10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Laporan Keuangan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Laporan Keuangan
Suwardjono (2014) mengungkapkan bahwa akuntansi sebagai
teknologi memungkinkan akuntansi sengaja dirancang untuk mencapai tujuan
negara. Tujuan dimaksud adalah agar tercipta efektif dan efesiensi
pengelolaan sumber daya negara. Output dari sistem akuntansi adalah laporan
keuangan sebagai bentuk pertanggung jawaban sekaligus untuk mengukur
kinerja dari suatu perusahaan.
Kieso (2011) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan sarana
pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak diluar
korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi
dalam nilai moneter. Dengan demikian laporan keuangan dapat juga diartikan
sebagai seperangkat informasi yang disajikan oleh organisasi atas kinerja
organisasi dalam periode tertentu yang nantinya dapat digunakan oleh
pemakai laporan untuk pengambilan keputusan.
Pengertian laporan keuangan selanjutnya diperkuat oleh pendapat
Siegel dan Shim (2005:185) yang menyatakan bahwa laporan keuangan
adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan
keuangan yang diperlukan adalah neraca, laporan laba-rugi dan laporan
perubahan posisi keuangan. Ketiganya dapat digabungkan dengan laporan
pelengkap.
10
Investor memerlukan beberapa informasi keuangan untuk mencapai
hasil yang mereka inginkan. Salah satu informasi tersebut yaitu informasi
mengenai instrumen keuangan yang dapat dilihat dari laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan akhir dari suatu proses akuntansi yang
bertujuan
untuk
memberikan
informasi keuangan
mengenai
kondisi
perusahaan dalam suatu periode.Laporan keuangan memberikan beberapa
informasi keuangan yang dibutuhkan oleh para investor maupun kreditor.
Melalui analisis keuangan yang cermat dari laporan keuangan
perusahaan
akan
mampu mengevaluasi kekuatan
serta
suatu
kelemahan
perusahaan.
Selain itu informasi dalam laporan keuangan harus disajikan dengan
memadai untuk memungkinkan dilakukannya sebuah prediksi kondisi
keuangan, arus kas, dan profitabilitas perusahaan di masa depan. Informasi
yang akan diungkapan dalam laporan keuangan tentunya harus disesuaikan
dengan kepentingan pengguna laporan keuangan. Diharapkan dengan
semakin transparan informasi yang disajikan oleh suatu perusahaan ditambah
dengan semakin nyatanya penerapan tata kelola yang baik akan meningkatkan
keberhasilan bisnis dalam dunia usaha secara berkesinambungan, juga dapat
digunakan untuk memahami bisnis pada suatu perusahaan
2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen suatu
perusahaan diperlukan karena informasi yang disajikan relatif
seragam, sedangkan kebutuhan dari pemakai beragam. Disamping itu
11
pihak luar perusahaan tidak terlibat secara langsung dalam operasional
sehari-hari. Sehingga mereka hanya bergantung pada laporan
keuangan yang disajikan saja.
Menurut Suwardjono (2014:157) tujuan utama pelaporan
keuangan sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi,
kredit dan pemakai lainnya. Baik berjalan maupun potensial
dalam membuat keputusan invesatasi, kredit dan semacamnya
yang rasional.
2. Menyediakan informasi untuk membantu para investor dan
kreditor dan pemakai lainnya dalam menilai jumlah saat terjadi,
dan ketidakpastian penerimaan kas mendatang dari dividen atau
bunga
dan
pemerolehan
kas
mendatang
dari
penjualan,
penebusan, atau jatuh temponya sekuritas (pinjaman).
3. Menyediakan informasi tentang daya ekonomik suatu badan
usaha, klaim terhadap sumber-sumber tersebut dan akibat dari
transaksi, kejadian, keadaan yang mengubah sumber daya badan
usaha dan klaim terhadap sumber daya tersebut.
2.1.2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Suwardjono membedakan laporan keuangan (satatement
keuangan) dan pelaporan keuangan. Menurutnya lingkup laporan
keuangan hanyalah lingkup yang masih diatur oleh standar dan
12
tentunya lingkup tersebut mengalami proses pengauditan. Laporan
keuangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Statement posisi keuangan (neraca) yaitu laporan yang
menunjukkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada
tanggal tertentu akhir periode.
2. Statement laba komprehensif yaitu laporan yang menunjukan
laba rugi perusahaan setelah pendapatan atas operasional
dikurangi dengan pendapatan dan biaya lain-lainnya.
3. Statement aliran kas (laporan perubahan posisi keuangan atau
disebut laporan arus kas) yaitu laporan yang menunjukkan arus
dana dan perubahan-perubahan dalam posisi keuangan selama
tahun buku yang bersangkutan.
4. Statement investasi oleh dan distribusi kepemilik (Laporan
perubahan modal) merupakan laporan yang menunjukkan
sebab- sebab perubahan modal selama suatu periode akuntansi.
5. Catatan atas laporan keuangan yaitu informasi yang berisi
penjelasan lebih lanjut tentang kebijakan akuntansi maupun
informasi-informasi belum dilaporkan dalam elemen laporan
keuangan lainnya.
Sedangkan pelaporan keuangan menurut Suwardjono adalah
semua informasi yang bermanfaat untuk keputusan investasi kredit
dan semacamnya. Financial Acounting Standars Board (FASB)
mengidentifkikasi lingkup informasi yang dipandang bermanfaat
13
untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit adalah sebagai
berikut:
1. Statement keuangan (laporan keuangan) yang terdiri dari:
neraca, laporan laba rugi, perubahan modal, arus kas.
2. Catatan atas laporan keuangan adalah laporan yang berisi
informasi yang belum diungkapkan dalam keempat jenis
laporan diatas. Biasanya mengungkapkan kebijakan akuntansi,
pos bersyarat, metode sediaan volume saham yang beredar,
pengukuran alternatif dan lain-lainnya.
3. Informasi
pelengkap
yaitu
informasi
yang
langsung
dipengaruhi standar.
4. Sarana pelaporan keuangn lainnya yaitu media pelaporan
keuangan yang tidak dipengaruhi oleh sebuah standar. Contoh
diskusi dan analisis manajemen dan surat-surat ke pemegang
saham.
5. Informasi lainnya yaitu informasi yang tidak diwajibkan untuk
diungkapkan. Tetapi jika informasi ini tersedia akan membantu
pengambilan keputusan. Contoh: laporan analisis perusahaan
ataupun artikel berita tentang perusahaan.
Dari penjelasan tujuan laporan keuangan tersebut dapat
dikatakan bahwa tujuan dari laporan keuangan yaitu sebagai sarana
pengungkapan kepada pihak yang berkepentingan.
14
2.1.3. Laporan Keuangan Sebagai Sarana Pengungkapan
Menurut Siegel dan Shim (2005) pengungkapan adalah
informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan
dalam bentuk catatan kaki atau atau tambahan serta informasi ini
menyediakan penjelasan posisi keuangan dan hasil operasi
perusahaan. Informasi penjelas mengenai kesehatan keuangan
dapat diberikan dalam laporan pemeriksa. Semua materi harus
diungkapkan termasuk informasi kuantitatif (seperti komponen
dolar dan persediaan) dan kualitatif (seperti tuntutan hukum) yang
akan sangat membantu pengguna laporan keuangan.
Menurut
Suwardjono
(2014:578)
secara
konseptual,
pengungkapan merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Secara teknis,
pengungkapan merupakan langkah akhir dalam
proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk
seperangkat penuh statement keuangan.
Kedua pendapat tersebut menekankan bahwa laporan
keuangan sebagai bentuk penyediaan informasi atas kinerja
perusahaan harus memuat informasi sedetail mungkin. Karena
pihak berkepentingan (pemegang saham ataupun kreditur) tidak
terlibat secara langsung dalam operasi perusahaan. Oleh sebab itu
informasi yang tidak masuk dalam kriteria pemgungkapan
keuangan harus diungkapkan memalui media pelaporan yang
lainnya yaitu dalam bentuk catatan atas laporan keuangan. Dimana
15
nantinya
catatan
atas
laporan keuangan
tersebut memuat
pengungkapan yang tidak dapat disajikan jika menggunakan media
pelaporan yang lain. Harapannya informasi yang belum begitu
jelas dan lengkap yang diungkapkan melalui media pelaporan yang
lain dapat dijelaskan dalam bentuk catatan atas laporan keuangan
ini.
Semakin tinggi tingkat pengungkapan perusahaan
akan
mempermudah investor dalam memperoleh informasi yang
relevan
dalam waktu cepat (Hargyantoro, 2010). Hal ini akan
memberikan sinyal positif bagi investor sehingga menyebabkan
nilai perusahaan pada perusahaan yang melakukan pengungkapan
menjadi tinggi bagi pihak eksternal perusahaan (Mendes dan
Alves, 2004 dalam Afifurrahman dan Hapsoro, 2008).
2.1.3.1.Tujuan Pengungkapan
Suwardjono (2014:580) memaparkan tujuan pengungkapan
adalah sebagai berukut:
1. Tujuan melindungi
Pengungkapan dimaksudkan untuk melindungi perlakuan
manajemen yang mungkin kurang adil dan terbuka.
2. Tujuan Informatif
Pengungkapan diarahkan untuk menyediakan informasi yang
dapat memebantu keefektifitasan pengambilan keputusan.
3. Tujuan Kebutuhan Khusus
16
Tujuan ini merupakan gabungan antara tujuan melindungi dan
tujuan khusus. Dimana informasi yang diungkapkan kepada
publik dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi
pemakai yang dituju.
2.1.3.2.Peraturan Tentang Pengungkapan Laporan Keuangan di
Indonesia
Beberapa peraturan dan undang-undang yang berkaitan
dengan pengungkapan informasi keuangan mencakup:
1. Undang-undang No. 3 Tahun 1983 Tentang Pendaftaran
Perusahaan.
Dalam undang-undang ini perusahaan harus menyediakan
informasi yang dapat diakses publik yang didalamnya terdiri
dari: nama perusahaan, informasi mengenai dewan komisaris
dan dewan direktur serta modal yang diperoleh.
2. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 Tentang Laporan
Tahunan.
Peraturan ini memeprluas jangkauan perusahaan-perusahaan
yang diharuskan menyediakan laporan keuangan kepada
publik. Sebelumnya hanya perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) saja yang diharuskan
menyediakan laporan kepada publik.
3. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 60
Tahun 2014 Tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
17
Melihat begitu luasnya lingkup pengungkapan dalam laporan
keuangan. Maka peneliti hanya membatasi lingkup pengungkapan
laporan keuangan tentang instrumen keuangan saja. Selanjutnya
yang menjadi pembahasan peneliti hanya pengungkapan yang
distandarkan dalam PSAK No. 60 saja.
2.2. Instrumen Keuangan
International Accounting Standars (IAS) 32 Tahun 2005 paragraf. 11
mendefinisikan “a financial instrument is any contract that gives rise to a
financial asset of one entity and a financial liability or equity instrument of
another entity”. Sedangkan PSAK 50 mendefinisikan instrumen keuangan
adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan entitas dan
liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain. Instrumen keuangan
terdiri dari 5 jenis yaitu aset keuangan, liabilitas keuangan, instrumen ekuitas,
instrumen derivatif, dan instrumen lindung nilai.
Dengan demikian disimpulkan bahwa Instrumen keuangan merupakan
aset yang dapat diperdagangkan dalam bentuk apapun, baik kas, bukti
kepemilikan dalam suatu entitas, atau hak kontraktual untuk menerima atau
memberikan, uang tunai atau instrumen keuangan lainnya.
2.2.1. Perkembangan Pengaturan Instrumen Keuangan di Indonesia
Pengaturan instrumen keuangan di Indonesia telah mengalami
beberapa perubahan atau (revisi). Tahap-tahap revisinya sebagai
berikut:
18
1. PSAK lama samapai dengan tahun 1998 Pengaturan ini terdiri
dari:

PSAK 09 Penyajian aktiva lancar dan kewajiban lancar

PSAK 50 Sekuritas

PSAK 43 Akuntansi Anjak Piutang

PSAK 21 Akuntansi Ekuitas

PSAK 31 Akuntansi Perbankan

PSAK 50 Akuntansi Investasi Efek Tertentu

PSAK 51 Akuntansi Kuasi Organisasi

PSAK 55 Akuntansi Instrumen Deivatif dan Aktivitas
Lindung Nilai

PSAK
54
Akuntansi
Restrukturisasi
Hutang
Piutang
Bermasalah
2. PSAK Revisi 2006

PSAK 50 Instrumen Keuangan Penyajian dan Pengungkapan

PSAK 55 Instrumen Keuangan Pengakuan dan Pengukuran
3. PSAK Revisi 2010
PSAK ini memisahkan Instrumen Keuangan Penyajian dan
Pengungkapan yang diatur dalam PSAK 50 menjadi:

PSAK 50 Penyajian

PSAK 55 Pengakuan dan Pengukuran

PSAK 60 Pengungkapan
4. PSAK 50, 55, 60 Revisi 2014
19
PSAK ini merevisi PSAK 60 tentang instrumen keuangan:
Pengungkapan yang disahkan pada tanggal 26 November 2010.
Revisi ini efektif mulai tanggal 1 Januari 2015.
2.2.2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50
Instrumen Keuangan: Penyajian
Tujuan dari pernyataan ini adalah menetapkan prinsip penyajian
isntrumen keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas dan saling hapus
aset keuangan dan liabilitas keuangan. Pernyataan ini diterapkan
untuk klasifikasi instrumen keuangan dari perspektif penerbit dalam
aset keuangan, liabilitas keuangan, dan instrumen ekuitas: klasifikasi
bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang terkait dan keadaan
dimana aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus. Jenis-jenis
instrumen keuangan tersebut diatur dalam paragraf PP03-PP23 yaitu
sebagai berikut:
1. Aset keuangan adalah setiap aset yang berbentuk:
a. Kas;
b. Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain;
c. Hak kontraktual:
 Untuk menerima kas atau aset keuangan lain dari entitas
lain; atau
 Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas
keuangan dengan entitas lain dalam kondisi yang
berpotensi menguntungkan entitas tersebut.
20
d. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan
menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas
dan merupakan:
 Nonderivatif
dimana
entitas
harus
atau
mungkin
diwajibkan untuk menerima suatu jumlah yang bervariasi
dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau
 derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selesaikan
selain dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau
aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas.
2. Liabilitas keuangan adalah setiap liabilitas yang berupa :
a. Kewajiban kontraktual:
 Untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada
entitas lain; atau
 Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas
keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang
berpotensi tidak menguntungkan entitas tersebut.
b. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan
menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas dan
merupakan suatu:
 Nonderivatif
dimana
entitas
harus
atau
mungkin
diwajibkan untuk menyerahkan sautu jumlah yang
21
bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas;
atau
 Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain
dengan memeprtukarkan sejumlah tertentu kas atau aset
keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas
yang diterbitan entitas.
Beberapa contoh instrumen keuangan yang termasuk dalam
cakupan IAS 32 dan 39 meliputi:
1.
Kas.
2.
Giro dan deposito.
3.
Commercial paper.
4.
Utang dan piutang usaha, wesel, dan pinjaman.
5.
Sekuritas utang dan ekuitas, baik dari perspektif pemegang maupun
penerbitnya. Kategori ini mencakup investasi dalam perusahaan
anak, perusahaan assosiasi, dan usaha patungan.
6.
Sekuritas yang dijamin dengan asset, seperti kewajiban hipotik
dengan jaminan, kesepakatan pembelian kembali, dan securitised
packages of receivables.
7.
Derivatif, yang mencakup opsi, right, waran, kontrak berjangka,
kontrak.
22
2.2.3. Penyajian LiabilitasInstrumen Keuangan
Berdasarkan PSAK No. 50 yang termasuk kedalam pos-pos
liabilitas sebagai instrumen keuangan tersebut terdiri dari:
1. Liabilitas Segera
Liabilitas segera adalah kewajiban bank kepada pihak lain yang
sifatnya wajib segera dibayarkan sesuai dengan perintah pemberi
amanat atau perjanjian yang ditetapkan sebelumnya.
2. Simpanan Nasabah
Simpanan nasabah adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah
kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana.
3. Simpanan Bank Lainnya
Simpanan bank lainnya adalah kewajiban bank kepada bank
lainnya, baik bank dalam negeri maupun luar negeri dalam bentuk
giro, tabungan, interbank call money, deposito berjangka dan
lain-lain yang sejenis.
4. Liabilitas Akseptasi
Liabilitas akseptasi adalah tagihan yang timbul sebagai akibat
akseptasi yang dilakukan terhadap wesel berjangka.
5. Liabilitas Derivatif
Liabilitas Derivatif adalah tagihan karena potensi keuntungan dari
suatu perjanjian atau kontrak transaksi derivatif (selisih positif
antara nilai kontrak dengan nilai wajar transaksi derivatif pada
23
tanggal laporan), termasuk potensi keuntungan transaksi yang
masih berjalan.
6. Pinjaman yang diterima
Pinjaman yang diterima adalah dana yang diterima dari bank lain,
Bank Indonesia atau pihak lain dengan kewajiban pembayaran
kembali sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam
perjanjian pinjaman.
7. Surat Berharga
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham,
obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya maupun suatu
kewajiban
dari
penerbit
dalam
bentuk
yang
umumnya
diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.
8. Beban yang harus dibayar
Beban yang harus dibayar adalah kewajiban yang timbul akibat
pengakuan akuntansi terhadap biaya yang sudah terjadi tetapi
belum dibayar.
9. Utang Bunga
Uatang bunga adalah bunga yang telah diperoleh tapi belum
diambil atau bunga yang jatuh tempo tetapi belum dibayar.
10. Pinjaman Subsiordinari
Pinjaman Subsiordinari adalah pinjaman berdasarkan suatu
perjanjian dapat dilunasi apabila bank telah memenuhi kewajiban
24
tertentu dan dalam hal terjadinya likuidasi hak tagihnya berlaku
paling akhir dari semua simpanan dan pinjaman diterima.
11. Liabilitas Lainnya
Liabilitas lainnya adalah liabilitas untuk menampung kewajibankewajiban yang tidak dapat digolongkan kedalam salah satu pos
dana dan juga tidak mencukupi untuk disajikan dalam pos sendiri.
Biasanya liabilitas lainnya ini tidak dapat di kelompokkan dalam
kelompok liabilitas jangka pendek maupun jangka panjang.
Dengan demikian yang menjadi data dalam penelitian ini bukan
saldo total liabilitas yang tercantum dalam laporan keuangan. Tetapi
sesuai dengan yang diatur dalam PSAK No. 50 tersebut.
2.2.4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 60
Instrumen Keuangan: Pengungkapan
PSAK ini mengadobsi pengaturan dalam IFRS 7 Financial
Instrument: Disclosures. Tujuan PSAK ini adalah mensyaratkan
entitas untuk mnyediakan pengungkapan dalam laporan keuangan
yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi:
1. Signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi dan kinerja
keuangan entitas.
2. Sifat dan cakupan risiko yang timbul dari isntrumen keuangan
yang mana entitas terekspos selama periode dan akhir periode
pelaporan, dan bagaimana entitas mengelola risiko tersebut.
25
2.2.5. Kriteria Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan
Kriteria Pengungkapan liabilitas instrumen keuangan menurut
PSAK No. 60 terdiri dari 6 item sebagai berikut:
1. Kategori liabilitas keuangan

Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi, menunjukan secara terpisah, liabilitas keuangan yang
ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
pada
saat
pengakuan
awal
dan
liabilitas
keuangan
diklasifikasikan untuk diperdagangkan.

Liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan
amortisasi.
2. Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi
Apabila liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi maka entitas mengungkapkan:

Jumlah perubahan selama periode dan secara kumulatif.

Perbedaan antara jumlah tercatat liabilitas keuangan dan
jumlah yang disyaratkan secara kontraktual.
3. Saling hapus liabilitas keuangan
Pada akhir periode entitas harus mengungkapkan antara
lain:

Jumlah bruto liabilitas keuangan yang diakui.
26

Jumlah yang disalah hapuskan sesuai dengan kriteria dalam
PSAK 50.

Jumlah netto yang disajikan dalam laporan keuangan.

Jumlah yang terikat dengan instrumen keuangan dan jumlah
yang terkait dengan agunan keuangan.

Jumlah netto dari jumlah yang terikat dengan instrumen
keuangan dan jumlah yang terkait dengan agunan keuangan
dengan jumlah netto yang disajikan dalam laporan keuangan.
4. Pos penghasilan, beban, keuntangan

Keuntungan atau kerugian atas netto liabilitas keuangan yang
diukur pada perolehan diamortisasi.

Total penghasilan bunga dan total bunga untuk liabilitas
keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar.

Penghasilan dan beban imbalan untuk liabilitas keuangan
yang tidak diukur pada nilai wajar.
5. Nilai wajar
Entitas mengungkapkan nilai wajar dari kelas aset tersebut
dengan cara yang memungkinkan untuk membandingkan dengan
jumlah tercatatnya.
6. Risiko likuiditas
Entitas mengungkapkan:

Analisis jatuh tempo untuk liabilitas keuangan non derivatif
yang menunjukan sisa jatuh tempo kontraktual
27

Analisis jatuh tempo ntuk iabilitas keuangan derivatif

Deskripsi mengenai bagaimana entitas mengelola resiko
likuiditas yang melekat di liabilitas keuangan derivatif dan
non derivative.
2.3. Nilai Perusahaan
Menurut Salvatore (2005) tujuan utama perusahaan menurut theory of
the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan
(value of the firm). Nilai perusahaan merupakan salah satu indikator dari
kesehatan suatu perusahaan. Perusahaan harus menghitung nilai perusahaan
untuk memperoleh harga agar bisa dijual ataupun melihat tingkat
kemakmuran perusahaan. Bila nilai perusahaan meningkat maka semakin
tinggi harga
saham
perusahaan dan menyebabkan semakin
tinggi
kemakmuran pemegang saham. Sedangkan, jika dilihat dari tujuan jangka
panjang dalam perusahaan yaitu mengoptimalkan nilai perusahaan, dimana
semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula
pemiliknya.
Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya (Fama
dalam Wahyudi dan Pawestri,2006) juga menjelaskan bahwa untuk
memaksimumkan nilai perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang harus
diperhatikan, tetapi juga semua instrumen keuangan seperti hutang, warran,
maupun saham preferen.
28
Dalam penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan return saham
karena motivasi investor untuk melakukan investasi salah satunya adalah
dengan membeli saham perusahaan dengan harapan untuk mendapatkan
kembalian investasi atau keuntungan yang disebut return yang sesuai dengan
apa yang telah diinvestasikannya baik jangka pendek maupun jangka panjang
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Ang (1997) konsep return atau kembalian adalah tingkat
keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang
dilakukannya. Return saham merupakan income yang diperoleh oleh
pemegang saham sebagai hasil dari investasinya di perusahaan tertentu.
Selanjutnya Jogiyanto (2000) membedakan return saham menjadi dua jenis,
yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected
return).
Wahyudi (2003) return realisasi merupakan return yang sudah terjadi
yang dihitung dari selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya.
Sedang return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor di masa yang akan datang. Return tersebut memiliki dua komponen
yaitu current income dan capital gain. Bentuk dari current income berupa
keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik berupa
dividen sebagai hasil kinerja fundamental perusahaan. Sedangkan capital
gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih antara harga jual dan
harga beli saham. Besarnya capital gain suatu saham akan positif, jika harga
jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya.
29
Dalam penelitian ini return saham yang diapakai adalah return
realisasi. Karena return realisasi dapat digunakan sebagai salah satu
pengukuran nilai perusahaan dan sekaligus dapat digunakan sebagai dasar
penentu return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang. Return
realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data
historis. Menurut Ross et al. (2003) return saham adalah selisih antara harga
saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya dibagi
harga saham pada periode sebelumnya.
2.4. Kajian Penelitian
Penelitian ini berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Okky, Sinarwati dan Anantawikrama (2015) yang berjudul “Analisis
pengaruh
profitablitas,
likuditas
dan
leverageterhadap
return
saham”..Hasilnya terbukti bahwa hutang yang diwakilkan oleh leverage
berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang representasikan oleh return
saham.
Penelitian tentang pengungkapan dilakukan oleh Timotius Kevin
Sugito (2014) yang berjudul “Pengaruhpengungkapan terhadap nilai
perusahaan (Studipada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia tahun
2012)”. Hasilnya juga terbukti bahwa pengungkapan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
30
2.5. Pengembangan Hipotesis
2.5.1. Pengaruh Liabilitas Instrumen
Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan
Kebijakan utang sangat sensitif terhadap perubahan nilai
perusahaan. Semakin tinggi proporsi utang maka semakin tinggi harga
saham, namun pada titik tertentu peningkatan utang akan menurunkan
nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan
utang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkannya.
Menurut Bringham dan Houston (2006) semakin tinggi
risiko
dari
penggunaan lebih banyak utang akan cendrung
menurunkan harga saham. Investor perlu memperhatikan kesehatan
perusahaan melalui perbandingan antara modal sendiri dan modal
pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar dari modal pinjaman, maka
perusahaan tidak akan mudah bangkrut.
Berdasarkan
hasil
penelitian
Okky,
Anantawikrama (2015) leveragemenunjukkan
pemakaian utang
mengenai
adanya
dalam
membiayai
penggunaan
memberikan keuntungan bagi
utang
investor
Sinarwati
dan
proporsi
atas
investasinya. Informasi
oleh perusahaan dapat
karena
dengan
adanya
penggunaan utang tersebut perusahaan memiliki kondisi yang baik
dalam memperoleh laba. Pada saat penjualan dan laba meningkat
per tahun, maka pembiayaan dengan hutang dan beban tetap
tertentu akan meningkatkan pendapatan pemilik saham. hal tersebut
31
menjadi pertimbangan investor untuk menanamkan modalnya ke suatu
perusahaan. Oleh sebab itu hipotesis penulis adalah:
H1: Liabilitas Instrumen berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
2.5.2. Pengaruh
Ketaatan
Pengungkapan
Liabilitas
Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan
Penelitian yang dilakukan oleh Timotius Kevin Sugito (2014)
yang meneliti tentang pengaruh pengungkapan terhadap nilai
perusahaan (Studi pada perusahaan manufaktur di bursa efek
Indonesia tahun 2012 membuktikan bahwa pengungkapan laporan
keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.Karena melalui
pengungkapan, informasi-informasi
dipercaya,
perusahaan
dapat
perusahaan
yang
dapat
mengurangi ketidakpastian
mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Hal ini dapat
memberi sinyal positif bagi investor, sehingga dapat memicu
terjadinya peningkatan dalam volume perdagangan saham yang
mengakibatkan tingginya
harga saham di pasar modal sebagai
cerminan atas nilai suatu perusahaan.
Dalam
laporan keuangan tersebut terdapat instrumen
keuangan. Salah satunya adalah liabilitas instrumen keuangan.
Dian (2015) memandang bahwa keseluruhan instrument keuangan
pengungkapan liabilitas dalam bentuk angka keuangan maupun non
keuangan dapat dijadikan dasar pertimbangan stakeholder. Hal ini
disebabkan
oleh
adanya
kemungkinan
kecurangan
dalam
32
pemerolehan angka tersebut, sehingga timbul suatu keraguan
mengenai keandalan informasi keuangan mengenai instrument
keuangan yang disajikan.
Sehingga
perlu
dilakukan
uji
ketaatan
terhadap
pengungkapan liabilitas instrumen keuangan tersebut. Dimana jika
perusahaan taat dalam mengungkapkan liabilitas kemungkinan
kecurangan dalam pemerolehan angka liabilitas tersebut menjadi
kecil, oleh sebab itu timbul rasa kepercayaan terhadap informasi
yang disajikan dengan demikian investor tertarik berinvestasi pada
perusahaan. Oleh sebab itu hipotesis penulis adalah:
H2: Ketaatan Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan
(KPLK) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2.6. Kerangka Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka diatas, maka
gambaran kerangka pikir dalam penelitian ini untuk mempermudah analisis
adalah sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Liabilitas Keuangan (X1)
Nilai Perusahaan (Y)
Ketaatan Pengungkapan (X2)
33
Download