5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Komunikasi Radio Analog Sistem komunikasi radio analog adalah sistem komunikasi yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal informasi yang berupa sinyal analog. Komponen utama sistem komunikasi radio analog adalah pemancar radio analog, media transmisi berupa udara dan penerima radio analog. Bagan sistem komunikasi radio analog dapat dilihat pada Gambar 2.1. Antena Pemancar Antena Penerima Media Transmisi (Udara) Input sinyal Pemancar Radio Analog Penerima Radio Analog Output sinyal Gambar 2.1 Bagan Sistem Komunikasi Radio Analog Sumber: Sudarsana (2008) 2.2 Pengertian Modulasi Modulasi adalah suatu proses dimana properti atau parameter dari suatu gelombang divariasikan secara proporsional terhadap gelombang yang lain. Parameter yang diubah tergantung pada besarnya modulasi yang diberikan. Proses modulasi membutuhkan dua buah sinyal yaitu sinyal pemodulasi yang berupa sinyal informasi yang dikirim, dan sinyal carrier dimana sinyal informasi tersebut ditumpangkan. (Krauss, H.L, Raab, F.H. 1990) Modulasi memiliki dua macam jenis, yaitu modulasi sinyal analog dan modulasi sinyal digital. Contoh modulasi sinyal analog adalah modulasi frekuensi (FM). Tujuan dilakukannya proses modulasi antara lain : 1. Untuk memungkinkan multiplexing. Jika sebuah media transmisi dapat digunakan oleh beberapa kanal, maka modulasi dapat digunakan untuk 6 menempatkan masing-masing kanal pada wilayah spektrum frekuensi yang berbeda. 2. Untuk mengatasi keterbatasan peralatan. Pembuatan peralatan pengolahan sinyal (Signal Processing Devices) seperti filter dan amplifier memiliki tingkat kesulitan yang berbeda untuk spektrum frekuensi tertentu. Untuk itu modulasi dapat digunakan untuk menempatkan sinyal informasi ke wilayah spektrum tertentu, dimana pembuatan peralatan pengolahan sinyalnya menjadi paling mudah. 3. Untuk memungkinkan pembagian frekuensi. Modulasi memungkinkan beberapa stasiun radio dan televisi untuk melakukan siaran secara bersamaan menggunakan frekuensi sinyal pembawa yang berbeda. sehingga tidak akan terjadi interferensi antar stasiun. Di sisi penerima, dengan adanya modulasi, maka dapat dilakukan pemilihan terhadap stasiun siaran yang memang ingin didengarkan atau ditonton. Contohnya adalah siaran radio dan televisi. 2.3 Modulasi Frekuensi Sistem modulasi yang digunakan dalam sistem ini adalah sistem modulasi frekuensi, dimana dalam sistem FM (frequency modulation) amplitudo sinyal pembawa (carrier) dibuat konstan sedangkan frekuensi sinyal pembawanya berubah-ubah berbanding dengan amplitudo dari sinyal yang memodulasinya. Seperti terlihat pada Gambar 2.2, mulai t0 sampai dengan t1 tidak terjadi pemodulasian sinyal sehingga tampak pada gambar frekuensi carrier adalah konstan. Pada saat t1 sampai dengan t2 baru tampak terjadi pemodulasian. Pemodulasian itu sendiri terjadi disebabkan oleh sinyal informasi mengayun kearah positif, mengakibatkan perubahan frekuensi sinyal pembawa menjadi naik. 7 t0 t1 t2 Sinyal informasi Frekuensi Carrier Sinyal informasi Frekuensi carrier termodulasi Gambar 2.2 Pemodulasian Frekuensi Sumber: Sudarsana (2008) Frekuensi sinyal pembawa mencapai maksimum pada saat sinyal informasi mencapai puncak positif dan sebaliknya frekuensi sinyal pembawa akan mencapai minimum saat sinyal informasi mencapai puncak negatif. Jadi bisa disimpulkan semakin tinggi amplitudo sinyal informasi maka perubahan frekuensi dari sinyal carrier juga semakin tinggi, sebaliknya saat amplitudo sinyal informasi berada pada level negatif maka frekuensi dari sinyal carrier juga semakin rendah. Hubungan antara perubahan frekuensi dari gelombang pembawa, perubahan fasa dari gelombang pembawa, dan frekuensi sinyal modulasi dinyatakan sebagai indeks modulasi (m) dengan : m perubahan frekuensi (peak to peak Hz) ……...............................(2.1) frekuensi modulasi (Hz) Sinyal termodulasi frekuensi dihasilkan pada tingkat daya rendah yang kemudian diperkuat dengan beberapa deretan penguat. 8 2.4 Mikrokontroler ATMega8535 Perkembangan teknologi telah maju dengan pesat dalam perkembangan dunia elektronika, khususnya dunia mikroelektronika. Penemuan silikon menyebabkan bidang ini mampu memberikan sumbangan yang amat berharga bagi perkembangan teknologi modern. Atmel sebagai salah satu vendor yang mengembangkan dan memasarkan produk mikroelektronika telah menjadi suatu standar teknologi bagi para desainer sistem elektronika masa kini. Dengan perkembangan terakhir, yaitu generasi AVR (Alf and Vegard’s Risc processor), para desainer sistem elektronika telah diberi suatu teknologi yang memiliki kapabilitas yang amat maju, tetapi dengan biaya ekonomis yang cukup minimal. Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur RISC 8 bit, di mana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit (16-bits word) dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock, berbeda dengan instruksi MCS51 yang membutuhkan 12 siklus clock yang menyebabkan dalam frekuensi kerja yang sama, mikrokontroler AVR bekerja sampai 12 kali lebih cepat bila dibandingkan dengan mikrokontroler seri MCS51. Tentu saja itu terjadi karena kedua jenis mikrokontroler tersebut memiliki arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing), sedangkan seri MCS51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing). Secana umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega,dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masingmasing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan hampir sama. Kapabilitas detail dari mikrokontroler AVR ATMega8535 ini adalah : 1. Mikrokontroler AVR 8 bit berdaya rendah dan performa tinggi. 2. Arsitektur RISC a. 130 Instruksi standar, rata-rata dieksekusi dalam satu clock cycle b. 32 x 8 Register standar c. Dapat bekerja sampai 16 MIPS (Mega Instruction Per Second) pada 16 MHz 9 d. 3. Memiliki 2 buah multiplier Memori Program dan Memori Data a. 8 K Bytes In System Self Programmable Flash yang mampu ditulis dan baca sampai 10,000 kali. b. 512 Bytes EEPROM yang mampu ditulis dan baca sampai 100,000 kali. c. 4. 512 Bytes Internal SRAM. Periperal dan Fitur a. Dua Timer/Counter 8-bit dengan prescaler terpisah dan compare mode. b. Satu Timer/Counter 16-bit dengan prescaler terpisah, compare mode, dan capture mode. c. Real Time Counter dengan osilator terpisah. d. Empat channel PWM. e. 8 Channel ADC, dengan tingkat ketelitian 10-bit. f. Serial USART yang dapat diprogram dengan kecepatan sampai 2,5 Mbps. g. Komparator analog. h. Memiliki 32 buah saluran I/O yaitu port A, port B, port C, port D. Bahasa assembler pada AVR ATMega8535 : Bahasa assembler berguna untuk mengubah penunjuk kode assembly. Berikut adalah daftar beberapa sintaks kode assembler yang terdapat pada ATMega8535. 1. .cseg (code segment) kode ini berguna sebagai penunjuk bahwa kode atau ekspresi dibawahnya diletakkan pada memori program. Kode ini biasanya diletakkan setelah kode .deseg 2. .db (data byte) kode ini memungkinkan kita dapat meletakkan konstanta seperti serial number, dan lookup table di memory program pada alamat tertentu. 3. .dw (data word) kode ini seperti data byte, tetapi dalam ukuran word. 10 4. .org digunakan untuk mengeset program counter pada alamat tertentu 5. .byte digunakan untuk inisialisasi besar byte yang digunakan pada SRAM untuk label tertentu. 6. .dseg (data segment) digunakan sebagai penunjuk bahwa kode dibawahnya berfungsi untuk melakukan seting SRAM. 7. .def (define) kode ini memungkinkan suatu register dapat didefinisikan. 8. .equ digunakan untuk memberi nama suatu konstanta yang tidak dapat berubah. 9. .set sama seperti .equ tetapi konstantanya dapat diubah. 10. .endm (end macro) untuk mengakhiri macro. 11. .include untuk memasukkan sebuah file kedalam program agar program lebih cepat dimengerti atau memisahkan kode dalam dua file terpisah. 12. .device sebagai penunjuk jenis AVR yang digunakan. 13. .exit sebagai penunjuk agar berhenti melakukan assembly. 14. .list berguna membangkitkan file list. 15. .listmac berguna agar penambahan macro ditampilkan pada file list yang dibangkitkan. 2.4.1 Konfigurasi pin pada ATMega8535 Gambar 2.3 Konfigurasi Pin Pada ATMega8535 Sumber : www.datasheetcatalog.com (2011) 11 Konfigurasi pin ATMega8535 bisa dilihat pada Gambar 2.3. Dari gambar tersebut dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi pin ATMega8535 sebagai berikut : 1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya. 2. GND merupakan pin ground. 3. Port A (PA0 sampai PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC channel 0 sampai channel 7. 4. Port B (PB0 sampai PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus yang mencangkup Timer/Counter, komparator analog, ISP (In System Programmer) dan SPI (Serial Peripheral Interface). 5. Port C (PC0 sampai PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus yang mencangkup TWI (Two Wire Interface), komparator analog, channel PWM (Pulse Width Modulation), dan Timer Oscillator. 6. Port D (PD0 sampai PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus yang mencakup komparator analog, interupsi eksternal, dan komunikasi serial USART. 7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler. 8. XTAL 1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal. 9. AVCC merupakan pin masukan tegangan catu daya untuk ADC. 10. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC 2.4.2 Register dan instruksi pada mikrokontroler ATMega8535 Mikrokontroler ATMega8535 memiliki banyak sekali register-register perintah yang dapat digunakan dan diprogram agar berjalan sesuai keinginan perancang sistem. Setiap register memiliki fungsi masing-masing yang telah spesifik. Mikrokontroler ini memiliki 32 x 8-bit register yang dapat digunakan. Pada pemprograman berbasis assembler, mikrokontroler ATMega8535 memiliki banyak sekali instruksi yang dapat digunakan. Instruksi ini berguna untuk menciptakan baris-baris program yang tertata sesuai dengan algoritma perancang sistem, sehinga mikrokontroler ini dapat berjalan dan berfungsi sesuai dengan keinginan. Pemprograman tingkat assembler memiliki 130 buah instruksi 12 baku yang dapat digunakan. Tiap instruksi akan mempengaruhi kondisi register yang ada pada mikrokontroler. 2.5 Penerima Radio Terintegrasi Sebuah IC penerima radio terintegrasi yang diproduksi oleh Silan Microelectronics Joint-Stock dengan nama RX-2B merupakan sebuah chip yang di dalamnya terdapat penguat RF, mixer, osilator lokal, penguat IF, dan demodulator yang dapat digunakan untuk menerima sinyal AM dan FM sekaligus. Dalam perancangan sistem penerima radio, RX-2B dipilih karena harganya yang murah namun dengan kualitas yang cukup baik. Blok diagram RX-2B ditunjukkan dalam Gambar 2.4. Gambar 2.4 Blok Diagram RX-2B Sumber : http://www.ic-on-line.cn/RX-2B (2011) IC RX-2B ini memiliki 5 fungsi kontrol yang biasa digunakan pada mobil remote kontrol yakni maju, mundur, kiri, kanan, dan turbo. Konfigurasi Pin IC RX-2B dapat dilihat pada Gambar 2.5. 13 Gambar 2.5 Konfigurasi RX-2B Sumber : http://www.ic-on-line.cn/RX-2B (2011) Penjelasan masing-masing pin : 1. VO2 merupakan pin inverter 2 untuk output amplifier. 2. GND merupakan pin ground. 3. SI merupakan input untuk sinyal encoding. 4. OSCI merupakan pin input osilator. 5. OSCO merupakan pin ouput osilator. 6. RIGHT merupakan pin output yang berfungsi untuk membelokkan kontrol ke arah kanan. 7. LEFT merupakan pin output yang berfungsi untuk membelokkan kontrol ke arah kiri. 8. ROB merupakan pin yang berfungsi untuk menonaktifkan fungsi dari pin RIGHT. Pin ini akan aktif apabila tersambung ke ground. 9. LDB merupakan pin yang berfungsi untuk menonaktifkan fungsi dari pin LEFT. Pin ini akan aktif apabila tersambung ke ground. 10. BACKWARD merupakan pin output yang berfungsi untuk menggerakkan kontrol ke arah belakang (mundur). 11. FORWARD merupakan pin output yang berfungsi untuk menggerakkan kontrol ke arah depan (maju). 12. TURBO merupakan pin output yang berfungsi untuk menambah kecepatan kontrol. 13. VDD merupakan pin power supply. 14 14. VI1 merupakan pin inverter 1 untuk input amplifier. 15. VO1 merupakan pin inverter 1 untuk output amplifier. 16. VI2 merupakan pin inverter 2 untuk input amplifier. Untuk pengaplikasian IC RX-2B yang dikombinasikan dengan penerima radio FM dapat dilihat pada Gambar 2.6. Gambar 2.6 Konfigurasi IC RX-2B yang Dikombinasikan Dengan RF Circuit Sumber : http://www.ic-on-line.cn/RX-2B (2011) 15 2.6 Penerima Radio FM Gambar 2.7 Blok Diagram Sistem Penerima FM Sumber : http://www.tutorvista.com/fm-radio-receiver (2011) Penjelasan masing-masing bagian : 1. Antena berfungsi menangkap sinyal-sinyal bermodulasi yang berasal dari antena pemancar. 2. Penguat IF berfungsi menguatkan Frekuensi Intermediet (IF) sebelum diteruskan ke blok limiter. 3. Limiter (pembatas) berfungsi meredam amplitudo gelombang yang sudah termodulasi (sinyal yang dikirim oleh pemancar) agar terbentuk sinyal FM murni (beramplitudo rata). 4. Penguat RF berfungsi menguatkan sinyal yang ditangkap oleh antena sebelum diteruskan ke blok Mixer. 5. Mixer (pencampur) berfungsi mencampurkan kedua frekuensi yang berasal dari penguat RF dan Osilator Lokal. 6. Detektor FM berfungsi mendeteksi perubahan frekuensi bermodulasi, menjadi sinyal informasi (Audio). 7. De-emphasis berfungsi menekan frekuensi audio yang besarnya berlebihan yang dikirim oleh pemancar. 8. Penguat audio berfungsi menyearahkan sinyal AF serta meningkatkan level sinyal audio dan kemudian diteruskan penguat AF ke suatu pengeras suara. 16 9. OSC (Osilator Lokal) berfungsi membangkitkan getaran frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi sinyal keluaran RF. Dimana hasilnya akan diteruskan ke blok Mixer. 10. Speaker (pengeras suara) berfungsi mengubah sinyal atau getaran listrik berfrekuensi AF menjadi getaran suara yang dapat didengar oleh telinga manusia. 2.6.1 Penguat RF Penguat RF berfungsi untuk memperkuat sinyal yang diterima oleh antena, agar memiliki nilai yang cukup kuat untuk diumpankan ke mixer. Penguat RF digunakan untuk memberikan penguatan dan selektivitas ujung depan (front end) pada pesawat-pesawat penerima radio untuk memisahkan sinyal-sinyal yang masuk dari antena, sehingga didapatkan penyaringan (filtering) band pass yang tepat yang diperlukan pada penguat-penguat frekuensi antara IF (Intermediate Frequency) pada pesawat penerima. (Roddy, D. 1992) 2.6.2 Mixer Mixer merupakan sirkuit elektronik yang digunakan untuk mengkalikan (mencampur) dua buah sinyal. Keluaran mixer berupa selisih dan penjumlahan antara kedua buah sinyal tersebut. (Roddy, D. 1992) 2.6.3 Osilator lokal Osilator lokal memberikan sinyal yang dicampur dengan sinyal RF yang datang dalam mixer untuk menghasilkan sinyal frekuensi antara intermediat. Osilator lokal harus bebas dari harmonik karena frekuensi osilator lokal menentukan frekuensi jumlah atau frekuensi selisih yang akan dihasilkan pada keluaran pencampuran/mixer, maka frekuensi osilator lokal harus stabil karena penalaan penerima tidak akan mengalami pergeseran dengan adanya perubahan temperatur, tegangan catu daya, dan sebagainya. (Roddy. 1992) 17 2.6.4 Penguat IF Penguat IF berfungsi sebagai penguat sinyal IF yang dihasilkan mixer. Penguat ini dilengkapi dengan filter Band Pass yang berada pada frekuensi selisih keluaran mixer, sehingga dapat memberikan penguatan tetap pada band frekuensi tersebut. Hal ini memberikan keuntungan dalam hal selektifitas dan mampu mengurangi derau. (Roddy, D. 1992) 2.6.5 Demodulator Untuk mendapatkan kembali sinyal informasi, maka pada penerima radio diperlukan proses demodulasi. Demodulasi adalah suatu teknik untuk memisahkan sinyal informasi dari sinyal pembawa yang termodulasi. Sinyal informasi diperoleh dengan cara mendeteksi perubahan frekuensi sinyal carrier. Jika frekuensi carrier lebih tinggi dari frekuensi tengah, maka level tegangan sinyal output demodulator berada pada nilai maksimalnya, jika frekuensi carrier lebih rendah dari frekuensi tengah, maka level tegangan output demodulator berada pada nilai minimalnya. Alat yang digunakan dalam proses demodulasi adalah demodulator. Pada saat sekarang dengan kemajuan teknologi semikonduktor yang sangat pesat, kebanyakan demodulator FM yang ada dipasaran telah terintegrasi dalam IC penerima radio FM. (Roddy, D. 1992) 2.6.6 Filter Filter (pencampur) berfungsi untuk memisahkan sinyal yang dikehendaki dari sinyal-sinyal lain yang dipancarkan, dan juga untuk memperkecil pengaruh noise dan interferensi pada sinyal yang dikehendaki. (Roddy, D. 1992) 2.6.6.1 Low pass filter (LPS) Low pass filter berfungsi untuk menyaring frekuensi tinggi dari sinyal yang dipancarkan dan meloloskan frekuensi rendah yang dikehendaki. Karakteristik dari low pass filter dapat ditunjukkan dalam Gambar 2.8. 18 Gambar 2.8 Karakteristik dari Low Pass Filter Sumber : Roddy, D. (1992) Rangkaian dasar dari low pass filter dapat ditunjukkan dalam Gambar 2.9. Gambar 2.9 Low Pass Filter dasar Sumber : Roddy, D. (1992) Nilai Frekuensi yang diloloskan oleh low pass filter yang ditunjukkan dalam Gambar 2.9, dapat dinyatakan dengan persamaan : fc 1 ……………………………………….............…..........(2.2) 2RC dimana : fc = frekuensi cut-off (Hz) R = nilai resistor (ohm) C = nilai kapasitor (farad) Nilai resistor adalah tetap dan telah terintegrasi dalam RX-2B. 19 2.6.6.2 Band pass filter (BPF) Band pass filter berfungsi untuk meloloskan frekuensi tengah (pass band) dari sinyal yang dipancarkan dan menyaring frekuensi yang lainnya. Karakteristik dari band pass filter dapat ditunjukkan dalam Gambar 2.10. Gambar 2.10 Karakteristik dari Band Pass Filter. Sumber : Roddy, D. (1992) Rangkaian dari band pass filter dapat ditunjukkan dalam Gambar 2.11. Gambar 2.11 Band Pass Filter Sumber : Roddy, D. (1992) Nilai Frekuensi (Bandwidth) yang diloloskan oleh band pass filter yang ditunjukkan dalam Gambar 2.11, dapat dinyatakan dengan persamaan : BW fo .………………………………..............................................(2.3) Q 20 Q Rp o L ……………………………………………...........................(2.4) o 2 f ……………………………………………...........................(2.5) dimana : BW = bandwidth (Hz) fo = frekuensi tengah/carrier (Hz) Rp = hambatan pararel ekuivalen induktor (ohm) Q = nilai kualitas induktor o = frekuensi pusat/tengah (rad/sec) L = nilai induktansi (Henry) Untuk mendapatkan nilai Q yang baik pada induktor, maka harus digunakan kawat yang berdiamerter lebih besar dan panjang lilitan harus lebih kecil atau sama dengan diameter dari inti. 2.7 Receive Signal Level (RSL) Salah satu parameter penting dalam sistem transmisi adalah kuat sinyal dari sinyal yang ditransmisikan. Receive Signal Level (RSL) merupakan level daya yang diterima oleh piranti penerima. Nilai RSL ini dipengaruhi oleh daya pancar, jarak, penguatan antena pemancar dan penerima, serta rugi-rugi propagasi (Roddy. 1990). Gain, loss dan kuat sinyal biasa dinyatakan dalam desibel (dB), dengan alasan gain dan loss dalam jalur transmisi yang berjejer (cascade) dapat dihitung dengan penambahan dan pengurangan yang sederhana. Desibel adalah ukuran dari selisih atau beda dua besaran daya. ……………………………….......................(2.6) Dimana : NdB = Ukuran dalam Desibel P = Besar Daya Log10 = Logaritma basis 10 21 Ukuran absolut dari daya dalam desibel dapat juga dinyatakan dengan : …………....……….…………..….(2.7) atau ……….…………………..…...(2.8) Adapun fungsi dari RSL ini adalah untuk memastikan perangkat bekerja dengan baik misalnya pada kondisi jarak 20 meter karena standard minimal nilai RSL ini adalah - 80 dBm, jika nilai RSL sama dengan atau lebih kecil dari - 80 dBm maka nilai RSL ini dianggap kurang bagus karena dengan nilai tersebut link atau komunikasi antara pengirim dan penerima akan terputus (down) jika terjadi penambahan redaman pada lintasan link seperti hujan. 2.8 Bahasa BASIC Pada BASCOM-AVR Bahasa pemprograman BASIC dikenal di seluruh dunia sebagai bahasa pemrograman handal, cepat, mudah dan tergolong kedalam bahasa pemprograman tingkat tinggi. Bahasa BASIC adalah salah satu bahasa pemprograman yang banyak digunakan untuk aplikasi mikrokontroler karena kemudahan dan kompatibel terhadap mikrokontroler jenis AVR dan didukung oleh compiler software berupa BASCOM-AVR. Setiap bahasa pemrograman mempunyai standar penulisan program. Konstruksi dari program bahasa BASIC harus mengikuti aturan sebagai berikut : $regfile = “m8def.dat” inisialisasi Dim x As “tipe data” deklarasi variabel L = “nilai konstanta” deklarasi konstanta Do ’pernyataan-pernyataan’ Loop end $regfile = “m8def.dat” merupakan pengarah preprosesor bahasa BASIC yang memerintahkan untuk meyisipkan file lain, dalam hal ini adalah file 22 m8def.dat yang berisi deklarasi register dari mikrokonroler ATMega8535, pengarah preprosesor lainnya yang sering digunakan ialah sebagai berikut : menggunakan kristal clock 12 MHz komunikasi serial dengan baud rate 9600 menggunakan fasilitas EEPROM $crystal = 12000000 $baud = 9600 $eeprom Dim x As “tipe data” merupakan pengarah prosesor untuk mendeklarasikan agar variabel “x” memiliki suatu tipe data, apakah itu integer, word, byte, bit dan lain sebagainya. Nilai dari suatu variabel dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan pemrogram. L = “nilai konstanta” merupakan pengarah prosesor untuk mendeklarasikan suatu nilai konstanta. Konstanta merupakan suatu nilai yang tidak dapat diubah selama proses program berlangsung. Konstanta dapat bernilai integer, pecahan, karakter, dan string. (Iswanto.2008) 2.9 Osiloskop Osiloskop merupakan serangkaian alat untuk mengamati sinyal-sinyal yang masuk pada osiloskop, untuk kemudian diteliti hasil keluaran dari masukkan sinyal tersebut. Amplitudo dan periode dapat dicari dengan menggunakan osiloskop. Osiloskop dapat menunjukkan sinyal dengan isyarat sinusoida dan persegi. Amplitudo ditunjukkan pada arah vertikal dan periode pada arah horizontal. Lalu besar sudut fasa dan frekeunsi juga dapat diamati dari osiloskop. Untuk mengetahui lebih detail mengenai osiloskop dapat dilihat pada gambar berikut. 23 Gambar 2.12 Osiloskop Sumber : www.audioplusonline.com (2011) Penjelasan masing-masing bagian : 1. Lingkaran 1 merupakan source atau sumber sinyal. Switch pada posisi CH1 artinya sumber sinyal berasal dari channel 1. Switch pada posisi CH2 artinya sumber sinyal berasal dari channel 2. Switch pada posisi LINE artinya sumber sinyal berasal dari Line. Switch pada posisi EXT artinya sumber sinyal berasal dari sumber external di luar osiloskop. 2. Lingkaran 2 merupakan input channel 1. Osiloskop tersebut mempunyai 2 channel input, yaitu channel 1 dan channel 2. 3. Lingkaran 3 menyatakan channel mana yang ditampilkan pada layar. Switch pada posisi CH1 artinya layar akan menampilkan grafik dari channel 1. Switch pada posisi CH2 artinya layar akan menampilkan grafik dari channel 2. Switch pada posisi DUAL artinya layar akan menampilkan grafik dari channel 1 dan channel 2 secara bersamaan. Switch pada posisi ADD artinya layar akan menampilkan grafik dari channel 1 disuperposisi dengan channel 2. 4. Lingkaran 4 menyatakan jenis sinyal input. Switch pada posisi AC artinya sinyal input berupa sinyal AC. 24 Switch pada posisi GND artinya sinyal input berupa sinyal ground. Switch pada posisi DC artinya sinyal input berupa sinyal DC. Keluaran head unit dan amplifier adalah sinyal AC maka untuk menampilkan sinyalnya di osiloskop, switch harus diletakkan pada posisi AC. 5. Lingkaran 5 menyatakan Volts/Div (tegangan) perkotak pada layar osiloskop. Tombol Volts/Div diputar ke kanan artinya semakin besar volts per kotak sehingga tampilan signal semakin kecil. Tombol Volts/Div diputar ke kiri artinya semakin kecil volts per kotak sehingga tampilan signal semakin besar. Tombol kecil di tengah tombol besar yang berfungsi sama tetapi dengan skala yang lebih kecil (fine-tuning). 6. Lingkaran 6 menyatakan Vertical Position (posisi secara vertikal). Apabila tombol Vertical Position diputar ke kanan maka tampilan signal bergerak ke atas. Apabila tombol Vertical Position diputar ke kiri maka tampilan signal bergerak ke bawah. 7. Lingkaran 7 menyatakan Horizontal Position (posisi secara horizontal). Apabila tombol Horizontal Position diputar ke kanan maka tampilan signal bergerak ke kanan. Apabila tombol Horizontal Position diputar ke kiri maka tampilan signal bergerak ke kiri. 8. Lingkaran 8 menyatakan Time/Div (waktu perkotak pada layar osiloskop). Time/Div merupakan kebalikan dari frekuensi. Satuan Time/Div adalah second atau milisecond (ms). Satuan frekuensi adalah Hz atau 1/second. Contoh : Time/div = 1 ms = 0,001 second. Frekuensi = 1/0,001 Hz = 1.000 Hz = 1 kHz