design penerapan activity based costing system

advertisement
DESIGN PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING
SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK
PRODUKSI
(Studi Kasus pada Perusahaan Autobody Manufaktur dan Komponen
Otomotif di CV Delima Mandiri)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Lanang Sadewo
108082000157
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
DESIGN PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING
SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK
PRODUKSI
(Studi Kasus pada Perusahaan Autobody Manufaktur dan Komponen
Otomotif di CV Delima Mandiri)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Lanang Sadewo
108082000157
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Amilin, SE.,Ak., M.Si
NIP. 197306152005011009
Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak
NIP. 19800416 200901 2 006
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 3Juni 2013 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1.
2.
3.
4.
Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
:Lanang Sadewo
:108082000157
: Akuntansi
: Design Penerapan Activity Based Costing System untuk
Menentukan Harga Pokok Produksi. Studi Kasus pada
Perusahaan Autobody Manufaktur dan Komponen
Otomotif di CV Delima Mandiri.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 Juni 2013
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS.
NIP. 19570617 198503 1 002
(
2. Yessi Fitri.,SE,Ak,M.Si.
NIP. 19760924 200604 2 002
(
3. Yusroh Rahmah, SE.,MSi.
NIP.19800506 200801 2 016
(
)
Ketua
)
Sekretaris
)
Penguji Ahli
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1.
2.
3.
4.
Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
:Lanang Sadewo
:108082000157
: Akuntansi
:Design Penerapan Activity Based Costing System untuk
Menentukan Harga Pokok Produksi. Studi Kasus pada
Perusahaan Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif
di CV Delima Mandiri.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 September 2013
1. Leis Suzanawati, SE., M.Si
NIP.19720809 200501 2 004
(
2. Dr. Rini, SE.,M.Si.,Ak.
NIP. 19760315 200501 2 002
(
3. Reskino, SE, M.Si, Ak
NIP. 10740928 200801 2 004
(
4. Dr. Amilin SE., Ak.,M.Si.
NIP. 197306152005011009
(
5. Zuwesty EkaPutri, SE.,M.Ak.
NIP. 19800416 200901 2 006
(
)
Ketua
)
Sekretaris
)
Penguji Ahli
)
Pembimbing I
)
Pembimbing II
iv
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
:Lanang Sadewo
No. Induk Mahasiswa
:108082000157
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1.
2.
3.
4.
Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya.
Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat,...............................................
Yang Menyatakan,
Materai
Rp.6000,(.........................................................)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
1. NamaLengkap
: Lanang Sadewo
2. TempatTanggalLahir
: Bekasi, 23 Juli 1990
3.
: Komp.Paspampres Jl. Pipit I Blok A1 No.1
Alamat
Kel. Tengah, Kec. Kramat Jati,
Jakarta Timur.
II.
III.
4. Telepon
: 08988714978
5. Email
: [email protected]
PENDIDIKAN
1.
SD Kartika XI-3Tahun 1996-2002
2.
SMP N20 Jakarta Tahun 2002-2005
3.
SMA N 93 Jakarta Tahun 2005-2008
4.
S1 EkonomiAkuntansi UIN SyarifHidayatullahTahun 2008-2013
PENGALAMAN ORGANISASI
1.
Anggota rohis SMAN 93 Jakarta, periode 2006-2007
2.
Ketua Basket Ball SMAN 93 Jakarta, periode 2007-2008
3.
Anggota PPI JT 2006
4.
Wakil ketua OSIS SMAN 93 Jakarta, periode 2007-2008
5.
Anggota karang taruna Komp PASPAMPRES, periode 2008-2009
vi
IV.
LATAR BELAKANG KELUARGA
1.
Ayah
: Mu’atim
2.
TempatTanggalLahir
: Tulungagung,18 Pebruari 1958
3.
Ibu
: Suharini
4.
TempatTanggalLahir
: Tulungagung, 2 Maret 1965
5.
Alamat
: Komp. Paspampres Jl. Pipit I Blok A1
No.1 RT 013 RW 06 Kel. Tengah,
Kec. Kramat Jati, Jakarta Timur.
6.
Telepon
: 081586175508
7.
AnakKe /dari
: 2 dari 2 bersaudara
vii
DESIGN APPLICATION OF ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM FOR
DETERMINING THE COST OF PRODUCTION
(Case Study On Autobody Manufacturing Company and Automotive
Components in CV Delima Mandiri)
Lanang Sadewo
ABSTRACT
This study aims to help company to implement activity based costing
method as a tool of management accounting to press production costs. Activity
based costing method presents more accurate costs and informative product cost
and directs to product profitability measurement which is more accurate and well
informed strategic decisions concerning sales pricing, product lines and market
segments. Furthermore, activity based costing can help managers identify and
control the cost of unused capacity.
It can be concluded that by using the method of activity based costing, a
company will experience positive impact on production cost arregement, in the
imposition of factury overhead cost to each product. On the calculations that have
been done well it can be seen that the activity-based costing is a good alternative
for the company in order to maximize profits by using a proper production cost
system in the imposition of factory overhead cost.
Keywords: Activity based costing, overhead, selling price.
viii
DESIGN PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM
UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI
(Studi Kasus pada Perusahaan Autobody Manufakturdan Komponen
Otomotif di CV Delima Mandiri)
Lanang Sadewo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan membantu perusahaan untuk menerapkan
metode activity based costing sebagai alat bantu akuntansi manajemen dalam
menekan biaya produksi. Metode activity based costing menyajikan biaya
produk yang lebih akurat dan informatif, mengarahkan pada pengukuran
profitabilitas produk yang lebih akurat dan keputusan strategis yang
diinformasikan dengan lebih baik tentang penetapan harga jual, lini produk,
dan segmen pasar. Lebih jauh lagi, ABC dapat membantu manajer
mengidentifikasikan dan mengendalikan biaya kapasitas yang tidak terpakai.
Berdasarkan kesimpulan dapat diketahui dengan menggunakan metode
acitivity based costing, perusahaan akan mendapatkan dampak positif dalam
penyusunan harga pokok produksi, yaitu dalam pembebanan biaya overhead
pabrik pada masing-masing produk. Dari kalkulasi yang telah dilakukan juga
dapat diketahui bahwa activity based costing merupakan alternatif yang baik
bagi perusahaan agar dapat memaksimalkan labanya dengan menggunakan
sistem harga pokok produksi yang tepat dalam pembebanan biaya overhead
pabrik.
Kata kunci: Activity based costing,overhead, harga jual produk.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Puji Syukur ALHAMDULILLAH, penulis panjatkan atas kehadirat
ALLAH SWT, karena atas segala rahmat dan karunianya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penerapan Activity Based Costing
System untuk Menentukan Harga Pokok Produksi (Studi Kasus pada
Perusahaan Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif di CV Delima
Mandiri)”. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan guna
mencapaigelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Padakesempatanini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan skrips iini terutama kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Mu’atim dan Ibunda Suharini yang
selalu mencurahkan perhatian, arahan , cinta dan sayang, dukungan serta
doa tiada henti yang tertuju hanya untuk anakmu ini, semoga semakin hari
anakmu ini semakin mampu membuat Ayahanda dan ibunda tersenyum di
dunia maupun di akherat kelak, aammmiinnn.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Rini, SE.,M.Si., Ak. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak. Selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Amilin, SE.,Ak., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan,
bimbingan setra wejangannya untuk penulisan skripsi ini. Terima kasih
atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.
x
6. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE.,M.Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan
memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran
yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya
sidang skripsi.
7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telahm emberikan bantuan
kepada penulis.
8. Seluruh pengurus dan staf CV Delima Mandiri, khususnya kepada Bapak
Wilson yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melakukan
penelitian ini.
9. Kakak kandung Ratna Dewi Mahrini dan Mas Bimo yang telah
memberikan sedikit perhatiannya untuk adikmu ini, dan tak lupa kedua
keponakanku yang telah memberikan inspirasi hidup untuk uncleboy
10. Teman spesial Hilda Savitri yang telah membantu dalam menyelesaikan
skripsi, dan telah menemani penulis dalam kurun waktu enam tahun ini,
hidupku selalu berwarna ketika ada kau.
11. Sahabat-sahabat kelas akuntansi e angkatan 2008, khususnya kepada
Saddam Hussin, Rusli, Aweng selalu bahagia, Heri, terimakasih atas
dukungan yang diberikan kepada penulis.
12. Sahabat-sahabat kelas konsentrasi akuntansi manajemen 2008 terimakasih
atasdukungan yang diberikan kepada penulis.
13. Keluarga besar BDS SQUAD yang telah memberikan warna dalam
pembuatan skripsi ini.
14. PPI 2006 JT yang telah memberikan penglaman pertemanan yang sangat
berharga.
15. Semuapihak yang tidak disebutkan namany asatu persatu dalam
kesempatan ini, sehingga karya sederhana ini dapat terwujud dan
bermanfaat untuk kepentinganbersama.
xi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan
bahkan
kritik
yang
membangun
dari
berbagai
pihak.
Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Jakarta, 04 September 2013
Lanang Sadewo
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...............................................................................................
i
Lembar Pengesahan Skripsi..........................................................................
ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ......................................................
iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ..................................................................
iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ..............................................
v
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................
vi
Abstract .........................................................................................................
viii
Abstrak .........................................................................................................
ix
Kata Pengantar .............................................................................................
x
Daftar Isi ........................................................................................................
xiii
Daftar Tabel.................................................................................................... xvii
Daftar Gambar ..............................................................................................
xix
Daftar Lampiran ...........................................................................................
xx
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Perumusan Masalah ....................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur .....................................................................
10
1.
Konsep Dasar Haga Pokok Produksi ...................................
10
2.
Komponen Harga Pokok Produksi ......................................
11
xiii
3.
Konsep Dasar Biaya ............................................................
18
4.
Pengelompokkan Biaya .......................................................
20
5.
Objek Penelitian Biaya ........................................................
28
6.
Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas ABC ...........................
31
7.
Klasifikasi Aktifitas .............................................................
34
8.
Cost Driver dan Kalkulasi Biaya ABC ................................
37
9.
Manfaat Sistem ABC Bagi Manajemen ...............................
41
10. Keunggulan Metode ABC ....................................................
42
11. Keterbatasan Metode ABC ...................................................
44
12. Akuntansi Biaya Tradisional ...............................................
47
13. Perbedaan Traditional Costing dengan ABC .......................
49
14. PenelitianTerdahulu .............................................................
51
B. Kerangka Pemikiran .................................................................
55
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
57
B. Jenis dan Sumber Data .............................................................
57
1.
Jenis Data .............................................................................
57
2.
Sumber Data ........................................................................
58
C. Teknik Analisis Data ................................................................
58
D. Definisi
Operasional
Variabel
Penelitian
dan
Pengukurannya .........................................................................
xiv
59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................
61
1. Sejarah Perusahaan ..............................................................
61
2. Visi dan Misi CV Delima Mandiri ......................................
62
3. Motto CV Delima Mandiri ..................................................
62
4. Produk Perusahan ................................................................
62
5. Daftar Konsumen CV Delima Mandiri................................
63
6. Jobdesk Delima Mandiri ......................................................
65
7. Data Khusus .........................................................................
74
B. Analisis Data ...............................................................................
81
1. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem
Tradisional pada CV Delima MandiriTahun 2011 ..............
81
2. Pehitungan Harga Pokok Produksi dengan Activit Based
Costing System pada CV Delima Mandiri Tahun 2011.......
83
3. Membandingkan Sistem Tradisional dengan Activity
Based Costing System dalam Menentukan Harga Pokok
Produksi ...............................................................................
91
C. Pembahasan ................................................................................
92
1. Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional pada
CV Delima Mandiri .............................................................
92
2. Harga Pokok Produksi dengan Activity Based Costing
System pada CV Delima Mandiri ........................................
3. Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional
xv
93
dengan Activity Based Costing System pada CV Delima
Mandiri ................................................................................
BAB V
94
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A.
Kesimpulan ......................................................................................
98
B.
Implikasi ..........................................................................................
99
C.
Saran ................................................................................................
100
DaftarPustaka .................................................................................................
101
Lampiran ........................................................................................................
103
xvi
DAFTAR TABEL
No. Tabel
2.1
Keterangan
Penelitian Tedahulu ...........................................................
51
4.1
Data Produksi CV Delima Mandiri ...................................
75
4.2
Pemakaian Bahan Baku Per Jenis Produk CV Delima
Mandiri Tahun 2011 ..........................................................
4.3
76
Data Biaya Tenaga Kerja Langsung CV Delima Mandiri
Tahun 2011 ........................................................................
76
4.4
Ringkasan Data Produksi CV Delima Mandiri Tahun 2011
77
4.5
Rincian Biaya Overhead CV Delima Mandiri Tahun 2011
77
4.6
Daftrar Cost Driver tahun 2011 .........................................
80
4.7
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem
Tradisional .........................................................................
4.8
82
Klasisikasi Biaya ke Dalam Berbagai Aktivitas pada CV
Delima Mandiri Tahun 2011 .............................................
83
4.9
Daftar Cost Driver 2011 ....................................................
86
4.10
Cost Pool HomogenCV Delima Mandiri Tahun 2011 ......
87
4.11
Pool Rate Aktivitas Level Unit pada CV Delima Mandiri
Tahun 2011 ........................................................................
4.12
88
Pool Rate Aktivitas Level Batch pada CV Delima Mandiri
Tahun 2011 ........................................................................
xvii
88
4.13
Pool Rate Aktifitas Level Produk pada CV Delima
Mandiri Tahun 2011 ..........................................................
4.14
Pool Rate Aktifitas Level Fasilitas pada CV Delima
Mandiri Tahun 2011 ..........................................................
4.15
90
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Activity Based
Costing pada CV Delima Mandiri Tahun 2011 ................
4.17
89
Pembebanan BOP dengan Activity Based Costing pada
CV Delima Mandiri Tahun 2011 .......................................
4.16
88
91
Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional
dengan Activity Based Costing pada CV Delima Mandiri
Tahun 2011 ........................................................................
xviii
92
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Keterangan
2.1
Income Statement Manufacturing Organization ...............
27
2.2
Cost Assignment Method ...................................................
30
2.3
Activity Clasification Model.............................................
35
2.4
Skema Kerangka Pemikiran.............................................
55
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
Keterangan
1.
Data Perusahaan .............................................
103
2.
Struktur dan Teknis Wawancara ....................
115
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan bisnis telah menjadi global dan kompetitif menuntut
perusahaan untuk menghasilkan value terbaik bagi customer. Kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan value bagi customer ini merupakan faktor
penentu keberhasilan perusahaan untuk bertahan hidup dan bertumbuh dalam
lingkungan bisnis yang global dan kompetitif ini. Customer value cepat sekali
mengalami perubahan dalam lingkungan bisnis sekarang ini, baik karena
tuntutan kebutuhan customer yang meningkat maupun karena pesaing secara
inovatif berusaha menawarkan manfaat lebih banyak.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan Hariadi (2012:150)
yang mengungkapkan bahwa lingkungan organisasi mengalami perubahan
luar biasa dari waktu ke waktu. Perubahan eksternal tersebut memaksa
manajemen organisasi untuk terus menerus melakukan berbagai upaya demi
menyesuaikan dengan lingkungan bisnis yang dihadapi agar tetap survive dan
berkembang sesuai tuntutan pasar. Tekanan kompetisi dan globalisasi
ekonomi sebagai akibat dari perkembangan komunikasi, teknologi dan
transportasi telah memicu munculnya tehnik-tehnik produksi dan manajemen
baru.
Top manajemen melakukan perubahan strategi, tujuan, Struktur
organisasi, pola komitmen dan pengendalian agar perusahaan tetap terus
1
tumbuh sesuai rencana. Dalam menghadapi arus perubahan ini, manajemen
membutuhkan informasi akuntansi yang up to date dan sesuai dengan
perkembangan terkini agar dapat menjalankan fungsi pengendalian dan dapat
mengambil keputusan yang tepat. (Hariadi, 2012:150)
Dewasa ini perubahan teknologi yang sangat pesat mendorong perusahaan
untuk ikut mengembangkan kemampuan produksinya, baik secara kualitas
maupun kuantitasnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
membawa banyak perubahan yang berdampak pada ketatnya persaingan dunia
usaha. Hal ini disebabkan karena banyaknya perusahaan yang mengandalkan
otomatisasi teknologi, terutama di perkembangan industri manufaktur.
Perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang signifikan
dalam dunia bisnis tanpa dibatasi dengan ruang dan waktu. Teknologi industri
perlu didefinisikan lebih detail untuk mendapatkan informasi yang lebih
spesifik khususnya untuk kegiatan jasa yaitu seperti kegiatan produksi
(manufaktur) dan mendukung kegiatan manufaktur secara keseluruhan untuk
mempermudah dalam proses penggunaan jasa terhadap teknologi industri
tersebut. (Apriyanto, 2012:1)
Banyaknya industri yang menggunakan kemajuan teknologi untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja produksinya, sangat dirasakan
terutama oleh industri manufaktur otomotif yang memanfaatkan teknologi
dalam membuat autobody manufaktur otomotif untuk memperoleh hasil yang
sama bahkan cenderung lebih baik.
2
Bagi perusahaan yang menggunakan beberapa teknologi sebagai
penunjang proses produksinya dalam melakukan diversifikasi produk, maka
pembebanan biaya overhead pabrik harus dilakukan dengan akurat agar tidak
menyebabkan distorsi dan tidak tercapainya cost effective yang pada akhirnya
akan membahayakan posisi perusahaan sendiri. Dengan tuntutan itu maka
manajer memerlukan informasi mengenai biaya produksi yang digunakan
dalam rangka memproduksi produk yang akan dilempar ke pasaran. Dengan
mempelajari biaya produksi maka harapan manajer adalah mereka akan dapat
melakukan penghematan dan pengendalian biaya produksi dalam rangka
untuk dapat menciptakan harga jual yang kompetitif (Siswanto, 2004:77)
Sejalan dengan meningkatnya persaingan, menjadikan informasi biaya
yang akurat semakin penting. Manajer-manajer menginginkan biaya-biaya
dihubungkan pada aktivitas-aktivitas dengan suatu dasar yang sederhana. Agar
kebijaksanaan penetapan harga jual ini sesuai dengan tujuan atau sasaran
perusahaan, manajemen memerlukan informasi yang akurat tentang biaya
produksi yang menjadi dasar dalam penetapan harga. Untuk meningkatkan
profitabilitas suatu perusahaan, maka perusahaan harus mampu menentukan
harga jual produk yang tepat. Dengan demikian biaya yang dibebankan pada
produk tidak over costed (dibebani biaya lebih dari yang seharusnya) dan juga
tidak under costed (dibebani biaya kurang dari yang seharusnya) sehingga
perusahaan dapat menentukan harga jual produk yang bersaing atau bahkan
lebih murah dibandingkan pesaing dengan kualitas yang sama atau bahkan
lebih baik dibandingkan pesaing (Tandiontong, 2011:2).
3
Perhitungan biaya produksi yang selama ini menggunakan metode
akuntansi biaya konvensional dapat menimbulkan distorsi biaya produksi, yang
dikarenakan metode tersebut hanya mempergunakan satu macam basis
pembebanan biaya untuk pemakaian sumber daya yang berbeda dapat saja
dikonsumsi berdasarkan basis yang berbeda pula. Untuk mengatasi
keterbatasan pada metode akuntansi biaya konvensional maka dikembangkan
sistem biaya yang didasarkan pada aktivitas yang disebut Sistem activity based
costing (selanjutnya disebut ABC), yang didasari oleh asumsi bahwa aktivitas
mengkonsumsi biaya dan produk mengkonsumsi aktivitas.
Hasil penelitian yang dilakukan Nina Yuliastanti (2010) menunjukkan
bahwa sistem ABC memperbaiki keakuratan perhitungan biaya produk dengan
mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap ternyata bervariasi secara
proporsional dengan perubahan selain volume produksi. Dengan memahami
apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat atau menurun, biaya
tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini
memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan perhitungan biaya
produk yang secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan. Mulyadi
(2007:235) mengatakan bahwa ABC sebagai sistem informasi biaya berbasis
aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan
pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengolahan aktivitas.
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi contoh numerikal yang
sederhana untuk mengartikulasi fundamental dari sistem ABC pada perusahaan
yang akan menjadi objek penelitian pada makalah ini. Objek studi kasus ini
4
merupakan perusahaan manufaktur kelas menengah ke atas dalam industri
karoseri, yaitu CV Delima Mandiri.
CV Delima Mandiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang perakitan
kendaraan atau yang biasa disebut karoseri. CV Delima mandiri didirikan oleh
Widarta sejak 4 Januari 1996 dengan akta pendirian No. 198 tanggal 14
Februari 1996 dari Notaris Dwi Swandiani, SH. CV Delima mandiri. Dimana
pelanggannya sebagian besar adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang transportasi. Selain itu CV Delima Mandiri juga menjalin kerjasama
dengan instansi pemerintahan, seperti Kementrian Sosial, Kementerian
Kesehatan, Kementrian Ketahanan, Kementrian Pendidikan, dan Kementrian
Dalam Negeri. Dalam perkembangannya, CV Delima Mandiri juga membuka
bisnis servis dan reparasi kendaraan roda empat atau lebih. Selain itu, Delima
Mandiri juga bergerak di bidang perdagangan. Salah satunya adalah
perdagangan barang-barang Hidrolik. Selain itu, Delima Mandiri juga
memperluas bidang usahanya ke konstruksi bangunan dan keamanan, termasuk
CCTV dan road blocker.
Seperti kebanyakan usaha kecil menengah usaha tersebut masih
menggunakan metode biaya tradisional, sistem biaya ini menggunakan unit
volume related cost driver seperti jam kerja langsung, jam alat atau mesin, dan
biaya material sesuai dengan volume produksi. Penggunaan dasar tunggal ini
mengakibatkan terjadinya distorsi dalam perhitungan biaya pokok produksi,
karena tidak semua sumber daya dalam proses produksi digunakan secara
proporsional (Sumarsid, 2011:2).
5
Usaha tersebut menemui beberapa kendala dalam menentukan harga
pokok produksi. Beberapa kendala yang dihadapi CV Delima Mandiri antara
lain pencatatan beban biaya produksi perusahaan hanya meliputi biaya yang
terlihat saja, seperti biaya bahan baku langsung, dan biaya tenaga kerja
langsung. Sedangkan faktor biaya produksi sebenarnya mencakup tiga biaya
utama yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik. Bentuk nyata kendala yang terajadi pada perusahaan ini yaitu
ketika tahun 2008 CV Delima Mandiri mengalami penurunan laba akibat
perusahaan tidak mencatat biaya yang terjadi di luar biaya proses produksi
pada harga pokok produksi disetiap produk yang mereka milik, misalnya biaya
listrik perusahaan secara keseluruhan, biaya perawatan mesin, tenaga kerja
tidak langsung, bahan baku tidak langsung, dan beban lainnya yang tidak
termasuk dalam proses produksi.
Sampai saat ini, manajemen merasa bahwa mereka telah membebankan
biaya pada seluruh produk tanpa memperhatikan sistem biaya yang digunakan,
perusahaan telah memperoleh keuntungan, sebagai akibat harga jual uang
cukup tinggi dibandingkan dengan biaya-biaya yang ditimbulkan oleh
organisasi dalam membuat produk-produknya. Oleh karena itu, CV Delima
Mandiri sangat memerlukan perhitungan biaya produksi dan penetapan harga
pokok yang akurat.
Pada kasus ini, peneliti akan menerapkan metode activity based costing
pada CV Delima Mandiri yang diprediksikan dapat menjadi metode yang tepat
untuk membantu mengatasi masalah dalam pemaksimalan laba dan pengakuan
6
biaya yang sedang dialami oleh CV Delima Mandiri. Dalam penggunaan
metode activity based costing
ditekankan untuk mencari pemicu biaya
produksi pada tahap perencanaan dan desain produk. Melalui activity based
costing dapat diketahui harga pokok produksi yang sesuai dengan biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk satu produk, sehingga pemaksimalan laba dapat
dicapai.
Metode apapun yang digunakan, biaya selalu memegang peranan yang
penting untuk memperhitungkan laba yang ingin dicapai dan memiliki
pengaruh yang besar terhadap penjualan suatu produk. Dalam kesempatan ini,
akan dipaparkan beberapa penjelasan mengenai gambaran sistem biaya
berdasarkan aktivitas yang dapat menghasilkan biaya produksi yang lebih
akurat serta bagaimana sistem ABC dapat diterapkan secara baik pada sebuah
industri manufaktur dan dituangkan dalam bentuk penulisan karya akhir
dengan judul: “Design Penerapan Activity Based Costing System untuk
Menentukan Harga Pokok Produksi (Studi Kasus pada Perusahaan
Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif CV Delima Mandiri).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka
penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan
sistem tradisional pada CV Delima Mandiri?
2. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan activity based
costing system pada CV Delima Mandiri?
3. Bagaimana perbandingan harga pokok produksi pada CV Delima Mandiri
7
antara menggunakan sistem tradisional dengan menggunakan
activity
based costing?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk
mengetahui
perhitungan
harga
pokok
produksi
dengan
menggunakan sistem tradisional pada CV Delima Mandiri.
2. Untuk
mengetahui
perhitungan
harga
pokok
produksi
dengan
menggunakan activity based costing pada CV Delima Mandiri.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara keduanya.pada CV Delima Mandiri.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a.
Penerapan teori activity based costing dalam perancangan produk agar
menghasilkan biaya yang efisien.
b.
Memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perusahaan dalam
mengurangi biaya produksi selama proses produksinya serta
bermanfaat juga dalam memaksimalkan laba perusahaan.
c.
Memberikan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori-teori
yang telah dipelajari selama ini sehingga dapat memperdalam
pengetahuan tentang penelitian dan menambah wawasan serta
pemahaman yang lebih baik terhadap activity based costing.
2. Manfaat praktis
a.
Sebagai bahan masukan atau sumbangan informasi terhadap pihak
perusahaan mengenai konsep produksi yang efisien.
8
b.
Sebagai bahan informasi kepada akademisi dan masyarakat mengenai
konsep produksi yang tepat guna.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Konsep Dasar Harga Pokok Produksi
Terdapat beberapa definisi harga pokok produksi yang diungkapkan
oleh sejumlah akademisi, diantaranya adalah Charles T. Horngren, Srikant
M. Datar, dan George Foster (2006:45) yang mengatakan bahwa harga
pokok produksi merupakan biaya barang yang dibeli untuk diproses
sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan.
Selain itu, Ray H. Garrison, Eric W. Nooren, dan Peter C. Brewer
(2006:60) menjelaskan bahwa harga pokok produksi adalah berupa biaya
produksi yang berkaitan dengan barang-barang yang diselesaikan dalam
satu periode.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
harga pokok produksi adalah semua biaya produksi yang digunakan untuk
memproses suatu bahan baku hingga menjadi barang jadi dalam suatu
periode waktu tertentu. Perhitungan harga pokok produksi digunakan
untuk perhitungan laba atau rugi perusahaan yang akan dilaporkan kepada
pihak eksternal perusahaan. harga pokok produksi memiliki peranan dalam
pengambilan keputusan perusahaan untuk beberapa hal seperti menerima
atau menolak pesanan, membuat atau membeli bahan baku, dan lain-lain.
Informasi mengenai harga pokok produksi menjadi dasar bagi manajemen
dalam pengambilan keputusan mengenai harga jual produk yang
10
bersangkutan. Oleh sebab itu, biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk memproduksi suatu barang jadi dapat diperhitungkan untuk
menentukan harga jual yang tepat.
2. Komponen Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi terdiri dari tiga elemen biaya produk yaitu
Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Biaya Overhead
Pabrik. Harga pokok produksi diperhitungkan dari biaya produksi yang
terkait dengan produk yang telah selesai selama periode tertentu. Barang
dalam proses awal harus ditambahkan dalam biaya produksi periode
tersebut dan barang dalam persediaan akhir barang dalam proses harus
dikurangkan untuk memperoleh harga pokok produksi (Garrison, Noreen,
dan Brewer, 2006:60). Ketiga elemen biaya produk sebagai pembentuk
harga pokok produksi adalah:
a. Biaya Bahan Baku
Bahan Baku menurut Charles T. Horngren, Srikant M. Datar,
danGeorge Foster (2006:43) adalah : Biaya bahan langsung (direct
material costs) adalah biaya perolehan semua bahan yang pada
akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya (barang dalam proses
dan kemudian barang jadi) dan yang dapat ditelusuri ke objek biaya
dengan cara yang ekonomis.
Biaya Bahan Baku adalah biaya yang digunakan untuk memperoleh
semua bahan baku yang akan digunakan untuk proses produksi dan
dapat dikalkulasikan secara langsung ke dalam biaya produksi. Bahan
11
baku adalah bahan yang menjadi bagian dari produk jadi dan dapat
ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk tersebut. Besarnya Biaya
Bahan Baku ditentukan oleh biaya perolehannya yaitu dari pembelian
sampai dengan biaya dapat digunakan dalam proses produksi. Contoh
Biaya Bahan Baku adalah biaya pembelian plat besi yang digunakan
untuk membuat body mobil dalam perusahaan karoseri atau biaya
pembelian tembakau yang digunakan untuk membuat rokok dalam
perusahaan rokok.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pengertian Biaya Tenaga Kerja Langsung menurut Firdaus Ahmad
Dunia dan Wasilah (2009:226) Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah
biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan dengan suatu operasi
atau proses tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan produkproduk dari perusahaan. Pengertian lain tentang Biaya Tenaga Kerja
Langsung diungkapkan oleh Charles T. Horngren, Srikant M. Datar,
dan George Foster (2006: 43) Biaya tenaga kerja manufaktur langsung
(direct manufacturing labour cost) meliputi kompensasi atas seluruh
tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke objek biaya (barang
dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang ekonomis.
Dari beberapa definisi diatas maka penulis menyimpulkan bahwa
Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah biaya yang digunakam untuk
penggunaan tenaga kerja langsung dalam pengolahan suatu produk
dari bahan baku menjadi barang jadi. Biaya Tenaga Kerja Langsung
12
meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja yang dapat ditelusuri ke
obyek biaya dengan cara yang ekonomis. Contoh Biaya Tenaga Kerja
Langsung adalah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada tenaga
kerja bagian produksi yang memproduksi bahan baku menjadi barang
jadi.
c. Biaya Overhead Pabrik
Adapun pengertianBiaya Overhead Pabrik menurut Ray H. Garrison,
Eric W. Noreen,dan Peter C. Brewer (2006: 56) Biaya Overhead
Pabrik adalah seluruh biaya manufaktur yang tidak termasuk dalam
bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead
juga
disebut sebagai biaya overhead manufaktur, biaya manufaktur tidak
langsung atau biaya produksi tidak langsung. Biaya overhead pabrik
adalah seluruh biaya manufaktur yang tidak dapat diklasifikasikan
sebagai biaya bahan baku atau biaya tenaga kerja langsung serta yang
tidak dapat ditelusuri ke unit produksi secara individual. Biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya utama dari
suatu produk, namun biaya overhead pabrik juga harus terjadi untuk
membuat suatu produk. Biaya overhead pabrik mencakup semua biaya
produksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja
langsung.
Segala jenis biaya produksi tidak langsung dicatat dalam berbagai
rekening overhead pabrik yang jumlah maupun namanya bisa berbedabeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya.
13
Pemilihan nama rekening dan jumlah rekening yang disediakan
tergantung pada sifat perusahaan dan informasi yang diinginkan
perusahaan. Contoh biaya overhead pabrik adalah biaya bahan
pembantu, biaya tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan
perawatan alat produksi, sewa pabrik, penyusutan pabrik dan
sebagainya.
Selain itu Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah (2009:248) memaparkan
klasifikasi biaya overhead pabrik berdasarkan sifat atau objek
pengeluaran sebagai berikut:
1) Bahan Baku dan Perlengkapan
Biaya bahan baku dan perlengkapan adalah biaya yang dikeluarkan
untuk semua bahan yang dipakai dalam produksi yang tidak dapat
dibebankan secara langsung kepada objek biaya tertentu dengan
pertimbangan ekonomis dan praktis.
Objek biaya tersebut dapat berupa produk atau jumlah unit produk
tertentu, pekerjaan-pekerjaan khusus, atau objek biaya lainnya.
2) Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan
untuk tenaga kerja yang secara tidak langsung terlibat dalam proses
produksi dari suatu produk, biaya-biaya ini tidak mungkin untuk
dibebankan secara langsung objek biaya tertentu. Biaya ini tidak
praktis untuk dibebankan secara langsung kepada jumlah unit
produksi tertentu.
14
3) Biaya Tidak Langsung Lainnya
Biaya tidak langsung ini meliputi berbagai macam biaya overhead
pabrik yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku
maupun biaya tenaga kerja tidak langsung.
Adapun penggolongan biaya overhead pabrik menurut Mulyadi (2007:
193) menyebutkan biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan
tiga cara:
a) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya dalam
perusahaan biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya
produksi
yang
termasuk
dalam
biaya
overhead
pabrik
dikelompokkan menjadi beberapa golongan sebagai berikut:
(1) Biaya bahan penolong
Biaya bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian
produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk
jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga
pokok produksi tersebut.
(2) Biaya reparasi dan pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang
(spareparts), biaya bahan habis pakai (factory suplies) dan
harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk
keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, dan aktiva
tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.
15
(3) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik
yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung
kepada produk atau pesanan tertentu.
(4) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva
tetap.
Contoh biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap
aktiva tetap adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik,
bangunan pabrik, mesin dan peralatan, dan aktiva tetap lain
yang digunakan di pabrik.
(5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Contoh biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi
mesin dan peralatan, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan
karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trialrun.
(6) Biaya Overhead Pabrik lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai.
Contoh Biaya Overhead Pabrik lain yang secara langsung
memerlukan pengeluaran uang tunai adalah biaya reparasi
yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik
PLN dan sebagainya.
b) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam
hubungan dengan perubahan volume produksi biaya overhead
16
pabrik dilihat dari perilakunya dalam hubungan dengan perubahan
volume produksi dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
(1) Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang
tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu.
(2) Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik
yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
(3) Biaya Overhead Pabrik Semi Variabel
Biaya overhead pabrik semi variabel adalah biaya overhead
pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan. Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead
pabrik dan untuk pengendalian biaya, biaya overhead pabrik
semivariabel dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan Biaya
variabel.
c) Penggolongan Biaya Overhead Pabrik menurut hubungannya
dengan departemen
Dilihat dari hubungannya dengan departemen-departemen
yang ada di pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan
menjadi dua yaitu:
(1) Biaya
overhead
pabrik
langsung
departemen
(direct
departmental overhead expenses)
(2) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect
departmental
overhead
expenses).
Dalam
perusahaan
17
manufaktur untuk menghasilkan produk yang akan dipasarkan
membutuhkan berbagai jenis biaya, dan biaya-biaya ini akan
menjadi dasar dalam penentuan harga pokok produksi. Harga
pokok produksi dikeluarkan untuk tujuan menghasilkan produk
jadi. Harga pokok produksi tidak dicatat dalam rekening biaya,
melainkan dibebankan pada produk yang dihasilkan dan
laporan dalam neraca sebagai persediaan. Harga pokok
produksi tersebut belum akan tampak dalam laporan Laba-Rugi
sebelum produk yang bersangkutan terjual.
3. Konsep Dasar Biaya
Terdapat berbagai macam pengertian atau definisi biaya, yang masingmasing berbeda. Karena itu, tidak jarang terjadi perbedaan dan menyadari
sepenuhnya betapa penting arti biaya tersebut dalam menjalankan tujuan
sehari-hari. Para akuntan, ekonom dan teknisi, dari masing-masing
memilki dan menggunakan konsep yang meskipun tidak bertentangan satu
sama lain, namun tetap tampak adanya perbedaan. Maka dari itu tidak
mudah untuk mendefinisikan atau menjelaskan istilah biaya tanpa
menimbulkan kesangsian atau keragu-raguan akan akuntan mencoba
merumuskan konsep atau pengertian biaya yang lazim digunakan dalam
dunia akuntansi. Terdapat berbagai pengertian biaya. Berikut adalah
pendapat para pakar ekonomi dalam mengartikan biaya.
Menurut Hansen & Mowen (2007:55), biaya adalah kas atau setara kas
yang dikorbankan untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan
dapat memberikan manfaat saat ini atau masa mendatang bagi suatu
18
perusahaan (istilah manfaat masa mendatang berarti pendapatan). Biaya
yang manfaatnya sudah diperoleh akan menjadi beban, sedangkan biaya
yang belum terpakai diklasifikasikan sebagai aset dan muncul di laporan
posisi keuangan. Contoh, usaha rental mobil membeli mobil dengan
mengeluarkan uang kas sejumlah Rp 80 juta. Mobil tersebut adalah biaya
bagi perusahaan karena untuk memperolehnya perusahaan harus
mengeluarkan kas, sedangkan mobil tersebut memberikan manfaat bagi
perusahaan di masa depan. Setelah mobil tersebut digunakan, biaya mobil
berubah menjadi beban, yaitu beban penyusutan yang diperhitungkan. Dari
ilustrasi tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan utama antara biaya
yang diklasifikasikan sebagai beban dan biaya sebagai aset adalah waktu.
Akuntan mendefinisikan biaya (cost) sebagai suatu sumber daya yang
dikorbankan (sacrifed) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan
tertentu. Suatu biaya (seperti bahan baku atau iklan) biasanya diukur
dalam unit uang yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan
barang atau jasa.
Selain itu, menurut Mulyadi (2007:24), biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau
yang kemudian akan terjadi tujuan tertentu (di dalam arti luas).
Sedangkan, dalam arti yang lebih sempit biaya diartikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan
suatu pengorbanan atas sumber-sumber ekonomi untuk mendapatkan
sesuatu, yaitu pendapatan barang atau jasa. Sering kali istilah biaya
19
digunakan sebagai sinonim dari beban atau expense.
4. Pengelompokkan Biaya
Pengklasifikasian biaya atau penggolongan biaya dilakukan sesuai
dengan tujuan biaya itu sendiri. Untuk tujuan yang berbeda, diperlukan
cara penggolongan biaya yang berbeda pula. Berkaitan dengan hal tersebut
di atas, maka biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Biaya Langsung
Biaya langsung merupakan biaya yang dapat dengan mudah
ditelusuri ke objek biaya yang bersangkutan. Konsep biaya langsung
lebih luas dari pengertian bahan langsung dan tenaga kerja langsung.
Kebanyakan biaya langsung merupakan variabel dengan dasar dan
akan
meningkat
atau
menurun
dalam
hubungannya
untuk
meningkatkan dan menurunkan pendapatan penjualan. Melalui alasan
ini, biaya langsung telah dipertimbangkan untuk dikendalikan, dan
dipertanggungjawabkan dari manajer departemen atau divisi.
b. Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri
dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan. Gaji manajer dalam
perusahaan dalam perusahaan jasa menjadi biaya tidak langsung dari
setiap jenis produk. Untuk dapat ditelusuri ke objek biaya seperti
produk tertentu, biaya tersebut pasti disebabkan oleh objek biaya. Gaji
manajer disebut juga common cost, yaitu biaya yang bersama-sama
dinikmati oleh sejumlah objek biaya, common cost adalah salah satu
20
jenis biaya tidak langsung. Sedangkan biaya tertentu mungkin masuk
kategori langsung atau tidak langsung tergantung dari objek biayanya.
Bila gaji manajer pabrik adalah biaya tidak langsung produksi, biaya
ini bersifat langsung untuk divisi produksi.
c. Biaya Controllable dan Noncontrollable
Jika suatu biaya dapat diawasi (controllable), manajer dapat
mempengaruhi jumlah yang dibelanjakan. Sebagai contoh, manajer
dapur
dapat
mempengaruhi
jumlah
belanja
atas
makanan.
Bagaimanapun, tidak mungkin tidak mungkin manajer dapur tidak
dapat mempengaruhi jumlah pembelanjaan atas sewa, terutama dalam
jangka pendek. Kekeliruan sering dibuat dari menyebut biaya langsung
controllable cost dan biaya tak langsung noncontrollable cost.
d. Join Cost
Join Cost (biaya gabungan) adalah apa yang dibagi, maka hal itu
adalah tanggung jawab, dua atau lebih departemen atau area. Sebuah
jasa rumah makan melayani makanan dan minuman, kedua-duanya
merupakan join cost. Gaji pelayan adalah suatu biaya gabungan dan
harus dibebankan (sebagai dengan pendapatan, atau beberapa metode
sesuai dengan yang lainnya) terhadap bagian departemen makanan dan
sisa hidangan dari departemen minuman. Kebanyakan biaya tak
langsung juga adalah join cost. Masalahnya adalah untuk menemukan
suatu basis rasional untuk memisahkan biaya dan beban dari bagian
masing-masing departemen.
21
e. Biaya Diskresionary
Biaya ini disebabkan oleh keputusan tahunan yang dibuat oleh
manajemen untuk membelanjakan biaya tetap tertentu. Contoh yang
termasuk ke dalam biaya ini termasuk iklan, penelitian, hubungan
masyarakat, program pengembangan manajemen dan magang untuk
para mahasiswa. Karakteristik yang terpenting dari biaya diskresionary
adalah bahwa manajemen tidak terpaku pada keputusan yang berkaitan
dengan biaya tersebut. Mereka masih dapat melakukan penyesuaian
dari tahun ke tahun atau mungkin dalam waktu kurang dari satu tahun
karena kondisi memang menuntut modifikasi keputusan manajemen.
f. Biaya Relevan dan Tidak Relevan
Biaya relevan adalah apa yang menentukan keputusan. Untuk
menjadi relevan, suatu biaya harus dalam konteks masa depan dan
berbeda antara alternatif. Sebagai contoh, sebuah rumah makan sedang
mempertimbangkan menggantikan daftar penjualan mekaniknya
dengan elektronik. Biaya relevan disini adalah ongkos daftar baru,
biaya dari pelatihan karyawan pada peralatan baru, dan setiap
perubahan di dalam pemeliharaan dan material menyediakan biayabiaya atas mesin baru. Sepanjang tidak ada perubahan adalah
memerlukan banyak jasa yang diharuskan, biaya tenaga kerja rumah
makan tiak akan menjadi biaya relevan. Hal ini akan tidak membuat
perbedaan terhadap keputusan.
22
g. Sunk Cost
Sunk Cost adalah biaya yang telah terjadi dan tidak diubah oleh
keputusan apapun masa yang akan datang. Karena sunk cost tidak
diubah oleh keputusan apapun, sunk cost bukanlah biaya diferensial.
Oleh karenanya, sunk cost dapat diabaikan dalam pembuatan
keputusan.
h. Biaya Opportunity
Biaya opportunity merupakan biaya yang tidak melakukan sesuatu.
Biaya opportunity tidak selalu dicatat dalam catatan akuntansi
organisasi, tetapi opprtunity cost adalah biaya yang harus selalu
dipertimbangkan dalam setiap pengambilan keputusan. Setiap alternatif
memiliki biaya opportunity yang melekat padanya.
i. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan
tanpa terpengaruh oleh tingkat aktifitas. Tidak seperti biaya variabel,
biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan aktifitas. Sebagai
konsekuensinya, pada saat level aktifitas naik atau turun, total biaya
tetap konstan kecuali jika dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan dari luar
seperti perubahan harga. Sewa merupakan contoh yang tepat untuk
menggambarkan biaya tetap.
j. Biaya variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang berubah secara proporsional
dengan perubahan aktifitas.
Aktifitas tersebut dapat diwujudkan
23
dengan berbagai bentuk seperti unit yang diproduksi, unit yang dijual,
kilometer, jumlah bed yang digunakan, jam kerja, dan sebagainya.
Contoh yang paling baik untuk menggambarkan biaya variabel adalah
biaya bahan langsung. Biaya bahan langsung yang digunakan selama
satu periode akan bervariasi sesuai dengan tingkat unit yang dihasilkan.
Ada banyak contoh yang menunjukkan bahwa biaya akan berubah-ubah
sesuai dengan produk dan jasa yang dapat dihasilkan oleh perusahaan.
k. Biaya Semi Tetap atau Semi Variabel
Biaya semi variabel adalah biaya-biaya yang totalnya selalu
berubah tetapi tidak proporsional dengan perubahan volume kegiatankegiatan perusahaan. Berubahnya biaya ini tidak dalam tingkat
perubahan yang konstan. (Arfan Ikhsan:2009:154)
Adapun jenis biaya menurut Carter dan Usry (2006:40), biaya dalam
hubungannya dengan produk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Biaya Manufaktur
Disebut juga biaya produksi atau biaya yang merupakan penjumlahan
dari tiga elemen biaya:
1) Biaya bahan baku langsung (direct material cost) adalah biaya
yang dikeluarkan untuk bahan baku yang dapat ditelusuri ke
barang atau jasa yang diproduksi.
2) Biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost) adalah jumlah
pengorbanan
yang
dibayarkan
kepada
tenaga
kerja
yang
melakukan konversi bahan baku menjadi barang jadi dan dapat
dibebankan secara ekonomis ke produk tertentu. Bahan baku
langsung ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung merupakan
24
biaya utama (prime cost). Sedangkan, biaya tenaga kerja langsung
ditambah dengan biaya overhead disebut sebagai biaya konversi
(convertion cost). Biaya overhead (factory overhead cost) adalah
biaya manufaktur yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke
barang atau jasa tertentu (output).
3) Biaya overhead merupakan cakupan semua biaya manufaktur,
kecuali yang dicatat sebagai biaya bahan baku langsung dan biaya
tenaga kerja langsung. Biaya overhead terdiri dari: biaya bahan
baku tidak langsung ; biaya tenaga kerja tidak langsung; biaya
reparasi dan pemeliharaan; biaya yang timbul akibat penilaian
aktiva tetap, antara lain: biaya penyusutan mesin, kendaraan, dan
aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk keperluan pabrik; biaya
yang timbul akibat berlalunya waktu antara lain: biaya asuransi
mesin kendaraan, dan biaya asuransi lainnya yang digunakan untuk
keperluan pabrik.
Jika dilihat dari segi biaya overhead pabrik, maka biaya ini dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Overhead pabrik tetap, yaitu biaya overhead pabrik yang
jumlahnya tetap (tidak berubah) sampai batas tertentu walaupun
volume kegiatan mengalami perubahan.
2) Overhead pabrik variabel, yakni biaya overhead pabrik yang
jumlahnya mengalami perubahan sebanding dengan perubahan
volume kegiatan.
b. Biaya Komersial (Non Manufaktur)
25
Biaya komersial terdiri dari dua klasifikasi biaya, yaitu biaya
pemasaran, dan biaya administrasi. Biaya pemasaran adalah biaya
yang dikeluarkan untuk memasarkan produk atau jasa. Biaya
pemasaran terdiri dari biaya promosi, biaya penjualan, dan biaya
pengiriman. Sedangkan biaya administrasi adalah biaya yang terkait
dengan penelitian, pengembangan, dan administrasi yang tidak
dibebankan ke biaya produksi dan pemasaran.
Biaya sebuah produk untuk tujuan pelaporan keuangan eksternal
mengacu pada biaya produksi, maka biaya produksi yang melekat pada
unit yang terjual diakui sebagai beban harga pokok penjualan pada
laporan laba rugi. Biaya produksi yang melekat pada unit yang tidak
dijual dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca keuangan.
Sedangkan biaya penjualan, dan biaya administrasi dipandang sebagai
biaya periode (harus dipotong pada setiap periode) sehingga dicatat
sebagai beban pada laporan laba rugi. Biaya periode merupakan biaya
biaya nonproduksi, biaya tersebut tidak pernah muncul dalam neraca
keuangan. Berikut contoh dari laporan laba rugi berdasarkan
klasifikasi fungsional untuk perusahaan manufaktur.
26
Gambar 2.1
Income Statement Manufacturing Organization
Manufacturing Organization
Income Statement
For the Year Ended December 31, 2006
Sales
Less Cost of goods sold
Gross margin
Less operating experises
Research and development
Rp 100,000
Selling
Rp 300,000
Administrative
Rp 150,000
Operating Income
Rp 2,000,000
Rp 1,300,000
Rp 700,000
Rp550,000
Rp 150, 000
Sumber: Don, R.H., Maryanne, M.M & Liming, G., Cost Management:
Accounting and Control, 6th ed., 2006 (p.31).
Menurut Hilton (2007:36) biaya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Berdasarkan pola perilaku biaya
1) Biaya variabel (variabel cost) secara total berubah seiring dengan
perubahan tingkat aktivitas atau volume yang terkait.
2) Biaya tetap (fixed cost) tidak akan berubah secara total dalam periode
tertentu, sekalipun terjadi perubahan yang besar atau tingkat aktivitas
atau volume terkait.
b. Berdasarkan biaya yang berhubungan dengan berbagai departemen dalam
suatu organisasi dibagi menjadi:
1) Direct cost, biaya yang langsung berhubungan dengan objek biaya .
2) Indirect cost, biaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan
objek biaya.
c. Berdasarkan fungsinya (fungsional categories) terbagi atas tiga jenis, yaitu
Manufacturing cost, (ii) selling cost, (iii) administrative cost. Biaya pabrik
(manufacturing cost) terbagi atas biaya bahan langsung (direct material
27
cost), biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost) dan biaya overhead
manufaktur.
5. Objek Penelitian Biaya
Sistem akuntansi biaya disusun untuk mengukur dan menentukan
biaya pada objek biaya. Objek biaya pada dasarnya merupakan suatu item
atau aktifitas yang ada pada produk, pelanggan, departemen, proyek,
kegiatan, dan lain-lain di mana biaya diukur dan dibebankan. Biaya yang
menjadi objek aktifitas, dihitung sebagai unit dasar dari pekerjaan yang
dilakukan dalam sebuah organisasi.
Salah satu objek biaya yang paling penting adalah output
dari
organisasi itu sendiri. Jenis output dari organisasi ada dua, yaitu produk
nyata dan jasa. Produk nyata adalah barang yang dihasilkan dengan
mengubah bahan baku melalui penggunaan input tenaga kerja dan modal.
Sedangkan jasa adalah aktifitas yang dilakukan organisasi untuk
digunakan oleh pelanggan atau aktifitas yang dilakukan pelanggan untuk
menggunakan produk atau fasilitas organisasi. Penelusuran biaya ke objek
biaya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Penelusuran langsung (direct tracing)
Penelusuran langsung adalah proses mengidentifikasi dan menetapkan
biaya pada objek biaya dengan cara khusus yaitu dengan melakukan
pengamatan fisik pada satu objek biaya. Sebagai contoh, asumsikan
bahwa departemen pembelian adalah objek biaya. Gaji supervisor
bagian pembelian dimasukkan dalam perhitungan pembelian barang
28
adalah contoh biaya yang secara khusus dapat diidentifikasi (dengan
pengamatan fisik) pada objek biaya (bagian pembelian). Idealnya,
semua biaya harus dibebankan pada objek biaya dengan menggunakan
penelusuran langsung. Sayangnya, sangat sering tidak mungkin untuk
langsung mengamati secara fisik jumlah sumber daya yang dikonsumsi
pada
sebuah
menggunakan
objek.
Pendekatan
hubungan
sebab
terbaik
akibat
berikutnya
untuk
adalah
mengidentifikasi
penelusuran.
b. Penelusuran driver (driver tracing)
Pemicu biaya adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam
penggunaan sumber daya, aktivitas dan pendapatan. Driver tracing
adalah penggunaan driver untuk membebankan biaya pada objek
biaya. Walaupun perhitungan driver tracing kurang tepat dibandingkan
dengan direct tracing, tetapi driver tracing sangat akurat jika
menggunakan
hubungan
sebab
dan
akibat.
Misalnya,
mempertimbangkan biaya listrik untuk pabrik jeans. Manajer pabrik
mungkin ingin tahu berapa banyak listrik digunakan untuk
menjalankan mesin jahit. Mengamati fisik secara langsung berapa
banyak listrik yang digunakan untuk mengukur konsumsi daya dari
mesin jahit, mungkin tidak praktis. Dengan demikian, driver seperti
“jam mesin” dapat digunakan untuk menetapkan biaya listrik. Jika
biaya listrik per jam mesin adalah $ 0,50 dan mesin jahit menggunakan
jam mesin 20.000 dalam satu tahun, maka $ 10.000 dari biaya listrik ($
29
0,50 x 20.000) akan dibebankan untuk aktivitas menjahit.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembebanan biaya ke
obyek biaya dibagi menjadi tiga, yaitu direct tracing, driver tracing, dan
alokasi. Mengidentifikasi pemicu biaya dan menilai kualitas hubungan
sebab akibat, jauh lebih mahal daripada menggunakan direct tracing dan
alokasi. Bahkan, salah satu keuntungan dari alokasi adalah sederhana dan
murah untuk diterapkan. Namun, alokasi adalah metode pembebanan
biaya yang paling tidak akurat, akurat dan penggunaannya harus dihindari
sebisa mungkin. Dalam banyak kasus, driver tracing meningkatkan
akurasi perhitungan yang lebih besar daripada biaya tambahan yang
ditimbulkan karena menggunakan driver tracing.
Gambar 2.2
Cost Assignment Method
Cost of Resources
Resource Driver
Direct Tracing
Driver Tracing
Allocation
Physical
Causal
Convenience
Observation
Factors
Assumed Linkage
Cost Object
Sumber: Don, R.H., Maryanne, M.M. & Liming, G., Cost Management:
Accounting and Control, 6th ed, 2006 (p.27).
30
6. Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas ABC
Menurut Bastian dan Nurlela (2009:24) activity based costing adalah
metode membebankan biaya aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya
pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya,
seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas,
serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan
proses dan objek biaya.
Menurut
Carter
dan
William
(2009:528)
perhitungan
biaya
berdasarkan akitivitas didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan
biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih
dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih
faktor yang berkaitan dengan volume. Dibandingkan dengan akuntansi
biaya tradisional, activity based costing mencerminkan penerapan
penelusuran biaya yang lebih menyeluruh.
Menurut Widjaja (2009:80) perhitungan biaya berdasarkan aktivitas
adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber
daya ke objek biaya seperti produk, jasa atau pelanggan berdasarkan
aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut. Dasar pemikiran
pendekatan perhitungan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa
perusahaan merupakan hasil dari aktivitas dan aktivitas tersebut
menggunakan sumber daya yang menyebabakan timbulnya biaya. Biaya
dari sumber daya dibebankan ke aktivitas bedasarkan aktivitas yang
menggunakan sumber daya (penggerak konsumsi sumber daya) dan biaya
31
dari aktivitas dibebakan ke objek biaya berdasarkan aktivitas yang
dilakukan untuk objek biaya (penggerak konsumsi aktivitas). Activity
based costing membebankan biaya overhead pabrik ke objek biaya seperti
produk atau jasa dengan mengidentifikasi sumber daya dan aktivitas juga
biayanya serta jumlah yang yang dibutuhkan untuk memproduksi output.
Penggunaan penggerak biaya konsumsi sumber daya yang dikonsumsi
oleh aktifitas dan menghitung biaya dari suatu unit aktivitas. Kemudian
perusahaan membebankan biaya dari suatu unit aktivitas. Kemudian
perusahaan membebankan biaya dari suatu aktivitas ke produk atau jasa
dengan mengalikan biaya dari setiap aktivitas dengan jumlah aktivitas
yang dikonsumsi oleh setiap objek biaya.
Menurut Garrison and Noreen (2006:440) perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas (activity based costing) adalah metode perhitungan
biaya yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer
untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan
mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. Dari keempat definisi
diatas, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan activity based costing
adalah suatu sistem perhitungan biaya dengan penjumlahan seluruh biaya
yang dari hasil memproduksi barang dan jasa yang jumlahnya lebih dari
satu biaya overhead untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer
dalam penganmbilan keputusan. Tujuan dari sistem biaya tradisional
adalah untuk menilai secara tepat persediaan dan harga pokok penjualan
untuk pelaporan eksternal. Sedangkan tujuan dari perhitungan biaya
32
berdasarkan aktivitas adalah memahami overhead dan profitabilitas
produk dan konsumen.
Sementara itu, Hilton, Maher dan Selto (2007:163) mendefinisikan
ABC sebagai berikut:
“Acivity based costing is a costing method that first assign costs to
activities and then to goods and services based on how much each
good or service uses the activity”.
Sedangkan definisi ABC yang diungkapkan Horngren (2007)
“Activity Based Costing (ABC) is a managerial accounting sistem
which determines the cost of activities without distortion and provides
management with relevant and timely information”.
Pakar dalam negeripun turut mendefinisikan konsep ABC, salah
satunya Mulyadi (2007:121) yang mengatakan bahwa ABC sebagai sistem
informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi
personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang
melalui pengolahan aktivitas.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum
pengertian ABC adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biayabiaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalu
membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan
melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut pada manajemen
agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya,
dan pengambilan keputusan.
33
7. Klasifikasi Aktivas
Hansen & Mowen (2006:129) menyatakan bahwa tahap pertama
dalam ABC ini adalah mengidentifikasi aktivitas yang terjadi di
perusahaan. Kemudian aktivitas-aktivitas yang sama dikumpulkan dalam
saru kategori. Secara umum aktivitas terbagi menjadi 4 kategori, yaitu 1)
unit level, 2) batch level, 3) product level, 4) facility level.
Pengklasifikasian aktivitas dalam kategori ini didasarkan setiap biaya
aktivitas yang terbentuk mempunyai cost driver yang berbeda-beda.
Ronald (2007) menyebutkan kategori di atas sebagai cost pool yaitu
gabungan dari result-producting activities yang mempunyai cost
driveryang sama. Rincian dari cost pool atau kategori aktivitas tersebut
sebagai berikut:
a. Unit Level adalah biaya aktivitas yang dilaksanakan atas setiap unit
produk atau jasa individual. Contohnya biaya mesin, asembing, dll.
b. Batch Level adalah biaya aktivitas yang berkaitan dengan kelompok
unit, produk atau jasa. Contohnya biaya production scheduling dan
material handling.
c. Product – Sustaining Level merupakan biaya aktivitas yang
mendukung produk atau jasa tanpa menghiraukan unit atau batch.
Contohnya biaya pengembangan, proses engineering ,dll.
d. Facility – Sustaining Activity Driver adalah biaya yang tidak dapat
ditelusuri ke produk atau jasa individual namun mendukung operasi
perusahaan
secara
keseluruhan.
Contohnya,
biaya
pemasaran,
keamanan, dan manajemen dll.
34
Gambar 2.3
Activity Clasification Model
Individual Activity
A1
A2
A3
A4
A5
Activity
Level Filter
L
Unit
Level
Batch
Level
Driver
Filter
Driver
Filter
Set 1
Product
Level
Set 2
Set 3
Facility
Level
Driver
Filter
Set 4
Set 5
Set 6
Set 7
Homogeneous Set of Activities
Sumber: Hansen (2006:131)
Dari empat aktivitas tadi, kategori unit level, batch level, dan product
level merupakan aktivitas yang berkaitan langsung dengan produksi. Dan
memungkinkan untuk menghitung biaya dari aktivitas secara langsung.
Sedangkan kategori yang keempat facility – sustaining activitydriver
merupakan masalah yang sebenarnya dalam ABC karena biaya yang
timbul pada aktivitas ini tidak dapat ditelusuri secara langsung pada
parameter yang baku. Dari hal tersebut maka kategori tadi dibagi atas 2
bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Biaya langsung produk/jasa meliputi kategori atau pool cost (1) unit
35
level, (2) batch level, (3) product level; biaya yang dapat dibebankan
secara langsung ke produk. Biaya ini dibebankan sebagai biaya produk
melalui aktivitas yang menghasilkan produk yang bersangkutan.
b. Biaya tidak langsung produk; biaya yang tidak dapat dibebankan
secara langsung ke aktivitas. Biaya ini dikelempokkan menjadi dua
golongan, yaitu:
1) Biaya langsung aktivitas; biaya yang dapat dibebankan secara
langsung ke aktivitas melalui direct tracing.
2) Biaya tidak langsung aktivitas; biaya yang tidak dapat dibebankan
secara langsung ke aktivitas. Biaya ini dibebankan ke aktivitas
melaui salah satu dari dua cara berikut ini;
a) Driver tracing, dibebankan ke aktivitas melalui resources
driver, yaitu basis yang menunjukkan hubungan sebab akibat
antara konsumsi sumber daya dengan aktivitas.
b) Allocation, dibebankan ke aktivitas melaui basis yang bersifat
sembarang.
Untuk sumber daya yang pembebanannya ke aktivitas menggunakan
driver tracing, keadilan pembebanan ke aktivitas dipengaruhi oleh
karakteristik terjadinya sumber daya tersebut.
a. Sumber daya yang dikonsumsi secara merata sepanjang tahun.
b. Sumber daya yang dikonsumsi secara periodik sepanjang tahun.
c. Capasity resources yang disediakan untuk konsumsi dalam jangka
panjang.
36
8. Cost Driver dan Kalkulasi Biaya ABC
Tahap selanjutnya dalam perhitungan ABC ini menurut Hilton
(2007:180) adalah mengidentifikasi masing-masing cost driver untuk
setiap aktivitas cost pool. Cost driver adalah karakteristik dari suatu
kejadian atau aktivitas yang menyerap biaya.
Ada beberapa tahapan penerapan activity based costing menurut Bastian
dan Nurlela (2009:26), yaitu:
a. Mengidentifikasi, mendefinisikan aktivitas, dan pool aktivitas.
1) Aktivitas tingkat unit.
2) Aktivitas tingkat batch.
3) Aktivitas tingkat produk.
4) Aktivitas tingkat pelanggan.
5) Aktifitas pemeliharaan organisasi.
Tahapan utama dan pertama dalam menerepkan activity based costing
(ABC) adalah mengidentifikasi aktifitas yang menjadi dasar sistem
tersebut. Tahapan ini mungkin sulit dilakukan, karena memakan waktu
dan membutuhkan pertimbangan yang cukup rumit. Prosedur umum
yang dilakukan pada tahap ini, dengan melakukan wawancara terhadap
semua orang yang terlibat atau semua tingkat supervise atau semua
manajer yang menimbulkan overhead dan meminta mereka untuk
menggambarkan aktivitas utama yang mereka lakukan, biasanya akan
diperoleh catatan aktivitas yang cuku beragam dan rumit. Adapun
aktifitas yang cukup beragam tersebut, dapat digabungkan menjadi
37
lima tingkat aktifitas, yaitu aktifitas tingkat unit; batch; produk;
pelanggan; dan pemeliharaan organisasi. Penjelasannya sebagai
berikut:
1) Aktivitas tingkat unit.
Dilakukan oleh setiap unit produksi. Biaya aktifitas unit bersifat
proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. Contoh: biaya
pekerja untuk operator peralatan produksi, ini menjdi aktivitas
tingkat unit, karena pekerja tersebut cenderung dikonsumsi secara
proporsional dengan jumlah unit produksi.
2) Aktivitas tingkat batch
Dilakukan setiap batch yang diproses, tanpa memperhatikan berapa
unit yang terdapat dalam batch tersebut. Contoh: membuat pesanan
pelanggan, penataan peraltan, pengaturan pengiriman pesanan
pelanggan, ini merupakan tingkat batch. Biaya tingkat batch lebih
tergantung pada jumlah batch yang dihasilkan, bukan jumlah unit
yang diproduksi, jumlah unit yang terjual atau ukuran lainnya.
3) Aktivitas pemeliharaan organisasi
Aktivitas ini dilakukan tanpa memperhatikan produk apa yang
diproduksi, berapa unit yang dibuat, berapa batch yang dihasilkan
dan pelanggan mana yang dilayani. Contoh: aktifitas kebersihan
kantor, pengadaan jaringan komputer, pengaturan pinjaman dan
penyusunan laporan keuangan untuk internal maupun eksternal.
38
Penggabungan aktifitas dalam activity based costing, setiap harus
dikelompokkan yang mempunyai korelasi yang tinggi dalam satu
tingkat. Contoh: jumlah pesanan pelanggan yang diterima akan
dimiliki korelasi yang tinggi dengan jumlah pengiriman berdasarkan
pesanan pelanggan, sehingga kedua aktifitas tingkat batch ini dapat
digabung, tanpa mengurangi keakuratannya. Gabungan dari biaya
overhead yang berhubungan dengan aktifitas yang sama dikenal
dengan cost pool, yang akan digunakan untuk menghitung tarif
pembebanan ke setiap aktiftas.
Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktifitas dan objek
biaya. Tahap kedua dalam menerapkan activity based costing adalah
sejauh mungkin menelusuri biaya overhead secara langsung ke objek
biaya, yang menyebabkan timbulnya biaya, kemudian menentukan
pemicu biayanya, seperti produk, pesanan pelanggan, dan pelanggan
itu sendiri.
b. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.
Pada umumnya biaya overhead diklasifikasikan dalam sistem
akuntansi perusahaan berdasarkan departemen atau divisi, di mana
biaya tersebut terjadi. Tetapi pada beberapa kasus ada beberapa atau
semua biaya bisa ditelusuri langsung ke pool biaya aktivitas, seperti:
pemrosesan pesanan, di mana semua departemen pembelian dapat
ditellusuri ke aktivitas ini. Dalam activity based costing sangat umum
overhead terkait dengan beberapa aktivitas. Untuk kondisi seperti ini,
biaya departemen dapat dibagi ke beberapa kelompok atau pool
39
aktivitas dengan menggunakan proses aalokasi tahap pertama, yaitu
membebankan overhead ke pool biaya aktivitas.
c. Menghitung tarif per aktifitas.
Tarif per aktivitas yang akan digunakan untuk pembebanan biaya
overhead ke produk dihitung, dengan menentukan total aktiviitas
sesungguhnya yang dperlukan untuk memproduksi bauran produk dan
untuk melayani pelanggan yang saat ini. Kemudian menentukan tarif
aktivitas dengan membagi total biaya pool aktivitas masing-masing
aktivitas dengan total pemicu aktivitas.
Tarif pembebanan / pool rate = total biaya pool aktivitas
Total pemicu aktifitas
d. Membebankan
biaya
ke
objek
biaya
dengan
menggunakan
menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas.
Langkah berikut dalam penerapan activity based costing disebut
alokasi tahap kedua, di mana tarif aktivitas digunakan untuk
membebankan biaya ke produk atau pelanggan dengan cara
mengalihkan tarif pool aktivitas dengan ukuran aktivitas yang
dikonsumsi masing-masing produk atau jasa layanan.
Pembebanan= pool rate x jumlah aktivitas yang dikonsumsi
e. Menyiapkan laporan untuk manajemen.
Tahap ini adalah tahap laporan yang disusun, dengan menggabungkan
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead yang ke
produk atau jasa layanan berdasarkan aktivitas.
40
9. Manfaat Sistem ABCbagi manajemen.
Manfaat yang diperoleh dalam penerapan activity based costing
menurut Bastian dan Nurlela (2009:29) adalah ABC menyajikan
pengukuran yang akurat, dapat memperbaiki pengambilan keputusan, dan
memungkinkan manajemen melakukan perbaikan secara terus menerus.
Kelebihan sistem ABC akan dijelaskan dengan lebih mendetail pada
pemaparan berikut:
a. Activity based costing menyajikan pengukuran yang lebih akurat
tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas, membantu
manajemen untuk meningkatkan nilai produk dan nilai proses dengan
membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk,
mengendalikan
biaya
secara
lebih
akurat
dan
membantu
perkembangan proyek-proyek yang meningkatkan nilai.
b. Memperbaiki kualitas pengambilan keputusan.
Para manajemen puncak yang telah menerapkan activity based
costing percaya bahwa semakin akurat perhitungan biaya atau jasa
layanan yang digunakan activity based costing, akan mengurangi
kemungkinan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
c. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan secara terus
menerus.
Banyak
perusahaan
berusaha
untuk
mengurangi
biaya,
guna
menawarkan produk atau jasa layanan beraneka akan meningkatkan
biaya. Dengan menggunakan ABC, biaya yang dikeluarkan akan
41
terlihat dengan jelas pada setiap aktivitas di mana biaya yang tidak
mempunyai nilai tambah bagi pelanggan dapat dieliminasi lebih cepat.
a. ABC menyajikan biaya produk, kemampuan memperoleh laba,
keputusan-keputusan strategis mengenai harga jual, lini produk, pasar
pelanggan, dan pengeluaran modal dengan akurat dan informatif.
b. ABC memberikan pengukuran biaya pemicu aktivitas dengan akurat,
sehingga membantu manajemen memperbaiki produk, membuat
keputusan pemilihan desain produk, mengendalikan biaya, dan
membantu mempertinggi berbagai nilai proyeksi.
c. ABC membantu manajer dalam mengakses informasi tentang biayabiaya yang relevan dalam membuat keputusan bisnis.
10. Keunggulan metode ABC.
Adapun kelebihan ABC menurut Bastian dan Nurlela (2009:29), yaitu
para manajemen puncak akan setuju menerapkan suatu sistem yang baru di
organisasi mereka, jika mereka percaya bahwa mereka akan memperoleh
manfaat yang lebih, jika dibandingkan dengan sistem yang lama.
Kelebihan activity based costing menurut William dan Carter
(2009:545) adalah sebagai berikut:
a. Activity based costing (ABC) mengharuskan manajer melakukan
perubahan radikal dalam cara berfikir mereka mengenai biaya.
b. ABC mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara
berfikir mereka mengenai biaya. Misal, pada awalnya sulit bagi
manajer untuk memahami bagaimana ABC akan menunjukkan bahwa
42
produk bervolume tinggi ternyata merugi padahal analisis margin
kontribusi menunjukkan bahwa harga jual melebihi biaya produksi
variabel.
c. ABC berusaha untuk menunjukkan konsumsi sumber daya jangka
panjang dari setiap produksi, namun tidak memprediksikan berapa
banyak pengeluaran yang akan dipengaruhi oleh keputusan tertentu.
d. ABC menunjukkan seberapa banyak aktivitas tingkat batch dan tingkat
produk yang didedikasikan untuk setiap produk dan bukan seberapa
banyak penghematan yang akan terjadi jika lebih sedikit produk atau
batch diproduksi.
Kelebihan sistem ABC menurut Blocher (2006:232) adalah sebagai
berikut:
a.
Pengukuran profitabilitas yang lebih baik.
Activity based costing menyajikan biaya produk yang lebih akurat
dan informatif, mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk
yang lebih akurat dan keputusan strategis yang diinformasikan dengan
lebih baik tentang penetapan harga jual, lini produk, dan segmen pasar.
b. Keputusan dan kendali yang lebih baik.
Activity based costing menyajikan pengukuran yang lebih akurat
tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas.
c. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas.
ABC membantu manajer mengidentifikasikan dan mengendalikan
biaya kapasitas yang tidak terpakai.
43
Penulis memiliki kesimpulan tentang kelebihan ABC, yaitu sebagai
berikut :
a. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka
harus mengambil sejumlah langkah untuk kompetitif. Sebagai hasilnya
pihak manajemen dapat meningkatkan mutu dan fokus pada
pengurangan biaya.
b. ABC membantu dalam pengambilan keputusan pihak manajemen.
c. ABC membuat manajemen berada pada posisi dimana dapat dilakukan
penawaran kompetitif yang lebih wajar.
d. ABC membantu manajemen dalam melakukan analisis volume produk,
untuk mencari break event pada produk bervolume rendah.
e. Melalui analisis biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen
dapat merekayasa kembali proses manufaktur dalam mencapai pola
keluaran yang lebih bermutu dan efisien.
11. Keterbatasan ABC
Kelemahan activity based costing menurut Bastian dan Nurlela
(2009:30) adalah sebagai berikut:
a. Dibandingkan sistem biaya tradisional yang hanya membebankan
biaya cukup satu pemicu biaya seperti jam kerja langsung, ABC
membutuhkan berbagai ukuran aktivitas yang harus dikumpulkan,
diperiksa, dan dimasukkan dalm sistem, mungkin kurang sebanding
dengan tingkat keakuratan yang didapat yang pada akhirnya
mengakibatkan biaya yang tinggi.
44
b. Sulitnya mengubah pola kebiasaan manajer.
Mengubah
pola
kebiasaan
manajer
membutuhkan
waktu
penyesuaian, karena para manajer sudah terbiasa menggunakan sistem
biaya tradisional dalam beroperasinya dan juga digunakan sebagai
evaluasi kinerja, maka dengan perubahan pola ini kadangkala
mendapat perlawanan dari para karyawan. Jika ha ini terjadi maka
penerapan sistem ABC akan mengalami kegagalan.
c. Mudahnya data activity based costing disalah artikan.
Dalam prakteknya, data BC dengan mudah dapat disalah artikan
dan harus digunakan secara hati-hati ketika pengambilan keputusan.
Biaya yang dibebankan ke produk, pelanggan dan objek biaya lainnya
hanya dilakukan bilamana secara potensial relevan. Sebelum
mengambil keputusan yang signifikan dengan menggunakan data ABC,
para pengambil keputusan harus dapat mengidentifikasi biaya mana
yang betul-betul relevan dengan keputusan saat itu.
d. Bentuk laporan kurang sesuai.
Umumnya laporan yang disusun dengan menggunakan ABC tidak
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.
Konsekuensi perusahaan yang menerapkan ABC harus menyusun
laporan biaya yang berlainan satu untuk internal dan satu lagi untuk
pelaporan eksternal, hal ini membutuhkan waktu dan biaya tambahan.
Kelemahan activity based costing menurut Blocher (2006:233) adalah
sebagai berikut:
45
a. Tidak semua biaya memiliki penggerak biaya konsumsi sumber
daya ata aktivitas yang tepat atau tidak ganda. Beberapa biaya
mungkin membutuhkan alokasi ke departemen atau produk
berdasarkan ukuran volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak
dapat ditemukan aktivitas yang dapat menyebabkan biaya tersebut.
Contohnya adalah biaya pendukung fasilitas seperti biaya sistem
informasi, gaji manajer pabrik, asuransi pabrik, dan pakan bumi
dan bangunan untuk pabrik.
b. Mengabaikan biaya.
Biaya produk atau jasa yang mengidentifikasi sistem ABC
cenderung tidak mencakup seluruh biaya yang berhubungan
dengan produk atau jasa tersebut. Biaya produk atau jasa biasanya
tidak
termasuk
biaya
untuk
aktivitas
seperti
pemasaran,
pengiklanan, penelitian, dan pengembangan. Meski sebagian dari
biaya-biaya ini dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa. Biaya
produk tidak termasuk biaya-biaya ini karena prinsip akuntansi
yang berlaku umum untuk pelaporan keuangan mengharuskan
biaya-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik.
c. Mahal dan menghasilkan waktu
Perhitungan
biaya
berdasar
aktivitas
tidak
murah
dan
membutuhkan waktu yang banyak untuk dikembangkan dan
dilaksanakan. Untuk perusahaan dan organisasi yang telah
menggunakan sistem perhitungan biaya tradisional berdasarkan
46
volume, pelaksanaan suatu sistem baru cenderung sangat mahal.
Lagipula, seperti sebagian besar sistem akuntansi dan manajemen
yang inovatif, biasanya diperlukan waktu setahun atau lebih untuk
mengembangkan dan melaksanakan activity based costing dengan
sukses. Sekalipun data tersedia, banyak biaya yang perlu
dialokasikan ke produk atas dasar ukuran volume, karena tidak
dapat ditemukan aktivitas khusus yang ditimbulkan. Hal ini terjadi
pada biaya facility-sustaining seperti membersihkan pabrik dan
mengatur proses produksi.
d. Banyak biaya yang dihilangkan dalam analisis. Misalnya biaya
pemasaran, periklanan, riset dan pengembangan dan klaim jaminan.
Tetapi pada perhitungan biaya tradisional, biaya pemasaran dan
administratif tidak termasuk ke dalam biaya produk pada Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) termasuk biaya periode.
e. Sistem ABC sangat mahal untuk dikembangkan dan diterapkan
serta seperti kebanyakan manajemen inovasi, ABC seringkali
memerlukan waktu lebih dari satu tahun untuk mengembangkan
atau melaksanakan hingga pada tahap berhasil.
12. Akuntansi Biaya Tradisional
Dalam sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur
ataupun jasa memerlukan suatu sistem akuntansi biaya yang sangat tepat
dan seuai dengan kondisi yang terjadi dalam masyarakat. Sistem itu dibuat
untuk memberikan informasi biaya kepada manajemen yang berguna
47
untuk pembuatan perencenaan, keputusan, dan pengendalian biaya serta
perhitungan dan penentuan biaya produksi.
Sistem biaya tradisional menurut Bastian dan Nurlela (2009:23)
adalah dimana biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja tidak
langsung, biaya overhead, pabrik baik biaya yang bersifat variabel
maupun
tetap,
menjadi
biaya
produk.
Sistem
biaya
tradisional
mengasumsikan produk-produk dan volume produksi yang terkait
merupakan penyebab timbulnya biaya, dengan kata lain sistem biaya
tradisonal membuat produk individual menjadi fokus dari sistem biaya.
Menurut Sidharta dan Yessica (2008:15) perhitungan biaya produksi pada
metode biaya tradisional hanya membebankan biaya produksi pada
produk. Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dapat
dibebankan ke produk dengan menggunakan penelusuran langsung atau
penelusuran penggerak yang sangat akurat.
Ada beberapa kelemahan pada akuntansi biaya tradisional yaitu:
a. Akuntasi biaya tradisional hanya menyajikan informasi biaya pada
tahap produksi.
b. Akuntansi biaya tradisional menyediakan informasi biaya berdasarkan
pusat pertanggungjawaban. Oleh karena akuntansi biaya tradisional
tidak didesain untuk menyajikan informasi tentang aktivitas, maka
akuntansi biaya tradisional tidak menyediakan informasi penting yang
diperlukan oleh personel untuk melakukan pengelolaan terhadap
operasi perusahaan.
48
c. Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja
langsung atau hanya dengan volume produksi.
d. Ada beberapa diversitas produk, dimana masing-masing produk
mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda-beda.
e. Sistem keuangan tradisional hanya menyajikan kesimpulan dari biayabiaya yang telah lalu sebagai feedback atas siklus laporan keuangan.
Sedangkan dewasa ini kompetitif sebuah perusahaan harus mengambil
keputusan yang akurat dan fokus ke konsumen dengan informasi yang
terkini. Sehingga dengan informasi biaya tradisional ini, manajer akan
terlambat dalam mengambil sikap.
13. Perbedaan Traditional costing method dengan Activity Based Costing
Terdapat perbedaan mendasar antara traditional costing method
dengan activity based costing menurut Carter dan Usri (2006:499) antara
lain:
a. Activity based costing menggunakan cost driver yang lebih banyak
dibandingkan traditional costing method yang hanya menggunakan
satu atau dua cost driver berdasarkan unit, sehingga ABC mempunyai
tingkat ketelitian lebih tinggi dalam penentuan harga pokok produk
bila dibandingkan dengan sistem tradisional.
b. ABC
menggunakan
aktivitas-aktivitas
sebagai
pemacu
untuk
menentukan berapa besar overhead pabrik yang akan dialokasikan
pada
suatu
produk
tertentu.
Traditional
costing
method
mengalokasikan biaya overhead berdasarkan satu atau dua basis
alokasi saja.
49
c. Fokus ABC adalah pada biaya, mutu, dan faktor waktu, sedangkan
traditional costing method lebih mengutamakan pada kinerja keuangan
jangka pendek, seperti laba. Sistem tradisioanal dapat mengukurnya
dengan cukup akurat. Tetapi apabila traditional costing method
digunakan untuk penetapan harga pokok dan untuk mengidentifiksikan
produk yang menguntungkan, angka-angkanya tidak dapat dipercaya
dan diandalkan.
d. ABC membagi konsumsi overhead dalam empat kategori yaitu: unit,
batch, produk, dan fasilitas. Traditional costing method membagi
biaya overhead dalam unit yang lain.
Perbedaan antara perhitungan traditional costing method dengan
activitybased costing menurut Amin Widjaja (2009:100) antara lain
a. Activity Based Costing menggunakan penggerak biaya berdasarkan
aktivitas (termasuk yang berdasarkan volume maupun yang tidak
berdasarkan
volume),
sedangkan
traditional
costing
method
menggunakan penggerak biaya berdasarkan volume.
b. ABC membebankan biaya overhead pertama ke pusat biaya aktivitas
dan kedua ke sebelum produk atau jasa, sedangkan traditional costing
method membebankan biaya overhead pertama ke departemen dan
kedua ke produk atau jasa.
c. ABC fokus pada pengelolaan proses dan aktivitas serta pemecahan
masalah lintas fungsional, sedangkan traditional costing method
fokus
pada
pengelolaan
biaya
departemen
fungsional.
50
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Lanjutan
No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
1.
Leni Nopilia
(2012)
Estimasi Perhitungan Biaya
Penyelenggaraan Ibadah
Haji dengan Sistem Activity
Based Costing
2.
Siti Sarah
(2010)
Penerapan Activity Based
Costing untuk Biaya Gardu
Pelayanan Tol Sebagai
Metode Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Menggunakan Penulis
metode
menerapkan
descriptive
metode Activity
analysis yang Based Costing
mengulas dan pada
menjelaskan
perhitungan
bagaimana
penyelenggaraan
konsep dari
ibadah haji.
Activity Based
Costing.
Menggunakan
metode
descriptive
Penulis
menerapkan
metode Activity
Hasil Penelitian
Perhitungan penyelenggaraan ibadah
haji (BPIH) dengan sistem ABC
memberikan hasil yang berbeda
dengan perhitungan yang selama ini
dipergunakan oleh Kementrian
Agama sebagai penyelenggara haji.
Perhitungan BPIH yang dilakukan
dengan ABC menghasilkan harga
pokok jasa penyelenggaraan ibadah
haji yang lebih akurat karena
masing-masing cost pool per
aktivitas telah dialokasikan ke dalam
unit jasa dengan menggunakan cost
driver yang relevan. Sehingga biaya
dibebankan ke jamaah sesuai dengan
penggunaan sumber daya.
Hasil penelitian menunjukkan
perhitungan dengan menggunakan
ABC dapat mengklasifikasi lima
51
Tabel 2.1 Lanjutan
No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Dasar Perhitungan
Efisisensi yang Dicapai
Atas Pemakaian E-Tol Card
dan Gardu Tol Otomatis
3.
Tommy Widjaja
(2008)
Usulan Penerapan Activity
Based Costing pada PT M-I
Chemicals Indonesia
(Chemicals Drilling
Manufacture)
Metode Penelitian
Persamaan
Perbedaan
analysis yang Based Costing
mengulas dan pada efisiensi
menjelaskan
biaya gardu
bagaimana
pelayanan tol.
konsep dari
Activity Based
Costing.
Metode
Perhitungan
Activity Based
Costing
Penulis
menerapkan
metode Activity
Based Costing
pada perusahaan
produsen
minyak bumi
yaitu PT M-I
Chemicals
Indonesia
Hasil Penelitian
jenis gardu tol tol dengan biaya
gardu tol yang berbeda-beda sesuai
dengan aktivitasnya. Kemudian
dilakukan perbandingan antara gardu
tol manual, elektronik, dan otomatis.
Sehingga dari hasil perbandingan
tersebut dihitung efisiensi yang
dicapai perusahaan dalam
menerapkan gardu tol elektronik, dan
gardu tol otomatis.
Perhitungan harga pokok dengan
sistem ABC memiliki perbedaan
dalam pengalokasian biaya overhead.
Menurut sistem ABC biaya overhead
dikelompokkan berdasarkan aktivitas
yang terjadi. Lalu dialokasikan ke
dalam kelompok biaya (cost pool)
berdasarkan empat kategori
konsumsi aktivitas, yaitu: unit level,
batch level, product level, dan
facility level. Setiap cost pool
memiliki cost driver tersendiri untuk
membebankan biaya overhead pada
masing-masing produk yang
52
Tabel 2.1 Lanjutan
No
Nama Peneliti
4.
Nina Yuliastanti
(2010)
5.
Priyo Hari Adi
(2005)
Judul Penelitian
Penerapan Sistem Activity
Based Costing (Studi Kasus
pada Perusahaan
Manufaktur Komponen
Otomotif)
Implementasi Activity
Based Costing Terhadap
Kinerja Perusahaan
Metode Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Metode
Perhitungan
Activity Based
Costing
Penulis
menerapkan
metode Activity
Based Costing
pada perusahaan
manufaktur
komponen
otomotif.
Metode
Perhitungan
Activity Based
Costing
Penulis
menerapkan
metode Activity
Based Costing
pada perusahaan
secara umum.
Hasil Penelitian
dihasilkan.
Sistem ABC memperbaiki keakuratan
perhitungan biaya produk dengan
mengakui bahwa banyak dari biaya
overhead tetap ternyata bervariasi
secara proporsional dengan
perubahan selain volume produksi.
Dengan memahami apa yang
menyebabkan biaya-biaya tersebut
meningkat atau menurun, biaya
tersebut dapat ditelusuri ke masingmasing produk. Hubungan sebab
akibat ini memungkinkan manajer
untuk memperbaiki ketepatan
perhitungan biaya produk yang
secara signifikan memperbaiki
pengambilan keputusan.
ABC merupakan sistem akuntansi
biaya kontemporer yang terintegrasi
dan komprehensif.
Kemampuan ABC tidak hanya dapat
mengukur kos produk secara tepat,
namun dari informasi yang
dihasilkan dapat digunakan untuk
53
Tabel 2.1 Lanjutan
No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Hasil Penelitian
berbagai kepentingan strategis lain
dalam
perusahaan. Implementasi ABC tidak
hanya terfokus pada aspek finansial,
namun juga pada aspek non finansial
lain yang merupakan indikator
keberhasilan/kinerja perusahaan.
54
B. Kerangka Pemikiran
Definisi kerangka pemikiran menurut Hamid (2007:26) adalah sebagai
berikut:
“Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan”.
Berikut merupakan gambaran kerangka pemikiran dari penelitian ini:
CV Delima Mandiri yang tidak dapat memaksimalkan target labanya dengan
konsep biaya standar.
Adanya konsep metode Activity Based Costing yang telah sukses diterapkan
di beberapa perusahaan yang mengalami berbagai macam masalah
pemaksimalan laba
Basis Teori
Variabel Independen
Activity Based Costing
Variabel Dependen
Harga pokok produksi
Bersambung ke halaman selanjutnya
55
Gambar 2.4 (lanjutan)
Metode Analisis:
Activity Based Costing
Hasil pengujian dan pembahasan
Kesimpulan dan implikasi
Gambar 2.4
Skema Kerangka Pemikiran
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif tentang studi komparatif
dalam menentukan harga pokok penjualan melalui traditional costing method
dengan activity based costing (ABC) pada jenis industri di bidang
manufaktur. Industri manufaktur yang akan diteliti adalah CV Delima
Mandiri yang beralamat di Jl. Dreded 42, Empang, Bogor Selatan dengan
objek penelitian penentuan harga pokok produksi suatu produk. Penelitian
kualitatif ini dilakukan secara intensif, dengan peneliti ikut berpartisipasi di
lapangan, mencatat dengan hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis
reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, dan
membuat
laporan
secara
mendetail
(Sugiyono,2010:14). Data
yang
dibutuhkan untuk penelitian ABC ini adalah laporan laba rugi untuk tahun
yang berakhir 31 Desember 2009, direct cost, direct labor, dan biaya
overhead yang terkait dengan perusahaan tersebut.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang berisi
angka-angka yang diperoleh dari perusahaan. Data kuantitatif yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai biaya produksi
berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
57
2. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber data
internal yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan yang terdiri atas
data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data ini didapat dari hasil wawancara langsung dengan pihak-pihak
yang bersangkutan dalam perusahaan, seperti pemilik usaha,
penanggung jawab produksi, dan bagian-bagian yang bersangkutan
dengan produksi dan pemasaran, sehingga dapat diperoleh keterangan
yang dibutuhkan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Contoh:
prosedur proses produksi.
b. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari data yang sudah ada diperusahaan dalam bentuk
dokumen dan laporan keuangan yang dapat membantu dalam
pembentukan biaya pembuatan produk. Contoh: laporan biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
C. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan
data-data biaya yang terjadi pada perusahaan, menyajikannya sehingga
memberi gambaran mengenai keadaan sebenarnya dari perusahaan, apakah
perusahaan sudah mengelompokkan biaya dengan tepat, menghitung harga
pokok produk dengan tepat dan menetapkan harga jual dengan tepat. Juga
58
menganalisis data biaya tersebut, sehingga menghasilkan perhitungan harga
pokok produk dan harga jual yang lebih tepat. Kemudian, dari hasil analisis
tersebut dapat diambil kesimpulan dan saran.
Peneliti menganalisa seluruh data yang relevan dengan objek penelitian,
baik itu berupa catatan hasil interview, dokumen, serta laporan laporan yang
diberikan perusahaan. Saat melakukan interview, observasi, dan analisis
dokumen, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkannya
untuk mengambil data yang dibutuhkan. Setelah data didapat kemudian
dibandingkan dengan teori (theoritical comparison) yang digunakan dan
kemudian ditariklah kesimpulan sebagai hasil penelitian.
Data dianalisis dengan menggunakan teori perhitungan activity based
costing menurut Garrison dan Noreen(2006:438-487), meliputi:
1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas.
2. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya.
3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.
4. Menghitung tarif aktivitas.
5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas
dan ukuran aktivitas.
6. Hubungan manfaat penerapan activity based costing dengan pengambilan
keputusan manajemen yaitu keputusan operasional mengenai perbaikan
biaya produksi.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah activity based cosing
dan traditional costing method untuk menentukan harga pokok produksi truk
59
Dalmas dan Dump truk. Adapun definisi operasional variabel adalah sebagai
berikut:
1. Activity Based Costing
Berdasarkan tinjauan literatur pada pembahasan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa activity based costing adalah suatu sistem
perhitungan biaya dengan penjumlahan seluruh biaya yang dari hasil
memproduksi barang dan jasa yang jumlahnya lebih dari satu biaya
overhead untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer dalam
pengambilan keputusan. Dalam perhitungan sistem activity based costing
biaya hanya dibebankan kepada produk apabila ada alasan yang
mendasar bahwa biaya tersebut mempengaruhi produk yang dibuat.
Pengukuran dilakukan dengan menghitung ulang harga pokok produksi
berdasarkan activity based costing dalam buku Garrison dan Noreen
(2006).
2. Tradisional Costing Method
Berdasarkan tinjauan literatur pada pembahasan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa akuntansi biaya tradisional adalah pencatatan,
penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan
penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiranpenafsiran terhadapnya atas nilai persediaan yang dilaporkan dalam
laporan laba rugi. Akibatnya sistem akuntasi biaya tradisional dapat
menghasilkan perhitungan yang terdistorsi. Pengukuran yang digunakan
untuk mengukur variabel ini adalah sistem perhitungan biaya yang
digunakan perusahaan selama ini.
60
BAB IV
DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perusahaan
CV Delima Mandiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang
perakitan kendaraan atau yang biasa disebut karoseri. CV Delima mandiri
didirikan oleh Widarta sejak 4 Januari 1996 dengan akta pendirian No. 198
tanggal 14 Februari 1996 dari Notaris Dwi Swandiani, SH. Perusahaan ini
berdiri di Jalan Dreded No. 42 Bogor, termasuk ke dalam wilayah Kota
Bogor Selatan. Pada masa awal berdirinya, perusahaan ini hanya
merupakan sebuah bengkel las mobil sederhana dengan luas bangunan
pada waktu itu yang hanya 100 m2 . Namun berkat kerja keras serta
kesungguhan Widarta dalam mengembangkan usahanya, kini bengkel
sederhana tersebut telah berubah menjadi perusahaan berskala nasional.
Gedung perusahaan pun telah diperluas dan kini luasnya telah mencapai
1385 m2.
Saat ini CV Delima Mandiri juga memiliki fasilitas dan pelayanan
yang mampu memenuhi kebutuhan pelayanan transportasi berskala
nasional. Pada tahun 2007, CV Delima Mandiri membuka workshop
terbaru di Jalan Parung Aleng, Sentul, untuk mendukung proses produksi
yang lebih banyak dan berkualitas.
Dalam perkembangannya, CV Delima Mandiri juga membuka bisnis
servis dan reparasi kendaraan roda empat atau lebih. Selain itu, Delima
61
Mandiri juga bergerak di bidang perdagangan. Salah satunya adalah
perdagangan barang-barang Hidrolik. Selain itu, Delima Mandiri juga
memperluas bidang usahanya ke konstruksi bangunan dan keamanan,
termasuk CCTV dan road blocker.
2. Visi dan Misi CV Delima Mandiri
Visi
: Menjadi brand yang paling dipercaya dan menjadi favorit bagi
pelanggan, karyawan, supplier, dan masyarakat sekitar di bidang
bisnis yang dijalani.
Misi
: Menyediakan produk dan servis yang sesuai atau melampaui
ekspektasi pelanggan, baik dari segi kualitas, waktu pengiriman,
harga, dan pelayanan lainnya.
Pengembangan proses produksi dan sumber daya manusia yang
berkesinambungan sehingga memberi manfaat yang besar bagi seluruh
karyawan, supplier, masyarakat sekitar.
3. Motto CV Delima Mandiri
Bertekad memenuhi persyaratan pelanggan dan melakukan perbaikan
secara berkisinambungan untuk mencapai kepuasan pelanggan melalui :
a. Penyediaan produk bermutu dengan harga bersaing.
b. Pengiriman produk dengan tepat waktu.
c. Penyediaan sumber daya manusia yang handal.
4. Produk Perusahaan
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang karoseri, produk yang
dihasilkan CV Delima Mandiri adalah kendaraan. Kendaraan yang
dihasilkan oleh CV Delima Mandiri adalah sebagai berikut:
62
a. Kendaraan operasional (roda empat dan roda dua)
b. Kendaraan niaga (mobil box)
c. Ambulance
d. Puskesmas keliling
e. Mobil transfusi darah
f. Bus
g. Unit pelayanan SIM keliling
h. Unit pelayanan TIM KB keliling
i. Dump truck
j. Pemadam kebakaran
k. Unit rantis AWC
l. Tangki air
m. Arm roll
n. Plat form
o. Mobil patroli
p. Unit pengendalian massa (Dalmas)
q. Kendaraan khusus lainnya
Dari sejumlah produk yang dipaparkan, peneliti akan mengambil sample
yaitu damp truk dan truk dalmas, karena produk tersebut telah mewakili
semua proses produksi dari produk CV Delima Mandiri.
5. Daftar Konsumen CV Delima Mandiri
Delima Mandiri dipercaya oleh banyak instansi pemerintah ataupun
swasta di Indonesia untuk memasok kendaraan, beberapa instansi tersebut
63
antara lain:
a. Astra International
b. Auti 2000
c. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
d. Badan Narkotika Nasional (BNN)
e. Caltex
f. Departemen Kehutanan RI
g. Departemen Kesehatan RI
h. Departemen Pekerjaan Umum RI
i. Departemen Perhubungan RI
j.
Departemen Perindustrian RI
k. Departemen Pertahanan RI
l.
Islamic Development Bank (IDB)
m. Kejaksaan Agung RI
n. Lautan Berlian Utama Motor
o. Mabes Polri
p. Mahkamah Agung RI
q. Mustika Prima Berlian
r.
PT. Birotika Semesta (DHL)
s.
PT. Bukit Asam
t.
PT. Infomedia (Yellow Pages)
u. PT. Nutrifood Indonesia
v. Palang Merah Indonesia
64
w. Pemda-Pemda
x. Pertamina
y. Prabu Pandawa Motor
z.
Prabu Pura Motor
aa. Radio-Radio Swasta
bb. TNI AD
cc. TNI AU
Dari data di atas diketahui CV Delima mandiri adalah dsalah satu rekanan
dari pihak pemerintah.
6. Jobdesk CV Delima Mandiri
a.
Divisi Keuangan
Tugas pokok divisi ini adalah:
1) Memastikan Sistem Manajemen Mutu ditetapkan, diterapkan, dan
dipelihara.
2) Melaporkan kepada Pemimpin Perusahaan, kinerja dari Sitem
Manajemen Mutu (SMM) serta peningkatan yang diperlukan
3) Memastikan
pemahaman
tentang
persyaratan
pelanggan
disebarluaskan di seluruh tingkat perusahaan.
Divisi keuangan memiliki wewenang sebagai berikut:
1) Berwenang untuk menunjuk tim audit mutu internal.
2) Berwenang untuk melakukan komunikasi antar fungsi dan
tingkatan dalam bentuk rapat koordinasi.
3) Menyelenggarakan audit mutu internal dan tinjauan manajemen.
65
b. Divisi Perencanaan
Tugas pokok divisi ini antara lain:
1) Membuat desain kendaraan atau produk sesuai dengan keinginan
pelanggan.
2) Berkoordinasi dengan bagian pemasaran mengenai gambar yang
akan ditawarkan kepada pelanggan.
3) Berkoordinasi dengan bagian produksi mengenai gambar dan
spesifikasi yang diinginkan pelanggan
Wewenang divisi perencanaan yaitu untuk membuat design kendaraan
yang akan ditawarkan oleh perusahaan.
c.
Divisi Pemasaran
Tugas pokoknya adalah:
1) Mencari pesanan penjualan dan pangsa pasar sebanyak-banyaknya.
2) Mencatat semua pesanan dan prasyarat yang telah disepakati antara
pembeli dengan pihak perusahaan.
3) Melakukan koordinasi dengan bagian produksi mengenai batas
waktu selesainya pesanan dari pembeli.
4) Melakukan
koordinasi
dengan
bagian
produksi
mengenai
spesifikasi yang telah disetujui oleh pihak perusahaan dan pihak
pembeli.
5) Bertanggung jawab kepada Direktur mengenai target yang harus
dicapai.
6) Berkoordinasi dengan bagian design mengenai gambar dan
spesifikasi yang akan ditawarkan.
66
Sedangkan wewenangnya adalah untung mengambil keputusan yang
berkaitan dengan kegiatan pemasaran perusahaan.
d. Staf Divisi Keuangan
Staf pada divisi keuangan memiliki tugas pokok sebagai berikut:
1) Mebuat perencanaan dan pengaturan Cash Flow setiap bulan.
2) Membuat bukti penerimaan dan bukti pengeluaran kas dan bank
setiap ada transaksi.
3) Mencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran kas setiap hari
berdasarkan bukti.
4) Membuat laporan keuangan pada setiap akhir periode pembukuan.
5) Bertangung jawab kepada Direktur Utama.
Wewenang staf divisi keuangan adalah berwenang untuk menyetujui
atau menolak setiap pengeluaran biaya-biaya dengan argumen yang
dapat dipertangung jawabkan.
e. Divisi Produksi
Tugas pokoknya adalah:
1) Bertangung jawab atas jalan / tidaknya proses produksi dari awal
sampai dengan akhir produksi.
2) Bertangung jawab atas ketepatan waktu produksi yang telah
direncanakan.
3) Bertangung jawab atas setiap bagian dari prpoduksi.
4) Berkewajiban untuk memberi laporan pertangung jawaban tentang
produksi yang telah selesai dan yang belum selesai kepada
67
Direktur.
5) Bertangung jawab atas ketepatan waktu pengiriman sampai ke
tangan pelanggan.
Wewenangnya adalah untuk mengambil keputusan mengenai
segala hal yang berhubungan dengan proses produksi.
f. Divisi HRD
Beberapa tugas pokok divisi HRD adalah:
1) Mengatur penempatan karyawan, mutasi karyawan, pengesahan
dan pemutusan hubungan kerja.
2) Mengelola Sumber Daya Manusia dan hubungan kerja antar
karyawan
3) Mengadakan pelatihan Sumber Daya Manusia untuk meningkatkan
kinerja karyawan
4) Melakukan pemeriksaan absensi terhadap semua karyawan
5) Menghitung upah karyawan
Wewenang divisi HRD adalah:untuk melakukan evaluasi kinerja setiap
karyawan
g. Divisi Purchasing
Tugas pokok:
1) Memesan bahan baku yang diperlukan untuk produksi
2) Menjalin hubungan yang baik dengan pemasok
3) Mengatur kontrak pembelian dengan pemasok
4) Membuat Purchase Order (PO)
Wewenang untuk menentukan pemasok yang dianggap terbaik untuk
68
dilakukan pemesanan dan pembelian bahan baku untuk produksi
h. Divisi Penngendalian Mutu
Tugas pokok:
1) Membuat dan mengatur layout untuk tata ruang gudang
2) Merencanakan penyediaan sarana penyimpanan
Wewenang untuk mengembalikan material yang tidak sesuai pesanan
kepada supplier
i. DivisiInventory
Tugas pokok:
1) Bertanggung jawab kepada Direktur mengenai pemeliharaan mesin
dan instalasi listrik
2) Mengatur jadwal pelaksanaan perawatan dan perbaikan mesian
agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan lancar
Wewenang untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan
kegiatan pemeliharaan mesin dan instalasi listrik perusahaan
j. Staf Divisi Pemasaran 1
Tugas pokok:
1) Mencari pesanan penjualan dan pangsa pasar sebanyak-banyaknya
2) Mencatat semua pesanan dan prasyarat yang telah disepakati antara
pembeli dengan pihak perusahaan
3) Melakukan koordinasi dengan bagian produksi mengenai batas
waktu selesainya pesanan dari pembeli
4) Melakukan
koordinasi
dengan
bagian
produksi
mengenai
spesifikasi yang telah disetujui oleh pihak perusahaan dan pihak
69
pembeli
5) Berkoordinasi dengan bagian design mengenai gambar dan
spesifikasi yang akan ditawarkan.
Wewenang adalah untuk menentukan harga di luar price list dengan
persetujuan Head of Marketing.
k. Staf Divisi Pemasaran2
Tugas pokok:
1) Membuat angket keluhan pelanggan dan mengirimkannya
2) Membuat kuisioner mengenai mutu produk yang dihasilkan
perusahaan dan mengirimkannya kepada pelanggan
3) Mencatat semua komplain dan keluhan pelanggan
4) Berkoordinasi dengan kabag marketing dan produksi mengenai
keluhan pelanggan
5) Menampung saran dan keluhan yang diberikan pelanggan
Wewenang dari staf Divisi Pemasaran dua adalah untuk menerima
atau menolak komplain pelanggan disertai dengan pembuktian
l. Staf Divisi Purchasing
Tugas pokok:
Melakukan pembelian bahan baku yang diperlukan untuk produksi
m. Staf Divisi Inventory
Tugas pokok:
1) Melakukan pemeriksaan secara fisik terhadap setiap barang yang
masuk ke gudang untuk dicocokkan dengan bukti serah terima
barang
70
2) Mencatat setiap transaksi ke dalam kartu stock
3) Memastikan kerapihan penataan barang di dalam gudang
4) Memastikan barang sudah tersimpan dengan baik
Wewenang dari Divisi Invertory adalah untuk menerima, menyimpan,
dan mengeluarkan barang sesuai dengan bukti pendukungnya
n. Staf Divisi Produksi
Tugas pokok:
1) Bertanggung jawab atas jalan atau tidaknya proses produksi dari
awal sampai akhir produksi
2) Bertanggung jawab atas ketepatan waktu produksi yang telah
direncanakan
3) Bertanggung jawab atas setiap bagian dari proses produksi
4) Berkewajiban untuk memberi laporan pertanggung jawaban
tentang produksi yang telah selesai dan yang belum selesai kepada
head of production
5) Bertanggung jawab atas kualitas hasil produksi yang dihasilkan
6) Berkoordinasi dengan bagian pembelian bahan baku atas
ketersediaan bahan baku, agar proses produksi dapat berjalanlancar
Wewenang adalah untuk menentukan waktu lembur bagi pekerja
lapangan
o. Staf Divisi Produksi
Tugas pokok adalah bertanggung jawab untuk menjamin tidak ada
produk yang tidak sesuai aspek yang terkirim ke proses berikutnya,
dan wewenangnya untuk meminta perbaikan atau pekerjaan ulang pada
71
proses yang dianggap tidak sesuai spek.
p. Staf Divisi Produksi
Tugas pokok:
1) Bertanggung jawab atas produk yang dikirimkan ke tangan
pelanggan
2) Bertanggung jawab atas ketepatan waktu pengiriman sampai ke
tangan pelanggan
q. Staf Divisi Produksi
Terdapat tiga kelompok staf divisi produksi pada CV Delima Mandiri,
yaitu:
1. Staf produksi awal
a) Komponen rangka
Tugas pokok: Membuat bagian-bagian komponen rangka
b) Sub Assy
Tugas pokok: Menggabungkan komponen-komponen rangka
menjadi part-part body.
c) Welder
Tugas pokok : Pengelasan.
d) Supervisor produksi
Tugas pokok: Bertanggung jawab dalam pembuatan prototype
Supervise pekerjaan tenaga kerja borong.
e) Metal cutting
Tugas pokok: Memotong plat-plat untuk komponen
72
2. Staf produksi setengah jadi
a) Perakitan komponen
Tugas pokok: Membuat bagian-bagian komponen rangka
b) Sub assy
Tugas pokok: Merakit komponen-komponen yang ada menjadi
bagian-bagian part.
c) Pre-setting
Tugas pokok: Merakit part-part utuh.
d) Body assy
Tugas pokok: Merakit part-part menjadi mobil keseluruhan.
e) Metal finish
Tugas pokok: Melakukan pengecekan hasil pekerjaan plat
sampai siap didempul.
3. Satf produksi akhir
a) Gosok plat
Tugas pokok: Menggosok plat sampai siap dipoxy, melap
thinner sampai plat bersih siap dipoxy.
b) Epoxy
Tugas pokok: Menilai hasil gosokkan plat, memastikan plat
benar-benar kering sebelum dipoxy primer dan
filler.
c) Gosok dempul
Tugas pokok: Menggosok plat yang sudah didempul sampai
siap dipoxy filter atau dicat.
73
d) Dempul
Tugas
pokok:
Mendempul
plat
sebelum
dipoxy
filler,
mendempul plamir dengan dempul pilihan.
e) Cat
Tugas pokok: Menilai hasil gosokan mobil, menilai kesiapan
produk sebelum dicat.
Penjelasan lebih lanjut mengenai divisi produksi dapat dilihat pada
lampiran 1.
7. Data Khusus
Untuk dapat bertahan dalam pasar, produk yang dihasilkan haruslah
memiliki karakteristik dan mutu yang baik. CV Delima Mandiri dalam
setiap melakukan proses produksi selalu mempertahankan hal tersebut, hal
ini merupakan ketetapan yang telah disepakati bersama. Peneliti memilih
sampel yang diproduksi oleh CV Delima Mandiri berdasarkan saran serta
pengkajian bahwa sampel tersebut telah mewakili dari semua produk.
Sampel yang diambil oleh peneliti adalah truck dalmas dan dump
truck. Jenis produk dan jumlah unit yang dihasilkan CV Delima Mandiri
tiap tahun mengalami perubahan. Adapun data produksi CV Delima
Mandiri pada tahun 2011 disajikan pada Tabel sebagai berikut:
74
Tabel 4.1
Data produksi CV Delima Mandiri tahun 2011
No.
Jenis Produk
Kuantum
Nilai (Rp)
1. Truk Dalmas
2
101.538.757,94
Jumlah
2.
Dump Truck
14
1.111.179.453,58
Jumlah
TOTAL
Sumber: CV Delima Mandiri
1.212.718.211,52
CV Delima Mandiri memiliki biaya produksi yang digunakan tahun 2011
untuk memproduksi produk-produk diatas adalah:
a. Pemakaian bahan baku
Jumlah pemakaian bahan baku yang digunakan untuk berproduksi
selama tahun 2011 dapat disajikan pada lampiaran tabel 4.4.Material
bahan baku yang diperlukan perusahaan untuk memproduksi
trukdalmas.
Berdasarkan rincian material yang dibutuhkan untuk memproduksi
truk dalmas dan dump truck yang dijabarkan pada lampiran..., maka
berikut ini adalah total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
memproduksi kedua kendaraan tersebut pada tahun 2011.
75
Tabel 4.2
Pemakaian bahan baku per jenis produk CV DelimaMandiri
pada tahun 2011.
No.
Jenis Produk
Kuantum
Nilai (Rp)
1. Truk Dalmas
2
36.917.736
Jumlah
2.
Dump Truck
14
Jumlah
36.917.736
456.816.976
456.816.976
493.734.712
TOTAL
Sumber: CV Delima Mandiri
b. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya Tenaga Kerja Langsung meliputi gaji pokok dari pekerja
pada setiap tahapan produksi, dan lain-lain. Jumlah pemakaian
BiayaTenaga Kerja Langsung yang digunakan untuk berproduksi
selama tahun 2011 dapat dilihat pada lampiran tabel.
Berdasarkan rincian biaya tenaga kerja langsung yang dibutuhkan
untuk memproduksi truk dalmas dan dump truck yang dijabarkan pada
lampiran 1, maka berikut ini adalah total biaya tenaga kerja langsung
yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi kedua kendaraan
tersebut pada tahun 2011.
Tabel 4.3
Data Biaya Tenaga Kerja Langsung CV Delima Mandiri 2011
No.
Jenis Produk
Kuantum
Nilai (Rp)
1.
Truk Dalmas
2
52.316.236
Jumlah
2.
Dump Truck
14
Jumlah
TOTAL
Sumber: CV Delima Mandiri
52.316.236
568.228.976
568.228.976
620.545.212
Berdasarkan data produksi CV Delima Mandiri 2011, data
76
pemakaian Bahan Baku CV Delima Mandiri, Data Biaya TenagaKerja
Langsung CV Delima Mandiri Tahun 2011 maka dapat diringkas
dalam Tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 4.4
Ringkasan data produksi CV Delima Mandiri Tahun 2011
Jenis
Unit Produksi
BBB (Rp)
BTKL (Rp)
Produk
Truk
2
36.917.736
52.316.236
Dalmas
Dump
14
456.816.976
568.228.976
Truck
Jumlah
493.734.712
620.545.212
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
c. Biaya Overhead
Berdasarkan data biaya CV Delima Mandiri tahun 2011, maka
dapat diperoleh data pemakaian Biaya Overhead Pabrik. Rincian
jumlah pemakaian Biaya Overhead Pabrik yang digunakan untuk
berproduksi selama tahun 2011 dapat dilihatpada Tabel 4.5. Berikut ini
akan disajikan rincian Biaya Overhead Pabrik di CV Delima Mandiri
tahun 2011:
Tabel 4.5
Rincian Biaya Overhead Pabrik di CV Delima Mandiri
tahun 2011
No.
Keterangan
Jumlah (Rp)
1. Biaya Bahan Pembantu
394.489.713
2. Biaya Energi
5.349.896.000
3. Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung
1.556.400.000
4. Biaya Pemeliharaan Bangunan
75.089.000
5. Biaya Pemeliharaan Mesin
152.432.000
6. Biaya Penyusutan Bangunan
87.914.600
7. Biaya Penyusutan Mesin
110.800.000
8. Biaya Asuransi Bangunan
11.085.260
9. Biaya Pemasaran
63.400.000
TOTAL BOP
7.801.706.573
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
77
Penjelasan pemakaian Biaya Overhead Pabrik pada CV Delima
Mandiri sebagai berikut:
1) Biaya bahan pembantu
Biaya bahan pembantu terdiri dari biaya solar, premium, pelumas,
air dan bahan pembantu lain yang digunakan oleh CV Delima
Mandiri dalam melakukan prosesproduksi. Biaya-biaya bahan
pembantu tersebut penggunaannya seiring dengan banyaknya
jumlah unit yang diproduksi. Dasar pembebanan yang tepat adalah
jumlah unit yang diproduksi.
2) Biaya energi
Biaya energi merupakan biaya yang digunakan untuk membayar
biaya pemakaian listrik pabrik yang digunakan dalam jangka
waktusatu tahun baik untuk penerangan maupun untuk proses
produksi. Biaya energi dikonsumsi oleh tiap unit yang diproduksi
karenamesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi
semuanya mengunakan listrik. Dasar pembenanan biaya energi
adalah jumlah KWH.
3) Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung
Biaya tenaga kerja tak langsung adalah biaya yang dikeluarkan
untuk menggaji tenaga kerja tak langsung, seperti honorarium
untuk pengawas yang hanya mengawasi kegiatan produksi dan
memberikan petunjuk pelaksanaan proses produksi. Biaya tenaga
kerja tak langsung dikonsumsi oleh jumlah waktu yang
diperlakukan untuk melaksanakan inspeksi.
78
4) Biaya pemeliharaan bangunan
Biaya pemeliharaan bangunan merupakan biaya yang secara yang
secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai untuk
melakukan reparasi dan pemeliharaan gedung-gedung yang
mendukung proses produksi. Besarnya biaya pemeliharaan
bangunan ini didasarkan pada luas area pabrik yang dikonsumsi.
5) Biaya pemeliharaan mesin
Biaya pemeliharaan mesin merupakan biaya yang secara yang
secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai untuk
melakukan reparasi dan pemeliharaan mesin-mesin dan peralatan
lain yang mendukung proses produksi. Biaya pemeliharaan mesin
ini didasarkan pada jumlah jam inspeksi.
6) Biaya penyusutan bangunan
Biaya penyusutan bangunan merupakan biaya yang terjadi karena
penggunaan bangunan yang menyebabkan penurunan nilai gedunggedung tersebut dalam jangka waktu tertentu. Gedung yang
digunakan akan mengalami penyusutan setelah digunakan dalam
jangka waktu tertentu. Besarnya biaya didasarkan pada luasnya
bangunan pabrik.
7) Biaya penyusutan mesin
Biaya penyusutan mesin merupakan biaya yang terjadi karena
penggunaan mesin yang menyebabkan penurunan nilai mesinmesin tersebut dalam jangka waktu tertentu. Dasar pembebannya
79
adalah jumlah unit produksi.
8) Biaya asuransi bangunan
Biaya asuransi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
pembayaran asuransi kebakaran dan kerusakan bangunan. Biaya
asuransi ini sesuai dengan luas area pabrik yang digunakan untuk
beroperasi.
9) Biaya pemasaran
Biaya pemasaran meliputi semua biaya yang digunakan dalam
rangka melaksanakan kegiatan pemasaran, seperti promosi
daniklan. Dasar pembebanannya adalah jumlah unit yang
diproduksi.
Selain data di atas, data lain yang digunakan untuk mendukung
penerapan Activity-Based Costing System, antara lain:
1) Jumlah pemakaian energi listrik
2) Jumlah jam inspeksi
3) Luas area yang dikonsumsi
Jumlah kuantitas data-data tersebut dapat disajikan dalam Tabel
4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Daftar Cost Driver Tahun 2011
No.
1.
2.
3.
Cost
Driver
Jumlah
Unit
Jumlah
KWH
Jenis
Inspeksi
Truk
Dalmas
2
14
Produk
Lainnya
927
7.410
551.498
7.493.092
8.052.000
370,65jam
3313,50jam
152.154,1jam
155.838,25jam
Dump Truck
Jumlah
943
80
4.
9m2
Luas
Area
63m2
4228m2
4300m2
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
B. Analisis Data
Harga Pokok Produksi dapat dihitung dengan sistem tradisional dan
Activity-Based Costing System. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh suatu
penjelasan bahwa CV Delima Mandiri belum menerapkan Activity-Based
Costing System untuk menghitung harga pokok produksi. Selama ini CV
Delima Mandiri masih menggunakan perhitungan harga pokok produksi
berdasarkan sistem tradisional. Dalam bab ini akan dibahas mengenai
penerapan Activity-Based Costing System untuk menghitung harga pokok
produksi pada CV Delima Mandiri.
1. Perhitungan harga pokok produksi dengan Sistem Tradisional pada CV
Delima Mandiri tahun 2011
Salah satu cara yang biasa digunakan untuk membebankan Biaya
Overhead Pabrik pada produk adalah dengan menghitung tarif tunggal
dengan menggunakan Cost Driver berdasar unit. Perhitungan Biaya
Overhead
Pabrik
Pembebananbiaya
dengan
tahap
tarif
tunggal
terdiri
dari
dua
tahap.
pertama
yaitu
Biaya
Overhead
Pabrik
diakumulasi menjadi satu kesatuan untuk keseluruhan pabrik. Tarif
tunggal dihitung dengan menggunakan dasar pembebanan biaya berupa
jam mesin, unit produk, jam kerja dan sebagainya. Pembebanan biaya
tahap kedua biaya overhead pabrik dibebankan ke produk dengan
mengalikan tarif tersebut dengan biaya yang digunakan masing-masing
81
produk.
a. Tahap pertama
Tahap pertama yaitu biaya overhead pabrik diakumulasi menjadi satu
kesatuan untuk keseluruhan pabrik dengan menggunakan dasar
pembebanan biaya berupa unit produk. Perhitungan tarif tunggal
berdasarkan unit produk dapat disajikan sebagai berikut:
Tarif tunggal berdasar unit produk
=
= Rp 8.273.283,75
b. Tahap kedua
Tahap kedua yaitu biaya overhead pabrik dibebankan ke produk
dengan mengalikan tarif tersebut dengan biaya yang digunakanmasingmasing produk. Perhitungan harga pokok produksi dengan sistem
tradisional disajikan dalam Tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan SistemTradisional
Elemen Biaya
Biaya Utama
Biaya
Overhead
Pabrik
8.273.283,75 x 2
Jumlah
Elemen Biaya
Biaya Utama
Truk Dalmas
Biaya Total (Rp)
Jumlah
(Unit)
89.233.972
2
16.546.567,5
2
101.538.757,94
Dump Truck
Biaya Total
1.025.045.952
Biaya per Unit (Rp)
44.616.986
8.273.283,75
52.890.269,75
Jumlah
(Unit)
14
Biaya per Unit (Rp)
73.217.568
82
Biaya
Overhead
Pabrik
8.273.283,75 x 14
Jumlah
115.825.972,5
14
1.111.179.453,58
8.273.283,75
81.490.851,75
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Hasil perhitungan harga pokok produksi per unit denganSistem
Tradisional pada CV Delima Mandiri 2011 diperoleh hasil harga
pokok produksi untuk Truk Dalmas adalah sebesar Rp 52.890.269,75
dan untuk Dump Truck sebesarRp 81.490.851,75.
2. Perhitungan harga pokok produksi dengan Activity-Based Costing System
pada CV Delima Mandiri 2011
a. Prosedur tahap pertama
Tahap pertama menentukan harga pokok produksi berdasar
Activity-Based Costing System adalah menelusuri biaya dari sumber
daya keaktivitas yang mengkonsumsinya. Tahap ini terdiri dari:
1) Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas pada CV Delima
Mandiri aktivitas dapat digolongkan menjadi empat level aktivitas.
Rincian penggolongan aktivitas-aktivitas dapat dilihat pada Tabel
4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8
Klasifikasi biaya ke dalam berbagai aktivitas padaCV
Delima Mandiri Tahun 2011
Level Aktivitas
Aktivitas Level
Unit
Aktivitas Level
Batch
Aktivitas Level
Produk
Komponen BOP
Biaya bahan pembantu
Biaya energi
Biaya penyusutan mesin
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya pemeliharaan mesin
Biaya pemasaran
Jumlah (Rp)
394.489.713
5.349.896.000
110.800.000
1.556.400.000
152.432.000
63.400.000
83
Aktivitas Level
Fasilitas
Biaya pemeliharaan bangunan
Biaya penyusutan bangunan
Biaya asuransi bangunan
TOTAL
75.089.000
87.914.600
11.085.260
7.801.706.573
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Berikut ini penjelasan dari tiap level aktivitas yang dapat
diidentifikasi meliputi:
a) Aktivitas Unit Level (Unit-Level Activities).
Aktivitas ini terjadi berulang untuk setiap unit produksi dan
konsumsinya seiring dengan jumlah unit yang diproduksi. Jenis
aktivitas ini meliputi pemakaian bahan pembantu, aktivitas
pemakaian energi, dan aktivitas penyusutan mesin.
b) Aktivitas Batch Level (Batch-Level Activities)
Merupakan jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk
berdasarkan jumlah batch produk yang diproduksi dan aktivitas
penyebab biaya ini terjadi berulang setiap satu batch
(kelompok). Aktivitas yang termasuk dalam level ini adalah
Biaya Tenaga Kerja tak Langsung dan biaya pemeliharaan
mesin.
c) Aktivitas Produk Level (Product-Level Activities).
Merupakan jenis aktivitas yang dikonsumsi produk yang
dihasilkan oleh aktivitas tersebut. Aktivitas ini dilakukan untuk
mendukung produksi tiap produk yang berbeda. Aktivitas yang
masuk dalam level ini aktivitas pemasaran.
d) Aktivitas Fasilitas Level (Facility-Level Activities)
84
Merupakan jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk
berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk. Aktivitas ini
berkaitan dengan unit, batch maupun produk. Jenis aktivitas ini
meliputi pemeliharaan bangunan, penyusutan bangunan, dan
asuransi bangunan.
2) Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas.
a) Aktivitas pemakaian bahan pembantu dalam proses produksi
menkonsumsi biaya bahan pembantu.
b) Aktivitas pemakaian energi listrik dalam proses produksi
menkonsumsi biaya listrik.
c) Aktivitas penyusutan mesin mengkonsumsi biaya penyusutan
mesin.
d) Aktivitas
penyusutan
bangunan
mengkonsumsi
biaya
penyusutan bangunan.
e) Aktivitas pemakaian tenaga kerja tak langsung mengkonsumsi
biaya tenaga kerja tak langsung.
f) Aktivitas reparasi dan pemeliharaan mesin mengkonsumsi
biaya pemeliharaan mesin.
g) Aktivitas reparasi dan pemeliharaan bangunan mengkonsumsi
biaya pemeliharaan bangunan.
h) Aktivitas asuransi bangunan mengkonsumsi biaya asuransi.
i) Aktivitas pemasaran dalam proses produksi mengkonsumsi
biaya pemasaran.
3) Menentukan Cost Driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas.
85
Setelah aktivitas-aktivitas diidentifikasi sesuai dengan levelnya,
langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi Cost Driver dari
setiap biaya. Pengidentifikasian ini dimaksudkan dalam penentuan
tarif per unit Cost Driver. Data Cost Driver pada setiap produk
dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 4.9
DaftarCost Driver 2011
No.
1.
2.
3.
4.
Cost
Driver
Jumlah
Unit
Jumlah
KWH
Jenis
Inspeksi
Luas Area
Truk
Dalmas
Dump
Truck
2
14
Produk
Lainnya
927
7.410
551.498
7.493.092
370,65jam
3313,50ja
m
63m2
152.154,1j
am
4228m2
9m2
Jumlah
943 Unit
8.052.000
KWH
155.838,25jam
4300m2
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
4) Penentuan
kelompok-kelompok
biaya
yang
homogen
(Homogeneous Cost Pool).
Pembentukan Cost Pool yang homogen dimaksudkan untuk
merampingkan pembentukan Cost Pool yang terlalu banyak,
karena aktivitas yang memiliki Cost Driver yang berhubungan
dapat
dimasukkan
ke
dalam
sebuah
Cost
Pool
dengan
menggunakan salah satu Cost Driver yang dipilih. Aktivitas yang
dikelompokkan dalam level unit dikendalikan oleh dua Cost Driver
yaitu jumlah unit produksi dan jumlah KWH. Aktivitas yang
dikelompokkan dalam batch level dikendalikan oleh satu Cost
Driver yaitu jam inspeksi. Aktivitas yang dikelompokkan dalam
86
level produk dikendalikan satu Cost Driver yaitu jumlah unit
produksi, sedangkan aktivitas yang dikelompokkan dalam level
fasilitas dikendalikan oleh satu Cost Driver yaitu luas area yang
digunakan. Rincian Cost Pool yang homogen pada CV Delima
Mandiri dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10
Cost Pool Homogen pada CV Delima Mandiri
Cost Pool
Homogen
Pool 1
Pool 2
Pool 3
Pool 4
Pool 5
Aktivitas BOP
Cost Driver
Level Aktivitas
Aktivitas
Bahan
Pembantu
Aktivitas
Penyusutan
Mesin
Aktivitas
Pemakaian
Listrik
Aktivitas Tenaga Kerja
Langsung
Aktivitas Pemeliharaan
Mesin
Aktivitas Pemasaran
Aktivitas Pemeliharaan
bangunan
Aktivitas
Penyusutan
Bangunan
Aktivitas
Asuransi
Bangunan
Jumlah Unit
Uint level
Jumlah Unit
Unit Level
KWH
Unit Level
Jam Inspeksi
Batch Level
Jam Insepeksi
Batch Level
Unit Produk
Luas Area
Produk Level
Fasilitas Level
Luas Area
Fasilitas Level
Luas Area
Fasilitas Level
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
5) Penentuan tarif kelompok (Pool Rate)
Setelah menentukan Cost Pool yang homogen, kemudian
menentukan tarif per unit Cost Driver. Tarif kelompok (Pool Rate)
adalah tarif biaya overhead pabrik per unit Cost Driver yang
dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung
dengan rumus total biaya overhead pabrik untuk kelompok
aktivitas tertentu dibagi dengan dasar pengukur aktivitas kelompok
tersebut. Tarif per unit Cost Driver dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
87
BOP kelompok aktivi Das tertentu
Tarif BOP per kelompok aktivitas =
Driver biayanya
(Supriyono, 2010: 272)
Pool Rate aktivitas level unit pada CV Delima Mandiri tahun 2011
dapat dilihat pada Tabel 4.11 sebagaiberikut:
Tabel 4.11
Pool Rate aktivitas level unit pada CV Delima Mandiri
Tahun 2011
Cost Pool
Cost pool 1
Elemen BOP
Biaya bahan pembantu
Biaya penyusutan mesin
Jumlah biaya
Jumlah unit produksi
Pool Rate 1
Jumlah (Rp)
394.489.713
110.800.000
505.289.713
943 Unit
535.832,15
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Cost Pool
Elemen BOP
Cost pool 2
Biaya energi
Jumlah biaya
Jumlah KWH
Pool Rate 2
Jumlah (Rp)
5.349.896.000
5.349.896.000
8.052.000 KWH
664,4
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Pool Rate aktivitas level batch pada CV Delima Mandiri tahun
2011 dapat dilihat pada Tabel4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12
Pool Rate Aktivitas Level batch pada CV Delima
Mandiri tahun 2011
Cost Pool
Cost pool 3
Elemen BOP
Biaya tenaga kerja tak langsung
Biaya pemeliharaan mesin
Jumlah biaya
Jumlah inspeksi
Pool Rate 3
Jumlah (Rp)
1.556.400.000
152.432.000
1.708.832.000
155.838,25jam
10.965,42
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Pool Rate aktivitas level produk pada CV Delima Mandiri dapat
dilihat pada Tabel 4.13 sebagai berikut:
88
Tabel 4.13
Pool Rate aktivitas level fasilitas pada CV Delima Mandiri
tahun 2011
Cost Pool
Cost pool 4
Jumlah biaya
Unit produk
Pool Rate 4
Elemen BOP
Biaya pemasaran
Jumlah (Rp)
63.400.000
63.400.000
943 unit
67.232,23
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Pool Rate aktivitas level fasilitas pada dapat dilihat pada Tabel
4.14 sebagai berikut:
Tabel 4.14
Pool Rate aktivitas level fasilitas pada CV Delima Mandiri
tahun 2011
Cost Pool
Cost pool 5
Elemen BOP
Biaya pemeliharaan bangunan
Biaya penyusutan bangunan
Biaya asuransi bangunan
Jumlah (Rp)
75.089.000
87.914.600
11.085.260
174.078.860
4300 m2
40483,45
Jumlah biaya
Luas area
Pool Rate 5
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
b. Prosedur Tahap Kedua
Tahap kedua menentukan harga pokok produksi berdasar
aktivitas adalah membebankan tarif kelompok berdasarkan Cost
Driver. Biaya untuk setiap kelompok Biaya Overhead Pabrik dilacak
ke berbagai jenis produk. Biaya Overhead Pabrik ditentukan dari
setiap kelompok biaya ke setiap produk dengan rumus sebagai berikut:
BOP dibebankan= Tarif kelompok x Unit cost driver yang digunakan
(Supriyono, 2010: 272)
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik dengan Activity-Based Costing
System dapat dilihat pada Tabel 4.15 sebagai berikut
89
Tabel 4.15
Pembebanan BOP dengan Activity-Based Costing System pada CV Delima Mandiri tahun 2011
Level
aktivitas
Cost
Driver
Unit
produk
Unit
KWH
Batch
Produk
Fasilitas
Jam
inspeksi
Unit
Produk
Luas
Area
Proses pembebanan
535832,15 x 2
535832,15 x 14
535832,15 x 927
664,4 x 7.410
664,4 x 551.498
664,4 x 7.493.092
10.965,42 x 370,65
10.965,42 x 3313,50
10.965,42 x 152.154,1
Truk Dalmas
Produk lainnya
Jumlah (Rp)
1.071.664,3
7.501.650,1
496.716.403,05
505.289.717,45
4.978.410.324,8
Total aktivitas level unit
5.349.748.800
585.556.2917,45
4.923.204
366.415.271,2
4.064.332,923
36.333.919,17
1.668.433.611,222 1.708.831.863,315
Total aktivitas level batch 1.708.831.863,315
67.232,23 x 2
67.232,23 x 14
67.232,23 x 927
134.464,46
40483,45 x 9
40483,45 x 63
40483,45 x 4228
364.351,05
Total BOP
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Dump Truck
941.251,22
62.324.277,21
Total aktivitas level produk
63.399.992,89
63.399.992,89
2.550.457,35
10.558.016,733
174.078.835
171.164.026,6
Total aktivitas level fasilitas
174.078.835
413.742.549,04
7.377.048.642,882 7.801.349.208,655
90
Berdasarkan pembebanan Biaya Overhead Pabrik yang telah dilakukan,
maka perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan ActivityBased Costing System pada CV Delima Mandiri tahun 2011 dapat
disajikan pada Tabel 4.16 sebagai berikut:
Tabel 4.16
Perhitungan harga pokok produksi dengan Activity-Based
Costing System pada CV Delima Mandiri tahun 2011
Keterangan
BBB
BTKL
BOP(pembulatan)
HPP
Unit produk
HPP per unit (pembulatan)
Truk Dalmas
Rp 36.917.736
Rp 52.316.236
Rp 10.559.000
Rp 99.792.972
2 unit
Rp 49.896.486
Dump Truck
Rp 456.816.976
Rp 568.228.976
Rp 413.742.550
Rp 1.438.788.502
14 unit
Rp 102.770.607
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Hasil perhitungan harga pokok produksi per unit pada tahun 2011
menggunakan Activity-Based Costing System diperoleh hasil harga pokok
produksi untuk Truk Dalmas adalah sebesar Rp 49.896.486, dan untuk
Dump Truck sebesar Rp 102.770.607
3. Membandingkan sistem tradisional dengan Activity-Based Costing System
dalam menentukan harga pokok produksi. Perbandingan harga pokok
produksi sistem tradisional dengan Activity- Based Costing System dapat
disajikan pada Tabel 4.17 sebagai berikut
91
Tabel 4.17
Perbandingan harga pokok produksi sistem tradisional
dengan Activity-Based Costing System pada CV Delima Mandiri
tahun 2011
Jenis
produk
Truk
Dalmas
Dump
Truck
Sistem
Tradisional (Rp)
52.890.269,75
SistemABC
(Rp)
49.896.486
Selisih
(Rp)
2.993.783,75
81.490.851,75
102.770.607
-21.279.755,25
Nilai kondisi
Overcost
Undercost
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan
harga pokok produksi dengan Activity-Based Costing System untuk Truk
Dalmas adalah sebesar Rp 49.896.486, dan untuk Dump Truck sebesar
Rp 102.770.607. Dari hasil tersebut jika dibandingkan dengan sistem
tradisional, maka Activity-Based Costing System memberikan hasil yang
lebih besar untuk produk Dump Truck, sedangkan produk Truk Dalmas
memberikan hasil yang lebih kecil. Selisih untuk Dump Truck sebesar Rp
21.279.755,25,
sedangkan
selisih
untuk
Truk
Dalmas
sebesar
Rp2.993.783,75.
C. Pembahasan
1. Harga Pokok Produksi dengan sistem tradisional pada CV Delima Mandiri
Selama ini CV Delima Mandiri
masih menggunakan sistem
tradisional dalam menentukan harga pokok produksi. Dalam menentukan
tarif tersebut CV Delima Mandiri mempunyai beberapa pertimbangan
yaitu segmen pasar atau daya beli konsumen. Perhitungan harga pokok
produksi CV Delima Mandiri adalah dengan cara menjumlahkan semua
92
biaya tetap dan biaya variabel.
Sistem Tradisional menggunakan jumlah unit yang diproduksi
sebagai dasar dalam perhitungan harga pokok produksi. Dengan sistem
tradisional diperoleh hasil perhitungan harga pokok produksi per unit pada
tahun 2011 untuk Truk Dalmas adalah sebesar Rp 52.890.269,75, dan Rp
81.490.851,75 untuk Dump Truck.
2. Harga Pokok Produksi dengan Activity-Based Costing System pada CV
Delima Mandiri.
Penentuan harga pokok produksi berdasar Activity-Based Costing
System terdiri dari dua tahap yaitu prosedur tahap pertama dan
prosedurtahap kedua. Activity-Based Costing System menggunakan Cost
Driver yang lebih banyak, oleh karena itu Activity-Based Costing System
mampu menentukan hasil yang lebih akurat dan tidak menimbulkan
distorsi
biaya.
Selain
itu
Activity-Based
Costing
System
dapat
meningkatkan mutu pengambilan keputusan sehingga dapat membantu
pihak manajemen memperbaiki perencanaan strategisnya.
Dilihat dari hasil perhitungan harga pokok produksi yang
menunjukkan hasil yang lebih besar dari sistem tradisional adalah produk
Dump Truck sebesar Rp102.770.607. Activity-Based Costing System
merupakan sistemak untansi biaya yang menyediakan informasi secara
akurat sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk
penetapan harga jual produk.
93
3. Perbandingan harga pokok produksi sistem tradisional dengan ActivityBased Costing System pada CV Delima Mandiri
Berdasarkan kajian teori dan analisis data yang telah dilakukan
maka dapat diketahui bahwa secara keseluruhan Activity-Based Costing
System memberikan hasil yang lebih besar untuk produk Dump Truck.
Sedangkan menurut penelitian yang penulis lakukan, biaya produksi Truk
Dalmas lebih besar saat menggunakan sistem traditional method.
Biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit Dump Truck
dengan metode sistem tradisional adalah sebesar Rp 81.490.815,75,
sedangkan jika melalui sistem Activity Based Costing dibutuhkan biaya
yang lebih besar yaitu sebesar Rp 102.770.607. Di sisi lain biaya produksi
untuk satu unit Truk Dalmas memerlukan biaya yang lebih besar jika
menggunakan sistem tradisional, yaitu sebesar Rp 52.890.269,75.
Sedangkan Activity Based Costing dapat menekan biaya produksi hingga
mencapai angka Rp 49.896.486 untuk pembuatan satu unit Truk Dalmas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Activity-Based Costing System
memberikan hasil yang lebih besar untuk produk Dump Truck Rp
21.279.755,25, sedangkan produk Truk Dalmas memberikan hasil yang
lebih kecil dengan selisih biaya sebanyak Rp 2.993.783,75. Perbedaan
yang terjadi antara harga pokok produksi berdasar sistem tradisional dan
Activity-Based Costing System disebabkan karena pembebanan Biaya
Overhead Pabrik pada masing-masing produk. Pada sistem tradisional
Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk hanya dibebankan
pada satu Cost Driver saja yaitu jumlah unit produksi.
Akibatnya terjadi distorsi pada pembebanan Biaya Overhead
94
Pabrik. Pada Activity-Based Costing System Biaya Overhead Pabrik pada
masing-masing produk dibebankan pada beberapa Cost Driver sehingga
Activity-Based Costing System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke
setiap produk secara tepat berdasar konsumsi masing-masing aktivitas.
Dari hasil analisa yang dilakukan penulis dapat ditarik kesimpulan
bahwa Activity Based Costing merupakan metode alternatif yang dapat
digunakan oleh setiap perusahaan manufaktur dan jasa dalam upaya
menentukan harga pokok produksi dan Cost Driver yang relevan. Hal ini
senada dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Leni
Nopilia (2012), Penelitian yang dilakukan di Kementrian Agama Republik
Indonesia itu menunjukkan bahwa adanya perbedaan perhitungan Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) antara perhitungan menggunakan
ABC dengan sistem perhitungan yang digunakan Kementrian Agama
sebelumnya. Penelitian tersebut mengemukakan perhitungan yang
dilakukan dengan metode Activity Based Costing menghasilkan harga
pokok jasa penyelenggaran ibadah haji yang lebih akurat karena masingmasing cost pool per aktivitas telah dialokasikan ke dalam unit jasa
dengan menggunakan cost driver yang relevan. Sehingga biaya
dibebankan ke jamaah haji sesuai dengan sumber daya yang digunakan.
Hasil penelitian ini juga memberikan dampak yang lebih real
dalam keakuratan perhitungan biaya produk, sehingga dapat membantu
manajer dalam mengambil keputusan. Hal ini sesuai yang diutarakan pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nina Yuliastanti (2010),
dimana sistem ABC memperbaiki keakuratan perhitungan biaya produk
dengan mengakui banyak dari biaya overhead tetap, ternyata bervariasi
95
secara proporsional dengan proporsional dengan perubahan selain volume
produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut
meningkat atau menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing
produk. Peniliti sebelumnya lebih lanjut memukakan hubungan antara
sebab akibat itu memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan
perhitungan
biaya
produk
yang
secara
signifikan
memperbaiki
pengambilan keputusan.
Hasil perhitungan yang telah dijabarkan sebelumnya merupakan
gambaran atau deskripsi dari penerapan metode Activity Based Costing
sebagai salah satu usulan alternatif yang penulis ajukan dan dapat
digunakan perusahaan dalam upaya menentukan harga pokok produksi
dan Cost Driver yang relevan. Serta keakuratan perhitungan biaya produk,
sehingga dapat membantu manajer dalam mengambil keputusan disegala
bidang. Hal tersebut dikarenakan semua biaya yang dikeluarkan
perusahaan akan dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi
setiap unitnya. Activity Based Costing dapat dijadikan salah satu strategi
dalam memecahkan masalah pemaksimalan laba perusahaan. Namun,
semua keputusan adalah hak dari kepala perusahaan untuk menerapkan
metode apa yang harus digunakannya agar perusahaan mendapatkan
keuntungan yang maksimal.
Pada rencana dan kebijakan perusahaan sebelumnya yang sifatnya
masih sederhana dan tidak terdapat perencanaan manajemen yang baik
untuk menentukan cost driver yang relevan, perusahaan hanya terfokus
pada biaya yang terlihat saat proses produksi berlangsung saja. Kejadian
tersebut menyebabkan tidak tersentuhnya biaya-biaya lain yang termasuk
96
dalam indikator penentuan harga pokok produksi.
Dalam hal ini CV Delima Mandiri dapat menetapkan presentase
Cost Driver yang merupakan indikator utama dalam menentukan tingkat
keberhasilan dari penerapan metode Activity Based Costing merujuk pada
perbandingan tingkat kesulitan dalam proses pembuatan suatu produk.
Keakuratan yang ditimbulkan oleh ABC dapat dijadikan tolok ukur untuk
penetapan kebijakan yang akan diambil manajer. Dengan demikian,
perusahaan dapat menetapkan keuntungan sesuai yang diharapkan dengan
tetap memerhatikan faktor lain di luar biaya produksi seperti persaingan
pasar.
97
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang penulis lakukan di
CV Delima Mandiri, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu terdapat
perbedaan hasil perhitungan harga pokok produksi pada CV Delima Mandiri
sebelum dan sesudah menerapkan Activity Based Costing System. Dengan
menerapkan metode Activity Based Costing System dapat diketahui perbedaan
jumlah total biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan sebelum dan setelah
menggunakan metode tersebut. Perbandingan Harga Pokok Produksi pada CV
Delima Mandiri dengan menggunakan Sistem Tradisional dan Activity- Based
Costing System adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing
System memberikan hasil yang lebih mahal dari Sistem Tradisional adalah
pada Dump Truck sedangkan Truk Dalmas memberikan hasil yang lebih
murah.
2. Activity-Based Costing System memberikan hasil lebih besar dengan
Sistem Tradisional pada Dump Truck,
dan selisih dengan Sistem
Tradisional sebesar Rp 21.279.755,25 atau 26,2 % sedangkan Truk
Dalmas dengan Activity- Based Costing System memberikan hasil yang
lebih kecil. Selisih Harga Pokok Produksi Truk Dalmas dengan Sistem
Tradisional sebesar Rp 2.993.783,75 atau 5,66 %
3. Perbedaan
yang
terjadi
antara
Harga
Pokok
Produksi
dengan
menggunakan Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System
96
disebabkan karena pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada masingmasing produk. Pada Sistem Tradisional biaya pada masing-masing
produk hanya dibebankan pada satu Cost Driver saja. Akibatnya
cenderung terjadi distorsi pada pembebanan Biaya Overhead Pabrik. Pada
metode Activity-Based Costing System, Biaya Overhead Pabrik pada
masing-masing produk dibebankan pada banyak Cost Driver, sehingga
Activity-Based Costing System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke
setiap jenis produk secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing
aktivitas.
B. Implikasi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada
pengembangan ilmu akuntansi manajemen khususnya dalam pembahasan
mengenai metode Activity Based Costing, dalam pemaksimalan laba, dan
pembebanan cost driver dalam penyusunan harga pokok produksi.
Berdasarkan kesimpulan dapat diketahui dengan menggunakan metode
Acitivity Based Costing perusahaan akan mendapatkan dampak positif dalam
penyusunan harga pokok produksi, yaitu dalam pembebanan biaya Overhead
pabrik pada masing-masing produk. Dari kalkulasi yang telah dilakukan juga
dapat diketahui bahwa activity based costing merupakan alternative yang baik
bagi perusahaan agar dapat memaksimalkan labanya dengan menggunakan
sistem harga pokok produksi yang tepat dalam pembebanan biaya overhead
pabrik.
97
C. Keterbatasan
Penelitian ini masih jauh dari sempurna, mengingat masih terdapat
keterbatasan-keterbatasan antara lain menyangkut:
1. Dalam penentuan variabel dalam penelitian ini rata-rata hampir sama
dengan yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, tanpa punya
banyak kesempatan untuk menelaah lebih seksama.
2. Keterbatasan waktu yang begitu singkat untuk melakukan penelitian
ini dan hanya menggunakan data perusahaan dalam kurun waktu satu
tahun saja sehingga tidak dapat dibandingkan dari tahun ke tahun.
D. Saran
Bagi CV Delima Mandiri penulis menyarankan, sebaiknya
perusahaan menggunakan Activity Based Costing untuk mendapatkan laba
yang lebih maksimum dan untuk mengetahui Cost Driver dalam
penyusunan harga pokok produksi, dan bagi peneliti berikutnya penulis
menyarankan untuk lebih memvariasikan variable-variabel yang dapat
dihubungkan dengan penerapan metode Activity Based Costing karena
pada penelitian ini masih menggunakan variable-variabel yang tidak jauh
berbeda dari peneliti-peneliti sebelumnya. Serta mempersiapkan penelitian
tersebut dengan seksama mulai dari lamanya waktu penelitian hingga
periode data yang diperoleh dari perusahaan agar lebih mendapatkan hasil
penelitian dari activity based costing secara lebih mendalam.
98
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Anthony A., Robert s.Kaplan, Ella Mae Matsimura, and S.Mark Young.
Management Accounting. Fitfth Edition, Prentice Hall, Inc., 2007.
Blocher, Edward., David E.Stout, Gary Cokins and Kung H. Chen. Cost
Management A Strategic Emphasis. Fourth Edition, Mc Graw Hill, 2008.
Brewer, P.C., Garrison, R.H & Eric W. Nooren, Akuntansi Manajerial Jilid
1(Edisi 11). Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2006.
Bustami, Bastian dan Nurlela. Akuntansi Biaya : Teori & Aplikasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009.
Carter,W.K. & Usry, M.F., Akuntansi Biaya Jilid 1(Edisi 13). Jakarta:Penerbit
Salemba Empat, 2006.
Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen dan Liming Guan, Cost Management:
Accounting and Control, (6th Ed), 2006.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Hansen, D.R., Marryane M. Mowen, Management Accounting. Seventh Edition,
Thomson South Western, 2006.
Hansen, Don. R., Mowen, Maryanne. M, Miller Management Accountingand
Control, Shoutern-Western College Publishing, 2006.
Hari Adi, Priyo. “Implementasi Activity Based Costing Terhadap Kinerja
Perusahaan.” Tesis S2 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2005.
Hilton, R.W., Michael W. Maher and Frank H.Selto. Cost Management:Strategies
for Business Decisions. Fourth Edition. McGraw-Hill?Irwin, 2008.
Horngren, Charles. T., Foster, George, and Datar, Srikant M., Cost Accounting; A
Managerial Emphasis, 11th Edition, Upper Sadle River: Prentice-Hall, 2003.
Horngren, Charles T., Srikant M Datar, George Foster, Madhav V. Rajan, and
Cristopher Ittner, Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Thirteenth
Edition, Prentice Hall, 2009.
Mulyadi. Activity Based Cost System. Edisi Enam, Yogyakarta, UPP STIM YKPN
Yogyakarta, 2007.
Mulyadi, Activity Based Cost System: Sistem Informasi Biaya untuk Pengurangan
Biaya. Edisi ke-6. Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2007.
99
Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Ciputat: Ceqda, 2007.
Nopilia, Leni. “Estimasi Perhitungan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
dengan Sistem Activity Based Costing” Tesis S2 Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia, 2012.
Sarah, Siti. “Penerapan Activity Based Costing untuk Biaya Gardu Pelayanan Tol
Sebagai Dasar Perhitungan Efisisensi yang Dicapai Atas Pemakaian E-Tol
Card dan Gardu Tol Otomatis”. Tesis S2 Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia, 2010.
Supriyono, Akuntansi Biaya, Yogyakarta: Penerbit BPFE, 2010.
Tunggal, Amin Widjaja. Pengantar Activity Based Costing (ABC) dan ActivityBased Management (ABM), Penerbit Harvindo, Jakarta 2009.
Wasilah, Ahmad Dunia, Firdaus. Akuntansi Biaya Edisi 2, Jakarta: Penerbit
Salemba Empat, 2009.
Widjaja, Tomy. “Usulan Penerapan Activity Based Costing pada PT M-I
Chemicals Indonesia (Chemicals Drilling Manufacture).” Tesis S2 Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia, 2008.
Yuliastanti, Nina. “Penerapan Sistem Activity Based Costing (Studi Kasus pada
Perusahaan Manufaktur Komponen Otomotif)”. Tesis S2 Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia, 2010.
100
Lampiran I
Data perusahaan
Job desk staf produksi bagian awal
Nama bagian
Komponen
rangka
Sub Assy
Total Assy
Welder
Supervisor
produksi
Metal cutting
Komponen
Pekerjaan
Membuat
bagian-bagian
komponen rangka
Menggabungkan komponenkomponen rangka menjadi
part-part body
Menggabungkan part-part dari
sub assy, untuk kemudian
dibangun menjadi bentuk utuh
body
Pengelasan
Bertanggung jawab dalam
pembuatan prototype
Supervise pekerjaan tenaga
kerja borong
Memotong plat-plat untuk
komponen
Perakitan komponen
Persyaratan kompetensi
Kemahiran menggunakan
mesin potong
Kemahiran menggunakan
jig
Pengelasan
Kemahiran pengukuran
Pengelasan
Kemahiran
dan
pengetahuan dalam segala
bidang
pekerjaan
pembuatan rangka bus
-
Kemampuan metal cutting,
pengukuran yang optimal
Sub assy
Merakit komponen-komponen Pengelasan, pengukuran,
yang ada menjadi bagian- pengalaman di metal finish
bagian part
Pre-setting
Merakit part-part utuh
Pengelasan, pengalaman di
metal finish
Body assy
Merakit part-part menjadi Pengelasan, pengalaman di
mobil keseluruhan
metal finish
Metal finish
Pengecekan hasil pekerjaan
plat sampai siap didempul
Komponen
Pembuatan komponen
Pemotongan
plat,
pengukuran
Bodi: lambung Penggabungan
komponen- Pengalaman
dalam
komponen
menjadi
part
yang
pembuatan
komponen
Bodi:
cowl
terkait, dan memasang pada Kemampuan
depan
rangka
bus.
Bodi:
cowl
menilai kesesuaian rangka
belakang
Bodi: lakupan
dan engsel
depan
Bodi: lapisan
Keahlian
dalam
Bodi: spakbor
pengelasan
Bodi: pintu
Bodi:
bagasi
Keahlian
belakang
Bodi:
kunci-
104
Nama bagian
Pekerjaan
kunci
Bodi: ducting
AC
Bodi: tenda
Bodi: dudukan
dashboard
Bodi:
ring
lampu
Bodi: kap atas
Metal finish
Mengecek ulang hasil kerja dan
memperbaiki hasil kerja yang
kasar atau tidak sesuai aspek
Nama bagian
Gosok plat
Epoxy
Gosok dempul
Dempul
Cat
Persyaratan kompetensi
pengguntingan plat
Pengalaman di pembuatan
komponen dan pemasangan
bod
Job desk staf produksi bagian akhir
Pekerjaan
Persyaratan kompetensi
Menggosok plat sampai siap
dipoxy, melap thinner sampai
plat bersih siap dipoxy
Menilai hasil gosokkan plat, Mampu menilai hasil
memastikan plat benar-benar gosokan plat
kering sebelum dipoxy primer
dan filler
Menggosok plat yang sudah Mampu menilai hasil
didempul sampai siap dipoxy dempul
filter atau dicat
Mampu menilai gosokan
yang baik
Mendempul
plat
sebelum Pengalaman menggosok
dipoxy filler
plat
Mendempul plamir
Mengetahui kondisi plat
Dempul pilihan
yang sudah siap didempul
Menilai hasil gosokan mobil, Mengetahui hasil kerja
menilai
kesiapan
produk yang siap cat
sebelum dicat
Mempunyai pengalaman
menggosok,
mempoxy,
dan mendempul
105
Job desk staf produksi bagian finishing
Nama bagian
Perakitan
rangka bangku
Pekerjaan
Membuat komponen
rangka bangku
-
Persyaratan Kompetensi
Pengelasan, penggunaan
gurinda, mesin bor, dan
pengukuran
Penggabungan
komponen menjadi rangka
bangku lengkap
-
Mengubah bangku
orisinil agar sesuai aspek
Pasang-pasang
dan bongkar
Pemotongan
kayu
Penyetelan
Pendempulan
Plitur/dico
finishing
Kunci-kunci
Memasang
perlengkapan Pengeboran, pengukuran
interior
Memotong kayu-kayu agar
sesuai
ukuran
membuat
komponen
Menyetel komponen-komponen
kayu, pemasangan menjadi
Pengukuran, pengalaman
bentuk dasar produk
Mendempul produk dasar kayu membuat produk sejenis
di industry karoseri
sebelum diplitur/dicat
Pewarnaan produk kayu
Finishing produk, memperbaiki
bagian-bagian yang kurang
sempurna
Pengeboran,
keuletan,
Pemilihan kunci yang
pengalaman
sesuai
Mengepas kunci ke
ruang kunci
Pemasangan kunci
jahit
Pasang
Menjahit bahan-bahan
Pengukuran, pengalaman
mengerjakan
produk
sejenis
di
karoseri,
kemampuan menjahit
hasil Memasang hasil jahit ke bagian Pengukuran, pengalaman,
106
jahit ke bangku
Pasang plafon
Pasang karpet
Pasang / cat
merk dan sticker
Asisten pasang /
cat merk
yang terkait
kecermatan
Memasang sticker
Presisi dalam pengukuran,
ketelitian
Menempel kertas lem bantu, Keuletan dan ketelitian
pengerjaan pada level mudah
107
LIST SUPPLIER/PEMASOK
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
NAMA PEMASOK
ACC
ALAMAT
NO.TELP
Jl. Raya Pemda No.10, Kedung 0251- 8662461
Halang, Bogor
Anugrah Sejati
Jl. Komplek Laladon Asri Blok 0251-9476879,
A No.11, Laladon, Ciomas, 9430234
Bogor
Automotive
Glass Jakarta
Center
Bintang Sejahtera
Jl. Outer Ring Road No.21A, 021-5558697
Pintu Air, Cengkareng, Jakarta
Barat
Cahaya Benteng Mas Jl. Pangeran Jayakarta No.151, 021- 681964
Jakarta
Calsivo
Jl. Cihampelas No. 260, 022-2032610
Bandung
Cisadane
Indah Jl. Raya Penggilingan (Aneka 021-4809283
Unggul
Elok) No. 431, Cakung, Jakarta
Timur
Dinamika Engineering Jl. Manunggal V, Kedoya 021-53124786
Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta
Barat
Fajar Harapan
Komp. V Point, Jl. Raya 0251-8336775
Pajajaran No. 1 ZF, Bogor
Galaxy Variasi
Jl. Raya Tajur, Bogor
0251-314796
NO.FAX
0251- 7542757
-
BARANG YANG
DIBELI
Besi
Gurinda merk Ribben
Silikon merk Simson
021-5558697
Air Conditioner
021-6283207
Plat galvanyl
021-4804274
-
Kain imitasi, kain woll
Thinner, wash bensin
Hidrolik
0251-8380498
Stabilus merk Bansbach
0251-314120
Suku
cadang
dan
variasi (kaca film, car
audio, central lock, dan
108
NO.
11.
12.
13.
14.
15.
NAMA PEMASOK
Hydrotecnindo
ALAMAT
Jl. Laskar Pekayon Jaya No.16,
Bekasi Selatan
Indovisual
Komp. Perkantoran Multiguna
Presentatama, PT
blok 1A-B Kemayoran, Jl.
Rajawali Selatan Raya, Jakarta
Intinusa Persada
Jakarta
Karya Guna, CV
Jl. Swadarma Raya No.9A,
Ulujami Pesanggrahan, Jakarta
Selatan
Karya
Mandiri Jl. P. Jayakarta No.16/22-3,
Semesta
Jakarta Pusat
16.
Lancar Jaya Mandiri
17.
Maju Jaya Sejahtera
NO.TELP
NO.FAX
021-8213684
021-8213684
021-6412132
021-641212
021-58904683
021-79198788
021-6240770
021-6294013
Sunter Hijau IX Blok 3 No.3, 021-6517712
Jakarta Utara
LTC lt.GF2 Blok C19No.3, 021-62201337
Jakarta Barat
021-62201337
BARANG YANG
DIBELI
alarm)
Hoist arm roll, hoist
dump truck
Sreenworks
Alat elektronik
Gas
(oksigen,
karbondioksida,
acetilyn)
Besi dan alumunium
(besi beton, plat putih,
plat
hitam,
plat
boardess, plat strip, plat
steinless steel, besi
kanal, besi siku, pipa
hitam, pipa kotak),
SPHC, SPCC, plat
kapal, bordes, strip,
nako,
beton,
siku,
kanal, H. Beam, IWF,
pipa.
Semprot polyurethane
Mesin las, kawat las
109
NO.
NAMA PEMASOK
18.
Marga Bharata
19.
Mekar Jaya
20.
Mycotama
Distribusindo
Nuraria
Bersama
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
ALAMAT
NO.TELP
NO.FAX
Jl. Pangeran Jayakarta 101 A/2, 021-6019838
Jakarta
Jl. Batutulis No.73 Bogor
0251-8362770
021-6295312
Jl. Raya Bogor KM 30.3,
Cimanggis, Depok
Maju Mutiara Faza Office Kav. RC. 4,
Jl. Condet Raya, No.27, Pasar
Rebo, Jakarta Timur
Oto Friend
Proyek Mega Sparepart, Asem
Reges Blok C-O No.5, Jl. Raya
Taman Sari, Jakarta Pusat
Ronadamar Sejahtera Jl.
Rawa
Ternate
I/3,
Pulogadung Industrial Estate,
Jakarta
RVM Global
Graha Atrium 10th floor suite
10.03, Jl. Senen Raya No.135,
Jakarta
Samudera Agung
Jl. Otista Raya No.11, Jakarta
Timur
Sejahtera, UD
Jl. Raya Ciawi, Bogor
Sticker.Lab
Sticker)
0251-8363851
BARANG YANG
DIBELI
Lem aica aibon
Pendukung pengelasan
dan
pengecatan
(amplas, gurinda, kawat
las, plingkut)
Bahan interior bus dan
lampu-lampu
Kertas lem, double
tape, lap takrag
021-71577389
021-8710882
021-87784309
021-87784310
021-62304967
021-6266883
021-4606202
021-4602524
Elektrikal
mekanikal
lampu)
Lem Fox
021-3862131
021-3441085
Kain woll, kain imitasi
021-85909101
021-85909106
0251-8242677
0251-8249323
Besi dan alumunium
(siku, profil, plat)
Busa,
kain
woll,
aksesoris interior
Sticker, neon box,
name
board,
(DNA Jl. Suka Mukti No.10 (Mayasari 022-2034444
Lt. 3) Pasteur, Bandung
-
dan
(lampu-
110
NO.
NAMA PEMASOK
28.
Tandike Indonesia
29.
THO Sticker
ALAMAT
NO.TELP
NO.FAX
Jl. Ciledug Raya No.2, Seskoal, 021-7222666
Kebayoran
Lama,
Jakarta
Selatan
Jl. Batutulis No. 32-34, Bogor
0251-2783088
021-7234999
-
BARANG YANG
DIBELI
sunblasting, print mug
Peralatan
evakuasi
darat
Sticker
111
Material Truk Dalmas
Rangka dan Plat
No
Deskripsi Barang
1 UNP 100
2 UNP 65
3 Siku 50 x 50
4 Siku 40 x 40
5 Pipa 1 1/4" x 2.3 mm (Full)
6 Pipa 1/2" x 2.3 mm
7 Pipa 1" x 2.3 mm (Full)
8 Pipa 3/4" x 2.3 mm (Full)
9 Kayu Kaso 50 x 70 x 4500
10 Pipa 40 x 20 x 2.3 mm
11 Plat Boardess 2.3 mm
12 Plat Hitam 2.3 mm (Full)
13 Plat Hitam 2.0 mm
Pengecatan
1 Cat Pu Mini Orange
2 Cat Pu Super Black
3 Pernis
4 Kertas lem
5 Amplas
6 Dempul
7 Epoxy
8 Thinner ND
9 Thinner PU
Perlengkapan Tambahan
1 Pantle hook besar
TOTAL PEMBELIAN MATERIAL
Jml
Satuan
Harga
2
3.5
2
3
14
2
2
3.5
2
4
4
6.5
1
batang
batang
batang
batang
batang
batang
batang
batang
batang
batang
lembar
lembar
lembar
412.500
255.603
237.500
168.750
200.000
95.000
117.500
104.156
309.375
175.000
615.000
536.625
481.250
825.000
894.609
475.000
506.250
2.800.000
190.000
235.000
364.547
618.750
700.000
2.460.000
3.488.063
481.250
11
1
1
10
15
5
1
14
4
Liter
Liter
Liter
Roll
lembar
Kg
Galon
Liter
Liter
181.819
153.409
187.500
4.813
2.250
100.000
87.500
12.898
26.136
2.000.006
153.409
187.500
48.125
33.750
500.000
87.500
180.565
104.545
1
Unit
1.125000
Total Harga
1.125.000
18.458.868
Sumber: CV Delima Mandiri
112
Material Dump Truck
Rangka dan Plat
No
Deskripsi Barang
Jml Satuan
1
UNP 120
4
batang
2
UNP 100
2
batang
3
UNP 80
7
batang
4
Plat 3 mm (dinding)
7
lembar
5
Plat 4 mm (lantai)
3
lembar
6
Plat 10 mm ('0.5 x 122)
0.5 lembar
7
Behel 19 mm
2
batang
8
Pipa hitam 3/4" (perisai)
3.5 batang
pipa hitam 1 1/2" (bull
0.5 batang
9
bar)
10 Kayu kaso 60 x 100
2
batang
11 Plat boardess 2.3 mm
0.5 lembar
Pengecatan
1
Cat hitam pilpilan
1
liter
2
Steel gloss dp
7
liter
3
Steel gloss
2
liter
4
Pernis
1
liter
5
Kertas lem
10 roll
6
Amplas
15 lembar
7
Dempul
5
kg
8
Epoxy
1
galon
9
Thinner ND
14 liter
10 Thinner PU
4
liter
Perlengkapan Tambahan
1
Hydrolic
1
Unit
2
Pantle hook
1
unit
Total Pembelian Material
Sumber: CV Delima Mandiri
Harga (Rp)
535.900
379.500
271.400
655.500
923.450
2.645.000
304.750
95.824
189.750
Total Harga
2.143.600
759.000
1.899.800
4.588.500
2.770.350
1.322.500
609.500
335.383
94.875
138.000
565.800
276.000
282.900
25.300
90.850
155.250
172.500
4.428
2.070
92.000
80.500
11.866
24.045
25.300
635.950
310.500
172.500
44.275
31.050
460.000
80.500
166.120
96.181
14.950,000
575.000
14.950.000
575.000
32.629.784
113
Total Penggunaan Tenaga Kerja Langsung Truk Dalmas
ONGKOS TENAGA KERJA LANGSUNG
N
Tahapan produksi
Jml Satuan
Harga
Total Harga
o
1 Bag. Elektrikal
1
Unit
862.500
862.500
2 Bag. Pengecatan
1
Unit
1.725.000
1.725000
3 Bag. Pembuatan Bodi
1
Unit
3.450.000
3.450.000
4 Bag. Terpal
1
Unit
517.500
517.500
5 Bag. Bangku
1
Unit
402.500
402.500
6 Bag. Plingkut & Finishing
1
Unit
166.750
166.750
7 Bag. Kaca
1
Unit
115.000
115.000
8 Bag. Logo
1
Unit
172.500
172.500
9 Bag. Plafon
1
Unit
230.000
230.000
1 Bag. Kunci
1
Unit
57.500
57.500
0
26.158.118
Total Ongkos Tenaga Kerja Langsung
Sumber: CV Delima Mandiri
114
Total Penggunaan Tenaga Kerja Langsung Dump Truck
ONGKOS TENAGA KERJA LANGSUNG
No
Tahapan produksi
Jml Satuan
Harga
Total Harga
1
Bag. Plingkut dan
1
unit
166.750
166,750
Finishing
2
Bag. Pengecatan
1
unit
1.121.250
1.121.250
3
Bag. Body
1
unit
5.750.000
5.750.000
4
Bag. Mekanikal
1
unit
287.500
287.500
5
Bag. Kaca
1
unit
115.000
115.000
6
Bag. Terpal/Jaring
1
unit
517.500
517.500
7.958.000
Total Ongkos Tenaga Kerja Langsung
Sumber: CV Delima Mandiri
115
Lampiran II
Struktur dan Teknis Wawancara
115
PEDOMAN WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR
Judul Penelitian
: “Perbandingan Penerapan Sistem Tradisional dan
Activity Based Costing untuk Menentukan Harga
Pokok Produksi (Studi Kasus Pada Perusahaan
Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif di CV
Delima Mandiri
Tanggal Penelitian
: 22 Desember2012
A. Identitas Informan
Nama Informan
: Wilson Witarsa, SE
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 28 tahun
Posisi
: Pimpinan Bagian Keuangan
B. Pendahuluan
1. Memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat
penelitian dan menjelaskan bahwa kerahasiaan informan terjamin.
3. Melakukan kontrak wawancara, menawarkan waktu wawancara 20 menit
sampai 30 menit.
116
C. Pertanyaan Wawancara
Setelah
menyampaikan
maksud
dan
tujuan,
selanjutnya
peneliti
mewawancarai informan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur organisasi di CV Delima Mandiri?
2. Berapa omset yang didapatkan dari usaha dagang tersebut dalam jangka
waktu satu tahun?
3. Bagaimana dengan keadaan omset usaha anda pada lima tahun teakhir ini?
4. Apakah pernah mengalami penurunan omset di bulan atau tahun-tahun
sebelumnya?
5. Berapa prosentase keuntungan yang diinginkan dari penjualan produk
tersebut?
6. Metode apa yang biasa digunakan sebagai penentu biaya produksi untuk
menentukan harga jual? Metode traditional cost atau cost-plus pricing
ataukah metode biaya standar? Atau . . . . . .
7. Berapa jumlah tenaga kerja langsung yang dimiliki persuhaan anda?
8. Berapa jumlah jam kerja dalam sehari dan berapa jumlah hari kerja dalam
satu bulan untuk pekerja pabrik?
9. Mengenai biaya-biaya langsung:
a. Berapa total biaya bahan baku yang diperlukan dalam sebulan?
b. Berapa biaya gaji tenaga kerja langsungnya dan bagaimana sistem
penggajiannya?
10. Mengenai biaya overhead pabrik:
a. Berapa biaya sewa bangunan, listrik, air, dan telpon?
117
b. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan penjualan dan
biaya angkut pembelian?
11. Dari manakah bahan baku tersebut didapat?
12. Seberapa luas jangkauan pasar dari CV Delima Mandiri?
13. Bagaimana proses produksi untuk produk satu unit produk truk dalmas
dan dump truk?
D. Penutup
1. Menyimpulkan hasil wawancara
2. Menyampaikan terima kasih
3. Mengakhiri wawancara.
118
TEKNIS WAWANCARA
1. Berapa omset yang didapatkan dari perusahaan tersebut dalam
jangka waktu satu tahun?
Jawaban: Maaf ya mas perusahaan kami tidak dapat memberi tahu omset
kami berapa dalam satu tahun, tapi kira-kira lebih dari 8 Miliyar.
2. Bagaimana dengan keadaan omset perusahaan anda pada lima tahun
teakhir? Apakah pernah mengalami penurunan omset di bulan atau
tahun-tahun sebelumnya?
Jawaban: Pada tahun 2008 memang pernah mengalami penurunan omset.
Pada saat itu, banyak factor juga sebabnya, mulai dari naiknya bahan
bakunya dan makin banyaknya pesaing baru yang bermunculan.
3. Produk jenis apa saja yang dihasilkan oleh CV Delima Mandiri?
Jawaban: Kami banyak memproduksi berbagai macam truk ataupun bus.
Tidak jarang kami mendapatkan pesanan mobil pemadam kebakaran.
Akan tetapi jika ingin meneliti, lebih baik anda meneliti dump truk dan
truk dalmas. Karena sample tersebut sudah mewakili proses produksi
produk yang kami miliki
4. Berapa prosentase keuntungan yang diinginkan dari penjualan
produk tersebut?
Jawaban: Kalau masalh yang diinginkan mah pasti besar ya. Akan tetapi
semua tidak berjalan dengan semestinya, dikarenakan banyaknya pesaing
119
tadi dan sistem pengakuan biaya yang masih menggunakan tradisional
costing.
5. Metode apa yang biasa digunakan sebagai penentu biaya produksi
untuk menentukan harga jual? Metode traditional cost ataukah
metode biaya stndar atau adakah metode lain?
Jawaban: Tradisional costing mas.
6. Berapa jumlah tenaga kerja langsung yang dimiliki perusahaan
anda?
Jawaban: kami mempunyai banyak tenaga kerja langsung, sekitrar 50
0rang. Akan tetapi kami juga memiliki tenaga kerja langsung yang
memakai sistem borongan.
7. Berapa jumlah jam kerja dalam sehari dan berapa jumlah hari kerja
dalam satu bulan untuk pekerja pabrik?
Jawaban: Jam kerja dimulai jam 9 pagi dan selsai jam 5 sore, dalam
sebulan ya sekitar 25 hari jumlah hari kerjanya.
8. Mengenai biaya-biaya langsung:
a.
Berapa harga bahan baku untuk produksi dump truk dan truk
dalmas?
Jawaban: Iya mas nanti saya kasih soft copy nya ya. (Lihat lampiran 1).
b.
Berapa biaya gaji tenaga kerja langsungnya dan bagaimana
sistem penggajiannya?
Jawaban: Itu bisa saya kasih softcopy nya ya.(Lihat lampiran 1).
120
9. Mengenai biaya overhead pabrik:
a. Berapa biaya sewa bangunan, listrik, air dan telpon?
Jawaban: Untuk bangunan kami tidak menyewa karena bangunan
milik kami. Namun kami mengasuransikan bangunan kami sebesar Rp
11.085.200 pada tahun 2011. Untuk biaya listrik pada tahun 2011 itu
sebesar Rp 5.349.896.000. namun untuk telepon dan air kita
gabungkan ke dalam akun yang dinamakan biaya bahan pembantu
sebesar Rp 394.489.713.
b. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan penjualan
dan biaya angkut pembelian?
Jawaban: Biasanya semua itu tergantung kesepakatan. Jika biaya
semua itu dibebankan ke kita ya kami taro biaya itu ke biaya gabungan
tadi mas.
10. Dari pengeluaran biaya-biaya tersebut, biaya apa saja yang bisa
ditekan untuk meminimalkan biaya produksi tanpa mengurangi
kualitas dari produk?
Jawaban: Biasanya biaya pemasaran dan biaya pemeliharaan bangunan.
Kalu untuk biaya bahan baku kayaknya tidak ada yang bisa ditekan mas.
11. Dari manakah bahan baku tersebut didapat?
Jawaban: Nanti saya kasih softcopy tentang suplayer dan pelanggan
kami mas.
121
12.
Seberapa luas jangkauan pasar dari Usaha Dagang Eko Kusen?
Jawaban: Perusahaan kami sudah mencakup seluruh indonesia mas.
Semua itu tergantung pesanan mas.
13. Bagaimana proses produksi untuk produk tersebut?
Jawaban: Ini secara garis besar saja ya mas. Proses produksi untuk
membuat satu buah truk dalmas membutuhkan waktu 15-20 hari mas,
proses produksi yang dimulai pukul 08.00 dimulai dengan proses
pemotongan plat besi untuk mendapatkan ukuran panjang dan lebar
body yang akan dibuat, tahap pemotongan plat ini membutuhkan sekitar
5-6 jam mas. Tahap selanjutnya setelah plat dan besi melalui proses
pemotongan, plat dan besi akan melalui proses pemasangan kerangkan
body bis tersebut. Proses ini yang akan menghabiskan waktu yang
cukup lama. Pasalnya jika proses ini tidak teliti dampaknya akan cepat
rapuhnya produk kami nanti, dan dampaknya akan menurunkan
pemasanan pada produk kami mas. Ya sekitar 13 harian untuk
pemasangan kerangka dan plat body produk kami. Jika telah melewati
proses tersebut barulah body kita dempul amplas, amplas dan
pemasangan aksesoris lainnya. Setelah itu barulah produk tersebut kami
cat dan menkompon produk kami. Setelah itu baru kita cek lagi kualitas
produk kami mas.
122
Download