walikota pariaman peraturan daerah kota pariaman nomor 14 tahun

advertisement
WALIKOTA PARIAMAN
PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN
NOMOR 14 TAHUN 2012
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PARIAMAN,
Menimbang
:
a. bahwa berdasarkan visi misi Pemerintah Daerah Kota
Pariaman (2008-2013) yaitu meningkatkan pemeratan
dan kualitas pelayanan kesehatan, maka pelu dilakukan
upaya kondusif untuk peningkatan pelayanan kepada
masyarakat serta meningkatkan mutu kesehatan
masyarakat khususnya di bidang pelayanan kesehatan
pada Pusat Kesehatan Masyarakat;
b. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sebagaimana
tersebut huruf a diatas, maka Peraturan Daerah Kota
Pariaman Nomor 39 Tahun 2004 tentang Retribusi
Pelayanan Kesehatan, sebagaimana telah diubah
beberapa kali, Perubahan Pertama dengan Perda Nomor
5 Tahun 2007 dan Perubahan Kedua dengan Perda
Nomor 3 Tahun 2009 sudah tidak sesuai lagi, sehingga
perlu dicabut dan diganti;
c. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b di atas, maka perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi
Pelayanan
Kesehatan
Pada
Pusat
Kesehatan
Masyarakat;
Mengingat
:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang
Republik Indonesia Tahun 1945;
Dasar
Negara
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitap
undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),
(Lembaran Negara RI Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 3209);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Kota Pariaman di Propinsi Sumatera
Barat (Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 25,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4187);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
1
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan lembaran Negara Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara No 5049);
10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
lembaran Negara Nomor 4578);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82);
2
14. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang
Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
15. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Pengesahan,
Pengundangan, dan Penyebarluasan
Peraturan Perundang-undangan;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 11/PMK.07/2010
tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi terhadap
Pelangaran Ketentuan di Bidang Pajak Daerah da
Retribusi Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
19. Peraturan Daerah Kota Pariaman Nomor 6 Tahun 2008
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;
20. Peraturan Daerah Kota Pariaman Nomor 10 Tahun 2008
tentang Urusan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah
Kota Pariaman.
Dengan persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PARIAMAN
dan
WALIKOTA PARIAMAN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN
KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1.
Daerah adalah Daerah Kota Pariaman.
2.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Pariaman.
3.
Walikota adalah WaliKota Pariaman.
4.
Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi
daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3
5.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
unit pelayanan teknis Dinas Kesehatan Daerah yang dimiliki dan/ atau
dikelola oleh Pemerintah Kota Pariaman termasuk Pusat Kesehatan
Masyarakat Pembantu dan Pusat Kesehatan Masyarakat Keliling yang
melayani kunjungan rawat jalan dan/ atau rawat inap.
6.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik
daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap.
7.
Retribusi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disebut Retribusi adalah
pembayaran atas pelayanan kesehatan di RSUD, Puskesmas, Pustu,
Polindes, Poskesdes, Puskesmas Keliling, tidak termasuk pelayanan
pendaftaran.
8.
Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan
yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
9.
Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
10. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan
data objek dan subjek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang
terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada wajib retribusi serta
pengawasan penyetorannya.
11. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan
batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan
tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan
perundangundangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.
13. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah
bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas
daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Walikota.
14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat
SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar
daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
15. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah
surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrative
berupa bunga dan/atau denda.
16. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengelola
data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
retribusi daerah.
4
17. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak
pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
18. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah yang selanjutnya disingkat PPNS
Daerah, adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan
Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang
untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah;
19. Puskesmas Pembantu yang selanjutnya disingkat Pustu adalah unit
pelayanan kesehatan daerah yang melayani kunjungan rawat jalan
bertempat di desa dibawah koordinasi dan bertanggung jawab kepada
Kepala Puskesmas setempat.
20. Pondok bersalin Desa yang selanjutnya disingkat Polindes adalah unit
pelayanan kesehatan yang berada di tingkat Desa yang melayani
kunjungan rawat jalan tertentu bagi ibu hamil, ibu nifas, ibu bersalin
termasuk bayi dan anak-anak serta pertolongan pertama untuk pelayanan
kesehatan kebidanan yang bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas
setempat.
21. Pos Kesehatan Desa yang selanjutnya disingkat Poskesdes adalah unit
pelayanan kesehatan yang berada di tingkat Desa yang melayani
kunjungan rawat jalan, kebidanan, promosi kesehatan dan preventif yang
bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas setempat.
22. Puskesmas Keliling adalah pelayanan kesehatan oleh Puskesmas dengan
mempergunakan kendaraan roda 4 (empat), kendaraan roda 2(dua), atau
transportasi lainnya di lokasi yang jauh dari sarana pelayanan kesehatan
yang ada.
23. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga Kesehatan kepada seseorang dan atau Pelayanan
Kesehatan lainnya.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan, dipungut retribusi atas
pelayanan kesehatan di Puskesmas, Puskesmas keliling, Pustu, Polindes,
Poskesdes, dan Balai pengobatan.
Pasal 3
(1)
Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan di,
puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan,
dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan
pendaftaran.
(2)
Dikecualikan dari objek Retribusi pelayanan kesehatan adalah pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, BUMN,
BUMD, dan pihak swasta.
5
Pasal 4
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan
kesehatan dari Pemerintah Daerah.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB IV
MASA RETRIBUSI DAN CARA MENGUKUR
TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Masa Retribusi adalah setiap kali mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pasal 7
Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jumlah, besar dan jenis
penggunaan jasa pelayanan kesehatan.
BAB V
PRINSIP YANG DIANUT DALAM PENETAPAN STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
Prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif adalah
didasarkan pada kebijaksanaan Daerah dengan memperhatikan biaya
penyediaan jasa, kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektifitas
pengendalian atas pelayanan.
BAB VI
JENIS PELAYANAN YANG DIKENAKAN TARIF
Pasal 9
(1)
Jenis Pelayanan yang dikenakan retribusi dikelompokkan menjadi:
a. Tindakan non bedah;
b. Pertolongan pertama pada kecelakaan;
c. Tindak medik ringan;
d. Tindak medik sedang;
e. Tindakan khusus;
6
f. Tindak poli gigi;
g. Rawat inap perhari;
h. Pemeriksaan laboratorium hematologi;
i. Pelayanan jenazah;
j. Pemakaian puskesmas keliling (ambulans);
k. Pemakaian oksigen;
l. Pengujian kesehatan;
m. Pemeriksaan dan pelayanan kesehatan dengan oleh dokter spesialis
referral.
(2)
Setiap pasien atau keluarganya berhak mengajukan permintaan di kelas
manapun pasien ingin dirawat, sesuai dengan kemampuan keuangan dan
sesuai dengan ruang yang tersedia di Puskesmas.
(3)
Bagi pasien yang menurut pendapat dokter yang memeriksa penderita
penyakit menular tertentu, tempat perawatannya ditentukan secara
khusus (ruang isolasi).
BAB VII
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 10
(1)
Struktur dan besarnya tarif retribusi digolongkan berdasarkan kelas
perawatan dan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan;
(2)
Struktur dan besarnya tarif retribusi Pelayanan Kesehatan tercantum
dalam lampiran Peraturan Daerah yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3)
Tarif retribusi sebagaimana tercantum pada lampiran Peraturan Daerah
ini dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali dengan
memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
(4)
Ketentuan mengenai pemberitahuan perubahan tarif retribusi yang
dilakukan Pemerintah disampaikan terlebih dahulu kepada DPRD.
(5)
Ketentuan terhadap penetapan perubahan tarif retribusi ditetapkan
dengan Peraturan Walikota.
BAB VIII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 11
Retribusi terhutang dipungut diwilayah Kota Pariaman dan atau pada tempat
pelayanan kesehatan.
7
BAB IX
PENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN,
DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN
Pasal 12
(1)
Retribusi tidak dapat diborongkan dan dipungut dengan menggunakan
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2)
Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa karcis, kupon atau kartu langganan.
(3)
Wajib Retribusi membayar lunas retribusi terutang pada saat SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan diterbitkan.
(4)
Wajib retribusi melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang
terutang ke Kas Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan
oleh Walikota dengan menggunakan SSRD.
(5)
SSRD diberikan kepada Wajib Retribusi sebagai tanda bukti pembayaran
atau penyetoran retribusi.
(6)
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru
dan/atau data yang semua belum terungkap yang menyebabkan
penambahan jumlah retribusi yang terhutang maka dikeluarkan STRD.
(7)
Bentuk isi serta tata cara penerbitan dan penyampaian SKRD atau
dokumen lainnya yang dipersamakan, STRD dan SSRD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), (3), (5) dan (6) diatur lebuh lanjut oleh
Peraturan Walikota.
(8)
Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran, retribusi
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB X
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 13
(1)
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga 2 % (dua
perseratus) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(2)
Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
didahului dengan Surat Teguran.
BAB XI
PENAGIHAN
Pasal 14
(1)
Penagihan
Retribusi
terutang
didahului
Teguran/Peringatan/surat lain yang sejenis.
8
dengan
Surat
(2)
Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari
sejak jatuh tempo pembayaran.
(3)
Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal
teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi
melunasi retribusi yang terutang.
(4)
Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh
pejabat yang ditunjuk.
surat
harus
BAB XII
PEMANFAATAN
Pasal 15
(1)
Pemanfaatan dari penerimaan retribusi diutamakan untuk mendanai
kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan
yang bersangkutan.
(2)
Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan
Walikota.
BAB XIII
KEBERATAN
Pasal 16
(1)
Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Walikota atau
pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2)
Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia dengan
disertai alasan-alasan yang jelas.
(3)
Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika wajib retribusi dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena
keadaan di luar kekuasaannya.
(4)
Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
adalah suatu keadaaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan
wajib retribusi.
(5)
Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan
pelaksanaan penagihan retribusi.
Pasal 17
(1)
Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang
diajukan.
9
(2)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk
memberikan kepastian hukum bagi wajib retribusi, bahwa keberatan yang
diajukan harus diberi keputusan oleh Walikota.
(3)
Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya
atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang
terutang.
(4)
Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat
dan Walikota tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan
tersebut dianggap diterima.
Pasal 18
(1)
Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya,
kelebihan pembayaran retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan
bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 12 (dua
belas) bulan.
(2)
Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan
pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.
BAB XIV
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 19
(1)
Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib pajak dapat mengajukan
permohonan pengembalian kepada Walikota.
(2)
Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak
diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan
(3)
Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah
dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, permohonan
pengembalian pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB
harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4)
Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan
pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5)
Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6)
Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah
lewat 2 (dua) bulan, Walikota memberikan imbalan bunga sebesar 2 %
(dua persen) setiap bulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan
pembayaran retribusi.
Pasal 20
(1)
Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran diajukan secara
tertulis kepada Walikota dengan sekurang-kurangnya memuat :
10
a. Nama dan alamat wajib retribusi;
b. Masa retribusi;
c. Besarnya kelebihan pembayaran;
d. Alasan singkat dan jelas.
(2)
Permohonan kelebihan pembayaran
langsung atau melalui pos tercatat.
retribusi
disampaikan
secara
(3)
Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos
tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Walikota.
Pasal 21
(1)
pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat
Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.
(2)
Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan hutang
retribusi lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 pembayaran
dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pembayaran.
BAB XV
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN
RETRIBUSI
Pasal 22
(1)
Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan
retribusi.
(2)
Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan wajib
retribusi, antara lain untuk mengangsur, karena bencana alam dan
kerusuhan.
(3)
Tata cara pengurangan,keringanan dan pembebasan retribusi diatur
dengan Peraturan Walikota.
BAB XVI
KEDALUWARSA PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN
PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA
Pasal 23
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah
melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi,
kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh jika:
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung
maupun tidak langsung.
11
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a,kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat
Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan
masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada
Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran
atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib
Retribusi.
Pasal 24
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Walikota menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Daerah
yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB XVII
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 25
(1)
Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberikan
insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2)
Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) ditetapkan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3)
Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.
BAB XVIII
PENYIDIKAN
Pasal 26
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan daerah, sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai
negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
12
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;
c. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
d. melakukan
penggeledahan
untuk
mendapatkan
bahan
bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan
terhadap bahan bukti tersebut;
e. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi;
pelaksanaan
tugas
f. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan
memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
g. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi;
h. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;menghentikan penyidikan; dan/atau
i. menghentikan penyidikan; dan/atau
j. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang Retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
BAB XIX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 27
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga
merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan
negara.
13
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota
Pariaman Nomor 39 Tahun 2004 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan
(Lembaran Daerah Kota Pariaman Tahun 2004 Nomor 81), sebagaimana telah
diubah beberapa kali, Perubahan Pertama dengan Peraturan Daerah Nomor 5
Tahun 2007 tentang Perubahan Pertama atas Perda Nomor 39 Tahun 2004
tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Kota Pariaman
Tahun 2007 Nomor 111) dan Perubahan Kedua dengan Peraturan Daerah
Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Perda Nomor 39 Tahun
2004 (Lembaran Daerah Kota Pariaman Tahun 2009 Nomor 13) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 29
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Pariaman.
Ditetapkan di Pariaman
pada tanggal 16 Juli 2012
WALIKOTA PARIAMAN
dto
MUKHLIS, R
Diundangkan di Pariaman
pada tanggal 17 Juli 2012
SEKRETARIS DAERAH KOTA PARIAMAN
dto
ARMEN
LEMBARAN DAERAH KOTA PARIAMAN TAHUN 2012 NOMOR 60
14
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN
NOMOR
: 14 TAHUN 2012
TANGGAL
: 17 JULI 2012
TENTANG
: RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
NO
I
II
III
IV
V
VI
JENIS PELAYANAN
TARIF
TINDAKAN NON BEDAH PERTINDAKAN
Pemasangan Infus
Pemasangan Kateter
Pemasangan Spalk
Tindakan dengan Sonde
Tindakan dengan memakai bidai/spalk
Konsultasi dan Pemeriksaan oleh Dokter Ahli
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
10.000,10.000,10.000,18.000,18.000,15.000,-
PERTOLONGAN
PERTINDAKAN
Perawatan Luka
Perawatan Luka
Perawatan Luka
Perawatan Luka
Perawatan Luka
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
5.000,10.000,15.000,20.000,30.000,-
PERTAMA PADA KECELAKAAN
Tanpa Jahitan
Tanpa Jahitan dengan ATS
dengan Jahitan < 5 tanpa ATS
dengan Jahitan < 5 dengan ATS
dengan Jahitan > 5 dengan ATS
TINDAK MEDIK RINGAN
Insisi dan Eksisi kecil
Luka Bakar (10 % tanpa komplikasi)
Perawatan Luka dan Ganti Perban
Tindik Daun Telinga
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
TINDAK MEDIK SEDANG
Insisi dan Eksisi besar
Luka Bakar > 10 %
Tumor Jinak Kecil (Kista, Aterom, Clavus)
Cabut Kuku
Sunat Pria (Sircum Sisi)
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
TINDAKAN KHUSUS
Currettage yang terindikasi
Operasi Khatarak
Rp. 400.000,Rp. 750.000,-
TINDAK POLI GIGI PERTINDAKAN
Ekstraksi Gigi Susu
Ekstraksi Gigi Permanen
Ekstraksi Gigi Molar 3
Tambal Gigi Sementara
Tambal Gigi Tetap
Insisi Abses
Currettage
Pembersihan Karang gigi ¼ Rahang
Perawatan Saluran Akar
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
15
10.000,10.000,6.000,10.000,20.000,25.000,30.000,25.000,75.000,-
7.000,10.000,30.000,7.000,12.000,10.000,10.000,12.000,10.000,-
VII
RAWAT INAP PERHARI
- Bangsal
- Kelas.I
- VIP
- Rawat Bayi Baru Lahir Normal
- Rawat Bayi Baru Lahir dengan Inkubator
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
15.000,35.000,75.000,7.500,12.000,-
VIII
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
HEMATOLOGI PERTINDAKAN
Rp.
7.000,Pemeriksaan Golongan Darah
Rp.
7.000,Pemeriksaan Laju Endap Darah
Rp.
7.000,Pemeriksaan Eritrosit
Rp.
7.000,Pemeriksaan Leukosit
Rp.
7.000,Pemeriksaan Trombosit
Rp.
7.000,Pemeriksaan Diferensial
Rp.
7.000,Pemeriksaan Haemoglobin
Rp.
7.000,Pemeriksaan Malaria
Rp.
7.000,Pemeriksaan Filaria
Rp.
7.000,Pemeriksaan PH Urine
Rp.
7.000,Pemeriksaan Berat Jenis Urine
Rp.
7.000,Pemeriksaan Glukosa Urine
7.000,Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA) (kecuali Rp.
pasien TBA Kontrol tidak dipungut)
Pemeriksaan Kehamilan (Plano Test)
Rp.
7.000,Pemeriksaan Sedimen Urine
Rp. 12.000,KIMIA DARAH
Alkali Phosphate
Rp. 18.000,Gula Darah
Rp. 16.000,Gula Darah 2 jam PP
Rp. 16.000,Ureum
Rp. 16.000,Kreatinitin
Rp. 18.000,Asam Urat
Rp. 20.000,Cholesterol
Rp. 20.000,HDL Cholesterol
Rp. 19.500,LDL Cholesterol
Rp. 13.500,Trigliserida
Rp. 20.000,Bilirubin Total
Rp. 16.000,Bilirubin Direk
Rp. 16.000,SGOT
Rp. 17.000,SGPT
Rp. 17.000,Widal Test
Rp. 30.000,Albunin
Rp. 18.000,Globulin
Rp. 12.000,Total Protein
Rp. 24.000,HBSAG
Rp. 30.000,Anti HBSAG
Rp. 36.000,-
IX
PELAYANAN JENAZAH
Visum Et Repertrum Jenazah Tanpa Bedah Rp. 75.000,Mayat
X
PEMAKAIAN
PUSKESMAS
(AMBULANS)
Jarak 0 s/d ≤ 15 Km
16
KELILING
Rp. 60.000,-
XI
XII
Jarak 15 Km Keatas
Rp. 4.000,-/Km
PEMAKAIAN OKSIGEN ( per-satuan kg/cm2
Rp.
800,atau lb/inc2)
PENGUJIAN KESEHATAN
Surat Keterangan Kesehatan Umum
Surat Keterangan Untuk Asuransi
Surat Keterangan Buta Warna
Surat Keterangan Kelahiran
Visum Et Repertrum Kecelakaan
Visum Et Repertrum Akibat Kejahatan Seksual
Dokter Pengujian Tersendiri
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
6.000,12.000,6.000,9.000,24.000,36.000,30.000,-
XIII
PEMERIKSAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN
DENGAN
OLEH
DOKTER
SPESIALISASI
REFERAL PERTINDAKAN
Rp. 24.000,Eleltrokardiograf (EKG) Pertindakan
Rp. 60.000,Ultrasonograf (USG) Pertindakan
Rp. 30.000,Suction Jalan Nafas Perhari
XIII
PEMERIKSAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN
DENGAN OLEH DOKTER SPESIALIS REFERAL
Elektrokardiograf (EKG)
Ultrasonograf (USG)
Suction Jalan Nafas
Rp. 20.000,Rp. 50.000,Rp. 25.000,-
WALIKOTA PARIAMAN
MUKHLIS, R
17
PENJELASAN
PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN
NOMOR 14 TAHUN 2012
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
I. PENJELASAN UMUM
Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dengan (1) Peningkatan mutu pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien, (2) Pengendalian biaya kesehatan yang
terjangkau, (3) pemerataan upaya kesehatan dengan peran serta masyarakat
untuk hidup sehat. Upaya peningkatan mutu pelayanan dengan meningkat
biaya operasional Puskesmas, maka dilakukan analisis biaya pelayanan di
Puskesmas agar berbasis Real (Unit Cost).
Sehubungan dengan hal tersebut dan bertambahnya jenis pelayanan
serta
fasilitas
baru
pada
Pusat
Kesehatan
Masyarakat,
maka
untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan diatas Peraturan Daerah Kota Pariaman
Nomor 39 Tahun 2004 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan, sebagaimana
telah diubah beberapa kali, Perubahan Pertama dengan Peraturan Daerah
Nomor 5 Tahun 2007 dan Perubahan Kedua degan Peraturan Daerah Nomor
39 Thn 2009 perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini.
Untuk
keperluan
tersebut
Pemerintah
Kota
Pariaman
mengambil
kebijakan dengan meninjau kembali Peraturan Daerah tersebut diatas untuk
disesuaikan dengan tuntutan perkembangan keadaan.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 s/d 29
: Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA PARIAMAN TAHUN 2012 NOMOR 133.
18
19
Download