Modul Etik UMB [TM14]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
ETIK UMB
POKOK BAHASAN :
KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME : KEJAHATAN
KEMANUSIAAN
Fakultas
Psikologi
Program
Studi
Psikologi
Tatap Muka
13
Kode
MK
900004
Disusun Oleh
Nandang Solihin, M.Pd
Abstract
Kompetensi
Modul ini membahas tentang Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme adalah
kejahatan kemanusiaan
Diharapkan
mahasiswa
mampu
memahami
Korupsi,
Kolusi
dan
Nepotisme
adalah
kejahatan
kemanusiaan
KKN: SEBUAH KEJAHATAN KEMANUSIAAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
KKN sebagai suatu implikasi dari sikap hidup lebih besar pasak dari
tiang, yang nampaknya menghinggapi
masyarakat
Indonesia
baik
secara
nasional, dalam pembangunan nasional maupun yang lebih mikro lagi, dalam
kegiatan perusahaan dan kegiatan perorangan. Masyarakat Indonesia baru harus
dapat keluar dari sikap ini dengan membuang KKN dalam membangun
masyarakat
Indonesia
secara
lebih
menyeluruh,
lebih
terbuka,
lebih
perhatian
pada
demokratis, dan lebih mandiri.
Dalam
tulisan
ini
saya
ingin
memusatkan
penaggulangan masalah KKN dengan mengusulkan perlunya kejelasan konsep
atau kriteria dari masing-masing tindakan dalam KKN dan memusatkan
penanganannya pada masalah yang lebih jelas, dan lebih pokok, yaitu korupsi.
Dengan cara ini diharapkan program penanganan masalah KKN akan lebih
terarah dan memberikan hasil yang setahap demi setahap dapat dipergunakan
untuk dijadikan basis bagi penaganan seterusnya sampai tuntas.
Dan
dari
kata
Korupsi itu sendiri adalah
kerja
corrumpere
yang
yang dari bahasa latin corruptio
bermakna
busuk,
menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat
publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri
yang secara
tidak
wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang
dekat
dengannya,
dengan
menyalahgunakan
kekuasaan
publik
yang
dipercayakan kepada mereka. Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis
adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua
bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi
berbeda-beda,
pengaruh
dari
yang
dan dukungan
paling
untuk
ringan
memberi
dalam
dan
bentuk
penggunaan
menerima
pertolongan,
sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung
korupsi
adalah
kleptokrasi,
yang
arti
harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
2016
2
Etik UMB
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nandang Solihin, M.Pd
http://www.mercubuana.ac.id
Korupsi
yang
muncul
di
bidang
politik
dan
birokrasi
bisa
berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering
memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan
prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal- hal ini saja. Untuk
mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk
membedakan antara korupsi dan kriminalitas kejahatan tergantung
dari
negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap
korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di
satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.
B. PENDEKATAN
a. PENDEKATAN SECARA HISTORICAL
Perkembangan peradaban dunia semakin sehari seakan-akan berlari
menuju modernisasi. Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam
setiap sendi kehidupan tampak lebih nyata. Seiring dengan itu pula bentukbentuk
kejahatan
juga
senantiasa
mengikuti perkembangan jaman dan
bertransformasi dalam bentuk-bentuk yang semakin canggih dan beranekaragam.
Kejahatan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan senantiasa turut
mengikutinya. Kejahatan masa kini memang tidak lagi selalu menggunakan caracara lama yang telah terjadi selama bertahun-tahun seiring dengan perjalanan
usia bumi ini. Bisa kita lihat contohnya seperti, kejahatan dunia maya
(cybercrime), tindak pidana pencucian uang (money laundering), tindak pidana
korupsi dan tindak pidana lainnya.
Salah satu tindak pidana yang menjadi musuh seluruh bangsa di dunia
ini. Sesungguhnya fenomena korupsi sudah ada di masyarakat sejak lama, tetapi
baru menarik perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia
sendiri fenomena korupsi ini sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Salah
satu bukti yang menunjukkan bahwa korupsi sudah ada dalam masyarakat
Indonesia jaman penjajahan yaitu dengan adanya tradisi memberikan upeti oleh
beberapa golongan masyarakat kepada penguasa setempat.
2016
3
Etik UMB
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nandang Solihin, M.Pd
http://www.mercubuana.ac.id
Kemudian setelah perang dunia kedua, muncul era baru, gejolak
korupsi ini meningkat di Negara yang sedang berkembang, Negara yang baru
memperoleh kemerdekaan. Masalah korupsi ini sangat berbahaya karena dapat
menghancurkan jaringan sosial, yang secara tidak langsung memperlemah
ketahanan nasional serta eksistensi suatu bangsa. Reimon Aron seorang sosiolog
berpendapat bahwa korupsi dapat mengundang gejolak revolusi, alat yang
ampuh untuk mengkreditkan suatu bangsa. Bukanlah tidak mungkin penyaluran
akan timbul apabila
penguasa
tidak
secepatnya
menyelesaikan
masalah
korupsi. (B. Simanjuntak, S.H.,
1981:310)
b. PENDEKATAN SECARA SOSIOLOGIS
Dalam
arti
yang
luas,
korupsi
atau
korupsi
politis
adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi
berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi
berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi,
yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk
sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan
kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi,
korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal- hal ini saja. Untuk mempelajari
masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara
korupsi dan kriminalitas kejahatan.
Di dalam bidang studi ekonomi, kolusi terjadi di dalam satu bidang
industri disaat beberapa perusahaan saingan bekerja sama untuk kepentingan
mereka bersama. Kolusi paling sering terjadi dalam satu bentuk pasar oligopoli,
dimana keputusan beberapa perusahaan untuk bekerja sama, dapat secara
signifikan mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Kartel adalah kasus khusus
dari kolusi berlebihan, yang juga dikenal sebagai kolusi tersembunyi.
2016
4
Etik UMB
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nandang Solihin, M.Pd
http://www.mercubuana.ac.id
Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat
kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian yang
diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar
segala
urusannya
menjadi
lancar. Nepotisme berarti lebih memilih saudara
atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya.
Kata ini biasanya digunakan dalam konteks derogatori. Sebagai contoh, kalau
seorang manajer mengangkat atau menaikan jabatan seorang saudara, bukannya
seseorang yang lebih berkualifikasi namun bukan saudara, manajer tersebut
akan bersalah karena nepotisme. Pakar-pakar biologi telah mengisyaratkan
bahwa
tendensi
terhadap nepotisme adalah berdasarkan naluri, sebagai salah
satu bentuk dari pemilihan saudara.
c. PENDEKATAN SECARA YURIDIS
Di Indonesia sendiri praktik korupsi sudah sedemikian parah dan akut.
Telah banyak gambaran tentang praktik korupsi yang terekspos ke permukaan. Di
negeri ini sendiri, korupsi sudah seperti sebuah penyakit kanker ganas yang
menjalar ke sel-sel organ publik, menjangkit ke lembaga-lembaga tinggi Negara
seperti legislatif, eksekutif dan yudikatif hingga ke BUMN. Apalagi mengingat di
akhir masa orde baru, korupsi hampir kita temui dimana-mana. Mulai dari pejabat
kecil hingga pejabat tinggi.
Walaupun demikian, peraturan perundang-undangan yang khusus
mengatur tentang tindak pidana korupsi sudah ada. Di Indonesia sendiri, undangundang tentang tindak pidana korupsi sudah 4 (empat) kali mengalami
perubahan. Adapun peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
korupsi, yakni :
1.
Undang-undang nomor 24 Tahun 1960 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi,
2.
Undang-undang nomor 3 Tahun 1971 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi,
2016
5
Etik UMB
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nandang Solihin, M.Pd
http://www.mercubuana.ac.id
3.
Undang-undang nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi,
4.
Undang-undang nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas
Undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi.
Berdasarkan undang-undang bahwa korupsi diartikan:
1.
Barang
siapa
dengan
melawan
hukum
melakukan
perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara
langsung merugikan keuangan Negara dan atau perekonomian Negara
dan atau perekonomian Negara atau diketahui patut disangka olehnya
bahwa perbuatan tersebut merugikan keuangan Negara (Pasal 2);
2.
Barang siapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu badan menyalah gunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan secara
langsung dapat merugikan Negara atau perekonomian Negara (Pasal 3).
3.
Barang siapa melakukan kejahatan yang tercantum dalam pasal 209,
210, 387, 388,
415, 416, 417, 418, 419, 420, 425, 435 KUHP.
Pidana pokok yang dapat dijatuhkan adalah pidana denda dengan
ketentuan maksimal ditambah 1/3 (sepertiga). Penjatuhan pidana ini melalui
procedural ketentuan pasal 20 ayat (1)-(5) undang-undang 31 tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut:
1.
Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama
suatu korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan
terhadap korporasi dan/atau pengurusnya.
2.
Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak
pidana tersebut dilakukan oleh orang baik berdasarkan hubungan kerja
maupun berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan
korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-sama.
2016
6
Etik UMB
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nandang Solihin, M.Pd
http://www.mercubuana.ac.id
3.
Dalam hal ini tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi
maka korporasi tersebut diwakili oleh pengurus, kemudian pengurus
tersebut dapat diwakilkan kepada orang lain.
4.
Hakim
dapat
memerintahkan
supaya
pengurus
korporasi
menghadap sendiri di pengadilan dan dapat pula memerintahkan
supaya penguruh tersebut dibawa ke siding pengadilan.
5.
Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka
panggilan
untuk menghadap dan menyerahkan surat panggilan
tersebut disampaikan kepada pengurus di tempat tinggal pengurus
atau ditempat pengurus berkantor.
Unsur-unsur tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Undangundang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
adalah
1.
Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi;
2.
Perbuatan melawan hukum;
3. Merugikan keuangan Negara atau perekonomian;
4. Menyalahgunakan kekuasaan, kesempatan atas sarana yang ada padanya
karena jabatan dan kedudukannya dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri atau orang lain.
D. PEMBAHASAN
Disadari
bahwa
permasalahan
korupsi
merupakan
persoalan
nasional yang harus diprioritaskan penanganannya, karena korupsi diyakini telah
merusak sendi – sendi kehidupan masyarakat dan menjadi pemicu kesengsaraan
rakyat. Dampak korupsi telah muncul berbagai persoalan antara lain :
Rendahnya kualitas pelayanan public
2016
7
Etik UMB
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nandang Solihin, M.Pd
http://www.mercubuana.ac.id
Timbulnyabiaya ekonomi yang semakintinggi
Berkurangnya penerimaan negara
Runtuhnya lembaga dan nilai- nilai demokrasi
Meningkatnya kemiskinan dan kesengsaraan rakyat
Bartambahnya masalah social dankriminal
Sebagai manifestasi dari kesadaran tersebut dan adanya kemauan yang
kuat untuk melakukan pemberantasan terhadap segala bentukperilaku korupsi
maka pemerintah telahmenegaskan komitmennya dalam rangka memberantas
korupsi
tersebut,
melalui
intruksi
presiden
no.
5
tahun
2004
tentang
pemberantasan korupsi.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
perbuatan melawan hukum
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:
memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);
penggelapan dalam jabatan;
pemerasan dalam jabatan;
ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);
menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
2016
8
Etik UMB
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nandang Solihin, M.Pd
http://www.mercubuana.ac.id
E. KESIMPULAN
Dari uraian pengertian dan penyebab korupsi di atas, dapat
disimpulkan bahwa akibat dari tindak pidana korupsi sangat luas dan mengakar.
Adapun akibat dari korupsi adalah sebagai berikut:
1.
Berkurangnya kepercayaan terhadap pemerintah;
2.
Berkurannya kewibawaan pemerintah dalam masyarakat;
3.
Menyusutnya pendapatan Negara;
4.
Rapuhnya keamanan dan ketahanan Negara;
5.
Perusakan mental pribadi;
6.
Hukum tidak lagi dihormati.
DAFTAR PUSTAKA
Clements, Phil, 2006. Be Positive: Sukses Menjadi Manajer yang Positif. Edisi kedua.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Djajendra.2011.
Merancang
Tujuan
Jangka
pendek
untuk
sampai
pada
Panjang.http://kecerdasanmotivasi.wordpress.com
Lim, Rudi. 2012. Tweak Your Life: Attitude is Everything. Elex Media Komputindo. Jakarta
2016
9
Etik UMB
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nandang Solihin, M.Pd
http://www.mercubuana.ac.id
Misi
Jangka
Srijanti, Purwanto SK, Primi Artiningrum. 2007. Etika Membangun Sikap Profesionalisme Sarjana. Graha
ilmu.Yogyakarta.
Suhardono, Rene. 2012. Your Job is Not Your Career. Literati.Tangerang. Banten
Tim Penulis, ETIKA Profesionalisme Sarjana, Jakarta: Graha Ilmu, 2010.
U.Adil Samadani, Sukses Itu Mudah, Jakarta: Mitra Wacana, 2013.
----------------------, The Power of Belief, Jogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Internet
http://www.putra-putri-indonesia.com/,
Hartanti, Evi, S.H., 2005. Tindak Pidana Korupsi. Sinar Grafika : Jakarta
Marpaung, Leden, S.H., 1992. Tindak Pidana Korupsi : Masalah dan
Pemecahannya Bagian kedua. Sinar Grafika : Jakarta
Simanjuntak, B, S.H., 1981. Pengantar Kriminologi dan Pantologi Sosial. Tarsino
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 31 tahun
1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Http://id.wikipedia.org/wiki/kleptokrasi
2016
10
Etik UMB
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nandang Solihin, M.Pd
http://www.mercubuana.ac.id
Download