WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan visi misi Pemerintah Daerah Kota Pariaman (2008-2013) yaitu meningkatkan pemeratan dan kualitas pelayanan kesehatan, maka pelu dilakukan upaya kondusif untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta meningkatkan mutu kesehatan masyarakat khususnya di bidang pelayanan kesehatan pada Pusat Kesehatan Masyarakat; b. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sebagaimana tersebut huruf a diatas, maka Peraturan Daerah Kota Pariaman Nomor 39 Tahun 2004 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan, sebagaimana telah diubah beberapa kali, Perubahan Pertama dengan Perda Nomor 5 Tahun 2007 dan Perubahan Kedua dengan Perda Nomor 3 Tahun 2009 sudah tidak sesuai lagi, sehingga perlu dicabut dan diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b di atas, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Pusat Kesehatan Masyarakat; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945; Dasar Negara 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitap undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), (Lembaran Negara RI Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Pariaman di Propinsi Sumatera Barat (Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4187); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 1 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan lembaran Negara Nomor 4438); 9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara No 5049); 10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan lembaran Negara Nomor 4578); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82); 2 14. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; 15. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 11/PMK.07/2010 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi terhadap Pelangaran Ketentuan di Bidang Pajak Daerah da Retribusi Daerah; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 19. Peraturan Daerah Kota Pariaman Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 20. Peraturan Daerah Kota Pariaman Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Pariaman. Dengan persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PARIAMAN dan WALIKOTA PARIAMAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah Kota Pariaman. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Pariaman. 3. Walikota adalah WaliKota Pariaman. 4. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3 5. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah unit pelayanan teknis Dinas Kesehatan Daerah yang dimiliki dan/ atau dikelola oleh Pemerintah Kota Pariaman termasuk Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu dan Pusat Kesehatan Masyarakat Keliling yang melayani kunjungan rawat jalan dan/ atau rawat inap. 6. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 7. Retribusi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas pelayanan kesehatan di RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas Keliling, tidak termasuk pelayanan pendaftaran. 8. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. 9. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 10. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada wajib retribusi serta pengawasan penyetorannya. 11. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan. 12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundangundangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. 13. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Walikota. 14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang. 15. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrative berupa bunga dan/atau denda. 16. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengelola data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah. 4 17. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya. 18. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah yang selanjutnya disingkat PPNS Daerah, adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah; 19. Puskesmas Pembantu yang selanjutnya disingkat Pustu adalah unit pelayanan kesehatan daerah yang melayani kunjungan rawat jalan bertempat di desa dibawah koordinasi dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas setempat. 20. Pondok bersalin Desa yang selanjutnya disingkat Polindes adalah unit pelayanan kesehatan yang berada di tingkat Desa yang melayani kunjungan rawat jalan tertentu bagi ibu hamil, ibu nifas, ibu bersalin termasuk bayi dan anak-anak serta pertolongan pertama untuk pelayanan kesehatan kebidanan yang bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas setempat. 21. Pos Kesehatan Desa yang selanjutnya disingkat Poskesdes adalah unit pelayanan kesehatan yang berada di tingkat Desa yang melayani kunjungan rawat jalan, kebidanan, promosi kesehatan dan preventif yang bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas setempat. 22. Puskesmas Keliling adalah pelayanan kesehatan oleh Puskesmas dengan mempergunakan kendaraan roda 4 (empat), kendaraan roda 2(dua), atau transportasi lainnya di lokasi yang jauh dari sarana pelayanan kesehatan yang ada. 23. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga Kesehatan kepada seseorang dan atau Pelayanan Kesehatan lainnya. BAB II NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan, dipungut retribusi atas pelayanan kesehatan di Puskesmas, Puskesmas keliling, Pustu, Polindes, Poskesdes, dan Balai pengobatan. Pasal 3 (1) Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan di, puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran. (2) Dikecualikan dari objek Retribusi pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, BUMN, BUMD, dan pihak swasta. 5 Pasal 4 Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan kesehatan dari Pemerintah Daerah. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum. BAB IV MASA RETRIBUSI DAN CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 Masa Retribusi adalah setiap kali mendapatkan pelayanan kesehatan. Pasal 7 Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jumlah, besar dan jenis penggunaan jasa pelayanan kesehatan. BAB V PRINSIP YANG DIANUT DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8 Prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif adalah didasarkan pada kebijaksanaan Daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa, kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektifitas pengendalian atas pelayanan. BAB VI JENIS PELAYANAN YANG DIKENAKAN TARIF Pasal 9 (1) Jenis Pelayanan yang dikenakan retribusi dikelompokkan menjadi: a. Tindakan non bedah; b. Pertolongan pertama pada kecelakaan; c. Tindak medik ringan; d. Tindak medik sedang; e. Tindakan khusus; 6 f. Tindak poli gigi; g. Rawat inap perhari; h. Pemeriksaan laboratorium hematologi; i. Pelayanan jenazah; j. Pemakaian puskesmas keliling (ambulans); k. Pemakaian oksigen; l. Pengujian kesehatan; m. Pemeriksaan dan pelayanan kesehatan dengan oleh dokter spesialis referral. (2) Setiap pasien atau keluarganya berhak mengajukan permintaan di kelas manapun pasien ingin dirawat, sesuai dengan kemampuan keuangan dan sesuai dengan ruang yang tersedia di Puskesmas. (3) Bagi pasien yang menurut pendapat dokter yang memeriksa penderita penyakit menular tertentu, tempat perawatannya ditentukan secara khusus (ruang isolasi). BAB VII STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 10 (1) Struktur dan besarnya tarif retribusi digolongkan berdasarkan kelas perawatan dan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan; (2) Struktur dan besarnya tarif retribusi Pelayanan Kesehatan tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. (3) Tarif retribusi sebagaimana tercantum pada lampiran Peraturan Daerah ini dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian. (4) Ketentuan mengenai pemberitahuan perubahan tarif retribusi yang dilakukan Pemerintah disampaikan terlebih dahulu kepada DPRD. (5) Ketentuan terhadap penetapan perubahan tarif retribusi ditetapkan dengan Peraturan Walikota. BAB VIII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 11 Retribusi terhutang dipungut diwilayah Kota Pariaman dan atau pada tempat pelayanan kesehatan. 7 BAB IX PENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN, DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN Pasal 12 (1) Retribusi tidak dapat diborongkan dan dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon atau kartu langganan. (3) Wajib Retribusi membayar lunas retribusi terutang pada saat SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan diterbitkan. (4) Wajib retribusi melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Walikota dengan menggunakan SSRD. (5) SSRD diberikan kepada Wajib Retribusi sebagai tanda bukti pembayaran atau penyetoran retribusi. (6) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan/atau data yang semua belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terhutang maka dikeluarkan STRD. (7) Bentuk isi serta tata cara penerbitan dan penyampaian SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan, STRD dan SSRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), (3), (5) dan (6) diatur lebuh lanjut oleh Peraturan Walikota. (8) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran, retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. BAB X SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 13 (1) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga 2 % (dua perseratus) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. (2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didahului dengan Surat Teguran. BAB XI PENAGIHAN Pasal 14 (1) Penagihan Retribusi terutang didahului Teguran/Peringatan/surat lain yang sejenis. 8 dengan Surat (2) Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi melunasi retribusi yang terutang. (4) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk. surat harus BAB XII PEMANFAATAN Pasal 15 (1) Pemanfaatan dari penerimaan retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan. (2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Walikota. BAB XIII KEBERATAN Pasal 16 (1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas. (3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika wajib retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. (4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan wajib retribusi. (5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi. Pasal 17 (1) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. 9 (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi wajib retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Walikota. (3) Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang. (4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Walikota tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap diterima. Pasal 18 (1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan. (2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB. BAB XIV PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 19 (1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Walikota. (2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Walikota memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran retribusi. Pasal 20 (1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran diajukan secara tertulis kepada Walikota dengan sekurang-kurangnya memuat : 10 a. Nama dan alamat wajib retribusi; b. Masa retribusi; c. Besarnya kelebihan pembayaran; d. Alasan singkat dan jelas. (2) Permohonan kelebihan pembayaran langsung atau melalui pos tercatat. retribusi disampaikan secara (3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Walikota. Pasal 21 (1) pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi. (2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan hutang retribusi lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pembayaran. BAB XV PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 22 (1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi. (2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi, antara lain untuk mengangsur, karena bencana alam dan kerusuhan. (3) Tata cara pengurangan,keringanan dan pembebasan retribusi diatur dengan Peraturan Walikota. BAB XVI KEDALUWARSA PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA Pasal 23 (1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi. (2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika: a. diterbitkan Surat Teguran; atau b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung. 11 (3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut. (4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah. (5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi. Pasal 24 (1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan. (2) Walikota menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Daerah yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. BAB XVII INSENTIF PEMUNGUTAN Pasal 25 (1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberikan insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu. (2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota. BAB XVIII PENYIDIKAN Pasal 26 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 12 (3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi; c. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi; d. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; e. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi; pelaksanaan tugas f. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa; g. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi; h. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;menghentikan penyidikan; dan/atau i. menghentikan penyidikan; dan/atau j. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 27 (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. (3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara. 13 BAB XX KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota Pariaman Nomor 39 Tahun 2004 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Kota Pariaman Tahun 2004 Nomor 81), sebagaimana telah diubah beberapa kali, Perubahan Pertama dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Perubahan Pertama atas Perda Nomor 39 Tahun 2004 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Kota Pariaman Tahun 2007 Nomor 111) dan Perubahan Kedua dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Perda Nomor 39 Tahun 2004 (Lembaran Daerah Kota Pariaman Tahun 2009 Nomor 13) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 29 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Pariaman. Ditetapkan di Pariaman pada tanggal 16 Juli 2012 WALIKOTA PARIAMAN dto MUKHLIS, R Diundangkan di Pariaman pada tanggal 17 Juli 2012 SEKRETARIS DAERAH KOTA PARIAMAN dto ARMEN LEMBARAN DAERAH KOTA PARIAMAN TAHUN 2012 NOMOR 60 14 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR : 14 TAHUN 2012 TANGGAL : 17 JULI 2012 TENTANG : RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN NO I II III IV V VI JENIS PELAYANAN TARIF TINDAKAN NON BEDAH PERTINDAKAN Pemasangan Infus Pemasangan Kateter Pemasangan Spalk Tindakan dengan Sonde Tindakan dengan memakai bidai/spalk Konsultasi dan Pemeriksaan oleh Dokter Ahli Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 10.000,10.000,10.000,18.000,18.000,15.000,- PERTOLONGAN PERTINDAKAN Perawatan Luka Perawatan Luka Perawatan Luka Perawatan Luka Perawatan Luka Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 5.000,10.000,15.000,20.000,30.000,- PERTAMA PADA KECELAKAAN Tanpa Jahitan Tanpa Jahitan dengan ATS dengan Jahitan < 5 tanpa ATS dengan Jahitan < 5 dengan ATS dengan Jahitan > 5 dengan ATS TINDAK MEDIK RINGAN Insisi dan Eksisi kecil Luka Bakar (10 % tanpa komplikasi) Perawatan Luka dan Ganti Perban Tindik Daun Telinga Rp. Rp. Rp. Rp. TINDAK MEDIK SEDANG Insisi dan Eksisi besar Luka Bakar > 10 % Tumor Jinak Kecil (Kista, Aterom, Clavus) Cabut Kuku Sunat Pria (Sircum Sisi) Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. TINDAKAN KHUSUS Currettage yang terindikasi Operasi Khatarak Rp. 400.000,Rp. 750.000,- TINDAK POLI GIGI PERTINDAKAN Ekstraksi Gigi Susu Ekstraksi Gigi Permanen Ekstraksi Gigi Molar 3 Tambal Gigi Sementara Tambal Gigi Tetap Insisi Abses Currettage Pembersihan Karang gigi ¼ Rahang Perawatan Saluran Akar Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 15 10.000,10.000,6.000,10.000,20.000,25.000,30.000,25.000,75.000,- 7.000,10.000,30.000,7.000,12.000,10.000,10.000,12.000,10.000,- VII RAWAT INAP PERHARI - Bangsal - Kelas.I - VIP - Rawat Bayi Baru Lahir Normal - Rawat Bayi Baru Lahir dengan Inkubator Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 15.000,35.000,75.000,7.500,12.000,- VIII PEMERIKSAAN LABORATORIUM HEMATOLOGI PERTINDAKAN Rp. 7.000,Pemeriksaan Golongan Darah Rp. 7.000,Pemeriksaan Laju Endap Darah Rp. 7.000,Pemeriksaan Eritrosit Rp. 7.000,Pemeriksaan Leukosit Rp. 7.000,Pemeriksaan Trombosit Rp. 7.000,Pemeriksaan Diferensial Rp. 7.000,Pemeriksaan Haemoglobin Rp. 7.000,Pemeriksaan Malaria Rp. 7.000,Pemeriksaan Filaria Rp. 7.000,Pemeriksaan PH Urine Rp. 7.000,Pemeriksaan Berat Jenis Urine Rp. 7.000,Pemeriksaan Glukosa Urine 7.000,Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA) (kecuali Rp. pasien TBA Kontrol tidak dipungut) Pemeriksaan Kehamilan (Plano Test) Rp. 7.000,Pemeriksaan Sedimen Urine Rp. 12.000,KIMIA DARAH Alkali Phosphate Rp. 18.000,Gula Darah Rp. 16.000,Gula Darah 2 jam PP Rp. 16.000,Ureum Rp. 16.000,Kreatinitin Rp. 18.000,Asam Urat Rp. 20.000,Cholesterol Rp. 20.000,HDL Cholesterol Rp. 19.500,LDL Cholesterol Rp. 13.500,Trigliserida Rp. 20.000,Bilirubin Total Rp. 16.000,Bilirubin Direk Rp. 16.000,SGOT Rp. 17.000,SGPT Rp. 17.000,Widal Test Rp. 30.000,Albunin Rp. 18.000,Globulin Rp. 12.000,Total Protein Rp. 24.000,HBSAG Rp. 30.000,Anti HBSAG Rp. 36.000,- IX PELAYANAN JENAZAH Visum Et Repertrum Jenazah Tanpa Bedah Rp. 75.000,Mayat X PEMAKAIAN PUSKESMAS (AMBULANS) Jarak 0 s/d ≤ 15 Km 16 KELILING Rp. 60.000,- XI XII Jarak 15 Km Keatas Rp. 4.000,-/Km PEMAKAIAN OKSIGEN ( per-satuan kg/cm2 Rp. 800,atau lb/inc2) PENGUJIAN KESEHATAN Surat Keterangan Kesehatan Umum Surat Keterangan Untuk Asuransi Surat Keterangan Buta Warna Surat Keterangan Kelahiran Visum Et Repertrum Kecelakaan Visum Et Repertrum Akibat Kejahatan Seksual Dokter Pengujian Tersendiri Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 6.000,12.000,6.000,9.000,24.000,36.000,30.000,- XIII PEMERIKSAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN OLEH DOKTER SPESIALISASI REFERAL PERTINDAKAN Rp. 24.000,Eleltrokardiograf (EKG) Pertindakan Rp. 60.000,Ultrasonograf (USG) Pertindakan Rp. 30.000,Suction Jalan Nafas Perhari XIII PEMERIKSAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN OLEH DOKTER SPESIALIS REFERAL Elektrokardiograf (EKG) Ultrasonograf (USG) Suction Jalan Nafas Rp. 20.000,Rp. 50.000,Rp. 25.000,- WALIKOTA PARIAMAN MUKHLIS, R 17 PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN I. PENJELASAN UMUM Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan (1) Peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, (2) Pengendalian biaya kesehatan yang terjangkau, (3) pemerataan upaya kesehatan dengan peran serta masyarakat untuk hidup sehat. Upaya peningkatan mutu pelayanan dengan meningkat biaya operasional Puskesmas, maka dilakukan analisis biaya pelayanan di Puskesmas agar berbasis Real (Unit Cost). Sehubungan dengan hal tersebut dan bertambahnya jenis pelayanan serta fasilitas baru pada Pusat Kesehatan Masyarakat, maka untuk meningkatkan pelayanan kesehatan diatas Peraturan Daerah Kota Pariaman Nomor 39 Tahun 2004 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan, sebagaimana telah diubah beberapa kali, Perubahan Pertama dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 dan Perubahan Kedua degan Peraturan Daerah Nomor 39 Thn 2009 perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini. Untuk keperluan tersebut Pemerintah Kota Pariaman mengambil kebijakan dengan meninjau kembali Peraturan Daerah tersebut diatas untuk disesuaikan dengan tuntutan perkembangan keadaan. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s/d 29 : Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA PARIAMAN TAHUN 2012 NOMOR 133. 18 19