BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI PARA PENGRAJIN BATIK TULIS DALAM MELESTARIKAN BATIK MEGA MENDUNG DI PUSAT BATIK TRUSMI CIREBON SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: ASEP AZHARI NIM : 1111051000168 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAMNEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan hasil penelitian ini menjadi sebuah skripsi utuh yang berjudul “Bentuk-bentuk Komunikasi Para Pengrajin Batik Tulis dalam Melestarikan Batik Tulis Mega Mendung dipusat Batik Trusmi Cirebon”. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Setelah lebih kurang 12 semester menimba ilmu di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan segala keterbatasan yang ada, penulis sangat menyadari bahwa penyusunan karya ilmiyah ini tidak akan pernah dapat terselasaikan tanpa adanya dukungan, bantuan, bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati, dengan penuh keikhlasan penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:. 1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada. Semoga selalu diberiakan kesehatan agar dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya. 2. Segenap Jajaran Dekanat Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A, Bapak Suparto, M. Ed, Ph. D Selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Roudhonah, M.Ag Selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Serta Dr. H. Suhaimi, i M.Si Selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. Semoga selalu diberikan kesehatan dan Allah melipat gandakan segala kebaikan yang telah mereka lakukan. 3. Drs. Masran, MA Selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si, Selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Semoga Allah selalu memberikan kesahatan dan memudahkan segala urusan mereka. 4. Kepada dosen Pembimbing Akademik Bapak Rachmat Baihaky, M. A dan dosen pembimbing skripsi Ibu Umi Musyarafah, M.A, yang secara ikhlas dan sabar senantiasa memberikan pemahaman, petunjuk dan arahan baik dalam proses penyusunan skripsi ini, maupun dalam memberikan pemahaman kepada penulis. Dan semoga Allah meberikan kesehatan dan limpahkan rizki dan keberkahan kepada keduanya. 5. Kepada Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan pengalaman berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Kepada seluruh Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah mempermudah penulis untuk mendapatkan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Keluarga khususnya kedua orang tua penulis, Ayah Sukandi B Sayudi dan Ibu Isnawati yang telah menyelipkan nama anak-anaknya dalam setiap doa. Dan Adik Novi Andriyani yang selalu memberikan semangat. Berkat do’a ii dan ridho meraka, penulis mampu menyelesaikan perkuliahan dengan tugas akhir ini. Dan semoga selalu diberikan kesehatan dan dimudahkan disetiap langkah 8. Kepada keluarga besar mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syariif Hidayatullah Jakarta, yang senantiasa memberikan peluang dan tantangan bagi penulis selama berproses menjadi mahasiswa. Tidak bisa dipungkiri bahwa penulis lahir disini, dan akan berkembang di luar. 9. Kepada teman-teman KKN Khamsa 2014, yang telah mengajarkan penulis bagimana menjalankan tugas dengan baik dan bersama selama berada di pulau Harapan, Kepulauan Seribu. Semoga selalu diberikan kesehatan. 10. Tanpa mengurangi rasa hormat dan bangga Kepada keluarga besar Pondok Pesantren La-Tansa khususnya angkatan XVII Allegiances. Dan kawankawan mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan kawankawan DPR yang telah mengenal Asep Azhari. Terima kasih yang sebesarbesarnya atas segala dukungan selama penulis berada di Ciputat. Penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan mereka selama ini, maka proses ini tidak akan sampai disini. Ciputat, 10 Maret 2017 Penyusun, Asep Azhari NIM: 1111051000168 iii ABSTRAK Asep Azhari Bentuk-Bentuk Komunikasi para Pengrajin Batik tulis dalam Melestarikan Batik Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon. Batik Mega Mendung merupakan salah satu motif Batik yang dimiliki kota Cirebon, dalam pembuatan Batik menjelaskan bagaimana para pengrajin dituntut kepandaian, ketelitian dan kepekaan tangan. Komunikasi adalah jembatan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari, komunikasi itu sangatlah penting bagi para pengrajin Batik tulis dalam kegiatan pembuatan Batik tulis Mega Mendung sebagai ujung tombak pelestariannya. Namun dari karya Batik yang dihasilkan belum mencapai kesejahteraan untuk para pengrajin. Diperlukan pola dan metode dalam penyampaian komunikasi yang tepat sebagai penyokong kebutuhan penyampaian pesan oleh sesama pengrajin. Melalui komunikasi yang efektif, sesama pengrajin dapat saling memberikan informasi dan gagasannya untuk terus menjaga kelestarian Batik tulis Mega Mendung Trusmi Cirebon. Dari paparan diatas tersebut ditemukan rumusan masalah: bagaimana Bentuk-Bentuk komunikasi para pengrajin batik tulis mega mendung di pusat batik Trusmi? Lalu, Bagaimana Pola Komunikasi para pengrajin Batik tulis Trusmi dalam melestarikan Batik Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis. Sedangkan, metode yang dipergunkan adalah kualitatif, yang mendeskripsikan bagaimana pola komunikasi antara para pengrajin Batik tulis dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung di Trusmi. Penelitian ini menggunakan data seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan adalah Pola Komunikasi. Menurut H. A.W. Widjaja dalam bukunya ilmu komunikasi pengantar studi, mengemukakan tentang Pola Komunikasi Bintang semua anggota berkomunikasi dengan anggota, komunikasi ini memiliki timbal balik dari semua lawan bicara. Dalam pelastarian Batik tulis Mega Mendung para pengrajin menggunakan Pola Komunikasi Bintang dan Komunikasi Antar Pribadi, ini terjadi ketika sesama pengrajin saling memberikan pendapat, ide, dan gagasan satu sama lain dalam kegiatan membatik. Pola komunikasi roda terjadi dikarenakan, pemilik usaha pengrajin Batik yang juga pengrajin merupakan orang yang sentral dalam memberikan informasi kepada pembatik, yaitu sebagai residen. Penerapan pola bintang dalam melestarikan Batik menimbulkan proses komuniakasi dua tahap yang pada akhirnya timbul kominikasi antarpribadi dalam proses komunikasinya. DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ......................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 7 D. Metodologi Penelitian ............................................................................... 8 E. Tinjauan Pustaka .....................................................................................12 F. Pedoman Penulisan .................................................................................13 G. Sistematika Penulisan .............................................................................13 BAB II KAJIAN TEORI A. RUANG LINGKUP KOMUNIKASI .....................................................15 1. Bentuk-bentuk Komunikasi..............................................................15 2. Komponen-komponen Komunikasi Interpersonal ...........................17 3. Tahap-Tahap Hubungan Interpersonal .............................................27 4. Teknik Komunikasi ..........................................................................29 v 5. Jenis-Jenis Pola Komunikasi ............................................................30 B. BATIK .....................................................................................................38 1. Pengertian Batik ...............................................................................38 2. Pengertian Melestarikan ...................................................................39 3. Bahan-Bahan Membuat Batik ..........................................................39 4. Cara Membuat Warna Kain Batik ....................................................40 5. Jenis Batik Menurut Pembuatannya 41 BAB III GAMBARAN UMUM A. Latar Belakang Pengrajin ........................................................................44 B. Struktur Pengrajin ...................................................................................46 C. Visi dan Misi Para Pengrajin Batik Tulis ................................................47 D. Peralatan yang digunakan untuk membuat Batik Tulis ...........................47 E. Kegiatan Pengrajin Batik Tulis Mega Mendung .....................................52 F. Alamat Pusat Pengrajin Batik Tulis Mega Mendung ..............................54 G. Kelebihan Pengrajin Batik Tulis Mega Mendung ...................................55 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Bentuk-bentuk Komunikasi Para Pengrajin Batik Tulis dalam Melestarikan Batik Mega Mendung di Pusat Batik Trusmi ............................................ 57 B. Pola Komunikasi Para Pengrajin Batik Tulis dalam Melestarikan Batik Mega Mendung di Pusat Batik Trusmi ..................................................... 60 vi C. Faktor Penghambat dan Pendukung Para Pengrajin Batik Tulis Mega Mendung dalam Melestarikan Batik Tulis ..............................................72 1. Faktor Penghambat Pelestarian Batik Tulis Mega Mendung ......72 2. Faktor Pendukung Pelestarian Batik Tulis Mega Mendung .......75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................83 B. Saran ........................................................................................................85 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................87 LAMPIRAN-LAMPIRAN vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang paling penting, komunikasi dibutuhkan bukan hanya saat berorganisasi tapi juga dalam kegiatan sehari-hari manusia pasti berkomunikasi, tiada hari tanpa komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang sangat ensesial dalam kehidupan. Manusia melakukan interaksi dengan cara melakukan komunikasi. Fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasi dan pesan tapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang disampaikan oleh seorang pemimpin dapat diterima dan dipahami oleh seluruh anggotanya, maka seorang pemimpin harus memiliki pola komunikasi yang baik. Aktifitas komunikasi diorganisasi senantiasa disertai dengan keinginan yang ingin dicapai. Komunikasi kelompok dan penyampaian pesan oleh seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.1 Penggunaan istilah asli Indonesia dalam seni Batik menunjukan bahwa teknik membatik dengan sifat-sifat khasnya menunjukan karakteristik 1 Onong Uchjana Effendy, Teori dan Filsafat Komunikasi. (Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. 2003). 1 2 motif dan makna motif diambil dari kebiasaan dan kebudayaan lokal Indonesia. Jika dilihat dari ragam hias Batik, motif Batik Indonesia banyak bersumber dari seni hias zaman prasejarah seperti ragam hias geometris dan ragam hias perlambangan. Penerapan ornametik dengan berbagai motif geometris pada Batik tidak banyak bedanya dalam hiasan pada perumahan dan benda kerajinan di daerah pedalaman seperti daerah Toraja, Dayak, Minang, Batak dan daerah lain. Pola ornametik ini selalu jadi ciri dasar dan selalu berulang pada karya senirupa tradisional didaerah. Para pengrajin Batik Tulis adalah ujung tombok pelestarian Batik Tulis di Trusmi Cirebon. Dengan karya yang dihasilkan sebenarnya para pengrajin seharusnya mendapatkan kesejahteraan, karena karya yang dihasilkan oleh para pengrajin batik tulis mega mendung merupakan karya yang langkah dan membutuhkan proses yang panjang untuk menciptakan motif Batik tulis yang sempurna, akan tetapi penulis melihat kesejahteraan pengrajin batik tulis belum tercapai. Dugaaan bahwa sejak zaman prasejarah pembuatan Batik sudah dimulai adalah berdasarkan kenyataan bahwa tradisi Batik kuno sampai sekarang masih dipakai dibeberapa daerah pedalaman yang terasing dari kebudayaan luar. Kain simbut dari priyangan adalah contoh Batik asli yang dibuat dari bahan ketan sebagai penutup kain. Teknik pewarnaan dengan bahan zatwarna dari jenis tumbuh-tumbuhan juga sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Sebagai alat grafis Batik asli dipergunakan bambu kalam yang kemudian menjadi canting. 3 Pada zaman Hindu perkembangan seni Batik semakin jelas. Dalam kitab Praraton, Batik telah disebut-sebut sebagai bahan sandang. Karya sastra berupasejarah ini menyinggung Batik dengan menyebut motif gringsing dan ceplok sebagai motif hias Batik. Kedua motif geometris itu sudah dikenal pada kesenian Dongson dan masih dikenal pula pada Batik kuno didaerah pedalaman Banten. Demikian maka sejarah Batik diperkirakan dimulai pada zaman prasejarah dalam bentuk prabatik dan mencapai hasil-hasil proses perkembangannya pada zaman Hindu. Sesuai dengan lingkungan seni budaya zaman Hindu seni Batik merupakan karya seni istana dengan bakuan tradisi yang diteruskan pada zaman Islam. Hasil yang telah dicapai pada zaman Hindu, baik teknis maupun etnis, pada zaman Islam dikembangkan dan diperbaharui dengan unsur-unsur baru. Pengaruh kesenian China yang sudah terasa pada kesenian Majapahit, pada seni Batik muncul kembali. Motif wadasan, motif awan (Mega Mendung) serta motif burung funiks termasuk yang sering diterapakan dalam hiasan Batik, terutama pada Batik daerah Trusmi Cirebon. Garis-garis yang lincah, hidup dan berirama pada hiasan Batik Trusmi itu banyak menunjukan persamaan nilai garis dari lukisan China.2 Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ong Tien menjadi pintu gerbang masuknya budaya dan tradisi China kekeraton Cirebon. Para pembatik keraton menuangkan budaya dan tradisi China kedalam motif Batik 2 WiyosoYudoseputro, Pengantar Senirupa Islam Di Indonesia (Bandung, Angkasa Bandung), h. 96. 4 yang mereka buat, tetapi dengan sentuhan khas Cirebon, jadi ada perbedaan antara motif Mega Mendung dari China dan yang dari Cirebon. Misalnya, pada motif Mega Mendung China, garis awan berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan cenderung lonjong, lancip dan segitiga. Seni budaya Batik ini merupakan salah satu cara untuk menyebarkan agama Islam pada abad ke 16 didaerah Cirebon. Kisah membatik di Desa Trusmi, Cirebon berawal dari peranan Ki Gede Trusmi. Salah seorang pengikut setia Sunan Gunung Jati ini mengajarkan seni membatik sembari menyebarkan Islam. Sampai sekarang, makam Ki Gede masih terawat dengan baik, setiap tahun dilakukan upacara cukup khidmat, upacara Ganti Welit (atap rumput) dan Ganti Sirap setiap empat tahun. Motif Batik Mega Mendung merupakan karya seni Batik yang identik dan bahkan menjadi ikon Batik daerah Cirebon. Motif Batik ini mempunyai kekhasan yang tidak ditemui didaerah penghasil Batik lainnya. Bahkan karena hanya ada di Cirebon dan merupakan masterpiece, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mendaftarkan motif Mega Mendung ke UNESCO dan mendapatkan pengakuan sebagai salah satu warisan dunia. Motif Mega Mendung yang pada awalnya selalu berunsurkan warna biru diselingi warna merah menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis, karena dalam proses pembuatannya ada campur tangan laki-laki. Kaum laki-laki anggota tarekatlah yang pada awalnya merintis tradisi Batik. Warna biru dan merah tua juga menggambarkan psikologi masyarakat pesisir 5 yang lugas, terbuka dan egaliter. Selain itu, warna biru juga disebut-sebut melambangkan warna langit yang luas, bersahabat dan tenang serta melambangkan pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan dan pemberi kehidupan. Warna biru yang digunakan mulai dari warna biru muda sampai dengan warna biru tua. Biru muda menggambarkan makin cerahnya kehidupan dan biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan dan memberi kehidupan. Membatik sebagai karya seni kerajinan meliputi beberapa tahap pengerjaan, tahap persiapan ini meliputi membersikan kain mori, memberi perekat dan melemaskan, kemudian dibersihkan kembali. Selanjutnya dimulai tahap penulisan Batik yang biasanya dikerjakan oleh para wanita. Pada tahap ini kain-kain yang telah siap digambar dengan disain Batik tertentu, baik langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan canting. Kemudian mengisi perbidangan dengan menutup bagian-bagian yang menurut disain tidak diberi warna. Dan tahap terakhir adalah tahap penyelesaian, yaitu meliputi pewarnaan dan pembersihan malam untuk mendapatkan warna-warna yang dikehendaki, pembuatan Batik yang dikerjakan secara bertahap diatas, menjelaskan bagaimana dalam proses membatik dituntut kepandaian dan ketelitian pengguna alat disamping kepekaan tangan dalam membuat garis-garis yang lancar dan lincah. Karena Batik termasuk jenis seni klasik maka pengetahuan tentang ornament dan disain hias dan arti perlambangan dari motif hias dituntut bagi seorang pembatik. Bagaimana pun tuntutan teknis baru dalam seni Batik mempunyai 6 arti bahwa seni Batik sebagai warisan senibudaya bangsa Indonesia berkembang terus menerus dengan nlai-nilai baru.3 Berdasarakan penjelasan diatas penulis menuangkan hasil penelitian dalam skripsi ini dengan judul: Bentuk-Bentuk Komunikasi Para Pengrajin Batik Tulis dalam Melestarikan Batik Mega Mendung di Pusat Batik Trusmi Cirebon. B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dalam pelestarian Batik tulis Mega Mendung, para pengrajin dianggap sebagai unjung tombak pelestarian. Dengan demikian komunikasi yang terjadi pada para pengrajin dapat mempengaruhi kelestarian batik tulis untuk saat ini. Namun penulis melihat kesejahteraan para pengrajin batik tulis masih diragukan, meskipun karya yang dihasilkan oleh para pengrajin memiliki harga jual dan kualitas karya yang tinggi, hal ini tidak menjamin kejejahteraan para pengrajin batim tulis khususnya di pusat batik Trusmi Cirebon. Untuk menghindari terlalu luas dan melebarnya pembahasan serta mempertajam bahasan, maka pembahasan yang akan dikaji dan diteliti penulis akan memberikan pembatasan masalah pada Bentuk-Bentuk dan 3 WiyosoYudoseputro, Pengantar Senirupa Islam Di Indonesia (Bandung, Angkasa Bandung), Hal.98. 7 Pola komunikasi para pengrajin Batik Trusmi dalam meletarikan Batik Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon Jawa Barat. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang akan dibahas, maka penulis merumuskan masalah tersebut sebagai berikut: a. Bagaimana Bentuk-Bentuk komunikasi para pengrajin Batik tulis Trusmi dalam melestariakan Batik Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? b. Bagaimana Pola Komunikasi Para Pengrajin Batik Tulis dalam Melestarikan Batik Mega Mendung di Pusat Batik Trusmi Cirebon? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian: Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui Bentuk-Bentuk komunikasi para pengrajin Batik Tulis Trusmi dalam meletariakan Batik Mega Mendung, di pusat Batik Trusmi Cirebon Jawa Barat. b. Untuk mengetahui Pola komunikasi para pengrajin Batik Tulis Trusmi dalam meletariakan Batik Mega Mendung, di pusat Batik Trusmi Cirebon Jawa Barat. 8 2. Manfaat Penelitian a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu pengetahuan komunikasi dalam bidang teori yang membahas bentukbentuk dan pola komunikasi. b. Bagi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,/Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi diharapkan membantu pengayaan kurikulum tentang pola komuikasi yang dikembangkan dalam organisasi ataupun instansi. c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi peneliti serupa dimasa mendatang. Selain itu juga dapat memberikan masukan bagi akademis tentang bagaimana bentuk-bentuk dan pola komunikasi dalam sebuah instansi. D. Metodologi Penelitian Metodelogi penelitian bermakana seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang bermakana dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpuan dan selanjutnya dicari cara pemecahannya.4 1. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Bodgan dan Taylor mendefinisikan metodologi kuantitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. 4 Wardi Bakhtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos,1997), Cet ke-1, h. 1. 9 Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.5 Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah bersifat analisis deskriptif, yaitu suatu metode penelitian melalui pendekatan kualitatif yang dihasilkan dari suatu data yang dikumpulkan melalui survey dilapangan. Data tersebut berupa data-data, kata-kata, gambar dan dokumen. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang diamati. Hal ini menjelaskan bahwa pendeketan kualitatif diarahkan pada latar belakang dan individu secara menyeluruh memandang objek penelitian sebagai satu kesatuan yang utuh.6 2. Sifat Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya saat penelitian berlangsung. Melalui 5 Basrowi Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h.21. 6 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2004), h. 3. 10 penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.7 Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti.8 Penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan merupakan kata-kata, gambar-gambar, dan bukan merupakan angka-angka (statistik). Data tersebut mugkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, catatan atau memo atau teks tertentu, serta dokumen-dokumen resmi lainnya. Berdasarkan pemaknaan diatas, maka dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggambarkan dan menganalisis terkait dengan pola komunikasi para pengrajin Batik tulis dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi, Cirebon. 3. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek dalam penelitian ini para Pengrajin Batik tulis Trusmi dalam meletariakan Batik Mega Mendung, dipusat Batik Trusmi Cirebon Jawa Barat, dimana pelestarian Batik tulis Mega Mendung berasal dari pusat Batik Trusmi di Cirebon Jawa Barat. 7 Juliansyah Noor, Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiyah, (Jakarta: Kencana, 2014), Cet. Ke-4, h. 34-35. 8 Ronny kountur, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis, ( Jakarta; penerbit PPM, 2004). 11 b. Sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian yaitu Bentuk-Bentuk Pola komunikasi para pengrajin Batik tulis Trusmi dalam meletariakan Batik Mega Mendung, di pusat Batik Trusmi Cirebon Jawa Barat. 4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan beberapa macam teknik untuk mendapatkan data yang dianggap relevan. Pengumpulan data yang dilakukan berdasarkan pada tiga kategori yaitu Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. a. Observasi, dalam penulisan ini penulis mendatangi langsung ke lokasi yang menjadi tempat penelitian, kemudian meneliti, mengamati, dan mencatat Pola komunikasi para pengrajin Batik Trusmi dalam meletariakan Batik Mega Mendung, di pusat Batik Trusmi Cirebon Jawa Barat b. Wawancara, Untuk memperoleh data yang diinginkan peneliti mengguakan teknik wawancara. Karena dengan wawancara peneliti dapat memperoleh data secara langsung dari sumber, sehingga memudahkan dalam memperoleh data. Wawancara akan dilakukan secara bebas tetapi tetap menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah. c. Dokumentasi, merupakan proses pengumpulan dan pengambilan data berdasarkan tulisan-tulisan dokumentasi ataupun foto. berbentuk catatan, buku, 12 5. Lokasi Penelitian Penulis melakukan penelitian di pusat batik Trusmi, Pengrajin Batik Mega Mendung berdomisili di Desa Trusmi Wetan Blok Jero RT 09 RW 03. Kode Pos 45154 Cirebon, Jawa Barat. E. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan pengecekan di Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, peneliti menemukan ada beberapa skripsi yang membahas tentang pola komunikasi. 1. ”Pola Komuniaksi antara Pengasuh dan Santri dalam Menjalankan Kedisiplinan Shalat Dhuha di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesntren Modern Alfa Sanah Cisauk Tangerang”, oleh Tri Wibowo, ia menggunakan pendekatan kualitatif dan penelitian ini berisi tentang pola komuniaksi antara pengasuh dan santri dalam menjalankan kedisiplinan shalat Dhuha di yayasan pendidikan islam pondok pesntren modern Alfa Sanah Cisauk Tangerang. 2. “Pola Komunikasi Guru Agama dan Murid di SMP An-Nurmaniyah Ciledug Tangerang”, oleh Laila Syahidah. Ia menggunakan pendekatan metode kuantitatif, skripsi ini membahas tentang bagaimana pola komunikasi guru dalam belajar mengajar di SMP AnNurmaniyah sebatas guru agama pada murid di kelas III. 3. “Pola Komunikasi antara Pengasuh dan anak Asuh dalam Pembinaan Akhlak di panti asuhan Al-Ikhlas Villa Tomang Tangerang”, oleh 13 Zaeni Roki. Ia menggunakan pendekatan metode kualitatif, skripsi ini membahas tentang bagaimana pola komunikasi antar pribadi pengasuh dan santri di pondok pesantren Al-Idrus Kalanganyar. Yang membedakan judul-judul diatas dengan penulis adalah penulis meneliti mengenai Pola komunikasi antara para pengrajin Batik Trusmi dalam Meletariakan Batik Mega Mendung, di pusat Batik Trusmi Cirebon Jawa Barat. Dan skripsi ini lebih ditekankan kepada pola komunikasi para pengrajn Batik Trusmi dalam melestarikan Batik Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon. F. Pedoman Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) yang tergabung dalam pedoman Akademik Program Stara 1 tahun 2011-2012. Diterbitkan oleh Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011. G. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan kedalam lima bab. Dimana masing-masing bab dibagi kedalam sub-sub dengan penulisan sebagai berikut: 14 BAB 1 Pendahuluan. Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metodelogi penulisan dan sistematika peulisan. BAB 2 Tinjauan Teoritis. Dalam bab ini menguraikan tentang kajian teoritis dari pengertian pola komunikasi, bentuk-bentuk komuniaksi, macam-macam komunikasi, pengertian seni budaya Batik. BAB 3 Gambaran umun para pengrajin Batik Tulis Mega Mendung di Pusat Batik Trusmi Cirebon. Adalah gambaran umun dari objek penelitian yang terdiri dari keadaan geografis desa Trusmi, Cirebon, Jawa Barat, serta gambaran umum tentang pengrajin Batik tulis Mega Mendung di desa setempat. BAB IV Bentuk-Bentuk komunikasi dan Pola Komunikasi Para Pengrajin Batik Tulis dalam Melestarikan Batik Mega Mendung di Pusat Batik Trusmi Cirebon. Adalah penyajian data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, berikut analisanya. Yaitu tentang bentuk-bentuk komunikasi para pengrajin Batik Trusmi dalam meletariakan Batik Mega Mendung, di pusat Batik Trusmi Cirebon. BAB V Penutup. Adalah merupakan bab penutup dari tulisan ini yang berisi tentang kesimpulan dan saran. BAB II KAJIAN TEORI A. Ruang Lingkup Komunikasi 1. Bentuk-Bentuk Komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendy dengan bukunya yang berjudul Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, ada beberapa bentuk komunikasi diantaranya, yaitu komunikasi pribadi (intrapribadi dan antar pribadi), komunikasi kelompok (kelompok besar dan kelompok kecil), komunikasi masa dan komunikasi media.1 a. Komunikasi Pribadi Komunikasi pribadi dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi intrapribadi dan komunikasi antarpribadi. 1) Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communiction) Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung didalam diri seseorang. Orang itu perperan baik sebagai komunikator maupun komunikan. Dia berbicara pada 1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h. 53 – 55. 15 16 dirinya sendiri, dia berdialog dengan dirinya sendiri. Dia bertanya pada dirinya sendiri dan dijawab oleh dirinya sendiri.2 Sedangkan Ronald L Applbaum mendefinisikan bahwa komunikasi intrapribadi sebagai komunikasi yang berlangung di dalam diri kita sendiri dan kegitan-kegiatan mengamati dan memberi makna (intelektual dan emosional) kepada lingkungan kita.3 Mampu berdiaog dengan diri sendiri berarti mampu mengenal diri sendiri. Adalah penting bagi manusia untuk bisa mengenal diri sendiri sehingga manusia dapat berfungsi secara bebas di masyarakat. Belajar mengenal diri sendiri berarti belajar bagaimna manusia berfikir dan bagaimana manusia mengamati, menginterpretasikan dan mereaksi lingkungan sekitar. Oleh karena itu untuk mengenal diri pribadi manusia harus memahami komunikasi intrapribadi. 2) Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face), bisa juga melalui sebuah medium telepon. 2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h. 57. 3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h. 58. 17 Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna, yaitu suatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi. 4 Komunikasi antar pribadi menurut Joseph A. Deito yang dikutip Onong Uchjana Effendy mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi itu sebagai proses pengiriman dan dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang. Atau diantara sekelompok keil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.5 Berdasarkan deinisi Devito, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duan seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang dalam satu pertemuan, misalnya antara penyaji makalah dengan salah seorang peserta seminar. 4 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2007), cet. ke-1, h. 106. Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h. 60. 5 18 Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunkasi yang lainnya, komunikasi antarpribadi ini di nilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan prilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka face to face.6 b. Komunikasi Kelompok Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktifitas sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hampir semua aspek kehidupan. Ia bisa merupakan media untuk mengungkapkan kelompok persoalan-persoalan primer), ia dapat pribadi merupakan (keluarga saran sebagai meningkatkn pengetahuan bagi para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bisa pula merupakan alat untyk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecah masalah). Jadi banyak manfaat yang dapat dipetik bila ikut terlibat dalam suatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interst). Bahkan perilaku seseorang bukan hanya disebabkan oleh “pembawaan” mereka, melainkan juga karena pengaruh kelompok rujukan yang diindentifikasi mereka. Kita semua menjadi anggota 6 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h. 61. 19 kelompok, bahkan berbagai kelompok. Kelompok menentukan cara anda berkata, berpakaian, bekerja, juga keadaan emosi anda, sukadan duka anda, karena itu komunikasi kelompok telah digunakan untuk saling bertukar informasi , menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan prilaku, mengembangkan kesehatan jiwa, dan meningkatkan kesadaran.7 Komunikasi kelompok (grup communication) adalah komunkasi yang berlngsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua. Ada dua jeenis komunikasi kelompok, pertama komunikasi kelompok kecil (small grup communication) komunikasi ini dilakukan dengan jumlah komunikan yang sedikit (lebih dari dua orang) dan komunikasi ini di tujukan untuk mempengaaruhi kognisi komunikan. Komunikasi ini terjadi secara dialogis, tidak linear melainkan silkular, umpan balik terjadi secara verbal dan juga komunikan dapat menaggapi uraian komunikator secara langsung seperti bertanya, menyanggah dan lain sebagainya.8 Dalam pelaksanaan komunikasi kelompok biasanya agak lebih rumit dibandingkan dengan komunikasi antarpribadi, karena ada berberapa karakteristiknya, yang antara lain:9 7 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2007), cet. ke-1, h. 123. Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h. 75-77. 9 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2007), cet. ke-1, h. 125. 8 20 1) Komunikasi kelompok bersifat formal, dalam arti pelaksanaanya direncakan terlebih dahulu, sesuai dengan komponen-komponennya. 2) Komunikasi kelompok terorganisir, yaitu orang-orang yang tergabung yang tergabung dalam kelompok mempunyai peranan dan tanggung jawab masing-masing dalam mencapai tujuan. 3) Komunikasi kelompok terlembagakan, dalam arti ada aturan mainnya. 4) Komunikator dalam kelompok ini, haruslah: a) Mencoba mengisolir beberapa proses yang sederhana dan mudah dimengerti dari sekian banyak prosesproses yang timbul secara simultan. b) Menggunakan beberapa istilah yang akan memudahkan untuk mengorganisir pengamatan. c. Komunikasi Massa Teori-teori awal mengenai komunikasi massa lahir melalui berbagai penelitian yang didorong oleh perhatian terhadap pengaruh politik terhadap media surat kabar, dan juga penelitian mengenai dampak sosial dan moral dari radio dan film serta televisi. Kemudian media-media tersebut berkembang begitu pesat, sehingga mampu merubah keadaan dunia, yang mampu diketahui orang dari jarak jauh. Dengan demikian, pengertian komunukasi massa adalah pesan-pesan 21 yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.10 Selain media massa modern, ada juga media massa tradisional yang meliputi teater rakyat, juru dongeng, juru pantun, dan lain-lain. Lazimnya media massa menunjukan seluruh sistem dimana pesanpesan diproduksi, dipilih, disiarkan, diterima dan ditanggapi. Komunikasi massa juga menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dan jumlah sangat banyak dengan menggunkan media. Untuk memahami komunikasi massa lebih jauh, dan yang membedakan dengan komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi, ada beberapa ciri komunikasi massa: 1) Orang–orang yang ikut berkomunikasi atau komunikan (publik, khalayak, audience) sangat banyak jumlahnya. 2) Audience, khalayak, dan publik yang terlibat komunikasi itu tersebar dimana-mana (berbagai daerah atau wilayah), seandainya pun berada disuatu tempat, maka publik atau audience ini sangat beraneka ragam. 3) Hal-hal yang disampaikan bersifat umum dan menyangkut kepentingan orang banyak. 4) Besar kemungkinan tidak dapat minat dan kepentingan yang sama diantara masing-masing orang di kalangan publik atau audience. 10 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2007), cet. ke-1, h. 136. 22 5) Sebagian besar atau bahkan keseluruhan dari publik atau audience tidak saling mengenal.11 d. Komunikasi Media Secara harfiah kata media berarti “perantara atau pengantar”. Education Association (NEA), mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajarmengajar (pembinaan).12 Sebagaimana dikutip Onong Uchjana Effendy, Rudy Bretz mengklasifikasikan ciri utama media pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual, dan gerak. Bentuk visual sendiri dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu gambar visual, garis (line graphic), media rekam (recording), jadi komunikasi medio itu bisa juga dikatakan komunikasi yang menggunakan surat, telepon, telegram, telex, papan pengumuman, poster, spanduk, pamplet, brosur dan folder.13 2. Komponen-komponen Komunikasi Interpersonal Perspektif kompenensial, yaitu melihat komunikasi antar pribadi dari komponen-komponennya. Yakni “merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil 11 Teuku May Rudi, Hubungan dan Masyarakat Interpesonal, (Bandung: Rafika Aditya, 2005). h. 13. 12 Asnawir dan Bayiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. ke-1, h.11. 13 Onong Uchjana Effendy, MA, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h. 7. 23 orang, dengan berbagai efek dan umpan balik” (feed back). Komponenkomponen tersebut harus dijelaskan sebagai bagian-bagian yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi antarpribadi. Di antara komponen-komponen tersebut adalah: a. Komunikator Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Komunikator biasa disebut sumber (source) atau pengirim pesan (encoder),14 yaitu dimana gagasan, ide atau pikiran berasal, yang kemudian akan disampaikan kepada pihak lainnya, yaitu penerima pesan. Sumber atau pengirim pesan sering pula disebut „komunikator‟. Sumber atau komunikator bisa jadi adalah individu, kelompok atau bahkan organisasi. b. Encoding Dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan sumber untuk menerjemahkan pikiran dan ide-idenya ke dalam suatu bentuk yang dapat diterima oleh indera pihak penerima baik berupa kata-kata, simbol dan sebaginya. Encoding dalam proses komunikasi dapat berlangsung satu kali, namun dapat terjadi berkali-kali. c. Pesan-pesan Pesan-pesan dalam komunikasi antarpribadi bisa berbentuk verbal 14 dalam penggunaannya menggunakan bahasa atau Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 85. 24 nonverbal biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language)15 atau gabugan antara keduanya. d. Decoding Tindakan untuk menginterprestasikan dan memahami pesan-pesan yang diterima, disebut sebagai encoding. Dalam komunikasi antarpribadi, karena pengirim sekaligus juga bertindak sebagai penerima, maka fungsi encoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi. e. Saluran atau channel Yakni alat yang menghubungkan pengirim dan penerima pesan gelombang radio membawa kata-kata yang diucapkan penyiar di studio atau membuat pesan visual yang ditampilkan dilayar kaca televisi. Aliran udara juga dapat berfungsi sebagai saluran. Ketika seseorang mencium aroma makanan maka udara bertindak sebagai saluran yang menyampaikan pesan ke hidung seseorang tersebut.16 f. Gangguan atau noise Yakni sering kali terjadi pesan-pesan yang dikirim berbeda dengan pesan-pesan yang diterima. Hal ini disebabkan adanya gangguan pada saat terjadinya komunikasi. Gangguan tersebut bisa berupa gangguan teknis, gangguan sematik dan psikologis, gangguan fisik, gangguan status, 15 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 103. 16 Andy Corry Wardhany, Teori Komunikasi, (Jakarta: PT Ghalia Indonesia 2009), h.19. 25 gangguan kerangka berfikir, gangguan budaya. 1) Gangguan teknis Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam komunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang di transmisi melalu saluran mengalami kerusakan (channel noise). 2) Gangguan semantik dan psikologis Gangguan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. 3) Gangguan fisik Gangguan fisik ialah rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan semacamnya. 4) Gangguan status Gangguan disebabkan karena status jarak ialah sosial rintangan diantar yang peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior dan yunior atau atasan dan bawahan. 5) Gangguan kerangka berfikir Gangguan kerangka berfikir ialah gangguan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara 26 komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi. 6) Gangguan budaya Gangguan budaya ialah gangguan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.17 g. Umpan balik atau feedback Yakni unsur yang sangat penting dalam proses komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian memberikan unpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun secara nonverbal. h. Akibat Proses komunikasi selalu mempunyai berbagai akibat, baik pada salah satu pelaku atau keduanya. Akibat yang terjadi bisa merupakan akibat negatif ataupun akibat positif. 3. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal Ada beberapa tahapan dalam menciptakan hubungan interpersonal, antara lain:18 a. Pembentukan hubungan interpersonal. Tahap ini disebut tahap perkenalan, adalah suatu proses komunikasi dimana 17 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007), h. 153. 18 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2007), cet. ke-1, h. 119-120. 27 individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur isi kepribadiannya kepada bakal menggunakan cara-cara yang bermacam-macam tahap sahabatnya, agak dengan berbeda perkembangan pada pesahabatan. Namun fokus bahasan ini pada proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam pembentukan hubungan. Halhal menarik dari proses perkenalan adalah: 1) Face kontak yang permulaan (initial cintect phase), yang ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha mengenali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak lain. 2) Proses saling menilik “Newcomb” menyebut sebagai “reciprocal scanning”. Pada tahap ini informasi yang dicari dan disampaikan umumnya berkisar mengenai data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan lain-lain. b. Peneguhan interpersonal hubungan tidaklah interpersonal. statis, tetapi selalu Hubungan berubah. Perubahan memerlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor dalam memelihara keseimbangan: 28 1) Keakraban, merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. 2) Control, yaitu kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa dan bilaman. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah. 3) Respons yang tepat, yaitu respon A harus diikuti oleh B yang sesuai, Respons ada dua: a) Konfirmasi, yaitu akan memperteguh hubungan interpersonal. Macam-macam konfirmasi adalah pengakuan langsung, perasaan positif, respons minta keterangan, respons setuju dan respon suportif. b) Diskonfirmasi, yaitu yang akan merusakkannya. Macam macamnya adalah respon sekilas (memberi respons tetapi mengalihkan pembicaraan), respon impersonal (seperti memberi respons dengan menggunakan kata ganti ketiga), respons kosong, respons tidak relevan, respon interupsi, respon rancu, dan respon kontradiktif. 29 4) Nada emosional yang tepat. Yakni bila terjadi emosional, maka berusaha untuk menahannya. 4. Teknik Komunikasi Istilah teknik berasal dari bahasa Yunani “technikos” keterampilan atau keperigelan.19 Berdasarkan keterampilan komunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi: a. Komunikasi Informatif, yaitu memberikan keterangan- keterangan (fakta-fakta), kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru lebih berhasil dari pada persuasif, misalnya audiensi adalah kalangan cendikiawan. b. Komunikasi Persuasif, yaitu berisi bujukan. Yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri (bukan dipaksakan). Perubahn tersebut diterima atau kesadaran sendiri. c. Komunikasi Instruktif/koersif, yaitu penyampaian pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi sanksi apabila 19 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengntar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 55. 30 terlaksana. Bentuk yang terkenal dari penyampaian model ini adalah agitasi dan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik. Koersif dapat berbentuk perintah-perintah instruksi dan sebagainya. d. Hubungan Manusiawi, yaitu bila ditinjau dari ilmu komunikasi hubungan manusiawi itu termasuk kedalam komunikasi antar personal (interpersonal communication), sebab berlangsumg pada umumnya antara lain dua orang secara dialogis, dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi karena bersifat action oriented. Mengandung kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat, atau prilaku seseorang.20 5. Jenis-jenis Pola Komunikasi Kata pola komunikasi dibangun oleh dua suku kata yaitu pola dan komunikasi. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia. Pola “berarti bentuk (stuktur) yang tetap”.21 Sedangkan dalam kamus ilmiah populer artinya adalah “model, contoh, pedoman, dan rancangan”. Pola dalam dalam komunikasi ini dapat dimaknai atau diartikan sebagai bentuk, gambaran, rancangan suatu komunikasi yang dapat dilihat dari jumlah komunikasinya. 20 Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Study, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000). Cet ke- 2, h.32. 21 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke -3, h. 585. 31 Menurut Josep A. Devito di dalam bukunya “Komunikasi antarmanusia“ ada lima pola komunikasi, yaitu pola komunikasi roda, pola komuniikasi rantai, pola komunikasi lingkaran, pola komunikasi bintang dan pola komunikasi Y. Berikut adalah gambar dari kelima pola tersebut.22 a. Pola Komunikasi Roda Pola komunikasi roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral dan berpengaruh dalam proses penyampaian pesannya yang mana semua informasi yang berjalan harus terlebih dahulu disampaikan kepada pemimpin. Dalam pola roda organisasi memiliki pemimpin yang jelas, yaitu posisinya di pusat. Pola ini memasukkan satu orang yang berkomunikasi dengan masing-masing orang dari sejumlah orang lain, satu orang tersebut adalah pemimpin. Orang (pemimpin) ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua berkomunikasi anggota. dengan Oleh karena anggota lain itu, jika maka anggota ingin pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. Orang yang berada ditengah (pemimpin) mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh untuk untuk mempengaruhi anggotanya. Penyelesaian masalah dalam pola roda, 22 Joseph A Devito, Human Communication, Penerjemah Agus Maulana, (Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011), Edisi ke-5, h. 382. 32 bisa dibilang cukup efektif tapi keefektifan itu hanya mencangkup masalah yang sederhana saja. Dalam definisi lain, pola roda adalah pola yang mengarah seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang yang dalam posisi sentral menerima kontak dan informasi yang yang disediakan oleh anggota organisasi lainnya dan memecahkan masalah dengan saran dan persetujuan anggota lainnya. Pola ini memfokuskan satu orang sebagai sentral untuk berkomunikasi dengan individu yang lainnya. Menurut Wayne Pace dan Faules, pola roda dianggap paling terstuktur dan tengah. Dalam pola ini, misalnya, masing-masing anggota dapat berkomunikasi dengan orang kelima tetapi keempat anggota ini tidak melakukan kontak/komunikasi. masalah ini diselesaikan oleh anggota mengirim pesan kepada anggota atas atau tengah yang membuat keputusan dan mengirimkan informasi kembali. Pola ini disebut Hierarki dua tingkat. Sebagai contoh organisasi pada pola ini tampak kekita seorang anggota berada disebuah ruangan ketika rapat, dan ketuanya sebagai komunikan atau pemimpin. Di ruangan tersebut ketua menjadi fokus perhatian yang setiap anggota diruangan dapat bertanya jawab atau melakukan timbal balik dengan ketua tersebut, namun anggota tidak 33 boleh berkomunikasi dengan anggota yang lainnya karena akan menimbulkan kegaduhan. Menurut T. Hani Handoko, dalam komukasi pola bintang mengatakan, dimana C dapat berkomunikasi langsung dengan A, B, D, dan E. Garis koordiansi yang melibatkan semua komponen yang dapat berkomunikasi, dimana C sebagai centralnya komunikasi dengan yang lainnya, begitu juga sebaliknya. Menurut H.A.W Widjaja dalam bukunya Ilmu pengantar komunikasi pengantar study, mengemukakan tentang pola komunikasi bintang semua anggota berkomunikasi dengan anggota, komunikasi ini memiliki reaksi timbal balik dari semua lawan bicara.23 b. Pola Komunikasi Rantai Dalam pola komunikasi rantai, jaringan komuniksi terdiri dari lima tingkatan dalam jenjang hirarkinya dan hanya dikenal komunikasi sistem arus ke atas (upward) dan ke bawajh (downword), yang artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando) baik ke atas atau ke bawah tanpa terjadinya suatu penyimpangan. Dalam artian seseorang (A) berkomuniasi pada seeorang yang lain (B) dan seterusnya ke (C), ke (D), dan ke (E). 23 H.A W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Study, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. ke-2.h.35. 34 Sistem komunikasi dalam organisasi pada pola rantai sama dengan pola lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terjadi disini. Orang yang berada di tengah lebih berperan sebagai pemimpin dari pada mereka yang berada di posisi lain. Dalam pola ini, sejumlah saluran terbuka dibatasi, orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja. Pola rantai menempati peringkat tertinggi berikutnya dalam sentralisasi. Dalam jaringan ini dua orang menjadi orang akhir, hanya memiliki satu orang lain dengan siapa mereka dapat berkomunikasi secara langsung.24 Mereka biasanya mengirimkan informasi kepada individu lain yang berfungsi sebagai perantara, mengirim pesan sendiri, bersama dengan orang-orang akhir, untuk orang kelima yang mengumpulkan informasi. Orang pusat ini kemudian memutuskan jawaban dan mengirimkannya kembali ke orang-orang yang kemudian estafet, kirim jawaban ke orang akhir masing-masing. Dengan demikian setiap perantara berkomunikasi langsung dengan dua orang. Orang pusat juga berkomunikasi dengan dengan dua individu, tetapi dalam posisi ini ia berada dalam kontak dekat dengan semua anggota grup. 24 Wayne Pace dan Don Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung: PT Rosda Karya, 2005), h 176. 35 Sebagai contoh organisasi pada pola ini dapat dilihat ketika pengurus memiliki informasi rahasia. Informasi mereka sebarkan secara diam-diam. Dimana ketika mereka mempunyai informasi terkait organisasi mereka lebih memilih dengan sistem rantai yaitu mengatakan info tersebut kepada satu anggota kemudian anggota tersebut menyalurkan ke anggota yang lain dan seterusnya. Bukan dengan menyebarluaskan secara serentak dan bersamaan. c. Pola Komunikasi Lingkaran Pola komunikasi lingkaran yakni hampir sama dengan pola rantai, namun orang terakhir (E) Berkomunikasi pula dengan orang pertam (A). Dalam pola lingkaran tidak mempunyai pemimpin semua anggota posisinya sama. Semuanya berhak dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkomunikasi dengan orang yang berada disisi mereka. Pola lingkaran memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem pengulangan pesan. Tidak seorang anggotapun yang dapat berhubungan langsung dengan semuia anggota lainnya, demikian pula tidak ada anggota yang memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan. Sebagai contoh organisasi pada pola ini tampak kekita seorang pengurus mendapat undangan dari ketua, dimana ketika pesta pengurus hanya bisa berkomunikasi dengan yang 36 berada di kanan dan di kirinya saja karena ia tidak mengenal siapapun orang disana dan tidak mengetahui apa maksud undangan dari ketua tersebut. d. Pola Komunikasi Bintang Pola komunkasi bintang yakni semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota lainnya. Pola bintang merupakan gabungan dan pengembangan dari pola lingkaran yang mana terjadi interaksi timbal balik antara anggota komunikasi tanpa mengenal siapa yang menjadi pemimpin sentralnya. Semua anggotanya memiliki hak dan kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Menurut Wayne Pace dan Faules, pola ini juga hampir sama dengan pola lingkaran. Dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya.25 Pada pola bintang seluruh saluran terbuka. Setiap orang berkomunikasi dengan setiap orang lainnya. Pola bintang ini memberikan contoh suatu struktur komuniaksi yang desentralisasi. Sebagai contoh, struktur desentralisasi dapat lebih efektif untuk pemecahan masalah secara kreatif dan lebih bagus untuk pergerakan informasi secara cepat. Dalam pola bintang, pembatasan komunikasi ditempatkan pada setiap anggota. Setiap orang mengkomunikasikan informasi kepada 25 Wayne Pace dan Don Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Bandung: PT Rosda Karya, 2005), h 180. 37 semua orang lain secara langsung, semua anggota membentuk jawaban mereka sendiri dalam format pemecahan masalah. Sistem allchannel ini memaksimalkan untuk umpan balik dan menghasilkan akurasi yang lebih besar, juga, moral biasanya pada tingkat yang lebih tinggi dalam jaringan jenis ini. Sebagai contoh organisasi pada pola ini tampak jelas ketika seorang ketua memimpin rapat organisasi untuk menyusn strategi secepat mungkin untuk melaksanakan program kerja yang belum terlaksana, yang pada saat itu kondisinya semakin terdesak untuk segera dilaksanakan. Disitu terjadi timbal balik secara langsung antara satu anggota dengan anggota yang lainnya. e. Pola Komunkasi Y Pola ini kurang tersentralisasi dibandingkan dengan pola komunikasi roda, akan tetapi lebih tersentraisasi dibandingkan dengan pola lainnya. Pola komuniksi Y juga memiliki pemimpin yang jelas dalam proses aliran informasi. Dan anggota ini mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota laainnya memiliki komunikasi yang terbatas, hanya dengan satu orang lainnya. Pola Y memasukan dua orang sentral yang menyampaikan informasi kepada yang lainnya pada batas luar suatu pengelompokan. Dalam pola Y juga terdapat pemimpin yang jelas, tetapi semua anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat 38 mengirim dan menerima pesan dari dua orang lainnya, sedangkan ketiga anggota lainnya terbatas hanya dengan satu orang saja. Pada jaringan komunikasi Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan orang-orang disampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapat berkomunikasi dengan seseorang disampingnya. B. BATIK 1. Pengertian Batik Kata Batik berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa; yaitu” amba” yang mempunyai arti menulis dan titik yang mempunyai arti titik, dimana dalam pembuatan kain Batik sebagian prosesnya dilakukan dengan menulis dan sebagian dari tulisan tersebut berupa titik. Titik berarti juga tetes. Seperti diketahui baha dalam membuat kain batik dilakukan pula penetesan lilin diatas kain putih.26 Sedangkan kata pengrajin berasal dari kata rajin yang berati suka belajar (getol), sunguh-sungguh bekerja, selalu berusaha giat.27 Batik dalam pengertian dari cara pembuatan adalah bahan kain yang dibuat dengan dua cara. Pertama, kain yang dibuat dengan teknik pewarnaan kain yang menggunakan malam unuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain, atau sering disebut wax-resist dyeing. Kedua, bahan 26 Herry Lisbijanto, Batik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 6. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses dari http://kamusbahasaindonesia.org/melestarikan pada Kamis, 21 Juli 2017. 27 39 kain atau busana yang dibuat dengan teknik pewarnaan yang menggunakan motif-motif tertentu yang sudah lazim atau mempunyai ciri khas yang sesuai dengan karakter masing-masing pembuatnya. Dengan demikian batik merupakan bahan kain yang cara pembuatan dan motifnya sangat berbeda dengan cara pembuatan dan motifnya sangat berbeda dengan cara pembuatan pada bahan kain pada umumnya. Batik merupakan bahan kain yang sangat erat dengan nilai budaya masyarakat, sehingga batik tidak saja sebagai hasil produksi semata, tetapi juga merupakan hasil budaya dari suatu masyarakat.28 2. Pengertian Melestarikan Kata melestarikan berasal dari kata lestari, yang berarti tetap seperti keadaannya semula, tidak berubah, bertahan, kekal. Sedangkan definisi melestarikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, melestarikan adalah menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah , membiarkan tetapi seperti keadaan semula, atau dapat dikatakan mempertahankan kelangsungan hidup.29 3. Bahan untuk membuat Batik Tulis Dalam membuat kain Batik diperlukan berbagai macam bahan, yaitu:30 a. Mori (kain putih), yaitu kain yang akan dipakai untuk membuat batik. Selain mori, bahan dasar untuk kain Batik juga 28 Herry Lisbijanto, Batik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 6-7. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses dari http://kamusbahasaindonesia.org/melestarikan pada Kamis, 21 Juli 2017. 30 Herry Lisbijanto, Batik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 20-21. 29 40 adayang terbuat dari kain sutera. b. Malam (lilin), yaitu bahan lilin yang fungsinya untuk menutupi bagian kain yang akan diberi warna. Malam atau Wax merupakan zat padat yang diproduksi secara alami. Malam diperoleh dari ekskresi tumbuh-tumbuhan, berupa damar atau resin, juga dapat berasal dari sumber hewani yang berasal dari sarang tawon atau lebah, namun ini jarang digunakan dalam pembuatan Batik. c. Pewarna Kain, yaitu bahan yang dipakai untuk memberi warna pada kain Batik. Jumlah warna tergantung dari corak/motif Batik yang akan dibuat, paling sedikit corak Batik akan memerlukan 3 macam warna. 4. Cara Membuat Warna Kain Batik Ciri utama kain Batik adalah dalam hal pewarnaan, di mana dalam lembar kain Batik terdiri dari beberapa warna yang membentuk motif atau corak suatu kain Batik. Teknik pewarnaan ini merupakan kelebihan kain Batik dengan dibanding dengan jenis kain lainnya. Dalam hal teknik, pewarnaan ini merupakan salah satu seni yang dikerjakan oleh para pengrajin Batik. Dalam mewarnai kain digunakan cara atau teknik menghalangi pewarnaan lainnya dengan menggunakan malam. Teknik ini sebenarnya sudah lama diterapkan oleh nenek moyang kita. Teknik menghalangi atau merintang pewarnaan lain ini sudah dikenal pada abad 4 SM di Mesir. Pada abad itu sudah dikenal teknik 41 pewarnaan dalam pembuatan kain pembungkus mumi, dimana kain tersebut sudah menggunakan malam sebagai pelapis untuk membentuk pola dan motif. Demikian juga bangsa Tiongkong pada abad ke 7 juga sudah menggunakan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam. Di Indonesia, teknik pewarnaan Batik diyakini sejak zaman kerajaan Majapahit. Pada zaman itu, para raja dan petinggi keraton banyak menggunakan kain Batik sebagai pakaian kebesaran. Ada beberapa pendapat mengatakan bahwa teknik ini masuk ke Indonesia di daerah Kediri. Disisni terdapat kain Batik yang bermotif „Gringsing‟, dimana motif ini menunjukan adanya teknik pewarnaan yang cukup sempurna. Motif ini hanya bisa di kerjakan dengan mengunakan alat Canting untuk menggoreskan malam pada kain yang akan diberi warna. Sejak saat itu maka dinyakini dalam proses pewarnaan para pengrajin Batik sudah mulai menggunakan alat Canting dalam pembuatan Batik.31 5. Jenis Batik Menurut Teknik Pembuatannya Ada tiga jenis Batik menurut pembuatannya, dimana masingmasing mempunyai karakteristik yang berbeda. Jenis Batik tersebut adalah: a. Batik Tulis adalah kain Batik yang cara membuatnya, khususnya dalam membentuk motif atau corak Batik dengan menggunakan tangan dan alat bantu canting. Setiap lembar kain Batik dibuat dengan 31 Herry Lisbijanto, Batik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 8. 42 teknik ini secara telaten sehingga memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Kain Batik tulis ini mempunyai ciri khas yang tidak sama percis bentuknya setiap kain, sehingga membuat harga kain batik ini menjadi sangat mahal. Pengrajin yang membuat kain Batik tulis ini merupakan pengrajin yang telaten, sabar dan teliti karena setiap titik dalam motif Batik akan memberi pengaruh pada hasil akhirnya. Batik tulis yang baik adalah kain Batik yang halus cara membatiknya dan mempunyai warna yang etnik. Kain Batik tulis dahulu sering digunakan oleh raja dan para pembesar keraton serta bangsawan sebagai simbol kemewahan. b. Batik Cap adalah kain yang cara pembuatannya corak dan motifnya dengan menggunkan cap atau semacam stempel yang dibuat dari tembaga. Cap tersebut menggantikan fungsi cunthing dalam membatik, dengan cap ini maka satu helai kain Batik dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Namun kain Batik cap ini kurang meempunyai nilai seni, karena hasil dari proses ini terlihat sama percis setiap helainya dan kurang menarik bagi yang memahami Batik. Motif dan corak Batik sama dengan motif atau corak Batik tulis. Harga kain Batik cap lebih murah karena cara pembuatanya bisa dilakukan secara masal. c. Batik Lukis adalah yang proses pembuatannya dengan cara dilukis pada kain putih, dan melukisnya juga menggunakan bahan malam yang kemudian diberi warna sesuai kehendak seniman tersebut. Motif 43 dan corak Batik lukis ini tidak terpaku pada pakem motif Batik yang ada tetapi sesuai dengan keinginan pelikis tersebut. Batik lukis ini sebenarnya merupakan pengembangan motif Batik diluar Batik tulis dan Batik cap. Harga Batik tulis ini cukup mahal karena dibuat dalam jumlah yang sangat yang terbatas dan mempunyai ciri ekslusif.32 32 Herry Lisbijanto, Batik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 10-12. BAB III GAMBARAN UMUM PENGRAJIN BATIK MEGA MENDUNG DI PUSAT BATIK TRUSMI CIREBON A. Latar Belakang Pengrajin Batik Tulis Mega Mendung Trusmi Awal mulai Batik Mega Mendung di Trusmi adalah ketika pedagang China dan india datang ke Cirebon, dari situ para pedagang China dan India mulai memperkenalkan kebudayaannya kepada warga setempat baik dari segi seni maupun dari segi perdagangan, kemudian budaya yang dibawa oleh pedagang tersebut mulai menyatu dengan kebudayaan lokal di daerah Trusmi, dari situlah warga Trusmi mulai mempelajari seni yang dibawa oleh pedangan asing tersebut, karena Batik seperti sudah melekat dengan kebudayaan lokal sejak jaman dahulu, akhirnya warga Cirebon khususnya daerah Trusmi mulai menciptakan motif Batik dengan nama Mega Mendung (bergambarkan awan). “Setelahnya Batik Mega Mendung dengan motif garis seperti awan ini mengalami beberapa perubahan, karena awalnya gambar awan yang terdiri dari titik dan garis ini terlihat monoton karena hanya menggunakan 3 warna saja yaitu biru, merah dan putih. Setelah beberapa tahun maka Batik dengan motif Mega Mendungpun mengalami inovasi dengan tidak hanya menggunakan 3 warna saja.”1 Nama lain Batik Mega Mendung adalah Batik Cirebonan, salah satu pengrajin Batik Mega Mendung di daerah Trusmi yang sampai saat ini masih konsisten untuk melestarikan motif Mega Mendung adalah bapak Kama. 1 Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Bapak Kama selaku kepala pengrajin Batik tulis Mega Mendung, pada tanggal 22 Desember 2016. 44 45 “Sejak tahun 1978 menjadi pengrajin Batik hingga saat ini saya tidak lelah untuk melestarikan Batik Mega Mendung khususnya Batik tulis, cara bagaimana saya membatik diajarkan pula kepada anak-anak, bahkan tidak sedikit warga yang belajar cara membatik dengan baik kepadanya, bagaimana cara membuat dan melestarikan motif yang sekarang telah menjadi icon kota Cirebon. Alhamdulillah di daerah Trusmi ininama nama saya tidak asing ditelinga para pengrajin Batik tulis Mega Mendung, wajar saja karena karyawan yang saya miliki pada waktu itu mencapi 50 orang yang khusus membuat dan melestarikan Batik tulis Mega Mendung.2 Setelah tahun 1998 ketika ibukota Jakarta mengalami kerusuhan, daerah Trusmi yang terkenal dengan pengrajin batiknya mengalami dampak setelah terjadinya peristiwa itu, karena peluang pasar besar maka semua pengrajin ingin menciptakan pasar sendiri, dari situ harga pasar untuk Batik tulis Mega Mendung Trusmi mengalami kerusakan, banyak yang melakukan persaingan tidak sehat tanpa menghasilkan mutu yang berkualitas. Dan para pengrajin yang biasanya mengedepankan mutu dan kualaitas tertimpah oleh pengrajin harga yang memberikan harga murah tanpa memikirkan kualitas yang dihasilkan. Ketika Batik mulai akui oleh UNISCO, pasar Batikpun mulai mengalami peningkatan kembali dari pada sebelumnya, walau saudah banyak persaingan dan mengalami kerusakan harga pasar, bapak Kama tetap mempertahankan agar para pengrajin terus mengedepankan kualitas. “karna dengan kualiatas yang baik dan sempurna, konsumen yang pintar akan tetap memilih barang dengan kualitas yang sempurna 2 Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Bapak Kama selaku kepala pengrajin Batik tulis Mega Mendung, pada tanggal 22 Desember 2016. 46 walau dengan harga yang sedikit tinggi di bandingkan dengan kualiatas yang rendah dengan harga yang murah.”3 B. Struktur Kepengurusan Pengrajin Tulis Batik Mega Mendung Trusmi DAFTAR PENGRAJIN BATIK TULIS MEGA MENDUNG DI PUSAT BATIK TRUSMI No. Nama pengrajin Jabatan Keterangan Kepala 1 Kama Pengrajin & Pengrajin Wakil Kepala 082214183710 Pengrajin 2 Juniah (Anak) 082214183710 3 Subroto Pengrajin Cabang (Anak) 085318000719 4 Susilo Pengrajin Cabang (Anak) 089660121940 5 Abdulloh Pengrajin Cabang (Anak) 089813000444 6 Siti Anisa Pengrajin Cabang (Anak) 085211000040 7 Mie Pengrajin 8 Eda Pengrajin 9 Bani Pengrajin 10 Ma Pengrajin 11 Jujun Pengrajin 3 Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Bapak Kama selaku kepala pengrajin Batik tulis Mega Mendung, pada tanggal 23Desember 2016. 47 C. Visi dan Misi Para Pengrajin Batik Tulis Mega Mendung Trusmi Cirebon Visi Mempertahankan dan melestarikan batik Cirebonan (motif Mega Mendung) yang telah menjadi Icon Batik Cirebon, khususnya daerah Trusmi. Misi 1. Mengedepankan disiplin dalam membatik dan jujur dalam berwirausaha. 2. Meneguhkan arti dan makna motif Batik Mega Mendung. 3. Mengenalkan pesan Islami dan filosofi yang digambarkan pada warna Batik tulis motif Mega Mendung. 4. Mencetak generasi muda yang mandiri dan mampu berkarya dalam bingkai Islam. 5. Membina para pengrajin yang memiliki kemampuan ilmu dan pemahaman membatik. D. Peralatan yang digunakan untuk membuat Batik Tulis. Dalam membuat kain Batik diperlukan berbagai macam peralatan, kebayakan peralatan ini dijalankan dengan tangan atau manual. Peralatan yang dipakai masih sederhana yang dibuat secara tradisional. Peralatan tersebut antara lain: 48 1. Wajan, yaitu alat yang dipakai untuk memasak/mencairkan malam (lilin). Wajan untuk pembuatan Batik berukuran kecil. Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain. Bagan 1. Wajan yang berisi lilin/malam sebagai bahan utama membatik. 2. Anglo atau Kompor, yaitu tempat perapian tanpa menggunakan alat lain untuk memanaskan wajan yang berisi lilin. 3. Taplak, yaitu kain yang berfungsi untuk menutup paha pembatik agar tidak sakit bila tetesan malam jatuh dipangkuannya. 49 4. Saringan Malam, adalah alat yang dipakai untuk menyaring malam panas yang banyak kotorannya, sehingga malam yang ada tidak membuat cucuk cunting tersumbat. 5. Canting, yaitu alat yang dipakai untuk menuliskan lilin yang telah mencair, pada kain yang akan dibuat Batik. Canting ini dapat diibaratkan sebagai pulpen untuk menggores suatu garis, dengan media goresan yaitu kain. Canting tradisional terbuat dari tembaga dan bamboo sebagai pegangannya. Kegunakan cunting adalah untuk menuliskan pola Batik dengan cairan malam. Bagan 2. Seorang pengrajin yang sedang membatik menggunakan cunting. 50 Bentuk sebuah cunting terdiri dari: a. Nyamplung yaitu tempat menampung cairan malam yang biasanya terbuat dari bahan tembaga yang khusus. b. Cucuk yaitu pucuk cunting yang tergabung dengan nyamplung, pucuk ini merupakan tempat keluarnya cairan malam panas saat digunakan untuk menulis di kain. c. Gagang yaitu sebilah bambu yang digunkan sebagai pegangan cunting. Canting mempunyai ukuran yang bervariasi, sesuai dengan besar kecilnya motif atau corak Batik, untuk motif yang berupa titik atau garis titik maka menggunakan cunting yang kecil tetapi untuk membuat motif yang lebar maka menggunakan cunting yang besar. Untuk menggunakan cunting ini maka pembatik harus meniup cucuk canting agar lilin atau malam yang ada didalamnya bisa mengalir keluar. Dengan demikian, malam yang ada dalam cunting dapat ditorehkan pada kain yang sudah disediakan. 6. Gawangan, yaitualat yang dipakai untuk meletakankain yang akan dibatik agar orang yang membatik mudah mengerjakannya. Kain yang akan dibatik disangkutkan dan membentangkan pada gawangan. Gawangan dibuat dari bahan kayu, atau bambu, sehing garingan dan mudah dipindah-pindah. 51 7. Bandul, adalah alat yang terbuat dari kayu atau batu yang berfungsi untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah bergeser tertiup angin atau tertarik oleh pembatik secara tidak sengaja. 8. Kain Mori, adalah bahan baku Batik dari katun, terdapat beberapa kualitas dan jenis mori, dimana hal tersebut sangat menentukankain Batik yang dihasilkan. Kain mori yang dibutuhkan sesuai dengan panjang pendeknya kain batik yang akan dikehendaki. Ukuran panjang pendeknya mori biasa tidak menurut standar yang pasti, tetapi dengan ukuran tradisionil, yaitu dinamakan “kacu” atau sapu tangan yang berbentuk bujur sangkar. Yang disebut “sekacu” ialah ukuran perseginya mori, ukuran ini diambil dari ukuran lebar mori tersebut. Karena tiap mori mempunyai lebar yang tidak sama maka panjang sekacu dari suatu jenis mori akan berbeda dengan panjang sekacu dari mori jenis lain. 9. Lilin atau Malam, adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Bahan ini berfungsi untuk menutupkain dari proses pewarnaan sehingga kain yang diolesi malam tidak terwarnai dengan warna tersebut. Malam untuk membatik bersifat cepat menyerap pada kain tetapi dapatdengan mudah lepas ketika proses pelorotan. 10. Pola adalah suatu motif Batik dalam mori dengan ukuran tertentu sebagai contoh motif Batik yang akan dibuat. 52 Terdapat dua macam pola, yaitu: a. Pola A adalah pola yang panjangnya selebar mori. b. Pola B adalah pola yang panjangnya sepertiga mori, atau sepertiga panjang pola A. 11. Meja Mal, yaitu meja yang dipakai untuk membuat mal atau pola dari motif Batik. 12. Bejana Pencelup, yaitu bejana yang dipakai untuk mencelupkain yang sudah dibatik, tujuan pencelupan ini untuk member warna terhadap kain Batik. 13. Bejana Pelarut Lilin, yaitu bejana yang berisi air panas yang dipakai untuk melelehkan kain setelah dicelup warna. 14. Alatkerok, yaitu alat yang digunakan untuk mengangkat lilin yang telah dilelehkan. 15. KolamPencucian, yaitu kolam berisi air dingin yang fungsinya untuk mencucikain Batik yang telah dikerok lilinnya. E. Kegiatan Pengrajin Batik Tulis Mega Mendung Trusmi Kegiatan para pengrajin dapat dikatakan kegitan rutin yang dilakukan setiap hari senin sampai hari sabtu. Yaitu, dari pukul 08.00-15.30 WIB, apabila pasar dan pesanan lebih banyak dari biasanya, Maka ada tambahan pengrajin yang membatu membuat Batik agar dapat menyesuaikan kebutuhan yang diminta oleh konsumen.Kegiatan pengrajin Batik Mega Mendung 53 Trusmi sebagia berikut:4 1. Membuat pola gambar Batik. Membuat pola gambar adalah kegiatan paling dasar dalam proses membuat Batik tulis, Biasanya pola dan desain yang digunakan telah ada, jika ada pola dan design diluar pola yang sudah ada maka pengrajin pun menyesuaikan pola sesuai permintaan konsumen. 2. Membuat pola pada kain Batik. Dalam tahap ini pengrajin menebalkan pola dengan menggunakan canting diatas kain yang telah dipola sebelumnya. Dalam tahap ini memakan waktu yang cukup lama karena pengrajin membutuhkan ketelitian ketika menggariskan dan memberi titik menggunakan media cunting, agar garis yang dihasilkan mebentuk gambar yang indah dan rapi. 3. Membuat warna pada kain yang telah dipola. Pada tahap pewarnaan, kain yang telah berpola diwarnai dengan cara direndam, proses perendaman disesuaikan dengn warna yang di inginkan. Dan dalam proses perendaman, tempat yang digunakan untuk tahap pewarnaan tidak boleh terkena sinar matahati karena akan memberikan hasil pembentukan yang warna kurang terkena baik sinar apabila dalam proses matahari pada proses perendamannya. 4 Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Ibu Juniah selaku pengrajin Batik tulis Mega Mendung, pada tanggal 22Desember 2016. 54 4. Menjemur kain Batik yang telah diberikan warna. Kegiatan terakhir adalah penjemuran, pada tahap ini dibutuhkan sinar matahari agar kain Batik yang telah diberikan pola dan warna menghasilkan kulitas gambar yang sempurna. Apabila sedang musim hujan maka proses pembuatan Batik pun terganggu karna pembuatan Batik tipe Batik tulis harus menggunakan cahaya matahari agar pewarna yang digunakan pada kain Batik dapat meresap kering dengan baik. Bagan 3. Kain Batik yang sedang dijemur setelah proses pemberian warna F. Alamat Pusat Pengrajin Batik Tulis Mega Mendung Pengrajin Batik Mega Mendung berdomisili di Desa Trusmi Wetan Blok Jero RT 09 RW 03. Kode Pos45154 Cirebon, Jawa Barat. Tlp 082214183710 – 085318000719. 55 Bagan 4. Gapura utama kawasan pusat Batik Trusmi Cirebon. G. Kelebihan Pengrajin Batik Tulis Mega Mendung Trusmi Membatik tulis merupakan salah satu kegiatan yang kental dengan kesenian lokal Indonesia, karena proses pembuatan yang cukup memakan banyak waktu, maka harga jual Batik tulis pun lebih mahal dibandingkan dengan Batik cap. Setiap pengrajin memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, untuk pengrajin Batik Mega Mendung Trusmi Cirebon Kelebihannya adalah memiliki banyak inovasi, bahkan Batik Mega Mendung pun terdiri dari bermacam-macam desain akan tetapi tidak menghilangkan makna karakteristik Batik dengan motik awan tersebut. 56 Macam-macan desain dan gambar motif Mega Mendung Trusmi antara lain:5 1. Motif Mega Mendung Kupu-Kupu. 2. Motif Mega Mendung Lembutan. 3. Motif Mega Mendung Burung. 4. Motif Mega Mendung Kipas. 5. Motif Mega Mendung Guci. 6. Motif Mega Mendung Dasar Putih. 7. Motif Mega Mendung Iteman. 8. Motif Mega Mendung Beras Tumpah. 9. Motif Mega Mendung Garet (garis). 10. Motif Mega Mendung Iwak Mungup (ikan Ngintip). 11. Motif Mega Mendung Naga. 5 Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Ibu Juniah selaku pengrajin Batik tulis Mega Mendung, pada tanggal 23 Desember 2016. BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Bentuk-Bentuk Komunikasi para pengrajin Batik tulis dalam Melestarikan Batik Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon Pesan komunikasi dari seseorang komunikator kepada komunikan atau sebaliknya memiliki beberapa bentuk diantaranya bentuk verbal dan nonverbal, bentuk umum dan khusus. Penyampaian pesan bersifat take and give, yaitu saling memberi dan menerima pesan, obrolan bersifat dua arah dan tidak ada pihak yang lebih menguasai pembicaraan. a. Bentuk Verbal Bahasa yang digunakan seseorang dalam berkomunikasi biasanya mengisyaratkan arti/makna khusus yang kadang hanya dimengerti oleh komunitas tempat individu berada. Arti/makna dari kata, kalimat atau bahasa yang digunakan dalam komunikasi Verbal bisa jadi mengandung beribu makna. Kemaknaan tersebut dapat berupa kiasan atau bisa juga berbentuk makna sesungguhnya. Pesan Verbal merupakan pesan yang disampaikan dengan kata-kata atau tulisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai pesan Verbal, bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Pesan Verbal antara sesama pengrajin Batik tulis seperti 57 58 pesan yang diberikan pengrajin yang sudah tua kepada pengrajin yang lebih muda antara lain seperti obrolan sesasama pengrajin sebelum menggoreskan cunting diatas kain maupun obrolan ketika melakukan kegitan membatik, dengan obrolan itulah pengrajin yang lebih muda diberikan masukan atau nasihat yang bermanfaat untuk diri mereka baik dalam sisi seni budaya, bagaimana membuat Batik tulis dengan baik agar mempertahankan kebudayaan yang telah terjaga. Ataupun memberikan teguran dengan baik jika ada para pengrajin melakukan kesalahan yang tidak seharusnya dilakukan. seperti, salah dalam menggoreskan cunting untuk motif yang sedang dikerjakan. Karena memang sebenarnya kelestarian motif Batik Mega Mendung terjaga karena kualiatas yang selalu dikedepankan oleh para pengrajin Batik tulis sebelumnya. Memberikan nasihat pun sering dilakukan oleh para pengrajin yang lebih tua sebagai dorongan atau motivasi yang bisa memberikan semangat para pengrajin muda agar terus mau belajar bagaimana mempertahankan kebudayaan lokal yang sudah mengental didaerah Trusmi. Nasihat diberikan disela-sela melakukan kegitan membatik agar mendorong para pengrajin yang lebih muda untuk menjadi pribadi yang lebih baik. b. Bentuk Non Verbal Komunikasi Non Verbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan Non Verbal. Istilah Non Verbal biasanya 59 digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar katakata terucap dan tertulis. Bentuk pesan Non Verbal diantaranya mimik wajah, simbol-simbol, gerak-gerik bahasa tubuh serta suara seperti bentakan. Biasanya pesan Non Verbal ini dikirimkan sebagai bentuk penegasan dari pesan Verbal. Penggunaan komunikasi Non Verbal sangat berperan penting dalam melengkapi efektifitas komunikasi verbal. Misalnya komunikasi Non Verbal para pengrajin dalam melestarikan Batik Mega Mendung yaitu dengan menggunakan simbol-simbol atau motifmotif dengan berbagai macam inovasi motif Batik Mega Mendung tanpa menghilangkan karakteristik motif Mega Mendung itu sendiri, karena dengan demikian hasil penjualan Batik Mega Mendung akan lebih meningkat. Hal lain yang terlihat dari para pengrajin menggunakan komunikasi Non Verbal ketika para pengrajin muda diberi nasihat atau wejangan tetapi belum juga pemahami dengan baik maka ada nasihat susulan berupa bahasa tubuh atau suara seperti menegur dengan meninggikan sedikit nada atau menegur dengan mimik muka yang kurang disukai, ataupun dalam urusan keilmuan membatik misalnya dalam menggoreskan cunting biasanya para pengrajin yang lebih muda ditekankan ketika menggoreskan canting diatas kain harus dengan ketelitian agar terciptanya karya yang rapi dan indah. 60 B. Pola Komunikasi para Pengrajin Batik tulis dalam Melestarikan Batik Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon 1. Pola Komunikasi para pengrajin Batik tulis Mega Mendung Proses pola komunikasi para pengrajin untuk pelestarian Batik tulis Mega Mendung terjadi ketika proses pembuatan Batik tulis Mega Mendung, karena proses membatik tulis memerlukan waktu yang cukup lama. Dengan demikian, sesama pengrajin Batik tulis banyak melakukan interaksi sambil menggoreskan cunting yang berisikan malam. Bahkan komunikasi yang diterapkan oleh pengurus pembuatan Batik terhadap sesama pengrajin sudah dikatankan cukup baik. Disebabkan konsep yang akan dibuat pada kain Batik sudah terencana dan bukan spontanitas sengingga dapat menarik perhatian komunikan (para pengrajin). Komunikasi yang terjadi untuk melangsungkan kegiatan tersebut memang diperlukan kesamaan tujuan, agar ketika terjadi proses komunikasi sesama pengrajin dapat menghasilkan pemahaman pesan yang sama. Walaupun terdapat beberapa hambatan-hambatan yang terjadi ketika pembuatan Batik tulis, apabila pesan yang disampaikan dapat diterima dengan tepat, maka segala bentuk hambatan teknis dalam proses pembuatan Batik tersebut akan dapat diselesaikan dengan baik. Dikatakan pola komunikasi tersebut berjalan efektif, indikasi ini dilihat pada proses penyampain teori konsep motif. Hal tersebut terjadi ketika seorang pengurus menyampaikan sebuah materi konsep motif, sebelum menyampaikan materi, pengurus terlebih dahulu merencanakan 61 pesan yang akan disampaikan kepada para pengrajin, dengan pesan-pesan yang terencana maka menimbulkan suatu komunikasi yang baik dan mudah dimengerti oleh para pengrajin. Ketika terdapat beberapa pengrajin yang belum mengerti, disebabkan pengrajin tersebut kurang memahami dasar-dasar pada suatau materi konsep motif Batik yang rumit. Seorang pengurus memerintahkan kepada pengrajin yang sudah mengerti agar memberitahu atau menerangkan kembali kepada pengrajin yang belum memahami motif. Dengan begitu proses pembuatan Batik tulis motif Mega Mendung menjadi efisien. Karena suatu komunikasi akan berhasil jika terjadi perubahan pada diri komunikan, dalam hal ini peneliti menemukan suatu perubahan pada diri komunikan, baik dari dampak kognitif, efektif dan behavioral. Dampak kognitif yang timbul pada diri komunikan, menyebabkan komunikan menjadi paham mengenai materi konsep motif Batik Mega Mendung yang disampaikan oleh pengurus kepada pengrajin atau pengrajin kepada pengrajin yang lainnya. Dampak efektif yang timbul pada diri komunikan menjadikan komunikan menjadi ingin lebih tahu dan menimbulkan rasa semangat yang tinggi dalam melestarikan Batik tulis motif Mega Mendung. Dan dampak behavioral yang timbul pada diri komunikan membuat komunikan memanfaatkan ilmu yang didapatkan untuk kepentingan diri sendiri. Pada penelitian ini, penulis menemukan suatu pola komunikasi yang terjadi dipusat pengrajin Batik tulis Mega Mendung Trusmi adalah 62 pola komunikasi bintang. Dalam pola komunikasi bintang, pola ini C (komunikator) berkomunikasi langsung dengan A,B,D, dan E (komunikan) garis kordinasi ini melibatkan semua komponen yang dapat berkomunikasi, dimana C sebagai centralnya komunikasi dengan yang lainnya, begitu juga sebaliknya. Maka komunikasi tersebut menimbulkan komunikasi dua arah. Indikasi ini terjadi ketika seorang pengurus (seorang pengrajin juga) menyampaikan sebuah materi kepada para pengrajin Batik tulis motif Mega Mendung dan para pengrajin mendengarkan dengan seksama pesan yang disampaikan pengurus. Dan dalam hal tersebut timbul feed back atau umpan balik dari para pengrajin, apakah dia mengerti atau tidak. Ketika para pengrajin Batik tulis Mega Mendung tidak mengerti pesan yang disampaikan pengurus maka pengrajin bertanya langsung kepada pengurus atau kepada bertanya kepada pengrajin yang sudah mengerti. Menurut penulis komunikasi yang efektif dalam pelaksaan pembuatan Batik tulis Mega Mendung adalah memakai pola bintang karena pada pola tersebut komunikator dan komunikan dapat berkomunikasi secara langsung dan melakukan suatu proses timbal balik antara komunikator dan komunikan. Dengan adanya proses timbal balik tersebut komunikator dapat mengetahui seberapa jauh komunikan mampu memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator, sehingga proses pembuatan Batik tulis motif Mega Mendung berjalan dengan 63 efektif. Begitu juga Pola komunikasi yang terjadi antara pengrajin Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi yaitu Pola Komunikasi Bintang/semua saluran. Pola Bintang/semua saluran memberikan feedback yang besar dari kedua pihak. Komunikasi dua arah yang berlangsung menjadi syarat utama keefektifan komunikasi ini. Jadi sesama pengrajin melakukan pola komunikasi bintang, karena sesama pengrajin dapat melakukan konunikasi yang menghasilkan pada percakapan dua arah sesama pengrajin ketika melakukan kegitan membatik tulis. Partisipasi dari proses komunikasi sangat aktif bagi para komunikator (pengurus lembaga pengrajin) kepada komunikan (pengrajin Batik), komunikan (pengrajin Batik tulis) dengan komunikator (pengurus lembaga pengrajin), maupun komunikan (pengrajin batik) kepada komunikan lainnya (pengrajin Batik lainnya) yang bisa menjadi komunikator utama. Sedangkan bentuk komunkasi yang digunakan dalam proses pelestarian Batik tulis Mega Mendung menggunakan komunikasi antarpribadi. Pola Komunikasi antara para pengrajin Batik Tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon tidak ada yang dominan diantara Komunikasi Antarpribadi dan Komunikasi Kelompok, keduanya saling berkesinambungan, namun untuk pelestarian Batik Tulis Mega mendung di pusat Batik Trusmi agar dapat berjalan dengan lebih efektif, 64 intensif dan tercipta silaturahmi antara para pengrajin Batik Tulis menimbulkan kesenangan dan ketekunan dalam pelestarian Batik Tulis Mega Mendung menggunakan komunikasi Antarpribadi. Komunikasi Antarpribadi dibentuk satu persatu pribadi sebelum membatik setiap para pengrajin untuk diperiksa kelengkapan alat membatik dan bimbingan serta pengontrolan melalui absensi. Absensi ini akan ditandai oleh pengurus pengrajin dan apabila ada pengrajin yang tidak melengkapi peralatan membatiknya dan dievaluasi sebagai tolak ukur kedisiplinan para pengrajin Batik Mega Mendung di pusat batik Trusmi Cirebon. Kemudian percakapan antara pengrajin termasuk kedalam komunikasi antarpribadi. Selain itu Komunikasi Antarpribadi yang terjalin di luar proses pembuatan Batik tulis gunanya untuk mengetahui setiap permasalahan yang dihadapi oleh para pengrajin Batik Tulis Mega Mendung serta memperat tali silaturahmi antara sesama pengrajin Batik Tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon. Bentuk Komunikasi Antarpribadi sebagai berikut: a. Percakapan ketika pembuatan Batik tulis Mega Mendung Ketika penulis melakukan penelitian diantara para pengrajin Batik tulis, terlihat komunikasi yang aktif sesama pengrajin sambil menggoreskan cunting, baik percakapan yang berisi malasah pribadi, seperti curahatan tentang keluarga masing-masing. Mauapun percakapan yang berisi tentang 65 kelestarian Batik tulis Mega Mendung seperti percakapan tentang pemahaman garis dan motif yang akan dituangkan pada lembar kain mori. b. Dalam hal memberikan arahan dan kedisiplinan dalam melestarikan Batik Tulis Mega Mendung Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan dalam memberikan arahan dan kedisiplinan dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung, Pola Komunikasi yang digunakan yaitu Komunikasi Antarpribadi yaitu dalam bentuk satu persatu adalah interaksi sesama pengrajin ketika sedang membuat pola pada kain Batik, kemudian pengrajin saling memeriksa kelengkapan alat untuk membuat Batik Tulis sebelum pembuatan Batik Tulis Mega Mendung dilaksanakan. Menurut perkataan tokoh Pengrajin Batik tulis Mega Mendung, Bapak Kama mengatakan peraturan yang harus ditaati oleh para pengrajin yakni: “Setiap pengrajin harus memiliki kedisiplinan agar datang tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan, dan apabila ada pengrajin yang tidak bisa hadir sesuai jadwal yang telah di tentukan maka pengrajin diharuskan meminta izin dengan menyampaikan alasan yang tepat.”1 Seperti yang telah dikatakan diatas untuk masalah kedisiplinan memang sangat penting dalam kegiatan pembuatan 1 Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Kama yang dilakukan peneliti di pusat Batik Mega Mendung, pada tanggal 23Desember 2016. 66 Batik Tulis Mega Mendung, karena dengan para pengrajin yang memiliki kedisiplinan tinggi maka kain Batik yang dihasilkan oleh pengrajin Batik Tulis Mega Mendung akan semakin berkualitas, dan dengan kualitas barang yang dihasilkan baik maka karaktistik dan kelestarian Batik tulis Mega Mendung pun akan terus terjaga. c. Komunikasi yang terjalin diluar pembuatan Batik Tulis Mega Mendung Komunikasi yang terjalin diluar pembuatan Batik tulis Mega Mendung ini berjalan lebih santai (informal) namun tetap efektif dan interaktif, karena ada feedback dari komunikan terhadap komunikator. Komunikasi ini dilakukan biasanya terkait dengan permasalahan membatik para pengrajin Batik meliputi konsultasi masalah pribadi pengrajin. Komunikasi yang berjalan diluar jam pembuatan Batik juga menjadi media bagi pengrajin untuk berkonsultasi sesama pengrajin maupun antara pengurus pengrajin dengan para pengrajin. Komunikasi yang terjalin diluar pembuatan Batik tulis ini terjadi karena ada gangguan atau kesulitan yang dialami para pengrajin terhadap kemampuan atau daya tangkap pengrajin dalam mempelajari dan memahami beberapa motif Batik Mega Mendung. Ketika proses mencanting interaksi sesama pengrajin terlihat aktif karena ketika tangan para pengrajin dengan teliti 67 menggoreskan cuntingnya diatas kain, sesekali para pengrajin melakukan percakapan, saling bercerita dan bertukar pikiran satu untuk meredam kebosanan. Dalam hal konsultasi masalah pribadi baik masalah ekonomi ataupun masalah keseharian para pengrajin, sesama pengrajin lebih efektik melakukan Komunikasi Antarpribadi ini diluar waktu pembuatan Batik, karena komunikasi semacam ini dapat mempererat silaturahmi para pengrajin. 2. Hasil dan analisis tentang komunikasi yang terjadi sesama pengrajin, baik pola komunikasi bintang maupun komunikasi antarpribadi Pengrajin Batik tulis adalah tenaga terampil yang memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pelestarian batik khususnya di daerah Trusmi Cirebon. Dengan keilmuan keterampilan yang dimilikinya para pengrajin dapat menjadikan karya seni Batik tetap bertahan dijaman yang sudah modern ini, walaupun telah banyak bermunculan Batik-batik yang dibuat dengan cara Batik stempel atau Batik cap dengan biaya pembutannya yang lebih murah dan harga jual yang lebih murah di bandingkan Batik tulis, hal ini tidak dapat membuat Batik Tulis hilang dari kehidupan para pengrajin Batik Tulis. Dari kepribadian para pengrajin Batik Tulis yang disiplin, terampil dan berlatar belakang sifat yang sabar dalam membuat Batik tulis, membuat Batik tulis semakin memiliki karakteristik sendiri 68 dibanding Batik cap atau stempel. Dengan demikian, karena latar belakang itulah para pengrajin masih bertahan melestarikan Batik Tulis khususnya Batik Tulis bermotif Mega Mendung dipusat Batik Trusmui Cirebon. Bahkan tidak sedikit warga Trusmi yang memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan cara membuat Batik tulis. Dengan pesaingan pasar yang telah meluas, baik persaingan dengan Batik yang pembuatannya menggunakan stempel dan cap, ataupun persaingan dengan motif motif Batik didaerah lain, para pengrajin Batik Tulis Mega Mendung pun mulai berkembang karena adanya persaingan tersebut. Maka seorang pengrajin harus terampil sebagai seseorang yang berkompeten. Selain mampu membatik dengan teliti dan disisplin dalam menggoreskan cunting pada kain, seorang pengrajin harus bisa memberikan inovasi motif tanpa menghilangkan karakteristik dari motif Mega Mendung tersebut. Para pengrajin Batik Tulis Mega Mendung yang berada di pusat Batik Trusmi dituntut berkompeten dan terus belajar sesuai dengan kondisi dan kekurangan yang dimiliki para pengrajin batik tulis agar kelestarian Batik Tulis khususnya Mega Mendung terus terjaga. “Para pengrajin yang sudah lanjut usia melakukan beberapa cara untuk memotivasi para pengrajin muda agar lebih maksimal dan teliti dalam belajar maupun membatik menggunakan cunting, beberapa metode yang digunakan para pengrajin Batik Tulis didaerah Trusmi dalam melestaikan Batik Tulis Mega Mendung antara lain:2 2 Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Kama yang dilakukan peneliti di pusat Batik Mega Mendung, pada tanggal 23Desember 2016. 69 Dengan penjelasan diatas tentang pengaruh pola komunikasi pengrajin terhadap kelertarian Batik tulis Mega Mendung, dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi yang baik antara sesama pengrajin akan menghasilkan berbagai macam pengaruh, antara lain: a. Saling mengajarkan bagaimana membuat Batik tulis dengan baik. Para pengrajin yang lanjut usia memang lebih mahir ketika menggorekan garis dan memberikan titik pada kain dengan menggunakan cunting, akan tetapi para pengrajin yang lebih tua tidak enggan dan bosan mengajarkan anak dan keturanan dalam menjadikan kain polos menjadi kain yang bernilai harganya. Dan mengajarkan yang lebih muda agar tidak cenderung melihat keuntungan semata yang menjadikan Batik tulis hilang dari kebudayaan setempat. Hasil yang peneliti temukan pada saat pengamatan proses membatik dipusat Batik Trusmi, seorang pengrajin tua yang sedang mengamati para pengrajin yang lebih muda darinya dan mengajarkan bagaimana membuat Batik dengan benar, bahkan sesekali pengrajin tersebut memegang cunting mencotohkan pengrajin lainnya apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan motif Batik Tulis. Makna terkesan dari apa yang dilakukannya seakan mebatik tulis bukan hanya menggoreskan cunting yang berisikan malam (bahan untuk menutup dasar kain) pada kain saja, akan tetapi 70 terlihat bahwa membatik diperlukan ketelitian, kesabaran dan ketenangan hati ketika cunting tergores di atas kain. b. Mempertahankan kualitas. Batik merupakan salah satu seni tradisional yang seakan telah melekat didearah Trusmi ini, dengan pasar yang telah meluas tidak sedikit para pengrajin didaerah lain yang konsiten melestarikan budaya membatik. Pasar dan persaingan pun lambat laun bertumbuh dengan sendirinya, tradisi kesenian ini mempengaruhi perekonomian para pengrajinnya, maka para pengrajinpun seakanakan berlomba-lomba dalam meningkatkan kualitas agar menciptakan sebuah karya diatas kain catoon atau sutra dengan sesempurna mungkin. Karena tidak sedikit pembeli yang mengutamakan kualitas hasil Batik tulis tanpa menghiraukan harga yang ditawarkan. c. Menginovasi motif Batik Tulis Mega Mendung. Motif Mega Mendung adalah motif yang bergambarkan awan, dan arti dari Mega Medung sendiri adalah awan mendung yang mengandung air didalamnya. Dahulu motif mega mendung hanya menggunakan tiga warna, yaitu biru sebagai warna dasar, merah dan putih. Dari kemudian dengan berjalannya waktu seakan kesenian Batik menyatu dengan kebudayaan lokal (Jawa). Maka motif Batik Mega Mendung mulai melekat dengan keislaman dan melahirkan 3 inovasi yang mencerminkan kepribadian warga 71 setempat yang kental akan keislamannya. Ketiga inovasi awal yang dimiliki motif Mendung tersebut adalah:3 1) Inovasi dengan sembilan warna gradasi yang mengartikan jumlah wali songo (sembilan wali). 2) Inovasi dengan tujuh warna gradasi yang mengartikan jumlah hari dalam satu minggu. 3) Inovasi dengan lima warna gradasi yang mengartikan 5 hari pada keperayaan jawa (Wage, Pahing, Kliwon, Pon, Legi). Selelah perkembangan zaman para pengrajin Batik tulis motif Mega Mendung didaearah Trusmi mulai berkembang dengan kreatifitasnya. Kemudian ditangan para pengrajin Batik Tulis yang kreatif, muncullah motif-motif baru tanpa mempengaruhi motif sebelumnya. Dengan inovasi yang dimunculkan oleh tangan para pengrajin membuat permintaan para pembeli semakin meningkat dari sebelumnya, bahkan sampai permintaan lebih banyak dari para persediaan dan terkadang kekurangan tenaga kerja pembatik tulis motif Mega Mendung untuk memenuhi permintaan pasar. Bukan hanya wisatawan lokal yang memburu Batik tulis motif Mega Mendung ini, akan tetapi banyak dari kalangan artis, pejabat dan wisatawan-wisatawan asing yang ingin membeli lembaran kain yang bermotif awan dengan berbagai macam inovasi. 3 Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Bapak Kama selaku kepala pengrajin Batik Mega Mendung, pada tanggal 23 Desember 2016. 72 d. Mengadakan perkumpulan sesama pengrajin. Perkumpulan para pengrajin setiap sebulan sekali diadakan untuk membahas kekurangan dan mengetahui keluh kesah pengrajin supaya para pengrajin Batik tulis dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produksinya, silaturahmi sesama pengrajin seperti ini sangat dibutuhkan agar strandar harga penjualan dari setiap kain tidak rusak, karena apabila standar harga penjualan rusak maka yang dikorbankan adalah kesejahteraan para pengrajin. C. Faktor Penghambat dan Pendukung para Pengrajin Batik Mendung dalam Melestarikan Batik di Pusat Batik Trusmi Cirebon Setiap pengrajin mengalami kesulitan ataupun kemudahan dalam membatik terlebih untuk memotivasi pengrajin-pengrajin muda agar terus mempertahankan budaya yang telah melekat disekitar daerah Trusmi Cirebon. 1. Adapun faktor penghambat yang dialami para pengrajin dalam melestarikan Batik Mega Mendung antara lain:4 a. Bahan-bahan naik sedangkan harga jual tidak naik Dalam Proses membatik bahan baku menjadi salah satu yang penting bagi para pengrajin, seperti bahan kain dan bahan malam. karena jika harga bahan baku untuk pembutan Batik Tulis naik, 4 Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Bapak Kama selaku kepala pengrajin Batik Tulis Mega Mendung, pada tanggal 23 Desember 2016. 73 maka harga jualpun seharusnya menyesuaikan harga bahan baku. Akan tetapi salah satu faktor yang menghambat para pengrajin adalah dengan harga bahan baku yang naik harga jual tidak mengalami kenaikan, dengan demikian penghasilan para pengrajinpun ikut penipis. Dengan demikan kenaikan bahan baku mengakibatkan beberapa pengrajin mengurangi jumlah pengrajin agar tidak mengalami kerugian dengan keadaan yang seperti itu. Bahkan banyak pengrajin yang gulung tikar akibat harga penjualan tidak menyesuaikan harga bahan baku yang naik. b. Munculnya pengusaha Batik yang membating harga tanpa Kestabilan harga sangat mempengaruhi tingkat penjualan mengedepankan kualitas Batik itu sendiri karena tidak sedikit pengrajin yang ingin menghasilkan keuntungan dari Batik tulis sebanyak mungkin dengan cara yang kurang baik (merusak harga pasar). Cara menghasilkan kain Batik tanpa mengedepankan kualitas pada kain Batik tulis tersebut membuat pengrajin yang mengedepankan kualitas harustergeser dengan pengrajin yang meawarkan harga yang lebih murah, jika kita teliti pada kain Batik tulis yang memiliki harga yang murah maka terliahat kualitas yang ditawarkan sangatlah minim. c. Permintaan pasar menurun Pengrajin merupakan seorang yang sangat berpengaruh dalam 74 pelestarian Batik tulis Mega Mendung, seharusnya kesejahteraan pengrajin sepadan dengan karya yang dia tuangkan pada lembaran kain putih yang polos dan menjadikan kain tersebut memiliki harga jual yang tinggi ketika telah diberikan motif dan warna. Produksi Batik tulis sebenarnya menyesuaikan permintaan pasar, jika permintaaan pasar menurun maka hasil produksi pun menurun. Dan apabila hasil produksi penurun maka banyak pengrajin yang kehilangan pekerjaannya. Semakin banyak persaingan maka semakin banyak pula pengusaha Batik yang mencari pengrajin yang dapat menghasilkan karya Batik tulis dengan biaya produksi yang lebih minim. Dengan begitu banyak pengrajin tidak mengedepankan kualiatas agar pembuatan setiap kainnya tidak memakan banyak waktu. Yang lebih ironisnya terdapat beberapa showroom di Trusmi yang menjual Batik khas Trusmi Cirebon (motif Batik Mega Mendung) yang bukan diproduksi oleh para pengrajin Batik tulis Mega Mendung di Trusmi akan tetapi showroom tersebut membeli Batik tulis motif Mega Mendung dari luar daerah Trusmi. d. Hambatan cuaca Cuaca merupakan hal yang berpengaruh juga dalam proses pembuatan Batik tulis, karena pada proses terakhir pembuatan batik tulis setelah selesai tahap perendaman untuk pembentukan warna dilakukan proses penjemuran kain yang membutuhkan sinar 75 matahati. Apabila sedang musim hujan maka proses pembuatan Batik tulis Mega Mendung pun terhambat dan membuat estimasi waktu biaya produksi lebih banyak. 2. Ada pula faktor pendukung para pengrajin Batik Tulis Mega Mendung antara lain: Setiap kegiatan yang dikerjakan para pengrajin Batik tulis Mega Mendung menerangkan bahwa kelestarian Batik tulis Mega Mendung masih terjaga sampai saat ini, bahkan peran pengrajin saat mempengaruhi tingkat produksi Batik itu sendiri. Dengan demikian beberapa faktor yang menjadi pendukung kegitan pembuatan Batik tulis motif Mega Mendung menjadi kekuatan yang saat besar untuk kelestraaian Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi. “Untuk faktor pendukung para pengrajin adalah pertama, pengrajin yang selalu mempertahankan kualiatas, dengan kualitas terus ditingkatkan pada setiap motif, maka penjualan kain Batik Mega Mendung akan terus meningkat, dan kesejahteraan para pengrajin akan meningkat juga. Kedua adalah showroom Batik di Trusmi, karena showroom yang ada dipusat Batik Trusmi menjebatani para pengrajin dan pembeli. Yang terakhir, variasi yang dimiliki motif Mega Mendung”.5 a. Kualitas Pengrajin Pengrajin adalah ujung tombak terjaganya kelestarian batik tulis, dengan demikian pengrajin yang memiliki kualitas yang baik memberikan dampak positif kepada penjualan Batik tersebut, apabila kualitas para pengrajin dalam mebuat Batik tulis menurun maka kepuasan pasar terhadap karya yang dibuat para pengrajin akan ikut 5 Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Bapak Kama selaku kepala pengrajin Batik Tulis Mega Mendung, pada tanggal 23 Desember 2016. 76 menurun. Bagan 1. Seorang pengrajin dengan teliti dan cermat ketika menggoreskan cunting. Dengan demikian kualitas menjadi modal utama dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung, dengan kualitas yang terjaga maka kesejahteraan para pengrajin akan lebih terjamin. Terutama para pembeli yang pintar, yang selalu ingin mengedapankan kualitas barang, tidak segan untuk mengeluarkan uang untuk mendapatkan hasil Batik tulis motif Mega Mendung dengan kualitas yang baik. b. Pengusaha showroom Batik Daerah Trusmi Cirebon memang terkenal dengan kebudayaan Batik tulis Cirebonan (Batik Mega Mendung), selain para pengrajin yang mempunyai pengaruh begitu besar dalam pelestarian Batik Tulis Mega Mendung Cirebon, para penguasaha Batik yang memiliki 77 showroom Batik juga ikut serta dalam pelestariannya, karena para pengusaha Batik yang memiliki showroom Batik seperti menjebatani antara pengrajin Batik dan pembeli Batik. Jika masuk ke daerah pusat Batik Trusmi, maka sepanjang jalan akan menemukan showroom-showroom yang menjual hasil karya dari para pengrajin, tidak dapat dipungkiri dengan adanya showroom-showroom tersebut dapat meningkatkan perekonomian setempat, karena tidak sedikit warga Trusmi yang berprofesi sebagai pengrajin Batik tulis, baik motif Batik Mega Mendung maupun motif –motif khas Cirebon selain motif Mega Mendung terebut. Bagan 2. Showroom Batik Trusmi (BT) merupakan showroom terbesar di pusat Batik Trusmi Cirebon. 78 Bagan 3. Showroom Batik Nofa, merupakan salah satu showroom yang menjual Batik tulis motif Mega Mendung dengan varian motif. Rata-rata para pembeli atau wisatawan yang sedang mendatangi kota Cirebon khususnya Trusmi bukan mendatangi para pengrajin Batik, akan tetapi para wisatawan mendatangi showroomshoowroom Batik di sekitar Trusmi Cirebon, setelah daerah Trusmi menjadi icon Batik kota Cirebon tidak sedikit pengusaha yang membuka showroom didaerah sini, dengan begitu Batik Trusmi Mega Mendung terus terjaga kelestarian, dan kesejahteraan para pengrajinpun meningkat. c. Variasi motif Batik Mega Mendung Variasi motif yang diterapkan para pengrajin Batik tulis Mega Mendung dalam membatik memiliki dampak yang begitu besar 79 untuk kemajuan Batik Mega Mendung pada sisi motif. Sebelumnya memang Motif Batik Mega Mendung hanya memiliki desain yang monoton dan hanya memiliki variasi diwarnanya saja akan tetapi setiap warnanya memiliki makna tersendiri yang di ambil keseharian dan budaya warga setempat. Dari variasi warna yang dimiliki motif Batik Tulis Mega Mendung di atas, para pengrajin seakan terus meningkatkan kreasinya dengan membuat motif lain tanpa menghilangkan karakteristik Batik Mega Mendung sebelumnya. Lalu setelah memakan waktu yang cukup lama munculah motif dengan variasi gambar yang berbeda dengan tetap mengaplikasikan bentuk (awan yang berair) sebagai dasar gambar motif Batik Mega Mendung, variasi bentuk Batik Mega Mendung diantaranya: 1. Motif Mega Mendung Kupu-Kupu. 2. Motif Mega Mendung Full Kain. 3. Motif Mega Mendung Lembutan. 4. Motif Mega Mendung Tiga Dimensi. 5. Motif Mega Mendung Burung. 6. Motif Mega Mendung Pinggiran. 7. Motif Mega Mendung Kipas. 8. Motif Mega Mendung Full Merah 9. Motif Mega Mendung Guci. 10. Motif Mega Mendung Sanglur. 80 11. Motif Mega Mendung Dasar Putih. 12. Motif Mega Mendung Ayam Merak. 13. Motif Mega Mendung Iteman. 14. Motif Mega Mendung Beras Tumpah. 15. Motif Mega Mendung Garet (garis). 16. Motif Mega Mendung Iwak Mungup (ikan Ngintip) 17. Motif Mega Mendung Naga. Bagan 4. Motif Mega Mendung Ayam Merak, Merupakan salah satu varian dari sekian motif yang dimiliki motif Batik tulis Mega Mendung. Dengan munculnya motif-motif tersebut meningkatkan penjualan Batik Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon, karena para calon pembeli Batik motif Mega Mendung disajikan dengan beberapa pilihan 81 motif yang dimiliki Batik tulis Mega Mendung. Hal itu terlihat karena para pembeli Batik Tulis Motif Mega Mendung yang datang ke pusat Batik Trusmi, bukan dari wisatawan lokal saja akan tetapi banyak wisatawan asing yang tertarik datang ke pusat Batik Trusmi untuk membeli kain Batik dengan kreasi motif yang memunculkan khas Batik Cirebonan. Inovasi motif yang dimunculkan para pengrajin merupakan langkah yang tepat bagi kelestarian Batik Mega Mendung, karena dengan motif-motif tersebut dapat memperkaya kesenian lokal warga Trusmi Cirebon. Pola komunikasi sesama pengrajin Batik tulis terlihat ketika melakuan kegiatan pembuatan Batik tulis itu sendiri, percakapan yang dilakukan sesama pengrajin dapat dikataan sebagai pola komunikasi bintang, karena semua pengrajin memiliki kekuatan dan hak untuk mempengaruhi pengrajin yang lainnya, dapat berinteraksi satu sama lain dan bersifat dua arah. Dengan demikian proses pembuatan Batik tulispun berjalan dengan lancar dan memudahkan para pengrajin dalam berinterasi satu sama lain, bahkan apabila terdapat hambatan-hambatan pada pembuatan Batik tulis untuk melestarian Batik tulis Mega Mendung, para pengrajin dapat menyelesaikan hambatan tersembut dengan mengguan pola komunikasi roda yang bersifat dua arah. Dan bentuk komunikasi yang dilakukan para pengrajin adalah komunikasi antarpribadi, dengan cara tatap muka sebagai dimensi yang paling efektif dalam berkomuniasi dalam artian komunikator dan komunikan 82 dapat mengetahui psikologi dua arah yaitu sesama pengrajin. Dan pada komunikasi antarpribadi juga menggunakan komunikasi Verbal yang mampu dipahami oleh komunikan secara langsung tanpa isyarat atau simbol yang diperlukan. Dalam komunikasi Verbal ini memudahkan para pengrajin Batik tulis untuk beriteraksi dan berintropeksi apabila mengalami kendala dalam pembuatan Batik tulis Mega Mendung, dengan demikian kelestarian Batik tulis akan terjaga dengan komunikasi yang diperankan oleh sesama pengrajin Batik tulis. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan hasil penelitian yang dilakukan tentang Bentuk-bentuk komunikasi para pengrajin Batik tulis Mega Mendung dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung dipusat Batik Trusmi Cirebon Jawa Barat, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Bentuk-bentuk Komunikasi yang terjadi antara para pengrajin Batik Tulis Mega Mendung di Pusat Batik Trusmi Cirebon adalah Komunikasi pribadi yaitu Komunikasi Intrapribadi dan Komunikasi Antarpribadi. Kedua Bentuk Komunikasi Pribadi tersebut selalu digunakan dalam interaksi sesama pengrajin ketika pembuatan Batik tulis Mega Mendung berlangsung. Dengan demikian proses interaksi sesasama pengrajin menghasilkan perkembangan dalam diri para pengrajin, dan para pengrajin dapat memahami faktor pendukung dan penghambat dalam melestarikan Batik Tulis Mega Mendung khususnya di Trusmi Cirebon. Pola komunikasi yang digunakan para pengrajin Batik tulis Mega Mendung dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon Jawa Barat adalah pola komunikasi roda dan pola komunikasi bintang. Kedua pola komunikasi tersebut cukup efektif digunakan oleh para pengrajin Batik tulis Mega Mendung dalam melestarikan Batik tulis motif Mega Mendung. Hal ini terlihat dari adanya komunikasi yang terjadi secara dua arah (komunikator-komunikan, 83 84 komunikan-komunikan), adanya kesamaan makna antara komunikator (pengrajin Batik) dan komunikan (pengrajin Batik) serta adanya feedback dan efek berupa perubahan prilaku pengrajin, baik itu dari segi perkataan dan sikap (contohnya dalam segi percakapan sesama pengrajin ketika proses pembuatan Batik dan segi kedisiplinan waktu dalam pembuatan Batik tulis), untuk pengetahuan (contohnya dalam peningkatan kualitas dalam pembuatan Batik dari berbagai motif yang dimiliki Batik tulis Mega Mendung). Faktor pendukung para pengrajin Batik tulis dalam melestakin Batik tulis motif Mega Mendung, pertama adalah kemampuan dalam meningkatkan kualitas untuk memahami berbagai macam motif yang dimiliki motif Batik Mega Mendung, kedua adalah pemilik showroom Batik yang menjebatani antara para pengrajin Batik dan para pembeli Batik bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak pemasaran Batik tulis di daerah Trusmi Cirebon Jawa Barat, ketiga adalah variasi berbagai motif yang dimiliki Batik tulis Mega Mendung yang menunjang motif Batik tulis Mega Mendung bertahan dari segala bentuk persaingan pasar Batik. Adapun faktor penghambat para pengrajin Batik tulis Mega Mendung dalam melestarikan Batik tulis Mega Mega Mendung dalam hal ini pertama adalah harga bahan-bahan untuk pembuatan Batik tulis mengalami kenakain akan tetapi tidak mempengaruhi harga penjualan, sehingga berpengaruh kepada pendapatan para pengrajin Batik tulis. Kedua adalah munculnya 85 pengusaha Batik yang membating harga pasar tanpa mengedapankan kualitas, hal ini menimbulkan kerusakan standar harga pasar untuk Batik tulis Motif Mega Mendung, dan sangat merugikan bagi para pengrajin Batik tulis yang mengedepankan kualitas. Ketiga adalah hambatan cuaca (musim hujan) yang menyebabkan proses pembuatan Batik tulis (penjemuran) menjadi terhambat, karena sesungguhnya dalam pembuatan Batik tulis membutuhkan sinar matahari untuk proses pengeringan kain yang telah diberikan pola Batik. B. Saran-saran. Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan maka dapat di temukan saran-saran: Bentuk-bentuk dan Pola komunikasi yang diterapkan para pengrajin Batik tulis dalam kegiatan pembuatan Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon sudah efektif digunakan. Untuk lebih efektif lagi, ketika menggunakan pola roda dan pola bintang pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator harus diterima dengan benar-benar sempurna sehingga mengakibatkan terjadinya kepuasan dan juga pastinya akan menyenangkan kedua belah pihak. Dengan berbagai macam kendala dan persaingan yang terjadi, para pengrajin Batik tulis Mega Mendung memang harus terus menjaga kualiatas produksi, karena dengan menjaga kualitas produksi yang sempurna maka kelestarian Batik tulis Mega Mendung pasti akan tetap terjaga dimasa 86 mendatang. Mengenai faktor penghambat para pengrajin dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung, seperti kenaikan harga bahanbahan, pihak pengurus harus bisa menyesuaikan harga pasar dengan pemilik showroom Batik tanpa merugikan pihak para pengrajin Batik tulis Mega Mendung, karena sebenarnya kelestarian Batik tulis Mega Mendung masih terjaga hingga saat ini dikarenakan oleh para pengrajin yang terus mempertahankan kualitas produksinya. Dan harus ada campur tangan pemerintah untuk mengontrol standar harga pasar di pusat Batik Trusmi Cirebon Jawa Barat, agar keseimbangan harga tetap terjaga dan kesejahteraan para pengrajin Batik tulis lebih terjamin. Untuk hambatan cuaca, para pengrajin Batik tulis harus memiliki persedian sebelum musim hujan datang, agar apabila dimusim hujan permitaan pasar naik maka para pengrajin dapat menjaga keseimbangan permintaan pasar. DAFTAR PUSTAKA A.Golberg, Alvin dan Larson, Carl E: penerjemah, Koesdarini S, Gary R Jusuf. Komunikasi Kelompok: Proses-proses Diskusi dan Penerapanya, Jakarta: UI-Press, 1985. Anwar, Arif. Ilmu Komunikasi Sebagai Pengantar Ringkas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995. Asnawir dan Usman, Bayiruddin. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press, 2002. Bakhtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: logos,1997. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2007. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Devito, Joseph A. Human Communication, Penerjemah Agus Maulana. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011. Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992. -------. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003. -------. Ilmu Komunikasi dan Praktek. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003. -------. Spekirum Komunikasi. Bandung: Mandar Maju, 1992. Fajar, Marhaeni. Ilmu komunikasi Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008. J.Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PTRemaja rosdakarya bandung :2004. Kountur, Ronny. Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis. Jakarta; penerbit ppm, 2004. Lisbijanto, Herry. Batik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013. Mulyana, Deddy. Komunikasi Efektif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. -------. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. 87 88 Pace, Wayne dan Faules, Don. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT Rosda Karya, 2005. Partanto, Puis A dan al-Bahrry, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: arKola, 1994. Roudhonah, Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2007. Rudi, Teuku May. Hubungan dan Masyarakat Internasional. Bandung: Rafika Aditya, 2005. Suprapto,Tommy. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo, 2006. Wardhany, Andy Corry. Teori Komunikasi. Jakarta: PT Ghalia Indonesia 2009. Widjaya, H.A. W, Ilmu Komunikasi Pengantar Study. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000. Yudoseputro, Wiyoso. Pengantar Senirupa Islam Di Indonesia. Bandung, Angkasa Bandung, 1986 . . Pedoman Wawancara Bentuk-bentuk Komunikasi para Pengrajin Batik tulis dalam Melestarikan Batik tulis Mega Mendung dipusat Batik Trusmi Cirebon Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana asal mula dan perkembangan motif Batik Mega Mendung di Trusmi Cirebon? 2. Bagaimana Pola Komunikasi para Pengrajin Batik dalam Melestarikan Batik Tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? 3. Apa saja faktor penghambat dan pendukung para pengrajin dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? 4. Bagaimana strategi para pengrajin dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? 5. Bagaimana fasilitas para pengrajin Batik tulis Mega Mendung? Tujuan Pertanyaaan 1. Bagaimana asal mula dan perkembangan motif Batik Tulis Mega Mendung di Trusmi Cirebon? (untuk pengurus dan pengrajin Batik) a. Mengetahui asal mula motif Batik tulis Mega Mendung di Trusmi. b. Mengetahui perkembangan motif Batik tulis Mega Mendung di Trusmi. 2. Bagaimana Pola Komunikasi para Pengrajin Batik dalam Melestarikan Batik Tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? (untuk pengurus dan para pengrajin Batik) a. Mengetahui Pola Komunikasi menurut para Pengrajin Batik dalam Melestarikan Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon. b. Mengetahui Pola Komunikasi yang dilakukan para Pengrajin Batik dalam Melestarikan Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon. c. Cakupan Pola Komunikasi para Pengrajin Batik dalam Melestarikan Batik Tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon. 3. Apa saja faktor penghambat dan pendukung para pengrajin dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? (untuk pengurus dan pengrajin Batik) a. Mengetahui faktor penghambat para pengrajin dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? b. Mengetahui faktor pendukung para pengrajin dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? 4. Bagaimana strategi dalam melestarikan Batik Tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? (untuk pengrajin Batik) a. Strategi dalam Melestarikan Batik Tulis Mega Mendung. b. Efektivitas strategi yang sudah diterapkan untuk melestarikan Batik Tulis Mega Mendung. 5. Bagaimana prasarana dan sarana para pengrajin Batik Tulis MegaMendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? (untuk pengrajin) a. Sarana yang di miliki dalam menunjang pelestarian Batik Tulis Mega Mendung. b. Mengetahui pemanfaatan dan pengelolaan prasarana dan sarana para pengrajin Batik Tulis Mega Mendung. Transkip wawancara mendalam untuk Bentuk-bentuk Komunikasi para Pengrajin Batik dalam Melestarikan Batik Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon Nama Informan: Bapak Kama Jabatan: Ketua pengrajin Batik tulis Mega Mendung Hari/Tanggal: 22 Desember 2016 TRANSKIP WAWANCARA Bagaimana asal mula dan perkembangan motif Batik Mega Mendung di Trusmi Cirebon? Sebenarnya asal mula motif Batik awan berair adalah ketika pedagang dari China dan India memasuki wilayah Jawa khususnya, Cirebon dimasa kerajaan sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Kemudian dengan seni tradisi Jawa yang begitu kental (membatik) membuat motif ini seakan menyatu dengan tradisi masyarakat lokal khususnya didaerah Trusmi Cirebon, dari sinilah muncul motif Batik Mega Mendung yang lahir dari dua kebudayaan, yaitu kebudayaan yang di bawa oleh para pedagang China-India dan kebudayaan lokal Trusmi Cirebon. Bagaimana perkembangan motif Batik tulis Mega Mendung dari waktu ke waktu? Batik Cirebonan adalah nama lain dari motif Batik Mega Mendung, setelah beberapa tahun Batik Mega Mendung dengan motif garis seperti awan berair ini mengalami beberapa inovasi, karena awalnya gambar awan yang terdiri dari titik dan garis ini terlihat monoton, hanya menggunakan 3 warna saja yaitu biru, merah dan putih. Para pengrajin Batik tulis mulai menginovasikan tidak hanya menggunakan 3 warna saja, menambahkan dengan variasi 3 gradasi. Yang harus digaris bawahi makna variasi 3 gradasi diambil dari budaya islam dan keseharian warga Trusmi setempat, tiga variasi gradasi itu antara lain: 1. Variasi sembilan warna gradasi yang mengartikan bahwa sembilan wali songo dalam menyebarkan agama Islam. 2. Variasi tujuh warna gradasi yang mengartikan bahwa ada tujuh hari dalam satu minggu. 3. Variasi lima warna gradasi yang mengartikan ada lima hari dalam kepercayaan Jawa (Wage, Pahing, Kliwon, Pon, Legi). Sejak kapan bapak mulai mendalami seni membatik? Sejak tahun 1978 saya sudah menjadi pengrajin Batik hingga saat ini, tidak lelah untuk melestarikan Batik yang sudah menjadi tradisi yang kental untuk masyarakat Trusmi, cara bagaimana membatik dengan baik saya ajarkan pula kepada anak-anak, bahkan tidak sedikit warga yang ingin belajar cara membatik dengan baik dan bagaimana cara melestarikan motif yang sekarang menjadi icon kota Cirebon. Maka dari itu, banyak sekali pengrajin Batik tulis yang mengenal saya, karena karyawan yang saya dimiliki pada waktu itu mencapi 50 orang yang khusus membuat dan melestarikan Batik tulis Mega Mendung. Akan tetapi pada tahun 1998 ketika ibukota mengalami bakar-bakar terjadi perubahan yang sangat terasa, karena peluang pasar yang ditawarkan lebih terbuka lebar maka tidak sedikit pengrajin yang membuat pasar sendiri, dari situlah harga pasar untuk Batik mengalami kerusakan, banyak penguasa baru yang membating harga tanpa mengedepankan kualitas. Berapa harga dari setiap kain yang telah diberikan motif Batik tulis Mega Mendung? Untuk harga kita relatif, biasanya tergantung kain apa yang dipakai untuk membatik dan motif apa yang diberikan pada kain. jika dari motif dan bahan kain yang kita sediakan, harga perlembar kain yang telah diberikan motif-motif Mega Mendung yang kami sediakan, harga termurah adalah Rp.70.000 perkain dan harga termahal adalah Rp.400.000 perkain. Apabila ada pembeli yang ingin membuat Batik dengan desain sendiri tapi tidak menghilangkan karakteristik motif Mega Mendung maka harga kembali menyesuaikan motif yang diminta dan menyesuaikan kain yang ingin dipakai, biasanya yang memesan seperti itu adalah pejabat negara, kalangan artis dan para pengusaha. Dikalangan pejabat negara kami pernah kedatangan bapak Susilo Bambang Yudhoyono ketika masih menjabat presiden republik Indonesia dan kedatangan Gubenur Jawa Barat, dan dikalangan artis kita pernah kedangan artis Ozi (si manis jembatan ancol) dan desainer Irfan Gunawan. Mereka semua datang untuk memesan Batik tulis motif Mega Mendung yang menjadi icon motif Batik Cirebonan di Trusmi. Dimana saja pasar yang dimiliki untuk penjualan Batik tulis Mega Mendung Trusmi? Sejauh ini untuk pelanggan Batik tulis Mega Mendung dari kalangan bawah sampai kalangan atas, akan tetapi biasanya yang memesan dengan partai banyak adalah para pengusaha showrom Batik yang berada didaerah Trusmi Cirebon sendiri dan daerah luar Cirebon, seperti Bandung, Jakarta, Purwakarta, Ciamis dan Bogor. Dan untuk pembeli yang memesan dengan mengajukan desain sendiri biasanya datang dari kalangan pengusaha, artis bahkan wisatawan asing yang sengaja datang ke Trusmi untuk membeli Batik tulis Mega Mendung yang menjadi motif icon Batik tulis Cirebonan. Apa alasan bapak Kama bisa terus mempertahankan kelestarian Batik tulis Mega Mendung hingga saat ini? Membatik sudah seperti menjadi darah daging saya, membatik juga saya ajarkan kepada seluruh anak-anak saya agar anak-anak memahami nilai-nilai budaya lokal yang terus dijaga oleh orang-orang sebelum kita. Ketika Batik Mega Mendung menjadi Icon motif Batik cirebonan, saya berfikir bahwa memang menjaga kelestarian Batik tulis Mega Mendung Sangatlah penting, karena motif Batik Mega Mendung lahir di Trusmi ini dan saya termasuk salah satu pengrajin Batik tulis di Trusmi, maka saya merasa berkewajiban untuk melestarikannya agar kebudayaan lokal membatik di Trusmi ini tidak punah dimasa anak cucu mendatang. Memang sebelum di Jakarta bakar-bakar (1998) para pembeli Batik tulis adalah kelas menengah ke atas, akan tetapi setelah peristiwa bakar-bakar di Jakarta pasar untuk Batik tulis mengalami penurunan yang sangat drastis karna terbuka lebarnya pasar yang merata dengan demikian maka para langganan dari kelas atas sebagian ada yang menghilang, dan kebanyakan pelanggan yang masih bertahan dari kalangan menengah ke bawah. Menurut bapak, bagaimana Pola Komunikasi para Pengrajin Batik dalam Melestarikan Batik Tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? Para pengrajin adalah kunci kelestarian Batik tulis disini, karena baik pengusaha atau pembeli sebenarnya hanya pendorong kelestarian Batik tulis masih tetap terjaga. Komunikasi yang baik selalu saya jaga kepada para pengrajin, begitu pun arahan saya kepada sesama pengrajin agar komunikasi sesama pengrajin harus terjaga dengan baik juga, karena jika komunikasi sesama pengrajin baik maka proses pembutan Batikpun agar berjalan dengn lancar. Akan tetapi jika komunikasi sesama pengrajin kurang baik maka dalam pembuatan Batik tulis Mega Mendung tidak akan lancar jika para pengrajin tidak saling memahami satu sama lain, dan dengan interaksi yang terjadi antara sesama pengrajin ketika melakukan kegiatan membatik membuat sesama pengrajin benarbenar memahami setiap motif yang dimiliki Batik Mega Mendung dan juga benarbenar memahami kekurangan-kekurangan yang dihadapi agar terus dievaluasi demi meningkatkan kualitas setiap pengrajin. Karena saya adalah pengrajin Batik tulis juga maka saya memahami sebagian kendala yang dihadapi oleh para pengrajin, bahkan sesekali saya ikut menggoreskan cunting dan sesekali berintarksi ditengah pembutan Batik tulis Mega Mendung agar lebih mengetahui kendala yang muncul diantara para pengrajin Batik tulis Mega Mendung saat pembutan Batik Tulis. Yang jelas intersaksi yang aktif adalah kunci terjaganya hubungan baik para pengrajin Batik Tulis Mega Mendung di Trusmi. Karena kesejahteraan para pengrajin akan tercapai bila sudah memahami segala faktor kendala dan masalah yang dimiliki para pengrajin. Apa saja faktor penghambat dan pendukung para pengrajin dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? Faktor penghambat para pengrajin disini adalah yang pertama, bahan-bahan pembuatan Batik tulis naik. Kedua, munculnya pengusaha Batik tulis yang baru dan membanting harga pasar yang menjadikan tidak adanya standar harga Batik tulis. Ketiga, banyak penguasaha Batik dari luar kota yang membuat Batik tulis motif Mega Mendung dan mengaku pembuatannya dari Trusmi, ini menyebabkan penurunan pasar di pusat Batik Trusmi. Keempat, faktor cuaca menjadi salah satu penghabat karena proses pembuatan Batik tulis menggunakan sinar matahari untuk proses pengeringan warna pada kain, apabila musim hujan maka proses pembuatan kain Batikpun menjadi terhambat. Sedangkan untuk faktor pendukung para pengrajin adalah pertama, pengrajin yang selalu mempertahankan kualiatas. Kedua adalah showroom Batik di Trusmi, karena showroom-showroom yang ada dipusat Batik Trusmi menjebatani para pengrajin dan pembeli. Yang terakhir, variasi yang dimiliki motif Mega Mendung berjumlah 11 motif diantaranya: 1. Motif Mega Mendung Kupu-Kupu. 2. Motif Mega Mendung Lembutan. 3. Motif Mega Mendung Burung. 4. Motif Mega Mendung Kipas. 5. Motif Mega Mendung Guci. 6. Motif Mega Mendung Dasar Putih. 7. Motif Mega Mendung Iteman. 8. Motif Mega Mendung Beras Tumpah. 9. Motif Mega Mendung Garet (garis). 10. Motif Mega Mendung Iwak Mungup (ikan Ngintip). 11. Motif Mega Mendung Naga. Dengan berbagai motif yang dimiliki, dapat memperkaya karakteristik Batik motif Mega Mendung itu sendiri, dan dengan demikian kelestarian Batik tulis Mega Mendung dan kesejahteraan pengrajin batik tulis akan terus terjaga turun menurun. Pengurus dan Pengrajin Bapak Kama Nama Informan: Ibu Juniah Jabatan: pengrajin Batik tulis motif Mega Mendung Hari/Tanggal: 23 Desember 2016 TRANSKIP WAWANCARA Kapan saja waktu dalam pembuatan Batik tulis? Waktu yang dipakai dalam kegiatan membatik itu dari hari senin sampai hari sabtu yaitu dari jam delapan pagi sampai jam tiga sore, pengurus pengrajin bisa memberikan rekomendasi untuk yang tidak bisa hadir jika pengrajin memiliki halangan dengan alasan yang tepat. Yang jelas pengelola tidak memberikan unsur paksaan kepada setiap pengrajin yang berhalangan mengikuti kegiatan membatik tulis. Bagaimana komunikasi keseharian antara sesama pengrajin? Semua pengrajin yang ada disini merupakan asli warga Trusmi dan sudah saling mengenal satu sama lain, interaksi yang terjadi antara sesama pengrajin memang menggunakan bahasa daerah (Jawa), baik pada proses pembuatan Batik maupun diluar proses pembuatan Batik. Ketika proses mencanting diatas kain sesama pengrajin kadang saling bertukar cerita dan bertukar pikiran satu sama lain untuk menghilangkan kejenuhan, wajar saja dalam proses ini memang membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Dan ketika proses membatik para pengrajin saling bisa memahami satu sama lain motif dan arti motif, bahkan jika terdapat kendala dalam proses pembuatan Batik, sesama pengrajin saling mencurahkannya satu sama lain. Apa saja kegitan dalam proses pembuatan Batik tulis Mega Mendung? Untuk kegitan inti dalam proses pembuatan Batik antara lain: Pertama, membuat pola gambar (desain) Batik diatas kertas, kegitan ini adalah mendasar untuk pembuatan Batik tulis, karena ini merupakan langkah awal dalam memilih desain sebelum mengaplikasikan kedalam kain. Kedua, membuat pola pada kain, dalam tahap ini pengrajin menebalkan pola dengan menggunakan canting diatas kain yang telah dipola sebelumnya. Tahap ini memakan waktu yang cukup lama karena pengrajin membutuhkan ketelitian ketika menggariskan dan memberi titik menggunakan media cunting, agar garis yang dihasilkan mebentuk gambar yang indah dan rapi. Ketiga, membuat warna pada kain yang telah dicunting, Pada tahap pewarnaan kain yang telah berpola diwarnai dengan cara direndam, proses perendaman disesuaikan dengn warna yang diinginkan. Dan dalam proses perendaman, tempat yang digunakan untuk tahap pewarnaan tidak boleh terkena sinar matahati karena akan memberikan hasil yang kurang baik apabila dalam proses pembentukan warna terkena sinar matahari pada proses perendamannya. Apa saja kendala para pengrajin dan pembuatan motif Batik tulis? Sebenarnya untuk kendala pasti ada saja, akan tetapi pengurus pengrajin selalu berusa untuk memperbaiki kendala teknis yang dikeluhkan oleh para pengrajin. Kalo dari kita pribadi paling kendalanya jika ada motif dengan inovasi baru dan kita harus berusaha menyesuaikan motif tersebut dengan cara interaksi satu sama lain. Dan kendala lainnya dicuaca karena pada tahap pengeringan warna kain memang membutuhkan sinar matahari, jika pada musim hujan maka proses pengerikan kain yang telah diberikan warna memakan waktu yang lebih lama. Bagaimana strategi para pengrajin dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? Untuk strategi para pengrajin dalam melestarikan motif Batik Tulis Mega Mendung dipusat Batik Trusmi adalah pada kualitas para pengrajin tersebut, karena sesunggunya yang utama dari pelstarian Batik adalah mejaga kualiatas produk itu sendiri dan selebihnya divariasi yang dimiliki motif Mega Mendung. Bagaimana fasilitas para pengrajin Batik Tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusm Cirebon? Fasilitas yang dimiliki para pengrajin cukup memadai seperti alat-alat untuk pembuatan Batik, bahkan dari pengurus sendiri menyarankan untuk konfirmasi apabila ada fasilitas yang rusak atau kurang dalam proses pembuatan Batik tulis. Pengrajin Batik Tulis Ibu Juniah Nama Informan: Ibu Eda Jabatan: Pengrajin Batik tulis motif Mega Mendung Hari/Tanggal: 23 Desember 2016 Bagaimana Pola Komunikasi para Pengrajin Batik dalam Melestarikan Batik Tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? Kalo komunikasi sesama pengrajin yang ada di pusat pembuatan Batik tulis motif Mega Mendung menggunakan bahasa Jawa (Cirebon) bahasa yang di gunakan untuk berkomunikasi sesama pengrajin memang sama, jadi setiap pengrajin tidak ada hambatan untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Bentuk bentuk komunikasi sesama pengrajin yaitu ketika pembutan Batik tulis maupun diluar pembuatan Batik tulis. Komunikasi yang terjadi ketika pembuatan Batik tulis biasanya membahas tentang keberagaman motif Batik tulis Mega Mendung, jika salah satu pengrajin tidak mengerti motif yang akan ditulis pada kain yang ingin di Batik, biasa pengrajin yang belum memahami bertanya kepada pengrajin yang jelas sudah memahami motif tersebut, dan disana terjadi interaksi sesama pengrajin ketika pembutan motif Batik Mega Mendung, dan sesakali membahas tentang peningkatan atau penurunan produksi yang mengikuti permintaan pasar yang ada. Diluar waktu pembuatan Batik interaksi yang dilakukan sesama pengrajin Batik tulis Mega Mendung yaitu membahas masalah pribadi yang dimiliki setiap individu pengrajin. Apa saja faktor penghambat dan pendukung para pengrajin dalam melestarikan Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? Kalo faktor penghabat diantara sesama pengrajin mungkin ketika musim hujan proses pembuatan kain Batik menjadi sedikit terhambat karena ketika proses pembuatan Batik ditahap terakhir ada tahap pengeringan yang membutuhkan sinar matahari, lalu apabila harga bahan bahan untuk pembuatan Batik tulis naik maka pihak pengurus harus lebih memahami kestabilan harga pasar, supaya pihak pengurus lebih mengetahui kendala kendala yang kami rasakan. Kalo faktor pendukung para pengrajin dalam melestarikan Batik tulis motif Mega Mendung misalnya ketika permintaan pasar naik yang menyebabkan para pengrajin yang ada mengeluarkan tenaga lebih, pihak pengurus biasanya menambah tenaga kerja (pengrajin Batik) untuk menyesuaikan permintaan pasar yang ada. Bagaimana strategi dalam melestarikan Batik Tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi Cirebon? Untuk strategi yang di lakukan para pengrajin yang ada disini yaitu dengan cara memahami semua motif yang ada, karena dengan pemahaman yang matang maka para pengrajin lebih mudah meningkatkan kualitas yang sudah lama dipertahankan. Yang lainnya itu untuk perkembangan inovasi motif yang membuat Batik tulis Mega Mendung bertahan sampai saat ini dipasar dengan persaingan yang semakin ketat. Bagaimana prasarana dan sarana para pengrajin Batik Tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusm Cirebon? Untuk prasarana yang ada ditempat pembuatan motif Batik sudah cukup baik, untuk peralatan yang digunakan dalam pembuatan sudah memadai, dan jika terjadi kerusakan pada alat-alat yang mempengaruhi pembuatan Batik tulis, maka pihak pengurus selalu memperbaikinya bahkan diganti apabila ada peralatan yang tidak layak untuk digunakan dalam proses pembutan Batik tulis Mega Mendung. Pengrajin Batik Tulis Ibu Eda HASIL OBSERVASI Waktu : Oktober – November 2016 Tempat : Pusat Batik Trusmi Cirebon, Desa Trusmi Wetan Blok Jero Cirebon. Pusat Batik Trusmi Cirebon bertempat di Desa Trusmi Wetan Blok Jero RT 09 RW 03. KodePos45154 Cirebon, Jawa Barat. Di sekitar Trusmi memang terdapat banyak pengrajin Batik tulis yang menjadi pekerjaan tetap bagi warga trusmi. Ketika saya menginjakan kaki di pusat Batik trusmi, saya mendatangi tempat para pengrajin Batik tulis yang memproduksi Batik tulis motif Mega Mendung dengan bekal alamat yang diberikan oleh seorang teman. Lalu ketika saya datangi tempat produksi Batik tulis Mega Mendung, terlihat para pekerja Batik tulis yang sedang melakukan kegiatan pembuatan Batik, dengan begitu semangat saya untuk meneliti para pengrajin mulai bertambah karena tempat yang saya datangi ini sangatlah cocok untuk kepentingan penelitian skripsi saya. Bagan 1. Terlihat gerbang utama kawasan Batik Trusmi Cirebon. Alhamdulillah kedatangan saya pada tanggal 29 oktober 2016 disambut oleh seorang pimpinan rumah produksi pembuatan Batik tulis Mega Mendung, Bapak Kama salah satu sosok yang berpengaruh untuk kelestarian Batik tulis Mega Mendung dipusat Batik Trusmi. Dari obrolan yang bermulai didepan rumah akhirnya obrolan antara saya dan Bapak Kama berlanjut dirumah beliau, sosok yang ramah tamah ditujukan oleh bapak Kama ini ketika menyambut saya diruang tamu beliau. Sebelum pertanyaan demi pertanyaan saya ajukan kepada beliau baik sejarah tentang Batik tulis Mega Mendung, beliau menawarkan segelas air putih kepada saya sambil melontarkan pertanyaan kepada saya, menanyakan kepentingan saya datang ke tempat ini. Dengan mencoba ramah juga saya menjeleskan kepada beliau tentang kepentingan saya ini. Saya mengatakan, kedatangan saya kesini adalah untuk melakukan sebuah penelitan skripsi tentang pola komunikasi para pengrajin Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi sambil memberikan surat pengantar dari fakultas. Beliau membaca surat yang saya berikan lalu mengatakan, dengan senang hati saya menerima kedatangan kamu, dan apabila ada sesuatu yang kamu butuhkan silahkan diajukan kepada saya, saya akan membantu dengan pemahaman yang saya miliki. Setelah perakapan saya dan Bapak Kama selesai saya meminta izin kepada beliau untuk memperkenankan saya agar dapat berinteraksi langsung dengan para pengrajin yang sedang memproduksi Batik tulis Mega Mendung. Rasanya senang sekali saya bisa berada diantara para pengrajin yang sedang membatik, karena memang saya memiliki hobi menggambar dan melukis, membuat saya penasaran bagaimana cara menggunakan cunting yang menjadi pena bagi para pengrajin untuk membuat Batik. Bukan hanya Bapak Kama yang menyambut saya dengan ramah, para pengrajin itupun menyambut baik kedatangan saya setelah saya menjelaskan tujuan saya datang ke tempat produksi Batik tulis Mega Mendug ini. Memang pada hari itu niat saya datang hanya untuk mengenal satu sama lain, dan mohon izin agar segala kebutuhan tentang skripsi saya bisa saya dapatkan ditempat ini. Satu persatu para pengrajin saya mulai perhatikan dengan baik dari karena yang sebagai subjek dalam penelitian saya adalah para pengrajin Batik tulis Mega Mendung. Bagan 2. Terlihat para pengrajin Batik tulis sedang fokus membatik. Bagan 3. Terlihat seorang pengrajin sedang menanting dengan hati-hati. Setelah dua jam saya melakukan sosialisasi dan pengamatan terhadap aktifitas komunikasi para pengrajin, akhirnya saya pamit dan saya berharap semoga kedatangan saya dilain hari dapat disambut dengan baik seperi hari ini. Kamis, 22 Desember 2016 Siang ini saya tiba di pusat Batik Trusmi, kondisi terlihat seperti biasanya, ada Bapak Kama yang menyambut saya di teras rumah. Saya langsung bertanya kepada Bapak Kama dengan pertanyaan yang telah saya persiapkan sebelumnya, pertanyaan-demi pertanyaan saya ajukan kepada Bapak Kama, dengan rasa santun dan lembut Bapak Kama menjawab segala pertanyaan yang berhubungan dengan profil para pengrajin Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi. Baik pertanyaan asal muasal sejarah Batik Trusmi sampai kegiatan para pengrajin di rumah tempat di produksinya Batik tulis Mega Mendung. Setelah pertanyaan yang saya ajukan kepada Bapak Kama selesai, saya diajak bapak untuk masuk kedalam tempat pengrajin agar saya dapat berinteraksi langsung lagi dengan para pengrajin Batik tulis Mega Mendung. Sedikit canggung ketika saya ingin membuka pembicaraan kepaada pengrajin Batik yang sedang membuat Batik tulis, takut menggangu konsentrasi mereka, karena memang membuat Batik tulis memerlukan ketelitian daan kecermatan agar tericiptanya motif yang sempurna. Garis dan titik yang digoreskan para pembatik memang benar-benar sangat rapi, bahkan ada pengrajin yang usianya dibilang sudah tidak muda lagi, dengan rambut yang sudah mulai memutih, tidak mempengaruhi kualitas tangan pengrajin ketika menggoreskan cunting diatas kain. Bagan 4. Terlihat cunting-cunting yang digunakan oleh para pembatik. Bagan 5. Terlihat para pengrajin Batik tulis Mega Mendung yang sedang melakukan proses mencanting kain. Saya berusaha melakukan interaksi untuk meminta izin kepada para pembatik melakukan penelitian disela pembuatan batik, dengan senyum yang seakan menyambut daan memperbolehkan saya melakukan penelitian dan interaksi, salah satu pengrajin berkata, silahkan saja kalo memang kamu ingin meakukan penelitian, dan jika ada pertanyaan yang sekiranyaa bisa kita jawab, toh pasti akan kita jawab. Ucapan terima kasih tak lupa saya lontarakan untuk kerahamahan para pengrajin. Saya mengamati satu persatu interaksi yang terjadi antara sesama pengrajin, disela –sela waktu pembuatan Batik, para pengrajin memang melakukan interaksi satu sama lain, baik interaksi yang bersiat indifidu atau curhatan sesama pengrajin. Selain interaksi antar pribadi yang menyangkut masalah individu sesama pengrajin melakukan interaksi tentang berbagai macam inovasi yang dimiliki motif Mega Mendung, contohnya ketika seorang pengrajin yang belum memahami sepenuhnya inovasi baru motif Batik Mega Mendung, maka pengrajin tersebut menanyakan kepada pengrajin lainnya yang sudah memahami dengan sempurna. Memang interaksi yang dilakukan para pengrajin Batik di sela-sela membatik menciptakn hubungan antar pribadi satu sama lain, hal ini menyebabkan sesama pengrajin menghafal masing-masing karakter yang dimiliki oleh para pengrajin dan memperkuat hubungan sesam pengrajin Batik tulis Mega Mendung. Sekitar tiga jam saya melakukan pengamatan sambil sesekali mengajukan pertaanyaan kepada masing-masing pengrajin, duduk disela-sela pengrajin yang sedang menggoreskan cunting diatas kain, memang kesabaran yang dimiliki oleh para pengrajin membuat saya kagum, berjam-jam mereka duduk sambil menggoreskan cunting setiap harinya, namun kelihayan mereka tetap mereka pertahankan diujung waktu. Meraka memang orang-orang yang sangat berpengaruh untuk kelestarian budaya Batik di indonesia, khususnya didaerah Trusmi Cirebon. Setelah itu saya pindah ketempat perendaman kain untuk melakukan pewarnaan kain yang telah dicunting. Bentuk kobangan yang terbuat dari kayu dengan diameter panjang 2 meter dan lebar 1 meter, dan ini membuat saya ingin mengetahui alasan kenapa proses pewarnaan harus di tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari. Dan terletak di halaman depan rumah produksi Batik tersebut. Bagan 6. Tempat untuk memberi pewarnaan pada kain yang telah dicunting. Seorang pengrajin Batik tulis itu pun mengatakan, kalo pada proses perendaman memang tidak boleh terkena langsung sinar matahari karena apabila pada proses perendaman dan terkena langsung sinar matahari, maka akan mempengaruhi kualitas kain dan motif yang direndam. Dengan hasil observasi yang saya kira sudah cukup pada hari ini, maka saya memohon izin untuk kembali pulang. Jumat, 23 Desember 2016. Hari ini memang matahari sangat panas, setelah solat jumat saya berangkat ke tempat penelitian. Kira-kita pukul 2 siang saya tiba di tempat pembuatan Batik tulis Mega Mendung, terlihat kain-kain yang sedang dijemur di depan rumah produksi. Bagan 7. Terlihat kain-kain Batik tulis yang sedang dijemur didepan halaman rumah produksi. Saya menyempatkan diri duduk kembali diantara para pengrajin agar mengatahui lebih dalam komunikasi yang terjadi sesama pengrajin Batik tulis Mega Mendung. Rasanya ingin sekali mencoba memegang cunting, agar mengetahui bagaimana rasanya membatik dengan menggunakan cunting, wajar saja karena memang saya mempunyai hobi menggambar akan tetapi biasanya menggunakan pensil atau koas. Tapi apa daya sepertinya para pengrajin memang disibukkan oleh pekerjaan dan ditakutkan menggagu maka saya undurkan niat saya untuk mencoba merasakan apa yang biasa mereka lakukan. Motif demi motif mereka kerjakan dengan rapi, walaupun sesekali mereka melakukan interaksi atau candaan akan tetapi tidak mempengaruhi kerapihan mereka menggoreskan cunting. Usia tua, tangan muda. Tangguh. Itulah kata-kata yang terlintas dalam hati saya melihat apa yang dilakukan para pengrajin batik tulis mega mendung dipusat batik Trusmi Cirebon. Bagan 8. Terliht seorang pembatik tulis yang sudah tua tapi memiliki goresan tangan yang sangat rapi. Lalu saya mulai menanyakan kembali kepada para pengrajin Batik tulis Mega Mendung dengan pertanyaan yang telah saya siapkan sebelumnya, pertanyaan demi pertanyaan saya tanyakan kepada masing-masing pengrajin, meraka pun menjawab semua pertanyaan dengan keramahan yang mereka miliki. Kemudian Bapak Kama mulai memanggil saya untuk mengenalkan sebagian variasi yang dimiliki motif Mega Mendung dan saya amat sangat terkesan. Waktu telah menunjukan jam 4 sore, saya mulai berpamitan untuk pulang. Sabtu, 11 maret 2017. Setelah melakukan bimbingan bersama dosen pembimbing sebelumnya dan melaporkan segala hasil observasi, kemudian menyimpukan segala kekurangan dalam penelitin sebelumnya. Masih terdapat berbagai macam revisi yang mengharuskan saya untuk datang kembali ketempat penelitin skripsi saya. Pukul 10 pagi saya datang kembali ke tempat pembuatan Batik tulis Mega Mendung dengan sebelumnya membuat janji terlebih dahulu dengan Bapak Kama. Sesampainya disana di halaman rumah produksi terlihat Bapak Kama sedang membatik juga, beliau pun langsung menyudahi aktifitasnya, namun saya berkata, Bapak lanjutkan saja dulu, tidak apa-apa kok. Saya pun langsung berinisiatif mengabadikan gambar Bapak Kama yang sedang membatik. Bagan 9. Terlihat Bapak Kama yang membatik juga di depan halaman rumah. Setelah kurang lebih 30 menit akhirnya Bapak Kama mengajak saya mengenalkan inovasi baru lainnya dari motif Batik Mega Mendung. Dengan senang hati saya mulai mendokumentasikan inovasi –inovasi motif tersebut dengan kamera ponsel saya. Diantaranya adalah, motif Mega Mendung Full, motif Mega Mendung 3 Dimensi, motif Mega Mendung pinggiran, motif Mega Mendung lembutan, motif Mega Mendung Full Merah, motif Mega Mendung Sanglur dan motif Mega Mendung merak. Bagan 10. Contoh kain Batik tulis motif Mendung Mendung Full. Bagan 11. Contoh kain Batik tulis motif Mendung Mendung Tiga Dimensi Warna. Bagan 12. Contoh kain Batik tulis motif Mendung Mendung Pinggiran. Bagan 13. Contoh kain Batik tulis motif Mendung Mendung Lembutan. Bagan 14. Contoh kain Batik tulis motif Mendung Mendung Full Merah. Bagan 15. Contoh kain Batik tulis motif Mendung Mendung Sanglur. Bagan 16. Contoh kain Batik tulis motif Mendung Mendung Ayam Merak. Setelah memperkenalkan inovasi baru motif Mega Mendung, akhirnya kita saling becerita satu sama lain dan terhanyut dalam obrolan. Baik dalam hal penelitian yang sedang saya lakukan maupun dalam hal yang sifatnya pribadi. Tidak terasa waktu menujukan pukul 3 sore saya akhirnya meminta izin untuk menyudahi obrolan bersama Bapak Kama dan meminta izin untuk pamit, dan tidak lupa saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada bapak kama selaku ketua pengurus pengrajin Batik tulis Mega Mendung dan para pengrajin Batik tulis motif Mega Mendung dipusat batik trusmi. Karena mereka semua, skripsi saya berjalan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan. Semoga Bapak Kama dan para pengrajin Batik tulis Mega Mendung di pusat Batik Trusmi selalu diberiakan kesehatan dan kesejahteraan, Amiin.