4 BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

advertisement
4
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
2.1.1
Landasan Teori
Pengertian Pemasaran
Pemasaran
pada
umumnya
dipandang
sebagai
tugas
untuk
menciptakan,
memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan.
Menurut Philip Kotler (Solihin 2004, p109) “Pemasaran adalah suatu proses sosial
dan manajerial dimana melalui hal tersebut individu – individu maupun kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan
pertukaran produk yang memiliki nilai diantara mereka”.
Menurut Mursid (2003, p26), terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan
pemasaran:
1. Philip dan Duncan: Pemasaran meliputi semua langkah yang digunakan atau
dipergunakan untuk menempatkan barang – barang nyata ke tangan
konsumen
2. WJ Stanton: Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan
dengan kegiatan – kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan,
menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang –
barang atau jasa yang akan memenuhi kebutuhan pembeli baik yang aktual
maupun yang potensial.
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kalau pemasaran merupakan suatu
proses dimana terjadinya pertukaran barang, jasa ataupun ide kepada individu – individu dan
kepada organisasi.
5
2.1.2
Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (Simamora 2004, p2), “Perilaku konsumen
adalah tindakan yang langsung terlibat
untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti
tindakan”
American Marketing Association (Peter dan Olsen 1999, pp6-9) mendefinisikan
“Perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan
kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran
dalam hidup mereka”. Paling tidak ada 3 ide dalam definisi diatas:
1.
Perilaku konsumen adalah hidup dinamis
Definisi diatas menekankan bahwa perilaku konsumen itu dinamis. Itu
berarti bahwa seorang konsumen, grup konsumen, serta masyarakat luas selalu
berubah dan bergerak sepanjang waktu.
2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi
Hal kedua yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen adalah
keterlibatan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di
sekitar. Ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan mengembangkan
strategi pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang mereka pikirkan
(kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku)
dan apa serta dimana (kejadian di sekitar) yang mempengaruhi serta di
pengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa dan dilakukan konsumen
3. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran
Hal terakhir yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen adalah
pertukaran diantara individu.
6
2.1.3
Pengertian dan Konsep Sikap
Setiap orang pernah membicarakan tentang sikap mereka terhadap sesuatu dalam
kehidupannya. Mereka menyatakan suka (sikap positif) atau tidak suka (sikap negatif)
terhadap sesuatu, termasuk produk atau jasa yang mereka jumpai dalam kehidupan mereka
sebagai konsumen.
Menurut Peter dan Olson (1999, p130), “Sikap (attitude) sebagai evaluasi konsep
secara menyeluruh yang dilakukan oleh seseorang, sedangkan evaluasi adalah tanggapan
pengaruh pada tingkat intensitas dan gerakan yang relatif rendah”. Evaluasi dapat diciptakan
oleh sistem afektif dan kognitif. Sistem pengaruh secara otomatis memproduksi tanggapan
afektif – termasuk emosi, perasaan, suasana hati dan evaluasi terhadap sikap sebagai suatu
tanggapan segera dan langsung pada ransangan tertentu.
Menurut Lefton (Prasetijo dan Lhalauw 2004, p104) “Sikap adalah pola perasaan,
keyakinan dan kecenderungan perilaku terhadap orang, ide atau obyek yang tetap dalam
jangka waktu yang lama”.
Sementara itu menurut Schiffman dan Kanuk (Prasetijo dan Lhalauw 2004, p104)
mengatakan bahwa “Sikap adalah predisposisi yang dipelajari dalam merespons secara
konsisten sesuatu obyek, dalam bentuk suka atau tidak suka”.
Dalam setiap definisi yang dijumpai, terlihat bahwa para penulis setuju akan adanya
konsep – konsep sebagai berikut (Prasetijo dan Lhalauw 2004, pp104–105)
ƒ
Obyek
Dalam bersikap, ada obyek yang disikapi. Obyek disini mempunyai arti
yang luas seperti issues (masalah, pokok persoalan), tindakan, perilaku, cara
kerja, orang atau peristiwa. Dalam konteks perilaku konsumen, obyek dapat
diartikan sebagai kategori produk, brand (merek), service (jasa), iklan, harga,
penyalur dan sebagainya.
7
ƒ
Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari.
Predisposisi disebut juga kecenderungan umum. Dalam sikap, ada
kencederungan umum yang dipelajari atau dibentuk dan karena itu sikap
memiliki kualiatas motivasional yang dapat mendorong konsumen kepada suatu
perilaku tertentu misalnya sikap yang relevan terhadap perilaku beli terbentuk
dari pengalaman langsung menggunakan produk, dari informasi yang diperoleh
dari orang lain atau dari media massa.
ƒ
Sikap itu konsisten
Secara
relatif,
sikap
selalu
konsisten
dengan
perilaku
yang
diperlihatkannya. Jadi, apabila suatu segmen konsumen menyatakan bahwa
mereka menyukai film Fuji, maka pemasar berharap mereka selalu membeli dan
menggunakan film Fuji manakala mereka ingin memotret. Kindra, Laroche dan
Muller bahkan mengemukakan bahwa sikap itu resisten terhadap perubahan.
Sekali sikap terbentuk, tak mudah untuk mengubahnya.
ƒ
Sikap terjadi dalam suatu situasi.
Situasi adalah peristiwa atau keadaan pada saat pengamatan. Situasi ini
mempengaruhi hubungan antara sikap dan perilaku. Contohnya sikap seseorang
terhadap suatu universitas positif sekali, dia selalu memimpikan untuk dapat
belajar disana, tetapi karena anggaran sempit, universitas lokal di kota sendiri
boleh juga. Dalam contoh ini, tidak selalu berarti bahwa orang itu bersikap positif
terhadap universitas di kotanya sendiri. Sikap dia yang tampak positif terhadap
universitas tersebut dikondisikan oleh situasi.
ƒ
Sikap itu terarah, dan mempunyai intensitas tertentu.
Dikatakan terarah karena sikap menyebabkan orang mempunyai
pandangan
negatif
dan
positif
terhadap
obyek
sikap.
Seberapa
besar
8
ketidaksukaannya atau kesukaannya terhadap obyek sikap dinyatakan oleh
intensitas sikap itu.
Konsep – konsep sikap bisa digambarkan dalam gambar berikut:
Obyek
Intensitas Sikap
Situasi
Situasi
Predisposisi
yang dipelajari
Konsistensi
Gambar 2.1 Konsep – konsep Sikap
Sumber: Prasetijo dan Lhalauw (2004, p106)
2.1.3.1
Kepercayaan – Sikap dan Perilaku
Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi
keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan
perilaku (behavior). Menurut Mowen dan Minor (Sumarwan 2003, p135) menyebutkan bahwa
istilah
pembentukan
sikap
konsumen
seringkali
menggambarkan
hubungan
antara
kepercayaan, sikap dan perilaku. Kepercayaan, sikap dan perilaku juga terkait dengan
konsep atribut produk (product attribute). Atribut produk adalah karakterstik dari suatu
produk. Konsumen biasanya memiliki kepercayaan terhadap atribut suatu produk.
Menurut Sumarwan (2003, p136), “Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan
konsumen mengenai suatu objek, atributnya dan manfaatnya”. Kepercayaan konsumen atau
9
pengetahuan konsumen menyangkut kepercayaan bahwa suatu produk memiliki berbagai
atribut, dan manfaat dari berbagai atribut tersebut. Para pemasar perlu memahami atribut
dari suatu produk yang diketahui konsumen dan atribut mana yang digunakan untuk
mengevaluai suatu produk.
2.1.3.2
Karakteristik Sikap
Menurut Sumarwan (2003, pp137–138), terdapat 8 karakteristik sikap
1. Sikap Memiliki Objek
Di dalam konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait dengan objek,
objek tersebut bisa terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran seperti
produk. merek. iklan, harga, kemasan, penggunaan, media dan sebagainya. Jika kita
ingin mengetahui sikap konsumen, maka kita harus mendefinisikan secara jelas sikap
konsumen terhadap suatu produk atau merek.
2. Konsistensi Sikap
Sikap adalah gambaran perasaan dari seorang konsumen dan perasaan
tersebut akan di refleksikan oleh perilakunya. Karena itu sikap memiliki konsistensi
dengan perilaku. Perilaku seorang konsumen merupakan gambaran dari sikapnya.
Wanita tersebut mengendarai BMW warna silver. Ia menyukai BMW Silver. Inilah
konsistensi antara sikap dan perilaku. Namun, faktor situasi sering menyebabkan
inkonsistensi antara sikap dan perilaku. Seseorang menyukai sedan Jaguar, namun ia
tidak memiliki sedan tersebut. Faktor daya beli mungkin menyebabkan tidak
konsistennya antara sikap dan perilaku
3. Sikap positif, Negatif dan Netral
Seseorang mungkin menyukai makanan rendang (sikap positif) atau tidak
menyukai minum alkohol (sikap negatif), atau ia tidak memiliki sikap (sikap netral).
10
Sikap yang memiliki dimensi positif, negatif dan netral disebut sebagai karakteristik
valance dari sikap.
4. Intensitas Sikap
Sikap seorang konsumen terhadap suatu merek produk akan bervariasi
tingkatannya, ada yang sangat menyukainya atau bahkan ada yang begitu sangat
tidak menyukainya. Ketika konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaan terhadap
suatu produk, maka ia mengungkapkan intensitas sikapnya. Intensitas sikap disebut
sebagai karakteristik extrimity dari sikap.
5. Resistensi Sikap (Resistance)
Resistensi adalah seberapa besar sikap seorang konsumen bisa berubah.
Sikap seorang konsumen dalam memeluk agamanya mungkin memiliki resistensi
yang tinggi untuk berubah. Sebaliknya, seorang konsumen yang tidak menyukai
tomat, kemudian disarankan oleh dokter yang banyak mengkonsumsi tomat karena
alasan kesehetan, mungkin sikapnya akan mudah berubah. Pemasar penting
memahami bagaimana resistensi konsumen agar bisa menerapkan strategi
pemasaran yang tepat. Pemasaran ofensif bisa diterapkan untuk mengubah sikap
konsumen yang sangat resisten atau merekrut konsumen baru.
6. Persistensi Sikap (Persistence)
Keyakinan adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap yang
dimilikinya. Seorang konsumen tidak menyukai makan di McDonald (sikap negatif),
namun dengan berlalunya waktu setelah beberapa bulan ia mungkin akan berubah
dan menyukai makan di McDonald
7. Keyakinan Sikap
Keyakinan adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap yang
dimilikinya. Sikap seorang konsumen terhadap agama yang dianutnya akan memiliki
11
tingkat keyakinan yang sangat tinggi, sebaliknya sikap seseorang terhadap adat
kebiasaan mungkin akan memiliki tingkat keyakinan yang lebih kecil.
8. Sikap dan Situasi
Sikap seseorang terhadap suatu objek seringkali muncul dalam konteks
situasi. Ini artinya situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu objek.
Seseorang mungkin tidak suka minum jus jeruk pada pagi hari, tetapi menyukai
minum jus jeruk pada siang atau malam hari. Demikian pula, seseorang mungkin
menyukai makan siang di restoran cepat saji, namun ia merasa bahwa restoran
tersebut bukanlah tempat yang cocok untuk makan malam bersama relasi bisnisnya
2.1.3.3
Model Tiga Komponen
Menurut Prasetijo dan Lhalauw (2004, pp106–107) ada 3 komponen sikap yakni:
1. Komponen Kognitif
Komponen kognitif ialah pengetahuan (Cognition) dan persepsi yang
diperoleh melalui kombinasi dari pengalaman langsung dengan obyek sikap (attitude
object) dan informasi terkait yang didapat dari berbagai sumber. Komponen ini
seringkali dikenal sebagai keyakinan atau kepercayaan (belief) sehingga konsumen
yakin bahwa suatu obyek sikap memiliki atribut – atribut tertentu dan bahwa perilaku
tertentu akan menjurus ke akibat atau hasil tertentu. Dari pengetahuan dan
persepsinya, konsumen yakin bahwa Levi’s Jeans mempunyai atribut – atribut
tertentu, demikian pula dengan Lea Jeans. Keduanya sama – sama dari bahan
denim, sama – sama kuat, dan ada beberapa atribut yang sama dari keduanya. Akan
tetapi, Levi’s diyakini lebih adem dan fleksibel dipakai daripada Lea. Walaupun
keduanya menggunakan bahan denim, konsumen mengevaluasi kualitas denimnya
secara berbeda. Denim Levi’s lebih kuat dan luwes, begitulah persepsi orang.
12
2. Komponen Afektif
Komponen afektif ialah emosi atau perasaan terhadap suatu produk atau
merek tertentu. Emosi dan perasaan terutama mempunyai hakikat evaluatif, yaitu
perasaan suka atau tidak terhadap produk tertentu. Seorang konsumen yang ingin
membeli deodoran dan pergi kepasar swalayan akan dihadapkan pada berbagai
merek deodoran (evoked set). Ia akan membanding-bandingkan berbagai merek
tersebut, dan pada akhirnya dia memilih satu merek deodoran.
3. Komponen Konatif
Komponen konatif adalah kecenderungan seseorang untuk melaksanakan
suatu tindakan dan perilaku dengan cara tertentu terhadap suatu obyek sikap.
Misalnya, anak yang selalu mengajak ayah ibunya makan di restoran siap saji “Unyil”
dianggap sebagai konsumen yang sangat loyal, dan tidak akan berpindah ke restoran
lain. Padahal si anak tertarik untuk menambah koleksi model mobil sebagai hadiah
dari restoran “Unyil”
Gambar 2.2 akan menjelaskan tentang model tiga komponen sikap, yaitu:
Cognative Component
Sikap
Conative
Component
Affective
Component
Gambar 2.2 Model Tiga Komponen Sikap
Sumber: Prasetijo dan Lhalauw (2004, p108)
13
2.1.3.4
Fungsi Sikap
Menurut Daniel Katz (Prasetijo dan Lhalauw 2004, pp111–112) membagi fungsi sikap
dalam 4 kategori:
1. Fungsi Utilitarian.
Sikap yang berfungsi utilitarian terjadi apabila konsumen menggunakan
suatu produk atau merek tertentu karena produk atau merek itu memiliki kegunaan
(utility)
yang
dapat
memuaskan
kebutuhannya.
Contoh
jika
seseorang
membutuhkan zat penghilang noda pada baju, lalu dia memakai produk dengan
merek A, dan setelah dikonsumsi ternyata zat dengan merek A itu benar – benar
menghilangkan noda, maka dia akan membentuk sikap positif terhadap merek A
tersebut.
2. Fungsi Mempertahankan Ego
Sikap yang berfungsi mempertahankan ego tejadi apabila konsumen
bermaksud melindungi konsep diri terhadap keraguan , inkonsistensi dan
kecemasan. Contohnya Ponds menekankan pada kosmetiknya yang bisa membuat
kulit lebih putih. Dengan meyakini bahwa kulitnya lebih putih, wanita telah
melakukan ego defensive atau melindungi ego.
3. Fungsi Ekspresi Nilai
Fungsi ini memungkinkan konsumen untuk mengekspresikan secara jelas
citra dirinya dan juga nilai – nilai inti yang dianutnya. Misalnya, mobil BMW
mendukung orang yang ingin mengeksperiskan dirinya sebagai eksekutif sukses.
4. Fungsi Pengetahuan
Orang cenderung untuk bergantung pada pengetahuan yang didapat dari
pengalaman dan informasi dari lingkungan. Misalnya, bahwa wanita adalah
14
pengurus rumah tangga, maka iklan untuk produk – produk rumah tangga memakai
aktris.
2.1.3.5
Pembentukan Sikap
Bagaimana sikap dibentuk? Kenapa pada umumnya konsumen bersikap positif?
Jawaban pertanyaan ini penting bagi para pemasar. Sebab sebagaimana telah dikemukakan,
sikap merupakan prediktor penting bagi perilaku.
Teori menerangkan bahwa sikap berada dalam suatu kontinum, mulai dari tidak ada
sikap sampai ada sikap. Pemahaman proses pembentukan sikap dari tidak ada menjadi ada,
memerlukan pemahaman proses pembelajaran
Menurut Simamora (2004, pp185-188), Pembentukan sikap dipengaruhi secara
berarti oleh pengalaman pribadi, pengaruh keluarga atau kawan, pemasaran langsung (direct
marketing) dan media massa
1. Pengalaman Pribadi
Pembentukan sikap terutama dipengaruhi oleh pengalaman konsumen
terhadap produk. Persoalan yang dihadapi oleh banyak produk adalah bagaimana
agar konsumen mau mencobanya. Sebagus apapun produk, kalau tidak pernah
dicoba, konsumen sulit untuk membentuk sikap terhadap produk tersebut. Misalnya
perusahaan membagi – bagikan kesempatan menjalankan produk seperti test drive
mobil.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi untuk mengevaluasi kontak
langsung dengan produk dan aspek lain yang terkait, yaitu
ƒ
Kebutuhan. Sikap setiap orang berbeda sesuai dengen tingkat kebutuhan
masing – masing.
15
ƒ
Persepsi Selektif. Setiap orang menginterpretasikan realitas yang dihadapi
berdasarkan persepsi masing – masing
ƒ
Kepribadian. Ini adalah faktor lain yang berkenaan dengan bagaimana orang –
orang mengalami pengalaman langsung mereka dengan objek.
2. Pengaruh Keluarga dan Kawan
Keluarga, kawan, atau orang yang dihormati, mempengaruhi sikap terhadap
suatu produk, melalui perkataan, perbuataan atau teladan. Sikap positif ataupun
negatif
bisa
dibentuk
berdasarkan
informasi,
anjuran
atau
larangan
yang
disampaikan melalui kata – kata.
3. Direct Marketing
Pemasaran langsung adalah metode promosi yang mengkombinasikan
semua metode promosi dan diarahkan langsung kepada pelanggannya. Para
pelanggannya adalah orang – orang yang memiliki kebutuhan khas dan jumlahnya
sedikit (niche market). Para pemasar menyesuaikan produk dengan kebutuhan
pelanggan secara spesifik. Karena kedekatan spesifikasi produk dengan kebutuhan
pelanggan membentuk sikap favorable terhadap produk.
4. Media Massa
Media massa merupakan sumber informasi utama pada saat ini. Setiap hari
media massa memaparkan ide, produk, opini dan iklan. Banyak orang membentuk
sikap hanya berdasarkan informasi yang diperoleh melalui media massa saat ini.
5. Karakteristik Individu
Karakteristik seseorang mempengaruhi pembentukan sikap karena memiliki
cara dan kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi. Informasi apa yang
diinginkan, bagaimana menginterpretasi informasi tersebut dan informasi apa yang
16
masih diingat, tergantung dari karakteristik individu, seperti tingkat pendidikan,
umur, jenis kelamin, kepribadian dan lain – lain.
Kepribadian/
konsep diri
1. Pengalaman
langsung
2. Kelompok
3. Media Massa
4. Kontak
Persepsi tentang
produk dan merek
Struktur
Kebutuhan
Sikap/keyakinan
orang lain
Keyakinan dan
perasaan mengenai
produk dan merek
Sikap terhadap
produk dan
merek
Sistem Nilai
Gambar 2.3 Sistem Pembentukan Sikap
Sumber: Simamora (2004, p187)
Dari gambar diatas tampak bahwa sikap terhadap produk atau merek dipengaruhi
oleh keyakinan (belief) dan perasaan (feelings). Jadi model ini mengambil pandangan
modern tentang sikap.
Struktur kebutuhan, kepribadian, sikap dan keyakinan orang lain serta sistem nilai
berada paling dekat dengan keyakinan serta perasaan, sehingga dapat disebut lingkaran
dalam (inner cycle). Adapun pengalaman langsung, pengaruh kelompok, media massa, dan
kontak (dengan produk dan lingkungan pendukungnya) merupakan pengaruh dari luar yang
bisa disebut lingkaran luar (outer cycle)
17
2.1.3.6
Perubahan Sikap
Menurut teori, perubahan sikap mempunyai esensi yang sama dengan pembentukan
sikap. Artinya, perubahan sikap juga merupakan pembentukan sikap. Namun, karena sudah
ada sikap sebelumnya, maka proses transisi
kepada sikap yang baru, lebih bak
menggunakan istilah perubahan sikap. Jadi, sebagaimana pada pembentukan sikap,
pembelajaran (learning), pengalaman pribadi, sumber-sumber informasi yang lain serta
kepribadian, merupakan faktor – faktor yang dapat mengubah sikap.
Menurut Simamora (2004, pp189-194) ada 5 cara mengubah sikap yang tersedia
bagi pesaing:
1. Mengubah fungsi motivasi dasar.
Sikap terhadap produk dapat diubah secara efektif dengan menciptakan
kebutuhan baru. Sebagaimana diketahui, motivasi berasal dari kebutuhan yang
disertai oleh dorongan (drive) untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk
mengubah motivasi, harus mengubah kebutuhan. Salah satu pendekatan untuk
mengubahnya adalah pendekatan fungsional (functional approach).
Menurut pendekatan ini, sikap dapat diklasifikasikan berdasarkan 4 fungsi,
yaitu: (1) fungsi kegunaan, (2) fungsi pertahanan diri, (3) fungsi ekspresi nilai dan
(4) fungsi pengetahuan.
ƒ
Fungsi Kegunaan
Dari pada menjual lebih murah dari MARKET LEADER, sebuah
perusahaan bisa menekankan keunikan fungsi produk. Contohnya Mitsubishi
kuda, dengan harga yang relatif sama dengan pesaing. Kuda mengklaim
performans (berupa tenaga) paling besar dikelasnya.
18
•
Fungsi Pertahanan Ego
Umumnya orang mempertahankan ego terhadap suatu keadaan. Kaum
ibu akan menerima dengan cepat bahwa merekalah yang paling mengerti
bayinya. Padahal, banyak juga bayi yang lebih dikenal baby-sitter, mertua atau
pembantu dari pada ibunya sendiri. Ego inilah yang dimanfaatkan Johnson and
Johnson waktu membuat slogan: TIDAK ADA YANG LEBIH MENGERTI BAYI
ANDA, SELAIN IBU DAN JOHNSON AND JOHNSON
•
Fungsi Ekspresi Nilai
Sikap mencerminkan nilai, gaya hidup dan pandangan konsumen.
Kalau seseorang menyikapi kepemilikan produk elektronika berteknologi tinggi
secara positif, maka dipastikan memiliki sikap positif terhadap TV layar datar
yang saat ini merupakan inovasi terbaru
•
Fungsi Pengetahuan
Manusia
memperoleh
punya
penjelasan
kecenderungan
kenapa
ingin
sebuah
tahu.
produk
Kalau
memiliki
konsumen
keunggulan,
konsumen akan membentuk sikap positif terhadap produk tersebut. Contoh,
Sikat gigi pepsoden ada helm-nya, sehingga aman dari kotoran
2. Mengasosiasikan Produk dengan Even ataupun Grup Spesial.
Seandainya dibuat pemberitahuan seperti ini: lima persen dari harga yang
anda bayarkan akan disumbangkan untuk Palang Merah Indonesia (PMI). Kalau
bersikap positif terhadap PMI, maka kemungkinan konsumen akan membentuk sikap
positif terhadap produk tersebut
3. Menyelesaikan Dua Sikap yang Bertentangan.
Ada kepercayaan saat ini bahwa minyak rendah kolesterol tidak enak. Kalau
mau enak, carilah minyak tinggi kolesterol. Jadi, ada pertentangan sikap disini, mau
19
yang enak tetapi membahayakan atau yang tidak enak tetapi sehat? Minyak goreng
Sunrise muncul dengan mendamaikan pertentangan. Diklaim bahwa melalui proses
penyaringan, dihasilkan Sunrise sebagai minyak goreng yang enak, sekaligus rendah
kalori
4. Mengubah Komponen Model Atribut
Untuk mengubah komponen model atribut. Harus diketahui model yang
digunakan. Model yang akan digunakan adalah model fishbein.
Menurut model ini memerlukan data tentang atribut produk, keyakinan
mengenai atribut dan evaluasi terhadap atribut. Jadi perubahan sikap terhadap
produk dapat dilakukan dengan cara:
¾
Mengubah evaluasi relatif atribut (ei). Produk sebetulnya dapat
dipandang sebagai sekumpulan atribut. Pada saat mengambil keputusan
mengenai merek apa yang dipilih, yang dipertimbangkan konsumen adalah
atribut produk. Misalnya dalam mengevaluasi mobil keluarga yang akan
dipilih, seorang konsumen mungkin mempertimbangkan harga, harga jual
kembali, kemudahan memperbaiki, ketersediaan spare part dan lain – lain.
Jadi sebuah perusahaan dapat mengubah sikap positif terhadap produknya
dengan mengubah atribut yang ditonjolkan oleh perusahaan pesaing.
¾
Mengubah Keyakinan Merek (bi). Langkah ini bisa dilakukan dengan
mengklaim bahwa merek perusahaan kita “lebih”, “lebih baik” ataupun
“paling baik” pada atribut – atribut yang penting bagi konsumen.
¾
Menambah Atribut. Setiap mobil pasti menimbulkan polusi, akibatnya tdak
ada satupun promosi mobil berbagai merek menggunakan atribut “aman
bagi lingkungan” atau “tidak menyebabkan polusi” sebagai keunggulan
merek. Oleh karena itu biasanya yang dipromosikan adalah efisiensi
20
pemakasian bahan bakar, kekuatan mesin, responsivitas, kemudahan
perawatan dan lain – lain.
¾
Mengubah Sikap secara Keseluruhan (Ao). Dari pada mempengaruhi
melalui evaluasi atau keyakinan mengenai atribut produk, sikap konsumen
juga bisa diubah langsung pada merek (tanpa alasan). Misalnya, dengan
mengklaim merek sebagai yang terbaik, panutan merek lain.
5. Mengubah Keyakinan mengenai Merek Pesaing.
Pendekatan ini dilakukan melalui “comparative advertising”. Caranya adalah
dengan membandingkan produk kita dengan produk pesaing. Contohnya diklaim
Lifeboy membunuh lebih banyak kuman dibanding sabun lain
2.1.3.7
Model Sikap Multiatribut Fishbein
Teori – teori sikap mengemukakan bahwa sikap konsumen terhadap suatu produk
akan mempengaruhi perilaku atau tindakan konsumen terhadap produk tersebut. Untuk
mengetahui sikap konsumen terhadap suatu produk harus menggunakan metode
pengukuran.
Pengukuran sikap yang paling populer digunakan oleh peneliti konsumen adalah
Model Multi Atribut Sikap dari Fishbein. Menurut Sumarwan (2003, p150-151) Model Multi
Atribut Fishbein terdiri atas 3 model: the attitude toward – object model, the attitude toward
– behavior model, dan the theory of reasoned action model. Model sikap multiatribut
menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu objek sikap sangat ditentukan oleh
konsumen terhadap atribut – atribut yang di evaluasi.
Model “the attitude toward object model” digunakan untuk mengukur sikap
konsumen terhadap sebuah produk atau berbagai merek produk. Model ini secara singkat
menyatakan bahwa sikap seorang konsumen terhadap suatu objek akan ditentukan oleh
21
sikapnya terhadap berbagai atribut yang dimiliki oleh objek tersebut. Modul multi atribut
menekankan adanya salience of attributes. Salience artinya tingkat kepentingan yang
diberikan konsumen kepada suatu atribut. Model tersebut menggambarkan bahwa sikap
konsumen terhadap suatu produk atau merek sebuah produk ditentukan oleh 2 hal yaitu (1)
kepercayaan terhadap atribut yang dimiliki produk atau merek dan (2) evaluasi pentingnya
atribut dari produk tersebut. Model ini digambarkan oleh formula berikut (Sumarwan 2004,
p150).
Ao =
n
∑ eibi
i =1
Ao = Sikap terhadap suatu objek
ei = Evaluasi terhadap atribut I
bi = Kekuatan kepercayaan bahwa objek tersebut memiliki atribut
n = Jumlah atribut yang dimiliki objek
Komponen ei mengukur evaluasi kepentingan atribut – atribut yang dimiliki oleh
objek tersebut. Konsumen belum memperhatikan merek dari suatu produk ketika
mengevaluasi tingkat kepentingan atribut tersebut. Sedangkan bi mengukur kepercayaan
konsumen terhadap atribut yang dimiliki oleh masing – masing merek. Model fishbein
mengemukakan tiga konsep utama
1. Atribut
Atribut adalah karakteristik dari objek sikap (Ao). Komponen atribut yang
digunakan adalah model, nyaman, harga, mudah dicari, warna dan kemasan
(Simamora 2004, pp215-216) Salient belief adalah kepercayaan konsumen bahwa
produk memiliki berbagai atribut, sering disebut sebagai attribute-object beliefs.
22
2. Evaluasi Atribut
Evaluasi
adalah
evaluasi
baik
atau
buruknya
suatu
atribut,
yaitu
menggambarkan pentingnya suatu atribut bagi konsumen (ei). Konsumen akan
mengindentifikasikan atribut – atribut atau karakteristik yang dimiliki oleh objek yang
akan di evaluasi.
3. Kepercayaan
Kepercayaan adalah kekuatan kepercayaan bahwa suatu produk memiliki
atribut tertentu (bi). Konsumen akan mengungkapkan kepercayaan terhadap
berbagai atribut yang dimiliki suatu merek dan produk yang di evaluasinya.
2.1.4
Lima Kekuataan Kompetitif Potter
Berbagai kekuataan dalam indusri yang akan mempengaruhi tingkat persaingan yang
terjadi berbagai perusahaan dan mempengaruhi profitabilitas perusahaan dalam satu industri
Menurut Michael Porter ( Kotler dan Keller 2002, pp203-205), Persaingan dalam
suatu industri tergantung pada lima kekuatan persaingan yang berpengaruh terhadap
struktur ekonomi dalam industri.
1. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru ke suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk
merebut bagian pasar (market share), dan seringkali dengan sumber daya yang
cukup besar. Jika hambatan masuk yang tinggi dan calon pendatang baru
memperkirakan akan menghadapi perlawanan keras dari peserta persaingan yang
sudah ada, pendatang baru ini jelas tidak merupakan ancaman yang serius
23
Ada 6 sumber utama hambatan masuk
1. Skala Ekonomis
Skala ekonomis menghalangi masuknya pendatang baru ke suatu
industri karena memaksa pendatang baru ini untuk masuk dengan skala
besar atau harus memikul biaya tinggi (cost disadvantage)
2. Diferensiasi Produk
Identifikasi
merek
menimbulkan
hambatan
karena
memaksa
pendatang baru untuk mengeluarkan biaya besar guna merebut kesetiaan
pelanggan.
3. Kebutuhan Modal
Keharusan menanamkan sumber daya keuangan yang besar gagar dapat
bersaing menimbulkan hambatan masuk, khususnya modal dibutuhkan bukan
hanya untuk fasilitas tetap, melainkan juga untuk kredit pelanggan, persediaan
dan penutup kerugian awal.
4. Hambatan Biaya Bukan Karena Skala
Perusahaan – perusahaan yang sudah ada mungkin memiliki keunggulan
biaya yang tidak dimiliki calon pendatang baru, terlepas dari ukuran dan skala
ekonomis yang dapat mereka capai. Adakala keunggulan biaya diperoleh dari
jalan hukum, seperti melalui hak paten.
5. Akses Ke Saluran Distribusi
Pendatang baru, tentu saja harus mengamankan distribusi produk atau
jasa mereka. Makin terbatas saluran pedagang besar dan pengecer yang ada
dan makin erat ikatan perusahaan yang sudah ada dengan saluran ini, jelas
makin sukar usaha masuk kedalam suatu industri.
24
6. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah
dapat
membatasi
atau
bahkan
melarang
masuknya
pendatang baru kedalam industri, melalui tindakan – tindakan seperti keharusan
adanya ijin dan pembatasan akses ke bahan baku
2. Kekuatan Daya Tawar – Menawar Pemasok
Kekuatan masing – masing pemasok atau pembeli bergantung pada
sejumlah karakteristik situasi pasarnya dan pada tingat kepentingan relatif penjualan
atau pembeliannya dalam industri tersebut dibandingkan dengan keseluruhan
bisnisnya.
Kelompok pemasok kuat jika:
1. Kelompok ini didominasi oleh sedikit perusahaan dan lebih terkonsentrasi
ketimbang industri tempat mereka menjual produk.
2. Pemasok tidak bersaing dengan produk – produk lain dalam industri
3. Industri bukan merupakan pelanggan penting bagi pemasok.
3. Kekuataan Tawar – Menawar Pembeli.
Pembeli atau pelanggan dapat juga menekan harga, menuntut kualitas, lebih
tinggi atau layanan yang lebih banyak, dan mengadu domba sesama anggota
industri, semua ini dapat menurunkan laba industri.
Kelompok pembeli kuat jika:
1. Pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah besar
2. Produk yang dibeli dari industri bersifat standar atau tidak terdiferensiasi
3. Pembei menerima laba rendah
4. Produk industri tidak penting bagi kualitas produk atau jasa pembeli.
25
4. Ancaman Produk Pengganti
Dengan menetapkan batas harga tertinggi (Ceiling Price), produk atau jasa
pengganti
membatasi
potensi
suatu
industri.
Jika
industri
tidak
mampu
meningkatkan kualitas produk atau mendiferensiasikannya, laba dan petumbuhan
industri dapat terancam. Jelas, makin atraktif saling tukar harga kinerja yang di
janjikan produk pengganti, makin berat tekanan yang dialami potensi laba industri.
5. Persaingan Antar Para Anggota Industri
Persaingan di kalangan anggota industri terjadi karena mereka berebut
posisi dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, introduksi produk, dan
perang iklan.
Persaingan tajam seperti ini bersumber pada sejumlah faktor:
1. Biaya tetap (fixed cost) tinggi atau produk bersifat mudah rusak (perishable)
2. Penambahan kapasitas harus dalam jumlah besar
3. Hambatan keluar tinggi
4. Para peserta persaingan beragam dalam hal strategi, asal usul, dan
kepribadian.
26
Berikut adalah gambar dari lima kekuatan Porter:
Kekuatan Persaingan Menurut Michael E. Potter
Ancaman Pendatang
Baru
Persaingan di
Kalangan
Industri
Kekuatan Tawar –
Menawar Pemasok
Kekuatan Tawar –
Menawar Konsumen
Persaingan di
antara
perusahaan
yang sudah ada
Ancaman Produk
Pengganti
Gambar 2.4 Model Lima Kekuatan Kompetitif Michael Porter
Sumber: Kotler dan Keller (2002, p203)
27
2.2
Kerangka Pemikiran
PT Kemakmuran Jaya
Akan memproduksi
produk sandal merek
Jepit’z
Penilaian konsumen terhadap
produk sandal merek Jepit’Z
berdasarkan atribut
Tanggapan konsumen
terhadap sandal merk
Jepit’z
Produk di terima oleh
konsumen
Produk di tolak oleh
konsumen
PT. Kemakmuran Jaya akan memproduksi produk sandal dengan merek Jepit’z.
Namun, PT. Kemakmuran Jaya ingin terlebih dahulu mengetahui penilaian konsumen
terhadap produk sandal merek Jepit’Z berdasarkan atribut. Kemudian, melalui penilaiaan
tersebut. Konsumen memberi tanggapan tentang produk sandal merek Jepit’z, dan pada
akhirnya dapat diketahui produk diterima atau ditolak oleh konsumen.
Download