SIARAN PERS KEBIJAKAN LANJUTAN STABILISASI NILAI TUKAR

advertisement
SIARAN PERS
KEBIJAKAN LANJUTAN STABILISASI NILAI TUKAR RUPIAH
JAKARTA, 30 SEPTEMBER 2015
Bank Indonesia mengeluarkan paket kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah pada
tanggal 30 September 2015 sebagai kelanjutan paket kebijakan pada tanggal 9 September
2015. Paket kebijakan lanjutan tersebut difokuskan pada 3 pilar kebijakan yaitu: (1) menjaga
stabilitas nilai tukar Rupiah, (2) memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah, serta (3)
memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valuta asing (valas).
Sinergi Kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah melalui paket kebijakan September
II ini diharapkan dapat memperkuat stabilitas makro ekonomi dan struktur perekonomian
Indonesia, termasuk sektor keuangan, sehingga semakin berdaya tahan.
Menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah
Kehadiran Bank Indonesia di pasar valas domestik dalam melakukan stabilisasi nilai
tukar Rupiah diperkuat dengan intervensi di pasar forward. Di samping melakukan intervensi
di pasar spot, Bank Indonesia juga akan melakukan intervensi di pasar forward guna
menyeimbangkan penawaran dan permintaan di pasar forward. Upaya menjaga
keseimbangan pasar forward semakin penting dalam mengurangi tekanan di pasar spot.
Memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah
Pengendalian likuiditas Rupiah diperkuat dengan menerbitkan Sertifikat Deposito
Bank Indonesia (SDBI) 3 bulan dan Reverse Repo SBN dengan tenor 2 minggu. Penerbitan
instrumen operasi pasar terbuka (OPT) tersebut dimaksudkan untuk mendorong penyerapan
likuiditas sehingga bergeser ke instrumen yang bertenor lebih panjang. Pergeseran likuiditas
ke tenor yang lebih panjang diharapkan dapat mengurangi risiko penggunaan likuiditas
Rupiah yang berlebihan pada kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan terhadap nilai tukar
Rupiah.
Memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valuta asing (valas)
Pengelolaan penawaran dan permintaan terhadap valas diperkuat dengan berbagai
kebijakan. Hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan penawaran dan mengendalikan
permintaan terhadap valas.
Pertama, penguatan kebijakan untuk mengelola supply & demand valas di pasar
forward. Kebijakan ini bertujuan mendorong transaksi forward jual valas/ Rupiah dan
memperjelas underlying forward beli valas/ Rupiah. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan
threshold forward jual yang wajib menggunakan underlying dari semula 1 juta dolar AS
menjadi 5 juta dolar AS per transaksi per nasabah dan memperluas cakupan underlying
khusus untuk forward jual, termasuk deposito valas di dalam negeri dan luar negeri.
Kedua, penerbitan Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) Valas. Penerbitan tersebut
akan mendukung pendalaman pasar keuangan, khususnya pasar valas.
Ketiga, penurunan holding period SBI dari 1 bulan menjadi 1 minggu untuk menarik
aliran masuk modal asing.
Keempat, pemberian insentif pengurangan pajak bunga deposito kepada eksportir
yang menyimpan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di perbankan Indonesia atau mengkonversinya
ke dalam rupiah, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Pemerintah. Kebijakan ini
diharapkan dapat mendorong DHE untuk menetap lebih lama di dalam negeri.
Kelima, mendorong transparansi dan meningkatkan ketersediaan informasi atas
penggunaan devisa dengan memperkuat laporan lalu lintas devisa (LLD). Dalam hal ini,
pelaku LLD wajib melaporkan penggunaan devisanya dengan melengkapi dokumen
pendukung untuk transaksi dengan nilai tertentu. Ketentuan ini sejalan dengan UU No.24
tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar dimana Bank Indonesia
berwenang meminta keterangan dan data terkait lalu lintas devisa kepada penduduk.
Paket kebijakan Bank Indonesia tersebut akan bersinergi dengan paket kebijakan
Pemerintah dalam mendukung prospek perekonomian Indonesia yang diyakini akan lebih
baik ke depan. Seluruh rangkaian kebijakan diharapkan segera diimplementasikan, sehingga
dapat secara efektif mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi, termasuk nilai tukar,
demi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
-Departemen Komunikasi-
Download