Bagi Tempat Penelitian Sebagai masukan informasi mengenai pentingnya perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan. 1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan 2.1.1. Pengertian Pendidikan Pengertian Pendidikan Menurut Soekidjo menjelaskan bahwa pendidikan secara umum adalah Notoatmodjo (2003), segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pengertian Pendidikan menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002), menjelaskan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik. Pengertian Pendidikan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1. menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2.1.2. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu 7 memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berikut adalah Empat Pilar Pendidikan yaitu: 1. Belajar untuk mengetahui (learning to know) Semakin luas pengetahuan seseorang, semakin baik ia dapat memahami berbagai aspek dari lingkungannya. Studi tersebut mendorong rasa ingin tahu yang lebih besar secara intelektual, mempertajam kemampuan kritis dan memungkinkan orang mengembangkan penilaian mereka secara independen pada diri sendiri dan pada dunia di sekitar mereka. 2. Belajar untuk melakukan (learning to do) Hal utama yang dimainkan oleh pengetahuan dan informasi dalam industri manufaktur telah menyusul tuntutan akan keterampilan khusus bagi tenaga kerja. Konsep utama sekarang adalah “kompetensi pribadi”. Kompetensi Pribadi ini dinilai dengan melihat campuran keterampilan dan bakat, menggabungkan keahlian bersertifikat yang diperoleh melalui pelatihan tenis dan kejuruan, perilaku social, inisiatif pribadi, dan kemauan untuk mengambil resiko. Jika kita menambahkan permintaan untuk komitmen pribadi pada pihak karyawan dalam peran mereka sebagai agen perubahan, jelas bahwa 8 jenis kompetensi pribadi melibatkan bawaan sangat subjektif atau diperoleh kualitas yang sering disebut sebagai “ keahlian interpersonal” dikombinasikan dengan pengetahuan dan keterampilan pekerjaan lain. Dari kualitas, komunikasi, dan keterampilan tim pemecahan masalah yang lebih penting adalah asumsi. 3. Belajar untuk menjadi (learning to be) Pendidikan harus berkontribusi untuk menyelesaikan pengembangan setiap orang. Semua orang di masa kecil dan remaja harus menerima pendidikan yang melengkapi mereka untuk mengembangkan independensinya sendiri, cara berpikir kritis, dan penilaian, sehingga mereka dapat mengambil keputusan untuk memilih kursus terbaik dalam hidup mereka 4. Belajar untuk hidup bersama (learning to life together) Tugas pendidikan, baik dalam rangka pembelajaran bagi siswa dan mahasiswa tentang keragaman manusia maupun untuk menanamkan kesadaran diri mereka tentang persamaan dan saling ketergantungan semua orang esensinya adalah bagaimana mereka mampu hidup bersama dengan orang lain secara bersahabat dan menyenangkan. Sejak dari anak usia dini, proses dan substansi pembelajaran harus merebut setiap kesempatan untuk mengejar aneka cabang ilmu yang mengarah pada tujuan ini. Ketika orang bekerja sama dalam proyek-proyek yang menarik dengan melibatkan mereka dalam aneka bentuk tindakan yang tidak biasa, perbedaan dan bahkan konflik antara individu cenderung melemah dan kadang-kadang hilang. 9 2.1.3. Unsur-Unsur Pendidikan Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu: 1. Subjek yang dibimbing (peserta didik). Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah: a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik. b. Individu yang sedang berkembang. c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. 2. Orang yang membimbing (pendidik) Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkunga yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat. 3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif) Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan 10 pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan. 4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan) a. Alat dan metode Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan yang kuratif. b. Tempat peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan) Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. 5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan) 6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode) 7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan) 2.2. Sumber Informasi 2.2.1. Pengertian Sumber Informasi Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan. Informasi dapat direkam atau ditransmisikan. 11 2.2.2. Macam Sumber Informasi Berdasarkan penciptaanya, terdapat tiga jenis sumber informasi, yaitu 1. Sumber primer (primary sources) Sumber informasi primer merupakan informasi yang berasal dari penemuan baru atau ilmu pengetahuan baru. Sumber primer disebut juga informasi yang berasal dari asalnya, yang dihasilkan penulis atau peneliti. Sumber primer, ada yang diterbitkan dan ada yang tidak diterbitkan. Contoh sumber primer yang diterbitkan adalah : a. Laporan penelitian b. Paten c. Prosiding d. Skripsi, Tesis, Disertasi (jika diterbitkan sebagai artikel atau buku) Contoh sumber primer yang tidak diterbitkan adalah : a. Berkas pribadi b. Berkaslembaga c. Buku harian, memo d. Lukisan e. Skripsi, tesis, disertasi 2. Sumber sekunder (secondary sources) Sumber sekuender merupakan penilaian, ringkasan atau kritikan terhadap suatu karya atau penelitian seseorang. Informasi tentang sumber primer yang disusun secara sistematis supaya mudah diakses. 12 Contoh sumber sekunder adalah : a. Buku b. Jurnal c. Majalah d. Ulasan (reviews) e. Essay f. Antologi 3. Sumber tersier (tertiary sources) Sumber tersier merupakan memuat informasi berupa saringan, rangkuman atau kumpulan dari sumber primer dan sekunder. Contoh sumber tersier adalah: a. Indeks b. Abstrak c. Almanac d. Ensiklopedia e. Bibliografi 2.3. Pengetahuan 2.3.1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan. Dalam wikipedia dijelaskan; pengetahuan adalah informasi atau 13 maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut 2.3.2. Kategori Pengetahuan Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh petanyaan b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari seluruh pertanyaan 14 2.3.3. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 15 e. Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek 2.4. Perawatan Metode Kanguru 2.4.1. Pengetian Perawatan Metode Kanguru Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skinto-skin contact dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Perawatan Metode Kanguru (PMK) mempermudah pemberian ASI, sehingga meningkatkan lama dan jumlah pemberian ASI (IDAI, 2013). Metode Kanguru adalah sebuah metode perawatan bayi yang baru lahir dengan cara meletakan bayi di dada ibu (skin to skin) untuk menyalurkan kehangatan pada bayi. Tujuannya kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi dapat menurunkan hilangnya panas melalui konduksi dan radiasi serta bertujuan untuk mempertahankan neutral thermal environment/NTE, yaitu kisaran suhu lingkungan sehingga bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya tetap normal dengan metabolisme basal minimum dan kebutuhan oksigen terkecil. Metoda ini 16 dapat juga dilakukan untuk bayi sehat. Sehingga dengan kontak langsung kulit ibu bayi ini kebutuhan dasar dari bayi berupa kehangatan, ASI, kasih sayang dan perlindungan bisa dipenuhi. 2.4.2. Metode Perawatan Kanguru Perawatan Metode Kanguru dapat dilakukan dengan dua cara: 1. PMK intermiten Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan perawatan intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi, bahkan mungkin memerlukan bantuan alat. Bayi dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator. PMK dilakukan dengan durasi minimal satu jam, secara terus-menerus per hari. Setelah bayi lebih stabil, bayi dengan PMK intermiten dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani PMK kontinu. 2. PMK kontinu Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil, dan bayi harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan untuk minum (seperti menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama, karena PMK sudah dapat dimulai meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung. Dengan melakukancPMK, pemberian ASI dapat lebih mudah prosesnya sehingga meningkatkan asupan ASI. 17 2.4.3. Manfaat Perawatan Metode Kanguru 1. Manfaat PMK dalam menurunkan angka kematian neonatal (AKN) Terdapat tiga penelitian dengan metodologi pengujian terkontrol secara acak yang membandingkan PMK dengan perawatan konvensional (menggunakan inkubator). Data Cochrane menunjukkan bahwa jumlah kematian bayi yang dilakukan PMK lebih sedikit dibandingkan bayi yang dirawat dalam inkubator. Penelitian di Addis Abeba memperlihatkan jumlah bayi yang meninggal pada kelompok PMK sebesar 22,5 % sedangkan pada kelompok non PMK sebesar 38% (p<0,05). Dari kepustakaan di atas jelaslah terlihat bahwa PMK bermanfaat dalam mencegah kematian neonatal. Hal ini dapat dijelaskan lebih lanjut dalam beberapa manfaat PMK lain di bawah ini. Manfaat PMK dalam menstabilkan suhu, pernafasan dan denyut jantung bayi Berbagai penelitian menunjukkan bahwa PMK dapat menstabilkan suhu, laju pernapasan, dan laju denyut jantung bayi lebih cepat dari bayi yang dirawat dalam inkubator. Bayi pada PMK merasa nyaman dan hangat dalam dekapan ibu sehingga tanda vital dapat lebih cepat stabil. Penelitian oleh Yanuarso di RSCM memperlihatkan bahwa dengan menggunakan metode kanguru, BBLR akan lebih cepat mencapai kestabilan suhu tubuh dibanding BBLR tanpa PMK (120 menit vs. 180 menit). 2. Manfaat PMK dalam mengurangi infeksi Berbagai penelitian juga telah memperlihatkan manfaat PMK dalam mengurangi kejadian infeksi pada BBLR selama perawatan. Pada PMK, bayi terpapar oleh kuman komensal yang ada pada tubuh ibunya sehingga ia 18 memiliki kekebalan tubuh untuk kuman tersebut. Rao dalam penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah BBLR yang mengalami sepsis sebesar 3,9% pada kelompok PMK dan 14,8% pada kelompok kontrol (p=0,008). Sedangkan Agudelo dalam tulisannya menyebutkan manfaat PMK dalam menurunkan infeksi nosokomial pada usia koreksi 41 minggu (RR 0,49, 95% CI 0,250,93). Manfaat lainnya dengan berkurangnya infeksi pada bayi adalah bayi dapat dipulangkan lebih cepat sehingga masa perawatan lebih singkat, dan biaya yang dikeluarkan lebih sedikit. 3. Manfaat PMK dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi Manfaat PMK lainnya adalah meningkatkan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala bayi. Penelitian menunjukkan bahwa kenaikkan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala BBLR yang menjalani PMK lebih tinggi secara bermakna dibandingkan BBLR yang mendapat perawatan dengan metode konvensional. Subedi memperlihatkan bahwa kenaikan berat badan BBLR dapat mencapai 30 g/hari, sedangkan Gupta menunjukkan kenaikan berat badan yang mirip yaitu 29 g/hari. Feldman dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa BBLR yang dilakukan PMK memiliki nilai perkembangan yang lebih baik secara bermakna dibandingkan BBLR dengan metode konvensional. 4. Manfaat PMK dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI Pada berbagai penelitian terlihat bahwa PMK sangat erat kaitannya dengan pemberian ASI. Pada PMK, ASI dapat selalu tersedia dan sangat mudah diperoleh. Hal ini dapat dijelaskan karena bayi dengan PMK, terlebih pada 19 PMK kontinu, selalu berada di dekat payudara ibu, menempel dan terjadi kontak kulit ke kulit, sehingga bayi dapat menyusu setiap kali ia inginkan. Selain itu, ibu dapat dengan mudah merasakan tanda-tanda bahwa bayinya mulai lapar seperti adanya gerakan-gerakan pada mulut bayi, munculnya hisapan-hisapan kecil serta adanya gerakan bayi untuk mencari puting susu ibunya. Ibu dapat menilai kesiapan menyusu bayinya dengan memasukkan jari bersih ke dalam mulut bayi dan menilai isapan mulut bayi. Berikan ASI saat bayi sudah terjaga dari tidurnya. Bila telah terbiasa melakukan PMK, ibu dapat dengan mudah memberikan ASI tanpa harus mengeluarkan bayi dari baju kangurunya. Bayi yang mendapat PMK memperoleh ASI lebih lama dibandingkan bayi yang mendapat perawatan dengan metode konvensional. Perawatan metode kanguru juga meningkatkan ikatan (bonding) ibu dan bayi serta ayah dan bayi secara bermakna. Posisi bayi yang mendapat PMK memudahkan ibu untuk memberikan ASI secara langsung kepada bayinya. Selain itu, rangsangan dari sang bayi dapat meningkatkan produksi ASI ibu, sehingga ibu akan lebih sering memberikan air susunya sesuai dengan kebutuhan bayi. Pada PMK, pemberian ASI dapat dilakukan dengan menyusui bayi langsung ke payudara ibu, atau dapat pula dengan memberikan ASI perah menggunakan cangkir (cup feeding) dan dengan selang (orogastric tube). Pemberian ASI pada bayi yang dilakukan PMK umumnya akan diteruskan di rumah saat dipulangkan, dan lama pemberian ASI lebih panjang. PMK juga meningkatkan volume ASI yang dihasilkan oleh ibu. 20 2.4.4. Kriteria Bayi yang Dapat Melakukan Perawatan Metode Kanguru Metode kanguru dapat dilakukan dua minggu setelah kelahiran, dan berikut kriteria bayi yang dapat melakukan perawatan metode kanguru : 1. Umumnya bayi dengan berat badan lebih-kurang 2000 gram 2. Bayi yang tidak mengalami kelainan atau penyakit yang menyertai, serta refleks dan kordinasi isap serta menelan yang baik juga dapat menjalani metode ini. 3. Bayi harus memiliki perkembangan baik selama berada di inkubator. 4. Kesiapan serta keikutsertaan orangtua, akan sangat mendukung dalam keberhasilan metode kangguru. 2.4.5. Keuntungan Perawatan Bayi Menggunakan Metode Kanguru Adapun beberapa keuntungan dari perawatan bayi dengan menggunakan metode kanguru, di antaranya : 1. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, dan pernapasan bayi 2. Meningkatkan hubungan emosi ibu-anak 3. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi lebih baik lagi 4. Bayi menjadi tidak berlama-lama menangis 5. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi 6. Meningkatkan produksi ASI 7. Menurunkan resiko infeksi selama dalam perawatan di rumah sakit 8. Mempersingkat masa rawat di rumah sakit 21 2.4.6. Langkah-Langkah dalam Melakukan Metode Kanguru Dalam melakukan metode kanguru persiapannya adalah ibu mandi yang bersih, dan bersedia melakukan perawatan metode kanguru. Berikut ini ada beberapa langkah dalam melakukan metode kanguru adalah sebagai berikut : 1. Berikan bayi anda pakaian, topi, popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan terlebih dahulu. 2. Letakkan bayi di dada Anda, dengan posisi tegak dan bersentuhan langsung dengan kulit Anda. Pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada Anda. Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada Anda dengan kepala agak sedikit mendongak. Anda juga dapat mengenakan baju dengan ukuran besar sehingga posisi bayi bisa diletakkan di antara payudara lalu baju ditangkupkan. Kenakan selendang yang dililitkan di perut Anda agar bayi tidak terjatuh. 3. Jika baju tidak dapat menyokong bayi, Anda dapat menggunakan handuk atau kain lebar yang elastis atau kantong yang khusus dibuat untuk menjaga tubuh bayi. 4. Selama melakukan metode kanguru ini, Anda masih dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bergerak bebas walaupun berdiri, duduk, berjalan, makan dan mengobrol. Namun pastikan, saat tidur, posisi Anda setengah duduk atau meletakkan beberapa bantal di belakang punggung. 5. Jika Anda lelah, metode ini dapat dilakukan juga oleh ayah atau orang lain. 6. Perhatikan persiapan sang ibu, bayi, posisi bayi, pemantauan bayi, cara pemberian ASI, dan kebersihan ibu juga bayinya. 22 2.5. Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Pendidikan Pengetahuan Tentang Perawatan Metode Kanguru Sumber Informasi Gambar 2.1. Kerangka Konsep 2.6. Hipotesa Penelitian 1. Ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan. 2. Ada hubungan sumber informasi dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan. 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan desain cross sectional, yaitu variabel independen dan variabel dependen diteliti secara bersamaan dan dalam satu waktu yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang terdapat antara kedua variabel tersebut. 3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Hatoguan dengan alasan : 1. Pelaksanaan perawatan metode kanguru masih sangat rendah. 2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang perawatan metode kanguru. 3. Desa tersebut memiliki jumlah populasi yang cukup untuk diteliti. 3.2.2 . Waktu Penelitian Waktu penelitian dimulai pada bulan Juni 2015. 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang memiliki bayi 0-12 bulan dan batita usia 1-2 tahun di Desa Hatoguan dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 sebanyak 45 orang. 24 3.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi sampel yaitu sebesar 45 orang. 3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diambil langsung menggunakan kuesioner. 3.4.2. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara meminta kesediaan responden di Desa Hatoguan sampai batas sampel terpenuhi. Peneliti terlebih dahulu menjelaskan cara pengisian kuesioner, menayakan apakah ada hal-hal yang tidak dimengerti oleh responden. Apabila ada maka harus dijelaskan kembali setelah itu hasil kuesioner dikumpulkan kembali. 3.5. Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Definisi Operasional 1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan diselesaikan oleh responden dengan memperoleh ijazah. 2. Sumber Informasi adalah ada tidaknya ibu memperoleh informasi tentang perawatan metode kanguru. Cara dan Alat Ukur Wawancara Skala Ukur Ordinal Wawancara Ordinal 25 Hasil Ukur 0. 1. 2. 3. SD SMP SMA PT 0. Ada 1. Tidak Ada Tabel 3.1 (Lanjutan) 3. Pengetahuan tentang perawatan metode kanguru adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang perawatan metode kanguru yang dinilai dari jawaban responden terhadap pertanyaan yang diberikan melalui kuesioner Wawancara Ordinal 0. Baik 1. Cukup 2. Kurang 3.6. Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1. Pengolahan data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan langkah–langkah sebagai berikut : a. Pengeditan (Editing) Pada tahap pengeditan data dilakukan dengan memeriksa kelengkapan dari data rekam medik yang bertujuan agar data yang diperoleh dapat diolah benar sehingga pengolahan data memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti. b. Pengkodean (Coding) Setelah data diperoleh, penulis melakukan pengkodean untuk mempermudah analisis data c. Pemasukan data (Entering) Pemasukan data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah selesai di coding dari dummy tabel ke dalam program komputer. 26 d. Pembersihan (Cleaning) Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan ke dalam komputer apakah ada kesalahan atau tidak. Apabila ada data yang salah maka dilakukan editing data. 3.6.2. Analisis data Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah analisa data univariat dan bivariat. Analisis univariat untuk bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian dan digunakan untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel sedangkan analisis bivariat ini digunakan untuk melihat hubungan pendidikan dan sumber informasi dengan pengetahuan ibu hamil tentang perawatan metode kanguru (PMK) di Desa Hatoguan dengan menggunakan uji statistik Chi-square. Adapun rumus Chi-square yang digunakan adalah sebagai berikut : Dimana : ² = Chi-square O = Nilai hasil observasi E = Nilai yang diharapkan Untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen maka dilakukan uji statistik chi-square dengan α = 0,05. Jika hasil perhitungan statistic dengan bantuan perangkat lunak komputer nilai ρ < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen 27 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Hatoguan terletak di Kabupaten Samosir. Desa ini merupakan salah satu desa yang terletak di daerah dataran tinggi. Secara geografis Desa Hatoguan mempunyai luas wilayah 12.112 km2. 4.2. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel independen (pendidikan dan sumber informasi) dan variabel independen (pengetahuan tentang perawatan metode kanguru) seperti dibawah ini : 4.2.1. Pemberian Pendidikan Untuk melihat distribusi frekuensi pendidikan responden di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir No 1 2 3 Pendidikan Jumlah 21 12 12 45 SD SMP SMA Jumlah Persentase 46,7 26,7 26,7 100,0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pendidikan responden di Desa Hatoguan lebih banyak dengan pendidikan SD sebanyak 21 orang (46,7%) dan lebih sedikit dengan pendidikan SMP dan SMA masing-masing sebanyak 12 orang (26,7%). 28 4.2.2. Sumber Informasi Untuk melihat distribusi frekuensi sumber informasi di Desa Hatoguan dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi di Hatoguan Kabupaten Samosir No 1 2 Sumber Informasi Tidak Mendapat Informasi Mendapat Informasi Jumlah Jumlah 24 21 45 Persentase 53,3 46,7 100,0 Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa responden lebih banyak dengan tidak mendapatkan informasi tentang metode kanguru sebanyak 24 orang (53,3%) dan lebih sedikit dengan mendapat informasi sebanyak 21 orang (46,7%). 4.2.3. Pengetahuan Untuk melihat pengetahuan responden di Desa Hatoguan disusun sebanyak 10 pertanyaan dan dapat dijabarkan pada dibawah ini : Tabel 4.3. Distribusi Pengetahuan Responden di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir No Jawaban Benar Salah f % f % 22 48,9 23 51,1 Pengetahuan 1 2 3 4 Metode Kanguru merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu. Metode kanguru mempermudah 23 pemberian ASI, sehingga meningkatkan lama dan jumlah pemberian ASI. Tujuannya kontak kulit ke kulit antara 17 ibu dan bayi dapat mempertahankan suhu tubuh bayi tetap normal. Metode kanguru bermanfaat dalam 22 menstabilkan suhu, pernafasan dan denyut jantung bayi. 29 Total N 45 % 100 51,1 22 48,9 45 100 37,8 28 62,2 45 100 48,9 23 51,1 45 100 Tabel 4.3 (Lanjutan) 5 6 7 8 9 10 Metode kanguru bermanfaat dalam mengurangi kejadian infeksi pada BBLR selama perawatan. Metode kanguru bermanfaat dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi Metode kanguru bermanfaat dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI Metode kanguru dapat dilakukan dua minggu setelah kelahiran Kriteria bayi yang dapat melakukan perawatan metode kanguru pada umumnya bayi dengan berat badan lebih-kurang 2000 gram Metode kanguru bermanfaat meningkatkan hubungan emosi ibu-anak 21 46,7 24 53,3 45 100 19 42,2 26 57,8 45 100 23 51,1 22 48,9 45 100 21 46,7 24 53,3 45 100 16 35,6 29 64,4 45 100 19 42,2 26 57,8 45 100 Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa responden menjawab benar metode kanguru merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu sebanyak 22 orang (48,9%, metode kanguru mempermudah pemberian ASI, sehingga meningkatkan lama dan jumlah pemberian ASI sebanyak 23 orang (51,1%, tujuannya kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi dapat mempertahankan suhu tubuh bayi tetap normal sebanyak 17 orang (37,8%), metode kanguru bermanfaat dalam menstabilkan suhu, pernafasan dan denyut jantung bayi sebanyak 22 orang (48,9%), metode kanguru bermanfaat dalam mengurangi kejadian infeksi pada BBLR selama perawatan sebanyak 21 orang (46,7%), metode kanguru bermanfaat dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi sebanyak 19 orang (42,2%), metode kanguru bermanfaat dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI sebanyak 23 orang (51,1%), metode kanguru dapat dilakukan dua minggu setelah kelahiran sebanyak 21 orang 30 (46,7%), kriteria bayi yang dapat melakukan perawatan metode kanguru pada umumnya bayi dengan berat badan lebih-kurang 2000 gram sebanyak 16 orang (35,6%) dan metode kanguru bermanfaat meningkatkan hubungan emosi ibu-anak sebanyak 19 orang (42,2%). Hasil pengukuran pengetahuan responden tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan kemudian dikategorikan seperti pada Tabel 4.4 : Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden tentang Perawatan Metode Kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir No 1 2 Kategori Pengetahuan Baik Buruk Total f 20 25 45 % 44,4 55,6 100,0 Dari tabel 4.4 diatas terlihat bahwa kategori pengetahuan responden tentang perawatan metode kanguru lebih banyak dengan pengetahuan buruk sebanyak 25 orang (55,6%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan baik sebanyak 20 orang (44,4%). 4.3. Analisa Data Bivariat Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan variabel pendidikan dan sumber informasi dengan perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan dapat dilihat pada tabel berikut ini: 4.3.1. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan tentang Perawatan Metode Kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan dapat dilihat pada tabel berikut: 31 Tabel 4.6. Hubungan Pengetahuan dengan Pengetahuan tentang Perawatan Metode Kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir Pendidikan n 2 8 10 SD SMP SMA Pengetahuan Baik Buruk % n % 9,5 19 90,5 66,7 4 33,3 83,3 2 16,7 Total ρ N 21 12 12 % 100 0,001 100 100 Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan diperoleh bahwa ada sebanyak 2 dari 21 orang (9,5%) dengan pendidikan SD berpengetahuan baik tentang perawatan metode kanguru dan berpengetahuan buruk sebanyak 19 orang (90,5%). Kemudian ada sebanyak 8 dari 12 orang (66,7%) dengan pendidikan SMP berpengetahuan baik tentang perawatan metode kanguru dan berpengetahuan buruk sebanyak 4 orang (33,3%). Sedangkan diantara pendidikan SMA ada 10 dari 12 orang (83,3%) berpengetahuan berpengetahuan baik tentang perawatan metode kanguru dan berpengetahuan buruk sebanyak 2 orang (16,7%). Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai ρ=0.001< α (0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan. 4.3.2. Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan tentang Perawatan Metode Kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir Untuk mengetahui hubungan sumber informasi dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir dapat dilihat pada tabel berikut: 32 Tabel 4.7. Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan tentang Perawatan Metode Kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir Sumber Informasi Tidak Mendapat Mendapat Pengetahuan Baik Buruk n % n % 3 12,5 21 87,5 17 81,0 4 19,0 Total ρ n 24 21 % 100 100 0,001 Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan diperoleh bahwa ada sebanyak 3 dari 24 orang (12,5%) tidak mendapat sumber informasi dengan pengetahuan baik dan sebanyak 21 orang (87,5%) berpengetahuan buruk. Kemudian ada sebanyak 17 dari 21 orang (81,%) yang mendapat sumber informasi dengan pengetahuan baik dan sebanyak 4 orang (19,0%) berpengetahuan buruk. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai ρ=0.001< α (0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan sumber informasi dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir. 33 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan tentang Perawatan Metode Kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir Hasil penelitian tentang variabel pendidikan ibu ditemukan dengan pendidikan tinggi dengan proporsi pengetahuan buruk tentang perawatan metode kanguru 90,5%. Uji statistik chi square menunjukkan variabel pendidikan nilai p < 0,05 berhubungan dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru (PMK). Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi tingkat pendidikan akan meningkat pengetahuan ibu tentang perawatan metode kanguru. Pendidikan penting karena merupakan dasar dari mengertinya orang dalam hal menerima informasi dapat lebih mudah diterima dan diadopsi pada orang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan rendah. Pendidikan yang dimiliki oleh ibu berhubungan dengan pengetahuan yang dimilikinya, akan berusaha untuk lebih mengetahui tentang perawatan metode kanguru dan lebih berupaya mencari informasi tentang perawatan metode kanguru. Pendidikan akan membuat seseorang ingin lebih mengetahui lebih banyak hal yang diperlukan dan lebih tanggap terhadap informasi serta peka melihat perubahan-perubahan yang terjadi. Hal ini sesuai Gerungan (1986) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan jelas memengaruhi seorang pribadi dalam berpendapat, berpikir, bersikap, lebih mandiri dan rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan dengan nilai p value < 0,05 dengan RP 34,2 (95% CI = 11,081-12,362). Hal ini juga akan memengaruhi secara langsung seseorang dalam hal pengetahuannya akan orientasi 34 hidupnya termasuk dalam merencanakan keluarganya. Dari tabulasi silang dapat dilihat bahwa peningkatan pendidikan diikuti dengan peningkatan pengetahuan perawatan metode kanguru atau dengan kata lain makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan perawatan metode kanguru semakin meningkat. Demikian juga sebaliknya makin rendah pendidikan ibu, responden dengan pengetahuan baik makin menurun. Pernyataan tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Magadi (2003), menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi secara signifikan berpeluang lebih tinggi mengetahui peraawatan metode kanguru dan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah. Sedangkan responden dengan pendidikan tinggi mempunyai peluang yang sangat besar untuk mengetahui perawatan metode kanguru. Sebaliknya penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sigit (2000), yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan tidak akan memengaruhi peraawatan metode kanguru. 5.2. Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan tentang Perawatan Metode Kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan ibu tentang perawatan metode kanguru berdasarkan hasil penelitian yaitu di temukan bahwa dari 24 responden yang tidak mendapat informasi pada umumnya berpengetahuan buruk sebanyak 21 orang (87,5 %). Sedangkan dari 21 responden yang mendapat sumber informasi pada umumnya berpengetahuan baik sebanyak 17 orang (81,0 %). Setelah di uji statistik dengan chi square menunjukkan variabel sumber informasi nilai p < 0,05 berhubungan dengan pengetahuan tentang perawatan 35 metode kanguru (PMK). Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin banyak mendapatkan informasi akan meningkat pengetahuan ibu tentang perawatan metode kanguru. Jadi sumber informasi begitu berpengaruh terhadap pengetahuan ibu tentang perawatan metode kanguru. Karena pengetahuan ibu akan baik apabila mereka pernah mendapatkan informasi mengenai perawatan metode kanguru (PMK) serta manfaatnya dengan memandang dari mana sumber informasi yang mereka dapatkan. Hal ini sesuai dengan teori Uhudiyah (2003) yang menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam menyebarluaskan informasi mengenai berbagai manfaat PMK juga akan membantu penerapan PMK di masyarakat. Penyebaran informasi secara terus menerus akan mampu mempopulerkan metode ini. Demikian juga menurut pendapat Sari (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik adalah responden yang sebelumnya telah mendapatkan informasi serta penyuluhan tentang perawatan metode kanguru. Oleh sebab itu perlu KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) dan motivasi yang terus menerus sehingga ibu yang mempunyai BBLR dapat menerapkan perawatan metode kanguru dengan benar dan angka kematian akibat BBLR terutama hipotermi dapat diturunkan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rahmanidar (2012) tentang hubungan pendidikan dan sumber informasi dengan pengetahuan ibu hamil tentang perawatan metode kanguru di wilayah kerja puskesmas jeulingke kota Banda Aceh 36 Menurut asumsi peneliti setelah melakukan penelitian ini adalah ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang perawatan metode kanguru maka cenderung memiliki pengetahuan yang baik. Dan informasi mengenai perawatan metode kanguru tersebut bisa diperoleh secara langsung maupun tidak langsung. Baik dari petugas kesahatan, teman, kerabat, keluarga serta dari media cetak dan media elektronik (majalah, Koran, TV, rado, dan sebainya). 37 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Hubungan pendidikan dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir 2. Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir 6.2. Saran 1. Kepada ibu di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir untuk mencari sumber informasi yang lebih banyak tentang perawatan metode kanguru Kabupaten Samosir. 2. Kepada petugas kesehatan di Desa Hatoguan Kabupaten Samosir untuk mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang perawatan metode kanguru. 38 DAFTAR PUSTAKA IDAI, 2013, Perawatan Metode Kanguru (PMK) Meningkatkan Pemberian ASI, meningkatkan-pemberian-asi.html. Anggraini, Y., 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama Badan Pusat Statistik Provinsi Sumut, 2012. Cakupan ASI Esklusif. http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/0 2_Profil_Kes_Prov.SumateraUtara_2012.pdf. Diakses 28 Desember 2013 Danuatmaja, B. dan Meiliasari, M., 2009. 40 Hari Pasca Persalinan Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspa Swara Desfi, dkk, 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Esklusif di Kelurahan Fajar Bulan. Tesis. Universitas Lampung. Diakses 28 Desember 2013 Harnowo,P.A.,2012.http://health.detik.com/read/2012/09/19/132344/2025874/764 /1/hanya-336-bayi-di-indonesia-yang-dapat-asi-eksklusif. Diakses 27 Desember 2013 Hasibuan, Y., 2011. Diktat Biostatistika. Medan : Politeknik Kesehatan Medan Hevira,S.,2012.BentukBentukDukunganKeluargahttp://digilib.unimus.ac.id/files/d isk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira-5136-3-bab2.pdf.Diakses 25 April 2013 Hidayat, A.A., 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Machfoedz, I., 2011. Metodologi Penelitian ( Kuantitatif & Kualitatif ) Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta : Fitramaya Maryunani, A., 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. Jakarta : TIM Minarto,2011.www.http///MATERI%20ASI%20ESKLUSIF/Pentingnya%20ASI %20Eksklusif%20%20Februari%202011.htm. Diakses 30 Desember 2013 Mursyida, 2013. Hubungan Umur Ibu dan Paritas dengan Pemberian ASI Esklusif pada Bayi Berusia 0-6 bulan Di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 39 2013. 2013 Tesis. Poltekkes Kemenkes Palembang. Diakses 29 Desember Notoatmojo, S., 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Penelitian Ilmu Peraturan Pemerintah RI, 2012. Pemberian ASI Esklusif. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Prasetyono, D.S., 2012. Buku Pintar ASI Esklusif. Yogyakarta: DIVA Press Proverawati dan Rahmawati, 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika Purwanti, H., 2012. Konsep Penerapan ASI Esklusif Buku Saku untuk Bidan. Jakarta : EGC Rahmadhanny, R., 2012. Faktor Penyebab Putusnya ASI Esklusif pada Ibu Menyusui Di Puskesmas Rumbai Kecamatan Rumbai Pesisir Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. Diakses 28 Desember 2013 Riwidikdo, H., 2010. Statistik untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Rihama Roesli, U., 2012. Panduan Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Esklusif. Jakarta : Pustaka Bunda Saleha, S., 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika SDKI 2012, Angka Kematian Bayi. laporan%3Fdownload%3D45%3Alaporanpendahuluan-sdki 2012&ei=FsldU7nZJsmErAfmyYCwBw&usg=AFQjCNGch2PmxIhHV7 fDSs-q_3mt5dyBng&bvm=bv.65397613,d.bmk. Diakses 30 Desember 2013 Suhardjo. 2010. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Kanisius Sunyonto, D., 2012. Biostatistik untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika Suradi, R. dan Roesli, U., 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta : FKUI 40 TimGizi,2013.www.http///MATERI%20ASI%20ESKLUSIF/PEKAN%20ASI%2 0SEDUNIA%202013%20_%20Kementerian%20Kesehatan%20Republik %20Indonesia.htm. Diakses 30 Desember 2013 Utami, H.S., 2012. Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Praktek Pemberian ASI Esklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. Diakses 27 Desember 2013 Wawan, A. dan Dewi, M., 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, sikap, dan perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika Widuri, H., 2013. Cara Mengelola ASI Esklusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta : Pustaka Baru Wiji, R.N., 2013. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika 41 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN SUMBER INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN METODE KANGURU DI DESA HATOGUAN IDENTITAS RESPONDEN No. Responden : 1. Nama : 2. Alamat : 3. Umur : 4. Pendidikan : SUMBER INFORMASI 1. Apakah saudara mendapatkan informasi tentang perawatan metode kanguru? a. Ya b. Tidak Apabila ya, dari mana sumbernya? …………………. 42 PENGETAHUAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pernyataan Metode Kanguru merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu. Metode kanguru mempermudah pemberian ASI, sehingga meningkatkan lama dan jumlah pemberian ASI. Tujuannya kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi dapat mempertahankan suhu tubuh bayi tetap normal. Metode kanguru bermanfaat dalam menstabilkan suhu, pernafasan dan denyut jantung bayi. Metode kanguru bermanfaat dalam mengurangi kejadian infeksi pada BBLR selama perawatan. Metode kanguru bermanfaat dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi Metode kanguru bermanfaat dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI Metode kanguru dapat dilakukan dua minggu setelah kelahiran Kriteria bayi yang dapat melakukan perawatan metode kanguru pada umumnya bayi dengan berat badan lebihkurang 2000 gram Metode kanguru bermanfaat meningkatkan hubungan emosi ibu-anak 43 Ya Tidak Frequencies umur responden Valid < 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun Total Frequency 2 35 8 45 Percent Valid Percent 4.4 4.4 77.8 77.8 17.8 17.8 100.0 100.0 Cumulative Percent 4.4 82.2 100.0 Pendidikan Valid SD SMP SMU Total Frequency 21 12 12 45 Percent 46.7 26.7 26.7 100.0 Valid Percent 46.7 26.7 26.7 100.0 Cumulative Percent 46.7 73.3 100.0 Sumber Informasi Valid Tidak Dapat Total Frequency 24 21 45 Percent 53.3 46.7 100.0 Valid Percent 53.3 46.7 100.0 Cumulative Percent 53.3 100.0 P1 Valid 1 2 Total Frequency 23 22 45 Percent 51.1 48.9 100.0 Valid Percent 51.1 48.9 100.0 Cumulative Percent 51.1 100.0 P2 Valid 1 2 Total Frequency 22 23 45 Percent 48.9 51.1 100.0 Valid Percent 48.9 51.1 100.0 Cumulative Percent 48.9 100.0 P3 Frequency Percent 44 Valid Percent Cumulative Percent Valid 1 2 Total 28 17 45 62.2 37.8 100.0 62.2 37.8 100.0 62.2 100.0 P4 Valid 1 2 Total Frequency 23 22 45 Percent 51.1 48.9 100.0 Valid Percent 51.1 48.9 100.0 Cumulative Percent 51.1 100.0 P5 Valid 1 2 Total Frequency 24 21 45 Percent 53.3 46.7 100.0 Valid Percent 53.3 46.7 100.0 Cumulative Percent 53.3 100.0 P6 Valid 1 2 Total Frequency 26 19 45 Percent 57.8 42.2 100.0 Valid Percent 57.8 42.2 100.0 Cumulative Percent 57.8 100.0 P7 Valid 1 2 Total Frequency 22 23 45 Percent 48.9 51.1 100.0 Valid Percent 48.9 51.1 100.0 Cumulative Percent 48.9 100.0 P8 Valid 1 2 Frequency 24 21 Percent 53.3 46.7 45 Valid Percent 53.3 46.7 Cumulative Percent 53.3 100.0 P8 Valid 1 2 Total Frequency 24 21 45 Percent 53.3 46.7 100.0 Valid Percent 53.3 46.7 100.0 Cumulative Percent 53.3 100.0 P9 Valid 1 2 Total Frequency 29 16 45 Percent 64.4 35.6 100.0 Valid Percent 64.4 35.6 100.0 Cumulative Percent 64.4 100.0 P10 Valid 1 2 Total Frequency 26 19 45 Percent 57.8 42.2 100.0 Valid Percent 57.8 42.2 100.0 Cumulative Percent 57.8 100.0 Pengetahuan Valid Baik Buruk Total Frequency 20 25 45 Percent 44.4 55.6 100.0 46 Valid Percent 44.4 55.6 100.0 Cumulative Percent 44.4 100.0 Crosstabs Pendidikan * Pengetahuan Crosstab Pendidikan SD SMP SMU Total Count Expected Count % within Pendidikan Count Expected Count % within Pendidikan Count Expected Count % within Pendidikan Count Expected Count % within Pendidikan Pengetahuan Baik Buruk 2 19 9.3 11.7 9.5% 90.5% 8 4 5.3 6.7 66.7% 33.3% 10 2 5.3 6.7 83.3% 16.7% 20 25 20.0 25.0 44.4% 55.6% Total 21 21.0 100.0% 12 12.0 100.0% 12 12.0 100.0% 45 45.0 100.0% Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value df sided) a Pearson Chi-Square 20.121 2 .000 Likelihood Ratio 22.528 2 .000 Linear-by-Linear Association 18.277 1 .000 N of Valid Cases 45 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.33. 47 Sumber Informasi * Pengetahuan Crosstab Sumber Informasi Total Tidak Count Expected Count % within Sumber Informasi Dapat Count Expected Count % within Sumber Informasi Count Expected Count % within Sumber Informasi Pengetahuan Baik Buruk 3 21 10.7 13.3 12.5% 87.5% Total 24 24.0 100.0% 17 9.3 81.0% 4 11.7 19.0% 21 21.0 100.0% 20 20.0 44.4% 25 25.0 55.6% 45 45.0 100.0% Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Exact Sig. Value df sided) (2-sided) a 21.254 1 .000 18.573 1 .000 Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio 23.291 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear 20.782 1 .000 Association N of Valid Cases 45 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.33. b. Computed only for a 2x2 table 48