91 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Sumber Data dan Variabel

advertisement
91
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Sumber Data dan Variabel
Analisis dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Sumber data diperoleh
dari berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Departemen
Perdagangan, Departemen Perindustrian, dan sumber-sumber lain yang terkait
dengan penelitian ini. Data yang digunakan untuk keperluan aplikasi model adalah
data runtut waktu tiga bulanan mulai dari triwulan 1 tahun 1990 sampai dengan
triwulan 4 tahun 2009.
Penelitian ini dilakukan dengan observasi pada kurun waktu tersebut, karena pada
kondisi tersebut perekonomian Indonesia sudah sangat peka terhadap gejolak
perekonomian internasional, terutama yang bersumber dari negara mitra dagang
Indonesia, sehingga perekonomian Indonesia baik secara nasional maupun
sektoral telah terintegrasi dengan perekonomian dunia. Gambaran tersebut juga
diperkuat dengan munculnya berbagai kelompok-kelompok perdagangan yang
bersifat liberalisasi, sehingga kondisi tersebut memperlihatkan bahwa semakin
pentingnya ekspor bagi suatu negara. Penggunaan data tiga bulanan dimaksudkan
untuk kepentingan teknis statistik agar persoalan degree of freedom dapat teratasi
jika dibandingkan dengan penggunanaan data tahunan, di samping itu variabel
penelitian yang digunakan dalam model juga sudah tersedia dalam tiga bulanan,
sementara variabel makro tertentu lainnya yang tidak dimasukkan dalam model
persamaan, karena data tersebut tidak tersedia dalam bentuk triwulan, tapi dalam
tahunan, misalnya data investasi dan kesempatan kerja.
92
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel agregatif
yaitu variabel makroekonomi yang diperoleh dari berbagai sumber. Secara rinci
variabel yang digunakan dalam penelitian, disajikan pada Tabel 6.
A.
No.
Tabel 6. Variabel, Ukuran, Simbol, dan Sumber Data
Nama Variabel
Ukuran
Simbol
Sumber Data
1
PDB Nasional Riil
Rp Milyar
PDB
BPS
2
Balance of Trade
Juta US$
BOT
BPS, IMF
3
Inflasi
Persen
INF
BPS, BI
4
Nilai Tukar Rupiah thdp US $
Rp/US$
ER
Bank Indonesia
5
Ekspor Produk Pertanian
Juta US$
XPT
BPS, Deperta.
6
Ekspor Non Agro Industri
Juta US$
XNAI
BPS, Depperin
7
Ekspor Agro Industri
Juta US$
XAI
BPS, Depperin
Data dari setiap variabel yang digunakan di transformasi ke dalam bentuk
logaritma natural, kecuali data inflasi. Transformasi log dilakukan untuk
menurunkan masalah heteroskedastisitas, karena dapat memperkecil skala ukuran
data variabel hingga 10 kali lipat dari perbedaan antara dua bilangan seri
(Gujarati, 2003).
4.2. Identifikasi dan Pilihan Variabel Penelitian
4.2.1. Identifikasi Variabel
Variabel-variabel makroekonomi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah merupakan variabel endogen yang pada umumnya adalah non stasioner.
Melalui tahapan analisis yang akan dilakukan, hingga diperoleh hasil analisis yang
diharapkan, maka dapat dijadikan instrumen kebijakan dalam perekonomian.
Sebelum melakukan analisis, perlu diketahui terlebih dahulu identitas variabelvariabel yang akan digunakan dalam penelitian yaitu : variabel produk domestik
bruto (PDB), Net ekspor atau balance of trade (BOT), inflasi (INF), nilai tukar
93
rupiah terhadap dolar Amerika atau exchange rate (ER), ekspor produk pertanian
(XPT), ekspor nonagro industri (XNAI), dan ekspor agro industri (XAI). Masingmasing akan dijelaskan sebagai berikut.
1. PDB. Dalam teori makroekonomi, terdapat istilah pendapatan nasional harga
berlaku dan harga konstan atau pendapatan nasional nominal dan riil. Dalam
penelitian ini yang akan digunakan adalah variabel pendapatan nasional atas
dasar harga konstan atau PDB riil. Penggunaan nilai riil tersebut dimaksudkan
untuk menghindari adanya pengaruh harga. Nilai ukuran yang digunakan
adalah dalam milyar rupiah.
2. BOT atau Net ekspor. Neraca perdagangan adalah merupakan selisih antara
total ekspor dan total impor, baik antara dua negara maupun satu negara
dengan banyak negara. Di Indonesia terdapat ekspor migas dan non migas.
Dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah net ekspor non migas.
Sedangkan satuan ukuran nilai yang digunakan adalah dalam jutaan dolar
Amerika (US $ juta).
3. INF atau inflasi. Inflasi dihitung berdasarkan indeks harga konsumen (IHK),
yakni perubahan IHK dari periode sebelumnya ke periode berikutnya dengan
menggunakan tahun dasar tertentu. Sebenarnya tingkat inflasi juga dapat
dihitung dengan angka deflator, namun inflasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah inflasi dari perubahan IHK, dan inflasi yang digunakan
pada tingkat nasional. Ukuran nilai yang digunakan adalah persen.
4. ER atau exchange rate. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika merupakan
mata uang yang secara luas digunakan untuk transaksi internasional. Nilai
94
tukar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai nominal atau kurs mata
uang dolar Amerika terhadap rupiah.
5. XPT atau ekspor produk pertaian. Ekspor pertanian Indonesia telah dilakukan
ke banyak negara di dunia, seperti hasil-hasil dari pertaian, kehutanan,
perkebunan, perikanan, dan holtikultura. Ekspor pertanian yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah total nilai hasil ekspor produk pertanian, seperti
ekspor getah karet, kopi, udang, teh, rempah-rempah, tembakau, biji coklat,
biji-bijian, mutiara, damar, sayur-sayuran, buah-buahan, dll. Satuan ukuran
yang digunakan dalam penelitian adalah juta dolar Amerika (US $ juta).
6. XNAI atau ekspor nonagro Industri. Komoditi ekspor nonagro industri
merupakan hasil industri pengolahan dengan bahan baku non pertanian.
Berdasarkan sumber data dari Indikator Ekonomi, komoditi ekspor non agro
industri yang di ekspor misalnya, hasil industri otomotip, barang-barang
industri dari logam, pakaian jadi dan tekstil, alat-alat listrik, semen, pupuk,
bahan dari kimia, dan lainnya.
Satuan ukuran yang digunakan dalam
penelitian adalah juta dolar Amerika (US $ juta).
7. XAI atau ekspor agro industri. Agroindustri merupakan bagian dari industri
manufaktur yang berbasis pada pengolahan bahan baku hasil-hasil produk
primer. Komoditi ekspor agro industri terdiri dari hasil olahan baik berupa
produk antara maupun produk jadi. Contoh ekspor hasil-hasil agro industri
adalah : kayu olahan, termasuk kayu lapis, karet olahan, makanan ternak,
minyak atsiri, minyak kelapa sawit, asam berlemak, makanan olahan, barangbarang anyaman, kulit dan barang terbuat dari kulit, kertas dan barang yang
terbuat dari kertas, (Indikator Ekonomi).
95
4.2.2. Pilihan Variabel Penelitian
Sebagaimana telah dijlaskan sebelumnya, bahwa penelitian tentang
hubungan antara Ekspor dan pertumbuhan ekonomi atau Export-Led Growth
(ELG), tidak hanya terdiri dari variabel GDP dan Ekspor saja, tapi juga disertai
dengan variabel-variabel makroeonomi lainnya. Dalam penelitian tentang ELG,
biasanya model yang dibangun diturunkan dari fungsi produksi. Awal
pembentukan model adalah fungsi produksi Neo Klasik yang biasanya dilakukan
dalam penelitian mikroekonomi yang diaplikasikan pada perusahaan. Akan tetapi,
karena yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pada level makroeonomi, maka
variabel-variabel yang digunakan adalah variabel makro yang bersifat agregatif.
Dengan demikian fungsi produksi yang digunakan harus melalui modifikasi, baik
terhadap jenis maupun jumlah variabel dalam sistem persamaan (sub. bab. 2.7).
Dalam penelitian ini akan menggunakan 7 (tujuh) variabel makroekonomi
yakni, GDP, net ekspor (BOT), inflasi (INF), nilai tukar rupiah per dolar Amerika
(ER), ekspor produk pertanian (XPT), ekspor nonagro industri (XNAI), dan
ekspor agro industri (XAI). Alasan menggunakan variabel-variabel tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Alasan menggunakan variabel ekspor dalam penelitian ini adalah, karena
ekspor merupakan bagian dari input variabel dalam fungsi produksi negara
yang meng impor (Hachicha, 2003). Sebenarnya secara teoritis, variabel
ekspor dan juga impor merupakan bagian dari variabel yang menentukan
besaran GDP di samping konsusmsi rumah tangga, investasi, dan pengeluaran
pemerintah. Oleh karena itu, variabel ekspor adalah merupakan bagian dari
variabel penelitian.
96
2. Alasan memasukkan variabel net ekspor. Variabel net ekspor, masuknya
variabel net ekspor dalam sistem persamaan karena impor juga merupakan
input variabel, sehingga selisih ekspor dan impor juga merupakan bagian dari
variabel penelitian. Dalam hal ini juga dilakukan oleh Abow F. Stait (2005).
3. Alasan memasukkan variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
Selain ekspor dan net ekspor, juga dimasukkan variabel exchange rate, seperti
yang dilakukan oleh Doraisami (2001), Yusop, et.al (2001), dan Anoruo
bersama Ramchander (2002), kesemuanya menyertakan variabel nilai tukar ke
dalam penelitian masing-masing. Perubahan nilai tukar sangat terkait dengan
perubahan ekspor dan impor atau net ekspor. Jika perubahan ekspor lebih
besar dibandingkan dengan impor, maka akan meningkatkan nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika dan akan terjadi sebaliknya jika perubahan ekspor
lebih kecil dibandingkan dengan impor, oleh karena itu variabel exchange rate
merupakan salah satu variabel penting dalam penelitian ini.
4. Alasan memasukkan variabel inflasi. Selain variabel nilai tukar yang terkait
dengan perubahan ekspor, juga terdapat kaitannya dengan perubahan tingkat
inflasi domestik. Apabila terjadinya peningkatan ekspor lebih besar
dibandingkan impor , maka net ekspor akan positip, sehingga dapat
meningkatkan jumlah uang beredar, dan dapat berpotensi meningkatkan
kontribusinya terhadap inflasi, demikian sebaliknya tingkat inflasi juga dapat
mempengaruhi ekspor melalui perubahan biaya produksi, baik yang
bersumber dari luar maupun dari dalam negeri.
5. Variabel ekspor produk pertanian, ekspor nonagro dan agro. Sebagaimana
diketahui bahwa ekspor Indonesia terdiri dari ekspor pertanian, ekspor
97
industri, dan pertambangan. Dalam penelitian ini, variabel ekspor yang
dimasukkan dalam sistem persamaan adalah variabel ekspor pertanian dan
manufaktur. Dipilihnya kedua variabel tersebut karena keduanya memiliki
keterkaitan yang sangat erat baik ke depan dan ke belakang. Misalnya industri
agro memerlukan bahan baku dari produksi sektor pertanian. Sementara
ekspor industri manufaktur juga dibagi dalam nonagro industri dan agro.
Pemilahan keduanya perlu dilakukan karena keberadaan industri nonagro
sangat berperan dalam mendukung peningkatan produksi baik pertanian
primer maupun produksi industri agro. Oleh sebab itu penelitian ini akan
menggunakan 7 (tujuh) variabel makroekonomi yang saling terkait satu
dengan lainnya. Hal ini telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Untuk
melakukan penelitian dengan menggunakan variabel-variabel makroekonomi
yang saling terkait, akan lebih sesuai jika menggunakan metode analisis
Vector Autoregresif (Riezman at.al
( 1996), Doraisami (2001), Anoruo dan
Ramchander (2002), Hachicha (2003)).
6. Pemecahan variabel ekspor menjadi tiga variabel, bertujuan untuk melihat
variabel mana diantara ketiganya yang lebih dominan dalam menentukan
kinerja makroekonomi Indonesia.
7. Penggunaan tujuh variabel dalam penelitian. Walaupun model yang digunakan
diturunkan dari fungsi produksi, namun karena keberadaan data untuk varabel
investasi dan tenaga kerja dalam triwulanan tidak tersedia, yang tersedia
hanya data tahunan, sehingga variabel kapital dan tenaga kerja di drop dari
sistem persamaan yang digunakan, sedangkan tujuh variabel lainnya data
triwulannya tersedia dengan lengkap.
98
4.3. Model Analisis VAR
Penelitian ini akan menggunakan data time series dengan pendekatan alat
analisis Vector Autoregression. Pendekatan model VAR dianggap lebih sesuai
untuk mendeteksi hubungan timbal balik atau kausalitas dua arah yang dinamis
antar variabel dalam sistem persamaan. Seperti dilakukan oleh Sims (1980) bahwa
metode VAR telah banyak digunakan untuk penelitian makroekonomi, yang
memungkinkan peneliti dapat menganalisis hubungan timbal balik yang dinamis
antar variabel dalam sistem persamaan dengan menggunakan Impulse Response
Function dan Forecast Error Variance Decomposition. Alasan lain penggunaan
metode VAR dalam penelitian ini adalah karena metode VAR tidak tergantung
atau tidak harus mengikuti asumsi struktur ekonomi seperti dalam konsep teori,
sehingga memungkinkan semua variabel di dalam sistem merupakan variabel
endogen. Selain itu karena data time series memiliki rata-rata dan varian yang
selalu berubah sepanjang waktu (dalam fungsi waktu) sehingga data variabelnya
non stasioner, maka pengunaan metode klasik seperti OLS akan memberikan hasil
yang meragukan (spurious).
Pada model VAR penentuan variabel bebas dan variabel terikat tidak
dapat dibedakan begitu saja, karena seluruh variabel yang digunakan dalam sistem
dapat menjadi variabel endogeneous dan juga dapat menjadi variabel exogeneous
dengan lag waktu. Vector Autoregressive merupakan suatu sistem persamaan
yang menunjukkan bahwa setiap variabel merupakan fungsi linear dari konstanta
dan nilai lag variabel itu sendiri, serta nilai lag variabel lain yang ada dalam
sistem persamaan. Thomas (1997) merumuskan persamaan VAR secara umum
seperti berikut :
99
k
Zt = t +  Ai Zt – 1 + et ................................................................
(4.1)
i1
keterangan :
Zt
= Vektor variabel endogen dalam model yang berdimensi (n x 1)
At = Matrik parameter yang berdimensi (n x n)
k
= Ordo dari model VAR
t = Matrik varibel eksogen, seperti intersep, trend, termasuk dummy
et
= Matrik residual.
Metode analisis VAR
hanya mampu mendiskripsikan hubungan
keseimbangan jangka pendek, sementara itu penelitian ini dimaksudkan untuk
menggambarkan hubungan keseimbangan baik dalam jangka pendek maupun
keseimbangan dalam jangka panjang. Oleh karena itu agar dapat digunakan untuk
analisis jangka panjang, maka model VAR harus digabungkan dengan matriks
kointegrasi, kombinasi keduanya akan menghasilkan model VAR yang
terkointegrasi (cointegrating VAR), kombinasi dari kedua persamaan ini dikenal
dengan Vector Error Correction Model (VECM) (Siregar dan Ward, 2002).
4.4. Spesifikasi Model VECM
Metode VAR adalah merupakan bagian dari alat analisis ekonometrik.
Pengggunaan alat analisis VAR, memiliki beberapa alasan, antara lain :
1. Dilihat dari data yang digunakan yakni data time series. Terdapat beberapa
metode yang telah digunakan untuk analisis data time series. Untuk data
multivariate, ada empat pendekatan yaitu Cowles Commision (CC), the London
School of Economics (LSE), Vector Autoregression (VAR), dan GMMCalibration (Siregar, 2002). Dari keempat metode tersebut, metode VAR adalah
metode yang sering digunakan dalam mengatasi data makroekonomi yang bersifat
100
fluktuatif. Model VAR dan struktural VAR (SVAR) adalah merupakan model
yang telah banyak dikembangkan, karena dianggap mampu untuk mengatasi kritik
Lucas
(Lucas
Critique)
yakni
masalah
model
ekonomi
makro
tradisionalmenganggap bahwa, model yang diestimasi pada periode tertentu dapat
digunakan untuk peramalan pada rezim yang berbeda. Ini menunjukkan
pengggunaan parameter yang diestimasi tidak berubah dan digunakan pada
kondisi yang berbeda, sehingga dapat menghasilakan kesimpulan yang tidak valid
dan bias. Dalam VAR hanya terdapat variabel endogen, yang berarti pembuat
kebijakan dapat menggunakan keputusan berdasarkan pengalaman sebelumnya,
dan keputusan yang diambil akan berbeda untuk setiap rezim. Metode VAR
adalah suatu sistem persamaan yang memperlihatkan setiap peubah merupakan
fungsi linear dari konstanta dan nilai lag dari peubah itu sendiri dan nilai lag dari
peubah lainnya yang masuk dalam sistem. Jadi variabel penjelas mencakup nilai
lag dari seluruh variabel tak bebas dalam sistem.
2. Pada umumnya sifat data makroekonomi adalah time series dan non stasioner
(nilai rata-rata dan varian selalu berubah sepanjang waktu), sehingga untuk
mengatasi hal tersebut dalam VAR dilakukan uji akar unit baik untuk variabel
level maupun variabel differens, sehingga dapat dilihat variabel tersebut stasioner
atau tidak, sementara pada ekonometrik konvensional berasumsi bahwa nilai ratarata dan varian adalah konstan dan indipenden terhadap waktu.
3. Untuk menganalisis hubungan keterkaitan jangka panjang antar variabel
makroekonomi yang bersifat dinamis dan fluktuatif, maka model VECM dianggap
dapat mengakomodasi tujuan tersebut.
101
Seperti telah disinggung sebelumnya, kointegrasi adalah merupakan
kombinasi linier antara variabel non stasioner yang terkointegrasi pada ordo yang
sama. Pada data time series, seringkali ditemukan data level dari varibel tertentu
tidak stasioner, dan akan menjadi stasioner setelah dilakukan perbedaan pertama
atau I(1). Penggunaan data I(1) dalam model analisis VAR hanya dapat
mengakomodasi analisis dalam jangka pendek, berarti kehilangan informasi
jangka panjang karena tidak menggunakan data level. Oleh karena itu, agar
infomasi jangka panjang dan jangka pendek dapat terakomodasi dalam satu model
analisis, maka digunakanlah VECM.
Dalam penelitian ini jumlah variabel yang akan digunakan sebanyak 7 (tujuh)
variabel, yakni variabel ekspor pertanian dan ekspor industri manufaktur yang
dibedakan antara ekspor nonagro industri dan ekspor agro industri, serta variabel
yang dianggap mewakili kinerja makroekonomi Indonesia, yaitu produk domestik
bruto atas dasar harga konstan tahun 1993, net ekspor, inflasi, dan nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika.
Keterkaitan antara variabel ekspor dengan variabel kinerja makroekonomi
akan disesuaikan dengan tujuan penelitian, sehingga dibangun model ekonometrik
yang dispesifikasikan dengan model VECM. Spesifikasi model VECM secara
umum dalam bentuk persamaan menurut Sinha (1999) adalah :
Z t 
p 1
  Z
i 1
i
t i
  Z t 1   0   1 t   t
keterangan :

= ’ yaitu matrik parameter

= Matrik koefisien ECM
’
= Transpose vektor kointegrasi
..……..……...........
(4.2)
102
p-1
= Ordo VECM yang berasal dari lag optimal VAR
Zt = Vektor first difference ( Zt – Z t-1)
o
= Vektor intersep
1
= Vektor koefisien regresi
Zt
= Variabel penelitian (PDB, BOT, INF, ER, XPT, XNAI, XAI)
i
= Matrik koefisien regresi
t
= Vektor error term
t
= Waktu.
Vektor
atau (’) adalah merupakan parameter keseimbangan yang
mengisyaratkan adanya hubungan jangka panjang dari sistem kointegrasi dalam
bentuk matrik r x m, dimana r merupakan rank kointegrasi. Sedangkan i, adalah
parameter matriks dari efek dinamik jangka pendek.
Vektor kointegrasi
’ yang terdapat dalam model VECM adalah
merupakan parameter variabel level. Sebagai contoh, misalnya rank kointegrasi
yang dipilih berdasarkan kriteria adalah tiga (r = 3) secara matriks transpose 
dapat dilihat sebagai berikut.
1
 '   0
 0
0
1
0
0
0
1
 14
 24
 34
 15
 25
 35
 16
 26
 36
 17
 27
 37

 ................ (4.3)


Vektor kointegrasi di atas menunjukkan jumlah persamaan yang akan
digunakan pada kondisi exactly identified. Agar dapat diinterpretasikan secara
ekonomi atau sesuai dengan teori ekonomi yang diharapkan, maka perlu
dilakukan impose over identified. Untuk mendapatkan persamaan struktural
VECM over identified, maka perlu dilakukan restriksi terhadap matriks parameter
kointegrasi, sehingga dapat mengakomodasi tujuan penelitian. Dengan demikian
103
akan diperoleh persamaan akhir yang akan digunakan untuk peramalan baik
dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Sebagai gambaran dari
persamaan matriks kointegrasi yang telah teristriksi sebagai berikut.
 1

   21
 31
'
0
0
14
15
16
 22
0
1
0
 26
 32
 33
0
0
1
17 

 27  …………….… (4.4)
 37 
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa, matrik kointegrasi di atas
adalah merupakan bagian dari persamaan VECM yang dapat mencakup gambaran
analisis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sebagai contoh, untuk
keterkaitan antar variabel ekspor dengan kinerja makroekonomi, secara lengkap
dapat disajikan dalam bentuk matrik, dan dari bentuk matrik tersebut dapat
diuraikan kedalam sistem persamaan. Baik dalam bentuk matrik maupun dalam
bentuk persamaan, masing-masing variabel merupakan variabel endogen.











 a0
 a
LBOTt
 0
 a0
INFt
 
LERt  = a0

 a0
LXPTt
 
LXNAIt  a0
 
LXAIt  a0
LPDBt
a(p1)PDB  

 
a
 (p1)BOT  
a
 
(p

1)
INF  

a
 
(p1)ER

 
a(p1)XPT  

 
a(p1)XNAI  
ketarangan
a(p1)  :

XAI  
 a1PDB  
 

a



1
BOT
BOT
 a  
INF   1INF 
 a  
ER
+  1ER  
 a1  
XPT
  XPT  
 a1XNAI  
XNAI
 
a 
XAI   1XAI  
PDB
 a2
 
LBOTt
 a2
 a2
INFt
 
LERt +a2


a
LXPTt
 2
LXNAIt  a2
 
LXAIt  a2

LPDBt
 a
Ecm1
LPDB (p 1) 
 a
LBOT (p 1)   Ecm2
 a
LINF(p 1)
  Ecm3
 + a
LER
Ecm4
(p 1)


 a
LXPT
(p 1)   Ecm5
 a
LXNAI
Ecm6
(p 1)  
 a Ecm7
LXAI
 
(p 1) 














BOT

INF 


ER


XPT


XNAI

XAI  
PDB
LPDB(t 1)

LBOT(t 1)

LINF(t 1)
LER
 (t 1)
LXPT(t 1)

LXNAI(t 1)

LXAI(t 1)
 ai
 a
LBOTt
 i
 ai
INFt
 
LERt + ai


a
LXPTt
 i
LXNAIt  ai
 
LXAIt  ai
LPDBt
 
 
 
 
 
+ 
 

 
 
 
 


t2

t3 

t4

t5

t6 

t7 




BOT

INF 


ER


XPT


XNAI

XAI  
PDB


LBOTt


INFt

LERt 

LXPTt

LXNAIt 

LXAIt 
LPDBt
t1
..................... (4.5)
104
p-1 = ordo VECM
i
= 1, 2, 3 .......n
t
= waktu.
Sedangkan panjang lag variabel yang digunakan adalah berdasarkan ordo
VAR (p-1) dan jumlah sistem persamaan yang digunakan untuk analisis adalah
berdasarkan jumlah rank kointegrasi yang diperoleh dari hasil estimasi. Berikut
ini akan disajikan persamaan VECM just identified baik dalam bentuk matrik
maupun dalam bentuk persamaan.
p 1
LPDB t  a 0pdb   a 11 LPDB
i1
p 1
p 1

i1
a 12 LBOT
p 1

i 1
15
a 13 INF t  i 
p 1
p 1
a
i 1
14
LER
t i

LXNAIt i   a16 LXPTt i   a17 LXAI t i 
i 1
a Ecm1 ( 1 LPDBt 1 
5
t i

p 1
a
i 1
t i

LXNAI t 1 
6
2
LBOTt 1 
LXPTt 1 
7
i 1
3
INFt 1 
LXAI t 1 ) 
4
LERt -1 
..................... (4.6)
t1
p 1
p 1
p 1
p 1
i 1
p 1
i 1
p 1
i 1
p 1
i 1
 LBOT t  a0bot   a 21 LPDB t  i   a 22 LBOT t  i   a 23 INF t  i   a 24 LER t  i 
a
i 1
25
LXNAI t i   a 26 LXPT t i   a 27 LXAI t i 
a Ecm2 ( 1 LPDB t 1 
5
LXNAI t 1 
6
i 1
2 LBOT t  1 
LXPT t 1 
7
i 1
3 INF t  1 
LXAI t 1 ) 
4
LER t -1 
.................... (4.7)
t2
p 1
p 1
p 1
p 1
i 1
p 1
i 1
p 1
i 1
p 1
i 1
 INF t  a 0inf   a 31 LPDB t  i   a 32 LBOT t  i   a 33 INF t  i   a 44 LER t  i 
a
i 1
35
LXNAI t i   a 36 LXPT t i   a 37 LXAI t  i 
a Ecm3 ( 1 LPDB t 1 
5
LXNAI
t 1

6
i 1
2 LBOT t  1 
LXPT t  1 
7
i 1
3 INF t  1 
LXAI t 1 ) 
t3
4
LER t -1 
...................... (4.8)
105
p 1
 LER t  a 0ler   a 41 LPDB
i 1
p 1
a
i 1
45
p 1
p 1
p 1
i 1
p 1
i 1
p 1
i 1
  a 42 LBOT t  i   a 43 INF t  i   a 44 LER t  i 
t i
LXNAI t  i   a 46 LXPT t  i   a 47 LXAI t  i 
i 1
a Ecm4 ( 1 LPDB t  1 

6
 a 0xnai   a 51 LPDB
t i
5
 LXNAI
LXNAI
t 1
p 1
t
i 1
p 1
a
i 1
55
a Ecm5 (
5
LXPT t  1 
t 1
LXAI t  1 ) 
  a 52 LBOT
i 1
p 1

t i
4
LER t -1 
..................... (4.9)
t4
p 1
p 1
i 1
p 1
i 1
  a 53 INF t  i   a 54 LER
ti

  a 56 LXPT t  i   a 57 LXAI t  i 
t i
i 1
LPDB t  1 
LXNAI
7
3 INF t  1 
p 1
LXNAI
1
i 1
2 LBOT t  1 
6
2
i 1
LBOT t  1 
LXPT t  1 
7
3
INF t  1 
LXAI
t 1
)
4
t5
LER t - 1 
................... (4.10)
p 1
p 1
p 1
p 1
i 1
p 1
i 1
p 1
i 1
p 1
i 1
 LXPT t  a0xpt   a61 LPDB t  i   a62 LBOT t  i   a63 INF t  i   a64 LER t  i 
a
65
i 1
LXNAI t i   a66 LXPT t i   a67 LXAI t i 
i 1
a Ecm6 ( 1 LPDB t 1 
5
LXNAI t 1 
p 1
 LXAI t  a 0inf   a71 LPDB
i 1
p 1
a
i 1
75
t i
6
LBOT t 1 
LXPT t 1 
7
i 1
3
INF t 1 
LXAI t 1 ) 
4
LER t -1 
................... (4.11)
t6
p 1
p 1
p 1
i 1
p 1
i 1
p 1
i 1
  a72 LBOT t  i   a73 INF t  i   a74 LER t  i 
LXNAI t  i   a76 LXPT t  i   a77 LXAI t  i 
i 1
a Ecm7 ( 1 LPDB t  1 
5
2
LXNAI
t 1

6
2 LBOT t  1 
LXPT t  1 
7
i 1
3 INF t  1 
LXAI t  1 ) 
t7
4
LER t -1 
.................... (4.12)
Persamaan matriks di atas menunjukkan keterkaian antar variabel
makroekonomi dalam suatu sistem kointegrasi. Dengan demikian berdasarkan
matriks di atas dapat dibentuk sistem persamaan yang dapat digunakan untuk
melakukan estimasi hubungan jangka pendek dan jangka panjang antar variabelvariabel yang masuk dalam sistem persamaan. Sebagai ilustrasi dalam model
persamaan VECM dapat dilihat pada persamaan 4.6 hingga 4.12.
106
Berdasarkan residual pada estimasi persamaan VECM, dilakukan analisis
impulse response function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition
(FEVD), yang digunakan untuk estimasi kondisi variabel makroekonomi tertentu
di masa akan datang, jika terjadi guncangan pada variabel-varibel dalam sistem.
4.5. The Impulse Response Function
Tujuan dari penggunaan metode IRF adalah untuk mengetahui dampak
guncangan satu standar deviasi pada salah satu variabel tertentu (endogen)
terhadap variabel endogen lainnya. Dengan kata lain, metode IRF dapat
menelusuri respon dinamis dari setiap variabel endogen akibat guncangan (shock)
satu standard deviasi dari variabel endogen tertentu dalam sistem persamaan yang
diamati. Oleh karena itu dengan metode ini dapat melihat pengaruh shock variabel
endogen tertentu yang secara langsung akan berpengaruh terhadap variabel itu
sendiri dan seterusnya terhadap variabel endogen lainnya.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini metode analisis IRF akan
digunakan untuk melihat respon dinamis kinerja makroekonomi terhadap
guncangan dari ekspor dengan horizon waktu 50 triwulan kedepan. Kejutankejutan (shock) yang akan dilakukan pada penelitian ini difokuskan pada
variabel-variabel ekspor pertanian, ekspor industri manufaktur, yakni shock
ekspor agro industri, dan shock ekspor non agro industri manufaktur. Dari
masing-masing shock tersebut dapat dihasilkan respon dinamis jangka pajang
pada kinerja makroekonomi yang meliputi variabel-variabel pertumbuhan
ekonomi, investasi, penyerapan tenaga kerja, nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika, dan neraca perdagaangan.
107
4.6. The Forecast Error Variance Decomposition
Metode lain untuk meramalkan kondisi yang akan datang adalah dengan
menggunakan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD). Metode ini dapat
menelusuri respon terhadap variabel endogen tertentu akibat dari guncangan pada
setiap variabel endogen yang terdapat dalam sistem persamaan. Metode ini sangat
penting untuk memberikan informasi mengenai kontribusi relatif varians dari
setiap variabel dalam sistem persamaan kointegrasi akibat dilakukannya berbagai
shock untuk menjelaskan variabilitas pada variabel tertentu. Dengan kata lain
FEVD dalam kaitannya dengan penelitian ini digunakan untuk melihat kontribusi
relatif dari variabel-variabel dalam sistem yang menjadi sumber guncangan
terhadap variabel makroekonomi lainnya.
Untuk melakukan proses pengujian dan pengolahan data agar dapat
dilakukan analisis ekonomi, dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak
Eviews 4.1.
4.7.Proses Pengujian dan Estimasi Model
4.7.1. Uji Stasioner Data
Pengujian stasioneritas data dimaksudkan untuk melihat kondisi data, baik
pada tingkat level maupun pada tingkat differensial. Uji ini dilakukan agar dapat
memenuhi kriteria penggunaan alat analisis VAR yang mensyaratkan data harus
dalam keadaan stasioner. Terlebih lagi data dan variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data series agregatif, yakni data series makroekonomi yang
cenderung bersifat fluktuatif dan tidak stasioner. Seperti telah dijelaskan pada
subbab II, bahwa uji stasioner dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti
metode grafik, , metode correlogram, dan metode ADF dan PP. Dalam penelitian
108
ini uji stasioner data akan dilakukan dengan metode Dickey-Fuller (DF) dan
Augmented Dickey-Fuller (ADF).
Untuk keperluan pengujian hipotesis ADF yakni dengan menggunakan
hipotesis nol yaitu Ho :  = 1, dan hipotesis alternatif adalah Ha :  < 1. Sehingga
jika Ho yang diterima atau  = 1, maka dapat dinyatakan bahwa variabel Yt
stochastic memiliki akar unit, tapi jika Ha yang diterima berarti variabel yang
diuji bebas dari akar unit. Dengan kata lain data dari variabel tersebut telah
stasioner pada derajat tertentu. Kriteria bahwa suatu data variabel telah stasioner
apabila nilai statistik ADF lebih besar secara absolut terhadap nilai statistik t-tabel
pada tingkat kepercayaan 0.05. Sedangkan untuk panjang lag yang digunakan
dalam penelitian ini ditentukan maksimum lag-nya adalah 5, pilihan ini mengikuti
panjang lag yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.
4.7.2. Uji Lag Optimal Vector Autoregression
Sebelum
membentuk
sistem
persamaan
dalam
metode
vector
autoregression (VAR), terlebih dahulu harus melalui tahapan secara berurutan,
yaitu : Uji stasioner data, lalu penentuan panjang lag optimal (optimal lag length).
Setelah melalui uji statistik, dan data dinyatakan telah stasioner, maka langkah
selanjutnya menentukan panjang lag optimal dalam model VAR.
Penetuan panjang lag ini perlu dilakukan, karena di samping akan
menambah jumlah parameter juga akan menyebabkan berkurangnya derajat
kebebasan (loss degrees of freedom). Sehingga penentuan panjang lag menjadi
kriteria penting dalam membentuk model VAR. Cara untuk menentukan panjang
lag optimal VAR dapat dilakukan dengan beberapa metode, misalnya berdasarkan
kriteria Akaike Information Criteriom (AIC),
Schwarz Information Criterion
109
(SC), Hannan-Quinn Informatin Criteriom (HQ), dan Likelihood Rasio (LR) test.
Lag optimal yang dipilih dalam model VAR adalah berdasarkan kriteria nilai AIC
atau SC yang terkecil dari beberapa hasil estimasi awal model VAR. Penggunaan
panjang lag dari VAR ini sebenarnya beberapa penelitian sebelumnya telah
menggunakan panjang lag yang beragam, misalnya Siregar (2004) menggunakan
panjang lag 12 untuk data bulanan, Ansari dan Gang (1999) menggunakan
panjang lag 24 dengan data mingguan.
Dalam penelitian ini, penentuan lag optimal yang digunakan mengikuti
metode yang dilakukan oleh Sims (1980), yaitu metode uji Likelihood Rasio (LR)
dan SC. Kriteria lag optimal yang menjadi pilihan adalah apabila diperoleh nilai
probability statistik yang lebih besar dari 0.05 (p-vale>0.05).
Terkait dengan tujuan penelitian, maka untuk melakukan analisis pengaruh
shock variabel ekspor terhadap variabel kinerja makroekonomi Indonesia akan
mengggunakan metode impulse response function dan metode peramalan
dekomposisi ragam kesalahan. Agar kedua metode analisis tersebut dapat
menghasilkan peramalan yang valid, perlu dilakukan uji stabilisasi terhadap
persamaan VAR yang telah terbentuk, yakni dengan menghitung akar-akar dari
fungsi polinomial (roots of characteristic polinomial). Apabila semua akar dari uji
stabilisasi tersebut menghasilkan nilai-nilai absolut < 1, maka model analisis VAR
dianggap stabil. Dengan demikian penerapan metode IRF dan FEVD dapat
memberikan hasil yang valid (Windarti, 2004).
4.7.3. Uji Kointegrasi dan Error Correction Model
Error Correction Model (ECM) adalah suatu model yang digunakan untuk
menyeimbangkan perilaku ekonomi yang sering menunjukkan kondisi ketidak
110
seimbangan, sehingga perlu suatu model yang memasukkan variabel penyesuaian
untuk melakukan koreksi bagi ketidak seimbangan tersebut. Penggunaan model
ECM terkait dengan data time series yang sering tidak stasioner pada tingkat
level, tapi stasioner pada tingkat first difference.
Stasioner data pada first difference ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan jangka panjang antar variabel yang diteliti. Namun dalam jangka
pendek sering terjadi ketidak seimbangan, dalam arti nilai perkiraan belum tentu
sama dengan nilai aktualnya. Oleh karena adanya perbedaan tersebut, maka perlu
membentuk model yang memasukkan variabel penyesuaian untuk mengoreksi
ketidak seimbangan tersebut, faktor pengoreksi tersebut dinamakan error
correction mechanism. Granger dan Engle (1991) telah mengembangkan model
koreksi kesalahan yang digunakan untuk mengoreksi persamaan regresi antar
variabel-variabel yang secara individual tidak stasioner agar kembali ke nilai
ekuilibriumnya pada jangka panjang, dengan syarat utama terdapat hubungan
kointegrasi di antara variabel-variabel dalam suatu persamaan.
Model kointegrasi dapat diartikan sebagai kombinasi linier antar variabel
atau dapat diartikan sebagai suatu model yang menggambarkan hubungan jangka
panjang (long term relationship equilibrium) antar variabel-variabel yang tidak
stasioner dan akan menghasilkan variabel-variabel yang stasioner. Regresi dengan
data time series yang tidak stasioner dapat menghasilkan regresi yang spurious,
biasanya ditandai dengan hasil koefisien determinasi yang cukup tinggi, akan
tetapi hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas tidak signifikan.
Hal ini berarti, bahwa
tingginya nilai koefisien determinasi tersebut
hanya
111
menunjukkan trend saja, dan
bukan karena hubungan antar variabel dalam
persamaan.
Untuk menentukan bahwa variabel-variabel dalam suatu persamaan
terjadi kointegrasi atau tidak, maka dapat dilakukan pengujian terhadap
residualnya (et), yaitu dengan uji ADF. Apabila hipotesis r = 0, berarti tidak ada
kointegrasi, sedangkan jika hipotesis r > 0, berarti terdapat kointegrasi antar
variabel dalam persamaan tersebut. Kriteria penerimaan atau penolakan terhadap
hipotesis nol merupakan perbandingan antara nilai statistik likelihood ratio dengan
nilai kritis pada tingkat keyakinan 95 persen, jika nilai statistik likelihood ratio
lebih besar dari nilai kritis, berarti hipoetesis alternatif yang diterima atau terjadi
kointegrasi diantara variabel-variabel dalam persamaan, dan sebaliknya yang
terjadi jika hipotesis nol yang diterima.
Karena dalam penelitian ini menganalisis keterkaitan lebih dari dua
variabel, sehingga jumlah parameter yang diperoleh dari setiap
persamaan
menjadi sebuah vektor matrik. Oleh karena itu perlu menentukan jumlah rank
kointegrasi yang merupakan sistem persamaan. Kendatipun uji kointegrasi dapat
dilakukan dengan beberapa cara, seperti telah dijelaskan pada sub bab II, namun
dalam penelitian ini akan menggunakan cara yang ketiga, yaitu menggunakan uji
kointegrasi Johansen dengan model matematis seperti berikut :
p
Yt  o  Yt 1   iYt 1  t ..................................................
(4.13)
i 1
Untuk menentukan jumlah rank kointegrasi (r), dalam hal ini
menggunakan kriteria trace test dan maximum eigenvalue test. Jika nilai trace test
lebih besar dibandingkan dengan nilai kritis 95 persen, maka hipotesis nol ditolak
(tidak terkointegrasi), atau menerima hipotesis alternatif (terkointegrasi), dan
112
persamaan tersebut berarti terkointegrasi. pada saat kondisi inilah nilai rank
kointegrasi (r) memenuhi kriteria. Sehingga penentuan rank kointergrasi dapat
dipilih dari kombinasi pengujian atau kriteria yang digunakan. Dalam menentukan
rank kointegrasi, terkait dengan penentuan jumlah sistem persamaan yang akan
digunakan untuk estimasi atau peramalan yang akan datang. Dengan demikian
setelah jumlah persamaan kointegrasi diperoleh, maka dengan sistem persamaan
tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi stabilitas hubungan antar variabel
yang dianalisis, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Enders, 1995).
Namun demikian jumlah persamaan dalam vektor kointegrasi yang diperoleh
adalah exactly identified. Oleh karena itu untuk memperoleh persamaan
kointegrasi yang over identified, perlu dilakukan restriksi
terhadap matrik
parameter jangka panjang dari persamaan sistem kointegrasi, agar sesuai dengan
tujuan penelitian maupun yang berdasarkan pada teori ekonomi.
Setelah dilakukan pengujian dan terjadi kointegrasi, maka dapat
dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu analisis dengan model error correction. Jika
dalam persamaan kointegrasi memiliki jumlah variabel lebih dari dua
(multivariate), maka kombinasi antara ECM dengan model VAR kointegrasi dapat
dilakukan. Kombinasi tersebut dinamakan
vector error correction model
(Thomas, 1997).
4.7.4. Impulse Response Function
Metode analisis impulse response function adalah merupakan alat yang
digunakan untuk mendeteksi hubungan dinamis diantara variabel-variabel dalam
sistem persamaaan. Dengan kata lain suatu shock terhadap suatu variabel tertentu
akan berpengaruh langsung pada variable itu sendiri, kemudian pengaruh tersebut
113
akan tersebar ke semua variabel endogen lainnya melalui struktur dinamis atau
struktur lag VAR (Pindyck dan Rubinfeld, 1998). Oleh karena itu alat analisis ini
dapat digunakan untuk melakukan simulasi dinamis untuk peramalan masa yang
akan datang. Teknik inovasi yang digunakan adalah teknik impulse response
function dan forecast error variance decomposition. Dengan menggunakan
metode IRF akan dilakukan guncangan (shocks)
terhadap variabel-variabel
ekspor, misalnya terhadap ekspor non agro industri manufaktur (XNAI), ekspor
produk pertanian (XPT), dan ekspor agro industri manufaktur (XAI). Dengan
melakukan shock terhadap setiap variabel ekspor, maka dapat diketahui
pengaruhnya pada masing-masing variabel dalam sistem termasuk terhadap
variabel yang bersangkutan baik periode jangka pendek maupun jangka panjang.
Dengan kata lain metode IRF dapat menelusuri pengaruh dinamis dari suatu
guncangan standard deviasi terhadap suatu inovasi pada saat ini dan nilai dimasa
mendatang atas variabel endogen lainnya.
4.7.5. Forecast Error Variance Decomposition
Untuk mengetahui respon suatu variabel tertentu yang diukur dengan
perubahan variasi kesalahan (error variance) pada variabel tersebut yang
disebabkan oleh guncangan variabel-variabel lainnya dalam sistem persamaaan
VAR, maka akan digunakan metode analisis Forecast Error Variance
Decomposition (FEVD). Variance decomposition dapat memberikan informasi
variabilitas kontribusi dari masing-masing inovasi secara random terhadap
variabel-variabel dalam sistem VAR (Enders, 1995).
Metode analisis ini memberikan gambaran dinamika dari variabel-variabel
dalam sistem persamaan VAR. Karena dari analisis ini dapat memberikan
114
informasi kemampuan setiap variabel dalam mempengaruhi variabel lainnya, atau
dengan kata lain, untuk melihat kekuatan suatu variabel apakah sebagai variabel
eksogen atau variabel endogen dalam horizon waktu tertentu, baik dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang.
Metode dekomposisi varian dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui besaran inovasi atau variabilitas secara relatif pada variabel
makroekonomi akibat dari dampak guncangan variabel-variabel lainnnya
termasuk guncangan yang disebabkan oleh variabel yang bersangkutan.
Download