Tinggi Wajah, Panjang dan Tinggi Kepala Berkorelasi Secara Positif

advertisement
Tinggi Wajah, Panjang dan Tinggi Kepala Berkorelasi Secara Positif
dengan Tinggi Badan Manusia
Anang Chorniawan
[email protected]
Mahasiswa Departemen Antropologi, Fisip, Universitas Airlangga
Abstrak
Tumbuh kembang badan manusia pasti berjalan secara selaras antara bagian satu dengan
yang lain. Menarik untuk diketahui bagaimana korelasi antara tinggi badan dengan variabel
ukuran kepala dan wajah, yaitu tinggi wajah, panjang dan tinggi kepala. Penelitian ini sebagai
studi preliminer untuk dapat memperkirakan ukuran-ukuran mana yang sekiranya dapat
dipergunakan untuk merekonstruksi tinggi badan jika ditemukan hanya bagian kepala dan
wajah. Sampel terdiri dari 50 laki-laki dan 50 perempuan dewasa berumur 18-23 tahun yang
sedang studi di FISIP Universitas Airlangga. Variabel-variabel yang diukur adalah tinggi
badan, tinggi wajah atas, tinggi wajah genap, panjang kepala maksimal, dan tinggi kepala
(vertex-tragion.) Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan ratarata dan deviasi standar, serta dilakukan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ukuran panjang kepala berkorelasi positif dengan tinggi badan, tetapi
angka korelasi tidak besar. Ukuran tinggi wajah tidak berkorelasi secara signifikan dengan
tinggi badan.
Kata kunci: antropometri, kepala, wajah, tinggi badan, korelasi
Abstract
Human growth and development must be happening in accordance to each other. It is
therefore interesting to know the correlation of stature and head and face measurements. This
study is a preliminary study to determine which measurements can be used later to
reconstruct the height of an individual when there is only head and face left. The sample of
this study consisted of 50 men and women age 18 to 23 years old studying in FISIP
Universitas Airlangga. The variables were height, upper face height (n-sto), total face height
(n-gn), head maximum length (g-op), and head height (vertex-tagion). The data were
analysed using descriotive statistics and Pearson Correlation. The results of this study showed
that head length (g-op) possitively correlated with the stature, although the number was not
very substantial. The height of face did not correlate to stature significantly.
Keywords: anthropometry, cranium, face, stature, correlation
Latar Belakang
Identifikasi rangka, jasad yang telah terurai, atau sisa-sisa manusia yang tidak dikenal,
adalah penting untuk alasan hukum dan kemanusiaan (The American Board of Forensic
78
Anthropology 2006, dalam Klepinger, 2006: 3). Antropologi forensik dalam identifikasi
meliputi penentuan rangka manusia atau hewan, berapa jumlah individu, ras, jenis kelamin,
penentuan umur dan tinggi badan, serta bekas trauma perimortem (Indriati, 2004: 5). Peran
serta antropolog forensik dalam identifikasi korban pada kasus bencana masal adalah sebagai
seorang konsultan. Keterlibatan seorang antropolog forensik di Indonesia ini semakin
dibutuhkan, mengingat maraknya kasus kriminal dan terorisme (bom bunuh diri) di mana
untuk mengungkap identitas pelaku maupun korban (Koesbardiati, 2012: 9-12).
Antropometri merupakan salah satu metode dengan cara mengukur beberapa bagian tubuh.
Bertillons dalam penelitiannya melakukan pengukuran berdasarkan pada pencatatan tinggi
badan, panjang dan lebar kepala, sidik jari (finger print), bentuk hidung, telinga, dagu, tanda
pada badan, warna kulit, warna rambut, serta DNA (Amir, 2008 dalam Limanjaya, 2010).
Tulang panjang terdapat pada bagian tangan dan kaki di antaranya humerus, radius, ulna,
femur, tibia, serta fibula (Indriati, 2004: 23).
Wankhede et al., (2012) pada populasi di India tengah dengan mengambil sampel orang
dewasa berumur 18-24 tahun tentang estimasi perawakan berdasarkan maxillo-facial
(Wankhede et al., 2012). Dengan demikian, diperkirakan bahwa terdapat korelasi antara
tinggi badan dengan ukuran-ukuran wajah.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan
permasalahan, yakni bagaimana korelasi antara tinggi badan dengan variabel ukuran kepala
dan wajah, yaitu tinggi wajah, panjang dan tinggi kepala pada mahasiswa FISIP Universitas
Airlangga Surabaya? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
tinggi badan dengan beberapa variabel ukuran kepala dan wajah yang telah ditentukan (tinggi
wajah, panjang dan tinggi kepala).
Metode
Pada penelitian ini, sampel diambil dari mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) Universitas Airlangga Surabaya. Pengambilan sampel dibagi dalam dua
kelompok, yaitu laki-laki dan perempuan. Sampel diambil sebanyak 50 orang pada
mahasiswa laki-laki dan 50 orang pada mahasiswa perempuan. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Alat yang diperlukan dalam penelitian
adalah 1) Stature meter yang merupakan alat
pengukur tinggi badan yang mempunyai panjang 200 cm. 2) Antropometer; merupakan alat
yang terdiri dari sebatang pipa sepanjang 2000 mm, yang tersusun dari 4 bagian, dengan
sebuah pegangan yang stabil. Antropometer ini yang digunakan dalam pengukuran tinggi
79
kepala. Teknik pengukuran kepala (tinggi wajah, panjang dan tinggi kepala) dan tinggi badan
dilakukan sesuai dengan yang dideskripsi pada Martin dan Knussmann (1988).
Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan rata-rata dan deviasi
standar, serta dilakukan uji korelasi. Uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Pearson
(Product Moment Analysis). Sebelum melakukan analisis korelasi, harus dilakukan uji
kenormalan data dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Pada
penelitian ini, variabel yang dikorelasikan menggunakan uji korelasi Pearson yakni antara
variabel tinggi badan (basis-vertex) dengan variabel tinggi wajah atas (nasion-prostion),
tinggi wajah genap (nasion-gnation), panjang kepala maksimal (glabella-opistocranion), dan
tinggi kepala (vertex-tragion).
Hasil Dan Pembahasan
Data yang terkumpul selain mengukur tinggi badan, tinggi kepala, panjang kepala, dan
tinggi wajah adalah menuliskan data identitas diri berupa nama, umur, jenis kelamin, tempat
asal dan tanggal lahir, etnis, serta asal orang tua.
Dari analisis didapat distribusi frekuensi sampel seperti pada Tabel 1. Sampel berumur 18
sampai 22 tahun, dengan jumlah terbanyak pada umur 19 tahun pada sampel laki-laki, dan
pada umur 18 tahun pada sampel perempuan.
Sampel dari kelompok laki-laki dan perempuan rata-rata berasal dari etnis Jawa,
beberapa dari etnis luar Jawa, dan beberapa sampel berasal dari etnis campuran. Sampel lakilaki terdapat 2 orang yang berasal dari etnis campuran Jawa-Madura, 2 orang dari etnis JawaCina, 1 orang dari etnis Jawa-Sunda, 1 orang dari etnis Jawa-Ambon, dan 1 orang berasal dari
wilayah Bima. Sementara itu, sampel perempuan terdapat 2 orang etnis campuran JawaSunda, dan 3 orang dari etnis Madura.
Tabel 1. Jumlah Sampel dan Distribusi Umur pada Sampel Laki-laki dan Perempuan
Umur
(tahun)
18
19
20
21
22
23
Total
Laki-laki
(orang)
7
16
8
7
8
4
50
Perempuan
(orang)
19
16
12
2
1
0
50
80
Tabel 2. Variasi Tinggi Badan pada Sampel Laki-laki dan Perempuan
Variabel
Mean
Min
Max
SD
Laki-laki
1682,56
1545
1850
60,775
Perempuan
1545,92
1425
1657
56, 749
Tinggi
Badan
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi badan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
Laki-laki memiliki rata-rata tinggi badan 1682,56 ± 60,77 mm (168,3 ± 6,077 cm) dengan
variasi tinggi badan minimum 1545 ± 56,75 mm (154,5 ± 5,675 cm) dan tinggi badan
maximum 1850 mm (185 cm). Rata-rata tinggi badan pada sampel perempuan sebesar
1545,92 mm (154,6 cm) dengan variasi tinggi badan minimum 1425 mm ( 142,5 cm) dan
tinggi badan maximum sebesar 1657 mm (165,7 cm).
Tabel 3. Variasi Tinggi Kepala pada Sampel Laki-laki dan Perempuan
Variabel
Mean
Min
Max
SD
Laki-laki
137,90
108
154
8,931
Perempuan
133,50
82
180
17,069
Tinggi Kepala
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata kepala sampel laki-laki lebih tinggi daripada epala
sampel perempuan, dengan selisih sebesar 4,4 mm. Rata-rata tinggi kepala sampel laki-laki
sebesar 137,90 ± 8,931 mm dengan variasi tinggi kepala minimum 108 mm dan tinggi kepala
maximum sebesar 154 mm. Perempuan memiliki rata-rata tinggi kepala sebesar 133,50 ±
17,069 mm, dengan variasi tinggi kepala minimum 82 mm dan tinggi kepala maximum
sebesar 180 mm.
81
Tabel 4. Variasi Panjang Kepala Sampel Laki-laki dan Perempuan
Variabel
Panjang
Kepala
Mean
Min
Max
SD
Laki-laki
184,04
170
206
6,477
Perempuan
174,40
159
191
6,758
Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata kepala laki-laki lebih panjang dibandingkan dengan
kepala sampel perempuan. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata panjang kepala
laki-laki sebesar 184,04 ± 6,477 mm dengan variasi panjang kepala memiliki nilai minimum
170 mm dan nilai maximum 206 mm. Pengukuran terhadap sampel perempuan menghasilkan
nilai rata-rata panjang kepala sebesar 174,40 ± 6,758 mm dengan variasi panjang kepala
minimum 159 mm dan panjang kepala maximum sebesar 191 mm.
Tabel 5. Variasi Tinggi Wajah Sampel Laki-laki dan Perempuan
Variabel
Mean
Min
Max
SD
Laki-laki
72,68
63
81
4,307
Perempuan
67,96
59
78
4,651
Laki-laki
112,52
100
131
5,997
Perempuan
106,22
93
171
11,395
Tinggi
atas
Tinggi
genap
morfologis
morfologis
wajah
wajah
Tabel 5 menunjukkan hasil pengukuran tinggi wajah sampel laki-laki dan perempuan. Ratarata tinggi morfologis wajah atas pada laki-laki sebesar 72,68 ± 4,307 mm, dengan variasi
tinggi morfologis wajah atas didapati nilai minimum 63 mm dan nilai maximum sebesar 81
mm. Sementara itu, rata-rata tinggi morfologis wajah atas pada sampel perempuan adalah
67,96 ± 4,651 mm, dengan variasi tinggi morfologis wajah atas nilai minimumnya adalah 59
mm dan nilai maximum sebesar 78 mm. Rata-rata tinggi wajah genap pada sampel laki-laki
82
adalah 112,52 ± 5,997 mm, dengan variasi tinggi wajah genap nilai minimumnya sebesar 100
mm dan nilai maximum 131 mm. Sementara nilai rata-rata tinggi wajah genap sampel
perempuan adalah sebesar 106,22 ± 11,395 mm, dengan variasi tinggi wajah genap nilai
minimumnya sebesar 93 mm, dan nilai maximum 171 mm.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa sampel laki-laki memiliki
ukuran tinggi badan, tinggi kepala, panjang kepala, dan tinggi wajah lebih besar
dibandingkan dengan ukuran sampel pada perempuan. Seperti yang dikemukakan oleh Byers
(2008) bahwa secara umum, laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan.
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah 8% (Byers, 2008).
Pada sampel laki-laki terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan
tinggi kepala, dan menunjukkan arah hubungan yang positif dengan nilai koefisien sebesar (r
= 0,373). terdapat korelasi yang bermakna antara tinggi badan dengan panjang kepala pada
kelompok sampel laki-laki, dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang, dan terdapat arah
hubungan yang positif (r = 0,386). Korelasi antara tinggi badan dengan tinggi wajah tidak
terdapat hubungan yang signifikan, baik itu tinggi morfologis wajah atas maupun tinggi
morfologis wajah genap. Kedua variabel menunjukkan nilai probabilitas > 0,01.
Pada sampel perempuan, korelasi antara tinggi badan dengan tinggi kepala tidak
terdapat hubungan yang signifikan. Terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan
dengan panjang kepala pada sampel perempuan. Nilai koefisien sebesar (r = 0,373). Terdapat
hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan tinggi morfologis wajah atas, di mana
nilai koefisiennya sebesar (r = 0,347). Sementara itu, korelasi antara tinggi badan dengan
tinggi morfologi wajah genap tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
Kesimpulan
Ukuran-ukuran panjang dan lebar kepala serta wajah sebagian berkorelasi positif
dengan tinggi badan, tetapi angka korelasi tidak besar; bahkan, ada ukuran yang tidak
berkorelasi secara signifikan dengan tinggi badan. Hal ini kemungkinan disebabkan bahwa
ukuran tinggi badan dan ukuran-ukuran kepala dan wajah selain dipengaruhi oleh unsur
genetis, juga dipengaruhi oleh lingkungan, yang mana ukuran tinggi badan dipengaruhi oleh
nutrisi dan aktifitas selama masa tumbuh kembang, sementara ukuran kepala dan wajah
dipengaruhi oleh aktifitas mengunyah yang berpengaruh terhadap otot-otot kunyah serta
tulang tempat melekatnya, sehingga akhirnya mempengaruhi ukuran-ukuran kepala dan
wajah.
83
Daftar Pustaka
Indriati E (2004) Antropologi Forensik: Identifikasi Rangka Manusia, Aplikasi Antropologi
Biologis dalam Konteks Hukum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Klepinger LL (2006) Fundamental of Forensic Anthropology. Canada: Jhon Wiley & Sons,
Inc., Hoboken, New Jersey.
Koesbardiati T (2012) Bahan Ajar Antropologi Forensik. Surabaya: Revka Petra Media.
Limanjaya A (2010) Perkiraan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Telapak Kaki pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Karya Tulis Ilmiah, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Martin R dan Knussmann R (1988) Anthropologie. Handbuch. Band I. Stuttgart: Fischer
Verlag.
Wankhede KP, Kamdi NY, Parchand MP, Anjankar VP & Bardale RV (2012) Estimation of
Stature from Maxillo-facial Anthropometry in a Central Indian Population. J Forensic Dent
Sci
4
(1)
[Diakses
10
Januari
2014]
p.
34.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3470416/.
84
Download